koordinasi antar stakeholder di kawasan ekonomi …
TRANSCRIPT
KOORDINASI ANTAR STAKEHOLDER DI KAWASAN EKONOMI KHUSUS
TANJUNG LESUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Strata-1
Program Studi Studi Destinasi Pariwisata
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Oleh :
FERONICA TIARA PUTRI
NIM: 201520388
PROGRAM STUDI STUDI DESTINASI PARIWISATA
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA
BANDUNG
2019
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karuniaNya sehingga skripsi yang berjudul “Koordinasi Antar Stakeholder di Kawasan
Ekonomi Khusus Tanjung Lesung.” ini dapat terselesaikan.
Penulisan Skripsi ini berjalan lancar tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya
kepada:
1. Bapak Faisal MM.Par., CHE. selaku Ketua. Sekolah Tinggi Pariwisata NHI
Bandung
2. Ibu Endah Trihayuningtyas. S.Sos., M.M.Par selaku Ketua Program Studi Destinasi
Pariwisata dan pembimbing I
3. Dr. Herlan Suherlan, M.M. selaku pembimbing II
4. Seluruh Dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung yang telah memberikan ilmu
serta pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi
Pariwisata.
5. Kepada seluruh informan penting selama penulisan skripsi ini, Dinas Pariwisata
Provinsi Banten, Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, Administrator KEK
Tanjung Lesung, PT. Banten West Java, POKDARWIS Tanjungjaya, Desa Wisata
Batik Cikadung, Kampung Nelayan, Radar Banten, Banten Pos, UNTIRTA, dan
UNMA Banten.
6. Ibunda dan Ayahanda penulis yang tidak pernah lelah untuk memberi dukungan
penuh kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Dan kedua
kakakku tercinta yang selalu mengingatkan penulis agar menyelesaikan Skripsi tepat
waktu.
7. Teman-teman Kontrakan Hijau (Raynata, Tsara, Hasna, Vio, Adji, Adika, Aldo,
Fahri, Qisha, Nisa, dan Salma) yang sudah menemani penulis dalam suka dan duka
selama kurang lebih 4 tahun ini.
8. Untuk Kiri, yang selalu sabar dan setia menemani penulis dalam menyusun skripsi
ini.
9. Untuk teman seperjuanganku, Gianida, Ajeng, Dewi, Tiju, dan Rurry yang memberi
dukungan moral dan setia menemani penulis sejak SMA.
10. Seluruh keluarga SDP 2015 yang memberikan semangat, dukungan dan juga saran
selama penulisan berlangsung.
3
11. Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama pembuatan laporan ini yang
tidak bisa di sebutkan satu-persatu.
Bandung, Oktober 2019
Penulis
4
ABSTRAKSI
Tanjung Lesung ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus pada tahun 2012 dan
resmi beroperasi pada tahun 2015. Tujuan dibentuknya KEK adalah membuka suatu
wilayah yang sebelumnya terpencil menjadi sebuah lokomotif ekonomi yang baru, baik
itu pariwisata ataupun industri lainnya, yang apabila suatu kawasan itu tumbuh maka
akan membuat kawasan-kawasan disekitarnya untuk ikut tumbuh dan dapat mengangkat
industri perekonomian kawasan tersebut. Pengembangan pariwisata dalam KEK
Tanjung Lesung tentu tidak hanya melibatkan peran Pemerintah dan Pengelola saja,
akan tetapi masyarakat lokal, Media dan Akademisi juga perlu diikutsertakan dalam
kegiatan pariwisata di dalam Kawasan tersebut. Namun permasalahan di lapangan
seringkali karena kurangnya keterlibatan stakeholders terkait, dimana seharusnya
kerjasama antar stakeholders termasuk masyarakat lokal sangat berpengaruh dalam
pengembangan suatu kawasan wisata. Dalam permasalahan ini dibutuhkannya tujuan
yang sama antar stakeholder dari KEK Tanjung Lesung sendiri, demi mencapainya
tujuan yang sama itulah dibutuhkannya sebuah koordinasi. Aspek yang diteliti pada
penelitian ini adalah bentuk peran serta bentuk koordinasi stakeholder di KEK Tanjung
Lesung dengan tujuan mengkaji bentuk peran serta koordinasi para stakeholder di KEK
Tanjung Lesung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif dan metode pengumpulan data wawancara dan studi dokumentasi dengan
teknik analisis reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sehingga dapat
diketahui bahwa peran para stakeholder sudah sesuai dengan teori, sedangkan koordinasi
yang terjadi masih belum terlihat baik dikarenakan factor komunikasi yang masih sangat
minim antar pemangku kepentingan.
Kata Kunci : Kawasan Ekonomi Khusus, Stakeholder, Bentuk Peran, Bentuk Koordinasi
5
ABSTRACT
Tanjung Lesung was designated a Special Economic Zone for 2012 and was officially
held in 2015. The aim of establishing the SEZ was an area that had previously been
transformed into a new economic locomotive, would later develop so that it would
making the regions facing each other to participate in growing and can be appointed
industrial area. Tanjung Lesung SEZ tourism development certainly does not only
involve the role of the Government and Administrator, but also the local community,
Media and Academics also need to be included in tourism activities in the Area.
However, in the field, questioning the relevant stakeholders, which involves cooperation
between stakeholders including local communities who are very involved in the
development of tourist areas. In this debate the same goals are needed among the
stakeholders of the Tanjung Lesung SEZ itself, to achieve the same goals is needed by a
coordination. The aspect that supports this research is the form of the role and the form
of stakeholder coordination in the Tanjung Lesung SEZ with the aim of examining the
form of the participation and coordination of the stakeholders in the Tanjung Lesung
SEZ. This research uses descriptive method by discussing qualitative data and interview
data collection methods and case studies with data reduction analysis, data presentation
and conclusion. The stakeholders are in accordance with the theory, while the
relationship that occurs is still visible because the communication factor is still very
minimal among the stakeholders.
Keywords: Special Economic Zone, Stakeholders, Form of Participation, Form of
Coordination
6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
ABSTRAKSI........................................................................................................... 4
ABSTRACT .............................................................................................................. 5
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 6
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 8
DAFTAR TABEL ................................................................................................... 9
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... 10
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ....................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 6
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II ..................................................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 8
A. Kajian Teori .............................................................................................. 8
1. Stakeholder ........................................................................................... 8
2. Koordinasi ........................................................................................... 15
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 23
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 27
BAB III.................................................................................................................. 29
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 29
A. Desain Penelitian .................................................................................... 29
H. Partisipan dan Tempat Penelitian ........................................................... 30
I. Pengumpulan Data ..................................................................................... 31
J. Analisis Data .............................................................................................. 33
K. Rencana Pengujian Keabsahan Data ...................................................... 34
L. Jadwal Penelitian .................................................................................... 36
BAB IV ................................................................................................................. 37
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 37
1. Profil KEK Tanjung Lesung ............................................................... 37
2. Bentuk Peran Stakeholders di KEK Tanjung Lesung ......................... 44
3. Bentuk Koordinasi Stakeholder di KEK Tanjung Lesung.................. 59
7
B. Pembahasan ............................................................................................ 68
1. Bentuk Peran Stakeholder di KEK Tanjung Lesung .......................... 68
2. Bentuk Koordinasi di KEK Tanjung Lesung ...................................... 73
BAB V ................................................................................................................... 76
A. Simpulan ................................................................................................. 76
B. Implikasi ................................................................................................. 77
C. Saran ....................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 79
8
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 .................................................................................................................... 16
GAMBAR 2 .................................................................................................................... 28
GAMBAR 3 .................................................................................................................... 40
GAMBAR 4 .................................................................................................................... 41
GAMBAR 5 .................................................................................................................... 43
GAMBAR 6 .................................................................................................................... 49
GAMBAR 7 .................................................................................................................... 51
GAMBAR 8 .................................................................................................................... 52
GAMBAR 9 .................................................................................................................... 54
GAMBAR 10 .................................................................................................................. 55
9
DAFTAR TABEL
TABEL 1 ........................................................................................................................ 9
TABEL 2 ........................................................................................................................ 23
TABEL 3 ........................................................................................................................ 30
TABEL 4 ........................................................................................................................ 36
TABEL 5 ........................................................................................................................ 46
TABEL 6 ........................................................................................................................ 60
10
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 .............................................................................................................. 85
LAMPIRAN 2 .............................................................................................................. 89
LAMPIRAN 3 .............................................................................................................. 108
LAMPIRAN 4 .............................................................................................................. 118
LAMPIRAN 5 .............................................................................................................. 120
LAMPIRAN 6 .............................................................................................................. 122
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam . mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan
peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki
keunggulan ekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk
memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Program pembangunan yang diupayakan oleh
pemerintah saat ini yaitu program Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). UU No. 39
Tahun 2009 menjelaskan bahwa KEK adalah kawasan dengan batas tertentu
dalam wilayah hukum NKRI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK memiliki bentuk berupa
kawasan yang terdiri dari satu atau beberapa zona seperti pengolahan ekspor,
logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, atau ekonomi lain.
Salah satu wilayah yang telah disetujui dan ditetapkan oleh pemerintah pusat
menjadi KEK yaitu Tanjung Lesung.
Berlokasi di ujung paling barat Pulau Jawa, yaitu Kabupaten Pandeglang,
Banten, KEK Tanjung Lesung merupakan KEK Pariwisata pertama dan telah
diresmikan beroperasi pada Februari 2015. Zona Pariwisata dalam KEK memiliki
fungsi sebagai area yang diperuntukkan bagi kegiatan usaha pariwisata untuk
mendukung penyelenggaraan hiburan dan rekreasi,
12
pertemuan, perjalanan insentif dan pameran, serta kegiatan pariwisata lainnya.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2012
menyatakan bahwa PT. Banten West Java Tourism Development Corporation
sebagai badan usaha yang mengelola KEK Tanjung Lesung dan berada dibawah
naungan PT. Jababeka Group Tbk. Salah satu kriteria untuk mengusulkan suatu
kawasan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus adalah pemerintah
provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung pembentukan KEK,
dalam hal ini diperlukannya kerjasama yang kuat antar badan usaha dan
pemerintah setempat.
Pengembangan pariwisata dalam KEK Tanjung Lesung tentu tidak hanya
melibatkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta Badan Usaha (swasta) saja,
akan tetapi masyarakat lokal juga perlu diikutsertakan dalam kegiatan pariwisata
di dalam Kawasan. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, keberhasilan
dalam pengembangan di dalam suatu daerah terutama dalam bidang pariwisata
sudah semestinya membutuhkan sinergi dengan para pemangku kepentingan,
tidak hanya dengan pemerintah daerah namun pelibatan masyarakat juga menjadi
suatu titik keberhasilan. (Raharjana, 2012; dan Rahmawati, Noor, Wanusmawati,
2014). Namun permasalahan di lapangan seringkali karena kurangnya keterlibatan
stakeholders terkait, dimana seharusnya kerjasama antar stakeholders termasuk
masyarakat lokal sangat berpengaruh dalam pengembangan suatu kawasan wisata.
Dalam proses pengembangan pariwisata, pemangku kepentingan yang berbeda
memiliki kepentingan yang berbeda-beda pula (Garrod dan Fyall, 2001; Ladkin
dan Bertramini, 2002; Sinh, 2016)
13
Kendala diantara para pemegang kepentingan kemungkinan dapat terjadi,
dalam penelitian yang ditulis oleh Mahfud, dkk. (2015) banyaknya elemen
pemerintah yang terlibat dalam implementasi kawasan wisata menyebabkan
kendala tersendiri dari aspek institusional yaitu kurangnya keterpaduan dan
koordinasi antar stakeholder dalam mengelola pengembangan pariwisata.
Subarsono (2005:93) berpendapat bahwa struktur birokrasi yang terlalu banyak
berpotensi melemahkan pengawasan serta menimbulkan redtape (prosedur
birokrasi yang rumit dan kompleks) maka dari itu diperlukannya struktur birokrasi
yang efektif dan efisien. Sikap dan presepsi para stakeholder juga mempengaruhi
tingkat keberhasilan pengembangan pariwisata, sedangkan stakeholder memiliki
peran yang berbeda dan perlu dipahami sedemikian rupa agar pengembangan
objek dan daya tarik wisata di suatu daerah dapat terwujud dan terlaksana dengan
baik. (Amalyah dkk, 2016).
Sehingga dapat disimpulkan dalam pengembangan pariwisata tidak luput dari
permasalahan, dan kendala para pemangku kepentingan khususnya dari faktor
internal. Maka sudah seharusnya stakeholder memahami secara penuh tugas dan
perannya dalam pengembangan pariwisata daerah, selain itu upaya untuk
membangun hubungan yang kuat antar stakeholder juga dibutuhkan agar tidak
terjadi ketimpangan antar pihak dikarenakan banyaknya elemen yang terlibat
dalam pengembangan pariwisata daerah.
Gubernur Banten Wahidin Halim menyatakan bahwa sejak ditetapkannya
sebagai Kawasan Ekonomi Khusus, perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Lesung dinilai sangat lamban dan belum menunjukan proses yang
signifikan, progres target yang telah ditetapkan juga tidak sesuai dengan
14
perencanaan. Kurangnya investor dalam pengembangan Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung menjadi salah satu alasan lambannya pengelola dalam
mengembangkan kawasan tersebut. (Tempo, 2018) Dilansir dari pemberitaan
Bisnis.com Kepala Bidang Investasi Destinasi Prioritas Kementerian Pariwisata
Nurwan Hadiyono mengatakan Jepang berkeinginan untuk menginvestasikan
sejumlah paket wisata di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung dan Tanjung
Kelayang. Namun akomodasi (Hotel, Cottage) serta aksesibilitas (Jalan Tol) di
Kawasan Tanjung Lesung masih belum memadai, hal ini menjadi penghambat
investor asing untuk masuk kedalam kawasan ini.
Fenomena yang telah dipaparkan tersebut menunjukkan bahwa
dibutuhkannya tujuan yang sama antar stakeholder dari KEK Tanjung Lesung
sendiri, demi mencapainya tujuan yang sama itulah dibutuhkannya sebuah
koordinasi. Koordinasi sangatlah penting di dalam suatu organisasi baik
organisasi publik maupun organisasi swasta, koordinasi dilakukan untuk
menciptakan suatu usaha yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah
ditentukan.
Dilihat dari fenomena lapangan tersebut, pihak pengelola beserta pemerintah
tidak berdampingan dalam mencapai tujuan, artinya koordinasi antar pemangku
kepentingan masih dapat dikatakan kurang yang mengakibatkan lambannya
perkembangan pariwisata di KEK Tanjung Lesung. Padahal koordinasi
merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan program atau kegiatan
yang melibatkan 2 lembaga atau lebih karena menurut A.E.Benn (1952) dalam
bukunya yang berjudul The Management Dictionary bahwa koordinasi adalah
penyusunan usaha-usaha kelompok di dalam suatu kelangsungan dan keteraturan
15
sikap sehingga menciptakan kesatuan tindakan dalam mengusahakan tercapainya
tujuan bersama.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disusun di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung dinilai sangat
lamban dan belum menunjukan proses yang signifikan, serta progress target
yang ditetapkan juga tidak sesuai dengan perencanaan. Pernyataan tersebut
disampaikan langsung oleh Pemerintah Daerah Provinsi Banten.
2. Banyaknya elemen pemerintah yang terlibat dalam implementasi kawasan
wisata menyebabkan kendala tersendiri dari aspek institusional yaitu
kurangnya keterpaduan dan koordinasi antar stakeholder dalam mengelola
pengembangan pariwisata
3. Sikap dan presepsi para stakeholder juga mempengaruhi tingkat keberhasilan
pengembangan pariwisata, dan stakeholder memiliki peran yang berbeda dan
perlu dipahami sedemikian rupa agar pengembangan pariwisata dapat
terwujud dan terlaksana dengan baik
Melihat adanya potensi kendala dalam pengembangan Kawasan Ekonomi
Khusus di Tanjung Lesung khususnya dalam pengelolaan yaitu Stakeholder
terlibat, seperti yang telah diuraikan diatas, maka dibutuhkan adanya penelitian
yang lebih mendalam tentang koordinasi antar Stakeholder yang terlibat. Sehingga
mampu mewujudkan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus yang sesuai
dengan rencana induk yang telah dibuat. Maka dari itu penulis mengambil judul:
16
Koordinasi Antar Stakeholder di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka secara
umum penelitian ini berfokus pada bentuk koordinasi antar stakeholder di
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung. Berdasarkan fokus penelitian
tersebut, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk peran Stakeholder dalam pengembangan pariwisata di
KEK Tanjung Lesung?
2. Bagaimana bentuk koordinasi antar Stakeholder dalam pengembangan
pariwisata di KEK Tanjung Lesung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini sendiri mencakup:
1. Mengkaji bentuk peran Stakeholder dalam pengembangan pariwisata di KEK
Tanjung Lesung
2. Mengkaji bentuk koordinasi Stakeholder dalam pengembangan pariwisata di
KEK Tanjung Lesung
D. Keterbatasan Penelitian
17
Keterbatasan penelitian dalam penelitian ini adalah sulitnya mencari informan
khususnya dari perspektif media dan akademisi dalam pengembangan pariwisata
di KEK Tanjung Lesung. Minimnya informasi yang didapatkan mengenai topik
dan pembahasan skripsi ini juga menjadi keterbatasan dalan penelitian. Selain hal
tersebut, peneliti pun kesulitan untuk mendapatkan data sekunder mengenai KEK
Tanjung Lesung serta Laporan Progress Perkembangan dikarenakan pergantian
kepengurusan Administrator KEK Tanjung Lesung sehingga seluruh data dan
informasi dipindah tangankan.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi,
pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan serta kontribusi secara menyeluruh
yang bermanfaat bagi para Stakeholders di KEK Tanjung Lesung. Penelitian
ini juga dapat menjadi bahan masukan terhadap PT. Banten West Java dalam
pengembangan pariwisata, selaku pengelola KEK Tanjung Lesung.
2. Manfaat Akademis
Manfaat dari penelitian secara akademis yaitu dapat digunakan sebagai
informasi tambahan terkait penerapan ilmu Pariwisata dalam pengelolaan
destinasi khususnya Stakeholder mengenai koordinasi antar elemen.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Stakeholder
Stakeholder menurut Freeman (1984:46) dalam sebuah organisasi adalah
individu atau kelompok yang dipengaruhi atau mempengaruhi pencapaian dari
sebuah organisasi. Namun Janita (2003) menyatakan bahwa ada hubungan di
antara para pemangku kepentingan tersebut, sebagai contoh yaitu koalisi
pemangku kepentingan cenderung memiliki pengaruh lebih besar daripada
stakeholder tunggal. Dalam Peric, Durkin dan Lamot (2014:275) Stakeholder
bersifat multidisiplin karena dapat beresonansi dengan isu-isu sosiologi, ekonomi,
dan psikologis sehingga dapat diterapkan untuk membongkar fenomena yang
terjadi di sektor terkait. Hal ini berkaitan dengan pariwisata, dimana pariwisata
telah menjadi subjek penelitian multidisiplin yang luas karena memiliki fenomena
yang kompleks dan kekuatan ekonomi.
Aas, C., Ladkin, A., & Fletcher, J. (2005: 36) melihat stakeholder pariwisata
sebagai individu atau kelompok yang terlibat, tertarik, atau terpengaruh (positif
atau negatif) oleh pariwisata, oleh karena itu keterlibatan stakeholder yang efektif
harus diterapkan untuk mengurangi potensi konflik antara wisatawan dan host
untuk membentuk cara di mana pariwisata dapat berkembang. Peric, Durkin dan
Lamot (2014:277) juga mengatakan bahwa stakeholder mempengaruhi
pengembangan pariwisata dalam banyak hal termasuk permintaan dan penawaran
19
pariwisata, regulasi, pengelolaan dampak pariwisata, sumber daya manusia, dan
yang lainnya.
Tabel 1
POTENTIAL BENEFITS AND POTENTIAL PROBLEMS OF
COLLABORATION AND PARTNERSHIP IN TOURISM
DEVELOPMENT
Potential Benefits Potential Problems
Involving several
stakeholders who are
affected by tourism can
increase the latter‟s social
acceptance
Decision making power could diffuse to those
directly affected by tourism
More constructive and accepting attributes could
emerge
Knowledge, attitudes and
other capacities can be
brought to the decision-
making process
Working together can create greater innovation
Greater stakeholder involvement can create an
increased commitment to
putting decision into action
Creates a pooling of
resources that might lead to
their more effective use.
There may be a greater understanding of the
economic, environmental
and social issues, and a
greater sensitivity to local
communities and
conditions.
It will be possible to have
more diverse tourism
product offerings at the
destination and to
maximize economic
impact.
The partnership may be merely
„window dressing‟, with
limited number of stakeholders
participating in decision
making. It may be difficult to
include everyone equitably,
and some may simply be
uninterested or inactive,
relying on others for results.
Stakeholders with less power may have less influence and
could be excluded, with
healthy conflict stifled. Power
could shift to those with better
political skills.
Involving too many stakeholders could mean
having to use more resources,
and be costly and time-
consuming. It could also lead
to obscurity on who is
accountable for what, and
reduced control over any
actions
The power of some
stakeholders may be so great
that it leads to powerful
subgroups and coercion to
press forward their own cases
Tourism development may lack any consensus, innovation or
entrepreneurial thinking due to
vested interests of multiple
stakeholders and their not
wishing to disclose too much.
The tourism collaboration may simply become bureaucracy far
outliving its intended use
20
Sumber: Glenn (2013)
Tabel 1 menjelaskan bahwa dalam kolaborasi multipihak memiliki potensi
keuntungan maupun potensi masalah, hal ini disebutkan dalam Buku. Introduction
To Tourism Management : An Asian Perspective Oleh McCartney Glenn (2013)
bahwa semakin banyaknya pihak yang terlibat maka semakin banyak pula
pandangan serta pemikiran yang berbeda mengenai pengembangan pariwisata dan
dapat menimbulkan ide-ide baru serta gagasan baru mengenai pengembangan
pariwisata. Tidak luput dari nilai positif tersebut, apabila banyaknya pihak yang
terlibat maka dapat menimbulkan kesenjangan dikarenakan kekuatan, serta peran
pemangku kepentingan yang berbeda-beda dalam pengembangan.
Kementrian Pariwisata Indonesia mencanangkan salah satu strategi dalam
pengembangan pariwisata melalui Model Pentahelix. Model Pentahelix
dituangkan ke dalam Peraturan Menteri (Permen) Pariwisata Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2016 oleh menteri pariwisata Arief Yahya, tentang Pedoman
Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. Bahwa untuk menciptakan orkestrasi dan
memastikan kualitas aktivitas, fasilitas, pelayanan, dan untuk menciptakan
pengalaman dan nilai manfaat kepariwisataan agar memberikan keuntungan dan
manfaat pada masyarakat dan lingkungan, maka diperlukan pendorong sistem
kepariwisataan melalui optimasi peran bussiness, government, community,
academic, and media (BGCAM).
21
a. Akademisi
Akademisi adalah sumber pengetahuan, mereka memiliki konsep dalam
mengembangkan suatu bisnis untuk mencapai keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan (Muhyi dkk, 2017).
Peran akademisi dapat berperan memberikan pandangan dan analisis
berdasarkan data di lapangan mengenai tingkat perkembangan dan juga
formula tepat memajukan kepariwisataan melalui berbagai penelitian, analisis,
serta pengembangan sdm. SDM di industri pariwisata berperan selaku motor
penggerak kelangsungan industri, serta penentu daya saing industri pariwisata
(Aribowo, 2019).
Menurut Halibas, et al (2017:168) akademik berperan sebagai berikut:
1) Diskusi akademik terutama berfokus pada inovasi untuk melakukan
komersialisasi penelitian dan kemitraan dengan sektor public dan swasta
2) Selain sebagai sumber pengetahuan, lembaga akademik juga bertanggung
jawab untuk berkembang tidak hanya keterampilan kerja, tetapi juga
keterampilan inovatif, kewirausahaan, dan giat sebagai bagian dari nilai-nilai
inti organisasi mereka.
3) Institusi akademisi memiliki fungsi sebagai standarisasi dalam penelitian dan
pengembangan destinasi.
4) Sebagai lembaga yang dapat memberikan sertifikasi terhadap penelitian
b. Bisnis
Pihak industry atau usaha swasta harus mempunyai kemampuan untuk
selalu meningkatkan persediaan modal, membuka kegiatan baru, dan
22
menawarkan kesempatan berusaha baru untuk masyarakat luas (Sunaryo,
2013). Annuar (2012) menjelaskan bahwa sektor swasta juga memainkan
peran penting dalam persiapan ruang, kegiatan, dan produk meskipun lebih
fokus pada pengembangan berorientasi keuntungan. Terlihat dari
keterlibatannya dalam ruang (sebagian besar sektor swasta mencurahkan
perhatian pada pengembangan berdasarkan suprastruktur dan lokasi yang
sesuai), kegiatan (pengembangan berdasarkan acara khusus dan hiburan), dan
produk (Pelayanan, hospitality, dan keterlibatan). Fungsi utama sektor swasta
diarahkan untuk akomodasi (hotel, apartemen), makanan dan minuman
(restoran, kafe), belanja dan hiburan (pusat perbelanjaan, taman hiburan,
bioskop, MICE) dan lainnya.
Di antara ruang, kegiatan dan produk yang dimiliki oleh sektor swasta
adalah taman hiburan, pusat perbelanjaan, resort, lapangan golf, teater, toko
cinderamata dan agen pariwisata (Gunn, 1994).
c. Government
Ricther (1989) menyatakan di mana pariwisata berhasil atau gagal
sebagian besar merupakan fungsi dari tindakan politik dan administrasi,
bukan fungsi keahlian ekonomi atau bisnis. Pemerintah perlu turut serta
dalam mendorong pembentukan manajemen pada sebuah destinasi yang
mampu mengoptimalkan sumberdaya (elemen), destinasi
Menurut Sheehan et al. (2007) pemerintah bertindak sebagai pemberi
modal, dan memberikan visi untuk pengembangan masyarakat dan wisata,
serta memastikan kepentingan infrastruktur. Selain itu, pemerintah juga perlu
23
berperan aktif dalam perencanaan dan perumusan kebijakan, dan membantu
dalam pelaksanaan inisiatif pariwisata (Edgell et al., 2008), serta
pengembangan dan promosi pariwisata berikut undang-undang (Page &
Connell, 2007). Mereka menggunakan pendapatan perpajakan untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan perencanaan pariwisata yang
menguntungkan seperti infrastruktur. Pemerintah cenderung lebih terlibat
apabila sektor pariwisata mempengaruhi perekonomian daerah, Pemerintah
juga dapat merangsang pariwisata melalui penawaran keuangan insentif untuk
pemasok pariwisata, mensponsori penelitian, atau melalui pemasaran dan
promosi (Page & Connell, 2007).
d. Community
Hermantoro (2011) menjelaskan bahwa komunitas lokal adalah
komunitas yang tinggal pada area geografis yang sama, dan pada saat ini
komunitas lokal tidak lagi merupakan suatu kelompok yang homogen, bahkan
komunitas lokal ini pun hampir selalu bersifat heterogen sebagaimana banyak
dipahami di dalam realitas sosial.
Swarbrooke (1999) mengklasifikasikan komunitas lokal menjadi
beberapa kelompok:
1) Masyarakat memiliki kontrol penuh terhadap kebijakan strategis dan
keputusan taktis dalam kaitannya dengan pariwisata di daerah mereka,
2) Masyarakat memiliki hak veto atas semua kebijakan pariwisata dan keputusan
yang berada di tangan badan-badan sektor public,
24
3) Masyarakat menetapkan prioritas dan parameter untuk kebijakan dan / atau
keputusan sektor public,
4) Masyarakat diizinkan untuk memilih kebijakan atau strategi dari sejumlah
kecil pilihan yang telah dihasilkan oleh para pembuat kebijakan sektor public,
5) Pandangan masyarakat digunakan untuk membantu membenarkan keputusan-
keputusan yang diambil oleh badanbadan sektor public,
6) Mereka melakukan konsultasi dengan masyarakat namun pandangan tersebut
tidak secara signifikan mempengaruhi kebijakan sektor publik.
e. Media
Media di dalam penta helix sendiri menurut Hernanda, Mindarti dan
Riyanto (2018) berperan sebagai katalisator (brand image dan brand
awareness). Media juga sebagai pemangku kepentingan yang memiliki
informasi lebih untuk mengembangkan bisnis dan berperan penting dalam
mempromosikan bisnis (Muhyi, dkk 2017). Hernanda et al (2018:131) juga
mengatakan bahwa
sosial media dan jurnalis turut membantu dalam memasarkan pariwisata
secara online.
Peran dari media menurut Swarbrooke (1999:139) terbagi ke dalam dua,
yaitu:
1) Memberikan tujuan wisatawan saran tentang masalah di destinasi;
2) Meningkatkan kesadaran akan masalah sosial dan pemerintahan kebijakan di
destinasi wisata
25
2. Koordinasi
Koordinasi dijelaskan oleh Moekijat (1994) sebagai penyesuaian kembali
kegiatan-kegiatan yang saling bergantung atau penyusunan dari individu,
kelompok atau organisasi yang dilakukan secara teratur dalam mencapai
tujuan bersama. Hal serupa juga diungkapkan oleh Handayaningrat (1984)
bahwa koordinasi sebagai usaha dalam menyatukan kegiatan-kegiatan dari
unit kerja organisasi, sehingga organisasi dapat bergerak sebagai satu
kesatuan yang bulat untuk melaksanakan seluruh tugas dalam mencapai
tujuan organisasi. Silalahi (2001) mengartikan juga sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan oleh berbagai pihak yang sederajat untuk saling tukar-
menukar informasi dan melakukan penyesuaian bersama untuk suatu hal
tertentu.
Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan di atas, bahwa koordinasi
merupakan suatu usaha untuk menyelaraskan kegiatan-kegiatan dari berbagai
organisasi atau unit-unit yang berbeda dan bersifat mengikat, serta mengacu
pada suatu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Meskipun definisi dari koordinasi diatas dijabarkan secara umum,
kebutuhan untuk definisi koordinasi yang lebih mendalam diperlukan
khususnya dalam literatur kebijakan dan pemerintahan. Di dalam buku The
Coordination of Public Sector Organizations menjelaskan mengenai
koordinasi menurut Hall dalam Bouckaret, Peters and Verhoest (2010:15)
yaitu sejauh mana suatu kelompok atau organisasi berusaha untuk
memastikan bahwa kegiatan mereka memperhitungkan kegiatan organisasi
lain. Sedangkan menurut Lindblom, koordinasi merupakan penyesuaian
26
timbal balik antara aktor atau yang berkepentingan dan menghasilkan nilai
positif kepada para partisipan lainnya tanpa menghasilkan nilai negatif.
Metcalfe (1994; lihat Gambar 1) telah menyajikan skala koordinasi
dalam sektor pemerintah secara keseluruhan, mulai dari keputusan
independen oleh organisasi sebagai tingkat koordinasi terendah (atau dalam
hal ini hampir tidak adanya koordinasi), kegiatan di antara program
pemerintah, hingga tingkat kerjasama dan koherensi yang sangat tinggi
ditunjukkan oleh strategi pemerintah yang koheren dan mencakup semua
bidang sektor pemerintahan. Dengan demikian, koordinasi pada satu tingkat
dapat dicapai, sedangkan koordinasi pada tingkat yang lebih tinggi mungkin
tidak dapat dicapai.
Gambar 1
Tingkat Koordinasi dalam Sektor Pemerintahan
Sumber: Bouckaret, Peters and Verhoest (2010:15)
Pada hakikatnya, koordinasi merupakan hasil dari kerjasama, saling
bantu membantu dan menghargai tugas, fungsi dan tanggung jawab dari
setiap pihak, karena setiap unit atau pihak dalam melaksanakan kegiatannya,
27
berdasarkan bantuan dari unit atau pihak lainnya. Sehingga adanya saling
ketergantungan inilah yang mendorong adanya kerjasama.
Keberhasilan koordinasi juga dipengaruhi oleh bantuan sarana
komunikasi yang baik, maka dari itu komunikasi administrasi yang disebut
juga sebagai hubungan kerja memegang peranan yang penting bagi
tercapainya koordinasi. (Handayaningrat, 1989)
a. Tujuan Koordinasi
Koordinasi memiliki beberapa tujuan, berikut merupakan penjabaran dari
Ndraha (2003:295):
1) Menciptakan dan memelihara efektivitas organisasi sebaik mungkin melalui
sinkronisasi, penyerasian, kebersamaan dan kesinambungan antar elemen
suatu organisasi;
2) Mencegah konflik dan menciptakan efisiensi sebaik mungkin setiap kegiatan
interdependen yang berbeda-beda melalui kesepakatan yang melibatkan pihak
yang terkait
3) Menciptakan dan memelihara sifat yang saling responsive dan antisipatif di
kalangan unit kerja yang berbeda-beda, agar keberhasilan unit kerja yang satu
tidak rusak oleh keberhasilan unit kerja yang lain, melalui jaringan informasi
dan komunikasi efektif.
b. Bentuk Koordinasi
Koordinasi memiliki berbagai bentuk, seperti yang telah di jelaskan oleh
Hasibuan dalam Sukarno (2016) antara lain:
28
1) Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, dengan berkomunikasi
manusia dapat saling berhubugan satu sama lain baik dalam kehidupan
sehari-hari, tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi.
Komunikasi yang terjalin dalam koordinasi harus menciptakan hubungan
yang produktif. Komunikasi dilakukan secara formal dan informal,
komunikasi organisasi dan individu, komunikasi eksternal dan internal.
Hubungan yang produktif hasil komunikasi yang efektif akan sangat
membantu keberhasilan koordinasi.
Menurut Deni Darmawan (2007:2-4) komunikasi itu sendiri dapat terbagi
dalam beberapa bentuk, diantaranya dalam bentuk komunikasi personal
(personal communiaction) dan komunikasi kelompok (group communication).
Selain itu komunikasi juga dapat bersifat tatap muka (face–to–face) dan
melalui perantara media lain (mediated). Menurut Tono Kartono (2008:168),
dalam prosesnya komunikasi itu juga terbagi dalam dua bentuk komunikasi,
yaitu komunikasi aktif dan komunikasi pasif. Komunikasi aktif merupakan
suatu proses komunikasi yang berlangsung dengan aktif antara komunikator
dengan komunikan, di mana antara keduanya aktif berkomunikasi, sehingga
terjadi timbal balik di antara keduanya. Sedangkan komunikasi pasif terjadi di
mana komunikator menyampaikan informasi atau ide terhadap halayaknya
atau komunikan sebagai penerima informasi, akan tetapi komunikan tidak
mempunyai kesempatan untuk memberikan respon atau timbal balik dari
proses komunikasi.
29
2) Integrasi
Integrasi merupakan suatu usaha untuk menyatukan tindakan-tindakan
atau sebuah sistem yang mengalami pembauran hingga menjadi suatu
kesatuan yang utuh dari berbagai badan, instansi, unit, sehingga merupakan
suatu kebulatan pemikiran dan kesatuan tindakan yang terarah pada suatu
sasaran yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Dengan adanya
integrasi, koordinasi dapat berjalan secara terarah di semua tingkatan.
Dan ada beberapa bentuk-bentuk integrasi yaitu :
a) Integrasi Fungsional, integrasi yang terbentuk sebagai akibat adanya fungsi
tertentu dalam suatu organisasi.
b) Integrasi Koersif, integrasi yang terbentuk berdasarkan kekuasaan yang
dimiliki penguasa. Dalam hal ini penguasa menggunakan cara koersif.
c) Integrasi Ideologis, yakni suatu bentuk integrasi yang tidak terlihat atau
nampak secara visual yang terbentuk dari ikatan spiritual atau ideologis yang
kuat dan mendasar melalui proses alamiah tanpa adanya suatu paksaan dan
ikatan. Interaksi ideologis ini menggambarkan adanya kesepahaman dalam
nilai-nilai, persepsi, serta tujuan diantara orang-orang yang terikat menjadi
satu kesatuan sosial.
Syarat-syarat integrasi yang baik diantaranya:
a) Pada diri masing-masing harus mengendalikan suatu perbedaan/konflik yang
ada pada suatu kekuatan dan bukan malah sebaliknya.
b) Setiap orang merasa saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang
lainnya.
30
3) Sinkronisasi
Sinkronisasi adalah suatu usaha untuk menyesuaikan, menyelaraskan
kegiatan, tindakan, dan unit sehingga diperoleh keserasian dalam pelaksanaan
tugas atau kerja. Keserasian dalam pelaksanaan tugas mampu mempermudah
penerapan koordinasi di suatu organisasi.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teori dari Hasibuan
mengenai bentuk koordinasi yang telah dibagi menjadi empat; Komunikasi,
integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi. Sebagai fokus penelitian dan acuan
dalam hasil penelitian, bentuk-bentuk koordinasi tersebut akan di jabarkan
kembali dimensinya untuk kebutuhan dalam pengambilan serta pengolahan
data
.
c. Ciri-ciri Koordinasi
Ciri-ciri koordinasi oleh Handayaningrat (1989:118) terbagi menjadi
beberapa poin;
1) Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu
koordinasi adalah menjadi wewenang dan tanggung jawab daripada pimpinan.
Dikatakan bahwa pimpinan berhasil, dikarenakan koordinasi telah terlaksana
dengan baik
2) Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama. Hal ini disebabkan karena
kerjasama merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi dengan
sebaik-baiknya
3) Koordinasi adalah proses yang terus menerus (continue process). Artinya
suatu proses yang berkelanjutan dalam rangka tercapainya tujuan organisasi
31
4) Adanya pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan karena
koordinasi adalah konsep yang diterapkan di dalam kelompok, bukan
terhadap usaha individu tetapi sejumlah individu yang bekerjasama di dalam
kelompok untuk mencapai tujuan bersama;
5) Konsep kesatuan tindakan adalah inti dari koordinasi. Hal ini berarti bahwa
pimpinan harus mengatur usaha/tindakan daripada setiap kegiatan individu
sehingga diperoleh adanya keserasian di dalam sebagai kelompok dimana
mereka bekerjasama;
6) Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama (common purpose). Kesatuan
usaha/tindakan meminta kesadaran/pengertian kepada semua individu, agar
ikut serta melaksanakan tujuan bersama sebagai kelompok dimana mereka
bekerja
d. Kendala dalam Koordinasi
Disamping hal yang telah disebutkan sebelumnya, di dalam koordinasi
pula kendala atau masalah mungkin terjadi, seperti yang dinyatakan oleh
Handayaningrat (1989:129), beberapa hambatan yang dapat terjadi
diantaranya adalah:
1) Hambatan dalam koordinasi struktural
Di dalam koordinasi structural sering terjadi hambatan yang disebabkan oleh
perumusan tugas, wewenang dan tanggung jawab tiap satuan kerja atau unit
kerja yang kurang jelas. Selain itu adanya hubungan dan tata kerja serta
prosedur kerja kurang dipahami oleh pihak-pihak yang bersangkutan dan
terkadang menimbulkan keraguan. Sebenarnya hambatan-hambatan yang
32
demikian tidak perlu timbul karena diantara yang mengoordinasikan dan
dikoordinasikan memiliki hubungan komando dalam susunan organisasi yang
bersifat hirarkis;
2) Hambatan-hambatan dalam koordinasi fungsional
Hambatan- hambatan yang timbul dalam koordinasi fungsional baik
horizontal maupun diagonal disebabkan karena di antara yang
mengoordinasikan dan dikoordinasikan tidak memiliki hubungan hirarkis
(garis komando). Sedangkan hubungan keduanya terjadi karena adanya kaitan
bahkan interdependensi atau dasar fungsi masing-masing.
e. Indikator Koordinasi
Dalam proses penilaian koordinasi untuk setiap pihak dapat dilihat dari
beberapa indikator (Handayaningrat, 1989:80):
1) Komunikasi
a) Ada tidaknya informasi
b) Ada tidaknya alur informasi
c) Ada tidaknya teknologi informasi
2) Kesadaran Pentingnya Koordinasi
a) Tingkat pengetahuan pelaksana terhadap koordinasi
b) Tingkat ketaatan terhadap hasil koordinasi
3) Kompetensi Partisipan
a) Ada tidaknya petinggi yang berwenang terlibat
b) Ada tidaknya ahli di bidang berwenang yang terlibat
4) Kesepakatan, Komitmen dan Insentif Koordinasi
33
a) Ada tidaknya bentuk kesepakatan
b) Ada tidaknya pelaksana kegiatan
c) Ada tidaknya sanksi bagi pelanggar kesepakatan
d) Ada tidaknya insentif bagi pelaksana koordinasi
5) Kontinuitas Perencanaan
a) Ada tidaknya feedback dari obyek dan subyek pembangunan
b) Ada tidaknya perubahan terhadap hasil kesepakatan
B. Penelitian Terdahulu
Untuk membantu peneliti dalam mengembangkan ide penulisan
penelitian ini, maka terdapat beberapa hasil dari peneliti lain yang dikutip dan
berkenan dengan bidang Stakeholder, Penta Helix, dan Koordinasi.
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan dalam melakukan penelitian
sehingga dapat memperkaya teori dan fenomena yang digunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 2
Penelitian Terdahulu
No Judul Penulis Metode Tempat Hasil
1. Peran Dan
Koordinasi
Stakeholder
Dalam
Pengembangan
Kawasan
Minapolitan
Mahfud,
Haryono
dkk.
(2015)
Deskriptif
Kualitatif
Kecamata
n
Nglegok,
Kabupaten
Blitar.
Kurangnya sinergi antar
stakeholder
dikarenakan masih
adanya kendala, yaitu;
mindset egosektoral,
keterbatasan dana,
komitmen dalam
pengembangan
kawasan
2 Implementasi
Kolaborasi
Model
Handy
Aribowo,
Alexand
Kualitatif Jawa
Timur
Dalam pengelolaan dan
pengembangan
pariwisata, diperlukan
34
No Judul Penulis Metode Tempat Hasil
Pentahelix
Dalam Rangka
Mengembangk
an Potensi
Pariwisata Di
Jawa Timur
Serta
Meningkatkan
Perekonomian
Domestik
er
Wirapraj
a,
Yudithia
Dian
Putra
(2017)
suatu kordinasi dan
kolaborasi antara pihak
pemerintah, pelaku
bisnis pariwisata,
komunitas, akademisi,
serta media dalam
mengembangkan
potensi wisata, dimana
kerjasama tersebut
disebut dengan
kolaborasi Pentahelix
3 Peran
Stakeholder
Pariwisata
Dalam
Pengembangan
Pulau
Samalona
Sebagai
Destinasi
Wisata Bahari
Amalyah
, dkk
(2016)
Deskriptif
Kualitatif
Pulau
Samalona
Stakeholder di Kawasan
Wisata Pulau Samalona
memiliki factor
pendukung; 1. Peran
aktif dan kesadaran
masyarakat lokal dalam
pengelolaan Pulau
Samalona, 2. .
Kerjasama pihak swasta
yang medukung
pengembangan Pulau
Samalona. Selain itu
untuk factor
penghambatnya adalah;
1. . Pengetahuan
masyarakat lokal
tentang layanan jasa
wisata dan pengelolaan
lingkungan masih
kurang, 2. Peran
Disparekraf Kota
Makassar masih belum
maksimal, 3. Kerjasama
dan koordinasi antar
stakeholder pariwisata
masih kurang.
4 Stakeholder
approach in
tourism
management:
implication in
Croatian
tourism
Satifc,
Tezak
dan Luk
(2011)
Mix
Methods
CatTien,
Lam Dong
Interaksi antara
pemangku kepentingan
yang berbeda dapat
berkontribusi untuk
lebih memahami
kebutuhan masyarakat.
Interaksi semacam itu
dapat diperoleh dalam
suatu badan yang
bertanggung jawab.
35
No Judul Penulis Metode Tempat Hasil
Model-model dan
struktur organisasi dari
badan-badan koordinasi
tersebut dapat
dibedakan, tergantung
pada kehendak dan
kebiasaan para
pemangku
kepentingan .
5 The Penta
Helix
Collaboration
Model in
Developing
Centers of
Flagship
Industry in
Bandung City
Muhyi,
dkk
(2017)
Eksploratif,
Kualitatif
Kota
Bandung
Kondisi hubungan antar
stakeholder masih
terbagi dan tidak
terfokus, maka hal ini
berdampak pada
kolaborasi multi pihak.
Masalah kolaborasi
dalam hal ini adalah
kurangnya koordinasi
dan kurangnya
komitmen. Komunikasi
diantara para
stakeholder tidak cukup
efektik untuk proses
kemitraan diantara
stakeholder lainnya
6 Efektivitas
Kelembagaan
Pemerintah
Dalam
Pengembangan
KEK Tanjung
Lesung
Kabupaten
Pandeglang
Provinsi
Banten
Meliana
dan
Buchori
(2016)
Deskriptif,
Mix
Methods
KEK
Tanjung
Lesung
Kabupaten
Pandeglan
g Provinsi
Banten
Ada tiga fungsi peran
dan koordinasi
pemerintah/Dewan
Kawasan dalam
pembangunan KEK
Tanjung Lesung yaitu:
fungsi pelaksana, fungsi
fasilitatif serta fungsi
Koordinasi atau
supervisi.
Peran dan koordinasi
Dewan Kawasan KEK
dalam pengembangan
KEK tidak berjalan
efektif dan belum
maksimal karena
kurangnya komunikasi,
koordinasi, standar
pelayanan bahkan
pengawasan atau
supervisi yang
36
No Judul Penulis Metode Tempat Hasil
dilakukan.
7 Koordinasi
Dalam
Pengelolaan
Objek Wisata
Taman
Nasional
Kayan
Mentarang di
Desa Tanjung
Lapang
Kilometer
Delapan
Kabupaten
Malinau
Sukarno
Frenly
(2016)
Deskriptif Taman
Nasional
Kayan
Mentarang
di Desa
Tanjung
Lapang
Kilometer
Delapan
Kabupaten
Malinau
Jurnal ini membagi
Bentuk Koordinasi
dalam empat bagian: a)
Komunikasi b) Integrasi
c) Sinkronisasi dan d)
Simplifikasi menurut
Teori Hasibuan (2007)
8. Koordinasi
Pelaksanaan
Program
Pengembangan
Kawasan
Agropolitan
Nugroho
dkk
(2014)
Deskriptif
Kualitatif
Kabupaten
Nganjuk
Kendala dalam
koordinasi antar
stakeholder pada
pelaksanaan program
pengembangan adalah
kurangnya komitmen
beberapa stakeholder
yang berdampak pada
macetnya koordinasi,
perbedaan visi,
kurangnya SDM dalam
sasaran agropolitan.
9. Model
Kerjasama
Antar
Stakeholders
Dalam
Pengembangan
Wisata Budaya
Dusun Sejo
Kabupaten
Pasuruan
Redyant
odkk.
(2018)
Deskriptif
Kualitatif
Dusun
Sejo
Kabupaten
Pasuruan
Keberhasilan
pelaksanaan inovasi di
daerah tidak dilakukan
sendiri oleh pemerintah
daerah, namun
membutuhkan
koordinasi dengan
stakeholders lainnya.
Artinya perlu ada
sinergi antara
pemerintah, sektor
swasta, dan masyarakat.
Hal ini sejalan dengan
paradigma Good
Governance yang mengedepankan
keterpaduan antara
pemerintah (state),
swasta (private), dan
37
No Judul Penulis Metode Tempat Hasil
masyarakat (society).
10 Kolaborasi
Multipihak
pada Program
Pengembangan
Kawasan
Perikanan
(Minapolitan)
di Kabupaten
Luwu Timur
Mujahid
dkk.
(2015)
Deskriptif
Kualitatif
Kabupaten
Luwu
Timur
Koordinasi antar
Stakeholder terjadi
karena adanya
kesamaan tujuan,
melalui Rapat
Koordinasi Pusat,
Provinsi dan Intern
Kabupaten Luwu
Timur. Sedangkan
masalah yang kerap
terjadi diantaranya
adalah keberagaman
stakeholder, masalah,
kepentingan, visi misi
serta tujuan dari
masing-masing
stakeholder. Dialog non
formal yang dilakukan
via telepon juga
menjadi salah satu
kendala, dan pertemuan
yang melibatkan
seluruh stakeholder
belum pernah
terlaksana.
Sumber: Olahan Peneliti (2019)
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini berangkat dari fenomena-fenomena yang terjadi mengenai
permasalahan stakeholder dalam pengembangan kawasan wisata, serta
pentingnya koordinasi multipihak. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk koordinasi para
stakeholder di KEK Tanjung Lesung dengan menggunakan model penta helix
(Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016)
38
yang terbagi menjadi lima kategori; Akademisi, Bisnis, Komunitas,
Pemerintah, Bisnis. Adapun kerangka alur pemikiran dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut
Gambar 2
Kerangka Pemikiran
Penetapan Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung
sebagai Zona Pariwisata
Stakeholder Pariwisata di
Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Lesung
Akademisi
Bentuk Koordinasi Stakeholder di Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung
Komunitas Media Pemerintah Bisnis
Sumber: Olahan Peneliti (2019)
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian rancangan deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Moleong (2007) menyatakan bahwa Metodologi
Kualitatif menjadi sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku
yang dapat diamati dengan diperkuat oleh teori-teori yang didapatkan peneliti.
Pendekatan penelitian yang diambil sesuai dengan judul penelitian yaitu
“Koordinasi Antar Stakeholder di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung” yang bertujuan untuk mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan,
dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan menyuguhkan
apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.
Nazir (2005) menyatakan bahwa metode deskriptif merupakan suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini yaitu untuk mendeskripsikan, menggambarkan, atau
melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta
hubungan antar fenomena yang diteliti.
40
B. Partisipan dan Tempat Penelitian
1. Partisipan.
Partisipan adalah semua orang atau manusia yang berpatisipasi dan ikut
serta dalam suatu kegiatan. Menurut Sudjana (2005) partisipan adalah:
“Pengambilan bagian atau keterlibatan orang atau masyarakat dengan cara
memberikan dukungan (tenaga, pikiran maupun materi) dan tanggung
jawabnya terhadap setiap keputusan yang telah diambil demi tercapainya
tujuan yang telah ditentukan bersama.” Partisipan dalam penelitian ini yaitu
pemangku kepentingan (stakeholder) di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung, peneliti menggunakan teori Model Penta Helix oleh Kementrian
Pariwisata Indonesia (2016), stakeholder tersebut dibagi menjadi lima
kategori yaitu Akademisi; Bisnis; Komunitas; Pemerintah; dan Media.
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat – sifat sama dan
mewakilkan populasi sebagai obyek atau subyek yang dipelajari dan ditarik
kesimpulannya (Sudjana, 2005). Sampel yang diambil harus dapat
menggambarkan kondisi dari populasi. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu Purposive Sampling dan
Snowball Sampling. Menurut Arikunto (2010:53), purposive sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang bertujuan dengan cara mengambil subjek di
dasarkan atas adanya tujuan tertentu, dalam penelitian ini sampel terdiri dari
PT. Banten West Java (PT. JABABEKA Tbk), Dinas Pariwisata Provinsi
Banten, Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, Administrator Kawasan
Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, Komunitas Pariwisata Lokal, Akademisi,
dan Media.
41
Teknik sampling snowball adalah suatu metode untuk mengidentifikasi,
memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan
yang menerus (Nurdiani, 2014). Dalam penelitian ini, pengambilan data dan
informasi dari masyarakat lokal akan menggunakan teknik snowball sampling,
karena teknik ini dapat memanfaatkan informan-informan kunci untuk
mengantarkan peneliti pada anggota kelompok atau orang yang sedang diteliti.
Tabel 3
DAFTAR INFROMAN
Stakeholder Inisial
Dinas Pariwisata Provinsi
Banten Informan 1
Dinas Pariwisata Kabupaten
Pandeglang Infroman 2
Administrator KEK Tanjung
Lesung Informan 3
PT. Banten West Java Informan 1
Kampung Nelayan Informan 2
POKDARWIS Tanjungjaya Informan 1
Desa Wisata Batik Cikadung Informan 2
Radar Banten Informan 1
Banten Pos Informan 2
Universitas Tirtayasa Informan 1
Universitas Mathla'ul Anwar
Banten Informan 2
Sumber: Olahan Peneliti (2019)
42
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
yang merupakan wilayah pesisir, terletak di Desa Tanjungjaya Kecamatan
Panimbang Kabupaten Pandeglang Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
C. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data,
diantaranya adalah:
a. Wawancara
Salah satu teknik pengumpulan data ialah dengan cara wawancara.
Menurut Sudjana (dalam Satori & Komariah, 2011) wawancara merupakan
proses pengumpulan informasi melalui tatap muka antara pihak penanya
dengan pihak yang ditanya. Dalam melakukan wawancara, peneliti
menggunakan alat rekam untuk membantu dalam pengumpulan data. Peneliti
memilih jenis wawancara semi-terstruktur karena wawancara semi-struktur
(semistructure interview) sudah termasuk dalam kategori in-depth interview
yang pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka dan pihak yang diajak wawancara diminta
pendapatnya. Wawancara akan dilakukan kepada Pengelola KEK Tanjung
Lesung yaitu PT. Banten West Java, Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Dinas
Pariwisata Kabupaten Pandeglang, Administrasi Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Lesung, POKDARWIS Tanjungjaya, Kepala Dusun Wisata Batik
43
Cikadung, Radar Banten, Banten Pos, Universitas Tirtayasa dan Universitas
Mathla‟ul Anwar Banten. Dalam wawancara ini akan menemukan informasi
tentang peranan serta bentuk koordinasi, dan kendala-kendala yang terjadi
dalam koordinasi dari para Stakeholder KEK Tanjung Lesung.
b. Studi . Dokumentasi .
Menurut Arikunto (2006:231) studi dokumentasi dapat diartikan sebagai
sebuah metode pengumpulan data dengan cara mencari data-data mengenai
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat dan sebagainya. Peneliti menggunakan metode ini untuk
menemukan data-data terkait bentuk koordinasi para stakeholder di KEK
Tanjung Lesung. Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa gambar,
foto, dan data-data.
2. Alat Pengumpulan Data
Menurut Sarwono (2006) Panduan wawancara yang sudah disusun secara
tertulis sesuai dengan masalah, kemudian digunakan sebagai sarana untuk
mendapatkan informasi. Cara menggunakan panduan tersebut dapat dalam
bentuk wawancara ataupun diskusi. Berisikan daftar pertanyaan yang ingin di
jawab secara jelas oleh pihak terkait seperti pengelola yang dirasa mengerti
akan permasalahan dan informasi tentang peran serta bentuk koordinasi dari
stakeholder di KEK Tanjung Lesung.
44
D. Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis model Miles
dan Huberman. Miles dan Huberman dalam Silalahi (2010:339) menjelaskan
bahwa kegiatan analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikkan
kesimpulan/verifikasi.
1. Reduksi data menurut Silalahi (2010:339) menjelaskan bahwa reduksi data
diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses reduksi tersebut berlangsung
terus-menerus, dalam hal ini peneliti melakukan beberapa hal terkait kegiatan
reduksi antara lain; membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema,
membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan menulis memo. Dengan kata
lain kegiatan mereduksi data tersebut bertujuan untuk mempertajam,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Silalahi, 2010:340). Hasil dari
pengumpulan data wawancara selanjutnya akan peneliti analisis dengan
sistem koding. Menurut Nasution (2003:135) koding adalah lambang atau
kata singkatan untuk aspek-aspek laporan lapangan. Dalam penelitian
kualitatif pengodean dapat diklasifikasikan berdasarakan tahapannya.
Charmaz (2006) mengemukakan tiga jenis tahapan pengodean yaitu
pengodean awal (initial coding), pengodean berporos (axial coding), dan
pengodean selektif (selective coding).
45
2. Penyajian Data menurut Silalahi (2010:340) diartikan sebagai sekumpulan
data yang berisi informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikkan kesimpuan dan pengambilan tindakan. Data yang disajikan
tersebut dapat memberikan pemahaman atau informasi tentang apa yang
sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan selanjutnya lebih jauh
menganalisis, mengambil tindakan, atau mencari data sebagai tambahan
untuk meyakinkan kondisi yang sedang terjadi. Menurut Silalahi (2010:341),
penyajian data kualitatif juga dapat menggunakan matriks, grafik, jaringan
dan bagan untuk lebih mempermudah pembaca dalam memahami suatu hasil
penyajian data, maka harus disajikan dalam bentuk naratif.
3. Kegiatan analisis yang terakhir adalah menarik kesimpulan. Pada saat proses
pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti-arti dari benda atau peristiwa,
mencatat keteraturan, pola, penjelasan konfigurasi yang mungkin terjadi, alur,
dan sebagainya. Pada awal pencarian data mungkin kesimpulan belum terlihat
jelas namun semakin hari akan semakin terlihat dan jelas bahkan kejelasan
kesimpulan tersebut terkadang baru muncul pada saat akhir pencarian data
(Silalahi, 2010:341). Kesimpulan dalam penelitian kualitatif hanya bersifat
sementara sebab masalah serta rumusannya dapat berkembang dan berubah-
ubah.
E. Rencana Pengujian Keabsahan Data
Peneliti menggunakan Triangulasi sebagai teknik pengujian keabsahan
data. Menurut Nasution (1992:115) Triangulasi bertujuan untuk mencheck
kebenaran data dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari
46
sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang
berlainan. Walaupun prosedur ini memakan waktu yang lama, tetapi validitas
yang didapatkan memiliki nilai yang tinggi dan memberi kedalaman hasil
penelitian.
Teknik Triangulasi bukan hanya sekedar mencheck kebenaran data dan
mengumpulkan berbagai macam data, tetapi merupakan suatu usaha untuk
melihat lebih tajam dalam hubungan antar data tersebut agar mencegah
kesalahan dalam analisis data. Dalam triangulasi peneliti dapat menemukan
perbedaan informasi yang justru dapat merangsang pemikiran yang lebih
mendalam.
Peneliti telah mengumpulkan data ke beberapa populasi, yaitu PT.
Banten West Java (PT. JABABEKA Tbk), Dinas Pariwisata Provinsi Banten,
Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, Administrasi Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung, POKDARWIS Tanjungjaya, Kepala Dusun Wisata
Batik Cikadung, Radar Banten, Banten Pos, Universitas Tirtayasa, dan
Universitas Mathla‟ul Anwar Banten. Namun dari berbagai sumber tersebut
dibandingkan dari hasil wawancara seluruh stakeholder nya dan
membandingkan dari keadaan dan perspektif hasil wawancara informan, dan
membandingkan hasil wawancara dengan dokumen berkaitan dengan
koordinasi dan peran dari para stakeholder untuk mengetahui bagaimana
peran dan koordinasi yang telah dilakukan oleh stakeholder di KEK Tanjung
Lesung.
47
F. Jadwal Penelitian
Tabel 4
Jadwal Penelitian
Sumber : Olahan Peneliti (2019)
Kegiatan
Bulan
April
2019
Mei
2019
Juni
2019
Juli
2019
Agustus
2019
September
2019
Oktober
2019
Penyusunan
dan Pengajuan
Usulan
Penelitiam
Seminar
Usualan
Penelitian
Pengumpulan
Data
Penyusunan
Skripsi
Sidang Skripsi
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Profil KEK Tanjung Lesung
Tanjung Lesung berada di bagian paling barat Pulau Jawa, tepatnya
berada di Provinsi Banten, Kabupaten Pandeglang dan Kecamatan
Panimbang. Kawasan ini memiliki luas sebesar 1.500 hektar dengan garis
pantai membentang sepanjang 13 km, Tanjung Lesung termasuk dalam salah
satu dari 50 Destinasi Pariwisata Nasional dan 88 Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional bersama TN Ujung Kulon yang saat ini telah ditetepkan
oleh Kemenpar menjadi salah satu dari 10 destinasi prioritas nasional tahun
2016, dan direncanakan menjadi kawasan internasional yang memiliki hotel,
resort, vila-vila serta fasilitas pendukungnya dengan menggabungkan nuansa
Bali dengan Venesia. Hal ini juga akan menobatkan Tanjung Lesung sebagai
“The World‟s First Themed Resort City” (Bappeda Pandeglang, 2012).
Beberapa daya tarik wisata terdekat dari Tanjung Lesung termasuk Anak
Krakatau (anak gunung berapi Krakatoa), Taman Nasional Ujung Kulon
(perlindungan terakhir badak Jawa bertanduk satu yang terancam punah), dan
objek wisata adat budaya Badui.
Pada tahun 2012 pemerintah menetapkan Tanjung Lesung sebagai KEK
Pariwisata pertama di Indonesia, dengan batasan wilayah Laut Jawa di bagian
utara, Selat Sunda di bagian barat, dan Samudera Hindia di bagian selatan,
49
sedangkan di bagian timur dibatasi oleh Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi
Jawa Barat. Beberapa akses yang bisa dilalui untuk menuju KEK Tanjung
Lesung diantaranya melalui jalur darat yaitu Tol Jakarta-Merak dan rencana
Tol Serang-Panimbang sedang dilaksanakan pemerintah demi mempercepat
waktu perjalanan wisatawan menuju KEK Tanjung Lesung, tetapi sampai saat
ini belum ada transportasi umum untuk wisatawan yang langsung menuju
Tanjung Lesung. Selain jalur darat, perjalanan juga dapat ditempuh melewati
jalur laut yaitu melalui Pelabuhan Merak-Bekahuni, dan Tanjung Lesung
memiliki port sendiri untuk para wisatawan, namun transportasi umum
melalui jalur laut juga belum tersedia.
Tujuan dibentuknya KEK adalah membuka suatu wilayah yang
sebelumnya terpencil menjadi sebuah lokomotif ekonomi yang baru, baik itu
pariwisata ataupun industri lainnya, yang apabila suatu kawasan itu tumbuh
maka akan membuat kawasan-kawasan disekitarnya untuk ikut tumbuh dan
dapat mengangkat industri perekonomian kawasan tersebut. Salah satu alasan
mengapa Tanjung Lesung dijadikan sebagai salah satu KEK di pulau jawa
adalah rencana pemerintah yang saat ini berfokus untuk membuka dan
mengembangkan daerah selatan. Provinsi Banten memiliki kendala
kesenjangan ekonomi, sosial dan budaya antara wilayah Selatan (Kabupaten
Lebak dan Pandeglang) dengan Utara (Tangerang), maka pemerintah
mentapkan wilayah KEK di Tanjung Lesung yang difokuskan dalam industri
Pariwisata, karena pariwisata memiliki sifat multi player effect sehinga
apabila pariwisata di wilayah tersebut tumbuh maka industri lainnya seperti
perdagangan, perikanan, dan lainnya juga akan tumbuh. Tanjung Lesung juga
50
sudah memiliki lahan pariwisata yang bisa direvitalisasi oleh pemerintah,
sehingga hal itu juga menjadi salah satu alasan pemerintah membangun KEK
di Tanjung Lesung.
Pada 23 Februari 2015 KEK Tanjung Lesung resmi beroperasi, setelah
perancangan dan pembuatan Masterplan selama tiga tahun, Masterplan ini
dibentuk oleh PT. Banten West Java selaku pengelola dari Wilayah KEK
Tanjung Lesung, di dalam Masterplan ini terbagi menjadi beberapa daya tarik
diantaranya adalah; Beach Club, Tj. Lesung Strait, Golf Course, Kalicaa
Villa, Tj. Lesung Beach Hotel, Tj. Lesung Highland, Tj. Lesung Point,
Sailing Club, Blue Fish Hotel, Tj. Lesung Harbour, Tj. Lesung Bayside, dan
Tj. Lesung Heartland. Dalam Masterplan KEK Tanjung Lesung juga
memiliki Timeline mengenai pembangunan fasilitas khususnya infrastruktur
di dalam kawasan, dimulai pada tahun 2019 hingga 2024.
Beberapa aktivitas wisata yang bisa dilakukan di dalam KEK Tanjung
Lesung, diantaranya:
a) Berselancar di Pulau Panitan
b) Snorkeling dan Diving
c) Memancing
d) Menikmati atraksi pertunjukan kebudayaan
e) ATV
f) Mongolian Culture Centre
g) Golf
h) Bersepeda
i) Aktivitas Pantai (Sightseeing, Banana Boat, Volley Beach)
51
Gambar 3
MASTERPLAN TANJUNG LESUNG
Sumber: PT. Banten West Java (2019)
Dalam Masterplan Tanjung Lesung, timeline pembangunan kawasan
terdiri dari lima tahap. Tahun 2019 rencana pembangunan Bayside seluas 132
Ha akan dilakukan, disusul dengan pembangunan Heartland seluas 188 Ha
pada tahun 2020, pembangunan Harbour & Straits akan dilakukan pada
tahun 2021 seluas 402 Ha, pembangunan Highland seluas 300 Ha pada tahun
2022, dan pembangunan Highland & Point pada tahun 2023-2024 seluas
478Ha. Maka total keseluruhan luas kawasan yang akan dibangun sampai
akhir tahun 2024 seluas 1.500 Ha.
Sesuai dengan data fasilitas dan rencana pengembangan KEK Tanjung
Lesung yang dibuat oleh PT. BWJ, dapat dilihat bahwa terdapat tiga prioritas
fasilitas yang diunggulkan oleh pengelola, diantaranya adalah Snorkeling &
Diving di spot tertentu, Tanjung Lesung Harbour yang rencananya akan
52
dijadikan sebagai tempat berlabuhnya yacht, dan yang terakhir adalah Flying
Club di area Airstrip kawasan.
Gambar 4
FASILITAS DAN RENCANA PENGEMBANGAN KEK
TANJUNG LESUNG
Sumber: PT. Banten West Java (2019)
Pada Gambar 4 dapat terlihat bahwa fasilitas yang terbagi menjadi dua
kategori, yang pertama merupakan fasilitas yang sudah tersedia dan sudah
beroperasi, yang kedua merupakan fasilitas yang masih dalam proses
pengembangan fasilitas. Terdapat total 23 fasilitas yang ada di dalam
Kawasan, namun hanya tujuh yang sudah siap beroperasi dan sisanya masih
dalam proses pembangunan.
Sesuai dengan Undang-Undang 39 Tahun 2009 mengenai Kawasan
Ekonomi Khusus, di dalam kawasan ini memiliki beberapa fasilitas khusus,
contohnya seperti mendapatkan insentif fiskal dan non-fiskal. Kawasan ini
53
memiliki bebas Pajak atau PPN, barang mewah, barang impor serta sistem
imigrasi yang di permudah. Namun menurut Ketua Administrator KEK
Tanjung Lesung, fasilitas tersebut masih belum bisa digunakan secara optimal
dikarenakan administrasi Kawasan masih belum diselesaikan dan masih
dalam proses seperti kawasan lama yang sedang berkembang.
KEK Tanjung Lesung juga memiliki Buffer Zone atau Zona Penyangga
yang mencakup empat Kecamatan; Sukaresmi, Panimbang, Sobang, dan
Cigeulis. Kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang sangat berdekatan
dengan KEK, salah satunya dari sisi infrastruktur seperti yang telah dikatakan
oleh Ketua Administrator KEK dikarenakan KEK dikelola oleh swasta maka
seluruh bantuan dari pemerintah disalurkan di luar kawasan KEK, sehingga
kecamatan-kecamatan tersebut juga ikut berkembang selaras dengan
perkembangan KEK sendiri.
54
Gambar 5
KAWASAN PRIORITAS KEK TANJUNG LESUNG
Sumber: PT. Banten West Java (2019)
Pemerintah Daerah juga membuat skala prioritas dalam pengembangan
daerah penyangga, pada urutan paling pertama adalah Kecamatan Panimbang,
disusul oleh Kecamatan Cigeulis, dan Kecamatan Sobang pada urutan ketiga.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, masyarakat lokal di daerah
penyangga sudah ada beberapa pihak yang sadar akan pariwisata, salah
satunya adalah POKDARWIS Tanjungjaya. POKDARWIS ini dapat
dikatakan sebagai salah satu penggiat pariwisata yang aktif dan selalu
mendapatkan bantuan dari Pemerintah Daerah dalam hal pengembangan
pariwisata.
Dalam Kawasan ini target pasar terbagi menjadi dua. Pasar yang
ditargetkan oleh pihak pengelola adalah wisatawan menengah keatas (High
55
end) khusus di dalam kawasan, sedangkan diluar kawasan merupakan target
pasar menengah kebawah. Hal ini didukung oleh pernyataan pihak pengelola
yaitu PT. Banten West Java, sebagai berikut:
“….Semua turis luar negeri tidak harus datang ke Jakarta, disini bea
cukai langsung dan paspor bisa langsung dicap, jadi seperti Miami,
tertutup. Jujur untuk pasar kita sasarkan orang kaya sehingga kami juga
menyeimbangi dengan fasilitas disini. Maka dari itu kami membangun
Beach Club, Yacht Club, Sailing Club agar wisatawan yang memiliki
hobi tersebut dapat datang kesini untuk menikmati fasilitas-fasilitas kelas
atas….”
Komunitas lokal dan masyarakat yang menempati zona penyangga sudah
memiliki target pasarnya sendiri, berdasarkan hasil observasi lapangan
peneliti bertemu dengan beberapa wisatawan domestik yang melakukan
kegiatan open trip dengan POKDARWIS Tanjungjaya, dan mayoritas
wiatawan tersebut menempati akomodasi seperti homestay atau villa yang
dikelola oleh masyarakat lokal. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengelola dengan masyarakat lokal sudah bergerak dengan sendirinya
untuk menarik pasarnya masing-masing. Penyesuaian fasilitas dan daya tarik
menjadi salah satu cara bagi pengelola dan masyarakat lokal agar ekosistem
pariwisata tetap berjalan sebagaimana mestinya.
2. Bentuk Peran Stakeholders di KEK Tanjung Lesung
Dalam perkembangan Tanjung Lesung semenjak ditetapkannya sebagai
Kawasan Ekonomi Khusus, tidak terlepas dari berbagai pemangku
kepentingan. Para pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak
56
langsung diantaranya adalah pemerintah, masyarakat, swasta (usaha
pariwisata), media, dan akademisi.
Peneliti telah membuat rangkuman dalam berbentuk tabel mengenai
bentuk peran para stakeholder di KEK Tanjung Lesung. Fokus yang menjadi
pertanyaan mencakup peran dalam pengembangan pariwisata KEK Tanjung
Lesung, bentuk keterlibatan dalam pengembangan pariwisata KEK Tanjung
Lesung, dan pandangan mengenai Koordinasi antar stakeholder.
57
Tabel 5
BENTUK PERAN STAKEHOLDER DI KEK TANJUNG LESUNG
No Fokus Perspektif
Pemerintah Komunitas Usaha Pariwisata Media Akademisi
1
Peran dalam
pengembanga
n pariwisata
KEK
Tanjung
Lesung
Promosi
Pengembangan
SDM
Pengawasan dan Pengendalian
Operasionalisasi
Sebagai penggerak
pariwisata
daerah
Pengelola
Penarik Investor
Promosi
Mencover
pemberitaan
yang positif
Penelitian
Pengajaran
Pengabdian
2
Bentuk
keterlibatan
dalam
pengembanga
n pariwisata
KEK
Tanjung
Lesung
Pelatihan SDM Pariwisata
Penyelarasan
pengembangan
Event
pariwisata
Pelayanan terhadap
wisatawan
Penanaman modal dan
investasi dalam
rencana
pengembangan
Mendukung iklim investasi
Meliput dan
publikasi
Penelitian
Pengabdian Masyarakat
3
Pandangan
mengenai
Koordinasi
antar
stakeholder
Adanya Transfer
of Knoeldge
Sangat dibutuhkan
Sangat
dibutuhkan
agar
meminimalis
ir
ketimpangan
Sangat
dibutuhkan Sudah Baik
Sangat
dibutuhkan
Sumber: Olahan Peneliti (2019)
58
Tabel 5 akan lebih dijelaskan secara lebih luas pada paragraf selanjutnya,
lebih tepatnya akan dijelaskan berdasarkan perspektif para stakeholder
terkait. Tabel dibentuk untuk mempermudah pemahaman mengenai poin
bentuk peran para pemangku kepentingan di KEK Tanjung Lesung,
penjelasan pertama dimulai dari perspektif pemerintah.
Progress perkembangan pariwisata di Tanjung Lesung setelah
ditetapkannya sebagai Kawasan Ekonomi Khusus dinilai lambat oleh Dinas
Pariwisata Provinsi Banten dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Pandeglang namun perkembangannya signifikan. Hambatannya terjadi karena
saling menunggu antara investor dengan infrastruktur, tidak ada
keseimbangan pembangunan diantara keduanya, seperti yang telah dijelaskan
bahwa infrastruktur di KEK Tanjung Lesung masih sangat minim sehingga
hal tersebut membuat investor enggan untuk masuk ke dalam kawasan.
Sekretaris Dinas Pariwisata Provinsi Banten mengatakan bahwa;
“….Investor yang sudah MOU sekitar ada 15-20 yang masuk kesitu,
tetapi nunggu jalan tol jadi. Sementara jalan tol juga memprediksi,
apabila dibangun apakah kembali dengan cepat dalam hitungan tahun?
Kan saling menunggu, disini pemerintah turun tangan bahwa harus ada
kepastian apakah tahun sekian selesai, supaya ada keberanian dari sisi
investor utnuk masuk ke Tanjung Lesung. Kalau tidak ada infrastruktur
kan Jakarta - Tanjung Lesung 6 jam, orang sudah kecapekan di jalan….”
Sedangkan menurut Kepala Bidang Destinasi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Pandeglang menyatakan perkembangan yang terjadi
terhambat karena minimnya SDM Pariwisata di Zona Penyangga KEK
Tanjung Lesung. Apabila pembangunan fisik untuk menunjang kegiatan
pariwisata sudah dilaksanakan oleh pemerintah, tetapi SDM Pariwisata tidak
bisa memanfaatkan pembangunan fisik tersebut dan menjadi sia-sia. Sehingga
59
dapat disimpulkan bahwa kedua informan diatas menyatakah bahwa
perkembangan pariwisata di KEK Tanjung Lesung lamban dan minim
progress.
Berbeda dengan pendapat Kepala Administrator KEK Tanjung Lesung,
yang menjelaskan bahwa perkembangan Tanjung Lesung sejak ditetapkannya
sebagai KEK dapat dikatakan signifikan, karena pihak KEK sendiri harus
melengkapi segala persyaratan KEK seperti infrastruktur, batas wilayah,
administrator, aturan kawasan, dan lainnya. Setiap enam bulan sekali pihak
administrator harus melaporkan progress kawasan ke gubernur, bupati, dan
dewan kawasan agar dapat ditindak lanjuti dan memahami progress
perkembangan kawasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa menurut Kepala
Administrator KEK menyatakan bahwa perkembangan Tanjung Lesung
berprogress.
Dasar dari pengembangan wilayah pariwisata di Provinsi Banten berasal
dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) termasuk di
dalamnya Tanjung Lesung. Pengembangan Tanjung Lesung sendiri termasuk
ke dalam klasifikasi pengembangan Pariwisata Tematik, dikarenakan Tanjung
Lesung termasuk ke dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional sehingga
pemerintah tingkat daerah mendukung sepenuhnya agar pariwisata di
Tanjung Lesung cepat berkembang.
Pernyataan Informan mengenai peran pemerintah sebagai wadah promosi
pariwisata, sebagai lembaga peningkatan kualitas SDM, dan sebagai badan
pengawas juga didukung oleh data RPJMD yang membagi menjadi lima
unsur dalam tugas utama pemerintah, dapat dilihat pada Gambar 6.
60
Gambar 6
BAGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA BANTEN
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Banten (2019)
Terbagi menjadi 5 unsur yaitu;
1) Promosi Pariwisata Banten,
2) Pengembangan Destinasi Wisata,
3) Peningkatan SDM, kelembagaan, dan pemanfaatan teknologi,
4) Penciptaan ekonomi lokal dan sikap masyarakat,
5) Jaminan keselamatan, kebersihan, keamanan, dan ketertiban destinasi
Sehingga dapat dikatakan bahwa peran pemerintah dalam pengembangan
pariwisata di KEK Tanjung Lesung sudah sesuai dengan kebijakan yang
dibuat.
61
Bentuk kerjasama yang dijalin antara pengelola Tanjung Lesung dengan
pemerintah pusat dan daerah berupa kebijakan RPJMD sehingga memiliki
kerjasama yang terintegrasi, dengan dasar hukum berbentuk PERDA.
Administrator KEK menjalin hubungan dengan Pemerintah Daerah dan pihak
Pengelola (PT. Banten West Java), seperti yang dikatakan Kepala
Administrator KEK Tanjung Lesung;
“…KEK Tanjung Lesung sendiri hanya dengan PEMDA, karena KEK
Tanjung lesung sendiri sudah menjadi Branding maka melegalkan
kerjasama dengan ABGCM yang lain hanya FTKP (Forum Tata Kelola
Pariwisata) atau DMO (Organisasi Pengelolaan Destinasi) itu sudah
dibentuk cikal bakalnya tetapi belum diresmikan oleh bupati, dan hal itu
sudah mewakili semua..”
Keterlibatan pihak pemerintah dalam mengembangkan pariwisata
Tanjung Lesung salah satunya dalam pembentukan event dan festival. Selain
menjadi wadah promosi, event tersebut bisa menjadi pemacu dalam
meningkatkan kunjungan wisatawan yang pada awal tahun lalu mengalami
penurunan dikarenakan bencana Tsunami, dan pemerintah masih terus
berusaha untuk mempromosikan bahwa pariwisata Banten Selatan sudah
pulih dan sudah aman. Pada bulan april kemarin telah dilakukan deklarasi
Selat Sunda aman oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya saat Hari Ulang
Tahun Pandeglang. Hal tersebut dikemukakan agar seluruh pihak pemangku
kepentingan bekerjasama dalam membangun image bahwa Banten sudah
aman dan kegiatan pariwisata dapat berjalan dengan normal kembali.
62
Gambar 7
PEMBERITAAN MENGENAI MENTERI PARIWISATA SAAT HUT
KAB. PANDEGLANG
Sumber: Kompasiana (2019)
Setelah Menpar Arief Yahya mendeklarasikan bahwa Banten sudah aman
kembali, pemerintah dan pengelola bekerjasama untuk membuat beberapa
kegiatan pariwisata demi mendatangkan kembali wisatawan. Salah satu
contoh event pariwisata sebagai bentuk kerjasama antara pihak pengelola dan
pemerintah adalah Festival Pesona Tanjung Lesung 2019 (Hari Badak
Sedunia) pada tanggal 27-29 September. Dalam event ini pula masyarakat
lokal serta komunitas pariwisata (GENPI) ikut dilibatkan bersama untuk
meramaikan event.
63
Gambar 8
FESTIVAL PESONA TANJUNG LESUNG 2019
Sumber: Instagram Tanjung Lesung (2019)
Festival Pesona Tanjung Lesung ini merupakan agenda tahunan
khususnya untuk pengelola dan pemerintah daerah, acara ini menjadi wadah
berkumpulnya serta bekerjasama para pemangku kepentingan untuk
memeriahkan agenda tahunan ini. Disamping event pariwisata, pemerintah juga
memberikan bantuan khususnya di Zona Penyangga, (Buffer Zone) yaitu
pelatihan SDM Pariwisata. Ketua Bidang Destinasi Dinas Budaya dan
Pariwisata Kabupaten Pandeglang menyatakan bahwa pada saat ini mereka
sedang fokus dalam melakukan pengembangan SDM pariwisata di Desa
Wisata Batik Cikadung,
“….sudah kita lakukan kemarin pada program pelatihan membatik di Desa
Cikadung, ya memang harapannya mereka yang sudah kita latih mereka
mau untuk menyebarkan tentang sadar wisata ke beberapa orang yg belum
sadar wisata, karena yang utama dari destinasi wisata adalah kenyamanan
64
pengunjung. Dan kenyamanan itu diliat dari fasilitas atau lingkungan,
sehingga polanya tetap kepentingan sadar wisata dan sapta pesona…”
Maka sesuai dengan hasil wawancara dan kebijakan pemerintah daerah
mengenai peningkatan SDM, kelembagaan, dan pemanfaatan teknologi
sehingga pemerintah telah menjalankan perannya.
Masyarakat lokal dan Komunitas lokal memiliki peran penting dalam
siklus pariwisata, SDM pariwisata sangat diperlukan dalam kegiatan wisata
karena wisatawan berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal. Di KEK
Tanjung Lesung, masyarakat yang berperan aktif dalam kegiatan pariwisata
merupakan masyarakat yang menempati Zona Penyangga (Buffer Zone);
Kecamatan Panimbang, Kecamatan Sobang, Kecamatan Cigeulis, Kecamatan
Sukaresmi. Salah satu desa yang menjadi sorotan akhir-akhir ini adalah Desa
Wisata Batik Cikadung.
Komunitas Lokal yang tergolong aktif dalam kegiatan pariwisata di KEK
Tanjung Lesung adalah POKDARWIS Tanjungjaya, yang juga tergabung di
dalamnya Karang Taruna Tanjungjaya. POKDARWIS Tanjungjaya memiliki
hubungan yang baik dengan PEMDA dan juga mendapatkan dukungan oleh
masyarakat lokal, sehingga dalam berbagai acara atau kegiatan yang dilakukan
juga tersalurkan bantuan dari beberapa pihak, diantaranya adalah PEMDA.
Dikarenakan komunitas ini sudah dikenal secara luas, para penggiatnya
memanfaatkan hal tersebut untuk mencari cara agar bisa mendatangkan
wisatawan domestic maupun internasional. Dibekali dengan dasar-dasar ilmu
pariwisata dan pelayanan, POKDARWIS Tanjungjaya membuka paket wisata
atau Open Trip untuk wisatawan dengan harga yang cukup terjangkau, menurut
65
Ketua POKDARWIS wisatawan yang mengikuti paket wisata tersebut
merupakan kelompok wisatawan remaja dan dewasa.
Gambar 9
OPEN TRIP POKDARWIS TANJUNGJAYA
Sumber: POKDARWIS Tanjungjaya (2019)
Desa Wisata Cikadung dikenal dengan Batik khas daerahnya yang
menjadi Brand tersendiri, di Desa ini terdapat sanggar membatik dan
wisatawan dapat ikut serta dalam proses membatik yang biasanya dilakukan
oleh masyarakat sekitar. Pada tanggal 12 Mei – 2 Juni kemarin,
POKDARWIS Tanjungjaya melaksanakan Pasar Berbatik Cikadung,
pelaksanaan kegiatan ini didukung oleh pihak Desa dan Pemerintah Daerah
namun sayangnya mereka tidak memberikan bantuan apapun dalam kegiatan
ini.
Kegiatan sosialisasi yang telah diterima Desa Cikadung salah satunya
adalah Sosialisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pariwisata Kampung Wisata
Cikadung Tanjung Lesung. Tujuan dari sosialisasi ini diantaranya sebagai
66
pengidentifikasian minat pelaku usaha pariwisata di Desa ini, setelah itu
pemerintah akan dengan mudah mengawal proses identifikasi dan
pendampingan bagi para UMKM, sosialisasi ini didukung oleh Pemerintah
Daerah dan Kementrian Pariwisata demi mempersiapkan pelaku Ekonomi
Kreatif (EKRAF) dalam pengembangan Zona Penyangga KEK Tanjung
Lesung.
Gambar 10
SOSIALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PARIWISATA
KAMPUNG WISATA CIKADUNG TANJUNG LESUNG
Sumber: Desa Wisata Cikadung (2019)
Berdasarkan penjabaran mengenai komunitas lokal diatas mereka telah
mendapatkan beberapa sosialisasi dan pelatihan mengenai sadar wisata dan
kegiatan-kegiatan pariwisata untuk mendatangkan wisatawan domestik.
KEK Tanjung Lesung dikelola oleh salah satu perusahaan yang
beroperasi dalam menawarkan perencanaan resort dan pengembangan, yaitu
PT. Banten West Java Tourism Development (PT. BWJ). Perusahaan yang
berdiri pada tahun 1990 dan berbasis di Jakarta tepatnya di Menara Batavia Jl.
67
KH. Mas Mansyur Kav.126 Jakarta Pusat. Perusahaan ini merupakan akuisisi
dari PT. Jababeka Tbk yang berkiprah di bidang rekreasi dan perhotelan.
Sesuai dengan Rencana Induk Tanjung Lesung 2020 yang menjabarkan
bahwa kawasan tersebut akan menjadi The World’s First Themed Resort City,
maka beberapa resort, villa, dan fasilitas lainnya sudah dibangun di dalam
kawasan yang sesuai dengan tema tersebut. Diluar Zona Inti KEK Tanjung
Lesung, terdapat juga beberapa usaha pariwisata yang sedang berjalan
diantaranya merupaka restoran, homestay, villa, dan pusat oleh-oleh.
Pengembangan yang dilakukan PT. BWJ tidak menitik beratkan pada
satu fokus, dikarenakan seluruhnya dikerjakan secara simultan, dan di sisi
lain PT. BWJ juga bekerja untuk menarik beberapa investor asing agar bisa
masuk ke KEK Tanjung Lasung. Salah satu pengembangan yang digencarkan
agar investor dapat tertarik lebih mudah adalah infrastruktur, pelebaran dan
perbaikan jalan telah dibantu oleh pemerintah.
Diluar zona inti, pengusaha pariwisata juga berjalan dengan semestinya,
salah satunya adalah Kampung Nelayan yang menyediakan makanan dan juga
penginapan berada tepat di tepi pantai. Kerjasamanya dengan para penggiat
pariwisata menghasilkan keuntungan khususnya setiap Peak Season, karena
wisatawan yang berdatangan membuat tingkat okupansi Kampung Nelayan
meningkat. Tempat ini juga dijadikan sebagai tempat berlabuhnya kapal-
kapal nelayan yang dimilki masyarakat lokal, dan kapal penyebrangan yang
biasa digunakan oleh POKDARWIS Tanjungjaya untuk kegiatan Open Trip.
Stakeholder berikutnya adalah Media, Radar Banten menyatakan bahwa
peran dari Media dalam pengembangan pariwisata KEK Tanjung Lesung
68
yaitu mencover pemberitaan yang positif. Jurnalisme yang dkembangkan
adalah jurnalisme optimistik bukan mencela, Infroman juga menyatakan
bahwa;
“…. Radar juga telah membuat liputan khusus mengenai Tanjung Lesung
sebagai salah satu kawasan KEK di Banten yang harus didukung dan
mendapatkan perhatian serius, kita tentu menetapkan KEK Tanjung
Lesung sebagai salah satu destinasi wisata di Banten yang harus disuport
dari sisi pemberitaan yang positif.…”
Dari sisi Banten Pos menjelaskan bahwa media berperan sebagai pers
yang membantu mempromosikan KEK Tanjung Lesung sebagai salah satu
destinasi andalan di Banten. Beberapa contoh yang disampaikan oleh
Informan adalah meliput kegiatan-kegiatan yang biasanya dilaksanakan oleh
pihak pengelola.
Hal-hal yang telah disebutkan mengenai peran dari media sendiri juga
sekaligus sebagai bentuk keterlibatan awak media dalam pengembangan
pariwisata KEK Tanjung Lesung, Informan 1 menjelaskan bahwa media tidak
boleh menyulitkan serta merintangi investor yang akan menanamkan
investasinya di KEK, seharusnya mempermudah dan memberikan
kenyamanan bagi para investor dengan penyajian berita yang aktual dan
positif.
Walaupun menurut pihak pengelola dan pemerintah menjelaskan peran
media dalam pengembangan Tanjung Lesung sendiri belum terlibat langsung
dan tidak ada kebijakan atau secara resmi, namun secara tidak langsung pihak
media ikut andil dalam pengembangan ini. Kesadaran akan pentingnya
koordinasi juga dirasakan oleh pihak media, menurutnya para stakeholder
69
harus saling memiliki koneksi yang tepat satu dan lainnya demi mewujudkan
pariwisata yang seutuhnya.
Selain media juga terdapat akademisi yang terlibat secara tidak langsung
dalam pengembangan KEK Tanjung Lesung. Mengenai peran dari akademisi
dengan dua Informan, telah sesuai dengan tri darma perguruan yaitu
pengajara, pengabdian, dan penelitian, namun peran akademisi masih belum
secara langsung berpengaruh dalam pengembangan pariwisata KEK Tanjung
Lesung.
Dalam membuat Masterplan untuk KEK Tanjung Lesung sendiri
menurut Administrator KEK mengatakan bahwa PT. BWJ sudah mempunyai
tim internal untuk membuat masterplan tersebut, maka bentuk keterlibatan
akademisi saat ini hanya sekedar penyaluran mahasiswa untuk pengabdian
masyarakat. Selain itu juga KEK Tanjung Lesung menjadi tempat tujuan
penelitian beberapa mahasiswa dari universitas-universitas daerah maupun
luar daerah, yang kemudian menjadi suatu rekomendasi bagi pihak pengelola.
70
3. Bentuk Koordinasi Stakeholder di KEK Tanjung Lesung
Koordinasi merupakan suatu hal penting yang dibutuhkan di dalam suatu
organisasi, baik organisasi publik maupun swasta, koordinasi dilakukan untuk
menciptakan suatu usaha yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah
ditentukan. Dalam pengembangannya, KEK Tanjung Lesung tentunya
membutuhkan koordinasi dengan para pemangku kepentingan, untuk melihat
sejauh mana koordinasi yang telah dimiliki antara satu pemangku
kepentingan dengan yang lainnya, peneliti melakukan wawancara ke
beberapa informan terkait khususnya para stakeholder.
Peneliti telah membuat rangkuman dalam berbentuk tabel mengenai
bentuk koordinasi para stakeholder yang terbagi menjadi lima (pemerintah,
usaha pariwisata, komunitas lokal, media, dan akademisi) di KEK Tanjung
Lesung berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan diatas. Fokus yang
menjadi pertanyaan mencakup komunikasi yang terjalin antar stakeholder,
kompetensi stakeholder, serta kontiunitas dalam berkoordinasi.
71
Tabel 6
No Fokus Perspektif
Pemerintah Komunitas Usaha Pariwisata Media Akademisi
1
Komunikasi
antar
siatekholder
di KEK
Tanjung
Lesung
Terjalin dengan baik sesuai RPJMD
Pembuatan laporan progress KEK
Tidak ada komunikasi
yang intens
Group Whatsapp
dengan UMKM
Tetap berjalan, khususnya dengan
Investor
Komunikasi tidak langsung
Hanya
menghubungi
pihak tertentu
Komunikasi tidak langsung
2 Kompetensi
Stakeholder
Staff dan ahli pariwisata yang
tersertifikasi masih
minim
Pelatihan dan
sosialisasi
pariwisata
Pelatihan Pariwisata
Memiliki divisi internal khusus dalam bidang
perencanaan dan
pengembangan
Dewan Pers Tri Darma
Perguruan
3
Kesepakatan,
Komitmen
dan Insentif
Koordinasi
Sesuai dengan kebijakan
MOU dengan
Investor
Tidak ada
Tahapan Rencana Investasi KEK Tanjung
Lesung Tidak Ada
Pengabdian Masyarakat
Penelitian
4 Kontinuitas
Perencanaan
Masyarakat dan Komunitas lokal
sesuai dengan
rencana
Proses pengembangan
bertahap
Dengan sesama POKDARWIS
Hanya dengan pihak internal
Tidak Ada Rekomendasi
BENTUK KOORDINASI ANTAR STAKEHOLDER DI KEK TANJUNG LESUNG
Sumber: Olahan Peneliti (2019)
72
Tabel 6 akan lebih dijelaskan secara lebih luas pada paragraf selanjutnya,
lebih tepatnya akan dijelaskan berdasarkan perspektif para stakeholder
terkait. Tabel dibentuk untuk mempermudah pemahaman mengenai poin
bentuk koordinasi para pemangku kepentingan di KEK Tanjung Lesung,
penjelasan pertama dimulai dari perspektif pemerintah.
Peneliti melakukan wawancara dengan pihak pemerintah mengenai
koordinasi, komunikasi pihak pemerintah dengan para pemangku kepentingan
lainnya menurut Dinas Pariwisata Provinsi Banten, sudah terjalin dengan baik
sesama lembaga pemerintahan dikarenakan terbekali oleh RPJMD yang
sudah dibuat, namun bukan berarti hubungan dengan pihak lainnya tidak
terjalin dengan baik. Berbeda dengan Informan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Pandeglang, yang bisa menjaga hubungan baik dengan
masyarakat, pengelola, serta para UMKM di Buffer Zone KEK Tanjung
Lesung. Administrator Kawasan mengatakan bahwa cara agar komunikasi
dengan para pemangku kepentingan yang lain tetap terjalin dengan membuat
laporan progress perkembangan KEK Tanjung Lesung setiap tiga bulan
sekali.
DISPARPROV dan Administrator Kawasan mengatakan bahwa mereka
belum memiliki ahli pariwisata di dalam lembaganya, sehingga para staff
hanya mendapatkan pelatihan serta pengajaran mengenai pariwisata melalui
program-program yang diberikan oleh pusat, berbeda dengan Informan 2
yang memiliki staff ahli pariwisata.
Dalam koordinasinya, pihak pemerintah memiliki kesepakatan maupun
komitmen sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat, sehingga hal
73
tersebut menjadi hal mendasar bagi mereka dalam mengetahui peran serta
fungsi masing-masing pihak untuk mengembangkan pariwisata di KEK
Tanjung Lesung. Namun sayangnya untuk feedback serta perubahan terhadap
hasil kesepakatan dinilai cukup lamban dan kurang berpengaruh dalam
pengembangannya, tetapi DISBUDPAR Kabupaten Pandeglang mengatakan
masyarakat serta komunitas lokal bisa berkembang sesuai dengan arahan.
Pariwisata tidak bisa berdiri sendiri, dalam pengembangannya tidak
terlepas dari beragam pemangku kepentingan, namun hal ini bukan
merupakan hal yang mudah bagi pemangku kepentingan tersebut dikarenakan
satu atau dua hal sehingga koordinasi yang terbangun belum sempurna.
Terdapat beberapa kendala yang dialami oleh pemerintah dalam melakukan
koordinasi dengan para stakeholder lainnya, diantaranya Media Massa.
Pemberitaan yang disebar luaskan sangat berdampak bagi Destinasi, apabila
pemberitaan itu merupakan hal yang positif pasti akan berdampak baik bagi
destinasi, sedangkan apabila pemberitaan tersebut merupakan hal yang
negatif maka akan berdampak buruk bagi destinasi. Sekretaris Dinas
Pariwisata Provinsi Banten mengatakan bahwa;
“….Media massa kita itu belum ramah pariwisata, apa yang mereka
share itu tidak memikirkan bahwa akan memberikan dampak yang cukup
besar terhadap pariwisata, itu masih terjadi di kita. Buktinya ya setelah
terjadi Tsunami 22 Desember kemarin sampai sekarang angka wisatawan
belum pulih…”
Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang,
kendala yang dihadapi adalah masyarakat lokal yang masih belum sadar akan
pariwisata. Informan menyatakan bahwa masyarakat lokal masih
mementingkan kepentingan pribadi, apabila masyarakat sudah sadar akan
74
wisata maka keuntungan akan datang dengan sinergi yang lain sehingga tidak
hanya kepentingan sendiri, mereka akan belajar bahwa semua harus
berkembang selaras dengan pariwisata Tanjung Lesung.
Sedangkan menurut Ketua Administrator KEK Tanjung Lesung, kendala
yang dihadapi yaitu tidak adanya pertemuan rutin antar pemangku
kepentingan, karena apabila diskusi yang dilakukan hanya dengan Whatsapp
atau hanya dua pihak tidak akan membangun kesepahaman, dan forum yang
dibentuk belum bisa beroperasi dengan baik. Sehingga sekarang masih belum
tersistem rutin untuk forum diskusi, dikarenakan seluruh stakeholder terkait
merupakan organisasi mandiri yang tidak terikat.
Data mengenai sudut pandang komunitas dalam koordinasi dengan para
pemangku kepentingan lainnya juga telah diolah peneliti. Komunikasi yang
dimiliki informan dengan stakeholder lainnya hanya sekedar melalui media
sosial yaitu group whatsapp dengan UMKM lain, sedangkan dengan pihak
lainnya tidak ada komunikasi yang berkelanjutan. Kadus Desa Wisata
Cikadung juga sependapat dengan POKDARWIS mengenai komunikasi yang
tidak intens dengan pihak lainnya terkecuali POKDARWIS dan UMKM.
Kedua informan mendapatkan sertifikasi serta pelatihan mengenai sadar
wisata dan usaha pariwisata dari pemerintah pusat, yang memang
berpengaruh bagi pihak komunitas dalam mengembangkan pariwisata daerah.
Tidak adanya kesepakatan, komitmen maupun insentif koordinasi diantara
pihak komunitas dengan pemangku kepentingan lainnya. Dalam kontinuitas
perencanaan Informan 1 menjelaskan bahwa hal itu terjadi hanya dengan
sesama POKDARWIS saja, sedangkan untuk Informan 2 mengatakan tidak
75
adanya feedback maupun perubahan dari koordinasi dengan seluruh
pemangku kepentingan.
Di sisi lain, menjalin hubungan dan koordinasi antara para pemangku
kepentingan yang satu dengan lainnya, khususnya masyarakat lokal dengan
lembaga pemerintahan ataupun swasta tentu memiliki beberapa kendala.
Menurut Informan 1 kendala yang dialami adalah miscommunication dengan
para stakeholder terkait, serta tidak memiliki kesempatan untuk saling
bertatap muka dan berdiskusi dikarenakan media yang digunakan hanya
sekedar grup whatsapp. Sedangkan untuk Informan 2 kendala yang dihadapi
salah satunya adalah pihak masyarakat yang jarang diikut sertakan dalam
kegiatan atau forum khususnya untuk acara internal (Zona Inti) KEK Tanjung
Lesung.
Beetuk koordinasi menurut sudut pandang Usaha Pariwisata juga telah
dilakukan wawancara dengan narasumber PT. Banten West Java selaku
pengelola dan Restoran Kampung Nelayan selaku salah satu pelaku usaha
pariwisata di Buffer Zone KEK Tanjung Lesung.
Menurut PT. BWJ komunikasi yang dimiliki dengan stakeholder lain
tetap berjalan namun hanya dengan para investor KEK Tanjung Lesung,
karena memang PT. BWJ sampai saat ini masih tetap terfokus dengan para
investor. Sedangkan Kampung Nelayan mengatakan bahwa komunikasi
masih tetap berjalan hanya dengan UMKM dan POKDARWIS yang ada di
Buffer Zone KEK Tanjung Lesung. Dari sisi kompetensi Informan 1 memiliki
tim khusus dalam ahli perencanaan dan pengembangan sehingga tim tersebut
76
yang akan turun langsung apabila KEK Tanjung Lesung melaksanakan
perencanaan terkait pariwisata.
Kampung Nelayan menjelaskan bahwa kompetensi yang dimiliki hanya
berdasarkan sosialisasi serta pelatihan yang diberikan pusat. PT. BWJ
memiliki delapan tahapan rencana investasi KEK Tanjung Lesung yang
diawali pada tahun 2015 dan rencana akhir pada tahun 2022, rencana tersebut
menjadi komitmen koordinasi yang ditawarkan perusahaan kepada para
pemangku kepentingan, sedangkan Kampung Nelayan tidak memiliki
kesepakatan maupun komitmen koordinasi. Untuk pertemuan serta koordinasi
yang berkelanjutan PT. BWJ hanya memiliki jadwal pertemuan secara
berkala untuk internal tetapi tidak untuk pemangku kepentingan lainnya.
Kendala juga dapat dirasakan oleh pihak Usaha Pariwisata, menurut PT.
BWJ kendala utama dalam berkoordinasi dengan stakeholder lainnya adalah
travel agent. Karena terkadang cara penjualan dari travel agent sendiri tidak
apa adanya, sehingga hal tersebut menimbulkan kekecewaan dari wisatawan
yang datang dengan ekspektasi tinggi, mereka juga menyatakan bahwa
destinasi di Banten Selatan khususnya Pandeglang masih belum terlalu
menarik minat turis domestik maupun mancanegara. Berbeda dengan
Kampung Nelayan yang menjelaskan mengenai kendala yang dihadapi yaitu
terbatasnya media dan waktu untuk bertatap muka, kesempatan yang dimiliki
masih sedikit dan tidak pernah bertemu dengan seluruh pihak terkait.
Media selaku stakeholder yang terlibat secara tidak langsung dalam
pengembangan pariwisata di KEK Tanjung Lesung juga diperlukan analisis
mengenai koordinasi dengan stakeholder lainnya. Komunikasi yang terjadi
77
antara pihak media dengan stakeholder lain dapat tergolong sebagai
komunikasi tidak langsung, pihak media menghubungi pihak yang
bersangkutan apabila media membutuhkan kabar terkini mengenai
perkembangan Tanjung Lesung ataupun mengenai kegiatan-kegiatan tertentu.
Dewan pers selaku pihak yang berwenang dalam melindungi kemerdekaan
pers, Radar Banten memiliki dewan pers tersendiri sebagai petinggi yang
berwenang, sedangkan Banten Pos tidak memiliki kompetensi partisipan.
Kedua informan juga menyatakan bahwa mereka tidak memiliki
kesepakatan ataupun komitmen dalam koordinasi sera koordinasi yang
berkelanjutan dengan stakeholder lain, dikarenakan informan terlibat secara
tidak langsung.
Kendala pun turut bermunculan di pihak media, Radar Banten
mengatakan kendala yang dirasakan yaitu para pemangku kepentingan tidak
memiliki waktu yang cukup untuk bertemu dan berdiskusi, sama halnya
dengan Banten Pos yang mengatakan bahwa pertemuan antara media dengan
stakeholder lainnya tidak pernah dilaksanakan.
Akademisi juga merupakan stakeholder yang terlibat secara tidak
langsung di dalam pengembangan pariwisata KEK Tanjung Lesung,
koordinasi yang dilakukan tetap dianalisis seperti dalam tabel 6 menjelaskan
beberapa aspek yang diperlukan dalam suatu koordinasi.
Pihak akademisi memiliki komunikasi secara tidak langsung dengan
stakeholder lain, artinya komunikasi yang berlangsung hanya menggunakan
media perantara seperti media sosial, komunikasi secara langsung apabila
terdapat kepentingan khusus antara dua pihak atau lebih. Kompetensi yang
78
dimiliki oleh kedua akademisi adalah Tri Dharma Perguruan, untuk
kesepakatan dan komitmen yang dimiliki akademisi dengan pengelola adalah
penelitian dan pengabdian masyarakat, aspek terakhir adalah keberlanjutan
koordinasi yang dimiliki mengandung rekomendasi dari hasil penelitian
maupun pengabdian masyarakat yang telah dilakukan oleh pihak akademisi.
Kendala dalam berkoordinasi dengan stakeholder lain yang dirasakan
oleh akademisi diantaranya adalah belum ada hubungan yang terintegritas
khususnya pengelola dengan pihak akademisi, beberapa kerjasama yang
dilakukan hanya sekedar perjanjian yang tidak berkelanjutan.
79
B. Pembahasan
1. Bentuk Peran Stakeholder di KEK Tanjung Lesung
Stakeholder menurut Freeman (1984:46) dalam sebuah organisasi adalah
individu atau kelompok yang dipengaruhi atau mempengaruhi pencapaian
dari sebuah organisasi. Peric, Durkin dan Lamot (2014:277) juga mengatakan
bahwa stakeholder mempengaruhi pengembangan pariwisata dalam banyak
hal termasuk permintaan dan penawaran pariwisata, regulasi, pengelolaan
dampak pariwisata, sumber daya manusia, dan yang lainnya. Dalam
pengembangannya, KEK Tanjung Lesung melibatkan berbagai pemangku
kepentingan baik secara langsung ataupun tidak langsung, dalam penelitian
ini terdapat lima stakeholder sebagai partisipan. Sesuai dengan Peraturan
Menteri (Permen) Pariwisata Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 yang
berisikan mengenai Model Pentahelix sebagai pendorong sistem
kepariwisataan yang terbagi menjadi lima peran yaitu; pemerintah, bisnis,
komunitas, media dan akademisi.
a. Pemerintah
Menurut Sheehan et al. (2007) pemerintah bertindak sebagai pemberi
modal, dan memberikan visi untuk pengembangan masyarakat dan wisata,
serta memastikan kepentingan infrastruktur. Berdasarkan hasil wawancara
dengan tiga informan untuk pihak pemerintah, pengembangan masyarakat
sudah dilakukan oleh pemerintah khususnya di area penyangga KEK Tanjung
Lesung dan memfokuskan untuk mengembangkan Desa Wisata Batik
Cikadung, serta membuat beberapa kegiatan sosialisasi maupun pelatihan
mengenai sadar wisata ke masyarakat lokal. Peningkatan SDM pariwisata
80
juga menjadi salah satu tugas dan wewenang pemerintah sesuai dengan
RPJMD yang telah dibuat, serta keterlibatan dalam sisi promosi pariwisata di
KEK Tanjung Lesung sesuai dengan tabel 5 mengenai bentuk keterlibatan
pemerintah. Namun pengembangan infrastruktur menjadi salah satu
permasalahan di dalam KEK Tanjung Lesung, sampai saat ini rencana
pembangunan infrastruktur masih belum selesai, jalan tol yang telah dibangun
hanya sampai rangkasbitung, sedangkan target penyelesaian jalan tol berakhir
pada tahun 2020.
Selain itu, pemerintah juga perlu berperan aktif dalam perencanaan dan
perumusan kebijakan, dan membantu dalam pelaksanaan inisiatif pariwisata
(Edgell et al., 2008), serta pengembangan dan promosi pariwisata berikut
undang-undang (Page & Connell, 2007). Seperti yang telah dijelaskan oleh
informan bahwa seluruh tugas dan fungsi pemerintah dalam pengembangan
KEK Tanjung Lesung sudah dalam berbentuk kebijakan pariwisata maka
seluruh pihak pemerintahan saling berkaitan antara satu dengan lainnya,
terlihat pada gambar 6 dalam RPJMD Provinsi Banten.
b. Komunitas
Hermantoro (2011) menjelaskan bahwa komunitas lokal adalah
komunitas yang tinggal pada area geografis yang sama, dan pada saat ini
komunitas lokal tidak lagi merupakan suatu kelompok yang homogen, bahkan
komunitas lokal ini pun hampir selalu bersifat heterogen sebagaimana banyak
dipahami di dalam realitas sosial. Masyarakat yang bertempat tinggal di
Buffer Zone KEK Tanjung Lesung dan terbagi menjadi empat kecamatan
81
yaitu; Panimbang, Sukaresmi, Cigeulis, Sobang mayoritas berasal dari suku
Sunda dan Jawa, bermata pencaharian mayoritas nelayan dan petani.
Dikarenakan pengembangan pariwisata di KEK Tanjung Lesung juga
mempengaruhi pola pikir masyarakat terhadap mata pencaharian,
terbentuklah POKDARWIS yang sampai saat ini dapat dikatakan sebagai
penggerak pariwisata utama di area Buffer Zone.
Swarbrooke (1999) membagi enam peran masyarakat dalam
pengembangan pariwisata, walaupun tidak seluruh aspirasi masyarakat dapat
ditampung oleh POKDARWIS namun peran POKDARWIS sudah sesuai
dengan teori diatas. Masyarakat perlu dilibatkan dalam segala bentuk
perencanaan dan pengembangat, serta masyarakat juga berhak mengetahui
atas segala sesuatu yang terjadi di dalam KEK Tanjung Lesung.
POKDARWIS Tanjungjaya juga mengatakan bahwa masyarakat perlu
bergerak dan menjadi pemain dalam pariwisata di Tanjung Lesung ini bukan
hanya sebagai penonton tapi perlu mendapatkan manfaatnya.
Dikarenakan pembagian wilayah di Tanjung Lesung terbagi dua yaitu
zona inti dan zona penyangga sehingga terkadang pengelola tidak melibatkan
masyarakat dalam pembuatan perencanaan atau kebijakan, hal ini yang
membuat ketimpangan antara masyarakat dengan pengelola. Selain itu juga
POKDARWIS menjelaskan bahwa pemberian sosialisasi dan pelatihan sadar
wisata harus menyeluruh ke semua lapisan masyarakat, karena sampai saat ini
dirasa sosialisasi dan pelatihan hanya diberikan kepada masyarakat yang
sudah sadar akan wisata di KEK Tanjung Lesung.
82
c. Usaha Pariwisata
Annuar (2012) menjelaskan bahwa sektor swasta juga memainkan peran
penting dalam persiapan ruang, kegiatan, dan produk meskipun lebih fokus
pada pengembangan berorientasi keuntungan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan kedua informan, keuntungan atau laba memang menjadi sasaran
utama bagi para pelaku usaha pariwisata, selain itu juga sasaran utama dari
pihak pengelola adalah investor asing yang ingin menanamkan modal di KEK
Tanjung Lesung.
Peran usaha pariwisata terbagi menjadi delapan menurut WTOBC
(World Tourism Organization Business Council, 2006), berdasarkan hasil
penelitian dengan informan yang bersangkutan dapat dilihat bahwa beberapa
peran memang sudah diterapkan seperti Berkontribusi untuk melestarikan
budaya dan warisan dan melindungi lingkungan dalam melakukan festival
budaya lokal. Lalu berkontribusi untuk meningkatkan penelitian dan
pengembangan database statistic dengan beberapa akademisi yang sebagian
melakukan kegiatan pengabdian masyarakat. Pihak pengelola juga telah
bersedia memberikan keahlian dan akses ke pembiayaan untuk
mengembangkan dan mengoperasikan fasilitas dan layanan pariwisata
khususnya di Zona Inti KEK Tanjung Lesung, walaupun sampai saat ini
perkembangannya lamban.
Namun masih terdapat beberapa poin yang sampai saat ini pihak
pengelola belum terlaksana, diantaranya melibatkan komunitas lokal dalam
pengembangan pariwisata, dan melakukan pelatihan industry dan
83
pengembangan tenaga kerja untuk mencapai keunggulan dalam kualitas
layanan.
d. Media
Media di dalam pengembangan pariwisata berperan sebagai pemangku
kepentingan yang memiliki informasi lebih untuk mengembangkan bisnis dan
berperan penting dalam mempromosikan bisnis (Muhyi, dkk 2017).
Berdasarkan hasil penelitian diatas, media menyatakan bahwa salah satu
peran yang sangat berpengaruh adalah sebagai media promosi dan media
sudah melaksanakan hal tersebut dengan sebaik-baiknya. Swarbrooke (1999)
membagi peran media menjadi dua, berdasarkan hasil penelitian peran media
yang telah dijelaskan pada tabel 5 sudah sesuai dengan teori yang telah
dipaparkan, bahwa media memberikan kesadaran wisatawan mengenai
permasalahan di destinasi dan juga meningkatkan kesadaran akan masalah
sosial di destinasi.
Namun sebaliknya menurut pihak pemerintah, media massa menjadi
suatu ancaman karena pihak media terkadang hanya memberitakan hal-hal
yang seharusnya tidak dipublikasikan karena dapat merusak citra destinasi,
sesuai dengan teori Hernanda, et al, (2018) bahwa media sebagai katalis
kesadaran akan destinasi dan citra.
e. Akademisi
Peran akademisi adalah memberikan pandangan dan analisis berdasarkan
data di lapangan mengenai tingkat perkembangan dan juga formula tepat
memajukan kepariwisataan melalui berbagai penelitian, analisis, serta
pengembangan sdm. SDM di industri pariwisata berperan selaku motor
84
penggerak kelangsungan industri, serta penentu daya saing industri pariwisata
(Aribowo, 2019). Berdasarkan hasil penelitian, akademisi sudah berperan
sesuai dengan teori yang telah dipaparkan diatas, pihak akademisi melakukan
penelitian di KEK Tanjung Lesung mengenai berbagai macam sudut pandang
dan topik, sehingga hal tersebut tentu dapat membantu pihak pengelola dalam
memperbaiki maupun mengetahui permasalahan yang sedang terjadi melalui
kajian tersebut.
2. Bentuk Koordinasi di KEK Tanjung Lesung
Menurut Hasibuan dalam Sukarno (2016) koordinasi terbagi menjadi
empat, diantaranya adalah:
a. Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, dengan berkomunikasi
manusia dapat saling berhubugan satu sama lain baik dalam kehidupan
sehari-hari, tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi.
Komunikasi yang terjalin dalam koordinasi harus menciptakan hubungan
yang produktif. Menurut Deni Darmawan (2007: 2-4) komunikasi terbagi
dalam beberapa bentuk, berdasarkan hasil penelitian komunikasi yang terjadi
antar stakeholder di KEK Tanjung Lesung masih merupakan komunikasi
personal karena beberapa pihak berkomunikasi langsung kepada yang
bersangkutan, dan melakukan komunikasi hanya apabila terdapat suatu
keperluan yang sangat mendesak.
Selain itu juga sebagian besar komunikasi antar stakeholder di KEK
Tanjung Lesung masih melalui perantara media lain (mediated) yaitu
85
whatsapp dan sosial media lainnya, bukan komunikasi yang bersifat tatap
muka (face to face).
Belum terlaksananya pembentukan serta peresmian Forum Group
Discussion para stakeholder di KEK Tanjung Lesung ini juga menjadi
penghambat dalam komunikasi kelompok, sehingga miss komunikasi sering
terjadi diantara beberapa pihak yang terkait.
b. Integrasi
Integrasi menurut Sukarno (2016) merupakan suatu usaha untuk
menyatukan tindakan-tindakan atau sebuah sistem yang mengalami
pembauran hingga menjadi suatu kesatuan yang utuh dari berbagai badan,
instansi, unit, sehingga merupakan suatu kebulatan pemikiran dan kesatuan
tindakan yang terarah pada suatu sasaran yang telah ditentukan dan disepakati
bersama. Dengan adanya integrasi, koordinasi dapat berjalan secara terarah di
semua tingkatan.
Berdasarkan hasil penelitian menjelaskan bahwa integrasi terjadi tidak
dengan seluruh pemangku kepentingan, dikarenakan masterplan ataupun
RIPPAR yang telah dibentuk masih belum diketahui oleh beberapa pihak
seperti masyarakat lokal. Selain itu pula pengembangannya masih belum
sesuai dengan timeline rencana, sehingga hal tersebut juga menjadi
penghambat dalam integrasi dengan para pemangku kepentingan lainnya.
86
c. Sinkronisasi
Sinkronisasi menurut Sukarno (2016) adalah suatu usaha untuk
menyesuaikan, menyelaraskan kegiatan, tindakan, dan unit sehingga
diperoleh keserasian dalam pelaksanaan tugas atau kerja. Berdasarkan hasil
penelitian diatas, sinkronisasi masih belum terlihat diantara para pemangku
kepentingan, karena tugas dan fungsi masing-masing pihak berbeda-beda
pula. Minimnya interaksi dengan pemangku kepentingan yang lain juga
menjadi penghambat munculnya sinkronisasi antara satu pihak dengan pihak
lainnya
Disamping bentuk-bentuk koordinasi yang telah dijelaskan diatas,
kendala dalam koordinasi juga terjadi diantara pemangku kepentingan, seperti
yang dinyatakan oleh Handayaningrat (1989:129) bahwa kendala dalam
koordinasi terbagi menjadi dua. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan
bahwa kendala yang terjadi adalah hambatan-hambaran dalam koordinasi
fungsional, yang disebabkan karena diantara yang mengoordinasi dan
dikoordinasikan tidak memiliki hubungan hirarkis (garis komando)
sedangkan hubungan keduanya terjadi karena adanya kaitan bahkan
interdependensi atau dasar fungsi masing-masing. Mayoritas kendala yang
dihadapi adalah kurangnya komunikasi baik secara langsung maupun tidak
langsung antar stakeholder, serta minimnya waktu dan tempat untuk
melakukan diskusi yang sebenarnya hal itu diharapkan oleh beberapa pihak.
87
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Koordinasi antar stakeholder di KEK Tanjung Lesung masih belum
terlaksana dengan baik dengan para pemangku kepentingan lainnya,
namun setiap stakeholder telah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai
dengan peran sebagaimana mestinya. Pemerintah telah melaksanakan
tugas sebagai pemangku kepentingan yang terlibat secara langsung dalam
pengembangan pariwisata di KEK Tanjung Lesung, khususnya dari sisi
promosi dan peningkatan SDM Pariwisata. Masyarakat lokal berperan
aktif sebagai penggerak pariwisata di Buffer Zone KEK Tanjung Lesung,
masyarakat dapat mendatangkan wisatawan dan memberikan pelayanan
yang tepat bagi wisatawan. Pengelola atau pelaku usaha pariwisata masih
berorientasi pada keuntungan dan target utamanya adalah investor asing,
sehingga hal ini mengakibatkan sinkronisasi antara pemangku
kepentingan berkurang. Media dan akademisi menjadi pemangku
kepentingan yang terlibat secara tidak langsung dalam pengembangan
pariwisata di KEK Tanjung Lesung, tugas yang mereka laksanakan sudah
sesuai dengan peran dari media dan akademisi.
2. Bentuk koordinasi para pemangku kepentingan di KEK Tanjung Lesung
masih belum terlihat secara baik, mayoritas kendala yang dihadapi oleh
para pemangku kepentingan adalah komunikasi sehingga kendalanya
88
merupakan hambatan dalam koordinasi fungsional, yang dikarenakan
diantara yang mengoordinasi dan dikoordinasikan tidak memiliki
hubungan hirarkis (garis komando) sedangkan hubungan keduanya
terjadi karena adanya kaitan bahkan interdependensi atau dasar fungsi
masing-masing. Komunikasi yang dilakukan masih kurang produktif dan
efektif antara pemangku kepentingan di KEK Tanjung Lesung dalam
pengembangan pariwisata, sehingga koordinasi tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, implikasi yang didapatkan
salah satunya yaitu, pihak pengelola yang masih memfokuskan
pengembangan pariwisata demi menarik investor asing agar dapat bergabung
ke KEK Tanjung Lesung dan mengesampingkan target wisatawan domestik
maupun mancanegara. Apabila hal tersebut terus terjadi maka pengembangan
pariwisata di KEK Tanjung Lesung tidak akan berjalan seiring dengan
kepentingan para pemangku kepentingan lainnya, dimana pemerintah sudah
ditetapkan melalui kebijakan, dan komunitas lokal yang telah menjadikan
pariwisata sebagai mata pencaharian.
Disamping hal tersebut, media dan akademisi yang terlibat secara tidak
langsung dalam pengembangan pariwisata di KEK Tanjung Lesung perlu
secara perlahan dilibatkan secara langsung. Branding dan Image dari KEK
Tanjung Lesung sendiri dapat dipengaruhi oleh kedua stakeholder tersebut,
sehingga bentuk keterlibatan harus dioptimalkan lebih lanjut.
89
Sedangkan dalam hal koordinasi, stakeholder di KEK Tanjung Lesung
masih belum terlaksana dengan baik. Salah satu pemicunya disebabkan oleh
tidak adanya forum diskusi secara terbuka bagi para stakeholder dimana
forum tersebut bisa menjadi tempat bertukar pikiran serta menjadi tempat
aspirasi yang tepat bagi para komunitas lokal ataupun para pemangku
kepentingan lainnya. Apabila hal tersebut terus terjadi maka pengembangan
pariwisata di KEK Tanjung Lesung akan memiliki kesenjangan antar
pemangku kepentingan.
C. Saran
Penelitian mengenai stakeholder khususnya dalam Model Pentahelix
masih harus dikaji lebih lanjut lagi, mengingat pengembangan pariwisata di
KEK Tanjung Lesung tidak lagi hanya melibatkan pihak-pihak pemerintahan
ataupun swasta saja namun media dan akademisi juga perlu dikaji lebih lanjut
lagi dalam pelibatannya. Selain itu, penelitian mengenai aspek infrastruktur di
KEK Tanjung Lesung perlu dikaji, sesuai dengan kebijakan pemerintah yang
memfokuskan pengembangan infrastruktur namun sampai sekarang hal
tersebut masih minim progress, diharapkan penelitian mengenai hal tersebut
dapat menemukan hambatan serta kendala di dalam pengembangannya.
Saran yang diberikan kepada pengelola diantaranya yaitu perlu
menggandeng seluruh pemangku kepentingan, tidak luput juga media dan
akademisi yang perlu dilibatkan. Selain itu, prioritas pembangunan di dalam
kawasan masih perlu diperhatikan, disamping memfokuskan pada investor
asing dan mengesampingkan rencana pengembangan lainnya.
90
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Dan Artikel Jurnal
Aas, C., Ladkin, A., dan Fletcher, J. 2005. Stakeholder Collaboration and
Heritage Management. (Annals of Tourism Research 32 (1). 28-48)
Anuar, A. N. A., Ahmad, H., Jusoh, H., & Hussain, M. Y. (2012). Understanding
the factors influencing formation of tourist friendly destination concept.
Journal of Management and Sustainability, 2(1), 106-114.
Aribowo, Handy. Alexander Wirapraja. Yudithia Dian Putra. 2019. Implementasi
Kolaborasi Model Pentahelix Dalam Rangka Mengembangkan Potensi
Pariwisata Di Jawa Timur Serta Meningkatkan Perekonomian Domestik.
(Jurnal Manajemen Bisnis; 31-38)
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
Amalyah, Reski, Djamhur Hamid dan Luchman Hakim. 2016. Peran Stakeholder
Pariwisata dalam Pengembangan Pulau Samalona Sebagai Destinasi
Wisata Bahari. (Jurnal Administrasi Bisnis. 158-163)
Bornhorst, T., Brent Richie, J.R., Sheehan, L. Determinants of tourism success for
DMOs & destinations: An empirical examination of stakeholders’
perspectives. (Tourism Management Journal, Vol 31, 2010, 572–589).
Freeman, R.E. (1984). Strategic management: A stakeholder approach. Boston:
Pitman Publishing Inc.
91
Garrod, B., dan Fyall, A. 2001. Heritage Tourism: A Question of Definition.
(Annals of Tourism Research 28(4): 1049-1052)
Geert Bouckaert, B. Guy Peters and Koen Verhoest .2010.The Coordination of
Public Sector Organizations Shifting Patterns of Public Management.
New York. Palgrave Macmillan
Gunn, C. A. (1994). Tourism planning (3rd ed.). London: Taylor and Francis.
Handayaningrat (1984) : Handayaningrat, Suwarno. 1984. Administrasi
Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional. Jakarta. CV Haji Masagung
Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah.
Edisi Revisi. Cetakan Keenam. Jakarta: Bumi Aksara.
Hermantoro, Hengky. 2011. “Creative-Based Tourism: Dari Wisata Rekreatif
menuju Wisata Kreatif.” Yogyakarta. Percetakan Galangpress.
Hernanda, Dedy Wahyu. Lely Indah Mindarti. Riyanto. 2018. Community
Empowerment Based on Good Tourism Governance in the Development of
Tourism Destination. (Jurnal Kepariwisataan, Vol. 6., No. 2; 126-136)
Janita, J.F. 2003. Corporate Social Responsibility And The Identification Of
Stakeholders. (Jurnal Manajemen Vol 10 : 141-152)
Kabar Banten. 2018. BPN tidak Hadir, Mediasi Sengketa Lahan KEK Tanjung
Lesung Buntu, di akses pada 15 Mei 2019
Ladkin, A., dan Bertramini, A. M. 2002. Collaborative Tourism Planning: A Case
Study of Cusco, Peru. (Current Issues inTourism 5(2) : 71-93)
Mahfud, Bambang Santoso Haryono dan Niken Lastiti Veri Anggareni. 2015.
Peran Dan Koordinasi Stakeholder Dalam Pengembangan Kawasan
92
Minapolitan Di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. (Jurnal
Administrasi Publik Vol. 3, No. 12. 2070-2076)
McCartney, Glenn. 2013. Introduction To Tourism Management : An Asian
Perspective. Singapore. McGraw-Hill Education (Asia)
Moekijat. 1994. Koordinasi (Suatu Tinjauan Teoritis). Bandung. Penerbit Mandar
Maju
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset
Muhyi, Herwan Abdul. 2017. The Penta Helix Collaboration Model in
Developing Centers of Flagship Industry in Bandung City. (Jurnal
Administrasi Bisnis Vol. 6; 412-417)
Mujahid, Darmawan Salman dan M. Abduh Ibnu Hajar. 2015. Kolaborasi
Multipihak pada Program Pengembangan Kawasan Perikanan
(Minapolitan) di Kabupaten Luwu Timur. (Ilmu Kelautan / Marine
Sciences and Fisheries)
Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nasution. 1992. Metode Penelituan Naturalistik – Kualitatif. Bandung. TARSITO.
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi : Ilmu Pemerintahan Baru. Rineka Cipta.
Jakarta
Peric, Jelena Durkin dan Ivanka Lamot. 2014. Importance Of Stakeholder
Management In Tourism Project: Case Study Of The Istra Inspirit Project.
93
(Tourism And Hospitality Industry 2014, Congress Proceedings Trends in
Tourism and Hospitality Industry. 273-286)
Raharjana, Destha Titi. Membangun pariwisata bersama rakyat: Kajian
partisipasi lokal dalam membangun Desa wisata di dieng plateau. Jurnal
Kawistara Vol. 2,.No. 3 (2012).
Rahmawati, Triana. Sinergitas Stakeholders dalam Inovasi Daerah (Studi pada
Program Seminggu di Kota Probolinggo (SEMIPRO)). Jurnal Administrasi
Publik 2.4 (2014): 641-647.
Ratna, Sri. 2006. Pengorganisasian dan Koordinasi Kerja. Departemen Agama.
Jakarta
Ricther, Linda K. 1989. The Politics of Tourism in Asia. Honolulu: University of
Hawaii Press.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama
Sinh Bui Duc, Nga Vo Thi, Linh Vo Tran, dan Tuan Nguyen Hoang. 2016.
Stakeholder Model Applicationin Tourism Development in Cat Tien, Lam
Dong. (Journal of Advanced Research in Social Sciences and Humanities.
73-95)
Sukarno, Frenly. 2016. Koordinasi Dalam Pengelolaan Objek Wisata Taman
Nasional Kayan Mentarang Di Desa Tanjung Lapang Kilometer Delapan
Kabupaten Malinau. (Jurnal Pemerintahan Integratif, Vol. 4., 217-232)
Subarsono. (2005) Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi.
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
94
Sudjana. 2005. Metode Statistika. (Ed. 6). Bandung: Tarsito.
Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata: Konsep
dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta. Gava Media.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta.
Swarbrooke, J. 1999. SustainableTourismManagement. New York, NY: Cabi
Publication.
2. Sumber Lainnya
Gatot. 2017. Administrator KEK Tanjung Lesung Angkat Tangan Soal Lahan
BWJ dalam http://faktapandeglang.co.id/administrator-kek-tanjung-lesung-
angkat-tangan-soal-lahan-bwj/, di akses pada 15 Mei 2019
Ibo, Ahmad. 2019. Jurus Kemenpar Pulihkan Pariwisata Selat Sunda Usai
Tsunami dalam https://www.liputan6.com/regional/read/3867573/jurus-
kemenpar-pulihkan-pariwisata-selat-sunda-usai-tsunami, di akses pada 17
April 2019
Petriella, Yanita. 2018. 2 KEK Pariwisata Diincar Investor Jepang dalam
https://ekonomi.bisnis.com/read/20181101/12/855784/2-kek-pariwisata-
diincar-investor-jepang, di akses pada 15 Mei 2019
Ulum, Wasiul. 2018. Gubernur Banten Minta Jokowi Cabut Izin KEK Tanjung
Lesung dalam https://nasional.tempo.co/read/1143796/gubernur-banten-
minta-jokowi-cabut-izin-kek-tanjung-lesung, diakses pada 15 Mei 2018
95
3. Peraturan Perundangan
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Pasal 10
tentang Hubungan Kerja Koordinatif. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 39 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 26 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus Tanjung Lesung. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Nomor 14 tentang Pedoman
Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. Sekretariat Negara. Jakamrta.
96
LAMPIRAN 1
INSTRUMEN PENELITIAN
PEDOMAN WAWANCARA
PT. Banten West Java
1. Peran PT. Banten West Java dalam pengembangan pariwisata di KEK
Tanjung Lesung
2. Bentuk keterlibatan para stakeholder dalam pengembangan pariwisata
di KEK Tanjung Lesung
3. Pandangan PT. Banten West Java mengenai koordinasi para
pemangku kepentingan di KEK Tanjung Lesung
4. Kesadaran akan pentingnya koordinasi para pemangku kepentingan
dalam pengembangan pariwisata di KEK Tanjung Lesung
5. Kendala dalam bekerjasama dengan stakeholder lainnya di KEK
Tanjung Lesung
6. Upaya dalam menjaga hubungan kerjasama yang berkelanjutan
dengan para stakeholder
7. Alasan penetapan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus
8. Progress pengembangan KEK Tanjung Lesung sejak diresmikan
9. Bidang/Departemen khusus dalam struktur organisasi PT. BWJ yang
menangani pariwisata di KEK Tanjung Lesung
10. Bidang/Departemen khusus dalam struktur organisasi PT. BWJ yang
mengkoordinasikan para pemangku kepentingan
Dewan Kawasan Ekonomi Khusus
1. Peran Dewan Kawasan Ekonomi Khusus dalam pengembangan
pariwisata di KEK Tanjung Lesung
2. Bentuk keterlibatan para stakeholder dalam pengembangan pariwisata
di KEK Tanjung Lesung
3. Pandangan Dewan Kawasan Ekonomi Khusus mengenai koordinasi
para pemangku kepentingan di KEK Tanjung Lesung
97
4. Kesadaran akan pentingnya koordinasi para pemangku kepentingan
dalam pengembangan pariwisata di KEK Tanjung Lesung
5. Kendala dalam bekerjasama dengan stakeholder lainnya di KEK
Tanjung Lesung
6. Upaya dalam menjaga hubungan kerjasama yang berkelanjutan
dengan para stakeholder
7. Progress pengembangan KEK Tanjung Lesung sejak diresmikan
Pemerintah (DISPARPROV & DISPARKAB)
1. Peran Pemerintah dalam pengembangan pariwisata di KEK Tanjung
Lesung
2. Bentuk keterlibatan para stakeholder dalam pengembangan pariwisata
di KEK Tanjung Lesung
3. Pandangan Pemerintah mengenai koordinasi para pemangku
kepentingan di KEK Tanjung Lesung
4. Kesadaran akan pentingnya koordinasi para pemangku kepentingan
dalam pengembangan pariwisata di KEK Tanjung Lesung
5. Kendala dalam bekerjasama dengan stakeholder lainnya di KEK
Tanjung Lesung
6. Upaya dalam menjaga hubungan kerjasama yang berkelanjutan
dengan para stakeholder
7. Progress pengembangan KEK Tanjung Lesung sejak diresmikan
Komunitas (Masyarakat dan POKDARWIS)
1. Peran Komunitas dalam pengembangan pariwisata di KEK Tanjung
Lesung
2. Bentuk keterlibatan para stakeholder dalam pengembangan pariwisata
di KEK Tanjung Lesung
3. Pandangan Komunitas mengenai koordinasi para pemangku
kepentingan di KEK Tanjung Lesung
98
4. Kesadaran akan pentingnya koordinasi para pemangku kepentingan
dalam pengembangan pariwisata di KEK Tanjung Lesung
5. Kendala dalam bekerjasama dengan stakeholder lainnya di KEK
Tanjung Lesung
6. Upaya dalam menjaga hubungan kerjasama kerjasama yang
berkelanjutan dengan para stakeholder
Akademisi
1. Peran Akademisi dalam pengembangan pariwisata di KEK Tanjung
Lesung
2. Bentuk keterlibatan para stakeholder dalam pengembangan pariwisata
di KEK Tanjung Lesung
3. Pandangan Akademisi mengenai koordinasi para pemangku
kepentingan di KEK Tanjung Lesung
4. Kesadaran akan pentingnya koordinasi para pemangku kepentingan
dalam pengembangan pariwisata di KEK Tanjung Lesung
5. Kendala dalam bekerjasama dengan stakeholder lainnya di KEK
Tanjung Lesung
6. Upaya dalam menjaga hubungan kerjasama yang berkelanjutan
dengan para stakeholder
Media
1. Peran Media dalam pengembangan pariwisata di KEK Tanjung
Lesung
2. Bentuk keterlibatan para stakeholder dalam pengembangan pariwisata
di KEK Tanjung Lesung
3. Pandangan Media mengenai koordinasi para pemangku kepentingan
di KEK Tanjung Lesung
4. Kesadaran akan pentingnya koordinasi para pemangku kepentingan
dalam pengembangan pariwisata di KEK Tanjung Lesung
5. Kendala dalam bekerjasama dengan stakeholder lainnya di KEK
Tanjung Lesung
99
LAMPIRAN 2
CONTOH TRANSKRIP
Tgl Wawancara : 11 Juli 2019
Narasumber : Bapak Wadiyo (Sekretaris Dinas Pariwisata Provinsi Banten)
Interviewer : Feronica Tiara (Peneliti)
Transcriber : Feronica Tiara (Peneliti)
Narasumber: Dasar dari pengembangan wilayah pariwisata di provinsi banten berasal dari
RPJMD, ini ada tematik namanya
Peneliti: Tanjung Lesung juga termasuk disini ya pak?
Narasumber: Iya dasarnya ini, disebut tematik itu karna memang kita ambil tanjung
lesung itukan sebagai kawasan strategis pariwisata nasional ya, pemerintah tingkat daerah
mendukung supaya wilayah itu cepat berkembang. Ya dinamakan itu, perencanaan secara
tematik.
Peneliti: Adakah MOU antara dinas setempat dengan pihak tanjung lesung?
Narasumber: kerjasama ini lebih dari MOU, seperti contohnya arah kebijakan tematik
pariwisata. Jadi seluruh dari stakeholder dan OPD tadi ngeroyok disitu,
Peneliti: Jadi dari 5 (penta helix) ini juga memiliki tugas disitu pak?
Narasumber: Iya iya, jadi misalnya dishub bertugas apa? Menyediakan sarana trasnportasi
nya. Kemudian PU menyediakan apa? Jalannya. Kemudian Perkim menyediakan apa?
Lingkungannya supaya tidak kumuh. Semacam gitu, jadi selruh dinas sudah terkait disitu.
Ini dalam dokumen perencanaan loh, jadi lebih daripada MOU. Termasuk juga dari pusat,
kementrian juga menyiapkan asetnya seperti jalan tol, kemudian revitalisasi kereta
serang-labuan-rangkas. Ini bagian dari perencanaan kita dalam rangka bagaimana
membangun kawasan tanjung lesung. Jadi dasar hukumnya sudah ada dalam bentuk
PERDA
Peneliti: sampai tahun 2022 ya pak?
Narasumber: ya benar, boleh difoto sebagai dokumentasi PERDA-nya. Jadi lebih kuat
daripada MOU, ini perda loh sudah memikat seluruh masyarakat kita.
Peneliti: berarti untuk dinas pariwisata sendiri berperan sebagai apa ya pak?
Narasumber: Jadi untuk perannya kita dari sisi promosi
Peneliti: lebih khusus di promosi gitu pak?
100
Narasumber: Ya, melalui event-event. Biasa dilaksanakan event/festival tanjung lesung
pada bulan September, kemudian ada beberapa event disitu ada apa… Teater nya
kemudian ada juga apa itu banyak aktivitas yang dilakukan selama festival itu, ada lomba
perahu hias
Peneliti: Rutin ya pak?
Narasumber: Ya rutin setiap tahun, nah itu Tupoksi kita dari dinas pariwisata melakukan
promosi
Peneliti: Agenda tahunan berarti ya pak maksudnya?
Narasumber: ya, termasuk juga membuat trip seperti paket wisata. Itu tugas kita
Peneliti: berarti ada kerjasama dengan agen tour&travel?
Narasumber: oh iya, jadi dalam rangka untuk mengembangkan wilayah yang sudah
ditetapkan sebagai KSPN oleh pemerintah diharapkan menjadi 10 Destinasi Bali Baru.
Dan mungkin kemarin juga terganggu dengan adanya musibah bencana alam
Peneliti: setelah musibah itu terjadi, apakah semakin gencar melakukan promosi? Dan
sepertinya sudah aman kembali
Narasumber: ya sudah aman tetapi di masyarakat masih ada rasa ketakutan, trauma
dengan laut dan ini yang masih menjadi kewajiban pemerintah dan seluruh pihak
khususnya media untuk meyakinkan bahwa selat sunda sudah aman, nah pada bulan april
kemarin sudah dilakukan deklarasi selat sunda aman oleh mentri pariwisata saat hari
ulangtahun pandeglang. Itu dalam rangka mempromosikan pariwisata di selat sunda, ini
kan dikarenakan masyarakat selat sunda masih takut, hal yang menjadi kontra ketika
media melakukan liputan langsung pada saat kejadian bencana tersebut tetapi disaat
sudah aman seperti ini seharusnya mereka juga meliput keadaan sekitar, supaya
masyarakat teredukasi. Ini kan nggak, kesini nya nggak nah ini menjadi kewajiban
pemerintah untuk meyakinkan. Caranya bagaimana? Ya caranya membawa banyak event
dan kegiatan ke wilayah itu
Peneliti: Dan seharusnya diliput juga oleh Media ya pak
Narasumber: Ya benar, tetapi memang perlu waktu
Peneliti: Jumlah wisatawan nya menurun ya pak?
Narasumber: Kalau itu ya pasti, kemarin itukan indikatornya waktu lebaran seharusnya
pantai penuh ya, waktu libur lebaran itu sampai sekitar 1,2 juta pengunjung sepanjang
garis pantai anyer-tanjung lesung. Tetapi tahun ini di monitoring hanya sekitar 350ribu
sekitar 1/3 nya ya dari tahun kemarin. Artinya masyarakat belum betul2 pulih
kepercayaannya terhadap selat sunda
Peneliti: bagaimana bentuk kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat lokal
ataupun komunitas pariwisata lokal?
101
Narasumber: Kalau kita memang bagaimana upaya membangkitkan tadi, melakukan
beberapa kegiatan bagiaman masyarakat juga langsung percaya ya, salah satunya trauma
healing dulu terhadap masyarakat dan juga pelaku industry pariwisata, ini supaya bisa
cepat melupakan kemudian bangkit kembali supaya pariwisata yang kita harapkan bisa
pulih kembali. Nah kita juga sudah melakukan kerjasama dengan OJK, itu untuk
mengumpulkan para pelaku bank di banten kemudian juga kumpulkan pelaku indsutri
pariwisata seperti rumah makan, warung, villa yang berada di sepanjang jalan itu kita
kumpulkan dalam rangka supaya bisa difasilitasi oleh jasa perbankan ini dan
mendapatkan kredit usaha dengan bunga yang lunak. Tetapi masyarakat masih belum
pulih, mereka malah meminta kebijakan supaya OJK itu memberikan kelonggaran kepada
bank bank pemberi kredit, misalnya diperpanjang masa jangka angsurannya agar tidak
memberatkan dari pengambil kredit
Peneliti: adakah Kendala yang dirasa ketika bekerjasama dengan pihak stakeholder yang
lain?
Narasumber: pasti ada, salah satunya media massa tadi. Ketika kejadian mereka On Air,
tetapi sekarang tidak dilakukan pemberitaan bahwa selat sunda sudah aman, kontra berita
itu. Siapa yang melakukan? Jadi kendalanya ya itu kalau di panggil lagi ya mahal, harus
kita sendiri yang berusaha. Media massa kita itu belum ramah pariwisata, apa yang
mereka share itu tidak memikirkan bahwa akan memberikan dampak yang cukup besar
terhadap pariwisata, itu masih terjadi di kita. Buktinya ya setelah terjadi Tsunami 22
Desember kemarin sampai sekarang ya belum pulih. Seperti yang sudah saya sampaikan
tadi mengenai masyarakatnya yg masih belum pulih juga, kita sudah maksimalkan segala
cara agar mereka kembali usaha lagi tetapi saya rasa sulit bagi mereka. Kendala-kendala
seperti itu yang masih terjadi, dari sisi lembaga keuangan juga harus ramah terhadap
dampak yang dihadapi apabila terjadi musibah, dari sisi media massa juga perlu
melakukan pemberitaan lagi secara adil.
Peneliti: kalau dari pemerintah sendiri adakah bentuk komunikasi yang dilakukan
terhadap stakeholder lain? Atau melakukan pertemuan secara rutin?
Narasumber: Ya kita sudah sepakat, Pusat provinsi dan kabupaten mengarahkan seluruh
kegiatan tersebut kesitu. Di hotel-hotel sepanjang itu, supaya mereka juga berputar
ekonominya, supaya tidak terjadi PHK di hotel. Kalau tidak ada yang dating/menginap
pasti tutup kan, artinya nanti ancaman pengangguran semakin besar, karena kan ratusan
hotel sepanjang pantai itu harus dapat tamu, kalau ngga ya tidak bisa jalan
Peneliti: menurut bapak sendiri bagaimana progress pengembangan tanjung lesung sejak
dicanangkannya sebagai KEK?
Narasumber: Lambat, karena hambatannya saling menunggu antara investor dengan
infrastruktur. Investor pinginnya ada infrastruktur yang sudah jadi, tetapi infrastruktur
kalau dibangun kan juga pinginnya ada janji bahwa nanti cepet kembali. Investor yang
sudah MOU sekitar ada 15-20, yang masuk kesitu tetapi nunggu jalan tol jadi. Sementara
jalan tol juga ngitung, apabila dibangun apakah kembali dengan cepat dalam hitungan
tahun? Kan saling menunggu ini, disini pemerintah turun tangan bahwa harus ada
kepastian bahwa tahun sekian selesai, supaya ada keberanian dari sisi investor utnuk
102
masuk ke tanjung lesung. Kalau tidak ada infrastruktur kan Jakarta-tj lesung 6 jam, orang
sudah kecapekan di jalan.
Peneliti: menurut bapak sendiri apakah penting akan kesadaran bekerjasama dengan
pihak lain yang bersangkutan? Dengan merangkul media dan masyarakat sendiri?
Narasumber: Oh ya tentu, namanya pariwisata kan kita tidak bisa bekerja sendiri. unsur-
unsur nya kana da akademisi, birokrasi, pemerintah, kemudian komunitas, kemudian
media massa kan gitu. Jadi seluruhnya harus saling mendukung, akademisi juga
bagaimana mengembangkan potensi yang ada disitu apakah itu dari seni budaya nya atau
dari sisi kuliner nya bahkan mungkin dari sisi masyarakat lokalnya supaya bisa
berkontribusi terhadap timbulnya perekonomian di tempat itu, jadi litbangnya di tempat
itu berfungsi oleh akademisi. Komunitas juga sama, agar bisa mengembangkan inovasi2
yang lebih bagus, inikan yang lebih cepet itu di komunitas, kalau di perguruan tinggi kan
lambat, komunitas kan lebih cepat progresnya. Artinya komunitas juga berperan penting
disini
Peneliti: dari kelima stakeholder ini pak, menurut bapak yang kurang dalam kontribusi
pengembangan pariwsiata nya yg mana pak?
Narasumber: saya kira kelima2nya belum saling ketemu, belum saling bisa berkaitan
antar sama lain. Akademisi juga sangat kurang, di banten ini masih belum ada sarjana
pariwisata.
103
Tgl Wawancara : 18 Juli 2019
Narasumber : Ibu Rosi (Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Kabupaten
Pandeglang)
Interviewer : Feronica Tiara (Peneliti)
Transcriber : Feronica Tiara (Peneliti)
PENELITI: Perkembangan pariwisata di Tanjung Lesung sejak di tetapkannya sebagai
KEK menurut ibu bagaimana? Apakah perkembangannya signifikan meningkat atau
lamban?
NARASUMBER: Kalau signifikan iya, tapi pariwisata itu tidak bisa ketika
pembangunan2 yang sudah dilakukan baik fisik kemudian apapun kemudian dia akan
terlihat langsung karena ini kan by process, apalagi ini menyangkut dengan… ketika fisik
sudah dibangun lalu harus segera digunakan, nah lalu yang menggunakan siapa? Itukan
harus dilatih dulu SDM nya, kemudian harus diatur betul sistem penggunaannya dan apa
saja yang harus dilatih, nah SDM2 yang nanti menempati semua sarana fisik yang sudah
dibangun, karena memang KEK Tanjung Lesung sudah mendapatkan prioritas dalam
pembangunan fisik, nah SDM ini kan yang penting dibangunnya adalah kesadaran akan
pariwisata. Nah daerah sekitar situ sampai saat ini semuanya belum sadar wisata, kalau
misalnya sudah sadar wisata bahwa ketika pembangunan KEK itu adalah untuk
mendukung perekonomian mereka sendiri maka mereka akan cepat membantu, memang
tumbuh bagi orang2 yg pinya kemampuan secara ekonomi seperti contohnya homestay,
homestay disana terbangun dengan baik. Itu bukti bahwa mereka sudah tahu ini pasti
akan menjadi sesuatu yg menjanjikan kedepannya, makam mereka membangun beberapa
homestay namun dukungannya belum terpenuhi, seperti contohnya izin dalam
membangun homestay itu sendiri, selain itu juga pengertian mendasar mengenai apa
bedanya homestay dgn penginapan, homestay tidak boleh lebih dr 5 kamar, kalau lebih
maka itu disebut penginapan dan izin berbeda pula. Itu baru dari segi tumbuhnya
penginapan selain resort tanjung lesung, dan yang terbaru ada hotel Asoka.
NARASUMBER: Masyarakat di dalam kawasan tanjung lesung sendiri, mereka pun
harus mengerti bahwa kalau wilayah ini sudah disebut sebagai kawasan maka akan
terdapat beberapa lahan yang bukan milik mereka, tetapi pihak yang bertanggung jawab
tentang KEK sendiri harus mengerti kondisi masyarakat pula. Mugnkin sampai saat ini
permasalahan lahan antara BWJ dengan masyarakat, yang pasti sekitar wisata tugas kita
adalah mensosialisasikan masyarakat tentang tadi, sapta pesona atau apa.. ketika
mendukung seperti itu maka kalau kita sudah secara fisik sudah dibangun, maka dari kita
pun harus ada dukungan tidak ada lagi warung kuno. Nah ini kan masih ada warung kuno,
lahannya kan bukan milik mereka, pemilik lahan menyewakan itu nah penyewa juga tidak
mungkin membangun sesuatu secara permanen diata lahan tersebut. Maka terlihatlah
kumuh disekitarnya, dan kita saan ini juga sedang membantu teman-teman pokdarwis
yang mengelola pariwisata untuk bisa mengembangkan destinasi wisatanya dan
mendukung KEK Tanjung Lesung. Yang dilalui menuju KEK ini ada hutang mangrove,
yang sebagian sudah di kembangkan oleh kementrian kelautan yaitu sudah dibuat spot
selfie yang berada di desa mekarsari. Tetapi maju lagi ada lagi di dekat jembatan ada
104
hutan mangrove lg yang sedang dikonservasi oleh teman teman pokdarwis yang mereka
juga mengajak siapapun untuk ikut melakukan kegiatan konservasi hutan mangrove. Dan
kita sedang mengajukan bantuan utnuk bagiaamana membuat hutan mengrove ini
menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik, berarti kan mungkin harus disiapkan
canoe, atau spot selfie yg bagus yang penting instagrammable, orang2 kan skrg
pengennya update Instagram atau zaman millennial banget yang dicari itukan bagaiaman
dia bisa upload. Maka dari itukan masyarakat jg harus mengerti kalau tidak lagi ada orang
yg tertarik untuk masuk ke tempat kumuh, apabila tempat tersebut viral maka akan sangat
cepat tersebar luar dan berakibat tempat wisata sepi kunjungan. Apalagi kemaren sudah
terjadi tsunami, sampai sekarang aja masih belum bangkit, jadi persiapan untuk bisa
bangkit lagi masyarakat harus tau dan sadar bahwa musibah datang pasti ada hikmahnya.
Seperti misalnya daerah pesisir yang kemarin terkena tsunami ya sebaiknya jangan
dibangun kembali, itu perlu waktu memberikan penjelasan mengenai sadar wisata itu
butuh waktu, jadi kalau dilihat bagaimana perkembangannya ya tetap berjalan fisik pun
tetap dibangun. Nah sekarang ini perkembangan destinasi tematik digital di desa
cikadung yaitu pasar berbatik, temen2 pokdarwis setiap sabtu-minggu ikut meramaikan
kegiatan pasar berbatik ini yang biasa nya sepi, kenapa sepi? Karena dari pemerintah PU
pun belum serah terima ke pemda, artinya kita belum bisa melakukan apapun apabila
belum serah terima. Jadi mereka hanya sekedar meramaikan kesenian agar kunjungan
tetap ada dan memanfaatkan sarana yg ada, kan sayang kalau udah dibangun tetapi
terbengkalai kan rusak jadinya. Kita juga sedang menunggu hibahan dari kementrian
tentang sarana dan prasarana. Kemudian juga pertumbuhan hotel dan resort di Tanjung
Lesung..
PENELITI: Sejak kapan hotel tersebut dibangun bu?
NARASUMBER: Kalau resort sudah dari lama namun untuk hotel sedang dalam proses
pembangunan, kalau homestay2 sudah bagus, kan sekarang juga sedang pembangunan
jalan untuk mendukung pembangunan tol dari Jakarta-tanjung lesung. Nah sekarang
pemerintah juga sedang mengembangkan pariwisata di Pandeglang ini melalui Geopark,
kemarin kita baru FGD lagi bagaiamana geopark ujung kulon ini ditetapkan oleh
kementrian ESDM dan maritime menjadi geopark nasional, maka harapannya akan
tumbuh kunjungan wisata yg lebih baik lagi. Sehingga walaupun sudah terdampak
kemarin, tetap harapan kita pariwisata disini pulih kembali, opd2 terkait juga bekerjasama
dengan kita bagaiaman pariwisata bangkit kembali tidak hanya di tanjung lesung tetapi di
wilayah menuju tanjung lesung ini juga harus di persiapkan lagi
PENELITI: apakah domisili Pokdarwis berada di wilayah KEK?
NARASUMBER: iya mereka mendapat kan SK oleh kepala desa, minimal pengurus
intinya ada disitu, apabila terdapat anggota yang bukan domisili disitu tetapi dengan
sukarela ingin ya tidak apa apa.
PENELITI: Adakah kerjasama atau koordinasi yg berkelanjutan antara dinas pariwisata
dengan pengelola tanjung lesung?
105
NARASUMBER: Ya, kan kita akan selalu harus sejalan. Ketika administrator KEK
punya master plan kita juga perlu mendukung hal tersebut, dan dukungan2 tsb juga tidak
hanya dari kabupaten tetapi provinisi juga turut serta untuk perkembangan pariwisata
PENELITI: adakah kendala-kendala dalam bekerjasama dengan stakeholder lainnya?
NARASUMBER: pasti ada, apalagi ketika mereka yg tinggal di sekitar tanjung lesung
apalagi didalam kawasan wisata itu susah apabila belum sadar wisata, pasti mereka akan
lebih mementingkan kepentingan pribadi, tetapi kalau dia berpikir dengan sadar wisata
maka keuntungan akan datang dengan sinergi yang lain jadi bukan hanya kepentingan
sendiri mereka akan belajar bahwa semuanya harus berkembang bersama2 demi
pariwisata tanjung lesung.
PENELITI: adakah program pelatihan untuk masyarakat dalam waktu dekat ini?
NARASUMBER: sudah kita lakukan kemarin pada program pelatihan membatik di desa
cikadung, ya memang harapannya mereka yang sudah kita latih mereka mau utnuk
menyebarkan tentang sadar wisata ke beberapa orang yg belum sadar wisata, karena yg
utama dr destinasi wisata adalah kenyamanan pengunjung. Dan kenyanmanan itu diliat
dari fasilitas atau lingkungan, sehingga polanya tetap kepentingan sadar wisata dan sapta
pesona
PENELITI: adakah pihak akademisi yg terlibat dalam pengembangan pariwisata ini?
NARASUMBER: Tanjung lesung saat ini sudah menjadi tempat PKL mahasiswa UGM,
kemudian ITB juga ada, dan ada kerjasama dengan UI bagaimana tanjung lesung ini bisa
sesuai dnegan harapan yaitu Bali Baru, dan sedang dikaji dengan UI.
PENELITI: Kalau media sendiri ada gak bu?
NARASUMBER: media selalu ya, yang paling kita fokuskan yaitu gempi. Memang
merekalah yang harusnya bisa mempromosikan pariwisata disini pemuda-pemudi. Jadi
disana itu tidak hanya pokdarwis saja tetapi ada juga forum homestay lalu komunitas
Wahana anak Pantai (WAP) jadi mereka punya paket snorkelling ke kaliyungan, ya
bagaiamana caranya agara wisatawan bisa menginap lebih lama disana, mereka punya
penawaran itu dan sudah beroperasi.
PENELITI: menurut ibu sendiri koordinasi antara stakeholder ini apakah termasuk bagus
atau masih kurang?
NARASUMBER: kita masih usakan harus bagus, harus saling mendukung. Maka ketika
kita melakukan pelatihan ke teman-teman pokdarwis mereka harus bisa membagikan
ilmu mereka dan juga mandiri bisa mendatangkan wisatawan sendiri, tetapi jgn lupa
fasilitasnya juga harus didukung oleh pemerintah. Terlebih mereka menawarkan jasa ke
wisatawan maka mereka harus mengerti betul apa yg dijual jgn sampai terjdi
kesalahan/problem apabila mereka memandu.
106
Tgl Wawancara : 18 Juli 2019
Narasumber : Ibu Joyce (Ketua Administrator KEK Tanjung Lesung)
Interviewer : Feronica Tiara (Peneliti)
Transcriber : Feronica Tiara (Peneliti)
PENELITI: Bagaimana perkembangan pariwisata Tanjung Lesung sejak ditetapkannya
sebagai KEK?
NARASUMBER: Awalnya kamu harus membaca dulu di undang2 mengenai KEK,
kenapa Indonesia menetapkan KEK di beberapa wilayah di Indonesia ini, sangat cocok
untuk di latar belakang. Tujuan KEK adalah membuka suatu wilayah yg tadinya terpencil
menjadi sebuah lokomotif ekonomi yg baru, baik itu pariwisata industry lain2, dengan
cara biasanya suatu kawasan itu tumbuh akan memancing kawasan2 disekitarnya untuk
tumbuh juga, kemudian mengangkat ekonomi dll, karena nanti turun kegiatan ekonomi,
turun infrastruktur2, yg tadi membuat trigger kepada sektor lain utnuk bergerak.
Memusatkan satu lokomotif di satu wilayah sehingga wilayah itu tumbuh, dengan
fasilitas khusus be a special economic zone, dan harus ditanya juga special nya dimana?
Specialnya ya tadi dibeli fasilitas khusus yang dibatas dengan batas administrasi yg tadi
berapa hektar berapa hektar. Kemudian kenapa tanjung lesung dijadikan sebagai salah
satu KEK di pulau jawa pada saat ini, adalah tanjung lesung dengan sektor pariwisata dia
adalah KEK pariwisata pertama di Indonesia dan juga pionir2, karena tujuan pemerintah
saat ini ada membuka daerah selatan, jadi kalau 5 tahun yg lalu banten selatan dan utara
gap nya luar biasa, nanti coba kamu main ke tanjung lesung dan lihat perbedaannya
dengan Tangerang selatan itu akan sangat jauh perbedaannya, padahal berada di satu
provinsi yg sama. Ada kendala tadi yaitu gap ekonomi sosial dan budaya membuat
selatan harus kejar itu semua, gimana caranya ekonomi harus adanya lokomotif,
kemudian ditaro lah satu KEK Pariwisata di banten selatan untuk membangun Lebak dan
pandeglang, harapannya tadi adalah transfer of knowledge kemudian juga wisatawan,
pariwisata kan dia adalah multiplayer effect pariwisata tumbuh kemudian segala
perdagangan perikanan juga akan tumbuh, maka kemudian pilihan yg dipilih adalah
pariwisata merevitalisasi kawasan yg sudah ada sebelumnya, jadi ga dari 0, jadi begitu
alasannya di tanjung lesung karena tidak dari 0, kalau dari 0 akan luar biasa harus
membuka lahan, infrastruktur, dll. Maka tahun 2012 PP nya turun, itu baru menetapkan
sebagai KEK, dan sebelum jd KEK syaratnya banyak banget, ngga semata2 ditunjuk,
harus ada amdal, rencana bisnis, calon investornya, macem2. Nah kemudian dari 2012
dikasih waktu 3 tahun untuk siap2 dinyatakan resmi sebagai KEK, artinya apa kita absen
kelengkapan KEK itu apa aja berikut listrik, air, batas wilayah, administrator, aturan
kawasan. Itu urusan onderdil itu takes time, 3 tahun disiapkan semua KEK sama aturan
mainnya. Pada 23 februari 2015 kita resmi menjadi mulai beroperasi dengan baju baru
yaitu Kawasan Ekonomi Khusus, nah dari 2015-2019 kami berdiri, kami berproses
menjadi KEK. Lalu spesialnya dimana? Dulu sm sekarang bedanya apa? Di undang2
KEK bilang spesialnya itu dapat insentif fiscal dan non fiscal, fiscal nya itu uang2an dan
non fiscal nya kemudahan, untuk fiskal seperti pajak, PPN kemudian barang mewah,
impor, imigrasi, perizinan namun sampai saat ini fasilitas itu belum bisa digunakan secara
optimal, kami dr tanjung lesung baru menggunakan satu dari seluruh fasilitas tersebut,
karena bukan salah siapa2 tetapi aturan main di administrasi nya belum beres makanya
107
skrg masih berproses seperti kawasan lama saja yg sedang berjuang. Jadi harapannya
ketika jadi KEK fasilitas sudah bisa digunakan untuk jualan dan untuk investor, ternyata
kita masih janji belum bisa merealisasikannya dan kemudian dulu konsep ketika jadi
KEK semua infrastruktur penunjang lgsg beres, kalau pariwisata kita tau sangat sensitive
dengan aksesibilitas, ketika aksesibilitas itu tidak selesai maka kemudian kita jualan janji
doang dan gabisa bergerak, ketika wisatawan tidak bisa bergerak ke destinasi maka kita
hanya dapat wisatawan yang sekali datang saja dengan kekecewaan. Saat ini sudah
hampir 3,5 tahun aksesibilitas yg jadi bisa menggerakan wisatawan baru jalan nasional,
yg jarak tempuhnya masih 5-6 jam sedangkan dalam berwisata 2 jam itu maksimalnya,
ketika kita harus juala dengan 5-6 jam itu luar biasa meyakinkannya, jangankan investor
wisatawan pun sangat sulit sekali kita yakinkan untuk datang kesini. Sehingga kita
menghargai tanjung lesung untuk masih tetap berdiri disitu dengan segala kerumitan
tingkat okupansi yg rendah ya kan, jadi naik sebelum tsunami yg biasanya 15 % menjadi
30% lumayan itu effort luar biasa tetapi terhambat dengan bencana, recovery nya masih
belum tapi sudah mulai bangkit. Jadi ya tadi, aksesiblitas menjadi kendala untuk
menggerakan wisatawan, target kita masih wisnus ya dan terutama untuk jabodetabek dan
banten. Nah biasanya kalau dirapihin pun hanya 5 meter dan bus pun repot masuknya,
ketika 3,5 tahun ini jalan dibenarkan ternyata kendaraan terlalu banyak yg melewati jalur
ini, jadi volume kendaraan yg tadi disisapkan untuk pariwisata rebutan dengan domestic
juga. Jadi transportasi masih belum nyaman, kita juga masih berusaha untuk jalan tol,
bandara, dan kereta api tapi ternyata membuat itu jadi benar2 butuh effort dan waktu.
Jalan tol memang baru jadi kan tetapi baru sampai rangkasbitung, kami belum dapat
kepastian sampai panimbang nya kapan, bayangkan kalau harus bertahan dengan jalan
nasional sampai dengan jalanan itu jadi ya harus bekerja keras utnuk maintain wisatawan
yg ada. Jadi kalau minta ke pemerintah, presiden, gubernur segala macem ya harus rewel
biar segera dikerjakan, itu namanya koordinasi. Jadi bagaimana kami di tanjung lesung
harus selalu komunikasi, kami butuh apa ke bupati ke gubernur itu disuratkan ke pusat,
mereka kan gatau disitu jalan sempit ada jembatan rubuh dan ada destinasi yg belum
rapih, listrik kurang, segala macem harus dari KEK nya sendiri yg menginfokan, maka
kemudian bentuk komunikasi kami selain insidental adalah bentuk laporan per 6 bulan
yaitu progress laporan ke gubernur, bupati, dewan kawasan yg di provinsi (Dispar) nah
kami lapor dan kemudian ditindak lanjuti dengan beliau menyambungkan kami dengan
pemerintah pusat atau mengalokasikan anggaran di dinas2 sesuai dengan keperluan kita.
Jadi bentuk komunikasinya adalah kadang by laporan, kadang by meeting, kadang
kunjungan lapang.
Untuk progress sendiri, kami mendikte nya 6 bulan sekali, disana investasi rubah ngga
dalam waktu 6 bulan? Adakah investor baru? Adakah yg site visit? Adakah yg lirik lirik
buat minat? Adakah ground breaking? Itu kami awasi terus dengan bekerjasama oleh
BUPP yaitu Pak Kunto, lalu itu yg dalam kawasan dilihat dari indikator investor: nilai
nya berapa, tenaga kerjanya berapa, jadi apa ngga, udah ampe mana? Indikator kedua dari
wisatawan: ada apa ngga wisatawan? Berapa? Darimana? Kapan saja? Itu kamu laporkan
dan itu progressnya, alhamdulillah tren nya baik dan naik, sebenarnya target kami tahun
ini satu juta wisatawan, tahun lalu kami mencapai 800rb wisatawan namun karna terjadi
tsunami maka menjadi sepertiga nya, tetapi lebaran kemarin sudah mulai naik. Kalau dari
investasi, itu masih dari yg retail kecil2an, seperti bnb homestay cottage yg target
marketnya belum mass tourism masih special interest, kemudian yg Site Visit sudah
108
banyak dan MOU juga banyak tapi ya tadi harus kita kawal satu satu biar terealisasi.
Kemudian untuk yg bagian luar kawasan, kita terfokus ke area Buffer Zone (Area
Penyanggah) ada 4 kecamatan: Sukaresmi, Panimbang, Sobang, Cigeulis. Ini adalah 4
kecamatan yang paling terpapar dengan KEK, salah satunya dari sisi infrastruktur karena
kek ini sendiri dari swasta maka semua dukungan pemerintah itu berada di luar kawasan
KEK, kemudian juga dia dapat wisatawan, karena di dalam KEK itu berbagi pasar: high
end didalam – menengah kebawah itu diluar, karena ngga ingin rebutan dan maju sendiri.
selanjutnya ada homestay ada 85 homestay dan 15 di dalem, kemudian kuliner ada 35,
paket wisata dan guide mulai tumbuh, yg tadinya tidak ada damri mulai ada damri, umkm
yg dulu hanya berapa puluh kemudian menjadi ratusan, seharusnya peningkatan ini bisa
diukur pemanfaatannya. Dan yang paling penting lg adalah mulai berkembangnya desa
wisata Cikadung di Buffer Zone tadi membuat seluruh kawasan berdiri bersama2 tidak
sendiri2.
PENELITI: Adakah kerjasama secara administratif dengan stakeholder?
Media/Akademisi?
NARASUMBER: KEK tanjung lesung sendiri hanya dengan PEMDA, karena KEK
Tanjung lesung sendiri sudah menjadi branding maka melegalkan kerjasama dengan
ABGCM yg lain hanya FTKP (Forum Tata Kelola Pariwisata) atau DMO itu sudah
dibentuk cikal bakalnya tetapi belum diresmikan oleh bupati, nah itu mewakili semua
PENELITI: Apakah sudah berjalan? Atau menunggu untuk diresmikan?
NARASUMBER: Kalau meeting2 pembahasan itu sudah, kan ketuanya dispar. Kami
tidak hanya membahas 1500Ha nya saja tetapi buffer zone nya juga
PENELITI: Adakah kendala dalam berkoordinasi antar stakeholder tersebut?
NARASUMBER: Kita ga ketemu rutin, karena kalau whatsapp atau ngobrol berdua tidak
membangun kesepahaman, dan forum yg kita bentuk tadi juga belum beroperasi dengan
baik, dan juga kita selalu parsial terkadang ada beberapa pihak yang tidak hadir, jadi
sekarang belum tersistem regular untuk forumnya dan topik nya berikut dengan PIC. Ya
karena kami semua juga organisasi mandiri ya tidak terikat
PENELITI:Adakah bentuk koordinasi nya?
NARASUMBER: untuk bentuk kegiatan sendiri kami masih ikut bergabung dengan para
instansi yang mengadakan kegiatan di kawasan ya, karena perizinan juga melalui kami
sehingga secara tidak langsung kami juga mengikuti
PENELITI: Adakah kerjasama dengan konsultan pariwisata?
NARASUMBER: Badan pengelola/BWJ itukan swasta, beliau punya inhouse consultant
kalau utnuk urusan design, marketing dan lain lainnya. Tetapi untuk masalah kawasan
dan buffer zone nya sendiri malah itu merupakan tanggung jawab dari disparkab
disparprov dan kementrian untuk membuat master plan nya, jadi ngga tetap ya sesuai
kebutuhan aja.
109
PENELITI: Bagaimana upaya dalam menjaga koordinasi antar stakeholder?
NARASUMBER: Kalau upaya kami, dalam sisi kawasan supaya komunikasi nya ada
yaitu saya selalu rutin menyampaikan laporan, progress dan kendala pada pihak2 yg bisa
membantu seperti dispar lalu tatap muka dan saya kawal terus, komunikasi nya begitu
dan upaya nya pun begitu. Kemudian selain di Level kabupaten saya juga harus
melaporkan ke level provinsi yaitu dewan kawasan kemudian dewan nasional dan BPKP
(Pemeriksa) dan nanti disampaikan ke bupati. Sehingga kami menggunakan orang yg
benar, alat yg benar, momen yg benar untuk komunikasi.
110
Tgl Wawancara : 19 Juli 2019
Narasumber : Pak Kunto (Direktur Utama PT. BWJ)
Interviewer : Feronica Tiara (Peneliti)
Transcriber : Feronica Tiara (Peneliti)
PENELITI: Pertama-tama saya ingin menanyakan, bagaimana perkembangan pariwisata
di Tanjung Lesung sejak di tetapkannya sebagai KEK?
NARASUMBER: Jadi dengan penetapannya Tanjung Lesung sebagai KEK ini
diharapkan menjadi destinasi prioritas di Indonesia sebagaimana ditetapkannya peraturan
di Indonesia yaitu 10 Bali Baru, nah itu menunjukkan perkembangan yg bagus sehingga
kami sebagai pengelola dan pemilik lahan 1500Ha ini kan berusaha untuk mengimbangi
apa yang sudah dicanangkan oelh pemerintah yaitu melakukan pembangunan2, sebab
tanjung lesung ini suka tidak suka ya merupakan salah satu andalan dari pariwisata banten
dan pandeglang. Tentunya ada destinasi lain seperti TN Ujung Kulon, dan sebagainya
begitu, jadi sampai hari ini kita masih komit untuk melakukan pembangunan bahkan
setelah kejadian 22 Desember kemarin tsunami, kita tidak ada istilah kendor atau apa dan
kunjungan wisatawan juga berangsur mungkin 60-70%. Memang belum mendekati
tingkat hunian optimal yg ada, tetapi buat kami hotel, villa dan beach club ini bukan mata
pencaharian utama, ini hanya show case saja, utama kami adalah membangun kawasan
1500Ha ini bagaimana menarik investor sehingga mereka dapat berkembang bersama kita
mengembangkan wilayah.
PENELITI: Kalau pengembangan yg di fokuskan untuk saat ini apa ya pak?
NARASUMBER: Disini untuk pengembangan kita tidak pernah menitik beratkan kepada
satu, tetapi semua kerjakan secara stimultan, ya kita kerjakan untuk menarik investor atau
pembangunan infrastruktur, kemudian akses juga banyak dibantu oleh peemrintah dan
bisa kita lihat bahwa jalan sudah diperlebar dan sebagainya, kita juga membangun sendiri
spot2 hotel, homestay, dsb. Jadi kita tidak berhenti, semua berbarengan semua stimultan
PENELITI: Menurut bapak apakah PT. BWJ ini sudah bersinergi dengan ke-5
stakeholder? (ABGCM)
NARASUMBER: Ya kalau kita bicara para stakeholder, para pelaku wisata, kita tidak
bisa berdiri sendiri, tidak ada spot destinasi atau lokasi wisata di Indonesia yg berdiri
sendir, semua membutuhkan misalnya peran dari pemerintah baik pusat, provinisi atau
kabupaten itu sudah jelas, itu sudah terbukti mereka membantu kawasan pariwisata ini.
Kemudian yang kedua akademisi, tidak kurang hampir sebagian akademisi univ
terkemuka sudah datang utnuk membantuk kita melakukan riset, penelitian dan
sebagainya. Kemudian dari pelaku pariwisata sendiri, travel homestay semua bergantung
kepada pariwisata disini.
PENELITI: Adakah kendala dalam berkoordinasi antar stakeholder tersebut?
NARASUMBER: kendala mungkin hampir tidak ada, tapi yg jadi masalah mungkin ini.
Salah satu pelaku wisata yaitu travel agent dsb, ya kita harus bicara apa adanya, kadang
dilemanya mereka menawarkan destinasi di banten pandeglang ini kan masih belum
111
terlalu menarik minat turis domestic maupun mancanegara, lebih menggiurkan bisnis nya
umroh atau ke bali/luar negri. Nah itu kendala
PENELITI: Bagaimana dengan upaya untuk menjaga koordinasi dengan para stakeholder?
NARASUMBER: Ya, yg jelas hubungan itukan tetap terjalin. Apapun bentuk hubungan
itu baik melalui media, pertemuan, grup discussion, kemudian on the sopt dsb, itu
semuanya kita lakukan tidak ada yg tidak. Hubungan dengan media2 besar seperti
traveloka, pegi2, dsb itu sudah terjalin semua, dengan pemain lokal juga sudah terjalin.
PENELITI: Kalau berbicara mengenai masyarakat lokal/komunitas lokal, apakah bapak
melibatkan mereka dalam kegiatan pariwisata yg dilakukan di dalam kawasan ini?
NARASUMBER: Pasti, jadi jangan salah bahwa sebagian besar penduduk di sepitaran
pantai ini adalah nelayan, sehingga mereka untuk beralih menjadi penduduk yg
mendukung pariwisata juga belum sepenuhnya seperti bali. Bali kan memang sudah
hidup dari pariwisata, tetapi disini sebagian masih bergantung pada laut, kemudian dari
perangkat desa dan semua pihak tidak mudah memang. Kita harus memberikan guidance
dan sosialisasi serta pencerahan kepada mereka bahwa ayo pariiwsata ini harus kita
dukung bersama, tidak ada kemajuan yg berarti. Sebagai contoh, dampak dari keberadaan
pariwisata, bagaimana kami dari persoalan makanan dsb itukan kita menjalin hubungan
dengan para petani dsb, jadi kalau mereka menyadari kan keterkaitan ini sangat kuat,
belum lagi 350 karyawan disini itu 99% adalah lokal. Bagaimana lokasi ini menyerap
tenaga kerja yg ebgitu besar, sedangkan pandeglang adalah pengekspor pengangguran
terbesar di Indonesia, statistic menyatakan Banten memiliki tingkat pengangguran yg
tinggi di Indonesia nomor satu. Kami ini berusaha meningkatkan harkat hidup, belum lagi
wilayah ini meningkatkan harga property di perumahan dsb bisa naik dan sebagainya.
Jadi banyak multiplayer yg bisa kita bicarakan
PENELITI: Bagaimana menurut bapak mengenai peran media dalam pengembangan
pariwisata disini? Sedangkan media merupakan instansi yg sensitive yg dapat menggiring
opini masyarakat serta merubah citra dari destinasi ini sendiri
NARASUMBER: ini kan tergantung dari sudut mana, siapa yg bicara, khususnya tentang
lahan, ya dimana-mana di Indonesia ini kan tidak ada yg sempurna, semua org merasa ini
punya saya ya silahkan ada ranah hukumnya. Kemudian persoalan apakah tanjung lesung
ini KEK nya tidak bermanfaat? Itulah persoalan diakhir2 ini, tapi coba saya tanya balik
kembali, anda ini yg berbicara sudah berbuat apa? Terhadap dunia pariwisata,
mengangkat kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan. Kami ini sudah bekerja sama
dengan CSR, kita mendirikan TK SD SMP sampai SMK yg kita biayai pendidikan gratis,
kita mendirikian balai kesehatan gratis, ada semua di desa cikadung. Siapa yg menjamin
kualitas hidup 350 orang dikalikan berapa banyak keluarga di buffer zone ini? Jadi
darimana kita berbicara bahwa KEK ini tidak berpengaruh. Kemudian dari PAD,
buktinya setiap tahun kami mendapatkan 4 penghargaan pajak terbesar di pandeglang
sebagai pembayar pajak terbesar. Jadi buat saya pemberitaan itu tidak ada masalah, itu
dinamika.
PENELITI: Bagaimanakah Dampak atas musibah Tsunami kemarin?
112
NARASUMBER: 3 Bulan awal itu kamu kesulitan membawa kemabali wisatawan, tetapi
sekarang sudah meningkat menjadi 60-70%
NARASUMBER: Kalau boleh saya bicara KEK yg sebenar2nya, adek tau custom
beacukai? Semua turis luar negri tidak harus datang ke Jakarta, disini beacukai langsung
dan paspor bisa langsung dicap, jadi seperti Miami, tertutup jujur untuk pasar kita
sasarkan org kaya sehingga kami juga menyeimbangi dengan fasilitas disini.
113
Tgl Wawancara : 19 Juli 2019
Narasumber : Karim Amrillah (Ketua POKDARWIS Tanjungjaya)
Interviewer : Feronica Tiara (Peneliti)
Transcriber : Feronica Tiara (Peneliti)
PENELITI: Bagaimana peran POKDARWIS sendiri dalam pengembangan pariwisata di
KEK Tanjung Lesung?
NARASUMBER: Perannya sangat penting banget kak menurut saya, karna kalau bukan
pokdarwis sendiri yg negmbangin potensi yg ada di kawasan kek dan sadar wisata mau
siapa lagi? Kalau bukan orang lokal terus mau mengandalkan orang luar? nanti
masyarakat disini hanya jadi penonton dong kak. Jadi menurut saya sendiri peran dari
pokdarwis (kami) ini sangat penting dalam siklus pariwisata yg ada di kawasan kek
tanjung lesung, saya beranggapan bahwa penggerak pariwisata di daerah ini memang
kami yg sangat berpengaruh disbanding pihak yang lain.
PENELITI: Bagaimana bentuk keterlibatan POKDARWIS dalam pengembangan
pariwisata di KEK Tanjung Lesung?
NARASUMBER: Pada beberapa event tertentu yang dibentuk oleh pihak pengelola
melibatkan POKDARWIS sekitar, tetapi terkadang hanya pada beberapa event yang
diselenggarakan diluar kawasan kek atau hanya sekedar di wilayah zona penyanggah nya
saja. Sedangkan untuk event yg berada didalam lingkungan kek sendiri biasanya
dilaksanakan oleh pengelola dan hanya orang internal saja yang bisa ikut andil dalam
acara tersebut. Sedangkan untuk event yang dilaksanakan di area zona penyanggah
melibatkan pihak pemerintah daerah dan provinsi, serta beberapa instansi terkait dan juga
masyarakat lokal sebagai pasar utama dari event-event tersebut. Memang kesenjangan itu
benar adanya antara kami dengan pihak pengelola, terlihat jelas dari target pasar yang
mereka tentukan yaitu kelas menengah dan kelas atas (orang-orang kaya) sehingga
program pemasarannya sudah tertata sendiri.
PENELITI: Pandangan POKDARWIS mengenai koordinasi para pemangku kepentingan
di KEK Tanjung Lesung
NARASUMBER: menurut saya sih sangat diperlukan yah, karena kan pariwisata itu
gabisa berdiri sendiri kak. Kalo kek tanjung lesung mau bangkit ya harus merangkul
seluruh pihak yg terlibat, kalo salah satu pihak egois gak mau melibatkan pihak-pihak
lainnya nanti pariwisata nya timpang gak berhasil dengan sempurna walaupun sekarang
pun masih jauh dari kata sempurna. Contohnya kek tanjung lesung ini kan punya zona
114
penyanggah, nah jangan hanya wilayah kek nya sendiri yg berkembang masa zona
penyanggah nya tertinggal, masa ngga memikirkan masyarakat lokal nya yang bisa
dimanfaatkan sebagai SDM Pariwisata. Namanya juga masyarakat lokal ya pasti kami
sudah menempati tempat ini dari kami lahir dan dibesarkan artinya kami juga ingin kok
daerah kami ini maju dan berkembang, walaupun tidak seluruh masyarakat kami ini
sudah sadar wisata. Makanya koordinasi dengan beberapa pihak diperlukan agar bisa
menyelaraskan tujuan utama kami yaitu mengembangkan destinasi tanjung lesung dan
membangkitkan kembali, kami pun juga membutuhkan bantuan dari mereka (pihak
pengelola dan pemerintah) agar bisa menjalankan tugas kami sebagai pokdarwis.
PENELITI: Kendala dalam bekerjasama dengan stakeholder lainnya di KEK Tanjung
Lesung
NARASUMBER: Untuk kendala sih ga ada ya kak, paling hanya miskomunikasi aja
sesama stakeholder karna kan wadah dan media untuk kita bertemu juga hanya sekedar
dengan grup whatsapp bersama pelaku homestay, industry kecil menengah dan pokdarwis
serta penggiat pariwisata yg lainnya. Untuk stakeholder selain itu ya kita ga ada grup
khusus sih paling tatap muka dan itu pun jarang ya hanya beberapa kali aja kalau ada
kepentingan khusus.
PENELITI: Upaya dalam menjaga hubungan kerjasama kerjasama yang berkelanjutan
dengan para stakeholder
NARASUMBER: Yang paling utama sih ya itu kak komunikasi, kalo ga ada komunikasi
gimana kita menjaga hubungannya. Trus juga bikin event kecil2an, kaya kemaren pas
event let‟s fo banten semua panitia dan pesertanya stakeholder dan masyarakat di
kawasan tanjung lesung. Isi acaranya ada color fun walk, lomba ngala lamis, lomba
kuliner tradisional trus juga kemenpar sebagai partisipan juga disini. Kalo untuk
ngomongin upaya ya segitu aja kak yg bisa kami lakukan sebagai pokdarwis dan
masyarakat lokal disini.
115
Tgl Wawancara : 27 Agustus 2019
Narasumber : Pak Luthfi (Dewan Pers Radar Banten)
Interviewer : Feronica Tiara (Peneliti)
Transcriber : Feronica Tiara (Peneliti)
Peneliti: Bagaimana peran Media (Radar Banten) dalam pengembangan pariwisata di
KEK Tanjung Lesung?
Narasumber: Peran media Radar Banten dalam pengembangan parivisaia KEK Tanjung
lsung adalah mengkover pemberitaan-pemberitaan yang positi. Jurnalisme yang
dikembangkana adalah jurnalisme optimistik bukan mencela. Radar juga dulu pernah
membuat liputan khusus mengenai Tanjung Lesung sebagai salah satu kawasan KEK di
Banten yang harus didukung dan mendapatkan perhatian serius. Kita tentu menemeptakna
KEK tanjug lesung sebagai salah satu destinasi wisata di Banten yang harus disupport
dari sisi pemberitaan yang positif
Peneliti: Bagaimana bentuk keterlibatan para stakeholder dalam pengembangan
pariwisata di KEK Tanjung Lesung?
Narasumber: Keterlibatan stakeholders tentu mendukung iklim investasi yang rmah di
KEK Tanjung lesung. Stakeholders tidak boleh merintangi dan menyulitkan investor yang
akan menanakkan investasiny di KEK. malah sebaliknya harus dipermudah dan diberikan
kenyamanan
Peneliti: Bagaimana pandangan Media mengenai koordinasi para pemangku kepentingan
di KEK Tanjung Lesung?
Narasumber: Sudah Oke
Peneliti: Adakah kesadaran akan pentingnya koordinasi para pemangku kepentingan
dalam pengembangan pariwisata di KEK Tanjung Lesung?
Narasumber: ya ada kesadaran itu, Kesadaran bersama untuk menjadikan KEK Tanjjhy
lesung sebagai salah satu ikon priwisata pantai di Banten
Peneliti: Adakah kendala dalam bekerjasama dengan stakeholder lainnya di KEK
Tanjung Lesung?
Narasumber: Saya belum menemukan hal itu
116
Peneliti: Bagaimana upaya dalam menjaga hubungan kerjasama yang berkelanjutan
dengan para stakeholder?
Narasumber: Sepertinya perlu adanya pertemuan secara berkala bagi para stakeholde
117
LAMPIRAN 3
AXIAL CODING
PEMERINTAH
KODE PEMPROV PEMKAB KEK
Peran
Stakeholder
Jadi untuk perannya kita dari sisi
promosi, Ya, melalui event-event.
Biasa dilaksanakan event/festival
tanjung lesung pada bulan
September, kemudian ada
beberapa event disitu ada apa…
Teater nya kemudian ada juga apa
itu banyak aktivitas yang
dilakukan selama festival itu, ada
lomba perahu hias
kita masih usakan harus bagus, harus saling
mendukung. Maka ketika kita melakukan
pelatihan ke teman-teman pokdarwis mereka
harus bisa membagikan ilmu mereka dan juga
mandiri bisa mendatangkan wisatawan sendiri,
tetapi jgn lupa fasilitasnya juga harus didukung
oleh pemerintah. Terlebih mereka menawarkan
jasa ke wisatawan maka mereka harus
mengerti betul apa yg dijual jgn sampai terjdi
kesalahan/problem apabila mereka memandu.
Administrator adalah bagian dari Dewan
Kawasan yang dibentuk untuk setiap KEK
guna membantu Dewan Kawasan dalam
penyelenggaraan KEK. Kami berperan
dalam melaksanakan pemberian izin
usaha dan izin lainnya yg diperlukan bagi
pelaku usaha di dalam KEK, lalu
mengawasi dan mengendalikan
operasionalisasi KEK, dan menyampaikan
operasionalisasi KEK secara berkala dan
insidental kepada Dewan Kawasan.
Bentuk
keterlibatan
Kalau kita memang bagaimana
upaya membangkitkan tadi,
melakukan beberapa kegiatan
bagiaman masyarakat juga
langsung percaya ya, salah satunya
trauma healing dulu terhadap
masyarakat dan juga pelaku
industry pariwisata, ini supaya bisa
cepat melupakan kemudian
bangkit kembali supaya pariwisata
Ya, kan kita akan selalu harus sejalan. Ketika
administrator KEK punya master plan kita juga
perlu mendukung hal tersebut, dan dukungan2
tsb juga tidak hanya dari kabupaten tetapi
provinisi juga turut serta untuk perkembangan
pariwisata
dikarenakan KEK memiliki zona inti dan
zona penyanggah maka kami sebagai
admin harus menyelaraskan keduanya.
Misalnya ada yg site visit ke dalam KEK,
maka kami harus menemani pihak
tersebut agar bisa berkelanjutan. Lalu
untuk para masyarakat yg berada di zona
penyanggah memerlukan beberapa
pelatihan atau memerlukan bantuan dalam
bentuk fisik ataupun materiil sehingga
118
KODE PEMPROV PEMKAB KEK
yang kita harapkan bisa pulih
kembali. Nah kita juga sudah
melakukan kerjasama dengan
OJK, itu untuk mengumpulkan
para pelaku bank di banten
kemudian juga kumpulkan pelaku
indsutri pariwisata seperti rumah
makan, warung, villa yang berada
di sepanjang jalan itu kita
kumpulkan dalam rangka supaya
bisa difasilitasi oleh jasa
perbankan ini dan mendapatkan
kredit usaha dengan bunga yang
lunak
kami perlu membuat laporan demi
membantu pihak masyarakat.
Pandangan
mengenai
koordinasi
antar
stakeholder
saya pikir hal ini memang
dibutuhkan dikarenakan pariwisata
tidak lain dan tidak bukan itu
terintegrasi, diperlukan bantuan
dari seluruh pihak stakeholder
untuk bisa berkembang. Namun di
KEK Tanjung Lesung ini menurut
saya masih perlu ditingkatkan lagi
mengenai koordinasi nya.
kita masih usakan harus bagus, harus saling
mendukung. Maka ketika kita melakukan
pelatihan ke teman-teman pokdarwis mereka
harus bisa membagikan ilmu mereka dan juga
mandiri bisa mendatangkan wisatawan sendiri,
tetapi jgn lupa fasilitasnya juga harus didukung
oleh pemerintah. Terlebih mereka menawarkan
jasa ke wisatawan maka mereka harus
mengerti betul apa yg dijual jgn sampai terjdi
kesalahan/problem apabila mereka memandu.
pariwisata kan dia adalah multiplayer
effect, pariwisata tumbuh kemudian
segala perdagangan perikanan juga akan
tumbuh, harapannya dengan adanya
koordinasi dengan seluruh stakeholder ini
juga akan terjadinya transfer of
knowledge ke sesama lembaga. Sehingga
koordinasi itu harus menimbulkan efek
positive dari pengembangan destinasi
KEK Tanjung Lesung ini
Kesadaran
akan
pentingnya
koordinasi
Oh ya tentu, namanya pariwisata
kan kita tidak bisa bekerja sendiri.
unsur-unsur nya kana da
akademisi, birokrasi, pemerintah,
kemudian komunitas, kemudian
media massa kan gitu. Jadi
sebagai salah satu pemangku kepentingan,
kami perlu mendukung satu dengan yg lainnya
salah satu caranya tetap berkoordinasi dengan
pihak lain demi kepentingan bersama. Perlu
saling mendukung karena ya kami memiliki
tujuan yg sama loh, yaitu mengembangkan
memang diperlukan, namun kenyataanya
tidak segampang apa yang dikatakan dan
direncanakan, begitu bukan? Kami sendiri
sebagai pihak pengelola memang harus
memantau kegiatan-kegiatan serta
komunikasi para pemangku kepentingan
119
KODE PEMPROV PEMKAB KEK
seluruhnya harus saling
mendukung, akademisi juga
bagaimana mengembangkan
potensi yang ada disitu apakah itu
dari seni budaya nya atau dari sisi
kuliner nya bahkan mungkin dari
sisi masyarakat lokalnya supaya
bisa berkontribusi terhadap
timbulnya perekonomian di tempat
itu, jadi litbangnya di tempat itu
berfungsi oleh akademisi.
Komunitas juga sama, agar bisa
mengembangkan inovasi2 yang
lebih bagus, inikan yang lebih
cepet itu di komunitas, kalau di
perguruan tinggi kan lambat,
komunitas kan lebih cepat
progresnya. Artinya komunitas
juga berperan penting disini
pariwisata di kabupaten pandeglang khususnya
KEK Tanjung Lesung
ini, apakah semua ikut andil? apakah ada
permasalahan? kurang lebih ya seperti itu.
120
USAHA PARIWISATA
NO KODE DANY KAMPUNG NELAYAN BWJ
1 Peran Stakeholder
saya termasuk kedalam golongan pelaku pariwisata dengan
usaha pariwisata, bagaimana caranya saya meraup
keuntungan dengan memanfaatkan potensi pariwisata disini,
tujuan utamanya kan itu. Tetapi saya juga tidak boleh
melupakan dan mengacuhkan orang-orang yg ada di sekitar
saya seperti komunitas lokal dan masyarakat sekitar,
sehingga saya perlu berkontribusi untuk ikut
mengembangkan potensi pariwisata disini bersama mereka.
Maka kami berperan penting juga dalam pengembangan
pariwisata khusus nya di KEK Tj Lesung ini, karena wilayah
nya masuk ke dalam zona penyanggah. Karena untuk yg
masuk ke dalam Zona Inti itu sudah beda pengelola lagi
mbak, itu urusan PT. BWJ tidak bisa di ganggu gugat.
Jadi dengan penetapannya Tanjung Lesung sebagai KEK ini
diharapkan menjadi destinasi prioritas di Indonesia
sebagaimana ditetapkannya peraturan di Indonesia yaitu 10
Bali Baru, nah itu menunjukkan perkembangan yg bagus
sehingga kami sebagai pengelola dan pemilik lahan 1500Ha
ini kan berusaha untuk mengimbangi apa yang sudah
dicanangkan oelh pemerintah yaitu melakukan
pembangunan2, sebab tanjung lesung ini suka tidak suka ya
merupakan salah satu andalan dari pariwisata banten dan
pandeglang. Tentunya ada destinasi lain seperti TN Ujung
Kulon, dan sebagainya begitu, jadi sampai hari ini kita masih
komit untuk melakukan pembangunan bahkan setelah
kejadian 22 Desember kemarin tsunami, kita tidak ada istilah
kendor atau apa dan kunjungan wisatawan juga berangsur
mungkin 60-70%. Memang belum mendekati tingkat hunian
optimal yg ada, tetapi buat kami hotel, villa dan beach club
ini bukan mata pencaharian utama, ini hanya show case saja,
utama kami adalah membangun kawasan 1500Ha ini
bagaimana menarik investor sehingga mereka dapat
berkembang bersama kita mengembangkan wilayah.
2 Bentuk
keterlibatan
sejak didirikannya restoran ini saya berusaha untuk
berkomunikasi dan berdiskusi dengan para komunitas lokal,
adakah yg perlu kita manfaatkan lagi? Adakah yg bisa
dibantu? Lalu saya bersepakat dengan POKDARWIS
Tanjungjaya agar menjadikan restoran kami ini sebagai
dermaga penyebrangan dan tempat berlabuh nya kapal
penyebrangan ke Pulau Kaniungan dan pulau-pulau lainnya,
ya dengan beberapa perjanjian seperti wisatawan yg dibawa
Ya kalau kita bicara para stakeholder, para pelaku wisata, kita
tidak bisa berdiri sendiri, tidak ada spot destinasi atau lokasi
wisata di Indonesia yg berdiri sendir, semua membutuhkan
misalnya peran dari pemerintah baik pusat, provinisi atau
kabupaten itu sudah jelas, itu sudah terbukti mereka
membantu kawasan pariwisata ini. Kemudian yang kedua
akademisi, tidak kurang hampir sebagian akademisi univ
terkemuka sudah datang utnuk membantuk kita melakukan
121
NO KODE DANY KAMPUNG NELAYAN BWJ
oleh tour guide pokdarwis tsb dapat riset, penelitian dan sebagainya. Kemudian dari pelaku
pariwisata sendiri, travel homestay semua bergantung kepada
pariwisata disini.
3
Pandangan
mengenai
koordinasi antar
stakeholder
tentu tidak hanya dengan masyarakat lokal saja saya
membangun koordinasi jangka panjang ini, perlu dengan
beberapa pemangku kepentingan lainnya seperti pemerintah
dan pengelola. Karena kan kami ini perlu dilibatkan toh,
memangku segala kebutuhan dan kepentingan untuk
mengembangkan pariwisata di KEK Tanjung Lesung
ya memang diperlukan, pariwisata itu multi dimensi, yang
mana memang seharusnya diperlukan tangan-tangan pihak
terkait dalam pengembangan pariwisata ini
4
Kesadaran akan
pentingnya
koordinasi
semua pasti sadar akan hal tersebut, namun dalam
melaksanakannya itu yang saya kira sulit ya.
Ya, yg jelas hubungan itukan tetap terjalin. Apapun bentuk
hubungan itu baik melalui media, pertemuan, grup
discussion, kemudian on the sopt dsb, itu semuanya kita
lakukan tidak ada yg tidak. Hubungan dengan media2 besar
seperti traveloka, pegi2, dsb itu sudah terjalin semua, dengan
pemain lokal juga sudah terjalin.
5 Kendala
kendalanya itu ya kami tidak memiliki ruang dan waktu
untuk bertemu tatap muka, hanya dengan beberapa pihak saja
dan saya rasa tidak pernah ya kami bertemu seluruh pihak.
kendala mungkin hampir tidak ada, tapi yg jadi masalah
mungkin ini. Salah satu pelaku wisata yaitu travel agent dsb,
ya kita harus bicara apa adanya, kadang dilemanya mereka
menawarkan destinasi di banten pandeglang ini kan masih
belum terlalu menarik minat turis domestic maupun
mancanegara, lebih menggiurkan bisnis nya umroh atau ke
bali/luar negri. Nah itu kendala
6 Upaya
upaya nya memerlukan media khusus untuk dapat
mempertemukan ide-ide kami serta keluhan-keluhan yg harus
disampaikan ke pihak tertinggi
upaya yg mungkin bisa dilakukan untuk menjaga koordinasi
nya salah satunya mungkin dengan memperbaiki bentuk
hubungan yg sudah saya sebutkan tadi, menyadarkan mereka
bahwa ayo kita harus bersama2 membangun pariwisata ini
122
KOMUNITAS LOKAL
NO KODE POKDARWIS DESA WISATA BATIK CIKADUNG
1 Peran
Stakeholder
Perannya sangat penting banget kak menurut saya, karna kalau
bukan pokdarwis sendiri yg negmbangin potensi yg ada di
kawasan kek dan sadar wisata mau siapa lagi? Kalau bukan orang
lokal terus mau mengandalkan orang luar? nanti masyarakat
disini hanya jadi penonton dong kak. Jadi menurut saya sendiri
peran dari pokdarwis (kami) ini sangat penting dalam siklus
pariwisata yg ada di kawasan kek tanjung lesung, saya
beranggapan bahwa penggerak pariwisata di daerah ini memang
kami yg sangat berpengaruh disbanding pihak yang lain.
sebagai kepala dusun khususnya desa wisata saya
berperan sebagai pihak yg bertanggung jawab dalam
memasarkan, mengenalkan kepada para wisatawan
lokal maupun luar daerah bahwa disini kami memiliki
budaya, adat, dan makanan khas . Salah satunya ya
batik cikadung ini, disini wisatawan dapat ikut serta
dalam proses pembuatannya
2 Bentuk
keterlibatan
Pada beberapa event tertentu yang dibentuk oleh pihak pengelola
melibatkan POKDARWIS sekitar, tetapi terkadang hanya pada
beberapa event yang diselenggarakan diluar kawasan kek atau
hanya sekedar di wilayah zona penyanggah nya saja. Sedangkan
untuk event yg berada didalam lingkungan kek sendiri biasanya
dilaksanakan oleh pengelola dan hanya orang internal saja yang
bisa ikut andil dalam acara tersebut. Sedangkan untuk event yang
dilaksanakan di area zona penyanggah melibatkan pihak
pemerintah daerah dan provinsi, serta beberapa instansi terkait
dan juga masyarakat lokal sebagai pasar utama dari event-event
tersebut. Memang kesenjangan itu benar adanya antara kami
dengan pihak pengelola, terlihat jelas dari target pasar yang
mereka tentukan yaitu kelas menengah dan kelas atas (orang-
orang kaya) sehingga program pemasarannya sudah tertata
sendiri.
kami turut serta dalam memberikan pelayanan lebih
kepada wisatawan, dalam bentuk pengalaman
berkunjung khususnya dalam experience wisatawan
selama mereka berkunjung kesini, kami menyediakan
homestay di dalam dusun, disekitar sini juga banyak
restoran-restoran hasil laut. Sedangkan apabila
event/acara diselenggarakan juga kami turut serta
untuk memeriahkan.
3
Pandangan
mengenai
koordinasi antar
stakeholder
menurut saya sih sangat diperlukan yah, karena kan pariwisata itu
gabisa berdiri sendiri kak. Kalo kek tanjung lesung mau bangkit
ya harus merangkul seluruh pihak yg terlibat, kalo salah satu
pihak egois gak mau melibatkan pihak-pihak lainnya nanti
penting dan memang hal tersebut perlu di teruskan,
agar perkembangan pariwisata di KEK Tanjung
Lesung ini tidak berhenti di tengah jalan, harus terus
menerus sesuai tujuan
123
NO KODE POKDARWIS DESA WISATA BATIK CIKADUNG
pariwisata nya timpang gak berhasil dengan sempurna walaupun
sekarang pun masih jauh dari kata sempurna. Contohnya kek
tanjung lesung ini kan punya zona penyanggah, nah jangan hanya
wilayah kek nya sendiri yg berkembang masa zona penyanggah
nya tertinggal, masa ngga memikirkan masyarakat lokal nya yang
bisa dimanfaatkan sebagai SDM Pariwisata. Namanya juga
masyarakat lokal ya pasti kami sudah menempati tempat ini dari
kami lahir dan dibesarkan artinya kami juga ingin kok daerah
kami ini maju dan berkembang, walaupun tidak seluruh
masyarakat kami ini sudah sadar wisata. Makanya koordinasi
dengan beberapa pihak diperlukan agar bisa menyelaraskan
tujuan utama kami yaitu mengembangkan destinasi tanjung
lesung dan membangkitkan kembali, kami pun juga
membutuhkan bantuan dari mereka (pihak pengelola dan
pemerintah) agar bisa menjalankan tugas kami sebagai
pokdarwis.
4
Kesadaran akan
pentingnya
koordinasi
tentu itu penting dan kami teman-teman pokdarwis sadar akan hal
itu, maka dari itu kami tidak bisa bergerak sendiri dan perlu
bantuan pihak lainnya
harus memiliki kesadaran akan hal tsb, kami bersama-
sama membangun pariwisata ini tidak sendiri
5 Kendala
Untuk kendala sih ga ada ya kak, paling hanya miskomunikasi
aja sesama stakeholder karna kan wadah dan media untuk kita
bertemu juga hanya sekedar dengan grup whatsapp bersama
pelaku homestay, industry kecil menengah dan pokdarwis serta
penggiat pariwisata yg lainnya. Untuk stakeholder selain itu ya
kita ga ada grup khusus sih paling tatap muka dan itu pun jarang
ya hanya beberapa kali aja kalau ada kepentingan khusus.
kendala saya pikir disaat saya merasa pihak
masyarakat tidak di ikut sertakan dalam berbagai
kegiatan ataupun perancangan oleh pihak pengelola,
sisanya saya pikir tidak ada
6 Upaya
Yang paling utama sih ya itu kak komunikasi, kalo ga ada
komunikasi gimana kita menjaga hubungannya. Trus juga bikin
event kecil2an, kaya kemaren pas event let‟s fo banten semua
panitia dan pesertanya stakeholder dan masyarakat di kawasan
perlunya pelibatan masyarakar dalam segala hal, tidak
bisa berjalan sendiri atau mementingkan kepentingan
sendiri. karena kami juga tinggal di wilayah
penyanggah
124
NO KODE POKDARWIS DESA WISATA BATIK CIKADUNG
tanjung lesung. Isi acaranya ada color fun walk, lomba ngala
lamis, lomba kuliner tradisional trus juga kemenpar sebagai
partisipan juga disini. Kalo untuk ngomongin upaya ya segitu aja
kak yg bisa kami lakukan sebagai pokdarwis dan masyarakat
lokal disini.
125
MEDIA
NO KODE RADAR BANTEN BANTEN POS
1 Peran
Stakeholder
Peran media Radar Banten dalam pengembangan
parivisaia KEK Tanjung lsung adalah mengkover
pemberitaan-pemberitaan yang positi. Jurnalisme
yang dikembangkana adalah jurnalisme optimistik
bukan mencela. Radar juga dulu pernah membuat
liputan khusus mengenai Tanjung Lesung sebagai
salah satu kawasan KEK di Banten yang harus
didukung dan mendapatkan perhatian serius. Kita
tentu menemeptakna KEK tanjug lesung sebagai
salah satu destinasi wisata di Banten yang harus
disupport dari sisi pemberitaan yang positif
disini kami berperan sebagai awak media yang membantu
mempromosikan KEK Tanjung Lesung ini sebagai salah satu
destinasi andalan di Banten. Salah satu caranya adalah meliput
kegiatan-kegiatan yg biasanya dilaksanakan oleh pihak
pengelola.
2 Bentuk
keterlibatan
Keterlibatan stakeholders tentu mendukung iklim
investasi yang rmah di KEK Tanjung lesung.
Stakeholders tidak boleh merintangi dan menyulitkan
investor yang akan menanakkan investasiny di KEK.
malah sebaliknya harus dipermudah dan diberikan
kenyamanan
kami meliput berbagai acara di KEK Tanjung Lesung dan
mempublikasikannya
3
Pandangan
mengenai
koordinasi antar
stakeholder
menurut pandangan saya sudah oke menurut saya sendiri sudah baik, tetapi kami memang tidak
dilibatkan hanya dalam beberapa acara tertentu saja
4
Kesadaran akan
pentingnya
koordinasi
ya ada kesadaran itu, Kesadaran bersama untuk
menjadikan KEK Tanjung Lesung sebagai salah satu
ikon priwisata pantai di Banten
pasti, karena kita harus saling membantu satu dengan yg lainnya
5 Kendala sampai saat ini tidak menemukan kendala, tetapi
kami hanya jarang bertemu untuk berdiskusi pertemuan dengan stakeholders lain itu tidak pernah ya
6 Upaya menjadwalkan pertemuan dengan para stakeholders pertemuan dan berbincang dengan pihak terkait, saya rasa
penting
126
AKADEMISI
NO KODE Universitas Tirtayasa UNMA Banten
1 Peran
Stakeholder
Kami telah melakukan kegiatan sosialisasi yang
merupakan bagian dari kegiatan kampus yaitu
pengabdian masyarakat, sudah beberapakali kami
mengadakan kegiatan tersebut di Tanjung Lesung
dengan berbagai topik pengembangan. Kami juga
mendapat mandat dari Kementerian tentang
pengembangan desa wisata. Juga penelitian-
penelitian yang telah mahasiswa lakukan di kawasan
KEK Tanjung Lesung
Walaupun belum dilibatkan secara langsung tetapi kami sudah
melakukan peran sesuai dengan tri darma perguruan dalam
pengembangan pariwisata di KEK
2 Bentuk
keterlibatan
Keterlibatan yang bisa dilihat dan dirasakan yaitu
PPM dan beberapa penelitian, hal tersebut
menghasilkan rekomendasi bagi beberapa instansi
dan pihak terkait
Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Pengajaran
3
Pandangan
mengenai
koordinasi antar
stakeholder
Belum melibatkan pihak akademisi Sangat dibutuhkan
4
Kesadaran akan
pentingnya
koordinasi
ya ada kesadaran itu, Kesadaran bersama untuk
menjadikan KEK Tanjung lesung sebagai salah satu
ikon priwisata pantai di Banten
Tentu diperlukan, hubungan yang berkesinambungan
membentuk koordinasi yang baik
5 Kendala Belum ada komunikasi dengan para pemangku
kepentingan Tidak bisa berkomentar karena belum dilibatkan secara langsung
6 Upaya Membuat forum diskusi Melibatkan pihak akademisi
127
LAMPIRAN 4
SELECTIVE CODING
NO Kata Kunci Story Line Quotes
1 Peran Stakeholder
Seluruh stakeholder sudah melakukan perannya
dengan sebagaimana mestinya terkecuali dari
perspektif usaha pariwisata yang masih
mengesampingkan target wisatawan namun terfokus
kepada investor asing.
Peran para Stakeholder di KEK Tanjung Lesung
sudah sesuai terkecuali Usaha Pariwisata yang
masih terfokus ke investor asing.
2 Bentuk keterlibatan
Bentuk keterlibatan para pemangku kepentingan
dapat dilihat secara real atau langsung dan
dilapangan, baik itu event pariwisata ataupun
pelatihan dan sosialisasi yang berdampak langsung
pada masyaarakat lokal dan pelaku pariwisata di
KEK Tanjung Lesung
Event pariwisata, pelatihan dan sosialisasi sampai
kegiatan pariwisata lainnya yang berdampak
langsung ke pelaku pariwisata merupaka bentuk
keterlibatan para pemangku kepentingan
3 Pandangan mengenai koordinasi
antar stakeholder
Seluruh pihak stakeholder merasa bahwa koordinasi
dengan antar pemangku kepentingan sangat
diperlukan namun kenyataannya masih sangat kurang
di lingkungan pengembangan pariwisata KEK
Tanjung Lesung
Koordinasi para stakeholder di dalam lingkup
pariwisata masih sangat kurang
4 Kesadaran akan pentingnya
koordinasi
Seluruh pihak stakeholder setuju bahwa koordinasi
dengan para pemangku kepentingan sangat
dibutuhkan demi menciptakan hubungan yang
Koordinasi sangat dibutuhkan antar pemangku
kepentingan agar terciptanya hubungan yang
128
NO Kata Kunci Story Line Quotes
berkesinambungan berkesinambungan
5 Kendala
Mayoritas para stakeholder mengatakan bahwa
kendala dalam koordinasi adalah minimnya
komunikasi antar pemangku kepentingan
Komunikasi merupakan kendala utama bagi para
pemangku kepentingan dalam menjaga
koordinasi yang berkelanjutan
6 Upaya
Mayoritas upaya yang disampaikan oleh para
pemangku kepentingan untuk menjaga koordinasi
adalah membentuk suatu wadah atau forum diskusi
bagi para stakeholder agar menjadi tempat bertemu
dan bertukat pikiran mengenai pariwisata di KEK
Tanjung Lesung
Forum diskusi menjadi salah satu upaya utama
yang perlu dilakukan agar menjaga koordinasi
antar stakeholder di KEK Tanjung Lesung
129
LAMPIRAN 5
130
131
LAMPIRAN 6
132
133
134
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Feronica Tiara Putri
Alamat : Ecoliving Panorama Land Jatinangor Blok N9
Tempat dan Tanggal Lahir : Serang, 25 November 1998
Telepon : 082149578544
E-Mail : [email protected]
Kewarganegaraan : Indonesia
DATA ORANG TUA
Nama Ayah : Fahery Syukur Parbo
Nama Ibu : Imas Kulsum
Alamat Orang Tua : Ecoliving Panorama Land Jatinangor Blok N9
PENDIDIKAN FORMAL
2003-2009 : SD YPWKS II
2009-2012 : SMPIT Raudhatul Jannah
2012-2015 : SMA Negeri 1 Cilegon
2015-2019 : Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung