kufur nikmat

12
Kufur Nikmat Hampir setiap kata syukur di dalam Alquran selalu disandingkan dan dilawankan dengan kata kufur. Hal ini menunjukkan bahwa jika seseorang selalu berusaha di dalam segala aktivitasnya untuk bersyukur kepada Allah SWT, maka akan dijauhkan dari kekufuran. Sebaliknya, jika tidak pernah bersyukur, maka sama dengan mendekatkan bahkan menjerumuskan dirinya ke dalam lembah kekufuran tersebut. Allah SWT berfirman : Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian kufur kepada-Ku. (QS 2: 152). ... jika kalian bersyukur kepada-Ku, maka pasti Aku akan menambah (nikmat-Ku) kepada kamu sekalian. Tetapi jika kalian kufur kepada- Ku, maka ingatlah sesungguhnya azab-Ku sangat dahsyat . (QS14:7). Kufur secara etimologis berarti tertutup, yaitu tertutup dari hidayah dan kebenaran Ilahiyah. Sedangkan secara terminologis paling tidak mempunyai dua jangkauan, yaitu kufur millah (agama) dan kufur ni'mat (nikmat). Seseorang yang tidak beriman, atau mungkin awalnya Mukin dan Muslim, tetapi karena berbagai sebab, mungkin karena tidak pernah mendapatkan pendidikan agama atau terpengaruh oleh lingkungan pergaulan yang buruk, lalu menanggalkan keimanannya tersebut dan keluar dari ajaran Islam, maka jadilah ia orang yang kufur millah, yang akan mengalami kesesatan dan kerugian di dalam hidupnya, baik di dunia ini, apalagi di akhirat nanti. Allah SWT berfirman : Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat. (QS 3: 90). Sedangkan kufur ni'mat yang kadangkala banyak menghinggapi orang-orang Muslim, diindikasikan dengan tidak adanya kesungguhan untuk memanfaatkan setiap nikmat dan pemberian

Upload: muddz-sybweld-sngaddt

Post on 12-Apr-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pendidikann alquran

TRANSCRIPT

Page 1: Kufur Nikmat

Kufur NikmatHampir setiap kata syukur di dalam Alquran selalu disandingkan dan

dilawankan dengan kata kufur. Hal ini menunjukkan bahwa jika seseorang selalu berusaha di dalam segala aktivitasnya untuk bersyukur kepada Allah SWT, maka akan dijauhkan dari kekufuran. Sebaliknya, jika tidak pernah bersyukur, maka sama dengan mendekatkan bahkan menjerumuskan dirinya ke dalam lembah kekufuran tersebut.

Allah SWT berfirman : Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian kufur kepada-Ku. (QS 2: 152). ... jika kalian bersyukur kepada-Ku, maka pasti Aku akan menambah (nikmat-Ku) kepada kamu sekalian. Tetapi jika kalian kufur kepada-Ku, maka ingatlah sesungguhnya azab-Ku sangat dahsyat.(QS14:7).

Kufur secara etimologis berarti tertutup, yaitu tertutup dari hidayah dan kebenaran Ilahiyah. Sedangkan secara terminologis paling tidak mempunyai dua jangkauan, yaitu kufur millah (agama) dan kufur ni'mat (nikmat). Seseorang yang tidak beriman, atau mungkin awalnya Mukin dan Muslim, tetapi karena berbagai sebab, mungkin karena tidak pernah mendapatkan pendidikan agama atau terpengaruh oleh lingkungan pergaulan yang buruk, lalu menanggalkan keimanannya tersebut dan keluar dari ajaran Islam, maka jadilah ia orang yang kufur millah, yang akan mengalami kesesatan dan kerugian di dalam hidupnya, baik di dunia ini, apalagi di akhirat nanti.

Allah SWT berfirman : Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat. (QS 3: 90).

Sedangkan kufur ni'mat yang kadangkala banyak menghinggapi orang-orang Muslim, diindikasikan dengan tidak adanya kesungguhan untuk memanfaatkan setiap nikmat dan pemberian dari Allah SWT sesuai dengan aturan dan ketentuan-Nya. Tanah yang subur, seperti di negara kita, yang seharusnya digali dan dimanfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat banyak, ternyata telah dikuras habis-habisan untuk kepentingan segelintir orang yang kebetulan dekat dengan lingkaran kekuasaan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

Jika ini berlangsung terus-menerus tanpa kendali, apalagi disertai dengan perilaku korup, hipokrit, sombong, dan takabur, kezaliman dan perilaku-perilaku merusak lainnya yang sudah demikian melembaga dan seolah-olah sudah memassal pada semua lini kehidupan, maka kufur nikmat yang semacam ini, sama dengan mengundang turunnya azab Allah yang sangat dahsyat. Yaitu, kelaparan dan perasaan takut yang luar biasa, yang digambarkan Alquran seolah-olah seperti pakaian yang selalu menempel pada tubuh.

Allah SWT berfirman : Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dulunya aman lagi makmur, rezekinya datang melimpah ruah dari setiap penjuru. Tetapi, penduduknya kufur (mengingkari) nikmat-nikmat Allah, maka Allah

Page 2: Kufur Nikmat

merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang telah mereka perbuat. (QS 16: 112). Wallahu a'lam bis-shawab.

AKIBAT DARI KUFUR NIKMATMenyaksikan kedua telapak kaki Rasulullah pecah-pecah akibat terlalu lama melakukan shalat malam, Aisyah bertanya, “Kenapa engkau melakukan yang demikian, Wahai Rasulullah, padahal Allah sudah mengampuni segala dosamu yang telah lampau dan akan datang?” Beliau menjawab, “Tidak pantaskah aku menjadi hamba yang banyak bersyukur.” (HR Bukhari dan Muslim).

Hadis ini cukup populer. Rasulullah SAW (571-632 M) gamblang menegaskan tentang pentingnya bersyukur. Tentu bersyukur merupakan kewajiban bagi kaum beriman. Mari renungkan sejenak nikmat Allah yang selama ini kita terima. Tidak usah seluruhnya. Cukup nikmat buang angin saja. Seorang teman harus menghabiskan uang jutaan rupiah untuk biaya operasi hanya gara-gara tiga hari tidak bisa buang angin.

Itu baru soal buang angin. Padahal sepanjang hidup ini, jutaan aktivitas lain harus kita tunaikan. Semua itu ternyata tidak dipungut harga alias gratis. Sebab itu, Allah hanya memberikan kita dua pilihan. Jika tidak mau bersyukur, berarti kita kufur. Tidak ada pilihan ketiga. “Sungguh Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.” (QS Al-Insan: 3).

Betapa bodohnya kita apabila lebih memilih kufur ketimbang bersyukur. Pasalnya, Allah menjanjikan bertambahnya nikmat bagi mereka yang bersyukur dan menimpakan laknat bagi mereka yang kufur. Berulang kali ayat Al-Qur’an membeberkan kisah-kisah kaum dahulu yang dibinasakan Allah akibat mereka enggan bersyukur. Simak beberapa cuplikan kisah berikut.

Kaum Nabi Nuh (3993-3043 SM) disapu banjir super dahsyat. “Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan menurunkan air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas bahtera yang terbuat dari papan dan paku.” (QS Al-Qamar: 11-13).

Sejarawan memang berbeda pendapat, apakah bencana besar itu melanda seluruh dunia atau hanya terjadi pada wilayah tempat Nabi Nuh diutus. Yang jelas, semua sepakat bahwa banjir mengerikan itu datang akibat kaum Nabi Nuh selalu ingkar kepada Allah. Betapa tidak, lebih kurang 950 tahun Nabi Nuh berdakwah, tetapi pengikutnya hanya tujuh puluh orang dan delapan anggota

Page 3: Kufur Nikmat

keluarganya.

Kekufuran dan pembangkangan serupa juga dilakukan kaum Ad. Kaum Nabi Hud (2450-2320 SM) ini terkenal memiliki jasmani yang kuat. Berkat karunia Allah, kaum Ad hidup berselimut kemakmuran, kesejahteraan, dan kebahagiaan. Peradaban mereka juga sangat maju. Tetapi mereka kufur dan angkuh, selalu menolak kebenaran, yang risikonya harus mereka bayar dengan sangat mahal.

Allah meniupkan badai topan diiringi gemuruh suara yang menggelegar. Hanya dalam hitungan hari, riwayat mereka tamat dengan sangat menyedihkan. “Allah menimpakan angin kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari secara terus menerus, maka kamu lihat kaum Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah lapuk.” (QS Al-Haqqah: 7).

Tidak kalah mengerikan lagi adalah azab yang diterima kaum Tsamud. Kaum yang tinggal di dataran Al-Hijir yang terletak di antara Hijaz dan Syam ini hidup dengan segala kemewahan dan kemakmuran sebagai warisan dari kaum Ad. Kaum Tsamud juga dikenal sebagai arsitektur dan entrepreneur ulung. Awal Juli 2008 lalu, UNESCO mengesahkan Madain Saleh, kota peninggalan mereka di 440 km arah utara Madinah itu, sebagai salah satu situs warisan dunia (World Heritage Site).

Sungguh sayang, mereka ingkar dan menentang dakwah Nabi Saleh (2150-2080 SM). Mereka bahkan berani membunuh unta betina yang merupakan mukjizat Nabi dan Rasul kelima itu. Hasilnya, mereka dihantam guntur dan gempa hebat. “Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumah mereka, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sungguh kaum Tsamud itu mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud.” (QS Hud: 67-68).

Tidak kalah tenar tentu kisah Fir’aun. Fir’aun adalah gelar untuk raja-raja Mesir purbakala. Menurut Al-Qur’an, terdapat dua gelar bagi raja Mesir kala itu: Fir’aun dan Malik. Fir’aun adalah gelar untuk raja Mesir zaman Nabi Musa (1527-1407 SM), sementara Malik adalah gelar raja Mesir zaman Nabi Yusuf (1745-1635 SM). Penelitian sejarah membuktikan, Fir’aun yang sangat memusuhi Nabi Musa adalah Minephtah (1232-1224 SM), putra Ramses II. Adapun Ramses II yang memerintah selama 68 tahun pada 1304-1237 SM itu adalah raja yang baik.

Fir’aun Minephtah dianugerahi kekuatan dan kekuasaan luar biasa. Tidak hanya kaya, dia bahkan tidak pernah sakit seumur hidup. Tetapi, jangankan bersyukur,

Page 4: Kufur Nikmat

Fir’aun Minephtah malah sangat sombong dan arogan, bahkan mengaku sebagai Tuhan. Tragis, Fir’aun Minephtah dan kroni-kroninya akhirnya dibenamkan Allah di dasar Laut Merah. Setelah ribuan tahun terkubur di laut, muminya ditemukan pada 1898 M oleh Loret di Thebes, di daerah Wadi Al-Muluk (lembah raja-raja). Kini, mumi Fir’aun Minephtah diawetkan di museum Mesir.

Jika mengacu isyarat Al-Qur’an, Allah memang sengaja menyelamatkan jasad Fir’aun Minephtah agar dapat menjadi pelajaran bagi manusia. “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sungguh kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus: 92).

Masih banyak kisah-kisah kebinasaan kaum kufur nikmat dan penentang kebenaran yang dituturkan Allah dalam Al-Qur’an. Cukuplah beberapa penggalan kisah di atas sebagai bahan renungan. Sebagai kaum beriman, sepatutnya kita terus memanjatkan doa yang diajarkan Rasulullah, sebagaimana dikutip dalam riwayat Abu Dawud, “Wahai Tuhanku, bantulah aku untuk dapat senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu.”

(Oleh : M Husnaini)

Definisi kufur nikmat

Kufur nikmat merupakan lawan dari mensyukuri nikmat. Syukur adalah menampakkan pengaruh nikmat yang telah Allah berikan kepada seorang

Page 5: Kufur Nikmat

hamba dari hatinya dengan keimanan, dari lisannya dengan pujian dan dari anggota badannya dengan ibadah serta ketaatan1. Sehingga seorang dapat dikatakan bersyukur jika terpenuhi tiga unsur :

1. Hatinya meyakini bahwa semua nikmat yang didapatkan adalah berasal dari Allah2. Lisannya memuji Allah3. Anggota badannya digunakan untuk beramal sholeh

Barangsiapa yang tidak merealisasikan ketiga perkara tersebut, maka ia telah terjatuh dalam kufur nikmat.Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh menjelaskan dalam kitab At-Tamhid : “Maka wajib bagi seorang hamba memahami benar-benar bahwa setiap nikmat adalah berasal dari Allah. Kesempurnaan tauhid tidak mungkin terwujud tanpa sikap penyandaran setiap nikmat kepada Allah. Penyandaran nikmat kepada selain Allah merupakan kekurangan dari kesempurnaan tauhid dan termasuk dalam kesyirikan kepada Allah”2

Seringkali kita jumpai, sebagian orang menyandarkan nikmat yang ia terima kepada selain Allah. Misalnya seorang ketika dalam kesulitan (yang disertai kegelisahan hati), tiba-tiba temannya datang memberikan pertolongan. Kemudian serta merta hati dia menjadi tenang dan mengucapkan “Untung ada kamu, coba kalau tidak… pasti akan terjadi bigini dan begitu”.Maka hal ini adalah keliru. Karena sesungguhnya nikmat pertolongan itu datang dari Allah ta’ala. Allah menjadikan sebab datangnya seseorang untuk terwujudnya pertolongan. Sudah sepatutnya kita menyandarkan hati/tawakal hanya kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya.Allah ta’ala berfirman :

ينكرونها ثم ه الل نعمة يعرفون“Mereka mengetahui nikmat Allâh, kemudian mereka mengingkarinya” (QS : An-Nahl:83).Syaikh ‘Utsaimin menjelaskan makna ayat tersebut : “Mereka mengingkari penyandaran nikmat kepada Allah. Mereka menjadikan penyandaran hatinya hanya kepada sebab. Mereka lupa kepada yang menciptakan sebab yaitu Allah subhanahu wata’ala.”3

Hukum menyandarkan nikmat kepada selain Allah

Para ulama merinci orang yang menyandarkan nikmat kepada selain Allah menjadi beberapa keadaan.1. Jika penyandaran nikmat tersebut dengan maksud berita, serta berita tersebut adalah berita yang benar dan sesuai kenyataan, maka hal ini dibolehkan.contoh : Seorang mendapat warisan sebuah rumah yang ia tinggali. Kemudian ia di tanya :”Dari mana engkau dapatkan rumah ini?” maka ia menjawab :”Rumah ini warisan dari orang tua saya”2. Jika penyandaran nikmat tersebut menunjukkan sebab diperolehnya nikmat, maka dirinci menjadi beberapa keadaan :

Page 6: Kufur Nikmat

1. Sebab tersebut adalah sebab yang tidak nampak dan tidak dapat memberikan pengaruh sama sekali, maka hal ini termasuk kedalam syirik akbar.Contoh : Seseorang berkata : Seandainya tidak ada wali fulan tidak akan terjadi ini dan itu (dengan keyakinan wali yang telah mati tersebut dapat mengatur apa yang terjadi di dunia)

2. Sebab tersebut adalah sebab yang diterima secara syari’at atau qodari (yaitu sebab yang diketahui dapat memberikan pengaruh setelah melalui percobaan atau penelitian), maka hal ini diperbolehkan dengan syarat tanpa disertai keyakinan bahwasanya sebab tersebut dapat memberikan pengaruh dengan sendirinya dan tanpa melupakan Dzat yang sesungguhnya telah memberikan nikmat tersebut, yaitu Allah ta’alaContoh : Seseorang mendapatkan nikmat sembuh dari suatu penyakit dengan sebab meminum obat tertentu. Namun ia meyakini yang memberikan kesembuhan adalah Allah. Ia mengatakan “Setelah minum obat ini penyakit saya sembuh atas izin Allah”

3. Sebab tersebut adalah sebab yang nampak, namun bukan merupakan sebab yang dibenarkan baik secara syari’at maupun qodari, dengan tetap diiringi keyakinan Allah yang memberikan nikmat tersebut. Maka hal ini termasuk dalam syirik kecil.Contoh : Seseorang menggunakan jimat karena menganggap dapat menjadi sebab agar dirinya tercegah dari pengaruh buruk. Namun ia tetap meyakini bahwa yang mencegah keburukan darinya adalah Allah4.

Kisah Qorun sebagai pelajaran bagi orang yang kufur nikmat

Allah ta’ala memberikan banyak pelajaran kepada kita melalui kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an. Diantara kisah tersebut adalah kisah Qorun yang memiliki harta berlimpah sebagaimana terdapat dalam Al- Qur’an surat Al-Qashash ayat 76 sampai 83. Pada ayat tersebut diceritakan Qorun berlaku sombong atas harta yang ia miliki. Allah berfirman :منه أشد هو من القرون من قبله من أهلك قد ه الل أن يعلم أولم عندي علم على أوتيته ما إن قال

المجرمون ذنوبهم عن يسأل وال جمعا وأكثر قوة“Qorun berkata: “”Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” (QS Al-Qashash : 78)Dalam ayat tersebut, Allah menceritakan kisah Qorun yang tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepadanya. Ia tidak memuji Allah yang telah memberikan nikmat kepadanya. Ia juga tidak menggunakan nikmat harta yang diperoleh dalam jalan ketaatan. Maka inilah bentuk kufur nikmat yang dilakukan Qorun. Maka Allah memberikan adzab yang pedih yaitu ditenggelamkan ke dalam bumi beserta seluruh hartanya. Allah ta’ala berfirman :

المنتصرين من كان وما ه الل دون من ينصرونه فئة من له كان فما األرض وبداره به فخسفنا“Maka Kami benamkanlah Qorun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap adzab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS. Al Qashash : 81).

Page 7: Kufur Nikmat

حمن الله بسم حيم الر الرDengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

ضبحا والعاديات .(1)Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,

قدحا فالموريات .(2)dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),

صبحا فالمغيرات .(3)dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,

نقعا به فأثرن .(4)maka ia menerbangkan debu,

جمعا به فوسطن .(5)dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh,

لكنود لربه اإلنسان إن .(6)sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya,

لشهيد ذلك على وإنه .(7)dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,

لشديد الخير لحب وإنه .(8)dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.

Page 8: Kufur Nikmat

القبور في ما بعثر إذا يعلم أفال ۞ .(9)Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,

ل .(10) دور في ما وحص الصdan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,

لخبير يومئذ بهم ربهم إن .(11)sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.

العاديات سورة  Artinya: Kuda Perang Yang Berlari Kencang

Al-'Adiyat 11 Ayat,Surat Ke 100

Golongan Surah Madaniyyah

1) Kufur Akbar (besar atau kufur I'tiqodi) yg mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, membatalkan semua amal sholih dan mengekalkan pelakunya di dlm api neraka jika meninggal dunia dlm keadaan blm taubat. Seperti kufur karena mengingkari salah satu rukun Islam dan iman, mengingkari adanya surga dan neraka, berkeyakinan atau menganggap semua agama benar, dsb. Atau kufur karena sombong dan menentang perintah Allah, spt kekufuran Iblis karena sombong dan menolak perintah Allah agar sujud kpd nabi Adam alaihis salam. Atau seseorang menolak berangkat ke masjid utk sholat berjama'ah karena ia memandang bhwa sholat berjamaah itu telah menyamakan kedudukannya dengan orang2 fakir dan miskin. Termasuk dlm kufur akbar juga, kufur karena menghina dan mengolok2 Allah, Al-Quran, Nabi dan syariat Islam. Juga kufur karena membenci sebagian hukum dan syariat Allah. Dan masih banyak contoh2 kufur akbar yg belum saya sebutkan.

2) Kufur Ashghor (kecil atau kufur 'amali) tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam, tetapi hanya mengurangi kesempurnaan iman, sbg contoh: kufur nikmat, mencela nasab keturunan, membunuh jiwa orang muslim tanpa alasan syar'i, dsb.