konsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesia

11
1 KONSEP SISTEM IMUNITAS DALAM PENANGGULANGAN TERORISME DI INDONESIA 1. Landasan Berpikir Terorisme di Indonesia, berdasarkan kepada bab-bab pembahasan sebelumnya haruslah dilihat sebagai sebuah dampak atau akibat dari tumbuhnya radikalisme dalam gerakan Islam di Indonesia baik dari segi pemikiran maupun dari segi implementasi gerakan. Berangkat dari postulat ini, maka penanggulangan terorisme di Indonesia, khususnya dalam upaya-upaya pencegahan, harus benar-benar diarahkan kepada upaya menghancurkan struktur radikalisme dalam gerakan Islam. Dalam hal ini, para aparat penegak hukum harus mencoba untuk memposisikan diri dan sudut pandangnya sebagai seorang muslim yang meyakini nilai-nilai kebenaran Islam sebagai sesuatu yang haq, tetap, tidak dapat berubah. Upaya penanggulangan terorisme bukan berarti melakukan upaya-upaya pembatasan dan diskriminasi terhadap berbagai bentuk pengembangan Islam sebagai sebuah agama, karena upaya-upaya tersebut yang justru memberikan ruang dan alasan bagi tumbuh suburnya radikalisme dalam pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Kita semua harus menyepakati sebuah fakta yang tidak dapat dibantah, baik dalam konteks sejarah, maupun dalam konteks kekinian, bahwa gerakan Islam yang berupaya untuk menegakan syari’at Islam dalam pengertian luas, adalah sebuah kewajiban yang diemban oleh tiap-tiap individu muslim, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah pada masa dakwah dan penyebaran Islam. Dengan demikian, gerakan penegakan syari’at Islam ini pun sudah seharusnya dikawal serta diberi ruang secara proporsional oleh pemerintah. Dalam konteks ini, penegakan syari’at Islam dimaknai sebagai tegaknya aturan dan hukum Islam bagi kalangan muslim, dimana aturan-aturan da hukum Islam tersebut dimulai dari pengaturan terhadap hubungan ibadah individu muslim dengan Allah yang kemudian menjadi fondasi bagi hubungan individu muslim dengan sesama muslim maupun non-muslim dalam sebuah lingkungan sosial.

Upload: dimebag-darrell

Post on 14-Apr-2017

95 views

Category:

News & Politics


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesia

1

KONSEP SISTEM IMUNITAS DALAM PENANGGULANGAN TERORISME DI

INDONESIA

1. Landasan Berpikir

Terorisme di Indonesia, berdasarkan kepada bab-bab pembahasan sebelumnya

haruslah dilihat sebagai sebuah dampak atau akibat dari tumbuhnya radikalisme

dalam gerakan Islam di Indonesia baik dari segi pemikiran maupun dari segi

implementasi gerakan. Berangkat dari postulat ini, maka penanggulangan terorisme

di Indonesia, khususnya dalam upaya-upaya pencegahan, harus benar-benar

diarahkan kepada upaya menghancurkan struktur radikalisme dalam gerakan

Islam.

Dalam hal ini, para aparat penegak hukum harus mencoba untuk

memposisikan diri dan sudut pandangnya sebagai seorang muslim yang meyakini

nilai-nilai kebenaran Islam sebagai sesuatu yang haq, tetap, tidak dapat berubah.

Upaya penanggulangan terorisme bukan berarti melakukan upaya-upaya

pembatasan dan diskriminasi terhadap berbagai bentuk pengembangan Islam

sebagai sebuah agama, karena upaya-upaya tersebut yang justru memberikan ruang

dan alasan bagi tumbuh suburnya radikalisme dalam pemikiran dan gerakan Islam

di Indonesia.

Kita semua harus menyepakati sebuah fakta yang tidak dapat dibantah, baik

dalam konteks sejarah, maupun dalam konteks kekinian, bahwa gerakan Islam yang

berupaya untuk menegakan syari’at Islam dalam pengertian luas, adalah sebuah

kewajiban yang diemban oleh tiap-tiap individu muslim, seperti yang telah

dicontohkan oleh Rasulullah pada masa dakwah dan penyebaran Islam. Dengan

demikian, gerakan penegakan syari’at Islam ini pun sudah seharusnya dikawal serta

diberi ruang secara proporsional oleh pemerintah.

Dalam konteks ini, penegakan syari’at Islam dimaknai sebagai tegaknya aturan

dan hukum Islam bagi kalangan muslim, dimana aturan-aturan da hukum Islam

tersebut dimulai dari pengaturan terhadap hubungan ibadah individu muslim

dengan Allah yang kemudian menjadi fondasi bagi hubungan individu muslim

dengan sesama muslim maupun non-muslim dalam sebuah lingkungan sosial.

Page 2: Konsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesia

2

Penegakan syari’at Islam bukan berarti penegasian terhadap eksistensi penganut

agama yang lain, tetapi lebih kepada tegaknya aturan dan perintah Allah bagi kaum

muslim. dalam Al Qur’an surat Al Kafirun, seperti yang kita ketahui bersama sudah

jelas dan tegas dinyatakan bahwa “untukmu Agamamu, untukku Agamaku”,

dimana petikan ayat tersebut menjadi bukti yang jelas sekaligus dasar penegakan

syari’at Islam dalam konteks masyarakat yang beragam, bahwa Islam mengakui

eksistensi agama lainnya.

Menyatakan kebenaran Islam meskipun satu ayat adalah kewajiban bagi setiap

muslim, akan tetapi memaksa orang lain yang ketika sudah diberi tahu dan diajak

untuk mengikuti jalan kebenaran Islam untuk masuk dan meyakini Islam sebagai

agama yang benar adalah sebuah hal yang tidak dibenarkan. Pengakuan eksistensi

agama lainnya dalam sebuah lingkungan sosial dimana syari’at Islam ditegakkan

pernah dicontohkan oleh Rasulullah melalui Piagam Madinah, dimana hak-hak

penganut agama lain seperti Yahudi dan Nasrani yang hidup berdampingan dengan

kaum muslim di Madinah diakui dan dilindungi oleh Rasulullah. Sikap Rasulullah

ini hakikatnya merupakan dakwah bagi kaum non-muslim bahwa Islam sebagai

rahmatan lil alamin tidak hanya sebuah kalimat tanpa makna dan bukti, akan tetapi

sebuah ketetapan Allah yang tidak bisa dibantah, sehingga eksistensinya dalam

kehidupan dunia pun sudah pasti dapat dilihat dan dirasakan oleh segenap alam,

termasuk seluruh manusia yang ada didalamnya, apapun agamanya tanpa

terkecuali.

Penegakan syari’at Islam dengan demikian jangan dianggap sebagai sebuah

hal yang menakutkan dan mengancam harmoni dan keberagaman, bahkan

dianggap sebagai hal yang mengancam keutuhan dan kesatuan NKRI, karena

penegakan syari’at Islam bukan berarti berdirinya sebuah daulah Islamiyah. Daulah

atau negara Islam hanyalah sebuah pilihan sebagai dampak dari munculnya

konsensus masyarakat untuk mendirikan sebuah negara Islam. Daulah Islamiyah

pun tidak menjamin tegaknya syari’at Islam dalam konteks hubungan ibadah antara

individu muslim dengan Allah, daulah Islamiyah hanya menjamin tegaknnya

aturan hukum dan sosial yang mengatur hubungan antar manusia dan menciptakan

Page 3: Konsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesia

3

kondisi lingkungan yang menunjang tetapnya iman seorang muslim dalam

kerangka hubungan ibadahnya dengan Allah.

Radikalisme Islam yang kemudian berujung kepada upaya penegakan syari’at

Islam melalui pendirian sebuah Daulah Islamiyah maupun sebuah khilafah

Islamiyah lebih disebabkan kepada rasa tidak puas beberapa kelompok Islam yang

menyadari bahwasanya ada sebuah ketidakadilan yang dialami oleh umat muslim

di Indonesia, dan pemerintah serta negara yang memiliki kewajiban untuk

melindungi hak-hak kaum muslim sebagai bagian dari warga negara serta

menciptakan keadilan sosial yang menyeluruh, dianggap oleh kelompok-kelompok

gerakan Islam ini sudah tidak mampu menjalankan kewajibannya tersebut.

Rasa ketidakpuasan ini kemudian ditambah lagi dengan munculnya gerakan-

gerakan perlawanan Islam yang bersifat transnasional terhadap berbagai bentuk

penindasan sistemik dalam skala global kepada umat muslim di berbagai belahan

dunia. Akumulasi dari hal ini adalah radikalisme gerakan Islam, yang pertama,

pada tataran pemikiran adalah munculnya sebuah kesimpulan dan persepsi bahwa

telah terjadi bentuk-bentuk penindasan yang nyata terhadap umat muslim di

berbagai wilayah di dunia, sebuah bentuk kedzaliman sistemik kepada umat

muslim, dengan demikian diperlukan upaya-upaya perlawanan terhadap

penindasan tersebut dan siapapun yang melakukan penindasan tersebut, termasuk

mereka yang mendukung, langsung maupun tidak langsung, bentuk-bentuk

penindasan tersebut.

Yang kedua, pada tataran implementasi gerakan Islam, yang awalnya berupa

gerakan dakwah internal-eksternal, berubah menjadi gerakan perlawanan dengan

tujuan jangka menengah mendirikan daulah Islamiyah atau khilafah Islamiyah.

Dengan berubahnya orientasi gerakan Islam dari dakwah menjadi gerakan

perlawanan, maka dititik inilah radikalisme tersebut tumbuh dan berkembang.

Pemahaman terhadap hubungan sebab-akibat antara radikalisme dan

terorisme ini kemudian akan mengantarkan kita kepada sebuah konsep

penanggulangan terorisme yang tepat, efektif, dan efisien. Dalam kerangka

penanggulangan terorisme di Indonesia dengan menggunakan pendekatan

preventif, pemahaman terhadap hubungan sebab-akibat seperti yang dijelaskan di

Page 4: Konsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesia

4

atas sangat penting, karena hakikatnya, upaya pencegahan adalah upaya

mengelimir berbagai sebab utama munculnya terorisme di Indonesia.

Seperti yang telah dijelaskan, terorisme muncul karena adanya radikalisme

gerakan Islam, dan radikalisme gerakan Islam muncul karena adanya beberapa

faktor utama, yaitu:

1) Terbatasnya ruang-ruang penegakan syari’at Islam dalam pengertian luas;

2) Perubahan orientasi gerakan Islam dari gerakan dakwah menjadi gerakan

perlawanan yang disebabkan oleh:

Faktor internal: rasa ketidakpuasan terhadap pemerintah dan berbagai

pihak (bahkan kepada kelompok muslim yang dianggap berpikiran

liberal) yang dianggap tidak mampu menjamin terpenuhinya hak-hak

kaum muslim untuk menjalankan ibadahnya dan interaksi sosialnya

berdasarkan kepada syari’at Islam, serta kegagalan pemerintah dalam

menciptakan keadilan sosial yang menyeluruh;

Faktor eksternal: terjadinya bentuk-bentuk penindasan sistemik dalam

tataran global pada kaum muslim di berbagai belahan dunia.

Proses eliminasi terhadap faktor-faktor penyebab tersebut berarti melakukan

upaya-upaya yang bersifat global dan berjalan di tingkat nasional, regional, dan

internasional. Hal ini tentu saja sebuah upaya panjang yang membutuhkan energi

yang besar, komitmen yang yang jelas, serta cost yang tinggi. Di lain pihak, gerakan

radikalisme Islam terus tumbuh secara positif dan terus berpotensi menjadi gerakan

terorisme dengan waktu yang relatif singkat, energi yang sedikit, dan cost yang

relatif rendah. Radikalisme dapat tumbuh dengan subur hanya dengan melakukan

eksploitasi terhadap kondisi-kondisi keterpurukan umat muslim di berbagai bidang

dan dimensi di Indonesia sebagai sebuah akibat dari penindasan secara sistemik.

Dalam tataran konseptualisasi dan pendekatan preventif dalam

menanggulangi terorisme, penulis ingin menegaskan bahwa telah terjadi hubungan

yang negatif antara upaya preventif dan tumbuhnya radikalisme. Secara konsep,

telah terjadi gap atau kesenjangan yang amat signifikan antara upaya pencegahan

dan tumbuhnya radikalisme di Indonesia. Kesenjangan ini tentu saja akan semakin

lebar jika kita turunkan dalam tataran implementasi.

Page 5: Konsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesia

5

Dengan demikian perlu sebuah konsep yang memiliki hubungan positif

dengan tumbuhnya radikalisme gerakan Islam di Indonesia. Jika upaya eliminasi

terhadap sebab-sebab munculnya radikalisme gerakan Islam di Indonesia adalah

upaya yang sebenarnya hampir tidak rasionil untuk dilakukan, maka harus diambil

pilihan lain yang lebih rasionil.

Sebuah sistem berpikir yang membentuk persepsi dan menentukan bagaimana

sebuah keputusan diambil dan bagaimana sebuah tindakan akhirnya dilakukan,

dapat berjalan karena adanya input yang masuk dalam sistem berpikir tersebut.

Gambar 5.1 Bagan Sederhana Sistem Berpikir Manusia

Dalam bagan sistem berpikir di atas, diketahui bahwa terdapat dua jenis input

yang ada dalam sistem berpikir manusia, yaitu:

1) Input eksternal: berkaitan dengan segala hal yang ditangkap oleh seluruh

indera fisik manusia meliputi apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan

sebagainya;

2) Input internal: berkaitan dengan segala hal yang muncul secara mandiri

dan alamiah dalam diri manusia yang berasal dari ruang kebatinan

Kesadaran/ Pemahaman

Input Eksternal

Input Internal

Panca Indera

Proses Berpikir

Ou

tpu

t

Sikap/ Keputusan

Perilaku/ Tindakan

Page 6: Konsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesia

6

manusia, dan seringkali muncul tanpa disadari; sebuah kesadaran mandiri

yang berdiri sendiri dan meliputi hal-hal terdasar dalam hakikat

kemanusiaan dan relasinya dengan alam serta penciptanya; seringkali input

internal ini dipersepsikan dan dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat

metafisis.

Kedua jenis input tersebut berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama

lain, dan proses interaksi diantara kedua input tersebut selanjutnya akan diproses

oleh pikiran manusia dan menghasilkan output-output seperti tergambar pada

bagan di atas.

Sebab-sebab munculnya radikalisme dalam alam pikiran manusia, mengacu

kepada sistem berpikir di atas, merupakan hasil dari proses terhadap input eksternal

dan internal yang masuk dalam proses berpikir seseorang. Input eksternal adalah

berbagai hal terkait dengan sebab-sebab kemunculan radikalisme gerakan Islam

seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Sedangkan input internalnya mengacu

kepada sebuah kesadaran diri untuk mencapai sebuah kondisi keadilan, dimana

manusia sampai kepada hakikat penciptaannya sebagai manusia. Kesadaran internal

ini kemudian menimbulkan sebuah ekspektasi atau harapan tentang kondisi ideal

yang harus mampu dia capai sebagai seorang manusia. Di sisi lain, kesadaran

internal tersebut juga menimbulkan kebutuhan akan suasana batin yang lebih baik,

kedamaian dan kedekatan dengan Allah dalam hubungan antara Tuhan dan hamba.

Jika sebelumnya secara konseptual kita tidak menemukan korelasi yang positif

antara upaya pencegahan dan tumbuhnya radikalisme, maka dengan pendekatan

sistem berpikir ini, kita dapat melihat bahwa pada dasarnya kesadaran internal yang

muncul dalam diri manusia dapat menjadi titik awal untuk membuat sebuah konsep

pencegahan radikalisme yang tepat. Disini penulis ingin menegaskan kembali

sekaligus menunjukan bahwa apa yang mendorong seseorang untuk mengambil

sebuah keputusan dan melakukan tindakan-tindakan kekerasan, mereproduksi

radikalisme, dan berujung kepada aksi-aksi terorisme, seluruhnya berawal dari

proses berpikir dalam sistem berpikir manusia. Oleh karena itu upaya pencegahan

yang paling efektif adalah melindungi sistem berpikir tersebut agar tidak dapat

Page 7: Konsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesia

7

dirusak oleh input-input radikalisme yang masuk secara sporadis maupun

sistematis.

Secara konseptual terdapat beberapa pilihan yang dapat diambil untuk

melindungi sistem berpikir kita, yang pertama adalah eliminasi terhadap input-

input radikalisme, kemudian filterisasi terhadap input-input radikalisme, dan yang

terakhir adalah imunisasi sistem berpikir dari input-input radikalisme.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, eliminasi terhadap berbagai input

radikalisme, secara konsep ternyata berkorelasi negatif dengan tumbuhnya

radikalisme, dengan demikian pilihan ini akan kita abaikan untuk sementara.

Pilihan berikutnya adalah melakukan filterisasi terhadap input-input radikalisme.

Filterisasi berarti menyaring, memilah antara mana yang diperlukan dan mana yang

tidak diperlukan oleh sistem berpikir manusia. Dalam kerangka penyaringan ini,

diasumsikan bahwa tidak seluruhnya input-input radikalisme tersebut bersifat

negatif, tetapi ada juga bagian-bagian dari input tersebut yang memiliki nilai positif

dan berguna bagi proses berpikir manusia.

Untuk beberapa jenis input radikalisme, penulis sepakat bahwa tidak semua

kesatuan inputnya bersifat negatif, akan tetapi ada nilai-nilai positif yang dapat

diambil, misalnya yang umum dan lazim ditemukan adalah ajakan untuk

menjalankan ibadah sesuai dengan apa yang telah disyari’atkan dalam Al Qur’an

dan Al Hadist serta seperti apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Input

seperti ini bersifat positif karena dapat menjadi pendorong tegaknya iman dan

munculnya akhlak Islam dalam kehidupan sosial.

Akan tetapi untuk input-input yang bersifat samar dan cenderung

menyesatkan, akan sangat sulit untuk disaring, seperti rasionalisasi terhadap aksi

bom bunuh diri sebagai bagian dari jihad fi sabilillah, rasionalisasi yang menyatakan

bahwa mereka yang kafir adalah musuh dan wajib dibunuh, dan input-input sejenis,

dimana jika dilihat dari proses rasionalisasinya sendiri sudah salah dan rujukan

dalilnya pun kurang tepat, sehingga input-input radikalisme seperti ini seluruhnya

bersifat negatif dan tidak ada hal positif yang dapat diambil darinya. Jika demikian,

maka tidak berlaku proses penyaringan untuk jenis input yang seperti ini.

Page 8: Konsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesia

8

Pilihan yang terakhir adalah imunisasi, yaitu penciptaan sistem kekebalan

terhadap berbagai input radikalisme yang masuk dalam sistem berpikir seseorang.

Melalui sistem kekebalan ini dimungkinkan terjadinya penolakan secara sistematis

terhadap berbagai input radikalisme yang masuk, tidak hanya menolak, sistem

kekebalan juga mengacu kepada kemampuan sistem berpikir untuk menyaring dan

memilah informasi mana yang masih dapat diproses dan mana yang tidak dapat

diproses lebih lanjut.

Gambar 5.2 Ilustrasi Sederhana Konsep Imunitas Dalam Menangkal Paham

Radikalisme

Ilustrasi sederhana pada Gambar 5.2 di atas menunjukan secara sederhana apa

yang dimaksud dengan konsep Imunitas, dimana fungsi utama Sistem Imunitas

yang dibangun mencakup 3 hal yaitu sebagai berikut:

1) Fungsi penolakan: yaitu menolak input radikalisme yang salah dalam hal

rasionalisasi dan penyimpulan;

2) Fungsi penghapusan: yaitu menghapus input radikalisme yang telah

terlanjur masuk ke dalam sistem berpikir;

3) Fungsi penyaring: yaitu memilih dan memilah informasi mana yang

bernilai positif dari input radikalisme untuk kemudian diteruskan dalam

proses berpikir.

Ketiga fungsi utama menunjukan bahwa Sistem Imunitas terhadap radikalisme

dibangun sebagai sebuah pilihan yang paling rasionil dalam upaya pencegahan

sekaligus penanggulangan terorisme di Indonesia. Dengan fokus kerja Sistem

Imunitas pada sistem berpikir manusia, maka Sistem Imunitas yang dibangun harus

memiliki kemampuan adaptif dan self-organize sejalan dengan perubahan dan

perkembangan pola dan sistem berpikir manusia.

Sistem Berpikir

IMUN RADIKALISME

Page 9: Konsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesia

9

2. Sistem Imunitas

Dalam pembahasan sebelumnya telah diketahui bahwa Sistem Imunitas adalah

sebuah sistem kekebalan yang dibangun untuk melindungi sistem berpikir manusia

dari berbagai input yang menimbulkan pemahaman dan kesadaran radikal

(radikalisme).

2.1 Unsur/Komponen Sistem Imunitas

Sistem Imunitas memiliki beberapa unsur atau komponen utama yang harus

dimiliki agar ketiga fungsi utama dari sistem ini dapat bekerja. Unsur atau

komponen utama dari Sistem Imunitas adalah sebagai berikut:

1) Unsur Penolak (Denial Component)

Unsur penolak merupakan unsur yang menjalankan fungsi penolakan

terhadap berbagai input radikalisme. Beberapa variabel dari unsur ini

diantaranya adalah kemanusiaan, toleransi, hak asasi manusia, perdamaian.

2) Unsur Penghapus (Eraser Component)

Unsur penghapus merupakan unsur yang menjalankan fungsi

penghapusan terhadap berbagai input radikalisme yang telah masuk ke

dalam sistem berpikir. Unsur ini terdiri dari dua sub-komponen yaitu:

a. Deradikalisasi;

b. Rehabilitasi.

3) Unsur Penyaring (Filter Component)

Unsur penyaring merupakan unsur yang menjalankan fungsi memilah dan

memilih bagian mana dari input radikalisme yang masih mengandung nilai

positif yang berguna untuk meningkatkan daya tahan Sistem Imunitas.

Beberapa variabel dari unsur ini diantaranya universalitas Islam dan 3

rukun agama dalam Islam (Syari’at, Hakikat, dan Ma’rifatFiqih, Tauhid,

dan Tasawuf).

2.2 Karakteristik Sistem Imunitas

Page 10: Konsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesia

10

Sebagai sebuah sistem, Imunitas memiliki beberapa karakteristik yang

membedakannya dari sistem-sistem penanggulangan terorisme lainnya yaitu

sebagai berikut:

1) Sistem Imunitas dibangun untuk diterapkan pada para target potensial

perekrutan kelompok teroris-radikalis;

2) Sistem Imunitas memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan

perkembangan pola dan sistem berpikir manusia;

3) Sistem Imunitas memiliki kemampuan untuk berjalan/bekerja sendiri (self-

organize) secara mandiri tanpa terpengaruh kondisi eksternal maupun

internal;

4) Sistem Imunitas terintegrasi dengan sistem berpikir manusia, oleh karena

itu dapat bekerja secara efektif ketika sistem berpikir manusia berjalan.

2.3 Mekanisme Kerja Sistem Imunitas

Sistem Imunitas bekerja dalam Sistem Berpikir manusia sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dimulai sejak Sistem Imunitas tersebut mulai ditanam dan

dibangun dalam sistem berpikir manusia. Secara umum, mekanisme kerja dari

Sistem Imunitas terdiri dari 3 bagian yaitu sebagai berikut:

1) Instalasi

Merupakan proses pembangunan dan penanaman Sistem Imunitas dalam

sistem berpikir seseorang. Proses instalasi ini akan sangat tergantung

kepada komposisi variabel yang digunakan dari masing-masing komponen,

media instalasi, dan prosedur instalasi yang digunakan.

2) Penjalanan Fungsi

Segera setelah proses instalasi selesai, Sistem Imunitas ini akan secara

otomatis bekerja selama sistem berpikir seseorang bekerja. Seluruh fungsi

dari Sistem Imunitas ini akan berjalan dalam sistem berpikir seseorang dan

akan berhenti bekerja ketika sistem berpikir seseorang berhenti bekerja.

3) Pembaharuan Komponen

Page 11: Konsep sistem imunitas dalam penanggulangan terorisme di indonesia

11

Pembaharuan komponen-komponen sistem berjalan secara otomatis

mengikuti perkembangan pola dan sistem berpikir. Pembaharuan

komponen berjalan secara parsial dengan fungsi kerja penyaringan, dimana

nilai dan informasi positif dari input radikalisme hasil dari proses

penyaringan akan diolah dalam proses berpikir yang kemudian salah satu

outputnya adalah pembaharuan komponen sistem.