kuliah tb paru 2

Upload: yeri-holo

Post on 02-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    1/66

    Pemantauan Kemajuan

    Pengobatan TB dan

    Pengobatan TB pada Keadaan

    Khusus

    Dr Irvan Medison SpP

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    2/66

    Pemantauan kemajuan

    pengobatan TB

    Pemantauan kemajuan hasil pengobatandengan pemeriksaan u lang dahak secaramikroskop islebih baik dibandingkan

    dengan pemeriksaan radiologisPemeriksaan dilakukan sebanyak dua kali( S & P) sewaktu & pagi

    LED tidak digunakan karena tidak spesifikuntuk TB.

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    3/66

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    4/66

    Hasil Pengobatan Pasien TB BTA positif

    1. Sembuh

    Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap danpemeriksaan ulang dahak (follow-up) hasilnya negatif pada AP

    dan pada satu pemeriksaan follow-up sebelumnya.

    2. Pengobatan Lengkap

    Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secaralengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.

    3. Default (Putus berobat)

    Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih

    sebelum masa pengobatannya selesai.

    4. Gagal

    Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali

    menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    5/66

    5. Meninggal Adalah pasien yang meninggal dalam masa

    pengobatan karena sebab apapun

    6. Pindah

    Adalah pasien yang pindah berobat ke unit denganregister TB 03 yang lain dan hasil pengobatannya

    tidak diketahui..

    Hasil Pengobatan Pasien TB BTA positif

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    6/66

    Tatalaksana pasien TB putus berobat

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    7/66

    PENGOBATAN TB PADAKEADAAN KHUSUS

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    8/66

    TB pada Kehamilan

    Sama dengan pengobatan TB pada

    umumnya.

    (WHO) hampir semua OAT aman untuk

    kehamilan, kecuali streptomisin.

    Streptomisintidak dapat dipakai pada kehamilankarena bersifatpermanent ototoxicdan dapat

    menembus barier placenta. gangguan

    pendengaran dan keseimbangan yang menetap

    pada bayi yang akan dilahirkan.

    Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa

    keberhasilan pengobatannya sangat penting artinya

    supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan

    bayi yang akan dilahirkan terhindar dari

    kemungkinan tertular TB.

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    9/66

    TB pada Ibu menyusui dan bayinya

    Pada prinsipnya pengobatan TB pada ibumenyusui tidak berbeda dengan pengobatan

    pada umumnya. Semua jen is OAT aman

    untu k ib u men yu sui.

    Seorang ibu menyusui yang menderita TB

    harus mendapat paduan OAT secara adekuat.

    Pemberian OAT yang tepat merupakan cara

    terbaik untuk mencegah penularan kuman TB

    kepada bayinya.

    Ib u dan bay i t id ak per lu d ip is ah kandan bayitersebut dapat terus disusui.

    Pengobatan pencegahan dengan INH

    diberikan kepada bayi

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    10/66

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    11/66

    Pasien TB dengan infeksi HIV/AIDS

    Tatalaksanan sama seper ti pas ien TB lainnya.

    Obat TB sama efektifnya dengan pasien TB yang tidak

    disertai HIV/AIDS.

    Prinsip pengobatan adalah mendahu lukan pengobatan

    TB. Pengobatan ARV(antiretroviral) dimulai berdasarkan

    stadium klinis HIV sesuai dengan standar WHO.

    Penggunaan Streptomisinharus memperhatikan Prinsip-

    prinsip Universal Precaution

    Pengobatan sebaiknya secara terintegrasi untuk menjaga

    kepatuhan pengobatan secara teratur.

    Pasien TB yang berisiko tinggi terhadap infeksi HIV perlu

    dirujuk ke pelayanan VCT (Voluntary Counceling and

    Testing = Konsul sukarela dengan test HIV).

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    12/66

    Pasien TB dengan hepatitis akut

    Pada pasienTB dengan hepatit is aku t dan atau k lin is

    ikter ik, pemberian OAT ditunda sampai hepatitis akutnya

    mengalami penyembuhan.

    Pada keadaan dimana pengobatan TB sangat diperlukan

    dapat diberikan:

    Streptomisin (S) dan Etambutol (E) maksimal 3 bulan

    sampai hepatitisnya menyembuh dan

    Dilanjutkan dengan Rifampisin (R) dan Isoniasid (H)

    selama 6 bulan.

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    13/66

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    14/66

    Pasien TB dengan gagal ginjal

    Streptomisindan Etambuto ldiekskresi melalui ginjal,

    hindari pada pasien gangguan ginjal.

    Apabila fasilitas pemantauan faal ginjal tersedia,:

    Etambutol dan Streptomisin tetap dapat diberikandengan dosis yang sesuai faal ginjal.

    Paduan OAT yang paling aman untuk pasien dengan

    gagal ginjal adalah 2HRZ/4HR.

    di ekskresi &dicerna melalui

    empedu menjadi

    senyawa tidak

    toksik

    Dapat diberikan

    pada gangguan

    ginjal.

    Isoniasid (H),

    Rifampisin ( R)

    Pirasinamid (Z).

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    15/66

    Pasien TB dengan Diabetes Melitus

    Diabetes harus dikontrol.

    Insulin dapat digunakan untuk mengontrol gula darah,

    setelah selesai pengobatan TB, dilanjutkan dengan anti

    diabetes oral. .

    Penggunaan Rifampisin

    dapat mengurangi

    efektifitas sulfonil urea.

    sehingga dosis obat

    antidiabetes perlu

    ditingkatkan

    Pada pasien Diabetes

    Mellitus sering terjadi

    komplikasi retinopathy

    diabetika,

    oleh karena itu hati-

    hati dengan

    pemberian etambutol,

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    16/66

    Pengunaan kortikosteroid pada pasien TB

    Kortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khususyangmembahayakan jiwa pasien seperti:

    Meningitis TB

    TB milier dengan atau tanpa meningitis

    TB dengan Pleuritis eksudativa

    TB dengan Perikarditis konstriktiva.

    Selama fase akut prednison dosis 30-40 mg per

    hari, kemudian diturunkan secara bertahap.

    Lama pemberian disesuaikan dengan jenis

    penyakit dan kemajuan pengobatan

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    17/66

    Indikasi operasi TB

    TB tulang yang disertai kelainan

    neurologik.

    Untuk TB

    paru

    Pasien batuk darah berat yang

    tidak dapat diatasi dengan cara

    konservatif.

    Pasien dengan f is tula

    b ronkop leu ra dan emp iemaPasien MDR TBdengan kelainan

    paru yang terlokalisir

    Untuk TB

    ekstra paru

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    18/66

    EFEK SAMPING OATDAN PENATALAKSANAANNYA

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    19/66

    EFEK SAMPING OAT DANPENATALAKSANAANNYA

    Tabel berikut, menjelaskan efek samping ringan maupun

    berat dengan pendekatan gejala.

    Efek

    samping

    ringan

    Efeksamping

    Berat

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    20/66

    Penatalaksanaan pasien dengan efek samping

    gatal dan kemerahan kulit:

    1. singkirkan dulu kemungkinan penyebab lain.

    2. Berikan dulu anti-histamin, sambil meneruskan OAT

    dengan pengawasan ketat.

    (Gatal-gatal tersebut pada sebagian pasien hilang )3. Bila keadaan pasien malahan terjadi suatu kemerahan

    kulit, hentikan semua OAT tunggu sampai kemerahan

    kulit tersebut hilang.

    4. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasienperlu dirujuk

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    21/66

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    22/66

    Reaksi hepersensitivitas OAT

    Kadang-kadang, pada pasien timbul reaksi hipersensitivitas

    (kepekaan) terhadap Isoniasid atau Rifampisin.

    Kedua obat ini merupakan jenis OAT yang paling ampuh

    sehingga merupakan obat utama (paling penting) dalam

    pengobatan jangka pendek.

    Bila pasien dengan reaksi hipersensitivitas terhadap

    Isoniasid atau Rifampisin tersebut HIV negati f , mungk in

    dapat di lakukan desensi t isasi .

    Namun, jangan lakukan desens i t isas i pada pas ien TB

    dengan HIV pos i ti fsebab mempunyai risiko besar terjadi

    keracunan yang berat

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    23/66

    Efek samping Hepatotoksisitas

    Bisa terjadi karena reaks i h ipersens i t iv i tasatau

    karena keleb ihan dos is.

    Untuk membedakannya, semua OAT dihentikan

    dulu kemudian diberi kembali sesuai dengan

    prinsip dechal lenge-rechalenge. Bila dalam proses rechallenge yang dimulai

    dengan dos is rendah sudah t imbul reak si ,

    berarti hepatotoksisitas karena reakasi

    hipersensi t iv i tas.

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    24/66

    Bila jenis obat penyebab dari reaksi efek samping itu

    telah diketahui, misalnya :

    pirasinamid atau etambutol atau streptomisin,

    maka pengobatan TB dapat diberikan lagi dengan

    tanpa obat tersebu t.

    (Bila mungkin, ganti obat tersebut dengan obat lain)

    Lamanya pengobatan mungkin perlu diperpanjang, tapi

    hal ini akan menurunkan risiko terjadinya kambuh

    Efek samping Hepatotoksisitas

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    25/66

    TB paru denganDRUG INDUCE HEPATITIS

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    26/66

    Paduan OAT (RHZ) telah terbukti efektif

    menyembuh pasien TB melalui aktiviti bakterisidal,

    sterilisasi dan mencegah resisten Potential hepatotoxicity derangement of hepatic

    function drug induce hepatitis (hepat i t is imbas

    obat = HIO)

    Dapat terjadi pada masing-2 pemberian R,H,Z.

    26

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    27/66

    EFEK TOKSIK OBAT PADA HATI

    1. Teori toksik langsung (predictable hepatotoxicity)

    melalui perantaraan hasil metabolisme obat yang terikatsecara kovalen dengan protein sel hati

    2. Teori hipersensitiviti/idiosinkrasi (Unpredictablehepatotoxicity) reaksi imunologis terhadap obat

    27

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    28/66

    ISONIAZID (INH)

    INH tidak toksik untuk hati Kekerapan : 1 - 2% (4% usia > 65 tahun)

    Dugaan produk metabolit asetilasi

    75-95% INH dieksresi dlm bentuk metabolit (asetil isoniazid,asam nikotinat, isonikotinil glisin, isonikotinil hidrazon dan N-metil isoniazid)

    Faktor genetik mempengaruhi kec. metabolisme Perbedaan kec.asetilasi tidak mempengaruhi efektiviti atau

    toksisiti INH kadar transaminase terjadi 20% pasien yang mendapat

    INH, tapi hanya 0,2 5 % yang disertai tanda HIOAsetilasi cepat mono asetil hidrasin lebih cepat dirubah

    diasetilhidrazin eksressi

    28

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    29/66

    RIFAMPISIN (RIF)

    HIO jarang pada fungsi hati normal

    Pemberian R + H HIO 8-10%

    29

    Hepatotoksik

    isonicotinic acid &

    hidrasinMerangsang

    enzim isoniasid

    hidro lase

    RIFAMPISIN

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    30/66

    PIRAZINAMID (PZA)

    Paling sering dan paling toksik ~ dose

    dependent hepatotoxicity

    Dosis 3 gr/hari (40-50 mg/kg) : 15%

    Sangat mungkin oleh efek langsung

    Mekanisme : ?

    30

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    31/66

    ETAMBUTOL

    Data etambutol : minimal

    Inggris (1969), dilaporkan dari197.000 kasus pengobatan OAT

    10 kasus gangguan fungsi hati

    31

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    32/66

    FAKTOR RISIKO

    Usia > 50 tahun

    Malnutrisi

    Genetik

    TB yang berat, klinishepatitis (+) tapi OATmasih diberikan

    Penyakit hati kronik

    Perempuan > laki-laki

    Alcoholism

    IV drug use

    32

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    33/66

    MANIFESTASI KLINIS

    Malaise

    Fatique

    Anoreksia

    Mual

    Muntah

    Nyeri epigastrium

    Hepatomegali ringan

    Ikterus

    Urine spt air teh

    SGOT (AST)

    SGPT

    Bilirubin

    33

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    34/66

    KRITERIA DIAGNOSIS

    Gejala klinik hepatitis

    SGOT dan SGPT :

    > 150 IU/L (3 x pemeriksaan berurutan)

    atau > 250 IU/L ( 1x pemeriksaan)

    Ikterus nyata / bilirubin total > 3,4 mmol/L

    Petanda serologi virus hepatitis negatif

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    35/66

    PENATALAKSANAAN (1)

    1. Evaluasi fungsi hati semua pasien TB sebelumpemberian OAT

    2. Penjelasan efek samping OAT yang mungkin terjadi

    (gejala hepatitis), kapan stop OAT dan kapan

    konsultasikan ke dokter3. Pasien TB Paru dgn penyakit hati menahun, evaluasi

    fungsi hati dilakukan lebih sering dan teratur terutama

    2 bulan pertama dgn cara uji fungsi hati/minggu pada

    2 minggu pertama dan berikutnya setiap 2 minggu.4. Pasien TB Paru tanpa penyakit hati sebelumnya,

    pemeriksaan ulang jika timbul gejala yang jelas

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    36/66

    PENATALAKSANAAN

    5. Peningkatan SGOT/SGPT biasanya jarang dijumpai segera

    setelah pengobatan dimulai- SGOT/SGPT 2 x N ulang fungsi hati

    - SGOT/SGPT < 2 x N ulang /2 minggu

    - SGOT/SGPT mendekati N ulang sesuai gejala yang ada

    6. Stop OAT jika :

    Klinik (+) atau

    Laboratorium (+) klinik (-)

    Bilirubin > 2 mg%

    SGOT, SGPT 5 kali normal

    SGOT, SGPT 3 kali normal, gejala (+)

    SGOT, SGPT 3 kali normal, gejala (-) lanjutkan terapi

    dgn pengawasan sampai klinik dan laboratorium

    normal

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    37/66

    PENATALAKSANAAN

    Setelah penghentian OAT, terdapat beberapa pilihan.

    Jika kondisi pasien baik dan BTA (-) tunda OAT sampai ujifungsi hati normal.

    Bila ter jad i reak si , segera kembali ke dosis sebelumnya dan

    besoknya dosis dinaikkan lagi

    Bila tercapai dosis penuh dari satu obat, pemberiannya diteruskan

    sambil dicoba diberikan obat lain Bila OAT (R,H,Z) ternyata t idak memberikan efek sampingpada

    hati, lanjutkan pemberian

    Bila OAT (R,H,Z) terny ata tetap memberikan efek sampin gpada

    hati, maka berikan OAT alternatif dengan supervisi dokter ahli

    (Terkadang OAT pilihan alternatif sangat terbatas, dianjurkan

    mengulang prosedur introduksi OAT (seperti protokol) jika uji fungsi

    hati telah kembali normal

    Pasien hepatitis akut (ikterik) tunda pemberian OAT sampai

    hepatitis sembuh

    37

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    38/66

    Paduan obat yang

    direkomendasikan (1)

    38

    1) Pengobatan tanpa PZA

    2RHE(S)/ 6RH.

    altermnatif.

    9 RE / 3 HE atau 2 SHE/10 HE

    2. Pengobatan tanpa INH

    fase awal : 2RZE

    fase lanjutan:(4 bulan) RZE

    P d b t

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    39/66

    Paduan obat yang

    rekomendasikan (2)

    39

    rejiem yang mengandung hanyasatu obat yang berpotensihepatotoksik ;

    Rifampisin tetap diberikan lamapengobatan 12-18 bulan.

    Rejimen yang tidak mengandung

    obat hepatotoksik lamapengobatan 18-24 bulan

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    40/66

    Regimen OAT yang Direkomendasikan

    Untuk Hepatitis Akut

    Tunda OAT sampai hepatitis akut

    mereda OAT sangat dibutuhkan 3 SE

    Hepatitis akut mereda 6 RH

    Hepatitis tidak mereda 9 SE

    40

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    41/66

    Diagnosis danPengobatan TB/HIV

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    42/66

    No reported activity

    < 15%

    15 to 50%

    51 to 75%

    More than 75%

    Proportion of TB patients

    tested for HIV

    Key

    2005

    1.9%

    Epidemiologi TB HIV daerah Asia Pasifik

    2006

    2007

    0.3%

    6.0%

    3.7%

    200418

    27

    29

    0.2 of 3.1 mil l ion n otif ied TB patients

    were test ed in ASIA PACIFIC REGION in 2007

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    43/66

    Proporsi pasien TB denganHIV di wilayah Asia

    Pasifik thun 2007

    Country

    Proport ion TB

    patients w ith HIV

    status know 2007

    Thailand 69%

    Japan 64%

    Malaysia 60%Australia 41%

    Cambodia 39%

    Viet Nam 15%

    Lao PDR 11%

    Sri Lanka 6%

    India 5%

    China 3%Myanmar 2%

    Papua New Guinea 1%

    Indonesia 0.10%

    Philippines 0.03%

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    44/66

    Mortalitas TB dan HIV

    HIV/AIDS : penyakit menular yang paling mematikan di

    dunia

    TB urutan kedua

    TB merupakan penyebab kematian utama bagi

    penderita HIV di seluruh dunia

    Ef k TB t h d ifit

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    45/66

    TB meningkatkan progresifitas HIV Penderita TB dengan HIV sering mempunyai viral loads HIV

    yang tinggi

    Penurunan imunitas lebih cepat, dan pertahanan hidup bisalebih singkat walaupun pengobatan TB berhasil

    Penderita TB/HIV mempunyai kemungkinan hidup lebih

    singkat dibanding penderita HIV yg tidak pernah kena TB

    ART menurunkan tingkat kematian pada pasien TB/HIV

    Efek TB terhadap progresifitas

    Infeksi HIV

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    46/66

    Kapankah harus menduga seseorang

    menderita HIV dan melakukan uji HIV?

    Yang per lu diperhatikan adalah :

    Dimana

    Di daerah dg prevalensi HIV tinggi atau

    rendah

    Siapa

    Kelompok orang dg risiko tinggi

    Bgmn

    Keluhan tanda/ gejala yg

    menimbulkan dugaan HIV

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    47/66

    Kapan menduga HIV

    Pada daerah dengan prevalensi tinggi:

    Sub-Sahara Afrika

    Indonesia ; beberapa daerah tertentu di:Papua, Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat, Bali,

    Kepri, Kalimantan Barat, Jawa Tengah dan Sumatra

    Utara

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    48/66

    Kelompok orang dengan risiko tinggi:

    Pengguna narkoba suntik

    Pekerja seks komersialBiseksual

    Homoseksual

    Narapidana

    Kapan menduga HIV

    G b Kli i k HIV

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    49/66

    Riwayat

    Sexually transmitted infections

    Herpes zoster (shingles)

    Pneumonia baru atau kambuh

    Infeksi bakteri yang berat

    Gejala

    Penurunan berat badan >10kg (atau >20% dari berat

    badan),

    Diare >1 bulan Nyeri saat menelan (odynophagia)

    Perasaan terbakar di kaki (neuropathy)

    Gambaran Klinis suspek HIV

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    50/66

    Tanda Bekas herpes zoster

    Skin rash yg gatal

    Lesi kulit ataumembran mukosa ygberwarna gelap ataukemerahan (Kaposissarcoma)

    Limfadenopatigeneralisata

    Gambaran Klinis suspek HIV

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    51/66

    Tanda2 suspek HIV

    Tanda (lanjutan) Oral Candidiasis

    Oral hairy leukoplakia

    Necrotizing gingivitis

    Aphthous ulcers (severeor recurrent)

    Angular chelitis

    Persistent painful genitalulceration

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    52/66

    Uji HIV

    Uji HIV dilakukan jika tersedia fasiliti

    Jika uji HIV tidak tersedia, gunakan indikator

    kecurigaan klinis untuk membantu manajemen

    penatalaksanaan penyakit dan menetapkan fasilitas

    rujukan uji setempat (hubungi fasilitas kesehatansetempat)

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    53/66

    Diagnosis TB pada Penderita HIV

    Tidak sama dengan gejala umum TB Demam dan penurunan berat badan merupakan gejala

    yang penting

    Batuk bukan gejala yang umum

    Banyak variasi pada gambaran foto toraks

    Lebih banyak TB ekstra paru dan TB disseminata

    Diagnosis diferensial lebih luas

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    54/66

    Gambar Foto Toraks: Tidak Khas

    Lokasi kelainan dapatter jad i d imana saja(lebih sering bagianbawah)

    Konsolidasi

    Pada umumnya t idakd i temukan kav i tas(< 10%)

    Pada umumnyad i temukan adenopat i(terutama pada anakdan HIV)

    Al Di i TB P l i HIV Ti i

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    55/66

    Pasien suspek TB dengan KU buruk

    Rujukan secepatnya

    memungkinkan

    Tanpa perbaikan 3-5 h

    Pengobatan antibiotik , BTA dahak

    dan Biakan, Uji HIV, Foto toraks

    BTA PositifTB

    Rujukan secepatnya

    tidak memungkinkan

    Pengobatan antibiotik, ?

    Pengobatan PCP, BTA dahak ,Biakan, Uji HIV, Foto toraks ?

    BTA Negatif

    Perbaikan 3-5 h

    Obati TB,

    pelayanan HIV jika +

    Ulang penilaian utk TB,

    pelayanan HIV jika +Bukan

    TB

    Ulangi penilaian utk

    penyakit lain terkait

    HIV

    Obati utk TB

    pelayanan HIV jika

    positif

    Diagnosislain,

    bukan TB

    Alur Diagnosis TB: Prevalensi HIV Tinggi

    PCP=P. jirov ecipneumonia

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    56/66

    Pasien dugaan TB , rawat jalan

    Sputum BTA, Uji HIV

    BTA Positif BTA Negatif

    Obati utk infeksi bakteri dan/atau PCP

    pelayanan HIV jika +, CPT

    Mungkin TB

    Ulangi

    penilaian utk

    TB

    Obati utk TB, CPTpelayanan HIV jika +

    Sputum BTA/biakan, foto

    toraks, evaluasi klinis

    Mungkin bukanTB

    Tidak ataukurang

    respons

    ResponsCPT = pengobatan pencegahan kotrimoksasol

    Alur Diagnosis TB: Prevalensi HIV Tinggi

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    57/66

    Koordinasi program TB - HIV diperlukan utk :

    Mencegah HIV pada pasien TB

    Mencegah TB pada pasien HIV Pemeriksaan pasien dan kontak ( untuk TB dan HIV )

    Koordinasi pengobatan dan penyediaan obat

    Kolaborasi TB/HIV

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    58/66

    Pada pengobatan TB/HIV perlu dipertimbangkan:

    Interaksi antar obat-obat yang digunakan

    Peran antiretroviral therapy(ART)

    Overlap efek samping obat Immune-reconstitution inflammatory syndrome

    (IRIS)

    Masalah kepatuhan pengobatan

    TB/HIV: Pengobatan

    P b t TB d ARV (ART)

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    59/66

    Pengobatan TB dan ARV (ART)

    Indikasi pemberian ART pada pasienTB/HIV berdasarkan:

    Status penyakit HIV (kadar CD4)

    Keberhasilan pengobatan dan paduan OATyang sedang dilakukan

    Kepatuhan pengobatan dan efek samping

    Jika belum diobati dengan ART pada saat

    diagnosis TB, keputusan untuk memulai ART

    didasarkan faktor2 berikut.

    K M l i A i i l

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    60/66

    Kapan Memulai AntiretroviralJika pemeriksaan CD4 tersedia :

    Nilai CD4 ART

    < 200

    Mulai ART begitu pengobatan

    TB tidak disertai efeksamping( 2 8 minggu OAT)

    200 - 350Mulai ART setelah OAT fase

    intensif selesai

    > 350Tunda ART sampaipengobatan TB selesai

    K M l i A ti t i l

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    61/66

    Kapan Memulai AntiretroviralJika pemeriksaan CD4 tidak tersedia :

    Gambaran klinis ART

    Adanya TB paru dan tanda HIVadvanced , atau tidak adaperbaikan secara klinis; adanyaTB ekstra paru

    Mulai ART begitupengobatan TB tidakdisertai efek samping( 2 8 minggu OAT)

    TB paru BTA negatif, berat badanbertambah dengan pengobatan,tanpa tanda/gejala HIV advanced

    Mulai ART setelahOAT fase intensifselesai

    TB paru BTA positif, berat badanbertambah dgn pengobatan, tanpatanda/gejala HIV advanced

    Tunda ART sampaipengobatan TBselesai

    Obat ARV di Indonesia

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    62/66

    Obat ARV di Indonesia

    Nama Generic Grup Nama Merek

    Zidovudine/AZT NRTI Zidovex, Antivir

    Lamivudine/3TC NRTI Hiviral

    Stavudine NRTI Stavir, Zerit

    Didanosine NRTI Videx

    Nevirapine NNRTI Neviral

    Nelfinavir PI Nelvex

    Efavirenz/EFZ NNRTI Stocrin

    Zidovudine + Lamivudine Duviral

    Stavudine + Lamivudine Coviro-LS3*

    Stavudine + Lamivudine + Nevirapine Triomune, GPOVir

    CPT d TB/HIV

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    63/66

    CPT pada TB/HIV

    Pasien TB dan infeksi HIV seharusnya diberikotrimoksasol sebagai pencegahan infeksi lainnya.

    Semua pasien TB yang positif HIV seharusnya

    menerima Terapi Pencegahan Kotrimoksasol

    (CPT) tanpa peduli jumlah CD4, paling tidak

    selama dalam pengobatan TB.

    CPT dianjurkan untuk semua pasien denganjumlah sel CD4 kurang dari 200 sel/mm3[Anjuran WHO]

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    64/66

    Efek Samping OAT/ARV

    Burman et al,Am J Res ir Crit Care Med2001

    Efek Samping OAT ARV

    Skin rash PZA, RIF, INH

    Nevirapine

    Efavirenz

    Abacavir

    Mual,

    muntahPZA, RIF, INH

    Zidovudine Ritonavir

    Amprenavir

    Indinavir

    Hepatitis PZA, RIF, INH Nevirapine Protease

    inhibitors

    Leukopenia,

    anemiaRIF Zidovudine

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    65/66

    IRIS

    Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome (IRIS) Perburukan klinis pada saat respons yang baik

    terhadap ART

    Reaksi paradoksal dimana kondisi menjadi lebih

    parah saat respon ART baik

    Waktu timbulnya IRIS

    Umumnya dalam 6 minggu pertama pemberian ART (sering

    dalam waktu 23 minggu, tapi dapat juga beberapa bulansetelah memulai ART)

    Rujuk ke spesialis jika menduga IRIS

  • 7/27/2019 Kuliah TB Paru 2

    66/66