kumpulan puisi inspiratif

7
Membaca Tanda-Tanda Karya Taufiq Ismail Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kita mulai merindukannya Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari Hutan kehilangan ranting Ranting kehilangan daun Daun kehilangan dahan Dahan kehilangan hutan Kita saksikan zat asam didesak asam arang dan karbon dioksid itu menggilas paru-paru Kita saksikan Gunung memompa abu Abu membawa batu Batu membawa lindu Lindu membawa longsor Longsor membawa air Air membawa banjir Banjir membawa air air mata Kita telah saksikan seribu tanda-tanda Bisakah kita membaca tanda-tanda?

Upload: muhammad-gyman

Post on 10-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kumpulan Puisi Inspiratif

Membaca Tanda-Tanda

Karya Taufiq Ismail

Ada sesuatu yang rasanya mulai lepasdari tangandan meluncur lewat sela-sela jari kita

Ada sesuatu yang mulanyatak begitu jelastapi kini kita mulai merindukannya

Kita saksikan udaraabu-abu warnanyaKita saksikan air danauyang semakin surut jadinyaBurung-burung keciltak lagi berkicau pagi hari

Hutan kehilangan rantingRanting kehilangan daunDaun kehilangan dahanDahan kehilangan hutan

Kita saksikan zat asamdidesak asam arangdan karbon dioksid itumenggilas paru-paru

Kita saksikanGunung  memompa abuAbu membawa batuBatu  membawa linduLindu  membawa longsorLongsor  membawa airAir membawa banjirBanjir membawa airair mata

Kita telah saksikan seribu tanda-tandaBisakah kita membaca tanda-tanda?

Allah Kami telah membaca gempaKami telah disapu banjirKami telah dihalau api dan hamaKami telah dihujani abu dan batu

Page 2: Kumpulan Puisi Inspiratif

AllahAmpuni dosa-dosa kami

Beri kami kearifan membacaSeribu tanda-tanda

Karena ada sesuatu yang rasanyamulai lepas dari tangandan meluncur lewat sela-sela jari

Karena ada sesuatu yang mulanyatak begitu jelastapi kini kami mulai merindukannya.

Page 3: Kumpulan Puisi Inspiratif

Sebuah Jaket Berlumur Darah

 

Sebuah jaket berlumur darah

Kami semua telah menatapmu

Telah berbagi duka yang agung

Dalam kepedihan bertahun-tahun

Sebuah sungai membatasi kita

Di bawah terik matahari Jakarta

Antara kebebasan dan penindasan

Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang

Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’

Berikrar setia kepada tirani

Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu

Kami semua telah menatapmu

Dan di atas bangunan-bangunan

Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai ke mana-mana

Melalui kendaraan yang melintas

Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan

Page 4: Kumpulan Puisi Inspiratif

Teriakan-teriakan di atap bis kota, pawai-pawai perkasa

Prosesi jenazah ke pemakaman

Mereka berkata

Semuanya berkata

LANJUTKAN PERJUANGAN!

Page 5: Kumpulan Puisi Inspiratif

Aku

(Chairil Anwar)

Kalau sampai waktuku

‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Page 6: Kumpulan Puisi Inspiratif

Kepada KawanKarya Chairil Anwar

Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,

mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,

selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,

belum bertugas kecewa dan gentar belum ada,

tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,

layar merah berkibar hilang dalam kelam,

kawan, mari kita putuskan kini di sini:

Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!

Jadi

Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,

Tembus jelajah dunia ini dan balikkan

Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu,

Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,

Jangan tambatkan pada siang dan malam

Dan

Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,

Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.

Tidak minta ampun atas segala dosa,

Tidak memberi pamit pada siapa saja!

Jadi

mari kita putuskan sekali lagi:

Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi,

Sekali lagi kawan, sebaris lagi:

Tikamkan pedangmu hingga ke hulu