kritik sosial pada kumpulan puisi potret pembangunan
DESCRIPTION
kritikTRANSCRIPT
41
Kunpulan Sajak, sajak - sajak Sepatu Tua, Nyanyian Angsa dan Khotbah,
Potret Pembangunan dalam Puisi, Disebabkan Oleh Angin, Orang - Orang Rangkas
Bitung dan lain sebagainya.
Pada umur 24 tahun tepatnya tahun 1959 WS Rendra menemukan jodohnya
dengan seorang wanita Jawa bernama Sunarti Suwandi. Diilhami dari perkawinannya
itulah terbit kumpulan puisi Empat Kumpulan Sajak yang berisi pengalaman religi
dan cinta pada Sunarti, selain terdapat pula beberapa sajak tentang kritik sosial.
Konon katanya karya kumpulan puisi ini terinspirasi dari penyair dari negara
Spanyol bernama Federico Garcia Lorca yang sangat dikagumi Rendra. Sastrawan
senior Subagio Sastrowardoyo menyatakan bahwa terdapat kesamaan sajak - sajak
Rendra dengan Lorca sehingga Subagio menduga ada pengaruh Lorca dalam diri WS
Rendra sehingga dijadikan bahan tulisannya berupa essai berjudul ”Kerancuan
Rendra – Lorca”.
Rendra memang sastrawan multi talenta dan serba bisa. Selain sebagai penyair
juga menghasilkan karya - karya drama yang potensial. Beberapa diantaranya berisi
tentang kritik sosial karena sastrawan yang satu ini tidak bisa menghilangkan ”naluri
kritiknya” terhadap kehidupan sosial yang termaginalkan. Berikut beberapa karya dan
penghargaan yang telah diterima Rendra
42
KARYA PUISI
Balada Orang - Orang Tercinta
Blues untuk Bonie
Empat Kumpulan Sajak
Sajak - Sajak Sepatu tua
Mencari Bapak
Perjalanan Bu Aminah
Nyanyian Orang Urakan
Pamflethen Van Een Dichter
Potret Pembangunan dalam Puisi
Disebabkan Oleh Angin
Orang - Orang Rangkas Bitung
KARYA DRAMA
Orang Orang di Tikungan Jalan
Bip Bop
Sekda
Selamatan Anak Cucu Sulaeman
Mastodon dan Burung Kondor
Hamlet, Macbeth ( Terjemahan William Shakespeare )
Oedipus Sang Raja, Oedipus di Kolonus, Antigone ( karya Sophokles )
Kasidah Barzanji
Panembahan Reso
Kisah Perjuangan Suku Naga
43
PENGHARGAAN
Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Depdikbud
Hadiah Sastra Nasional BMKN
Anugrah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia
Hadiah Akademi Jakarta
Hadiah Yayasan Buku Utama Depdikbud
Penghargaan Adam Malik
The SEA Write Award dari Pemerintah Thailand
Penghargaan Ahmad Bakri
Pada tahun 1978 Rendra pernah dicekal dan dipenjara pemerintah Orde Baru
setelah ikut serta dalam demonstrasi menentang terpilihnya kembali Presiden
Soeharto atau 4 tahun setelah kejadian Malari 1974. Rendra tentunya sadar akan
resiko itu terhadap perjuangannya.
Kejadian Malari mempunyai arti yang penting bagi Rendra. Pada pembahasan
sebelumnya dalam penelitian ini telah dijelaskan kumpulan karya Potret
Pembangunan dalam Puisi merupakan satu reportase tajam dari kaca mata penyair
tentang kejadian tersebut. Adanya beberapa sajak kritik sosial dalam kumpulan puisi
ini pada sebuah film dengan maksud mengkritik kebijakan pemerintah tak pelak lagi
menimbulkan kegusaran dari pemerintah. Setelah keluar dari penjara Rendra masih
tetap berkarya meski segala aktifitasnya terbatasi. Manusia boleh mati bahkan
terpotong lidahnya namun kebenaran pasti akan berbicara juga oleh lidah - lidah yang
lain, meski Rendra telah berpulang namun karya - karya puisinya dapat menjadi
44
renungan dan kajian kehidupan bahwa setiap kehidupan menemui masa sulit yang
harus dihadapi.
Di luar negri karya - karya Rendra juga diapresiasi oleh para pakar
diantaranya : Indonesian Poet in New York yang diterjemahkan Harry Aveling dan
Clay Victoria pada tahun 1971, Rendra Balads and Blues diterjemahkan Burton
Raffael, Harry Aveling dan Derwent May di Kuala Lumpur serta diterbitkan pula
oleh Oxford University pada tahun 1974, The Struggle of the Naga Tribe atau naskah
drama Kisah Perjuangan Suku Naga yang dikerjakan oleh Max Lane dan diterbitkan
oleh University of Queensland press pada tahun 1979, Contemporary Indonesian
Poetry diterjemahkan Harry Aveling pada tahun 1975.
Dalam bentuk disertasi di luar negri karya - karya Rendra diapresiasi oleh
seorang Doctor bernama Rainer Carle dengan judul Rendras Gedichtsammlungen ein
beitrag zur kenntnis tahun 1957 yang menelaah karya - karya puisi Rendra dalam
kaitannya dengan aktifitasnya serta karya karya lainnya serta disetasi Hamburg yang
ditulis pula oleh Rainer Carle Zeitgenossischen Indonesian Literatur. Karya Rendra
mempunyai banyak motif juga beraneka ragam tema serta memamerkan bahasa
kreatif yang kaya. Indonesia memang memiliki banyak sastrawan yang potensial.
45
ANALISIS DATA
4. 2 Kritik Sosial Sajak Sebotol Bir, Sajak Sebatang Lisong, Sajak Pulau Bali danSajak Ibunda di Bidang Industri
Perkembangan industri selain membawa berkah bagi kehidupan, kemajuan
dan peradaban umat manusia tetapi efek sampingnya adalah pertentangan kelas yang
lebar karena tidak menutup kemungkinan keuntungan industri hanya dinikmati oleh
orang - orang tertentu saja. Buruh hanya diperas tenaganya dan diperlakukan dengan
cara yang tidak adil serta rusaknya ekosistem alam akibat polusi berbagai bahan -
bahan kimia dari industri itu sendiri. Oleh karena itu hendaklah ada satu upaya dari
buruh untuk memperjuangkan hak kehidupan yang layak dan sastra haruslah menjadi
media yang merekam peristiwa itu.
Persis seperti apa yang dikatakan Marx dalam konsep Sosilogis Marxis bahwa
sejarah perjuangan kelas yaitu lahirnya kelompok borjuis yang menguasai alat - alat
produksi dan kelas proletar yang tidak memiliki alat produksi. Kelompok proletar
harus melawan kelompok borjuis sehingga melahirkan masyarakat tanpa kelas (
Basrovi 2005 : 4 ).
Sepertinya mewujudkan satu tatanan masyarakat tanpa kelas merupakan satu
hal yang mustahil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti keadaan lahiriyah
manusia yang telah tersusun dalam beberapa strata serta sifat egosentris ( rakus ) yang
tidak hilang dari manusia itu sendiri, kokohnya hegemoni dalam melanggengkan
praktek satu kebijakan apalagi bila didukung oleh alat seperti tentara dan lembaga
46
yang sangat vital berhubungan dengan masyarakat serta sebab lainnya. Namun
meminimalisir jurang perbedaan yang terlalu melebar adalah satu hal yang mungkin.
Oleh karena itu, pendekatan Sosiologis Marxis lebih menekankan pada perbaikan
nasib golongan proletar atau golongan miskin agar tidak terlalu dimarginalkan.
Hal itulah yang membuat Rendra merasa khawatir dan mengingatkan setiap
orang dengan puisi - puisi pamfletnya terhadap efek samping dari pembangunan dan
perkembangan industri yang berkembang pesat pada tahun 1974. Rendra ingin
mempergunakan puisi pamfletnya sebagai sarana pendidikan kepada generasi muda
khususnya mahasiswa. Negara kapitalis sadar bahwa kolonialisme fisik dengan
senjata tidak ”Cantik” lagi. Penjajahan bukan lagi sebagai Gospel, Gold, dan Glory.
Oleh karena itu, mereka mempunyai cara yang lebih ”Lunak” untuk tetap
mengendalikan dunia dengan cara penjajahan ekonomi, budaya dan produk yang
lazimnya disebut imprealisme modern.
Pengadaan sumber kekayaan alam Indonesia dimonopoli oleh pihak - pihak
tertentu. Pembangunan kota - kota besar hanya sebagai nilai gengsi atau prestisius
semata dan ambisi negara – negara maju seperti Cina, Jepang, Amerika, Australia.
Hal ini telah menjadikan Indonesia sebagai ”Satelit” dari negara - negara maju yang
sangat membutuhkan kekayaan alam berupa tambang mineral dan perputaran modal
bagi kelangsungan industrinya. Apalagi bila terjadi persaingan diantara sesama
negara industri dalam memasarkan dan mempromosikan produk serta negara -
negara industri yang ditakdirkan tidak memiliki sumber mineral dan bahan mentah di
47
negaranya sendiri tentu akan terus menjajah dan melebarkan sayapnya terhadap
negara miskin atau negara berkembang.
Selain kawasan Eropa, terdapat satu negara yang besar peranannya dalam hal
penanaman modal di Indonesia adalah Jepang. Jepang sebagai satu negara industri
perwakilan Asia sedanng tumbuh sebagai negara industri yang pesat. Dengan Politik
Dumping yaitu kebijakan perdagangan yang menjual barang lebih murah di luar negri
dari pada di dalam negri sendiri sebagai navigasi starategi industrinya, Jepang
mengalami surplus dan berhasil memasarkan produk produknya seperti teknologi
mesin dan kendaraan bermotor. Bahkan sampai saat ini produk Jepang pun masih
dinilai mendominasi industri khususnya di Indonesia apalagi dalam hal mobil dan
sepeda motor.
Sebenarnya negara - negara industri dalam memperoleh keuntungan ekonomi
hanya ”Modal dengkul”, karena barang yang mereka buat ternyata didapat dari bahan
mentah yang ada di negara miskin dan berkembang. Satu hal yang ironis bagi ”
Budak sebagai objek penjajahan yang disamarkan”. Hal inilah yang disinggung
Rendra dalam sajaknya
”Kota metropolitan disini tidak tumbuh dari industri
tapi tumbuh dari kebutuhan negara - negara industri asing
akan pasaran dan sumber pengadaan bahan alam.
Kota metropolitan disini
adalah sarana penumpukan bagi Eropa, Jepang, Cina, Amerika, Australia dan negara industilainnya.
48
Apakah semua negara yang ingin maju harus menjadi negara industri ?
Apakah kita mimpi untuk punya pabrik – pabrik ?
Yang tidak berhenti hentinya menghasilkan......
Harus senantiasa menghasilkan
dan akhirnya memaksa negara lain untuk menjadi pasaran bagi barang - barang kita” ?
( Sajak Sebotol Bir bait ke 4 dan 9 halaman 66 ).
Kesemrawutan industrialisasi ternyata bukan hanya merambah di bidang
industri fisik berupa manufaktur saja namun merambah pada dunia industri pariwisata
yang terjadi di Indonesia.
Usaha berbasis modal kecil biasanya dimiliki pribumi sedangkan adalah usaha
berbasis modal besar yang biasanya dimiliki pengusaha asing dan pengusaha pribumi
yang kaya. Disini jelas terlihat adanya ketimpangan persaingan usaha yang tidak
sehat. Alat - alat produksi cenderung dikuasai para pemilik modal. Dengan modal
kecil yang kurang dan belum tentu dibantu pihak pemerintah, pribumi harus terus
berjuang menyambung hidup ditengah himpitan industri baik pariwisata maupun non
pariwisata.
Sehingga dengan logika sederhana tentunya Bali sebagai daerah pariwisata
bertaraf internasional telah dimiliki modal asing dan harus dilengkapi dengan
berbagai fasilitas untuk kenyamanan turis asing seperti hotel dan sarana hiburan
49
lainnya yang disinggung Rendra seperti kata hotel, Bistik, Coca Cola dan landasan
pesawat.
Pembangunan berbagai ”Gunung yang menjulang tinggi” ( ditafsirkan sebagai
gedung gedung tinggi pencakar langit ) baik untuk kepentingan industri pariwisata
dan sarana prestisius lainnya akhirnya tidak dapat dilawan. Hal ini disebabkan
sempitnya kebebasan berbicara atau berpendapat sehingga berbagai protes akhinya
urung dilakukan. Rendra menyindir keadaan ini dengan kalimat Protes terpendam
terhimpit di bawah tilam ( tilam = selimut tempat tidur ) yang maksudnya berbagai
protes tidak dapat dilakukan dan lebih baik memilih tidur dari pada terkena celaka.
Hal inilah yang dinyatakan Rendra dalam sajaknya
Gunung gunung menjulang
langit pesta warna di dalam senjakala
dan aku melihat
protes protes terpendam terhimpit di bawah tilam
( sajak sebatang lisong bait ke 8 )
Maka di Bali
hotel hotel pribumi bangkrut
digencet oleh packaged tour
kebudayaan rakyat ternoda
digencet standar dagang internasional
dan sementara kita bengong
pesawat terbang muncul dari dalam mimpi
50
membawa kekuatan modalnya :
lapangan terbang, ”hotel, bistik, coca cola”
( Sajak Pulau Bali bait ke 12 dan 13 ).
Sejak dulu lembaga - lembaga dunia seperti IMF dan Bank dunia mengambil
peranan dalam peminjaman modal terhadap negara - negara miskin dan negara -
negara berkembang seperti Indonesia. Namun tragisnya setiap pinjaman yang
diberikan selalu disertai syarat - syarat yang memberatkan bahkan terkadang
merambah pada ikut campurnya masalah dalam negri dari negara donor terhadap
negara yang diberi pinjaman. Apalagi bila negara donor mengetahui tentang keadaan
ekonomi dari ”mangsanya” yang sedang sulit.
Terkadang negara maju bekerja sama dengan lembaga keuangan semisal Bank
Dunia agar pemasaran produk negara maju pada negara - negara miskin dan
berkembang terlaksana semaksimal mungkin. Tentunya dengan bahan - bahan impor
dari negara maju itu sendiri. Ini yang menjadi sindiran dalam sajak - sajak Rendra
Dan bank dunia
selalu tertarik membantu negara miskin
untuk membuat proyek raksaksa.
Artinya : Yang 90% dari bahanya harus di import
( sajak pulau bali bait ke 11 )
51
Bank Dunia adalah kreditor besar luar negri yang berperan mencairkan
pinjaman kepada negara miskin dan berkembang. Selain sebagai kreditor, lembaga ini
juga membuat proyek besar tepat seperti sindiran Rendra di dalam sajaknya Untuk
membuat proyek raksaksa yang 90% bahannya harus di import. Seharusnya
Indonesia tidak dapat didikte seenaknya oleh lembaga yang bersangkutan apalagi
menyangkut rumah tangga dan kehormatan. Ironisnya penanaman modal asing
menjadi “Tambang emas” bagi kepentingan asing, bahkan lembaga asing tersebut
membiarkan keruntuhan ekonomi di beberapa negara seperti inflasi dan korupsi agar
dijadikan alasan untuk membantu peminjaman dana dan menanamkan pengaruhnya
terhadap negara yang bersangkutan.
Pemerintah beserta jajarannya yang sedang berunding dengan lembaga donor
akan “Dibius” dengan resep - resep ekonomi yang tentu saja membawa efek samping
yang ganas dikemudian hari. Apalagi jajaran pemerintah tersebut dibesarkan dengan
pendidikan barat yang pola ekonominya belum tentu cocok diterapkan pada negara
lain. Maka akhirnya obat bagi kesembuhan ekonomi justru “Salah takar atau over
dosis”. Namun karena dijanjikan jabatan dan kekayaan finansial tidak menutup
kemungkinan banyak pejabat menjadi penghianat dari bangsanya sendiri
Perkembangan industri yang pesat dengan perantaraan cukong - cukong dan
para makelar ternyata belum dapat menurunkan angka kemiskinan dan kemelaratan
rakyat. Cukong - cukong politik dan ekonomi begitu menikmati gaya hidup mewah
dengan menghisap sebatang lisong di atas jutaan rakyat yang menjerit hidupnya.
52
Dengan keuntungan yang melimpah dari spekulasi tender modal negara lain telah
melahirkan penghianat - penghianat berwajah pribumi sebagai antek dari modal
asing. Para antek modal asing mulai dari sipil maupun militer berlomba - lomba
menumpuk harta kekayaan dengan adanya peluang pembangunan industri besar -
besaran. Dengan gaya bahasa sarkasme, Rendra menganggap hal tersebut tidak
ubahnya seperti kepala rakyat yang dikotori oleh para cukong yang merupakan
lambang golongan elite ( strata atas ). Dan di langit dua tiga cukong mengangkang
berak di atas kepala mereka ( Sajak Sebatang Lisong bait 1 ).
Rendra menyindir terhadap pihak - pihak yang merasa sebagai makelar dan
antek modal asing apakah bersedia cium tangan dan memohon maaf kepada ibunya
bahwa telah menjadi kaki tangan modal asing yang berakibat menghancurkan bangsa
sendiri. Inilah salah satu umpatan Rendra dalam sajaknya
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang
berak di atas kepala mereka
( sajak sebatang lisong bait 1 ).
Apakah sang anak akan berkata pada ibunya :
”Ibu, aku telah menjadi antek modal asing
Yang memprodusir barang barang yang tidak mengatasi
Kemelaratan rakyat
Tapi lalu bagaimana sang anak akan
Menerangkan kepada ibunya tentang kedudukannya sebagai
53
Tiran, koruptor, hama hutan,
Dan tikus sawah?
Apakah sang tiran akan menyebut dirinya
Sebagai pemimpin revolusi?
Koruptor dan antek modal asing akan
Menamakan dirinya sebagai pahlawan pembangunan
Dan hama hutan serta tikus sawah akan
Menganggap dirinya sebagai petani teladan ( Sajak Ibunda bait 5, 7 dan 10)
Manipulasi ekonomi para cukong mengakibatkan penganguran yang
meningkat tajam, terutama para mahasiswa yang dianggap berpendidikan tinggi
namun termasuk dalam golongan pengangguran potensial dikarenakan lapangan
pekerjaan yang semakin menipis. Akibat polusi industri membuat keadaan alam
terutama udara dipenuhi zat - zat berbahaya dari industri. Ketika sebagian kecil
menikmati kekayaan besar, disisi pihak para istri pensiunan atau mungkin janda -
janda veteran masih serba kekurangan hidupnya.
menghisap udara
yang disemprot deodorant
aku melihat sarjana - sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya
aku melihat wanita bunting antri uang pensiunan. ( Sajak Sebatang Lisong bait 5 )
54
4. 3. Kritik Sosial Sajak Mata Mata, Sajak Pertemuan Mahasiswa, Sajak OrangMiskin, Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon dan Sajak Sebatang Lisong di BidangPemerintahan atau Birokrasi
Ada beberapa persepektif atau alasan tampilnya militer dalam puncak
pemerintahan. Diantaranya keadaan geopolitik suatu negara dengan memberikan
kesempatan kepada militer untuk berpartisipasi aktif sebagai pelaku dan bukan hanya
penjaga, naiknya Jendral Soeharto dari pemimpin militer sekaligus pimpinan politik
yang dominana pada waktu itu serta motif politik tertentu. Sebagai lembaga yang
bersenjata, militer lebih muda tergoda dan terangsang untuk ambil bagian dalam
percaturan politik.
Mungkin militer lelah dan bosan karena selalu dianggap sebagai ”Herder di
depan pagar” dan membutuhkan kesejahteraan hidup yang cukup. Militer yang
berhasil menguasai pemerintahan akan melegitimasi segala kebijakan sehingga
timbul sebagai kaum sosial elit layaknya ”Tuan tanah berfarfum mesiu”. Dalam
kajian ilmu sosiologi politik, fenomena seperti itu disebut sebagai lahirnya golongan
yang dinamakan ”Aristokrat dari kalangan militer” ( Duverger , 2005 : 193 )
Mahasiswa yang berusaha melawan kebijakan para oknum militer dianggap
sebagai musuh yang harus disingkirkan meski dengan kekerasan fisik. Hal inilah
yang kemudian dikritik Rendra dalam sajaknya
Dan tentara di jalan jangan bebas memukuli mahasiswa ( sajak orang miskin bait kebait ke 5)
Ada yang bersenjata ada yang terluka
Ada yang duduk, ada yang di duduki ( sajak pertemuan mahasiswa bait ke 4 )
55
Dan, lho, ini di belakang saya ada tentara marah - marah ( sajak mata mata bait ke 1)
Penuh serdadu - serdadu jelek dan menakutkan ( sajak seorang tua di bawah pohon bait ke 3)
Selain militer, pemerintahan Orde Baru juga mempergunakan teknokrat
sebagai tulang punggung arsitek perekonomian pada awal pemerintahannya. Militer
tentunya menyadari bahwa tidak semua tugas negara dapat diemban seorang diri
apalagi mengarsiteki keuangan, pembangunan dan perekonomian negara. Dalam
sejarah Indonesia keterlibatan teknokrat dan Angkatan Darat dalam arena percaturan
politik melahirkan rezim yang absolut.
Walaupun pinjaman luar negri dan penanaman modal dari negara lain
digunakan Indonesia tetapi ironisnya tidak dapat dikelola seutuhnya oleh pemerintah
yang berkuasa mengenai belanja dan kebutuhan rutin negara sehingga akhirnya
menimbulkan masalah seperti Ketergantungan dana disertai produk asing, hutang
yang besar dan bahaya yang sampai saat ini masih menjadi ancaman yaitu korupsi.
Jajaran ahli keuangan dan teknokrat Orde Baru akhirnya menjadi kaki tangan negara
lain agar dapat menjajah bangsa sendiri dengan barang impor yang disinggung
Rendra mesti di upgrade disesuaikan dengan teknologi yang di import. Hal inilah
yang diungkapkan dan diumpatkan Rendra dalam sajaknya
Dan di langit :
para teknokrat berkata
bahwa bangsa kita bangsa malas
56
bahwa bangsa mesti dibangun
mesti di upgrade
disesuaikan dengan teknologi yang di import
( Sajak sebatang lisong bait ke 6).
Kritikan Rendra tidak terbatas terhadap birokrasi pemerintah namun juga
terhadap para sastrawan dan teman - teman seperjuangannya di sastra. Rendra merasa
kecewa terhadap para sastrawan yang hanya terbius oleh sajak - sajak romantis yang
dibuatnya tanpa membicarakan rakyat dengan penderitaannya, sehingga sastrawan -
sastrawan tersebut dianggap penyair salon ( ditafsirkan sebagai banci ) yang hanya
gemar berdandan retorika dengan kata ”Anggur” dan ”Rembulannya”. Aku bertanya
namun pertanyaanku membentur jidat penyair - penyair salon yang bersajak tentang
anggur dan rembulan sementara 8 juta anak - anak tanpa pendidikan termangu -
mangu ( Sajak Sebatang Lisong bait ke 9 ).
Sastrawan seharusnya ikut memberi andil dan menjadi motor pengerak
mengingat kedudukan mereka sebagai intelektual dengan bahasa sebagai sarana
perjuangan sosial agar dapat memberitahukan tentang perasaan masyarakat yang
tidak dapat diekspresikan oleh masyarakat itu sendiri baik itu akibat faktor
keterbatasan intelektual maupun penjajahan politik dari pemerintah. Sebagai
golongan yang ikut sebagai penggerak perubahan sosial justru sastrawan hampir tak
memiliki kepeduliannya sama sekali. Hal ini dapat di lihat dalam sajaknya Rendra.
57
Aku bertanya
tapi pertanyaanku
membentur jidat penyair penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan
termangumangu di bawah dewi kesenian ( sajak sebatang lisong bait ke 9 )
Sajak Sebatang Lisong merupakan puisi yang ditulis tahun 1973. Hal itu
mengindikasikan bahwa para sastrawan pada waktu itu sebenarnya telah mengalami
kevakuman humanis terhadap kehidupan rakyat. Sastrawan harus memiliki kontrol
terhadap segala kebijakan yang dijalankan Pemerintah bukan malah bersikap apatis
dan menutup mata. Oleh karena itu, Rendra begitu geram terhadap para ”Penyair
salon yang menutup mata”
Semua kebijakan yang dilakukan pemerintah beserta jajarannya beralasan
untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat. Pemerintah meminta agar jangan
mempunyai sikap buruk sangka tentang berbagai kebijakan yang dilakukan. Namun
kelompok cendekiawan seperti mahasiswa dan kelompok oposisi di luar lingkaran
kekuasaan akhirnya lambat laun menaruh kecurigaan melihat fenomena yang penuh
kontradiksi dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, satu hal yang wajar bila banyak
pihak menyampaikan petisi kepada pemerintah Orde Baru yang isinya mengecam dan
prihatin terhadap kehidupan negara yang semakin parah dengan banyaknya korupsi,
banyak rakyat yang kehilangan tanahnya, penyalahgunaan jabatan, perekonomian
58
yang terjajah. Mengapa maksud baik dilakukan tapi makin banyak petani kehilangan
tanahnya. ( Sajak Pertemuan Mahasiswa bait ke 5 ). Rendra akhirnya ikut bicara dan
mengabadikan kejadian itu dalam sajaknya
Kenapa maksud baik dilakukan
tapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
tanah - tanah di gunung telah dimiliki orang orang kota
perekebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja
alat - alat kemajuan yang di impor tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya ( sajakpertemuan mahasiswa bait ke 5 ).
4. 4. Kritik Sosial Sajak Aku Tulis Pamflet Ini dan Sajak Mata - Mata di BidangPolitik dan HAM
Pada masa pemerintahan Orde Baru segala aktivitas berpendapat dikekang
tanpa adanya kebebasan untuk menyuarakan pendapat. Terdapat sensor ketat terhadap
media baik elektronik maupun cetak. Pemerintah melakukan spionase terhadap
berbagai pihak yang menjadi rivalnya di pemerintahan. Kebebasan berbicara pada
tingkat dewan rakyat atau parlemen pun dihapus oleh rezim pemerintah. Parlemen
menjadi pasif setiap tahunnya tanpa perubahan atau reformasi apapun. Parlemen
seharusnya menjadi lembaga kontrol yang efektif terhadap lembaga eksekutif namun
tidak demikian adanya.
Meski Indonesia tidak mengakui sistem satu partai, namun dalam prakteknya
tidak demikian adanya. Hal ini dibuktikan dengan kemenangan Golkar sampai
59
berkuasa selama kurang lebih 30 tahun. Kemenagan Golkar yang sekian lama
dijadikan kendaran oleh orde baru untuk tetap menjaring suara pada rakyat agar dapat
berkuasa kembali lima tahun mendatang maka inilah bukti bagaimana Orde Baru
memiliki periodeisasi tampuk kpemimpinan terlama di Indonesia. Setiap peraturan
yang dibuat hanya untuk ”Melanggengkan kerajaan”. Setiap orang dipaksa setuju
mesti tidak sesuai dengan kehendak dan hati nurani sendiri. Rezim totaliter dapat
mendemisioner setiap gerakan apapun yang tentunya dianggap ”Bahaya” bagi
”Negara”. Betapa kita tahu bahwa koran telah ditekan sensor ( Sajak Mata - Mata
bait 7 ). Inilah yang dikritik Rendra dalam sajaknya
Aku tulis pamflet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring laba laba
orang orang bicara dalam kasak kusuk
dan ungkapan diri diteken
menjadi peng - iya – an
apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan
tidak megandung perdebatan
dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan
( sajak aku tulis pamflet ini bait ke 1, 2 dan 3)
betapa kita akan tahu
60
kalau koran - koran ditekan sensor
dan mimbar mimbar bebas telah dikontrol
koran koran adalah penerusan mata kita
kini sudah diganti mata yang resmi
kita tak lagi melihat kenyataan yang beragam
kita hanya diberi gambaran model keadaan
yang sudah dijahit oleh penjahit resmi
( sajak mata mata bait 7 )
4.4 Kritik Sosial Sajak Burung - Burung Kondor, Sajak Sebatang Lisong danSajak Orang Miskin di Bidang Ekonomi dan Kemasyarakatan
Hampir dalam setiap sajak - sajaknya Rendra selalu konsisten membicarakan
rakyat sebagai golongan yang menderita. Dengan keterampilan bahasa yang
dimilikinya terkadang Rendra begitu pandai memainkan metafor - metafor di dalam
sajak - sajaknya. Diantaranya adalah Sajak Burung Kondor sebagai simbol rakyat
atau kehidupan petani miskin dengan keadaan serba minim
Para ahli ekonomi malah menghina dan menyindir para petani dan rakyat
miskin yang meminta perbaikan kesejahteraan dengan memberikan alat kontrasepsi
berupa kondom. ”Bila mereka menuntut pemerataan pendapatan, para ahli ekonomi
membetulkan letak dasi sambil memberikan kondom” ( Sajak Burung - Burung
Kondor bait ke 3 ). Satu sindiran ironis dari para ahli ekonomi agar petani mengikuti
program KB yang diprogramkan pemerintah dan tidak selalu ”Mengembangbiakkan”
keturunannya sehingga mengakibatkan kepadatan penduduk. Ketika ribuan penduduk
61
sulit mencari makan, ratusan iklan mempromosikan berbagai produk jual, padahal
penduduk tidak memiliki uang dan serba kekurangan. Hal itu merupakan sindiran
sekaligus penghinaan terhadap rakyat karena rakyat tidak akan kenyang oleh iklan
yang dipampang di sekitar jalan
Bunga bunga bangsa tahun depan
Berkunang kunang pandangan matanya
Di bawah iklan berlampu neon
Berjuta harapan ibu dan bapak
Menjadi gebalau suara yang kacau
Menjadi karang di bawah samodra
( sajak sebatang lisong baitbait 9 )
Penderitaan petani tembakau yang keuntungannya kecil karena dimanipulasi
harga oleh para cukong menjadi salah satu penyebab kemiskinan di Indonesia.
Keringat mereka menjelma emas yang diambil cukong cerutu Eropa. (Sajak Burung
Kondor bait ke 3 ). Hal inilah yang dikritik oleh Rendra dalam sajaknya mengenai
penderitaan petani tembakau yang kerja kerasnya hanya dinikmati oleh para cukong
tembakau cerutu di Eropa
Mereka memanen untuk tuan tanah
yang mempunyai istana indah
keringat mereka menjelma menjadi emas
62
yang diambil oleh cukong - cukong pabrik cerutu Eropa
Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan
para ahli ekonomi membetulkan letak dasi
dan menjawab sambil memberikan kondom. ( Sajak burung burung kondor bait ke 3 ).
Kepadatan penduduk menjadi permasalahan serius Indonesia pada tahun 1970
- an. Penduduk miskin yang semakin membengkak mengakibatkan ketimpangan dan
kecemburuan sosial. Penduduk miskin yang banyak menjadi beban bagi pemerintah.
Migrasi besar penduduk desa ke kota - kota besar akhirnya menjadikan penduduk
desa terlunta - lunta karena tidak dilengkapi kecakapan hidup seperti keterampilan
pendidikan dan strategi usaha.
Masalah kemiskinan merupakan masalah klasik dari setiap negara. Berbagai
program dan cara telah dilakukan oleh berbagai negara untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk miskin namun sampai saat ini hal itu masih saja menjadi
kendala. Sebagai seorang sastrawan Rendra ternyata memiliki selera humor yang
tinggi dalam menyikapi orang miskin dalam puisinya. Rendra mengkritik pemerintah
bahwa orang miskin tak ubahnya seperti ”hantu” yang meneror dalam segala aktifitas
manusia. Terbawa igauan pada waktu tidur dan anak - anak mereka akan kesurupan
ketika ”Hantu” orang miskin meminta keadilan.
Bila kamu remehkan mereka
63
di jalan kamu akan diburu bayangan
tidurmu akan penuh igauan
dan bahasa anak anakmu sukar kamu terka.
( sajak orang miskin bait ke 4 ).
Akibat kemiskinan yang semakin menebal, orang miskin yang lemah imannya
akhirnya terjerumus dalam dunia persundalan atau prostitusi. Virus - virus alat
kelamin seperti spilis merebak sedangkan yang lain dipaksa menerima nasib dengan
teror penyakit berbahaya semisal TBC karena sanitasi gaya hidup yang rendah.
kuman kuman Spilis dan TBC dari gang - gang gelap
akan hinggap di gorden presiden dan buku programa gedung kesenian.
( sajak orang miskin bait ke 8 )
4. 5. Kritik Sosial Sajak S L A, Sajak Kenalan Lamamu dan Sajak SeonggokJagung di Bidang Pendidikan
Keadaan pendidikan pada tahun 1970 - an dapat dikatakan masih jauh dari
standar. Salah satu kebijakan Orde Baru yang dapat dinilai menurunnya intensitas
pendidikan adalah dengan membiarkan rendahnya kesejahteraan para pegawai karena
Gaji yang minim serta fasilitas tempat tinggal, penerangan listrik dan jaminan
kesehatan yang belum standar. Dengan keadaan yang serba terbatas serta ingin hidup
layak tidak menutup kemungkinan oknum beberapa guru yang lemah iman serta kode
etiknya memilih jalan pintas berbuat kejahatan perdata atau melakukan korupsi waktu
untuk mencari rezeki sampingan. Hal itu tentu menjadikan pendidikan terhadap anak
64
menjadi terlantar. Keadaan seperti itu telah nampak pemicu demonstrasi para
mahasiswa yang melahirkan revolusi dibidang pendidikan dan kebudayaan
Di hotel, istri guru menjual badan
Agar pantatnya diganjal sedan
( Sajak Kenalan Lamamu bait ke 5 )
Ibu guru perlu sepeda motor dari Jepang
Ibu guru ingin hiburan dan cahaya
Ibu guru ingin atap rumahnya tidak bocor
Dan juga ingin jaminan pil penenang
Tonikum tonikum dan obat perangsang yang dianjurkan oleh dokter
Maka berkatalah ia
Kepada para orang tua muridnya :
”kita bisa merubah keadaan
Anak anak akan lulus ujian kelasnya
Terpandang diantara tetangga
Boleh dibanggakan pada kakak mereka
Soalnya adalah kerjasama antara kita
Jangan sampai terganggu karena
Atap yang bocor
( sajak SLA bait ke 2 ).
Keadaan kehidupan para pengajar yang menyedihkan dari sisi kesejahteraan
lambat laun mengakibatkan turunnya intensitas dalam memberi pendidikan terhadap
anak muridnya. Akibatnya siswa tidak mendapatkan pendidikan secara maksimal. Di
65
tengah kehidupan yang serba konsumtif dan lunturnya wibawa dan teladan orang tua,
anak akhirnya mencari dunianya sendiri yang ironisnya malah meniru satu perbuatan
yang melanggar norma norma berlaku seperti merokok dan melawan terhadap ibu
gurunya sendiri.
Murid murid tertawa
Dan mengeluarkan rokok mereka
”mengingat kesopanan
Jangan kalian merokok
Kelas adalah ruang belajar
Dan sekarang keluarkan daftar logaritma”
Murid murid tertawa dan berkata
”Kami tidak suka daftar logaritma
Tidak ada gunanya” ! .
( Sajak SLA bait ke 6,7 dan 8 ).
Efek buruk moderenisasi dan westerenisasi pun merebak dan mematikan
perkembangan mental anak - anak muda. Mereka akhirnya meniru pola pikir orang
tuanya seperti hidup santai dan malas - malasan serta menjadi antek modal asing
sebagai penerus orang tuanya. Hal itu yang dianggap merosotnya tunas - tunas
penyelamat bangsa karena modal asing ( terutama dari Cina dan Jepang ) bukan
hanya menjerat orang tuanya namun juga anak - anak mereka.
66
Remaja akhirnya bergaya hidup konsumtif atau pamer. Selain itu kehidupan
politik yang kacau dengan pecahnya partai - partai juga membawa pelajaran negatif
kepada generasi muda. Para pemuda seharusnya mendapatkan pendidikan politik
yang sehat namun malah membantu meredakan ketegangan partai partai yang ada.
Padahal tugas utama mereka adalah belajar selain mendapatkan pendidikan politik
yang sehat. Dan disaat ada pemilu kami membantu keamanan meredakan partai -
partai ( Sajak SLA bait ke 15 ). Hal ini yang dikritik Rendra dalam sajaknya
Kami tidak mengacau
Kami tidak berpolitik
Kami merokok dengan santai
Seperti ayah - ayah kami di kantor mereka
Santai tanpa politik
Berunding dengan Cina
Berunding dengan Jepang
Menciptakan suasana girang
Dan disaat ada pemilu
Kami membantu keamanan
Meredakan partai - partai
( sajak SLA bait ke 15 )
Karena kualitas pendidikan yang kurang diterima peserta didik disekolah
akhirnya menghasilkan lulusan yang rendah pula. Seorang lulusan SMA malah tidak
berguna untuk membangun dan memajukan negaranya sendiri dan terlunta lunta
67
setelah gagal berulang kali mencari pekerjaan. Inilah yang diungkapkan Rendra
dalam sajaknya
Dan seorang pemuda lulusan SLA
Tak ada uang tak bisa menjadi mahasiswa
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya
Seonggok jagung di kamar
Tak akan menolong seorang pemuda
Yang pandangannya berasal dari buku
Dan tidak dari kehidupan
Yang tidak terlatih dalam metode
Dan hanya penuh hapalan dan kesimpulan
Yang hanya terlatih sebagai pemakai
Tapi kurang latihan bebas berkarya
( sajak seonggok jagung bait ke 4 dan 6)
68
RENCANA PELAKSANAAN PEMELAJARAN
Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas \ Semester : XII \ 1
Standar Kopetensi :
memahami buku kumpulan puisi kontemporer dan karya sastra yang dianggappenting pada setiap periode
Mengungkapkan pendapat dalam bentuk kritik dan essai
Kopetensi Dasar :
mengidentifikasi tema dan ciri ciri puisi kontemporer melalui kegiatan membacabuku kumpulan puisi kontemporer.
Menemukan perbedaan karakteristik angkatan melalui membaca karya sastra yangdianggap penting pada seiap periode
Memahami prinsip - prinsip penulisan kritik dan esaai
Menerapkan prinsip prinsip penulisan kritik dan essai untuk mengomentari karyasastra
Indikator : Siswa mampu memahami pengertian kritik sosial di dalam puisi
Siswa mampu mengidentifikasi tema sejarah lahirnya kumpulan puisi PotretPembangunan dalam Puisi
Siswa mampu menerapkan prinsip penulisan kritik untuk mengomentari kritik sosialdalam puisi
69
Alokasi waktu : 2 X 45 menit
Tujuan pemelajaran
Siswa mampu memahami ruang lingkup kritik sosial dalam puisi serta dapatmenerapkan prinsip - prinsip penulisan kritik untuk mengomentari karya sastratersebut.
Materi pemelajaran : mengkaji kritik sosial kumpulan puisi potret pembangunandalam puisi serta menerapkan prinsip - prinsip penulisan kritik untuk mengomentarikarya sastra.
Metode Pemelajaran
Ceramah
Diskusi
Pemberian tugas
Langkah - langkah Kegiatan Pemelajaran
Kegiatan Awal ( 15 menit )
Guru mengucapkan salam, mengabsen siswa dan mengkoordinir kelas
Pembentukan kelompok masing - masing 5 orang
Guru menjelaskan mengenai materi puisi, kritik sosial serta tanya jawab guru dansiswa tentang sastra puisi dan kritik sosial serta siswa mendiskusikan materi yangdijelaskan guru
Kegiatan Inti ( 60 menit )
Guru menjelaskan ruang lingkup mengenai sastra puisi dan kritik sosial sertamanfaatnya terhadap kehidupan manusia
Guru menjelaskan biografi mengenai WS Rendra dan kumpulan puisinya PotretPembangunan dalam Puisi serta puisi - puisi kritik sosial dan Siswa mendiskusikandalam kelompok mengenai materi yang telah dijelaskan guru
70
Guru memberi tugas kepada siswa tentang pembuatan tulisan kritik untukmengomentari buku kumpulan puisi Potret Pembangunan dalam Puisi beserta hasilkritik sosialnya dan keterkaitannya dengan kehidupan saat ini.
Kegiatan Akhir ( 15 menit )
Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan
Siswa dan guru melakukan refleksi
Alat dan Sumber Belajar
Buku Paket Bahasa dan Sastra Indonesia
Buku puisi Potret Pembangunan dalam Puisi karya WS Rendra
Beserta buku penunjang lain
Penilaian
Teknik : tes tulis dan diskusi
Bentuk instrumen : tes uraian
Soal instrumen : terlampir
Kepala Sekolah Guru Studi
71
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
Setelah melaksanakan kajian dan analisis terhadap beberapa sampel puisi dalam
kumpulan puisi Potret Pembangunan dalam Puisi berjumlah 13 puisi maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Kumpulan puisi Potret Pembangunan dalam Puisi berisi berbagai kritik sosial
yang kompleks tentang ketimpangan tatanan kemasyarakatan di bidang
industrialisasi, birokrasi, HAM, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan tentang
kejadian Malari yang terjadi di Indonesia pada tahun 1974.
2. Dari 13 puisi yang dikaji serta dianalisis keseluruhannya berisi kritik sosial
mengenai kejadian Malari kecuali dalam Sajak Ibunda yang berisi pujian dan cinta
terhadap ibu dan istri. Namun pada bait berikutnya dalam Sajak Ibunda terdapat juga
kritikan terhadap para antek modal asing yang berhubungan dengan kejadian Malari
1974. Hal itu mengindikasikan bahwa pada dasarnya kumpulan puisi Potret
Pembangunan dalam Puisi ini dipersiapkan penyairnya agar menjadi alat kritik
terhadap pihak - pihak tertentu pada masa itu serta agar dapat diapresiasi dimasa yang
akan datang.
3. Bahasa yang digunakan penyair dalam puisi tersebut adalah bahasa pamflet dengan
dominasi gaya bahasa sinisme dan sarkasme tentang umpatan dan cacian. Bahasa
yang digunakan intensitas kepuitisannya terkesan ”lemah”. Hal ini patut dimaklumi
72
karena puisi ini adalah kredo atau pernyataan sikap yang ditunjukan kepada semua
pihak dan dimaksudkan untuk menjadi puisi massa ( pamflet ) yang dibacakan di
depan umum atau auditorium. Bila menggunakan bahasa terlalu puitis dengan
penautan gaya bahasa yang berlebihan tentu hanya orang orang tertentu yang
memiliki tingkat intelektual lebih yang dapat memahaminya. Namun meski gaya
pamflet mendominasi dalam kumpulan puisi ini, banyak pula sisi kreatif puitis
Rendra seperti kalimat rembulan memberi mimpi, matahari menyinari air mata,
gelombang angin menyingkapkan keluh kesah, di dalam udara murni tercium kue
jagung, matahari terbit pagi ini mencium kencing orok di kaki langit, rembulan
berlayar, membakar dupa mencium bumi, dunia terbakar oleh tatawarna dan lain
sebagainya.
4. Setelah mengkaji kritik sosial dan sejarah mengenai sejarah Malari 1974 tentang
kehidupan bangsa yang ”Terjajah”, kehidupan pendidikan terutama para siswa SMA
yang nakal, penautan bahasa di dalam kumpulan puisi Potret Pembangunan dalam
Puisi maka dapat ditarik kesimpulan kumpulan puisi ini tidak seluruhnya dapat
dijadikan sebagai bahan pengajaran dan pemelajaran kepada siswa dikarenakan ada
beberapa bahasa yang terlalu vulgar dan kasar.
73
SARAN PENELITIAN
Hendaknya dalam menentukan bahan atau media pengajaran dan pemelajaran
memilih karya sastra kontemporer yang disesuaikan dengan pemahaman bahasa dan
psikologis serta daya nalar siswanya. Bila terdapat bahasa yang tabu atau kurang
pantas maka sebaiknya tidak dipergunakan seperti halnya di dalam kumpulan puisi
Potret Pembangunan dalam Puisi. Memang terdapat beberapa puisi yang cocok
sebagai bahan pengajaran dan pembelajaran karena berisi motivasi dan bersifat
nasionalisme seperti dalam Sajak Sebotol Bir, dan Sajak Pertemuan Mahasiswa.
Namun terdapat beberapa puisi yang tidak cocok sebagai bahan ajar dan pemelajaran
karena bahasa yang terlalu vulgar dan kasar seperti dalam Sajak SLA dan Sajak
Sebatang Lisong.
Hendaknya dipilih bahan ajar yang menautkan bahasa tanpa gaya bahasa atau
Stilistika yang berlebihan untuk menghindari kesulitan siswa. Penggunaan kumpulan
puisi Potret Pembangunan dalam Puisi ini dapat menjadi bahan alternatif karena
keseluruhan morfologis bahasanya yang mudah dicerna.
74
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta. : Rineka Cipta
Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung :Sinar Baru
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta.
Badudu, JS 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Utama
Basrovi 2005 Pengantar Sosiologi. Bogor : Ghalia Indonesia
Darma, Yonce Aliyah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung : Yrama Widya
Duverger, Maurice. 2005. Sosiologi Politik ( penerjemah Danial Dhakidae ) Jakarta :Raja Grafindo Persada
Effendi. 2005. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta : Pustaka Jaya
Endaswara, Suwandi. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Yogyakarta : MediaPresindo
Escarpit, Robert. 2005. Sosiologi Sastra. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Faruk 2005 Beyond Imagination Sastra mutakhir dan Ideologi. Jakarta. GammaMedia Offset
......... 2003 Pengantar Sosiologi Satra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Herwan FR. 2005. Apresiasi dan pengkajian puisi. Serang : Gerage Budaya
Junus, Umar. 1987. Sosiologi Sastra. Selangor. Dewan Percetakan Bahasa Kualalumpur
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pemelajaran mengembangkan standar kopetensi.Bandung : Remaja Rosdakarya.
Margono. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta
Moleong,Lexy. 2006. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung : RemajaRosdakarya
Muslich, Masnur. 2008. Kurikilum Tingkat Satuan Pedidikan Jakarta: Bumi Aksara
Rahmanto, Bernardus. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakatta : Kanisius
75
Ratna, Nyoman. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Jakarta. Pustaka Pelajar
.......................... 2007 Sastra dan Cultur Studies. Jakarta. Pustaka Pelajar
Suharjo, Derajat. 2003. Metodologi penelitian dan penulisan Ilmiah. Yogyakarta: UIIPress
Susilo, Joko. Muhamad. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta.Pustaka Pelajar.
Taum, Japi Josep 1992 Pengantar teori Sastra Flores : Nusa Indah.
Umar, Hussain 2003. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta :RajaGrafindo Persada
Yudiono. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta : Grasindo
Zamarah, Bahri Syaiful dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :Rineka Cipta
Waluyo, Herman 1987 Teori Apresiasi Sastra. Jakarta : Erlangga
Http:\\ Wikkipedia. Org.\wiki\ W.S Rendra
76
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap penulis adalah Encep Nurjaya. Dilahirkan di Bandung pada tanggal 4
Februari tahun 1985 pasangan dari Kurtubi bin H Mahmud dan Rukiah binti Rasad
yang bekerja sebagai guru pada sekolah dasar sebagai anak sulung dari 2 bersaudara.
Menampatkan pendidikan pada sekolah dasar di SD Ciruas IV tahun 1992-1998,
kemudian melanjutkan di SMP Negri I Ciruas pada tahun 1999-2001, dan
melanjutkan pada SMA Negri I Pontang tahun 2001-2004.
Pada tahun 2004 Penulis melanjutkan kependidikannya pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Agengtirtayasa dan lulus tahun
2010. Pernah sebagai aktifis Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia dan DPM Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNTIRTA. Saat
ini penulis bertempat tinggal di Desa Pelawad Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang
Propinsi Banten.