kontribusi herlina kasim dalam upaya pembebasan …digilib.unila.ac.id/29030/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
KONTRIBUSI HERLINA KASIM DALAM UPAYA PEMBEBASAN
IRIAN BARAT DARI PENJAJAHAN BELANDA
TAHUN 1962-1963
(Skripsi)
Oleh
PIPIN ARIYANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
KONTRIBUSI HERLINA KASIM DALAM UPAYA PEMBEBASANIRIAN BARAT DARI PENJAJAHAN BELANDA
TAHUN 1962-1963
Oleh :
PIPIN ARIYANTI
Pasca penyerahan kedaulatan Indonesia oleh pemerintah Belanda yang tertuangdalam perjanjian KMB, bahwa pemerintah Belanda sepenuhnya mengakuikedaulatan Indonesia, dalam keterangan lebih lanjut dijelaskan bahwapermasalahan Irian Barat akan dibicarakan setelah satu tahun penyerahankedaulatan, namun pada kenyataannya Belanda justru mengingkarinya.Permasalahan ini akhirnya memaksa pemerintah Indonesia melakukan tindakantegas mengembalikan Irian Barat dengan konfrontasi militer. Perintah presidentersebut kemudian di kenal dengan nama Trikora (Tri Komando Rakyat), yang dikomandoi oleh Panglima Mandala dengan salah satu strateginya adalahmengirimkan sukarelawan ke Irian Barat. Sukarelawan itu salah satunya adalahHerlina, yang tampil sebagai satu-satunya wanita yang diikutsertakan dalam misipembebasan Irian Barat.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa sajakah kontribusi HerlinaKasim dalam upaya pembebasan Irian Barat dari penjajahan Belanda tahun 1962-1963? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi Herlina Kasimdalam upaya pembebasan Irian Barat dari penjajahan Belanda tahun 1962-1963.Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode historis dengantahapan yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Teknik pengumpulandata menggunakan teknik kepustakaan dan dokumentasi. Teknik analisis datamenggunakan teknik analisis data kualitatif.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa Kontribusi Herlina Kasim dalamUpaya Pembebasan Irian Barat di lakukan dalam dua hal yaitu sumbangsihpemikiran dan sumbangsih fisik yang memberikan dampak terhadap perjuanganpembebasan Irian Barat dari penjajahan Belanda. Kesimpulan dalam penelitian iniadalah kontribusi yang diberikan Herlina Kasim dalam upaya pembebasan IrianBarat yaitu berupa sumbangsih pemikiran dan sumbangsih fisik.
KONTRIBUSI HERLINA KASIM DALAM UPAYA PEMBEBASAN
IRIAN BARAT DARI PENJAJAHAN BELANDA
TAHUN 1962-1963
Oleh
PIPIN ARIYANTI
(Skripsi)
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak M. Darpin dan Ibu Purnawati yang dilahirkan
di Kotabumi, tanggal 26 Juni 1995.
Penulis mengawali masa pendidikannya dimulai dari sekolah
Dasar , berikut ini pendidikan formal yang pernah ditempuh:
1. Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 02 Kelapa Tujuh, Kotabumi Selatan
Kabupaten Lampung Utara yang selesai pada tahun 2007
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 03 Kotabumi, Kabupaten
Lampung Utara, yang selesai pada tahun 2010
3. Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 03 Kotabumi, Kabupaten
Lampung Utara, yang selesai pada tahun 2013
Penulis kemudian terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi Pendidikan Sejarah
Universitas Lampung di tahun 2013, melalui jalur Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah mendapatkan beasiswa BBP-PPA
selama 2 tahun dan cukup aktif dalam organisasi kampus terutama dalam
Organisasi Internal Program Studi Pendidikan Sejarah.
Pada tahun 2014 penulis melaksanakan KKL dengan tujuan Yogyakarta-Jawa
Tengah- Jakarta. Tahun 2016 penulis melaksanakan KKN selama 40 hari di
Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus dan Praktik Profesi Kependidikan
(PPK) di SMA Bima Sakti Kabupaten Tanggamus.
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikannya maka penulis melaksanakan
Penelitian di bidang Sejarah dalam bentuk skripsi dengan judul “Kontribusi
Herlina Kasim dalam Upaya Pembebasan Irian Barat dari Penjajahan Belanda
Tahun 1962-1963”.
MOTTO:
ما یجاھد لنفسھ ومن جاھد فإنBarang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya
sendiri (QS Al-Ankabut: 6)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin,
Dengan segala rasa syukur atas karunia dan rahmat Nya
Yang telah Allah Berikan Kepadaku.
Kupersembahkan karya kecilku ini kepada:
Kedua Orangtuaku tercinta Ibu Purnawati dan Bapak Darpin
Atas do’a, kesabaran dan keikhlasan
telah berjuang keras demi mewujudkan cita-citaku.
Adikku tersayang Restu Ningsih yang selalu kudo’akan untuk kesuksesannya selalu
serta keluarga besarku tercinta yang selalu menyertakan do’anya untuk setiap langkahku.
Ibu dan Bapak Guru yang telah mendidikku karna jasa merekalah
aku bisa sampai ketitik ini
Almamaterku tercinta
Universitas Lampung
SANWACANA
Assalamualikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunianya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kontribusi
Herlina Kasim dalam Upaya Pembebasan Irian Barat dari Penjajahan Belanda
Tahun 1962-1963” sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan
di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung . Tidak lupa
pula shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan,
baik dari segi isi maupun penulisannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun. Selama penyusunan skripsi ini,
penulis banyak menerima bimbingan, petunjuk, dan saran dari berbagai pihak baik
secara langsung dan tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Wakil Dekan bidang Akademik dan
Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. H. Buchori Asyik, M.Si Wakil Dekan Bidang Keuangan, umum,
dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung;
4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan
Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Lampung;
6. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
sekaligus Dosen Pembimbing Akademik, dan Dosen Pembimbing I yang
telah dengan ikhlas memberikan bimbingan, saran, dan kritik selama
penyusunan skripsi dan selama menjadi mahasiswi Program Studi Pendidikan
Sejarah.
7. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd. M.Hum Dosen Pembimbing II yang
dengan ikhlas dan sabar memberikan arahan, masukan, motivasi dan
bimbingannya kepada penulis dengan baik dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Drs. H. Iskandar Syah M.H., Dosen Pembahas dari skripsi penulis
yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik dan
saran, serta nasehat dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.
9. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung Drs. H. Iskandar Syah, M.H., Drs. Wakidi, M.Hum , Drs. H. Ali
Imron M.Hum., Drs. H. Maskun M.H., Drs. Syaiful M, M.Si, Drs. Tontowi
Amsia, M.Si., Dr. R.M Sinaga, M.Hum., Hendry Susanto, S.S, M.Hum., M.
Basri, S.Pd, M.Pd., Yustina Sri Ekwandari, S.Pd. M.Hum, Suparman Arif,
S.Pd, M.Pd., Cheri Saputra, S.Pd, M.Pd., dan Myristica Imanita, S.Pd, M.Pd;
10. Bapak dan Ibu staff tata usaha dan karyawan Universitas Lampung
11. Sahabat-sahabatku tercinta yang menjadi tempat curahan hatiku Ages, Dona,
Gina, Serli, Titin,Yana, Abdul , Adi, Antonius, Septia, Hunaifi dan Rully, dan
teman- teman satu bimbingan yang selalu saling mendukung dan memberikan
semangat Lesi, Elis. Bella, dan Puput, Ani semoga kita semua diberi
kemudahan untuk menggapai cita-cita kita Amiin.
12. Terima kasih spesial untuk Guntoro yang telah memberikan dukungan dan
semangat selama menempuh pendidikan tinggi, serta teman-teman kecilku
Khusnul, Feni, Agustina atas doa dan semangatnya.
13. Kepada seluruh teman-teman Kostan Dara dan Wisma Amanah untuk
semangat dan do’anya.
14. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2013 Pendidikan Sejarah atas semangat
dan dukungan semoga kita semua mendapatkan kesuksesan, Amiin.
15. Kakak dan adik tingkat Program Studi Pendidikan Sejarah atas kekeluargaan
yang terjalin selama ini, dan Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah kalian
berikan dan semoga sedikit karya ini dapat membantu dan berguna bagi semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Bandar Lampung, April 2017Penulis
Pipin Ariyanti
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................... 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 9
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................ 10
2.1.1 Konsep Kontribusi .................................................................... 10
2.1.2 Konsep Perjuangan Tokoh ........................................................ 12
2.1.3 Konsep Pembebasan Irian Barat .............................................. 14
2.1.4 Konsep Penjajahan Belanda ...................................................... 17
2.2 Kerangka Pikir .................................................................................... 21
2.3 Paradigma ........................................................................................... 23
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode yang digunakan ..................................................................... 24
3.2 Variabel Penelitian ............................................................................. 30
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 30
3.3.1 Teknik Kepustakaan ................................................................. 31
3.3.2 Teknik Dokumentasi ................................................................ 31
3.4 Teknik Analisis Data .......................................................................... 32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL ................................................................................................ 34
4.1.1 Sejarah Awal Kolonisasi di Irian Barat ..................................... 34
4.1.2 Kondisi Umum Irian Barat Pasca Proklamasi Kemerdekaan ... 37
4.1.2.1 Kondisi Politik .............................................................. 37
4.1.2.2 Kondisi Ekonomi .......................................................... 41
4.1.2.3 Kondisi Sosial Budaya .................................................. 43
4.1.3 Biografi Herlina Kasim ............................................................. 44
ii
4.1.4 Upaya Militer Pembebasan Irian Barat ..................................... 49
4.1.5 Kontribusi Herlina Kasim dalam Operasi Pembebasan Irian
Barat .......................................................................................... 53
4.1.5.1 Sumbangsih Pemikiran ................................................ 53
4.1.5.2 Sumbangsih Fisik ......................................................... 65
4.2 PEMBAHASAN ................................................................................ 81
4.2.1 Kontribusi Herlina Kasim dalam Operasi Pembebasan Irian
Barat ......................................................................................... 81
4.2.1.1 Sumbangsih Pemikiran................................................. 81
4.2.1.2 Sumbangsih Fisik ......................................................... 83
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................................ 86
5.2 Saran ................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Operasi-Operasi Militer dalam Trikora.................................................. 52
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Persetujuan Judul Skripsi ....................................................................... 88
2. Pengesahan Komisi Pembimbing .......................................................... 89
3. Surat Izin Penelitian di Perpustakaan Universitas Lampung ................. 90
4. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di perpustakaan
Universitas Lampung ............................................................................. 91
5. Surat Izin Penelitian di Perpustakaan Daerah Provinsi Lampung ......... 92
6. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di Perpustakaan
Daerah Provinsi Lampung .................................................................... 93
7. Kutipan Percakapan Herlina Kasim dan Mayor Sayoeti ....................... 94
8. Surat Keputusan Presiden Soekarno menghadiahkan Pending Emas
kepada Herlina ....................................................................................... 96
9. Kata pengantar dari Presiden Soekarno dalam buku Herlina Kasim ..... 97
10. Kata pengantar Bapak A. Tahir dalam buku Herlina Kasim ................. 98
11. Isi Trikora ............................................................................................... 99
12. Herlina Kasim ........................................................................................ 100
13. Foto surat Kabar dan Tadjuk Rencana Karya ........................................ 101
14. Peta Perjalanan Herlina Kasim berjuang membebaskan Irian Barat ..... 102
15. Foto Herlina Kasim yang berada di Wisma Harlina bersama rekan
seperjuangan .......................................................................................... 103
16. Foto Acara Pameran Buku yang diselenggarakan PT.Gunung Agung
membantu pembangunan di Irian Barat ................................................. 104
17. Penyerahan Pending Emas oleh Presiden Soekarno .............................. 105
18. Foto Herlina bersama para pasukan dan Kamp Konsentrasi di Sorong . 106
19. Foto anggota Dewan Papua.................................................................... 107
20. Potret Perkampungan di Irian Barat ....................................................... 108
21. Pendidikan zaman Belanda dan pelayanan Kesehatan di Irian Barat .... 109
22. Foto Surat Kabar Tjenderawasih dan Contoh Pamflet yang digunakan
Untuk Membantu Perjuangan ................................................................ 110
23. Foto Pemakanan sang Srikandi Trikora ................................................. 111
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perjuangan tokoh wanita di Indonesia sudah di kenal sejak zaman perang sebelum
kemerdekaan. Pada era sebelum kemerdekaan kita pernah mengenal tokoh-tokoh
perjuangan wanita seperti Cut Nyak Dien, R. A Kartini, dan Cristina Marta
Tiahahu. Selain ikut berjuang secara fisik yaitu berperang melawan Belanda ada
pula yang berjuang dengan kegiatan yang bersifat non fisik contohnya
memberikan pendidikan pada kaum perempuan seperti yang dilakukan oleh R. A
Kartini yang gigih memperjuangkan hak-hak kaum nya agar mendapat kehidupan
yang lebih baik pada saat itu dan di masa yang akan datang.
Perjuangan wanita ini kemudian berlanjut pada era pasca kemerdekaan, pada era
ini kemudian memunculkan tokoh pejuang wanita salah satunya adalah Herlina
Kasim. Herlina Kasim merupakan tokoh pejuang wanita yang membantu dalam
rangka perjuangan pengembalian Irian Barat kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pada saat itu Herlina merupakan salah seorang perempuan muda dan satu-satunya yang menjadi pilar tegaknya NKRI dengan masuknya wilayahPapua Barat yang dahulu dikenal dengan nama Irian Barat, tahun 1963Soekarno menjuluki Herlina sebagai Srikandi Irian Barat, berkatkeberaniannya menembus belantara Irian Barat waktu masih dikuasaiBelanda. Dengan terjun payung bergabung dengan pasukan RPKAD yangdipimpin Letnan dr. Ben Mboy dan Letnan Benny Moerdani dalam usiabelasan (Dra. Naning Pranoto, MA, 2010:202).
2
Kontribusi Herlina Kasim sebagai salah satu tokoh pejuang Irian Barat menarik
untuk dicermati sebagai wanita muda yang pada masa itu masih mengenyam
pendidikan di perguruan tinggi namun dirinya justru memilih untuk diikutsertakan
dalam perjuangan pembebasan Irian Barat. Keinginan besarnya ikut dalam
perjuangan salah satunya diprakarsai oleh cita-citanya berkeliling Indonesia.
Selain dari pada itu dirinya memang sudah aktif dalam hal persuratkabaran
sehingga kemampuan yang dimilikinya sangat bermanfaat untuk membantu
perjuangan Irian Barat terutama menyebarkan Informasi dan menarik dukungan
dari rakyat Irian Barat. Saat Bung Karno mengobarkan semangat Trikora maka
Herlina dengan senjatanya yaitu pers menjadi sarana yang tepat untuk dapat
mewujudkan cita-cita dan tujuan Trikora tersebut.
Perjuangan pengembalian Irian Barat ini bermula ketika bangsa Belanda
berkeinginan untuk kembali menjajah Indonesia. Belanda kemudian mulai
melakukan usaha-usaha untuk kembali menjajah di Indonesia, usaha tersebut
salah satunya dengan tidak mengakui kemerdekaan Indonesia dan ingin kembali
menduduki Indonesia. Setelah melalui perjuangan yang panjang akhirnya Belanda
dapat mengakui kemerdekaan Indonesia dengan syarat-syarat tertentu yang di
ajukan Belanda. Pengakuan kedaulatan yang diberikan Belanda itu ternyata
menurut Belanda tidak berlaku bagi Irian Barat.
Dalam KMB itu salah satu poin yang membuat delegasi Indonesia bernapaslega adalah lahirnya Piagam Penyerahan Kedaulatan yang terdapat dalampasal 1 ayat 1. Pasal itu menyatakan “ Kerajaan Nederland menyerahkankedaulatan atas Indonesia yang sepenuhnya kepada Republik IndonesiaSerikat dengan tidak bersyarat lagi dengan tidak dapat dicabut dan karenaitu mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai negara yang merdeka danberdaulat” (Angkasa, 2011:22).
3
Setelah di tanda tangani nya piagam penyerahan dan pengakuan kedaulatan
kepada RIS, ini berarti secara formal Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia
dan mengakui kedaulatan penuh suatu negara Indonesia di seluruh bekas wilayah
Hindia Belanda, kecuali Papua (Marwati Djoned dan Nugroho Notosusanto,
2008:272). Akan tetapi pemerintah Indonesia tidak tinggal diam dan tetap
berusaha memperjuangkan nasib Irian Barat, karena permasalahan Irian Barat ini
tidak menemui titik terang maka Belanda berjanji untuk membicarakan
permasalahan Irian Barat setelah satu tahun penyerahan kedaulatan.
Setelah satu tahun penyerahan kedaulatan Indonesia seperti yang sudah dijanjikan
oleh pihak Belanda, Belanda justru tak kunjung menyerahkan ataupun
membicarakan permasalahan Irian Barat kepada pemerintah Indonesia dan bahkan
cenderung mengulur-ulur waktu untuk menyerahkan wilayah tersebut kepada
pemerintah Indonesia. Hal inilah yang kemudian menjadi pemicu permasalahan
Indonesia dan pihak Belanda berlanjut terkait permasalahan Irian Barat.
Mengenai Irian Barat sendiri terdapat perbedaan penafsiran antara Pemerintah
Indonesia dan Pemerintah Belanda. Belanda berpendapat bahwa Irian Barat harus
memiliki status yang khusus karena tidak memiliki hubungan etnologis,
sosiologis, maupun agama dengan bagian wilayah Indonesia lainnya. Namun
pernyataan tersebut jelas ditolak dengan tegas oleh pemerintah Indonesia.
Indonesia jelas memiliki hubungan yang erat dengan Irian Barat yang selama ini
terjalin baik dalam segala aspek baik itu etnologis, ekonomi, sosiologis, maupun
agama.
Permasalahan pemerintah Indonesia dengan pihak Belanda sudah berlangsung
cukup lama setelah kemerdekaan Negara Indonesia sebelum diadakannya
4
perjanjian KMB. Perundingan demi perundingan dilakukan dan diupayakan
Indonesia untuk menyelesaikan masalah dengan pihak Belanda namun, sepertinya
Belanda masih ingin mempertahankan kekuasaannya di Indonesia dengan
berusaha memecah belah persatuan Indonesia.
Sepanjang Tahun 1950-an Belanda berisi keras tetap bercokol di Irian Barat.Baginya wilayah ini dianggap sebagai simbol sisa kebanggaannya sebagaibekas kekuatan kolonial yang besar. Wilayah ini dijadikan the last frontier-nya. Bahkan sejak 1954 Belanda menutup pintu rapat-rapat, menolak untukmerundingkan masalah tinggalan KMB itu dengan Indonesia (Angkasa,2011:8).
Hal ini terbukti dengan dukungan Belanda terhadap Organisasi kedaerahan yang
ingin memisahkan diri terhadap NKRI. Ini merupakan salah satu taktik Belanda
untuk menguatkan argumen bahwa Indonesia belum mampu berdiri sendiri
sebagai negara yang berdaulat, yang dianggap masih perlu mendapatkan sokongan
dari negara lain dalam hal ini adalah pihak Belanda seperti mengenai
permasalahan Irian Barat. Indonesia dianggap belum mampu mengayomi daerah
Irian Barat, oleh karenanya Irian Barat lebih baik dimasukan dalam kekuasaan
Pemerintah Belanda. Ini artinya kedaulatan RI diragukan, yang kemudian
memaksa pemerintah Indonesia melakukan tindakan tegas menuntut
pengembalian wilayah Irian Barat kepada pihak Indonesia.
Dalam peristiwa pengembalian Irian Barat ini kemudian memunculkan tokoh-
tokoh perjuangan pembebasan Irian Barat seperti Laksamana Madya Yosapht
Soedarso (Yos Soedarso), Panglima Tertinggi pembebasan Irian Barat Ir.
Soekarno, Zaenal Adidin Syah Gubernur pertama Irian Barat, Kapten Wiratmo
kapten kapal Matjan Tutul, Panglima Komando Mandala Jendral Soeharto, dan
5
masih banyak lainnya, dari nama-nama itu terdapat pula nama Herlina Kasim
sebagai tokoh pejuang wanita semasa Trikora.
Herlina Kasim yang di anggap sebagai salah satu tokoh penting dalam upaya
pembebasan Irian Barat karena peranannya dalam membantu tegaknya NKRI
yang pada saat itu berusaha untuk dipermainkan pihak Belanda. Dirinya kemudian
dikenal dengan sebutan Srikandi Trikora, karena keberaniannya ikut serta dalam
operasi pembebasan Irian Barat. Herlina yang berkeinginan besar untuk ikut
berjuang bagi Ibu Pertiwi tentunya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Terutama saat Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan pihak Belanda
dan bertekad mengembalikan Irian Barat dengan cara apapun sekalipun baik itu
dengan menggunakan kekuatan senjata sekalipun. Pada tahun 1960an Terjadi
demonstrasi dimana-mana menuntut penyelesaian masalah Irian Barat rakyat
seolah-olah dibuat “demam Irian Barat” yang memperlihatkan tingginya rasa
nasionalisme Bangsa Indonesia.
Rapat-rapat raksasa diselenggarakan dimana-mana untuk menggelorakansemangat rakyat, dan menghasilkan kebulatan tekad untuk mengembalikanIrian Barat ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tidak hanyapemogokan buruh dan pengambilan perusahan-perusahan Belanda saja yangdilakukan, malah akhirnya hubungan diplomatik Indonesia-Belanda pundiputuskan oleh pihak kita (Herlina, 1985:17).
Semangat anak muda dan tingginya rasa nasionalisme rakyat Indonesia itulah
yang pula dirasakan oleh seorang Herlina. Jiwanya merasa terpanggil untuk
melihat lebih dekat pelosok-pelosok tanah airnya, dalam rangkaian perjalanannya
mengelilingi Indonesia. Pada bulan Februari 1961 sampailah Herlina di Soasiu,
Ibu Kota Provinsi Irian Barat yang terletak di Pulau Tidore, sebelah utara
Kepulauan Maluku. Provinsi Irian Barat disebut juga Provinsi Perjuangan.
6
Sebagai Provinsi Perjuangan nyatanya Soasiu, tidak seperti sebutannya yang
selalu dibicarakan, Soasiu tidak lebih seperti kota mati, kegiatan setempat
mengenai Irian Barat tidak ada ketjuali, membangun Soasiu setengah-setengah
(Herlina, 1965: 5). Pada saat itu kondisi Soaisiu sangat memprihatinkan, radio
yang dianggap sebagai alat penerangan masih sangat sedikit, yang hanya dimiliki
oleh beberapa orang saja. Apalagi masyarakat Soasiu lebih senang mendengarkan
radio siaran penjajah dari pada R.R.I Provinsi Irian Barat karena siarannya yang
lebih menarik. Selain itu, ditambah sumber bacaan yang sangat minim sehingga
masyarakat Irian Barat akhirnya menjadi buta mengenai Irian Barat sendiri dan
perkembangan tentang Indonesia.
Pada bulan Agustus 1961 Herlina kembali berada di Soasiu, tujuannya adalah
mencari cara bagaimana menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam
usahanya untuk membantu melepaskan Irian Barat dari penjajahan Belanda.
Bertepatan dengan itu pada tanggal 19 Desember 1961 pada apel peringatan
dimulainya Aksi Militer II Belanda di Kota Yogyakarta, dikeluarkannya pula
pengumuman mengenai akan diadakannya Operasi Militer Pembebasan Irian
Barat atau disebut juga Operasi Trikora (Tri Komando Rakyat) oleh Presiden
Soekarno yang di dalamnya memuat beberapa point yaitu:
1. Gagalkan pembentukan “Negara Boneka Papua” buatan kolonial
2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan
dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa (Susilo Suharto, 2006:89).
7
Menindaklanjuti masalah tersebut kemudian pada tanggal 2 januari 1962 dengan
keputusan No 1 Tahun 1962 membentuk komando Mandala oleh karenanya
kegiatan yang sifatnya terkait irian barat tidak dapat sembarang dilakukan, melihat
risiko yang akan dialami, maka kegiatan yang terkait masalah Irian Barat
dilakukan dalam satu komando yang disebut Komando Mandala.
Dan pelaksanaanja tentu tidak seenaknya sendiri, karena ada saluran-salurantertentu. Seluruh kegiatan operasi Irian Barat dipusatkan kepada KomandoPembebasan Irian Barat ,, Mandala’’ yang berkedudukan di Makasar.Kegiatan sendiri-sendiri tidak bisa dipertanggung-djawabkan, dan tidakdibenarkan. Dengan sendirinya segala kegiatan akan diteliti kefaedahannja.Pasti tidak akan sembarangan sadja diluntjurkan ke daerah yang masihmerupakan teka-teki (Herlina, 1965:68).
Dengan adanya aturan tersebut artinya tidak memungkinkan bagi Herlina untuk
melakukan perjuangan secara mandiri lebih lanjut, tanpa mendapatkan izin dari
pihak mandala. Herlina yang saat itu merupakan pimpinan surat kabar mingguan
“Karya” yang merupakan alat perjuangannya selama ini, harus ditinggalkan.
Untuk melancarkan keinginannya melakukan perjuangan yang lebih besar Herlina
kemudian mendaftarkan diri sebagai sukarelawan meskipun secara rahasia untuk
membantu perjuangan guna membaca situasi di Irian Barat dan mencari cara
membantu perjuangan di Irian Barat. Dalam kesempatan ini Herlina
diikutsertakan dalam pasukan penerjun payung yang kemudian diterjunkan secara
rahasia tanpa diketahui bahwa identitasnya adalah seorang wanita. Hal ini
dikarenakan sukarelawan baru diprioritaskan bagi kaum laki-laki saja.
Perjuangan yang dilakukan Herlina untuk membantu pembebasan Irian Barat,
berlanjut sekembalinya Herlina mengikuti kegiatan terjun payung pasukan.
Dirinya mendaftarkan diri secara resmi sebagai sukarelawan bukan secara rahasia
8
seperti sebelumnya. Berbekal pengalamannya sebagai wartawan dirinya kemudian
dipercaya sebagai pimpinan tim penerangan. Tim ini adalah tim khusus yang
dibentuk untuk membantu perjuangan di bidang penerangan. Seperti sebutannya
Tim ini akan bergerak di bidang penerangan bagi masyarakat dan menarik simpati
rakyat Irian namun, meskipun bukanlah pasukan militer bukan berarti tim ini
terbebas dari serangan Belanda mereka juga harus melakukan kegiatan secara
sembunyi-sembunyi awalnya dan bergerilya melawan Belanda.
Meskipun Herlina seorang wanita namun, dirinya tak gentar sedikitpun untuk
membantu perjuangan dirinya bukan hanya siap mengorbankan harta, benda
namun juga jiwa raganya. Berdasarkan latar belakang di atas menjadikan alasan
ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian dan menganalisa mengenai
Kontribusi yang diberikan Herlina Kasim dalam Upaya pembebasan Irian Barat
dari Penjajahan Belanda Tahun 1962-1963.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apa sajakah kontribusi Herlina Kasim dalam upaya pembebasan Irian
Barat dari penjajahan Belanda tahun 1962-1963?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Kontribusi Herlina Kasim
dalam upaya pembebasan Irian Barat dari penjajahan Belanda tahun 1962-1963.
9
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Dapat dijadikan tambahan referensi dalam perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang kesejarahan yakni mengenai
Kontribusi Herlina Kasim dalam upaya pembebasan Irian Barat dari
penjajahan Belanda tahun 1962-1963.
2. Dapat menambah wawasan bagi penulis maupun masyarakat khususnya
dalam bidang kesejarahan mengenai Kontribusi Herlina Kasim dalam
upaya pembebasan Irian Barat dari penjajahan Belanda tahun 1962-1963.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Kontribusi Herlina Kasim dalam Upaya
Pembebasan Irian Barat dari Penjajahan Belanda Tahun 1962-1963.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Herlina Kasim.
3. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Lampung,
Perpustakaan Pendidikan Sejarah dan Perpustakaan Daerah Lampung,
karena dalam bidang Ilmu Sejarah dibutuhkan referensi buku guna
menunjang penyelesaian penelitian ini.
4. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dalam penelitian ini adalah tahun 2017.
10
5. Konsentrasi Ilmu
Konsentrasi Ilmu dalam penelitian ini adalah Ilmu Sejarah.
6. Temporal
Dinamakan relasi temporal apabila bagian kalimat yang satu diberikan
keterangan waktu dan berkenaan dengan waktu – waktu tertentu. Dalam
penelitian ini, peneliti membatasi tahun yang diteliti yaitu tahun 1962
hingga tahun 1963.
11
REFERENSI
Dra. Naning Pranoto, MA, 2010. Her Story: Sejarah Perjalanan Payudara.Yogyakarta: Kanisius. Halaman 202
Majalah Angkasa. 2011. Operasi Udara Trikora : Aksi Militer Merebut IrianBarat. Jakarta: PT Gramedia. Halaman 22
Marwati Djoned dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indonesia VIJakarta: Balai Pustaka. Halaman 272
Angkasa. Op. Cit., Halaman 8
Herlina. 1985. Pending Emas. Jakarta : Gunung Agung. Halaman 17
Herlina. 1965. Pending Emas. Jakarta : Gunung Agung. Halaman 5
Susilo Suharto. 2006. Kekuasaan Presiden Republik Indonesia dalam PeriodeBerlakunya Undang-Undang Dasar 1945. Yogyakarta. Graha Ilmu.Halaman 89
Herlina. Op, Cit,. Halaman 68
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
2.1 Tinjuan Pustaka
2.1.1 Konsep Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution, maknanya
adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti
dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Kontribusi dapat
diberikan dalam berbagai bidang yakni pemikiran, kepemimpinan,
profesionalisme, finansial, dan lainnya (http://www.anneahira.com/kontribusi.
html, 31 Mei 2017). Dalam penelitian ini kontribusi di artikan sebagai sumbangan
seorang tokoh dalam rangka pembebasan Irian Barat.
Menurut para ahli Kontribusi dalam Kamus Ilmiah Populer diartikan sebagai
“uang sumbangan atau sokongan” (Dany H., 2006:264). Sementara menurut
Yandianto dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, diartikan: ”Sebagai uang
iuran pada perkumpulan, sumbangan (Yandianto, 2000:282). Pada penelitian kali
ini secara lebih umum penulis mengartikan sumbangan yang diberikan dapat
diartikan bukan hanya dalam bentuk uang namun dalam lingkup yang lebih luas
berupa pemikiran maupun tenaga (fisik).
Hal ini selaras dengan pendapat Adzkira Ibrahim bahwa kiranya kontribusi tidak
boleh hanya diartikan sebagai bentuk bantuan uang atau materi saja. hal ini akan
12
membatasi bentuk kontribusi itu sendiri. Maksudnya, hanya orang-orang yang
memiliki uang saja yang bisa melakukan kontribusi, sedangkan kontribusi disini
diartikan sebagai keikutsertaan atau kepedulian individu atau kelompok terhadap
suatu kegiatan. Bentuk kontribusi yang bisa diberikan oleh masyarakat harus
sesuai dengan kapasitas atau kemampuan masing-masing orang tersebut. Individu
atau kelompok bisa menyumbangkan pikirannya, tenaganya, dan materinya demi
mengsukseskan kegiatan yang direncanakan demi untuk mencapai tujuan bersama
(http:// pengertian definisi. com/ konsep- dan- pengertian- kontribusi/).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dalam penelitian ini kontribusi
Herlina Kasim dalam upaya pembebasan Irian Barat diartikan dengan
sumbangsihnya berupa sumbangsih pemikiran, dan sumbangsih fisik berupa
usahanya dengan sukarela semasa Operasi Pembebasan Irian Barat untuk
memperjuangkan kepentingan umum rakyat Irian dan Indonesia yaitu
kemerdekaan wilayah Irian Barat dari penjajahan Belanda.
2.1.2 Konsep Perjuangan Tokoh
Perjuangan Tokoh dalam kemerdekaan Indonesia ataupun dalam mempertahankan
kemerdekaan banyak sekali melibatkan orang-orang yang dengan sukarela
mengorbankan jiwa dan raganya tanpa mengharapkan imbalan apapun. Termasuk
di dalamnya perjuangan merebut kembali Irian Barat dari penjajahan Belanda.
Pada penelitian ini perjuangan tokoh yang dimaksudkan adalah seorang Herlina
Kasim pejuang wanita semasa Trikora yang dengan semangat nasionalisme dan
kecintaan terhadap tanah air membuatnya sangat tidak rela melihat saudaranya di
13
Irian Barat masih dalam belenggu penjajahan Belanda, yang kemudian ikut serta
dalam membantu pembebasan Irian Barat.
Herlina kasim adalah seorang wartawan sekaligus pemimpin umum atau
penanggung jawab sebuah mingguan “Karya” yang berada di Soasiu, Ternate
yang merupakan pusat pemerintahan sementara Irian Barat saat itu (Herlina,
1985:74). Surat kabar mingguan diterbitkan oleh Yayasan Kartika Lina yang
didirikan oleh Herlina sendiri sebagai badan penerbit surat kabar tersebut.
Kegemarannya berkeliling menjadikan kecintaanya terhadap Indonesia semakin
kuat. Melihat wilayah Indonesia dan saudaranya yang masih berada dalam
cengkraman Belanda memuatnya bertekad untuk turut serata dalam perjuangan
membebaskan Irian Barat. Seperti dikutip dari pernyataannya dalam buku “Her
Strory”.
“waktu itu saya hanya berfikir satu hal agar Irian Barat merdeka masukwilayah Indonesia. Dengan demikian NKRI berdiri tegak. Saya sejak kecilmemang ingi berbuat sesuatu yang berarti untuk Ibu Pertiwi tercinta.Perjuangan merebut Irian Barat dari cengkraman Belanda itu yang sayapilih,” kata Herlina Kasim dengan penuh semangat ketika penulisberanjangsana kerumahnya di Cijantung, Jakarta Timur, pertengah tahun ’80(Dra. Naning Pranoto, MA. 2010:202)
Sebelum mendaftarkan diri dalam operasi Trikora, Herlina adalah seorang jurnalis
di Maluku yang dikenal punya hubungan dekat dengan satuan militer setempat
(Sumber: Berita Online Tempo.co). Herlina sudah kenal dekat dengan beberapa
petinggi satuan militer yang saat itu seperti yang ada di Kodam XVI Pattimura.
Berkat kedekatannya dengan para satuan militer setempat Herlina memanfaatkan
profesinya sebagai alat agar dirinya dapat ikut berjuang menuju Irian Barat yang
14
merupakan salah satu daerah terlarang dengan alasan ingin melakukan wawancara
dan meliput kegiatan yang ada di wilayah militer tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas maka, Herlina merupakan seoarang wartawan dan
warga sipil yang bekerja di bidang penerbitan atau penerangan rakyat, yang
mulanya bukanlah anggota militer yang ditugaskan secara khusus untuk ikut serta
dalam operasi pembebasan Irian Barat, namun berkat keinginannya untuk ikut
melakukan perjuangan membebaskan Irian Barat dari penjajahan Belanda maka
dirinya kemudian secara sukarela mendaftarkan diri sebagai sukarelawan dengan
memanfaatkan profesinya dan kedekatannya dengan para satuan militer yang
ditugaskan untuk operasi militer tersebut.
2.1.3 Konsep Pembebasan Irian Barat
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia pembebasan berarti proses, cara,
perbuatan membebaskan (Departemen Pendidikan Nasional, 2008:154). Sebagai
contoh membebaskan seseorang yang menjadi tawanan perang. Dalam penelitian
ini cara yang dilakukan untuk membebaskan Irian Barat dari penjajahan Belanda
terdapat dua macam yaitu usaha yang dilakukan dengan cara perjuangan non fisik
seperti diplomasi dan dengan cara perjuangan fisik berupa operasi militer.
Perjuangan secara diplomasi dijelaskan dalam Jurnal Sejarah Tilly “collective
Action” Revolusi, bahwa perjuangan secara diplomasi dilakukan dengan
membawa masalah Irian Barat ke dalam sidang Majelis Umum ke-9 PBB tahun
1954, setelah Belanda tidak menyerahkan Irian Barat pada pemerintah Indonesia
setelah beberapa tahun sejak perjanjian KMB. Namun sebelum tahun 1954
15
Indonesia juga selalu mengadakan Diplomasi dengan Belanda untuk menentukan
nasib Irian Barat. Seperti pada tahun 1950 pada masa kabinet Natsir.
Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, pada 7 September 1950,kabinet pimpinan Perdana Menteri (PM) Moh Natsir dilantik (September1950-Maret 1951). Salah satu program Kabinet Natsir adalahmemperjuangkan penyelesaian Papua Barat. Untuk itu pada 4-27 Desember1950, Indonesia dan Belanda Berunding lagi di Den Haag. Dalamperundingan itu pihak Indonesia berupaya membujuk Belanda denganmengatakan bahwa bila Belanda menyerahkan kekuasaan atas Papua Baratkepada Indonesia, maka Indonesia akan memberi otonomi dan membentukbadan perwakilan ( Ester Yambeyapdi,2004:68).
Pada masa berikutnya yaitu Kabinet Natsir yang belum juga berhasil
menyelesaikan masalah Irian Barat dikarenakan Belanda mengajukan persyaratan
yang tidak menguntungkan Indonesia maka perjuangan Kabinet Natsir pun belum
berhasil. Selanjutnya pada masa pemerintahan Kabinet Sukiman (April 1951-
Februari 1952) dalam programnya juga mencantumkan masalah Irian Barat
sebagai salah satu permasalahan yang harus diselesaikan. Ester Yambeyapdi
menjelaskan maka, “Sehubungan dengan itu, pada 16 Januari 1952 delegasi
Indonesia tiba di Den Haag dan memulai perundingan dengan Belanda. Indonesia
berisi keras bahwa dalam Piagam penyerahan kekuasaan secara de jure Papua ada
pada Indonesia” (Ester Yambeyapdi, 2004:68).
Pada masa kabinet selanjutnya yaitu Kabinet Wilopo masalah Irian Barat tidak
lagi di prioritaskan karena keadaan politik Indonesia saat itu tidak stabil dimana
banyak nya tindakan separatisme dari berbagai daerah. Pada bulan Juli 1953
kabinet berikutnya terbentuk kabinet ini di pimpin oleh Ali Sastroamidjojo yang
terkenal dengan sebutan Kabinet Ali Sastroamidjojo I yang akan memperjuangkan
kembali masalah Irian Barat dengan kembali mengadakan perundingan di Den
16
Haag dan peninjauan kembali persetujuan KMB. Usulan itu kemudian di tolak
oleh pihak Belanda. Belanda dengan strategi politiknya akhirnya tetap dapat
bertahan di Irian Barat.
Perjuangan diplomasi Indonesia kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan
Konferensi Pancanegara di Bogor dan Konferensi Asia Afrika di Bandung. Tujuan
Konferensi Bogor tersebut adalah melanjutkan perundingan tentang suatu
gagasan, yang telah timbul dalam Konferensi Colombo yakni ide untuk
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (Kansil dan Julianto, 1985:59).
Selanjutnya pada Konferensi Asia Afrika yang dihadiri oleh 29 negara di Asia dan
Afrika inti dari konferensi ini adalah bahwa jiwa Asia Afrika menolak
kolonialisme dalam bentuk apapun mempertahankan hak-hak manusia sebagai
dasar umum bagi semua bangsa dan mempertahankan pula prinsip menentukan
nasib sendiri semua bangsa (Kansil dan Julianto, 1985:60). Berdasarkan
penjelasan di atas maka jelas bahwa Indonesia berupaya menarik simpati negara-
negara di dunia untuk mendukung gerakan anti kolonialisme. Salah satu negara
kolonialis yang dimaksud tidak lain adalah Belanda yang berada di Irian Barat
saat itu.
Segala upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka
melaksanakan perjuangan secara diplomasi namun hal tersebut tak kunjung pula
membuahkan hasil. Indonesia bahkan berulang kali telah membawa masalah Irian
Barat dalam sidang PBB namun tampaknya hal itu juga dirasa belum cukup untuk
mengembalikan Irian Barat.
17
Akibat gagalnya perjuangan Indonesia di forum Internasional seperti PBB
kemudian pemerintah RI memandang bahwa masalah Papua Barat tidak dapat
diselesaikan dengan cara negosiasi saja, karena itu strategi Diplomasi Indonesia
harus ditambah dengan penggunaan kekuatan militer (Ester Yambeyapdi,
2004:73). Maka dilaksanakanlah Operasi Trikora sebagai bentuk nyata perjuangan
fisik yang dilakukan Indonesia ketika cara-cara diplomasi tak lagi berhasil.
Pengertian Operasi Trikora sendiri merupakan operasi militer yang dilakukan oleh
Tentara Republik Indonesia, yang berawal dari Pidato Bung Karno di hadapan
sekitar 500.000 orang yang disebut Tri Komando Rakyat (Trikora). “Munculnya
Operasi militer bersandi Tri Komando Rakyat (Komando Trikora) yang bertujuan
mengembalikan wilayah Irian Barat ke NKRI tak terlepas dari Konferensi Meja
Bundar (KMB) yang berlangsung di Den Haag Belanda, pada 23 Agustus hingga
2 November 1949” (Angkasa, 2011: 22).
Keluarnya pengumuman mengenai Trikora, maka secara resmi Indonesia akan
melaksanakan Operasi Militer untuk merebut kembali Irian Barat. Maka Operasi
tersebut dinamakan Operasi Trikora. Dalam Operasi Trikora ini dipimpin oleh
Komando Mandala, yang saat itu diketuai oleh Soeharto. Menurutnya, Operasi
Trikora ini harus memiliki taktik tersendiri seperti melakukan Infiltrasi secara
tersembunyi untuk menyebarkan pasukan ke wilayah Irian Barat.
2.1.4 Konsep Penjajahan Belanda
Menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ed.III Depdiknas
“Penjajahan” mengandung arti:
1. jajah: menjajah berarti keluar-masuk suatu daerah (negeri, dsb).
18
2. menguasai dan memerintah suatu negeri (Tim Penyusun KBBI, 2005:51).
Pada saat itu status negara Indonesia telah merdeka dengan demikian Irian Barat
juga merdeka hal ini dikarenakan wilayah Irian Barat termasuk ke dalam wilayah
Indonesia, namun hal ini hanya secara de jure tetapi secara de facto wilayah Irian
Barat belum diakui kemerdekaannya oleh pemerintah Belanda, meskipun setelah
penyerahan kedaulatan Indonesia akan tetapi tidak termasuk dengan Irian Barat.
Menurut Pandangan Pemerintah Indonesia maka kedudukan dan penguasaanwilayah Irian Barat oleh Belanda merupakan tindakan sepihak terhadapIndonesia. Hal menyebabkan Indonesia menjadi bangsa yang belummerdeka sepenuhnya karena masih adanya penjajahan di sebagianwilayahnya. Apabila keadaan itu dibiarkan berlangsung terus, maka hal ituakan merupakan bahaya kembalihya kolonialisme ke seluruh wilayahIndonesia, dalam bentuk dan cara yang sesuai dengan zamannya (Cholil,1979:16).
Kolonialisme atau Penjajahan adalah suatu sistem di mana suatu negara
menguasai rakyat dan sumber daya negara lain tetapi masih tetap berhubungan
dengan negara asal istilah ini merujuk kepada himpunan keyakinan yang
digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan sistem ini, terutama
kepercayan bahwa moral pengkoloni lebih hebat ketimbang yang di kolonikan
(Wikipedia Indonesia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kolonialisme. Diakes pada 20
Mei 2017 Pukul 11.51 WIB)
Bentuk hubungan pemerintah Belanda di Irian Barat dengan pemerintah kerajaan
Belanda dibuktikan dengan memasukan wilayah Irian Barat ke dalam bagian
wilayah kerajaan Belanda atas persetujuan dari parlemen Belanda pada
pertengahan bulan Agustus 1952. Dengan Propagandanya selanjutnya pemerintah
Belanda membentuk negara Boneka Papua dengan membentuk dewan Papua.
19
Pemerintah Belanda kemudian memaksakan untuk mempercepat gagasanself determination tidak melalui dewan papua, tetapi dengan caramembentuk Komite Nasional Papua tetapi dengan cara membentuk KomiteNasional Papua. Komite tersebut diresmikan pada tanggal 19 Oktober 1961yang terdiri dari anggota Dewan Papua yang lebih kurang berjumlah 20orang ditambah dengan anggota lainnya, sehingga meliputi 80 orang(Cholil, 1979:26)
Komite Nasional Papua ini kemudian menyampaikan pernyataan (manifes)
kepada Dewan Papua yang berisi :
a. Menentukan Bendera Pusaka.
b. Lagu Kebangsaan Papua.
c. Mengganti nama West Nieuw Guinea menjadi Papua Barat;
d. Nama Bangsa adalah Papua.
e. Mengusulkan bendera dikibarkan pada tanggal 1 Nopember 1961.
Sidang Dewan Papua telah menyetujui Manifest Komite Nasional Papua, kecuali
tentang pengibaran Bendera Papua tanggal 1 November 1961 masih menunggu
keputusan Belanda. Pemerintah Belanda kemudian memutuskan tentang
pengibaran bendera Papua pada tanggal1 Desember 1961 (Cholil, 1979:26)
Dalam bukunya Herlina juga mengungkapkan bahwa sesuai dengan fakta sejarah,
Republik Indonesia berkeras menuntut wilayah Irian Barat. Sementara itu
Pemerintah Hindia Belanda dengan segala akal busuknya mengelak dan mengulur
waktu. Penjajahan Belanda yang sudah mencapai tiga setengah abad itu masih
akan mereka teruskan di Irian Barat (Herlina, 1985:14).
Dari penjelasan diatas, maka penguasaan wilayah Irian Barat oleh Pemerintah
Belanda termasuk dalam bentuk Penjajahan dengan membentuk pemerintahan di
Irian Barat yaitu memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah Kerajaan
20
Belanda pada bulan Agustus 1952, melakukan intervensi dengan membentuk
negara boneka yang bertujuan agar Irian Barat tetap berada dalam kendali Belanda
meskipun nantinya telah berdiri sebagai negara yang berada dibawah kekuasaan
Belanda dan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di Irian Barat untung
keuntungan negeri Belanda.
Penjajahan yang Belanda lalukan di Nusantara pada umumnya dilakukan dengan
mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dari daerah jajahannya untuk
kepentingan negara Belanda. Yang saat itu di kuasai Perancis. Dalam usaha nya
menguasai daerah-daerah jajahannya Belanda menerapkan politik devide et
impera, atau politik adu domba. Politik ini nyatanya berhasil memisahkan daerah-
daerah dari kekuasaan kerajaan-kerajaan di nusantara pada masa penjajahan
Belanda di Indonesia. Begitu juga di Irian Barat Belanda berusaha mendirikan
negara Boneka Papua agar usahanya untuk menguasai Irian Barat berhasil.
Bentuk formal penjajahan Belanda di Indonesia yang terdapat dalam buku
Pengantar Ilmu sejarah yaitu bahwa:
1. suatu daerah menjadi bagian mutlak dari kerajaan Hindia Belanda2. hubungan politik luar negeri tidak mungkin lagi kecuali hubungan
dengan Hindia-Belanda saja.3. Urusan dalam negeri dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda (R.
Moh. Ali 2005:320).
Penerapan kebijakan-kebijakan mulai dilakukan Belanda dalam rangka melakukan
penjajahan nya di Indonesia seperti sistem kerja Rodi membuat jalan dari Anyer
sampai Panarukan, Tanam Paksa (culture stelsel), politik pintu terbuka hingga
21
Politik Etis. Politik etis merupakan cara baru yang di lakukan Belanda karena
adanya kecaman-kecaman untuk mengurangi penderitaan rakyat Jawa.
Eksploitasi terhadap Indonesia mulai kurang dijadikan alasan utamakekuasaan Belanda, dan digantikan dengan pernyataan-pernyataankeprihatinan atas kesejahteraan bangsa Indonesia. Kebijakan ini dinamakan“politik etis”….. Sebenarnya dalam kebijakan-kebijakan politik etis terdapatlebih banyak janji dari pada pelaksanaan dan fakta-fakta penting tentangeksploitasi dan penaklukan sesungguhnya tidak berubah (M.C Ricklefs.2008:327).
demikianlah gambaran mengenai konsep penjajahan Belanda di Nusantara yang
dimulai dari runtuhnya VOC hingga Indonesia berhasil merdeka sekalipun
keinginan untuk tetap mempertahankan kekuasaannya di Nusantara tetap
dilakukan. Seperti hal nya keinginan Belanda untuk menguasai daerah Irian
Barat, meskipun secara de jure Irian Barat telah merdeka tetapi secara de facto
wilayah Irian Barat belum diakui kemerdekaannya oleh pemerintah Belanda.
Belanda masih ingin tetap mempertahankan kedudukannya di wilayah tersebut.
2.2 Kerangka Pikir
Pada masa pembebasan Irian Barat keterlibatan Herlina Kasim dalam Operasi
Trikora yang di pimpin langsung oleh Komando Mandala merupakan suatu
keadaan yang tidak direncanakan pada mulanya. Hal ini dikarenakan pada masa
pembebasan Irian Barat wanita belum diikutsertakan dalam misi pembebasan Irian
Barat, misi tersebut hanya diperuntukkan bagi kalangan pria saja, sehingga
keinginan Herlina untuk terlibat dalam misi pembebasan Irian Barat masih
disangsikan oleh beberapa pihak. Keteguhan niat dan tekad Herlina kemudian
dapat merubah pandangan tentang keinginan dirinya yang ia utarakan kepada
22
beberapa tokoh penting yang terkait dengan misi pembebasan Irian Barat seperti
Kepala Staf Kodam Pattimura saat itu bapak Fattah dan juga seperti Panglima
Komando Mandala Mayjen Soeharto.
Setelah mengikuti pelatihan yang sangat singkat sebagai sukarelawan maka
Herlina kemudian diikutsertakan dalam kegiatan penerjunan pasukan (infiltrasi)
melalui udara menuju belantara Irian Barat secara rahasia. Dalam hal ini Herlina
telah mencoba memberikan kontribusi baik dalam bentuk pemikiran, dan tenaga,
selama Operasi Pembebasan Irian Barat terutama setelah dirinya secara resmi
mendaftarkan diri sebagai sukarelawan Herlina tidak bertindak sebagai prajurit
perang sesungguhnya namun membawa misi lain yang tidak kalah penting yaitu
menerbitkan surat kabar sebagai salah satu bentuk media penerangan bagi
masyarakat pada operasi tersebut, menarik simpati masyarakat Irian Barat,
memberikan sosialisasi tentang Irian Barat bahwa Irian Barat merupakan bagian
Indonesia yang sebelumnya sangat asing di telinga rakyat Irian serta kegiatan lain
yang sifat nya bukan tentang kemiliteran dan peperangan. Pada dasarnya Herlina
memang bukanlah anggota militer tetapi dengan segala risiko yang telah ia
pahami tanpa gentar ia bertekad untuk terlibat dalam misi tersebut dan tidak
mengecewakan orang-orang yang telah memberinya kepercayaan.
23
2.3 Paradigma
Keterangan :
: Garis Terlibat
: Garis Kontribusi
Herlina Kasim
SumbangsihPemikiran
SumbangsihFisik
Operasi Pembebasan Irian Barat
24
REFERENSI
Anneahira. http://www.anneahira.com/kontribusi. html.(Diakses pada 31 Mei2017 pukul 14:32 WIB)
Dany H. 2006. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Gita Media Press. Halaman 264
Yandianto. 2000. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M2S Bandung.Halaman 282
Adzkira Ibrahim. http://pengertian definisi.com/konsep- dan- pengertian-kontribusi/. (Diakses 27 Agustus 2017 Pukul 15.05 WIB)
Herlina. 1985. Pending Emas. Jakarta: Gunung Agung. Halaman 74
Naning Pranoto. 2010. Her Story: Sejarah Perjalanan Payudara. Yogyakarta:Kanisius.
Berita Online. https://m.tempo.co/read/news/2017/01/18/078837066/herlina-kasim-wafat-pending-emas-si-pembebas-irian-barat. (Diakses pada 20 Mei2017 Pukul 13.03 WIB)
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.Halaman 154
Ester Yambeyapdi. 2004. Papua Barat dalam Perundingan Indonesia-Belanda1959-1963 (Jurnal Sejarah). Yayasan Masyarakat Sejarahwan Indonesia.Halaman 68
Ibid.
C.S.T Kansil dan Julianto. 1985. Sejarah Perjuangan Pergerakan KebangsaanIndonesia. Jakarta : Erlangga. Halaman 59
Ibid., Halaman 60
Yambeyapdi. Op. Cit., Halaman 73
Majalah Angkasa. 2011. Operasi Udara Trikora : Aksi Militer Merebut IrianBarat. Jakarta: PT Gramedia. Halaman 22
25
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ed.III . Balai Pustaka.Halaman 51
M. Cholil. 1979. Sejarah Operasi-operasi Pembebasan Irian Barat. Jakarta:Departemen Pertahanan-Keamanan Pusat Sejarah ABRI. Halaman 16
Wikipedia Indonesia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kolonialisme. (Diakes pada 20Mei 2017 Pukul 11.51 WIB)
Cholil. Op Cit., Halaman 26
Herlina. Op Cit., Halaman 14
R. Moh. Ali. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: LKIS.Halaman:320
M.C Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT SerambiIlmu Semesta. Halaman 327
24
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Yang Digunakan
Metode adalah cara kerja yang dilakukan penulis untuk menyelesaikan kegiatan
penelitian. Menurut Suhartono W. Pranoto metode adalah cara atau prosedur
untuk mendapatkan objek. Juga dikatakan bahwa metode adalah cara untuk
berbuat atau mengerjakan sesuatu dalam suatu sistem yang terencana dan teratur
(Suhartono W Pranoto, 2014:11).
Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar Metode ialah suatu
prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah
sistematis ( Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar,2011:41). Hal ini senada
dengan yang diungkapkan oleh Daliman bahwa metode itu sendiri berarti suatu
cara, prosedur, atau teknik untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien
(Daliman, 2012: 27).
Berdasarkan pendapat ahli di atas, bahwa metode penelitian merupakan langkah-
langkah atau cara kerja yang harus dilakukan peneliti yang akan digunakan untuk
mencapai suatu tujuan dalam memecahkan masalah penelitian sehingga penelitian
yang dilakukan sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian Historis.
Menurut Louis Gottschalk metode Historis adalah proses menguji dan
25
menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu (Louis
Gottschalk,1986:32).
Pendapat Louis Gottschalk kemudian diperkuat oleh pendapat Hadari Nawawi,
yang mengatakan bahwa:
Metode historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakandata masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untuk memahamikejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu, terlepas darikeadaan masa sekarang maupun untuk memahami kejadian atau keadaanmasa sekarang dalam hubungannya dengan kejadian atau keadaan masa lalu,untuk kemudian hasilnya juga dapat dipergunakan untuk meramalkankejadian atau keadaan masa yang akan datang (Hadari Nawawi,1993:78).
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa metode penelitian historis
adalah langkah-langkah atau cara kerja yang dilakukan untuk mengumpulkan
bukti-bukti yang merupakan fakta berupa peninggalan masa lalu, seperti arsip, dan
dokumen yang dianalisis secara kritis, kemudian disusun secara sistematis serta
diberikan evaluasi sehingga menjadi lebih baik untuk digunakan pada masa yang
akan datang.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian Historis menurut
Nugroho Notosusanto adalah:
1. Heuristik, adalah proses untuk mencari dan menemukan sumber sejarah.2. Kritik adalah menyelidiki apakah jejak itu sejati baik isi maupun
bentuknya.3. Interpretasi, adalah setelah memperoleh sejumlah fakta-fakta yang
diperlukan maka kita harus menerangkan fakta-fakta itu menjadikeseluruhan yang masuk akal.
4. Historiografi, adalah suatu kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasilpenelitian ( Nugroho Notosusanto, 1984 : 11).
26
Berdasarkan langkah-langkah di atas maka kegiatan penelitian dilakukan dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Heuristik, pada kegiatan ini peneliti mencoba mengumpulkan data dan
mencari sumber-sumber penelitian yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti. Adapun data yang diperoleh peneliti diperoleh dari majalah,
jurnal, buku autobiografi, dan buku-buku sejarah pendukung yang ditulis
oleh sejarawan. Pada proses pencarian sumber-sumber penelitian
dilakukan dengan mengunjungi perpustakaan seperti Perpustakaan
Program Studi Pendidikan Sejarah, Perpustakaan Universitas Lampung
dan Perpustakaan Daerah Provinsi Lampung.
Sumber-sumber data yang diperoleh untuk menjelaskan konsep, materi
dan metodologi penelitian dalam penelitian ini antara lain:
a. Majalah : Majalah Angkasa Edisi Koleksi tahun 2011.
b. Jurnal : Bima Tri Pradicta, vatara, e-Journal Pendidikan Sejarah.
Volume 4, No. 1, Maret 2016, Jurnal Ekologi Birokrasi, vol 1, No.1.
Februari 2015, Ester, Yambeyapdi. 2004. Papua Barat dalam
Perundingan Indonesia-Belanda 1959-1963 (Jurnal Sejarah). Yayasan
Masyarakat Sejarahwan Indonesia.
c. Buku Autobiografi Karya Herlina: Herlina Si Pending Emas Tahun
1965, Herlina Si Pending Emas edisi Revisi tahun 1985, Bangkit dari
Dunia Sakit dan The Golden Buckle.
d. Buku-buku sejarah: Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya
Cindy Adam, Sejarah Nasional Jilid VI karya Marwati Djoened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Perjuangan
27
Pergerakan Kebangsaan Indonesia karya C.S.T Kansil dan Julianto,
Wanita Pejuang Bangsa karya Drs. Dj Hasugian, Sejarah Operasi-
Operasi Pembebasan Irian Barat karya Drs. M. Cholil, Soekarno-
Tentara-PKI Segitiga Kekuasaan Sebelum Prahara Politik 1961-1965
karya Anwar Rosihan, Her Story: Sejarah Perjalanan Payudara karya
Naning Pranoto, Sejarah Indonesia Modern karya M.C. Ricklefs, Aku
“Tiada” Aku Niscaya Menyingkap Lapis Kabut Intelijen karya Irawan
Soekarno, Jejak Kebangsaan di Manokwari dan Boven Digul karya
Soewarsono, Seabad Kontroversi Sejarah Asvi Warman Adam,
Seajarah Nasional Indonesia karya Iskandar Syah, Bung Karno
Panglima Revolusi karya Peter Kasenda, Papua Barat dalam
Perundingan Indonesia-Belanda 1959-1963 (Jurnal Sejarah) Ester
Yambeyapdi.
e. Buku-buku pendukung penelitian: Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek karya Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian
Sejarah karya Daliman, Mengerti Sejarah karya Louis Gottschalk,
Metodologi Sejarah Helius Sjamsuddin, Metodologi Penelitian
Pendidikan karya Margono, Metode Penelitian Bidang Sosial karya
Hadari Nawawi, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer Nugroho
Notosusanto, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek karya Joko
Subagyo, Metode Penelitian Pendidikan. (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D) karya Sugiyono, Teori dan Metodologi Sejarah
karya Suhartono, Metodologi Penelitian Sosial Karya Usman Husaini
dan Purnomo Setiady Akbar.
28
2. Kritik, setelah data berhasil terkumpul selanjutnya peneliti melakukan
kritik terhadap sumber yang ditemukan, dengan melakukan kritik ekstern
dan intern kemudian peneliti mencoba membandingkan sumber tersebut
dengan beberapa sumber lain untuk mendapatkan autentisitas dan
kredibilitas sumber. Kritik eksternal dimaksudkan sebagai kritik atas asal
usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan-catatan atau peninggalan
itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk
mengetahui apakah pada suatu waktu sejak mulanya sumber itu telah
diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007:134)
Pada kritik eksternal peneliti melihat kondisi sumber yang ditemukan
seperti buku-buku dan majalah yang berhasil ditemukan seperti melihat
bahasa yang digunakan, jenis kertas, dan tahun terbit dan sebagainya.
Seperti buku Herlina Si Pending Emas pada tahun 1965 buku tersebut
diterbitkan, dan tahun 1985 di terbitkan kembali dengan perbaikan isi dan
bahasa yang digunakan pada tahun 1965 menggunakan ejaan lama,
sedangkan tahun 1985 sudah menggunakan ejaan yang di sempurnakan,
dengan jenis kertas yang di gunakan berbeda.
Kritik internal Adapun yang dimaksud kritik internal adalah penilaian atau
evaluasi terhadap aspek “dalam” yakitu isi dari sumber tersebut
sebelumnya disaring melalui kritik eksternal (Sjamsuddin, 2007:143).
Pada tahap kritik internal ini peneliti mencoba membandingkan isi buku
autobiografi yang ditulis Herlina sendiri Herlina Si Pending Emas dengan
buku Sejarah Operasi- Operasi Pembebasan Irian Barat karya Drs. M.
29
Cholil dalam kedua buku tersebut di mengungkapkan hal yang sama yaitu
Ketika Herlina melaksanakan proses infiltrasi Herlina bertemu dengan
para Gerilyawan dari pimpinan J. Komontoy tepatnya ketika berada di
Pulau Waigeo.
3. Interpretasi, setelah melakukan kritik terhadap sumber yang didapat
langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi atau melakukan
penafsiran terhadap sumber atau data yang telah valid untuk kemudian
membentuk konsep dan generalisasi sejarah. Peneliti mencoba
menghubungkan fakta-fakta yang ditemukan berdasarkan informasi yang
didapat dari sumber yang telah dipilih tentang keterlibatan Herlina Kasim
selama misi pembebasan Irian Barat.
4. Historiografi, pada kegiatan terakhir ini peneliti kemudian menuliskan atau
melaporkan seluruh hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan yang tersusun
secara sistematis mengenai kontribusi Herlina Kasim dalam upaya
pembebasan Irian Barat tahun 1962. Penulisan dilakukan dengan alur yang
dimulai dari penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, perundingan-
perundingan atau perjuangan secara Diplomasi Pemerintah Indonesia
dengan pemerintah Belanda, konfrontasi di bidang ekonomi dan militer
oleh pemerintah Indonesia, kemudian apa saja keterlibatan Herlina Kasim
selama mengikuti Operasi Trikora dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang ia
lakukan selama misi pembebasan Irian Barat dari penjajahan Belanda.
30
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi inti perhatian suatu
penelitian (Suharsimi Arikunto, 1990: 91).
Sugiyono mengatakan bahwa “variabel adalah objek penelitian/atribut, atau apa
yang menjadi variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik” (Sugiyono, 2009: 60).
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, variabel juga dapat
diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atau lebih atribut (S
Margono, 2007:133).
Berdasarkan pengertian di atas maka Variabel adalah suatu objek yang memiliki
nilai, dan pusat perhatian seorang peneliti untuk dipelajari secara lebih mendalam
dalam sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel tunggal dengan fokus penelitian kontribusi Herlina Kasim dalam upaya
pembebasan Irian Barat tahun 1962.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data atau informasi yang sesuai dengan permasalahan dalam
penelitiannya. Teknik pengumpulan data menjadi sangat penting dalam penelitian
karena dapat menentukan nantinya data yang didapat valid atau tidak valid,
sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Untuk itu pada penelitian
ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
31
3.3.1 Teknik Kepustakaan
Menurut Koentjaraningrat, studi pustaka adalah suatu cara pengumpulan
data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang
terdapat di ruangan perpustakaan, misalnya koran, catatan-catatan, kisah-
kisah sejarah, dokumen, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian
(Koentjaraningrat, 1983:133).
Menurut Joko Subagyo teknik kepustakaan adalah cara untuk
mendapatkan informasi secara lengkap serta untuk menentukan tindakan
yang akan diambil sebagai langkah penting dalam kegiatan ilmiah (Joko
Subagyo,2006:109)
Berdasarkan pendapat para ahli maka teknik kepustakaan pada penelitian
ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang
dilakukan melalui studi pustaka di Perpustakaan Daerah Lampung dan
Perpustakaan Universitas Lampung sebagai langkah penting dalam
penelitian.
3.3.2 Teknik Dokumentasi
Teknik Dokumentasi atau dokumenter adalah cara mengumpulkan data
melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-
buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian disebut teknik dokumenter atau
studi dokumenter (Margono,2007:181).
Menurut Suharsimi Arikunto teknik dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
32
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan lain sebagainya
(Suharsimi Arikunto, 2002:206).
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknik
dokumentasi digunakan peneliti sebagai cara untuk mengumpulkan data
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, leger, agenda, jurnal dan dokumen-dokumen penting terkait
permasalahan yang diteliti.
Dalam penelitian ini peneliti mencari sumber-sumber berupa dokumen
surat keputusan Presiden/Panglima tertinggi Angkatan Perang Republik
Indonesia/Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat
tentang pemberian Hadiah berupa pending emas seberat ½ kilogram
kepada Herlina serta foto dokumentasi terkait dengan tokoh dan
pembebasan Irian Barat.
3.4 Teknik Analisis Data
Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif, dengan
demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif yang merupakan fenomena-fenomena dan kasus-
kasus dalam bentuk laporan dan karangan para sejarawan, sehingga memerlukan
pemikiran yang teliti dalam menyelesaikan masalah penelitian.
Menurut Sugiyono, analisa data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu
analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola
hubungan tertentu atau menjadi hipotesis (Sugiyono, 2012:335).
33
Tahapan-tahapan analisis data kualitatif menurut Dr. Novita Tresiana yang harus
dilakukan oleh peneliti kualitatif adalah sebagai berikut:
Tahap analisis pertama : Pengumpulan data, yaitu semua kegiatan yangdilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi.
Tahap analisis kedua :Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemilahan,focusing, penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data mentah yang adadalam semua bentuk catatan dan dokumen lapangan.
Tahap analisis ketiga : Tampilan data (data display), yaitu kegiatanpenyajian data/informasi dalam bentuk yang terorganisasi dengan baiksehingga kegiatan pembuatan kesimpulan dalam bentuk narasi atas kategoridan pola tertentu menurut pandangan informan dapat dilakukan.
Tahap analisis keempat : Membuat kesimpulan/verifikasi yaitu kegiatanpembuatan kesimpulan dalam bentuk narasi atas kategori dan pola tertentumenurut pandangan informan (Novita Tresiana, 2013:120).
Pada tahapan pertama peneliti mencoba mengumpulkan sumber dari berbagai
literatur terkait dengan Kontribusi Herlina Kasim dalam Upaya Pembebasan Irian
dari Penjajahan Belanda Tahun 1962-1963. Sumber tersebut berupa majalah,
jurnal, buku-buku dan dokumen-dokumen. Pada tahapan kedua peneliti memilih
sumber-sumber yang telah ditemukan untuk dicari manakah sumber yang dapat di
jadikan referensi sebagai bahan penulisan. Tahapan ke tiga yaitu penyajian data
sumber-sumber yang telah diperoleh dan dipilah kemudian di tampilkan dalam
bentuk yang ilmiah dan terstruktur. Pada tahap terakhir yaitu membuat
kesimpulan yang di peroleh dari hasil penelitian dan sumber-sumber penelitian.
34
REFERENSI
Suhartono. W. Pranoto. 2014. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta : GrahaIlmu. Halaman 11
Usman Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2003. Metodologi Penelitian Sosial.Jakarta : Bumi Aksara. Halaman 41
Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta. Ombak. Halaman 27
Louis Gottschalk. 1986. Mengerti Sejarah. Diterjemahkan oleh NugrohoNotosusanto. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Halaman 32
Hadari Nawawi. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada UniversityPress. Halaman 73
Nugroho Notosusanto. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. IntiIdayu Press; Jakarta. Halaman 11
Helius Sjamsuddin. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Halaman134.
Ibid., Halaman 143.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT.Rineka Cipta : Jakarta. Halaman 91
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta
Margono, s. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Penerbit RinekaCipta. Halaman 133
Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia. Halaman 133.
Joko P Subagyo. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. RinekaCipta. Jakarta. Halaman 109
Margono, s. Op Cit., Halaman 181
35
Arikunto, Op Cit., Halaman 206
Sugiyono. Op Cit. Halaman 335
Novita Tresiana. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandar Lampung : PenerbitLembaga Penelitian Universitas Lampung. Halaman 120
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Bagi masyarakat Indonesia maupun pembaca agar dapat mengambil nilai-nilai
kebajikan yang dilakukan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka di
peroleh kesimpulan bahwa Kontribusi yang diberikan Herlina Kasim dalam
Upaya Pembebasan Irian Barat dari Penjajahan Belanda Tahun 1962-1963 ada
dua hal yaitu:
1. Sumbangsih Pemikiran
Sumbangsih pemikiran yang berhasil diberikan Herlina dalam rangka Operasi
Pembebasan Irian Barat antara lain: gagasan Herlina Kasim untuk ikut dalam
serta dalam pasukan penerjun payung operasi Trikora, gagasan Herlina Kasim
untuk Menerbitkan Surat Kabar Selama Operasi Pembebasan Irian Barat,
gagasan Herlina Kasim menjadikan kaum wanita sebagai sasaran perjuangan
dalam menarik simpati rakyat, gagasan Herlina Kasim dalam Membantu
pendirian Universitas Cenderawasih.
2. Sumbangsih Fisik
Adapun sumbangsih fisik yang diberikan Herlina Kasim ini ada beberapa hal
yaitu: ikut serta dalam pertempuran melawan Belanda saat melakukan
penyusupan ke wilayah Irian Barat, melakukan kegiatan pendidikan pada
masyarakat, baik baca tulis bagi anak-anak, dan kursus masak-memasak bagi
87
ibu-ibu, membantu penyaluran bantuan dari pemerintah kepada masyarakat
Irian Barat, menjadi penyelenggara acara yang sifatnya hiburan rakyat, untuk
menarik simpati rakyat, membantu tenaga medis melakuakan pengobatan dan
pemeriksan kesehatan terhadap masyarakat-masyarakat Irian Barat, menjadi
sarana penghubung antara pihak indonesia dan pihak Belanda ataupun pihak
Indonesia dengan pasukan PBB, dan membantu menyebarkan informasi, dan
menggalang masyarakat menentang Belanda.
5.2 Saran
Bagi masyarakat Indonesia atau pembaca agar dapat mengambil nilai-nilai
kebajikan yang dilakukan tokoh yaitu mengenai kontribusi yang telah diberikan
Herlina Kasim dalam perjuangan pembebasan Irian Barat dari penjajahan
Belanda, dengan tekad baja ingin memperjuangkan nasib saudaranya yaitu
masyarakat Irian Barat meskipun nyawanya sendiri sebagai taruhannya. Selain itu
kita juga dapat menjadikan teladan tentang keinginan besarnya untuk memajukan
masyarakat Irian agar terbebas dari kebodohan untuk dapat mengenal peradaban
yang maju.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Cindy. 2014 Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia:Yogyakarta. PT Media Pressindo dan Yayasan Bung Karno
Adzkira Ibrahim. http://pengertian definisi.com/konsep- dan- pengertian-kontribusi/. (Diakses 27 Agustus 2017 Pukul 15.05 WIB)
Anwar, Rosihan. 2006. Soekarno-Tentara-PKI Segitiga Kekuasaan SebelumPrahara Politik 1961-1965. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Halaman
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT.Rineka Cipta : Jakarta
Cholil, M. 1979. Sejarah Operasi-operasi Pembebasan Irian Barat. Jakarta:Departemen Pertahanan-Keamanan Pusat Sejarah ABRI
C.S.T Kansil dan Julianto. 1985. Sejarah Perjuangan Pergerakan KebangsaanIndonesia. Jakarta : Erlangga
Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta. Ombak
Depdiknas, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. Diterjemahkan oleh NugrohoNotosusanto. Jakarta : Universitas Indonesia Press
Hasugian, Dj. 1984. Wanita Pejuang Bangsa. Jakarta: P.T. Rosda Jayapura
Herlina. 1965. Pending Emas. Jakarta : Gunung Agung.
. 1985. Pending Emas. Jakarta : Gunung Agung
. 1986. Bangkit dari Dunia Sakit. Jakarta: PT. Temprint
. 1990. The Golden Buckle. Yogyakarta: Gajah MadaUniversity.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia. Halaman 133.
Kasenda Peter. 2014. Bung Karno Panglima Revolusi. Yogyakarta: GalangPustaka.
Majalah Angkasa. 2011. Operasi Udara Trikora : Aksi Militer Merebut IrianBarat. Jakarta: PT Gramedia
Mandowen, Willy. 2006. “Papua Barat dan Hak Menentukan Nasib Sendiri:sebuah Tantangan Pelaksanaan HAM,” dalam Theodor Rathgeber (ed),hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya di Papua Barat, Jakarta: Pustaka SinarHarapan
Margono, s. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Penerbit RinekaCipta
Moh. Ali. R. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: LKIS.Halaman:320
Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada UniversityPress
Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. IntiIdayu Press; Jakarta
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto Nugroho. 2008. SejarahNasional Indonesia Jilid VI.Jakarta .:Balai Pustaka
Pradicta, Bima Tri. Peran Kapal Selam Pasopati 410 dalam satuan Korp HiuKencana pada saat Operasi Trikora merebut Irian Jaya 1961-1963.AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah. Volume 4, No. 1, Maret 2016).
Pranoto, Naning. 2010. Her Story: Sejarah Perjalanan Payudara. Yogyakarta:Kanisius.
Poerwadarminta, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : BalaiPustaka.
Ricklefs, M.C. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah MadaUniversity Press.
Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT SerambiIlmu Semesta. Halaman 327
Rumansara, Ernos H. 2015. Memahami Kebudayaan Lokal Papua: SuatuPendekatan Pembangunan yang Manusiawi ii Papua. Jurnal EkologiBirokrasi, vol 1, No.1. Februari 2015
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Soekarno, Irawan. 2011. Aku “Tiada” Aku Niscaya Menyingkap Lapis KabutIntelijen. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Soewarsono. 2013. Jejak Kebangsaan di Manokwari dan Boven Digul. Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Subagyo, Joko P. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Suharto, Susilo. 2006. Kekuasaan Presiden Republik Indonesia dalam PeriodeBerlakunya Undang-Undang Dasar 1945. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Suhartono. W. Pranoto. 2014. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta : GrahaIlmu
Syah, Iskandar. 2005. Sejarah Nasional Indonesia. Bandar Lampung : PenerbitUniversitas Lampung
Tresiana, Novita. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandar Lampung: PenerbitLembaga Penelitian Universitas Lampung.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2003. Metodologi Penelitian Sosial.Jakarta : Bumi Aksara
Warman Adam, Asvi. 2007. Seabad Kontroversi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Website Fak-Fak. 2012. http://www.fak-fak.com/2012/01/keadaan-sosial-budaya-provinsi-papua.html. (Diakses pada 5 April 2017 Pukul 09.53 WIB)
Wikipedia. 2017. Herlina Kasim. (Diakses 2017 tanggal 24 Maret 2017).
Wikipedia. sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Komando_Mandala. (Diaksespada 5 April 2016 pukul 10.17 WIB)
Yambeyapdi, Ester. 2004. Papua Barat dalam Perundingan Indonesia-Belanda1959-1963 (Jurnal Sejarah). Yayasan Masyarakat Sejarahwan Indonesia