korelasi di wellsite

7
Korelasi di Wellsite (1) Tentang Korelasi Sumur Ini adalah bagian pertama dari dua tulisan mengenai korelasi di wellsite. Untuk bagian yang lebih detil saya tulis dalam tulisan yang kedua . Salah satu aspek terpenting yang dikerjakan oleh seorang Wellsite Geologist adalah mengetahui gambaran geologi bawah permukaan (subsurface) pada sumur yang sedang dibor. Dalam hal kaitannya dengan korelasi sumur, maka disini akan berbagi sedikit pengalaman dan tip dalam melakukan korelasi antar sumur saat pemboran berlangsung. Korelasi dalam pengertian disini adalah mengkorelasikan suatu bed marker, formation top atau lapisan penciri lainnya yang dapat dihubungkan dengan suatu garis secara horizontal yang berupa gambar-gambar / data-data dari suatu log (LWD, Wireline, Mud Log, Lithology log dll). Adapun yang saya uraikan disini yaitu jika kita tidak mempunyai perangkat lunak khusus untuk geologi; jadi disini saya akan menggunakan software yang sehari-hari kita pergunakan yaitu Excel, Powerpoint ataupun word - yang terpenting dari semua perangkat lunak itu tersedia "drawing tool" untuk menggambar garis, simbol sederhana serta dapat mengetikkan text dan tabel. Dibawah ini saya perlihatkan korelasi detil dari dua sumur ada contoh lain dengan sumur yang lebih banyak, perlu diingat setiap korelasi harus mempunyai patokan satu garis horizon. From Blog

Upload: azwar-arsyad-s-si

Post on 05-May-2017

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Korelasi Di Wellsite

Korelasi di Wellsite (1)

Tentang Korelasi SumurIni adalah bagian pertama dari dua tulisan mengenai korelasi di wellsite. Untuk bagian yang lebih detil saya tulis dalam tulisan yang kedua.Salah satu aspek terpenting yang dikerjakan oleh seorang Wellsite Geologist adalah mengetahui gambaran geologi bawah permukaan (subsurface) pada sumur yang sedang dibor. Dalam hal kaitannya dengan korelasi sumur, maka disini akan berbagi sedikit pengalaman dan tip dalam melakukan korelasi antar sumur saat pemboran berlangsung.Korelasi dalam pengertian disini adalah mengkorelasikan suatu bed marker, formation top atau lapisan penciri lainnya yang dapat dihubungkan dengan suatu garis secara horizontal yang berupa gambar-gambar / data-data dari suatu log (LWD, Wireline, Mud Log, Lithology log dll). Adapun yang saya uraikan disini yaitu jika kita tidak mempunyai perangkat lunak khusus untuk geologi; jadi disini saya akan menggunakan software yang sehari-hari kita pergunakan yaitu Excel, Powerpoint ataupun word - yang terpenting dari semua perangkat lunak itu tersedia "drawing tool" untuk menggambar garis, simbol sederhana serta dapat mengetikkan text dan tabel.Dibawah ini saya perlihatkan korelasi detil dari dua sumur ada contoh lain dengan sumur yang lebih banyak, perlu diingat setiap korelasi harus mempunyai patokan satu garis horizon.

From Blog

From Blog

Sebelum menginjak marilah kita sedikit menengok tentang apa dan mengapa korelasi antar

Page 2: Korelasi Di Wellsite

sumur dilakukan, hal-hal apa yang perlu dipenuhi sebelum melakukan korelasi. Ada beberapa kaidah dan ketentuan dalam sebuah korelasi yang harus dipenuhi agar korelasi tersebut tidak membingungkan dan betul secara geologi, antara lain:

1. Skala yang sama: Setiap data sumur dalam bentuk log harus mempunyai skala vertikal yang sama. Hal ini untuk mencegah kesalahan perhitungan dalam perkiraan ketebalan semu (apparent thickness) dari suatu lapisan atau jarak dari formation top satu dengan yg lain.

2. TVD log: Log sumur yang digunakan dalam korelasi harus berdasar pada kedalaman vertikal TVD atau TVDSS. Hal ini ditujukan agar gambaran bawah permukaan dan perhitungannya tidak salah dan sesuai dengan peta penyebaran kedalaman (Isopach).

3. Satu Horizon flat: Dalam satu panel korelasi sebaiknya menggunakan satu garis horizon yang terikat pada salah satu formation top atau marker yang jelas, agar memudahkan bagi seorang geologist melakukan analisa korelasi di sequence bawah atau atas horizon tersebut.

4. Formation Top TVD: Sumur-sumur yang dihubungkan dalam korelasi harus mempunyai kedalaman vertikal Formation top atau marker yang akan dihubungkan. Jika hanya diketahui Measured Depth (MD) dari sumur yg deviated, maka harus dihitung TVD / TVDSS nya berdasar dari deviational survey yang ada.

5. Tegak lurus Struktur Geologi: Walaupun ini tidak harus dilakukan, biasanya korelasi dibuat berdasar dari lokasi-lokasi sumur dalam satu lintasan penampang melintang yg tegak lurus dengan struktur geologi bawah permukaan. Misalnya memotong suatu poros antiklin atau memotong tegak lurus dari suatu patahan. Agar korelasi memberikan gambaran bawah permukaan yang lebih jelas.

Adapun persiapan yang perlu dilakukan sebelum anda melakukan korelasi di wellsite, yaitu Data sumur dan perangkat lunaknya. Pastikan anda mempunyai data-data offset well (sumur terdekat); akan lebih baik jika jumlahnya lebih dari satu sehingga korelasi yang didapat saat drilling akan lebih akurat dan reliable atau representatif. Data-data ini yaitu berupa gambar log dengan kedalaman TVD atau TVDss berbentuk PDF, tabel list formation top setiap sumur. Perangkat lunak atau software; bisa Excel, Powerpoint ataupun Word.

Teknik KorelasiBukalah satu dokumen atau file kosong yg baru, dalam hal ini saya menggunakan MS Excel. Di lain program, bukalah file log dalam bentuk PDF. Lakukan peng copy an gambar log dengan select > Tool > Screen snapshot , tariklah mouse pada kotak yang akan anda copy log tersebut. Setelah meng copy nya didalam clipboard, kembali ke program Excel file yang kosong > paste kan dengan CTRL-V atau Edit > Paste; maka gambar log offset well tadi sudah masuk. Lakukan hal yang sama pada sumur yang lain dan sumur yang aktif (current well). Buatlah satu garis horizon untuk menghubungkan salah satu bed marker atau formation top yaitu dengan menggambar satu garis horizontal dan menaik-turunkan masing-masing gambar log sumur.

Bila perlu tambahkan beberapa tabel perhitungan yang berguna untuk menghitung "Landing Point", "Casing Point" atau "Coring Point"; seperti gambar contoh diatas. Korelasi di wellsite sangatlah berguna dan perlu dilakukan oleh seorang wellsite geologist. Selain memberikan gambaran yang lebih jelas tentang keadaan bawah permukaan (subsurface), korelasi juga

Page 3: Korelasi Di Wellsite

berguna untuk memperkirakan formasi batuan yang akan ditembus oleh drill bit berdasarkan dari data-data sumur sekitar. Pengetahuan tentang struktur geologi bawah permukaan daerah yang sedang dibor juga diperlukan, guna untuk memperkirakan adanya anomali-anomali seperti penebalan, penipisan, hilangnya satu lapisan akibat sesar atau patahan batuan (fault).

Korelasi di Wellsite (2)

Dalam tulisan ini, saya akan menguraikan lebih detil tentang aplikasi korelasi dalam pengambilan keputusan dan menentukan kapan dan dimana (kedalaman) harus dihentikan pemboran suatu sumur untuk coring point, casing point atau landing point. Contoh yang saya uraikan disini adalah aplikasi untuk sumur miring berarah (directional well) dengan memakai LWD tool.Tentu saja, seorang Wellsite Geologist harus sudah siap dengan beberapa perangkat korelasi dan 'mesin' hitungnya saat sebelum memasuki zona yang kritis tersebut. Apa-apa saja yang perlu disiapkan dan dihitung? Memang bagi seorang Wellsite Geologist yang berpengalaman di suatu daerah pekerjaan tertentu selalu mencirikan bed marker tertentu dalam mencirikan zona / formasi batuan tertentu; yang dimana ini tidak dimiliki oleh semua wellsite geologist. Untuk itu, akan lebih baik bagi seorang Wellsite Geologist untuk mempersiapkan semua data-data yang nantinya sebagai acuan dalam mengambil keputusan tersebut.

Tahapan pertama, yaitu menyiapkan lembar korelasi log TVD yang siap untuk di"update" setiap saat. Lembar ini berupa sebuah data log sumur terdekat (offset well log). Offset well log ini bisa berupa, log yang berisi satu track GR (Gamma Ray) atau ROP atau juga ditambah dengan beberapa track lagi; seperti Resistivity atau Porosity ataupun Total Gas / Chromatograph gas. Log ini sudah disiapkan dengan garis-garis batas top formasi atau marker, yang nantinya akan dikorelasikan dengan log sumur yang sedang dibor (actual current well log). Di offset well log ini, jangan lupa untuk memberi tanda khusus STOP POINT (SP), misalnya dengan panah merah dimana berhentinya posisi kedalaman coring point atau casing point tersebut. Sedangkan disampingnya ditempatkan, actual well log dengan sudah ada korelasi dengan offset well pada zona-zona bagian atasnya sebelum memasuki zona kritis tersebut.

From Blog

Tahapan kedua, yaitu menyiapkan lembar tabel perhitungan; akan lebih efektif jika lembar

Page 4: Korelasi Di Wellsite

perhitungan ini dibuat dalam format MS Excel, sehingga perhitungan bisa didapatkan secara otomatis. Untuk mendapatkan format perhitungan tersebut silahkan download di web saya (link ini). Data yang diperlukan adalah- Tool offset bit distance, adalah jarak sensor LWD yang terdekat dengan bit, ambil contoh saja sensor GR adalah sensor yg terdekat dengan bit dan mempunyai jarak 15 meter dari bit. Maka perlu dimengerti dan disadari bahwa drill bit akan menembus 15 m MD (measured depth) LEBIH DALAM dari apa yang terlihat dan terekam pada GR LWD; saya menyebutnya sebagai "Blind Interval" (interval buta).

1. Pada offset well, hitung jarak TVD dari bed marker / formation top terakhir ke STOP POINT, sebagai contoh bed marker terakhir mempunyai kedalaman 1208m TVDSS dan STOP POINT pada 1237m TVD, jadi jarak TVDnya adalah 1237 - 1208 = 29m TVD. Konversikan jarak 29m TVD tersebut ke jarak MD - bisa dengan rumus sederhana yaitu MD = TVD/cos (a); dimana (a) adalah sudut kemiringan (dip survey) lubang sumur; misalkan hasilnya adalah 32m MD, maka jarak inilah yang merupakan patokan batas bagi kita untuk menentukan SP (Stop Point). Jadi secara teoritis bed marker akan terlihat dan bisa diamati dengan GR yang terekam langsung (LWD GR realtime). Karena jarak ini masih lebih besar dari "Blind Interval" diatas.

From Blog

2. Pada current well, amati drilling parameter atau data LWD yang terekam saat memasuki bed marker. Catatlah kedalamannya, jika kedalaman masih dalam bentuk MD (measured depth); konversikan ke TVD tersebut, misalnya diketahui bed marker pada 1400m TVD (lihat gambar), maka dapat diperkirakan SP (Stop Point) yaitu 1400 + 29 = 1429m TVD. Konversikan kedalaman TVD ini ke MD (measured depth) untuk memberikan informasi kepada Drilling Supervisor; karena biasanya mereka terbiasa dengan kedalaman miring terukur (measured depth).

Page 5: Korelasi Di Wellsite

From Blog

3. Final Analysis, adalah analisa terakhir sebelum kita betul-betul memutuskan tempat "Stop point" ini adalah dengan mengamati dan mendeskripsikan dari 'drill cutting sample' kedalaman terakhir serta mengamati pembacaan gas. Analisa dan perhatikan dari data terakhir tersebut dan periksa kembali lembar korelasi, tabel perhitungan. Setelah itu, yakinlah bahwa keputusan yang diambil sudah baik dan tepat. Sajikan hasil-hasil korelasi dan perhitungan kepada Drilling Supervisor di rig, kemudian kirimkan kepada Operation Geologist di kantor anda sebagai lampiran (attachment) email anda.