konten laporan asam sitrat

3
Konten 5.1-5.2 Asam sitrat banyak digunakan dalam industri terutama makanan, minuman, dan obat-obatan. Kurang lebih 60% dari total produksi asam sitrat digunakan dalam industri makanan, dan 30% digunakan dalam industri farmasi, sedangkan sisanya digunakan dalam industri pemacu rasa, pengawet, pencegah rusaknya rasa dan aroma, sebagai antioksidan, pengatur pH dan sebagai pemberi kesan rasa dingin. Dalam industri makanan dan kembang gula, asam sitrat digunakan sebgai pemacu rasa, penginversi sukrosa, penghasil warna gelap dan penghelat ion logam. Dalam industri farmasi asam sitrat digunakan sebgai pelarut dan pembangkit aroma, sedangkan pada industri kosmetik digunakan sebagai antioksidan (Bizri & Wahem 1994). Oleh karena pentingnya kebutuhan akan asam sitrat ini, harus dikembangkan proses dari skala laboratorium ke skala yang lebih tinggi atau besar. Proses fermentasi asam sitrat dapat dilakukan dengan sistem terendam, fermentasi kultur permukaan. Fermentasi kultur terndam dibagi menjadi dua yaotu dilakukan pada fermentor berpengaduk dan pada air lift fermentor. Sedangkan pada fermentasi kultur permukaan dapay menggunakan media cair maupun media padat (Mangunwidjaja & Suryani 1994). Untuk mengembangkan scale-up dari skala laboratorium ke skala pilot plan, parameter-parameter yang harus diperhatikan yaitu geometri, agitasi, dan aerasi. Dalam proses fermentasi skala pilot plant, biakan Aspergillus Niger ditumbuhkan dalam cawan PDA (Potato Dextrose Agar) dan diinkubasi pada suhu 30 0 C selama 120 jam. Setelah tumbuh dan melakukan sporulasi, 40 ml dari air distilasi yang telah disterilkan ditambahkan ke Petri dish yang lain. Sekitar 10 6 CFU/ml akan dihasilkan. Fermentasi dilakukan dalam bioreactor (New Brunswick Scientific) dengan perbandingan 3:1. Intensitas agiatasi juga harus diatur, yaitu 200 rpm/menit. Sedangkan dalam skala laboratorium, penentuan waktu pertumbuhan A.niger dilakukan dengan dua cara, yaitu aerasi dengan menggunakan shake-flask technique dan dengan metode tangki aerasi (aeration vessel). Pada tahap aerasi dengan menggunakan shake-flask technique proses dilakukan dalam

Upload: arastafarian

Post on 17-Sep-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asam sitrat

TRANSCRIPT

Konten 5.1-5.2Asam sitrat banyak digunakan dalam industri terutama makanan, minuman, dan obat-obatan. Kurang lebih 60% dari total produksi asam sitrat digunakan dalam industri makanan, dan 30% digunakan dalam industri farmasi, sedangkan sisanya digunakan dalam industri pemacu rasa, pengawet, pencegah rusaknya rasa dan aroma, sebagai antioksidan, pengatur pH dan sebagai pemberi kesan rasa dingin. Dalam industri makanan dan kembang gula, asam sitrat digunakan sebgai pemacu rasa, penginversi sukrosa, penghasil warna gelap dan penghelat ion logam. Dalam industri farmasi asam sitrat digunakan sebgai pelarut dan pembangkit aroma, sedangkan pada industri kosmetik digunakan sebagai antioksidan (Bizri & Wahem 1994). Oleh karena pentingnya kebutuhan akan asam sitrat ini, harus dikembangkan proses dari skala laboratorium ke skala yang lebih tinggi atau besar. Proses fermentasi asam sitrat dapat dilakukan dengan sistem terendam, fermentasi kultur permukaan. Fermentasi kultur terndam dibagi menjadi dua yaotu dilakukan pada fermentor berpengaduk dan pada air lift fermentor. Sedangkan pada fermentasi kultur permukaan dapay menggunakan media cair maupun media padat (Mangunwidjaja & Suryani 1994). Untuk mengembangkan scale-up dari skala laboratorium ke skala pilot plan, parameter-parameter yang harus diperhatikan yaitu geometri, agitasi, dan aerasi. Dalam proses fermentasi skala pilot plant, biakan Aspergillus Niger ditumbuhkan dalam cawan PDA (Potato Dextrose Agar) dan diinkubasi pada suhu 300C selama 120 jam. Setelah tumbuh dan melakukan sporulasi, 40 ml dari air distilasi yang telah disterilkan ditambahkan ke Petri dish yang lain. Sekitar 106 CFU/ml akan dihasilkan. Fermentasi dilakukan dalam bioreactor (New Brunswick Scientific) dengan perbandingan 3:1. Intensitas agiatasi juga harus diatur, yaitu 200 rpm/menit. Sedangkan dalam skala laboratorium, penentuan waktu pertumbuhan A.niger dilakukan dengan dua cara, yaitu aerasi dengan menggunakan shake-flask technique dan dengan metode tangki aerasi (aeration vessel). Pada tahap aerasi dengan menggunakan shake-flask technique proses dilakukan dalam erlenmeyer 2 liter dengan volume starter 400 ml. Perbandingan volume starter dan volume erlenmeyer sebesar 1:5, karena dengan perbandingan tersbut penyediaan oksigen yang disuplai sudah memenuhi syarat untuk suatu fermentasi terendam skala laboratorium ( Standbury 1984). Inkubasi ini dilakukan pada kondisi kecepatan 200 rpm/menit, suhu yang digunakan 300C, pH 6.0, dan dilakukan selama 7 hari secara batch.Berbeda dengan metode tangki aerasi (aeration vessel), 600 ml starter dimasukkan dalam labu erlenmeter 1 liter. Kemudian udara disuplai dengan alat pompa udara dengan laju alir udara sekitar 0,6 liter/menit, inkubasi pada kecepatan 200 rpm/menit dengan suhu 300C dan pH 6,0. Dalam parameter geometri, ketinggian sampai diameter juga harus diperhatikan. Jika menggunakan aerasi dengan menggunakan shake-flask technique, perbandingan volume yang dipakai adalah 1:5, sedangkan dalam skala plot plant perbandingan yang dipakai adalah 3:1. Penentuan geometri ini penting karena akan mempengaruhi dalam pertumbuhan mikroorganisme yang digunakan.

Kesimpulan:Untuk memproduksi asam sitrat menggunakan A.niger perlu adanya proses pengembangan dari skala laboratorium ke skala pilot plant. Dalam pengembangan ini perlu diperhatikan bebearapa parameter, diantaranya geometri, agitasi, dan aerasi. Ketiga parameter tersevut akan berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan produk yang akan dihasilkan. Jika parameter-parameter tersebut tidak diperhatikan, maka hasil akhir yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan yang diinginkan atau akan berbeda antara produksi dalam skala laboratorium dengan produksi skala pilot plant.

Bizri, N.J. dan A.L. Wahem. 1994. Citric Acid and Antimicrobials Affect Microbiological Stability and Quality of Tomato Juice. J. of Food Science 59 (1) : 130-134Mangunwidjaja D. dan A. Suryani. 1994. Teknologi Bioproses. Penebar Swadaya. JakartaAcourene S, A. Ammouche. 2011. Optimization of ethanol, citric acid, and -amylase production from date wastes by strains of Saccharomyces cerevisiae, Aspergilus niger, and Candida guilliermodii. J. Ind. Microbiol Biotechnol (2012) 39: 760-761

Standury, Peter dan Allan Whitaker. 1984. Principles of Fermentation Technology. Oxford England: Pergamon PressWidyanti E.M.2010.Produksi Asam Sitrat dari Substrat Molase pada Pengaruh Penambahan VCO (Virgin Coconut Oil) Terhadap Produktivitas Aspergilus Niger ITBCC L74 Terimobilisasi. UNDIP: Semarang