kreativitas sebagai esensi pengembangan sdm
DESCRIPTION
reativitas Sebagai Esensi Pengembangan SDMTRANSCRIPT
Kreativitas Sebagai Esensi Pengembangan SDM
Mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam organisasi-organisasi berarti
menerapkan suatu strategi proaktif dan terencana serta menggerakkan proses-proses
kreativitas dan inovasi. Ini berarti menarik, mengembangkan, dan mendukung
kreativitas orang-orang yang bekerja didalam organisasi. Ini juga berarti lebih
mendorong konflik konstruktif dan keragaman pandangan dalam organisasi-organisasi
modern yang heterogen untuk menghasilkan bauran yang kaya dari perspektif-perspektif
yang membuahkan ide-ide kreatif dan inovatif.
Sumber : Michael A. West (1997), Mengembangkan Kreativitas dalam Organisasi di
dalam urip sedyowidodo, 2010 website http://www.uripsedyowidodo.com/penilaian-
kinerja-pada-pekerja/
Hambatan berpikir kreatif (Swaraunib, 2010) http://www.swaraunib.com
Hambatan 1: Rasa Takut, Rasa Takut banyak ragamnya, takut akan kegagalan, takut
karena kesalahan, takut dimarahi atau dihukum, dan rasa takut lainnya sering
menghambat seseorang untuk berfikir kreatif. "Abraham Lincoln sebelum menjadi
presiden, berkali-kali kalah dalam pemilihan sebagai senator dan juga presiden"
Hambatan 2: Rasa Puas, Yang menjadi hambatan ternyata bukan hanya berasal dari
masalah saja, kepuasan, kesuksesan, kepandaian dan kenyamananpun bisa jadi hambatan.
Orang yang sudah puas akan prestasi yang diraihnya, serta telah merasa nyaman dengan
kondisi yang dijalaninya seringkali terbutakan oleh rasa bangga dan rasa puas tersebut
sehingga orang tersebut tidak terdorong untuk menjadi kreatif mencoba yang baru,
belajar sesuatu yang baru, ataupun menciptakan sesuatu yang baru.
Hambatan 3: Rutinitas Tinggi, Rutinitas pekerjaan yang tinggi merupakan salah satu dari
hambatan untuk berpikir kreatif.
Hambatan 4: Kemalasan Mental, Kemalasan mental yang merupakan hambatan untuk
berpikir kreatif biasanya disebabkan karena seseorang tidak pernah mau mencoba atau
memikirkan sesuatu yang baru selain dari tugasnya.
Hambatan 5: BirokrasiProses pengambilan keputusan yang lama atau proses birokrasi
yang terlalu berliku-liku sering mematahkan semangat orang untuk berkreasi ataupun
menyampaikan ide dan usulan perbaikan. Biasanya semakin besar organisasi, semakin
panjang proses birokrasi, sehingga masalah yang terjadi di lapangan tidak bisa langsung
terdeteksi oleh top management karena harus melewati rantai birokrasi yang panjang.
Hambatan 6: Terpaku Pada Masalah, Masalah seperti kegagalan, kesulitan, kekalahan,
kerugian memang menyakitkan. Tetapi bukan berarti usaha kita untuk memperbaiki
ataupun mengatasi masalah tersebut harus terhenti. Justru dengan adanya masalah, kita
merasa terdorong untuk memacu kreativitas agar dapat menemukan cara lain yang lebih
baik, lebih cepat, lebih efektif.
Hambatan 7: "Stereotyping", Lingkungan dan budaya sekitar kita yang membentuk opini
atau pendapat umum terhadap sesuatu (stereotyping) bisa juga menjadi hambatan dalam
berpikir kreatif.
Esensi kreativitas terletak pada kemampuan menampilkan gagasan baru,
mengerjakan berbagai hal dengan cara yang berbeda dan memikirikan pendekatan
alternative (West, 2000). Kreativitas merupakan esensi yang mencirikan eksistensi dan
pengembangan organisasi karena kreativitas dapat terlihat melalui produk, usaha, mode
atau model baru yang dihasilkan oleh individu dan kelompok dalam organisasi.
Setiap orang diharapkan agar lebih kreatif dalam berpikir dan melakukan sesuatu
dengan cara yang berbeda karena cara lama tidak berfungsi secara baik dan solusi
masalah yang biasa digunakan seringkali tidak memecahkan masalah. Kreativitas
menjadikan manusia lebih kompetitif, produktif, dan efektif. Kreativitas akan
mempercepat pengembangan sikap baru dan mematahkan sikap lama termasuk pola pikir
yang tidak berguna. Kreativitas mendukung perluasan dan kemajuan cara berpikir dalam
melihat masa depan.
Menurut Amabile (1998) di dalam Dharma dan Akib (2006), mengidentifikasi
faktor-faktor yang mendukung kreativitas personal dengan memperlajari suatu kelompok
yang teridir dari 120 inovator yang bekerja pada bagian Research and Development.
Karakteristik personal yang terkait dengan kreativitas adalah bakat personalitas yang
khusus, motivasi diri sendiri, kemampuan kognitif khusus, orientasi resiko, pengalaman
yang beragam, kecakapan di bidangnya, keahlian social, kejeniusan dan kenaifan. Di sisi
lain, kualitas orang yang menghambat kreativitas dalam memecahkan masalah adalah
kurang motivasi (30%), tidak ahli (24%), tidak luwes (22%), dimotivasi dari luar (14%)
dan tidak memiliki keahlian social (7%). Dengan kata lain, kreativitas individu dipacu
dengan domain keahlian yang relevan, keahlian kreativitas yang relevan, dan motivasi
tugas instrinsik.
Selain factor individual dan inisiatif yang dianggap penting bagi kreativitas,
lingkungan social juga memberikan kontribusi yang signifikan. Factor lingkungan yang
memacu kreativitas bagi innovator adalah kebebasan (74%), manajemen proyek yang
baik (65%), dan sumber daya yang cukup (52%). Lebih dari separuh innovator
mengidentifikasi tuntutan akan dorongan (47%), karakteristik organisaasi (42%),
pengakuan (35%), dan waktu yang cukup (33%) serta identifikasi perlunya tantangan
(22%), dan tekanan (12%) sebagai factor yang berpengaruh terhadap kreativitas.
Factor lingkungan social positif organisasional yang berpengaruh terhadap kreativitas
adalah pengakuan bahwa kegagalan dalam pekerjaan dapat memberikan informasi
berharga, mekanisme untuk mempertimbangkan gagasan baru, dorongan yang tinggi kea
rah inovasi, dorongan supervisor menengah, keberagaman keahlian kelompok pekerja,
keterbukaan kelompok pekerja terhadap gagasan baru, struktur status rigid-tekanan yang
baik, kelompok kerja menantang gagasan secara konstruktif, focus pada motivasi
intrinsik, persaingan dengan organisasi lain, umpan balik terfokus pada pekerjaan
konstruktif, arah strategis dan otonomi procedural yang jelas, kerjasama, kolaborasi
manajemen proyek yang baik, dan sumber daya serta waktu yang cukup.
Para innovator tersebut merasakan bahwa setiap organisaasi memerlukan
mekanisme bagi penerimaan gagasan baru dan iklim yang ditandai dengan kerjasama dan
kolaborasi melewati jenjang dan divisi serta suasana dimana inovasi dihargai dan
kegagalan tidak dianggap fatal. Sementara itu, karakteristik organisasi yang menunjukkan
kualitas lingkungan yang menghambat kreativitas adalah tidak adanya kepentingan
organisasi, manajemen proyek yang salah, penilaian, sumber daya yang tidak mencukupi,
iklim perusahaan yang ditandai dengan kurangnya kerjasama antar divisi dan level, serta
penekanan yang berlebihan pada status quo. Dua factor yang seringkali digambarkan
sebagai motivator inovasi adalah hambatan dan kompetisi.
Salah satu respon innovator tentang aspek lingkungan adalah lebih penting
menemukan faktor sosial daripada karakteristik personal. Elemen lain yang penting
adalah besarnya pengaruh manajemen dan kecilnya pengaruh innovator terhadap factor-
faktor kelompok.