konsep thariq al-ta allum syaikh al-zarnuji (studi...

132
KONSEP THARIQ AL-TAALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi Analisis Aspek Psikologis Peserta Didik) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) OLEH : ACHMAD SUSMIYANTO NIM. 1111011000027 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M / 1437 H

Upload: duongthien

Post on 29-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

KONSEP THARIQ AL-TA’ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI

(Studi Analisis Aspek Psikologis Peserta Didik)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

OLEH :

ACHMAD SUSMIYANTO

NIM. 1111011000027

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M / 1437 H

Page 2: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

LEMBAR PERSETUJUA1Y PEMBIMBING SKRIPSI

"KO|{SEP THA RI Q AL - TA', ALLU M SYAIKIT AL -ZARIYUJI"

(Studi Analisis Aspek Psikologis Peserta Didik)

Skripsi

Diajukan kepada Fakukas llmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.,

OLEH:

ACHMAD SUSMIYANTO

NrM. 11110110A0027

Menyetujui,

Pembimbing,

Dr.Akhmad Sodiq. M.As

NrP. 19710709 199803 1 001

JURI]SAI\ PENDIDIKAI\ AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAII DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

20r5M/r437H

Page 3: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

LEMBAR PENGESAIIAN

Skripsi berjudul Konsep Thariq Al-Ta'allunr Syaikh Al-Zarnuji (Studi AnalisisAspek Psikologis Peserta Didik) disusun oleh Achmad Susmiyanto, NomorInduk Mahasiswa 1111011000A27, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telahdinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal2g Oktober 2At5 dihadapandewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd.I)

dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

lakarta,29 Oktober 2015

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua JurusanlProgram Studi)

Dr. Abdul Maiid Khon. M.Ae

NrP. 19580707 198703 1005

Sekretaris (S ekretaris Jurusan {Pro gram Studi)

Marhamah Saleh. Lc. MA

NIP. 19720313 200801 2 010

Penguji I

Dr. Sapiudin Shidiq. M.Ag

NIP. 19670328 200003 I 001

Penguji II

Drs. Ghufron Ihsan" MA

NIP. 19s30509 198103 1 006

Yhr

2?-c+ -4ct

Page 4: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Slaipsi berjudul Konsep Thariq Al-Ta'allura Syaikh Al-Zarnuji (Studi Analisis

Aspek Psikologis Peserta Didik) disusun oleh Achmad Susmiyanto, NIM.

1111011000027, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui

bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan

pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkaa oleh fakultas.

Jakarta, 26 Oktober 2015

Yang Mengesahkan,

Dosen Pembimbing

NIP. 19710709 199803 1 001

Page 5: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndoresia

FORM (rR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

Tgl. Terbit : I Maret 2010

No. Relisi: : 0lHal rl1

SURAT PERNYATAAI\ KARYA SEhIDIRI

Saya yang bertanda tangan di

Nama

TempaVTgl.Lahir

NIM

Jurusan / Prodi

Judul Skripsi

Dosen Pembimbing

bawah ini,

: Achmad Susmiyanto

: lakarta,3O Juni 1993

:1111011000027

: Pendidikan Agama Islam

: Konsep Thariq Al-Ta'allum Syaikh Al-Zarnuji

(Studi Analisis Aspek Psikologis Peserta Didik)

: Dr. H. Akhmad Sodiq, M.Ag

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, Oktober 2015Mahasiswa Ybs.

Achmad SusmiyantoNrM. 1111011000017

Page 6: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

ABSTRAK

Nama : Achmad Susmiyanto

NIM. : 1111011000027

Fakultas/Jurusan : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama

Islam

Judul : Konsep Thariq Al-Ta’allum Syaikh Al-Zarnuji

(Studi Analisis Aspek Psikologis Peserta Didik)

Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh

ilmu pengetahuan. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan tersebut terdapat proses

yang disebut belajar. Karena belajar merupakan sebuah proses, maka didalamnya

terdapat beberapa hal yang mendukung agar proses tersebut menuai hasil yang

baik. Diantara hal yang mendukung terhasilnya proses belajar adalah metode

belajar atau tata cara belajar.

Metode belajar dalam dunia pendidikan kontemporer sangat variatif.

Berbagai macam metode belajar diciptakan dalam rangka agar proses belajar

dapat berjalan dengan baik dan menuai keberhasilan. Oleh karena itu, dewasa ini

metode belajar diciptakan dengan menimbang dan memperhatikan aspek-aspek

yang ada pada peserta didik, diantaranya aspek psikologis peserta didik.

Skripsi ini membahas tentang konsep Thariq al-Ta’allum Syaikh al-

Zarnuji dalam kitabnya Ta’lim al-Muta’allim. Konsep tata cara belajar yang

dikemukakan oleh al-Zarnuji dalam kitabnya tersebut dianalisis terhadap

psikologis peserta didik. Tujuannya adalah untuk memaparkan metode atau tata

cara belajar dalam kitab Ta’lim karya al-Zarnuji dengan melalui pendekatan

psikologis, untuk mengetahui adanya relevansi konsep tata cara belajar al-Zarnuji

dengan pembelajaran kontemporer yang variatif saat ini.

Metode yang digunakan dalam pembahasan peneltian ini adalah metode

deskriptif yang ditunjang oleh data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan

(library research). Dengan menggunakan penelitian kepustakaan (library

research), dapat menelaah, mengkaji, dan mempelajari berbagai literatur yang erat

kaitannya dengan masalah yang dibahas.

Skripsi ini mengungkapkan bahwa dalam konsep tata cara belajar yang ada

dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim karya al-Zarnuji terdapat relevansi psikologis

yang meliputi aspek psikologis peserta didik diantaranya perhatian, motivasi,

minat dan bakat, intelegensi, sikap, dan ingatan. Selain itu juga ada relevansi

dengan teori belajar psikologi daya/mental, behaviorisme, kognitivisme dan

konstruktivisme.

Kata Kunci: Thariq Al-Ta’allum, Al-Zarnuji.

Page 7: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

ABSTRACT

Name : Achmad Susmiyanto

NIM. : 1111011000027

Faculty/Major : Faculty of Tarbiya and Teacher’s Science /

Department of Education of Islamic Religion

Title : Concept Thariq Al-Ta’allum Syaikh Al-Zarnuji

(A Study of Analize About Student Psychology)

Education is one of way to gain knowledge. To gain that knowledge there

is a process that called studying. Because studying is process, so there are several

things to support so the process will gain a good result. Several things to support

studying process is studying method.

Studying method in contemporary education world is very variative. So

many studying method that have been create to gain a good result and gain

success. That’s why, studying method create with consideration and look at

several aspect that in the student, especially psychology of student.

This thesis is explain about Thariq al-Ta’allum Syaikh al-Zarnuji concept

in Ta’lim al-Muta’allim book. A concept that been proposed by al-Zarnuji that in

the book analize about student psychology . the purpose is to present studying

method in Ta’lim book by al-Zarnuji with psychology approach, to identify is

there any relevance between al-Zarnuji concept and contemporary concept.

Method that we use for this research is descriptive with data that could

gain from library research. With library research could examine, reviewing, and

studying from several literature that have connection with the problem.

This thesis reveal that studying method concept in Ta’lim al-Muta’allim

book by al-Zarnuji that have psychology relevance that include student

psychology aspect which attention, motivation, interest and talent, intelligence,

attitude, and memory. Beside that, there are relevant with mental psychology

studying theory, behaviorism, kognitivism, and constructivism.

Keyword: Thariq Al-Ta’allum, Al-Zarnuji.

Page 8: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

i

KATA PENGANTAR

حيممحن الّربسم اهلل الّر

الحمد هلل رب العالمين. و الّصالة و الّسالم على رسول اهلل سّيدنا محّمد

ابن عبد اهلل صّلى اهلل عليه و سّلم، و على اله و صحابته و من تبع سنّته و

أما بعد ... .، من يوم هذا إلى يوم القيامةجماعتهSegala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan petunjuk, bimbingan dan kekuatan lahir batin kepada diri

penulis, sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Konsep Thariq Al-Ta’allum Syaikh Al-Zarnuji (Studi Analisis Aspek

Psikologis Peserta Didik). Yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan lulus

pendidikan Perguruan Tinggi sekaligus untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan

Islam (S.Pd.I).

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan

Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah membawa umat manusia dari zaman

kebodohan menuju zaman pengetahuan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan,

dukungan, dan bantuan dari semua pihak. Oleh sebab itu, penulis dengan penuh

rendah hati dan ikhlas mengcapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A sebagai Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag sebagai Ketua Jurusan Pendidikan

Agama Islam (PAI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Hj. Marhamah Saleh, Lc. M.A. sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan

Agama Islam (PAI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 9: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

ii

5. Bapak Dr. H. Akhmad Sodiq, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan ketulusan.

6. Bapak Dr. Faridal Arkam, M.Pd. sebagai Dosen Penasehat Akademik yang

telah memberikan nesehat-nasehatnya dan memberi semangat.

7. Segenap Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Dosen Jurusan

PAI/FITK yang telah mengajarkan dan memberikan berbagai ilmu

pengetahuan.

8. Kedua Orang Tua penulis tercinta Ayahanda (al-marhum wa al-maghfurlah)

Selamet bin Djaimin dan Ibunda Usniah, yang telah mendidik dan mengasuh

penulis dari kecil hingga sekarang dengan penuh kasih sayang dan perhatian

serta dengan senang hati membantu penulis baik secara moril maupun materil

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Adik tersayang Achmad Efriyansyah yang telah menemani hari-hari penulis

dirumah. (semoga skripsi ini dapat memotivasi dia).

10. Saudara-Saudara Penulis, Encang-Encing, Enyak, Babeh, Bule, Budhe, Om,

Umi, Bibi, Abang, Aa. Yang telah memberikan motivasi dan semangat

sehingga terselesaikannya skripsi ini.

11. Para Kyai dan Ustadz yang telah mendoakan penulis sehingga bisa

menyelesaikan program kuliah di Perguruan Tinggi.

12. Sahabat-Sahabat PAI A 2011, Tim Futsal One Piece. Yang telah menemani

penulis selama kuliah.

13. Sahabat-Sahabat GEMMA (Generasi Muda Musholla Al-Amin), yang telah

memberikan motivasi, semangat dan menghibur ketika penulis jenuh dengan

skripsi ini.

14. Sahabat-Sahabat Santri Pondok Pesantren Al-Falah yang telah mendoakan

penulis untuk menyelasaikan skripsi ini.

15. Sahabat-Sahabat Bidik Misi 2011 yang telah memberikan semangat, inspirasi,

dan dorongan untuk penulis.

16. Pemerintah Indonesia dan Bagian Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah

yang memberikan kesempatan bagi penulis mendapatkan beasiswa Bidik Misi

untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi

Page 10: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

iii

17. The Special One yang menjadi tempat mencurahkan rasa manis, galau,

gundah penulis selama pembuatan skripsi ini.

18. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih

atas semua dukungannya semoga Allah membalas semua kebaikan kalian.

Seiring dengan ucapan terima kasih, penulis mendoakan agar semua amal

dan kebaikan mereka dilipatgandakan dan mendapat keberkahan hidup, rizki dan

bahagia dunia akhirat, serta ilmu yang penulis dapatkan dari mereka yang berjasa

mendapatkan keberkahan serta dapat diamalkan. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin.

Dan apa yang ada serta tertulis dalam penulisan skripsi ini tidak akan lepas

dari kelemahan. Wa maa al-kamaal illaa lillaah (tiada kesempurnaan melainkan

hanya untuk Allah SWT).Oleh karena itu, penulis memohon maaf jika terdapat

kesalahan dan kekurangan dalam karya ini, juga penulis sangat mengharapkan

saran dan kritik yang membangun dari para pembaca tulisan ini. Dan saya sebagai

penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah proses akhir, tetapi

merupakan langkah awal untuk mencapai kesempurnaan. Akhirnya tiada kata lain

yang lebih berarti selain sebuah harapan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 21 Oktober 2015

Penulis,

Achmad Susmiyanto

NIM. 1111011000027

Page 11: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................

B. Identifikasi Masalah ...........................................................................

C. Pembatasan Masalah ..........................................................................

D. Perumusan Masalah ...........................................................................

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .........................................

1

5

5

6

6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

A. Kajian Teori ....................................................................................... 8

1. Konsep Pembelajaran ....................................................................

a. Pengertian Konsep Pembelajaran ...........................................

b. Hakikat Belajar .......................................................................

c. Teori – Teori Belajar ..............................................................

d. Strategi Pembelajaran .............................................................

e. Pendekatan Pembelajaran .......................................................

f. Model Pembelajaran ...............................................................

g. Metode Pembelajaran .............................................................

2. Aspek Psikologis ...........................................................................

a. Intelegensi ..............................................................................

b. Perhatian .................................................................................

c. Minat dan Bakat .....................................................................

d. Motivasi ..................................................................................

e. Pengamatan ............................................................................

8

8

9

11

22

27

32

35

40

40

41

41

41

42

Page 12: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

v

f. Ingatan ....................................................................................

g. Berpikir dan Daya Nalar ........................................................

h. Sikap Peserta Didik ................................................................

3. Peserta Didik .................................................................................

4. Tinjauan Kitab Ta’lim al-Muta’allim ............................................

a. Riwayat Singkat Pengarang ...................................................

b. Latar Belakang Penyusunan Kitab .........................................

c. Kandungan Isi Kitab...............................................................

d. Tinjauan Tata Cara Belajar Ta’lim al-Muta’allim .................

42

42

43

43

45

45

45

46

47

B. Penelitian yang Relevan ..................................................................... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian .......................................................................

B. Sumber Data .....................................................................................

C. Metode Pengumpulan Data ...............................................................

D. Teknik Analisis Data ........................................................................

52

53

53

54

BAB IV PEMBAHASAN

A. Syaikh al-Zarnuji dan Karya Monumentalnya “Ta’lim al-

Muta’allim” .......................................................................................

B. Konsep Thariq al-Ta’allum al-Zarnuji ..............................................

C. Konsep Thariq al-Ta’allum al-Zarnuji dan Relevansi Psikologisnya

Terhadap Konsep Pembelajaran Kontemporer ..................................

1. Aspek Etika .................................................................................

a. Niat (an-Niyah) yang Tulus .................................................

b. Bersungguh-Sungguh (al-Jidd) ............................................

c. Tawakal ................................................................................

d. Wara’ ...................................................................................

e. Sikap Penghormatan terhadap Ilmu dan Guru .....................

f. Bermusyawarah ...................................................................

2. Aspek Teknik – Praktik ..............................................................

a. Pemilihan Bidang Studi (Mata Pelajaran) ...........................

b. Kualitas dan Kuantitas Pelajaran .........................................

56

62

66

67

68

73

78

79

81

85

87

88

90

Page 13: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

vi

c. Metode Belajar .....................................................................

d. Tahap Akhir Belajar .............................................................

94

107

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................

B. Implikasi ............................................................................................

C. Saran ..................................................................................................

109

110

111

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 112

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 14: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan yang mengandung proses. Salah satu

proses yang menentukan keberhasilan pendidikan adalah proses belajar. Dalam

kegiatan belajar juga terdapat proses dan perangkat yang mendukung untuk

kegiatan pendidikan. Menurut Muhibbin Syah, “Pendidikan dalam pengertian

yang agak luas dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode

tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara

bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan”.1 Dengan demikian guru dan peserta

didik harus mempertimbangkan cara atau metode, strategi, media, pendekatan,

dan lain sebagainya agar proses pendidikan berhasil dengan baik. Terlebih pada

zaman modern seperti sekarang ini yang ditandai kemajuan sains dan teknologi,

tentunya mengajar dan belajar juga harus mengikuti perkembangan dan tuntutan

zaman tersebut.

Salah satu yang menjadi pertimbangan dalam melakukan kegiatan belajar

adalah sebuah metode yang dijadikan pedoman atau sebuah jalan agar seorang

peserta didik mendapatkan keberhasilan dalam belajar. Dewasa ini (zaman

modern) banyak sekali cara belajar (pembelajaran kontemporer) dengan berbagai

macam metode yang variatif dengan menimbang dan memperhatikan aspek-

1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekaran Baru, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010), Cet. ke-16, h. 10.

Page 15: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

2

aspek yang ada pada peserta didik, diantaranya aspek psikologis peserta didik.

Adanya sebuah cabang dari ilmu psikologi yaitu psikologi belajar, menunjukkan

bahwa dalam tata cara belajar harus mempertimbangkan aspek psikologis.

Abuddin Nata mengungkapkan “Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang

bagaimana seharusnya seorang individu belajar, yang secara sederhana dapat

diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman”.2

Selain itu, Syaiful Bahri Djamarah memberikan pengertian psikologi belajar

adalah “Sebuah disiplin psikologi yang berisi teori-teori psikologi mengenai

belajar, terutama mengupas bagaimana cara individu belajar atau melakukan

pembelajaran”.3 Psikologi memiliki peran penting dalam kegiatan belajar.

sebagaimana dengan pernyataan Hasan Langgulung yang mengatakan bahwa:

Kajian-kajian dalam psikologi, terutama dalam bidang proses belajar,

menunjukkan bahwa memindahkan pengetahuan apalagi nilai-nilai, dari

seseorang kepada orang lain, apalagi dari satu generasi ke generasi

berikutnya, tidaklah sesederhana itu. Dalam proses belajar, pelajar tidak

sekedar menerima dalam keadaan pasif, tetapi aktif dan dinamis. Oleh

karena itu, dalam pemindahan nilai-nilai ilmu dan keterampilan inilah

psikologi memegang peranan yang sangat penting.4

Berdasarkan pernyataan tersebut, psikologi memegang peranan penting

serta menjadi pertimbangan dalam kegiatan pembelajaran.

Namun, Metode pembelajaran kontemporer pada saat ini kelihatannya

lebih banyak mengadopsi atau merupakan temuan “Barat”. Padahal menurut

Shamsavary yang dikutip oleh J. Mark Halstead, “Western readers may be

surprised at how little has been written over the years on Islamic philosophy of

education. After all, Islam has had a rich tradition of education going back some

1300 years”.5 (Pembaca Barat mungkin akan terkejut betapa sedikit yang telah

ditulis selama bertahun-tahun tentang filsafat pendidikan Islam. Padahal, Islam

memiliki tradisi kaya pendidikan sejak 1300 tahun lalu). Ini menunjukan bahwa

2 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), h. 171. 3 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), Cet. ke-3,

h. 3. 4 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988),

Cet. ke-2, h. 60. 5 J. Mark Halstead, An Islamic Concept of Education, Taylor & Francis Group, 40, 2004,

pp. 517.

Page 16: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

3

13 (tiga belas) abad yang lalu Islam sudah memiliki kekayaan mengenai tradisi

pendidikan. Seharusnya mereka yang dari Baratlah yang merasa tertarik untuk

mengikuti tradisi pendidikan Islam.

Tetapi sebaliknya, pada zaman sekarang diasumsikan bahwa kalau tidak

mengikuti gaya Barat, belum bisa disebut modern. Padahal banyak ilmuan Islam

yang mengeluarkan konsep-konsep tentang pendidikan diataranya konsep cara

belajar. Bahkan, seharusnya konsep pendidikan yang ditemukan oleh para ilmuan

Islamlah yang mesti diikuti dan dipedomani. Karena bisa jadi mereka semua lebih

mumpuni dalam pembuatan konsep pendidikan ketimbang Barat. Misalnya

Syaikh al-Zarnuji dalam kitabnya yang monumental karena sampai saat ini kitab

tersebut masih dipakai dan dijadikan pedoman dalam pendidikan yaitu kitab

“Ta’lim al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum”.

Kitab al-Zarnuji tersebut sudah diterjemahkan oleh orang Barat dengan

alasan kitabnya tidak terlalu tebal dan isinya hanya masalah pendidikan.6 Dua

karya besar ahli pendidikan Islam pada abad pertengahan yang sudah

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah Burhan al-Din al-Zarnuji dengan

judul “Instruction of Student: The Methode of Learning”. Kemudian Ibnu Jama’a

dengan judul “The Memoir of The Listener and The Speaker in The Training of

Teacher and Student”.7

Dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim terkandung tata cara belajar yang

merupakan pedoman bagaimana agar seorang yang menuntut ilmu atau pelajar

dalam hal ini peserta didik mendapatkan ilmu dengan mudah. Metode atau cara

belajar menurut kitab ini merupakan satu hal yang sangat penting untuk

dilakukan, karena keberhasilan mencari ilmu itu salah satunya tergantung pada

bagaimana cara belajar. Hanya saja menurut Aly As’ad, “Kitab Ta’lim al-

Muta’allim sangat populer di setiap Pondok Pesantren, seakan menjadi buku

wajib bagi setiap santri. Sedang di madrasah luar pesantren atau di sekolah umum,

6 G.E. Von Grunebaum dan Theodora E. Abel, Ta’lim al-Muta’allim Tariq al-Ta’allum,

Cambridge University Press,12, 1948, p. 429. 7 Sebastian Gunther, Be A Masters in That You Teach and Continue Learn: Medieval

Muslim Thinkers on Educational Theory, Chicago Journals, 3, 2006, p. 385.

Page 17: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

4

kitab ini tidak diajarkan dan baru sebagian kecil yang mengenalnya sejak buku

tersebut dialih bahasanya ke bahasa Indonesia”.8

Dalam kitabnya Ta’lim al-Muta’allim al-Zarnuji mengungkapkan bahwa

banyak para penuntut ilmu yang sudah bersungguh-sungguh dalam menuntut

sebuah ilmu, tetapi tidak menghasilkan apa-apa. Ini terjadi karena mereka tidak

mengetahui metode yang tepat untuk mendapatkan ilmu yang dituntutnya. Oleh

karena itu, jika mereka mempunyai metode atau cara yang tepat tentu mereka

akan mendapatkan ilmu dengan berbagai kemudahan.9 al-Zarnuji dalam kitab

Ta’limnya mengungkapkan cara-cara bagaimana seharusnya seorang siswa belajar

untuk meraih ilmu dengan mudah. Ini bisa digunakan dan dipedomani peserta

didik dalam belajar.

Berkaitan dengan strategi dan metode belajar yang pada zaman modern ini

sangat variatif dan mempertimbangkan serta meninjau dari berbagai aspek peserta

didik seperti aspek psikologis peserta didik, tidaklah karya Syaikh al-Zarnuji

dianggap sudah usang dan ketinggalan zaman, atau sudah tidak pantas lagi dalam

hal dijadikan pedoman dalam belajar. Tetapi, dengan adanya perkembangan yang

lebih maju, Ta’lim al-Muta’allim karya Syaikh al-Zarnuji tetap menarik untuk

dianalisis bahkan dikritisi, atau dijadikan sebagai pembanding terhadap metode

dan cara belajar yang berkembang sekarang ini. Menurut Aly As’ad salah seorang

yang menerjemahkan kitab Ta’lim al-Muta’allim, dalam pendahuluannya beliau

mengatakan bahwa “Al-Zarnuji tampak mencoba merumuskan metode belajar

yang komprehensif holistik; yaitu metode dengan perspektif teknis dan moral

bahkan spritual sebagai paradigmanya”.10

Berdasarkan metode belajar yang

komprehensif dan holistik tersebut, Syaikh al-Zarnuji dalam hal cara belajar

berdasarkan konsep yang dibuatnya tentu mempertimbangkan berbagai aspek.

Namun, aspek-aspek tersebut tidak diungkapkan oleh al-Zarnuji.

8 Aly As’ad, Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’limul

Muta’allim), (Kudus: Menara Kudus, 2007), (dalam pendahuluannya). 9 Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’llim, (Semarang: Maktabah al-Alawiyah, tt), h. 2.

10 Aly As’ad, Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’limul

Muta’allim),.... (dalam pendahuluannya).

Page 18: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

5

Oleh karena itu, penulis berkeinginan menggali konsep yang dikemukakan

oleh Syaikh al-Zarnuji dalam kitabnya Ta’lim al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum

dalam metode atau cara belajar yang harus dilakukan peserta didik dengan

menganalisa cara belajar dalam kitab tersebut dari aspek psikologis. Selanjutnya

akan ditulis lengkap dengan judul “KONSEP THARIQ AL-TA’ALLUM

SYAIKH AL-ZARNUJI (STUDI ANALISIS ASPEK PSIKOLOGIS

PESERTA DIDIK).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya perhatian terhadap konsep cara belajar oleh ulama terdahulu

seperti Syaikh al-Zarnuji dengan karyanya Ta’lim al-Muta’allim.

2. Banyaknya berbagai macam metode atau cara-cara belajar pada zaman

modern ini yang mempertimbangkan berbagai aspek, diantaranya aspek

psikologis.

3. Metode belajar yang dikembangkan lebih banyak mengacu pada produk

temuan “Barat” dengan bermacam-macam variasinya dan pertimbangan

berbagai aspek. Sehingga kurangnya perhatian terhadap ilmuan Muslim

dalam bidang pendidikan. Ini mengakibatkan temuan atau produk ilmuan

Islam dianggap sudah usang dan tidak sesuai dengan kemajuan zaman.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan ini, maka penulis membatasi

permasalahan pada kitab Ta’lim al-Muta’allim karangan Syaikh al-Zarnuji

yang memuat tentang adab dan etika siswa dalam menuntut ilmu hanya pada

konsep tata cara belajar. Konsep tata belajar ini yang nantinya akan dianalisis

pada aspek psikologis dengan kajian dan pendekatan psikologis.

Page 19: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

6

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tata cara belajar yang terdapat dalam kitab Ta’lim al-

Muta’allim karya Syaikh al-Zarnuji ditinjau dari aspek psikologis?

2. Adakah relevansi psikologis cara belajar yang didesain oleh Syaikh al-

Zarnuji dengan aspek psikologis peserta didik berdasarkan pembelajaran

kontemporer?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan bagaimana tata cara belajar yang dikonsep oleh al-

Zarnuji dalam kitabnya Ta’lim al-Muta’allim bila dianalisis pada aspek

psikologis.

b. Menemukan relevansi tata cara belajar yang didesain oleh Syaikh al-

Zarnuji dengan aspek psikologis berdasarkan pembelajaran

kontemporer.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

1) Mengetahui bagaimana tata cara belajar yang didesain Syaikh al-

Zarnuji bila dianalisis dari segi aspek psikologis.

2) Mengetahui apakah kitab Ta’lim al-Muta’allim masih relevan dan

masih patut dijadikan pedoman bagi sebuah lembaga pendidikan.

b. Bagi Dunia Pendidikan

1) Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan bagi

peserta didik dalam kegiatan belajar.

2) Hasil penelitian ini diharapkan bisa merancang sebuah metode

dan strategi belajar baru yang terinspirasi dari konsep belajar pada

kitab Ta’lim al-Muta’allim karya al-Zarnuji.

Page 20: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

7

3) Diharapkan pula penelitian ini berguna untuk menambah

khazanah ilmu pengetahuan.

3. Bagi Masyarakat

1) Memberitahukan bahwa ulama Islam sudah mempunyai

pemikiran tentang konsep pendidikan sejak 13 abad yang lalu.

2) Agar masyarakat bisa memberikan apresiasi kepada ulama Islam

yang telah memberikan kontribusinya dalam bidang pendidikan.

Page 21: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

8

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

1. Kajian Teoritis

1. Konsep Pembelajaran

a. Pengertian Konsep Pembelajaran

Kata konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

rancangan yang ditulis yang sifatnya sebagai gambaran awal.1 Sedangkan

pembelajaran adalah sebuah usaha memengaruhi emosi, intelektual, dan

spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri.2 Dengan

demikian pembelajaran dapat dibedakan dengan mengajar. Dilihat dari

pelakunya, pembelajaran biasanya lebih menekankan pada aktivitas peserta

didik, sedangkan mengajar lebih menekankan pada aktivitas guru.

Berdasarkan pengertian dari setiap kata diatas, maka konsep

pembelajaran adalah sebuah rancangan atau langkah-langkah yang sengaja

dibuat sebagai gambaran awal untuk mendukung terjadinya proses belajar

dalam diri peserta didik. Sebagai rancangan atau langkah awal supaya

terjadinya proses belajar, tentu yang perlu ditekankan adalah usaha-usaha

terencana yang berkaitan dengan proses belajar tersebut seperti teori belajar,

pendekatan belajar, strategi belajar, model belajar, dan metode belajar.

1 Eka Yani Arfina, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Tiga Dua, tt), h. 206.

2 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana

Pranada Media Grroup, 2009), Cet. ke-1, h. 85.

Page 22: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

9

b. Hakikat Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh semua orang

tanpa mengenal tempat dan batas usia, dan untuk selamanya sejak kita lahir

hingga akhir hayat. Masyarakat awam mengartikan belajar hanya sebagai

kegiatan yang dilakukan di sekolah saja, atau kegiatan yang berkenaan

dengan sekolah, padahal belajar itu bukan hanya di sekolah melainkan usaha

yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk

mendapatkan hal yang baru yang sebelumnya belum mereka ketahui dan

untuk merubah perilakunya.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa.3

Pengertian belajar banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi dan

pendidikan sesuai dengan bidangnya. Menurut rumusan James O. Whitaker

belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui

latihan dan pengalaman.4 Disisi lain, Muhibbin Syah mengutip Hintzman

dalam bukunya yang berjudul The Psychology of Learning and Memory

mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri

organisme disebabkan oleh pengalaman yang dapat memengaruhi tingkah

laku organisme tersebut.5 Ahli psikologi lainnya yang mengemukakan

definisi belajar adalah Reber dalam Dictionary of Psychology yang

membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah

memperoleh proses pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan

kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil praktik yang

diperkuat.6 Dari rumusan Reber ini, ada empat istilah yang essensial dalam

3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010), Cet. ke-16, h. 87. 4 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. ke-3, h.

12 5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, .... h. 88.

6 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, .... h. 89.

Page 23: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

10

memahami proses belajar, yaitu; menetap/langgeng, bereaksi, penguatan, dan

praktik atau latihan.

Jadi, belajar adalah aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan

perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman yang bersifat

permanen, belajar juga dapat dilakukan dengan cara mengamati, membaca,

meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.

Belajar selalu berkaitan dengan perubahan-perubahan pada diri orang

yang belajar, apakah mengarah pada hal yang lebih baik atau

sebaliknya, direncanakan atau tidak. Perubahan ini bisa berupa

pengetahuan, sikap atau afeksi, maupun keterampilan. Unsur lain

yang terkait dengan belajar adalah pengalaman yang merupakan hasil

dari interaksi individu dengan lingkungannya.7

Oleh karena itu, apabila belajar dikatakan sebagai sebuah proses

memperoleh ilmu pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-

perubahan yang terjadi pada individu, maka untuk mencapai hasil yang

baik, proses belajar dapat disusun menjadi sebuah rangkaian sistematis yang

mengantarkan individu yang sedang belajar ke arah tujuan hasil belajar.

Dengan demikian perlu adanya metode yang digunakan dalam belajar,

meliputi tata cara belajar yang dijadikan pedoman peserta didik. Tata cara

belajar yang dikonsep sedemikian rupa tentunya juga harus

mempertimbangkan aspek-aspek peserta didik yang menjadi faktor penentu

hasil belajar peserta didik tersebut.

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta

didik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Faktor internal, meliputi keadaan jasmani (fisik) dan rohani

(psikis).

b. Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan sekitar peserta didik.

c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan belajar.8

Faktor-faktor tersebut tentunya saling berkaitan. Sehingga apabila

peserta didik ingin mendapatkan hasil belajar yang baik, maka harus

memerhatikan faktor-faktor tersebut.

7 Fadhilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN

Jakarta Pers, 2005), Cet. ke-1, h. 62. 8 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, .... h. 129.

Page 24: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

11

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, cara-cara

belajar juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dan

dipertimbangkan karena termasuk penunjang dalam rangka mencapai

keberhasilan belajar. Cara-cara belajar dalam hal ini bisa saja tergantung

atau didasarkan dari gaya belajar yang tepat dimana dengan gaya tersebut

peserta didik menjadi nyaman, fokus, memunculkan minat dan perhatian

untuk belajar. Gaya belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu; visual,

auditori, dan kinestetik.

c. Teori-Teori Belajar

Secara pragmastis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip

umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan

penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan

peristiwa belajar.9 Dikarenakan penjelasan dari sebuah fakta dan penemuan,

maka teori belajar sangat beragam dan beraneka macam tergantung hasil

eksperimen yang telah dihasilkan. Selain itu, teori belajar tentunya akan

mewarnai proses pembelajaran yang berlangsung.

Berikut adalah beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para

ahli pendidikan yang melandaskan teorinya pada psikologi:

1) Teori Disiplin Mental

Teori ini menganggap bahwa dalam belajar, mental siswa

didisiplinkan atau dilatih. Menurut rumpun psikologi ini individu memiliki

kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tertentu, dan melalui belajarlah

semua itu dikembangkan.10

Teori ini memandang bahwa otak manusia

terdiri atas sejumlah daya yang beraneka ragam, dan belajar pada prinsipnya

adalah melatih daya-daya tersebut.11

Oleh karena itu menurut Oemar

Hamalik, untuk melatih daya-daya yang dimilki manusia tersebut harus

9 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, .... h. 102.

10 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. ke-3, h. 56. 11

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung

Persada Press, 2012), Cet.ke- 4, h. 22.

Page 25: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

12

disediakan berbagai mata pelajaran yang berperan dalam mengembangkan

dan melatih daya-daya secara efisien dan ekonomis.12

Teori disiplin mental atau psikologi daya ini menyatakan bahwa

individu atau peserta didik memiliki sejumlah daya untuk mengenal,

mengingat, menanggapi, mengkhayal, berpikir, merasakan, berbuat dan

lain-lain. Oleh karena itu, untuk melatih dan mengembangkan daya-daya

tersebut perlu dilakukan pengulangan-pengulangan secara disiplin.

Misalnya, latihan mengamati benda, gambar, mendengarkan bunyi suara,

mengingat kata, arti kata, dan lain-lain. Disiplin pada teori ini dalam rangka

menjadikan belajar adalah kebiasaan yang dilakukan secara teratur dan

terorganisir.

2) Behaviorisme

Behaviorisme disebut juga psikologi tingkah laku. Para ahli

behaviorisme berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman. Pada teori ini, dalam belajar yang penting

adalah adanya input berupa stimulus dan output berupa respon.13

Para ahli

yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike, Ivan Pavlov, B.F.

Skinner, J.B. Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Albert Bandura.

Aliran ini disebut dengan behaviorisme karena sangat menekankan

kepada perlunya perilaku (behavior) yang dapat diamati atau diukur.14

Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu lebih

kepada fonomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti

kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan belajar.

Bebepara teori behaviorisme yang dikemukakan oleh para ahli yang

mengembangkannya adalah sebagai berikut:

12

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2011), Cet.ke-4, h. 107. 13

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 56. 14

R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2010), Cet. ke-3, h. 15.

Page 26: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

13

a) Connectionism (S-R Bond) menurut Thorndike

Koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun

behaviorisme. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain merupakan

hubungan antara stimulus (perangsang) dan respon (jawaban, tanggapan,

reaksi).15

Jadi belajar dalam teori ini adalah penguasaan stimulus dan respon

sebanyak-banyaknya. Pembentukan hubungan stimulus dan respon tersebut

dilakukan melalui pengulangan-pengulangan, dengan prinsip trial and

error.

Teori Connectionism Thorndike ini mengemukakan tiga hukum

berkaitan dengan proses belajar, yaitu:

(1) Law of Effect (Hukum Efek), berarti belajar akan lebih

bersemangat apabila mengetahui akan mendapat hasil yang baik.

(2) Law of Readiness (Hukum Kesiapan), berarti belajar akan

berhasil bila individu memiliki kesiapan untuk melakukannya.

(3) Law of Exercise (Hukum Latihan), berarti belajar akan berhasil

apabila banyak latihan atau ulangan-ulangan.16

Dapat disimpulkan bahwa dalam teori ini apabila ingin mendapatkan

keberhasilan dalam belajar adalah mengetahui tujuan, memiliki kesiapan,

dan senantiasa untuk terus berlatih dan terus mencoba.

b) Classical Conditioning oleh Ivan Pavlov

Teori ini ditemukan oleh Ivan Pavlov dan merupakan pengembangan

dari teori connectionism yang dikemukakan oleh Thorndike. Teori ini lebih

menekankan pada kondisi respon apabila ada rangsangan atau stimulus.

Pada teori ini, belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan

pembentukan suatu perilaku atau respon terhadap sesuatu. Jadi kebiasaan-

kebiasaan peserta didik seperti belajar, mandi, istirahat atau kegiatan lainnya

merupakan hasil dari pengondisian perilaku atau kegiatan yang dilakukan.

Teori Pavlov memiliki hukum belajar sebagai berikut:

(1) Hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus

dihadirkan secara serentak, maka refleks dan stimulus lainnya akan

meningkat.

(2) Hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah

diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan kembali

tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.17

15

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 60. 16

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 61.

Page 27: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

14

c) Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Pada teori ini Guthrie mengeluarkan sebuah hukum belajar dari hasil

penyelidikannya yang disebut Law of Contiguity atau hukum gabungan.

Berdasarkan hukum ini, gabungan stimulus-stimulus yang disertai dengan

gerakan, pada waktu timbul kembali akan cenderung diikuti gerakan yang

sama.18

Jadi, belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan

mengubah situasi stimulus sedangkan pada saat yang sama tidak ada respon

lain yang terjadi. Penguatan hanya sekedar untuk melindungi hasil belajar

yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon baru.

d) Teori Belajar Menurut Clark Hull

Hull berpendapat pada teori ini bahwa semua fungsi tingkah laku

bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup.

Oleh sebab itu, kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah

penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia,

sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan

kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat

berwujud bermacam-macam.19

e) Operant Conditioning Menurut B.F. Skinner

Kata operant berasal dari bahasa Inggris yang dapat diartikan

sebagai sejumlah perilaku atau respon yang membawa efek terhadap

lingkungan yang dekat. Sedangkan kata conditioning dapat diartikan sebagai

sebuah keadaan yang berkaitan dengan waktu dan tempat.20

Dengan

demikian, operant conditioning dapat diartikan sebagai keadaan atau

lingkungan yang dapat memberikan efek kepada orang yang berada di

sekitarnya. Teori ini disebut juga teori psikologi penguatan.21

Teori ini berkaitan dengan pengkondisian yang dilakukan oleh

Pavlov. Bedanya, pada teori Pavlov yang dikondisikan adalah stimulusnya,

17

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 62. 18

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 62. 19

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 63. 20

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,.... h. 90 21

R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, .... h. 18.

Page 28: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

15

sedangkan pada teori Siknner yang dikondisikan adalah responnya. Teori ini

berlandaskan adanya penguatan (reinforcement). Penguatan dalam teori ini

adalah sebuah penghargaan (reward) yang diberikan kepada peserta didik

yang mampu menjawab (respon) dari pertanyaan (stimulus) yang diajukan

oleh guru.

Hukum-hukum belajar yang dihasilkan dari Skinner adalah sebagai

berikut:

(1) Law of Operant Conditioning, jika timbulnya perilaku diiringi

dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan

mengikat.

(2) Law of Operant Extinction, jika timbulnya perilaku operant yang

telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus

penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan

akan menghilang.22

f) Teori Belajar Sosial Albert Bandura

Teori ini disebut juga teori pembelajaran observasional. Pada teori

ini perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis terhadap stimulus-

respon melainkan juga akibat dari reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi

antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Dalam hal ini

belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian

contoh perilaku (modelling). Proses modeling ini terjadi dengan beberapa

tahapan yaitu atensi (perhatian), retensi (ingatan), produksi, dan motivasi.23

Dengan demikian peserta didik dalam teori ini diposisikan sebagai

pengamat terhadap model yang diberikan, kemudian peserta didik berusaha

menjadi seperti model tersebut dengan melakukan tahapan-tahapan diatas.

3) Kognitivisme

Banyak para ahli pendidikan yang merasa kurang puas dengan teori

belajar behaviorisme yang mengatakan bahwa belajar hanya sekedar

stimulus dan respon. Mereka berpendapat bahwa perilaku individu itu selalu

didasari oleh kognitif yang dimilikinya, yaitu tindakan mengenal atau

memikirkan situasi dimana perilaku itu terjadi. Dengan alasan perilaku dari

22

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 65. 23

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 67.

Page 29: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

16

individu berasal dari kognitif yang dimilikinya maka muncullah teori

kognitif ini.

Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah

peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah).24

Menurut Budiningsih sebagaimana yang dikutip oleh Suyono dan Hariyanto

menjelaskan bahwa:

“Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada

hasil belajar. Teori ini menekankan bahwa perilaku seseorang

ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang

berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori ini berpandangan

bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup

ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan

lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses

berpikir yang sangat kompleks”.25

Berikut ini beberapa teori belajar yang berbasis pada kognitivisme

yang dikemukakan oleh para ahli:

a) Teori Kognitif Gestalt

Dalam dunia psikologi Gestalt dimaknai sebagai kesatuan atau

keseluruhan yang bermakna. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa objek

atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang

terorganisasi. Menurut pandangan ahli teori Gestalt semua kegiatan belajar

menggunakan pemahaman tentang adanya hubungan-hubungan terutama

hubungan antara bagian dan keseluruhan. Tingkat kejelasan dan kemaknaan

terhadap apa yang diamati dalam situasi belajar akan lebih meningkatkan

kemampuan belajar seseorang daripada melalui hukuman atau ganjaran.26

Kognitif Gestalt menganggap bahwa proses kognitif yaitu insight

(pemahaman/wawasan) merupaka ciri fundamental dari respon manusia.27

Dengan demikian, perilaku individu itu ditandai oleh kemampuan melihat

dan membuat hubungan antar unsur-unsur dalam situasi problematik,

sehingga akhirnya individu memperoleh insight.

24

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, .... h. 108. 25

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 75. 26

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 75. 27

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, .... h. 22.

Page 30: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

17

b) Teori Belajar Medan Kognitif Kurt Lewin

Kurt Lewin memandang bahwa setiap individu berada didalam suatu

medan kekuatan yang bersifat psikologis, yang disebut ruang hidup (life

space). Ruang hidup ini meliputi manifestasi lingkungan dimana tempat

siswa bereaksi.28

Dalam ruang hidup, siswa memiliki tujuan yang hendak dicapai

yang didorong oleh motif hidupnya, sehingga ia berupaya melakukan

sesuatu untuk mencapai tujuan itu. Akan tetapi selalu ada hambatan yang

merintangi. Bila ia mampu mengatasi hambatan dan dapat mencapai tujuan

itu, maka ia akan memasuki medan kognitif baru yang didalamnya tentu

akan berisi tujuan baru pula, dan dia akan berusaha lagi untuk mengatasi

hambatan baru itu, demikian seterusnya pola belajar itu berlangsung

sepanjang hayat.

Ilustrasi dari teori ini adalah siswa dalam mempelajari sebuah pokok

bahasan berarti berada dalam suatu medan belajar, tujuan-tujuan dari pokok

bahsan tersebut merupakan tujuan atau sasaran siswa yang berada dalam

medan tersebut. Kemudian yang menjadi hambatan adalah tugas-tugas yang

tedapat pada bahasan.29

c) Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Teori perkembangan kognitif disebut juga teori perkembangan

intelektual atau teori perkembangan mental. Menurut Piaget, perkembangan

kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan

atas mekanisme biologis perkembangan sistem dan saraf.30

Artinya, dengan

semakin bertambahnya usia seseorang, semakin kompleks juga susunan sel

dan sarafnya. Oleh karena itu, maka semakin meningkat pula

kemampuannya.

Menurut Piaget, setiap anak mengembangkan kemampuan

berpikirnya menurut tahapan yang teratur. Tahapan teratur yang

dimaksudkan oleh Piaget adalah sebagai berikut:

28

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 81. 29

R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, .... h. 23. 30

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 83.

Page 31: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

18

(1) Tahap Sensori Motor (0-2 tahun), kemampuan kognitif yang

muncul pada tahap ini adalah anak mulai memahami bahwa perilaku

tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya.

(2) Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun), pada tahap ini sudah mulai

ada perkembangan bahasa dan ingatan, sehingga anak mampu

mengingat banyak hal tentang lingkungannya.

(3) Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun), pada tahap ini pikiran

logis anak sudah mulai berkembang. Pikirannya berusaha untuk

mengerti alam sekelilingnya dengan cara penalaran atau logika,

bukan hanya sekedar memakai panca indera.

(4) Tahap Operasional Formal (11 tahun-seterusnya), sejak tahap ini

anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir mengenai ide dan

berusaha memikirkan cara pemecahan berbagai masalah. Pada tahap

ini anak sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis, secara

proporsional, serta menarik generalisasi secara mendasar.31

Dengan tahapan-tahapan yang telah dikemukakannya diatas, maka

bagi Piaget, belajar akan lebih berhasil jika disesuaikan dengan

perkembangan kognitif seorang anak.

d) Teori Discovery Learning dari Jerome S. Bruner

Konsep dari teori belajar ini adalah belajar dengan menemukan

(discovery learning). Dalam belajar menemukan ini, siswa

mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk

akhir yang sesuai dengan kemajuan tingkat berpikir siswa.32

Teori ini

mengungkapkan bahwa pada hakikatnya, pendidikan adalah proses

penemuan personal oleh setiap individu siswa.

Bruner berpendapat bahwa setiap individu yang belajar harus

melalui tiga tahapan intelektual dalam pembelajaran. Tahapan pertama ialah

enactive, yaitu belajar dengan cara merespon atau memberikan reaksi

terhadap suatu objek. Tahap ini dilakukan dengan cara meraba, memegang,

mencengkram, meyentuh, menggigit dan sebagainya. Tahap kedua ialah

iconic, yaitu pembelajaran melalu penggunaan model-model dan visualisasi

verbal. Tahap terakhir adalah simbolik, pada tahap ini siswa sudah mampu

menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah-istilah yang abstrak. Dalam

31

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 84. 32

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 88.

Page 32: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

19

memhami dunia sekitarnya anak-anak belajar melalui simbol-simbol bahasa,

logika, matematika, dan sebagainya.

Bruner menyarankan agar peserta didik hendaknya belajar melalui

partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk

memperoleh pengalaman dengan eksperimen-eksperimen yang mereka

lakukan.33

e) Teori Belajar dari Robert M. Gagne

Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan

informasi untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil

belajar. Dalam pemrosesan informasi tersebut terjadi interaksi antara

kondisi internal dengan kondisi eksternal.34

Gagne mengatakan bahwa

dalam belajar terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan untuk belajar,

pemerolehan dan unjuk perbuatan, dan alih belajar.35

Dari setiap tahapan

tersebut terdapat fase-fase seperti berikut: Pada tahap pertama, adalah fase

pengarahan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi.

Pada tahap kedua, terdapat fase perpektif selektif, sendi semantik,

pembangkitan respon, serta penguatan. Kemudian pada tahap ketiga, fase

pengisyaratan untuk membangkitkan, dan pemberlakuan secara umum.

Dengan demikian, menurut Gagne, kegiatan belajar secara umum

adalah sebuah proses internal dan eksternal anak didik dengan

menggunakan potensi kejiwaan, kecakapan, bakat, minat, motivasi yang

terdapat dalam dirinya, sehingga terlihat hasilnya dalam bentuk kemampuan

intelektual, spiritual, kultural, moral, dan kompetensi lainnya.

f) Teori Belajar Menurut Roger

Menurut Roger belajar adalah sebuah proses internal yang

menggerakkan anak didik agar menggunakan seluruh potensi kognitif,

afektif, dan psikomotoriknya agar memiliki berbagai kapabilitas intelektual,

33

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2013), Cet. ke-6, h. 38. 34

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 92. 35

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, .... h. 98.

Page 33: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

20

moral, dan keterampilan lainnya.36

Dengan demikian pada teori ini siswa

yang harus berperan aktif untuk mengembangkan potensinya sendiri,

sedangkan guru hanya memberikan arahan dan sebagai fasilitator.

Pembelajaran berpusat pada siswa bukan pada guru.

4) Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar baru dalam

psikologi pendidikan. Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran

yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman dapat

membangun dan mengkonstruksi pengetahuan serta pemahaman tempat

individu hidup.37

Menurut Slavin sebagaimana yang dikutip oleh Trianto

mengatakan “Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus

menemukan sendiri dan mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek

informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan

itu sudah tidak sesuai lagi”.38

Hal tersebut dilakukan agar siswa benar-benar

memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, memecahkan masalah,

menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berusaha untuk membuat ide-

ide yang dihasilkan dari pemikirannya.

Trianto mengutip Suparno yang mengatakan “Belajar dalam

pandangan kostruktivis merupakan hasil konstruksi kognitif melalui

kegiatan seseorang. Ini menekankan bahwa pengetahuan individu adalah

bentukan individu itu sendiri”.39

Dengan demikian, dalam teori

konstruktivisme pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif

manusia itu sendiri.

Menurut Abudin Nata, “Belajar dalam teori konstruktivisme adalah

proses aktif dari peserta didik untuk merekonstruksi makna dengan

cara memahami teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik, dan

sebagainya. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan

menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan

pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi

berkembang. Beberapa bentuk pembelajaran yang sesuai dengan

36

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, .... h. 101. 37

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 105. 38

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. ke-2, h. 74. 39

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, .... h. 75.

Page 34: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

21

filsafat konstruktivisme antara lain diskusi, pengujian hasil

penelitian sederhana, peragaan prosedur ilmiah, dan kegiatan praktis

lainnya yang memberikan peluang bagi peserta didik untuk

mempertajam gagasannya”.40

Berikut adalah teori belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh

beberapa ahli pendidikan, yaitu:

a) Teori Konstruktivisme Piaget

Teori Piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak

bermakna membangun struktur kognitifnya dengan istilah skema. Skema

pada teori ini adalah seluruh pengetahuan diorganisasikan menjadi unit-unit

atau skema yang kemudian disimpan sebagai infromasi. Sehingga, skema

dapat dimaknai sebagai suatu deskripsi umum atau suatu sistem konseptual

untuk memahami pengetahuan tentang bagaimana pengetahuan itu

dinyatakan atau diterapkan.41

Jadi, dalam teori Piaget masih menekankan pada aspek kognitif yang

dimiliki individu dengan mengkonstruksi sebuah skema pengetahuan. Teori

Piaget ini masih mendasarkan pada perkembangan kognitif karena teori

kognitif yang dikemukakan oleh Piaget masih berkesinambungan dengan

teori kostruktivisme.

b) Teori Konstruktivisme Vygostky

Pada teori ini Vygotsky menekankan pada aspek sosial dalam

pembelajaran. Menurut Vygotsky proses pembelajaran akan terjadi jika

anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun

tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka yang disebut

zone of proximal development.42

Zone of proximal development menurut

Slavin yang dikutip oleh Trianto adalah “Perkembangan sedikit di atas

perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental

yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerja sama

40

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, .... h. 89-90. 41

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 105. 42

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif , .... h. 39.

Page 35: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

22

antar individu, sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke

dalam individu tersebut”.43

Contoh teori Vygotsky jika diimplemantasikan dalam pembelajaran

misalnya ketika belajar tentang materi hukum pembiasan cahaya, peserta

didik harus memiliki prasyarat pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya.

Kemudian guru memberi tugas kepada peserta didiknya yang masih

berkaitan dengan pembelajaran cahaya tersebut. Dengan modal prasyarat

pengetahuan itulah peserta didik berusaha untuk mengerjakan tugas-tugas

yang diberikan oleh guru.

Selain Zone of proximal development, Vygostky juga

mengemukakan idenya yang disebut scafolding, yang berarti memberikan

sejumlah besar bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal

pembelajaran. Bantuan tersebut dapat berupa dorongan, petunjuk, atau

pembuatan langkah-langkah yang harus ditempuh peserta didik dalam

pembelajaran.44

d. Strategi Pembelajaran

Strategi sangat penting dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran.

Strategi sangat berhubungan erat dengan tujuan belajar yang hendak

dicapai. Dengan menggunakan strategi yang tepat, tujuan belajar akan lebih

mudah dicapai. Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-

garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah

ditentukan. Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, strategi

bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam

perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah

digariskan.

Pengertian strategi pembelajaran, dapat dilihat dari dua kata

pembentuknya, yakni strategi dan pembelajaran. Kata strategi berarti cara

dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan kata pembelajaran menurut Degeng yang dikutip oleh Made

43

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, .... h. 76. 44

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, .... h. 76.

Page 36: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

23

Wena adalah sebuah upaya dalam membelajarkan siswa.45

Jadi, strategi

pembelajaran adalah cara dan seni untuk menggunakan semua sumber

belajar dalam upaya membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan utama

belajar.

Definisi strategi pembelajaran lainnya dikemukakan oleh Gerlach

dan Ely yang dikutip oleh Ngalimun, bahwa Strategi pembelajaran adalah

cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam

lingkungan pembelajaran tertentu. Dalam strategi pembelajaran meliputi

sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan

pengalaman belajar kepada peserta didik.46

Ada empat strategi dasar dalam kegiatan pembelajaran yang bisa

dijadikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, agar

berhasil sesuai dengan yang diharapkan meliputi hal-hal sebagai

berikut:

1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi

perubahan tingkah laku dan keperibadian peserta didik

sebagaimana yang diharapkan.

2) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi

dan pandangan hidup masyarakat.

3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar

mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat

dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan

mengajarnya.

4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau

kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan

pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan

belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik

untuk penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan

secara keseluruhan.47

Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu

karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai

hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan

terarah, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai

45

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta, PT Bumi Aksara,

2009), Cet. ke-2, h. 2. 46

Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013),

hal. 5 47

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2010), Cet. ke-4, h. 5

Page 37: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

24

secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung

secara efektif dan efisien.

Menurut Made Wena, “Strategi Pembelajaran sangat berguna, baik

bagi guru maupun siswa. Bagi guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan

acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi

siswa, penggunaan strategi pembelajaran untuk mempermudah proses

belajar”.48

Made Wena juga mengklasifikasikan beberapa tahapan dalam

strategi pembelajaran menjadi tiga, yaitu strategi pengorganisasian, strategi

penyampaian, dan strategi pengelolaan. Berikut adalah penjelasan dari tiga

tahapan dalam strategi pembelajaran tersebut:

1) Strategi Pengorganisasian, merupakan cara untuk menata isi suatu

bidang studi, dan kegiatan ini berhubungan dengan tindakan

pemilihan isi/materi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan

sejenisnya.

2) Strategi Penyampaian, adalah cara untuk menyampaikan

pembelajaran pada siswa dan atau menerima serta merespons

masukan dari siswa.

3) Strategi Pengelolaan, adalah cara untuk menata interaksi antara

siswa dan variabel strategi pembelajaran lainnya (variabel strategi

pengorganisasian dan strategi penyampaian). Strategi pengelolaan

pembelajaran berhubungan dengan pemilihan tentang strategi

pengorganisasian dan strategi penyampaian yang digunakan selama

proses pembelajaran berlangsung. Strategi pengelolaan berhubungan

dengan penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar, dan

motivasi.49

Dari uraian mengenai pengertian, pentingnya strategi pembelajaran,

dan bagaimana melakukan strategi pembelajaran diatas dapat dikatakan

bahwa strategi pembelajaran merupakan sebuah langkah-langkah atau

tahapan-tahapan yang sengaja dirancang secara sistematis untuk mencapai

terget hasil belajar dengan mudah sehingga mendapatkan hasil yang optimal.

Beberapa strategi pembelajaran yang sering digunakan atau yang

sudah dikembangkan saat ini adalah sebagai berikut:

48

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, .... h. 3. 49

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, .... h. 6.

Page 38: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

25

1) Elaborasi

Strategi elaborasi dikategorikan sebagai strategi pengorganisasian isi

pembelajaran tingkat makro. Teori elaborasi mendeskripsikan cara-cara

pengorganisasian isi pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci.50

Dengan strategi pembelajaran elaborasi ini peserta didik dapat

memahami pelajarannya dengan mengetahui hal-hal atau masalah yang

bersifat umum terlebih dahulu kemudian dikerucutkan menjadi hal-hal yang

lebih khusus dan lebih sempit ruang lingkupnya.

2) Problem Based Learning

Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran

dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis

sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui

permasalahan-permasalahan.

Menurut Boud, Felleti, dan Fogarty sebagaimana yang dikutip oleh

Made Wena, strategi belajar berbasis masalah merupakan suatu pendekatan

pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-

masalah praktis, berbentuk ill-structured atau open-ended melalui stimulus

dalam belajar.51

Jadi, Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan cara belajar

yang diarahkan untuk memecahkan sebuah masalah dalam proses

pembelajaran. Dari masalah itulah siswa mendapatkan pengalaman secara

langsung sebagai akibat dari proses pembelajaran berbasis masalah.

3) Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa

menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah

dalam suatu penelitian ilmiah.52

Tujuan utamanya adalah mengembangkan

sikap dan keterampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah

masalah yang mandiri. Selain itu strategi pembelajaran inkuiri akan

membantu siswa mengembangkan disiplin dan keterampilan intelektual yang

50

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, .... h. 25. 51

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, .... h. 91. 52

Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, .... h. 33

Page 39: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

26

diperlukan untuk memunculkan masalah dan mencari jawabannya sendiri

melalui rasa keingintahuannya itu.

4) Pembelajaran Kuantum

Strategi pembelajaran kuantum merupakan cara baru yang

memudahkan proses belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian

yang terarah, untuk segala mata pelajaran. Pembelajaran kuantum adalah

penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang

menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan

momen belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan

kelas dengan interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk

belajar.53

5) Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas

dengan melibatkan kerja proyek.54

Dengan mengunakan kerja proyek akan

memunculkan kreativitas dan motivasi peserta didik. Karena dalam kerja

proyek tersebut terdapat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan pada

pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang, dan menuntut siswa

untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan

kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bekerja secara mandiri.

Selain beberapa strategi yang telah diuraikan diatas, terdapat pula

pendapat ahli pendidikan yang mengklasifikasi strategi pembelajaran

sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid yang diambil dari artikel

Saskatchewan Educational. Berikut uraian strategi pembelajaran dalam

artikel tersebut.

a) Strategi Pembelajaran Langsung, merupakan strategi yang berpusat

pada guru. Guru lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran

daripada peserta didik. Dalam arti, guru merupakan pusat atau

central dalam kegiatan pembelajaran.

53

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, .... h. 161. 54

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, .... h. 144.

Page 40: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

27

b) Strategi Pembelajaran Tidak Langsung, merupakan strategi yang

melibatkan siswa untuk ikut berkontribusi dalam pembelajaran

seperti kegiatan observasi, penyelidikan, pencarian data,

pembentukan dan pengujian hipotesis. Pada strategi ini guru

menempatkan dirinya sebagai fasilitator.

c) Strategi Pembelajaran Interaktif, merupakan strategi pembelajaran

yang merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi di antara

peserta didik. Strategi ini dikembangkan dengan cara

mengimplementasikan metode-metode interaktif.

d) Strategi Pembelajaran melalui Pengalaman, adalah strategi yang

menekankan melalui pengalaman sebagai proses belajar.

e) Strategi Pembelajaran Mandiri, merupakan strategi pembelajaran

yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian,

dan peningkatan diri.55

e. Pendekatan Pembelajaran

Istilah Pendekatan berasal dari bahasa Inggris “approach” yang

memiliki beberapa arti, diantaranya diartikan dengan “pendekatan”. Dalam

dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of begining

something (cara memulai sesuai).56

Oleh karena itu, istilah pendekatan dalam

proses pembelajaran dapat diartikan sebagai cara memulai pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih

kegiatan pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran

dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu atau

dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan lainnya dalam tingkat

kedalaman yang berbeda, atau bahkan merupakan materi yang terintegrasi

dalam satu kesatuan multi disiplin ilmu.57

Pendekatan pembelajaran

merupakan suatu jalan yang akan ditempuh oleh guru dan peserta didik dalam

mencapai tujuan instruksional.

Menurut Gladene Robertson dan Hellmut Lang yang dikutip oleh

Abdul Majid, mereka berpendapat bahwa “Pendekatan pembelajaran dapat

dimaknai menjadi dua pengertian, yaitu pendekatan pembelajaran sebagai

dokumen tetap, dan pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus

55

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2013), h.

11-12 56

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 19. 57

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. ke-

13 h. 68.

Page 41: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

28

berkembang”.58

Pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dimaknai

sebagai suatu kerangka umum dalam praktik profesional guru, yaitu

serangkaian dokumen yang dikembangkan untuk mendukung pencapaian

kurikulum. Sedangkan pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang

terus berkembang dimaknai selain sebagai kerangka umum untuk praktik

profesional guru, juga dimaksudkan sebagai studi komprehensif tentang

praktik pembelajaran maupun petunjuk pelaksanaanya.

Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara

arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik.

Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap individu dan

kelompok bahwa dirinya memiliki kelemahan dan kelebihan. Pada pokoknya

pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi dari

bagian yang satu kepada bagian lainnya berorientasi pada pengalaman-

pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip atau teori

yang baru tentang suatu bidang ilmu. Dengan kata lain, ketika kegiatan

belajar iru berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat,

serta mau memhami anak didiknya dengan segala konsekuensinya.

Pendekatan ini pada umumnya mengacu pada pendekatan psikologi

yang berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk menangkap ataupun

menerima pelajaran dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran

menjadi suatu hal yang sangat penting, karena dilihat dari sudut psikologi

setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menerima pelajaran.

Untuk itu diperlukan pendekatan yang sesuai dengan dengan potensi peserta

didik.

Ada beberapa pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat

memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan pembelajaran. Urainnya

seperti berikut ini.

1) Pendekatan Individual

Pendekatan individual dalam proses pembelajaran adalah sebuah

pendekatan yang bertolak pada asumsi bahwa peserta didik memiliki latar

58

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, .... h. 19.

Page 42: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

29

belakang perbedaan dari segi kecerdasan, bakat, kecenderungan, motivasi dan

sebagainya.59

Pendekatan individual ini memberikan wawasan kepada guru

bahwa strategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individual yang

dimiliki peserta didik.

Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi

kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan

ini. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dan diatasi

dengan menggunakan pendekatan individual, karena guru bisa berhubungan

langsung secara mendalam mengenai permasalahan yang dihadapi seorang

peserta didik.

2) Pendekatan Kelompok

Pendekatan kelompok muncul karena adanya kesadaran bahwa peserta

didik adalah makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama. Dengan

pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial

yang tinggi pada diri peserta didik. Dalam pendekatan ini mereka dibina

untuk mengendalikan ego setiap peserta didik, sehingga terbina

kesetiakawanan sosial di kelas.60

Dapat dikatakan bahwa pendekatan

kelompok adalah sebuah pendekatan yang didasarkan pada pandangan bahwa

pada setiap peserta didik terdapat perbedaan-perbedaan dan persamaan-

persamaan yang antara satu dan yang lainnya harus diintegrasikan. Sehingga

dengan integerasi tersebut, bisa menciptakan tatanan yang harmoni dan

bersinergi dalam mencapai tujuan belajar. Melalui pendekatan kelompok ini

dimungkinkan akan terjadi persaingan yang sehat dalam meraih nilai terbaik.

3) Pendekatan Campuran

Pendekatan ini bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang

dihadapi oleh setiap peserta didik bermacam-macam. Oleh karena itu, seorang

guru dalam menerapkan sebuah pendekatan pembelajaran bisa dengan

menggabungkan antara pendekatan individual dan pendekatan kelompok,

sehingga disebut dengan pendekatan campuran atau bervariasi.

59

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,... h. 176. 60

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta PT

Rineka Cipta, 2010), h. 55.

Page 43: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

30

Pendekatan campuran adalah pendekatan yang bertumpu pada upaya

menyinergikan keunggulan yang terdapat pada pendekatan individual dan

keunggulan yang terdapat pada pendekatan kelompok.61

4) Pendekatan Edukatif

Pendekatan edukatif bertolak dari seberapa jauh sebuah pendekatan

yang dilakukan dapat memberikan pengaruh bagi perbaikan sikap mental dan

kepribadian peserta didik.62

Pendekatan edukatif melihat bahwa dalam diri

peserta didik memiliki permasalahan, seperti membuat keributan, tidak

semangat belajar, tidak mau berprestasi, dan melakukan tindakan yang

menyimpang dari ajaran moral pendidikan. Tujuan dari pendekatan edukatif

ini yang paling utama adalah merubah perilaku peserta didik.

5) Pendekatan Konsep

Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara

langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan langsung kepada

peserta didik untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.63

Para ahli

psikologi menyadari akan pentingnya konsep-konsep. Oleh karena itu, konsep-

konsep tersebut merupakan penyajian-penyajian internal dari sekelompok

stimulus-stimulus yang tidak dapat diamati, tetapi disimpulkan dalam perilaku.

6) Pendekatan Proses

Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau

penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.64

Pendekatan ini

merupakan kebalikan dari pendekatan konsep. Pada pendekatan ini siswa

dilibatkan dalam membentuk konsep melalui proses-proses tertentu.

7) Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari

keadaan umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang

bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-

61

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,... h. 159. 62

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,... h. 162. 63

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .... h. 71. 64

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .... h. 74.

Page 44: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

31

contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum itu ke dalam keadaan

khusus.65

8) Pendekatan Induktif

Pendekatan yang menghendaki kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta

yang konkrit sebanyak mungkin. Dalam konteks pendekatan pembelajaran

induktif adalah pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan

sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu fakta,

prinsip atau aturan.66

Kebalikan dari pendekatan deduktif yang berpikir atau

penalaran yang bersifat khusus ke keadaan yang umum.

9) Pendekatan Ekspositori

Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan

penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru atau pengajar.

Pendekatan ekspositori digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran

secara untuh atau menyeluruh, lengkap, dan sitematis dengan penyampaian

secara verbal.67

Pendekatan ini bisa disebut juga dengan malakukan

pengajaran secara konvensional yakni dengan metode ceramah.

Dalam pendekatan ini yang terlihat lebih berperan adalah guru. Guru

lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan siswanya, karena guru telah

mengelola dan mempersiapkan bahan ajar secara tuntas. Tetapi, dalam

pendekatan ini, guru tidak terus menerus memberi informasi tanpa peduli

apakah siswanya memahami informasi yang disampaikan atau tidak. Guru

hanya memberikan informasi pada saat-saat tertentu jika diperlukan, misalnya

pada permulaan belajar, memberi contoh soal dan sebagainya. Pendekatan

ekspositori dapat membawa siswa belajar menjadi bermakna, efektif dan

efisien.

10) Pendekatan Heuristik

Pendekatan heuristik adalah pendekatan pengajaran yang menyajikan

sejumlah data, kemudian siswa diminta untuk membuat kesimpulan dari data-

65

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .... h. 76. 66

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .... h. 77. 67

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .... h. 79.

Page 45: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

32

data tersebut.68

Dalam hal ini bisa disebut sebagai model inkuiri, atau model

proses menemukan.

11) Pendekatan Kecerdasan

Pendekatan ini pada intinya dilakukan dengan berdasarkan pada

kecerdasan yang dimilki oleh peserta didik. Oeh karena itu, pengetahuan guru

mengenai kecerdasan peserta didiknya sangat penting, dengan tujuan

memberikan pertolongan kepada peserta didiknya tersebut.69

Misalnya ada

peserta didik yang memiliki kecerdasan yang lebih pada aspek verbal, maka

pendekatan pengajaran yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik tersebut

harus berdasarkan pada kecerdasan yang dimilikinya, yakni kemampuan

verbal, seperti mengemukakan pendapat atau bercerita.

12) Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat.70

Pada pendekatan ini akan melibatkan beberpa

komponen dalam pembelajaran yaitu, konstruktivisme (membangun

pengetahuan mandiri secara sistematis), bertanya, menemukan (inquiry),

masyarakat belajar, modelling, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Dengan

demikian dengan menggunakan pendekatan pembelajaran ini, belajar semakin

bermakna karena peserta didik dihadapkan langsung oleh realitas-realitas,

bukan hanya sekedar konsep dan teori.

f. Model Pembelajaran

Istilah model bisa diartikan sebagai kerangka konseptual yang

digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model juga bisa

berbentuk benda tiruan seperti globe yang digunakan dan dianggap sebagai

bumi yang bulat. Model juga bisa diartkan sebagai sesuatu yang dijadikan

68

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .... h. 80. 69

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .... h. 82. 70

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .... h. 87.

Page 46: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

33

acuan atau contoh. Dalam proses pembelajaran, Abdul Majid menerangkan

bahwa model dalam belajar-mengajar adalah “Kerangka konseptual dan

prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi perancang

pengajaran dalam melaksanakan aktivitas belajar”.71

Dengan demikian,

aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang

tersusun secara sistematis.

Selanjutnya Abdul Majid mengutip pernyataan Dewey yang

mangatakan bahwa model pembelajaran adalah “A plan or Pattern that we can

use to design face to face teaching in the classroom or tutorial setting and to

shape instructional material”.72

Dewey menyatakan model pembelajaran

adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap

muka di kelas, atau pembelajaran tambahan diluar kelas dan untuk

menajamkan materi pengajaran. Dari pernyataan Dewey tersebut, dapat

dipahami bahwa model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran

yang dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran, sesuai dengan

karakteristik kerangka dasarnya.

Menurut Komaruddin yang dikutip oleh Sagala, Model dapat

dipahami dengan berbagai macam pemahaman yaitu model sebagai

suatu tipe atau desain, suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan

untuk membantu proeses visualisasi sesuatu yang tidak dapat diamati

secara langsung, suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-

inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu

obyek atau peristiwa, dan penyajian yang diperkecil agar dapat

menjelaskan dan menunjukan sifat bentuk aslinya.73

Jadi dapat disimpulkan bahwa model dalam pembelajaran merupakan

sebuah kerangka konseptual yang didesain secara sistematis yang menjadi

pedoman dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Model

merupakan rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme

suatu pengajaran meliputi sumber belajar, subyek pembelajar, lingkungan

belajar dan kurikulum.

71

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 13 72

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, .... h. 13 73

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .... h. 175.

Page 47: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

34

Ahli pendidikan Bruce Joyce dan Marsha Weil mengemukakan ada

empat model dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dikutip oleh

Abdul Majid dan Sagala. Model pembelajaran tersebut akan diuraikan sebagai

berikut.

1) Model Proses Informasi

Model ini menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon

yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data,

memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan

masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan non-verbal.74

Model ini

memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengujian hipotesis, dan

memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif.

Model ini menekankan peserta didik agar memilih kemampuan untuk

memproses informasi sehingga peserta didik yang berhasil dalam belajar

adalah yang memiliki kemampuan dalam memproses informasi. Model

pengolahan informasi ini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar

dari berbagai usia dalam mempelajari individu dan masyarakat.

2) Model Interaksi Sosial

Model interaksi sosial pada hakikatnya bertolak dari pemikiran

pentingnya hubungan pribadi dan hubungan sosial, atau hubungan individu

dengan lingkungan sosialnya.75

Pada model ini, hakikat belajar pada

dasarnya adalah mengadakan hubungan sosial dalam pengertian peserta didik

berinteraksi dengan peserta didik lain, dan berinteraksi dengan kelompoknya.

Titik berat dari model ini adalah kemampuan kerja sama dari peserta didik

sebagai individu untuk bisa bersosialisasi dengan peserta didik lain bahkan

dengan sebuah kelompok.

Model ini menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan

peserta didik agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain

sebagai usaha membangun sikap yang demokratis dengan menghargai setiap

74

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .... h. 176. 75

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, .... h. 17.

Page 48: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

35

perbedaan dalam realitas sosial. Dengan demikian, dalam model ini

mengarahkan peserta didik untuk berperan menjadi makhluk sosial.

3) Model Personal

Model personal merupakan rumpun model pembelajaran yang

menekankan pada proses mengembangkan kepribadian individu peserta didik

dengan memperhatikan kehidupan emosional.76

Model ini memusatkan

perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan

kemandirian yang produktif, sehingga manusia menjadi semakin sadar diri

dan bertanggung jawab atas tujuannya. Intinya, dengan menggunakan model

ini peserta didik diarahkan untuk menjadi diri yang bertanggung jawab dan

mandiri sehingga kepribadiannya menjadi lebih baik.

4) Model Behavioral atau Tingkah Laku

Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu

bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-

tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi

penguatan.77

Melalui teori ini peserta didik dibimbing untuk dapat

memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku kedalam jumlah

yang kecil dan berurutan yang mengandung perilaku tertentu.

Implementasi dari model behavioral ini adalah pendidik harus lebih

menaruh perhatian kepada peserta didik dengan memberikan stimulus. Jika

respon peserta didik terhadap stimulus tersebut tidak sesuai, maka pendidik

bisa memodifikasi tingkah laku dari peserta didik tersebut.

g. Metode Pembelajaran

Metode dalam pembelajaran adalah sebuah cara yang digunakan

oleh guru maupun peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar. Bagi

guru metode digunakan untuk menyampaikan materi atau bahan ajar,

sedangkan bagi peserta didik metode digunakan untuk belajar atau

memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sama halnya dengan

76

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, .... h. 176. 77

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, .... h. 18.

Page 49: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

36

strategi pembelajaran, metode juga menjadi faktor penting dalam

menunjang proses pembelajaran agar hasil dan tujuan dari sebuah proses

belajar menjadi optimal dan efektif.

Metode dalam peroses pembelajaran lebih terfokus kepada metode

bagaimana seorang guru menyampaikan materi pelajaran atau bahan ajar.

Menurut Abuddin Nata, “Metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau

langkah-langkah yang digunakan dalam menyampaikan suatu gagasan,

pemikiran atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta

didasarkan pada teori, konsep dan prinsip tertentu yang terdapat dalam

berbagai disiplin ilmu terkait, terutama ilmu psikologi, manajemen dan

sosiologi”.78

Dilihat dari segi langkah-langkah dan tujuan kompetensi yang ingin

dicapai, terdapat sejumlah metode yang dikemukakan para ahli. Beberapa

metode tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

1) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah penyajian pelajaran yang dilakukan oleh

guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung di hadapan

peserta didik. Ceramah dimulai dengan menjelaskan tujuan yang ingin

dicapai, menyiapkan garis-garis besar yang ingin dibicarakan, serta

menghubungkan materi yang akan disajikan dengan bahan yang telah

disajikan.79

Metode ceramah merupakan sebuah metode dalam pembelajaran

yang lebih menonjolkan aktivitas guru daripada peserta didik. Guru yang

lebih aktif dalam hal ini, sedangkan siswa menjadi pasif. Namun, harus

disadari bahwa ceramah merupakan elemen penting bagi setiap metode-

metode dalam pembelajaran. Karena tanpa adanya ceramah, guru tidak bisa

menjelaskan langkah-langkah metode yang akan digunakan. Oleh karena itu

bagaimanapun metodenya dalam pembelajaran, ceramah merupakan suatu

hal yang penting dan harus ada pada setiap kegiatan pembelajaran.

78

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,... h. 176. 79

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,... h. 181.

Page 50: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

37

Metode ceramah dalam pembelajaran biasanya dilakukan ketika

untuk menyampaikan informasi jika bahan ajar tidak terlalu banyak dan

dapat diingat dalam waktu yang sebentar, untuk memberi pengantar dan

untuk menyampaikan materi yang berkenaan dengan pengertian-pengertian

atau konsep-konsep.

2) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk

pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kapada siswa, tetapi

dapat pula dari siswa kepada guru. Metode ini dimaksudkan untuk

merangsang daya berpikir dan kritis serta membimbing peserta didik dalam

mencapai kebenaran.80

Metode tanya jawab bertujuan untuk menimbulkan perilaku

keingintahuan peserta didik, sehingga dapat digunakan untuk memperoleh

tujuan kognitif atau memperoleh keterampilan-keterampilan berpikir

tertentu.

3) Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah penyajian pelajaran dengan memperagakan

atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu

yang sedang dipelajari baik sebenarnya maupun tiruan, yang sering disertai

dengan penjelasan lisan.81

Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan

lebih berkesan secara mendalam sehingga dapat membentuk pengertian yang

lebih baik dan sempurna.

4) Karyawisata

Karyawisata merupakan cara memberikan pelajaran yang dilaksanakan

dengan mangajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah

80

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT

Refika Aditama, 2009), h. 62 81

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta PT

Rineka Cipta, 2010), h. 90

Page 51: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

38

untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu, seperti datang ke pabrik

pembuatan susu, atau berkunjung ke sebuah peternakan dan perkebunan.82

Dengan adanya pembelajaran diluar yakni karyawisata bisa

memberikan banyak manfaat diantaranya menimbulkan sensasi baru,

menghilangkan kejenuhan, serta melatih siswa untuk mandiri dalam hidup,

dan membimbing peserta didik dalam berinteraksi dengan dunia luar.

5) Penugasan dan Resitasi

Metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru

memberikan tugas-tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

Adapun tugas-tugas tersebut dapat dilaksanakan atau dapat dilakukan di dalam

kelas, perpustakaan, halaman sekolah, laboratorium, dan dimana saja asal

tugas yang diberikan dapat dikerjakan.83

Dengan kata lain, metode ini adalah

cara yang digunakan dalam belajar dengan memberikan tugas terstruktur

kepada siswa untuk dikerjakan diluar jam pelajaran sekolah.

Metode ini diberikan karena bahan pelajaran terlalu banyak, sementara

waktu yang ada untuk belajar sedikit. Maksudnya, banyaknya bahan ajar yang

tersedia dengan waktu yang kurang seimbang. Maka agar bahan ajar selesai

sesuai batas waktu yang ditentukan, biasanya metode ini tepat untuk

digunakan.

6) Diskusi

Metode diskusi adalah metode yang berupaya memecahkan masalah

yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan

argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Tujuan dari penggunaan

metode ini adalah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa agar

berpikir dengan renungan yang dalam.84

Metode diskusi adalah metode belajar-mengajar dengan cara bertukar

pendapat antara peserta didik tentang materi yang sedang dipelajari. Yang

harus diperhatikan dalam menggunakan metode ini adalah bahwa semua

peserta didik sebelum pelajaran atau materi yang akan dibahas sudah memiliki

82

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h. 85 83

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, .... h. 85. 84

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, ... h. 62.

Page 52: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

39

gambaran tentang materi tersebut. Hal ini bertujuan agar suasana diskusi lebih

kondusif dan terkesan hidup.

7) Simulasi

Simulasi adalah tingkah laku seseoang untuk berlaku seperti seseorang

yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih

mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu.85

Jadi,

peserta didik dalam hal ini mencoba berperan menjadi orang lain, dengan

tujuan lebih merasakan dan dapat mengambil pelajaran yang lebih mendalam

dari yang akan diperankannya.

8) Eksperimen

Metode eksperimen atau percobaan adalah penyajian pembelajaran

dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan

sendiri sesuatu yang dipelajari.86

Dalam metode ini siswa diberi kesempatan

untuk melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,

menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan dari objek yang

diamatinya atau yang diujicobakan.

Tujuan dari menggunakan metode ini adalah agar siswa mampu

mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan

yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.

9) Metode Suri Tauladan

Metode yang dapat diartikan sebagai keteladanan yang baik. Dengan

adanya teladan yang baik itu, maka akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain

untuk meniru atau mengikutinya.87

Pada dasarnya dengan adanya contoh ucapan, perbuatan dan contoh

tingkah laku yang baik dalam hal apapun, maka hal itu merupakan suatu

amaliyah yang paling penting dan paling berkesan, baik bagi pendidikan anak,

maupun dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari.

85

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, .... h. 85 86

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, .... h. 85. 87

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, ... h. 63.

Page 53: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

40

10) Proyek

Metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak

pada suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan

sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.88

Metode ini

adalah metode mengajar dengan cara mengorganisasikan bahan ajar

sedemikian rupa sehingga merupakan keseluruhan atau kesatuan yang bulat

dan bermakna yang mengandung suatu pokok masalah.

Metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, namun sangat

banyak manfaatnya. karena, dalam penggunaan metode ini kreativitas dan

imajinasi dari peserta didik sangat berperan. Dengan adanya metode proyek

akan timbul sebuah rekonstruksi pengetahuan yang berbeda dibandingkan

dengan penggunaan metode lainnya. Pada metode proyek ini terdapat

beberapa tugas yang komplek, namun mengacu kepada suatu pokok

permasalahan.

2. Aspek Psikologis

Psikologis peserta didik merupakan hal yang menjadi faktor

mempengaruhi proses belajar. Oleh sebab itu perlu ada metode atau cara

belajar yang bisa menyesuaikan aspek psikologis peserta didik. Aspek

psikologis berperan penting dalam menunjang keberhasilan peserta didik

dalam belajar. Jika metode belajar yang digunakan menimbulkan gejala aspek

psikologis siswa baik, maka proses belajar dapat terhasil dengan baik.

Aspek psikologis peserta didik yang menjadi faktor pengaruh dalam

proses belajar adalah:

a. Intelegensi

Secara singkat intelegensi adalah tingkat kecerdasan atau kemampuan

pikir peserta didik. Yudhi Munadhi mengutip C.P. Chaplin, mengartikan

intelegensi sebagai kemampuan menghadapi dan meyesuaikan diri terhadap

situasi baru secara cepat dan efektif, kemampuan menggunakan konsep

88

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, .... h. 83.

Page 54: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

41

abstrak secara efektif, kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar

dengan cepat sekali.89

Menurut Muhibbin Syah, Intelegensi bukan hanya kualitas otak saja,

melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang

harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi

lebih menonjol daripada organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan

menara pengontrol hampir seluruh otak manusia.90

b. Perhatian

Perhatian merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar.

Dalam kajian psikologi, perhatian merupakan pemusatan tenaga psikis yang

tertuju pada suatu objek tertentu.91

Jadi dalam proses belajar, peserta didik

harus menaruh perhatian terhadap apa yang akan dipelajarinya. Karena

didalam perhatian terhadap pelajaran menjadikan psikis peserta didik menjadi

fokus kepada sebuah objek yang merupakan bahan untuk belajar mereka.

c. Minat dan Bakat

Minat berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan

yang besar terhadap sesuatu.92

Sedangkan bakat adalah kemampuan untuk

belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata

setelah melalui belajar dan berlatih.93

d. Motivasi

Motivasi merupakan sebuah dorongan untuk melakuan sesuatu. Dari

segi proses belajar, motivasi adalah dorongan peserta didik untuk melakukan

kegiatan belajar. Terdapat dua macam motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan

ekstersik.

Motivasi intrinsik timbul dari dalam diri seseorang yang sangat erat

hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya ingin memahami suatu konsep

atau ingin mendapatkan suatu pengetahuan baru. Sedangkan motivasi

eksterinsik, adalah motivasi yang datang dari luar diri individu yang tidak

89

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru,.... h. 26. 90

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, .... h. 131. 91

Fadhilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, ... h. 113. 92

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, .... h. 131. 93

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, .... h. 27.

Page 55: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

42

berkaitan dengan tujuan belajar, misalnya belajar karena ingin mendapat nilai

bagus.94

e. Pengamatan

Cara untuk mengenal suatu objek yang dilakukan oleh individu baik

dari dirinya sendiri maupun dunia sekitar dengan cara melihat, mendengar,

mengecap dinamakan pengamatan.95

Jadi pengamatan merupakan pintu

gerbang siswa untuk belajar mengenal dunia sosial atau non sosial, serta

menerima ilmu pengetahuan.

f. Ingatan

Mengingat merupakan sebuah proses atau kekuatan untuk menyimpan

informasi yang sudah diketahui. Atau dalam konteks peserta didik, mengingat

adalah proses menyimpan pelajaran yang telah dipelajarinya.

Oleh karena itu untuk membantu memudahkannya dalam menyerap

pelajaran, harus digunakan beberata strategi. Desmita mengutip penyataan

Matlin menyebutkan empat macam strategi memori yang penting, yaitu:

rehearsal, organization, imagery dan retrival.

1) Reherseal (pengulangan), meningkatkan memori dengan cara

mengulangi berkali-kali informasi setelah informasi tersebut

disajikan. 2) Organization (organisasi), seperti pengkategorian dan

pengelompokan, merupakan stretegi yang sering digunakan oleh

orang dewasa. 3) Imagery (perbandingan), tipe dari karakteristik pembayangan dari

seseorang. 4) Retrival (pemunculan kembali), proses mengeluarkan atau

menganngkat informasi dari tempat penyimpanan.96

g. Berpikir dan Daya Nalar

Berpikir adalah keaktifan jiwa manusia yang mengakibatkan

penemuan yang terarah kepada satu tujuan. Jadi, manusia bepikir untuk

menemukan pemahaman dan pengertian yang dikehendaki.97

Sedangkan daya

nalar atau penalaran menurut kamus The Random House Dictionary adalah

94

Fadhilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, ... h. 123. 95

Fadhilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, ... h. 114. 96

Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 159-

160. 97

Fadhilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, ... h. 116.

Page 56: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

43

kegiatan atau proses menalar yang dilakukan oleh seseorang. Dalam penalaran

ini yang menjadi dasar menentukan kemampuan berpikir analitis dan sintesis

indivisual.98

h. Sikap Peserta Didik

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merspons dengan cara yang relatif tetap

terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun

negatif.99

Sikap ini berkaitan dengan perhatian peserta didik dalam belajar.

Sehingga apabila peserta didik sudah memiliki perhatian yang baik atau positif

terhadap pelajarannya, maka sikap yang akan ditimbulkan oleh peserta didik

tentu juga positif. Sebaliknya, jika sejak awal perhatian peserta didik kurang

dalam pelajarannya, maka sikap yang ditimbulkan adalah negatif dalam arti

seakan-akan ia menolak ingin belajar.

3. Peserta Didik

Peserta didik merupakan sumber daya utama dan terpenting dalam

proeses pendidikan formal. Menurut Abuddin Nata, “Anak didik atau peserta

didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya

untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggrakan di sekolah, dengan tujuan

untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan,

berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia, dan mandiri”.100

Di dalam

UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional peserta didik

didefinisikan sebagai:

Setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui

proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal

maupun pendidikan non-formal, pada jenjang pendidikan dan jenis

pendidikan tertentu. Peserta didik juga dapat didefinisikan sebagai

orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang

98

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, .... h. 31. 99

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, .... h. 132. 100

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana

Pranada Media Grroup, 2009), h. 316.

Page 57: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

44

masih perlu dikembangkan. Potensi yang dimaksud umumnya terdiri

dari tiga kategori, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.101

Berdasarkan pengertian diatas, secara esensi peserta didik adalah setiap

orang yang berusaha mengembangkan potensi pada jalur pendidikan formal

dan nonformal menurut jenjang dan jenisnya.

Pada hakikatnya, pendidikan tidak mengenal usia, jenjang maupun

jenis. Selama individu masih ingin untuk belajar dan menuntut ilmu, itu

merupakan bagian individu tersebut untuk memperoleh pendidikan. Namun

dalam kaitannya dengan peserta didik, terdapat dua term kata yaitu peserta dan

didik. Karena adanya kata peserta, maka terikat dengan sebuah aturan, dalam

hal ini jalur, jenjang, dan jenis. Dikarenakan disebut peserta didik yang terikat

sebuah aturan, Sri Minarti mengutip Al-Ghazali yang mengklasifikasi sepuluh

bentuk ketaatan yang harus dilakukan oleh peserta didik.

Kesepuluh ketaatan tersebut ialah:

a. Peserta didik diharuskan untuk membersihkan jiwa.

b. Memusatkan perhatian kepada studi dan jangan sampai terganggu

dengan urusan-urusan duniawi, juga seyogyanya pergi jauh dari

keluarga atau tanah airnya.

c. Menghormati guru.

d. Menghindarkan diri untuk tidak teribat dalam kontroversi kalangan

akademis.

e. Berupaya semaksimal mungkin untuk mempelajari setiap cabang

ilmu pengetahuan yang terpuji dan memahami tujuannya.

f. Tidak mendalami ilmu pengetahuan secara sekaligus karena

kemampuan manusia memiliki keterbatasan.

g. Hendaknya tidak naik ketingkat yang lebih tinggi jika belum

menguasai betul ilmu yang sedang dipelajari.

h. Memastikan kebaikan dan nilai dari disiplin ilmu yang sedang atau

ingin ditekuni.

i. Peserta didik dituntut untuk merumuskan tujuan dari ilmu yang

telah didapatnya.

j. Peserta didik mengetahui hubungan antara ilmu dan tujuannya,

sehingga dia bisa memilih mana ilmu yang harus diprioritaskan dan

mana yang tidak.102

101

Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 2. 102

Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam (Fakta, Teoretis-Filosofis dan Aplikatif-Normatif),

(Jakarta: AMZAH, 2013), Cet. ke-1, h. 129.

Page 58: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

45

4. Sekilas Tinjauan Kitab Ta’lim al-Muta’allim

a. Riwayat Singkat Pengarang

Nama lengkap al-Zarnuji adalah Burhanuddin al-Islam al-Zarnuji.103

Namun demikian nama ini masih diperdebatkan kebenarannya. Karena masih

belum ditemukan data yang valid mengenai nama asli al-Zarnuji.

Al-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand, yaitu kota yang

menjadi pusat kegiatan keilmuan, pengajaran dan lain-lainnya. Sedangkan

guru-gurunya adalah Ruknuddin al-Firgani, seorang ahli fiqh, sastrawan dan

penyair yang wafat tahun 594 H/1170 M; Hammad bin Ibrahim, seorang ahli

ilmu kalam disamping sebagai sastrawan dan penyair, yang wafat tahun 594

H/1170 M; Rukn al-Islam Muhammad bin Abi Bakar yang dikenal dengan

nama Khawahir Zada, seorang mufti Bukhara dan ahli dalam bidang fiqh,

sastra dan syair yang wafat tahun 573 H/1177 M, dan lain-lain.104

b. Latar Belakang Penyusunan

Sejarah penulisan kitab ta’lim al-muta’allim bermula dari kegunhdahan

pengarangnya, yaitu Syaikh al-Zarnuji, saat melihat banyaknya pencari ilmu

pada masanya yang gagal memperoleh apa yang mereka cari, sebagaimana

yang beliau ungkapkan dalam pendahuluannya bahwa “Banyak para pencari

ilmu yang ternyata banyak diantara mereka yang mendapatkan ilmu, tetapi

ternyata tidak bisa mendapatkan manfaat dan buahnya ilmu, yaitu dapat

mengamalkan dan menyebarkan ilmu yang diperolehnya”.105

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Menurut al-Zarnuji karena mereka

salah jalan dalam mencari ilmu dan setiap orang yang salah jalan pastinya

akan tersesat dan tidak sampai pada tujuannya. Mereka tidak tahu syarat-

syarat yang harus dipenuhi dalam mencari ilmu sehingga mereka tidak

mendapatkan ilmu pengetahuan sebagaimana yang mereka harapkan.106

103

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat

Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 103 104

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam..., h. 104 105

Al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim, (Surabaya, Daru al-Ilmi, tt), h. 2. 106

Al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim..., hlm. 2

Page 59: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

46

Belajar sebagai sarana untuk memperoleh ilmu, haruslah melalui jalan

dan persyaratan yang benar. Karena jalan yang benar dan persyaratan yang

terpenuhi dalam belajar adalah kunci untuk mencapai keberhasilan belajar.

Maka dari itu dalam kitab ta’lim al-muta’allim al-Zarnuji lebih memfokuskan

pembahasannya pada jalan atau metode/cara-cara yangharus ditempuh guna

memperoleh keberhasilan belajar. Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi para

pencarui ilmu harus mengetahui dan memahami syarat-syatar yang harus

dipenuhi dalam mencari ilmu agar apa yang mereka harapkan bisa tercapai,

yaitu mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan bisa mengamalkannya.

c. Kandungan/Isi Kitab

Kitab ta’lim al-muta’allim adalah kitab yang menjelaskan tentang adab

atau etika pelajar dalam menuntut ilmu. Kitab ini merupakan karya penelitian

atas ulama-ulama sebelumnya yang dianggap berhasil. Dalam kitab ta’lim al-

muta’allim diterangkan tiga belas bab agar berhasil dalam mencari ilmu.

Adapun tiga belas bab tersebut adalah:

1) Bab tentang hakikat ilmu dan fiqih serta keutamaannya.

2) Bab tentang niat diwaktu belajar.

3) Bab tentang memilih ilmu, guru dan teman.

4) Bab tentang menghormati ilmu dan ahlinya.

5) Bab tentang kontinuitas, tekun dan minat (cita-cita).

6) Bab tentang permulaan, ukuran, dan tata tertib belajar.

7) Bab tentang tawakkal.

8) Bab tentang masa belajar yang efektif.

9) Bab tentang kasing sayang dan nasihat.

10) Bab tentang mencari faidah.

11) Bab tentang wara’ ketika belajar.

12) Bab tentang faktor penyebab hafal dan lupa dalam belajar.

13) Bab tentang faktor yang mendatangkan dan penghalang rezeki serta faktor

penyebab panjang dan pendek umur.107

107

Lihat al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim, (dalam pendahuluannya)

Page 60: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

47

d. Tinjauan Tata Cara Belajar dalam Kitab

Dalam kitab ta’lim al-muta’allim al-Zaenuji pada fasal enam

mengemukakan tentang tata cara belajar yang harus dilakukan oleh penuntut

ilmu (siswa). Tata cara belajar yang dikemukakan oleh al-Zarnuji adalah hari

permulaan belajar, kuantitas pelajaran, kualitas pelajaran, membuat catatan,

memahami pelajaran, berdo’a, diskusi ilmiah, pendalaman ilmu, pembiayaan

ilmu, bersyukur, pengorbanan demi ilmu, dan metode menghafal. Selanjutnya

akan dijabrkan satu-persatu:

1) Hari Permulaan Belajar

Menurut Syaikhul Islam Burhanuddin, ra memastikan permulaan belajar

pada hari rabu, karena berdasarkan hadits bahwa Rasulullah bersabda

“Tiada satupun yang dimulai pada hari rabu kecuali sungguh sempurna”.

Karena pada hari rabu itu Allah menciptakan cahaya, dan hari itu pula

merupakan hari sial bagi orang kafir, maka berarti hari berkah bagi orang

mukmin.

2) Kuantitas Pelajaran

Imam Abu Hanifah menghikayatkan dari Syaikh Qadli Umar bin Abu

Bakar Az Zaranji mengatakan “Sebaiknya ukuran pelajaran bagi siswa

adalah sepanjang yang bisa ia hafal dengan mengulang dua kali;

kemudian ditambah sedikit demi sedikit pada setiap hari, sehingga setalah

pelajaran menjadi banyak dan panjang pun tetap bisa dihafal dengan

mengulang dua kali; demikian lambat laun pelajaran akan bertambah

setapak-demi setapak”.

3) Kualitas Pelajaran

Syaikh Imam Syarifuddin Al Uqaili berkata “menurut saya, yang betul

dalam hal ini adalah apa yang dilakukan oleh guru kami, yaitu mereka

pilihkan kitab-kitab ringkasan untuk siswa agar lebih mudah difahami dan

dihafal, serta tidak menjenuhkan dan bisa teraplikasi di tengah

masyarakat”.

Page 61: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

48

4) Membuat Catatan

Dianjurkan kepada para siswa agar membuat ta’liq terhadap pelajarannya

setelah hafal dan sering diulang-ulang.

5) Memahami Pelajaran

Dianjurkan kepada para siswa agar serius dalam memahami pelajaran

langsung dari sang guru, atau dengan cara meresapi, memikirkan, dan

banyak mengulang-ngulang pelajaran, karena jika pelajaran itu baru

sedikit dan sering diualng-ulang sendiri serta diresapi, akhirnya siswa

dapat mengerti dan faham.

6) Berdoa

Hendaklah siswa selalu berdoa kepada Allah dan bertadharru’ kepada-

Nya. Karena Allah mengabulkan do’a yang dipanjatkan dan tidak

mengecewakan orang yang berharap kepada-Nya.

7) Berdiskusi

Pelajar juga harus melakukan diskusi dalam bentuk mudzakaroh (tukar

pendapat untuk saling melengkapi pengetahuan), munazhoroh (saling

mengkritisi pendapat), dan muthorohah (adu pendapat untuk diuji dan

dicari kebenarannya).

8) Pendalaman Ilmu

Dianjurkan kepada para siswa untuk selalu melakukan penghayatan ilmiah

secara mendalam pada setiap kesempatan dan harus membiasakannya. Ini

dilakuakan karena detail-detail ilmu hanya akan diketahui dengan cara

pendalaman yang dimaksud.

9) Metode Menghafal

Metode menghafal dalam kitab ta’lim al-muta’allim adalah dengan cara

mengulang-ulangi pelajaran hari kemarin sebanyak lima kali, pelajaran

lusa diulang sebanyak empat kali, pelajaran kemarin lusa diulang sebnyak

tiga kali, pelajaran hari sebelum itu diulang sebanyak dua kali, dan

Page 62: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

49

pelajaran hari sebelumnya lagi diulangi cukup satu kali. Cara seperti ini

dapat lebih mempercepat hafalan.108

Dari semua tata cara belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa tata cara

belajar yang baik menurut al-Zarnuji adalah mempertimbangkan kualitas dan

kuantitas pelajaran, mempebanyak pengulangan terhadap pelajaran, selain itu

terdapat metode diskusi dengan cara mudzakaroh, munazhoroh, dan

muthorohah dan membuat catatan.

108

Aly As’ad, Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan..., h. 73.

Page 63: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

50

B. Penelitian yang Relevan

Kajian tentang konsep belajar yang penulis teliti dari karya monumental

Syaikh al-Zarnuji dalam kitabnya Ta’lim al-Muta’allim tentu bukan pertama

kalinya. Sebelum penulis meneliti mengenai konsep belajar Syaikh al-Zarnuji

sudah ada beberapa penelitian yang berkaitan konsep belajar dari kitab tersebut.

Namun, penulis belum menemukan penelitian yang berjudul tentang “Konsep

Thoriq at-Ta’allum (cara belajar) Syaikh al-Zarnuji (Analisis pada Aspek

Psikis Peserta Didik)” , baik dalam bentuk skripsi, tesis dan disertasi, ataupun

dalam bentuk lainnya.

Berikut ini adalah beberapa penelitian yang dilakukan berkaitan dengan

konsep belajar dari kitab Ta’lim al-Muta’allim :

1. Skripsi Bismar, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003,

yang berjudul “Konsep Metode Belajar Menurut al-Zarnuji dalam kitab

Ta’lim al-Muta’allim”.109

Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada

konsep metode belajar al-Zarnuji dan relevansinya dengan metode belajar

dewasa ini seperti active learning, PQ4R, dan SQ3R. Hasil dari penelitian

tersebut adalah bahwa metode belajar yang terdapat dalam kitab Ta’lim al-

Muta’allim masih relevan dengan metode belajar pada masa sekarang, karena

sama-sama menekankan keaktifan pelajar dalam proses pembelajaran.

2. Alfian Haikal, sebuah skripsi yang berjudul “Akhlak Belajar dalam Kitab

Ta’lim al-Muta’allim”, UIN Syarif Hidaytullah Jakarta, tahun 2012.110

Pada

skripsi ini diuraikan bagaimana seharusnya akhlak yang harus dimiliki oleh

pelajar agar mendapat kemudahan dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Ada

tujuh konsep akhlak yang harus dimiliki seorang yang sedang menuntut ilmu,

yaitu niat saat belajar, memilih guru, menghormati guru, keseriusan

ketekunan dan cita-cita luhur, permulaan dan tata tertib belajar, tawakal, dan

wara’. Dalam penelitian ini yang ditekankan adalah konsep akhlak yang

terdapat dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim.

109

Bismar, “Konsep Metode Belajar Menurut al-Zarnuji dalam Kitab Ta’lim al-

Muta’allim”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijga Yogyakarta, 2003. 110

Alifian Haykal, “Akhlak Belajar dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim”, Skripsi, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.

Page 64: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

51

3. Sri Khomsatun Khoiriyah, dengan skripsi yang berjudul “Studi Analisis

Pemikiran al-Zarnuji tentang Hubungan Guru Murid terhadap Kondisi

Pendidikan Saat Sekarang Ini”, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,

Semarang, tahun 2004.111

Pada penelitian ini dianalisa mengenai konsep

pemikiran al-Zarnuji tentang hubungan guru dengan murid yang

dikontekstualisasikan pada pendidikan masa sekarang. Hasil analisa tersebut

diantaranya adalah bahwa guru merupakan sosok yang ideal dan harus

dihormati, sehingga murid tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat tanpa

menganggungkan ilmu dan orang yang mengajarnya.

111

Sri Khomsatun Khoiriyah, “Studi Analisis Pemikiran al-Zarnuji tentang Hubungan

Guru Murid terhadap Kondisi Pendidikan Saat Sekarang Ini”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo, Semarang, 2004.

Page 65: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

52

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian skripsi ini dilakukan melalui riset pustaka (library research)

yang bersifat deskriptif analisis dengan uraian metodologi sebagai berikut:

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan pendidikan Islam dan psikologi dengan jenis penelitian Library

Research (penelitian kepustakaan). Menurut Mestika Zed penelitian kepustakaan

(library research) adalah “Serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode

pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan

penelitian”.1 Berdasarkan pengertian tersebut, studi pustaka ialah sebuah studi

dengan mengkaji buku-buku yang bersumber dari khazanah kepustakaan yang

relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Semua sumber dari

bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Penekanan

penelitian ini adalah ingin menemukan berbagai teori, hukum, dalil, prinsip,

pendapat, gagasan dan lain-lain yang dapat dipakai untuk menganalisis dan

memecahkan masalah yang diteliti.

1 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2008),

Cet. ke- 1, h. 3.

Page 66: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

53

Jadi, penelitian ini mengacu pada buku-buku, artikel, dan dokumen-

dokumen yang berhubungan dengan konsep belajar dan kajian aspek

psikologisnya.

B. Sumber Data

Penelitian ini tergolong penelitian pustaka yang bersifat literatur dan

menggunakan cara membaca, menelaah dan menganalisa sumber-sumber literatur

yang berhubungan dengan penelitian ini. Oleh karena itu sumber data yang di

gunakan adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah literatur-literatur yang membahas secara langsung

objek permasalahan penelitian ini. Data primer dalam penelitian ini adalah:

a. Kitab Matan Ta’lim al-Muta’allim al-Imam Burhanuddin al-Islam al-Zarnuji.

b. Kitab Syarah Ta’lim al-Muta’allim Saikh al-Zarnuji al-Imam Syaikh Ibrahim

bin Ismail.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder sebagai data pendukung, yaitu berupa data-data

tertulis atau sumber lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang dibahas.

Kegunanan dari data sekunder ini adalah untuk menginterpretasi data primer.

Dikarenakan penelitian ini adalah menggali konsep belajar yang

dikemukakan Syaikh al-Zarnuji yang dianalisis kepada aspek psikologis, maka

data sekundernya adalah buku-buku yang berkaitan dengan psikologi pendidikan.

C. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

dengan studi dokumentasi. Menurut Samiaji Sarosa “Dalam setiap penelitian,

dokumentasi tertulis sangat penting. Dokumentasi tertulis dimulai dengan semua

catatan, hasil pengumpulan data, dan hasil analisis sementara. Dokumentasi lain

yang tidak kalah penting adalah artikel jurnal, artikel konferensi, buku, skripsi,

Page 67: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

54

disertasi, thesis, working paper dan lainnya”.2 Dengan demikian, studi

dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, karya ilmiah

dan sebagainya. Dalam metode ini penulis mengumpulkan data dari kitab Ta’lim

al-Muta’allim dan Buku yang terkait dengan Psikologi Pendidikan.

D. Teknik Analisis Data

Karena jenis penelitian ini adalah kajian kepustakaan (Library Research)

dan pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi maka teknis

analisis data yang peneliti gunakan adalah analisis isi (content analysis). Analisis

isi (content analysis) menurut Suharsimi “Merupakan penelitian yang dilakukan

terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara,

tulisan, dan sebagainya.3 Jadi, teknik analisis ini untuk mempelajari dokumen-

dokumen yang telah dikumpulkan. Dari dokumen yang tersedia, penelitian ini

dilakukan untuk mengungkap informasi-informasi yang berguna di bidang

masing-masing.

Untuk menganalisa data yang telah terkumpul, penulis menggunakan

metode komparatif dan metode deskriptif, ini merupakan langkah-langkah yang

dilakukan dalam rangka mempresentasikan obyek tentang realitas yang terdapat

dalam masalah yang sedang diselidiki. Metode deskriptif, yakni model yang

digunakan secara sistematis untuk mendeskripsikan segala hal yang berkaitan

dengan pokok permasalahan. Sedangkan metode komparatif, penulis gunakan

untuk membandingkan dua atau lebih dari pendapat-pendapat mengenai teori

psikologis, sehingga dengan metode ini akan diketahui apakah terdapat sisi

kelebihan atau kekurangan dan kesesuaian pendapat al-Zarnuji dalam tinjauan

psikologis peserta didik tentang konsep tata cara belajar.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis data dalam

penelitian ini adalah:

2 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar), (Jakarta: PT Indeks, 2012), Cet.

ke-1, h. 38. 3 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), Cet. ke-

10, h. 244.

Page 68: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

55

1. Membaca secara keseluruhan kitab Ta’lim al-Muta’allim, khususnya yang

berkaitan dengan tata acara belajar (thariq at-ta’allum).

2. Mengidentifikasi data menjadi bagian-bagian untuk dianalisis. Identifikasi

dilakukan dengan pembacaan dan pengamatan secara cermat kitab tersebut.

3. Dari data-data teks yang didapat, peneliti melakukan analisis data dengan

mengacu pada berbagai teori, dan sumber-sumber data yang berkaitan,

kemudian menjabarkan hasil analisis kedalam laporan penelitian.

Dengan langkah-langkah tersebut akan didapatkan sebuah hasil tentang

analisis konsep belajar Ta’lim al-Muta’allim terhadap aspek psikologis. Sehingga

dapat menjawab rumusan masalah yang disusun dalam penelitian ini.

Page 69: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

56

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Syaikh al-Zarnuji dan Karya Monumentalnya “Ta’lim Al-

Muta’allim”

Al-Zarnuji yang memiliki nama lengkap Burhanuddin al-Islam al-Zarnuji

adalah salah seorang ulama Islam abad pertengahan yang memulai kiprahnya

dalam peradaban Islam pada abad ke- 13 M. Menurut Wilhelm Ahlwardt dalam

katalog Perpustakaan Berlin no. 111 sebagaimana yang dikutip oleh Dzikri

Nirwana mengatakan bahwa al-Zarnuji memulai karir kehidupannya sekitar tahun

620 H/1223 M. Data tersebut didasarkan atas informasi Mahmud Sulayman al-

Kaffawi dalam kitabnya A’lam al-Akhyar min Fuqoha Madzhab an-Nu’man al-

Mukhtar sebagaimana yang dikutip oleh Plenssner yang memasukan al-Zarnuji

sebagai generasi Hanafi yang ke-12.1

Al-Zarnuji adalah seorang ulama yang hidup dan berkembang di wilayah

Persia, dan beliau adalah seorang yang pakar dalam bidang fiqh bermazhab

Hanafiyah yang dikenal luas di daerah Timur Laut Persia (Khurasan) dan

Transoxiana.2 Oleh karenanya, maka dalam karya monumentalnya yaitu kitab

Ta’lim banyak mengutip perkataan-perkataan yang dilontarkan oleh imam Hanafi.

1 Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis Gaya Ta’lim al-

Muta’allim, (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014), Cet.ke-1, h.23. 2 Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h.26.

Page 70: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

57

Satu-satunya karya al-Zarnuji yang ada sampai sekarang adalah kitab

Ta’lim al-Muta’allim. Keberadaan kitab tersebut yang merupakan karya satu-

satunya al-Zarnuji, bersumber pada kitab Kasyf al-Zhunun karya Hajji Khalifah

yang memuat sekitar 15.000 judul literatur yang mengemukakan dan menjelaskan

bahwa kitab Ta’lim adalah satu-satunya karya al-Zarnuji. Namun, pada penjelasan

tersebut kitab Ta’lim tidak diberikan keterangan mengenai penerbitannya. Kitab

Ta’lim hanya dijelaskan oleh Khalifah bahwa kitab tersebut telah diberi syarh

oleh Ibn Isma’il yang kemugkinan juga dikenal dengan an-Naw’i yang diterbitkan

pada tahun 996 H/1587 M.3

Menurut Affandi dalam uraian thesisnya tentang kitab Ta’lim mengatakan

bahwa kitab Ta’lim pertama kali diterbitkan di Mursidabad pada tahun 1265

H/1848 M. Kemudian diterbitkan di Tunis tahun 1286 H/1869 M dan 1290

H/1873 M. Diterbitkan di Kairo tahun 1281 H/1864 M, 1307 H/1889 M, dan 1318

H/1900 M. Diterbitkan di Istanbul tahun 1292 H/1875 M. Diterbitkan di Kasyan

tahun 1316 H/1896 M.4

Selain itu, lebih lanjut Affandi mengutip dari Brockelman yang

mengatakan bahwa kitab Ta’lim telah diberi catatan komentar (Syarh) dalam tujuh

penerbitan, masing-masing atas nama: (1) An-Naw’i, tanpa keterangan tahun

penerbitan; (2) Ibrahim ibn Ismail pada tahun 996 H/1588 M; (3) As-Sya’rani,

pada tahun 710-711 H/ 1215-1216 M; (4) Ishaq ibn Ibrahim ar-Rumi Qili, pada

tahun 720 H/1225 M dengan judul Mir’atu ath-Thalibin; (5) Qhadi Zakariya al-

Anshari As-Syaf, tanpa keterangan tahun penerbitan; (6) Othmanpazari, pada

tahun 1407 H/1986 M dengan judul Tafhim al-Mutafahhim; dan (7) seorang yang

tidak diketahui identitasnya, tanpa nama dan keterangan tahun terbit.5

Dalam catatan Affandi, Kitab Ta’lim juga sudah dialih bahasa atau

dilakukan penerjemahan ke dalam beberapa bahasa diantaranya bahasa Arab,

Inggris, Prancis, Turki, Urdu dan Indonesia. Dalam Bahasa Arab kitab Ta’lim

3 Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h.29.

4 Affandi Mokhtar, “The Method of Muslim Learning as Illustrated in az-Zarnuji’s Ta’lim

al-Muta’allim Thariq at-Ta’allum”, Thesis, (Montreal: Mc.Gill University, 1993), h. 7. 5 Affandi Mokhtar, The Method of Muslim Learning as Illustrated in az-Zarnuji’s, .... h.

7.

Page 71: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

58

diterjemahkan dengan judul Ta’lim al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum, terbitan

Musthafa al-Babi al-Halabi wa Awladuh, Mesir tahun 1367 H/1948 M yang

berjumlah 63 halaman.6 Kitab Ta’lim edisi bahasa Prancis ditulis oleh Ibrahim

Salamah pada tahun 1983, kemudian diterbitkan kembali edisi terbarunya pada

tahun 1991 dengan judul Instruccion del Estudiante; el Metodo de Aprender

(Ta’lim al-Muta’allim). Adapun dalam bahasa Turki, Kitab Ta’lim ditulis oleh

Abd al-Majid ibn Nushuh ibn Israil dengan judul Irsad at-Ta’lim fi Ta’lim al-

Muta’allim. Dan diterjemahkan ke dalam bahasa Urdu pada tahun 1930 dalam dua

edisi, masing-masing oleh Imtiyaz Ali ‘Arsyi dan Mohd. Moinuddin. Kemudian

yang terakhir ke dalam Bahasa Indonesia diantaranya kitab Ta’lim diterjemahkan

oleh Aly As’ad dengan menggunakan judul Bimbingan bagi Penuntut Ilmu

Pengetahuan, terbitan Menara Kudus pada tahun 1978.7

Berdasarkan dari pemberian komentar catatan (syarh) dan penerjemahan

ke dalam beberapa bahasa, menunjukan bahwa kitab Ta’lim al-Muta’allim karya

Syaikh al-Zarnuji sangat populer dan masih perlu untuk diperhatikan dan

dijadikan pedoman dalam kegiatan pendidikan. Perhatian dan kepopuleran kitab

Ta’lim telah terjadi dari sejak kitab ini dibuat sampai sekarang. Bahkan,

kepopuleran Ta’lim ternyata juga diakui oleh para sarjana Barat ketika melakukan

survei terhadap sumber-sumber literatur kependidikan Islam klasik dan abad

pertengahan. Menurut mereka kitab Ta’lim yang terdiri dari tiga belas bab itu

mungkin karya kependidikan yang paling terkenal daripada beberapa karya

kependidikan yang berhasil ditemukan.8

Selain itu, menurut informasi Muidh Khan, sebagaimana yang dikutip oleh

Affandi, sejak publikasi perdana kitab Ta’lim di Barat sekitar tahun 1907 M, para

sarjana dan orientalis Barat mulai tertarik untuk mengkaji prinsip-prinsip

pendidikan Islam.9 Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika kitab Ta’lim

6 Affandi Mokhtar, The Method of Muslim Learning as Illustrated in az-Zarnuji’s, .... h. 8.

(dalam catatan kaki). 7 Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h.32.

8 Affandi Mokhtar, The Method of Muslim Learning as Illustrated in az-Zarnuji’s, .... h.8.

9 Affandi Mokhtar, The Method of Muslim Learning as Illustrated in az-Zarnuji’s, .... h.

9.

Page 72: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

59

kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan menjadi referensi dan

rujukan penting dalam tulisan-tulisan mereka tentang pendidikan Islam.10

Secara umum, materi yang terdapat dalam kitab Ta’lim terdiri dari tiga

belas bab atau fasal yang mencakup pedoman belajar, ketiga belas bab tersebut

adalah:

1. Bab tentang hakikat ilmu dan fiqih serta keutamaannya.

2. Bab tentang niat diwaktu belajar.

3. Bab tentang memilih ilmu, guru dan teman.

4. Bab tentang menghormati ilmu dan ahlinya.

5. Bab tentang kontinuitas, tekun dan minat (cita-cita).

6. Bab tentang permulaan, ukuran, dan tata tertib belajar.

7. Bab tentang tawakkal.

8. Bab tentang masa belajar yang efektif.

9. Bab tentang kasing sayang dan nasihat.

10. Bab tentang mencari faidah.

11. Bab tentang wara’ ketika belajar.

12. Bab tentang faktor penyebab hafal dan lupa dalam belajar.

13. Bab tentang faktor yang mendatangkan dan penghalang rezeki serta faktor

penyebab panjang dan pendek umur.11

Komposisi tersebut nampaknya tidak terlepas dari latar belakang penulisan

kitab Ta’lim yang didorong oleh kekecewaan terhadap penuntut ilmu yang pada

waktu itu tidak begitu sukses dalam menuntut ilmu. Meskipun ilmu yang dituntut

sangatlah banyak, namun pada praktiknya dan ketercapaian pada hasilnya nihil.

Kesalahan tersebut, menurut al-Zarnuji terletak pada cara belajar yang diterapkan.

Oleh karena itu, perlu adanya sebuah format pembelajaran yang tepat guna yang

sesuai dengan ajaran Islam tanpa melanggar tata krama sebagai seoarang pelajar.

Dalam pengantarnya, al-Zarnuji menyatakan sebagai berikut:

10

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h.32. 11

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, (Semarang: Maktabah al-Alawiyyah, tt), h. 3.

Page 73: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

60

منافعه من وأ واليصلون العلم إىل جيدون زماننا ىف العلم طالب من كثريا رأيت فلما من وكل شرائطه، وتركوا طريقه أخطأوا أهنم ملا حيرمون ـ والنشر به العمل وهى ـ ومثراته طريق هلم أبني أن وأحببت فأردت جل، أو قل املقصود والينال ضل، الطريق أخطأ ىل الدعاء رجاء واحلكم، العلم أوىل أساتيذى من ومسعت الكتب ىف رأيت ما على التعلم

تعاىل اهلل استخرت ما بعد الدين، يوم ىف واخلالص بالفوز املخلصني، فيه، الراغبني من .12 التعلم طريق املتعلم تعليم :ومسيته فيه،

“Ketika saya memperhatikan para pelajar (santri), sebenarnya mereka

telah bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, tapi banyak dari mereka tidak

mendapat manfaat dari ilmunya, yakni berupa pengalaman dari ilmu tersebut dan

menyebarkannya. Hal itu terjadi karena cara mereka menuntut ilmu salah, dan

syarat-syaratnya mereka tinggalkan. Karena, barang siapa salah jalan, tentu

tersesat tidak dapat mencapai tujuan. Oleh karena itu saya ingin menjelaskan

kepada santri cara mencari ilmu, menurut kitab-kitab yang saya baca dan

menurut nasihat para guru saya yang ahli ilmu dan hikmah. Dengan harapan

semoga orang-orang yang tulus ikhlas mendo’akan saya sehingga saya

mendapatkan keuntungan dan keselamatan di akhirat. Begitu do’a saya dalam

istikharah ketika akan menulis kitab ini. Dan Kitab ini saya beri nama Ta’limul

Muta’alim Thariq al-Ta’allum”.

Dengan demikian al-Zarnuji sangat memberikan perhatian dan petunjuk

kepada para penuntut ilmu agar mereka bukan hanya banyak menuntut ilmu,

melaikan juga meraihnya dengan mudah sehingga dapat bermanfaat dan

diamalkan. Perhatian dan petunjuk al-Zarnuji terhadap penuntut ilmu juga bisa

dilihat atau ditelaah dari kata-kata anjuran dan perintahnya dengan menggunakan

kata-kata kunci seperti ungkapan اَل بُد (mesti/sangat diharuskan), dan ungkapan

Menurut penulis, kata atau ungkapan yang dijadikan sebagai .(seyogyanya) ينبغي

12

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, ..... h. 2.

Page 74: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

61

petunjuk yang dikemukakan al-Zarnuji tersebut mengandung kelembutan dan

penuh kasih sayang, yang membuat pembaca dari kitab Ta’lim seakan-akan

dinasehati dengan baik, tidak merasa dimarahi atau dipaksa. Sehingga penuntut

ilmu yang sungguh-sungguh ketika membaca kitab Ta’lim merasa ikhlas untuk

mengikuti arahan dan petunjuk al-Zarnuji.

Secara umum, aspek yang diutamakan al-Zarnuji dalam Ta’lim adalah

akhlak. Namun, Menurut Aly As’ad salah seorang yang menerjemahkan kitab

Ta’lim al-Muta’allim, dalam pendahuluannya beliau mengatakan bahwa “ al-

Zarnuji tampak mencoba merumuskan metode belajar yang komprehensif -

holistik; yaitu metode dengan perspektif teknis dan moral bahkan spritual sebagai

paradigmanya”.13

Jadi, dalam Ta’lim al-Zarnuji di dalamnya memuat konsep etika

dan pedagogik bagi penuntut ilmu.

Dari aspek materi yang terdapat dalam kitab Ta’lim al-Zarnuji, menurut

Muidh Khan sebagaimana yang dikutip oleh Dzikri Nirwana, terdapat tiga aspek

kependidikan yaitu pandangan dasar tentang ilmu, klasifikasi mata pelajaran, dan

metode belajar.14

Selain itu, Dzikri juga mengutip pendapat dari Von Grunebaum

dan Abel yang telah menelaah kitab Ta’lim yang memberikan komentar bahwa

Ta’lim karya al-Zarnuji sangat menarik, bukan hanya dilihat dari sudut sosio-

kultural, namun juga dilihat dari sudut pendidikan dan psikologisnya.15

Oleh

karena itu, konsep yang ditawarkan oleh al-Zarnuji dalam Ta’lim sangatlah

holistik, dalam artian, konsep yang dikemukakan begitu komprehensif,

menyeluruh, dan melibatkan semua aspek, baik aspek akhlak dan tuntunan tata

cara belajar.

13

Aly As’ad, Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’limul

Muta’allim), (Kudus: Menara Kudus, 2007), (dalam pendahuluannya). 14

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 44. 15

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 46.

Page 75: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

62

B. Konsep Thariq al-Ta’allum al-Zarnuji

Konsep Thariq al-Ta’allum al-Zarnuji dalam karyanya kitab Ta’lim al-

Muta’allim telah dilakukan studi secara umum oleh para pakar pendidikan seperti

Mohammad Abd. Muidh Khan.16

Pandangan Muidh Khan kepada kitab Ta’lim ini

terbagi kepada tiga aspek, yaitu pandangan dasar tentang ilmu, klasifikasi mata

pelajaran, dan metode belajar.

Pertama, pandangan dasar tentang ilmu menurut al-Zarnuji, ilmu adalah

sarana untuk mencapai sesuatu yang transendental yaitu takwa kepada Allah. Hal

ini yang menurut Abu Hanifah bahwa belajar ilmu fiqh, dimaksudkan untuk

memahami hakikat diri sendiri sehingga konsekuensi mempelajari ilmu yang

berarti mengamalkannya.17

Karena dalam kitab Ta’lim al-Zarnuji sangat

mementingkan ilmu fiqh yang didalamnya terkandung aturan normatif untuk

beribadah kepada Tuhan.

Pengetahuan seseorang terhadap suatu ketentuan hukum yang dalam ini

terdapat dalam fiqh, yang menjelaskan tentang adanya yang benar dan yang salah

adalah perkara yang penting dalam hal ini. Dengan konsekuensi, seseorang harus

konsisten dengan kebenaran dalam perilaku kehidupannya. Hal ini dimaksudkan

untuk mengintegerasikan aspek spritual dan intelektual dalam diri manusia.18

Sehingga dengan integerasi tersebut, setelah mengenal hakikat diri sendiri,

seseorang akan mengenal siapa Tuhannya. Sebagaimana dalam ungkapan “siapa

yang telah mengenal dirinya, maka dia telah mengenal Tuhannya”. Al-Zarnuji

dalam hal ini ingin mengemukakan bahwa ilmu itu harus diamalkan dalam rangka

mencapai ketakwaan kepada Allah. Takwa dalam arti yang sejati ialah

menjalankan semua perintah Allah dan menjauhkan larangan-Nya.

Kedua, berkaitan dengan klasifikasi mata pelajaran. Al-Zarnuji

mengemukakan dalam Ta’lim membagi mata pelajaran dalam dua kategori, yaitu

kategori ilmu wajib (fardh ‘ain) dan kategori ilmu pilihan (fardh al-kifayah).19

16

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 43. 17

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, ..... h.8. 18

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 44. 19

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 4.

Page 76: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

63

Ilmu wajib bagi al-Zarnuji adalah ilmu haal, yakni ilmu yang berkaitan dengan

kondisi keberadaan seseorang sebagai manusia sebagai wujud nyata bahwa

manusia harus berhubungan dengan Tuhan dan sesama makhluk-Nya. Misalnya,

ketika seseorang berkewajiban melaksanakan ibadah sholat sebagai wujud

penyembahan kepada Tuhan, maka dia juga mesti mempelajari hal-hal yang

berkaitan dengan sholat. Juga ketika seseorang adalah pedagang yang berkaitan

dengan muamalah dengan orang lain, dia mesti mempelajari perkara-perkara

tentang perdagangan yang baik. Sedangkan ilmu pilihan bagi al-Zarnuji adalah

ilmu yang dibutuhkan pada saat-saat tertentu, jika dalam suatu daerah telah

terdapat orang yang mengetahuinya, maka gugurlah kewajiban menuntul ilmu

tersebut. Kecuali jika dalam sebuah daerah tidak ada yang menguasai ilmu, maka

semua penduduknya akan menanggung dosa. Misalnya ilmu tentang kesehatan

atau kedokteran.

Ketiga, berkaitan dengan metode belajar. Menurut al-Zarnuji, belajar

adalah kemampuan mengolah daya mental, memori dan intelektual.20

Oleh karena

itu al-Zarnuji sangat menekankan pentingnya menghafal, disamping perlu adanya

kegiatan-kegiatan lain seperti mencatat, memahami, berdiskusi atau berdialog.

Selain Muidh Khan, Von Grunebaum dan Abel yang juga pernah

melakukan studi terhadap kitab Ta’lim al-Zarnuji mengemukakan pandangan

terhadap pemikiran al-Zarnuji dengan membagi dua kategori utama yang tertuang

dalam kitab Ta’lim ini, yaitu etik religi dan teknik pembelajaran.21

Kategori

pertama lebih bersifat allogical, dalam arti tidak ada pendiskusian secara rasional

maupun pembuktian ilmiah, seperti pemikiran al-Zarnuji yang mengharuskan

penuntut ilmu untuk mempraktikan beberapa jenis amalan tertentu. Kategori

kedua bersifat dabatable, dalam arti terbuka peluang untuk didiskusikan kembali

dan diverifikasi lebih lanjut seperti mengenai mata pelajaran, pemilihan guru dan

teman, waktu belajar, teknik dan proses belajar, dinamika belajar, dan hubungan

penuntut ilmu dengan lingkungannya.22

20

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 46. 21

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 46. 22

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 47.

Page 77: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

64

Pertama, mengenai mata pelajaran. Al-Zarnuji dalam Ta’lim

mengutamakan dua mata pelajaran, yakni fiqh dan kedokteran. Pelajaran fiqh

dijadikan sebagai pelajaran pokok sedangkan ilmu kedokteran adalah pelajaran

minor / pelengkap.

Kedua, mengenai pemilihan guru dan teman. Dalam hal ini al-Zarnuji

mengharuskan seorang penuntut ilmu harus melakukan rihlah ilmiah untuk

menuntut sebuah ilmu, yang sebelumnya penuntut ilmu diharuskan mencari

informasi yang tuntas tentang guru yang ditujunya dengan menekankan tiga

kriteria yaitu kepandaian, kebersihan hati, dan pengalaman guru tersebut.23

Al-

Zarnuji juga menyarankan bagi seorang penuntut ilmu untuk memilih teman yang

tekun, wara’, jujur dan mudah memahami masalah. Kemudian bagi penuntut ilmu

hendaklah menjauhi teman yang pemalas, pengangguran, banyak bicara, suka

berbuat kerusakan dan suka berbuat fitnah.24

Dengan demikian dalam hal ini, al-

Zarnuji mengemukakan keriteria-kriteria dalam hal pemilihan guru untuk

menekuni ilmu yang akan dituntut, juga pemilihan teman belajar yang akan

mendapinginya selama menuntut ilmu dengan mengedepankan akhlak disamping

keintelektualan.

Ketiga, mengenai waktu belajar. Al-Zarnuji mengemukakan bahwa belajar

adalah kegiatan sepanjang hayat (long life education). Al-Zarnuji menyatakan

bahwa permulaan usia muda atau masa remaja adalah saat yang tepat untuk

belajar.25

Keempat, mengenai teknik dan proses belajar. Dalam hal ini, al-Zarnuji

mempertimbangkan perkembangan jiwa seseorang. Pertimbangan al-Zarnuji

terhadap jiwa penuntut ilmu dikemukakan oleh Dzikri Nirwana:

“Pada usia anak-anak, aktivitas menghafal dengan cara pengulangan harus

ditempuh dengan tekun. Setelah itu, memasuki pendidikan yang lebih

tinggi, penekanan pada aspek pemahaman terhadap suatu materi pelajaran

mulai dilakukan. Hal-hal yang dipelajari tidak hanya dikuasai secara

material, melainkan harus paham maknanya. Tetap dengan

23

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 14. 24

Aly As’ad, Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’limul

Muta’allim), .... h. 32 25

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 48.

Page 78: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

65

kemampuannya menghafal dan memahami pelajaran. Pada tahap

berikutnya, seorang penuntut ilmu harus aktif dalam merefleksikan

pengertiannya sekaligus kreatif dalam bertanya. Dikatakan bahwa bertanya

itu lebih baik daripada menghafal satu bulan. Dalam prosesnya, al-Zarnuji

menekankan kepada penuntut ilmu untuk mencatat apa yang diingat dan

dipahami”.26

Oleh karena itu sudahlah jelas dalam proses belajar al-Zarnuji

mempertimbangan perkembangan penuntut ilmu dari masa pendidikan awal,

kemudian pendidikan lanjut, sampai ke pendidikan tinggi.

Kelima, menyangkut dinamika belajar. Von Grunebaum dan Abel

berpendapat bahwa ide al-Zarnuji pada prinsipnya didasarkan pada dua aspek.

Kedua aspek tersebut adalah ketentuan teknis dan kepentingan etis.27

Maksudnya

adalah untuk mencapai keberhasilan dalam belajar, seseorang harus menunjukkan

kemauan yang keras dan berusaha secara serius. Kedua hal ini tidak bisa

dipisahkan, dalam arti jika ada kemauan namun tidak ada usaha, maka akan

percuma. Sebaliknya jika ingin berusaha namun kemauan tidak ada juga percuma

dan sia-sia untuk dilakukan. Selain itu, penuntut ilmu hendaknya juga memelihara

semangat belajar secara konsisten, tetapi jangan sampai membuat jenuh. Disinilah

dinamika pada proses belajar penting. Tujuannya adalah dengan proses belajar

yang bervariasi diharapkan tidak membuat penuntut ilmu jenuh atau bosan.

Keenam, berkaitan dengan hubungan murid dan lingkungannya. Al-

Zarnuji menyatakan lingkungan pergaulan baik dalam hubungannya dengan guru,

teman, maupun masyarakat pada umumnya, sangat mempengaruhi pola belajar

dan berpikir seseorang.28

Oleh karena itu, penuntut diharapkan bisa menjalin

hubungan baik dengan lingkungan sekitarnya terlebih bisa membangun interaksi

yang membuat semangat belajar menjadi tinggi. Sehingga penuntut ilmu semakin

bergairah untuk menuntut ilmu dan tidak memunculkan sikap putus asa dan patah

semangat dalam belajar.

26

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 48 27

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 49. 28

Dzikri nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 49.

Page 79: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

66

Berdasarkan uraian dari dua ahli pendidikan diatas, yakni Muidh Khan dan

Von Grunebaum dan Abel yang telah menelaah serta melakukan studi terhadap

konsep thariq al-ta’allum atau konsep pembelajaran yang dikemukakan al-Zarnuji

dalam karyanya Ta’lim al-Muta’allim, kiranya telah memberikan gambaran

bahwa konsep yang ditawarkan atau yang dikemukakan oleh al-Zarnuji begitu

komprehensif-holistik, sebagaimana pernyataan dari As’ad Aly yang mengatakan

bahwa kitab Ta’lim al-Zarnuji merupakan kitab pedoman bagi penuntut ilmu yang

ditulis secara lengkap, dimana al-Zarnuji selain menekankan etika bagi penuntut

ilmu, juga menekankan aspek teknis-praktis yang harus dilakukan penuntut ilmu

agar keberhasilan proses belajar dapat tercapai. 29

C. Konsep Thariq al-Ta’allum al-Zarnuji dan Relevansi

Psikologisnya terhadap Konsep Pembelajaran Kontemporer

Secara umum yang dikemukakan oleh al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-

Muta’allim adalah tata cara belajar yang ideal. Dengan tata cara belajar yang

ideal tersebut diharapkan bagi semua penuntut ilmu dapat mencapai keberhasilan

untuk memanfaatkan dan mengamalkan sebuah ilmu pengetahuan. Konsep

pembelajaran yang disarankan atau yang dikemukakan oleh al-Zarnuji, meskipun

dibuat sekitar abad ke-13 masih menarik untuk dilakukan pengkajian keterkaitan

hubungan pada konsep pembelajaran pada zaman sekarang (kontemporer).

Penulis berpendapat bahwa dalam kitab Ta’lim, al-Zarnuji menyusun

konsep pembelajarannya yang meliputi dua kategori utama yaitu aspek etika dan

aspek teknik-praktik. Aspek etika berkaitan dengan sikap seorang penuntut ilmu

selama dia belajar. Aspek etika yang dikemukakan oleh al-Zarnuji adalah

bahwasannya seorang penuntut ilmu harus memiliki niat (an-Niyah) yang tulus,

bersungguh-sungguh (al-Jidd) untuk giat dan tekun dalam menuntut ilmu,

tawakal, wara’, sikap penghormatan terhadap ilmu dan guru, dan bermusyawarah.

Sedangkan aspek teknik-praktik adalah aspek yang lebih berkaitan pada proses

29

Aliy As’ad, Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’limul

Muta’allim), ... h. 7

Page 80: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

67

pelaksanaan kegiatan belajar yaitu pemilihan bidang studi, kuantitas pelajaran,

kualitas pelajaran, metode belajar, dan tahap akhir belajar. Atau aspek teknik-

praktik ini bisa ditinjau atau dilihat dari sudut proses belajar yang dimulai

dengan tahapan pra-belajar, kemudian pelaksananan kegiatan belajar, dan tahap

selesai belajar.

Berikut ini penulis akan menjabarkan konsep pembelajaran al-Zarnuji

tersebut dengan penjelasan relevansi psikologisnya terhadap konsep

pembelajaran kontemporer.

1. Aspek Etika

Sebelum masuk kepada konstruksi etika yang dikemukakan oleh al-

Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim-nya, perlu untuk melihat terlebih dahulu

istilah dari etika belajar. Dzikri mengutip dari Carl Wellman dalam bukunya

Morals and Ethics menjelaskan “Kata etika secara etimologis berasal dari bahasa

Yunani kuno ethos yang mempunyai arti tempat tinggal biasa, padang rumput,

kandang, akhlak, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir”.30

Sedangkan secara terminologis, etika memiliki arti sangat variatif. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa

yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Dari kata etika muncul istilah

etiket yang berarti tata cara atau sopan santun, sehingga identik dengan adab”.31

Dalam Islam, etika diidentikkan dengan istilah al-akhlak, berasal dari Bahasa

Arab yang bermakna perangai, budi, tabiat, adab, atau tingkah laku.32

Adapun

pengertian akhlak secara istilah menurut Imam Ghazali yang dikutip oleh Ahmad

Bangun Nasution dan Rayani Hanum Siregar adalah “Sifat yang tertanam dalam

jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa

memerlukan pemikiran maupun pertimbangan”.33

Dari konsep Al-Ghazali itu

dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan suatu sikap mental yang mendorong

seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tanpa berpikir dan melakukan

30

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 10. 31

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008), h.383. 32

Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Harum Siregar, Akhklak Tasawuf, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2013), Cet. ke-1, h. 30. 33

Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Harum Siregar, Akhklak Tasawuf, .... h. 30.

Page 81: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

68

pertimbangan. Dengan demikian akhlak itu murni berasal dari jiwa (psikis)

manusia yang sudah menjadi kebiasaan.

Dalam kitab Ta’lim al-Zarnuji mengemukakan etika belajar yang dijadikan

sebagai aturan normatif yang harus dipatuhi oleh peserta didik dalam menempuh

pendidikan. Etika belajar yang dimuat al-Zarnuji dalam karyanya Ta’lim al-

Muta’allim adalah:

a. Niat (an-Niyah) yang Tulus

Secara etimologis, niat adalah kehendak (al-qashd), dan dengan ungkapan

yang lebih luas, niat adalah keterjagaan hati terhadap apa yang dilihat sesuai

dengan tujuan yang diinginkan, baik untuk mendatangkan manfaat, maupun

untuk menghindari mudharat.34

Menurut Affandi, “Niat merupakan perkerjaan

dalam hati (inner action) yang berasal dari dalam hati manusia yang

memunculkan sebuah tindakan”.35

Dalam pandangan syara’ (hukum Islam), niat

merupakan sebuah pekerjaan hati untuk melakukan sebuah tindakan yang

bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan memohon ridha-Nya.

Bahkan pentingnya niat dilandaskan di dalam sebuah hadits yang sangat populer

yaitu sebagaimana Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya perbuatan itu

tergantung dengan niatnya”.

Atas dasar hadits diatas, maka al-Zarnuji menganggap niat sebagai etika

yang mendasar bagi peserta didik ketika belajar atau menuntut ilmu. Dalam kitab

Ta’lim-nya al-Zarnuji mengungkapkan:

عليه لقوله األفعال مجيع ىف األصل هى النية إذ العلم، تعلم زمان ىف النية من له البد مث .صحيح حديث .بالنيات األعمال إمنا :السالم

“Wajib berniat waktu belajar. Sebab niat itu menjadi pokok dari segala

hal, sebagaimana sabda nabi saw : Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu

tergantung niatnya”. Hadits shahih”.36

34

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 55. 35

Affandi Mochtar, The Method of Muslim Learning as Illustrated in az-Zarnuji’s, .... h.

58 36

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 8.

Page 82: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

69

Kemudian al-Zarnuji melanjutkan ungkapannya dengan memberi

penguatan hadits tentang pentingnya niat untuk melakukan sesuatu.

مث الدنيا، عمل بصورة يتصور عمل من كم :وسلم عليه اهلل صلى اهلل رسول عن روى يصري مث اآلخرة عمل بصورة يتصور عمل من وكم اآلخرة، أعمال من النية حبسن يصري

37.النية بسوء الدنيا أعمال من“Dari beliau pula diriwayatkan sebuah hadits : “Banyak amal perbuatan

yang berbentuk amal dunia namun karena bagus niatnya maka menjadi bagian

amal akhirat. Adapula amal perbuatan yang terlihat amal akhirat lalu menjadi

amal dunia yang karena buruk niat.”

Dengan berpijak pada landasan normatif diatas, al-Zarnuji

mengembangkan pembahasan niat dalam belajar pada aspek kategorisasinya. Pada

dasarnya, belajar merupakan sebuah aktivitas yang mulia. Namun, belajar boleh

jadi menjadi tidak mulia jika dilandasi dengan adanya niat yang buruk. Karena

itulah dinyatakan bahwa ilmu yang berdaya guna bagi pemiliknya sebagai

menifestasi dari keberkahan ilmu dapat dicapai dengan dasar niat yang baik ketika

menuntut ilmu.38

Dalam hal ini, al-Zarnuji mengemukakan setidaknya beberapa bentuk niat

yang benar dalam mencari ilmu dengan ungkapan:

نفسه، عن اجلهل وإزالة اآلخرة، والدار اهلل رضاء العلم بطلب املتعلم ينوى أن وينبغى واليصح بالعلم، اإلسالم بقاء فإن اإلسالم، وإبقاء الدين وإحياء اجلهال، سائر وعن .اجلهل مع والتقوى الزهد

“Di waktu belajar hendaklah berniat mencari Ridha Allah swt.

Kebahagian akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh,

mengembangkan agama dan melanggengkan Islam. Sebab kelanggengan Islam

itu harus diwujudkan dengan ilmu. Zuhud dan taqwapun tidak sah jika tanpa

berdasar ilmu”.

37

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 8. 38

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 58.

Page 83: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

70

Al-Zarnuji pertama-tama mengemukakan bahwa niat belajar yang benar

adalah untuk mencari keridhaan Allah. Inilah yang menjadi sangat esensial dan

mendasari tiga macam niat lainnya. Pernyataan al-Zarnuji tersebut didasarkan

pada pandangan bahwa manusia adalah hamba Tuhan, sehingga akan

menimbulkan konsekuensi setiap aktivitas yang dilakukan manusia terutama yang

berkaitan dengan pelaksanaan kewajiban keagamaan harus dianggap berasal dari

Tuhan. dengan demikian, belajar bagi al-Zarnuji dianggap sebagai kewajiban

keagamaan, sehingga niatnya harus diarahkan kepada pengabdian Tuhan semata.

Menurut Dzikri Nirwana, “Pandangan al-Zarnuji tentang niat sebagai

pengejawantahan belajar semata untuk pengabdian kepada Tuhan ini merupakan

hal yang menjadi tujuan dalam pendidikan Islam”.39

Dzikri melanjutkan komentarnya dengan mengutip Ahmad Salam

Jamjoom yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk

menciptakan manusia yang baik dan benar yang hanya mengabdikan dirinya

kepada Allah serta menjalankan kehidupannya sesuai dengan tuntunan syariat.40

Oleh karena itu, belajar dalam konteks ini menjadi suatu kewajiban agama yang

wajib untuk dilaksanakan. Dengan demikian, belajar yang niat dan tujuan

akhirnya adalah selain mencari rdha Allah tidak akan bernilai ibadah dan akan

menjadi sia-sia.

Selanjutnya, al-Zarnuji mengemukakan point kedua dari niat belajar yang

benar adalah untuk berusaha mencapai kebahagiaan hidup di akhirat. Dalam hal

ini, belajar merupakan salah satu bentuk manifestasi dari pengorbanan dan harus

dijadikan pelajar sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki di

akhirat kelak.41

Niat belajar yang ketiga menurut al-Zarnuji adalah untuk menghilangkan

kebodohan individual dan sosial. Pendapat ini memang merupakan tujuan

mendasar dari konsep belajar. Baginya, ilmu menempati posisi strategis dan

39

Dzkri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 59. 40

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 59. 41

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 59.

Page 84: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

71

penting dalam kehidupan manusia.42

Selanjutnya al-Zarnuji mengatakan bahwa

niat belajar yang benar adalah untuk menghidupkan agama Allah dan

melestarikan ajaran-ajaran Islam. Di sini dia menyadari bahwa ilmu pengetahuan

merupakan prasyarat mutlak untuk mengembangkan ide dan gagasan dalam

memahami agama. Oleh sebab itu, dia menegaskan bahwa kelanggengan Islam

adalah dengan adanya ilmu.43

وال عليه، الناس إقبال به ينوى وال ,البدن وصحة العقل، نعمة على الشكر :به وينوى 44.وغريه السلطان عند والكرامة الدنيا، حطام استجالب

“Dengan belajar pula, hendaklah diniati untuk

mensyukuri kenikmatan akal dan badan yang sehat. Belajar jangan diniatkan

untuk mencari pengaruh, kenikmatan dunia ataupun kehormatan di depan sultan

dan penguasai-penguasa lain”.

Kemudian al-Zarnuji mengemukakan bahwa niat yang baik dalam belajar

adalah untuk mensyukuri nikmat akal dan kesehatan. Pernyataan ini nampaknya

berkaitan erat dengan posisi manusia sebagai makhluk yang mulia dan terbaik

diantara ciptaan Tuhan, karena manusia diberikan akal atau kemampuan

intelektual. Dengan kata lain, al-Zarnuji ingin menegaskan bahwa belajar adalah

kegiatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan intelektual serta

potensi-potensi lainnya yang dimiliki oleh manusia sebagai wujud syukur dari

pemberian Tuhan baik pengembangan jasmaniah maupun ruhaniah.

Pengembangan intelektual dan potensi yang dimiliki oleh manusia ini yang pada

zaman sekarang dikatakan sebagai pendidikan atau belajar yang mengarah kepada

pengembangan tiga ranah, yakni kognitif, afektif, dan psikmotorik. Hal ini,

menurut Dzikri, sesuai dengan teori belajar yang dikenal dengan taksonomi

Bloom.45

Selain mengungkapkan bagaimana niat yang baik dalam belajar, al-Zarnuji

juga menyarankan untuk penuntut ilmu mempunyai niat yang tidak baik, yaitu

42

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 60. 43

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 61. 44

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 9. 45

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 62.

Page 85: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

72

tidak bolehnya belajar diniatkan untuk semata-mata kesenangan duniawi.

Kesenangan dunia dalam hal ini adalah mencari sebuah jabatan. Hal itu

menurutnya akan memperkeruh niatnya dalam belajar. Sehingga, dengan adanya

niat yang tidak baik tersebut tujuan belajar yang sesuai dengan niat baik menjadi

hilang dan tidak fokus. Namun demikian, al-Zarnuji juga membuat pengecualian

dalam hal ini. Al-Zarnuji menyatakan bahwa jika belajar dengan niat untuk

memperoleh kedudukan atau jabatan yang tinggi dalam rangka amar ma’ruf nahi

munkar, menegakkan kebenaran atau meninggikan agama Allah, tidak untuk

kepentingan pribadi atau kelompoknya, maka hal tersebut dibolehkan

sebagaimana pernyataannya yang juga dikutip oleh Dzikri Nirwana:

الدين وإعزاز احلق، وتنفيذ املنكر، عن والنهى باملعروف لألمر اجلاه طلب إّذا إال اللهم 46.املنكر عن والنهى باملعروف األمر به يقيم ما بقدر ذلك فيجوز وهواه، لنفسه ال

“Tetapi jikalau dalam meraih keagungan itu demi amar ma’ruf nahi

munkar, memperjuangkan kebenaran dan meluhurkan agama bukan untuk

keperluan hawa nafsu sendiri maka diperbolehkan sejauh batas telah dapat

menegakkan amar ma’ruf nahi munkar tersebut”47

.

Dalam hal ini, nampaknya al-Zarnuji melakukan penjagaan agar penuntut

ilmu tetap konsisten pada niat baiknya dan tidak terjerumus pada niat yang buruk.

Dengan kata lain al-Zarnuji menekankan bagi penuntut ilmu untuk konsisten dan

menjaga niat yang ikhlas dan tulus untuk belajar.

Niat yang diharuskan bagi para penuntut ilmu juga merupakan sarana

untuk memusatkan perhatian penuntut ilmu untuk melakukan kegiatan belajar.

Perhatian menurut Ghazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi sehingga jiwa

itu semata-mata tertuju kepada suatu objek.48

Untuk menjamin hasil belajar yang

baik, penuntut ilmu atau peserta didik diharuskan memiliki perhatian terhadap

pelajarannya.

46

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 10. 47

Lihat Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 63. 48

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta PT: Rineka Cipta,

2010), Cet.ke-5, h. 56.

Page 86: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

73

Perhatian merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar.

Dalam kajian psikologi, perhatian merupakan pemusatan tenaga psikis yang

tertuju pada suatu objek tertentu.49

Jadi dalam proses belajar, peserta didik harus

menaruh perhatian terhadap apa yang akan dipelajarinya. Karena didalam

perhatian terhadap pelajaran menjadikan psikologis peserta didik menjadi fokus

kepada sebuah objek yang merupakan bahan untuk belajar mereka. Dengan

diawali dengan niat yang semata-mata untuk belajar, pada waktu yang sama

perhatian peserta didik menjadi terpusat dan merasa siap untuk melakukan

kegiatan belajar.

b. Bersungguh-sungguh (al-Jidd) untuk Giat dan Tekun dalam Menuntut

Ilmu

يا :تعاىل بقوله القرآن ىف اإلشارة وإليه العلم، لطالب واملالزمة واملواظبة اجلد من بد ال مث 50.سبلنا لنهدينهم فينا جاهدوا والذين :تعاىل وقوله .بقوة الكتاب خذ حيىي

“Selain itu semua, pelajar juga harus bersungguh hati dalam belajar serta

kontinu (terus-terusan). Seperti itu pula di tunjukkan firman Allah: “Dan Orang-

orang yang mencari keridhaan Kami, niscaya Kami tunjukkan mereka kepada

jalan-jalan Kami” (Surat 29, Al-Ankabut 69)”.

ما تنال تتعىن بقدرما :وقيل .وجل وجل الباب قرع ومن وجد، وجد شيئا طلب من :وقيل 51.تتمىن

“Dikatakan pula : “Siapa yang sungguh-sungguh dalam mencari sesuatu

pastilah ketemu. “Brangsiapa mengetuk pintu bertubi-tubi, pasti dapat

memasuki”. ada dikatakan lagi: “Sejauhmana usahamu, sekian pula tercapai

cita-citamu”.

Niat yang baik dalam menuntut ilmu tentunya tidak cukup tanpa diiringi

usaha yang optimal, yaitu dengan kesungguhan (al-jidd) dan ketekunan (al-

Muwazhabah) dalam belajar. Maksud dari al-jidd dan al-muwazhabah menurut al-

49

Fadhilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2005), Cet.ke-1, h. 113. 50

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .....h. 22. 51

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .....h. 22.

Page 87: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

74

Zarnuji adalah suatu karakter pelajar yang konsisten dalam mencapai tujuannya

melalui kerja keras. Sejauh mana usaha yang dilakukan, sejauh itu pula tujuan

yang akan dicapai si penuntut ilmu. Bagaimanapun beratnya kesulitan yang

dihadapi, seorang penuntut ilmu diharapkan mampu meyakinkan dirinya bahwa

Tuhan akan membukakan jalan keluar baginya, asalkan dia sudah memiliki niat

baik dan usaha dengan seoptimal mungkin dan kesungguhan yang kuat.52

ىف كان إن واألب، واألستاذ، املتعلم، :ثالثة جد إىل والتفقه التعلم ىف حيتاج :وقيل 53.األحياء

“Dan dikatakan : “Dalam mencapai kesuksesan mempelajari ilmu dan

fiqh itu diperlukan kesungguhan tiga pihak. Yaitu guru, pelajar dan wali murid

jika masih ada.”

Pernyataan al-Zarnuji diatas sangat menarik untuk diperhatikan.

Menurutnya, dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan, kesungguhan

tersebut diperlukan tidak hanya pada personal si penuntut ilmu, melainkan guru

dan orang tua juga harus ikut andil. Al-Zarnuji ingin menegaskan pentingnya

kerja sama yang baik antara ketiga pihak tersebut dalam proses belajar.

Kesungguhan ketiga pihak tersebut menjadi faktor penting bagi pelajar dalam

meraih kesuksesan belajarnya dan pendidikan secara keseluruhan. Meskipun

demikian, al-Zarnuji tetap menekankan pentingnya al-jidd dan al-muwazhabah

kepada personal peserta didik.54

Al-jidd dan al-muwazhabah ini pada dasarnya adalah bagaimana seorang

penuntut ilmu menggunakan waktunya sebaik mungkin. Artinya, kegiatan belajar

bagi seorang penuntut ilmu harus menjadi agenda utama dalam kehidupannya.55

Kemudian al-Zarnuji menyatakan tentang ketekunan ini dengan

mengharuskan seorang penuntut ilmu untuk berjaga pada malam hari dalam

rangka untuk belajar. Waktu belajar pada malam hari ini diterangkan oleh al-

Zarnuji adalah dengan awal hingga akhir malam. Rincinya waktu belajar adalah

52

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 67. 53

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 22. 54

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 68. 55

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 69.

Page 88: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

75

antara maghrib dan isya sampai waktu sahur. Ungkapan tersebut dinyatakan

dalam kitab Ta’limnya sebagai berikut:

بني ما فإن وآخره، الليل أول ىف والتكرار الدرس على املواظبة من العلم لطالب بد وال 56.مبارك وقت السحر، ووقت العشائني،

“Tidak boleh tidak, pelajar harus dengan kontinu sanggup dan

mengulangi pelajaran yang telah lewat. Hal itu dilakukan pada awal waktu

malam, akhir waktu malam. Sebab waktu diantara maghrib dan isya, demikian

pula waktu sahur puasa adalah membawa berkah.”

Kemudian al-Zarnuji menambahkan pernyataannya dengan menyarankan

bagi seorang penuntut ilmu untuk berusaha seoptimal mungkin sekalipun mesti

berlelah-lelahan untuk mencapai ketekunan dan kesungguhan meraih ilmu

pengetahuan.

العلم فضائل ىف بالتأمل واملواظبة واجلد التحصيل على نفسه يتعب أن فينبغى“Hendaklah pelajar bersungguh-sungguh sampai terasa letih guna

mencapai kesuksesan, dan tak kenal berhenti, dan dengan cara

menghayati keutamaan ilmu”.

Berdasarkan saran al-Zarnuji tersebut, beliau ingin mengatakan kepada

seorang penuntut ilmu untuk senantiasa fokus, konsisten, menjaga niat, untuk

belajar dalam rangka mencapai keberhasilan memperoleh ilmu. Meskipun,

penuntut ilmu akan merasakan kelelahan.

Kemudian al-Zarnuji mengharuskan seorang penuntut ilmu untuk teguh

mencapai cita-cita yang diinginkannya. Al-Zarnuji mengungkapkan:

يطري كالطري هبمته يطري املرء فإن العمل، ىف العالية اهلمة من العلم لطالب بد فال 57.جبناحيه

56

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 24. 57

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 25

Page 89: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

76

“Pelajar harus luhur cita-citanya dalam berilmu. Manusia itu akan

terbang dengan cita-citanya, sebagaimna halnya burung terbang dengan kedua

sayapnya”.

Sifat kesungguhan tidak akan muncul jika tidak ada obsesi untuk mencapai

sebuah cita-cita. Semakin besar obsesi untuk mencapai cita-cita tersebut, maka

semakin kuat pula usaha yang akan dilakukan seorang penuntut ilmu. Oleh karena

itu, dalam hal ini al-Zarnuji menegaskan bahwa pangkal segala kesuksesan adalah

kesungguhan (al-jidd) dan cita-cita yang luhur.58

59.العالية واهلمة اجلد األشياء حتصيل ىف والركن“Pangkal kesuksesan adalah kesungguhan dan himmah yang luhur”.

Kesungguhan untuk menggapai cita-cita harus dijalankan secara seimbang.

Artinya, cita-cita yang luhur harus diperjuangkan dan diiringi dengan usaha yang

keras pula. Cita-cita akan percuma dan sia-sia apabila tidak diiringi dengan

kesungguhan dan usaha yang tidak maksimal.

Al-Zarnuji kemudian melanjutkan pembahasannya pada masalah

kemalasan. Ini berkaitan erat dengan pembahasan sebelumnya tentang

kesungguhan dan ketekunan. Musuh daripada kesungguhan dan ketekunan adalah

rasa malas, yang pasti akan dirasai oleh seorang penuntut ilmu. Rasa malas juga

merupakan problem yang sangat serius yang dihadapi penuntut ilmu dan menjadi

faktor kegagalan dalam belajar.

Dalam kitab Ta’lim, al-Zarnuji memberikan solusi agar penuntut ilmu

tidak terjangkiti penyakit malas. Menurutnya, ada dua faktor utama penyebab

datangnya malas. Faktor pertama adalah kurangnya motivasi yang berasal dari

kesadaran akan keberkahan dan kemanfaatan ilmu. Jika seorang penuntut ilmu

tidak mau menyadari dan menghayati keutamaan ilmu yang dituntutnya, maka hal

tersebut bisa menyebabkan kemalasan.60

Faktor kedua yang dapat menyebabkan

kemalasan adalah berhubungan dengan makanan dan minuman. Oleh karena itu,

58

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 73. 59

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 25 60

Al-zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 27.

Page 90: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

77

al-Zarnuji menyarankan bagi seorang penuntut ilmu untuk bisa mengontrol

makanan dan minumannya.61

Pada aspek etika kesungguhan dan ketekunan dalam belajar, tentunya

peran motivasi yang ada dalam perserta didik sangat penting. Motivasi yang ada

dalam diri peserta didik dapat membangun dan menimbulkan kembali perasaan

sungguh-sungguh dan tekun untuk belajar. Hal ini sebagaimana motivasi yang

diartikan sebagai dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi

untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.

Ada dua motivasi yang berperan agar peserta didik dapat belajar sungguh-

sungguh dan tekun, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi

intrinsik timbul dari dalam diri seseorang yang sangat erat hubungannya dengan

tujuan belajar, misalnya ingin memahami suatu konsep atau ingin mendapatkan

suatu pengetahuan baru. Sedangkan motivasi eksterinsik, adalah motivasi yang

datang dari luar diri individu yang tidak berkaitan dengan tujuan belajar, misalnya

belajar karena ingin mendapat nilai bagus.62

Syaiful mengutip perkataan dari Mc. Donald yang mengtakan bahwa

“Motivation is an energy change within the person characterized by affective

arousal and anticipatory goal reaction”63

. Motivasi adalah suatu perubahan

energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif

(perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Berdasarkan ungkapan tersebut

kesungguhan dan ketekunan belajar berasal dari motivasi instrinsik, yakni

motivasi yang berasal dari dalam diri individu. Selain motivasi instrinsik, motivasi

ekstrinsik juga tak kalah penting peranannya untuk memunculkan kesungguhan

dan ketekunan dalam belajar. Dalam ungkapan al-Zarnuji di atas, cita-cita atau

kesuksesan merupakan seuatu yang harus dicapai dengan kesungguhan dalam

belajar. Cita-cita tersebut dapat dikatakan motivasi ekstrinsik yang berasal dari

61

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 29. 62

Fadhilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, ... h. 123. 63

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), Cet.ke-3,

h. 148.

Page 91: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

78

luar sehingga peserta didik bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajar demi

meraih apa yang dicita-citakannya.

Dengan demikian paranan dua motivasi sangat penting dan relevan

terhadap kesungguhan dan ketekunan belajar yang menjadi etika normatif al-

Zarnuji dalam Ta’limnya.

c. Tawakal

مث ال بد لطالب العلم من التوكل ىف طالب العلم وال يهتم ألمر الرزق وال يشغل قلبه روى أبو حنيفة رمحه اهلل عن عبد اهلل بن احلارث الزبيدى صاحب رسل اهلل صلى .بذلك

.من تفقه ىف دين اهلل كفى مهه اهلل تعاىل ورزقه من حيث ال حيتسب :اهلل عليه و سلم“Pelajar harus bertawakal dalam menuntut ilmu. Jangan goncang karena

masalah rizki, dan hatinya pun jangan terbawa kesana. Abu Hanifah

meriwayatkan dari Abdullah Ibnul Hasan Az-Zubaidiy sahabat Rasulullah saw :

“Barangsiapa mempelajari agama Allah, maka Allah akan mencukupi

kebutuhannya dan memberinya rizki dari jalan yang tidak di kira sebelumnya.”

Dzikri mengutip pernyataan al-Ghazali dalam Ihya-nya bahwa “Konsep

tawakal pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian. Pertama, seseorang harus

berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang dimilikinya

melalui perencanaan dan pengaturan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Kedua, dalam usaha kerasanya itu juga, dia dituntut untuk percaya sepenuhnya

bahwa Tuhanlah yang menentukan berhasil tidaknya tujuan tersebut”.64

Dengan kedua unsur ini, apabila seseorang berhasil mencapai tujuannya,

maka dia akan bersyukur dan tidak menjadi sombong atau tinggi hati. Bisa

dikatakan juga, apabila tujuannya tidak tercapai dia akan menerima dengan sabar

dan tidak putus asa.

Mengingat pentingnya tawakal bagi seorang penuntut ilmu, maka al-

Zarnuji menegaskan bahwa para penuntut ilmu dalam tugas belajarnya harus

percaya sepenuhnya dan menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Bersama

dengan niat yang baik dan usaha dengan sungguh-sungguh, sikap tawakal juga

64

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 75.

Page 92: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

79

harus ada pada diri seorang penuntut ilmu. Sebab, bagaimanapun dalam

pandangan Islam ada kekuatan yang absolut diatas kekuatan manusia, yaitu

Allah.65

Dengan sikap tawakal ini, pelajar tidak diharapkan untuk melemahkan

usahanya dalam menuntut ilmu. Justru dengan tawakal, seorang penuntut ilmu

diharapkan untuk terus menanamkan komitmen dan konsisten dengan tugas

pokoknya, yaitu menuntut ilmu. Karena konsep tawakal adalah bukan semata-

mata pasrah atas ketentuan Tuhan. Melainkan adanya usaha sebagai bagian dari

ikhtiar yang bisa dilakukan dan diusahakan oleh manusia.

Sebenarnya dengan pernyataan al-Zarnuji bahwa seorang penuntut ilmu

harus bertawakal adalah untuk memberikan penekanan kepada penuntut ilmu agar

selalu mempergunakan seluruh waktunya untuk memperdalam ilmu pengetahuan

dan tidak usah memikirkan masalah-masalah lain, sehingga dengan begitu sikap

tawakal terpatri di dalam diri. Tawakal dalam hal ini juga berkaitan dengan

konsekuensi niat, kesungguhan dan ketekunan untuk selalu fokus dalam menimba

ilmu dalam rangka mencapai keberhasilan belajar.

Dengan demikian, tawakal bagi penuntut ilmu bukan berarti meniadakan

upaya dan hanya semata-mata berpasrah. Tetapi harus ada kerja nyata dan

bersungguh-sungguh untuk mewujudkan impiannya dengan cara belajar dengan

sungguh-sungguh dan tekun. Oleh karena itu perhatian dan adanya motivasi

sangat penting untuk mencapai tawakal dalam menuntut ilmu.

d. Wara’

Selanjutnya menurut al-Zarnuji, seorang pelajar harus memiliki sifat wara’

(self protection) dalam mencari ilmu. Wara’ merupakan sikap kehati-hatian

dalam bertindak, atau tidak bertindak sesuatu yang akan membahayakan dirinya

atau menjerumuskan dirinya ke lembah dosa.66

Dalam pentingnya wara’ bagi

seorang penuntut ilmu, al-Zarnuji mendasarinya dengan sebuah hadits Rasulullah

saw:

65

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 76. 66

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 81.

Page 93: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

80

مل من :قال أنه وسلم عليه اهلل صلى اهلل رسول عن الباب هذا ىف حديثا بعضهم روى ىف يوقعه أو شبابه، ىف مييته أن إما :أشياء ثالثة بأحد تعاىل اهلل ابتاله تعلمه ىف يتورع

أنفع، علمه كان أورع العلم طالب كان فكلما السلطان؛ خبدمة يبتليه أو الرساتيق، 67.أكثر وفوائده أيسر له والتعلم

“Dalam masalah wara’, sebagian ulama meriwayatkan hadist dari

Rasulullah saw. : “Barang siapa tidak berbuat wara’ waktu belajarnya, maka

Allah memberinya ujian dengan salah satu tiga perkara : dimatikan masih

berusia muda, ditempatkan pada perkampungan orang-orang bodoh atau

dijadikan pengabdi sang pejabat”. Jikalau mau membuat wara’ maka ilmunya

lebih bermanfaat, belajarpun mudah dengan banyak-banyak berfaedah”.

ينفع ال فيما الكالم وكثرة النوم وكثرة بعالش عن يتحرز أن الكامل الورع ومن“Termasuk berbuat waro’ adalah memelihara dirinya jangan sampai

perutnya kenyang, terlalu banyak tidur dan banyak membicarakan hal yang tak

bermanfaat”.

Selanjutnya al-Zarnuji mengemukakan bagaimana sikap wara’ yang harus

dilaksanakan oleh seorang pelajar. Diantaranya adalah tidak terlalu banyak

makan, banyak tidur, atau banyak membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat.68

Maksud al-Zarnuji dalam hal tersebut adalah memposisikan diri bagi seorang

penuntut ilmu untuk tidak berlebihan dalam makan-minum, tidur, berbicara dan

lain sebagainya.

Al-Zarnuji juga manambahkan bahwa diantara sikap wara’ adalah tidak

bergaul dengan orang yang telah rusak moralnya dan ahli maksiat ataupun para

pengangguran karena akan membawa pengaruh yang tidak baik terhadap diri

penuntut ilmu dan akan mengganggu konsentrasi belajarnya.69

Sebagaimana

keterangan dalam kitab Ta’lim-nya :

67

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 50 68

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 50. 69

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 51.

Page 94: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

81

اجملاورة فإن الصلحاء وجياور والتعطيل، واملعاصى الفساد أهل من جيتنب أن الورع ومن ويغتنم والسالم، الصالة عليه النىب بسنة مستنا ويكون القبلة مستقبل جيلس وأن مؤثرة، .املظلومني دعوة عن ويتحرز اخلري، أهل دعوة

“Termasuk wara’ lagi hendaknya menyingkiri kaum perusak, maksiat dan

penganggur, sebab perkumpulan itu membawa pengaruh. Menghadap kiblat

waktu belajar, bercerminkan diri dengan sunah Nabi, mohon dido’akan oleh para

ulama ahli kebajikan dan jangan sampai terkena do’a tidak baiknya orang

teraniaya kesemuanya itu termasuk wara”.

Pentingnya sikap wara’ melekat pada diri seorang penuntut ilmu adalah

untuk menjaga dan memiliki sikap yang hati-hati dalam melakukan sebuah

tindakan atau pekerjaan yang dapat membuat fokus belajarya terganggu. Oleh

karena sudah mengalami gangguan maka ketidakberhasilan dalam mencapai ilmu

sangat dimungkinkan.

Menurut penulis, pada sikap wara’ ini al-Zarnuji menaruh perhatian

kepada penuntut ilmu untuk tetap menjaga perhatiannya dan mempertahankan

motivasi yang ada dalam diri penuntut ilmu agar tetap fokus pada tujuan utama

belajar. Penuntut ilmu yang bersikap wara’ boleh jadi terhindar dari segala sesuatu

yang bisa merusak niat dan menghilangkan kesungguhan dan ketekunan belajar.

Sehingga, dengan sikap wara’ yang ada, kondisi psikologis penuntut ilmu tetap

konsisten dengan segala perhatian dan kesungguhannya untuk belajar.

e. Sikap Penghormatan terhadap Ilmu dan Guru

Pada pembahasan ini al-Zarnuji menekankan kepada seorang penuntut

ilmu untuk menghormati atau memuliakan ilmu yang dituntut dan gurunya.

Pemuliaan penuntut ilmu adalah karena dalam Islam, ilmu merupakan sesuatu

yang mulia dan agung. Seseorang yang memiliki ilmu akan diangkat derajatnya

oleh Allah. Selain memuliakan ilmu, al-Zarnuji juga menegaskan untuk

memuliakan guru. Dalam hal proses belajar peran guru amatlah penting untuk

memberikan arahan-arahan kepada peserta didiknya agar peserta didiknya dapat

menguasai ilmu yang diajarinya.

Page 95: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

82

Dengan demikian al-Zarnuji mengeluarkan pernyataan dalam kitab Ta’lim

sebagai berikut:

األستاذ وتعظيم وأهله، العلم بتعظيم إال به ينتفع وال العلم ينال ال العلم طالب أن اعلم .70وتوقريه

“Ketahuilah! Bahwasannya seorang pelajar tidak akan

memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain

jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan

gurunya”.

Jadi, seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh kesuksesan dan

manfaat ilmu yang dituntunya tanpa adanya sikap pemuliaan dan penghormatan

ilmu dan ahli ilmunya (guru). Oleh karena itulah seorang penuntut ilmu harus

memuliakan dan menghormati ilmu dan guru.

Adapun cara menghormati dan memuliakan ilmu dan guru dijelaskan oleh

al-Zarnuji adalah memuliakan guru sebagaimana layaknya orang tua sendiri.

Sebagaimana ungkapan:

شاء وإن باع، شاء إن واحدا، حرفا علمىن من عبد أنا :عنه اهلل رضى على الق 71.اسرتق

“Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati pada sang guru.

Ali ra berkata: “Sayalah menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku

satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, dimerdekakan ataupun tetap

menjadi hambanya.”

Ungkapan ini harus dipahami bahwa baik guru maupun orang tua sama-

sama memberi nafkah makanan kepada peserta didik. Guru memberikan makanan

yaitu ilmu pengetahuan, sedangkan orang tua memberikan makanan yang

berbentuk materi. Persamaan antara guru dan orang tua juga dapat dilihat dengan

70

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 16 71

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 17.

Page 96: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

83

sama-sama bertanggung jawab terhadap perkembangan belajar anak atau peserta

didiknya, baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya.72

بإذنه، إال عنده بالكالم يبتدئ وال مكانه، جيلس وال أمامه، الميشى أن املعلم توقري ومن بل الباب يدق وال الوقت، ويراعى ماللته عند شيئا يسأل وال عنده، الكالم يكثر وال

.األستاذ خيرج حىت يصرب“Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya,

duduk di tempatnya,memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya,

berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang

membosankannya, dan janganlah mengetuk pintu rumahnya. Tetapi bersabarlah

menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah”.

Selanjutnya al-Zarnuji merinci perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan

oleh seorang penuntut ilmu dalam rangka menghormati guru, yaitu diantaranya

tidak berjalan di depannya, duduk bangkunya, berbicara dengan sopan, dan

apabila bertamu hendaknya murid menunggu gurunya keluar. Kemudian al-

Zarnuji menyimpulkan perbuatan-perbuatan dalam rangka penghormatan terhadap

guru dengan ungkapannya sebagai berikut:

ال فإنه تعاىل، هلل معصية غري ىف أمره وميتثل سخطه، جيتنبو رضاه، يطلب أنه :فاحلاصل من الناس شر إن :وسلم عليه اهلل صلى النىب قال كما اخلالق معصية ىف للمخلوق طاعة

.به يتعلق ومن أوالده توقري :توقريه ومن .اخلالق مبعصية لدنيا دينه يذهبPada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela,

menjauhkan amarahnya dan menjunjung tinggi perintahnya yang tidak

bertentangan dengan agama, sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam

melakukan perbuatan durhaka kepada Allah Maha Pencipta. Termasuk arti

menghormati guru pula, yaitu menghormati putera dan semua oarang yang

bersangkut paut dengannya.

Menghormati guru merupakan sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar.

Tanpa menghormati guru proses belajar atau pendidikan secara keseluruhan tidak

72

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 85.

Page 97: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

84

sesuai denga koridornya dan akan mengakibatkan kegagalan. Al-Zarnuji ingin

menyampaikan bahwa dengan penghormatan kepada guru, ilmu yang diberikan

akan semakin mudah didapatkan. Karena ilmu yang diberikan seorang guru

kepada peserta didiknya berhubungan dengan keridhoan guru kepada anak

didiknya. Walaupun pada akhirnya, anak didiknya dapat menguasai ilmu yang

diberikan guru, jika keridhoan kepemilikan ilmu tidak diberikan, ilmu yang

dikuasai tidak akan membawa manfaat apa-apa.

Akhirnya, Al-Zarnuji menghimbau para pelajar agar senantiasa

memperhatikan segala ilmu dan hikmah dengan penuh keagungan dan

penghormatan. Selain itu, mereka dihimbau untuk tidak bosan dan jenuh

mendengarkan suatu pelajaran meskipun sampai ribuan kali. Sebab menurutnya,

seseorang yang mengagungkan sesuatu setelah lebih dari seribu kali tidak

sebagaimana pada pertama kalinya, maka dia tidak termasuk ahli ilmu.73

Jadi

seorang penuntut ilmu harus sangat menghargai ilmu yang didengar dari gurunya

meskipun ilmu tersebut sudah diulangi ribuan kali. Bahkan, ketika dia mendengar

ulangan ilmu tersebut, seakan-akan dia baru mendengar pertama kalinya.

Aspek etika dalam hal ini sangat berkaitan dengan sikap yang harus ada

dan dimunculkan dari dalam diri peserta didik. Selain itu, aspek ini juga berkaitan

dengan karakteristik afektif peserta didik. Sikap selalu berkaitan dengan objek

tertentu, dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif dan negatif.

Artinya, apabila sikap yang dimunculkan kepada objek tertentu positif, maka akan

timbal baliknya akan positif. Dan sebaliknya, apabila sikap yang dimunculkan

kepada ibjek itu negatif, maka akan menimbulkan hal negatif pula.

Pada aspek etika yang diungkap al-Zarnuji dalam karyanya ini, objek

daripada sikap adalah ilmu yang sedang dipelajari peserta didik dan guru yang

mengajarinya. Sikap yang harus dimiliki peserta didik kepada objek tersebut

adalah dalam rangka menaruh perhatian yang positif untuk belajar ilmu yang

dituntutnya.

73

Al-zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 20.

Page 98: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

85

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap

terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun

negatif.74

Sikap ini berkaitan dengan perhatian peserta didik dalam belajar.

Sehingga apabila peserta didik sudah memiliki perhatian yang baik atau positif

terhadap pelajarannya, maka sikap yang akan ditimbulkan oleh peserta didik tentu

juga positif. Sebaliknya, jika sejak awal perhatian peserta didik kurang dalam

pelajarannya, maka sikap yang ditimbulkan adalah negatif dalam arti seakan-akan

ia menolak ingin belajar.

f. Bermusyawarah

Musyawarah menjadi tindakan penting yang dimasukkan oleh al-Zarnuji

dalam kitabnya Ta’lim al-Muta’allim sebagai cara pemecahan masalah ketika

seorang menuntut ilmu. Terkadang ada permasalahan yang tidak bisa

diselesaikan dan diputuskan secara sepihak.

Musyawarah adalah suatu cara dalam menyelesaikan suatu permasalahan

yang sangat pelik secara bersama-sama untuk mencapai sebuah kemufakatan.75

Melalui musyawarah keputusan yang diambil dapat disepakati sehingga tidak ada

yang mendapatkan kerugian melainkan mendapatkan keuntungan berupa

kemaslahatan. Oleh karena itu, al-Zarnuji menyarankan kepada penuntut ilmu

untuk bermusyawarah dengan ungkapannya:

والسالم الصالة عليه رسوله أمر تعاىل اهلل فإن أمر، كل ىف يشاور أن ينبغى وهكذا يشاور وكان باملشاورة، أمر ذلك ومع منه، أفطن أحد يكن ومل األمور ىف باملشاورة عن امرؤ هلك ما :وجهه اهلل كرم على قال .البيت حوائج حىت األمور مجيع ىف أصحابه

.76مشورة“Demikianlah, maka seharusnya pelajar suka bermusyawarah dalam

segala hal yang dihadapi. demikian, karena Allah Swt memerintahkan

74

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010), Cet.ke-16, h. 132. 75

Dzikri Nirwana, Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis, .... h. 95. 76

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 13.

Page 99: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

86

Rasulullah Saw. Agar memusyawarahkan segala halnya. Tiada orang lain yang

lebih pintar dari beliau, dan masih diperintahkan musyawarah, hingga urusan-

urusan rumah tangga beliau sendiri. Ali RA berkata: “Tidak celaka seseorang

dengan bermusyawarah”.

.وأوجب أهم فيه املشاورة فكانت وأصعبها، األمور أعلى من العلم فطلب“Menuntut ilmu adalah perkara paling mulia, tetapi juga paling sulit.

Karena itulah, musyawarah di dalamnya lebih penting dan

diharuskan pelaksanaannya”.

Dalam ungkapannya tersebut, al-Zarnuji mengutarakan pentingnya

musyawarah dalam menuntut ilmu. Selain untuk menjalankan perintah Allah dan

Rasul-Nya, musyawarah dilakukan agar mendapatkan kemudahan dalam

menuntut ilmu. Oleh karena itu al-Zarnuji mengatakan “Sebelum memutuskan

untuk kemana dan kepada siapa harus belajar, seorang pelajar seharusnya

bermusyawarah dulu kepada orang-orang yang dianggap lebih mengetahui dan

dapat memberikan solusi terbaik dalam belajar”.77

Pada aspek musyawarah ini bisa bertujuan untuk menemukan dan

menggali minat dan bakat peserta didik. Minat menurut Slameto adalah

“Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan secara terus menerus

yang disertai dengan rasa senang”.78

Sedangkan bakat adalah kemampuan untuk

belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata

setelah melalui belajar dan berlatih.79

Minat dan bakat saling berkaitan satu sama

lain. Keberhasilan belajar dapat dicapai jika sesuai dengan minat dan bakat yang

dimiliki seorang peserta didik.

Penulis merasa bahwa penentuan minat dan bakat yang ada pada diri

peserta didik dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim karya al-Zarnuji dapat dilakukan

dengan cara bermusyawarah. Dalam hal ini al-Zarnuji menganjurkan sebelum

77 Al-zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 13.

78 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi, .... h. 57.

79 Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung

Persada Press, 2012), Cet.ke-4, h. 27.

Page 100: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

87

menuntut ilmu yang lebih tinggi dianjurkan kepada peserta didik untuk

bermusyawarah kepada orang-orang yang dianggap ahli dan mengetahui secara

mendalam tentang dirinya. Atau bisa dikatakan musyawarah tersebut dilakukan

dengan guru yang mengajarkannya. Dengan bermusyawarah diharapkan dapat

ditemukan minat dan bakat dari peserta didik. Sehingga, segala perbuatan

terutama belajar dapat sesuai dengan minat dan bakat peserta didik. Karena

dengan ketersesuaian antara minat dan bakat dengan pelajaran akan menjadikan

keberhasilan belajar menjadi lebih mudah.

Aspek-aspek etika yang menjadi aturan normatif dan harus dipatuhi oleh

peserta didik ketika menuntut ilmu sebagaimana telah dikemukakan oleh al-

Zarnuji di atas memiliki relevansi terhadap psikologis peserta didik. Semua aturan

normatif yang dimulai dari niat belajar, kesungguhan dan ketekunan dalam

belajar, tawakal, wara, sikap penghormatan kepada ilmu dan guru, dan

musyawarah adalah agar peserta didik mencurahkan dan memusatkan ranah

psikologisnya kepada kegiatan menuntut ilmu atau belajar, diantaranya perhatian,

motivasi, sikap, minat dan bakat.

2. Aspek Teknik-Praktik

Aspek teknik–praktik merupakan konsep belajar yang lebih berkaitan

dengan bagaimana seharusnya seorang penuntut ilmu melakukan kegiatan belajar

yang bersifat teknis dan praktik. Maksudnya, di dalam aspek teknis dan praktis ini

konsep belajar diatur atau disusun dengan tahapan-tahapan, yakni tahap pra-

belajar, pelaksanaan belajar, dan penutup belajar.

Aspek teknis dan praktik yang terdapat dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim

karya al-Zarnuji yang termasuk tahapan pra-belajar adalah pemilihan bidang studi,

penentuan kualitas dan kuantitas pelajaran yang harus dipelajari. Kemudian pada

tahap pelaksanaan belajar adalah berkaitan dengan metode-metode atau cara

bagaimana peserta didik mempelajari pelajaran. Dan terkahir, penutup pelajaran

yang pada tahap ini seyogyanya peserta didik mengakhiri pelajarannya dengan

berdoa.

Page 101: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

88

a. Pemilihan Bidang Studi (Mata Pelajaran)

Dalam kegiatan belajar terdapat beberapa tahapan. Tahapan tersebut

adalah tahap pra-belajar, tahap pelaksanaan belajar, dan tahap akhir belajar.

Tahap pertama yang harus dilakukan oleh seorang penuntut ilmu adalah tahap

pra-belajar atau bisa disebut juga tahap persiapan, yang menjadi langkah awal

untuk memulai belajar.

Al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allimnya menerangkan beberapa

tahapan pra-belajar yaitu dengan tuntutan bagi seorang penuntut ilmu memilih

pelajaran. Dalam hal ini, al-Zarnuji menganjurkan bagi penuntut ilmu

menyerahkan pemilihan pelajaran yang akan dipelajarinya kepada guru/pendidik.

Alasan al-Zarnuji menyerahkan kepada seorang guru dalam memilih mata

pelajaran adalah dikarenakan guru telah dianggap sudah memiliki pengalaman

yang banyak dan telah melakukan uji coba, sehingga mengetahui dan dapat

memberikan arahan yang terbaik untuk anak didiknya. Yang demikian itu

sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Zarnuji:

فإن األستاذ، إىل أمره يفوض بل بنفسه، العلم نوع خيتار ال أن العلم لطالب وينبغى يليق وما واحد لكل ينبغى مبا أعرف فكان ذلك، ىف التجارب له حصل قد األستاذ 80.بطبيعته

“Hendaklah bagi murid jangan menentukan pilihan sendiri terhadap ilmu

yang akan dipelajari. Hal itu dipersilahkan bagi guru untuk menentukannya,

karena dialah yang telah berkali-kali melakukan percobaan serta dia pula yang

mengetahui ilmu yang sebaiknya diajarkan kepada seseorang dan sesuai dengan

tabiatnya”.

Syaikh Ibrahim bin Ismail memberikan komentar pendapat al-Zarnuji

tentang mengapa pemilihan mata pelajaran untuk penuntut ilmu diserahkan

kepada pendidik/guru?. Menurut beliau seorang guru tentu sudah mengenal tabiat-

tabiat murid-muridnya dan mengenal pula bakat yang dimiliki muridnya.

Sehingga dengan pengetahuan pendidik terhadap tabiat atau karakter muridnya,

80

Aly As’ad, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’lim al-

Muta’allim), .... h. 48.

Page 102: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

89

dia bisa mengarahkan muridnya untuk menuntut ilmu yang sesuai dengan tabiat

murid-muridnya tersebut.81

Jika dilihat lebih lanjut, pada pemilihan bidang studi ini merupakan

lanjutan dari aspek etika dalam belajar yaitu bermusyawarah, dimana pada

musyawarah tersebut yang dibahas adalah kelanjutan peserta didik dalam

menuntut ilmu. Pemilihan pelajaran bagi peserta didik diserahkan kepada guru

bukanlah sebuah keegoisan atau otorisasi seorang guru kepada anak didiknya. Ini

juga bukanlah sebuah pemaksaan kepada peserta didik, melainkan sebuah usaha

menyelaraskan minat peserta didik. Yang dimaksud al-Zarnuji adalah karena guru

telah mengenal baik watak yang ada pada muridnya, sehingga dia tau mana yang

terbaik untuk muridnya. Oleh karena itu diharapkan arahan guru mendapat

kecocokan yang sesuai dengan apa yang diinginkan peserta didik. Dengan

kecocokan tersebut peserta didik akan lebih menikmati proses belajar, sehingga

proses belajar dapat menuai keberhasilan. Jadi pada tahap ini yang

dipertimbangkan adalah minat peserta didik.

Menurut Slameto “Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan

pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya

adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar

diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat”.82

Dalam

pemilihan bidang studi yang akan dipelajari peserta didik, menurut al-Zarnuji,

guru sangat beperan penting untuk memberikan arahan kepada anak didiknya.

Oleh karena itu guru harus memperhatikan anak didiknya dengan baik sehingga

dia mengetahui secara benar minat anak didiknya.

Untuk mengetahui dimana letak minat, seorang guru bisa memperhatikan

ekspresi anak didiknya yang menunjukkan bahwa peserta didik lebih menyukai

suatu hal daripada hal lainnya. Atau minat dapat diketahui melalui partisipasi

dalam suatu aktivitas. Peserta didik yang memiliki minat terhadap objek tertentu

cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar kepada objek tersebut.83

81

Ibrahim bin Ismail, Syarh Ta’lim al-Muta’allim, (Al-Haramain, 2007), Cet.ke-1, h. 19. 82

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, .... h. 180. 83

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, .... h. 180.

Page 103: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

90

Berdasarkan pernyataan tersebut, minat peserta didik berkaitan erat dengan

perhatiannya yang besar kepada suatu bidang studi tertentu. Dari perhatian itulah

seorang guru dapat mengenal minat peserta didiknya untuk kemudian

memberikan arahan kepadanya.

Jadi, dalam pemilihan bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik

tidak serta merta ditunjuk dan dipilih. Aspek psikologis peserta didik berpengaruh

bagi seorang guru yang ingin memilihkan bidang studi kepada peserta didiknya.

Terutama dalam hal ini adalah minat peserta didik. Al-Zarnuji memberikan

anjuran kepada seorang pendidik agar tidak hanya sekedar mendidik, tetapi

pendidik juga harus memperhatikan peserta didiknya dengan benar baik perhatian

terhadap fisik, maupun psikis. Tentunya untuk mengenali minat peserta didik,

salah satu yang perlu diperhatikan adalah dari segi psikologis. Karena minat

merupakan salah satu perasaan yang muncul dari dalam diri peserta didik.

b. Kualitas dan Kuantitas Pelajaran

1) Kualitas Pelajaran

Setelah pemilihan mata pelajaran yang akan dituntut, selanjutya adalah

penentuan kualitas dari pelajaran yang telah dipilih. Tentunya dalam memulai

belajar pelajaran yang dipilih akan dipertimbangkan dimulai dari materi apa

pelajaran tersebut. Untuk itu al-Zarnuji mengemukakan perkataannya dalam

Ta’lim sebagai berikut:

الدين شرف األستاذ اإلمام الشيخ وكان فهمه، إىل أقرب يكون بشيئ يبتدئ أن وينبغى كانوا فإهنم اهلل، رمحهم مشاخينا فعله ما هذا ىف عندى الصواب :يقول اهلل رمحه العقيلى املاللة، من وأبعد والضبط، الفهم إىل أقرب ألنه املبسوط صغارات للمبتدئ خيتارون

.84الناس بني وقوعا وأكثر“Sebaiknya dimulai dengan pelajaran-pelajaran yang dengan mudah

telah bisa difahami. Syaikhul Islam Ustadz Syarifuddin Al-Uqaili berkata;

“Menurut saya, yang benar dalam masalah ini adalah seperti yang telah

84

Aly As’ad, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’lim al-

Muta’allim), .... h. 76.

Page 104: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

91

dikemukakan oleh para guru kita. Yaitu untuk murid yang baru, mereka pilihkan

kitab-kitab yang ringkas/kecil. Sebab dengan begitu akan lebih mudah difahami

dan dihapal, serta tidak membosankan lagi pula banyak terperaktikan”.

Berdasarkan perkataan al-Zarnuji diatas, bagi seorang guru yang telah

memilihkan mata pelajaran untuk muridnya, dia menganjurkan untuk memulainya

dengan pelajaran dari kitab-kitab ringkasan (kitab kecil) yang lebih mudah untuk

dipahami dan dihapal, serta tidak membuat peserta didik bosan. Ibrahim bin

Ismail memberikan penjelasan terhadap perkataan al-Zarnuji diatas bahwa untuk

memulai belajar hendaknya dimulai dengan kitab-kitab yang mudah untuk

dipelajari sehingga peserta didik tidak mengalami kesulitan dan melelahkan.85

Menurut penulis anjuran al-Zarnuji dalam mempertimbangkan kualitas

pelajaran adalah dalam rangka memudahkan peserta didik dalam mempelajari

materi pelajarannya. Selain itu, pertimbangan kualitas pelajaran tersebut dalam

rangka membuat peserta didik tertarik terlebih dahulu terhadap pelajarannya.

Karena jika materi yang diberikan ketika awal pembelajaran membuat peserta

didik kesulitan, membosankan, membuat cepat lelah, maka peserta didik bisa jadi

putus asa dan kehilangan semangat untuk menuntut ilmu tersebut dan membuat

proses belajar mengalami kegagalan.

2) Kuantitas Pelajaran

Selain mempertimbangkan kualitas pelajaran, penting juga untuk

mempertimbangkan kuantitas pelajaran untuk memulai belajar. Pertimbangan

kuantitas pelajaran ini adalah mempertimbangkan seberapa banyak materi

pelajaran yang harus dituntut atau dipelajari peserta didik. Oleh karena itu al-

Zarnuji menaruh perhatian penting mengenai kuantitas pelajaran ini dengan

mengatakan:

اإلمام القاضى الشيخ عن حيكى اهلل رمحه حنيفة أبو كان :اإلبتداء ىف السبق قدر وأما يكون أن ينبغى :اهلل رمحهم مشاخينا قال :قال أنه اهلل رمحه الزرجنرى بكر أىب بن عمر حىت كلمة يوم كل ويزيد بالرفق مرتني باإلعادة ضبطه ميكن ما قدر للمبتدئ السبق قدر

85

Ibrahim bin Ismail, Syarh Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 28.

Page 105: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

92

طال إذا وأما والتدريج، بالرفق ويزيد مرتني، باإلعادة ضبطه ميكن وكثر طال وإن أنه كذلك، يكون أيضا اإلنتهاء ىف فهو مرات عشر اإلعادة إىل واحتاج اإلبتداء ىف السبق

86.كثري جبهد إال اإلعادة تلك يرتك وال ذلك، يعتاد ألنه“Mengenai ukuran seberapa panjang yang baru dikaji, menurut

keterangan Abu Hanifah adalah bahwa Syaikh Qadli Imam Umar bin Abu Bakar

Az-Zanji berkata: guru-guru kami berkata: “sebaiknya bagi orang yang mulai

belajar, mengambil pelajaran baru sepanjang yang kira-kira mampu

dihapalkan dengan faham, setelah diajarkannya dua kali berulang. Kemudian

untuk setiap hari, ditambah sedikit demi sedikit sehingga setelah banyak dan

panjang pun masih bisa menghapal dengan paham pula setelah diulang dua kali.

Demikianlah lambat laun setapak demi setapak. Apabila pelajaran pertama yang

dikaji itu terlalu panjang sehingga para pelajar memerlukan pengulangan 10

kali, maka untuk seterusnya sampai yang terakhirpun begitu. Karena hal itu

menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan kecuali dengan susah payah.”

Al-Zarnuji mengutip keterangan dari Abu Hanifah yang mengutip

perkataan Syaikh Umar bin Abu Bakar, bahwa menurut gurunya setidaknya dalam

memulai belajar, penuntut ilmu diberikan materi yang mudah dihafal, bahkan

dianjurkan hanya mengulang sebanyak dua kali penuntut ilmu bisa menghafal

materi yang diberikan. Ini dilakukan setapak demi setapak, perlahan-lahan dalam

rangka menjadikan kebiasaan bagi peserta didik. Jika peserta didik pada awalnya

tidak bisa menghafal dengan cara mengulangi materi tersebut sebanyak dua kali,

kemudian baru bisa menghafal setelah sepuluh kali melakukan pengulangan,

maka sepuluh kali mengulang pelajaran itulah yang dijadikan kebiasaan. Tentu

saja kegiatan pengulangan tersebut dikondisikan sesuai dengan kemampuan

peserta didik. Jadi dalam hal ini al-Zarnuji memperhatikan kemampuan kognitif

peserta didik untuk mampu menghafal materi pelajaran yang diberikan.

penguasaan materi disesuaikan dengan seberapa banyak peserta didik mengulang

pelajaran yang menjadikan dia hafal.

86

Aly As’ad, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’lim al-

Muta’allim), .... h. 74.

Page 106: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

93

Lebih lanjut, memang al-Zarnuji sangat mengharuskan peserta didik untuk

sungguh-sungguh melakukan pengulangan dalam belajar. Tujuannya adalah ilmu

atau materi yang diberikan benar-benar melekat pada diri peserta didik. Al-Zarnuji

mengatakan dalam kitab Ta’lim-nya:

ألف والتكرار حرف، السبق :قيل وقد“Sungguh telah dikatakan: “pelajaran baru satu huruf, pengulangannya

seribu kali.”87

Dari ungkapan diatas dapat diketahui bahwa pengulangan dalam belajar

sangat penting. Bahkan walaupun sebelumnya hanya mendapatkan pengetahuan

satu huruf, pengulangannya diharapkan bisa dilakukan sebanyak seribu kali.

Pernyataan al-Zarnuji di atas tentang penentuan kualitas dan kuantitas

pelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik, beliau mempertimbangkan

aspek ingatan. Hal ini bisa dilihat dari penentuan kualitas pelajaran dari buku-

buku ringkasan dan melakukan pengulangan pelajaran. Ingatan menurut Slameto

adalah “Penarikan kembali informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Baik

informasi tersebut baru diterima beberapa saat saja, beberapa waktu, atau jangka

waktu yang tidak terbatas”.88

Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif dimana

peserta didik menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari informasi yang telah

diperoleh pada masa yang telah dilewatinya atau berdasarkan kesan-kesan dari

kejadian yang pernah dialaminya.

Pertimbangan al-Zarnuji terhadap ingatan berkaitan juga dengan

perhatiannya kepada mental peserta didik. Terkait dengan mental, dalam teori

psikologi belajar terdapat sebuah teori yang disebut teori psikologi daya atau teori

disiplin mental. Psikologi daya atau disiplin mental memandang bahwa peserta

didik memiliki daya atau kekuatan seperti mengindra, mengenal, mengingat,

87

Aly As’ad, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’lim al-

Muta’allim), .... h. 76. 88

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, .... h. 111.

Page 107: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

94

menanggap, mengkhayal, berpikir, merasakan, menilai dan berbuat. Daya-daya

tersebut dapat dikembangkan melalui latihan-latihan dalam bentuk pengulangan.89

Dengan demikian, dalam penentuan kualitas dan kuantitas pelelajaran

terdapat relevansi dengan psikologi daya. Relevansi tersebut bisa dilihat pada

penentuan kualitas pelajaran yang mempertimbangkan daya ingat peserta didik,

dan pada penentuan kuantitas pelajaran yang bisa dilakukan pengulangan dengan

mudah untuk melatih dan mengembangkan daya ingat peserta didik.

c. Metode Belajar

Metode merupakan salah satu aspek penting dalam tercapainya hasil belajar.

Secara literal, menurut Syamsul Nizar metode berasal dari bahasa Greek yang

terdiri dari dua suku kata meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan.90

Jadi, metode adalah sebuah jalan yang dilalui. Lebih lanjut Nizar mengemukakan

bahwa metode pendidikan adalah teknik atau cara yang digunakan peserta didik

untuk menguasai materi tertentu dalam proses mencari ilmu.91

Menurut Abuddin

Nata, “Metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang

digunakan dalam menyampaikan suatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang

disusun secara sistematik dan terencana serta didasarkan pada teori, konsep dan

prinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu terkait, terutama ilmu

psikologi, manajemen dan sosiologi”.92

Bagi guru metode digunakan untuk menyampaikan materi atau bahan ajar,

sedangkan bagi peserta didik metode digunakan untuk belajar atau memahami

pelajaran yang disampaikan oleh guru. Metode menjadi faktor penting dalam

menunjang proses pembelajaran agar hasil dan tujuan dari sebuah proses belajar

menjadi optimal dan efektif. Oleh karena itu, metode mempunyai kedudukan

penting dalam upaya pencapaian tujuan belajar, karena metode merupakan sarana

89

R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2010), Cet.ke-3, h. 13 90

Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat Press), 2005, h. 65 91

Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, .... h. 66 92

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,(Jakarta: Kencana

Pranada Media Group), Cet.ke-1, h. 176.

Page 108: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

95

untuk menyampaikan materi pelajaran bagi pendidik, dan sarana untuk melakukan

kegiatan belajar bagi peserta didik.

Kitab Ta’lim al-Muta’allim karya al-Zarnuji memang di dalamnya berisi

tentang konsep pendidikan terutama dalam hal pembelajaran. Termasuk dalam

kitab tersebut, al-Zarnuji menyampaikan beberapa cara atau metode belajar yang

perlu dilakukan oleh para penuntut ilmu. Ini menunjukkan bahwa kitab Ta’lim al-

Zarnuji memuat konsep pendidikan yang holistik dan komprehensif. Berikut

adalah beberapa metode atau cara belajar yang terdapat dalam kitab Ta’lim al-

Zarnuji.

a. Metode Menghafal

Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal di dalam

ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan atau diingat kembali secara

harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Peristiwa menghafal merupakan proses

mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan, yang nantinya suatu

waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar.93

Metode belajar yang ditawarkan oleh al-Zarnuji di kitab Ta’limnya adalah

metode menghafal. Cara menghafal yang baik menurut al-Zarnuji adalah dengan

senantiasa melakukan pengulangan-pengulangan terhadap pelajaran yang telah

diberikan. Dengan pengulangan yang dilakukan secara terus menerus, akan

memudahkan penuntut ilmu untuk menghafal secara efektif dan efisien.

Cara atau metode menghafal yang ditawarkan oleh al-Zarnuji tertuang

dalam kitab Ta’lim sebagai berikut:

األمس قبل الذى اليوم وسبق مرات مخس األمس سبق يكرر أن العلم لطالب وينبغى إىل أدعى فهذا واحدا قبله والذى اثنني قبله والذى اثالث قبله الذى والسبق مرات أربع

.احلفظ“Suatu cara yang efisien dan efektif untuk menghafalkan pelajaran yaitu :

Pelajaran hari kemarin diulang 5 kali, hari lusa 4 kali, hari kemarin lusa 3 kali,

hari sebelum itu 2 kali, dan hari sebelumnyalagi satu kali”.

93

Saiful Djamarah, Psikologi Belajar, .... h. 29

Page 109: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

96

Berdasarkan perkataan al-Zarnuji tersebut, pengulangan bukan hanya untuk

pelajaran yang baru saja diberikan. tetapi juga pelajaran-pelajaran sebelumnya

juga harus dilakukan pengulangan. Kesimpulannya, pengulangan terhadap satu

materi pelajaran dilakukan sebanyak lima belas kali. Urutannya, pertama penuntut

ilmu mengulangi sebanyak lima kali, kemudian empat kali, tiga kali, dua kali, dan

terakhir satu kali pengulangan. Dengan pengulangan seperti itu, diharapkan

pelajaran akan bisa dihafal secara efisien dan efektif.

Cara menghafal yang dianjurkan oleh al-Zarnuji tentunya harus diiringi

dengan kesungguhan dan ketekunan. Sebagaimana yang diungkapkan sebelumnya

dalam etika yang harus dimiliki penuntut ilmu, kesungguhan dan ketekunan

sangat diperlukan. Tanpa hal tersebut, penuntut ilmu tidak akan mampu

berkonsentrasi untuk mendapatkan ilmu yang disampaikan oleh guru. Hanya

dengan kesungguhanlah ilmu bisa didapat atau hafalan akan menjadi lebih

sempurna sehingga pemahaman dan penghayatan terhadap suatu materi dapat

dilakukan secara komprehensif.

Metode yang ditawarkan oleh al-Zarnuji pada pernyataannya di atas

mengarah pada penekanan pentingnya menghafal dan mengulang-ulang pelajaran

dalam sebuah proses belajar. Hal tersebut juga sesuai dengan tahapan pra-belajar

ketika pemilihan kualitas dan kuantitas pelajaran, dimana yang dipertimbangkan

adalah kemampuan peserta didik untuk menghafal pelajaran. Apabila ditinjau dari

aspek psikologis, tentu metode yang dikemukakan oleh al-Zarnuji ada kaitannya.

Dari aspek psikologis, metode ini mengarah pada teori disiplin mental atau

psikologi daya. Teori ini menganggap bahwa dalam belajar, mental siswa

didisiplinkan atau dilatih. Menurut rumpun psikologi ini individu memiliki

kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tertentu, dan melalui belajarlah semua

itu dikembangkan.94

Teori ini memandang bahwa otak manusia terdiri atas

sejumlah daya yang beraneka ragam, dan belajar pada prinsipnya adalah melatih

daya-daya tersebut.95

Teori disiplin mental atau psikologi daya ini menyatakan

94

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), cet. ke-3, h. 56. 95

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, .... h. 22.

Page 110: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

97

bahwa individu atau peserta didik memiliki sejumlah daya untuk mengenal,

mengingat, menanggapi, mengkhayal, berpikir, merasakan, berbuat dan lain-lain.

Oleh karena itu, untuk melatih dan mengembangkan daya-daya tersebut perlu

dilakukan pengulangan-pengulangan secara disiplin. Berdasarkan teori tersebut,

metode belajar menghafal dan memahami yang dinyatakan al-Zarnuji lebih

mengarah pada aspek ingatan.

Mengingat merupakan sebuah proses atau kekuatan untuk menyimpan

informasi yang sudah diketahui. Atau dalam konteks peserta didik, mengingat

adalah proses menyimpan pelajaran yang telah dipelajarinya. Oleh karena itu

untuk membantu memudahkannya dalam menyerap pelajaran, harus digunakan

beberata strategi. Desmita mengutip penyataan Matlin menyebutkan empat

macam strategi memori yang penting, yaitu: rehearsal, organization, imagery dan

retrival.

a) Reherseal (pengulangan), meningkatkan memori dengan cara

mengulangi berkali-kali informasi setelah informasi tersebut disajikan. b) Organization (organisasi), seperti pengkategorian dan

pengelompokan, merupakan strategi yang sering digunakan oleh orang

dewasa. c) Imagery (perbandingan), tipe dari karakteristik pembayangan dari

seseorang. d) Retrival (pemunculan kembali), proses mengeluarkan atau

mengangkat informasi dari tempat penyimpanan.96

Sebagaimana yang dikemukakan di atas, dalam proses menghafal,

memahami, dan mencatat pelajaran perlu adanya pengulangan-pengulangan

pelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono “Prinsip belajar yang menekankan

perlunya pengulangan adalah yang dikemukakan oleh para ahli teori psikologi

daya. Dengan mangadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan

berkembang. Seperti pisau yang selalu diasah akan semakin tajam, maka daya-

daya yang dilatih dengan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna”.97

96

Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 159-

160. 97

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002),

Cet.ke-2, h. 47.

Page 111: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

98

Menurut penulis, Pengulangan-pengulangan semacam ini tidak akan terjadi

kecuali dengan pembiasaan yang dilakukan peserta didik. Oleh karena itu

pembiasaan mengulangi pelajaran harus menjadi perilaku atau tingkah laku

peserta didik sehari-hari. Dalam kegiatan pengulangan pelajaran berkaitan dengan

sebuah teori psikologi yang disebut teori behavioristik. Aliran ini disebut dengan

behaviorisme karena sangat menekankan kepada perlunya perilaku (behavior)

yang dapat diamati atau diukur.98

Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang

memandang individu lebih kepada fonomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-

aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam

kegiatan belajar.

Lebih spesifik penekanan prinsip pengulangan terdapat pada teori psikologi

asosiasi atau koneksionisme dan conditioning yang merupakan rumpun dari

behavioristik. Menurut koneksionisme belajar ialah pembentukan hubungan

antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman

itu memperbesar peluang timbulnya respons yang baik. Sedangkan menurut

conditioning yang merupakan pengembangan dari koneksionisme, belajar adalah

selain pembentukan hubungan stimulus dan respons tetapi juga stimulus tersebut

perlu dikondisikan.99

Ketiga teori tersebut (psikologi daya, koneksionisme, dan conditioning)

menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan

tujuan yang berbeda. Yang pertama untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan

yang kedua dan ketiga pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan

membentuk kebiasaan-kebiasaan.

Dengan demikian terdapat kesesuaian cara pengulangan pelajaran pada

metode al-Zarnuji dengan teori psikologi daya dan behavioris. Proses

pengulangan merupakan pelatihan untuk mengembangkan daya dan potensi

peserta didik. Selain itu, pengulangan pelajaran juga dalam rangka untuk

merespons pelajaran dengan kebiasaan yang terbentuk pada dirinya.

98

R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, .... h. 15. 99

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 47.

Page 112: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

99

b. Cara Memahami Pelajaran

Al-Zarnuji menganjurkan kepada para penuntut ilmu agar membuat ta’liq

pelajaran, artinya catatan sendiri. Akan tetapi sebelum mencatat sebaiknya

pelajaran dipahami terlebih dahulu dan diulangi beberapa kali. Karena bila

mencatat sesuatu yang belum dipahami akan membuat bosan, menghilangkan

kecerdasan, dan menyia-nyiakan waktu. Oleh karena itu, peserta didik harus

bersungguh-sungguh dalam memahami materi pelajaran lalu kemudian membuat

catatan sendiri.100

Keterangan al-Zarnuji dalam Ta’limnya sebagai berikut:

قل إذا فإنه التكرار، وكثرة وبالتفكر بالتأمل األستاذ عن الفهم ىف جيتهد أن وينبغى وقرين، مساع من خري حرفني، حفظ :قيل .ويفهم يدرك والتأمل التكرار وكثرة السبق يعتاد مرتني أو مرة جيتهد ومل الفهم ىف هتاون وإذا .سطرين حفظ من خري حرفني وفهم 101.اليسري الكالم يفهم فال ذلك

“Pelajar hendaknya mencurahkan kemampuannya dalam memahami

pelajaran dari sang guru, atau boleh juga dengan cara diangan-angan sendiri,

difikir-fikir dan sering diulang-ulang sendiri. Karena bila pelajaran yang baru itu

hanya sedikit dan sering diulang-ulang sendiri, akhirnya pun dapat dimengerti.

Orang berkata : “Hafal dua huruf lebih bagus daripada mendengarkan saja dua

batas pelajaran. Dan memahami dua huruf lebih baik daripada menghapal dua

batas pelajaran. Apabila seseorang telah pernah satu atau dua kali mengabaikan

dan tidak mau berusaha, maka menjadi terbisakan, dan menjadi tidak bisa

memahami kalimat yang tidak panjang sekalipun”.

Dalam memahami sebuah materi pelajaran al-Zarnuji membolehkan

dengan cara pendampingan oleh guru, dan juga boleh dengan cara sendiri sesuai

dengan apa yang menurut peserta didik mampu. Misalnya, menurut al-Zarnuji,

pemahaman dapat dilakukan sendirian dengan berpikir mandiri. Namun sebelum

100

Aly As’ad, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’lim al-

Muta’allim), .... h. 77. 101

Aly As’ad, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’lim al-

Muta’allim), .... h. 78.

Page 113: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

100

itu, yang perlu diperhatikan adalah peserta didik harus mengulang-ngulang

pelajarannya tersebut, kemudian baru dicerna dan dipikirkan untuk melakukan

pemahaman. Dalam hal ini juga al-Zarnuji memberikan motivasi bagi para

penuntut ilmu dengan mengatakan bahwa memahami lebih baik daripada hanya

menghafal. Karena dengan pemahaman terhadap pelajaran menjadi pertanda

bahwa pelajaran tersebut dapat dan sudah dimengerti dengan baik.

Setelah peserta didik mampu memahami materi pelajaran, kemudian

dianjurkan untuk membuat catatan-catatan yang digunakan untuk mengulangi

pelajaran itu kembali. Hal yang demikian menurut al-Zarnuji sangat bermanfaat

sekali bagi peserta didik. Sebagaimana perkataannya:

102.جد نافع فإنه كثريا، واإلعادة الضبط بعد السبق يعلق أن وينبغى“Sebaiknya sang murid membuat catatan sendiri mengenai pelajaran-

pelajaran yang sudah di fahami hafalannya, untuk kemudian sering diulang-ulang

kembali. Karena dengan cara begitu, akan bermanfaat sekali”.

ويضيع الفطنة ويذهب الطبع كاللة يورث فإنه يفهمه، ال شيئا املتعلم يكتب وال

103.أوقاته“Jangan sampai menulis apa saja yang ia sendiri tidak tahu

maksudnya, karena hal ini akan menumpulkan otak dan waktupun hilang dengan

sia-sia belaka”.

Dengan demikian metode untuk memahami sebuah pelajaran menurut al-

Zarnuji dengan melakukan pengulangan-pengulangan sampai hafal, kemudian

setelah pelajaran dapat dimengerti, peserta didik dituntut untuk membuat catatan-

catatan yang nantinya akan dipergunakan kembali untuk mengulangi pelajaran-

pelajaran yang telah diberikan.

Metode memahami pelajaran ini berbeda dengan metode menghafal. Dalam

metode menghafal tujuannya adalah hanya sekedar pada ingatan peserta didik.

102

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 32. 103

Al-Zarnuji, Matan Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 33.

Page 114: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

101

Dalam kegiatan memahami pelajaran, bukan hanya sekedar mengingat atau

menghafal, tetapi juga terdapat proses berpikir. Aspek kognitif peserta didik lebih

ditekankan pada proses memahami ketimbang menghafal. Karena setelah

menghafal, peserta didik dituntut untuk memikirkan apa yang dipelajari dan

memahaminya kemudian hasil pemahaman yang telah didapat dituangkan dalam

bentuk catatan.

Pada metode memahami yang ditawarkan al-Zarnuji terdapat hubungan

dengan teroi psikologi kognitif. Teori psikologi kognitif lebih mementingkan

proses belajar dari pada hasil belajar. Teori ini menekankan bahwa perilaku

seseorang ditentukan oleh peserpsi serta pemahamannya dengan situasi yang

berhubungan dengan tujuan belajarnya.104

Model belajar kognitif merupakan

suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Belajar

merupakan persepsi dan pemahaman. Teori ini berpandangan bahwa belajar

merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan dan pengolahan

informasi dalam mendapatkan pemahaman dari pelajaran. Menurut teori ini

belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang kompleks.

Aspek kognitif yang berperan untuk memahami adalah intelegensi yang

dimiliki peserta didik. Secara singkat intelegensi adalah tingkat kecerdasan atau

kemampuan pikir peserta didik. Yudhi Munadhi mengutip C.P. Chaplin,

mengartikan intelegensi sebagai kemampuan menghadapi dan meyesuaikan diri

terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, kemampuan menggunakan konsep

abstrak secara efektif, kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar

dengan cepat sekali.105

Dengan demikian, faktor intelegensi peserta didik sangat

berpengaruh dalam melakukan metode memahami ini.

c. Mudzakarah Munazharah Dan Mutharahah

Metode yang ditawarkan oleh al-Zarnuji ini merupakan pengamalan

metode-metode sebelumnya yaitu menghafal, melakukan pemahaman, dan

mencatat. Karena ketiga metode ini bisa dilakukan setelah seorang penuntut ilmu

sudah memahami pelajaran. Berikut adalah metode-metode tersebut:

104

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 75. 105

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, .... h. 26.

Page 115: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

102

منها كل يكون أن فينبغى واملطارحة، واملناظرة، املذاكرة، من العلم لطالب بد وال مشاورة، واملذاكرة املناظرة فإن والغضب، الشغب عن ويتحرز والتأمل، والتأىن باإلنصاف

وال واإلنصاف، والتأىن بالتأمل حيصل إمنا وذلك الصواب الستخراج تكون إمنا واملشاورة .والشغب بالغضب حيصل

“Seorang pelajar seharusnya melakukan Mudzakarah (forum saling

mengingatkan), munazharah (forum saling mengadu pandangan) dan

mutharahah (diskusi). Hal ini dilakukan atas dasar keinsyafan, tenang dan

penghayatan serta menyingkiri hal-hal yang berakibat negatif. Munazharah dan

mudzakarah adalah cara dalam melakukan musyawarah, sedang

permusyawaratan itu sendiri dimaksudkan guna mencari kebenaran. Karena itu,

harus dilakukan dengan penghayatan, kalem dan penuh keinsyafan. Dan tidak

akan berhasil, bila dilaksanakan dengan cara kekerasan dan berlatar belakang

yang tidak baik”.

Ada tiga metode yang dianjurkan dalam perkataan al-Zarnuji diatas, yaitu

mudzakarah, munazharah, dan mutharahah. Bila ditinjau dari aspek kebahasaan

atau bentuk kata, kata mudzakarah, munazharah, dan mutharahah adalah bentuk

isim masdar yang berasal dari fiil madhi dzakara, nazhara, dan tharaha. Bentuk

yang demikian mengikuti wazan dari fiil tsulasi madzid yang memiliki tambahan

satu huruf. Wazan tersebut adalah faa’ala-yufaa’ilu-mufaa’alatan yang memiliki

arti al-musyarokah yakni saling melakukan.106

Al-musyarokah (saling melakukan)

disini maksudnya adalah apabila ada seseorang yang melakukan sesuatu, ada juga

orang lain yang melakukan seuatu yang sama dengan orang pertama tadi.

Sehingga kedua orang tersebut dapat menjadi pelaku maupun objek.107

Metode ini merupakan sebuah sarana rekonstruksi pengetahuan yang

diinisiatifkan oleh penuntut ilmu dan berhubungan dengan sesamanya, baik

dengan temannya sendiri, maupun dengan orang lain. Berbeda dengan metode

106

Abdullah ad-Danqizi,Matan al-Bina wa al-Asas, (Surabaya: Maktabah Muhammad

Ibn Ahmad Ibn Nabhan, tt), .... h. 5. 107

Maksum Aly, Al-Amtsilah al-Tashrifiyyah, (Jombang: Maktabah Salim Ibn Sa’ad

Nabhan, tt), h. 15.

Page 116: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

103

sebelumnya (menghafal, memahami, dan mencatat) yang dilakukan oleh individu

penuntut ilmu. Pada ketiga metode ini individu penuntut ilmu diharuskan adanya

pola interaksi kepada orang lain, atau lawan bicara. Sebagaimana manfaat yang

diutarakan oleh al-Zarnuji jika mempraktikkan metode-metode tersebut:

:وقيل .وزيادة تكرارا فيه ألن التكرار جمرد فائدة من أقوى واملناظرة املطارحة وفائدة وإياك .الطبيعة سليم منصف مع كان إذا لكن .شهر تكرار من خري ساعة، مطارحة واجملاورة متعدية، واألخالق متسرية، الطبيعة فإن الطبع، مستقيم غري متعنت مع واملذاكرة

.مؤثرة“Faedah mutharahah dan mudzakarah itu jelas lebih besar daripada

sekedar mengulang pelajaran sendirian, sebab disamping berarti mengulang

pelajaran, juga menambah pengetahuan yang baru. Dan dikatakan : “Sesaat

mutharahah dilakukan, lebih bagus mengulang pelajaran sebulan. “Sudah tentu

harus dilakukan dengan orang yang insaf dan bertabiat jujur. Awas jangan

mudzakarah dengan orang yang sekedar mencari menang dalam pembicaraan

semata, lagi pula bertabiat tidak jujur. Sebab tabiat itu suka merampas, akhlak

mudah menjalar sedang perkumpulan pengaruhnya besar”.

Dengan melakukan metode tersebut akan menimbulkan konstruksi

pengetahuan-pengetahuan baru yang akan didapat, dimana pengetahuan-

pengetahuan tersebut tidak akan didapat apabila belajar sendirian. Boleh

dikatakan, karena setiap peserta didik akan memiliki pemahaman yang berbeda

dengan peserta didik lainnya. Dengan begitu, pemahaman antara peserta didik

dengan peserta didik lain akan semakin memperkaya pengetahuan dan

pemahaman dari pelajaran yang telah diberikan.

Adapun Penjelasan ketiga metode tersebut adalah sebagai berikut:

Mudzakarah berasal dari kata dzakara yang berarti mengingat-ingat.108

Jadi

dalam metode mudzakarah ini adalah sebuah kegiatan untuk peserta didik saling

108

Atabik Ali dan Muhammad Zuhdi Muhdor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,

(Krapyak, Multi Karya Grafika, 1998), Cet. ke-9, h. 933.

Page 117: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

104

bertukar pikiran dan tanya jawab kepada sesama peserta didik untuk memberikan

ingatan kembali terhadap meteri pelajaran yang telah diberikan.

Menurut penulis, Metode ini bisa dikatakan metode soal-jawab sesama

pelajar, atau bisa juga dikatakan tukar pendapat untuk saling melengkapi dan

mengingat-ingat pengetahuan masing-masing. Hal ini perlu untuk dilakukan untuk

memberikan ingatan tehadap pelajaran-pelajaran sebelumnya.

Munazharah, berasal dari kata nazhara yang berarti pandangan,

merenungkan, memikirkan kembali secara mendalam.109

Metode ini bisa disebut

dengan metode diskusi baik kelompok maupun perorangan dengan saling

memberi pandangan kemudian mengkritisi pendapat masing-masing.

Mutharahah, diambil dari kata tarahum yang menurut bahasa berarti

melontarkan. Atau bisa juga diartikan dengan mencecar atau mengintograsi

dengan pertanyaan, mengajukan pertanyaan, mengajukan persoalan untuk

dikaji.110

Metode ini dapat dikatan juga sebagai metode diskusi dimana anggota

yang satu dapat mengkritik, bertanya, mengintograsi anggota yang lain. Atau bisa

dikatakan juga sebagai metode adu pendapat untuk diuji mana pendapat yang

benar.

Ketiga metode yang diutarakan al-Zarnuji tersebut sangat sesuai dengan

pola pendidikan pada masa kontemporer. Dilihat dari aspek psikologis, metode ini

sesuai dengan teori konstruktivisme yang sedang banyak dipraktikkan sekarang

ini. Teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar baru dalam psikologi

pendidikan. Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi

premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman dapat membangun dan

mengkonstruksi pengetahuan serta pemahaman tempat individu hidup.111

Menurut

Slavin sebagaimana yang dikutip oleh Trianto mengatakan “Teori konstruktivisme

menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentrasformasikan

109

Kaserun A.S. Rahman, Kamus Modern Indonesia-Arab Al-Kamal, (Surabaya: Pustaka

Progressif, 2010), Cet. ke-1, h. 364. 110

Kaserun A.S. Rahman, Kamus Modern Indonesia-Arab Al-Kamal, (Surabaya: Pustaka

Progressif, 2010), .... h. 534. 111

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 105.

Page 118: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

105

informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan itu sudah tidak sesuai lagi”.112

Salah satu ahli pendidikan yang mengembangkan konstruktivisme adalah

Piaget yang sebelumnya merumuskan teori kognitivisme. Teori Piaget

berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak bermakna membangun struktur

kognitifnya dengan istilah skema. Skema pada teori ini adalah seluruh

pengetahuan diorganisasikan menjadi unit-unit atau skema yang kemudian

disimpan sebagai infromasi. Sehingga, skema dapat dimaknai sebagai suatu

deskripsi umum atau suatu sistem konseptual untuk memahami pengetahuan

tentang bagaimana pengetahuan itu dinyatakan atau diterapkan.113

Jadi, dalam teori Piaget masih menekankan pada aspek kognitif yang

dimiliki individu dengan mengkonstruksi sebuah skema pengetahuan. Teori

Piaget ini masih mendasarkan pada perkembangan kognitif karena teori kognitif

yang dikemukakan oleh Piaget masih berkesinambungan dengan teori

kostruktivisme.

Dalam teori konstruktivisme pengetahuan tidak dapat begitu saja ditransfer

dari pikiran guru kepada pikiran peserta didik. Artinya peserta didik harus aktif

secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kemampuan

kognitif yang dimilikinya.114

Berdasarkan pernyataan tersebut, teori

konstruktivisme merupakan pengembangan dari teori-teori psikologi pendidikan

sebelumnya, diantaranya adalah psikologi daya ingat dan kognitif.

Kemudian, bila dikaitkan dengan kondisi pendidikan kontemporer, ketiga

metode tersebut diatas merupakan praktik diskusi ilmiah yang dianjurkan oleh al-

Zarnuji bagi penuntut ilmu yang sedang melakukan kegiatan belajar. Menurut Aly

As’ad metode-metode ini merupakan tiga kompetensi dalam praktik diskusi.

Mudzakarah adalah tukar pendapat untuk saling melengkapi, munazharah adalah

saling mengkritisi pendapat masing-masing, dan mutharahah adalah adu pendapat

112

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet.ke-2, h. 74. 113

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 105. 114

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, .... h. 108.

Page 119: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

106

untuk diuji dan dicari mana yang benar.115

Diharapkan dengan metode-metode

yang dilakukan ini, konstruksi pengetahuan yang dimiliki peserta didik menjadi

komprehensif.

Selain menerangkan cara atau metode diskusi ilmiah, al-Zarnuji juga

memberikan pengetahuan adab dalam melakukan metode diskusi tersebut.

Menurut al-Zarnuji ketiga metode tersebut adalah sebuah kegiatan pembahasan

atau bisa dikatakan sebagai musyawarah yang merupakan sebuah tindakan yang

mulia. Oleh karena itu, al-Zarnuji menyarankan untuk menyingkirkan hal-hal

yang negatif seperti kekerasan dan keributan. Ini karena, kegiatan tersebut

dilakukan untuk mencari kebenaran. Bukan mencari siapa yang paling benar.

Untuk itu, diperlukan sikap persahabatan dan perdamaian. Oleh karena itu, sesuai

dengan teori belajar konstruktivisme, para peserta didik dengan sadar dan

tanggung jawab berusaha melibatkan diri dalam proses belajar terutama pada

proses perubahan konseptual dengan memperhatikan bimbingan guru dan kerja

sama dengan peserta didik lainnya.116

Jika kegiatan-kegiatan tersebut ditujukan untuk mejadi perang lidah dan

akan menimbulkan permusuhan, maka tidak dibolehkan. al-Zarnuji mengatakan

dalam kitab Ta’limnya sebagai berikut:

.احلق إلظهار ذلك حيل وإمنا حتل، فال وقهره، اخلصم إلزام املباحثة من نيته كانت فإن بن حممد وكان .للحق طالبا ال متعنتا، اخلصم كان إذا إال فيها، جيوز ال واحليلة والتمويه

ناظر، فيه وأنا الزم، ألزمته ما :يقول اجلواب حيضره ومل اإلشكال عليه توجه إذا حيىي .عليم علم ذى كل وفوق

“Apabila di dalam pembahasan itu dimaksudkan untuk sekedar

mengobarkan perang lidah, maka tidak diperbolehkan menurut agama. Yang

diperbolehkan adalah dalam rangka mencari kebenaran. Bicara berbelit-belit

115

Aly As’ad, Bimbingan Bagi Para Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’lim al-

Muta’allim), .... h. 80. (dalam catatan kaki). 116

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011),

h.166.

Page 120: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

107

dan membuat alasan itu tidak diperkenankan, selama musuh bicaranya tidak

sekedar mencari kemenangan dan masih dalam mencari kebenaran. Bila kepada

Muhammad bin Yahya diajukan suatu kemuskilan yang beliau sendiri belum

menemukan pemecahannya, maka ia katakan : “pertanyaan anda saya catat

dahulu untuk kucari pemecahannya. Diatas orang berilmu, masih ada yang lebih

banyak ilmunya.”

Dengan demikian, untuk hasil yang baik, kegiatan diskusi ilmiah perlu

adanya kesadaran persaudaraan yang kuat agar hal-hal yang negatif tersebut tidak

didapatkan.

d. Tahap Akhir Belajar

وال دعاه، من جييب فإنه إليه ويتضرع اهلل ويدعو جيتهد بل الفهم ىف يتهاون ال أن فينبغى 117 .رجاه من خييب

“Hendaknya pula, dengan sungguh-sungguh memanjatkan do’a kepada

Allah dan meratap serta meronta. Allah pasti mengabulkan do’a yang di

mohonkan, dan tidak mengabaikan orang yang mengharapkan”.

Ini adalah kegiatan yang harus dilakukan seorang penuntu ilmu baik

sebelum memulai belajar, maupun sesudah belajar. Ketika ingin memulai belajar

berdoa diiringi dengan niat bersungguh-sungguh untuk fokus belajar dan

menuntut ilmu. Kemudian ketika selesai belajar doa dipanjatkan untuk

menjadikan ilmu yang telah diperoleh menjadi bermanfaat, dan senantiasa

berharap agar ilmu yang diperoleh tetap dijaga.

Syaikh Ibrahim menjelaskan perkataan al-Zarnuji diatas bahwa seorang

penuntut ilmu sangat diharuskan untuk bersungguh-sungguh memanjatkan doa

kepada Allah swt dalam rangka menjalankan perintah-Nya. Hal tersebut sesuai

dengan firman-Nya yang berbunyi “Berdoalah kalian kepada-Ku, pasti akan Aku

kabulkan”.118

Dalam pandangan agama, berdoa merupakan kewajiban seorang

hamba sebagai manifestasi bahwa dirinya sangat membutuhkan Tuhan.

117

Aly As’ad, Bimbingan Bagi Para Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’lim al-

Muta’allim), .... h. 78. 118

Ibrahim bin Ismail, Syarh Ta’lim al-Muta’allim, .... h. 28.

Page 121: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

108

Secara umum apa yang dikemukakan oleh al-Zarnuji dalam Ta’lim adalah

tata cara belajar yang ideal. Bagi al-Zarnuji, belajar adalah keseluruhan proses

yang melibatkan seorang peserta didik dalam sebuah dunia pencarian makna dan

hidup. Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas menunjukan bahwa al-Zarnuji

telah merancang sebuah konsep belajar (Thariq al-Ta’allum) yang bernuansa

pendidikan ideal. Disebut ideal karena menurut penulis, al-Zarnuji menawarkan

konsep pendidikan yang mengandung aspek etika yang sesuai dengan pendidikan

Islam, juga mengandung aspek teknik-praktik tentang pendayagunaan potensi

otak dengan adanya pertimbangan psikologis.

Dengan demikian, apabila dikaitkan dengan pendidikan kontemporer,

konsep yang ada pada kitab Ta’lim al-Muta’allim karya Syaikh al-Zarnuji masih

relevan. Hanya saja, pendidikan kontemporer lebih variatif dengan pengembangan

sedemikian rupa, yaitu dengan adanya pendekatan, strategi, metode, teknik, dan

model pembelajaran. Hal ini karena konsep belajar al-Zarnuji pada kitab

Ta’limnya masih tergolong sebagai sistem pendidikan tradisional.

Walaupun masih tergolong tradisional, al-Zarnuji dalam kitabnya Ta’lim

tetap memiliki kelebihan dari pendidikan kontemporer. Kelebihannya adalah pada

aspek etika atau adab dalam menuntut ilmu. Aspek etika ini yang sangat

ditekankan oleh al-Zarnuji kepada penuntut ilmu. Terutama dalam sikap

menghormati guru dan adab belajar yang dalam pendidikan kontemporer

sepertinya agak kurang. Al-Zarnuji sangat mementingkan akhlak untuk penuntut

ilmu. Karena menurut al-Zarnuji, pengetahuan yang diperoleh akan percuma tanpa

disertai akhlak yang baik. Dengan demikian, konsep al-Zarnuji bisa dijadikan

rujukan atau dijadikan dasar-dasar pengembangan konsep pembelajaran dan

metodologi pendidikan. Terutama pada pembetukan karakter peserta didik agar

memiliki akhlak yang baik.

Page 122: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

109

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari rangkaian pembahasan dan beberapa uraian Thariq al-Ta’allum

(Konsep Tata Cara Belajar) dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim karya Syaikh al-

Zarnuji, dengan analisis terhadap aspek psikologis peserta didik dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Thariq al-Ta’allum (Konsep Tata Cara Belajar) yang dikemukakan oleh al-

Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim terdiri dari dua aspek utama, yaitu

aspek etika dan aspek teknik-praktik.

a. Aspek Etika, adalah aspek yang berkaitan dengan adab atau sikap

yang dijadikan aturan normatif dalam menuntut ilmu. Aspek etika

tersebut adalah niat, kesungguhan dan ketekunan, tawakal, wara’,

sikap penghormatan terhadap ilmu dan guru, dan musyawarah. Dalam

aspek etika ini pada esensinya adalah memfokuskan konsenterasi agar

peserta didik menjadi sangat perhatian dan mempersiapkan dirinya

untuk semata-mata menuntut ilmu.

b. Aspek teknik-praktik merupakan aspek yang bersifat teknis dan

praktis dalam pembelajaran. Yang termasuk dalam aspek ini adalah

pemilihan bidang studi dengan mempertimbangkan minat dan bakat

peserta didik, kualitas dan kuantitas pelajaran dengan

Page 123: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

110

mempertimbangkan daya mental peserta didik, beberapa metode

belajar yang terdapat kesesuaian dengan beberapa teori psikologi daya

mental, behavioristik, kognitif, dan konstruktivisme. Dan terakhir

adalah kegiatan menutup pelajaran dengan berdoa dengan

kesungguhan hati semoga ilmu yang telah didapat bermanfaat dan

tetap terjaga.

2. Berdasarkan hasil analisa banyak ditemukan kesesuaian antara Thariq al-

Ta’allum (Konsep Tata Cara Belajar) al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-

Muta’allim dengan kajian psikologis. Pada aspek psikologis berkaitan dengan

perhatian, minat dan bakat, motivasi, sikap, dan intelegensi peserta didik.

Kemudian adanya ketersesuaian dengan beberapa teori psikologi daya mental,

behavioristik, kognitif, dan konstruktivisme yang pada pembelajaran

kontemporer teori tersebut dijadikan rujukan.

Dengan demikian, dua kesimpulan di atas menunjukan terdapat relevansi

secara psikologis konsep tata cara belajar yang dikemukakan al-Zarnuji dengan

pembelajaran kontemporer. Konsep Thariq al-Ta’allum al-Zarnuji dalam kitab

Ta’lim al-Muta’allim bila dianalisa memang mempertimbangkan beberapa aspek,

salah satunya aspek psikologis. Namun aspek-aspek tersebut tidak dimuat dalam

kitab tersebut.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, implikasinya adalah bahwa konsep Thariq

al-Ta’allum yang terdapat dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim Syaikh al-Zarnuji

masih layak untuk dijadikan pedoman bagi setiap orang yang sedang menuntut

ilmu. Bagi lembaga pendidikan juga bisa merujuk konsep pembelajaran yang ada

pada kita Ta’lim sebagai kerangka dasar metodologi pendidikan. Hal ini

dikarenakan konsep Thariq al-Ta’allum yang buat oleh al-Zarnuji adalah sebuah

konsep yang komprehansif dan holistik. Meskipun pada konsep tersebut lebih

menekankan pada etika menuntut ilmu, tetapi dimuat juga tentang teknis

pembelajaran dengan adanya beberapa metode belajar.

Page 124: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

111

Konsep Thariq al-Ta’allum ini sangat sesuai dengan tujuan pendidikan

yaitu membentuk pribadi-pribadi yang berakhlak mulia dan berilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, konsep Thariq al-Ta’allum al-Zarnuji bisa disandingkan atau

dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman terutama pada pembelajaran

kontemporer.

C. Saran

1. Bagi para pelajar ketika sedang menuntut ilmu hendaknya bisa berpedoman

dengan mengikuti langkah-langkah cara belajar yang terdapat dalam kitab

Ta’lim al-Muta’allim Syaikh al-Zarnuji.

2. Bagi pemerintah yang berwenang dalam mengurusi bidang pendidikan

hendaknya dapat memberikan perhatian kepada kitab Ta’lim al-Muta’allim

untuk bisa dijadikan dasar motodologi pendidikan. Terutama pendidikan

akhlak dan moral.

3. Bagi lembaga pendidikan hendaknya bisa menerapkan konsep pembelajaran

yang tertuang dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim.

4. Bagi guru hendaknya juga bisa berpedoman pada kitab Ta’lim, karena dalam

kitab tersebut bukan hanya untuk penuntut ilmu, melainkan juga untuk yang

memberikan atau menyampaikan ilmu.

5. Bagi civitas akademik seharusnya bisa menaruh perhatian lebih untuk

mengadakan penelitian-penelitian terhadap kitab Ta’lim al-Muta’allim. Yang

hasil dari penelitian tersebut dapat bermanfaat untuk mengembangkan

pendidikan yang ideal.

6. Bagi umat Islam hendaknya merasa bangga dan memberikan apresiasi tinggi

kepada Syaikh al-Zarnuji, seorang muslim yang telah menyusun sebuah

konsep pembelajaran yang komprehansif dan holistik.

Page 125: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

112

DAFTAR PUSTAKA

Ad-Danqizi, Abdullah. Matan al-Bina wa al-Asas. Surabaya: Maktabah

Muhammad Ibn Ahmad Ibn Nabhan.

Ali, Atabik dan Zuhdi Muhdor, Ahmad. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.

Krapyak: Multi Karya Grafika. 1998.

Alifian Haykal, “Akhlak Belajar dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim”, Skripsi, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.

Aly, Maksum. Al-Amtsilah al-Tashrifiyyah. Jombang: Maktabah Salim Ibn Sa’ad

Nabhan.

Al-Zarnuji. Matan Ta’lim al-Muta’llim. Semarang: Maktabah al-Alawiyah.

_________. Ta’lim al-Muta’allim. Surabaya: Daru al-Ilmi.

Arfina, Eka Yani. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Tiga Dua.

Arikunto, Suharsimi. Menejemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2009.

As’ad, Aly. Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Terjemah Ta’limul

Muta’allim). Kudus: Menara Kudus. 2007.

Bangun Nasution, Ahmad dan Hanum Siregar, Rayani. Akhklak Tasawuf.

Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2013.

Bismar, “Konsep Metode Belajar Menurut al-Zarnuji dalam Kitab Ta’lim al-

Muta’allim”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijga Yogyakarta,

2003.

Dahar , Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

2011.

Danim, Sudarwan. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta. 2010.

Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. 2008.

Desmita. Psikologi Perkembangan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009.

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

2002.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT

Rineka Cipta.2010.

Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar.Jakarta: Rineka Cipta. 2002.

Page 126: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

113

Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry. Strategi Belajar Mengajar.

Bandung: PT Refika Aditama. 2009.

Gunther, Sebastian. Be A Masters in That You Teach and Continue Learn:

Medieval Muslim Thinkers on Educational Theory. Chicago Journals. 3.

2006.

Halstead, J. Mark. An Islamic Concept of Education. Taylor & Francis Group.

40. 2004.

Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2011.

Ibrahim bin Ismail. Syarh Ta’lim al-Muta’allim. Al-Haramain. 2007.

Ibrahim, R. dan Syaodih S, Nana. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka

Cipta. 2010.

Khoiriyah, Sri Khomsatun. Studi Analisis Pemikiran al-Zarnuji tentang

Hubungan Guru Murid terhadap Kondisi Pendidikan Saat Sekarang Ini.

Skripsi. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. Semarang. 2004.

Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

1988.

Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosadakarya. 2013.

Minarti, Sri. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: AMZAH. 2013.

Mokhtar, Affandi. The Method of Muslim Learning as Illustrated in az-Zarnuji’s

Ta’lim al-Muta’allim Thariq at-Ta’allum. Thesis. Montreal: Mc.Gill

University.

Munadhi, Yudhi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung

Persada Press. 2012.

Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner.

Jakarta: Rajawali Pers. 2009.

_____________. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat

Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. cet. II. 2001.

_____________. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:

Kencana Pranada Media Grroup. 2009.

Page 127: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

114

Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

2013.

Nirwana, Dzikri. Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis dan Kritis Gaya

Ta’lim al-Muta’allim. Banjarmasin: IAIN Antasari Press. 2014.

Nizar, Syamsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Ciputat Press. 2005.

Rahman, Kaserun A.S. Kamus Modern Indonesia-Arab Al-Kamal. Surabaya:

Pustaka Progressif. 2010.

Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Rineka Cipta. 2008.

Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2013.

Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar). Jakarta: PT. Indeks. 2012.

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta PT: Rineka

Cipta. 2010.

Suralaga, Fadhilah. dkk. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam. Jakarta:

UIN Jakarta Pers. cet. I. 2005.

Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar.

Bandung: Remaja Rosdakarya. 2012

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:

Remaja Rosdakarya. 2010.

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group. 2013.

_______. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.

Von Grunebaum, G.E. dan E. Abel, Theodora. Ta’lim al-Muta’allim Tariq al-

Ta’allum. Cambridge University Press,12.1948.

Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi

Aksara. 2009.

Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

2008.

Page 128: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini dengan judul

"Konsep Thariq al-Ta'allum Syaikh al-Zanuji (Studi Analisis Aspek Psikologis

Feserta Didik)" yang disusun oleh Achmad Susmiyanto NIM 1111011000027,

J,rrusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta telah disetujui kebenarannya oleh dosen pembimbing

skripsi pada hari ini"

NO. REFERENSI PARATJ

I Ad-Danqizi, Abdullah. Matan al-Bina wa al-Asas. Surabaya:

Maktabah Muhammad Ibn Ahmad IbnNabhan.

2 Ali, Atabik dan Zuhdi Muhdor, Ahmad. Kamus.Kontemporer

Arab-Indonesia. Krapyak: Multi Karya Grafika. 1998.

J Alifian Haykal, Akhlak Belajar dalam Kitab Ta,lim al-

Muta'allim, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarla, ZOl2.

4 Aly, Maksum. Al-Amtsilah al-Tashrifiyyah. Jombang:

Maktabah Salim Ibn Sa'ad Nabhan.

/)z/

5 Al-Zarnqi. Ta' I i m al - Mut a' ol I im. Surabaya : Daru al-Ilmi.

6 Al-Zarnuji. Matan Ta' I im al - Mut a' I I im. Semarang: Maktabah

al-Alawiyah.

7 Arfina, Eka Yani. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.

Surabaya: Tiga Dua.

8 Arikunto, Suharsimi.. Menejemen Penelitian. Jakarta: pT

Rineka Cipta. 2009.

9 As'ad, Aly. Bimbingan bagi

(Terj e mah Ta' limul Muta' allim).

Penuntut llmu Pengetahuan

Kudus: Menara Kudus. 2007.

10 Bangun Nasution, Ahmad dan Hanum Siregar, Rayani.

Akhklak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo persada .2013. ,/I

11 Bismar, Konsep Metode Belajar Menurut al-Zarnuji dalam

Kitab Ta'lim al-Muta'allim, Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN

Page 129: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

Sunan Kalij ga Yogyakarta, 2003.

12 Dahar , Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan pembelaiaran.

J akarta: Erlangga. 20 | I .

13 Danim, Sudarwan. Perkembangan Peserta Didik. Bandung:

Alfabeta.2010.

t4 Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka. 2008.

15 Desmita. Psikologi Perkembangan.Bandung: pT Remaja

Rosdakarya.2009.

t6 Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: pT

Rineka Cipta. 2002.

t7 Djamarah, Syaiful Bahri danZain, Aswan. Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.2010.

i8 Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar.Jakarta: Rineka

Cipta. 2002.

19 Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry. Strategi Belajar

Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama. 2009.

20 Gunther, Sebastian. Be A Masters

Continue Learn: Medieval Muslim

Theory. Chicago Journals. 3.2006.

in That You Teach and

Thinkers on Educational 32l Halstead, J. Mark. An Islamic Concept of Education. Taylor &

Francis Group. 40. 2004.

22 Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.

Bandung: Remaja Rosdakary a. 201 1 .

23 Ibrahim bin Ismail. Syarh Ta'lim al-Muta'allim. Al-Haramain.

2007.

24 Ibrahim, R. dan Syaodih S, Nana. Perencanaon pnngojo*r.

Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2010.I

25 Khoiriyah, Sri Khomsatvl. Studi Analisis pemikiran al-Zarnuji

tentang Hubungan Guru Murid terhadap Kondisi pendidikan

Page 130: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

Saat Sekarang Ini. Skripsi. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.

Semarang.2004.

26 Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta:

Pustaka Al-Husna. 1 988.

27 Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: pT Remala

Rosdakary a. 2013.

28 Minarli, Sri.Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: AMZAH. 2013. r29 Mokhtar, Affandi. The Method of Muslim Learning

Illustrated in az-Zarnuji's Ta'lim al-Muta'allim Thariq

Ta'allum. Thesis. Montreal: Mc.Gill Universitv.

AS

at-

30 Munadhi, Yudhi. Media Pembelajaran Sebuah

Baru. Jal<arta Gaung Persada Press. cet. 4.2012. .

Pendekatsn

31 Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatat

Multidisipliner. Jakarta: Rajawali Pers. 2009. II

)Z Nata, Abuddin. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan tslam: S4Kajian Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: pT Raja Grafindo

Persada. cet. II. 2001. l/faJJ Nata, Abuddin. Perspektif Islam tentang Strategi

Pembelajaran. Jakarta: Kencana Pranada Media Grroup. 2009. 734 Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. yogyakarti:

Aswaja Pressindo. 2013.

35 Nirwana, Dzikri. Menjadi Pelajar Muslim Modern yang Etis

dan Kritis Gaya Ta'lim al-Muta'allim. Banjarmasin: IAINAntasari Press. 2014.

36 Nizar, Syamsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: pT. Cip"t-rl

Press.2005.

3/ Rahman, Kaserun A.S. Kamus Modern Indonesii4rab Al_

Kamal. Surabaya: Pustaka Progressif. 2010.

38 Roestiyah N.K. s/raregi Belajar Mengajar.Jakarta: pr ni""tiuCipta. 2008.

Page 131: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

39 Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:

Alfabeta. 2013. \40 Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar). Jakarta:

PT. Indeks.2012.

4t Slameto. Belajar dan Faktor-Fahor yang Mempengarulti.

Jakarta PT: Rineka Cipta. z}rc.

42 Suralaga, Fadhilah. dkk. Psikologi Pendidikon dalam

Perspektif Islam. Jakarta: UIN Jakarta Pers. cet. I. 2005.

43 Suyono dan Hariyanlo. Belajar dan Pembelajaran; Teori dan

Konsep Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.2Al?

44 Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan

Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010. A45 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovat{-Progresif,

Jakarla: Kencana Prenada Media Group. 2013. /

46 Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

2010.

47 Von Grunebaum, G.E. dan E. Abel, Theodora.

Muta'allim Tariq al-Ta'allum. Cambridge

Press,12"l948.

Ta'lim al-

University

48 Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.

lakarta: PT Bumi Aksara. 2009.

49 Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia. 2008.

Jakarta, 26 Oktober 2015

guji Referensi,

Dr. Akhmad Sodiq, M.As

NrP. 19710709 199803 1 001

Page 132: KONSEP THARIQ AL-TA ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI (Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29027/1/ACHMAD... · Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh

KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. b. H . Juaftda No 95 Cipuldl I 541 2 tndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081

Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

No. Revisi: 01

Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor : Un.01/F. 1/KM.0 1.3{ 12015

Lamp. : -Hal :Bimbingan Skripsi

Jakarta,6 Januan 2015

Kepada Yth.Dr. Akhmad Sodiq, M.Ag.

Pembimbing SkripsiFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanLIIN Syarif HidayatullahJakarta

Assulamu'alaikum wr. W.

Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing llll(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Nama : Achmad Susmiyanto

NIM :i111011000027

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Semester : VII (Tujuh)

Judul Skripsi:

(KONSEP THARIQ AL.TA'ALLUM SYAIKH AL-ZARNUJI'(Studi Analisis Aspek Psikis Peserta Didik)

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 6 Januari2015, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksionalpada "judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohonpembimbing menghubungi j urusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dandapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.Wassalamu'alikum u,r. Wb.

a..tr Def<an

,- It{jul PEndidikan Agama Islam

id Khon,rl

198703 1 005Ag.