kosme tugas 2 pdf

Upload: enrico-yuwono

Post on 08-Jul-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    1/16

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I. LATAR BELAKANG

    Kulit adalah lapisan terluar dari tubuh sehingga secara terus menerus akan

    terpapar oleh stimulus lingkungan. Profil dan fungsi kulit dipelihara oleh dua

    hal yang penting yaitu keseimbangan kadar air pada stratum korneum dan

    lipid pada permukaan kulit. Paparan dari faktor eksternal seperti kelembaban

    udara, radiasi ultraviolet dan suhu, sedangkan faktor endogen seperti hormon

    dapat menggangu keseimbangan kulit. Adapun faktor lain seperti frekuensi

    penggunaan sabun, detergen, dan bahan irritant misalnya alkohol dan air

    dengan suhu tinggi dapat melepaskan sebagian lapisan lipid permukaan kulit.

    Ketika keseimbangan tersebut terganggu dapat menimbulkan kondisi

    kulit patologis yang dikenal sebagai kulit kering atau xerosis. Xerosis adalah

    hasil dari penurunan kadar air pada stratus korneum yang menyebabkan

    deskuamasi abnormal korneosit karena berkurangnya permeabilitas

    pelindung. Untuk mempertahankan profil dan fungsi kulit yang normal, kadar

    air pada stratum korneum harus lebih besar dari 10%. Berkurangnya kadar

    kelembaban hingga 10% dikarakterisasi sebagai xerosis. Kadar air dapat

    berkurang melalui proses evaporasi ke lingkungan dengan kondisi

    kelembaban udara yang rendah dan harus digantikan kembali oleh air dari

    lapisan dermis maupun epidermis kulit di bawahnya.

    Prevalensi xerosis atau kulit kering sangat bergantung pada

    lingkungan (environmental-dependent ), hampir setiap orang pernah

    mengalami kondisi kulit kering atau xerosis tersebut. Prevalensi pada

    beberapa negara lain, seperti di Brazil, Australia, Turki, dan lain lain adalah

    35 % - 70%. Sedangkan prevalensi xerosis di Indonesia adalah 50 %- 80 %.

    Salah satu cara dapat mengatasi xerosis adalah melalui  peeling . 

    Berdasarkan sifatnnya, terdapat dua jenis pengelupasan kulit atau  peeling ,

    yaitu pengelupas fisik dan kimia. Pengelupasan fisik yaitu dengan

    menggunakan padi-padian atau spons kasar digunakan dengan pembersih.

    Pengelupas kimia dapat menggunakan asam hidroksi, asam buah, produk

    glikolat. Pengelupas kulit dapat digolongkan berdasarkan kedalaman kulit

    yang mengelupas , yaitu peeling dangkal, menengah, dan dalam. Pada

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    2/16

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    3/16

    3

    b. Bagaimana pengaruh dan mekanisme golongan asam hidroksi dalam

    mengatasi kulit kering?

    c. Bagaimana penggunaan golongan asam hidroksi yang sesuai sebagai

    kosmetika?

    III. TUJUAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari mengenai penggunaan golongan

    asam hidroksi sebagai kosmetika, dan kemampuannya dalam mengatasi

    permasalahan kulit kering/xerosis, serta penggunaan golongan asam hidroksi

    yang baik pada kulit.

    IV. MANFAAT

    Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui penyebab dari kulit

    kering/xerosis, mekanisme penanganan kulit kering dengan menggunakan

    golongan asam hidroksi, dan mengetahui efek samping yang mungkin terjadi

    pada penggunaan golongan asam hidroksi untuk memungkinkan penggunaan

    golongan ini sebaik mungkin sebagai kosmetika.

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    4/16

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    (Sumber: “Cosmeceuticals: Drug vs. Cosmetics”, Elsner P.,Maibach H., 2000)

    Pendahuluan

     Asam hidroksi adalah asam karboksilat organik yang diklasifikasikan sebagai α- dan

    β- (AHA dan BHA), sesuai dengan struktur molekul. Baik AHA dan BHA digunakan

    secara luas didunia dan telah dikenal sebagai zat aktif obat dan kosmetik

    dermatologis. Penerimaan asam hidroksi oleh praktisi medis, kosmetologis, dan

    konsumen kontras dengan berbagai badan independent, karena suatu studi

    menunjukkan efek jangka panjang. Selain itu, sedikit diketahui hubungan yang

    membedakan antara AHA dan BHA serta pengaruh biologis pengaplikasian pada

    kulit.

    Produk kesehatan dan regulasi kosmetik berbeda-beda pada berbagai

    negara, meskipun biologi kulit bersifat sama pada suluruh dunia. Secara umum,

    praktisi medis menganggap defenisi yang berlaku untuk obat dan kosmetik sebagai

    kuno dan tidak dapat berlaku dibeberapa negara. Terdapat bukti nyata bahwaproduk topikal dan bahaya lingkungan mampu memberikan efek biologis pada kulit.

    Efek biologis tersebut membuat berbagai bahan dipertayakan keharusannya

    dianggap sebagai bahan aktif biologis. Permasalahan mengenai defenisi ini

    bioaktivitas ini terjadi karena terdapat besarnya perbedaan tingkat pada beberapa

    kategori produk. Terdapat perbedaan yang besar antara kosmetik dekoratif,

    suplement, dan bahan aktif dalam kosmetologi.

    Saat ini terdapat banyak kontroversi mengenai konsep kosmeseutika.

    Kurangnya klarifikasi yang tepat pada waktunya akan menghasilkan efek negatif.

    Beberapa produk dilarang, meskipun produk tersebut bisa bermanfaat pada

    kosmetologi. Sedang beberapa produk digunakan sebagai kosmetik tanpa evaluasi

    yang cukup mengenai efek biologis. Salah satunya adalah penggunaan AHA.

    Meskipun dengan efek sebagai antixerotik dan kaustik yang nyata pada konsentrasi

    yang diberikan, sedikit informasi yang diketahui mengenai toksisitas umum dan efek

    sekunder yang mungkin terjadi. Kontras dengan efek toksik dari BHA asam salisilatyang telah dikenal memiliki absorpsi perkutan yang tinggi.

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    5/16

    5

    1. STRUKTUR KIMIA DAN KANDUNGAN ALAM DARI AHA

     AHA berkisar dari bahan alifatik sederhana hingga molekul kompleks. Banyak

    senyawa yang dapat diderivatisasi dari bahan alam dan sering disebut asam

    buah. Tetapi, banyak terdapat bahan sintetik yang menghasilkan analog

    terbaru. AHA yang biasa digunakan secara dermatologi dihasilkan dari

    sintesis kimia. Bahan tersebut dikarakterisasi menjadi gugus kimia

    berdasarkan jumlah gugus karboksilat.

    Berdasarkan dari konfigurasi yang dimiliki, AHA mungkin terdapat pada

    struktur stereoisomerik yang disebut enantiomer yang diawali “I” dan “d” atau

    “R” dan “S”. Secara umum AHA secara alami AH A muncul dalam bentuk

    enantiomer penuh dan semua enantiomer mungkin ditemukan.

     Asam glikolik (asam 2-hidroksiethanoat) merupakan konstituen dari jus

    tebu. Asam laktat (asam 2-hidroksipropanoat) disolasi pertama kali pada

    tahun 1780. Asam laktat-I diproduksi oleh mikroorganisme Lactobacillus dan

    berperan dalam rasa dan bau dari susu asam. Enantiomer lainnya, d-asam

    laktat (asam sarkolaktat) dibentuk selama kontraksi otot dan ditemukan juga

    pada apel, ergot, dan tomat. Asam mandelat (asam 2-hidroksi-2-fenilethanolat) didapatkan dari hasil hidrolisis dari ekstrak almond pahit. Asam

    malat (asam 2-hidroksi-1,4- butaneoat) pertama kali diisolasi dari apel pada

    1785. Asam tartat (asam 2,3-hidroksi-1,4-butaneoat) pertama kali diisolasi

    pada tahun 1769, dan banyak terdistribusi pada tanaman, khususnya anggur

    dan ampas khamar. Asam sitrat (2-hidroksi-1,2,3-propanetrikarboksilat)

    pertama kali diisolasi dari jus lemon pada tahun 1784, ditemukan juga pada

    nanas dan tumbuhan citrus lainnya.

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    6/16

    Tabel Klasifikasi asam hidroksi

    2. AKTIVITAS BIOLOGI DARI ASAM HIDROKSI

    Banyak aspek membuat mekanisme kerja dari asam hidroksi masih tidak

    diketahui. Beberapa tahun sebelumnya banyak kosmetika yang mengandung

    asam hidroksi pada pasar dengan performa yang diumbarkan. Kesimpulan

    secara singkat diambil dari studi tidak terkontrol. Informasi keliru dan

    penyataan salah ditampilkan dengan tujuan promosional menutupi kenyataan.

    Paling tidak satu aspek dari aktivitas biologi asam hidroksi didasarkan pada

    kekuatan asam dari bahan tersebut. Karakter fisikokimia diukur melalui

    disosiasi proton dalam larutan dan dinyatakan sebagai pKa. Asam hidroksimempunyai kekuatan asam lebih kuat pada nilai pKa yang lebih rendah.

    Pengurangan satu unit pKa menunjukkan peningkatan kekuatan sepuluh kali

    lipat. Apabila kekuatan asam pada asam hidroksi mempengaruhi efek

    biologis, bagaimanapun juga, hal ini tidak berkolerasi dengan potensi dari

    keseluruhan aksi biologis senyawa ini.

    pH dari formulasi bervariasi secara alami dari asam hidroksi dan

    konsentrasinya. Untuk mencegah iritasi sebaik mungkin, diharapkan agar pHdari formulasi dekat dengan pH dari range pH normal kulit. Hal ini mungkin

    α-hydroxyacids

    (AHA)

     Asam monokarboksilat

     Asam glikolat

     Asam laktat

     Asam mandelat

     Asam dikarboksilat

     Asam malat

     Asam tartrat

     Asam trikarboksilat Asam sitrat

    β-hydroxyacids

    (BHA)

     Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat)

     Asam 2-hidroksi-5-octanyl-hidroksi benzoat

     Asam tropat

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    7/16

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    8/16

    ichthyotic, terjadi deskuamasi karena desmosom bertahan pada bagian luar

    stratum corneum dan menyebabkan akumulasi korneosit sehingga kulit

    menjadi mengelupas.

     Asam salisilat sering digunakan sebagai pengganti BHA oleh ahli

    dermatologi untuk memperbaiki kondisi xerotic. Walaupun campuran dalam

    konsentrasi yang kecil atau sedang terlihat memiliki efek yang kecil pada

    stratum corneum, tetapi terbukti bahwa degradasi desmosomal dapat

    membantu pada kondisi xerotic dan ichtyotic. Karena itu, istilah keratolitik

    adalah nama yang salah, istilah agen desmolitik lebih sesuai.

    Derivat lipofilik dari asam salisilat telah diuji pada kulit manusia. 2-

    hidroksi 5-oktanoil asam bezoat, juga disebut β-lipohidroxyacis (β-LHA).

    Target utama adalah korneosom. Perbedaan aktivitas desmolitik dari asam

    salisilat dan β-LHA telah dijelaskan.

    Macam-macam AHA, seperti asam laktat dan asam glikolik pada

    konsentrasi sedang memiliki efek kohesi korneosit. Kegunaannya dalam

    formulasi untuk kondisi xerotic tidak diragukan lagi. Mekanisme aksi dari AHA

    pada tingkat tersebut kurang terdokumentasi dengan baik. pH untuk

    menginduksi deskuamasi dengan penggunaan AHA yaitu diantara 2,8 dan

    4,8. Perubahan pH tidak dapat dianggap ringan karena dapat menyebabkan

    perubahan jumlah lapisan stratum corneum berkaitan dengan konsentrasi

    produk. Efek lain desmolitik terjadi pada dosis rendah. Namun, saat jumlah

     AHA yang diberikan sesuai dengan penggunaan topikal, dalam beberapa hari

    stratum corneum dapat terpisahkan dan terjadi deskuamasi dengan jumlah

    pengelupasan yang besar. Tidak terdapat disagregasi korneosit pada tingkat

    atas dari stratum corneum. Interaksi antara AHA dan beberapa macam

    proses enzimatik pada proses maturasi dan disagregasi stratum korneum

    masih menjadi spekulasi.

    Efek terapeutik dari beberapa asam hidroksi dapat memperbaiki

    kelainan hiperkeratotik produk yang sama bermanfaat dengan meningkatnya

    fleksibilitas dari stratum corneum tanpa mengganggu fungsi dari

    pembatas/barrier. Fungsi dari barrier diperbaiki oleh adanya AHA yang

    menyebabkan meningkatnya resistensi SLS yang menginduksi terjadinya

    iritasi kulit. Manfaat ini tidak sama pada semua asam hidroksi, hanya AHA

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    9/16

    9

    yang memiliki sifat antioksidan. Proteksi yang sama tidak terbukti setelah

    pemakaian asam salisilat.

    4. EFEK KAUSTIK

    Saat digunakan pada kulit dengan konsentrasi tinggi, AHA dapat

    menyebabkan nekrosis dan pelepasan keratinosit menyebabkan terjadinya

    epidermolysis. Peeling dapat menyebabkan perubahan pH kulit. Semakin

     jauh dengan pH fisiologis kulit maka makin besar efek kaustik, makin besar

     juga resiko efek samping tetapi pasien dapat mengambil manfaat dari peeling.

    Rasa gatal merupakan hal yang sering terjadi pada pasien.

    Preparasi harus dilakukan hati-hati, setelah beberapa menit, lesi dapat

    diobati. Benjolan dapat juga dihilangkan dengan asam hidroksi. Untuk

    mempersingkat periode pengobatan, hyperkeratosis dapat dihilangkan

    dengan pembedahan.

    5. PENGOBATAN JERAWAT PSEUDOFOLLICULITIS

     Asam salisilat merupakan zat aktif yang dapat mengobati jerawat.

    Konsentrasi medium AHA, seperti asam glikolat, asam laktat, asam mandelat.

    Digunakan dua kali sehari untuk memperbaiki jerawat. Menurut pengalaman,

    semakin kecil konsentrasi AHA pada produk kosmetik maka semakin tidak

    memiliki efek terhadap jerawat.

    Pengobatan jerawat dapat menggunakan asam glikolat pada konsentrasi

    yang tinggi. Prosedur ini diulangi setiap seminggu sekali. Rasa tidak nyaman

    dan erythema biasa dialami oleh pasien. Resiko terjadinya iritasi dapat terjadi

    selama beberapa minggu.

    Pseudofolliculitis dapat diperbaiki dengan pengobatan menggunakan AHA

    secara topikal.

    6. PENINGKATAN ASPEK FISIOLOGI DARI KULIT

    Salah satu aspek dari efek asam hidroksi adalah peningkatan fisiologi yang

    terjadi pada epidermis dan dermis. Beberapa campuran ini dapat digunakan

    untuk memperbaiki atrofi kulit dan menginduksi terjadinya penuaan seperti

    dispigmentasi dan kerutan

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    10/16

      Setelah beberapa hari penggunaan 12% asam glikolik pada pH

    rendah, kerutan pada wajah dapat menyebabkan iritasi dan dermal edema.

    Pada penggunaan jangka lama, inflamasi pada tingkat rendah memproduksi

    oksigen reaktif sehingga merusak kolagen dan serat elastis.

    Kenyataannya, deposit baru dari glikosaminoglikan pada dermis

    menyebabkan inflamasi yang dapat salah dinterpretasikan sebagai perbaikan

    penuaan. Kombinasi tretinoin dan AHA dapat bermafaat sebagai terapi untuk

    kulit.

     Asam salisilat dan β-LHA konsentrasi rendah dapat menstimulasi

    dermoepidermal yang menyebabkan meningkatnya proliferasi dari keratinosit

    dan ketebalan epidermal. Perbedaan β-LHA dengan AHA&BHA lain yaitu

    angiogenesis meningkat pada β-LHA. Peningkatan Faktor XIIIa-positif pada

    dendrosit kulit terlihat setelah penggunaan topikal AHA dan β-LHA. Reaksi

    merugikan yang terjadi umumnya berupa iritasi.

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    11/16

    11

    BAB III

    PEMBAHASAN

    1. Penyebab kulit kering

    Kulit kering/xerosis disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal seperti

    iklim, temperatur, udara kering, kelembaban udara, paparan sinar matahari,

    usia, dan berbagai penyakit kulit, faktor internal seperti hormon, serta faktor

    lain seperti penggunaan sabun, detergen (degeassing effect ) dan bahan

    irritant misalnya alkohol dan air dengan suhu tinggi dapat melepaskan

    sebagian lapisan lipid permukaan kulit.

    2. Penurunan NMF pada kulit

    Penguapan yang berlebihan tersebut mengakibatkan kadar air dalam stratum

    korneum dapat berkurang hingga 10% yang dapat mengakibatkan kulit

    menjadi kering (Rawlings et al., 2000). Kulit berusaha untuk melindungi diri

    dari kemungkinan tersebut yaitu dengan adanya bahan hidrofilik yang

    terkandung dalam stratum korneum, yang disebut juga Natural Moisturizing

    Factor (NMF). NMF merupakan suatu humektan yang efektif yang dapat

    mempertahankan konsentrasi air dalam stratum korneum untuk mencegah

    terjadinya keretakan, penyisikan, dan pengelupasan pada kulit. Faktor

    perlindungan alamiah (Natural Moisturizing Factor /NMF) dalam kondisi

    tertentu, seperti pada musim dingin, kondisi atopik dermatitis, dan sensitivitas

    deterjen menyebabkan NMF menjadi kurang mampu memberikan

    perlindungan yang memadai, sehingga diperlukan kosmetika yang dapat

    mencegah kulit kering/xerosis, seperti kosmetika pelembab (humektan,

    oklusiv, emollien, kolagen, polipeptida) dan kosmetika pengelupas

    kulit/peeling.

    3. Kosmetika peeling, Hydroxyacids  

    Kosmetika peeling yang dapat digunakan sebagai antixerosis karena dapat

    merusak lapisan kulit berdasarkan kekuatan perusakan lapisan yang

    diinginkan. Bahan aktif yang biasa digunakan sebagai peeling (keratolitik)

    adalah golongan asam hidroksi, seperti AHA (α-hydroxy acid) dan BHA (β-

    hydroxy acid), karena memiliki efek samping yang rendah tergantung dari

    konsentrasi yang digunakan. Perusakan pada lapisan keratin epidermis akan

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    12/16

    regenerasi sel basal membentuk lapisan epidermis yang baru dan

    menghilangkan kulit kering.

    4. Kerja AHA dan BHA sebagai keratolitik

     AHA mampu bekerja pada lapisan epidermis dan dermis. Ketika digunakan

    pada kulit, AHA akan menstimulasi exfoliasi dari sel epidermis pada stratum

    corneum dengan memutuskan ikatan ion antar sel epidermis. Efek keratolik

    ini dimanfaatkan dalam menangani kulit dengan hyperkeratosis, dan berbagai

    kondisi kulit pada stratum corneum. Kerusakan pada lapisan stratum corneum

    akan memicu regenerasi sel kulit, sehingga akan menghasilkan kulit yang

    lebih lembut, terhindar dari keriput, pencerahan tanda penuaan, dan noda

    gelap. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa AHA dapat

    meningkatkan proliferasi epidermal dan ketebalan epidermis, mengembalikan

    hidrasi kulit, dan kelenturan kulit dengan peningkatan asam hyaluronik. AHA

     juga mampu mencapai lapisan dermis dimana senyawa ini mampu

    menghilangkan dampak dari photoaging. Penelitian menunjukkan bahwa AHA

    meningkatkan asam mukopolisakarida, meningkatkan serat elastis, dan

    kerapatan kollagen. AHA juga meningkatkan ekspresi gen dari kollagen dan

    asam hyaluronik pada dermis. Hal ini memberikan peningkatan yang besar

    pada kerut wajah, hidrasi kulit, dan mekanika kulit seperti elastisitas dan

    warna kulit. BHA memiliki mekanisme kerja yang sama dengan AHA dengan

    memutuskan ikatan ion pada sel epidermis (keratolitik).

    5. Pengaruh pH terhadap kerja AHA dan BHA

    pH merupakan pertimbangan penting dalam memformulasikan golongan

    asam hidroksi sebagai kosmetika, karena harus disesuaikan dengan dengan

    pH kulit (pH balance), yaitu pada pH sekitar 5,5. Pada pH rendah dan pKa zat

    aktif yang rendah, akan meningkatkan efek farmakologis sebagai keratolitik,

    tetapi pH yang rendah akan menimbulkan iritasi dan rasa gatal pada kulit

    (efek kaustik). pH optimum dari AHA adalah sekitar pH 2,8 hingga pH 4,8;

    sedangkan pH optimum dari BHA adalah sekitar pH 3,0 hingga pH 4,0. Pada

    pH yang tinggi, yaitu pada pH lebih basa (sekitar 7,0), efek iritasi dari AHA

    dan BHA akan berkurang, tetapi diikuti dengan penurunan aktivitas

    keratolitik. Untuk mencegah efek kaustik yang besar dan pertimbangan efikasi

    kosmetika, sebaiknya pH formulasi dilakukan sekitar pH 4,0 yang dekat

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    13/16

    13

    dengan pH kulit, sehingga tidak menimbulkan iritasi dan inflamasi kulit yang

    berat, tetapi memiliki efikasi yang baik sebagai keratolitik (antixerosis).

    6. Konsentrasi yang digunakan

     AHA dan BHA umumnya digunakan pada konsentrasi menengah (4-12%) dan

    konsentrasi rendah (

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    14/16

    BAB IV

    KESIMPULAN

     AHA dan BHA merupakan senyawa yang banyak digunakan dalam bidang

    dermatologi dan kosmetika, karena memiliki banyak keuntungan melalui aksi

    keratolitik. Aksi keratolitik tidak hanya dapat mengatasi kulit kering (xerosis), tetapi

     juga dapat mengatasi kulit keriput, tanda penuaan, hyperkeratosis, dan noda hitam

    pada kulit. AHA baik digunakan pada konsentrasi dibawah 10% dengan pH diatas

    3,5 dan BHA baik digunakan pada konsentrasi 1-2% pada pH 3-4.

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    15/16

    15

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Elsner P., Howard I. M., 2000. Cosmeceuticals: Drugs vs Cosmetics. New

    York: Marcel Dekker, Inc.

    2. Heather Brannon, 2014. Treating Wrinkles With Beta Hydroxy Acid - Salicylic

     Acid. http://dermatology.about.com/cs/skincareproducts/a/bha.htm  diakses 5

    Desember 2015

    3. Anonim, Alpha Hydroxy Acid (AHA) / Beta Hydroxy Acid (BHA).

    https://www.naturopathica.com/system/user_files/attachments/6/original/Natur 

    opathica_AHAs.pdf  

    4. Anonim, 2008. Kedua Alpha-Hydroxy dan Beta Hydroxy-asam kulit lega janji

    untuk penderita jerawat. http://www.news-

    medical.net/news/2008/02/06/2/Indonesian.aspx diakses 5 Desember 2015

    http://dermatology.about.com/cs/skincareproducts/a/bha.htmhttp://dermatology.about.com/cs/skincareproducts/a/bha.htmhttps://www.naturopathica.com/system/user_files/attachments/6/original/Naturopathica_AHAs.pdfhttps://www.naturopathica.com/system/user_files/attachments/6/original/Naturopathica_AHAs.pdfhttps://www.naturopathica.com/system/user_files/attachments/6/original/Naturopathica_AHAs.pdfhttp://www.news-medical.net/news/2008/02/06/2/Indonesian.aspxhttp://www.news-medical.net/news/2008/02/06/2/Indonesian.aspxhttp://www.news-medical.net/news/2008/02/06/2/Indonesian.aspxhttp://www.news-medical.net/news/2008/02/06/2/Indonesian.aspxhttp://www.news-medical.net/news/2008/02/06/2/Indonesian.aspxhttps://www.naturopathica.com/system/user_files/attachments/6/original/Naturopathica_AHAs.pdfhttps://www.naturopathica.com/system/user_files/attachments/6/original/Naturopathica_AHAs.pdfhttp://dermatology.about.com/cs/skincareproducts/a/bha.htm

  • 8/19/2019 Kosme Tugas 2 PDF

    16/16

    TUGAS MAKALAH KOSMESETIKA

    HYDROXYACIDS(Elsner P., H. I. Maibach, 2000)

    Kelompok 2b Makalah

    1. Endah Kartika Sari (12-099) /28

    2. Enrico Yuwono (12-101) /29

    UNIVERSITAS PANCASILAFAKULTAS FARMASI

    JAKARTA

    2015