konstruksi retorika politik dalam restorasi citra: analisis pernyataan pers boediono dalam kasus...

130
Universitas Indonesia UNIVERSITAS INDONESIA Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra: Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century TESIS GITA SAVITRI 1106037990 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN KOMUNIKASI JAKARTA DESEMBER 2014

Upload: gita-savitri

Post on 29-Jul-2015

273 views

Category:

Education


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:

Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

TESIS

GITA SAVITRI

1106037990

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN KOMUNIKASI

JAKARTA

DESEMBER 2014

Page 2: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:

Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Sains (M.Si.) dalam Ilmu Komunikasi

GITA SAVITRI

1106037990

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM PASCASARJANA

KEKHUSUSAN MANAJEMEN KOMUNIKASI

JAKARTA

DESEMBER 2014

Page 3: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Pernyataan Orisinalitas

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Gita Savitri

NPM : 1106037990

Tanda Tangan :

Tanggal 23 Desember 2014

Page 4: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh

Nama : Gita Savitri

NPM : 1106037990

Program Studi : Magister Manajemen Komunikasi

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Tesis : Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra: Analisis

Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Tesis berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Magister Manajemen Komunikasi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang : Dr. Irwansyah S.Sos. M.A. ( )

Sekretaris Sidang : Drs. Eduard Lukman, M.A. ( )

Pembimbing : Prof. Ikrar Nusa Bhakti, Ph.D ( )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 24 Desember 2014

Page 5: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat

menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar Master Jurusan Manajemen Komunikasi

Politik pada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia. Saya

menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa

perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk

menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Seluruh staf pengajar di program studi Manajemen Komunikasi Politik

yang telah berbagi ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan;

2. Bapak Prof. Dr. Ikrar Nusa Bakti, Ph.D., selaku dosen pembimbing yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya

dalam penyusunan tesis ini;

3. Bapak Dr. Irwansyah, S.IP.,M.A. dan Bapak Drs. Eduard Lukman, M.A.

selaku dosen penguji sidang tesis yang banyak memberikan masukan

untuk perbaikan tesis penulis;

4. Seluruh dosen pengajar Magister Manajemen Fakultas Ilmu Komunikasi

UI yang banyak sekali memberikan ilmunya selama penulis menjalani

perkuliahan;

5. Staf Manajemen Magister Komunikasi UI terutama Kang Ajat Sudrajat,

Pak Yusuf, Pak Nadi, Pak Giri, Pak Agus, dan lainnya yang sangat

membantu administrasi;

6. Bapak Ichsanuddin Noorsy, Bapak Gun Gun Heryanto, Bapak Erman

Rajagukguk yang bersedia menjadi narasumber dalam penelitian ini dan

memberikan data serta informasi melalui wawancara dengan penulis;

7. Pejabat dan pegawai di Kementerian Sekretariat Negara, Pusdiklat

Kementerian Sekretariat Negara terutama Kapusdiklat dan Ibu Rini yang

memberikan peluang pertama adanya beasiswa untuk jurusan Komunikasi

di Setneg, Kepala Biro Ortala-AK Bapak Djadjuk Natsir dan Kepala

Page 6: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Bagian Hubungan Masyarakat Bapak Masrokhan atasan pertama penulis

di Kemsetneg atas kepercayaan dan bimbingannya, Bapak Lambock V.

Nahattands, Bapak Sugiri dan Bapak Rusmin Nuryadin yang turut

mendukung perkuliahan dan proses beasiswa penulis.

8. Pejabat dan pegawai di Sekretariat Wakil Presiden, terutama Asdep

Komunikasi Politik Ibu Yetni Murni dan Kepala Bidang Komunikasi

Media Massa Ibu Saptarita Dewi yang mendukung penulis dalam bekerja

dan berkarya.

9. Sahabat penulis Tia, Nisa, Pingkan, Ellis, Adinda, Wawan, Aziz, Omeno,

Surya, dan Mas Adi yang tidak putus memberikan dukungan materiil dan

moril selama ini.

10. Teman-teman Magister Manajemen Komunikasi UI Tahun Angkatan 2011

yang mendukung kegiatan penulisan dan bahan-bahan kuliah.

11. Papa dan Mama beserta adik-adikku, Olive, Dhika, Artha, dan juga Bapak

dan Ibu serta Keluarga Klaten yang telah memberikan dukungan moral

dan lainnya;

12. Krucil-krucilku Aaliyah Handutz dan Adeeva Kiting penyemangat Bun2;

13. V. Andri Hananto....my half me, my everything...Dosen Pembimbing

Paling Utama dalam hidup.

Semoga Tuhan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu, dan

semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan,

terutama bidang komunikasi politik di Indonesia.

Jakarta, Desember 2014

Penulis

Page 7: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan

dibawah

ini :

Nama : Gita Savitri

NPM : 1106037990

Program Studi : Manajemen Komunikasi Poitik

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-exclusive

RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra: Analisis Pernyataan Pers

Boediono dalam Kasus Bank Century

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihkan

media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat

dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Jakarta

Pada tanggal, Desember 2014

Yang menyatakan,

Gita Savitri

Page 8: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Gita Savitri

Program Studi : Magister Manajemen Komunikasi Politik

Judul : Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra: Analisis

Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Citra negatif antara pejabat negara dengan publik ketika terjadi sebuah krisis dapat

menghancurkan kredibilitas, hubungan politik, kehidupan ekonomi serta

keamanan dalam negeri, dengan demikian diperlukan wacana mengenai strategi

komunikasi untuk menanggapi tuduhan kesalahan. Oleh karena itu, studi tentang

restorasi citra sangat berharga dan penting, sebab memberikan wawasan akan

pentingnya strategi komunikasi di kehidupan kita. Beramgkat dari hal tersebut,

penulis mencoba menganalisis konstruksi retorika politik dalam restorasi citra

dalam pernyataan pers yang dilakukan oleh mantan Wakil Presiden Boediono atas

dugaan-dugaan keterlibatannya dalam pusaran kasus Bank Century yang

berlangsung pada akhir tahun 2008 dalam kapasitasnya sebagai Gubernur Bank

Indonesia. Penelitian ini menghasilkan bahwa konstruksi retorika politik yang

digunakan oleh Boediono untuk merestorasi citranya selama situasi krisis telah

digunakan dalam pernyataan persnya. Kedua konstruksi citra dengan teknik

restorasi citra mampu mendorong opini publik menjadi positif. Penelitian ini

menunjukkan bahwa Restorasi Citra dari Benoit efektif bila digunakan oleh

pemerintahan khususnya para pejabat negara yang suatu saat dihadapkan pada

situasi krisis.

Kata kunci: restorasi citra, komunikasi krisis, pejabat negara, Bank Century

Page 9: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

ABTRACT

Name : Gita Savitri

Study Program : Master of Political Communication Management

Title : Construction of Political Rhetoric in Restoration Image:

Boediono’s Press Statement Analysis in the Case of Bank

Century

The negative image among state officials and the public in the event of a crisis

can destroy the credibility, political, economic life and security in the country,

thus the necessary discourse on communication strategies to respond to

accusations of wrongdoing. Therefore, the study of image restoration is very

valuable and important, because it provides insight into the importance of the

communication strategy in our lives. Departing from this, the authors tried to

analyze the construction of political rhetoric in image restoration in a press

statement made by former Vice President Boediono on allegations of involvement

in the vortex of the Bank Century case that took place in late 2008 in his capacity

as Governor of Bank Indonesia. This research resulted in the construction of

political rhetoric that is used by the president to restore its image during crisis

situations has been used in a press statement. Both the construction of the image

with the image restoration techniques to encourage public opinion into positive.

This study shows that the restoration image of Benoit effective when used by

government officials, especially when the country faced a crisis situation.

Keywords: image restoration, crisis communications, government officials, Bank

Century

Page 10: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN ORISINALITAS ii

LEMBAR PERSETUJUAN THESIS iii

KATA PENGANTAR iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v

ABSTRAK vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.1.1 Sekilas Sejarah Bank Century 3

1.1.2 Indikasi Penyalahgunaan Kewenangan dan Korupsi 7

1.1.3 Kemungkinan Dampak-Dampak dari Kasus Bank

Century 11

1.2. Rumusan Permasalahan 12

1.3. Tujuan Penelitian 16

1.4. Signifikansi Penelitian 17

1.5. Sistematika Penulisan 18

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL

2.1. Komunikasi Politik 19

2.2. Komunikator Politik 21

2.3. Retorika Politik 22

2.3.1. Citra Politik 25

2.3.2. Opini Publik 27

2.4. Retorika Wakil Presiden 30

2.5 Komunikasi Krisis dan Image RestorationTheory (Teori

Pemulihan Citra)

33

2.5.1. Komunikasi Krisis 33

Page 11: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

2.5.2. Asumsi Dasar Teori Pemulihan Citra 38

2.5.3. Diskursus Teori Pemulihan Citra 39

2.5.4 Strategi Pemulihan Citra 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Sifat Penelitian 43

3.2. Fokus Penelitian 43

3.3. Metode Analisis 44

3.4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian 46

3.5 Teknik Analisis Data 49

3.6. Tahapan Penelitian dan Kerangka Kerja Penelitian 50

3.7. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian 51

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS KONTEN

PERNYATAAN PERS

4.1 Teori Restorasi Citra dalam Retorika Wakil Presiden dan

Opini Publik

53

4.1.1 Denial 67

4.1.2 Evasion of responsibility 74

4.1.3 Reduce the offesiveness of the act 83

4.1.4 Corrective action 98

4.1.5 Mortification 103

BAB V SIMPULAN DAN DISKUSI

5.1 Simpulan 106

5.2 Diskusi 108

Page 12: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

3.1. Image Restoration Theory Response Strategies 53

4.1 Teori Restorasi Citra Pernyataan Pers Boediono, Sabtu 23

November 2013

64

Page 13: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kasus Bank Century di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono menjadi kasus dengan indikasi penyalahgunaan wewenang serta

korupsi di bidang perekonomian yang terbesar, bahkan diyakini kasus ini juga

merambah di bidang hukum dan politik, dengan menyeret banyak nama-nama

besar dalam arus putaran pemeriksaannya.

Pada tahun 2008 silam, Indonesia digegerkan dengan kasus yang

menyangkut pengucuran dana talangan Bank Century sebesar Rp 6,76 triliun.

Kasus ini ternyata membawa dampak terhadap berbagai sektor, khususnya

stabilitas politik dan perekonomian di Indonesia, terlebih setelah hasil audit

BPK menyatakan bahwa telah terjadi penyalahgunaan wewenang dan

pelanggaran pidana dalam kasus ini, diantaranya unsur kerugian Negara,

pelanggaran undang-undang, dan ditemukannya bukti kuat rekayasa

kebijakan yang sengaja dirancang untuk penyelamatan Bank Century.

Isu kasus ini berkembang menjadi isu kasus yang berbau politik, hal ini

disebabkan karena dalam pengambilan kebijakan kasus Bank Century

melibatkan banyak pejabat Negara, termasuk orang nomor satu di Indonesia,

tentu hal ini akan membawa banyak opini negatif dari masyarakat, dan

dampak tersebut berpengaruh terhadap stabilitas politik di Indonesia,

mengingat bahwa stabilitas politik di suatu negara akan mempengaruhi

keadaan perekonomian negara tersebut.

Lima tahun berlalu sejak Kasus Bank Century terkuak, dan menghasilkan

nama-nama besar yang muncul untuk dijadikan tersangka maupun hanya

dugaan ikut terlibat. Puncaknya adalah pada Sabtu, 23 November 2013, pada

hari itu, KPK sebagai salah atau lembaga negara yang berwenang dalam

penegakan hukum di Indonesia terutama dalam bidang pemberantasan

korupsi memeriksa seorang wakil presiden dalam perkara pemberian dana

talangan/dana bail out Bank Century. Boediono, yang saat itu diperiksa

sebagai saksi untuk mantan deputi Gubernur Bank Indonesia, Budi Mulya,

menjadi pihak yang sangat menarik perhatian media massa. Terlepas dari

Page 14: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

perdebatan soal tempat pemeriksaan penyidik KPK yang diselenggarakan di

Istana Wakil Presiden dan bukan di kantor KPK dan penggunaan podium

dengan lambang negara,. Boediono dianggap terhormat oleh banyak kalangan

karena berani memberikan pernyataan pers setelah diperiksa KPK, saat itu

Boediono mampu bertutur mengenai pemeriksaan sebagai saksi yang dia

alami hari itu.

Meskipun Almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Presiden

pernah diminta keterangan di Istana Negara dalam kaitannya dengan kasus

Bulog (Buloggate II), namun pemeriksaan seorang Boediono terkait

kapasitasnya sebagai mantan Gubernur Bank Indonesia, dapat dikatakan

sebagai tonggak baru dalam dunia penegakan hukum di Indonesia. Mengingat

sampai sejauh ini jabatan wakil presiden merupakan jabatan tertinggi yang

pernah dimintai keterangannya oleh sebuah institusi penegakan hukum di

Indonesia, setelah dua pejabat Bank Indonesia (BI), mantan Deputi BI Budi

Mulya dan Siti Fajriyah sudah ditetapkan sebagai tersangka, Budi Mulya

bahkan sudah ditahan oleh KPK dan perkembangan kasus terakhir,

Peninjauan Kembali Budi Mulya telah diputus oleh Pengadilan Tinggi Jakarta

yang memutuskan masa tahanan Budi Mulya bertambah menjadi 12 tahun

yang sebelumnya hanya diputuskan 10 tahun (liputan6.com, par.10).

Boediono dimintai keterangannya oleh KPK dalam kapasitasnya sebagai

saksi dalam perkara pemberian Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP)

Bank Century pada tahun 2008. Berdasarkan data yang ada sejarah Bank

Century berawal dari didirikannya pada tahun 1989, hingga 20 November

2008 dinyatakan oleh Bank Indonesia sebagai “Bank Gagal yang berdampak

sistemik” berikut ini adalah ringkasan dimana Bank Century Mulai didirikan

hingga Bank tersebut dinyatakan Bank Gagal oleh Bank Indonesia

(groups.google.com.)

1.1.1. Sekilas Sejarah Bank Century

Berdasarkan data yang digunakan, sejarah Bank Century berawal

dari pendiriannya pada tahun 1989, Bank Century Tbk didirikan

Page 15: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

berdasarkan Akta No. 136 tanggal 30 Mei 1989 yang dibuat Lina

Laksmiwardhani, SH, notaris pengganti Lukman Kirana, SH, notaris di

Jakarta. Pada tanggal 16 April 1990, Bank Century memperoleh izin

usaha sebagai Bank Umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia

melalui Surat Keputusan No.462/KMK.013/1990. Pada tanggal 22

April 1993, Bank Century memperoleh peningkatan status menjadi

Bank Devisa dari Bank Indonesia melalui Surat Keputusan No.

26/5/KEP/DIR.

Anggaran Dasar Bank Century telah beberapa kali berubah,

terakhir sesuai Akta No.159 tanggal 29 Juni 2005 dari Buntario Tigris

Darmawa NG, SH, S.E, notaris di Jakarta. Perubahan anggaran dasar ini

telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi

Manusia No. C-20789.HT.01.04.TH.2005 tanggal 27 Juli 2005. Sesuai

dengan pasal 3 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan usaha

adalah menjalankan kegiatan umum perbankan termasuk berdasarkan

prinsip syariah. Bank Century memulai operasi komersialnya pada

bulan April 1990.

Melalui surat Bank Indonesia tanggal 14 Desember 2001 (yang

dipertegas melalui surat Bank Indonesia tanggal 20 Agustus 2004) dan

pertemuan dengan Bank Indonesia pada tanggal 16 April 2004,

manajemen Bank dan pemegang saham pengendali First Gulf Asia

Holdings Limited (d/h Chinkara Capital Limited) setuju untuk

melakukan merger dengan PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac

Tbk untuk menghasilkan sinergi dan memperkuat permodalan bank

hasil merger. Proposal merger tersebut disampaikan kepada Bank

Indonesia pada tanggal 26 April2004.

Pada tanggal 21 Mei 2004, PT Bank Danpac Tbk dan PT Bank

Pikko Tbk, telah menandatangani kesepakatan untuk melakukan

tindakan hukum penyatuan kegiatan usaha dengan cara Penggabungan

atau Merger dimana Bank Century sebagai “Bank Yang Menerima

Penggabungan” dan PT Bank Danpac Tbk dan PT Bank Pikko Tbk.

sebagai “Bank Yang Akan Bergabung” (groups.google.com.).

Page 16: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Pada perjalanannya, Bank Century telah tiga kali berganti status

oleh Bank Indonesia yaitu ketika pada tanggal 29 Desember 2005 Bank

Century dinyatakan sebagai Bank dalam pengawasan Intensif,

kemudian pada tanggal 6 November 2008 Bank Century ditetapkan

oleh bank Indonesia sebagai Bank Dalam Pengawasan Khusus, dan

yang terakhir yaitu pada tanggal 20 November 2008, Bank Century

ditetapkan sebagai Bank Gagal yang ditenggara berdampak sistemik.

Perubahan-perubahan tersebut diakibatkan oleh banyak kesalahan yang

terjadi dalam pelaksanaan perbankan Bank Century. Untuk lebih

jelasnya berikut skema perubahan status Bank Century beserta

penyebabnya (Ringkasan Laporan Audit BPK):

No Tanggal Keterangan

1 30 Mei 1989 PT Bank Century Tbk didirikan berdasar akta No.

136 tahun 1989 yang dibuat oleh notaris Lina

Laksmiwardhani.

2 12 Juli 1989 Disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik

Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C.2-

6169.HT.01.01.TH 89

3 16 April 1990 Bank Century memperoleh izin usaha sebagai Bank

Umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia

melalui Surat Keputusan No.462/KMK.013/1990.

4 2 Mei 1991 Didaftarkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

dengan No. 284/Not/1991

5 22 April 1993 Bank Century memperoleh peningkatan status

menjadi Bank Devisa dari Bank Indonesia melalui

Surat Keputusan No. 26/5/KEP/DIR.

6 16 April 2004 Dalam pertemuan dengan Bank Indonesia

Page 17: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

manajemen Bank dan pemegang saham pengendali

First Gulf Asia Holdings Limited (d/h Chinkara

Capital Limited) setuju untuk melakukan merger

dengan PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac

Tbk.

7 21 Mei 2004 Bank, PT Bank Danpac Tbk dan PT Bank Pikko

Tbk, telah menandatangani kesepakatan untuk

melakukan tindakan hukum penyatuan kegiatan

usaha dengan cara Penggabungan atau Merger

dengan Bank Century

8 7 September 2004 Bank mengajukan Pernyataan Penggabungan

kepada BAPEPAM dalam rangka merger dan telah

mendapat pemberitahuan efektifnya penggabungan

tersebut sesuai dengan surat Ketua BAPEPAM No.

S.3232/PM/2004 tanggal 20 Oktober 2004

9 24 Oktober 2004 Para pemegang saham PT Bank Pikko Tbk dan PT

Bank Danpac Tbk telah menyetujui penggabungan

usaha bank-bank tersebut ke dalam Bank sesuai

dengan risalah Rapat Umum Pemegang Saham

Luar Biasa masing-masing bank yang diaktakan

masing-masing dengan Akta No.155 dan No.157

dari Buntario Tigris Darmawa NG, SH, notaris di

Jakarta.

10 28 Desember 2004 Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank

Indonesia No. 6/92/KEP.GBI/2004 menyetujui

perubahan nama PT Bank CIC Internasional Tbk

menjadi PT Bank Century Tbk

11 29 Juni 2005 Anggaran Dasar Bank Century dirubah yang

terakhir kalinya sesuai Akta No. 159 tahun 2005,

Page 18: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

dari Buntario Tigris Darmawa NG, SH, S.E, notaris

di Jakarta

12 29 Desember 2005 Bank Century dinyatakan sebagai Bank Dalam

Pengawasan Intensif sesuai dengan surat BI No.

7/135/DPwB1/PwB11/Rahasia.

13 6 Nopember 2008, PT Bank Century Tbk ditetapkan oleh Bank

Indonesia sebagai Bank Dalam Pengawasan

Khusus.

14 13 Nopember 2008 PT Bank Century Tbk mengalami keterlambatan

penyetoran dana pre-fund untuk mengikuti kliring

dan dana di Bank Indonesia yang telah berada

dibawah saldo minimal, sehingga Bank di-suspend

untuk transaksi kliring pada hari tersebut

15 14-20 November

2008

Transaksi kliring sudah dibuka kembali namun

terjadi penarikan dana nasabah secara besar-besaran

akibat turunnya tingkat kepercayaan yang timbul

sebagai akibat dari pemberitaan-pemberitaan

seputar ketidakikutsertaan Bank pada kliring

tanggal 13 Nopember 2008

16 20 Nopember 2008 Berdasarkan Surat No. 10/232/GBI/Rahasia, Bank

Indonesia menetapkan PT Bank Century Tbk

sebagai Bank Gagal yang ditengara berdampak

sistemik.

17 21 Nopember 2008 Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)

melalui Keputusan No. 04/KSSK.03/2008

menetapkan PT Bank Century Tbk sebagai bank

gagal yang berdampak sistemik dan menyerahkan

penanganannya kepada Lembaga Penjamin

Page 19: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Simpanan (LPS)

1.1.2. Indikasi Penyalahgunaan Kewenangan dan Korupsi

Dalam perkembangannya, kasus Bank Century berkembang menjadi

kasus yang memiliki indikasi penyalahgunaan kewenangan dan kasus

korupsi. Indikasi penyelewengan kewenangan dan korupsi didasarkan

pada beberapa sumber data, antara lain kami mengambil sumber dari

hasil audit BPK yang diserahkan kepada DPR tanggal 20 November

2009, hasil audit ini memaparkan temuan yang sangat penting yaitu 8

penemuan. Sejak meleburnya 3 bank ke dalam Bank Century dan

penggelapan dana bank tersebut. Dalam audit ini BPK

menginformasikan bahwa penyelamatan Bank Century adalah

keputusan keliru, sehingga dapat disimpulkan bahwa keputusan

menggelontorkan dana hingga triliunan rupiah terhadap bank century

sangat beresiko untuk diselewengkan. Berikut ini hasil audit BPK yang

mengindikasikan adanya pelanggaran aturan dan beberapa catatan

korupsi (www.hukumonline.com):

1. Terkait Merger 3 Bank

Terdapat beberapa Indikasi Pelanggaran yang terjadi pada saat

proses merger ini. BI diduga memberikan kelonggaran terhadap

persyaratan merger yaitu dengan:

a) Aset SSB yang semula dinyatakan macet oleh BI kemudian

dianggap lancar untuk memenuhi performa CAR.

b) Tetap mempertahankan pemegang saham pengendali (PSP) yang

tidak lulus fit and proper test.

c) Komisaris dan Direksi Bank ditunjuk tanpa fit and proper test.

d) Audit KAP atas laporan keuangan Bank Pikko dan Bank CIC

dinyatakan disclaimer.

Temuan BPK terkait penggabungan 3 bank ini adalah sebagai

berikut:

Page 20: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

a) Akuisi Bank Danpac dan Bank Picco tidak sesuai dengan

ketentuan BI.

b) Surat izin Akuisisi Chinkara atas bank Picco dan Bank Danpac

tetap dilakukan meskipun terdapat indikasi praktek perbankan yang

tidak sehat dan perbuatan melawan hukum yang melibatkan

Chinkara.

c) BI menghindari penutupan Bank CIC dengan memasukan Bank

tersebut di dalam skema merger.

d) Tidak membatalkan persetujuan akuisisi meskipun tahun 2001-

2003 hasil pemeriksaan BI pada ke-3 Bank menemukan indikasi

pelanggaran yang signifikan.

e) Adanya perlakuan Surat-surat Berharga (SSB) yang semula macet

menjadi lancer dengan rekomendasi KEP (komite evaluasi

perbankan).

2. Terkait Penyaluran fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP)

Sejak bulan Juli 2008, Bank Century telah mengalami kesulitan

likuiditas dan bergantung pada pinjaman uang antar-bank (PUAB).

Karena PUAB sulit diperoleh, hingga tanggal 27 Oktober 2008,

Bank Century telah melanggar pemenuhan Giro Wajib Minimum

(GWM) minimal 5% dari dana pihak ketiga (DPK). Posisi CAR

Bank Century saat mengajukan FPJP (posisi 30 September 2008)

sebesar positif 2,35%. Pada saat tersebut berlaku ketentuan BI (PBI)

No. 10/26/PBI/2008 bahwa fasilitas FPJP diberikan kepada bank

yang memiliki CAR minimal 8%. Dengan demikian Bank Century

sebenarnya tidak memenuhi syarat menerima FPJP.

Namun pada tanggal 14 November 2008 BI mengubah PBI tentang

persyaratan pemberian FPJP dari semula minimal CAR 8% menjadi

CAR positif. Hal ini diduga untuk memuluskan Bank Century

menggunakan fasilitas FPJP. Berdasarkan posisi CAR Bank Century

per-30 September (positif 2,35%) BI menyatakan Bank Century

memenuhi syarat. Padahal posisi CAR Bank Century per-31 Oktober

Page 21: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

2008 justru negatif (-3,53%) dan tidak memenuhi persyaratan

bahkan terhadap PBI yang telah dirubah per-14 November 2008.

Untuk poin ini, nantinya kita akan melihat peraturan perundangan

yang mengatur mengenai kewenangan Bank Indonesia dan LPP

dalam Perppu Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan UU Nomor 7

tahun 1992 dan Perppu Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan UU

Nomor 24 Tahun 2004.

3. Terkait pengambilan keputusan KSSK dan Penyaluran Penyertaan

Modal Sementara (PMS)

1) Terhadap surat Gubernur BI No. 10/232/GBI/Rahasia tertanggal

20 November 2008 tentang Penetapan Bank Century sebagai

Bank Gagal dan Penetapan Tindak Lanjutnya, Departemen

Keuangan dan LPS melakukan rapat konsultasi KSSK, dengan

argumentasi BI yang menyatakan Bank Century akan berdampak

sistemik.

2) Dalam pengambilan keputusan bahwa Bank Century adalah Bank

Gagal yang berdampak sistemik Bank Indonesia dan KSSK

menyepakati bahwa status ini harus memenuhi 4 kriteria, yaitu

aspek institusi keuangan, aspek pasar keuangan, sistem

pembayaran dan sektor riil serta aspek psikologi pasar. Dengan

berdasarkan aspek ini, Bank Indonesia mengambil kesimpulan;

”bahwa akan terjadi ketidakpastian yang tinggi terutama

terhadap psikologi pasar masyarakat yang selanjutnya dapat

memicu gangguan/ketidakpastian di pasar keuangan dan system

pembayaran”.

3) Rapat tersebut dihadiri oleh ketua KSSK yaitu menteri keuangan,

Gubernur BI selaku anggota KSSK, dan Sekertaris KSSK, rapat

tersebut memutuskan bahwa Bank Century adalah Bank Gagal

yang berdampak sistemik, dan penanganannya diserahkan pada

LPS, akan tetapi kondisi Bank Century makin memburuk selama

periode November 2008, sehingga BI mengeluarkan data baru

Page 22: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

mengenai kebutuhan dana untuk penyertaan modal sementara

(PMS) LPS untuk penyelamatan Bank Century.

4) Dana PMS kemudian membengkak dari Rp 632 miliar menjadi

Rp 6,76 triliun, kemudian dana ini disalurkan dalam 4 tahap.

4. Legalitas Keputusan KSSK

Terkait dengan penyaluran dana yang diputuskan oleh KSSK dengan

Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perpu) No. 4 tahun 2008 Jaring

Pengaman Sektor Keuangan (JPSK) pada 15 Oktober 2008. Dalam

Perpu ini diatur soal Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)

yang terdiri dari Gubernur BI dan Menteri Keuangan. Terkait dengan

pengucuran dana ke Bank Century, jika mengacu pada persetujuan

DPR RI, sejumlah Rp 2,88 triliun masih disalurkan oleh LPS tanpa

dukungan pengesahan atau persetujuan DPR atas dasar KSSK.

5. Penyalahgunaan dana FPJP dan PMS

Adanya penarikan DPK oleh pihak terkait Bank Century sebesar

Rp 938,654 M. Adanya unsur penggelapan dana kas Valas sebesar

USD 18 Juta dengan masing-masing sebesar Rp 2 M untuk Dewi

Tantular dan Robert Tantular.

1.1.3. Kemungkinan Dampak – dampak dari Kasus Bank Century

Pro dan kontra yang menyertai kasus ini membuat Kasus Bank

Century selalu disorot hingga enam tahun lamanya, sejak mencuat ke

permukaan hingga pada tahun 2013 lalu mantan Deputi Gubernur Budi

Mulya menjadi tersangka. Banyak pihak mengatakan kasus Bank

Century ini merupakan kegagalan di bidang ekonomi pada masa

pemerintahan SBY – Boediono, dan merupakan kasus kerugian negara

yang terbesar sejak kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia pada

jaman Presiden Megawati.

Kasus dana talangan Bank Century menimbulkan dampak-dampak

yang besar, selain indikasi kerugian negara, dampak lainnya adalah

kerugian nasabah yang tidak bisa menarik dana di rekeningnya, serta

Page 23: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

hingga sekarang belum menerima penggantiannya. Kedua, dampak

ekonomi yang membuat seakan-akan kondisi perekonomian di

Indonesia tidak kondusif dan berbahaya bagi nasabah. Adanya dana

yang diduga diselewengkan serta indikasi penyelewenagan jabatan juga

akan mempengaruhi kondisi politik serta kondisi stabilitas ekonomi

hingga beberapa tahun ke depan. Dampak lainnya adalah dampak

hukum, ketika para penegak hukum dianggap tidak mampu untuk

menjaring orang-orang “besar” yang dianggap bermain dalam kasus ini.

Dampak keseluruhannya adalah citra pemerintah menjadi negatif.

Pemerintah dianggap mempermainkan peraturan, tidak bekerja sama

dengan penegak hukum untuk membuka kasus ini, tidak bekerja sama

dengan tim dari DPR yang mengatasnamakan wakil rakyat, yang ingin

membuka kebenaran, kemana aliran uang dari nasabah Bank Century

bermuara. Dan kesemuanya memiliki unsur-unsur politis.

Jika dilihat pada skema-skema pada sub bagian sebelumnya, dana

talangan Bank Century adalah berdasar pada kondisi keuangan yang

dianggap kritis saat itu. Pada tahun 2008, kondisi krisis perekonomian

global berdampak pada perekonomian Indonesia, namun kondisi krisis

perekonomian ini pun masih menjadi pro kontra saat itu. Definisi krisis

perekonomian dan keuangan masih belum bisa dinyatakan dengan jelas

kapan sebuah perekonomian dan keuangan negara dianggap memasuki

masa krisis?

Hal inilah yang juga membuat akhirnya pemerintah mengeluarkan

Perppu Nomor 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem

Keuangan, yang dibuat sebagai upaya menghadapi ancaman krisis

keuangan yang berpotensi membahayakan stabilitas sistem keuangan

dan perekonomian nasional atau menghadapi krisis keuangan, perlu

ditetapkan suatu landasan hukum yang kuat dalam rangka pencegahan

dan penanganan krisis. Dalam Perppu tersebut menyatakan skema

proses koordinasi hingga keluarnya kebijakan jika pemerintah menemui

situasi krisis keuangan dan perekonomian.

Page 24: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

1.2. Rumusan Permasalahan

Pencitraan tidak dipungkiri menjadi komponen penting bagi pejabat

pemerintah ataupun politisi, maka dari itu jika menemui sebuah permasalahan

adalah penting bagi pejabat pemerintah untuk melakukan sebuah konstruksi

citra. Masyarakat selalu menginginkan pejabat pemerintah untuk cepat

tanggap terhadap berbagai informasi, masukan dan kritik (Heryanto, 2013,

hal.176) agar masyarakat dapat menilai, bahkan memberikan komentar atau

opininya terhadap kemampuan pejabat tersebut menangani situasi krisis.

Kasus Bank Century memiliki lingkup permasalahan yang sangat luas,

berbagai kepentingan dan aspek terlibat di dalamnya. Kasus yang hampir

memasuki tahun ketujuhnya ini, menyeret banyak nama penting di

pemerintahan serta menyangkut banyak institusi di dalamnya. Dalam hal ini

ada tiga institusi yang dianggap memiliki kesalahan dan berperan besar dalam

penggelontoran dana talangan Bank Century. Bank Indonesia yang terdiri atas

Gubernur Bank Indonesia dan Dewan Gubernur saat itu, Menteri Keuangan

dalam hal ini sebagai Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) serta

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Sekian lama tertutup kabut, kasus Bank Century dianggap mulai

diperhatikan penegak hukum pada tahun 2013. Saat itu, November 2013,

mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang Pengelolaan Moneter

ditangkap serta ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena

dianggap terlibat dalam pemberian Bank Century, hingga menyebabkan

kerugian negara. Penahanan Budi Mulya mau tidak mau ikut menyeret nama

mantan Wakil Presiden Boediono dan manta Menteri Keuangan serta pejabat

lain yang duduk di Dewan Gubernur Bank Indonesia, KSSK serta LPS.

Puncak sorotan publik adalah ketika mantan Wakil Presiden Boediono

diperiksa KPK sebagai saksi bagi Budi Mulya. Peran Boediono dalam

kapasitasnya sebagai Gubernur Bank Indonesia saat itu disinyalir vital dalam

perkara yang diduga merugikan keuangan negara sebesar Rp 6,7 Triliun.

Boediono mengakui saat itu sebagai Gubernur Bank Indonesia dirinya

berperan merubah Peraturan Bank Indonesia tentang FPJP yang menentukan

syarat pengajuan FPJP (www.tempo.co)

Page 25: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Boediono menjelaskan, bahwa pada akhir tahun 2008, di mana kebijakan

penyelamatan Bank Century tersebut ditetapkan, Indonesia sedang

menghadapi krisis keuangan sehingga satu kejadian kegagalan dari suatu

institusi keuangan, betapapun kecilnya, dapat menimbulkan efek domino

yang cukup luas, yaitu berupa dampak sistemik pada sistem perbankan.

Dirinya menegaskan bahwa ia berkeyakinan bahwa instrumen utama dan

mungkin satu-satunya pada saat itu untuk menangkal terjadinya kegagalan

sistematis adalah pemberian FPJP, sehingga hal inilah yang melatarbelakangi

Bank Indonesia melakukan perubahan terhadap peraturan Bank Indonesia

tentang FPJP (www.tribunnews.com)

Selanjutnya apa yang diputuskannya bersama dengan Menteri Keuangan

dalam forum KSSK pada saat itu adalah sebuah upaya untuk mencegah

rontoknya sistem keuangan di Indonesia. Masih menurut Boediono, setelah

kebijakan itu diterapkan, Indonesia mampu melewati badai krisis global

dengan selamat. Bahkan sejak saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia

sampai paling tidak tahun 2012 mencatatkan angka yang tinggi, bahkan

tercatat sebagai peringkat nomor dua di dalam kelompok G-20 setelah China.

Pada kesempatan itu pula Boediono menyatakan bahwa ia bersama Menteri

Keuangan pada saat itu telah melakukan tanggung jawab dengan sebaik-

baiknya. Baginya tanggung jawab tersebut merupakan sebuah kehormatan

karena berada pada waktu dan kondisi yang bisa memberikan kontribusi bagi

bangsa.(Boediono, 23 November 2013).

Media massa mulai saat itu, terutama media massa online terus

mengangkat pemberitaan mengenai pernyataan mantan Wakil Presiden

Boediono dalam keterangan persnya. Ada banyak pernyataan yang disoroti

oleh media massa, antara lain mengenai pernyataan Wapres yang mengatakan

bahwa pemberian FPJP bagi Bank Century sebagai satu-satunya cara untuk

mencegah efek domino dari krisis sistemik.

Kesediaan Boediono diperiksa oleh KPK sebagai komitmennya dalam

penegakkan hukum di Indonesia diapresiasi secara positif oleh berbagai

pihak. Namun yang menjadi permasalahan adalah apakah Pernyataan Pers

Boediono setelah dirinya pertama kali dimintai keterangannya sebagai saksi

Page 26: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

yang dilakukan di Istana Wakil Presiden tersebut upaya yang efektif sebagai

perbaikan citranya selama kurun waktu lima tahun proses penyelidikan Bank

Century. Nama Boediono tidak sekali saja disebut oleh banyak pihak sebagai

orang yang bertanggung jawab, banyak penyataan bertendensi negatif

ditujukan pada Boediono, namun dengan retorika dalam pernyataan pers saat

itu, Boediono tampak melakukan upaya memperbaiki citra, mencoba

menjelaskan pada posisi apa Boediono saat krisis ekonomi itu terjadi.

Boediono saat itu mengeluarkan pernyataan yang memperlihatkan

keberhasilan perekonomian Indonesia saat itu, yang salah satunya adalah

kebijakan bantuan untuk Bank Century. Serta merasa kecewa karena

menurutnya ada pihak-pihak yang menggunakan kebijakan saat itu untuk hal

lain (Koran Tempo, 24 November 2014). Wapres Boediono sendiri merasa

terhormat dalam pengambilan keputusan yang menyelamatkan perekonomian

bangsa saat itu hal ini terungkap dalam pernyataan (Tempo.com, Sabtu 23

November 2013). Meskipun ada juga pernyataan yang diangkat oleh media

massa menjadi sebuah pernyataan yang seakan-akan Wapres Boediono lepas

tanggung jawab atas pembengakakan dana talangan ini (Kompas.com, Selasa

26 November 2013)

Sebagai Wakil Presiden, tentu saja pernyataan Boediono sangat ditunggu-

tunggu. Hal ini dikarenakan kasus bail out Bank Century yang terus menjadi

salah satu isu penting bagi dunia politik di Indonesia, sekaligus menandai

babak baru dalam demokrasi dan penegakan hukum di Indonesia, bahwa

rakyat berhak mengetahui semua informasi mengenai kasus yang melibatkan

Presiden ataupun Wakil Presiden yang dipilih oleh rakyat secara langsung

tersebut.

Dengan pernyataan melalui konferensi pers tersebut, Boediono telah

melakukan sebuah retorika, khususnya retorika politik. Mengingat pentingnya

berkomunikasi dengan rakyat dan pemangku kepentingan dalam masalah

Bank Century ini, retorika politik oleh Wakil Presiden sangatlah penting.

Agar tercipta ketenangan di dalam masyarakat saat di hadapkan pada sebuah

konflik atau krisis, dan agar tidak terjadi kesalahpahaman. Boediono juga

Page 27: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

mencoba menjelaskan seberapa jauh tanggung jawab yang dia emban, hingga

bagaimana perasaan serta tindakannya dalam mengambil keputusan kebijakan

saat itu, kebijakan yang mencoba menyelamatkan Bank Century, namun

secara luas menyelamatkan kondisi perekonomian dan keuangan saat itu.

Pemberian keterangan Wakil Presiden Boediono merupakan sebuah proses

komunikasi politik dengan menggunakan retorika politik untuk menjelaskan

keadaan krisis saat itu. Dengan jabatan dirinya sebagai Wakil Presiden dan

merupakan jabatan tertinggi saat ini yang diperiksa oleh KPK, Boediono

merasa wajib memberikan pernyataan-pernyataan melalu pidato dalam

konferensi persnya. Antusiasme pemangku kepentingan dalam hal ini mulai

dari kalangan DPR (timwas Century), jajaran eksekutif, jajaran yudikatif

bahkan masyarakat luas untuk mengetahui pernyataan Wapres Boediono

tentu sangat tinggi. Hingga diperlukan analisis secara kritis baik dari segi

kalimat-kalimat dalam pernyataan tersebut maupun segi komunikasi

politiknya.

Memberikan keterangan bukanlah hal baru bagi jajaran pemerintahan,

setiap komunikator politik wajib memberikan keterangan yang hasilnya nanti

dapat mempengaruhi opini khalayak melalui citra yang terbangun. Terutama

ketika menghadapi sebuah krisis, saat itu yang dihadapi adalah sebuah hal

baru ketika orang nomor dua di negeri ini diperiksa KPK.

Hingga dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana konstruksi retorika politik yang disampaikan mantan Wakil

Presiden Boediono dalam pernyataan pers seusai diperiksa sebagai saksi

Kasus Pemberian Dana Talangan Bank Century sebagai Upaya Restorasi

Citra menghadapi Krisis Komunikasi Politik saat itu?

2. Bagaimana pernyataan tersebut mempengaruhi Opini Publik?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengungkap proses konstruksi retorika politik yang disampaikan mantan

Wakil Presiden Boediono dalam pernyataan pers seusai diperiksa sebagai

Page 28: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

saksi Kasus Pemberian Dana Talangan Bank Century sebagai Upaya

Restorasi Citra menghadapi Krisis Komunikasi Politik saat itu.

2. Menjelaskan bagaimana pernyataan tersebut mempengaruhi Opini Publik

1.4 Signifikasi Penelitian

Komunikasi politik dengan retorika politik menarik untuk dikaji. Komunikasi

politik antara Presiden, Wakil Presiden dan seluruh jajaran pemerintahan

merupakan suatu hal mutlak atau tidak dapat dihindari dalam politik. Tanpa

ingin menganalisis lebih dalam pada sisi hukum kasus Bank Century, Peneliti

berupaya mengangkat penelitian mengenai upaya Boediono dalam

memulihkan citra setelah diperiksa KPK dengan memberikan pernyataan

melalui pernyataan pers saat itu dan melihat sejauh mana analisis

menggunakan teori restorasi citra ini dapat membangun opini khalayak. Hal

ini menurut Peneliti merupakan hal yang penting bagi perkembangan ilmu

komunikasi, khususnya komunikasi politik.

Menyambut era keterbukaan informasi antara pemerintah dan khalayak serta

berbagai elemen kepentingan, kelak akan kita hadapi berbagai retorika

politik, baik untuk membentuk citra positif maupun sebagai pemulihan citra

ketika menghadapi sebuah krisis ataupun konflik. Peneliti sebagai seorang

yang berkecimpung dalam pemerintahan khususnya dalam bidang

komunikasi politik pemerintah pusat, sangat berharap penelitian ini berguna

bagi institusi maupun jajaran legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Peneliti berupaya menelaah “Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi

Citra: Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century”, sebab

menurut peneliti, mantan Wakil Presiden Boediono sebagai orang dengan

jabatan tertinggi saat itu yang diperiksa KPK dalam kapasitasnya sebagai

saksi, merupakan hal yang baru, khususnya dalam era reformasi saat ini.

Dimana pernyataan yang diangkat dalam sebuah pemberitaan kerap

mempengaruhi citra dari seorang komunikator politik.

Page 29: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Boediono sangat menyadari bahwa rakyat dan pemangku kepentingan perlu

mengetahui keterangan kebijakan pemerintah untuk membangun kepercayaan

publik melalui pembentukan Opini Publik.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I – Pendahuluan, bab ini menjelaskan secara garis besar dan umum

berdasarkan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan penelitian

dan si ginifikansi.

BAB II – Kerangka Pemikiran, bab ini meliputi konsep-konsep dan teori-

teori yang dijadikan sebagai landasan dalam melakukan penelitian dan

menganalisa permasalahan, sehingga penjelasan penelitian adalah secara

akademis. Tentu saja berbagai literatur terkait dengan komunikasi politik

akan sangat kuat dalam bab ini.

BAB III – Metode Penelitian, bab ini menjelaskan metode penelitian, yang

mencakup metode pengumpulan data dan bagaimana menjelaskannya.

BAB IV – Hasil Pengamatan dan Analisis Konten Pernyataan Pers, bab ini

mengulas dan menjelaskan hasil penelitian berdasarkan data-data yang

diperoleh dari berbagai sumber, baik data primer maupun sekunder, seperti

melalui studi pustaka, riset dokumen, dan wawancara dengan narasumber

yang kompeten.

BAB V – Simpulan dan Diskusi, bab ini memberikan Simpulan

Page 30: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

BAB II. KERANGKA KONSEPTUAL

2.1. Komunikasi Politik

Komunikasi politik telah dikenal dalam studi awal mengenai wacana

demokrasi dari Aristoteles dan Plato. Pada perkembangannya komunikasi

politik modern bersandar pada multidisiplin yang berbasis pada konsep

dalam ilmu komunikasi, ilmu politik, jurnalistik, sosiologi, psikologi,

sejarah, retorika, dan lainnya. Dengan beragamnya sumbangan dari ilmu

yang bersifat interdisipliner ini, memberi perspektif yang berbeda pada

peranan komunikasi dalam proses politik (Subiakto & Ida, 2012, hal. 6).

Definisi tentang komunikasi politik sangat beragam, beberapa ilmuwan

memiliki pendapat sendiri, tetapi komunikasi politik dapat diartikan sebagai

suatu aktivitas komunikasi yang mempunyai konsekuensi politik.

Komunikasi memainkan peran yang dominan dalam politik, komunikasi

merupakan aktivitas yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari

manusia.

Denton dan Woodward dalam McNair menyebutkan bahwa komunikasi

politik juga bisa dipahami sebagai diskusi publik tentang alokasi sumber

daya publik dan otoritas resmi (siapa yang diberi kekuasaan untuk membuat

keputusan hukum, legislatif dan pemerintahan) serta sanksi resmi (siapa

yang diberi hukuman atau penghargaan oleh negara) (McNair, 2003, hal. 3).

Sedangkan Doris Graber mendefinisikan komunikasi politik sebagai

bahasa politik yang bukan hanya mengkompromikan retorika semata-mata

namun juga tanda-tanda paralinguistik seperti gerak tubuh dan tindakan

politik seperti boikot dan Protes (McNair, hal. 6).

Pengertian lain dari komunikasi politik dikemukakan oleh Dan Nimmo

yang menyebut bahwa komunikasi politik adalah aktivitas komunikasi yang

berhubungan dengan politik dengan menyajikan konsekuensi aktual dan

potensial yang mengatur manusia di bawah kondisi konflik (Subiakto & Ida,

2012, hal. 6). Pengertian komunikasi politik yang dikemukakan oleh Dan

Page 31: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Nimmo ini bisa mempejelas bagaimana sebenarnya komunikasi politik yang

terjadi. Dan Nimmo dalam pengertiannya tentang komunikasi politik

mengemukakan potensi aktual dan potensial dalam komunikasi politik.

Konsekuensi aktual berarti kegiatan yang benar-benar dilakukan oleh para

aktor politik, atau kegiatan komunikasi politik yang memang secara jelas

berada dalam ranah komunikasi politik, seperti kegaiatan kampanye, pidato

presiden, iklan partai politik, dan sebagainya.

Komunikasi politik dalam proses politik memiliki berbagai bentuk ketika

digunakan oleh politikus atau aktivis politik untuk mencapai tujuan

politiknya. Teknik komunikasi dilakukan untuk mencapai dukungan

legitimasi (otoritas sosial), yang meliputi tiga level yaitu, pengetahuan,

sikap sampai dengan perilaku khalayak. Kegiatan komunikasi politik

meliputi juga, upaya untuk mencari, mempertahankan dan meningkatkan

dukungan politik dengan jalan melakukan pencitraan dan membina Opini

Publik yang positif (Arifin, 2011).

Komunikasi politik lainnya menurut pakar komunikasi Astrid S. Sunaryo

menyatakan bahwa komunikasi politik adalah suatu komunikasi yang

diarahkan pada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa sehingga

masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat

semua warganya melalui sanksi yang ditentukan oleh lembaga-lembaga

politik (Arifin, 2011).

Seperti displin komunikasi, komunikasi politik juga terdiri dari unsur-

unsur yang sama antara lain unsur S (source, encoder, sumber atau

komunikator), M (message atau pesan), C (channel, media atau saluran), R

(receiver, decoder, atau penerima), atau dikenal dengan model SMCR.

Harold Lasswell kemudian menambahkan E (effect atau pengaruh)

mengingat efek atau pengaruh merupakan indikator komunikasi yang

efektif. Hingga Harold Lasswell merumuskan proses komunikasi harus

dapat dijelaskan dengan pernyataan yang sederhana: “who says what to

whom in which channel with what effect” atau “siapa bicara kepada siapa

melalui saluran apa dan apa pengaruhnya”. Dalam konteks komunikasi

Page 32: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

politik, Lasswell mendefinisikan politik dengan pertanyaan sederhana “who

gets what, when, how”atau “siapa mendapatkan apa, kapan dengan cara

bagaimana (Dan Nimmo, 2001).

2.2. Komunikator Politik

Dalam sebuah komunikasi politik adalah keseluruhan keputusan

kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan saat ini, guna mencapai

tujuan politik pada masa depan. Ketika komunikasi politik berlangsung,

justru yang berpengaruh bukan pesan politik saja, melainkan terutama siapa

tokoh politik yang menyampaikan pesan politik itu. Dengan kata lain,

ketokohan seseorang komunikator politik dan lembaga politik yang

mendukungnya sangat menentukan berhasil atau tidaknya komunikasi

politik dalam mencapai sasaran dan tujuannya (Ahmad, 2012, hal. 1).

Dean Barlund sebagaimana dikutip Nimmo menyatakan bahwa

komunikasi itu bersifat sirkular dalam arti tidak ada urutan yang linear,

sehingga dalam konteks ini, komunikator politik, sumber tersebut tidak

hanya menyangkut organisasi politik, mulai dari partai politik, organisasi

masyarakat, interest group, hingga pemerintah, namun juga bisa dari rakyat

langsung kepada pemimpin politiknya (Nimmo, 2001, hal. 6).

Menurut Hafied Cangara, sumber atau komunikator politik adalah

mereka yang dapat memberikan informasi tentang hal-hal yang mengandung

makna atau bobot politik, misal Presiden dan Wakil Presiden, Menteri,

anggota DPR, MPR, Pemerintah Daerah misal Gubernur dan Wakil

Gubernur, DPRD dan sebagainya, yang bisa mempengaruhi jalannya

pemerintahan (Changara, 2011, 31).

Nyarwi Ahmad mengatakan bahwa komunikator politik merupakan salah

satu elemen terpenting yang akan menentukan keberhasilan dan kegagalan

keseluruhan proses dan tujuan komunikasi politik yang dijalankan. Tentu

saja, kesuksesan para komunikator politik ini tidak dapat dicapai karena

semata-mata dirinya memiliki bakat retorika politik yang hebat, ada

beragam jenis profesional komunikator politik meskipun kemampuan

Page 33: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

retorika politik komunikator politik juga menentukan kesuksesan

penyampaian pesan (Ahmad, 2012, hal. 1).

Peran komunikator politik sangat menentukan dan berperan penting

dalam memproduksi pesan-pesan dan informasi politik. Komunikator politik

dituntut untuk melahirkan pesan-pesan politik yang aktual, impresif dan

menarik di mata khalayak. Komunikator politik berperan dalam

mengkonstruksikan identitas buadaya, sosial, ekonomi, politik dan ideologi

politik, Komunikator politik juga ditandai dengan kemampuannya dalam

kepemimpinan politik (Ahmad, 2012, hal. 1).

Kompetensi kepemimipinan politik selalu dibutuhkan dan diperlukan

oleh para komunikator politik mengingat untuk mewujudkan tujuan

politiknya, tidak bisa sekedar mereproduksi dan menyampaiakan pesan-

pesan politik politik semata, tetapi juga harus disertai dengan kemampuan

pada bagaimana agar pesan-pesan politik dapat didistribusikan secara luas

dan mempengaruhi atau bahkan membentuk persepsi, sikap dan perilaku

politik khalayaknya (Ahmad, 2012, hal. 1).

Komunikator politik harus memilki kepempimpinan politik. Dan Nimmo

menyebutkan bahwa kepemimpinan politik secara umum didefinisikan

sebagai suatu hubungan antara orang-orang di dalam suatu kelompok dan

memilki hubungan yang erat karena proses komunikasi yang berlangsung

baik melalui model komunikasi interpersonal, komunikasi organisasi dan

komunikasi massa (Nimmo, 2001, hal. 11).

2.3. Retorika Politik

Salah satu bentuk atau jenis komunikasi politik yang sudah lama dikenal

dan dilakukan oleh para politikus atau aktivis adalah Retorika politik.

Retorika politik berkaitan dengan pembentukan citra dan Opini Publik yang

positif (Ahmad, 2012, hal. 25).

Retorika yang berasal dari bahasa Yunani rhetorica memang berarti seni

berbicara. Pada awalnya dipergunakan dalam perdebatan-perdebatan antar

Page 34: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

persona, hingga menjadi komunikasi dua arah. Namun pada

perkembangannya retorika juga dapat digunakan dari satu orang ke satu

orang lainnya atau beberapa orang untuk saling mempengaruhi dengan cara

persuasif dan timbal balik. Untuk itu retorika dikembangkan sebagai

kegiatan seni berbicara, dan menjadi ilmu pengetahuan tersendiri (Arifin,

2003, hal. 126).

Retorika politik merupakan seni menyusun argumentasi dan pembuatan

naskah pidato, karena retorika berkaitan dengan persuasi. Sebagai

komunikasi satu ke banyak orang atau komunikasi massa, retorika bergesar

menjadi pernyataan umum, terbuka dan aktual, dengan menjadikan khalayak

(publik) menjadi sasaran (Arifin, 2003, hal. 128).

Retorika menurut Aristoteles terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: (1)

retorika deliberatif, (2) retorika forensik dan (3) retorika demonstratif.

Retorika deliberatif dirancang untuk memengaruhi khalayak dalam

kebijakan pemerintah. Pembicaraan difokuskan pada keuntungan dan

kerugian jika sebuah kebijakan diputuskan dan dilaksanakan. Retorika

forensik digunakan di dalam pengadilan. Sedangkan retorika demonstratif

digunakan untuk mengembangkan wacana memuji atau menghujat (Arifin,

2003, hal. 30).

Meskipun demikian dalam komunikasi politik yang efektif tidak cukup

hanya dengan menggunakan satu jenis retorika saja untuk mempengaruhi

khalayak. Retorika pada dasarnya menggunakan lambang untuk

mengidentifikasi pembicara dengan mendengar melalui pidato. Sedangkan

pidato adalah konsep yang sama pentingnya dengan retorika sebagai

identifikasi atau sebagai sebuah simbolisme (Ahmad, 2012, hal. 127).

Dengan pidato di hadapan khalayak secara terbuka akan berkembang

wacana publik dan berlangsung proses persuasi. Melalui pidato dapat

terungkap konflik. Untuk itu Dan Nimmo menyebut pidato adalah negosiasi,

dengan retorika politik akan tercipta masyarakat dengan negosiasi yang

terus berlangsung.

Page 35: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Retorika politik merupakan salah satu kekuatan dasar yang harus dimiliki

oleh para komunikator politik. Di era domokrasi diaman media massa dan

teknologi komunikasi belum begitu canggih, retorika politik menjadi elemen

kunci yang pertama-tama harus dikuasai dan dimiliki oleh komunikator

politik. Retorika politik bukan hanya menyangkut materi-materi pesan

politik, tapi bagaimana materi tersebut disusun, dikemas, dan disampaikan

kepada publik dengan dukungan kemampuan fisik dalam berkomunikasi.

Retorika politik juga dapat menunjukkan kata-kata yang tanpa arti namun

memiliki diksi yang berlebih. Hal ini berkonotasi asosiasi dengan penipuan

dan trik yang menutupi kebenaran dan keterusterangan. Menurut Yusrita

Yanti (2008), secara umum retorika didefininsikan sebagai menggunakan

bahasa dengan efektif dan persuasif. Suatu seni yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan pembicara atau penulis untuk menyampaikan

informasi, memberikan motivasi, membujuk dan mempengaruhi pikiran

masyarakat dalam situasi tertentu (Smith, 2000).

Menurutnya sejumlah retorika politik terlihat beberapa karakter, pilihan

kata yang digunakan cenderung merupakan emosi terhadap ketidakpuasan,

kejengkelan, keinginan, keoptimisan, dan kebanggaan sehingga melahirkan

sindiran, dan kritikan-kritikan terhadap fenomena sosial yang terjadi. Secara

pragmatis, retorika mencerminkan sikap dari penutur, sikap keoptimisan

dapat memperlihatkan sikap tanggung jawab (responsibility) dari penutur,

sikap lain yang dapat tercermin lainnya adalah empati, peduli, dan lainnya.

Retorika politik juga merupakan tindakan politik yang dapat diamati dari

waktu ke waktu, yang dalam waktu lama membentuk pola, yang pada

akhirnya bertujuan untuk membentuk citra (image) politik bagi khalayak

(masyarakat), yaitu gambaran mengenai realitas politik yang memiliki

makna, citra menunjukkan keseluruhan informasi menurut teori informasi

tentang dunia ini yang telah diolah, diorganisasikan dan disimpan oleh

individu (Nimmo, 2001).

Secara umum, citra adalah peta seseorang tentang realitas. Tanpa citra,

seseorang akan selalu berada dalam suasana yang tidak pasti. Citra adalah

Page 36: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

gambaran tentang realitas, kendatipun tidak harus sesuai dengan realitas

yang sesungguhnya. Citra adalah dunia menurut persepsi kita. Walter

Lippman (1965) menyebutnya picture in our head (Nimmo, 2001), hal.

141).

Komunikasi politik dalam hal ini retorika politik, menurut Anwar Arifin

bertujuan membentuk dan membina citra dan Opini Publik, mendorong

partisipasi politik, memenangi pemilihan, dan memengaruhi kebijakan

politik negara atau kebijakan publik (Arifin, 2003, hal. 127).

2.3.1. Citra Politik

Seperti dijelaskan di atas, salah satu tujuan komunikasi politik adalah

membentuk citra politik yang baik pada khalayak. Citra politik itu terbentuk

berdasarkan informasi yang diterima, baik langsung maupun melalui media

politik. Citra politik merupakan salah satu efek dari komunikasi politik

dalam paradigma atau perspektif mekanistis, yang pada umumnya dipahami

sebagai kesan yang melekat dibenak individu atau kelompok. Meskipun

demikian citra itu dapat berbeda dengan realitas yang sesungguhnya atau

tidak merefleksikan kenyataan objektif.

Citra politik juga berkaitan dengan pembentukan Opini Publik karena

pada dasarnya Opini Publik politik terbangun melalui citra politik.

Sedangkan citra politik terwujud sebagai konsekuensi kognisi dari

komunikasi politik. Robert dalam Anwar Arifin menyatakan bahwa

komunikasi tidak secara langsung menimbulkan pendapat atau perilaku

tertentu, tetapi cenderung memengaruhi cara khalayak mengorganisasikan

citranya tentang lingkungan dan citra itulah yang memengaruhi pendapat

(opini) atau perilaku khalayak (Arifin, 2003, hal. 178).

Citra dapat didefiniskan sebagai konstruksi atas representasi dan persepsi

khalayak terhadap individu, kelompok atau lembaga yang terkait dengan

kiprahnya dalam masyarakat. Citra memiliki empat fase. Baudrillard

menyebut empat fase itu adalah: (1) representasi dimana citra merupakan

cermin suatu realitas; (2) ideologi dimana citra menyembunyikan dan

Page 37: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

memberikan gambaran yang salah akan realitas; (3) citra menyembunyikan

bahwa tak ada realitas; dan (4) citra tidak memiliki sama sekali hubungan

dengan realitas apapun (Arifin, 2003, hal. 179).

Citra politik dapat dipahami sebagai gambaran seseorang tentang politik

yang memiliki makna, kendatipun tidak selamanya sesuai dengan realitas

politik yang sebenarnya. Citra politik tersusun melalui persepsi yang

bermakna tentang gejala politik dan kemudia menyatakan makna itu melalui

kepercayaan, nilai dan pengharapan dalam bentuk pendapat pribadi yang

selanjutnya dapat berkembang menjadi Opini Publik (Arifin, 2003, hal.

185).

Citra politik seseorang akan membantu dalam pemahaman, penilaian,

pengindentifikasian peristiwa, gagasan tujuan atau pemimpin politik. Citra

politik membantu bagi seseorang dalam memberikan alasan yang dapat

diterima secara subjektif tentang mengapa segala sesuati hadir sebagaimana

tampaknya tentang referensi politik.

Para politikus atau pemimpin dalam politik sangat berkepentingan dalam

pembentukan citra politik dirinya melalui komunikasi politik dalam usaha

menciptakan stabilitas sosial dan memenuhi tuntutan rakyat. Misalnya

pernyataan presiden atau wakil presiden dalam konferensi pers atau dalam

sebuah pidato mengenai kesulitan perekonomian yang telah teratasi akibat

sebuah kebijakan. Untuk itu politikus harus berusaha menciptyakan dan

mempertahankan tindakan politik yang membangkitkan citra yang

memuaskan, supaya dukungan Opini Publik dapat diperoleh dari rakyat

sebagai khalayak komunikasi politik.

2.3.2. Opini Publik

Selain citra politik, komunikasi politik juga bertujuan membentuk dan

membina Opini Publik serta mendorong partisipasi politik, sebagaimana

Page 38: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

telah disinggung di muka. Bahkan dapat dikatakan bahwa citra politik dan

Opini Publik merupakan konsekuensi-konsekuensi dari proses komunikasi

politik yang bersifat mekanistis.

Opini Publik di Indonesia tetap dicatat sebagai sesuatu kekuatan politik

yang penting karena Indonesia termasuk negara yang menganut demokrasi

politik dan sekaligus demokrasi ekonomi yang disebut dalam konstitusi,

dengan nama “kedaulatan rakyat” (Arifin, 2003, hal. 186).

Kesadaran akan hakikat Opini Publik sebagai kekuatan politik

dikemukakan oleh berbagai pakar. Misalnya Ogburn dan Ninkoff

menjelaskan bahwa semua golongan yang tersusun baik secara organisasi

kerjanya, mutlak harus memperoleh dukungan kuat Opini Publik atau

minimal Opini Publik tidak menentangnya. Opini Publik harus dapat

dibentuk, dipelihara dan dibina dengan baik oleh semua kekuatan politik,

melalui komunikasi politik yang intensif dan efektif.

Sebagaimana bidang-bidang lain daam ilmu sosial dan ilmu politik,

Opini Publik memiliki banyak penegertian dari banyak pakar, yang satu

dengan yang lainnya terdapat perbedaan dan persamaan. Opini atau

pendapat, dipahami sebagai jawaban atas pertanyaan atau permasalahan

yang dihadapi dalam suatu situasi tertentu. William Albig dalam Anwar

Arifi menyatakan bahwa opinion is any expression on a controversial topic

(opini adalah suatu pernyataan yang sifatnya bertentangan). Opini

merupakan expressed statement yang bisa diucapkan dengan kata-kata, juga

bisa dinyatakan dengan isyarat atau cara-cara lain yang mengandung arti

dan segera dapat dipahami maksudnya.

Hingga opini dapat dipahami sebagai pernyataan yang dikomunikasikan

sebagai jawaban atas pertanyaan atau permasalahan uang kontroversial.

Pendapat itu harus dinyatakan, sehigga dapat dinilai atau ditanggapi oleh

publik sehingga mengalami proses komunikasi. Irish dan Prorhro

menyatakan bahwa pernyataan yang telah mengalami proses komunikasi

disebut pendapat (opinion). Opini yang dinyatakan akan lebih banyak

Page 39: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

menjadi kajian ilmu komunikasi dalam paradigma mekanistis dan

paradigma interaksional.

Opini dalam perspektif komunikasi dipandang sebagai respon aktif

terhadap stimulus yakni respon yang dikonstruksi melalui interpretasi

pribadi yang berkembang dari citra dan menyumbang Citra. Oleh karena

opini merupakan respons yang dikonstruksi, maka politisi harus memiliki

perhatian pada politik pengemasan opini. Menurut Gun Gun Heryanto

(gunheryanto.blogspot.com/2007/12) paling tidak ada tiga komponen utama

di dalam sebuah opini. Pertama, keyakinan yang terdiri dari percaya dan

tidak terhadap sesuatu. Dengan kemasan marketing yang baik, khalayak

akan digiring untuk mempercayai apa yang menjadi konsep dan tawaran

penutur. Semakin besar kepercayaan khalayak terhadap kandidat, maka

opini yang berkembang akan semakin positif.

Kedua, di dalam opini juga terkandung nilai berbentuk nilai-nilai

kesejahteraan (welfare Values) dan nilai-nilai deferensi (deference value).

Nilai-nilai kesejahteraan antara lain pencarian kesejahteraan, kemakmuran,

keterampilan dan enlightement. Sementara nilai-nilai deferensi antara lain

penanaman respek, reputasi bagi moral rectitude, perhatian dan popularitas

serta kekuasaan. Dengan memahami komponen-komponen nilai tersebut,

politikus harus memahami benar jika opini tidak bisa dibiarkan mengalir

secara bebas, melainkan harus dikonstruksi. Tentunya dengan cara-cara

yang elegan.

Ketiga, opini juga terdiri dari komponen ekspektasi, yakni komponen

yang berkaitan dengan unsur konotatif. Ini merupakan aspek dari citra

pribadi dan proses-proses interpretatif yang terkadang disamakan oleh para

psikolog sebagai impuls, keinginan (volition) dan usaha keras atau striving.

Kesadaran untuk mengemas opini publik adalah kesadaran untuk

menyelaraskan keinginan dan usaha keras pencapaian tipe ideal sebuah

tatanan dengan tipe ideal yang diharapkan khalayak pemilih. Semakin luas

arsiran wilayah harapan antara kandidat dengan pemilih, maka akan

semakin besar pula peluang kandidat untuk memenangi pertarungan citra.

Page 40: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa Opini Publik

adalah pendapat yang sama yang dinyatakan oleh banyak orang yang

diperoleh melalui diskusi yang intensif sebagai jawaban atas pertanyaan dan

permasalahan yang menyangkut kepentingan umum. Permasalahan itu

tersebar luas melalui media massa. Pendapat rata-rata individu-individu itu

memberi pengaruh terhadap orang banyak dalam waktu tertentu. Pengaruh

itu dapat bersifat positif, netral atau bahkan negatif.

Alan D Monroe merumuskan bahwa Opini Publik adalah distribusi

pilihan-pilihan individu di dalam masyarakat (Arifin, 2003, hal 190).

Sedang R.O. Tambunan menulis bahwa Opini Publik adalah pendapat yang

hidup dan berkembang sebagai bentuk interaksi nilai dan lambang di dalam

masyarakat sebagai hasil diskusi (2003, hal. 190). Bernard Berelson

mengaitkan Opini Publik dengan politik dan sosial (2003, hal 191). Ia

menulis bahwa Opini Publik adalah tanggapan orang-orang (yaitu

pernyataan setuju, tdak setuju atau tidak peduli) terhadap masalah-masalah

politik dan sosial yang mengandung pertentangan dan meminta perhatian

umum.

Berdasarkan beberapa pengertian Opini Publik di atas maka Arifin

menyimpulkan bahwa Opini Publik memiliki paling kurang tiga unsur.

Pertama, harus ada isu (peristiwa atau kata-kata) yang aktual, penting dan

menyangkut kepentingan pribadi kebanyakan orang dalam atau kepentingan

umum, yang disiarkan melalui media massa. Kedua, harus ada sejumlah

orang yang mendiskusikan isu tersebut, yang kemudian menghasilkan kata

sepakat mengenai sikap, pendapat dan pandangan mereka. Ketiga,

selanjutnya pendapat mereka itu diekspresikan atau dinyatakan dalam

bentuk lisan, tulisan dan gerak-gerik (2003, hal 191).

2.4. Retorika Politik Wakil Presiden.

Mengenai masalah bangunan pidato Wakil Presiden ada baiknya kita

melihat kembali teori The Sosial Construction of reality yang diprakasai

oleh Peter Berger dan Thomas Luckman (Berger & Luckman,1990,hal. 28-

Page 41: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

29). Dinyatakan bahwa kenyataan sosial adalah hasil (eksternalisasi) dari

internalisasi dan obyektivasi manusia terhadap pengetahuan dalam

kehidupan sehari-hari. Eksternalisasi dipengaruhi oleh stock of knowledge

(cadangan pengetahuan) yang dimilikinya. Cadangan sosial pengetahuan

adalah akumulasi dari common sense knowledge (pengetahuan akal sehat).

Common sense adalah pengetahuan yang dimiliki individu bersama

individu-individu lainnya dalam kegiatan rutin yang normal, dan sudah jelas

dengan sendirinya, dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian mengenai konstruksi realitas ini berangkat dari kacamata

sosiologi. Pada dasarnya konstruksi realitas mensyaratkan pada dua hal

yakni: realitas dan pengetahuan. Dua istilah inilah yang menjadi istilah

kunci dalam teori ini. Kenyataan diartikan sebagai kualitas yang terdapat

dalam keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak individu

manusia (harapan, angan-angan atau dalam politik dapat diterjemahkan

dengan kepentingan). Pengetahuan adalah kepastian bahwa keberadaan itu

nyata (real) dan memiliki karakteristik-karakteristik yang spesifik (1990,hal.

28-29).

Dalam studi ini, Berger juga memperhatikan mengenai legitimasi.

Menurutnya legitimasi adalah pengetahuan yang diobyektivasi secara sosial

yang bertindak untuk menjelaskan dan membenarkan tatanan sosial.

Legitimasi merupakan pengetahuan yang berdimensi kognitif dan normatif

karena tidak hanya menyangkut penjelasan tetapi juga nilai-nilai moral.

Legitimasi, dalam pengertian fundamental, memberitakan apa yang

seharusnya ada terjadi dan mengapa terjadi (1990,hal. 28-29).

Dalam Pidato atau Pernyataan dalam Konferensi Pers Wakil Presien

Boediono, setelah dimintai keterangan oleh KPK dalam kapasitasnya

sebagai mantan Gubernur BI, kita akan melihat realitas kejadian bangsa

yang dijelaskan oleh Wakil Presiden. Pengetahuan yang dimiliki oleh

masyarakat dalam pandangan Berger dapat menjadi justifikasi dalam

menilai pernyataan tersebut. Apakah kemudian realitas itu dinilai nyata

ataukah hanya sesuatu yang sengaja dikonstruksikan

Page 42: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Seperti dijelaskan di atas retorika diperkenalkan oleh Aristoteles dan

diartikan sebagai seni berorasi. Ilmu retorika sendiri dijelaskan Aristoteles

dalam karya besarnya Rethoric sebagai ilmu yang menyelidiki secara

sistematis efek dari pembicara, orasi, serta komunikan dengan pendekatan

Persuasif (Rahmat,1994,hal.19). Salah satu klasifikasi mengenai retorika

yang dibuat Aristoteles adalah Political Speaking yang bertujuan untuk

mempengaruhi legislator atau pemilih untuk ikut serta dalam pemilihan atau

untuk memilih. Lebih jauh lagi Menurut Aristoteles, kualitas persuasi dari

retorika bergantung kepada tiga aspek pembuktian, Pertama logika (logos),

dimana argumentasi dari orator menjadi hal yang terpenting untuk

pembuktian secara logika. Dalam pidato pernyataan Wakil Presiden

Boediono untuk memenuhi unsur logos ini, Wapres Boediono menyisipkan

data-data, pengakuan sebagai bukti atau seolah-olah bukti yang dapat

diterima masyarakat secara logis atas prestasi kinerja pemerintah.

Kedua etika (ethos), yaitu bagaimana karakter dari orator dapat dilihat

dari caranya menyampaikan pesan pesan. Hal pendukung agar secara etika

dapat diterima publik adalah pengetahuan orator, kepribadian dan status

yang baik dari orator. Karakter seorang pemimpin dan gaya (style)

kepemimpinn diterjemahkan pada bagaimana pemimpin berbahasa, tindak

tanduk, dan kehidupan personal yang menjadi hal penting dalam

mempengaruhi keberhasilan retorika.

Ketiga adalah emosional (pathos), yaitu bagaimana apa yang dirasakan

oleh Orator mampu tersampaikan kepada khalayaknya. Orator harus

menyentuh hati khalayak. Selain itu Orator juga harus memahami perasaan,

emosi, harapan, kebencian, dan kasih sayang masyarakat. Disinilah Pidato

atau Pernyataan Wakil Presiden Boediono akan diuji apakah yang dirasakan

Boediono mengenai kebijakan pemberian Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek

Bank Century pada Tahun 2008 sama dengan apa yang dirasakan

komunikannya yang diwakilkan oleh para elit baik yang berada pada jajaran

pemerintahan maupun yang berada di luar pemerintahan.

Page 43: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Dalam perkembangnnya studi mengenai retorika presidensial dewasa ini,

berbicara mengenai bagimana statement jajaran eksekutif dapat

mempengaruhi publik dan lebih jauh lagi mempengaruhi kebijakan. Salah

satunya adalah penelitian yang dilakukan Andrew B.Whitford dan Jeff

Yates (Whitford&Yates,hal.6). Mereka menggambarkan bagaimana retorika

jajaran eksekutif dapat mempengaruhi agenda publik dan lebih jauh

mempengaruhi kebijakan yang dibuat di parlemen. Penelitian mengenai

pengaruh retorika presidensial yang efektif mempengaruhi agenda publik

sampai pada tingkat legislatif juga dikemukan oleh Brandice Canes Wrone

(Whitford&Yates,hal.7). Topik mengenai retorika presidensial ini mencoba

melihat apakah ketika Orator dalam hal ini Wakil Presiden berbicara, rakyat

mendengar? Apakah birokrasi merubah prilakunya berdasarkan prioritas

Wakil Presiden? Hasil Penemuan selama ini menyatakan pernyataan Wakil

Presiden menjadi kekuatan yang besar untuk mempengaruhi Opini Publik.

Jeffrey E. Cohen (Rahmat,1994,hal.19) dalam penelitiannya menemukan

bahwa retorika presidensial mampu mempengaruhi agenda publik.

Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana pengaruh retorika dalam

menghadapi sebuah krisis dengan menggunakan teori Image Restoration

terhadap Opini Publik. Selanjutnya untuk sampai pada kesimpulan yang

menunjukan apakah retorika Wakil Presiden dalam menghadapi krisis

kepercayaan publik terhadap keputusan pemerintah mempengaruhi Opini

Publik diperlukan suatu metode analisis. Dalam penelitian ini metode yang

digunakan adalah analisis pemulihan citra.

2.5. Komunikasi Krisis dan Image Restoration Theory (Teori Pemulihan

Citra)

2.5.1. Komunikasi Krisis

Retorika politik dibutuhkan juga ketika komunikator politik

menemukan konflik ataupun menghadapi krisis, dimana krisis dapat

Page 44: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

mengancam reputasi komunikator politik. Bagi sebuah perusahaan,

badan pemerintah, dan individu, image dan reputasi sangatlah penting.

Karena itu bila reputasi jatuh, dibutuhkan sumber daya yang besar

untuk memulihkan. Dalam bahasan sehari-hari, reputasi dimaksudkan

sebagai image yang menancap di benak komunikan terhadap

komunikator berdasarkan fakta seberapa baik komunikator memenuhi

harapan mereka (Ludwig,2011, hal.108).

Krisis menurut Barton (Ngurah Putra, 1999, hal. 84) adalah

peritiwa besar yang secara potensial berdampak negatif terhadap baik

perusahaan maupun publik. Peristiwa ini mungkin secara cukup

berarti merusak organisasi, karyawan, produk, jasa yang dihasilkan

organisasi, kondisi keuangan dan reputasi perusahaan.

Menurut Otto Lerbinger yang pendapatnya dikutip Mazur & White

(1998, hal.32) kategori krisis dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Krisis teknologis (technological crisis). Dalam era

pascaindustri ini makin banyak koorporasi yang tergantung

pada kemajuan dan keandalan teknologi, sehingga bilamana

teknologinya gagal maka akibatnya bagi masyarakat sangat

dahsyat.

2. Krisis konfrontasi (confrontation crisis). Krisis timbul karena

gerakan masa melakukan proses dan kecaman terhadap

korporasi.

3. Krisis tindak kejahatan (crisis of malevolence). Krisis timbul

sebagai akibat dari tindakan beberapa orang atau kelompok-

kelompok terorganisasi.

4. Krisis kegagalan manajemen (crisis of management failures).

Krisis muncul karena terjadinya salah urus dan

penyalahgunaan kekuasaan oleh kelompok-kelompok yang

diberi kewenangan khusus.

5. Krisis ancaman-ancaman lain (crisis involving other threats to

the organization). Dalam perkembangan sekarang, krisis

Page 45: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

terutama dapat berbentuk likuidasi, pencaplokan, dan merger

perusahaan.

Pada dasarnya, setiap krisis mengancam reputasi atau citra. Dalam

konteks ini, komunikasi krisis yang efektif akan meminimalkan citra

negatif ataupun Opini Publik yang negatif akibat kerusakan reputasi

atau citra akibat krisis. Dengan kata lain, ketika terjadi krisis,

komunikasi krisis yang efektif menjadi alat dalam upaya membangun,

memulihkan dan mempertahankan citra positif. Pesan-pesan yang

disampaikan dalam komunikasi politik memainkan peran penting

dalam situasi krisis. Disini komunikator harus jeli menyusun dan

menyediakan informasi untuk menjelaskan suatu krisis dan membantu

mengurangi kerusakan dan dampak krisis terhadap komunikator.

Pada saat krisis, komunikator politik dituntut menciptakan suatu

komunikasi atau pesan-pesan untuk menangani krisis. Bila pesan-

pesan yang disampaikan komunikator tidak tepat, hal itu bisa

memperburuk situasi krisis (Ludwig,2011, hal.109).

Sebuah fitur penting dari komunikasi krisis adalah pengelolaan

komunikasi yang kompleks. Gregory dalam Benoit menunjukkan

bahwa berkomunikasi dalam suatu krisis adalah tindakan

penyeimbangan yang sulit. Disini komunikator harus menghadapi

situasi cara menyampaikan pesan yang harus disampaikan secara

internal maupun eksternal (Benoit,1995,hal.97).

Aturan baku komunikasi krisis adalah saat terjadi krisis,

komunikator harus sesegera mungkin merespon dan menyampaikan

informasi kepada semua khalayak kunci melalui pesan sederhana dan

mudah dipahami. Akan tetapi, yang terdengar sederhana di atas kertas

lebih sulit dalam praktek. Sebab dalam krisis yang sebenarnya, budaya

dan struktur organisasi sangat mempengaruhi penerapan komunikasi

krisis.

Untuk menjaga kredibilitas, komunikator harus bereaksi dan

merespon dengan cepat, informasi dikelola secara efektif dan

Page 46: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

diberikan pada saat yang sama kepada semua pihak. Sikap jujur sangat

penting untuk komunikasi krisis. Satu aturan dasar untuk menangani

krisis adalah dengan mengatakan kebenaran secara cepat. Seperti

dikatakan Rosady Ruslan (1999,hal.73) suatu krisis, dapat

menimbulkan resiko sebagai berikut:

1. Intensitas masalah menjadi meningkat;

2. Menjadi sorotan publik, baik melalui liputan media massa,

informasi yang disebarkan melalui mulut ke mulut;

3. Merusak sistem kerja, etos kerja, dan mengacaukan sendi-

sendi organisasi secara total yang mengakibatkan lumpuhnya

kegiatan;

4. Mengundang ikut campur tangan pemerintah, yang mau tidak

mau harus turut mengatasi masalah yang timbul;

Komunikasi, terutama selama krisis, secara langsung

mempengaruhi persepsi publik dan organisasi yang dapat

mempengaruhi kepentingan jangka panjang organisasi dalam hal ini

pemerintahan SBY - Boediono.

Caldiero, Taylor dan Ungureanu menganggap hubungan dengan

media selama krisis bahkan lebih penting daripada biasanya. Mereka

menunjukkan bahwa sangat penting bagi pemerintah dalam hal ini

komunikator politik untuk berkomunikasi secara teratur dengan

pemangku kepentingan internal dan eksternal. Kelompok-kelompok

ini dapat mendukung organisasi pada saat krisis dan membantu

membingkai krisis untuk media dan publik. Namun, mendengarkan

kelompok ini adalah sama pentingnya (Coombs and

Holladay,2010,hal.103).

Teknologi komunikasi baru juga telah secara dramatis mengubah

cara informasi dan komunikasi yang ditransmisikan pada saat terjadi

krisis. Tidak hanya berita tentang situasi krisis yang dengan cepat

menyebar ke seluruh dunia, organisasi juga dapat menggunakan

Page 47: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

teknologi komunikasi baru untuk keuntungan mereka berkomunikasi

dengan para pemangku kepentingan internal dan eksternal.

Misalnya, di samping siaran pers tradisional, organisasi juga dapat

menggunakan email, web dokumen, video, audio, dan komentar

berbasis Web dan analisis. Salah satu contoh penggunaan teknologi

komunikasi baru yang tidak tersedia di masa lalu adalah blogging,

yang menciptakan kemungkinan komunikasi ganda untuk organisasi

dan para pemangku kepentingan.

Ketersediaan media baru telah meningkat pesat dalam dekade

terakhir ini dan memperluas pilihan komunikasi untuk organisasi

selama krisis. Pemerintah tidak lagi terbatas pada media tradisional

untuk berkomunikasi dengan setiap pemangku kepentingan, mereka

juga dapat menggunakan sumber daya internet. website organisasi,

misalnya, merupakan cara yang efektif dan sangat mudah diakses

untuk menyediakan khalayak yang berbeda dengan informasi tentang

krisis yang sedang berlangsung.

Coombs dan Holladay melihat Internet sebagai salah satu pilihan

bagi organisasi untuk berkomunikasi dengan cepat dengan pemangku

kepentingan mereka dalam situasi krisis. Menurut mereka

perkembangan Internet memiliki pengaruh signifikan terhadap

komunikasi korporat. Kecepatan dan kesederhanaan pertukaran

informasi tidak hanya memudahkan bagi organisasi untuk

berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan mereka, hal itu

juga telah mengubah harapan. Waktu menjadi elemen penting dalam

komunikasi krisis dan pemangku kepentingan sekarang memiliki

harapan yang lebih besar dari informasi segera mungkin tentang

peristiwa krisis (2010,hal.110).

Jaringan sosial seperti blog, Twitter, podcast, dan YouTube juga

semakin banyak digunakan untuk mendistribusikan pesan,

membangun dialog, atau melanjutkan percakapan dengan para

pemangku kepentingan. Cara lain untuk menggunakan media sosial

Page 48: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

dapat untuk memindai tanda-tanda krisis berkembang. Blog, video,

atau kelompok pelanggan di Facebook memberikan informasi penting

tentang bagaimana memandang stakeholder organisasi. Sekarang

pemerintah juga dapat menggunakan media baru untuk berkomunikasi

dengan para pemangku kepentingan mereka dalam situasi krisis, misal

kalangan DPR, masyarakat dan organisasi non pemerintah. Pemangku

kepentingan sendiri bisa digunakan, misalnya, blog untuk

berkomunikasi dan bertukar informasi, tidak hanya dengan organisasi,

tetapi juga dengan para pemangku kepentingan lainnya, tanpa dibatasi

oleh geografi.

Gambaran diatas menunjukkan dengan jelas bahwa satu dan

kejadian yang sama dapat menciptakan reaksi penonton yang sama

sekali berbeda. Sebuah strategi yang efektif dalam satu budaya atau

negara tidak dijamin akan sukses di tempat lain. Ini karena pada

dasarnya setiap krisis itu unik.

Hal ini membuat sulit para komunikator politik, terutama yang

bertanggungjawab bila terjadi krisis, untuk strategi pemulihan citra.

Akan tetapi, seperti yang ditulis di bagian sebelumnya, pada dasarnya

setiap strategi pemulihan citra mempunyai kemiripan. Hanya

kerangkanya yang mungkin perlu dimodifikasi agar sesuai dengan

situasi khusus, meski hal itu harus dilakukan secara hati-hati.

2.5.2. Asumsi Dasar Teori Pemulihan Citra

Penelitian ini akan menggunakan teori pemulihan citra (image

restoration theory) dengan pendekatan retorika yang diperkenalkan

oleh William L. Benoit.

Analisis retorika politik menggunakan teori pemulihan citra

memiliki empat sistem pendekatan analisis (Benoit,1995,hal.30).

Page 49: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Teori pemulihan citra bertujuan untuk fokus dalam identifikasi

pemilihan kalimat dalam sebuah retorika politik, antara lain

pernyataan dalam konferensi pers atau sebuah pidato.

Teori pemulihan citra mengasumsikan bahwa, pertama,

komunikasi adalah sebuah aktivitas yang efektif dalam mencapai

sebuah tujuan. Kedua, mempertahankan reputasi atau citra positif

adalah pusat dari tujuan tersebut. Komunikator politik memiliki

banyak tujuan, beberapa diantaranya tidak sesuai dengan keinginan

komunikan ataupun stakeholder. Dengan kata lain, untuk menuju

suatu tujuan dari komunikasi, beberapa hal kurang diperhatikan.

Namun, komunikator harus mencoba meraih tujuan komunikasi

dengan berbagai cara yang terbaik.

Teori ini mengklaim bahwa konsep dasar dari pemulihan citra

adalah memperbaiki/mempertahankan citra yang baik yang

merupakan hal terpenting dari tujuan ini. Untuk itu sebagai

komunikator, perlu memiliki strategi mempertahankan citra positif

tersebut. Karena terkadang komunikator melalukan kesalahan yang

membuat citra komunikator menjadi tidak aman, dan menjadi subjek

yang diserang. Ketika komunikator berhadapan dengan kejadian yang

akan merusak citranya, dengan apapun penyebabnya, maka jalan satu-

satunya adalah dengan memperbaikinya atau memulihkannya

(1995,hal.31).

2.5.3. Diskursus Teori Pemulihan Citra

Sejak komunikasi adalah salah satu dari aktivitas antar manusia

dalam menuju suatu tujuan, maka komunikasi memfokuskan pada satu

hal, memulihkan atau melindungi sebuah reputasi atau citra.

Pemulihan citra/reputasi adalah tujuan utama berkomunikasi dengan

retorika.

Page 50: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Karena citra atau reputasi merupakan hal yang penting bagi

komunikator, ketika diserang kita membuat suatu pertahanan, dan

melakukan kegiatan yang dapat mengurangi kekhawatiran. Hal ini

terjadi ketika (a) dimana terjadi tindakan yang tidak diinginkan, (b)

komunikator bertanggung jawab atas tindakan itu. Reputasi atau Citra

komunikator beresiko jika komunikan percaya bahwa kedua kondisi

diatas terjadi. Namun jika komunikan percaya bahwa komunikator

bertanggungjawab atas suatu tindakan yang salah, maka komunikator

bersiap jika citranya menjadi negatif. Jika komunikator berpikir

bahwa dirinya melakukan tindakan yang jelas, maka komunikator

biasanya tidak akan meminta maaf, namun memberikan solusi kepada

lembaga lain untuk memulihkan citranya (1995,hal.40).

2.5.4. Strategi Pemulihan Citra

Penyangkalan: Komunikator mungkin menyangkal bahwa sebuah

tindakan terjadi/diambil bukan karena pilihan komunikator tersebut,

hingga yang terjadi adalah ingin memunculkan identitas yang

melakukan kesalahan pada sebuah tindakan tertentu. Jika komunikan

menerima klaim komunikator, maka citra dari identitas komunikator

akan meningkat. Namun, penyangkalan memunculkan pertanyaan lain

dari komunikator, lalu siapa yang melakukan? (1995,hal.41)

Menghindari tanggung jawab: Komunikator mungkin tidak bisa

mnyangkal sebuah tindakan, namun dapat menghindari atau

mengurangi tanggung jawab yang tampak dalam sebuah retorika

tersebut. Ada empat variasi dalam proses menghindari tanggung

jawab yaitu: pengkambinghitaman, defeasibility, kecelakaan, dan

motif/niat (1995,hal.41).

(1) Pengkambighitaman adalah sebuah tindakan yang digunakan sebagai

cara untuk mengklaim tindakan tersebut dilakukan sebagai tanggapan

terhadap tindakan kesalahan lainnya. Sepanjang komunikan

menyetujui bahwa tindakan yang salah tersebut memang harus

Page 51: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

dilakukan oleh komunikator saat itu, maka citra komunikator

terselamatkan, sebagian atau keseluruhan.

(2) Defeasibility dipergunakan ketika komunikator membeberkan bahwa

saat itu dirinya tidak memiliki atau kurang memiliki informasi atau

kontrol atas faktor-faktor penting dalam situasi yang mengarah ke

tindakan yang salah. Intinya ketika komunikator menyampaikan

bahwa dirinya tidak memiliki kendali atas permasalahan tersebut. Jika

komunikan menerima maka komunikator dapat mengurangi tanggung

jawab yang dia rasakan.

(3) Sebuah kecelakaan/kesalahan, pada bagian ini, komunikator meminta

pihak lain yang bertanggung jawab. Komunikator tidak menyangkal

telah terjadi kesalahan, namun komunikator berupaya memberikan

informasi yang dapat mengurangi tanggung jawabnya.

(4) Motif atau intensions adalah tidak menolak bahwa melakukan

tindakan yang salah, namun komunikator meyakinkan komunikan

bahwa tindakannya dilakukan dengan niat yang baik atau memiliki

tujuab yang baik. Hal ini upaya agar komunikator tidak disalahkan

sebanyak ketika dirinya belum memberikan keterangan.

Mengurangi penyangkalan: Hal ini dilakukan untuk mengurangi

kebencian dari komunikan dan dilakukan dengan enam taktik yaitu

(1995,hal.42):

(1) Bolstering (telah melakukan beberapa hal dengan baik). Taktik

tersebut memperkuat anggapan dimana komunikator berusaha untuk

mengidentifikasi kembali dirinya sendiri dengan nilai-nilai yang

dipandang baik oleh komunikan. Sementara taktik pertama berusaha

untuk mengubah cara pandang komunikan terhadap komunikator.

(2) Minimisasi (krisis yang tidak atau terlalu buruk) taktik ini

meminimalisir efek negatif komunikan, bahwa tindakan tidak benar-

benar salah.

(3) Diferensiasi (yang lain merupakan krisis yang lebih buruk) taktik ini

berusaha mengubah pandangan, penafsiran, atau pemaknaan oleh

komunikan ke perspektif baru, sehingga ketika informasi baru

Page 52: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

terungkap, tindakan yang sudah dilakukan tidak lagi tampak sama

buruknya. Dengan kata lain, karena adanya pemahaman baru, maka

komunikan memaafkan tindakan yang lama.

(4) Transendensi (fokus pada isu-isu lain). Taktik ini adalah dimana

komunikator yang dianggap bersalah berusaha menghapus kesalahan

atau rasa bersalah dengan mengubah konteks di mana komunikan

menkonstruksi tindakan melalui upaya menjauhkan dari rincian

spesifik ke fokus yang lebih abstrak. Taktik ini sering melibatkan

perubahan atau reframing fokus masalah sehingga tindakan spesifik

dari suatu perusahaan individu mungkin tidak lagi tampak. Yang

ditonjolkan justru masalah lebih luas yang juga dihadapi seluruh

industri atau masyarakat.

(5) Menyerang (tidak bertanggung jawab). Taktik ini berusaha

meminimalkan perasaan negatif komunikan dengan mencoba

mempersuasi mereka bahwa perbuatan itu, pada awalnya, bukanlah

tindakan ofensif.

(6) Kompensasi (sanggup menanggung biaya krisis). Dalam taktik ini,

komunikator memberikan kompensasi atau memberikan restitusi

dalam beberapa cara baik dalam bentuk bantuan keuangan, jasa, dan

sebagainya kepada korban.

Kategori keempat tipologi ini adalah tindakan perbaikan.

(1995,hal.42) Ini melibatkan pemberian janji untuk memperbaiki

kerusakan atau untuk mencegah berulangnya

kembali kejadian serupa atau perilaku tindakan mengerikan di masa

depan. Benoit menjelaskan, "Ketika orang yang dituduh melakukan

kesalahan menunjukkan kesediaan mereka untuk mengoreksi atau

mencegah terulangnya masalah, mereka dapat meperbaiki reputasi

mereka".

Kategori terakhir, menunjukkan rasa malu (mortification)

(1995,hal.42).Taktik ini mengharuskan tertuduh mengambil tanggung

jawab atas tindakan yang baik secara sadar maupun tidak sadar.

Tertuduh juga menyampaikan permintaan maaf. Dalam arti, terdakwa

Page 53: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

mengakui bersalah, dan meminta maaf dari orang-orang yang telah

dirugikan atau tersinggung. "Jika kita percaya permintaan maaf itu

tulus, kita akan memaafkan suatu kesalahan".

Seorang individu atau organisasi dapat menggunakan salah satu

dari strategi-strategi dalam usaha untuk mengembalikan reputasi,

Benoit menunjukkan bahwa beberapa strategi perbaikan atau

pemulihan citra yang paling sering digunakan dimana masing-masing

strategi memiliki efektivitas besar pada keadaan tertentu.

Tesis ini pada tahapan selanjutnya ingin melihat bagaimana

pendangan responden dalam memandang sikap dan pernyataan

Konferensi Pers Wakil Presiden Boediono dalam menyikapi

pemeriksaannya oleh KPK untuk kemudian mencocokkannya dengan

citra yang terbentuk dari pernyataan yang disampaikan Wakil Presiden

Boediono melalui retorika politik yang dinyatakan dalam konferensi

pers mengenai pemeriksaan Boediono dalam kapasitasnya sebagai

saksi oleh KPK.

Page 54: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Sifat Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif : suatu upaya untuk

memelihara bentuk dan isi tingkah laku manusia dan menguraikan kualitas-

kualitasnya Penelitian kualitatif tertarik pada makna, dalam arti bagaimana

orang membuat hidup, pengalaman dan struktur dunianya masuk akal.

Dalam hal ini adalah mengamati retorika yang tertuang dalam pernyataan

pers wakil presiden dalam kasus Bank Century.

Secara lebih spesifik, metodologi penelitian kualitatif memiliki asusmsi

filosofis sebagai berikut: (1) beranggapan bahawa realitas atau pengetahuan

dibangun secara sosial, sehingga terdapat relitas jamak, (2) Realitas

dibentuk secara kognitif sehingga menjadi bagian yang tidak terpisahkan

dengan peneliti (3) Selalu terikat nilai (Bogdan & Biklen)

(Sugiyono,2007,hal 13). Penelitian ini mencoba melihat bagaimana sebuah

teks dikonstruksikan.

Bogdan dan Biklen juga menjelaskan bahwa penelitian kualitatif dilakukan

pada kondisi alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah

instrumen kunci. Penelitian Kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang

terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan

pada proses dari pada produk atau outcome. Laporan penelitian akan berisi

kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

3.2. Fokus Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada pembentukan citra politik dalam

pernyatan pers mantan Wakil Presiden Boediono mengenai pemeriksaan

dirinya oleh KPK dalam kapasitasnya sebagai mantan Gubernur Bank

Indonesia dan saksi Kasus Pemberian FPJP Bank Century pada tahun 2008

lalu, Sabtu 23 November 2013 lalu. Penelitian ini diarahkan pada

pernyataan yang dinilai penting karena dikaitkan dengan klaim-klaim bahwa

Page 55: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

bantuan untuk Bank Century tersebut merupakan hal yang benar salah satu

keputusan yang membuat perekonomian saat itu tidak terpuruk dan

pemeriksaan kepada Wakil Presiden merupakan salah satu langkah turut

serta dalam pemberantasan korupsi dan demokrasi. Pidato mantan Wakil

Presiden Boediono saat itu akan menjadi unit analisis dasar dalam penelitian

ini.

3.3. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis isi, yang memusatkan

diri pada setiap kalimat pernyataan pers mantan Wakil Presiden Boediono

setelah diperiksa KPK, dan ditelaah menggunakan teori restorasi citra

(image restoration theory) dari Benoit (2007,hal.30). Teori restorasi citra

dianggap sebagai pendekatan komunikasi krisis dalam memulihkan suatu

image organisasi. Teori Benoit dalam restorasi citra menjelaskan bahwa

"ketika citra orang atau organisasi terancam, sering dianggap penting

untuk mengambil tindakan untuk memperbaiki citra"

(Sugiyono,2007,hal.31).

Komunikasi dianggap sebagai sarana penting untuk memulihkan

seseorang atau citra organisasi setelah krisis. Dengan menggunakan

komunikasi, memungkinkan orang lain untuk memahami dan

mempengaruhi citra melalui pembentukan opini mengenai

organisasi/perusahaan ataupun individu. Rsetorasi citra teori Benoit (1995)

menawarkan lima strategi restorasi citra untuk memahami gambar Pesan

perbaikan. Strategi meliputi 1) Denial, 2) Evasion of responsibility, 3)

Reducing the offensiveness, 4) Corrective action, 5) Mortification.

Secara terperinci analisa isi menggunakan teori restorasi citra akan

digambarkan kedalam tabel sebagai berikut.

Page 56: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Tabel 3. 1. - Image Restoration Theory Response Strategies

JENIS STRATEGI TAKTIK

Denial Penyangkalan (kita tidak

melakukannya)

Menggeser kesalahan (Bukan kita, tapi

orang lain yang melakukannya)

Evasion of responsibility Provokasi tanggung jawab (kami

terprovokasi untuk melakukan itu)

Defeasibility (kami tidak memiliki

informasi yang cukup)

Kecelakaan (kami tidak bermaksud

untuk ini terjadi)

Niat baik (Tindakan kita itu

dimaksudkan untuk hal yang benar)

Reducing the offensiveness Bolstering (kami telah melakukan

beberapa hal dengan baik)

Minimisasi (krisis yang tidak atau

terlalu buruk)

Diferensiasi (yang lain telah krisis lebih

buruk)

Transendensi (kita harus fokus pada isu-

isu lain)

Menyerang penuduh (penuduh tidak

bertanggung jawab)

Kompensasi (kami sanggup

menanggung biaya krisis)

Corrective action (Kami akan

memecahkan

Masalah ini)

Mortification (Kami mohon maaf)

Page 57: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Untuk penolakan, Benoit menyarankan dua

pendekatan. Pertama, seseorang atau organisasi, mengingkari keterlibatan

dalam tindakan atau menyangkal tindakan yang pernah dilakukan.

Pendekatan kedua melibatkan "victimage," atau menimpakan kesalahan

kepada orang lain. (Benoit,1995,hal.91)

Untuk penghindaran tanggung jawab, Benoit mengajukan empat

taktik. Pertama, “tertuduh”dapat mengklaim bahwa tindakan tersebut

merupakan respon yang wajar untuk sebuah provokasi dari pihak

lain. Kedua, penghindaran tanggung jawab (defeasibility) di mana "tertuduh

mengklaim kekurangan informasi atau kontrol atas elemen penting dalam

situasi yang memerlukantindakan ofensif."

Pendekatan-pendekatan lain dalam kategori ini termasuk mengklaim

bahwa tindakan melanggar hukum itu kecelakaan atau bahwa individu

bertindak dengan niat baik namun tidak menyadari hasil negatif yang

tak bisa mereka perkirakan. "Orang tidak baik ketika mencoba untuk

berbuat baik tidak dapat disalahkan seperti halnya orang-orang yang

bermaksud melakukan suatu tindakan yang membahayakan". (1995,hal.91)

Oleh karena itu, komunikasi dianggap sebagai sarana penting untuk

mengembalikan citra seseorang atau organisasi. Dengan

menggunakan komunikasi, memungkinkan orang lain untuk

memahami dan mempengaruhi citra melalui pembentukan pengalaman

orang-orang yang mengarah ke mereka interpretasi mengenai

organisasi/perusahaan.

Salah satu cara untuk memahami pemulihan citra pesan sebagai proses

komunikasi adalah melalui perspektif konstruksi sosial, khususnya, yang

teori konstruksi sosial dari realitas.

3.4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Data adalah salah satu koleksi fakta-fakta atau sekumpulan nilai-nilai

numerik. Pengumpulan data merupakan proses menghimpun data yang

Page 58: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

diperhatikan relevan serta akan memberikan gambaran dari objek yang akan

diteliti. Data yang harus dikumpulkan mungkin berupa data primer, data

sekunder atau keduanya. Data primer dapat berupa observasi, maupun

penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan

tujuannya. Data primer diambil diperoleh dari sumber pertama ( Kartono,

1996, hal.72).

Teknik Pengumpulan data primer dalam penelitian ini akan

menitikberatkan pada teknik pengumpulan data Pernyataan Pers Boediono

sebagai teknik pengumpulan data primer, Pemberitaan di Media Massa dan

studi kepustakaan sebagai teknik pengambilan data sekunder. Data yang

akan dikumpulkan peneliti adalah data pernyataan pers Boediono,

pengumpulan berita di media massa serta wawancara dengan narasumber.

Menurut Kriyanto (2007) wawancara adalah suatu cara mengumpulkan

data atau informasi dengan cara bertatap muka dengan informan agar

mendapat data lengkap dan mendalam. Metode pengambilan data melalui

wawancara dipergunakan untuk mendapat gambaran yang lebih jelas untuk

mendapatkan frame pembanding yang merupakan salah satu unit analisis

dalam penelitian ini (Bungin,2003,hal.108). Dalam melihat realitas dan isu

yang ditampilkan mantan Wakil Presiden Boediono, peneliti akan

mewancara pakar hukum, ekonomi, politik, dan komunikasi politik.

Pengambilan data kedua atau sekunder diperoleh dari studi kepustakaan,

dokumen-dokumen berbentuk teks dan jenis lainnya yang berkaitan dengan

penelitian, dimana informasi diperoleh melalui kajian kepustakaan,

dokumen dan internet. Namun yang terpenting adalah data-data perundang-

undangan khususnya perundang-undangan yang mendasari kasus ini.

Meskipun penulis tidak akan melihat penelitian dari aspek hukum, namun

aspek hukum, ekonomi, dan politik sebagai dasar penelitian ini nantinya

akan memperlihatkan efektivitas komunikasi politik Boediono dalam

pernyataan persnya kepada khalayak atas upayanya memperbaiki citra

dirinya.

Menurut Moleong (2001) teknik pengumpulan data melalui studi pustaka

atau yang sering juga disebut teknik dokumentasi merupakan teknik

Page 59: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap gejala atau

objek yang diteliti dengan sumber data adalah dokumen. Dari dokumen

inilah sumber-sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji dan

menafsirkan. Dokumen diartikan sebagai catatan catatan peristiwa yang

sudah ada baik dalam bentuk tulisan , gambar, foto, peraturan, kebijakan.

Dalam hal ini adalah naskah teks konferensi pers mantan Wakil Presiden

Boediono yang diambil dari situs resmi Wakil Presiden, serta buku buku

dan catatan catatan penunjang.

Adapun kriteria kualitas data pada penelitian kualitatif dapat dilihat dari

hal-hal berikut (Peorwandari,2007,hal.205):

1. Kredibilitas

Kredibilitas menjadi istilah yang paling banyak dipilih untuk mengganti

konsep validitas. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada

keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau

mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial, atau pola interaksi

yang kompleks. Pada penelitan ini, subjek penelitian diidentifikasi dan

dideskripsikan secara akurat.

2. Dependability

Konsep ini dapat menggantikan konsep realitabilitas dalam kuantitatif.

Peneliti kualititatif mengusulkan hal-hal berikut yang dianggap lebih

penting dari realitabilitas, antara lain: 1) koherensi, yakni bahwa

metode yang dipilih memang mencapai tujuan yang diinginkan, 2)

keterbukaan, sejauh mana peneliti membuka diri dengan memanfaatkan

metode-metode yang berbeda untuk mecapai tujuan, dan 3) diskursus,

sejauh mana dan seintensif apa peneliti mendiskusikan temuan dan

analisisnya dengan orang-orang lain.

3. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas disusulkan untuk mengganti konsep objektivitas.

Penelitian kualitatif mengembangkan pemahaman yang berbeda tentang

objektivitas. Objektivitas dapat diartikan sebagai sesuatu yang muncul

Page 60: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

dari hubungan konsep intersubjektivitas, terutama dalam kerangka

pemindahan dari data yang subjektif ke arah generalisasi (data objektif).

3.5. Teknik Analis Data

Analisa isi data akan dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data,

intepretasi data dan penulisan laporan naratif sesuai dengan karakteristik

penelitian kualitatif. Analisa isi data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam sebuah pola, kategori, dan satuan uraian

dasar. Teknik analisa kualitatif sendiri tidak berupa rumus matematika atau

statistik, melainkan analisa isi data kualitatif dalam suatu proses, yang

pelaksanaannya sudah dimulai sejak pengumpulan data dilakukan

(Moleong, 2004, hal 13).

Lexy J. Moleong menjelaskan proses analisis isi data kualitatif dimulai

dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah

data yang terkumpul tersebut dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka langkah

berikutnya adalah mengadakan reduksi data. Reduksi data adalah

penyederhanaan atau menyusun data yang terkumpul sehingga dapat

mempermudah memberikan gambaran yang ingin disampaikan.

Reduksi data akan menghasilkan tersajinya data yang mengalir, yang

mendukung pemahaman terhadap pembahasan apa yang diteliti. Setelah

melakukan reduksi data, dan menyajikan data, selanjutnya adalah

melakukan penafsiran data. Menurut Marshall & Rossman teknik reduksi

dan interpretasi data dilakukan dengan sejumlah wawancara yang berulang

menggunakan metode Indepth Interview (2004, hal 190).

Sedangkan menurut Pawito (Heryanto, 2013,hal.139) Tujuan analisis isi

kualitatif terutama adalah untuk melacak seluas mungkin substansi

persoalan yang ada pada isi komunikasi dengan memasukkan isi pesan yang

bersifat tersamar, implisit atau laten.

Dalam penelitian kualitatif, penggunaan analisis isi lebih banyak

ditekankan pada bagaimana simbol-simbol yang ada pada komunikasi itu

terbaca dalam interaksi sosial, dan bagimana simbol-simbol itu terbaca dan

dianalisis oleh peneliti. Dan sebagaimana penelitian kualitatif lainnya,

Page 61: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

kredebilitas peneliti menjadi amat penting (Bungin,2008,hlm. 155 – 156).

Analisis isi memerlukan peneliti yang mampu menggunakan ketajaman

analisisnya untuk merajut fenomena isi komunikasi menjadi fenomena

sosial yang terbaca oleh orang pada umumnya.

Dapat dipahami bahwa makna simbol dan interaksi amat majemuk

sehingga penafsiran ganda terhadap objek simbol tunggal umumnya

menjadi fenomena umum dalam penelitian sosial. Oleh karena itu , analisis

isi menjadi tantangan sangat besar bagi peneliti itu sendiri. Oleh karena itu,

pemahaman dasar terhadap kultur dimana komunikasi itu terjadi amat

penting. Kultur ini menjadi muara yang luas terhadap berbagai macam

bentuk komunikasi di masyarakat (Bungin,2008,hlm. 155 – 156).

Pada penelitian kualitatif, terutama dalam strategi verifikasi kualiatif,

teknik analisis data ini diangap sebagai teknik analisis data yang sering

digunakan. Namun selain itu pula, teknik analisis ini dipandang sebagai

teknik analisis data yang paling umum. Artinya, teknik ini adalah yang

paling abstrak untuk menganalisis data-data kualitatif (Bungin,2008,hlm.

155 – 156).

3.6. Tahapan Penelitian dan Kerangka Kerja Penelitian

Tahapan penelitian ini dimulai dengan pengumpulan teks pernyataan

yang terangkum dalam Konferensi Pers Wakil Presiden Boediono pada 23

November 2013 yang didapat dari bagian Notulensi serta Asisten Deputi

Bidang Dokumentasi dan Diseminasi Informasi Sekretariat Wakil Presiden,

situs resmi kepresidenan Wakil Presiden RI dan pernyataan-pernyataan

Wakil Presiden Boediono yang dikutip oleh media massa.

Kemudian melihat pernyataan-pernyataan dari berbagai media massa

terutama mengenai pernyataan terbanyak yang diucapkan dan dikutip dalam

pidato Wakil Presiden Boediono. Data ini digunakan untuk mengetahui

komunikasi politik yang dibangun untuk kemudian dapat dilihat isu apa

yang paling dianggap penting oleh wakil presiden dalam pidatonya untuk

kemudian mencoba melihat lebih jauh bagaimana isu itu dianalisis dengan

teori Restorasi Citra.

Page 62: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Setelah itu dilakukan wawancara dengan sejumlah responden baik yang

tergabung dalam koalisi atau bagian pemerintahan maupun responden yang

berada di luar koalisi maupun luar pemerintahan untuk menemukan isu yang

sama. Dan terakhir adalah membandingkan retorika Wapres Boediono

dengan Opini Publik.

3.7. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dan kelemahan, karena

beberapa hal yaitu: terbatasnya literatur dan kajian komunikasi politik

menggunakan teori restorasi citra, hingga pengembangan dan eksplorasi

mengenai hal tersebut belum bisa dilakukan secara mendalam. Referensi

komunikasi krisis serta teori restorasi citra sangatlah terbatas di Indonesia,

hal ini dimungkinkan karena kebudayaan masyarakat Indonesia yang belum

terbiasa menyatakan kesalahan dan mencoba melakukan komunikasi secara

terbuka. Kelemahan dan keterbatasan lainnya adalah wawancara dengan

narasumber sangat dimungkinkan belum memadai untuk dijadikan bahan

analisis karena tidak semua informasi dapat digali dari narasumber.

Page 63: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN

ANALISIS KONTEN PERNYATAAN PERS

Penelitian mengenai restorasi citra masih sangat jarang (Benoit, 2001), dan

jurnal mengenai restorasi citra baru dapat ditemukan berdasarkan studi kasus di

negara-negara Barat hingga teori ini belum pernah diujikan pada sebuah studi

kasus di Indonesia, terutama dalam kasus krisis politik dalam negeri. Hal ini

dikarenakan adanya perbedaan budaya berkomunikasi antara barat dengan timur,

yang juga akan mempengaruhi penyampaian komunikasi ketika terjadinya krisis

politik.

Budaya berkomunikasi di Indonesia dalam konteks komunikasi dipengaruhi

dari perbedaan kepercayaan, nilai, sikap dan perbedaan ekspektasi dari berbagai

pemangku kepentingan, dibandingkan dengan konsep komunikasi barat. Hingga

teori restorasi citra ini sudah seharusnya dapat diaplikasikan dalam penelitian

komunikasi terutama komunikasi politik saat terjadinya krisis. Bagaimanapun,

teori ini mencoba mengidentifikasi struktur sebuah pernyataan atau pidato bukan

bagaimana proses sebuah komunikasi menjadi alat restorasi citra.

Dengan menggabungkan antara teori dengan studi kasus, diharapkan mampu

memahami pengertian dari teori restorasi citra secara keseluruhan. Dengan

memahami teori restorasi citra serta bentuknya, maka diharapkan agar individu

ataupun organisasi mampu menggunakan fungsi strategi restorasi citra ini untuk

digunakan dalam kehidupan sosial, budaya dan bagi pemerintahan, strategi

restorasi citra mampu memperbaiki citra pemerintah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang telah

diungkapkan pada awal bab pertama yaitu apakah retorika politik yang

disampaikan mantan Wakil Presiden Boediono dalam pidato konferensi persnya

mengenai pemeriksaannya terkait kebijakan pemberian FPJP Bank Century

Page 64: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

merupakan upaya pemulihan citra dalam menghadapi krisis saat itu dan

bagaimana pernyataan tersebut mempengaruhi opini publik.

Meskipun sejak awal peneliti telah menegaskan tidak akan memfokuskan

mengenai aspek hukum, ekonomi dan politik dari kasus ini, namun peneliti

menjadikan aspek-asepk hukum, ekonomi dan politik sebagai data pendukung

mengenai efektif atau tidakkah upaya konstruksi komunikasi Boediono

meyakinkan berbagai stake holder akan posisinya dalam pemberian FPJP.

4.1. Teori Restorasi Citra dalam Retorika Wakil Presiden dan Opini Publik

Untuk diingat kembali Kasus Bank Century yang mengemuka sejak tahun

2009 karena berkaitan dengan isu pendanaan kampanye presiden 2009. Kasus

Bank Century oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) (Wage,2011)

dianggap kasus korupsi terbesar pada tahun 2009. Menurut ICW Kasus ini

dibangun oleh sejumlah dugaan pelanggaran hukum,mulai dari tindak pidana

perbankan, pidana umumdan dugaan korupsi. Aktor yang terlibat

diperkirakanberada di level atas pemerintahan RI. Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Investigatif BPK No.64/LHP/XV/11/2009, persoalan bank

Century sebenarnya dimulai sejak proses merger hingga kontroversi dana

talangan Rp. 6,7 triliun. Bukan tidak mungkin rentetan pelanggaran tersebut

rangkaian pelanggaran aturan perbankan. Kasus ini menjadi semakin sensitif

ketika dikaitkan dengan aliran dana politik untuk pemenangan salah satu

calon presiden pada Pemilu Presiden 2009. (Wage,2011)

Selain itu menurut Kwik Kian Gie, mantan Menteri Keuangan di era

Megawati meyatakan Kasus Century menjadi besar – padahal dibandingkan

dengan ekses dan korupsi yang menyertai bail out ratusan bank dalam krisis

tahun 1997-1998 angka Rp 6,7 T menjadi kecil – karena menimbulkan rasa

resah, gundah, marah yang telah berkembang di hati nurani masyarakat

Indonesia, hingga Kasus Century ibarat air setetes yang jatuh ke dalam ember

yang penuh meluap keluar.(Gie,2011)

Tidaklah heran jika Boediono yang ketika itu menjadi Gubernur BI

dianggap paling bertanggung jawab. Dengan teori restorasi citra yang

Page 65: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

menggunakan empat aspek (1) Denial; (2) Evasion of responsibility; (3)

Reduce the offesiveness of the act; (4) Corrective action; dan (5)

Mortification, berikut akan dibahas satu per satu aspek-aspek di atas apakah

Boediono menggunakan pernyataan sebagai strategi pemulihan citra dan

bagaimana pernyataan tersebut mempengaruhi publik.

Untuk itu berikut Analisis Isi Pernyataan Pers Wakil Presiden Boediono

menggunakan teori restorasi citra yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Teori Restorasi Citra Pernyataan Pers Boediono,

Sabtu 23 November 2013

JENIS STRATEGI TAKTIK

Denial Penyangkalan (kita tidak melakukannya):

Dan apabila dalam upaya yang mulia ini ada

pihak-pihak yang mempergunakan,

menyalahgunakan, ini sebenarnya sangat

menyakitkan kita semua.

Menggeser kesalahan (Bukan kita, tapi

orang lain yang melakukannya):

Jadi yang terakhir saya ingin mengatakan,

siapapun, pihak manapun yang menggunakan

upaya mulia kita ini untuk tujuan yang tidak

benar, ya patut untuk ditindak dengan tegas.

Itu terjadi tentu setelah diputuskan untuk

diambilalih LPS untuk diselamatkan, dan LPS

yang menjadi pemegang sahamnya. Kala itu

yang terjadi tentu adalah antara LPS dan

pengawas Bank. Saya kira disitulah

jawabannya. Kalau ingin mencari jawaban

yang tepat apa yang terjadi ya antara

pengawas Bank, sekarang namanya Bank

Page 66: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Mutiara dengan Bank Mutiara dan LPS.

Evasion of responsibility Scapegoating/Provokasi tanggung jawab

(kami terprovokasi untuk melakukan itu):

Ini semua ada rincian pertanyaan yang saya

upayakan untuk menjelaskan secara tuntas.

Satu hal yang saya ingin sampaikan kepada

anda adalah bahwa dalam keadaan krisis yang

kita hadapi tahun 2008, sekitar bulan Oktober

dan November 2008.

Sistemik risk berupa domino pengaruh

domino terhadap bank-bank lain, kita

melakukan pengambilan alih, bail out, dari

Bank Century, sebenarnya pengambilan alih

karena pemegang saham utama sudah tidak

ada di sana, kalau bail out itu pemegang

saham utama masih ada dan diinjeksi dengan

uang dari pemerintah, itu di negara lain

terjadi. Kalau ini diambil alih total, pemegang

saham lama sahamnya nol. Jadi bukan

membail out, pemegang saham yang lama. Itu

yang kita lakukan dan akhirnya,

alhamdulillah setelah itu kita lakukan kita

melewati berbagai krisis, global pada waktu

itu dengan selamat.

Defeasibility (kami tidak memiliki informasi

yang cukup):

Saya tidak bisa menyampaikan secara

lengkap mengenai apa yang dibahas, tentu ini

lebih baik KPK yang menyampaikan.

Kalau toh ada yang disampaikan kepada

publik, karena bagi saya tentu tidak pada

Page 67: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

tempatnya menyampaikan hal-hal yang detil

dan mengganggu nantinya proses pelaksanaan

Accidents/Kecelakaan/Tidak terduga (kami

tidak bermaksud untuk ini terjadi):

Suasananya memang sangat eksklusif,

kejadian kegagalan satu institusi keuangan

betatpun keuangan bisa menimbulkan

dampak domino yang cukup luas dampak

sistemik. Untuk itu pada bulan oktober 2008

ada berbagai negara yang menerapkan

kebijakan blanket guarantee kebijakan yang

menjamin semua deposito yang ada di semua

bank, itu adalah kebijakan yang menangkal

sistemik risk.

Motives/Intentions/Niat baik (Tindakan kita

itu dimaksudkan untuk hal yang benar):

Saya telah melakukan tanggungjawab saya

pada waktu itu sebagai Gubernur BI,

demikian pula Menteri Keuangan ibu Sri

Mulyani telah melakukan tanggung jawabnya

dengan sebaik-baiknya.

Saya hanya bisa mengatakan, toh untuk diri

sendiri saya bahwa saya melaksanakan

tanggungjawab saya itu dengan segala

ketulusan hati saya. Tujuannya adalah untuk

menyumbangkan yang terbaik bagi bangsa

Indonesia, pada waktu mengalami tantangan

yang luar biasa.

Bagi saya itu adalah suatu kehormatan, ada

Page 68: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

pada waktu dan kondisi yang bisa

memberikan kontribusi bagi bangsa kita ini.

Reducing the offensiveness Bolstering/Menguatkan reaksi positif

audiens (kami telah melakukan beberapa hal

dengan baik):

Saya baru saja melaksanakan kewajiban saya

sebagai warganegara, untuk memberikan

keterangan kepada KPK mengenai masalah

yang terkait dengan kasus Bank Century.

Seperti yang anda ketahui sedang ditangani

KPK. Saya memberikan keterangan sebagai

saksi, dan saya melaksanakan ini dikantor

Wapres itu bukan apa – apa, saya prinsipnya

dimanapun tidak ada masalah.

Pertimbangannya adalah masalah logistik.

Kalau saya datang kesuatu tempat itu ,

berangkat saya itu pasukannya besar, limit

protokol kenegaraan sebelumnya harus

disterilasisasi dan ini akan sangat

mengganggu, sangat mengganggu suasana

ditempat itu. Oleh sebab itu dari pada

mengganggu dan mungkin ada yang

menginterpretasikan nanti ini semacam

intervensi dan sebagainya. Saya dengan

persetujuan KPK melaksanakan pemeriksaan

disini.

Saudara – saudara sekalian, hari Sabtu

memang saya usulkan ke KPK supaya tidak

ada interupsi waktu karena hari-hari kerja ,

saya hampir selalu ada kegiatan – kegiatan .

Page 69: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Kemarin dua kali kenegaraan saya menerima

beberapa pejabat tinggi dari Negara lain dan

sebagainya. Jadi hari yang bebas untuk

dimanfaatkan digunakan memberikan

penjelasan bagi saya kepada KPK secara

tuntas.

Minimization/Meminimisasi (krisis yang

tidak atau terlalu buruk):

Sistemik risk berupa domino pengaruh

domino terhadap bank-bank lain, kita

melakukan pengambilan alih, bail out, dari

Bank Century. Sebenarnya pengambilan alih

karena pemegang saham utama sudah tidak

ada di sana, kalau bail out itu pemegang

saham utama masih ada dan diinjeksi dengan

uang dari pemerintah, itu di negara lain

terjadi. Kalau ini diambil alih total, pemegang

saham lama sahamnya nol. Jadi bukan

membail out pemegang saham yang lama. Itu

yang kita lakukan.

Differentiation/Diferensiasi (yang lain telah

krisis lebih buruk):

Dan akhirnya, alhamdulillah setelah itu kita

lakukan kita melewati berbagai krisis global

pada waktu itu dengan selamat.

Memasuki 2009 dan seterusnya ekonomi kita

cukup mantab, bahkan kalau kita ingat

pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun-

tahun itu sampai dengan paling tidak 2012 itu

sangat tinggi nomor dua di kelompok G20

hanya kedua dari China.

Page 70: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Transcendence/Transendensi (kita harus

fokus pada isu-isu lain):

Tahun 2013 ini kita belum tau nampaknya

akan melambat tapi toh harapan kita masih

tinggi rankingnya masih tinggi dalam

peringkat negara-negara berkembang di G20.

Attacking the accusers/Menyerang

penuduh (penuduh tidak bertanggung

jawab):

Mengenai evaluasi penilaiannya dan

sebagainya tentu itu semua kita serahkan pada

siapapun.Tapi saya pribadi merasa sangat

terhormat mendapatkan peran pada waktu itu.

Compensation/Kompensasi (kami sanggup

menanggung biaya krisis):

;itu suasananya memang sangat eksklusif,

kejadian kegagalan satu institusui keuangan

betatpun keuangan bisa menkmbulkan

dampak domino yang cukup luas dampak

sistemik. Untuk itu pada bulan oktober 2008

ada berbagai negara yang menerapkan

kebijakan blanket guarantee kebijakan yang

menjamin semua deposito yang ada di semua

bank, itu adalah kebijakan yang menangkal

sistemik risk. Nah kita kebetulan kita

diputuskan untuk todak menerapkan blanket

guarantee, oleh sebab itu, satusatunya cara ya

kita mengamankan bank-bank jangan sampai

jatuh dan menimbulkan sistemik risk.

Corrective action

Saya sebagai Gubernur BI bersama rekan-

rekan saya di dewan gubernur berkeyakinan

Page 71: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

bahwa instrumen yang utama mungkin satu-

satunya pada saat itu untuk menangkal

timbulnya sistemik risk itu adalah FPJP. Oleh

sebab itu kita melakukan revisi dari

ketentuan FPJP untuk menghadapi masalah

itu, dan saya merasakan bahwa apa yang kami

lakukan dan kemudian apa yang kami

lakukan bersama dengan menteri keuangan

dalam KSSK pada waktu itu keadaan sudah

begitu darurat sehingga bank Centurty akan

rontok dan menimbulkan sistemik risk.

Saya ingin menyampaikan, bahwa apa yang

kami lakukan pada waktu krisis itu, menurut

pandangan kami adalah suatu kebijakan,

suatu tindakan yang mulia. Upaya yang mulia

untuk menangani krisis Negara kita.

Mortification Saya akan mendukung KPK, sepenuhnya,

apapun yang bisa kami sampaikan untuk

melaksanakan tugasnya, sebaik-baiknya.

Dari tabel diatas dapat kita telaah pernyataan Boediono dengan teori

restorasi citra dari Benoit. Benoit sendiri membagi restorasi citra dalam

beberapa aspek yang memfokuskan pada bagaimana aktor komunikasi

menjadi public relation untuk dirinya sendiri dengan aspek-aspek tersebut.

Teori restorasi citra dari Benoit memiliki aspek-aspek dasar untuk menelaah

bagaimana pernyataan pers dapat menjadi strategi pemulihan citra.

4.1.1 Denial

Denial atau penyangkalan muncul ketika individu secara terbuka

menyampaikan sangkalan atas apa yang dituduhkan kepadanya. Ini

Page 72: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

adalah strategi dari pernyataan-pernyataan paling langsung dan

penjelasan pribadi, dalam hal ini aktor komunikasi atau sebuah

organisasi menolak jika dituduh melakukan hal yang menyebabkan

krisis atau menolak anggapan bahwa pihaknya yang bersalah. Jika

tindakan itu tidak terlihat menimbulkan krisis, ataupun jika tuduhan

tidak terbukti atas tindakannya maka aktor komunikasi tersebut mampu

mempertahankan citranya.

Pada pernyataan persnya tersebut Boediono menyatakan pada akhir

pernyataan bahwa dirinya bukan pihak yang menggunakan

kewenangannya untuk membantu mengucurkan dana talangan atau

dana bail out. Boediono, menyatakan ada pihak-pihak lain yang

mempergunakan dan menyalahgunakan krisis keuangan serta keputusan

pengambilalihan Bank Century (Boediono,2013). Pihaknya merasa ini

kejadian ini sangat menyakitkan bagi Boediono yang saat krisis tersebut

menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia serta jajaran Dewan

Gubernur BI saat itu. Boediono juga menegaskan bagi siapapun, pihak

manapun yang menggunakan upaya jajaran Dewan Gubernur BI untuk

tujuan yang tidak benar, patut untuk ditindak dengan tegas. Dengan

suara yang tenang, Boediono tetap berkeyakinan bahwa ada pihak-

pihak yang mempergunakan, menyalahgunakan upaya yang dia sebut

mulia.

“.... Saya ingin menyampaikan, bahwa apa yang kami lakukan

pada waktu krisis itu, menurut pandangan kami adalah suatu

kebijakan, suatu tindakan yang mulia. Upaya yang mulia untuk

menangani krisis negara kita. Dan apabila dalam upaya yang

mulia ini ada pihak-pihak yang mempergunakan,

menyalahgunakan, ini sebenarnya sangat menyakitkan kita

semua.”

Pernyataan Boediono yang mensiratkan penyangkalan adalah bahwa

apa yang dilakukannya adalah pengambilan kebijakan saat krisis –

ekonomi/keuangan – di Indonesia, dan merupakan suatu tindakan yang

mulia.

Page 73: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Pertama-tama kita akan menguraikan, apakah yang dimaksud dengan

krisis ekonomi-keuangan. Menurut pengamat ekonomi politik

Dr. Ichsanuddin Noorsy,B.Sc.,S.H.,M.Si. dalam kesaksiannya sebagai

ahli pada proses pengadilan tersangka Budi Mulya di Pengadilan

Tipikor (PTS,2014,hal.1096), krisis harus diterjemahkan terlebih

dahulu.

Secara akademik, krisis adalah penurunan Produk Domestik Bruto

(PDB) dalam dua kwratal berurut-turut, dan harus dilihat krisis tersebut

pada industri apa, apakah pada sektor keuangan atau sektor riil.

Ichsanuddin mengutip pernyataan Krugman ketika menerima Nobel,

menurutnya Krugman menyatakan bahwa dalam globalisasi ada

ungkapan “when abnormal is a normal” serta jadi ketika sesuatu yang

abnormal menjadi normal maka sesungguhnya kondisi sakit itu terus

menerus dialami oleh Indonesia, yaitu pada tahun 1968, 1971, 1978,

1983, 1986, 1991, dan 1997 kalau dilihat dari nilai tukar, tetapi jika

terjadi perubahan sistem nilai tukar maka Indonesia selalu mengalami

volatilitas atau fluktuasi dalam industri keuangan (wawancara dengan

Ichsanuddin Noorsy, 10 Desember 2014).

Perubahan nilai tukar disebut juga resiko pasar hingga tidak serta

merta dianggap sebagai krisis. Namun jika terjadi perubahan nilai tukar

maka akan mempengaruhi suku bunga, dan itu dinamakan resiko pasar,

dampaknya adalah individu bank – per bank – tidak kuat, dan

mendorong Non Performance Loan (NPL) untuk naik dan akan

menurunkan Capital Adequacy Ratio (CAR) /rasio kebutuhan

penyediaan modal minimum.

Menurut Ichsanuddin pada Laporan Perekonomian Tahun 2008

yang ditandatangani oleh Gubernur Bank Indonesia saat itu, tidak

tercatat ada kepanikan pasar ataupun rush/penarikan dana nasabah

besar-besaran. Hingga Ichsanuddin menegaskan tidak ada parameter

yang jelas untuk menyatakan situasi dalam kondisi krisis atau tidak

(2014,hal.1097).

Page 74: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Sedangkan Sigit Pramono, SE. Ak., komisaris BCA/Ketua Umum

Perhimpunan Bank-Bank Nasional menyatakan dalam kesaksiannya

bahwa pada tahun 2008 telah terjadi krisis, meskipun krisis tersebut

tidak sama dengan krisis yang menerpa Indonesia pada tahun

1997/1998. Krisis tersebut ada karena adanya tekanan sehingga

menyangkut turunnya mata uang rupiah dari Rp 9.000 menjadi Rp

12.000. Selain itu adanya telah muncul perubahan kebijakan jaminan

simpanan nasabah yang awalnya hanya sebesar Rp. 100.000.000

(seratus juta) menjadi Rp 2 miliar.

Perbanas menurutnya sudah memberikan usulan agar diberikan

jaminan penuh atau blanket guarantee karena negara-negara lain sudah

menerapkan blanket guarantee. Perbanas juga telah memberikan

masukan pada tahun 2008 telah terjadi keresahan masyarakat karena

saat itu Bank Century kalah kliring dimana Bank Century mengalami

kesulitan likuiditas, kewajibannya lebih banyak daripada haknya dan

terjadinya penarikan dana tak hanya melalui ATM tapi juga giro dan

transfer yang jumlahnya triliunan (2014,hal.1131).

Faisal Basri sebagai ahli juga menegaskan pada tahun 2008 telah

terjadi krisis meskipun krisis tersebut berawal dari luar negeri, mulai

banyak arus modal keluar karena krisis di seluruh dunia, sektor-sektor

terdampak sehingga mendorong merosotnya kesehatan bank dan terjadi

mismatch karena kekurangan likuiditas. Saat itu biasanya bank dapat

meminjam ke bank lain atau bisa juga memperoleh fasilitas Bank

Indonesia.

Bank Indonesia memiliki tugas menjamin stabilitas makro ekonomi

khususnya indikator-indikator moneter untuk memastikan

perekonomian menjadi sehat. Ibaratnya Bank Sentral adalah dokter

yang menangani serangan jantung yang menangani serangan

jantungnya terlebih dahulu baru menasehati pasien agar hidup secara

sehat.

Begitu juga dengan kasus Bank Century, adalah hal yang wajar kalau

pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia mengambil langkah antisipasi

Page 75: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

atas tiga hal yang terefleksikan dalam tiga Perppu yaitu Perppu Nomor

2 Tahun 2008, Perppu Nomor 3 Tahun 2008, dan Perppu Nomor 4

Tahun 2008, yang mengatur mengenai Bank Indonesia, tentang

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang akhirnya menerbitkan PP

yang menambah penjaminan menjadi dana nasabah di perbankan

Indonesia dari Rp 100.000.000 (seratus juta) menjadi Rp 2.000.000.000

(dua miliar) dan Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK), untuk

mengantisipasi apabila terjadi krisis.

Sedangkan Pradjoto S.H.,M.A dalam kesaksiannya sebagai ahli

(2014,hal.1233) menyatakan bahwa krisis yang terjadi pada tahun 2008

adalah krisis likuiditas ditandai dengan langkanya atau tidak

bergeraknya Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sehingga tidak ada satu

bank pun yang mau meminjamkan dananya kepada bank-bank lain

termasuk pada bank yang besar, pada saat itu bank BUMN juga

meminta pinjaman atau dana kepada pemegang saham untuk menjaga

likuiditas.

Dari beberapa ahli yang memberikan masukan dalam pengadilan ini,

sebagian besar menyatakan bahwa meskipun pengertian krisis ekonomi

tidak dapat dijelaskan secara gamblang, namun kondisi krisis dapat

terjadi karena sistem perekonomian Indonesia yang terbuka, dan

Indonesia memiliki koneksi dari sisi finansial, dan pasti akan ada

tekanan pada sektor keuangan.

Masih dalam pernyataan Boediono yang menyangkal bahwa

tindakannya melawan hukum dan menyatakan bahwa dirinya merasa

mulia melaksanakan kebijakan untuk menghadapi krisis saat itu.

Boediono merasa yakin tidak melakukan hal yang buruk dan

menegaskan bahwa kebijakan yang dia ambil sebagai Gubernur Bank

Indonesia adalah benar dan mulia, tidak seperti yang dituduhkan banyak

pihak selama ini.

Kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atas dasar kebijakan

yang bersifat luas. Kebijakan adalah usaha mencapai tujuan tertentu

dengan sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu. Sedangkan kebijakan

Page 76: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

pemerintah mempunyai pengertian baku yaitu suatu keputusan yang

dibuat secara sistematik oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan

tertentu yang menyangkut kepentingan umum (Werf & Di Maria).

Sesuai dengan sistem administrasi Negara Republik Indonesia,

kebijakan dapat dibagi menjadi 2, yaitu: Kebijakan Internal

(Manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai kekuatan mengikat

aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri dan Kebijakan eksternal

(Publik), yaitu suatu kebijakan yang mengikat masyarakat umum,

sehingga dengan kebijakan demikian kebijakan harus tertulis (Werf &

Di Maria, hal.17).

Inti kebijakan ialah keputusan. Keputusan diambil karena ada

sejumlah pilihan. Menurut Hikmahanto Juwana Dalam ranah publik

pengambil kebijakan wajib memperhatikan dasar kewenangan

pengambil kebijakan. Pengambil kebijakan pun terikat oleh koridor

peraturan perundang-undangan dan etika.

Kebijakan bisa dianggap benar jika membuahkan hal yang positif.

Sebaliknya kebijakan dianggap salah jika membuahkan hasil yang tidak

diharapkan dan cenderung merugikan. Bagi pengambil kebijakan yang

tepat akan mendapat penghargaan dan promosi. Tidak demikian

tentunya bila pengambil kebijakan dianggap telah salah mengambil

kebijakan. Kebijakan benar atau salah hanya dapat diketahui

pascapengambilan kebijakan (post factum). Kebijakan salah tidak

sepatutnya diberi sanksi pidana. Bila ini yang terjadi, para pengambil

kebijakan tidak akan ada yang berani mengambil keputusan kecuali

kebijakan yang diambil benar-benar dapat dipastikan tidak salah.

(law.ui.ac.id, par. 4-5)

Menurut kronologi yang disampaikan dalam berita acara pengadilan

terdakwa Budi Mulya, diketahui bahwa saat itu Boediono mengubah

suatu peraturan serta membuat suatu peraturan dalam waktu yang

singkat, hal ini menurut Boediono karena saat itu situasi perekonomian

sedang krisis dan harus segera mengambil langkah-langkah

penyelamatan yang dibutuhkan dan mencegah efek domino kepada

Page 77: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

kondisi lainnya. Berdasarkan paparan ahli yang juga tidak dapat secara

tegas mendefiniskan pengertian situasi krisis ekonomi, dapat kita lihat

Perppu Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Dan Perppu

Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

Dalam kedua Perppu tersebut, disebutkan bahwa yang dimaksud

dengan ”ancaman krisis yang berpotensi mengakibatkan merosotnya

kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan membahayakan

stabilitas sistem keuangan” antara lain ditandai dengan adanya beberapa

bank dan/atau lembaga keuangan bukan bank mengalami kesulitan

likuiditas, atau terjadi gejolak yang dapat berdampak negatif kepada

stabilitas sistem keuangan nasional. Berdasarkan absennya definisi

krisis membuat keputusan Boediono seperti gambling, oleh sebab itu

pada tahun tersebut dikeluarkan Perppu Nomor 4 Tahun 2008 tentang

Jaring Pengaman Sistem Keuangan. Disebutkan di Perppu tersebut,

Pasal 1 ayat 2, krisis adalah suatu kondisi sistem keuangan yang sudah

gagal secara efektif menjalankan fungsi dan perannya dalam

perekonomian nasional.

Permasalahannya adalah apakah dengan pernyataannya, bahwa saat

itu kebijakan yang diambil adalah salah satu hal yang mulia dan

menyelamatkan kondisi perekonomian di Indonesia, merupakan upaya

Boediono merestorasi citranya saat itu yang terpuruk akibat

pemberitaan yang berkembang.

Untuk itu kita akan melihat kebijakan apa yang diambil Boediono

saat itu, yaitu Gubernur Bank Indonesia sebagai lender of the last resort

yaitu pengambil keputusan terakhir untuk melakukan pengambilan

keputusan guna penyelamatan perekonomian dengan menggunakan atau

berdasarkan analisis-analisis yang mendalam, dan berdampak positif

dalam pengambilan keputusannya harus dengan suatu itikad baik dan

prinsip kehati-hatian. Karena semua keputusan harus untuk kepentingan

institusi, masyarakat luas dan kepentingan negara bukan untuk

Page 78: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

kepentingan pihak-pihak tertentu, sesuai dengan job description

masing-masing.

Boediono saat itu diduga merubah Peraturan Bank Indonesia (PBI)

nomor 10/26/PBI/2008 tanggal 30 Oktober 2008 menjadi PBI nomor

10/30/PBI/2008 agar Bank Century mendapatkan FPJP. Selain itu

Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia juga terkesan menskenariokan

peraturan-peraturan guna menyelamatkan Bank Century saat itu dengan

mengeluarkan Perppu 2 Tahun 2008, Perppu 3 Tahun 2009 dan Perppu

4 Tahun 2008 yang digunakan jika terjadi krisis keuangan.

Dari Kasus Bank Century ini, dapat kita kotakkan kejadian-kejadian

tersebut menjadi tiga kotak bagian besar mengenai siapa yang

bertanggung jawab terhadap apa, dengan dasar yang mana, hingga

akhirnya menciptakan sebuah hasil yang dapat dilihat nantinya

hubungan antara kotak siapa yang bertanggung jawab terhadap apa

dengan pernyataan pers Boediono.

Seperti dijabarkan dalam Bab I, Bank Century adalah Bank yang

merupakan merger antara Bank CIC, Bank Pikko, dan Bank Danpac

pada Desember 2004, Bank Century selalu dalam pengawasan intensif

dengan Tingkat Kesehatab Bank Dinilai KS (Kurang Sehat) pada

September 2005. Robert Tantular sebagai pemegang saham akhirnya

menyampaikan bahwa satu-satunya harapan untuk menyelamatkan dan

memperbaiki kondisi keuangan bank adalah melalui injeksi modal dari

investor baru setelah ditemukan pembiayaan bank tidak dapat teratasi

dan membebani permodalan bank.

Bahkan perhitungan CAR Bank Century yang didapat pada 19

November 2008 dengan posisi keuangan 31 Oktober 2008 negatif

3,53%. RDG BI juga mengadakan pertemuan membahas penyelamatan

Bank Century, dengan perkembangan kasus pada 13 November 2008

Bank Century tidak bisa melakukan kliring/gagal kliring hingga

menyebabkan penarikan besar-besaran dana di bank oleh nasabah dan

menyebabkan likuiditas Bank Century ambruk.

Page 79: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Kembali kepada Boediono sendiri dalam kesaksiannya menyatakan

bahwa saat itu memang terjadi krisis, sebab di beberapa daerah terjadi

rush serta banyaknya SMS dan email yang memberitahu bahwa

beberapa nasabah dengan rekening yang besar akan menarik uangnya di

Bank Century. Namun, Bank Century sendiri ternyata sudah bermasalah

dengan dana dan modalnya, hingga Boediono yang saat itu menjabat

sebagai Gubernur BI harus melakukan rapat bersama RDG BI langkah

penyelamatan Bank Century dengan cara yang legal, meskipun hanya

satu bank, Boediono yakin jika Bank Century gagal kliring maka akan

berdampak pada kondisi perbankan lainnya.

Pada November 2008 saat itu Boediono menyatakan kepada

masyarakat bahwa kondisi perbankan Indonesia saat ini adalah stabil

dan mantab dan tidak ada isu penarikan atau rush. Bodiono berdalih

saat itu tugasnya sebagai Gubernur BI adalah menenangkan masyarakat

agar tidak terjadi kepanikan. Kebijakan memutuskan suatu tindakan

yang menyangkut kepentingan orang lain pada dasarnya adalah benar.

Hal ini diperkuat oleh salah satu ahli dalam persidangan Budi Mulya,

Erman Rajagukguk (PTS,2014)

Menurutnya bahwa untuk melaksanakan Undang-undang Bank

Indonesia, maka Peraturan Bank Indonesia tentang Prosedur Umum

tidak bertentangan dengan hukum atau peraturan perundang-undangan,

khususnya Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Perundang-undagan Jo Undang-Undang RI Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Intinya perubahan PBI tersebut tidak bertentangan dengan Undang-

Undang Bank Indonesia.

Boediono yakin akan tindakannya, dengan menegaskan bahwa

tindakannya mulia, karena Boediono yakin bahwa keputusannya

dilakukan dengan tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri, keluarga,

kelompoknya sendiri dan atau berindikasi korupsi, kolusi dan

nepotisme. Maka dari itu, dalam pernyataan persnya ketika menyangkal

bahwa tindakannya melawan hukum, Boediono menyebut bahwa ada

Page 80: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

pihak-pihak lain yang mempergunakan kondisi tersebut untuk

kepentingan pihak-pihak itu.

Peneliti juga menganalisis bahwa pernyataan lain yang termasuk

dalam strategi penyangkalan/denial adalah pernyataan Boediono

lainnya adalah saat menjawab pertanyaan wartawan televisi tvOne.

Boediono menjelaskan mengenai mengapa dan siapa yang berwenang

dalam kebijakan besaran dana talangan. Boediono pada titik ini

melakukan “penggeseran kesalahan”, penyangkalan atas kesalahan

bukan Boediono atau pihaknya yang melakukan kealahan namun

kesalahan ada pada pihak lainnya, pernyataan tersebut mengenai

mengapa dan siapa yang bertanggung jawab atas pembengkakan

pinjaman ke Bank Century tersebut.

“Itu terjadi tentu setelah diputuskan untuk diambilalih LPS untuk

diselamatkan, dan LPS yang menjadi pemegang sahamnya. Kala

itu yang terjadi tentu adalah antara LPS dan pengawas Bank. Saya

kira disitulah jawabannya. Kalau ingin mencari jawaban yang

tepat apa yang terjadi ya antara pengawas Bank, sekarang

namanya Bank Mutiara dengan Bank Mutiara dan LPS.”

Mengenai FPJP yang dananya membengkak, pada hakikatnya

pemberian pinjaman memang pada tanggung jawab Lembaga Penjamin

Simpanan, dapat dilihat pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004

tentang Lembaga Penjamin Simpanan pada pasal 5 ayat 2 (a) LPS

mempunyai tugas melaksanakan penanganan Bank Gagal yang

berdampak sistemik. Namun untuk sampai pada penjelasan pernyataan

ini, kita akan membahas penjelasan-penjelasan Boediono lainnya dalam

pernyataan pers saat itu pada subbab lainnya.

Untuk memahami pembengkakan dana bantuan tersebut, terdapat

tiga kotak peristiwa yang dapat menjelaskan kebijakan Bank Century

yang telah dinyatakan bank gagal berdampak sistemik, yaitu pemberian

FPJP yang diputuskan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia, dan

penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik yang

Page 81: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

dilakukan oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan atau KSSK

berdasarkan usulan Bank Indonesia dan pelaksanaan penyaluran dana

Penyertaan Modal Sementara (PMS) dilakukan oleh LPS. Hingga

pernyataan Boediono mengenai penjelasan pembengkakan dana

bantuan diserahkan kepada LPS adalah benar adanya.

Dengan penjelasan tersebut, dapat kita lihat apakah pernyataan

penyangkalan Boediono mampu memberikan kontribusi terhadap

pembentukan opini publik di masyarakat mengenai tugas mulai yang

diemban Boediono ketika memutuskan pemberian FPJP kepada Bank

Century.

Sebelum Boediono memberikan kesaksian dihadapan KPK pada

November 2013, nama Boediono memang sering diharapkan oleh

banyak pihak untuk dihadirkan pada persidangan kasus Century.

Boediono dianggap salah satu pihak yang berperan sebagai pemangku

kebijakan di BI saat pemutusan pemberian FPJP dan penetapan Bank

Century sebagai bank gagal berdampak sistemik. Anggota Komisi III

DPR sekaligus salah satu anggota Timwas DPR Bank Century,

Bambang Soesatyo mengemukakan bahwa Bank Indonesia (BI) yang

saat itu dipimpin oleh Boediono gagal mengawasi penarikan uang

dalam jumlah besar di Bank Century setelah bank tersebut menerima

FPJP sebesar Rp 6,7 trilliun.

Menurutnya Bank Century yang saat itu sudah masuk dalam

pengawasan khusus sebagaimana diatur pleh Peraturan BI No

7/38/PBI/2005 tidak boleh melayani penarikan dana dari rekening milik

pihak terkait dengan bank dan atau pihak lain yang ditetapkan BI.

“BI tidak segera memberitahukan dan menetapkan rekening pihak

terkait, tetapi menyatakan daftar rekening yang seharusnya

diblokir menjadi tanggung jawab Bank Century.” (Media

Indonesia, Senin 23 September 2013, par.4)

Page 82: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Sedangkan Mantan Sekretaris KSSK Raden Pardede menyebut

pemberian FPJP dan penetapan Bank Century sebagai bank gagal

berdampak sistemis adalah sepenuhnya ditangan Boediono. Bahkan

mantan Direktur Utama PT Century Mega Investindo Robert Tantular

melalui kuasa hukumnya, Andi F Simangunsong, mempertanyakan

kekalahan kliring bank tersebut pada 2008 yang menyebabkan

dikucurkannya dana Rp 6,7 triliun sebagai FPJP. Menurutnya ada

invisible hands yang dengan sengaja menyebabkan Century collapse

(runtuh) dan kalah kliring, dan akan ada campur tang pemerintah

sehingga dapat menggelontorkan dana sebesar itu.

Setelah Boediono memberikan pernyataannya, pihak-pihak yang

menuding Boediono berperan penting membuat kebijakan pemberian

FPJP langsung memberikan pernyaatan reaksi. Sarifuddin Suding

Anggta Komisi II DPR dari Fraksi Hanura tidak sepakat dengan

pernyataan Boediono bahwa keputusan mengeluarkan FPJP sebagai

langkah tepat untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia saat itu.

“Itu Cuma klaim Boediono kan. Dulu dilaporkan Sri Mulyani

negara kita aman. Tapi malamnya mereka malah melakukan rapat

FPJP bailout Century.” (Koran Sindo, Minggu 24 November

2014, par.3)

Anas Urbaningrum yang saat itu sebagai Ketua Umum

Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), mendukung Boediono

agar membuka siapa pelaku penyalahgunaan dana bail out. Pada

kicauannya di media sosial Twitter Anas Anas Urbaningrum meminta

agar Boediono dapat membantu menemukan jejak dari pihak-pihak

yang menyalahgunakan bailout Century pada tahun 2008. Dengan cara

ini, Kasus Century tidak lagi mejadi misteri sejarah Indonesia

(nasional.inilah.com,Minggu,24/11/2013,par.2).

Page 83: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

“Jangan jadi "misteri" sejarah. Mungkin Pak Boediono bisa

membantu menemukan jejak dari "pihak-pihak yang

menyalahgunakan" itu." "Dalam kasus hukum di negeri ini, ada

orang yang bersalah, ada yang dipersalahkan. Publik pun makin

tahu tentang hal ini,"ujar Anas.

Anas juga menegaskan mendukung kata-kata Boediono tentang

perlunya tindakan tegas kepada pihak-pihak tersebut dan meminta

agar KPK untuk mencarinya.

(theglobejournal.com,Minggu,24/11/2013,par.12).

"Siapa yang menyalahgunakan dana bailout Century? Tugas KPK

untuk mencarinya. Datanya sebagian besar sudah ada di KPK.

Apakah KPK berani? Itu saya tidak tahu. Kata salah satu

pemimpinnya, dia hanya takut kepada Tuhan saja," kata Anas.

Namun hal berbeda disampaikan oleh salah satu Anggota Tim

Pengawas Bank Century DPR Bambang Soesatyo yang meragukan

pernyataan Boediono mengenai keterlibatannya di Bank Century.

Dikatakan anggota Komisi Hukum ini, dukungan Wapres Boediono

kepada KPK untuk mengungkap kemungkinan adanya pihak yang

menyalahgunakan kebijakan penyelamatan Bank Century secara tidak

langsung mengonfirmasi adanya penyalahgunaan wewenang dalam

pemberian dana talangan itu. Bambang Soesatyo merujuk pada

pernyataan Boediono. "Siapapun yang secara melanggar hukum

menunggangi atau memanfaatkan kebijakan kami demi kepentingan

pribadi, orang lain, kelompok atau siapa saja, harus ditindak tegas."

Bambang Soesatyo juga menanyakan pernyataan Boediono yang

mengatakan bahwa kalau ingin mencari jawaban yang tepat dapat

ditanyakan kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sedangkan

LPS tidak mau disalahkan "Semua buang badan dan lempar tanggung

jawab," kata Bambang dalam pernyataan persnya, Minggu

(24/11/2013) (utama.seruu.com,Minggu,24/11/2013,par.1).

Page 84: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Dia mengungkapkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah

mengatakan jika dirinya sama sekali tidak tahu dan tidak pernah

dilaporkan. Di mana Boediono dalam penjelasan persnya usai

diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi di Istana, Sabtu, kemarin

mengatakan bahwa itu tanggung jawab bagian Pengawasan Bank

Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan. "Sementara mantan

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa dirinya tertipu. BI

tidak profesional, LPS juga tidak mau disalahkan," ujar dia.

(www.utama.seruu.com,Minggu,24/11/2013,par.3)

Bambang Soesatyo juga menuliskan dalam kolom opininya,

Boediono menuturkan, setelah Bank Century diambilalih LPS,

mandatnya diserahkan kepada KSSK. Maka LPS menjadi pemilik

sekaligus pengawas Bank Century. Karena itu, menurut Boediono,

pertanyaan mengenai pembengkakan dana talangan dapat

dikonfirmasi kepada LPS.

"Perhitungan validasi yang digunakan untuk menyelamatkan

bank ini setelah diambilalih oleh LPS, dan disitulah ada

perubahan. Yang mengawal adalah LPS, jadi saya tidak

menangani hal itu," ujarnya.

LPS langsung membantah Boediono, Heru Budiargo Kepala LPS

usai menjalani pemeriksaan KPK, belum lama ini menyatakan bahwa

tindakan LPS bukan semata-mata keinginan LPS.

"LPS, berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004,

harus melaksanakan mandat yang ditetapkan oleh KSSK

maupun komite koordinasi. Tidak ada opsi lain dalam

melaksanakan mandat itu karena diatur dalam undang undang,"

Mandat KSSK berarti mandat dari Sri Mulyani dan Boediono.

Logikanya, di dalam mandat yang diterima LPS itu, tercantum angka

Page 85: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

atau besaran dana talangan. Sebab, tidak mungkin LPS berani

menghambur-hamburkan dana tanpa mandat KSSK.

Anggota timwas Century DPR lainnya dari Fraksi PDI-P,

Hendrawan Supratikno turut menilai bahwa pernyataan Boediono yang

menyatakanbawa LPS bertanggung jawab dalam pembengkakan dana

Rp 6,7 trilliun, merupakan upaya melempar bola panas. Bagi

Hendrawan semua proses yang terjadi di Century utamanya berawal

dari perubahan Peraturan Bank Indonesia (PBI). Artinya mantan

Gubernur BI tidak bisa melepas tanggung jawabnya begitu saja.

Menurut Hendrawan pada proses panjang itu peran sentral dimainkan

oleh Boediono.

“Jadi sudah jelas Pak Boediono bertanggung jawab. Dia kan

terlibat intens dalam proses panjang dari awal. Jadi tidak bia

menghindar.” (Koran Sindo, Senin 25 November 2013).

Meskipun pada keterangan lainnya, Sekretaris LPS Samsu Adi

Nugroho menegaskan dalam mengambil keputusan LPS tidak berdiri

sendiri. Samsu Adi Nugroho mngakui pada Oktober 2008, BI

menyerahkan data kepada LPS yang mencantumkan catatan bahwa

jumlah tersebut bisa semakin besar jika kondisi bank semakin buruk.

(Koran Sindo, Senin 25 November 2014, par.7)

4.1.2 Evasion of responsibility

Dalam pernyataan yang menunjukkan tanggung jawabnya (evation

of responsibility) yang terbagi menjadi beberapa bagian, Boediono

melakukan penjelasan dalam bentuk Provokasi Tanggung Jawab

(kami terprovokasi untuk melakukan itu) atau berarti kebijakan tersebut

merupakan hal yang wajar ketika terjadi krisis semacam itu. Untuk

penghindaran tanggung jawab, Benoit mengajukan empat taktik.

Pertama, “tertuduh” dapat mengklaim bahwa tindakan tersebut

Page 86: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

merupakan respon yang wajar untuk sebuah provokasi dari pihak

lain. Kedua, penghindaran tanggung jawab (defeasibility) di mana

"tertuduh mengklaim kekurangan informasi atau kontrol atas elemen

penting dalam situasi yang memerlukan tindakan ofensif."

Pendekatan-pendekatan lain dalam kategori ini termasuk mengklaim

bahwa tindakan melanggar hukum itu kecelakaan atau bahwa individu

bertindak dengan niat baik namun tidak menyadari hasil negatif yang

tak bisa mereka perkirakan. "Orang tidak baik ketika mencoba untuk

berbuat baik tidak dapat disalahkan seperti halnya orang-orang yang

bermaksud melakukan suatu tindakan yang membahayakan"

“Ini semua ada rincian pertanyaan yang saya upayakan untuk

menjelaskan secara tuntas. Satu hal yang saya ingin sampaikan

kepada anda adalah bahwa dalam keadaan krisis yang kita

hadapi tahun 2008, sekitar bulan Oktober dan November 2008.”

Pada sub bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai penyangkalan

dalam pernyataan Boediono bahwa pihaknya tidak bersalah dalam

pengambilan kebijakan tersebut, tindakan yang diambil merupakan

tindakan yang mulia sebab saat itu terjadi krisis yang mengharuskan

Boediono dan Dewan Gubernur mengambil kebijakan pemberian FPJP

tersebut. Pernyataan itu sekaligus merupakan alasan mengenai tindakan

yang dilakukannya atau provokasi atas tindakan yang dilakukan.

Pernyataan ini sekaligus menerangkan mengenai opini-opini publik

yang berkembang khususnya melalui media massa. Salah satunya

adalah pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat itu mengenai adanya

kondisi krisis saat itu. Jusuf Kalla pernah mengatakan bahwa pemberian

dana talangan kepada Bank Centruy itu tidak perlu. Jusuf Kalla justru

merasa banyak terjadi kejanggalan dalam kasus Bank Century termasuk

pemberian dana talangan yang memakan biaya hingga triliunan rupiah.

Padahal awalnya Century hanya butuh suntikan dana sebesar Rp 638

Miliar. Jusuf Kalla menjelaskan ihwal pemberian FPJP dan penetapan

Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik. Sore hari,

Page 87: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

tanggal 20 November 2008, selaku wakil presiden, ia menerima laporan

dari Sri Mulyani, yang kala itu menjabat Menteri Keuangan, Boediono

selaku Gubernur BI dan beberapa menteri terkait Bank Century,

"Semua sepakat dan menjelaskan bahwa tidak ada krisis ekonomi.

Tidak ada itu. Semua aman. Satu persatu," kata JK.

Namun beberapa jam kemudian, kata JK, ternyata Menkeu,

Gubernur BI dan beberapa menteri terkait menggelar rapat di

Kemenkeu hingga subuh. Dalam rapat itu, tiba-tiba mereka

memutuskan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik.

Padahal sebelumnya mereka melaporkan kondisi perbankan dan

ekonomi aman.

"Saya nggak tahu, kenapa malam-malam. Tapi yang aneh

sebenarnya bahwa ada bank gagal. Gagalnya Rp 630-an miliar,

tapi lewat tiga hari dibayarnya Rp2,5 triliun. Aneh lah,"

tuturnya.( Bhineka Tunggal Ika, www.facebook.com ).

Jika mencermati Kesaksian mantan Wapres Jusuf Kalla dalam

sidang kasus Bank Century dengan terdakwa mantan Deputi Gubernur

Bank Indonesia (BI) Budi Mulya memberi informasi baru. Informasi

baru tersebut terkait dengan kegiatan rapat yang dipimpinnya pada 13

November 2008 di Kantor Wapres di depan persidangan kasus Bank

Century di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), JK mengakui

telah memimpin rapat pada 13 November tersebut.

“Betul. Seperti saya sampaikan, saya panggil menteri-menteri

per minggu untuk meminta laporan apa masalah yang terjadi di

bidang ekonomi,” katanya saat menjawab pertanyaan Luhut

Pangaribuan, pengacara Budi Mulya. (katadata,8 Mei 2014)

Jusuf Kalla mengatakan rapat terbatas tersebut membahas dampak

krisis keuangan dan pengaruhnya terhadap perekonomian nasional.

Rapat yang dihadiri Menteri keuangan ad interim yang juga Menteri

BUMN Sofyan Djalil, Meneg PPN/ Kepala Bappenas Paskah Suzetta,

Page 88: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

dan Staf Ahli Menko Perekonomian M. Ikhsan membahas isu akan

terjadi rush di Bank Century akibat kalah kliring. Iisu rush itu

sebenarnya hal biasa, namun karena kejadiannya bersamaan dengan

situasi krisis sehingga menimbulkan suasana dan nuansa yang berbeda.

Ketika itu Menteri Keuangan dan Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani

sedang mendampingi Presiden dalam pertemuan G20 di Washington

DC, Amerika Serikat. (katadata,8 Mei 2014).

Lalu bagian pernyataan mengenai penjelasan Boediono bahwa

dirinya hanya akan menjelaskan yang menurutnya ada bagiannya,

adalah strategi restorasi citra yang hanya memberikan sedikit

informasi/defeasibility (kami tidak memiliki informasi yang cukup)

atau Boediono sebagai pihak yang diduga turut bersalah dalam kasus

pemberian dana talangan dengan memberikan FPJP tidak ingin

memberikan informasi yang bukan kewenangannya (Benoit,1997).

Penghidarannya tersebut dapat didengar dari pernyataannya dibawah

ini.

“Saya tidak bisa menyampaikan secara lengkap mengenai apa

yang dibahas, tentu ini lebih baik KPK yang menyampaikan.

Kalau toh ada yang disampaikan kepada publik, karena bagi

saya tentu tidak pada tempatnya menyampaikan hal-hal yang

detil dan mengganggu nantinya proses pelaksanaan”

Dari pernyataan tersebut, Boediono ingin menegaskan lingkup

pernyataan yang ingin dia jelaskan, mengenai detail kronologi kasus

Bank Century terutama detail yang menyangkut aspek hukum, yang

dikhawatirkan dapat mengganggu pelaksanaan penyidikan yang

berlangsung.

“Saya telah melakukan tanggungjawab saya pada waktu itu

sebagai Gubernur BI, demikian pula Menteri Keuangan ibu Sri

Mulyani telah melakukan tanggungjawabnya dengan sebaik-

baiknya. Saya hanya bisa mengatakan, toh untuk diri sendiri

saya bahwa saya melaksanakan tanggungjawab saya itu dengan

Page 89: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

segala ketulusan hati saya. Tujuannya adalah untuk

menyumbangkan yang terbaik bagi bangsa Indonesia, pada

waktu mengalami tantangan yang luar biasa. Bagi saya itu

adalah suatu kehormatan, ada pada waktu dan kondisi yang bisa

memberikan kontribusi bagi bangsa kita ini.”

Menurut Boediono, bahwa apa yang ia lakukan bersama jajaran

Dewan Gubernur BI dan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam forum

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada saat itu adalah begitu

darurat. Bila Bank dibiarkan akan rontok dan menimbulkan dampak

sistemik, berupa pengaruh domino terhadap bank-bank lain. Oleh

karena itu, rapat dirinya bersama KSSK pada waktu itu memutuskan

untuk dilakukannya pengambil alihan Bank Century.

Jika menilik Perppu Nomor 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman

Sistem Keuangan (JPSK) kita dapat memahami pernyataan Boediono

dalam poin tersebut. Perppu JPSK merupakan peraturan yang mengatur

mekanisme pengamanan sistem keuangan dari Krisis, yang mencakup

pencegahan dan penanganan Krisis (Pasal 2 Perppu Nomor 4 Tahun

2008 tentang JPSK). Pencegahan krisis meliputi tiga tindakan

mengatasi permasalahan antara lain pada bank yang mengalami

kesulitan likuiditas yang berdampak sistemik, bank yang mengalami

permasalahan solvabilitas atau kegagalan dalam pelunasa FPD

(Fasilitas Pinjaman Darurat) yang berdampak sistemik dan LKBB yang

mengalami kesulitan likuiditas dan masalah solvabilitas yang

berdampak sistemik.

Untuk mencapai tujuan tersebut dibentuklah Komite Stabilitas

Sistem Keuangan (KSSK) yang anggotanya terdiri dari Menteri

Keuangan sebagai Ketua merangkap Anggota dan Gubernur Bank

Indonesia sebagai anggota. Ketika terdapat bank yang mengalami

kesulitan likuiditas dan solvabilitas, KSSK memutuskan kondisi bank

tersebut berdampak sistemik atau tidak berdampak sistemik. Dalam

kasus Bank Century, yang telah ditetapkan sebagai bank gagal oleh

Bank Indonesia, maka KSSK memutuskan pemberian fasilitas

pendanaan, penetapan pagu, jangka waktu, suku bunga, dan kriteria

Page 90: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

umum fasilitas pendanaan berdasarkan rekomendasi Gubernur Bank

Indonesia dalam hal ini Boediono sebagai Gubernur BI saat itu.

Meskipun terdapat pernyataan Sri Mulyani di media massa saat itu

yang berisi keterkejutan Sri Mulyani Indrawati (SMI) atas naiknya

besaran pinjaman saat itu, SMI mengaminkan pernyataan Boediono

bahwa dana talangan sebesar Rp 6,76 trilyun yang ia setujui untuk

dicairkan, diperlukan untuk mencegah runtuhnya institusi tersebut dan

efek domino atas sektor keuangan pada awal krisis keuangan 2008.

“Sebagai pengambil keputusan, apa yang kami hadapi pada

masa itu adalah (keputusan) mana yang akan membawa

konsekuensi paling kecil… untuk menyelamatkan ekonomi

Indonesia,” kata Sri Mulyani di pengadilan. Situasi pada masa

itu menghadapi sebuah ancaman sistemik karena krisis ekonomi

global.” (www.dw.de.,2/5/2014,par.4)

Niat baik untuk memberikan penjelasan mengenai apa yang

sebenarnya terjadi juga tetap dipertegas opleh Boediono bahwa apa

yang dilakukannya, yang diputuskannya saat itu adalah karena

ketulusan hati Boediono.

“Saya hanya bisa mengatakan, toh untuk diri sendiri saya bahwa

saya melaksanakan tanggungjawab saya itu dengan segala

ketulusan hati saya. Tujuannya adalah untuk menyumbangkan

yang terbaik bagi bangsa Indonesia, pada waktu mengalami

tantangan yang luar biasa. Bagi saya itu adalah suatu

kehormatan, ada pada waktu dan kondisi yang bisa memberikan

kontribusi bagi bangsa kita ini.”

Boediono tetap pada keyakinanannya bahwa tindakan terhadap

penyelamatan Bank Century terutama pengeluaran kebijakan sebagai

wewenangnya adalah benar.

“Saya telah melakukan tanggungjawab saya pada waktu itu

sebagai Gubernur BI, demikian pula Menteri Keuangan ibu Sri

Mulyani telah melakukan tanggung jawabnya dengan sebaik-

baiknya.”

Page 91: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Beberapa kali Boediono mengatakan bahwa dirinya melaksanakan

tanggungjawab itu dengan segala ketulusan hatinya. Tujuannya adalah

untuk menyumbangkan yang terbaik bagi bangsa Indonesia, pada waktu

mengalami tantangan yang luar biasa. Bagi Boediono itu adalah suatu

kehormatan, ada pada waktu dan kondisi yang bisa memberikan

kontribusi bagi Indonesia.

Pernyataan Boediono ini mendapatkan simpati dari beberapa pihak,

Redi Panuju, Dosen Pascasarjana Unitomo, Surabaya dalam tulisannya

menyebut bahwa Boediono dibiarkan memberikan keterangan pers

sendiri dalam keadaan yang tampak lemah. Meski Boediono berusaha

untuk tersenyum, bagi mereka yang mempelajari bahasa tubuh dan

mimik, kecemasan dan kekecewaannya tak dapat disembunyikan. (Redi

Panuju, Budisan’s Blog, Kamis 5 Desemebre 2014).

Meskipun demikian, pernyataan Boediono masih mendapatkan

pertentangan, menurut Ketua Divisi Investigasi Indonesia Corruption

Watch (ICW) Agus Sunaryanto menyebutkan pernyataan Jusuf Kalla

setelah diperiksa KPK sangat menarik, bahwa dirinya tidak pernah

mendapat laporan adanya indikasi persoalan sistemik yg akan timbul.

''Asimetris dan monopoli informasi soal Kasus Century pada

saat itu tentu sangat berbahaya karena solusi untuk

mengatasinya menjadi tidak komprehensif dan cenderung

bermasalah. Dan konsekuensinya triliunan uang negara

tergerus.”

Begitu juga dengan peneliti Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat)

Universitas Gajah Mada Hifdzil Alim berpendapat, akan terjadi

perdebatan sengit mengenai definisi berdampak sistemik karena Jusuf

Kalla tetap dalam argumennya dan Boediono tetap dengan

pendapatnya.

Page 92: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

''Disinilah tantangannya. Kecuali kalau KPK mampu

mendefinisikan arti kerugian perekonomian negara di pasal 2

UU Tipikor terkait kasus Bank Century,'' ujarnya

(www.suaramerdeka.com ,Minggu,24/11/2014,par.6).

Hal ini membuat pemerhati kasus Century menyayangkan kurang

terbukanya Boediono terhadap hasil pemeriksaan saat itu. Koordinator

Divisi Investigasi ICW, Agus Sunaryanto menjelaskan selama ini

Boediono kerap disebut-sebut terkait dalam kasus Bank Century karena

jabatannya sebagai Gubernur Bank Indonesia pada saat kebijakan

tersebut diputuskan. Menurutnya banyak informasi yang dapat digali

dari Boediono dalam pemeriksaan.

Menurutnya Boediono harus menjelaskan kondisi ekonomi saat itu

dan terutama Bank Century apakah memang terdapat kondisi yang

sangat genting hingga menetapkannya sebagai bank gagal yang akan

berdampak sistemik. "Kalau memang Boediono punya keinginan kuat

untuk membuka kasus ini selebar-lebarnya, maka harus membuka

semuanya.". Boediono juga harus menjelaskan apakah benar ada

perampokan yang dilakukan direksi Bank Century dalam kasus ini

(www.republika.co.id,Minggu,24/11/2014,par.2).

Begitu juga politisi Golkar sekaligus anggota Timwas Bank Century

DPR Bambang Soesatyo menilai penjelasan Boediono dalam

keterangan persnya belum menjawab sejumlah persoalan prinsip,

utamanya masalah volume dana talangan dari Rp 630 miliar

rekomendasi KSSK yang menggelembung jadi Rp 6,7 triliun

(www.lensaindonesia.com,Minggu24/11/2014,par.5).

“Juga tidak dijelaskan bagaimana alur dan proses penyerahan

dana talangan sehingga Rp 2,5 triliun bisa raib seketika, yang

kemudian diduga disalahgunakan oleh pemilik Century, Robert

Tantular.”

Page 93: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Mengenai kurangnya penjelasan Boediono dalam pernyataan

persnya mengenai alur keuangan setelah Bank Century mendapatkan

FPJP mendapatkan tanggapan dari pakar hukum negara Yusril Ihza

Mahendra. Yusril menyarankan penyelesaian kasus skandal Bank

Century difokuskan pada ke mana aliran dana tersebut mengalir. (Koran

Sindo, Senin 26 November 2013).

Boediono melalui retorikanya cukup membuat pihak-pihak, terutama

yang memiliki kepentingan agar kasus Bank Century diselesaikan,

masih menimbulkan pertanyaan pada pernyataan pers saat itu. Citra

yang terbangun, Boediono masih belum bisa mengungkapkan dengan

gamblang apa yang terjadi. Meskipun jika dilihat tupoksi Boediono saat

menjabat sebagai Gubernur BI, kewenangannya adalah sampai analisis

mengenai bahwa Bank Century adalah bank gagal berdampak sistemik

dan direkomendasikan mendapatkan FPJP.

Jika ditarik kebelakang, kita dapat melihat hasil survei Indo

Barometer pada kurun waktu 8 – 18 januari 2010 “Kasus Bank Century

di Mata Publik”. Dalam hasil survey tersebut, pihak yang dianggap

mengambil keputusan terhadap kasus Bank Century, mayoritas (43%)

menyebut Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur BI (waktu itu)

Boediono dan hanya 10% yang menyebut Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono.

Ketika ditanya lebih lanjut apakah Menkeu Sri Mulyani telah

bertindak benar atau salah dalam kasus ini, 43% menyatakan Sri

Mulyani salah dan 33% menyatakan benar. Untuk Gubernur BI

Boediono, 46% menyatakan Boediono salah dan 30% menyatakan

benar. Namun sebaliknya untuk Presiden SBY, 53% menyatakan SBY

benar dan 25% menyatakan salah (Data Survei Nasional 8 –18 Januari

2010, Indo Barometer, KASUS BANK CENTURY DI MATA

PUBLIK).

Sedangkan jika disandingkan dengan pernyataan Boediono bahwa

tindakannya adalah akibat kejadian atau krisis perbankan dan

Page 94: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

keuangan yang tidak terduga (Accidents/Kecelakaan), publik

menilai Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama Gubernur Bank

Indonesia saat itu adalah pihak yang mengambil keputusan memberikan

dana penyelamatan sebesar Rp 6.7 trilyun kepada Bank Century.

Menurut Ibu / Bapak, apakah Menteri Keuangan Sri Mulyani saat itu

telah bertindak salah 43%, telah bertindak benar 32,8% dan tidak

tahu/tidak menjawab 24,3%.

Boediono menjelaskan bahwa pemberian talangan itu adalah upaya

terakhir karena saat itu suasana dianggap sangat eksklusif. Kejadian

kegagalan satu institusi keuangan dapat menimbulkan efek domino

yang cukup luas berdampak sistemik.

“Untuk itu pada bulan Oktober 2008 ada berbagai negara yang

menerapkan kebijakan blanket guarantee kebijakan yang

menjamin semua deposito yang ada di semua bank, itu adalah

kebijakan yang menangkal sistemik risk.”

4.1.3 Reducing The Offensiveness

Pada aspek reducing the offensiveness atau mengurangi serangan

dari audiens ataupun media, Benoit menyarankan enam taktik. Pertama,

taktik memperkuat/bolstering. Taktik ini menguatkan reaksi positif

audiens dengan menyatakan bahwa tertuduh dalam hal ini Boediono

telah melakukan beberapa hal dengan baik. Boediono berusaha untuk

mengidentifikasi kembali dirinya sendiri dengan nilai-nilai yang

dipandang baik oleh audience. Sementara taktik pertama berusaha

untuk mengubah cara pandang audience terhadap tertuduh, taktik kedua

adalah minimization/meminimisasi krisis yang terjadi tidak terlalu

buruk.

Taktik ketiga, yakni differentiation atau diferensiasi berusaha

mengubah pandangan, penafsiran, atau pemaknaan publik

Page 95: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

ke perspektif baru, sehingga ketika informasi baru

terungkap, tindakan yang sudah dilakukan tidak lagi tampak sama

buruknya. Dengan kata lain, karena adanya pemahaman baru, maka

publik memaafkan tindakan yang lama.

Taktik keempat adalah transcendence/transendensi dimana

Boediono berusaha menghapus kesalahan atau rasa bersalah dengan

mengubah konteks di mana publik menkonstruksi tindakan melalui

upaya menjauhkan dari rincian spesifik ke fokus yang lebih abstrak.

Taktik ini sering melibatkan perubahan atau reframing fokus masalah

sehingga tindakan spesifik dari individu tidak lagi tampak. Yang

ditonjolkan justru masalah lebih luas yang juga dihadapi seluruh

industri atau masyarakat. Taktik lain dalam kategori ini termasuk

berusaha meminimalkan perasaan negatif publik dengan mencoba

mempersuasi mereka bahwa perbuatan itu, pada awalnya, bukanlah

tindakan ofensif.

Disini tertuduh yaitu Boediono berusaha menghilangkan anggapan

bahwa dirinya dengan sengaja menyerang kredibilitas pihak-pihak yang

menuduhnya atau menilai dirinya turut andil dalam kerugian negara.

Dalam taktik ini, Boediono memberikan kompensasi atau memberikan

restitusi dalam beberapa cara baik dalam bentuk dan sebagainya kepada

korban.

Taktik pertama yaitu bolstering, strategi di mana alasan-alasan

yang dikemukakan aktor komunikasi digunakan untuk membangun

kedekatan dan mengidentifikasi audiens. Dengan kata lain, pernyataan-

pernyataan yang disampaikan adalah untuk menekankan bahwa

tindakan saat itu adalah merupakan hal positif yang dapat dilakukan

pada saat krisis tersebut. Dan meminimalisir tuduhan negatif dari

tindakan yang dilakukan.

Dalam fase tersebut, Boediono mencoba untuk memperlihatkan hal-

hal positif yang dapat dilakukannya saat krisis (Ware&Lunkagel, hal.

277). Boediono memberikan alasan-alasan positif mengenai keputusan

Page 96: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

pengambilalihan pada saat itu untuk mereduksi perasaan negatif

mengenai hal-hal yang terjadi setelah pengambilan keputusan tersebut.

Taktik ini menguatkan reaksi positif audiens dengan menyatakan

bahwa tertuduh dalam hal ini Boediono telah melakukan beberapa hal

dengan baik.Boediono berusaha untuk mengidentifikasi kembali dirinya

sendiri dengan nilai-nilai yang dipandang baik oleh audience. Taktik ini

digunakan Boediono dalam pembukaan pernyataan persnya, dalam

menjelaskan banyak pertanyaan mengenai dirinya yang akan diperiksa

KPK. Sebelumnya media massa ramai menaikkan pemberitaan

mengenai akan diperiksanya Boediono oleh KPK dengan judul-judul

media massa khususnya online yang seakan-akan menggiring opini

bahwa Boediono ditangkap KPK dalam kasus Bank Century

mengangkat judul Hari Ini, KPK Akan Periksa Boediono di Kantornya?

(www.kompas.com,Sabtu,23/11/2013). Begitu juga Boediono Akan

Beri Keterangan Usai Diperiksa KPK (www.tempo.com, Sabtu,

23/2013).

“Saya baru saja melaksanakan kewajiban saya sebagai

warganegara, untuk memberikan keterangan kepada KPK

mengenai masalah yang terkait dengan kasus Bank Century.”

Untuk itu Boediono menjelaskan dengan menekankan kata

“...melaksanakan kewajiban sebagai warga negara..” Dengan kalimat ini

Boediono ingin menunjukan bahwa dirinya patuh kepada perundang-

undangan, sebagai mantan Gubernur Bank Indonesia saat itu, Boediono

berkewajiban turut membantu penyelidikan kasus Bank Century, untuk

usahanya ini beberapa opini baik bertendensi positif dan negatif.

"Sebagaimana yang diharapkan demi terbukanya suatu

kebenaran di situ," ujar Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin

Pasha di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa

(26/11/2013). "Artinya, tentu Pak Wapres telah memberikan hal-

hal yang memang dibutuhkan untuk kejelasan atau

mengungkapkan kebenaran soal kasus yang sedang ditangani

oleh KPK," tambah dia.

(www./nasional.sindonews.com,Selasa,26/11/2013)

Page 97: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

"Saya kenal cukup baik Wapres Boediono. Bahkan sangat

intensif berkomunikasi saat Pansus Bank Century berlangsung,"

tulis Anas, Minggu (24/11/2013). Menurutnya Boediono adalah

orang baik. Pribadi dan pejabat yang baik. Anas percaya

Boediono tidak main-main ketika mengambil keputusan

menyelamatkan Bank Century. "Saya juga percaya Pak

Boediono tidak ambil keuntungan pribadi dari kucuran dana ke

Bank Century. Saya tidak tahu apakah Pak Boediono akan salah

di mata hukum? Itu urusan dan otoritas KPK," kata Anas

(www.news.liputan6.com,Minggu,24/11/2103).

Sebenarnya ini kali kedua Boediono diperiksa sebagai saksi Kasus

Bank Century. Sebelumnya ia pernah diperiksa pada akhir April 2010.

Ketika bailout Century dikucurkan, Boediono menjabat sebagai

Gubernur Bank Indonesia. Oleh sebab itu ia dianggap ikut bertanggung

jawab atas digelontorkannya dana Rp 6,7 triliun untuk Bank Century.

Namun karena saat ini KPK telah menetapkan salah satu mantan Deputi

Bank Indonesia, Budi Mulya sebagai tersangka dugaan penyalahgunaan

wewenang terutama yang berhubungan dengan Kasus Century, maka

pemeriksaan Boediono untuk kali keduanya menjadi pusat perhatian.

Selain mengenai pernyataan Boediono telah menjalankan

kewajibannya sebagai warga negara, Boediono juga menjelaskan

tuduhan orang-orang mengenai tempat pemeriksaannya yang

dilangsungkan di Istana Wakil Presiden di Kebon Sirih.

“Seperti yang anda ketahui sedang ditangani KPK. Saya

memberikan keterangan sebagai saksi, dan saya melaksanakan

ini dikantor Wapres itu bukan apa – apa, saya prinsipnya

dimanapun tidak ada masalah. Pertimbangannya adalah masalah

logistik. Kalau saya datang kesuatu tempat itu , berangkat saya

itu pasukannya besar, limit protokol kenegaraan sebelumnya

harus disterilasisasi dan ini akan sangat mengganggu, sangat

mengganggu suasana ditempat itu. Oleh sebab itu dari pada

mengganggu dan mungkin ada yang menginterpretasikan nanti

ini semacam intervensi dan sebagainya. Saya dengan

persetujuan KPK melaksanakan pemeriksaan disini.”

Page 98: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Serta alasan pemilihan hari pemeriksaan, dimana sebelumnya

banyak elemen masyarakat yang menganggap pengambilan hari Sabtu

sebagai hari Boediono diperiksa merupakan cara KPK

mengistimewakan Boediono yang saat itu adalah wakil presiden. Untuk

itu Boediono menjelaskan

“... hari Sabtu memang saya usulkan ke KPK supaya tidak ada

interupsi waktu karena hari-hari kerja , saya hampir selalu ada

kegiatan – kegiatan . Kemarin dua kali kenegaraan saya

menerima beberapa pejabat tinggi dari Negara lain dan

sebagainya. Jadi hari yang bebas untuk dimanfaatkan digunakan

memberikan penjelasan bagi saya kepada KPK secara tuntas.”

Mengenai tempat dan hari periksaan Boediono, jika dilihat dari

aspek hukum, tidak menyalahi aturan perundang-undangan. Proses

pemeriksaan Wakil Presiden sebagai pejabat negara dapat dilakukan

ditempat yang telah disepakati, bahkan pemeriksaan Menteri Keuangan

Sri Mulyani Indrawati dala kapasitasnya sebagai Ketua KSSK saat itu

juga dilakukan di New York oleh KPK.

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 yang mengandung asas norma/kaidah persamaan di hadapan

hukum yang kemudian diwujudkan dalam Pasal 27 UUD TAHUN 1945

berbunyi (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam

hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan

pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Dari kontrak sosial

tersebut terlihat bahwa tidak ada pengecualian bagi rakyat Indonesia di

hadapan hukum, setiap orang adalah sama untuk memperoleh keadilan

di mata hukum tanpa adanya perlakuan istimewa.

Sedangkan yang dimaksud pejabat negara dalam hukum nasional

masih belum adanya peraturan tersendiri yang mengatur mengenai

pejabat negara. Peraturan tentang pejabat negara masih terdapat dalam

peraturan kepegawaian, yakni Pasal 1 angka 4 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Page 99: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Kepegawaian yaitu “Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota

lembaga tertinggi/tinggi negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar 1945 dan Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh

Undang-undang.” Dan pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 34 Tahun

2007 tentang Pemberian Gaji/Pensiun/Tunjangan Bulan Ketiga Belas,

dalam Tahun Anggara 2007 kepada Pegawai Negeri, Pejabat Negara,

dan Penerima Pensiunan/Tunjangan, Pasal 1 angka 2 salah satu Pejabat

Negara adalah Presiden danWakil Presiden.

Selain itu ada juga pasal yang mengatur mengenai tidak adanya

perlakuan istimewa untuk persetujuan tertulis untuk melakukan

penyidikan yaitu pada Pasal 27 dan 28D UUD 45, Pasal 5 ayat (1) UU

No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Penjelasan

Umum butir 3e KUHAP, yang berbunyi asas persamaan di depan

hukum (equality before the law) karena di dalam ‘prosedur ijin’

terkandung ‘perlindungan hukum’ bagi pejabat negara yang tidak

dimiliki oleh warga negara biasa. Selain itu, terhadap sesama pejabat

juga ada perlakuan yang berbeda karena ada pejabat negara harus ada

ijin dan ada yang tidak diharuskan ada ijin terlebih dahulu, seperti:

Presiden, Wakil Presiden dan Para Menteri

Hingga dapat disimpulkan semua rakyat Indonesia mempunyai

kedudukan hukum yang sama tanpa ada pengecualian, Boediono

sebagai Wakil Presiden dan sebagai salah satu pejabat negara saat itu

sudah menunjukkan itikad baiknya diperiksa KPK selama tujuh jam

pada Sabtu 23 November 2013 lalu. Meskipun tetap banyak opini

publik yang menyayangkan tempat dan hari pemeriksaan saat itu.

"Seharusnya Pak Boediono menghindari penggunaan fasilitas

negara terkait kasus masa lalu yang membeli dirinya.

Penggunaan Istana Wapres adalah sebuah upaya untuk itu

(berlindung dari jerat hukum)," kata Misbakhun, Senin

(25/11/2013), di Jakarta (www.kompas.com,Senin,25/11/2013).

"(Boediono) Itu tidak beri keteladanan yang baik, hukum itu

berlaku pada siapa saja, tidak terbatas, dan tidak berhenti itu

Page 100: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

pada wakil presiden atau presiden," kata Paloh, dalam seminar

politik di Kampus FKUI, Salemba, Jakarta, Kamis (28/11/2013).

Menurut Paloh, sikap yang ditunjukkan Boediono akan memberi

pelajaran negatif pada masyarakat. Bahkan lebih jauh, ia

menuding Boediono tak ubahnya seperti pihak-pihak tertentu

yang sengaja menunggangi kasus Century untuk kepentingan

politik. "Katakanlah itu suatu pendidikan yang tidak bagus pada

masyarakat. Sama halnya dengan partai-partai politik yang

masih di Senayan sana," pungkasnya

(www.kompas.com,Kamis,28/11/2013).

Politisi Partai Golkar Bambang Seosatyo melontarkan pernyataan

bahwa secara diam-diam Satgas Kasus (penyidik) melakukan

pemeriksaan terhadap Wakil Presiden Boediono. Pemeriksaan

dilakukan terkait penyidikan kasus Bank pada hari Sabtu, 23/11/2013 di

kantor Istana Wakil Presiden. Dikatakannya, pemeriksaan yang

dilakukan tidak lazim karena dilakukan bukan di kantor sebagaimana

lazimnya dilakukan penyidik terhadap saksi (www.tribunnews.com,

Sabtu, 23/11/2013).

"Sebagai anggota Timwas Kasus Century, saya berpendapat

pemeriksaan oleh di kantor Istana Wapres hari

ini, menimbulkan tanda tanya dan diskriminasi. Sehingga

semakin menguatkan kesan publik bahwa mengistimewakan

Boediono. Padahal, setiap warga negara sama kedudukannya di

hadapan hukum," sindir Bambang Soesatyo.

Sedangkan Dosen Ilmu Politik Universitas Mercu Buana sekaligus

pakar Komunikasi Politik Heri Budianto dalam keterangannya ini

mengatakan, memang telah dijelaskan bahwa pelaksanaan jumpa pers

di Kantor Wapres itu lantaran terkait protokoler. Namun, alasan itu

menurutnya tidak cukup kuat. Mengingat Kantor Wapres adalah simbol

negara.

"Konpers Boediono di Kantor Wapres kurang tepat. Sebab, soal

kasus Bank Century yang dijelaskan oleh Boediono bukan

Page 101: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

kapasitasnya sebagai wapres, namun itu adalah persoalan

pribadinya ketika menjabat Gubernur BI," ujarnya. Untuk

menjelaskan hal-hal terkait pemerintahan. Apalagi podium yang

digunakan adalah podium kenegaraan dengan lambang Garuda

Pancasila. Saya melihat hal itu kurang tepat," jelasnya.

Namun, lanjut Heri, bisa saja pemeriksaan tersebut merupakan satu

rangkaian karena dari pagi hari kemarin penyidik KPK melakukan

pemeriksaan terhadap Boediono di Kantor Wapres. Jika ada kesan

diistimewakan, Heri mengakui bahwa memang ada perbedaan dengan

pemeriksaan terhadap para saksi lain. Namun, menurut Heri, hal itu bisa

dimaklumi lantaran posisi Boediono sebagai Wapres.

"Saya melihat memang ada berbagai pihak menilai KPK

membedakan pemeriksaan Boediono, namun jika kita lihat dari

jabatan Wapres memang ada perbedaan dengan warga negara

biasa. Saya kira wajar jika itu terjadi," papar Heri (www.

news.okezone.com,Senin,25/11/2013).

Sedangkan Langkah tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) memeriksa Wakil Presiden Boediono di Istana kemarin dinilai

wajar oleh Mahfud MD.Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu

menyebut tidak ada keistimewaan dari pemeriksaan oleh penyidik

meskipun dilakukan bukan di Kantor KPK.

"Wapres punya hak protokoler begitu. Kan substansi

pemeriksaannya benar," ujarnya di Kantor DPP PKB, Cikini,

Jakarta, tadi malam.

Menurut Mahfud, sesuai hukum pemberian keterangan bisa

dilakukan dimana saja. Dia membandingkan, Yulianis yang merupakan

saksi mahkota kasus Hambalang dan berbagai kasus yang melibatkan

Muhammad Nazaruddin, dulu juga diperiksa penyidik di hotel. "Itu

Page 102: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

(permintaan keterangan) tergantung keperluannya," imbuh Mahfud

(www.waspada.co.id,Senin,24/11/2013).

Analisa peneliti memasuki strategi reducing the offensiveness, taktik

minimization/minimisasi (krisis yang tidak atau terlalu buruk)

ditegasakan dengan pernyataan

“Sistemik risk berupa domino pengaruh domino terhadap bank-

bank lain, kita melakukan pengambilan alih, bail out, dari Bank

Century. Sebenarnya pengambilan alih karena pemegang saham

utama sudah tidak ada di sana, kalau bail out itu pemegang

saham utama masih ada dan diinjeksi dengan uang dari

pemerintah, itu di negara lain terjadi. Kalau ini diambil alih

total, pemegang saham lama sahamnya nol. Jadi bukan membail

out pemegang saham yang lama. Itu yang kita lakukan.”

Mengenai pengertian sistemik, peneliti telah menjelaskan pada

alinea sebelumnya, sedangkan pada pernyataan mengenai penjelasan

perbedaan pengambil alihan dan bail out, kita dapat memulai analisis

berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS) Pasal 6 ayat (2) (a) yang berbunyi LPS dapat

melakukan penyelesaian dan penanganan Bank Gagal dengan

kewenangan: a. mengambil alih dan menjalankan segala hak dan

wewenang pemegang saham, termasuk hak dan wewenang RUPS. Serta

Pasal 43 ayat a, b, c, dan d:

Dalam rangka melakukan likuidasi Bank Gagal yang dicabut izin

usahanya, LPS melakukan tindakan sebagai berikut:

a. melakukan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

ayat (2);

b. memberikan talangan untuk pembayaran gaji pegawai yang

terutang dan talangan pesangon pegawai sebesar jumlah

minimum pesangon sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan;

Page 103: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

c. melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka

pengamanan aset bank sebelum proses likuidasi dimulai; dan

d. memutuskan pembubaran badan hukum bank, membentuk tim

likuidasi, dan menyatakan status bank sebagai bank dalam

likuidasiberdasarkan kewenangan sebagaimana dimaksud pada

huruf a.

Pada huruf a pasal 43 tersebut dimaksudkan LPS mengambil alih

dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham, termasuk

hak dan wewenang RUPS dalam rangka proses likuidasi. Namun,

tanggung jawab pemegang saham dalam pemenuhan kewajiban bank

sesudah likuidasi tidak beralih kepada LPS.

Setelah Boediono menjelaskan mengenai wewenangnya sebagai

Gubernur Bank Indonesia, dalam menganalisa bank gagal, menganalisa

bantuan yang diberikan, alasannya mengenai kebijakan perubahan

peraturan untuk mencegah terjadinya krisis ekonomi dan perbankan,

Boediono bergeser pada teknik teori restorasi citra dalam sebuah

retorika politik yang mengandung kalimat-kalimat mengenai

Diferensiasi atau membandingkan dengan krisis lain yang lebih buruk.

Pernyataan yang memuat hal tersebut adalah:

“Dan akhirnya, alhamdulillah setelah itu kita lakukan kita

melewati berbagai krisis global pada waktu itu dengan selamat.

Memasuki 2009 dan seterusnya ekonomi kita cukup mantab,

bahkan kalau kita ingat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada

tahun-tahun itu sampai dengan paling tidak 2012 itu sangat

tinggi nomor dua di kelompok G20 hanya kedua dari China.”

Differentiation adalah redefinisi strategi yang berasal dari sebuah

kalimat namun memiliki dua pengertian. Taktik ini merupakan taktik

yang sering muncul dalam teori restorasi citra. Inti dari aspek

differentiation adalah aktor politik mencoba untuk tidak

menghubungkan dirinya terhadap keputusan pada saat krisis terjadi

Page 104: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

dengan berusaha membandingkan dengan situasi krisis yang lebih

buruk.

Pernyataan ini jika ditelaah menggunakan teori restorasi citra,

Boediono ingin berusaha mengubah pandangan, penafsiran,

atau pemaknaan oleh audience ke perspektif baru, sehingga ketika

informasi baru terungkap, tindakan yang sudah dilakukan tidak lagi

tampak sama buruknya. Dengan kata lain, karena adanya pemahaman

baru, maka publik memaafkan tindakan yang lama.

Berdasarkan laporan Kamar Dagang Industri pada tahun 2010, Kadin

melaporkan bahwa Indonesia mampu menghadapi krisis ekonomi

global dengan cukup baik pada tahun 2009, perekonomian Indonesia

terus tumbuh secara mengesankan. Pada Pada triwulan III 2010,

pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai sebesar 5,8 persen (secara

year on year), surplus neraca pembayaran tercatat sebesar US$ 6,9

miliar pada triwulan III 2010, cadangan devisa per akhir November

2010 mencapai sebesar US$ 92,76 miliar, inflasi mampu dikendalikan

di angka 5,98 persen hingga bulan November 2010, dan BI rate berada

di angka 6,5 persen. Meskipun suku bunga riil pembiayaan masih

berada di kisaran 11% - 18%, namun banyak kalangan meyakini angka

ini akan segera turun sejalan dengan membaiknya stabilitas kebijakan

moneter nasional (Overview Perekonomian Indonesia Tahun 2010,

Kamar Dagang Industri, Laporan Per 23 Desember 2010).

Pernyataan ini ingin menjelaskan bahwa kebijakan yang diambilnya

saat terjadi permasalahan Bank Century tahun 2008 adalah tepat, sebab,

Indonesia pada 2009 mampu melewati krisis, hingga pada tahun 2009

pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dapat mencapai 4,5%, tertinggi

ketiga di dunia setelah China dan India. Perlambatan pertumbuhan

ekonomi yang lebih besar di tengah kontraksi perekonomian global

dapat dihindari, karena struktur ekonomi yang banyak didorong oleh

permintaan domestik.

Setelah mengalami tekanan berat pada triwulan I 2009, stabilitas

pasar keuangan dan makroekonomi juga semakin membaik sampai

Page 105: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

dengan akhir tahun 2009. Hal itu tercermin pada berbagai indikator di

sektor keuangan seperti Currency Default Swap (CDS), Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG), imbal hasil (yield) SUN, dan nilai tukar yang

membaik. Sementara itu, inflasi juga tercatat rendah 2,78%, terendah

dalam satu dekade terakhir (Ringkasan Exclusive Bank Indonesia, hal.

1).

Tanpa kebijakan tersebut, perekonomian tidak mampu bertahan

menghadapi krisis global, dimana hampir semua negara bahkan negara

besar sekalipun terkena dampak krisis global. Boediono mencoba

mengalihkan dan mengubah perspektif publik kebijakan pemberian

FPJP pada Bank Century tidaklah seburuk itu.

Boediono juga melakukan taktik transendence/trasensdensi

dengan mengajak audiens untuk fokus pada isu-isu lain. Aspek ini

mencoba memisahkan antara fakta, sentimen, objek atau hubungan-

hubungan yang dapat dilihat oleh audiens atau komunikan

(Benoit,1995,hal.278). Selain itu Were dan Linkugel dalam Benoit

menyebutkan transcendence ini merupakan cara aktor komunikasi

mempertahankan reputasinya.

“Tahun 2013 ini kita belum tau nampaknya akan melambat tapi

toh harapan kita masih tinggi rankingnya masih tinggi dalam

peringkat negara-negara berkembang di G20.”

Transendence adalah kegiatan yang menghubung-hubungakan fakta,

sentimen, objek ataupun relasi-relasi dengan konteks yang lebih besar

lagi agar audiens melihat hal-hal positif. Dalam pernyataan persnya,

Boediono menyatakan bahwa dirinya serta jajaran Gubernur BI saat itu

telah melakukan hal yang benar dengan merevisi peraturan pemberian

FPJP untuk menyelamatkan kondisi perbankan dan keuangan saat itu,

yang dikatakan dalam kondisi kritis.

Pada bagian akhir tipologi reducing the offensiveness, Boediono

melakukan statement mengenai penuduh dalam hal ini beberapa pihak

Page 106: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

yang yakin bahwa Boediono dan mantan dewan gubernur serta menteri

keuangan bersalah dalam hal menggunakan wewenang untuk

mengucurkan dana bail out Bank Century. Dalam teori restorasi citra,

hal ini disebut sebagai aspek menyerang penuduh dengan anggapan

penuduh tidak bertanggung jawab. Taktik ini dinamakan Attacking the

accusers/Menyerang penuduh (penuduh tidak bertanggung jawab).

“Mengenai evaluasi penilaiannya dan sebagainya tentu itu

semua kita serahkan pada siapapun. Tapi saya pribadi merasa

sangat terhormat mendapatkan peran pada waktu itu.”

Mengenai subbagian ini dapat kita lihat kembali pernyataan-

pernyataan atau opini publik tentang peran Boediono memutuskan

pemberian FPJP saat itu. Bank Century yang telah dimasukan dalam

daftar bank gagal membutuhkan dana bantuan untuk menyehatkan

kembali modal likuiditas dan solvabilitasnya. Melalui RDG BI yang

panjang, Boediono yang saat itu Gubernur BI memutuskan untuk

memberikan FPJP dengan pertimbangan kegagalan kliring bank

Century akan ditengarai berdampak sistemik bagi kondisi

perekonomian dan perbankan pada akhir 2008.

Boediono dalam kesaksiannya di persidangan Budi Mulya juga

menegaskan bahwa dirinya mengetahui perubahan-perubahan

peraturan, untuk menyelamatkan Bank Century dari kegagalan kliring

saat itu. Boediono menjelaskan bahwa kebijakan tersebut dilakukannya

karena Bank Century yang paling mungkin jatuh.

Maka akan terjadi rentetan penyerbuan terhadap bank-bank umum

lainya seperti pada tahun 1997-1998, dimana dalam suasana krisis

banyak sekali isu yang beredar, banyak likuiditas yang kerig karena

aliran dana keluar, lonjakan kurs, pasar uang antar bank yang macet

sehingga pinjaman antar bank tidak bis alagi akibat tidak adanya

kepercayaan antar bank.

Page 107: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Boediono sendiri tidak pernah menyatakan secara terbuka pada saat

itu terjadi krisis, namun dengan menimbang pada peraturan perundang-

undangan Perppu, DPR dan Pemerintah menyatakan saat itu terjadi

krisis. Dan saat itu tanpa blanket guarantee membiarkan satu bank

gagal adalah sangat fatal.

Mengapa yang digunakan FPJP da bukan FPD, Boediono

mengatakan bahwa saat itu FPD belum operasional hingga satu-

satumya cara adalah FPJP. Boediono mengibaratkan “Apabila di satu

kampung yang padat terjadi kebakaran satu rumah, maka cara yang

paling baik adalah memadamkan kebakaran di rumah tesebut,

siapapun pemiliknya, sebab kalau kita biarkan makakebakaran ini akan

merambat keseluruh kampung.”

Terhadap pernyataan ini, opini publik yang berkembang dapat kita

lihat pada tanggapan KPK sebagai pemeriksa Boediono. Ketua KPK

Abraham Samad mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap

Wapres Boediono, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) makin yakin

ada tindak pidana korupsi di balik pemberian fasilitas pendanaan jangka

pendek (FPJP) kepada Bank Century, pemberian FPJP kepada Bank

Century adalah keputusan kolektif kolegial pejabat teras BI, termasuk

Gubernur BI yang kala itu (2008) dijabat

Boediono.(www.starbrainindonesia.com,Rabu,27/11/2013).

Sedangkan sejumlah inisiator hak angket kasus bailout Bank Century

di DPR menuding Wakil Presiden Boediono berbohong. Mantan

Gubernur Bank Indonesia itu menyebut Bank Century diambil alih,

bukan dibailout.

"Boediono bilang Bank Century bukan di bailout. Boediono

lakukan kebohongan, nya tanya Century bailout. Apa yang

disampai kan bertentangan atau bertolak be lakang dengan fakta

dan dokumen di Pansus dan Timwas (century),” Bambang

Soesatyo.

Page 108: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Inisiator hak angket lainnya, Misbakhun mengatakan kebohongan

Boediono bisa dibuktikan. Dikatakan Misbhakun, Boediono dalam

kesaksiannya tidak menjelaskan keberadaan dokumen pernyataan

bahwa sebagai pemegang saham, Robert Tantular ingin ikut menangani

pendanaan Century sebesar 20 persen saham dalam penanganan yang

dilakukan LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Boediono dalam

menunjuk pihak-pihak yang menuduhnya melakukan konspirasi dan

penyalahgunaan wewenang hanya menyerahkan penilaian kepada

pihak-pihak tersebut.

Boediono juga yakin bahwa kebijakan yang diambil sanggup dia

pikul, dalam teori restorasi citra hal ini disebut

Compensation/Kompensasi.

“Itu suasananya memang sangat eksklusif, kejadian kegagalan

satu institusi keuangan bisa menimbulkan dampak domino yang

cukup luas dampak sistemik. Untuk itu pada bulan Oktober

2008 ada berbagai negara yang menerapkan kebijakan blanket

guarantee kebijakan yang menjamin semua deposito yang ada di

semua bank, itu adalah kebijakan yang menangkal sistemik risk.

Nah kita kebetulan kita diputuskan untuk tidak menerapkan

blanket guarantee, oleh sebab itu, satu-satunya cara ya kita

mengamankan bank-bank jangan sampai jatuh dan

menimbulkan sistemik risk.”

Kompensasi menurut Benoit adalah upaya membantu meringankan

perasaan negatif yang timbul dari tindakan yang salah, dengan cara

memberikan ganti rugi. Di sini Boediono tidak menawarkan ganti rugi

apapun berupa barang, jasa dan sejenisnya. Meski menggunakan teori

restorasi citra untukmemperbaiki citranya, dalam kasus ini tidak ada

kompensasi biaya yang harus dibayarkan. Karena Boediono sebagai

tertuduh dipersalahkan akibat kebijakannya menyetujui penurunan

syarat CAR menjadi positif hingga pemberian FPJP pada Bank

Century.

Page 109: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Namun menurut peneliti, ada pernyataan yang setidaknya sama

dengan memberikan kompensasi yaitu saat Boediono meyakinkan

publik memberikan tindakannya menjatuhkan kebijakan yang jika tidak

diambil dikhawatirkan akan situasi tersebut akan berdampak sistemik

pada kondisi keuangan saat itu, kalaupun Boediono tidak memutuskan

hal tersebut, jika terjadi krisis maka Boediono akan dipersalahkan.

Menurut Prof. Erman Rajagukguk suatu kebijakan tidak bisa disalahkan

begitu saja. Apalagi jika kebijakan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, dan tanggal pelaksanaan sesuai dengan tanggal

putusan perundang-undangan tersebut (Rajagukguk, 26 Desember

2009)

4.1.4 Corrective action

Kategori keempat tipologi ini adalah tindakan perbaikan.

Ini melibatkan pemberian janji untuk memperbaiki kerusakan atau

untuk mencegah berulangnya kembali kejadian serupa atau perilaku

tindakan mengerikan di masa depan. Benoit menjelaskan

(Benoit,1995,hal. 92), "Ketika orang yang dituduh melakukan

kesalahan menunjukkan kesediaan mereka untuk mengoreksi atau

mencegah terulangnya masalah, mereka dapat memperbaiki reputasi

mereka".

“Saya sebagai Gubernur BI bersama rekan-rekan saya di dewan

gubernur berkeyakinan bahwa instrumen yang utama mungkin

satu-satunya pada saat itu untuk menangkal timbulnya sistemik

risk itu adalah FPJP. Oleh sebab itu kita melakukan revisi dari

ketentuan FPJP untuk menghadapi masalah itu, dan saya

merasakan bahwa apa yang kami lakukan dan kemudian apa

yang kami lakukan bersama dengan menteri keuangan dalam

KSSK pada waktu itu keadaan sudah begitu darurat sehingga

bank Centurty akan rontok dan menimbulkan sistemik risk.”

Strategi pemulihan citra umum lainnya adalah tindakan korektif, di

mana perusahaan berjanji untuk memperbaiki masalah. Tindakan ini

Page 110: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

dapat mengambil bentuk memulihkan keadaan yang ada sebelum aksi

ofensif, dan menjanjikan untuk mencegah terulangnya tindakan ofensif.

Permintaan maaf dengan ini mungkin bisa membantu tetapi tidak

mutlak diperlukan.

“Saya ingin menyampaikan, bahwa apa yang kami lakukan pada

waktu krisis itu, menurut pandangan kami adalah suatu

kebijakan, suatu tindakan yang mulia. Upaya yang mulia untuk

menangani krisis Negara kita.”

Diteruskan kemudian mengenai penjelasan keduanya mengenai

langkah-langkah setelah menentukan FPJP. Hal ini dapat peneliti

jelaskan seperti pada alinea-alinea sebelumnya, Boediono mencoba

untuk menjelaskan posisinya saat itu. Kotak pertama dari

permasalahan Bank Century adalah wewenang Boediono sebagai

Gubernur Bank Indonesia yang memimpin pengawasan Bank-Bank

bermasalah, hingga perhitungan CAR, menentukan apakah saat itu

kondisi krisis berdasarkan hasil analisa dan pemberian FPJP pada

bank yang dibuktikan bermasalah, bank gagal berdampak sistemik,

penentuan apakah bank gagal dan berdampak sistemik pada akhirnya

adalah wewenang KSSK dan LPS.

“Oleh sebab itu kita melakukan revisi dari ketentuan FPJP

untuk menghadapi masalah itu, dan saya merasakan bahwa apa

yang kami lakukan dan kemudian apa yang kami lakukan

bersama dengan menteri keuangan dalam KSSK pada waktu itu

keadaan sudah begitu darurat sehingga bank Century akan

rontok dan menimbulkan sistemik risk.”

Untuk itu kembali kita menelaah aturan dalam Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, pada Pasal 29 ayat (1), (2)

dan (4) yang berkaitan dengan kasus ini. Pada Pasal 29 ayat (1)

disebutkan Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank

Indonesia, (2) Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai

dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas

manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang

Page 111: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha

sesuai dengan prinsip kehati-hatian, (4) Untuk kepentingan nasabah,

bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya

risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan

melalui bank. Dengan dasar perundangan tersebut, Bank Indonesia

telah melakukan pengawasan terhadap bank-bank umum salah satunya

Bank Century.

Ketika Bank Century mulai terlihat bermasalah, Bank Indonesia

dalam hal ini Dewan Gubernur Indonesia mulai melaksanakan

koordinasi ataupun rapat-rapat membahas permasalahan yang

diadukan oleh pemegang sahamnya yaitu Robert Tantular yang

menyatakan banknya dalam kondisi “Sakit”.

Tugas Bank Indonesia yang dapat melakukan tindakan menilai

suatu bank dapat membahayakan kondisi sistem perbankan saat itu,

tercantum dalam Pasal 37, 37A dan 37B dan Undang-Undang Bank

Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Pasal 33 yang berbunyi Dalam hal

keadaan suatu Bank menurut penilaian Bank Indonesia

membahayakan kelangsungan usaha Bank yang bersangkutan dan/atau

membahayakan sistem perbankan atau terjadi kesulitan perbankan

yang membahayakan perekonomian nasional, Bank Indonesia dapat

melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam undang-undang

tentang perbankan yang berlaku.

Untuk masyarakat awam, pernyataan Boediono yang menyebutkan

“...kita melakukan revisi dari ketentuan FPJP untuk menghadapi

masalah itu,...” tidaklah dipahami sepenuhnya bahwa itu benar,

namun, mengingat pernyataan berikutnya “...dan saya merasakan

bahwa apa yang kami lakukan dan kemudian apa yang kami lakukan

bersama dengan menteri keuangan dalam KSSK pada waktu itu

keadaan sudah begitu darurat sehingga bank Century akan rontok dan

menimbulkan sistemik risk.” Berdasarkan aturan-aturan perundang-

undangan tadi, kebijakan tersebut adalah benar.

Page 112: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Bagaikan dokter yang melihat luka kecil pasien yang terbuka,

memang lukanya tidaklah fatal untuk saat itu, namun jika dibiarkan

luka itu dapat dimasuki bakteri atau virus yang mampu membuat

seluruh badan pasien menjadi demam, bahkan berujung pada

kematian. Boediono sebagai mantan Gubernur BI juga melaksanakan

hal tersebut.

Ketika Bank Century dinyatakan gagal kliring, dan terjadi

kepanikan serta penarikan besar-besaran oleh nasabah Bank Century

di beberapa daerah selain di Jakarta. Boediono bersama DGBI

mengadakan rapat. Rapat tersebut menghasilkan beberapa temuan,

antara lain:

1. Pada 13 November 2008, Bank Century tidak mampu memenuhi

kebutuhan prefund untuk bisa ikut kliring, dan mengenai masalah

likuiditasnya, saat itu Bank Centuy telah dibantu Bank SinarMas

namun tidak membantu banyak permsalahan likusiditas untuk

hari-hari berikutnya;

2. Untuk itu langkah alternatif dari RDGBI adalah akan diberikan

Fasilitas Pinjaman Darurat (FPD) atau apabila setelah analisis

lebih lanjut FPD tidak bisa dilakukan maka Bank Century

dinyatakan sebagai Bank Gagal dan diserahkan kepada LPS;

3. Bank Century tidak bisa mengharapkan bantuan dari bank lain

dalam hal likuiditas, karena pemasalahan likuiditas Bank Century

yang cukup besar hingga dikhawatirkan menyeret bank lain

ambruk. Namun apabila Bank Century diputuskan untuk tetap

beroperasi, maka diperlukan dukungan dana yang sangat besar

minimal sejumlah Rp. 6.000.000.000.000,- (enam triliun) sampai

dengan Rp 7.000.000.000.000,- (tujuh triliun) dan hal tersebut

tidak dimungkinkan sebab tidak ada skema dan aturan yang

mendasari keputusan tersebut, sehingga dikhawatorkan mendapat

kritik masyarakat serta menyelahi ketentuan hukum;

Page 113: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

4. Untuk memberikan FPD, Bank Indonesia harus berkoordinasi

dengan KSSK dan terlebih dahulu ditetapkan sebagai bank Gagal

dan berdampak sitemik, pemberian FPD juga tidak dimungkinkan,

hingga Bank Century akan diberi FPJP, namun karena Capital

Adequacy Ratio (CAR) yang ada hanya positif 2,35% maka CAR

tersebut tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan PBI nomor

10/26/PBI/2008 tentang FPJP bagi Bank Umum, karena bank

tersebut dianggap dapat menimbulkan dampak sistemik maka BI

harus mengubah ketentuan pemberian FPJP terlebih dahulu;

5. Beberapa kali melakukan rapat, RDG BI memutuskan bahwa PBI

nomor 10/26/PBI/2008 tanggal 30 Oktober 2008 tentang

Pemberian FPJP Bagi Bank-Bank Umum diubah dengan

ketentuan:

a) Bank yang dapat diberikan FPJP harus memiliki CAR

minimum positif (dari peraturan sebelumnya 8%);

b) Aset kredit yang dapat dijadikan agunan FPJP diantaranya

memenuhi syarat bahwa kolektinilitasnya lancar selama 3

(tiga) bulan terakhir;

c) Perubahan PBI nomor 10/26/PBI/2008 tentang FPJP Bagi

Bank Umum berlaku sejak 14 November 2008.

6. Selanjutnya RDG BI melakukan teleconference dengan Sri

Muyani Indrawati selaku Menteri Keuangan/Ketua KSSK yang

sedang berada di Washington, DC. Amerika Serikat. Dalam

teleconference tersebut, pihak BI menyatakan Bank Century tidak

dapat melakukan klirimng karena iro Wajib Minimum (GWM)

tidak cukup, CAR yang positif 2,35% dan Bank Century telah

berada di dala pengawasan khusus sejak tanggal 6 November 2008

maka Bank Indonesia akan memberikan Fasilitas Pendanaan

Jangka Pendek (FPJP) pada Bank Century.

7. Setelah Surat Edaran mengenai Juklak Pemberian FPJP Bagi Bank

Umum yang Berkantor Pusat di Wailayah Kerja Kantor Pusat

Page 114: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Bank Indoensia sebagai juknis PBI nomor 10/30/PBI/2008 tanggal

30 Oktober 2008 tentang FPJP.

Selain melihat kronologi perubahan aturan PBI, Boediono juga

mengatakan bahwa Bank Century merupakan Bank Gagal dan

Berdampak Sistemik, meskipun keputusan berada di KSSK dan LPS,

namun RDG BI merupakan wilayah pertama yang menganalisis

mengapa bank tersebut bersalah dan memiliki potensi gagal dan

berdampak sistemik. Bank berdampak sistemik dalam Perppu 4 Tahun

2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) diartikan

suatu kondisi sulit yang ditimbulkan oleh suatu bank, LKBB, dan/atau

gejolak pasar keuangan yang apabila tidak diatasi dapat menyebabkan

kegagalan sejumlah bank dan/atau LKBB lain sehingga menyebabkan

hilangnya kepercayaan terhadap sistem keuangan dan perekonomian

nasional.

4.1.5 Mortification

Selain itu Benoit juga membahas mengenai aspek perasaan bersalah

atau penyesalan (Benoit,1995,hal.18) yang termasuk dalam restorasi

citra. Pernyataan ini tampak tersirat dalam pernyataan dukungannya

terhadap KPK agar segera memecahkan kasus Bank Century tersebut.

“Saya akan mendukung KPK, sepenuhnya, apapun yang bisa

kami sampaikan untuk melaksanakan tugasnya, sebaik-

baiknya.”

Komunikator politik hanya mengakui menjadi bersalah atau

bertanggung jawab atas tindakan yang salah dan meminta maaf.

Namun dalam kasus ini Boediono tidak menyampaikan permohonan

maaf disebabkan dirinya merasa bersalah, namun itikad baiknya untuk

bersama-sama dengan pihak berwenang, dalam hal ini KPK dan pihak

Page 115: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

hukum lainnya untuk mendukung sepenuhnya dengan tindakan agar

Kasus Bank Century dapat selesai.

Boediono juga menegaskan kembali ketika dirinya ditanyai

wartawan pada hari yang sama setelah pernyataan persnya. Bahwa

dirinya tidak akan berkomentar lebih banyak, namun menegaskan akan

membantu KPK dengan bekerja sama dengan baik.

“Saya sangat percaya kepada KPK untuk menyelesaikan ini

untuk menemukan kebenaran secara hukum, kita enggak

usahlah komentar macam-macam, kita fasilitasi KPK

(menuntaskan),” kata Boediono di kantor wapres, Jakarta, Sabtu

malam (23/11). (www.beritasatu.com,Sabtu,23/11/2013,par.2).

Merujuk data survei Indo Barometer pada tahun 2010, dua tahun

setelah kasus Bank Century, masyarakat meski beranggapan bahwa

Boediono adalah salah satu yang paling bertanggung jawab dalam kasus

Bank Century pada 2008. Masyarakat masih menaruh kepercayaan pada

Boediono untuk menjadi Wakil Presiden RI saat itu.

Setelah Boediono memberikan pernyataan persnya banyak pihak

lebih menaruh kepercayaan bahwa Boediono tidak bersalah dalam

menyalahgunakan kewenangan tersebut.

Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum angkat

bicara soal pemeriksaan Boediono. Menurutnya, Boediono tidak main-

main ketika mengambil keputusan menyelamatkan Bank Century. Anas

pun percaya Boediono tidak mengambil keuntungan terkait pemberian

dana kepada Bank Century.

"Saya juga percaya Pak @boediono tidak ambil keuntungan

pribadi dari kucuran dana Bank Century," tulis Anas dalam akun

Twitternya @anasurbaningrum, Minggu (24/11).(www.

www.jpnn.com, Minggu, 24 November 2013)

Begitu juga dengan pernyataan Juru Bicara Partai Demokrat

Ruhut Sitompul yang menilai wacana pemakzulan Wakil Presiden

Boediono adalah omong kosong.

Page 116: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

"Saya yakin Pak Boediono tidak salah. Dulu mau ke Demokrat,

tapi tidak kena, sekarang jadi ke Boediono. Maaf, tidak kena,

kasihan deh loh," tegasnya.(www.

nasional.inilah.com,Selasa,26/11/2013)

Saat krisis komunikasi seperti ini terjadi, dibutuhkan komunikasi

yang efektif, profesional untuk memainkan peran kunci dalam

mengurangi kerusakan dan menjaga kepercayaan masyarakat serta

banyak pemangku kepentingan. Strategi ini disebut restorasi citra

dengan mengandalkan penggunaan bahasa efektif, strategi pesan

persuasif, dan tindakan simbolik. Penelitian ini menawarkan

pengambilan keputusan berbasis bukti dari penggunaan strategi

komunikasi khusus dalam situasi krisis. Serta penggunaan strategi

komunikasi krisis berfokus pada penilaian tentang mana strategi yang

etis dan profesional.

Boediono dalam pernyataan yang hanya berlangsung tidak lebih dari

15 menit telah memberikan contoh sebuah bentuk komunikasi yang

efektif dengan memiliki aspek-aspek teori restorasi citra yang memadai.

Didukung dengan gesture tubuh, nada suara serta mimik wajah yang

tenang, Boediono mampu menjelaskan, meyakinkan serta berbesar hati

membuka diri untuk selalu mendukung penyelesaian kasus oleh KPK.

Page 117: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

BAB V. SIMPULAN DAN DISKUSI

5.1. Simpulan

Hubungan buruk antara individu atau korporasi dengan publiknya bisa

menghancurkan kredibilitas, hubungan, pemasaran, dan kesejahteraan ekonomi.

Dengan demikian, diperlukan wacana untuk membantu individu dan organisasi

menanggapi tuduhan kesalahan. Oleh karena itu, studi tentang restorasi citra

berharga karena memberikan wawasan fungsi penting dari kehidupan kita. Untuk

studi tesis ini, analisis isi dilakukan pada pernyataan pers dan pemberitaan dari

media-media yang meliput pernyataan pers ini. Pada bagian ini dapat dirumuskan

kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, berdasarkan analisis isi pernyataan pers Boediono memenuhi semua

unsur-unsur dalam taktik restorasi citra. Teori Restorasi Citra yang terbagi dalam

lima taktik besar mampu dipergunakan Boediono untuk membentuk sebuah citra

bahwa dirinya tidak bersalah dalam pengambilan kebijakan mengubah peraturan

agar Bank Century dapat diselamatkan karena ditengarai jika terjadi kegagalan

satu bank maka akan berakibat fatal bagi kondisi ekonomi saat itu, atau dengan

kata lain kondisi perekonomian Indonesia sedang dalam masa krisis. Seperti

dalam pembelaannya di metrotv.com, Boediono mengatakan dirinya telah 30

tahun menggeluti masalah ekonomi di pemerintahan, pada tahun 2008 terdapat

karateristik tertentu yang harus ditangani dalam suasana krisis. Kesalahan adalah

pada pihak lain yang memanfaatkan situasi saat itu untuk kepentingan pribadi

pihak ketiga. Boediono merasa dalam proses pengambilan keputusan ada pihak

lain yang bermain sehingga menurutnya pihak-pihak tidak bertanggung jawab

tersebut harus ditindak tegas. Pernyataan ini ditanggapi oleh media dengan

sebagian besar mengapresiasi tindakan Boediono. Namun nama Boediono yang

tidak hanya santer di media massa nasional saja, melainkan juga di media sosial

dan di weblog interaktif, masih belum terlalu banyak mengubah dan

mempengaruhi opini publik menjadi lebih positif kepadanya.

Kedua, taktik restorasi citra meskipun berhasil membuat media menaikkan

pemberitaan bahwa Boediono adalah pemimpin yang bertanggung jawab,

Page 118: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

melaksanakan tugasnya saat itu dengan penuh ketulusan. Pernyataan pers ini

efektif menjadi strategi Boediono untuk menghindari panggung politisasi Century

di DPR, namun tidak untuk strategi komunikasi politik secara keseluruhan dalam

mengantisipasi pertarungan opini di masyarakat, terutama pihak-pihak yang

merasa belum mendapatkan jawaban pasti dari pernyataan Boediono. Seperti yang

dikatakan Gun Gun Heryanto, diamnya Boediono di banyak isu panas yang

menyerangnya karena kasus Century, telah meneguhkan persepsi sebagian

masyarakat bahwa dia salah satu sosok yang bertanggungjawab dalam kasus ini.

Namun, menurut peneliti berdasarkan pemberitaan dan pernyataan beberapa

pihak, pernyataan pers Boediono bagi publik yang mengetahui latar belakang

kasus dan bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam kasus ini,

pernyataan pers belum mencukupi untuk mengubah pandangan menjadi positif.

Selain itu peran di pemerintahannya pun nyaris tertutup oleh SBY.

Ketiga, Pernyataan pers semacam ini masih di luar kebiasaan pejabat negara di

Indonesia, pernyataan pers yang berupaya menjelaskan duduk persoalan, bukan

hanya berisi pembelaan diri. Untuk Boediono sendiri, hal ini juga di luar

kebiasaannya, Boediono selama menjabat sebagai pejabat pemerintahan terutama

ketika dirinya menjabat Wakil Presiden, sikap yang ditunjukkan adalah irit dalam

memberikan komentar dan penjelasan. Hingga pernyataan pers ini benar-benar

merupakan upaya pemulihan citranya yang dituduh menyelewengkan wewenang

untuk mengubah peraturan dan lalai dalam pengawasan.

Keempat, konstruksi citra yang didasarkan pada teori restorasi citra Benoit

berlangsung seiring dengan proses pemberitaan di media yang gencar

memojokkan Boediono, melihat perkembangan pemberitaan, media yang awalnya

“menuduh” Boediono terlibat terlihat mengubah pemberitaannya menjadi tendensi

positif. Meskipun pada beberapa narasumber tidak tampak perubahan yang

berarti, beberapa pihak masih berasumsi Boediono bersalah dalam hal

penyalahgunaan wewenang. Karena jika dilihat dari proses peradilan, dengan

pengujian analisis hukum, ekonomi dan politik, Boediono memang penentu

kebijakan penyelamatan Bank Century dengan alasan yang kuat, namun tidak

turut serta menyelewengkan jabatannya untuk kepentingan pribadinya.

Page 119: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

5.2 Diskusi

Pertama, pernyataan pers oleh Boediono dalam mengupayakan pemulihan citra

menunjukkan keberhasilan konstruksi citra Boediono untuk memulihkan citranya

dalam kasus Bank Century khususnya pada kebijakan pemberian FPJP. Hal ini

merupakan langkah yang baru dilakukan oleh seorang pejabat negara yang berada

dalam situasi krisis. Pejabat negara sudah seharusnya melatih komunikasi

efektifnya untuk berhadapan dengan publik melalui pidato atau pernyataan pers

khususnya saat kondisi dinyatakan krisis. Dengan menggunakan retorika politik,

pejabat negara dapat mempersuasi khalayak politiknya agar mampu merubah

opini publik yang berkembang. Seperti yang diungkapkan Hofstatter dalam Arifin

(2010, hal. 214).

Kedua, citra pejabat pemerintah atau pejabat negara merupakan hasil interaksi

antara Boediono sebagai komunikator, media, publik serta pemegang kepentingan,

sehingga ini secara tidak langsung merupakan kegiatan komunikasi politik yang

secara efektif mempengaruhi citra Boediono dan dapat diterapkan juga oleh

pejabat publik lainnya. Melihat lebih banyak pemberitaan mengenai sangkut paut

Boediono dengan kasus Bank Century yang lebih banyak beredar di media sosial

dan weblog, pejabat pemerintah harus mampu menghadapi situasi politik ini

dengan berbicara efektif melalui media baru. Seperti yang dikemukakan oleh

penelitian Wright and Hinson (2009) (Heryanto, 2013,hal.176), pejabat publik

harus mampu menghadapi dampak kehadiran media baru, khususnya sosial media

yang sekaligus bisa menjadi peluang, yaitu menyediakan peluang untuk

berkomunikasi lebih banyak, membuka kesempatan baru untuk berkomunikasi

langsung dengan khalayak, menigkatkan komunikasi dan informasi secara cepat

untuk berbagai info, membuka peluang pejabat publiuk untuk berkomuniaksi

secara global, memperoleh data atau informasi dengan cepat tentang bagaimana

pendapat publik tentang pejabat publik tersebut.

Ketiga, Kasus Bank Century hingga kini memang belum sampai pada titik

akhir penyelesaian, meskipun ada beberapa orang yang sudah ditangkap bahkan

dijatuhi vonis penjara, masih banyak hal yang belum terungkap. Namun melalui

pernyataan pers Boediono, dirinya ingin mengungkapkan posisi serta tanggung

Page 120: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

jawabnya saat itu, dan menurut peneliti upaya pemulihan citra tersebut sudah

berhasil. Masyarakat Indonesia berdasarkan perkembangan kultur budayanya,

serta mengikuti kultur budaya media massa yang kini terbiasa dengan

keterbukaan, pernyataan seperti ini sangat ditunggu-tunggu. Untuk masyarakat

awam, mungkin pernyataan ini tidak beitu efektif berpengaruh terhadap

kehidupan keseharian. Namun bagi pemeganga kepentingan yang berkecimpung

di dalam hukum, ekonomi, politik dan bidang strategis lainnya, pernyaatan pers

dalam sebuah krisis komunikasi, krisis kepercayaan, dan penuduhan pernyataan

pers dengan format teori restorasi citra setidaknya mampu memberikan kejelasan

kasus tersebut.

Page 121: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Buku:

Ahmad, Nyarwi (2012), Manajemen Komunikasi Politik & Marketing Politik:

Sejarah, Perspektif, dan Perkembangan Riset, Pustaka Zaman, Yogyakarta,

Alfian (1993), Komunikasi Politik dan dan Sistem Politik Indonesia, Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta,

Arifin, Anwar (2003), Komunikasi Politik, Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi

dan Komunikasi Politik Inodneisa, Balai Pustaka, Jakarta,

Ardial (2009), Komunikasi Politik, Indeks, Jakarta,

Azwar, Saifuddin (1999), Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

Benoit, William, L., (1995), Accounts, Excuses, and Apologies, A Theory of

Image Restoration Strategies, State University of New York Press,

New York,

Budianto, Heri (ed) (2011), Media Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

Bungin, Burhan (2008), Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana prenada media

group

________ (2011), Metodologi Penelitian Kualitiatif: Aktualiasasi Metodologis

ke Arah Ragam Varian Kontemporer, Raja Grafindo,

Cangara, Hafied (2011), Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi,

Rajagrafindo Persada, Jakarta,

Coombs, W. Timothy and Sherry J. Holladay, (2010), The Handbook of Crisis

Communication A John Wiley & Sons, Ltd., Publication

Denton, Robert E. & Dan F Han. (1986), Presidential Communication Descrition

and Analysis, Prager Publisher, New York, London,

Devito, Joseph A. (2001), The Interpersonal Communication Book, Addison

Wesley Longman Inc, New York,

Page 122: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Effendy, Onong Uchjana (2003), Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Citra

Aditya Karya, Bandung,

Effendy, Onong Uchjana (1984), Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Remaja

Karya, Bandung,

Firmanzah (2008), Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas, Yayasan

Obor Indonesia, Jakarta,

Griffin, EM, (2006), A first Look at Communication Theory, Sixth Edition,

McGraw Hill Companies, New York,

Hasan, Dr. Erliana, M.Si., (2005), Komunikasi Pemerintahan, Refika Aditama,

Bandung,

Kaid, Lynda Lee (ed) (2004), Political Communication Research, Lawrence

Erlbaum Assosiates, Publisher, New Jersey, London,

Kartini Kartono, (1996), Pengantar Metodologi Riset Sosial, Mandar Maju,

Bandung,

Lesmana, Tjipta (2009), Dari Soekarno Sampai SBY: Intrik dan Lobi Politik Para

Penguasa, Gramedia, Jakarta,

Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss (2009), Teori Komunikasi (alih bahasa

dari Theories of Human Communication), Salemba Humanika,

Jakarta,

Marshment, Jennifer Lees (2009), Political Marketing, Principles, and

Applications, Routledge, London and New York,

Mazur, Laura & John White (1998), ”Manajemen Krisis” (alih bahasa Miftah

F.Rakhmat). artikel pada Jurnal ISKI Manajemen Krisis, No. 2/Oktober

1998.

McNair, Brian (2003), An Introduction to Political Communication, New York-

London: Routledge Taylor & Francis Group,

Mirhad, Prayogo & Nurcholis MA Basyri (2014), Bola Liar Kasus Bank Century:

Kebijakan Pencegahan dan Tanggapan Menyesatkan (Catatan Kritis

Praktisi Keuangan), Suara Bebas, Depok,

Page 123: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Moleong, Lexy, J (2004), Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,

Bandung,

Neuman, W. Lawrence (2006), Social Research Methods: Qualitiative and

Quantitative Approches, 6th Edition Pearson Education Comapany,

USA,

Nimmo, Dan (2001), Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, Rosda

Karya, Bandung,

Nugroho, Alois A., (ed) (2011), Etika Komunikasi Politik, Universitas Katolik I

Indonesia Atma Jaya, Jakarta,

Pawito (2007), Penelitian Komunikasi Kualitatif. PT LkiS Pelangi Aksara,

Yogyakarta,

Peorwandari, E.K. (2007) Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi.

Depok: LPSP3. Fakultas Psikkologi. Universitas Indonesia. Jakarta

I Gusti Ngurah Putra. Manajemen Hubungan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit

Universitas Atma Jaya.

Rosady Ruslan (1999), Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis

dan Pemulihan Citra. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sinaga, Monang (2014), Tim Sembilan Membongkar Skandal Century, Q

Communication, Jakarta,

Subiakto, Henry dan Racmah Ida (2012), Komunikasi Politik, Media dan

Demokrasi, Kencana Prenada Media Gropu, Jakarta,

Suparmo, Ludwig (2011), Crisis Management & Pubic Relations, Mengatasi

Krisis&Memulihkan Citra, Jakarta, Permata Puri Media

Yin, Robert K (2006), Studi Kasus: Desain dan Metode, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Page 124: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Jurnal:

Ertresvåg, Kari (2011), BP and President Obama on the Deepwater Horizon oil

spill - interplay between government and corporate communications,

Brussels School of International Studies, University of Kent for the

Award of the Degree of Master of Arts in Political Strategy and

Communications

Kessadayurat, Chutima, Understanding Image Restoration Strategies from a

Stakeholder Approach, BU Academic Review

Kyhn, Helene Stavem (2008) SITUATIONAL CRISIS COMMUNICATION

THEORY: ITS USE IN A COMPLEX CRISIS WITH SCANDINAVIAN

AIRLINES’ GROUNDING OF DASH 8-Q400 AIRPLANES By Master

Thesis in Corporate Communication

Lang, Kurt & Gladys Engel Lang, Mass Society, Mass Culture, and Mass

Communication: The Meaning of Mass1, Image restoration: An

examination of the response strategies used by Brown and

Williamson after allegations of wrongdoing Granville King III,

University of Washington

Lehman, Kathryn, Western State Budget, Arizona State University,

M. Brazeal, LeAnn (PhD, University of Missouri) RHETORICAL CRITICISM

PERSPECTIVES IN ACTION, EDITED BY JIM A. KUYPERS

Remorse, Belated (2009) Running Head: Belated Remorse: Serena Williams At

U.S. Open:Serena Williams’ Image Repair Rhetoric at the 2009 U.S.

Open [Forthcoming Chapter from Repairing the Athlete’s Image: Studies

in Sports Image Restoration, Ed. by Joseph R. Blaney, Lance

Lippert, and J. Scott Smith]

Roberts Glen F., Image Restoration Theory: An Empirical Study of Corporate

Apology Tactics Employed by the U.S. Air Force Academy,

University of South Florida

Page 125: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Rogers, Katherine (2012), British Petroleum's Use of Image Restoration Strategy

on Social Media and Response After the 2010 Gulf Oil Spill,

University of Miami Scholarly Repository

Yanti, Yusrita, Retorika Politik yang Berkarakter, dalam Craig R. Smith,

“Criticism of Political Rhetoric and Disciplinary Integrity,” American

Communication Journal 4.1 (2000)

http://www.acjournal.org/holdings/vol4/iss1/special/smith.htm. [Accessed

March 21, 2008].

Valenzano, J. M. III, Jason Edwards, The Debate Confessional: Newt Gingrich,

John King and Atoning for Past Sins Bridgewater State University

Survei:

Data Survei Nasional Indo Barometer Mengenai KASUS BANK CENTURY DI

MATA PUBLIK (Data Survei Nasional 8 –18 Januari 2010)

Laporan:

Ringkasan Executive Laporan Pertumbuhan Ekonomi Bank Indonesia 2009

Laporan Kamar Dagang Industri

Thesis:

Wage, Debora Debby (2011), Retorika Presidensial dan Agenda Publik (Analisis

Framing Individual Terhadap Pidato Kenegaraan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono 2005-2010)

Wijiatmoko, Bambang (2010), Pengunduran Diri Sri Mulyani Dan Isu Kartel

Politik (Analisis Framing Pemberitaan Pasca Pengunduran Diri Menteri

Keuangan Pada Surat Kabar Harian Kompas, Media Indonesia, Dan

Jurnal Nasional)

Page 126: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Daruninten, Chitra (2009), Konstruksi Pemerintah Dalam Kartun Editorial

(analisis semiotik terhadap komik sukribo tentang kebijakan Subsidi harga

BBM pemerintahan SBY-JK)

Setiawan, Dhoni (2011) Konstruksi Citra Kementerian Pertanian Di Media

Pertanian (Analisis Framing Pada Pemberitaan Kegagalan Panen Padi

Super Toy)

Purwoko, Oki Edi (2011) Efektifitas Komunikasi Politik Dengan

Menggunakan Simbol – Simbol Budaya (Studi Kasus Kampanye

Permanen Kepala Daerah Kabupaten Banyumas 2008 - 2013)

Artikel:

Rajaguguk, Erman, Keputusan Kssk Menyelamatkan Bank Century Yang Gagal

Dan Berdampak Sistemik 21 Nopember 2008 Adalah Sah, 26 Desember

2009

Rajaguguk, Erman, Perbuatan Melawan Hukum Oleh Individu Dan Penguasa

Serta Kebijaksanaan Penguasa Yang Tidak Dapat Digugat

Iskandar Fitra, Boediono Membela di Media, metrotv.com

Perundang-undangan:

UUD 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga

Penjamin Simpanan Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan

Penjelasannya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas

Page 127: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Undang Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Menjadi

Undang-Undang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Menjadi Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan

Perppu Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan

Perppu Nomor 4 Tahun 2008 Tentang JPSK

Berita:

Suara Karya, Rabu, 18 September 2013

Media Indonesia, Sabtu 21 September 2013

Republika, Sabtu 21 September 2013

Suara Karya, Sabtu 21 September 2013

Media Indonesia, Senin 23 September 2013

Kompas, Sabtu 23 November 2013

Koran Tempo, Sabtu 23 November 2013

Media Indonesia, Sabtu 23 November 2013

Kompas, Minggu 24 November 2013

Koran Tempo, Minggu 24 November 2013

Koran Sindo, Minggu 24 November 2013

Media Indonesia, Minggu 24 November 2013

The Jakarta Post, Minggu 24 November 2013

Media Indonesia, Senin 25 November 2013

Koran Tempo, Selasa 26 November 2013

Page 128: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Media Indonesia, Selasa 26 November 2013

Media Indonesia, Rabu 27 November 2013

Kompas, Rabu 27 November 2013

Republika, Rabu 27 November 2013

Suara Karya, Rabu 27 November 2013

Website dan Blog:

Kompas.com, Selasa 17 September 2013

Sindonews.com, Jumat 20 September 2013

Beritasatu.com, Jumat 20 September 2013

www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b0aa11fcbe16/ini-dia-hasil-audit-

investigasi-pk-atas-kasus-bank-century

www.tempo.co/read/news/2013/11/23/063531934/Boediono--FPJP-Satu-satunya-

Cara

news.liputan6.com/read/754783/pengamat-akhir-pemerintahan-sby-boediono-

kasus-century-memanas http://news.liputan6.com/read/754783/pengamat-akhir-

pemerintahan-sby-boediono-kasus-century-memanas

groups.google.com/forum/#!msg/wayungyang/8zoEcWtPMu0/4Ez7orgSdNIJ

www.tempo.co/read/news/2013/11/23/063531934/Boediono--FPJP-Satu-satunya-

Cara

kwikkiangie.com/v1/2011/03/skandal-bank-century-mengapa-menimbulkan-

banyak-keresahan-dan-kemarahan/

jogja.tribunnews.com/2013/11/23/boediono-penyelamatan-bank-century-

merupakan-upaya-mulia

Anas Dorong Boediono Ungkap Penyalahgunaan Century,

nasional.inilah.com/read/detail/2050131/anas-dorong-boediono-ungkap-

penyalahgunaan-century

Page 129: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Dukungan Anas untuk Boediono Terkait Kasus Century, Minggu, 24 November

2013, www.theglobejournal.com/Hukum/dukungan-anas-untuk-boediono-terkait-

kasus-century/index.php

Kasus Century, Semua Balik Badan dan Lempar Tanggung Jawab, Minggu, 24

November 2013, utama.seruu.com/read/2013/11/24/192506/kasus-century-semua-

balik-badan-dan-lempar-tanggung-jawab

Bhineka Tunggal Ika,

www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=1388256888087408&id=1379042

349008862

ICW: Boediono Harus Terbuka Soal Kasus Bank Century, Minggu, 24 November

2013, www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/11/24/mwrhqu-icw-

boediono-harus-terbuka-soal-kasus-bank-century

www.lensaindonesia.com/2013/11/24/bamsoet-dan-boediono-senada-dukung-

kpk-ungkap-skandal-century.html

www.lensaindonesia.com/2013/11/24,Tidak dijelaskan alur dan proses

penyerahan dana talangan, Bamsoet dan Boediono senada dukung KPK ungkap

skandal Century

24 November 2013, Boediono Dinilai Berlindung Dibalik Prosedur Pengamanan

www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/11/24/180820/Boediono-

Dinilai-Berlindung-Dibalik-Prosedur-Pengamanan

www.dw.de/smi-bailout-century-untuk-selamatkan-indonesia/a-17608582, SMI:

Bailout Century untuk Selamatkan Indonesia

Diam-diam KPK Periksa Wakil Presiden Boediono, Sabtu, 23 November 2013,

makassar.tribunnews.com/2013/11/23/kpk-periksa-wakil-presiden-boediono-

terkait-penyidikan-kasus-bank-century

Wajar KPK Periksa Boediono di Istana, Senin, 25 November 2013,

news.okezone.com/read/2013/11/25/339/902017/wajar-kpk-periksa-boediono-di-

istana

Page 130: Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:  Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century

Universitas Indonesia

Ini Alasan KPK Periksa Boediono di Istana Wapres,

www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/11/24/mwra95-ini-alasan-kpk-

periksa-boediono-di-istana-wapres

Monday, 25 November 2013,

www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=308098:b

oediono-diperiksa-di-istana-bukan-hal-istimewa&catid=59:kriminal-a-

hukum&Itemid=91

Kontroversi Dampak Sistemik Bank Century, Lima Alasan Kenapa Century

Berdampak Sistemik,

korandemokrasiindonesia.wordpress.com/2010/01/19/kontroversi-dampak-

sistemik-bank-century

linabr3.blogspot.com/2012/07/kondisi-perekonomian-indonesia-pada_09.html

Gerakan Kami Percaya Boediono' Dukung Tindakan Boediono, Jumat, 9 Mei

2014 10:33 WIB, www.tribunnews.com/nasional/2014/05/09/gerakan-kami-

percaya-boediono-dukung-tindakan-boediono

Sabtu, 23 November 2013, Boediono Tak Mau Tanggapi Tudingan Sinis dari

Parlemen, www.beritasatu.com/nasional/151740-boediono-tak-mau-tanggapi-

tudingan-sinis-dari-parlemen.html