kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas...

89
KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS PERAWATAN CIPUTAT TIMUR DAN NON-PERAWATAN CIPUTAT DI DAERAH TANGERANG SELATAN DENGAN PARAMETER JAMUR NAILUL IZZAH JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H

Upload: others

Post on 25-Jan-2020

27 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS

PERAWATAN CIPUTAT TIMUR DAN NON-PERAWATAN

CIPUTAT DI DAERAH TANGERANG SELATAN DENGAN

PARAMETER JAMUR

NAILUL IZZAH

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 2: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS

PERAWATAN CIPUTAT TIMUR DAN NON-PERAWATAN

CIPUTAT DI DAERAH TANGERANG SELATAN DENGAN

PARAMETER JAMUR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

NAILUL IZZAH

1111095000008

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H

i

Page 3: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS

PERAWATAN CIPUTAT TIMUR DAN NON-PERAWATAN

CIPUTAT DI DAERAH TANGERANG SELATAN DENGAN

PARAMETER JAMUR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

NAILUL IZZAH

1111095000008

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Megga Ratnasari Pikoli Dr. Eko Pudjadi

NIP. 19720322 200212 2 002 NIP. 19681107 199301 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Dasumiati, M.Si

NIP. 19730923 199903 2 002

ii

Page 4: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Kualitas Udara pada Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan

Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat di Daerah Tangerang Selatan dengan

Parameter Jamur” yang ditulis oleh Nailul Izzah, NIM 1111095000008 telah diuji dan

dinyatakan LULUS dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 Juni 2015. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Jurusan

Biologi.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Priyanti, M.Si

NIP. 19775056 200012 2 001

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Megga Ratnasari Pikoli Dr. Eko Pudjadi

NIP. 19720322 200212 2 002 NIP. 19681107 199301 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Biologi

Dr. Dasumiati, M.Si

NIP. 19730923 199903 2 002

iii

Page 5: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan
Page 6: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

iv

PENYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL

KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI

ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN.

Jakarta, April 2014

Nailul Izzah

NIM. 1111095000008

Page 7: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

v

ABSTRAK

NAILUL IZZAH. Kualitas Udara pada Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan dan

Non-Perawatan di Daerah Tangerang Selatan dengan Parameter Jamur. Skripsi.

Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pencemaran udara di dalam ruang tunggu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Salah satu bioaerosol yang menyebabkan

pencemaran udara adalah jamur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

keberadaan jamur dan karakteristik jamur yang ditemukan di ruang tunggu

Puskesmas, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi

akibat jamur yang mungkin terjadi. Pencuplikan udara dilakukan di ruang tunggu

Puskesmas Perawatan dan Non-Perawatan di Daerah Tangerang Selatan. Metode

yang digunakan adalah pencuplikan udara menggunakan Single stage Multi-orifice

Sampler Biostage Standard, kemudian sampel udara ditumbuhkan pada media Potato

Dextose Agar. Terdapat 14 isolat jamur yang terisolasi, yaitu : Cladosporium sp.,

Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus, Aspergillus sp.1, Fusarium sp.,

Paecilomyces sp., Rhizopus sp., Mucor sp., Neurospora sp., Saccharomyces sp.,

Cryptococcus sp., Candida sp1., Candida sp.2 dan Rhodoturula sp. Hasil uji statistik

Analisis Variansi dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada perbedaan

konsentrasi jamur yang signifikan pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat

Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan. Faktor fisik suhu,

kelembaban udara, intensitas cahaya dan jumlah orang berpengaruh terhadap

konsentrasi jamur sebesar 21,3%, sedangkan 78,8% dapat dipengaruhi oleh faktor

lain, seperti sistem ventilasi, kondisi ventilasi, kondisi ruangan, kadar debu, material

bangunan dan frekuensi pembersihan ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat

Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan. Hasil perbandingan

konsentrasi jamur dengan standar World Health Organisation masih dibawah standar,

yaitu kurang dari 500 CFU/m3 (432-495 CFU/m3). Ditemukan beberapa jamur udara

yang diduga berpotensi pathogen berdasarkan jenis jamur udara patogenik, yaitu

Aspergillus sp., Mucor sp. dan Candida sp.

Kata kunci : Kualitas udara, Puskesmas, Bioaerosol, Jamur

Page 8: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

vi

ABSTRACT

NAILUL IZZAH. Air Quality in the Waiting Room of Public Health Care Center

with Inpatient Unit and without Inpatient Unit in the Region South of Tangerang with

Fungi Parameter. Undergraduate Thesis. Department of Biology, Faculty of Science

and Technology. Islamic State University Of Syarif Hidayatullah Jakarta.

Air pollution in the public health care center may cause nosocomial infections. One

of the bioaerosol air pollutants is fungi. The purposes of this research were to

determine the presence of fungi and to analyze the characteristics of the fungi that

found in the waiting room of public health care center, so the infections caused by

fungi cloud be prevented and controlled. Air was sampled in the waiting room of

public health care center with inpatient unit and without inpatient unit in the region

South of Tangerang. The method used was Single Stage Multi Orifice Sampler

Biostage Standard, and then fungi was cultured in Potato Dextose Agar. There were

fourteen kinds of fungi which were: Cladosporium sp., Aspergillus niger, Aspergillus

fumigatus, Aspergillus sp1., Fusarium sp., Paecilomyces sp., Rhizopus sp., Mucor sp.,

Neurospora sp., Saccharomyces sp., Cryptococcus sp., Candida sp1., Candida sp2.

and Rhodoturula sp. The results of statistical analysis with 95 % level of significance

showed there was no significant difference in the fungi concentration from waiting

room of public health care center with inpatient unit and without inpatient unit in the

region South of Tangerang. The temperature, humidity, light intensity and the

quantity of people in waiting room of the effect on fungi concentration of 21,3%,

while 78,8% are influenced by other factors, such as ventilation systems, ventilation

conditions, the condition of the room, the amount of dust, material waking up and

frequency of cleaning room. The result compared to World Health Organisation was

still within standard level, specifically less than 500 CFU/m3 (432-495 CFU/m3).

There were estimated potential pathogen fungi such as Aspergillus sp., Mucor sp. and

Candida sp.

Keyword : Air quality, Public Health Care Center, Bioaerosol, Fungi.

Page 9: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

vii

KATA PENGANTAR

Bismilaahirrohmanirrohiim

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

hidayah, inayah dan karunia-Nya, sehingga penulis telah menyelesaikan laporan

hasil penelitian yang berjudul “Kualitas Udara pada Ruang Tunggu Puskesmas

Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat di Daerah Tangerang

Selatan dengan Parameter Jamur”. Shalawat serta salam semoga senantiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan

kesempurnaan agama Islam. Terima kasih kepada keluarga saya, yaitu Ayah

Sodikin, Bunda Warti, Lukman Nol Hakim, Muh Sahrul Hanif dan Ummi

Ni’maun Nazza yang tidak henti-hentinya mengirimkan do’a dan motivasi hingga

penulis tetap tegar dan tidak kenal putus asa.

Dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini, tidak sedikit kendala yang

penulis hadapi namun dengan keteguhan niat dan bantuan serta dorongan dari

berbagai pihak, akhirnya penulis pun dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian

ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu penulis, diantaranya adalah :

1) Dr. Megga Ratnasari Pikoli dan Dr. Eko Pudjadi selaku pembimbing

pertama dan kedua yang telah memberikan bimbingan pemikiran, saran,

dan dorongan kepada penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran

sehingga laporan hasil penelitian ini dapat terselesaikan.

Page 10: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

viii

2) Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3) Dr. Dasumiati dan Ir. Etyn Yunita, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris

Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4) Mba Puji, Kak Bahri, Kak Amal dan Kak Festi yang telah memberikan

nasihat dan arahan selama penulis penelitian.

5) Teman seperjuangan penelitian Shelfila, Rima dan Innes. Teman yang

membantu pengambilan sampel Windi Prabowo, Udi, Iqbal dan Ichwan.

Terima kasih atas kerja sama kalian.

6) Medina, Shelfi, Ai, Agil, Farhany, Putri dan Aldha yang selalu menemani

dan memberikan semangat serta dukungan dalam penelitian dan

penyelesaian laporan hasil penelitian ini.

7) Rekan-rekan Mahasiswa Biologi Fakultas Sains dan Teknologi angkatan

2011 yang selalu bahagia dan memberikan semangat kepada penulis.

Semoga laporan hasil penelitian ini dapat bemanfaat bagi semua pihak dan

semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah mereka lakukan. Amin.

Jakarta, April 2015

Penulis

Page 11: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ................................................................... iii

PERNYATAAN ................................................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

1.3. Hipotesis ............................................................................................... 5

1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6

1.6. Kerangka Berfikir ................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 8

2.1. Pengertian Pencemaran Udara .............................................................. 8

2.2. Pencemar Mikroba dalam Ruangan ...................................................... 9

2.3. Puskesmas Kota Tangerang Selatan ..................................................... 16

2.4. Peraturan Kualitas Udara dalam Ruangan ............................................ 17

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 21

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................ 21

3.2. Bahan dan Alat ..................................................................................... 21

3.3. Cara Kerja ............................................................................................. 21

3.3.1. Pembuatan Media PDA .............................................................. 22

3.1.2. Lokasi Sampling ........................................................................ 22

3.3.3. Protokol Sampling ...................................................................... 24

Page 12: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

x

3.3.4. Pengukuran Faktor Fisik dan Jumlah Orang dalam Ruangan .... 24

3.3.5. Perhitungan Koloni Jamur .......................................................... 25

3.3.6. Pengamatan Morfologi dan Identifikasi Jamur .......................... 25

3.4. Analisis Data ......................................................................................... 26

3.5. Bagan Alur Kerja .................................................................................. 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 30

4.1. Hasil Analisis Konsentrasi Jamur Udara pada Ruang Tunggu

Puskesmas Perawatan dan Non-Perawatan Tangerang Selatan ............ 30

4.2. Isolat Jamur Udara Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan

dan Non-Perawatan Tangerang Selatan ................................................ 32

4.3. Hasil Analisis Pengaruh Faktor Fisik Udara dan Jumlah Orang

Terhadap Konsentrasi Jamur Udara dan Hasil Observasi pada Ruang

Tunggu Puskesmas Perawatan dan Non-Perawatan ............................. 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 59

5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 59

5.2. Saran ..................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61

LAMPIRAN ......................................................................................................... 66

Page 13: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit ........................ 17

Tabel 2. Standar Suhu, Kelembaban dan Tekanan Udara Menurut Fungsi

Ruang atau Unit ................................................................................... 18

Tabel 3. Standar Intensitas Cahaya Menurut Fungsi Ruang atau Unit ................. 19

Tabel 4 Peraturan Bioaerosol pada Berbagai Negara ........................................... 20

Tabel 5. Fakor dan Parameter yang di Uji ............................................................ 27

Tabel 6. Hasil Pengamatan Morfologi dan Identifikasi Jamur ............................. 32

Tabel 7. Hasil Pengamatan Bentuk Hifa Aseksual ............................................... 38

Tabel 8. Kondisi Saat Sampling pada Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan

dan Non-Perawatan Tangerang Selatan ................................................ 52

Page 14: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Denah Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur

Tangerang Selatan ............................................................................ 23

Gambar 2. Denah Ruang Tunggu Puskesmas Non-Perawatan Ciputat

Tangerang Selatan ............................................................................ 23

Gambar 3. Persentase Keberadaan Isolat Jamur ................................................... 40

Page 15: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Analisis SPSS .......................................................................... 66

Lampiran 2. Foto Kondisi Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan

Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan ..................................... 72

Lampiran 3. Hasil Pengamatan Konsentrasi Jamur di Ruang Tunggu Puskesmas

Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat .................... 74

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Faktor Fisik Udara Dan Jumlah Orang Pada Ruang

Tunggu Puskesmas Perawatan dan Non-Perawatan ........................ 74

Lampiran 5. Foto Koloni Jamur setelah di Inkubasi selama Tiga Hari ................ 75

Page 16: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas udara dalam ruangan dipengaruhi oleh keberadaan agen abiotik

(partikel debu, kelembaban, suhu dan cahaya) dan agen biotik (jamur, bakteri,

virus dan serbuk sari). Keberadaan agen biotik berupa mikroorganisme dalam

ruangan terdapat pada tempat-tempat seperti sistem ventilasi, keset atau tempat

lain. Agen biotik dalam udara disebut juga bioaerosol. Kehadiran bioaerosol

dalam ruangan ini dapat menimbulkan kesakitan pada beberapa orang, yaitu

menyebabkan alergi. Jamur merupakan salah satu dari bioaerosol. Jamur dalam

udara umumnya dalam bentuk spora jamur. Kelembaban dan kehadiran jamur

berhubungan erat dalam memicu timbulnya keluhan pernapasan pada penghuni

ruangan tersebut. Selain itu, kelembaban juga berhubungan secara signifikan

terhadap kejadian alergi pada anak-anak usia pra-sekolah (Sulistiowati, 2001).

Rumah sakit dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan

pusat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medis dasar dan medis

spesialistik, pelayanan penunjang medis, pelayanan perawatan, baik rawat jalan,

rawat inap, maupun pelayanan instalasi. Output layanannya menjangkau

pelayanan keluarga dan lingkungan. Puskesmas merupakan pusat pelatihan tenaga

kesehatan serta untuk penelitian biososial. Selain berfungsi sebagai sarana

pelayanan kesehatan, puskesmas juga tempat berkumpulnya orang sakit maupun

orang sehat, sehingga berpotensi menjadi tempat penularan penyakit serta

memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan

(Kepmenkes RI No. 1204, 2004).

1

Page 17: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

2

Mikroorganisme dalam udara terdiri dari komposisi yang kompleks antara

bioaerosol seperti jamur, bakteri dan partikel non biologi, seperti asap rokok,

partikel pembakaran generator dan partikel debu. Lebih dari 80 genera jamur

dihubungkan dengan kejadian gejala alergi. Beberapa genera jamur yang

dihubungkan dengan kejadian gejala alergi, yaitu Cladosporium, Alternaria,

Aspergillus dan Fusarium. Aktivitas manusia seperti berbicara, batuk, berjalan

adalah sebagian aktivitas yang dapat menghasilkan partikel biologi di udara.

Spora jamur dapat melekat pada pot tanaman, debu, tekstil, karpet dan material

kayu yang berada diruangan (Maeir et al., 2002).

Udara dalam ruangan atau indoor air menurut National Health Medical

Research Council (NHMRC) (1989) adalah udara yang berada dalam ruang

gedung (rumah, sekolah, restoran, hotel, rumah sakit dan perkantoran) yang

ditempati sekelompok orang dengan tingkat kesehatan yang berbeda-beda selama

minimal satu jam. Menurut Environmental Protection Agency of America (EPA)

(2010), polusi udara dalam ruangan berisiko terhadap kesehatan manusia. Kualitas

udara dalam ruangan 2-5 kali lebih buruk dibandingkan udara di luar ruangan

(lingkungan bebas). Menurut Kepmenkes No. 1204 tahun 2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit atau Puskesmas, perlu dilakukan

pengendalian faktor-faktor yang menyebabkan pencemaran udara di Rumah Sakit

atau Puskesmas termasuk salah satunya keberadaan mikroorganisme.

Puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang

amat penting dengan fungsi, sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat

pembinaan peran masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara

Page 18: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

3

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang

bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Kepmenkes RI, 2010).

Puskesmas berbasis disetiap kelurahan. Puskesmas di daerah Tangerang Selatan

memiliki 25 Puskesmas yang terdiri dari 18 Puskesmas Perawatan dan 7

Puskesmas Non-Perawatan. Puskesmas Perawatan memiliki fasilitas ruang rawat

inap dengan pelayanan jam buka 24 jam, serta dilengkapi dengan ruangan khusus,

seperti ruang operasi, ruang laboratorium dan ruang roentgen, sedangkan

Puskesmas Non-Perawatan hanya meliputi pelayanan rawat jalan tanpa adanya

sarana rawat inap dan memiliki jam buka 8 jam. Menurut Badan Pusat Statistika

(BPS) (2013), Kota Tangerang Selatan memiliki jumlah penduduk 1.443.403 jiwa

dan Puskesmas memiliki nilai 63% sebagai tempat pelayanan kesehatan yang

dikunjungi oleh penduduk Tangerang Selatan. Keberadaan Puskesmas yang dekat

dan terjangkau menjadi pilihan utama bagi masyarakat untuk solusi masalah

kesehatan. Hal ini yang menjadi dasar penelitian tentang kualitas udara dilakukan

di Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat di daerah

Tangerang Selatan.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan, pada ruang tunggu Puskesmas

Tangerang Selatan adalah tempat berkumpul yang dipadati oleh pengunjung

Puskesmas, yang meliputi pasien dan keluarga pengantar pasien. Sekitar 300

orang/hari pasien dan keluarga pengantar pasien berada di ruang tunggu

Puskesmas menunggu antrean periksa. Keadaan ini menyebabkan ruangan

menjadi sesak, sedikitnya ruang gerak dan dapat berpotensi besar terjadinya

penularan penyakit melalui udara dari orang sakit ke orang sehat maupun

sebaliknya. Hal ini yang menjadi dasar penelitian tentang kualitas udara pada

Page 19: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

4

ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat di

daerah Tangerang Selatan.

Penelitian sebelumnya tentang kualitas udara dengan parameter jamur di

Rumah Sakit telah dilakukan oleh Iq (2014) dan Merlin (2012), yang pada

keduanya ditemukan jenis jamur Aspergillus sp., Mucor sp., dan Rhizopus sp.

Penelitian tentang kualitas udara dengan parameter jamur pada Puskesmas belum

pernah diteliti, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang kualitas udara

pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan

Ciputat di daerah Tangerang Selatan.

Penelitian tentang kualitas udara di Puskesmas menjadi penting dilakukan

karena udara merupakan salah satu media perpindahan bagi mikroba penyebab

infeksi dari orang sakit ke orang sehat maupun sebaliknya. Partikel yang sangat

kecil berpotensi mengandung spora jamur yang dapat menyebabkan infeksi jika

memasuki sistem pernafasan dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, perlu

pengambilan sampel jamur udara pada ruang tunggu Puskesmas agar dapat

diketahui keberadaan jamur udara pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan

Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat di daerah Tangerang Selatan.

Page 20: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

5

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan konsentrasi jamur di udara pada ruang tunggu

Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat

Tangerang Selatan?

2. Apakah konsentrasi jamur udara di ruang tunggu Puskesmas Perawatan

Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan dipengaruhi

oleh kualitas fisik udara (suhu, kelembaban dan intensitas cahaya) dan

jumlah orang?

1.3 Hipotesis

1. Terdapat perbedaan konsentrasi jamur di udara pada ruang tunggu

Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat

Tangerang Selatan.

2. Konsentrasi jamur udara di ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat

Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan dipengaruhi oleh

kualitas fisik udara (suhu, kelembaban dan intensitas cahaya) dan jumlah

orang.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kualitas udara melalui konsentrasi jamur udara di ruang

tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat

Tangerang Selatan.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi jamur udara di

ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan

Ciputat Tangerang Selatan.

Page 21: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

6

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak

Puskesmas tentang kualitas udara dengan parameter jamur udara di ruang tunggu

Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang

Selatan. Selain itu, dapat memberikan informasi kepada pengunjung Puskesmas,

pasien dan paramedis untuk meningkatkan kewaspadaan serta melakukan cara

pencegahan agar terhindar dari terjadinya penularan penyakit dari orang sakit ke

orang sehat maupun sebaliknya.

Page 22: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

7

1.6 Kerangka Berfikir

Pencemaran udara ruang

tunggu Puskesmas

Kepmenkes RI No

1204 tahun 2004

WHO: Mold and Dampness, Indoor

a Air Quality 2009

Variabel Bebas:

1. Suhu udara

2. Kelembaban udara

3. Intensitas cahaya

4. Jumlah orang dalam ruangan

Pengendalian kualitas udara

mikrobiologis ruang tunggu

Metode:

Kepmenkes RI No. 1335 tahun 2002

NIOSH 0800 Bioaerosol Sampling

SKC Biostage Standard

Analisa:

• Karakteristik morfologi jamur

• Analysis of variance (ANOVA)

• Korelasi

Variabel Terikat:

Konsentrasi Jamur

Page 23: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pencemaran Udara

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing

di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah

tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat

mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti itu terjadi maka udara

dikatakan telah tercemar (Achmadi, 2005).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai

Pengendalian Pencemaran Udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara

adalah masuknya atau dimaksukannya zat, energi atau komponen lain ke dalam

udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai

ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya.

Pencemaran udara menurut Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (2004)

diartikan sebagai terjadinya kontaminasi atmosfir oleh gas, cairan maupun limbah

padat serta produk samping dalam konsentrasi dan waktu yang sedemikian rupa,

sehingga menciptakan gangguan, kerugian atau memiliki potensi merugikan

terhadap kesehatan dan kehidupan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan atau benda

serta menciptakan ketidaknyamanan.

Pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar baik dalam bentuk gas

maupun partikel kecil atau aerosol kedalam udara. Masuknya zat pencemar

kedalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, akibat

8

Page 24: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

9

gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut; juga sebagian besar

disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas transportasi, industri,

pembuangan sampah, baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta

kegiatan rumah tangga (Setyaningsih¸ 2003).

2.2 Pencemar Mikroba dalam Ruangan

Mikroorganisme yang berasal dari luar misalnya serbuk sari, jamur dan

spora, yang bisa juga berada di dalam ruangan. Selain itu cemaran dalam ruangan

yang berasal dari mikroorganisme dalam ruangan seperti serangga, jamur pada

ruangan yang lembab, bakteri. Mikroorganisme yang tersebar di dalam ruangan

dikenal dengan istilah bioaerosol (Pudjiastuti et al., 1998).

Bioaerosol adalah mikroorganisme yang terdapat dalam udara. Contoh

bioaerosol di udara bakteri (Legionella, Actinomycetes), jamur (Histoplasma,

Alternaria, Pencillium, Aspergillus, Stachybotrys), protozoa (Naegleria,

Acanthamoeba), virus (Bakteriofage). Pada jumlah terbatas, keberadaan

bioaerosol tidak akan menimbulkan efek apapun, akan tetapi dalam jumlah

tertentu dan terhirup akan menimbulkan infeksi pernapasan misalnya asma, alergi

(Pollard et al., 2005).

Bioaerosol terdapat pula di atmosfir, akan tetapi keberadaannya tidak

dapat bertahan lama di atmosfir karena kurangnya nutrien dan adanya pengaruh

radiasi ultraviolet cahaya matahari. Namun beberapa organisme dapat membentuk

spora sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lebih lama. Spora ini umumnya

dapat menyesuaikan diri dalam dispersi udara dan dapat ditemukan pada

ketinggian diatas 2000m (Peavy, 1985).

Page 25: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

10

Udara bukan tempat alamiah mikroba karena itu bentuknya vegetatif akan

cepat musnah, terutama di udara bebas, yang lebih dapat bertahan adalah spora

dan virus. Lamanya mikroba berada di udara tergantung dari kecepatan angin

serta kelembaban udara, sedangkan banyaknya sangat ditentukan oleh aktivitas

lingkungan setempat, misalnya diatas tanah yang subur akan didapat lebih banyak

mikroba dibandingkan dengan udara diatas tanah yang tertutup tanaman. Atas

dasar tersebut dapat dimengerti bahwa penularan penyakit lewat udara bebas sulit

terlaksana, kecuali apabila penyakit yang disebabkan oleh mikroba berspora dan

virus (Brooks et al., 2005).

Unsur mikroba yang dapat mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan

adalah jamur. Fungi atau jamur mempunyai peranan dalam kesehatan atau disebut

mikosis baik bersifat patogen yang bisa menyebabkan sakit maupun sebagai

penyebab alergi. Sebagai negara tropis dengan kelembaban 60-80%, Indonesia

adalah surga bagi pertumbuhan berbagai jenis jamur. Secara alamiah

mikroorganisme tidak ada di udara, karena udara bukan habitat mikroorganisme.

Mikroorganisme berada di udara karena terbawa angin bersama partikel debu atau

untuk sementara mengapung di udara (Brooks et al., 2005).

Udara bukan habitat hidup asli dari mikroba, namun aktivitas manusia

baik disengaja maupun tidak membantu terciptanya media hidup sementara di

udara, misalnya kelembaban yang terjadi saat manusia bernapas atau bersin,

lemari atau alas ruangan yang basah, tumpukan buku-buku, tanaman dalam

ruangan dan lain lain (Brooks et al., 2005).

Page 26: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

11

EPA (2010) mengilustrasikan bahwa kebocoran pipa air yang hanya

berupa tetesan air dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan jamur.

Permukaan furnitur, dinding atau lantai harus kering dan bebas dari genangan air

atau kondisi basah. Karpet atau benda-benda dalam ruangan yang sudah berjamur

harus segera dikeluarkan karena berakibat pada perubahan kualitas mikrobiologi

udara.

Konsentrasi mikroba dalam ruangan akan bertambah banyak pada ruangan

yang kondusif untuk pertumbuhannya misalnya dari kelembaban, suhu dan

aktifitas manusianya. Material biologi yang mengalir di udara dan bertumpuk di

ruangan dan menutupi permukaan interior akan menyebabkan perubahan kualitas

udara dalam ruangan. Sedikit saja sumber karbon dan air di ruangan akan menjadi

media pertumbuhan mikroorganisme (Pudjiastuti et al., 1998).

2.2.1 Pencemar Mikrobiologi Jamur

Mikroorganisme berikutnya yang dapat menimbulkan permasalahan dalam

hubungannya dengan kesehatan udara dalam ruang adalah pertumbuhan jamur.

Karena dalam pertumbuhannya jamur akan menghasilkan vegetasi, material

organik, mampu menghasilkan mikotoksin, yaitu substansi yang toksik terhadap

manusia apabila terhirup, tertelan dan bersentuhan dengan kulit (Elsberry, 2007).

Pencemar udara mikrobiologis terdiri dari jamur dan bakteri. Jamur adalah

polutan udara dalam ruangan yang paling penting dan sedikit dimengerti

kebanyakan orang. Jamur ada dimana-mana pada lingkungan manusia. Sporanya

melimpah-limpah di udara, pada permukaan, di dalam debu, dan dalam air. Jamur

dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan sangat penting sebagai sumber

Page 27: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

12

patogen. Jamur dikonsumsi dalam makanan dan metabolismenya digunakan untuk

obat-obatan, antibiotik misalnya (Miller et al., 2005).

Mikroba pencemar udara dapat berupa kapang dan khamir. Khamir: fungi

(jamur) bersel satu; berbentuk bulat, oval, atau silindris; berdiameter 3-5 μm;

sebagian berkembang biak dengan membelah diri, dan sebagian lain berkembang

biak dengan membentuk tunas. Habitat umumnya pada makanan. Kapang: fungi

(jamur) berfilamen. Satu filamen disebut hifa; kelompok hifa yang tumbuh pada

suatu media disebut miselium. Hifa terbentuk dari spora jamur. Spora berdiameter

3-30 μm. Habitat umumnya pada kayu dan kertas (Haisley et al., 2002).

Spora jamur diproduksi oleh jamur secara aseksual dan seksual.

Reproduksi secara aseksual yang membentuk sel tunggal. Spora seksual adalah

hasil rekombinasi dari dua sel. Kebanyakan jamur yang mencemari udara dalam

ruangan berasal dari reproduksi aseksual, dengan adaptasi terhadap lingkungan

yang berubah menjadi hifa yang menyatu. Tahap aseksual dengan cepat

menghasilkan spora yang menjadi koloni jamur. Pada tahap seksual terjadi ketika

kondisinya menguntungkan, dan menghasilkan spora yang lebih tahan lama dan

dapat menyebar ke lingkungan dengan jarak yang sangat jauh (Haisley et al.,

2002).

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur

Jamur merupakan organisme heterotrof yang berarti membutuhkan sumber

karbon organik dari luar. Untuk menunjang kelangsungan hidupnya, jamur seperti

halnya organisme lain membutuhkan kondisi-kondisi fisiologis tertentu yang

sesuai dengan keadaannya. Kondisi fisiologis tersebut meliputi kondisi nutrisi

Page 28: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

13

yang harus tersedia dan keadaan fisik yang dapat menunjang kehidupannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur, yaitu kebutuhan air, suhu

pertumbuhan, kebutuhan oksigen, pH, substrat (media), komponen penghambat

(Srikandi, 1993).

Kebanyakan jamur membutuhkan air lebih sedikit untuk pertumbuhannya

dibandingkan khamir dan bakteri. Air berperan dalam reaksi metabolik didalam

sel dan merupakan alat pengangkut zat gizi atau bahan buangan kedalam dan

keluar sel, jika air mengalami kristalisasi dan membentuk es atau terikat secara

kimia dalam gula atau garam maka air tersebut tidak dapat digunakan lagi. Jamur

bersifat heterotrofik, memerlukan selapis air disekitar hifanya untuk tumbuh

sehingga jika bersaing dengan mikroorganisme lain maka jamur akan kalah.

Jumlah air dalam makanan disebut aktivitas air (aw) merupakan perbandingan

tekanan uap pelarut (umumnya air), sebanding dengan kelembapan relative (RH)

dari udara atmosfir (Srikandi, 1993).

Kebanyakan jamur bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik pada suhu

kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan jamur adalah sekitar 25-

30°C, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-37ºC atau lebih tinggi, misalnya

Aspergillus. Beberapa jamur bersifat psikrotropik, yaitu dapat tumbuh baik pada

suhu almari es dan beberapa bahkan masih dapat tumbuh lambat pada suhu

dibawah suhu pembekuan, misalkan pada suhu -5ºC sampai -10ºC. Beberapa

jamur juga bersifat termofilik, yaitu dapat tumbuh pada suhu tinggi (Srikandi,

1993).

Semua jamur bersifat aerobik, yaitu membutuhkan oksigen untuk

pertumbuhannya. Kebanyakan jamur dapat tumbuh pada kisaran pH yang luas,

Page 29: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

14

yaitu pH 2-8,5 tetapi biasanya pertumbuhannya akan lebih baik pada kondisi asam

atau pH rendah (Srikandi, 1993).

Pada umumnya jamur dapat menggunakan berbagai komponen makanan

dari yang sederhana sampai komplek. Kebanyakan jamur memproduksi enzim

hidrolitik misalnya amylase, pektinase, proteinase, dan lipase. Oleh karena itu

dapat tumbuh pada makanan yang mengandung pati, protein, pectin dan lipid

(Srikandi, 1993).

Beberapa jamur mengeluarkan komponen yang dapat menghambat

organisme lainnya. Komponen ini disebut antibiotik. Beberapa komponen lain

bersifat mikostatik, yaitu penghambat pertumbuhan jamur atau fungisidal

membunuh jamur. Pertumbuhan jamur biasanya berjalan lambat bila

dibandingkan dengan pertumbuhan bakteri dan khamir. Jika kondisi pertumbuha

memungkinkan semua mikroorganisme untuk tumbuh, jamur biasanya kalah

dalam kompetisi dengan khamir dan bakteri. Tetapi sekali jamur dapat mulai

tumbuh, pertumbuhan yang ditandai dengan pertumbuhan miselium dapat

berlangsung dengan cepat (Srikandi, 1993).

2.2.3 Penyakit Akibat Jamur

Penyakit yang berhubungan dengan bioaerosol dapat berupa penyakit

infeksi seperti flu, hipersensitivitas: asma, alergi, dan juga toxicoses, yaitu toksin

dalam udara di ruangan yang terkontaminasi sebagai penyebab gejala SBS (Sick

Building Syndrome).‘Sick building syndrome’ adalah sindrom penyakit yang

diakibatkan oleh kondisi gedung. SBS merupakan kumpulan gejala-gejala dari

suatu penyakit. Definisi SBS adalah gejala yang terjadi berdasarkan pengalaman

para pemakai gedung selama mereka berada di dalam gedung tersebut. Gejala

Page 30: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

15

SBS antara lain: sakit kepala, kehilangan konsentrasi, tenggorokan kering, iritasi

mata dan kulit. Beberapa bentuk penyakit yang berhubungan dengan SBS: iritasi

mata dan hidung, kulit dan lapisan lendir yang kering, kelelahan mental, sakit

kepala, ISPA, batuk, bersin-bersin, dan reaksi hipersensitivitas (CIAR, 1996).

Kontak antara manusia dan mikroorganisme tidak dengan sendirinya

secara klinis mengakibatkan perkembangan penyakit. Terjadinya infeksi

tergantung sebagian pada karakterstik mikroorganisme, termasuk ketahanan

terhadap virulensi intrinsik, dan jumlah bahan infektif. Banyak jenis bakteri, virus,

jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi dapat

disebabkan oleh mikroorganisme yang diperoleh dari orang lain di rumah sakit

(infeksi silang) atau mungkin disebabkan oleh flora pasien sendiri. Beberapa

organisme dapat diperoleh dari benda mati atau infeksi dari lingkungan (Fletcher

et al., 2010).

Beberapa jenis jamur yang biasa ditemui pada udara dalam ruang dan

menimbulkan dampak bagi kesehatan manusia adalah Alternaria, Aspergillus,

Cladosporium, Penicillium, dan Stachybotrys. Hanya sebagian kecil yang dapat

menginfeksi manusia, namun banyak yang dapat tumbuh pada bangunan dan

mempunyai potensi untuk mengurangi kualitas udara dalam ruangan (Fletcher et

al., 2010).

Efek kesehatan yang merugikan yang disebabkan jamur adalah reaksi

alergi, efek beracun iritasi dan infeksi. Penyakit Pulmonary aspergillosis atau

Aspergillosis paru disebabkan oleh terhirupnya spora dari Aspergillus sp di

lingkungan yang diperkirakan memasuki gedung rumah sakit melalui saluran

Page 31: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

16

ventilasi (Fletcher et al., 2010). Akan tetapi, adanya pertumbuhan jamur tidak

selalu orang yang berada di daerah tersebut akan menunjukkan efek kesehatan

yang negatif. Risiko paparan tertentu dapat signifikan dalam jangka panjang

khususnya individu dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya seperti asma,

sistem imun, atau alergi (Eduard, 2009).

2.3 Puskesmas Kota Tangerang Selatan

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran

serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok

(Kepmenkes RI, 2010). Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang

terbentuk pada akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun

2008, tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten tertanggal

26 November 2008. Pembentukan daerah otonom baru tersebut, yang merupakan

pemekaran dari Kabupaten Tangerang, dilakukan dengan tujuan meningkatkan

pelayanan dalam bidang kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan Memiliki 25 Puskesmas terdiri dari 18 Puskesmas Perawatan dan 7

Puskesmas Non Perawatan dan 1 Rumah sakit umum daerah yang saat ini sedang

dalam proses pembangunan adalah RSUD Kota Tangerang Selatan. Puskesmas

Perawatan memiliki fasilitas ruang rawat inap dengan pelayanan jam buka 24 jam,

serta dilengkapi dengan peralatan medis canggih, sedangkan Puskesmas Non-

Perawatan hanya meliputi pelayanan rawat jalan tanpa adanya sarana rawat inap

dan memiliki jam buka 8 jam (Dinkes Tangsel, 2012).

Page 32: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

17

2.4 Peraturan Kualitas Udara dalam Ruangan

Pengaturan lingkungan perawatan harus dilakukan dengan baik.

Lingkungan sebagai tempat berkumpul orang memungkinkan terjadinya

peningkatan interaksi antara orang yang terinfeksi dan orang-orang beresiko

terinfeksi. Pasien dengan infeksi dirawat di rumah sakit atau mikroorganisme

patogen merupakan sumber potensial dari infeksi baik pada pasien maupun staf.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204/Menskes/SK/X/2004, persyaratan kualitas udara dengan indeks angka

kuman pada ruangan rumah sakit atau Puskesmas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit

No. Ruang atau unit

Konsentrasi maksimum

mikroorganisme per m3 udara

(CFU/m3)

1. Operasi 10

2. Bersalin 200

3 Pemulihan/Perawatan 200-500

4. Observasi bayi 200

5. Perawatan bayi 200

6. Perawatan prematur 200

7. ICU 200

8. Jenazah, autopsi 200-500

9. Penginderaan medis 200

10. Laboratorium 200-500

11. Radiologi 200-500

12. Sterilisasi 200

13. Dapur 200-500

14. Gawat darurat 200

15. Administrasi, pertemuan,

ruang tunggu 200-500

16. Ruang luka bakar 200

Sumber: Kepmenkes No.1204/ Menkes/ SK/ X/ 2004

Page 33: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

18

Kepmenkes No. 1204 tahun 2004 mensyaratkan penghawaan, suhu dan

kelembaban udara untuk masing-masing ruang rumah sakit atau Puskesmas.

Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, Perawatan bayi, laboratorium, perlu

mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di ruang-

ruang tersebut. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit/Puskesmas,

persyaratan dengan indeks Persyaratan penghawaan yang meliputi standar suhu,

kelembaban, dan tekanan udara untuk masing-masing ruang atau unit dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Standar Suhu, Kelembaban dan Tekanan Udara Menurut Fungsi Ruang

atau Unit

No. Ruang atau Unit Suhu (ºC) Kelembaban (%) Tekanan

1. Operasi 19-24 45-60 Positif

2. Bersalin 24-26 45-60 Positif

3. Pemulihan/ perawatan 22-24 45-60 Seimbang

4. Observasi bayi 21-24 45-60 Seimbang

5. Perawatan bayi 22-26 35-60 Seimbang

6. Perawatan premature 24-26 35-60 Positif

7. ICU 22-23 35-60 Positif

8. Jenazah, Autopsi 21-24 - Negatif

9. Penginderaan medis 19-24 45-60 Seimbang

10. Laboratorium 22-26 35-60 Negatif

11. Radiologi 22-26 45-60 Seimbang

12. Sterilisasi 22-30 35-60 Negatif

13. Dapur 22-30 35-60 Seimbang

14. Gawat darurat 19-24 45-60 Positif

15. Administrasi,

pertemuan, ruang tunggu

21-24 45-60 Seimbang

Sumber: Kepmenkes No.1204/ Menkes/ SK/ X/ 2004

Page 34: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

19

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204/Menskes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit/Puskesmas, persyaratan standar intensitas cahaya pada ruangan dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Standar Intensitas Cahaya Menurut Fungsi Ruang atau Unit

No. Ruangan atau Unit Intensitas

Cahaya (Lux)

Keterangan

1. Ruang pasien

- saat tidak tidur

- saat tidur

100-200

maksimal 50

Warna cahaya sedang

2. Ruang Operasi umum 300-500

3. Meja operasi 10.000- 20.000 Warna cahaya sejuk atau

sedang tanpa bayangan

4. Anastesi, pemulihan 300-500

5. Endoscopy 75- 100

6. Sinar X Minimal 60

7. Koridor, ruang tunggu,

administrasi kantor dan

toilet

Minimal 100 Pada malam hari

8. Ruang alat/ gudang,

farmasi dan dapur

Minimal 200

9. Ruang isolasi khusus

penyakit tetanus

0,1- 0,5 Warna cahaya biru

10. Ruang luka bakar 100-200

Sumber: Kepmenkes No.1204/ Menkes/ SK/ X/ 2004

World Health Organisation (WHO) memperkirakan sekitar 400-500 juta

orang khususnya di negara-negara berkembang saat ini menghadapi masalah

polusi udara di dalam ruangan dan diperkirakan setiap tahunnya dari sekitar 3 juta

kematian akibat polusi udara, 2,8 juta di antaranya akibat polusi udara dalam

ruangan serta 0,2 juta lainnya akibat polusi udara luar ruangan. Studi Indoor Air

yang dilakukan EPA menemukan bahwa udara dalam ruangan 100 kali lebih

berbahaya dibandingkan udara luar. Peraturan tentang konsentrasi mikroba udara

yang dibuat oleh beberapa negara dan organisasi dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 35: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

20

Tabel 4. Peraturan Bioaerosol pada Berbagai Negara

(Sumber : Mandal dan Brandl 2011)

Negara Bakteri

(CFU/m3)

Fungi

(CFU/m3)

Total bioaerosol

(bakteri+fungi)

Sumber

Brazil 750 de Aquino Nelo,

2004

Indonesia 500 Kepmenkes, 2004

Canada 150A KH,Barlett, 2003

China 2500-7000B Gony, RL, 2004

Finlandia 4500 A.Nevalainen,

1989

Germany 10000 IFA, 2004

Korea 800D Jo WK Seo YJ,

2005

Portugal 500C Pegas PN, 2010

Belanda 10000E 10000 Heida, H, 1995

Rusia 2000-

10000B

EduwardW, 2009

Swiss 1000 Opliger, A, 2005

USA 100 ACGIH, 2009

Uni Eropa 10000C

2000D

10000C

2000D

OSHA, 2008

Catatan: A untuk campuran spesies,

B bergantung pada spesies fungi, C rumah tangga,

D lokasi ruang Non-industrial, Earea komposting.

Page 36: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Maret 2015.

Sampling udara dilakukan di ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur

Tangerang Selatan dan di ruang tunggu Puskesmas Non-Perawatan Ciputat,

Tangerang Selatan. Pengamatan dan analisa jamur dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi Pusat Laboratorium Terpadu (PLT), Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2 Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Single Stage Multi

Orifice Sampler SKC Biostage Standard, pompa vakum dengan laju alir udara

sebesar 28,3 L/menit, tripod, stopwatch, cawan petri, bunsen, sprayer, cool box,

laminar air flow, Erlenmeyer, inkubator (Memmert), autoklaf (ALP), Hot plate

(Thermoline), mikroskop (Merk Olympus dan Novel), plastik wrapping, kaca pr

eparat, cover glass, Counter, Luxmeter dan Hygrometer. Bahan yang digunakan

antara lain media Potato Dextose Agar (PDA Oxoid), alkohol 70% dan aquades.

3.3 Cara Kerja

Cara kerja yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pembuatan media

PDA, lokasi sampling, protokol sampling, pengukuran faktor fisik dan jumlah

orang dalam ruangan, perhitungan koloni jamur, pengamatan morfologi jamur dan

identifikasi jamur. Cara kerja tentang pengukuran kualitas udara ini dipandu

dengan buku Indoor Air Quality (NIOSH, 1989).

21

Page 37: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

22

3.3.1 Pembuatan Media PDA

Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan medium untuk menunjang

pertumbuhan fungi yang dilengkapi dengan asam atau antibiotik untuk

menghambat pertumbuhan bakteri. Pembuatan medium, yaitu dengan cara

melarutkan PDA Oxoid sebanyak 39 gram ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan

aquades sebanyak 1000 ml, setelah itu dipanaskan diatas hot plate diikuti oleh

pangadukan dengan menggunakan magnetic stirrer. Setelah dipanaskan hingga

larutan homogen dan menjadi bening kekuning-kuningan larutan PDA kemudian

didinginkan. Kemudian dimasukan ke dalam autoklaf untuk proses sterilisasi

dilakukan selama 15 menit dengan suhu 121oC. Kemudian dibuat agar plate pada

cawan petri steril.

3.3.2 Lokasi Sampling

Lokasi sampling dilakukan di dua jenis Puskesmas, yaitu di ruang tunggu

Puskesmas Perawatan Ciputat Timur Tangerang Selatan dan di ruang tunggu

Puskesmas Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan. Teknik sampling

dilakukan secara acak, kemudian pencuplikan dilakukan 2 kali pada setiap

ulangan. Sampling dilakukan 3 kali ulangan, yaitu pada hari senin tanggal 8, 15,

22 Desember 2015. Pengambilan sampel dilakukan pada jam kunjung teramai,

yaitu pukul 08.00-11.00 WIB. Jam kunjung teramai sama dengan jumlah orang

terbanyak dalam ruang tunggu Puskesmas. Pembuatan batas ruangan tunggu

seperti di denah, dapat mempermudah dalam perhitungan luas area pada ruang

tunggu Puskesmas. Denah ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur

Tangerang Selatan ditunjukan pada Gambar 1 sebagai berikut :

Page 38: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

23

Gambar 1 Denah Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur Tangerang

Selatan

Denah ruang tunggu Puskesmas Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan

ditunjukan pada Gambar 2 sebagai berikut :

Gambar 2 Denah Ruang Tunggu Puskesmas Non-Perawatan Ciputat

Tangerang Selatan

Keterangan :

A : Ruang radioterapi

B : Ruang vaksin

C : Apotek

D : Ruang periksa anak

E : Ruang UGD

F : Ruang periksa dewasa

G : Ruang loket

pendaftaran

H : Ruang KB

I : Ruang Gizi

: Kursi

: Ruang tunggu periksa 1

: Ruang tunggu periksa 2

: Ruang tunggu Apotek

: Ruang tunggu Pendaftaran

Keterangan :

A : Ruang pendaftaran

B : Ruang periksa gigi

C : Ruang periksa anak

D : Ruang UGD

E : Ruang periksa dewasa

F : Apotek

: Kursi

: Ruang tunggu periksa 1

: Ruang tunggu periksa 2

Page 39: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

24

3.3.3 Protokol Sampling

Protokol sampling metode Air Sampler NIOSH 0800 mengenai Bioaerosol

Indoor Air dan panduan manual Single stage Multi-orifice Sampler SKC Biostage

Standard. Media PDA pada cawan petri yang telah disterilkan, serta alat dan

bahan lainnya dipersiapkan dan dibawa ke lokasi sampling ruang tunggu

Puskesmas. Sampler dihubungkan ke tripod dengan ketinggian 1,2 -1,5m di atas

lantai. Pompa vakum dikalibrasi dan diatur laju aliran udara menjadi 28,3

Liter/menit. Semua permukaan sampler disterilkan terlebih dahulu dengan

menyemprotkan alkohol 70%.

Sampling udara dimulai dan penghitungan waktu bersamaan dengan

penyalaan pompa. Waktu pengambilan sampel sesuai dengan metode Natioanal

Institute of Accupational Safety and Health (NIOSH) tentang Manual Analytic

Method yang telah ditentukan, yaitu selama 5 menit. Setelah selesai periode

sampling, pompa dimatikan, lalu cawan petri dilepaskan dari alat, ditutup kembali

dan dibungkus dengan menggunakan plastik wrapping. Sampel pada cawan

diinkubasi selama 3-5 hari dengan suhu 27ºC.

3.3.4 Pengukuran Faktor Fisik dan Jumlah Orang dalam Ruangan

Prosedur pengukuran kualitas fisik udara sesuai dengan Kepmenkes No.

1335 tahun 2002. Alat pengukuran faktor fisik dihindarkan dari panas sinar

matahari langsung. Pengukuran dilakukan sampai menunjukkan angka yang stabil

lalu dilakukan pencatatan. Faktor fisik yang diukur adalah suhu, kelembaban

udara dan intensitas cahaya. Pengukuran faktor fisik dilakukan pada setiap

pencuplikan pada ruang tunggu. Suhu dan kelembaban udara diukur

Page 40: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

25

menggunakan alat Weathermeter. Intensitas cahaya diukur menggunakan alat

Luxmeter. Perhitungan jumlah orang dalam ruang tunggu dihitung dengan

menggunakan alat Counter, perhitungan dimulai saat pencuplikan hingga selesai

pencuplikan dengan durasi sekitar 20 menit.

3.3.5 Perhitungan Koloni Jamur

Setelah dilakukan pengambilan sampel dan pembiakan selama ±72 jam,

dilakukan perhitungan jumlah koloni yang tumbuh pada media agar dan kemudian

dilakukan perhitungan koloni jamur per volume udara (CFU/m3) (NIOSH, 1989).

Konsentrasi koloni jamur pada ruang tunggu dengan rumus sebagai berikut:

CFU

m3 =

Jumlah koloni pada media agar (CFU)

Volume udara m3

volume udara (m3) = lama pengambilan sampel (menit) x 0.082m3

menit

3.3.6 Pengamatan Morfologi dan Identifikasi Jamur

Setelah koloni jamur tumbuh, kemudian dilakukan pengamatan secara

makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis meliputi bentuk

morfologi dan warna koloni bagian atas (top side) dan bawah cawan petri (reverse

side), warna hifa, miselium dan jumlah koloni (Gandjar et al., 1999). Pengamatan

mikroskopis dilakukan dengan cara kaca objek dan kaca penutup dibersihkan

dengan alkohol 70%. Miselium yang telah berporulasi diambil dan diurai dengan

ose. Setelah itu kaca penutup diletakkan diatas permukaan preparat lalu diamati

morfologi selnya di bawah mikroskop, dan difoto. Identifikasi jamur berdasarkan

pengamatan morfologi koloni dan hifa jamur berdasarkan Gandjar et al., (1999),

John dan Roland (2007) dan jurnal-jurnal identifikasi jamur.

Page 41: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

26

3.4 Analisis Data

Pengambilan keputusan untuk melihat data berdistribusi normal, yaitu data

konsentrasi jamur pada ruang tunggu Puskesmas diuji dengan uji normalitas. Jika

hasil uji ini menunjukkan nilai signifikansi >0,05 maka H0 diterima, sedangkan

jika nilai signifikansi <0,05 maka H0 ditolak.

H0 = Data konsentrasi jamur pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan

Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan

berdistribusi normal.

H1 = Data konsentrasi jamur pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan

Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan tidak

berdistribusi normal.

Data yang didapatkan, yaitu hasil perhitungan konsentrasi jamur dianalisis

dengan menggunakan uji Analisi Variasi (ANOVA) pada tingkat kepercayaan

95% dengan signifikansi =0,05. Pengambilan keputusan untuk melihat ada atau

tidaknya pengaruh faktor Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-

Perawatan Ciputat terhadap konsentrasi jamur dianalisis menggunakan ANOVA.

Jika hasil uji ini menunjukkan nilai signifikansi >0,05 maka H0 diterima,

sedangkan jika nilai signifikansi <0,05 maka H0 ditolak.

H0 = Tidak ada perbedaan konsentrasi jamur yang signifikan pada ruang

tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan

Ciputat Tangerang Selatan

Page 42: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

27

H1 = Ada perbedaan konsentrasi jamur yang signifikan pada ruang

tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan

Ciputat Tangerang Selatan

Tabel 5. Fakor dan Parameter yang di Uji

Faktor Y = (Parameter

Variabel Terikat)

X = (Parameter

Variabel Bebas)

1. Puskesmas Perawatan

2. Puskesmas Non-Perawatan Konsentrasi Jamur

Suhu

Kelembaban

Intensitas cahaya

Jumlah orang dalam

ruang tunggu

Pengambilan keputusan untuk melihat data berdistribusi normal, yaitu data

faktor fisik (kelembaban udara, suhu dan intensitas cahaya) dan jumlah orang

dengan konsentrasi jamur pada ruang tunggu Puskesmas diuji dengan

uji normalitas. Jika hasil uji ini menunjukkan nilai signifikansi >0,05 maka H0

diterima, sedangkan jika nilai signifikansi <0,05 maka H0 ditolak.

H0 = Data faktor fisik (kelembaban, suhu dan intensitas cahaya) dan jumlah

orang pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan

Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan berdistribusi normal.

H1 = Data faktor fisik (kelembaban, suhu dan intensitas cahaya) dan jumlah

orang pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan

Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan tidak berdistribusi normal.

Pengambilan keputusan untuk melihat persamaan antara veriabel bebas

(faktor fisik dan jumlah orang) dan variable terikat (konsentrasi jamur), dilakukan

uji korelasi Pearson dengan variabel terikat Y adalah konsentrasi jamur, variable

Page 43: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

28

terikat bebas X1 adalah suhu udara, X2 adalah kelembaban udara, X3 adalah

intensitas cahaya dan X4 adalah variebel jumlah orang.

Untuk mengetahui pengaruh faktor fisik dan jumlah orang terhadap

konsentrasi jamur dan dianalisis dengan uji regresi linear berganda. Pengambilan

keputusan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan faktor fisik (kelembaban

udara, suhu dan intensitas cahaya) dan jumlah orang dengan konsentrasi jamur

pada ruang tunggu diuji dengan uji regresi linear berganda atau uji korelasi. Jika

hasil uji ini menunjukkan nilai signifikansi >0,05 maka H0 diterima, sedangkan

jika nilai signifikansi <0,05 maka H0 ditolak.

H0 = Tidak ada hubungan yang nyata antara konsentrasi jamur dengan faktor

fisik (kelembaban, suhu dan intensitas cahaya) dan jumlah orang pada

ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan

Ciputat Tangerang Selatan.

H1 = Ada hubungan yang nyata antara konsentrasi jamur dengan faktor fisik

(kelembaban, suhu dan intensitas cahaya) dan jumlah orang pada ruang

tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan

Ciputat Tangerang Selatan.

Kriteria R dalam tabel korelasi sebagai berikut (Sudarmanto, 2005):

1. 0-0,20= Korelasi Sangat rendah

2. 0,21-0,40= Korelasi Rendah

3. 0,41-0,60= Korelasi Sedang

4. 0,61-0,80= Korelasi Tinggi

5. 0,81-1= Korelasi sangat tinggi

Page 44: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

29

3.5 Bagan Alur Kerja

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Medium PDA

Pengujian Kualitas Udara

Mikrobiologis

Pengambilan Data

Pendukung Sampling Jamur Udara

Inkubasi Sampel selama 3-

5 hari ± 27 0C

Pemeriksaan Mikrobiologi:

1. Perhitungan Jumlah

Koloni

2. Pengamatan Morfologi

Koloni Jamur

Pengukuran

Faktor Fisik:

1. Suhu

2. Kelembaban

Udara

3. Intensitas

cahaya

Pencatatan

Keadaan saat

Sampling:

1. Jumlah Orang

dalam Ruang

Tunggu

2. Kondisi Ruang

Tunggu

Analisis Data

Survey Penelitian

Page 45: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Konsentrasi Jamur Udara pada Ruang Tunggu

Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat

Tangerang Selatan

Penelitian sebelumnya tentang kualitas udara dengan parameter jamur

pada ruang tunggu Puskesmas belum pernah diteliti, namun penelitian tentang

kualitas udara dengan parameter jamur di ruang rawat inap suatu rumah sakit telah

diteliti oleh Iq (2014) dan Merlin (2012). Pengambilan sampel dilakukan pada jam

kunjung teramai, yaitu pukul 08.00-11.00 WIB. Penelitian sebelumnya tentang

pengambilan sampel kualitas udara dengan parameter jamur dilakukan pada jam

kunjung teramai telah dilakukan oleh Iq (2014) dan Merlin (2012). Jam kunjung

teramai sama dengan jumlah orang terbanyak dalam ruang tunggu Puskesmas.

Waktu tersebut berpotensi terjadinya penularan penyakit dari orang sakit ke orang

sehat maupun sebaliknya. Aktivitas manusia dalam ruang tunggu Puskesmas

seperti berbicara, batuk, berjalan adalah sebagian aktivitas yang dapat

menghasilkan partikel biologi di udara (Maeir et al., 2002).

Berdasarkan hasil analisis uji normalitas diketahui bahwa nilai signifikansi

konsentrasi jamur adalah 0,694, suhu 0,729, kelembaban udara 0,329, intensitas

cahaya 0,580 dan jumlah orang 0,431 yang seluruhnya melebihi 0,05, sehingga

dapat dikatakan H0 diterima, yaitu data yang diolah merupakan data berdistribusi

normal. Kurva uji normalitas diketahui bahwa data menyebar disekitar kurva

dengan mengikuti model regresi, sehingga dapat dikatakan data yang diolah

merupakan data berdistribusi normal.

30

Page 46: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

31

Standar yang tercantum di Kepmenkes RI No. 1204 tahun 2004

merupakan standar untuk angka kuman atau angka mikroorganisme (bakteri dan

jamur). Tidak terdapat acuan standar untuk spesifik konsentrasi jamur maksimum

yang diperbolehkan pada ruang tunggu Puskesmas. Oleh karena itu, konsentrasi

jamur hasil pengukuran di dalam ruang tunggu Puskesmas yang diukur,

dibandingkan dengan menggunakan acuan World Health Organisation (WHO)

tahun 2009 tentang Mold and Dampness Indoor Air dengan nilai maksimum 500

CFU/m3.

Hasil pengukuran konsentrasi jamur pada ruang tunggu Puskesmas

Perawatan Ciputat Timur Tangerang Selatan memiliki rentang 177-594 CFU/m3

dan memiliki rata-rata 432 CFU/m3. Hasil pengukuran konsentrasi jamur pada

ruang tunggu Puskesmas Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan memiliki

rentang 297-989 CFU/m3 dan memiliki rata-rata 495 CFU/m3. Rata-rata hasil

pengukuran konsentrasi jamur pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat

Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan masih dibawah standar

kualitas jamur di udara yang ditentukan oleh WHO tahun 2009, yaitu 500

CFU/m3.

Konsentrasi jamur pada ruang tunggu Puskesmas dianalisis dan dibedakan

berdasarkan faktor Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan

Ciputat di daerah Tangerang Selatan. Hasil perhitungan statistik dengan pengujian

ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan hasil tidak ada perbedaan

konsentrasi jamur yang signifikan pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan

Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan, dengan nilai

signifikansi 0,619 yang melebihi 0,05, (H0 diterima). Penelitian sebelumnya Iq

Page 47: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

32

(2014) dan Merlin (2012) menunjukan hasil yang sama, yaitu tidak ada perbedaan

konsentrasi jamur yang signifikan pada jam kunjung dan bukan jam kunjung.

4.2 Isolat Jamur Udara Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur

dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan

Berdasarkan pengamatan jamur secara makroskopik dan mikroskopik

dapat dideskripsikan dengan panduan buku kapang tropik umum Gandjar et al.,

(1999), John dan Roland (2007) dan jurnal identifikasi jamur, sehingga

didapatkan identikasi jamur udara pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan

Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan. Hasil pengamatan

morfologi dan identifikasi Jamur dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Pengamatan Morfologi dan Identifikasi Jamur

No.

isolat

Pengamatan Keterangan

Makroskopik Mikroskopik

1.

Cladosporium sp.

Perbesaran 200x

Jumlah koloni total : 196

Warna koloni : hijau

Warna tepi : putih

Warna miselium : putih

Bentuk koloni : bundar

Diameter : 0,4-2,3 cm

Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999).

(Ari dan Shanti, 2001).

a. Konidia : bulat dan

semibulat

b. Konidiofor : tunggal

c. Hifa septum

b

a

c

Page 48: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

33

2.

Aspergillus niger

Perbesaran 200x

Jumlah koloni total : 50

Warna koloni : hitam

Warna tepi : putih

Bentuk koloni : irreguler

Diameter : 0,7-3,8 cm

Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999).

(John dan Roland, 2007).

(Wuryanti, 2008).

a. Konidia : bulat dan

semibulat

b. Konidiofor : tunggal

c. Hifa septum

3.

Aspergillus fumigatus

Perbesaran 200x

Jumlah koloni total : 73

Warna: hijau lumut

Warna tepi : putih

Warna miselium : putih

Bentuk koloni : irregular

Diameter : 0,6-2,2 cm

Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999).

(John dan Roland, 2007).

(Eni, 2007).

a. Konidia : bulat dan

semibulat

b. Konidiofor : tunggal

c. Hifa septum

4.

Aspergillus sp.1

Perbesaran 200x

Jumlah koloni total : 3

Warna koloni : hitam

Warna tepi : putih

Warna miselium : putih

Bentuk koloni : irreguler

Diameter : 3 cm

Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999).

(John dan Roland, 2007).

(Ari dan Shanti, 2001).

a. Konidia : bulat dan

semibulat

b. Konidiofor : tunggal

c. Hifa septum

c

b

c

a

b

a

c

a

b

Page 49: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

34

5.

Fusarium sp.

Perbesaran 400x

Jumlah koloni total : 6

Warna koloni : merah

muda

Warna tepi : putih

Warna miselium : putih

Bentuk koloni : irreguler

Diameter : 0,3-0,9 cm

Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999).

(John dan Roland, 2007).

(Ilyas, 2007).

a. Konidia : bulan sabit

b. Konidiofor : bercabang

6.

Paecilomyces sp.

Perbesaran 400x

Jumlah koloni total : 29

Warna koloni : hijau

muda

Warna tepi : putih

Warna miselium : putih

Bentuk koloni : irreguler

Diameter : 1,2-2,9 cm

Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999).

(John dan Roland, 2007).

a. Konidia : bulat dan

semibulat

b. Vesikel

c. Konidiofor : tunggal

d. Hifa septum

7.

Rhizopus sp.

Perbesaran 400x

Jumlah koloni total : 46

Warna koloni : putih

Warna tepi : putih

Warna miselium : putih

Bentuk koloni : irreguler

Diameter : 1-5 cm

Sporangiofor : tunggal

Sporangium : bulat

Hifa tidak berseptum

Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999).

(John dan Roland, 2007).

(Ari dan Shanti, 2001).

b

a

a

b

c

Page 50: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

35

8.

Mucor sp.

Perbesaran 200x

Jumlah koloni total : 78

Warna koloni : putih

Warna tepi : putih

Warna miselium : putih

Bentuk koloni : bulat

Diameter : 0,7-1,8 cm

Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999).

(John dan Roland, 2007).

(Ilyas, 2007).

a. Spora

b. Sporangiofor : tunggal

c. Sporangium : bulat

d. Hifa tidak berseptum

9.

Neurospora sp.

Perbesaran 200x

Jumlah koloni total : 24

Warna koloni : orange

Warna tepi : putih

Warna miselium : putih

Bentuk koloni : irregular

Diameter : 1-5 cm

Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999).

(John dan Roland, 2007).

a. Konidia : bulat

b. Konidiofor : tunggal

c. Hifa septum

10.

Saccharomyces sp.

Perbesaran 1000x

Jumlah koloni total : 238

Warna : putih mengkilap

Bentuk koloni : bulat

Diameter : 0,2-0,8 cm

Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999).

(Ari dan Shanti, 2001).

a. Sel khamir semibulat

(blastospora)

b. Pembelahan sel khamir

d

b

a c

a

c

b

a b

Page 51: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

36

11.

Cryptococcus sp.

Perbesaran 1000x

Jumlah koloni total : 11

Warna koloni : kuning

mengkilap

Bentuk koloni : bulat

Diameter : 0.5-1.3 cm

Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999).

a. Sel khamir semibulat

(blastospora)

b. Pembelahan sel khamir

12.

Candida sp.1

Perbesaran 200x

Jumlah koloni total : 4

Warna koloni : krem

mengkilap

Bentuk koloni : bulat

Diameter : 0.2-0.6 cm

Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999).

(Merlin, 2012).

a. Sel khamir semibulat

(blastospora)

b. Pembelahan sel khamir

13.

Candida sp.2

Perbesaran 200x

Jumlah koloni total : 21

Warna koloni : krem

mengkilap

Bentuk koloni : irreguler

Diameter : 0.5-1.2 cm

Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999).

(Merlin, 2012).

a. Sel khamir semibulat

(blastospora)

b. Pembelahan sel khamir

14.

Rhodoturula sp.

Perbesaran 400x

Jumlah koloni total : 8

Warna koloni : merah

muda mengkilap

Bentuk koloni : bundar

Diameter : 0.3-0.7 cm

Referensi identifikasi :

(Gandjar et al., 1999).

(Iq, 2014).

a. Sel khamir semibulat

(blastospora)

b. Hifa khamir

Page 52: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

37

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi koloni dan identifikasi jamur

(Tabel 6), dapat diketahui warna koloni jamur berbeda-beda akan tetapi warna

dasar miselium koloni jamur yang hampir sama, yaitu berwarna putih. Hasil

pengamatan jamur udara di ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur

dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan diperoleh 14 isolat jamur dengan

ciri morfologi yang berbeda. Jamur jenis kapang didapatkan pada isolat nomor 1-9

dan jamur jenis khamir didapatkan pada isolat nomor 10-14. Isolat jamur memiliki

bentuk koloni bundar dan sebagian yang berbentuk irregular. Bentuk koloni jamur

yang irreguler dapat tumbuh diseluruh permukaan agar cawan seperti isolat

Rhizopus sp. Diameter koloni terbesar Neurospora sp., yaitu mencapai 5 cm,

sedangkan diameter koloni terbesar Candida sp.1, yaitu 0,2 cm. Perbedaan ciri

morfologi pada isolat jamur merupakan suatu identitas dari masing-masing jenis

jamur sehingga dapat diidentifikasi jenis jamur. Jumlah total koloni dari masing-

masing jenis jamur yang ditemukan, dapat menunjukkan dominansi penyebaran

jenis jamur di ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-

Perawatan Ciputat Tangerang Selatan.

Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopik jamur dapat dibedakan

dan identifikasi dari bentuk hifa aseksual. Bentuk hifa aseksual pada jamur

merupakan ciri khas suatu jamur. Hifa aseksual pada jamur berfungsi untuk

menghasilkan spora-spora dalam jumlah yang banyak. Spora aseksual yang

berukuran kecil dapat tertiup angin dan dapat tumbuh membentuk koloni jamur

pada tempat-tempat yang mendukung kelangsungan hidup bagi jamur tersebut.

Bentuk hifa aseksual jamur pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7.

Page 53: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

38

Tabel 7. Hasil Pengamatan Bentuk Hifa Aseksual

Konidiofor Sporangiofor Blastospora

Aspergillus niger

Ket :

a. Konidia

b. Vesikel

c. Konidiofor

d. Kepala konidia

Mucor sp.

Ket :

a. Spora

b. Sporangiofor

c. Sporangium

Cryptococcus sp.

Ket :

a. Sel khamir semibulat

(blastospora)

b. Pembelahan sel khamir

Bentuk hifa aseksual yang didapatkan pada penelitian, yaitu konidiafor,

sporangiofor dan blastospora. Bentuk hifa aseksual konidiofor memiliki struktur

konidia yang berbentuk oval, semibulat, atau bulat dan ada yang membentuk

rantai. Konidia melekat pada fialid (sel konidiogenus) dan fialid melekat pada

bagian ujung konidiofor yang mengalami pembengkakan yang disebut vesikel.

Fialid dapat melekat langsung pada vesikel (tipe sterigmata uniseriat) atau dapat

melekat pada struktur metula (tipe sterigmata biseriat). Jenis jamur yang hifa

aseksualnya berbentuk konidiofor dalam penelitian ini adalah Cladosporium sp.,

Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus, Aspergillus sp.1, Fusarium sp.,

Paecilomyces sp. dan Neurospora sp. Bentuk hifa aseksual sporangiofor memiliki

spora yang berbentuk bulat. Hifa yang panjang tumbuh menjulang yang berfungsi

mendukung pertumbuhan sporangium. Spora bersel satu yang terbentuk di dalam

sporangium. Jenis jamur yang hifa aseksualnya berbentuk sporangiofor dalam

Page 54: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

39

penelitian ini adalah Rhizopus sp. dan Mucor sp. Bentuk hifa aseksual blastospora

hanya terdapat pada jenis jamur khamir. Spora pada khamir berada pada kuncup

atau tunas sel-sel khamir. Hal ini menjadikan bentuk sel khamir bulat atau

semibulat. Jenis jamur yang hifa aseksualnya berbentuk blastospora dalam

penelitian ini adalah Saccharomyces sp., Cryptococcus sp., Candida sp.1,

Candida sp.2 dan Rhodoturula sp. (Pelczar et al., 2008).

Nomor isolat 1 sampai dengan 9 merupakan jamur jenis kapang. Kapang

merupakan jenis fungi multiseluler yang bersifat aktif karena merupakan

organisme saprofit dan mampu memecah bahan-bahan organik kompleks menjadi

bahan yang lebih sederhana. Di bawah mikroskop dapat dilihat bahwa kapang

terdiri dari benang yang disebut hifa, kumpulan hifa ini dikenal sebagai miselium.

Kapang tersebut mudah dijumpai pada bagian-bagian ruangan yang lembab,

seperti langit-langit bekas bocor, dinding yang dirembesi air, atau pada perabotan

lembab yang jarang terkena sinar matahari (Lampiran 2). Kapang melakukan

reproduksi dan penyebaran menggunakan spora. Spora kapang terdiri dari dua

jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual. Spora aseksual dihasilkan lebih

cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan spora seksual. Spora

aseksual memiliki ukuran yang kecil (diameter 1-10 μm) dan ringan, sehingga

penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran udara, apabila spora

tersebut terhirup oleh manusia dalam jumlah tertentu akan mengakibatkan

gangguan kesehatan (Pelczar et al., 2008).

Nomor isolat 10 sampai dengan 14 merupakan jamur jenis khamir. Khamir

merupakan jenis fungi uniseluler. Istilah khamir umumnya digunakan untuk

bentuk-bentuk yang menyerupai jamur dari kelompok Ascomycetes yang tidak

Page 55: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

40

berfilamen tetapi uniseluler berbentuk semibulat dan bulat. Bentuk khamir dapat

bulat cembung sampai semibulat, kadang dapat membentuk miselium semu.

Ukuran juga bervariasi. Struktur yang dapat diamati meliputi dinding sel,

sitoplasma, vakuol air, globula lemak dan granula. Kebanyakan khamir

melakukan reproduksi secara aseksual melalui pembentukan tunas secara

multilateral ataupun polar. Reproduksi secara seksual menghasilkan askospora

melalui konjugasi dua sel atau konjugasi dua askospora yang menghasilkan sel

anakan kecil (Pelczar et al., 2008).

Berdasarkan jumlah koloni setiap jamur yang ditemukan pada ruang

tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat

Tangerang Selatan, dapat diketahui persentase setiap jamur yang tumbuh dan

memiliki tingkat kehadiran yang dominan. Hal tersebut dapat menunjukkan jamur

yang dominan keberadaannya di ruang tunggu Puskesmas, sehingga dapat

diwaspadai dan dicegah terkait infeksi yang mungkin terjadi. Persentase

keberadaan jamur yang mendominasi dari hasil pengukuran di ruang tunggu

Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang

Selatan dapat dilihat pada Gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 3 Persentase Keberadaan Isolat Jamur

Page 56: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

41

Berdasarkan Gambar 3, persentase keberadaan jamur dominan yang

tumbuh pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-

Perawatan Ciputat Tangerang Selatan. Total jenis isolat jamur yang ditemukan

pada kedua ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-

Perawatan Ciputat Tangerang Selatan adalah 14 jenis isolat jamur. Jenis jamur

Neurospora sp. hanya ditemukan pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan

Ciputat Timur, sedangkan jenis jamur Aspergillus sp.1, Cryptococcus sp.,

Candida sp.1, Candida sp.2 dan Rhodoturula sp. hanya ditemukan pada ruang

tunggu Puskesmas Non-Perawatan Ciputat.

Jenis jamur yang memiliki persentase keberadaan tertinggi adalah

Saccharomyces sp. Persentase Saccharomyces sp. pada ruang tunggu Puskesmas

Perawatan Ciputat Timur sebesar 23,6% dan Puskesmas Non-Perawatan Ciputat

sebesar 36%. Jenis jamur ini memiliki spora aseksual yang diproduksi dalam

jumlah banyak, berukuran kecil dan ringan, serta tahan terhadap keadaan kering.

Spora ini mudah beterbangan di udara (Sjamsuridzal, 2006). Hal ini yang dapat

membuat Saccharomyces sp. memiliki persentase keberadaan tertinggi pada udara

ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat

Tangerang Selatan.

Jenis jamur dominan selanjutnya adalah isolat 1, yaitu Cladosporium sp.

Persentase Cladosporium sp. pada Puskesmas Perawatan Ciputat Timur sebesar

29,1% dan Puskesmas Non-Perawatan Ciputat sebesar 21,2%. Koloni

Cladosporium sp. memiliki warna hijau kehitaman dan memiliki konidia gelap

berpigmen yang terbentuk dalam rantai sederhana atau bercabang. Cladosporium

sp. hidup sebagai parasit dan sebagai saprofit pada tanaman mati. Spora jamur ini

Page 57: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

42

yang tersebar oleh angin membuat penyebarannya sangat berlimpah di udara

bebas (Jeffrey, 1996).

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi koloni dan identifikasi jamur

(Tabel 6), isolat Aspergillus sp. ditemukan dengan ciri-ciri yang berbeda, yaitu

pada isloat 2 (Aspergillus niger), isolat 3 (Aspergillus fumigatus) dan isolat 4

(Aspergillus sp.1). Jenis jamur Aspergillus yang paling dominan adalah

Aspergillus fumigatus dengan nilai presentase pada ruang tunggu Puskesmas

Perawatan Ciputat Timur sebesar 10,1% dan Puskesmas Non-Perawatan Ciputat

sebesar 8,6%. Jenis jamur Aspergillus sp.1 hanya ditemukan pada ruang tunggu

Puskesmas Non-Perawatan Ciputat dengan persentase sebesar 0,7%. Aspergillus

sp. merupakan jenis jamur yang sering menimbulkan infeksi penyakit. Berbagai

penyakit berkaitan dengan jamur jenis ini. Aspergilosis merupakan infeksi yang

disebabkan oleh jamur Aspergillus. Jamur ini terdapat di alam bebas, sehingga

sporanya sering diisolasi dari udara. Aspergillus termasuk jamur kontaminan.

Spesies yang sering dianggap penyebab penyakit adalah A. fumigatus, A. niger

dan A. flavus. Cara infeksi tergantung lokasi yang diinfeksi ada beberapa bentuk,

yaitu Aspergilosis kulit, Aspergilosis sinus, Aspergilosis paru dan Aspergilosis

sistemik (Jeffrey, 1996). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zaini (2013),

menunjukkan jenis jamur dari genus Aspergillus yang dapat menyebabkan

Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA) adalah Aspergillus fumigatus.

ABPA ditemukan pada sekitar 7-18% penderita asma dan 5-10% penderita

fibrosis kistik. Spora Aspergillus fumigatus sangat kecil berukuran 3-5 μm

sehingga akan dapat mencapai saluran napas distal jika spora atau miselia ataupun

antigen Aspergillus tersebut terhirup.

Page 58: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

43

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mangunnegoro (2008), menunjukkan

Aspergillus fumigatus dapat menyebabkan infeksi paru hingga 90%. Gambaran

klinis bisa berupa pneumoni (radang paru-paru), dalam parenkim paru-paru terjadi

bulatan granulomatosa yang dapat sembuh dan terjadi klasifikasi membentuk coin

lesion. Sputum biasanya mukopurulen dan kadang-kadang terdapat bercak darah.

Penyebaran secara hematogen biasanya ke ginjal dan organ-organ lain.

Aspergillus fumigatus terbukti menghasilkan endotoksin yang mampu

menghemolisis eritrosit manusia dan hewan. Jamur A. fumigatus ternyata memang

merupakan yang paling sering menimbulkan aspergilosis pada manusia. Jamur

Aspergillus lain yang menyebabkan Aspergilosis pada manusia ialah Aspergillus

niger, Aspergillus flavus dan Aspergillus nidulans. Hal ini menunjukkan bahwa

Aspergillus sp. merupakan salah satu jenis jamur yang paling sering ditemukan

dan penyebab kontaminasi udara di ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat

Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan.

Jenis jamur dominan selanjutnya adalah isolat Mucor sp. dan Rhizopus sp.

Persentase Mucor sp. pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur

sebesar 14.4% dan Puskesmas Non-Perawatan Ciputat sebesar 6%. Persentase

Rhizopus sp. pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur sebesar

5,4% dan Puskesmas Non-Perawatan Ciputat sebesar 6,2%. Mucor sp. dan

Rhizopus sp. masuk ke dalam golongan Zygomycetes.

Infeksi yang disebabkan oleh berbagai jamur kontaminan, yaitu

Aspergillus, Candida, Mucor, Rhizopus dan Penicillium disebut otomikosis.

Jamur penyebab otomikosis merupakan jamur kontaminan yang terdapat di udara

bebas. Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur

Page 59: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

44

dapat masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk

mengorek-ngorek telinga yang terkontaminasi, melalui udara atau air

(Gandahusada et al., 1988). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Edward dan

Irfandy (2012), kasus otomikosis pada seorang wanita umur 41 tahun ditemukan

jenis-jenis jamur Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Aspergillus terreus,

Candida albicans dan Candida parapsilosis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Kumar (2005), dari kultur biakan yang diambil dari penderita otomikosis

didapatkan isolate-isolat jamur Aspergillus niger (52,43%), Aspergillus fumigatus

(34,14%), C.albicans (11%), C.pseudotropicalis (1,21%) dan Mucor sp. (1,21%).

Hal ini perlu diwaspadai oleh pasien, keluarga pengantar pasien dan paramedis

Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang

Selatan karena ditemukan genera jamur penyebab penyakit otomikosis.

Hasil penelitian ini menemukan jamur Fusarium sp., persentase

keberadaannya terendah, yaitu pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat

Timur sebesar 1,1% dan Puskesmas Non-Perawatan Ciputat sebesar 0,5%.

Fusarium adalah salah satu genus jamur berfilamen yang hidup dan

berkembangbiak di batang tanaman dan di permukaan tanah. Keadaan ruang

tunggu pada kedua Puskesmas berjarak cukup jauh dari tanaman dan tanah hal ini

memungkinkan Fusarium sp. ditemukan dalam jumlah yang sedikit dan menjadi

presentase keberadaannya terendah. Golongan Fusarium dicirikan dengan struktur

tubuh berupa miselium bercabang, hialin, dan bersekat (septat) dengan diameter

2-4 µm. Jamur ini juga memiliki struktur fialid yang berupa monofialid ataupun

polifialid dan berbentuk soliter atau merupakan bagian dari sistem percabangan

yang kompleks. Reproduksi aseksual jamur ini menggunakan mikrokonidia yang

Page 60: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

45

terletak pada konidiospora yang tidak bercabang dan makrokonidia yang terletak

pada konidiospora bercabang dan tak bercabang. Makrokonidia dibentuk dari

fialid, memiliki struktur halus serta bentuk silindris, dan terdiri dari 2 atau lebih

sel yang memiliki dinding sel tebal. Mikrokonidia yang dihasilkan umumnya

terdiri dari 1-3 sel, berbentuk bulat atau silinder, dan tersusun menjadi rantai atau

gumpalan (Gandjar et al., 1999).

Hasil penelitian ini menemukan jenis jamur Candida sp., keberadaannya

sering ditemukan pada setiap cawan petri sampel jamur udara pada kedua ruang

tunggu Puskesmas. Jamur dari genus Candida dapat berpotensi menimbulkan

penyakit pada manusia. Menurut Crofton et al., (2001), menunjukkan 50%

penderita Tuberkulosis (TB) paru bisa dijumpai Candida albicans dalam dahak

mereka, sehingga untuk menetapkan bahwa seseorang menderita Kandidiasis

bronkial harus diperiksa dan dijumpai kepositifan organisme ini di dahak secara

berulang-ulang. Gambaran radiologik foto dada biasanya normal atau dijumpai

pengaburan berupa garis di lapangan tengah dan bawah paru. Pasien yang

menderita kandidiasis paru biasanya tampak lebih sakit, mengeluh demam dengan

pernapasan dan nadi yang cepat. Selain itu muncul batuk, hemaptoe, sesak dan

nyeri dada. Pada foto dada biasa tampak pengaburan dengan batas tidak jelas

terutama di lapangan bawah paru. Bayangan lebih padat atau efusi pleura bisa

juga dijumpai pada foto dada. Diagnosis dengan menemukan jamur Candida di

sputum serta kultur yang positif dengan medium Agar Sabouraud.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukamto (2010), dari 131 bahan

dahak penderita TB yang diteliti, didapatkan jamur Candida spp. dengan

frekuensi terbanyak (40,45%), diikuti berturut-turut oleh Aspergillus spp., (19,84),

Page 61: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

46

Zygomycetes (6,87%), Norcardi spp., (2,29%), Geotrichum (1,52) dan lain-lain

(1,55%). Penularan TB paru terjadi melalui batuk, bersin, berbicara atau meludah.

Data penderita TB di Puskesmas Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat

Tangerang Selatan sekitar 23%. Hal ini perlu diwaspadai pada para pengunjung

Puskesmas Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan

dikarenakan ditemukan jenis-jenis jamur dari penyakit TB ini.

Hasil penelitian ini menemukan jenis jamur Cryptococcus sp., presentase

keberadaan jamur ini tidak begitu dominan karena hanya ditemukan pada ruang

tunggu Puskesmas Non-Perawatan Ciputat dengan presentase sebesar 2,6%. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Efida dan Desiekawati (2010), jenis jamur dari

genus Cryptococcus yang dapat menyebabkan kriptokokosis adalah Cryptococcus

neoformans. Jamur Cryptococcus neoformans dapat tumbuh di permukaan tanah.

Transmisi penyakit ini terjadi secara inhalasi melalui basidiospora yang terhirup

bersama udara dan debu lingkungan yang terkontaminasi, kemudian masuk ke

paru. Penyakit ini dapat mengenai penderita dengan sistem imun rendah umumnya

penderita HIV/AIDS. Tes aglutinasi tabung mendeteksi hanya 30% pasien dengan

Cryptococcus, immunofluorescence assay (IFA) mendeteksi 38% kasus dengan

Cryptococcus.

Fluktuasi konsentrasi partikel bioaerosol yang signifikan di ruangan

rumah sakit atau Puskesmas dapat berhubungan dengan variasi penghuni ruangan

seperti pasien (dengan berbagai macam penyakit), paramedis, dan pengunjung

serta kegiatan yang dilakukan (Li dan Hou, 2003). Pengambilan sampel udara

harus secara teratur dilakukan untuk beberapa tujuan, seperti epidemiologi,

Page 62: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

47

pengawasan, penelitian, keselamatan atau tujuan kontrol kualitas udara (Joseph

dan Anjali, 2006).

4.3 Hasil Analisis Pengaruh Faktor Fisik Udara dan Jumlah Orang

Terhadap Konsentrasi Jamur Udara dan Hasil Observasi pada Ruang

Tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan

Ciputat Tangerang Selatan

Berdasarkan analisis uji regresi linier berganda atau uji korelasi diketahui

bahwa tidak ada pengaruh yang nyata antara konsentrasi jamur dengan faktor fisik

suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya dan jumlah orang, dengan nilai

signifikansi suhu adalah 0,329, kelembaban udara 0,323, intensitas cahaya 0,527

dan jumlah orang 0,827 yang seluruhnya melebihi 0,05 (H0 diterima) (Lampiran

1). Hasil angka R sebesar 0,461, menunjukkan korelasi (keeratan hubungan)

antara konsentrasi jamur dengan faktor fisik suhu, kelembaban udara, intensitas

cahaya dan jumlah orang adalah korelasi sedang. Hasil uji regresi menunjukkan

angka R Square sebesar 0,213, hal ini berarti 21,3% konsentrasi jamur dapat

dijelaskan oleh variasi keempat variabel bebas yang meliputi suhu, kelembaban

udara, intensitas cahaya dan jumlah orang, sedangkan 78,8% dapat dipengaruhi

oleh faktor lain, seperti sistem ventilasi, kondisi ventilasi, kondisi ruangan, kadar

debu, material bangunan dan frekuensi pembersihan ruang tunggu Puskesmas

Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan.

Sistem ventilasi mempengaruhi sirkulasi udara dan laju aliran udara yang

berpotensi membawa mikroorganisme di udara dan mempengaruhi konsentrasi

jamur di udara. Sistem ventilasi pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat

Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan menggunakan sistem

Page 63: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

48

ventilasi pasif. Sistem ventilasi pasif adalah sistem aliran udara yang didapat dari

alam atau lingkungan bebas, yaitu lubang angin atau jendela pada sisi dinding

yang berhadapan serta sejajar dengan arah angin lokal. Hal ini dapat berpotensi

masuknya mikroorganisme dan spora jamur dari lingkungan bebas ke dalam ruang

tunggu Puskesmas. Kondisi ventilasi yang berdebu dapat mempengaruhi kualitas

udara. Sistem ventilasi dan kondisi ventilasi dapat memberi dampak kepada

penghuni ruangan tersebut (Sulistiowati, 2001). Konsentrasi mikroba dalam

ruangan akan bertambah banyak pada ruangan yang kondusif untuk

pertumbuhannya. Material biologi yang mengalir di udara dan bertumpuk di

ruangan dan menutupi permukaan interior akan menyebabkan perubahan kualitas

udara dalam ruangan. Sedikit saja sumber karbon dan air di ruangan akan menjadi

media pertumbuhan mikroorganisme (Pudjiastuti et al., 1998).

Kondisi ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-

Perawatan Ciputat Tangerang Selatan yang berbatasan langsung dengan lahan

parkir dapat mempengaruhi kualitas udara dan konsentasi jamur udara dalam

ruang tunggu Puskesmas. Masuknya asap kendaraan ke dalam ruangan

meningkatkan kadar debu dalam ruangan. Partikulat Respirable Suspended

Particulate (RSP) atau partikulat debu dapat mengandung mikroorganisme dan

spora jamur yang dapat terhirup oleh manusia. Partikulat RSP dapat terakumulasi

di dalam paru-paru, oleh karenanya efek yang disebabkan oleh partikulat ini bisa

sangat berbahaya walaupun konsentrasinya di udara sangat kecil. Di dalam paru-

paru, partikulat RSP dapat menetap lama dan mampu mempengaruhi jaringan-

jaringan disekitarnya (Spengler et al., 2001).

Page 64: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

49

Jamur merupakan organisme saprofit, yaitu dapat memecah bahan-bahan

organik kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Jamur juga merupakan

organisme heterotrof yang berarti membutuhkan sumber karbon organik dari luar

(Pelczar et al., 2008). Material bangunan dan benda pada ruang tunggu Puskesmas

yang mengandung karbon organik dapat dijadikan tempat pertumbuhan jamur dan

dapat mempengaruhi konsentrasi jamur udara pada ruang tunggu Puskesmas.

Material bangunan dan benda yang mengandung karbon organik yang dapat

dijadikan tempat pertumbuhan jamur, yaitu bangku kayu ruang tunggu

Puskesmas, lemari kayu, langit-langit ruangan, filter udara, keset kain, tumpukan

kertas dan lain-lain (Lampiran 2). Kondisi tersebut memiliki potensi sebagai

sumber kontaminasi jamur di dalam ruang tunggu Puskesmas.

Frekuensi pembersihan ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur

dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan juga dapat mempengaruhi

konsentrasi jamur di udara. Tempat-tempat yang dijadikan pertumbuhan jamur

harus segera dibersihkan. Pembersihan lantai, ventilasi dan tempat sampah pada

ruang tunggu Puskesmas harus dibersihkan dengan frekuensi 3 kali dalam sehari.

Hal ini dilakukan untuk menghilangkan pertumbuhan jamur yang dapat menjadi

sumber kontaminasi dalam ruangan (Kepmenkes RI No. 1204, 2004).

Hasil observasi dilakukan pada saat sampling ruang tunggu Puskesmas

Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan, yaitu

saat jam kunjung teramai pada pukul 08-00 – 12.00 WIB. Jam kunjung teramai

sama dengan jumlah orang terbanyak dalam ruang tunggu Puskesmas. Waktu

tersebut berpotensis besar terjadinya penularan penyakit dari orang sakit ke orang

sehat maupun sebaliknya dan berpengaruh terhadap konsentrasi jamur.

Page 65: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

50

Keadaan ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-

Perawatan Ciputat Tangerang Selatan dicatat, untuk diketahui potensi tersebarnya

jamur di ruang tunggu tersebut. Hal ini dapat dijadikan gambaran kondisi awal

untuk perbaikan dan pengendalian infeksi akibat jamur yang mungkin terjadi di

ruang tunggu Puskesmas. Kondisi ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat

Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan saat dilakukan sampling

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kondisi Saat Sampling pada Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan

Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan

Puskesmas Pintu

Masuk

Ruang

Tunggu

Luas

Ruangan (m2)

Jendela dan

kondisi

Kipas Angin Tempat

sampah

Perawatan 2

RTP 1 52 8 tertutup, 4

terbuka

Tidak ada 3

RTP 2 12 2 tertutup Tidak ada 1

Non-

Perawatan 3

RTA 14 2 tertutup, 1

terbuka

Tidak ada 2

RTLP 16 2 tertutup, 1

terbuka

Tidak ada 2

RTP 1 21 12 tertutup, 1

terbuka

1 nyala,

2 tidak

menyala

2

RTP 2 21 4 tertutup, 1

terbuka

1 nyala,

2 tidak

menyala

3

Keterangan : RTP (Ruang Tunggu Periksa), RTA (Ruang Tunggu Apotek) dan

RTLP (Ruang Tunggu Loket Pendaftaran).

Tabel 8. menunjukkan kondisi ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat

Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan saat sampling. Kondisi

jendela tertutup pada ruang tunggu kedua Puskesmas ini merupakan jendela yang

membatasi antara ruang tunggu dengan ruang periksa. Ruang periksa yang

dilengkapi dengan Air Conditioner (AC) kondisi jendela selalu tertutup. Kondisi

jendela terbuka pada kedua ruang tunggu Puskesmas ini merupakan jendela yang

membatasi antara ruang tunggu dengan lingkungan luar. Jendela dan pintu masuk

Page 66: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

51

yang terbuka dapat menyebabkan masuknya bioaerosol lain dari lingkungan luar

ke dalam ruang tunggu.

Berdasarkan hasil observasi pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan

Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan dapat diketahui

kondisi ruangan saat sampling yang meliputi kondisi jendela, kipas angin dan

pintu. Selain itu dinding ruangan dan langit-langit ruangan dapat diperhatikan

dengan kasat mata terdapat pertumbuhan jamur yang dapat menjadi sumber

tersebarnya spora jamur yang tersebar ke udara (Lampiran 2). Keberadaan tempat

sampah yang berada di ruang tunggu dapat dijadikan tempat perkembangbiakan

jamur yang baik dan koloni jamur dapat melepaskan sporanya ke udara, sehingga

menjadi sumber kontaminan jamur udara. Kondisi komponen tersebut menjadi

penting diperhatikan terkait dengan keberadaan jamur udara. Selain kondisi

tersebut, jamur dapat disebarkan ke udara oleh kegiatan penghuni yang berada di

dalam ruang tunggu Puskesmas.

Kondisi tidak adanya kipas angin atau tidak menyalanya kipas angin

menyebabkan tingginya suhu dan kelembaban pada ruang tunggu. Pasien maupun

keluarga pengantar pasien yang menunggu di ruang tunggu mengeluhkan tidak

adanya kipas angin atau tidak menyalanya kipas angin menyebabkan panasnya

kondisi di dalam ruang tunggu. Penggunaan alas kaki yang tidak dilepas oleh para

pengunjung Puskesmas saat masuk ke dalam ruang tunggu dapat menyebabkan

masuknya mikroorganisme ke dalam ruang tunggu. Proliferasi jamur sering

ditemukan ditempat yang tinggi kelembabannya, dapat terlihat dari area ruangan

yang memiliki kelembaban dan substrat yang mendukung adanya pertumbuhan

jamur seperti langit-langit ruangan (Karuppasamy et al., 2013).

Page 67: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

52

Berdasarkan hasil pengukuran rata-rata suhu pada ruang tunggu

Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat (Lampiran 4)

memiliki nilai rentang suhu 28-320C. Standar suhu ruangan pada Rumah Sakit

atau Puskesmas berdasarkan Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistem

Instalasi Tata Udara adalah 20-23ºC. Hal ini menunjukkan suhu pada ruang

tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat berada

diatas batas standar yang ditentukan. Berdasarkan hasil pengamatan, kipas angin

yang tidak menyala maupun tidak tersedianya kipas angin dapat meningkatkan

suhu. Selain itu tingginya suhu ruang tunggu kedua puskesmas tersebut dapat

berasal dari panas yang dihasilkan dari banyaknya aktivitas maupun jumlah

manusia di dalam ruangan tersebut. Temperatur atau suhu adalah faktor fisik yang

cukup penting dan mempengaruhi pertumbuhan jamur. Suhu di dalam ruangan

rentang 18-24ºC adalah suhu optimal bagi pertumbuhan kebanyak jamur,

meskipun beberapa jenis jamur dapat hidup juga di rentang suhu yang luas.

Sedikit jamur yang mempunyai optimal diatas 30ºC, yaitu Aspergillus fumigatus.

Jamur di dalam lingkungan tidak tumbuh jika suhu di atas 30ºC, namun spora

jamur lebih tahan panas dari pada miseliumnya dan memiliki rentang suhu yang

luas (Spengler et al., 2001).

Berdasarkan hasil pengukuran rata-rata kelembaban udara pada ruang

tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat

(Lampiran 4) memiliki nilai rentang kelembaban udara 72-93%. Standar

kelembaban udara ruangan pada Rumah Sakit atau Puskesmas berdasarkan

Kepmenkes RI No. 1204 tahun 2004, yaitu 45-60%. Hal ini menunjukkan

kelembaban udara pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan

Page 68: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

53

Non-Perawatan Ciputat berada diatas batas yang ditentukan. Berdasarkan hasil

pengamatan, jumlah orang yang berada pada ruang tunggu yang padat dan ukuran

ruang tunggu yang kecil menyebabkan tingginya kelembaban udara pada ruang

tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat

Tangerang Selatan.

Kelembaban ruangan yang tinggi dapat mempengaruhi penurunan daya

tahan tubuh seseorang dan merupakan sarana yang baik untuk pertumbuhan

mikroorganisme sehingga tubuh rentan terhadap penyakit terutama penyakit

Sirkulasi udara yang tidak lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam ruangan

menjadi rendah sehingga kelembaban udaranya tinggi. Sebuah ruangan yang

memiliki kelembaban udara tinggi memungkinkan adanya hewan pembawa

penyakit dan jamur yang semuanya memiliki peran besar dalam patogenesis

penyakit pernafasan. Ruangan yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi

syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi orang-orang yang berada diruang

tersebut.Ruangan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme,

antara lain jamur, bakteri, spiroket, ricketsia dan virus. Mikroorganisme tersebut

dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara. Selain itu kelembaban yang tinggi

dapat menyebabkan membran mukosa hidung menjadi kering sehingga kurang

efektif dalam menghadang mikroroganisme (Sulistiowati, 2001).

Berdasarkan hasil pengukuran rata-rata intensitas cahaya pada ruang

tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat

(Lampiran 4) memiliki nilai rentang intensitas cahaya 300-1300 lux. Berdasarkan

hasil pengamatan, cahaya pada ruang tunggu tersebut berasal dari cahaya matahari

yang masuk ke dalam ruangan dan lampu ruangan yang dinyalakan. Jumlah lampu

Page 69: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

54

yang dinyalakan sedikit karena hanya dinyalakan pada sudut-sudut tempat yang

kekurangan cahaya. Salah satu syarat ruangan sehat adalah tersedianya cahaya

yang cukup, karena suatu ruangan yang tidak mempunyai cahaya selain dapat

menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga dapat menimbulkan penyakit. Sinar

matahari berperan secara langsung dalam mematikan jamur dan mikroorganisme

lain yang terdapat di lingkungan ruangan, khususnya sinar matahari pagi yang

dapat menghambat perkembangbiakan jamur patogen (Sulistiowati, 2001).

Berdasarkan hasil pengukuran rata-rata jumlah orang pada ruang tunggu

Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat (Lampiran 4)

memiliki nilai rentang 112-325 orang dan total luas ruang tunggu Puskesmas

Perawatan Ciputat Timur sebesar 52 m2 sedangkan pada Puskesmas Non-

Perawatan Ciputat sebesar 72 m2. Standar kepadatan hunian pada ruangan

berdasarkan Kepmenkes RI No. 829 (1999), yaitu luas ruangan atau kamar

minimal 8 m2 dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang atau 4 m2/orang.

Kepadatan hunian pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan

Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan mencapai sekitar 0,4 m2/orang. Hal ini

menunjukan jumlah orang yang berada pada ruang tunggu Puskesmas Perawatan

Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat melebihi kapasitas ruang tunggu dan

banyak orang-orang yang tidak mendapatkan tempat duduk, sehingga berdiri

(Lampiran 2). Jumlah orang pada ruang tunggu terlihat padat dan dengan ukuran

ruang tunggu yang kecil menyebabkan tingginya suhu dan kelembaban udara.

Rasa panas, rasa tidak nyaman serta menahan rasa sakit, hal ini yang para pasien

keluhkan menunggu periksa pada Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-

Perawatan Ciputat Tangerang Selatan.

Page 70: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

55

Aktivitas manusia dalam ruang tunggu Puskesmas seperti berbicara, batuk,

berjalan adalah sebagian aktivitas yang dapat menghasilkan partikel biologi di

udara dan dapat menambah konsentrasi jamur (Maeir et al., 2002). Keringat

manusia juga dikenal mempengaruhi kelembaban. Semakin banyak manusia

dalam satu ruangan, kelembaban semakin tinggi khususnya karena uap air baik

dari pernafasan maupun keringat. Kelembaban dalam ruangan tertutup dimana

banyak terdapat manusia didalamnya lebih tinggi dibanding di luar ruangan

(Setyaningsih, 2003).

Kepadatan penghuni ruangan juga dapat mempengaruhi kesehatan, karena

jika suatu ruangan yang penghuninya padat dapat memungkinkan terjadinya

penularan penyakit dari satu manusia kemanusia lainnya. Kepadatan penghuni di

dalam ruangan yang berlebihan akan berpengaruh, hal ini dapat berpengaruh

terhadap perkembangan bibit penyakit dalam ruangan. Kepadatan penghuni dalam

ruangan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan insiden penyakit

Tuberkulosis Paru dan penyakit-penyakit lainnya yang dapat menular. Oleh sebab

itu jumlah penghuni di dalam ruangan harus disesuaikan dengan luas ruangan agar

tidak terjadi kepadatan yang berlebihan (Kepmenkes RI No. 829, 1999).

Luas ruangan atau kamar minimal 8 m2 dianjurkan tidak untuk lebih dari 2

orang. Persyaratan tersebut diatas berlaku juga terhadap kondominium, rumah

susun (rusun), rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona pemukiman.

Pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan kesehatan perumahan dan

lingkungan pemukiman menjadi tanggung jawab pengembang atau penyelenggara

pembangunan perumahan dan pemilik (Kepmenkes RI No. 829, 1999).

Page 71: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

56

Kesehatan Lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya

status kesehatan yang optimum pula. Adapun yang dimaksud dengan usaha

kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau

mengoptimalkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik

untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup

didalamnya. Sanitasi lingkungan adalah prinsip-prinsip untuk meniadakan atau

setidak-tidaknya mengurangi faktor-faktor pada lingkungan yang dapat

menimbulkan penyakit, melalui kegiatan-kegiatan yang ditunjukkan untuk

mengendalikan sanitasi air, pembuangan kotoran, air buangan dan sampah,

sanitasi udara, vektor dan binatang pengerat. Hal ini perlu dilakukan untuk

menciptakan kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi

yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya

kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Chandra, 2007).

Page 72: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tidak ada perbedaan konsentrasi jamur yang signifikan pada ruang tunggu

Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat

Tangerang Selatan. Rata-rata konsentrasi jamur udara pada ruang tunggu

Puskesmas Perawatan Ciputat Timur Tangerang Selatan sebesar 432

CFU/m3 dan Puskesmas Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan

sebesar 495 CFU/m3. Nilai konsentrasi tersebut masih dibawah standar

yang ditentukan oleh WHO tahun 2009 tentang Mold and Dampness

Indoor Air, yaitu kurang dari 500 CFU/m3.

2. Faktor fisik suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya dan jumlah orang

berpengaruh terhadap konsentrasi jamur sebesar 21,3%, sedangkan 78,8%

dapat dipengaruhi oleh faktor lain, seperti sistem ventilasi, kondisi

ventilasi, kondisi ruangan, kadar debu, material bangunan dan frekuensi

pembersihan ruang tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-

Perawatan Ciputat Tangerang Selatan.

5.2 Saran

1. Pihak Puskesmas disarankan untuk melakukan pengoptimalan ventilasi

dan alat elektronik seperti kipas angin pada ruang tunggu Puskesmas agar

mengurangi tingginya suhu dan kelembaban udara. Material dan benda-

benda dalam ruang tunggu Puskesmas juga perlu diperhatikan untuk

dibersihkan secara berkala dan dengan teknik yang benar.

57

Page 73: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

58

2. Pencegahan atau antisipasi secara dini dapat dilakukan untuk terhindar dari

penularan penyakit dari orang sakit maupun sebaliknya yang dapat

dilakukan oleh pasien, keluarga pengantar pasien dan para medis dengan

cara menggunakan masker.

3. Penelitian lebih lanjut tentang kualitas udara dalam ruangan dengan

parameter jamur udara disarankan untuk pengambilan sampel lebih banyak

dan menambahkan lebih banyak variabel bebas selain suhu, kelembaban

udara, intensitas cahaya dan jumlah orang dalam ruangan.

Page 74: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

59

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F. 2005. Pencemaran Udara dan Gangguan Penyakit Pernapasan

Non Infeksi. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Penerbit Buku

Kompas.

Ari Susilowati, Shanti Listyawati. 2001. Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme

Sumber Kontaminasi Kultur In vitro di Sub-Lab. Biologi Laboratorium

MIPA Pusat UNS. Jurnal Biodiversitas. 2(1) : 110-114.

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2004. Pencemaran Udara. Jakarta.

Badan Pusat Statistika. 2013. Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan.

Tangerang Selatan.

Brooks, G.F., Butel, J.S., Morse, S.A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.

Terjemahan tim FKUI. Salemba Medika Utama. Jakarta.

John Webster dan Roland Weber. 2007. Introduction to Fungi. Cambridge

University Press. Cambridge.

Chandra, F. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, cetakan 1. EGC. Jakarta.

Carol, Y., Roa, A. Harret, Burge. 2012. Quantitative Standards and Guidelines for

Fungi in Indoor Air. Journal of the Air and Waste Management

Assosiation. 46(9): 899-908.

CIAR. 1996. Sick Building Syndrome, Biological Aerosols and System Control of

Indoor Air Quality. Published by CIAR. Maryland.

Cox, C.S., Wathes, C.M. 1995. Bioaerosols Handbook. Lewis Publisher. New

York.

Crofton J, Douglas A,Wattles.2001. Fungi Infection of the Lung. In: Respiratory

Diseases. Blackwell Scientific Publications. p: 329-45.

David, E., D. Stephen, R. Handke, R. Bartley. 2007. Descriptions of Medical

Fungi. Molecular & Biomedical Science University of Adelaide. Adelaide.

Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan. 2012. Profile beserta Visi dan Misi.

http://dinkes-tangsel.com/p/tentang-dinkes.html Diakses pada 21 Oktober

1014 pukul 19.08 WIB.

Djuanda, A., Hamzah, M. Aisah, S. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Page 75: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

60

Eduard, W.R. 2009. Fungal Spores: a Critical Review of the Toxicological and

Epidemiological Evidence as a Basis for Occupational Exposure Limit

Setting. Crit Rev Toxicol. 39: 799-864.

Edward, Y dan Irfandy, D. 2012. Otomycosis. Jurnal Kesehatan Andalas. 1: 2.

Efida dan Desiekawati. 2012. Kriptokokal meningitis: Aspek klinis dan diagnosis

laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas. 1: 1.

Elsberry, RB. 2007 Indoor Air Pollution Can Sicken Office Workers. Electrical

Apparatus. August. 18: 34-44.

Eni, K. 2007. Viabilitas dan Morfologi Aspergillus fumigatus pada Penyimpanan

dengan Kertas Saring dan Agar Dalam Air Suling. Jurnal Besar Penelitian

Veteriner. Bogor.

EPA (Environmental Protection Agency). 2010. SOP Sampling and

Characterization of Bioaerosols in Indoor Air. Enviromental health and

Engineering. U.S.

Fletcher, L.A., C.J. Noakes, C.B. Begg, P.A. Sleigh. 2010. The Importance of

Bioaerosols in Hospital Infections and the Potential for Control using

Germicidal Ultraviolet Irradiation. Journal University of Leeds. 26: 142-

158.

Gandahusada, S., Wita, P., Herry, D. 1988. Parasitologi Kedokteran. FKUI.

Jakarta.

Gandjar, I., R.A. Samson, K. Vanden, A. Oetari, I. Santoso. 1999. Pengenalan

Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Haisley, P. dan G. Wong. 2002. Fungal Colonization of Building Material and

Impact on Occupant Health. Manoa: Departement of Botany.University of

Hawai. Hawai.

Ilyas, M. 2007. Isolasi dan Identifikasi Kapang pada Relung Rizosfir Tanaman di

Kawasan Cagar Alam Gunung Mutis, Nusa Tenggara Timur. Jurnal

Biodiversitas. 7(3): 216-220.

Iq, S.F. 2014. Kualitas Udara Ruang Rawat Inap Rumah Sakit dengan Parameter

Jamur (Studi Kasus: Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta

Selatan). Skripsi FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

Page 76: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

61

Jeffrey C, Edman. 1996. Mikrobiologi Kedokteran edisi ke-20. EGC. Jakarta.

Joseph dan Anjali. 2006. The Impact of the Environment Infections in Healtcare

Facilities. Gateway Boulevard. USA.

Karuppasamy, C., R. Lalsanglura, R. Kannan, Saravanakumar. 2013. A

Preliminary Assesment of Aerofungal Allergens from the Wards of Civil

Hospital Aizawl. International Jounal of Enviroment Science. 4(3): 274-

283.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 132. 2010. Pedoman Kerja Puskesmas

III Tahun 2010/2011. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 829. 1999. Persyaratan Kesehatan

Perumahan. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1204. 2004. Tentang Persyaratan

Lingkungan Rumah Sakit. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1335. 2002. Standar Operasional

Pengambilan dan Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruangan Rumah

Sakit. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Kumar, A. 2005. Fungal Spectrum in Otomycosis Patiens. JK Science. 3: 152-

155.

Li, C.S. dan P.A. Hou. 2003. Bioaerosol Characteristic in Hospitals Clean Rooms.

Journal Science Total Environment. 305: 169-176.

Maeir, R.M., Pepper, J.L., Gerba, P.C. 2002. Environmental Microbiology.

Academic Press. Canada.

Mandal, J. dan H. Brandl. 2011. Bioaerosols in Indoor Environment : A Review

with Special Reference to Residential and Occupational Locations. The

Open Environmental and Biological Monitoring Journal. 4: 83-96.

Mangunnegoro, H. 2008. Pulmonologi klinik FKUI. Berbagai Permasalahan

Dalam Penyakit Tuberkulosis Paru.. 8: 73 -79.

Merlin. 2012. Studi Kualitas Udara Mikrobiologi dengan Parameter Jamur pada

Ruangan Pasien Rumah Sakit (Studi Kasus: Ruang Rawat Inap Gedung A

Page 77: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

62

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Ciptomangunkusumo). Skripsi

FTUI. Depok.

Miller, Hung. F, Dillon. 2005. Field Guide for the Determination of Biological

Contaminants in Environmental Samples 2nd edition. AIHA.

NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health). 1989. Indoor Air

Quality. Selected References. Ohio.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Peavy, Howard S., Donald R. Rowe, Tchobanoglous G.1985. Environmental

Engineering. McGraw-Hill Inc. New York.

Pelczar, J. Michael, E.C.S. Chan. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1.

Penerjemah Ratna Siri Hadioetomo. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999. Mengenai Pengendalian Pencemaran

Udara.

Pollard, S.J.T., Edwards, R.A., Fleet, G.H., Wootton, M. 2006. Bioaerosol

releases from compost facilities: evaluating passive and active source

terms at green waste facility for improved risk assesment. Atmospheric

Environment. 40: 1159-1169.

Pudjiastuti, L., Rendra, S., Santosa, H.R. 1998. Kualitas Udara dalam Ruang.

Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Setyaningsih, Y. Soebijanto, Soedirman. 2003. Hubungan antara kualitas udara

dalam ruangan berpendingin sentral dan Sick Building Syndrome. Sains

Kesehatan, 16(3): 373-388.

Sjamsuridzal, W. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia.

Jakarta.

Spengler, J., Samet, J.M., McCarthy, F. 2001. Indoor Air Quality. McGraw-Hill.

New York.

Srikandi, F. 1993. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Page 78: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

63

Sudarmanto, R. 2005. Analisis Linier Ganda dengan SPSS. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Sukamto, T. 2010. Pemeriksaan Jamur Bilasan Bronkus pada Penderita

Tuberkulosis Paru. Skripsi FKUSU. Sumatra Utara.

Sulistiowati. 2001. Hubungan antara Kualitas Fisik dan Mikrobiologi Udara

dalam Ruang dengan Kejadian SBS. Depok.

Tavora, L.G., W. Gambale, E.M. Heins, G.L. Arriagada, A. Levin. 2003.Compara

tive Performance of Two Air Sampler for Monitoring Airborne Fungal.

Brazillian Journal of Medical and Biological Research. 36: 613-616.

Trinanda, N.G. 2011. Analisis Kualitas Udara Mikrobiologi di Fasilitas

Pengomposan dan Wilayah Sekitarnya. (Studi Kasus : UPS Jalan Jawa,

Depok. Skrpsi FTUI. Depok.

Wuryanti. 2008. Pengaruh Penambahan Biotin Pada Media Pertumbuhan

Terhadap Produksi Sel Aspergillus niger. Jurnal Kimia FMIPA UNDIP.

10(2) : 46-50.

WHO (World Health Organization). 2009. Guidelines for Indoor Air Quality:

Dampness and Mould. Europa.

Zaini, J. 2013. Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis. J Respir Indo. 33: 3.

Page 79: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

64

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis SPSS

1. Perbandingan Konsentrasi Jamur terhadap Puskesmas Perawatan dan

Non-Perawatan Tangerang Selatan

ANOVA

Konsentrasi

Sum of Squares df Mean Square F Sig,

Between Groups 11656,333 1 11656,333 0,263 0,619

Within Groups 442936,667 10 44293,667

Total 454593,000 11

H0 = Tidak ada pengaruh nyata konsentrasi jamur terhadap Puskesmas Perawatan

Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan.

H1 = Ada pengaruh nyata konsentrasi jamur terhadap Puskesmas Perawatan

Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat Tangerang Selatan.

Sig (0,619) > 0,05 maka H0 diterima

F hitung = 0,263 ; F tabel = df1, df2 : 1, 10 = 4,96

Fhitung < Ftabel : 0,263 < 4,96 maka H0 diterima

Deskripsi Konsentrasi

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval

for Mean

Min Max

Lower

Bound

Upper

Bound

Puskesmas

Perawatan 6 432,33 149,755 61,137 275,17 589,49 177 594

Puskesmas

Non-

Perawatan

6 494,67 257,217 105,008 224,73 764,60 297 989

Total 12 463,50 203,290 58,685 334,34 592,66 177 989

Page 80: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

65

2. Perbandingan Konsentrasi Jamur terhadap Faktor Fisik (Suhu,

Kelembaban Dan Intensitas Cahaya) dan Jumlah Orang

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig,

1

Regression 96687,233 4 24171,808 0,473 0,755b

Residual 357905,767 7 51129,395

Total 454593,000 11

a, Dependent Variable: Konsentrasi

b, Predictors: (Constant), Jumlah_Orang, Suhu, Kelembaban, Intensitas_Cahaya

H0 = Tidak ada pengaruh nyata konsentrasi jamur terhadap faktor fisik (suhu,

kelembaban dan intensitas cahaya) dan jumlah orang.

H1 = Ada pengaruh nyata konsentrasi jamur terhadap faktor fisik (suhu,

kelembaban dan intensitas cahaya) dan jumlah orang.

Sig (0, 755) > 0,05 maka H0 diterima

F hitung = 0,473 ; F tabel = df1, df2 : 4, 7 = 4,12

Fhitung < Ftabel : 0,473 < 4,12 maka H0 diterima

3. Nilai Pengaruh Faktor Fisik (Suhu, Kelembaban Dan Intensitas Cahaya)

dan Jumlah Orang terhadap Konsentrasi Jamur

R Square 0,213 x 100% = 21,3 %, Berarti = 21,3 % dipengaruhi faktor fisik,

78,7% dipengaruhi faktor lain

R = 0,461 yang berarti korelasi sedang.

Model Summaryb

Model R R

Square

Adjuste

d R

Square

Std, Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change

df1 df2 Sig, F

Change

1 0,461a 0,213 -0,237 226,118 0,213 0,473 4 7 0,755

a, Predictors: (Constant), Jumlah_Orang, Suhu, Kelembaban, Intensitas_Cahaya

b, Dependent Variable: Konsentrasi

Page 81: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

66

4. Analisis Regresi Linear Berganda

Koefisiena

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig,

B Std, Error Beta

1

(Constant) -335,511 2866,947 -0,117 0,910

Suhu 7,959 69,562 0,060 0,114 0,912

Kelembaban 10,848 15,805 0,381 0,686 0,515

Intensitas_Cahaya -16,148 24,938 -0,365 -0,648 0,538

Jumlah_Orang 1,347 1,668 0,543 -0,807 0,446

a, Dependent Variable: Konsentrasi

Persamaan regresi Y = -335,511 + 7,959 X1 + 10,848 X2 – 16,148 X3 + 1,347 X4

5. Analisis Nilai Korelasi Konsentrasi Jamur terhadap Faktor Fisik (Suhu,

Kelembaban Dan Intensitas Cahaya) dan Jumlah Orang

Korelasi

Konsentrasi Suhu Kelembaban Intensitas

_Cahaya

Jumlah

_Orang

Konsentrasi

Pearson Correlation 1 -0,309 0,312 -0,203 0,071

Sig. (2-tailed) 0,329 0,323 0,527 0,827

N 12 12 12 12 12

Suhu

Pearson Correlation -0,309 1 -0,423 0,087 0,325

Sig. (2-tailed) 0,329 0,170 0,788 0,303

N 12 12 12 12 12

Kelembaban

Pearson Correlation 0,312 -0,423 1 -0,620 0,496

Sig. (2-tailed) 0,323 0,170 0,032 0,101

N 12 12 12 12 12

Intensitas_Cahaya

Pearson Correlation -0,203 0,087 -0,620* 1 0,723

Sig. (2-tailed) 0,527 0,788 0,032 0,008

N 12 12 12 12 12

Jumlah_Orang

Pearson Correlation -0,071 0,325 0,496 -0,723 1

Sig. (2-tailed) 0,827 0,303 0,101 0,008

N 12 12 12 12 12

Page 82: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

67

5.1 Analisis Nilai Korelasi Konsentrasi Jamur terhadap Suhu

H0: Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan suhu,

H1: Ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan suhu,

Sig 2 tailed 0,329 > 0,05 tidak ada hubungan signifikan (p > 0,05) (H0 diterima)

Besarnya hubungan -0,309 (tidak mendekati 1),

5.2 Analisis Nilai Korelasi Konsentrasi Jamur terhadap Kelembaban

H0: Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan

kelembaban,

H1: Ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan kelembaban,

Sig 2 tailed 0,323 > 0,05 tidak ada hubungan signifikan (p > 0,05) (H0 diterima)

Besarnya hubungan 0,312 (tidak mendekati 1),

5.3 Analisis Nilai Korelasi Konsentrasi Jamur terhadap Intensitas Cahaya

H0: Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan

intensitas cahaya,

H1: Ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan intensitas

cahaya,

Sig 2 tailed 0,527 > 0,05 tidak ada hubungan signifikan (p > 0,05) (H0 diterima)

Besarnya hubungan -0,203 (tidak mendekati 1),

Page 83: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

68

5.4 Analisis Nilai Korelasi Konsentrasi Jamur terhadap Jumlah Orang

H0: Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan jumlah

orang

H1: Ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi jamur dengan jumlah orang

Sig 2 tailed 0,827 > 0,05 tidak ada hubungan signifikan (p > 0,05) (H0 diterima)

Besarnya hubungan 0,071 (tidak mendekati 1)

6. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Konsentrasi Suhu Kelembaban Intensitas

_Cahaya

Jumlah

_Orang

N 12 12 12 12 12

Normal

Parametersa,b

Mean 463,50 30,025 81,983 4,394 191,83

Std. Deviation 203,290 1,5398 7,1366 4,5891 81,894

Most Extreme

Differences

Absolute 0,205 0,199 0,260 0,225 0,252

Positive 0,205 0,199 0,260 0,225 0,252

Negative -0,123 -0,195 -0,160 -0,186 -0,165

Kolmogorov-Smirnov Z 0,711 0,689 0,900 0,778 0,874

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,694 0,729 0,392 0,580 0,430

a. Distribusi data normal

Sig > 0,05 = Distribusi data normal.

Nilai sig konsentrasi (0,694), suhu (0,729), Intensitas cahaya (0,580) dan jumlah

orang (0,430) > 0,05, sehingga dapat dikatakan data yang diolah merupakan data

berdistribusi normal.

Page 84: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

69

Berdasarkan kurva di atas dapat dilihat bahwa data menyebar disekitar kurva

dengan mengikuti model regresi, sehingga dapat dikatakan data yang diolah

merupakan data berdistribusi normal.

Page 85: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

70

Lampiran 2. Foto Kondisi Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-

Perawatan Ciputat Tangerang Selatan

Kondisi pada ruang tunggu Puskesmas

Perawatan

Kondisi penuh dan sesak pada ruang

tunggu Puskesmas Non-Perawatan

Titik sampling pada ruang tunggu Puskesmas

Perawatan

Titik sampling pada ruang tunggu

Puskesmas Non-Perawatan

Tempat sampah pada ruang tunggu Puskesmas

Perawatan

Kipas angin yang menyala pada ruang

tunggu Puskesmas Non-Perawatan

Page 86: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

71

Pengukuran faktor fisik (suhu dan

kelembaban)

Kipas angin yang tidak menyala pada

ruang tunggu Puskesmas Non-Perawatan

Pengukuran laju udara pada pompa vakum

Cahaya dari lampu yang menyala pada

ruang tunggu Puskesmas Non-Perawatan

Keset dapat menjadi tempat pertumbuhan

jamur

Pertumbuhan jamur pada langit-langit

ruang tunggu Puskesmas Non-Perawatan

Page 87: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

72

Lampiran 3. Hasil Pengamatan Konsentrasi Jamur di Ruang Tunggu

Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat

Puskesmas Titik Sampel Konsentrasi (CFU/m3)

Perawatan

1.1 594

1.2 459

1.3 530

1.4 346

1.5 177

1.6 488

Non-Perawatan

2.1 466

2.2 516

2.3 396

2.4 989

2.5 297

2.6 304

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Faktor Fisik Udara Dan Jumlah Orang Pada

Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan dan Non-Perawatan

Puskesmas Titik

Sampel

Konsentrasi

(CFU/m3)

Suhu

(0C)

Kelembaban

(%)

Intensitas

cahaya

(KLx)

Jumlah

Orang

Dalam

Ruangan

Perawatan

1.1 594 29,4 78,1 11,3 136

1.2 459 29,2 77,8 4,23 136

1.3 530 28,1 76,8 7,3 112

1.4 346 28,5 78,6 4 112

1.5 177 31,7 75,7 13,8 115

1.6 488 32,3 72,8 6,5 115

Non-Perawatan

2.1 466 28,7 93,5 0,4 249

2.2 516 29,9 88,7 3,9 249

2.3 396 28,7 93,5 0,4 214

2.4 989 29,9 88,7 0,3 214

2.5 297 31,8 80,3 0,3 325

2.6 304 32,1 79,3 0,3 325

Page 88: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

73

Lampiran 5. Foto Koloni Jamur setelah di Inkubasi selama Tiga Hari

5.1 Koloni Jamur Udara pada Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan

1.1 : Titik sampel 1

1.2 : Titik sampel 2

1.3 : Titik sampel 3

1.4 : Titik sampel 4

1.5 : Titik sampel 5

1.6 : Titik sampel 6

Page 89: KUALITAS UDARA PADA RUANG TUNGGU PUSKESMAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kualitas udara pada ruang tunggu puskesmas perawatan ciputat timur dan non-perawatan

74

5.2 Koloni Jamur Udara pada Ruang Tunggu Puskesmas Non-Perawatan

2.1 : Titik sampel 1

2.2 : Titik sampel 2

2.3: Titik sampel 3

2.4 : Titik sampel 4

2.5 : Titik sampel 5

2.6 : Titik sampel 6