koordinasi sistem pengaman pada jaringan tegangan menengah 20kv di pt. pln (persero) area pelayanan...

6
1 Makalah Seminar Kerja Praktek KOORDINASI SISTEM PENGAMAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20KV DI PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN JARINGAN SEMARANG Dominggus Yosua Suitella. 1 , Ir. Agung Warsito, DHET. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof.Sudharto, Tembalang, Semarang Abstrak - Keandalan suatu sistem distribusi listrik tidak lepas dari peralatan proteksi yang digunakan yang berfungsi melindungi peralatan dari gangguan. Salah satu gangguan yang terjadi adalah gangguan hubung singkat. Gangguan ini dapat diatasi dengan menggunakan rele proteksi dan peralatan pemutus rangkaian yang bekerja secara bersama yang disebut sistem proteksi. Akan tetapi apabila setting sistem proteksi ini tidak efektif hal ini akan menyebabkan peralatan proteksi bekerja tidak semestinya. Sehingga hanya akan menambah angka SAIDI SAIFI yang tidak perlu, Kwh yang hilang bertambah besar, dan resiko rusaknya peralatan bertambah banyak. Dalam kerja praktek di PLN APJ Semarang ini Penyulang KPK-01 terbagi menjadi beberapa seksi yang masing- masing seksi dilindungi oleh Recloser dan PMT dengan rele OCR dan GFR sebagai pengindranya. Untuk meminimalisir pemadaman yang terjadi akibat gangguan setiap rele mempunyai interfal waktu untuk PMT/Recloser bekerja dengan tetap memperhatikan aspek selektifitas yaitu hanya PMT/Recloser yang dekat dengan gangguan yang bekerja. Dengan setting rele yang yang tepat maka tingkat keandalan sistem tenaga akan dapat tercapai. Kata kunci: Sistem Proteksi, OCR dan GFR, Penyulang KPK-01 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi listrik wilayah kecamatan Semarang Barat disuplai oleh GI (Gardu Induk) Krapyak dan GI Randu Garut. Dimana Semarang Barat merupakan daerah yang terdapat banyak industri besar. Salah satunya adalah suplai dari GI Krapyak Trafo I penyulang Krapyak 01 (KPK01) dan dari GI Krapyak Trafo III penyulang Krapyak 10 (KPK10). Dalam kondisi operasi normal kedua penyulang tersebut dipisahkan oleh ABSW (Air Break Switch) pada posisi buka/NO (Normaly Open). Pada kondisi tertentu untuk keperluan pemeliharaan atau perbaikan peralatan disuatu seksi diperlukan manuver (pelimpahan) beban dari penyulang satu ke penyulang yang lainnya, untuk meminimalkan daerah padam. Dimana penyulang Krapyak 1 (KPK01) dalam kondisi tertentu (manuver beban) harus memikul beban dari penyulang Krapyak 10 (KPK10) maka diperlukan pembahasan koordinasi peralatan pengaman, sehingga keandalan sistem penyaluran tenaga listrik dapat lebih terjamin secara optimal dengan tetap berpedoman pada desain kriteria dari masing-masing peralatan. 1.2 Tujuan Hal-hal yang menjadi tujuan penulisan laporan kerja praktek ini adalah : 1. Mengetahui sistem jaringan distribusi tegangan menengah 20kV. 2. Mengetahui jenis-jenis gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi tegangan menengah 20Kv. 3. Mengetahui jenis pemeliharaan jaringan distribusi tegangan menengah 20kV. 4. Mengetahui berbagai macam peralatan pengaman pada jaringan distribusi tegangan menengah 20kV. 1.3 Pembatasan Masalah a. Pembahasan sistem proteksi pada JTM 20 KV b. Pembahasan tentang rele OCR dan GFR sebagai pengindra arus gangguan hanya pada PMT dan Recloser pertama (B1-36) Penyulang I GI Krapyak (KPK-01) c. Tidak membahas arus gangguan sebelum incoming sisi 150 Trafo I GIS Krapyak d. Tidak membahas arus gangguan setelah Recloser kedua (U4-180) e. Tidak membahas seting/pemilihan peralatan proteksi selain OCR dan GFR secara mendalam (misalnya: pemilihan LA, CT, PT, Isolator, Konduktor, dll) II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sistem JTM 20kV dan Gangguan 2.1.1Sistem Jaringan Distribusi 20 kV a. Sistem Radial b. Sistem ring (loop) c. Sistem mesh d. Sistem jaring-jaring (NET) e. Jaringan distribusi spindel f. Saluran Radial Interkoneksi 2.1.2 Sistem Pentanahan Jaringan Distribusi di Jawa Tengah Sistem kelistrikan pada PLN Distribusi Jawa Tengah adalah menggunakan tiga fasa empat kawat dengan pentanahan netral secara langsung atau sesuai SPLN 12 : 1978 (Pola 2)

Upload: joni-fernando

Post on 22-Nov-2015

139 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Keandalan suatu sistem distribusi listrik tidak lepas dari peralatan proteksi yang digunakan yang berfungsi melindungi peralatan dari gangguan. Salah satu gangguan yang terjadi adalah gangguan hubung singkat. Gangguan ini dapat diatasi dengan menggunakan rele proteksi dan peralatan pemutus rangkaian yang bekerja secara bersama yang disebut sistem proteksi.

TRANSCRIPT

  • 1

    Makalah Seminar Kerja Praktek

    KOORDINASI SISTEM PENGAMAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20KV

    DI PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN JARINGAN SEMARANG

    Dominggus Yosua Suitella.

    1, Ir. Agung Warsito, DHET.

    2

    1Mahasiswa dan

    2Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

    Jl. Prof.Sudharto, Tembalang, Semarang

    Abstrak - Keandalan suatu sistem distribusi listrik tidak lepas dari peralatan proteksi yang digunakan yang berfungsi

    melindungi peralatan dari gangguan. Salah satu gangguan yang terjadi adalah gangguan hubung singkat. Gangguan ini

    dapat diatasi dengan menggunakan rele proteksi dan peralatan pemutus rangkaian yang bekerja secara bersama yang disebut

    sistem proteksi.

    Akan tetapi apabila setting sistem proteksi ini tidak efektif hal ini akan menyebabkan peralatan proteksi bekerja tidak

    semestinya. Sehingga hanya akan menambah angka SAIDI SAIFI yang tidak perlu, Kwh yang hilang bertambah besar, dan

    resiko rusaknya peralatan bertambah banyak.

    Dalam kerja praktek di PLN APJ Semarang ini Penyulang KPK-01 terbagi menjadi beberapa seksi yang masing-

    masing seksi dilindungi oleh Recloser dan PMT dengan rele OCR dan GFR sebagai pengindranya. Untuk meminimalisir

    pemadaman yang terjadi akibat gangguan setiap rele mempunyai interfal waktu untuk PMT/Recloser bekerja dengan tetap

    memperhatikan aspek selektifitas yaitu hanya PMT/Recloser yang dekat dengan gangguan yang bekerja. Dengan setting rele

    yang yang tepat maka tingkat keandalan sistem tenaga akan dapat tercapai.

    Kata kunci: Sistem Proteksi, OCR dan GFR, Penyulang KPK-01

    I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

    Kebutuhan energi listrik wilayah kecamatan

    Semarang Barat disuplai oleh GI (Gardu Induk)

    Krapyak dan GI Randu Garut. Dimana Semarang

    Barat merupakan daerah yang terdapat banyak industri

    besar. Salah satunya adalah suplai dari GI Krapyak

    Trafo I penyulang Krapyak 01 (KPK01) dan dari GI

    Krapyak Trafo III penyulang Krapyak 10 (KPK10).

    Dalam kondisi operasi normal kedua penyulang

    tersebut dipisahkan oleh ABSW (Air Break Switch)

    pada posisi buka/NO (Normaly Open). Pada kondisi

    tertentu untuk keperluan pemeliharaan atau perbaikan

    peralatan disuatu seksi diperlukan manuver

    (pelimpahan) beban dari penyulang satu ke penyulang

    yang lainnya, untuk meminimalkan daerah padam.

    Dimana penyulang Krapyak 1 (KPK01) dalam

    kondisi tertentu (manuver beban) harus memikul

    beban dari penyulang Krapyak 10 (KPK10) maka

    diperlukan pembahasan koordinasi peralatan

    pengaman, sehingga keandalan sistem penyaluran

    tenaga listrik dapat lebih terjamin secara optimal

    dengan tetap berpedoman pada desain kriteria dari

    masing-masing peralatan.

    1.2 Tujuan

    Hal-hal yang menjadi tujuan penulisan laporan kerja

    praktek ini adalah :

    1. Mengetahui sistem jaringan distribusi tegangan menengah 20kV.

    2. Mengetahui jenis-jenis gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi tegangan menengah

    20Kv.

    3. Mengetahui jenis pemeliharaan jaringan distribusi tegangan menengah 20kV.

    4. Mengetahui berbagai macam peralatan pengaman pada jaringan distribusi tegangan menengah

    20kV.

    1.3 Pembatasan Masalah

    a. Pembahasan sistem proteksi pada JTM 20 KV b. Pembahasan tentang rele OCR dan GFR sebagai

    pengindra arus gangguan hanya pada PMT dan

    Recloser pertama (B1-36) Penyulang I GI

    Krapyak (KPK-01)

    c. Tidak membahas arus gangguan sebelum incoming sisi 150 Trafo I GIS Krapyak

    d. Tidak membahas arus gangguan setelah Recloser kedua (U4-180)

    e. Tidak membahas seting/pemilihan peralatan proteksi selain OCR dan GFR secara mendalam

    (misalnya: pemilihan LA, CT, PT, Isolator,

    Konduktor, dll)

    II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sistem JTM 20kV dan Gangguan 2.1.1Sistem Jaringan Distribusi 20 kV

    a. Sistem Radial b. Sistem ring (loop) c. Sistem mesh d. Sistem jaring-jaring (NET) e. Jaringan distribusi spindel f. Saluran Radial Interkoneksi

    2.1.2 Sistem Pentanahan Jaringan Distribusi di

    Jawa Tengah

    Sistem kelistrikan pada PLN Distribusi Jawa

    Tengah adalah menggunakan tiga fasa empat kawat

    dengan pentanahan netral secara langsung atau sesuai

    SPLN 12 : 1978 (Pola 2)

  • 2

    Gambar 2.1 Sistem pentanahan langsung 3 fasa 4 kawat

    2.1.3 Macam gangguan dan akibatnya

    a. Gangguan beban lebih. b. Gangguan hubung singkat. c. Gangguan tegangan lebih d. Gangguan hilangnya Pembangkit e. Gangguan Instability

    2.1.4 Cara mengatasi gangguan

    a. Mengurangi terjadinya gangguan b. Mengurangi akibat gangguan

    2.1.5 Impedansi Jaringan Distribusi

    Pada sistem distribusi tenaga listrik impedansi

    yang menentukan besarnya arus hubung singkat,

    adalah :

    Impedansi sumber

    Impedansi transformator tenaga

    Impedansi hantaran/jaringan

    Impedansi gangguan atau titik hubung singkat

    2.1.6 Komponen Simetris.

    a. Sistem Tenaga Listrik Tiga Fasa Ketiga sistem simetris yang merupakan hasil

    uraian komponen simetris dikenal dengan nama:

    Komponen urutan positif

    Komponen urutan negatif

    Komponen urutan nol Dari komponen vektor yang tidak seimbang dapat

    diuraikan menjadi komponen-komponen simetris

    Gambar 2.2 Diagram komponen simetris

    b. Operator Vektor a Pada penggunaan komponen simetris sistem 3 fasa

    memerlukan suatu fasor atau operator yang akan

    memutar rotasi dengan vektor lainnya yang

    berbeda sudut 120. Operator yang dipakai vektor

    satuan adalah a. Didefinisikan bahwa :

    ........(2.1)

    Gambar 2.3 Vektor scalar a

    2.1.7 Teori Hubung Singkat

    a. Arus hubung singkat 3 fasa

    ....................(2.2)

    b. Arus hubung singkat 2 fasa

    ............................(2.3)

    c. Arus hubung singkat 1 fasa

    ...............(2.4)

    maka, dapat dihitung

    (2.5)

    (2.6)

    (2.7)

    2.2 Peralatan Pengaman JTM 20 kV 2.2.1 Pemutus Tenaga (PMT)

    Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat pemutus

    otomatis yang mampu memutus/menutup rangkaian

    pada semua kondisi, yaitu pada kondisi normal

    ataupun gangguan. Secara singkat tugas pokok

    pemutus tenaga adalah :

    Keadaan normal, membuka / menutup rangkaian listrik.

    Keadaan tidak normal, dengan bantuan relay, PMT dapat membuka sehingga gangguan dapat

    dihilangkan.

    2.2.2 Relay Arus Lebih (OCR)

    Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat

    yang mendeteksi besaran arus yang melalui suatu

    jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau

    besaran yang boleh melewatinya disebut dengan

    setting.

    Macam-macam karakteristik relay arus lebih :

  • 3

    a. Relay waktu seketika (Instantaneous relay) b. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time

    relay)

    c. Relay arus lebih waktu terbalik

    a. Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)

    Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda)

    ketika arus yang mengalir melebihi nilai settingnya,

    relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik

    (1020 ms).

    b. Relay arus lebih waktu tertentu (deafinite time

    relay)

    Relay ini akan memberikan perintah pada PMT

    pada saat terjadi gangguan hubung singkat dan

    besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is),

    dan jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai

    kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak

    tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay.

    c. Relay arus lebih waktu terbalik.

    Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang

    tergantung dari besarnya arus secara terbalik (inverse

    time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya.

    Karakteristik ini bermacam-macam. Setiap pabrik

    dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda,

    karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga

    kelompok :

    Standar invers

    Very inverse

    extreemely inverse

    Gambar 2.2 Karakteristik relay waktu Inverse

    Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis

    pengamanan yang berbeda antara lain:

    Pengamanan hubung singkat fasa Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena itu, disebut

    pula Relay fasa. Karena pada relay tersebut dialiri oleh arus fasa, maka settingnya (Is) harus lebih besar

    dari arus beban maksimum.

    Pengamanan hubung tanah Rele arus lebih yang mendeteksi arus gangguan

    satu fasa tanah.

    2.2.3 Pemutus Balik Otomatis (Recloser)

    Pemutus balik otomatis (Automatic circuit

    recloser = Recloser) ini secara fisik mempunyai

    kemampuan seperti pemutus beban, yang dapat

    bekerja secara otomatis untuk mengamankan sistem

    dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan

    hubung singkat.

    2.2.4 Pelebur (fuse cut out)

    Adalah suatu alat pemutus, dimana dengan

    meleburnya bagian dari komponen yang telah

    dirancang khusus dan disesuaiakan ukurannya untuk

    membuka rangkaian dimana pelebur tersebut dipasang

    dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu

    nilai dalam waktu tertentu. Oleh karena pelebur

    ditujukan untuk menghilangkan gangguan permanen,

    maka pelebur dirancang meleleh pada waktu tertentu

    pada nilai arus gangguan tertentu.

    2.2.5 Lightning Arrester (LA)

    Suatu alat pelindung dari tegangan lebih yang

    disebabkan oleh surja petir maupun surja hubung.

    Arrester beroperasi melindungi peralatan sistem

    tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan

    lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah.

    2.2.5 Koordinasi Peralatan Pengaman SUTM 20

    kV

    Pada dasarnya prinsip pokok dari koordinasi

    adalah:

    a. Peralatan pengaman pada sisi beban harus dapat menghilangkan gangguan menetap atau

    sementara yang terjadi pada saluran, sebelum

    peralatan pengaman di sisi sumber beroperasi

    memutuskan saluran sesaat atau membuka terus.

    b. Pemadaman yang terjadi akibat adanya gangguan menetap harus dibatasi sampai pada seksi sekecil

    mungkin.

    III. ANALISIS KOORDINASI SISTEM PROTEKSI

    3.1 Data Perusahaan Data-data untuk menentukan setting OCR dan GFR

    I hs 3tt : 17.856,96 Ampere Kapasitas Trafo : 60 MVA

    Impedansi Trafo : 12,5 %

    Impedansi JTM 3 saluran dari outgoing 20 kV ke

    Recloser 1 :

    Z1 = Z2 = 0,134 + j0,308 = 0,335 66,4870

    Z0 = 0,413 + j0,949 = 1,034 66,4810

    Impedansi JTM 1 saluran dari outgoing 20 kV ke

    Recloser 1 :

    Z1f = 1,623 + j0,746

    Gambar 3.1 diagram komponen arus gangguan

  • 4

    3.2 Perhitungan dan analisis impedansi trafo Impedansi Trafo:

    833,060

    20%5,12

    MVA

    kV Z

    2

    trf

    2

    2

    tr ............(3.1)

    Menghitung MVAhs tt, bila diketahui Ihs3tt

    MVA 3866,15

    10

    0,8333 150 3 17856,96MVA

    10

    ZkV1 3 IMVA

    3 tths

    3

    trtt3 hs

    tths

    ............(3.2)

    Impedansi sisi TT (Ztt) =

    Ohm 1035,03865,87

    02

    MVA

    V 2

    2

    2

    2 k

    ..................(3.3)

    Arus gangguan maksimum adalah yang terjadi pada

    dekat rel 20kV GI

    (Ztr + Ztt)= Z1 = Z2 Untuk gangguan 1 fasa ke tanah dekat GI : Z1 = Z2 =

    Z0

    1

    fn

    021

    fn

    Maxn -1F hs

    21

    fn

    Max 2F hs

    1

    fn

    hsmax3ph

    3.Z

    kV 3.

    ) Z Z (Z

    kV 3. I

    Amp 10.686,70) Z (Z

    kV 3 I

    Amp 12.326,07

    )1035,0833,0(

    547.11

    Z

    kV I

    Amp 12.326,07 I TM 3F hs

    Semakin jauh suatu daerah/titik dari Trafo Daya,

    maka arus gangguan yang terjadi akan semakin kecil

    (berbanding terbalik dengan impedansi saluran). Arus

    gangguan pada ujung jaringan SUTM (JTM) adalah

    merupakan arus hubung singkat minimum, rumus

    perhitungan sebagai berikut:

    210trtt

    fn

    n-1F hs

    21trtt

    fn

    2F hs

    1trtt

    fn

    hs3

    Z Z ) Z 3.(Z

    kV 3. I

    Z Z ) Z 2.(Z

    kV 3 I

    ) Z Z (Z

    kV I

    Z

    .............(3.4)

    ..............(3.5)

    ..............(3.6)

    Rancangan Setting Relay Proteksi Arus Lebih

    Terhadap Gangguan Hubung Singkat

    Menggunakan Standar IEC

    Apabila standar yang digunakan untuk

    penyetingan relay adalah standar IEC (International

    Electrical Cooperation). Waktu tunda kerja antar CB

    (pemutus tenaga) adalah 0,4 detik. Standar IEC untuk

    kurva invers ditunjukan oleh rumus di bawah ini dan

    tabel 3.1

    T

    Is

    I

    ktop

    1

    ..................................(3.7)

    Is

    IPMS ..................................(3.8)

    TTMS ..................................(3.9)

    k

    Is

    It

    T

    op

    1

    ................................(3.10)

    Tabel 3.1 Tabel Karakteristik kurva invers berdasarkan standar

    IEC

    Kurva karakteristik K IEC Standard inverse

    (SIT)

    0,14 0,02 2,97

    IEC Very Inverse

    (VIT)

    13,5 1 1,50

    IEC Long Time

    Inverse (LIT)

    120 1 13,33

    IEC Extremely

    Inverse (EIT)

    80 2 0,808

    IEC Ultra Inverse

    (UIT)

    315,2 2,5 1

    3.3 Setting pada PMT Outgoing Trafo I 3.3.1 Setting OCR

    Peralatan dengan arus nominal terendah adalah

    CT, dengan In = 400 Ampere.

    Is ocr = 1,2 x In CT = 480 Ampere

    Dengan menggunakan rumus (3.10) dengan t0 = 1

    detik maka akan didapatkan nilai TMS berdasarkan

    rumus (3.9) yaitu TMS = 0,1

    Setting waktu tunda relay OCR untuk penyulang

    dipilih karakteristik Standar Inverse standar IEC

    ditunjukan oleh tabel 3.1, dengan rumus (3.7)

    Tabel 3.2 perhitungan waktu tunda OCR pada PMT

    x Is OCR I hs td

    100% 300

    100%+1 381

    200% 600 3,130

    300% 900 1,107

    400% 1200 0,757

    500% 1500 0,607

    600% 1800 0,523

    700% 2100 0,467

    800% 2400 0,428

    900% 2700 0,398

    1000% 3000 0,375

    I hs max 12236,07 0,231

    Apabila dibuat kurva karakteristik antara waktu

    dan arus gangguan maka hasilnya dapat dilihat pada

    gambar 3.2 dibawah ini

  • 5

    Gambar 3.2 Kurva OCR PMT Standar Inverse

    3.3.2 Setting GFR

    Setting GFR pada penyulang : 0,6 x In CT = 0,6

    x 400 = 240 Ampere

    Dengan menggunakan rumus (3.10) dengan t0 = 1

    detik maka akan didapatkan nilai TMS berdasarkan

    rumus (3.9) yaitu TMS = 0,2

    Tabel 3.3 Perhitungan waktu tunda GFR pada PMT

    x Is GFR I hs GFR

    100% 300 6,260

    100%+1 381 3,015

    200% 600 1,514

    300% 900 1,045

    400% 1200 0,856

    500% 1500 0,750

    600% 1800 0,681

    700% 2100 0,632

    800% 2400 0,594

    900% 2700 0,565

    1000% 3000 0,540

    I hs max 12236,07 0,435

    Apabila dibuat kurva karakteristik antara waktu

    dan arus gangguan maka hasilnya dapat dilihat pada

    gambar 3.3 dibawah ini

    Gambar 3.3 Kurva GFR PMT Standar Inverse

    3.4 Setting pada Recloser B1-36 3.4.1 Setting OCR

    Peralatan dengan arus nominal terendah adalah CT,

    dengan In = 250 Ampere.

    Is ocr = 1,2 x In CT = 300 Ampere

    Dengan menggunakan rumus (3.10) dengan t0 = 1

    detik maka akan didapatkan nilai TMS berdasarkan

    rumus (3.9) yaitu TMS = 0,08

    Setting waktu tunda relay OCR untuk penyulang

    dipilih karakteristik Standar Inverse standar IEC

    ditunjukan oleh tabel 3.1, dengan rumus (3.7)

    Tabel 3.4 perhitungan waktu tunda OCR pada Recloser

    x Is OCR I hs td

    100% 300

    100%+1 381 2,337

    200% 600 0,802

    300% 900 0,504

    400% 1200 0,398

    500% 1500 0,342

    600% 1800 0,307

    700% 2100 0,282

    800% 2400 0,264

    900% 2700 0,249

    1000% 3000 0,238

    I hs max 9081,40 0,159

    Gambar 3.4 Kurva OCR Recloser Standar Inverse

    3.4.2 Setting GFR

    Setting GFR pada penyulang : 0,6 x In CT = 0,6 x 250

    = 150 Ampere

    Ratio CT = 600/5

    Dengan menggunakan rumus (3.10) dengan t0 = 1

    detik maka akan didapatkan nilai TMS berdasarkan

    rumus (3.9) yaitu TMS = 0,08

    Tabel 3.5 Perhitungan waktu tunda GFR pada Recloser

    x Is GFR I hs td

    100% 300

    100%+1 381 0,595

    200% 600 0,398

    300% 900 0,307

    400% 1200 0,264

    500% 1500 0,238

    600% 1800 0,220

    700% 2100 0,207

    800% 2400 0,196

    900% 2700 0,188

    1000% 3000 0,181

    I hs max 5448,84 0,150

    Gambar 3.5 Kurva GFR Recloser Standar Inverse

  • 6

    3.5 Interval Kerja Reclose-Open Recloser B1-36

    Feeder KPK-01

    Berikut ini adalah setting interval Recloser B1-36

    pada penyulang KPK-01 :

    1st :5 detik

    2nd :5 detik

    3rd : 10 detik

    Lock out :4X trip (reclose 3x)

    Reset delay :90 detik

    3.6 Setting Arus Momen

    Setting arus momen (Im) yang akan bekerja tanpa

    tunda waktu, baik pada PMT maupun pada recloser

    penetapannya sebagai berikut :

    Setting arus momen OCR = 500 % x In terendah

    Setting arus momen GFR = 500 % x In terendah

    3.7 Koordinasi OCR PMT dengan Recloser

    Relay OCR juga dikombinasi dengan setting

    waktu tunda definite (waktu tunda tertentu), yang

    mana pemilihannya ditetapkan 0,5 detik.

    Tabel 3.6 Pebandingan waktu tunda OCR pada PMT dan Recloser

    x Is OCR I hs PMT Recloser

    100% 300

    100%+1 381

    200% 600 3,13 0,802

    300% 900 1,107 0,504

    400% 1200 0,757 0,398

    500% 1500 0,607 0,342

    600% 1800 0,523 0,307

    700% 2100 0,467 0,282

    800% 2400 0,428 0,264

    900% 2700 0,398 0,249

    1000% 3000 0,375 0,238

    I hs max 9081,84 0,231 0,159

    Gambar 3.6 Koordinasi OCR pada PMT dan Recloser

    IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Besar arus gangguan pada sistem 3 fasa 4 kawat

    memberikan keuntungan koordinasi atara

    peralatan pengaman yang satu dengan yang lain

    dengan baik.

    2. Jangkauan relay sangat dipengaruhi besar kecilnya arus hubung singkat, sedangkan besar

    arus hubung singkat dipengaruhi :

    a. Jumlah pembangkit yang masuk ke sistem jaringan.

    b. Kapasitas dan impedansi trafo c. Titik gangguan atau panjang jaringan.

    3. Peralatan Pengaman pada penyulang KPK-01 masih bisa menjangkau (melakukan

    penginderaan) pada saat menerima pelimpahan

    beban dari penyulang KPK-10.

    4.2 Saran 1. Sebaiknya waktu tunda definite antara rele PMT

    dengan Recloser pertama di perlama, hal ini

    untuk megantisipasi bahwa rele PMT lebih trip

    dulu daripada rele Recloser

    2. Sebaiknya masalah pembumian lebih diperhitungkan, tidak asal menaruh batang

    elektroda ke dalam tanah.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Sulasno, Ir., Analisis Sistem Tenaga Listrik, Jilid I, Satya Wacana, Semarang, Mei 1993.

    [2] Komari Ir., Proteksi Sistem Tenaga Listrik, PT PLN (Persero), Udiklat Teknologi Kelistrikan.

    [3] Pribadi Kadarisman Ir., Pengaman Arus lebih, Udiklat Teknologi Kelistrikan.

    [4] SPLN 52 3 : 1983, Pola pengaman sistem [5] Hasan Basri, Ir., Diktat mata kuliah Proteksi

    Sistem Tenaga Listrik ISTN Jakarta, Jakarta,

    2002

    [6] Diktat mata kuliah Sistem Proteksi & Relay UNDIP Semarang, Semarang, 2007

    [7] Suhadi, Teknik Distribusi Listrik [8] Agus Darmanto, Nugroho., Susatyo Handoko,

    Analisa koordinasi ocr-recloser penyulang

    kaliwungu 03, Universitas Diponegoro.

    BIODATA PENULIS

    Dominggus Yosua Suitella

    (L2F606021) lahir di Ungaran,

    5 Mei 1988. Saat ini sedang

    menempuh pendidikan Strata 1

    di Universitas Diponegoro

    Semarang Konsentrasi

    Ketenagaan.

    Semarang, April 2010

    Mengetahui

    Dosen Pembimbing

    Ir. Agung Warsito, DHET

    NIP. 19580617 198703 1 002