korupsi dalam konsepsi pancasila

16
“Pemberantasan Korupsi dalam Konsepsi Pancasila” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Pancasila Disusun oleh : 1. Nida Usanah (7101413170) 2. Nur Sri Lestari (7101413207) 3. Sofyana Mardiah (7101413208) 4. Kartika Rizki Cahyani (7311413237) 1

Upload: nida-usanah

Post on 22-Oct-2015

75 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

SEMOGA INI MENJADI BAHAN KITA SEBAGAI MANUSIA YANG SELALU MENGERTI DASAR NEGARA.

TRANSCRIPT

Page 1: KORUPSI DALAM KONSEPSI PANCASILA

“Pemberantasan Korupsi dalam Konsepsi Pancasila”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Pancasila

Disusun oleh :

1. Nida Usanah (7101413170)

2. Nur Sri Lestari (7101413207)

3. Sofyana Mardiah (7101413208)

4. Kartika Rizki Cahyani (7311413237)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN AJARAN 2013/2014

1

Page 2: KORUPSI DALAM KONSEPSI PANCASILA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang, korupsi bukan lagi

merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan. Dalam seluruh

penelitian perbandingan pemberantasan korupsi antar negara, Indonesia selalu menempati posisi

paling rendah.

Perkembangan korupsi di Indonesia juga mendorong pemberantasan korupsi di Indonesia.

Namun, hingga kini pemberantasan korupsi di Indonesia belum menunjukkan titik terang. Hal ini

dikarenakan banyak kasus korupsi di Indonesia yang belum tuntas diungkap oleh Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK), kepolisian, LSM dan alat perangkat negara lainnya.

Dalam makalah ini, akan membahas tentang pemberantasan korupsi di Indonesia dengan

menggunakan konsepsi Pancasila, yang merupakan Dasar Negara Republik Indonesia.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari Korupsi?

2. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari Korupsi?

3. Apa pandangan Pancasila terhadap Korupsi?

4. Bagaimana upaya pemberantasan Korupsi?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan

Makalah ini ditulis bertujuan sebagai pemahaman tentang “Pemberantasan Korupsi

dalam Konsepsi Pancasila”. Dan untuk memenuhi tugas makalah yang diberikan oleh

Dosen.

Manfaat

1. teoritis atau pendidikan

Menambah informasi tentang korupsi

2

Page 3: KORUPSI DALAM KONSEPSI PANCASILA

Mempermudah pemahaman serta lebih simple dalam mempelajari

2. Pemerintahan atau Negara

Menambah strategi baru dalam proses pemberantasan korupsi

3. Masyarakat

Menambah informasi tentang korupsi

Mengetahui hal-hal yang diakibatkan dari korupsi

4. Kelompok

Lebih mendalami arti korupsi

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN KORUPSI

Korupsi berasal dari kata latin Corrumpere, Corruptio, atau Corruptus. Arti harfiah dari kata

tersebut adalah penyimpangan dari kesucian (Profanity), tindakan tidak bermoral, kebejatan,

kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran atau kecurangan. Dengan demikian korupsi memiliki

konotasi adanya tindakan-tindakan hina, fitnah atau hal-hal buruk lainnya. Bahasa Eropa Barat

kemudian mengadopsi kata ini dengan sedikit modifikasi; Inggris : Corrupt, Corruption; Perancis

: Corruption; Belanda : Korruptie. Dan akhirnya dari bahasa Belanda terdapat penyesuaian ke

istilah Indonesia menjadi : Korupsi.

Kumorotomo (1992 : 175), berpendapat bahwa “korupsi adalah penyelewengan tanggung

jawab kepada masyarakat, dan secara faktual korupsi dapat berbentuk penggelapan, kecurangan

atau manipulasi”. Lebih lanjut Kumorotomo mengemukakan bahwa korupsi mempunyai

karakteristik sebagai kejahatan yang tidak mengandung kekerasan (non-violence) dengan

melibatkan unsur-unsur tipu muslihat (guile), ketidakjujuran (deceit) dan penyembunyian suatu

kenyataan (concealment).

Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang

diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Korupsi merupakan tindakan melawan

3

Page 4: KORUPSI DALAM KONSEPSI PANCASILA

hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah korporasi) , yang

secara langusng maupun tidak langsung merugikan keuangan atau prekonomian negara, yang

dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-

nilai keadilan masyarakat.

Korupsi= Pencurian + Penggelapan

Untuk pengertian korupsi pada point yang terkahir, Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam buku Mengenali Dan Memberantas Korupsi memberikan suatu kiat untuk memahami

korupsi secara mudah; yaitu dengan memahami terlebih dahulu pengertian pencurian dan

penggelapan

1) Pencurian berdasarkan pemahaman pasal 362 KUHP, merupakan suatu perbuatan melawan

hukum mengambil sebagian atau seluruh milik orang lain dengan tujuan untuk memiliki atau

menguasainya. Barang/hak yang berhasil dimiliki bisa diartikan sebagai keuntungan bagi pelaku

2) Penggelapan berdasarkan pemahaman pasal 372 KUHP, merupakan pencurian barang/hak

yang dipercayakan atau berada dalam kekuasaan pelaku.

2. AKIBAT DARI KORUPSI

K.A Abbas (1975), korupsi berakibat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik

aspek kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan individu. Bahaya korupsi bagi

kehidupan diibaratkan bahwa korupsi adalah seperti kanker dalam darah, sehingga si empunya

badan harus selalu melakukan “cuci darah” terus menerus jika ia menginginkan dapat hidup

terus. Secara aksiomatik, akibat korupsi dapat dijelaskan seperti berikut:

a. Bahaya korupsi terhadap masyarakat dan individu.

Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi makanan masyarakat

setiap hari, maka akibatnya akan menjadikan masyarakat tersebut sebagai masyarakat yang

kacau, tidak ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan baik. Setiap individu dalam masyarakat

hanya akan mementingkan diri sendiri (self interest), bahkan selfishness. Tidak akan ada

kerjasama dan persaudaraan yang tulus.

Fakta empirik dari hasil penelitian di banyak negara dan dukungan teoritik oleh para

ilmuwan sosial menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap rasa keadilan sosial

4

Page 5: KORUPSI DALAM KONSEPSI PANCASILA

dan kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan perbedaan yang tajam di antara kelompok sosial

dan individu baik dalam hal pendapatan, prestise, kekuasaan dan lain-lain.

Korupsi juga membahayakan terhadap standar moral dan intelektual masyarakat. Ketika

korupsi merajalela, maka tidak ada nilai utama atau kemuliaan dalam masyarakat.

 b. Bahaya korupsi terhadap generasi muda.

Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka panjang adalah

rusaknya generasi muda. Dalam masyarakat yang korupsi telah menjadi makanan sehari-harinya,

anak tumbuh dengan pribadi antisosial, selanjutnya generasi muda akan menganggap bahwa

korupsi sebagai hal biasa (atau bahkan budayanya), sehingga perkembangan pribadinya menjadi

terbiasa dengan sifat tidak jujur dan tidak bertanggungjawab. Jika generasi muda suatu bangsa

keadaannya seperti itu, bisa dibayangkan betapa suramnya masa depan bangsa tersebut.

c. Bahaya korupsi terhadap politik.

Kekuasaan politik yang dicapai dengan korupsi akan menghasilkan pemerintahan dan

pemimpin masyarakat yang tidak legitimate di mata publik. Jika demikian keadaannya, maka

masyarakat tidak akan percaya terhadap pemerintah dan pemimipin tersebut, akibatnya mereka

tidak akan akan patuh dan tunduk pada otoritas mereka. Praktik korupsi yang meluas dalam

politik seperti pemilu yang curang, kekerasan  dalam pemilu, money politics dan lain-lain juga

dapat menyebabkan rusaknya demokrasi, karena untuk mempertahankan kekuasaan, penguasa

korup itu akan menggunakan kekerasan (otoriter) atau menyebarkan korupsi lebih luas lagi di

masyarakat.

Di samping itu, keadaan yang demikian itu akan memicu terjadinya instabilitas sosial

politik dan integrasi sosial, karena terjadi pertentangan antara penguasa dan rakyat. Bahkan

dalam banyak kasus, hal ini menyebabkan jatuhnya kekuasaan pemerintahan secara tidak

terhormat, seperti yang terjadi di Indonesia.

d. Bahaya korupsi terhadap ekonomi

Korupsi merusak perkembangan ekonomi suatu bangsa. Jika suatu projek ekonomi

dijalankan sarat dengan unsur-unsur korupsi (penyuapan untuk kelulusan projek, nepotisme

dalam penunjukan pelaksana projek, penggelepan dalam pelaksanaannya dan lain-lain bentuk

korupsi dalam projek), maka pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dari projek tersebut tidak

akan tercapai.

5

Page 6: KORUPSI DALAM KONSEPSI PANCASILA

Penelitian empirik oleh Transparency International menunjukkan bahwa korupsi juga

mengakibatkan berkurangnya investasi dari modal dalam negeri maupun luar negeri, karena para

investor akan berfikir dua kali ganda untuk membayar biaya yang lebih tinggi dari semestinya

dalam berinvestasi (seperti untuk penyuapan pejabat agar dapat izin, biaya keamanan kepada

pihak keamaanan agar investasinya aman dan lain-lain biaya yang tidak perlu). Sejak tahun

1997, investor dari negara-negera maju (Amerika, Inggris dan lain-lain) cenderung lebih suka

menginvestasikan dananya dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI) kepada negara yang

tingkat korupsinya kecil.

e. Bahaya korupsi terhadap birokrasi

Korupsi juga menyebabkan tidak efisiennya birokrasi dan meningkatnya biaya administrasi

dalam birokrasi. Jika birokrasi telah dikungkungi oleh korupsi dengan berbagai bentuknya, maka

prinsip dasar birokrasi yang rasional, efisien, dan kualifikasi akan tidak pernah terlaksana.

Kualitas layanan pasti sangat jelek dan mengecewakan publik. Hanya orang yang berpunya saja

yang akan dapat layanan baik karena mampu menyuap. Keadaan ini dapat menyebabkan

meluasnya keresahan sosial, ketidaksetaraan sosial dan selanjutnya mungkin kemarahan sosial

yang menyebabkan jatuhnya para birokrat.

3.     KORUPSI DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

Tindakan-tindakan korupsi merupakan bentuk penyelewengan dari butir-butir Pancasila,

dijelaskan sebagai berikut :

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam hal ini jelas

perilaku tindakan pidana korupsi ini  tidak mencerminkann perilaku tersebut karena perilaku

tindak pidana korupsi adalah perilaku yang tidak percaya dan taqwa kepada Tuhan. Dia

menafikan bahwa Tuhan itu Maha Melihat lagi Maha Mendengar.

b. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Dalam sila ini perilaku tindak pidana korupsi sangat melanggar bahkan sama sekali tidak

mencerminkan perilaku ini, seperti mengakui persamaan derajat, saling mencintai, sikap

tenggang rasa, gemar melakukan kegiatan kemanusiaan serta membela kebenaran dan keadilan.

6

Page 7: KORUPSI DALAM KONSEPSI PANCASILA

c. Sila Persatuan Indonesia.

Tindak pidana dan tipikor bila dilihat dalam sila ini, pelakunya itu hanya  mementingkan pribadi,

tidak ada rasa rela berkorban untuk bangsa dan Negara, bahkan bisa dibilang tidak cinta tanah air

karena perilakunya cenderung mementingkan nafsu, kepentingan pribadi atau kasarnya

kepentingan perutnya saja.

d. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyarawatan /

Perwakilan.

Dalam sila ini perilaku yang mencerminkannya seperti, mengutamakan kepentingan Negara dan

masyarakat, tidak memaksakan kehendak, keputusan yang diambil harus dipertanggungjawabkan

kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta menjunjung tinggi harkat martabat manusia dan

keadilannya. Sangat jelaslah bahwa tindak pidana korupsi tidak pernah ada  rasa dalam sila ini.

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rata-rata bahkan sebagian besar pelaku tindak pidana korupsi itu, tidak ada perbuatan yang luhur

yang mencerminkan sikap dan suasana gotong royong, adil, menghormati hak-hak orang lain,

suka memberi pertolongan, menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain, tidak melakukan

perbuatan yang merugikan kepentingan umum, serta tidak ada rasa bersama-sama untuk

berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial.

Jadi semua perilaku tindak pidana dan tipikor itu semuanya melanggar dan tidak

mencerminkan sama sekali perilaku pancasila yang katanya ideologi bangsa ini. Selain bersifat

mengutamakan kepentingan pribadi, juga tidak adanya rasa kemanusiaan, keadilan, saling

menghormati, saling mencintai sesama manusia, dan yang paling riskan adalah tidak ada rasa

‘percaya dan taqwa’ kepada Tuhan Yang Maha Esa.

4. UPAYA YANG DAPAT DITEMPUH DALAM PEMBERANTASAN

KORUPSI

Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak

korupsi di Indone-sia, antara lain sebagai berikut :

a. Upaya pencegahan (preventif).

b. Upaya penindakan (kuratif).

c. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.7

Page 8: KORUPSI DALAM KONSEPSI PANCASILA

d. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

a. Upaya Pencegahan (Preventif)

1. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan

mengutamakan pengabdian pada bangsa dan negara melalui

pendidikan formal, informal dan agama.

2. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan

teknis.

3. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan

memiliki tanggung jawab yang tinggi.

4. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan

ada jaminan masa tua.

5. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja

yang tinggi.

6. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung

jawab etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.

7. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang

mencolok.

8. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi

pemerintahan melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta

jawatan di bawahnya.

b. Upaya Penindakan (Kuratif)

Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti

melanggar dengan diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak

terhormat dan dihukum pidana. Beberapa contoh penindakan yang

dilakukan oleh KPK :

8

Page 9: KORUPSI DALAM KONSEPSI PANCASILA

a. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple

Rostov Rusia milik Pemda NAD (2004).

b. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga

melakukan pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.

c. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada

Pemda DKI Jakarta (2004).

d. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang

merugikan keuangan negara Rp 10 milyar lebih (2004).

e. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK

(2005).

f. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).

g. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.

h. Menetapkan seorang Bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka

dalam kasus korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan

negara sebesar Rp 15,9 miliar (2004).

i. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).

c. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa

1. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan

kontrol sosial terkait dengan kepentingan publik.

2. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.

3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari

pemerintahan desa hingga ke tingkat pusat/nasional.

4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang

penyelenggaraan pemerintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.

5. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan

aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan

masyarakat luas.

9

Page 10: KORUPSI DALAM KONSEPSI PANCASILA

d. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

1. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah

yang mengawasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi

di Indonesia dan terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki

komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha pemberdayaan

rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW lahir di Jakarta pada

tgl 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang

menghendaki pemerintahan pasca-Soeharto yg bebas korupsi.

2. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang

bertujuan memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai

organisasi nirlaba sekarang menjadi organisasi non-pemerintah yang

bergerak menuju organisasi yang demokratik. Publikasi tahunan oleh

TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global. Survei TI Indonesia

yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia 2004

menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disusul

Surabaya, Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada

2005, Indonesia berada di posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK

Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak,

Libya dan Usbekistan, serta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya,

Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti &

Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.

BAB III

KESIMPULANKorupsi merupakan tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain

(perseorangan atau sebuah korporasi), yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan

10

Page 11: KORUPSI DALAM KONSEPSI PANCASILA

keuangan atau prekonomian negara, yang dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai

perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat. Korupsi berakibat sangat

berbahaya bagi kehidupan manusia, baik dalam aspek kehidupan sosial, politik, birokrasi,

ekonomi, dan individu. Tindakan-tindakan korupsi merupakan bentuk penyelewengan dari butir-

butir Pancasila. Beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas

tindak korupsi di Indonesia, antara lain: upaya pencegahan (preventif),

upaya penindakan (kuratif), upaya edukasi masyarakat/mahasiswa, dan

upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

DAFTAR PUSTAKA http://wiwitna.blogspot.com/2013/03/upaya-pemberantasan-korupsi-di-

indonesia.html

http://www.iba.web.id/2013/04/pengertian-korupsi-berdasarkan-undang.html

http://hanyagoresantika.blogspot.com/2012/06/korupsi-di-indonesia-akibat-

dan.html

http://korupsi-dalam-perspektif-islam-dan.html

11