l a p o r a n k i n e r j a b b v e t w a t e s t . a . 2 ...sakip.pertanian.go.id/admin/data2/8....
TRANSCRIPT
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
i
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S I . A . 2 0 1 6
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Balai Besar Veteriner Wates disusun
berdasarkan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun Anggaran 2016, serta
Penetapan Kinerja Tahun 2016 dan sebagai bentuk akuntabilitas dari tugas dan
fungsi yang dipercayakan kepada Balai Besar Veteriner Wates atas target kinerja
dan penggunaan anggaran tahun 2016.
Laporan Kinerja Balai Besar Veteriner Wates disusun mengacu kepada Peraturan
Presiden Rl Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, dan Peraturan Menteri PAN dan RB No. 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja mencakup ikhtisar pencapaian
sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja dan
dokumen perencanaan.
Semoga laporan kinerja ini dapat bermanfaat sekaligus sebagai pertanggung
jawaban kepada publik atas penyelenggaraan fungsi pembangunan peternakan dan
kesehatan hewan untuk terwujudnya Good Governance.
ii
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pelaporan akuntabilitas instansi pemerintah yang merupakan komponen dari sistem
SAKIP yang kemudian disebut sebagai Laporan Kinerja (Lakin) disusun sebagai
pertanggungjawaban kinerja intansi pemerintah berupa penjelasan capaian kinerja
secara ringkas dan terinci berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Permentan 135 Tahun 2013 Pedoman
Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian.
Laporan Kinerja Balai Besar Veteriner Wates tahun 2016 merupakan wujud
akuntabilitas pencapaian kinerja dari pelaksanaan Rencana Strategis BBVet Wates
tahun 2015 – 2019 dan Rencana Kinerja Tahun 2016 yang telah ditetapkan melalui
Penetapan Kinerja Tahun 2016. Dalam upaya merealisasikan good governance,
BBVet Wates telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan dan sasaran untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah
dituangkan dalam Rencana Strategis BBVet Wates Tahun 2015 – 2019.
Dengan tugas yang diamanahkan oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan hewan
melalui Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan
Rakyat, BBVet Wates memiliki 4 (empat) tujuan strategis yang dirumuskan sebagai
berikut: (1) Meningkatkan pelayanan dibidang pengamatan dan identifikasi penyakit
hewan melalui kegiatan surveillans, pemetaan, peringatan dini, pemeriksaan dan
pengujian serta pelaporan; (2) Meningkatkan pelayanan dibidang pengujian veteriner
dan Produk Hewan; (3) Meningkatkan kompetensi teknis sumberdaya manusia yang
tersedia untuk melayani pemangku kepentingan dan tantangan era globalisasi; dan
(4) Meningkatkan kesadaran masyarakat (public awareness) melalui Sistem
Kesehatan Hewan Nasional (SISKESWANNAS). Untuk mencapai 4 tujuan strategis
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
iv
tersebut, diupayakan melalui 4 (empat) sasaran kegiatan yaitu : (1) Peningkatan
Produksi Pakan Ternak; (2) Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan
Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis; (3) Penjaminan Produk Hewan yang
ASUH dan Berdaya Saing; dan (4) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya Ditjen Peternakan.
Capaian kinerja sasaran (output) tahun 2015 diperoleh rata-rata sebesar 108,2%.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 10 indikator kinerja, penilaian kategori
“sangat berhasil” sebanyak 6 indikator yaitu: 1) Surveilans keamanan pakan/bahan
pakan (114,00%); 2) Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan (119,91%); 3)
Bimbingan Teknis Puskeswan (123%); 4) Penanggulangan Gangguan Reproduksi
pada Sapi/Kerbau (103,67%); 5) Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran
Mikroba (110,41%); dan 6) Surveilans Zoonosis Produk Hewan (110,0%) dan
penilaian kategori berhasil (100%) sebanyak 4 indikator yaitu: 1) Penyusunan Peta
Penyakit; 2) Pengembangan Metode Uji; 3) Bimbingan Lab. Tipe B dab C; dan 4)
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya.
Pada tahun anggaran 2016 BBVet Wates mengelola anggaran APBN sebesar Rp.
24.153.828.000,-. Anggaran tersebut telah direalisasikan sebesar Rp.
23.467.947.367,- (97,15%) yang melampaui target perjanjian kinerja (95,00%).
Adapun capaian kinerja sasaran (output) tercapai sebesar 108,60%. Pada tahun
2016 diperoleh Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sejumlah 305,0% dari
target yaitu dari anggaran target Rp. 602.000.000,- diperoleh PNBP sejumlah Rp.
1.836.254.292,-.
Dari data pelaksanaan kinerja dimulai tahun 2012 – 2016 dapat dilihat bahwa terlihat
kebutuhan anggaran semakin meningkat untuk pencapaian kinerja. Pada tahun 2016
diketahui untuk mendapatkan kinerja sejumlah 108,2% dari keseluruhan realisasi
fisik dibutuhkan rerata Rp. 924.730,- dengan total realisasi fisik sejumlah 25.376 unit
fisik.
Pelaksanaan kinerja BBVet Wates pada tahun 2016 tidak mengalami banyak
kendala serta secara umum dapat ditanggulangi.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
I. 1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
I. 2. Organisasi dan Tata Kerja ...................................................................... 2
I. 3. Sumber Daya Manusia ........................................................................... 4
I. 4. Anggaran Keuangan ............................................................................... 8
I. 5. Sistematika Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ................................. 10
BAB II. PERJANJIAN KINERJA ................................................................. 12
II. 1. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA).................................................. 12
II.1.A. Visi dan Misi ................................................................................. 13
II.1.B. Tujuan dan Sasaran Strategi ........................................................ 14
II.1.C. Program Kerja dan Kegiatan ......................................................... 15
II. 2. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) .................................................. 17
II.2.A. Indikator Kinerja Utama (IKU) BBVet Wates ................................. 17
II.2.B. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) .................................................. 18
II. 3. PERJANJIAN KINERJA (PK) .............................................................. 21
II.3.A. Perjanjian Kinerja BBVet Wates T. A. 2016 .................................. 21
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
vi
II.3.B. Rencana Anggaran Tahun 2016 ................................................... 23
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ........................................................... 25
III. 1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran ............................ 25
III. 2. Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2016........................................ 26
III. 3. Evaluasi dan Analisis Capaian Sasaran Strategis Tahun 2016 ........... 33
III.3.A. Peningkatan Produksi Pakan Ternak ............................................ 33
III.3.B. Pengendalian dan Penanggulangan PHMS-Zoonosis .................. 36
III.3.C. Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing ........ 77
III.3.D. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen PKH86
III. 4. Capaian Kinerja Lainnya..................................................................... 87
III. 5. Akuntabilitas Keuangan ...................................................................... 88
III.5.1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) .................................... 89
III.5.2. Anggaran Belanja Negara ............................................................. 89
III. 6. Hambatan dan Kendala ...................................................................... 93
III. 7. Upaya dan Tindak Lanjut .................................................................... 94
BAB IV. PENUTUP ...................................................................................... 95
LAMPIRAN ..................................................................................................... 97
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan Struktural .................................................. 4
Gambar 2. Jumlah pegawai berdasar golongan ...................................................................... 5
Gambar 3. Jumlah pegawai berdasar jenis tingkat pendidikan ............................................... 6
Gambar 4. Persentase jumlah pegawai berdasar jenis kelamin ............................................. 6
Gambar 5. Persentase jumlah pegawai berdasar unit kerja/bagian ........................................ 7
Gambar 6. Persentase jumlah pegawai berdasar unit laboratorium dan teknis ...................... 8
Gambar 7. Realisasi capaian Perjanjian Kinerja BBVet Wates Tahun 2016 ........................ 27
Gambar 8. Capaian Kinerja Balai Besar Veteriner Wates T.A. 2012 – 2016 ........................ 29
Gambar 9. Akurasi perencanaan vs implementasi BBVet Wates 2012-2016 ....................... 30
Gambar 10. Hasil analisa “Cross Analysis” Anggaran Vs Realisasi Fisik (unit) .................... 31
Gambar 11. Cross Analysis Anggaran vs Realisasi Fisik (%) tahun 2012 - 2016................. 31
Gambar 12. Kebutuhan anggaran vs realisasi fisik BBVet Wates 2012-2016 ...................... 32
Gambar 13. Hasil surveilans Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan ............................ 37
Gambar 14. Realisasi Surveilans Penyidikan dan Pengujian PHM 2012 - 2016 .................. 38
Gambar 15. Proporsi positif AI dari itik tervaksin dan tidak tervaksin ................................... 44
Gambar 16. Hasil pengujian virus Avian Influenza di Live Bird Market ................................. 46
Gambar 17. Prevalensi pengujian penyakit hewan pada Sapi di WSB ................................. 58
Gambar 18. Prevalensi penyakit pada ternak kambing wilayah sumber bibit ....................... 59
Gambar 19. Jumlah kabupaten terdata dalam Peta Penyakit tahun 2014-2016 .................. 62
Gambar 20. Hasil Pengembangan Metode PCR Campylobacter ......................................... 65
Gambar 21. Hasil Pengujian Residu Trembolon-acetate menggunakan GCMS .................. 66
Gambar 22. Hasil mapping Virus Avian Influenza secara Antigenik ..................................... 67
Gambar 23. Target dan Realisasi Bintek Laboratorium tahun 2013-2016 ............................ 71
Gambar 24. Capaian Target Bintek Puskeswan 2013-2016 ................................................. 72
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
viii
Gambar 25. Hasil kegiatan Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi .................... 74
Gambar 26. Hasil Kesembuhan Penanganan Gangguan Reproduksi .................................. 75
Gambar 27. Data Diagnosa Penyidikan Gangguan Reproduksi ........................................... 76
Gambar 28. Hasil pengujian Monitoring dan Surveilans Cemaran Kimia ............................. 81
Gambar 29. Hasil pengujian Surveilans Cemaran Mikroba................................................... 84
Gambar 30. Rincian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2012-2016 .............. 89
Gambar 31. Realisasi belanja pegawai, barang dan modal .................................................. 90
Gambar 32. Realisasi anggaran BBVet Wates dari tahun 2012 – 2016 ............................... 90
Gambar 33. Realisasi anggaran Belanja Pegawai BBVet Wates tahun 2012-2016 ............. 91
Gambar 34. Realisasi anggaran Belanja Barang BBVet Wates Tahun 2012-2016 .............. 92
Gambar 35. Anggaran dan realisasi Belanja Modal tahun 2012-2016 .................................. 92
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Alokasi Anggaran BBVet Wates tahun anggaran 2016 ................................ 8
Tabel 2. Indikator Kinerja Utama BBVet Wates Tahun 2015 - 2019 ..................................... 17
Tabel 3. Rencana Kinerja Tahunan BBVet Wates Tahun 2016 ............................................ 19
Tabel 4. Perjanjian Kinerja BBVet Wates Tahun 2016 .......................................................... 22
Tabel 5. Rincian anggaran BBVet Wates tahun 2016 ........................................................... 24
Tabel 6. Skala Nilai Peringkat Kinerja ................................................................................... 25
Tabel 7. Capaian Indikator Kinerja BBVet Wates tahun 2016 ............................................... 26
Tabel 8. Capaian Kinerja BBVet Wates dari tahun 2012 - 2016 ........................................... 28
Tabel 9. Capaian Sasaran Peningkatan Produksi Pakan Ternak ......................................... 33
Tabel 10. Lokasi kegiatan, jumlah sampel dan hasil uji surveilans kemanan pakan ............ 34
Tabel 11. Capaian Sasaran Pengendalian dan Penanggulangan PHMS-Zoonosis. ............ 36
Tabel 12. Output sasaran kegiatan penyidikan dan pengujian penyakit hewan ................... 36
Tabel 13. Realisasi lokasi Surveilans Investigasi Wabah...................................................... 39
Tabel 14. Jenis sampel dan hasil uji surveilans rabies .......................................................... 40
Tabel 15. Hasil uji serologis antibodi rabies .......................................................................... 40
Tabel 16. Hasil pengujian FAT Rabies .................................................................................. 41
Tabel 17. Lokasi kegiatan, jumlah sampel dan hasil uji AI pada ayam petelur ..................... 43
Tabel 18. Lokasi surveilans AI Itik dan jumlah sampel yang terkoleksi ................................. 43
Tabel 19. Proporsi sampel itik terdeteksi antibodi positif ....................................................... 45
Tabel 20. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Survei AI di Live Bird Market ........................ 46
Tabel 21. Lokasi surveilans dan jumlah sampel Survei Brucellosis pada Sapi Perah .......... 47
Tabel 22. Lokasi kegiatan, jumlah spesimen dan hasil uji positif CFT .................................. 48
Tabel 23. Lokasi dan jumlah sampel kegiatan Survei Brucellosis pada Sapi di Madura ...... 49
Tabel 24. Lokasi dan jumlah sampel Penyakit Anthrax ......................................................... 50
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
x
Tabel 25. Lokasi dan jumlah sampel surveilans Penyakit Hog Cholera ................................ 51
Tabel 26. Hasil pengujian antibodi dan Isolasi Virus IBR ...................................................... 52
Tabel 27. Data positif untuk tingkat insidensi Virus IBR ........................................................ 53
Tabel 28. Realisasi lokasi dan jumlah sampel Surveilan Penyakit Bakterial ......................... 53
Tabel 29. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Surveilans Penyakit Parasiter ...................... 55
Tabel 30. Lokasi, jumlah sampel dan hasil pengujian Penyakit BSE .................................... 57
Tabel 31. Lokasi Sumber Bibit ternak sapi, jumlah sampel dan hasil uji positif .................... 58
Tabel 32. Lokasi, jumlah sampel dan hasil pengujian Kambing di WSB ............................... 59
Tabel 33. Lokasi UPT Perbibitan dan jumlah koleksi sampel ............................................... 60
Tabel 34. Kabupaten/Kota yang terdata pada Peta Penyakit Hewan ................................... 63
Tabel 35. Rincian Bimbingan Teknis Laboratorium Tipe B dan C ......................................... 68
Tabel 36. Lokasi Kegiatan Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi ..................... 73
Tabel 37. Capaian Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing ................. 77
Tabel 38. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Monitoring Residu ........................................ 78
Tabel 39. Hasil Pengujian Residu Pestisida .......................................................................... 78
Tabel 40. Hasil Pengujian Hormon Trenbolone acetate (TBA) ............................................. 79
Tabel 41. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Monitoring Cemaran Kimia ........................... 80
Tabel 42. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel pengujian Cemaran Mikroba ........................ 82
Tabel 43. Hasil pengujian Monitoring dan Surveilans Cemaran Mikroba .............................. 83
Tabel 44. Lokasi kegiatan, jumlah sampel dan hasil uji Surveilans Zoonosis ....................... 84
Tabel 45. Capaian sasaran Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya .............................. 86
Tabel 46. Realisasi Anggaran BBVet Wates T.A 2012 – 2016 ............................................ 88
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi Balai Besar Veteriner Wates............................................... 97
Lampiran 2. Perjanjian Kinerja Balai Besar Veteriner Wates ................................................ 98
Lampiran 3. Jumlah dan Realisasi Anggaran BBVet Wates per kegiatan .......................... 102
Lampiran 4. Rincian Jumlah Pegawai BBVet Wates Tahun 2016 ...................................... 103
Lampiran 5 Data Jumlah Pegawai berdasar jabatan struktural dan fungsional .................. 104
1
BAB I.
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN) Balai Besar
Veteriner Wates Tahun Anggaran 2016 dilaksanakan berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Hal ini merupakan bagian dari
implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah guna
mendorong terwujudnya sebuah tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance) di Indonesia.
BBVet Wates sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian mempunyai
tugas mendukung produksi dan keamanan pangan tersebut melalui
pelaksanaan tugas dan fungsi pengamatan dan pengidentifikasian diagnosa,
pengujian veteriner dan produk hewan serta pengembangan teknik dan
metode penyidikan, diagnosa dan pengujian veteriner. Hal tersebut sesuai
dengan amanat Undang Undang No 18 Tahun 2012, dimana keamanan
pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat
sehingga aman untuk dikonsumsi.
Dengan disusunnya Laporan Kinerja Balai Besar Veteriner Wates
Yogyakarta tahun 2016 diharapkan dapat :
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 2 dari 117
1. Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat
yaitu Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan atas
kinerja yang telah dan seharusnya dicapai.
2. Mendorong Balai Besar Veteriner Wates di dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya secara baik dan benar yang didasarkan pada
peraturan perundangan, kebijakan yang transparan dan dapat
dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat.
3. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi Balai Besar
Veteriner Wates untuk meningkatkan kinerjanya.
4. Memberikan kepercayaan kepada masyarakat terhadap Balai Besar
Veteriner Wates di dalam pelaksanaan kegiatan dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
I. 2. Organisasi dan Tata Kerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
54/Permentan/OT.140/5/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar
Veteriner, ditetapkan Struktur Organisasi Balai Besar Veteriner Wates yang
terdiri dari :
A. Kepala Balai Besar
B. Bagian Umum:
1. Sub Bagian Kepegawaian dan Tata Usaha
2. Sub Bagian Keuangan
3. Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan
C. Bidang Program dan Evaluasi:
1. Seksi Program
2. Seksi Evaluasi dan Pelaporan
D. Bidang Pelayanan Veteriner:
1. Seksi Pelayanan Teknis
2. Seksi Informasi Veteriner
E. Kelompok Jabatan Fungsional
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 3 dari 117
BBVet Wates mempunyai tugas melaksanakan pengamatan dan
pengidentifikasian diagnosa, pengujian veteriner dan produk hewan serta
pengembangan teknik dan metode penyidikan, diagnosa dan pengujian
veteriner.
Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas, BBVet Wates Yogyakarta
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan program, rencana kerja, dan anggaran, pelaksanaan kerja
sama, serta penyiapan evaluasi dan pelaporan;
2. Pelaksanaan penyidikan penyakit hewan;
3. Pelaksanaan penyidikan melalui pemeriksaan dan pengujian produk
hewan;
4. Pelaksanaan surveilans penyakit hewan, dan produk hewan;
5. Pemeriksaan kesehatan hewan, semen, embrio, dan pelaksanaan
diagnosa penyakit hewan;
6. Pembuatan peta penyakit hewan regional;
7. Pelaksanaan pelayanan laboratorium rujukan dan acuan diagnosa
penyakit hewan menular;
8. Pelaksanaan pengujian dan pemberian laporan dan/atau sertifikasi hasil
uji;
9. Pelaksanaan pengujian forensik veteriner;
10. Pelaksanaan peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness);
11. Pelaksanaan kajian terbatas teknis veteriner;
12. Pelaksanaan pengujian toksikologi veteriner dan keamanan pangan;
13. Pemberian bimbingan teknis laboratorium veteriner, pusat kesehatan
hewan, dan kesejahteraan hewan;
14. Pemberian rekomendasi hasil pemeriksaan dan pengujian veteiner,
serta bimbingan teknis penanggulangan penyakit hewan;
15. Pelaksanaan analisa risiko penyakit hewan dan keamanan produk
hewan di regional;
16. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan kesehatan hewan
dan kesehatan masyarakat veteriner;
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 4 dari 117
17. Pengkajian batas maskimum residu obat hewan dan cemaran mikroba;
18. Pemberian pelayanan teknis penyidikan, pengujian veteriner dan
produk hewan, serta pengembangan teknik dan metoda penyidikan,
diagnosa dan pengujian veteriner;
19. Pelaksanaan pengembangan dan diseminasi teknik dan metoda
penyidikan, diagnosa dan pengujian veteriner;
20. Pengembangan sistem dan diseminasi informasi veteriner;
21. Pengumpulan, pengolahan, dan analisis data pengamatan dan
pengidentifikasian diagnosa, pengujian veteriner dan produk hewan;
22. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga BBVet
I. 3. Sumber Daya Manusia
Jumlah pegawai Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta pada tahun
2016 secara keseluruhan berjumlah 128 orang, dengan perincian berdasar
jabatan, golongan, tingkat pendidikan dan jenis kelamin sebagai berikut:
A. Berdasarkan jabatan struktural
1) Pejabat eselon II : 1 orang
2) Pejabat eselon III : 3 orang
3) Pejabat eselon IV : 7 orang
Gambar 1 Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan Struktural
Sumber data : Balai Besar Veteriner Wates 2016
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 5 dari 117
B. Berdasarkan golongan
1) Golongan IV : 13 orang
2) Golongan III : 69 orang
3) Golongan II : 9 orang
4) Tenaga Harian Lepas (THL) : 37 orang
Gambar 2. Jumlah pegawai berdasar golongan
Sumber data : Balai Besar Veteriner Wates 2016
C. Berdasarkan tingkat pendidikan
1) Pendidikan S3 : 1 orang
2) Pendidikan S2 : 42 orang
3) Pendidikan S1 : 13 orang
4) Pendidikan D4 : 2 orang
5) Pendidikan D3 : 17 orang
6) Pendidikan SMA : 30 orang
7) Pendidikan SMP : 2 orang
8) Pendidikan SD : 1 orang
0
10
20
30
40
50
60
70
GOL IV GOL III GOL II THL
13
69
9
37
BERDASAR GOLONGAN
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 6 dari 117
Gambar 3. Jumlah pegawai berdasar jenis tingkat pendidikan
Sumber data : Balai Besar Veteriner Wates 2016
D. Berdasarkan jenis kelamin
1) Laki laki : 73 orang
2) Perempuan : 55 orang
Gambar 4. Persentase jumlah pegawai berdasar jenis kelamin
Sumber data : Balai Besar Veteriner Wates 2016
E. Berdasarkan unit kerja / bagian:
1) Kepala Balai : 1 orang
2) Kepala Bagian Umum : 1 orang
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
S3 S2 S1 D4 D3 SMA SMP SD
2
41
13
2
17
30
2 1
Tingkat Pendidikan
57%
43%
Jenis Kelamin
Laki laki Perempuan
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 7 dari 117
3) Bidang Program dan Evaluasi : 3 orang
4) Bidang Pelayanan Veteriner : 5 orang
5) Seksi Keuangan : 9 orang
6) Seksi Rumah Tangga Perlengkapan : 31 orang
7) Seksi Kepegawaian dan TU : 11 orang
8) Laboratorium : 67 orang
Gambar 5. Persentase jumlah pegawai berdasar unit kerja/bagian
Sumber data : Balai Besar Veteriner Wates 2016
F. Berdasarkan unit laboratorium dan teknis
1) Lab Patologi Klinik : 3 orang
2) Lab Patologi : 6 orang
3) Lab Serologi : 6 orang
4) Lab Virologi : 6 orang
5) Lab Bioteknologi : 7 orang
6) Lab Parasitologi : 7 orang
7) Lab Bakteriologi : 7 orang
8) Lab Kesmavet : 8 orang
0
10
20
30
40
50
60
70
KaB
alai
Kab
ag U
mu
m
Bid
.Pro
gram
Bid
.Yan
vet
Ke
u
RTP
Ke
peg
TU
Lab
1 13
59
31
11
67
Unit Kerja
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 8 dari 117
9) Lab Epidemiologi : 9 orang
10) Instalasi Kandang Percobaan : 8 orang
Gambar 6. Persentase jumlah pegawai berdasar unit laboratorium dan teknis
Sumber data : Balai Besar Veteriner Wates 2016
I. 4. Anggaran Keuangan
Dalam menjalankan program/kegiatan tahun 2016 yang telah disusun,
Balai Besar Veteriner Wates mendapatkan dukungan dana yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Anggaran
pembangunan dari APBN digunakan untuk membiayai 4 (empat) kegiatan
yang dikelola BBVet Wates dengan total anggaran Rp. 24.153.828.000,-.
Tabel 1. Rincian Alokasi Anggaran BBVet Wates tahun anggaran 2016
No Kode Kegiatan Anggaran
1 1783 Peningkatan Produksi Pakan Ternak Rp. 239.400.000,-
2. 1784 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis
Rp. 12.725.877.000,-
3. 1786 Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing
Rp. 1.241.116.000,-
0123456789
Pat
.Klin
ik
Pat
olo
gi
Sero
logi
Vir
olo
gi
Bio
tek
Par
asit
olo
gi
Bak
teri
olo
gi
IKH
P
Ke
smav
et
Epid
emio
logi
3
6 6 67 7 7
8 89
Unit Lab
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 9 dari 117
4. 1787 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan
Rp. 9.947.435.000,-
JUMLAH Rp. 24.153.828.000,-
Kegiatan Pagu (Rp.)
Anggaran
Target ( %)
Real ( % )
1 Peningkatan Produksi Pakan Ternak
1.1 Pengujian Keamanan Pakan/Bahan Pakan 239,400,000 100 99,84
2 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan
2.1 Penguatan Pengujian dan Penyidikan Veteriner 7,814,776,000 100 99,97
2.2 Surveilans Investigasi Wabah Penyakit Hewan Menular 162,450,000 100 99,95
2.3 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Rabies 115,550,000 100 99,93
2.4 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian Influenza 431,450,000 100 99,75
2.5 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Brucellosis 200,250,000 100 99,43
2.6 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Anthrax 106,300,000 100 99,37
2.7 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hog Cholera 159,250,000 100 99,60
2.8 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Viral 207,900,000 100 99,76
2.9 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Bakterial 148,500,000 100 99,73
2.10 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Parasiter 325,900,000 100 99,81
2.11 Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi 1,810,401,000 100 98,79
2.12 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Eksotik Perbatasan Negara dan Antar Wilayah
108,150,000 100 99,56
2.13 Surveilans Penyakit Hewan di UPT 335,750,000 100 99,90
2.14 Fasilitas PNBP Lab. Pengujian Veteriner 297,950,000 100 98,82
2.15 Pembinaan dan koordinasi Kesehatan Hewan 422,000,000 100 99,79
2.16 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 52,700,000 100 99,98
2.17 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 26,600,000 100 96,99
3 Penjaminan Produk Hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal)
3.1 Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba 771,150,000 100 89,36
3.2 Pengadaan Sarana dan Prasarana Lab. Kesmavet 382,140,000 100 99,58
3.3 Surveilance Zoonosis Produk Hewan 87,826,000 100 99,80
4 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan
4.1 Perumusan Kebijakan Perencanaan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan
202,000,000 100 99,80
4.2 Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan
105,400,000 100 98,22
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 10 dari 117
4.3 Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan serta Penatausahaan Barang Milik Negara
187,642,000 100 98,22
4.4 Ketatalaksanaan Organisasi Kepegawaian, Hukum serta Tata Usaha
316,800,000 100 99,23
4.5 Layanan Perkantoran (Bulan Layanan) 9,135,593,000 100 93,87
JUMLAH BELANJA 24,153,828,000 100 97,15
I. 5. Sistematika Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
Laporan Akuntabilitas Kinerja memberikan penjelasan mengenai
pencapaian kinerja BBVet Wates selama tahun 2016. Capaian Kinerja
(performance results) tahun 2016 tersebut dibandingkan dengan Penetapan
Kinerja (performance agreements) tahun 2016 sebagai tolok ukur
keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap
rencana kinerja ini dapat memungkinkan diidentifikasikannya celah-celah
kinerja (performance gaps) bagi perbaikan kinerja di masa mendatang.
Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Balai Besar Veteriner Wates Tahun 2016 berpedoman pada PP
Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah; Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri PAN dan
RB RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah, sebagai berikut:
Bab I - Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas tujuan dan
sasaran organisasi, aspek strategis Balai Besar Veteriner
Wates, struktur organisasi, serta struktur anggaran;
Bab II - Perjanjian Kinerja, menjelaskan secara ringkas dokumen
perencanaan yang menjadi dasar pelaksanaan program,
kegiatan dan anggaran Balai Besar Veteriner Wates
Tahun 2016 meliputi Rencana Strategis BBVet Wates
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 11 dari 117
Tahun 2015 – 2019, Indikator Kerja Utama dan Perjanjian
Kinerja Tahun 2016;
Bab III - Akuntabilitas Kinerja Tahun 2016, menjelaskan kriteria
ukuran keberhasilan pencapaian sasaran, evaluasi dan
analisis capaian sasaran strategis, capaian kinerja
lainnya, akuntabilitas keuangan, hambatan dan kendala
(aspek administrasi, manajemen dan teknis) serta upaya
dan tindak lanjut berikutnya.
Bab IV - Penutup, menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan
Akuntabilitas Kinerja Balai Besar Veteriner Wates Tahun
2016 dan menguraikan rekomendasi yang diperlukan
bagi perbaikan kinerja di masa datang.
12
BAB II.
PERJANJIAN KINERJA
II. 1. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
Rencana Strategis (renstra) adalah dokumen perencanaan strategis
pelaksanaan arah dan kebijakan pekerjaan yang tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Balai Besar Veteriner Wates. Renstra BBVet Wates
merupakan rujukan dalam penyusunan kebijakan umum anggaran, prioritas
program dan kegiatan tahunan balai pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).
Rencana Strategis BBVet Wates juga digunakan sebagai dasara
penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN). Oleh karena itu muatan
utama Renstra adalah semua program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh
balai dalam konteks akuntabilitas kinerja dan manajerial yang mencakup
kegiatan yang dibiayai oleh dana APBN. Renstra akan menjadi sistem tolok
ukur penilaian pertanggungjawaban Rencana Strategis Balai Besar Veteriner
Wates Tahun 2015–2019 yang merupakan penjabaran RPJM dan RPJP
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian. Oleh karenanya, Renstra BBVet Wates mengacu kepada
dokumen-dokumen perencanaan seperti berikut:
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 –
2025
2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kementerian Pertanian
Tahun 2005 – 2025
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian Pertanian
Tahun 2015 – 2019
4. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015 – 2019
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 13 dari 117
5. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan Tahun 2015 – 2019
6. Rencana Strategis Direktorat Kesehatan Hewan Tahun 2015 – 2019
II.1.A. Visi dan Misi
Visi dan Misi dirumuskan dan diselaraskan dengan arah kebijakan
dan program pembangunan nasional yang ditetapkan di dalam RPJMN
2015 – 2019 dan situasi kondisi lingkungan internal dan eksternal yang
mempengaruhi kinerja BBVet Wates. Visi Pembangunan Balai Besar
BBVet Wates dirumuskan di dalam RPJM dan Rencana Strategis yang
akan dicapai selama lima tahun mulai tahun 2015 sampai dengan 2019,
yaitu:
“Terwujudnya pelayanan prima melalui pengamatan dan
pengidentifikasian penyakit hewan, pengembangan metode surveilans
dan pengujian veteriner yang berbasis laboratorium terakreditasi”
Sejalan dengan visi BBVet Wates, maka diperlukan rumusan
mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi
yang mencerminkan apa yang akan dapat dicapai (pada level dampak)
dan bagaimana mencapainya dalam periode tertentu, beserta ukuran-
ukuran pencapaiannya. Untuk mewujudkan hal tersebut, misi yang
harus dilaksanakan, yaitu:
(1) Mempertahankan dan meningkatkan status akreditasi laboratorium
agar mendapat pengakuan secara internasional.
(2) Meningkatkan pemberdayaan sumberdaya manusia agar mampu
mengantisipasi perubahan global.
(3) Meningkatkan profesionalisme di bidang veteriner terutama
pengamatan dan pengidentifikasian penyakit hewan.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 14 dari 117
(4) Membangun dan mengelola sistem informasi veteriner dalam
penyediaan data dan informasi hasil pengamatan dan
pengidentifikasian penyakit hewan yang valid, akurat dan tepat
waktu.
(5) Membangun partisipasi masyarakat dalam meningkatkan
kesadaran tentang pentingnya penanganan kesehatan hewan dan
kesehatan manusia serta kesehatan lingkungan secara terpadu.
II.1.B. Tujuan dan Sasaran Strategi
Selaras dengan visi dan misi balai, BBVet Wates menetapkan
tujuan dan sasaran strategis yang merupakan kondisi yang ingin
diwujudkan selama lima tahun ke depan. Adapun tujuan BBVet Wates
terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus yaitu :
A. Tujuan Umum:
Peningkatan peran sebagai laboratorium penyidikan, pengujian
dan diagnostik sebagai laboratorium rujukan melalui peningkatan
pemanfaatan sumber daya dan teknologi dalam perencanaan dan
pelaksanaan serta pengendalian kegiatan balai.
B. Tujuan Khusus:
1) Peningkatan penyediaan dan pemanfaatan sarana dan
prasarana serta dana yang tersedia dalam meningkatkan daya
saing.
2) Peningkatan kompetensi teknis sumberdaya manusia yang
tersedia untuk melayani pemangku kepentingan dan tantangan
era globalisasi.
3) Peningkatan pelayanan di bidang pengamatan dan identifikasi
penyakit hewan melalui kegiatan surveillans, pemetaan,
peringatan dini, pemeriksaan dan pengujian serta pelaporan.
4) Peningkatan kemampuan manajemen aparatur melalui
pengembangan sistem informasi veteriner terutama
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 15 dari 117
pengelolaan sistem informasi laboratorium dalam
mengantisipasi era globalisasi.
C. Sasaran :
a) Peningkatan pengamatan (Surveillans) untuk memperoleh data
status hewan atau status kesehatan hewan, meningkatkan
kewaspadaan dini, meningkatkan teknik diagnosis dan
pengembangan metoda pengujian di wilayah BBVet Wates
dengan peningkatan pengelolaan (manajemen) yang mencakup
penyusunan program, monitoring dan evaluasi serta perbaikan
yang berkesinambungan (continues improvement).
b) Peningkatan kegiatan pengamanan yang mencakup dukungan
laboratorium terhadap penetapan dan pengamanan kawasan
PHMS, penerapan biosafety dan biosecurity, pengebalan hewan
(monitoring hasil vaksinasi), pengawasan lalu lintas hewan dan
produk hewan dan kesiagaan darurat veteriner serta
pengawasan kewaspadaan dini.
c) Peningkatan kegiatan penyidikan atas kasus atau wabah,
pelayanan laboratorium rujukan dan diseminasi teknik dan
metoda.
d) Peningkatan pengujian aktif maupun pasif dan pengembangan
pengujian.
II.1.C. Program Kerja dan Kegiatan
Sesuai dengan tugas dan fungsi yang mengacu kepada Renstra
BBVet Wates disusun program kerja dan kegiatan sebagai berikut :
Pengamatan dan Pengidentifikasian Diagnosa
a) Pelaksanaan penyidikan penyakit hewan;
b) Pelaksanaan penyidikan melalui pemeriksaan dan pengujian
produk hewan;
c) Pelaksanaan surveillans penyakit hewan, dan produk hewan;
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 16 dari 117
d) Pemeriksaan kesehatan hewan, semen, embrio, dan
pelaksanaan diagnosa penyakit hewan;
e) Pembuatan peta penyakit hewan regional;
f) Pelaksanaan analisa risiko penyakit hewan dan keamanan
produk hewan di regional;
g) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan kesehatan
hewan dan kesehatan masyarakat veteriner.
Pengujian Veteriner dan Produk Hewan
a) Pelaksanaan pengujian dan pemberian laporan atau sertifikasi
hasil uji;
b) Pelaksanaan pengujian forensik veteriner;
c) Pelaksanaan pengujian toksikologi veteriner dan keamanan
pangan;
d) Pengumpulan, pengolahan, dan analisis data pengamatan dan
pengidentifikasian diagnosa, pengujian veteriner dan produk
hewan.
Pengembangan Teknik dan Metoda
a) Pelaksanaan kajian terbatas teknis veteriner;
b) Pengkajian batas maskimum residu obat hewan dan cemaran
mikroba;
c) Pemberian pelayanan teknis penyidikan, pengujian veteriner dan
produk hewan, serta pengembangan teknik dan metoda
penyidikan, diagnosa dan pengujian veteriner;
d) Pelaksanaan pengembangan dan diseminasi teknik dan metoda
penyidikan, diagnosa dan pengujian veteriner.
Peningkatan Partisipasi Masyarakat
a) Penyusunan program, rencana kerja, dan anggaran,
pelaksanaan kerja sama, serta penyiapan evaluasi dan
pelaporan;
b) Pelaksanaan peningkatan kesadaran masyarakat (public
awareness);
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 17 dari 117
c) Pemberian bimbingan teknis laboratorium veteriner, pusat
kesehatan hewan, dan kesejahteraan hewan;
d) Pelaksanaan pelayanan laboratorium rujukan dan acuan
diagnosa penyakit hewan menular;
e) Pemberian rekomendasi hasil pemeriksaan dan pengujian
veteriner, serta bimbingan teknis penanggulangan penyakit
hewan;
f) Pengembangan sistem dan diseminasi informasi veteriner;
g) Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga BBVet.
II. 2. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
Untuk mewujudkan, visi, misi dan tujuan pembangunan peternakan
dan kesehatan hewan, sasaran yang ingin dicapai maka disusun sasaran
strategis. Masing-masing sasaran tersebut mempunyai indikator yang ingin
dicapai selama kurun waktu 2015 – 2019 yang selanjutnya disebut Indikator
Kinerja Utama (IKU).
II.2.A. Indikator Kinerja Utama (IKU) BBVet Wates
Tabel 2. Indikator Kinerja Utama BBVet Wates Tahun 2015 - 2019
No Sasaran strategis Indikator/Outcome Target
2015 2016 2017 2018 2019
1 Peningkatan pengamatan (surveillans) untuk memperoleh data status hewan atau status kesehatan hewan, meningkatkan kewaspadaan dini, meningkatkan teknik diagnosis dan pengembangan metoda pengujian di wilayah BBVet Wates.
a. Penurunan kasus penyakit (%) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
b. Hasil dari tindak lanjut rekomendasi teknis dari Balai terhadap institusi dinas peternakan yang terkait untuk melaksanakan kegiatan pencegahan, penanggulangan dan pemberantasan penyakit hewan(%)
- 60 62,5 65 67
2 Peningkatan kegiatan pengamanan penyakit PHMSZ
a. Dukungan laboratorium terhadap penetapan PHMSZ (%)
70 72 74 76 78
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 18 dari 117
b. Kawasan pengamanan PHMSZ (kab)
78 78 78 78 78
c. Penerapan biosafety dan biosecurity (Unit)
3 5 7 9 11
d. Pengebalan hewan (monitoring hasil vaksinasi) (%)
0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
e. Pengawasan keamanan produk hewan (Kab)
20 21 22 23 24
f. kesiagaan darurat veteriner serta pengawasan kewaspadaan dini (kab)
78 78 78 78 78
3 Peningkatan kegiatan penyidikan atas kasus atau wabah, pelayanan laboratorium rujukan dan diseminasi teknik dan metoda.
Hasil dari tindak lanjut rekomendasi teknis dari Balai terhadap institusi dinas peternakan yang terkait untuk melaksanakan kegiatan pencegahan, penanggulangan dan pemberantasan kasus atau wabah penyakit hewan (%).
- 70 71 72 73
4 Peningkatan pengujian aktif maupun pasif dan pengembangan pengujian
Hasil dari tindak lanjut rekomendasi teknis dari Balai terhadap institusi dinas peternakan terkait hasil pengujian (%)
- 60 62,5 65 67
5 Surveilans, pengujian dan sertifikasi status kesehatan hewan untuk meningkatkan nilai ekonomi ternak termasuk sebagai jaminan asuransi dan agunan perbankan
Kawasan ternak dan wilayah sumber bibit (kabupaten)
- 10 11 12 15
II.2.B. Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) BBVet Wates disusun di dalam
Rencana Strategis tahun 2016 yang mendukung Program Ditjen PKH yaitu
“Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat”.
Rencana Kinerja BBVet Wates Tahun 2016 memuat empat (4) kegiatan
utama yaitu: (1) Peningkatan produksi pakan ternak; (2) Pengendalian dan
Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis;
(3) Penjaminan produk hewan yang ASUH dan berdaya saing; dan (4)
Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya yang kemudian menjadi
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 19 dari 117
sasaran kinerja (output) yang tertuang dalam IKU dan PK. Penjabaran dari 4
Kegiatan utama tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Rencana Kinerja Tahunan BBVet Wates Tahun 2016
Kode Uraian Kegiatan dan Sub Kegiatan Vol Harga
Satuan (Rp) Anggaran
(Rp)
1783 Pengujian Keamanan Pakan/ Bahan Pakan
011 Menjamin keamanan pakan/ bahan pakan yang beredar
900 Sampel 250,000,000 250,000,000
1784 Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis
011 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan
a. Penguatan pengujian dan penyidikan veteriner di UPT
1 Laporan 11,543,655,000 11,543,655,000
b. Peningkatan pelaksanaan kesehatan hewan di UPT Perbibitan
3,680 Sampel 1,753,841,000 1,753,841,000
c. Pengadaan sarana dan prasarana pengujian
1 paket 1,500,000,000 1,500,000,000
d. Fasilitasi PNBP/BLU 1 Tahun 595,900,000 595,900,000
e. Gedung, tanah dan bangunan 10 Unit
f. Peningkatan Kompetensi SDM 1 Laporan 100,000,000 100,000,000
g. Surveillance. Monitoring penyakit hewan 1 Laporan 4,674,574,000 4,674,574,000
h. Penyidikan penyakit hewan dan wabah penyakit
1 Laporan 433,450,000 433,450,000
i. Rapat koordinasi Penanggulangan PHMS 1 laporan 100,000,000 100,000,000
1786 Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing
Penerapan Penjaminan Produk Hewan yang ASUH (unit usaha)
a. Surveilans Zoonosis pada produk hewan 1 Laporan 200,000,000 200,000,000
b. Monitoring dan surveilans cemaran mikroba
1,800 sampel 500,000 900,000,000
c. Fasilitasi Peralatan Laboratorium 1 paket 1,000,000,000 1,000,000,000
d. Parkir mobil 120 M2 416,000 50,000,000
e. Rapat koordinasi Kesmavet 1 Laporan 50,000,000 50,000,000
f. Operasional Lab. Kesmavet 1 Tahun 1,000,000,000 1,000,000,000
g. Penguatan pengujian produk hewan 1 paket 350,000,000 350,000,000
h. Peningkatan Kompetensi SDM 1 Laporan 9,500,000 9,500,000
1787 Dukungan Manajemen dan dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan
011. A Penyusunan Program/Anggaran 1 Laporan 994,550,000 994,550,000
B Apresiasi Perencanaan Pembangunan (Pemantapan Pelaksanaan/Perencanaan Kegiatan)
1 Laporan 280,000,000 280,000,000
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 20 dari 117
011. A Monitoring dan Evaluasi Program/Kegiatan Pembangunan Peternakan dan Keswan
1 Laporan 192,000,000 192,000,000
021. A Penyusunan Laporan dan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
1 Laporan 60,000,000 60,000,000
012 Pelaporan SAK dan SIMAK BMN 1 Laporan 274,000,000 274,000,000
011 Koordinasi Kesekretariatan 1 Laporan 844,000,000 844,000,000
011.A. Pengadaan Sarana dan Prasarana 1 paket 1,864,752,000 1,864,752,000
B Kendaraan Bermotor (Bus) 1 Unit 900,000,000
C Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 1 Unit 15,000,000 15,000,000
D Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 4 Unit 25,000,000 25,000,000
E Perwatan Gedung/Bangunan 1 laporan 263,500,000 263,500,000
F Gaji pegawai 1 Tahun 7,008,000,000 7,008,000,000
G Belanja Operasional 1 laporan 10,643,850,000 10,643,850,000
H Koordinasi dan Bimbingan Teknis 1 paket 343,000,000 343,000,000
I Pembinaan dan koordinasi 1 laporan 665,000,000 665,000,000
J Penguatan kelembagaan 1 laporan 603,000,000 603,000,000
K Pengelolaan Kegiatan PPID 1 Laporan 350,000,000 350,000,000
L Pengelolaan Kearsipan 1 Laporan 100,000,000 100,000,000
M USULAN PEMENUHAN SARANA DAN PRASARANA
A Keg. Pembangunan kontruksi:
a. Gedung pelayanan publik 100 M2 2,750,000 275,000,000
b. Renovasi gedung lab.zoonosis 50 M2 1,500,000 75,000,000
c. Pembangunan gedung arsip 100 M2 3,500,000 350,000,000
d. Sekat aula BBVet 34 M2 2,250,000 76,500,000
e. Doorlop lab. Biotek-Ruang Pool 20 M2 6,250,000 125,000,000
f. Renovasi ruang administrasi IKHP 50 M2 390,000,000 195,000,000
g. Pengerasan jalan antar kandang di IKHP 150 M2 350,000 52,500,000
h. Pelebaran ruang jatayu (Ruang minum dan makan di lab)
100 M2 800,000 80,000,000
i. Pengecatan Genteng 3,000 M2 66,600 199,800,000
j. Lapangan olahraga 648 M2 19,000
12,312,000
B. Pengadaan Bus antar jemput pegawai 1 unit 900,000,000 900,000,000
N PENUGASAN TAMBAHAN DIRJEN
a. Pembinaan Kelompok VBC
b. Pembinaan Laboratorium Type B dan C 1 Laporan 65,000,000 65,000,000
c. Pembinaan Medik dan paramedik 1 Laporan 120,000,000 120,000,000
d. Pembinaan / Desain Biosecurity di BB/BPTU Perbibitan Ternak
1 Laporan 50,000,000 50,000,000
e. Pembinaan Puskeswan 1 Laporan 158,000,000 158,000,000
JUMLAH
51,770,684,000
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 21 dari 117
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1 Penerapan standar pelayanan 1. Terpenuhinya standar pelayanan prima
1. Dibuatnya petunjuk standar pelayanan teknis 2 paket
2 Pelatihan Kompetensi Tenaga Teknis yang berkelanjutan
2. Adanya pelatihan tenaga teknis yang berkelanjutan
2. Adanya paket pelatihan untuk staf laboratorium dan staf administrasi
3 Pendayagunaan peran Kelembagaan dan SDM
3. Berfungsinya peran kelembagaan dan SDM secara optimal
3. Sistem kelembagaan yang optimal dan didukung oleh peran SDM yang berkuwalitas
4 Ketersediaan Sistem Informasi Data
4. Tersedianya sistem data base laboratorium
4. Tersedianya sistem informasi data yang akurat
5 Pelayanan kesehatan hewan BBVet Wates diarahkanke wilayah padat ternak dan wilayah suber bibit ternak untuk mendukung program pemenuhan pangan asal ternak melalui industrialisasi dan agribisnis peternakan rakyat.
5. Peningkatan pemenuhan pelayanan kesehatan di wilayah padat ternak dan wilayah sumber bibit
5. Kesehatan ternak di wilayah sumber bibit dan wilayah padat ternek terpantau.
II. 3. PERJANJIAN KINERJA (PK)
Perjanjian Kinerja (PK) merupakan dokumen yang berisi penugasan
dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih
rendah untuk melaksanakan program/kegiatan. Melalui Perjanjian Kinerja,
terwujud komitmen penerima tugas dan kesepakatan antara penerima dan
pemberi tugas atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan
wewenang serta sumber daya yang tersedia. Dokumen tersebut memuat
sasaran strategis, indikator kinerja, beserta target kinerja dan anggaran.
II.3.A. Perjanjian Kinerja BBVet Wates T. A. 2016
Penyusunan perjanjian kinerja instansi mengacu kepada Rencana
Strategis, Rencana Kinerja Tahunan, Indikator Kinerja Utama dan anggaran.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 22 dari 117
Perjanjian kinerja pada tabel berikut merupakan Perjanjian Kinerja Balai
Besar Veteriner Wates Tahun Anggaran 2016.
Tabel 4. Perjanjian Kinerja BBVet Wates Tahun 2016
No. Sasaran Kegiatan/
Program Indikator Kinerja Target
1. Peningkatan Produksi
Pakan Ternak
Terlaksananya Surveilans
Keamanan Pakan/Bahan Pakan
900 Sampel
2. Pengendalian dan
Penanggulangan PHMS-Z
Penyidikan dan Pengujian
Penyakit Hewan
16.701 Sampel
Penyusunan Peta Penyakit
Hewan
3 Peta
Pengembangan Metode
Diagnosa dan Pengujian
Penyakit Hewan
3 Metode
Bimbingan Teknis Laboratorium
Tipe B dan Tipe C
12
Unit
Bimbingan Teknis Puskeswan 100 Unit
Penanggulangan Gangguan
Reproduksi pada Sapi/ Kerbau
3.000 Ekor
3. Penjaminan Produk Hewan
yang ASUH dan Berdaya
Saing
Monitoring dan Surveilans
Residu dan Cemaran Mikroba
1.700 Sampel
Surveilans Zoonosis Produk
Hewan
200 Sampel
4. Dukungan Manajemen dan
Dukungan Manajemen
Teknis Lainnya Ditjen
Peternakan dan Kesehatan
Hewan
Dukungan Manajemen dan
Dukungan Manajemen Teknis
Lainnya Ditjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan
1 Dokumen
Penjabaran Perjanjian Kinerja dituangkan dalam kegiatan-kegiatan Balai Besar
Tahun 2016 sebagai berikut:
No Kegiatan
1 Peningkatan Produksi Pakan Ternak
1.1
Pengujian Keamanan Pakan/Bahan Pakan
2 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 23 dari 117
2.1 Penguatan Pengujian dan Penyidikan Veteriner
2.2 Surveilans Investigasi Wabah Penyakit Hewan Menular
2.3 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Rabies
2.4 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian Influenza
2.5 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Brucellosis
2.6 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Anthrax
2.7 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hog Cholera
2.8 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Viral
2.9 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Bakterial
2.10 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Parasiter
2.11 Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi
2.12 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Eksotik Perbatasan Negara dan Antar Wilayah
2.13 Surveilans Penyakit Hewan di UPT
2.14 Fasilitas PNBP Lab. Pengujian Veteriner
2.15 Pembinaan dan koordinasi Kesehatan Hewan
2.16 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
2.17 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
3 Penjaminan Produk Hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal)
3.1 Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba
3.2 Pengadaan Sarana dan Prasarana Lab. Kesmavet
3.3 Surveilance Zoonosis Produk Hewan
4 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan
4.1 Perumusan Kebijakan Perencanaan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan
4.2 Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan
4.3 Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan serta Penatausahaan Barang Milik Negara
4.4 Ketatalaksanaan Organisasi Kepegawaian, Hukum serta Tata Usaha
4.5 Layanan Perkantoran (Bulan Layanan)
II.3.B. Rencana Anggaran Tahun 2016
Pada tahun 2016 Balai Besar Veteriner Wates melaksanakan kegiatan
dengan memperoleh anggaran dari APBN sebesar Rp. 24.153.828.000,-
(dua puluh empat milyar seratus lima puluh tiga juta delapan ratus dua puluh
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 24 dari 117
delapan ribu rupiah). Rincian penggunaan anggaran tahun 2016 adalah
untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Tabel 5. Rincian anggaran BBVet Wates tahun 2016
No. Sasaran Kegiatan/ Program Anggaran %
1. Peningkatan Produksi Pakan Ternak Rp 239.400.000,- 0,99
2. Pengendalian dan Penanggulangan PHMS-Z Rp 12.725.877.000,- 52,69
3. Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing
Rp 1.241.116.000,- 5,14
4. Dukungan Manajemen dan Dukungan Manajemen Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
Rp 9.947.435.000,- 41,18
25
BAB III.
AKUNTABILITAS KINERJA
III. 1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran
Balai Besar Veteriner Wates telah melaksanakan penilaian kinerja
dengan mengacu kepada Penetapan Kinerja BBVet Wates tahun 2016 yang
telah disepakati. Penilaian dilakukan oleh tim pengelola kinerja untuk
mengevaluasi dan mengukur data kinerja yang hasil penilaian tersebut dapat
memberikan gambaran keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian
tujuan dan sasaran. Dari hasil pengumpulan data selanjutnya ditentukan
kategori kinerja sesuai dengan tingkat capaian kinerja yaitu:
Tabel 6. Skala Nilai Peringkat Kinerja
No Interval Nilai Realisasi Kinerja
Kriteria Penilaian Realisasi Kinerja
1 > 100 % Sangat Berhasil
2 80 – 100 % Berhasil
3 60 – 79 % Cukup berhasil
4 < 60 % Kurang berhasil
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 26 dari 117
III. 2. Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2016
Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan
oleh Balai Besar Veteriner Wates dilakukan dengan membandingkan antara
target kinerja dengan realisasi kinerja. Indikator kinerja sebagai ukuran
keberhasilan dari tujuan dan sasaran strategis BBVet Wates Yogyakarta
beserta target dan capaian realisasinya dirinci sebagai berikut:
Tabel 7. Capaian Indikator Kinerja BBVet Wates tahun 2016
No
Sasaran/ Program/
Kegiatan INDIKATOR KINERJA SATUAN Target Realisasi % KRITERIA
1 Peningkatan Produksi Pakan Ternak
Terlaksananya surveilans keamanan pakan/ bahan pakan
Sampel 900 1.026 114,00 Sangat Berhasil
2 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis
Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan
Sampel 16.701 20.027 119,91 Sangat Berhasil
Penyusunan Peta Penyakit Hewan
Peta 3 3 100,00 Berhasil
Pengembangan Metode Diagnosa dan Pengujian Penyakit Hewan :
- PCR Camphylobacter,
- Mapping Virus AI secara Antigenik,
- Pengujian Residu Hormon Trembolon acetate Menggunakan GCMS
Metode 3 3 100,00 Berhasil
Bimbingan Lab. Tipe B dan Lab Tipe C
Unit 12 12 100,00 Berhasil
Bimbingan Teknis Puskeswan
Unit 100 123 123,00 Sangat Berhasil
Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi
Dosis 3.000 3.110 103.67 Sangat Berhasil
3 Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan berdaya saing
Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba
Sampel 1.700 1.887 110.41 Sangat Berhasil
Surveilans Zoonosis Produk Hewan
Sampel 200 220 110.00 Sangat Berhasil
4 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
Dokumen 1 1 100.00 Berhasil
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 27 dari 117
Dari tabel di atas diketahui sasaran Strategis BBVet Wates pada tahun
2016 memiliki 4 (empat) sasaran strategis dengan 10 (sepuluh) indikator
kinerja. Pada tahun 2016, secara rerata capaian sasaran strategis BBVet
Wates adalah 108,2% dengan penilaian kriteria masuk ke dalam kriteria
“sangat berhasil”.
Dari 10 sasaran strategis tersebut, 6 indikator telah memenuhi target
yang telah ditetapkan dengan penilaian “sangat berhasil”, dan 4 indikator
yang memenugi target dengan penilaian ”berhasil”. Capaian yang tertinggi
terdapat pada indikator Bimbingan Teknis Puskeswan, dengan persentase
capaian 123,00%. Dari tabel di atas juga dapat ditunjukkan bahwa tidak ada
indikator kinerja yang mendapatkan nilai cukup berhasil ataupun kurang
berhasil.
Gambar 7. Realisasi capaian Perjanjian Kinerja BBVet Wates Tahun 2016
75%
100%
125%
Surv
eila
ns
Kea
man
an P
akan
Pen
yid
ikan
PH
M
Pet
a P
HM
Pen
gem
ban
gan
Me
tod
e
Bim
bin
gan
Lab
Bin
tek
Pu
ske
swan
Gan
grep
Res
idu
CM
Zoo
no
sis
Du
kun
gan
Man
ajem
en
114%
120%
100% 100% 100%
123%
104%
111% 110%
100%
Realisasi Perjanjian Kinerja BBVet Wates
% Target
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 28 dari 117
Dalam rangka mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan secara
keseluruhan dari suatu organisasi/instansi maka perlu dilakukan analisis
dengan membandingkan keluaran (output) pada suatu periode (Tahun
Anggaran) dengan output dari periode sebelumnya. Pada Laporan
Akuntabilitas Kinerja BBVet Wates ini capaian kinerja sasaran tahun 2016
dibandingkan terhadap capaian kinerja dari tahun 2012-2015.
Tabel 8. Capaian Kinerja BBVet Wates dari tahun 2012 - 2016
TargetRealisa
si% Target
Realisa
si% Target
Realisa
si% Target
Realisa
si% Target
Realisa
si%
Surveilans keamanan pakan 900 1106 122.9% 900 1026 114.0%
Penyidikan dan Pengujian PHM 71627 91083 127.2% 29111 64739 222.4% 31173 57636 184.9% 31600 48453 153.3% 16701 20027 119.9%
Penyusunan Peta PHM 3 3 100.0% 3 3 100.0% 3 3 100.0% 3 3 100.0% 3 3 100.0%
Pengembangan Metode Diagnosa Lab 3 3 100.0% 4 3.5 87.5% 3 3 100.0% 3 3 100.0%
Bimbingan Lab. Tipe B dan Lab Tipe C 10 12 120.0% 13 14 107.7% 12 19 158.3% 12 12 100.0%
Bimbingan Teknis Puskeswan 15 60 400.0% 25 80 320.0% 75 126 168.0% 100 123 123.0%
Penyidikan dan Pengujian Gangrep 203850 207721 101.9% 3000 3110 103.7%
Monitoring dan Surveilans Residu dan CM 1800 2679 148.8% 1700 1887 111.0%
Surveilans Zoonosis Produk Hewan 100 135 135.0% 200 220 110.0%
Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya 1 1 100.0% 1 1 100.0%
Rerata Kinerja Fisik 71630 91086 113.6% 29142 64817 188.5% 31218 57737 160.0% 237444 259140 128.8% 21720 25386 108.2%
INDIKATOR KINERJA2012 2013 2014 2015 2016
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 29 dari 117
Gambar 8. Capaian Kinerja Balai Besar Veteriner Wates T.A. 2012 – 2016
Dari data tabel diatas, dapat dilihat bahwa capaian sasaran kegiatan
secara umum selalu lebih tinggi dari target yang ditetapkan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa BBVet Wates mempunyai kemampuan pencapaian
target kinerja yang lebih tinggi dari target yang ditetapkan. Pada tahun 2016
target tercapai sejumlah 108,2% yang walaupun terjadi penurunan
dibandingkan tahun 2015 (128,8%) namun hal ini menunjukkan adanya
perbaikan penilaian antara perencanaan fisik dengan implementasi.
Di dalam penilaian kinerja, terdapat satu hal yang cukup penting yaitu
ketepatan keputusan perencanaan kinerja dibandingkan dengan hasil yang
diperoleh (implementasi). Ketepatan dapat berupa ketepatan realisasi fisik
dan realisasi anggaran. Selama periode penilaian selama lima tahun dari
2012 hingga 2016, Ketepatan Perencanaan-implementasi BBVet Wates
dapat diamati pada grafik di bawah ini.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 30 dari 117
Gambar 9. Akurasi perencanaan vs implementasi BBVet Wates 2012-2016
Standar penilaian adalah semakin tepatnya (100%) sebuah
perencanaan kinerja dibanding implentasi menunjukkan semakin real
keseimbangan antara beban kinerja fisik dan juga kebutuhan anggaran yang
tersedia. Pada grafik di atas terlihat bahwa akurasi perencanaan paling
rendah adalah pada tahun 2013, yaitu dengan angka persentase -22,4%,
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016, diketahui akurasi
perencanaan vs implementasi semakin meningkat dengan nilai akurasi
80,1%.
Selain akurasi perencanaan, hal yang perlu diamati pada penilaian
kinerja BBVet Wates adalah Cross Sectional Analysis yaitu merupakan
perbandingan dua parameter untuk melihat keterkaitan. Pada kinerja BBVet
Wates dapat dilihat perbandingan antara ketersediaan anggaran dengan
realisasi kinerja.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 31 dari 117
Gambar 10. Hasil analisa “Cross Analysis” Anggaran Vs Realisasi Fisik (unit)
Gambar 11. Cross Analysis Anggaran vs Realisasi Fisik (%) tahun 2012 - 2016
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 32 dari 117
Dari kedua analisis Cross Section Analysis di atas terlihat bahwa dari
trendline tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 kinerja BBVet Wates mulai
mendekati kesetimbangan antara pencapaian kinerja fisik dengan kinerja
anggaran. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin kecilnya rentang
trendline antara kedua parameter tersebut.
Dari data pelaksanaan kinerja dimulai tahun 2012 – 2016 dapat dilihat
bahwa terlihat kebutuhan anggaran semakin meningkat untuk pencapaian
kinerja. Pada tahun 2016 diketahui untuk mendapatkan kinerja sejumlah
108,2% dari keseluruhan realisasi fisik dibutuhkan rerata Rp. 924.730,-
dengan total realisasi fisik sejumlah 25.376 unit fisik. Kebutuhan anggaran
untuk mendapatkan kinerja fisik dari 2012-2016 dapat diperhatikan pada
grafik di bawah ini.
Diharapkan hasil analisis, baik analisis akurasi perencanaan vs
implementasi, analisis cross sectional antara anggaran dan realisasi fisik
dapat dijadikan dasar pijakan untuk alokasi anggaran dan target fisik
Penetapan Kinerja Balai Besar Veteriner Wates untuk tahun-tahun
selanjutnya.
Gambar 12. Kebutuhan anggaran vs realisasi fisik BBVet Wates 2012-2016
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 33 dari 117
III. 3. Evaluasi dan Analisis Capaian Sasaran Strategis Tahun 2016
III.3.A. Peningkatan Produksi Pakan Ternak
Sasaran kinerja ini merupakan sasaran kinerja yang ditugaskan
kepada BBVet Wates pada tahun 2015 dan diteruskan pada tahun 2016,
sesuai dengan tugas dan fungsi BBVet Wates yang ke-12 yakni Pelaksanaan
pengujian toksikologi veteriner dan keamanan pangan. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengawasi kualitas pakan ternak yang digunakan oleh peternak di
Indonesia terhadap racun, agen penyakit, senyawa kimia berbahaya, residu
dan logam berat yang dapat membahayakan bagi ternak dan konsumen
produk ternak
Dasar pelaksanaan kegiatan ini adalah Permentan Nomor:
65/Permentan/OT.140/9/2007 tanggal 28 September 2007 tentang Pedoman
Pengawasan Mutu Pakan. Peningkatan Produksi Pakan Ternak didukung
oleh Kegiatan Surveillans Keamanan Pakan dan Bahan Pakan. Capaian
sasaran kegiatan ini adalah dari target sampel 900 didapatkan 1.026 sampel
atau secara persentase 114.00% (sangat berhasil).
Tabel 9. Capaian Sasaran Peningkatan Produksi Pakan Ternak
No Sasaran Program/ Kegiatan
Indikator Kinerja Target (sampel)
Realisasi (sampel)
%
1 Peningkatan Produksi Pakan Ternak
Terlaksananya surveilans keamanan pakan/ bahan pakan
900 1,026 114.00
Realisasi serapan anggaran kegiatan ini adalah sejumlah Rp.
239.015.300,- atau mencapai 99,84% dari total rencana anggaran tahunan
yang sejumlah Rp. 239.400.000,-. Penyerapan anggaran yang melebihi
target Perjanjian Kinerja yang senilai 95,0% adalah karena kelancaran
belanja bahan berupa bahan kimia, bahan dan peralatan habis pakai, biaya
perjalanan surveilans dan perjalanan pendampingan pengambilan sampel
guna mendukung kegiatan pengujian di laboratorium.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 34 dari 117
Tabel 10. Lokasi kegiatan, jumlah sampel dan hasil uji surveilans kemanan pakan
Kegiatan laboratorium terhadap pengawasan mutu pakan meliputi
pengujian terhadap kandungan Meat Bone Meal (MBM) pada pakan ternak
ruminansia, cemaran Salmonella dalam pakan, residu antibiotika golongan
Tetrasiklin, Aminoglikosida, Makrolida dan uji cemaran Aflatoksin dalam
pakan terutama pakan berbahan dasar jagung. Uji Meat Bone Meal (MBM)
diperoleh hasil 0,1% (1/1026) pakan mengandung MBM yang didapatkan dari
sampel di Kabupaten Kediri.
Penggunaan MBM pada pakan dapat beresiko menimbulkan penyakit
sapi gila (Mad Cow/BSE) dari kemungkinan adanya Prion Sapi Gila pada
MBM yang terkandung dalam pakan unggas. Uji pakan terhadap cemaran
Salmonella diperoleh hasil sebanyak 0,39% (4/1026) positif tercemar
Salmonella. Hasil positif diperoleh dari 3 Kabupaten dari 16 lokasi survei
yakni Kab. Kulon Progo, Grobogan dan Jombang. Bakteri Salmonella
merupakan indikator keamanan pangan.
AFLATOKSIN
MBM Salmonela TetrasiklinAmino
glikosidaMakrolida Terdeteksi
1 Cilacap 62 0 0 2 0 0 12
2 Kebumen 61 0 0 2 0 0 28
3 Semarang 59 0 0 2 0 0 11
4 Pekalongan 58 0 0 1 0 0 18
5 Sragen 62 0 0 0 0 1 13
6 Karanganyar+ brebes 63 0 0 2 3 5 16
7 Kulon Progo 66 0 1 1 0 0 24
8 Bantul 64 0 0 1 0 0 22
9 Sleman 61 0 0 0 0 0 10
10 Kota Jogja 62 0 0 1 0 0 18
11 Klaten + Salatiga 64 0 0 0 0 0 19
12 Grobogan 64 0 2 0 4 0 54
13 Gresik 71 0 0 0 0 0 2
14 Kota Surabaya 78 0 0 2 0 0 1
15 Jombang 64 0 1 0 0 0 0
16 Kediri 67 1 0 1 0 0 5
Total 1026 1 4 15 7 6 253
Persentase hasil pengujian 0.10% 0.39% 1.46% 0.68% 0.58% 24.66%
POSITIF
JUMLAH
SAMPELNO KABUPATEN
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 35 dari 117
Uji terhadap residu antibiotik Tetrasiklin didapat 1,46% (15/1026)
positif. Hasil positif diperoleh dari 10 Kabupaten dari 16 Kabupaten target
sampling. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian antibiotik khususnya
Tetrasiklin masih banyak dilakukan dan perlu adanya kajian lebih lanjut
mengenai hal tersebut. Hasil uji racun Aflatoksin pada Pakan sebanyak
24,66% sampel terdeteksi positif (253/1026). Positif Aflatoksin diperoleh dari
15 Kabupaten dari total 16 Kabupaten yang disurvei.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 36 dari 117
III.3.B. Pengendalian dan Penanggulangan PHMS-Zoonosis
Tabel 11. Capaian Sasaran Pengendalian dan Penanggulangan PHMS-Zoonosis.
No Sasaran Program/ Kegiatan
Indikator Kinerja Satuan Target Reali sasi
%
2 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis
Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan
Sampel 16.701 20.027 119,91
Penyusunan Peta Penyakit Hewan
Peta 3 3 100,00
Pengembangan Metode Diagnosa dan Pengujian Penyakit Hewan
Metode 3 3 100,00
Bimbingan Lab. Tipe B dan Lab Tipe C
Unit 12 12 100,00
Bimbingan Teknis Puskeswan
Unit 100 123 123,00
Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi
Dosis 3.000 3.110 103.67
III. 3.B. 1. Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan
Kegiatan Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan merupakan
kegiatan utama yang melatar belakangi berdirinya BBVet Wates. Hal ini
menjadikan kinerja tersebut selain menjadi tugas dan fungsi utama, juga
menjadi indikator utama keberhasilan kinerja BBVet Wates.
Tabel 12. Output sasaran kegiatan penyidikan dan pengujian penyakit hewan
No OUTPUT Satuan Target
2016
Realisasi
2016
Persentase VS Target
2016
1 Surveilans Investigasi Wabah Penyakit Hewan Menular
Sampel 302 358 118,54
2 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Rabies Sampel 130 239 183,85
3 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian
Influenza
Sampel 3600 3958 109,94
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 37 dari 117
4 Penyidikan dan Pengujian Penyakit
Brucellosis
Sampel 3000 3397 113,23
5 Penyidikan dan Pengujian Penyakit
Anthrax
Sampel 700 737 105,29
6 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hog
Cholera
Sampel 704 727 103,27
7 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Viral Sampel 320 574 179,38
8 Penyidikan dan Pengujian Penyakit
Bakterial
Sampel 3000 3455 108,90
9 Penyidikan dan Pengujian Penyakit
Parasiter
Sampel 2250 2544 113,07
10 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Eksotik
Perbatasan Negara dan Antar Wilayah
Sampel 200 286 143,00
11 Surveilans Penyakit Hewan di UPT Sampel 2400 3752 123,25
Jumlah 16.701 20.027 119,91
Capaian sasaran kinerja kegiatan Tahun 2016 sebesar 119,91%
(20.027/16.701) (sangat berhasil). Jumlah sampel tersebut berasal dari 11
kegiatan Pengendalian dan Penanggulangan PHMSZ BBVet Wates T.A.
2016 termasuk didalamnya 25 sub-kegiatan Surveilans dan Monitoring.
Realisasi capaian kinerja Pengendalian dan Penanggulangan PHMS-Z
BBVet Wates dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Gambar 13. Hasil surveilans Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 38 dari 117
Gambar 14. Realisasi Surveilans Penyidikan dan Pengujian PHM 2012 - 2016
Tercapainya kinerja melebihi target yang ditentukan, didukung oleh
pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan jadwal yang ketat, koordinasi
yang baik antara Tim Lapangan dengan Dinas yang membidangi fungsi
Peternakan khususnya Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) serta
merupakan kegiatan reguler yang telah rutin dilaksanakan setiap tahun.
A). Surveilans Investigasi Wabah Penyakit Hewan Menular
Kegiatan surveilans wabah penyakit menular dan tindak lanjut
kasus penyakit di wilayah kerja BBVet Wates tahun 2016 mendapatkan
pencapaian sejumlah 358 sampel (118,54%) dari target 302 sampel.
Pencapaian target yang lebih tinggi ini diartikan bahwa pengamatan
kasus di lapangan dapat terlaksana dengan lebih baik dibanding target.
Perincian wilayah kabupaten/kota yang dapat dilakukan
penyidikan kasus lapangan di masing-masing provinsi adalah seperti
ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 39 dari 117
Tabel 13. Realisasi lokasi Surveilans Investigasi Wabah.
Tanggal Kabupaten Kasus Penyakit 12 Jan 2016 Karanganyar Avian Influenza pada ayam kampung
18 Jan 2016 Sleman Avian Influenza pada itik
16 Feb 2016 Banyumas Kematian sapi perah dan domba
Kulonprogo Kematian ayam buras
Sleman Kematian itik dana yam buras
18 Feb 2016 Kulonprogo Pemalsuan daging bangkai
24 Feb 2016 Kulonprogo Pemalsuan daging bangkai
22 Maret 2016 Klaten Avian Influenza pada itik
24 Maret 2016 Lamongan Kasus kematian sapi potong
26 Maret 2016 Pati Kematian ayam buras
26 Maret 2016 Lamongan Avian Influenza pada itik
Mojokerto Avian Influenza pada ayam broiler
29 Maret 2016 Sragen Avian Influenza pada itik
Sukoharjo Avian Influenza pada ayam kampong
30 Maret 2016 Pekalongan Avian Influenza pada unggas
Pemalang Avian Influenza pada itik
5 April 2016 Kebumen Kematian ayam kampong
Magelang Kematian sapid dan ayam broiler
Sleman Kematian itik dana yam broiler
10 April 2016 Sukoharjo Avian Influenza pada itik
Tuban Avian Influenza pada entok
16 April 2016 Magelang Kematian ayam kampong
Kota Semarang Kematian ayam kampong
17 April 2016 Kulonprogo Kasus gigitan anjing
28 Mei 2016 Kendal Kematian itik
25 Juni 2016 Lamongan Kematian sapi
13 Juli 2016 Bantul Kematian itik
21 Juli 2016 Kulonprogo Kematian unggas (itik)
28 Juli 2016 Grobogan Kematian ayam kampong
4 Agustus 2016 Pacitan Kasus dugaan Anhrax
Pamekasan Kasus dugaan Para-TB
15 Agustus 2016 Temanggung Kasus kematian kambing
18 Agustus 2016 Wonogiri Kasus kematian kambing
9 Sept 2016 Wonogiri Kasus dugaan Anthrax
10 Sept 2016 Tegal Kasus kematian itik
Sleman Kasus kematian itik
Kulonprogo Kasus kematian ayam kampong
13 Sept 2016 Banyumas Kasus kematian Kambing Saanen
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 40 dari 117
11 Oktober 2016 Purbalingga Kasus kematian itik
22 Nov 2016 Wonogiri Kasus kematian sapi
29 Nov 2016 Sleman Kasus kematian sapi PFH
18 Des 2016 Malang Kasus kematian sapi PFH
Sleman Kasus kematian ayam dan itik
B). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Rabies
Kegiatan surveilans penyidikan dan pengujian penyakit Rabies
BBVet Wates tahun 2016 mendapatkan pencapaian sejumlah 239
sampel (183,85%) dari target 130 sampel. Pencapaian target yang lebih
tinggi ini diartikan bahwa sebaran pengamatan keberadaan penyakit di
lapangan dapat terlaksana dengan lebih baik.
Tabel 14. Jenis sampel dan hasil uji surveilans rabies
NO KAB / KOTA TANGGAL
PENGAMBILAN JENIS
SAMPEL JUMLAH HASIL
1 Ngawi 23 Februari 2016 Otak 16 Negatif Rabies
2 Sragen 24 Februari 2016 Otak 20 Negatif Rabies
3 Kt. Surakarta 25 Februari 2016 Otak 36 Negatif Rabies
4 Karanganyar 26 Februari 2016 Otak 20 Negatif Rabies
5 Cilacap 19-20 April 2016 Serum Otak
3 Seropositif 3 Seronegatif 48
Negatif Rabies 3
6 Brebes 21-22 April 2016 Serum 16 Seronegatif 21
7 Kulon Progo 20 Juni 2016 Otak 19 Negatif Rabies
8 Sleman 21-22 Juni 2016 Otak 20 Negatif Rabies
9 Bantul 23-24 Juni 2016 Otak 20 Negatif Rabies
Tabel 15. Hasil uji serologis antibodi rabies
NO KABUPATEN /
KOTA
Status Vaksinasi Hasil Elisa Ab Rabies
Prosentase seropositif
Jumlah Vaksin
Jumlah non-Vaksin
Sero positif
Sero negatif
1 Cilacap 34 17 3 48 7,84 %
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 41 dari 117
2 Brebes 12 9 0 21 0 %
Dari hasil uji serologis terhadap darah atau serum dari daerah –
daerah immune belt (Cilacap, Brebes) terlihat di tabel 15, terlihat bahwa
daya imunitas pada daerah immune belt bagian barat adalah 7,84 %
karena harapan daerah immune belt adalah 70 % dari populasi yang
ada harus protektif rabies, sehingga menjadi seperti ancaman bom
waktu yang suatu saat akan meledak atau terjadi out break.
Tabel 16. Hasil pengujian FAT Rabies
NO KABUPATEN / KOTA JENIS
SAMPEL JUMLAH HASIL
1 Ngawi Otak 16 Negatif Rabies
2 Sragen Otak 20 Negatif Rabies
3 Kota Surakarta Otak 36 Negatif Rabies
4 Karanganyar Otak 20 Negatif Rabies
5 Cilacap Otak 3 Negatif Rabies
6 Kulon Progo Otak 19 Negatif Rabies
7 Sleman Otak 20 Negatif Rabies
8 Bantul Otak 20 Negatif Rabies
JUMLAH 154 Negatif Rabies
Hasil uji FAT menunjukkan dari keseluruhan sampel yang diambil
dari delapan kabupaten di wilayah kerja BBVet Wates didapatkan hasil
negatif rabies. Hal ini menunjukkan sampel yang diperiksa tidak ada
yang berasal dari hewan yang tertular rabies..
Berdasarkan hasil kajian pengawasan dini terhadap penyakit
Rabies di daerah Bebas di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY
maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan vaksinasi Rabies di
lapangan masih jauh dari yang diharapkan, immune belt hanya berkisar
7,84 %. Diharapkan ada peningkatan sebaran vaksinasi rabies terutama
untuk daerah-daerah yang berbatasan dengan wilayah positif.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 42 dari 117
C). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian Influenza
Kegiatan Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian Influenza
dikerjakan sebagai salah satu bagian dari sasaran strategis Penyidikan
dan Pengujian Penyakit Hewan di Balai Besar Veteriner Wates tahun
anggaran 2016. Kegiatan ini ditargetkan untuk mendapatkan hasil studi
surveilans dengan jumlah total target sejumlah 3600 sampel.
Kegiatan dibagi menjadi tiga sub kegiatan yaitu : Surveilans AI
pada ayam ras petelur, Surveilan penyakit Avian Iinfluenza dan
monitoring post vaksinasi pada itik di Provinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan DI Yogyakarta Tahun 2016, dan kegiatan Survei Penyakit
Avian Influenza Di Pasar Unggas Hidup (Live Bird Market). Realisasi
hasil surveilans adalah 3958 sampel atau capaian 109,94%.
- Surveilans AI pada Ayam Ras Petelur
Surveilans AI pada ayam ras petelur di wilayah kerja BBVet Wates
tahun 2016 bertujuan untuk mengetahui tingkat prevalensi penyakit AI
pada peternakan ayam ras petelur di DIY, Prov. Jawa Tengah, dan
Prov. Jawa Timur, kedua, untuk mengetahui protektivitas ayam petelur
terhadap infeksi virus AI berdasarkan antigen homolog dan challange
strain, ketiga, untuk mengetahui adanya shedding virus AI akibat infeksi
virus AI lapangan yang bersirkulasi pada ayam ras petelur yang telah
divaksinasi AI.
Dari kegiatan yang telah dikerjakan, dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pengambilan sampel baik sampel serum darah, swab
kloaca dan swab oropharing telah tercapai lebih dari 100 % atau
tepatnya 101 % (1311/1300) dari target awal yang direncanakan. Salah
satu hasil uji diketahui bahwa prevalensi penyakit AI pada ayam ras
petelur di Provinsi Jawa tengah adalah 0 %, DI Yogyakarta 0 % dan
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 43 dari 117
untuk Provinsi Jawa timur adalah 5 % karena temuan hasil positif AI di
kabupaten Jombang.
Tabel 17. Lokasi kegiatan, jumlah sampel dan hasil uji AI pada ayam petelur
- Surveilan penyakit Avian Influenza dan monitoring post
vaksinasi pada itik
Kegiatan surveilan dan monitoring ini bertujuan untuk mengetahui
viral-prevalence dan sero-prevalence AI subtipe H5 pada itik di daerah
studi (Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI Yogyakarta) tahun 2016,
mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang kemungkinan berperan dalam
penularan virus AI pada peternakan itik dan di daerah sekitarnya, dan
mengetahui tingkat kekebalan antibodi pada itik-itik yang divaksinasi AI.
Sebanyak 1.662 ekor itik telah disampling selama periode survei
dan monitoring dilakukan. Sampel terdiri dari swab oropharingeal
(1592), swab cloaca (1264) dan serum (1326) yang berasal dari 58
peternak di 13 kabupaten di Provinsi Jatim dan Jateng.
Tabel 18. Lokasi surveilans AI Itik dan jumlah sampel yang terkoleksi
No Lokasi / Kabupaten Jumlah
Sampel
1 Sidoarjo 130
2 Mojokerto 120
3 Temanggung 60
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 44 dari 117
4 Kebumen 110
5 Kediri 150
6 Wonogiri 60
7 Brebes 110
8 Pemalang 80
9 Blitar 332
10 Situbondo 130
11 Banyuwangi 190
12 Jombang 120
13 Ngawi 60
JUMLAH 1662
Gambar 15. Proporsi positif AI dari itik tervaksin dan tidak tervaksin
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 45 dari 117
Tabel 19. Proporsi sampel itik terdeteksi antibodi positif
Hasil surveilans penyakit AI menunjukkan bahwa viral prevalensi
virus AI yang ditemukan pada itik sebesar 10.36%. Prevalensi virus ini
lebih tinggi dibanding dengan hasil surveilan tahun 2014 (5.4%) dan
tahun 2015 (2.75%). Hal ini dikarenakan adanya peningkatan kasus di
tahun 2016 dan terdapat bias dari hasil positif avian influenza subtype
non H5, bukan dari Avian influenza subtype H5/HPAI.
- Survei Penyakit Avian Influenza Di Pasar Unggas Hidup (Live Bird
Market)
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menentukan prevalensi penyakit
AI di pasar unggas hidup dan mengetahui sumber virus yang
menyebabkan kejadian penyakit AI. Output yang diharapkan pada
kajian survei penyakit AI di pasar unggas hidup tahun 2016 adalah
diperolehnya sampel dari 200 pool swab lingkungan dari pasar unggas
di 8 kab/kota pasar unggas hidup di kota besar yang akan diuji
menggunakan PCR, Isolasi virus AI.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 46 dari 117
Berdasarkan tujuan kegiatan ini maka keluaran/outcome yang
dihasilkan adalah memperoleh angka tingkat kejadian/ prevalensi
penyakit AI. Mengetahui dan mempelajari virus AI yang ada di pasar
unggas. Mengetahui pasar unggas yang telah terpapar penyakit AI.
Mampu mengambil keputusan/kebijakan, memberikan saran dan
tindakan yang nyata dan tepat jika telah terpapar penyakit AI sebagai
bentuk pengendalian dan pemberantasan penyakit AI.
Tabel 20. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Survei AI di Live Bird Market
No Wilayah Povinsi
Daerah Kota/Kabupaten
Jumlah Sampel (pool)
1
2
3
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa timur
Kab. Banyumas
Kota Semarang
Kota Pekalongan
Kab. Pati
Kota Yogyakarta
Kota Blitar
Kota Malang
Kab. Gresik
9
8
4
6
9
3
5
6
Gambar 16. Hasil pengujian virus Avian Influenza di Live Bird Market
Dari hasil pengambilan sampel di lapangan yang selanjutnya
dilakukan pengujian PCR matrik berlanjut ke PCR AI subtipe H5 dan
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 47 dari 117
dilanjutkan ke uji isolasi virus diperoleh hasil dari 91 sampel swab
lingkungan menunjukkan prevalensi positif PCR matriks AI sebesar
53% (48/91), prevalensi PCR AI subtipe H5 sebesar 24% (22/91), dan
prevalensi sementara uji isolasi virus AI sebesar 7,7% (7/91).
Dari hasil uji di atas diketahui 53% pasar unggas yang tercemar
virus Influenza dengan 24% tercemar virus AI subtipe H5 dan serta
terdapat 8% sampel yang mengandung virus AI hidup dengan mampu
terisolasinya virus AI di laboratorium. Hasil surveilan menunjukkan
bahwa virus AI telah mencemari lingkungan pasar unggas hidup dan
berpotensi sebagai sumber penularan virus AI.
D). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Brucellosis
- Survei seroepidemiologi Brucellosis pada sapi perah Provinsi
Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur
Survei seroepidemiologi Brucellosis pada sapi perah bertujuan
untuk mengetahui prevalensi, mengetahui sebaran/distribusi
Brucellosis, dan mengetahui kerugian ekonomi akibat Brucellosis pada
sapi perah di Provinsi Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur.
Tabel 21. Lokasi surveilans dan jumlah sampel Survei Brucellosis pada Sapi Perah
No. Kabupaten Target Sampel Capaian Target
1 Boyolali 125 172
2 Wonosobo 125 118
3 Sleman 250 252
4 Blitar 125 186
5 Kediri 125 102
6 Kota Batu 125 120
7 Malang 125 128
JUMLAH 1000 1078
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 48 dari 117
Hasil uji laboratorium, apabila serum diuji RBT hasilnya positif
maka dilanjutkan uji CFT untuk peneguhan diagnosa Brucellosis. Hasil
penghitungan lokasi yang diambil berdasarkan Kabupaten, Kecamatan
dan Desa serta hasil uji CFT apabila uji RBT positif, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 22. Lokasi kegiatan, jumlah spesimen dan hasil uji positif CFT
No Kab/Kota Kecamatan Desa Jml CFT(+)
1 Blitar Srengat Kedalrejo 67 0
Udanawu Sumbersari 44 5
Nglegok Nglegok 27 0
Ponggok Candirejo 48 0
2 Kediri Kandangan Madewo 102 4
3 Kota Batu Batu Oro oro ombo 120 1
4 Malang Lawang Sidoluhur 128 0
1 Sleman Cangkringan Kepuhharjo 139 0
Glagahharjo 113 2
1 Boyolali Cepogo Sumbung 113 0
Paras 59 0
2 Wonosobo Wonosobo Pager kukuh 94 0
Kramatan 24 0
Jumlah 1078 12
Penilaian akhir survei ini dikatagorikan baik sekali, karena target
sampel yang direncanakan sebesar 1000 ekor, dapat terpenuhi
sebanyak 1078 sampel, sehingga prosentase penilaian keberhasilan
Survei ini adalah 107,8%. Dari hasil Surveilans, Prevalensi Brucellosis
pada sapi perah tahun 2016 di Provinsi Jawa Tengah sebesar: 0%
(0/290), DI Yogyakarta: 0,79% (2/252) dan Jawa Timur: 1,86% (10/536).
Dari hasil pengujian didapatkan hasil 2 ekor reaktor positif
brucellosis pada sapi perah di Daerah Istimewa Yogyakarta dan 10 ekor
reaktor positif brucellosis pada sapi perah di Jawa Timur. Semua reaktor
positif sudah direkomendasikan ke dinas yang berwenang untuk
dilakukan pemotongan bersyarat sesuai peraturan yang berlaku.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 49 dari 117
- Survei Sero-Epidemiologi Brucellosis pada Sapi di Madura
Pasca Pembebasan.
Surveillace Brucellosis di wilayah Pulau Madura pasca
pembebasan bertujuan mempertahankan status bebas Brucellosis di
Madura dan melakukan uji dan potong (test and slaughter) bila dalam
perjalanan surveillance didapatkan positif reaktor brucellosis
berkolaborasi dengan dinas peternakan setempat
Tabel 23. Lokasi dan jumlah sampel kegiatan Survei Brucellosis pada Sapi di Madura
No Kabupaten Tanggal KecamatanJumlah
sampel
1 Sumenep 14-18 Maret 2106 Rubaru 184
Pasangsang 49
2 Pamekasan 11-15 April 2016 Waru 65
Kadur 30
Larangan 66
Galis 90
3 Sampang 18-22 April 2016 Kedungdung 129
Sreseh 124
4 Bangkalan 25-29 April 2016 Sepulu 251
5 Pamekasan 16-20 Mei 2016 Propo 54
Palegaan 52
Pakong 157
Waru 8
6 Sumenep 23-27 Mei 2016 Dungklek 69
Gapura 58
Kota Sumenep 104
7 Pamekasan 8-12 Agustus 2016Waru 36
Batu Mamar 32
Pasean 138
8 Pamekasan 8-12 Agustus 2016Waru 193
Pasean 122
Pakong 51
Pengantenan 47
9 Pamekasan 8-12 Agustus 2016Larangan 40
Kadur 20
Pademawu 22
Tlanakan 92
Palengan 48
2331JUMLAH
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 50 dari 117
Surveilans Brucellosis Pasca Pembebasan pada sapi di Pulau
Madura tahun 2016 mendapatkan koleksi sejumlah 2.331 sampel. Hasil
pengujian terhadap semua sampel mendapatkan hasil uji negatif
Brucellosis, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2016 Pulau
Madura masih dapat ditetapkan sebagai wilayah bebas Brucellosis,
walaupun di Kabupaten Pamekasan 2 sempel terindikasi ada positif
RBPT, tetapi setelah dilakukan uji CFT dinyatakan Negatif Brucellosis.
E). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Anthrax
Kegiatan Penyidikan dan Pengujian Penyakit Anthrax
merencanakan target sejumlah 700 sampel selama tahun 2016. Dalam
pelaksanaannya selama tahun 2016 dapat terkoleksi sejumlah 735
sampel atau persentase keberhasilan sebesar 105,29% (sangat
berhasil ).
Tujuan dari kegiatan Surveillance Penyakit Anthrax Tahun 2016
ini adalah Untuk mengetahui gambaran penyakit anthrax di daerah
endemis anthrax dan deteksi dini adanya anthrax di wilayah kerja Balai
Besar Veteriner Wates.
Tabel 24. Lokasi dan jumlah sampel Penyakit Anthrax
No Kabupaten Kecamatan Desa Jenis
Sampel Realisasi
1 Semarang Tengaran Krajan Tanah 39
2 Pati Gunung wungkal Gadu Tanah 114
3 Boyolali Klego dll Karangmojo, dll Tanah 371
4 Sragen Tanon dll Ketro, dll Tanah 76
5 Karanganyar Gondang rejo Tuban Tanah 47
6 Kab. Blitar Srengat Kendal Rejo Tanah 51
7 Kota Blitar RPH Kota Tanah 37
JUMLAH 735
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 51 dari 117
Kegiatan Surveillance Anthrax pada daerah endemis Anthrax
pada tahun 2016 ini menghasilkan kesimpulan bahwa seluruh 735
sampel dari 7 Kabupaten/ Kota dinyatakan negatif Bacilllus anthracis.
Surveillance anthrax dapat melakukan deteksi dini dan dapat mencegah
terjadinya wabah kembali.
F). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hog Cholera
Kegiatan ini termasuk ke dalam sasaran kegiatan utama dengan
jumlah target 704 sampel selama tahun 2016. Dalam pelaksanaannya
selama tahun 2016 dapat terkoleksi sejumlah 727 sampel atau
persentase keberhasilan sebesar 103,27% ( sangat berhasil ).
Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat antibodi
penyakit Hog cholera atau CSF pada babi di Provinsi Jawa Tengah dan
Jawa Timur, mendeteksi keberadaan agen penyakit Hog cholera dari
peternakan yang di surveilans, mengidentifikasi dan menganalisa rasio
kemungkinan terjadi kasus penyakit CSF, pelaksanaan vaksinasi dan
protektifitas kelompok vaksinasi di peternakan babi yang disurveilan.
Tabel 25. Lokasi dan jumlah sampel surveilans Penyakit Hog Cholera
No Kabupaten/Kota Tanggal pelaksanaan Jumlah sampel
1 Kab Blitar 16 – 20 Mei 2016 80
Kab Malang 85
2 Kab Sragen 4 - 8 April 2016 70
Kab Magetan 70
3 Kab Batang 11 – 15 April 2016 80
Kab Semarang 80
4 Kab Karanganyar 22-26 Februari 2016 80
Kab Wonogiri 80
5 Kab Boyolali 23 – 25 Mei 2016 51
Kab Klaten 50
TOTAL SAMPEL 726
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 52 dari 117
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan, untuk keamanan terhadap
infeksi, vaksinasi masih dapat diandalkan untuk perlindungan karena
hasil perhintungan didapatkan level kekebalan kekebalan sejumlah 70
% dengan tingkat akurasi dan tingkat kepercayaan 99%.
Pengujian antigen cupture pada serum babi yang divaksinasi
maupun tidak untuk mendeteksi keberadaan virus pada peternakan
babi diperoleh hasil semua sampel terdeteksi “Negatif” sehingga
dinyatakan bahwa semua peternakan babi yang di monitoring aman dari
penyakit CSF.
G). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Viral
Kegiatan ini termasuk ke dalam sasaran kegiatan utama dengan
jumlah target 321 sampel selama tahun 2016. Dalam pelaksanaannya
selama tahun 2016 dapat terkoleksi sejumlah 574 sampel atau
persentase keberhasilan sebesar 179,38% (sangat berhasil).
Sub kegiatan Tingkat Insidensi Penyakit Infectious Bovine
Rhinotracheitis (IBR) Pada Sapi Potong Betina merupakan kegiatan
yang menjadi tolok ukur keberhasilan pencapaian target fisik. Tujuan
kegiatan ini adalah untuk mengetahui jumlah kasus baru penyakit IBR
dan jumlah hewan yang terancam dan untuk mengetahui shedding virus
IBR dilapangan di wilayah kerja BBVet Wates Yogyakarta. Data hasil
pengujian antibody dan juga isolasi virus IBR dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 26. Hasil pengujian antibodi dan Isolasi Virus IBR
Kunjungan I Kunjungan II
No Kabupaten ∑ Pos
Antibodi
∑ Pos Isolasi Virus
∑ Pos Antibodi
∑ Pos Isolasi Virus
1 Kab. Tulung Agung 6 0 0 0
2 Kab. Trenggalek 12 0 0 0
3 Kab. Rembang 51 0 59 0
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 53 dari 117
4 Kab. Blora 37 0 20 0
5 Kab. Gunung Kidul 22 0 17 1
6 Kab. Bantul 30 0 22 8
Tabel 27. Data positif untuk tingkat insidensi Virus IBR
No
Kabupaten
Kunjungan I Kunjungan II
∑ Pos
Antibodi
∑ Pos
Isolasi
Virus
∑ Pos
Antibodi
∑ Pos
Isolasi
Virus
1. Kab. Rembang 51 0 11 0
2. Kab. Blora 37 0 7 0
3. Kab. Gunung Kidul 22 0 8 1
4. Kab. Bantul 30 0 3 8
Hasil pengujian serologi terhadap antibodi IBR sapi potong di 4
kabupaten dengan pengulangan satu kali menunjukkan tingkat laju
insidensi yang menurun pada pengambilan berikutnya. Untuk
kabupaten Rembang dan Blora dengan jarak pengambilan 3 bulan juga
menunjukkan laju insidensi penyakit yang menurun.
H). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Bakterial
Sub-Kegiatan yang termasuk kelompok penyidikan dan pengujian
Penyakit Bakterial adalah Surveillans Penyakit Septichaemia Epizootica
(SE), Surveillans Salmonellosis pada Ayam Petelur dan Surveilans
Penyakit Mastitis pada Sapi Perah. Keseluruhan target sasaran
kegiatan adalah pengujian pada 3000 sampel, sedangkan realisasi
yang dapat dicapai adalah total 3455 sampel atau tercapai sebesar
108,90% (sangat berhasil). Rincian realisasi sampel kegiatan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 28. Realisasi lokasi dan jumlah sampel Surveilan Penyakit Bakterial
SE SALMONELLA MASTITIS
Kabupaten Jumlah Sampel
Kabupaten Jumlah Sampel
Kabupaten Jumlah Sampel
Blitar 160 Semarang 392 Bantul 16
Lumajang 200 Magelang 256 Kulonprogo 24
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 54 dari 117
Jember 263 Tulungagung 188 Sleman 241
Bondowoso 228 Kediri 372
Jombang 83 Pasuruan 86
Madiun 56 Blitar 606
Ngawi 110
Bojonegoro 194
Jumlah Sampel 1294 Jumlah Sampel 1900 Jumlah Sampel
281
Hasil kegiatan surveilans penyakit bacterial adalah sebagai berikut:
a) Surveillance Penyakit Septichaemia Epizootica (SE),
Keseluruhan sampel (1294 sampel) untuk pengujian penyakit SE
mendapatkan hasil yang negative, sehingga dari data yang tersedia
dapat disimpulkan bahwa wilayah kerja BBVet Wates dapat
mempertahankan status bebas SE.
b) Surveillace Salmonellosis pada Ayam Petelur
Rerata sero-prevalensi Salmonellosis dari total 1900 sampel ayam
ras petelur adalah 54,62%. Hasil isolasi Salmonella sp. pada sampel
swab kloaka negatif (0%), hasil isolasi Salmonella sp. dari sampel
swab kloaka menunjukkan hasil negatif (0 %), hasil isolasi
Salmonella sp. pada swab tempat penyimpanan telur ayam
menunjukkan hasil negatif Salmonella sp. Hasil isolasi positif
Salmonella sp. hanya ditemukan pada sampel air yang berasal dari
peternakan ayam ras petelur (layer) di Kabupaten Blitar (16,67 %).
c) Surveilans Penyakit Mastitis pada Sapi Perah.
Prevalensi Mastitis berdasarkan jumlah ternak adalah sebesar 46%
dari total sampel pemeriksaan 281 ekor. Prevalensi Mastitis
berdasarkan kwartir terinfeksi sebesar 30%. Bakteri penyebab
penyakit Mastitis yang terdeteksi adalah Streptococcus sp. dan
Staphylococcus sp. masing-masing sebesar 40% dan 36%. Bakteri
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 55 dari 117
penyebab mastitis yang pathogen adalah Staphyococcus aureus
4,7% dan Streptococcus agalactiae 19%. Hampir semua bakteri
sensitif terhadap ampicilline dan kurang sensitif (resisten) terhadap
streptomycin.
I). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Parasiter
Sub-Kegiatan yang termasuk kelompok Penyidikan dan Pengujian
Penyakit Parasiter adalah (1) Monitoring penyakit parasiter pada sapi
potong di Jawa Timur, (2) Survei penyakit Surra pada kerbau, dan (3)
Survei Toxoplasma gondii pada kambing dan domba di Jawa Tengah.
Keseluruhan target sasaran kegiatan adalah pengujian pada 2250 unit
sampel, sedangkan realisasi yang dapat dicapai adalah total 2544 unit
sampel atau tercapai sebesar 113,07% (sangat berhasil). Rincian
realisasi sampel kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 29. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Surveilans Penyakit Parasiter
PARASITER SAPI SURRA TOXOPLASMA
Kabupaten Jumlah Sampel
Kabupaten Jumlah Sampel
Kabupaten Jumlah Sampel
Tuban 145 Cilacap 32 Boyolali 253
Gresik 44 Jepara 52 Grobogan 182
Probolinggo 120 Kendal 30 Kendal 185
Lumajang 43 Pekalongan 45 Demak 102
Jombang 77 Pemalang 114 Purworejo 324
Lamongan 55 Tegal 53 Magelang 239
Magetan 57 Brebes 106 Purworejo 120
Nganjuk 100 Purbalingga 31
Semarang 35
TOTAL 641 TOTAL 498 TOTAL 1405
Kesimpulan hasil dari Penyidikan dan Pengujian Penyakit
Parasiter yang dilaksanakan di tahun anggaran 2016 ini adalah:
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 56 dari 117
a) Monitoring penyakit parasiter pada sapi potong di Jawa Timur
Hasil pemeriksaan sampel dari kabupaten terpilih di Provinsi Jawa
Timur ditemukan prevalensi nematodosis 21,69%, prevalensi
koksidiosis 15,46%, prevalensi cestodiosis 1,61% dan prevalensi
fasciolosis 7,83%. Sedangkan hasil pengujian parasit darah dengan
metode hematokrit dan pewarnaan diperoleh hasil prevalensi
trypanosomiasis 0%, theileriosis 0%, dan anaplasmosis 0,14%.
b) Survei penyakit Surra pada kerbau
Prevalensi Trypanosoma sp pada kerbau di Jawa Tengah Tahun
2016 adalah sebesar 5,42% dengan rincian Kabupaten Cilacap 7 ekor
(21,8%), Pemalang 13 (11,4%)J Brebes 6 ekor (5,66%), Purbalingga 1
ekor (3,23%) dengan. Sedangkan di Kabupaten Jepara, Kendal,
Pekalongan, Tegal, Semarang tidak ditemukan infeksi Trypanosoma
sp. Pemeriksaan tambahan adalah pemeriksaan Anaplasma sp dengan
prevalensi 0,4% dan Theileria sp dengan prevalensi 1,2%.
c) Survei Toxoplasma gondii pada kambing dan domba di Jawa
Tengah
Berdasarkan survei yang dilaksanakan di wilaya kerja BBVet
Wates, didapatkan sero-prevalensi T. gondii di Provinsi Jawa Tengah
tahun 2016 pada kambing 50,46% dan pada domba 50,7%.
J). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Eksotik Perbatasan Negara dan
Antar Wilayah
- Penyidikan dan Kajian Faktor Resiko Penyakit BSE pada Sapi
Maksud dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan penyidikan dan
kajian faktor resiko penyakit Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE)
tahun 2016 ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi terhadap
kemungkinan adanya penyakit maupun faktor resiko terhadap
kemungkinan munculnya penyakit BSE pada sapi serta untuk
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 57 dari 117
mengetahui terhadap kemungkinan penggunaan MBM pada sapi, baik
MBM yang berasal dari impor maupun tidak.
Tabel 30. Lokasi, jumlah sampel dan hasil pengujian Penyakit BSE
No. Kab./Kota Jumlah
sampel
Hasil
pengujian
Keterangan
1 Kota Semarang 60 Negative BSE -
2 Kota Surakarta 6 Negative BSE -
3 Kota Salatiga 64 Negative BSE -
4 Kab. Boyolali 56 Negative BSE -
5 Kab. Semarang 37 Negative BSE -
Jumlah 218
Hasil penyidikan menunjukkan bahwa selama tahun 2016 telah
dilakukan penyidikan penyakit BSE di Kabupaten Semarang dan
Boyolali, dan Kota Semarang Salatiga dan Surakarta. Dari hasil
penyidikan telah diambil 286 sampel otak sapi. Hasil pengujian secara
histopatologis semua negative terhadap kemungkinan adanya penyakit
BSE. Demikian juga dari hasil kajian faktor resiko, tidak ditemukan
adanya penggunaan pakan yang mengandung MBM dalam konsentrat
pakan sapi. Berdasarkan dari data hasil penyidikan disimpulkan bahwa
sampai dengan tahun 2016 di Pulau Jawa tidak ditemukan adanya
penyakit BSE pada sapi.
K). Surveilans Penyakit Hewan di UPT Perbibitan
Salah satu output Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan
adalah Kegiatan Surveilans Penyakit Hewan di Unit Pelaksana Teknis
Perbibitan, yang terdiri dari wilayah sumber bibit dan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Perbibitan. Rincian dari kegiatan yang telah dilakukan
oleh Balai Besar Veteriner Wates di lingkup Perbibitan adalah:
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 58 dari 117
a) Pengamatan Kesehatan Hewan di Wilayah Sumber Bibit (WSB)
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui situasi terkini profil
kesehatan hewan dan permasalahan, mengetahui penyebab gangguan
kesehatan hewan, serta memberikan saran dan solusi permasalahan
gangguan gangguan kesehatan hewan di Wilayah Sumber Bibit di
wilayah kerja BBVet Wates.
Tabel 31. Lokasi Sumber Bibit ternak sapi, jumlah sampel dan hasil uji positif
Gambar 17. Prevalensi pengujian penyakit hewan pada Sapi di WSB
Dari hasil pengujian diketahui bahwa seluruh sampel
teridentifikasi aman dan bebas dari tiga penyakit utama perbibitan yaitu
KabupatenJenis Sumber
Bibit
Jumlah
Sampel
ANTHR
AXSE BRUC IBR BVD
Para
TBTOXO
Nemato
daKoksi
Ces-
toda
Fascio
la
Thei-
leria
Ana-
plasma
Trypa
nos
Babesi
a
Micro-
filaria
Kebumen (plus SPR) Sapi PO 201 0 0 0 41 0 53 0 81 42 0 22 0 0 0 0 0
Blora (plus SPR) Sapi PO 216 0 0 0 0 0 25 0 113 8 2 3 0 0 0 0 0
Bojonegoro (Plus SPR) Sapi PO 188 0 0 1 33 0 28 0 105 55 3 2 0 0 0 0 0
Brebes (plus SPR) Sapi Jabres 250 0 0 0 170 3 38 0 126 68 1 37 0 0 0 0 0
Rembang Sapi PO 196 0 0 0 38 0 125 0 101 17 0 7 0 0 0 0 0
GunungKidul Sapi PO 200 0 0 0 62 0 37 0 38 17 3 8 0 0 3 0 1
Lumajang (Kambing) Kambing Senduro 211 0 0 0 0 0 0 153 20 58 8 3 0 0 0 0 0
Purworejo (Kambing) Kambing PE 221 0 0 0 0 0 0 159 12 6 8 0 0 0 0 0 0
Pamekasan Sapi Madura 206 0 0 0 26 0 7 0 47 33 1 3 0 0 0 0 0
JUMLAH 1889 0 0 1 370 3 313 312 643 304 26 85 0 0 3 0 1
HASIL UJIWILAYAH SUMBER BIBIT
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 59 dari 117
Anthrax, SE dan Brucellosis. Sedangkan untuk uji lainnya dengan hasil
paling tinggi prevalensi adalah Nematoda, diikuti sero-prevalence IBR,
Para-TB, serta parasit koksidia dan fasciola.
Untuk wilayah sumber bibit khusus kambing, dapat diamati hasil
surveilans seperti tabel di bawah ini.
Tabel 32. Lokasi, jumlah sampel dan hasil pengujian Kambing di WSB
Gambar 18. Prevalensi penyakit pada ternak kambing wilayah sumber bibit
Dari hasil pengujian diketahui bahwa seluruh sampel
teridentifikasi aman dan bebas dari tiga penyakit utama perbibitan yaitu
Anthrax, SE dan Brucellosis. Sedangkan untuk uji lainnya dengan hasil
paling tinggi prevalensi adalah Toxoplasma, Koksidia, Nematoda, dan
diikuti oleh Cestoda.
KabupatenJenis Sumber
Bibit
Jumlah
Sampel
ANTHR
AXSE BRUC IBR BVD
Para
TBTOXO
Nemato
daKoksi
Ces-
toda
Fascio
la
Thei-
leria
Ana-
plasma
Trypa
nos
Babesi
a
Micro-
filaria
Lumajang (Kambing) Kambing Senduro 211 0 0 0 0 0 0 153 20 58 8 3 0 0 0 0 0
Purworejo (Kambing) Kambing PE 221 0 0 0 0 0 0 159 12 6 8 0 0 0 0 0 0
432 0 0 0 0 0 0 312 32 64 16 3 0 0 0 0 0
WILAYAH SUMBER BIBIT HASIL UJI
JUMLAH
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 60 dari 117
b) Pengamatan Kesehatan Hewan di BIB Singosari dan BBPTU
Baturraden
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui situasi terkini profil
kesehatan hewan dan permasalahannya di UPT Perbibitan Ternak,
mengetahui penyebab gangguan kesehatan hewan di UPT Perbibitan
Ternak, serta memberikan saran dan solusi permasalahan gangguan
gangguan kesehatan hewan di UPT Perbibitan Ternak di wilayah kerja
BBVet Wates. Rekaman surveilans (jumlah sampel) dapat dilihat pada
tabel di bawah ini
Tabel 33. Lokasi UPT Perbibitan dan jumlah koleksi sampel
No UPT PERBIBITAN JENIS TERNAK JUMLAH SAMPEL
1 BBPTU HPT Baturraden Sapi Perah 1389
2 BBPTU HPT Baturraden Kambing Perah 247
3 BBIB Singosari Sapi 170
4 BBIB Singosari Kambing 27
c) Monitoring Evaluasi Pengamatan Kesehatan Semen dan Embrio
Tujuan dilakukan kegiatan ini untuk melakukan upaya
pengamanan dan pengendalian penyakit hewan sehingga dapat
diperoleh benih dan bibit ternak yang berkualitas dan bebas dari
penyakit hewan. Sampel yang digunakan pada kegiatan ini terdiri dari
sampel semen dari UPT Balai Inseminasi Buatan Ungaran dan
pengepul semen milik dinas Kabupaten Kebumen. Sampel diuji nPCR.
Hasil interview didapatkan bahwa semen yang berasal dari UPT Balai
Inseminasi Buatan Ungaran didistribusikan tidak hanya untuk Jawa
Tengah melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan semen di Sumatera
salah satunya provinsi Lampung, sedangkan semen yang berasal dari
dinas Kabupaten Kebumen didapatkan dari Balai Inseminasi Buatan
Lembang dan UPT Balai Inseminasi Buatan Ungaran, distribusi semen
hanya untuk memenuhi kebutuhan wilayah kebumen.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 61 dari 117
Hasil uji nPCR pada 62 sampel semen diperoleh semua hasil
negatif. Sedangkan untuk embrio tidak dilakukan pengambilan tetapi
dilakukan pengembangan metode untuk pengujian IBR pada embrio
yang sampai sekarang masih dirasakan perlunya pengembangan
metode untuk pengujian IBR pada embrio. Kesimpulan yang didapat
dari kegiatan ini bahwa hasil uji pada 63 sampel semen tidak terdeteksi
BHV-1 dengan nPCR. Saran yang bisa diberikan yaitu UPT Perbibitan
hendaknya melakukan pemeriksaan IBR sebanyak 2 kali dalam
setahun, pemeriksaan rutin dilakukan untuk sampel semen dan embrio
untuk memonitoring dan mencegah penularan penyakit hewan, dan
sapi-sapi yang ada di UPT Perbibitan hendaknya dihindarkan dari
faktor-faktor yang menyebabkan latensi.
d) Desain Biosecurity di wilayah Sentra Produksi Ternak (SPR)
Tujuan dilakukan kegiatan ini untuk melakukan upaya
pengamanan dan pengendalian penyakit hewan dan biosekuriti di
wilayah SPR sehingga dapat diperoleh benih dan bibit ternak yang
berkualitas dan bebas dari penyakit hewan. Tingkat kesesuain
biosekuriti yang mengacu good breeding practice hendaknya dapat
diterapkan secara maksimal sehingga menghindari kemungkinan
terjadinya resiko penyakit hewan yang dapat ditimbulkan dari peralatan,
bahan, amnesia, ternak, media pembawa penyakit hewan lainnya yang
masuk atau dimasukkan ke dalam lokasi perbibitan ternak. Layout dari
lahan yang akan dipakai untuk kandang kelompok hendaknya dapat
diterapkan.
e) Analisis kerugian ekonomi penyakit IBR pada wilayah sumber bibit
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kerugian
yang ditimbulkan oleh penyakit IBR pada wilayah sumber bibit dan
menilai kelayakan program pengendalian penyakit IBR. Kesimpulan
yang didapatkan dari kegiatan ini adalah rerata dari berat badan setiap
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 62 dari 117
bulannya bahwa tidak dapat dibedakan kenaikan berat badan dan
penurunan berat badan sapi-sapi seropositif dan seronegative serta
sapi-sapi yang diamati dara dan baru pertama kali beranak sehingga
tidak bisa melihat pengaruhnya terhadap rentang waktu kebuntingan.
III. 3.B. 2. Penyusunan Peta Penyakit Hewan
Target penyusunan Peta Penyakit dalam Perjanjian Kinerja tahun 2016
adalah tersusunnya peta penyakit di 3 (tiga) Provinsi yaitu Jawa Tengah,
Jawa Timur dan DI. Yogyakarta yang merupakan wilayah kerja BBVet Wates.
Capaian kinerja kegiatan ini 100% (berhasil) seperti tahun sebelumnya,
namun jumlah kabupaten/kota penyusun Peta Penyakit hasil baik kegiatan
Surveilans dan Monitoring dilaksanakan ataupun pengirim sampel pasif
semakin meningkat dari tahun tahun sebelumnya.
Gambar 19. Jumlah kabupaten terdata dalam Peta Penyakit tahun 2014-2016
Dari data yang dikumpulkan, diketahui pada tahun 2016 ini terdapat 74
kabupaten/kota yang masuk ke dalam peta penyakit hewan wilayah kerja
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 63 dari 117
BBVet Wates yang apabila dihitung secara persentase dari total 78
kabupaten/kota didapat angka partisipasi sejumlah 94,9%. Dari hasil
pendataan tersebut diketahui terdapat peningkatan di banding tahun-tahun
sebelumnya yaitu pada tahun 2014 sebanyak 69 kabupaten/kota atau
88,46%, sedangkan tahun 2015 sebanyak 73 kabupaten/kota atau 93,59%
dari 78 kabupaten/kota di wilayah kerja BBVet Wates.
Tabel 34. Kabupaten/Kota yang terdata pada Peta Penyakit Hewan
No Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Timur
DI Yogyakarta
1 Banyumas Bangkalan Kota Yogyakarta
2 Banjarnegara Banyuwangi Sleman
3 Batang Blitar Bantul
4 Blora Bojonegoro Kulonprogo
5 Boyolali Bondowoso Gunung Kidul
6 Brebes Gresik
7 Cilacap, Jember
8 Demak Jombang
9 Grobogan Kediri
10 Jepara Lumajang
11 Karanganyar Lamongan
12 Kebumen Madiun
13 Kendal Magetan
14 Klaten Malang
15 Kudus Mojokerto
16 Magelang Ngawi
17 Pati Nganjuk
18 Pekalongan, Pacitan
19 Pemalang Pamekasan
20 Purbalingga Pasuruan
21 Purworejo Ponorogo
22 Rembang Probolinggo
23 Sragen Sampang
24 Sukoharjo Sidoarjo
25 Semarang Situbondo
26 Temanggung Sumenep
27 Wonosobo Trenggalek
28 Tegal Tuban
29 Wonogiri Tulungagung
30 Kota Magelang Kota Batu
31 Kota Surakarta Kota Blitar
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 64 dari 117
32 Kota Salatiga Kota Malang
33 Kota Semarang Kota Probolinggo
34 Kota Pekalongan Kota Surabaya
35 Kota Tegal
Peta Penyakit disusun dari sampel yang diuji di BBVet Wates baik
berupa sampel pelayanan aktif yakni sampel yang diperoleh dari kegiatan
monitoring dan surveilans, serta sampel pelayanan pasif (kiriman dinas,
perorangan, maupun swasta). Peta penyakit BBVet Wates juga sudah dapat
diakses di website BBVet Wates, http://bbvetwates.ditjennak.pertanian.go.id/
sejak tahun 2015. Untuk lebih meningkatkan kualitas maka dikembangkan
aplikasi website yang dapat menyajikan data kasus PHMS secara real time
tracking.
III. 3.B. 3. Pengembangan Metode Diagnosa dan Pengujian Penyakit
Hewan
Capaian kinerja Pengembangan Metode (PM) telah terlaksana 100%
(berhasil). Ketiga PM tersebut adalah PCR Camphylobacter, Pengujian
Residu Hormon Trembolon-acetate menggunakan GCMS, dan Mapping
Virus AI secara Antigenik.
1) PCR Campylobacter
BBVet Wates Yogyakarta telah mampu melakukan uji Isolasi dan
Identifikasi Campylobacter. Pengujian Campylobacter telah dilakukan
pada sampel dari hewan (preputium wash, vaginal wash, cairan fetus,
feses) dan bahan pangan asal hewan dan produk olahannya (daging
ayam). Selama ini, pengujian Campylobacter di BBVet Wates dilakukan
dengan Uji Isolasi dan Identifikasi Campylobacter dengan metode
kultur. Uji ini dilaksanakan secara konvensional dan membutuhkan
waktu yang lama sekitar 1 minggu, sehingga diperlukan pengujian yang
lebih cepat dan akurat untuk mendeteksi ada tidaknya Campylobacter
dalam sampel.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 65 dari 117
Pengembangan Metode Pengujian PCR Campylobacter ini
bertujuan untuk mengidentifikasi Campylobacter jejuni dan
Campylobacter coli. Pengembangan Metode ini dilaksanakan dengan
tahapan : Pengumpulan bahan, penyusunan rencana, persiapan
prosedur kerja, koleksi sampel, persiapan dan pemurnian kontrol positif
isolat Campylobacter jejuni dan Campylobacter coli, Uji coba PCR
Campylobacter, Training, Evaluasi, Aplikasi, dan Penerapan metode.
Hasil dari pengembangan metode PCR Campylobacter adalah :
BBVet Wates Yogyakarta telah berhasil mengembangkan metode
pengujian PCR Campylobacter dengan mengidentifikasi
Campylobacter sampai pada spesies Campylobacter jejuni dan
Campylobacter coli. Metode ini sudah bisa diterapkan dan diaplikasikan
untuk mendukung pengujian Campylobacter yang cepat dan akurat.
Gambar 20. Hasil Pengembangan Metode PCR Campylobacter
2) Pengujian Residu Hormon Trembolonacetate menggunakan GCMS
Kegiatan pengembangan metode pengujian hormon trembolon
acetat menggunakan GC-MS bertujuan untuk memperoleh metode
pengujian residu hormone trembolon yang mudah, murah, cepat dan
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 66 dari 117
aman bagi analis maupun lingkungan. Metode yang digunakan adalah
setting and trial. Setting alat yang dirancang diujicoba untuk
menganalisis standar trembolon dengan beberapa konsentrasi sampai
diperoleh peak standar pada waktu retensi tertentu. Demikian dilakukan
berulang-ulang sampai didapatkan hasil analisis yang paling optimal.
Metode preparasi sampel menggunakan tehnik QUEChERS dan
clean-up, tehnik ini telah digunakan untuk analisis multiresidu obat
maupun multiresidu pestisida. Prinsip kerja dari tehnik QUEChERS
adalah analit (trenbolon) akan dilepas dari matriks sampel pada saat
pengocokan dan centrifuse dan ditarik serta diikat oleh acetonitril.
Magnesium sulfat akan mengikat air yang berasal dari sampel. Proses
clean-up dilakukan dengan tehnik fase terbalik menggunakan C-18.
Analit siap diperiksa menggunakan Gas-chromatrography/Mass
Spectrometry.
Gambar 21. Hasil Pengujian Residu Trembolon-acetate menggunakan GCMS
Berdasarkan hasil validasi terhadap metode uji hasil
pengembangan metode deteksi residu trenbolon acetate menggunakan
GC-MS dapat disimpulkan bahwa metode yang dimaksud memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai metode analisis/ deteksi residu
trembolon acetate pada daging sapi. Metode uji ini dapat digunakan
untuk analisis secara kualitatif maupun kuantitatif dan telah diuji coba
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 67 dari 117
pada beberapa sampel aktif servis dengan hasil tidak terdeteksi
hormone trenbolon acetat pada 10 sampel hati dan daging sapi.
3) Mapping Virus AI secara Antigenik
Kegiatan pengembangan metode Mapping Virus AI secara
Antigenik bertujuan untuk : memonitor seluruh perkembangan virus AI
baik secara antigenik maupun genetik, untuk mengetahui sirkulasi
penyakit Avian Influenza yang saat ini beredar di Indonesia, mengetahui
evikasi vaksin yang telah beredar saat ini, dengan isolat yang dulu
pernah di tetapkan apakah masih poten atau tidak, menentukan kembali
antigen dan antisera refferent agar dapat mencakup antigen AI yang
saat ini telah berubah, menentukan antigen yang sesuai sebagai
evaluasi pengujian di laboratorium atas program vaksinasi di lapangan,
Gambar 22. Hasil mapping Virus Avian Influenza secara Antigenik
Hasil kegiatan pengembangan metode Mapping Virus AI secara
Antigenik adalah terdapat perubahan secara signifikan isolat virus AI 2012-
2016 yang sekarang beredar yang terbagi menjadi 2 kelompok besar,
perubahan antigenic drift berdampak besar terhadap penggunaan reagen
referent, sehingga diperlukan isolat lokal terpilih yang baru sebagai acuan
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 68 dari 117
reagen referent baru untuk memonitoring virus AI yang akan datang, perlu di
waspadai perubahan siklus AI dalam jangka 6 tahunan dalam menyesuaikan
diri hidup di tubuh inangnya, diperlukan segera perubahan reagen refferent
untuk menangkap virus AI yang telah banyak berubah.
Serapan anggaran Kegiatan Pengembangan Metode pada akhir
Desember 2016 dapat tercapai Rp. 443.425.408,- dari total anggaran Rp.
445.256.000,- yang apabila dihitung capaian persentase adalah 99,95%
yang dapat melampaui target rerata serapan anggaran tahun 2016 yaitu
95,00%. Target serapan anggaran dapat tercapai dengan baik karena baik
pembelian bahan habis pakai seperti hormon, kuman standar maupun
antigen dan reagen uji PCR dapat terlaksana dengan baik, begitu juga
dengan belanja barang non operasional lainnya.
III. 3.B. 4. Bimbingan Teknis Laboratorium Tipe B dan Tipe C
Capaian kinerja kegiatan Bimbingan Teknis Laboratorium BBVet
Wates Tahun 2016 adalah 100,00% (12/12) (berhasil). Bimtek laboratorium
telah dilakukan di 6 laboratorium Tipe B dan 6 laboratorium Tipe C di wilayah
kerja. Capaian kinerja Bimtek laboratorium tipe B dan laboratorium tipe C di
wilayah kerja BBVet Wates tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 35. Rincian Bimbingan Teknis Laboratorium Tipe B dan C
No Laboratorium Pelaksana
1 Lab. Tipe C
Kulon Progo
Drh. Nur Rohmi Farhani, dkk
Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal 09 -10 Februari
2016.
Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai uji
Rose Bengal Test (RBT), uji Pullorum, uji Parasit Darah
dan Parasit Gastrointestinal.
2 Lab. Tipe C
Mojokerto
Drh. Nur Rohmi, dkk
Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal 11 - 12 Februari
2016.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 69 dari 117
Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai uji
RBT, uji Pullorum, uji TPC, Uji HA/HI untuk ND dan AI,
uji Parasit Darah dan Parasit Gastrointestinal.
3 Lab B.
BPTDK
Bantul
Drh. Santi Lestari, dkk
Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal 15 - 16 Februari
2016.
Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai
validasi uji Total Plate Count (TPC) dan E. coli pada
sampel yang diberi kuman coli dengan kuman standar.
4 Lab. Tipe C
Bantul
Drh. Santi Lestari, dkk
Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal 17 - 18 Februari
2016.
Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai uji
kuman Total Plate Count (TPC) dan uji Formalin pada
sampel daging.
5 Lab. Tipe B
Malang
Drh. Tri Widayati, dkk
Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal 4 – 5 Maret
2016.
Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai
Validasi metode kuantitatif untuk TPC Spike sampel
daging ayam dengan kuman standar E. coli dan validasi
kualitatif untuk uji formalin dan Salmonella dengan
sampel yang diuji daging ayam.
6 Lab. Tipe B
Malang
Drh. Elly Puspasari, dkk
Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal 14 – 15 Maret
2016
Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai
Metoda Validasi uji Serologi AI, ND, RBT, dan teknik
Aglutinasi Pullorum dan uji parasitologi
7 Lab. Tipe B
Malang
Drh. Hendra Wibawa, dkk
Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal 04 – 05 April
2016
Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai
Validasi Metode Polymerase Chain Reaction (PCR)
8 Lab. Tipe C
Sleman
Drh. Dessie Eri Waluyati, dkk
Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal 11 – 12 April
2016
Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai
Pengujian Parasitologi baik parasit darah maupun
parasite gastrointestinal dan diskusi interpretasi hasil
pengujian laboratorium.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 70 dari 117
9 Lab. Tipe C
GunungKidul
Drh. Dessie Eri Waluyati, dkk
Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal 11 – 12 April
2016
Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai
Pengujian Parasitologi baik parasit darah maupun
parasite gastrointestinal dan uji HI serum darah unggas
untuk penyakit Avian Influenza dan Newcastle Diseases.
10 Lab. Tipe B
Magelang
Drh. Tri Widayati, dkk
Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal 13 – 14 Juni
2016
Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai
pengujian parasitology, bakteriologi dan kesmavet
11 Lab. Tipe B
Solo
Drh. Tri Widayati, dkk
Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal 15 – 17 Juni
2016
Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai
pengujian parasitology, bakteriologi dan kesmavet.
12 Lab. Tipe C
Pati
Drh. M. Yusuf, dkk.
Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal 15 – 17 Juni
2016
Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai
Pengujian RBT Brucella, Uji TPC, pengujian parasit
gastrointestinal dan parasite darah.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor 629/Kpts/OT.140/12/2003 tanggal 30 Desember 2005 selanjutnya
disempurnakan dengan Permentan nomor 54/Permentan/OT.140/5/2013
BBVet Wates memiliki 5 tambahan tusi dari 17 menjadi 22, diantaranya
adalah fungsi pemberian bimbingan teknis laboratorium veteriner, pusat
kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 71 dari 117
Gambar 23. Target dan Realisasi Bintek Laboratorium tahun 2013-2016
III. 3.B. 5. Bimbingan Teknis Puskeswan
Kegiatan Bimbingan Teknis Puskeswan tahun 2016 tercapai 123%
(123/100) (sangat berhasil). Capaian kinerja tersebut lebih rendah dari
tahun 2015 yakni 168% (126/75). Hal ini disebabkan oleh target yang
ditentukan lebih tinggi, sedangkan realisasi tidak jauh berbeda. Namun
demikian, capaian kinerja masih dapat memenuhi target yang ditentukan.
Realisasi serapan anggaran sampai akhir tahun anggaran 2016 adalah
sebesar Rp. 312.725.000,- atau sebesar 99,78% dari anggaran sejumlah Rp.
312.037.600,- yang tentunya di atas target serapan tahun 2016. Target fisik
sejumlah 123% didukung oleh jumlah puskeswan di wilayah kerja BBVet
Wates sejumlah 245 Puskeswan yang terdiri dari 75 Puskeswan di Provinsi
Jawa Tengah, 145 Puskeswan di Provinsi Jawa Timur dan 25 di DI.
Yogyakarta sehingga memudahkan dalam plotting target.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 72 dari 117
Gambar 24. Capaian Target Bintek Puskeswan 2013-2016
Pembinaan dilakukan dalam bentuk rapat koordinasi dengan
mengundang perwakilan petugas Puskeswan di masing-masing wilayah
serta bimbingan teknis secara langsung pada Puskeswan yang dikunjungi di
tiap Kabupaten/ Kota di wilayah kerja BBVet Wates. Pemberian materi
pembinaan puskeswan baik secara teori-presentasi maupun komunikasi dua
arah dan tanya-jawab secara langsung terkait dengan;
1. Peranan Kelembagaan Puskeswan Dalam Pemberantasan
PHMS-Zoonosis dan Peningkatan Hasil Produksi Peternakan.
2. Hambatan dan Tantangan Dalam Menghadapi Perubahan
Situasi Kesehatan Hewan Nasional.
3. Manajemen Kesehatan Hewan Di Wilayah Sentra Produksi
Ternak.
4. Perkembangan Penyakit Zoonosis di Indonesia; Toxo, Lepto,
Rabies, Fasciola.
5. Perkembangan Diagnosa Laboratoris PHMS BBVet.
Perkembangan Penyakit Hewan Besar Di Indonesia.
6. Kasus PHMS-Zoonosis di Lapangan dan Penanganannya.
7. Pemalsuan Produk Asal Hewan: Kenal Secara Fisik dan
Laboratoris.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 73 dari 117
8. Pengambilan-Handling Sampel PHMS-Zoonosis serta Tindak
Lanjut Kasus Lapangan.
9. Teknik Bedah Sectio Cesaria pada Sapi.
10. Evaluasi Hasil Diagnosa Kegiatan Gangrep 2015: Review,
Pencegahan dan Penanggulangan.
11. Peranan Puskeswan untuk OPTIMALISASI iSHIKNAS dalam
Pengendalian dan Pemberantasan PHMS-Z
Pelaksanaan pembinaan pada Unit Puskeswan di wilayah kerja tidak
mengalami kendala sehingga dapat tercapai melebihi target. Selain kegiatan
pertemuan bimbingan teknis, pembinaan juga dilaksanakan secara langsung
pada Puskeswan di wilayah kerja. Praktek bintek secara langsung berupa
pelatihan pengambilan, pengemasan dan pengiriman sampel lapangan,
serta penguatan potensi Puskeswan berupa sosialisasi Peraturan Menteri
Pertanian no. 64/OT.140/9/2007 tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan
Hewan.
III. 3.B. 6. Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi
Pencapaian kinerja Kegiatan Penyidikan dan Pengujian Gangguan
Reproduksi adalah telah terlaksananya kegiatan lapangan sejumlah 3110
sampel dari total target Perjanjian Kinerja tahun 2016 sejumlah 3.000 sampel
dengan perhitungan persentase sejumlah 103,67% pencapaian fisik
dibanding target dengan kriteria “sangat berhasil”. Rincian jumlah sampel
hasil kegiatan Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi tahun 2016
di wilayah kerja BBVet Wates adalah sebagai berikut:
Tabel 36. Lokasi Kegiatan Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi
No Kabupaten Target
Kegiatan (Sampel)
Hasil Kegiatan (Sampel)
% Capaian
Hasil Kegiatan
Sembuh % Tidak Sembuh
%
1 Gunungkidul 386 371 96,11 336 90.6% 35 9.4%
2 Rembang 457 461 112,69 398 86.3% 63 13.7%
3 Blora 771 819 110,64 785 95.8% 34 4.2%
4 Klaten 322 358 148,45 231 64.5% 127 35.5%
5 Pamekasan 507 527 108,88 457 86.7% 70 13.3%
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 74 dari 117
6 Situbondo 558 574 63,62 560 97.6% 14 2.4%
Total 3000 3110 103,67 2767 89.0% 343 11.0%
Kegiatan ini secara keseluruhan berhasil dengan baik yaitu capaian di
atas target yang telah ditentukan, walaupun secara detail tiap Kabupaten ada
yang tidak mencapai target, namun hal tersebut dapat tertutupi oleh kegiatan
gangrep di Kabupaten lainnya. Salah satu kendala adalah di satu kabupaten
yaitu Gunung Kidul dengan tingkat capaian realisasi sejumlah 96,11%. Hal
ini disebabkan kegiatan dilaksanakan hampir bersamaan dengan kegiatan-
kegiatan di dinas setempat sehingga harus membagi konsentrasi dan
personel dalam bekerja di lapangan.
Gambar 25. Hasil kegiatan Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi
Salah satu parameter target yang menjadi indikator keberhasilan
kegiatan ini adalah tingkat keberhasilan penanganan gangguan reproduksi.
Dari keseleruhan sapi yang telah dilakukan penanganan dapat diamati hasil
kesembuhannya pada grafik di bawah ini.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 75 dari 117
Gambar 26. Hasil Kesembuhan Penanganan Gangguan Reproduksi
Pada grafik hasil kesembuhan penanganan gangguan reproduksi
dapat di amati bahwa penanganan di Kabupaten Situbondo mendapatkan
hasil kesembuhan tertinggi dengan capaian kesembuhan 97,6%, kemudian
diikuti oleh Kabupaten Blora dengan capaian 95,8 %. Hasil kesembuhan
relative paling rendah adalah di Kabupaten Klaten dengan tingkat
kesembuhan 64,5%. Salah satu faktor cukup rendahnya tingkat kesembuhan
di Kabupaten Klaten dapat diamati dengan cukup tingginya mobilitas ternak
di wilayah ini sehingga setelah penanganan belum dapat diketahui hasil
kesembuhannya ternak sapi sudah terjual oleh berbagai penyebab.
Realisasi serapan anggaran sampai dengan bulan Desember 2016
adalah sejumlah Rp. 1.788.502.380,- atau dengan persentase 98,79% dari
total anggaran tahun 2016 sejumlah Rp. 1.810.401.000,-. Kelancaran
serapan terutama oleh lancarnya kegiatan pengadaan barang pada kegiatan
Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi baik secara lelang maupun
penunjukan langsung dan tidak mengalami kendala. Realisasi serapan
anggaran kegiatan ini juga didukung oleh biaya perjalanan team lapangan
Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi serta realisasi biaya
pendampingan lapangan oleh tim dinas kabupaten.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 76 dari 117
Gambar 27. Data Diagnosa Penyidikan Gangguan Reproduksi
Data hasil diagnosa gangguan reproduksi pada tahun 2016 di atas
diketahui bahwa kasus Hypofungsi (HF) mendominasi dari seluruh diagnosa
gangrep yang ada (30,4%), diikuti oleh Silent Heat (16,5%) dan Kawin
Berulang (KB) (14,4%) yang sering disebut sebagai gangguan reproduksi
akibat faktor manajemen pemeliharaan, sehingga dapat diartikan faktor
nutrisi menjadi hal yang harus diperhatikan. Antisipasi perbaikan kondisi
tubuh ternak harus selalu dilakukan dengan suplai asam amino dan mineral
premik, dan juga Vitamin ADE, obat cacing dan juga preparat supportif
lainnya.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 77 dari 117
III.3.C. Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing
Kegiatan dalam rangka penjaminan produk hewan yang asuh dan
berdaya saing merupakan bagian dari Kegiatan Kesehatan Masyarakat
Veteriner. Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner BBVet Wates
melaksanakan kegiatan berupa Monitoring dan Surveillance Residu dan
Cemaran Mikroba serta Surveillance Zoonosis Pada Produk Hewan. Untuk
mendukung penjaminan produk hewan yang halal maka dilakukan kegiatan
pengujian kehalalan melalui deteksi kandungan bahan non halal antara lain
dengan uji spesies. Capaian target sasaran Kegiatan Penjaminan Produk
Hewan yang ASUH tahun 2016 disajikan dalam tabel 35 sebagai berikut :
Tabel 37. Capaian Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing
No Sasaran Program/
Kegiatan
Indikator Kinerja Target Realisasi %
3 Penjaminan Produk Hewan
yang ASUH dan berdaya
saing
Monitoring dan Surveilans
Residu dan Cemaran
Mikroba
1.700 1.877 111,0
Surveilans Zoonosis Produk
Hewan
200 220 110,0
III.3.C.1. Monitoring dan Surveillans Residu dan Cemaran Mikroba
Capaian kinerja kegiatan Monitoring dan Surveilans Residu dan
Cemaran Mikroba tahun 2016 adalah 111,0% (sangat berhasil) yang
didapatkan dari jumlah sampel realisasi 1.877 sampel dibandingkan
dengan target 1.700 sampel. Apabila dibandingkan dengan realisasi
tahun 2015 yaitu 148,83% (2.679/1.800) terjadi penurunan realisasi fisik
sejumlah 37,83%. Walaupun terjadi penurunan namun hal tersebut
bukan merupakan gejala penurunan prestasi kinerja namun lebih
merupakan peningkatan dan konsistensi ketepatan antara perencanaan
kinerja dengan realisasi hasil kinerja. Hal tersebut ditandai dengan tidak
ditemuinya permasalahan dalam kegiatan surveilans maupun kegiatan
di laboratorium yang dapat mengindikasikan penurunan kinerja.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 78 dari 117
Detail realisasi fisik Kegiatan Monitoring dan Surveilans Residu
dan Cemaran Mikroba Balai Besar Veteriner Wates dilakukan dengan
melaksanakan tiga sub kegiatan dengan perincian sebagai berikut :
1. Monitoring Residu Pestisida, Antibiotika dan Hormon
Kegiatan Monitoring Residu Antibiotika, Residu Pestisida, dan
Residu Hormon Tahun 2016 dimaksudkan sebagai bentuk pengawasan
terhadap tersedianya daging dan telur ayam yang bebas residu
antibiotik atau mengandung residu di bawah Batas Maksimum Residu
(BMR) bebas pestisida, dan residu hormone TBA. Kegiatan
pengambilan sampel dilaksanakan di enam kabupaten di wilker BBVet
Wates dengan capaian jumlah sampel sebanyak 374 sampel.
Tabel 38. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Monitoring Residu
No Kabupaten Lokasi Kegiatan Jumlah Sampel
1 Demak 40
2 Jepara 53
3 Kulonprogo 52
4 Bantul 49
5 Kota Batu 100
6 Kota Malang 80
Total Sampel 374
Hasil identifikasi residu antibiotika pada sampel produk hewan
yang positif residu didapatkan hasil golongan Penicillin sebanyak 40%
(45/111), Positif Gol Makrolida sebesar 23% (26/111), Positif Tetrasiklin
sebesar 4 % (4/111), dan Positif Golongan Aminoglikosida 33%
(36/111).
Tabel 39. Hasil Pengujian Residu Pestisida
No. Kabupaten Jenis Sampel Jumlah Total
Hasil Uji
Positif Negatif
1 Demak Daging Sapi 4 0 4
2 Jepara Daging Kerbau 2 0 2
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 79 dari 117
Daging Sapi 3 0 3
3 Kulonprogo Daging Sapi 3 0 3
Susu 2 0 2
4 Bantul Daging Sapi 3 0 3
Susu 4 0 4
5 Batu Daging Sapi 5 0 5
Susu 10 0 10
6 Malang Susu 7 0 7
Daging Sapi 12 0 12
TOTAL SAMPEL 52 0 52
Dari hasil pengujian residu pestisida di 6 Kabupaten terpilih di
wilayah kerja BBVet Wates Yogyakarta didapatkan hasil 100% negative
terhadap residu pestisida.
Disamping uji terhadap residu antibiotic dan residu pestisida,
pengujian juga dilakukan pada 36 sampel untuk identifikasi residu
hormone trenbolone acetate (TBA). Lokasi asal sampel, jumlah sampel
diuji dan hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 38.
Tabel 40. Hasil Pengujian Hormon Trenbolone acetate (TBA)
No. Kabupaten Jenis Sampel
Jumlah
Total
Hasil Uji
Positif Negatif
1 Demak Daging Sapi 4 0 4
2 Jepara Daging Kerbau 1 0 1
Daging Sapi 4 0 4
3 Kulonprogo Daging Sapi 4 0 4
Hati Sapi 3 0 3
4 Bantul Daging Sapi 1 0 1
Hati Sapi 4 0 4
5 Batu Daging Sapi 10 0 10
6 Malang Daging Sapi 5 0 5
TOTAL SAMPEL 36 0 36
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 80 dari 117
Dari hasil pengujian residu Hormon TBA di 6 Kabupaten terpilih di
wilayah kerja BBVet Wates Yogyakarta didapatkan hasil 100% negative
terhadap residu hormone TBA. Sampel yang diambil beberapa dari
RPH, dan Pasar Tradisional. Sampel daging sapi, daging kerbau dan
hati sapi merupakan sampel daging dan hati sapi dan kerbau lokal.
2. Monitoring Cemaran Kimia pada Produk Asal Hewan
Tujuan dari kegiatan monitoring ini adalah untuk pengawasan
terhadap pemakaian bahan kimia berbahaya seperti formalin, boraks,
pengawasan terhadap daging bangkai, pemalsuan daging babi dan dan
pengawasan adanya logam berat Pb pada produk asal hewan. Kegiatan
dilaksanakan di 12 kabupaten/kota di wilayah kerja BBVet Wates seperti
di tunjukkan pada tabel 39.
Tabel 41. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Monitoring Cemaran Kimia
No Kabupaten Lokasi Kegiatan Jumlah Sampel
1 Kulonprogo
Sleman
86
2 Wonogiri
Sragen
96
3 Demak
Kudus
81
4 Kab. Magelang
Kota Magelang
143
5 Sidoarjo 57
6 Bantul 58
7 Yogyakarta 62
8 Pacitan 41
Total Sampel 624
Dari keseluruhan sampel yang dikoleksi dari masyarakat, diuji
untuk uji Boraks sejumlah 108 sampel, uji formalin 258 sampel, uji
bangkai 105 sampel, uji spesies babi 107 sampel, dan uji logam timbal
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 81 dari 117
(Pb) sejumlah 61 sampel. Hasil pengujian ditunjukkan pada grafik di
bawah ini.
Gambar 28. Hasil pengujian Monitoring dan Surveilans Cemaran Kimia
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa dari 105 sampel daging
ayam menunjukkan hasil pengujian daging bangkai hasilnya positif
daging bangkai sejumlah 2 sampel (1,91%). Hasil pengujian spesies
babi menunjukkan 1 sampel (0,93%) daging sapi yang berasal dari
depot daging sapi di wilker BBVet Wates teridentifikasi daging babi
dengan kemungkinan daging tersebut adalah daging babi atau daging
sapi yang dicampur daging babi.
Dari data di atas juga dapat diketahui bahwa jumlah sampel
pengujian logam berat Pb sebanyak 61 sampel hati sapi. Hasil
pengujian menunjukkan 9 sampel hati sapi terdeteksi logam berat Pb,
akan tetapi hasil pengujian masih dibawah batas maksimum residu
(BMR) logam berat Pb pada jeroan sapi (hati sapi dll) adalah 1.00 ppm
(SNI 7387:2009). Semua hasil pengujian yang berindikasi kepada
pelanggaran aturan atau hukum yang berlaku dan sudah diinformasikan
ke dinas kabupaten yang bersangkutan untuk pengambilan langkah
selanjutnya.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 82 dari 117
3. Monitoring dan Surveilans Cemaran Mikroba (CM)
Salah satu tupoksi BBVet Wates adalah melakukan pengujian
keamanan pangan seperti tercantum dalam Kep Mentan No.
629/Kpts/OT.140/12/2003 tentang Organisasi tata kerja BBVet. Adapun
pelaksanaan monitoring dan surveilan residu dan cemaran mikroba
pada pangan ini mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian No.
15/Permentan/OT.140/2/2008 mengenai Pedoman Monitoring dan
Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba pada Produk Hewan.
Tabel 42. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel pengujian Cemaran Mikroba
No Kabupaten Lokasi Kegiatan Jumlah Sampel
1 Pasuruan Sidoarjo
148
2 Purbalingga Banjarnegara
105
3 Bantul Kulon Progo
188
4 Purworejo Kebumen
182
5 Klaten Sleman
256
Total Sampel 879
Target sampel kegiatan Monitoring dan Surveilans Cemaran
Mikroba adalah sebesar 730 dengan realisasi jumlah pengambilan
sampel sebesar 879 sampel dan jumlah sampel hasil pengujian
realisasinya mencapai 916 sampel uji yang meliputi : uji Salmonella 329
sampel, uji TPC 277 sampel, uji Staphylococcus 120 sampel, uji E. coli
100 sampel, uji Coliform 76 sampel, dan uji Listeria 14 sampel dengan
hasil uji seperti pada tabel 43.
Serapan anggaran pada kegiatan Monitoring dan Surveilans
Residu dan Cemaran Mikroba tahun 2016 adalah sejumlah 89,36%
yaitu dengan realisasi belanja sejumlah Rp. 689.098.000,- dari total
anggaran sejumlah Rp. 771.150.000,-. Realisasi serapan tidak
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 83 dari 117
mencapai target serapan anggaran yaitu 95,00% dengan penyebab
adanya sisa lelang belanja bahan kimia untuk 1800 sampel sejumlah
Rp. 80.115.300,00 yang tidak dapat dioptimalkan dan kembali ke kas
negara
Tabel 43. Hasil pengujian Monitoring dan Surveilans Cemaran Mikroba
Dari pemeriksaan atau hasil pengujian yang dilakukan dari kegiatan ini
dapat diketahui bahwa tidak ada sampel produk asal hewan yang positif
Salmonella sp. (0/329). Angka Kuman (TPC) pada produk asal hewan
dengan nilai cemarannya melebihi BMCM 53,8% (149/277). Cemaran E. coli
dan coliform pada sampel produk asal hewan yang melebihi BMCM
sebanyak 86% (86/100) dan 97% (74/76). Jumlah sampel produk asal hewan
yang positif cemaran Staphylococcus aureus yang melebihi BMCM 0% (0/45)
dan jumlah sampel produk asal hewan yang positif cemaran Listeria sp
sebanyak 0% (0/14).
SAMPEL POSITIF NEGATIF SAMPEL > BMCM < BMCM SAMPEL > BMCM < BMCM SAMPEL > BMCM < BMCM SAMPEL POSITIF NEGATIF SAMPEL POSITIF NEGATIF
1 Pasuruan 15 0 15 15 7 8 32 32 0 32 32 0 5 0 5
2 Sidoarjo 19 0 19 18 11 7 2 2 0 8 0 8
3 Purbalingga 27 0 27 19 6 13 1 0 1 1 0 1 7 0 7 3 0 3
4 Banjarnegara 31 0 31 22 4 18 1 0 1 3 0 3 2 0 2
5 Kulon Progo 37 0 37 29 17 12 14 7 7 9 0 9 6 0 6
6 Bantul 26 0 26 35 22 13 15 15 0 8 8 0 9 0 9
7 Kebumen 38 0 38 23 15 8 6 6 0 6 6 0 18 0 18 3 0 3
8 Purworejo 57 0 57 29 17 12 7 5 2 7 7 0 16 0 16
9 Klaten 43 0 43 42 27 15 14 13 1 14 13 1 24 0 24
10 Sleman 36 0 36 45 23 22 8 6 2 8 8 0 21 0 21
329 0 329 277 149 128 100 86 14 76 74 2 120 0 120 14 0 14
UJI E. COLI UJI COLIFORMUJI STAPHYLOCOCCUS
AUREUSUJI LISTERIA
JUMLAH TOTAL
NO KABUPATENUJI SALMONELLA UJI TPC
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 84 dari 117
Gambar 29. Hasil pengujian Surveilans Cemaran Mikroba
Pencemaran mikroba pada produk asal hewan kemungkinan
dapat berasal dari kontaminasi lingkungan ataupun pada saat
penanganan produk pada saat proses penyembelihan, saat
ditransportasikan dari rumah pemotongan hingga sampai di tempat
penjualan, maupun pada saat dijajakan di meja penjualan. Hal ini dapat
mengindikasikan bahwa sanitasi lingkungan atau hygienitas para
penjual daging masih rendah.
III.3.C.2. Surveilans Zoonosis Produk Hewan
Capaian kinerja kegiatan ini pada tahun 2016 adalah 110% (220/200)
sehingga dikategorikan sebagai sangat berhasil. Pelaksanaan kegiatan dan
hasil Monitoring Zoonosis Salmonellosis pada Telur pada tahun 2016 adalah
sebagai dirinci pada tabel berikut :
Tabel 44. Lokasi kegiatan, jumlah sampel dan hasil uji Surveilans Zoonosis
NO TANGGAL
PENGAMBILAN SAMPEL
KABUPATEN KECAMATAN JUMLAH SAMPEL
HASIL UJI
+ -
1 04–07 April 2016 Purworejo Begelen 15 0 15
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 85 dari 117
2
Purwodadi 10 0 10
3
Kulon Progo Lendah 15 0 15
4
Sentolo 5 0 5
5
Pengasih 5 0 5
6 18-22 April 2016 Boyolali Boyolali 10 0 10
7
Teras 7 0 7
8
Cepogo 8 0 8
9
Surakarta Jebres 8 0 8
10
Banjar Sari 15 0 15
11
Pasar Kliwon 2 0 2
12 30 Mei–03 Juni
2016
Nganjuk Ngronggot 6 0 6
13
Prambon 19 0 19
14 Ngawi Kendal 25 0 25
15 13–16 Sept 2016 Sleman Pakem 8 0 8
16 Cangkringan 22 0 22
17
Ngaglik 5 0 5
18
Bantul Bantul 2 0 2
19
Pandak 4 0 4
20
Pajangan 29 0 29
JUMLAH TOTAL 220 0 220
Serapan anggaran untuk kegiatan Surveilans Zoonosis Produk Hewan
tercapai Rp. 87.649.100 (99,80%) dari total anggaran Rp. 87.826.000.
Capaian serapan anggaran kegiatan ini melampaui target serapan tahun
2016 sejumlah 95,00%. Seluruh komponen anggaran belanja baik belanja
bahan kimia dan peralatan habis pakai, belanja perjalanan monitoring dan
surveilans maupun perjalanan pendampingan dapat dilaksanakan dengan
baik.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 86 dari 117
III.3.D. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen PKH
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen
Peternakan dan Kesehatan Hewan merupakan bagian yang sangat penting
dalam memfasilitasi kelembagaan dan kinerja Balai. Kegiatan ini meliputi
pengelolaan manajemen balai antara lain meliputi: keuangan, barang,
administrasi dan ketatausahaan serta kepegawaian. Secara umum capaian
target sasaran dari kegiatan ini disajikan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 45. Capaian sasaran Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya
No. Sasaran Program/ Kegiatan
Indikator Kinerja Target Realisasi %
4. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
Terlaksananya Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
1 Dokumen 1 Dokumen 100,00
Capaian Program Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya dari masing-masing kegiatan sampai dengan triwulan terakhir tahun
2016 adalah: 1) Perumusan kebijakan perencanaan pembangunan
peternakan dan kesehatan hewan (100,00%); 2) Evaluasi pelaksanaan
kebijakan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan (100,00%); 3)
Pengelolaan dan pelaporan keuangan serta Penatausahaan Barang Milik
Negara (100,00%); 4) Ketatalaksanaan Organisasi Kepegawaian Hukum
serta Tata Usaha (100,00%); dan 5) Layanan Perkantoran (100,00%).
Serapan anggaran pada program Dukungan Manajemen dan
Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun
2016 adalah Rp. 9.376.954.199,- yang apabila dihitung secara persentase
adalah 94,27% dari total anggaran Rp. 9.947.435.000,-. Capaian serapan
tidak dapat mencapai target serapan 95,00% yang disebabkan salah satu
komponen terbesar yang tidak dapat dilakukan pemaksimalan serapan
adalah komponen Layanan Perkantoran termasuk unsur gaji dan tunjangan
pegawai yang rutin direalisasi setiap bulan berjalan sehingga sisa anggaran
layanan perkantoran dikembalikan ke kas negara.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 87 dari 117
III. 4. Capaian Kinerja Lainnya
Beberapa capaian kinerja lainnya yang dapat dilaporkan pada Laporan
Kinerja tahun 2016 antara lain :
1) Mempertahankan SNI ISO 17025: 2008 tentang Akreditasi
Laboratorium dari Komite Akreditasi Nasional (KAN).
2) Meraih akreditasi Sistem Manajemen Terintegrasi (SMT) ISO 9001:
2015 dari TUV Rheindland pada audit eksternal tanggal 28 September
2016.
3) Indeks Kepuasan Masyarakat dengan nilai “sangat memuaskan”.
4) Penghargaan dari KPPN Wates sebagai Terbaik Pertama dengan
Tingkat Kesalahan SPM Rendah tahun 2016 dan Terbaik Ketiga dalam
Akurasi Penarikan Dana dan Perencanaan Kas Semester I tahun 2016.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 88 dari 117
III. 5. Akuntabilitas Keuangan
Laporan Keuangan Balai Besar Veteriner Wates - Yogyakarta
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan dan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan
yang sehat dalam pemerintahan. Laporan Keuangan disusun dan disajikan
dengan basis aktual sehingga akan mampu menyajikan informasi keuangan
yang lebih transparan, akurat, dan akuntabel.
Parameter anggaran BBVet Wates dilakukan pada dua hal yaitu
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara. Masing-masing anggaran mendapatkan target baik nilai
rupiah pendapatan (PNBP) maupun serapan anggaran (APBN).
Tahun 2016, BBvet Wates mendapatkan anggaran sejumlah Rp.
24.523.800.000,- dan selama berlangsungnya kegiatan sampai akhir tahun
2016 telah tercapi sejumlah 97,15% dengan nominal Rp. 23.465.947.367,-.
Realisasi serapan sejumlah 97,15% meningkat dibandingkan dengan
realisasi tahun 2015 yaitu sejumlah 91,71%.
Tabel 46. Realisasi Anggaran BBVet Wates T.A 2012 – 2016
Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi %
A. Pendapatan Negara dan Hibah
1. PNBP 430,000,000 1,004,963,498 233.71% 458,084,000 1,114,097,296 243.21% 500,000,000 1,252,414,925 250.48% 575,230,000 1,339,771,280 232.91% 602,000,000 1,836,254,292 305.03%
JUMLAH 430,000,000 1,004,963,498 233.71% 458,084,000 1,114,097,296 243.21% 500,000,000 1,252,414,925 250.48% 575,230,000 1,339,771,280 232.91% 602,000,000 1,836,254,292 305.03%
B. Belanja Negara
1. Belanja Pegawai 5,716,404,000 5,103,884,147 89.28% 5,288,272,000 5,242,940,474 99.14% 5,693,820,000 5,693,815,337 100.00% 6,081,258,000 6,186,285,120 101.73% 6,839,763,000 6,526,889,416 95.43%
2. Belanja Barang 6,919,300,000 6,892,868,354 99.62% 7,721,545,000 7,597,527,681 98.39% 9,781,465,000 9,682,526,484 98.99% 72,004,888,000 65,428,290,327 90.87% 11,480,145,000 11,108,946,951 96.77%
3. Belanja Modal 3,719,000,000 3,713,724,500 99.86% 5,651,077,000 5,556,787,000 98.33% 1,242,722,000 1,242,509,500 99.98% 7,121,390,000 6,526,151,876 91.64% 5,833,920,000 5,830,111,000 99.93%
JUMLAH 16,354,704,000 15,710,477,001 96.06% 18,660,894,000 18,397,255,155 98.59% 16,718,007,000 16,618,851,321 99.41% 85,207,536,000 78,140,727,323 91.71% 24,153,828,000 23,465,947,367 97.15%
T.A. 2013
Uraian
T.A. 2014 T.A. 2015 T.A. 2016T.A. 2012
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 89 dari 117
III.5.1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Dari data selama lima tahun terakhir terjadi peningkatan yang
cukup signifikan dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) baik
dari nominal Rupiah ataupun secara persentase. Pada tahun 2016
diperoleh PNBP sejumlah 305,0% dari target yaitu dari anggaran target
Rp. 602.000.000,- diperoleh PNBP sejumlah Rp. 1.836.254.292,-.
Perolehan sejumlah tersebut lebih meningkat dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Sebagai salah satu pembanding adalah tahun 2015,
dengan raihan persentase 232,9% (anggaran target Rp. 575.230.000
didapatkan PNBP sejumlah 1.339.771.280,-.
Gambar 30. Rincian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2012-2016
III.5.2. Anggaran Belanja Negara
1) Belanja Total BBVet Wates Tahun Anggaran 2016
Pada tahun anggaran 2016 realisasi belanja pegawai adalah
sebesar 95,4%, belanja barang sebesar 96,8% dan belanja modal
sebesar 99,9%. Secara keseluruhan pada tahun 2016 realisasi serapan
sebesar 97,15% yang dapat melampaui target serapan Perjanjian
Kinerja sebesar 95,00%.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 90 dari 117
Gambar 31. Realisasi belanja pegawai, barang dan modal
Realisasi anggaran tahun 2016 sebesar 97,2% yang apabila
dibandingkan year on year (YoY) dengan tahun 2015 terjadi peningkatan
persentase yang cukup besar yaitu selisih lebih besar 5,5%.
Gambar 32. Realisasi anggaran BBVet Wates dari tahun 2012 – 2016
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 91 dari 117
2) Belanja Pegawai
Anggaran belanja pegawai pada tahun 2016 mencatat realisasi serapan
sejumlah 95,41%. Realisasi tersebut melebihi rerata target Perjanjian
Kinerja 95,0%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2015, realisasi
anggaran mengalami penurunan senilai 5,3%, namun optimalisasi
anggaran tidak dapat dilakukan karena anggaran tersisa terutama pada
komponen gaji dan tunjangan yang sudah disesuaikan dengan kebijakan
pemerintah.
Gambar 33. Realisasi anggaran Belanja Pegawai BBVet Wates tahun
2012-2016
3) Belanja Barang
Realisasi belanja barang mencapai 96,8% yang mengalami peningkatan
cukup tinggi dibanding tahun 2015. Hal ini disebabkan adanya kegiatan
nasional Penanggulangan Gangguan Reproduksi di tahun 2015 yang
cukup banyak sisa lelang belanja barang kegiatan.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 92 dari 117
Gambar 34. Realisasi anggaran Belanja Barang BBVet Wates Tahun 2012-2016
4) Belanja Modal
Realisasi anggaran belanja modal tahun 2016 adalah sejumlah
99,9%, mengalami kenaikan yang cukup baik dibanding target tahun
2016 sejumlah 95,0%. Apabila dikomparasi dengan tahun
sebelumnya, juga terjadi peningkatan realisasi sejumlah 8,3%.
Gambar 35. Anggaran dan realisasi Belanja Modal tahun 2012-2016
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 93 dari 117
Realisasi anggaran pada tahun 2016 sebesar 97,15% yang berarti
dapat melampaui target anggaran kumulatif Perjanjian Kinerja yaitu 95,00%.
Realisasi pada ketiga jenis belanja juga masing-masing lebih besar
dibanding target anggaran Perjanjian Kinerja yaitu yang tertinggi adalah
realisasi Belanja Modal yaitu 99,9%. Realisasi serapan anggaran tahun 2016
juga lebih baik dibanding dengan realisasi tahun sebelumnya yaitu 91,7%
(tahun 2015).
Pada data di atas juga dapat diamati capaian realisasi penerimaan
PNBP tahun 2016 yaitu sebesar Rp. 1.836.254.292,- dari target tahunan Rp.
602.000.000,-. Persentase capaian PNBP tahun 2016 mengalami
peningkatan 63,1% (305,0% tahun 2016 dibandingkan dengan persentase
tahun sebelumnya yaitu 232,9% tahun 2015). Hal tersebut didukung oleh
semakin meningkatnya kesadaran kebutuhan pemeriksaan laboratorium
oleh customer baik dinas kabupaten/kota/provinsi, perusahaan swasta
maupun perseorangan.
III. 6. Hambatan dan Kendala
Pelaksanaan kinerja BBVet Wates tahun 2016 secara umum tidak terdapat
banyak mengalami hambatan/kendala karena masih dapat dikonsolidasi
solusi pemecahannya. Hambatan yang dijumpai antara lain:
1. Aspek Administrasi dan Manajemen
Pemotongan anggaran kegiatan yang dalam satu kurun waktu dilakukan
sampai lebih dari satu kali sehingga mengharuskan revisi tiga kali PK
sehingga harus dilakukan perubahan Term of Refference (TOR) Kegiatan
dan penggabungan beberapa kegiatan surveilans agar terjadi efisiensi
anggaran tanpa ada resiko dalam pencapaian fisik.
2. Aspek Teknis
Beberapa keterlambatan pengiriman kit pengujian terutama untuk
produksi manca negara dan antigen dari dalam negeri sehingga
memperlambat proses pengujian hasil surveilans.
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 94 dari 117
III. 7. Upaya dan Tindak Lanjut
Untuk mengatasi berbagai permasalahan dan kendala sebagaimana disebut
di atas, ditempuh berbagai upaya antara lain :
1. Meningkatkan koordinasi baik dengan pihak Pusat Ditjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan dalam hal kecepatan konfirmasi perubahan anggaran.
2. Mempercepat persiapan kegiatan termasuk pemesanan bahan dan kit
pengujian agar lebih cepat dalam pelaksanaan pengujian dan kinerja fisik.
95
BAB IV.
PENUTUP
Peningkatan Sistem Akuntabilitas Kinerja BBVet Wates merupakan
salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka mendorong terwujudnya
penguatan akuntabilitas dan peningkatan kinerja seperti yang diamanatkan
dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 dan Keputusan Presiden
Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional
yang diselaraskan dengan Tugas dan Fungsi BBVet Wates.
Capaian sasaran strategis Balai Besar Veteriner Wates pada tahun
2016 termasuk kategori sangat berhasil. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian
sasaran strategis enam indikator yang rata-rata capaian lebih dari 100%,
dengan kisaran 100% - 123%.
Indikator yang memiliki capaian >100% adalah surveilans keamanan
pakan/ bahan pakan, Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan, Bimbingan
Teknis Puskeswan, Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi,
Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba dan Surveilans
Zoonosis Produk Hewan, sedangkan empat indikator mendapat nilai capaian
100% yaitu Penyusunan Peta Penyakit Hewan, Pengembangan Metode
Diagnosa dan Pengujian Penyakit Hewan, Bimbingan Lab. Tipe B dan Lab
Tipe C, serta Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen
Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Pelaksanaan program/kegiatan Balai Besar Veteriner Wates tahun
2016 dibiayai oleh dana Anggaran APBN Rp. 24.153.828.000,- dan dapat
terealisasi sebesar Rp. 23.465.947.367,- (97,15%).
Pada tahun 2017 Balai Besar Veteriner Wates akan lebih
meningkatkan capaian kinerja melalui beberapa kegiatan dan sasaran
strategis peningkatan surveilans wabah penyakit menular, pengembangan
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 96 dari 117
metode diagnosa dan pengujian, peningkatan surveilans penyakit di
perbibitan dan penambahan wilayah bebas penyakit menular. Salah satu
rencana yang cukup penting adalah usulan penambahan tenaga teknis baik
medis veteriner maupun paramedis veteriner karena tantangan di dunia
kesehatan di masa mendatang akan semakin bertambah berat.
Disamping dukungan yang berasal dari internal, kinerja instansi BBVet
Wates tahun 2016 juga tidak terlepas dari dukungan seluruh stakeholders
dan customer, baik instansi dinas, perusahaan swasta serta perseorangan
yang berkomitmen untuk semakin menciptakan situasi kesehatan hewan
yang relatif aman dan terkendali yang merupakan salah satu poin terpenting
dalam kerjasama saling menguntungkan antara balai dan masyarakat.
97
LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi Balai Besar Veteriner Wates
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 98 dari 117
Lampiran 2. Perjanjian Kinerja Balai Besar Veteriner Wates
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 99 dari 117
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 100 dari 117
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 101 dari 117
L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T . A . 2 0 1 6
Hal 102 dari 117
Lampiran 3. Jumlah dan Realisasi Anggaran BBVet Wates per kegiatan
Kegiatan Pagu (Rp.)
Anggaran
Target ( %) Real (%)
1 Peningkatan Produksi Pakan Ternak
1.1 Pengujian Keamanan Pakan/Bahan Pakan 239,400,000 95 99,84
2 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan
2.1 Penguatan Pengujian dan Penyidikan Veteriner 7,814,776,000 95 99,97
2.2 Surveilans Investigasi Wabah Penyakit Hewan Menular 162,450,000 95 99,95
2.3 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Rabies 115,550,000 95 99,93
2.4 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian Influenza 431,450,000 95 99,75
2.5 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Brucellosis 200,250,000 95 99,43
2.6 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Anthrax 106,300,000 95 99,37
2.7 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hog Cholera 159,250,000 95 99,60
2.8 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Viral 207,900,000 95 99,76
2.9 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Bakterial 148,500,000 95 99,73
2.10 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Parasiter 325,900,000 95 99,81
2.11 Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi 1,810,401,000 95 98,79
2.12 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Eksotik Perbatasan Negara dan Antar Wilayah
108,150,000 95 99,56
2.13 Surveilans Penyakit Hewan di UPT 335,750,000 95 99,90
2.14 Fasilitas PNBP Lab. Pengujian Veteriner 297,950,000 95 98,82
2.15 Pembinaan dan koordinasi Kesehatan Hewan 422,000,000 95 99,79
2.16 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 52,700,000 95 99,98
2.17 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 26,600,000 95 96,99
3 Penjaminan Produk Hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal)
3.1 Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba 771,150,000 95 89,36
3.2 Pengadaan Sarana dan Prasarana Lab. Kesmavet 382,140,000 95 99,58
3.3 Surveilance Zoonosis Produk Hewan 87,826,000 95 99,80
4 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan
4.1 Perumusan Kebijakan Perencanaan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan
202,000,000 95 99,80
4.2 Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan
105,400,000 95 98,22
4.3 Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan serta Penatausahaan Barang Milik Negara
187,642,000 95 98,22
4.4 Ketatalaksanaan Organisasi Kepegawaian, Hukum serta Tata Usaha 316,800,000 95 99,23
4.5 Layanan Perkantoran (Bulan Layanan) 9,135,593,000 95 93,87
JUMLAH BELANJA 24,153,828,000 95 97,15
103
Lampiran 4. Rincian Jumlah Pegawai BBVet Wates Tahun 2016
No Jenis
Pegawai Golongan II JML Golongan III JML Golongan IV JML
Jenis
Kelamin Pendidikan
A C D A B C D A B C D L P S3 S2 S1 D4 D3 D2 D1 SMA SMP SD JML
1 PNS 1 6 2 9 9 14 12 34 69 8 2 3 0 13 45 46 2 37 10 2 12 0 0 5 2 1 91
2 THL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28 9 0 4 3 0 5 0 0 25
37
104
Lampiran 5 Data Jumlah Pegawai berdasar jabatan struktural dan fungsional
No Jabatan Jumlah
01
02
Pejabat Struktural
Kepala Balai
Kepala Bidang Pelayanan Veteriner
Kepala Bidang Program dan Evaluasi
Kepala Bagian Umum
Kepala Seksi Program
Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan
Kepala Seksi Pelayanan Teknis
Kepala Seksi Informasi Veteriner
Kepala Sub. Bagian Keuangan
Kepala Sub. Bagian TU dan Kepeg
Kepala Sub. Bagian Rumah Tangga dan
Perlengkapan (RTP)
Medik Veteriner
Medik Veteriner Madya
Medik Veteriner Muda
Medik Veteriner Pertama
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
4 orang
25 orang
1 orang
11 orang
30 orang
03 Paramedik Veteriner
Paramedik Veteriner Penyelia
Paramedik Veteriner Pelaksana Lanjutan
Paramedik Veteriner Pelaksana
11 orang
11 orang
2 orang
24 orang
04 Fungsional Umum
26 orang
Jumlah 91 orang