kromatografi lapis tipis
TRANSCRIPT
1
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
A. Hari/ tanggal
Sabtu/ 03 Juli 2010
B. Tujuan
Untuk mengetahui instrument kromatografi lapis tipis (KLT).
C. Prinsip
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi,
yang ditentukan oleh fase diam (absorban) dan fase gerak (eluen), komponen
kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya,
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
D. Dasar Teori
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang
menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan
bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.
KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang
sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan
2
dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen
untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi
kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni
skala kecil.
Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat
kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah
senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi – pereaksi yang lebih reaktif
seperti asam sulfat.
Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk
identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan
dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai
jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang
ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih
kecil dari 1,0.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis
silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau
plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam
untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang
mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan
pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Pelaksanaan ini biasanya dalam
pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna atau
pemisahan dan isolasi pigmen tanaman yang berwarna hijau dan kuning.
3
1. Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan
pewarna yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.
Perhitungan nilai Rf
Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran,
pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi
senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak
yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna
masing-masing.
Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan
dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah
garis, sebelum mengalami proses penguapan.
Nilai Rf adalah karakteristik suatu komponen sehingga dapat
membedakan satu dengan lainnya.
Nilai Rf bergantung pada:
1. Konsentrasi
2. Temperatur
3. Kelembaban
4. Diameter bercak awal
4
Pengukuran berlangsung sebagai berikut:
Rf = jarak yang ditempuh oleh komponen
jarak yang ditempuh oleh pelarut
Gambar 1. Kromatogram
2. Mengidentifikasi senyawa-senyawa
Dimisalkan campuran asam amino yang ingin diketahui
senyawanya. Caranya: Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar
lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil yang serupa dari asam
amino yang telah diketahui juga ditempatkan pada disamping tetesan yang
akan diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam
pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar,
campuran adalah M dan asam amino yang telah diketahui ditandai 1-5.
Bagian kiri gambar menunjukkan lempengan setelah pelarut
hampir mencapai bagian atas dari lempengan. Bercak-bercak masih belum
5
tampak. Gambar kedua menunjukkan apa yang terjadi setelah lempengan
disemprotkan ninhidrin.
Tidak diperlukan menghitung nilai Rf karena anda dengan mudah
dapat membandingkan bercak-bercak pada campuran dengan bercak dari
asam amino yang telah diketahui melalui posisi dan warnanya.
Didapatkan campuran mengandung asam amino 1, 4 dan 5.
Gambar 2. Contoh KLT
Kromatografi lapis tipis pada subtansi tidak berwarna
1. Menggunakan pendarflour
Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki
substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran
flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika
menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar. Pendaran ini ditutupi
pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-
bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti
bahwa menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari
6
posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai
bidang kecil yang gelap.
Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, dan tandai posisi-
posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan pinsil dan melingkari
daerah bercak-bercak itu. Seketika anda mematikan sinar UV, bercak-
bercak tersebut tidak tampak kembali.
Gambar 3. KLT dengan UV light
2. Menggunakan bercak secara kimia
Untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan
mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang
berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan
dari campuran asam amino.
Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan
ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-
senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.
7
Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan
kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan
tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium. Uap iodium dalam
wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat
dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang
dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.
Fase diam-jel silica Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida
(silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur
kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon
berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan
Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari
permukaan silika.
Gambar 4. Ikatan hidrogen pada permukaan silika
Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai
disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-
dipol.. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium
oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa
8
yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk
alumina.
Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan
melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada
garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan
kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut.
Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas
pada lempengan, tergantung pada:
1. Kelarutan senyawa dalam pelarut. Tergantung pada besar atraksi antara
molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
2. Senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Tergantung pada
bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika.
Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada
jel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya hanya dapat mengambil
bagian interaksi van der Waals yang lemah. Kita mengatakan bahwa
senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan
merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada
permukaan.
Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama
dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak
hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan jel silika. Atraksi
antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting-hal ini
akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada
9
larutan keluar dari permukaan silika. Penyerapan pada kromatografi
lapis tipis bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari
molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang
kembali pada larutan dalam pelarut. Dengan jelas senyawa hanya dapat
bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut.
Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses
penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti
bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang
ditempuh ke atas lempengan. Bagaimanapun, hal ini memungkinkan
senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika anda membuat
kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu
dengan baik termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.
10
E. Alat dan Bahan
1. Corong pisah
2. Erlemeyer
3. Chamber
4. Kolom
5. Tip (penotol)
6. Statip
7. Sampel B21 dan B22
8. Hexan
9. Aseton
10. Na2SO4
11. Flotilin
12. Aquadest
13. Kertas saring
14. glasful
11
F. Cara Kerja
1. Sampel diekstraksi dengan menggunakan corong pisah.
2. Pindahkan ke dalam erlemeyer dan saring menggunakan kertas saring.
3. Siapkan kolom, tambahkan sedikit glasfull, larutan hexan, flotilin setinggi
10 cm dan Na2SO4 1cm.
4. Masukkan sampel dari erlemeyer ke dalam kolom.
5. Sampel yang benar-benar murni dievaporasi untuk menghilangkan sisa-
sisa pelarut yang mungkin masih terkandung dalam sampel.
6. Siapkan lempengan kromatografi buat garis awal bercak atau noda.
7. Totolkan bercak atau noda sampel dan standar.
8. Masukkan lempengan kedalam chamber yang berisi larutan hexan:aseton,
bercak atau noda tidak boleh terendam.
9. Tunggu sampai pelarut membasahi lempengan dan terbentuk spot.
10. Hitung jarak spot dan tentukan nilai Rf-nya.
12
Gambar 6. Chamber Gambar 7. Alat evaporasi
Gambar 8. Corong pisah
Gambar 9. Erlemeyer dengan kertas saring
Gambar 10. Lempengan
Gambar 11. Glasful
Gambar 12. Penambahan flotilin
Gambar 13. Penotolan sampel
13
G. Hasil Pengamatan
Diketahui Eluen : 14 cm
Spot B21 : 7,3 cm kuning
Spot B22 : 7,3 cm kuning
Std Melation : 7 cm kuning
Std diazinon : 7,3 cm kuning
Std Fention
11. kuning 2,3 cm
12. kuning-orange 3,3 cm
13. kuning 6,8 cm
Std Fenitrotion : -
Ditanyakan : Rf ?
Jawab : Rf = jarak yang ditempuh oleh komponen
jarak yang ditempuh oleh eluen
Rf B21 = 7,3/ 14 = 0,52
Rf B22 = 7,3/ 14 = 0,52
Rf std Malation = 7/ 14 = 0,50
Rf std diazinon = 7,3/ 14 = 0,52
Rf std Fention 1 = 2,3/ 14 = 0,16
Rf std Fention 2 = 3,3/ 14 = 0,23
Rf std Fention 3 = 6,8/ 14 = 0,48
14
H. Kesimpulan
Spot B21 dan B22 merupakan senyawa diazinon karena memiliki warna
dan tinggi yang sama yaitu kuning dengan nilai Rf=0,52.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Kromatografi Lapis Tipis. http://www.chem-istry. org/?sect=belajar
Kurniawan, Yahya. Pengaruh Jumlah Umpan Dan Laju Alir Eluen Pada Pemisahan
Sukrosa Dari Tetes Tebu Secara Kromatografi.
http://www.unej.ac.id/fakultas/mipa/jid/vol5no1/yahya.pdf
Anonim. Kromatografi. http://id.wikipedia.com/ Kromatograf.htm
Kantasubrata, Julia. (1993). Warta Kimia Analitik Edisi Juli. Situs Web Resmi
Pusat Penelitian Kimia LIPI