k_ref[1] kalai

7
2.1 Pemeriksaan Darah di Kedokteran Forensik Darah merupakan cairan sangat penting bagi manusia karena fungsinya sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya demi kepentingan hidup.Darah manusia selalunya berwarna merah di mana warnanya terang apabila penuh dengan oksigen dan berwarna tua ketika kekurangan oksigen. Pemeriksaan darah di bidang kedokteran forensik sebenarnya mempunyai berbagai kegunaan, antara yang utama untuk tujuan identifi kasi . Di bidang ini, identifikasi pemilik darah tersebut dilakukan dengan cara perbandingan dengan cak darah yang ditemukan di TKP pada obyek-obyek tertentu contohnya seperti senjata, meja, lantai atau pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan. Seterusnya, pemeriksaan darah juga bermanfaat dalam membantu kasus-kasus penculikan anak, bayi tertukar dan lain-lain.Dari bercakdarah yang dicurigai haruslah dibuktikan dahulu apakah bercak darahnya itu memang betulnya darah atau bukan dan apakah bercak tersebut berasal dari manusia atau hewan.Selain itu, juga harus dibedakan apakah darahnya darah menstruasi atau bukan serta golongan darahnya setelah dipastikan darah tersebut berasal dari manusia (Budiyanto,dkk,1997). Menurut Spalding (2000) ,pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah : 2.1.1 Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis ini dilakukan untuk melihat morfologi sel-sel darah merah. Cara ini tidak boleh dilakukan bila telah terjadi kerusakan pada sel-sel darah tersebut.Metodenya adaah darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca obyek.Kemudian, diteteskan satu tetes

Upload: muhammad-cholis-hidayat

Post on 02-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

K_ref[1] kala

TRANSCRIPT

Page 1: K_ref[1] kalai

2.1 Pemeriksaan Darah di Kedokteran Forensik

Darah merupakan cairan sangat penting bagi manusia karena fungsinya sebagai

alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya demi kepentingan hidup.Darah

manusia selalunya berwarna merah di mana warnanya terang apabila penuh dengan

oksigen dan berwarna tua ketika kekurangan oksigen.

Pemeriksaan darah di bidang kedokteran forensik sebenarnya mempunyai

berbagai kegunaan, antara yang utama untuk tujuan identifikasi. Di bidang ini,

identifikasi pemilik darah tersebut dilakukan dengan cara perbandingan dengan cak

darah yang ditemukan di TKP pada obyek-obyek tertentu contohnya seperti senjata,

meja, lantai atau pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku

kejahatan. Seterusnya, pemeriksaan darah juga bermanfaat dalam membantu kasus-

kasus penculikan anak, bayi tertukar dan lain-lain.Dari bercakdarah yang dicurigai

haruslah dibuktikan dahulu apakah bercak darahnya itu memang betulnya darah atau

bukan dan apakah bercak tersebut berasal dari manusia atau hewan.Selain itu, juga

harus dibedakan apakah darahnya darah menstruasi atau bukan serta golongan

darahnya setelah dipastikan darah tersebut berasal dari manusia (Budiyanto,dkk,1997).

Menurut Spalding (2000) ,pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat dilakukan

adalah :

2.1.1 Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopis ini dilakukan untuk melihat morfologi sel-sel darah

merah. Cara ini tidak boleh dilakukan bila telah terjadi kerusakan pada sel-sel darah

tersebut.Metodenya adaah darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada

kaca obyek.Kemudian, diteteskan satu tetes larutan garam faal di atasnya dan ditutup

dengan kaca penutup. Atau juga bisa dilakukan sediaan hapusan dengan pewarnaan

Wright atau Giemsa. Pemeriksaan mikroskopik kedua sediaan tersebut hanya dapat

menentukan kelas dan bukan spesies darah tersebut. Dengan sediaan apus dapat

terlihat sel-sel leukosit berinti banyak. Pada sel leukosit ini, diperhatikan adanya drum

stick yaitu satu benda berbentuk bulat/lonjong, kadang bertangkai di luar inti.Kemudian

dihitung berapa sel dari antara 50 atau 100 sel leukosit yang menujukkan adanya benda

tersebut.Bila terlihat adanya drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapat dipastikan

bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita.Sel darah merah kelas mamalia

berbentuk cakram dan tidak berinti, sedangkan kelas lainnya berbentuk oval atau elips

dan tidak berinti.

Page 2: K_ref[1] kalai

2.1.2 Pemeriksaan Kimiawi

Pemeriksaan kimiawi dapat dilakukan dan bermanfaat bila sel darah merah

sudah dalam keadaan rusak sehingga pemeriksaan mikroskopik tidak bermanfaat lagi.

i. Persiapan

Bercak darah yang menempel pada suatu obyek dapat dikerok dan selepas itu direndam

dalam larutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam fisiologis bila

menempel pada pakaian.

ii. Pemeriksaan Penyaringan Darah

Terdapat beberapa pemeriksaan penyaringan yang dapat dilaksanakan untuk

membedakan apakah bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena hanya yang

hasilnya positif saja yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Prinsip yang digunakan dalam pemeriksaan penyaringan ini adalah :

H2O2  H2O + On

Reagen  perubahan warna yang menunjukkan sudah teroksidasi

Pemeriksaan penyaringan yang sering dilakukan adalah melalui reaksi benzidine dan

reaksi fenoftalin. Larutan jenuh Kristal Benzidin dalam asetat glacial adalah reagen dalam

reaksi benzidine, sedangkan pada reaksi fenoftalin digunakan reagen yang dibuat dari

Fenolftalein 2g + 100 ml NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji – biji zink sehingga

terbentuk fenolftalein yang tidak berwarna.

Jika hasilnya positif, maka bisa dinyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah

sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Kalau hasilnya negatif pada kedua reaksi

tersebut, maka bisa dipastikan bahwa bercak tersebut bukan darah.

a. Reaksi Benzidine (Test Adler)

Pemeriksaan reaksi Benzidine atau Test Adler lebih sering digunakan

berbanding dengan tes tunggal pada identifikasi darah lainnya. Ini disebabkan oleh

tesnya itu merupakan pemeriksaan yang paling baik yang telah lama dilakukan.

Pemeriksaan ini sederhana, sangat sensitif dan cukup bermakna. Jika ternyata

hasilnya negatif maka dianggap tidak perlu untuk melakukan pemeriksaan lainnya

(Budiyanto,dkk,1997). Reagen yang digunakan adalah larutan jenuh Kristal benzidin

dalam asam asetat glacial. Cara pemeriksaan ini adalah dengan menggunakan

sepotong kertas saring yang digosokkan pada bercak yang dicurigai darah.

Page 3: K_ref[1] kalai

Kemudian diteteskan 1 tetes H202 20% dan 1 tetes reagen Benzidin di atas bercak

tersebut. Hasilnya ternyata positif jika pada reaksi Benzidin ini timbul warna biru gelap

pada kertas saring (Spalding, 2000).

b. Reaksi Fenoftalin (Kastle – Meyer Test)

Kebanyakan pemeriksaan identifikasi yang sekarang ini menggunakan fenoftalin.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Kastle (1901,1906), zat ini akan menghasilkan

warna merah jambu terang saat digunakan pada test identifikasi darah.

Prosedur pemeriksaan reaksi fenolftalin ini adalah dengan menggunakan sepotong

kertas saring yang digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung diteteskan

reagen fenolftalin. Hasilnya dikatakan positif bila ada timbulnya warna merah muda

pada kertas saring (Budiyanto,dkk, 1997)

iii. Pemeriksaan Penentu Darah Untuk Konfirmasi Darah

Bila didapatkan hasil bahwa suatu bercak merah tersebut adalah darah maka dapat

dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan penentuan darah berdasarkan

terdapatnya pigmen atau kristal hematin (hemin) dan hemokhromogen.

Terdapat empat jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memastikan bercak

darah tersebut benar berasal dari manusia, yaitu (Spalding, 2000) :

a. Pemeriksaan secara kimiawi

Terdapat tiga macam tes yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa yang

diperiksa itu bercak darah, atas dasar pembentukan kristal-kristal hemoglobin yang

dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan mikroskopik. Tes tersebut antara

lain reaksi Teichmann ,reaksi Takayama dan reaksi Wagenaar .

1. Reaksi Teichman (Tes kristal haemin)

Cara pemeriksaan :

- Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek.

- Ditambahkan 1 butir kristal NaCl dan 1 tetes asam asetat glasial

- Ditutup dengan kaca penutup.

Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal hemin HCL yang berbentuk

batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskop.

Page 4: K_ref[1] kalai

2. Reaksi Takayama (Tes kristal B Hemokromogen)

Reagen yang digunakan adalah 3 tetes piridin redistilatum, 3 tetes larutan glukosa

jenuh,3 tetes larutan Na OH 10 % dan 7 tetes akuades.

Cara pemeriksaan :

- Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek.

- 1 tetes reagen ditambahkan dan ditutup dengan kaca penutup

Hasil dinyatakan positif dengan tampaknya kristal halus berwarna merah jambu yang

terlihat dengan mikroskop.

Metode ini memupunyai kelebihannya di mana pemeriksaan dapat dilakukan dengan

efektif pada sampel atau bercak yang sudah lama dan juga dapat

memunculkan noda darah yang menempel pada baju. Selain itu tes ini juga

memunculkan hasil positif pada sampel yang mempunyai hasil negative pada reaksi

Teichmann.

3. Reaksi Wagenaar

Cara pemeriksaan :

-Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek.

-Sebutir pasir diletakkan sebagai pengganjal agar terdapat celah untuk penguapan

zat.

-Ditutup dengan kaca penutup

-Pada satu sisi diletakkan aseton dan pada sisi berlawanan diteteskan HCl encer

dan seterusnya dipanaskan.

Hasil positif dinyatakan bila terlihat kristal aseton hemin berbentuk

batang berwarna coklat.

b. Pemeriksaan secara serologi

Pemeriksaan serologi bermanfaat untuk menentukan spesies dan golongan

darah. Untuk itu dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human globulin)

serta terhadap protein hewan dan juga antisera terhadap golongan darah tertentu.

Prinsip pemeriksaan ini adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah)

dengan antibodi (antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi

aglutinasi. Antaranya adalah :

1. Tes Presipitin Cincin

Page 5: K_ref[1] kalai

Tes ini menggunakan cara pemusingan sederhana antara dua cairan di dalam

tube. Kedua cairan tersebut adalah antiserum dan ekstrak dari bercak darah yang

diminta untuk diperiksa.

Cara pemeriksaan dilakukan dengan menempatkan antiserum pada tabung kecil

dan sebagian kecil ekstrak bercak darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian

tepi antiserum. Kemudian, dibiarkan pada suhu ruang kurang lebih 1,5 jam.

Pemisahan antara antigen dan antibodi akan mulai berdifusi ke lapisan lain pada

perbatasan kedua cairan. Hasil akan menunjukkan lapisan tipis endapan atau

precipitate pada bagian antara dua larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan

dari manusia maka tidak akan muncul reaksi apapun.

2. Tes presipitasi dalam agar

Cara pemeriksaannya adalah gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai

bebas lemak, dilapisi dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras,

dibuat lubang pada agar dengan diameter kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh

lubang-lubang sejenis. Seterusnya, dimasukkan serum anti-globulin manusia ke

lubang di tengah dan ekstrak darah dengan berbagai derajat pengenceran di

lubang-lubang sekitarnya. Gelas obyek ini diletakkan dalam ruang lembab (moist

chamber) pada suhu ruang selama satu malam. Hasil dinyatakan positif jika

terdapat presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah dan lubang tepi.

Pembuatan agar buffer memerlukan1 gram agar, 50 ml larutan buffer Veronal pH

8.6, 50 ml akuades dan 100 mg sodium azide. Kesemuanya dimasukkan ke dalam

labu Erlenmeyer dan ditempatkan dalam penangas air mendidih sampai terbentuk

agar cair. Larutan ini disimpan dalam lemari es, yang bila akan digunakan dapat

dicairkan kembali dengan menempatkan labu di dalam air mendidih. Untuk

melapisi gelas obyek, diperlukan kurang lebih 3 ml agar cair yang dituangkan ke

atasnya dengan menggunakan pipet.