kwu ok

12
1. Teori ini diungkapkan oleh Douglas McGregor yang mengemukakan strategi kepemimpinan efektif dengan menggunakan konsep manajemen partisipasi. Konsep terkenal dengan menggunakan asumsi-asumsi sifat dasar manusia. Pemimpin yang menyukai teori X cenderung menyukai gaya kepemimpinan otoriter dan sebaliknya, seorang pemimpin yang menyukai teori Y lebih menyukai gaya kepemimpinan demokratik. Untuk kriteria karyawan yang memiliki tipe teori X adalah karyawan dengan sifat yang tidak akan bekerja tanpa perintah, sebaliknya karyawan yang memiliki tipe teori Y akan bekerja dengan sendirinya tanpa perintah atau pengawasan dari atasannya. Tipe Y ini adalah tipe yang sudah menyadari tugas dan tanggung jawab pekerjaannya. Teori X Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki cita-cita yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Sifat ini boleh dimiliki oleh pekerja frontliner meskipun tidak menutup kemungkinan, frontliner boleh memiliki dominan Y untuk memudahkan kinerja manajemen. Teori Y Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kudrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat kerana mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreatif, imaginasi, kepandaian serta memahami tanggungjawab dan prestasi atas pencapaian tujuan bekerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja. Hendaknya sifat ini dimiliki oleh pemilik bisnis, pemimpin, manager lini

Upload: danangharjanto433

Post on 28-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kwu

TRANSCRIPT

Page 1: kwu ok

1. Teori ini diungkapkan oleh Douglas McGregor yang mengemukakan strategi kepemimpinan efektif dengan menggunakan konsep manajemen partisipasi. Konsep terkenal dengan menggunakan asumsi-asumsi sifat dasar manusia. Pemimpin yang menyukai teori X cenderung menyukai gaya kepemimpinan otoriter dan sebaliknya, seorang pemimpin yang menyukai teori Y lebih menyukai gaya kepemimpinan demokratik. Untuk kriteria karyawan yang memiliki tipe teori X adalah karyawan dengan sifat yang tidak akan bekerja tanpa perintah, sebaliknya karyawan yang memiliki tipe teori Y akan bekerja dengan sendirinya tanpa perintah atau pengawasan dari atasannya. Tipe Y ini adalah tipe yang sudah menyadari tugas dan tanggung jawab pekerjaannya.

Teori XTeori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki cita-cita yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Sifat ini boleh dimiliki oleh pekerja frontliner meskipun tidak menutup kemungkinan, frontliner boleh memiliki dominan Y untuk memudahkan kinerja manajemen.

Teori YTeori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kudrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat kerana mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreatif, imaginasi, kepandaian serta memahami tanggungjawab dan prestasi atas pencapaian tujuan bekerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja. Hendaknya sifat ini dimiliki oleh pemilik bisnis, pemimpin, manager lini pertama, dan mereka-mereka yang menjalankan fungsi manajemen dalam perusahaan.

Jadi?Setiap manusia memiliki dominan X atau Y dalam diri mereka. Namun bukan berarti anda harus menonjolkan satu dominasi X atau Y saja. Jika anda ingin hidup yang lebih sukses, maka anda harus mampu menjadi lebih fleksibel. Yaitu berpindah ke kuadran satu ke kuadran lain sesuai konteks dimana anda berada. Misalnya, bagi anda pemilik dominan X, ketika anda menjalankan fungsi manajemen, maka mau tidak mau, anda harus berpindah ke kuadran Y. Sedangkan bagi anda pemilik dominan Y, ketika anda berada dalam situasi pergaulan yang santai, maka anda harus fleksibel untuk menonjolkan dominasi X agar lebih mudah diterima lingkungan.

2. Pentingnya motivasi diri untuk meraih kesuksesan tidak dapat diragukan lagi. Tetapi untuk menumbuhkan motivasi dalam diri seseorang tidaklah mudah, karena motivasi juga sering dipengaruhi oleh perasaan dan emosional yang ada dalam diri seseorang. Misalnya saja saat sedang mengikuti seminar motivasi, emosional Anda saat mengikuti seminar tersebut pasti akan naik sehingga Anda begitu termotivasi untuk mewujudkan cita – cita yang ingin dicapai. Namun lihat motivasi Anda setelah satu bulan tidak mengikuti seminar tersebut, motivasi diri Anda akan menurun drastis jika tidak memperoleh siraman motivasi secara rutin.

Page 2: kwu ok

3. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.

Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.

4. Berikut ini adalah beberapa faktor yang harus kita pertimbangkan sebelum akhirnya memilih menjalankan sebuah usaha:

1. Faktor ModalKita harus benar-benar mempersiapkan modal untuk menjalankan sebuah usaha, baik itu modal dari diri sendiri ataupun modal dari pinjaman. Pastikan modal yang kita miliki dapat memenuhi kebutuhan biaya dalam menjalankan usaha kita.

2. Faktor Tenaga KerjaKita harus memiliki karyawan yang memiliki kemampuan sesuai dengan yang kita butuhkan. Menempatkan orang yang tepat pada sebuah pekerjaan di dalam usaha kita akan membuat usaha tersebut dapat berjalan dengan baik. Selain itu pertimbangkan juga keahlian yang kita butuhkan dan biaya gaji yang akan kita tawarkan pada tenaga kerja tersebut.

3. Faktor Bahan BakuBahan baku yang dimaksud disini adalah segala bahan yang kita butuhkan untuk menjalankan sebuah usaha, baik itu bahan baku utama maupun bahan baku tambahan. Sebaiknya kita selalu memperhatikan ketersediaan, kualitas, kontinuitas, dan biaya yang anda keluarkan untuk bahan baku tersebut.

4. Faktor TeknisPemilik usaha seharusnya mengetahui hal-hal teknis dalam menjalankan sebuah usaha. Jika kita tidak mengetahui atau kurang paham dalam hal-hal teknis dalam usaha kita, sebaiknya segera mencari orang yang memang memiliki keahlian untuk hal teknis tersebut.

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dan pertimbangkan sebelum memutuskan untuk memilih dan menjalankan sebuah usaha. Berikut ini ulasannya.

1. Persiapan Modal

Page 3: kwu ok

Sebelum kita menjalankan sebuah usaha, tentu kita perlu modal untuk memulainya. Modal ini bisa berasal dari banyak sumber, misalnya dari tabungan sendiri, modal pinjaman, atau dari investor. Mengetahui besar kebutuhan modal akan lebih baik karena kita telah memperkirakan pengeluaran awal dan biaya operasioanl usaha, sehingga Anda tidak keteteran dalam mengatur keuangan bisnis.

2. Mempersiapkan Tenaga Kerja

Memilih tenaga kerja yang tepat pada masing-masing posisi adalah hal yang sangat penting karena salah dalam menempatkan tenaga kerja pada posisi tertentu akan mengakibatkan masalah. Sebagai pemilik usaha, Anda juga harus mempersiapkan budget yang memadai untuk gaji yang pantas pada masing-masing posisi tenaga kerja.

3. Pengadaan Bahan Baku

Bagi kebanyakan jenis bisnis, bahan baku untuk produk yang dibuat adalah sesuatu yang sangat krusial. Bahan baku untuk produk utama ataupun bahan baku tambahan harus dapat tersedia dengan baik dan tepat waktu, memiliki kualitas yang baik, kontinuitas, dan biaya pengadaan bahan baku yang terjangkau.

4. Hal Teknik dalam Menjalankan Usaha

Sebagai seorang pemilik usaha, kita wajib memahami hal-hal yang teknis untuk masing-masing pekerjaan. Tidak harus mendetail, tapi setidaknya kita paham apa yang dilakukan dan apa yang ingin dicapai untuk setiap pekerjaan tersebut. Jika Anda kurang memahami atau terbatas untuk hal-hal teknis tertentu, maka sangat disarankan untuk menyewa jasa orang yang punya keahlian tersebut.

5. Pemasaran Usaha secara Optimal

Sebaik apapun produk Anda, bila tidak didukung oleh sistem pemasaran yang baik, maka hasil penjualan Anda tidak akan memuaskan. Karena itu, bisnis Anda harus punya strategi marketing yang efektif dalam memasarkan produk-produk yang Anda jual. Kita bisa mempertimbangkan banyak opsi, namun pastikan hanya memilih strategi pemasaran yang efektif, baik secara offline maupun secara online.

6. Keuntungan Sebuah Bisnis

Setiap usaha tentu punya tujuan yang jelas, yaitu untuk mendapatkan profit. Memang sebagian bisnis tidak mengutamakan profit, namun jika bisnis Anda tidak untung tentunya bisa beresiko pada bisnis yang dibangun. Mungkin saja seseorang salah dalam menilai sebuah bisnis, dan jika Anda menyadari bahwa bisnis yang Anda jalankan ternyata tidak menguntungkan, mungkin Anda bisa mempertimbangkan jenis usaha yang lain.

7. Resiko Sebuah Bisnis

Kita harus menyadari bahwa masing-masing jenis bisnis memiliki resiko tersendiri, dan resiko bisnis ini pasti akan sangat berpengaruh bagi kelangsungan sebuah usaha. Biasanya bisnis yang puna resiko tinggi menawarkan potensi keuntungan yang lebih tinggi, dan begitu sebaliknya. Karena itu seorang pengusaha juga harus mempertimbangkan resiko saat

Page 4: kwu ok

menjalankan sebuah bisnis dengan memperhatikan kemampuan yang ada. Selain itu, kita juga harus punya antisipasi jika sewaktu-waktu resiko tersebut terjadi.

8. Memperhatikan Persaingan Bisnis

Bisnis apa yang tidak punya pesaing? Tidak ada. Semua model bisnis pasti punya pesaing masing-masing. Yang membuat sebuah bisnis dapat bertahan dalam persaingan adalah kelebihan atau keunikan yang mereka miliki. Karena itu, Anda harus menawarkan sesuatu yang berbeda dengan pesaing, misalnya produk Anda lebih murah, kemasan lebih menarik, pelayanan lebih baik, dan keunggulan lainnya.

9. Memperhatikan Manajemen Bisnis

Sekecil apapun sebuah bisnis, tentu membutuhkan sebuah manajemen yang baik karena sangat berhubungan dengan cara kita mengelola sebuah bisnis. Beberapa orang memang memiliki kemampuan alami dalam hal manajemen bisnis, namun bila Anda merasa perlu untuk belajar lebih banyak tidak ada salahnya belajar dari orang lain atau menyewa jasa orang lain untuk membangun sebuah manajemen bisnis yang baik.

10. Fasilitas dan Lingkungan

Ini sangat erat hubungannya dengan fasilitas dalam menjalankan usaha, misalnya peralatan untuk operasional bisnis. Sedangkan faktor lingkungan adalah yang berhubungan dengan masyarakat atau pemerintah setempat. Hal ini akan berhubungan dengan masalah perijinan usaha, pajak, budaya sosial masyarakat setempat, dan hal lain yang berkaitan dengan lingkungan.

5. Enam syarat yang harus dimiliki perusahaan waralaba yaitua. pertama, memiliki ciri khas usaha misalnya merk, bahan baku, cara penyajian dan

sebagainya.b. Kedua, perusahaan harus membukukan keuntungan selama minimal dua tahun.c. perusahaan waralaba wajib memiliki standar operasi pelayanan (SOP) atas barang

dan jasa yang ditawarkan. Selanjutnya, SOP tersebut harus mudah diajarkan dan diaplikasikan.

d. perusahaan waralaba harus memperlihatkan adanya kesinambungan usaha. Terakhir, perusahaan waralaba harus memenuhi jaminan hak kekayaan intelektual (HAKI).

Bagaimana memulai sebuah usaha agar menjadi sebuah franchise?

1. Konsep Bisnis

Yang pertama harus dilakukan adalah konsep bisnis. Mengapa konsep bisnis menjadi alasan utama sebagai syarat untuk memfranchisekan usaha? Karena konsep bisnis mencakup sistem yang akan berjalan sebagai roda otomatisasi operasional usaha.

Konsep bisnis yang dimiliki harus tangguh karena untuk menjadi franchise perlu dibuktikan oleh waktu, karena usaha tersebut harus menjadi pilot project  yang akan di replikasi oleh franchisee nantinya. Dari sanalah munculnya standar operasional yang baku untuk setiap jaringannya.

Page 5: kwu ok

2. Tim Manajemen

Untuk mengubah usaha kita menjadi sebuah franchise, kita harus mempersiapkan tim manajemen yang menguasai seluk-beluk sistem waralaba serta masalah-masalah yang ada didalamnya. Tim manajemen ini juga harus memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan mengawasi jaringan yang akan terbentuk nanti.

3. Rumuskan Keunikan

Jika usaha Anda ingin difranchisekan, Anda harus merumuskan diferensiasi atau keunikan produk/ jasa yang akan ditawarkan. Tanpa keunikan, sebuah produk tidak akan dilirik oleh pelanggan. Keunikan  inilah yang akan menjadi pembeda produk kita dengan para pesaing.

Usahakan produk yang akan kita franchisekan tidak mudah untuk ditiru atau duplikasi. Keunikan tidak hanya dari segi produk saja, keunikan juga bisa kita tunjukan dari segi pelayanan atau juga cara penyajian produk kita. Contoh hal yang bisa kita ambil sebagai keunikan yang bisa kita terapkan untuk usaha kita adalah konsep open kitchen, dimana pengunjung bisa melihat cara pembuatan dan penyajian hidangan yang kita hidangkan.

4. Pendanaan

Kita harus persiapan paket pendanaan, yang mana didalamnya terdapat perhitungan biaya-biaya yang akan kita keluarkan sangat penting agar semua prosedur yang ada bisa dikerjakan dengan tepat waktu.

5. Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud adalah dokumen yang menyangkut organisasi franchisor dan juga dokumen-dokumen yang diserahkan atau dipinjamkan kepada franchisee.

Dokumentasi yang disiapkan harus tergambar dalam visi organisasi dan implementasi konsep bisnis.

Pengertian bisnis waralaba atau franchise adalah kerjasama bisnis antara pemilik usaha dengan pelaku usaha dengan membagi hasil usaha berdasar perjanjian yang mereka sepakati. Istilah lain dari waralaba adalah franchise. Franchise adalah nama internasional untuk bisnis waralaba. Secara istilah wara artinya lebih, sedangkan laba artinya untung. Jadi pengertiannya mengacu pada keuntungan yang lebih.

Berikut definisi atau pengertian bisnis waralaba atau franchise dari berbagai sumber,(1) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 259/MPR/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba

Waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dalam rangka menyediakan dan atau penjualan barang dan jasa.

Page 6: kwu ok

(2) PP RI No. 42 Tahun 2007 tentang waralaba, (Revisi atas PP No. 16 Tahun 1997 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 259/MPR/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba)

Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perorangan atau badan usaha terhadap sistem dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti hasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

(3) David J.Kaufmann memberi definisi franchising sebagai sebuah sistem pemasaran dan distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil (franchisee) yang digaransi dengan membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar oleh franchisor dengan standar operasi yang mapan dibawah asistensi franchisor.

(4) Sedangkan menurut Reitzel, Lyden, Roberts & Severance, franchise definisikan sebagai sebuah kontrak atas barang yang intangible yang dimiliki oleh seseorang (franchisor) seperti merek yang diberikan kepada orang lain (franchisee) untuk menggunakan barang (merek) tersebut pada usahanya sesuai dengan teritori yang disepakati.

Psikologi konsumen adalah hubungan antara penciptaan suatu produk dan peluang penggunaannya oleh individu dengan proses-proses mental (psikologis) yaitu meliputi pemahaman tentang proses psikologi dalam diri konsumen sebagai individu maupun kelompok, aspek-aspek psikologi yang dipertimbangkan dalam strategi pemasaran/distribusi produk, riset pemasaran dalam konteks psikologi.

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.[1] Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian.

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Contohnya adalah : pembeli, pengguna, pemakai (diri sendiri, keluarga, teman)

Konsumsi adalah menggunakan barang atau jasa yang tersedia untuk dipakai atau digunakan sesuai keinginan dan kebutuhan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain.

Contohnya adalah : kita membeli makanan atau juga peralatan sehari-hari, lalu kita memakan ataupun menggunakannya.

Konsumtif adalah sikap menggunakan sesuatu tidak sesuai dengan keperluannya. Bisa juga diartikan sikap boros dalam menggunakan barang dan jasa secara berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan. Sikap ini muncul karena pengaruh iklan-iklan produser yang begitu gencar. Melihat iklan-iklan ini orang jadi tertarik untu menggunakan atau memakai produk mereka walaupun sipemakai belum tentu butuh, mungkin hanya karena gengsi dan hal lain.

Page 7: kwu ok

Contohnya adalah : membeli sepatu dengan berbagai warna untuk memadupadankan dengan warna tas atau pakaian, padahal jika membeli satu saja sudah cukup.

Konsumerisme adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan. Sifat konsumtif yang ditimbulkan akan menjadikan penyakit jiwa yang tanpa sadar menjangkit manusia dalam kehidupannya.

Contohnya : kita mempengaruhi orang lain untuk mengkonsumsi produk yang kita jual.

Menurut James F. Engel – Roger D. Blackwell – Paul W. Miniard dalam Saladin (2003 : 19) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :

1. Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas.

2. Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupkan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.

3. Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam penambilan keputusan pembelian.

Ada beberapa definisi perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para pakar.

1. Menurut Engel (1995), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.

2. Menurut Loudon dan Bitta (1988) lebih menekankan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa.

3. Menurut Kotler dan Amstrong (2006), mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga yang membeli produk untuk konsumsi personal.

Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

• Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga.

• Perilaku konsumen menyangkut suatu proses kepurtusan sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai, mengkonsumsi dan menghabiskan produk.

Page 8: kwu ok

Pemasaran

Pengertian Pemasaran menurut Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Stanton, 1997).

Pengertian tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pemasaran sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang/jasa kepada pembeli secara individual maupun kelompok pembeli. Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang dibatasi sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun konsekuensi sosial perusahaan.

Pengertian pemasaran menurut Kotler (2000: 8), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk dengan pihak lain. Dalam hal ini pemasaran merupakan proses pertemuan antara individu dan kelompok dimana masing-masing pihak ingin mendapatkan apa yang mereka butuhkan/inginkan melalui tahap menciptakan, menawarkan, dan pertukaran.

Definisi pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip inti yang meliputi: kebutuhan (needs), produk (goods, services and idea), permintaan (demands), nilai, biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, dan jaringan, pasar, pemasar, serta prospek.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi cara dan keberhasilan perusahaan terhadap pemasarannya, yaitu:

(1) Lingkungan Eksternal Sistem Pemasaran.

Lingkungan ini tidak dapat dikendalikan perusahaan, misalnya kebebasan masyarakat dalam menerima atau menolak produk perusahaan, politik dan peraturan pemerintah, keadaan perekonomian, kependudukan serta munculnya pesaing;

(2) Variabel Internal Sistem Pemasaran.

Variabel ini dapat dikendalikan oleh perusahaan, terdiri atas dua kelompok, yaitu sumber bukan pemasaran (kemampuan produksi, keuangan, dan personal) dan komponen-komponen bauran pemasaran yang meliputi: produk, harga, promosi, dan distribusi (Swastha, 2002).