konsepsi tentang panca kesadaran santri dalam...

110

Click here to load reader

Upload: vuongminh

Post on 11-Apr-2019

268 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM

MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI PERSPEKTIF

K.H. ZAINI MUN’IM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)

Oleh:

Solihin

NIM: 11140331000049

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H. / 2018 M.

Page 2: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

i

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Solihin

Tempat, Tanggal Lahir : Bondowoso, 06 Juli 1994

NIM : 11140331000049

Program Studi/ Univ. : Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Judul Skripsi : Konsepsi Panca Kesadaran Santri Dalam Mewujdkan

,,Masyarakat Madani Perspektif K.H. Zaini Mun’im

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 31 September 2018

Pengaji

Solihin

NIM 11140331000049

Page 3: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN
Page 4: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN
Page 5: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Arab

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

Indonesia

a

b

t

ts

j

kh

d

dz

r

z

s

sy

s

Inggris

a

b

t

th

j

kh

d

dh

r

z

s

sh

Arab

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

ة

Indonesia

gh

f

q

k

l

m

n

w

h

y

h

Inggris

gh

f

q

k

l

m

n

w

h

y

h

Vokal Panjang

Arab

أ

يإ

و

Indonesia

ā

ī

ū

Inggris

ā

ī

ū

Page 6: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

v

ABSTRAK

Solihin, 11140331000049, “Konsepsi Tentang Panca Kesadaran Santri Daalam

Mewujudkan Masyarakat Madani Perspektif K.H. Zaini Mun’im”, Fakultas

Ushuluddin Prodi Aqidah Filsafat Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2017.

Masyarakat madani merupakan masyarakat ideal yang di cita-citakan. Dalam

hal ini konsep masyarakat madani masih belum mampu untuk diwujudkan oleh

masyarakat, dikarenakan masyarakat masih belum bisa mebangkitkan semangat

kesadaran akan konsep tersebut. Konsep masyarakat madani juga terlalu berat utuk

dipahami, karena sebagian pemahaman masyarakat Indonesia masih belum mampu

untuk menangkap konsep masyarakat madani yang bercirikan 1. Egaliterianisme, 2.

Free Publicc Sphere, 3. Keadilan Sosial, 4. Toleransi dan kemajemukan, 5.

Musyawarah/Demokrasi.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan konsepsi baru tentang masyarakat

madani. Dirasa masyarakat madani harus memiliki konsepsi yang efektif dalam

mewujudkannya. Temuan penulis bahwa konsepsi panca kesadaran santri adalah hal

yang paling mendasar untuk mewujudkan masyarakat madani dikalangan santri atau

masyarakat secara umum.

Dalam penelitian ini pendekatan yang dipakai adalah pendekatan kualitatif.

Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut

berasal dari dokumen-dokumen pesantren yang menerngkan tentang kehidupan K.H.

Zaini Mun’im, baik berupa buku, audio dan lain-lain. Untuk mendukung sumber

utama tersebut, penulis juga melakukan wawancara dengan putra K.H. Zaini Mun’im

yakni K.H. Zuhri Zaini.

Hasil yang di dapat dari penelitian yang penulis lakukan adalah penulis

menemukan bahwa konsepsi panca kesadaran santri pemikiran K.H. Zaini Mun’im

dapat mewujudkan masyarakat yang madani.

Pemikiran K.H. Zaini Mun’im tentang konsepsi panca kesadaran santri yakni:

1. Kesadaran Beragama, 2. Kesadaran Berilmu, 3. Kesadaran Bermasyarakat, 4.

Kesadaran Berbangsa dan Bernegara, 5. Kesadaran Berorganisasi. Kelima konsep

tersebut mudah dipahami dan hal ini pula merupakan kegiatan manusia disetiap

harinya.

Kata Kunci : masyarakat madani, panca kesadaran santri.

Page 7: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

vi

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang amat sangat mendalam kepada Allah swt, atas segala

limpahan rahmat dan kuasa-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan

kepada Nabi Muhammad saw beserta kepada keluarganya, sahabatnya dan para

pengikutnya yang telah menyebarluaskan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.

Alhamdulillah, penulisan skrpisi yang berjudul “Konsepsi Panca Kesadaran santri

Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani Perspektif K.H. Zaini Mn’im”, telah dapat

penulis selesaikan. Penulisan karya Ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (1) guna memperoleh gelar Sarjana

Agama (S. Ag.) Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tentunya, proses penulisan skripsi ini melibatkan banyak kalangan, untuk itu

saya merasa perlu menghanturkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA (Dekan Fakultas Ushuluddin) dan segenap civitas

akademika Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak

membantu kelancaran administrasi dan birokrasi.

2. Dra. Tien Rohmatin, MA. (Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) terimakasih

telah menyetujui proposal skripsi, juga atas nasihat dan bantuannya. Dan Dr. Abdul

Hakim Wahid, MA, selaku Sekretaris Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam.

Page 8: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

vii

3. Drs. Ramlan A. Gani, MA, sebagai pembimbing skripsi, terimakasih telah

meluangkan waktunya dan mengerahkan segala tenaga dan pikirannya, terimakasih

telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan baik.

4. Teruntuk kedua orang tua tercinta, yang tak hentihentinya memberikan doa, serta

bantuan baik moril maupun materil kepada penulis demi lancarnya studi dan

penulisan skripsi ini. Juga kepada kakak-kakak dan adik-adik yang selalu mendukung

dan menyemangati penulis.

5. Terimakasih untuk teman-teman seperjuangan Aqidah Filsafat Islam angkatan

2014.

Akhirnya, pengaji berharap agar apa yang telah ditulis dapat bermanfaat bagi

semua kalangan pada umumnya dan dapat memperluas khazanah keilmuan dan

filsafat Islam. Pengaji menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

sebagaimana judul pada pengajian ini. Kritik dan saran yang sifatnya membangun

dan mengembangkan skripsi ini sangat diharapkan.

Ciputat, 15 Januari, 2019

Solihin

Page 9: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................ iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ iv

ABSTRAK .................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 9

E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 9

F. Metode Penelitian ........................................................................ 11

BAB II. BIOGRAFI K.H. ZAINI MUN’IM ............................................ 13

A. Riwayat Hidup K.H. Zaini Mun’im ............................................ 13

B. Latar Belakang Pendidikan .......................................................... 14

C. Karya Tulis .................................................................................. 19

D. Pengalaman K.H. Zaini Mun’im Dalam Dunia Da’wah ............. 24

BAB III. KAJIAN TEORI TENTANG MASYARAKAT MADANI .... 28

Page 10: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

ix

A. Pengertian Masyarakat Madani .................................................. 28

B. Pengertian Masyarakat Madani Menurut Para Tokoh ................. 34

B. 1. Masyarakat Madani Menurut Nurcholish Madjid………...34

B. 2. Masyarakat Madani Menurut Dawam Raharjo …………...38

B. 3. Masyarakat Madani Menurut Azzumardi Azra ...………...41

C. Karakteristik Masyarakat Madani ........................................... …43

D. Pengertian Filsafat Humanisme ................................................... 51

E. Humanisme Menurut Para Tokoh............................................ …52

E. 1. Humanisme Menurut Ali Syari’ati ...................................... 52

E. 2. Humanisme Menurut Abdurrahman Wahid ........................ 57

BAB IV. TEMUAN PANCA KESADARAN KESADARAN SANTRI

DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

MENURUT K.H. ZAINI MUN’IM………………………..…60

A. Pengetian Konsepsi ..................................................................... 60

B. Konsepsi Panca Kesadaran Santri Menurut K.H. Zaini Mun’im 61

C. Konsepsi Panca Kesadaran Santri dalam Mewujudkan Masyarakat

Madani Menurut K.H. Zaini Mun’im……………………….......73

BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 76

A. Kesimpulan ................................................................................ 85

B. Saran ........................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 87

LAMPIRAN

Page 11: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

ABSTRAK

Solihin, 11140331000049, “Konsepsi Tentang Panca Kesadaran Santri Daalam

Mewujudkan Masyarakat Madani Perspektif K.H. Zaini Mun’im”, Fakultas

Ushuluddin Prodi Aqidah Filsafat Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

Masyarakat madani merupakan masyarakat ideal yang di cita-citakan. Dalam

hal ini konsep masyarakat madani masih belum mampu untuk diwujudkan oleh

masyarakat, dikarenakan masyarakat masih belum bisa mebangkitkan semangat

kesadaran akan konsep tersebut. Konsep masyarakat madani juga terlalu berat utuk

dipahami, karena sebagian pemahaman masyarakat Indonesia masih belum mampu

untuk menangkap konsep masyarakat madani yang bercirikan 1. Egaliterianisme, 2.

Free Publicc Sphere, 3. Keadilan Sosial, 4. Toleransi dan kemajemukan, 5.

Musyawarah/Demokrasi.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan konsepsi baru tentang masyarakat

madani. Dirasa masyarakat madani harus memiliki konsepsi yang efektif dalam

mewujudkannya. Temuan penulis bahwa konsepsi panca kesadaran santri adalah hal

yang paling mendasar untuk mewujudkan masyarakat madani dikalangan santri atau

masyarakat secara umum.

Dalam penelitian ini pendekatan yang dipakai adalah pendekatan kualitatif.

Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut

berasal dari dokumen-dokumen pesantren yang menerngkan tentang kehidupan K.H.

Zaini Mun’im, baik berupa buku, audio dan lain-lain. Untuk mendukung sumber utama

tersebut, penulis juga melakukan wawancara dengan putra K.H. Zaini Mun’im yakni

K.H. Zuhri Zaini.

Hasil yang di dapat dari penelitian yang penulis lakukan adalah penulis

menemukan bahwa konsepsi panca kesadaran santri pemikiran K.H. Zaini Mun’im

dapat mewujudkan masyarakat yang madani.

Pemikiran K.H. Zaini Mun’im tentang konsepsi panca kesadaran santri yakni:

1. Kesadaran Beragama, 2. Kesadaran Berilmu, 3. Kesadaran Bermasyarakat, 4.

Kesadaran Berbangsa dan Bernegara, 5. Kesadaran Berorganisasi. Kelima konsep

tersebut mudah dipahami dan hal ini pula merupakan kegiatan manusia disetiap

harinya.

Page 12: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan yang selalu melanda bangsa manusia yakni mengenai masalah

sosial. Ketidak mampuan manusia untuk menjelaskan bagaimana seharusnya sebuah

tatanan ideal masyarakat itu berdiri, membuat manusia tidak bisa menegakkan

negara yang maju. Di Barat telah ditemukan bahwa Civil Society merupakan keluh

kesah masyarakat yang terkungkung oleh gereja dan pada akhirnya masyarakat ini

menemukan pencerahan masa depan yakni gerakan Renaisans1 yang menggembor-

gemborkan kemajuan kaum yang terkungkung dalam kegelapan itu. Dan buah hasil

dari gerakan renaisans ini adalah modernitas.

Dalam islam Arab dibagian wilayah Madinah ditemukan sebuah realitas

perubahan sosial yang sama yakni masyarakat madani. Masyarakat madani

merupakan hasil dari terjemahan Civil Society. Istilah masyarakat madani

diterjemahkan dari bahasa Arab yakni dari kata Mujtama’ al-Madanī kata ini

difamiliarkan pertama kali oleh seorang tokoh sekaligus pendiri ISTAC yang ahli

1Istilah Renaisans berasal dari bahasa Prancis yang artinya kebangkitan kembali. Terminologi

dari Renaisans ini dapat dipahami sebagai masa peralihan dari masa kegelapan menuju pencerahan

(abad pertengahan ke abad modern), Renaisans ini adalah jembatan pemisah antara Abad Pertengahan

dan Abad Modern. Middle Age merupakan massa dimana eropa mengalami massa suram. Berbagai

ide-ide kreativitas yang selalu diatur dan dihalangi oleh Gereja. Saat itu gereja sangat kuat dalam

berbagai aspek kehidupan. Agama berkuasa penuh dalam segala tindakan manusia. Lihat Budi

Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern; Dari Machiavelli sampai

Nietzsche, (Jakarta :Erlangga, 2011), h 7.

Pemikiran manusia pada abad pertengahan mendapat doktrinasi dari gereja. Hidup seseorang selalu

dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan manusia pada hakekatnya sudah ditentukan oleh

Tuhan. Maka tujuan hidup manusia adalah mencari keselamatan. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan

banyak diarahkan kepada theology.

Page 13: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

2

dalam Sejarah dan Peradaban Islam dari Malaysia yakni Prof. Naquib al Attas.2 M.

Dawam Raharjo memiliki pendapat yang sama bahwa masyarakat madani adalah alih

bahasa dari Civil Society.3

Nurcholis Madjid pun ikut memberikan pendapat bahwa masyarakat madani

lahir dari landasan Islam yakni dari kegigihan Nabi Muhammad dalam membangun

masyarakat yang beradab.4Syafi’i Maarif berpendapat bahwa konsep masyarakat

madani bersumber dari Allah melalui Nabi Muhammad.5

Untaian term masyarakat madani tentunya memiliki sebuah acuan dalam

penegakannya atau bisa kita sebut karakteristik. Karkteristik disini adalah sebuah

tatanan nilai yang bersifat universal. Karakteristik tersebut yakni Free Public Sphere,

Demokratis, Tolerans, Pluralisme, Keadilan Sosial, dan Berkeadaban.6

Berbicara masalah masyarakat madani, Indonesia berangkat dari sebuah

fenomena dimasa lalu yakni pada masa Orde Baru (Orba). Ketika Orba masih

berkuasa banyak realita-realita yang muncul seperti halnya penindasan terhadap

rakyat mengenai hak milik tanah yang diambil oleh penguasa atas dalih

pembangunan, pembantaian para Kyai dengan tuduhan dukun santet, dan

pengungkungan pers atas kebebasannya. Hal ini merupakan sebuah fenomena atas

2 Ismail SM., Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2000), h 180-181. 3 M. Dawam Raharjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial,

(Jakarta: LP3ES dan LSAF, 1999), h 133. 4 Nurcholish Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan (Jakarta: Paramadina, Cet.VI 2002), h 238. 5A. Syafii Maarif, Mencari Autentisitas Dalam Kegalauan, (Yogyakarta: PSAP, 2004), h 84. 6A. Ubaidillah dkk, Demokrasi, Ham dan Masyarakat Madani (Jakarta: IAIN Jakarta Press,

2000), h147.

Page 14: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

3

ketidak adlian para penguasa terhadap kebebasan rakyat terutama dalam

berpendapat.7

Melihat sebuah pengalaman dimasa lalu tentunya mempunyai pengaruh besar

untuk masa depan. Hari ini kita dipertemukan oleh berbagai macam masalah

kenegaraan. Hal yang sering kita jumpai pada fenomena saat ini ialah korupsi, krisis

moral, perkelahian antara umat beragama di Indonesia wilayah timur dan masih

banyak hal lain dari pada itu semua.

Makna masyarakat madani ini sampai saat ini masih kabur dikarenakan

masyarakat madani di sini adalah sebuah bayangan untuk memajukan sebuah bangsa.

Gagasan masyarakat madani tidak akan stagnan, seperti yang kita lihat dalam

kehidupan masa modern ini banyak gejolak-gejolak yang terjadi seperti halnya krisis

moral yang terjadi di berbagai belahan di dunia wabilkhusus di Indonesia. Pemikiran

atau gagasan masyarakat madani ini akan terus berkembang seriring

pengaktualisasian dan bergulirnya zaman.

Telah banyak para pemikir muslim Indonesia yang menggaungkan istilah

masyarakat madani, seperti halnya Nurcholish Madjid (Cak Nur), Dawam Raharjo,

Azzumardi Azra, dan lain sebagainya. Beliau-beliau ini memperkenalkan masyarakat

madani dengan definisi masing-masing namun pada hakekatnya memiliki tujuan yang

sama.

Mengenai hal yang berhubungan dengan kemajuan Bangsa dan Negara. Salah

satu tokoh ulama besar yang mumpuni dalam bidang ini yakni K.H. Zaini Mun’im.

7A. Ubaidillah dkk, Demokrasi, Ham dan Masyarakat Madani, h 137.

Page 15: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

4

K.H. Zaini Mun’im adalah salah satu pejuang dalam membela kemerdekan

Indonesia.8 Selain itu beliau juga sebagai pejuang dalam mempertahankan NKRI

pada masa Belanda dan Jepang. Pada masa Jepang beliau dipercaya sebagai pimpinan

Barisan Pembela Tanah Air (PETA).9

Sebagai seorang juru dakwah, K.H. Zaini Mun’im mendirikan sebuah Pondok

Pesantren yang terkenal saat ini yakni Nurul Jadid. Pondok inilah yang menjadi

tempat berdakwahnya K.H. Zaini Mun’im dalam menyiarkan syariat islam dan

membangun sebuah bangsa dan negara.

Terbentuknya sebuah pondok pesantren sangat lekat sekali dengan sebuah visi

dan misi Kyai. Sebuah tujuan yang digagas oleh K.H. Zaini Mun’im yang tertuang

dalam pesantren Nurul Jadid ini ialah bertanggung jawab dalam bermasyarakat,

toleran dan berguna bagi agama serta bangsa dan Negara.10

K.H. Zaini Mun’im memiliki beberapa buah karya tulis yakni: 1. Taysir al

ushūl fī ilmi al ushūl, 2. Tafsīrul Qurān bil ʻmlaʻ, 3. Naẕmu syu’abil īmān, 4. Naẕmu

safīnatun najāh, 5. Problematika dakwah islamiyah.11 Semua karya K.H. Zaini

Mun’im ini dipakai untuk pembelajaran para santri Nurul Jadid dan semua kitab ini

dijadikan sebagai kitab wajib pesantren Nurul Jadid.

Pesantren merupakan salah satu pusat lembaga pendidikan di Indonesia yang

melekat di hati masyarakat. Hal ini terjadi karena pesantren memiliki komposisi-

8 Saili Aswi dkk, Riwayat Singkat Almarhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid (Probolinggo:

Sekretariat PPNJ, 2011), h 9. 9Saili Aswi dkk, Riwayat Singkat Almarhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid, h 10. 10 K.H. Hefniy Razaq, Profil Pondok Pesantren Nurul Jadid (Probolinggo: Humas Sekretariat

PPNJ), hlm XVIII. 11Saili Aswi dkk, Riwayat Singkat Almarhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid, h 13.

Page 16: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

5

komposisi tersendiri yang menjadi ciri khasnya dan tentunya berbeda dari lembaga

lainnya. Pendidikan pesantren telah terbukti memberikan kontribusi/sumbangsih

besar dalam kehidupan bangsa dan perkembangan kebudayaan masyarakat.12

Pesantren yang merupakan sebuah lembaga pendidikan memiliki fungsi ganda

(dzū wujūh)13yakni: 1. Sebagai suatu lembaga yang berfungsi untuk mempelajari

ilmu-ilmu agama maupun umum, 2. Pesantren berfungsi sebagai sebuah lembaga

pengkaderan.

Mengenai hal kepesantrenan tentunya kita akan dikenalkan dengan santri,

yang mana santri di sini sebagai elemen kedua pesantren14sesudah Kyai. Santri yang

umumnya merupakan anak-anak usia remaja, tentu santri di sini dihadapkan dengan

masa transisi antata masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Santri yang nyantri di

pondok pesantren atas dasar keinginan untuk menempa ilmu, merupakan sebuah

pilihan dari anak-anaknya. Namun ada juga santri yang secara terpaksa untuk

menempuh ilmu di pesantren dengan suruhan atau paksaan orang tua.15 Karena

dimasa transisi ini, remaja memiliki tugas yang penting yakni menempa berbagai

ilmu dan norma-norma untuk dijadikannya sebagai pedoman hidup agar berhasil

dimasa depan nantinya. Norma-norma yang dipelajari dan direalisasikan secara sadar

ini semata-mata untuk mencapai kedudukan sebagai manusia dan dalam suatu bentuk

12 Rusyidi Sulaiman dan A. Bashori Shanhaji PPNJ Antara Idealisme dan Pragmatisme

(Jember: Madania, 2004), h 17. 13 Din Syamsuddin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani (Jakarta: Logos

Wacana Ilmu, 2000), h 101. 14 Rusyidi Sulaiman dan A. Bashori Shanhaji PPNJ Antara Idealisme dan Pragmatisme, h 11. 15Muhammad Muzakki, “Perubahan Perilaku Santri Studi Kasus Alumni Pondok Pesantren

Salafiyah Di Desa Langkap Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo”, Jurnal Universitas

Muhammadiyah Ponorogo: Volume 2, Nomor 1, Juli-Desember 2016, h 2.

Page 17: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

6

hubungan yakni Hablun Minallāh, Hablun Minannās dan Hablun Minal Ālam.

Norma inipun yang membentuk sebuah gambaran dunia yang harmonis dan

memelihara keharmonisan itu dengan nilai-nilai pribadi yang lainnya.16

Jebolan atau lulusan pesantren yang benar-benar diberikan pendidikan

keislaman selama bertahun-tahun nyatanya masih belum menjamin perilaku yang

baik. Banyak bukti yang menunjukkan perilaku santri alumni pondok pesantren

seperti halnya memakai narkoba, korupsi/ mencuri barang yang bukan haknya,

mengedepankan ego pribadi dari pada kepentingan orang lain dalam kehidupan

sehari-hari, bahkan meninggalkan kewajiban syar’iyah dan lain sebagainya, namun

ada pula yang masih mempertahankan ajaran-ajaran yang diperoleh dari pesantren

dalam masyarakat walaupun entitasnya tidak seperti dipesantren.17 Mengenai hal ini,

santripun masih belum tentu berprilaku benar apalagi masyarakat pada umumnya.

K.H. Zaini Mun’im yang terlahir sebagai seorang pendakwah islamiyah,

beliau memiliki sebuah pemikiran tentang kemajuan suatu bangsa dan kemakmuran

bagi masyarakat Indonesia. Konsep panca kesadaran santri merupakan gagasan yang

merupakan manifestasi dari kajian teoritisnya, perenungan, dan pengalaman beliau di

dunia dakwah.18 Panca kesadaran santri ini terdiri dari beberapa bagian yakni: 1.

16 Lisya Chairani & M.A. Subandi. Psikologi Santri Penghafal Al-qur’an Peranan Regulasi

Diri (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal 33-35. 17 Muhammad Muzakki “Perubahan Perilaku Santri Studi Kasus Alumni Pondok Pesantren

Salafiyah Di Desa Langkap Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo”, h 4-5. 18 K.H. Zaini Mun’im, Problematika Dakwah Islamiyah (Probolinggo: NJPress, 2008), cover

belakang.

Page 18: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

7

Kesadaran Beragama, 2. Kesadaran Berilmu, 3. Kesadaran Bermasyarakat, 4.

Kesadaran Berbangsa dan Bernegara, 5. Kesadaran Berorganisasi.19

Gagasan KH. Zaini Mun’im tentang Konsep Panca Kesadaran Santri semakin

menarik untuk dikupas, karena didalamnya terdapat suatu nilai untuk mewujudkan

masyarakat yang adil, masyarakat yang beradab, masyarakat yang maju, masyarakat

yang harmonis dan lain sebagainya (Masyarakat Madani). Selain itu beliau adalah

salah satu kancah yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, beliau

merupakan pejuang yang mempertahankan NKRI pada masa Belanda dan Jepang,

beliau diberi kepercayaan oleh masyarakat sebagai pimpinan Barisan Pembela Tanah

Air (PETA).

Dari pemaparan tersebut di atas, penulis ingin melakukan penelitian berjudul

“Konsepsi Tentang Panca Kesadaran Santri dalam Mewujudkan Masyarakat

Madani Perspektif K.H. Zaini Mun’im”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Batasan Masalah

Dari judul yang yang dipaparkan diatas Penulis membatasi permasalahan

penelitian ini pada konsep panca kesadaran santri sebagai wahana untuk mewujudkan

masyarakat madani.

Adapun beberapa masalah yang ditemukan dalam latar belakang diatas antara

lain:

19 Rusyidi Sulaiman dan A. Bashori Shanhaji PPNJ Antara Idealisme dan Pragmatisme, h 30-

31.

Page 19: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

8

a. Melihat pengalaman dimasa lalu, pada orde baru banyak pengalaman-

pengalaman Indonesia yang menyedihkan seperti halnya penindasan yang

dilakukan oleh penguasa terhadap rakyat. Hari ini kita dipertemukan

dengan permasalahan kenegaraan yang harus diselesaikan yakni korupsi

dan hal-hal lainnya. Para penguasa melakukan penindasan secara halus

dengan mengambil dan menghambur-hamburkan uang negara. Selain itu

diwilayah bagian timur banyak perseteruan yang terjadi antara umat

beragama seperti halnya kristen dan islam di Ambon yang selalu berseteru

antara satu dengan yang lainnya. Bahkan krisis moral telah melanda

bangsa Indonesia.

b. Makna masyarakat madani masih kabur, dikarenakan Masyarakat Madani

disini merupakan sebuah bayangan saja.

c. Banyak para pemikir yang telah memberikan makna tersendiri terhadap

masyarakat madani, namu masyarakat masih kehilangan arah, yang

utamanya masyarakat madani adalah sebuah konsep untuk memajukan

sebuah bangsa ternyata masyarakat madani disini masih hanyalah

wejangan yang bersifat biasa-biasa saja tanpa arti.

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka rumusan

masalah dalam skripsi ini akan difokuskan pada konsep panca kesadaran santri, yaitu

bagaimana konsep panca kesadaran santri ini untuk mewujudkan masyarakat madani

yang digagas oleh K.H. Zaini Mun’im?

Page 20: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

9

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan konsep baru yang digagas oleh K.H.

Zaini Mun’im untuk mewujudkan masyarakat madani yakni dengan konsep panca

kesadaran santri. Adapun manfaat penelitian ini antara lain: Pertama, bagi peneliti

adalah untuk memperoleh persyaratan mendapatkan gelar sarjana strata satu dalam

bidang Ushuluddin, kedua, pengenalan tokoh baru dalam dunia sosial khususnya

dalam masyarakat madani, Selanjutnya, diharapkan memberikan kontribusi pemikiran

dan dapat dijadikan pedoman pada pengembangan keilmuan Islam. Ketiga, bagi

pembaca dapat memperdalam pengetahuan mengenai pentingnya menanamkan

konsep panca kesadaran santri dalam kesehariannya. Lebih lanjut, sebagai wahana

untuk menambah khasanah keilmuan di bidang kajian sosial melalui gagasan panca

kesadaran santri yang dikonsepkan oleh K.H. Zaini Mun’im.

D. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa skripsi yang berhubungan dengan tema yang penulis

angkat. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Azizah Febriyani, “Konsep Masyarakat Madani Menurut Partai Keadilan

Sejahtera (PKS)”, skripsi mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

jurusan Pemikiran Politik Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi

ini berisi tentang konsep masyarakat madani menurut Partai Keadilan

Sejahtera (PKS), diantara konsepnya yakni membangun Indonesia yang

Page 21: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

10

adil, sejahtera, dan bermartabat serta strategi-strategi PKS dalam

mewujudkan masyarakat madani.20

2. Patik Ahmad, “Peran Ulama dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Yang Kuat (orde baru-orde reformasi)”, skripsi mahasiswa UIN Syarif

Hidyatullah. Skripsi ini berisi tentang peran ulama sebagai penggerak

utama dalam penyiaran Islam di Nusantara dengan penyesuaian budaya

dan tradisi masyarakat.21

3. Abdul Rozak, “Pendidikan Kewarganegaraan Civic Education :

Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani”, skripsi

mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berisi tentang makna-

makna Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani.22

4. Ismail Fuad, “Konsep Pendidikan Multikultural Dalam Pendidikan Islam”,

skripsi program studi Pendidikan Agama Islam fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini berisikan konsep-

konsep pendidikan dan model pendidikan sebagai sarana perwujudan

20Azizah Febriyani “Konsep Masyarakat Madani Menurut Partai Keadilan Sejahtera (PKS)”,

Skripsi, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat jurusan Pemikiran Politik

Islam) 43-54. 21 Patik, Ahmad, “Peran ulama dalam mewujudkan masyarakat madani yang kuat (orde baru-

orde reformasi)”,Skripsi (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002) 47-55. 22Abdul Rozak “Pendidikan Kewarganegaraan Civic Education : Demokrasi, Hak Asasi

Manusia, dan Masyarakat Madani”, Skripsi (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: program studi

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan)h 136-218.

Page 22: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

11

Masyarakat Madani sekaligus hal-hal yang sudah tercapai dan terlaksana

dalam pendidikan Islam.23

Dari beberapa penelitian tersebut di atas, berbeda dengan penelitian

yang akan saya teliti. Penelitian ini mengangkat tema konsep panca kesadaran

Santri Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani Perspektif K.H. Zaini

Mun’im. Dengan demikian, penelitian yang diangkat oleh penulis adalah

benar-benar baru, orisinal dan berbeda dengan yang lainnya.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis terapkan terbagi dalam dua poin.

Metodologi penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif. Jadi

pendekatan yang digunakan adalah penelitian kajian pustaka (Library Research).

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yakni primer dan sekunder.

Data primer dalam penelitian ini adalah buku karya K.H. Zaini Mun’im.

Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah karya-karya yang membahas tentang

pemikiran K.H. Zaini Mun’im dan biografinya.

Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik library research.

Langkah-langkahnya adalah dengan mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-

buku, jurnal, maupun laporan penelitian ilmiah yang terdapat di perpustakaan dan

didukung dengan beberapa wawancara di lingkungan pesantren terkait pemikiran

K.H. Zaini Mun’im mengenai Panca Kesadaran Santri.

23Ismail Fuad, “Konsep Pendidikan Multikultural Dalam Pendidikan Islam”, Skripsi (UIN

syarif Hidayatullah Jakarta: Skripsi program studi Pendidikan Agama Islam fakultas Tarbiyah dan

Keguruan) h 49-93.

Page 23: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

12

Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif dan analitis. Deskriptif

digunakan agar mampu memahami dan memberikan gambaran yang jelas mengenai

permasalahan yang terkait dengan skripsi ini. Dalam metode deskripsi, penulis

menjelaskan judul yang diangkat dengan permasalahan yang berkaitan.

Analisa digunanakan untuk menghubungkan antara persoalan yang ada

dengan teori yang digunakan agar menemukan jawaban atas penelitian yang sedang

dilakukan.

Sistematika Penulisan

Bab pertama, Pendahuluan, merupakan landasan umum penelitian dari skripsi

ini. Bagian ini terdiri dari latarbelakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, penelitian terdahulu yang relevan, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua, Biografi K.H. Zaini Mun’im. Bab ini menguraikan Riwayat hidup,

pendidikan, karya-karya K.H. Zaini Mun’im serta pengalaman beliau didunia

dakwah.

Bab ketiga, kajian tentang Masyarakat Madani dan Filsafat Humanisme

Bab keempat, kajian tentang pengertian konsep dan Konsep Panca Kesadaran

Santri Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani Perspektif K.H. Zaini Mun’im.

Bab kelima Penutup. Penulis menyimpulkan isi skripsi secara keseluruhan

sebagai penegasan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan sebelumnya.

Page 24: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

13

BAB II

BIOGRAFI K.H. ZAINI MUN'IM

A. Riwayat Hidup K.H. Zaini Mun’im

Zaini Mun’im dilahirkan di desa Galis kecamatan Galis, sekitar 9 km sebelah

timur kota Pamekasan Madura-Jawa Timur, pada tahun 1906. Zaini Mun’im

diklahirkan dari pasangan K.H. Abdul Mun’im dan Nyai Hamidah. K.H. Abdul

Mun’im adalah putra kiai Mudarik, dan K.H. Mudarik sendiri adalah putra ke-4 Kyai

Ismail, generasi kedua pengurus Pondok Pesantren Kembang Kuning Pamekasan.

Kyai Ismail adalah keponakan Kyai Mahalli, pendiri Pondok Pesantrn Kembang

Kuning, yang pada 619 M diangkat sebagai anak kyai Mahalli. Kakek dari Kyai

Ismail adalah keturunan (dari Kyai jalur Batu Ampar Wetan) Bendoro Saud, yang

lebih dikenal dengan Temenggung Tirtonegoro, seorang Adipati Sumenep yang juga

keturunan Pangeran Ketandus atau cucu dari Sunan Kudus.1 Sedangkan Ibu dari Zaini

Mun’im Nyai-Hamidah yang merupakan keturunan dari para raja Pamekasan melalui

jalur K.H. Bujuk Azhari (Raton Sidabulangan), penguasa keraton Pamekasan.2

Nama kecil Zaini Mun’im ialah Abdul Mughni, dan setelah menunaikan

ibadah haji lalu nama beliau berubah menjadi Zaini Mun’im. Sebagaimana lazimnya

dalam keluarga pesantren, Zaini Mun’im menjadi harapan keluarga untuk menjadi

seorang yang alim dan dapat menggantikan ayahandanya sebagai pengasuh pesantren

Galis. Oleh karena itu, dalam usia yang masih dini, Zaini Mun’im telah diajari

1 Saili Aswi dkk, Riwayat Singkat Almarhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid, h. 2. 2 Tim, Mengenal Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, (Probolinggo: Biro

Umum, 1998), h. 17.

Page 25: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

14

membaca Al-qur'an oleh ibundanya sendiri yang kemudian dilanjutkan dengan

belajar Al-qur'an pada ayahnya, K.H. Abdul Mun’im dan pamannya K.H. Shanhaji

yang dikenal dengan Kiai Anom, saudara sepupu Kyai Abdul Mun’im, yang dalam

aktifitas sehari-harinya membantu Kiai Abdul Mun’im, juga membantu Zaini

Mun’im dalam belajar.3

Zaini kecil ini sangat beruntung memiliki seorang ayah yang betul-betul

memperhatikan pendidikannya. Ayahnya memperhatikan Zaini dalam hal mengaji,

menghafal Al-qur'an dan mendalami ilmu-ilmu agama dasar. Pendidikan dalam

keluarganya benar-benar efektif dalam membentuk watak dan kepribadiannya untuk

dapat menghadapi kehidupan nyata. Tentunya, terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi karakter dan semangatnya dalam beragama. Di antaranya adalah

ketekunan sang ayah dan kasih-sayang serta kecintaan dari ibunya.

B. Pendidikan K.H. Zaini Mun’im

Pada tahun 1917, dalam usianya yang baru menginjak 11 tahun, Zaini masuk

sekolah Wolk School (Sekolah Rakyat)4 pada masa penjajahan Belanda. Di sekolah

ini, Zaini mengenyam pendidikan ala Belanda selama empat tahun dan berakhir

pada tahun 1921. Di sekolah ini, Zaini banyak memperoleh pengetahuan umum,

membaca dan menulis, serta bahasa dan istilah pengetahuan ala Belanda. Wawasan

dan pengetahuan yang didapatnya selama di Volk School ini menjadi pondamen

3 Abd Muqsith Ghazali, “K.H. Zaini Mun’im,” dalam Mastuki HS dan M. Isham El-Saha

(ed.), Intelektualisme Pesantren Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Keemasan Pesantren

(Jakarta: Diva Pustaka, 2003), h. 210. 4 Saili Aswi dkk, Riwayat Singkat Almarhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid, h. 2-3.

Page 26: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

15

dasar baginya dalam membentuk kepribadian yang berwawasan luas. Catatan

sejarah menunjukkan bahwa hanya pada Volk School inilah, Zaini hanya

mengenyam pendidikan formal yang selebihnya banyak berkutat di dunia

pendidikan ala pesantren sebagai seorang santri.

Setelah keluar dari Sekolah Rakyat, pendidikan dilanjutkan di Pondok

Pesantren Pademangan Bangkalan Madura di bawah asuhan K.H. Moh. Kholil dan

K.H. Muntaha. Di pondok ini pula. Zaini dapat menghafalkan 10 juz Al-qur'an dan

Nazam Alfiyah Ibn Malik.5 Di Pademangan ini, Zaini hanya mengenyam pendidikan

selama satu tahun. Kemudian pada tahun 1922, pendidikannya dilanjutkan di

Pondok Pesantren Banyuanyar Pamekasan di bawah asuhan K.H. Abdul Hamid dan

K.H. Abdul Madjid.6 Dari kedua pengasuh ini, Zaini belajar ilmu-ilmu agama pada

tingkat menengah seperti; Tafsir, Hadith, Usul Fikih, Fikih, Tasawuf, Bahasa Arab

dan Ilmu Tajwid. Di Pondok pesantren ini pula, Zaini memperdalam ilmu tafsir,

sehingga kepiawaian dan kecerdasannya semakin nampak. Dalam beberapa hal,

Zaini telah dapat memberikan penafsiran terhadap beberapa kitab dan ayat Al-

qur'an. Hanya saja, tidak ada catatan yang dapat menjelaskan kitab tafsir apa saja

yang telah dipelajarinya sewaktu mondok di Pesantren ini.7

Pada tahun 1925, Zaini mulai merantau ke tanah Jawa dan mengenyam

5 Tim, Mengenal Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, h. 18. 6 M. Masyhur Amin dan M. Nasikh Ridwan, K.H. Zaini Mun'im Pengabdian dan Karya

Tulisnya (Yogyakarta: LKPSM, 1996), h. 25. 7 A. Rafiq Zainul Mun’im, Tafsir Surat al-Fatihah K.H. Zaini Mun’im (Yogyakarta:

Forstudia dan PP. Nurul Jadid, 2004), xxx.

Page 27: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

16

pendidikan di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan di bawah asuhan K.H. Nawawi.8

Di Pondok ini, Zaini hanya bertahan selama satu tahun dengan memperdalam

Bahasa Arab tingkat atas. Setelah dari Pondok Pesantren Sidogiri ini, kemudian

Zaini melanjutnya pendidikannya di pondok pesantren Tebuireng Jombang, di

bawah asuhan K.H. Hasyim Asy'ari. Di samping memperdalam ilmu-ilmu agama, di

pondok ini pula, Zaini juga mempelajari ilmu-ilmu umum, seperti ilmu Falak (Ilmu

Astronomi) dan sebagainya.9

Tidak puas dengan hanya menimba ilmu di tanah air, akhirnya beberapa

tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1928, Zaini Mun'im memperdalam ilmu

agama Islam di kota Makkah. Pendidikan yang ditempuhnya selama berada di kota

suci ini ditempuhnya selama lima tahun dengan pola pendidikan yang informal dan

ala pesantren. Dalam kurun waktu yang cukup lama, Zaini telah berguru kepada

sekian intelektual Muslim Kota Makkah yang populer ketika itu. Guru-guru yang

telah membentuk kepribadiannya di sana antara lain K.H. M. Baqir yang berasal

dari Yogyakarta, Sheikh Umar Hamdani al-Magribi, Sheikh Alwi al-Maliki (Mufti

Maliki di Makkah), Sheikh Sa'id al-Yamani dan Sheikh Umar Bayunid (keduanya

adalah mufti Shafi'i di Makkah).

Di Kota Makkah ini pula, Zaini sempat mendalami ilmu Al-qur'an pada

Shaikh Yahya Sangkurat (berasal dari Malaysia). Pada Shaikh Yahya inilah, Zaini

sempat menghafal dan menguji hafalannya hingga juz ke-10. Di samping itu, Zaini

8 Saili Aswi dkk, Riwayat Singkat Almarhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid, h. 3. 9Tim, Mengenal Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, h. 19.

Page 28: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

17

juga mendalami ilmu Tasawuf, sehingga dia mendapatkan ijazah tariqat Sadhaliyah

dari Shaikh Syarif Muhammad bin Ghlam al-Singkiti. Ketika menetap di Kota

Makkah ini pula, Zaini mendapatkan mandat untuk menjadi pimpinan Lajnah

Masa’il bersama dengan K.H. Mannan Tanggul Jember dan K.H. Hazin Baladu

Probolinggo. Sebelum kepulangannya ke tanah air, Zaini masih sempat menetap di

Kota Madinah selama empat bulan lamanya dan mengikuti berbagai pengajian di

Masjid Nabawi (Madinah) dari be berapa ulama terkemuka saat itu, di antaranya

adalah Shaikh Ibrahim al-Barri.10

Pada tahun 1934, Zaini pulang ke negerinya, Indonesia. Selanjutnya Zaini

diminta untuk menetap di Panggung Galis dan ditunjuk sebagai pengasuh Pondok

Pesantren Panggung. Ketika mengelola pesantren tersebut, Zaini masih

menyempatkan diri untuk mengaji kitab di Pondok Pesantren Banyuanyar, tempat

di mana dia mengenyam pendidikan sebelumnya.11 Begitu pula ketika bulan

Ramadhan, Zaini Mun’im mengikuti pengajian kilatan kitab Hadith karya Imam

Bukhari dan Imam Muslim pada K.H. Hasyim Asy’ari Jombang dan kitab tasawuf

pada K.H. Hazin Siwalan Panji Sidoarjo.12 Hal ini menunjukkan integritasnya

terhadap ilmu pengetahuan agama dan semangatnya yang tinggi untuk tetap

menuntut ilmu dan mengenyam dunia pendidikan.

10 “Biografi K.H. Zaini Mun’im”, http://www.nuruljadid.net/biografi-kh-zaini-munim diakses

pada tanggal 2 september 2018. 11 “Biografi K.H. Zaini Mun’im”http://www.nuruljadid.net/biografi-kh-zaini-munim diakses

pada tanggal 2 september 2018 12 Abd Muqsith Ghazali, “K.H. Zaini Mun’im,” dalam Mastuki HS dan M. Isham El-Saha

(ed.), Intelektualisme Pesantren Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Keemasan Pesantren

(Jakarta: Diva Pustaka, 2003), h. 211.

Page 29: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

18

Ketika perjuangan kemerdekaan berkobar, Zaini Mun'im memangku jabatan

sebagai ketua pimpinan laskar Hizbullāh dan melakukan perang gerilya melawan

Belanda. Namun kekejaman penjajah dengan membumi hanguskan pulau Madura

telah mendesak penduduk Madura, khususnya Zaini Mun’im untuk melakukan

hijrah dari Madura. Maka pada tahun 1947-an, Zaini Mun'im hijrah ke tanah Jawa

menuju daerah Asembagus Situbondo dan menetap di pesantren Salafiyah

Syafi’iyah Sukorejo. Dari sini, akhirnya Zaini mencari tanah harapan yang bisa

menjadi tempat untuk menetap dan beraktualisasi diri. Maka dipilihlah desa

Karanganyar Paiton Probolinggo sebagai tanah harapannya dan mendirikan pondok

pesantren yang diasuhnya dengan nama Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Tahun 1953, Zaini aktif di organisasi Nahdhatul Ulama (NU) dan

memangku jabatan selaku Ra'is Syuriyah NU Cabang Kraksaan.13 Pada tahun 1960

beliau terpilih sebagai wakil Ra'is Pengurus Wilayah (PW) NU Jawa Timur.14 Visi

dan orientasi yang ditekankan dalam mengembangkan NU adalah agar masyarakat

di kalangan bawah (warga NU khususnya) dapat terangkat kesejahteraan dan

derajatnya dan aparat pemerintahan dapat menjalankan ajaran Islam secara

konsisten dan bertanggung jawab.

Walaupun aktif dalam organisasi dan dunia politik, Zaini masih memiliki

semangat yang tinggi dalam dunia pendidikan. Hal ini terbukti dengan upayanya

merintis dunia pendidikan bagi masyarakat awam yang waktu itu diberi nama Flour

Kelas. Lembaga ini didirikan sebagai jenjang pendidikan lanjutan Madrasah Manhaj

13 Saili Aswi dkk, Riwayat Singkat Almarhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid, h. 10

Page 30: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

19

al-Nasī’ah al- Islāmiyah. Pada tahun 1961, lembaga ini berubah nama menjadi

Mu’allimīn. Pada tahu 1969, Madrasah Mu’allimin ini berubah menjadi Madrasah

Tsanawiyah. Tiga tahun kemudian, madrasah ini dinegerikan oleh pemerintah,

karena dinilai cukup berhasil dalam melahirkan siswa-siswa yang berprestasi dan

berkualitas. Pada tahun 1970, Zaini mendirikan SMP dan SMA Nurul Jadid.

Kemudian pada tahun 1974, Zaini mendirikan Sekolah Dasar Islam (SDI) yang dua

tahun kemudian berubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah Nurul Mukmin. Pada tahun

1974, Zaini terdorong untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Guru Agama Nurul

Jadid. Antusiasme Zaini di dunia pendidikan tidak hanya sampai di sini. Selain

serius melakukan pembenahan dan mengembangkan dunia pendidikan yang ada,

Zaini Juga mendirikan perguruan tinggi Institut Agama Islam Nurul Jadid (IAINJ)

yang awalnya bernama ADIPNU kemudian PTID dan PTN.14

Zaini Mun'im menetap di tanah Jawa selama kurang lebih 29 tahun sampai

akhirnya Allah Swt. memanggilnya pulang ke haribaan-Nya pada tanggal 26 Juli

1976 M, bertepatan dengan tanggal 29 Rajab1396 H. Ketika itu, usia Zaini Mun’im

menginjak 70 tahun. Dia dikebumikan di pemakaman keluarga Pondok Pesantren

Nurul Jadid. Tepatnya belakang Masjid Jami' Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton

Probolinggo Jawa Timur.

C. Karya-karya KH. Zaini Mun’im

Ketika K.H. Zaini Mun’im wafat, beliau meninggalkan khazanah yang

14 Abd Muqsith Ghazali, “K.H. Zaini Mun’im,” dalam Mastuki HS dan M. Isham El-Saha

(ed.), Intelektualisme Pesantren Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Keemasan Pesantren, h.

216.

Page 31: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

20

berharga bagi para kehidupan masyarakat, di dalam pesantren maupun diluar

lingkup pesantren. Seperti yang telah kita ketahui bahwa K.H. Zaini Mun’im

terdidik dalam pendidikan yang dominan religius, tidak dapat dinafikan akan

karyanya yang begitu religius. Ketika K.H. Zaini Mun’im masih hidup, beliau

meluangkan waktu untuk menorehkan tinta intelektualnya di atas kertas yang

kosong. Selain beliau berdakwah, beliau juga giat menulis disela-sela kegiatannya

itu.

Beberapa kitab yang telah dikarang oleh K.H. Zaini Mun’im daiantaranya

adalah:

1. Ilmu Ushul Fiqih (Taysīrul Ushūl Fi Ilmil Ushūl)

2. Tafsir Al-Qur’an (Tafsīrul Qur’ān bil ʻImlāʻ)

3. Ilmu Fiqih (Naẕhmu Safīnatun Najāẖ)

4. Ilmu Tauhid dan Akhlak (Naẕhmu Syu’abil Īmān)15

5. Problematika Dakwah Islamiyah.16

a. Taysīrul Ushūl Fi Ilmil Ushūl

Taysīrul Ushūl Fi Ilmil Ushūl Kitab ini beliau tulis sebagai upaya

memudahkan santri dalam memahami Qa’idah Ushuliyah dengan metode

cepat dan praktis. Kitab ini berisikan tentang pedoman untuk menggali dalil

syara’, yang bertitik tolak pada pengambilan dalil yang dijadikan metode

15 Rafiq Zainul Mun’im, “Tafsir Surat Al-Fatihah Dalam Naskah Tafsir Al-Qur’an Bil Al-

Imla’ Karya K.H. Zaini Mun’im Suatu Kajian Filologis” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003, h. 21. 16 Saili Aswi dkk, Riwayat Singkat Almarhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid, h 13.

Page 32: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

21

dalam penggalian hukum.

b. Tafsīr Al-qur'an bi al-Imlāʻ

Tafsīr Al-qur'an bi al-Imlāʻ adalah karya tafsir yang disusun oleh Zaini

Mun’im. Di kalangan santri, tafsir ini akrab dikenal dengan “Tafsīr bi al-Imlāʻ”

karena cara penyampaian tafsir ini adalah dengan menggunakan dikte (imla ), imla

di sini digunakan sebagai alat untuk memahami ajaran-ajaran Islam yang terkantung

dalam sumber-sumber pokok agama Islam yaitu Al-qur’an dan Hadist serta kitab-

kitab yang semuanya ditulis dengan bahasa Arab. Hal ini bertujuan untuk

membiasakan dan menggali bakat para santri dalam mengarang dengan

menggunakan bahasa Arab (ʻinsyaʻ) serta melatih para santri dalam menanggapi

masalah. Dari segi isi dan kandungan, karya ini merupakan penafsiran terhadap

ayat-ayat Al-qur'an dari Surat al-Fatihah secara penuh dan ayat-ayat dari surat al-

Baqarah sebanyak 183 ayat.

c. Naẕhmu Safīnatun Najāẖ

Karya Zaini Mun’im yang berjudul Safīnat al-Najāh adalah sebuah kitab

berbahasa Arab dengan model naẕam atau syair. Kitab ini merupakan kitab fiqhiyah

yang membahas persoalan-persoalan ibadah seperti layaknya kitab-kitab fiqih

lainnya. Isi dan kandungan dari kitab tersebut mengacu pada pembahasan tentang

ṯaharah (bersih-suci), sholat, puasa, zakat dan haji. Maksud dari penulisan kitab ini

ke dalam bentuk syair adalah dengan tujuan agar supaya murid dan santri yang

mempelajarinya dapat dengan mudah mempelajari dan menghafalnya. Pokok bahasan

dalam Naẕam Safīnat al-Najāẖ karya Zaini Mun’im ini secara sistematis dapat

Page 33: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

22

diuraikan sebagai berikut: Muqaddimah. Rukun Iman. Rukun Islam. Makna tahlil.

Tanda-tanda bagi anak yang sudah baligh. Ṯaharah. Sholat. Zakat. Puasa. Haji.

Penutup yang berisi tentang nasehat-nasehat akhlaq al-karimah.

d. Naẕhmu Syu’abil Īmān

Kitab ini merupakan kitab akidah yang membahas tentang persoalan-

persoalan iman dan cabang-cabangnya. Dalam kitab ini, Zaini Mun'im

menyebutkan bahwa cabang-cabang iman ada 78 macam. Kitab ini sebenarnya

terinspirasi dan mengadopsi dari gagasan yang telah dilontarkan oleh Muhammad

Nawawi bin Umar al-Jawi dalam kitabnya yang berjudul al-Futūẖāt al-

Madaniyyah. Jumlah syair dari Naẕam Syu ab al- Īmān karya Zaini Mun’im ini

adalah 313 bait setara dengan jumlah pasukan Muhammad Rasulullah Saw dalam

perang Badar. Hal ini sebagaimana yang dipapakan oleh Zaini Mun'im sendiri

dalam bait terakhirnya yang tidak termasuk dalam hitungan bait yang 313

sebelumnya.

Adapun macam-macam iman dalam Naẕam Syu ab Īmān karya Zaini Mun’im

secara sistematis adalah sebagai berikut: Iman kepada Allah swt, Iman kepada

Malaikat, Iman kepada kitab Allah swt, Iman kepada Rasul-rasul Allah swt, Iman

terhadap takdir, Iman kepada hari akhir, Mencintai Allah swt dan Nabi Muhammad

saw, Cinta dan benci karena Allah swt, Menghormati Nabi Muhammad saw,

Menghormati syi’ar-syi’ar agama Islam, Ikhlas, Taubat, Takut dan berharap,

Syukur, Sabar, Rela dengan ketentuan Tuhan, Memenuhi janji, Wara’, Malu,

Tawakkal, Menyayangi makhluk, Rendah hati, Meninggalkan kemewahan,

Page 34: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

23

Meninggalkan keangkuhan, ujub, iri, dengki, menyelidiki kejelekan orang, marah,

dusta, menghina, zalim, mengelabuhi orang, saling membelakangi dan saling

membenci, Mengucapkan kalimat tauhid, Membaca Al-qur'an, Belajar dan

mengajar ilmu, Doa. Zikir, Bersuci, Menutup aurat dan menutup mata, Sholat

fardhu dan sunnah, Zakat, Memerdekakan budak, Murah hati, Puasa fardu dan

sunnah, I’tikaf, Haji dan umrah, baik yang fardlu maupun yang sunnah, Tawaf, Lari

karena agama dan hijrah karena agama, Memenuhi nazar dan menjaga sumpah,

Membayar kafarat Memelihara agama dengan nikah, Menolong untuk menikahkan,

Memenuhi hak-hak keluarga, Berbakti kepada ayah dan ibu, Mendidik anak,

Silaturrahim, Menyayangi hamba sahaya, Melaksanakan perintah dengan adil,

Mematuhi penguasa, Mengikuti kelompok, Berdamai dengan sesama manusia,

Bekerja sama atas dasar kebajikan termasuk amar ma’ruf dan nahi munkar,

Membela orang yang dianiaya, Menegakkan hukuman, Berjuang dan berjaga-jaga,

Melaksanakan amanah, Memuliakan tetangga, Baik dalam melakukan transaksi,

Membelanjakan harta dengan semestinya, Menjawab salam, Mendoakan orang

bersin, Memberi pinjaman yang baik, Saling memberi hadiah, Berbudi pekerti yang

baik, Memelihara rahasia mulut dan kehormatan, Menjenguk orang sakit, Ikut

melakukan persiapan untuk mayit dan salat untuknya, Mencegah bahaya dari orang

lain, Benci kembali kepada kekufuran, Menjauhi hiburan dan saksi palsu,

Membuang rintangan dari jalan, Mencintai orang Islam sebagaimana mencintai

dirinya sendiri, Minta izin ketika akan memasuki rumah orang lain, Mengambil

pelajaran, Menolak dengan baik, Sibuk dengan pekerjaan yang berguna dan

Page 35: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

24

meninggalkan pekerjaan yang tidak berguna.

e. Beberapa Problematika Dakwah Islamiyah

K.H. Zaini Mun'im berpendapat bahwa dakwah memiliki beberapa faktor

yang perlu diperhatikan, yaitu: pertama, faktor lapangan operasi dakwah, yaitu

manusia karena mereka merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna dan

mendapatklan taklīf dari-Nya. Kedua, faktor materi dakwah yang terbagi ke dalam

dua bagian, yaitu: Perbaikan yang mashrū yang mencakup aqidah, ibadah, tata

tertib kemasyarakatan dan lain sebagainya. Dan perbaikan yang ma rūf yang

mencakup segala perbuatan yang baik. Ketiga, faktor metode dakwah, yaitu harus

bijaksana.Pernyataan ini didasarkan pada ayat Al-qur'an yang berbunyi: "Serulah

(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan

bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang

lebih mengetahui tentang siapa yang tersesa dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Keempat, faktor motif dan

tujuan dakwah, yaitu mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia di dunia

dan di akhirat. Rincian dari garis-garis besar dalam mewujudkan kesejahreraan dan

kebahagiaan itu adalah: Imam kepada Allah, iman kepada para Malaikat, iman

kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, dan iman kepada hari

kiyamat.

Pengalaman K.H. Zaini Dalam Dunia Dakwah

Page 36: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

25

Sebagai muballigh, K.H. zaini menerapkan dua model dakwah yakni, dakwal

bil hal dan dakwah bil maqal.17 Pertama dakwal bil hal, pada awalnya dimulai dari

beliau yang membangun pesantren di Madura, namun Belanda kembali menjajah ke

Indonesia. Dengan tekanan Belanda K.H. Zaini Mun’im lalu hijrah ke Karanganyar

Paiton Probolinggo lalu beliau mendirikan sebuah pesantren baru.18 Ketika pertama

kali beliau datang ke Dusun Tanjung Desa Karanganyar, K.H Zaini Mun’im langsung

mempelajari situasi dan kondisi perekonomian dan pertanian.

Pada awalnya Desa Karanganyar merupakan pusat pelacuran dan perjudian,

namun disisi lain beliau melihat bahwa tanah di Desa Karanganyar merupakan tanah

yang produktif, namun masyarakat masih belum menyadari hal itu. Oleh karena itu,

K.H. Zaini menjadikan tanah miliknya dari tanah tegal menjadi ladang dan sawah.

Kemudian tanah itu beliau tanami dengan jagung dan hasilnya sangat memuaskan.

Melihat hasil tanaman milik beliau, kepala desa dan masyarakat sekitar kagum.

Hingga kemudian mereka tidak menolak ketika K.H. Zaini Mun’im mengajak untuk

membuat saluran irigasi untuk pengaliran air ke ladang atau sawah.19

Lalu kemudian K.H. Zaini Mun’im mengenalkan tanaman tembakau kepada

masyarakat Karanganyar, namun warga merespon negatif kepada K.H. Zaini Mun’im

dengan menyatakan “Kenapa pak haji itu menanam tembakau? tembakau itu kan

tidak bisa dimakan.” Namun dengan semangat dan ketelatenannya beliau tetap

17 Saili Aswi dkk, Riwayat Singkat Almarhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid, h 14. 18 Wawancara penulis dengan K.H. Zuhri Zaini di kediaman, rumah beliau, Paiton

Probolinggo, tanggal 09 Januari 2018 19 Saili Aswi dkk, Riwayat Singkat Almarhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid, h 15.

Page 37: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

26

menanam tembakau. Dengan berjalannya waktu beliau memberikan pemahaman

terhadap masyarakat bahwa tembakau bukan untuk dimakan, melainkan untuk

dirokok. Setelah memperoleh pemahaman dari K.H. Zaini, masyarakat lalu

berbondong-bondong untuk menanam tembakau. Kebradaan tanaman tembakau

kmudian menjadi tanaman andalan masyarakat Karanganyar.20

Kedua dakwah bil maqal, K.H. Zaini tidak mengenal tempat dan waktu dalam

menyampaikan dakwahnya. Ketika ada undangan atas beliau beliau masih

menyempatkan untuk datang walaupun beliau sedang sibuk. Dalam dakwahnya K.H.

Zaini Mun’im selalu mengajak masyarakat untuk mencintai agama dan tanah air.

Selain hal itu, beliau juga memberikan motifasi agar masyarakat selalu meningkatkan

kesejahteraan, memerangi kebodohan dan kemiskinan.

Pada tahun 1968, Indonesia mulai muncul Kristiani, beliau merespon bahwa

kegiatan dakwah harus ditingkatkan di semua limit. Memberikan bkal yang cukup

untuk para da’i dengan kemampuan teoritis maupun ilmiah. Demi meralisasikan hal

tersebut, K.H. Zaini Mun’im menyampaikan gagasannya yakni dengan meng up

grading dakwah dan pendidikan agama secara periodik. Kemudian gagasan ini

disambut positi oleh masyarakat. Berangkat dari aspirasi masyarakat beliau

melakukan konsultasi kepada beberapa ahli seperti Rektor pertama IAIN Sunan

Ampel yakni Prof. Ismail Yaqub dan beliau menyarankan agar K.H. Zaini mendirikan

Akademi Dakwah. Kemudian beliau menawarkan kedalam musyawarah kerja

pengurus NU wilayah Jawa Timur. Hingga pada akhirnya dibentuk kepanitiaan usaha

20 Buku panduan Osabar, Mondok Untuk Mengaji dan Membina Akhlakul Karimah, h 27.

Page 38: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

27

pendidikan akademi dakwah yang sekarang dikenal Universitas Nurul Jadid.

Demikianlah kegigihan dan keseriusan bliau dalam dunia dakwah, menyiarkan dan

menyebarluaskan ajaran-ajaran agama Islam.

Page 39: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

28

BAB III

KAJIAN TEORI TENTANG MASYARAKAT MADANI

A. Pengertian Masyarakat Madani

Masyarakat madani yang dikenal juga dengan Civil Society, keduanya

memiliki banyak definisi. Anatara Civil Society dan masyarakat madani mempunyai

kecenderungan beberapa persamaan diantaranya toleransi, kewarganegaraan, ruang

public, demokrasi dan lain sebagainya.1untuk memudahkan dalam memahami tentang

masyarakat madani dan Civil Society akan dipaparkan pengertian keduanya.

pengertian. masyarakat madani memiliki dua kata awal yakni “masyarakat”

dan “madani”, masyarakat madani merupakan kata yang diambil dari Bahasa Arab

yakni huruf sya (ش ), ra (ر), kaf (ك).2Bentukan kata yang muncul antara lain Syirk,

Syarikat, Syirkah/ Syarikah, “Shirk” memiliki arti bergaul atau

berinteraksi,3”Syarikat” merupakan kata serapan yang di adopsi oleh Indonesia yang

dalam Bahasa Indonesia menjadi Serikat4 kata serikat disini memiliki arti

pembentukan suatu kelompok, golongan, atau kumpulan. Kata “Syirkah” atau sering

juga di sebut dengan “Syarikah”5berarti al -iktilāṯ (percampuran) atau persekutuan.

1 Vita Fitriadan Sri Agustin Sutrisno wati, “civil society, konsep ummah dan masyarakat

madani” MKU-UNY, (artikel di download pada 1 Mei 2018) h. 2 2 Abu Khaer, Konsep Masayarakat Madani dalam Manifesto Perjuangan Gerindra (Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah, 2014), h.52. 3 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1979), hlm. 157. 4 Sidi Gazalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan sosiografi, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1976), h 15 5 Deny Setiawan,“Kerja Sama (Syirkah) Dalam Ekonomi Islam”, Ekonomi Pembangunan,

Volume 21, Nomor 3 September 2013), h.1

Page 40: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

29

Syirkah memiliki istilah lain yakni musyarakah,6dalam kamus hukum diterangkan

diantaranya musyarakah memiliki arti persekutuan.7Ensiklopedi Islam Indonesia juga

menerangkan, Syirkah, Musyarakah dan Syarikah, yang merupakan kata awaldari

Bahasa Arab memiliki arti persekutuan, perkongsian dan perkumpulan.8Dalam

pengertian Syirkah ulama fiqih juga memiliki beberapa pendapat diantaranya:

Ulama Malikiyah

ف لهما معا ريكين لصاحب هي اذن فى التصر ه فى انفسهمااي أن يأذن كل واحدمن الش

ف لكل منهما رف فى مال لهمامع إبقءحق التصر .أن يتص

Artinya: “Perkongsian adalah izin untuk mendayagunakan (tasharruf) harta yang

dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya, yakni keduanya saling

mengizinkan kepada salah satunya untuk mendayagunakan harta milik keduanya,

namun masing-masing memiliki hak untuk bertasharruf”.9

Ulama Hanabilah

جتماع فى استحقاق أوتص ف ال ر

Artinya: “Perhimpunan adalah hak (kewenangan) tau pengolahan harta

(tasharruf).”10

6 Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah: Deskripsi Dan Ilustrasi,

(Yogyakarta: Ekonosia, 2003), 87. 7 Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: PT. RinekaCipta, 1992), h. 285 8 Harun Nasution, (eds), Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 907 9 Moh. Fauzan Januari, Pengantar Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Bandung: Pustaka

Setia, 2013), h. 319 10 Moh. Fauzan Januari, Pengantar Hukum Islam dan Pranata Sosial, h. 319

Page 41: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

30

Ulama Syafi’iyah

يوع ثبوت الحق فى شىءالثنين فأكثرعلى جهةالش

Artinya: “Ketetapan hak pada sesuatu yang dimiliki dua orang atau lebih dengan

cara yang masyhur (diketahui).”11

Ulama Hanafiyah

بح عبارة عن عقدبين المتشاركين فى رأس المال والر

Artinya: “Ungkapan tentang adanya transaksi (akad) antara dua orang yang

bersekutu pada pokok harta dan keuntungan.”12

Selain itu Al-qur’an juga menerangkan tentang terma masyarakat. Masyarakat

terdiri dari beberapa istilah dalam Al-qur’an di antaranya yakni ummah, qaum dan

jamā’ah. Istilah ummah disebutkan Al-qur’an sebanyak 64 kali dalam 24 surat. Al-

qur’an menjelaskan tentang ummah dengan dua cara yakni, pertama, Al-qur’an

menggunakan istilah ummah dalam suatu pengertian dengan waktu tertentu,13sebagai

11 Moh. Fauzan Januari, Pengantar Hukum Islam dan Pranata Sosial, h. 320 12 Moh. Fauzan Januari, PengantarHukum Islam dan Pranata Sosial, h. 320 13 Al-qur’an, Hud (11) : 8.

م يه ت أ م ي و ال ي أ ه بس ح ا ي ن م ول ق ي ة ل ود د ع ة م م ى أ ل اب إ ذ ع م ال ه ن ا ع ن ر خ ن أ ئ ل و

ون ئ ز ه ت س ه ي وا ب ان ا ك م م ه اق ب ح م و ه ن ا ع وف ر ص س م ي لArtinya :

Dan sungguh, jika Kami tangguhkan azab terhadap mereka sampai waktu yang ditentukan,

niscaya mereka akan berkata,”Apakah yang akan menghalanginya ?”. Ketahuilah ketika azab itu

datang kepada mereka tidaklah dapatkan dielakkan oleh mereka. Mereka dikepung oleh (azab) yang

dahulu mereka memperolok-olokkannya.

Al-qur’an, Yusuf (12) : 45.

ون ل س ر أ ه ف يل و أ ت م ب ك ئ ب ن ا أ ن ة أ م د أ ع ر ب ك اد ا و م ه ن ا م ج ي ن ذ ل ال ا ق و

Artinya :

Page 42: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

31

contoh atau teladan,14dikaitkan dengan kata ummi,15yang kedua, Al-qur’an

menggunakan istilah ummah dalam arti persekutuan antara masyarakat agamawi dan

cabang-cabangnya. Yang kedua ini menggunakan analisis terhadap gejala-gejala

negara sebagai yang dihadapi kaum Muslim, titik permasalahan yang di tekankan di

sini mengenai istilah ummah wahidah dan ummah wasath. Kedua istilah itu

tergambar dalam periode Makkah dan Madinah sebagai acuan perubahan masyarakat

nomaden kemasyarakat yang berkeadaban.

Pertama, ummah wahidah muncul dalam konteks makkiyah, di dalamnya

terdapat dua macam karakter seperti dalam surat al-Zukruf ayat 33,16yang

Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf)

setelah beberapa waktu lamanya,: “Aku akan memberitahukan kepadamu tentang (orang yang

pandai) menakwilkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya). 14 Al-qur’an, al-Nahl (16) : 120.

ين ك ر ش م ن ال ك م م ي ل ا و يف ن ح ا لل ت ان ة ق م ان أ يم ك اه ر ب ن إ إArtinya :

Sungguh Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah

dan hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang yang musyrik (yang mempersekutukan Allah). 15 Al-qur’an, al-A’raf (7): 157

اة ر و م في الت ه د ن ا ع وب ت ك ه م ون د ج ي ي ذ ل ي ا م بي ال ول الن س ون الر ع ب ت ين ي ذ ال

ر م ح ي ات و ب ي م الط ه ل ل ح ي ر و ك ن م ن ال م ع اه ه ن ي وف و ر ع م ال م ب ه ر م أ يل ي ج ن ال و

وا ن ين مم ذ ال م ف ه ي ل ت ع ان تي ك ل ال ل غ ال م و ه صر م إ ه ن يضع ع ث و ائ ب خ م ال ه ي ل ع

ون ح ل ف م م ال ك ه ئ ول أ ه ع ل م ز ن ي أ ذ ل ور ا وا الن ع ب ات و وه ر نص و وه ر ز ع ه و ب

Artinya :

(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang

(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan injil yang ada pada mereka, yang menyuruh

mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkardan yang menghalalkan segala yang

baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, membebaskan beban-beban

dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya,

memuliakannya, menolongnya, mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-

qur’an). Mereka itulah orang-orang yang beruntung. 16 Q.S. al-Zukhruf (43) : 33.

ن ا م ف ق م س ه وت ي ب ن ل م ح الر ر ب ف ك ن ي م ا ل ن ل ع ج ل ة د اح ة و م اس أ ون الن ك ن ي ال أ و ل و

ون هر ظ ا ي ه ي ل ج ع ار ع م ة و فض

Page 43: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

32

menunjukkan kesatuan umat manusia dalam agama yakni kepercayaan tunggal.

Namun dalam akhir periode Makkah dan Madinah kesatuan itu terpecah-pecah17yang

di sebabkan kekerasan hati dan perilaku manusia, meskipun hal itu dikehendaki oleh

Allah. Hal ini terekam dalam surat al-Mukminunayat 52-53.18

Kedua, istilah ummah wasat muncul dalam konteks Madaniyyah sebagaimana

tercantum dalam surat al-Baqarah: 143 yang berbunyi,

س ول ون الر ك ي اس و لى الن اء ع د ه وا ش ون ك ت ا ل ط س ة و م م أ اك ن ل ع ك ج لذ ك و

ع ب ت ن ي م م ل ع ن ال ل ا إ ه ي ل ت ع ن تي ك ة ال ل ب ق ا ال ن ل ع ا ج م ا و يد ه م ش ك ي ل ع

ى د ين ه ذ لى ال ال ع إ ة ير ب ك ت ل ان ن ك إ ه و ي ب ق ى ع ل ب ع ل ق ن ن ي م ول م س الر

يم ح وف ر ء ر اس ل الن ب ن للا م إ ك ان يم ضيع إ ي ل ان للا ا ك م و للاArtinya :

Artinya :

Dan sekiranya bukan karena menghindarkan manusia menjadi umat yang satu (dalam

kekafiran) pastilah sudah Kami buatkan bagi orang-orang kafir kepada (Allah) Yang Maha Pengasih

loteng-loteng rumah mereka dari perak, demikian pula tangga-tangga yang merekanaiki. 17 Situasi sosial periode Makkah ketiga sebagai periode akhir Makkah dan awal Madinah

merupakan masa kritis-transisional. Pada saat kaum Muslim harus bersatu melawan hegemoni

kekuasaan orang-orang kafir muncul gelombang perpecahan di tubuh mereka sendiri. Perpecahan ini

sangat terkait dengan sikap keberagamaan orang Islam yaitu kaum mukmin dan munafik. Quraish

Shihab membuat klasifikasi turunnya Al-qur’an menjadi tiga periode. Periode pertama berlangsung

sekitar 4-5 tahun sejak kenabian. Kemudian periode kedua berlangsung selama 8-9 tahun. Dan periode

ketiga merupakan masa pemantapan sekaligus pembukaan horizon baru dan berlangsung kurang lebih

sepuluh tahun. Selanjutnya lihat Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu

dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung :Mizan, 2004), 34-39. 18 Pada akhir periode Makkah ini muncul komunitas-komunitas yang lebih kecil sebagaimana

terdapat dalam Surat al-Mukminun (23) : 52-53. Sebagai instrumen pelacakan data dapat dijelaskan

bahwa surat al-Mukminun termasuk dalam jajaran Makkiyah dalam periode ketiga setelah berturut-

turut kedua dan pertama.

Al-qur’an, 23 (al-Mukminun): 52-53. ون ق ات م ف ك ب ا ر ن أ و ة د اح و ة م م أ ك ت م ه أ ذ ن ه إ و

ون ح م فر ه ي د ا ل م ب ب ز ل ح ك ا ر ب م ز ه ن ي م ب ه ر م وا أ ع قط ت فArtinya :

Dan sungguh (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu. Dan Akuadalah

Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka terpecah belah dalam urusan agamanya

menjadi beberapa golongan. Setiap golongan (merasa) bangga dengan apa yang ada pada mereka.

Page 44: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

33

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan

agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)

menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu)

kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar kami mengetahui siapa yang mengikuti

Rasul dan siapa yang berbalik kebelakang. Sungguh (pemindahan kiblat) itu sangat

beratkecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak

akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang

kepada manusia.(QS. al-Baqarah: 143)”

Lebih spesifik lagi Quraish Shihab memeberikan pengertian bahwa ummah

asal katanya dari kata amma-yaummu yang bermakna menuju, menumpu, dan

meneladani. Karenanya muncul kata umm yang berarti ibu dan imam yang berarti

pemimpin, karena keduanya menjadi teladan dan harapan anggota

masyarakat.19Dengan demikian Quraish Shihab menyimpulkan bahwa masyarakat

adalah perkumpulan berbagai individu dari sekala kecil maupun besar yang diikat

oleh adat dan hukum alam kehidupan bersama.20

Madani merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab. Dalam kamus Al-

Munawwir diterangkan bahwa kata Madani merupakan akar dari kata fi’il madi yakni

mim (م) dal (د), dan nun (ن) dari kata kerja madana (مدن) yang berarti mendiami atau

19 Lihat Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan

Umat (Bandung: Mizan, 1996), h. 325 20 Abu Khaer, Konsepsi Masayarakat Madani dalam Manifesto Perjuangan Gerindra

(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014), h.53

Page 45: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

34

tinggal. Kata tersebut membentuk menjadi beberapa kata yakni Madaniyyah yang

berarti peradaban, Madinah berarti kota, Madin memiliki arti Singa.21

Pendapat lain menerangkan bahwa term Madani berasal dari kata masdar

yang menjadi beberapa huruf yakni dal (د), ya (ي), dan nun (ن) dari kata kerja dana

.22kata tersebut membentuk kata diantaranya adalah Din yang berarti agama.(دان)

Dalam kamus al-Munjid dijelaskan tentang kata din yang merupakan kata jama’ dari

adyān’ (al-jazā wa al-mukāfah, al-Qaḏā, al-Malik/al-mulukwa as-Sulṯan, at-Tadbīr,

al-Hisāb). Menurut Abu Hanifah kata Din diartikan sebagai keyakinan dan

perbuatan.23

Jadi masyarakat madani adalah masyarakat yang memiliki peradaban yag

mapan, peradaban yang menunjukkan masyarakatnya maju dalam segala bidang,

mulai dari segi moralitas, ekonomi, system tatanan sosial yang bagus dan lain

sebagainya. Masyarakat madani adalah masyarakat yang tersistem dan memiliki

kemajuan. Salah satu contoh yang selama ini digadang-gadang sebagai bentuk

masyarakat madani yakni masyarakat kota yang begitu maju peradabannya dan secara

ekonominya juga maju, selain itu sisi-sisi keadilan juga ada di dalamnya.

B. Masyarakat Madani Menurut para Tokoh

a. Pemikiran Nurcholish Madjid Tentang Civil Society

Istilah masyarakat madani merupakan salah satu term yang muncul dan

21 Kamus Al-Munawwir Arab- Indonesia PDF. h 1320 22 Abu khaer, Konsepsi Masyarakat Madani dalam Manifesto Perjuangan Gerindra, (Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014). h. 55 23 Abū Hanīfah, al-Fiqh al-Akbar, (Hyderabad), 10-11. Lihat Fatimah Abdullah, Konsep Islam

Sebagai Dīn: Kajian terhadap Pemikiran Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islamia, No. 3 (Jakarta:

INSISTS, September-November 2004), h. 51

Page 46: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

35

familiar di Indonesia, hal ini dikemukakan oleh kelompok Cak Nurcholish Madjid

dan beberapa tokoh ICMI. Ketika saat intelektual lainnya mendapatkan kesulitan

untuk menemukan landasan historis dan konsep masyarakat madani, cak Nurcholish

Madjid dengan mudah melacak dan menemukan landasan awal yang tepat untuk

konsep masyarakat madani yakni dengan menggunakan sosio-historis dalam

mencari makna masyarakat madani. Nurcholish Madjid menguraikan kehidupan

masyarakat Madinah pada saat kepemimpinan Nabi Muhammad saw sebagai

landasan historis dan prototype dari konsep masyarakat madani.

Kata Madinah adalah kata tempat yang diubah oleh Nabi Muhammad SAW

menjadi Yastrib. Nabi Muhammad SAW mendapatkan petunjuk dari Allah untuk

melakukan hijrah dari Mekah ke Yastrib. Yastrib merupakan kota petani dan

industri kecil.24 Akrim Dhiyauddin Umari berkata bahwa Yastrib adalah nama lama

dari Madinah Al-Munawarrah, yakni sumber kemenangan dengan tanah yang subur

dan air yang melimpah.25Ketika nabi berhasil memimpin kota Yastrib menjadi kota

yang mapan dan damai, kemudian nabi menggati nama Yastrib ini menjadi kota

Madinah.26Al-din yang umumnya diterjemahkan sebagai agama berkaitan dengan

makna al-tamaddun atau peradaban. Keduanya ini menyatu dalam pengertian al-

madinah yang arti kata asalnya adalah kota.

Lebih spesifik lagi Nurcholish Madjid menyatakan bahwa masyarakat

24 Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung : Mizan, 1995), h.100 25 Akrim Dhiyauddin Umar, Madinah Society at The Time of The Prophet: Its Characteristic

and Organization, Terjemahan, Mun’im A. Sirry, Masyarakat Madani : Tinjauan Historis Kehidupan

Zaman Nabi, (Jakarta : Gema Insani Press,1999), h. 63 26 Febriyani Azizah, “Konsep Masyarakat Madani Menurut Partai Keadilan Sejahtera” (PKS),

Sripsi S1 UIN Jakarta (Jakarta: UIN JKT, 2007), h.46

Page 47: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

36

madani berasal dari bahasa Arab yakni “madaniyah” yang berarti peradaban tinggi,

oleh karena itu masyarakat madani adalah masyarakat yang berperadaban. Makna

lain dari kata madani memiliki arti kota, dengan demikian masyarakat madani

adalah masyarakat kota.27 Masyarakat kota di identik dengan masyarakat yang

beradab, berakhlak mutlak, dan berbudi pekerti luhur.28 Nurcholish Madjid

menyatakan bahwa masyarakat madani mengandung makna toleransi, kesediaan

pribadi-pribadi untuk menerima berbagai macam pandangan politik dan tingkah laku

sosial.29 Nurcholish Madjid mengartikan masyarakat madani yakni masyarakat yang

berbudi luhur atau masyarakat berakhlak mulia dan masyarakat berperadaban.

Dalam bahasa Arab, kata madanī juga berarti civil, seperti kata-kata al-ahkam al-

madaniyyah (civil law) atau al-qanūn al-madanī (civil code).30

Di dalam konteks masyarakat Islam, Term masyarakat madani merujuk

kepada masyarakat secara umum, baik itu individu, keluarga, maupun Negara.

Semuanya memiliki kebudayaan, kemajuan dan kultur atau dengan kata lain yakni

berperadaban.31 Keseluruhan komponen masyarakat madani bergerak bersama-sama

dalam mewujudkan suatu masyarakat yang menegakkan nilai-nilai kebaikan

(ma’rūf) demi terbentuknya masyarakat yang beradab (tamaddūn). Salah stu model

27 Nurkholis Madjid, “Menuju Masyarakat Madani”, (Dalam Jurnal Kebudayaan dan

Peradapan, Ulumul Qur’an, No.2/1996), h.51-55 28 Muhammad Hari Zamharir, Agama dan Negara: Analisis Kritis Pemikiran Politik

Nurcholish Madjid (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), h. 75. 29 Muhammad Hari Zamharir, Agama dan Negara: Analisis Kritis Pemikiran Politik

Nurcholish Madjid, h. 217. 30 Jalaluddin Rakhmat, et.al., Tharikat Nurcholishy: Jejak Pemikiran dari Pembaharu Sampai

Guru Bangsa (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 371. 31 Isna, Tampaknya Dirimu Mengaktifkan Ad-blocker", https://brainly.co.id/tugas/10478038

diaksel pada tanggal 27 juli 2018.

Page 48: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

37

masyarakat ideal yang menjadi contoh dalam sejarah Islam ialah masyarakat dan

negara Madinah. Di dalam Kehidupan masyarakat Barat dikenal dengan civil society

yakni demokrasi yang lahir setelah proses sekularisasi. Namun dalam masyarakat

Islam tidak demikian adanya, dalam masyarakat Islam, masyarakat madani (civil

society) dibentuk dengan landasan motivasi dan etos keagamaan. Maka dari itu,

agama merupakan kriteria paling utama yang ada dalam mayarakat madani

(masyarakat berperadaban) tersebut.32

Ada beberapa term yang menjadi satu kesatuan konsep ketika Nurcholish

Madjid membicarakan rumusan masyarakat madani yakni demokrasi, masyarakat

madani (civil society), dan civility (kesopanan). Menurutnya, jika demokrasi harus

punya rumah, maka rumah bagi demokrasi ialah masyarakat madani (civil society),

dimana berbagai macam perserikatan, sindikat, federasi, persatuan, partai dan

kelompok bergabung untuk menjadi perisai antara negara dan warga negara.33

Sedangkan civility merupakan kualitas etik yang dimiliki oleh masyarakat, seperti

toleransi, keterbukaan, dan kebebasan yang betanggung jawab. Nurcholish Madjid

menyatakan bahwa masyarakat madani sangat ditentukan oleh sejauh mana kualitas

civility tersebut dimiliki warganya. Civility atau etiknya mengandung makna

toleransi, yang mempunyai arti kelegowoan didalam diri untuk menerima berbagai

macam pandangan politik dan tingkah laku social.

32 Nurcholish Madjid, et.al, Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern: Respon

Transpormasi Nilai-Nilai Islam Menuju Masyarakat Madani (Jakarta: Mediacita, 2000), h. 318. 33 Nurcholish Madjid, Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, Cet. I (Jakarta: Paramadina,

1999), h.145.

Page 49: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

38

Nurcholish menegaskan bahwa civil society bukan hanya sekedar campuran

berbagai bentuk asosiasi, tetapi civil society juga mengacu pada kualitas civility,

tanpa civility lingkungan hidup sosial hanya terdiri dari faksi-faksi34 dan serikat-

serikat rahasia yang saling menyerang. Civility mengandung makna toleransi,

kesediaan individu-individu untuk menerima berbagai macam pandangan politik dan

tingkah laku sosial, bersedia untuk menerima pandangan penting bahwa tidak ada

jawaban yang selalu benar atas suatu permasalahan.35

Nurcholish Madjid kemudian menjelaskan bahwa sebenarnya kata Madinah

itu mempunyai makna yang sama dengan polis atau dikenal juga dengan negara-

kota. Namun Madinah kemudian berkembang menjadi pengertian yang lebih luas,

yaitu sebuah pembauran/pergaulan bersama dalam suatu kesatuan kemasyarakatan

tertentu untuk mengembangkan kehidupan yang beradab melalui ketaatan pada

hukum dan aturan.

b. Masyarakat Madani Menurut Dawam Raharjo

Salah satu tokoh cendekiawan muslim sekaligus mantan ketua Ikatan

Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) M. Dawam Raharjo mengungkapkan

bahwasannya masyarakat madani lebih mengacu pada penciptaan peradaban. Term

al-din yang pada umumnya diartikan sebagai Agama ini berkaitan dengan term al-

34 Faksi merupakan bahasa Belanda yakni factie yang artinya adalah "bagian". Yang

dimaksud terutama adalah sebuah bagian atau kelompok politik di dalam parlemen atau di luar

parlemen. Lebih jelasnya faksi dilibatkan kedalam Pengertian politik dari faksi di parlemen berbeda

dengan fraksi politik di parlemen. Fraksi politik biasanya adalah suatu partai yang menduduki kursi di

parlemen. Misalkan fraksi Golkar menduduki 137 kursi dari 500 kursi DPR. Lihat di diakses tanggal

28 juli 2018. 35 Nurcholish Madjid, Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, h. 148.

Page 50: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

39

tamaddun atau peradaban. Kedua kata tersebut mengacu kedalam pengertian term al-

madīnah (mufrad) atau al-maddi’in (jamak) artinya kota. Namun dalam al-Qur' an,

pengertian kota tidak hanya diwakili oleh satu kata tapi masih ada beberapa kata

lainnya, seperti Kata al-qaryah dan al-balad, juga berarti kota, walaupun keduanya

sering diartikan sebagai negeri. Tetapi, dalam perkataan negara itu terkandung

pengertian peradaban dan kebudayaan. Karena dalam perkataan negeri terdapat

pengertian tentang suatu daerah yang dihuni manusia. Di situ ada manusia, di situ

pula ada peradaban dan kebudayaan.36

Secara konseptual, Dawam Raharjo mengungkapkan bahwa term masyarakat

madani di Indonesia pertama kali dikenalkan oleh Anwar Ibrahim yang saat itu

menjabat sebagai Menteri Keuangan dan Asisten Perdana Menteri Malaysia, hal ini

dikemukakan oleh beliau didalam pidatonya dalam acara Simposium Nasional pada

Festival Istiqlal 1995. Menurut Anwar Ibrahim masyarakat madani adalah

masyarakat yang bermoral, masyarakat yang menjamin keseimbangan antara

kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat, masyarakat yang mampu

mendorong daya usaha inisiatif iindividu.37 Lebih spesifik lagi, Anwar Ibrahir

menyatakan bahwa masyarakat madani tidak bisa dipisahkan dengan term dīn dalam

konsep Madinah dan tamaddun. Masyarakat madani harus berlandaskan kepada

36 M. Dawani Rahardjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial

Oakarta: LP3ES & LASF, 1999), h. 146. 37 Abu Khaer, Konsep Masayarakat Madani dalam Manifesto Perjuangan Gerindra, h. 67.

Page 51: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

40

masyarakat yang berilmu, yang mendorong pembangunan dan kemajuan

berlandaskan akhlak atau etika.38

Anwar Ibrahim menjelaskan masyarakat madani mempunyai ciri khas

tersendiri, yakni: kemajemukan budaya (multicultural), hubungan timbal balik

(reprocity), dan sikap saling memahami dan menghargai.39 Lebih lanjut lagi Anwar

Ibrahim menegaskan bahwa karakter masyarakat madani merupakan “guiding ideas”,

dalam melaksanakan ide-ide yang mengacu atau mendasari masyarakat madani, yaitu

prinsip moral, keadilan, keseksamaan, musyawarah dan demokrasi. Senada dengan

Anwar Ibrahim, Dawam Raharjo mendefinisikan masyarakat madani sebagai proses

penciptaan peradaban yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan Bersama. Menurut

Dawam Raharjo, di dalam masyarakat madani terdapat warga negara yang bekerja

sama membangun ikatan social, jaringan produktif dan solidaritas kemanusiaan yang

berssifat non-negara. Selanjutnya Dawam Raharjo menjelaskan dasar utama dari

masyarakat madani. Menurutnya, dasar utama masyarakat madani adalah persatuan

dan integrase sosial yang didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri

dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu

persaudaraan.40

Menurut Dawam Raharjo pengertian masyarakat madani mengacu kepada

integrasi umat atau masyarakat, gambaran itu terlihat melalui wujud NU dan

38Anwar Ibrahim, “Akhlak, Ilmu dan Etika Asas Masyarakat Madani.”

http://anwaribrahimblog.com/s=masyarakat+madani, diakses tanggal 11 Agustus 2018 39 Nurdinah Muhammad, “Masyarakat Madani Dalam Perspektif Al-Qur’an”, Al-Mu‘ashirah,

Vol. 14, No. 1, Januari 2017, h. 23-24. 40 Dawam Rahardjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial, h.

302- 304.

Page 52: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

41

Muhammadiyah. Dalam konteks ini masyarakat madani lebih mengacu pada

penciptaan peradaban yang mengacu kepada al-Dīn, al-Tamaddun atau al-madīnah

yang secara harfiah berarti kota, dengan demikian konsep masyarakat madani

mengandung tiga hal yaitu agama sebagai sumbernya, peradaban sebagai prosesnya,

dan masyarakat kota atau perkumpulan sebagai hasilnya. masyarakat madani

memiliki pengertian yang luas sesuai cita-cita Islam yaitu menciptakan masyarakat

yang etis dan progresif menuju kepada terbentuknya peradaban yang unggul 41yaitu

khaira ummah.42

c. Masyarakat Madanai Menurut Azzumardi Azra

Azzumardi Azra merupakan saah satu tokoh cendikiawan Muslim yang

member sumbangsih terhadap pemikiran masyarakat madani. Hal ini terbukti dalam

beberapa karangannya yang ia tulis salah satunya seperti Menuju Masyarakat

Madani. Mengenai masyarakat madani beliau memberikan pandangan bahwasannya

masyarakat madani merupakan instrument atau hal yang paling penting dalam

membangun sebuah peradaban, kebebasan martabat dan membina kultur sipil dalam

41 Samsinas, “Masyarakat Madani Dalam Islam”, Hunafa Vol. 3 No. 1 Maret 2006), h. 68. 42 al-khair merupakan kata yang berasal dari Bahasa arab yang memiliki beberapa arti

diantaranya: lawan dari kata al-syar, yang berarti segala bentuk keburukan dan kejahatan. Dari hal ini

berarti al-khaer disini adalah segala bentuk perbuatan yang baik. Al-khaerat (الخيرات) berarrti al-fadilah

yang bermakna keutamaan dari segala sisi yang tidak lain bermakna kebaikan. Al-khaerah yang

berkaitan dengan wanita berarti keturunan yang baik.Dalam Mu’jam Maqayis al-Lughah kata (الخير)

yang asal katanya adalah (خ- ي -ر) berarti (العطف ولميل) yang berarti kecenderunga dan rasa sayang .

ayat-ayat Alqur’an yang memuat kata-kata al-khaer baik yang memakai ‘al’ maupun yang tidak, baik

dalam bentuk tunggal maupun dalam bentuk plural memiliki kesamaan arti secara umum yaitu

kebaikan dalam bidang apa saja, atau perbuatan kebajikan apa saja yang dilakukan oleh manusia. Kata

khaira disini berarti baik dan ummah sendiri memiliki arti umat. Jadi khaira ummah disini berarti

ummat terbaik. Lihat Muliyadi “Al-Khair Dalam Perspektif Dakwah” (Makasar: UIN Alauddin,

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurnal Al-Khitabah, Vol. II,

No. 1, Desember 2015).

Page 53: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

42

masyarakat secara umum.43 Dalam hal ini Azzumardi Azra senada dengan Nurcholish

Madjid bahwasannya masyarakat madani adalah masyarakat yang perberadaban. Dan

terlebih lagi Azzumardi Azra menyatakan bahwa dalam kerangka menciptakan

sebuah kehidupan yang bermutu/berkualitas dan berkeadaban, juga masyarakat

madani menghajatkan sikap-sikap toleransi, yakni kesediaan individu-individu untuk

menerima beragam perbedaan pandangan politik dikalangan warga Negara

Indonesia.44

Disamping itu Azzumardi Azra berpendapat bahwa masyarakat madani (Civil

Siciety) lahir bukan dari lembaga pendidikan formal, tetapi masyarakat madani pada

umumnya lahir dari lembaga non formal. Seperti halnya di Iran masyarakat madani

lahir melalui Dauroh,45 sedangkan di Indonesia melalui LSM-LSM, organisasi

profesi, majelis-majelis taklim, dan organisasi-organisasi keagamaan seperti NU dan

Muhammadiyah.46

menurut Azra,47civil society merupakan instrumen atau alat untuk membangun

sebuah peradaban, kebebasan martabat secara khusus, dan membina kultur di

mayarakat secara umum. azzumardi Azra mengartikan civil society secara luas, ia

menyatakan bahwa civil society tidak hanya terbatas pada LSM tetapi juga organisasi-

organisasi kemasyarakatan (Ormas) seperti halnya NU dan Muhammadiyah yang

43 Yadi Yuliadi “Civil Society di Indonesia Menurut Azzumardi Azra”, (UIN Jakarta: Skripsi

jurusan fakultas Ushuluddin dan Filsafat, 2007). h.12. 44 Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani, h.34.

45 Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani, (Bandung: Rosdakarya, 1999), h. ix 46 Yadi Yuliadi Civil “Society di Indonesia Menurut Azzumardi Azra”, (UIN Jakarta: Skripsi

jurusan fakultas Ushuluddin dan Filsafat, 2007). H.12. 47 Azzumardi Azra, “Civil Society and Democratization in Indonesia: Transition during

President Wahid's Rule and Beyond”, Refleksi, Vol. III, No.3, 2003. h.3

Page 54: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

43

bertujuan untuk menata masyarakat yang lebih baik (better ordering of society) bukan

hanya sekedar paradigma klasik dalam konteks Eropa Timur yang menyenyatakan

bahwa civil society adalah sebuah ruang yang bebas dari pengaruh keluarga dan

kekuasaan Negara.48

menurut Azzumardi Azzra, masyarakat madani merupakan gerakan pro-

demokrasi, karena ia juga mengacu pada pementukan masyarakat yang berkualits dan

bertamaddun (Civility).49 lebih lanjut Azza mengungkapkan bahwasannya deokrasi

dan civil society merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan. Nurcholish

madjid juga memberikan alasan untuk memperkuat Masyarakat madani tida dapat

dipisahkan dengan Demokrasi yakni seperti yang Cak Nur utarakan ada tiga term

yang menjadi satu kesatuan dalam masyarakat madani yakni, pertama: demokrasi,

kedua: masyarakat madani (civil society) dan ketiga: civility (Etik). jika demokrasi

harus punya rumah maka civil society adalah rumahnya.50. sedangkan civility

merupakan kualitas etik yang dimiliki oleh masyarakat, seperti toleransi, keterbukaan

dan kebebasan yang bertanggung jawab.

C. Karakteristik Masyarakat Madani

Mengenai perihal masyarakat madani, di dalamnya tedapat beberapa prasyarat

atau karakter yang menjadi nilai universal. Hal ini tertuang dalam masyarakat madani

48 ubaidillah, A,(et al), Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi,HAM dan Masyarakat

Madani, Jakarta :IAIN Jakarta Press, 2000. Cet. Ke-1.halaman 138 49 Raudhah Melliza "Konsep Masyarakat Madani (Civility Society) dan Pengembangan

Masyarakat Islam”, karya tulis program studi Pengembangan Islam Fakultas Dakwah-UIN Ar-Raniry

Banda Aceh. h. 2. Lihat, https://iwe01.files.wordpress.com/2016/06/konsep-masyarakat-madani.pdf 50 Nurcholish Madjid, Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, (Jakarta:Paramadina,1996).

h.145

Page 55: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

44

dan menjadi karakter tersendiri didalamnya. Karakteristik tersebut tidak dapat

dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya dan hal ini harus menjadi satu

kesatuan yang utuh. Karakteristik tersebut ialah: 1. Egalitarianisme, 2. Free Public

Sphere, 3. Penegakan hukum dan keadilan, 4. Toleransi,51 5. Musyawarah. Ini semua

merupakan pilar tegaknya masyarakat madani sekaligus ciri khas masyarakat

madani.52

Berikut penjelasan mengenai ciri-ciri masyarakat madani:

Egaliterianisme

Cak Nur mengutarakan pendapatnya bahwa faktor yang sangat mendasar dan

dinamis dari etika sosial yang dibawa oleh Islam ialah egalitarianisme,53 hal ini

merupakan ajaran Nabi Muhammad yang dimana pada saat itu masyarakat di

madinah terdiri dari beberapa kelompok golongan dan berbeda agama. Nabi

menyatukan semua golongan itu yang hal ini kita sebut dengan egaliter. Semua

51 Abdul Rozak, Pendidikan Kewargagaan (Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani,

(Jakarta: IAIN Jakarta Press, Cet. 1., 2000), h. 147. 52 Muhammad Ihsan,”Hukum Islam dan Moralitas Dalam Masyarakat Madani”, Pemikiran

Hukum Islam, Volume 22, Nomor 1, April 2012). h. 31. 53 Egalitarianisme (berasal dari bahasa Perancis égal yang berarti "sama"), adalah

kecenderungan berpikir bahwa seseorang harus diperlakukan sama pada dimensi seperti agama,

politik, ekonomi, sosial, atau budaya. Doktrin atau pandangan yang menyatakan bahwa manusia itu

ditakdirkan sama derajat. Asas pendirian yang menganggap bahwa kelas-kelas sosial yang berbeda

mempunyai bermacam-macam anggota, dari yang sangat pandai sampai ke yang sangat bodoh dalam

proporsi yang relatif sama. Dalam pengertian doktrin Egalitas ini mempertahankan bahwa pada

hakikatnya semua orang manusia adalah sama dalam status nilai atau moral secara fundamental.

Lihat “Egalitarianisme”, https://id.wikipedia.org/wiki/Egalitarianisme, diakses pada tanggal 28

september 2018, dan “Egalitarianisme”, https://kbbi.web.id/egalitarianisme (KBBI Online) diakses

pada tanggal 28 september 2018 .

Page 56: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

45

anggota keimanan, warna kulit, ras, maupun status sosial ekonomi (kaya dan

miskin) adalah partisipan yang sama dalam komunitas.54

Egaliter merupakan kata lain dari kesetaraan, egaliter memiliki makna sama

atau sederajat. Sedangkan egaliterian merupakan orang yang menganut atau

menyebarkan ajaran egalitarianisme. Egaliterianisme memiliki arti pandangan atau

doktrin yang menyatakan bahwa manusia itu ditakdirkan dengan derajat yang

sama.55 kesetaraan sebagai doktrin di sini adalah kondisi yang muncul dari perasaan

manusia yang menyadari adanya kesamaan ia dengan lainnya dalam beberapa hal

yang membuat adanya kesadaran persaudaraan (fraternity).

Sebagai prasyarat untuk mewujudkan masyarakat madani dalam sebuah

tatanan masyarakat maka egalitarianisme merupakan salah satu sistem yang perlu

diperhatikan. Egaliterianisme ini menyangkut rasa keadilan, keberadaan, kerakyatan

dan persamaan. Lebih lanjut lagi egaliterianisme ini dapat dipahami sebagai

kesadaran terhadap hukum, dan kesadaran bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan

berada diatas hukum. Setiap konstitusi atau peraturan mengikat semua warga

masyarakat yang harus dipatuhi secara bersama. Hal ini menunjukkan bahwa semua

orang memiliki drerajat yang sama.

Free Public Sphere

Free Public Sphere adalah keberadaan ruang publik yang bebas dan

54 Nur Fazillah, “Konsep Civil Society Nurcholish Madjid Dan Relevansinya Dengan Kondisi

Masyarakat Indonesia Kontemporer”, Al-Lubb, Vol. 2, No. 1, 2017: 206-225) h.10. 55 Muhammad Basir “Sejarah Kelas dan Masyarakat Egaliter (Mendamaikan Ras, Patronasi,

hingga Borjuis dan Proletar),“ (Yogyakarta: Skripsi UIN Sunan Kali Jaga, BAB III, 2014), h.18.

Page 57: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

46

terbuka, hal ini merupakan sarana dalam mengemukakan pendapat atau aspirasi

masyarakat.56 Lebih lanjut ruang publik secara teoritik bisa diartikan sebagai

wilayah dimana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap

setiap kegiatan publik.57 Artinya masyarakat diberi ruang untuk mengemukakan

pendapat baik secara lisan maupun tulisan, dialog, kritikan, dan protes terhadap

pemerintah untuk menuntut ketidaksesuaian atau kelemahan kebijakan

pemerintah. Warga negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam

menyampaikan pendapat.

Free Public Sphere merupakan media yang berfungsi untuk

menyampaikan sesuatu. Hal ini melingkupi media massa yang berfungsi dalam

memberikan informasi kepada publik, menyediakan forum debat politik,

menyalurkan opini publik,58 ruang publik yang bebas (Free Public Sphere)

sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat.

Ruang publik yang berada ditengah-tengah antara negara dan masyarakat

menjadi alat untuk menyatukan antara keduanya. Diruang publik inilah

berlangsung diskusi tentang berbagai isu kepentingan umum dan berbagai

aspirasi yang ditawarkan oleh masyarakat. Ruang publik ini pula segala

pandangan kritis dan segala keinginan masyarakat dikomunikasikan kepada

negara melalui berbagai media massa. Dengan kata lain, membangun masyarakat

56 Ernest Gellner, Membangun Masyarakat Sipil: Prasyarat Menuju Kebebasan, (Bandung: Mizan

Cet. I, 1995), h. 35. 57 Abdul Rozak, Pendidikan Kewargagaan (Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, h.

147. 58 Masykur Hakim dan Tanu Widjaya, Model Masyarakat Madani,( Jakarta: Intimedia, 2003.)

h. 74.

Page 58: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

47

madani identik dengan memperluas jangkauan suara rakyat melalui partisipasi

mereka dalam berbagai kegiatan yang terorganisasi dan karena itu memiliki

cukup kekuatan dalam melakukan transaksi atau kesepakatan dengan negara.59

Keadilan Sosial

Nurcholish Madjid menjelaskan keadilan secara rinci, dia menyebutkan bahwa

keadilan dalam Alquran dinyatakan dengan istilah- istilah adl dan qisṯ. Pengertian

adil dalam Alquran juga terkait dengan sikap seimbang dan menengahi, dalam

semangat moderniasasi dan toleransi, yang dinyatakan dengan istilah wasaṯ

(pertengahan). Dengan sikap berkeseimbangan tersebut, kesaksian dapat diberikan

dengan adil, karena dilakukan dengan pikiran tenang dan bebas dari sikap

berlebihan. Seorang saksi tidak bisa mementingkan diri sendiri, melainkan dengan

pengetahuan yang tepat mengenai suatu persoalan dan mampu menawarkan

keadilan.60

Mendalamnya makna keadilan juga terlihat dari tugas Nabi Muhammad saw

yakni menegakkan keadilan. Tugas ini sebenarnya juga merupakan tanggung jawab

bagi seluruh masyarakat dan badan-badan pemerintahan.61 Nurcholish Madjid

menjelaskan bahwa dalam penegakan hukum dan keadilan, Nabi tidak pernah

membedakan antara orang kaya dengan orang miskin, orang atas dengan orang

bawah. Nabi menegaskan bahwa hancurnya bangsa-bangsa pada zaman dahulu itu

59 Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop Di

Indonesia,), h.xxv.

60 Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban, h. 116.

61 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi (Jakarta: Gramedia, 2008), h.

240.

Page 59: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

48

karena jika orang atas berbuat kejahatan dibiarkan begitu saja, tetapi jika orang

bawah yang berbuat kesalahan maka akan dan pasti dihukum.62

Keadilan dimaksudkan untuk keseimbangan dan npembagian hak-hak dan

kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Hal ini

memungkinkan tidak adanya monopoli atau npemusatan suatu aspek kehidupan

kepada salah satu kelompok masyarakat. Secara esensial, masyarakat memiliki hak

yang sama dalam memperoleh kebijakan-yang ditetapkan oleh pemerintah.63

Toleransi dan kemajemukan

Tolerantia merupakan bahasa latin yang mendasari term toleransi yang

memiliki arti kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan kesabaran. Secara

umum toleransi ini mengacu kepada sikap terbuka dan loapang dada. Unesco

memberikan makna toleransi sebagai sikap saling menghormati dan menghargai di

tengah-tengah keragaman budaya, kebebasan berekspresi dan karakter manusia.

Toleransi merupakan hal yang harus didukung oleh keilmuan dan wawasan yang

luas, bersikap terbuka, kebebasan berpikir, beragama dan lain sebagainya. Singkat

kata toleransi merupakan sikap positif dan menghargai orang lain dalam rangka

menggunakan kebebasan HAM.64

62

Nurcholish Madjid, “Menuju Masyarakat Madani”, Ulumul Quran, No.2/VII/96, Jakarta:

LSAF-PPM, 1996, h. 51-55.

63 Abdul Rozak, Pendidikan Kewargagaan (Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, h.

149.

64 Casram, “Membangun Sikap Toleransi Beragama dalam Masyarakat Plural”, (Bandung:

UIN Suna Gunung Djati, Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2, Juli-2016), h. 2.

Page 60: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

49

Toleransi adalah salah satu asas masyarakat madani (civil society) yang dicita-

citakan dan didambakan oleh semua orang. Toleran merupakan sikap yang

dikembangkan dalam civil society untuk menunjukkan sikap saling menghargai dan

menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain. Toleransi ini memungkinkan

akan adanya kesadaran akan masing-masing individu untuk menghargai dan

menghormati pendapat serta aktifitas yang dilakukan oleh kelompok masyarakat lain

yang berbeda.

Menurut Nurtcholis madjid, toleransi merupakan persoalan ajaran dan

kewajiban melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan adanya tata cara

pergaulan yang enak antara berbagai kelompok yang berbeda-beda, maka hasil itu

harus dipahami sebagai hikmah atau manfraat dari pelaksanaan ajaran yang benar.

Azzumardi Azrapun menyebutkan bahwa civil society lebih dari sekedar

gerakan-gerakan pro-demokrasi. Masyarakat madani juga mengacu kekehidupan

yang berkualitas dan civility. Oleh karenanya civilitas meniscayakan toleransi, yakni

kesediaan individu-individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan

sikap sisoal yang berbeda.65

Musyawarah

Musyawarah berasal dari kata bahasa Arab, yaitu syurā. Kata “syura” atau

dalam Bahasa Indonesia menjadi “Musyawarah” mengandung makna segala sesuatu

65 Abdul Rozak, Pendidikan Kewargagaan (Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani), h.

148.

Page 61: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

50

yang diambil dikeluarkan dari yang lain (pendapat) untuk memperoleh kebaikan.66

Dengan demikian, keputusan yang diambil berdasarkan syura merupakan sesuatu

yang baik dan berguna bagi kepentingan manusia.

Dari sudut kenegaraan musyawarah merupakan suatu prinsip konstitusional

dalam monokrasi Islam yang wajib dilaksanakan dalam pemerintahan dengan tujuan

untuk mencegah lahirnya keputusan yang merugikan kepentingan umum atau

rakyat67

Menurut Nurcholish, konsep musyawarah selalu menjadi tema penting dalam

setiap pembicaraan tentang politik demokrasi, dan hal inipun tidak dapat dipisahkan

dari konsep politik Islam. Bagi Nurcholish, musyawarah yang secara kebahasaan

berarti saling memberi isyarat, yaitu isyarat tentang apa yang baik dan benar,

mempunyai kesamaan dasar dengan ajaran saling berpesan tentang kebenaran.

Musyawarah merupakan perintah Allah SWT yang langsung diberikan kepada Nabi

SAW sebagai teladan untuk umat. Musyawarah adalah suatu proses pengambilan

keputusan di dalam masyarakat yang menyangkut kepentingan bersama. Mufakat

(muwāfaqah atau muwāfaqāt) adalah terjadinya persetujuan atas suatu keputusan

yang diambil melalui musyawarah.68

Di dalam musyawarah terkandung sejumlah elemen yang dengan sendirinya

akan ditemukan berkaitan dengan proses politik, yaitu yang disebut dengan istilah

66 M. Quraisi Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), h. 469. 67 Tahir Azhary, Negara Hukum, (Jakarta : Kencana, 2004), h. 83.

68 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius: Membumikan Nilai-nilai Islam dalam kehidupan

Masyarakat, Cet. III (Jakarta: Paramadina, 2004), h. 8.

Page 62: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

51

partisipasi, kebebasan, dan persamaan. Tidak mungkin sebuah musyawarah

dijalankan tanpa kehadiran dari ketiga elemen tersebut. Tidak mungkin juga

mengadakan musyawarah tanpa adanya kehadiran, baik secara langsung maupun

secara tidak langsung. Musyawarah juga tidak mungkin diwujudkan tanpa adanya

kebebasan untuk menyatakan pendapat atau (freedom of expression). Dan dalam

pengambilan keputusan dalam musyawarah dilandasi oleh kebebasan dan haruslah

di dasari oleh semangat persamaan atau equality.69

Memahami dan merhargai pendapat orang lain jika terdapat perbedaan

pendapat. Ini tidak hanya menyangkut persoalan etika dan sopan santun, tetapi lebih

dari itu adalah sikap saling menghormati dan penuh pengertian antar sesama, untuk

menciptakan mekanisme berpikir yang baik, maka dengan begitu musyawarah akan

mencapai tujuan yang sebaik-baiknya.70 Hal inilah yang menunjukkan bahwa

musyawarah merpakan salah satu karakteristik masyarakat Madani.

D. Pengertian Filsafat Humanisme

Filsafat humanisme memiliki dua term yakni “filsafat” dan “humanisme”.

Secara terminologi filsafat berasal dari bahasa Yunani yakni philo dan shopia. Philo

berarti cinta, dan shopia berarti kebijaksanaan. Menurut Harun Nasution bahwa

filsafat berasal dari kata Arab falsafah yang berasal dari bahasa Yunani, philosopia;

philos yang berarti cinta, dan shopia berarti pengetahuan, hikmah. Jadi philosopia

69

Komaruddin Hidayat, dkk. 70 Tahun Prof. Dr. Munawir Sjadzali, Cet. I (Jakarta:

Paramadina, 1995), h. 350.

70 Nurcholish Madjid, dkk, Demokratisasi Politik, Budaya, dan Ekonomi: Pengalaman

Indonesia Masa Orde Baru (Jakarta: Paramadina, 1994), h. 214.

Page 63: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

52

berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Orang yang cinta

kepada pengetahuan dan kebenaran itu lazimnya disebut philosopher yang dalam

bahasa Arab disebut failasuf.71

Humanisme berasal dari bahasa Yunani yakni humanus yang akar katanya

adalah homo yang berarti manusia. Humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai

dengan kodrat manusia. Secara terminologi humanisme berarti nilai atau martabat

dari setiap manusia dan upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan alamiah

(fisik/nonfisik) secara penuh.72 Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer,

humanisme adalah paham yang mempunyai tujuan menumbuhkan rasa

perikemanusiaan dan bercita-cita untuk menciptakan pergaulan hidup manusia yang

lebih baik.73

Dari beberapa pengertian di atas, filsafat humanisme merupakan paham di

dalam aliran-aliran filsafat yang hendak menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat

manusia, dan meningkatkan segala kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk

mencapai hidup yang lebihh baik.

E. Humanisme Menurut Tokoh Pembaharu Islam

1. Humanisme Menurut Ali Syari’ati

Humanisme sendiri oleh Ali Syari’ati diartikan sebagai aliran filsafat yang

menyatakan bahwa tujuan pokok yang dimilikinya adalah untuk keselamatan dan

71 Poerwanto dkk, Seluk Beluk Filsafat Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), h.1. 72 A. Mangunhardjana, Isme-Isme Dari A Sampai Z (Yogyakarta: Kanisius, 1997), h. 93. 73 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 533.

Page 64: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

53

kesempurnaan manusia.74 Menurutnya, humanisme adalah sekumpulan nilai ilahiah

dalam diri manusia yang merupakan petunjuk agama dalam kebudayaan dan moral

manusia.75 Ali Syarri’ati mengkategorikan mnusia kepada tiga golongan yakni: 1.

Basyar, 2. Insan, 3. Rausyan Fikr.

1. Basyar

Ali Syari’ati mendefinisikan basyar sebagai makhluk yang sekedar ada, yang

artinya manusia dalam kategori ini merupakan makhluk statis, yang tidak mengalami

perubahan, sehingga memiliki definisi yang sama sepanjang zaman, terlepas dari

ruang dan waktu.76 Basyar merupakan kaum yang belum “naik kelas” dan terdidik,

namun masih dalam bentuk manusia pada umumnya yang memiliki nafsu membunuh

antara satu dengan lainnya. Bahkan, sebagian dari mereka meninggalkan rumah dan

pekerjaan dengan menghunus senjata, demi menyerang kelompok lain. Karenanya,

tugas basyar adalah berusaha menaikkan statusnya menjadi kategori insan.

2. Insan

Ali Syari’ati berpendapat bahwa insan adalah makhluk yang mempunyai

karakteristik tertentu yang dapat mencapai tingkat kemanusiaan (insaniyyat) lebih

dari sekedar makhluk hidup dengan naluri instingtif yang bersifat alamiah. Insan

berarti manusia dalam arti yang sebenarnya. Manusia yang telah berhasil melepaskan

74 Ali Syari’ati, Humanisme Antara Islam dan Madzhab Barat, terj. Afif Muhammad,

(Bandung: Pustaka Hidayah, 1996), h. 39. 75 Ali Syari’ati, Humanisme Antara Islam dan Madzhab Barat, h. 119. 76 Charles Kurzman, Wacana Islam Liberal; Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu

Global, (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 300.

Page 65: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

54

identitasnya dari kategori basyar, dan masuk ke level insan yang memiliki tiga ciri

karakter:

a. Kesadaran diri

Ada tiga prinsip dalam kesadaran diri yang harus terpenuhi, yaitu;

merasakan kualitas dan tabiat dirinya sendiri, merasakan kualitas dan tabiat alam

semesta, dan merasakan hubungan dirinya dengan alam semesta ini. Hanya

dengan keberadaan ciri tersebutlah, maka kesadaran diri seseorang dapat diakui

menjadi salah satu syarat sosok insan.77

b. Kemampuan untuk memilih

Kemampuan manusia untuk memilih tidak saja ditunjukkan dengan

kemampuannya melawan tabiat dan hukum yang menguasainya, tetapi juga

kemampuannya dalam melakukan pemberontakan atas kebutuhan-kebutuhan

naluri, fisik dan psikologisnya sendiri. Ia dapat memilih sesuatu yang secara

naluriah tidak dipaksakan, ataupun sesuatu yang tidak dibutuhkan oleh fisiknya.

Inilah aspek paling mulia dalam insaniyat. Manusia yang memiliki kemampuan

untuk “memberontak” atau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan

kecenderungan alamiahnya yang termasuk insan. Orang yang dapat

mengorbankan jiwa dan raganya demi orang lain, meski diperintah naluri untuk

memeliharanya. Atau, meski sifat-sifat alaminya mendorong untuk memperoleh

77 Charles Kurzman, Wacana Islam Liberal; Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu

Global, h. 304.

Page 66: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

55

kehidupan yang megah, ia dapat memberotak, menempuh jalan asketisme dan

kesalehan.

c. Kemampuan Untuk Mencipta

Kemampuan mencipta merupakan manifestasi kekuasaan Tuhan dalam

tabiat manusia, sehingga mereka dapat membuat sesuatu hal mulai dari yang kecil

hingga yang besar. Kemampuan manusia bukan sekedar membuat alat, namun

juga barang-barang yang fungsinya lebih sekedar alat, yakni kemampuan

menciptakan yang artistik.

Kreativitas manusia akan muncul manakala semua yang ada disediakan

alam tidak mampu untuk mencukupi atau memuaskan kebutuhannya. Sehingga ia

melakukan rekayasa agar tercipta hal yang dibutuhkan. Sayriati mencontohkan

manusia ingin terbang, namun tidak memiliki sayap. Akhirnya terciptalah

pesawat terbang. Berbeda dengan ciptaan yang bersifat teknologik seperti di atas,

kemampuan mencipta lainnya adalah mencipta yang artistik. Kemampuan ini

merupakan manifestasi Tuhan dalam jiwa manusia, sehingga dalam kategori ini

definisi manusia sebagai pencipta alat teknologi tidak lagi sah, karena seni

merupakan kreatifitas manusia yang diperoleh melalui “rasa”, sesuatu yang

disebut Syariati berada di luar alam ini.

Ketiga karakter tersebut merupakan sifat Tuhan, sehingga dapat dikatakan

bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu memanfaatkan dan

mengembangkannya dalam diri mereka, dan mampu terus menerus berubah.

Dengan keberadaan tiga karakter itulah, sosok basyar kemudian bertransformasi

Page 67: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

56

menjadi insan. Dan sosok insan-lah yang kemudian disebut Tuhan sebagai

khalifatullah filardh. Hanya insan yang dapat memberontak dan memilih, yang

akan mampu mencapai kesadaran dan berkreasi (secara relatif).

3. Rausyan Fikr

Ali Syari’ati mendefinisakn rausyan fikr adalah manusia dengan kualitas insan,

yaitu manusia yang telah mampu melepaskan dirinya dari determinisme alam,

sejarah, masyarakat dan egoisme pribadinya. Modal utama yang dimiliki oleh insan,

sebagaimana disebutkan di atas; kesadaran diri, kebebasan memilih, dan kreatifitas,

merupakan sumber terciptanya ilmu dan teknologi.

Dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya, insan lepas dari belenggu alam,

sejarah dan masyarakat. Lalu dengan cinta kasih, meloloskan diri dari penjara

egoisme pribadinya. Kemampuan untuk memerdekakan diri dari belenggu

deterministik tersebut yang menyebabkan rausyan fikr memiliki kepekaan dan

ketajaman dalam menganalisa secara mendalam dan objektif situasi dan kondisi

zamannya.

Artinya, capaian derajat rausyan fikr akan berhasil hanya apabila manusia

melepaskan diri dari empat penjara yang membelenggunya; Pertama, sifat dasar

manusia. Manusia harus berusaha sendiri membangun ilmu pengetahuan, dengan

begitu dia bisa menempatkan sifat dasar manusia di bawah kendalinya. Kedua,

penjara sejarah. Manusia harus memahami tahap-tahap perkembangan sejarah dan

hukum-hukum deterministik. Ketiga, penjara masyarakat. Dilakukan dengan

memahami secara mendalam kondisi masyarakat. Keempat, ego ada dalam diri

Page 68: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

57

manusia dan sulit untuk mengendalikannya. Pengendalian ego menurut Ali Syari’ati

hanya bisa dilakukan dengan cinta.78

2. Humanisme Menurut Abdurrahman Wahid

Gusdur berpendapat bahwa humanisme adalah manusia yang memiliki martabat

yang tinggi, khususnya di hadapan Tuhan, dan oleh karena itu manusia harus

dimulyakan. Dengan demikian, manusia akhirnya menjadi “terminal akhir” dari

segenap pemikiran dan gerakan Gus Dur, melampaui nilai-nilai apapun bahkan

formalisme Islam yang sering ia kritisi.

Pendasaran kemanusiaan dari ajaran Islam, atau penemuan ajaran kemanusiaan

di dalam Islam menjadi titik tolak keyakinan intelektual Gus Dur. Hal ini terpatri

dalam pemahamannya atas “yang paling universal” di dalam Islam. Gus Dur

memaparkan bahwa universalisme islam menampakkan diri dalam berbagai

manifestasi penting, yang terbaik adalah dalam ajaran-ajarannya. Rangkaian ajaran

yang meliputi berbagai bidang, seperti hukum agama (fiqih ), keimanan (tauhid),

etika (akhlaq), dan sikap hidup, menampilkan sikap kepedulian yang sangat besar

kepada unsur-unsur utama dari kemanusiaan.

Salah satu ajaran dengan sempurna menampilkan universalisme Islam adalah

lima buah jaminan dasar yang diberikan agama samawi terakhir ini kepada warga

masyarakat, baik secara perorangan maupun kelompok. Kelima jaminan dasar itu

78 Mohammad Subhi-Ibrahim, Ali Syariati; Sang Ideolog Revolusi Islam, (Jakarta: Dian

Rakyat, 2012), h. 40.

Page 69: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

58

tersebar dalam literatur hukum agama (al-kutub al-fiqhiyyah) lama, jaminan dasar

akan:

1. Keselamatan fisik warga masyarakat dari tindakan badani di luar ketentuan

hukum.

2. Keselamatan keyakinan agama masing-masing, tanpa ada paksaan untuk

berpindah agama.

3. Keselamatan keluarga dan keturunan.

4. Keselamatan harta benda dan milik pribadi di luar prosedur hukum;

5. Dan keselamatan profesi.79

Dari paparan di atas terlihat bahwa Gus Dur menemukan universalisnme Islam

di dalam ajaran kemanusiaan. Artinya, segenap nilai utama yang meliputi tauhid,

fiqih, dan akhlaq ternyata menunjukkan kepedulian mendalam atas nasib

kemanusiaan. Hal ini menarik, karena Gus Dur mengaitkan tauhid dengan

kemanusiaan, demikian dengan fiqih dan akhlaq. Bahkan di dalam fiqih, Gus Dur

kemudian menemukan praksis dari kepedulian kemanusiaan itu di dalam jaminan atas

lima hak dasar manusia 1. Hak hidup, 2. Hak beragama, 3. Hak berkeluarga, 4. Hak

79 Abdurrahman Wahid, Universitas Islam dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam dalam

Syaiful Arif, Humanisme Gus Dur: Pergumulan Islam dan Kemanusiaan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2013), h. 283-284.

Page 70: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

59

berharta, 5. Hak profesi. Dengan demikian, apa yang Gus Dur sebut sebagai

kemanusiaan terwujud di dalam jaminan atas lima hak dasar manusia tersebut.80

80 Arif, Humanisme Gus Dur: Pergumulan Islam dan Kemanusiaan, h. 284

Page 71: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

60

BAB IV

ANALISIS DAN TEMUAN PANCA KESADARAN KESADARAN SANTRI

DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI MENURUT K.H. ZAINI

MUN’IM

A. Pengertian Konsepsi

Adapun term konsepsi dan konsep merupakan kata serapan dari bahasa Inggris

yakni concept dan conception.1 Dari kedua istilah ini dalam kamus besar bahasa

Indonesia, konsep berarti; rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

peristiwa konkret, gambaran mental dari objek, dan proses. Sementara konsepsi sendiri

dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti pengertian, pendapat (paham), rancangan

(cita-cita dan sebagainya) yang telah ada dalam pikiran.2

Dalam bahasa Inggris pemaknaan term concept dan conception tidak jauh

berbeda. Antara keduanya dibatasi sebagai general idea (ide umum), though

(pemikiran), understanding (pemahaman, pengertian).3 Pada dasarnya konsep

merupakan abstraksi dari suatu gambaran ide, menurut Kant yang dikutip oleh

Harifudin Cawidu yaitu gambaran yang bersifat umum atau abstrak tentang sesuatu.4

Fungsi dari konsep sangat beragam, akan tetapi pada umumnya konsep memiliki fungsi

1 Nanang Tahqiq, Asas-Asas Falsafah Islam, (Tanggerang Selatan: HIPIUS, 2016). h. 26. 2 “Konsepsi”, https://kbbi.web.id/ di akses pada tanggal 14 oktober 3 Nanang Tahqiq, Asas-Asas Falsafah Islam, h. 26 4 Harifudin Cawidu, Konsep Kufr Dalam al-Qur'an, Suatu Kajian Teologis Dengan Pendekatan

Tematik (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 13.

Page 72: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

61

yaitu mempermudah seseorang dalam memahami suatu hal. Karena sifat konsep sendiri

adalah mudah dimengerti, serta mudah dipahami.

Kata konsep dan konsepsi disini merupakan kata yang sifat awalnya sama

namun dengan penambahan si dalam konsep (konsepsi) maka makna dari kata tersebut

menjadi berubah. Ringkasnya, penulis menjelaskan bahwa kata konsep dengan

konsepsi memiliki satu hubungan yang sifatnya sama namun memiliki pengertian yang

berbeda dengan proses yang berbeda pula.

Adapun konsep adalah proses abstraksi manusia terhadap benda. Memasukkan

benda sebagai bentuk gambaran ke dalam pikiran. Sedangkan konsepsi sendiri

memproses abstraksi atau gambaran dalam pikiran dan membuat suatu rancangan yang

hendak dikeluarkan ke dalam bentuk nyata dengan kata lain cita-cita.

Jadi dengan demikian ditemukan bahwa konsep dengan konsepsi berbeda.

Konsep mengambil gambaran ssedangkan konsepsi memproses dan mengeluarkan

sebagai bentuk cita-cita. dari ulasan mengenai konsep dan konsepsi di atas. Dengan

demikian maksud dari kata konsep dan konsepsi ini ingin memberikan penegasan

bahwa konsepsi lebih tepat dipakai dalam ini sebagai bentuk abstraksi nyata yang di

cita-citakan.

B. Konsepsi Panca Kesadaran Santri Menurut K.H. Zaini Mun’im

Sejarah Indonesia tidak bias dilepaskan dari peran pesantren dalam

memperjuangkan dan mengokohkan karakter bangsa. Pesantren telah ikut andil dalam

menyumbangkan jasa-jasa seperti pengembangan agama Islam dan pembangunan

karakter bangsa Indonesia. K.H. Zaini Mun’im merupakan salah satu tokoh pejuang

Page 73: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

62

kemerdekaan di Jawa Timur. Selain itu beliau juga mendirikan pesantren sebagai

lembaga pendidikan dan pengayoman masyarakat. Dalam perjuangannya K.H. Zaini

Mun’im mendirikan sebuah pesantren sebagai salah satu wadah bagi masyarakat untuk

berhimpun.

K.H. Zaini Mun’im menuturkan bahwa pendirian Pesantren Nurul Jadid bukan

untuk mencetak para ulama, namun pendirian pesantren lebih dari pada itu melainkan

untuk mencetak dan melahirkan seorang muslim yang konsekuen. Beliau bertutur

“Seorang muslim yang konsekuen adalah di samping dia itu selalu memikirkan agama,

dia juga harus memikirkan masyarakat dan negara”, demikian pandangan K.H. Zaini

Mun’im seperti ditirukan oleh menantu beliau, almarhum K.H. Haji Hasan Abdul

Wafi.5

K.H. Zaini Mun’im adalah satu figur ulama Jawa Timur, selain beliau terkenal

dengan keulamaannya, juga terkenal dengan salah satu tokoh pejuang dalam sejarah

kemerdekaan Indonesia. Perjuangan membela negara merupakan ruang eksperimen

keislaman yang senantiasa beliau teguhkan. Beliau merupakan ulama yang tidak hanya

hanya menerjemahkan Islam dalam spektrum ubudiah saja melainkan juga dalam bela

negara ia munculkan sebagai ruang perjuangan. K.H. Zaini Mun’im memiliki ide-ide

pemikiran yang mendalam bagi kemaslahatan umat, bangsa dan negara.6 Salah satu

pemikiran furuistik beliau yakni panca kesadaran santri (Lima Kesadaran Santri).

5 Dodik Harnadi, “ KH Zaini Mun’im, Ulama Pencetus Panca Kesadaran”

https://www.timesindonesia.co.id/read/146829/20170424/224008/kh-zaini-munim-ulama-pencetus-

panca-kesadaran/ diakses 26 Agustus 2018. 6Saili Aswi dkk, Riwayat Singkat Almarhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid, h 14.

Page 74: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

63

a. Kesadaran Beragama

Bagi santri kesadaran beragama merupakan hal pertama yang harus diterapkan

dalam dirinya.7 Kesadaran beragama terdiri dari dua kata yakni kesadaran dan agama.

Kesadaran mempunyai arti yakin, tahu dan mengerti, jadi kesadaran berarti keadaan

tahu atau mengerti.8 Sedangkan agama sendiri memiliki arti kepercayaan terhadap

Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban.

Kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, ketuhanan, keimanan, sikap,

dan tingkah laku keagamaan yang terorganisasi dalam sistem mental dan kepribadian.

Agama mencakup aspek-aspek afektif, kognitif dan motorik.9 Dalam bahasa pesantren

kita kenal dengan aspek aqidah, ibadah dan akhlak.10 Antara ketiga aspek ini saling

berkaitan anata satu dengan yang lainnya dan tidak dapat dipisahkan.

Aqidah merupakan kualitas dasar yang harus dimiliki oleh seorang santri.

Aspek akidah adalah kepercayaan atau keyakinan terhadap Allah,11lebih lanjut aqidah

Islamiyah yaitu keyakinan terhadap penciptaan alam semesta yang diciptakan oleh

Allah SWT Yang Maha Esa, dan meyakini tidak ada sesuatu yang lain yang berhak

disembah kecuali Allah. Dan meyakini pula bahwa Nabi Muhammad adalah utusan

Allah sekaligus Nabi terakhir.12 Ini semua terpatri dalam dua kalimah syahadat.

7 K.H. Hefniy Razaq, Profil Pondok Pesantren Nurul Jadid, h. 24. 8 Anton M. Moeliono, dkk, Kamus besarbahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, Cet. III,1990) ,h.765 9 Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama (Kepribadian Muslim Pancasila), (Bandung: Sinar Baru Algen

sindo,Cet. III, 2001), h.37. 10 Buku panduan Osabar Mondok Untuk Mengaji dan Membina Akhlakul Karimah, 2017. h

65-66. 11 Buku panduan Osabar Mondok Untuk Mengaji dan Membina Akhlakul Karimah, 2017. h

65. 12 K.H. Zaini Mun’im ProblematikaDakwah Islamiyah, h. 10.

Page 75: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

64

Mempercayai akan keesaan Allah sang pencipta alam semesta dan yang berhak

disembah, hal ini membawa perubahan yang besar terhadap manusia dari segi lahir dan

batin. Manusia yang demikian inilah yang dinamakan mukmin.13 Ia bebas dari

perbudakan makhluk yang berupa bentuk apapun terhadap dirinya. Keimanan akan

membentuk kebesaran jiwa yang selalu bersikap tawakkal dan selalu bersandar akan

kekuasaan Allah yang mutlak dan tidak terbatas didalam semua kegiatan dalam hidup.

Jika aqidah sudah kuat maka akan melahirkan keimanan, dan ketika keimanan

sudah kuat maka akan melahirkan ibadah.14 Di dalam kesadaran beragama kita kenal

ibadah sebagai aspek motorik, aspek yang berupa prilaku keagamaan yang dilakukan

seseorang dalam beragama. Aspek ibadah ini dibagi menjadi dua, pertama ibadah

mahḏah/muqayaḏah (ibadah yang wajib dilaksanakan dengan syarat dan rukun

tertentu), yang kedua yakni ghairu mahḏah/muṯlaqah (non formal atau hal-hal yang

tidak terikan oleh syarat dan rukun tertentu). Ibadah mahdilah terdiri dari dari limu

13 Mukmin/Mu’min (Arab: مؤمن) adalah istilah dalam Islam yang sering disebut-sebut dalam Al-

Qur’an. Mukmin disini memiliki arti “orang beriman” dan merupakan seorang muslim yang dapat memenuhi

seluruh kehendak Allah. Selain itu, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa mu’min tidak serta-merta

berarti "orang beriman" namun orang yang menyerahkan dirinya agar diatur dengan Islam. Selain itu,

mu'min juga dapat dikatakan orang yang memberikan keamanan atas Muslim.

Dalam Al-Qur'an dijelaskan:

يمان في قلوبك خل الأ ا يدأ نا ولم لمأ كنأ قولوا أسأ منوا ول راب آمنا قلأ لمأ تؤأ عأ ورسوله ل يلتأكمأ قالت الأ مأ وإنأ تطيعوا للا

مالكمأ شيأئا إن غفور رحيممنأ أعأ للا

Artinya:

Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman,

tetapi katakanlah "kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat

kepada Allah dan rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Surah Al-Hujurat [49]:14)

Ayat ini menjelaskan perbedaan antara seorang muslim dan orang beriman. Lihat “Mu’min”,

https://id.wikipedia.org/wiki/Mu%27min, diakses pada tanggal 2 Oktober 2018. 14K.H. Hefniy Razaq, Profil Pondok Pesantren Nurul Jadid, h. 25.

Page 76: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

65

rukun, yakni syahadat, sholat, zakat, puasa, Haji.15 Sementara ibadah ghairu mahḏah

merupakan aktivitas yang sunnah atau diluar pekerjaan yang rukun, sebagaimana yang

pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW baik itu merupakan puasa ataupun

sholat.

Aspek yang ketiga dalam kesadaran beragama ini adalah akhlak. Akhlak

merupakan bentukan dari iman dan ibadah yang pada akhirnya akan membentuk

sebuah karakter yang baik. Aspek akhlak disini terbagi menjadi dua yakni akhlak budi

pekerti dan tatakrama. Akhlak budi pekerti merupakan sesuatu yang terdapat dalam

hati yang memiliki niat-niat yang bertujuan untuk kebaikan. Sedangkan adab tatakrama

adalah aktualisasi dari akhlak budi pekerti yang tampak dari sikap dan perilaku

manusia. Akhlak disini merupakan suatu aspek yang sifatnya tidak melulu hanya

menyangkut individu, melainkan sosial, seperti tata tertib kemasyarakatan, tatasusila

dalam keluarga dan lain sebagainya.16

Kesadaran beragama menjadi sorotan pertama bagi santri untuk mengokohkan

kesantriannya. Aspek-aspek kesadaran beragama terpatri dan tercangkup dalam

syahadat, yakni “aku bersaksi bahwa tiada Tuhan Selain Allah, dan aku bersaksi bahwa

Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”17 Syahadat disini dalam artian meyakini

dengan hati menyatakan dengan lisan dan melakukan dengan amal perbuatan. Hal ini

15 K.H. Zaini Mun’im Problematika Dakwah Islamiyah, h. 11. 16 K.H. Hefniy Razaq, Profil Pondok Pesantren Nurul Jadid, h. 26. 17 “Syahadat”, https://id.wikipedia.org/wiki/Syahadat diakses tanggal 31 Agustus 2018

Page 77: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

66

sudah terstruktur dalam tiga aspek yakni aqidah, ibadah dan akhlak, dan ketiga aspek

tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.

b. Kesadaran Berilmu

Kesadaran berilmu merupakan urutan nomor dua dalam konsep panca

kesadaran santri. Ilmu secara bahasa memiliki arti pengetahuan atau dalam bahasa

inggris dikenal dengan istilah science. Secara definitif ilmu adalah mengetahui yang

tidak diketahui atau mengetahui sesuatu yang belum diketahui. sebagai makhluk yang

diberkahi akal dan fikiran oleh Allah, manusia memiliki kewajiban untuk memakainya

dalam hal mencari sesuatu yang belum diketahui dengan kata lain mencari ilmu untuk

menjalani kehidupan.18

Menuntut ilmu adalah salah satu kewajiban bagi setiap muslim, hal ini

ditegaskan oleh perkataan Nabi yakni: “carilah ilmu pengetahuan walaupun ke negeri

Cina karena menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim”19 tentunya disini bukan

hanya pengetahuan tentang ilmu agama yang penting, akan tetapi pengetahuan duniawi

juga penting. Hal ini juga tertera dalam pendapat KH. Zaini Mun’im, melalui

wawancara dengan salah satu anak dari KH. Zaini yakni KH. Zuhri Zaini. Dalam

wawancaranya ia menyatakan bahwa “Ilmu merupakan pokok hal yang penting dalam

segala hal, baik dalam beragama, kehidupan berekonomi, bermasyararakat dan

aspek-aspek kehidupan yang lain.”20

18 K.H. Hefniy Razaq, Profil Pondok Pesantren Nurul Jadid, h. 27. 19 K.H. Zaini Mun’im Problematika Dakwah Islamiyah, h. 27. 20 Wawancara penulis dengan KH. Zuhri Zaini di kediaman, rumah beliau, Paiton

Probolinggo, tanggal 09 Januari 2018.

Page 78: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

67

Ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu ilmu pengetahuan agama dan ilmu

pengetahuan duniawi. Istilah populernya kita kenal ilmu pengetahuan teknologi

(IPTEK) dengan iman dan taqwa (IMTAQ).21 Ilmu pengetahuan yang sifatnya umum

dan duniawi ini bersandingan erat dengan ilmu agama. Hal ini bisa kita lihat dari para

tokoh filsafat Islam yakni seperti halnya Ibnu Sina yang yang terkenal dengan ilmu

kedokterannya dengan praktek bedahnya fersi Islam dan lain sebagainya. Disanalah

kita bisa lihat bahwa ilmu pengetahuan sangatlah penting bagi kehidupan.

Kesadaran berilmu merupakan pokok penting dalam aktivitas sehari hari, hal

ini disandarkan kepada manusia agar selalu menggunakan akal dan fikirannya dalam

beraktivitas. Sebagai contoh petani dalam menanam padi menggunakan ilmu

menanam, jikalau petani menanam padi tanpa menggunakan ilmu menanam padi maka

padi yang ia tanam tidak akan hidup dan tumbuh. Inilah sebagai acuan bahwa ilmu itu

penting bagi aktivitas kehidupan sehari-hari.

Seperti dalam wawancara berikut ini:

“Dalam aktivitas sehari-hari, kita harus dasarkan dengan ilmu, jangan hanya

ikut-ikutan, sehingga tahu alasannya apa, tujuannya apa, caranya gimana supaya

mencapai tujuannya dengan baik. Sebab kalau kita ikut-ikutan dalam beragama itu

tidak baik Dalam kehidupan beragama kita”22

c. Kesadaran Bermasyarakat

21 KH.Hefniy Razaq, Profil Pondok Pesantren Nurul Jadid, h. 27. 22 Wawancara penulis dengan K.H. Zuhri Zaini di kediaman, rumah beliau, Paiton

Probolinggo, tanggal 09 Januari 2018.

Page 79: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

68

Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri.23 Dari diri individu

pasti membutuhkan orang lain. Ibnu Khaldun pernah berkata dalam kitab al-

Muqoddimah bahwa : “Kehidupan bermasyarakat merupakan kebutuhan pokok bagi

umat manusia”.24 Artinya bahwa manusia perlu bersosial dalam hidupnya, karena

manusia secara individu tidak bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Ia masih

memerlukan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.

Banyak penegasan ayat al-Qur’an tentang kesadaran bermasyarakat antara lain:

رمكمأ عند ٱلل ا إن أكأ كمأ شعوبا وقبائل لتعارفو ن ذكر وأنثى وجعلأن كم م أيها ٱلناس إنا خلقأن ي

عليم خبير 25 كمأ إن ٱلل أتأقى

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara

kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)26

ن نساء نأهمأ ول نساء م م عسى أن يكونوا خيأرا م ن قوأ خرأ قوم م عسى أن يكن خيأرا يا أيها الذين آمنوا ل يسأ

نأهن ول تلأمزوا أنف لئك هم الم يمان ومن لمأ يتبأ فأوأ د الأ م الأفسوق بعأ لأقاب بئأس السأ ظالمون سكمأ ول تنابزوا بالأ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki

merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari

23 Buku panduan Osabar Mondok Untuk Mengaji dan Membina Akhlakul Karimah, 2017. h

69. 24 K.H. Hefniy Razaq, Profil Pondok Pesantren Nurul Jadid, h. 31. 25 “Khalifah center”, http://khalifahcenter.com/q49.13 diakses pada tanggal 30 Agustus 2018 26 "surat Al-hujurat dan Terjemahan", http://www.quran30.net/2012/08/surat-al-hujuraat-ayat-

1-18.html diakses pada tanggal 30 Agustus 2018.

Page 80: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

69

mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,

boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri

dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk

panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak

bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)

حمون لعلكمأ ترأ لحوا بيأن أخويأكمأ وٱتقوا ٱلل وة فأصأ منون إخأ إنما ٱلأمؤأ

Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah

(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,

supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat:10)27

Dalam beberapa kandungan ayat diatas lebih ditekankan aspek perdamaian dan

rasa saling memiliki antara satu dengan yang lain. Allah SWT menegaskan kepada kita

bahwa semua orang yang beriman adalah saudara atau bersaudara, hal ini juga tidak

dibedakan antara suku, ras, kulit, strata sosial,dan lain-lain. Semua kita diikat oleh

ukhuwah islamiyah.

Kesadaran bermasyarakat adalah hal yang harus dimiliki oleh setiap orang. Di

dalam kesadaran bermasyarakat tercangkup norma-norma yang mengarahkan terhadap

terwujudnya masyarakat yang harmonis, baik itu di dalam bidang mu’āmalah

(ekonomi), bidang mu’āsyarah (pergaulan), bidang adab dan akhlak, dan pembinaan

rumah tangga serta norma asusila.28 Ini semua dimaksudkan untuk menghindari krisis

27 “Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 1-10 dan Terjemahannya”,

https://ibnothman.com/quran/surat-al-hujurat-dengan-terjemahan-dan-tafsir/ diakses pada tanggal 30

Agustus 2018 28 K.H. Zaini Mun’im Problematika Dakwah Islamiyah, h. 12.

Page 81: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

70

bermasyarakat yang ditandai dengan pelanggaran-pelanggaran seperti perjudian,

perzinaan, pelanggaran hak-hak berumah tangga, pelanggaran susila/ kehormatan

manusia dan lain sebagainya. Kesadaran bermasyarakat disini mencakup semua

elemen masyarakat dan tanpa batasan-batasan tertentu.

d. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara

Kesadaran berbangsa dan bernegara adalah aspek yang ke empat dalam panca

kesadaran santri. Landasan awal KH. Zaini Mun’im dalam merumuskan konsep

kesadaran berbangsa dan bernegara ini beliau dasarkan dengan firman Allah yakni:

رمكمأ عند ٱلل ا إن أكأ كمأ شعوبا وقبائل لتعارفو ن ذكر وأنثى وجعلأن كم م أيها ٱلناس إنا خلقأن ي

عليم خبير 29 كمأ إن ٱلل أتأقى

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara

kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurāt: 13)30

Dari ayat diatas menerangkan bahwasannya bangsa merupakan suatu himpunan

bagi semua orang yang terdiri atas beraneka ragam budaya, ras suku-suku, agama dan

aliran kepercayaan lainnya. Masyarakat harus sadar akan berhimpun dan merajut

29 “Khalifah center”, http://khalifahcenter.com/q49.13 diakses pada tanggal 30 Agustus 2018 30 "surat Al-hujurat dan Terjemahan", http://www.quran30.net/2012/08/surat-al-hujuraat-ayat-

1-18.html diakses pada tanggal 30 Agustus 2018.

Page 82: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

71

persatuan, hal ini juga terrumuskan dalam semboyan bangsa Indonesia yakni Bhinneka

Tunggal Ika (Berbeda-beda tapi tetap satu).31

Bangsa membutuhkan suatu wadah untuk melindungi dirinya, hal ini

dilengkapi oleh negara sebagai suatu wadah bagi bangsa. Kesadaran berbangsa ini erat

kaitannya dengan negara. Artinya, berdirinya sebuah negara tidak akan pernah

terbentuk dan diakui oleh negara lain yang apabila didalamnya tidak terdapat suatu

bangsa atau rakyat.32

Sementara itu sebaliknya bahwa kesadaran bernegara erat sekali kaitannya

dengan kesadaran berbangsa. Yang artinya bangsa membutuhkan sebuah aturan untuk

menjalani kehidupan dengan tertib. Bangsa cenderung tidak tertib jika tidak ada wadah

yang namanya negara. Negara merupakan suatu wadah yang menyiapkan lembaga

hukum untuk mengatur bangsa agar tertib berkehidupan, selain itu negara juga

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan bangsa. Dalam hal ini Negara adalah institusi

atau lembaga yang bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya baik itu dalam

bidang ekonomi, sosial, budaya, hukum, pendidikan, pertahanan dan keamanan.

31 Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada

lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya

adalah “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Secara bahasa bhinneka berarti "beraneka ragam". Kata neka

dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia.

Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Harfiahnya Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan

"Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun beranekaragam tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia

tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan

Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa

daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Lihat “Bhinneka Tunggal Ika”,

https://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika diakses pada tanggal 30 Agustus 2018. 32 K.H. Hefniy Razaq, Profil Pondok Pesantren Nurul Jadid, h. 32.

Page 83: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

72

Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan aspek paling penting dalam

panca kesadaran santri. Kesadaran berbangsa dan bernegara juga tidak bisa dipisahkan

antara satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dibolak balik, karena hal ini sudah

terstruktur. Negara tidak akan pernah ada tanpa adanya bangsa terlebih dahulu, karena

negara lahir dari sebuah bangsa. Jikalau kita mengedepankan kesadaran berbangsa

maka kedaulatan negara berada ditangan bangsa atau rakyat. Dan hal ini sesuai dengan

negara Indonesia yakni Demokrasi (Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat).

e. Kesadaran Berorganisasi

Kesadaran berorganisasi merupakan penguatan kesadaran bermasyarakat.

Organisi diartikan sebagai suatu kesatuan yang merupakan wadah ataaupun sarana

untuk mencapai berbagai tujuan. Definisi lain organisasi adalah suatu sistem

perserikatan formal, bestruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja

sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi memiliki komponen-komponen

diantaranya terdapat banyak orang, tata hubungan kerja, spesialis pekerjaan atau

anggota sesuai dengan kemampuan dan spesialisasi masing-masing.

Adanya sebuah organisasi sangat penting bagi masyarakat, karena organisasi

sendiri merupakan wadah bagi masyarakat untuk mencapai sebuah tujuan. K.H. Zaini

Mun’im juga menginginkan santri harus mempunyai kesadaran berorganisasi hal ini

tertera dalam wawancara penulis dengan K.H. Zuhri Zaini selaku putra terakhir K.H.

Zaini Mun’im.

Seperti dalam wawancara berikut ini:

Page 84: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

73

“K.H. zaini menginginkan santri itu mempunyai kesadaran berorganisasi.

Mengapa demikian? Sebab kalau kita didalam usaha apapun baik sekala kecil maupun

usaha sekala yang besar. Misalnya kita berbisnis atau mengajar, berdakwah,itu kalau

sendiri-sendiri itu tidak mampu melaksanakan usaha yang besar dan walaupun kecil-

kecil dan ketika kita menghadapi sebuah kendala kita tidak akan bisa menanggulangi

kendala itu, karena kita sendirian. Tapi kalau dengan bersama-sama tentu bersama-

sama ini ada pengaturan dan pengorganisasian, ada pembagian tugas dan ada aturan-

aturan mainnya, ini insya allah kita bisa melaksanakan usaha-usaha besar dan bisa

menghadapi tantangan-tantangan yang besar juga.”33

Wawanncara di atas menjelaskan bahwa tercapainya sebuah tujuan itu harus

terorganisir dan dilakukan secara bersama. Lebih lanjut lagi organisasi haruslah efektif

dan efesien, sebab kelemahan dalam organisasi menunjukkan lemahnya sumber daya

manusianya (SDM). Hal ini juga sesuai dengan perkataan Ali bin Abi Thalib

“kebenaran yang tidak terorganisir dengan baik akan dikalahkan dengan kebatilan

yang terorganisir.”34

B. Konsepsi Pasnca Kesadaran Santri Dalam Mewujudkan Masyarakat

Madani Menurut K.H. Zaini Mun’im

Demi mencapai tegaknya masyarakat madani, K.H. Zaini Mun’im menekankan

terlebih dahulu betapa pentingnya panca kesadaran santri. yaitu, kesadaran beragama,

kesadaran berilmu, kesadaran bermasyarakat, kesadaran berbangsa dan bernegara, dan

kesadaran berorganisasi.35 Lima kesadaran itulah yang menjadi penunjang demi

terwujudnya masyarakat madani yang selama ini dicita-citakan.

33 Wawancara penulis dengan K.H. Zuhri Zaini di kediaman, rumah beliau, Paiton

Probolinggo, tangga 9 Januari 2018 34 K.H. Hefniy Razaq, Profil Pondok Pesantren Nurul Jadid, h. 35. 35 Buku panduan Osabar Mondok Untuk Mengaji dan Membina Akhlakul Karimah, 2017. h

65.

Page 85: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

74

Ajaran agama yang diturunkan Allah melalui Rasulullah SAW tak lain hanya

untuk kepentingan umat manusia seluruh alam. Dengan bimbingan agama, diharapkan

manusia memiliki pegangan yang pasti dan benar dalam menjalani hidup dan

membangun peradabannya. Sebab manusia tercipta untuk kepentingan agama. Agama

adalah jalan, dan bukan tujuan. Dengan bimbingan agama, manusia berjalan mendekati

Allah dan mengharapkan keridaan-Nya melalui amal baik yang berdimensi vertikal

(ritual keagamaan) dan horizontal (pengabdian masyarakat).36 Agama telah dan masih

akan terus menjadi faktor penting dalam membentuk identitas manusia sebagai sosok

individual dan kelompok. Adalah tugas kita untuk menemukan jalan bagaimana

memanfaatkan potensi positif agama guna memotivasi para penganutnya untuk

berupaya mewujudkan kedamaian, keadilan, dan toleransi dalam kehidupan

keseharian.37

Selain itu, Islam pada hakikatnya sangat memperhatikan aspek keseimbangan

dan keharmonisan. Kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, sikap dan tingkah

laku yang terorganisasi dalam sistem mental dan kepribadian. Agama disini mencakup

aspek-aspek kognitif dan motorik, yakni aqidah, ibadah, dan akhlak.38 Dari ketiga

aspek inilah manusia akan terbentuk dan terorganisasi dengan baik.

36 Komarudin Hidayat, The Wisdom Of Life: Menjawab Kegelisahan Hidup dan Agama,

(Jakarta: Kompas, 2008), hal. 3 37 Alwi Shihab, Membangun Jembatan Melalui Dialog Antar agama dalam Bernard Adeney-

Risakotta, ed., Mengelola Keragaman di Indonesia, (Bandung: Mizan, 2012), hal. 169 38 Buku panduan Osabar Mondok Untuk Mengaji dan Membina Akhlakul Karimah, h 65-66.

Page 86: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

75

Dari aspek aqidah ini manusia akan megalami perubahan dari segi lahir maupun

batin. Keimanan yang kuat akan membuat seseorang selalu pasrah terhadap Allah, dan

selalu bersandar kepadanya dalam segala hal. Lalu kemudian aspek ibadah, ibadah

disini merupakan bentuk kepercayaan terhadap Allah dengan mengikuti seluruh

ajarannya, dari ibadah ini orang akan mengalami perubahan untuk selalu taat terhadap

ajaran agama. Dan aspek yang terakhir yakni akhlak, akhlak adalah salah satu dimensi

Islam yang memusatkan perhatian pada aspek ruhani dan jasmani manusia, yang

selanjutnya dapat membuahkan perilaku-perilaku mulia, baik terhadap Tuhan maupun

sesama makhluk.

kesadaran beragama ini terorganisasi dalam dua kalimat syahadat yaitu

meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan amal

perbuatan. Pada dasarnya kesadaran beragama ditujukan untuk membentuk karakter

atau kepribadian masyarakat agar sesuai dengan moralitas dan nilai-nilai yang terdapat

dalam agama Islam.39 Begitu pentingnya kesadaran beragama dalam kehidupan, hal ini

dimaksudkan untuk membuat suasana yang harmonis dalam kehidupan bermasyarakat.

Aspek akhlak bukan hanya menyangkut individu tetapi juga sosial kemasyarakatan dan

tata asusila dalam keluarga.40

Kesadaran beragama, perlu diimbangi dengan kesadaran akan keilmuan. Sebab,

kata Albert Einstein “Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh”. Walaupun

39 Syaifullah dan Totok Suyanto “Aktualisasi Nilai-Nilai Multikultural Di Pondok Pesantren

Nurul Jadid Paiton Probolinggo”, (Surabaya: UNESA FIS, Kajian Moral dan Kewarganegaraan Volume

03 Nomor 02 Tahun 2014), hal 1068. 40 K.H. Hefniy Razaq, Profil Pondok Pesantren Nurul Jadid, h. 26

Page 87: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

76

berbasis pesantren, KH. Zaini Mun’im tidak hanya menekankan ilmu pengetahuan

agama saja, tetapi ilmu pengetahuan umum juga ditekankan. Tidak ada dikotomi antar

keduanya. Hal ini berlandaskan hadits nabi yang berbunyi;

نأيا فعليأه باألعلأم، ومنأ أراد اآلخره فعليأه بالأعلأم، ومنأ أرادهما فعليأه بالعلأم 41منأ أراد الد

“Barang siapa yang ingin bahagia di dunia, maka ia harus berilmu, dan

barang siapa yang ingin bahagia di akhirat, maka ia harus berilmu. Dan barang siapa

yang ingin kedua-duanya, maka ia juga harus berilmu”.

Hadits di atas menjelaskan betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan di dunia

dan akhirat. Ilmu dalam aktifitas sehari-hari dipakai untuk menopang kehidupan.

Dalam sebuah tujuan sudah dipastikan memerlukan ilmu untuk menggapainya. Tanpa

ilmu sebuah tujuan tidak akan tercapai karena ilmu sendiri merupakan alat untu menuju

tujuan itu. Contoh gambar dibawah ini menunjjukkan antara harta dan ilmu saling

berdapingan, maka pandangan kedepan akan cerah tanpa halangan. Gambar orang

pertama yang tidak mmiliki Ilmu sama sekali pandangannya suram, yang kedua, orang

yang memiliki Ilmu dan tujuan maka pandangannya cerah dan semuanya terlihat,

ketiga, orang yang memiliki ilmu tanpa mempunyai tujuan maka biasa-biasa saja.

41 “Hadis: Ingin Dapat Dunia Dan Akhirat Harus Dengan Ilmu”,

https://syukrillah.wordpress.com/2014/05/27/hadis-ingin-dapat-dunia-dan-akhirat-harus-

dengan-ilmu/ diakses tanggal 29 Agustus 2018.

Gambar 1

Page 88: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

77

Dalam sebuah wawancara dengan salah satu anak dari K.H. Zaini yakni K.H.

Zuhri Zaini menyatakan bahwa:

“Ilmu merupakan pokok hal yang penting dalam segala hal, baik dalam beragama,

kehidupan berekonomi, bermasyararakat dan aspek-aspek kehidupan yang lain. Oleh

karena itu kita didalam beraktifitas harus didasarkan pada ilmu, jangan hanya ikut-

ikutan, sihingga tau tujuannya apa, alasannya apa, caranya gimana, bagaimana

supaya bisa mencapai tujuannya dengan baik.sebab kalau kita ikut-ikutan.

Kebanyakan kita itu kan hilang ghairoh dalam beragama itu kan ikut-ikutan atau

taklid, nah itu tidak baik selain beliau menekankan bahwa santri itu harus punya

kesadaran beragama sebagai ibadah kepada Allah juga kesadaran berilmu karena

ilmu itu sangat penting bagi kehidupan.”42

Kesadaran Bermasyarakat juga disadari sebagai komponen yang penting dalam

membangun masyarakat madani. K.H. Zaini Mun’im mengambil referensi Ibn

Khaldun sebagai salah satu rujukan dalam perumusan konsep ketiga ini. Sesuai dengan

pemahaman beliau terhadap Kitab suci Al-qur’an yakni:

Surat al-Maidah ayat 2

ان و دأ ع الأ م و ثأ لى الأ وا ع ن او ع ل ت ى و و قأ الت بر و لى الأ وا ع ن او ع ت و

Artinya: “Tolong-menolonglah atas dasar kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong-

menolong atas dasar dosa dan permusuhan”.( Qs. Al-Maidah ayat 2).43

42 Wawancara penulis dengan K.H. Zuhri Zaini di kediaman, rumah beliau, Paiton

Probolinggo, tangga 9 Januari 2018 43 “Al-maidah ayat 2”, https://tafsirq.com/topik/Al-Maidah+ayat+2 diakses pada tanggal 29

Agustus 2018.

Page 89: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

78

Melalui kesadaran bermasyarakat ini, kita harus ikhlas dalam mengamalkan

ilmu yang kita miliki. Jangan hanya mengharap pemberian imbalan dengan niatan

duniawi. Sebab, dalam hadits nabi telah jelas :

ن كلهمأ الناس كلهمأ ن و األعاملوأ ن كلهمأ هلأكى إل األعاملوأ ن و األعالموأ تى إل األعالموأ موأ

ن على خطر عظيأم لصوأ ن و األمـخأ لصوأ قى إل األمـخأ 44غرأ

“Segala manusia akan binasa kecuali orang yang berilmu, dan orang yang

berilmu akan binasa kecuali orang yang mengamalkan ilmunya, dan orang yang

mengamalkan ilmunya akan binasa pula kecuali orang yang ikhlas dalam

pengamalannya”.

Dari beberapa pemaparan ayat Al-qur’an dan Hadits diatas, bahwa seseorang

tidak bisa hidup secara Individu karna antara manusia yang satu dengan yang lainnya

saling membutuhkan. Kumpulan dari beberapa orang ini dinamakan masyarakat.

Kesadaran bermasyarakat akan sosial haru ditekankan karena tidak ada orang yang bisa

memenuhi kebutuhannya sendiri, melainkan antara yang satu dengan yang lainnya

saling membutuhkan dan saling memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu seseorang

harus saling berkontribusi untuk membangun masyarakat yang lebih maju.

Dalam sebuah wawancara dengan salah satu anak dari K.H. Zaini yakni K.H.

Zuhri Zaini menyatakan bahwa:

“Santri harus memiliki kesdaran bermasyarakat, termasuk masyarakat berbangsa dan

bernegara, sebab bangsa dan negara ini adalah wadah masyarakat, bangsa itu ya

masyarakat besar, kumpulan masyarakat bangsa dan wadahnya adalah negara. Jadi

santri sebagai orang yang hidup dalam masyarakat dan hidup sebagai bagian dari

44“Cinta Kajian Sunnah”, https://cintakajiansunnah.wordpress.com/2014/05/30/hadits-hadits-

tentang-ilmu-yang-tidak-boleh-dijadikan-hujjah-1/ diakses pada tanggal 4 september 2018

Page 90: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

79

bangsa dan hidup disuatu negara, dia harus punya kesadaran kepada masyarakat,

kepedulian terhadap masyarakatnya kepada bangsanya dan kepada negaranya.

Sehingga santri harus bisa berkontribusi atau punya manfaat bagi masyarakat

termasuk kepada bangsa dan bela negara menjaga keutuhan bangsa dan seterusnya”45

Dengan demikian, kesadaran akan beragama, kesadaran akan berilmu harus

berbanding lurus dengan kesadaran masyarakat melalui pengabdian-pengabdian

sebagai individu yang sadar akan kewajibannya sebagai bagian dari umat bangsa dan

agama. K.H. Zaini Mun’im sadar betul bagaimana perjuangan beliau dalam

menaklukkan penjajah di Indonesia. Demi menjaga dan mempertahankan negara

kesatuan Republik Indonesia ini, belaiu menekankan betapa pentingnya akan

kesadaran berbangsa dan bernegara. Sebab, bagaimanapun juga tanah air yang kita

pijak adalah tanah air negara Indonesia.

Kesadaran berbangsa dan bernegara ini berlandaskan kepada sabda nabi

Muhammad SAW yang berbunyi: “Mencintai negara merupakan bagian dari iman”.46

Yang artinya, seseorang yang tidak memiliki rasa cinta terhadap negaranya, maka

keimanan yang dimilikinya masih belum sempurna. Menjaga ketenangan, keadilan,

dan kedamaian di negara ini menjadi tugas kita semua sebagai bangsa dan rakyat

Indonesia. Hal ini juga tertera dalam lagu sebagai berikut:

“Lagu Subbanul Waton”

Ya lal wathon Ya lal wathon Ya lal wathon

Hubbul wathon minal iman

Wa laa takun minal hirman

Inhadu ahlal wathon

45 Wawancara penulis dengan K.H. Zuhri Zaini di kediaman, rumah beliau, Paiton

Probolinggo, tangga 9 Januari 2018 46 Buku panduan Osabar Mondok Untuk Mengaji dan Membina Akhlakul Karimah, h 70.

Page 91: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

80

Indonesia biladi

Anta unwanul fakhoma

Kullu may ya’tika yauma

Thomihay yalqo himama

Pusaka hati wahai tanah airku

Cintaku dalam imanku

Jangan halangkan nasibmu

Bangkitlah hai bangsaku

Indonesia negeriku

Engkau panji martabatku

Siap datang mengancammu

Kan binasa di bawah durimu

Lagu di atas menerangkan tentang kecintaan kita terhadap suatu Bangsa dan

Negara. Wajib bagi kita cinta terhadap tanah air. Maka hal ini dirasa perlu karena

kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan hal yang wajib bagi kita lakukan untuk

menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Jika semuanya memiliki kesadaran akan hal

ini, maka tidak menutup kemungkinan keadilan sosial di segala lini akan merata tanpa

ada satupun yang terdiskreditkan. Kesadaran berbangsa dan bernegara ini di

gambarkan dalam bentuk tidak akan rela melihat kedzaliman, tidak akan diam melihat

penindasan dan ketidakadilan, tidak akan ragu mengatakan yang haq itu haq dan yang

batil itu batil. Dawuh KH. Zaini Mun’im “Berdosa bagi orang yang tidak memikirkan

masalah ummat dan hanya memikirkan diri sendiri”.47

Begitu pentingnya aspek kesadaran berbangsa dan bernegara ini yang artinya

jikalau kita mengedepankan kesadaran berbangsa maka kedaulatan negara berada

47 Buku panduan Osabar Mondok Untuk Mengaji dan Membina Akhlakul Karimah, h 70.

Page 92: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

81

ditangan bangsa atau rakyat. Dan hal ini sesuai dengan negara Indonesia yakni

Demokrasi (Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat). Kesadaran berbangsa dan

bernegara menunjukkan persatuan dan kesatuan dalam bela negara.

Untuk mencapai itu semua, maka diperlukan sebuah kerjasama yang

terorganisir demi tercapainya tujuan dan cita-cita bersama. Dengan demikian, perlu

adanya kesadaran berorganisasi bagi seseorang. Kesadaran inilah yang nantinya akan

memunculkan semagat komunal, bukan lagi semangat individual dalam mewujudkan

cita-cita yang dicita-citakan.

Kesadaran berorganisasi ini merupakan penguatan kesadaran bermasyarakat,

supaya ada keteraturan antara individu satu dengan individu lain. Sebab, menurut K.H.

Zaini Mun;im tidak mungkin menghadapi tantangan global jika hanya sendiri-sendiri

tanpa adanya organisasi. Sebab, kebaikan tanpa organisasi akan kalah dengan

kejahatan yang terorganisir. Itulah sebabnya kesadaran berorganisasi menjadi bagian

poin penting dalam mewujudkan masyarakat madani.

Organisasi merupakan wadah bagi masyarakat yang mempunyai visi dan misi

dengan tujuan bersama. Tanpa adanya organisasi sebuah tujuan besar tidak akan

terwujud. Organisasi sendiri mempunyai cara-cara yang efektif dan efesien dalam

menjalankan tujuannyya.48 Hal ini juga tertera seperti wawancara dibawah ini:

“K.H. zaini menginginkan santri itu mempunyai kesadaran berorganisasi.

Mengapa demikian? Sebab kalau kita didalam usaha apapun baik sekala kecil maupun

usaha sekala yang besar. Misalnya kita berbisnis atau mengajar, berdakwah,itu kalau

sendiri-sendiri itu tidak mampu melaksanakan usaha yang besar dan walaupun kecil-

kecil dan ketika kita menghadapi sebuah kendala kita tidak akan bisa menanggulangi

48 Rusydi Sulaiman dan A. Basori Shanhaji Antara Idealisme dan pragmatisme, h. 31.

Page 93: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

82

kendala itu, karena kita sendirian. Tapi kalau dengan bersama-sama tentu bersama-

sama ini ada pengaturan dan pengorganisasian, ada pembagian tugas dan ada aturan-

aturan mainnya, ini insya allah kita bisa melaksanakan usaha-usaha besar dan bisa

menghadapi tantangan-tantangan yang besar juga.”49

Kelima kesadaran di atas, jika dimiliki oleh setiap individu, maka bukan tidak

mungkin masyarakat madani akan terwujud, karena pada dasarnya masyarakat madani

merupakan bentuk lain dari humanisme yang mana humanisme di sini merupakan

paham yang menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Ali Syari’atipun memberikan

pernyataan bahwa kita harus meningkatkan sisi kemanusiaan kita dari kategori basyar

menuju insan kamil. Kesadaran beragama, kesadaran berilmu, kesadaran

bermasyarakat, kesadaran berbangsa dan bernegara, kesadaran berorganisasi, kelima

hal ini saling berkesinambungan. Kesadaran beragama merupakan kesadaran paling

utama yang harus dimiliki oleh setiap orang, karena kesadaran beragama di sini

dimaksudkan untuk menjadikan setiap individu memiliki kesadaran akan dirinya

sendiri, hal ini peruntukkan untuk pengendalian dari dan di dalam kesadaran beragama

ini akan menghasilkan perilaku yang baik.

Begitupun dengan kesadaran berilmu, kesadaran berilmu ini harus dimiliki oleh

setiap individu agar dalam menjalankan sesuatunya sukses dan efisien, tanpa ilmu

pandangan manusia akan suram, oleh karena itu Ilmu sangat diperlukan untuk

menghindari taklid dalam menjalankan kehidupan. Kesadaran bermasyarakat harus

dimiliki oleh setiap manusia, dengan kesadaran bermasyarakat manusia yang hidup

49 Wawancara penulis dengan K.H. Zuhri Zaini di kediaman, rumah beliau, Paiton

Probolinggo, tanggal 9 Januari 2018

Page 94: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

83

bersama dngan orang lain dan menyadari segala konsekuensianya. Dari kesadaran

berrmasyarakat orang akan tersadarkan bahwa semua orang hidup bersama-sama dan

saling bergotong royong dalam kehidupannya.

Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan aspek keempat yang harus

dimiliki oleh manusia agar masyarakat madani terwujudkan. Konsep ini merupakan

pelajaran bahwa kita harus cinta tanah air dan bela negara, kesadaran berbangsa dan

bernegara ini merupakan bentuk persatuan yakni Bhenika Tunggal Ika (Berbeda-beda

tapi tetap satu). Hal ini bertujuan untuk menciptakan persatuan. Lalu kemudian

kesadaran berorganisasi, kesadaran berorganisasi membentuk manusia menuju suatu

tujuan bersama, berbondong-bondong menuju tujuan yang satu, dengan cara ektif dan

efisien. Inilah humanisme islam yang dicita-citakan K.H. Zaini Mun’im (masyarakat

madani). Kesadaran berorganisasi juga diperuntukkan masyarakat agar dalam

menghadapi tantangan global bisa melakukannya dengan baik. KH. Zaini Mun’im Juga

pernah bilang “kalau kita berjalan sendiri-sendiri maka sebuah tujuan sulit untuk

dicapai”50 dengan berorganisasi maka masyarakat akan bisa menghadapi tantangan

zaman.

Jadi bukan tidak mungkin akan terwujudnya masyarakat madani , apabila

konsep panca kesadaran santri diterapkan di dalam diri individu orang masing-masing

sehingga merubah kualitas manusia yang awalnya basyar menjadi insan kamil.

Masyarakat madani yang dicita-citakan akan terwujud dengan kelima konsep tersebut.

50 Wawancara penulis dengan K.H. Zuhri Zaini di kediaman, rumah beliau, Paiton

Probolinggo, tanggal 9 Januari 2018

Page 95: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

84

kelima konsep tersebut sejak pendirian pesantren Nurul jadid sudah di terapkan di

dalam pesantren sampai sekarang, dan hal ini berhasil menghasilkan kader-

kaderbangsa. Terbukti bahwa konsep panca kesadaran santri sangat bagus untuk

mewujudkan masyarakat madani.

Penerapan konsepsi panca kesadaran santri di Pondok pesantren nurul jadin

yakni dilakukan secara langsung atau praktek. Hal ini diperuntukkan agar santri bisa

memahami dan mengamalkan kelima konsepsi santri. Kekurangan dari konsepsi panca

kesadaran santri ini yang di ajarkan di dalam pesantren tidaklah diketahui oleh santri

namun santri di sini hanya diberikan pemahaman untuk melaksanakan konsepsi panca

kesadaran santri, kekurangan dari penerapannya berpusat dalam pengetahuan santri,

yang artinya bahwa di dalam pesantren tidak dikaji secara mendalam dengan

melakukan berbagai diskusi atau pengajaran secara teori. Namun pesantren hanya

mengajarkan secara praktis.

Hal yang positif dari pengajaran konsepsi panca kesadaran santri yakni santri

langsung mengamalkan dan sadar akan tanggung jawabnya, santri bisa melakukan

praktek secara langsung dan mengamalkannya. Hasil dari pengajaran secara praktis

tentang konsepsi panca kesadaran santri ini dapat ditemukan dari berbagai alumni yang

peduli antar sesama, seperti halnya gotong royong untuk memberikan bantuan terhadap

anak yatim dan korban bencana.

Page 96: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsepsi panca kesadaran santri K.H. Zaini Mun’im merupakan bentuk

konsepsi yang bersifat umum yang berlaku disemua kalangan. Konsep panca

kesadaran santri ini adalah miniatur masyarakat madani. Panca kesadran santri itu

antara lain: kesadaran beragama, kesadaran berilmu, kesadaran bermasyarakat,

kesadaran berbangsa dan bernegara, kesadaran berorganisasi. Panca kesadaran santri

merupakan konsep yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk menunjang

terbentuknya, terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

Dengan kata lain tujuan dari pemikiran K.H. Zaini Mun’im adalah mewujudkan

masyarakat madani.

Konsepsi panca kesadaran santri memiliki arti yang sangat mendasar, bahwa

kita harus sadar akan hal beragama, berilmu, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, berorganisasi. Hal ini untuk menunjang akan terwujudnya masyarakat

madani. Konsepsi ini merupakan hal yang sudah biasa dilakukan dalam kegiatan

manusia seharai-hari. Jadi konsepsi panca kesadaran santri ini mampu untuk

menunjang terwujudnya masyarakat madani.

Maka inilah perlunya panca kesadaran santri bagi masyarakat. Jika panca

kesadaran santri ini dimiliki oleh setiap individu, kesadaran beragama, kesadaran

berilmu, kesadaran bermasyarakat, kesadaran berbangsa dan bernegara, dan

Page 97: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

86

kesadaran berorganisasi. Maka bukan hal yang mustahil untuk mewujudkan

masyarakat madani, masyarakat yang adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

B. Saran

Seperti telah disimpulkan oleh penulis tentang konsep panca kesadaran santri

dalam mewujudkan masyarakat madani, maka sesuai dengan tujuan awal bahwa

masyarakat madani dapat diwujudkan dengan panca kesadaran santri yakni 1.

Kesadaran beragama, 2. Kesadaran berilmu, 3. Kesadaran bermasyarakat, 4.

Kesadaran berbangsa dan bernegara, 5. Kesadaran berorganisasi.

Tujuan awal KH. Zaini Mun’im merumuskan konsep panca kesadaran santri

untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan dan ke-Indonesiaan untuk para santri agar

ketika keluar berguna bagi bangsa dan negara. Dengan demikian pondok pesantren

Nurul jadid yang mencetak kader-kader bangsa, dimaksudkan untuk merubah

kehidupan masyarakat yang cenderung merosot.

Saharusnya ajaran tentang panca kesadaran santri ini yang sudah berjalan

didalam pesantren, dijadikan pedoman bagi masyarakat diluar pesantren dengan

maksud mewujudkan masyarakat madani. Karena pada dasarnya K.H. Zaini Mun’im

merumuskan konsep panca kesadaran santri untuk mewujudkan kehidupan

masyarakat yang lebih baik dengan kata lain berkehidupan seperti halnya masyarakat

madani.

Page 98: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

87

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Fatimah, Konsep Islam Sebagai Dīn: Kajian terhadap Pemikiran Syed

Muhammad Naquib al-Attas, Jakarta: INSISTS, September-November 2004.

Ahyadi, Abdul Aziz, Psikologi Agama (Kepribadian Muslim Pancasila), Bandung:

Sinar Baru Algen sindo,Cet. III, 2001.

“Al-maidah ayat 2”, https://tafsirq.com/topik/Al-Maidah+ayat+2 diakses pada tanggal

29 Agustus 2018.

Amin, M. Masyhur dan M. Nasikh Ridwan, K.H. Zaini Mun'im Pengabdian dan

Karya Tulisnya, Yogyakarta: LKPSM, 1996.

Arif, Humanisme Gus Dur: Pergumulan Islam dan Kemanusiaan, Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2013.

Aswi, Saili dkk, Riwayat Singkat Almarhumin Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Probolinggo: Sekretariat PPNJ, 2011.

A. Ubaidillah dkk, Demokrasi, Ham dan Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN Jakarta

Press, 2000.

A. Ubaidillah, Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HAM dan Masyarakat

Madani, Jakarta :IAIN Jakarta Press, 2000.

Azizah, Febriyani, “Konsep Masyarakat Madani Menurut Partai Keadilan Sejahtera”,

(PKS), Skripsi S1 UIN Jakarta, 2007.

Azra, Azyumardi, Menuju Masyarakat Madani, Bandung: Rosdakarya, 1999.

Azra, Azzumardi, “Civil Society and Democratization in Indonesia: Transition during

President Wahid's Rule and Beyond”, Refleksi, Vol. III, No.3, 2003.

“Bhinneka Tunggal Ika”, https://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika

diakses pada tanggal 30 Agustus 2018

“Biografi K.H. Zaini Mun’im”, http://www.nuruljadid.net/biografi-kh-zaini-munim

diakses pada tanggal 2 september 2018.

Budiardjo Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia, 2008.

Page 99: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

88

Buku panduan Osabar “Mondok Untuk Mengaji dan Membina Akhlakul Karimah”.

Casram, “Membangun Sikap Toleransi Beragama dalam Masyarakat Plural”,

Bandung: UIN Suna Gunung Djati, Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya

1, 2, Juli-2016.

Cawidu, Harifudin, Konsep Kufr Dalam al-Qur'an, Suatu Kajian Teologis Dengan

Pendekatan Tematik, Jakarta: Bulan Bintang, 1991.

Chairani, Lisya & M.A. Subandi. Psikologi Santri Penghafal Al-qur’an Peranan

Regulasi Dirii, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

“Cinta Kajian Sunnah”, https://cintakajiansunnah.wordpress.com/2014/05/30/hadits-

hadits-tentang-ilmu-yang-tidak-boleh-dijadikan-hujjah-1/ diakses pada

tanggal 4 september 2018.

“Egalitarianisme”, https://id.wikipedia.org/wiki/Egalitarianisme, diakses pada tanggal

28 september 2018.

“Egalitarianisme”, https://kbbi.web.id/egalitarianisme (KBBI Online) diakses pada

tanggal 28 september 2018.

Fazillah, Nur, “Konsep Civil Society Nurcholish Madjid Dan Relevansinya Dengan

Kondisi Masyarakat Indonesia Kontemporer”, Al-Lubb, Vol. 2, No. 1, Medan:

Pascasarjana Universitas Islam Negeri, 2017: 206-225.

Fuad, Ismail, “Konsep Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan Islam”, Skripsi

UIN syarif Hidayatullah Jakarta: Skripsi Program Studi Pendidikan Agama

Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 2004.

Gazalba, Sidi, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan sosiografi, Jakarta: Bulan

Bintang, 1976.

Gellner, Ernest, Membangun Masyarakat Sipil: Prasyarat Menuju Kebebasan,

Bandung: Mizan Cet. I, 1995.

Ghazali, Abd Muqsith, “K.H. Zaini Mun’im,” dalam Mastuki HS dan M. Isham El-

Saha (ed.), Intelektualisme Pesantren Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran

di Era Keemasan Pesantren Jakarta: Diva Pustaka, 2003.

Page 100: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

89

“Hadis: Ingin Dapat Dunia Dan Akhirat Harus Dengan Ilmu”,

https://syukrillah.wordpress.com/2014/05/27/hadis-ingin-dapat-dunia-dan-

akhirat-harus-dengan-ilmu/ diakses tanggal 29 Agustus 2018.

Hakim, Masykur dan Tanu Widjaya, Model Masyarakat Madani, Jakarta: Intimedia,

2003.

Hardiman, Budi, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern; Dari

Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta :Erlangga, 2011.

Harnadi, Dodik, “ KH Zaini Mun’im, Ulama Pencetus Panca Kesadaran”

https://www.timesindonesia.co.id/read/146829/20170424/224008/kh-zaini-

munim-ulama-pencetus-panca-kesadaran/ diakses 26 Agustus 2018.

Hidayat, Komaruddin, dkk. 70 Tahun Prof. Dr. Munawir Sjadzali, Jakarta:

Paramadina, 1995.

Hidayat, Komarudin, The Wisdom Of Life: Menjawab Kegelisahan Hidup dan

Agama, Jakarta: Kompas, 2008).

Ibrahim Anwar, “Akhlak, Ilmu dan Etika Asas Masyarakat Madani.”

http://anwaribrahimblog.com/s=masyarakat+madani, diakses tanggal 11

Agustus 2018

Ihsan, Muhammad,”Hukum Islam dan Moralitas Dalam Masyarakat Madani”, ,

Pemikiran Hukum Islam, Volume 22, Nomor 1, Riau: IAIN Sultan Syarif

Kasim, April 2012.

Ismail SM., Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2000.

Isna, Tampaknya Dirimu Mengaktifkan Ad-blocker",

https://brainly.co.id/tugas/10478038 diaksel pada tanggal 27 juli 2018

Januari, Moh. Fauzan, Pengantar Hukum Islam dan Pranata Sosial, Bandung:

Pustaka Setia, 2013.

Kamus Al-Munawwir Arab- Indonesia PDF

Khaer, Abu, Konsep Masayarakat Madani dalam Manifesto Perjuangan Gerindra

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014.

Page 101: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

90

“Khalifah center”, http://khalifahcenter.com/q49.13 diakses pada tanggal 30 Agustus

2018.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1979).

Kurzman, Charles, Wacana Islam Liberal; Pemikiran Islam Kontemporer tentang

Isu-isu Global, Jakarta: Paramadina, 2001.

Maarif, A. Syafii, Mencari Autentisitas Dalam Kegalauan. Yogyakarta: PSAP, 2004.

Madjid, Nurcholish, Pintu-pintu Menuju Tuhan. Jakarta: Paramadina, 2002.

Mangunhardjana, A., Isme-Isme Dari A Sampai Z , Yogyakarta: Kanisius,

1997.

Muzakki, Muhammad, “Perubahan Perilaku Santri Studi Kasus Alumni Pondok

Pesantren Salafiyah Di Desa Langkap Kecamatan Besuki Kabupaten

Situbondo”(Jurnal Universitas Muhammadiyah Ponorogo: Volume 2, Nomor

1, Juli-Desember 2016.

Mun’im, A. Rafiq Zainul, Tafsir Surat al-Fatihah K.H. Zaini Mun’im, Yogyakarta:

Forstudia dan PP. Nurul Jadid, 2004.

Mun’im, Zaini, Problematika Dakwah Islamiyah, Probolinggo: NJPress, 2008.

Muslih, Mohammad “Wacana Masyarakat Madani: Dialektika Islam dengan Problem

Kebangsaan”, Jurnal Tsaqafa Volume. 6 No. 1 , Ponorogo:Institut Studi

Islam Darussalam (ISID) GontorApril 2010.

Madjid, Nurcholish, Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, Jakarta: Paramadina,

1999.

Madjid, Nurcholish, et.al, Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern: Respon

Transpormasi Nilai-Nilai Islam Menuju Masyarakat Madani, Jakarta:

Mediacita, 2000.

Madjid, Nurcholihs, “Menuju Masyarakat Madani”, Jurnal Kebudayaan dan

Peradapan, Ulumul Qur’an, No.2/1996.

Madjid, Nurcholish, “Menuju Masyarakat Madani”, dalam Ulumul Quran,

No.2/VII/96, Jakarta: LSAF-PPM, 1996.

Page 102: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

91

Madjid, Nurcholish, Masyarakat Religius: Membumikan Nilai-nilai Islam dalam

kehidupan Masyarakat, Jakarta: Paramadina, 2004.

Madjid, Nurcholish, dkk, Demokratisasi Politik, Budaya, dan Ekonomi: Pengalaman

Indonesia Masa Orde Baru, Jakarta: Paramadina, 1994.

Moeliono, Anton M, dkk, Kamus besarbahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, Cet.

III,1990.

Muhammad, Nurdinah, “Masyarakat Madani Dalam Perspektif Al-Qur’an”, Al-

Mu‘ashirah, Vol. 14, No. 1, Darussalam Banda Aceh: Jurnal Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Januari 2017.

Muhammad, Basir “Sejarah Kelas dan Masyarakat Egaliter (Mendamaikan Ras,

Patronasi, hingga Borjuis dan Proletar)”, Yogyakarta: Skripsi UIN Sunan Kali

Jaga, BAB III, 2014.

Muliyadi, “Al-Khair dalam Perspektif Dakwah”, Al-Khitabah, Vol. II, No. 1,

Makasar: UIN Alauddin, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas

Dakwah dan Komunikasi Desember 2015.

“Mu’min”, https://id.wikipedia.org/wiki/Mu%27min, diakses pada tanggal 2 Oktober

2018.

Nasution, Harun, (eds), Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992.

Nasution, Harun, Islam Rasional, Bandung : Mizan, 1995.

Patik, Ahmad, “Peran Ulama Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani Yang Kuat

(Orde Baru-Orde Reformasi)”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002.

Poerwanto, Seluk Beluk Filsafat Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991.

Raharjo, M. Dawam, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah dan Perubahan

Sosial. Jakarta: LP3ES dan LSAF, 1999.

Rahardjo, M. Dawani, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah dan Perubahan

Sosial Oakarta: LP3ES & LASF, 1999.

Rakhmat, Jalaluddin, et.al., Tharikat Nurcholishy: Jejak Pemikiran dari Pembaharu

Sampai Guru Bangsai, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Page 103: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

92

Razaq, Hefniy, Profil Pondok Pesantren Nurul Jadid. Probolinggo: Humas

Sekretariat PPNJ.

Rozak, Abdul, “Pendidikan Kewarganegaraan Civic Education : Demokrasi, Hak

Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta: program studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, 2003.

Samsinas, “Masyarakat Madani Dalam Islam”, Hunafa, Vol. 3 No. 1, Palu: STAIN

Datokarama, Jurusan Dakwah Maret 2006.

Setiawan, Deny,“Kerja Sama (Syirkah) Dalam Ekonomi Islam”, Ekonomi

Pembangunan, Volume 21, Nomor 3, Riau: Kampus Bina Widya Jurusan

Ilmu Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas September 2013.

Shihab, Alwi, “Membangun Jembatan Melalui Dialog Antar agama dalam Bernard

Adeney-Risakotta, ed., Mengelola Keragaman di Indonesia”, Bandung:

Mizan, 2012.

Shihab, Quraish, Membumikan Al-qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, Bandung :Mizan, 2004.

Shihab, Quraish, Wawasan al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan

Umat, Bandung: Mizan, 1996.

Sudarsono, Heri, Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah: Deskripsi Dan Ilustrasi,

Yogyakarta: Ekonosia, 2003.

Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta: PT. RinekaCipta, 1992.

Sulaiman, Rusyidi dan A. Bashori Shanhaji, PPNJ Antara Idealisme dan

Pragmatisme. Jember: Madania, 2004.

"surat Al-hujurat dan Terjemahan", http://www.quran30.net/2012/08/surat-al-

hujuraat-ayat-1-18.html diakses pada tanggal 30 Agustus 2018.

“Syahadat”, https://id.wikipedia.org/wiki/Syahadat diakses tanggal 31 Agustus 2018.

Syaifullah dan Totok Suyanto “Aktualisasi Nilai-Nilai Multikultural Di Pondok

Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo”, Surabaya: UNESA FIS, Kajian

Moral dan Kewarganegaraan Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014.

Page 104: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

93

Syamsuddin, Din, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani Jakarta:

Logos Wacana Ilmu, 2000.

Syari’ati, Ali, Humanisme Antara Islam dan Madzhab Barat, terj. Afif Muhammad,

Bandung: Pustaka Hidayah, 1996.

“Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 1-10 dan Terjemahannya”,

https://ibnothman.com/quran/surat-al-hujurat-dengan-terjemahan-dan-tafsir/

diakses pada tanggal 30 Agustus 2018

Tahir Azhary, Negara Hukum, Jakarta : Kencana, 2004.

Tahqiq, Nanang, Asas-Asas Falsafah Islam, Tanggerang Selatan: HIPIUS, 2016.

Tim, Mengenal Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Probolinggo:

Biro Umum, 1998.

Umar, Akrim Dhiyauddin, Madinah Society at The Time of The Prophet: Its

Characteristic and Organization, Terjemahan, Mun’im A. Sirry, Masyarakat

Madani : Tinjauan Historis Kehidupan Zaman Nabi, Jakarta : Gema Insani

Press,1999.

Wati, Vita Fitriadan Sri Agustin Sutrisno, “civil society, konsep ummah dan

masyarakat madani” MKU-UNY, artikel di download pada 1 Mei 2018.

Wawancara penulis dengan K.H. Zuhri Zaini di kediaman, rumah beliau, Paiton

Probolinggo, tanggal 09 Januari 2018.

Yuliadi, Yadi, “Civil Society di Indonesia Menurut Azzumardi Azra”, UIN Jakarta:

Skripsi Jurusan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, 2007.

Zamharir, Muhammad Hari, Agama dan Negara: Analisis Kritis Pemikiran Politik

Nurcholish Madjid, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004.

Page 105: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

Lampiran X : Lembar Pertanyaan Wawancara

Draft Pertanyaan Wawncara Dengan K.H. Zaini Mun’in

1. Bagaimana sejarah K.H. Zaini Mun’im dalam duni da’wah?

2. Bagaimana pemikiran K.H. Zaini Mun’im mengenai konsep panca kesadaran

santri?

3. Apa yang melatar belakangi K.H. Zaini Mun’im mengeluarkan konsep panca

kesadaran santri?

4. Apa tujuan K.H. Zaini Mun’im mengonsepkan panca kesadaran santri?

Page 106: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

HASIL WAWANCARA II

Nama : K.H. Zuhri Zaini

Alamat : J. K.H. Zaini Mun’im Karanganyar Paiton Probolinggo

Jabatan : Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid

Waktu Wawancara : 09 Januaru 2018, pukul 08:00 WIB.

1. Bagaimana sejarah K.H. Zaini Mun’im dalam dunia dakwah?

Jawaban:

Beliau itu, berdakwah dengan mendirikan pesantren di Madura pada walnya.

Kemudian Belanda balik lagi menjajah Indonesia, beliau ikut memimpin

memimpin masyarakat di sana untuk melawan Belanda. Kemudian akhirnya

beliau terdesak kemudian beliau hijrah kesini (Paiton Probolinggo) dan

mendirikan pesantren lagi, sebagai pusat kegiatan dakwah beliau dan tempat

pendidikan untuk kader-kader dakwah daerah. Beliau selain mengajar mendidik

santri juga memberi pengajian-pengajian terhadap masyarakat sekitar. Dan beliau

aktif di jami’iah dan beliau juga aktif dalam melakukan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang ekonomi juga, seperti pemberdayaan tembakau

lingkunan merintis Desa Karanganyar. Jadi beliau memang aktif dalam

kemasyarakatan dalam bernegara, dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan

bernegara beliau aktif sejak awal.

Page 107: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

2. Bagaimana pemikiran K.H. Zaini Mun’im mengenai konsep panca kesadaran

santri?

Jawab:

Santri sebagai kader-kader umat, kader-kader bangsa itu harus mempunyai lima

kesadaran seagai bekal di dalam mengabdi kepada masyarakat, yang namanya

santri itu kan menjalani pendidikan, pengemblengan di pesantren agar nantinya

setelah pulang kemasyarakat dia bermanfaat. Kemudian serta aktif dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, beliau

menginginkan santri itu selain mempunyai kesadaran keagamaan, sudah jelas

peantren itu tujuannya untuk menanamkan pendidikan beragama, santri dan

masyarakat. Karena pesantren itu melanjutkan misi rasul dan juga kesadaran

keilmuan, bahwa ilmu itu penting dalam segala hal baik dalam beragama, dalam

kehidupan berekonomi, bermasyarakat dan aspek-aspek kehidupan yang lain.

Oleh karena itu kita di Dalam beraktivitas harus di dasarkan dengan ilmu, jangan

hanya ikut-ikutan, sehingga tahu alasannya apa, tujuannya apa, caranya gimana

supaya mencapai tujuannya dengan baik. Sebab kalau kita ikut-ikutan dalam

beragama itu tidak baik. Oleh karena itu beliau selain menekankan bahwa santri

itu harus mempunyai kesadaran beragama itu sebagai ibadah kepada Allah,

kemudian kesadaran berilmu, karena ilmu itu penting dalam kehidupan manusia

dan seterusnya. Selain itu juga memiliki kesadaran bermasyarakat, termasuk

masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab bangsa dan negara ini adalah wadah

masyarakat, bangsa itu ya masyarakat besar, kumpulan masyarakat bangsa dan

Page 108: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

wadahnya adalah negara. Jadi santri sebagai orang yang hidup dalam masyarakat

dan hidup sebagai bagian dari bangsa dan hidup di suatu negara, dia harus punya

kesadaran kepada masyarakat, kepedulian terhadap masyarakatnya kepada

bangsanya dan kepada negaranya. Sehingga santri harus bisa berkontribusi atau

punya manfaat bagi masyarakat termasuk kepada bangsa dan bela negara menjaga

keutuhan bangsa dan seterusnya. Kemudian yang terakhir, K.H. zaini

menginginkan santri itu mempunyai kesadaran berorganisasi. Mengapa demikian?

Sebab kalau kita di dalam usaha apapun baik sekala kecil maupun usaha sekala

yang besar. Misalnya kita berbisnis atau mengajar, berdakwah, itu kalau sendiri-

sendiri itu tidak mampu melaksanakan usaha yang besar dan walaupun kecil-kecil

dan ketika kita menghadapi sebuah kendala kita tidak akan bisa menanggulangi

kendala itu, karena kita sendirian. Tapi kalau dengan bersama-sama tentu

bersama-sama ini ada pengaturan dan pengorganisasian, ada pembagian tugas dan

ada aturan-aturan mainnya, ini insya allah kita bisa melaksanakan usaha-usaha

besar dan bisa menghadapi tantangan-tantangan yang besar juga, saya kira

pesantren organisasi, NU organisasi, bahkan negara ini organisasi, jadi

seandainya tidak ada organisasi Negara tidakada organisasa NU dan pesantren

kita jalan sendiri-sendiri ya mngkin tidak akan baik seperti ini, termasuk kita juga

tidak akan bisa mengusir penjajah seandainya kita itu jalan sendiri-sendiri. Jadi

kita harus bisa kerja sama dengan orang lain dalam suatu wadah, wadah itu

namanya organisasis. Jadi beliau tidak menyukai orang yang bekerja itu sendiri-

sendiri. Jadi jalaninya itu harus bersama-sama dalam segala hal, termasuk, bukan

Page 109: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

hanya dalam dakwah, bukan hanya dalam pendidikan dan juga di dalam usaha

bisnis. Apalagi dalam masa sekarang ini persaingan, kan begitu ketat, jadi kalau

kita jalan sendiri-sendiri kita tidak mampu, termasuk dalam bisnis, kenapa kita

tidak bisa bersaing karena kita jalaninya sendiri-sendiri. Sementara orang lain

membuat jaringan seperti Indomaret, Alfamart bersama orang lain. Itu kan berkat

organisasi mereka menjadi besar, tetapi kalau sendiri-sendiri ya tetap kecil-kecil

saja.

3. Apa yang melatar belakangi K.H. Zaini Mun’im mengeluarkan konsep panca

kesadaran santri?

Jawab:

Beliau mempunyai pengalaman baik pendidikan maupun dalam perjuangan dalam

organisasi yang sudah cukup banyak pengalamannya. Beliau juga seorang

pemikir, bukan hanya seorang pekerja. Sehingga beliau selain bekerja juga

melakukan kajian-kajian. Sehingga menemukan rumusan tentang itu (panca

kesadaran santri). Jadi hasil pemikiran dan juga perjuangan beliau.

4. Apa tujuan K.H. Zaini Mun’im mengonsepkan panca kesadaran santri?

Jawab:

Beliau mengajarkan panca kesadaran santri kepada santri itu, itu tjuannya agar

santri itu menjadi manusia yang bisa bermanfaat yang banyak selain bagi dirinya,

masyarakat, bangsanya dan negaranya.

Memang beliau mengajarkan panca kesadaran santri kepada santri, tapi santri kan

sebagai kader umat, kader bangsa, kader-kader masyarakat itu mereka akan terjun

Page 110: KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43360/1/SOLIHIN...KONSEPSI TENTANG PANCA KESADARAN SANTRI DALAM MEWUJUDKAN

kemasyarakat. Otomatis itu akan mempunyai imbas. Memang tujuannya santri ini

supaya banyak bermanfaat kepada masyarakat,lingkungan. Selain sukses dirinya

itu kan bersama masyarakat.