kromium

14

Click here to load reader

Upload: yudha-simbolon

Post on 14-Aug-2015

51 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

penjelasan tentang krom dan pelapisan krom

TRANSCRIPT

Page 1: KROMIUM

KROMIUM ( Cr )

Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium trivalen (Cr(III), atau Cr3+) diperlukan dalam jumlah kecil dalam metabolisme gula pada manusia. Kekurangan kromium trivalen dapat menyebabkan penyakit yang disebut penyakit kekurangan kromium (chromium deficiency). Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor. Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat.

Sifat – sifat kromium

Merupakan logam pasif berwarna putih perak dan lembek jika dalam keadaan murninya.

Tahan terhadap korosi karena reaksi dengan udara menghasilkan Cr2O3 yang bersifat nonpori

Warna oksidanya berbeda – beda tergantung jenis dan jumlah atom yang diikatnya.

Titik leleh : 1900 C

Titik didih : 2690 C

Mempunyai tingkat oksidasi +3, +2, +6

CrO2 bersifat konduktor dan magnetic

Tahan terhadap panas

Kegunaan kromium

1. Pelapis baja atau logam

2. Sebagai fungsi dekoratif

3. Merupakan bahan paduan yang menjadikan baja bersifat keras dan kuat

4. Cr(OH)SO4 bereaksi dengan kolagen menjadikan kulit bersifat liat, lentur dan tahan terhadap kerusakan biologis

5. Bahan paduan steinless steel ( yang biasa berisi kromium dan sedikit nikel ) digunakan pada industry alat – alat dapur

6. Logam paduan tanpa besi ( Ni dan Cr ), digunakan untuk berbagai peralatan tahan panas karena bersifat bukan konduktor

7. CrO3 yang berwarna coklat gelap, bersifat konduktor listrik yang tinggi dan bersifat magnetic, digunakan pada pita rekaman

Page 2: KROMIUM

8. CrO3,PbCr4, digunakan sebagai pewarna cat dan gelas

9. Na2CrO7 sebagai oksidan dalam industry kimia

Sumber dan Ekstraksi

Sumber kromium diantaranya dari biji kromit ( FeCrO4 ), krokoit ( PbCrO4 ), dan oker kroma ( Cr2O3 )

Berdasarkan penggunaannya, ekstraksi kromium dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Sebagai paduan ferokrom

2. Sebagai logam murni kromium

Langkah – langkah ekstraksinya :

1.Sebagai ferokrom Dibuat dari reduksi kromit dengan batu bara coke dalam tanur listrik. Ferokrom

dengan kandungan C rendah dapat diperoleh dari reduksi kromit dengan menggunakan ferosilikon, sebagai ganti batu bara coke. Hasil paduan Fe-Cr dapat digunakan langsung sebagai bahan paduan baja kromium steinless. Reaksi :

FeCr2O4 + C 2 Cr3+ + Fe3+ + 4 CO2.Sebagai logamnya

Bijih kromit dalam lelehan alkali karbonat dioksida dalam udara untuk memperoleh Na2CrO4

FeCrO4 + Na2CO3 + O2 2Na2CrO4 + 2 CO2 + Fe Na2CrO4 yang terbentuk kemudian diluluhkan dan dilarutkan dalam air yang

dilanjutkan dengan pengendapan sebagai Na2CrO4

2Na2CrO4 + H2O Na2Cr2O4 + 2 NaOH Na2Cr2O4 ( dikromat ) kemudian direduksi dengan menggunakan karbon

sehimgga terbentuk oksidanya, Cr2O3

Na2Cr2O4 + 2C Cr2O3 + Na2CO3 + CO Cr2O3 dengan Al melalui proses aluminatenik atau silikon dihasilkan logam

kromium murni.Cr2O3 + 2Al 2Cr + Al2O3

2Cr2O3 + 3Si 4Cr + 3Si2O2

Senyawa Oksida 1. Oksida Kromium

Cr2O3 dapat diperoleh dari komposisi thermal NH3- kromat( NH4 )2Cr2O7 Cr2O3 + N3 + 4H2O

Oksida kromium paling stabil mengadsorbsi cerendum, digunakan sebagai pegmen hijau dan bersifat semi konduktor dan anti feromagnetik dibawah 350C

1. Kromium ( IV ) oksida CrO2

CrO3 + H2 CrO2 + H2O2. Kromium ( VI ) oksida CrO3

K2Cr2O2 + H2SO4 CrO3 + K2SO4 + H2O

Page 3: KROMIUM

Kromium ( VI ) oksida mengadsorbsi struktur rantai unit tetrahedral CrO4

yang bersekutu pada salah satu titik sudutnya. Kromium trioksida sangat bersifat asam dan dengan basa menghasilkan CrO4

2- Penurunan PH dengan menambahkan asam kedalam larutan kromat, pada

mulanya mengakibatkan kondensasi unit – unit tetrahedron CrO4 menjadi ion dikromat Cr2O7

3- dan kondensasi lanjut menghasilkan endapan CrO3, persamaan reaksi kromat ( kuning ) dengan dikromat ( merah orange ), yaitu :2 CrO4

2- + 2 H2O- Cr2O73- + 3 H2O

Garam kromium Garam kromium ( II ) – kromo dalam larutan

Ion yang paling sederhana dalam bentuk krom dalam larutan adalah ion heksaaquokrom(III) - [Cr(H2O)6]3+.Keasaman ion heksaaquo. Biasanya dengan ion 3+, ion heksaaquokrom(III) agak asam dengan pH pada larutan tertentu antara 2 -3. Ion bereaksi dengan molekul air dalam larutan. Ion hidrogen terlepas dari salah satu ligan molekul air: Ion kompleks berperan sebagai asam dengan memberikan ion hidrogen kepada molekul air dalam larutan. Air, sudah tentu, berperan sebagai basa yang menerima ion hidrogen. Karena keberadaan air ada berasal dari dua sumber yang berbeda cukup membingungkan (dari ligan dan larutan), maka lebih mudah menyederhanakannya seperti berikut ini:

Akan tetapi, jika kamu menuliskannya seperti ini, harus diingat bahwa ion hidrogen tidak terletak pada ion kompleks. Ion hidrogen tertarik oleh molekul air dalam larutan. Sewaktu-waktu kamu dapat menulis "H+

(aq)" yang dimaksud sebenarnya adalah ion hidroksonium, H3O+

Reaksi pertukaran ligan yang melibatkan ion klorida dan ion sulfatWarna ion heksaaquokrom(III) sulit untuk dilukiskan karena berwarna ungu-biru-abu.

Akan tetapi, ketika diproduksi melalui reaksi dalam tabung reaksi, ion ini berwarna hijau. Kita selalu menggambarkan ion hijau sebagai Cr3+

(aq) - secara tidak langsung ion heksaaquokrom(III). Hal ini sebenarnya adalah suatu penyederhanaan. Apa yang terjadi jika salah satu atau lebih ligan molekul air dapat digantikan oleh ion negatif yang dalam larutan ? khususnya sulfat atau klorida.Penggantian air oleh ion sulfat

Dapat melakukan hal ini secara sederhana dengan memanaskan larutan krom(III) sulfat. Satu molekul air digantikan oleh ion sulfat. Perhatikan perubahan muatan pada ion. Dua muatan positif dibatalkan oleh keberadaan dua muatan negatif pada ion sulfat.

Penggantian air oleh ion klorida

Pada saat adanya ion klorida (sebagai contoh dengan krom(III) klorida), warna yang biasanya dapat dilihat adalah hijau. Hal ini terjadi ketika dua molekul air digantikan oleh ion klorida untuk menghasilkan ion tetraaquodiklorokrom(III) - [Cr(H2O)4Cl2]+. Sekali lagi, perhatikan bahwa penggantian molekul air oleh ion klorida mengubah muatan pada ion.

Reaksi ion heksaaquokrom(III) dengan ion hidroksida

Ion hidroksida (dari, katakanlah, larutan natrium hidroksida, NaOH) dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air kemudian didempetkan pada ion krom. Sekali waktu ion hidrogen dapat dihilangkan dari tiga molekul air, kamu akan memperoleh kompleks yang tidak bermuatan - komplek netral. Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan endapan terbentuk. Tetapi proses tidak berhenti sampai disini. Ion hidrogen yang lebih

Page 4: KROMIUM

benyak akan dihilangkan untuk menghasilkan ion seperti [Cr(H2O)2(OH)4]- dan [Cr(OH)6]3-. Sebagai contoh: Endapan larut kembali karena ion tersebut larut dalam air.

Reaksi ion heksaaquokrom(III) dengan larutan ammonia

Amonia dapat berperan sebagai basa maupun sebagai ligan. Dengan jumlah amonia yang sedikit, ion hidrogen tertarik oleh ion heksaaquo seperti pada kasus ion hidroksida untuk menghasilkan kompleks netral yang sama. Endapan tersebut larut secara luas jika kamu menambahkan amonia berlebih (terutama jika amonianya pekat). Amonia menggantikan air sebagai ligan untuk menghasilkan ion heksaaminkrom(III)

Reaksi ion heksaaquokrom(III) dengan ion karbonat

Jika kamu menambahkan larutan natrium karbonat pada larutan ion heksaaquokrom(III), kamu akan memperoleh endapan yang sama jika kamu menambahkan larutan natrium hidroksida atau larutan amonia. Pada saat seperti ini, ion karbonat ion yang menghilangkan ion hidrogen dari ion heksaaquo dan menghasilkan kompleks netral. Berdasarkan pada proporsi ion karbonat dan ion heksaaqua, kamu akan memperoleh salah satu diantara ion hidrogenkarbonat atau gas karbon dioksida dari reaksi antara ion hidrogen dan ion karbonat. Persamaan hasil bagi menunjukkan lebih memungkinkan terjadinya pembentukan karbon dioksida. Selain karbon dioksida, tidak terjadi sesuatu yang baru pada reaksi ini.

Oksidasi krom(III) menjadi krom(VI)

Sebagai akibat dari penambahan larutan natrium hidroksida pada ion heksaaquokrom(III) menghasilkan larutan ion heksahidroksokromat(III) yang berwarna hijau. Larutan ion heksahidroksokromat(III) yang berwarna hijau kemudian di oksidasi dengan memanaskan larutan tersebut dengan larutan hidrogen peroksida. Setelah itu kamu akan memperoleh larutan berwarna kuning terang yang mengandung ion kromat(VI).

Beberapa sifat kimia krom(VI)

Kesetimbangan kromat(VI)-dikromat(VI)

Kamu mungkin lebih terbiasa dengan ion dikromat(VI) yang berwarna jingga, Cr2O72-,

dibandingkan dengan ion kromat(VI) yang berwarna kuning, CrO42-. Perubahan antara

keduanya adalah sesuatu hal yang mudah. Jika kamu menambahkan asam sulfat encer pada larutan yang berwarna kuning maka larutan tersebut akan berubah menjadi berwarna jingga. Jika kamu menambahkan natrium hidroksida ke dalam larutan jingga maka larutan tersebut berubah menjadi kuning. Jika kamu menambahkan ion hidrogen berlebih, kesetimbangan bergeser ke kanan. Hal ini sesuai dengan prinsip Le Chatelier. Jika kamu menambahkan ion hidroksida, maka ion hidroksida akan bereaksi dengan ion hidrogen. Kesetimbangan cenderung ke arah kiri untuk menggantikannya.

Pembuatan kristal dikromat(VI)

Kristal kalium dikromat dapat dibuat dengan mengkombinasikan reaksi yang akan kita lihat pada halaman ini. Berawal dari sumber ion kromium(III) seperti larutan kromium klorida. Pada penambahakan larutan kalium hidroksida untuk menghasilkan endapan hijau-

Page 5: KROMIUM

biru dan kemudian larutan hijau tua yang mengandung ion [Cr(OH)6]3- Hal ini akan dijelaskan dengan lebih mendalam pada halaman berikutnya. Harap diperhatikan harus menggunakan kalium hidroksida. Jika menggunakan natrium hidroksida, maka akan berakhir dengan pembentukan natrium dikromat(VI). Sekarang oksidasi larutan ini dengan cara memanaskannya dengan menggunakan larutan hidrogen peroksida. Larutan berubah menjadi kuning menunjukkan pembentukan kalium kromat(VI). Semua yang berada pada bagian sebelah kiri mengubah larutan kalium kromat(VI berwarna kuning menjadi larutan kalium dikromat(VI) yang berwarna jingga hal ini terjadi dengan penambahan asam. Sayangnya terdapat sebuah masalah. Kalium dikromat akan bereaksi dengan kelebihan hidrogen peroksida kemudian selanjutnya memberikan prakarsa pada pembentukan larutan biru tua yang tidak stabil dan sejak itu terbentuk ion kromium(III) lagi! Untuk memecahkan masalah ini, kamu terlebih dahulu harus menghilangkan kelebihan hidrogen peroksida.

Hal ini dapat dilakukan dengan mendidihkan larutan. Hidrogen peroksida terdekomposisi pada pemanasan dengan menghasilkan air dan oksigen. Larutan dididihkan sampai tidak terbentuk lagi gelembung gas oksigen yang dihasilkan. Larutan dipanaskan lebih lanjut untuk memekatkannya, dan kemudian asam etanoat pekat ditambahkan untuk mengasamkannya. Kristal kalium dikromat yang berwarna jingga terbentuk melalui proses pendinginan.

Reduksi ion dikromat(VI) dengan seng dan asam

Ion dikromat(VI) (sebagai contoh, pada larutan kalium dikromat(VI)) dapat di reduksi menjadi ion krom(III) dan kemudian menjadi ion krom(II) dengan menggunakan seng dan salah satu diantara asam sulfat encer atau asam klorida. Hidrogen dihasilkan dari reaksi antara seng dengan asam. Hidrogen harus dibiarkan keluar, tetapi kamu perlu untuk tetap menjaga agar udara tidak terlibat dalam reaksi. Oksigen di udara me-re-oksidasi krom(II) menjadi krom(III) dengan cepat. Suatu hal yang mudah untuk meletakkan sedikit kapas mentah pada bagian atas labu (atau tabung reaksi) selama kamu mengunakannya. Hal ini dilakukan untuk menyediakan jalan keluar bagi hidrogen, tetapi menghentikan udara yang mengalir berlawanan dengan aliran hidrogen. Alasan untuk membubuhkan tanda kutip pada ion krom(III) adalah untuk penyederhanaan. Khuluk yang pasti yang dimiliki oleh ion kompleks akan tergantung pada asam yang kamu gunakan pada proses reduksi. Hal ini sudah didiskusikan pada bagian awal halaman ini.

Penggunaan kalium dikromat(VI) sebagai agen pengoksidasi pada kimia organik

Larutan Kalium dikromat(VI) yang diasamkan dengan asam sulfat encer biasa digunakan sebagai agen pengoksidasi pada kimia organik. Hal ini beralasan karena larutan kalium dikromat(VI) yang diasamkan dengan asam sulfat encer merupakan agen pengoksidasi yang kuat disamping memiliki kekuatan yang mampu menjadikan senyawa organik menjadi terpotong-potong! (larutan kalium manganat(VII) juga memberikan kecenderungan yang sama).

Larutan Kalium dikromat(VI) yang diasamkan dengan asam sulfat encer digunakan untuk:

Mengoksidasi alkohol sekunder menjadi keton; Mengoksidasi alkohol primer menjadi aldehid;

Page 6: KROMIUM

Mengoksidasi alkohol primer menjadi asam karboksilat;

Sebagai contoh, dengan etanol (alkohol promer), kamu dapat memperoleh salah satu antara etanal (aldehid) atau asam etanoat (asam karboksilat) tergantung pada kondisinya.

Jika kelebihan alkohol, dan kamu mendetilasi aldehid yang terbentuk, kamu akan memperoleh etanal sebagai produk utama.

Jika kelebihan agen pengoksidasi, dan kamu tidak membiarkan bagi produk untuk keluar, sebagai contoh, dengan pemanasan campuran dibawah refluk (pemanasan labu dengan menempatkan kondensor secara vertikal pada leher labu) - kamu akan memperoleh asam etanoat.

Dalam kimia organik, persamaan tersebut sering kali disederhanakan untuk proses pemekatan yang terjadi pada molekul organik. Sebagai contoh, dua yang terakhir dapat ditulis: Oksigen ditulis dengan kurung kuadrat hanya memberikan arti oksigen berasal dari agen pengoksidasi†�

Penggunaan reaksi yang sama untuk membuat kristal krom alum

Dapat menemukan krom alum dalam berbagai nama yang berbeda

Krom alum

Kalium krom(III) sulfat Krom(III) kalium sulfat Krom(III) kalium sulfat-12-air Krom(III) kalium sulfat dodekahidratchrome alum

dan beragai variasi yang lain yang juga akan ditemukan berbagai variasi rumus kimia krom alum. Sebagai contoh:

CrK(SO4)2,12H2O Cr2(SO4)3,K2SO4,24H2O K2SO4,Cr2(SO4)3,24H2O

Krom alum dikenal dengan double salt (garam ganda). Jika kamu mencampurkan larutan kalium sulfat dan krom(III) sulfat yang memiliki konsentrasi molar yang sama, larutan akan dikira hanya seperti sebuah campuran. Pencampuran ini memberikan reaksi ion krom(III), ion kalium, dan ion sulfat.

Akan tetapi, jika mengkristalkannya, untuk memperoleh campuran kristal kalium sulfat dan krom(III) sulfat, larutan akan mengkristal sebagai kristal yang berwarna ungu tua. Itulah krom alum. Kristal krom alum dapat dibuat dengan mereduksi larutan kalium dikromat(VI) yang telah diasamkan dengan menggunakan etanol, dan kemudian kristalisasi larutan yang dihasilkan. Dengan asumsi dapat mengunakan kelebihan etanol, produk organik utama yang akan diperoleh adalah etanal - dan kita perhatikan persamaan di bawah ini: Persamaan ionik jelas tidak mengandung ion spektator, kalium dan sulfat.

Page 7: KROMIUM

Penggunaaan kalium dikromat(VI) sebagai agen pengoksidasi dalam titrasi

Kalium dikromat(VI) seringkali digunakan untuk menentukan konsentrasi ion besi(II) dalam larutan. Hal ini dilakukan sebagai alternatif penggunaan larutan kalium permanganat(VII).

keuntungan dan kerugian dalam penggunaan kalium dikromat(VI).

Keuntungan:

Kalium dikromat(VI) dapat digunakan sebagai standar primer. Hal ini berarti bahwa kalium dikromat(VI) dapat dijadikan sebagai larutan stabil yang konsentrasinya diketahui dengan tepat. Hal ini tidak terjadi pada kalium permanganat(VII).

Kalium dikromat(VI) dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan ion klorida (selama ion klorida tidak berada pada konsentrasi yang sangat tinggi).

Kalium manganat(VII) mengoksidasi ion klorida menjadi klorin; kalium dikromat(VI) tidak benar-benar cukup kuat sebagai agen pengoksidasi. Hal ini berarti bahwa kamu tidak akan mendapatkan reaksi yang tidak diinginkan dengan larutan kalium dikromat(VI).

Kerugian:

Kerugian yang paling utama adalah pada perubahan warna. Titrasi kalium manganat(VII) menunjukkan dirinya sendiri. Ketika menyertakan larutan kalium manganat(VII) pada reaksi, larutan menjadi tidak berwarna.

Jika menambahkannya terlalu banyak, larutan menjadi merah muda dan telah melewati titik akhir. Sayangnya larutan kalium dikromat(VI) berubah menjadi hijau pada saat kamu memasukkannya ke dalam reaksi, dan disana tidak ada jalan yang memungkinkan untuk mendeteksi perubahan warna ketika menuangkan larutan jingga berlebih pada larutan berwarna hijau yang kuat.

Dengan larutan kalium dikromat(VI) dapat menggunakan indikator terpisah, dikenal dengan redox indicator. Warna berubah melalui kehadiran agen pengoksidasi.Berikut beberapa contoh indikator - seperti difenil sulfonat. Indikator memberikan warna ungu-biru dengan adanya larutan kalium dikromat(VI) yang berlebih. Akan tetapi, warna menjadi lebih sulit diinterpretasikan dengan munculnya warna hijau yang kuat. Titik akhir titrasi kalium dikromat(VI) tidak mudah untuk dilihat seperti titik akhir kalium manganat(VII).

Tes untuk ion kromat(VI) dalam larutan

Secara khusus, kamu dapat perhatikan pada larutan yang mengandung natrium, kalium atau amonium kromat(VI). Sebagian besar kromat sangat larut; beberapa diantaranya dapat kita golongkan tidak larut. Warna larutan kuning terang menunjukkan bahwa larutan tersebut bermanfaat untuk tes ion kromat.

Page 8: KROMIUM

Tes dengan penambahan asam

Jika menambahkan beberapa larutan asam sulfat encer pada larutan yang mengandung ion kromat(VI), perubahan warna berubah menjadi jingga ion dikromat(VI). Kita tidak dapat dapat menggunakan tes ini sebagai tes untuk ion kromat(VI), walau bagaimanapun. Ini mungkin terjadi bahwa kamu memiliki larutan yang mengandung indikator asam-basa yang memiliki perubahan warna yang sama.

Tes dengan penambahan larutan klorida (atau nitrat)

Ion kromat(VI) dapat memberikan endapan kuning barium kromat(VI).

Tes dengan penambahan larutan klorida (atau nitrat)

Ion kromat(VI) dapat memberikan endapan kuning barium kromat(VI).

Tes dengan penambahan larutan klorida (atau nitrat)

Ion kromat(VI) dapat memberikan endapan kuning barium kromat(VI).

Logam krom dan keberadaannya.

Logam krom merupakan logam golongan transisi, diketemukan di alam sebagai bijih terutama kromit (Fe(CrO2)2). Krom merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr(II) sampai Cr(VI). Krom bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum dijumpai di alam, dan dalam material biologis krom selalu berbentuk valensi tiga, karena krom valensi enam merupakan salah satu material organik pengoksidasi yang tinggi (Suhendrayatna 2001).

Krom valensi tiga memiliki sifat racun yang rendah dibandingkan dengan valensi enam. Pada bahan makanan dan tumbuhan mobilitas krom relatif rendah dan diperkirakan konsumsi harian komponen ini pada manusia dibawah 100 ˇg, kebanyakan berasal dari makanan, sedangkan dari air dan udara dalam tingkat yang rendah. Dalam perairan, krom berada pada bilangan oksidasi +2, +3, dan +6, dan hanya +6 merupakan tingkat oksidasi yang paling dominan. Ion kromos (Cr2+) merupakan krom tingkat oksidasi +2, bersifat tidak stabil, dan jumlahnya relative Log C Log x/m 12 sedikit. Cr2+ dengan cepat teroksidasi ke tingkat oksidasi +3 yang lebih stabil dalam lingkungan aerobik. Di samping itu, sebagai Cr(OH)2, Cr2+ akan mengendap dalam air pada pH mendekati 6. Dengan demikian krom tingkat oksidasi +3 dan +6 lebih banyak berperan dalam lingkungan perairan (Bert,1982). Senyawa Cr(III) dan Cr(VI) sering dipakai untuk bahan pelapis logam lain agar lebih tahan korosi dan kelihatan lebih baik. Selain itu senyawa Cr(III) dan Cr(VI) juga dipakai sebagai bahan pembuatan cat, pewarna tekstil dan lain-lain. Dalam zat warna tekstil jenis Grey Lanaset G mengandung krom (III) sebesar 2,5 % sebagai senyawa kompleks organologam (Blanques et al. 2004). Krom (VI) lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan dengan Cr(III). Namun, setelah di dalam tubuh Cr(VI) segera mengalami reduksi menjadi Cr(III) (ATSDR, 2000). Keterdapatan Cr(III) dalam tubuh dapat menyebabkan kanker paru-paru.

Senyawa krom dalam bentuk Cr2(SO4)3 banyak digunakan dalam aplikas komersial termasuk penyamakan kulit, pengawetan kayu, dan produksi pigmen. Hampir 90% industri penyamakan kulit menggunakan krom trivalen dalam proses penyamakan karena efektif,

Page 9: KROMIUM

murah, dan tersedia di pasaran. Menurut Tutem et al. (2001), selama proses produksi, krom dalam jumlah besar dibuang ke atmosfir, tanah, dan air. Oleh karena itu, limbah penyamakan kulit diolah untuk memperoleh krom, sehingga krom dapat digunakan kembali pada proses penyamakan kulit.

Teknologi proses Ekstraksi membran Cair Emulsi untuk pengolahan krom dari limbah Elektroplating

Proses pelapisan logam dasar oleh logam krom secara listrik (electroplating) menghasilkan limbah cair yang mengandung krom(VI) dalam konsentrasi yang relatif tinggi, rata-rata antara 180 hingga 500 ppm. Mengingat krom(VI) termasuk bahan kimia yang berbahaya, keberadaannya di lingkungan perlu dicermati. Proses pengolahan konvensional yang telah diterapkan ialah cara kimia, dengan menambahkan garam besi(II) ke dalam limbah cair itu. Besi(II) teroksidasi menjadi besi(III) dan krom(VI) tereduksi menjadi krom(III). Selanjutnya, besi(III) dan krom(III) diendapkan sebagai hidroksidanya melalui penambahan basa. Cara ini dinilai tidak ekonomis mengingat garam besi(II) berharga mahal dan masih memerlukan tindak lanjut terhadap limbah padat hasil pemisahan tersebut.

Pemisahan krom(IV) secara membran cair emulsi akan dicobakan untuk mengatasi masalah tersebut. Membran cair emulsi dibuat dengan mendispersikan fase internal ke dalam fase membran. Pada kasus penanganan limbah cair proses electroplating, emulsi yang digunakan ialah jenis air dalam minyak atau lainnya. Fase membran mengandung surfaktan dan senyawa pengemban (carrier). Selanjutnya emulsi dikontakkan dengan fase umpan. Penelitian ini mempelajari berbagai kondisi yang mempengaruhi ekstraksi. Pembuatan emulsi dioptimasi dengan mempelajari parameter komposisi membran, nisbah volume fase organik terhadap fase internal, kecepatan pengadukan, dan lama pengadukan. Parameter ekstraksi yang dipelajari ialah nisbah volume fase umpan terhadap fase emulsi, kecepatan pengadukan, waktu kontak, dan komposisi fase internal.

Proses pemisahan ditempuh melalui 2 tahap, yakni tahap pembuatan emulsi dan tahap ekstraksi. Emulsi dibuat dengan mencampurkan fase organik dengan fase internal. Fase organik terdiri atas larutan surfaktan sorbitan monoo-leat (SPAN-80), senyawa pengemban yang dipelajari: trioktil amina (TOA), tridesil amina (TDA), di-2-etil heksil fosfat (D2EHPA), tributil fosfat (TBP), dan trioktil fosfin oksida (TOPO) dalam pelarut kerosen. Fase internal yang dipelajari ialah larutan NAOH, NA2CO3, NaCl, dan NaHCO3, dengan konsentrasi tertentu. Parameter yang dipelajari ialah komposisi fase organik, komposisi fase internal, kecepatan pengadukan, lama pengadukan, dan nisbah volume fase organik terhadap fase internal. Pengadukan kuat dilakukan dengan menggunakan Ultra Turrax T-50 dari Janbe and Kunkel Ikan Laboratecnek. Selanjutnya emulsi dikontakkan dengan fase umpan yang telah mengandung krom(VI). Pada tahap pertama, fase umpan merupakan larutan simulasi sedangkan pada tahap kedua, larutan umpan berupa limbah cair yang diperoleh dari industri electroplating di kawasan Bandung. Parameter ekstraksi yang dipelajari ialah nisbah volume fase umpan terhadap fase emulsi, waktu kontak, kecepatan pengadukan, dan komposisi fase umpan. Konsentrasi krom dalam limbah selama proses ekstraksi ditentukan dengan metode spektrofotometri serapan atom.