kreasi keset dari limbah konveksidosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...cover i kata sambutan vi...

227

Upload: others

Post on 06-Mar-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN
Page 2: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

! ""!

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

! ! !

!!!!!!!!!!!!!

!!

! KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSI

!

!

Page 3: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

! """!

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! ! !

!!

!!

!!

!!

!!

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Pasal 2 (1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasannya menurut perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana

Pasal 72 (1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

(2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

!!!!!!!!!!!!!!

Page 4: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

! "#!

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!!! ! !

!!!!!!!

!!!

KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSI !!!!!!!!!!

!"#$%#&'()*+*#$$,(#-#$!(.#*"#$/00"$$1('+ 23*40$%5$

%(67#&$!'("#8+&#4!!

!

!

!

!

!

!

!

!

Page 5: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

! #!

!

KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSI Editor: Wahyu Triono KS Cetakan 1. © Sri Widyastuti, dkk., 2017 Desain Sampul dan Layout : Wahyu Triono KS

Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit ISBN: !978-602-70083-6-6!xiii + 211 halaman Penerbit: FEB-UP Press Jln. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640 Telp. (021) 7272606, Fax. (021) 7270133 www.univpancasila.ac.id Email: [email protected] !

Page 6: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

! ! !!!

! ! !"#!

P

KATA SAMBUTAN

uji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena penyusunan buku ini telah diselesaikan dengan segala daya dan upaya. Tujuan dari penyusunan buku ini adalah sebagai sumbang-

sumbangsih wawasan dan pengetahuan tentang Green Entrepreneurship bagi kalangan mahasiswa, akademisi dan masyarakat umum secara luas.

Saat ini Entrepreneurship bukan lagi hanya membicarakan bagaimana menghasilkan keberhasilan ekonomi, namun harus mampu menjadi wirausahawan yang berkelanjutan (sustainable entrepreneurs) mampu mengelola triple bottom line (profita- bilitas perusahaan, potensi manfaat untuk lingkungan hidup, serta potensi manfaat untuk masyarakat) dengan menyeimbang- kan kesehatan ekonomi, keadilan sosial dan ketahanan lingku- ngan melalui perilaku kewirausahaan mereka. Entrepreneurship semacam ini, dikenal sebagai Green Entrepreneurship atau ke- wirausahaan yang berorientasi pada kelestarian lingkungan, ini diyakini akan menjadi tuntutan di masa mendatang. Ini terkait semakin meningkatnya kesadaran konsumen terhadap berbagai produk ramah lingkungan.

Tahun 2013 sebuah program bertajuk International Green Enterpreneurship Program/ IGEP telah diselenggarakan di Indonesia bekerjasama dengan Bank Indonesia, Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta Serikat Pekerja dan Apindo dalam rangka memperkenalkan kreasi wirausaha berwawasan lingku- ngan, pekerjaan berwawasan lingkungan dan hidup layak, dan menentukan solusi praktis untuk menghadapi tantangan peruba- han iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya. Membuka lapangan pekerjaan dengan cara memulai sebuah usaha telah menjadi bagian penting dalam kebijakan negara Indonesia terkait bidang ketenagakerjaan. Indonesia telah mengambil langkah-langkah dan menetapkan kebijakan-kebijakan untuk menuju tren ekonomi dengan tingkat emisi karbon rendah dan karenanya perkembangan sejumlah industri berwawasan lingkungan seperti energi terbarukan, pertanian, pariwisata, dan kreativitas yang berwawasan lingkungan telah menarik perhatian para pengusaha. Sementara itu, berbagai kebijakan baru, hukum, dan peraturan mengharuskan perusahaan tradisional dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi, yang menghasilkan banyak polusi dan emisi GHG, untuk melakukan efisiensi energi.

Melalui berbagai program pelatihan wirausaha berwawasan lingkungan dengan dibekali booklet, termasuk buku pedoman pelatihan IGEP

Page 7: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

! ! !!

! "##!

mengkampanyekan “Mulailah Bisnis Berwawasan Lingkungan Anda” (Start Your Green Business, SYGB). Kita telah sama-sama mengetahui bahwa peran kewira- usaahaan yang cukup penting dalam perekonomian telah mendo- rong tumbuhnya pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship education). Bukanlah berlebihan, bila Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila (FEB-UP) sebagai institusi pendidi- kan mempelopori kampanye “Mulailah Belajar Bisnis Berwawa- san Lingkungan” (Star Your Green Businness Education). Penerbitan buku Green Entrepreneurship diantaranya di- dedikasikan untuk mempelopori dimulainya program “Mulailah Belajar Bisnis Berwawasan Lingkungan”(Star Your Green Businness Education) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univer- sitas Pancasila (FEB UP) dari sekarang.

Semoga penyusunan dan penerbitan buku ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan menjadi referensi penting bagi pendidikan kewirausahaan. Jakarta, 12 Desember 2017 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila Dr. Sri Widyastuti, S.E., M.M., M.Si.

Page 8: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk ! ! !!!

! "###!

K

KATA PENGANTAR

emajuan suatu negara dan bangsa ditentukan oleh jumlah wirausaha atau entrepreneurnya. Jika Indone- sia ingin menjadi negara dan bangsa yang maju harus memiliki banyak entrepre-

neur. Data menunjukkan bahwa saat ini jumlah entrepreneurship di Indonesia tak sampai 0,5% dari populasi, kalah jauh dari Singapura, Jepang dan negara-negara maju lainnya yang mencapai di atas 10% dari populasi pendu- duknya.

Perguruan Tinggi memiliki potensi besar dalam melahir- kan wirausaha handal yang sangat dibutuhkan bagi perekono- mian suatu negara dan bangsa di tengah persaingan global dewasa ini. Untuk mendukung tumbuhkembangnya green entre- preneur muda yang handal yang memiliki orientasi kepada kepedulian lingkungan dan secara berkelanjutan meneruskan aksi mereka untuk menciptakan ekonomi yang hijau di masa yang akan datang.

Secara prinsip green entrepreneurship memilik kesamaan dengan wirausaha pada umumnya. Para green entrepreneurship muda yang handal adalah seseorang yang memanfaatkan kesem- patan bisnis yang ada (seek for business opportunity) dan men- dapatkan keuntungan dari bisnis tersebut (profitability), serta di dukung dengan kegiatan yang menanggulangi permasalahan pada lingkungan dan sosial (socio-environmental).

Green entrepreneurship juga menciptakan lapangan peker- jaan dengan skala besar untuk banyak orang di sekitar mereka, dengan memberikan kesempatan kepada banyak orang untuk ikut melestarikan lingkungan dalam bisnis mereka. Lingkungan disini, tidak hanya alam saja,para pekerja (labour) dan masyara- kat (society) juga merupakan bagian dari lingkungan yang perlu kita perhatikan hak-hak nya.

Penyusunan dan penerbitan buku ini didedikasikan untuk menumbuhkembangkan para green entrepreneurship muda terutama kalangan mahasiswa, akademisi, dan masyarakat umum secara luas. Sehingga memberi dampak secara langsung bagi perkembangan perekonomian negara dan bangsa.

Buku Green Entrepreneurship ini diharapkan dapat dijadi- kan sebagai panduan dan referensi bagi kalangan mahasiswa dan para akademisi untuk menumbuhkembangkan kewirausahaan yaitu kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.

Buku ini diperkaya dengan pengalaman lapangan secara langsung di

Page 9: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

!

! #$!

tengah-tengah masyarakat dalam menyelenggarakan pelatihan pembuatan keset untuk pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini merupakan salah satu contoh aplikatif dari Green Entrepreneurship yang merupakan program reuse, revolution recycling atau daur ulang sebagai alternatif untuk memanfaatkan limbah produk tidak dibuang begitu saja, melainkan mengguna- kannya kembali untuk sesuatu hal yang lebih berguna dan bermanfaat. Membuat barang-barang konsumen baru dari bahan daur ulangdapat membantu untuk mengurangi limbah, menjaga ruang di tempat pembuangan sampah tidak meluap dan mengu- rangi pemanasan global.

Di dalam penyusunan dan penerbitan buku ini kami me- nyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, masukan dari para pembaca secara konstruktif tentu sangat kami harapkan untuk perbaikan pada edisi selanjutnya atau dalam penyusunan dan penerbitan buku berikutnya.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan buku ini kami mengucapkan terima- kasih. Kepada semua para pembaca kami mengucapkan selamat membaca, semoga bermanfaat dalam pengembangan Green Etnrepreneurship khususnya di Perguruan Tinggi di Seluruh Indonesia. Jakarta, 12 Desember 2017 Penulis !

Page 10: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk        

 x  

 

DAFTAR ISI

Halaman COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN 1

1.1 Kewirausahaan Berbasis Lingkungan 1 1.2 Peran Kewirausahaan 10 1.3 Pengertian Kewirausahaan 15 1.4 Karakteristik Wirausaha 19 1.5 Tantangan Berwirausaha 26 1.6 Model Proses Kewirausahaan 30

BAB II : KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN 36

2.1 Mengapa Harus Berwirausaha 36 2.2 Sukses Membutuhkan Kerja Keras 47 2.3 Ciri dan Sikap Wirausahawan 53 2.4 Membangun Kewirausahaan di Indonesia 57 2.5 Mempersiapkan Diri untuk Menjadi Pengusaha Muda 60 BAB III : MOTIVASI DAN TANTANGAN BERWIRAUSAHA 73

3.1 Motivasi Seorang untuk Menjadi Wirausahawan 73 3.2 Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausahawan 88 3.3 Tantangan Berkewirausahaan 97 BAB IV : MENANGKAP PELUANG USAHA 113

4.1 Menilai Peluang Membuka Usaha/Bisnis Baru 113 4.2 Strategi Menangkap Peluang Usaha 117 4.3 Motivasi Berprestasi 123 4.4 Motivasi Menjadi Wirausahawan Sukses 130 BAB V : PENGEMBANGAN JARINGAN USAHA 140

5.1 Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) di Indonesia

140

5.2 Strategi Pencapaian Daya Saing untuk UMKM 148 5.3 Pengembangan Jaringan Usaha, Negosiasi dan Bisnis

UMKM 152

BAB VI : PELATIHAN PEMBUATAN KESED DALAM UPAYA

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 163

Page 11: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk        

 xi  

6.1 Pendahuluan 163 6.2 Permasalahan Mitra 165 6.3 Metode Pelaksanaan 168 6.4 Profil Mitra Pengusaha “Wahid Home Industry” 173 6.5 Deskripsi Hasil Pelatihan Pembuatan Keset 180 LAMPIRAN 185 DAFTAR PUSTAKA 194 GLOSARIUM 198 INDEKS 207 BIO DATA PENULIS 211

Page 12: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk        

 xii  

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Perbedaan antara Pengusaha Biasa dengan Wirausaha Bisnis 20 Tabel 2.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tinggi 38 Tabel 2.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut

Status Pekerjaan Utama dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2017 (Ribuan)

40

Tabel 2.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan

41

Tabel 2.4 Jumlah Unit. Tenaga Kerja. Nilai Produksi. dan Nilai Investasi Berdasarkan Unit Usaha di Indonesia Tahun 2013

45

Tabel 2.5 Jumlah Perusahaan Industri Mikro dan Kecil Menurut 2-digit KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia), 2010-2015

58

Tabel 3.1 Perbedaan Wirausahawan dengan Karyawan 88 Tabel 4.1 Kekurangan Versus Seharusnya bagi Wirausahawan 134 Tabel 5.1 Kriteria UMKM Menurut UU no. 20 Tahun 2008 141 Tabel 5.2 Karakteristik UMKM di Indonesia 142 Tabel 6.1 Materi Pelatihan 169 Tabel 6.2 Check List Proses Pembuatan Keset Kain 170 Tabel 6.3 Pedoman Hasil Evaluasi 170 Tabel 6.4 Kegiatan Pengabdian Masyarakat FEB-UP 172 Tabel 6.5 Kualifikasi Tim Pelaksana 173 Tabel 6.6 Bahan Baku Keset 177 Tabel 6.7 Rekapitulasi Hasil Produk Keset Kain Peserta 181 Tabel 6.8

Rekapiltulasi Hasil Kegiatan Pembuatan Keset 182

Page 13: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk        

 xiii  

DAFTAR GAMBAR Halaman

Gambar 1.1 Imbalan Wirausaha 28 Gambar 1.2 Model Proses Kewirausahaan 30 Gambar 1.3 Proses Kewirausahaan 31 Gambar 2.1 Perbedaan Wirausahaan Dengan Karyawan/Orang Gajian 44 Gambar 3.1 Imbalan Berwirausaha 87 Gambar 3.2 Konsep Cash Flow Quadrant oleh Robert T. Kiyosaki 90 Gambar 5.1 Daya Saing dan Faktor-faktor Pendukung Utama 149 Gambar 6.1 Check List Proses Pembuatan Keset Kain 134 Gambar 6.2 Pedoman Hasil Evaluasi 134

Page 14: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kewirausahaan Berbasis Lingkungan

Era globalisasi adalah era dimana berbagai aktivitas entitas tidak mengenal

batas negara. Dengan adanya aktivitas entitas yang tidak mengenal batas

wilayah ini menyebabkan dunia pekerjaan/bisnis juga tidak mengenal batas

wilayah, sehingga begitu banyak pesaing akan dihadapi. Dengan persaingan

yang semakin ketat ini, para pengusaha harus memiliki ide-ide kreatif agar

tetap mampu bersaing dengan pengusaha dari berbagai negara agar tetap

tejaga keberlanjutan usaha di masa yang akan datang. Keberlanjutan bisnis

merupakan suatu peluang ekonomi (economic opportunity). Dimana

peningkatan kinerja dan keberlanjutan bisnis telah diwarnai isu-isu

permasalahan sosial dan lingkungan. Bowers (2010) menyampaikan bahwa

dengan membingkai keberlanjutan dalam kegiatan bisnis, terdapat nilai

ekonomi (economic value) yang memberi dampak terhadap pemahaman

publik mengenai seberapa baik kegiatan bisnis tersebut memiliki perhatian

pada permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan.

Partisipasi perusahaan untuk memperoleh keunggulan kinerja mengenai

kepedulian terhadap lingkungan dan komunitas merupakan bagian tak

terpisahkan dari strategi perusahaan dan menjadi bagian integral dari

kerangka pengukuran kinerja perusahaan secara menyeluruh, Dutta et al

(2010). Merespon peningkatan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan,

perusahaan berpikir keras untuk dapat memanfaatkan peluang isu ini demi

kepentingan bisnis mereka. Mulai tumbuhnya kesadaran ini berdampak pada

kecenderungan perusahaan untuk lebih peduli terhadap perlindungan

lingkungan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan (Dwyer, 2009; Lee,

2009). Dalam era terbentuknya kesadaran masyarakat pada kelestarian

lingkungan, perusahaan mulai lebih memperhatikan pemasaran hijau (green

marketing) di beberapa industry, seperti industri informasi dan elektronik

(Chen, 2010). Hal tersebut dimunculkan dengan harapan citra perusahaan

Page 15: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 2

dapat dibentuk bahwa perusahaan hijau adalah perusahaan yang peduli

lingkungan.

Saat salah satu anggota tim peneliti dari University of New

York, Oceanographer David Holland memulai penelitiannya terkait perubahan

iklim secara global. Perubahan iklim, memang dianggap sebagai masalah

yang masih lama terjadi, namun harus segera disadari bahwa hal itu sudah

ada di depan mata kita saat ini. Isu perubahan iklim ini, telah menjadi

permasalahan global yang harus diselesaikan oleh seluruh pihak, baik dari

pemerintah, swasta dan juga seluruh masyarakat dunia. Pada tahun 2013

menemukan bahwa penyebab perubahan iklim ini adalah karena adanya

penumpukan karbon dan emisi gas metana yang dimulai sejak 1854, yang

ditimbulkan dari berbagai aktivitas bisnis perusahaan di dunia. Namun,

ternyata tidak sedikit juga perusahaan yang sebenarnya sudah perduli

dengan keberlangsungan lingkungan hidup di planet bumi ini. Perusahaan-

perusahaan yang mendapat julukan paling hijau membuat strategi dalam

aktivitas bisnisnya untuk mengurangi dampak perubahan iklim seperti

mengurangi penggunaan energi, menghemat air, mengurangi produksi

karbon, dan lain sebagainya. Perusahaan paling hijau di dunia, Newsweek,

(2014) adalah sebagai berikut dengan:

! Vivendi (85,3%). Negara Prancis ternyata menjadi negara dengan jumlah

perusahaan paling hijau terbanyak versi Newsweek. Selain Schneider

Electric dan Kering, juara perusahaan paling hijau versi Newsweek ini

kembali di tempati oleh perusahaan asal Prancis, Vivendi. Vivendi adalah

raksasa perusahaan media dan telekomunikasi. Perusahaan ini telah

melakukan upaya yang signifikan untuk menurunkan emisi karbon dan

bertanggung jawab terhadap lingkungan di seluruh anak perusahaannya,

seperti Maroc Telecom dan Universal Music di California Selatan. Vivendi

membuat startegi yang bersahabat dengan lingkungan ini

melalui kerjasamanya dengan para pemasok. Perusahaan membuat

kontrak dengan pemasok untuk berperlilaku dengan cara bertanggung

jawab secara lingkungan dan juga sosial. ! Allergan merupakan sebuah perusahaan farmasi global yang dikenal

sebagai produsen Botox, injeksi neurotoxin yang digunakan untuk

menghaluskan sementara kerutan di kulit wajah. Allergan telah memulai

Page 16: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 3

upaya sustainable strategy nya sejak 20 tahun lalu. Upaya perusahan

beberapa tahun terkahir ini berfokus pada pengelolaan sampah dan

proyek efisiensi energi. Upaya perusahaan dengan memasang panel

pembangkit listrik berbasis tata surya, telah berhasil mengurangi

konsumsi energi sebesar 11% pada 2011-2012. Baru-baru ini, Allergan

juga berpartisipasi dalam program CEO Water Mandate yang membantu

perusahaan menerapkan kebijakan dan program penggunaan air yang

berkelanjutan. ! Adobe Systems merupakan salah satu perusahaan perangkat lunak

terbesar, Adobe Systems. Adobe adalah pelopor yang membangun

konsep hijau ke dalam strategi perusahaan secara keseluruhan. Sama

halnya dengan Atlas Copco, perusahaan yang masuk dalam Fortune 500

ini juga memiliki tujuan ambisius untuk mencapai netralitas karbon global

pada 2015. Berdasarkan data terbaru, 70% dari luas bangunan global

perusahaan (termasuk di San Jose, California, dan juga kantor pusatnya)

telah mendapat sertifikasi dari LEED, sebuah sertifikasi untuk standard

bangunan ‘hijau’. ! Kering (83,6%) adalah perusahaan yang berhasil menjadi pemimpin

untuk industri fashion dan aksesoris pakaian olahraga ini merupakan

sebuah perusahaan multinasional asal Prancis. Berbagai merek, seperti

Gucci, Alexander McQueen dan Puma di produksi, di desain dan di

pasarkan oleh mereka. Perusahaan ini menempati posisi ke-4 karena

perusahaan telah berkomitmen untuk menghilangkan semua bahan kimia

berbahaya dari produk-produknya. Selain itu, perusahaan ini juga aktif

dalam mengendalikan limbah produksinya. Untuk mengurangi jumlah

kemasan yang dikirim ke toko, mereka menggunakan tas daur ulang yang

bisa menghemat 298 ton karton. ! NTT Docomo ( 83,1%) adalah perusahaan yang berkantor pusat di

Tokyo, Jepang. Perusahaan mobile service provider terbesar di Jepang

ini merupakan perusahaan hijau tingkat dunia. Docomo menggunakan

alternatif sumber energi yang rendah karbon, seperti penggunaan panel

surya atau tenaga angin untuk menghemat jumlah listrik yang dibeli dari

grid komersial listrik. Perusahaan yang dipisahkan dari Nippon Telegraph

and Telephone pada 1991 ini juga menciptakan banyak produk ramah

Page 17: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 4

lingkungan, termasuk charger bertenaga surya yang mampu mengisi

handset dalam waktu 4,5 jam dan Touch Wood, ponsel berbahan dasar

kayu.

! Ecolab adalah sebuah perusahaan mitra yang didirikan oleh perusahaan

Water Stewardship, yang memiliki kerangka kerja global untuk

mempromosikan penggunaan air tawar. Perusahaan ini menempati

urutan ke-6 perusahaan paling ‘hijau’ dengan menjalankan program yang

disebut Create and Maintain Value (CMV), yang bertujuan untuk

mengidentifikasi penggunaan air dan air limbah agar lebih efisien. Contoh

dari keberhasilan program CMV ini, yaitu mampu menghemat

penggunaan air sekitar 1,5 juta kilowatt jam listrik, 33,5 juta gas alam

BTU, dan 59,3 juta gallon air per tahun. ! Atlas Copco adalah perusahaan yang terletak di pusat kota Swedia.

Perusahaan yang memiliki motto: “Commited to sustainable productivity”

ini memiliki kegiatan usaha dengan menyediakan jasa dan membuat

berbagai macam peralatan demi peningkatan produktivitas, seperti

efisiensi energi, keamanan dan ergonomi di lingkungan perusahaan.

Belum puas dengan prestasinya sebagai perusahaan penghasil emisi

karbon terendah, Atlas Copco masih berusaha merealisasikan tujuan

ambisiusnya untuk terus mengurangi emisi karbon dioksida paling tidak

hingga 20% pada tahun 2020. ! Biogen, perusahaan berdiri pada tahun 1978, perusahaan bioteknologi

tertua menyatakan sebagai perusahaan paling ‘hijau’ di dunia. Setelah

merger dengan IDEC Pharmaceuticals di tahun 2003, Biogen fokus

menghilangkan aktivitas yang menyebabkan pemborosan energi dengan

cara mengubah pembakaran sampah menjadi energi dengan melakukan

pembakaran material organik. ! Compass Group, perusahaan yang berbasis di Surrey, Inggris ini

menjalankan bisnisnya di lebih dari 50 negara ini adalah perusahaan

penyedia makanan dan jasa layanan terbesar. Melalui projek inovatif nya

untuk mengurangi energi, Compass Group telah berhasil mengubah lebih

dari 248.000 galon minyak jelantah menjadi biodiesel sejak tahun 2004. ! Schneider Electric adalah perusahaan multinasional asal Prancis. Dengan

kegiatan utama bisnisnya adalah membuat produk dan menyediakan jasa

Page 18: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 5

untuk membantu pelanggannya meningkatkan efisiensi energi di rumah

dan untuk bisnis mereka sendiri. Mereka menjual produk yang di

sebut Green Premium Offers yang dibuat tanpa bahan kimia berbahaya.

Beberapa perusahaan kelas dunia telah menyatakan keberhasilan

bisnisnya dengan cara memasukkan dan memberikan perhatian terhadap

permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan menjadi bagian integral

dari kegiatan bisnisnya (dalam Bowers, 2010), sebagaimana berikut ini.

" Unilever: by addressing social and sustainability issues, our brands can

make areal difference and create growth opportunities for our business.

" Ford: in the auto-industry, the company that can take the lead in

addressing environment concerns will have a real competitive edge. That

is why Ford isinvesting so heavily in this area. We want to transform

ourselves into a leadingedge provider of sustainable personal

transportation.

" Nike: corporate responsibility must evolve from being seen as an

unwanted cost to being recognized as an intrinsic part of a healthy

business model, an investment that creates competitive advantage and

helps a company achieve profitable sustainable growth.

" Philips: initially people thought of it as a cost factor, which indeed it is

when you treat as an add-on. However, if it is designed into the way you

do things from beginning as it is here at Philips, it saves you money

because you’re operating more effectively. So today we recognize that

sustainability offers significant business opportunities.

" General Electric: ecomagination also refers GE’s commitment to invest in

a future that creates innovative solutions to environmental challenges and

delivers valuable products and services to customers while generating

profitable growth for the company.

Selain perusahaan kelas dunia tersebut di atas terdapat produk asli

buatan Indonesia asli hasil karya anak bangsa. Produk Indonesia layak untuk

didukung dengan menggunakan produk buatan dalam negeri, agar

perusahaan terus dapat eksis dan berkarya lebih baik lagi. Di sinilah

semangat kebangsaan dan nasionalisme ditumbuhkan, karena telah

memberikan peluang lapangan kerja yang luas. Kesadaran menggunakan

produk asli dalam negeri perlu ditingkatkan karena produk tersebut menyerap

Page 19: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 6

banyak tenaga kerja dan yang pasti lapangan kerja akan bertambah, bila

perusahaan tersebut bisa bersaing dengan produk internasional dengan

demikian kemakmuran bangsa akan tercapai, Tempo (2016).

Pada kesempatan Tropical Landscape Summit yang diadakan di Jakarta

pada 27-28 April 2015, Badan Koordinasi Penanaman Modal menawarkan

program pemberian insentif bagi bidang usaha ramah lingkungan atau

investasi hijau (green investment). Ada 10 bidang usaha yang mendapatkan

insentif tersebut yaitu pengusahaan tenaga panas bumi, industri pemurnian

dan pengolahan gas alam, industri kimia dasar organik yang bersumber dari

hasil pertanian, industri lampu tabung gas, dan pembangkit tenaga listrik.

Selain itu 5 bidang industri lainnya adalah pengadaan gas alam dan buatan,

penampungan penjernihan dan penampungan air bersih, angkutan perkotaan

yang ramah lingkungan, kawasan pariwisata, dan terakhir adalah pengelolaan

dan pembuangan sampah yang tidak berbahaya, Kompas (2015).

Indonesia telah mengembangkan program produk hijau atau ekolabel.

Sampai dengan awal tahun 2015 pencapaian program ekolabel Indonesia

salah satunya adalah telah menyusun standar kriteria ekolabel dalam bentuk

Standar Nasional Indonesia (SNI). Terdapat lebih dari 100 merek lokal dalam

berbagai kategori produk manufaktur dari elektronik (TV Kusrin, Politron, Axio,

Evercoss, Nexian, Maspion, Miyako dll); kategori garmen dan fashoin (Jeans

Lea, Cressida, The Executive dll), kategori makanan dan minuman (Hoka

Hoka Bento, Kacang Dua Kelinci, Indomie, PT Wings Food, Kino dll),

kategori cat tembok (PT Avia Avian, Dulux/ICI, Jotun, Propan), kategori

toiletris (Wing, Kao, Unilever, dll), Kompas (2016). Namun produk hijau atau

berekolabel masih terbatas ditemukan di pasaran Indonesia.

Keberadaan konsumen dan produsen mempengaruhi keberasaan

produk hijau dipasaran karena produk hijau dipengaruhi oleh pasar (market

driven). Dari sisi produsen masih banyak yang belum menyadari dampak

positif dari memproduksi produk hijau baik dari aspek lingkungan, sosial dan

ekonomi. Selain itu belum tumbuhnya permintaan konsumen terhadap produk

hijau. Sehingga produsen berpendapat selama produk yang diproduksi masih

laku di pasaran maka tidak perlu melakukan perubahan pada produk yang

dihasilkan. Konsumen perlu terus diedukasi dengan menambah pengetahuan

tentang lingkungan. Untuk mengetahui produk hijau tersebut setidaknya ada

Page 20: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 7

dua cara yang bisa dilakukan. Pertama adalah dengan melihat label yang

berupa logo atau pernyataan pada produk atau kemasan yang

mengidentifikasin produk hijau. Label tersebut biasanya disebut dengan

ekolabel/ecolabel. Label lingkungan atau ekolabel diartikan sebagai

pernyataan yang menunjukan aspek lingkungan dalam suatu produk atau

jasa (ISO 14020 : 1998). Sehingga produk yang telah mendapatkan ekolabel

dapat menjadi indikator bahwa produk tersebut ramah terhadap lingkungan

dibanding produk lain yang sejenis yang tidak berekolabel karena produk

tersebut telah mempertimbangkan aspek lingkungan. Cara kedua adalah

dengan melihat pernyataan yang ada pada produk atau kemasan yang

berupa informasi diantaranya mengenai komposisi produk, cara penggunaan

atau penanganan ketika sudah tidak digunakan lagi.

Selama ini permasalahan lingkungan akibat dari proses produksi,

penggunaan produk dan setelah produk tidak lagi digunakan menjadi

pekerjaan rumah dalam menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungan. Oleh

sebab itu sudah saatnya industri di Indonesia mulai mempertimbangkan untuk

memproduksi produk hijau untuk mengurangi permasalahan tersebut. Produk

hijau merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan bagi upaya

perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Produk hijau dapat diartikan

sebagai produk yang telah mempertimbangkan aspek lingkungan sepanjang

daur hidupnya (life cycle) mulai dari ektraksi bahan baku, proses produksi,

transportasi, penggunaan dan setelah produk tersebut tidak lagi digunakan,

sehingga memberikan dampak sedikit bagi lingkungan. Oleh karena itu

dipandang perlu untuk juga memberikan insentif tersebut kepada bidang

usaha yang memproduksi produk hijau. Sehingga dapat menjadi pendorong

usaha untuk menghasilkan produk hijau.

Selain di industri manufaktur, masalah lingkungan menjadi kebutuhan di

industri jasa perbankan dengan menerapkan green banking. Konsep green

banking atau perbankan hijau adalah sebuah konsep yang mendorong bisnis

perbankan membantu pengurangan pencemaran lingkungan. Untuk

membantu pengurangan pencemaran lingkungan, bank dalam proses

pembiayaan sebuah pembangunan harus melihat dampak terhadap

kelestarian lingkungan, Bhardwaj & Malhotra, (2013). Penerapan green

banking di berbagai negara (Radyati, 2014) sebagai berikut: (1) Internal Bank:

Page 21: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 8

menerapkan program efisiensi dan R3 (Reduce, Reused, Recycle) antara lain

dengan mengoptimalkan daya inovasi dan kreativitas pegawai serta dengan

memanfaatkan piranti teknologi; (2) Eksternal Bank: mengedukasi stake

holders melalui program ramah lingkungan dan menawarkan eco-product

pada pelanggan, seperti: (a) Corporate Social Responsibility (CSR): yaitu

dengan melakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan

dan pemberdayaan masyarakat atau terlibat dalam sosialisasi green

business; (b) Kredit: yaitu dengan melakukan penyaluran kredit pada sektor

atau industri ramah lingkungan seperti energi terbarukan (renewable energy),

produk organik, industri kreatif yang memanfaatkan limbah, produk efisien

(high end product), pengolah limbah, serta pertanian dan kehutanan,

memberikan insentif bunga kepada debitur yang memiliki bisnis model yang

ramah lingkungan, menerapkan prinsip sustainability dalam analisa kelayakan

kredit debitur secara bertahap sebagai bagian klausul kredit serta dipercaya

menjadi bank penyalur kredit dari lembaga-lembaga dunia untuk proyek

lingkungan; (c) Pendanaan: yaitu menyediakan produk giro, tabungan atau

deposito yang berafiliasi dengan rekening komunitas lingkungan. Otoritas

Jasa Keuangan Indonesia menyatakan bahwa komitmen menerapkan

keuangan berkelanjutan di Indonesia. Komitmen tersebut dituangkan

dalam penandatanganan green banking pilot project oleh delapan bank

yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank Muamalat, BRI syariah, BJB

dan Bank Artha Graha Internasional, Himawan (2015), Delapan bank

yang mewakili 46 persen aset perbankan nasional ini diharapkan

mendorong bank dan lembaga jasa keuangan lainnya mengikuti jejak

mereka untuk mulai menerapkan aspek lingkungan, sosial dan tata

kelola berwawasan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ TPB atau Suistanable

Development Goals/ SDGs adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang

terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa/

PBB sebagai agenda pembangunan dunia untuk kemaslahatan manusia dan

menjamin masa depan dunia dan umat manusia yang lebih baik.

Pembangunan berkelanjutan secara efektif haruslah mengaitkan isu-isu

permasalahan sosial, lingkungan, dan ekonomi. Memadukan pemberian

perhatian pada permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan ke dalam

Page 22: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 9

tindakan-tindakan ekonomi adalah terkait dengan tanggung jawab terhadap

pembangunan keberlanjutan termasuk untuk keberlanjutan kegiatan bisnis di

masa yang akan datang, (Anderson, 1998; Choi dan Gray, 2008). Dalam

upaya mencapai keberhasilan secara berkelanjutan, para wirausahawan

haruslah mampu memenuhi dengan apa yang disebut sebagai triple bottom-

line, yaitu mencapai kemakmuran ekonomi (economic prosperity),

memperhatikan kualitas lingkungan (environmental quality), dan

memperhatikan keadilan sosial (social equity), Marshall &Harry (2005).

Mereka tidak hanya mencetak keuntungan, namun mereka juga bertanggung

jawab terhadap kepentingan-kepentingan sosial dan lingkungan secara

simultan. Lebih lanjut para wirausahawan dapat menyediakan kegiatan dan

memberikan kontribusi secara langsung untuk mengatasi permasalahan

sosial dan lingkungan tersebut. Mereka mengintegrasikan gerakan

berorientasi nilai (value-oriented driven) dalam upaya mencapai pertumbuhan

bisnisnya secara berkelanjutan.!

Kewirausahaan merupakan bentuk aktivitas usaha yang secara

langsung memadukan nilai-nilai dan persepsi dari masing-masing individu

wirausahawan. Para wirausahawan diakui sebagai pencipta pertumbuhan

ekonomi. Implementasi gagasan mengenai pembangunan berkelanjutan

haruslah berjalan sejajar beriring dengan upaya pencapaian pertumbuhan

ekonomi, dan dengan cara demikian akan menjamin adanya perlindungan

efektif terhadap lingkungan secara global. Perlindungan terhadap lingkungan

dan memberikan kontribusi secara langsung untuk mengatasi permasalahan-

permasalahan sosial dan lingkungan tersebut. Mereka mengintegrasikan

gerakan berorientasi nilai (value-oriented driven) dalam upaya mencapai

pertumbuhan bisnisnya secara berkelanjutan, Djatmika, (2012).

Di Indonesia target SGDs yang paling sulit tercapai ada dua, yaitu

pengentasan kemiskinan (ekonomi) dan konservasi lingkungan. Bisakah ini

diatasi melalui kewirausahaan hijau? Ketika seorang calon pengusaha ingin

memulai perjalanannya, salah satu keraguannya pasti adalah jaminan

keberlangsungan usaha, yang mana diuji melalui efektivitas dan efisiensi dari

proses bisnis. Green Entrepreneurship Model menawarkan efisiensi kinerja

pada sepuluh rantai nilai, dan di saat yang sama mengefektifkan peluang

keuntungan, karena awareness dari calon customer terhadap produk ramah

Page 23: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 10

lingkungan, termasuk di Indonesia, semakin meningkat. Wirausaha adalah

semua, kemudian menjadikannya peluang untuk kembali melipatgandakan

nilai tersebut untuk mengambil peran dalam perkembangan ekonomi dan

kesejahteraan sosial.

Pengembangan karakter kewirausahaan di Indonesia, tidak hanya

diperlukan dari segi kuantitas, tapi juga dari segi kualitas, yang awalnya

orientasi hanya pada keuntungan, dan juga terhadap pelestarian lingkungan,

agar keberlanjutan pembangunan dapat tercapai. Awalnya tujuan wirausaha

ada dua, yakni kesejahteraan ekonomi dan kemakmuran sosial, namun

sekarang, juga ada lingkungan hidup (sustainable development). Dengan

demikian, pendekatan perilKku terhadap kewirausahaan yang hijau (Green

Entrerepneurial Behavior/GEB) dilakukan melalui penyampaian nilai-nilainya

di jenjang pendidikan tinggi, Anisah & Wandary, (2015).

Harapan yang ingin dicapai adalah bahwa hal tersebut dapat menjadi

jembatan bagi kesenjangan yang terjadi antara yang mana pembentukan

sikap green economy dapat mendorong pengembangan aktivitas

kewirausahaan yang memperhatikan keseimbangan antara aspek

manajemen keorganisasian, lingkungan, dan masyarakat. GEB lebih

menekankan pada upaya mengeliminasi orientasi jangka pendek dari aktivitas

kewirausahaan, terutama yang konvensional. Perlu menjadi perhatian juga

bahwa pengembangan karakter kewirausahaan di Indonesia perlu dibangun,

dibina, dan dipelihara, karena GEB adalah perilaku yang bersifat

intentional/diniatkan, sehingga memerlukan inisiatif, proaktivitas, konsistensi

maupun komitmen untuk berpikir dan bertindak dengan menambahkan

wawasan lingkungan yang hijau.

1.2 Peran Kewirausahaan

Salah satunya indikator semakin majunya suatu negara adalah ditandai

dengan semakin banyaknya orang yang terdidik/ berpendidikan tinggi.

Namun karena kemampuan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja

bagi tenaga kerja terdididk sangat terbatas dan tidak sebanding dengan

pertambahan penduduk, maka akan semakin banyak orang

terididk/berpendididkan tinggi yang menganggur. Keterbatasan terserapnya

lulusan perguruan tinggi di sektor pemerintah menyebabkan perhatian orang

Page 24: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 11

terididk/berpendididkan tinggi beralih pada peluang bekerja pada sektor

swasta, namun beratnya persyaratan yang ditetapkan terkadang membuat

peluang untuk bekerja di sektor swasta juga semakin terbatas. Satu-satunya

peluang yang masih sangat besar adalah bekerja dengan memulai usaha

mandiri. Hanya saja, jarang ditemukan seseorang sarjana yang ingin

mengawali kehidupannya setelah lulus dari perguruan tinggi dengan memulai

mendirikan usaha. Kecenderungan yang demikian berakibat pada tingginya

residu angkatan kerja berupa pengangguran terdidik. Jumlah lulusan

perguruan tinggi dalam setiap tahun semakin meningkat. Kondisi ini tidak

sebanding dengan peningkatan ketersediaan kesempatan kerja yang akan

menampung mereka. Berkenaan dengan hal tersebut, maka dunia

kewirausahaan menjadi semakin penting untuk diketahui lebih jauh lagi,

karena mampu menciptakan lapangan kerja dan mendorong kemajuan

ekonomi.

Bangsa yang sejahtera dan dihargai bangsa lain bisa dilihat dari

kemajuan ekonomi. Kemajuan ekonomi akan dapat dicapai, jika ada spirit

kewirausahaan yang kuat dari warga negaranya. Menurut PBB suatu negara

akan memiliki ekonomi yang kuat apabila sedikitnya 20 % kegiatan

ekonominya digerakkan oleh usaha kecil hingga menengah. Indonesia belum

termasuk kategori negara ekonomi yang maju, jika dilihat dari porsi

kewirausahaan. Kategori negara makmur yang maju perekonomiannya

adalah negara yang memiliki sekurang-kurangnya 2% dari jumlah penduduk

suatu negara. Menurut McClelland (2008), salah satu faktor yang

menyebabkan sebuah negara menjadi maju adalah ketika jumlah

wirausahawan yang terdapat di negara tersebut berjumlah 2% dari populasi

penduduknya. Saat ini, jumlah wirausaha yang terdapat di Indonesia

mencapai 400 ribu jiwa atau lebih kurang 1.65% dari total penduduk yang

berperan sebagai wirausaha. Keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh

negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang tidaklah lepas dari

peran dunia kewirausahaan. Amerika Serikat misalnya yang memiliki jumlah

wirausaha sebesar 11,5% dari populasi penduduknya atau negara tetangga

yaitu Singapura dengan 7,2% warganya bekerja sebagari wirausaha. Efeknya

tidak mengherankan bila kedua negara tersebut menjadi negara dengan

perkembangan ekonomi termaju di dunia.

Page 25: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 12

Kewirausahaan memiliki peran penting dalam memajukan ekonomi dan

kemajuan ekonomi merupakan salah satu faktor utama yang dapat

meningkatkan martabat bangsa di kancah Internasional. Sekarang ini

Indonesia termasuk anggota G-20—negara-negara yang memiliki ekonomi

terbesar di dunia ini. Indonesia adalah satu-satunya negara Asia Tenggara

yang menjadi anggota G-20 tersebut, karena ekonomi Indonesia memang

terbesar di kawasan ini. Tetapi banyak hal yang masih harus lakukan untuk

lebih memajukan ekonomi. Sudah banyak wirausahawan Indonesia yang

mampu menembus pasar mancanegara. Hal ini merupakan modal yang baik,

karena selain mengharumkan nama Indonesia, juga sebagai penghasil devisa

yang akan memperkuat cadangan devisa. Pemerintah dapat membuka akses

seluas-luasnya dan juga mempermudah perizinan agar produk bisa dijual di

pasar Internasional. Banyak pangsa pasar yang bisa dikembangkan seperti

pasar ASEAN, Asia Pasifik dan dunia. Saat ini Indonesia diuntungkan sebagai

negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tengah lesunya

perekonomian negara lain terutama di Eropa dan Amerika.

Kajian Bank Indonesia (2016) dilaksanakan dalam rangka mengetahui

posisi daya saing UMKM Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN

lainnya dan menyusun strategi peningkatan daya saing UMKM Indonesia

dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kajian dilaksanakan untuk

dapat memberikan indikasi mengenai posisi daya saing UKMK sebagai

berikut:

1. UMKM merupakan pelaku ekonomi yang penting dalam hal penyerapan

tenaga kerja di negara-negara ASEAN.

2. Meskipun UMKM termasuk di dalamnya usaha skala mikro mencakup 96

persen dari keseluruhan usaha di negara-negara ASEAN, kontribusinya

dalam pembentukan nilai tambah masih terbatas, UMKM berkontribusi

sebesar 42 persen dari total PDB negara-negara ASEAN.

3. Kontribusi UMKM ASEAN terhadap nilai ekspor dan jaringan produksi

global dan regional (Global Value Chain) lebih rendah daripada

perusahaan besar ASEAN.

4. Kinerja UMKM Indonesia masih relatif rendah dibandingkan negara-

negara ASEAN dengan tingkat pembangungan yang relatif sama,

terutama dari segi produktivitas, kontribusi terhadap ekspor, partisipasi

Page 26: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 13

dalam jaringan produksi global dan regional serta kontribusi terhadap nilai

tambah.

Di Indonesia memiliki Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang

merupakan model usaha yang sangat penting untuk menjaga stabilitas

perekonomian. UMKM menawarkan peluang bisnis yang besar dan

memberikan dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, berkontribusi

terhadap PDB dan distribusi hasil pembangunan. Menurut data Kementerian

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, pada tahun 2014 terdapat sebanyak

57, 8 juta pelaku UMKM di Indonesia. Sedangkan menurut data Bank

Indonesia tahun 2015, UMKM berkontribusi pada Produk Domestik Bruto

(PDB) sebesar 60% dan tingkat penyerapan tenaga kerja sebesar 97% dari

seluruh tenaga kerja nasional. Dengan demikian wirausaha perperan dalam

menggerakkan roda perekonomian, (Mutmainah, 2016).

Seorang wirausahawan akan berusaha menciptakan produk atau jasa

yang bisa diterima konsumen. Wirausahawan bisa menggaji karyawan yang

membantunya. Karyawan tersebut kemudian mempunyai pendapatan untuk

keluarganya, sehingga keluarganya bisa memiliki daya beli untuk memenuhi

kebutuhannya. Wirausahawan dapat berperan dalam menyediakan lapangan

kerja untuk masyarakat. Lapangan kerja di Indonesia tidak sebanding dengan

pencari kerja. Penduduk yang memperoleh pendidikan yang lebih tinggi tidak

berorientasi menjadi karyawan, bisa menjadi solusi dengan menyediakan

lapangan pekerjaan minimal untuk dirinya sendiri. Para sarjana harus

mencoba untuk merubah mindset dimana masih menjadi stereotip di

masyarakat semakin tinggi pendidikan, semakin berpeluang untuk bekerja di

perusahaan besar dan dibayar tinggi.

Peran lain dari wirausaha adalah sebagai salah satu sumber pemasukan

pemerintah baik pusat maupun daerah dari sisi pajak. Wirausahawan

membayar berbagai macam pajak seperti pajak penjualan dll. Dukungan

pemerintah kepada masyarakat sangat penting karena perannya dalam

pembayaran pajak. Para wirausahawan Indonesia telah memajukan bangsa

melalui sumbangan-sumbangannya di berbagai bidang seperti pendidikan,

budaya, kesehatan dan lain-lain. Saat ini sudah banyak dikenal istilah social

entreprenuer. Social entreprenuer atau wirausahawan sosial merupakan

seseorang yang mampu mengidentifikasi problem sosial di sekitarnya seperti

Page 27: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 14

pendidikan, kesehatan, pengangguran dan lain-lain untuk kemudian melalui

kemampuan kewirausahaannya berhasil membantu menyelesaikan

permasalahan tersebut. Negara Indonesia membutuhkan banyak

wirausahawan sosial, sehingga bisa mengatasi masalah yang masih banyak

terjadi di masyarakat. Seorang social entreprenuer dari Bangladesh yang

cukup mendunia adalah Muhammad Yunus. Melalui Grammen Bank yang

dibukanya berhasil memberdayakan banyak orang dan membantu banyak

orang keluar dari jerat kemiskinan terutama kalangan kaum ibu, (Nurhayati,

2016).

Menurut Azwar (2013), menumbuhkan jiwa kewirausahaan para

mahasiswa perguruan tinggi merupakan alternatif untuk mengurangi tingkat

pengangguran, karena para sarjana diharapkan dapat menjadi wirausahawan

muda terdidik yang mampu merintis usahanya sendiri karena dunia bisnis

masa kini dan masa depan lebih mengandalkan knowledge dan intelectual

capital. Untuk itu agar dapat meningkatkan daya saing bangsa,

pengembangan wirausaha muda perlu diarahkan pada kelompok muda

terdidik (intelektual).

Niat dibutuhkan sebagai langkah awal dalam memulai menjadi

wirausaha. Menurut Ramayah & Harun (2005), niat berwirausaha

didefinisikan sebagai keinginan individu untuk melakukan tindakan wirausaha

dengan menciptakan produk baru atau jasa melalui peluang bisnis dan

pengambilan risiko. Kegiatan kewirausahaan sangat ditentukan oleh niat

individu itu sendiri. Orang- orang tidak akan menjadi pengusaha secara tiba-

tiba tanpa adanya pendorong tertentu. Pendidikan kewirausahaan menjadi

faktor penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan keinginan, jiwa

dan perilaku berwirausaha di kalangan generasi muda. Pendidikan menjadi

sangat penting karena merupakan sumber sikap dan niat keseluruhan untuk

menjadi wirausahawan sukses di masa depan (Fatoki, 2014).

Besarnya niat seseorang menjadi wirausaha menarik peneliti untuk

meneliti faktor-faktor yang dianggap bisa mempengaruhi niat dalam

berwirausaha yaitu pengaruh pendidikan kewirausahaan, self efficacy dan

locus of control. Self efficacy adalah kepercayaan seseorang atas

kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, atau dengan kata

lain, kondisi motivasi seseorang yang lebih didasarkan pada apa yang

Page 28: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 15

mereka percaya daripada apa yang secara objektif benar. Persepsi pribadi

seperti ini memegang peranan penting dalam pengembangan niat seseorang

(Indarti dan Rostiani, 2008). Locus of control menurut Kreitner dan Kinicki

dalam (Wiriani at al, 2013), terdiri dari dua konstruk yaitu internal dan

eksternal, dimana internal locus of control apabila seseorang meyakini bahwa

apa yang terjadi selalu berada dalam kontrolnya dan dia selalu mengambil

peran serta bertanggung jawab dalam setiap pengambilan keputusan,

sedangkan external locus of control apabila seseorang meyakini bahwa

kejadian dalam hidupnya berada di luar kontrolnya.

1.3 Pengertian Kewirausahaan

Untuk mengetahui pengertian kewirausahaan, berikut ini adalah beberapa

definisi mengenai wirausahawan:

a. Wirausahawan adalah seseorang yang menemukan gagasan baru dan

selalu berusaha menggunakan sumber daya yang dimiliki secara optimal

untuk mencapai tingkat keuntungan tertinggi.

b. Wirausahawan adalah orang yang memiliki pandangan yang tidak lazim,

yaitu orang yang dapat mengenali potensi atas barang dan jasa.

Wirausahawan akan bereaksi terhadap perubahan ekonomi dan

kemudian menjadi pelaku dalam mengubah permintaan menjadi produksi.

c. Wirausahawan adalah orang yang memiliki seni dan keterampilan tertentu

dalam menciptakan usaha yang baru. Wirausahawan memiliki

pemahaman sendiri akan kebutuhan masyarakat dan dapat memenuhi

kebutuhan tersebut. Wirausahawan akan memengaruhi masyarakat

dengan membuka usaha baru, tetapi pada saat yang sama dipengaruhi

oleh masyarakat untuk mengenali kebutuhan dan memenuhinya melalui

ketajaman manajemen sumber daya

d. Wirausahawan adalah orang yang dapat melihat cara-cara yang ekstrem

dan mau mengubah sesuatu yang tak bernilai atau bernilai rendah

menjadi sesuatu yang bernilai tinggi (misalnya, dari terigu menjadi roti

bakar yang lezat), dengan cara memberikan nilai baru ke barang tersebut

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Apabila suatu nilai ditambahkan ke

dalam suatu produk/barang, maka akan didapatkan keuntungan.

Page 29: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 16

Berdasarkan definisi di atas, terdapat ciri umum yang selalu terdapat

dalam diri wirausahawan, yaitu kemampuan mengubah sesuatu menjadi lebih

baik atau menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, atau berjiwa kreatif

dan inovatif, Ciri "kreatif' dan "inovatif" ini sebagai sifat yang terdapat pada diri

wirausahawan, Jadi, pengusaha atau wirausahawan (entrepreneur) adalah

seseorang yang menciptakan sebuah usaha atau bisnis yang dihadapkan

dengan risiko dan ketidakpastian untuk memperoleh keuntungan dan

mengembangkan bisnis dengan cara mengenali kesempatan dan

memanfaatkan sumber daya yang diperlukan.

Adapaun istilah wirausaha (entrepreneur) sering kali tumpang tindih

dengan istilah wiraswasta. Secara etimologi wiraswasta terdiri dari tiga kata

yaitu wira yang berarti manusia unggul, teladan, berani berbudi luhur; swa

artinya sendiri atau mandiri; sedangkan sta artinya berdiri. Menurut etimologi

bahasa sanksekerta tersebut wiraswasta diartikan sebagai manusia yang

memiliki keberanian, keteladanan dan keperkasaan dalam memenuhi

kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang

ada pada diri sendiri, Alma, (2000). Wirausaha diartikan sebagai orang yang

mempunyai kemampuan menemukan dan menilai kesempatan-kesempatan

usaha, mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan dan segera bertindak

untuk memperoleh keuntungan dan peluang tersebut. Jadi kewirausahaan

adalah kegiatan yang memadukan watak pribadi, keuangan dan sumberdaya

dari lingkungan.

Sedangkan Entrepreneur artinya orang yang mampu mengkombinasikan

sumberdaya, tenaga kerja, material dan peralatan dalam rangka

meningkatkan nilai yang lebih baik daripada sebelumnya atau orang yang

mamu memperkenalkan perubahan-perubahan, memiliki kreativitas dan

inovasi, serta perbaikan produksi. Entrepreneurship adalah proses pola pikir

dengan menciptakan sesuatu yang lain yang menggunakan waktu untuk

aktivitas yang disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa untuk

memperoleh kepuasan serta kebebasan pribadi. Istilah Entrepreneurship

diapdosi dari Bahasa Perancis, entreprendre yang berarti melakukan (to

under take), memulai atau berusaha melakukan tindakan mengorganisir dan

mengatur. Istilah Entrepreneurship mulai diperkenalkan dalam tulisan Richard

Cantillon yang berjudul Essai Sur la Nature du Commerce en General tahun

Page 30: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 17

1755, Bula (2012). Seorang wirausaha atau entrepreneur adalah seorang

pemimpin artinya seorang wirausaha harus percaya pada diri sendiri, memiliki

kemampuan mengambil resiko, fleksibilitas tinggi, dan memiliki keinginan kuat

untuk mencapai sesuatu serta tidak memiliki berkeinginan untuk tergantung

pada orang lain.

Pengertian kewirausahaan berasal dari kata enterpreneur yang berarti

orang yang membeli barang dengan harga yang pasti meskipun orang itu

belum mengetahui berapa harga barang yang akan dijual. Wirausaha sering

juga disebut wiraswasta yang artinya sifat-sifat keberanian, keutamaan,

keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan

sendiri. Pengertian lainnya menyebutkan kewirausahaan adalah proses

menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan

disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta

kebebasan pribadi. Raymond & Russel (1987) memberikan definisi tentang

wirausaha dengan menekankan pada aspek kebebasan berusaha yang

dinyatakannya sebagai berikut: An entrepreneur is an independent growth

oriented owner operator.

Proses kewirausahaan diawali dengan adanya proses kewirausahaan

diawali dengan adanya inovasi menurut Carol Noore yang dikutip oleh

Bygrave (1996). Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang

berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi,

organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk

locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan

kemudian berkembangan menjadi wirausahawan yang besar. Secara internal,

keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti locus

of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor

yang berasal dari lingkungan yang memengaruhi diantaranya model peran,

aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi

kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan

keluarga.

Dalam literatur-literatur, kewirausahaan diartikan berbeda-beda oleh

para ahli. Berikut beberapa pengertian entrepreneurship (kewirausahaan),

Suryana (2013) menyatakan bahwa entrepreneurship merupakan sebuah

proses penciptaan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan

Page 31: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 18

mencari peluang dari masalah yang dihadapi oleh setiap orang dalam

kehidupan sehari-hari. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat ide

baru dengan melakukan kombinasi, mengubah, atau merekonstruksi ide-ide

lama. Sedangkan inovasi merupakan kemampuan dalam penemuan suatu

proses produksi atau pengenalan akan suatu produk yang baru. Sunyoto &

Wahyuningsih. (2003) memiliki pandangan tentang entrepreneurship yang

berbeda yaitu suatu sikap untuk menciptakan sesuatu yang baru serta bernilai

bagi diri sendiri dan orang lain. Entrepreneurship dipandang tidak hanya

mencari keuntungan pribadi, namun juga harus mempunyai nilai sosial.

Kartajaya (2008) menyampaikan pengertian entrepreneurship yaitu

suatu usaha yang dapat menciptakan sesuatu yang menghasilkan dengan

menciptakan nilai melalui pengamatan atas suatu kesempatan bisnis, dengan

melakukan manajemen terhadap risiko yang mungkin timbul serta

keterampilan untuk berkomunikasi serta memobilisasi sumber daya yang ada

terutama sumber daya manusia. Marlo (2013) menjelaskan bahwa

entrepreneurship adalah kemampuan seseorang dalam kepekaan

terhadap peluang dan memanfaatkan peluang tersebut untuk melakukan

perubahan pada sistem yang ada. Dalam dunia entrepreneurship, peluang

adalah kesempatan untuk mewujudkan atau melaksanakan suatu usaha

dengan tetap memperhitungkan resiko yang akan dihadapi. Robbin & Coulter

(2012) menjelaskan kewirausahaan adalah suatu proses dimana seseorang

atau suatu kelompok individu menggunakan upaya & sarana yang terorganisir

untuk mencari sebuah peluang dan menciptakan suatu nilai yang tumbuh

dengan memenuhi kebutuhan serta keinginan melalui sebuah inovasi dan

keunikan, mereka biasanya tidak mempedulikan apapun sumber daya yang

digunakan pada saat ini. Berdasarkan definisi dari beberapa pendapat di atas,

maka dapat diperoleh secara rinci unsur-unsur utama yang ada

dalam entrepreneurship, yaitu: mereka yang mampu menerapkan kreativitas

dan inovasi, memanfaatkan peluang, membuat perubahan, dan memberikan

nilai tambah bagi dirinya sendiri maupun orang lain orang lain.

Pilihan menjadi seorang wirausaha hendaknya dipertimbangkan sisi

positif negatifnya. Wirausaha mengalami berbagai tekanan pribadi yang tidak

menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan waktu, tenaga dan

fikiran lebih banyak. Kemungkinan gagal dalam bisnis dan tidak adanya

Page 32: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 19

jaminan untuk berhasil. Tidak seorangpun menginginkan kegagalan, akan

tetapi seorang wirausaha harus siap menerima berbagai resiko yang

berhubungan dengan kegagalan bisnis. Wirausaha memerlukan komitmen

dan pengorbanan tinggi, karena akan mendapatkan tantangan yang berupa

kerja keras, tekanan emosional dan resiko ketidakpastian. Wirausaha tentu

mengharapkan dapat mengambil imbalan dari usaha/bisnis yang dilakukan.

Imbalan wirausaha dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, dari sisi

pembentukan karakter seorang wirausaha/ entrepreneur. Hal ini dapat dicapai

melalui: 1) Mengembangkan dan membiasakan unjuk kerja yang

mengedepankan ide kreatif dalam berpikir dan sikap mandiri bagi mahasiswa

dalam proses pembelajaran. Untuk lebih menekankan model latihan, tugas

mandiri, problem solving, cara mengambil keputusan, menemukan peluang.

2) Menanamkan sikap dan perilaku jujur dalam komunikasi dan bertindak

dalam setiap kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pembelajaran

sebagai modal dasar dalam membangun mental entrepreneur. 3) Para

praktisi pendidikan juga perlu sharing dan memberi support atas komitmen

pendidikan tentang mental entrepreneurship ini kepada lembaga-lembaga

terkait dengan pelayanan bidang usaha yang muncul di masyarakat agar

benar-benar berfungsi dan benar-benar menyiapkan kebijakan untuk

mempermudah dalam melayani masyarakat.

1.4 Karakteristik Wirausaha

Inti perbedaan antara pengusaha biasa dan wirausahawan bisnis adalah

bahwa penguasa biasa menjalankan bisnis di bidang yang sudah lazim

dengan produk yang lazim pula. Wirausahawan bisnis membangun bisnisnya

dari ide inovatifnya sendiri, serta lebih fokus pada kualitas produk dan

kepuasan pelanggan ketimbang terlalu fokus pada laba. Tipe paling

mendasar dalam wirausaha adalah wirausaha bisnis/Business Entrepreneur,

yaitu wirausaha yang bergerak dalam bidang produksi barang dan jasa serta

pemasarannya. Banyak orang yang bertanya apa bedanya pengusaha biasa

dengan wirausahawan bisnis? padahal mereka melakukan hal yang sama,

yaitu menghasilkan barang dan jasa serta memasarkannya. Adapun

perbedaannya yaitu sebagai berikut:

Page 33: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 20

Tabel 1.1 Perbedaan antara Pengusaha Biasa dengan Wirausaha Bisnis

Pengusaha Biasa Wirausahawan Bisnis

Memiliki sebuah usaha Memiliki banyak usaha Biasanya bermain aman Tegas dan ambisius Biasanya berorientasi laba Berorientasi pelanggan Mendapatkan usaha dari membeli, donasi, atau warisan

Mencipta idenya sendiri dan mengubahnya menjadi bisnis

Umumnya mengikuti pola yang sudah umum

Seorang inovator

Bekerja untuk perusahaan Perusahaan bekerja untuknya Biasanya merekrut orang untuk turut andil dalam menghasilkan laba

Merekrut orang untuk membuat hidup mereka lebih baik

Sumber: Andriani (2016)

Creative entrepreneur adalah orang yang bergerak di bidang usaha

menciptakan atau memanfaatkan pengetahuan dan informasi. Contohnya

adalah orang yang bergerak di bidang pembuatan film, iklan, video game,

penerbitan buku, musik, dan sebagainya. Dalam semua bidang tersebut, yang

menjadi modal utamanya adalah kreativitas dalam mencipta suuatu produk.

Setiap produk yang dihasilkan oleh creative entrepreneur merupakan produk

yang unik dan karena itu memiliki perjalanan hidupnya masing-masing. Difinisi

lain tentang creative entrepreneur yaitu dari seorang konsultan kebijakan,

Howkins (2010) sebagai orang yang menggunakan kreativitas untuk

memunculkan kekayaan di dalam diri mereka sendiri dibandingkan dengan

menggunakan modal eksternal.

Technopreneur adalah seorang wirausahawan yang menghasilkan

kekayaan dengan cara memanfaatkan teknologi informasi yang pesat

berkembang. Membicarakan technopreneurship ini sangat menarik karena

banyak begitu banyak inovasi teknologi informasi, seperti Google maupun

Apple yang tumbuh menjadi sangat besar. Seorang technopreneur adalah

seorang yang berusaha memberikan layanan yang memberikan nilai tambah,

rasa gembira, atau ketagihan kepada mereka yang menikmati produknya.

Jika business entrepreneurs mengukur keberhasilan dari kinerja

keuangannya (keuntungan ataupun pendapatan) maka social

entrepreneur keberhasilannya diukur dari manfaat yang dirasakan oleh

masyarakat. Social entrepreneur adalah seorang wirausahawan yang

Page 34: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 21

bergerak di bidang usaha perbaikan kondisi-sosial, lingkungan, pendidikan,

dan ekonomi masyarakatnya. Social entrepreneur adalah seorang yang

menjalankan usahanya menciptakan perbaikan social melalui pasar.

Pengertian sederhana dari social entrepreneur adalah seseorang yang

mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan

entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial (social change),

terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan

(healthcare).

Kewirausahaan sosial diawali dengan keprihatinan terhadap keadaan

sosial yang berujung menjadi sebuah model bisnis baru. Kewirausahaan

sosial merupakan kombinasi dari semangat besar dalam misi sosial dengan

disiplin, inovasi dan keteguhan seperti yang lazim ditemukan di dunia bisnis.

Dapat dikatakan kewirausahaan sosial menggunakan sikap mental wirausaha

demi tujuan-tujuan sosial. Kewirausahaan sosial merupakan solusi alternatif

yang kreatif karena tidak hanya berorientasi pada keuntungan belaka akan

tetapi juga kesejahteraan masyarakat. Melalui kewirausahaan sosial, masalah

ekonomi Indonesia dapat sedikit teratasi. Karena dengan ini, masyarakat

akan terlibat langsung dalam menjadi pelaku bisnis dan keuntungannya akan

dikembalikan lagi ke masyarakat untuk dikembangkan. Tujuan jangka

panjangnya, kewirausahaan sosial dapat membantu masyarakat menjadi

lebih mandiri dalam hal finansial dan tidak selalu menggantungkan pada

kebijakan pemerintah yang cenderung hanya sebagai pemanis buatan

(sementara), seperti subsidi dan bantuan langsung tunai, Sakwati (2011).

Selanjutnya wirausaha dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori:

! Berdasarkan profilnya dalam masyarakat, Zimmers & Scarborough (2008):

a. Women Entrepreneur ialah perempuan pengusaha, perempuan yang

terjun di dunia wirausaha dalam skala kecil maupun skala besar. Banyak

wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasannya mereka menekuni

bidang bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara lain ingin

memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah

tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.

b. Monority Entrepreneur ialah pengusaha minoritas, penghubung dengan

pemilik minoritas sesama pengusaha kecil, sering

mendiskusikan tantangan dan sarana pertukaran bisnis. Kaum minoritas

Page 35: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 22

terutama di negeri kita Indonesia kurang memiliki kesempatan kerja di

lapangan pemerintah sebagaimana layaknya warga negara pada

umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis

dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula para perantau dari daerah

tertentu yang menjadi minoritas pada suatu daerah, mereka juga bergiat

mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama makin

maju, dan mereka membentuk organisasi minoritas di kota-kota tertentu.

c. Migrant Entrepreneur ialah pengusaha imigran, orang yang pindah dari

negaranya ke negara lain untuk mengembangkan usahanya.

d. Part Time Entrepreneur ialah pengusaha paruh waktu, orang yang

menjalankan usahanya secara separuh waktu dikarenakan adanya jadwal

kegiatan yang padat. Kaum pendatang yang memasuki suatu daerah

biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu,

mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersifat non formal

yang dimulai dari berdagang kecil-kecilan sampai berkembang menjadi

perdagangan tingkat menengah.

e. Home Based Entrepreneur. Pengusaha berbasis rumah sebagai tempat

untuk menjalankan suatu usaha. Ibu-ibu rumah tangga memulai kegiatan

bisnisnya dari rumah tangga misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue

dan aneka masakan, mengirim kue-kue ke toko eceran di sekitar

tempatnya. Akhirnya usaha makin lama makin maju.

Usaha catering banyak dimulai dari rumah tangga yang bisa masak.

Kemudian usaha catering ini berkembang melayani pesanan untuk pesta.

f. Family Owned Business ialah dimana satu atau lebih anggota dari satu

atau lebih keluarga memiliki kepemilikan komitmen yang signifikan

terhadap keseluruhan bisnis. Sebuah keluarga dapat membuka berbagai

jenis dan cabang usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih

dulu oleh bapak setelah usaha bapak maju dibuka cabang baru dan

dikelola oleh ibu. Kedua perusahan ini maju dan membuka beberapa

cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda.

Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak

mereka. Dalam keadaan sulitnya lapangan kerja pada saat ini maka

kegiatan semacam ini perlu dikembangkan.

Page 36: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 23

g. Copreneurs ialah pasangan yang terjun ke dalam bisnis dan memiliki

hubungan pribadi. Copreneur dibuat dengan cara menciptakan

pembagian pekerjaan berdasarkan keahlian masing-masing orang.

Orang- orang yang ahli diangkat menjadi penanggung jawab divisi-divisi

tertentu dalam bisnis yang sudah ada. Copreneurs antrepreneurial

complecs who work together as co-owners their businesses, Zimmerer &

Scarborough, (1996). Copreneurs ini berbeda dengan usaha famili yang

disebut sebagai usaha Mom & Pop (“Pop as “boss” and Mom as

“subordinate”)

Berdasarkan tingkat kebebasan, Raymond Kao-Russel Knight (1987)

memberikan definisi tentang wirausaha dengan menekankan pada aspek

keberhasilan berusaha yang dinyatakannya sebagai berikut: An entrepreneur

is an independent growth oriented owner-operator. Berdasarkan hal tersebut

istilah entrepreneur mempunyai arti yang berbeda pada setiap orang karena

mereka melihat konsep ini dari berbagai sudut pandang. Aspek umum yang

terkandung dalam pengertian entrepreneur yaitu adanya unsur resiko,

kreatifitas, efisiensi, kebebasan dan imbalan. Kebebasan dalam bekerja

adalah nilai lebih bagi seorang entrepreneur. Pada dasarnya, orang yang

mempunyai jiwa kepemimpinan ataupun orang yang memiliki inisiatif, akan

lebih tertantang untuk melakukan suatu pekerjaan yang membebaskan

segala inovasi dan kreativitasnya. Kebebasan dalam bekerja merupakan

sebuah model kerja dimana seseorang melakukan pekerjaan untuk dirinya

sendiri dan tidak berkomitmen untuk majikan pada jangka panjang tertentu.

Berangkat kerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal, atau

berbisnis jarang-jarang tetapi sekali mendapat untung, untungnya cukup

untuk dinikmati berbulan-bulan atau cukup untuk sekian minggu ke depan

(Raymond Kao & Russell Knight, 1987).

Berbagai bentuk kebebasan banyak muncul dari definisi tersebut.

Raymond melihat adanya suatu rentang spektrum dari aspek kebebasan

yang bergerak dari pengusaha perseorangan yang bebas murni sampai

kepada seorang manajer dalam perusahaan milik orang lain. Wirausaha

tidak membentuk suatu stereotipe sendiri tetapi ada banyak bentuk dan

tipe wirausaha. Salah satu bentuknya adalah wirausaha waralaba (franchise

entrepreneur) yang terletak pada titik tengah spektrum di atas. Seorang

Page 37: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 24

pewaralaba adalah memiliki usaha yang independent akan ia tergantung

pada ikatan kontrak kerjasama resmi dan tunduk pada pengusaha pemberi

hak waralaba (franchisor). Demikian halnya seorang distributor yang harus

tunduk pada peraturan yang ditetapkan oleh produsen pembuat produk

tertentu. Juga pengusaha yang melakukan perkongsian bagi hasil mereka

juga sedikit mengorbankan independensinya. Sebuah perusahaan yang dibeli

oleh pihak lain tetapi pemiliknya masih tetap tinggal dalam perusahaan

tersebut sebagai general manajer dia juga tidak bebas. Manager sebuah

divisi pada suatu perusahaan bebas lakukan kegiatan dalam lingkup divisinya

akan tetapi harus tunduk pada aturan-aturan umum perusahaan.

Selanjutnya diungkapkan pula 3 tipe utama dari wirausaha yaitu:

1. Wirausaha Ahli (Craftman) atau seorang penemu memiliki suatu ide yang

ingin mengembangkan proses produksi system produksi, dan

sebagainya. Dia cendrung bergerak dalam bidang penelitian membuat

model percobaan laboratorium dan sebagainya. Dia juga menjual lisensi

idenya untuk dijadikan produk komersial. Pengetahuannya lebih banyak

pada bidang teknis produksi dibandingkan pengetahuan di bidang

pengawasan, finance dan sebagainya. Misalnya seorang tukang

mendirikan sebuah perusahaan kontruksi seorang sopir truk membuka

perusahaan pengangkutan, seorang dokter membuka sebuah

perusahaan klinik kesehatan. Sebagian besar wirausaha berasal dari tipe-

tipe individu seperti ini.

2. The Promoter adalah seorang individu yang tadinya mempunyai latar

belakang pekerjaan sebagain seles atau bidang marketing yang

kemudian mengembangkan perusahaan sendiri. Keterampialan yang

sudah ia miliki biasanya merupakan faktor pendorong untuk

mengembangkan perusahaan yang baru ia rintis.

3. General Manager adalah seorang individu yang ideal yang secara sukses

bekerja pada sebuah perusahaan dia banyak menguasai keahlian bidang

produksi, permasalahan, permodalan dan pengawasan). Manager sebuah

divisi pada suatu perusahaan bebas melakukan kegiatan dalam

melakukan definisinya akan tetapi dia harus tunduk kepada aturan-aturan

umum perusahaan. Sebagai kesimpulan Raymond Kao menyatakan

Page 38: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 25

bahwa adalah sulit untuk menggambarkan secara pasti pengertian

wirausaha untuk tujuan akademis.

! Berdasarkan jenis dan fungsi tanggung jawabnya (Justin, Carlos dan

William)

1. Founders (Pendiri Perusahaan)

Umumnya founders dipertimbangkan sebagai wirausaha murni. Pendiri

perusahaan mungkin seorang investor yang memulai bisnis berdasarkan

barang atau jasa yang baru atau yang sudah diimprovisasi. Mereka

mungkin juga seorang pekerja tangan yang mengembangkan

keahliannya dan kemudian memulai perusahannya sendiri. Ketika

bertindak sendiri atau bagian dari suatu group pendiri perusahaan

membawa perusahaan menjadi nyata dengan melakukan survei pasar,

mencari dana dan memberikan fasilitas yang diperlukan.

2. General Manajer

Dalam kondisi tertentu setelah pendirian suatu perusahaan baru mungkin

perusahaan tersebut dibeli atau didanai oleh pihak kedua atau wirausaha

lain yang bertindak sebagai administrator bisnis. Jadi kita mengakui

wirausaha lain yang disebut general manajer sebagai seorang yang

mengepalai operasi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.

3. Franchise

Franchise berfungsi sebagai wirausaha yang terbatas. Kekuasaan

seorang wirausaha waralaba dibatasi dengan hubungan kontrak kerja

dengan franchisor.

! Berdasarkan latar belakang dan gaya manajemen, Norman R Smith

(2012).

1. Wirausaha Artisan

Seseorang yang memulai bisnisnya hanya berdasarkan keahlian teknis

yang dimilikinya digolongkan sebagai wirausaha artisan. Seorang ahli

mekanik yang memulai usaha bengkel di garasi rumahnya adalah contoh

wirausaha artisan. Pendekatan manajemen wirausaha artisan

biasanya lebih bersifat kekeluargaan dan paternalistik sehingga

cenderung enggan mendelegasikan kewenangannya, mereka membatasi

strategi pemasaran pada komponen harga secara tradisional, kualitas

Page 39: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 26

dan reputasi perusahaan, orientasi waktu mereka singkat, dengan

sedikit perencanaan atau pertumbuhan di masa mendatang.

2. Wirausaha Oportunitis

Selain berbekal keahlian/pendidikan teknis wirausaha oportunitis juga

membekali diri dengan pengetahuan- pengetahuan non teknis seperti

ekonomi, hukum, bahasa dan lain sebagainya. Berbeda dengan

wirausaha artisan, wirausaha oportunitis menghindari sistem paternalistik

dengan lebih banyak mendelegasikan kewenangan yang diperlukan bagi

pertumbuhan perusahaan, menggunakan berbagai strategi pendekatan

dalam pemasaran, mendapatkan permodalan lebih dari dua sumber

dan merencanakan pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.

1.5 Tantangan Berwirausaha

Keberhasilan wirausaha dicapai apabila wirausaha menggunakan produk,

proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali

perubahan. Mengubah tantangan menjadi peluang. Menciptakan permintaan

melalui penemuan baru (market driven). Menurut Zimmerer, ide-ide yang

berasal dari wirausaha dapat menciptakan peluang untuk memenuhi

kebutuhan pasar. Dalam mengevaluasi ide, wirausaha perlu mengidentifikasi

dan mengevaluasi semua resiko yang mungkin terjadi dengan cara:

1) Pengurangan resiko melalui strategi yang proaktif

2) Penyebaran resiko pada aspek yang paling mungkin

3) Pengelolaan resiko yang mendatangkan nilai atau manfaat

Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha adalah sebagai berikut :

1. Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan

usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan

melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru,

melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis

usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri /

manufaktur / produksi atau jasa.

2. Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap “jalan”, tahap

ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan

usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan,

Page 40: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 27

organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko

dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.

3. Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil

yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk

ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi

4. Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh

tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan

maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.

Seseorang yang berminat untuk berwirausaha karena adanya imbalan

yang kuat. Beberapa orang mungkin lebih tertarik pada satu jenis imbalan

tertentu daripada sebagian yang lain yang lebih tertarik pada kepuasan yang

mungkin didapat dengan berusaha. Imbalan berusaha diperoleh sebagai

balasan dan berbagai tantangan yang dihadapi orang yang memulai dan

mengoprasikan bisnisnya merupakan imbalan kerja keras menyita banyak

waktu dan membutuhkan tenaga serta pikiran. Setiap orang yang tertarik

untuk berwirausaha, karena adanya imbalan yang kuat. Beberapa orang

mungkin lebih tertarik pada satu jenis imbalan tertentu daripada sebagian

yang lain yang lebih tertarik pada kepuasan yang mungkin didapat

dengan berusaha. Imbalan berusaha diperoleh sebagai balasan dan

berbagai tantangan yang dihadapi orang yang memulai dan mengoprasikan

bisnisnya merupakan imbalan kerja keras menyita banyak waktu dan

membutuhkan tenaga serta pikiran.

Wirausaha mengalami berbagai tekanan pribadi yang mungkin

tidak menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan waktu,

tenaga dan fikiran lebih banyak. Kemungkinan gagal dalam bisnis dan tidak

adanya jaminan untuk berhasil selalu ada yang mengakibatkan tidak

seorangpun menginginkan kegagalan akan tetapi seorang wirausaha harus

siap menerima berbagai resiko yang berhubungan dengan kegagalan

bisnis.

Ketika memutuskan untuk memilih menjadi seorang wirausaha akan

dipertimbangkan sisi positif negatifnya. Tantangan berupa kerja keras,

tekanan emosional dan resiko ketidakpastian memerlukan komitmen dan

pengorbanan tinggi jika kita mengharapkan dapat mengambil imbalan dari

usaha/bisnis yang dilakukan.

Page 41: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 28

Imbalan Kewirausahaan

Kebebasan Bebas dari

pengawasan dan aturan birokrasi

!

Laba Bebas dari

batasan gaji standar

!

Kepuasan Kepuasan

menjalani hidup dari kebebasan!

Gambar 1.1 Imbalan Wirausaha (Gunadhi, 2006)

Imbalan wirausaha dapat dikelompokkan dalam tiga kategori (gambar 1.1):

1. Imbalan berupa laba merupakan hasil finansial dari kegiatan bisnis

apapun yang harus dapat menggantikan kerugian curahan waktu dan

tenaga (ekuivalen dengan upah) dan dana yang

dikeluarkan/diinvestasikan (ekuivalen dengan tingkat bunga) sebelum

laba yang sebenarnya dapat direalisasikan. Dengan kata lain laba

juga diperoleh sebagai imbalanbagi resiko dan inisiatif yang

diambil dalam mengoperasionalkan bisnis, imbalan berupa laba bisa

jadi menjadi motivasi paling kuat bagi sebagian wirausaha. Orang yang

memiliki misi “memaksimalkan keuntungan dan memenuhi semua

kebutuhan hidup adalah wirausahan yang memiliki orientasi sangat besar

pada imbalan berupa laba. Walau demikian bagi sebagian wirausaha

lainnya laba dipandang sebagai salah satu cara untuk mempertahankan

nilai perusahaan. Beberapa wirausaha mungkin mengambil keuntungan

yang pantas bagi dirinya sendiri atau sebagian lainnya lebih suka

membagi-bagikan keuntungan/ laba tersebut akan tetapi kebanyakan

wirausaha puas dengan laba yang pantas karena memang laba

diperlukan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik

berupa uang maupun barang. Berwiraswasta dapat memberikan

pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang dapat menimbulkan

Page 42: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 29

minatnya untuk berwirausaha (Suhartini, 2011). Dalam bisnis,

pendapatan adalah jumlah uang yang diterima perusaha-an dari

aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada

pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding

keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah

dikurangi pengeluaran. Ekspektasi akan pengha-silan yang lebih baik

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk

menjadi wirausaha-wan atau tidak. Jika seseorang berharap

mendapatkan pendapatan lebih tinggi dengan menjadi wirausahawan, ia

akan semakin terdorong menjadi wirausahawan. pendapatan berpe-

ngaruh terhadap minat berwirausaha. Seseorang akan tertarik untuk men-

jadi wirausaha karena pendapatan yang diperolehnya jika sukses mele-

bihi karyawan. Seseorang dengan harapan pendapatan yang lebih tinggi

daripada bekerja menjadi karyawan menjadi daya tarik untuk menjadi

wirausaha.

2. Kebebasan untuk menjalankan perusahaan sesuai keinginan adalah

imbalan lain yang dapat diperoleh sebagai imbalan jasa. bagi seorang

wirausaha umumnya punya keinginan kuatuntuk menjadi “bos”

atas dirinya sendiri dan perusahaannya, bebas membuat keputusan,

bebas mengambil resiko dan memungut imbalan/laba. Seorang

wirausaha umumnya menghargai kebebasan yang ada dalam karier

kewirausahaan. Mereka dapat mengerjakan urusannya dengan

caranya sendiri, memungut labanya sendiri dan mengatur jadwalnya

sendiri. Tentunya kebebasan tersebut tidak menjamin kehidupan yang

mudah karena kebanyakan wirausaha mencurahkan waktu dan

tenaganya untuk bekerja keras demi kelangsungan usahanya.

3. Imbalan kepuasan menjalani hidup adalah kenikmatan yang diperoleh

demi kebebasan mereka dalam menjalankan bisnisnya. Kenikmatan

tersebut juga merefleksikan pemenuhan kerja pribadi pemilik pada

barang dan jasa perusahaanya. Bisnis-bisnis yang memenuhi gaya hidup

dan memberikan ketertarikan pada pola hidup tertentu pada pemiliknya

(lifestyle businesses) adalah contoh bisnis yang memberikan kepuasan

bagi pemiliknya. Misalnya orang yang sangat tertarik pada ikan hias

kemudian mendirikan usaha toko ikan hias. Sambil menjual pelaku

Page 43: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 30

Innovation (Inovasi)

Triggering Event (Pemicu)

!

Implementation (Pelaksanaan)

!

Growth (Pertumbuhan)

!

wirausaha tersebut dapat ngobrol, berdiskusi atau bertukar pengalaman

dengan pelanggan tokonya sehingga iapun memperoleh kepuasan dari

usahanya tersebut. Kepuasan menjalani hidup juga dapat diperoleh

dari kenikmatannya karena berhasil membantu orang-orang

disekelilingnya dengan membuka lapangan pekerjaan dan memberikan

upah yang layak bagi pegawai-pegawainya sehingga pelaku wirausaha

merasa menjadi orang yang lebih berguna dalam kehidupannya.

1.5 Model Proses Kewirausahaan

Terdapat empat langkah dalam model proses kewirausahaan yang

dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari dalam maupun luar diri

pribadi pelaku wirausaha. Apabila seseorang mempunyai keinginan untuk

membuka usaha baru maka ia akan mencari faktor-faktor apa saja yang

sekiranya dapat menguntungkan. Menurut Bygrave proses inovasi menjadi

langkah awal kegiatan wirausaha. Inovasi dapat dipicu oleh faktor personal

seperti dorongan berprestasi, rasa penasaran, faktor pendidikan dan

pengalaman, kesiapan mental untuk menanggung resiko dan lain

sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mendorong inovasi

antara lain adalah adanya peluang usaha yang muncul.

Gambar 1.2 Model Proses Kewirausahaan (Bygrave, 2010)

Model proses perintis dan pengembangan kewirausahaan digambarkan

oleh Bygrave dalam langkah-langkah pada Gambar 1.2. Di mana proses

Page 44: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 31

P

Proses Imitasi dan Duplikasi

!

Proses Inovasi

pemicu yang dapat memaksa seseorang terjun ke dunia usaha antara lain

faktor internal seperti ketidakpuasan pada pekerjaan yang ditekuni

sekarang. Adanya PHK dan tidak adanya pekerjaan lainnya, faktor usia dan

tanggung jawab keluarga. Faktor eksternal yang dapat mendorong antara lain

persaingan dalam kehidupan, adanya sumber-sumber yang dapat

dimanfaatkan, kebijakan pemerintah yang membuat kemudahan dan

dukungan usaha misalnya fasilitas kredit dan bimbingan usaha dari

pemerintah.

Dalam proses pelaksanaan, faktor personal pelaku wirausaha sangat

memegang peranan penting. Kesiapan mental secara total untuk melakukan

usaha, komitmen yang tinggi terhadap visi dan misi guna mencapai

keberhasilan usaha serta adanya pembantu utama dalam menjalankan usaha

adalah faktor yang mendorong pelaksanaan usaha. Proses pertumbuhan

usaha sangat dipengaruhi oleh faktor organisasi/team work yang dibentuk

untuk menjalankan sebuah usaha. Adanya tim yang kompak dalam

menjalankan usaha memungkinkan semua rencana dan pelaksanaan

operasional usaha berjalan dengan lancar. Tim yang kompak juga akan

melahirkan strategi yang handal. Adanya struktur dan budaya organisasi

yang mantap mendorong terciptanya tanggung jawab seluruh karyawan

perusahaan untuk mendukung perkembangan usaha. Kualitas produk

yang dapat dibanggakan, lokasi usaha yang strategis menjadi faktor

pendukung. Menurut Suryana proses kewirausahaan dapat terjadi seperti

pada berikut ini:

Gambar 1.3 Proses Kewirausahaan (Suryana)

Suryana (2003) menguraikan model proses kewirausahaan dengan

tahapan yang sedikit berbeda dengan apa yang diuraikan oleh Bygrave. Di

samping faktor manajerial dalam perusahaan perkembangan usaha juga

dipengaruhi faktor eksternal seperti adanya konsumen dan pemasok bahan

baku yang kontinu, adanya investor yang memperbesar modal dan adanya

Page 45: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 32

kebijakan di bidang ekonomi yang menguntungkan dunia usaha. Proses

inovasi yang menjadi inti kegiatan kewirausahaan dapat diawali dan sebuah

proses imitasi dan duplikasi. Ketika ada suatu produk baru yang sangat

digemari oleh konsumen biasanya tak lama kemudian akan bermunculan

produk- produk sejenis dari produsen yang berbeda. Proses dimana

seseorang memulai usaha dengan meniru atau menggandakan produk-

produk yang sudah terlebih dulu ada di pasaran inilah yang disebut proses

imitasi dan duplikasi.

Dalam perjalanannya terjadi berbagai kegiatan pengembangan yang

bertujuan untuk lebih meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas

produk yang dihasilkan. Dalam proses pengembangan tersebut seorang

wirausaha berusaha mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan dari produk

maupun usaha yang dijalankannya. Akhir dari proses pengembangan adalah

munculnya ide-ide baru yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru dan

berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Proses-proses kreatif dan inovatif

tersebut hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki jiwa dan sikap

kewirausahaan sebagai berikut:

! Percaya diri (yakin, optimis dan teguh pada komitmen)

! Berinisiatif (enerjik dan percaya diri)

! Memiliki motif berprestasi (berorientasi pada hasil dan berwawasan

jauh ke depan)

! Memiliki jiwa kepemimpinan, berani tampil beda mengambil resiko

dan penuh perhitungan).

! Komunikatif dan reflektif

! Bijaksana

Inovasi secara umum dapat diartikan sebagai proses eksploitasi ide,

yaitu ide cemerlang yang dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan baik

melalui aktivitas bisnis atau aktivitas lainnya.

Inovasi terdiri dari seluruh kegiatan berbasis sains, teknik, komersial dan

keuangan yang dibutuhkan untuk melancarkan pengembangan dan

pemasaran dari produk yang lebih baik atau hal-hal yang dapat bermanfaat

pada layanan sosial (OECD: 1981 dalam Lery; 2003). Dengan definisi

tersebut Nelly (1998) membagi inovasi dalam dua kategori yaitu:

Page 46: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 33

a. Inovasi Produk (Product Innovation), yaitu pemanfaatan produk baru atau

produk yang lebih baik sehingga dapat diterima dan digunakan oleh

konsumen.

b. Inovasi Proses (Process Innovation), yaitu pengadopsian proses

produksi , distribusi maupun metode yang lebih baik. Inovasi produk dan

inovasi proses adalah dua hal yang dapat saling mendukung dan tidak

berdiri sendiri (not Mutually exclussive)

c. Inovasi Organisasi (Organisational Innovation) yaitu pemanfaatan

sumberdaya manusia yang lebih efektif dan efisien yang sangat

diperlukan dalam proses eksploitasi ide.

Inovasi yaitu proses eksplorasi ide berbasis sains, dan teknis , dll. Inovasi ini

terbagi menjadi 2 yaitu : Inovasi Radikal dan Inovasi Bertahap yang keduanya

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi. Inovasi dapat menghasilkan nilai

tambah baru dan produk baru, yaitu:

a Inovasi Radikal (Radical Innovation) yaitu proses kegiatan inovasi yang

dikembangkan atau mengembangkan produk secara revolusioner atau

radikal.

b Inovasi Bertahap (Incremental Innovation) yaitu proses kegiatan inovasi yang

dikembangkan atau pengembangan secara bertahap dan

berkesinambungan.

Dengan demikian inovasi tidak hanya dominan pada lingkungan berbasis

teknologi tinggi namun dapat tumbuh pada setiap kegiatan dan setiap jenis

industri baik yang telah berjalan lama maupun industri yang sedang tumbuh

(growing industry atau new/emerging market). Apabila dapat dimanfaatkan

dengan baik inovasi memungkinkan peningkatan produktivitas dan peningkatan

mutu kehidupan ekonomi perusahaan. Ide-ide cemerlang atau inovasi bagi

seorang wiraswasta dapat menjadi sebuah peluang usaha apabila wirausaha mau

melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus melalui proses

penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda, mengamati peluang, menganalisis

proses secara mendalam dan memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi.

Seorang wirausaha melalui ide-ide inovasinya dapat meraih peluang dengan jalan:

a. Kemampuan dan pengetahuan untuk menghasilkan produk/jasa baru

b. Menghasilkan nilai tambah baru

c. Merintis usaha baru

Page 47: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 34

d. Melakukan proses/teknis baru

e. Mengembangkan organisasi baru

Untuk meraih kesuksesan, diperlukan sekurang-kurangnya beberapa karakteristik,

yakni :

1. Goals.

Goals adalah faktor dominan yang paling penting dalam mencapai

sukses. Tanpa tujuan dan target hidup yang realistis dan jelas bagaimana kita

bisa mencapai kesuksesan. Sehingga bisa terukur bagaimana trget kita

kedepannya.

2. Pikiran dan Perilaku Positif

Pikiran yang positif melahirkan perilaku positif, begitu juga berfikir jelek maka

perilaku jelek yang akan nampak. Kita adalah produk dari pikiran kita sendiri.

Mereka yang berpikir positif memandang dunia dari sudutnya, yakni perilaku can

do.

3. Networking

Kita akan sulit bisa sukses sendiri, maka kita memerlukan networking (jaringan).

Jika kita ingin mendapat pertolongan , maka kita harus bersifat menolong. Itulah

yang dilakukan oleh orang sukses; mereka berteman dan berbagi; hari ini

mereka memberi besok mereka ditolong. “Give and Take” itulah azasnya.

4. Ketabahan dan Keuletan.

Tidak ada orang yang gagal, asalkan tidak berhenti mencoba. Jika menghadapi

kesulitan atau tantangan, cobalah mencari dan memikirkan cara lain yang lebih

baik, kemudian lakukan dan lakukan lagi.

5. Tekad Untuk Berubah.

Jika tidak suka dengan hari ini, jangan harap esok akan lebih baik. Ubahlak

perilaku, prioritas dan akyivitas kita. Hanya dengan inisiatif mengubah keadaan,

kita bisa berharap besok hari akan menjadi lebih baik.

6. Hasrat (Passion)

Semua orang memiliki hasrat internal yang berkobar-kobar untuk mencapai hasil

terbaik, yang membedakan mereka dari kebanyakan. Mereka tidak memerlukan

motivasi dari luar, karena mereka memiliki “self starter motivation´ yang

mengikuti kehidupannya sehari-hari. Kekuatan mental seperti itu yang membuat

mereka tidak kenal menyerah dan tidak melakukan hal apapun kecuali untuk

mencapai tujuan hidupnya.

Page 48: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

!

! 35

7. Kepercayaan (Belief)

Kebenaran tentang batasan potensi manusia ialah pikirannya sendiri yang akan

mempengaruhi sistem kepercayaan seseorang dalam melakukan sesuatu

tindakan. Jika kita mengambangkan kepercayaan kepada kemampuan diri kita

sendiri sebagai orang besar, maka kita akan berusaha untuk melakukan hal –

hal yang besar sehingga hasilnya pun besar. Begitu juga sebaliknya. Jadi, kita

harus memberi kepercayaan kepada diri kita sendiri sebagai orang yang besar,

tetapi realistis.

8. Strategi

Yaitu peta perjalanan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan hidup kita. Kita

harus merancang suatu strategi yang memberi hidup kita arah yang jelas

menuju sukses secara efektif-efisien, agar tidak berputar – putar disuatu tempat,

melainkan tepat dan cepat menuju sasaran.

9. Energi

Tanpa vitalitas dan kekuatan tubuh untuk melakukan suatu tindakan, rasanya

semua hal baik hanya akan menjadi mimpi belaka. Sekalipun kita memiliki

ambisi yang, kepercayaan diri, namun jika tidak diikuti dengan dengan

kemampuan bertindak maka semuanya tidak akan seperti yang diharapkan.

!

Page 49: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

36

BAB II

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN

2.1. Mengapa Harus Berwirausaha

Karier seseorang akan terwujud seperti apa yang mereka inginkan di masa

depan akan ditentukan adanya perbedaan dalam pengetahuan, minat dan

budaya, serta faktor lingkungan di mana seseorang berada. Sebagiannya

akan lebih tertarik untuk meniti karier sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)

karena ada harapan menjadi pejabat dengan fasilitas yang memadai dan

mendapat uang pensiun. Sebagian lainnya lebih tertarik untuk menjadi

pegawai swasta profesional yang umumnya menjanjikan gaji besar, tunjangan

dan fasilitas lain yang menarik, serta uang pesangon. Sebagian kecil saja

yang tertarik untuk menjadi pengusaha (wirausahawan), mungkin karena

penghasilan tidak menentu, risiko terlalu besar, dan alasan paling penting

yaitu tidak mempunyai modal.

Berdasarkan berbagai pengalaman pengusaha sukses, ternyata menjadi

pengusaha menjanjikan masa depan yang sangat cemerlang, penghasilan

tidak terbatas dan dapat mengatur waktunya sendiri. Nicolescu (2009)

menunjukkan bahwa kemampuan UMKM untuk dapat bertahan dan tumbuh

tergantung dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti skala

usaha, stakeholders personality, latar belakang pendidikan, dan budaya

perusahaan (pelatihan internal), dapat mempengaruhi tingkat produktivitas

dan inovasi perusahaan. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor di luar

perusahaan seperti akses terhadap permodalan dan lingkungan kebijakan,

baik kebijakan pemerintah ataupun kondisi ekonomi suatu negara.

Kemudian muncul pertanyaan mengapa semakin banyak dibutuhkan

wirausahawan baru? Jawabannya karena tingkat pengangguran di setiap

jenjang pendidikan sudah semakin parah dan untuk itu perlu segera dicari

pemecahannya melalui penciptaan lapangan kerja di berbagai sektor usaha.

Bertambahnya pengangguran terdidik di Indonesia disebabkan karena para

lulusan perguruan tinggi lebih suka menunggu pekerjaan yang mereka

Page 50: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

37

rasakan cocok dengan pendidikan mereka dan menolak untuk bekerja di

bidang lain. terutama jika bayaran yang ditawarkan di bawah standar yang

mereka inginkan, Andika & Madjid (2012). Dengan demikian, menjadi

wirausahawan pada saat ini sangat diperlukan tidak hanya untuk kepentingan

diri sendiri, tetapi yang lebih penting dan mendesak adalah untuk mengabdi

kepada bangsa dan negara dengan menciptakan lapangan kerja bagi

masyarakat. sesuai dengan ajaran agama, dinyatakan bahwa memberi

adalah lebih baik daripada menerima.

Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau

bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan

berusaha memperoleh pekerjaan, sedangkan pengangguran terdidik adalah

seorang yang telah lulus pendidikan dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi

belum dapat memperolehnya. Para penganggur terdidik biasanya dari

kelompok masyarakat menengah ke atas yang memungkinkan adanya

jaminan kelangsungan hidup meski menganggur. Pengangguran terdidik

sangat berkaitan dengan masalah pendidikan di negara berkembang pada

umumnya. antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan

tenaga pendidik, fasilitas dan pandangan masyarakat. Pada masyarakat yang

sedang berkembang. pendidikan dipersiapkan sebagai sarana untuk

peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan kesempatan kerja yang ada.

dengan tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa

pendidikan.

Tabel 2.1 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia jumlah

angkatan kerja sebagai pengangguran terbuka pada bulan Februari 2017

mencapai 7.005.261 orang yang menunjukkan bahwa jumlah pengangguran

terbuka di Indonesia relatif cukup besar. Pengangguran tertinggi terletak pada

jenjang Sekolah Dasar (SD) sebesar 1.292.234 orang. di mana pada jenjang

ini tingkat pengetahuan dan keterampilan sangat terbatas untuk dapat

menciptakan atau memperoleh pekerjaan. Namun demikian. tingkat

pengangguran di jenjang Perguruan Tinggi (PT) yang terdiri dari Diploma

I.II.III/Akademi dan universitas juga tidak sedikit. Pengangguran PT mencapai

856.644 yang merupakan penganggur terbuka, yaitu sarjana yang lulus tetapi

belum bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Tingginya angka

pengangguran merupakan masalah yang tidak ada habisnya di Indonesia.

Page 51: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

38

Banyaknya jumlah angkatan kerja yang ingin memasuki dunia kerja tidak

sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

banyak orang yang tidak mendapatkan pekerjaan.

Tabel 2.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tinggi

No.

Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan

2015 2016 2017

Februari Agustus Februari Agustus Februari1 Tidak/belum

pernah sekolah 124.303 55.554 94.293

59.346

92.331

2 Belum/tidak

tamat SD 603.194 371.542 557.418

384.069

546.897

3 SD 1.320.392 1.004.961 1.218.954

1.035.731

1.292.234

4 SLTP 1.650.387 1.373.919 1.313.815

1.294.483

1.281.240

5 SLTA Umum 1.762.411 2.280.029 1.546.699

1.950.626

1.552.894

6 SLTA Kejuruan 1.174.366 1.569.690 1.348.327

1.520.549

1.383.022

7 Diploma

I.II.III/Akademi 254.312 251.541 249.362 219.736 249.705

8 Universitas 565.402 653.586 695.304 567.235 606.939

Total 7.454.767 7.560.822 7.024.172 7.031.775 7.005.262

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2015. 2016 dan 2017 Februari. Berdasarkan data yang ada di atas. pengangguran terbuka banyak

terjadi bagi masyarakat pada lulusan SD, SLTP, SLTA. Sekarang ini sulit bagi

orang yang mendapatkan pekerjaan yang layak untuk kesejahteraan mereka

berasal dari lulusan yang terbilang tinggi, misalnya saja lulusan Diploma/S1.

Dilihat dari standarisasi perusahaan yang membuka lapangan pekerjaan.

memang mempunyai kriteria yang tinggi terhadap pelamar atau calon

pekerjanya. Hal ini mengurangi kesempatan bagi masyarakat menengah

bawah yang cenderung keterbatasan dalam pendidikan. Namun jumlah

pengangguran terdidik di Indonesia masih cukup tinggi, untuk jenjang

universitas pada Februari 2017 tercatat sebesar 606.939 dan pada Agustus

tahun 2016 tercatat sebesar 567.235.

Jumlah tersebut setiap tahunnya akan selalu bertambah sebab setiap

tahun universitas pasti akan meluluskan para sarjana yang jumlahnya ribuan.

namun tidak semua lulusan perguruan tinggi dapat tertampung di dunia kerja.

Permasalahan pengangguran terdidik jika dibandingkan dengan

pengangguran non terdidik justru lebih kompleks pengangguran terdidik

sebab pengangguran non terdidik mau dan bersedia untuk bekerja disektor

Page 52: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

39

non formal. sedangkan pengangguran terdidik dengan bekal ilmu yang dimiliki

menginginkan bekerja di sektor formal agar mendapat gaji tinggi dan prestise

di tengah masyarakat, Yulhanrinto (2014).

Pengangguran terdidik di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor

diantaranya : 1. Pemilihan jenis pekerjaan yang diminati. Para lulusan perguruan tinggi

lebih suka memilih untuk menunggu perkerjaan yang mereka rasakan

cocok dengan pendidikan mereka dan menolak untuk bekerja di bidang

lain terutama jika bayarannya di bawah standar yang mereka inginkan. 2. Sebagian besar perguruan tinggi hanya terfokus untuk menghasilkan

lulusan yang mencari pekerjaan dan bukan sebagai pencipta lapangan

pekerjaan. Padahal sebagai lulusan yang siap bersaing mereka juga

memerlukan keahlian lain di luar bidang akademik yang mereka

kuasai sehingga memiliki nilai jual lebih dibandingkan lulusan-lulusan

lain. 3. Kurangnya minat untuk berwirausaha, mayoritas sarjana bertujuan hanya

mencari pekerjaan, bukan menciptakan lapangan pekerjaan. Menjadi

seorang wirausaha adalah alternatif yang bijaksana. Selain dapat

menciptakan lapangan kerja sendiri juga dapat membantu orang lain.

dan apabila usahanya maju dapat menyerap semakin banyak tenaga

kerja sehingga dapat membantu lebih banyak orang. Tabel 2.2 memperlihatkan bahwa penduduk berumur 15 tahun ke atas

yang bekerja sejumlah 123.539 ribu orang. Penduduk yang berusaha sendiri

sejumlah 21.849 ribu. justru paling besar jumlah dari lulusan SD yaitu 6.381

ribu. Selanjutnya lulusan SMA (SMU & SMK) sebanyak 5.353 ribu orang dan

lulusan SMP sebanyak 4.265 orang. Adapun lulusan PT yang terdiri dari

Akademi/Diploma sejumlah 381 ribu orang dan dari Universitas sebanyak 592

ribu orang. total lulusan PT adalah sebanyak 973 ribu orang. Hal ini

memperlihatkan bahwa lulusan PT masih banyak yang belum berani

membuka usaha sendiri. Data tersebut juga mengindikasikan bahwa biaya

pendidikan yang begitu tinggi sejak dari TK hingga perguruan tinggi, akhir-

akhirnya, mereka hanya sebagai pemasok pengangguran terdidik.

Penganggur-penganggur ini bukan orang-orang tidak memiliki pengetahuan

dan keterampilan, melainkan karena ingin menjadi pekerja, sementara

Page 53: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

40

kesempatan kerja terbatas. Biaya pendidikan yang notabene dengan biaya

mahal karena ada kecenderungan terjadinya komersialisasi pendidikan di

segala jenjang pendidikan, (kecuali SLTP) ke bawah, namun hasil pendidikan

dengan biaya mahal justru membuahkan pengangguran buat mereka.

Dengan biaya pendidikan mahal, namun berpotensi menghasilkan

pengangguran potensial. Untuk mengatasi pengangguran tersebut, perlu ada

instansi khusus yang tidak sekadar proyek pelatihan tradisional/konvensional

selama ini seperti yang dilakukan oleh Departemen Tenaga Kerja, tetapi perlu

dibentuk Departemen Pengentasan Pengangguran Terdidik yang dapat

menangani atau mengatasi para penganggur. Tabel 2.2

Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

2017 (Ribuan)

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2015. 2016 dan 2017 Februari.

Tabel 2.2 menunjukkan bahwa angkatan kerja pada Februari 2017

sebanyak 131.55 juta orang, naik sebanyak 6.11 juta orang dibanding

Agustus 2016 dan naik 3.88 juta orang dibanding Februari 2016. Penduduk

bekerja di Indonesia pada Februari 2017 sebanyak 124.54 juta orang. naik

sebanyak 6.13 juta orang dibanding keadaan Agustus 2016 dan naik

sebanyak 3.89 juta orang dibanding Februari 2016.! Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) Februari 2017 sebesar 5.33 persen, mengalami penurunan

Pendidikan Pekerjaan Utama

Tidak/ belum pernah

sekolah

Tidak/ belum tamat

SD

SD SLTP SLTA

Umum/ SMU

SLTA Kejuruan/

SMK

Akademi /

Diploma

Universi tas Total

Berusaha Sendiri 872 4.002 6.381 4.265 3.486 1.867 381 592 21.849 Berusaha dibantu Buruh Tidak Tetap/Tidak Dibayar

1.291 4.713 7.142 3.634 2.582 1.222 243 445 21.275

Berusaha dibantu Buruh Tetap/

Dibayar 53 398 837 820 1.068 563 187 518 4.446

Buruh/Karyawan/Pegawai 236 2.484 6.823 7.448 10.077 8.118 2.654 9.576 47.420

Pekerja bebas pertanian 330 1.567 2.274 820 228 137 1 0.821 5.360

Pekerja bebas non pertanian 119 997 2.220 1.510 646 476 20 28 6.021

Pekerja keluarga/tak dibayar 1.174 3.171 5.490 4.120 2.432 1.153 193 428 18

Tak Terjawab - - - - - - - - -

Total 4.079 17.335 31.170 22.621 20.523 13.539 3.683 11.590 124.539

Page 54: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

41

sebesar 0.28 persen poin dibanding Agustus 2016 dan turun sebesar 0.17

persen poin dibanding Februari 2016.!!

Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 131.55 juta orang. naik

sebanyak 6.11 juta orang dibanding Agustus 2016 dan naik 3.88 juta orang

dibanding Februari 2016.!Penduduk bekerja di Indonesia pada Februari 2017

sebanyak 124.54 juta orang. naik sebanyak 6.13 juta orang dibanding

keadaan Agustus 2016 dan naik sebanyak 3.89 juta orang dibanding Februari

2016.! Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2017 sebesar 5.33

persen. mengalami penurunan sebesar 0.28 persen poin dibanding Agustus

2016 dan turun sebesar 0.17 persen poin dibanding Februari 2016.! Pada

Februari 2017. sebesar 58.35 persen penduduk bekerja pada kegiatan

informal. dan persentase pekerja informal naik 0.07 persen poin dibanding

Februari 2016.!

Tabel 2.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2015. 2016 dan 2017 Februari.

Selanjutnya gambaran apa yang akan didapat dari data-data tersebut di

atas. Kita akan menemukan jawaban bahwa mencari pekerjaan relatif sulit.

Rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil 2017 hanya akan dilakukan secara

terbatas. karena moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil masih tetap berlaku.

rekrutmen tahun ini hanya dikhususkan untuk formasi yang berkaitan dengan

Jenis Kegiatan 2015 2016 2017 Februari Agustus Februari Agustus Februari

Penduduk Berumur 15 tahun ke atas

164.599.615 186.100.917 167.600.634 189.096.722 190.587.918

Angkatan Kerja 128.301.588 122.380.021 127.671.869 125.443.748 131.544.111 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)

69.50 65.76 68.06 66.34 69.02

Bekerja 120.846.821 114.819.199 120.647.697 110.411.973 124.538.849 Pengangguran Terbuka

7.454.767 7.560.822 7.024.172 7.031.775 7.005.262

Tingkat Penggangguran Terbuka (%)

5.81 6.18 5.50 5.61 5.33

Bukan Angkatan Kerja

56.298.027 63.720.896 59.928.756 63.652.974 59.043.807

Sekolah 16.514.465 16.734.963 16.245.007 15.922.029 15.844.852 Mengurus Rumah Tangga

32.488.589 38.203.701 36.158.428 39.335.203 36.078.772

Lainnya 7.294.973 8.782.232 7.525.330 8.395.742 7.720.183

Page 55: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

42

program Nawacita. Jadi pengadaannya terbatas. jumlahnya pun tidak banyak.

Harus benar-benar sesuai kebutuhan objektif berdasarkan analisa jabatan

dan analisa beban kerja (ABK) serta membidik program Nawacita.

Para sarjana pun berbondong-bondong mencoba keberuntungan agar

bisa diterima menjadi abdi negara. Profesi yang terkenal dengan kemapanan

dan jaminan masa tua ini memang tidak pernah kehilangan pesonanya.

Dibandingkan dengan gaji fresh-graduates di sektor swasta, gaji PNS

memang tidak seberapa, namun selain gaji pokok yang memang lebih kecil

dibandingkan gaji di sektor swasta, masih ada tunjangan lain yang bisa

diterima. Tunjangan kinerja, tunjangan makan, hingga tunjangan keluarga

bisa menambah nominal yang tidak sedikit. Kesempatan membuka usaha

sendiri juga terbuka luas bagi PNS. Jam kerja yang jelas dan relatif lebih

fleksibel bisa dimanfaatkan untuk mengurusi bisnis yang dirintis. Tidak sedikit

pula PNS yang memilih membuka bisnis yang dekat dengan kebutuhan

pekerjaan mereka.

Sebagai insan terdidik, akan melamar pekerjaan dengan ijazah Anda, dan

berharap untuk dapat menjadi karyawan/orang gajian (menurut Valentino

Dinsi, 2005), atau ingin menjadi wirausahawan atau menjadi pengusaha

mikro, kecil dan mencoba bangkit meninggalkan kebiasaan/mitos lama, ingin

menjadi "priyayi", untuk banting setir mengikuti jejak orang-orang sukses

tanpa mengandalkan gelar, tetapi mewujudkan mimpi di masa depan

berusaha untuk menjadi seorang usahawan sukses. Memulai dengan merintis

usaha sendiri, menumbuhkan, membesarkan, dan mewariskannya kepada

anak cucu, bahkan anak cicit.

Valentino Dinsi (2005) dalam bukunya Jangan Mau Seumur Hidup Jadi

Orang Gajian memotivasi untuk melawan kebiasaan/jalan/mitos tradisional

yang sudah mapan di pikiran kebanyakan anak muda dan atau pikiran

orangtua di Indonesia pada umumnya, bahwa setelah lulus dari sekolah

maupun lulus perguruan tinggi, pilihan pertama dan utama adalah agar

putera-puterinya menjadi pegawai ("priyayi"), agar dapat hidup teratur

(meskipun gaji kecil), terhormat (ingin memperoleh kedudukan/karier puncak),

dan atau menjadi karyawan perusahaan bergengsi, baik Badan Usaha Milik

Swasta (BUMS), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ataupun Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD) atau PNS maupun Polisi/ABRI. Ajakan Valentino Dinsi

Page 56: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

43

dalam buku tersebut agar anak muda dan atau orangtua termotivasi dan

mengubah paradigma mereka untuk melawan kebiasaan lama, yakni supaya

putera-puterinya setelah lulus dari bangku sekolah/kuliah tidak menjadi

pegawai seumur hidup, melainkan menjadi wirausaha/pebisnis.

Profesi pengusaha memang gampang-gampang susah. Banyak orang

terhalang oleh modal dengan profesi ini. Ratio persentase jumlah wirausaha

di Indonesia terus menunjukkan tren positif dalam beberapa tahun terakhir.

Tercatat pada 2014, hanya ada 1,67% penduduk di Indonesia yang menjadi

wirausaha. Pada 2016, menurut data BPS, jumlah wirausaha di Indonesia

telah mencapai 3,1%. Namun ternyata, ratio wirausaha sebesar 3,1% itu

masih belum sebanding dengan jumlah wirausaha di negara lain seperti

Malaysia (5%), China (10%), Singapura (7%), Jepang (11%), apalagi Amerika

(12%). Sejalan dengan itu, ada sejumlah cara menarik yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Semarang. Hal ini juga untuk menarik minat masyarakat

menjadi wirausaha. Salah satunya tentu saja Semarang Kreatif Galeri di Kota

Lama Semarang. Tempat yang dulunya digunakan untuk kegiatan

perkantoran tersebut disulap menjadi sebuah ruang pamer produk kerajinan

dan fashion UMKM di Kota Semarang. Setidaknya ada 68 pelaku UMKM di

Kota Semarang yang telah menggunakan Semarang Kreatif Galeri secara

gratis untuk menjual produknya. Tak hanya itu, Pemerintah Kota Semarang

juga memfasilitasi para pelaku UMKM di Semarang Kreatif Galeri untuk

mendapatkan pembeli secara online. Hal itu dilakukan melalui sebuah

website e-commere: SemarangKreatifGaleri.com.

Selain itu komitmen menyediakan ruang usaha yang murah dan

representatif juga terlihat pada upaya revitalisasi pasar tradisional di Kota

Semarang yang tanpa melibatkan pihak ketiga. Di Kota Semarang ini semua

pasar tradisional kami revitalisasi tanpa melibatkan pihak ketiga. Ini supaya

masyarakat yang ingin berjualan tidak perlu membayar biaya sewa yang

tinggi. Melalui upaya revitalisasi pasar tradisional itu juga Hendi mendapatkan

apresiasi dunia internasional. Tepatnya pada 21 September 2017, Hendi

mendapatkan penghargaan Best Urban Design (Penataan Kota Terbaik) dari

Singapore Institute of Planners. Penghargaan itu diterima atas desain

revitalisasi Pasar Johar Semarang yang menarik dengan mempertimbangkan

aspek ruang terbuka hijau.

Page 57: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

44

Pada Februari 2017, Walikota Semarang, Hendrar Prihadi meluncurkan

sebuah program bernama Kredit Wibawa (Kredit Wirausaha Bangkit Jawara).

Pertama, kredit tanpa agunan dengan bunga terendah se-Indonesia. Dengan

Kredit Wibawa, masyarakat di Kota Semarang bisa mendapatkan modal

usaha hingga Rp 50 juta dengan bunga termurah se-Indonesia hanya 3% per

tahun. Tak cukup sampai di situ, melalui program Kredit Wibawa, juga

diberikan skema opsi pinjaman tanpa agunan atau tanpa jaminan. Sampai

November 2017, sudah ada 510 wirausaha di Kota Semarang yang

mendapatkan modal usaha tanpa agunan melalui program Kredit Wibawa.

Masyarakat di Kota Semarang yang ingin menjadi wirausaha tidak perlu

menjaminkan apa-apa untuk bisa mendapatkan kredit usaha. Menariknya,

masyarakat pun dengan sangat mudah bisa mengikuti program Kredit

Wibawa ini. Caranya dengan menghubungi call center (024) 3584-086 dan

akan dipandu untuk pengajuannya. Kedua, tempat usaha murah yang

menarik. Tidak dapat dipungkiri, selain modal berupa uang, tersedianya

tempat usaha yang representatif dan murah juga kerap menjadi kendala

masyarakat untuk berwirausaha. Pemerintah juga menyediakan banyak ruang

usaha yang representatif untuk membuka usaha. Mulai dari galeri kreatif,

shelter PKL hingga pasar tradisional yang bersih dan tertata. Juga digunakan

untuk pengembangan ekonomi produktif melalui pemberian kursus-kursus

keterampilan berwirausaha gratis demi peningkatan kesejahteraan kehidupan

keluarga miskin. Bila kebijakan ini ditempuh, kemungkinan besar keluarga

miskin yang sebagian adalah sebagai penganggur, baik penganggur

berpendidikan maupun tidak berpendidkan akan merubah mental menjadi

pengusaha (wirausahawan skala mikro, kecil, dan menengah sebagai embrio

pengusaha sedang dan besar), sehingga keluarga miskin akan menjadi sehat

dan sejahtera dapat tercapai secara berangsur-angsur.

Saat Indonesia mengalami krisis pada tahun 1997-1998 banyak

perusahaan besar yang tumbang khususnya di sektor perbankan, properti

dan manufaktur/pabrikan berbahan baku impor. Siapa yang menyelamatkan

bangsa Indonesia dari krisis? Penyelamatnya yaitu banyaknya pengusaha

kecil dan menengah yang berdiri kokoh di tengah krisis pada saat itu.

Pengusaha ini mampu bertahan karena memproduksi barang dan jasa

dengan bahan baku dalam negeri dan berorientasi ekspor, tenaga kerja yang

Page 58: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

45

efisien, dan biaya tetap yang kecil. Merupakan tantangan bagi para sarjana

di saat ini, yaitu di tengah-tengah terbatasnya lapangan kerja dan sulitnya

mencari pkerjaan, terdapat peluang yang sangat besar untuk

mengembangkan usaha. baik usaha kecil, menengah, maupun besar untuk

menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri, bagi orang lain yang

memperoleh pekerjaan. maupun bagi bangsa dan negara sebagai salah satu

sumber pertumbuhan ekonomi.

Berikut Tabel 2.4 menggambarkan perkembangan jumlah usaha kecil

dan menengah di Indonesia pada tahun 2013.

Tabel 2.4 Jumlah Unit, Tenaga Kerja, Nilai Produksi, dan Nilai Investasi

Berdasarkan Unit Usaha di Indonesia Tahun 2013

Keterangan Satuan Kecil Menengah Besar Jumlah

Jumlah Unit (unit) 24.803 3.110 98 28.011

Tenaga Kerja (orang) 1.034.262 687.363 386.517 2.108.142

Nilai Produksi (Milyar Rp) 78.263,1 116.732,2 202.647,2 397.642,5

Nilai Investasi

(Milyar Rp) 167.426 226.818,3 78.526,6 472.770,9

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (2013)

Dari tabel di atas tampak bahwa jumlah unit usaha dan penyerap tenaga

kerja yang terbanyak adalah usaha kecil. Meskipun demikian, nilai produksi

dari usaha kecil hampir sama dengan usaha besar, sedangkan nilai investasi

pada usaha kecil hanya sepertiga dari usaha besar. Apa yang dapat

disimpulkan dari data di atas? Usaha kecil ternyata dapat menyerap tenaga

kerja lebih banyak. tidak terlalu banyak modal. dan memperoleh nilai efisiensi

yang lebih besar dibandingkan usaha besar.

Di negara mana pun, kewirausahaan atau dunia usaha memberi

kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Tingginya minat menjadi pegawai negeri sangat berdampak serius terhadap

perkembangan bangsa ini. Tidak hanya disebabkan jumlah yang dapat

diterima sangat terbatas, tetapi yang lebih penting beban negara dalam

membiayai PNS menjadi sangat berat. Inilah cerminan dari kultur mayoritas

masyarakat Indonesia yang tidak mempunyai semangat untuk membangun

Page 59: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

46

perekonomian bangsa dengan terjun di dunia usaha yang memang penuh

tantangan dan mengandung risiko yang tinggi.

Bagaimana pendidikan kewirausahaan saat ini di perguruan tinggi?

Cukup banyak perguruan tinggi di Indonesia yang telah mengembangkan

program khusus dalam bidang kewirausahaan agar menghasilkan suatu

embrio wirausahawan-wirausahawan muda (young entrepreneurs). Hal ini

dilakukan sebagai salah satu upaya perguruan tinggi untuk menghasilkan

sarjana sebagai pencipta lapangan kerja dan bukan hanya penghasil sarjana

pencari kerja. yang pada akhirnya justru menjadi pengangguran karena

semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan. Oleh sebab itu dalam pendidikan

kewirausahaan, peranan dosen adalah sebagai fasilitator dalam memotivasi,

mengarahkan, dan mempersiapkan para calon sarjana agar mempunyai

motivasi kuat, keberanian, kemampuan, serta karakter pendukung lainnya

dalam mendirikan usaha baru. Jika melihat jumlah kebutuhan wirausaha baru

untuk memposisikan Indonesia sebagai negara maju. setidaknya masih butuh

waktu 25 tahun lagi untuk mencapainya, Rukka (2011). Estimasi waktu yang

cukup lama tersebut menuntut perlu segera diupayakan langkah-langkah agar

jumlah wirausaha baru dapat bertambah dengan waktu pencapaian yang

relatif singkat. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan

penciptaan wirausaha baru yang berasal dari lulusan perguruan tinggi.

Banyak faktor psikologis yang menyebabkan masyarakat kurang berminat

untuk berwirausaha. Masih banyak orang tua beranggapan bahwa untuk apa

sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya hanya menjadi pedagang. Mereka juga

beranggapan menjadi pegawai khususnya pegawai negeri lebih menjamin

kehidupan di masa datang daripada menjadi wirausaha.

Hal inilah yang menyebabkan lulusan perguruan tinggi kurang

termotivasi untuk terjun ke dunia usaha. Namun demikian pandangan

tersebut saat ini sedikit demi sedikit mulai berubah. Hal ini didorong oleh

kondisi persaingan antara pencari kerja yang semakin ketat akibat kebijakan

zero growth yang pernah ditetapkan pemerintah dalam bidang kepegawaian.

Dunia kewirausahaan mulai mendapat perhatian tidak saja bagi para lulusan

perguruan tinggi akan tetapi para pelajar/remajapun mulai tertarik dengan

dunia wirausaha. Banyak remaja mulai mempersiapkan diri dengan bekal

pengetahuan dan keterampilan yang menunjang. Diyakini bahwa semakin

Page 60: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

47

banyak keahlian dan keterampilan yang dikuasai semakin banyak membuka

peluang untuk berwirausaha.

2.2 Sukses Membutuhkan Kerja Keras

Apa pun jenis pekerjaan dan usaha yang kita lakukan. kalau tanpa kerja keras

tidak akan membuahkan hasil. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras.

contohnya ujian tanpa belajar tidak akan menghasilkan IPK yang bagus.

kursus bahasa Inggris tanpa berlatih tidak akan memberikan basil maksimal.

dan lain-lain. Begitu pula dalam menjalankan usaha. jika ingin menjadi

wirausahawan yang berhasil maka syarat utamanya adalah harus mau

bekerja keras. Berikut ini beberapa contoh keberhasilan yang dicapai dengan

kerja keras.

Trik Jitu Donat Kentang Cepat Laku Donat kentang kadang masih sering dianggap donat ‘kelas dua’. Tapi dengan

cara pembuatan, pengemasan, dan pemasaran yang unik, donat ini laris

manis diserbu pembeli. Sekurangnya itu yang dialami tiga pemilik bisnis donat

kentang. Anita, pemilik Donutboyz mengungkapkan, ia punya resep andalan

untuk produk donatnya. “Perbandingan adonan antara kentang dan terigu

70% dan 30%.” Dalam sehari, ia bisa menghabiskan 25 kg kentang.

Sementara Lina, yang memakai merek Donut Lina’s, memadukan 75%

kentang dan 25% terigu. Ia bahkan sudah menyimpan kentang sejumlah 1,5

kuintal untuk produksi sebulan, yang didatangkan langsung dari daerah

Dieng.

Bagaimana dengan Yummy Donuts, yang dimiliki Nency Sinatra?

“Wah, maaf, ya, campuran adonannya masih rahasia perusahaan,” Nency

tertawa. Tapi, Nency bercerita, ia menggunakan bahan-bahan dasar

berkualitas baik. Misalnya, untuk taburan donat, ia tak memakai gula halus

biasa, melainkan gula bercita rasa mint yang segar dan dingin di lidah.

Pelanggan boleh memilih, gula itu akan dicampur atau ditempatkan di plastik

terpisah. Susu pun tak sembarangan. Ia memilih yang agak mahal, agar rasa

donatnya lebih enak. Selanjutnya, ia menciptakan berbagai variasi rasa.

Selain donat polos (donat biasa plus gula halus), ia menjual donat berisi 3

rasa selai, yaitu cokelat, stroberi, dan blueberry. Tapi, variasi ini tidak jual di

gerainya di ITC Kuningan, karena tempatnya sangat kecil. Harga donat isi

Page 61: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

48

berbeda dari donat polos, yaitu Rp 2.500. Selain itu, ia membuat donat polos

mini, seharga Rp1.000 per buah.

Lina tak mau ketinggalan dalam urusan topping. Terinspirasi dari

donat-donat mewah yang ada di mal, ia menciptakan sejumlah variasi

topping. Misalnya, dalam satu donat, ia memadukan dua topping, yaitu

kacang dan keju, abon dan keju, serta cokelat dan keju. Penampilannya

terlihat cantik. Variasi nama-nama donatnya pun cukup unik, misalnya zebra

strawberry, durian mutiara, dan cheese me up. Sebelum melempar hasil

inovasinya ini ke pasar, ia meminta bantuan para tetangga untuk icip-icip dan

memberi masukan. Sekarang ia sudah mengembangkan 20 variasi dengan

harga Rp3.000. Tapi, donat yang polos masih tetap ia jual seharga Rp2.500.

Saat mengirimkan donatnya kepada pelanggan, ia mengemas donat itu satu

per satu dengan bungkus plastik yang sudah disablon dengan logo, lalu

menyusunnya dalam kotak.

Seiring dengan hal itu, Anita terus menambah jumlah outlet-nya (kini

mencapai 8 buah, semua di Solo). Konsep penjualannya ikut bervariasi. Tak

hanya booth, tetapi juga menjadi mobil toko, kafe, dan bakery shop. Masing-

masing membuahkan jumlah omzet berbeda. Secara total, rata-rata omzet

per hari sekitar Rp 5 juta, dengan menjual sekitar 1.300 donat. Saat ini omzet

terbesar datang dari bakery shop. Karena itu, ia mengarahkan para

franchisee (pembeli franchise) untuk menerapkan konsep itu.

Sistem franchise-nya ada dua. Pertama, sub-area franchise. Misalnya,

seorang pengusaha dari Yogya membeli franchise Donutboyz. Artinya, dialah

pemegang franchise untuk seluruh gerai di Yogya. Kalau ada orang lain di

kota itu yang tertarik, dia harus membelinya dari pemegang pertama. Biaya

pembelian franchise itu Rp 350 juta. Kedua, franchise bakery shop, yang

dibagi lagi menjadi dua, yaitu dengan peralatan sederhana (Rp160 juta) dan

dengan dapur modern (Rp 249 juta). Sekarang ini sudah ada 121 gerai

Donutboyz di 14 kota di Indonesia, seperti Jakarta, Denpasar, dan Medan.

Nency pun tak puas hanya punya satu gerai. Ia membuka beberapa gerai lagi

di Jakarta, yaitu di Pasar Festival, Mal Klender, dan Corner Tebet Utara

(CTU). Sistem franchise juga ia kembangkan. Klien pertamanya adalah

kakaknya sendiri, yang membuka 2 gerai franchise di Yogya. Harga franchise

adalah Rp10 juta, sudah termasuk booth, training, seragam, perlengkapan,

Page 62: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

49

dan kemasan kotak. Ia juga mengenakan fee 5% dari omzet bulanan

franchisee.

Apotik K 24Gideon Hartono. pendiri apotek jaringan K 24 menghayati sebuah nasihat

dalam budaya Jawa yang diajarkan sejak dini yaitu golekb jeneng dhisik

nawise kuwi lagi entuk jenang yang berarti ukirlah prestasi atau reputasi

terlebih dahulu barulah materi akan mengikuti. Nasihat ini menekankan

pentingnya usaha atau atau proses. dan bukan hasil atau materi dulu. Kerja

keras Gideon Hartono membuahkan hasil dengan membuka 7 gerai secara

bersamaan di tiga kota dan tercatat dalam Museum Rekor Indonesi (MURI).

Selain kerja kerasnya yang dilandasi dengan sentuhan-sentuhan nilai seperti.

"Layanilah dengan hati yang ikhlas dan tulus." Gideon juga mengawali

usahanya dengan memikirkan kepentingan orang lain. yaitu bagaimana agar

ia bisa memberikan lapangan kerja bagi orang lain dan membuat kehidupan

karyawannya menjadi lebih baik.

Gideon Hartono menemukan ide awalnya dalam memulai usaha. ketika

mendapatkan sebuah pengalaman yang tidak menyenangkan. pada saat

mencari-cari apotek pada malam hari diiringi hujan yang lebat. ia sangat

kaget ketika mengetahui bahwa harga obat yang ditebusnya ternyata

"mencekik leher" alias terlalu mahal. Namun di balik kesulitannya itu. ia

akhirnya berhasil menemukan ide untuk mendirikan apotek K-24 (Komplit 24

Jam) yang per Februari 2007 gerainya sudah berjumlah 24 gerai. Dengan

nilai-nilai yang ditanamkan dan strategi yang dijalankannya. usaha ini berhasil

lebih baik dari pesaing-pesaingnya dan berdasarkan pengalaman tersebut. ia

berani menetapkan target mendirikan gerai di luar pulau Jawa hingga berkisar

40 gerai pada bulan Juni 2007.

Auto Bridal Begitu juga dengan apa yang dialami Henry Indraguna yang berbicara

tentang kerja keras sebagai kunci keberhasilan. Mencuci mobil bisa dilakukan

oleh siapa saja dan di mana saja, tetapi dengan kepiawaiannya berhasil

menemukan inovasi, pengemasan, dan promosi. Henry yang mengusung

nama Auto Bridal menjadikan bisnis ini berbeda dan istimewa. Banyak yang

tadinya meragukan masa depan bisnisnya, namun ia bersikeras untuk terus

menekuni bisnis tersebut, dan ternyata keyakinannya ini membuahkan hasil

Page 63: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

50

yang manis. Sampai saat ini dalam tiga tahun perjalanannya. Auto Bridal

telah memiliki 54 gerai di seluruh Indonesia.

OlahragawanRudi Hartono ataupun Taufik Hidayat sebagai pebulutangkis sangat terkenal

karena telah memenangkan berbagai kejuaraan tingkat nasional, bahkan

berkali-kali menjadi juara dunia. Prestasi tersebut tidak begitu saja diperoleh.

mereka berlatih dengan sangat keras dan memiliki jadwal yang ketat untuk

mengasah dan memperdalam taktik dan teknik untuk menjadi pemenang

dalam setiap pertandingan. Mereka berlatih dengan cara berlari antara 10

sampai 12 km setiap harinya. selain melakukan latihan pertandingan

pemanasan. Hal ini pun dilakukan oleh para olahragawan atau para pemain

jenis pertandingan olahraga lainnya sebagai upaya penting dalam menjaga

kondisi badan dan persiapan mental untuk menghadapi setiap pertandingan.

Begitu pula jika ingin menjadi seorang pengusaha (wirausahawan)

sukses, maka usaha atau bisnis apa pun akan dapat dilakukan dengan

mudah apabila terlebih dahulu dibekali atau memiliki landasan yang kuat

berupa pengalaman, pola piker, kemampuan dan cara mengelola suatu

usaha yang baik, serta motivasi yang kuat untuk menjadi pengusaha.

Semakin sering berlatih atau mencoba melakukan sesuatu. maka semakin

besar peluang untuk meraih keberhasilan. Oleh sebab itu. semakin sering kita

mengasah diri untuk menjadi pengusata, maka semakin besar peluang kita

menjadi pengusaha sukses.

Menjadi wirausahawan sekarang ini tidak hanya sekadar dapat memulai

dan mendirikan suatu usaha begitu saja, melainkan dituntut mampu

mengarahkan usahanya pada keadaan yang terus menguntungkan dan

memperoleh keunggulan bersaing yang berkelanjutan atau terus-menerus

dibandingkan para pesaingnya. Oleh sebab itu. janganlah kita sekali-kali

memulai bisnis dengan coba-coba tanpa memiliki arah dan tujuan yang jelas

karena sering kali akibatnya akan sangat merugikan apabila terjadi kesalahan

yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Maka diperlukan suatu sikap yang

mampu menghadapi setiap kemungkinan yang terjadi dalam menjalankan

suatu usaha dengan berpegang pada keyakinan dan kemampuan individu

yang andal. Jadi wirausahawan membutuhkan kemauan dan tujuan yang

jelas apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya.

Page 64: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

51

Apa keuntungan menjadi wirausahawan? Brad Sugar (pendiri Action

International. 2007) menyatakan jadi wirausaha adalah sebuah permainan

dimana kita harus tahu betul aturan main, lalu menjalankan usaha secara

cerdik dan akhirnya mempunyai keuntungan. Oleh karena itu. keuntungan

menjadi wirausahawan adalah mempunyai kemampuan dalam mengatur

waktu sehingga tidak bergantung pada ketentuan jam kerja kantor, dapat

mengatur kondisi usaha sendiri, menentukan aturan main dalam usaha

sendiri dengan sangat hati-hati dan sesuai dengan karakter diri dan

pekerjaan, serta mengalami masa-masa saat berhasil dan gagal.

Oleh sebab itu. banyak sekali keuntungan yang didapat jika memilih

menjadi wirausahawan. Banyak orang yang terdorong menjadi wirausahawan

karena mereka memiliki banyak peluang mencapai tujuan yang

dikehendakinya sendiri, memperoleh laba yang maksimal. Kenyataan

menunjukkan bahwa bila kita bekerja keras, maka kita akan mendapatkan

lebih banyak uang dan tentunya akan merasa lebih bahagia, karena mampu

memenuhi sebagian besar kebutuhan hidupnya, dibandingkan orang yang

tidak mempunyai uang. Beberapa peluang sebagai keuntungan yang

memberikan dorongan kuat seseorang untuk berwirausaha adalah sebagai

berikut:

1. Mempunyai kebebasan mencapai tujuan yang dikehendaki. Kebebasan

adalah sesuatu yang sangat bernilai bagi seseorang. Wirausaha

memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk menentukan

tujuannya sendiri. Memiliki kebebasan untuk menjalankan usahanya

sendiri dan mencapai tujuannya sendiri menjadikan banyak orang memilih

menjadi wirausahawan. Beberapa wirausahawan menggunakan

kebebasannya untuk menyusun kehidupan dan perilaku kerja pribadinya

secara fleksibel. Mereka dapat menentukan sendiri target-target

pencapaian usaha yang mereka inginkan, kebebasan dalam

menggunakan sumber daya. dan tidak bergantung pada orang lain.

2. Mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kemampuan dan potensi diri

secara penuh. Banyak orang menyadari bahwa menjadi pekerja itu

terkadang sangat membosankan. tidak menantang dan sangat tidak

menarik. Namun bagi wirausahawan hal tersebut tidak berlaku, bahkan

bekerja dan bermain hampir tidak ada bedanya, sangat menyenangkan.

Page 65: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

52

Kegiatan bisnis yang mereka geluti sebagai alat untuk mengoptimalkan

potensi diri dan pernyataan aktualisasi diri. Para wirausahawan menyadari

bahwa batasan terhadap kesuksesan mereka adalah segala hal yang

ditentukan oleh kreativitas, antusias, dan visi mereka sendiri. Dengan

memiliki sebuah usaha mereka dapat mendemonstrasikan pikiran dan

perilaku mereka sendiri yang berarti memberikan kekuasaan pada dirinya

secara penuh.

3. Memperoleh manfaat dan laba yang maksimal. Menjadi wirausahawan

akan memiliki kebebasan untuk menentukan sendiri keuntungan atas

investasinya. Meskipun uang bukan segalanya, laba dari usahanya

merupakan faktor penting untuk memotivasi diri dalam mengembangkan

usaha baru. Dengan membuka usaha akan ada manfaat yang

membanggakan diri seperti dapat membuka lapangan kerja bagi orang

lain, membantu yang tidak mampu dan memperoleh laba yang cukup

banyak sehingga dapat menikmati kehidupan yang lebih baik.

4. Terbuka kesempatan untuk melakukan perubahan. Menjadi karyawan

tidak bebas dalam melakukan perubahan. Setiap perubahan harus atas

persetujuan pimpinan dan pemilik Apabila kita menjadi pengusaha, maka

kita mempunyai kebebasan untuk mengubah kondisi perusahaan sesuai

dengan keinginan kita yang sudah dipikirkan dengan sangat matang dan

risiko yang diperhitungkan dengan cermat.

5. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dalam menciptakan

kesempatan kerja. Dengan mendirikan sebuah usaha, berarti

wirausahawan memberikan manfaat pada masyarakat untuk mendapatkan

kesempatan kerja dan membantu masyarakat dalam mendapatkan barang

atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.

6. Terbuka peluang untuk berperan dalam masyarakat dart mendapatkan

pengakuan atas usaha mereka. Biasanya para pengusaha. dari yang

masih kecil sekalipun sering kali mendapatkan peran strategis dalam

kehidupan sosial kemasyarakatan di lingkungannya. mereka dihormati.

dipercaya. bahkan mereka sangat dihargai karena hasil usaha mereka

yang memberikan manfaat besar bagi masyarakat atau lingkungannya.

Secara garis besar bahwa keuntungan yang diperoleh dari seorang

wirausahawan adalah kebebasan dalam mengelola usaha, waktu, dan

Page 66: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

53

pengakuan akan keberhasilan. Namun demikian yang harus dicatat adalah

semua keberhasilan tersebut tentu diperoleh dengan cara bekerja keras.

perencanaan yang baik dan diiringi doa setelah berusaha dengan sebaik

mungkin.

2.3 Ciri dan Sikap Wirausahawan

Setelah melihat keuntungan menjadi wirausaha. mungkin Anda bertanya.

apakah saya cocok menjadi wirausahawan? Ada beberapa ciri yang harus

dimiliki seseorang untuk menjadi wirausahawan sukses. Apakah Anda salah

satunya? Wirausahawan yang sukses haruslah orang yang mampu melihat

ke depan, berpikir dengan penuh perhitungan, serta mencari pilihan dari

berbagai alternatif masalah dan solusinya, Geoffrey G. Meredith (1996)

mengemukakan ciri-ciri wirausahawan sebagai berikut:

1. Percaya Diri

Seorang pengusaha harus memiliki kepercayaan diri yang kuat. Segala

sesuatu yang telah diyakini dan dianggap benar harus dilakukan

sepanjang tidak melanggar hukum dan norma yang berlaku. Percaya diri

merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan

menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi.

2. Berorientasi pada Tugas dan Hasil

Seorang wirausahawan harus fokus pada tugas dan hasil. Apa pun

pekerjaannya harus jelas apa hasilnya. Apa pun jenis usahanya.

seberapa pun kerasnya usaha yang dilakukan apabila ternyata tidak

berhasil. maka tidak ada gunanya. Apa yang dilakukan seorang

wirausahawan merupakan usaha untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Keberhasilan pencapaian tugas tersebut, sangat ditentukan

oleh motivasi berprestasi, berorientasi pada keuntungan, kekuatan dan

ketabahan, kerja keras, energik, serta berinisiatif.

3. Berani Mengambil Risiko

Setiap proses bisnis harus memiliki risikonya masing-masing. dan apabila

Anda ingin memperoleh keuntungan, maka Anda harus mau

mengeluarkan biaya sekecil apa pun biaya itu. Risiko usaha pasti ada,

tidak ada jaminan suatu usaha akan untung atau sukses terus-menerus.

Oleh sebab itu, untuk memperkecil kegagalan usaha maka seorang

Page 67: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

54

wirausahawan harus mengetahui peluang kegagalan (di mana sumber

kegagalan dan seberapa besar peluang terjadi kegagalan). Dengan

mengetahui sumber kegagalan, maka kita dapat berusaha memperkecil

risiko.

4. Kepemimpinan

Wirausahawan yang berhasil, ditentukan pula oleh kemampuan dalam

memimpin atau yang kita sebut dengan kepemimpinan. Memberikan suri

teladan, berpikir positif, tidak anti kritik, dan memiliki kecakapan dalam

bergaul merupakan hal-hal yang sangat diperlukan dalam berwirausaha.

Kepemimpinan dan kepeloporan ini bukan hanya memberikan pengaruh

pada orang lain atau bawahannya, melainkan juga sigap dalam

mengantisipasi setiap perubahan. Di samping itu harus menjadi pemimpin

atas perubahan yang terjadi dengan meluncurkan produk-produk baru

lebih dulu menjadi pelopor dalam penciptaan produk yang unggul atau

memberikan nilai tambah yang berbeda dibanding para pesaing.

5. Keorisinalan

Nilai keorisinalan dari semua yang dihasilkan oleh wirausahawan akan

sangat menentukan keberhasilan mereka dalam mencapai keunggulan

bersaing. Keorisinalan dan keunikan dari suatu barang atau jasa

merupakan hasil inovasi dan kreativitas yang diterapkan. Mereka harus

bertindak dengan cara yang baru atau berpikir sesuatu yang lama dengan

cara-cara baru. Intinya bahwa kewirausahaan harus mampu menciptakan

sesuatu yang baru dan berbeda.

6. Berorientasi pada Masa Depan

Memiliki pandangan jauh ke depan dan bila perlu sudah tiba lebih dahulu

pada masa depan merupakan kemampuan yang biasanya ada pada

setiap wirausahawan yang sukses. Oleh karena memiliki pandangan yang

jauh ke depan, maka wirausahawan akan terus berupaya untuk berkarya

dengan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah

ada saat ini. Pandangan ini menjadikan wirausahawan tidak cepat

merasa puas dengan hasil yang diperoleh saat ini sehingga terus mencari

peluang.

Page 68: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

55

Berdasarkan ciri-ciri wirausahawan di atas. dapat kita identifikasi sikap

seorang wirausahawan yang dapat dilihat dari kegiatannya sehari-hari

sebagai berikut:

1. Disiplin

Dalam melaksanakan kegiatannya. seorang wirausahawan harus memiliki

kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin tersebut adalah ketepatan

komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan

yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu.

kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap

waktu dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan

pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda

pekerjaan dengan berbagai macam alasan merupakan kendala yang

dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan.

Wirausahawan harus taat asas. Hal tersebut dapat tercapai jika

wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja

yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausaha akan kesepakatan-

kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan kualitas

pekerjaan dan sistem kerja.

2. Komitmen Tinggi

Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh

seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam

melaksanakan kegiatannya, seorang wirausaha harus memiliki komitmen

yang jelas, terarah, dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan).

Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan mengidentifikasi

cita-cita, harapan, dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya.

Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama

konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan

konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang

ditawarkan, pemecahan masalah (problem solving) bagi masalah

konsumen dan sebagainya. Seorang wirausahawan yang teguh menjaga

komitmennya kepada konsumen akan memiliki nama baik di mata

konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut mendapat kepercayaan

dari konsumen yang diindikasikan dengan dampak pembelian yang terus

Page 69: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

56

meningkat sehingga tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba

yang diharapkan.

3. Jujur

Kejujuran merupakan landasan moral yang terkadang dilupakan oleh

seorang wirausahawan. Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang

dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan,

kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan, dan kejujuran

mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang

dilakukan oleh wirausahawan.

4. Kreatif dan Inovatif

Untuk memenangkan persaingan. maka seorang wirausahawan harus

memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya

dilandasi oleh cara berpikir yang maju dan penuh dengan gagasan-

gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada

selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat

dibatasi oleh ruang. bentuk. ataupun waktu. Justru sering kali ide-ide

brilian yang memberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha

awalnya dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya

mustahil.

5. Mandiri

Seseorang dikatakan "mandiri" apabila orang tersebut dapat melakukan

keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pada pihak lain

dalam mengambil keputusan atau bertindak. termasuk mencukupi

kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain.

Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang

wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki

sikap mandiri dalam melakukan kegiatan usahanya.

6. Realistis

Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan

fakta atau realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap

pengambilan keputusan maupun tindakan atau perbuatannya. Banyak

calon wirausahawan yang berpotensi tinggi. namun pada akhirnya

mengalami kegagalan hanya karena tidak bersikap realistis. tidak objektif.

dan tidak rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya.

Page 70: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

57

Oleh karena itu. dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan selesai

terhadap masukan atau sumbang saran yang ada kaitannya dengan

tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.

2.4 Membangun Kewirausahaan di Indonesia

Di samping rendahnya motivasi menjadi wirausahawan. salah satu faktor

yang mempersulit tumbuhnya kewirausahaan di Indonesia adalah masalah

birokrasi pemerintahan. Masalah birokrasi dimulai dari perizinan sampai

kebijakan dunia perbankan, yang sampai saat ini masih menjadi

perbincangan yang tak ada ujung pangkalnya. Sehingga kita harus

membangun semangat diri yang kuat bahwa baik buruknya kondisi hidup

seseorang bergantung pada diri kita sendiri tanpa menggantungkan diri pada

orang lain. Semangat kewirausahaan harus dibangun berdasarkan asas

pokok sebagai berikut:

1. Kemauan kuat untuk berkarya (terutama dalam bidang ekonomi) dan

semangat mandiri.

2. Mampu membuat keputusan yang tepat dan berani mengambil risiko.

3. Kreatif dan inovatif.

4. Tekun, teliti, dan produktif.

5. Berkarya dengan semangat kebersamaan dan etika bisnis yang sehat.

Ke lima asas pokok kewirausahaan tersebut di atas. berkaitan dan

saling menunjang satu sama lain dan harus ada pada setiap diri

wirausahawan dengan kondisi yang berbeda-beda.

Pembangunan kewirausahaan di Indonesia tidaklah mudah. Fenomena

di Indonesia yang menarik adalah mayoritas wirausahawan yang berhasil

ternyata berasal dari atau keturunan etnis Cina. Keberhasilan wirausahawan

Cina ini tidak diimbangi dengan keberhasilan wirausahawan pribumi sehingga

menimbulkan banyak kecemburuan sosial dari masyarakat pribumi di

Indonesia. Faktor-faktor pendorong keberhasilan wirausahawan Cina dan

pribumi pada dasarnya sama. yaitu aksesibilitas pasar dan keuangan, kondisi

ekonomi, latar belakang pendidikan, jaringan pendukung, penerimaan

masyarakat, fokus dan pengalaman usaha. Hal yang menjadi perbedaan

mendasar adalah pada karakteristik dan nilai dari seorang wirausahawan

pribumi maupun Cina. Secara umum wirausahawan keturunan Cina memiliki

Page 71: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

58

empat karakteristik dan nilai yang lebih baik daripada wirausahawan pribumi

yaitu memiliki sifat pantang menyerah, mempunyai keberanian mengambil

risiko, kecepatan dan fleksibilitas, serta kemampuan keluarga sebagai

mendidik anak-anaknya menjadi wirausahawan. Karakteristik dan nilai lebih

dari wirausahawan Cina ini perlu ditularkan kepada mayoritas wirausahawan

Indonesia yang masih terjebak dalam status unit-unit usaha kecil (UKM).

UKM adalah Usaha Kecil dan Menengah yang bergerak dalam semua

jenis usaha seperti fashion, kuliner, IT, ritel dan lain sebagainya. UKM juga

merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini

memfokuskan kajian tentang UMKM Fashion. Hal ini dilakukan jika

memperhatikan trend perkembangan UMKM di Indonesia selama 5 tahun

terakhir maka secara umum jumlan unit UMKM meningkat. Berikut

dipaparkan kondisi perkembangan usaha mikro dan kecil di Indonesia dari

tahun 2010 hingga 2015 berdasarkan pada data BPS.

Tabel 2.5 Jumlah Perusahaan Industri Mikro dan Kecil Menurut 2-digit KBLI

(Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia), 2010-2015 Ukuran Industri

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Usaha Kecil 202.877 424.284

405296 531351

284501

283022

Usaha Mikro 2.529.847

2.554.787

2.812.747

2.887.015

3.220.563

3.385.851

Sumber: BPS (2016).

97% UKM adalah perusahaan mikro (microenterprise). Microenterprise

sendiri dapat didefinisikan sebagai unit usaha yang memiliki omzet maksimal

50 juta rupiah per tahun. Data tambahan menunjukkan bahwa mayoritas

kegiatan bisnis UKM merupakan industri berbasis sumber daya (resource-

based industry) yang masih mengandalkan sektor pertanian. Masih

banyaknya wirausahawan Indonesia dalam status UKM dalam jangka

panjang juga disebabkan oleh pola masuk menjadi wirausahawan yang

kebanyakan dimulai dari perdagangan hasil bumi atau kerajinan tangan.

berbeda dengan pola masuk dari wirausahawan negara-negara maju atau

Page 72: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

59

wirausahawan Cina yang umumnya sudah masuk ke dalam industri teknologi

atau jasa dan industri manufaktur.

Membangun kewirausahaan di Indonesia harus dilakukan melalui tiga

hal secara simultan yaitu: (a) masyarakat mengubah paradigma bahwa

menjadi pekerja atau PNS lebih terpandang daripada menjadi wirausahawan

sukses. (b) lembaga pendidikan mempersiapkan bekal ilmu dan keterampilan

dalam berwirausaha dan (c) pemerintah memberikan dukungan yang kondusif

berupa iklim usaha yang baik menyangkut perizinan, permodalan dan

infrastruktur.

Kerangka pengembangan kewirausahaan di Indonesia dapat dilakukan

dengan beberapa strategi sebagai berikut:

1. Memperbaiki pendidikan kewirausahaan yaitu sistem pendidikan

kewirausahaan yang menyebar dari sekolah dasar sampai ke perguruan

tinggi (universitas) dan melakukan kerja sama dengan dunia industri

melalui kegiatan magang kewirausahaan.

2. Menyediakan infrastruktur (prasarana) yang tidak terbatas hanya pada

transportasi dan komunikasi, melainkan juga infrastruktur pendidikan. baik

formal maupun nonformal.

3. Menyediakan informasi seluas-luasnya bagi wirausahawan yang berada

pada tahapan start-up melalui layanan Internet.

4. Membuka akses selebar-lebarnya dalam pendanaan terutama bagi UKM.

5. Membuat program komunikasi dan inisiatif bagi kewirausahaan. Program-

program untuk memberi penyuluhan kewirausahaan melalui media massa

diikuti oleh program insentif sebagai penghargaan.

6. Menetapkan bidang-bidang yang mudah dimasuki oleh wirausahawan

baru (khususnya di bidang perdagangan dan kerajinan) serta mendorong

kewirausahaan yang sukses di bidang industri manufaktur.

Semua strategi di atas perlu diterapkan secara terpadu. sistematis dan

berkelanjutan. Sehingga di masa mendatang diharapkan sebagian besar

penduduk Indonesia menjadi wirausahawan yang sukses. Penerapan strategi

tersebut juga didasarkan pada tiga unsur yang saling berinteraksi, yaitu

kemauan, kemampuan, dan kesempatan dalam berwirausaha. Prasyarat

untuk sukses menjadi wirausahawan adalah munculnya kemauan seseorang

untuk berwirausaha atau memiliki semangat kewirausahaan atas

Page 73: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

60

kemauannya sendiri. Keberhasilan bangsa Indonesia dalam menciptakan

sumber pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan bergantung pada

keberhasilan memberi kesadaran kepada lebih banyak orang agar tergerak

hatinya untuk memilih kewirausahaan sebagai satu pilihan yang tepat dalam

melakukan aktivitas kehidupannya.

2.5 Mempersiapkan Diri untuk Menjadi Pengusaha Muda

Aditi Erlanggi yang sukses di distro dan Fadil Fuad yang sukses dalam

Program Komputer Akuntansi serta Jawed Karim yang sukses dalam program

situs Web. Mereka mampu menjadi pengusaha muda pada usia 20-an.

Dengan berpedoman pada prinsip "jika orang lain mampu saya pun mampu."

pada dasarnya semua orang bisa berhasil mengembangkan usaha sesuai

dengan kemampuan dan keahlian masing-masing. Ada beberapa hal yang

harus dipersiapkan untuk menjadi pengusaha muda yaitu kepribadian,

keterampilan, kekuatan, dan kemauan merealisasikan mimpi menjadi

kenyataan.

a. Membangun Kepribadian Pengusaha Muda Keberhasilan sebuah usaha sangat ditentukan oleh sosok pribadi sang

pengusaha. Membangun kepribadian merupakan hal yang mutlak bagi

keberhasilan sebuah usaha. Dengan persiapan yang memadai. kita dapat

menjadi lebih siap dengan tidak mudah putus asa saat gagal dan tidak

mudah terpuaskan saat berhasil. Kepribadian yang rnatang memudahkan

kita untuk mengenal diri sendiri, memahami perubahan sikap mental, dan

menyesuaikan diri dengan orang lain.

Berikut merupakan beberapa hal yang terkait dengan usaha

membangun kepribadian:

1. Mengenal Diri Sendiri

Seorang calon pengusaha yang baik harus mengenali dirinya sendiri.

Pengenalan diri sendiri diperlukan untuk menuntun pengusaha dalam

menemukan, menentukan, dan menjalani profesi sebagai pengusaha.

Dengan semakin mengenal diri sendiri, maka peluang untuk

mengambil tindakan yang salah akan semakin kecil. Ada beberapa

hal yang harus dibangun terkait dengan mengenal diri sendiri yaitu:

a) Mengenal Karakter Pribadi

Page 74: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

61

Untuk menjadi sukses. seorang pengusaha paling tidak harus

mempunyai arakter pribadi yang bermotivasi tinggi. suka mencari

tantangan. tidak mudah putus ada. dan suka bergaul dengan

orang lain. Motivasi tinggi diwujudkan dengan adanya dorongan

dari diri sendiri untuk mencapai tujuan dan sukses secara terus

menerus. Motivasi tinggi mahasiswa dapat dicerminkan dengan

rajin belajar. tidak pernah bolos kuliah. dan tidak boros. sehingga

dapat berhasil lulus cepat dengan IPK Tinggi dan memiliki cukup

tabungan. Suka tantangan diwujudkan dengan tidak hanya puas

dengan apa yang dicapai. oleh sebab itu harus disusun target

yang lebih menantang. Apabila semester ini mencapai IPK 2.75.

maka semester selanjutnya target harus di atas 3.00. Apabila IPK

sudah tidak menjadi tantangan. maka target berbahasa inggris

dan berorganisasi perlu ditingkatkan. Selain itu. kebiasaan suka

bergaul diwujudkan dengan upaya perbanyak teman. Seseorang

yang ingin berhasil paling tidak memiliki minimal 250 orang teman

dan mengetahui data-data mengenai teman-temannya tersebut

secara detail, seperti mengenai saat ulang tahun, nomor telepon

dan alamat surat elektronik (elctronic mail / e-mail).

b) Mengenal Bakat dan Kemampuan

Usaha yang berhasil biasanya terkait dengan mutu barang dan

jasa yang dihasilkan. Keberhasilan usaha Bakso Lapangan

Tembak, Es Teler 77, dan taksi Blue Bird dalam membangun

mereknya menjadikan usaha-usaha ini mudah diingat oleh para

konsumen. Keberhasilan usaha tersebut diperoleh dari barang

dan jasa terbaik yang dihasilkan oleh pengusaha. Untuk

menghasilkan barang dan jasa terbaik diperlukan adanya bakat

dan kemampuan. Ada orang yang terlahir dengan bakat tertentu,

sehingga ketika dia berusaha sesuai dengan bakatnya tersebut

dapat menghasilkan suatu produk/jasa yang berkualitas. Selain

bakat yang dibawa sejak lahir, ada juga kemampuan berupa

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari proses

belajar. Dengan mengenal lebih tepat bakat dan minatnya,

seseorang dapat membawa dirinya ke usaha yang sesuai

Page 75: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

62

dengannya, sehingga dapat menjalankan bidang usahanya

sambil menikmati hohinya. Selain itu kita dapat sekaligus

memberpaiki kelemahan yang ada terkait dengan bakat dan

minat tersebut.

2. Mempersiapkan Perubahan Sikap Mental

Ada beberapa kondisi yang membedakan antara seorang pengusaha

dan pegawai. Salah satu yang dihadapi pengusaha adalah adanya

ketidakpastian. Oleh sebab itu, bagi pengusaha muda harus

mempersiapkan perubahan sikap yang terdiri atas:

a) Siap menghadapi ketidakpastian. Seorang pengusaha akan

menghadapi ketidakpastian, misalnya berupa pemasukan setiap

harinya. Tidak ada jaminan seorang pengusaha akan

mendapatkan pemasukan yang tetap setiap waktu. Ada usaha

untuk memperkecil ketidakpastian, yaitu dengan membuat

perencanaan usaha yang balk, detail, dan realisitis. Perencanaan

yang baik akan mengurangi ketidakpastian. Selain itu dapat

dilakukan mekanisme reserve for deficit month, yaitu cara

mempersiapkan dana cadangan yang diperoleh dari keuntungan

pada saat bulan-bulan usaha ramai. Cara ini biasanya dilakukan

dengan menyimpan 25% dari total keuntungan, sebelum

keuntungan tersebut digunakan untuk keperluan lain seperti

pembayaran bonus dan perluasan investasi.

b) Siap mengatakan "Bisa". Seorang pengusaha pantang

mengatakan "Tidak bisa" Sepanjang pelanggan bersedia

membayar, maka menjadi kewajiban pengusaha untuk

memenuhinya. Keberhasilan pengusaha Cina adalah pantang

untuk mengatakan tidak bisa. Pengusaha Cina umumnya akan

mengatakan bisa untuk memenuhi permintaan pelanggannya.

Mereka menyediakan berbagai jenis barang dagangan dengan

berbagai tingkatan harga sesuai kemampuan pelanggan. Sebab

apabila seorang pelanggan butuh suatu barang sesuai kualitas

dan kemampuan yang ada dan dijawab tidak bisa disediakan,

maka potensi kehilangan pelanggan menjadi besar dan usaha

akan menjadi tidak maksimal.

Page 76: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

63

c) Siap bekerja keras, tekun, dan sabar. Sering kali usaha baru

dimulai dari skala yang kecil, sehingga ketekunan, kesabaran,

dan kerja keras menjadi syarat mutlak. Thomas Alfa Edison

(pendiri General Electric), mengatakan bahwa keberhasilan

ditentukan oleh 1% kemampuan otak dan 99% kerja keras.

Usaha baru yang belum banyak dikenal perlu dengan sabar

diperkenalkan ke masyarakat, bahkan kalau perlu dari pintu ke

pintu (door to door), seperti yang dilakukan oleh Bob Sadino

ketika pertama kali memulai usahanya. Berkat keuletan dan kerja

kerasnya, saat ini Bob Sadino menjadi pengusaha besar dalam

bidang supermarket dan agrobisnis.

d) Berani mengambil risiko dan jangan sampai rugi. Setiap hal yang

menguntungkan pasti memiliki risiko dan tidak ada keuntungan

yang tanpa risiko, sehingga memulai usaha baru pasti memiliki

risiko. Berani mengambil risiko merupakan sikap mental yang

diperlukan oleh pengusaha. Namun demikian, bukan berarti

bahwa berani mengambil risiko dilakukan tanpa perhitungan.

Setiap risiko dapat diperkecil dengan melakukan perhitungan

secara matang, membuat alternatif, dan herhati-hati dalam setiap

tindakan. Prinsip jangan sampai rugi harus dikembangkan. Usaha

merupakan upaya mencari keuntungan, oleh sebab itu setiap

tindakan usaha harus selalu memperhitungkan hiaya dan

manfaat.

b. Mempersiapkan Keterampilan Pengusaha Muda Salah satu kelemahan para pengusaha muda dan sarjana di Indonesia

adalah keterampilan dalam bidang softskill. Pendidikan pada saat ini

masih didominasi oleh penguasaan teori atau keterampilan teknis

(technical/hard skill). Untuk menjadi pengusaha muda yang sukses

diperlukan beberapa keterampilan softskill yang harus dikuasai, yaitu:

1. Menjaga reputasi. Reputasi yang baik merupakan modal utama bagi

seorang pengusaha muda. Reputasi yang balk akan memudahkan

dalam membuat jaringan dan memperkenalkan usaha barn.

Keterampilan membangun reputasi perlu ditingkatkan dengan

merencanakan dan melaksanakan perhuatan yang membawa citra

Page 77: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

64

diri yang positif. Reputasi seseorang dikenal orang lain melalui daftar

riwayat hidupnya. Oleh sebab itu, membuat daftar riwayat hidup yang

baik sangat diperlukan. Daftar riwayat hidup bukan sekadar berisi

deretan pekerjaan, tetapi juga hal-hal terkait pengalaman dan

kemampuan dalam melakukan suatu kegiatan, deretan kompetensi,

dan rangkaian tanggung jawab yang dapat diemban. Daftar riwayat

hidup dibuat dengan kejujuran dan tanggung jawab serta kompetensi

dan komitmen menjadi reputasi bagi pengusaha muda.

2. Kemampuan membangun jaringan. Seorang pengusaha harus

mampu bergaul dengan sebanyak mungkin teman. Keberhasilan

sering kali karena mempertemukan banyak kepentingan satu orang

dengan orang lain. Kemampuan seorang pengusaha dalam bergaul

dengan orang lain harus di atas rata-rata. Oleh sebab itu

keterampilan membangun jaringan sangat diperlukan. Ada beberapa

cara yang dapat dilakukan dalam membangun jaringan, yaitu:

a) Menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat. Slogan iklan rokok

"yang muda tidak dipercaya" tampaknya menjadi sindirin bagi

para orang tua untuk dapat lebih memerhatikan potensi yang

dimiliki oleh kaum muda. Slogan tersebut juga seharusnya

menjadi penyemangat bagi kaum muda untuk dapat lebih

berkreasi dan percaya diri karena rasa percaya diri yang besar

merupakan salah satu syarat keberhasilan.

b) Menjadi anak gaul. Menjadi anak gaul berarti mengembangkan

potensi sosialisasi yang ada dalam diri seseorang. Bergaul

ditujukan untuk memperluas jaringan sosial atau koneksi.

Semakin banyak teman yang kita miliki dan kenal dengan baik,

semakin besar peluang kita untuk menjadi sukses. Bagi

mahasiswa pergaulan sebaiknya tidak hanya dilakukan dalam

lingkup kelas, jurusan, fakultas atau perguruan tinggi, tetapi juga

antar perguruan tinggi. Gaul dapat dimulai dengan belajar

berorganisasi dan bermasyarakat, namun hindarkan pergaulan

negatif yang merusak seperti narkoba dan pergaulan bebas.

c) Buat kartu nama yang menarik dan spesifik serta berikan kepada

teman baru. Kartu nama tidak harus diperuntukkan bagi mereka

Page 78: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

65

yang sudah bekerja atau menjadi pengusaha. Sedini mungkin

buatlah kartu nama, cantumkan hal yang bisa dan kuasai, serta

berikan kepada orang yang di kenal. Kartu tersebut minimal akan

membuat orang lain ingat dan mereka akan lebih mengenal kita.

d) Tawarkan persahabatan yang tulus. Hubungan usaha yang

berhasil sering kali berawal dari persahabatan yang akrab. Oleh

karena itu berteman dengan siapa pun tentunya bukanlah sebuah

kerugian. Hal terpenting adalah bersahabat setulus-tulusnya

dengan orang lain, sehingga mereka memandang kita sehagai

mitra yang balk dan memiliki kompetensi dalam menjalin usaha

bersama. Hindari terburu-buru berbicara bisnis dengan orang

yang baru dikenal karena dapat menimbulkan kesan

memanfaatkan.

3. Naluri mengenali peluang usaha. Pengusaha yang berhasil adalah

seseorang yang mampu mengenali peluang dengan baik. Tirto

Utomo, perintis pertama air kemasan "Aqua" dan Pak Sosro,

pencetus ide minuman "Teh Botol Sosro" merupakan contoh orang

yang mampu mengenal peluang dengan baik dan akhirnva menjadi

pengusaha sukses. Oleh sebab itu, mengenali peluang merupakan

hal yang sangat penting. Peluang tersebut tidak harus menjadi hal

yang pertama, karena yang kedua bisa menjadi lebih baik atau yang

ketiga justru tampil beda. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan keterampilan naluri mengenali peluang usaha adalah:

a) Menentukan arah usaha dan minat. Menentukan arah usaha dan

minat dapat membuat kita berfokus pada pendalaman informasi

tentang usaha.

b) Menumbuhkan kepekaan lingkungan dan kondisi di sekitar.

Banyak usaha haru yang sebelumnya tidak terpikirkan untuk

dilakukan ternyata berhasil karena besarnya faktor kebutuhan

pelanggan. Contoh usaha tersebut adalah bisnis penitipan bayi di

perkantoran yang timbul karena besarnya kebutuhan ibu-ibu aktif

atau wanita karier yang memiliki anak kecil namun di sisi lain

harus bekerja sehingga membutuhkan penitipan bayi yang dekat

dengan lokasi bekerja.

Page 79: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

66

c) Menerapkan manajemen informasi. Tindakan ini dilakukan

dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang usaha.

Kemudian diklasifikasi dan dapat dijadikan dasar pengambilan

keputusan yang tepat. Informasi dapat diperoleh dari melihat,

mendengar, dan mengalami. Saat ini dunia Internet menyediakan

informasi yang tidak terbatas. Oleh sebab itu pemanfaatan

Internet akan sangat membantu dalam memperoleh informasi,

bahkan untuk memasarkan produk dengan online.

4. Kemampuan Persuasi dan Negosiasi

Dalam dunia bisnis selalu ada permintaan dan penawaran, dan

keduanya membutuhkan adanya keseimbangan sehingga terjadi

transaksi. Dunia usaha pasti memerlukan negosiasi dan persuasi

dalam mencapai keseimbangan berbagai kepentingan sehingga dunia

bisnis menjadi berhasil. Untuk meningkatkan kemampuan persuasi dan

negosiasi diperlukan adanya beberapa hal, yaitu:

a) Itikad baik untuk mencapai win-win solution

Usaha tidak hanya sekali atau jangka pendek sehingga tidak boleh

dilakukan secara aji mumpung. Setiap transaksi harus

memerhatikan kepentingan kedua belah pihak. Jangan sampai

yang satu untung dan yang lain rugi. Akibatnya yang rugi tidak mau

melakukan transaksi lagi dan usaha berhenti. Dalam negosiasi

usahakan kedua belah pihak untung dan sesuai dengan

kepentingan masing-masing.

b) Mempersiapkan diri sebelum negosiasi. Sebelum melakukan

negosiasi diperlukan adanya persiapan. Tanpa persiapan kita akan

kalah dalam negosiasi. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan

adalah menentukan tujuan negosiasi, mempersiapkan data dan

analisis, memperkirakan permintaan pihak lain, dan menyusun

alternatif.

c) Meningkatkan kemampuan komunikasi dan pengendalian emosi.

Dalam negosiasi apa pun kondisinya harus dilakukan dengan

kepala dingin dan tidak emosional. Kemampuan komunikasi seperti

pemilihan kata dan kalimat perlu ditingkatkan, sehingga proses

persuasi dan negoisasi dapat berlangsung dalam suasana nyaman.

Page 80: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

67

d) Sikap profesional. Sikap profesional dilakukan dengan selalu tepat

waktu dan sesuai janji yang telah dijadwalkan, berpakaian rapi, dan

kesepakatan yang telah dibuat.

3. Membangun Kekuatan dan Kemauan Saat Muda Banyak pendapat menyatakan bahwa memulai usaha pada saat usia

muda akan lebih berhasil dibandingkan dengan ketika sudah tua, bahkan

saat pensiun. Ada beberapa alasan mengapa usaha di saat muda perlu

dikembangkan, yaitu:

a) Adanya kekuatan positif yang dimiliki kaum muda, terutama

mahasiswa untuk berhasil dalam dunia usaha, yaitu:

1) Usia mahasiswa yang berkisar antara 18 sampai 25 tahun

memiliki semangat besar untuk meraih mimpinya. Semangat dari

kelebihan energi tersebut dapat disalurkan melalui usaha

produktif.

2) Penguasaan teori yang baik dan pengalaman yang telah ada.

Dalam perkuliahan diberikan bekal teori yang bersifat teknis dan

pengalaman sebelumnya, sehingga diharapkan tidak perlu

melakukan kesalahan dua kali. Dengan bekal tersebut,

mahasiswa mempunyai modal yang lebih besar dari yang bukan

mahasiswa.

3) Daya nalar dan sistematika berpikir yang cukup baik. Mahasiswa

merupakan bagian dari masyarakat ilmiah yang mengambil

keputusan dengan fakta dan data. Dengan fakta dan data, maka

keputusan akan lebih kecil risikonya dibanding dengan spekulasi.

4) Kemampuan fisik yang prima. Masa muda mempunyai

kemampuan tisik yang sehat dan prima, sehinga mobilitas

menjadi mudah. Kemudahan dalam mobilitas dapat menjadi

modal dalam percepatan usaha.

5) Kreativitas yang tinggi dan lahirnya inovasi. Mahasiswa

merupakan bagian dari perguruan tinggi tempat untuk menempa

kreativitas dan inovasi. Kesempatan melakukan sesuatu yang

tidak biasa masih dimungkinkan untuk menghasilkan suatu

temuan bernilai ekonomi tinggi.

Page 81: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

68

b) Ada peluang cukup besar berwujud potensi yang perlu dikembangkan

dari status mahasiswa dan kaum muda. Potensi tersebut adalah:

1) Waktu mahasiswa dan pengusaha muda yang relatif masih

longgar semasa kuliah dan belum menikah dibandingkan dengan

setelah lulus dan bekerja. Waktu yang longgar pada masa kuliah

dan sebelum menikah dapat dioptimalkan untuk mengembangkan

usaha baru yang membutuhkan banyak waktu untuk perkenalan

usaha. Ketika telah lulus dan bekerja waktu yang tersedia

semakin terbatas, untuk bersosialisasi juga semakin terbatas

dibandingkan dengan sewaktu menjadi mahasiswa. Dimana

akses kepada teman di seluruh universitas dan dengan

pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya lebih luas.

2) Banyak peluang usaha yang dapat digali di sekitar kampus dan

komunitasnya. Masyarakat kampus adalah suatu komunitas

besar, rata-rata mencapai 4.000 orang setiap hari dan bahkan di

kampus besar sampai 40 ribu orang per hari. Peluang yang

muncul dengan adanya kondisi tersebut adalah seperti kebutuhan

kos, makanan dan minuman, penatu (laundry), pengetikan dan

analisis data, bimbingan belajar, dan lain-lain. Segala usaha

tersebut dapat dijadikan sebagai media awal untuk belajar

menjadi pengusaha.

3) Simpati masyarakat terhadap kaum muda dan mahasiswa relatif

tinggi. Simpati masyarakat ini terlihat pada hanya kegiatan

mahasiswa yang mendapat dukungan dari masyarakat baik

dalam bentuk sponsorship maupun bentuk lainnya. Oleh sebab

itu bentuk simpati masyarakat harus dibalas dengan kreativitas

tinggi dalam menghasilkan barang dan jasa, sehingga

masyarakat bangga terhadap kaum muda.

4) Rasa kesetiakawanan dalam almamater yang tinggi. Rasa

kesetiakawanan antar alumni menjadikan seorang pengusaha

muda dan sarjana memiliki akses jaringan yang cukup besar.

Sebuah universitas dengan alumni yang berjumlah ribuan orang

tentu menjadi akses baik dalam penyediaan bahan baku maupun

Page 82: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

69

pasar produk atau jasa yang cukup menantang untuk diolah

menjadi peluang bisnis anak muda.

d. Merealisasikan Mimpi Menjadi KenyataanHampir setiap orang memimpikan masa depan yang indah. Namun pada

kenyataannya, ada orang yang dapat mencapai mimpi indah tersebut dan

ada yang tidak. Setiap orang seharusnya memang memiliki mimpi, namun

sekadar mimpi dan angan-angan tanpa tindakan dan langkah-langkah

nyata untuk mencapainya justru akan menimbulkan frustasi dalam

kehidupan. Jadi bermimpi serta ikut dengan tindakan dan langkah nyata

untuk mencapainya agar menjadi kenyataan.

Banyak kasus yang awalnya sekadar mimpi akhirnya menjadi

kenyataan. R. Henkey S. Setiawan, MT, misalnya sukses

mengembangkan Bakso Malang Kota "Cak Eko" dengan omzet mencapai

35 juta rupiah per bulan dan margin mencapai 40%. Pengusaha lainnya

Nurlela Pandan, mengatakan "Saya bermimpi memiliki suatu usaha dan

mencoba memulai dari yang paling mudah. Saya bisa dan saya pun

memiliki usaha ini. Mimpi saya menjadi kenyataan!' Usaha yang

dikembangkan oleh Nurlela Pandan pun saat ini mampu menghasilkan

1,5 ton bawang merah goreng per bulan dengan harga 80.000/kg.

Mewujudkan mimpi menjadi kenyataan merupakan pesan yang ingin

disampaikan kepada semua pengusaha muda. Seorang pengusaha yang

bekerja keras tanpa mimpi akan menjadi penjudi. Seorang pengusaha

yang memiliki mimpi dan bekerja keras tanpa semangat akan

menghasilkan robot pekerja. Sedangkan seorang pengusaha yang

memiliki mimpi dan semangat tanpa melakukan tindakan apa pun hanya

akan menjadi pemimpi. Pengusaha yang berhasil adalah seorang

pengusaha yang mampu bermimpi, bersemangat, dan bertindak untuk

mencapai tujuan.

Mengapa anak muda sekarang harus bermimpi menjadi

pengusaha? Jawaban:

1. Persaingan mendapatkan pekerjaan semakin ketat. Saat ini ada 11

juta pengangguran dan 0,5 juta di antaranya adalah sarjana. Sebuah

pekerjaan dapat diperebutkan hingga ribuan orang. Gaji seorang

sarjana yang baru masuk saat ini berkisar Rp 1,4 juta/bulan. Apabila

Page 83: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

70

kita bandingkan dengan pendapatan pengusaha bakso Cak Eko yang

mencapai 14 juta per bulan, maka gaji pegawai tersebut tidak ada

apa-apanya. Menjadi pengusaha memberikan penghasilan lebih

tinggi bila dibandingkan dengan menjadi pekerja.

2. Kebebasan menentukan nasib sendiri dan berkreasi. Seorang

pegawai dengan gaji Rp 16 juta sebulan memiliki kompensasi berupa

banyaknya waktu yang terbuang untuk bekerja di kantor; berangkat

jam 5 pagi pada saat anak anak masih tidur dan pulang jam 9 malam

di saat anak-anak sudah tidur, bahkan sering kali tidak bertemu dan

kurang akrab dengan anak-anaknya sendiri. Arie Susilo, seorang

pengusaha yang lahir pada tahun 1980 berhasil mengembangkan

usaha dari rumah, yaitu Kentang Goreng 57. Dengan usaha dari

rumah maka ia banyak memiliki waktu untuk keluarga dan dapat

mengelola bisnisnya dengan tenang. Dengan demikian keputusan

untuk menjadi pengusaha memberikan kebebasan dalam berkreasi

dan bekerja.

3. Potensi mendapatkan penghasilan yang tinggi. Penghasilan yang

diperoleh oleh seorang pengusaha memang tidak tetap, namun risiko

ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan adanya kesempatan

penghasilan yang tinggi. Usaha keripik kentang misalnya mampu

memberikan keuntungan Rp 7 juta sebulan dengan volume 100 kg

kentang per hari. Kasih Mashuda yang membuat hiasan jamur dari

kayu mampu memberikan penghasilan Rp 7 juta sebulan lebih tinggi

dibandingkan dengan menjadi buruh pabrik dengan gaji Rp 900 ribu.

Sedangkan di kalangan UKM yang sudah berkembang. I Made

Bagiana mampu membuat 12 pabrik burger dengan keuntungan

mencapai Rp 35 juta per hari. Pengusaha mempunyai kesempatan

menerima penghasilan lebih tinggi.

4. Idealisme mengurangi pengangguran. Lulusan sarjana umumnya

sudah dibekali dengan ilmu dan penerapan dalam bidangnya.

Dengan demikian, para sarjana sepantasnya dapat berprinsip

memberi daripada menerima. Dalam kondisi sulit mencari pekerjaan

seperti saat ini, tentunya peluang menciptakan lapangan pekerjaan

sangat bermanfaat bagi banyak orang. Peluang yang dapat dilakukan

Page 84: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

71

oleh mahasiswa teknik misalnya membuat mesin pemotong keripik

penghancur plastik, dan lain- lain. Mahasiswa ilmu komunikasi dapat

membuat production house kecil. Mahasiswa psikologi dapat

mendesain permainan kreatif untuk anak umur sekolah dan masih

banyak contoh lain nya. Pada dasarnya banyak peluang usaha yang

dapat dilakukan oleh kalangan muda, terutama pada saat lapangan

kerja terbatas.

Setelah bersemangat menjadi pengusaha muda, maka bagaimana

mencapai mimpi tersebut? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Mengubah impian menjadi visi. Visi adalah impian yang ingin kita capai

dalam waktu tertentu. Setiap mimpi harus dapat diterjemahkan dalam

sasaran-sasaran tertentu guna memudahkan pencapaiannya. Sebagai

contoh, kita ingin menjadi pengusaha 10 besar di bidang jasa akuntansi di

Jakarta Barat dalam kurun waktu 10 tahun. Apabila mimpi ini realistik,

maka akan mudah dicapai dengan menaikkan peringkat minimal 1 kali

setiap tahun selama 10 tahun.

b. Menyusun rencana strategis. Untuk mewujudkan mimpi diperlukan

adanya rencana strategis. Rencana strategis menyangkut rencana

mencapai tujuan dalam kurun waktu tertentu dengan mempertimbangkan

faktor eksternal dan internal. Faktor internal adalah kemampuan

keuangan, budaya perusahaan, struktur organisasi, dan proses produksi.

Sedangkan faktor eksternal adalah selera konsumen dan tren pasar,

kondisi persaingan, dan kebijakan pemerintah.

c. Menetapkan rencana jangka pendek. Sesudah membuat rencana

strategis, maka perlu membuat rencana jangka pendek dengan waktu

satu tahun yang dapat dipecah dalam semester atau tri semester. Dalam

menyusun rencana jangka pendek, diperlukan perencanaan yang sesuai

dengan kaidah SMART, yaitu:

1) Specific merupakan target yang harus dijabarkan secara jelas dan

tidak bermakna ganda.

2) Measurable merupakan target yang dapat diukur dengan jelas.

3) Acheivable merupakan target yang dapat dicapai dengan realistis.

4) Reasonable merupakan penetapan target yang mempunyai pijakan

yang kuat untuk dapat dicapai.

Page 85: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

!

72

5) Time Based merupakan kurun waktu yang telah ditetapkan untuk

mencapai target.

Sebagai contoh adalah meningkatkan penjualan dari Rp 40 juta menjadi

Rp 50 juta per bulan selama 1 tahun. Target ini jelas dari waktu 1 tahun

kenaikan sebesar 25% dan masih realistis dicapai apabila tahun lalu

berkisar 15-20%.

d. Melaksanakan usaha. Setelah membuat rencana jangka pendek, maka

perlu dibuat rencana operasi yaitu membuat struktur organisasi,

menentukan pekerjaan, hak, dan tanggung jawab setiap orang dengan

jelas, serta melaksanakan pengawasan atas jalannya pekerjaan sehingga

mutu pekerjaan dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya. Terhadap

seluruh pekerjaan, perlu dilakukan evaluasi untuk menentukan cara yang

terbaik dalam pemakaian bahan baku, proses, dan penanganan output,

serta kepuasan konsumen. Pada dasarnya untuk evaluasi paling tidak

ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah, kualitas,

harga, dan ketepatan waktu dalam penyaluran produk. Apabila hal

tersebut dapat dikelola dengan baik, maka usaha akan berkembang

sesuai dengan yang diharapkan.

Page 86: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 73

BAB III

MOTIVASI DAN TANTANGAN BERWIRAUSAHA

3.1 Motivasi Seorang untuk Menjadi Wirausahawan

Motivasi dalam kewirausahaan meliputi motivasi yang diarahkan untuk

mencapai tujuan kewirausahan, seperti tujuan yang melibatkan pengenalan

dan eksploitasi terhadap peluang bisnis. Motivasi untuk mengembangkan

usaha baru diperlukan bukan hanya oleh rasa percaya diri dalam hal

kemampuannya untuk berhasil, namun juga oleh kemampuannya dalam

mengakses informasi mengenai peluang kewirausahaan. Dalam istilah yang

lebih sempit, teori expectancy mengungkapkan bahwa informasi yang spesifik

dan periodik mengenai peluang kewirausahaan mungkin meningkatkan

harapan individu bahwa upaya kewirausahaan akan memberikan hasil,

dengan demikian akan meningkatkan motivasi.

Menjadi wirausaha yang sukses tidak harus dari kalangan tertentu tetapi

sukses itu mimpi atau visi yang harus menjadi kenyataan. Misalnya dengan

berwirausaha tanpa kegigihan kita tidak akan sukses. Terlepas dari itu semua

orang pasti mempunyai mimpi, setiap menjalankan bisnis atau usaha apapun

sebenarnya yang dicari bukanlah semata-mata uang atau kaya tetapi

keinginan kita untuk mewujudkan mimpi tersebut. Dengan usaha dan niat

yang kuat, sesorang kita bisa mendapatkan keuntungan atau uang dan juga

aset yang akan semakin bertambah. Hal itu seiring juga dengan kegigihan

kejujuran dalam menjalankan bisnis.

Di negara-negara maju keinginan seseorang untuk menjadi bos

terhadap dirinya sendiri sangat besar. Berkeinginan sukses tanpa harus di

bawah tekanan orang lain, misalnya meskipun perusahaan baru berjalan satu

tahun, sudah berusaha untuk di-franchise-kan atau diwaralabakan, hal ini

dapat dilakukan jika pemerintah ikut memfasilitasi dengan cara

mempermudah proses pemberian hak intelektual, seperti hak dan atau lisensi

trade mark, hak waralaba, hak cipta (copy right) dan sejenisnya. Dalam aspek

lain, keberanian seseorang untuk mendirikan usaha sendiri (berwirausaha)

Page 87: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 74

sering kali terdorong oleh motivasi dari guru atau dosennya, atau koperasi

yang memberikan mata pelajaran atau mata kuliah berkewirausahaan yang

praktis dan menarik, sehingga dapat membangkitkan minat siswa/mahasiswa

untuk mulai mencoba berwirausaha seperti yang terjadi di MIT, Harvard

Business School, Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII), dan

beberapa perguruan tinggi lainnya yang memiliki konsentrasi

kewirausahaan.Tidak jarang juga setelah seseorang memperoleh kursus atau

pendidikan non-gelar, bahkan setelah mendengarkan cerita sukses

pengalaman bisnis yang dimiliki oleh orang-orang di sekitar kita, meskipun

bisnis kecil-kecilan, dapat menjadi pemicu, potensi dan motivasi utama untuk

menjadi wirausahawan yang berhasil. Motivasi untuk menjadi seorang

wirausaha biasanya muncul dengan sendirinya, setelah memiliki bekal cukup

untuk mengelola usaha dan siap mental secara total.

Kajian tentang motivasi telah muncul sejak lama dan memiliki daya tarik

tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti. Hal ini seringkali

dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi)

seseorang. Motivasi dapat diartikan sebagai sebuah kekuatan seseorang

yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam

melaksanakan suatu aktivitas, yang bersumber dari dalam diri individu itu

sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

Kuatnya motivasi yang dimiliki individu akan menentukan kualitas perilaku

yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja, berwirausaha

maupun dalam kehidupan lainnya. Dalam studi psikologi, Abin Syamsuddin

Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu

dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi/lamanya suatu

kegiatan berlangsung; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi/tindakan yang

dilakukan secara sukarela dalam mencapai sesuatu yang diinginkan

meskipun dilanda oleh berbagai hambatan, kesulitan atau keputusasaan; (4)

ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan

kesulitan; (5) devosi/bakti dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6)

tingkat aspirasi yang hendak dicapai pada suatu kegiatan yang dilakukan; (7)

tingkat kualifikasi prestasi ataupun out put yang dicapai dari kegiatan yang

dilakukan; (8) arah sikap terhadap pencapain sasaran kegiatan.

Page 88: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 75

Untuk memahami tentang motivasi berikut disampaikan pengertian

motivasi oleh beberapa ilmuwan (Winardi, 2001:69-93; Sondang P. Siagian,

286-294; Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono,183-190, Fred Luthan,140-

167), antara lain :

a. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

Setiap manusia mempunyai needs, yang pemunculannya sangat

tergantung dari kepentingan individu. Menurut need hierarchy theory

Maslow dalam Mangkunegara (2000), kebutuhan manusia itu dapat

digolongkan dalam lima tingkatan yaitu :

1) Physiological Needs. Kebutuhan yang bersifat biologis yaitu

kebutuhan makan, minum, perlindungan, fisik, bernafas, dan sexsual.

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling mendasar. Dalam

hubungan dengan kebutuhan ini pemimpin perlu memberikan gaji

yang layak kepada pegawai.

2) Safety Needs. Kebutuhan rasa aman yaitu kebutuhan perlindungan

dari ancaman, bahaya, dan lingkungan kerja. Tidak dalam arti fisik

semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual. Dalam

hubungan dengan kebutuhan ini pemimpin perlu memberikan

tunjangan kesehatan, asuransi kecelakaan, perumahan dan pensiun.

3) Social Needs/ kebutuhan akan kasih sayang (love needs). Kebutuhan-

kebutuhan sosial atau rasa memilik, yaitu kebutuhan untuk diterima

dalam kelompok unit kerja, berafiliasi, berinteraksi, serta rasa dicintai

dan mencintai. Dalam hubungan dengan kebutuhan ini, pemimpin

perlu menerima eksistensi/ keberadaan pegawai sebagai anggota

kelompok kerja, melakukan interaksi kerja yang baik, dan hubungan

kerja yang harmonis.

4) Esteem Needs. Pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-

simbol status. Kebutuhan akan harga diri yaitu kebutuhan untuk

dihormati, dihargai oleh orang lain. Dalam hubungan dengan

kebutuhan ini, pemimpin tidak boleh sewenang-wenang

memperlakukan pegawai karena mereka perlu dihormati, diberi

penghargan terhadap prestasi kerjanya.

5) Self Actualization, dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang

untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga

Page 89: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 76

berubah menjadi kemampuan nyata. Ingin berbuat lebih baik atau

kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan

diri dan potensi, mengemukakan ide-ide, memberikan penilaian, kritik

dan berprestasi. Dalam hubunganya dengan kebutuhan ini, pemimpin

perlu memberi kesempatan kepada pegawai bawahan agar mereka

dapat mengaktualisasikan diri secara baik dan wajar di perusahaan.

Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua

(keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya

dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang

lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari

cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah

bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang

dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik.

Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan

tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.

Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya

organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin

mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan

organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan

dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut

terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan

oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau

secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu

tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga

dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan

kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan

kebutuhan tingkat kedua, dalam hal ini keamanan sebelum kebutuhan

tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga

tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman,

demikian pula seterusnya.

Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai

kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi”

dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan

karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai

Page 90: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 77

kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil

memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan

ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta

ingin berkembang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai

kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai

hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :

• Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan

timbul lagi di waktu yang akan datang;

• Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik,

bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan

kualitatif dalam pemuasannya.

• Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam

arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat

berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.

Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih

bersifat teoritis, namun telah memberikan fondasi dan mengilhami bagi

pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan

berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.

b. Teori Mc Clelland (Teori Motivasi Sosial/Teori Kebutuhan Berprestasi)

Dari Mc Clelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi

atau Need for Acievement (N. Ach) yang menyatakan bahwa motivasi

berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan

prestasi. Menurut Mc Clelland timbulnya tingkah laku karena dipengaruhi

oleh kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Adapun kebutuhan yang

dimaksudkan menurut teori motif social adalah: (1) Need for Achievement:

merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses yang diukur berdasarkan

standar kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini berhubungan

erat dengan pekerjaan dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk

mencapai prestasi tertentu; (2) Need for Affiliation: merupakan kebutuhan

akan kehangatan dan sokongan dalam hubunganya dengan orang lain;

(3) Need for Power merupakan kebutuhan untuk menguasai dan

Page 91: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 78

mempengaruhi terhadap orang lain. Kebutuhan ini menyebabkan orang

yang bersangkutan tidak atau kurang mempedulikan perasaan orang lain.

Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan

akan prestasi tersebut sebagai keinginan: Melaksanakan sesuatu tugas

atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau

mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan

hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai

kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar

tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang

dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri

melalui penerapan bakat secara berhasil.

Menurut Mc Clelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi

(high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi

untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2)

menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-

upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti

kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang

keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang

berprestasi rendah. Teori motivasi dari Mc Clelland dalam Mangkunegara

(2000) bila dihubungkan dengan teori motivasinya model Maslow maka

arah motivasi model Mc Clelland lebih menitikberatkan pada pemuasan

kebutuhan yang bersifat sosial. Oleh karenanya teori motivasi Mc Clelland

disebut teori motivasi sosial, maka tinggkah lakunya akan nampak ciri-ciri

sebagai berikut:

1) Tingkah laku yang didorong oleh kebutuhan berprestasi yang tinggi.

a) Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif

b) Mencari feed back (umpan balik) tentang perbuatanya.

c) Memilih risiko yang moderat didalam perbuatannya. Dengan

memilih risiko yang moderat berarti masih ada peluang untuk

berprestasi yang lebih tinggi.

d) Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-

perbuatannya.

2) Tingkah laku yang didorong untuk bersahabat yang tinggi

Page 92: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 79

a) Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam

pekerjaanya, daripada segi tugas-tugas yang ada pada

pekerjaan itu.

b) Melakaukan pekerjaan lebih efektif apabila dengan bekerjasama

bersama orang lain dalam suasana yang koorporativ.

c) Mencari persetujuan dan kesepakatan dari orang lain.

d) Lebih suka dengan orang lain daripada sendirian.

3) Tingkah laku yang didorong untuk berkuasa yang tinggi

a) Berusaha menolong orang lain, walaupun pertolongan itu tidak

diminta.

b) Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari organisasi

dimana ia berada.

c) Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari

kelompok atau organisasi.

c. Teori Clyton Alderfer (Teori ERG).

Akronim ERG dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari

tiga istilah yaitu: E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R=

Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain), dan G=

Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Jika makna tiga istilah tersebut

didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual

terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh

Maslow dan Alderfer. Karena existence dapat dikatakan identik dengan

hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; relatedness senada

dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow

dan growth mengandung makna sama dengan self actualization menurut

Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis

kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak.

Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :

• Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula

keinginan untuk memuaskannya;

• Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin

besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;

Page 93: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 80

• Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya

lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan

yang lebih mendasar.

Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh

manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat

menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara

lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.

d. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)

Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam

pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal

dengan Model Dua Faktor dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan

faktor hygiene atau pemeliharaan. Menurut teori ini yang dimaksud faktor

motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya

intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang

dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor

yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut

menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional

antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih,

kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang

lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup

antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang

individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan

sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia,

kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja

dan sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan dalam

memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan

dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan

seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik

e. Teori Keadilan

Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk

menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan

organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang

Page 94: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 81

pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak

memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :

• Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau

• Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas

yang menjadi tanggung jawabnya.

Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya

menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :

• Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak

diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan,

keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;

• Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang

kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang

bersangkutan sendiri;

• Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di

kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;

• Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan

jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai.

Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa

para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada

jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan

para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak

negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang

tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya

para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-

masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi

lain.

f. Teori penetapan tujuan (Goal Setting Theory)

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki

empat macam mekanisme motivasional yakni: (a) tujuan-tujuan

mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-

tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang

strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan berikut ini

menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.

Page 95: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 82

g. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )

Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul Work and Motivation

mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai Teori Harapan.

Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin

dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa

tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya,

apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya

terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya

mendapatkannya.

Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan

berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk

memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat

terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika

harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk

berupaya akan menjadi rendah.

Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya

manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena

penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para

pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta

menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan

keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman

menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti

apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.

h. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku

Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat

digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada

kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan

berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh

persepsi tersebut. Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan

diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai

konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari

berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan

pengubah perilaku.

Page 96: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 83

Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum

pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk

mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan

dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang

mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.

Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu

menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik

tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada

kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut menyenangi

konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih

tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan

keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer

sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya

diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.

Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat

berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai

ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan

dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut

berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya

di tempat tugas. Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang

digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan

martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara

tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.

i. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.

Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang

sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan

kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan

menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung

berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model.

Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model

tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan

dengan prestasi seseorang individu .

Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk

Page 97: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 84

pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri;

(b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f)

kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan.

Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang,

antara lain ialah: (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana

seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi

lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara

penerapannya.

j. Teori Kebutuhan Model Edwards

Menurut Edwards (1959), yang dikutip oleh Ruch (1972), kebutuhan-

kebutuhan yang dapat mempengaruhi motivasi individu, diklasifikasikan

menjadi lima belas kebutuhan (intrinsik) yang tampak pada manusia

dengan kekuatan yang berbeda-beda, yaitu:

1) Achievement, kebutuhan untuk berbuat lebih baik dari pada orang lain

yang mendorong individu untuk menyelesaikan tugas lebih sukses,

untuk mencapai prestasi yang tinggi.

2) Deference, kebutuhan mengikuti pendapat orang lain, mengikuti

petunjuk-petunjuk yang diberikan, memuji-muji orang lain,

menyesuaikan diri dengan adat kebiasaan;

3) Order, kebutuhan untuk membuat rencana-rencana yang teratur,

yang berhubungan dengan kerapian, mengorganisasi secara detail

terhadap pekerjaannya, melakukan kebiasaan sehari-hari secara

teratur.

4) Exhibition, kebutuhan untuk menarik perhatian orang lain, berusaha

untuk menjadi pusat perhatian. Tindakan dan cara bicaranya,

menyebabkan dirinya diperhatikan orang lain;

5) Autonomy, kebutuhan untuk mandiri tidak mau bergantung kepada

orang lain atau tidak mau diperintah orang lain;

6) Affilation, kebutuhan untuk mandiri tidak mau bergantung kepada

orang lain, setia terhadap temennya, berpartisipasi dalam

kelompoknya, suka menulis surat kepada teman-temannya atau para

pelanggannya.

7) Intraception, kebutuhan untuk memahami perasaan orang lain,

mengetahui tingkah laku orang lain;

Page 98: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 85

8) Succorance, kebutuhan untuk mendapatkan bantuan orang lain,

simpati, atau juga mendapatkan kasih sayang (afeksi) dari orang lain;

9) Dominance, kebutuhan untuk bertahan pada pendapatnya,

menguasai, memimpin, menasehati, orang lain;

10) Abasement, kebutuhan ada kesalahan, merasa perlu diberi hukuman

apabila tindakannya keliru;

11) Nurturance, kebutuhan untuk membantu atau menolong orang lain

apabila mereka dalam kesusahan, bersikap simpati, dan berbuat baik

terhadap orang lain;

12) Charge, kebutuhan untuk membuat pembaharuan-pembaharuan,

tidak menyukai hal-hal yang bersifat rutin,senang bepergian,

membuat pertemuan dengan orang lain;

13) Endurance, kebutuhan yang menyebabkan individu bertahan pada

suatu pekerjaan sampai selesai, tidak suka diganggu apabila sedang

bekerja;

14) Heterosexsuality, kebutuhan yang mendorong aktivitas sosial individu

dalam mendekati lawan jenisnya, mencintai lawan jenisnya, ingin di

anggap menarik oleh lawan jenisnya;

15) Aggression, kebutuhan untuk mengkritik pendapat orang lain,

membantah penadapat orang lain, menyalahkan orang lain; senang

terhadap kekerasan.

Sebagai tambahan beberapa ahli menyatakan pengertian motivasi

sebagai berikut: Menurut Wexley & Yukl dalam Asád (2000) motivasi kerja

merupakan sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Ciri-

ciri motivasi individu adalah motif majemuk, motif dapat berubah-ubah, motivf

berbeda-beda bagi individu dan beberapa motif tidak disadari oleh individu.

Kuat dan lemahnya motivasi kerja seseorang tenaga kerja berperan dalam

menentukan besar kecilnya prestasi kerja seseorang. Faktor lain yang

menjadi pendorong penting yang menyebabkan manusia bekerja adalah

adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Aktivitas sesorang dalam bekerja

mengandung unsur suatu kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu dan pada

akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya.

Menurut Mc Gregor dalam As’ad (2000) seseorang bekerja dikarenakan

bekerja merupakan kondisi bawaan seperti bermain atau beristirahat, untuk

Page 99: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 86

aktif dan mengerjakan sesuatu, kemudian Smith dan Wakely menambahkan

dengan teorinya yang menyatakan bahwa seseorang didorong untuk

beraktifitas karena dia berharap hal ini akan membawa pada keadaan yang

lebih memuaskan daripada keadaan sekarang. Menurut Gomes, (2000)

motivasi seorang pekerja biasanya merupakan hal yang rumit karena motivasi

melibatkan faktor – faktor individual dan faktor – faktor organisasional. Yang

tergolong faktor yang sifatnya individual adalah kebutuhan-kebutuhan

(needs), tujuan-tujuan (goals), sikap (attitude), dan kemampuan (abilities).

Sedangkan yang tergolong pada faktor yang berasal dari organisais meliputi

pembayaran atau gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security), sesama

pekerja (co-wokers), pengawasan (supervision), pujian (praise) dan pekerjaan

itu sendiri (job it self).

Menurut Kolb, Rubin & Mc.Intyre (dalam As’ad 2000) kebutuhan untuk

berprestasi individu need for achievement sangat mempengaruhi hasil usaha

bisnisnya. Ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi antara

lain: orang yang merasa senang dengan pekerjaan yang dijalaninya, orang

yang mendapat kepuasan dalam pekerjaannya dan selalu berusaha

mengembangkan tugas dan dirinya. Motivasi kerja yang dimiliki seorang

karyawan akan berbeda-beda tingkatannya, ada karyawan yang memiliki

motivasi kerja yang tinggi dan ada juga karyawan yang memiliki tingkat

motivasi kerja yang rendah.

Motivasi kerja pada pegawai dapat dipengaruhi beberapa faktor

diantaranya budaya organisasi dan rotasi pekerjaan. Masrukhin dan Waridin

(2006) mengungkapkan bahwa setiap organisasi memiliki budaya organisasi

yang berfungsi untuk membentuk aturan atau pedoman dalam berfikir dan

bertindak dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal ini berarti budaya

organisasi yang tumbuh dan terpelihara dengan baik akan mampu memacu

organisasi ke arah perkembangan yang lebih baik. Selain itu, tekanan utama

dalam perubahan dan pengembangan budaya organisasi adalah mencoba

untuk mengubah nilai-nilai, sikap dan perilaku dari anggota organisasi secara

keseluruhan.

Dari teori-teori tentang motivasi di atas, maka teori expectancy dan teori

goal merupakan model teori yang paling memahami motivasi kewirausahaan.

Dalam teori expectancy tersedia kerangka kerja untuk memahami mengapa

Page 100: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 87

dan bagaimana beberapa orang memilih untuk menjadi wirausahawan. Hal

tersebut diungkapkan dalam serangkaian outcome dari wirausahawan yang

lebih kompleks dan sebagian lainnya memiliki kemungkinan lebih kecil

dibandingkan dengan yang lain.

Dalam menjelaskan relevansi teori expectancy maka diungkapkan

bahwa wirausahawan mungkin saja tertarik pada situasi ketidakpastian yang

tinggi atau dapat membuat pilihan ketika mereka menghadapi pilihan yang

meragukan, karena jika dibandingkan dengan pra manajer pada bisnis yang

telah mapan, maka wirausahawan lebiih toleran dengan ketidakpastian.

Sedangkan proposisi mendasar dari teori goal adalah bahwa tujuan yang

menantang secara khusus (memberikan komitmen, umpan balik, dn

pengetahuan yang memadai) akan menghasilkan kinerja yang tinggi. Dengan

demikian, teori goal menawarkan penjelasan yang lebih bersifat langsung

dengan motivasi kewirausahan dibandingkan dengan teori expectancy, yang

mengungkapkan bahwa wirausahawan menyusun tujuan kewirausahan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memulai usaha.

Motivasi untuk menjadi wirausahawan adalah adanya bentuk imbalan

sebagaimana dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Imbalan Berwirausaha Sumber: Saiman (2012:26)

Goal theory merupakan teori yang dapat diuji dalam memprediksi kinerja

kewirausahaan. Dalam hal ini, wirausahawan yang memiliki tujuan yang lebih

IMBALAN BERWIRAUSAHA

LABA KEBEBASAN IMPIAN PERSONAL

KEMANDIRIAN

Dapat menentukan berapa laba yang

diinginkan, keuntungan yang

diperoleh, dan berapa yang akan dibayarkan kepada

pihak lain atau pegawai

Bebas mengatur waktu, bebas dari supervisi, bebas aturan main yang menekan/adanya intervensi, bebas

dari aturan budaya organisai/

perusahaan

Bebas meraih standar hidup yang diharapkan, lepas dari rutinitas kerja

yang membosankan, karena harus

mengikuti visi, misi, impian orang lain,

Imbalan untuk menentukan

nasib/visi, misi dan impiannya sendiri

Memiliki rasa bangga, karena

dapat mendiri dalam segala hal, seperti

permodalan, mandiri dalam pengelolaan/ manajemen, mandiri

dalam pengawasan,serta menjadi manajer terhadap dirinya

sendiri

Page 101: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 88

tinggi akan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menjadikan

organisasi lebih mampu bertahan dan mampu tumbuh lebih besar

dibandingkan dengan wirausahawan yang memiliki tujuan yang lebih rendah.

Motivasi seseorang untuk menjadi wirausahawan antara lain: laba,

kebebasan, impian personal dan kemandirian. Dari Gambar 2.1 dapat

disimpulkan bahwa dengan berwirausaha seseorang akan termotivasi untuk

memperoleh imbalan minimal dalam bentuk laba, kebebasan, impian personal

yang mungkin menjadi kenyataan, kemandirian, di samping memiliki peluang-

peluang pengembangan usaha, memiliki peluang untuk mengendalikan

nasibnya sendiri. Seorang wirausaha tidak menunggu hari gajian atau tanggal

gajian, tetapi setiap hari diharapkan memperoleh pendapatan rutin. Seorang

wirausaha akan berusaha sistem bisnisnya dapat dijalankan orang lain dan

dirinya sendiri dapat berjalan-jalan.

3.2 Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausahawan

Apa perbedaan esensial antara wirausahawan dengan karyawan/orang

gajian?

Tabel 3.1 Perbedaan Wirausahawan dengan Karyawan

Wirausahawan Karyawan 1. Penghasilan bervariasi atau tidak teratur,

sehingga pada tahap awal sulit mengatur (tidak merasa aman) karena penghasilan tidak pasti

1. Memiliki penghasilan pasti atau teratur, sehingga niudah diatur (rasa aman) meskipun gaji kecil

2. Memiliki peluang yang Iebih besar untuk menjadi orang kaya, penghasilan sebulan dapat menutupi pengeluaran atau biaya hidup untuk satu tahun

2. Peluang kaya relatif (sangat bergantung kemujuran dan karier)

3. Pekerjaan bersifat tidak rutin 3. Pekerjaan bersifat rutin 4. Kebebasan waktu yang tinggi (tidak terikat

oleh jam kerja) 4. Waktu tidak bebas (terikat) pada jadwal/

jam kerja perusahaan

5. Tidak ada kepastian (ketidakpastian tinggi) dalam banyak hal termasuk meramalkan kekayaan

5. Ada kepastian (dapat diprediksi) dalam banyak hal, kekayaan dapat diramal/ dihitung

6. Kreativitas dan inovasi dituntut setiap saat 6. Bersifat menunggu instruksi/ perintah 7. Kebergantungan rendah 7. Kebergantungan tinggi 8. Berbagai risiko tinggi (aset dapat hilang bila

diiadikan sebagai agunan dalam pinjaman) dan usahanya bangkrut

8. Risiko relatif rendah bahkan dapat diramalkan

9. Terbuka peluang untuk menjadi bos 9. Menjadi bos relatif sulit apalagi bekerja pada perusahaan keluarga

10. Tanggung jawab besar 10. Tanggung jawab relatif

Page 102: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 89

Perlu digarisbawahi bahwa dikaitkan dengan perbedaan tersebut dalam

Tabel 3.1, hampir 75 persen yang termasuk dalam daftar orang terkaya di

dunia (majalah Forbes) merupakan wirausahawan generasi pertama. Menurut

hasil penelitian Thomas Stanley dan William Danko, pemilik perusahaan

sendiri mencapai dua pertiga dari jutawan di Amerika Serikat. Orang-orang

yang bekerja memiliki perusahaan sendiri empat kali lebih besar peluangnya

untuk menjadi miliarder daripada orang-orang yang bekerja untuk orang lain

atau menjadi karyawan perusahaan lain.

Berbagai keuntungan menjadi wirausahawan menurut Buchari Alma (2000),

yaitu:

1. Tercapai peluang-peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki

sendiri.

2. Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan potensi seseorang secara

penuh.

3. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara

maksimal.

4. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha

konkret.

5. Terbuka peluang untuk menjadi bos minimal bagi dirinya sendiri.

Selain keuntungan, ada pula kelemahan menjadi wirausahawan, antara lain:

1. Memperoleh pendapatan yang tidak pasti dan memikul berbagai risiko.

Jika risiko ini telah diantisipasi secara balk, wirausahawan telah mampu

menggeser risiko tersebut.

2. Bekerja keras dan atau jam kerja yang mungkin lebih panjang.

3. Kualitas hidup mungkin masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab

pada tahap-tahap awal seorang wirausahawan harus bersedia untuk

berhemat.

4. Memiliki tanggung jawab sangat besar, banyak keputusan yang harus

dibuat walaupun mungkin kurang menguasai permasalahan yang

dihadapinya.

Saat ini, tuntutan untuk menjadi wirausahawan sangat besar, sebab jika

hanya mengandalkan untuk memperoleh pekerjaan melalui perusahaan

orang lain atau instansi pemerintah, maka kemungkinannya memperoleh

pekerjaan menjadi sedikit. Bahkan, paradigma para orangtua sudah mulai

Page 103: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 90

bergeser, untuk mencari seorang menantu tidak lagi berpandangan negatif

lagi bila memperoleh menantu seorang pengusaha/wiraswasta/pedagang.

Bahkan, tidak merasa rendah atau turun derajat/gengsinya. Orangtua dalam

memilih menantunya tidak lagi harus seorang menantu yang memiliki

pekerjaan tetap karena menjadi pegawai suatu institusi pemerintah maupun

swasta, sebaliknya anak-anak muda zaman sekarang yang barn lulus sekolah

dari tingkatan pendidikan apa pun saat ini juga tidak merasa malu berdagang

atau berwiraswasta. Bahkan, para artis juga banyak yang terjun ke dunia

bisnis/perdagangan berbagai komoditas, baik kuliner, perdagangan di tingkat

lokal, maupun ekspor dan impor.

Konsep Cash Flow Quadrant Oleh Robert T. Kiyosaki Gambar 2.2 diambil dari Cash Flow Quadrant yang ditulis buku Robert T.

Kiyosaki berjudul Panduan Ayah Kaya Menuju Kebebasan Finansial dapat

diuraikan ringkas. Kiyosaki menawarkan konsep cermerlang bahwa dalam

memperoleh pendapatan, seseorang dikelompokkan dalam empat kuadran,

yaitu:

Gambar 3.2

Konsep Cash Flow Quadrant oleh Robert T. Kiyosaki

Page 104: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 91

1. Kuadran Satu, Kuadran E (Employee), seseorang yang berposisi sebagai

employee /pegawai. Sebagai pekerja untuk orang lain atau orang gajian,

atau bekerja untuk asset boss, misalnya guru, dosen, buruh pabrik,

pegawai negeri sipil, polisi, ABRI, dan lain-lain. Employee (pegawai atau

buruh) adalah orang yang mendapatkan uang dengan cara bekerja

kepada orang lain, atau suatu sistem bisnis yang merupakan milik orang

lain, atau kepada organisasi milik orang lain. Employee menjual waktu

dan kemampuannya untuk memberikan added value kepada bisnis atau

organisasi orang lain. Employee bisa saja seorang office boy, seorang

salesman, seorang supervisor, seorang manager, presiden direktur

perusahaan, PNS, bahkan presiden negara ini adalah seorang employee.

Ciri khas seorang employee adalah dia akan digaji berdasarkan waktu

dan kemampuan yang diberikan, dan menerima gaji rutin bulanan atau

periodik dengan jumlah tertentu dari orang lain, perusahaan, organisasi,

atau bahkan dari negara.

Seorang employee bisa sukses atau bisa juga dipecat. Seorang

employee, tidak akan memperoleh gaji apabila dia tidak bekerja. Setiap

saat siap menerima kemarahan atasan atas performance kerja yang tidak

baik. Menerima gaji bulanan yang jumlahnya tertentu, atau bahkan

seringkali merasa kurang, tetapi tidak memiliki daya kemampuan untuk

menaikkan gajinya sendiri. Sering berharap-harap cemas, mendapatkan

kenaikan gaji suatu saat, dan berusaha bekerja dengan lebih keras untuk

mendapat penilaian baik atas kinerjanya, dengan harapan akan

dipromosikan dan dengan cara itu akan mendapatkan kenaikan gaji.

Seorang employee memiliki atasan yang harus diikuti perintahnya dan

menjaga hubungan baik dengan atasan tersebut agar tidak kehilangan

pekerjaan.

2. Kuadran Dua, Kuadran S (Self Employed), seseorang yang berposisi

sebagai self employee, pemilik pekerjaan/bekerja untuk dirinya sendiri.

Contoh dokter, atlet, pengacara, artis, pemilik toko, dan lain-lain. Ia

sebagai pekerja untuk dirinya sendiri. Termasuk dalam self employed

adalah orang-orang yang bekerja mandiri atau lepas. Biasanya mereka

adalah seorang profesional yang memiliki keahlian tertentu. Ciri khas dari

Page 105: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 92

self employed adalah dia jalankan sendiri, dia lakukan sendiri, dan

pemasukan dia terima sendiri. Contoh self employed adalah seorang

dokter praktek di klinik sendiri, pengacara yang membuka biro sendiri,

tukang cukur rambut pinggir jalan, pedagang asongan, calo angkot,

penulis lepas, dan lain-lain. Mereka mendapatkan uang atas jual jasa dan

tenaga mereka sendiri secara personal. Tetapi mereka tidak akan

mendapatkan penghasilan apabila tidak bekerja, misalnya dokter tidak

praktek, pedagang rokok tidak ngasong, maka mereka tidak akan

mendapatkan uang.

Self employed lebih bebas daripada employee, karena mereka

menjadi majikan sekaligus bawahan sendiri, semua diatur dan ditangani

sendiri. Dari segi penghasilan mereka tidak menerima gaji rutin

sebagaimana employee, penghasilan mereka naik turun sebanding

dengan usaha dan doa mereka sendiri. Seorang self employed bisa saja

memiliki seorang asisten atau pekerja, seperti dokter dibantu resepsionis

dan perawat, tetapi tetap, tanpa dokter bekerja, maka tidak akan

mendapatkan penghasilan. Semakin keras usaha self employed, maka

semakin besar penghasilan yang diperoleh, misalnya seorang dokter

ingin menambah pemasukan dengan cara menambah jam buka praktek,

selain dengan promosi.

3. Kuadran Tiga, Kuadran B (Business Owner), seseorang yang berposisi

sebagai business owner/pemilik bisnis dengan membangun jaringan atau

sistem. Contoh dalam kuadran ini: konglomerat, waralaba

(franchisor/franchisee), Network Marketing, dan lain-lain. Bisnis owner

memperoleh uang dari sistem yang dia buat. Toko dibuat dengan suatu

sistem sehingga bisa berjalan sendiri ada kasir, ada bagian stok/logistik,

ada supervisor, ada cleaning sercive, dan sebagainya yang diatur dan

dibuat sistem perdagangan toko. Bisnis owner atau biasanya familiar kita

sebut sebagai bisnisman/bisniswoman berusaha keras agar sistem yang

dia bangun running well dan mendapatkan profit dari sistem bisnisnya.

Ciri khas dari bisnis owner adalah bekerja tidak terikat waktu, dan

penghasilan tidak berbanding lurus dengan waktu kerja yang di

pergunakan. Meskipun dia tidak bekerja, seperti pemilik warnet, kalau

Page 106: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 93

sudah running well, maka warnet itu tetap memberikan pemasukan buat

bisnis owner.

Seorang bisnis owner memiliki kekuasaan terhadap bisnis dan

pekerjanya. Dia berhak memutuskan untuk mem-PHK pegawainya

apabila tidak perform. Tetapi dia memiliki resiko yang jauh lebih besar

dari employee dan self employee yaitu bangkrut. Apabila seorang

employee gagal, hanya PHK konsekwensi logisnya, dan mungkin di bisa

mencari pekerjaan lagi. Self employed demikian juga. Sedangkan

seorang business owner biasanya memiliki resiko bangkrut yang

berakibat lebih masive, menyangkut uang banyak dan nasib para

pekerjanya. Tetapi kalau berjalan lancar, seorang business owner akan

memperoleh pemasukan yang jauh lebih besar dari pekerja. Apakah anda

pernah mendengar seorang pegawai memperoleh gaji lebih besar dari

untung perusahaan? Untung perusahaan itulah pemasukan untuk bisnis

owner.

4. Kuadran Empat, Kuadran I (Investor), seseorang yang berposisi sebagai

pemodal/investor/pemilik modal. Contoh kuadran ini: pemilik deposito

(deposan), Investor (penanam modal) adalah orang yang memperolah

uang dari uangnya yang diputar. Penghasilan seorang investor juga tidak

dipengaruhi oleh waktu kerja yang diberikan. Bahkan seorang investor

bisa tidak bekerja sama sekali, dan uangnya yang bekerja untuk dia.

Besar kecil pemasukan uang seorang investor ditentukan oleh

pengetahuan dan keahlian dia dalam mengelola uang dan

mendayagunakan uang yang dimilikinya agar menjadi lebih berguna dan

menguntungkan. Investor bisa saja menginvestkan uangnya dalam bisnis

riil atau dalam investasi finance. Contoh seorang investor adalah investor

property, membeli rumah dan apartemen untuk dikontrakkan. Membeli

saham dengan return dan pembagian dividend yang tinggi untuk dia,

mengeluarkan uang investasi membuka warung bakso, yang dikelola oleh

teman, membayar sejumlah uang untuk membeli franchise, membeli

mobil untuk direntalkan dengan cara dititipkan ke perusahaan rental,

seperti Cipaganti rental, dan lain-lain. Investor hanya memiliki tiga

kemungkinan, rugi, impas, atau untung. Semakin mahir dia memutar

uangnya, maka semakin deras uang mengucur.

Page 107: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 94

Pada kuadran kiri atau 1 dan 2, orang memilih untuk mendapatkan

keamanan. Karena menurut mereka, jika setiap bulan menerima penghasilan

akan aman. Jadi yang diperoleh sebenarnya adalah keamanan kerja bukan

keamanan penghasilan. Pada kuadran kanan atau 3 dan 4, orang memilih

untuk mendapatkan kebebasan. Bebas berusaha untuk mendapatkan

penghasilan berapapun yang mereka inginkan. Jadi dia bisa mendapatkan

kebebasan penghasilan dan waktu. Jika ingin mendapatkan penghasilan tak

terbatas namun waktu yang domiliki semakin luang maka harus masuk ke

kuadran Kanan 3 atau 4. Tetapi apakah untuk itu semudah berganti karier?

tidak mudah untuk masuk kuadran 4 sudah tentu harus punya banyak uang

untuk diinvestasikan. Jika anda punya maka anda hanya perlu FQ atau

Kecerdasan Finansial, sehingga anda mampu mengendalikan resiko. Untuk

anda berpindah ke kuadran 3 maka harus menciptakan sistem, atau membeli

sistem yang sudah ada. Untuk menciptakan sistem dibutuhkan kemampuan

luar biasa dan EQ atau Kecerdasan Emosional, dalam membuat sistem baru

banyak orang yang harus melalui berbagai rintangan dan kegagalan dan

sebelum mencapai kesuksesan seringkali harus gagal lebih dari 3 kali.

Perbedaan internal manusialah, yakni nilai, kekuatan, kelemahan, dan

minat inti yang paling mempengaruhi keputusan kita dalam memilih kuadran

yang menjadi sumber penghasilan kita. Ada orang yang senang menjadi

pegawai, sementara yang lain tidak suka. Ada orang yang senang

mempunyai perusahaan, tapi tidak mau mengelolanya. Ada yang senang

mempunyai perusahaan dan juga senang mengelolanya. Orang tertentu suka

menanam modal, sementara yang lain hanya melihat risiko kehilangan uang.

Kebanyakan dari kita adalah gabungan dari sedikit unsur masing-masing

karakter ini. Menjadi sukses dalam keempat kuadran sering berarti menata

ulang beberapa nilai inti internal.

Penting juga diperhatikan bahwa kita bisa kaya atau miskin di keempat

kuadran. Ada orang yang menghasilkan jutaan dan orang yang bangkrut di

masing-masing kuadran. Berada di salah satu kuadran tidak menbjamin

sebuah keberhasilan. Namun, tidak peduli apa yang kita lakukan secara

profesional, kita masih dapat bekerja di keempat kuadran. Sebagai contoh,

seorang dokter medis bisa memilih mendapat penghasilan sebagai seorang

pegawai di sebuah rumah sakit swasta, namun ia juga memperoleh

Page 108: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 95

penghasilan lain dengan bekerja lepas, dengan membuka praktek. Atau

dokter ini juga menjadi pemilik bisnis karena memiliki sebuah klinik atau

sebuah laboraturium dan memperkerjakan dokter lain sebagai staf. Dokter ini

pun bisa menjadi seorang investor dengan menaruh saham di perusahaan

lain.

Kelompok pemilik bisnis yang berada dalam kuadran “B” (business

owner) dapat dikatakan merupakan lawan dari self-employeed, yang tidak

suka mendelegasikan pekerjaannya karena menurutnya tidak ada yang dapat

melakukannya sebaik dia. Usahawan sejati suka mendelegasikan pekerjaan,

moto nya adalah, “Mengapa melakukannya sendiri kalau kau bisa menyewa

orang lain untuk melakukannya bagimu, dan mereka bisa melakukannya

dengan lebih baik?”, Henry Ford adalah contohnya. Sekelompok orang

“pandai” datang untuk menghakimiFord karena ia “bodoh”. Mereka

menyatakan bahwa Ford tidak tahu banyak soal bisnisnya, oleh karena

itu Ford mengundang mereka ke kantornya dan menantang mereka untuk

mengajukan pertanyaan apa saja. Setelah panel mencatat semua

pertanyaan, Ford memanggil beberapa asistennya yang cerdas untuk

menjawab semua pertanyaan mereka. Ia lebih suka menyewa orang-orang

pandai berpendidikan karena tugas-tugasnya lebih penting, yakni tugas

“berpikir”.

Untuk menjadi pebisnis yang baik, kita butuh untuk mempelajari esensi

kepempiminan dan keterampilan teknis berbisnis. Kedua keterampilan ini

dapat dipelajari. Ada pendekatan ilmiah untuk mempelajari ilmu bisnis dan

kepemimpinan, seperti juga halnya pendekatan seni untuk mempelajari seni

bisnis dan kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kemampuan

membangkitkan kemampuan terbaik orang. Keterampilan bisnis harus

dikuasai seperti keterampilan untuk membaca laporan keuangan, pemasaran,

penjualan, akuntansi, manajemen, produksi, dan negoisasi.

Keberhasilan di sisi kanan quadrant membutuhkan kecerdasan finansial.

Jika orang tidak memiliki kecerdasan finansial dasar, mereka takkan, pada

kebanyakan kasus, berhasil di sisi kanan quadrant. Ayah “kaya” dari Robert

T. Kiyosaki mengajarkan untuk melek secara finansial, sehingga ia dapat

membaca angka, dan pandai mengelola orang. Rumah yang kita tempati juga

bukanlah aset melainkan liabilitas.

Page 109: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 96

Orang-orang pada umumnya berpikir bahwa dengan memperoleh

kenaikan gaji dan dengan setiap kenaikan gaji, mereka masuk ke dalam

kategori wajib pajak yang lebih tinggi, dan karena pajak untuk pekerja.

Mereka menghasilkan lebih banyak uang, tapi yang terjadi hanyalah pajaknya

bertambah dan utangnya bertambah. Semakin keras mereka bekerja,

semakin sedikit waktu yang ia miliki bersama orang-orang yang dicintainya.

Semakin letih bekerja, baik di rumah maupun di kantor, mereka tampak

semakin tergantung pada keamanan kerja. Semakin terikat pada kerjaannya,

dan pada slip gaji untuk membayar tagihannya, semakin mereka mendorong

anak-anak mereka untuk mencari pekerjaan yang aman dan terjamin.

Semakin merasa terancam, semakin ia mencari rasa aman.

Selanjutnya apa yang dibutuhkan oleh seorang business owner?

Jawabannya adalah membangun sebuah sistem bisnis. Kuadran ini

memerlukan pengetahuan tentang sistem dan orang. Cara yang pertama

adalah carilah seorang pembimbing. Dalam hidupnya, Robert T.

Kiyosaki mendapat pembimbingnya, yaitu Ayah kawannya, Mike, yang kaya

raya. Pembimbing adalah seseorang yang sudah melakukan apa yang ingin

kita lakukan, dan berhasil dalam melakukannya. Jangan mencari seorang

penasihat. Penasihat adalah seseorang yang memberitahu kita cara

melakukannya, namun ia sendiri belum pernah melakukannya. Sebagian

besar penasihat, berada dalam kuadran “S” (self-employed). Berhati-hatilah

dengan saran yang akan kita ikuti. Meskipun kita harus tetap berpikiran

terbuka, pertama-tama selalu sadarilah dari kuadran mana saran itu

datang.Dalam pengembangan sistem, dapat mencari sebuah sistem untuk

dibeli. Ada 3 jenis utama sistem bisnis yang umum dipakai saat ini, yaitu

pertama, perusahaan tradisional di mana kita mengembangkan sistem itu

sendiri; kedua, bisnis waralaba di mana kita membeli sebuah sistem yang

sudah ada; ketiga, di mana kita membeli dan menjadi bagian sebuah sistem

yang sudah ada. Masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan, namun

semua akhirnya melakukan hal yang sama. Jika dioperasikan dengan benar,

masing-masing sistem akan memberikan aliran pemasukkan yang teratur

tanpa terlalu banyak upaya fisik dari pihak pemilik.

Cara lainnya adalah dengan membeli sebuah usaha waralaba. Dengan

membelinya, kita membeli sebuah sistem yang sudah berjalan dan sudah

Page 110: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 97

“dicoba serta terbukti keampuhannya. Ada banyak bisnis waralaba di sekitar

kita yang bagus. Dengan membeli sistem ini, dan bukannya mencba

membuat sistem sendiri, kita bisa memusatkan perhatian pada upaya

mengembangkan orang-orang kita. Alasan banyak bank mau meminjamkan

uang kepada sebuah bisnis waralaba, dan tidak pada sebuah bisnis kecil

yang baru berdiri, adalah karena bank mengetahui pentingnya sistem dan

mengetahui bahwa memulai dengan sistem yang bagus akan memperkecil

risiko mereka.

3.3 Tantangan Berkewirausahaan

E-commerce

Saiman, L. (2017), Era teknologi informasi yang mampu menciptakan

ekonomi baru menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Internet saat ini

sudah umum digunakan oleh dunia usaha dalam rangka mencari informasi

dagang, promosi dagang, hubungan/kontak dagang secara internasional ke

seluruh negara/dunia. Sarana ini walaupun pada tahap awal investasinya

cukup mahal, namun proses bisnis selanjutnya akan lebih cepat dan

sekaligus dapat mengakses data maupun informasi bisnis dalam tempo yang

cepat. Hampir seluruh instansi pemerintah termasuk perwakilan Pemerintah

Republik Indonesia di luar negeri (kedutaan besar, konsulat jenderal, maupun

atase perdagangan), salah satu upaya komunikasi dan promosi sudah

menggunakan e-commerce. Usaha yang menggunakan e-commerce yang

dapat diakses menggunakan internet merupakan suatu usaha yang sangat

unik, karena hanya dengan menggunakan satu media, perusahaan dapat

melakukan usaha/bisnis, baik dengan sesama perusahaan (Business to

Business—B2B) atau dapat proses bisnis langsung antara pebisnis dengan

konsumen atau penjual dengan pembeli (Business to Consumer—B2C).

Mereka dapat melakukan proses bisnis, mulai dari promosi produk,

penawaran, dan permintaan produk, tanya jawab antara konsumen dan

produsen atau antara pembeli dengan penjual dapat dilakukan secara aktif

dengan e-commerce.

Pasar e-Commerce Indonesia diperkirakan bakal mencapai 52 persen e-

Commerce di kawasan Asia Tenggara. Banyaknya populasi kelas menengah,

meningkatnya akses internet, tumbuhnya kota-kota kecil, serta terbatasnya

Page 111: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 98

akses terhadap pasar retail membuat e-Commerce domestik akan tumbuh

pesat. Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan e-

Commerce tertinggi di dunia.

Beberapa tahun terakhir, makin banyak pelaku usaha, baik perusahaan

besar maupun ritel, beralih atau mengembangkan usaha ke arah digital.

Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan e-Commerce tertinggi di

dunia. Beberapa tahun terakhir, makin banyak pelaku usaha, baik

perusahaan besar maupun ritel, beralih atau mengembangkan usaha ke arah

digital. Jumlah pelaku e-Commerce akan terus bertumbuh, hal ini diperkuat

dengan sejumlah survei lembaga riset teknologi informasi komunikasi dalam

dan luar negeri. Hal ini diperkuat dengan sejumlah survei lembaga riset

teknologi informasi komunikasi dalam dan luar negeri. Demikian diungkapkan

Ketua Umum Indonesian E-Commerce Association (idEA), Aulia E. Marinto,

Liputan 6 (2017). Dari presentase Nielsen yang bertajuk Indonesia Ocean of

Opportunities Overcoming Dead Win and Riptide 2017, e-Commerce

Indonesia pada 2025 akan mencapai US$ 46 miliar atau setara Rp 612 triliun

dibanding pada 2015 yang baru mencapai US$ 1,7 miliar. Pada 2015, pasar

transaksi elektronik di Indonesia kurang dari satu persen dari total penjualan

retail, tapi pada 2025 akan meningkat menjadi 8 persen dari total transaksi

retail. Total e-Commerce enam negara anggota ASEAN pada 2025 akan

meningkat menjadi US$ 87,8 miliar dibanding pada 2015 yang hanya

mencapai US$ 5,5 persen. Tidak hanya itu, transaksi digital di negara-negara

tersebut semuanya akan mencapai lebih dari US$ 4 miliar, databoks (2017).

Business to Business (B2B) B2B artinya proses bisnis antara penjual dengan penjual atau produsen

dengan produsen atau produsen dengan grosir, pedagang, agen, dan

sejenisnya dilakukan secara online. B2B adalah transaksi yang dilakukan

secara elektronik maupun fisik dan terjadi antara entitas bisnis satu ke bisnis

lainnya. Ketika B2B merupakan penjualan produk atau jasa yang diberikan

oleh bisnis tersebut dan diperuntukkan untuk bisnis lain. Contohnya,

perusahaan kuliner yang bergerak di bidang katering. Lalu karena bisnis

katering cukup besar, mempunyai target pasar para perusahaan. Jadi jasa

katering diperuntukkan untuk perusahaan yang mempunyai karyawan cukup

banyak, inilah yang disebut dengan B2B karena bisnis atau jasa yang

Page 112: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 99

ditawarkan diperuntukkan untuk perusahaan lain. Perusahaan dapat

melakukan proses bisnis, mulai dari promosi, penawaran dan permintaan

produk, tanya jawab antara mereka dapat dilakukan dengan cara online

melalui internet atau mobile phone yang memiliki fitur untuk itu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kekuatan teknologi internet dan mobile

memang semakin hebat. Teknologi pencarian informasi bisnis maupun

informasi lainnya misal melalui situs google.com. Ketik nama merek di sana,

dan akan terlihat betul interaksi yang dilakukan selama ini. Kalau banyak

positif, tentunya baik karena dapat memengaruhi otak, hati, dan jiwa

konsumen. Kita semua tahu bahwa Google, yang notabene-nya perusahaan

pemasang iklan merupakan fenomena internet yang telah menjadi bagian dari

wawasan dalam mencari informasi mulai dari produk atau jasa yang terbesar

sampai yang terkecil, melihat dunia luar (contohnya Google Earth),

mendengar (Google Alert), dan berkolaborasi dengan rekan sekantor (Google

Docs, Gmail, Google Talk). Tidak hanya merevolusi industri teknologi

informasi, Google juga mengubah banyak tatanan industri mulai dari media

(Google news, You Tube/Google Video) sampai perpustakaan (Google

Books, Google Schoolar). Google adalah internet, dan internet adalah

Google. Dengan misinya yang sangat horizontal, yaitu "mengelola informasi

dunia dan membuatnya mudah diakses dan berguna", Google telah menjadi

bagian dari kehidupan masyarakat tulen dunia, New Wave yang ingin

mencari, melacak, dan menggunakan sebuah informasi.

Teknologi Web 1.0 adalah era kita hanya dapat mencari, browsing, dan

read-only. Kini dunia internet telah berubah. Teknologi internet masuk pada

Web 2.0 telah membuat internet bersifat lebih interaktif dan dinamis. Interaksi

dengan komunitas menjadi lebih memungkinkan karena pada dasarnya

kekuatan sesungguhnya dari aplikasi internet yang bersifat Web 2.0 adalah

read and write. Internet dengan Web 2.0 membuat proses horizontalisasi

semakin cepat. Di dunia yang serba horizontal ini, berkat perkembangan

teknologi internet; semua orang sekarang punya kesempatan yang sama

untuk terhubung, dihubungi, dan menghubungi. Kini era dimana kita dapat

melihat sekaligus menyentuh, dan berinteraksi. Dunia yang serba horizontal

bukan hanya disebabkan oleh perkembangan teknologi semata. Pendorong

nomor satunya adalah perubahan teknologi dari yang bersifat one-to-many ke

Page 113: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 100

many-to-many. Perubahan teknologi ini mengundang datangnya berbagai

tren lainnya. Berbagai tren yang ada, antara lain:

1. From one-to-many broadcasting to many-to-many networking. Didorong

oleh teknologi Web 2.0 menyebabkan membanjirnya aplikasi berbasiskan

jejaring dari banyak ke banyak ini yang menyebabkan Internet telah

berubah. Trennya adalah read and write, mendorong orang lebih

mengekspresikan dirinya, berpartisipasi, melakukan networking,

membentuk komunitas lewat situs jejaring, dan banyak hal lainnya.

2. From Ideology to Personal. Berkembangnya teknologi juga telah

membuka dunia dan birokrasi lebih transparan. Sejak adanya internet,

kita lebih dapat melihat gambaran politik secara nyata, sudah semakin

susah untuk merahasiakan sesuatu.

3. From G7 to G20. Kelompok G7 (AS, Inggris Raya, Kanada, Prancis,

Jerman, Italia, dar. Jepang). Dalam sejarah perekonomian dunia era

sebelum krisis, G7 tersebut secara rutin memainkan peran konstruktif

dalam mengoordinasikan kebijakan global mengenai perekonomian

dunia. Artinya, secara vertikal mendikte negara-negara lain, termasuk

negara-negara berkembang. Saat ini telah berubah, Kelompok G7 telah

secara perlahan memudar. Mereka tidak lagi merepresentasikan wajah

perekonomian dunia sebagaimana yang diperlihatkan oleh G20, yaitu

kelompok 20 negara perekonomian besar dunia yang menghimpun

hampir 90% GNP dunia, 80% total perdagangan dunia dan dua per tiga

penduduk dunia. Dalam kondisi perekonomian global seperti sekarang,

kelompok G7 tampil lebih horizontal, menunjukkan sikap kompromi, dan

kolaboratif dengan negara-negara berkembang. Semakin kompetitifnya

negara-negara berkembang terutama China dan India, permasalahan

dunia global harus diselesaikan bersama-sama secara horizontal melalui

G20.

4. From Belief to Humanity. Dalam era teknologi informasi dan komunikasi,

kita semua saling terjaring dalam dunia sosial dan budaya yang baru

yang lebih humanis. Contoh dI dunia maya, membuktikan bahwa agama

yang bersifat vertikal dapat hidup berdampingan dengan aspek

kemanusiaan dan sosial-budaya yang bersifat horizontal. Teknologi yang

Page 114: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 101

kita gunakan saat ini dapat menjelajah dunia dan membuka cakrawala

baru di mana tiap-tiap manusia semakin kecil dan tidak berarti.

5. From Close to Open Market. Keempat tren baru tersebut di atas

membawa angin baru ke market yang berubah dari relatif tertutup ke

relatif lebih terbuka. Pasar global telah menjadi datar dan semua marketer

memiliki kesempatan yang sama. Dengan adanya kemajuan platform

teknologi online dan mobile, pengusaha/penjual dapat menjangkau

pembeli tanpa batas, di sisi lain, pembeli mendapat keleluasaan untuk

memilih berbagai penawaran dari manapun untuk mendapatkan barang

dan atau jasa dengan value yang lebih baik. Platform yang memfasilitasi

transaksi antara pengusaha/ penjual dan pembeli yang sifatnya Customer

to Customer (C2C), seperti eBay, Alibaba dan Kaskus di dunia online

merupakan contoh konkret bahwa era new wave, pasar semakin

horizontal.

6. From Competition to Co-opetition. Perkembangan teknologi terkini tengah

mengubah semua yang ada di lingkungan bisnis, mulai dari lingkungan

mikro hingga makro. Di tengah pasar yang semakin terbuka, persaingan

yang semakin menyimpan segudang peluang juga tantangan tersendiri

bagi pemasar. Untungnya di era sekarang, dunia semakin transparan,

dan akses informasi semakin mudah dan cepat. Kita dapat mengetahui

kelemahan dan kekuatan para kompetitor kita dan dapat mengakses ke

konsumen mereka, celakanya, kompetitor juga memiliki akses yang sama

terhadap kekuatan dan kelemahan kita, dan konsumen kita. Di era new

wave ini, persaingan yang sehat terjadi ketika bidang permainannya sama

datar. Semua pemain berada pada posisi yang sejajar, tidak ada yang

lebih tinggi atau lebih rendah. Kita dapat menang bila kita lebih unggul,

sebaliknya dapat kalah bila kita tidak memiliki keunggulan, bukan karena

menjelek-jelekkan kompetitor atau bermain licik dan kasar. Kunci untuk

meredam munculnya permainan kasar dari kompetitor, pada akhirnya

ditentukan oleh siapa yang mau berkolaborasi secara adil (fair) dengan

para kompetitor. Tren yang disebut co-opetition ini menjadi contoh di era

new wave, bagimana pemasar pun semakin menghorizontalkan diri

dengan para kompetitor potensialnya.

Page 115: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 102

7. The Rise of New Customer: Digital Native. Salah satu dari tiga konsumen

baru yang berkembang adalah masyarakat tulen New Wave yang

dinamakan Digital Native alias konsumen yang asli digital. Konsumen

yang well-connected dengan dunia digital. Konsumen seperti ini sifatnya

transendental (di luar pengertian dan pengalaman manusia biasa) tidak

terkotak-kotakkan secara umur, demografis, geografis, strata sosial dan

status lainnya. Benang merah dari konsumen baru ini adalah merasa

hidup 24 jam secara horizontal di planet new wave. Sudah saatnya tiap

pemasar untuk mengenali mereka, mengetahui perilaku mereka, dan

mengenali kegelisahan/keinginan (anxiety & desire) yang mereka miliki

pada zaman ini.

8. The Rise of New Customer: New Emerging Youth. Konsumen baru kedua

adalah new emerging youth atau konsumen baru berumur delapan hingga

dua puluh empat tahun yang merupakan generasi muda/baru di era

milenium. Merekalah yang memegang peranan berikutnya di sektor

ekonomi, setelah punahnya generasi baby-boomer dan semakin

menuanya generasi X. Beranjak dewasa dengan berbagai alat teknologi

informasi dan komunikasi, secara otomatis paradigma mereka menjadi

sangat new wave dan serba horizontal. Sudah menjadi keharusan

tersendiri bagi para new wave marketer untuk mengenali, memahami,

dan menghampiri mereka secara horizontal.

9. The Rise of New Customer: New Urban Woman. Konsumen ketiga pada

era new wave kaum wanita urban yang secara kiasan datang dari planet

venus, tetapi kini telah migrasi ke planet new wave. Kaum wanita secara

alami dipandang sebagai pembawa gerakan horizontal, terutama karena

isu-isu seputar perbedaan gender yang dicatat dalam sejarah. Dengan

kecanggihan alat teknologi informasi dan komunikasi saat ini, kekuatan

wanita dalam melakukan word of mouth (dari mulut ke mulut) dan word of

mouse menjadi lebih besar. Mereka yang dapat mengajari para new wave

marketer bagaimana menjadi pemasar yang lebih menunjukkan sisi

emosional dan humanisme.

10. The Connector. Menghubungkan para pemasar dengan lingkungan

bisnisnya, competitor. konsumen, dan para change agents (agen

pembaruan) yang aktif membentuk perubahan tatanan makro mulai dari

Page 116: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 103

perubahan teknologi, politik dan legal, ekonomi, social budaya. dan pasar.

Konektor terdiri atas tiga jenis, yaitu mobile interaction, experiental

events, dan social media ada di belahan dunia online dan offline. Dengan

adanya konektor, pemasar di era new wave dapat menerapkan apa yang

dinamakan always-on-connection. Setiap waktu (detik) telah terjadi

koneksi yang menghubungkan perusahaan (company) dengan 3C

lainnya, yaitu change agents, competitor, dan customer, Hermawan

Kertajaya (2009.)

Dari berbagai tren tersebut di atas dapat dikatakan bahwa dengan teknologi

internet dan mobil communication mengalami perubahan begitu cepat. Setiap

pengusaha dituntut untuk mampu memanfaatkan berbagai peluang bisnis

yang begitu terbuka, transparan, cepat, sehingga pengusaha dituntut jangan

sampai ketinggalan zaman/gagap teknologi.

Business to Customer (B2C) Business to customer (B2C) merupakan bagian dari e-commerce yang

biasanya merupakan sarana yang digunakan untuk bertransaksi/proses bisnis

atau melakukan aktivitas jual beli secara online, misalnya untuk mengetahui

jumlah produk yang ada di pasar, atau melakukan proses jual beli barang

secara langsung. B2C merupakan salah satu model e-commerce yang

muncul untuk membantu suatu perusahaan dan konsumen dapat melakukan

transaksi secara elektronik atau online di mana dan kapan saja. B2C adalah

bisnis yang melakukan pelayanan atau penjualan barang atau jasa kepada

konsumen perorangan atau grup secara langsung. Dengan kata lain, bisnis

yang lakukan berhubungan langsung dengan konsumen bukan perusahaan

atau bisnis lainnya. Contohnya, bisnis toko sembako yang menjual barang

kepada konsumen perorangan. B2C mengubah cara atau proses berbelanja

dan lebih berfokus pada ajakan penjual kepada pembeli untuk melakukan

tawar-menawar dalam proses online atau proses jual beli secara tidak

langsung.

1. Berbagai pelayanan B2C

Berbagai layanan yang dapat diberikan oleh B2C, antara lain:

a. Memuat sampel produk yang akan dijual beserta informasi penting

lainnya di internet atau dunia maya;

b. Transaksi pemesanan barang secara online;

Page 117: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 104

c. Transaksi pembayaran barang;

d. Transaksi pengiriman barang;

e. Memuat berbagai informasi mutakhir berbagai produk dan atau jasa;

f. Menginformasikan lokasi penjualan dan layanan;

g. Memberikan layanan servis lengkap secara online.

Secara garis besar tipe-tipe pelayanan B2C terbagi menjadi 3 bentuk,

yaitu:

a. Auction Stores. Toko lelang internet sebagai tempat untuk memberikan

pelayanan dalam bidang perdagangan, misalnya untuk mengiklankan

produk perusahaan, cara pembayaran dan sebagainya, sehingga

dapat diketahui juga jika menggunakan pelayanan yang dapat

memaksimalkan keuntungan yang ingin dicapai, karena penawaran

yang sangat banyak dari berbagai negara. Keuntungan dari auction

store:

1) Convenience. Seseorang dapat tetap tinggal di rumah atau kantor,

tetapi dapat berpartisipasi dalam perdagangan atau melakukan

tawar-menawar.

2) Flexibility. Dengan layanan ini dapat menyinkronisasi tawar-

menawar antara penawar dan pelanggan bukan hanya untuk waktu

saat itu saja, tetapi dapat mengetahui proses beberapa waktu

lampau.

3) Increased reach. Layanan internet auction ini dapat memperluas

daerah jangkauan, sehingga tentunya mampu meningkatkan

keuntungan, karena penawaran dapat menjangkau ke pelosok

dunia manapun.

4) Economical to operate. Dengan menggunakan layanan ini makin

memperkecil biaya untuk pengembangan yang dibutuhkan.

5) Inspection of goods. Tidak dapat memungkinkan seseorang untuk

melakukan pemeriksaan barang secara fisik yang akan dibelinya.

6) Potential for fraud. Dapat memungkinkan terjadinya penipuan

karena proses pembayaran dan pengiriman barang yang

cenderung tidak dilakukan secara bersama, sehingga

memungkinkan penjual telah mengirim barang, namun pembayaran

masih belum dapat diselesaikan bersamaan pengiriman barang.

Page 118: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 105

b. Online Stores. Layanan ini merupakan tempat untuk menjual/membeli

barang secara digital dengan memilih dan memesan barang dengan

menggunakan internet tanpa harus bertatap muka secara langsung

dengan penjual maupun yang ingin dibeli, contoh situs

www.amazon.com,.

Keuntungan online stores bagi perusahaan:

1) Increased demand, bertambah banyaknya permintaan.

2) Low cost route to globe reach—lini biaya yang rendah menuju

capaian dunia atau global.

3) Cost reduction of promotion and sales—penurunan biaya promosi

dan niaya penjualan.

4) Reduced cost—pengurangan biaya

Keuntungan online stores bagi konsumen:

1) Lower price—harga relatif lebih murah.

2) Wider choice—pilihan yang lebih luas.

3) Better information—informasi yang lebih baik.

4) Convenience—praktis/menyenangkan.

c. Online Services. Layanan ini merupakan tempat untuk meminta

informasi atau servis lain dari perusahaan dengan cepat dan mudah

atau dapat melakukan proses jual beli jasa, misalnya tiket perjalanan,

jasa servis, dan lain-lain, contoh, situs www.travelcity.com. Berbagai

kemampuan yang dimiliki dengan menggunakan layanan internet

dengan model online service antara lain:

1) Instantaneous communications—komunikasi yang segera atau

seketika.

2) Global access—akses global/seluruh dunia.

3) Customization —pembiasaan.

4) Increased availability—tersedianya peningkatan.

5) De-intermediation—de-intermediasilperantara-penengah

6) Consolidation and convergence—konsohdasi dan bersatu di suatu

tempat.

7) Colaboration—kolaborasi/kerja sama.

Ranah pasar online di Indonesia sudah cukup ramai. Salah satu market

place customer to customer (C2C) terbesar di negara ini, adalah Bukalapak,

Page 119: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 106

yang diluncurkan “secara tidak resmi” pada bulan Februari 2010. Transaksi

yang dilakukan di layanan escrow dan e-wallet BukaDompet milik Bukalapak.

Jumlah tersebut masih bisa naik jika tim Bukalapak juga menyertakan nilai

transfer bank langsung, yang menurut perkiraan founder Bukalapak, Achmad

Zaky, bisa lebih dari Rp 1,2 miliar per hari. Bukalapak pada tahun 2013

memiliki sekitar 400.000 listing barang aktif dari lebih dari 80.000 penjual.

Achmad mengatakan bahwa sebagian besar penjualnya melakukan kegiatan

jual beli atas dasar hobi. Tidak seperti penjual grosir yang dapat menjual

ratusan produk, sebagian besar penjual Bukalapak hanya menjual beberapa

barang dalam sekali waktu.

Untuk ukuran sebuah perusahaan besar dan berpengaruh, Bukalapak

membuat perusahaannya ramping dengan hanya memperkerjakan sekitar 20

karyawan. Sebagai perbandingan, pesaingnya, Tokopedia yang berada di

peringkat ke-40 di Indonesia berdasarkan Alexa kini memiliki sekitar 60

karyawan. Bukalapak unggul pada kategori yang berhubungan dengan

produk yang didominasi oleh pria seperti sepeda, kamera, alat musik, dan

komputer. Banyaknya barang-barang bermerek pada kategori-kategori

tersebut membantu memperkuat hasil pencarian SEO untuk Bukalapak.

Bukalapak adalah market place berbasis komunitas. Tim Bukalapak

melibatkan diri pada acara-acara komunitas yang diadakan oleh komunitas

sepeda dan kamera. Ia juga menjaga kontak dengan penjual dan mendorong

mereka untuk membangun kelompok penjual dan membantu orang lain

menjual lebih banyak di Bukalapak.

Pada tahun 2017 Bukalapak berhasil meraih nilai Net Promoter

Score (NPS) tertinggi di kategori e-commerce berdasarkan survei yang

dilakukan oleh Hachiko. Bukalapak berhasil mencetak nilai sebesar 6.21% di

kategorinya. Net Promoter Score (NPS) adalah salah satu metode

pengukuran yang digunakan oleh banyak perusahaan di Indonesia maupun

mancanegara untuk menggambarkan kepuasan dan loyalitas pelanggan. Net

Promoter Score juga merupakan metodologi eksklusif yang dikembangkan

oleh Fred Reichheld, Bain & Company, salah satu konsultan manajemen

ternama. Sementara Sametrix System In. Hachiko adalah perusahaan

Indonesia yang mempunyai spesialisasi di NPS. Sebagai partner Net

Promoter Loyalty, Hachiko adalah pemegang lisensi NPS di Indonesia. Begitu

Page 120: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 107

banyak penerapan inovasi dan terobosan-terobosan baru, Bukalapak mampu

memberi pelayanan yang terbaik di tengah pergeseran dan perubahan pasar

yang mengarah ke dunia digital.

Net Promoter Score diukur berdasarkan kepuasan pelanggan menurut

layanan yang mereka terima dalam sebuah perusahaan atau produk. Dalam

metode pengukuran ini, pelanggan dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:

1) Promoter, dimana pelanggan cenderung antusias terhadap produk atau

jasa sebelum mereka memutuskan untuk membeli atau menggunakannya;

2) Passive, yang menunjukkan bahwa pelanggan merasa puas dengan

produk atau jasa namun tidak antusias dan sewaktu-waktu dapat pindah ke

produk atau jasa yang lebih menarik; 3) Detractor, yakni pelanggan yang tidak

memiliki pengalaman yang baik terhadap produk atau jasa. Sebanyak 1000

responden dengan rentang umur 17-45 tahun di tujuh kota besar di Indonesia

dengan SES A, B dan C diwawancara dalam survei untuk kategori e-

commerce. Survei dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2016.

Responden terpilih untuk kategori e-commerce adalah responden yang telah

melakukan transaksi pembelian di salah satu situs e-commerce minimal satu

kali dalam enam bulan terakhir dan menyebutkan salah satu situs e-

commerce yang paling sering digunakan. Hasil survei menunjukkan bahwa

berikut ini merupakan alasan mengapa pelanggan promoter mempromosikan

Bukalapak dibandingkan situs e-commerce lainnya yaitu navigasi website dan

aplikasi, kelengkapan produk, pelayanan pelanggan, dan kegiatan

promosi/marketing.

Menariknya, dalam survei ini juga mengukur sisi emosi pelanggan, yang

dinamakan dengan Net Emotional Value (NEV). Untuk pengalaman

berbelanja di Bukalapak, pelanggan promoter Bukalapak memberikan empat

perasaan utama, yaitu bahagia, aman, tertarik dan suka bereksplorasi. Hal itu

menunjukkan jika pelanggan yang melakukan transaksi di Bukalapak

menyukai bereksplorasi dengan berbagai menu dan pilihan produk dan

tampilan Bukalapak yang mendorong ketertarikan yang tinggi untuk

berbelanja. Selain itu mereka juga merasa aman dan bahagia setelah

melakukan transaksi di Bukalapak. Kepercayaan masyarakat terhadap

Bukalapak juga ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah pengguna hingga

lebih dari 130% selama 12 bulan sehingga jumlah pengguna Bukalapak saat

Page 121: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 108

ini lebih dari 11.2 juta pengguna. Tercatat pula, jumlah harian transaksi di

Bukalapak yang mencapai 50 milliar rupiah. Bukalapak adalah contoh sebuah

merek yang fokus membangun pengalaman pelanggan dengan sangat baik.

Jumlah pelanggan promoter yang sangat tinggi menurutnya menjadikan

Bukalapak menjadi perusahaan e-commerce dengan nilai NPS tertinggi. Hal

ini menunjukkan bagaimana Bukalapak mampu dan memahami bagaimana

memudahkan para pengguna di Bukalapak dalam melakukan transaksi. Dia

mengatakan nilai NPS tertinggi menandakan bagaimana seluruh tim

Bukalapak mampu menghasilkan pengalaman terbaik bagi para

penggunanya. Hal itu menurutnya tentu mengefisienkan cara Bukalapak

dalam akuisisi pelanggan, karena pelanggannya sendiri secara sukarela

menjadi alat pemasaran bagi Bukalapak.

Ahmad Zaky owner Bukalapak selalu mengutamakan para pelanggannya,

baik itu pembeli maupun penjual. Penerapan inovasi dalam meningkatkan

kenyamanan berbelanja di Bukalapak ditujukkan dengan adanya layanan

pengiriman cepat dalam sehari bekerjasama dengan perusahaan logistik

terkemuka. Peningkatan layanan berbelanja juga dilakukan melalui

layanan call center yang siap sedia melayani pelanggan selama 24 jam,

kecepatan loading website dan aplikasi yang cepat, serta adanya fitur terbaru

seperti BukaReksa, yang mana merupakan fitur yang menyediakan sarana

berinvestasi reksa dana. Dia mengatakan pada tahun 2017, Bukalapak

memberikan fokus utamanya terhadap efisiensi proses pembelian di

Bukalapak sehingga mudah dan cepat, Marketplus.co.id (2017).

Globalisasi Sudah merupakan sebuah tren untuk menuju ke era ekonomi global yang

menciptakan kompetisi dan kesempatan/peluang bisnis di tingkat global.

Ekonorni kesejagatan atau ekonomi global mendorong munculnya berbagai

peluang pasar di tingkat dunia bagi setiap wirausahawan. Hal itu mendorong

terjadinya globalisasi perdagangan dunia. Laporan McKinsey Global

Institute (MGI) menjelaskan bahwa Era baru “Persaingan-global”

memungkinkan perusahaan mencapai pasar internasional dengan model

bisnis yang kurang padat modal, hal tersebut berdampak pada risiko dan

tantangan bagi berbagai negara dalam memformulasikan sebuah kebijakan

baru untuk mengikuti kecepatan perkembangan fenomena global ini.

Page 122: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 109

Pesatnya perkembangan “era-baru” globalisasi yang ter-afirmasi dalam

“aliran-data” dan informasi yang menghasilkan lonjakan pendapatan ekonomi.

Bagaimana sebuah informasi mampu menggerakkan perdagangan barang

melalui transmisi arus informasi dan gagasan, arus data tersebut kemudian

mendeterminasikan pergerakan barang, jasa, keuangan, dan manusia

memasuki fase baru yang didefinisikan oleh arus didaripada perdagangan

barang dan jasa pada abad sebelumnya. Inovasi tidak lagi terbatas pada

sektor teknologi tinggi, namun lebih jauh saat ini telah menjadi fenomena-

global yang mempengaruhi semua sektor kehidupan. Ekonomi digital

merubah ekonomi global, memungkinkan industri kecil menjadi industri

multinasional mikro dengan elastisitas dan dinamika yang mereka miliki. Hal

ini memberi kesempatan yang lebih tinggi bagi para pemula untuk terlahir

secara global, digitalisasi mendorong persaingan karena memungkinkan

model bisnis yang inovatif dan memungkinkan perusahaan untuk meningkat

dengan cepat. Puluhan juta perusahaan kecil dan menengah di seluruh dunia

telah berubah menjadi eksportir dan bergabung dengan pasar e-commerce,

dan bisa bersaing dengan perusahaan multinasional terbesar, Agus Puji

Prasetyono (2017).

Analisa Faisal Basri berjudul Peta Perekonomian Indonesia Memasuki

Era Digital, yaitu dengan mempersiapkan Top 7 Skills.

1. Complex Problem Solving, ketika Negara melalui pemanfaatan teknologi

mampu merubah khayalan dan impian manusia menjadi sebuah inovasi

dengan menghasilkan banyak ragam dan system operasi produk barang

dan jasa yang kompleks, maka hal itu akan meningkatkan globalisasi dan

kemajuan teknologi, berdampak pada banyaknya masalah yang akan

dihadapi. Karena itu teknologi selalu merujuk pada sebuah

“pertimbangan” melalui penerapan pengetahuan tentang sistem kompleks

yang berkaitan dengan struktur dan system dinamik (Funke, 2001).

Teknologi juga dimanfaatkan untuk membuat prediksi di lingkungan yang

kompleks dengan cara melakukan penelitian dan kajian serta expert

judgment dari “domain” pengetahuan tertentu,

2. Critical Thinking, bagaimana tingkat pendapatan global dapat berdampak

nyata bagi kualitas hidup populasi masyarakat dunia. Teknologi

menghasilkan harga murah dengan keuntungan jangka panjang dalam

Page 123: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 110

efisiensi dan produktivitas. Dengan teknologi, biaya transportasi dan

komunikasi akan menurun, logistik dan rantai pasokan global lebih efektif,

dan biaya perdagangan akan berkurang, yang itu semua akan membuka

pasar baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut

merupakan pencerminan pemikiran kritis dari sebuah proses

intelektualitas aktif dan terampil dalam mengkonseptualisasikan,

menerapkan, menganalisis, mensintesis, yang dihasilkan secara cepat

menggunakan pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau

komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan dalam tindakan. Secara

umum, ini didasarkan pada nilai intelektual universal yang melampaui

pembagian materi pelajaran: kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi,

relevansi, bukti yang baik, alasan bagus, kedalaman, keluasan, dan

keadilan.

3. Creativity, yaitu meningkatnya capaian ketika pelaku kebijakan berhasil

mengurangi ketegangan sosial. Dalam hal itu, teknologi merupakan salah

satu alasan utama mengapa pendapatan mengalami stagnasi, atau

bahkan menurun bagi sebagian besar penduduk di negara-negara

berpenghasilan tinggi. Teknologi mengakibatkan permintaan akan pekerja

terampil meningkat sementara permintaan pekerja dengan pendidikan

rendah menurun.

4. People Management, ini menegaskan pada konteks seseorang yang

mampu mengarahkan pada hasil kuat dan berkelanjutan dengan cara

meningkatkan keterlibatan sumber daya manusia yang bekerja untuk

mereka. Sehingga berdampak langsung pada bottom-line.

5. Coordinating with Other, teknologi di-era globalisasi begitu krusial,

sehingga membutuhkan “perpanjangan tangan” yang efektif untuk

meningkatkan skala keuntungan ekonomi. Karena itu dibutuhkan

keterampilan berkoordinasi yang mencakup kapasitas untuk mengatur,

dan menghubungkannya dengan keseluruhan alur kerja mencakup

penanganan krisis, rintangan atau interupsi yang tak terduga.

6. Emotional Intelelligence, digitalisasi memiliki kemampuan untuk memacu

setiap informasi yang diterima oleh masyarakat, sehingga setiap orang

bisa mendapatkan “banjir informasi”, baik yang bersifat lokal-regional dan

internasional, di satu sisi bisa membuat manusia mendapatkan informasi

Page 124: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 111

yang diperlukan, tapi di lain pihak menjadi beban berlebih atas seluruh

proses informasi yang diterima oleh setiap manusia atau masyarakat,

sehingga dibutuhkan kecerdasan emosional yang mengidentifikasi dan

mengelola tingkat emosional orang lain.

7. Judgement and Decission Making, keputusan yang baik membutuhkan

tujuan yang jelas, spesifik, terukur, disepakati, realistis dan memiliki

ketergantungan waktu.

Berbagai perusahaan menganggap persaingan di era global dan ekonomi

digital ini merupakan tantangan yang harus diraih dan dijadikan sebuah

peluang untuk mendukung pertumbuhan Indonesia. Tidak banyak

perusahaan siap menghadapi kondisi ini, hanya perusahaan yang didukung

dengan infrastruktur yang memadai, system yang efisien dan efektif dan

pengendalian manajemen yang baik memungkinkan untuk bersaing dan

memenangkan persaingan ini., karena itu perusahaan harus melakukan

evaluasi desain dan merencanakan ulang system yang selama ini telah

berjalan untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ekonomi

global dan persaingan digital saat ini.

Indonesia memiliki potensi tinggi bersaing di era ini terutama dalam

jumlah penduduk yang besar dengan sejumlah skill yang dimiliki, jumlah

pengguna internet yang terus meningkat, termasuk sumber daya yang

melimpah, sangat berpotensi untuk merebut persaingan di era globalisasi dan

ekonomi digital. Namun demikian masih terdapat beberapa potensi yang

dapat menjadi penghambat untuk mengalahkan persaingan ini, antara lain

belum tersedia infrastruktur digital yang memadai, adanya gap pemanfaatan

dan penguasaan teknologi di berbagai daerah termasuk kota dan desa serta

peraturan yang khusus mengatur ekonomi digital.

Fenomena globalisasi perdagangan dunia memiliki manfaat dan kerugian,

sebagai berikut:

1. Manfaat/keuntungan dari perdagangan dunia:

a. Perdagangan bebas telah diyakini sebagai sarana untuk menciptakan

efisiensi dalam perdagangan.

b. Produk murah dan bermutu akan menggantikan produk mahal dan

yang berkualitas rendah.

Page 125: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 112

c. Posisi tawar-menawar antar negara akan memiliki kekuatan yang

sama.

Berdasarkan manfaat ini, seorang pengusaha dituntut harus mampu

menghasilkan produk yang murah, namun bermutu global. Strategi produk

ini akan mampu bersaing di arena perdagangan global.

2. Kerugian dari perdagangan dunia:

a. Produsen Indonesia karena proteksi oleh pemerintah akan mendapat

tekanan berat dalam perdagangan bebas.

b. Pengusaha yang belum mampu bersaing di pasaran internasional akan

kesulitan dalam menghadapi komoditas yang sama dari pesaing luar

negeri.

c. Ketidaksiapan pengusaha Indonesia akan mengakibatkan pasar dalam

negeri akan dibanjiri oleh produk asing yang pada akhirnya akan

mematikan pengusaha domestik/lokal.

d. Kebebasan investasi asing di Indonesia akan mematikan pengusaha

domestik/ lokal.

e. Sumber daya alam Indonesia akan terkuras habis oleh negara maju.

f. Upah buruh yang relatif murah di Indonesia akan menguntungkan

negara maju.

g. Menurunkan ekspor Indonesia karena kalah bersaing dengan produk

negara lain.

h. Meningkatkan impor negara berkembang karena kalah bersaing dalam

harga maupun kualitas produk.

i. Negara Indonesia akan defisit dalam neraca perdagangan karena

impor lebih besar daripada ekspornya.

j. Peluang pasar yang muncul akan direbut oleh negara maju.

Page 126: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 113

BAB IV

MENANGKAP PELUANG USAHA

4.1 Menilai Peluang Membuka Usaha/Bisnis Baru

Tidak ada waktu lagi bagi para pemilik perusahaan untuk berpikir perlu-

tidaknya perusahaan terlibat aktif menjaga kelestarian lingkungan. Kini dan di

masa depan, bisnis hijau sudah menjadi keharusan. Sejak awal dekade 1990-

an sejumlah pemikir masalah lingkungan sudah mengingatkan dan memberi

panduan yang cukup bagus dan representatif bagi perusahaan untuk

mengelola perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan

berkeberlanjutan. Di antara berbagi entilitas yang hidup di masyarakat, entitas

indsutri dan bisnis memang merupakan penyumbang terbesar terhadap

penurunan daya dukung bumi. Terlebih buat industri yang berpotensi

merusak lingkungan seperti industri pertambangan (minyak dan gas, batu

bara, nikel, timah, emas, dan sebagainya), semen, kimia, otomotif,

transportasi, perkayuan, dan masih banyak lagi.

Melalui pemikiran John Elkington pada 1994 telah populer dengan

konsep Triple Bottom Line yang dijabarkan dengan 3P – People, Planet,

Profit . Konsep ini memadukan aspek sosial (people), lingkungan (planet),

dan ekonomi (profit). Ketiga pilar dalam konsep 3P meniscayakan bisnis di

bidang apa pun untuk beroperasi secara berkelanjutan. Ketiga pilar ini pulalah

yang sebaiknya digunakan oleh semua institusi ketika menilai keberhasilan

suatu perusahaan.

! People mengacu pada praktik-praktik bisnis yang fair dan saling

menguntungkan terhadap tenaga kerja serta masyarakat sekitar daerah

tempat suatu perusahaan menjalankan bisnisnya. Tercakup di sini adalah

pemberian upah yang layak, menyediakan lingkungan kerja yang aman

dan jam kerja yang bisa ditoleransi, serta melindungi tenaga kerja, tidak

mempekerjakan anak di bawah umur dan memberikan perhatian pada

aspek kesehatan dan pendidikan tenaga kerja.

Page 127: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 114

! Planet ditekankan pada mendesaknya penggunaan energi secara lebih

efisien, terutama untuk sumber daya aalm yang tidak dapat diperbahrui.

Langkah-langkah nyata yang dapat ditempuh misalnya melakukan

efisiensi pemakaian energi, meminimilkan hasil limbah produksi,

mengurangi emisi karbon dioksida (CO2), serta mengolah kembali limbah

menjadi bahan lain yang aman bagi lingkungan.

! Profit dalam pengertian konsep yang berprinsip tidak sekadar mencari

laba sebesar-besarnya demi keberlangsungan perusahaan, tetapi

merujuk pada terciptanya hubungan bisnis yang saling menguntungkan

dan beretika.

Di tingkat operasional, perusahaan juga bisa menerapkan konsep yang

dikembangkan Boston Consulting Group bahwa perusahaan hijau beroperasi

berdasarkan 4 P yaitu: prinsip, proses, produk, dan promosi. Prinsip artinya

perusahaan memilki visi menjadi perusahaan yang ramah lingkungan atau

meminimilkan dampak buruk terhadap alam, yang kemudian dijabarkan

dalam kebijakan dan strategi bisnis yang pro lingkungan. Proses, menyangkut

proses bisnis dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan,

beroperasi di tempat yang ramah lingkungan, serta proses bisnis lain yang

tidak merusak lingkungan: bahkan, memanfaatkan energi terbarukan,

menekan konsumsi energi, mengurangi emisi, dan menggunakan bahan daur

ulang. Produk, yakni menghasilkan produk atau jasa yang tidak merusak alam

dan bila mungkin menghasilkan produk secara konsisten dari yang telah

dijalankan.

Membangun tatanan bisnis hijau memang membutuhkan tekad dan

komitmen penuh, serta melalui proses yang panjang. Maka, sekecil dan

sesimpel apapun inisiatif para pelaku bisnis untuk membangun perusahaan

hijau, sudah selayaknya diapresiasi dan didorong keberlanjutannya, (Swa,

2017). Di balik fenomena global tersebut tersirat pesan yang sangat jelas

yaitu kalau perusahaan ingin tetap eksis (bahkan berkembang) di industri

atau bisnis, maka perusahaan-perusahaan masa kini dan mendatang wajib

peduli dan terlibat aktif dalam pengelolaan kelestarian lingkungan. Di samping

itu sekarang konsumen juga tanpa disadari telah mengkonsumsi produk lokal

dan sudah dapat memulai mengkonsumsi produk hijau, dengan pertimbangan

bahwa produk lokal lebih ramah lingkungan dari produk non-lokal dari sisi

Page 128: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 115

emisi karbondioksida yang dihasilkan. Seperti yang telah dketahui bahwa

karbonmonoksida adalah salah satu unsur penyebab efek rumah kaca yang

mengakibatkan pemanasan global. Karbonmonoksida dihasilkan salah

satunya dari kegiatan transportasi, dimana transportasi yang digunakan untuk

membawa produk dari luar daerah akan lebih banyak membutuhkan

pembakaran energi yang menghasilkan karbonmonosida dibanding produk

lokal yang hanya perlu sedikit pembakaran energinya untuk tansportasi.

Sejumlah temuan penelitian semakin memperlihatkan bahwa di berbagai

negara di seluruh dunia, kepedulian konsumen terhadap kelestarian

lingkungan terus meningkat. Survey Neilsen 2015 telah menemukan sekitar

75% dari generasi milenial yang biasa disebut juga dengan Generasi Z telah

bersedia membayar harga lebih mahal untuk produk atau layanan yang peduli

terhadap aspek keberlanjutan bumi (sustainable offerings). Persentase ini

mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya (2014) yang mencapai

sekitar 50%. Kelompok milenial ini tak peduli pada kenyataan bahwa mereka

hidup di zaman ketika perekonomian dunia mengalami kondisi yang paling

sulit selama 100 tahun terakhir. Merekalah generasi konsumen masa depan

yang mesti digarap dengan produk dan jasa yang ramah lingkungan,

sehingga sudah saatnya bisnis hijau dihasilkan oleh perusahaan.

Selain itu, sudah saatnya merek-merek yang dapat meningkatkan

reputasi penatalayanan lingkungan (environmental stewardship) dibangun

oleh perusahaan, karena di mata konsumen muda saat ini memiliki peluang

tidak hanya untuk menumbuhkan pangsa pasar, tetapi juga loyalitas di

kalangan generasi milenial sebagai pasar terbesar di masa mendatang. Dari

penelitian tersebut juga disajikan data persentase kesediaan responden

berusia 15-20 tahun yang mau untuk membayar lebih mahal produk dan jasa

yang dihasilkan perusahan-perusahan yang beromitmen memberikan dampak

positif bagi kehidupan sosial dan lingkungan yang juga meningkat tajam dari

55% pada 2014 menjadi 72% pada 2015.

Ternyata, bukan hanya generasi milenial yang punya kesadaran tinggi

terhadap masa depan lingkungan. Survei tersebut juga menemukan, 51% dari

generasi baby boomer (usia 50-64 tahun) yang merupakan segmen pasar

yang penting dan bergairah pada dasarwarsa mendatang untuk produk-produj

tertentu darri berbagai merek yang memilki reputasi bagus

Page 129: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 116

terkait sustainability. Segmen ini bersedia membayar lebih mahal untuk

produk dan jasa yang ramah lingkungan. Angka ini naik 7% dibanding tahun

sebelumnya (2014) yang besarnya 44%. Data tersebut memperlihatkan

semakin kuatnya kecendurungan pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat

global yang kian peduli pada kelestarian lingkungan.

Dengan adanya banyak faktor yang menyebabkan perusahan-

perusahaan harus merubah orientasi bisnisnya, maka kesempatan inilah yang

memberikan peluang bisnis bagi pengusaha untuk mendirikan usaha baru

yang ramah lingkungan. Memang sering kali seseorang berhasrat untuk

mendirikan usaha baru karena didorong oleh adanya peluang yang

membentang di hadapannya, tempat tinggalnya dan juga memiliki impian dan

optimisme yang berlebihan. Untuk meredam adanya impian dan optimisme

yang berlebihan tersebut, sebaiknya sebelum mengambil keputusan untuk

menangkap peluang usaha baru, tidak salah jika seorang usahawan perlu

melakukan evaluasi secara cermat atas peluang-peluang yang ada.

Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi berbagai peluang tersebut.

Evaluasi berbagai peluang usaha yang ada dapat dilakukan melalui

konsultan, atau orang-orang yang telah berpengalaman di dunia bisnis

sejenis, dapat juga setidak-tidaknya meminta tolong untuk dievaluasi oleh

orang-orang yang akan menjadi mitra usaha, para penanam modal atau

investor, atau partner lain yang akan dilibatkan dalam usaha tersebut.

Menurut Bygrave (1994) ada tiga komponen utama yang sebaiknya diteliti

dan dievaluasi bagi seseorang yang ingin sukses untuk membuka usaha

baru. yaitu:

1. The opportunity. Apakah dengan adanya suatu kesempatan tersebut

wirausahawan mampu menangkap dan menjalankannya di kemudian

hari.

2. The entrepreneur (and the management team). Apakah wirausahawan

mampu membentuk suatu tim manajemen yang solid.

3. The resources needed to start the company and make it grow/ kebutuhan

berbagai sumber daya untuk memulai usaha dan pertumbuhan

perusahaan. Apakah berbagai sumber daya yang mungkin diperlukan

mampu disediakan wirausahawan, minimal sumber bahan baku, sumber

daya manusia, sumber daya modal. Lebih jauh jika memungkinkan

Page 130: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 117

mampu menguasai faktor produksi utama atau 6M (man, money, material,

machine, method, dan market) plus sumber daya tanah dan manajemen.

Ketiga hal tersebut menjadi kunci atau komponen utama yang dapat

menentukan sukses gagalnya wirausahawan menjalankan bisnis atau usaha

dan tentu masih banyak komponen lainnya.

Kesempatan berkewirausahaan suatu nilai yang mampu menciptakan

inovasi dalam pasar potensial yang ramah lingkungan. Suatu inovasi yang

tepat, waktu dan keinginan yang mampu menciptakan nilai tambah bagi

pembeli atau pengguna yang berminat. Kreativitas dan inovasi adalah

tuntutan bagi para pebisnis (apapun usahanya) agar kesempatan dan

peluang dapat ditangkap dengan baik oleh wirausahawan. Dengan kata lain

kreativitas dan inovasi mampu menangkap peluang di berbagai relung/ceruk

pasar baik di tingkat lokal, regional maupun internasional.

4.2 Strategi Menangkap Peluang Usaha

Menangkap peluang usaha/berdagang adalah sesuatu yang sangat berisiko

dan penuh ketidakpastian, namun di balik itu ada potensi yang menjanjikan

bila usaha tersebut sukses. Semuanya mungkin dan pasti akan terjadi. Ada

kalanya untung dan ada kalanya rugi. Untung rugi adalah hal yang biasa

artinya tidak ada jaminan bahwa setiap usaha/bisnis/perdagangan selalu

mendatangkan keuntungan. Risiko senantiasa ada di manapun.

Wirausahawan bisa saja menghindar di satu risiko, namun bisa jadi menemui

jenis risiko lainnya.

Poin-poin berikut merupakan jawaban dari pertanyaan bagaimana

strategi wirausahawan menghadapi usaha yang selalu berpeluang untung

dan atau berpeluang rugi:

1. Pada saat usaha mengalami/berpeluang untung

Keuntungan atau laba itu harus digunakan untuk menghasilkan keutungan

baru berikutnya. Uang harus dijadikan uang untuk menghasilkan uang lagi

yang lebih banyak lagi. Wirausahawan setelah mengalami keuntungan jika

mungkin bukan untuk mencari utang atau menimbun utang dan atau

menambah beban atau untuk berfoya-foya, karena kecenderungan ini

justru akhirnya akan menjadi sebaliknya yaitu kegagalan usaha.

Page 131: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 118

Pendapat Robert T. Kiyosaki dan Sharon L. Lechter (2005) dalam

buku Rich Dad's: Retire Young Retire Rich. Orang dengan konteks kaya

mungkin berkata. "Saya harus meningkatkan IQ Keuangan/finansial,

sehingga bekerja lebih sedikit, tetapi mampu menghasilkan lebih banyak

uang". Dari saran ini. uang/keuntungan harus diinvestasikan, sehingga

menghasilkan uang baru walaupun kita bekerja lebih sedikit. Dijelaskan

pula mengenai Cash Flow Quadrant bagaimana wirausahawan mencapai

posisi kuadran (sebagai investor), sehingga uang bekerja untuk kita.

2. Pada saat usaha mengalami/berpeluang gagal/rugi

Pada saat usaha mengalami gagal atau rugi jangan sampai wirausahawan

putus asa. Kegagalan harus dapat dijadikan sebagai guru atau

pengalaman yang berharga karena wirausahawan dapat mempelajari

berbagai kesalahan, kekurangan, kelemahan, dan atau kegagalan,

sehingga di kemudian hari minimal dapat menghindari berbagai faktor

penyebab kegagalan yang sama. Bila bisnis tidak maju seperti yang

diharapkan wirausahawan tetap harus tabah, contoh: keuletan pendiri

usaha jamu/kosmetika Mustika Ratu. Ny. B.R.A. Mooryati Soedibyo

bertahun-tahun sabar menjalankan bisnis dari nol dengan modal Rp

25.000 dan 2 karyawan. Namun kini usaha yang dari nol tersebut telah

menjadi perusahaan besar tidak saja dikenal di dalam negeri tetapi sudah

dikenal di luar negeri berkat kegigihan, keuletan, kesabaran dan kerja

kerasnya (yang tidak dapat dipinjam dari bank atau lembaga keuangan

manapun).

Berbagai penyebab utama kegagalan menangkap peluang usaha antara lain:

1. Dalam berusaha wirausahawan masih sering bersikap hangat-hangat tahi

ayam atau bagai buih sabun (bersemangat pada tahap awal-awal saja,

namun lama-kelamaan dingin, putus asa atau menyerah) setelah itu

berhenti, menyerah dan lenyap/hilang tidak terdengar lagi.

2. Dalam berusaha wirausahawan sering kali sekadar ikut-ikutan atau

mengikuti tren yang ada di sekitar kita atau ikut-ikutan teman dekat.

3. Wirausahawan kurang dedikasi atau tidak sepenuh hati dalam bisnis yang

telah dirintisnya.

Page 132: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 119

4. Perencanaan dan pengelolaan keuangan wirausahawan yang buruk (tidak

memisahkan keuangan untuk perusahaan/usaha dengan keuangan untuk

pengeluaran pribadi atau keluarga).

5. Pengalaman wirausahawan dalam manajemen/pengelolaan usaha yang

minim dan buruk. kurang disiplin atau tidak terencana dengan matang dan

tidak bersistem/kurang sistematis.

6. Wirausahawan memilih lokasi usaha awal yang sering kali asal-asalan,

lokasi usaha yang tidak strategis.

7. Pengendalian bisnis wirausahawan yang tidak konsisten/ kurang teliti

(kutil).

8. Manajemen wirausahawan dalam piutang atau penagihan yang buruk dan

tidak tegas.

9. Kurang diyakini wirausahawan bahwa bisnisnya dapat berhasil/ kurang

iman (kuman).

Wirausahawan adalah seseorang yang berpotensi menjadi kaya dan

berpotensi mendapatkan keuntungan besar dibandingkan orang yang

mendapatkan gaji (setiap bulannya hampir dapat dipastikan tidak mencukupi

untuk pengeluaran hidup sebulan dengan gaya mewah). Hal ini dapat dilihat

dari bukti:

1. Karyawan. Berpenghasilan tetap bulanan. untuk biaya hidup tidak cukup

untuk pemenuhan biaya hidup satu bulan. Ada candaan yang berbunyi:

"Gajinya 15 koma bukan 15 juta koma. tetapi setelah tanggal 15 dalam

bulan sudah koma (konon mati suri/stres, bahkan ada yang 10 koma".

2. Usahawan. Tetap berpenghasilan. penghasilan sebulan ada potensi dapat

untuk biaya hidup berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, bila usahanya

sudah dapat dijual dengan pola atau sistem waralaba atau telah

memperoleh hak intellectual property rights (sudah dipatenkan atas suatu

merek. cipta. dagang. dan hak lainnya.HAKI (Hak Atas Kekayaan

Intelektual), maka seorang usahawan tidak berusaha pun uang datang

sendiri (memperoleh franchise fee, pendapatan biaya lisensi dan atau

berbagai royalti/bagi keuntungan dan pendapatan lainnya).

Kegagalan seorang dalam berusaha sering kali disebabkan oleh hal-hal

yang remeh atau sepele yang sebenarnya dapat dicatat, sehingga di

kemudian hari dapat dihindari atau tidak mengulang kekurangan-kekurangan

Page 133: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 120

yang sama. Terdapat sembilan kekurangan dalam bisnis yang sering menjadi

pembuat kegagalan usaha. yakni:

1. Kuna akronim dari kurang bijaksana. Wirausahawan dalam mengelola

bisnis terutama dalam pengelolaan keuangan tidak ada pemisahan antara

keuangan rumah tangga dan perusahaan/usaha. Penggunaan uang harus

selalu secara bijaksana. Bagaimana sulitnya memperoleh uang dan

bagaimana memberi nilai uang agar lebih bermakna.

2. Kudis akronim dari kurangnya disiplin. Wirausahawan dalam berusaha

tidak disiplin, terutama kurang disiplin (tidak tepat waktu) dalam melayani

order kepada pelanggan atau tidak disiplin dalam pengelolaan/manajemen

umum, pengawasan/pengendalian. dan lain-lain.

3. Kutu akronim dari kurang bermutu. Terutama produk dan atau jasa serta

layanan yang tidak atau kurang bermutu diberikan kepada calon ataupun

pelanggan atau para pemangku kepentingan perusahaan.

4. Kurap akronis dari kurang rapi. Wirausahawan dalam banyak hal mulai

dari dalam perencanaan, pengelolaan, pengorganisasian, dan

pengendalian usaha. Apalagi wirausahawan sering kurang rapi dalam

pengepakan produk atau kurang rapi dalam pelayanan jasa kepada

pelanggan.

5. Kutang akronis dari kurang tanggung jawab. Terutama dalam menanggapi

setiap keluhan produk-produk cacat atau yang diretur/ditolak/dikembalikan

karena tidak sesuai selera konsumen dan atau jasa yang diberikan. Atau

kurang tanggung jawab dalam menanggapi keluhan yang ada dari para

pelanggan atau pembeli produk dan atau jasa. Prinsip zero complain

dapat diupayakan untuk diterapkan oleh wirausahawan.

6. Kutil akronim dari kurang teliti. Dalam banyak hal wirausahawan kurang

teliti terutama dalam pencarian bahan baku produk (ingat kualitas produk

85% ditentukan oleh bahan baku). Kurang teliti dalam perencanaan dan

kurang teliti dalam pembukuan serta pengawasan usaha.

7. Kusir akronim dari kurang serius. Wirausahawan dalam menjalankan

usaha kurang serius. terutama dalam pengelolaan usaha. Sering kali

hanya sambil lalu atau sebagai usaha sampingan/isengiseng saja dan

tidak serius menjalankannya.

Page 134: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 121

8. Kujur akronim dengan kurang jujur. Wirausahawan berlaku kurang jujur

dengan konsumen, pemasok atau kujur kepada para pemangku

kepentingan.

9. Kuman akronim dari kurang beriman. Sering kali wirausahawan dalam

berusaha kurang dilandasi oleh iman yang kuat. Seharusnya. dalam bisnis

ada keyakinan kuat bahwa bisnis yang dipilih dan digelutinya akan

berhasil dengan baik di kemudian hari, bila dikerjakan dengan dilandasi

iman yang kuat. Karena dengan iman, wirausahawan diawasi oleh-Nya.

Bila wirausahawan takut dengan-Nya, kejujuran, kelemahlembutan,

kerendahan hati, sopan santun, tidak korupsi dan sebagainya harus

diupayakan dalam seluruh sepak terjang bisnis.

Jika kesembilan kekurangan tersebut terjadi pada bisnis atau usaha Anda.

kekurangan-kekurangan tersebut harus diminimalkan atau dilawan (versus)

dengan tindakan-tindakan yang seharusnya, misalnya seharusnya

kekurangan-kekurangan tersebut dapat diantisipasi dengan keharusan atau

seharusnya, seperti pada Tabel 1.3 berikut ini:

Tabel 4.1 Kekurangan Versus Seharusnya bagi Wirausahawan

No. Kekurangan vs Seharusnya

1 Kuna = kurang bijaksana vs Hana = harus bijaksana

2 Kudis = kurang disiplin vs Hadis = harus disiplin 3 Kutu = kurang bermutu vs Hatu = harus bermutu

4 Kurap = kurang rapi vs Harap = harus rapi 5 Kutang = kurang tanggung jawab vs Matang = mari tanggung jawab

6 Kutil = kurang teliti vs Watel = wajib teliti

7 Kusir = kurang serius vs Hasir = harus serius 8 Kujur = kurang jujur vs Hajur = harus jujur

9 Kuman = kurang beriman vs Haman = harus beriman

Sumber: Saiman (2009)

Selanjutnya terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan

wirausahawan dalam memilih jenis usaha , sebagai berikut:

1. Wirausahawan biasanya memilih jenis usaha yang paling disukai (bermula

dari hobi) seperti pendiri bisnis jamu/kosmetika Mustika Ratu diawali

dengan keterampilan sejak kecil sebagai puteri keraton.

2. Sebaiknya jangan memilih bisnis yang telah besar walaupun kemampuan

keuangan mungkin cukup memenuhi. Lebih baik usaha dari yang kecil

Page 135: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 122

agar dapat belajar dari setiap proses dan persoalan bisnis yang terjadi.

Karena masalah pasti ada dan akan selalu datang. Masalah dapat

diselesaikan jika masalah itu ada dan masih dalam skala kecil, namun

dapat belajar dari masalah yang kecil/ringan terlebih dahulu.

3. Sebaiknya jangan memilih jenis usaha secara musiman. Lebih baik

berusaha/berdagang kecil-kecilan, karena berusaha/berdagang kecil-

kecilan akan memiliki peluang untuk berkembang. Usaha musiman bukan

saja tidak dapat berkembang, melainkan akan menghadapi masalah

modal atau ketersediaan dana yang siap untuk dicairkan. Lebih baik

"Alon-alon asal kelakon" daripada "Kelakon alon-alon". Maksudnya pelan-

pelan tetapi jalan daripada perjalanan usahanya tiba-tiba menjadi pelan-

pelan.

4. Bagi calon wirausahawan yang memiliki modal dapat memilih bisnis -

wirausaha dengan modal atau sistem waralaba (franchise) terutama

memilih yang telah terbukti sukses dalam jangka panjang dan bahkan

tahan terhadap krisis moneter. Jenis usaha ini dapat dijadikan jalan pintas

karena tidak repot dengan sistem atau format bisnis. Tidak memakan

waktu lama untuk memperkenalkan produk dan umumnya tidak direpotkan

dalam pembuatan produk dari awal. Beberapa industri/usaha yang sudah

diwaralabakan baik untuk tingkat nasional maupun internasional yang

dapat dipilih disesuaikan dengan modal yang dimiliki seperti usaha,

(Saiman, 2009):

a. Automotive dengan ikutan bisnisnya (service, car wash, rental, dll.).

b. Rumah makan (fast food/food and beverages) dan sejenisnya.

c. Kesehatan dan olahraga (fitness center, poliklinik, apotik, salon

kesehatan, dll.).

d. Penginapan (losmen, motel, hotel jenis penginapan lainnya).

e. Salon (personal care & beauty, dll.)

f. Printing/copying/neon signing dll.

g. Agen property, ticketing. real estates. dll.

h. Pelayanan komunikasi.

i. Usaha wisata/tourism (tour & travel, wisata rohani, dll.)

j. Rental and service (mobil, bus, truk. Rumah, alat-alat berat, dll.).

k. Renovasi (Repairs, decoration, services rumah, kantor, dll.).

Page 136: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 123

l. Konsultan/consultant (tax, construction, manajemen, dll.).

m. Hubungan masyarakat dan periklanan.

n. Jasa pendidikan dan pelayanan bagi anak-anak.

o. Jasa rekreasi, wisata, dan hiburan.

p. Jasa bimbingan belajar.

q. Jasa titipan kilat, pengangkutan

r. Jasa tenaga kerja (recruitment, head hunter and outsourcing).

s. Jasa pendidikan, pelatihan, dan pendidikan keahlian (kursus-kursus).

t. Jasa penyelenggaraan seminar, meeting, event organizer (EO).

5. Memilih usaha tanpa modal (modal ringan), misalnya menjadi agen,

penyalur produk dari suatu perusahaan atau usaha tanpa modal (modal

ringan) lainnya dengan menjalankan usaha sistem Multilevel Marketing

(MLM). MLM adalah suatu metode bisnis alternatif yarg berhubungan

dengan pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak level

(tingkatan) yang biasa dikenal dengan istilah Upline (tingkat jaringan atas)

dan Downline (tingkat jaringan bawah), contoh Oriflame, Tianshi,

Prudential.

4.3 Motivasi Berprestasi

Sangat penting bagi wirausahawan untuk mengenal setiap kekuatan dan

kelemahan yang terdapat dalam diri sendiri. Karena setiap manusia memiliki

kekuatan dan kelemahan, akan sangat baik bagi bila menutup kelemahan

tersebut dengan menonjolkan kekuatan. Dan, kekuatan maupun kelemahan

sebenarnya adalah faktor-faktor yang dapat mendorong pencapaian cita-cita

dan tujuan. Semakin seseorang meyakini bahwa dirinya dapat mengelola

berbagai kekuatan dan kelemahan, maka semakin yakin bahwa dirinya dapat

mewujudkan suatu prestasi. Meyakini makna prestasi diri adalah meyakini

bahwa diri telah mengenal cara-cara mengembangkan kekuatan-kekuatan

yang ada.

Memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta mau melakukan

hal-hal untuk meningkatkan prestasi merupakan modal dasar pengusaha.

Konsekuensinya, pengusaha harus mampu mawas diri dan mau serta mampu

mengatasi kendala yang dihadapi dalam pengenalan diri. Tidak menutup diri

dan mau melakukan komunikasi yang efektif dapat menjadi umpan balik

Page 137: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 124

sampai seberapa jauh upaya mengenal diri sendiri telah dilakukan dengan

tepat. Perilaku diri sendiri perlu dideteksi, baik melalui psikotes atau

melakukan proses penyadaran diri sendiri, sehingga kadar motivasi prestasi

dapat diidentifikasi.

Mengembangkan pribadi wirausaha identik dengan mengembangkan

perilaku wirausaha, yaitu melalui langkah awal mengenali diri sendiri beserta

kendala yang dihadapi. Ciri-ciri pribadi wirausaha yang berhasil adalah:

a. Memiliki orientasi pada tindakan dan memiliki motivasi yang tinggi dalam

mengambil risiko untuk mengejar tujuan.

b. Dapat mendayagunakan kekuatan-kekuatan yang dimiliki dan mengurangi

kelemahan-kelemahan yang ada.

c. Mempunyai perilaku yang agresif dalam mengejar tujuan atau berorientasi

pada tujuan dan hasil.

d. Mau dan mampu belajar dari pengalaman dalam menjalankan perusahaan

dari waktu ke waktu.

e. Memupuk dan mengembangkan pribadi unggul secara terus-menerus.

Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat

berwirausaha karena adanya suatu motif, yaitu motif berprestasi. Motif

berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk

mencapai hasil terbaik guna memperoleh kepuasan pribadi. David C.

McClelland (1971) mengelompokkan kebutuhan menjadi tiga (dikenal dengan

Tiga Motif Sosial), yaitu:

1. Kebutuhan berprestasi wirausaha (n-Ach), merupakan hal yang menjadi

pusat perhatian dan penelitian David C. McCleland selama lebih kurang

25 tahun. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa orang-orang

yang memiliki n-Ach yang tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri:

a. Senang menetapkan sasaran kerja yang menantang, mengandung

unsur moderate risk, dan menghindari:

1) tugas dan tanggung jawab yang terlalu mudah untuk diselesaikan,

karena tantangannya rendah.

2) tugas dan tanggung jawab yang terlalu sukar untuk diselesaikan,

karena keberhasilan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor

keberuntungan.

Page 138: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 125

b. Selalu merasa bahwa apa pun yang terjadi, sebagian besar menjadi

tanggung jawabnya (personal responsibility).

c. Dalam bekerja selalu ingin memperoleh umpan balik (using feedback).

Jadi, bagi orang-orang yang memiliki n-Ach yang tinggi, uang bukanlah

pemicu motivasi tetapi lebih berperan sebagai tolok ukur pencapai

sasaran.

2. Kebutuhan akan kekuasaan (n-Pow), merupakan hasil penelitian yang

lama, di mana McClelland menemukan bahwa orang dengan n-Ach yang

tinggi tidak membuat seseorang menjadi manajer yang efektif, sebab

seorang manajer harus dapat memengaruhi, membujuk, atau memberi

inspirasi kepada bawahannya. Dalam hal inilah n-Pow diperlukan. Ciri-ciri

dari seseorang dengan n-Pow yang tinggi adalah:

a. Berusaha untuk selalu memengaruhi orang lain atau membuat orang

lain kagum terhadapnya.

b. Lebih mementingkan hasil akhir daripada proses.

c. Mempunyai dorongan kuat untuk dilihat sebagai penyelamat,

pembantu, penolong, atau 'pahlawan:

Seperti yang telah diungkapkan, n-Pow tidak selalu harus mempunyai

konotasi negatif, sebab pada kenyataannya beberapa jabatan atau

pekerjaan, seperti guru dan manajer, memerlukan n-Pow.

3. Kebutuhan untuk berafiliasi (n-Aff), merupakan kebutuhan yang berkaitan

dengan memantapkan, melestarikan, atau memperbaiki hubungan dengan

orang lain. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa n-Aft berfokus pada

usaha untuk membina suasana persahabatan dan menghimpun teman.

Hasil riset mengungkapkan bahwa orang dengan n-Aff yang tinggi

memiliki ciri-ciri:

a. Dalam bekerja lebih mementingkan suasana antara orang-orang yang

bekerja dibandingkan dengan pekerjaannya sendiri.

b. Lebih memerhatikan reaksi atau sikap orang lain terhadapnya dan

merasa tidak nyaman bila orang lain bersikap kurang bersahabat.

c. Dalam melaksanakan tugas sangat dipengaruhi oleh siapa yang akan

menjadi rekan kerja. Jadi pertimbangan utamanya bukanlah apakah

suatu pekerjaan menarik atau menantang, tetapi dengan siapa is akan

bekerja.

Page 139: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 126

Dalam hal motif, n-Ach, n-Pow, atau n-Aff adalah sesuatu yang dimiliki oleh

semua orang. Walaupun demikian, salah satu akan tampil sebagai motif

sosial yang dominan. Menurut Stephen P. Robbins (2007), kebutuhan yang

kedua dan ketigalah (n-Pow dan n-Aff) yang erat kaitannya dengan

keberhasilan manaier saat ini, sedangkan kebutuhan yang pertama (n-Ach)

mencirikan seseorang menjadi wirausaha karena memiliki motivasi yang kuat

untuk berprestasi.

Selanjutnya apa saja yang didapatkan baik disadari maupun tidak,

sebenarnya merupakan hasil dari proses kekuatan alam bawah sadar.

Memang tidak banyak orang yang menyadari bahwa dengan menggunakan

dan mengelola alam bawah sadar akan menghasilkan kekuatan yang tidak

terhingga. Perlu diyakini apa yang didapatkan hari ini sebenarnya sudah

pernah dibayangkan sebelumnya atau pernah terlintas dalam otak, imajinasi,

atau bahkan dalam mimpi walau hanya sesaat. Sudah tentu bukan berarti

menjadikan hanya sebagai pengkhayal tanpa melakukan kegiatan atau

aktivitas apa pun.

Goerge W. Ladd, seorang ahli ekonoini dari Iowa State University yang

menulis buku berjudul Artistic Research Tools for Scientific Minds,

mengemukakan suatu pemikiran yang menarik melalui proses mental bawah

sadar berupa imajinasi dan intuisi yang dapat membantu kemajuan usaha.

Proses mental bawah sadar dapat membantu wirausahawan melaksanakan

kegiatan sehari-hari. Banyak gagasan berasal dari proses pikiran bawah

sadar, namun tidak semua orang bisa memanfaatkannya. Kerugian yang

didapat bila pikiran/gagasan yang muncul saat ini tidak segera dimanfaatkan

adalah pikiran/gagasan tersebut belum tentu muncul lagi di masa yang akan

datang.

Menggunakan kekuatan yang terfokus pada keinginan untuk merasakan

suatu kesenangan atau kesengsaraan mampu menimbulkan energi dasyat

dalam hidup. Pertanyaannya adalah apakah wirausahawan sudah dapat

membayangkan kesenangan dan kesengsaraan di masa depan yang secara

emosional mampu menggerakkan motivasi diri wirausahawan?. Sehelum

kesengsaraan menimpa wirausahawan, saat inilah waktu terbaik untuk

memulai dan wirausahawan harus memiliki tujuan hidup yang jelas serta

impian yang kuat. Tetapkan apa yang akan wirausahawan lakukan pada 5,

Page 140: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 127

10, 15, atau 20 tahun mendatang. Tulislah tujuan tersebut dengan jelas serta

cantumkan tahapan-tahapan untuk meraihnya. jangan biarkan tujuan hanya

berada di angan-angan, sehingga apa yang dilakukan wirausahawan menjadi

tidak terfokus dan tidak terarah.

Gunakan konsep AKU, yaitu A=Ambisi, K=Kekuatan atau Kelemahan,

dan U=Usaha. Ambisi menggambarkan harapan dan impian atau cita-cita

yang kuat untuk didapatkan atau berusaha diwujudkan. Setiap kekuatan yang

dimiliki sebagai pendorong atau motivator melakukan aktivitas pencapaian

dan mengalahkan kelemahan yang terdapat pada diri wirausahawan, serta

usaha merupakan sesuatu yang secara bertahap akan dilakukan

wirausahawan baik hari ini, besok, tahun depan, 5, 10, 15, atau 20 tahun ke

depan.

Apa yang sudah digambarkan dalam konsep AKU tersebut usahakan

direkam secara jelas dalam pikiran alam bawah sadar wirausahawan,

sehingga ibarat mengemudi sebuah mobil, wirausahawan tidak perlu berpikir

lagi kapan harus menggunakan perseneling, rem, kopling, dan membelokkan

stir mobil, yang semuanya secara otomatis dapat terjadi melalui gerakan-

gerakan sistemik. Seperti ketika sedang mengendarai mobil atau motor dan

ada orang yang menyeberang, maka secara otomatis wirausahawan akan

mengurangi kecepatan dengan menginjak rem atau mengurangi pedal gas.

Saat itu, wirausahawan tidak lagi bertanya-tanpa apa yang akan dilakukan,

terutama bila orang menyeberang mendadak. Pasti wirausahawan mengerem

tanpa berpikir panjang karena semua itu sudah terekam di alam bawah sadar.

Demikian juga dengan tujuan hidup dan tahapan yang dibuat wirausahawan

sudah selayaknya seperti itu. Demikian juga bila seseorang berfokus pada

keinginan untuk menjadi pengusaha, kapan pun dan di mana pun pikiran

akan mengarah pada tujuan tersebut. Secara otomatis, gagasan-gagasan

usaha akan bermunculan dan akan merasa berada di antara begitu banyak

peluang bisnis yang dapat dikerjakan, seakan melihat orang-orang yang

begitu mudah menjalankan bisnis dan seseorang akan tergerak untuk segera

menirunya.

Pikiran manusia dapat dikelompokkan menjadi dua: pikiran sadar

(conscious mind) dan pikiran bawah sadar (sub-conscious mind). Pikiran

bawah sadar memiliki kekuatan yang sangat besar. Dr. Brian Tracy, seorang

Page 141: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 128

ahli psikologi dan motivator terkenal, sebagaimana dikutip Andrew How dalam

buku Highway to Success, mengatakan bahwa pikiran bawah sadar memiliki

kekuatan 30 ribu kali lipat pikiran sadar. Tapi sayangnya, kebanyakan

manusia hanya menggunakan kira-kira 10% dari pikiran bawah sadar itu. Lalu

apa yang dapat dimanfaatkan dari kekuatan pikiran bawah sadar terkait

usaha atau pekerjaan seseorang untuk mengubah pola pikir dan keberanian

menjadi pengusaha? Pikiran bawah sadar mampu mengontrol tindakan

secara otomatis. Bila seseorang salah dalam memikirkan sesuatu dan sudah

menjadi bagian dari alam pikiran bawah sadar, maka hasil yang akan keluar

berupa tindakan juga akan keliru. Bila seseorang telah memprogram bahwa

diri untuk tidak mampu menjadi pengusaha, maka berarti dia telah berbicara

dengan diri sendiri (self talk) bahwa tidak mampu. Akibatnya, akan berhenti

berusaha karena yakin tidak bisa. Sebaliknya bila seseorang mempunyai

keyakinan akan mampu menjadi pengusaha sukses, maka hasilnya juga akan

positif, karena akan menggunakan segala daya upaya untuk meraihnya.

Pada kenyataannya, sebagian besar manusia hanya menggunakan

sekitar 12 pikiran sadarnya dan sisanya 88 % dengan pikiran bawah sadar.

Dengan demikian, terlihat bahwa sebenarnya pikiran bawah sadar sangat

menentukan kehidupan ini. Dalam bukunva Piece of Mind, Sandy McGregor

menjelaskan hukum dan bahasa pikiran bawah sadar sebagai berikut:

"Pikiran bawah sadar tidak mengetahui perbedaan antara imajinasi dan

kenyataan. Pikiran bawah sadar tidak memiliki mekanisme untuk mengenal

hal yang nyata dan tidak nyata”.

Misalnya seseorang bermimpi kebanjiran, hampir tenggelam, dan semua

pakaian basah. Dalam mimpi, seseorang berlari dan berusaha untuk

berenang. Adrenalinnyapun mengalir deras dan denyut jantung menjadi lebih

cepat seperti benar-benar sedang berusaha melarikan diri dan berenang.

Tetapi, mekanisme apakah yang mengatakan kepada seseorang tersebut,

"Oh iya, tidak ada apa-apa kok. Aku baik-baik saja dan sebenarnya tidak ada

banjir." Mekanisme tersebut adalah pikiran sadar karena terbangun dan

berkata, "Wah, ternyata hanya mimpi..." Pikiran bawah sadar sedang

bermimpi, sehingga tidak bisa membedakan antara kenyataan dan imajinasi

sebab ia berpikir sedang berusaha menyelamatkan diri dengan berenang.

Kondisi itulah yang bisa dimanfaatkan karena seseorang dapat mengelabui

Page 142: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 129

pikiran bawah sadar untuk melakukan hal apa pun yang bermanfaat. Bila

sedang menghadapi pekerjaan yang membosankan, seseorang bisa

mengelabui dengan berpikir seolah-olah pekerjaan itu menyenangkan.

Demikian juga seseorang bisa menggunakan hal yang sama untuk

mengelabui bahwa seseorang pasti bisa jadi pengusaha. Ketika keyakinan itu

tumbuh dan telah mengelabui pikiran bawah sadar, maka gerak langkah pun

akan mengarah pada upaya untuk menjadi pengusaha.

Prof. George W Ladd dalam Buchari Alma (2005) menguraikan

beberapa faktor atau kondisi yang mendorong semakin produktifnya pikiran

bawah sadar, yaitu:

1. Sikap ragu-ragu (doubt). Jika seseorang ragu-ragu tentang sesuatu hal

yang sedang dipikirkan, maka pikiran bawah sadar akan membantu

menciptakan gagasan pemecahan.

2. Sikap berani (venturesome attitude). Seseorang tidak akan berani

mencoba jika takut untuk berbuat salah, maka jangan takut berbuat salah,

karena kesalahan itu adalah hal yang biasa dan kegagalan tidak bisa

diramalkan secara tepat.

3. Bermacam-macam pengalaman, memori, dan ketertarikan yang dimiliki

seseorang akan sangat membantu memanfaatkan pikiran bawah sadar.

Dengan demikian, akan mampu membuat jalinan hubungan antar

berbagai masalah yang dihadapi.

4. Persiapan yang sempurna dan sungguh-sungguh dan merenungkan

masalahnya secara jelas, maka pikiran bawah sadar akan membantu

mengeluarkan gagasan yang bermanfaat.

5. Menyerah sementara. Jika tidak bisa memecahkan masalah, ada kalanya

seseorang menyerah sementara hingga muncul gagasan baru.

6. Istirahat atau santai (relaxation). Waktu aktifnya proses bawah sadar

seseorang berbeda-beda, ada yang aktif di malam hari, pagi hari, bahkan

ada juga yang harus tidur terlebih dahulu untuk mendapatkan inspirasi.

7. Menulis (writing). Banyak kejadian di mana seseorang menemukan pikiran

bawah sadarnya dengan menulis sesuatu.

8. Bertukar pikiran. Buah pikiran yang muncul ketika kita bertukar pikiran

dengan teman atau kerabat akan sangat membantu pemahaman kita

selanjutnya.

Page 143: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 130

9. Bebas dari kebingungan atau kekacauan. Salah satu hal yang

mengganggu pikiran bawah sadar adalah banyaknya gangguan atau

interupsi, yang akhirnya tidak memunculkan intuisi.

10. Batas waktu (deadlines).Beberapa ilmuwan merasa lebih baik bekerja bila

waktu yang ditetapkan hampir habis. Semakin dekatnya batas waktu akan

mendorong pikiran bawah sadar bekerja semakin giat.

11. Tensi (tension). Keterlibatan seseorang pada suatu masalah yang sangat

mendalam dan ditambah dengan rasa ingin tahu yang sangat besar akan

sangat mendorong pikiran bawah sadar.

Selanjutnya, McGregor dalam buku Safak Muhammad (2005)

menjelaskan Hukum Pikiran Bawah Sadar yang terdiri atas 4P, yaitu:

1. Positif. Bahasa yang digunakan dalam berbicara dengan pikiran bawah

sadar biasanya positif. Perkataan yang diucapkan pada diri sendiri (self

talk) membentuk kebiasaan yang terekam dalam pikiran bawah sadar.

2. Kalimat saat ini (present tense). Jika seseorang mengatakan, "Saya ingin

mulai bisnis minggu depan," apa yang terjadi dalam pikiran bawah sadar

Anda saat minggu depan tiba? Apakah sekarang sudah minggu depan?

Tentu belum! Sehingga seseorang akan menunggu hingga minggu depan,

saat waktunya tiba, untuk memulai bisnis. Dengan demikian, sebaiknya

gunakanlah kata "saat ini" ketika berbicara pada pikiran bawah sadar.

3. Pribadi. Gunakanlah kata ‘saya’ bukan ‘kamu’, ‘mereka’, ‘kami’ atau ‘kita’

Atau, pakailah nama sendiri dalam berbicara pada pikiran bawah sadar

(self talk). Misalnya, saya, Fulan, menjadi pengusaha dan mendapat

keuntungan 5 miliar di tahun 2020.

4. Pengulangan (persisten). Semakin sering seseorang melakukan

pengulangan atau bicara dengan pikiran bawah sadar, maka semakin

mengertilah mengenai apa yang diinginkan atau harapkan di masa

mendatang.

4.4 Motivasi Menjadi Wirausahawan Sukses Tidak semua orang memiliki motivasi yang sama untuk menjadi

wirausahawan. Sebagian orang menginginkan dirinya menjadi bos sendiri,

ingin mencari uang dan kekayaan sebanyak-banyaknya, atau ada pula yang

hanya ingin melakukan kegiatan yang biasa-biasa saja, namun sebagian

yang lain cukup serius untuk mengikuti jejak orang-orang sukses, walaupun

Page 144: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 131

ada juga yang sekadar ikut-ikutan. Proses termotivasinyapun tidak semua

orang sama, ada yang karena faktor kebetulan, ajakan teman, memanfaatkan

bakat, keterampilan, atau pendidikan yang telah diperolehnya, dan karena

memahami apa yang dibutuhkan orang lain.

Sejarah sudah membuktikan bahwa sebenarnya bangsa Indonesia

memiliki dasar spirit dan keterampilan yang unik di masing-masing daerah,

seperti orang-orang Minang, Madura, Jawa, Ranjar, Papua, dan hampir di

semua daerah memiliki keunikan masing-masing dalam menghasilkan produk

dan komoditas yang dikembangkan oleh para pengusahanya. Sebenarnya,

Indonesia sangat kaya akan potensi sumber daya dibanding negara lain. Ini

yang seharusnya mendorong dan memotivasi kuat untuk menjadi pengusaha

sukses, paling tidak di negara sendiri, dan jangan biarkan orang dari bangsa

lain yang mengelola sumber daya tersehut sedangkan diri kita hanya berdiam

diri tanpa melakukan apa pun.

Kewirausahaan dapat pula didorong oleh guru atau seorang dosen yang

mengajar kewirausahaan, karena telah memberikan inspirasi dan minat untuk

berwirausaha. Dorongan atau pemicu lainnya datang dari teman sepergaulan,

lingkungan keluarga, sahabat, dan teman yang selalu mendiskusikan

gagasan, atau karena adanya pengalaman bisnis kecil-kecilan yang berhasil,

sehingga termotivasi untuk membesarkannya. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa kewirausahaan bukanlah sesuatu hal yang dilahirkan,

melainkan dibangun (entrepreneur are not born-they develop).

Berikut adalah kisah sukses pengusaha muda yang sejak kecil sudah

membayangkan dirinya suatu saat nanti bisa pergi ke luar negeri dan memiliki

prestasi di tingkat internasional. Kasus berikut di harapkan dapat memberikan

inspirasi dan motivasi bagi siapa pun yang berminat menjadi pengusaha.

Walau berusia 25 tahun, Anne Ahira sudah memiliki penghasilan ribuan dolar

AS. Perempuan yang selalu mengaku orang kampung ini bekerja dari

rumahnya di pinggiran kota Bandung dan mengembangkan bisnis berskala

internasional berbasis pemasaran Internet. Ia bercita-cita akan pensiun.

sebelum berusia 30 tahun.

Di dunia online, Anne Ahira dikenal sebagai pemasar Internet sukses

kelas dunia. Dia adalah salah satu pengarang buku 30 Days To Internet

Marketing Success. Buku ini ditulis oleh 60 penulis pilihan yang merupakan

Page 145: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 132

pemasar Internet dari berbagai belahan negara dan terkenal sebagai buku

pemasar Internet terbaik sepanjang tahun 2003. Omzet penjualan buku ini

mencapai lebih dart 340.000 dolar AS hanya dalam kurun waktu kurang dari

empat bulan. Keberhasilannya meraup ribuan dolar tidaklah datang hegitu

saja. Ia mempelajari bisnis secara autodidak serta tentu saja melalui proses

trial and error yang cukup melelahkan. Sejak sekolah dasar ia sudah mandiri

dan rajin membantu orang tuanya. Setiap berangkat ke sekolah ia membawa

tiga buah tas besar; satu herisi buku dan yang dua digunakan untuk

menyimpan pisang-pisang yang akan dijualnya. la selalu mengatakan kepada

ibunya bahwa ketika dewasa nanti ia tidak ingin kerja cape-cape, ingin

bekeria di rumah, liburan kapan saja boleh, ingin keliling dunia, dan memiliki

banyak uang.

Kisah kesuksesan lainnya adalah berdasarkan pengalaman seorang

pengusaha bernama Husni Hasan kelahiran Surabaya 21 Desember 1969.

Naluri bisnisnya sudah terlihat sejak masih kuliah di semester satu. Ia sudah

melayani jasa pengurusan surat-surat perusahaan, seperti Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP). Menginjak semester empat sampai enam dia

menambah bisnisnya dengan profesi sebagai kurir khusus pengantaran uang

di sebuah perusahaan, berjualan madu bernama teman indekosnya, dan

berjualan celana "Jean's" untuk mahasiswa. Hasil bisnis kecil-kecilan itu

dapat mencukupi seluruh uang kuliah, biaya indekos, buku-buku kuliah, dan

cicilan motor Astrea 800. Saat duduk di semester tujuh, ia menjadi karyawan

sebuah perusahaan importir dan pemasok produk-produk ke supermarket.

Profesi barunya ini ia jalani selama lima tahun, lebih lama daripada beberapa

profesi sebelumnya. Setelah mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi

Alfira Maryam, ia semakin bersemangat untuk menjadi pengusaha

dibandingkan hanya sebagai karyawan. Berbekal pengalaman dan

kemandirian, pada tahun 2001 ia bertekad membuka usaha sendiri dengan

mendirikan CV Senayan Abadi yang pada awalnya menjadi distributor madu

"Asy-Syifa" dan "Al-Asal" dan distributor buku dari beberapa penerbit. Pada

tahun 2002, usahanya berubah menjadi PT Senayan Abadi, dan mulai

menjadi penerbit yang menghasilkan buku-buku sendiri, memasarkannya,

dan tidak lagi menjadi distributor bagi penerbit-penerbit lain. Saat itu

diakuinya sebagai masa "durian runtuh" karena booming omzet penjualan

Page 146: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 133

yang meningkat drastis. Dengan buku perdana Kesaksian Raja jin:

Meluruskan Pemahaman Aqidah dengan Syariat, buku-buku seri Harun

Yahya, Novel, Kumpulan Cerpen dan buku-buku lainnya laris dibeli oleh

konsumen. Walau dalam perjalanannya usahanya mengalami pasang surut,

Husni Hasan tetap haus akan ilmu pengetahuan. Pada tahun 2005

menyelesaikan kuliah S2 dan banyak mendapat manfaat dari materi kuliah,

sehingga masalah-masalah di perusahaan bisa terpecahkan.Pada tahun

2006 sampai sekarang, kondisi perusahaannva reiatif stabil dan selalu

mengikuti beberapa acara pameran buku di beberapa kota besar dan

permintaan buku pun semakin meningkat. Prinsip hidup seorang Husni Hasan

tidak macam-macam. Ia berujar, "Jika ada yang ngomong saya berhasil,

alhamdulillah. Semua ini karena pertolongan Allah dan saya selalu berusaha

mensyukuri apa yang diberikan Allah serta tidak mau serakah." Selain itu, ia

juga menjelaskan bahwa keseriusan mengelola sebuah usaha, pemilihan

judul buku yang pas dengan konsumen, dan desain cover serta kualitas

cetakan buku yang qualified dengan harga bersaing merupakan sisi-sisi lain

keberhasilan usahanya.

Dari kedua kisah tersebut dapat kita tarik manfaat penting bahwa semua

usaha tidak mungkin diperoleh dengan mudah. Mereka mulai memotivasi

dirinya untuk sukses sejak kecil dan memiliki cita-cita yang kuat untuk

mewujudkan mimpinya dengan bekerja keras. Berdasarkan kedua kisah yang

telah disampaikan, sepertinya ingin mengikuti jejaknya. Segudang prestasi

didapatkan melalui belajar dan kerja keras yang didorong oleh motivasi diri

yang kuat untuk meraih sukses sejak masa remaja. Bahkan, disebutkan

bahwa pendidikan menjadi kunci sukses keluar dari kesulitan dan dapat

memberikan pengetahuan yang lehih dalam meraih keberhasilan usaha. Oleh

karena itu janganlah percaya akan mitos-mitos seputar wirausaha, misalkan

ada yang mengatakan bahwa wirausaha dihasilkan dari bakat dan keturunan

atau wirausaha diawali dengan memiliki uang yang banyak.

Semua hal tersebut sebenarnya hanyalah karena kurangnya

pemahaman tentang kewirausahaan. Sebenarnya, akal pikiran, karsa,

semangat, kesempatan, waktu, pendidikan, dan pengalaman merupakan

benda abstrak yang dijadikan sebagai modal yang tak ternilai serta sangat

menentukan keherhasilan dalam berbisnis dan hidup bermasyarakat. Telah

Page 147: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 134

banyak riset yang dilakukan oleh para peneliti untuk memahami munculnya

kewirausahaan, yang hasilnya memberikan pemahaman dan kebenaran

bahwa mitos-mitos tersebut tidak boleh dipercaya. Berikut disajikan beberapa

mitos yang selalu kita dengar di tengah masyarakat.

1. Mitos: Wirausaha merupakan bakat dan keturunan. Bakat memang dapat

membantu seseorang menjadi pengusaha, namun bukanlah satu-satunya

penentu untuk menjadi pengusaha. Kenyataannya, banyak pengusaha

dapat meraih kesuksesan yang diawali oleh adanya keterpaksaan dan

kondisi hidup yang sulit, serta banyak pula pengusaha sukses bukan

karena faktor keturunan. Sebagai contoh, pemilik Griya Bersih Sehat Ir.

Haryono (Alumnus Teknik Sipil ITB) yang mengembangkan usahanya

sampai ke negara tetangga, bukanlah berasal dari keturunan keluarga

pengusaha.

2. Mitos: Pengusaha adalah pelaku, bukan pemikir. Banyak yang

beranggapan bahwa pengusaha adalah pelaku yang langsung

menjalankan usaha di lapangan. Padahal, pengusaha merupakan pelaku

sekaligus pemikir. Penekanan ini untuk mematahkan mitos ini akan

dijelaskan pada pembahasan perencanaan bisnis, di mana terdapat satu

indikasi bahwa "pemikiran" wirausaha adalah sama pentingnya dengan

"melakukan" wirausaha. Wirausaha harus memiliki kecakapan dalam

mempersiapkan bisnisnya dengan strategi, taktik, dan cara yang

semuanya harus diputuskan berdasarkan pemikiran yang mendalam

meski terdapat keputusan intuitif yang bisa saja dijalankan. Dr. Moeryati

Soedibjo, pemilik Mustika Ratu, telah berhasil .mengembangkan obat dan

tanaman tradisional menjadi komoditi internasional, bahkan beliau pun

masih sanggup menyelesaikan studi S3 di usianya yang ke-70.

3. Mitos: Wirausaha tidak bisa diajarkan atau dibentuk. Dewasa ini,

bagaimanapun, pengenalan kewirausahaan sebagai suatu disiplin ilmu

dapat membantu mengusir mitos ini. Seperti semua disiplin ilmu lain,

kewirausahaan mempunyai model, proses, dan studi kasus yang

menjelaskan bahwa karakteristik kewirausahaan sebenarnya dapat

diciptakan. Ciri-ciri keagresifan, prakarsa, pengarah, kesanggupan

menanggung risiko, kemampuan anal isis, dan keterampilan dalam

hubungan antarmanusia dapat diajarkan. Contohnya adalah Dr. Ir. II.

Page 148: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 135

Wahyu Saidi, seorang pengusaha yang belajar sampai strata tiga yang

ternyata sukses dengan Bakmi Tebet dan Bakmi Langgaranya. la pun

banyak membuat buku dan seminar untuk membagi ilmu serta

pengalamannya kepada orang lain.

4. Mitos: Pengusaha adalah selalu sebagai investor atau orang yang

menyetorkan modalnya tidak salah, namun akan menjadi salah apabila

hal tersebut dianggap sebagai satu-satunya, sebab seorang investor juga

harus memiliki perilaku yang inovatif. Meskipun seseorang pada awalnya

tidak mampu menjadi investor, jika ia memiliki kemampuan inovasi yang

baik, maka kemampuan tersebut dapat pula dijadikan modal yang dapat

menggantikan sumber daya uang sebagai investasi. Sebagai contoh,

Made (Edam Burger) semula menjual burger orang lain, namun berkat

kerja kerasnya lama-kelamaan ia bisa memiliki pabrik roti burger sendiri

dengan omzet mencapai Rp 30 juta per hari.

5. Mitos: Pengusaha membutuhkan keberuntungan. Pada "tempat dan

waktu yang tepat" selalu terdapat keberuntungan, tetapi yang pasti

"keberuntungan" terjadi ketika sudah dilakukan persiapan untuk

menemukan peluang. Pengusaha disiapkan untuk menangkap peluang,

dan ketika peluang itu muncul, sering kali dipandang sebagai

"keberuntungan." Sebenarnya akan lebih baik jika melakukan persiapan

teriebih dahulu untuk menghadapi berbagai peluang yang pasti akan

terjadi dan pandai memanfaatkan momentum. Apa yang muncul sebagai

keberuntungan tadi sebenarnya membutuhkan suatu persiapan,

penetapan tujuan, keinginan kuat untuk mencapainya, pengetahuan, dan

inovasi yang dikemas dalam sebuah konsep perencanaan. Eka Tjipta

Wijaya, pemilik Sinar Mas Grup, menceritakan bahwa kesuksesannya

didapat berkat belajar di pinggir jalan. Peluang yang dimanfaatkannya,

mulai dari menjual kopi di pinggir jalan sampai menjadi kontraktor

kuburan di Sulawesi Selatan, mengantarkannya menjadi salah satu

konglomerat di negeri ini.

6. Mitos: Pengusaha harus selalu sukses dan tidak boleh gagal. Persepsi ini

sangat keliru, karena pengusaha yang sukses selalu membangun

bisnisnya dengan jatuh bangun dan banyak yang mengalami kegagalan.

Merupakan hal yang wajar bila pengusaha mengalami sejumlah

Page 149: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 136

kegagalan sebelum meraih kesuksesan. Mereka mengikuti pepatah jika

pada mulanya gagal, maka harus berani mencoba, mencoba, dan terus

mencoba sampai berhasil. Sebenarnya, kegagalan memberikan banyak

pelajaran kepada mereka yang berkeinginan untuk terus belajar dan

sering justru mengarahkan seseorang mencapai kesuksesan di masa

mendatang. Bob Sadino, bos agrobisnis dan supermarket Kemchick yang

sudah kenyang makan asam garam dan jatuh-bangun dalam

menjalankan bisnisnya, mengawali kariernya sebagai supir taksi, kuli

bangunan, dan menjual telor ayam secara keliling.

7. Mitos: Pengusaha adalah sama seperti penjudi. Pengusaha tidak dapat

dikatakan sama dengan penjudi. Semua hal berkenaan dengan usaha

pasti tidak terlepas dari sebuah risiko, dari risiko kecil sampai besar.

Seorang penjudi terkadang tidak dapat menghitung risikonya dan

mendapatkan kemenangan hanya dari keberuntungan, sedangkan

pengusaha mendapatkan keuntungan atau kesuksesan dari menghitung

risiko. Pengusaha akan berhasil bila mengawali usahanya dengan kerja

keras me1alui perencanaan dan persiapan yang matang untuk

memperkecil risiko. Hari Dharmawan, pendiri dan pemilik ritel besar

`Matahari,' selalu berpegangan bahwa pengetahuan dan kemampuan

mengelola hisnis, termasuk menghitung risiko yang mungkin terjadi di

masa depan, harus dimiliki setiap pengusaha. Karena hal tersebut

memungkinkan usaha apa pun yang dirintis bisa tumbuh dan berkembang

menjadi besar.

Selanjutnya melalukan perubahan sesuatu yang telah menjadi

kebiasaan tidaklah mudah serta membutuhkan kerja keras dan banyak

pengorhanan, apalagi menyangkut pola pikir dari seorang individu.

Pandangan hidup, adat kebiasaan, persepsi, hingga perilaku, dipengaruhi

oleh perjalanan yang sangat panjang, baik secara keturunan (hereditas)

maupun lingkungan. Namun, sudah menjadi kodrat bahwa perubahan terjadi

secara alamiah dalam diri manusia, ada yang revolusioner (radical change)

maupun evolusi (incremental change). Jadi, perubahan bukanlah kata yang

menakutkan dan membahayakan. Justru ketika sudah tidak merasa nyaman

pada lingkungan sebelumnnya, kita akan perpindah ke tempat baru yang

dapat memberikan kenyamanan lebih baik. Perpindahaan yang dimaksud

Page 150: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 137

bukan hanya secara fisik, namun dalam konteks pemikiran atau pola pikir,

karena setiap perilaku dikendalikan oleh pikiran.

Mengubah pola pikir memerlukan keberanian dan kerelaan, karena

tanpa itu semua tidak akan terjadi perubahan apa-apa. Dengan bahasa yang

tegas, Dr. Rhenald Kasali, pakar manajemen Universitas Indonesia, pernah

mengatakan "berubah atau mati!" dengan memberikan sinyal bahwa setiap

pengusaha yang mau tetap bertahan harus melakukan perubahan demi

perubahan atau akan tertinggal dari para pesaingnya. Sinyal tersebut juga

harus ditangkap untuk melakukan introspeksi apakah selama ini

wirausahawan tidak mau melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, atau

sebaliknya, wirausahawan sudah selangkah lebih maju dalam menggapai

kesuksesan.

Sejak terlahir ke bumi, sesorang senantiasa berada dalam daerah aman

dan nyaman (comfort zone). Orang tua yang sangat perhatian dan

memberikan perlindungan merupakan comfort zone pertama yang diperoleh

ketika terlahir di dunia ini. Apakah keadaan demikian akan terjadi sampal kita

besar? Secara alamiah, orang tua akan melepaskan anaknya secara

bertahap ketika mereka sekolah, kuliah, bekerja, dan berbisnis. Tanpa

disadari, sebenarnya sesorang telah keluar-masuk dari comfort zone satu ke

comfort zone berikutnya. Dan, risiko yang akan selalu kita hadapi setiap

keluar dari comfort zone adalah ketidaknyamanan, bahaya, dan ancaman.

Karier, bisnis, dan berbagai dimensi lainnya dalam hidup akan terus

bertumbuh, sama seperti fisik tubuh. Dengan demikian, sebenarnya mencoba

untuk bertahan dalam suatu comfort zone akan sia-sia karena alam semesta

memiliki mekanismenya sendiri untuk mengeluarkan kita dari comfort zone

tersebut.

Dari semua gambaran tersebut, berharap agar para wirausahawan tidak

terjebak hanya menjalankan bisnis kecil dengan pola manajemen tradisional

dan tidak pernah bisa berkembang. Langkah awal yang harus dilakukan

adalah mengubah cara pandang dan mulai membangun pola pikir

kewirausahaan (entrepreneurial-mindset), lebih-lebih di era yang penuh

dengan ketidakpastian seperti saat ini. Semakin ketatnya persaingan dan

perkembangan teknologi yang terjadi telah membawa kondisi ketidakpastian

dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, ketidakpastian tersebut justru dapat

Page 151: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 138

dijadikan sebagai langkah awal meraih keberhasilan dengan merubah pola

pikir (mind-set) bagaimana merubah ketidakpastian menjadi keberuntungan.

Pengusaha harus mengidentifikasi kondisi yang tidak pasti dan tidak dapat

diprediksi dari peluang bisnis potensial yang ada dan segera mengambil

kesempatan tersebut dengan penuh percaya diri. Pengusaha dituntut jeli

dalam menangkap sinyal dan aspek lain yang akan mengurangi bahaya, serta

menghindari penempatan atau pemanfaatan sumber daya dan bakat yang

tidak proporsional. Dengan demikian, ketidakpastian harus dilihat sebagai

peluang, bukan ancaman.

Bagaimana dapat mengetahui bahwa sesorang telah memiliki

kerangka berpikir seorang pengusaha. Hal ini akan diketahui ketika mulai

berpikir dan bertindak sesuai kebiasaan pengusaha pada umumnya.

Pengusaha lebih memilih memperhitungkan ketidakpastian daripada

menghindarinya. Mereka melihat secara simpel ketika orang lain melihat

kompleksitas, dan mereka mengambil pembelajaran dari risiko yang telah

diperhitungkan. Mereka mengetahui bahwa ketika peluang dibiarkan berlalu,

terkadang akan lebih besar biayanya jika mengalami ketertinggalan dibanding

jika melakukan kesalahan. Sebagai konsekuensinya, mereka akan mencari

solusi yang cepat dan dianggap tepat daripada menghabiskan waktu untuk

menganalisis jawaban yang benar namun sering kali terlambat.

Menurut McGrath dan MacMillan (2000) dalam Rambat (2004), lima

karakteristik yang umumnya dimiliki oleh pengusaha adalah:

1. Pengusaha sangat bersemangat dalam melihat atau mencari peluang-

peluang baru. Dengan tetap selalu waspada, pengusaha mencari

kesempatan untuk mendapat keuntungan dari perubahan dan hambatan

dalam bisnis yang mereka jalankan. Mereka akan memiliki pengaruh yang

amat besar ketika menciptakan keseluruhan model bisnis baru, mulai dari

cara memperoleh penghasilan, membuat pembiayaan, menjalankan

operasional, hingga keseluruhan kegiatan industri.

2. Pengusaha mengejar peluang dengan disiplin yang ketat. Pada umumnya

pengusaha tidak hanya bersiap untuk menggarap peluang yang kecil,

tetapi sering kali langsung mengambil tindakan nyata terhadap peluang-

peluang yang belum tergali. Mereka mengkaji ulang koleksi gagasan

mereka, tetapi merealisasikannya hanya ketika hal tersebut diperlukan.

Page 152: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk !

! 139

Mereka segera melakukan investasi apabila kompetisi tersebut cukup

menarik dan peluang yang ada sudah matang.

3. Pengusaha hanya mengejar peluang yang sangat baik dan menghindari

mengejar peluang lain yang belum jelas. Pengusaha tetap dituntut

berdisiplin dalam membatasi jumlah proyek yang hendak mereka raih.

Mereka rnengikuti portofolio dari peluang dengan kendali yang amat ketat

dalam berbagai tahap. Mereka cenderung memperkuat strategi dengan

proyek yang telah mereka pilih dibandingkan melonggarkan usaha mereka

terlalu lebar.

4. Pengusaha berfokus pada pelaksanaan. Orang dengan kerangka berpikir

pengusaha akan memilih melaksanakan apa yang telah mereka tetapkan

daripada menganalisis gagasan baru yang menghancurkan. Adaptasi

yang mereka lakukan adalah mengubah arah kerja sesuai dengan

peluang yang nyata dan mengambil langkah terbaik untuk

mewujudkannya.

5. Pengusaha mengikutsertakan energi setiap orang yang berada dalam

jangkauan mereka. Beberapa kebiasaan pengusaha adalah melibatkan

banyak orang, baik dari dalam atau luar organisasi, dalam mewujudkan

peluang mereka. Mereka memilih, membuat, dan rnenyebarkan jaringan

kerja daripada melakukannya sendiri. Mereka memberdayakan berbagai

potensi intelektual dan sumberdaya manusia untuk membantu meraih

tujuan.

!

Page 153: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 140

BAB V

PENGEMBANGAN JARINGAN USAHA

5.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia

Pemerintah memberikan perhatian yang sangat besar kepada usaha mikro,

kecil dan menengah (UMKM), karena disitulah tumpuan hidup terbesar rakyat

Indonesia. Dalam sejarah perekonomian Indonesia UMKM merupakan

kelompok usaha dengan jumlah paling besar dan terbukti handal menghadapi

goncangan krisis ekonomi. Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro

Kecil dan Menengah telah diatur dalam payung hukum. Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan

pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Pemerintah memberikan kriteria untuk masing-masing usaha mikro,

kecil, maupun menengah diharapkan tepat sasaran dalam

pengembangannya. Beberapa lembaga atau instansi bahkan memberikan

definisi tersendiri pada Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah

Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan

UKM), Badan Pusat Statistik (BPS), Keputusan Menteri Keuangan No 316/

KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994. Definisi UKM yang disampaikan

berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

Menurut Kementian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

(Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan:

a. Usaha Kecil (UK) termasuk Usaha Mikro (UMI) adalah entitas usaha yang

memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki

penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah).

b. Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara

Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Pp 200.000.000

(dua ratus juta) sampai dengan Pp 10.000.000.000 (sepuluh milyar

rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan.

Page 154: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 141

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas

tenaga kerja.

a. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja

5 sampai dengan 19 orang.

b. Usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja

20 sampai dengan 99 orang.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/ KMK.016/1994

tanggal 27 Juni 1994 mellyatakan bahwa usaha kecil didefinisikan sebagai

perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang

mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000

(enam ratus juta rupiah) atau aset/aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000

(di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari: (1) bidang usaha

(Firma, CV, PT, dan koperasi); dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumah

tangga, petani, petemak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang

barang dan jasa).

Karakteristik UMKM dapat dilihat menurut skala usaha berdasarkan

pembagian yang dilakukan dalam UU No. 20 Tahun 2008 yaitu usaha mikro,

kecil dan menengah. Perbedaan Karakteristik berdasarkan skala usaha ini

perlu dipahami sebagai dasar dalam merancang program pemberdayaan

UMKM. Dengan demikian, program yang dirancang benar-benar mampu

menjawab persoalan yang dihadapi. Kriteria UMKM menurut UU Nomor 20

Tahun 2008 digolongkan berdasarkan jumlah aset dan omset yang dimiliki

oleh sebuah usaha dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 5.1 Kriteria UMKM Menurut UU no. 20 Tahun 2008

Uraian Kriteria

Aset Omset

Usaha Mikro Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan usaha

Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000

Usaha Kecil

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 – Rp 500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan usaha

Memiliki hasil penjualan tahunan antara Rp 300.000.000 – Rp 2.500.000.000

Usaha Menengah

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 – Rp 10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan usaha

Memiliki hasil penjualan antara Rp 2.500.000.000 - Rp 50.000.000.000

Page 155: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 142

Tabel 5.1 Karakteristik UMKM di Indonesia

U

saha

Mik

ro

• Produk dan tempat tidak terlalu tetap, bisa berganti dengan mudah. • Belum melakukan admisistrasi keuangan, yang sederhana sekalipun. • Belum memiliki jiwa usaha yang memadai tingkat pendidikan relative rendah. • Belum memiliki akses terhadap perbankan, sebagian sudah akses ke lembaga

keuangan non Bank. • Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPWP. • Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, tidak sensitive terhadap suku bunga

tahan terhadap krisis ekonomi. • Pelaku pada umumnya berkarakter jujur, ulet lugu dan terbuka terhadap

bimbingan.

Usa

ha K

ecil

• Jenis barang/komoditas yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah.

• Lokasi/ tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah. • Pada umumnya sudah melakukan adminsitrasi keungan walau masih

sederhana, keungan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha.

• Sudah memiliki izin usaha dan sudah memiliki legalitas lainnya termasuk NPWP.

• Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha • Sebagian sudah akses ke perbankan dalam keperluan usaha. • Sebagian besar belum membuat manajemen usaha dengan baik seperti

business planning.

Usa

ha M

enen

gah

• Manajemen dan organisasi lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern dengan pembagian tugas yang jelas antara lain bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi.

• Telah menerapkan manajemen keuangan dengan teratur sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksanaan termasuk perbankan.

• Memiliki persyaratan legalitas (izin, NPWP). • Mengikuti aturan ketenagakerjaan walaupun belum semua. • Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan. • Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

!!!!!!!!Sumber: Di adaptasi dari Lembaga Demografi FEB UI (2015)

Kriteria Usaha Kecil Dan Menengah Berdasar Perkembangan selain berdasar

Undang-undang tersebut, dari sudut Pandang perkembangan usaha UMKM sampai

saat ini, Rahmana (2008) mengelompokkan UMKM dalam beberapa kriteria, yaitu:

a. Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan

sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal

sebagai sektor informal, misalnya adalah pedagang kaki lima (PKL).

b. Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat

pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

c. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah

memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan sub-kontrak dan

ekspor.

Page 156: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 143

d. Fost Moving Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki

jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar

(UB).

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) telah diakui di dunia memainkan

peran bukan hanya dalam pembangunan ekonomi tetapi juga memperbaiki

kesejahteraan sosial. Sehubungan dengan pembangunan ekonomi, peran dari

UMKM adalah lebih signifikan di negara-negara maju dibandingkan dengan negara

sedang membangun apalagi yang terbelakang. Beberapa contoh dapat dilihat di

USA, Jepang, Italia, Taiwan. APEC melaporkan kontribusi ekspor dari UMKM untuk

negara-negara maju telah mencapai lebih dari 55%. Sebagai contoh yaitu di Italia,

kontribusi ekspor UMKM adalah sebesar 75% dari total ekspor negara tersebut.

Selain untuk ekspor, UMKM memegang peran penting juga dalam berkontribusi

terhadap pendapatan negara yang sering dikenal dengan istilah Produk Domestik

Bruto (PDB) untuk negara-negara maju tersebut.

Sementara itu, di negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia,

walaupun lebih dari 30% dari total perusahaan adalah UMKM, kontribusi mereka

masih lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar. Di

Indonesia, meskipun 99,99% perusahaan adalah dalam bentuk UMKM, namun

kontribusinya tidak lebih dari 20% untuk ekspor dan 59,36% kontribusinya terhadap

PDB, dan menyediakan lapangan kerja lebih dari 99% dari total tenaga kerja. Saat

ini posisi keberadaan UKM di negara-negara maju seperti Uni Eropa dan Amerika

mendapat perhatian cukup besar oleh pemerintah negara, khususnva negara

berkembang. Di negara-negara sedang berkembang usaha-usaha yang banyak

bertumbuh di masyarakat pada umumnya tergolong sebagai usaha kecil dan

menengah. Fakta ini menunjukkan bahwa usaha kecil dan menengah merupakan

mayoritas kegiatan masayarakat yang membeikan kontribusi signifikan pada

penciptaan pendapatan penduduknya. Beberapa fakta dan kenyataan dimana:

a. Pada banyak negara di dunia, dari semua bisnis adalah usaha kecil dan

menengah adalah sebanyak 99%

b. Di sektor usaha kecil dan menengah bekerja sebanyak 40% pekerja.

c. Di banyak negara dilakukan oleh usaha kecil dan menengah sebanyak 40% dari

volume bisnis.

d. Pekerjaan baru merupakan sumbangan dari sektor usaha kecil dan menengah

sebesar 75% persen.

Page 157: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 144

e. Usaha kecil dan menengah mengalami kegagalan pada dua tahun pertama

usahanya hampir 50% dari.

f. Usaha kecil dan menengah menampung porsi terbesar pegawai dalam industri

ritel, grosir dan jasa.

g. Usaha kecil dan menengah mampu menyumbang bagian terbesar dari penjualan

di sektor manufaktur.

h. Manajemen yang buruk adalah penyebab terbesar kegagalan usaha kecil dan

menengah.

Dalam rangka Pasar Bebas Asean masih banyak peluang UMKM untuk meraih

pangsa pasar dan peluang investasi. Guna memanfaatkan peluang tersebut, maka

tantangan yang terbesar bagi UMKM di Indonesia dalam Pasar Bebas Asean adalah

bagaimana mampu menentukan strategi yang tepat guna memenangkan

persaingan. Saat ini, struktur ekspor produk UMKM Indonesia banyak berasal dari

industri pengolahan seperti furniture, makanan dan minuman, pakaian jadi atau

garmen, industri kayu dan rotan, hasil pertanian terutama perkebunan dan

perikanan, sedangkan di sektor pertambangan masih sangat kecil (hanya yang

berhubungan dengan yang batu-batuan, tanah liat dan pasir). Secara rinci barang

ekspor UMKM antara lain alat-alat rumah tangga, pakaian jadi atau garmen, batik,

barang jadi lainnya dari kulit, kerajinan dari kayu, perhiasan emas atau perak,

mainan anak, anyaman, barang dari rotan, pengolahan ikan, mebel, sepatu atau

alas kaki kulit, arang kayu, tempurung, makanan ringan dan produk bordir.

Sedangkan baku produksi UMKM yang digunakan adalah bahan baku lokal sisanya

dari impor seperti plastik, kulit dan beberapa zat kimia.

Beberapa kendala UMKM yang banyak dialami negara-negara berkembang

termasuk Indonesia antara lain adalah masalah kekurangan bahan baku yang mesti

harus diimpor dari negara lain untuk proses produksi. Di samping itu pemasaran

barang, permodalan, ketersediaan energi, infrastruktur dan informasi juga

merupakan permasalahan yang sering muncul kemudian, termasuk masalah-

masalah non fisik seperti tingginya inflasi, skill, aturan perburuhan dan lain

sebagainya. UMKM negara-negara ASEAN pada umumnya juga mempunyai

permasalahan yang sama dalam pengembangan bisnisnya antara lain kendala

hukum dan regulasi pemerintah, kualitas produk dan daya saing, perpajakan,

informasi pasar, kualitas SDM, dan keahlian dalam pemasaran. Disamping itu

masalah yang paling sering muncul adalah sulitnya mengakses pinjaman atau kredit.

Page 158: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 145

Perkembangan UMKM di Indonesia sangatlah pesat dari tahun ke tahun.

Perkembangan yang signifikan baik dalam jumlah unit, penyediaan lapangan kerja

maupun jumlah output yang dihasilkan. UMKM di Indonesia memiliki peranan sangat

penting terutama dalam hal penyediaan kesempatan kerja. Jika diiihat dari jumlah

unit usahanya yang sangat banyak yang terdapat di semua sektor ekonomi dan

kontribusinya yang besar terhadap kesempatan kerja dan pendapatan, khususnya di

daerah perdesaan dan bagi keluarga berpendapatan rendah. Betapa pentingnya

UMKM bagi pembangunan ekonomi nasional sekaligus juga berperan sebagai motor

penggerak yang sangat krusial bagi komunitas lokal. Dalam perkembangannya

UMKM memiliki peranan baru yang lebih penting lagi yaitu sehagai salah satu faktor

utama pendorong perkembangan dan pertumbuhan ekspor non-migas dan sebagai

industri pendukung yang membuat komponen-komponen dan spare parts untuk

industri. UKM juga bisa berperan penting di dalam pertumbuhan ekspor dan bisa

bersaing di pasar domestik terhadap barang-barang impor maupun di pasar global.

Jumlah UMKM yang ada di Indonesia saat ini semakin bertambah banyak,

namun jumlah UMKM ini temyata tidak sebanding dengan tingkat daya saing yang

dimiliki UMKM tersebut, baik secara lokal maupun internasional. Jika diperhatikan,

kebanyakan UMKM di Indonesia hanya melakukan proses produksi, berdagang, dan

berekonomi, sehingga membuat daya saing UMKM di Indonesia tidak bisa bersaing

dengan perusahaan-perusahaan besar maupun eksis di pasar global. Pada

kenyataannya, dari keseluruhan UMKM yang jumlahnya cukup besar tersebut

ternyata sekitar 70% UMKM yang ada di Indonesia yang memulai usahanya karena

adanya desakan ekonomi bukan karena mereka memiliki produk yang unik atau

keterampilan pada bidang tertentu. Tentu saja. kondisi ini akhirnya membuat

sebagian besar dari UMKM di Indonesia tidak memiliki daya saing. Dalam upaya

untuk tetap bertahan dan berkembang dalam dunia bisnis yang semakin ketat,

seharusnya pelaku UMKM memiliki keterampilan, dapat bekerja secara profesional,

dan mampu menciptakan inovasi-inovasi pada bisnis mereka. Hal ini menjadi

masalah mendasar yang harus menjadi perhatian semua pihak pada

pengembangan UMKM yang berdaya saing. Hal-hal yang menyebabkan lemahnya

daya saing UMKM di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

a. Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar usaha kecil yang

pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha

yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, ditambah

Page 159: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 146

lagi produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas

yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang telah mempunyai

jaringan yang sudah solid serta didukung dengan teknologi yang dapat

menjangkau internasional dan promosi yang baik.

b. Mentalitas pengusaha UMKM. Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam

setiap pembahasan mengenai UMKM, yaitu semangat kewirausahaan

(entrepreneurship) para pengusaha UKM itu Semangat yang dimaksud di sini,

antara lain kesediaan terus berinovasi, ulet tanpa menyerah, mau berkorban

serta semangat ingin mengambil risiko. Suasana pedesaan yang menjadi latar

belakang dari UMKM seringkali memiliki andil juga dalam membentuk kinerja.

Contohnya ritme kerja UMKM di daerah berjalan dengan santai dan kurang aktif

sehingga seringkali menjadi penyebab hilangnya kesempatan yang ada.

c. Kurangnya transparansi, artinya kurangnya transparansi antara generasi awal

pembangun UMKM tersebut terhadap generasi selanjutnya. Banyak informasi

dan jaringan yang disembunyikan dan tidak diberitahukan kepada pihak yang

selanjutnya menjalankan usaha tersebut sehingga hal ini menimbulkan kesulitan

bagi generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.

Dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), terdapat peluang yang besar bagi

UMKM untuk meraih potensi pasar dan peluang investasi yang harus dapat

dimanfaatkan dengan baik. Untuk memanfaatkan peluang tersebut, maka tantangan

yang terbesar bagi UMKM dalam MEA adalah bagaimana para pelaku bisnis UMKM

mampu menentukan strategi yang jitu guna memenangkan persaingan. Perubahan--

perubahan perilaku pasar yang harus dipahami oleh UMKM di Indonesia yaitu

dengan ciri-ciri:

a. Karakteristik pasar yang dinamis, kompetisi global, dan bentuk organisasi yang

cenderung membentuk jejaring (network).

b. Tingkat industri yang pengorganisasian produksinya fleksibel dengan

pertumbuhan yang didorong oleh inovasi/pengetahuan; didukung teknologi

digital; sumber kompetisi pada inovasi, kualitas, waktu, dan biaya;

mengutamakan penelitian dan pengembangan (research and development);

serta mengembangkan aliansi dan kolaborasi dengan bisnis lainnya.

UMKM harus mulai melakukan pembenahan di segala bidang untuk

menghadapi perilaku pasar yang semakiii terbuka di masa mendatang. Para pelaku

UMKM tidak boleh lagi harus mengandalkan buruh murah dalam pengembangan

Page 160: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 147

bisnisnya. Kreativitas dan inovasi melalui dukungan penelitian dan pengembangan

menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Kerjasama dan pembentukan jejaring

bisnis, baik di dalam dan di luar negeri dengan sesama UMKM maupun dengan

pelaku usaha besar harus dikembangkan. Beberapa upaya yang perlu dilakukan

pelaku UMKM untuk memperkuat daya saing menghadapi pasar global adalah:

a. Meningkatkan kualitas dan standar produk. Guna dapat memanfaatkan peluang

dan potensi pasar di kawasan ASEAN dan pasar global, maka produk yang

dihasilkan UMKM haruslah memenuhi kualitas dan standar yang sesuai dengan

kesepakatan ASEAN dan negara tujuan.

b. Meningkatkan aspek finansial. Isu finansial dalam pengembangan bisnis UMKM

sangatlah klasik. Selama ini, belum banyak UMKM yang bisa memanfaatkan

skema pembiayaan yang diberikan oleh perbankan sebagai upaya penambahan

modal bagi pengembangan usahanya. Hasil survai Regional Development

Institute (REDI, 2002) menyebutkan bahwa ada 3 gap yang dihadapi berkaitan

dengan akses finansial bagi UMKM, yaitu:

1) Aspek formalitas, karena banyak UMKM yang tidak memiiiki legal status.

2) Aspek skala usaha, dimana sering sekali skema kredit yang disiapkan

perbankan tidak sejalan dengan skala usaha UMKM.

3) Aspek informasi, dimana perbankan tidak tahu UMKM mana yang harus

dibiayai, sementara itu UMKM juga tidak tahu skema pembiayaan apa yang

tersedia di perbankan.

Ketiga gap tersebut harus segera diatasi baik secara proaktif oleh UMKM sendiri

maupun pemerintah, diantaranya dengan peningkatan kemampuan bagi Sumber

Daya Manusia (SDM) yang dimiliki UMKM, perbankan, serta pendamping UMKM.

c. Meningkatkan kualitas SDM dan jiwa kewirausahaan UKM

Secara umum kualitas SDM pelaku UMKM di Indonesia masih tergolong rendah.

Terlebih lagi pada aspek spirit kewirausahaannya. Oleh karena itu, untuk

memperkuat kualitas dan kewirausahaan UMKM di Indonesia, maka UMKM

harus aktif mengikuti pendidikan dan latihan keterampilan, manajemen, dan

diktat lainnya yang tepat, yang sesuai dengan kebutuhannya.

d. Memperkuat dan meningkatkan akses dan transfer teknologi untuk

pengembangan UMKM inovatif. Akses dan transfer teknologi untuk UMKM masih

merupakan tantangan yang dihadapi di Indonesia. Peranan inkubator, lembaga

riset, dan kerjasama antara lembaga riset dan perguruan tinggi serta dunia usaha

Page 161: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 148

untuk alih teknologi periu digalakkan. UMKM harus aktif melakukan kerjasama

atau kemitraan dengan perusahaan besar, baik dari dalam dan luar negeri untuk

alih teknologi. Praktek seperti ini sudah banyak berjalan di beberapa Negara

maju, seperti USA, Jerman, Inggris, Korea, Jepang dan Taiwan. Model-model

pengembangan klaster juga harus dikembangkan, karena melalui model tersebut

akan terjadi alih teknologi kepada dan antar UMKM.

e. Membangun akses informasi dan promosi di luar negeri. Bagian terpenting dari

proses produksi adalah masalah pasar. Sebaik apapun kualitas produk yang

dihasilkan, kalau masyarakat atau pasar tidak mengetahuinya, maka produk

tersebut akan sulit dipasarkan. Oleh karena itu, maka akses informasi dan

promosi produk-produk UMKM, khususnya untuk memperkenalkan di pasar

ASEAN harus ditingkatkan. Promosi produk, bisa dilakukan melalui dunia maya

atau mengikuti kegiatan-kegiatan pameran di luar negeri.

Selain peluang pasar yang besar, karena jumlah penduduk ASEAN teiah mencapai

lebih dari 590 juta jiwa, beberapa potensi yang dimiliki sangat memungkinkan untuk

dimanfaatkan oleh UMKM di Indonesia agar menjadi raja di negeri sendiri dan

menembus batas ke pasar intemasional.

5.2 Strategi Pencapaian Daya Saing untuk UMKM

Penentu utama daya saing dari suatu perusahaan adalah perusahaan itu sendiri,

dan pelaku kuncinya adalah pengusaha dan pekerja. Mungkin di Usaha Besar (UB),

pekerja (termasuk peneliti dan pengembang di laboratorium) lebih krusial dibutuhkan

keberadaannya daripada pemilik usaha atau pengusaha (terkecuali pada tahap awal

herdirinya perusahaan, seperti peng,alaman dari perusahaan-perusahaan multi-

nasional yang awalnya muncul dari inisiatif, ide, atau kreativitas dari pemiliknya.

Banyak contoh, misalnya Bill Gate yang mendirikan perusahaan Microsoft, keluarga

Phillips yang melahirkan perusahaan Phillips, dan keluarga Ford dengan

perusahaan mobil Ford-nya). Tetapi di UKM khususnya Usaha Kecil (UK), sangat

berbeda. Di kelompok usaha ini, pengusaha akan selalu berperan penting, karena

pada umumnya pengusaha atau pemilik usaha merupakan penggerak utama

perusahaan. Ini artinya, kreativitas, spirit entreprenurship dan jiwa inovatif dari

pengusaha yang didukung oleh keahlian dari para pekerjanya adalah sumber utama

meningkatan daya saing UMKM.

Page 162: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 149

Agar pengusaha dan pekerjanya dapat berperan optimal, paling tidak ada lima

(5) prasyarat utama, yaitu mereka memiliki sepenuhnya pendidikan, modal,

teknologi, informasi, dan input krusial lainnya seperti yang dapat dilihat pada

Gambar 4.1. Semua itu harus dimiliki oleh UMKM sesuai kebutuhan yang sifatnya

tidak statis tetapi dinamis mengikuti tiga perkembangan utama yang akan terus

berlangsung, yakni perubahan pasar (terutama permintaan atau selera konsumen

dan tekanan persaingan), perubahan ekonomi (nasional dan global), kemajuan

teknologi, dan penemuan material-material baru untuk produksi. Bukan suatu hal

yang sulit untuk dipahami bahwa UMKM di Indonesia pada umumnya tidak sebaik

Usaha Besar dalam menghasilkan produk-produk yang kompetitif dan bertaraf dunia

karena UMKM tidak memiliki kelima syarat utama tersebut.

Gambar 4.1 Daya Saing dan Faktor-faktor Pendukung Utama

Pemenuhan ke lima syarat tersebut adalah tanggungjawab sepenuhnya dari

pelaku usaha dan bagaimana cara memenuhinya adalah bagian dari strategi yang

harus dilakukan oleh pelaku usaha tersebut. Jadi, strategi yang harus dilakukan oleh

pelaku usaha UMKM untuk meningkatkan daya saingnya terdiri dari dua (2)

komponen atau sub-strategi. Komponen pertama, strategi untuk

memenuhi/pengadaan kelima prasyarat utama tersebut. Pertanyaannya disini

adalah: bagaimana pengadaan pendidikan, modal, teknologi, informasi dan input

secara kontinyu dan efisien? Komponen kedua, strategi untuk menggunakan secara

optimal kelima syarat tersebut menjadi suatu produk yang kompetitif. Pertanyaan

disini adalah, misalnya: bagaimana pekerja yang sudah berpendidikan tinggi bisa

merghasilkan suatu inovasi? Atau, bagaimana informasi yang didapat mengenai

Daya Saing Perusahaan

Pendorong Inti: Pengusaha & Pekerja (SDM)

Syarat Utama

Modal Informasi Pendidikan Teknologi Input Krusial Lainnya

Page 163: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 150

perubahan selera konsumen atau kesepakatan baru WTO mengenai perdagangan

internasional?. Hal tersebut bisa dimanfaatkan sepenuhnya menjadi sumber inovasi

atau membuat perusahaan bersangkutan yang tadinya tidak masuk hitungan dalam

persaingan global menjadi unggul di pasar global setelah perubahan tersebut?.

Khusus untuk komponen kedua, perhatian harus ditujukan pada peningkatan

dua hal, yakni kemampuan produksi dan kemampuan pemasaran. Upaya

peningkatan kemampuan produksi termasuk peningkatan kemampuan teknologi dan

kemampuan disain. Sedangkan upaya peningkatan kemampuan pemasaran

termasuk promosi, distribusi dan pelayanan pasca penjualan. Kedua penekanan ini

sangat penting, dan pada umumnya UMKM di Indonesia kalah bersaing dengan

Usaha Besar karena kurang memperhatikan atau kurang mampu di dalam dua

bidang ini. Sebagian besar UMKM di Indonesia, bukan saja lemah dalam teknologi

tetapi juga lemah atau kurang memberikan perhatian dalam strategi pemasaran.

Padahal, banyak kasus menunjukkan bahwa sebuah produk yang dilihat dari aspek

teknologinya biasa-biasa saja, namun sangat laku hanya karena pemasarannya

yang agresif. Sesama UMKM di dalam sebuah klaster (atau sentra industri) dalam

pemasaran, pengadaan bahan baku, R&D, dan lain sebagainya, dan kerjasama

ekstemal antara klaster dengan pihak-pihak lain di luar klaster seperti perbankan,

lembaga R&D/universitas, BDS (business development services), departemen

pemerintah, Usaha Besar (misalnya lewat subcontracting), Kadin, asosiasi bisnis,

dan lain-lain akan menghasilkan keuntungan yang berlipat karena kerjasama seperti

itu menghasilkan efisiensi yang tinggi dibandingkan UMKM yang beroperasi sendiri-

sendiri.

Dukungan pemerintah juga penting, dan ini masuk dalam strategi perusahaan

pada level eksternal. Namun hal ini tidak boleh menjadi substitusi bagi tanggung

jawab perusahaan, melainkan harus bersifat komplementer (pelengkap). Pemerintah

tidak boleh membuatkan suatu strategi untuk sebuah perusahaan, tetapi sangat baik

jika pemerintah bisa mendukung strategi yang dijalankan oleh perusahaan itu. Sama

juga seperti membangun jaringan kerja, yang merupakan bagian dari strategi

perusahaan pada level eksternal seperti yang telah dibahas sebelumnya. Jaringan

kerja sangat penting, namun strategi inti adalah di dalam perusahaan pada level

internal. Dengan kata lain, jangan sebuah perusahaan yang telah membangun suatu

jaringan kerja yang kuat dengan luar menjadi sangat tergantung pada ide atau

inisiatif atau bantuan dari pihak luar tersebut.

Page 164: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 151

Dukungan pemerintah bisa dalam dua cara, yakni secara tidak langsung dan

intervensi langsung. Secara tidak langsung terkait dengan iklim kebijakan dan

segala macam peraturan yang tidak khusus ditujukan pada UMKM namun sangat

mempengaruhi kegiatan dan kemampuan UMKM meningkatkan daya saingnya.

Kebijakan-kebijakan ekonomi makro yang sangat berpengaruh terhadap iklim

berusaha, yang berarti juga adalah kebijakan moneter (suku bunga, inflasi dan nilai

tukar), termasuk kebijakan perbankan (perkreditan), kebijakan fiskal (khususnya

pengeluaran pemerintah yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi),

kebijakan perdagangan internasional (impor dan ekspor), kebijakan

ketenagakerjaan, kebijakan investasi, dan tentu juga segala macam peraturan

dibawah wewenang pemerintah daerah yang selama ini banyak mengganggu dunia

usaha. Sedangkan intervensi langsung adalah seperti yang telah banyak dilakukan

pemerintah adalah upaya membantu UMKM, mulai dari pemberian skim-skim kredit

khusus hingga berbagai macam pelatihan.

Dalam membangun daya saing berkelanjutan, perdagangan intemasional

dalam konteks WTO maupun dalam konteks kesepakatan-kesepakatan bilateral

mengenai perdagangan Iuar negeri, produk-produk yang terstandarisasi menjadi

suatu keharusan. Standarisasi yang diterapkan dleh negara pengimpor atau badan

perdagangan dunia seperti WTO tidak hanya menyangkut ekonomi namun juga

sosial dan lingkungan Misalnya, dalam Konperensi Tingkat Menteri WTO di

Singapura beberapa tahun yang lalu telah mengarah ke isu-isu seperti tenaga kerja

dan lingkungan (green product). Konsep green entrepreneurship memang selayak

nya untuk diterapkan bagi para wirausahawan, karena berpotensi untuk dapat

memperluas pasar global.

Perkembangan tersebut jelas mempunyai suatu implikasi serius bagi daya

saing yang berkelanjutan dari produk-produk UMKM Indonesia. Seperti halnya

Usaha Besar, UMKM Indonesia tidak ada pilihan lain selain harus mengikuti

persyaratan-persyaratan regional, misalnya dalam konteks ASEAN atau Uni Eropa

(UE) atau global (WTO) yang berlaku untuk memenuhi standarisasi. Sayangnya,

justru memenuhi standar kualitas merupakan suatu masalah serius bagi kebanyakan

UMKM (mungkin juga sebagian Usaha Besar) di Indonesia. Hal-hal utama yang

harus diperhatikan oleh UMKM Indonesia dalam proses produksi adalah

menyangkut empat spek penting berikut ini, yaitu:

Page 165: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 152

a. Pembuangan limbah tidak sembarangan dan mengurangi polusi dalam proses

produksi.

b. Ketenagakerjaan, ini menyangkut terutama keselamatan kerja dan tidak

menggunakan buruh anak-anak (yang paling banyak dijumpai di UMKM di

Indonesia).

c. Tidak menggunakan bahan baku yang sementara terlarang, seperti kayu jati dari

hutan tanpa ijin.

d. Tidak menggunakan bahan-bahan beracun atau yang bisa mempengaruhi

kesehatan, seperti zat-zat pewarna tertentu untuk pakaian dan makanan.

Semua langkah tersebut tidak bisa dilakukan sendirian oleh sebagian besar

UMKM, khususnya Usaha Kecil dan di pedesaan. Kerjasama yang dilakukan antara

UMKM dengan pihak ketiga tidak optimal. Hanya sebagian kecil dari jumlah UMKM

yang ada di Indonesia pernah bekerja sama atau berurusan dengan lembaga terkait,

misalnya BPPT atau LIPI. Untuk lebih efektif dan efisien dalam biaya, maka pola

penyesuaian daya saing UMKM terhadap pemenuhan standarisasi dengan bantuan

pihak ketiga, perlu dilakukan dengan suatu pendekatan clustering.

5.3 Pengembangan Jaringan Usaha, Negosiasi dan Bisnis UMKM

Pembangunan dan pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)

merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Salah satu

karakteristik dari dinamika dan kinerja ekonomi yang baik dengan laju pertumbuhan

yang tinggi di negara-negara Asia Timur dan Tenggara yang dikenal dengan Newly

Industrializing Countires (NICs) seperti Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan

adalah kinerja UMKM mereka yang sangat efisien, produktif dan memiliki daya saing

yang tinggi. UMKM di negara-negara tersebut sangat responsif terhadap kebijakan-

kebijakan pemerintahnya dalam pembangunan sektor swasta dan peningkatan

pertumbuhan ekonomi yang berorientasi ekspor.

Dari hasil kajian dan banyak penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai

UMKM di Indonesia; maka diperoleh beberapa masalah yang dihadapi oleh UMKM.

Permasalahan yang masih merupakan masalah klasik dan umumnya masih terjadi

pada hampir sebagian besar UMKM di Indonesia, antara lain: (1) pemasaran, (2)

modal dan pendanaan, (3) inovasi dan pemanfaatan teknologi informasi, (4)

pemakaian bahan baku, (5) peralatan produksi, (6) penyerapan dan pemberdayaan

tenaga kerja, (7) rencana pengembangan usaha, dan (8) kesiapan menghadapi

Page 166: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 153

tantangan lingkungan ekstemal. Berkaitan dengan berbagai masalah yang

dihadapai. UMKM, maka diperlukan strategi untuk mengatasinya. UMKM di

Indonesia harus mampu secara proaktif dan kreatif untuk mengembangkan dirinya,

disamping dukungan dari seluruh stake-holders. Dukungan tersebut diharapkan

datang dari asosiasi pengusaha, perguruan tinggi, dinas/ instansi terkait di

lingkungan pemerintah kabupaten/kota dan provinsi.

Dengan pengakuan akan peran penting dari UMKM, dibutuhkan sejumlah

upaya yang harus dikembangkan untuk memperkuat kapasitas dan daya saing

UMKM dan pengembangan jaringan usaha, terutama dalam menghadapi era

globalisasi. Di wilayah ASEAN, dalam APEC 2020, yang menyisakan sedikit wakt-u

untuk meliberalisasi investasi dan perdagangan. Tantangan persaingan era

globalisasi masa sekarang dan mendatang haruslah dipandang sebagai kesempatan

bagi UMKM meningkatkan kapasitasnya, dan salah satu solusi yang ditawarkan

adalah melalui pengembangan jaringan. Jaringan usaha dapat menjadi solusi

kepada banyak masalah yang dihadapi oleh UMKM dalam ekonomi yang

bertumbuh.

Definisi dan tujuan jaringan usaha (Networking) merupakan kegiatan sosial

ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku bisnis dalam rangka mengenali,

menciptakan, atau bertindak atas peluang bisnis yang timbul. Ada beberapa

organisasi jaringan bisnis terkemuka yang menciptakan model kegiatan jaringan

yang jika diikuti, memungkinkan pelaku bisnis untuk membangun hubungan bisnis

baru dan menghasilkan peluang bisnis pada waktu yang sama. Jaringan usaha

adalah proses membangun hubungan saling menguntungkan dengan pengusaha

lain dan klien potensial dan/atau pelanggan. Kunci yang tepat untuk membangun

jaringan usaha adalah pembentukan hubungan yang saling menguntungkan. Tujuan

dari membangun jaringan bisnis adalah untuk meningkatkan pendapatan bisnis.

Kelompok-kelompok jaringan bisnis merupakan sehuah wadah dalam pertukaran

informasi ide, dan dukungan. Keterampilan yang paling penting untuk jaringan bisnis

yang efektif adalah mendengarkan; berfokus pada bagaimana anda bisa membantu

orang lain sebagai pendengar yang baik, bukan pada bagaimana dia dapat

membantu anda adalah langkah pertama untuk membangun hubungan yang saling

menguntungkan.

Banyak para pelaku bisnis berpendapat bahwa jaringan usaha adalah metode

yang lebih efektif dan berbiaya rendah dalam pengembangan usaha dibandingkan

Page 167: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 154

dengan menggunakan periklanan atau public relations. Hal ini karena jaringan usaha

adalah kegiatan murah yang melibatkan komitmen lebih pribadi dari masing-masing

perusahaan yang terlibat didalamnya. Jaringan bisnis dapat dilakukan dalam sebuah

komunitas bisnis lokal, atau pada skala yang lebih besar melalui Intemet. Situs

jaringan bisnis telah berkembang selama beberapa tahun terakhir karena

kemampuan Internet untuk menghubungkan orang-orang dari seluruh belahan

dunia. Bagaimana cara mendapatkan peluang pasar yang baru di tengah persaingan

bisnis yang semakin ketat? Pertanyaan ini seringkali menjadi hambatan psikologis

bagi sebagian pelaku bisnis UMKM dalam mengambil keputusan untuk terjun

sepenuhnya mengeluti dunia bisnis. Tetapi bagi mereka yang sadar akan pentingnya

membangun jaringan usaha, hambatan psikologis seperti itu bukan masalah besar.

Pelaku UMKM yang memiliki motivasi kuat dengan cepat akan memilih proses

pembentukan kerjasama yang strategis sehingga dapat bersaing secara lebih efektif

di dalam pasar yang semakin meningkat. UMKM harus membangun jaringan usaha

atau kalau tidak dia akan ketinggalan. Kekuatan dibalik pembentukan jaringan usaha adalah "kekuatan jumlah".

Artinya, sekumpulan usaha UMKM yang saling bekerjasama untuk melakukan

kegiatan bersama-sama dengan berbagai tujuan. Beberapa strategi yang dilakukan

dalam kerjasama ini meliputi pembelian teknologi, keberadaan pelayanan;

pemasaran dan juga investasi bersama dalam penelitian dan pengembangan suatu

produk. UMKM seharusnya lebih mudah dan fieksibel dalam membangun jaringan

bisnisnya karena kekuatan UMKM terletak pada:

1. Hubungan yang dekat antara para pelanggan dan leveransir.

2. Kemampuan untuk bereaksi dengan cepat terhadap perubahan-perubahan di

tempat penjualan.

3. Dorongan berwiraswasta.

4. Pelaksanaan dan proses bisnis yang dilakukan oleh pemilik UMKM.

Jaringan usaha adalah kerjasama dari sedikitnya tiga perusahaan yang bersifat

luwes untuk mewujudkan tata persaingan yang sehat diantara mereka dalam

mendapatkan peluang pasar yang baru. Dengan berpartisipasi dalam sebuah

jaringan, maka UMKM dapat memasuki pasar baru, membentuk produk dan jasa

baru, melakukan penawaran bersama untuk penanganan proyek atau kontrak yang

Page 168: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 155

besar, atau membangun keberadaannya pada pasar asing, dengan biaya masing-

masing UMKM yang lebih sedikit.

Selain itu, UMKM dapat mengkoordinir produk baru maupun produk yang telah

ada di pasar, mendapat akses untuk informasi dan pengetahuan usaha yang sangat

penting, membuat biaya usaha menjadi lebih rendah, memperbaiki teknologi proses

produksi, memperkuat pemasaran, dan distribusi, dan secara bersama-sama

mencari jalan keluar dalam menghadapi pemasalahan. Di Kanada, Amerika Serikat

dan Australia misalnya„ beberapa jaringan usaha berhasil menjadi besar dan

menembus pasar intemasional. Sebagai contoh misalnya Canora Asia Inc.

(Canada). Canora adalah suatu perkongsian perseroan terbatas yang terdiri dari 30

perusahaan kecil menengah di bidang konsultasi lingkungan hidup, teknik dan

leveransir mesin di seluruh Kanada. Tujuannya adalah untuk eksis dan bersaing di

lingkungan pasar Asia Tenggara dengan biaya yang efisien dan dapat

memenangkan kontrak-kontrak yang besar.

Mengapa jaringan usaha dibentuk? Dengan jaringan usaha yang dibentuk

dapat melakukan berbagai macam cara untuk bersaing di pasar yang baru atau

untuk memperkuat keberadaannya di pasar yang telah ada melalui produksi

bersama, jenis produksi yang lengkap, penawaran bersama, pembentukan produk

baru, menanggung biaya bersama, pelatihan serta pemecahan jalan keluar secara

bersama-sama untuk masalah usaha yang umum.

Di Bali, perusahaan-perusahaan kecil di bidang industri garmen telah

membentuk jaringan-jaringan yang berfokus pada perkembangan informasi dan

pengembangan tenaga kerja. Usaha industri kecil di Bali adalah salah satu bentuk

jaringan usaha yang telah mengalami kemajuan dan menghasilkan produk dengan

hasil yang berkualitas tinggi untuk pasar internasional yang berdaya saing. UMKM

yang tergabung dalam suatu jaringan secara bersama-sama, berkelompok dan

berbagai informasi mengenai teknik manajemen mutakhir, data pasar, dan teknologi

produksi yang baru.

a. Jenis Kerjasama Jaringan Usaha (Business Network)

1) Kemitraan. Kemitraan (partnership) umumnya digunakan untuk menunjukkan

suatu kesepakatan hubungan antara dua atau lebih pihak untuk mencapai

tujuan bersama tertentu dalam sehuah bisnis. Kesepakatan yang terjadi bisa

mengikat secara hukum atau juga bersifat longgar. Para pihak yang terlibat

dalam kemitraan bisa merupakan pengembang/penyedia produk dan jasa

Page 169: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 156

atau penyedia dan pengguna produk dan jasa. Hubungan kemitraan antara

dua pihak atau lebih dapat berupa hubungan dalam tingkatan yang dinilai

lebih longgar seperti koordinasi atas produk dan jasa hingga tingkatan yang

lebih mengikat, seperti kerjasama dan kolaborasi. Kemitraan adalah suatu

sikap menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan jangka panjang,

suatu kerjasama beriingkat tinggi, saling percaya, dimana pemasok dan

pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama.

Sehingga dalam pengembangan hubungan kemitraan ini menghasilkan

beberapa pola-pola kemitraan menurut UU No. 20 tahun 2008, yaitu sebagai

berikut:

a) Inti-Plasma, adalah merupakan hubungan kemitraan antara UMKM dan

Usaha Besar sebagai inti membina dan mengembangkan UMKM yang

menjadi plasmanya dalam menyediakan lahan, penyediaan sarana

produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi,

perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi

peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Usaha Besar mempunyai

tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) untuk membina dan

mengembangkan UMKM sebagai mitra usaha untuk jangka panjang.

Contoh diterapkannya tambak inti rakyat dan perkebunan rakyat.

b) Sub-kontrak, yaitu pola kemitraan antara usaha kecil dengan usaha

menengah ataupun usaha besar, dimana usaha kecil yang memproduksi

komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari hasil

produksinya. Pola ini ditandai dengan adanya kesepakatan tentang

kontrak bersama yang menyangkut volume, harga, mutu dan waktu. Pola

ini sangat bermanfaat dalam transfer alih teknologi, modal, keterampilan,

dan produktifitas.

c) Dagang umum, adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan

usaha menengah atau usaha besar; dimana usaha menengah atau usaha

besar memasarkan basil produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok

kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar

mitranya. Dalam kegiatan perdagangan pada umumnya, kemitraan antara

usaha besar atau usaha menengah dengan usaha kecil dapat

berlangsung dalam bentuk kerjasama pemasaran produk, penyediaan

lokasi usaha, atau penerimaan pasokan dari usaha kecil mitra usahanya

Page 170: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 157

untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh usaha besar atau usaha

menengah. Contohnya: kegiatan bisnis hortikultura, dimana kelompok tarsi

hortikultura bergabung dengan koperasi kemudian bermitra dengan

swalayan atau kelompok supermarket. Petani memiliki kewajiban untuk

memasok barang-barang sesuai dengan persyaratan dan kualitas produk

yang telah disepakati bersama.

d) Waralaba, adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk

memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau

penemuan atau ciri khas usaha yang diiniliki pihak lain dengan suatu

imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut,

dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa.

Hubungan kemitraan yang di dalamnya pemberi waralaba memberikan

hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi

perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan

bimbingan manajemen. Pemberi Waralaba adalah badan usaha atau

perorangan yang memberikan hak kepada pihak lam untuk memanfaatkan

dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan

atau ciri khas usaha yang dimilikmya. Penerima Waralaba adalah badan

usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau

menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri

khas yang dimiliki Pemberi Waralaba.

e) Keagenan, adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha kecil

diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha menengah

atau usaha besar mitranya.

f) Pola kemitraan kerjasama operasional, adalah pola hubungan bisnis yang

dijalankan oleh kelompok mitra dengan perusahaan mitra. Kelompok mitra

adalah kelompok yang menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja.

Sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen dan

pengadaaan sarana produksi lainnya. Perusahaan mitra juga sebagai

penjamin pasar dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui

pengolahan dan pengemasan. Pola ini sering diterapkan pada usaha

perkebunan tebu, tembakau, sayuran dan pertambakan. Dalam pola ini

telah diatur tentang kesepakatan pembagian hasil dan resiko

Page 171: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 158

g) Bapak angkat - Anak angkat, merupakan hubungan antara pengusaha

besar yang bersedia membantu perkembangan pengusaha kecil.

Dibutuhkan kesadaran tinggi bagi bapak angkat untuk membantu anak

angkatnya. Salah satu contohnya adalah BUMN yang memperoleh profit

besar memberikan modal tanpa bunga kepada peternak di daerah miskin.

h) Franchise, merupakan hubungan antara pemilik nama franchise

(franchisor) dengan pembeli franchise (franchisee) yang menjual beserta

atributnya seperti peralatan, proses produksi, resep campuran proses

produksinya, pengendalian mutu, pengawasan mutu bahan baku, maupun

barang jadinya serta bentuk pelayanannya.

i) Vendor, adalah kerjasama dimana produk yang dihasilkan oleh mitra

kerjanya yang akan digunakan oleh bapak angkat, tetapi produk tersebut

tidak menjadi bagian produk yang dihasilkan oleh bapak angkat. Contoh:

PT Kratakau Steel yang core business-nya menghasilkan baja mempunyai

anak angkat perusahaan kecil penghasil emping melinjo. Vendor juga

dapat diartikan sebagai kegiatan bisnis di mana BUMN/BUMS membeli

barang setengah jadi atau barang jadi dari mitra usaha tidak berdasarkan

kontrak tertulis, tetapi atas pesanan melalui perantara. Barang yang dibeli

tidak memenuhi spesifikasi teknis yang spesifik, akan tetapi perusahaan

besar melakukan grading dan membayar sesuai dengan mutu produk

yang diserahkan.

2) Koordinasi dan Kerjasama

Koordinasi merupakan suatu pengaturan/penataan beragam elemen ke

dalam suatu pengoperasian yang terpadu dan garmonis. Motivasi utama dari

koordinasi biasanya adalah menghindari kesenjangan dan tumpang-tindih

yang berkaitan dengan tugas atau kerja pihak terkait. Para pihak UMKM

terkait biasanya berkoordinasi dengan harapan memperoleh hasil secara

efisien. Koordinasi dilakukan umumnya dengan melakukan harmonisasi

tugas, peran, dan jadwal dalam lingkungan dan sistem yang sederhana.

Sementara itu, kerjasama mengacu kepada praktek antara dua pihak

atau lebih UMKM untuk mencapai tujuan bersama (mungkin juga termasuk

cara/metodenya), kebalikan dari bekerja sendiri-sendiri dan berkompetisi.

Motivasi utama dari kerjasama biasanya adalah memperoleh kemanfaatan

bersama (harus yang saling menguntungkan) melalui pembagian tugas yang

Page 172: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 159

telah disepakati. Seperti halnya dengan koordinasi, selain memperoleh hasii

seefisien mungkin, para pihak UMKM terkaIt biasanya bekerjasama dengan

harapan menghemat biaya dan waktu. Kerjasama umumnya dilakukan untuk

memecahkan persoalan dalam lingkungan dan sistem yang kompleks.

3) Kolaborasi

Istilah kolaborasi biasanya digunakan untuk menjelaskan praktik dua pihak

atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dan melibatkan proses kerja

masing-masing maupun kerja bersama dalam mencapai tujuan bersama

tersebut. Motivasi utamanya biasanya adalah memperoleh hasil-hasil kolektif

yang tidak mungkin dicapai jika masing-masing pihak bekerja sendiri-sendiri.

Selain seperti dalam kerjasama, para pihak berkolaborasi biasanya dengan

harapan mendapatkan hasil-hasil yang inovatif, terobosan, dan, atau

istimewa/luar biasa, serta prestasi kolektif yang memuaskan. Kolaborasi

biasanya dilakukan agar memungkinkan muncul/berkembangnya saling

pengertian dan realisasi visi bersama dalam lingkungan dan sistem yang

kompleks.

4) Kemitraan Strategis atau Aliansi Strategis

Kemitraan/aliansi strategis pada dasamya merupakan kemitraan

(atau sering juga disebut kolaborasi sinergis) antara dua atau

multi pihak dalam bidang-bidang spesifik yang dinilai strategis

dalam bisnis. Definisi yang sangat umum ini tentu tidak/belum

memberikan pengertian yang sangat bermakna tentang kemitraan/

aliansi strategis dan perbedaannya dengan bentuk kemitraan

Kemitraan/aliansi strategis (untuk bisnis dengan bisnis,

atau B2B) pada dasarnya merupakan suatu kemitraan yang

melibatkan kombinasi beragam upaya bersama dengan mitra aliansi. bisnis.

Ini bisa berupa upaya misalnya untuk memperoleh harga yang lebih baik

dengan cara pembelian bersama, hingga upaya mencari bisnis untuk

menghasilkan produk bersama. Ide utamanya adalah meminimumkan resiko

sekaligus memaksimumkan leverage perusahaan. Tetapi berbeda dengan

kemitraan lain seperti merger dan akuisisi yang berdampak pada perubahan

struktural dan bersifat permanen pada perusahaan yang melakukannya,

maka kemitraan/aliansi strategis sebenamya merupakan cara outsorcing,

memperoleh layanan fungsional yang diperlukan oleh perusahaan dari

Page 173: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 160

sumber luar. Jadi suatu kemitraan/aliansi dalam hal ini adalah kolaborasi

bisnis dengan bisnis yang ada kalanya ini juga disebut jaringan bisnis

(business network).

b. Strategi Jaringan Usaha Dan Bisnis

Dalam menghadapi persaingan di Zaman Era Globalisasi saat, dituntut untuk

melakukan restrukturisasi dan reorganisasi dengan tujuan untuk memenuhi

permintaan konsumen yang makin spesitik, berubah dengan cepat, produk

berkualitas tinggi, dan harga yang murah. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan UMKM adalah melalui hubungan kerjasama dengan Usaha Besar.

Supply chain pada dasarnya merupakan jaringan perusahaan-perusahaan

yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan

suatu produk ke tangan pemakai akhir. Pentingnya persahabatan, kesetiaan,

dan rasa saling percaya antara industri yang satu dengan lainnya untuk

menciptakan ruang pasar tanpa pesaing, yang kemudian memunculkan

konsep blue ocean strategy.

Dengan semakin terbukanya pasar ekonomi global maka

pengembangan jaringan usaha, pemasaran dan kemitraan usaha menjadi

satu strategi yang perlu terus diperluas dengan berbagai macam pola

jaringan, dalam bentuk jaringan sub-kontrak maupun pengembangan kluster.

Dengan metode jaringan usaha melalui subkontrak dapat dijadikan sebagai

altematif bagi eksistensi UMKM di Indonesia. Sedangkan pola

pengembangan jaringan melalui pendekatan kluster, diharapkan

menghasilkan produk oleh produsen yang berada di dalam kluster bisnis

sehingga mempunyai peluang untuk menjadi produk yang mempunyai

keunggulan kompetitif dan dapat bersaing di pasar global. Daya saing yang

tinggi hanya ada jika ada keterkaitan antara yang besar dengan yang

menengah dan kecil. Sebab hanya dengan keterkaitan produksi yang adil,

efisiensi akan terbangun. Oleh sebab itu, melalui kemitraan dalam bidang

permodalan, kemitraan dalam proses produksi, kemitraan dalam distribusi,

masing-masing pihak akan diberdayakan.

Kerjasama dalam kegiatan usaha bukanlah konsep yang baru di

Indonesia. Sebagai contoh, koperasi yang terdiri dari usaha-usaha yang lebih

kecil bekerjasama agar dapat bersaing dan mendapatkan sukses. Banyak

juga perusahaan-perusahaan kecil bekerjasama dengan perusahaan-

Page 174: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 161

perusahaan besar dalam bentuk hubungan kerja dalam suatu kontrak. Ada

tiga dasar pembentukan jaringan usaha, yaitu:

1) Jaringan Produksi. Jaringan usaha ini biasanya terdiri dari 3 - 10

perusahaan kecil yang menghasilkan berbagai jenis produk dan kegiatan,

pemasaran, dan bekerjasama menembus pasar baru. Di Indonesia,

jumlah peserta. dalam sebuah jaringan usaha cenderung sangat banyak.

Jaringan tersebut menitikberatkan kegiatannya untuk mencari peluang

pasar yang berdasar pada produk tertentu.

2) Jaringan Pemasaran. Tarif baru ini biasanya terdiri dari sekelompok

perusahaan kecil pada sektor industri yang serupa. Mereka bekerjasama

untuk membentuk suatu usaha yang penting artinya dalam memenangkan

persaingan pada dasar yang baru tersebut. Perusahaan dalam persaingan

ini biasanya perusahaan yang saling melengkapi barang-barang hasil

produksinya dan tetap saling bersaing.

3) Jaringan Pelayanan. Dalam jaringan ini, kelompok perusahaan kecil yang

akan bergabung dalam pembiayaan untuk jasa-jasa tertentu, seperti

pelatihan, informasi, informasi tentang teknologi, manajemen konsultasi,

atau jasa konsultasi tenaga ahli.

Ada beberapa bentuk kerjasama yang dapat dilaksanakan perusahaan

untuk jaringan pekerjaan, yaitu kerjasama pembelian, kerjasama peningkatan

tenaga kerja, pengembangan produk dan kerjasama produk, kerjasama

penjualan dan pemasaran. Bentuk nyata dari kerjasama di dalam lingkup

sebuah jaringan usaha akan bervariasi, tergantung dari jenis usaha yang

dilakukan dan tujuan mereka bersama. Walau demikian, bentuk-bentuk

manapun yang dipilih oleh sebuah jaringan usaha, harus fleksibel sehingga

dapat secara cepat dan efektif mendapatkan kesempatan usaha baru.

Komitmen kemitraan sampai saat ini dirasakan bagaikan angin segar bagi

kebanyakan UMKM.

c. Pengembangan Jaringan Usaha UMKM yang Efektif

Membangun jaringan bisnis adalah hal yang sangat menyenangkan. Jaringan

Bisnis terjadi ketika sekelompok orang-orang yang berpikiran bisnis dan

memiliki tujuan sama berkumpul dan saling membantu. Jika wirausaha

memeriksa pasti akan menemukan sebuah kelompok jaringan di wilayah

usaha saat ini. Kelompok jaringan bisnis dapat bertemu sesering yang

Page 175: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP

! 162

mereka inginkan, dan nyaman untuk para anggotanya. Sangat disayangkan,

terkadang kebanyakan orang mulai dengan sebuah kelompok jaringan usaha

hanya dengan tujuan mencari keuntungan yang cepat, yaitu untuk hasil yang

menguntungkan diri mereka sendiri.

Jaringan perusahaan besar VS jaringan usaha UMKM. Jaringan

perusahaan besar menyebar lebih lebar dari usaha kecil, tetapi perbedaan

antara kedua jenis adalah bahwa untuk menjadi bagian dari jaringan

perusahaan besar, maka anda harus mencapai tingkat keberhasilan yang

sudah ditetapkan terlebih dahulu. Misalnya terbang ke Cina menemukan

pabrik yang memproduksi produk favorit anda, pergi ke pemilik pabrik dengan

menawarkan untuk membeli dalam jumlah besar produk, dan mereka akan

memberikan penawaran, ketika mereka tidak mengambil penawaran itu dan

dibandingkan dengan harga eceran saat ini, jika tidak lebih rendah dari pasar

ritel, maka pabrik ini merupakan bagian dari jaringan bisnis, berarti mereka

memberikan harga khusus hanya untuk anggota jaringan. Hal ini membuat

nilai produk yang sebenamya tersembunyi dari konsumen dan hanya tersedia

bagi perusahaan besar yang mereka hadapi.

Jaringan bisnis Online. Bisnis saat ini semakin menggunakan jaringan

bisnis sosial sebagai sarana menumbuhkan lingkaran kontak bisnis mereka

dan mempromosikan diri mereka sendiri secara online. Secara umum alat

jaringan memungkinkan para profesional untuk membangun lingkaran mereka

dari mitra bisnis mereka yang saling mempercayai. Dengan alat jaringan

menghubungkan para mitra bisnis memungkinkan individu untuk mencari

orang-orang tertentu dalam jaringan mereka. Melalui alat perkenalan, anggota

dalam bisnis ini kemudian bisa mendapatkan kontak dengan calon mitra

usaha baru. Karena bisnis berkembang secara global, jaringan sosial mem-

buat lebih mudah untuk tetap berhubungan dengan kontak lain di seluruh

dunia. Khusus lintas batas e-commerce platform dan jaringan usaha

kemitraan sekarang membuat globaiisasi diakses juga untuk perusahaan kecil

dan menengah.

Page 176: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 163

BAB VI

PELATIHAN PEMBUATAN KESET

DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

6.1 Pendahuluan

Saat Indonesia dilanda krisis ekonomi pada tahun 1998, ribuan karyawan

dan pegawai mengalami pemutusan hubungan kerja. Sehingga banyak

pekerja yang belum bisa mendapat pekerjaan yang layak dalam arti untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari hari. Dengan naiknya harga

bahan pokok untuk keluarga serta harga BBM semakin memberatkan kondisi

perekonomian rakyat. Korban utama adalah para bapak rumah tangga/suami

yang harus menghidupi keluarganya. Dengan menurunnya penghasilan

keluarga yang biasanya diperoleh, maka para ibu rumah tangga/istri mau

tidak mau menyingsingkan lengan baju untuk menunjang perekonomian

keluarga dengan bekerja atau menjadi wirausaha. Pada dasarnya wanita

memiliki potensi yang unggul untuk menjadi wirausaha yang mampu

produktif dan bisa menambah penghasilan keluarga. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Savitri laili dan Nawasiah nana (DIPA, 2010) ada 10 variabel

karakteristik unggul dalam berwirausaha yaitu : kesempatan, kegigihan,

tanggung jawab pada tugas, kualitas kerja, menanggung resiko, penetapan

tujuan, mencari informasi, rencana sistematis, kerjasama dan persuasi,

percaya diri. Hal ini ditunjang lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh

Djamil.A, N.Savitri Laili, Retno Bayu (HIBAH PF, DIKTI,2013) yang

menemukan adanya karakteristik unggul pada wanita suku Betawi dan suku

Minangkabau. Pada wanita suku Betawi ditemukan ada 6 karakteristik unggul

yaitu: kinestetik, naturalis, intrapersonal, linguistik dan musical dan pada

wanita suku Minangkabau adalah linguistik, musical, naturalis, intrapersonal,

dan interpersonal.

Hasil penelitian tersebut yang mendorong tim untuk menciptakan

kelompok usaha wanita yang produktif. Munculnya minat ini bermula dari

Page 177: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 164

relasi mitra usahawan muda yang juga alumni FEB-UP yang bergerak dalam

bidang pembuatan sajadah empuk, dan juga memiliki mitra para ibu rumah

tangga berlokasi di Jagakarsa Lenteng Agung Jakarta Selatan. Selama ini,

ibu rumah tangga ini memiliki keinginan yang besar untuk membantu

perekonomian keluarga, namun belum ada yang memberikan peluang untuk

mereka membangun kegiatan produktif. Padahal rata rata keluarga mereka

hidup dari hasil penjualan, pedagang kecil, karyawan level bawah dan buruh

bangunan yang dilakukan suami mereka. Tentu saja dengan semakin

mahalnya biaya hidup membuat mereka kewalahan menutupi kebutuhan

hidup sehari hari. Di lain pihak mitra usahawan kami yaitu Sdr.Wahid seorang

wirausahawan muda yang merupakan alumni dari FEB-UP dan sudah

merintis usaha sejak tahun 2009 berlokasi di Depok dan kini sudah memiliki

omset rata-rata 150 produk per minggu, dari hasil produk tersebut ternyata

Wahid menyisakan limbah kain sebanyak 2 sampai 5 karung ukuran 100 kg

per minggu dan hingga saat ini limbah tersebut belum dimanfaatkan, karena

belum ada tenaga kerja yang mengolah limbah tersebut .

Maka tercetuslah ide untuk memberdayakan ibu rumah tangga untuk

mengolah limbah kain ini menjadi produk yang bermanfaat. Sehingga melalui

kegiatan pembentukan kelompok usaha ini diharapkan bisa menjadi jembatan

antara 2 mitra yaitu mitra usahawan muda dengan mitra binaan kelompok ibu

rumah tangga untuk bersama-sama bersimbiosis mengembangkan usaha

pembuatan keset kain dari limbah kain yang ada. Di sini peranan wahid

adalah sebagai pelatih sekaligus yang membantu menerima hasil produk ibu

rumah tangga untuk dipasarkan. Peranan kelompok ibu-ibu menjadi mitra

binaan untuk menjadi pengrajin sekaligus pemasok produk keset kain Wahid.

Peran kami sebagai dosen adalah sebagai mediator kedua kelompok mitra

kami dan sekaligus pembina serta fasilitator untuk mengembangkan

kelompok wirausahawan wanita. Dengan demikian dapat membantu usaha

home industry pembuatan keset dari bahan sisa. Disamping itu kami juga

memberikan pelatihan membangun karakteritik wirausaha wanita unggul.

Dengan simbiosis ini diharapkan dapat membangun kelompok masayarakat

yang tidak produktif menjadi masyarakat produktif. Harapan kami untuk masa

selanjutnya kelompok mitra binaan ini bisa menjadi sebuah kepompok

Page 178: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 165

pengrajin yang berbasis kekuatan potensi masyarakat, khususnya

wirausahawan wanita.

Masyarakat pada umumnya memiliki sudut pandang yang monoton

khususnya ibu-ibu dalam menyikapi perkembangan jaman, dimana

masyarakat kurang memiliki rasa ingin tahu sehingga sulit untuk menuju

kearah terjadinya sebuah penyelarasan dalam mengikuti perkembangan.

Untuk itu salah fungsi universitas dalam hal ini melalui dosen memiliki

kewajiban bukan cuma mendidik mahasiswa, dan melakukan penelitian,

namun para dosen juga di tuntut untuk melakukan pengabdian masyarakat,

guna menstimulus masyarakat dan membekali ilmu berupa soft skill untuk

melakukan perubahan paradigma atau pola pandang masyarakat untuk dapat

maju sesuai dengan perkembanan zaman. Para dosen yang melakukan

pengabdian masyarakat harus mampu menginformasikan, menjelaskan, dan

mengedukasi masyarakat binaan tentang betapa pentingnya Pendidikan

dalam hal ini pelatihan, agar masyarakat dapat memahami dan membaca

potensi sekitr, sehingga pola pandang masyarakat dapat menangkap peluang

dari sesuatu yang tidak berguna menjadi lebih bermanfaat.

6.2 PERMASALAHAN MITRA

Rumusan masalah yang harus diselesaikan adalah bagaimana mengenalkan,

memberi contoh dan melatih pembuatan keset berbahan dasar kain sisa

konveksi kepada masyarakat binaan. Sehingga tujuan dari program

pengabdian masyarakat ini meningkatkan pola pikir masyarakat, agar

masyarakat menjadi kreatif dan termotivasi, dan kedepanya masyarakat

dapat terus berinovasi, dan membantu memajukan perekonomian dengan

berwirausaha kerajinan keset berbahan dasar limbah konveksi, Sehingga

kehidupannya lebih maju dan berkembang.

Metode pelaksanaan pada program pengabdian masyarakat ini yaitu

dengan metode transfer ilmu dari team dosen dan pelatih kepada masyarakat

yang dilatih. Lokasi pengabdian masyarakat ini berada di kampung langgaran

desa Sukacai, serang, banten Jawa Barat dan Kampung Srengseng sawah,

lenteng agung Jakarta selatan. Sasaran ditujukan kepada ibu-ibu rumah

tangga. Sebelum membuat produk kami memberikan motivasi dan sosialisasi

terlebih dahulu kepada masyarakat agar dapat termotivasi dan meningkatnya

Page 179: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 166

pola pandang masyarakat. Setelah itu kami menjelaskan sekaligus

mengajarkan metode-metode pembuatan kerajinan keset tersebut.

Pada kegiatan Pengabdian Masyarakat, permasalahan yang berhubungan

dengan mitra kami adalah:

1. Pada mitra usahawan muda Wahid adalah :

a. Masalah banyaknya sisa limbah kain yang belum diolah ( rata rata 2

sampai 5 karung besar ukuran 100 kg sisa kain ) padahal

menurutnya seharusnya limbah kain ini masih bisa dijadikan barang

produktif yang menghasilkan keuntungan.

b. Untuk mengolah sendiri sisa limbah ini wahid belum memiliki mitra

dan juga membutuhkan biaya yang digunakan untuk modal mengolah

bahan kain menjadi barang jadi . Sedangkan dana yang ada masih

diutamakan untuk biaya produksi dan pemasaran sajadah empuk

sebagai produk utama Wahid.

c. Belum adanya pihak yang mau bekerjasama untuk mengolah limbah

kain tersebut untuk menjadi barang produksi yang bisa dipasarkan.

2. Pada mitra ibu rumah tangga di Jagakarsa Lenteng Agung Jakarta

Selatan, adalah :

a. Kurangnya tingkat pendidikan ibu-ibu yang rata-rata hanya

berpendidikan SD dan SMP sehingga mereka bingung untuk

menciptakan usaha yang akan dikerjakan.

b. Kurang kemampuan modal untuk menjalankan usaha sedangkan

ekonomi keluarga hanya cukup bahkan kurang untuk memenuhi

kebutuhan pokok keluarga. Meraka juga belum bisa membuat usaha

yang produktif yang dapat membantu ekonomi keluarga, padahal

mereka punya tenaga, keinginan kuat untuk membuat sesuatu.

c. Kurangnya pengetahuan akan wirausaha beserta cara untuk memulai

suatu usaha, sehingga mereka kurang percaya diri untuk memulai

usaha, dan di lingkungan mereka belum ada penggerak yang

berinisiatif untuk membimbing kelompok ibu rumah tangga ini.

d. Belum adanya pihak yang membantu mereka untuk memulai suatu

usaha yang produktif dan bisa dikerjakan di rumah.

Page 180: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 167

Melihat permasalahan ini maka kami sudah beberapa kali bertemu dengan

pihak wahid maupun pihak ibu-ibu rumah tangga di wilayah ini dan

menyepakati hal-hal sebagai berikut :

1. Sepakat untuk bermitra untuk membuat keset dari limbah kain hasil

produksi Wahid

2. Wahid bersedia menyediakan pasokan bahan limbah kain

3. Wahid bersedia memberikan pelatihan ibu-ibu yang ditunjuk sebagai

kordinator kelompok (Jumlah 3-5 Orang) untuk membuat keset kain

hingga menjadi produk yang memiliki nilai jual yang memadai untuk

dipasarkan

4. Wahid bersedia menampung hasil produksi dari ibu-ibu untuk dipasarkan

5. Keuntungan dari hasil produksi akan dibagi sesuai dengan kesepakatan

6. Apabila ibu-ibu RT ingin memasarkan produk tersebut, maka bisa

dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama.

7. Ibu-ibu RT ini akan membentuk kelompok usaha yang dibimbing dan

dilatih oleh Dosen FEB UP dan Wahid.

8. Ibu-ibu RT ini bersedia mengikuti aturan produksi sesuai kesepakatan

bersama.

9. Kualitas Produksi ditentukan oleh Wahid

10. Pihak Dosen FEB UP menjadi mediator, membimbing dan memfasilitasi

pelatihan, yang akan diadakan, sekaligus membantu Wahid dan

kelompok usaha ibu-ibu RT Jagakarsa mulai pada waktu awal produksi

hingga ibu-ibu RT ini mampu secara mandiri bersama Wahid

menjalankan usaha keset kain ini.

11. Pihak Dosen FEB UP akan menyediakan tenaga untuk melatih

wirausaha, Wahid menyediakan tenaga untuk menjadi pelatih &

pengawas produksi keset kain.

12. Pihak Dosen FEB UP akan membantu penyediaan peralatan untuk

membuat keset kain yang dibutuhkan dan meminjam aula masjid At

Taqwa setempat untuk tempat produki selama awal masa produksi. Untuk

pelatihan rencana akan dilakukan di Mushola tempat pengajian ibu-ibu.

Selanjutnya pengerjaan dilakukan di rumah masing masing dan hasilnya

dikumpulkan di rumah ketua kelompok yang ditunjuk, sebelum diambil

oleh Wahid.

Page 181: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 168

Dengan kesepakatan ini diharapkan bisa menjembatani antara pihak

usahawan muda Wahid dan kelompok ibu-ibu RT Jagakarsa untuk

bersama sama membangun usaha yang produktif dengan memanfaatkan

limbah kain sisa pembuatan sajadah empuk Wahid.

6.3 METODE PELAKSANAAN

Kerangka Pemecahan Masalah Permasalahan khusus adalah adanya keinginan ibu ibu rumah tangga yang

ingin membantu kesejahteraan keluarga namun tidak mengetahui langkah

apa yang harus mereka lakukan, hal ini dikarenakan ketidak pahaman

tentang usaha keluarga, tidak memiliki ketrampilan yang dapat mereka

lakukan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pancasila melalui penerapan dharma ke tiga dalam Tri Dharma

Perguruan Tinggi, yaitu kegiatan pengabdian pada masyarakat dapat

memberikan kontribusi untuk memecahkan persoalan tersebut. Realisasi

pemecahan masalah terhadap kerangka masalah dilakukan melalui

peningkatan ketrampilan dan pelatihan pembuatan keset kain yang langsung

siap jual dan mampu menumbuhkan jiwa wirausaha. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan direncanakan berlangsung selama 6 bulan yang

dibagi atas 5 tahapan utama yaitu :

1. Persiapan dan perencanaan (1 bulan). Pada tahap persiapan kami

melakukan pendekatan personal kepada mitra (Wahid Syafruddin)

sekaligus menjajaki berbagai kemungkinan yang ada, baik peluang,

kendala, tantangan yang akan dihadapi seiring dengan berjalannya

program ini. Kami juga membuat perjanjian kerjasama dan kesepakatan.

Termasuk diantara penyiapan dokumen yang dibutuhkan, pembuatan

proposal kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan koordinasi dengan

mitra Selain itu kami menghubungi tokoh masyarakat setempat, dan

pengurus masjid At Taqwa Univ. Pancasila untuk ijin kegiatan serta

kepala sekolah TK At Taqwa dan ketua pengurus orang tua siswa/i TK At

Taqwa untuk membahas rencana program ini.

2. Pelatihan. Pelatihan (TOT) bagi ibu ibu rumah tangga dilakukan selama 2

kali. Pada tahap awal dilakukan dengan metode ceramah untuk

Page 182: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 169

menyampaikan materi tentang Menumbuhkan minat dan membangun

karakter wirausaha unggul oleh Laili Savitri Noor, SE,MM dan Strategi

Pemasaran oleh Dr. Sri Widyastuti, SE, MM, M.Si dan Peran istri dan ibu

dalam keluarga oleh Dra. Bayu Retno, MM. Tahap ke dua dilakukan

pelatihan pembuatan keset kain.

3. Produksi dan pemasaran (1 bulan). Selanjutnya akan dilakukan produksi

dan sebagai tahap awal produksi dimulai sehari setelah selesai pelatihan

yang hasilnya akan dipantau langsung oleh wahid. Kordinator kelompok

akan menggerakkan anggota (ibu ibu) untuk dilatih sekaligus langsung

membuat keset kain tersebut (On the job training ).

4. Monitoring dan Evaluasi kegiatan produksi dan pemasaran (2 kali)

Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan seiring dilakukannya kegiatan

produksi keset.

5. Pembentukan kelompok usaha hingga kelompok tersebut dapat mandiri

(1 bulan), kelompok usaha ini akan menjadi inkubator binaan bagi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila.

Materi pelatihan yang akan disampaikan adalah sebagai berikut :

Tabel 6.1 Materi Pelatihan

No Materi Waktu Penyaji 1 Pembuatan keset kain 6,5 jam Wahid Syafruddin, SE 2 Menumbuhkan minat dan

membangun karakter wirausaha unggul.

1,5 jam Laili Savitri Noor, SE., MM

2 Strategi pemasaran 1,5 jam Dr. Sri Widyastuti SE., MM., MSi 3 Peranan istri dan ibu bagi

keluarga 1,5 jam Dra. Bayu Retno, MM,Psi

Total 11 Jam

Sasaran. Sasaran strategis kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah ibu

ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di sekitar kampus Universitas

Pancasila.

Page 183: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 170

Evaluasi dan Kriteria Keberhasilan. Tingkat keberhasilan kegiatan ini

dilakukan melalui proses pengamatan langsung dan berdasarkan penilaian

kinerja dan hasil produk dari peserta dalam proses persiapan, pelaksanaan

dan evaluasi dalam pembuatan keset kain Adapun model penilaian sebagai berikut :

Tabel 6.2 Check List Proses Pembuatan Keset Kain

No Ketrampilan yang diamati Skala Nilai

4 3 2 1 1 Persiapan (Pemilihan bahan, pengukuran, penyiapan alat) 2 Penggunaan peralatan yang benar

3 Ketepatan langkah-langkah membuat kreasi produk keset kain

4 Kesesuaian hasil akhir yang dipresentasikan menurut kriteria yang diharapkan

5 Menata peralatan setelah selesai kegiatan 6 Kreativitas produk keset kain 7 Kerapian produk keset kain 8 Kombinasi warna produk keset kain 4=sangat baik, 3=baik, 2=cukup, 1=kurang

Selanjutnya hasil akhir penilaian kinerja darat-rata dan dikonversi

menggunakan pedoman konversi sebagai berikut:

Tabel 6.3 Pedoman Hasil Evaluasi

No Rentangan Nilai Katagori 1 85 – 100 4 Sangat baik 2 70 – 84 3 Baik 3 55 – 69 2 Cukup 4 < 54 1 Kurang

Kinerja Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Pancasila Dalam menjalankan Tri Dharma Pendidikan, Universitas Pancasila berupaya

untuk dapat memberikan bagian yang sesuai antara proses pendidikan

akademik, pelaksanaan penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Untuk

pelaksanaan penelitian dan pengabdian pada masyarakat maka Universitas

Pancasila memiliki LP (Lembaga Penelitian) dan LPM (Lembaga Pengabdian

Kepada Masyarakat) yang merupakan sarana untuk mengimplemantasikan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat meliputi bidang Farmasi,

Teknik, Ekonomi, Hukum, Psykologi, Komunikasi dan Pariwisata.

Page 184: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 171

Visi LPPM UP adalah mewujudkan LPPM-UP sebagai wadah pemberdayaan

masyarakat, yang diakui secara nasional dengan Misi yaitu menjadikan

masyarakat Indonesia lebih berkualitas berkembang dan sejahtera serta

memberikan manfaat bagi civitas akademika. Ruang lingkup kegiatan

meliputi:

1. Pembinaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

a. Penyuluhan/Sosialisasi

b. Bantuan pembuatan proposal dan rekomondasi pinjaman

c. Pelatihan (manajemen, becoming success entrepreneur, dll)

d. Monitoring

e. Pemetaan

2. Pengembangan SDM (sumber daya manusia) dan POSDAYA (Pos

Pemberdayaan Keluarga)

a. Peningkatan kualitas kepala sekolah, guru dan bidan

b. Dukungan untuk siswa smu yang tidak melanjutkan ke perguruan

tinggi

c. Peningkatan wawasan sosial mahasiswa

d. Pengembangan posyandu (posdaya)

Kerjasama yang dilakukan LPPM-UP antara lain dengan Pemerintah (DKI

Jakarta, Tangerang, Kab. Serang, Depok, Bekasi, Kab. Tulunggagung, Jawa

Timur, Kab. Serang – Banten, Kab. Bogor –Jabar), BUMN (PT. Sukofindo,

PT. Jamsostek, PT. Jasa Raharja, PT. Pembangunan Perumahan, PT.

Bhandra Graha Raksa, PT. Bank Mandiri, PT. Adhi Karya, PT. BRI, PT. Jasa

Marga, PT. Perum IbM Kecamatan Jagakarsa – T.Mesin Universitas

Pancasila 13 Pegadaian, PT. Telkom, PT. Antam, PT. Jasindo, PT. BTN,

PT.Bank DKI), Swasta (Yayasan Dharma Budi Astra, Yayasan Damandiri,

Yayasan Indra) dan Masyarakat.

Kinerja Lembaga Pengabdian Masyarakat Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila dalam menunjang

kegiatan wirausaha mahasiswa mewajibkan dalam kurikulumnya mata kuliah

manajemen kewirausahaan bagi mahasiswa semester 2 (dua) dan

matakuliah manajemen kewirausahaan & praktek bisnis bagi mahasiswa

semester 6 (enam). Dan pada akhir semester, diselenggarakan kegiatan

Page 185: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 172

“Market Day” yang merupakan sarana mahasiswa untuk memulai bisnisnya

dengan melakukan promosi dan perdagangan di kampus

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila juga mempunyai

program pengabdian masyarakat pada setiap semester, tersaji di bawah ini

kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan (Tahun 2012 – 2014)

yaitu :

Tabel 6.4 Kegiatan Pengabdian Masyarakat FEB-UP

NO. JUDUL TAHUN

1. Optimalisasi Pengelolaan tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Lingkungan dalam Rangka Akselerasi Pembangunan Daerah (kerjasama dengan Pemkab Serang)

2012

2. Peningkatan Motivasi Kewirausahaan dan Permodalan Usaha Kecil dan Menengah Kota Depok

2013

3. Penyuluhan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Cluster Tepung Tapioka di Wilayah Kabupaten Bogor

2013

4. Sosialisasi Peraturan perpajakan Bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UKM)

2013

5. Pendampingan Penggunaan Dan Pengembalian Dana pinjaman Program Kemitraan PT BNI Persero bagi UMKM Cluster Tapioka di Kabupaten Bogor.

2013

6. Pelatihan Peningkatan Rasa Percaya Diri untuk Karir dan Masa Depan bersama PT Martina Berto, TBK (Martha tilaar)

2013

7 Bakti Sosial di Desa Gunung sari, Kecamatan Pamijahan, Cibatok, Bogor

2014

8 Pelayanan Pengisian SPT tahun 2014 dan Pembuatan E-Fin Ditjen Pajak

2014

9 Kunjungan dan Bimbingan ke Sentra mutiara Lombok 2015 10 Baksos Generasi Muda Muslim Peduli Sesama “Pluit”

Jakarta Utara 2015

11 Pelatihan Ketrampilan Decopage bagi ibu ibu rumah tangga

2016

Sumber : FEB-UP

Kompetensi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah mitra Dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini sesuai dengan

permasalahan yang kami kemukakan pada bahasan sebelumnya maka untuk

bisa menghasilkan luaran yang diharapkan ada 3 pihak yang terlibat yaitu :

1. Kelompok Dosen FEB UP yang kali ini adalah Dosen FEB UP yang

membina Kewirausahaan khususnya dosen yang mengampu Mata Kuliah

Kewirausahaan dan Dosen yang telah berpengalaman membina

Wirausaha muda dari lingkungan kampus, maupun di luar kampus.

Page 186: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 173

Tabel 6.5 Kualifikasi Tim Pelaksana

No Nama Tugas Kompetensi

1 Laili Savitri Noor, SE,MM Ketua Pelaksana Project Management Manajemen Pemasaran dan Kewirausahaan

2 Dr. Sri Widyastuti SE,MM,Msi. Anggota 1 Manajemen Pemasaran dan Kewirausahaan

3 Dra. Bayu Retno, MM,Psi Anggota 2 MSDM & Kewirausahaan

2. Usahawan muda Sdr. Wahid Syafruddin, SE yang memang memiliki

kemampuan untuk melatih ibu-ibu calon wirausaha dalam membuat keset

kain dari sisa kain.

3. Ibu Ibu yang memiliki semangat dan karakteristik wirausaha dan

berpotensi untuk dikembangkan .

Sarana dan Prasarana

Ruang pembelajaran teori dan praktek di Aula masjid At Taqwa Universitas

Pancasila.

1. Alat pendukung proses pembelajaran: OHP, Infocus dan notebook untuk

mendukung pembelajaran secara visual tersedia oleh tim dosen FEB-UP

6.4 Profil Mitra Pengusaha “Wahid Home Industry”

Pemberdayaan masyarakat sering dimaknai sebagai upaya untuk

memberikan pemberdayaan atau proses transisi dari keadaan

ketidakberdayaan ke keadaan berkehidupan lebih baik/berdaya.

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dalam hal ini memberikan suatu

pelatihan yaitu pembuatan keset dengan bahan baku sisa konveksi, dimana

bahan baku tersebut bisa di dapat dengan mudah karna Indonesia salah satu

negara produksi Fashion terbesar, itu bisa kita lihat dari banyaknya industry

konveksi yang ada, dan dari area distribusi, bahwasanya hasil dari industry

konveksi yang ada di Indonesia bukan Cuma memenuhi kebutuhan dalam

negeri, tapi juga sebagai komoditas eksport ke berbagai negara tetangga

Kami telah melakukan beberapa pelatihan pembuatan keset di

masyarakat diantaranya 3 lokasi untuk panti asuhan, sebagai pengenalan

jiwa entrepreneur (Lenteng Agung, Bekasi dan Cibubur) dan 2 lokasi

pelatihan khusus untuk ibu-ibu (Lenteng Agung dan Banten) dimana kami

Page 187: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 174

tidak sekedar memberikan teori pengembangan masyarakat, namun kami

juga memberikan suatu praktek nyata tentang bagaimana mengembangkan

potensi di sekitar kita tinggal, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada,

dan bahkan juga pemanfaatan barang sisa potongan konveksi. Dimana

pembangunan masyarakat harus memiliki keterkaitan antara masyarakat

dimana mereka berada dan potensi yang bisa mereka garap.

Dalam proses pembuatan keset, peserta akan dipandu oleh pelatih yang

berpengalaman, dimana pelatih tersebut memang sudah menjadi pelaku dari

produksi dan distribusi keset, dan yang dilakukan adalah pemberdayaan

dilingkungan tempat ia tinggal, dimana para pelaku pembuat keset adalah

ibu-ibu rumah tangga, dan remaja-remaja tanpa pekerjaan, bedanya pada

pengabdian masyarakat ini adalah, selain kemampuan membuat keset

adalah, jiwa kewirausaahn, dimana tujuan utamanya adalah menumbuhkan

entrepreneur-entrepreneur baru dengan melakukan suatu pemberdayaan

potensi limbah indutri disekitar tempat tinggal. Tentunya dengan harapan

yaitu peserta bisa memiliki pendapatan lebih dari sebuah perkenalan bisnis

ini, dan tentunya dalam program-program nanti bisa saja masyarakat terus di

edukasi dengan pelatiha-pelatihan bisnis lanjutan, sehingga masyarakat

bukan Cuma sukses memproduksi, namun memiliki kemampuan menjual,

marketing, dan management yang baik, sehingga bisa menjadi pengusaha

yang qualification.

Seringkali seseorang merasa bahwa jadi pengusaha itu sulit dengan

berbagai problemanya, sebenarnya menjadi pengusaha tidak sesulit yang kita

kira, selam kita merubah mindset kita bahwa menjadi pengusah itu mudah,

dan akan menjadi mudah untuk yang meyakininya dan memiliki kepercayaan

diri, dan kuncinya adalah ada dikepercayaan diri. Bahkan cara penjualan

yang kami lakukan dulu pada saat memperdayaan masyarakat produksi

adalah penjualan di ibu-ibu pengajian dari tingkat pengajian RT, pengajian

komplek, sampai pengajian RW dan perkumpulan lainya, baik dengan

jaringan distributor ataupun titip jual, dan juga dropship, jadi dapat kita pahami

bahwa yang kami lakukan adalah full pemberdayaan masyarakat dari tingkat

produksi sampai dengan tingkat penjualan. Sebab sejatinya pemberdayaan

masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum

nilai-nilai social, “people centred, participatory, empowering, and sustainable”.

Page 188: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 175

Masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya, dari sebuah sumber

daya limbah konveksi dengan sudut pandang kratifitas, guna melakukan

suatu kolaborasi pemberdayaan antara masyarakat dan sumber daya bahan

baku yang tidak lain adalah sisa barang potong, atau sampah industry.

Konsep pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh ketrampilan,

pengetahuan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan

orang lain, karena pada hakikatnya pemberdayaan adalah sebuah usaha

berkesinambungan untuk menempatkan masyarakat menjadi lebih proaktif

Membuat Keset Bahan Dasar Sisa Konveksi Membuat keset berbahan dasar sisa konveksi adalah suatu pemberdayaan

ekonomi, dimana ada 2 hal kebermanfaatan yaitu, pemberdayaan limbah dan

pemberdayaan manusia, dimana itu telah saya lakukan sejak saya masih

berada dibangku sekolah yaitu ketika saya berusia belasan tahun, saya akan

coba memaparkan lebih spesifik baik itu sejarah, sampai produksi keset

tersebut.

1. History Keset Berbahan Dasar Limbah Konveksi

Ketika saya dibangku sekolah madrasah tsanawiyah, ayah saya

memberikan tugas rutin setiap sore yaitu, mengambil keset dari pengrajin

dan membayar setoran uang keset penjualan hari ini, yang kebetulan

jarak pengrajin keset tidak terlalu jauh dari rumah kami. Di lokasi

pengrajin barang tidak selalu tersedia banyak seperti yang kami

harapkan, biasanya ayah saya bisa menjual keset 60 lembar keset/hari,

namun barang yang disediakan seringkali hanya 30-40 lembar itupun

saya harus menunggu lama, karena harus menunggu produksi berjalan.

Di situ saya berfikir, kenapa saya tidak memproduksi keset saja, dengan

alasan :

• Untuk memenuhi kebutuhan ayah saya, karena ayah saya butuh

keset 60 lembar/hari, artinya saya memiliki potensi distribusi sebesar

20 lembar/hari

• Pemberdayaan barang limbah

• Pemberdayaan sumber daya manusia, karean saya masih sekolah

tentunya saya harus memiliki karyawan untuk memproduksi sajadah

saya

Page 189: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 176

Untuk merealisasikan rencana saya membuat keset, maka keesokan hari

saya membuat cetakan keset, dan mempersiapkan bahan-bahan yang

dibutuhkan utuk pembuatan keset, proses uji coba pun kami lakukan

terus menerus, guna menghasilkan produksi terbaik, hingga akhirnya

berhasil memproduksi sajadah, dan memasarkan sampai ke Jadebotabek

dengan jaringan ibu-ibu pengajian.

2. Alat-Alat Pembuatan Keset

Alat-alat pembuat keset yang dibutuhkan, adalah cetakan anyam keset,

terbuat dari kayu kaso, dan bahan kain sebagai bahan baku keset,

adapun rincian alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

• Kain kaos katun dengan Panjang 60 cm

• Gunting

• Paku 4 cm 60 batang

• Cetakan keset (berukuran 40x60 cm) dibuat dari kayu kaso

Page 190: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 177

3. Produksi dan Pemasaran Keset

a. Produksi keset

Diawali dengan mengerjakan produksi keset sendiri, saya mampu

membuat 5 keset dari sepulang sekolah sampai jam 4 sore, jumlah

yang masih jauh dari harapan, dimana target kami adalah minimum

mampu memproduksi keset sebanyak 20 lembar keset/hari. Tak

habis akal, saya menawarkan teman-teman main saya untuk turut

membantu menbuat keset guna terpenuhinya target minimum

tersebut, tak di sangka 6 orang siap membantu memproduksi keset,

yang pada saat itu kesemuanya diberi harga untuk upah membuat

keset adalah Rp.250/keset di tahun 1997. Dengan tenaga bantuan 6

orang, kami mampu memproduksi keset 30-50 keset/hari, sehingga

kelebihan produksi ini membuat kami berfikir dan membuat skema

pemasaran guna mendistribusikan kelebihan produksi yang ada.

Untuk bahan baku guna mendapatkan standarisasi yang lebih baik,

kami tidak hanya mendapatkan bahan baku dari sisa kain yang kami

dapatkan secara gratis, tapi kami juga membeli di pengepul barang

limbah, sehingga hasil dari keset memiliki standart lebih baik, karna

bahan dan ukuran realtif sama, dan tidak banyak barang terbuang,

berikut skema perbandingan membuat keset dengan bahan baku

limbah industry langsung dengan membuat keset dengan bahan

baku limbah pengepul.

Tabel 6.6 Bahan Baku Keset

Bahan Baku Limbah Industri Langsung

Bahan Baku Limbah Pengepul

Gratis Beli Bahan berubah-ubah Bahan tetap Bahan bercampur & ukuran tidak sama Bahan berkelompok & ukuran standart

Dan dalam perjalanannya kami melakukan mix kedua jenis bahan

baku tersebut guna mendapatkan harga kompetitif, dan tidak

melepas komitmen kami dalam melakukan pemberdayaan baik itu

pemberdayaan bahan baku dan pemberdayaan SDM, dimana

produksi kami terus berkembang dan pemberdayaan kami sampai

merambah kepada ibu-ibu tetangga sebagai pekerja dalam

memproduksi keset berbahan baku limbah industry tersebut.

Page 191: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 178

b. Pemasaran Keset

Diawal tujuan dari pembuatan keset ini adalah sebagai pemenuhan

dari permintaan keset yang selalu tidak terpenuhi, namun pada

realisasinya produksi harian kami bisa memproduksi keset sebanyak

30-50 lembar/hari. Dan ini menjadi masalah dikami karena menjadi

stok numpuk. Ketika stok tertumpuk kami terdorong untuk

melakukan sebuah pemasaran kecil yaitu dengan menawarkan

kepada ibu-ibu pengajian di lingkungan kami baik itu ibu-ibu

pengajian RW dan ibu-ibu pengajian Komplek. Diluar dugaan

ternyata keset yang kami tawarkan laku keras. Bahkan banyak ibu-

ibu yang membeli keset dikami bukan untuk dipakai, melainkan

untuk di jual kembali. Tidak banyak pemasaran yang kami lakukan

ketika itu, karna memang keterbatasan pengetahuan kami yang

pada saat itu masih duduk dibangku Madrasah Tsanawiyah (SMP),

namun dari hasil pemasaran yang kami lakukan itu hasilnya sangat

berdampak positif dimana permintaan terus-menerus dan dalam

jumlah banyak, sehingga pada akhirnya produksi dan penjualan

terus berputar.

4. Pengabdian Mayarakat Pembuatan Keset

Tentu kata pengabdian jauh dari benak kami pada saat itu, dimana saya

memproduksi keset dengan tujuan awal yaitu sebagai pemenuhan

kebutuhan permintaan konsumen, dalam hal ini konsumenya adalah ayah

saya, begitu juga di produksi, saya memulai memproduksi sendiri, lalu

dibantu oleh ke enam teman, sampai akhirnya beberapa ibu-ibu pun turut

serta dalam memproduksi keset tersebut, hingga pada suatu moment,

kesempatan saya untuk melakukan pengabdian masyarakat, adapun

beberapa pengabdian masyarakat dalam bentuk pelatihan pembuatan

keset, yaitu : JL.H.Ali Lenteng agung, Jakarta selatan (Panti Asuhan),

Jatiwaringin, Bekasi (Panti Asuhan), Cibubur, (Panti Asuhan Hidayah),

Lenteng agung (Ibu-ibu PAUD), Banten (Panti asuhan).

5. Entrepreneur From Zero to Hero

Menjadi seorang entrepreneur adalah cita-cita saya, dimana ketika saya

dibangku sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI), ketika guru menanyakan cita-

cita, saya selalu menjawab “mau menjadi seorang pedagang” sehingga

Page 192: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 179

keputusan-keputusan yang saya ambil seringkali condong kepada

keputusan untuk bisnis, contoh :

• Ketika waktu kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah saya dikasih uang Rp.8000

untuk membeli sepatu, tetapi yang saya beli justru ayam untuk saya

ternak.

• Ketika kelas 1 Madrasah Tsanawiyah, disuruh ayah ambil keset di

pengrajin, saya justru produksi keset.

• Ketika Madrasah Aliyah, melihat kesempatan permintaan Kasur lihap

meningkat, saya memberdayakan tukang ojek untuk menjalankan

usaha tersebut. Walaupun memang usaha tersebut tidak berdampak

maksimal, namun itu suatu pertanda betapa saya sangat respon

terhadap kesempatan-kesempatan yang ada untuk memaksimalkan

potensi saya dalam berwirausaha, adapun usaha-usaha saya yang

masih berjalan sampai saat ini adalah :

• E.book Celullar (Alat-alat Tulis, Voucer Pulsa dan asesoris) 2007

- sekarang

• Wahid home industry (sajadah, matras, cushion) 2009 – sekarang

• Mentari Laundry 2017 - sekarang

Semua usaha yang dikerjakan bermodalkan kerja keras, bahkan hampir

tanpa modal uang, dimana kami selalu memulai dengan semangat, kerja

keras, dan kejujuran dalam hal apapun, missal dalam rangka untuk

mendapatkan modal memulai usaha toko alat-alat tulis dan pulsa, saya

menawarkan agent pulsa untuk melakukan konsinyasi, dan membuat

penawaran kebutuhan alat-alat tulis ke bebrapa kantor, untuk

berlangganan alat-alat tulis ke kami dengan system order. Memulai usaha

Wahid Home Industry, kami mendapatkan modal dari berbagai macam

lomba, dimana wahid home industry menjadi salah satu finalis Program

Mahasiswa Wirausaha (PMW) di tahun 2010 yang diadakan oleh DIKTI,

lalu selanjutnya Wahid Home Industry juga mengikuti lomba Wirausaha

Muda Mandiri, yaitu ajang lomba Wirausaha Nasional yang diadakan oleh

bank mandiri, dan Wahid Home Industry menjadi finalis Jadebotabek

tahun 2010.

Page 193: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 180

6.5 Deskripsi Hasil Pelatihan Pembuatan Keset

Kegiatan pelatihan pembuatan keset kain dari limbah kain dilakukan di Aula

Masjid At-Taqwa Jagakarsa Lenteng Agung Jakarta Selatan dan di

laksanakan bertahap. Tahap pertama di laksanakan pada hari Rabu tanggal 2

November 2016 pada pukul 08.00 – 13.00 WIB yang dihadiri oleh 23 peserta

yang terdiri dari Ibu-ibu pengurus RT dan Kepala Sekolah TK At-Taqwa .

Acara pada hari ini adalah penyampaian materi tentang Menumbuhkan minat

dan membangun karakter wirausaha unggul. oleh Laili Savitri Noor, SE,MM

dan Strategi Pemasaran oleh Dr. Sri Widyastuti, SE, MM, M.Si dan Peranan

istri dan ibu dalam keluarga oleh Dra. Bayu Retno, MM.

Acara dilanjutkan kembali pada Rabu tanggal 16 November 2016 di

hadiri oleh 40 peserta dari target 30 peserta yang diharapkan, kemudian

peserta di bagi menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri

dari 10 orang. Kegiatan pada hari ini adalah pembuatan keset kain dengan

instruktur oleh Wahid Syafrudin, SE dan dibantu oleh Dosen dan Mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila sebagai fasilitator.

Instruktur menjelaskan proses pembuatan keset kain melalui metode

ceramah dan praktek langsung. Peserta terlihat sangat antusiasmengikuti

kegiatan ini dan mereka tertarik untuk mencoba. Kegiatan perkelompok

membuat keset kain ini menghasilkan ukuran keset yang sama dan dan

dengan corak yang di gunakan. Adapun proses pembuatannya adalah

sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat

2. Memilih kain yang cocok untuk corak dan ukuran

3. Membuat keset

Setiap kelompok peserta dibebaskan memilih warna dan corak kain

yang ada agar menghasilkan kreativitas corak keset dari masing-masing

kelompok. Dari setiap kelompok diberikan penilaian oleh Wahid Syafrudin, SE

untuk diberikan apresiasi.

Hasil kegiatan pelatihan pembuatan keset kain berjalan lancar dan

berhasil. Hal ini dapat di lihat dari persentase kehadiran peserta melebihi dari

target yang di tetapkan, karena keinginan yang tinggi dari para ibu untuk turut

serta mengikuti pelatihan ini, sehingga kami ijinkan untuk ikut serta. Hasil

Page 194: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 181

kegiatan pelatihan pembuatan keset kain dari limbah kain secara umum

dapat dikatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari persentase kehadiran

peserta mencapai 100%, sedangkan berdasarkan perencanaan, proses dan

hasil prektek dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 6.7 Rekapitulasi Hasil Produk Keset Kain Peserta

No. Peserta Perencanaan Proses Hasil Total 1 4 3 4 11 2 4 4 4 12 3 3 4 3 10 4 3 3 3 9 5 4 4 4 12 6 3 4 4 10 7 4 3 4 11 8 4 3 4 11 9 4 4 4 12

10 3 4 3 10 11 3 3 3 9 12 4 4 4 12 13 3 4 4 10 14 4 3 4 11 15 3 3 4 10 16 4 4 4 12 17 3 4 4 11 18 4 4 4 12 19 4 4 3 11 20 4 3 4 11 21 4 3 4 11 22 4 4 4 12 23 3 4 3 10 24 3 3 3 9 25 4 4 4 12 26 3 4 4 10 27 4 3 4 11 28 4 3 4 11 29 4 4 4 12 30 3 4 3 10 31 3 3 3 9 32 4 4 4 12 33 3 4 4 10 34 4 3 4 11 35 3 3 4 10 36 4 4 4 12 37 3 4 4 11 38 4 4 4 12 39 4 4 3 11 40 4 3 4 11

Total 144 144 150 % 90% 90% 93,8% 91,3%

Sumber: data diolah, 2016

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dikatakan dapat bahwa pada

perencanaan pembuatan keset kain memperoleh persentase 90% dalam

Page 195: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 182

katagori sangat baik, tahap proses pembuatan keset kain mencapai 90%

dalam katagori sangat baik, dan pada tahap hasil memperoleh persentase

93,8%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembuatan keset kain dari limbah kain

sesuai dengan harapan.

Hasil kegiatan per kelompok juga sangat baik, hal ini dapat terlihat dari

tabel rekapiltulasi hasil kegiatan pembuatan keset kain sebagai berikut :

Tabel 6.8 Rekapiltulasi Hasil Kegiatan Pembuatan Keset

No. Peserta Perencanaan Proses Hasil Total

1 4 3 4 11 2 4 4 4 12 3 3 4 3 10 4 3 3 3 9

Total 14 72 75 % 90% 90% 93,8% 91,3%

Sumber: data diolah, 2016

Pembahasan. Berdasarkan hasil kegiatan pelatihan pembuatan keset kain

yang telah di paparkan di atas, bahwa kegiatan ini mendapat respon yang

positif dari para peserta yang terlihat dari semangat dan antusiasme yang

tinggi dalam proses pembuatan keset sampai selesai dan hasilnya juga

sangat baik, juga respon yang positif dari para dosen dan mahasiswa sebagai

fasiltator yang dengan senang hati membantu dalam proses awal sampai

akhir. Disisi lain masih ditemukan kendala dalam pelaksanaan, misalnya

menentukan waktu yang cocok antara instruktur dengan para peserta. Produk

hasil pelatihan berupa keset kain dibuat sesuai dengan harapan, baik

harapan instruktur, peserta maupun para fasilitator.. Rencana Tahapan Berikutnya 1. Membentuk dan mengesahkan kelompok usaha ini dengan memberikan

nama produk “Keset FEB UP” , yang kelak diharapkan bisa menjadi

inkubator bisnis untuk usaha sejenis atau yang lainnya.

2. Memfasilitasi pemasaran produk keset kain di kampus Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Pancasila melalui kegiatan “Market Day” dan

“Friday Market”.

3. Melanjukan pemberian pelatihan ke lokasi lain dengan peserta yang

berbeda, dengan memaksimalkan modul yang telah dihasilkan melalui

kegiatan ini.

Page 196: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 183

Simpulan. Pada era sekarang ini dimana eranya UKM, dimana eranya

wirausaha, masyarakat di tuntut untuk kreatif bukan cuma dalam

pemberdayaan masyarakatnya saja, tapi juga pemberdayaan bahan baku.

dimana industri rumahan sekarang ini sudah menjamur dan menjadi solusi

dalam menghadapi krisis ekonomi. Itu semua tak lepas dari aktivitas

pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh para dosen, dalam

melaksanakan salah satu fungsi Tri Darma. Membuat keset dari bahan baku sisa konveksi merupakan kegiatan

penerapan green entrepreneurship. Memproduksi salah satu kerajinan yang

distimulus oleh pemberdayaan sumber daya dan pemberdayaan bahan baku

limbah, menggunakan kain sisa potongan dari konveksi. Pelatihan pembuatan

keset ini, diharapkan masyarakat menjadi mandiri dan terampil dan tentunya

akan menjadi barang yang lebih berguna bahkan bisa menimbulkan nilai

ekonomi.

Manfaat yang bisa didapat dari pemberdayaan ini adalah masyarakat

bisa membuat usaha kecil dengan bahan baku limbah namun bisa dijadikan

barang yang mempunyai nilai jual sehingga diharapkan agar kegiatan

pelatihan ketrampilan ini bisa menambah penghasilan warga dan

memandirikan masyarakat dengan kemandirian ekonomi. khususnya dalam

rangka pengembangan home industri dengan menstimulus dan memberikan

suatu konsep pemberdayaan dengan berbagai alternatif, dan memberikan

suatu model pemberdayaan bagi masyarakat dengan pemberdayaan limbah.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan

kemakmuran sosial, juga menjaga lingkungan hidup (sustainable

development). Dengan demikian, pendekatan perilaku terhadap

kewirausahaan yang hijau (Green Entrerepneurial Behavior/GEB) dilakukan

melalui penyampaian nilai-nilainya melalui pelatihan pembuatan keset dari

bahan limbah kain. Harapan yang ingin dicapai adalah bahwa hal tersebut

dapat menjadi jembatan bagi kesenjangan yang terjadi antara yang mana

pembentukan sikap green economy dapat mendorong pengembangan

aktivitas kewirausahaan yang memperhatikan keseimbangan antara aspek

manajemen keorganisasian, lingkungan, dan masyarakat.

Page 197: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 184

Berdasarkan uraian pada hasil dan pembahasan di atas, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan keset kain dari limbah kain

telah berhasil dengan persentase terhadap setiap tahapan perencanaan,

proses, dan hasil berturut-turut 90%, 90% dan 92,8% dalam katagori

sangat baik.

2. Tantangan peserta terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan

keset kain dari limbah kain ini sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari

indikator kehadiran peserta sebanyak 40 orang melebihi target 30

peserta, dan selama kegiatan berlangsung mereka sangat antusias

mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan

Saran. Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (P2M) Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Pancasila di lingkungan Universitas Pancasila, mendapat

respon yang positif, tentunya hal ini bisa ditindaklanjuti di lokasi sekitar

Universitas Pancasila yang lain yang sudah mereka harapkan, dalam rangka

menambah ketrampilan dan kemampuan wirausaha khususnya bagi Ibu-ibu

RT untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Page 198: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 185

Lampiran 1 KISAH SUKSES WIRAUSAHAWAN

Ridwan Abadi: Sukses Batagor Bandung ala Jepang Awalnya, Ridwan Abadi tidak sepenuhnya menjejakkan kaki di dunia

wirausaha. Dia hanya menjadikan bisnis kuliner sebagai ‘pekerjaan

sampingan’. Kala itu, peraih gelar sarjana dari Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya pada 2007 ini masih menjadi karyawan sebuah

perusahaan pengembang. Pria kelahiran 8 Agustus 1985 ini mulai mencoba

menggeluti bisnis kuliner sejak tahun 2006 dengan memproduksi dan menjual

burger. Ketertarikan ini dilatarbelakangi hobinya berwisata kuliner. “Ya, saya

memilih berbisnis kuliner karena hobi makan. Jadi, saya tahu di mana

mencari makanan enak, walau belum tentu tahu cara membuatnya,”

ungkapnya. Seiring perjalanan waktu, Ridwan makin yakin pada prospek bisnis

kuliner yang digelutinya. Dia pun berhenti bekerja dan memutuskan untuk

sepenuhnya menjadi wirausahawan pada 2008. Menurutnya, untuk

membesarkan usaha yang dirintis membutuhkan tenaga dan pemikiran yang

penuh. “Saya pikir untuk menjadi pengusaha sukses tidak boleh setengah

hati. Harus terjun sepenuhnya,” cetusnya. Dengan bermodalkan uang gaji

yang disisihkan saat bekerja, Ridwan mendirikan resto Batagor Jepang di

Jalan Mayjend Panjaitan, Malang. Kuliner ini memiliki kekhasan dengan

memadukan unsur batagor Bandung dengan sajian Jepang, misalnya saja

saus teriyaki. Pertama mengenalkan Batagor Jepang, ternyata jenis kuliner ini

digemari masyarakat. Tak ayal pebisnis kuliner lainnya ikut menyontek.

Namun, hal ini tidak merisaukan Ridwan karena, menurutnya , persaingan

bisnis memungkinkan hal tersebut.

“Kuncinya ada pada inovasi produk. Kami terus memberikan varian

baru, seperti baso yang terbuat dari bahan dasar seafood yang notabene

menjadi andalan masakan khas Jepang,” jelasnya. Akses dan jaringan

Ridwan dalam mengembangkan usaha makin luas setelah ia mengikuti

program Wirausaha Muda Mandiri (WMM) dari Bank Mandiri pada tahun 2010

lalu , dan berhasil menjadi pemenang. “Dengan mengikuti program WMM,

saya bisa menambah wawasan dan jaringan, termasuk akses permodalan.

Selain itu, berbagai pelatihan yang diberikan sangat berguna bagi

Page 199: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 186

pengembangan bisnis saya, salah satunya pengelolaan sumber daya

manusia,” terangnya.

Ridwan membesarkan Batagor Jepang-nya melalui sistem waralaba

dengan merek Takashi Mura, sejak tahun lalu. Harga untuk mitra waralaba

dipatok mulai dari Rp 35 juta hingga Rp 95 juta, tergantung paket yang dipilih.

Hingga saat ini mitra waralaba yang bekerjasama sudah mencapai 50,

tersebar di berbagai daerah di pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.

Sementara itu promosi juga gencar dilakukan Ridwan, termasuk melalui

jejaring media sosial, seperti facebook dan twitter. Bagi pria asal Lampung ini,

modal berbentuk uang bukanlah segalanya untuk memulai bisnis, namun

kemauan yang keras merupakan modal utama yang sulit didapatkan.

“Menemukan kegagalan dalam merintis bisnis sangat mungkin terjadi.

Jika tidak gigih dan ulet tentu saja akan kandas di tengah jalan. Selain itu,

harus pintar berinovasi dan jeli melihat pasar,” jelasnya. Dengan omset usaha

mencapai Rp 100 juta per bulan, Ridwan tak berpuas diri. Dia ingin terus

mengembangkan diri. Salah satunya dengan menargetkan bisa memasarkan

Batagor Takashi Mura dalam bentuk beku di pasar ritel. Untuk itu, dia

berencana membangun pabrik. “Mudah-mudahan tahun depan bisa

terlaksana,” ujarnya.

Triyono, Membangun Bisnis Ternak Potong dengan Pola Kemitraan Meskipun memiliki fisik yang kurang sempurna, lelaki yang tinggal di

Sukoharjo ini tidak lantas menyerah pada nasib dan berhenti beraktivitas.

Dengan memanfaatkan potensi kecerdasan yang ia miliki serta bekal ilmu di

bidang pertanian dan peternakan yang diperolehnya selama duduk di bangku

kuliah, Triyono yang merupakan salah satu alumnus Universitas Sebelas

Maret (Solo) tahun 2007 ini mulai menekuni dunia agrobisnis dengan

mengembangkan usaha ternak bebek potong, ayam potong dan sapi potong.

Usaha tersebut diawalinya pada 2006 silam, ketika ia masih berstatus

sebagai mahasiswa. Disela-sela kesibukannya selama berada di kampus,

lelaki yang akrab dipanggil Tri ini nekat memulai bisnis ternak bebek dengan

modal usaha sebesar Rp 5 juta. Modal tersebut kemudian digunakannya

untuk membeli 500 ekor bebek dan dibudidayakan di pekarangan milik

keluarganya. Walaupun ia harus berjalan dengan bantuan tongkat (kruk),

Page 200: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 187

namun kejeliannya dalam melihat pasar dan kemampuannya di bidang

peternakan membuat bisnisnya menghasilkan untung yang cukup besar.

Menyadari peluang usaha dari agribisnis cukup besar karena

menyangkut kebutuhan primer banyak orang, bermodal Rp 20 juta, putra dari

Priyono Raharjo dan Marinah ini pun mantap membangun usaha secara

serius sejak tahun 2007. Dengan mengibarkan bendera CV Tri Agri Aurum

Multifarm, Tri berbisnis peternakan terpadu sapi potong, ayam potong, dan

pupuk organik. Bekal kuliah menjadi nilai plus mengembangbiakan ternak.

Alhasil, di 2008, dia mampu meraih omzet Rp 50 juta per bulan. Dia juga

berhasil membuka lapangan kerja baru di desanya.

Sejak mengembangkan usaha agribisnis dengan bendera Tri Agri,

omset Triyono terus menanjak setiap tahun. Jika pada 2008, penghasilannya

baru sebesar Rp 500 juta. Di 2010 lalu, pendapatannya melonjak enam kali

lipat menjadi Rp 3 miliar. Triyono, yang kerap memberikan penyuluhan

kepada mahasiswa dari pelbagai perguruan tinggi, seperti Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta dan Universitas Sebelas Maret, Surakarta, memanfaatkan

kotoran hewan ternaknya menjadi pupuk kompos, kemudian dijual ke pasar

seharga Rp 350 per kilo. Dalam sebulan, Triyono dapat mengolah 15 ton

kotoran ternak yang disulap menjadi pupuk.

Mengapa Anda terjun di Agribisnis? Saya menyukai agribisnis karena

saya melihat ada tiga hal di Indonesia yang selalu ada potensinya untuk

dikembangkan. Ketiga hal itu adalah pendidikan, kesehatan, dan pangan.

Menurut saya, jika kita berkecimpung di ketiga bidang ini, tidak akan ada

matinya. Ini tidak sekedar idealisme saya saja, namun sudah saya kalkulasi

secara bisnis. Apa keunggulan produk/bisnis yang Anda jalankan? Dari segi barang,

saya pikir keunikan produk CV Tri Agri Aurum hampir sama saja dengan

produk lain. Kelebihan kami lebih kepada transfer ilmu yang CV Tri Agri

Aurum berikan kepada mitra-mitra bisnis kami seperti paguyuban-paguyuban

tani yang saya bentuk, kami juga mengajarkan mereka pengelolaan pasca

panen seperti pengelolaan limbah. Memang jika dilihat produknya kami tidak

berbeda jauh dengan yang lain, namun secara sistem kerjasama kami

berbeda dibandingkan pedagang biasa. Kerja sama dengan CV Tri Agri

Aurum bisa memberikan dampak positif yang juga dirasakan oleh para petani

Page 201: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 188

dan masyarakat menengah ke bawah. Mitra bisnis kami banyak dari kalangan

koperasi dan kelompok tani. Saat ini mitra bisnis koperasi kami sudah se-

Jawa Tengah, di bawah komando Koperasi Unit Desa (KUD) Jawa Tengah,

karena kami memang sudah membuat komitmen dengan KUD Pusat Jawa

Tengah. Pembagian porsi kerja sama dengan para koperasi di Jawa Tengah

adalah kami sebagai pelaksana teknis produksi sementara koperasi

pelaksana tugas-tugas administratif dan finansial. Jadi, koperasi juga ikut menopang secara finansial pengembangan

usaha ternaknya, kami bantu secara teknis produksi dan pemasarannya.

Setelah transaksi dagang berjalan selama satu tahun, barulah kami bagi hasil

dengan pihak koperasi sebesar 50-50. Sejak awal CV Tri Agri Aurum

bersama mitra berfokus pada pengembangan ternak sapi, belum lama ini CV

Tri Agri Aurum mentransfer ilmu ternak ayam kepada mitra. Saya juga

menjual pupuk dari limbah peternakan, dan saya menyarankan kepada mitra

bisnis saya untuk melakukan hal itu juga. Saya membekali mereka dengan

cara-cara mengolah limbahnya. Bagaimana cara Anda mencari mitra? Saya sering menginap di rumah

pemotongan daging dan pasar untuk mengetahui siapa pembeli dan siapa

yang menyuplai daging. Dari sering menginap di kedua tempat itu saya

mengetahui siapa penyuplai utama daging. Biasanya satu pemotong atau

penyuplai utama daging membawahi beberapa pedangang kecil di pasar.

Penyuplai utama itulah yang saya ajak kerja sama. Apa terobosan yang Anda lakukan untuk mengembangkan bisnis CV Tri

Agri? Dulu CV Tri Agri Aurum hanya bermain pada sektor sapi potong,

sekarang kami mulai bermitra pada sektor ayam potong. Kami juga mulai

pengembangan sektor hilir sejak tahun 2010, termasuk proyek produk olahan

berupa bakso. Apa kesulitan yang pernah dihadapi dan apa solusinya? Permasalahan

yang saya hadapi sangat banyak, paling utama pada masalah market, hal itu

termasuk masalah harga, politik, alam, dan SDM. Dalam peternak, dua

masalah utama adalah market dan kesehatan. Untuk mengelola masalah

kesehatan, Kami melakukan pembekalan materi sebelum kegiatan produksi

kepada para peternak. Seringnya adalah masalah penyakit. Kami membuat

forum tanya jawab untuk menganalisis secara bersama-sama masalah yang

Page 202: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 189

dihadapi. Sementara itu, mengelola SDM seperti mengatur langit, sulit sekali

memprediksinya. Baik karyawan atau mitra bisnis, jika sudah mengganggu

sistem bisnis CV Tri Agri Aurum langsung saya buang, karena saya tidak

ingin menyimpan racun. Untuk mengatasi permasalahan harga, setiap pagi

saya melakukan koreksi harga di pasar tradisional. Untungnya fluktuasi harga

daging sapi terjadi secara bulanan atau tahunan, dibandingkan fluktuasi

harga daging ayam yang terjadi harian. Maka, saya menambah tenaga SDM

untuk sektor ayam potong untuk mengelola teknis dan melakukan koreksi

harga di pasar.

!

Page 203: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 190

Lampiran 1 DOKUMENTASI KEGIATAN

!

!

!

Page 204: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 191

!

!

!

!

!

!

!

"#$%&!'(&!)(*($+$,(!-%./+0(-!1('(!1%/(-+*(&!1%203(-(&!4%$%-!

Page 205: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 192

5('(!$((-!1%20%.+(&!2(-%.+!3&-34!1%$%.-(!1%/(-+*(&!

5.#$%$!1%203(-(&!4%$%-!

Page 206: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

Sri Widyastuti, dkk GREEN ENTREPRENEURSHIP !

! 193

6($+/!1%/(-+*(&!0%.31(!4%$%-!7(&8!$3'(*!'(1(-!'+!1($(.4(&!

Page 207: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk ! ! !!

!! 194

DAFTAR PUSTAKA

Abu Marlo. (2013). Entrepreneurship Hukum Langit, Hukum Langit: Sedekah Bukan Keajaiban, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ajeng Radyati, Sihabudin & Siri Hamidah. (2014). Urgensi Pengaturan Green Banking Dalam Kredit Perbankan di Indonesia. Malang: Brawijaya University Press. h.2.

Ali, Darwis & R.M. Rukka. (2011). Peran Pedagang Kakao dalam Peningkatan efisiensi Pasar di Sulawesi Selatan. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. Makasar.

Alma, B. (2014). Kewirausahaan, Edisi Revisi, CV Alfabeta, Bandung. Anderson, A. R. (1998). Cultivating the garden of eden: environmental

entrepreneuring, Journal of Organizational Change Management, Vol. 11 No. 2, pp. 135-144

Andika, M. & Madjid, I. (2012). Analisis Pengaruh Sikap, Norma Subyektif Dan Efikasi Diri Terhadap Intensi Berwirausaha Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. Universitas Syiah Kuala.

Anisah, H.U, & Wandary, W. (2015). Pembentukan green entrepreneurial behavior pada mahasiswa. Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan. ISSN 1411 – 0393. P 397-415.

Azwar, S. (2013). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

Bank Indonesia (2016). Pemetaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing UMKM dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (2015) dan Pasca MEA 2025. Departemen Pengembangan UMKM (DPUM). Departemen Pengembangan UMKM (DPUP).

Bowers, T. (2010). From image to economic value: A genre analysis of sustainability reporting, Corporate Communication: An International Journal, Vol. 15 No. 3, pp. 249-262.

Broto, R.B., & Aarushi, M. (2013). Green Banking Strategies: Sustainability through Corporate Entrepreneurship. Greener Journal of Business and Management Studies. Vol 3. Mei 2013. h. 181.

Bula, H.O. (2012). Performance of women Entrepreneurs in Small Scale Enterprises (SSEs): Marital and family characteristics. European Journal of Business and Management, iiste publication. Vol. 4 No. 7. Pp. 85-99.

Bula, H.O. (2012). Evolution and theories of entrepreneurship: A critical review on the Kenyan Perspective, International Journal of Business and Commerce, Vol. 1, No.11. Pp 81-96.

Chen, Y.S. (2010), “The drivers of green brand equity: green brand image, green satisfaction, and green trust”, Journal of Business Ethics, Vol. 93 No. 2, pp. 307-19.

Choi, D. Y., & Gray, E. R. (2008), The venture development processes of ‘sustainable” entrepreneurs, Management Research News, Vol. 31 No. 8, pp. 558-569

Page 208: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk ! ! !!

!! 195

Dinda Audriene Mutmainah , CNN Indonesia | https://www.cnnindonesia. com/ekonomi/20161121122525-92-174080/kontribusi-umkm-terhadap-pdb-tembus-lebih-dari-60-persen. Diakses: Senin, 21/11/2016 12:25 WIB.

Dinsi, V. 2009. Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian, Hal 23 – 25. http://mohammadreiza.com/2006/12/29/bedah-buku-%E2%80%98jangan- mau-seumur-hidup-jadi-orang-gajian%E2%80%99-di-ejip-center/

Direktorat Akademik Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan nasional RI (2008). Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Perguruan Tinggi (Sebuah Alternatif Penyusunan Kurikulum). Dutta, S. K., Lawson, R. A.,& Marcinko, D. J. (2010). Enhancing

environmental awareness in future business leaders, Int. J. Environment and Sustainable Development, Vol. 9 Nos. 1/2/3, pp. 181-193.

Dwyer, R.J. (2009). Keen to be green organizations: A focused rules approach to accountability. Management Decision. Vol.47 No.7: 12-16.

Erwin Gunadhi. (2006). Kewirausahaan. Penerbit STT-Garut. Ery Tri Djatmika, (2012). Mempersiapkan Untuk Pembangunan Berkelanjutan

Green Entrepreneurs, Pidato Pengukuhan Guru Besar Senat Universitas Negeri Malang.

Fatoki, O. (2014). The Entrepreneurial Intention of Undergraduate Students in South Africa: The Influences of Entrepreneurship Education and Previous Work Experience. Mediterranean Journal of Social Sciences, 5(7): 294-299.

Harmanto, E. D., Armiadi, M. dan Hendi, P. (2017) https://library.uc.ac.id/ semakin-akrab-dengan-bisnis-hijau-swa-edisi-10-10-23-mei-2017-hal-20-21/

Himawan, Adhitya. (2016). Jumlah Pengusaha di Indonesia Baru 1,5 Persen dariTotal Penduduk. Tersedia di http://www.suara.com/bisnis/2016/05/09/133306/jumlah-pengusaha-diindonesia-baru-15-persen-dari-total-penduduk, diakses pada 26 Maret 2017.

Howkins, J. (2001). The Creative Economy: How People Make Money from Ideas.Penguins Books, London. http://shiftindonesia.com/inilah-daftar-10-perusahaan-paling-hijau-di-dunia/

http://tekno.liputan6.com/read/2957050/pertumbuhan-e-commerce-indonesia-tertinggi-di-dunia

http://www.indonesiagreenproduct.com/category/produk-hijau/ http://www.indonesiagreenproduct.com/produk-hijau-indonesia/ http://www.tempo.web.id/100-produk-asli-buatan-indonesia/ http://yulhanrinto.blogspot.co.id/2014/03/pengangguran-terdidik.html https://blog.penulis.id/id/perbedaan-mendasar-marketing-b2b-dengan-b2c/ https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/08/16/berapa-pasar-e-

commerce-indonesia https://id.techinasia.com/bukalapak-melejit-di-tahun-2013-berharap-lebih-di-

tahun-2014 https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161121122525-92-

174080/kontribusi-umkm-terhadap-pdb-tembus-lebih-dari-60-persen https://www.suara.com/bisnis/2015/11/24/064536/8-bank-terbesar-di-

indonesia-komitmen-pembiayaan-green-banking diakses Selasa, 24 November 2015 | 06:45 WIB

Page 209: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk ! ! !!

!! 196

Hussain,M.F, & Ilyas,S. 2011, Environment for Innovation: Gaining competitive advantage. African Journal of Business Management, Vo.5(4), pp 1232-1235.

Indarti, N., & Rostiani, R. (2008). Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan antara Indonesia, Jepang dan Norwegia. Online. Diakses tanggal 10 Februari 2012 http://directory.umm.ac.id.

Kao, R. & Knight. R. M. ()1987. Enterpreneurship And New Venture Management. Prentice-Hall Canada. Scarborough, Ontario.

Kartajaya, H., 2008. New Wave Marketing. PT.Gramedia Pustaka Utama. Kertajaya, H. "10 Kekuatan Penyebab Horizontalisasi Pemasaran" . Kompas,

Rabu, 2 September 2009 s.d. Minggu, 6 September 2009. Lee, K.H. (2009). Why and how to adopt green management into business

organizations: The case study of Korean SMEs in manufacturing industry. Management Decision.Vol. 47. No. 7. Pp. 1101-1121.

Marshall, R. S., & Harry, S. P. (2005). Introducing a new business course: “global business and sustainability”, International Journal of Sustainability in Higher Education, Vol. 6 No. 2, pp. 179-196.

Mc Clelland, David C. 2009. Entrepreneur Behavior and Characteristics of Entrepreneurs. The Achieving Society.

Muhammad, Safak. (2005). Cara Mudah Orang Gajian Menjadi Entrepreneur, Jakarta: Media Sukses.

Nicolescu, O. (2009). Main Features of SMEs Organization System. Review of International Comperative Management. 10(3).9.

Nurhayati. (2016). Social Entrepreneurship Muhammad Yunus “Grameen Bank“. Jurnal Bisnis, Manajemen & Perbankan Vol. 2 No. 1 2016 : 31-48.

Rahmana, Arief. 2008. “Kemitraan Usaha dan Masalahnya”. Fakultas Teknik. Universitas Widyatama; Bandung

Rahmawati, S., dkk. (2016). Bisnis Usaha Kecil Menengah, Ekuilibria Edisi Pertama, Cetakan ke-1, Yogyakarta.

Ramayah, T., & Harun, Z., 2005. Entrepreneurial Intention Among the Student of Universiti Sains Malaysia (USM). International Journal of Management and Entrepreneurship, 1, 8-20

Raymond Kao & Russel Knight, 1987 Kao, R. & Russel M. K. (1987). Enterpreneurship and New Venture Management. Prentice-Hall Canada.Scarborough, Ontario.

Robbins. Stephen. P., & Coulter. Mary. (2012). Management. Eleventh Edition. Jakarta: England.

Saiman, L. (2017). Kewirausahaan, Teori, Praktik, dan Kasus-kasus, Jakarta: Salemba Empat. Cet kedua.

Saiman, L. 2009. Kewirausahaan: Teori, Praktik, dan Kasus-kasus. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Sakwati, Monalisa. 2011. Kajian Durkheim tentang Solidaritas Sosial. http://monaliasakwati.blogspot.com/2011/07/kajian-durkheim- tentang-solidaritas.html (diakses 25 November 2017, pukul 21.34 WIB).

Savitri, L., & Nawasiah, (2012). Potensi Ibu RT dalam berwirausaha untuk meningkatkan perekonomian keluarga di Kelurahan Srengseng Sawah, Jagkarsa, Jakarta-Selatan, Jurnal Manajemen UIKA, volume 2, 2012.

Savitri, L., Retno, B., & Widyastuti, S. (2014). The study of women entrepreneurs of Minangkabau and Betawi ethnics in Jakarta, The 11th

Page 210: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk ! ! !!

!! 197

International Research Conference on Quality, Innovation and Knowledge Management (Conference Proceedings, Bandung Indonesia.

Suharti, L. & Sirine, H. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi niat kewirausahaan (entrepreneurial intention) studi terhadap mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Jurnal manajemen dan kewirausahaan, vol 13, No 2. 124-134.

Sunyoto & Wahyuningsih. 2003. Panduan Kewirausahaan Teori, Evaluasi, dan Wirausaha Mandiri. Bogor: Esia Media.

Sunyoto, Danang. 2013. Kewirausahaan Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Suryana, 2013. Kewirausahaan Kiat dan Proses Menuju Sukses. Edisi Empat, Salemba Empat, Jakarta.

Suzie, S. 2013. Peran Wirausaha dalam Suatu Negara, https://suzieitaco. wordpress. com/2013/09/17/peran-wirausaha-dalam-suatu-negara/, diakses 10 Oktober 2017, jam 4.59.

Welniandriani. 2016. Tipe-tipe Wirausaha.https://welniandriani.blogspot.com/ 2016/ 08/tipe-tipe-wirausaha.html.

William, D. Bygrave, DBA & Zacharakis, P.A. (2010). The portable MBA in entrepreneurship. 4th ed., Vol. 28. Singapore: John Wiley & Sons, Inc. http://doi.org/10.1016/0024-6301(95)90951-6

Wiriani, W., Piatrini, S.Y & Ardana. 2013. Efek moderasi locus of control pada hubungan pelatihan dan kinerja pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Bandung. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, 8(2): 99-105.

Zimmerer, Scarborough, & Wilson. (2008). Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil Buku 1. (Alih Bahasa: Deny Arnos K dan Dewi Fitriasari). Jakarta: Salemba Empat.

Page 211: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

! ! !!

!! 198

GLOSARIUM

A Achievement : hasil yang dicapai; sukses yang dicapai; pencapaian. Aliansi strategis : suatu persetujuan antara dua organisasi bekerjasama untuk

mencapai satu atau lebih tujuan umum strategis. Angkatan kerja : penduduk usia produktif yang sudah mempunyai

pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. B Bakat : kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo

yang relatif pendek dibandingkan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir.

Bekerja keras : kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah atau berhenti sebelum target kerja tercapai dan selalu mengutamakan atau memperhatikan kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan.

Biaya : pengorbanan-pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk (barang dan/atau jasa

Business owner : pembisnis yang ikut serta bahkan turun langsung dalam mengelola bisnisnya.

Business to Business (B2B)

: transaksi yang dilakukan secara elektronik maupun fisik dan terjadi antara entitas bisnis satu ke bisnis lainnya.

Business to Customer (B2C)

: bisnis yang melakukan pelayanan atau penjualan barang atau jasa kepada konsumen perorangan atau grup secara langsung.

C Co-opetition : istilah bisnis yang sudah tidak awam lagi saat ini, terlahir

dari suatu perkawinan antara konsep kerjasama (Cooperation) dan persaingan (Competition) dalam dunia Bisnis. Jika dulu semua perusahaan saling bersaing dengan upaya untuk menjadi yang pertama di Market, maka di era modern bisnis perspektif persaingan bergeser ke arah kerjasama.

Comfort zone : zona nyaman, kata “nyaman” disini bukan berarti sebenarnya “nyaman” sesuatu yang enak, empuk, tidak ada masalah. tetap di comfort zone. Jadi comfort zone adalah kondisi dimana kita tidak melakukan tindakan apa-apa untuk memperbaiki kondisi kita sekarang, apapun kondisi kita sekarang itu. Zona dimana kita tidak mau bergerak dari kondisi itu.

Competition : suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan terjadi apabila terdapat

Page 212: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

! ! !!

!! 199

beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya terbatas atau mejadi pusat perhatian umum.

Copreneurs : pasangan yang terjun ke dalam bisnis dan memiliki hubungan pribadi

Creative entrepreneur : orang yang menggunakan kreativitas untuk memunculkan kekayaan di dalam diri mereka sendiri dibandingkan dengan menggunakan modal eksternal

Customer to Customer (C2C)

: salah satu model e-commerce dalam hal ini konsumen menjual secara langsung pada konsumen yang lain, atau dapat dapat juga dikatakatan sebagai transaksi jual-beli antar konsumen.

D Daya saing : Kesanggupan, kemampuan dan kekuatan untuk bersaing. Dedikasi : sebuah pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi

keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yg luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh.

Digital native : generasi yang lahir dimana teknologi sudah berada di lingkungannya (dimulai tahun 1990).

1. Disiplin : perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya merupakan tanggung jawabnya.

E E-commerce : penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan

jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www, atau jaringan komputer lainnya.

Economic value : memberi dampak terhadap pemahaman publik mengenai seberapa baik kegiatan bisnis tersebut memiliki perhatian pada permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan

Ekolabel/ecolabel : logo atau pernyataan pada produk atau kemasan yang mengidentifikasin produk hijau

Employee : pegawai, karyawan, atau pekerja, yang artinya adalah orang yang telah memenuhi syarat yang berwenang, diangkat oleh orang atau pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan yang diembannya, lalu digaji berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku atau kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan.

1. Energi

: vitalitas dan kekuatan tubuh untuk melakukan suatu tindakan

Entrepreneurship : proses pola pikir dengan menciptakan sesuatu yang lain yang menggunakan waktu untuk aktivitas yang disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa untuk memperoleh kepuasan serta kebebasan pribadi

Environmental stewardship

: bertanggung jawab atas penggunaan dan perlindungan lingkungan alam melalui konservasi dan praktik berkelanjutan.

Era globalisasi : era dimana berbagai aktivitas entitas tidak mengenal batas negara

Esteem needs : kebutuhan akan penghargaan diri, pengakuan serta

Page 213: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

! ! !!

!! 200

penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya.

F Family owned Business : satu atau lebih anggota dari satu atau lebih keluarga

memiliki kepemilikan komitmen yang signifikan terhadap keseluruhan bisnis.

Finansial : adalah aspek yang terkait dengan kegiatan perusahaan dalam mengembangkan, mengalokasikan dan menggunakan sumberdaya keuangan.

Fleksibilitas : kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja dengan efektif dalam situasi yang berbeda, dan dengan berbagai individu atau kelompok.

Franchise Entrepreneur : wirausaha yang terbatas. Kekuasaan seorang wirausaha waralaba dibatasi dengan hubungan kontrak kerja dengan franchisor.

G Green banking : konsep yang mendorong bisnis perbankan membantu

pengurangan pencemaran lingkungan. Green economy : sebuah rezim ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan

manusia dan kesetaraan sosial, sekaligus mengurangi risiko lingkungan secara signifikan. Sedangkan ekonomi hijau ekologis merupakan sebuah model pembangunan ekonomi yang berlandaskan pembangunan berkelanjutan dan pengetahuan ekonomi ekologis.

Green entrepreneurship model

: mengefektifkan peluang keuntungan, karena awareness dari calon customer terhadap produk ramah lingkungan.

Green entrerepneurial behavior

: perilaku yang mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam karakteristik kewirausahaan, yang dalam operasionalisasinya yang memenuhi prinsip perilaku proaktif dengan memperhatikan unsur legalitas dan juga mengurangi ketidakpastian dan ambiguitas.

Green investment : program pemberian insentif bagi bidang usaha ramah lingkungan atau investasi hijau

Green marketing : semua kegiatan pemasaran yang dikembangkan untuk merangsang dan mempertahankan sikap perilaku konsumen yang ramah lingkungan.

Growth : kebutuhan akan pertumbuhan H Hard skill : kemampuan yang bersifat lebih kepada teknis pekerjaan

seperti kemampuan menguasai bahasa asing, teknologi, dan kemampuan akademis.

Home based entrepreneur

: pengusaha berbasis rumah sebagai tempat untuk menjalankan suatu usaha

I Imbalan wirausaha : hasil yang diharapkan wirausaha yang tidak hanya

mengganti kerugian waktu dan uang yang diinvestasikan tetapi juga memberikan imbalan yang pantas bagi resiko dan inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan

Page 214: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

! ! !!

!! 201

bisnis mereka sendiri. Dengan demikian imbalan berupa laba merupakan motivasi yang kuat bagi wirausaha tertentu.

Infrastruktur : kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor privat sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik.

Inkubator bisnis : perusahaan / lembaga yang memberikan suatu program yang didesain untuk membina dan mempercepat keberhasilan pengembangan bisnis melalui rangkaian program permodalan yang diikuti oleh dukungan kemitraan / pembinaan elemen bisnis lainnya dengan tujuan menjadikan usaha tersebut menjadi perusahaan yang profitable, memiliki pengelolaan organisasi dan keuangan yang benar, serta menjadi perusahaan yang sustainable, hingga akhirnya memiliki dampak positif bagi masyarakat.

Inovasi : suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.

Inovasi produk : hasil dari pengembangan produk baru oleh suatu perusahaan atau industri, baik yang sudah ada maupun belum.

Inovatif : Usaha seseorang dengan mendayagunakan pemikiran, kemampuan imajinasi, berbagai stimulan, dan individu yang mengelilinginya dalam menghasilkan produk baru, baik bagi dirinya sendiri ataupun lingkungannya.

Investasi : kegiatan yang ditujukan untuk pengadaan sumberdaya baru serta perbaikan terhadap sumberdaya yang telah ada pada perusahaan.

J Jejaring : pola hubungan secara fungsional diantara komponen-

komponen yang diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. 2. Jujur : lurus hati; tidak berbohong (msl dengan berkata apa

adanya. K

a. Keadilan : kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.

Kecepatan : waktu yang digunakan untuk menempuh jarak tertentu. Kecerdasan Finansial : Ukuran kemampuan seseorang dalam memahami

pentingnya prencanaan dan penerapan tata kelola keuangan yang baik.

Kemampuan (ability) : kecakapan atau potensi seseorang untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.

1. Keorisinalan : kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara leluasa dan kualitas untuk menjadi sesuatu yang baru.

2. Kepemimpinan : proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan

Page 215: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

! ! !!

!! 202

organisasi. Ketidakpastian : sebutan yang digunakan dengan berbagai cara di sejumlah

bidang, termasuk filosofi, fisika, statistika, ekonomika, keuangan, asuransi, psikologi, sosiologi, teknik, dan ilmu pengetahuan informasi.

Keuntungan : dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan).

Kewirausahaan

: kemauan dan kemampuan seseorang dalam menghadapi berbagai resiko dengan mengambil inisiatif untuk menciptakan dan melakukan hal-hal baru melalui pemanfaatan kombinasi berbagai sumberdaya dengan tujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dan memperoleh keuntungan sebagai konsekuensinya.

Kolaborasi : bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat.

Komitmen : kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain

3. Kreativitas : kemampuan untuk memahami dunia, menginterprestasi pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara yang baru dan asli. Kreativitas adalah kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu (hasil) yang baru atau asli atau pemecahan suatu masalah. Kreatifitas adalah cara-cara berpikir yang divergen, berpikir yang produktif, berdaya cipta berpikir heuristik dan berpikir lateral.

L Lapangan kerja : ketersediaan kerja atau pekerjaan yang bisa diisi oleh

tenaga kerja. M Manajemen : kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan kerjasama di

antara semua sumberdaya yang terlibat dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Mandiri : Market driven : Migrant Entrepreneur : pengusaha imigran, orang yang pindah dari negaranya ke

negara lain untuk mengembangkan usahanya.Minat : suatu proses pengembangan dan pencampuran seluruh

kemampuan yang ada untuk mengarahkan individu kepada suatu kegiatan yang dimininatinya.

Monority Entrepreneur : pengusaha minoritas, penghubung dengan pemilik minoritas sesama pengusaha kecil, sering mendiskusikan tantangan dan sarana pertukaran bisnis

Motivasi : suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang

Page 216: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

! ! !!

!! 203

melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. N

1. Negosiasi : sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak-pihak yang terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan. Menurut kamus Oxford, negosiasi adalah suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal.

Organisasi : sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

P Pantang menyerah : hal (perbuatan) yang terlarang menurut adat atau

kepercayaan, sedangkan menyerah adalah berserah;pasrah;kita tidak mampu berbuat apa-apa selain dari-kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Secara terminologi (menurut istilah), pantang menyerah adalah tidak mudah putus asa dalam melakukan sesuatu, selalu bersikap optimis, mudah bangkit dari keterpurukan.

Part time entrepreneur : orang yang menjalankan usahanya secara separuh waktu dikarenakan adanya jadwal kegiatan yang padat.

Pelayanan : jasa yang diberikan oleh perusahaan terkait dengan produk yang dihasilkan dalam rangka memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan konsumen.

Peluang : suatu cara untuk mengungkap pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan berlaku atau telah terjadi. Peluang juga dikenal sebagai kebolehjadian atau probabilitas. Berbicara tentang peluang, tentunya masih sangat umum karena peluang bisa ada dalam berbagai hal seperti peluang dalam ilmu eksak matematika, peluang usaha, peluang bisnis, dan juga peluang lainnya yang berhubungan dengan sains, keuangan, ataupun filsafat.

Pemasaran : proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai di dalam pasar.

Pencemaran : masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, factor, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Pengangguran : orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan

Penghasilan : jumlah uang yang didapat dari hasil penjualan dalam jangka waktu tertentu yang telah kurangi dengan harga pokok penjualan (HPP), beban dan biaya-biaya lainnya. Penghasilan (Income) lebih menitik beratkan pada pengertian pendapatan bersih (net income).

3. Percaya Diri

: sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi.

Page 217: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

! ! !!

!! 204

Pertumbuhan ekonomi : proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.

Perusahaan : tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada pula yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha untuk perusahaannya.

Physiological needs : Kebutuhan yang bersifat biologis yaitu kebutuhan makan, minum, perlindungan, fisik, bernafas, dan sexsual.

Prestasi : asil dari usaha. Prestasi diperoleh dari usaha yang telah dikerjakan. Dari pengertian prestasi tersebut, maka pengertian prestasidiri adalah hasil atas usaha yang dilakukan seseorang.

Produk : sekumpulan atribut yang factor maupun yang tidak factor mencakup warna, bentuk, aroma, kemasan dan sebagainya yang diterima oleh konsumen dan dapat memenuhi kebutuhannya.

Produksi : kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana, agar menghasilkan produk yang dibutuhkan dan sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen.

Produktif : sikap yang ingin terus berkarya atau menghasilkan sesuatu hal yang bermanfaat bagi diri sendiri atau orang lain.

Profesional : orang yang memiliki profesi atau pekerjaan yang dilakukan dengan memiliki kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh kepada nilai moral yang mengarahkan serta mendasari perbuatan.

Promosi : kegiatan perusahaan yang berguna untuk menjalin komunikasi kepada konsumen dengan maksud mempengaruhi dan mendorong konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan.

R 5. Realistis : cara berpikir yang penuh perhitungan dan sesuai dengan

kemampuan, sehingga gagasan yang akan diajukan bukan hanya angan-angan atau mempi belaka tetapi adalah sebuah kenyataan.

Relatedness : kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain Reputasi/citra : sebagai a picture of mind, yaitu suatu gambaran yang ada di

dalam benak seseorang. Citra dapat berubah menjadi buruk atau negatif, apabila kemudian ternyata tidak didukung oleh kemampuan atau keadaan yang sebenarnya.

Risiko : bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi Risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana

Page 218: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

! ! !!

!! 205

jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian.

S Safety needs. : kebutuhan perlindungan dari ancaman, bahaya, dan

lingkungan kerja. SDM : salah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak dapat

dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun perusahaan. SDM berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah organisasi sebagai penggerak, pemikir dan perencana untuk mencapai tujuan organisasi itu.

Segmen pasar : kelompok besar (yang memiliki sekumpulan karakteristik) yang dapat diidentifikasi dalam sebuah pasar

Self actualization : orang yang bekerja sendiri, bukan untuk majikan atau bos. Artinya adalah orang yang menciptakan pekerjaaan sendiri atau yang biasa disebut dengan wirausaha.Ia menciptakan pekerjaan dan memulai usahanya dari nol.

Self efficacy : kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

Self employed : orang yang bekerja lepas (tidak bekerja sebagai employee pada perusahaan orang lain) dan biasanya melakukan sendiri semua pekerjaannya karena semuanya bergantung pada keahlian khusus yang dimiliki. Tipe Self Employed adalah seperti Dokter, Artis, Pedagang dan lainnya.

Sikap mental : konsepsi perilaku yang muncul dari jiwa seseorang sebagai reaksi atas dasar situasi yang mempengaruhinya.

Social entreprenuer : seseorang yang mampu mengidentifikasi problem sosial di sekitarnya.

Social needs : kebutuhan untuk diterima dalam kelompok unit kerja, berafiliasi, berinteraksi, serta rasa dicintai dan mencintai.

Softskill : kemampuan yang lebih bersifat pengembangan sikap dan karakter diri seperti kemampuan berkomunikasi yang baik,mampu bekerja dalam tim, dan kemampuan dalam manajemen waktu dengan baik.

Sponsorship : dukungan finansial atau materi pendukung kepada suatu organisasi, orang, atau aktivitas yang dipertukarkan dengan publisitas merek dalam suatu hubungan kerjasama. Sponsorship dapat membedakan sekaligus meningkatkan nilai suatu merek.

1. Strategi : peta perjalanan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan Suistanable Development Goals/ SDGs

: 7 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa/ PBB sebagai agenda pembangunan dunia untuk kemaslahatan manusia dan menjamin masa depan dunia dan umat manusia yang lebih baik.

T Target pasar : kegiatan perusahaan untuk memilih dan menentukan pasar

yang lebih spesifik agar produk yang ditawarkan dapat diterima oleh konsumen dan mendapatkan respon.

Page 219: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk

! ! !!

!! 206

Technopreneur : seorang wirausahawan yang menghasilkan kekayaan dengan cara memanfaatkan teknologi informasi yang pesat berkembang.

Tenaga kerja : adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat/

Transaksi : peristiwa-peristiwa dalam perusahaan yang bersifat keuangan (finansial)

Triple bottom line : People, Planet, Profit . Tujuan : penjabaran visi dan misi, dan merupakan hal yang akan

dicapai atau dihasilkan oleh organisasi/perusahaan. Tujuan usaha berupa target yang bersifat kuantitatif dan merupakan pencapaian ukuran keberhasilan kinerja perusahaan.

U Usaha : kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan

penghasilan berupa uang atau barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mencapai kemakmuran hidup. Tentu usaha yang dilakukan secara terus menerus akan membuahkan hasil yang maksimal. Artinya kalau berbicara usaha, kegiatan untuk mencapai keuntungan baik langsung maupun tidak langsung.

W Win-win solution : negosiasi antara dua pihak yang akan mendapatkan

keuntungan sama banyaknya. Wirausahawan : orang yang memiliki mindset petualang dalam karir untuk

menginovasikan nilai tambah terhadap sesuatu. seseorang yang menemukan gagasan baru dan selalu berusaha menggunakan sumber daya yang dimiliki secara optimal untuk mencapai tingkat keuntungan tertinggi. Orang-orang yang memiliki kemauan dan kemampuan melihat serta memanfaatkan peluang-peluang usaha, mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan dengan memanfaatkan potensi diri yang dimilikinya untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh stakeholders.

Women entrepreneur : perempuan pengusaha, perempuan yang terjun di dunia wirausaha dalam skala kecil maupun skala besar. Banyak wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis

Page 220: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk ! ! !!!

!!

"#$!207

A

Achievement,189, 196, 198 Aliansi strategis , 271 Angkatan kerja, 11, 149, 150, 152, 153

B Bakat,173, 189, 241, 244, 248 Bekerja keras, 141, 159, 163, 164, 174, 180, 200, 243 Biaya, 151, 152, 155, 156, 160, 165, 199, 215, 220, 229, 230, 242, 257, 263, 265, 266, 268, 269, 274, 276, Business owner, 203, 204, 205, 207 Business to Business (B2B), 208, 209 Business to Customer (B2C), 214

C Co-opetition, 212 Comfort zone, 247 Competition, 212 Copreneurs, 22 Creative entrepreneur, 20 Customer to Customer (C2C), 212, 216

D Daya saing, 255, 256, 258, 259, 260, 261, 262, 263, 264, 266, 271, Dedikasi, 229 Digital native, 212 Disiplin, 20, 166, 167, 229, 230, 231, 245, 249,

E E-commerce, 208, 209, 214, 217, 218, 220, 273 Economic value, 1 Ekolabel/ecolabel, 7 Employee, 201, 202, 203, 205,

Energi, 2, 3, 4, 8, 147, 178, 224, 225, 237, 249, 255 Entrepreneurship, 9, 16, 17, 18, 19, 20, 257, 262, 292 Environmental stewardship, 226 Era globalisasi, 1, 221, 222, 264, 270, Esteem needs, 187

F Family owned business, 22 Finansial, 21, 140, 201, 205, 206, 228, 258, 296 Fleksibilitas, 16, 169 Franchise entrepreneur, 23

G Green banking, 7, 8 Green economy,10, 293 Green entrepreneurship model, 9Green entrerepneurial behavior, 10, 293 Green investment, 6 Green marketing, 1 Growth, 5, 17, 22, 142, 158, 190

H Hard skill, 175 Home based entrepreneur, 22

I Imbalan wirausaha, 18, 27 Infrastruktur, 170, 171, 221, 222, 255 Inkubator bisnis, 292 Inovasi, 7, 16, 17, 18, 20, 23, 25, 142, 143, 144, 145, 148, 160, 161, 166, 179, 199, 217, 219, 220, 227, 245, 256, 257, 260, 263, 276, 294, 295 Inovasi produk, 144, 294 Inovatif, 4, 15, 19, 143, 167, 169, 220, 245, 258, 259, 270

INDEKS !

Page 221: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk ! ! !!!

!!

"#%!208

Investasi, 6, 18, 27, 140, 157, 164, 174, 204, 205, 208, 219, 223, 228, 245, 249, 255, 257, 262, 264, 265

J Jejaring, 210, 257, 295 Jujur, 19, 167, 175, 185, 231, 232, 253, 289

K Keadilan, 9, 191, 220 Kecepatan, 169, 219, 237 Kecerdasan finansial, 205, 206 Kemampuan (ability), 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 145, 146, 147, 148, 158, 162, 163, 165, 166, 169, 171, 173, 174, 175, 177, 178, 179, 182, 184, 186, 187, 189, 194, 197, 202, 205, 206, 216, 221, 232, 245, 246, 256, 258, 261, 265, 277, 283, 284, 293, 296 Keorisinalan, 166 Kepemimpinan, 23, 26, 144, 165, 166, 206 Ketidakpastian, 15, 18, 27, 173, 198, 199, 227, 248 Keuntungan, 9, 10, 15, 16, 17, 20, 21, 140, 162, 163, 164, 165, 174, 175, 181, 184, 198, 199, 200, 214, 215, 216, 220, 221, 222, 228, 229, 230, 240, 246, 248, 261, 272, 276, 277 Kewirausahaan, 1, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 27, 141, 142, 143, 144, 148, 157, 158, 166, 168, 169, 170, 171, 184, 185, 197, 198, 208, 227, 241, 244, 245, 248, 253, 257, 258, 282, 283, 293 Kolaborasi, 210, 212, 215, 257, 266, 269, 270, 284 Komitmen, 3, 8, 10, 18, 19, 22, 23, 27, 142, 144, 155, 166, 167, 175, 198, 225, 264, 272, 287, 296 Kreativitas, 7, 16, 17, 18, 20, 23, 163, 166, 167, 179, 180, 199, 227, 257, 259, 280, 290

L

Lapangan kerja, 5, 10, 11, 13, 22, 148, 149, 151, 156, 157, 158, 161, 164, 182, 254, 255, 296

M Manajemen, 10, 15, 18, 25, 177, 193, 198, 206. 217, 221, 227, 229, 230, 233, 247, 253, 255, 258, 266, 267, 268, 272, 281, 282, 283, 293Mandiri, 8, 10, 16, 18, 19, 21, 168, 169, 195, 198, 199, 202, 242, 278, 279, 281, 289, 292, 295, Market driven, 6, 26 Migrant entrepreneur, 21 Minat, 26, 140, 148, 151, 155, 157, 158, 173, 177, 185, 205, 227, 234, 241, 274, 279, 289 Monority entrepreneur, 21 Motivasi, 14, 140, 146, 154, 158, 162, 164, 165, 168, 172, 184, 185, 186, 188, 189, 191, 192, 193, 194, 195, 196, 197, 198, 199, 233, 234, 235, 236, 237, 241, 243, 265, 269, 270, 276, 282

N Negosiasi, 177, 178, 263Organisasi, 10, 17, 21, 26, 142, 143, 144, 145, 172, 176, 182, 183, 187, 189, 190, 191, 192, 193, 195, 197, 198, 202, 230, 249, 253, 257, 264, 270, 293

P Pantang menyerah, 169 Part time entrepreneur, 21 Pelayanan. 19, 167, 214, 217, 218, 230, 233, 261, 265, 269, 272, 282 Peluang. 1, 5, 9, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 25, 26, 142, 145, 157, 158, 162, 163, 164, 165, 166, 172, 176, 177, 179, 180, 182, 184, 189, 199, 200, 212, 213, 219, 221, 223, 226, 227, 228, 229, 232, 238, 245, 246, 248, 249, 255, 257, 258, 259, 264, 265, 271, 275, 276, 279, 296, Pemasaran, 1, 19, 25, 26, 144, 159, 206, 218, 233, 242, 253, 255, 261, 263, 265, 267, 271, 272, 277, 279, 280, 283, 287, 288, 290, 292, 297

Page 222: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk ! ! !!!

!!

"#&!209

Pencemaran, 7 Pengangguran, 11, 13, 14, 148, 149, 150, 151, 152, 153, 158, 181, 182 Penghasilan, 140, 148, 181, 182, 199, 203, 204, 205, 221, 229, 230, 242, 248, 274, 293, 296, Percaya diri, 144, 165, 175, 176, 184, 248, 274, 277, 282 Pertumbuhan ekonomi, 9, 12, 157, 171, 220, 262, 263 Perusahaan, 1, 2, 3, 4, 5, 12, 13, 19, 23, 24, 25, 140, 141, 143, 145, 148, 150, 154, 156, 159, 164, 167, 169, 170, 182, 185, 187, 198, 199, 200, 202, 204, 205, 207, 208, 209, 210, 213, 214, 215, 216, 217, 218, 219, 220, 221, 222, 223, 224, 225, 226, 227, 228, 229, 230, 233, 234, 242, 243, 253, 254, 256, 258, 259, 260, 261, 264, 265, 266, 267, 268, 269, 270, 271, 272, 273, 282, 294, Physiological needs, 186 Prestasi, 4, 21, 142, 144, 160, 161, 165, 185, 186, 187, 188, 189, 191, 194, 195, 196, 197, 233, 234, 235, 236, 241, 243, 270 Produk, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 23, 24, 140, 143, 144, 145, 155, 159, 166, 167, 168, 177, 180, 209, 210, 214, 217, 218, 220, 222, 223, 225, 226, 230, 231, 232, 233, 241, 242, 253, 254, 255, 256, 258, 259, 260, 261, 262, 263, 265, 266, 267, 268, 269, 270, 271, 272, 273, 275, 276, 277, 280, 291, 291, 292, 296, 297 Produksi, 2, 6, 7, 12, 17, 19, 23, 24, 26, 144, 156, 157, 159, 227, 255, 259, 261, 262, 266, 267, 268, 271, 273, 277, 278, 279, 283, 284, 285, 287, 288, 289, 293, 294, 297 Produktif,156, 169, 263, 274, 275, 276, 277, 278 Profesional, 148, 178, 202, 273, Promosi, 167, 208, 215, 257, 259, 282, 295

R Realistis, 145, 168, 183, 221

Relatedness, 190 Reputasi/citra, 25, 160, 175, 226 Risiko, 15, 18, 148, 157, 164, 165, 174, 181, 189, 199, 200, 205, 207, 219, 227, 228, 234, 246, 247, 248

SSafety needs, 186 SDM, 258, 281, 283, 297Segmen pasar, 226 Self actualization, 187, 190 Self efficacy, 14 Self employed, 202, 203, 204 Sikap mental 21, 174 Social entrepreneur, 13 Social Needs, 186 Softskill, 175 Sponsorship, 180 Strategi, 1, 2, 3, 12, 25, 26, 143, 147, 161, 170, 171, 192, 222, 224, 227, 228, 232, 249, 255, 257, 259, 260, 261, 263, 265, 270, 271, 279, 280, 290 Suistanable Development Goals/ SDGs, 8

T Target pasar, 209 Technopreneur, 20 Tenaga kerja, 5, 10, 12, 13, 151, 156, 157, 196, 224, 233, 251, 262, 275 Transaksi, 177, 178, 209, 211, 214, 216, 218, 297 Triple Bottom Line, 224 Tujuan, 3, 4, 8, 10, 21, 24, 143, 145, 146, 147, 149, 151, 162, 163, 164, 165, 172, 178, 182, 184, 190, 192, 196, 197, 198, 199, 200, 221, 234, 237, 238, 264, 266, 267, 269, 270, 272, 276, 284, 288

U Usaha, 1, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 141, 142, 143, 145, 151, 154, 155, 156, 157, 158, 159, 160, 161, 162, 163, 164, 165, 168, 169, 170, 171, 172, 173, 174, 175, 176, 177, 178, 179, 180, 181, 182, 183, 184, 185, 188, 189, 191, 192, 197, 203, 207, 208,

Page 223: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk ! ! !!!

!!

"'#!210

226, 227, 228, 229, 231, 232, 233, 235, 237, 238, 243, 244, 246, 249, 250, 251, 253, 254, 255, 256, 257, 258, 259, 260, 261, 262, 263, 264, 265, 266, 267, 268, 269, 270, 271, 272, 273, 274, 275, 277, 278, 279, 281, 282, 285, 289, 292, 293, 295, 296, 297

W Win-win solution, 177 Wirausahawan, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 20, 26, 148, 149, 154, 159, 162, 163, 164, 165, 166, 167, 168, 169, 170, 171, 184, 185, 197, 198, 199, 200, 227, 228, 229, 230, 231, 232, 233, 236, 237, 241, 247, 275, 294, 295 Women entrepreneur, 21

Page 224: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk ! ! !!!

! ! !"##!211

BIO DATA PENULIS

Sri Widyastuti Lahir di Pati, 25 April 1962.

Staf Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pancasila. Menempuh S1 di Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta Fakultas Ekonomi Manajemen Perusahaan.

Kemudian melanjutkan S2 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi. IPWI Jakarta,

ManajemenPemasaran dan S2 di Universitas Indonesia

Program Pasca Sarjana Kajian Wilayah Timur Tengah Islam, Manajemen Perbankan Syariah,

serta S3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Program Doktor Ekonomi,

Konsentrasi Manajemen Bisnis, 2010-2013. Aktif dalam penelitian dengan ID SCOPUS: 57203513578

Melaksanakan Pengabdian kepada Masyarakat dengan aktif sebagai Dewan Pengurus DPP IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia), Sekretaris

Departemen Penelitian Manajemen Perbankan Syariah, 2015- 2019 dan Ketua Komisariat ISEI Cabang Jakarta 2017-2021.

Mengikuti berbagai seminar nasional dan internasional, diantaranya Presenter, 1st International Conference on Managing Sustainable Tourism

ICEBM, Lombok Indonesia on 2nd-4th October 2017. How The Halal Tourism Industry can be Improving The Nations Competitiveness: A literature reviews.

Presenter, 5th Global Islamic Marketing Conference – Kuala Lumpur, Malaysia, 2014. Developing Customer Equity through Brand Image of Islamic

Banking. Participant, Discussion On “ Managing Doctoral Degree at International Level

21st’ January 2011 - Nation University of Singapore. Selain mengajar dan meneliti, tercatat sebagai

Direktur, PT. Absyir Inti Usaha, General Trading, 2010 - sekarang.

!

Page 225: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk ! ! !!!

! ! !"#"!212

Laili Savitri Noor Lahir di Jakarta, 28 November 1970

Staf Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila

S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila S2 di STIE IPWI Jakarta

Saat ini sedang menempuh Program S3 Ekonomi Bisnis di Universitas Pancasila Jakarta

Aktif melaksanakan penelitian terkait dengan UMKM

dan memperoleh dana Hibah Kemenristek Dikti Aktif melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

Aktif sebagai Pengurus ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) Komisariat FEB – UP 2017 s/d 2021 juga sebagai Pengurus IAEI (Ikatan Ahli

Ekonomi Islam Indonesia) Komisariat FEB – UP 2015 s/d 2019 Sebagai Anggota Asosiasi Dosen Indonesia (ADI)

Mengikuti berbagai seminar Nasional dan Internasional Sebagai narasumber pada berbagai Pelatihan-pelatihan Kewirausahaan

bagi UMKM dan Mahasiswa Sebagai Dewan Pendiri pada Yayasan Nurul Huda / Panti Asuhan Hidayah (2012) Kranggan –Bekasi

Sebagai Direktur Marketing pada Solusi Human Resources Consultan tahun 2015 s/d sekarang

Sebagai Distributor pada PT. Herbal Insani tahun 2006 s/d sekarang

Bayu Retno Widiastuti

Lahir di Bandung, 3 Oktober 1961 Staff Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Univ. Pancasila Mata Kuliah Kewirausahaan, MSDM,

Perilaku Organisasi S1 Psikologi di Universitas Indonesia

S2 di IGI Jakarta Konsentrasi Manajemen SDM

Aktif dalam penelitian di Universitas Pancasila Anggota HIMPSI (Himpunan Psikologi) DKI Jakarta

Anggota ADI (Asosiasi Dosen Indonesia) Pelatih dalam Perkoperasian Indonesia bersama PT. Era Mandiri

Sebagai narasumber pada pelbagai Pelatihan-pelatihan Kewirausahaan bagi UMKM dan Mahasiswa

Direktur HRD Solusi Human Resources Consultant Tahun 2015 s/d sekarang

Page 226: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN

GREEN ENTREPRENEURSHIP Sri Widyastuti, dkk ! ! !!!

! ! !"#$!213

!

!

!

Wahid Syafruddin Lahir di Depok, 10 Nopember 1983

Owner Wahid Home IndustryMenempuh S1 di Universitas Pancasila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajement Menempuh S2 Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatulloh Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Hukum Ekonomi Syariah 2016 – sekarang (proses thesis)

Aktif dalam organisasi kewirausahaan UMKM Ketua Asosiasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Kota Depok 2016 - 2018 Pengurus Asosiasi Industri kreatif Kota Depok 2014 - 2016

Melaksanakan dan berkontribusi dalam pengabdian masyarakat sebagai pelaku usaha

Pelatihan Bisnis model kanvas untuk pelaku usaha pemula Pelatihan pemanfaatan media social untuk memasarkan produk UMKM

Pelatihan dan pemberdayaan masyarakat, mengolah limbah konveksi sebagai bahan baku pembuatan keset

Mengikuti berbagai seminar nasional dan international, diantaranya Menggalang kekuatan entrepreneurship menuju bangsa mandiri dan

bermartabat, 3-4 Desember 2010 di Universitas Airlangga 15 th UNESCO – APEID International Conference Inspiring Education

Creativity and entrepreneurship, Hotel Sultan The 1st International Conference on Law and Justice

“Good Governance and Human Right in Muslim Countries: Experiences and Challenges”, Asean Marketing summit 2016

!

!

!

!

!

!

!

Page 227: KREASI KESET DARI LIMBAH KONVEKSIdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...COVER i KATA SAMBUTAN vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB I : PENDAHULUAN