kualitas keluarga dan pengaruhnya bagi anak...
TRANSCRIPT
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
085860582014 bem.rema.upi.edu [email protected]
KUALITAS KELUARGA DAN PENGARUHNYA BAGI ANAK
BEM REMA UPI
A. Pendahuluan
Anak adalah penerus bangsa ini, dimana masa depan bisa saja berubah menjadi lebh baik
oleh karya dan kerja keras anak bangsa. Jumlah anak di Indonesia saja tergolong sangat banyak.
Berdasarkan survei penduduk antar sensus (SUPAS) 2015 jumlah penduduk Indonesia pada
2019 diproyeksikan mencapai 266,91 juta jiwa. Menurut jenis kelamin, jumlah tersebut terdiri
atas 134 juta jiwa laki-laki dan 132,89 juta jiwa perempuan. Populasi anak di Indonesia dari
umur 0 sampai 14 bahkan mencapai lebih dari 80 juta jiwa, sehingga menjadi hal yang wajib
bagi kita semua untuk mengembangkan potensi anak bangsa.
Diagram 1.1 Jumlah Penduduk di Indonesia (data hasil SUPAS)
Ada beberapa pengertian anak dari berbagai ahli, sumber, dan perspektif. Secara umum,
anak dapat diartikan sebagai suatu keturunan atau generasi sebagai hasil dari hubungan kedua
orang tua. Dari sisi Undang-Undang, tepatnya pada Undang-Undang No 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia dinyatakan bahwa anak adalah setiap manusia yang berusia di
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
085860582014 bem.rema.upi.edu [email protected]
bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam
kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya. Menurut Syafei (2002: 45), setiap
anak lahir ke dunia ini dengan membawa potensi dasar, yaitu berupa nilai-nilai kehidupan yang
akan menjadi pendorong untuk dapat bertahan hidup di masyarakat, disertai potensi lainnya
yaitu berupa multiple intelligences. Potensi- potensi tersebut dapat dikembangkan secara
optimal pada masa usia dini, yaitu pada usia nol sampai delapan tahun yang merupakan masa
golden age. Dalam usia inilah seorang anak mencapai titik puncak untuk menerima segala
respon yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya.
Potensi tersebut dapat dikembangkan jika anak mendapatkan pendidikan dan lingkungan
yang baik. Pendidikan pertama dan pendidikan terbaik untuk anak bisa didapatkan dari
keluarganya masing masing. Setiap anggota keluarga memiliki hak, kewajiban, dan perannya
masing-masing. Peran keluarga sangatlah penting bagi pertumbuhan fisik maupun psikis anak,
karena keluarga adalah pendidikan pertama dan salah satu sumber pendidikan terpenting bagi
anak, terutama dalam pengembangan kepribadian dan pola pikir yang baik sehingga anak
mampu menghadapi dunia luar nantinya. Kondisi keluarga yang bahagia merupakan suatu hal
yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Hal tersebut
bisa dicapai melalui perawatan, perlakuan, dan pendidikan yang baik dari orang tua serta
anggota keluarga lainnya.
Keluarga bisa menjadi tempat untuk anak bertumbuh dan berkembang dengan baik, namun
pada kenyataannya terdapat beberapa keluarga yang tidak mencontohkan atau memberikan
pendidikan dan perlakuan yang baik bagi anak mereka. Menurut surat kabar harian Kompas,
Kamis 23 Mei 2002, kekerasan domestik atau kekerasan yang terjadi di dalam lingkungan
keluarga menduduki porsi terbesar dalam kasus kekerasan yang menimpa anak-anak pada
rentang usia 3-6 tahun. Sebanyak 80% kekerasan yang menimpa anak-anak dilakukan oleh
keluarga mereka, 10% terjadi di lingkungan pendidikan, dan sisanya orang tak dikenal.
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
085860582014 bem.rema.upi.edu [email protected]
Diagram 1.2 Presentase Tingkat Kekerasan Anak
Setiap bulannya terdapat 30 kasus kekerasan yang diadukan oleh korbannya kepada
lembaga konseling Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia. Sebanyak 60% merupakan korban
kekerasan ringan, berupa kekerasan verbal atau caci maki, sedangkan 40% sisanya mengalami
kekerasan fisik hingga seksual. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa pelaku kekerasan anak
terbesar berasal dari keluarga mereka sendiri.
Tindakan pendisiplinan maupun bukan yang berbentuk kekerasan adalah salah satu
masalah yang tidak asing di masyarakat, khususnya kekerasan pada anak. Tanpa kita sadari
kekerasan pada anak atau child abuse sering terjadi di sekitar kita dan bisa terjadi di jalan, pusat
perdagangan, bahkan di rumah mereka sendiri. Karena itu, tulisan ini bertujuan untuk
menyadarkan peran keluarga dalam pemenuhan hak anak.
B. Hukum Yang Berlaku/Landasan
Kekerasan pada anak tentu bukanlah hal yang baik bagi anak. Kekerasan akan memberikan
dampak fisik dan psikologis bagi anak. Perlu adanya aplikasi dari aturan atau hukum mengenai
anak yang harus diterapkan di masyarkat. Terdapat beberapa hukum yang menjelaskan berbai
peran anak, hak dan kewajiban anak, sampai kepada perlindungan anak. Beberapa pengertian
80%
10%
10%
Persentase Tingkat Kekerasan Anak
Keluarga Lingkungan Pendidikan Orang Tidak Dikenal
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
085860582014 bem.rema.upi.edu [email protected]
yang ditetapkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Bab 1 Ketentuan umum Pasal 1
yaitu:
1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan;
2. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi;
3. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau
suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga
sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga;
4. Orang tua adalah ayah dan atau ibu kandung, atau ayah dan atau ibu tiri, atau ayah dan
atau ibu angkat
5. Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan
dipenuhi oleh yang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara.
Selain itu, secara khusus dalam Pasal 66 Undang-Undang 39 Tahun 1999 tentang hak anak-
anak yang dirampas kebebasannya, yakni meliputi:
a. Hak untuk tidak dijatuhi hukuman mati atau hukuman
b. seumur hidup.
c. Hak untuk mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan
d. dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan pribadi
e. sesuai dengan usianya dan harus dipisahkan dari orang
f. dewasa, kecuali demi kepentingannya.
g. Hak untuk memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya
h. secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang
i. berlaku.
j. Hak untuk membela diri dan memperoleh keadilan di depan
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
085860582014 bem.rema.upi.edu [email protected]
Hak-hak tersebut haruslah didapat oleh anak. Sebagai orang tua yang tentunya lebih dekat
dengan anak, haruslah memenuhi kewajibannya dalam memenuhi hak anak. Kewajiban dan
tanggung jawab keluarga atau orang tua dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak bagian keempat pasal 26 yaitu:
1. Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh memelihara,
mendidik, dan melindungi anak. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan
kemampuan, bakat, dan minatnya. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-
anak.
2. Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya,atau karena suatu
sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya, maka kewajiban
dan tanggung jawab sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dapat beralih kepada
keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan
yang berlaku.
Undang-Undang tentang anak dan hak anak juga telah diperbaharui sebagaimana tertulis
dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014. Pada pasal 9, dijelaskan mengenaik hak-hak anak
sebagai berikut:
(1) Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat.
(1a) Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari
kejahatan seksual dan Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan,
sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.
(2) Selain mendapatkan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (1a),
Anak Penyandang Disabilitas berhak memperoleh pendidikan luar biasa dan Anak yang
memiliki keunggulan berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Pasal tersebut sudah sangat menjelaskan dan menjabarkan tentang hak apa saja yang harus
didapatkan oleh anak. Selain itu ada juga pasal yang menjelaskan tentang perlindungan anak
yang dijelaskan di pasal 15.
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
085860582014 bem.rema.upi.edu [email protected]
Setiap Anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari:
a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur Kekerasan;
e. pelibatan dalam peperangan; dan
f. kejahatan seksual.
C. Kasus Pelanggaran Hak Anak di Indonesia
Telah tertulis bahwa ada beberapa hukum yang ditetapkan di Indonesia mengenai hak dan
kewajiban anak, hak dan kewajiban orang tua, serta sanksi yang ada bila aspek aspek yang ada
di undang undang tersebut dilanggar. Apakah hal tersebut cukup untuk meniadakan atau hanya
sekedar mengurang kasus pelanggaran hak anak di Indonesia? Jawabannya tidak. Pelanggaran
hak anak masih marak terjadi di Indonesia walaupun sudah banyak hukum yang berlaku.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima laporan 24 kasus di sektor pendidikan
dengan korban dan pelaku anak pada bulan Januari sampai dengan 13 Februari 2019.
KPAI mencatat ada 8 kasus anak korban kebijakan terjadi selama 4 bulan pertama 2019.
Ada juga korban pengeroyokan 3 kasus, kekerasan fisik 8 kasus, kekerasan seksual 3 kasus, 12
kasus kekerasan psikis dan bullying, dan kasus anak membully guru sebanyak 4 kasus. Ketua
KPAI Susanto memaparkan temuan berasal dari laporan yang diterima lembaganya lewat divisi
pengaduan, hasil pengawasan, serta kasus-kasus yang informasinya menyebar di media sosial
dan pemberitaan media massa. Susanto mencatat KPAI menemukan 25 kasus pelanggaran hak
anak di tingkat SD, 5 kasus di tingkat SMP, 6 kasus di tingkat SMA, dan 1 kasus di Perguruan
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
085860582014 bem.rema.upi.edu [email protected]
Tinggi. Susanto mencatat beberapa kasus kekerasan seksual bahkan masih banyak terjadi di
SD. Misalnya, di Malang, 20 siswi menjadi korban pelecehan seksual guru honorer. Hal
tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa pelanggaran HAM dapat terjadi dimana saja, bahkan
di tempat yang menurut orang tua paling aman untuk anak, karena itu senantiasa orang tua
harus berperan aktif dalam melindungi anak mereka dimanapun mereka berada dan dalam
kegiatan apapun yang mereka lakukan.
D. Penyebab Pelanggaran HAM Pada Anak
Pelanggaran HAM dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, khususnya pada anak.
Penyebabnya pun bisa bermacam macam, seperti dari keluarga ataupun lingkungan sekolah.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi.
1. Masalah Internal Keluarga
Masalah keluarga yang ada dapat memberkan dampak psikis bagi seluruh anggota keluarga
tersebut. Keluarga-keluarga yang berpotensi rentan untuk melakukan kekerasan yang ada
di masyarakat diantaranya adalah keluarga yang berpisah, memiliki keluarga baru,
memiliki anak diluar perkawinan dan keluarga yang mengalami tekanan ekonomi dan
sosial. Contohnya seperti pada perceraian. Perceraian yang pada masa perkawinannya
memiliki anak pastilah akan membicarakan tentang hak asuh anak dan kebutuhan lainnya.
Dan jika adanya perkawinan baru dari salah satu orang tua, tentunya anak harus mampu
beradaptasi dengan orang tua barunya. Jika anak tak mampu beradaptasi, akan ada potensi
menyebabkan kekerasan dari orang tua baru kepada anak. Selain itu masalah-masalah yang
sedang dihadapi orang tua sering dilampiaskan kepada anak. Oleh karenanya, masyarakat
perlu memperhatikan kondisi sosial dan kesehatan mental para orang tua disekitarnya
sehingga dapat melakukan upaya pencegahan jika ada tanda-tanda kekerasan disekitarnya.
2. Kurangnya Penerapan Hukum
Berbagai Undang-Undang telah diterapkan demi mengurangi tingkat pelanggaran Hak
Asasi bagi anak, Dalam Undang-Undang No. 35 tahhun 2014 juga dijelaskan tentang anak,
peran anak, hak anak, perlindungan anak, sampai ke sanksi yang ada jika hak anak
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
085860582014 bem.rema.upi.edu [email protected]
terlanggar. Penerapan hukum yang kurang tentunya tidak akan memberikan efek jera bagi
pelaku. Selain dari penegakkan hukum yang harus lebih tegas, perlunya juga diadakan
penyuluhan atau pemberian informasi bagi masyarakan mengenai hukum-hukum yang
berlaku sehingga memberikan efek takut bagi para pelaku pelanggaran hak asasi anak.
3. Pendisiplinan Anak yang Berlebihan
Orang tua mempunyai cara mereka masing-masing untuk mendisiplinkan anak. Tetapi
tidak semua orang tua memiliki cara mendisiplinkan yang baik. Orang tua bisa saja frustasi
kepada hal hal yang dilakukan oleh anaknya, biasanya anak-anak rewel, aktifitas mereka
berlebihan, tidak menurut perintah, sampai merusak barang-barang. Hal tersebut bisa
menjadi pemicu kekerasan orang tua terhadap anak. Terkadang ada orang tua yang
melakukan kekerasan demi anak nya diam. Seperti contohnya pada kasus pembunuhan
terhadap PN (9 tahun) yang mayatnya ditemukan di kawasan Jembatan Sahabat, Kalideres,
Jakarta Barat pada Jumat (2/10/2015) lalu merupakan salah satu dari sekian kasus
kekerasan terhadap anak yang berujung kematian. Selain itu masih juga banyak terdapat
kasus kekerasan anak yang berujung kematian.
Mendisiplinkan anak memang tidak salah, tetapi cara pendisiplinannya harus diperhatikan
agar tidak memberikan dampak buruk bagi anak, contoh pendisiplinan yang baik bisa
berbentuk dengan penasehatan orang tua kepada anak atau dengan memberikan hukuman
ringan seperti harus belajar atau hukuman yang tidak akan memberik dampak fisik dan
psikis yang buruk bagi anak.
Banyak faktor yang dapat memicu pelanggaran hak asasi anak. Sebagai orang tua
sangatlah penting untuk senantiasa melindungi dan memenuhi hak anak mereka. Pendisiplinan
bagi anak memang bukanlah hal yang salah, tetapi caranyalah yang harus diperhatikan. Selain
dari cara membimbing anak, dengan selalu mengaari anak tentang kebaikan dan mendekatkan
anak kepada Tuhan Yang Maha Esa, kekerasan dan pelanggaran hak anak lainnya tidak akan
terjadi.
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
085860582014 bem.rema.upi.edu [email protected]
E. Fungsi Keluarga
Bila seoarang anak dibesarkan melalui cara-cara kasar, maka ia akan menjadi
pemberontak. Akan tetapi, bila seoarang anak dibesarkan pada kelaurga yang penuh cinta
kasih sayang, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi cemerlang yang memiliki budi pekerti
luhur. Keluarga sebagai tempat bernaung, merupakan wadah penempatan karakter individu.
Kondisi keluarga di Indonesia tidak semuanya mempunyai kualitas yang memadai untuk dapat
memenuhi hak dan memberikan perlindungan kepada anak. Banyak keluarga yang belum
memahami peran, tugas dan kewajiban sebagai orang tua untuk memenuhi hak anak-anaknya.
Karena itu demi mencegah kekerasan pada anak perlu adanya informasi atau perbaikan peran
pada orang tua demi mewujudkan hak anaknya. Peran orang tua yang baik tidak hanya
mencegah adanya kekerasan, tetapi juga bisa menciptakan karakter yang baik bagi anak.
Ada berbagai pendapat para ahli tentang peran dan fungsi keluarga yang baik. Menurut
Kingsley Davis dalam Murdianto (2003) menyebutkan bahwa funsi keluarga ialah :
a. Reproduction, yaitu menggantikan apa yang telah habis atau hilang untuk
kelestarian sistem sosial yang bersangkutan.
b. Manitance, yaitu perawatan dan pengasuhan anak hingga mereka memapu berdiri
sendiri.
c. Placement, memberi posisi sosial kepada setiap anggotanya baik itu posisi sebagai
kepala rumah tangga maupun anggota rumah tangga, ataupun posisi-posisi lainnya.
d. Sosialization, pendidikan serta pewarisan nilai-nilai sosial sehingga anak-anak
kemudian dapat diterima dengan wajar sebagai anggota masayarakat.
e. Economics, mencukupi kebutuhan akan barang dan jasa dengan jalan produksi,
distribusi dan konsumsi yang dilakukan di antara anggota keluarga.
f. Care of the ages, perawatan bagi anggota keluarga yang telah lanjut usianya.
g. Political center, memberikan posisi politik dalam masyarakat tempat tinggal.
h. Phisical protection, memberikan perlindungan fisik terutama berupa sandang,
pangan dan perumahan bagi anggotanya.
Peran keluarga sangatlah penting, terutama peran orang tua dalam kehidupan anak. Sangatlah
penting bagi orang tua untuk selalu berupaya menjadi orang tua yang dapat membawa anaknya
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
085860582014 bem.rema.upi.edu [email protected]
menjadi pribadi yang lebih baik. Ada pula beberapa peran yang bisa dilakukan orang tua dalam
kehidupan sehari hari:
1). Menjadi Guru dan Teman
Guru tak hanya ditemukan di sekolah, mereka yang bisa mengajar orang lain merupakan
guru. Namun, ada guru yang dianggap baik karena mengajarkan hal baik atau justru sebaliknya.
Peran pengajar pertama yang baik bagi anak tentu akan membantu anak untuk mengetahui
dunia luar. Keluarga lah yang akan menjelaskan baik anak cara bersikap yang baik, bertutur
kata, hingga mnegajarai tentang apa yang akan mereka hadapi di luar nanti. Selain menjadi
guru, menjadi teman yang baik juga salah satu peran yang harus diterapkan oleh orang tua.
Dari situ orang tua bisa mengarkan anak cara berteman yang baik seperti berkomunikasi sampai
bersikap kepada orang lain.
2). Menjadi Hakim dan Pengawa Utama Anak
Selain menjadi teman atau guru, keluarga juga bisa menjadi seorang hakim bagi anak
tersebut. Hakim disini dimaksudkan bahwa orang tua harus mengajarkan anak apa hal yang
benar dan salah, terutama jika anak berbuat salah, orang tua harus menjadi hakim yang baik
agar anak bisa belajar dari kesalahan mereka dan tidak mengulanginya lagi.
Sebagai keluarga, mengawasi merupakan fungsi utama dari keluarga untuk anak. Dimana
pengawasan merupakan hal utama yang harus dilakukan bahkan sampai anak sudah menjadi
dewasa, bahkan hingga anak sudah siap melepas diri atau mandiri. Orang tua harus mampu
mengawas apa saja yang dilakukan oleh anak sehingga kegiatan yang dilakukan anak dapat
terjaga dengan baik.
3). Mengontrol dan Mengatur Waktu Anak
Mengontrol dan mengatur anak-anak mungkin menjadi hal buruk bagi sebagian orang,
namun kontrol diharuskan dalam pendidikan. Memang hal tersebut adalah peranan keluarga
yang dilakukan sejak awal. Sejak dini anak-anak harus diatur dan didisplinkan untuk bisa
mengatur waktu dengan baik, sehingga besar nanti mereka akan terbiasa dengan hal yang
teratur. Hal ini bisa menjadi salah satu aspek pendidikan yang baik untuk anak.
4). Merangkul Anak
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
085860582014 bem.rema.upi.edu [email protected]
Merangkul anak mungkin terdengar mudah, namun kenyataanya bahkan hingga anak
dewasa dan telah meninggalkan keluarga inti untuk menikah. Banyak keluarga yang tidak bisa
saling merangkul. Terutama jika mereka terbentur masalah keluarga seperti merawat orang tua
atau masalah warisan dan harta.
Kasih sayang merupakan salah satu hal yang bisa diajarkan pada anak oleh pihak keluarga,
terutama keluarga inti seperti ayah, ibu dan kakak atau adik. Merangkul anak menjadi peranan
besar yang dibutuhkan anak dari keluarga. Mereka yang tidak tahu dunia luar, pasti
membutuhkan rangkulan keluarga. Karena itu, sebagai orang tua sangatlah penting untuk selalu
hadir dalam hidup anak sehingga anak tidak merasa kesepian dan anak bisa terawasi dengan
baik.
F. Kesimpulan
Kunci keberhasilan itu adalah pendidikan, letak keberhasilan Indonesia berada pada
pundak generasi penerus bangsa yakni anak Indonesia. Pendidikan bagi anak bisa didapatkan
dimana saja, contohnya bisa didapatkan di keluarga yang merupakan pendidikan pertama bagi
anak. Peran keluarga dalam pendidikan anak merupakan faktor yang sangat penting bagi
pertumbuhan anak, baik itu fisik maupun psikis. Walaupun demikian, tidak semua keluarga
memerankan perannya dengan baik dalam melindungi anak.
Pelanggaran hak anak masih marak terjadi di Indonesia walaupun sudah banyak hukum
yang berlaku. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima laporan 24 kasus di
sektor pendidikan dengan korban dan pelaku anak pada bulan Januari sampai dengan 13
Februari 2019. KPAI mencatat ada 8 kasus anak korban kebijakan terjadi selama 4 bulan
pertama 2019. Ada juga korban pengeroyokan 3 kasus, kekerasan fisik 8 kasus, kekerasan
seksual 3 kasus, 12 kasus kekerasan psikis dan bullying, dan kasus anak membully guru
sebanyak 4 kasus. Data tersebut menunjukkan bahwa kekerasan anak masih marak terjadi di
masyarakat.
Kurangnya penegakan hukum juga menjadi salah satu faktor mengapa pelanggaran hak
anak banyak terjadi. Karena itu, diperlukannya ada penegakan undang-undang yang telah ada,
sehingga pelanggaran hukum yang menimpa anak bisa dicegah. Undang-Undang No.35 Tahun
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
085860582014 bem.rema.upi.edu [email protected]
2014 sudah menjelaskan dengan terperinci mengenai peran anak, hak dan kewajiban anak,
hingga sanksi apa saja yang menimpa pelaku pelanggaran undang-undang tersebut.
Peran keluarga yang baik sangatlah penting bagi tumbuh kembang fisik dan psikis anak.
Bila seorang anak dibesarkan melalui cara-cara kasar, maka ia akan menjadi pemberontak.
Akan tetapi, bila seoarang anak dibesarkan pada keluarga yang penuh cinta kasih sayang,
maka ia akan tumbuh menjadi pribadi cemerlang yang memiliki budi pekerti luhur. Ada
beberapa peran orang tua yang harus diterapkan demi mencapai hal tersebut, seperti menjadi
guru pertama dan teman bagi anak, selalu hadir dalam segala kegiatan anak, serta senantiasa
memberikan nasihat yang berguna bagi anak. Kasih sayang merupakan hal yang sangat berarti
bagi anak. Hal tersebut memang terdengar mudah, tetapi menjadi orang tua yang baik tidak
semudah itu. Maka dari itu, peran keluarga yang baik harus selalu diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari keluarga. Selamat Hari Anak Nasional!
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
085860582014 bem.rema.upi.edu [email protected]
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Putra, Alfian. 2019. KPAI: 24 Kasus Anak di Sekolah pada Awal 2019 Didominasi Kekerasan.
Diakses melalui https://tirto.id/kpai-24-kasus-anak-di-sekolah-pada-awal-2019-
didominasi-kekerasan-dg8o (diakses pada 20 Juli 2019)
infoDATIN. Mardina, Reno. 2018. Kekerasan Terhadap Anak dan Remaja. Diakses melalui
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/Kekerasan-
terhadap-anak.pdf (diakses pada 20 Juli 2019)
Maradewa, Rega. 2019. Catatan KPAI di Hardiknas: Kasus Anak Bully Guru Meningkat
Drastis. Diakses melalui http://www.kpai.go.id/berita/catatan-kpai-di-hardiknas-kasus-
anak-bully-guru-meningkat-drastis (diakses pada 20 Juli 2019)
Dyah, Ni Wayan, dan Suto. 2015. Peran Keluarga Sangat Penting dalam Pendidikan Mental,
Karakter Anak serta Budi Pekerti Anak. Diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/316925595_Peran_Keluarga_Sangat_Pentin
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
085860582014 bem.rema.upi.edu [email protected]
g_dalam_Pendidikan_Mental_Karakter_Anak_serta_Budi_Pekerti_Anak (diakses
pada 20 Juli 2019)
Katadata. 2019. Jumlah Penduduk Indonesia 2019 Mencapai 267 Juta Jiwa. Diakses melalui
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/01/04/jumlah-penduduk-indonesia-
2019-mencapai-267-juta-jiwa (diakses pada 21 Juli 2019)