kontribusi pemerintah daerah terhadap · pdf filekebijakan otonomi daerah diatur dalam...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN EKSEKUTIF
KONTRIBUSI PEMERINTAH DAERAH
TERHADAP PENGELOLAAN DAN PENGUATAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
(PAUD), 2010
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah
1. Latar Belakang
Kebijakan otonomi daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintah daerah1. Pada dasarnya undang-undang tersebut mengatur pelimpahan
sebagian urusan pemerintah Pusat ke Pemda di berbagai sektor termasuk sektor
pendidikan. Dengan demikian Pemda yang selama ini hanya menjalankan kebijakan-
kebijakan dari pusat, maka dengan adanya pelimpahan kewenangan tersebut Pemda
berkewajiban menentukan kebijakan-kebijakan untuk merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi penyelenggaraan pendidikan di wilayah masing-masing. Untuk itu Pemda
harus mampu mengatur sumber daya yang tersedia agar dapat memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan di wilayahnya, termasuk pendidikan anak usia dini (PAUD).
PAUD merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi
perkembangan anak di kemudian hari. Dalam hal ini, keluarga (terutama orangtua)
merupakan pendidik yang pertama dan utama ketika anak dilahirkan dan dibesarkan.
Sedangkan pemerintah yang memfasilitasi, membina, dan mengarahkan masyarakat agar
memahami apa, mengapa, dan bagaimana menyelenggarakan pendidikan anak usia dini.
2. Perumusan Masalah
Himbauan Direktur PAUD Kemdiknas agar Pemda memberikan kontribusi dalam
pelayanan PAUD, terutama untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan PAUD, mulai
mendapatkan sambutan yang positif. Beberapa Pemda telah memberikan kontribusi pada
penyelenggaraan PAUD dalam berbagai bentuk. Sebagai contoh adalah (i) bantuan
pendanaan penyelenggaraan PAUD bagi setiap desa di Kabupaten Gorontalo, (ii)
1
Dimaksud Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi wewenang pemerintah di daerah didanai
dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belaja Negara. Administrasi pendanaan penyelenggaraan
urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan secara terpisah dari administrasi
pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud ayat (2).
2
pembinaan penyelenggaraan PAUD di Kabupaten Bogor, dan (iii) pengaturan
penyelenggaraan PAUD terintegrasi dengan pendidikan agama di Kabupaten Gowa. Untuk
mencapai kualitas PAUD yang baik dan memenuhi standar yang telah ditetapkan,
dibutuhkan pendanaan PAUD per tahunnya antara Rp 3 triliun sampai dengan Rp 4 triliun.
Padahal saat ini anggaran yang tersedia hanya Rp 500 miliar (Rubrik: Pendidikan Layanan
PAUD Terintegrasi 23 November 2009). Dalam hal pendanaan, hingga saat ini memang
belum banyak diketahui seberapa besar Pemda menyediakan dana untuk PAUD.
Kenyataan tersebut, yang juga dikemukakan dalam Renstra 2010-2014, menunjukan
bahwa akar permasalahan dalam anggaran pendidikan di daerah adalah kurangnya
komitmen Pemda untuk memenuhi ketentuan anggaran pendidikan sebesar 20% dari
belanja daerah.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rekomendasi kebijakan tentang kontribusi
Pemda dalam perintisan dan penguatan layanan PAUD. Secara khusus tujuan penelitian ini
adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang:
a. Penyelenggaraan PAUD pada saat ini di kabupaten/kota sampel, meliputi:
1) Pendirian, pengelolaan, pembinaan, dan pendanaan lembaga PAUD
2) Masalah yang dihadapi lembaga PAUD dalam mengelola PAUD
3) Upaya yang dilakukan lembaga PAUD guna mengatasi permasalahan yang timbul
dalam pengelolaan PAUD
4) Layanan PAUD di daerah guna memenuhi kebutuhan PAUD
b. Kontribusi Pemda dan Pusat (direktorat PAUD) dalam penyelenggaraan PAUD
1) Keberadaan dan pelaksanaan produk hukum mengenai penyelenggaraan PAUD
yang ditetapkan Pusat oleh daerah
2) Kontribusi (peraturan, pembinaan, dana) Pusat (direktorat PAUD) dan Pemda
terhadap rintisan dan penguatan layanan PAUD di daerahnya
3) Masalah yang dihadapi Pusat dan Pemda dalam kontribusinya terhadap layanan
PAUD
4) Upaya yang dilakukan guna mengatasi permasalahan kontribusi Pusat dan Pemda
terhadap layanan PAUD
3
5) Mekanisme atau model kontribusi seperti apa yang dapat dikembangkan Pemda
dalam perintisan dan penguatan layanan PAUD di daerah.
II. STUDI KEPUSTAKAAN
A. Kajian Teori
PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan
suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan
informal. Dengan kata lain, PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya
cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta
agama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan
yang dilalui oleh anak usia dini.
Dalam penelitian ini, batasan kontribusi adalah kebijakan, program, dan kegiatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam penyelenggaraan PAUD sebagaimana
diamanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
konteks ini, kontribusi mencakup mulai dari regulasi, pembinaan hingga pembiayaan
PAUD. Hasil studi pendahuluan terbatas di beberapa daerah menunjukan dalam hal
regulasi pemerintah daerah praktis belum memberikan kontribusi yang berarti. Berbeda
dalam hal pembiayaan, pemerintah daerah umumnya telah mengalokasikan dana untuk
pelaksanaan PAUD di daerahnya, bahkan menunjukan ada kecenderungan besarnya
anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan PAUD di masing-masing daerah
meningkat dari tahun ke tahun.
B. Kerangka Berpikir
Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 yang kemudian direvisi
melalui Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, berlakulah era otonomi daerah baik di
tingkat provinsi maupun kabupaten/kota untuk segala sektor kehidupan termasuk sektor
4
pendidikan. Sejauh ini kontribusi PAUD yang diberikan Pemerintah untuk perintisan dan
penguatan penyelenggaraan PAUD di kabupaten/kota terkesan kuat masih dominan.
Namun sesuai dengan konsep otonomi, semua kebutuhan penyelenggaraan PAUD tidak
lagi hanya dipenuhi oleh pemerintah Pusat. Dengan otonomi pendidikan, penyelenggaraan
PAUD di daerah juga lebih menjadi tanggungjawab Pemda masing-masing. Dalam hal ini,
diharapkan setiap Pemda dapat memberikan kontribusi untuk perintisan bagi awal
penyelenggaraan lembaga PAUD dan selanjutnya untuk penguatan PAUD guna
keberlanjutan penyelenggaraan lembaga PAUD di daerah tersebut.
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mengunakan metode (pendekatan) kualitatif, dan untuk beberapa data dan
informasi tertentu, terutama penyelenggaraan, digunakan pendekatan kuantitatif untuk
menambah kedalaman hasil analisis data. Metode kualitatif digunakan dengan maksud
untuk mengumpulkan informasi yang terkait dengan produk hukum PAUD. Sementara
data dan informasi yang terkait dengan penyelenggaraan PAUD dikumpulkan dengan
menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 12 provinsi yang meliputi 4 provinsi di Jawa dan 8 provinsi di
luar Jawa. Pada setiap provinsi dipilih dua daerah, satu kabupaten dan satu kota sebagai
daerah sampel penelitian. Pemilihan lokasi provinsi dan kabupaten/kota yang menjadi
sampel penelitian ini dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan kepedulian
pemerintah daerah tersebut terhadap penyelenggaraan dan perkembangan PAUD di
wilayahnya, berdasarkan data dari Direktorat PAUD Kemendiknas.
C. Pengumpulan, dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan
terkait dengan produk hukum PAUD dan penyelenggaraan PAUD (termasuk pengelolaan
PAUD oleh lembaga PAUD). Selanjutnya data sekunder penelitian ini diperoleh melalui
studi kepustakaan (penelusuran dokumen) yang terkait dengan substansi dan permasalahan
penelitian tersebut, seperti bahan-bahan PAUD yang diperoleh dari Direktorat PAUD.
Data yang terkumpul diolah dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Informasi dan
5
data penelitian yang diolah dan dianalisis secara kualitatif terkait dengan produk hukum
PAUD dan penyelenggaraan PAUD. Data penelitian yang diolah dan dianalisis secara
kuantitatif terkait dengan pengelolaan PAUD (oleh lembaga PAUD).
IV. HASIL DAN TEMUAN
A. Penyelenggaraan PAUD
1. Pengelolaan
Selama ini terdapat partisipasi terhadap penyelenggaraan lembaga PAUD yaitu dari
tokoh masyarakat/agama, PKK, Posyandu, Himpaudi, dan organisasi kemasyarakatan.
Bentuk dari partisipasi masyarakat berupa: 1) Disiarkannya tentang pentingnya
program PAUD melalui mesjid; 2) Pemberian buku-buku agama/sholat dari tokoh
agama; 3) Penimbangan anak-anak, pemberian vitamin, obat-obatan seperti obat
cacing, dan pemberian makanan tambahan (PMT) ketika kegiatan dengan Posyandu; 4)
Penyuluhan perawatan anak dan mendukung PMT yang sering dilakukan oleh kader
PKK.
Perkembangan rata-rata jumlah anak usia dini yang menjadi siswa (peserta didik) di
lembaga penyelenggara PAUD selama kurun waktu tiga tahun ajaran (2007/2008 –
2009/2010) berfluktuasi, meskipun terlihat pula adanya kecenderungan peningkatan.
Hal ini sekaligus menunjukan adanya peningkatan minat masyarakat untuk
memasukkan anak-anak usia dini mereka ke lembaga-lembaga PAUD.
Peningkatan jumlah siswa sebagaimana diuraikan di atas, diikuti pula dengan
peningkatan jumlah pendidik. Sebagian besar (83,1 persen) lembaga-lembaga
penyelenggara PAUD sudah memiliki pendidik-pendidik yang telah mengikuti
pelatihan PAUD. Namun demikian masih cukup banyak (44,6 persen) lembaga
penyelenggara yang dikelola oleh tenaga pengelola yang belum terlatih.
2. Pendampingan dan Pembinaan
Hampir semua lembaga penyelenggara PAUD mendapatkan pendampingan dan
pembinaan dari masing-masing pemerintah daerah, utamanya melalui berbagai
program/kegiatan dari masing-masing dinas pendidikan. Bentuk-bentuk pendampingan
adalah pelatihan, bimbingan, workshop, monitoring, evaluasi, dan pemberian bantuan
sarana pendidikan. Pembinaan terhadap lembaga-lembaga penyelenggara PAUD juga
6
merupakan tanggung jawab dari masing-masing pemerintah daerah, baik tingkat
provinsi dan terlebih lagi tingkat kabupaten/kota. Pembinaan dilakukan dalam bentuk
kunjungan, konsultasi, orientasi (observasi), pelatihan/workshop, dan rapat koordinasi.
3. Pendanaan
Sumber dana yang diperoleh lembaga PAUD umumnya berasal dari orangtua, bantuan
dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, instansi lain seperti PT. Angkasa Pura, lembaga
lain (Salimah dan Aisyiyah), donatur, dan lainnya. Bantuan yang berasal dari pusat dan
provinsi berupa bantuan dana perintisan dan penguatan yang berbentuk uang dan
barang. Sedangkan bantuan dari kabupaten/kota berupa APE dalam dan luar, serta
insentif tutor.
B. Kontribusi Pemda dan Pusat (Direktorat PAUD) dalam Penyelenggaraan PAUD
1. Bentuk kontribusi
Dalam rangka peningkatan kualitas layanan PAUD Direktorat PAUD telah
mengupayakan berbagai kegiatan program PAUD, antara lain peningkatan mutu dan
tenaga kependidikan, penguatan kelembagaan dan kerjasama dengan pendidikan
tinggi. Perluasan layanan terus dilakukan melalui sosialisasi dan diverisifikasi program
layanan bersinergi dengan berbagai lembaga yang telah ada di masyarakat. Berbagai
program dana bantuan dilaksanakan, seperti bantuan rintisan program, bantuan
kelembagaan, bantuan kerjasama, bantuan pusat unggulan program PAUD, dan
bantuan rintisan program Pos PAUD di daerah terpencil. Tujuan dari pemberian
bantuan dana block grant tersebut adalah memberikan dukungan kepada masyarakat
untuk mengembangkan layanan PAUD di daerahnya guna meningkatkan akses layanan
PAUD Nonformal agar dapat menjangkau sasaran anak di daerah. Pada umumnya dana
tersebut digunakan untuk: studi banding, peningkatan kualitas pendidik, sosialisasi
kepada masyarakat, pengadaan sarana pembelajaran, bantuan peningkatan
pendidik/pengasuh, penyelenggaraan program (insentif, alat tulis kantor),
pengembangan bahan belajar lokal, pengadaan meubeleur, pengembangan proses
pembelajaran inovatif.
7
Pada tingkat kabupaten/kota baru 42,86 persen kabupaten/kota yang mengalokasikan
dana APBDnya untuk pendampingan dana APBN dalam perintisan PAUD dan itupun
tidak setiap tahun dianggarkan. Ada beberapa daerah yang mendapat bantuan dari
lembaga lain seperti, Kabupaten Kulon Progo mendapat bantuan dana tugas
pembantuan dalam tiga tahun terakhir, dan Kabupaten Timor Tengah Utara mendapat
bantuan dari Bank Dunia dalam tiga tahun terakhir ini. Sementara itu dana penguatan
umumnya digunakan untuk penguatan lembaga PAUD termasuk bagi PAUD di daerah
terpencil dan PAUD Unggulan. Dana yang dialokasikan dari APBD baik APBD I atau
APBD II sebagian besar diperuntukan untuk membeli APE dalam maupun luar. Hal
tersebut karena adanya aturan Mendagri yang melarang memberikan bantuan dalam
bentuk uang tunai. Kontribusi Pusat dalam pendanaan yang diperuntukkan bagi
penyelenggaraan PAUD cenderung lebih besar daripada pendanaan PAUD yang
bersumber dari Pemda, seperti masih terbatasnya pendanaan untuk pembinaan.
2. Masalah yang dihadapi
Pada umumnya masalah yang dihadapi Pusat dan Pemda dalam kontribusinya terhadap
penyelenggara PAUD di wilayahnya adalah pendanaan dan pembinaan . Pengalokasian
dana tersebut masih terbatas pada honor tenaga pendidik/tutor, dan belum adanya
dukungan khusus untuk penyelenggaraan PAUD seperti dana operasional
penyelenggaraan PAUD, pemberian APE secara rutin, dan dana monitoring serta
evaluasi bagi dinas pendidikan di daerah maupun untuk Himpaudi dan Forum PAUD.
Dari segi pembinaan, Pusat dan Pemda mengalami kesulitan dalam mengikutsertakan
tenaga pendidik/tutor di dalam sosialisasi, pelatihan dan workshop. Hal ini disebabkan
keterbatasan dana yang dialokasikan sehingga pelatihan dan workshop tersebut masih
lebih dimaksudkan untuk menguatkan lembaga-lembaga penyelenggara PAUD agar
tetap dapat terus berkembang.
3. Upaya yang dilakukan guna mengatasi permasalahan
Berbagai upaya yang dilakukan guna mengatasi permasalahan dalam kontribusi Pusat
dan Pemda terhadap PAUD yaitu pelatihan dan workshop diadakan dengan dana
berasal dari sebagian bantuan pemerintah dan sebagian lagi dari peserta pelatihan.
8
Begitu pula dalam bantuan APE dalam dan luar masih terbatas, sehingga banyak
lembaga yang memanfaatkan barang bekas untuk dijadikan APE.
4. Mekanisme atau model kontribusi yang dapat dikembangkan Pemda dalam
perintisan dan penguatan penyelenggaraan PAUD di daerah
Berdasarkani ketentuan yang dikeluarkan oleh Pusat, setiap lembaga PAUD
diperbolehkan mengajukan proposal agar mendapat bantuan dana block grant. Dinas
pendidikan kabupaten/kota yang akan melakukan penilaian dan penentuan lembaga
mana saja yang berhak mendapatkan dana block grant. Syarat pengajuan dana block
grant adalah: (1) Memiliki akta pendirian lembaga/ijin operasional dari pejabat yang
berwenang; (2) Memiliki rekening giro atas nama lembaga; (3) Menyampaikan
proposal; (4) Memperoleh rekomendasi dari pejabat yang berwenang; dan (5) Belum
pernah menerima bantuan untuk program yang sama.
V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
1. Penyelenggaraan PAUD sudah berjalan dengan baik, walaupun masih ada kekurangan
dalam hal pendirian, pengelolaan, pembinaan, dan pendanaan lembaga PAUD.
Kekurangan dalam pengelolaan umumnya terjadi pada tenaga pengelola yang belum
terlatih. Sedangkan kekurangan dalam pembinaan terjadi karena pelaksanaan
pembinaan belum dapat menjangkau semua lembaga yang ada di wilayahnya dan
dibatasinya peserta pelatihan/workshop, yang disebabkan berbagai kendala dan
keterbatasan (tenaga, dana, dan sarana). Untuk menanggulangi kekurangan dalam
pendanaan di lembaga PAUD tidak cukup hanya berasal dari orangtua, tetapi perlu
bantuan dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, instansi/lembaga lain, donatur, dan
lainnya.
2. Pada beberapa lembaga PAUD terlihat kontribusi pemerintah pusat dan daerah dalam
memberikan program perintisan dan penguatan yang meliputi pemberian dana untuk
kelengkapan sarana dan prasarana. Selain itu kontribusi yang diberikan berupa
berbagai macam pelatihan untuk pengelola dan peningkatan mutu tenaga pendidik.
Kontribusi Pemerintah pusat dan daerah tersebut membawa hal positip bagi
9
perkembangan lembaga PosPAUD, hal itu terlihat dengan semakin bertambahnya
jumlah siswa dan masyarakat yang turut berperan serta dalam mensosialisasikan
PAUD.
Walau permasalahan yang terjadi dalam kontribusi pemerintah pusat dan daerah adalah
dalam hal pendanaan dan pembinaan, namun berbagai upaya telah dilakukan yaitu
adanya dana sharing dari pemerintah dan peserta pelatihan. Pada umumnya Pusat dan
Pemda memberikan kontribusi dana block grant dalam rintisan dan penguatan PAUD
berdasarkan pengajuan proposal lembaga penyelenggara PAUD yang belum pernah
menerima bantuan untuk jenis program yang sama.
B. Saran
1. Perkembangan jumlah PAUD makin meningkat maka perlu diimbangi dengan
kompetensi tenaga, dana, dan sarana dari Pemda (dinas pendidikan dan instansi
terkait).
2. Perlu dibuat panduan pembelajaran yang jelas dan mudah dimengerti oleh para
tutor/pendidik PAUD.
3. Pembinaan perlu dilakukan secara berkesinambungan/rutin dan perlu dibuat buku
panduan dalam manajemen PAUD.
4. Perlu diperbanyak kuota penerima dana bantuan dari Pusat/Daerah yang diberikan
secara terus menerus, termasuk pelatihan bagi tutor.
5. Perlu diperhatikan ketercapaian dari penerapan Permendiknas nomor 58 th 2009
tentang Standar PAUD.
6. Kontribusi pendanaan dari masing-masing daerah masih perlu ditingkatkan melalui
dana APBD dan sumber lain yang tidak mengikat atau mencari donatur (Pemda harus
mengurangi ketergantungan terhadap Pusat terutama dalam pembinaan)
7. Perlu dikeluarkan Perda dari pihak Pemda yang dapat mengikat penyelenggaraan
PAUD di daerah (misalnya dengan adanya Perda mendorong partisipasi PAUD melalui
kerjasama dengan pihak swasta)
8. Pemda perlu mengembangkan mekanisme "layanan PAUD berbasis kebutuhan" dalam
melaksanakan layanan PAUD di daerahnya, artinya disesuaikan dengan kebutuhan
10
masing-masing lembaga sehingga pemberian dana tidak sama pada setiap lembaga
PAUD.
Pustaka Acuan
Kementerian Pendidikan Nasional (2010). Rencana Strategis Kementerian Pendidikan
Nasional tahun 2010 – 2014. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan yang menjadi kewenangan Pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 tentang
Standar PAUD
Pendidikan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Terintegrasi 23 November 2009
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah