korelasi antara motivasi guru dan karakter disiplin …eprintslib.ummgl.ac.id/504/1/13.0305.0011_bab...

82
KORELASI ANTARA MOTIVASI GURU DAN KARAKTER DISIPLIN TERHADAP PRESTASI BELAJAR (Penelitian pada Siswa Kelas V SD Negeri Secang 2 Kabupaten Magelang) SKRIPSI Oleh Risda Kusumawati 13.0305.0011 HALAMAN JUDUL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2017

Upload: others

Post on 19-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    KORELASI ANTARA MOTIVASI GURU DAN KARAKTER

    DISIPLIN TERHADAP PRESTASI BELAJAR

    (Penelitian pada Siswa Kelas V SD Negeri Secang 2 Kabupaten Magelang)

    SKRIPSI

    Oleh

    Risda Kusumawati

    13.0305.0011

    HALAMAN JUDUL

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

    2017

  • i

    KORELASI ANTARA MOTIVASI GURU DAN KARAKTER

    DISIPLIN TERHADAP PRESTASI BELAJAR

    (Penelitian pada Siswa Kelas V SD Negeri Secang 2 Kabupaten Magelang)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Studi pada

    Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Muhammadiyah Magelang

    Oleh:

    Risda Kusumawati

    13.0305.0011

    HALAMAN PENEGASAN

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

    2017

  • ii

    PERSETUJUAN

    SKRIPSI BERJUDUL

    KORELASI ANTARA MOTIVASI GURU DAN KARAKTER

    DISIPLIN TERHADAP PRESTASI BELAJAR

    (Penelitian pada Siswa Kelas V SD Negeri Secang 2 Kabupaten Magelang)

    Oleh:

    Risda Kusumawati

    NPM.13.0305.0011

    Telah diterima dan disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi untuk memenuhi

    persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan

    Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Magelang

    Pembimbing I

    Drs. H. Subiyanto, M.Pd

    NIP. 19570807 198303 1 002

    Pembimbing II

    R a s i d i, M.Pd

    NIK. 128806103

  • iii

    PENGESAHAN

    KORELASI ANTARA MOTIVASI GURU DAN KARAKTER DISIPLIN

    TERHADAP PRESTASI BELAJAR

    (Penelitian pada Siswa Kelas V SD Negeri Secang 2 Kabupaten Magelang)

    Oleh:

    Risda Kusumawati

    NPM. 13.0305.0011

    Telah dipertahankan didepan Tim Penguji Skripsi dalam rangka

    menyelesaikan studi pada Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Magelang

    Diterima dan disahkan oleh Penguji

    Hari : Rabu

    Tanggal : 21 Juni 2017

    Tim Penguji Skripsi:

    1. Drs. Subiyanto, M.Pd (Ketua/Anggota) (........................................)

    2. Rasidi, M.Pd (Sekretaris/Anggota) (........................................)

    3. Drs. Arie Supriyatna, M.Si (Anggota) (........................................)

    4. Ahmad Syarif, M.Or (Anggota) (........................................)

    Mengesahkan,

    Dekan FKIP

    Drs. H. Subiyanto, M.Pd.

    NIP. 19570807 198303 1 002

  • iv

    LEMBAR PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Risda Kusumawati

    NPM : 13.0305.0011

    Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Fakultas : Keguruan dan Imu Pendidikan

    Judul Skripsi : Korelasi Antara Motivasi Guru dan Karakter

    Disiplin terhadap Prestasi Belajar (Penelitian pada

    Siswa Kelas V SD Negeri Secang 2 Kabupaten

    Magelang)

    Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat merupakan hasil karya sendiri.

    Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis oleh

    orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan

    mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim. Apabila ternyata

    dikemudian hari diketahui merupakan penjiplakan terhadap karya orang lain, saya

    bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan aturan yang berlaku.

    Pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tidak ada paksaan, untuk

    dipergunakan sebagaimana mestinya.

    Magelang, 21 Juni 2017

    Penulis,

    Risda Kusumawati

  • v

    MOTTO

    “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata

    kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.”

    (QS. Yāsīn: 82)

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Sebagai ungkapan terima kasih skripsi ini

    saya persembahkan untuk:

    1. Bapakku Kapten (Purn) Sudiyono dan ibuku Siti

    Rahayu tercinta. Kalian adalah sosok yang

    terhebat, mengiringi dengan doa di setiap

    langkahku. Mendidikku dengan penuh

    kesabaran, mendukung dan menyayangiku lebih

    dari apapun. I love you so much.

    2. Suamiku tercinta, anakku, dan keluargaku yang

    sangat saya sayangi, terimakasih atas segala

    bentuk dukungan, semangat, dan doanya dari

    awal sampai akhir yang senantiasa kalian

    berikan setiap waktu.

    3. Almamaterku Universitas Muhammadiyah

    Magelang.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

    melimpahkan rahmat, hidayah, dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Korelasi Antara Motivasi Guru

    dan Karakter Disiplin terhadap Prestasi Belajar (Penelitian pada Siswa Kelas V

    SD Negeri Secang 2 Kabupaten Magelang).

    Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1

    Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Muhammadiyah Magelang. Penulis banyak mendapatkan bantuan dari

    berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,

    dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Ir. Eko Muh Widodo, MT, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

    Magelang,

    2. Drs. Subiyanto, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Muhammadiyah Magelang,

    3. Rasidi, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

    Magelang,

    4. Drs. Subiyanto, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I dan Rasidi, M.Pd selaku

    Dosen Pembimbing II Tugas Akhir Skripsi yang telah banyak memberikan

    motivasi, semangat, dukungan, pengarahan dan bimbingan bagi penulis dalam

    melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dari awal hingga akhir,

  • viii

    5. Segenap Bapak/Ibu Dosen dan karyawan FKIP Universitas Muhammadiyah

    Magelang yang telah membekali penulis dengan ilmu-ilmunya,

    6. Ibu Endang Tansih, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Secang 2

    Kabupaten Magelang,

    7. Seluruh teman-teman di Jurusan Pendidika n Guru Sekolah Dasar tahun

    angkatan 2013 dan semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam

    penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

    itu, penulis menerima dengan senang hati kritik dan saran yang membangun dari

    berbagai pihak yang akan lebih menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya hanya

    kepada Allah SWT kita memohon hidayah dan inayah-Nya, semoga skripsi ini

    bermanfaat bagi banyak pihak.

    Magelang, 21 Juni 2017

    Penulis,

    Risda Kusumawati

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

    LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv

    MOTTO .................................................................................................................. v

    PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

    ABSTRAK ........................................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7

    D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

    BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................................... 9

    A. Prestasi Belajar ....................................................................................... 9

    B. Karakter Disiplin.. ................................................................................ 18

    C. Motivasi Guru ....................................................................................... 30

    D. Kajian Penelitian Relevan .................................................................... 39

  • x

    E. Kerangka Berfikir ................................................................................. 41

    F. Uji Hipotesis ......................................................................................... 44

    BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 45

    A. Desain Penelitian .................................................................................. 45

    B. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................ 46

    C. Definisi Operasional ............................................................................. 47

    D. Subjek Penelitian ................................................................................. 48

    E. Metode Pengumpulan data ................................................................... 50

    F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................................. 55

    G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 57

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 63

    A. Deskripsi Karakteristik Responden ...................................................... 63

    B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 64

    C. Analisis Data ........................................................................................ 70

    D. Pembahasan .......................................................................................... 78

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 82

    A. Kesimpulan ........................................................................................... 82

    B. Saran ..................................................................................................... 83

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84

    LAMPIRAN ...………………………………………………………………….. 87

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Skala Likert ............................................................................................ 51

    Tabel 2 Kisi-kisi Pedoman Motivasi Guru.......................................................... 53

    Tabel 3 Kisi-kisi Pedoman Karakter Disiplin ..................................................... 54

    Tabel 4 Daftar Kelas Subjek Penelitian .............................................................. 63

    Tabel 5 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 63

    Tabel 6 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ................................................ 64

    Tabel 7 Distribusi Frekuensi Variabel Motivasi Guru ........................................ 65

    Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kategori Variabel Motivasi Guru ......................... 66

    Tabel 9 Distribusi Frekuensi Variabel Karakter Disiplin ................................... 67

    Tabel 10 Distribusi Frekuensi Kategori Variabel Karakter Disiplin .................... 67

    Tabel 11 Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Belajar ...................................... 69

    Tabel 12 Distribusi Frekuensi Kategori Variabel Prestasi Belajar ....................... 69

    Tabel 13 Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 71

    Tabel 14 Hasil Uji Multikolinearitas .................................................................... 72

    Tabel 15 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................... 74

    Tabel 16 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Pertama .............................................. 75

    Tabel 17 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Kedua ................................................. 76

    Tabel 18 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Ketiga ................................................. 77

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Paradigma Penelitian ............................................................................ 43

    Gambar 2 Persentase Kategori Motivasi Guru ..................................................... 66

    Gambar 3 Persentase Kategori Karakter Disiplin ................................................. 68

    Gambar 4 Persentase Kategori Prestasi Belajar .................................................... 70

    Gambar 5 Diagram Pencar Residual (Scatterplot) ................................................ 73

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Ijin .......................................................................................... 88

    Lampiran 2 Surat Bukti Hasil Penelitian ............................................................ 91

    Lampiran 3 Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian ............................. 93

    Lampiran 4 Daftar Nama Siswa .......................................................................... 98

    Lampiran 5 Instrumen Penelitian ...................................................................... 103

    Lampiran 6 Rekapan Data Angket .................................................................... 118

    Lampiran 7 Rekapitulasi Uji Validitas Angket ................................................. 124

    Lampiran 8 Uji Prasyarat analisis ..................................................................... 127

    Lampiran 9 Uji Regresi ..................................................................................... 140

    Lampiran 10 Dokumentasi .................................................................................. 150

    Lampiran 11 Buku Bimbingan Penulisan Skripsi............................................... 157

  • xiv

    KORELASI ANTARA MOTIVASI GURU DAN KARAKTER

    DISIPLIN TERHADAP PRESTASI BELAJAR (Penelitian pada Siswa Kelas V SD Negeri Secang 2 Kabupaten Magelang)

    Risda Kusumawati

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara motivasi guru dan

    karakter disiplin terhadap prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Secang 2

    Kabupaten Magelang.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif atau analisis data

    statistik dengan desain korelasional. Terdiri atas 2 variabel bebas yaitu Motivasi

    Guru (X1) dan Karakter Disiplin (X2) dan 1 variabel terikat yaitu Prestasi Belajar

    (Y). Subjek penelitian ini terdiri atas populasi yaitu seluruh siswa SD Negeri

    Secang 2 Kabupaten Magelang yang berjumlah 313 siswa dan sampel sebanyak

    57 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling.

    Pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Teknik analisis data

    untuk menguji hipotesis dilakukan dengan perhitungan statistik korelasi product

    moment dan analisis regresi, yang terdiri atas regresi ganda dan regresi sederhana.

    Hasil penelitian menunjukkan: kondisi motivasi guru (X1) sebesar 72,14%

    dalam kategori baik, karakter disiplin (X2) sebesar 55,27% dalam kategori cukup

    baik, dan prestasi belajar sebesar 75,83% dalam kategori baik. Hasil analisis

    regresi menunjukkan: (1) terdapat korelasi positif dan signifikan motivasi guru,

    ditunjukkan koefisien korelasi rx1y= 0,310; r2

    x1y = 0,096, signifikansi sebesar

    9,6%. (2) rendahnya korelasi karakter disiplin terhadap prestasi belajar,

    ditunjukkan rendahnya koefisien korelasi rx2y= 0,004; r2

    x2y = 0,00, signifikansi

    sebesar 0%. (3) motivasi guru dan karakter disiplin secara bersama-sama terhadap

    prestasi belajar yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi Ry (1,2) = 0,339; R2y (1,2)

    = 0,115 atau signifikansi sebesar 11,5%. Bertitik tolak pada hasil penelitian, maka

    hendaknya guru memperhatikan dan meningkatkan pemberian motivasi kepada

    siswa sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang lebih optimal.

    Kata Kunci : Motivasi Guru, Karakter Disiplin, Prestasi Belajar

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan merupakan salah satu hal yang mempunyai peranan penting

    dalam proses perkembangan seseorang. Melalui pendidikan, seseorang tidak

    hanya sekedar mempelajari suatu ilmu dalam bentuk teori tetapi secara

    semakin sadar, seseorang melaksanakan tugas dan keberadaannya sebagai

    manusia yang mempunyai potensi kultural. Manusia yang mempunyai potensi

    kultural yaitu manusia yang mempunyai pengetahuan, nilai-nilai dan

    keterampilan-keterampilan untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Proses

    pendidikan dapat dilakukan dimana saja. Dalam hal ini, proses tersebut

    dilakukan dalam suatu lembaga pendidikan. Pada lembaga pendidikan, terdapat

    proses pembelajaran yang harus diikuti oleh seorang siswa agar mereka dapat

    mengembangkan kemampuannya secara optimal. Dalam proses pembelajaran,

    banyak sekali pentransferan gelombang ilmu yang ditujukan bagi siswa untuk

    diserap secara maksimal agar tujuan pendidikan tercapai. Maka dari itu, siswa

    dituntut belajar dengan giat dan konsisten. Belajar adalah kunci keberhasilan.

    Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah melaksanakan proses belajar dan

    menyerap materi yang diajarkan dengan baik, maka perlu dilakukan

    pengukuran terhadap kemampuan belajar siswa.

    Hasil pengukuran tersebut dinamakan prestasi belajar. Tingkat

    keberhasilan suatu pendidikan dilihat dari hasil belajar siswa yang tercantum

    dalam suatu rapor. Dalam rapor tersebut terdapat urutan perolehan sehingga

  • 2

    terlihat apa yang dinamakan prestasi belajar. Prestasi belajar yang bagus

    memungkinkan seorang anak menganggap bahwa dirinya telah berhasil dalam

    mengikuti proses belajar. Hal itu merupakan tolak ukur kemampuan siswa

    setelah melakukan kegiatan belajar selama periode waktu tertentu. Tidak

    dipungkiri prestasi belajar yang bagus, merupakan persoalan yang umum ingin

    dicapai oleh seorang siswa.

    Pencapaian prestasi belajar yang baik diperlukan beberapa hal yang dapat

    mendukung hal tersebut. Salah satunya yaitu karakter disiplin yang harus

    dimiliki oleh setiap siswa. Karakter disiplin pada siswa penting untuk

    dipersiapkan, dibina, diarahkan dan ditumbuhkembangkan sejak dini agar

    melekat kuat dalam diri anak. Karakter tersebut yang nantinya akan nampak

    pada sikap yang ditunjukkan siswa dalam setiap tindakannya. Disiplin

    merupakan salah satu bekal mendasar bagi anak dalam mengarungi

    kehidupannya pada masa mendatang, dan untuk mewujudkan hal tersebut

    diperlukan kerjasama antara orang tua dengan sekolah. Diperlukan pula

    kesadaran dari pribadi siswa karena disiplin tidak terjadi dengan sendirinya,

    melainkan harus ditumbuhkan dari perbuatan dari para pelaku. Untuk itu,

    diperlukan suatu latihan atau pelajaran tertentu agar diperoleh seseorang yang

    mempunyai karakter disiplin yang baik, kuat, dan mandiri.

    Mustari (2014: 35) menjelaskan bahwa disiplin merujuk pada instruksi

    yang diberikan kepada murid (disciple). Untuk mendisiplinkan berarti

    menginstruksikan orang untuk mengikuti tatanan tertentu melalui aturan-aturan

    tertentu. Biasanya kata “disiplin” berkonotasi negatif. Ini karena untuk

  • 3

    melangsungkan tatanan dilakukan melalui hukuman. Dalam arti lain, disiplin

    berarti suatu ilmu tertentu yang diberikan kepada siswa. Orang dulu

    menyebutnya vak (disiplin) ilmu. Di perguruan tinggi, disiplin biasa disamakan

    arti dengan “fakultas”. Disiplin yang diterapkan mencakup keseluruhan hal,

    yakni disiplin di rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah.

    Disiplin di lingkungan rumah dan lingkungan masyarakat misalnya ketaqwaan

    terhadap Tuhan Yang maha Esa, melakukan kegiatan secara teratur, melakukan

    tugas-tugas pekerjaan rumah tangga (membantu orang tua), menyiapkan dan

    membenahi keperluan belajarnya, mematuhi tata tertib di rumah, dan mematuhi

    peraturan yang ada di masyarakat serta mempunyai kepedulian terhadap

    lingkungan. Sedangkan disiplin di lingkungan sekolah yaitu ketika siswa

    sedang melakukan kegiatan belajarnya, diwujudkan dalam pelaksanaan tata

    tertib sekolah. Contohnya memakai seragam sesuai peraturan sekolah,

    memperhatikan pelajaran yang diberikan guru, tidak mengganggu kenyamanan

    belajar dan lain sebagainya. Jadi karakter disiplin yang telah terbentuk dalam

    diri siswa merupakan produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan

    lingkungan sosialnya.

    Uraian di atas berkaitan erat dengan lingkungan sosial yang ada di

    sekolah. Kerjasama sekolah dalam membentuk karakter tersebut berperan

    penting bagi perkembangan siswa dalam meraih prestasi belajar yang lebih

    optimal. Guru sebagai salah satu orang terdekat di sekolah mempunyai andil

    dalam mengarahkan siswanya. Agar anak mampu melaksanakan tugas

    perkembangannya, diperlukan motivasi yang kuat dan baik dari para guru.

  • 4

    Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena

    fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar

    (Hamalik, 2008: 156). Tugas guru tidak hanya mengajar tetapi juga harus

    berkreasi mengaplikasikan suatu motivasi yang dapat membuat siswa belajar

    terasa lebih menyenangkan dan tidak merasakan suatu beban dalam belajar.

    Hal tersebut penting agar proses belajar mengajar dapat berjalan lebih baik dan

    siswa memperoleh prestasi belajar yang memuaskan.

    Ketika melakukan observasi di Sekolah Dasar, peneliti memperoleh hasil

    bahwa motivasi guru untuk anak didik sudah baik, tetapi ada kekurangan yang

    belum maksimal dalam penyampaiannya. Demikian juga dengan karakter

    disiplin siswa pada permulaan masih belum berjalan optimal. Motivasi guru

    dan karakter disiplin masih perlu diperbaiki. Banyak siswa yang belum

    antusias mengembangkan kemampuan dirinya untuk belajar. Mereka

    beranggapan bahwa disiplin belum begitu penting. Terbukti bahwa banyak dari

    mereka yang belum melaksanakan aturan secara penuh dan kurang antusias

    dalam melaksanakannya. Kurangnya pembiasaan dalam pemberian motivasi

    oleh guru secara kontinu, menyebabkan siswa tidak terbiasa dengan kata-kata

    atau kalimat yang baru didengar, diucapkan ataupun dituliskan oleh guru, siswa

    juga sering tidak memahami makna dari motivasi yang baru saja

    didapatkannya. Adanya kejenuhan dalam proses pendidikannya juga sering

    dialami siswa. Dalam bukunya “Ilmu Pendidikan”, Siswoyo dkk (2007: 23)

    mengatakan keterbatasan dalam interaksi pendidik dapat terjadi karena bahasa

    yang dipakai oleh pendidik sebagai alat komunikasi yang berisi simbol-simbol

  • 5

    abstrak kadang-kadang tidak dimengerti oleh peserta didik (penerimaan pesan)

    tidak berjalan dengan baik. Maka dari itu diperlukan adanya keterampilan

    dalam penyampaian motivasi kepada siswa yang sesuai dengan karakter dan

    latar belakang masing-masing anak. Oleh karena itu, untuk meningkatkan

    prestasi belajar diperlukan motivasi guru yang baik dan terampil dengan

    penyampaian yang mengena di hati para anak didiknya. Diharapkan setiap

    siswa dapat menerapkan motivasi yang telah disampaikan oleh gurunya dalam

    kehidupan sehari-hari.

    SD Negeri Secang 2 berada di daerah perkotaan yaitu di Kecamatan

    Secang Kabupaten Magelang yang beralamatkan di Jalan Sukarman No. 3

    Secang. Sekolah ini sudah terakreditasi A dengan kepala sekolah bernama Ibu

    Endang Tansih, S.Pd. dan merupakan salah satu sekolah favorit. Hal ini

    ditandai dengan banyaknya siswa yang bersekolah di SD tersebut serta

    menghasilkan prestasi yang dapat kita lihat melalui banyaknya penghargaan

    yang mereka peroleh dalam bentuk piala. Mengenai kondisi lingkungan,

    sekolah tersebut termasuk sekolah yang hampir memenuhi standar. Hal itu

    dibuktikan dengan adanya fasilitas-fasilitas yang ada di dalamnya dalam

    kondisi yang baik dan terawat. SD Negeri Secang 2 memiliki sebuah gedung

    yang terdiri atas enam bangunan yaitu, satu gedung kantor, satu gedung

    perpustakaan dan mushola, satu gedung kelas III-VI, satu gedung kelas II dan

    satu gedung kelas V. Terdapat taman di depan yang ditanami berbagai macam

    sayur-sayuran serta tanaman hidroponik. Masing-masing gedung terdapat kata-

    kata motivasi dan papan pengumuman, dilengkapi tempat sampah organik dan

  • 6

    anorganik disetiap kelas dan ruangan lainnya. Di depan masing-masing kelas

    juga terdapat tempat cuci tangan. Selain itu, akomodasi ruang belajar dengan

    jumlah kelas I-VI terdiri atas 12 ruangan masing-masing kelas A dan B.

    Kondisinya sangat baik dan sudah memenuhi standar ukuran ruangan kelas.

    Alat-alat dan media mengajar tersedia, perpustakaan, ruang guru, kantin,

    tempat parkir, toilet, mushola, ruang tamu, ruang dinas atau penjaga, Unit

    Kesehatan Siswa (UKS), ruang kesenian, ruang perlengkapan dan alat peraga

    sampai taman, semua tertata rapi, bersih, sejuk, dan terawat serta nyaman dan

    menyenangkan bagi yang menghuninya. Banyak prestasi yang telah diperoleh

    dari berbagai lomba dan kompetisi. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya piala-

    piala yang dipajang di ruang tamu. Prestasi yang didapat misalnya

    mendapatkan juara dalam bidang keagamaan seperti rebana, kaligrafi dan lain-

    lain, demikian juga dalam bidang pramuka, sains, matematika dan bidang

    lainnya. Selain itu sekolah ini juga pernah mengikuti lomba sekolah sehat dan

    lolos tingkat kecamatan.

    Berdasarkan kajian latar belakang di atas, maka perlu diungkap

    hubungan antar variabel motivasi guru, karakter disiplin terhadap prestasi

    belajar. Untuk itu disusunlah penelitian yang berjudul “Korelasi Antara

    Motivasi Guru dan Karakter Disiplin terhadap Prestasi Belajar.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, selanjutnya dapat disusun suatu

    rumusan masalah yaitu:

  • 7

    1. Apakah terdapat korelasi motivasi guru terhadap prestasi belajar siswa SD

    Negeri Secang 2 Kabupaten Magelang?

    2. Apakah terdapat korelasi karakter disiplin terhadap prestasi belajar siswa

    SD Negeri Secang 2 Kabupaten Magelang?

    3. Apakah terdapat korelasi antara motivasi guru dan karakter disiplin terhadap

    prestasi belajar siswa SD Negeri Secang 2 Kabupaten Magelang?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian untuk

    mengetahui:

    1. Korelasi motivasi guru terhadap prestasi belajar siswa SD Negeri Secang 2

    Kabupaten Magelang.

    2. Korelasi karakter disiplin terhadap prestasi belajar siswa SD Negeri Secang

    2 Kabupaten Magelang.

    3. Korelasi antara motivasi guru dan karakter disiplin terhadap prestasi belajar

    siswa SD Negeri Secang 2 Kabupaten Magelang.

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk semua pihak,

    antara lain:

    1. Manfaat Teoritis

    a. Sebagai bahan diskusi tentang korelasi antara motivasi guru dan karakter

    disiplin terhadap prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Secang 2

    Kabupaten Magelang.

  • 8

    b. Menambah referensi bahan kajian penelitian yang berhubungan dengan

    korelasi antara motivasi guru dan karakter disiplin terhadap prestasi

    belajar.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Guru

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan bagi

    guru dalam memberikan motivasi kepada siswa. Sehingga guru dapat

    lebih terinspirasi untuk meningkatkan, mengembangkan dan menemukan

    cara efektif dalam mendukung siswa di sekolah.

    b. Bagi Siswa

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

    siswa agar dapat menerapkan karakter disiplin yang baik dalam

    kesehariannya sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang optimal.

    c. Bagi Sekolah

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

    membantu pihak sekolah untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan

    sehubungan dengan pemberian motivasi oleh guru dan karakter disiplin

    siswa.

  • 9

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Prestasi Belajar

    1. Pengertian Prestasi Belajar

    Pengertian prestasi belajar menurut Hetika (2008: 23), prestasi belajar

    adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam keahlian atau

    kumpulan pengetahuan. Keahlian ini berupa kemampuan, kemahiran dalam

    memahami dan melakukan sesuatu, misalnya seorang siswa belajar

    mengenai musik yakni piano. Diharapkan siswa mahir dalam bermain piano

    dan menguasai teknik-tekniknya setelah berlatih dengan giat dan sungguh-

    sungguh. Kumpulan pengetahan yang dimaksud yaitu kumpulan informasi

    dan ilmu yang telah didapatkan oleh siswa. Selama proses pembelajaran,

    siswa akan memperoleh berbagai pengetahuan misalnya pengetahuan dalam

    pelajaran IPS, IPA, Bahasa Indonesia, Matematika maupun pelajaran

    lainnya. Diharapkan informasi yang telah diproses untuk memperoleh

    pemahaman tersebut dapat diaplikasikan ke dalam masalah yang dihadapi

    siswa. Begitu juga dengan Asmara (2009: 11) yang menuturkan prestasi

    belajar merupakan suatu bentuk pencapaian atas usaha seseorang dalam

    penguasaan materi, keterampilan, maupun pengetahuan yang ditunjukkan

    ataupun diwakilkan dalam bentuk nilai. Penguasaan materi siswa berupa

    kemampuan memahami hal yang baru seperti siswa belajar tentang

    transportasi, maka siswa diharapkan bisa menguasai materi tentang hal-hal

    dalam transportasi. Keterampilan yang dimaksud, siswa belajar untuk

  • 10

    terampil dari yang sebelumnya belum terampil. Contohnya siswa belajar

    tentang cara membuat miniatur pesawat, dari yang belum terampil

    diharapkan siswa bisa terampil membuat miniatur pesawat. Pengetahuan ini

    berupa wawasan siswa tentang materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.

    Contohnya siswa mempelajari tentang tumbuhan dan kemudian dites

    pengetahuannya melalui soal.

    Sedangkan Syah (2014: 148) menjelaskan bahwa prestasi belajar

    merupakan perubahan ranah psikologis sebagai akibat pengalaman dan

    proses belajar siswa yang tercapai dalam kurun waktu tertentu. Perubahan

    ranah psikologi yang dimaksud yaitu perubahan positif dalam diri siswa

    meliputi perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,

    pengolahan informasi, pemecahan masalah dan lain-lain. Contohnya

    seorang siswa yang belajar ilmu pendidikan agama islam, yang

    dipelajarinya di sekolah mengajarkan untuk saling mengasihi sesama

    manusia. Maka di dalam pikiran maupun jiwanya akan tumbuh perasaan

    yang positif yang nantinya akan diaplikasikan dalam bentuk perilaku seperti

    selalu menyayangi orangtua, bersedekah, menolong orangtua yang sedang

    kesulitan menyeberang jalan, menyumbangkan pakaiannya atau barang

    yang dimilikinya untuk orang yang membutuhkan dan lain sebagainya.

    Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari kegiatan belajarnya

    melalui latihan dan pengalamannya, yang menyebabkan suatu perubahan

    sikap maupun tingkah laku meliputi aspek kognitif, afektif dan

  • 11

    psikomotorik. Pada penelitian ini, prestasi belajar yang dimaksud yakni

    perolehan nilai akhir siswa kelas V SD Negeri Secang 2 Kabupaten

    Magelang selama satu semester. Nilai yang digunakan dalam penelitian ini

    berupa nilai angka siswa sebelum dikonversikan ke dalam nilai huruf.

    2. Jenis-Jenis Prestasi Belajar

    Dalam penelitian Setyowati (2002: 22) mengemukakan, ada tiga jenis

    prestasi belajar, yaitu: a) Total prestasi belajar, yaitu tingkat keberhasilan

    siswa dalam belajar secara keseluruhan. Prestasi ini mencerminkan

    kemampuan siswa untuk mengingat kembali fakta-fakta dan konsep-konsep

    serta memahami hubungan antara suatu fakta dengan yang lainnya, suatu

    konsep dengan konsep lainnya, maupun mengerti kaitan antara fakta dengan

    fakta lainnya. Hal tersebut dideteksi melalui tingkat kecepatan siswa

    menjawab seluruh pertanyaan dalam setiap unit pelajaran yang telah

    dibahas. b) Prestasi belajar mengingat fakta dan konsep, yaitu tingkat

    keberhasilan siswa mempelajari suatu mata pelajaran, khususnya dalam

    aspek mengingat fakta dan konsep. Prestasi ini adalah cerminan dari

    kemampuan siswa untuk mengingat kembali. Hal ini diukur melalui

    menjawab pertanyaan yang bersifat faktual. c) Prestasi belajar memahami

    fakta dan konsep, yaitu keberhasilan siswa mempelajari suatu mata

    pelajaran khususnya dalam aspek pemahaman fakta dan konsep. Ini

    dicerminkan melalui kemampuan siswa memahami.

    Hasil prestasi belajar masing-masing anak berbeda satu sama lain. Hal

    itu dikarenakan tingkat kemampuan siswa dalam menyerap suatu ilmu tidak

  • 12

    sama. Banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor dari dalam diri

    siswa itu maupun faktor dari luar. Contoh siswa yang mampu mencapai

    total prestasi belajar yaitu ketika diajarkan materi energi, siswa mampu

    memahami konsep energi dan perubahannya dengan mengembangkan

    kemampuan mengamati dan melaksanakan percobaan. Siswa akan bisa

    menjelaskan kaitan antara konsep energi, bentuk dan perubahannya.

    Sedangkan prestasi belajar mengingat fakta dan konsep, siswa mampu

    mengingat bentuk-bentuk energi, perubahan energi dan lain-lain. Prestasi

    belajar memahami fakta dan konsep lebih kepada kemampuan menjelaskan

    jawabannya seperti siswa mampu memahami apa energi itu, bagaimana

    bentuknya dan seperti apa perubahannya. Hal itu diikuti dengan kemampuan

    mengembangkan sesuai dengan pemahamannya.

    Menurut Syah (2014: 89-90), pada prinsipnya, pengembangan hasil

    belajar ideal meliputi ranah psikologis yang berubah sebagai akibat

    pengalaman dan proses belajar siswa. Dengan demikian prestasi belajar

    dibagi ke dalam tiga macam prestasi diantaranya: a) prestasi yang bersifat

    kognitif (ranah cipta), yaitu pengamatan, ingatan, pemahaman, aplikasi atau

    penerapan, analisis (pemeriksaan dan penilaian secara teliti), sintesis

    (membuat paduan baru dan utuh). b) prestasi yang bersifat afektif (ranah

    rasa), meliputi penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap menghargai),

    internalisasi (pendalaman), karakterisasi (penghayatan). c) prestasi yang

    bersifat psikomotorik (ranah karsa) yaitu keterampilan bergerak dan

    bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan non verbal. Kognitif berkaitan

  • 13

    dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran seperti nilai

    suatu mata pelajaran dari hasil ulangan atau tes. Afektif berkaitan dengan

    sikap misalnya seorang siswa dapat menunjukkan sikap menerima atau

    menolak serta berpartisipasi terhadap suatu pernyataan dari permasalahan

    dalam suatu musyawarah kelas. Sedangkan psikomotorik berkaitan dengan

    gerakan atau tindakan, contohnya siswa menerima pelajaran tentang adab

    sopan santun kepada orang tua, maka siswa tersebut mengaplikasikan

    pelajaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Senada dengan pendapat di atas,

    menurut Bloom dalam Hernawan (2008: 128) ada tiga jenis prestasi belajar,

    yaitu: 1) kognitif, hasil belajar ini mengacu pada hasil belajar yang

    berkenaan dengan pengembangan otak dan penalaran siswa. Domain

    kognitif ini memiliki enam tingkatan yaitu ingatan, pemahaman, penerapan,

    analisis, sintesis dan evaluasi. 2) afektif, hasil belajar ini mengacu kepada

    sikap dan nilai yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti

    pembelajaran. Ada lima tingkatan yaitu menerima, menanggapi,

    menghargai, mengatur diri, dan menjadikan pola hidup. 3) psikomotorik,

    hasil belajar ini mengacu pada kemampuan bertindak, terdiri atas lima

    tingkatan yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, bertindak secara

    mekanis, dan gerakan kompleks.

    Berdasarkan pendapat ahli dan kajian di atas, peneliti menyimpulkan

    bahwa jenis prestasi belajar adalah tingkatan keberhasilan siswa dengan

    taraf pencapaian prestasi selama proses belajar. Pencapaian itu meliputi

    ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

  • 14

    3. Pengukuran Prestasi Belajar

    Prestasi belajar siswa dapat diketahui dari hasil evaluasi yang

    dilaksanakan oleh guru. Dalam pelaksanaannya seorang guru dapat

    menggunakan ulangan harian, pemberian tugas, dan ulangan umum.

    dibawah ini akan dijelaskan mengenai alat evaluasi, yaitu sebagai berikut:

    a. Teknik Tes. Teknik tes adalah suatu alat pengumpul informasi yang

    berupa serentetan pertanyaan atau latihan yang dapat digunakan untuk

    mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau

    bakat yang dimiliki oleh individu maupun kelompok (Arikunto, 2006:

    150). Adapun wujud tes ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur

    siswa, dibagi menjadi tiga macam yaitu:

    1) Tes diagnosis yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-

    kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan tersebut dapat

    dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

    2) Tes formatif adalah tes yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh

    mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu.

    Dalam kedudukan seperti ini tes formatif dapat juga dipandang

    sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran.

    3) Tes sumatif adalah tes yang dilaksanakan berakhirnya pemberian

    sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam

    pengalaman di sekolah tes formatif dapat disamakan dengan ulangan

    harian, dan sumatif dapat disamakan ulangan umum setiap akhir

    caturwulan (Arikunto, 2006: 33).

  • 15

    b. Teknik Non Tes. Teknik non tes adalah sekumpulan pertanyaan yang

    jawabannya tidak memiliki nilai benar atau salah sehingga semua

    jawaban responden bisa diterima dan mendapatkan skor.

    1) Kuesioner

    Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

    untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

    tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Selain itu juga untuk

    menemukan kesulitan yang dialami siswa dalam mengikuti proses

    pembelajaran, motivasi belajar, fasilitas belajar dan lain sebagainya.

    2) Wawancara

    Merupakan sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

    (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

    3) Pengamatan/Observasi

    Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara

    mengamati langsung menggunakan alat indra serta mencatat hasil

    pengamatan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara

    partisipasif yang melibatkan diri ditengah-tengah observe dan non

    partisipasif yaitu bertindak sebagai penonton saja.

    4) Skala bertingkat (rating scale)

    Skala bertingkat merupakan suatu ukuran subjektif yang dibuat

    berskala. Data mentah yang diperoleh berupa angka yang ditafsirkan

    dalam pengertian kualitatif. Skala ini digunakan untuk mengukur

    sikap, gejala atau fenomena sosial.

  • 16

    5) Dokumentasi

    Merupakan tulisan yang dapat dijadikan sumber informasi. Metode

    dokumentasi dapat dilaksanakan dengan pedoman dokumentasi yang

    memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya dan

    check-list (Arikunto, 2006: 151).

    Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam

    mengukur prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran dapat menggunakan

    beberapa cara sesuai dengan apa yang kita kehendaki dan disesuaikan

    dengan karakteristiknya. Melalui beberapa cara pengukuran prestasi belajar

    tersebut, maka dapat diketahui sejauh mana keberhasilan masing-masing

    siswa dalam memahami materi yang sudah diajarkan oleh guru.

    4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

    Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor yang

    mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun menghambat.

    Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

    belajar, dan pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor

    baik dari dalam individu (faktor intern) maupun dari luar individu (faktor

    ekstern). Menurut Suryabrata (2002: 233), secara garis besar mengatakan

    bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan

    menjadi dua yaitu: (1) faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri

    individu, meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis, dan (2) faktor

    ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu, meliputi faktor

    sosial dan faktor non-sosial. Faktor fisiologis berasal dari keadaan jasmani

  • 17

    diri individu itu sendiri, biasanya berhubungan erat dengan fungsi-fungsi

    fisik misalnya kesehatan panca indera dan lain-lain. Faktor psikologis

    berhubungan dengan hal- hal yang bersifat psikis misalnya motivasi, minat,

    bakat, dan kemampuan kognitif. Faktor sosial yang dimaksud adalah faktor

    manusia (sesama manusia). Faktor non sosial meliputi keadaan cuaca,

    udara, lokasi tempat belajar, alat-alat yang dipergunakan untuk belajar.

    Demikian juga Menurut Darmadi (2010: 188-190), faktor-faktor yang

    mempengaruhi prestasi belajar, meliputi:

    a. Faktor eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar

    siswa digolongkan ke dalam faktor sosial dan non-sosial. Faktor sosial

    menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi

    sosial yaitu keluarga, sekolah, teman dan masyarakat. Sedangkan faktor

    non-sosial mencakup lingkungan alam dan fisik.

    b. Faktor internal. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar

    siswa meliputi intelegensi, minat, sikap dan motivasi. Selain itu waktu

    dan kesempatan yang berbeda-beda pada setiap anak akan berpengaruh

    pada kemampuan siswa tersebut. Menurut Slameto (2010: 54-57),

    mengatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

    siswa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor

    ekstern. Faktor intern meliputi: (1) faktor jasmaniah, berupa kesehatan

    dan cacat tubuh; (2) faktor psikologis, berupa inteligensi, perhatian,

    minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan; (3) faktor kelelahan,

  • 18

    berupa kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Faktor ekstern meliputi

    faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

    Berdasarkan pendapat ahli di atas, diperoleh kesimpulan bahwa

    prestasi belajar bukan saja dipengaruhi oleh siswa tetapi juga oleh faktor

    dari luar diri siswa (faktor ekstern). Faktor intern memiliki pengaruh yang

    kuat untuk tercapainya prestasi belajar yang baik, begitu juga dengan faktor

    ekstern, dimana dibutuhkan disiplin serta kemadirian yang berasal dari diri

    sendiri dan motivasi untuk menunjang prestasi yang akan diperoleh. Dalam

    hal ini faktor ekstern yaitu motivasi guru dan faktor internnya adalah

    karakter disiplin (siswa). Untuk itu diperlukan keselarasan dalam proses

    pembelajaran antara siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.

    B. Karakter Disiplin

    1. Pengertian Karakter Disiplin

    Secara etimologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 268)

    disiplin adalah tata tertib di sekolah, kemiliteran, dan lain sebagainya

    (ketaatan/kepatuhan terhadap tata tertib di sekolah). Tata tertib ini berupa

    peraturan yang harus ditaati oleh siswa seperti ketaatan dalam hal mengikuti

    proses pembelajaran, masuk sekolah, tata tertib mengikuti pelajaran sekolah,

    menjalankan tata tertib di sekolah, mengikuti upacara bendera, mengerjakan

    tugas, belajar di rumah dan lain sebagainya. Menurut Husdarta (2010: 110),

    disiplin berarti kontrol penguasaan diri terhadap impuls yang tidak

    diinginkan atau proses mengarahkan impuls pada suatu cita-cita atau tujuan

  • 19

    tertentu untuk mencapai dampak yang lebih besar. Kontrol penguasaan diri

    terhadap impuls yang tidak diinginkan berupa pengendalian diri terhadap

    peristiwa sesaat yang bersifat negatif. Contohnya saat seorang siswa tiba-

    tiba diajak membolos oleh temannya, niat tersebut akan bisa dikendalikan

    jika siswa tersebut memiliki karakter disiplin yang kuat dalam dirinya.

    Sedangkan proses mengarahkan impuls pada suatu cita-cita atau tujuan

    tertentu yaitu disiplin akan mengarahkan peristiwa atau hal-hal ke dalam

    suatu tujuan yang ingin dicapai oleh siswa. Biasanya cita-cita yang

    diinginkan berbentuk positif yang akan berpengaruh pada kepercayaan diri

    siswa. Contohnya siswa yang tekun dan disiplin dalam belajar, maka

    keinginannya untuk bisa mendapatkan nilai yang bagus akan didapatkannya.

    Jika hal itu terus dilakukan secara konsisten, maka secara tidak langsung

    akan mengarahkannya dalam pencapaian cita-cita pada masa depannya

    kelak. Menurut Mustari (2014: 35), disiplin adalah tindakan yang

    menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan

    peraturan. Perilaku tertib tersebut berupa sikap yang teratur seperti saat

    siswa melakukan upacara bendera setiap hari senin. Maka diharapkan

    dengan sikap tertib tersebut siswa dapat mengikuti upacara bendera dengan

    khidmat. Patuh yaitu menuruti atau mentaati perintah seperti memuliakan

    dan tidak menghina guru, memperhatikan guru yang sedang menjelaskan

    pelajaran, bertanya kepada guru apabila ada sesuatu yang belum dimengerti

    dengan sikap sopan dan sebagainya.

  • 20

    Dari pendapat ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa disiplin

    adalah sikap taat dan patuh seseorang pada peraturan yang telah ditetapkan,

    yang diaplikasikan pada sebuah tindakan, yang muncul akibat dorongan dari

    luar maupun dari kesadaran pribadi.

    Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan dari pendidikan

    nasional. Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa tujuan

    pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk

    memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Tujuan pendidikan

    tersebut dibuat agar pendidikan itu tidak hanya membentuk insan Indonesia

    yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter kuat. Sehingga

    diharapkan akan melahirkan generasi-generasi bangsa yang unggul dan

    tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafaskan nilai-nilai luhur

    bangsa serta agama. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas

    bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,

    tabiat, temperamen, dan watak. Sedangkan berkarakter ialah berkepribadian,

    berperilaku, berwatak, bertabiat, bersifat dan berbudi pekerti. Dari pendapat

    tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa karakter adalah kepribadian

    yang menjadi ciri khas seseorang yang dapat dilihat pada sifat dan perilaku.

    Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter

    disiplin merupakan kepribadian atau personalitas yang melekat kuat pada

    diri seseorang yang menunjukkan perilaku ketaatan pada sebuah aturan

    tertentu. Secara langsung maupun tidak langsung karakter disiplin akan

    sangat mempengaruhi prestasi belajar setiap siswa.

  • 21

    2. Fungsi Disiplin

    Menurut Tu’u (2004: 38), ada beberapa fungsi disiplin yaitu:

    a. Menata Kehidupan Bersama.

    Fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam

    kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan

    antara individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar.

    b. Membangun Kepribadian

    Lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap

    kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh

    kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang,

    tentram, sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

    c. Melatih Kepribadian

    Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak

    terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah

    satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui

    latihan. Kepribadian yang tertib, teratur, taat, dan patuh perlu dibiasakan

    serta dilatih, agar menjadi sebuah kebiasaan positif.

    d. Pemaksaan.

    Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan

    motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Dengan melakukan

    kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri, bermanfaat bagi kebaikan

    dan kemajuan diri. Sebaliknya, disiplin dapat pula terjadi karena adanya

    pemaksaan dan tekanan dari luar.

  • 22

    e. Hukuman

    Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal yang positif yang harus

    dilakukan siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang

    melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi atau hukuman sangat

    penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk

    menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman atau sanksi,

    dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. Motivasi untuk

    hidup mengikuti aturan yang berlaku menjadi lemah.

    f. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif

    Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan

    pendidikan agar berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang

    peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru dan bagi para siswa,

    serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian

    diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian,

    sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tenteram,

    tertib dan teratur. Lingkungan seperti ini adalah lingkungan yang

    kondusif bagi pendidikan.

    Sedangkan menurut Maman Rachman dalam Tu’u (2004: 35) fungsi

    disiplin bagi para siswa adalah sebagai berikut:

    a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.

    b. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan

    lingkungan. Hal itu akan akan terlihat pada sikap sehari-hari.

  • 23

    c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukan peserta didik

    terhadap lingkungannya.

    d. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu

    lainnya. Sehingga diharapkan akan tercipta lingkungan yang harmonis.

    e. Menjauhkan siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.

    Berbeda dengan Naim (2012: 144) fungsi disiplin adalah untuk mencegah

    kehancuran. Disiplin dapat membantu siswa memperoleh suatu batasan

    dalam bertingkah laku. Mencegah kehancuran yaitu mencegah dari suatu

    keadaan atau kondisi yang merugikan bagi siswa. Contohnya siswa dilarang

    untuk tidak membawa senjata tajam di lingkungan sekolah, karena hal itu

    akan berdampak buruk bagi siswa itu sendiri maupun orang lain. Siswa

    yang tidak dapat mengendalikan emosi negatifnya, suatu waktu bisa

    mempergunakan barang tersebut untuk hal-hal yang tidak baik, misalnya

    dipergunakan untuk tawuran, menyakiti teman, mencuri dan sebagainya.

    Berdasarkan berbagai pendapat ahli dan uraian di atas, peneliti

    menarik kesimpulan bahwa kedisiplinan bisa dijadikan landasan dalam

    membangun pendidikan yang lebih berkualitas dan menanamkan rasa

    tanggung jawab yang besar bagi para siswa. Diperlukan pemahaman tentang

    fungsi disiplin dengan baik karena karakter disiplin tidak akan tumbuh

    dengan sendirinya melainkan tumbuh dari kesadaran pribadi siswa dan

    faktor dari luar yang mendukungnya. Latihan terus menerus secara

    konsisten sangat dibutuhkan agar tercipta pengalaman belajar bagi siswa

    yang akan mendukungnya dalam mencapai tujuan hidup yang diinginkan.

  • 24

    3. Jenis Disiplin

    Mengenai jenis disiplin, Tu’u (2004: 44-6) membahas macam-macam

    disiplin yaitu sebagai berikut:

    a. Disiplin otoritarian. Disiplin otoritarian bersifat memaksa kehendak

    orang lain tanpa mempertimbangkan dampaknya. Dalam disiplin ini,

    peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Orang yang berada dalam

    lingkungan disiplin itu diminta untuk mematuhi dan menaati peraturan

    yang berlaku. Apabila ada yang melanggar disiplin tersebut, maka akan

    mendapatkan sanksi atau hukuman berat. Sebaliknya, apabila berhasil

    mematuhi peraturan kurang mendapatkan penghargaan karena disiplin

    otoritarian sudah dianggap sebagai kewajiban.

    b. Disiplin permisif. Disiplin permisif bersifat membebaskan seseorang

    untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan

    keinginan hatinya. Dalam disiplin ini, tidak ada sanksi bagi

    pelanggarannya sehingga menimbulkan dampak kebingungan dan

    kebimbangan. Penyebabnya yaitu mereka tidak tahu mana yang

    diperbolehkan dan mana yang dilarang. Dengan demikian diperlukan

    keterampilan masing-masing anak dalam memahami jenis disiplin ini

    agar dapat mengarahkan dirinya sendiri ke dalam hal yang baik.

    c. Disiplin demokratis. Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan

    memberi penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak

    memahami mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang

    ada. Teknik ini menekankan pada aspek edukatif bukan hukuman. Sanksi

  • 25

    disiplin diberikan kepada seseorang yang melanggar sebagai upaya

    menyadarkan, mengoreksi dan mendidik. Disiplin demokratis berusaha

    mengembangkan disiplin yang muncul karena kesadaran diri sehingga

    siswa memiliki disiplin diri yang kuat dan mantab. Dalam disiplin ini,

    siswa memiliki tanggung jawab dan kemandirian yang tinggi.

    Senada dengan penjelasan ahli di atas, Hurlock (2008: 93) juga

    mengemukakan mengenai macam-macam disiplin yakni:

    a. Disiplin Otoriter. Dalam disiplin yang bersifat otoriter, orang tua dan

    pengasuh yang lain menetapkan peraturan-peraturan dan

    memberitahukan anak bahwa ia harus mematuhi peraturan tersebut.

    Tidak ada usaha untuk menjelaskan pada anak mengapa ia harus patuh

    dan tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat tentang adil

    tidaknya peraturan-peraturan tersebut.

    b. Disiplin yang Lemah. Filsafat yang mendasari teknik disiplin ini adalah

    melalui akibat dari perbuatannya sendiri, anak akan belajar bagaimana

    berperilaku secara sosial. Dengan demikian, tidak diajarkan peraturan-

    peraturan, ia tidak dihukum karena melakukan pelanggaran dan tidak

    diberi hadiah bagi anak yang berperilaku baik.

    c. Disiplin demokratis. Disiplin ini menekankan pada anak untuk

    mengetahui mengapa peraturan-peraturan yang dibuat dan memperoleh

    kesempatan mengemukakan pendapatnya sendiri bila ia menganggap

    peraturan itu tidak adil. Terdapat pemberian hukuman bagi anak yang

    melanggar dan pemberian hadiah bagi yang berperilaku baik.

  • 26

    Imron (2011: 172) menyatakan ada tiga macam kedisiplinan siswa

    dalam belajar. Pertama, kedisiplinan belajar yang dibangun berdasarkan

    konsep otoritarian. Konsep ini menyebutkan siswa di sekolah dikatakan

    mempunyai kedisiplinan yang tinggi ketika siswa mau duduk tenang dan

    memperhatikan penjelasan guru serta tidak boleh membantah. Sehingga

    siswa takut dan terpaksa mengikuti apa yang diinginkan oleh guru. Kedua,

    kedisiplinan belajar yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Siswa

    harus diberi kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan sekolah. Aturan-

    aturan di sekolah dilonggarkan dan tidak perlu mengikat kepada siswa.

    Sehingga siswa bebas berbuat apa saja sepanjang hal tersebut menurut

    mereka baik. Ketiga, kedisiplinan belajar yang dibangun berdasarkan

    konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab.

    Maksudnya adalah kedisiplinan yang memberikan kebebasan seluas-luasnya

    kepada siswa untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu

    merupakan tanggung jawab siswa.

    Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis

    disiplin dapat timbul karena adanya pengaruh dari luar maupun dari dalam

    pribadi itu sendiri. Dari luar disebabkan pengaruh peraturan dari orangtua,

    guru, masyarakat maupun dari sebuah lembaga, sedangkan dari dalam

    terbentuk karena kesadaran pribadi. Disiplin yang dipengaruhi dari luar

    akan membuat seseorang mentaati dan mematuhi peraturan yang berlaku.

    Pelaku sadar akan sanksi yang diterima jika melanggarnya. Hal tersebut

    akan menjadi sebuah kebiasaan dan menjadi sesuatu yang ringan untuk

  • 27

    dikerjakan jika dilakukan secara konsisten. Sedangkan disiplin yang timbul

    dari dalam terjadi akibat pelaku secara sadar tahu akan pentingnya disiplin

    itu bagi dirinya. Disiplin ini perlu dibimbing agar terarah dan terbentuk

    dengan baik. Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup yang

    teratur dan mencintai apa yang dilakukan.

    4. Pembentukan Disiplin

    Disiplin tidak terbentuk secara spontanitas, akan tetapi dapat dibentuk

    melalui latihan berdisiplin. Dalam hal ini Rimm (2003: 79), terdapat

    beberapa strategi yang perlu diterapkan dalam upaya membina karakter

    disiplin siswa diantaranya: a) Konsisten. Orang tua maupun guru harus

    konsisten dalam menegakkan sikap disiplin kepada anak. Sehingga anak

    mempercayai dan menaati peraturan yang telah disepakatinya. Konsisten

    yang dilakukan tidak boleh kaku karena menjadikan anak lebih keras dan

    marah sehingga mereka banyak membangkang dengan peraturan yang ada.

    b) Pujian. Merupakan bentuk perhatian yang positif, namun kata-kata pujian

    harus memiliki nilai tambah. Yaitu menunjukkan apa yang diharapkan dari

    anak dan mengajarkan mereka tentang nilai-nilai yang kita yakini. Oleh

    karena itu kita harus berhati-hati sehingga tidak menimbulkan sifat

    kompetitif dan merasa super kepada anak. Untuk memuji anak, kita harus

    mampu memikirkan secara baik nilai-nilai yang kita yakini dan persiapkan

    kata-kata pujian yang realistis, positif dan merefleksikan nilai-nilai tersebut,

    sehingga anak melihat harapan guru dan orang tua. c) Konsekuensi. Misal,

    anak yang memulai perkelahian akan menanggung akibat perbuatannya

  • 28

    sehingga mendapatkan konsekuensi negatif. Artinya dia akan mendapatkan

    hukuman atas perbuatannya dan harus bertanggung jawab. Selain itu

    terdapat konsekuensi positif misalnya anak yang berpakaian sendiri sebelum

    ke sekolah merasa lebih baik daripada yang harus dipaksa berpakaian setiap

    pagi. d) Aktifitas. Hal tersebut merupakan prestasi belajar bagi anak dan

    larangan melakukan aktifitas sebagai bentuk hukuman. e) Hadiah materi.

    Secara teknis hadiah ini disebut sebagai benda pendorong dan sering

    digunakan oleh banyak orang tua. Benda pendorong tersebut efektif hanya

    untuk jangka pendek. Hadiah berupa benda paling efektif jika digunakan

    sementara saja. Kita juga harus menghindari dalam memberikan hadiah

    yang lebih karena akan berdampak buruk.

    Sedangkan menurut Mulyasa (2008: 124), mengemukakan bahwa

    langkah-langkah mendisiplinkan siswa adalah sebagai berikut: a) Konsep

    diri (self-concept) adalah konsep-konsep diri peserta didik merupakan faktor

    penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru

    disarankan bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka sehingga

    peserta didik dapat mengeksplorasi pikiran dan perasaannya dalam

    memecahkan masalah. b) keterampilan berkomunikasi (communication

    skill) adalah guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar

    mampu menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan

    peserta didik. c) Konsekuensi logis dan alami (natural and logical

    consequences) adalah perilaku-perilaku yang salah terjadi karena peserta

    didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal

  • 29

    ini mendorong munculnya perilaku-perilaku bersalah. Untuk itu guru

    disarankan menunjukkan secara tepat tujuan perilaku salah, sehingga

    membantu peserta didik dalam mengatasi perilakunya dan memanfaatkan

    akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah. d) Klarifikasi nilai

    (value clarification) adalah membantu peserta didik untuk menjawab

    pertanyaan-pertanyaan sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem

    nilainya sendiri. e) Analisis transaksional adalah disarankan guru bersikap

    dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang

    menghadapi masalah. f) Terapi realitas adalah guru perlu bersikap positif

    dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiataan sekolah dan melibatkan

    peserta didik secara optimal dalam pembelajaran. g) Disiplin yang

    terintekrasi adalah guru mampu mengendalikan, mengembangkan dan

    mempertahankan peraturan dan tata tertib sekolah. h) Modifikasi perilaku

    adalah guru harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif

    yang dapat memodifikasi perilaku peserta didik. i) Tantangan bagi disiplin

    adalah guru harus cekatan, terorganisasi, dan tegas dalam mengendalikan

    disiplin peserta didik.

    Dari penjelasan para ahli di atas tentang pembentukan disiplin, maka

    dapat disimpulkan bahwa dalam rangka mendisiplinkan siswa perlu

    kerjasama yang harmonis antara semua pihak terkait seperti kepala sekolah,

    guru, orang tua maupun siswa itu sendiri. Dalam lingkungan sekolah, kepala

    sekolah dan guru harus mampu menjadi pembimbing, pengawas, teladan

    dan pengendali seluruh perilaku siswa dengan penuh tanggung jawab.

  • 30

    C. Motivasi Guru

    1. Pengertian Motivasi Guru

    Motivasi diartikan sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau

    menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada

    tingkah laku tersebut (Sugihartono dkk, 2007: 20). Perilaku tertentu berupa

    sikap positif seperti tindakan seorang siswa yang tadinya malas menjadi

    semangat belajar karena terinspirasi oleh seorang pengusaha kaya dan

    sukses dalam kehidupannya. Maka diharapkan hal tersebut dapat

    memberikan arah dan ketahanan agar siswa tetap semangat dan bersungguh-

    sungguh dalam melakukan tugas belajarnya. Menurut Mc. Donald (dalam

    Sardiman 2011: 73) menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi

    dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya rasa dan didahului

    dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Perubahan energi ini

    menyangkut kegiatan fisik yang muncul dari dalam diri siswa. Misalnya

    siswa akan tampak bersemangat ketika mengerjakan suatu tugas dari

    gurunya yang ditandai dengan penyelesaian tugasnya secara baik dan cepat.

    Motivasi ini ditandai dengan munculnya rasa atau feeling yang relevan

    dengan emosi yang akan menentukan tingkah laku siswa. Sebagai contoh,

    emosi siswa yang ditunjukkan dengan rasa senang dan puas akan terlihat

    pada ekspresi wajahnya yang ceria. Motivasi ini akan dirangsang karena

    adanya tujuan yang menyangkut soal kebutuhan seperti kebutuhan untuk

    mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan.

  • 31

    Menurut Hasibuan (2008: 141), motivasi adalah pemberian daya

    penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau

    bekerja sama, bekerja efektif, dan terintregasi dengan segala daya upayanya

    untuk mencapai kepuasan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal

    yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia,

    supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.

    Dorongan atau pemberian daya penggerak ini berupa pemberian semangat

    misalnya siswa diberi stimulus dengan menceritakan kisah-kisah orang

    sukses agar mereka terdorong untuk menjadi seorang yang sukses kelak.

    Maka diharapkan mereka akan terangsang untuk giat belajar, bekerja sama

    dengan orang lain serta efektif dan efisien dalam melakukan sesuatu, agar

    tujuan atau apa yang diinginkannya dapat tercapai dengan baik.

    Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi

    adalah suatu kondisi yang menyebabkan seseorang tergerak, dan terdorong

    untuk melakukan suatu perubahan yang lebih baik sesuai dengan tujuan

    yang telah ditetapkan. Diharapkan siswa mengalami suatu perubahan baik

    dari segi pengetahuan maupun keterampilan dalam bentuk yang positif dan

    mendukung kehidupan siswa itu sendiri. Motivasi seorang guru sangat

    diperlukan bagi siswa dalam mengembangkan tugas perkembangannya.

    Bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk dapat memberikan dan

    menumbuhkan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar

    secara optimal. Motivasi dari guru ini akan sangat terdukung oleh adanya

    motivasi yang berasal dari dalam diri siswa (motivasi intrisik).

  • 32

    2. Fungsi Motivasi

    Motivasi mendorong mengapa seseorang itu melakukan suatu

    kegiatan atau pekerjaan. Sobur (2003: 244) mengatakan, begitu juga untuk

    belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi

    optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan

    makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan

    intensitas usaha belajar bagi para siswa. Jika guru atau orang tua dapat

    memberikan motivasi yang baik pada anak-anak mereka, maka timbullah

    dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih optimal.

    Motivasi akan menentukan tujuan siswa serta mendorong ke arah masa

    depan yang baik. Motivasi ini dapat berupa kata-kata diiringi dengan

    tindakan verbal maupun non verbal seperti pemberian pujian maupun

    semangat serta tindakan yang menunjukkan kasih sayang. Contohnya,

    seorang guru memberikan pujian kepada siswa yang sudah berani maju di

    depan kelas dan dapat membaca puisi di hadapan teman-temannya.

    Sentuhan yang baik dan sopan dari seorang guru seperti mengelus kepala,

    menepuk pundak atau bahkan pelukan dapat juga memotivasi siswa.

    Tujuannya agar mereka merasa nyaman dan tenang dalam melakukan tugas

    belajarnya. Perasaan nyaman dan tenang pada diri siswa akan mendorong

    siswa untuk lebih bersemangat, timbul keberanian sehingga tidak takut dan

    malu lagi jika disuruh maju ke depan. Siswa akan lebih percaya diri dalam

    belajar, mencari ilmu dan menata tujuan yang ingin dicapainya.

  • 33

    Sedangkan menurut Sardiman (2011: 84-85) fungsi motivasi yaitu

    sebagai berikut:

    a. Mendorong manusia untuk berbuat, yakni sebagai penggerak atau motor

    yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

    penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

    b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

    Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah kegiatan yang harus

    dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

    c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

    harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

    perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang

    siswa yang akan mengahadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu

    akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya

    untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan

    tujuan.

    Berdasarkan pendapat ahli di atas tentang fungsi motivasi, maka dapat

    disimpulkan bahwa motivasi yang diberikan secara tepat dan terarah akan

    menghasilkan hasil yang baik pula. Motivasi akan lebih berhasil jika

    tujuannya jelas dan disadari oleh pihak yang diberi motivasi serta sesuai

    dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Diperlukan stimulus yang tepat

    agar siswa mampu menyadari dan menerapkan motivasi dari guru. Motivasi

    yang bisa diserap dengan baik oleh siswa, akan menumbuhkan kekuatan

    yang ada dalam dirinya untuk belajar secara optimal.

  • 34

    3. Jenis Motivasi

    Biggs dan Telfer dalam Sugihartono, dkk (2007: 78) menjelaskan

    jenis-jenis motivasi belajar dapat dibedakan menjadi empat macam, antara

    lain sebagai berikut:

    a. Motivasi instrumental.

    b. Motivasi sosial, peserta didik belajar untuk penyelenggarakan tugas.

    c. Motivasi berprestasi.

    d. Motivasi instrinsik.

    Motivasi Instrumental berarti bahwa siswa belajar karena didorong

    oleh adanya hadiah atau menghindari hukuman. Hal ini siswa belajar karena

    ingin mendapatkan hadiah atau menghindari suatu hukuman yang akan

    diberikan guru jika tidak menyelesaikan tugas. Contoh karena hadiah,

    seperti saat diadakan ulangan tengah semester, siswa yang memperoleh nilai

    sembilan puluh lima ke atas maka akan mendapatkan hadiah dari gurunya.

    Dengan demikian diharapkan siswa akan belajar dengan giat dan sungguh-

    sungguh untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Begitu juga

    karena menghindari hukuman, contohnya ketika siswa tidak mengerjakan

    PR, maka akan mendapat sanksi dari gurunya. Siswa akan berpikir ulang

    jika malas atau tidak mengerjakan PR, sehingga mau tidak mau siswa

    tersebut harus mengerjakannya. Sedangkan motivasi sosial berarti bahwa

    siswa belajar untuk penyelenggaraan tugas, dalam hal ini keterlibatan siswa

    pada tugas menonjol. Motivasi ini menjadikan siswa lebih berpartisipasi

    dalam tugas. Misalnya saat diberi tugas mengamati pertumbuhan tanaman

  • 35

    kecambah, siswa akan terus mengikuti perkembangannya sesuai arahan

    gurunya. Siswa akan lebih rajin serta berusaha menjalin kerjasama antar

    temannya agar tugas tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai

    dengan yang diharapkan. Motivasi berprestasi berarti bahwa siswa belajar

    untuk meraih prestasi atau keberhasilan yang telah ditetapkan. Siswa akan

    belajar karena untuk mendapatkan hasil prestasi yang lebih bagus misalnya

    ingin mendapatkan rangking pertama. Sedangkan motivasi intrisik berarti

    bahwa siswa belajar karena keinginannya sendiri. Motivasi ini sangat baik

    karena timbul tidak karena pengaruh ataupun paksaan dari apapun.

    Kesadaran belajar timbul pada siswa itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan

    dalam dirinya.

    Sedangkan menurut Sardiman (2011: 89-90), motivasi dibedakan

    menjadi dua jenis:

    a. Motivasi Intrinsik yaitu motif–motif yang menjadi aktif atau

    berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

    individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ini

    timbul karena kesadaran dari siswa itu sendiri karena mereka ingin

    mendapatkan makna dan isi dari tujuan belajar. Sebagai contoh, seorang

    siswa bernama Nara belajar tekun tentang cara mencangkok tanaman

    mangga, karena ia benar-benar ingin mendapatkan pengetahuan tentang

    cara mencangkok tanaman, ia dengan giat mencari tau melalui berbagai

    macam sumber bagaimana cara mencangkok tanaman mangga secara

  • 36

    baik dan benar. Diharapkan pembelajaran tersebut dapat diaplikasikan di

    kehidupan nyata sehingga mempunyai manfaat.

    b. Motivasi Ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

    adanya perangsang dari luar. Motivasi Ekstrinsik dapat juga dikatakan

    sebagai bentuk motivasi yang didalamnya, aktivitas belajar dimulai dan

    diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak

    berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi ini timbul karena adanya

    daya penggerak dari luar dan rangsangan dari lingkungan di sekitarnya.

    Contoh seorang siswa belajar pada malam hari karena takut besok

    paginya akan ada ulangan mendadak. Siswa tersebut akan

    mempersiapkan dan belajar sungguh-sungguh materi yang sekiranya

    akan diujikan pada pertemuan berikutnya. Tujuannya agar ia

    memperoleh nilai yang bagus dan memuaskan sehingga akan dipuji oleh

    guru maupun teman-temannya.

    Berdasarkan jenis motivasi yang disampaikan para ahli di atas, maka

    dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya motivasi muncul dari dalam

    diri (intrisik) dan dari luar diri (ekstrinsik). Hal itu merupakan energi yang

    dapat meningkatkan antusiasme seseorang dalam mencapai tujuan dan

    keinginannya. Penggunaan masing-masing jenis motivasi perlu

    mempertimbangkan situasi dan kondisi tiap-tiap individu. Sebab pada

    hakikatnya setiap individu adalah berada satu dengan yang lain. Jika efektif

    diaplikasikan pada seseorang yang satu belum tentu efektif jika diterapkan

    pada seorang yang lain.

  • 37

    4. Teknik memotivasi

    Menurut Hamalik (2000: 184-186), teknik memotivasi berdasarkan

    teori kebutuhan adalah sebagai berikut:

    a. Pemberian penghargaan atau ganjaran. Pemberian penghargaan dapat

    membangkitkan minat anak untuk mempelajari atau mengerjakan

    sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan adalah untuk membangkitkan

    atau mengembangkan minat.

    b. Pemberian angka atau grade. Bila pemberian angka atau grade

    didasarkan atas perbandingan interpersonal dalam prestasi akademis, hal

    ini akan menimbulkan dua hal: anak yang mendapat angka baik, anak

    yang mendapat angka jelek. Pada anak yang mendapat angka jelek

    mungkin akan berkembang rasa rendah diri dan tidak ada semangat

    terhadap pekerjaan-pekerjaan sekolah.

    c. Keberhasilan dan tingkat aspirasi, menunjuk kepada pekerjaan yang

    diharapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan atau kegagalan

    dalam tugas-tugas yang mendahuluinya.

    d. Pemberian pujian. Perlu diingat bahwa efek pujian itu bergantung pada

    siapa yang memberi pujian dan siapa yang menerima pujian itu. Para

    siswa yang sangat membutuhkan keselamatan dan harga diri, mengalami

    kecemasan dan merasa bergantung pada orang lain akan responsif

    terhadap pujian. Pujian dapat ditunjukkan baik secara verbal maupun

    secara non verbal.

  • 38

    e. Kompetisi dan kooperasi. Persaingan merupakan insentif pada kondisi-

    kondisi tertentu tetapi dapat merusak pada kondisi yang lain. Dalam

    kompetisi harus terdapat kesepakatan yang sama untuk menang.

    Kompetisi harus mengandung suatu tingkat kesamaan dalam sifat-sifat

    para peserta.

    f. Pemberian harapan. Pemberian harapan kepada siswa dapat menggugah

    minat dan motivasi belajar asalkan siswa yakin bahwa harapannya bakal

    terpenuhi kelak.

    Senada dengan pendapat di atas, Sardiman (2011: 92-95) menjelaskan

    ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan

    belajar di sekolah. Beberapa bentuk dan cara motivasi tersebut meliputi: a)

    memberi angka, b) hadiah, c) saingan atau kompetisi, d) ego-involvement, e)

    memberi ulangan, f) mengetahui hasil, g) pujian, h) hukuman, i) hasrat

    untuk belajar, k) minat, l) tujuan yang diakui. Angka merupakan simbol dari

    perolehan nilai, memberi angka akan membuat siswa menjadi semangat

    belajar. Hadiah akan memotivasi para siswa untuk berlomba-lomba

    mendapatkannya. Saingan atau kompetisi akan menjadikan siswa untuk

    menjadi yang terbaik. Sedangkan ego-involvement menumbuhkan kesadaran

    siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai

    tantangan. Cara lain menumbuhkan motivasi ialah dengan cara memberi

    ulangan. Dengan memberikan ulangan, siswa akan terpacu untuk belajar

    agar mendapatkan nilai yang baik. Hasil yang baik apabila diketahui siswa

    akan mendorongnya untuk belajar lebih giat lagi. Ketika siswa melakukan

  • 39

    hal yang baik, siswa perlu diberi pujian agar sikap tersebut tetap melekat

    pada diri siswa. Pujian harus sesuai dengan hasil kerja siswa. Jangan

    memuji secara berlebihan, karena pujian yang baik adalah pujian yang

    keluar dari hati seorang guru. Hukuman dapat memotivasi siswa jika

    hukuman tersebut disampaikan dengan cara bijak dan dapat dipahami

    maksud pemberian hukuman tersebut. Demikian dengan minat siswa

    terhadap proses belajar dapat ditunjukkan dengan cara partisipasi siswa

    terhadap kegiatan pembelajaran.

    Dari berbagai teknik memotivasi, dapat disimpulkan bahwa motivasi

    dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya mulai dari pemberian penilaian

    dalam bentuk angka sampai pemberian dalam bentuk psikologis. Yang

    terpenting, guru harus berusaha membentuk motivasi dalam diri siswa agar

    menjadi sebuah kebiasaan. Interaksi yang terbentuk secara harmonis antara

    guru dengan siswa, siswa dengan siswa, akan memberikan ketenangan,

    kesenangan, dan rasa kepuasan pada diri siswa, sehingga akan menimbulkan

    semangat dalam belajar.

    D. Kajian Penelitian Relevan

    Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

    Ma’sumah, tahun 2015, dengan judul “Pengaruh Disiplin Belajar terhadap

    Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri se-Daerah Binaan II

    Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen”. Hasil dari penelitian

    menunjukkan bahwa (1) tingkat disiplin belajar siswa sebesar 75,55 % dan

  • 40

    termasuk dalam kategori kuat, (2) tingkat prestasi belajar siswa sebesar 78,38

    dan termasuk dalam kategori baik, (3) Nilai sig. sebesar 0,000. Oleh karena

    0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh yang

    signifikan disiplin belajar terhadap prestasi belajar siswa, (4) koefisien

    determinasi (R2) 0,567 menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh

    variabel bebas sebesar 56,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa 56,7 % prestasi

    belajar siswa dipengaruhi oleh disiplin belajar, sedangkan 43,3 % dipengaruhi

    oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian.

    Kholifah, tahun 2010 dengan judul, “Pengaruh pemberian Motivasi

    oleh Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Bidang Bahasa Arab di MTs

    Ibnu Husain Surabaya”. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa: Pertama

    motivasi guru di Madrasah Tsanawiyah Ibnu Husain rendah. Hal ini dibuktikan

    dengan penelitian angket yang menunjukkan bahwa nilai angket menunjukkan

    21,6. Kedua, prestasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Ibnu Husain

    dalam bidang studi bahasa Arab adalah nilai rata- rata nya 7,0. Hal ini terbukti

    dengan nilai 4,105. Ketiga tidak adanya pengaruh motivasi guru terhadap

    prestasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Ibnu Husain tahun 2009 –

    2010. Hal ini dibuktikan dengan korelasi dari product moment yang agak

    rendah yaitu antara 0,400 – 0,500.

    Rezani, tahun 2012, dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

    pada Pembelajaran Menggunakan Mesin untuk Operasi Dasar dengan Bantuan

    Modul di SMK Islam Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)

    terdapat peningkatan prestasi belajar siswa yang signifikan sebesar 21,80 %

  • 41

    pada mata diklat menggunakan mesin untuk operasi dasar di SMK Islam

    Yogyakarta setelah menggunakan modul; (2) terdapat perbedaan prestasi

    belajar antara kelas XI.1 dengan menggunakan modul dengan selisih nilai rata-

    rata sebesar 26,1 dan kelas XI.2 yang tidak menggunakan modul dengan selisih

    nilai rata-rata sebesar 15,62 pada mata diklat menggunakan mesin untuk

    operasi dasar.

    Penelitian yang telah dilaksanakan di atas sebagai bahan

    pengembangan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian. Persamaan antara

    penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu

    sama-sama meneliti variabel motivasi guru, disiplin dan prestasi belajar.

    Perbedaannya yakni terletak pada populasi dan tempat penelitian. Dalam

    penelitian ini, populasi dan tempat yang digunakan yakni siswa kelas V SD

    Negeri Secang 2 Kabupaten Magelang. Penelitian yang dilakukan tersebut ada

    yang berhasil dan ada yang tidak. Keberhasilan dan ketidakberhasilan

    penelitian-penelitian tersebut membuat peneliti semakin tertarik untuk

    membuktikan korelasi antara motivasi guru dan karakter disiplin terhadap

    prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Secang 2 Kabupaten Magelang. Hasil

    penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang korelasi antara

    motivasi guru dan karakter disiplin terhadap prestasi belajar siswa.

    E. Kerangka Berfikir

    Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan.

    Sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan

  • 42

    belajarnya. Siswa yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih,

    dan tidak mau menyerah untuk meningkatkan prestasi serta memecahkan

    masalah yang dihadapinya. Dengan demikian, prestasi belajarnya pun akan

    mendapatkan hasil yang baik. Sebaliknya siswa yang motivasinya rendah,

    tampak malas, mudah putus asa, dan perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran.

    Hal itu mengakibatkan mereka mengalami kesulitan belajar sehingga akan

    berdampak pada prestasi belajarnya yang rendah pula. Motivasi guru adalah

    salah satu hal yang dibutuhkan siswa agar mereka merasa didukung dan

    didorong dalam menjalani kehidupan di lingkungan pendidikannya.

    Karakter disiplin yang melekat pada siswa adalah salah satu hal yang

    mempengaruhi pencapaian prestasi belajar. Prestasi belajar siswa merupakan

    hasil kerja keras selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di lingkungan

    pendidikan formal selama periode waktu tertentu. Hal yang mendasari karakter

    disiplin pada siswa yaitu kesadaran dirinya untuk mau melaksanakan tugas-

    tugasnya dengan baik sesuai tanggung jawabnya sebagai pelajar. Apabila

    dalam diri siswa sudah tertanam karakter disiplin yang kuat, maka ketekunan

    dan kepatuhannya akan terus meningkat sehingga membuat prestasi belajarnya

    meningkat juga. Sebaliknya, apabila siswa belum mampu menanamkan

    karakter disiplin dengan baik, maka berdampak pada prestasi belajarnya yang

    rendah. Oleh karena itu, karakter disiplin memegang peranan yang penting

    dalam pencapaian prestasi belajar yang baik.

    Motivasi guru dan karakter disiplin sangat berkaitan erat dalam

    meningkatkan dan mengembangkan prestasi belajar siswa agar lebih optimal.

  • 43

    Dengan adanya motivasi guru diikuti karakter disiplin yang dimiliki siswa,

    maka akan diperoleh prestasi belajar yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya.

    Motivasi dari guru menyebabkan siswa mempunyai motivasi belajar yang

    tinggi. Hal itu akan merangsang dan meningkatkan semangat belajar siswa

    sehingga berdampak pada prestasi belajar yang positif. Demikian juga karakter

    disiplin siswa akan mendukung mereka ke hal yang positif karena berkaitan

    dengan semangat untuk mentaati peraturan, rajin bersekolah, rajin

    mengumpulkan tugas dan tidak suka membolos. Tentunya hal tersebut akan

    mempengaruhi peningkatan prestasi belajar yang positif dan terarah. Dengan

    demikian ada korelasi yang signifikan antara motivasi guru dan karakter

    disiplin terhadap prestasi belajar. Diagram, kerangka pemikiran di atas dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 1

    Paradigma Penelitian

    Keterangan:

    X1 : Variabel Bebas

    X2 : Variabel Bebas

    Y : Variabel Terikat

    1 : Korelasi Motivasi Guru terhadap Prestasi Belajar

    2 : Korelasi Karakter Disiplin terhadap Prestasi Belajar

    3 : Korelasi Motivasi Guru dan Karakter Disiplin terhadap Prestasi Belajar

    → : Garis Korelasi

    Motivasi Guru (X1)

    Karakter Disiplin (X2)

    Prestasi Belajar (Y)

    2

    1

    3

  • 44

    F. Uji Hipotesis

    Hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban sementara terhadap

    rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

    dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2014: 99). Hipotesis

    yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

    1. Terdapat korelasi motivasi guru terhadap prestasi belajar siswa SD Negeri

    Secang 2 Kabupaten Magelang.

    2. Terdapat korelasi karakter disiplin terhadap prestasi belajar siswa SD Negeri

    Secang 2 Kabupaten Magelang.

    3. Terdapat korelasi antara motivasi guru dan karakter disiplin terhadap

    prestasi belajar siswa SD Negeri Secang 2 Kabupaten Magelang.

  • 45

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini termasuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif atau

    analisis data statistik menggunakan desain korelasional. Pendekatan kuantitatif

    adalah penelitian yang menitikberatka