k_ref[1] kalai
DESCRIPTION
K_ref[1] kalaTRANSCRIPT
2.1 Pemeriksaan Darah di Kedokteran Forensik
Darah merupakan cairan sangat penting bagi manusia karena fungsinya sebagai
alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya demi kepentingan hidup.Darah
manusia selalunya berwarna merah di mana warnanya terang apabila penuh dengan
oksigen dan berwarna tua ketika kekurangan oksigen.
Pemeriksaan darah di bidang kedokteran forensik sebenarnya mempunyai
berbagai kegunaan, antara yang utama untuk tujuan identifikasi. Di bidang ini,
identifikasi pemilik darah tersebut dilakukan dengan cara perbandingan dengan cak
darah yang ditemukan di TKP pada obyek-obyek tertentu contohnya seperti senjata,
meja, lantai atau pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku
kejahatan. Seterusnya, pemeriksaan darah juga bermanfaat dalam membantu kasus-
kasus penculikan anak, bayi tertukar dan lain-lain.Dari bercakdarah yang dicurigai
haruslah dibuktikan dahulu apakah bercak darahnya itu memang betulnya darah atau
bukan dan apakah bercak tersebut berasal dari manusia atau hewan.Selain itu, juga
harus dibedakan apakah darahnya darah menstruasi atau bukan serta golongan
darahnya setelah dipastikan darah tersebut berasal dari manusia (Budiyanto,dkk,1997).
Menurut Spalding (2000) ,pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat dilakukan
adalah :
2.1.1 Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis ini dilakukan untuk melihat morfologi sel-sel darah
merah. Cara ini tidak boleh dilakukan bila telah terjadi kerusakan pada sel-sel darah
tersebut.Metodenya adaah darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada
kaca obyek.Kemudian, diteteskan satu tetes larutan garam faal di atasnya dan ditutup
dengan kaca penutup. Atau juga bisa dilakukan sediaan hapusan dengan pewarnaan
Wright atau Giemsa. Pemeriksaan mikroskopik kedua sediaan tersebut hanya dapat
menentukan kelas dan bukan spesies darah tersebut. Dengan sediaan apus dapat
terlihat sel-sel leukosit berinti banyak. Pada sel leukosit ini, diperhatikan adanya drum
stick yaitu satu benda berbentuk bulat/lonjong, kadang bertangkai di luar inti.Kemudian
dihitung berapa sel dari antara 50 atau 100 sel leukosit yang menujukkan adanya benda
tersebut.Bila terlihat adanya drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapat dipastikan
bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita.Sel darah merah kelas mamalia
berbentuk cakram dan tidak berinti, sedangkan kelas lainnya berbentuk oval atau elips
dan tidak berinti.
2.1.2 Pemeriksaan Kimiawi
Pemeriksaan kimiawi dapat dilakukan dan bermanfaat bila sel darah merah
sudah dalam keadaan rusak sehingga pemeriksaan mikroskopik tidak bermanfaat lagi.
i. Persiapan
Bercak darah yang menempel pada suatu obyek dapat dikerok dan selepas itu direndam
dalam larutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam fisiologis bila
menempel pada pakaian.
ii. Pemeriksaan Penyaringan Darah
Terdapat beberapa pemeriksaan penyaringan yang dapat dilaksanakan untuk
membedakan apakah bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena hanya yang
hasilnya positif saja yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Prinsip yang digunakan dalam pemeriksaan penyaringan ini adalah :
H2O2 H2O + On
Reagen perubahan warna yang menunjukkan sudah teroksidasi
Pemeriksaan penyaringan yang sering dilakukan adalah melalui reaksi benzidine dan
reaksi fenoftalin. Larutan jenuh Kristal Benzidin dalam asetat glacial adalah reagen dalam
reaksi benzidine, sedangkan pada reaksi fenoftalin digunakan reagen yang dibuat dari
Fenolftalein 2g + 100 ml NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji – biji zink sehingga
terbentuk fenolftalein yang tidak berwarna.
Jika hasilnya positif, maka bisa dinyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Kalau hasilnya negatif pada kedua reaksi
tersebut, maka bisa dipastikan bahwa bercak tersebut bukan darah.
a. Reaksi Benzidine (Test Adler)
Pemeriksaan reaksi Benzidine atau Test Adler lebih sering digunakan
berbanding dengan tes tunggal pada identifikasi darah lainnya. Ini disebabkan oleh
tesnya itu merupakan pemeriksaan yang paling baik yang telah lama dilakukan.
Pemeriksaan ini sederhana, sangat sensitif dan cukup bermakna. Jika ternyata
hasilnya negatif maka dianggap tidak perlu untuk melakukan pemeriksaan lainnya
(Budiyanto,dkk,1997). Reagen yang digunakan adalah larutan jenuh Kristal benzidin
dalam asam asetat glacial. Cara pemeriksaan ini adalah dengan menggunakan
sepotong kertas saring yang digosokkan pada bercak yang dicurigai darah.
Kemudian diteteskan 1 tetes H202 20% dan 1 tetes reagen Benzidin di atas bercak
tersebut. Hasilnya ternyata positif jika pada reaksi Benzidin ini timbul warna biru gelap
pada kertas saring (Spalding, 2000).
b. Reaksi Fenoftalin (Kastle – Meyer Test)
Kebanyakan pemeriksaan identifikasi yang sekarang ini menggunakan fenoftalin.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kastle (1901,1906), zat ini akan menghasilkan
warna merah jambu terang saat digunakan pada test identifikasi darah.
Prosedur pemeriksaan reaksi fenolftalin ini adalah dengan menggunakan sepotong
kertas saring yang digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung diteteskan
reagen fenolftalin. Hasilnya dikatakan positif bila ada timbulnya warna merah muda
pada kertas saring (Budiyanto,dkk, 1997)
iii. Pemeriksaan Penentu Darah Untuk Konfirmasi Darah
Bila didapatkan hasil bahwa suatu bercak merah tersebut adalah darah maka dapat
dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan penentuan darah berdasarkan
terdapatnya pigmen atau kristal hematin (hemin) dan hemokhromogen.
Terdapat empat jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memastikan bercak
darah tersebut benar berasal dari manusia, yaitu (Spalding, 2000) :
a. Pemeriksaan secara kimiawi
Terdapat tiga macam tes yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa yang
diperiksa itu bercak darah, atas dasar pembentukan kristal-kristal hemoglobin yang
dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan mikroskopik. Tes tersebut antara
lain reaksi Teichmann ,reaksi Takayama dan reaksi Wagenaar .
1. Reaksi Teichman (Tes kristal haemin)
Cara pemeriksaan :
- Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek.
- Ditambahkan 1 butir kristal NaCl dan 1 tetes asam asetat glasial
- Ditutup dengan kaca penutup.
Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal hemin HCL yang berbentuk
batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskop.
2. Reaksi Takayama (Tes kristal B Hemokromogen)
Reagen yang digunakan adalah 3 tetes piridin redistilatum, 3 tetes larutan glukosa
jenuh,3 tetes larutan Na OH 10 % dan 7 tetes akuades.
Cara pemeriksaan :
- Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek.
- 1 tetes reagen ditambahkan dan ditutup dengan kaca penutup
Hasil dinyatakan positif dengan tampaknya kristal halus berwarna merah jambu yang
terlihat dengan mikroskop.
Metode ini memupunyai kelebihannya di mana pemeriksaan dapat dilakukan dengan
efektif pada sampel atau bercak yang sudah lama dan juga dapat
memunculkan noda darah yang menempel pada baju. Selain itu tes ini juga
memunculkan hasil positif pada sampel yang mempunyai hasil negative pada reaksi
Teichmann.
3. Reaksi Wagenaar
Cara pemeriksaan :
-Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek.
-Sebutir pasir diletakkan sebagai pengganjal agar terdapat celah untuk penguapan
zat.
-Ditutup dengan kaca penutup
-Pada satu sisi diletakkan aseton dan pada sisi berlawanan diteteskan HCl encer
dan seterusnya dipanaskan.
Hasil positif dinyatakan bila terlihat kristal aseton hemin berbentuk
batang berwarna coklat.
b. Pemeriksaan secara serologi
Pemeriksaan serologi bermanfaat untuk menentukan spesies dan golongan
darah. Untuk itu dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human globulin)
serta terhadap protein hewan dan juga antisera terhadap golongan darah tertentu.
Prinsip pemeriksaan ini adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah)
dengan antibodi (antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi
aglutinasi. Antaranya adalah :
1. Tes Presipitin Cincin
Tes ini menggunakan cara pemusingan sederhana antara dua cairan di dalam
tube. Kedua cairan tersebut adalah antiserum dan ekstrak dari bercak darah yang
diminta untuk diperiksa.
Cara pemeriksaan dilakukan dengan menempatkan antiserum pada tabung kecil
dan sebagian kecil ekstrak bercak darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian
tepi antiserum. Kemudian, dibiarkan pada suhu ruang kurang lebih 1,5 jam.
Pemisahan antara antigen dan antibodi akan mulai berdifusi ke lapisan lain pada
perbatasan kedua cairan. Hasil akan menunjukkan lapisan tipis endapan atau
precipitate pada bagian antara dua larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan
dari manusia maka tidak akan muncul reaksi apapun.
2. Tes presipitasi dalam agar
Cara pemeriksaannya adalah gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai
bebas lemak, dilapisi dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras,
dibuat lubang pada agar dengan diameter kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh
lubang-lubang sejenis. Seterusnya, dimasukkan serum anti-globulin manusia ke
lubang di tengah dan ekstrak darah dengan berbagai derajat pengenceran di
lubang-lubang sekitarnya. Gelas obyek ini diletakkan dalam ruang lembab (moist
chamber) pada suhu ruang selama satu malam. Hasil dinyatakan positif jika
terdapat presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah dan lubang tepi.
Pembuatan agar buffer memerlukan1 gram agar, 50 ml larutan buffer Veronal pH
8.6, 50 ml akuades dan 100 mg sodium azide. Kesemuanya dimasukkan ke dalam
labu Erlenmeyer dan ditempatkan dalam penangas air mendidih sampai terbentuk
agar cair. Larutan ini disimpan dalam lemari es, yang bila akan digunakan dapat
dicairkan kembali dengan menempatkan labu di dalam air mendidih. Untuk
melapisi gelas obyek, diperlukan kurang lebih 3 ml agar cair yang dituangkan ke
atasnya dengan menggunakan pipet.