kurban dan revitalisasi nilai-nilai kebangsaan
DESCRIPTION
Menjadikan momentum kurban sebagai sarana efektif dalam merevitalisasi nilai-nilai kebangsaan. Sudut pandang; sosio-historis dan nilai universal kurban.TRANSCRIPT
KURBAN DAN REVITALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN
Penulis: Iqbal Fahri
Negeri ini masih dilanda oleh berbagai problematika kebangsaan yang semakin
kompleks. Dari berbagai peristiwa yang terjadi belakangan ini, mengisyaratkan ancaman yang
serius terhadap kelestarian nilai-nilai kebangsaan yang semestinya menjadi landasan dalam
berperilaku dan bernegara. Sehingga upaya merevitalisasi nilai-nilai kebangsaan menjadi sangat
penting dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Melalui nilai-nilai luhur keragaman agama, tradisi
dan budaya, revitalisasi nilai-nilai kebangsaan dapat diintenalisasikan secara massif dengan
berbagai momentum. Salah satu diantaranya yaitu momentum kurban yang sebentar lagi akan
tiba. Mungkinkah momentum kurban dapat merevitalisasi nilai-nilai kebangsaan?, dan seperti
apakah dampak kurban ini sehingga dapat merevitalisasi nilai-nilai kebangsaan?, Berikut ini
paparannya.
Kurban dan Penanaman Nilai Kebangsaan
Dalam sejarah peradaban manusia, kurban telah dikenal melalui sejumlah tradisi agama
terdahulu dengan berbagai nilai historis dan bentuknya. Tradisi agama mengajarkan bahwa
kurban merupakan persembahan teragung kepada Tuhan sekaligus berfungsi ganda dalam
penanaman nilai-nilai kemanusiaan. Dalam konteks ini, orang yang berkurban sejatinya tengah
mengenyampingkan perilaku individual dan primordialisme sekaligus penghargaan terhadap
pluralitas (baca: kaya- miskin) yang sangat membantu dalam memupuk rasa persatuan. Nilai
keberadaban dalam pengertian patuh pada etika, moral, integritas, dan nilai-nilai luhur agama
serta rasa keadilan dalam arti berempati terhadap kehidupan orang lain atau kelompok lain serta
saling menjaga keadilan untuk semua orang secara integratif tercermin dalam pelaksanaan
kurban. Sementara, perilaku sukarela dan ikhlas dalam berkurban dapat menjadi modal bangsa
guna menginternalisasikan nilai-nilai kebangsaan pada spektrum yang lebih luas lagi.
Hal ini selaras dengan tinjauan kurban secara sosio-historis. Dalam Islam, kurban
pertama kali dilaksanakan pada periode madinah. Pada periode ini, orang-orang Islam mulai
bernegara. Kurban telah menjadi salah satu instrumentasi produktif orang-orang Islam dalam
melestarikan nilai-nilai kebangsaan masyarakat madani. Sedangkan dalam agama samawi
lainnya, kurban menjadi instrumentasi pemersatu antar pemeluknya dalam suatu ikatan suci.
Dengan demikian, baik kurban sebagai instrumentasi pelestarian nilai-nilai maupun kurban
sebagai suatu ikatan suci dapat menjadi sumber kearifan dalam merevitalisasi nilai-nilai
kebangsaan.
Efek Domino Kurban
Kurban dan penanaman nilai-nilai kebangsaan seperti efek domino. Kesadaran akan efek
domino kurban dalam merevitalisasi nilai-nilai kebangsaan seyogyanya menjadi kesadaran
seluruh elemen bangsa terlebih penyelenggara negara. Pada saat yang sama, kesadaran akan efek
domino kurban juga menunjukkan kontribusi besar pengejawantahan nilai-nilai kebangsaan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pelestarian nilai-nilai kebangsaan tanpa menengok
nilai-nilai luhur agama merupakan kesia-siaan, karena dari nilai-nilai luhur inilah nilai-nilai
kebangsaan tumbuh dan lestari.
Manakala kesadaran tersebut menjadi kesadaran kolektif seluruh elemen bangsa, berbagai
perilaku yang kontraproduktif terhadap pelestarian nilai-nilai kebangsaan dapat dieliminir.
Penyimpangan perilaku individual dan primordialisme yang kerap kali melahirkan tindakan
korupsi, kolusi, nepotisme, premanisme, tawuran, dan sebagainya dapat dimaknai sebagai bentuk
kegagalan transformasi nilai-nilai luhur agama, tradisi, dan budaya ke dalam ruang lingkup
kemajemukan. Apabila pemaknaan kegagalan ini tidak segera disadari, bukan tidak mungkin
nilai-nilai kebangsaan yang telah digagas oleh pendiri bangsa akan kembali ke titik yang paling
rendah. Oleh karenanya, forum refleksi dan kontemplasi atas nilai-nilai luhur agama, tradisi, dan
budaya bangsa melalui momentumnya masing-masing perlu terus-menerus disosialisasikan agar
dapat dipahami korelasi dan implementasinya terhadap empat pilar kebangsaan kita yaitu
Pancasila, Pembukaan UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Cara ini dipandang lebih
efektif dalam merevitalisasi nilai-nilai kebangsaan, mengingat manusia hidup dalam kearifan
keyakinannya masing-masing.
Konklusi
Hidup berbangsa dan bernegara dalam kemajemukan merupakan tantangan bangsa
modern. Keberhasilan dan kegagalan suatu Negara sangat ditentukan oleh komitmen besar warga
Negara untuk menemukan titik temu atas kemajemukan. Titik temu yang melahirkan nilai-nilai
kebangsaan, perlu disokong secara kontinyu dan konsisten oleh kearifan nilai-nilai luhur agama,
tradisi, dan budaya yang menjadi akarnya. Sebagaimana bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai jasa para pahlawannya, hal yang sama dapat juga kita katakan bahwa bangsa yang
besar adalah bangsa yang menyadari akan pentingnya momentum nilai-nilai luhur guna
merevitalisasi nilai-nilai kebangsaannya. Oleh karenanya, pemaknaan atas nilai-nilai luhur dalam
kerangka revitalisasi nilai-nilai kebangsaan menunjukkan peran dan tanggung jawab yang besar
atas konsekuensi berbangsa dan bernegara. Selamat berkurban.