kromatografi preparatif

3
Kromatografi Lapis Tipis Fenomena yang terjadi pada KLT berdasarkan pada prinsip adsorpsi. Setelah sampel ditotolkan diatas fasa diam, senyawa- senyawa dalam sampel akan terelusi dengan kecepatan yang sangat bergantung pada sifat senyawa-senyawa tersebut (kemampuan terikat pada fasa diam dan kemampuan larut dalam fasa gerak), sifat fasa diam (kekuatan elektrostatis yang menarik senyawa diatas fasa diam) dan sifat fasa gerak (kemampuan melarutkan senyawa). Pada KLT secara umum senyawa-senyawa yang memiliki kepolaran rendah akan terelusi lebih cepat daripada senyawa-senyawa polar, karena senyawa polar terikat lebih kuat pada bahan silikan yang mengandung silanol (SiOH 2 ) yang pada dasarnya memiliki afinitas yang kuat terhadap senyawa polar (Kristanti dkk,2008). KLT Preparatif KLT Preparatif dapat digunakan untuk memisahkan bahan dalam jumlah gram, namun sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah milligram. Seperti halnya KLT secara umum, KLT preparatif juga melibatkan fase diam dan fase gerak. Dimana fase diamnya adalah sebuah plat dengan ukuran ketebalan bervariasi. Untuk jumlah sampel 10-100 mg, dapat dipisahkan mengunakan KLT preparatif dengan adsorben silika gel atau aluminium oksida dengan ukuran 20x20 cm dan tebal 1 mm. Jika tebalnya didua kalikan, maka banyaknya sampel yang dapat dipisahkan bertambah 50%, seperti halnya KLT biasa, adsorben yang paling umum digunakan pada KLT preparatif adalah silika gel. Sebelum ditotolkan pada plat KLT preparatif, sampel dilarutkan terlebih dahulu dalam sedikit pelarut. Pelarut yang baik adalah pelarut yang mudah menguap, misalnya n-heksana, diklorometana atau etil asetat. Karena jika pelarut yang digunakan tidak mudah menguap, maka akan terjadi pelebaran pita. Konsentrasi sampel juga sebaiknya hanya 5-10%, sampel yang ditotolkan harus berbentuk pita yang sesempit mungkin karena baik tidaknya pemisahan juga bergantung pada lebarnya pita (Kristanti, 2008). 1

Upload: arguar

Post on 09-Apr-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

FITOKIMIA

TRANSCRIPT

Page 1: KROMATOGRAFI PREPARATIF

Kromatografi Lapis Tipis

Fenomena yang terjadi pada KLT berdasarkan pada prinsip adsorpsi. Setelah sampel ditotolkan diatas fasa diam, senyawa-senyawa dalam sampel akan terelusi dengan kecepatan yang sangat bergantung pada sifat senyawa-senyawa tersebut (kemampuan terikat pada fasa diam dan kemampuan larut dalam fasa gerak), sifat fasa diam (kekuatan elektrostatis yang menarik senyawa diatas fasa diam) dan sifat fasa gerak (kemampuan melarutkan senyawa). Pada KLT secara umum senyawa-senyawa yang memiliki kepolaran rendah akan terelusi lebih cepat daripada senyawa-senyawa polar, karena senyawa polar terikat lebih kuat pada bahan silikan yang mengandung silanol (SiOH2) yang pada dasarnya memiliki afinitas yang kuat terhadap senyawa polar (Kristanti dkk,2008).

KLT Preparatif

KLT Preparatif dapat digunakan untuk memisahkan bahan dalam jumlah gram, namun sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah milligram. Seperti halnya KLT secara umum, KLT preparatif juga melibatkan fase diam dan fase gerak. Dimana fase diamnya adalah sebuah plat dengan ukuran ketebalan bervariasi. Untuk jumlah sampel 10-100 mg, dapat dipisahkan mengunakan KLT preparatif dengan adsorben silika gel atau aluminium oksida dengan ukuran 20x20 cm dan tebal 1 mm. Jika tebalnya didua kalikan, maka banyaknya sampel yang dapat dipisahkan bertambah 50%, seperti halnya KLT biasa, adsorben yang paling umum digunakan pada KLT preparatif adalah silika gel.

Sebelum ditotolkan pada plat KLT preparatif, sampel dilarutkan terlebih dahulu dalam sedikit pelarut. Pelarut yang baik adalah pelarut yang mudah menguap, misalnya n-heksana, diklorometana atau etil asetat. Karena jika pelarut yang digunakan tidak mudah menguap, maka akan terjadi pelebaran pita. Konsentrasi sampel juga sebaiknya hanya 5-10%, sampel yang ditotolkan harus berbentuk pita yang sesempit mungkin karena baik tidaknya pemisahan juga bergantung pada lebarnya pita (Kristanti, 2008).

Setelah plat KLT preparatif dielusi, pita yang kedudukannya telah diketahui dikerok dari plat. Selanjutnya senyawa harus diekstraksi dari adsorben dengan pelarut yang sesuai (5 ml pelarut untuk 1 gram adsorben), diupayakan menggunakan pelarut yang paling nonpolar. Harus diperhatikan bahwa makin lama senyawa kontak dengan adsorben, maka makin besar kemungkinan senyawa tersebut mengalami peruraian. Selanjutnya ekstrak yang diperoleh disaring menggunakan corong berkaca masir atau menggunakan membran.

Kelebihan dari penggunaan KLT preparatif adalah biaya yang digunakan murah dan memakai peralatan paling dasar. Sementara kekurangannya, kemungkinan adanya senyawa yang diambil dari plat adalah senyawa beracun, waktu yang diperlukan dalam proses pemisahan cukup panjang, adanya pencemar setelah proses ekstraksi senyawa dari adsorben dan biasanya rendemen yang diperoleh berkurang dari 40-50% dari bahan awal (Kristanti, 2008).

Kromatografi Kolom Vakum Cair

Tujuan dari kromatografi vakum cair adalah untuk memisahkan komponen senyawa yang terkandung dalam suatu ekstrak kedalam beberapa fraksi berdasarkan kepolaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengerjaan kromatografi kolom vakum cair meliputi :

1

Page 2: KROMATOGRAFI PREPARATIF

Biasanya jenis adsorben digunakan silika gel F60.

Adsorban ini cocok untuk fraksinasi senyawa yang terdapat pada ekstrak nonpolar atau semipolar, tetapi tidak cocok untuk komponen senyawa yang polar karena senyawa tersebut akan diikat kuat oleh adsorben.

Digunakan corong G3 dalam pembuatan kolom.

Corong ini diisi dengan adsorben sampai setinggi 2,5 cm, kemudian bagian luar corong diketuk-ketuk dengan jari sambil dihisap dengan pompa vakum dan permukaan diratakan

Pelarut yang digunakan adalah pelarut organik tertentu yang mudah menguap yaitu umumnya untuk ekstrak nonpolar digunakan eter minyak bumi, sedangkan untuk ekstrak polar digunakan metil klorida atau kloroform (Kusmardiyani dan Nawawi, 1992).

Pengelusian dan penampungan fraksi.

Pengelusian diawali dengan komposisi pelarut yang nonpolar, kemudian dilanjutkan komposisi pelarut berdasarkan yang meningkat. Jumlah pelarut yang digunakan setiap kali elusi harus dapat membasahi isi kolom (Kusmardiyani dan Nawawi, 1992).

2