konsep penerapan hak cipta sebagai tirkah...
TRANSCRIPT
i
KONSEP PENERAPAN HAK CIPTA SEBAGAI TIRKAH
(STUDI KASUS HAK CIPTA BUKU KARYA
HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Ani Muslikhah
NIM: 21412006
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ani Muslikhah
NIM : 214 12 006
Jurusan/Fakultas : Hukum Ekonomi Syariah/ Syariah
Judul : Konsep Penerapan Hak Cipta sebagaiTirkah
(Studi kasus Hak Cipta Buku Karya
Habiburrahman El Shirazy)
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan (Plagiat) dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat pada skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah (Buku Pedoman IAIN Salatiga).
Salatiga, 14 Februari 2017
Yang Menyatakan
ANI MUSLIKHAH
NIM 214 12 006
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Salatiga, 14Februari 2017
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada :
Yth. Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga
di Salatiga
السالم عليكن ورحمة اهلل وبركاته
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan
perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara :
Nama : Ani Muslikhah
NIM : 214-12-006
Judul : Konsep Penerapan Hak Cipta sebagai Tirkah (Studi
kasus Hak Cipta Buku Karya Habiburrahman El
Shirazy)
dapat diajukan dalam sidang munaqasyah.
Demikian untuk menjadikan periksa.
والسالم عليكن ورحمة اهلل وبركاته
Pembimbing
Yusuf Khummaini S.HI MH.
NIP. 19810508 200312 1 003
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS SYARIAH
Jl. Nakula Sadewa VA No 9 Telp. (0298) 3419400 Fak 323433 Salatiga 50722
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PENGESAHAN SKRIPSI
KONSEP PENERAPAN HAK CIPTA SEBAGAI TIRKAH (STUDI
KASUS HAK CIPTA BUKU KARYA HABIBURRAHMAN EL-
SHIRAZY)
DISUSUN OLEH
ANI MUSLIKHAH
214 -12 – 006
Telah dipertahankan di depan Dewan Panitia Penguji Skripsi Fakultas
Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Senin
tanggal 20 Maret 2017 dan dinyatakan LULUS, sehingga dapat diterima
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Hukum Islam.
v
MOTTO
Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha
yang disertai do’a, karena sesungguhnya nasib seseorang
manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha
vi
PERSEMBAHAN
Bapak dan ibukuku tercinta, Bapak Mu’thi dan Ibu Siti Zumarah yang tak
pernah henti selalu memberikan semangat, kasih, sayang, yang selalu
berjuang untuk anak-anaknya dan selalu melakukan yang terbaik buat
anak-anaknya
Suamiku tercinta Mas Alawy yang tak pernah henti meberi semangat dan
selalu menemani dalam menyelesaikan penyusunan skripsi
Anakku tersayang, Dek Fuad yang selalu menemani dan memberi
semangat serta selalu membuat tersenyum
Keluarga besar H. Muh Tahsis yang telah menjadi keluaga saya,
memberikan ilmunya, perhatian, petuah, dan kasih sayang.
Kakakku mbak Nur yang mendorong dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi
Dosen-dosen dan seluruh tenaga pengajar Fakultas Syari’ah, khususnya
Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah
Sahabat-sahabatku jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah Angkatan 2012,
terima kasih untuk semua hal, semua kenangan indah yang kita lalui
bersama-sama selama 4 tahun ini
vii
ABSTRAK
Muslikhah, Ani. 2017. KonsepPenerapan Hak Cipta sebagai Tirkah (Studi
Hak Cipta Buku Karya Habiburrahman El Shirazy). Skripsi.
Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Yusuf Khummaini
S. Hi. M.H.
Kata Kunci: Penerapan, Hak Cipta, Tirkah.
Manusia mempunyai hak dan kewajiban yang harus dijalankkan didalam
hukum Islam mengakui bahwa hak milik pribadi menjadi dasar bangunan
ekonomi. Hal tersebut akan terwujud apabila ia berjalan pada porosnya dan
tidak keluar dari batasan Allah, diantaranya adalah memperoleh harta
dengan jalan yang halal yang disyari‟atkan dan mengembangkannya
dengan jalan yang halal yang disyariatkan pula.Karena itulah hak
tersebut wajib dilindungi, salah satu hak yang wajib dilindungi yaitu hak
cipta, yang merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual.
Berdasarkan permasalahan diatas penelitian ini mengacu pada pokok
permasalahan, yaitu bagaimana konsep penerapan hak cipta sebagai tirkah
atas hak cipta buku karya Habiburrahman El Shirazy, bagaimana konsep
pengelolaanhak cipta sebagai tirkah atas hak cipta buku karya Habiburrahman
El Shirazy dan bagaimana sikap dari calon ahli waris hak cipta terhadap
penerapan hak cipta sebagai tirkah atas buku karya Habiburrahman El
Shirazy.
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif yang
bersifat membangun, mengembangkan, dan menemukan teori- teori sosial.
Peneliti juga menggunakan pendekatan normatif sosiologis, dengan cara
meneliti bahan- bahan perpustakaan yang merupakan data sekunder,
sedangkan penelitian hukum sosiologis/ empiris dilakukan dengan meneliti
data primer yang diperoleh secara langsung di lapangan.
Hak cipta dapat menjadi harta warisan (tirkah) karena hak cipta merupakan
hak kebendaan yang bersifat immaterial (benda tidak berwujud ) dan dalam
hukum Islam hak cipta termasuk milk al manfaat yaitu dapat diambil manfaat
berupa ekonomiyang dapat dialihkan baik sebagian atau seluruhnya sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Hak Cipta No 28 Tahun 2014 dalam Pasal
16 Ayat (1) bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak tidak berwujud,
dan ditegaskan puala dalam Pasal16 Ayat (2) bahwah hak cipta dapat
dialihkan secara waris.Pembagian hak cipta buku dibagi menjadi dua bagian
yaitu bagian royalti dari hak cipta buku dan bagian yang kedua adalah
naskahnya. pembagian royalti dari buku berhak cipta sama saja dengan
pembagian harta warisan harta pada umumnya dimana syarat-syarat dan
viii
ketentuan berlaku. Pengalihan hak cipta yang berupa naskah aslinya dibagi
atas dasar nilai ekonominya dan dibagi sesuai syariat Islam dimana perolehan
antara laki-laki dengan perempuan 2:1 atau bisa saja suatu karya itu memang
sudah khusus untuk sesorang, dimana dalam buku tersebut sudah tertulis
bahwa buku itu dipersembahkan untuk seseorang tersebut.Sikap dari calon
ahli waris hak cipta atas penerapan hak cipta atas buku karya Habiburrahman
El Shirazy mereka menerima seluruh harta warisan tanpa syarat. Dan
melaksanakan wakaf sesuai yang diwasiat.
ix
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat-Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai
dengan yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang
telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi
ini.
Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih,
Spirit Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan
para sahabat, dan teman-teman, syafa‟at beliau sangat penulis nantikan dihari
pembalasan nanti.
Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam, Fakultas
Syari‟ah, Jurusan Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul : “Konsep
Penerapan Hak Cipta sebagai Tirkah (Studi kasus Hak Cipta Buku Karya
Habiburrahman El Shirazy)”. Penulis mengakui bahwa dalam menyusun
penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak. Karena inilah penulis mengucapkan penghargaan yang
setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-
kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah di IAIN
Salatiga.
3. Ibu Evi Ariyani, SH.,M.H, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
di IAIN Salatiga yang selalu member arahan, pemahaman, dan selalu
membagi ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Luthfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN
Salatiga
5. Bapak Yusuf Khummaini, S.HI., M.H, selaku Dosen Pembimbing yang
selalu memberikan pemahaman, memberikan saran, arahan, dan masukan
mengenai skripsi penulis sehingga dapat terselesaikan dengan maksimal
sesuai dengan apa yang diharapkan.
6. Bapak Habiburrahman El Shirazy dan ibu Muyasaratun Saidah yang
sudah banyak membantu dan berperan penting dalam penelitian penulis.
7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf Administrasi
Fakultas Syari‟ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tanpa halangan apapun.
x
8. Ayah dan Ibu selaku orang tua yang sangat penulis cintai dan tidak
adaduanya, usaha, doa dan pengorbanan serta restu yang tiada habisnya
sehingga penulis bisa menyelesaikan tanggung jawab ini sampai tahap
akhir menyelesaikan tugas skripsi ini.
9. Teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2012 di IAIN
Salatiga yang telah memberikan warna dan cerita selama menempuh
pendidikan di IAIN Salatiga.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang sepantasnya dan yang lebih dari apa yang telah mereka berikan
kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi
rahmat dan cita-Nya. Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi inimasih jauh
dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun
analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis
harapkan agar mudah dibaca dan dipahami.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya
bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Salatiga,
Penulis,
xi
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... iv
MOTTO ..................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ..................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 5
E. Penegasan Istilah ............................................................................ 6
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 7
G. Metode Penelitian ........................................................................... 11
H. Sistematika Penulisan ..................................................................... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hak Cipta dalam Undang-Undang dan Hukum Islam .................... 17
B. Hukum Kewarisan Islam ................................................................ 41
C. Tirkah (harta Warisan) ................................................................... 52
D. Hak Cipta sebagai Tirkah dalam Perspektif Hukum Islam ............ 57
xii
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Biografi Habiburrahman El Shirazy ............................................... 63
B. Karya-karya dan Prestasi Habiburrahman El Shirazy .................... 68
C. Pemegang Hak Cipta ...................................................................... 72
D. Pengalihan Hak Cipta ..................................................................... 74
E. Landasan Pengalihan Hak Cipta sebagai Tirkah ............................ 77
BAB IV ANALISIS
A. Analisis Konsep Penerapan Hak Cipta sebagai Tirkah atas Hak
Cipta Buku Karya Habiburrahman El Shirazy ............................... 79
B. Analisis Konsep Pengelolaan Hak Cipta sebagai Tirkah atas Hak
Cipta Buku Karya Habiburrahman El Shirazy ............................... 82
C. Analisis Sikap dari Calon Ahli Waris Hak Cipta terhadap
Penerapan Hak Cipta sebagai Tirkah atas Hak Cipta Buku Karya
Habiburrahman El Shirazy ................................................................... 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 90
B. Saran-saran .................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Penunjukkan Pembimbing Skripsi
2. Wawancara dengan Bapak Habiburrahman El Shirazy
3. Wawancara dengan Ibu Muyasaratun Sa‟idah
4. Daftar Nilai SKK
5. Lembar Konsultasi Skripsi
6. Daftar Riwayat Hidup
xiv
DAFTAR GAMBAR
Tabel 3.1 Gambar buku karya-karya Habiburrahman El Shirazy……......80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Islam atau syari‟at Islam mengatur seluruh segi
kehidupan di dunia, baik untuk mewujudkan kehidupan di atas dunia
ini, maupun untuk mencari kebahagiaan di akhirat kelak. Sebagian
yang lain justru mengandung sanksi yang dirasakan di dunia ini
layaknya sanksi pada umumnya. Namun, ada pula sanksi yang tidak
dirasakan di dunia tapi akan ditimpakan di akhirat kelak dalam bentuk
dosa dan balasan atas dosa tersebut.
Segi kehidupan manusia yang diatur Allah tersebut dapat
dikelompokkan kepada dua kelompok. Pertama, hal-hal yang
berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan Allah sebagai
penciptanya. Aturan tentang hal ini disebut hukum ibadat. Tujuannya
untuk menjaga hubungan antara Allah dengan hamba-Nya yang
disebut juga hablun min Allah. Kedua adalah berkaitan dengan
hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya. Aturan tentang hal
ini disebut hukum muamalat. Tujuannya untuk menjaga hubungan
antara manusia dengan alamnya atau yang disebut hablun min alnas.
Kedua hubungan itu harus tetap terjaga agar manusia terlepas dari
kehinaan, kemiskinan dan kemarahan Allah.
2
Manusia mempunyai hak dan kewajiban yang harus
dijalankkan didalam hukum Islam mengakui bahwa hak milik
pribadi menjadi dasar bangunan ekonomi. Hal tersebut akan
terwujud apabila ia berjalan pada porosnya dan tidak keluar dari
batasan Allah, diantaranya adalah memperoleh harta dengan jalan
yang halal yang disyari‟atkan dan mengembangkannya dengan
jalan yang halal yang disyariatkan pula.Karena itulah hak tersebut
wajib dilindungi, salah satu hak yang wajib dilindungi yaitu hak
cipta, yang merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual.
Hak Cipta adalah hak khusus yang diberikan negara
kepada pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak hasil
ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan
dilahirkan tanpamengurangi pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Karya-karya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra pada
dasarnya adalah karya intelektualitas manusia yang dilahirkan
sebagaiperwujudan kualitas rasa, karsa, dan ciptanya. Karya-karya
seperti itu padaakhirnya selain memiliki arti sebagai karya yang secara
fisik hadir di tengah-tengahmanusia, juga hadir sebagai sarana
pemenuhan batiniyahsetiap orang (Simatupang, 1996: 86). Dengan
semakin banyak, semakin besar, dan semakin tinggi kualitas karya-
karyaseseorang, pada akhirnya akan memberikan nilai terhadap harkat
3
danmartabat manusia yang melahirkannya dan kehidupan manusia
padaumumnya.
Hak cipta pada dasarnya merupakan salah satu bagian daripada
HakMilik Intelektual (HMI) atau Hak Asasi Kekayaan Intelektual
(HAKI), karenadi dalam aspek hukum dalam bisnis, yang perlu
mendapat perhatian adalahapa yang dinamakan dengan Hak Milik
Intelektual(HMI) ini berkaitan eratdengan aspek hukum lainnya
seperti aspek teknologi maupun aspek ekonomi (UU No 19 tahun
2002).Hak cipta terdiri dari hak ekonomi (economic rights) dan hak
moral (moral rights) dimana hak ekonomi merupakan kewenangan
untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari suatu ciptaannya.
Sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta
yang tidak dapat dihilangkan atau dihapuskan tanpa alasan yang tepat.
Hak cipta juga merupakan hak absolut yang mempunyai
sifatkebendaan, dan obyeknya adalah benda, seperti hak milik, hipotik,
dansebagainya. Hak cipta itu sendiri sifatnya materiil, sehingga hasil
penciptaan itu bentuknya khas, yang dapatdibedakan dengan ciptaan
orang lain walaupun obyek yang diciptakan sama,dan tidak boleh
disita oleh siapa pun.
Sekarang ini, hukum waris yang berlaku di Indonesia masih
beraneka ragam, yaitu; Hukum Waris Islam, Hukum Waris Adat, dan
Hukum Waris meurut KUH Perdata. Ketiga hukum itu masih berlaku
bagi mereka yang masih dikuasai oleh masing-masing hukum tersebut.
4
Pada saat ini di Indonesia belum ada hukum waris nasional yang
termodifikasi sebagai Hukum Waris dalam BW.
Warisan atau harta peninggalan menurut Hukum Islam, yaitu
kekayaan yang berupa keseluruhan aktifa dan pasifa yang ditinggalkan
pewaris dan berpindah kepada ahli waris. Keseluruhan kekayaan yang
berupa kekayaan yang berupa aktiva dan pasivayang menjadi milik
bersama ahli waris disebut Boedel (Sjarif,2005: 11). Harta warisan
juga biasa disebut hartapeninggalan (tarikah/tirkah) yang oleh syara‟
didefinisikan sebagai segalasesuatu yang ditinggalkan seseorang
setelah ia meninggal, baik harta bergerakyang kesemuanya itu harus
diberikan kepada yang berhak.
Permasalahan yang timbul sekarang ini adalah munculnya
suatufenomena di masyarakat saat ini bagaimana jika hak cipta ini
dijadikansebagai harta warisan yang antara pewaris dan ahli warisnya
saling mewarisisatu sama lain. Kalau menurut Pasal 16 Undang-
Undang Hak Cipta No. 28Tahun 2014, mungkin sudah jelas bahwa
hak cipta itu dianggap sebagai bendabergerak yang bisa beralih atau
dialihkan untuk sebagian atau seluruhnya,dengan cara pewarisan,
hibah, wasiat, dijadikan milik negara dan diperjanjikan, dan
pengelolaan serta penerapan waris yang berupa hak cipta.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas
lebih lanjut dalam bentuk skripsi Penerapan Hak Cipta sebagai
Tirkah ( Studi Hak Cipta Buku Karya Habiburrahman El Shirazy).
5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penerapan hak cipta sebagai tirkah atas hak
cipta buku karya Habiburrahman El Shirazy?
2. Bagaimana konsep pengelolaanhak cipta sebagai tirkah atas hak
cipta buku karya Habiburrahman El Shirazy?
3. Bagaimana sikap dari calon ahli waris hak cipta terhadap
penerapan hak cipta sebagai tirkah atas buku karya
Habiburrahman El Shirazy?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan ini diharapkan penulis mampu mengkaji dan
memberi jawaban secara jelas dari permasalahan diatas, yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep penerapan hak cipta sebagai
tirkah atas hak cipta buku karya Habiburrahman El Shirazy.
2. Untuk mengetahui bagaimanakonsep pengelolaan hak cipta
sebagai tirkah atas hak cipta buku karya Habiburrahman El
Shirazy.
3. Untuk mengetahui bagaimana sikap dari calon ahli waris hak cipta
terhadap penerapan hak cipta sebagai tirkah atas buku karya
Habiburrahman El Shirazy.
6
D. Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini
tidak hanya berguna untuk pribadi tetapi juga berguna untuk orang lain.
Kegunaan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kegunaan akademis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pula bagi seluruh
mahasiswa sebagai bahan informasi dan bahan penelitian terhadap
penerapanhak ciptasebagai tirkah.
2. Secara praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk menambah
pengalaman penelitian dalam penelitian terkait dengan
penerapanhak ciptasebagai tirkah.
b. Bagi masyarakat
hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang konsep penerapan hak cipta sebagai tirkah.
c. Bagi lembaga
diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan
pengetahuan mengenai hak cipta.
7
E. Penegasan Istilah
Agar terdapat kejelasan mengenai judul penelitian di atas,
maka penulis perlu menjelaskan makna kata perkata sebagai berikut:
Penerapan adalah pemasangan, pengenaan, perihal
mempraktekan (KBBI, 2007: 674). Penerapan adalah suatu perbuatan
mempraktekan suatu teori atau metode untuk mencapai tujuan tertentu
dan untuk kepentingan yang diinginkan.
Hak cipta adalah Hak Intelektual Property berupa prestasi
berfikir dan berkreasi seseoarang atau kelompok,bersifat asli dan
mendahului produk deriviasi(peniruan) orang lain. Dalam Undang-
undang Hak Cipta (UUHC) pasal 1 ayat 1 hak cipta merupakan hak
eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku (UUHC No 19 Tahun 2002).
Tirkahadalah harta warisan, ialah harta peninggalan pewaris
yang telah siap dibagi kepada para ahli warisnya yang terdiri dari harta
asal sitambah bagian dari harta bersama pewaris dengan pasangan, dan
telah dikeluarkan utang-utang pewaris, serta wasiat bila ada,dan biaya
mayat sejak sakit sampai dimakamkan(Anshary,2005: 12). Hak cipta
terdiri dari hak ekonomi dan hak moral, dimana hak ekonomi
merupakan hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Jadi hak cipta
bisa menjadi harta warisan (Tirkah).
8
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini dimaksudkan menjadi acuan dan
perbandingan. Adapun penelitian terkait yang membahas tentang
konsep pewarisan dalam hak ciptaantara lain:
Pertama, Skripsi Suluh Hening Ariyadi (IAIN Walisongo
Semarang) 2008, dengan judul “Kedudukan Hak Cipta dalam
Hukum Waris (Studi Analisi Keputusan Muktamar Nahdlotul
Ulama ke-28 di Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta
pada tanggal 15-18 November 1989)”. Dalam skripsi ini dapat
disimpulkan menurut keputusan Muktamar Nahdlotul Ulama ke-28 di
pondok pesantren Al-Munawir Kapryak Yogyakarta bahwa
kedudukan hak cipta dalam hukum waris adalah termasuk tirkah
sekalipun harta almarhum yang lain sudah lama dibagi, adapun
kaitanya sebagai zakat adalah seperti hanya mal (harta) biasa. Dan
dalam hukum Islam tirkah adalah apa saja yang ditinggalkan oleh
pewaris baik berupa harta benda maupun hak. Dengan demikian hak
cipta termasuk harta peninggalan yang dapat di wariskan. Dalam
pengambilan keputusan muktamar tentang kedudukan Hak cipta dalam
hukum waris menggunakan metode mażhab fil aqwal (dalam pendapat
hukum) dari mażhab Syafi'i. Hal ini dikarenakan kitab-kitab yang
dijadikan referensi dalam keputusan bahtsul masa‟il menggunakan
kitab-kitab Syafi'i mulai dari yang terkecil Safinat al-Sholah karya
Imam Nawawi sampai yang terbesar al-Umm atau al-Majmu‟. Metode
9
yang digunakan dalam pengambilan keputusan di Lajnah Bahtsul
Masail (LBM) sudah sesuai dengan metode diterapkan dalam hukum
Islam.
Kedua, dalam skripsi Ahmad Syahdu Adzkar Arifin(IAIN
Walisongo Semarang) 2014, dengan judul “Analisis Hukum Islam
tentang HaKI sebagai Harta Bersama dan Harta Waris”. Dalam
skripsi ini di simpulkan bahwa berdasarkan UU No. 1 tahun 1974 dan
KHI HaKI sah dan boleh untuk dijadikan harta waris, karena hak
tersebut memiliki nilai ekonomis yang ketika dimiliki seseorang akan
menjadikan si pemilik mendapat konsepsi property. HaKI bisa
dijadikan harta bersama seperti halnya bisa dijadikan harta waris
karena sebagai harta berupa hak. Dimana menurut pasal91 Komplikasi
Hukum Islam, harta berupa hak bisa dijadikan sebagai harta bersama.
Sedangkan untuk metode pembagian HaKI sebagai harta bersama-
sama seperti bagaimana pembagian materilal dalam harta bersama,
yaitu dengan mendata seluruh harta yang diperoleh dan masih dimiliki
ketika dalam masa perkawinan, kemudian harta tersebut dibagi
menjadi dua.
Ketiga, dalam artikel Eddhie Paptono, SH.MH. dan Noor
Hidayah Hanum dengan judul “Aspek Yuridis Kedudukan Hukum Ahli
Waris Dalam Pewarisan Hak Cipta”. Dalam artikel ini disimpulkan
peralihan Hak kekayaan intekelektual khususnya hak cipta baik
10
seluruhnya maupun sebagian dapat melalui pewarisan, hibah, dan
perjanjian atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan
perundang-undangan. Kedudukan ahli waris dalam pewarisan diatur
dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPdt) dan
Undang- Undang Hak Cipta (UUHC) Nomor. 19 Tahun 2002 (Pasal 2,
Pasal 3 ayat 1 dan 2, Pasal 4 ayat 1 dan 2). Pengaturan pewarisan hak
cipta diatur sesuai dengan hukum waris berdasarkan BW (KUHPdt)
yang mengatur tentang kedudukan harta kekayaanseseorang setelah
meninggal dunia dengan cara-cara perpindahannya harta kekayaan itu
kepada orang lain.
Keempat, dalam skripsi Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba
(Universitas Sumatra Utara ) 2007, dengan judul “Perbandingan
Pengalihan Hak Cipta kepada Ahli Waris secara Pewarisan
menurut KUH Perdata dan menurut Undang-Undang Hak Cipta”.
Dalam skripsi disimpulkan bahwa hak cipta yang menjadi objek
warisan adalah semua hak cipta merupaka objek warisan, karena
sesungguhnya hak cipta merupakan hak kebendaan dan sebagai Hak
Kekayaan Immaterial, sehingga dapat diwariskan oleh setiap ahli waris
yang berhak atas hak ciptaan tersebut. Pembagian hak cipta dalam
waris dilakukan sesuai dengan garis keturunan ke atas maupun ke
bawah yng mempunyai hubungan darah antara si meninggal dunia dan
ahli warisnya dan juga kerabat-kerabat terdekatnya, dan proses
11
pembagiannya sesuai diatur dengan ketentuan KUH Perdata.
Kedudukan hak cipta selanjutnya setelah pembagian warisan adalah
bahwa kedudukan hak cipta tersebut masih tetap diakui dan dilindungi
oleh UUHC dan tetap mengacu pada ketentuan undang-undang
tersebut. Karena sesungguhnya hak cipta yang dimiliki oleh pencipta
yang telah meninggal dunia harus tetap dilestarikan dan dijaga
ciptaannya.
Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada
kedekatan judul dengan judul penelitian yang penulis lakukan.Namun
penelitian penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah
diteliti oleh peneliti lainya.Letak perbedaanya ada pada titik tekan
yang penulis fokuskan.Penulis menitik beratkan pada bagaimana
penerapan dan pengelolaan waris dari harta peninggalan yang berupa
hak cipta.
G. Metode penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan
Yang bertujuan untuk mengetahui, penulis
menggunakan pendekatan Jenis penelitian yang dipergunakan
adalah yuridis normatif, yaitu pendekatan dari sudut kaidah-
kaidah dan pelaksanaan peraturan yang berlaku di dalam
12
masyarakat, yang dilakukan dengan cara meneliti data
sekunder terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan
mengadakan penelitian terhadap data primer yang ada di
lapangan. Sedangkan metode pendekatannya dengan yuridis
empiris adalah penelitian yang berusaha menghubungkan
antara norma hukum yang berlaku dengan kenyataan yang ada
di masyarakat. Penelitian berupa studi yuridis normatif, yaitu
berusaha menemukan proses bekerjanya hukum (Soekanto,
1984: 52).
Penggunakan pendekatan ini dimaksudkan untuk
memahami bagaimana penerapan hak cipta sebagai harta
peninggalan.
b. Jenis Penelitian
jenis penelitian ini yang gunakan nanti adalah
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk
memahami keadaan atau fenomena tentang apa yang dialami
oleh subyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif metode
yang digunakan adalah wawancara, pengamatan dan
pemanfaatan dokumen (Moleong, 2011: 6).
Penelitian ini berusaha untuk mengetahui atau
mendalami bagaimana penerapan hukum waris atas hak cipta
dan bagaimana sikap ahli waris.
13
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai pengumpul data
dilapangan denagn menggunakan wawancara, observasi,
dokumentasi serta alat-alat bantu lain yang mendukung
terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam.
3. Sumber Data
Penulis menggunakan sumber data penelitian berupa :
a. Sumber Data Primer
Adalah sumber data yang langsung didapatkan dari
lapangan atau lokasi penelitian.
1) Informan
Informan adalah orang yang dapat memberikan
informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan
penelitian. Dalam penelitian nanti yang menjadi informan
adalah penulis buku dan novelis Habiburrahman El Shirazy.
2) Dokumen
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer, yaitu dokumen-dokumen berhubungan
dengan,Habiburrahman El Shirazy yang diantaranya karya-
karyanya yang sudah berhak cipta
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang
diperoleh dari berbagai bacaan atau hasil penelitian
14
sebelumnya yang bertema sama. Jadi sumber data lain yang
bisa mendukung penelitian ini adalah dengan telaah pustaka
seperti buku-buku, jurnal atau hasil penelitian sebelumnya
yang meneliti hal serupa.
4. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini akan menggunakan 3 metode pengumpulan data :
a. Observasi
Observasi adalah pengumpulan datadengan jalan
pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis
terhadap fenomena yang diselidiki (Hadi, 1994: 139).
b. Interview
Interview yaitu cara memperoleh keteranagan atau data
dengan mengajukan pertanyaan secara langsung dengan
Habiburrahman El Shirazy dan calon ahli warisnya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengenai hal-hal atau variable yang berupa
catatan, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Dengan
metode ini penulis akan mencari dan mengumpulkan data-data
yang berkaitan dengan penelitian skripsi ini.
5. Analisis Data
Dalam mengalisis data, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif terhadap data primer dan sekunder.Selanjutnya diuraikan
dan disimpulkan dengan memakai metode induktif yaitu
15
pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta
khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum (Sudjana,
1998: 7).
6. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian tang akan peneliti teliti nanti melalui
berbagai tahap yaitu :
a. Tahap sebelum lapangan, yaitu menentukan topik penelitian,
mencari informasi mengenai konsep tirkah, konsep hak
cipta, pembuatan proposal penelitian, menetapkan fokus
penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum
melakukan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu penulis terjun langsung
kelapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti
wawancara kepada informan dan melakukan observasi.
c. Tahap analisis data, apabila semua data telah terkumpul dan
dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-
data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga
bisa memberi arti pada objek yang akan diteliti.
d. Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah
terkumpul dan dianalisis serta dikonsultasikan kepada
pembimbing maka yang akan dilakukan penulis selanjutnya
adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman
penulisan yang telah ditentukan.
16
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas
dalam membaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika hasil
penelitian kajian pustaka, secara garis besar sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, yang merupakan garis-garis besar
pembahasan isi pokok penelitian yang terdirir atas: Latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan
penelitian.
BAB II Kajian pustaka, meliputi pengertian hak cipta menurut
undang-undang dan hukum islam dan pengertiantirkah.
BAB III Paparan data dan hasil penelitian meliputi: biografi
Habiburrahman El Shirazy, paparan umum mengenaipengalihan hak
cipta dan hak cipta sebagai harta warisan.
BAB IV Pembahasan yaitu analisis penerapan hak cipta
sebagai tirkah. Pada bab ini menguraikan tentang jawaban terhadap
pokok permasalahan dari penelitian yaitu tentang penerpan dan
pengelolaan hak cipta sebagai harta warisan dan bagaimana sikap ahli
waris tehadap pengelolan tersebut apakah sudah sesuai dengan hukum
islam.
BABV Penutup yang merupakan kesimpulan dan saran
mengenai persoalan yang telah dijabarkan pada bab bab sebelumnya.
17
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Hak Cipta dalam Undang-Undang dan Hukum Islam
1. Pengertian Hak Cipta
Hak cipta secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan
cipta. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “hak” berarti
suatu kewenangan yang diberikan kepada pihak tertentu yang
sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak (2007; 398).Sedangkan
kata “cipta” atau “ciptaan” tertuju pada hasil karya manusia
dengan menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan,
imajinasi dan pengalaman (2007; 239). Sehingga dapat diartikan
bahwa hak cipta berkaitan erat dengan intelektual manusia.
Secara yuridis, istilah hak cipta telah dipergunakan dalam
Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1982 sebagai pengganti istilah
hak pengarang yang dipergunakan dalam Auteurswet 1912. Hak
cipta adalah hak eksklusif atau yang hanya dimiliki si pencipta
atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil karya
atau hasil olah gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya,
hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan" atau hak
untuk menikmati suatu karya. Hak cipta juga sekaligus
memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi
pemanfaatan, dan mencegah pemanfaatan secara tidak sah atas
18
suatu ciptaan. Mengingat hak eksklusif itu mengandung nilai
ekonomis yang tidak semua orang bisa membayarnya, maka untuk
adilnya hak eksklusif dalam hak cipta memiliki masa berlaku
tertentu yang terbatas.
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima
hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Djaja, 2009: 5).
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta, berbunyi: “Hak Cipta adalah hak eksklusif
pencipta yang timbulsecara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelahsuatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata
tanpamengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuanperaturan
perundang-undangan”.
Dalam pasal ini yang dimaksud dengan hak eksklusif adalah
hak yang semata-mata diperuntukan bagi pemegangnya sehingga
tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa
seizin pemegang. Dalam pengertian “mengumumkan atau
memperbanyak” termasuk kegiatan, mengadaptasi,
mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan,
meminjamkan, mengimpor, memamerkan, merekam, dan
19
merekomendasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun
(Djaja, 2009: 5).
Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan
berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan,
ketrampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang
khas dan bersifat pribadi (pasal 1 ayat 2 UU Nomor 28 Tahun
2014). Ciptaan merupakan hasil setiap karya pencipta yang
menunjukan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan seni,
atau sastra (Djaja, 2009: 6). Ciptaan juga bisa diartikan sesuatu
yang dihasilkan seseorang atau kelompok yang bersifat baru atau
berbeda dengan yang lain, atau berbeda dengan hasil karya yang
sudah ada.
Hak cipta terdiri atas hak ekonomi (economic rights) dan hak
moral (moral rights).Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan
manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait (Sutedi,
2009; 15).Hak terkait adalah hak yang berkaitan dengan hak cipta,
yaitu hak ekslusif bagi pelaku yang memperbanyak atau
menyiarkan petunjukannya bagi produsen rekaman suara untuk
memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau
rekaman bunyinya dan bagi lembaga penyiaran untuk membuat,
memperbanyak, atau menyiarkan karya siaran (pasal 1 ayat 5UU
Nomor 28 Tahun 2014).
20
Hak moral adalah hak yang yang melekat pada diri pencipta
atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa
alasan apapun, walaupun hak cipta atau hak terkait dialihkan
(Sutedi, 2009: 15).Perlindungan hak cipta tidak diberikan kepada
ide atau gagasan karena karya cipta harus memiliki bentuk yang
khas, bersifat pribadi,dan menujukkan keaslian sebagai ciptaan
yang lahir berdasarkan kemampuan, kreatifitas, ataupun keahlian
sehingga ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar.
Jadi, hak cipta merupakan sebuah hak untuk mengumumkan
atau pun memperbanyak suatu ciptaan yang diciptakan seseorang
maupun kelompok yang bersifat baru dan berbeda dengan yang
lain. Dan juga suatu hak untuk memanfaatkan hasil ciptaan
tersebut yang berupa hak ekonomi dari ciptaan yang berupa
royalty.
2. Fungsi dan Sifat Hak Cipta
Pasal 1 undang-undang hak cipta secara tegas menyatakan
dalam mengumumkan atau memperbanyak ciptaan serta memberi
izin untuk itu harus memperhatikan pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pembatasan yang di maksud sudah tentu bertujuan agar dalam
setiap menggunakan atau memfungsikan hak cipta harus dengan
tujuannya.Hak cipta berfungsi untuk mendorong terciptanya hasil
karya yang sangat sulit untuk diabaikan.
21
Dalam setiap perbuatan hukum yang menimbulkan akibat
hukum selalu diletakkan syarat-syarat tertentu. Menurut Vollmar,
penggunaan wewenang tidak memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan oleh undang-undang sudah pasti tidak memperoleh
perlindungan hukum (Saidin, 1997: 39)
Hak cipta tediri dari hak ekonomi (economic rights) dan hak
moral (moral rights).Dimana dengan kedua hak itu maka ciptaan
dapat berfungsi untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan ada hak
yang melekat pada diri pencipta yang tidak dapat dihilangkanatau
dihapus tanpa alasan apapun.
Menurut Ajib Rosidi “lebih darihak milik yang manapun
juga, suatu ciptaan menjalakan fungsi sosialnya melalui
penyebarannya dalam masyarakat, dan selama masyarakat
memerlukannya, selama itu pula hak cipta menjalakan fungsi
sosialnya” (Saidin,1997: 40).
Hak cipta mempunyai beberapa sifat yang melekat (Margono,
2010:14-15) yaitu:
a. Hak Cipta adalah hak eksklusif
Dari definisi hak cipta dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 disebutkan bahwa hak cipta adalah hak eksklusif;
diartikan sebagai hak eksklusif karena hak cipta hanya
diberikan kepada pencipta atau pemilik/ pemegang hak, dan
orang lain tidak dapat memanfaatkannya atau dilarang
22
menggunakannya kecuali atas izin pencipta selaku pemilik hak,
atau orang yang menerima hak dari pencipta tersebut
(pemegang hak).Pemegang hak cipta yang bukan pencipta ini
hanya memiliki sebagian dari hak eksklusif tersebut yaitu
hanya berupa hak ekonominya saja.
b. Hak cipta berkaitan dengan kepentingan umum
Seperti yang telah dijelaskan bahwa hak cipta merupakan hak
eksklusif yang istimewa, tetapi ada pembatasan-pembatasan
tertentu yang bahwa hak cipta juga harus memperhatikan
kepentingan masyarakat atau umum yang juga turut
memanfaatkan ciptaan seseorang. Secara umum, hak cipta atas
suatu ciptaan tertentu yang dinilai penting demi kepentingan
umum dibatasi penggunaannya sehingga terdapat
keseimbangan yang serasi antara kepentingan individu dan
kepentingan masyarakat(kepentingan umum). Kepentingan-
kepentingan umum tersebut antara lain: kepentingan
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kegiatan penelitian dan
pengembangan.
Apabila negara memandang perlu, maka negara dapat
mewajibkan pemegang hak cipta untuk menerjemahkan atau
memperbanyaknya atau pemegang hak cipta dapat memberi
izin kepada pihak lain untuk melakukannya.
23
c. Hak cipta dapat beralih maupun dialihkan
Seperti halnya bentuk-bentuk benda bergerak lainnya, hak cipta
juga dapat beralih maupun dialihkan, baik sebagian maupun
dalam keseluruhannya. Pengalihan dalam hak cipta ini dikenal
dengan dua macam cara, yaitu:
1) „transfer‟: merupakan pengalihan hak cipta yang berupa
pelepasan hak kepada pihak/ orang lain, misalnya karena
pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, dan sebab-
sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan.
2) „assignment‟ : merupakan pengalihan hak cipta dari suatu
pihak kepada pihak lain berupa pemberian izin/ persetujuan
untuk pemanfaatan hak cipta dalam jangka waktu tertentu,
misalnya perjanjian lisensi.
d. Hak cipta dapat dibagi atau diperinci (divisibility)
Berdasarkan praktik-praktik pelaksanaan hak cipta dan juga
norma „Principle of Specification‟ dalam hak cipta, maka hak
cipta dibatasi oleh:
1) Waktu: misalnya lama produksi suatu barang sekian tahun,
2) Jumlah: misalnya jumlah produksi barang sekian unit
dalam satu tahun,
3) Geografis: contohnya sampul kaset bertuliskan “For Sale
in Indonesia Only” atau slogan “Bandung Euy”.
24
3. Ciptaan yang di lindungi
Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak
cipta telah memberikan beberapa kriteria mengenai hasil ciptaan
yang diberikan perlindungan oleh hak cipta sebagai berikut :
Dalam Undang-Undang ini ciptaan yang dilindungi adalah
ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang
mencakup:
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan
semua hasil karya tulis lain;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan
itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan
ilmu pengetahuan;
d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantomim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar,
ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, kolase;
g. Karya seni terapan;
h. Karya arsitektur;
i. Peta;
j. Karya seni batik atau seni motif lain;
25
k. Karya fotografi;
l. Potret;
m. Karya sinematografi;
n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi
ekspresi budaya tradisional;
p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat
dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya;
q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi
tersebut merupakan karya yang asli;
r. Permainan video; dan
s. Program Komputer.
Ciptaan sebagaimana dimaksud diatas dilindungi sebagai
ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan
asli.
Perlindungan dimaksud termasuk perlindungan terhadap
ciptaan yang tidak atau belum dilakukan pengumuman tetapi
sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang memungkinkan
penggandaan ciptaan tersebut.
Selanjutnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 juga
menjelaskan pengertian dari jenis ciptaan yang dilindungi
26
sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan Pasal 40Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 sebagai berikut (Djaja, 2009; 15-
16):
1) Yang dimaksud dengan perwajahan karya tulis adalah karya
cipta yang lazim dikenal dengan "typholographical
arrangement", yaitu aspek seni pada susunan dan bentuk
penulisan karya tulis. Hal ini mencakup antara lain format,
hiasan, komposisi warna dan susunan atau tata letak huruf
indah yang secara keseluruhan menampilkan wujud yang
khas.
2) Yang dimaksud dengan ciptaan lain yang sejenis adalah
ciptaan-ciptaan yang belum disebutkan, tetapi dapat
disamakan dengan ciptaan-ciptaan seperti ceramah, kuliah,
dan pidato.
3) Yang dimaksud dengan alat peraga adalah ciptaan yang
berbentuk dua atau tiga dimensi berkaitan dengan geografi,
topografi, arsitektur, biologi, atau ilmu pengetahuan lainnya.
4) Lagu atau musik dalam undang-undang hak cipta diartikan
sebagai karya yang bersifat utuh, sekalipun terdiri atas unsur
lagu atau melodi, syair atau lirik, dan aransemennya termasuk
notasi.
27
5) Yang dimaksud dengan utuh adalah bahwa lagu atau music
tersebut merupakan satu kesatuan karya cipta.
6) Yang dimaksud dengan gambar antara lain meliputi : motif,
diagram, sketsa, logo, dan bentuk huruf indah, dan gambar
tersebut dibuat bukan untuk tujuan desain industri. Yang
dimaksud kolase adalah komposisi artistik yang dibuat dari
berbagai bahan (misalnya dari kain, kertas, kayu) yang
ditempelkan pada permukaan gambar. Seni terapan yang
berupa kerajinan tangan sejauh tujuan pembuatnya bukan
untuk diproduksi secara masal merupakan suatu ciptaan.
7) Yang dimaksud arsitektur antara lain meliputi : seni gambar
bangunan, seni gambar miniatur, dan seni gambar maket
bangunan.
8) Yang dimaksud dengan peta adalah suatu gambar dari unsur-
unsur alam dan/atau buatan manusia yang berada diatas
ataupun dibawah permukaan bumi yang digambarkan pada
suatu bidang datar dengan skala tertentu.
9) Batik yang dibuat secara konvensional dilindungi dalam
undang-undang hak cipta sebagai bentuk ciptaan tersendiri
karya-karya seperti itu memperoleh perlindungan karena
mempunyai nilai seni baik pada ciptaan motif atau gambar
maupun komposisi warnanya.
28
10) Disamakan dengan pengertian seni batik adalah karya
tradisional lainnya yang merupakan kekayaan bangsa yang
terdapat di berbagai daerah, seperti seni songket, ikat, dan
lain-lain yang dewasa ini terus dikembangkan.
11) Karya sinematografi yang merupakan media komunikasi
massa gambar gerak (moving image) antaralain meliputi :
film dokumenter, film iklan, reportase atau film cerita yang
dibuat dengan sekenario, dan film kartun. Karya
sinematografi dapat dibuat dalam pita seluloid, pita video,
piringan video, cakram optik dan/atau media lain yang
memungkinkan untuk dipertunjukan di bioskop, dilayar lebar
atau ditayangkan di televisi atau di media lainnya. Karya
serupa itu dibuat oleh perusahaan pembuat film, stasiun
televise atau perorangan.
12) Yang dimaksud dengan bunga rampai meliputi : ciptaan
dalam bentuk buku yang berisi karya tulis pilihan, himpunan
lagu-lagu pilihan yang direkam dalam satu kaset, cakram
optik atau media lain, serta komposisi berbagai karya tari
pilihan. Yang dimaksud database adalah komplikasi data
dalam bentuuk apapun yang dapat dibaca oleh mesin
(komputer) atau dalam bentuk lain, yang karena alasan
pemilihan atau pengaturan atas isi data itu merupakan kreasi
intelektual. Pengalihwujudan adalah pengubahan bentuk
29
misalnya dari bentuk patung menjadi lukisan, cerita roman
menjadi drama, drama menjadi sandiwara radio, dan novel
menjadi film.
Dalam Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Ciptadijelaskan bahwa tidak ada hak cipta atas:
a) hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata;
b) setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan
atau data walaupun telah diungkapkan, dinyatakan ,
digambarkan , dijelaskan, atau digabungkan dalam sebuah
ciptaan; dan
c) alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk
menyelesaikan masalah teknis atau yang bentuknya hanya
ditujukan untuk kebutuhan fungsional.
Hal-hal yang tidak termasuk hak cipta adalah hasil rapat
terbuka lembaga negara, peraturan perundang-undangan, pidato
kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah, putusan pengadilan
atau penetapan hakim, dan kitab suci atau simbol keagamaan.
Pasal 42 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta.Hal-hal yang tidak dapat didaftarkan sebagai ciptaan adalah:
ciptaan diluar bidang ilmu pengetahuan, seni, dan satra, ciptaan
yang tidak orisinil, ciptaan yang bersifat abstrak , ciptaan yang
30
sudah merupakan milik umum, ciptaan yang tidak sesuai dengan
ketentuan pada Undang-Undang Hak Cipta.
4. Masa Berlaku Hak Cipta
Sebagaimana diketahui bahwa sejak ciptaan diwujudkan
berakibat munculnya hak cipta terhadap ciptaan tersebut, ini
berarti sejak saat itu hak cipta mulai berlaku. Pencipta resmi
memiliki hak untuk menerbitkan ciptaannya, menggandakan
ciptaannya, mengumumkan ciptaannya, dan melarang pihak lain
untuk melipatgandakan dan/atau menggunakan secara komersial
ciptaannya.
Semua sesuatu tentu ada awalnya dan ada akhirnya. Demikian
juga dengan hak cipta tidak terlepas dari masa berlakunya atau
ada batas waktunya. Masalah berlakunya hak cipta tidak sama
antara ciptaan yang satu dengan ciptaan yang lain. Hak cipta
berlaku dalam jangka waktu terbatas, dan lamanya berbeda-beda
tiap negara. Sebagai suatu hak yang mempunyai fungsi sosial,
maka hak cipta mempunyai masa berlaku tertentu. Hal ini untuk
menghindarkan adanya monopoli secara berlebihan dari si
pencipta.
Di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang hak cipta, jangka waktu berlakunya suatu hak cipta
adalah sebagai berikut:
31
a. Masa Berlaku Hak Moral
Di dalam Pasal 57 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 hak
moral pencipta berlaku tanpa batas waktu dalam hal:
1) Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya
pada salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya
untuk umum;
2) Menggunakan nama aliasnya atau samarannya; dan
3) Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan,
mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat
merugikan kehormatan diri atau reputasinya.
Hak moral pencipta berlaku selama berlangsungnya jangka
waktu hak cipta atas ciptaan yang bersangkutan, yaitu dalam
hal: mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam
masyarakat, dan mengubah judul dan anak judul ciptaan.
b. Masa Berlaku Hak Ekonomi
Pasal 58 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menyatakan
bahwa:
(1) Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan:
a) Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya;
b) Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;
c) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan
dan ilmu pengetahuan;
d) Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e) Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantomim; Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti
lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung,
atau kolase;
f) Karya arsitektur;
g) Peta; dan
32
h) Karya seni batik atau seni motif lain,
berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama
70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia.
(2) Dalam hal ciptaan dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih,
perlindungan hak cipta berlaku selama hidup penciptanya
yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung
selama 70 (tujuh puluh) tahun sesudahnya.
(3) Perlindungan hak cipta atas ciptaan yang dimiliki atau
dipegang oleh badan hukum berlaku selama 50 (lima
puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.
Pasal 59 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menyatakan
bahwa:
(1) Perlindungan hak cipta atas ciptaan:
a) Karya fotografi;
b) Potret;
c) Karya sinematografi;
d) Permainan video;
e) Program Komputer;
f) Perwajahan karya tulis;
g) Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data,
adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil
transformasi;
h) Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau
modifikasi ekspresi budaya tradisional;
i) Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang
dapat dibaca dengan Program Komputer atau media
lainnya;
j) Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi
tersebut merupakan karya yang asli;
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali
dilakukan pengumuman.
(2) Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan berupa karya seni
terapan berlaku selama 25 (dua puluh lima) tahun sejak
pertama kali dilakukan pengumuman.
Negara sebagai pemegang hak cipta atas ekspresi budaya
tradisional (mencakup salah satu atau kombinasi bentuk ekspresi
sebagai berikut:
33
a) Verbal tekstual, baik lisan maupun tulisan, yang berbentuk
prosa maupunpuisi, dalam berbagai tema dan kandungan
isi pesan, yang dapat berupa karya sastra ataupun narasi
informatif
b) Musik, mencakup antara lain vokal, instrumental, atau
kombinasinya;
c) Gerak, mencakup antara lain tarian.
d) Teater, mencakup anatara lain pertunjukan wayang dan
sandiwara rakyat.
e) Seni rupa, baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga
dimensi yang terbuat dari berbagai macam bahan seperti
kulit, kayu, bambu, logam, batu, keramik, kertas, tekstil,
dan lain-lain atau kombinasinya.
Hak atas ciptaannya ditetapkan dalam Pasal 60 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 berlaku tanpa batas
waktu, artinya berlaku sepanjang zaman.
Meskipun hak ciptanya berlaku sepanjang zaman, namun
karena hak cipta atas ciptaan tersebut merupakan milik bersama
(rescommunis), maka siapa pun dapat meniru atau memperbanyak
ciptaan tanpa perlu meminta izin terlebih dahulu dari negara
sebagai pemegang hak cipta, asalkan yang bersangkutan adalah
warga negara Indonesia karena ia ikut memiliki hak ciptanya.
34
Sedangkan negara sebagai pemegang hak cipta atas ciptaan
yang penciptanya tidak diketahui berlaku selama 50 (lima puluh)
tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman.
5. Pendataran Hak Cipta
Disebutkan dalam pasal 35 sampai pasal 40 Undang-Undang
Hak Cipta No 19 Tahun 2002 sebagai berikut:
Pasal 35
(1) Direktorat Jenderal menyelenggarakan pendaftaran ciptaan
dan dicatatdalam Daftar Umum Ciptaan.
(2) Daftar Umum Ciptaan tersebut dapat dilihat oleh setiap
orang tanpa dikenaibiaya.
(3) Setiap orang dapat memperoleh untuk dirinya sendiri suatu
petikan dariDaftar Umum Ciptaan tersebut dengan dikenai
biaya.
(4) Ketentuan tentang pendaftaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidakmerupakan kewajiban untuk mendapatkan hak
cipta.
Pasal 36
Pendaftaran Ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan tidak
mengandung artisebagai pengesahan atas isi, arti, maksud, atau
bentuk dari ciptaan yangdidaftar.
Pasal 37
(1) Pendaftaran ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan dilakukan
ataspermohonan yang diajukan oleh pencipta atau oleh
pemegang hak ciptaatau kuasa.
(2) Permohonan diajukan kepada Direktorat Jenderal dengan
surat rangkap 2(dua) yang ditulis dalam bahasa Indonesia
dan disertai contoh ciptaan ataupenggantinya dengan
dikenai biaya.
(3) Terhadap permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), DirektoratJenderal akan memberikan keputusan paling
lama 9 (sembilan) bulanterhitung sejak tanggal diterimanya
permohonan secara lengkap.
(4) Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
konsultan yang terdaftarpada Direktorat Jenderal.
35
(5) Ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara untuk dapat
diangkat danterdaftar sebagai konsultan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diaturlebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang syarat dan tata cara
permohonan ditetapkandengan Keputusan Presiden.
Pasal 38
Dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dari seorang atau
suatu badan hukum yang secara bersama-sama berhak atas suatu
ciptaan, permohonantersebut dilampiri salinan resmi akta atau
keterangan tertulis yang membuktikan hak tersebut.
Pasal 39
a. Dalam Daftar Umum ciptaan dimuat, antara lain:
b. Nama pencipta dan pemegang hak cipta
c. Tanggal penerimaan surat permohonan
d. Tanggal lengkapnya persyaratan menurut Pasal 37, dan
e. Nomor pendaftaran ciptaan.
Pasal 40
(1) Pendaftaran ciptaan dianggap telah dilakukan pada saat
diterimanyapermohonan oleh Direktorat Jenderal dengan
lengkap menurut Pasal 37,atau pada saat diterimanya
permohonan dengan lengkap menurut Pasal 37dan Pasal 38
jika permohonan diajukan oleh lebih dari seorang atau
satubadan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38.
(2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diumumkan dalam BeritaResmi Ciptaan oleh Direktorat
Jenderal.
6. Hak Ekonomi dan Hak Moral
Hak cipta berhubungan dengan kepentingan-kepentingan yang
bersifat ekonomi (economic rights). Adanya kepentingan-
kepentingan yang bersifat ekonomi di dalam hak cipta tersebut,
merupakan suatu perwujudan dari sifat hak cipta itu sendiri, yaitu
bahwa ciptaan-ciptaan yang merupakan produk olah pikir manusia
36
itu mempunyai nilai, karena ciptaan-ciptaan tersebut merupakan
suatu bentuk kekayaan, walaupun bentuknya tidak berwujud.
Bagi manusia yang menghasilkan karya cipta tersebut memang
memberikan kepuasan, tetapi dari segi yang lain karya cipta
tersebut sebenarnya juga memiliki arti ekonomi. Hal ini rasanya
perlu dipahami, dan tidak sekedar menganggapnya semata-mata
sebagai karya yang memberikan kepuasan batiniah, bersifat
universal dan dapat dinikmati oleh siapapun, dimanapun dan
kapanpun juga, apalagi dengan sikap bahwa sepantasnya hak itu
dapat diperoleh secara cuma-cuma.
Hak ekonomi ini diperhitungkan karena hak kekayaan
intelektual dapat digunakan/dimanfaatkan oleh pihak lain dalam
perindustrian atau perdagangan yang mendatangkan keuntungan
(Muhammad, 2001: 19). Hak ekonomi tersebut adalah hak yang
dimiliki oleh seseorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan
atas ciptaannya.Hak ekonomi pada setiap undang-undang selalu
berbeda, baik terminologinya, jenis hak yang diliputnya, dan
ruang lingkup dari tiap jenis hak ekonomi tersebut. Dalam Pasal 9
ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta, menyatakan bahwa pencipta atau pemegang hak cipta
memiliki hak ekonomi untuk melakukan:
a. Penerbitan Ciptaan
b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya
37
c. Penerjemahan Ciptaan
d. Pengadaplasian, pengaransemenan, pentransformasian Ciptaan
e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya
f. PertunjukanCiptaan
g. Pengumuman Ciptaan
h. Komunikasi Ciptaan, dan
i. Penyewaan Ciptaan.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 juga
menjelaskan pengertian dari jenis ciptaan yang dilindungi
sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan Pasal 40Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 sebagai berikut:
1) Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya
Dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b menyatakan bahwa
penggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara
menggandakan satu salinan ciptaan dan/atau fonogram atau
lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen
atau sementara. Penggandaansama dengan perbanyakan, yaitu
menambah jumlah sesuatu ciptaan dengan pembuatan yang
sama, hampir sama, atau menyerupai ciptaan tersebut, dengan
menggunakan bahan yang sama, maupun tidak sama;
termasuk mengalihwujudkan sesuatu ciptaan. Bentuk
38
perbanyakan ini biasa dilakukan dengan peralatan tradisional
maupun modern.
2) Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian
ciptaan
Adaptasi adalah mengalihwujudkan suatu ciptaan menjadi
bentuk lain, sebagai contoh dari buku menjadi film. Karya
lain dari hasil transformasi adalah merubah format ciptaan
menjadi format bentuk lain, sebagai contoh musik pop
menjadi musik dangdut.
3) Pendistribusian ciptaan atau salinannya
Dalam Pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa pendistribusian
adalah penjualan, pengedaran dan/atau penyebaran ciptaan
dan/atau produk hak terkait.Hak distribusi adalah hak yang
dimiliki pencipta untuk menyebarkan kepada masyarakat
setiap hasil ciptaannya dengan maksud agar ciptaan tersebut
dikenal oleh masyarakat.Hak ekonomi untuk melakukan
pendistribusian ciptaan ini tidak berlaku terhadap ciptaan atau
salinannya yang telah dijual atau yang telah dialihkan
kepemilikan ciptaan tersebut kepada siapapun.
4) Pertunjukan ciptaan
Hak pertunjukan ciptaan (Public Performance
Right)merupakan hak yang dimiliki oleh para pemusik,
39
dramawan, maupun seniman lainnya yang karyanya dapat
terungkap dalam bentuk pertunjukan. Pada Pasal 13 dikatakan
bahwa pelaku pertunjukan adalah seorang atau beberapa
orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
menampilkan dan mempertunjukkan suatu ciptaan.Setiap
orang atau pihak yang ingin menampilkan, atau
mempertunjukkan suatu karya cipta harus meminta izin dari
si pemilik hak untuk mempertunjukan (performings rights)
tersebut.
5) Pengumuman ciptaan
Pengumuman sendiri berdasarkan pasal 1 angka 11 adalah
pembacaan, penyiaran, pameransuatu ciptaan dengan
menggunakan alat apapun baik elektronik atau non elektronik
atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan
dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.
6) Komunikasi ciptaan, dan
Pasal 1 angka 16 menyatakan bahwa komunikasi adalah
pentranmisian suatu ciptaan, pertunjukan, atau fonogram
melalui kabel atau media lainnya selain penyiaran sehingga
dapat diterima oleh publik, termasuk penyediaan suatu
40
ciptaan, pertunjukan, atau fonogram agar dapat diakses publik
dari tempat dan waktu yang dipilihnya.
7) Penyewaan ciptaan
Hak cipta sebagai hak ekonomi dapat dilihat dari penerapan
hak eksklusif, seorang pencipta/pemegang hak cipta
melakukan perbanyakan ciptaan kemudian dijual di pasaran,
maka ia memperoleh keuntungan materi dari perbanyakan
ciptaan tersebut.
Demikian pula dengan memberi izin kepada pihak lain untuk
memproduksi, memperbanyak dan menjual hasil copy-an ciptaan
adalah bukan semata-mata karena perbuatan memberi izin saja
melainkan pencipta/pemegang hak cipta juga bertujuan untuk
memperoleh keuntungan dari perbuatan tersebut. Hal ini memang
wajar, pencipta/pemegang hak cipta ikut serta mendapat bagian
keuntungan, karena pihak yang diberi izin mendapatkan
keuntungan dari penerimaan izin tersebut.
Sejalan dengan itu Muhammad (2001: 46) mengatakan,
bahwa hak ekonomi tersebut berupa keuntungan sejumlah uang
yang diperoleh karena penggunaan sendiri hak kekayaan
intelektual atau karena penggunaan pihak lain berdasarkan lisensi.
Dalam perjanjian lisensi hak cipta selain memperjanjikan izin
menggunakan hak cipta juga memperjanjikan pembagian
41
keuntungan yang diperoleh penerima lisensi dengan pemberi
lisensi.
Berbicara tentang hak cipta tidak dapat dipisahkan dari
masalah moral karena di dalam hak cipta itu sendiri melekat hak
moral sepanjang jangka waktu perlindungan hak cipta masih ada.
Masalah moral muncul disebabkan pada dasarnya setiap orang
mempunyai keharusan untuk menghormati atau menghargai karya
cipta orang lain. Dengan kata lain, hak moral merupakan
penghargaan moral yang diberikan masyarakat kepada seseorang
karena orang tersebut telah menghasilkan suatu ciptaan atau karya
tertentu yang bermanfaat bagi masyarakat. Penghargaan moral ini
tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud pemberian
kekuasaan atau wewenang tertentu kepadanya untuk melakukan
sesuatu dan orang lain tidak dapat dengan sesuka hatinya
mengambil maupun mengubah karya cipta seseorang menjadi atas
namanya. Hak moral adalah hak yang melindungi kepentingan
pribadi atau reputasi pencipta.
Hak moral melekat pada pribadi pencipta. Apabila hak cipta
dapat dialihkan kepada pihak lain, maka hak moral tidak dapat
dipisahkan dari pencipta dan penemu karena bersifat pribadi atau
kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan
nama baik, kemampuan dan integritas yang hanya dimiliki oleh
42
pencipta atau penemu. Kekal artinya melekat pada pencipta atau
penemu selama hidup bahkan setelah meninggal dunia.
Sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014, hak moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada
diri pencipta untuk:
a) Tetap mencantumkan atau tidak tidak mencantumkan
namanya pada salinanan sehubungan dengan pemakaian
ciptaanya untuk umum.
b) Menggunakan nama aliasnya atau nama samarannya.
c) Mengubah ciptannya sesuai dengan kepatutan dalam
masyarakat.
d) Mengubah judul dan anak judul ciptaan; dan
e) Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan,
mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat
merugikan kehormatan diri atau reputasinya (distorsi
ciptaan adalah tindakan pemutarbalikan suatu fakta atau
identitas ciptaan. Mutilasi ciptaan adalah proses atau
tindakan menghilangkan sebagian ciptaan. Modifikasi
ciptaan adalah pengubahan atas ciptaan).
Hak moral tidak dapat dialihkan dengan alasan apapun
selama pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut
dapat dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan setelah pencipta
43
meninggal dunia (Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta).
Apabila terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral setelah
pencipta meninggal dunia, maka penerima pengalihan
pelaksanaan hak moral tersebut dapat memilih apakah menerima
atau menolak pengalihan pelaksanaan hak moral
tersebut.Penerima dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan
haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak
tersebut dinyatakan secara tertulis.
B. Hukum Kewarisan Islam
1. Pengertiaan Waris
Dalam kehidupan setiap manusia, pada umumnya mengalami
tiga peristiwa penting, yaitu: kelahiran,perkawinan,dan kematian,
dimana peristiwa-peristiwa penting tersebut menimbulkan akibat
hukum. Peristiwa kelahiran seseorang menimbulkan akibat-akibat
hukum, seperti timbulnya hubungan hukum antara anak kepada orang
tua dimana anak harus menghormati dan mematuhi apa yang
disampaikan orang tua,saudara, dan dengan keluarga pada umumnya.
Peristiwa perkawinan menimbulkan akibat-akibat hukum yang
kemudian diatur dalam hukum perkawinan, misalnya menimbulkan
hak dan kewajiban antara suami isteri. Peristiwa kematian juga
merupakan peristiwa yang penting, sebab kematian juga akan
44
menimbulkan hukum kepada orang lain,terutama kepada keluarga, dan
pihak-pihak tertentu yang mempunyai hubungan dengan dengan orang
tersebut semasa hidupnya,dikala terjadi kematian terhadap seseorang
maka akan timbul persoalan yang berhubungan dengan warisan,
hutang-piutang dari orang yang meninggal tersebut.
Para fuqaha mendefinisikan hukum kewarisan Islam sebagai
suatu ilmu yang dengan dialah dapat kita ketahui orang yang
menerima pusaka, orang yang menerima pusaka, serta kadar yang
diterima tiap-tiap ahli waris dan cara membaginya (Budiono, 1991: 1).
Dalam pengertian ini menekankan segi orang yang mewarisi, orang
yang tidak menerima waris, besarnya waris yang diterima oleh ahi
waris, dan cara pembagian harta warisan kepada ahi waris.
Menurut Subekti (2003: 95)mengatakan bahwa dalam hukum
waris menurut KUHPerdata berlaku suatu asas: “apabila seseorang
meninggal dunia, maka seketika itu juga segala hak dan kewajibannya
beralih kepada sekalian ahli warisnya”. Hak- hak dan kewajiban
dimaksud, yang beralih kepada ahli waris adalah termasuk ruang
lingkup harta kekayaan atau hanya hak dan kewajiban yang dapat
dinilai dengan uang.
Hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang peralihan
harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal (tirkah)
serta akibatnya bagi para ahli warisnya (Perangin, 2010: 3). Pada
asasnya hanya hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam lapangan
45
hukum kekayaan/ harta benda saja yang dapat diwaris. Beberapa
pengecualian, seperti hak seorang bapak untuk menyangkal sahnya
seorang anak dan hak seorang anak untuk menuntut supaya dinyatakan
sebagai anak dari bapak atau ibunya (kedua hak itu termasuk dalam
lapangan hukum kekeluargaan) dinyatakan oleh undang-undang
diwarisi oleh ahli warisnya.
Pasal 830 menyebutkan ,”Pewarisan hanya berlangsung karena
kematian”.
Jadi, harta peninggalan baru terbuka jika si pewaris telah
meninggal dunia, dan saat ahli waris masih hidup ketika warisan
terbuka.Dalam hal ini, ada ketentuan khusus dalam Pasal 2
KUHPerdata, yaitu anak yang dalam kandungan seorang perempuan
dianggap sebagai telah dilahirkan bila kepentingan si anak
menghendakinya. Apabila anak tersebut meninggal sewaktu
dilahirkan, maka ia dianggap tidak pernah ada. Jadi, seorang anak
yang lahir disaat ayahnya telah meninggal, maka ia berhak mendapat
warisan.
Menurut KUHPerdata sebab seseorang menerima warisan karena
adanya hubungan nashab/kekerabatan dan karena perkawinan. :
“anak-anak atau sekalian keturunan mereka, biar di lahirkan
dari lain-lain perkawinan sekalipun,mewarisi dari kedua orang
tua, kakek,nenek,atau semua keluarga sedarahmereka
selanjutnya dalam garis lurus keatas,dengan tiada perbedaan
antara lelaki atau perempuan dan tiada perbedaan berdasarkan
kelahiran lebih dahulu,mereka mewarisi kepala demi kepala,
jika dengan si meninggal mereka bertalian keluarga dalam
46
derajat ke satu dan masing-masing mempunyai hak karena diri
sendiri”.
Dalam KUHPerdata hukum waris merupakan bagian dari
hukum harta kekayaan sehingga pengaturan hukum terdapat dalam
Buku II KUHPerdata yang mengatur tentang benda.
2. Dasar Hukum Waris
Hukum waris Islam merupakan satu dari sekian hukum Islam
yang terpenting, keutamaannya terletak pada kejelasan uraian di dalam
Al-Qur‟an. Melalui hukum waris Islam akan lahir sebuah wacana baru
dan pengertian baru tentang Islam dan keadilannya.Di antara aturan
yang mengatur hubungan sesama manusia yang di tetapkan Allah
adalah tentang harta warisan, yaitu harta dan pemilikan yang timbul
sebagai akibat dari kematian. Harta yang ditinggalkan oleh seseorang
yang telah meninggal memerlukan pengaturan tentang siapa yang
berhak menerima, berapa jumlahnya dan bagaimana cara
mendapatkannya.
47
Dasar hukum waris terdapat dalam beberapa sumber hukum
Islam diantaranya sebagai berikut:
a. Al Qur‟an
1) Al Qur‟an Surat An-Nisaa‟ ayat 7
Artinya; “bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta
peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang
wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan
ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak
menurut bahagian yang telah ditetapkan”.(An-
Nisaa‟:7)
Menurut Zainuddin Ali (2008: 34) dalam surat An-
Nisaa‟ ini mengandung beberapa garis hukum kewarisan Islam,
yaitu bagi laki-laki ada pembagian harta warisan dari harta
peninggalan ibu-bapaknya. Bagi keluarga dekat laki-laki ada
pembagian harta warisan dari harta peninggalan keluarga
dekatnya, baik laki-laki maupun perempuan. Bagi anak
perempuan ada pembagian harta warisan dari harta peninggalan
ibu-bapaknya. Bagi keluarga dekat perempuan ada pembagian
harta warisan dari harta peninggalan keluarga dekatnya, baik
laki-laki maupun perempuan. Ahli waris yang disebutkan diatas,
ada yang mendapat harta warisan sedikit ada juga yang
48
mendapat banyak dimana ketentuan pembagian harta warisan
ditetapkan oleh Allah.
2) Al Qur‟an Surat An-Nisaa‟ ayat 11
مس مخو حظ الوخييه فإن مهه وساء لدمم ىيره في أ يصينم للاه
احدة فيا إن ماوت ق احىتيه فيهه حيخا ما تسك ف
ا تسك إن مان ى دض ممه احد مىما اىس ىنو ي لب اىىصف
ة اىخيج فإن مان ى إخ اي فلم زح أب ىد ىد فإن ىم ينه ى
أبىاؤمم ديه آباؤمم صيهة يصي با أ دض مه بعد اىس فلم
مان عييما إنه للاه م أقسب ىنم وفعا فسيضة مه للاه ل تدزن أي
﴾١١:حنيما ﴿اىىساء
Artinya;”Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka
untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak
lelaki sama dengan bagahian dua orang anak
perempuan, dan jika anak itu semuanya perempuan
lebih dari dua. Maka bagi mereka dua pertiga dari harta
yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang
saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua
orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari
harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu
mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya
(saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang
meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka
ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat
atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang
tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa
di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya
bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (An-
Nisaa‟:11)
49
3) Al Qur‟an Surat An-Nisaa‟ ayat 12
ىد فإن مان ىهه اجنم إن ىم ينه ىهه ىنم وصف ما تسك أش
صيهة يصيه با أ ا تسمه مه بعد بع ممه ىد فينم اىس
ىد ىد فإن مان ىنم ا تسمتم إن ىم ينه ىنم بع ممه ىهه اىس ديه
إن ديه صيهة تصن با أ ا تسمتم مه بعد فيهه اىخمه ممه
احد مىما أخت فينو ى أخ أ امسأة مان زجو يزث ملىة أ
ىل فم شسماء في اىخيج مه بعد دض فإن ماوا أمخس مه ذ اىس
عييم للاه صيهة مه للاه ديه غيس مضاز با أ صيهة يص
﴾١٢:حييم ﴿اىىساء
Artinya: “dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai
anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah
dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar
hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu
mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari
harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu
buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang
mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan
ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang
saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan
(seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara
itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih
dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu,
sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar
hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris).
(Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang
benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Penyantun”.(An-Nisaa‟;12)
50
b. Al Hadits
Selain Al-qur‟an hukum kewarisan juga berdasarkan al
hadist, adapun hadis yang berhubungan dengan warisan sebagai
berikut:
1. Hadits Rosulullah dari Huzail bin Syuruhbil
Hadits Rosulullah dari Huzail bin Syuruhbil yang diriwayatkan
oleh Bukhari dalam kitab Sahih Al Bukhari jilid 8. Abu Musa
ditanya tentang pembagian harta warisan seorang anak
perempuan, cucu perempuan dari anak laki-aki dan saudara
perempuan. Abu Musa berkata; “untuk anak perempuan
seperdua dan untuk saudara perempuan seperdua. Datanglah
kepeda Ibnu Mas‟ud, tentu dia akan mengatakan seperti itu
pula”. Kemudian ditanyakan kepada Ibnu Mas‟ud dan ia
menjawab; “saya menetapan atas dasar apa yang telah
ditetapkan oleh Rasulullah, yaitu untuk anak perempuan
seperdua, untuk melengkapi dua pertiga cucu cucu seperenam,
dan selebihnya untuk saudara perempuan” (Ali, 2008: 36).
2. Hadits Rosulullah dari Abu Hurairah
Hadits Rosulullah dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh
Bukhari dalam kitab Sahih Al Bukhari jilid 8, Abu Hurarah
menceritakan bahwa Rasulullah bersabda;”Aku lebih dekat
kepada orang-orang mukmin dari mereka itu sendiri antara
sesamanya. Oleh karena itu, bila ada orang yang meninggal dan
51
meninggalkan utang yang tidak dapat dibayarknya (tidak dapat
dilunasi dari harta peninggaannya) maka kewajibankulah untuk
membayarnya. Dan jika dia meninggalkan harta (saldo yang
aktif) maka harta itu untuk ahil warisnya”(Ali, 2008: 41).
3. Sistem Pewarisan
KUHPerdata tidak membedakan antara anak laki-laki dan anak
perempuan, antara suami dan istri. Mereka berhak mewaris dengan
mendapat bagian yang sama. Bagian anak laki-laki sama dengan anak
perempuan. Bagian seorang istri atau suami sama dengan bagian anak
jika dari perkawinan itu dilahirkan anak.
Apabila dihubungkan dengan sistem keturunan, KUHPerdata
menganut sistem keturunan bilateral. Setiap orang itu menghubungkan
dirinya ke dalam keturunan ayah ataupun keturunan ibunya. Artinya,
ahli waris berhak mewaris dari ayah jika ayah meninggal dan berhak
mewaris dari ibu jika ibu meninggal (Muhammad, 2011: 197).
Apabila dihubungkan dengan sistem pewarisan, KUHPerdata
menganut sistem pewarisan individual. Artinya, sejak terbuka waris
(pewaris meninggal) harta warisan (peninggalan) dapat dibagi- bagi
pemilikannya antara para ahli waris. Setiap ahli waris berhak
menuntut bagian warisan yang sama yang menjadi haknya. Serta
hukum pewarisan KUHPerdata menganut sitem penderajatan.Artinya,
ahli waris yang derejatnya lebih dekat dengan si pewaris menutup ahli
waris yang lebih jauh derejatnya.
52
Jika dibandingkan dengan hukum pewarisan Islam, antara sistem
pewarisan KUHPerdata dengan sistem pewarisan Islam terdapat
persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah baik hukum
pewarisan KUHPerdata maupun hukum pewarisan Islam menganut
sistem pewarisan individual bilateral. Perbedaanya terletak pada
besarnya bagian yang diterima oleh ahli waris, misal: (Muhammad,
2011: 197).
a. Bagian anak laki- laki dua kali bagian anak perempuan.
b. Suami mendapat seperdua dari harta peninggalan istri jika tidak
mempunyai anak; suami mendapat seperempat dari harta
peninggalan istri jika mempunyai anak.
c. Istri mendapat seperempat dari harta peninggalan suami jika tidak
mempunyai anak; istri mendapat seperdelapan dari harta
peninggalan suami jika mempunyai anak.
Sedangkan jika dibandingkan dengan pewarisan menurut
hukum adat di Indonesia, hukum pewarisan adat masih sulit
memperoleh ketentuan yang seragam karena masih dipengaruhi oleh
bermacam garis keturunan, yaitu garis keturunan patrilineal,
matrilineal, dan bilateral(parental).Bermacam garis keturunan ini
menimbulkan bermacam corak pula pada sistem pewarisan, yaitu
sistem pewarisan individual, sistem pewarisan kolektif, dan sistem
53
pewarisan mayorat yang masing- masing sistem pewarisan tersebut
mempunyai ciri tertentu.
4. Syarat dan Rukun Waris
a. Syarat-syarat waris
Syarat-syarat adanya pelaksanaan hukum kewarisan Islam ada 3
syarat, yaitu:
1) Kepastian meninggal dunianya orang yang mempunyai harta
(pewaris)
Yang dimaksud dengan meninggal dunia disini adalah baik
meninggal dunia hakiki (sejati), meninggal dunia hukmi
(menurut putusan hakim), dn meninggal dunia taqdiri (menurut
dugaan) (Budiono, 1999: 10). Dalam pasal 830 KUHPerdata
juga menyebutkan bahwa pewarisan hanya berlangsung karena
kematian. Tanpa ada kepastian bahwa pewaris meninggal
dunia, maka warisan tidak boleh dibagikan kepada ahi waris.
2) Kepastian hidupnya ahli waris ketika pewaris meninggal dunia
Hidupnya ahli waris harus jelas pada saat pewaris meninggal
dunia.Ahli waris merupakan pengganti untuk menguasai
warisan yang ditinggalkan oleh pewaris.
3) Diketahui sebab-sebab status masing-masing ahli waris
Penetapan pemilikan harta meninggal dan ahli waris hidup
sebagai syarat mutlak menentukan terjadinya kewarisan dalam
54
hukum Islam. Berarti hukum kewarisan Islam bertujuan untuk
menyelesaikan secara tuntas masalah harta warisan orang yang
meninggal, orang hilang tanpa kabar, dan anak yang hidup
dalam kandungan sebagai ahli waris menunjukkan bahwa
hukum kewarisan Islam mempunyai karakteristik dalam
menyelesaikan semua permasalahan yang mungkin timbul
dalam kasus kewarisan.
b. Rukun-rukun waris
Menurut hukum kewarisan Islam, rukun kewarisan ada tiga, yaitu;
1) Al-muwarris (pewaris)
Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya beragama
Islam, meninggalkan harta warisan dan ahli waris yang masih
hidup. Istilah secara khusus dikaitkan dengan suatu proses
pengalihan hak atas harta dari seseorang yang telah meniggal
dunia kepada keluarga yang masih hidup (Ali, 2008; 46). Oleh
karena itu, sesorang yang masih hidup dan pengalihkan haknya
kepada keluarganya tidak dapat disebut pewaris, meskipun
pengalihan itu dilakukan pada saat menjelang kematian.
2) Al-waris(ahli waris)
Ahli waris adalah orang yang berhak mewaris karena
hubungan kekerabatan (nasab) atau hubungan perkawinan
(nikah) dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang
karena hukum untuk menjadi ahli waris (Ali, 2008; 47).
55
3) Harta warisan/ harta peninggalan (tirkah)
Harta warisan adalah harta bawaan ditambah dengan bagian
dari harta bersama sesudah digunakan keperluan pewaris dalam
selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah,
dan pembayaran utang serta wasiat pewaris (Ali, 2008; 47).
C. Tirkah (Harta Warisan)
1. Pengertian tirkah
Harta peninggalan (tirkah) ialah harta waris yang akan
dibagikan kepada ahli warisnya. Harta peninggalan (tirkah) dapat
diartikan juga sebagai harta secara keseluruhannya yang terlihat ada
hubungan kepemilikannya dengan pewaris, kemudian dikurangi
dengan hutang dan wasiat bila ada (Thalib, 1995: 95).
Tirkah adalah harta warisan, ialah harta peninggalan pewaris
yang telah siap dibagi kepada para ahli warisnya yang terdiri dari
harta asal ditambah bagian dari harta bersama pewaris dengan
pasangan, dan telah dikeluarkan utang-utang pewaris, serta wasiat
bila ada, dan biaya mayat sejak sakit sampai dimakamkan (Anshary,
2005: 12).
Dari ketentuan definisi diatas dapat ditegasakan bahwa yang
dikatakan harta warisan / tirkah adalah harta peninggalan pewaris
yang telah siap dibagi kepada ahli warisnya yang terdiri dari harta
56
asal di tambah harta bersama pewaris dengan pasangann yang hidup
lebih lama dan telah dikeluarkan utang- utang pewaris, serta wasiat
bila ada dan biaya pengurusan mayat sejak sakit sampai dalam
pemakaman.
Adapun pengertian lain mengatakan tarikah atau tirkah, dalam
pengertian secara bahasa adalah searti dengan mirats atau harta yang
ditinggalkan. Karenanya, harta yang ditinggalkan oleh seseorang
pemilik harta, untuk ahli warisnya, dinamakan tarikah si mati
(tarikatul mayyiti).
Para fuqoha berbeda pendapat dalam memaknakan tirkah
secara istilah. Menurut jumhur fuqohat berpendapat bahwa, tirkah itu
ialah apa yang ditinggalkan oleh seseorang sesudah dia meninggal,
baik berupa harta maupaun merupakan hak yang bersifat harta atau
hak yang lebih kuat unsur harta terhadap hak perorangan, tanpa
melihat siapa yang berhak menerimanya. Maka segala yang
ditinggalkannya oleh seseorang yang sudah wafat, baik berupa
hutang-hutang yang berpautan dengan benda seperti hutang
menggadaikan sesuatu, atau hutang piutang dengan tanggung
jawabnya sendiri, seperti hutang mas kawin.
Secara umum, harta peninggalan (tirkah) berarti semua yang
ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia yang dibenarkan oleh
syariat untuk diwarisi oleh pada ahli warisnya. Dengan pengertian
ini, maka peninggalan mencakup hal-hal berikut ini:
57
a. Kebendaan dan sifat-sifat yang mempunyai nilai kebendaan.
Misalnya benda tak-bergerak (rumah, tanah, kebun), benda
bergerak, (kendaraan), piutang pewaris yang menjadi
tanggungan orang lain, hak cipta sebuah karya buku dimana
dengan ciptaannya tersebut dapat dijual dan menghasilkan
royalti, uang pengganti qishash karena tindakan pembunuhan
yang diampuni atau karena yang membunuh adalah ayahnya
sendiri, dan sebagainya.
b. Hak-hak kebendaan.
Misalnya hak monopoli untuk mendayagunakan dan menarik
hasil dari suatu jalan lalu-lintas, sumber air minum, irigasi, dan
lain-lain.
c. Hak-hak yang bukan kebendaan.
Misalnya hak khiyar, hak memanfaatkan barang yang
diwasiatkan, dan sebagainya.
d. Benda-benda yang bersangkutan dengan hak orang lain.
Misalnya benda-benda yang sedang digadaikan oleh pewaris,
barang-barang yang dibeli oleh pewaris ketika ia masih hidup
yang harganya sudah dibayar tetapi barangnya belum diterima,
dan sebagainya.
Jadi, tirkah adalah seluruh harta yang ditinggalkan yang
sudah dikurang hutang dan wasiat dan sudah dikurangi biaya
58
perawatan selama sakit dan pemakaman pewaris, dan harta tersebut
siap untuk dibagikan kepada ahli warisnya.
2. Hak-hak yang berkaitan dengan tirkah
Berkaitan dengan tarikah/tirkah beberapa hak yang harus dipenuhi
secara tertib (berurutan) sehingga apabila hak yang pertama, atau
yang kedua menghabiskan segala tirkah, tidaklah lagi berpindah
kepada hak-hak yang lain. Hak-hak yang berkaitan dengan tirkah
sebagai berikut:
a. Tajhiz
Tajhizialah segala yang diperlukan oleh seseorang meninggal
sejak dari wafat sampai kepada menguburnya, seperti: belanja,
memandikan, mengkafankannya, mengkuburkannya dan
segalanya yang diperlukan sampai diletakannya ke tempat yang
terakhir (Shiddieqy, 1997: 13). Hak ini yang harus diambil dari
jumlah tarikh sebelum diambil hak-hak yang lain.
Dalam mengeluarkan belanja-belanja ini, haruslah dituruti apa
yang dipandang ma‟ruf oleh agama, yakni tanpa berlebih-lebihan
dan tanpa pula terlalu menyedikitkan. Dan hal ini berbeda
menurut pandangan orang yang meninggal itu. Keperluan ini
didahulukan atas membayar hutang, walaupun hutang itu
berkaitan dengan suatu benda, seperti hutang orang yang
menggadaikan barangya.
59
b. Pelunasan hutang
Dalam pandangan Islam, hutang pewaris tidak menjadi warisan
atau tidak dibebankan kepada ahli waris, akan tetapi ahli waris
hanya membantu membayarkan hutangnya pewaris dengan
hartanya pewaris.
Pembayaran hutang itu didahulukan dari pada membagikan harta
warisan kepada ahli waris, sebab terdapat hak orang lain didalam
harta peninggalan pewaris. Ada dua macam hutang: hutang
kepada Allah SWT, seperti haji (niat pergi waktu masih hidup),
nadzar, membayar kifaratdan hutang kepada manusia, seperti
hutang uang.
Menurut pendapat madzhab Hanafiah, hutang kepada Allah SWT
seperti hutang zakat, kafarat dan nazar, tidak diambil dari tirkah.
Walaupun jumhur fuqaha sependapat dalam menetapkan bahwa
hutang kepada Allah SWT, diambil dari harta tirkah dan
didahulukan terhadap wasiat, namun mereka berbeda pendapat
dalam tertib (urutan) penunainnya. Ada yang mengatakan, bahwa
hutang-hutang kepada Allah SWT didahulukan tarhadap hutang-
hutang kepada sesama manusia demikiannlah madzhab
Syafi‟iyah (Shiddieqy, 1997: 15). Sedangkan dalam hutang
kepada sesama manusia dibayarkan menggunakan tirkah sesuai
dengan hutang pewaris.
c. Penunaian wasiat
60
Wasiat yaitu memberikan sesuatu kepada seseorng yang dipilih
oleh yang meninggal, tanpa imbalan apa-apa baik yang
diwasiatkan itu merupakan benda, ataupun berupa ma‟rifat. Hak
menuanaikan wasiat yang meninggal dalam batas-batas yang
dibenarkan syara‟ tanpa perlu persetujuan para waris yaitu tidak
lebih dari sepertiga harta peninggalan, sesudah diambil keperluan
tajhiz dan keperluan membayar hutang, baik wasiat itu untuk
warisan ataupun untuk orang lain.
Jika lebih dari sepertiga harta diperlukan persetujuan para waris
kalau mereka semuanya sudah dapat didengar persetujuannya dan
mengetahui hukumnya. Jika mereka tidak memberi persetujuan
maka batal wasiat terhadap yang lebih dari sepertiga, karena
syara‟ membolehkan bagi yang meninggalkan harta peninggalan,
mementukan sendiri penggunaan hanya sepertiga hartanya untuk
mewujudkan sesuatu.
d. Hak ahli waris
Harta peninggalan yang ditinggalkan pewaris, apabila masih ada
sisa harta, sesuda diambil keperluan tajhiz keperluan mambayar
hutang dan wasiat. Maka sisa itu menjadi hak waris dan dibagi
menurut pembagian kewarisan Islam.
61
D. Hak Cipta sebagai Tirkah dalam Perspektif Hukum Islam
Hak Cipta merupakan hasil atau penemuan yang merupakan
kreativitas manusia di bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan.
Masalah hak cipta adalah masalah yang sangat luas, karena tidak saja
menyangkut hak-hak individu yang berada dalam lingkungan nasional,
namun sudah merupakan masalah yang sudah menyebar dalam
lingkungan internasional.
Salah satu perkembangan dalam dunia perekonomian dewasa ini
adalah munculnya hak cipta. Menurut Undang-undang Republik
Indonesia No.28 tahun 2014 tentang Hak Cipta yaitu bahwa hak cipta
adalah suatu hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan tau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin
untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut
peraturan perundangundangan yang berlaku.
Hak Cipta pada dasarnya adalah karya intelektualitas manusia
yang timbul akibat dari tindakan kreatif manusia yang dilahirkan
sebagai perwujudan dari rasa, karsa, dan cipta, yang menghasilkan
karya-karya inovatif yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia.
Kata intelektual menunjukkan suatu ciri khas, hak cipta tidak ada
sangkut-pautnya dengan melindungi hak milik atas benda seperti,
misalnya sebidang tanah atau sepotong kaki kambing. Hak cipta
melindungi hasil-hasil kecerdasan, pikiran, dan ungkapan renungan
62
manusia yang mungkin menjelma pada suatu karya, bisa berupa buku
atau lagu bahkan sebuah film (Goldstein, 1997: 10).
Hak cipta merupakan salah satu dari bagian dari pada Hak Milik
Intelektual (HMI) atau Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) karena
didalam aspek hukum bisnis, yang perlu mendapat perhatian adalah
apayang dinamakan dengan Hak Milik Intelektual (HMI) berkaitan
eratdengan aspek hukum lainnya seperti aspek teknologi maupun
aspekekonomi.
Di Indonesia pengakuan dan perlindungan terhadap kekayaan
intelektual telah dilakukan sejak dahulu, sebagai negara bekas jajahan
Belanda maka sejarah hukum tentang Hak Milik Intelektual (HAMI)
di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah hukum serupa di
Belanda pada masa itu. Karena hampir seluruh peraturan yang berlaku
di Belanda saat itu juga diberlakukan di Indonesia (Hindia Belanda).
Undang-Undang Hak Cipta (UUHC) yang pertama berlaku di
Indonesia adalah UUHC tanggal 23 September 1912 yang berasal dari
Belanda yang di amandemen oleh pemerintah Republik Indonesia
dengan mengeluarkan Undang-Undang No 6 tahun 1982 yang
mendapat penyempurnaan pada tahun 1987. Selanjutnya tahun 1992
pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Hak Milik (UUHM) dan
disempurnakan dalam Undang-Undang Hak Cipta No 19 Tahun 2002
(Djaja, 2009: 3) dan disempurnakan lagi dalam Undang-Undang Hak
Cipta No 28 Tahun 2014. Dengan demikian hak cipta di akui dan
63
mempunyai perlindungan hukum yang sah dan pelanggaranya dapat di
tuntut dengan hukuman penjara maksimal 7 tahun penjara atau denda
maksimal sebesar Rp 5.000.000.000,00 (Undang-Undang Hak Cipta
No 28 Tahun 2014).
Dalam ensiklopedi hukum Islam (1994: 486) hak cipta terdiri 2
kata yang digabung yaitu hak dan cipta. Pengertian hak (al-haqq)
secara etimologi berarti milik, ketetapan. Kepastian.Menurut
terminologi ada beberapa pengertian mengenai hak yang dikemukakan
ulama fiqh. Sebagian ulama mutaakhkhirin (generasi belakangan) hak
adalah suatu hukum yang telah ditetapkan secara syara. Syeih al-
khafifi (ahli fiqh Mesir) mengartikan sebagai kemaslahatan yang di
peroleh secara syara. Mustafa Ahmad az-zahra (ahli fiqh yordania asal
suriah) mendefinisikan sebagai sesuatu kekhususan yang padanya
ditetapkan syara suatu kekuasaan. Lebih singkat lagi Ibnu Nujaim (w.
970 H/1563 M) ahli fiqh madzab Hanafi mendefinisikan sebagai suatu
kekhususan yang terlindungi.
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy (2001: 120) membagi
pengertian hak kepada dua bagian, yaitu pengertian secara khusus dan
umum. Hak secara khusus didefinisikan sebagai, Sekumpulan kaidah
dan nash yang mengatur dasar-dasar yang harus ditaati dalam
hubungan sesama manusia, baik mengenai individu (orang), maupun
mengenai harta.
64
Apabila melihat khazanah fiqh Islam, ditemui beberapa teori
tentang harta. Harta (al-Mal) asal kata mala (condong atau berpaling
dari tengah kesalah satu sisi), dimaknai sebagai, segala sesuatu yang
menyenangkan manusia dan mereka pelihara. Baik dalam bentuk
materi maupun dalam bentuk manfaat. Ulama Madzhab Hanafi
mendefinisikan harta dengan; “Segala sesuatu yang digandrungi
manusia dan dapatdihadirkan ketika dibutuhkan”, atau segala sesuatu
yang dapat dimiliki,disimpan, dan dimanfaatkan. Jumhur Ulama
mendefinisikan harta sebagai “segala sesuatu yang mempunyai nilai,
dan dikenakan ganti rugi bagiorang yang merusak atau
melenyapkannya”.
Hasil karya cipta atau hak cipta adalah pekerjaan dan merupakan
harta yang bisa dimiliki baik oleh individu maupun kelompok secara
sah oleh pemiliknya dan mempunyai hak penuh atas hartanya tersebut.
Hal ini dikarenakan hak cipta lahir dari hasil kerja keras yang
dilakukan pencipta dalam mewujudkan ciptaaanya, kemudian
cangkupan harta dalam Islam tidak terbatas pada yang berbentuk
materi, tetapi juga manfaat dari suatu benda tersebut.
Dapat dipahami bahwa hak milik dalam Islam bukan saja dilihat
dari satu segi saja, tetapi ada berbagai macam. Kepemilikan dari suatu
benda atau barang. Adapun macam-macam kepemilikan dilihat dari
berbagai aspeknya yaitu:
65
a. Milk Al-ain.
Disebut juga milk raqabah ialah benda itu sendiri yaitu benda
yang bergerak dan dapat dipindahkan maupun benda tidak
bergerak.
b. Milk Al-manfa‟at.
Milk al-manfa‟at ialah memiliki manfaatnya saja seperti
membawa kitab, mendiami rumah orang lain dengan status
kontrak dan yang lain-lainya.
c. Milk Al-dain
Milk Al-dain seperti sejumlah uang yang di hutangkan kepada
seseorang, seperti harga benda yang dirusakkan (Hamid, 1999:
47).
Dapat di pahami pula bahwa macam-macam Hak Atas Kekayaan
Intelektual (HAKI) milik milk al-ain dan milk al-manfaat dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
1) Al Milk al-Tammah yaitu benda dan manfaatnya dan pemilik
mempunyai kebebasan menggunakan memungut hasil dan
tindakantindakan terhadap benda-benda miliknya sesuai
keinginannya selama tidak bertentangan dengan syara‟.
2) Al Milk al-Na‟qis, yaitu memiliki benda tanpa manfaatnya, atau
memanfaatkannya atau hak guna saja.
Permasalahan yang timbul sekarang ini munculnya suatu
fenomena di masyarakat bagaimana jika Hak Cipta di jadikan sebagai
harta warisan yang antara pewaris dan ahli waris saling mewarisi. Hak
cipta dalam hukum Islam termasuk tirkah atau harta peninggalan.
Menurut Kompilasi Hukum Islam Warisan atau harta peninggalan
yaitu harta yang ditinggalkan oleh pewaris, baik yang berupa harta
benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya.
Bagi Jumhur Ulama harta tidak hanya bersifat materi, tetapi juga
termasuk manfaat dari suatu benda. Hal ini berbeda dengan Ulama
Mażhab Hanafi yang berpendapat bahwa pengertian harta hanya
66
bersifat materi, sedangkan manfaat termasuk kedalam pengertian
milik. Oleh karena itu, ulama mażhab Hanafi berpendirian bahwa hak
dan manfaat tidak bisa diwariskan, karena hak waris-mewariskan
hanya berlaku dalam persoalan materi, sedangkan hak dan mafaat
menurut mereka bukan harta.
Dalam Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014
dijelaskan bahwa Hak Cipta dianggap sebagi benda bergerak, Hak
Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruh atau sebagian
disebabkan karena adanya sebab diantaranya yaitu, adanya pewarisan,
hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lain yang
dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Hak cipta yang
beralih karena pewarisan terjadi berdasarkan ketentuan undang-
undang sehingga kepemilikan beralih kepada ahli waris karena
ketentuan undang-undang, beralih otomatis sejak meninggalnya
pemilik hak, meskipun dapat juga dialihkan dengan akta disaat
pewaris masih hidup. Pengaturan pewarisan hak cipta diatur sesuai
dengan hukum waris berdasarkan KUHPerdata yang mengatur tentang
kedudukan harta kekayaan seseorang setelah meninggal dunia dengan
cara-cara berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang lain.
67
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Biografi Habiburahman El Shirazy
Habiburrahman El Shirazy, mungkin bagi sebagian masyarakat
Indonesia nama itu sudah tidak asing lagi. Diterimanya Ayat-Ayat Cinta
dan Ketika Cinta Bertasbih membawanya kepada kepopuleran Kang
Abik, begitu ia biasa disapa.
Habiburrahman El Shirazy, putra pertama dari pasangan Bapak
K.H. Saerozi Noor dan Umi Siti Rodhiyah ini lahir di kota Semarang.
Dimasa kecilnya Kang Abik sangat disayangi oleh kedua orang tuanya.
Kedua orang tua Kang Abik sangat memantau pergaulan putranya.
Ayahnya termasuk kategori orang yang sangat keras dan disiplin dalam
urusan agama. Prinsip keluarga mereka yang mementingkan persoalan
agama lebih dari segala-galanya membuat keluarga Kang Abik menjadi
sangat religious.
Saat usia sekolah dasar, Kang Abik bersekolah di SD
Sembungharjo. Saat duduk dibangku sekolah dasar, Kang Abik sudah
menunjukan ketertarikannya dalam bidang sastra. Kang Abik menjuarai
berbagai lomba seperti lomba baca puisi. Kecintaan Kang Abik dalam
dunia sastra terus berlanjut hingga ia menempuh pendidikan di MTs. Saat
di MTs ia menjuarai lomba baca puisi dalam PORSENI antar pelajar se-
Kabupaten Demak. Kecintaan Kang Abik dalam dunia baca puisi
68
semakin menjadi saat ia menempuh pendidikan di MAPK (Madrasah
Aliyah Program Khusus) di Solo. Semenjak menempuh pendidikan dari
SD sampai MAPK berbagai tropi dan penghargaan telah ia dapatkan
melalui berbagai lomba baca puisi yang ia ikuti. Pada saat ia menempuh
pendidikan di MAPK ia juga memperdalam ilmu agama di Pondok
Pesantren Al-Anwar, Mranggen,Demak selama tiga tahun dibawah
asuhan K.H. Abdul Basyir Hamzah.
Lulus dari MAPK Solo Kang Abik melanjutkan pendidikannya ke
Mesir. Ia menempuh pendidikan di Universitas Al Azhar hingga lulus S1.
Selama kuliah ia juga aktif menulis. Ia menulis catatan-catatan hariannya,
puisi-puisi dan berbagai karangan lainnya yang hingga kini belum ia
terbitkan. Ia juga aktif dalam kegiatan aktivis mahasiswa di Mesir.
Setelah lulus dari S1 di Universitas Al Azhar, Kang Abik
melanjutkan S2-nya di Universitas Zamalik, Mesir. Saat ia telah
menyelesaikan seluruh kuliah aktif S2-nya dan akan melanjutkan menulis
tesis, ia mengalami kekurangan dana. Ia lalu mengirim surat kepada
keluarganya untuk meminta bantuan tambahan dana. Ternyata ayahnya
tidak mengizinkan dan tidak memberikan dana untuk menyelesaikan S2-
nya, dikarenakan ayahnya juga harus membiayai kuliah dan sekolah adik-
adiknya.
Karena tidak diizinkan oleh kedua orang tuanya untuk
melanjutkan S2nya, Ia kemudian pulang ke Indonesia. Di Indonesia, ia
69
disambut oleh keluarga dan warga kampungnya yang sangat
merindukannya.
Setelah kepulangannya dari Mesir, aktivitas Kang Abik sementara
itu hanya membuka pengajian Bidayatul Hidayah untuk anak-anak muda
kampungnya. Karena tidak punya aktivitas rutin yang jelas, banyak warga
kampung membicarakannya. Kondisi ini mendorong Kang Abik
memutuskan untuk hijrah ke Yogyakarta. Seorang teman menawarinya
untuk mengajar di MAN 1 Yogyakarta. Tidak hanya itu adiknya juga
menawarinya kerja sambilan berupa kerja proyek pentasbihan kamus
bahasa Arab. Disaat ia mulai sibuk dengan segala kegiatannya, musibah
menimpanya. Kang Abik kecelakaan dan kakinya patah. Keluarga Kang
Abik sangat bersedih dengan hal itu.
Berbulan-bulan Kang Abik harus berhenti dari segala
aktivitasmengajarnya. Ia harus tinggal dirumah dan menjalani pengobatan
rawat jalan. Melalui kecelakaan itu Kang Abik mulai sadar bahwa selama
hidupnya ia belum melakukan sesuatu untuk agama, dirinya sendiri, dan
keluarganya.
Kang Abik mulai merubah hidupnya. Dia bertekad untuk
meneruskankeinginannya yang dulu, yakni ingin membuat novel yang
isinya dakwah.Dia mulai mencari-cari bahan dan ide untuk novelnya. Ia
sibuk membolak-balik kitab dan mengetik. Seharian ia mengetik dan
hanya berhenti saat ia harus makan dan sholat. Dan pada akhirnya, buah
dari ketekunan dan kesabarannya mulai ia petik. Sebuah novel yang
70
berawal dari ide untuk membuat cerpen telah ia selesaikan, novel itu
diberi judul “Ayat-Ayat Cinta”. Berawal dari novel itu lahirlah novel-
novel lain diantaranya berjudul Langit Mekah Berwarna Merah, Pudarnya
Pesona Cleopatra, Dalam Mihrab Cinta, Ketika Cinta Bertasbih 1, dan
Ketika Cinta Bertasbih 2. Kang Abik sudah menemukan dunianya. Dan
namanya kini sudah mulai dikenal banyak orang. Undangan-undangan
diskusi sastra mulai berdatangan. Setiap hari ia harus berada ditempat
yang berbeda-beda. Hal ini membuat dia terus bersemangat untuk selalu
belajar sastra.
Tak lama setelah novel Ayat-Ayat Cinta dipublikasikan, karena
kepuasan masyarakat dengan novel tersebut, muncul tawaran untuk
memfilmkan novel tersebut. Kang Abik mengizinkan novelnya untuk
difilmkan, walaupun pada awalnya ia ragu jika isi yang
terkandung dalam novelnya akan berubah jika difilmkan. Baru tiga hari
film Ayat-Ayat Cinta diputar penonton yang telah menyaksikan film
tersebut sudah jutaan orang. Kang Abik sangat bahagia mendengar hal
itu, lebih-lebih keluarganya. Semenjak diputarnya film Ayat-Ayat Cinta,
telepon dan e-mail Kang Abik penuh dengan komentar positif para
penonton yang telah menyaksikan Ayat-Ayat Cinta.
Ayat-Ayat Cinta menggambarkan sebait kecil kisah hidup Kang
Abik. Melalui Ayat-Ayat Cinta, Kang Abik seakan menumpahkan
seluruh mimpinya, gejolak jiwanya, rasa penasarannya akan jodoh yang
dihadiahkan Allah SWT kepadanya. Kang Abik mendamba seorang gadis
71
shalehah yang meletakkan agama diatas segalanya, yang kelak akan
menjadikan rumahnya laksana surga. Seperti yang ia impikan, Allah
SWT mempertemukannya dengan gadis jelita yang teguh meniti jalan
dakwah. Dialah Muyasaratun Saida, seorang akhwat UMS Solo, berjilbab
dengan semangat keislaman yang bagus. Masa perkenalan (ta‟aruf)
mereka sangat singkat bahkan tak ada yang tahu. Meski belum memiliki
pekerjaan yang jelas, Kang Abik berani memutuskan menikah. Pertemuan
keduanya hanya terjadi dua kali dan mereka berdua yakin akan pilihan
hidupnya. Rumah tangga mereka adalah contoh untuk adik-adik mereka.
Kesuksesan film Ayat-Ayat Cinta membuat MD Entertaiment
secara khusus menghadiahi Kang Abikjalan-jalan keliling Eropa. Kang
Abik mengajak adiknya Mujib. Satu bulan mereka berkeliling Eropa. Hal
itu menambah pengalaman dan wawasan mereka. Terutama Kang Abik.
Ia banyak mempelajari kebudayaan-kebudayaan mereka.
Tak lama sepulang Kang Abik dari Eropa, tawaran untuk
memfilmkan karyanya muncul lagi. Kali ini giliran novel Ketika Cinta
Bertasbih. Bahkan Kang Abik juga ikut memerankan salah satu tokohnya.
Dan seperti Ayat-Ayat Cinta, penayangan perdana film Ketika Cinta
Bertasbih juga disambut gembira masyarakat. Masyarakat sangat
antusiasdengan karya Kang Abik.
Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih merupakan dua karya
yang saling melengkapi satu sama lain. Keduanya dijadikan perbandingan
antar satu sama lain. Karya-karya Kang Abik telah mendunia. Dia
72
berhasil mewujudkan mimpinya untuk menegakkan agama dengan jalan
membuat novel. Berawal dari keterpurukan yang pada akhirnya
menghasilkan karya luar biasa yang bahkan bisa merubah jalan
hidup dan pemikirqan seseorang.
Setelah beberapa karyanya yang mendunia dan menginspirasi
seseorang, saat ini Kang Abik sedang mempersiapkan untuk melanjutkan
kegiatan menulisnya untuk selalu berdakwah di jalan Allah SWT, sesuai
harapan dan cita-cita ayahnya.
B. Karya- karya dan Prestasi Habiburrahman El Shirazy
Selama di Kairo, ia telah menghasilkan beberapa naskah drama dan
menyutradarainya, dimantaranya: Wa Islama (1999), Sang Kyai dan Sang
Durjana (gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul 'Alim Wa
Thaghiyyah, 2000), Darah Syuhada (2000). Tulisannya berjudul
Membaca Insanniyah al Islamdimuat dalam buku Wacana Islam
Universal (diterbitkan oleh Kelompok Kajian MISYKATI Kairo, 1998).
Berkesempatan menjadi Ketua TIM Kodifikasi dan Editor Antologi Puisi
Negeri Seribu Menara Nafas Peradaban (diterbitkan oleh ICMI Orsat
Kairo).Beberapa karya terjemahan yang telah ia hasilkan seperti Ar-Rasul
(GIP, 2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002), Menyucikan
Jiwa(GIP, 2005), Rihlah Ilallah (Era Intermedia, 2004), dan lain-lain.
Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (FBA,
73
2001), Merah di Jenin (FBA, 2002), dan Ketika Cinta Menemukanmu
(GIP, 2004) (https://id.wikipedia.org/wiki/Habiburrahman_El_Shirazy).
Sebelum pulang ke Indonesia, pada tahun 2002, ia diundang
Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia selama lima hari (1-5 Oktober)
untuk membacakan puisinya dalam momen Kuala Lumpur World Poetry
Reading ke-9, bersama penyair-penyair negara lain. Puisinya dimuat
dalam antologi puisi dunia PPDKL (2002) dan Majalah Dewan Sastera
(2002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam
dua bahasa, Inggris dan Melayu. Bersama penyair negara lain, puisi kang
Abik juga dimuat kembali dalam Imbauan PPDKL (1986-2002) yang
diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (2004).
Beberapa karya populer yang telah terbit antara lain, Ketika Cinta
Berbuah Surga (MQS Publishing, 2005), Pudarnya Pesona Cleopatra
(Republika, 2005), Ayat-Ayat Cinta (Republika-Basmala, 2004) buku
Ayat-Ayat Cinta ini sudah didaftarkan ke Dirjen Haki pada tahun 2005,
Diatas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta
Bertasbih (Republika-Basmala, 2007), Ketika Cinta Bertasbih 2
(Republika-Basmala, 2007) dan Dalam Mihrab Cinta (Republika-
Basmala, 2007). Serta karya-karyanya yang kini sedang dalam proses
pengerjaan adalah Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata
Bening, Bulan Madu di Yerussalem, dan Dari Sujud ke Sujud (kelanjutan
dari Ketika Cinta Bertasbih). Dan sebagai sutradara Kang Abik
74
mengawali debutnya dengan film Dalam Mihrab Cintayang diangkat dari
novelnya dengan judul yang sama.
3.1 Gambar buku karya-karya Habiburrahman El Shirazy
Kang Abik sudah berprestasi sejak kecil, semasa di SLTA pernah
menulis teatrikal puisi berjudul Dzikir Dajjal sekaligus menyutradarai
pementasannya bersama Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang
Orang Sriwedari Surakarta (1994). Pernah meraih Juara II lomba menulis
artikel se-MAN I Surakarta (1994). Pernah menjadi pemenang I dalam
lomba baca puisi relijius tingkat SLTA se-Jateng (diadakan oleh panitia
Book Fair‟94 dan ICMI Orwil Jateng di Semarang, 1994). Pemenang I
lomba pidato tingkat remaja se-eks Keresidenan Surakarta (diadakan oleh
Jamaah Masjid Nurul Huda, UNS Surakarta, 1994). Ia juga pemenang
pertama lomba pidato bahasa Arab se- Jateng dan DIY yang diadakan
oleh UMS Surakarta (1994). Meraih Juara I lomba baca puisi Arab
tingkat Nasional yang diadakan oleh IMABA UGM Jogjakarta (1994).
75
Pernah mengudara di radio JPI Surakarta selama satu tahun (1994-1995)
mengisi acara Syharil Quran Setiap Jumat pagi. Pernah menjadi
pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA se-Jateng yang
diadakan oleh Kanwil P dan K Jateng (1995) dengan judul tulisan,
Analisis Dampak Film Laga Terhadap Kepribadian Remaja. Beberapa
penghargaan bergengsi lain berhasil diraihnya antara lain:
1. Pena Award 2005, Novel Terpuji Nasional 2005, dari Forum Lingkar
Pena.
2. The Most Favourite Book 2005 versi Majalah Muslimah.
3. IBF Award 2006, Buku Fiksi Dewasa Terbaik Nasional 2006.
4. Ditahbiskan oleh Harian Republika sebagai TOKOH PERUBAHAN
INDONESIA 2007.
5. Adab Award dalam bidang novel Islami diberikah oleh Fakultas Adab
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
6. UNDIP Award 2008 sebagai Novelis No. 1 Indonesia, diberikan oleh
INSANI UNDIP tahun 2008.
7. PENGHARGAAN SASTRA NUSANTARA 2008 sebagai sastrawan
kreatif yang mampu menggerakkan masyarakat membaca sastra oleh
PUSAT BAHASA dalam Sidang Majelis Sastra Asia Tenggara
(MASTERA) 2008.
8. Pada tahun 2008 memperoleh PENGHARGAAN DARI MENPORA
sebagai sastrawan yang berjasa mengembangkan sastra Indonesia
76
bermutu sehingga memberikan inspirasi tumbuhnya film nasional
yang bermartabat.
9. Paradigma Award 2009 for Outstanding Contribution to the
Advancement of Literatures and Art in Indonesia.
10. Lebih dari 2 tahun Ayat Ayat Cinta bertengger di daftar Megabest-
seller Asia, dan MD Pictures membeli hak cipta novel tersebut dan
membuat filmnya.
11. Film-film Ayat Ayat Cinta meraup sukses besar di mana-mana. Di
Indonesia bahkan jumlah penontonnya jauh melampaui film box office
Hollywood, Spidermen 3.
12. Lebih dari 2 tahun Ketika Cinta Bertasbih bertengger di daftar
Megabest-seller Asia, dan SinemArt Pictures membeli hak cipta film
tersebut dan membuat filmnya.
13. Film Ketika Cinta Bertasbih ternyata meraup sukses besar. Bahkan
jumlah penontonnya telah memecahkan rekor Kang Abik sebelumnya,
Ayat Ayat Cinta (http://qiumu.wordpress.com/2009/01/09/biografi-
habbiburahman-el-shirazy/).
C. Pemegang Hak Cipta
Yang dimaksud dengan pemegang hak cipta adalah pencipta
sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari
pencipta atau pihak lain yang menerima terlebih lanjut hak dari pihak
77
yang menerima hak tersebut sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1
butir (4) Undang-Undang Hak Cipta.
Menurut Vollmar, setiap makhluk hidup mempumyai apa yang
disebut wewenang berhak, yaitu kewenangan untuk membezit
(mempunyai) hak-hak dan setiap hak tertentu ada subjek haknya sebagai
pendukung hak tersebut (Saidin, 1997: 46).
Jadi jika kita kaitkan dengan hak cipta yang menjadi subjeknya
adalah pemegang hak, yaitu pencipta atau orang atau badan hukum yang
secara sah memperoleh hak untuk itu, yaitu dengan jalan pewarisan,
hibah, wasiat atau pihak lain dengan perjanjian, sebagaimana yang
dimaksud dakam Pasal 16 Undang-Undang Hak Cipta. Sedangkan yang
menjadi objeknya adalah benda yang dalam hal ini adalah hak cipta
sebagai hak kebendaanimmateriil. Yang dimaksud hak immateriil
adalahsuatu hak milik yang objek haknya adalah benda tidak berwujud
(benda tidak bertubuh) (Saidin, 1997: 26).
Dalam Pasal 31 sampai 37 Undang-Undang Hak Cipta yang
dianggap sebagai pencipta adalah orang yang namanya terdaftar dalam
daftar umum ciptaan pada Direktora Jenderal, dan orang yang namanya
disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu
ciptaan (Pasal 31).
Hak cipta sebagai hak milik, dalam penggunaanya harus pula
dilandaskan atas fungsi sosial. Hal ini tegas dinyatakan dalam penjelasan
umum Undang-Undang Hak Cipta dimana didalamnya dimaksukkan
78
unsur baru mengingat perkembangan teknologi, diletakkan juga unsur
kepribadian Indonesia yang mengayomi baik kepentingan individu
maupun masyarakat, sehingga terdapat keseimbangan yang serasi antar
kedua kepentingan yang dimaksud (penjelasan UUHC).
Demikian halnya dengan hak cipta, jika digunaka kata persetujuan
si pencipta itu akan mempersulit persoalan bila ternyata si pencipta tidak
memberikan pesetujuan. Oleh karena itu, Undang-Undang telah
menetapkan syarat-syarat tertentu, misalnya atas dasar pertimbangan
dewan hak cipta nasional sebagai wakil si pencipta , dan kepadanya
diberikan pula ganti rugi, sebagai imbalan atas usahanya sebagai
pencipta.
Negara juga ditetapkan sebagai pemegang hak cipta, atas karya
peninggalam prasejarah, sejarah dan benda budaya nasional lainnya,
termasuk juga hak cipta atas folklore dan hasil kebudayaan rakyat yang
menjadi milik bersama seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, lagu,
kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi dan karya seni lainnya
(Pasal 10 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No 19 Tahun 2002).
Menurut Kang Abik (11/10) hak cipta dalam jangka waktu
tertentu akan menjadi milik publik baik karya intelektual maupun sastra
klasik. Sebagai contohnya karya klasik milik William Shakespeare itu
sudah tidak menjadi hak milik keluarganya tetapi sudah menjadi milik
masyarakat Inggris secara keseluruhan. Jika ada orang ingin membuat
film Romeo Juliet itu sah-sah saja tanpa minta ijin.
79
D. Pengalihan Hak Cipta
Mengenai pemindahtanganan hak cipta bahwa benda ini dapat
beralih atau dialihkan oleh pemegangnya. Berdasarkan Pasal 16 ayat (2)
Undang-Undang Hak Cipta 2014 telah diatur tentang hal tersebut, bahwa
hak cipta dapat beralih atau dialihkan baik sebagian atau seluruhnya
karena: pewarisan, hibah, wakaf, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab
lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Yang dapat beralih atau dialihkan hanya hak ekonomi saja,
sedangkan hak moral tetap melekat pada diri penciptanya. Pengalihan hak
cipta ini harus dilakukan secara jelas dan tertulis baik dengan atau tanpa
akta notaris.
Pengalihan hak cipta dalam bentuk waris menurut Kang Abik
waris seperti dalam hukum Islam. Waris ada ketika yang punya sudah
meninggal, kalau yang punya masih hidup namanya bukan waris tapi
masih milik seseorang itu.Warisan itu ketika seseorang meninggal dan
mempunyai harta, maka harta tersebut menjadi harta warisan yang
didalam hukum Islam sudah jelas aturannya jelas ilmu faraidnya (ilmu
yang menbahas waris sangat detail). Misalnya, mbah saya sudah
meninggal dan meninggalkan tanah misalnya, maka tanah tersebut adalah
tanah warisan, tapi apabila mbah saya masih hidup maka tanah tersebut
belum bisa dikatakan sebagai tanah warisan, apabila ingin dibagikan
80
kepada anak-anaknya bisa hibah atau wasiat.Begitu juga dengan hak
cipta, hak cipta itu dapat menghasilkan royalti maka apabila seorang
pemilik hak cipta meninggal maka hak cipta yang berupa royalti tersebut
bisa menjadi harta warisan yang bisa dibagikan kepada anak-anaknya
ataupun keluarga lainnya sesuai dengan syariat Islam.
Menurut Kang Abik sebuah karya berhak cipta bisa beralih
dengan cara hibah. Hibah menurut pasal 1666 ayat (1) KUHPerdata
adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya,
dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan
sesuatu benda guna keperluan si penerima penyerahan itu. Maka dapat
dikatakan bahwa hibah merupakan sebuah perjanjian yang didasarkan
atas kesepakatan dan merupakan perjanjian sepihak dan hak dan
kewajiban atas hak cipta menjadi milik pihak penerima hibah.
Penghibahan hak cipta ini seperti buku karya Bapak Habibie yang
pernah menjadi nomer satu di negara ini yaitu “buku yang berjudul
“Ainun Habibie” itu setau saya naskah berserta royaltinya dihibahkan/
diinfakkan kepada Habibie Center, jadi royalti serta naskahnya menjadi
hak milik Habibie Center adapun masalah pajak negara itu juga diambil
dari royalti tersebut” papar kang Abik (10/11).
Jadi sebuah karya itu dapat dihibahkan baik royalti maupun
berserta naskahnya, dimana setelah dihibahkan semua hak dan kewajiban
menjadi milik si penerima hibah. Apabila ingin mengfilmkan buku
81
tersebut maka terlebih dahulu meminta ijin kepada si penerima hibah
karena hak-haknya sudah menjadi milik si penerima hibah.
Hak cipta juga bisa dialihkan dengan wasiat pada dasarnya semua
harta kekayaan orang yang meninggal dunia (pewaris) menurut Undang-
Undang adalah milik ahli warisnya, namun demikian ada kekecualiannya
mengenai hal tersebut yaitu apabila ada surat wasiat (testamen) yang
dibuat oleh pewaris.
Yang dimaksud dengan surat wasiat menurut Pasal 875
KUHPerdata adalah suatu akta yang memuat pernyataan seseorang
tentang apa yang dikehendakinya untuk di kemudian hari setelah yang
bersangkutan meninggal dunia. Pernyataan tersebut dapat dicabut
kembali oleh pewaris sebelum ia meninggal dunia. Surat wasiat harus
dibuat oleh pewaris dalam keadaan bebas artinya tidak ada paksaan serta
harus dengan itikad baik, artinya tidak ada penipuan atau akal licik untuk
membuat surat tersebut. Pewaris yang mempunyai hak cipta sesuai
ketentuan Pasal 16 ayat (2) huruf d Undang-Undang Hak Cipta 2014
dapat mewasiatkan kepada seseorang dengan wasiat terbuka atau tertutup.
Dalam surat wasiat pewaris harus menyebutkan bahwa objek wasiat
berupa hak cipta atas suatu ciptaan di bidang ilmu, seni atau kebudayaan
dan menjelaskan bentuknya. Apabila ciptaan pewaris telah didaftarkan di
Dirjen Hak Kekayaan Intelektual perlu disebutkan tanggal dan nomor
pendaftaran ciptaan yang telah terdaftar di daftar umum ciptaan. Apabila
pewaris telah meninggal, dengan berdasarkan surat wasiat tersebut
82
penerima wasiat menjadi pemegang hak cipta dan dapat menjalankan hak
eksklusif atas ciptaan. Sebaliknya jika terjadi penerima wasiat menolak
wasiat, maka surat wasiat tidak dapat dilaksanakan sehingga hak cipta
yang merupakan harta peninggalan pewaris kembali kepada ahli waris
yang berhak menerimanya.
Dalam kasus pengalihan hak cipta ini Kang Abik berpendapat
bahwa masalah seperti ini harus ditata sejak awal agar tidak menimbulkan
masalah dikemudian hari terutama dalam masalah naskah asli sebuah
karya yang mempunyai nilai jual. Kalau dalam masalah pembagian
royalti terhadap hasil karya-karyanya sebagai seseorang yang dari kecil
sudah mendalami agama Islam maka Kang Abik berpegang teguh pada
hukum Islam, apalagi dalam hukum Islam sudah diatur secara detail
tentang masalah warisan tentang berapa bagiannya serta siapa saja yang
berhak mendapatkannya sudah sangat jelas dalam ilmu faraid. Jika
masalah naskah Kang Abik ingin mewakafkan naskah-naskahnyasaya
kepada pesantren yang saya pesantren, guna untuk kemaslahatan umat,
khususnya bagi para penerus bangsa ini juga untuk menunjang sarana dan
prasarana dalam menuntut ilmu di pesantren serta mendidik penerus
bangsa agar menjadi penerus yang baik.
83
E. Landasan Pengalihan Hak Cipta sebagai Tirkah
Hak cipta dapat dijadikansebagai harta warisan (tirkah) yang
antara pewaris dan ahli warisnya saling mewarisisatu sama lain. Kalau
menurut Pasal 16 Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014,
mungkin sudah jelas bahwa hak cipta itu dianggap sebagai bendabergerak
yang bisa beralih atau dialihkan untuk sebagian atau seluruhnya, dengan
cara pewarisan, hibah, wasiat, dijadikan milik negara dandiperjanjikan.
Menurut Kang Abik pengalihan hak cipta sebagai tirkah sama
seperti pembagian harta-harta peninggalan lainnya. Beliau berpedoman
pada hukum Islam menurut beliau hukum Islam sudah sangat detail dan
jelas dalam membahas masalah waris, jadi dalam pewarisan hak cipta ini
beliau berlandaskan pada hukum waris Islam.
Jika dalam undang-undang tidak dijelaskan secara rinci
bagaimana pembagian hak cipta, tetapi dalam hukum waris Islam sudah
jelas pembagian tirkah. Hak cipta dapat menghasilkan hak ekonomi yang
berupa royalti, apabila sang pemilik meninggal maka royalti dari hak
ciptanya menjadi tirkahdan pembagiannya sesuai dengan hukum waris
Islam siapa saja yang berhak mendapatkan dan berapa pula bagiannya
sudah sangat jelas diatur didalamnya.
84
BAB IV
A N A L I S I S
A. AnalisisKonsep Penerapan Hak Cipta sebagai Tirkah atas Hak Cipta
Buku Karya Habiburrahman El Shirazy
Hak cipta merupakan hak kebendaan, yaitu hak atas sesuatu benda
yang bersumber dari hasil kerja otak. Dalam sudut pandang
Habiburrahman El Shirazy (11/10) hak cipta bisa menjadi objek waris,
karena merupakan harta benda yang tidak berwujud akan tetapi harta
tersebut mempunyai nilai ekonomi dan menghasilkan royalti yang apabila
pemilik hak cipta tersebut meniggal maka hak cipta tersebut dapat
diwariskan. Ahli waris yang berhak mewarisi diutamakan adalah
golongan pertama, yaitu anak-anak dan istri atau suami. Jika terdapat ahli
waris yang lebih dari satu orang, maka itu tidak menjadi masalah dalam
menerima warisan karena hak cipta dapat dimiliki oleh mereka secara
bersama-sama.
Hak cipta merupakan salah satu macam dari Hak kekayaan
intelektual yang merupakan terjemahan atas istilah Intellectual Property
Right (IPR). Adapun hak cipta merupakan hasil atas segala produksi
kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, karikatur, dan
sastra seperti karya berupa buku. Maka, hak atas hak cipta buku
merupakan hak- hak (wewenang/kekuasaan) untuk berbuat sesuatu atas
hasil karyanya tersebut, yang diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta.
85
Titik tolak nilai yang dilindungi oleh hak cipta adalah proses
berpikir penciptanya, maka hak kebendaan yang melekat pada proses
intelektual tersebut termasuk benda yang tidak berwujud. Hal tersebut
berupa hak untuk mempertahankan karangan miliknya dan hak untuk
memanfaatkan atau menggunakan karangan tersebut, misalnya untuk
mendapatkan penghargaan secara ekonomis. Hak cipta dikelompokkan
sebagai hak milik yang sifatnya tidak berwujud (intangible).
Hak cipta merupakan hasil dari pekerjaan berfikir manusia yang
menalar hasil kerjanya itu berupa benda immaterial, benda tidak
berwujud.Maka hal ini akan berkaitan dengan hak milik yang menjamin
kepada pemilik untuk menikmati dengan bebas dan boleh pula melakukan
tindakan hukum dengan bebas terhadap miliknya itu. Dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ditegaskan oleh Pasal
16 Ayat (1) bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak. Dengan
status hak cipta dipandang sebagai benda bergerak mempunyai
konsekuensi seperti benda bergerak lainnya yaitu dapat dibawa kesana
kemari maupun dipindahtangankan kepada pihak lain.
Hak cipta merupakan sebuah hak pribadi maka hak cipta selalu
melekat pada penciptanya/pemegang hak cipta. Hak cipta selalu
mengikuti keberadaan pencipta/pemegang hak cipta kemana yang
bersangkutan berada di suatu tempat. Dalam sudut pandang hukum Islam
hak cipta merupakan pekerjaan dan merupakan harta yang bisa dimiliki
86
baik oleh individu maupun kelompok secara sah oleh pemiliknya dan
mempunyai hak penuh atas hartanya tersebut. Hal ini dikarenakan hak
cipta lahir dari hasil kerja keras yang dilakukan pencipta dalam
mewujudkan ciptaaanya, kemudian cangkupan harta dalam Islam tidak
terbatas pada yang berbentuk materi, tetapi juga manfaat dari suatu benda
tersebut. Di dalam hukum Islam hak cipta sebagai hak milik yang bersifat
milk al manfa‟atyaitu benda tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemiliknya
dan mempunyai kebebasan dalam memungut hasil dan tindakan-tindakan
terhadap benda tersebut, maka hak cipta dapat menjadi hak milik yang
dapat dipindah tangankan.
Mengenai pemindahtanganan hak cipta bahwa hak cipta dapat
beralih atau dialihkan oleh pemegangnya. Berdasarkan Pasal 16 Ayat (2)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta telah diatur
tentang hak tersebut, bahwa hak cipta dapat beralih atau dialihkan baik
sebagian atau seluruhnya karena :
1. Pewarisan
2. Hibah
3. Wakaf
4. Wasiat
5. perjanjian tertulis, atau
6. Sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
87
Harta warisan (tirkah) merupakan harta benda peninggalan dari
pewaris. Harta benda tersebut dapat berupa benda bergerak dan tidak
bergerak, benda berwujud dan tidak berwujud. Hak cipta dianggap
sebagai benda bergerak tidak berwujud sehingga hak cipta juga termasuk
ke dalam harta warisan yang ditinggalkan pewaris.
Menurut peneliti hak cipta dapat menjadi harta warisan dapat
menjadi harta warisan (tirkah) karena hak cipta merupakan hak
kebendaan yang bersifat immaterial (benda tidak berwujud ) dan dalam
hukum Islam hak cipta termasuk harta yang besifat milk al manfaat yaitu
dapat diambil manfaat berupa ekonomi yang dapat dialihkan baik
sebagian atau seluruhnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Hak
Cipta No 28 Tahun 2014 dalam Pasal 16 Ayat (1) dimana hak cipta
dianggap sebagai benda bergerak tidak berwujud, dan ditegaskan pula
dalam Pasal16 Ayat (2) bahwah hak cipta dapat dialihkan secara waris.
B. Analisis Konsep Pengelolaan Hak Cipta sebagai Tirkah atas Hak
Cipta Buku Karya Habiburrahman El Shirazy
Dalam pengelolaan hak cipta atas hak cipta buku karya
Habiburrahman El Shirazy, beliau membagi hak cipta atas bukunya
menurut dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian ekonomi berupa royalti
dari hak cipta buku dan naskah asli hak cipta buku. Dalam pembagian
royalti dari buku berhak cipta sama saja dengan pembagian harta warisan
harta pada umumnya dimana syarat-syarat dan ketentuan berlaku. Dan
88
siapa yang berhak mendapatkannya pun dalam hukum Islam sudah
dijelaskan dalam surat An-Nisaa‟ ayat 7, 11 dan 12. Dimana dalam ayat
tersebut dijelaskan siapa yang berhak mendapatkan waris semua anggota
keluarga karena hubungan nasab dari garis lurus ke atas, ke samping, dan
garis ke bawah dan karena hubungan perkawinan serta berapa bagian
yang berhak mereka terima.
Dalam pengelolaan waris hak cipta buku karya Kang Abik, beliau
membagi warisannya sesuai dengan hukum waris Islam. Beliau
mempunyai seorang istri dan tiga orang putra, sesuai dengan surat An-
Nisa ayat 7 dijelaskan bahwa anak laki-laki berhak mendapatkan harta
warisan dari bapak atau ibunya. Sedangkan dalam masalah perolehan
harta warisan dijelaskan dalam surat An-Nisa ayat 11 bahwa bagian anak
laki-laki adalah dua bagian dari anak perempuan, dalam hal ini bagian
anak adalah sisa harta warisan yang sudah dikurangi dari bagian istri dan
dibagi sama. Dalam surat An-Nisa ayat 12 dijelaskan bahwa bagian istri
yang mempunyai anak adalah seperempat bagian dari harta warisan
tersebut.
Dalam masalah pengalihan hak cipta yang berupa naskah aslinya
ini harus diperhatikan dengan betul, karena apabila hal ini tidak
dipikirkan sejak awal bisa menjadi masalah dikemudian hari. Masalah
pembagian naskah ini sangat sulit, karena pembagiannya tidak semudah
dengan membagi rata dengan jumlah naskah yang sama, karena setiap
naskah mempunyai nilai ekonomi yang berbeda antara naskah yang satu
89
dengan naskah yang lain. Menurut peneliti naskah bisa dibagi atas dasar
nilai ekonominya dan dibagi sesuai syariat Islam dimana perolehan antara
laki-laki dengan perempuan 2:1 atau bisa saja suatu karya itu memang
sudah khusus untuk sesorang, dimana dalam buku tersebut sudah tertulis
bahwa buku itu dipersembahkan untuk seseorang tersebut.
Jalan yang diambil Habiburrahman El Shirazy dalam pengalihan
hak cipta yang berupa naskah ialah dengan cara mewakafkanya kepada
pondok pesantren yang beliau miliki. Beliau berpendapat bahwa naskah
itu akan lebih maslahat apabila diwakafkan guna menunjang pendidikan
dalam pesantren tersebut. Serta berguna untuk perkembangan pesantren
agar banyak para penerus bangsa yang agar menjadi penerus yang baik
dan maslahat untuk umat. Akan tetapi, ada batasan mengenai harta yang
diwakafkan tersebut tidak boleh lebih dari sepertiga seluruh harta warisan
sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Syekh Ibrahim dalam kitab
Baijurihalaman 125, yaitu:
اىصيهة مه اىخيج ا حيج ماه اىمص فان شاد عي اىخيج ا
قف اىصائد عو إجازة اىزحة اىمطيقيه اىتصسيف فان أجاشا فإجازتم
تىفير ىيصية با اىصائد ان زدي بطيت ف اىصائد
Kandungan hadits tersebut adalah wakaf dan/atau wasiat yang
boleh diberikan hanya sepertiganya saja dari harta warisantersebut.
Apabila pewaris dalam mewakafkanya lebih dari sepertiga dari seluruh
90
harta warisan, maka perlu meminta izin dahulu kepada ahli waris.
Apabila salah seorang tidak setuju dengan harta wakaf yang lebih dari
sepertiga tersebut, maka harta warisan yang ahli waris tersebut terima
sesuai dengan bagian yang semestinya, dan apabila ada ahli yang setuju
apabila wakafnya lebih dari sepertiga harta warisan, maka harta warisan
bagian dari ahli waris ini dipotong untuk wakaf. Dan apabila semua ahli
waris menolak maka hanya sepertiga harta warisan yang bisa diwakafkan
tidak boleh lebih dari itu, karena ahli waris menolak wakaf yang lebih
tersebut.
Jika dicermati bahwa perlindungan hak cipta sebagai hak
kebendaan yang immaterial, dimina hal tersebut berkaitan dengan hak
milik. Hak milik ini menjamin kepada pemilik untuk menikmati dengan
bebas terhadap miliknya itu. Objek hak milik itu dapat berupa hak cipta
sebagai hak kekayaan immaterial.
Terhadap hak cipta, pencipta atau pemegang hak cipta dapat
mengalihkan untuk seluruhnya atau sebagian hak cipta itu kepada orang
lain, dengan jalan pewarisan, hibah, wasiat atau dengan cara lainnya
(Pasal 16 Undang-Undang Hak Cipta).
Hal ini membuktikan bahwa hak cipta itu merupakan hak yang
dapat dimiliki, dapat menjadi objek pemilikan atau hak milik dan oleh
karenaya terhadap hak cipta itu berlaku syarat-syarat pemilikan, baik
mengenai cara penggunaanya maupun cara pengalihan haknya.
91
Mengenai pembagian hak cipta dalam warisan pada Undang-
Undang Hak Cipta menyatakan bahwa hak cipta yang dimiliki oleh
pencipta, yang penciptanya telah meninggal dunia, menjadi milik ahli
warisnya atau milik penerima wasiat, maka hak cipta tersebut tidak dapat
disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum.Oleh
karenanya menyangkut dengan pembagian warisan menurut UHC
Indonesia hanya mengatur tentang pengalihan hak cipta dari seseorang
yang meninggal dunia kepada ahli warisnya atau yang menerima wasiat
dan menyangkut pembagiannya maka UHC tidak menjelaskan secara
terperinci. Namun dalam KUH Perdata dijelaskan tentang bagian mutlak
atau legitime portie dan tentang pengurangan dari tiap-tiap pemberian
yang kiranya akan mengurangkan bagian mutlak itu.
Jadi, pembagian hak cipta buku dibagi menjadi dua bagian yaitu
bagian royalti dari hak cipta buku dan bagian yang kedua adalah
naskahnya. pembagian royalti dari buku berhak cipta sama saja dengan
pembagian harta warisan harta pada umumnya dimana syarat-syarat dan
ketentuan berlaku. Pengalihan hak cipta yang berupa naskah aslinya
dibagi atas dasar nilai ekonominya dan dibagi sesuai syariat Islam dimana
perolehan antara laki-laki dengan perempuan 2:1 atau bisa saja suatu
karya itu memang sudah khusus untuk sesorang, dimana dalam buku
tersebut sudah tertulis bahwa buku itu dipersembahkan untuk seseorang
tersebut.
92
C. Sikap dari Calon Ahli Waris Hak Cipta terhadap Penerapan Hak
cipta sebagai Tirkah atas Buku Karya Habiburrahman El Shirazy
Setiap orang mempunyai pendapat yang berbeda-beda, begitu juga
sikap ahli waris dalam menerima harta warisan. Sikap calon ahli waris
dari Kang Abik terhadap penerapan hak cipta atas buku karya Kang Abik
adalah menerima tanpa syarat, menerima segala putusan dalam
pembagian harta warisan. Dan apabila ada hutang yang belum terbayar
maka akan menjadi tanggungan ahli warisnya.
Masalah lain yang timbul dalam pewarisan adalah apabila sang
pewaris mewakafkan sebagian hartanya, hal ini bisa saja menjadi masalah
bagi ahli warisnya mungkin ada yang tidak bisa ikhlas apabila harta itu
diwakafkan dan bisa saja menolak secara terang-terangan, atau ada juga
ahli waris yang menerima dengan ihklas harta warisan itu diwakafkan
karena untuk jalan kebaikan.
Dalam hal pengalihan hak cipta milik Habiburrahman El Shirazy,
beliau membagi harta warisan sesuai dengan hukum kewarisan Islam dan
beliau akan mewakafkan naskah-naskah buku beliau ke pesantren yang
beliau bangun. Sang istri (Muyasaratun Saidah) sebagai calon ahli waris
menerima dengan ihklas bahkan sang istri mendukung jalan yang dipilih
Kang Abik ini, sang istri pun ingin menambahi wakaf kepada pesantren
apabila beliau mempunyai harta lebih. Begitu paparan dari Musayaratu
Saidah pada hari Sabtu (14/01).
93
Tak banyak ahli waris yang bisa langsung menerima bahwa
sebagian harta warisannya diwakafkan walau pun dalam hukum Islam
harta yang diwakafkan tidak boleh lebih dari sepetiga dari harta warisan
tersebut.
Banyak ahli waris yang menganggap bahwa harta warisan itu hanya
untuk ahli waris dan dibagi kepada ahli warisnya saja. Apabila para ahli
waris tidak setuju apabila sepertiga harta warisan itu di wakafkan maka
bisa jadi wakaf itu gugur. Sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh
Syekh Ibrahim dalam kitab Baijuri bahwa wakafyang boleh diberikan
hanya sepertiganya saja dari harta warisan tersebut. Apabila pewaris
dalam mewakafkanya lebih dari sepertiga dari seluruh harta warisan,
maka perlu meminta izin dahulu kepada ahli waris.
Warisan (tirkah)merupakan harta peninggalan seseorang yang
sudah meninggal (pewaris) yang sudah dikurangi dengan hutang-hutang
pewaris dan biaya yang digunakan untuk merawat/ mengurus jenazah
sampai selesai. Adakalanya warisan yang sudah dikurangi tersebut tidak
sisa malah ada yang kurang, maka kekurangan ini juga menjadi warisan
yang diberikan kepada ahli waris. Harta warisan pun bisa dikurangi
apabila pewaris meninggalakan amanat untuk mewakafkan sebagian
hartanya. Apabila hal ini terjadi, banyak sikap dari ahli waris ada yang
menerima bahkan bisa saja seorang ahli waris menolaknya.
Apabila hal tersut terjadi sikap ahli waring Kang Abik akan
menerimanya. Sesuaiyang telah dijelaskan dalam Burjelick
94
Wetbooktentang sikap ahli waris yang menerima seluruh harta warisan
tanpa syarat. Maksudnya bahwa ahli waris menerima seluruh harta
warisan beserta seluruh hutang pewaris. Ada dua sifat menerima harta
warisan tanpa syarat, yaitu:
1. Menerima secara tegas.
Maksudnya dibuat suatu pernyataan dengan akte notaris bahwa dia
menerima seluruh harta warisan dan membayar hutang-hutang
pewaris.
2. Menerima secara diam-diam
Maksudnya bahwa misalnya pada waktu pewaris meninggal ada
orang yang menagih hutang pewaris kemudian ahli waris
membayarnya utang tersebut sebelum terjadinya pembagian
warisan. Maka tindakan ahli waris tersebut sudah dianggap sebagai
ahli waris yang menerima seluruh harta warisan secara diam-diam.
Jadi, sikap dari calon ahli waris hak cipta atas penerapan hak cipta
atas buku karya Habiburrahman El Shirazy mereka menerima seluruh
harta warisan tanpa syarat dan melaksanakan wakaf sesuai yang diwasiat.
95
BAB V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dijabarkan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Konsep penerapan hak cipta sebagai tirkah atas hak cipta buku
karya Habiburrahman El Shirazy. Hak cipta dapat menjadi harta
warisan (tirkah) karena hak cipta merupakan hak kebendaan yang
bersifat immaterial (benda tidak berwujud). Dalam hukum Islam
hak cipta termasuk milk al manfaat yaitu dapat diambil manfaat
berupa ekonomi yang dapat dialihkan baik sebagian atau
seluruhnya. Hak cipta atas atas buku karya Habiburrahman El
Shirazy dapat menjadi harta warisan (tirkah) karena dapat diambil
manfaatnya yang berupa royalty. Berdasarkan Undang-Undang
Hak Cipta No 28 Tahun 2014 dalam Pasal 16 Ayat (1) bahwa hak
cipta dianggap sebagai benda bergerak tidak berwujud, dan
ditegaskan pula dalam Pasal16 Ayat (2) bahwah hak cipta dapat
dialihkan secara waris.
2. Konsep pembagian hak cipta sebagai tirkah atas hak cipta buku
karya Habiburrahman El Shirazy, beliau membagian hak cipta
buku tersebut menjadi dua bagian yaitu bagian royalti dari hak
cipta buku dan bagian yang kedua adalah naskahnya. Pembagian
96
royalti dari buku berhak cipta sama saja dengan pembagian harta
warisan harta pada umumnya dimana syarat-syarat dan ketentuan
berlaku. Pengalihan hak cipta yang berupa naskah aslinya akan
diwakafkan kepada pesantren milik beliau.
3. Sikap dari calon ahli waris hak cipta atas penerapan hak cipta atas
buku karya Habiburrahman El Shirazy mereka menerima seluruh
harta warisan tanpa syarat,dan melaksanakan wakaf sesuai yang
diwasiat.
B. Saran
Ada beberapa saran dari penyusun yang direkomendasikan
terhadap pihak-pihak yag terkait, diantaranya:
1. Pemerintah selaku wadah seluruh masyarakat yang menjadi
panutan bagi masyarakat di Indonesia sebaiknya dalam
mengeluarkan sebuah undang-undang mempunyai kekuatan yang
lebih absolut dan lebih terperinci.
2. Untuk karya-karya selanjutnya agar langsung didaftarkan di Ditjen
HaKI agar tidak diclaim oleh pihak lain.
97
98
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2011
Ali, Zainuddin. 2008. Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia, Jakarta: Sinar
Grafika
Al-Baijuri,Syekh Ibrahim.Kitab Baijuri Shani. Daar Ibnu Ashohoh
Al- Qur‟an dan Terjemahnya
Anshary. 2005. Hukum Kewarisan Islam dalm Teori dan Praktik, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Budiono, Rachmad. 1999. Pembaharuan Hukum Kewarisan Islam Indonesia.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Djaja, Ermansyah. 2009. Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: Sinar
Grafika. Cetakan I.
Ensiklopedi Hukum Islam, Cet. 3, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994
Goldstein, Paul. 1997. Hak Cipta Dahulu, Kini Dan Esok, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia,
Hadi, Sutrisno. 1994. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offse.
Hamid, Zuhri. 1999. Pokok-Pokok Hukum Kekayaan Dalam Hukum Fiqih
Islam, Yogyakarta: IAIN Sunan Kali Jaga.
Margono, Suyud. 2010. Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektual,
Bandung: Nuansa Aulia
Muhammad, Abdulkadir. 2001. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan
Intelektual, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Perangin, Effendi. 2010. Hukum Waris. Jakarta: Rajawali Pers. Cetakan IX.
Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah. 2004. Peraturan Hak Kekayaan
Intelektual di Indonesia. Bandung; Pustaka Bani Quraisy.
Poerwadarminta W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
Republik Indonesia. 2003,Undang-Undang RI No. 19 tahun 2002tentang Hak
Cipta Beserta Penjelasannya, Bandung: Citra Umbara.
Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2001. Pengantar Fiqh Muamalam,
Semarang: Pustaka Rizki Putera
Simatupang.Richard Burton.1996, Aspek Hukum dalam Bisnis, Jakarta:Rineka
Cipta.
Sjarif, Surini Ahlan dan Nurul Elmiyah. 2005.Hukum Kewarisan Perd,ta
Barat Pewarisan Menurut Undang-Undang.Jakarta:Prenada Media.
Soekanto, Soerjono. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.
Subekti. 2003.Pokok- Pokok Hukum Perdata.Jakarta: PT. Intermasa
Sudjana, Nana. 1998,Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung:Sinar
Baru.
99
Sutedi, Adrian. S.H.,M.H. 2009. Hak atas Kekayaan Intelektual,Jakarta:Sinar
Grafika.
Peraturan
Komplikasi Hukum Islam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentan Hak
Cipta
Internet
Ahmad Syahdu Adzkar Arifin.2014,“Analisis Hukum Islam tentang HaKI
sebagai Harta Bersama dan Harta Waris”,Skripsi,Jurusan Ahwal
Al-Syakhsiyyah IAIN Walisongo Semarang
(http://eprints.walisongo.ac.id/2742/1/102111009_coverdll.pdf)
diakses 19 Oktober 2016
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=116896&val=5333)
Artikel Eddie Paptono dan Noor Hidayah Hanum “Aspek Yuridis
Kedudukan Hukum Ahli Waris”diakses 19 Agustus 2016
(http://qiumu.wordpress.com/2009/01/09/biografi-habbiburahman-el-shirazy/)
diakses 17 November 2016
(https://id.wikipedia.org/wiki/Habiburrahman_El_Shirazy) diakses 17
November 2016
Irwan Dwi Harjo. 2007, “Perbandingan Pengalihan Hak Cipta kepada Ahli
Waris secara Pewarisan menurut KUH Perdata dan menurut
Undang-Undang Hak Cipta”, Skripsi,Fakultas Hukum: Universitas
Sumatra Utara
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/12055/1/09E02058.
pdf diakses 19 Oktober 2016)
Suluh Hening Ariyadi.2008,“Kedudukan Hak Cipta dalam Hukum Waris
(Studi Analisi Keputusan Muktamar Nahdlotul Ulama ke-28 di
Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta pada tanggal
15-18 November 1989)”,Skripsi,Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah:
IAIN Walisongo Semarang
(http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-
suluhhenin-3951-1-coverdl-_.pdf) diakses 19 Oktober 2016
1
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS SYARIAH
Jl. Nakula Sadewa VA No 9 Telp. (0298) 3419400 Fak 323433 Salatiga 50722
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
Nomor : In.26/J2.2/PP.05.02/779/2015 12 November 2015
Lamp : Proposal Skripsi
Hal : Penunjukan Pembimbing Skripsi
Kepada
Yth. H. M. Yusuf Khummaini, S.H.I.,M.H.
Di – Tempat
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Dalam rangka penulisan Skripsi Mahasiswa Program Sarjana (S.1)
Saudara ditunjuk sebagai Dosen Pembimbing mahasiswa:
Nama : Ani Muslikhah
NIM : 214-12-006
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Konsep Penerapan Hak Cipta sebagai Tirkah (Studi
kasus Hak Cipta Buku Karya Habiburrahman El-
Shirazy)
Apabila dipandang perlu Saudara diminta mengkoreksi tema Skripsi
daiatas.
Demikian surat ini kami sampaikan, untuk diketahui dan dilaksanakan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
an-Dekan Fakultas Syariah
Wakil Dekan Bidang Akademik
Dr. H. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.
NIP. 19740104 200003 1 003
1
Hasil wawancara dengan Habiburrahman El Shirazy pada hari Selasa, 11
oktober 2016 waktu 13. 30 WIB
1. Hak cipta menurut bapak seperti apa terhadap buku-buku berhak cipta
karya bapak?
Buku saya seperti Ayat-Ayat Cinta itu yang buat saya, maka semestinya
baik saya daftarkan kepada negara ataupun tidak saya daftarkan itu adalah
tetap hak milik saya kan begitu. Dan negara seharusnya melindungi hak
cipta tersebut. Menurut saya apabila suatu karya sudah dikenal bahwa
karya tersebut milik si fulan maka negara harus melindungiya tanpa haeus
mendaftarkan hak ciptanya.
2. Menurut bapak waris itu seperti apa?
Waris seperti dalam hukum islam. Waris ada ketika yang punya sudah
meninggal, kalau yang punya masih hidup ya bukan waris namanya tapi
masih milik seseorang itu. Misalnya, mbah saya sudah meninggal dan
meninggalkan tanah misalnya, maka tanah tersebut adalah tanah warisan,
tapi apabila mbah saya masih hidup maka tanah tersebut belum bisa
dikatakan sebagai tanah warisan, apabila ingin dibagikan kepada anak-
anaknya bisa hibah atau wasiat.
Warisan itu ketikan seseorang meninggal dan mempunyai harta, maka
harta tersebut menjadi harta warisan yang didalam hukum islam sudah
jelas aturannya jelas ilmu faraid yaitu ilmu yang menbahas waris sangat
detail.
3. Menurut bapak apakah hak cipta itu bisa diwariskan?
Otomatis
4. Bagaimana konsep pembagian hak cipta menurut bapak?
Konsep pembagiannya sama dengan konsep pembagian warisan lainnya
kalau dia punya nilai. Nilainya sama dengan yang lain, misal seseorang
mempunyai ciptaan 10 lagu, lagu itu ada nilainya misalnya, bahwa nilai
lagu itu adalah dalam waktu 1 tahun telah diputar menghasilkan incame 1
2
milyar, sementarasang pemilik lagu itu sudah meninggal, tapi masih ada
anak- anaknya, maka 1 milyar ini dibagi kepada anak-anaknya sesuai
dengan syariat Islam.
5. Dalam sebuah buku ada naskahnya, menurut bapak bagaimana pembagian
naskahnya?
Masing-masing tergantung kepada pemilik naskah tersebut, bisa saja saya
bikin perpustakaan kemudian naskah tersebut saya kasihkan
keperpustakaan saya. Maka naskah tersebut menjadi hak perpustakaan
saya tersebut adapun royalti kepada keluarga itu sifatnya fleksibel tidak
harus kemudian dibagi, mana yang paling maslahah. Kemudian masalah
naskah apabila tidak ditata sejak awal bisa jadi masalah, bisa saja ada
yang mengclaim bahwa itu milik dia.
Contoh masalah tentang naskah suatu karya, misalnya pak Habibie beliau
mempunyai buku “Ainun Habibie” itu setau saya naskah berserta
royaltinya dihibahkan/ diinfakkan kepada Habibie Center, jadi royalti
serta naskahnya menjadi hak milik Habibie Center adapun masalah pajak
negara itu juga diambil dari royalti tersebut. Naskah-naskah yang sifatnya
intelektual dalam jangka waktu beberapa tahun jadi milik publik
contohnya buku karya Buya Hamka itu masih diclaim milik keluarganya,
padahal Buya Hamka sudah lama meninggal jika difilmkan harus meminta
ijin dulu kepada ahli waris hitam diatas putih karena masih diclaim milik
ahli warisnya akan tetapi dalam beberapa tahun kedepan itu sudah menjadi
milik publik.
Contoh lain karya klasik milik William Shakespeare itu sudah tidak
menjadi hak milik keluarganya tetapi sudah menjadi milik masyarakat
Inggris secara keseluruhan. Jika ada orang ingin membuat film Romeo
Juliet itu sah-sah saja tanpa minta ijin. Sama juga dengan kitab-kitab
kuning itu sudah menjadi milik publik misalnya Fathul bari.
6. Bagaimana sebuah karya itu bisa diclaim oleh pihak lain atau bahkan
negara lain?
3
Salah satu alasannya adalah karena tidak mendaftarkan hak cipta. Misal
Reog Ponorogo, sebenarnya Malaysia tidak salah karena yang mengclaim
itu juga orang ponorogo yang hijrah ke Malaysia dan orang-orang yang
hijrah tersebut ingin melestarikan budayanya dengan mengajarkan anak-
anak mereka reog dan reog pun sering di mainkan, maka kampung
tersebut menganggap reog itu milik kampung tersebut. Jadi tidak serta
merta reog itu diambil karena semuanya juga butuh proses yang panjang,
tapi semua itu juga harus didukung dengan kekuatan hukum yang kuat.
Misalnya Ronggeng Dukuh itu milik bapak Mutohari itu sangan terkenal
seharunya tanpa harus didaftarkan negara harus melindungi, gak bisa ada
orang yang mengclam sedangkan pak Mutohari masih hidup. Jika negara
tidak melindungi hal tersebut maka negara tersebut adalah negara dablek.
Seperti Ayat-Ayat Cinta tanpa saya daftarkan seharusnya dilindungi kan
itu karya saya, hukum harus nyata dong. Semua orang dari awal tahu
bahwa Aya-Ayat Cinta itu milik saya itu karya saya, Aya-Ayat Cinta saja
sudah dicetak beberapa kali kalau ada yang ngaku-ngaku itu namanya
njiplak.
7. Sebenarnya proses pendaftaran hak cipta itu seperti apa? Apakah sangat
rumit hingga sering kali para seniman tidak mendaftarkan karyanya?
Sebenarnya tidak rumit, namun kadang-kadang mikir biaya yang sampai 5
juta untuk satu karya. Kalau penulis pemula kan belum tau akan dapat
royalti atau tidak, kan jadinya mereka berat untuk mendaftarkan karya-
karyanya tersebut.
8. Kalau mengenai naskah yang bapak punya, nantinya pembagian
naskahnya akan seperti apa?
Gambaran untuk saat ini saya akan bangun pesantren dan saya akan
memberikan naskah-naskah tersebut untuk pesantren guna untuk
kemaslahatan umat khususnya pesantren agar dapat dimanfaatkan untuk
menunjang pendidikan dalam pesantren dan mendidik penerus bangsa
agar menjadi penerus yang baik dan maslahat untuk umat.
1
Wawancara dengan Calon Ahli Waris Buku Karya Muyasaratun Saidah (istri
Habiburrahman El Shirazy) pada hari Sabtu, 14 januari 2017 waktu 09.00
WIB
1. Menurut pandangan ibu waris itu seperti apa?
Waris berarti sesuatu yang yang diberikan orang tua kepada ahli warisnya.
Pokoknya sesuatu yang dibagikan oleh seseorang yang mempunyai harta
tersebut dan seudah meninggal kepada seseorang yang berhak karena
mereka adalah ahli warisnya, bisa jadi orang tua kepada anaknya atau
sebaliknya anak kepada orang tuanya.
2. Karya-karya buku pak Habiburrahman itu menurut ibu bisa tidak menjadi
harta warisan (tirkah)?
Ya bisa kan, hasil karya-karya beliau kan bisa menghasilkan uang dari
penjuallannya, ya maka secara otomatis uang tersebut kan bisa menjadi
harta waris.
3. Maka bagaimana pembagiannnya menurut ibu atas buku hasil karya bapak
Habibirrahman tersebut?
Menurut saya, hak cipta kan tentu yang diwariskan hasilnya. Kalau
hasilnya maka pembagiannya sesuai dengan hukum Islam dimana didalam
hukum islam sudah diatur memgenai pembagiannya, misal berapa bagian
istri dan berapa bagian yang diperoleh anak.
4. Ibu kan sebagai calon ahli waris dari bapak Habiburrahman, kemarin hasil
dari wawancara saya dengan beliau mengenai konsep pembagian hak cipta
atas buku-buku karya beliau, beliau mempunyai konsep bahwa harta
beliau akan dibagi sesuai dengen hukum Islam dan masalah naskah buku-
buku karya beliau akan diwakafkan ke pesantren beliau, bagaimana
sikap/tanggapan ibu mengenai hal ini?
Tidak apa-apa, saya menerima dengan ikhlas, bahkan kalau punya saya
akan tambahi, saya tidak masalah kalau naskahnya akan diwakafkan . kan
itu juga dalam jalan kebaikan malah mungkin akan lebih bermanfaat, kan
2
bisa juga untuk memajukan pesantren, pesantren kan untuk mendidik anak
untuk menjadi pribadi yang baik dan selalu dijalan Allah SWT. Jadi saya
tidak keberatan dengan konsep dari suami saya.
1
DAFTAR SKK
Nama : Ani Muslikhah
Nim : 214-12-006
Fakultas/Jurusan : Syariah/HES
No NamaKegiatan Tanggal Keterangan Nilai
1 OPAK “ProgresifitaskaumMuda,
kunciPerubahan Indonesia”
(DEMA)
05-07
September
2012
Peserta 3
2 OPAK
“MembangunPribadiMahasiswaMe
laluiAnalisaSosialKe –Syariah –an”
(HMJ Syariah)
08-09
September
2012
Peserta 3
3 OrientasiDasarKeislaman (ODK)
“MembangunKarakterKeislamanBe
rtarafInternasional di Era
GlobalisasiBahasa” (ODK)
10
September
2012
Peserta 2
4 Seminar Entrepreneurship
Perkoperasian “Explore Your
Entrepreneurship Talent”
(MIPALA MITAPASA dan KSEI)
11
September
2012
Peserta 2
5 Achievement Motivation Training
(AMT) “ Dengan AMT
MembangunKarakterRaihPrestasi”
(AMT)
12
September
2012
Peserta 2
6 Library User Education
“PendidikanPemakaiPerpustakaan”
(UPT-Perpustakaan STAIN
SALATIGA)
13
September
2012
Peserta 2
7 Membentuk Militansi Kader
Menuju Mahasiswa yang Ideal
( MAPABA PMII)
05-
07Oktober
2012
Peserta 3
8 Dialog Public
danSilaturahimNasional
“kemanakaharahkebijakanBBM ?m
endorongsubsidi BBM
untukrakyat” (PMII)
10
November
2012
Perserta 8
9
Seminar Nasional
“PeranLembagaPerbankanSyariahd
enganAdanyaOtoritasJasaKeuangan
29
November
2012
Peserta
Peserta
8
2
(UUD no 21 Tahun 2011 Tentang
OJK)” (HMJ Syariah)
10 Seminar “Muslimah Sejati, tetap
gaul tapi Syar‟i” (LDK STAIN
Salatiga)
1 Desember
2012
Peserta 2
11 Seminar Tablik Akbar “Tafsir
Tematik daam upaya Menjawab
Persoalan Israel dan Palestina”
(JQH STAIN Salatiga)
1 Desember
2012
Peserta 2
12 Seminar
“penyelesaiansengketaekonomisyar
iahdalamperspektifhokumpositifdan
syariah” (HMJ Syariah)
17
Desember
2012
Peserta 2
13 Diklat Ekonomi Islam (DEI) atau
Sharia Economi Tranning 1
“mencetak Generasi Mahasiswa,
Penggerakan Roda Perekonomian
Islam (KSEI STAIN Salatiga)
04-05
Desember
20012
Peserta 3
14 Seminar Nasional “Kepemimpinan
dan Masa Depan Bangsa” (HMI)
23 Februari
2013
Peserta 6
15 Pendidikan Tingkat Lanjut KSEI /
Sharia Economi Trainiing
“Membangun, Integritas,
Mentalitas dan komitmen Ekonomi
Robani” (KSEI STAIN Salatiga)
30-31 Maret
2013
Peserta 3
16 Seminar Nasional”Perjuangan
Kaum Perempuan Dalam
Kesejahteraan Hukum Islam di
Indonesia” (Lembaga Percik
Salatiga dan STAIN Salatiga)
30 April
2013
Peserta 6
17 Seminar Nasional “ Menumbuhkan
Jiwa Entrepreneur Generasi Muda”
(KOPMA STAIN Salatiga)
27 Mei
2013
Peserta 8
18 Seminar Nasional “Indonesia Wil
Grow and Shine with Sharia
Economi”(KSEI STAIN Salatiga)
04 Juni
2013
Peserta 8
19 Sarasehan “Mendalami Koperasi
Mahasiswa sebagai Sarana
Pembelajaran Manajemen”
(KOPMA STAIN Salatiga)
22 juni 2013 Peserta 2
20 Seminar Nasional dan Dialod
Publik “Penyesuaian Harga BBM
Bersubsidi”( HMJ Syari‟ah)
27 Juni
2013
Peserta 8
21 Panitia 1 Muharram 1435 H (PPTI 07 Panitia 2
3
Al Falah Salatiga) November
2013
22 Pelatihan Karya Tulis Ilmiah
“Optimalisasi Peran Mahasiswa
dalam Menulis Sejak Dini untuk
Kemandirian Sumber Daya
Manusia yang Profesional” (KSEI
STAIN Salatiga)
09 Mei
2014
Peserta 3
23 Workshop Entrepreneurship
“Menanamkan nilai-nilai jiwa
kewirausahaan mahasiswa yang
kreatif dan inovatif”( KSEI dan
SSC STAIN Salatiga)
22 Agustus
2014
Peserta 2
24 Sekolah Pasar Modal Syariah”
Level Basic 1 atau Pendidikan
tingakat 1” (KSEI STAIN Salatiga)
13Oktober
2014
PANITIA 3
25 Tablighakbar
“membangunkaraktermahasiswa
Islamic entrepreneurship” (KSEI
STAIN Salatiga)
14Oktober
2014
PANITIA 2
26 Seminar Nasional “Optimalisasi
Sumber Daya Insani terhadap
Lembaga Keuangan Syariah”
(KSEI STAIN Salatiga)
14 Oktober
2014
PANITIA 8
27 Diklat Ekonomi Islam
(DEI)”Menciptakangenerasi yang
berpegangteguhprinsipekonomisyar
iahuntukkemajuanpereknomian
Indonesia”(KSEI STAIN Salatiga)
22-23
Oktober
2014
PANITIA 3
28 Seminar regional
“membangunkarakterkepemimpina
n KSEI
dalamakselarasipembumianajaranis
lamdibidangekonomi” (KSEI
STAIN Salatiga)
13
Desember20
14
Peserta 6
29 Edukasi Literatur Keuangan
bersama OJK”Literatur Keuangan
Syariah dan Kebijakan
Mikroprudensial dalam Stabilitas
Ekonomi”
12 Oktober
2015
Peserta 2
30 Seminar nasional “Peran sistem
ekonomi islam daam meningkatkan
stabilitas ekonomi global dengan
mensinergikan sektor riil dan sektor
13 Oktober
2015
Peserta 8
4
Salatiga, 16 November 2017
Mengetahui,
Dr. Ilyya Muhsin, S.H.I.,M.S.i
NIP. 19790930 200312 1 001
keuangan” (KSEI)
31 Seminar nasional perbankan syariah
di Indonesia ; antara teori dan
praktik”(HMJ HES)
04
November
2016
Peserta 8
32 Workshop “become a succesfull
entrepreneur” (FAKULTAS
DAKWAH)
23 April
2016
Peserta 2
33 KuliahUmumFakultasSyariah IAIN
Salatiga “GerakanRefifalis Islam
Modern danPerkembanganHukum
di Indonesia”
(DekanFakultasSyariah)
02 Juni
2016
Peserta 2
JUMLAH 134
5
6
7
8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ani Muslikhah
Nim : 214 12 006
Tempat, Tanggal Lahir : Temanggung, 11Juli 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ngawen Rt. 01/Rw. 03 Botoputih Tembarak
Temanggung
Riwayat Pendidikan : MI Darutholab Botoputih (2006)
MTs Ma‟ari Botoputih (2009)
MAN Tegalrejo (2012)
IAIN Salatiga (2017)
Pengalaman Organisasi : Sekretari II KSEI IAIN Salatiga
Anggota PMII Salatiga