kritik sosial pada kumpulan puisi potret pembangunan

36
41 Kunpulan Sajak, sajak - sajak Sepatu Tua, Nyanyian Angsa dan Khotbah, Potret Pembangunan dalam Puisi, Disebabkan Oleh Angin, Orang - Orang Rangkas Bitung dan lain sebagainya. Pada umur 24 tahun tepatnya tahun 1959 WS Rendra menemukan jodohnya dengan seorang wanita Jawa bernama Sunarti Suwandi. Diilhami dari perkawinannya itulah terbit kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak yang berisi pengalaman religi dan cinta pada Sunarti, selain terdapat pula beberapa sajak tentang kritik sosial. Konon katanya karya kumpulan puisi ini terinspirasi dari penyair dari negara Spanyol bernama Federico Garcia Lorca yang sangat dikagumi Rendra. Sastrawan senior Subagio Sastrowardoyo menyatakan bahwa terdapat kesamaan sajak - sajak Rendra dengan Lorca sehingga Subagio menduga ada pengaruh Lorca dalam diri WS Rendra sehingga dijadikan bahan tulisannya berupa essai berjudul ”Kerancuan Rendra – Lorca”. Rendra memang sastrawan multi talenta dan serba bisa. Selain sebagai penyair juga menghasilkan karya - karya drama yang potensial. Beberapa diantaranya berisi tentang kritik sosial karena sastrawan yang satu ini tidak bisa menghilangkan ”naluri kritiknya” terhadap kehidupan sosial yang termaginalkan. Berikut beberapa karya dan penghargaan yang telah diterima Rendra

Upload: haiban22

Post on 26-Nov-2015

873 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kritik

TRANSCRIPT

Page 1: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

41

Kunpulan Sajak, sajak - sajak Sepatu Tua, Nyanyian Angsa dan Khotbah,

Potret Pembangunan dalam Puisi, Disebabkan Oleh Angin, Orang - Orang Rangkas

Bitung dan lain sebagainya.

Pada umur 24 tahun tepatnya tahun 1959 WS Rendra menemukan jodohnya

dengan seorang wanita Jawa bernama Sunarti Suwandi. Diilhami dari perkawinannya

itulah terbit kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak yang berisi pengalaman religi

dan cinta pada Sunarti, selain terdapat pula beberapa sajak tentang kritik sosial.

Konon katanya karya kumpulan puisi ini terinspirasi dari penyair dari negara

Spanyol bernama Federico Garcia Lorca yang sangat dikagumi Rendra. Sastrawan

senior Subagio Sastrowardoyo menyatakan bahwa terdapat kesamaan sajak - sajak

Rendra dengan Lorca sehingga Subagio menduga ada pengaruh Lorca dalam diri WS

Rendra sehingga dijadikan bahan tulisannya berupa essai berjudul ”Kerancuan

Rendra – Lorca”.

Rendra memang sastrawan multi talenta dan serba bisa. Selain sebagai penyair

juga menghasilkan karya - karya drama yang potensial. Beberapa diantaranya berisi

tentang kritik sosial karena sastrawan yang satu ini tidak bisa menghilangkan ”naluri

kritiknya” terhadap kehidupan sosial yang termaginalkan. Berikut beberapa karya dan

penghargaan yang telah diterima Rendra

Page 2: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

42

KARYA PUISI

Balada Orang - Orang Tercinta

Blues untuk Bonie

Empat Kumpulan Sajak

Sajak - Sajak Sepatu tua

Mencari Bapak

Perjalanan Bu Aminah

Nyanyian Orang Urakan

Pamflethen Van Een Dichter

Potret Pembangunan dalam Puisi

Disebabkan Oleh Angin

Orang - Orang Rangkas Bitung

KARYA DRAMA

Orang Orang di Tikungan Jalan

Bip Bop

Sekda

Selamatan Anak Cucu Sulaeman

Mastodon dan Burung Kondor

Hamlet, Macbeth ( Terjemahan William Shakespeare )

Oedipus Sang Raja, Oedipus di Kolonus, Antigone ( karya Sophokles )

Kasidah Barzanji

Panembahan Reso

Kisah Perjuangan Suku Naga

Page 3: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

43

PENGHARGAAN

Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Depdikbud

Hadiah Sastra Nasional BMKN

Anugrah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia

Hadiah Akademi Jakarta

Hadiah Yayasan Buku Utama Depdikbud

Penghargaan Adam Malik

The SEA Write Award dari Pemerintah Thailand

Penghargaan Ahmad Bakri

Pada tahun 1978 Rendra pernah dicekal dan dipenjara pemerintah Orde Baru

setelah ikut serta dalam demonstrasi menentang terpilihnya kembali Presiden

Soeharto atau 4 tahun setelah kejadian Malari 1974. Rendra tentunya sadar akan

resiko itu terhadap perjuangannya.

Kejadian Malari mempunyai arti yang penting bagi Rendra. Pada pembahasan

sebelumnya dalam penelitian ini telah dijelaskan kumpulan karya Potret

Pembangunan dalam Puisi merupakan satu reportase tajam dari kaca mata penyair

tentang kejadian tersebut. Adanya beberapa sajak kritik sosial dalam kumpulan puisi

ini pada sebuah film dengan maksud mengkritik kebijakan pemerintah tak pelak lagi

menimbulkan kegusaran dari pemerintah. Setelah keluar dari penjara Rendra masih

tetap berkarya meski segala aktifitasnya terbatasi. Manusia boleh mati bahkan

terpotong lidahnya namun kebenaran pasti akan berbicara juga oleh lidah - lidah yang

lain, meski Rendra telah berpulang namun karya - karya puisinya dapat menjadi

Page 4: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

44

renungan dan kajian kehidupan bahwa setiap kehidupan menemui masa sulit yang

harus dihadapi.

Di luar negri karya - karya Rendra juga diapresiasi oleh para pakar

diantaranya : Indonesian Poet in New York yang diterjemahkan Harry Aveling dan

Clay Victoria pada tahun 1971, Rendra Balads and Blues diterjemahkan Burton

Raffael, Harry Aveling dan Derwent May di Kuala Lumpur serta diterbitkan pula

oleh Oxford University pada tahun 1974, The Struggle of the Naga Tribe atau naskah

drama Kisah Perjuangan Suku Naga yang dikerjakan oleh Max Lane dan diterbitkan

oleh University of Queensland press pada tahun 1979, Contemporary Indonesian

Poetry diterjemahkan Harry Aveling pada tahun 1975.

Dalam bentuk disertasi di luar negri karya - karya Rendra diapresiasi oleh

seorang Doctor bernama Rainer Carle dengan judul Rendras Gedichtsammlungen ein

beitrag zur kenntnis tahun 1957 yang menelaah karya - karya puisi Rendra dalam

kaitannya dengan aktifitasnya serta karya karya lainnya serta disetasi Hamburg yang

ditulis pula oleh Rainer Carle Zeitgenossischen Indonesian Literatur. Karya Rendra

mempunyai banyak motif juga beraneka ragam tema serta memamerkan bahasa

kreatif yang kaya. Indonesia memang memiliki banyak sastrawan yang potensial.

Page 5: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

45

ANALISIS DATA

4. 2 Kritik Sosial Sajak Sebotol Bir, Sajak Sebatang Lisong, Sajak Pulau Bali danSajak Ibunda di Bidang Industri

Perkembangan industri selain membawa berkah bagi kehidupan, kemajuan

dan peradaban umat manusia tetapi efek sampingnya adalah pertentangan kelas yang

lebar karena tidak menutup kemungkinan keuntungan industri hanya dinikmati oleh

orang - orang tertentu saja. Buruh hanya diperas tenaganya dan diperlakukan dengan

cara yang tidak adil serta rusaknya ekosistem alam akibat polusi berbagai bahan -

bahan kimia dari industri itu sendiri. Oleh karena itu hendaklah ada satu upaya dari

buruh untuk memperjuangkan hak kehidupan yang layak dan sastra haruslah menjadi

media yang merekam peristiwa itu.

Persis seperti apa yang dikatakan Marx dalam konsep Sosilogis Marxis bahwa

sejarah perjuangan kelas yaitu lahirnya kelompok borjuis yang menguasai alat - alat

produksi dan kelas proletar yang tidak memiliki alat produksi. Kelompok proletar

harus melawan kelompok borjuis sehingga melahirkan masyarakat tanpa kelas (

Basrovi 2005 : 4 ).

Sepertinya mewujudkan satu tatanan masyarakat tanpa kelas merupakan satu

hal yang mustahil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti keadaan lahiriyah

manusia yang telah tersusun dalam beberapa strata serta sifat egosentris ( rakus ) yang

tidak hilang dari manusia itu sendiri, kokohnya hegemoni dalam melanggengkan

praktek satu kebijakan apalagi bila didukung oleh alat seperti tentara dan lembaga

Page 6: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

46

yang sangat vital berhubungan dengan masyarakat serta sebab lainnya. Namun

meminimalisir jurang perbedaan yang terlalu melebar adalah satu hal yang mungkin.

Oleh karena itu, pendekatan Sosiologis Marxis lebih menekankan pada perbaikan

nasib golongan proletar atau golongan miskin agar tidak terlalu dimarginalkan.

Hal itulah yang membuat Rendra merasa khawatir dan mengingatkan setiap

orang dengan puisi - puisi pamfletnya terhadap efek samping dari pembangunan dan

perkembangan industri yang berkembang pesat pada tahun 1974. Rendra ingin

mempergunakan puisi pamfletnya sebagai sarana pendidikan kepada generasi muda

khususnya mahasiswa. Negara kapitalis sadar bahwa kolonialisme fisik dengan

senjata tidak ”Cantik” lagi. Penjajahan bukan lagi sebagai Gospel, Gold, dan Glory.

Oleh karena itu, mereka mempunyai cara yang lebih ”Lunak” untuk tetap

mengendalikan dunia dengan cara penjajahan ekonomi, budaya dan produk yang

lazimnya disebut imprealisme modern.

Pengadaan sumber kekayaan alam Indonesia dimonopoli oleh pihak - pihak

tertentu. Pembangunan kota - kota besar hanya sebagai nilai gengsi atau prestisius

semata dan ambisi negara – negara maju seperti Cina, Jepang, Amerika, Australia.

Hal ini telah menjadikan Indonesia sebagai ”Satelit” dari negara - negara maju yang

sangat membutuhkan kekayaan alam berupa tambang mineral dan perputaran modal

bagi kelangsungan industrinya. Apalagi bila terjadi persaingan diantara sesama

negara industri dalam memasarkan dan mempromosikan produk serta negara -

negara industri yang ditakdirkan tidak memiliki sumber mineral dan bahan mentah di

Page 7: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

47

negaranya sendiri tentu akan terus menjajah dan melebarkan sayapnya terhadap

negara miskin atau negara berkembang.

Selain kawasan Eropa, terdapat satu negara yang besar peranannya dalam hal

penanaman modal di Indonesia adalah Jepang. Jepang sebagai satu negara industri

perwakilan Asia sedanng tumbuh sebagai negara industri yang pesat. Dengan Politik

Dumping yaitu kebijakan perdagangan yang menjual barang lebih murah di luar negri

dari pada di dalam negri sendiri sebagai navigasi starategi industrinya, Jepang

mengalami surplus dan berhasil memasarkan produk produknya seperti teknologi

mesin dan kendaraan bermotor. Bahkan sampai saat ini produk Jepang pun masih

dinilai mendominasi industri khususnya di Indonesia apalagi dalam hal mobil dan

sepeda motor.

Sebenarnya negara - negara industri dalam memperoleh keuntungan ekonomi

hanya ”Modal dengkul”, karena barang yang mereka buat ternyata didapat dari bahan

mentah yang ada di negara miskin dan berkembang. Satu hal yang ironis bagi ”

Budak sebagai objek penjajahan yang disamarkan”. Hal inilah yang disinggung

Rendra dalam sajaknya

”Kota metropolitan disini tidak tumbuh dari industri

tapi tumbuh dari kebutuhan negara - negara industri asing

akan pasaran dan sumber pengadaan bahan alam.

Kota metropolitan disini

adalah sarana penumpukan bagi Eropa, Jepang, Cina, Amerika, Australia dan negara industilainnya.

Page 8: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

48

Apakah semua negara yang ingin maju harus menjadi negara industri ?

Apakah kita mimpi untuk punya pabrik – pabrik ?

Yang tidak berhenti hentinya menghasilkan......

Harus senantiasa menghasilkan

dan akhirnya memaksa negara lain untuk menjadi pasaran bagi barang - barang kita” ?

( Sajak Sebotol Bir bait ke 4 dan 9 halaman 66 ).

Kesemrawutan industrialisasi ternyata bukan hanya merambah di bidang

industri fisik berupa manufaktur saja namun merambah pada dunia industri pariwisata

yang terjadi di Indonesia.

Usaha berbasis modal kecil biasanya dimiliki pribumi sedangkan adalah usaha

berbasis modal besar yang biasanya dimiliki pengusaha asing dan pengusaha pribumi

yang kaya. Disini jelas terlihat adanya ketimpangan persaingan usaha yang tidak

sehat. Alat - alat produksi cenderung dikuasai para pemilik modal. Dengan modal

kecil yang kurang dan belum tentu dibantu pihak pemerintah, pribumi harus terus

berjuang menyambung hidup ditengah himpitan industri baik pariwisata maupun non

pariwisata.

Sehingga dengan logika sederhana tentunya Bali sebagai daerah pariwisata

bertaraf internasional telah dimiliki modal asing dan harus dilengkapi dengan

berbagai fasilitas untuk kenyamanan turis asing seperti hotel dan sarana hiburan

Page 9: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

49

lainnya yang disinggung Rendra seperti kata hotel, Bistik, Coca Cola dan landasan

pesawat.

Pembangunan berbagai ”Gunung yang menjulang tinggi” ( ditafsirkan sebagai

gedung gedung tinggi pencakar langit ) baik untuk kepentingan industri pariwisata

dan sarana prestisius lainnya akhirnya tidak dapat dilawan. Hal ini disebabkan

sempitnya kebebasan berbicara atau berpendapat sehingga berbagai protes akhinya

urung dilakukan. Rendra menyindir keadaan ini dengan kalimat Protes terpendam

terhimpit di bawah tilam ( tilam = selimut tempat tidur ) yang maksudnya berbagai

protes tidak dapat dilakukan dan lebih baik memilih tidur dari pada terkena celaka.

Hal inilah yang dinyatakan Rendra dalam sajaknya

Gunung gunung menjulang

langit pesta warna di dalam senjakala

dan aku melihat

protes protes terpendam terhimpit di bawah tilam

( sajak sebatang lisong bait ke 8 )

Maka di Bali

hotel hotel pribumi bangkrut

digencet oleh packaged tour

kebudayaan rakyat ternoda

digencet standar dagang internasional

dan sementara kita bengong

pesawat terbang muncul dari dalam mimpi

Page 10: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

50

membawa kekuatan modalnya :

lapangan terbang, ”hotel, bistik, coca cola”

( Sajak Pulau Bali bait ke 12 dan 13 ).

Sejak dulu lembaga - lembaga dunia seperti IMF dan Bank dunia mengambil

peranan dalam peminjaman modal terhadap negara - negara miskin dan negara -

negara berkembang seperti Indonesia. Namun tragisnya setiap pinjaman yang

diberikan selalu disertai syarat - syarat yang memberatkan bahkan terkadang

merambah pada ikut campurnya masalah dalam negri dari negara donor terhadap

negara yang diberi pinjaman. Apalagi bila negara donor mengetahui tentang keadaan

ekonomi dari ”mangsanya” yang sedang sulit.

Terkadang negara maju bekerja sama dengan lembaga keuangan semisal Bank

Dunia agar pemasaran produk negara maju pada negara - negara miskin dan

berkembang terlaksana semaksimal mungkin. Tentunya dengan bahan - bahan impor

dari negara maju itu sendiri. Ini yang menjadi sindiran dalam sajak - sajak Rendra

Dan bank dunia

selalu tertarik membantu negara miskin

untuk membuat proyek raksaksa.

Artinya : Yang 90% dari bahanya harus di import

( sajak pulau bali bait ke 11 )

Page 11: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

51

Bank Dunia adalah kreditor besar luar negri yang berperan mencairkan

pinjaman kepada negara miskin dan berkembang. Selain sebagai kreditor, lembaga ini

juga membuat proyek besar tepat seperti sindiran Rendra di dalam sajaknya Untuk

membuat proyek raksaksa yang 90% bahannya harus di import. Seharusnya

Indonesia tidak dapat didikte seenaknya oleh lembaga yang bersangkutan apalagi

menyangkut rumah tangga dan kehormatan. Ironisnya penanaman modal asing

menjadi “Tambang emas” bagi kepentingan asing, bahkan lembaga asing tersebut

membiarkan keruntuhan ekonomi di beberapa negara seperti inflasi dan korupsi agar

dijadikan alasan untuk membantu peminjaman dana dan menanamkan pengaruhnya

terhadap negara yang bersangkutan.

Pemerintah beserta jajarannya yang sedang berunding dengan lembaga donor

akan “Dibius” dengan resep - resep ekonomi yang tentu saja membawa efek samping

yang ganas dikemudian hari. Apalagi jajaran pemerintah tersebut dibesarkan dengan

pendidikan barat yang pola ekonominya belum tentu cocok diterapkan pada negara

lain. Maka akhirnya obat bagi kesembuhan ekonomi justru “Salah takar atau over

dosis”. Namun karena dijanjikan jabatan dan kekayaan finansial tidak menutup

kemungkinan banyak pejabat menjadi penghianat dari bangsanya sendiri

Perkembangan industri yang pesat dengan perantaraan cukong - cukong dan

para makelar ternyata belum dapat menurunkan angka kemiskinan dan kemelaratan

rakyat. Cukong - cukong politik dan ekonomi begitu menikmati gaya hidup mewah

dengan menghisap sebatang lisong di atas jutaan rakyat yang menjerit hidupnya.

Page 12: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

52

Dengan keuntungan yang melimpah dari spekulasi tender modal negara lain telah

melahirkan penghianat - penghianat berwajah pribumi sebagai antek dari modal

asing. Para antek modal asing mulai dari sipil maupun militer berlomba - lomba

menumpuk harta kekayaan dengan adanya peluang pembangunan industri besar -

besaran. Dengan gaya bahasa sarkasme, Rendra menganggap hal tersebut tidak

ubahnya seperti kepala rakyat yang dikotori oleh para cukong yang merupakan

lambang golongan elite ( strata atas ). Dan di langit dua tiga cukong mengangkang

berak di atas kepala mereka ( Sajak Sebatang Lisong bait 1 ).

Rendra menyindir terhadap pihak - pihak yang merasa sebagai makelar dan

antek modal asing apakah bersedia cium tangan dan memohon maaf kepada ibunya

bahwa telah menjadi kaki tangan modal asing yang berakibat menghancurkan bangsa

sendiri. Inilah salah satu umpatan Rendra dalam sajaknya

dan di langit

dua tiga cukong mengangkang

berak di atas kepala mereka

( sajak sebatang lisong bait 1 ).

Apakah sang anak akan berkata pada ibunya :

”Ibu, aku telah menjadi antek modal asing

Yang memprodusir barang barang yang tidak mengatasi

Kemelaratan rakyat

Tapi lalu bagaimana sang anak akan

Menerangkan kepada ibunya tentang kedudukannya sebagai

Page 13: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

53

Tiran, koruptor, hama hutan,

Dan tikus sawah?

Apakah sang tiran akan menyebut dirinya

Sebagai pemimpin revolusi?

Koruptor dan antek modal asing akan

Menamakan dirinya sebagai pahlawan pembangunan

Dan hama hutan serta tikus sawah akan

Menganggap dirinya sebagai petani teladan ( Sajak Ibunda bait 5, 7 dan 10)

Manipulasi ekonomi para cukong mengakibatkan penganguran yang

meningkat tajam, terutama para mahasiswa yang dianggap berpendidikan tinggi

namun termasuk dalam golongan pengangguran potensial dikarenakan lapangan

pekerjaan yang semakin menipis. Akibat polusi industri membuat keadaan alam

terutama udara dipenuhi zat - zat berbahaya dari industri. Ketika sebagian kecil

menikmati kekayaan besar, disisi pihak para istri pensiunan atau mungkin janda -

janda veteran masih serba kekurangan hidupnya.

menghisap udara

yang disemprot deodorant

aku melihat sarjana - sarjana menganggur

berpeluh di jalan raya

aku melihat wanita bunting antri uang pensiunan. ( Sajak Sebatang Lisong bait 5 )

Page 14: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

54

4. 3. Kritik Sosial Sajak Mata Mata, Sajak Pertemuan Mahasiswa, Sajak OrangMiskin, Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon dan Sajak Sebatang Lisong di BidangPemerintahan atau Birokrasi

Ada beberapa persepektif atau alasan tampilnya militer dalam puncak

pemerintahan. Diantaranya keadaan geopolitik suatu negara dengan memberikan

kesempatan kepada militer untuk berpartisipasi aktif sebagai pelaku dan bukan hanya

penjaga, naiknya Jendral Soeharto dari pemimpin militer sekaligus pimpinan politik

yang dominana pada waktu itu serta motif politik tertentu. Sebagai lembaga yang

bersenjata, militer lebih muda tergoda dan terangsang untuk ambil bagian dalam

percaturan politik.

Mungkin militer lelah dan bosan karena selalu dianggap sebagai ”Herder di

depan pagar” dan membutuhkan kesejahteraan hidup yang cukup. Militer yang

berhasil menguasai pemerintahan akan melegitimasi segala kebijakan sehingga

timbul sebagai kaum sosial elit layaknya ”Tuan tanah berfarfum mesiu”. Dalam

kajian ilmu sosiologi politik, fenomena seperti itu disebut sebagai lahirnya golongan

yang dinamakan ”Aristokrat dari kalangan militer” ( Duverger , 2005 : 193 )

Mahasiswa yang berusaha melawan kebijakan para oknum militer dianggap

sebagai musuh yang harus disingkirkan meski dengan kekerasan fisik. Hal inilah

yang kemudian dikritik Rendra dalam sajaknya

Dan tentara di jalan jangan bebas memukuli mahasiswa ( sajak orang miskin bait kebait ke 5)

Ada yang bersenjata ada yang terluka

Ada yang duduk, ada yang di duduki ( sajak pertemuan mahasiswa bait ke 4 )

Page 15: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

55

Dan, lho, ini di belakang saya ada tentara marah - marah ( sajak mata mata bait ke 1)

Penuh serdadu - serdadu jelek dan menakutkan ( sajak seorang tua di bawah pohon bait ke 3)

Selain militer, pemerintahan Orde Baru juga mempergunakan teknokrat

sebagai tulang punggung arsitek perekonomian pada awal pemerintahannya. Militer

tentunya menyadari bahwa tidak semua tugas negara dapat diemban seorang diri

apalagi mengarsiteki keuangan, pembangunan dan perekonomian negara. Dalam

sejarah Indonesia keterlibatan teknokrat dan Angkatan Darat dalam arena percaturan

politik melahirkan rezim yang absolut.

Walaupun pinjaman luar negri dan penanaman modal dari negara lain

digunakan Indonesia tetapi ironisnya tidak dapat dikelola seutuhnya oleh pemerintah

yang berkuasa mengenai belanja dan kebutuhan rutin negara sehingga akhirnya

menimbulkan masalah seperti Ketergantungan dana disertai produk asing, hutang

yang besar dan bahaya yang sampai saat ini masih menjadi ancaman yaitu korupsi.

Jajaran ahli keuangan dan teknokrat Orde Baru akhirnya menjadi kaki tangan negara

lain agar dapat menjajah bangsa sendiri dengan barang impor yang disinggung

Rendra mesti di upgrade disesuaikan dengan teknologi yang di import. Hal inilah

yang diungkapkan dan diumpatkan Rendra dalam sajaknya

Dan di langit :

para teknokrat berkata

bahwa bangsa kita bangsa malas

Page 16: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

56

bahwa bangsa mesti dibangun

mesti di upgrade

disesuaikan dengan teknologi yang di import

( Sajak sebatang lisong bait ke 6).

Kritikan Rendra tidak terbatas terhadap birokrasi pemerintah namun juga

terhadap para sastrawan dan teman - teman seperjuangannya di sastra. Rendra merasa

kecewa terhadap para sastrawan yang hanya terbius oleh sajak - sajak romantis yang

dibuatnya tanpa membicarakan rakyat dengan penderitaannya, sehingga sastrawan -

sastrawan tersebut dianggap penyair salon ( ditafsirkan sebagai banci ) yang hanya

gemar berdandan retorika dengan kata ”Anggur” dan ”Rembulannya”. Aku bertanya

namun pertanyaanku membentur jidat penyair - penyair salon yang bersajak tentang

anggur dan rembulan sementara 8 juta anak - anak tanpa pendidikan termangu -

mangu ( Sajak Sebatang Lisong bait ke 9 ).

Sastrawan seharusnya ikut memberi andil dan menjadi motor pengerak

mengingat kedudukan mereka sebagai intelektual dengan bahasa sebagai sarana

perjuangan sosial agar dapat memberitahukan tentang perasaan masyarakat yang

tidak dapat diekspresikan oleh masyarakat itu sendiri baik itu akibat faktor

keterbatasan intelektual maupun penjajahan politik dari pemerintah. Sebagai

golongan yang ikut sebagai penggerak perubahan sosial justru sastrawan hampir tak

memiliki kepeduliannya sama sekali. Hal ini dapat di lihat dalam sajaknya Rendra.

Page 17: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

57

Aku bertanya

tapi pertanyaanku

membentur jidat penyair penyair salon

yang bersajak tentang anggur dan rembulan

sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya

dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan

termangumangu di bawah dewi kesenian ( sajak sebatang lisong bait ke 9 )

Sajak Sebatang Lisong merupakan puisi yang ditulis tahun 1973. Hal itu

mengindikasikan bahwa para sastrawan pada waktu itu sebenarnya telah mengalami

kevakuman humanis terhadap kehidupan rakyat. Sastrawan harus memiliki kontrol

terhadap segala kebijakan yang dijalankan Pemerintah bukan malah bersikap apatis

dan menutup mata. Oleh karena itu, Rendra begitu geram terhadap para ”Penyair

salon yang menutup mata”

Semua kebijakan yang dilakukan pemerintah beserta jajarannya beralasan

untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat. Pemerintah meminta agar jangan

mempunyai sikap buruk sangka tentang berbagai kebijakan yang dilakukan. Namun

kelompok cendekiawan seperti mahasiswa dan kelompok oposisi di luar lingkaran

kekuasaan akhirnya lambat laun menaruh kecurigaan melihat fenomena yang penuh

kontradiksi dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, satu hal yang wajar bila banyak

pihak menyampaikan petisi kepada pemerintah Orde Baru yang isinya mengecam dan

prihatin terhadap kehidupan negara yang semakin parah dengan banyaknya korupsi,

banyak rakyat yang kehilangan tanahnya, penyalahgunaan jabatan, perekonomian

Page 18: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

58

yang terjajah. Mengapa maksud baik dilakukan tapi makin banyak petani kehilangan

tanahnya. ( Sajak Pertemuan Mahasiswa bait ke 5 ). Rendra akhirnya ikut bicara dan

mengabadikan kejadian itu dalam sajaknya

Kenapa maksud baik dilakukan

tapi makin banyak petani kehilangan tanahnya

tanah - tanah di gunung telah dimiliki orang orang kota

perekebunan yang luas

hanya menguntungkan segolongan kecil saja

alat - alat kemajuan yang di impor tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya ( sajakpertemuan mahasiswa bait ke 5 ).

4. 4. Kritik Sosial Sajak Aku Tulis Pamflet Ini dan Sajak Mata - Mata di BidangPolitik dan HAM

Pada masa pemerintahan Orde Baru segala aktivitas berpendapat dikekang

tanpa adanya kebebasan untuk menyuarakan pendapat. Terdapat sensor ketat terhadap

media baik elektronik maupun cetak. Pemerintah melakukan spionase terhadap

berbagai pihak yang menjadi rivalnya di pemerintahan. Kebebasan berbicara pada

tingkat dewan rakyat atau parlemen pun dihapus oleh rezim pemerintah. Parlemen

menjadi pasif setiap tahunnya tanpa perubahan atau reformasi apapun. Parlemen

seharusnya menjadi lembaga kontrol yang efektif terhadap lembaga eksekutif namun

tidak demikian adanya.

Meski Indonesia tidak mengakui sistem satu partai, namun dalam prakteknya

tidak demikian adanya. Hal ini dibuktikan dengan kemenangan Golkar sampai

Page 19: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

59

berkuasa selama kurang lebih 30 tahun. Kemenagan Golkar yang sekian lama

dijadikan kendaran oleh orde baru untuk tetap menjaring suara pada rakyat agar dapat

berkuasa kembali lima tahun mendatang maka inilah bukti bagaimana Orde Baru

memiliki periodeisasi tampuk kpemimpinan terlama di Indonesia. Setiap peraturan

yang dibuat hanya untuk ”Melanggengkan kerajaan”. Setiap orang dipaksa setuju

mesti tidak sesuai dengan kehendak dan hati nurani sendiri. Rezim totaliter dapat

mendemisioner setiap gerakan apapun yang tentunya dianggap ”Bahaya” bagi

”Negara”. Betapa kita tahu bahwa koran telah ditekan sensor ( Sajak Mata - Mata

bait 7 ). Inilah yang dikritik Rendra dalam sajaknya

Aku tulis pamflet ini

karena lembaga pendapat umum

ditutupi jaring laba laba

orang orang bicara dalam kasak kusuk

dan ungkapan diri diteken

menjadi peng - iya – an

apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi

maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam

lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan

tidak megandung perdebatan

dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

( sajak aku tulis pamflet ini bait ke 1, 2 dan 3)

betapa kita akan tahu

Page 20: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

60

kalau koran - koran ditekan sensor

dan mimbar mimbar bebas telah dikontrol

koran koran adalah penerusan mata kita

kini sudah diganti mata yang resmi

kita tak lagi melihat kenyataan yang beragam

kita hanya diberi gambaran model keadaan

yang sudah dijahit oleh penjahit resmi

( sajak mata mata bait 7 )

4.4 Kritik Sosial Sajak Burung - Burung Kondor, Sajak Sebatang Lisong danSajak Orang Miskin di Bidang Ekonomi dan Kemasyarakatan

Hampir dalam setiap sajak - sajaknya Rendra selalu konsisten membicarakan

rakyat sebagai golongan yang menderita. Dengan keterampilan bahasa yang

dimilikinya terkadang Rendra begitu pandai memainkan metafor - metafor di dalam

sajak - sajaknya. Diantaranya adalah Sajak Burung Kondor sebagai simbol rakyat

atau kehidupan petani miskin dengan keadaan serba minim

Para ahli ekonomi malah menghina dan menyindir para petani dan rakyat

miskin yang meminta perbaikan kesejahteraan dengan memberikan alat kontrasepsi

berupa kondom. ”Bila mereka menuntut pemerataan pendapatan, para ahli ekonomi

membetulkan letak dasi sambil memberikan kondom” ( Sajak Burung - Burung

Kondor bait ke 3 ). Satu sindiran ironis dari para ahli ekonomi agar petani mengikuti

program KB yang diprogramkan pemerintah dan tidak selalu ”Mengembangbiakkan”

keturunannya sehingga mengakibatkan kepadatan penduduk. Ketika ribuan penduduk

Page 21: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

61

sulit mencari makan, ratusan iklan mempromosikan berbagai produk jual, padahal

penduduk tidak memiliki uang dan serba kekurangan. Hal itu merupakan sindiran

sekaligus penghinaan terhadap rakyat karena rakyat tidak akan kenyang oleh iklan

yang dipampang di sekitar jalan

Bunga bunga bangsa tahun depan

Berkunang kunang pandangan matanya

Di bawah iklan berlampu neon

Berjuta harapan ibu dan bapak

Menjadi gebalau suara yang kacau

Menjadi karang di bawah samodra

( sajak sebatang lisong baitbait 9 )

Penderitaan petani tembakau yang keuntungannya kecil karena dimanipulasi

harga oleh para cukong menjadi salah satu penyebab kemiskinan di Indonesia.

Keringat mereka menjelma emas yang diambil cukong cerutu Eropa. (Sajak Burung

Kondor bait ke 3 ). Hal inilah yang dikritik oleh Rendra dalam sajaknya mengenai

penderitaan petani tembakau yang kerja kerasnya hanya dinikmati oleh para cukong

tembakau cerutu di Eropa

Mereka memanen untuk tuan tanah

yang mempunyai istana indah

keringat mereka menjelma menjadi emas

Page 22: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

62

yang diambil oleh cukong - cukong pabrik cerutu Eropa

Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan

para ahli ekonomi membetulkan letak dasi

dan menjawab sambil memberikan kondom. ( Sajak burung burung kondor bait ke 3 ).

Kepadatan penduduk menjadi permasalahan serius Indonesia pada tahun 1970

- an. Penduduk miskin yang semakin membengkak mengakibatkan ketimpangan dan

kecemburuan sosial. Penduduk miskin yang banyak menjadi beban bagi pemerintah.

Migrasi besar penduduk desa ke kota - kota besar akhirnya menjadikan penduduk

desa terlunta - lunta karena tidak dilengkapi kecakapan hidup seperti keterampilan

pendidikan dan strategi usaha.

Masalah kemiskinan merupakan masalah klasik dari setiap negara. Berbagai

program dan cara telah dilakukan oleh berbagai negara untuk menekan laju

pertumbuhan penduduk miskin namun sampai saat ini hal itu masih saja menjadi

kendala. Sebagai seorang sastrawan Rendra ternyata memiliki selera humor yang

tinggi dalam menyikapi orang miskin dalam puisinya. Rendra mengkritik pemerintah

bahwa orang miskin tak ubahnya seperti ”hantu” yang meneror dalam segala aktifitas

manusia. Terbawa igauan pada waktu tidur dan anak - anak mereka akan kesurupan

ketika ”Hantu” orang miskin meminta keadilan.

Bila kamu remehkan mereka

Page 23: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

63

di jalan kamu akan diburu bayangan

tidurmu akan penuh igauan

dan bahasa anak anakmu sukar kamu terka.

( sajak orang miskin bait ke 4 ).

Akibat kemiskinan yang semakin menebal, orang miskin yang lemah imannya

akhirnya terjerumus dalam dunia persundalan atau prostitusi. Virus - virus alat

kelamin seperti spilis merebak sedangkan yang lain dipaksa menerima nasib dengan

teror penyakit berbahaya semisal TBC karena sanitasi gaya hidup yang rendah.

kuman kuman Spilis dan TBC dari gang - gang gelap

akan hinggap di gorden presiden dan buku programa gedung kesenian.

( sajak orang miskin bait ke 8 )

4. 5. Kritik Sosial Sajak S L A, Sajak Kenalan Lamamu dan Sajak SeonggokJagung di Bidang Pendidikan

Keadaan pendidikan pada tahun 1970 - an dapat dikatakan masih jauh dari

standar. Salah satu kebijakan Orde Baru yang dapat dinilai menurunnya intensitas

pendidikan adalah dengan membiarkan rendahnya kesejahteraan para pegawai karena

Gaji yang minim serta fasilitas tempat tinggal, penerangan listrik dan jaminan

kesehatan yang belum standar. Dengan keadaan yang serba terbatas serta ingin hidup

layak tidak menutup kemungkinan oknum beberapa guru yang lemah iman serta kode

etiknya memilih jalan pintas berbuat kejahatan perdata atau melakukan korupsi waktu

untuk mencari rezeki sampingan. Hal itu tentu menjadikan pendidikan terhadap anak

Page 24: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

64

menjadi terlantar. Keadaan seperti itu telah nampak pemicu demonstrasi para

mahasiswa yang melahirkan revolusi dibidang pendidikan dan kebudayaan

Di hotel, istri guru menjual badan

Agar pantatnya diganjal sedan

( Sajak Kenalan Lamamu bait ke 5 )

Ibu guru perlu sepeda motor dari Jepang

Ibu guru ingin hiburan dan cahaya

Ibu guru ingin atap rumahnya tidak bocor

Dan juga ingin jaminan pil penenang

Tonikum tonikum dan obat perangsang yang dianjurkan oleh dokter

Maka berkatalah ia

Kepada para orang tua muridnya :

”kita bisa merubah keadaan

Anak anak akan lulus ujian kelasnya

Terpandang diantara tetangga

Boleh dibanggakan pada kakak mereka

Soalnya adalah kerjasama antara kita

Jangan sampai terganggu karena

Atap yang bocor

( sajak SLA bait ke 2 ).

Keadaan kehidupan para pengajar yang menyedihkan dari sisi kesejahteraan

lambat laun mengakibatkan turunnya intensitas dalam memberi pendidikan terhadap

anak muridnya. Akibatnya siswa tidak mendapatkan pendidikan secara maksimal. Di

Page 25: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

65

tengah kehidupan yang serba konsumtif dan lunturnya wibawa dan teladan orang tua,

anak akhirnya mencari dunianya sendiri yang ironisnya malah meniru satu perbuatan

yang melanggar norma norma berlaku seperti merokok dan melawan terhadap ibu

gurunya sendiri.

Murid murid tertawa

Dan mengeluarkan rokok mereka

”mengingat kesopanan

Jangan kalian merokok

Kelas adalah ruang belajar

Dan sekarang keluarkan daftar logaritma”

Murid murid tertawa dan berkata

”Kami tidak suka daftar logaritma

Tidak ada gunanya” ! .

( Sajak SLA bait ke 6,7 dan 8 ).

Efek buruk moderenisasi dan westerenisasi pun merebak dan mematikan

perkembangan mental anak - anak muda. Mereka akhirnya meniru pola pikir orang

tuanya seperti hidup santai dan malas - malasan serta menjadi antek modal asing

sebagai penerus orang tuanya. Hal itu yang dianggap merosotnya tunas - tunas

penyelamat bangsa karena modal asing ( terutama dari Cina dan Jepang ) bukan

hanya menjerat orang tuanya namun juga anak - anak mereka.

Page 26: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

66

Remaja akhirnya bergaya hidup konsumtif atau pamer. Selain itu kehidupan

politik yang kacau dengan pecahnya partai - partai juga membawa pelajaran negatif

kepada generasi muda. Para pemuda seharusnya mendapatkan pendidikan politik

yang sehat namun malah membantu meredakan ketegangan partai partai yang ada.

Padahal tugas utama mereka adalah belajar selain mendapatkan pendidikan politik

yang sehat. Dan disaat ada pemilu kami membantu keamanan meredakan partai -

partai ( Sajak SLA bait ke 15 ). Hal ini yang dikritik Rendra dalam sajaknya

Kami tidak mengacau

Kami tidak berpolitik

Kami merokok dengan santai

Seperti ayah - ayah kami di kantor mereka

Santai tanpa politik

Berunding dengan Cina

Berunding dengan Jepang

Menciptakan suasana girang

Dan disaat ada pemilu

Kami membantu keamanan

Meredakan partai - partai

( sajak SLA bait ke 15 )

Karena kualitas pendidikan yang kurang diterima peserta didik disekolah

akhirnya menghasilkan lulusan yang rendah pula. Seorang lulusan SMA malah tidak

berguna untuk membangun dan memajukan negaranya sendiri dan terlunta lunta

Page 27: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

67

setelah gagal berulang kali mencari pekerjaan. Inilah yang diungkapkan Rendra

dalam sajaknya

Dan seorang pemuda lulusan SLA

Tak ada uang tak bisa menjadi mahasiswa

Hanya ada seonggok jagung di kamarnya

Seonggok jagung di kamar

Tak akan menolong seorang pemuda

Yang pandangannya berasal dari buku

Dan tidak dari kehidupan

Yang tidak terlatih dalam metode

Dan hanya penuh hapalan dan kesimpulan

Yang hanya terlatih sebagai pemakai

Tapi kurang latihan bebas berkarya

( sajak seonggok jagung bait ke 4 dan 6)

Page 28: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

68

RENCANA PELAKSANAAN PEMELAJARAN

Sekolah : SMA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas \ Semester : XII \ 1

Standar Kopetensi :

memahami buku kumpulan puisi kontemporer dan karya sastra yang dianggappenting pada setiap periode

Mengungkapkan pendapat dalam bentuk kritik dan essai

Kopetensi Dasar :

mengidentifikasi tema dan ciri ciri puisi kontemporer melalui kegiatan membacabuku kumpulan puisi kontemporer.

Menemukan perbedaan karakteristik angkatan melalui membaca karya sastra yangdianggap penting pada seiap periode

Memahami prinsip - prinsip penulisan kritik dan esaai

Menerapkan prinsip prinsip penulisan kritik dan essai untuk mengomentari karyasastra

Indikator : Siswa mampu memahami pengertian kritik sosial di dalam puisi

Siswa mampu mengidentifikasi tema sejarah lahirnya kumpulan puisi PotretPembangunan dalam Puisi

Siswa mampu menerapkan prinsip penulisan kritik untuk mengomentari kritik sosialdalam puisi

Page 29: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

69

Alokasi waktu : 2 X 45 menit

Tujuan pemelajaran

Siswa mampu memahami ruang lingkup kritik sosial dalam puisi serta dapatmenerapkan prinsip - prinsip penulisan kritik untuk mengomentari karya sastratersebut.

Materi pemelajaran : mengkaji kritik sosial kumpulan puisi potret pembangunandalam puisi serta menerapkan prinsip - prinsip penulisan kritik untuk mengomentarikarya sastra.

Metode Pemelajaran

Ceramah

Diskusi

Pemberian tugas

Langkah - langkah Kegiatan Pemelajaran

Kegiatan Awal ( 15 menit )

Guru mengucapkan salam, mengabsen siswa dan mengkoordinir kelas

Pembentukan kelompok masing - masing 5 orang

Guru menjelaskan mengenai materi puisi, kritik sosial serta tanya jawab guru dansiswa tentang sastra puisi dan kritik sosial serta siswa mendiskusikan materi yangdijelaskan guru

Kegiatan Inti ( 60 menit )

Guru menjelaskan ruang lingkup mengenai sastra puisi dan kritik sosial sertamanfaatnya terhadap kehidupan manusia

Guru menjelaskan biografi mengenai WS Rendra dan kumpulan puisinya PotretPembangunan dalam Puisi serta puisi - puisi kritik sosial dan Siswa mendiskusikandalam kelompok mengenai materi yang telah dijelaskan guru

Page 30: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

70

Guru memberi tugas kepada siswa tentang pembuatan tulisan kritik untukmengomentari buku kumpulan puisi Potret Pembangunan dalam Puisi beserta hasilkritik sosialnya dan keterkaitannya dengan kehidupan saat ini.

Kegiatan Akhir ( 15 menit )

Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan

Siswa dan guru melakukan refleksi

Alat dan Sumber Belajar

Buku Paket Bahasa dan Sastra Indonesia

Buku puisi Potret Pembangunan dalam Puisi karya WS Rendra

Beserta buku penunjang lain

Penilaian

Teknik : tes tulis dan diskusi

Bentuk instrumen : tes uraian

Soal instrumen : terlampir

Kepala Sekolah Guru Studi

Page 31: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

71

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Setelah melaksanakan kajian dan analisis terhadap beberapa sampel puisi dalam

kumpulan puisi Potret Pembangunan dalam Puisi berjumlah 13 puisi maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Kumpulan puisi Potret Pembangunan dalam Puisi berisi berbagai kritik sosial

yang kompleks tentang ketimpangan tatanan kemasyarakatan di bidang

industrialisasi, birokrasi, HAM, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan tentang

kejadian Malari yang terjadi di Indonesia pada tahun 1974.

2. Dari 13 puisi yang dikaji serta dianalisis keseluruhannya berisi kritik sosial

mengenai kejadian Malari kecuali dalam Sajak Ibunda yang berisi pujian dan cinta

terhadap ibu dan istri. Namun pada bait berikutnya dalam Sajak Ibunda terdapat juga

kritikan terhadap para antek modal asing yang berhubungan dengan kejadian Malari

1974. Hal itu mengindikasikan bahwa pada dasarnya kumpulan puisi Potret

Pembangunan dalam Puisi ini dipersiapkan penyairnya agar menjadi alat kritik

terhadap pihak - pihak tertentu pada masa itu serta agar dapat diapresiasi dimasa yang

akan datang.

3. Bahasa yang digunakan penyair dalam puisi tersebut adalah bahasa pamflet dengan

dominasi gaya bahasa sinisme dan sarkasme tentang umpatan dan cacian. Bahasa

yang digunakan intensitas kepuitisannya terkesan ”lemah”. Hal ini patut dimaklumi

Page 32: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

72

karena puisi ini adalah kredo atau pernyataan sikap yang ditunjukan kepada semua

pihak dan dimaksudkan untuk menjadi puisi massa ( pamflet ) yang dibacakan di

depan umum atau auditorium. Bila menggunakan bahasa terlalu puitis dengan

penautan gaya bahasa yang berlebihan tentu hanya orang orang tertentu yang

memiliki tingkat intelektual lebih yang dapat memahaminya. Namun meski gaya

pamflet mendominasi dalam kumpulan puisi ini, banyak pula sisi kreatif puitis

Rendra seperti kalimat rembulan memberi mimpi, matahari menyinari air mata,

gelombang angin menyingkapkan keluh kesah, di dalam udara murni tercium kue

jagung, matahari terbit pagi ini mencium kencing orok di kaki langit, rembulan

berlayar, membakar dupa mencium bumi, dunia terbakar oleh tatawarna dan lain

sebagainya.

4. Setelah mengkaji kritik sosial dan sejarah mengenai sejarah Malari 1974 tentang

kehidupan bangsa yang ”Terjajah”, kehidupan pendidikan terutama para siswa SMA

yang nakal, penautan bahasa di dalam kumpulan puisi Potret Pembangunan dalam

Puisi maka dapat ditarik kesimpulan kumpulan puisi ini tidak seluruhnya dapat

dijadikan sebagai bahan pengajaran dan pemelajaran kepada siswa dikarenakan ada

beberapa bahasa yang terlalu vulgar dan kasar.

Page 33: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

73

SARAN PENELITIAN

Hendaknya dalam menentukan bahan atau media pengajaran dan pemelajaran

memilih karya sastra kontemporer yang disesuaikan dengan pemahaman bahasa dan

psikologis serta daya nalar siswanya. Bila terdapat bahasa yang tabu atau kurang

pantas maka sebaiknya tidak dipergunakan seperti halnya di dalam kumpulan puisi

Potret Pembangunan dalam Puisi. Memang terdapat beberapa puisi yang cocok

sebagai bahan pengajaran dan pembelajaran karena berisi motivasi dan bersifat

nasionalisme seperti dalam Sajak Sebotol Bir, dan Sajak Pertemuan Mahasiswa.

Namun terdapat beberapa puisi yang tidak cocok sebagai bahan ajar dan pemelajaran

karena bahasa yang terlalu vulgar dan kasar seperti dalam Sajak SLA dan Sajak

Sebatang Lisong.

Hendaknya dipilih bahan ajar yang menautkan bahasa tanpa gaya bahasa atau

Stilistika yang berlebihan untuk menghindari kesulitan siswa. Penggunaan kumpulan

puisi Potret Pembangunan dalam Puisi ini dapat menjadi bahan alternatif karena

keseluruhan morfologis bahasanya yang mudah dicerna.

Page 34: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

74

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta. : Rineka Cipta

Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung :Sinar Baru

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta.

Badudu, JS 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Utama

Basrovi 2005 Pengantar Sosiologi. Bogor : Ghalia Indonesia

Darma, Yonce Aliyah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung : Yrama Widya

Duverger, Maurice. 2005. Sosiologi Politik ( penerjemah Danial Dhakidae ) Jakarta :Raja Grafindo Persada

Effendi. 2005. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta : Pustaka Jaya

Endaswara, Suwandi. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Yogyakarta : MediaPresindo

Escarpit, Robert. 2005. Sosiologi Sastra. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Faruk 2005 Beyond Imagination Sastra mutakhir dan Ideologi. Jakarta. GammaMedia Offset

......... 2003 Pengantar Sosiologi Satra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Herwan FR. 2005. Apresiasi dan pengkajian puisi. Serang : Gerage Budaya

Junus, Umar. 1987. Sosiologi Sastra. Selangor. Dewan Percetakan Bahasa Kualalumpur

Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pemelajaran mengembangkan standar kopetensi.Bandung : Remaja Rosdakarya.

Margono. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta

Moleong,Lexy. 2006. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung : RemajaRosdakarya

Muslich, Masnur. 2008. Kurikilum Tingkat Satuan Pedidikan Jakarta: Bumi Aksara

Rahmanto, Bernardus. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakatta : Kanisius

Page 35: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

75

Ratna, Nyoman. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Jakarta. Pustaka Pelajar

.......................... 2007 Sastra dan Cultur Studies. Jakarta. Pustaka Pelajar

Suharjo, Derajat. 2003. Metodologi penelitian dan penulisan Ilmiah. Yogyakarta: UIIPress

Susilo, Joko. Muhamad. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta.Pustaka Pelajar.

Taum, Japi Josep 1992 Pengantar teori Sastra Flores : Nusa Indah.

Umar, Hussain 2003. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta :RajaGrafindo Persada

Yudiono. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta : Grasindo

Zamarah, Bahri Syaiful dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :Rineka Cipta

Waluyo, Herman 1987 Teori Apresiasi Sastra. Jakarta : Erlangga

Http:\\ Wikkipedia. Org.\wiki\ W.S Rendra

Page 36: Kritik Sosial Pada Kumpulan Puisi Potret Pembangunan

76

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap penulis adalah Encep Nurjaya. Dilahirkan di Bandung pada tanggal 4

Februari tahun 1985 pasangan dari Kurtubi bin H Mahmud dan Rukiah binti Rasad

yang bekerja sebagai guru pada sekolah dasar sebagai anak sulung dari 2 bersaudara.

Menampatkan pendidikan pada sekolah dasar di SD Ciruas IV tahun 1992-1998,

kemudian melanjutkan di SMP Negri I Ciruas pada tahun 1999-2001, dan

melanjutkan pada SMA Negri I Pontang tahun 2001-2004.

Pada tahun 2004 Penulis melanjutkan kependidikannya pada Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Agengtirtayasa dan lulus tahun

2010. Pernah sebagai aktifis Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia dan DPM Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNTIRTA. Saat

ini penulis bertempat tinggal di Desa Pelawad Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang

Propinsi Banten.