konsep pendidikan islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/m roqi m.pdfdan...

58
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM (STUDI KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. HASYIM ASY'ARI DAN MAHMUD YUNUS) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Disusun oleh : M. Roqi Multazam NIM. 1112011000074 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H

Upload: trinhliem

Post on 23-Jul-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

(STUDI KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. HASYIM ASY'ARI DAN

MAHMUD YUNUS)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh :

M. Roqi Multazam

NIM. 1112011000074

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 2: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi
Page 3: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi
Page 4: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi
Page 5: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

i

ABSTRAK

M. Roqi Multazam (1112011000074) “Konsep Pendidikan Islam (Studi

Komparasi Pemikiran K.H. Hasyim Asy'ari Dan Mahmud Yunus)”

Kata kunci: Konsep Pendidikan Islam, Komparasi, Pemikiran K.H. Hasyim Asy'ari,

Pemikiran Mahmud Yunus.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran K.H. Hasyim Asy'ari dan

pemikiran Mahmud Yunus tentang konsep pendidikan Islam, mengetahui persamaan

dan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui

relevansi dari pemikiran tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

yang bersifat analisis deskriptif, dan jenis penelitian yang digunakan adalah

kepustakaan / library research yaitu mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah yang

bertujuan dengan obyek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat kepustakaan

atau dengan menggunakan sumber primer dan data-data sekunder lainnya. Sumber

primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kitab Adabul ‘Alim wal

Muta’alim karya K.H. Hasyim Asy’ari dan Metode Khusus Pendidikan Agama,

Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran karya Mahmud Yunus.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa pendidikan Islam dalam

perspektif K.H. Hasyim Asy'ari adalah upaya memanusiakan manusia secara utuh,

sehingga manusia bisa bertakwa kepada Allah SWT, dengan benar-benar

mengamalkan segala perintah-Nya. Menjadi manusia sempurna yang mendekatkan

diri kepada Allah SWT dan bahagia dunia dan akhirat adalah tujuan pendidikan

Islam. Sedangkan pendidikan Islam dalam perspektif Mahmud Yunus menjadikan

seseorang agar mengamalkan ajaran Islam, tidak hanya menguasai pekerjaan-

pekerjaan yang bersifat ukhrawi, tetapi juga pekerjaan duniawi sekaligus dengan

akhlak yang mulia agar siswa tersebut berhasil secara individu, sosial, dan

bermanfaat bagi masyarakat. Dan pemikiran K.H. Hasyim Asy'ari dan Mahmud

Yunus relevan dengan Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional No.

20 tahun 2003 Bab I Pasal 1, Bab II Pasal 3 dan Peraturan Pemerintah RI No. 74

tahun 2008 tentang Guru Bab 1 Pasal 1.

Page 6: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjakan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta

alam yang telah memberikan nikmat iman, nikmat Islam, nikmat kesehatan, nikmat

rezeki dan nikmat kesempatan. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta

keluarga dan para sahabatnya.

Pada kesempatan ini juga peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada

seluruh pihak yang berperan penting dalam penyelesaian studi peneliti di Jurusan

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Mereka antara lain adalah sebagai berikut:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Prof. Dr. Ahmad Thib

Raya, MA. beserta wakil dekan dan segenap jajarannya.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag.

dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Marhamah Saleh, Lc, MA.

yang telah memberikan nasehat, arahan dan kemudahan dalam penyusunan

skripsi ini.

3. Dosen Penasihat Akademik, Drs. Ghufron Ihsan, M.A. yang telah

memberikan bimbingannya selama peneliti menempuh perkuliahan di Jurusan

Pendidikan Agama Islam.

4. Dosen Pembimbing, Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag. dengan penuh kesabaran

dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen dan para pegawai perpustakaan Fakultas Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Utama

Page 7: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

iii

yang telah memberikan ilmu dan tuntunan kepada penulis dan membantu

melengkapi literatur yang penulis perlukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Orang tua peneliti, Nur Nadhiroh dan Asrori Muhtarom yang senantiasa

mendo’akan, membimbing, merawat, mendidik, serta memberikan materil dan

moril, sehingga peneliti dapat menyelesaikan serangkaian pendidikan dari

pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi sarjana strata satu. Semoga Allah

senantiasa memberikan kesehatan, umur yang barokah, hidayah dan taufik-

Nya serta diberikan istiqomah dalam menjalankan amal ibadah kepada Allah

SWT.

7. Kepada keluarga, kakak-kakak tercinta, yang senantiasa mendukung dan

mendo’akan dalam pembuatan skripsi ini. Semoga selalu diberikan Allah

yang terbaik dan menjadi hamba Allah yang ahli syukur.

8. Teman-teman prodi Pendidikan Agama Islam angkatan 2012 yang baik hati,

khususnya kelas B. Yang tak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima

kasih banyak atas canda-tawa, suka-duka, kebersamaan, motivasi dan bertukar

pikiran selama ini.

9. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga

Allah SWT memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan

mereka semua, aamiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi

ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi seluruh pembaca.

Jakarta, 5 Desember 2018

Penulis

Page 8: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ………………………………………………………………………....i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………….……1

B. Identifikasi Masalah ……………………………………………….……6

C. Pembatasan Masalah ……………………………………………….…...7

D. Perumusan Masalah …………………………………….……………....7

E. Tujuan ………………………………………………………………….7

F. Manfaat Penelitian ……………………………………………………..8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Pendidikan ……………………………………………………...9

1. Pengertian Pendidikan ………………………………………………9

2. Metode Pendidikan …………………………………………………10

3. Tujuan Pendidikan …………………………………………………11

4. Dasar Pendidikan ………………………………………………...…11

Page 9: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

v

5. Lingkungan Pendidikan …………………………………………….12

6. Pendidik …………………………………………………………….13

B. Pendidikan Islam ………………………………………………………13

1. Pengertian Pendidikan Islam ………………………………………13

2. Tujuan Pendidikan Islam …………………………………………...16

3. Dasar-Dasar Pendidikan Islam ……………………………………..20

4. Metode Pendidikan Islam …………………………………………..25

5. Pendidik Menurut Islam ……………………………………………27

C. Hasil Penelitian yang Relevan ………………………………………….29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian …………………………………………………………33

B. Sumber Data ……………………………………………………………34

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ………………………….35

D. Analisa Data ……………………………………………………………36

E. Teknik Penulisan ……………………………………………….………36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. K.H. Hasyim Asy’ari …………………………………………………...37

1. Riwayat Hidup K.H. Hasyim Asy’ari ………………………………37

2. Riwayat Pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari …………………………39

3. Karya-karya K.H. Hasyim Asy’ari …………………………………41

4. Pemikiran Pendidikan Islam K.H. Hasyim Asy’ari ………………...43

a. Pendidikan Islam ………………………………………………..43

b. Tujuan pendidikan Islam ………………………………………..45

c. Dasar pendidikan Islam …………………………………………46

d. Metode pendidikan Islam ……………………………………….47

e. Pendidik dalam Islam …………………………………………...48

B. Mahmud Yunus …………………………………………….…………...50

1. Riwayat Hidup Mahmud Yunus ……………………………….……50

Page 10: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

vi

2. Riwayat Pendidikan Mahmud Yunus ………………………….……53

3. Karya-karya Mahmud Yunus ………………………………….……55

4. Pemikiran Pendidikan Islam Mahmud Yunus ………………….…...57

a. Pendidikan Islam ………………………………………………..57

b. Tujuan pendidikan Islam ………………………………………..58

c. Dasar pendidikan Islam …………………………………………60

d. Metode pendidikan Islam ……………………………………….60

e. Pendidik dalam Islam …………………………………………...62

C. Persamaan dan Perbedaan Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari dan Mahmud

Yunus tentang Pendidikan Islam ……………………………………….63

D. Relevansi Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari dan Mahmud Yunus terhadap

Pendidikan Islam di Indonesia …………………………………………68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………..72

B. Saran-saran ……………………………………………………………...74

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...75

Page 11: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah sesuatu yang esensial bagi manusia, manusia bisa

menghadapi alam semesta demi mempertahankan hidupnya agar tetap

survive melalui pendidikan karena pentingnya pendidikan, Islam

mendapatkan pendidikan pada kedudukan penting dan tinggi dalam

doktrinnya.1

Proses pendidikan telah berlangsung lama, yaitu sepanjang sejarah

manusia itu sendiri, dan seiring pula dengan perkembangan sosial budayanya.

Secara umum memang aktifitas pendidikan sudah ada sejak manusia diciptakan.

Dalam ajaran Islam, pendidikan mendapat posisi yang sangat penting dan tinggi,

karena pendidikan merupakan salah satu perhatian sentral (centre attention)

masyarakat. Pengalaman pembangunan di negara-negara yang sudah maju,

khususnya di dunia barat, membuktikan betapa besar peran pendidikan dalam

proses pembangunan.

Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai positif yang sesuai

dengan tuntutan global, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam

menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban

masyarakat. Tanpa pendidikan, manusia sekarang tidak akan berbeda dengan

manusia lampau, bahkan malah lebih rendah atau jelek kualitasnya. Masyarakat

modern dalam suatu bangsa dapat diwujudkan melalui peningkatan

pendidikannya, hal ini berlaku juga bagi bangsa Indonesia yang mayoritas

penduduknya beragama Islam.2

Dalam konteks kekinian, ada indikasi yang menunjukkan bahwa

pendidikan secara substansial telah kehilangan ruhnya. Hal ini ditunjukkan pada

ketidakseimbangan dalam proporsi pengajaran yang diberikan. Pendidikan saat

ini cenderung sangat menekankan aspek kognitif peserta didik sekaligus

1 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), cet. 5, h. 26

2 Mansur dan Mahfud Junaedi, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.

(Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 6-7

Page 12: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

2

mengabaikan aspek spiritualitas dan emosional mereka.3 Secara kasat mata,

output pendidikan kita memang tampak menggembirakan. Banyak lulusan

sekolah dan perguruan tinggi terserap banyak ke dalam dunia kerja, bahkan

mereka sangat pintar dan memiliki berbagai kemampuan yang berguna di industri

dan perusahaan menurut kepentingan ekonomi semata. Capaian tersebut di atas

bukannya tidak penting. Akan tetapi pendidikan tidak hanya berhenti di situ.

Pendidikan lebih dari sekedar mencetak siswa yang handal secara kognitif.4

Pendidikan harus mempunyai tujuan yang menimbulkan pertumbuhan

keseimbangan dari kepribadian total manusia melalui latihan spiritual,

intelektual, rasional diri, perasaan, dan kepekaan tubuh manusia. Karena

pendidikan merupakan jalan bagi manusia dalam segala aspeknya, baik spiritual,

intelektual, imaginatif, fisikal, ilmiah, dan linguistik, baik secara individual

maupun secara kolektif dan memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan

dan kesempurnaan.5

Mengenai masalah tentang pendidikan seperti di atas, sepertinya kita harus

melihat ke belakang dan mengkaji kembali konsep-konsep dari para tokoh

pendidikan, bagaimana seharusnya pendidikan itu diselenggarakan.

Sejak pertengahan abad ke 19 hingga pertengahan abad ke 20, para tokoh

pendidikan Islam telah menyediakan berbagai konsep. Diantara tokoh-tokoh

yang banyak berkecimpung dalam pendidikan Islam yaitu: K.H. Ahmad Dahlan

(1869-1923), K.H. Hasyim Asy’ari (1871-1954), K.H. Ahmad Soerkati (1875-

1943), K.H. Agus Salim (1884-1957), K.H. A. Hasan (1887-1958), Ki Hajar

Dewantara (1889-1959), Prof. Dr. Mahmud Yunus (1899-1982), Dr. Mohammad

Natsir (1908-1993), dan tokoh-tokoh lainnya.6

Dari K.H. Hasyim Asy’ari kita dapat menggali semangatnya dalam

berjuang mengembangkan pendidikan Islam melalui Organisasi Nahdatul Ulama

yang didirikannya serta lembaga pendidikan pesantren Tebu Ireng yang

dibinanya. Tokoh ulama, pendidik, dan pejuang yang berasal dari etnis Jawa

3 Imron Fauzi, op. cit., h. 21

4 M. Musthafa, Sekolah Dalam Himpitan Google dan Bimbel, (Yogyakarta: LKIS, 2013),

h. 8 5 Imron Fauzi, op. cit., h. 22

6 Munawir Hakiki, Konsep Pendidikan Islam Modern Menurut Pemikiran Dr.Mohammad

Natsir, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 4

Page 13: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

3

keturunan orang-orang berpengaruh ini dikenal sebagai orang yang memiliki

kepedulian terhadap masyarakat sekitarnya. Hal ini dilakukan selain melalui

pembinaan mental keagamaan, juga melalui pengobatan dengan cara yang unik,

yaitu dengan bantuan doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT. serta air putih

diminumkan kepada pasiennya.

Di Pulau Jawa, K.H. Hasyim Asy’ari merupakan tokoh yang pertama kali

melakukan pembaruan terhadap kurikulum pesantren dengan memasukkan mata

pelajaran umum ke dalamnya, serta melengkapi kelembagaan pesantren dengan

sistem madrasah (klasikan), di samping sistem halaqah yang telah ada di

pesantren. Keahliannya dalam bidang Ilmu Hadits membuatnya sebagai tokoh

ulama yang amat disegani dan belum ada tandingan pada masanya.7

Beliau sudah mendapat pendidikan dari usia dini sampai pada usia 15

tahun, dalam bimbingan ayahnya. Diajarkan oleh ayahnya berbagai macam ilmu

agama seperti ilmu tauhid, ilmu fiqih, tafsir, dan hadits.8 Menetap di Tanah Suci

kurang lebih selama tujuh tahun dan berguru pada sejumlah ulama-ulama besar

yaitu dengan Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani dan Syaikh Khatib Al-

Minangkabawi dan Syaikh Syu’aib bin Abdurrahman tentang berbagai disiplin

ilmu. Ia juga belajar bersama Sayyid Abbas Al-Maliki Al-Hasan tentang kitab-

kitab hadits nabawi. Lalu belajar kepada Syaikh Muhammad Mahfud bin Abdillah

tentang ilmu-ilmu syariat dan alat-alat peradaban.

Salah satu karya monumental K.H. Hasyim Asy’ari tentang pendidikan

adalah kitab Adab al-Alim wa al-Muta’alim fima Yahtaj Ilah al-Muta’alim fi

Ahuwal Ta’allum wa ma Yataqaffu’alim fi Maqamat Ta’limih (Etika pengajar dan

pelajar dalam hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pelajar selama belajar) yang

dicetak pertama kali pada tahun 1415 H. Sebagaimana umumnya kitab kuning,

terhadap masalah pendidikan lebih ditekankan pada masalah pendidikan etika.

Meski demikian, tidak menafikan beberapa aspek pendidikan lainnya.

Keahliannya dalam bidang hadits ikut pula mewarnai isi kitab tersebut. Sebagai

7 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2005), h. 423 8 Latiful Khuluq, Hasyim Asy’ari; Religiuous Thought and Political Activities, (Jakarta:

Logos, 2000), h. 23

Page 14: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

4

bukti adalah dikemukakannya beberapa hadits sebagai dasar dari penjelasannya,

di samping beberapa ayat Al-Qur'an dan beberapa pendapat para ulama.9

K. H. Hasyim Asy’ari telah memberikan darma baktinya untuk

kepentingan umat Islam khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Beliau sanggup membangun kesadaran ulama Indonesia sehingga melahirkan

daya juang dari kalangan mereka, secara bersama-sama mengusir penjajah

Belanda dan Jepang dengan usaha memperbaiki kehidupan umat Islam. Dari

kalangan para ulama maka lahir usaha-usaha positif dan bermanfaat bagi umat

Islam. Di samping itu usaha-usaha di bidang pendidikan dan pembibitan kader

ulama, dengan didirikannya pesantren Tebu Ireng, juga mempunyai pengaruh

besar bagi perluasan syiar Islam. Di samping itu jasanya dalam pendidikan yang

lain adalah beliau mampu menyumbangkan usaha-usaha modernisasi pondok

pesantren.10

K.H. Hasyim Asy’ari adalah sosok kiai yang patut diteladani karena telah

memberikan inspirasi yang bergitu berharga, khususnya perihal pentingnya

pendidikan yang berwawasan luas dan berkarakter mulia. Semua itu tidak lain

harus didukung sepenuhnya oleh keteladanan kiai. Seorang kiai tidak hanya

mentransformasikan ilmu, tetapi juga mentransformasikan moralitas.11

Tipologi

seorang ulama pejuang kemasyarakatan, politik, dan pertahanan yang semata-

mata ikhlas karena Allah sebagaimana diperlihatkan K.H. Hasyim Asy’ari adalah

poin yang patut dijadikan contoh dan teladan bagi para tokoh ulama di masa

sekarang dan akan datang.12

Sedangkan Mahmud Yunus adalah tokoh pendidikan Islam yang

pertama kali memelopori adanya kurikulum yang bersifat integrated, yaitu

kurikulum yang memadukan ilmu agama dan ilmu umum di lembaga

pendidikan Islam. Beliaulah yang pertama kali memasukkan mata pelajran

umum ke madrasah, beliau pula yang pertama kali membuat laporan

laboratorium fisika dan mendirikan Pendidikan Guru Agama (PGA).

9 Mukhrizal Arif, Pendidikan Posmodernisme, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h.

159 10

Mansur dan Mahfud Junaedi, op. cit., h. 92 11

Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari; Moderasi, Keumatan, dan Kebangsaaan, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), h. 72

12 Abuddin Nata, op. cit., h. 424

Page 15: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

5

Mahmud Yunus juga orang yang pertama kali berusaha memasukkan

pendidikan agama pada pada kurikulum pendidikan umum yang bernaung di

bawah Departemen Pendidikan Nasional. Beliaulah yang menekankan

pentingnya mewujudkan akhlak mulia melalui lembaga pendidikan.13

Sejak kecil Mahmud Yunus dikenal dengan anak yang cerdas. Beliau

selalu lebih menonjol dibanding dengan teman-temannya yang lain. Bila di

malam hari diceritakan lagu hikayat atau cerita, yang menjadi salah satu

kesenangannya, siangnya sudah bisa menceritakan kembali dengan

sempurna.14

Keinginan untuk lebih menguasai ilmu keislaman terlihat jelas

dalam diri Mahmud Yunus. Dengan adanya ijazah shahadah alimiyah dari

Universitas Al-Azhar, beliau sangat termotivasi untuk melanjutkan

pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi dan penguasaan terhadap ilmu

pengetahuan umum dan ilmu-ilmu lainnya. Mahmud Yunus mendaftar

menjadi pelajar di Darul Ulum Ulya atas rekomendasi Syekh ‘Illid

(Universitas Al-Azhar) dan diterima sebagai pelajar di kelas malam. Menjadi

orang Indonesia pertama yang belajar di Darul Ulum. Setelah empat tahun

belajar di Darul Ulum, beliau dinyatakan lulus dan mendapatkan ijazah Darul

Ulum.15

Mahmud Yunus yang berasal dari Sumatra Barat, gagasannya tentang

perlunya memajukan pendidikan Islam dengan pendekatan yang modern.

Usahanya ini dilakukan dengan mendirikan Sekolah Tinggi Islam pada tahun

1940, dan selanjutnya beliau pula yang memelopori berdirinya Akademi Dinas

Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta tahun 1957, yang selanjutnya berubah menjadi

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 1960,

dan seterusnya berubah lagi menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2002.

Selain memiliki perhatian terhadap perlunya pembaruan terhadap visi,

misi, tujuan, dan kurikulum pendidikan, Mahmud Yunus juga terkenal sebagai

13

Ibid., h. 56-57 14

Syeh Hawib Hamzah, Pemikiran Mahmud Yunus dalam Pembaruan Pendidikan Islam

di Indonesia, Dinamika Ilmu Vol. 14, No. 1, Juni 2014, h. 126 15

Eficandara Masril dkk., Prof. Dr. H. Mahmud Yunus: Tokoh Mujaddid dari

Minangkabau, Prosiding Nadwah Ulama Nusantara (NUN) Vol. IV, November 2011, h. 137

Page 16: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

6

orang yang menganggap bahwa metode pengajaran memiliki peranan yang amat

menentukan keberhasilan dalam pendidikan dan pengajaran. Beliau mengatakan

bahwa al-thariqah ahamm min al-madah (metode itu lebih penting dari materi).

Keberhasilan Pesantren Modern Gontor Ponorogo, Jawa Timur, dalam

menghasilkan lulusannya yang memiliki kemampuan berbahasa Arab yang diakui

oleh Universitas Al-Azhar, Kairo adalah karena menerapkan metode pengajaran

yang dihasilkan Mahmud Yunus.

Selain sebagai orang pertama yang merintis berdirinya Perguruan Tinggi

Islam di Indonesia, beliau juga tercatat sebagai orang yang merintis perjuangan

Islam melalui mass media. Untuk itu beliau memelopori berdirinya majalah di

Sumatra Barat, seperti Majalah Al-Ba’asyir, Al-Munir, dan Al-Manar di Padang

Panjang, Majalah Al-Bayan di Bukittinggi, dan Majalah Al-Itqan di Maninjau.

Melalui berbagai mass media ini, gagasan, ide-ide, dan pemikiran pembaruan

dapat disalurkan dan disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat secara lebih

merata dan permanen.16

Dari latar belakang di atas, dapat dilihat bahwa kedua tokoh mempunyai

latar pendidikan, metode pendidikan, serta lembaga pendidikan yang berbeda. Hal

ini tentunya menarik untuk digali lebih dalam, untuk mengetahui lebih jauh

pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari dan Mahmud Yunus tentang konsep pendidikan

Islam di Indonesia, penulis akan meneliti lebih dalam lagi mengenai “Konsep

Pendidikan Islam (Studi Komparasi Pemikiran K.H. Hasyim Asy'ari dan Mahmud

Yunus)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasikan

masalah dalam skripsi ini sebagai berikut:

1. Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari mengenai konsep pendidikan Islam.

2. Pemikiran Mahmud Yunus mengenai konsep pendidikan Islam.

16

Ibid., h. 421

Page 17: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

7

3. Bagaimana persamaan dan perbedaan pemikiran kedua tokoh tersebut.

4. Relevansi pemikiran dua tokoh tersebut dalam dunia pendidikan Islam.

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah terbatas hanya pada

konsep pendidikan Islam dalam perspektif K.H. Hasyim Asy’ari dan Mahmud

Yunus yang meliputi pendidikan, tujuan, dasar, metode, dan pendidik dalam

Islam.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana konsep pendidikan Islam yang ideal menurut K.H. Hasyim

Asy’ari dan Mahmud Yunus?

2. Apa persamaan dan perbedaan pemikiran kedua tokoh tersebut?

3. Bagaimana relevansi pemikiran pendidikan Islam K.H. Hasyim Asy’ari

dan Mahmud Yunus terhadap pendidikan Islam di Indonesia?

E. Tujuan

Dengan adanya semua perumusan masalah di atas, diharapkan adanya suatu

kejelasan yang dijadikan tujuan bagi penulis. Tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pemikiran pendidikan Islam K.H. Hasyim Asy’ari dan

Mahmud Yunus.

2. Untuk mengetahui persaman dan perbedaan pemikiran pendidikan Islam

K.H. Hasyim Asy’ari dan Mahmud Yunus.

Page 18: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

8

3. Untuk menambah pengetahuan, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca

pada umumnya.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan peneliti dalam penelitian skripsi ini adalah:

1. Bagi penulis adalah memperdalam dan menambah pemahaman tentang

pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari dan Mahmud Yunus terkait pendidikan

Islam.

2. Bagi civitas akademik adalah untuk memperluas khazanah keilmuan

dalam dunia pendidikan, terutama dalam pendidikan Islam.

3. Bermanfaat untuk orang yang menuntut ilmu senantiasa mencari faidah

setiap waktu, agar tidak hanya mendapatkan ilmu saja tetapi juga

mendapatkan keutamaan ilmu.

Page 19: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Konsep adalah kata tunggal yang bisa dinyatakan dengan bahasa apapun.

Konsep bisa dinyatakan dengan hund dalam bahasa Jerman, chien dalam bahasa

Prancis, dan perro dalam bahasa Spanyol. Konsep dapat didefinisikan sebagai

suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna dan bermakna. Sedangkan dari

pengertian lain, konsep adalah rancangan atau ide atau peristiwa yang

diabstrakkan dari peristiwa konkret atau apapun yang ada di luar bahasa yang

digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Dengan demikian konsep

merupakan suatu peta perencanaan untuk masa depan sehingga bisa dijadikan

pedoman dalam melakukan segala kegiatan.1

Secara bahasa, pendidikan berasal dari kata pedagogi yang berarti

pendidikan dan kata pedagogia yang berarti ilmu pendidikan, yang berasal dari

bahasa Yunani. Pedagogia terdiri atas dua kata, yaitu paedos dan agoge yang

berarti saya membimbing, memimpin anak.2 Pendidikan berasal dari kata didik

dan mendidik, pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.3

Sedangkan menurut para ahli, pengertian pendidikan secara istilah

diantaranya:

a. Menurut Ahmad Fuad al Ahwaniy seperti yang dikutip oleh Abuddin Nata,

pendidikan adalah pranata yang bersifat sosial yang tumbuh dari pandangan

1 Nur Hikma, Studi Perbandingan Konsep Pendidikan Islam Menurut Mahmud Yunus

dan Imam Zarkasyi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 9 2 Novan Ardy dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016),

h. 23 3 Departemen Pendidikan Nasioal, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2007), cet ke-4, h. 263

Page 20: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

10

hidup tiap masyarakat. Pendidikan senantiasa sejalan dengan pandangan

falsafah hidup masyarakat tersebut, atau pendidikan itu pada hakikatnya

mengaktualisasikan falsafah dalam kehidupan nyata.4

b. Menurut John Dewey seperti yang dikutip oleh Madyo Ekosusilo, pendidikan

adalah proses pembentukan kemampuan-kemampuan yang fundamental secara

intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.5

c. Menurut Drs. D. Marimba seperti yang dikutip oleh Madyo Ekosusilo,

pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama.6

d. Menurut SA. Branata seperti yang dikutip oleh Alisuf Sabri, pendidikan adalah

usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak

langsung, umtuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai

kedewasaan.7

e. Menurut Ki Hajar Dewantara seperti yang dikutip oleh Alisuf Sabri,

pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak

agar mereka sebagai manusia dan sebagi anggota masyarakat dapat mencapai

keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.8

Dari berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep

pendidikan adalah suatu suatu perencanaan atau rancangan yang berisi tujuan

pendidikan, metode pendidikan, dan kurikulum dalam membimbing siswa

terhadap perkembangan jasmani dan rohani agar menjadi manusia seutuhnya.

2. Metode Pendidikan

Komponen yang lain dari pendidikan yaitu metode pendidikan. Metode

pendidikan yaitu strategi yang relevan yang dilakukan oleh pendidik untuk

menyampaikan materi pendidikan kepada anak didik.9 Setiap pendidik yang akan

4 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2012), h. 28

5 Mudyo Ekosusilo, Dasar-Dasar Pendidikan, (Semarang: Effahar, 1990), h. 14

6 Ibid., h. 14

7 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 6

8 Ibid., h. 6

9 Tatang S., Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 56

Page 21: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

11

melakukan kegiatan mendidik perlu mengetahui bagaimana cara mendidik. Istilah

lain dari cara mendidik yaitu metode mengajar. Keberhasilan seorang pendidik

dalam melaksanakan tugasnya, tidak hanya tergantung dari penguasaan materi

yang akan diajarkan, namun ditentukan juga oleh penguasaan teknik-teknik

penyampaian pelajaran. Pendidik harus tahu betul dan mampu menggunakan

metode yang paling efektif dan efisien, sehingga siswa dapat menerima dan

memahami dengan mudah materi yang disampaikan.10

3. Tujuan Pendidikan

Tujuan adalah sasaran atau maksud yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan

merupakan faktor utama yang harus diperhatikan, disadari, dan dijadikan sasaran

oleh setiap pendidik yang melaksanakan kegiatan pendidikan.11

Tujuan

pendidikan masing-masing negara berbeda satu dengan yang lain. Di Indonesia,

pendidikan bertujuan untuk mendidik manusia pembangunan yang berpancasila.

Menurut Langeveld seperti yang dikutip oleh Alisuf Sabri, tujuan umum

pendidikan adalah membentuk insan kamil yaitu manusia yang dewasa jasmani

dan rohaninya baik aspek moral, intelektual, sosial, estetis, agama, dan lain

sebagainya.12

Tujuan umum tersebut tidak akan dan tidak dapat selalu diingat oleh

pendidik dalam melaksanakan pendidikannya. Oleh karena itu tujuan umum selalu

dilaksanakan dalam bentuk-bentuk yang khusus mengingat keadaan- keadaan dan

faktor-faktor yang terdapat pada siswa dan lingkungannya berbeda-beda.13

4. Dasar Pendidikan

Fuad Hasan berpendapat, “Dasar pendidikan adalah pondasi atau landasan

yang kokoh bagi setiap masyarakat untuk dapat melakukan perubahan sikap dan

tata laku dengan cara berlatih dan belajar dan tidak terbatas pada lingkungan

10

Mudyo Ekosusilo, op. cit., h. 46 11

Alisuf Sabri, op. cit., h. 39 12

Ibid., h. 40 13

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2011), cet. 20, h. 20

Page 22: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

12

sekolah, sehingga meskipun sudah selesai sekolah akan tetap belajar apa-apa yang

tidak ditemui di sekolah”. 14

Hal ini lebih penting dikedepankan supaya tidak

menjadi masyarakat berpendidikan yang tidak punya dasar pendidikan sehingga

tidak mencapai kesempurnaan hidup. Apabila kesempurnaan hidup tidak tercapai

berarti pendidikan belum membuahkan hasil yang menggembirakan.

5. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan adalah ruang dan waktu yang menjadi tempat eksistensi

manusia. Lingkungan merupakan komponen yang sangat besar pengaruhnya

tehadap proses dan hasil pendidikan. Pendidikan tidak dapat terjadi di tempat

yang sama sekali kosong atau hampa, tetapi terjadi dan dilakukan pada

lingkungan pergaulan dengan segala ciri-cirinya. Komponen lingkungan ini dalam

pendidikan disebut juga dengan environtmental input.15

Lingkungan pendidikan terdiri atas tiga macam, yaitu: lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga

adalah lingkungan pertama dalam proses pendidikan. Sekalipun demikian, tidak

semua pendidikan dapat dilaksanakan oleh keluarga, terutama dalam ilmu

pengetahuan dan berbagai ketrampilan. Oleh karena itu, anak dimasukkan ke

sekolah. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, sekolah telah

mencapai posisi yang sangat sentral dalam pendidikan keluarga karena pendidikan

telah berimbas pola pikir ekonomi, budaya, politik, dan lainnya.

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang paling luas dan

menantang. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat dimulai ketika anak-anak

untuk beberapa waktu lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar pendidikan

sekolah. Dengan demikian, pengaruh lingkungan menjadi lebih luas. Corak dan

ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat meliputi segala

bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap

dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.16

14

Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Bandung: Rineka Cipta, 2003), h. 27 15

Mudyo Ekosusilo, op. cit., h. 51 16

Tatang S., op. cit., h. 153-154

Page 23: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

13

6. Pendidik

Pendidik adalah orang yang memiliki peran penting dan erat kaitannya

dengan dunia pendidikan. Karena ia mempunyai tanggung jawab untuk

menentukan bagaimanakah arah pendidikan tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, pendidik adalah orang yang mendidik.17

Adapun definisi pendidik menurut para ahli, antara lain Zakiah Daradjat

berpendapat bahwa yang dinamakan pendidik adalah individu yang akan

memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku peserta didik.18

Ahmad

Tafsir mengemukakan bahwa pendidik adalah orang yang memiliki tanggung

jawab terhadap perkembangan peserta didik, dengan upaya mengembangkan

seluruh potensi yang ada pada peserta didik, baik potensi psikomotorik, kognitif,

maupun afektif.19

Dapat disimpulkan bahwa pendidik adalah seseorang yang dianggap telah

mampu mengemban tanggung jawab dalam mengembangkan potensi yang

dimiliki oleh peserta didik agar berkembang secara pengetahuan, sikap dan

tingkah laku.

B. Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Pengertian pendidikan Islam secara istilah menurut para ahli sebagai

berikut:

a. Menurut Muzayin Arifin seperti yang dikutip oleh Armai Arief, ia menyatakan

bahwa pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim bertakwa secara

sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah

(kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal

pertumbuhan dan perkembangannya.20

17

Departemen Pendidikan Nasioal, op. cit., h. 263 18

Zakiyah Daradjat, Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bulan Bintang,

1987), h. 19 19

Ahmad Tafsir, ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1992), h. 74 20

Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), h. 20

Page 24: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

14

b. Menurut Sajjad Husain dan Syed Ali Asraf seperti yang dikutip oleh Sri

Minarti, ia mendefinisikan pendidikan Islam sebagai pendidikan yang melatih

perasaan murid-murid dengan cara-cara tertentu sehingga dalam sikap hidup,

tindakan, keputusan, dan pendekatan terhadap segala jenis pengetahuan sangat

dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sadar akan nilai etis Islam.21

c. Menurut Zakiah Daradjat seperti yang dikutip oleh Alisuf Sabri,

mendefinisikan pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian; pendidikan

Islam lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan

terwujud dalam amal perbuatan sesuai dengan petunjuk ajaran Islam;

pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga bersifat praktis atau

pendidikan Islam adalah pendidikan iman dan amal.22

d. Menurut Ahmad D. Marimba seperti yang dikutip oleh Alisuf Sabri,

menurutnya pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan

hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut

ukuran-ukuran Islam (kepribadian muslim).23

e. Menurut Muhaimin, pendidikan Islam adalah pendidikan yang dipahami dan

dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam

Al-Qur’an dan hadits; segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu

lembaga untuk membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dalam

menanamkan dan menumbuhkembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya.24

Pendidikan dalam Islam dikenal dengan beberapa istilah, yaitu at-tarbiyah,

at-ta’lim dan at-ta’dib. Setiap istilah tersebut memiliki makna tersendiri yang

berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan

teks dan konteks.

Tarbiyah juga dimaknai sebagai proses penanaman etika yang dimulai

pada jiwa anak yang sedang tumbuh dengan cara memberi petunjuk dan nasihat,

sehingga ia memiliki potensi-potensi dan kompetensi-kompetensi jiwa yang

21

Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam; Fakta Teoretis-Filosofis dan Aplikatif-Normatif,

(Jakarta: Amzah, 2013), h. 26 22

Alisuf Sabri, op. cit. h. 150 23

Alisuf Sabri, op. cit., h. 150 24

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h.

29-30

Page 25: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

15

mantap, yang dapat membuahkan sifat-sifat bijak, baik, cinta akan kreasi dan

berguna bagi tanah airnya.25

Dalam penjelasan lain, kata at-tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu:

Pertama, rabba-yarbu yang berarti bertambah, tumbuh dan berkembang (Ar

Ruum: 39). Kedua, rabiya-yarba berarti menjadi besar. Ketiga, rabba-yarubbu

berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun dan memelihara.

Secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam adalah

bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh

ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks luas, pengertian pendidikan Islam

yang dikandung dalam term at-tarbiyah terdiri dari empat unsur pendekatan,

yaitu: Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh).

Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan. Mengarahkan seluruh

fitrah menuju kesempurnaan. Melaksanakan pendidikan secara bertahap. 26

Penggunaan term at-tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan Islam

dapat difahami dengan merujuk firman Allah:

وٱخفض جناح ل لهما ٱلذ حمةمن ٱلر ب ر كماٱرحمهماوقل

ربيانيصغيرا“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih

sayang dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya, sebagaimana

mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (Al Isra’: 24).27

Dari beberapa uraian mengenai pendidikan Islam di atas, dapat

disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah usaha atau kegiatan pembentukan

kepribadian melalui bimbingan rohani dan jasmani dalam rangka menanamkan

ajaran Islam dan nilai-nilainya agar siswa menemukan potensi yang dimiliki

dirinya.

2. Tujuan Pendidikan Islam

25

Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 143-144 26

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 26-27 27

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Naladana, 2006), h.

386

Page 26: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

16

Tujuan adalah sasaran atau maksud yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan

merupakan faktor utama yang harus diperhatikan, disadari, dan dijadikan sasaran

oleh setiap pendidik yang melaksanakan kegiatan pendidikan.28

Menurut Rois

Mahfud, tujuan pendidikan dalam konsep Islam harus mengarah pada hakikat

pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya yaitu tujuan dan tugas hidup

manusia, memperhatikan sifat-sifat dasar manusia, tuntutan masyarakat dan

dimensi-dimensi ideal Islam.29

Pertama, terkait dengan ontologi hakikat manusia sudah sangat jelas dalam

konsep Islam di mana manusia diciptakan bukan karena kebetulan atau sia-sia, ia

diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas hidup tertentu seperti dikatakan

dalam Al-Qur’an

يذكرونٱلذين جنوبهمٱلل ماوقعوداوعلى ويتفكرونفيخلققي

ت و م عذابٱلرضوٱلس فقنا نك سبح طل ب ذا ه خلقت ما ربنا

ٱلنار

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau

dalam keadaaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit

dan bumi (seraya berkata) Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua

ini dengan sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka” (Ali

Imran: 191).30

Tujuan diciptakan manusia adalah mutlak untuk Allah SWT,

mendedikasikan dirinya baik sebagai wakil-Nya di muka bumi maupun sebagai

‘abd Allah SWT.

Kedua, memperhatikan sifat-sifat dasar manusia (nature of human) yang

oleh Allah SWT ditempatkan sebagai khalifah-Nya di muka bumi yang bertujuan

untuk mengabdi kepada-Nya sebagaimana dilukiskan dalam Al-Qur’an:

28

Alisuf Sabri, op. cit., h. 39 29

Rois Mahfud, op. cit., h. 145 30

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Naladana, 2006), h.

98

Page 27: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

17

نسوٱلجنخلقتوما ليعبدونٱل إل

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka

beribadah kepada-Ku.” (Al-Dzariyat: 56).31

Ketiga, tuntutan masyarakat baik berupa pelestarian nilai-nilai budaya

yang telah melembaga dalam kehidupan suatu masyarakat, maupun pemenuhan

terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan dan

tuntutan dunia modern.32

Sebagian para ahli mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah

membimbing umat manusia agar menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah

yaitu melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan

penuh kesadaran dan ketulusan. Tujuan ini muncul dari hasil pemahaman

terhadap ayat Al-Qur’an yang berbunyi:

أيها ٱتقواءامنواٱلذيني تقٱلل سلمونۦاتهحق وأنتمم إل ولتموتن

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-

benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan

Muslim” (QS. Ali-Imran: 102).33

Tujuan ini tampaknya didasarkan pada salah satu sifat dasar yang terdapat

dalam diri manusia, yakni sifat dasar yang cenderung menjadi orang baik, yakni

kecenderungan untuk melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala

larangan-Nya, di samping kecenderungan menjadi orang yang jahat.34

M. ‘Athijah Al-Abrasy berpendapat, tujuan utama dan pokok pendidikan

Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Semua mata

pelajaran haruslah mengandung pelajaran akhlak, setiap guru harus

memperhatikan akhlak, setiap guru haruslah memikirkan akhlak sebelum

hal yang lainnya, karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi,

dan akhlak yang mulia adalah tiang dari pendidikan Islam.

31

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Naladana, 2006), h.

758 32

Rois Mahfud, op. cit., h. 146-147 33

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Naladana, 2006), h.

80 34

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005), h. 166-167

Page 28: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

18

Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa adalah jiwa dari

pendidikan Islam, mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang

sebenarnya dari pendidikan. Tetapi bukan berarti pendidikan jasmani atau akal

atau ilmu lainnya tidak penting, artinya bahwa pendidikan akhlak perlu

diperhatikan seperti juga ilmu yang lainnya.35

Menurut Armai Arief, tujuan pendidikan Islam adalah untuk

mempersiapkan anak didik atau dindividu dan menumbuhkan potensi yang ada,

baik jasmani maupun rohani, dengan pertumbuhan yang terus menerus agar dapat

hidup dan berpenghidupan sempurna, sehingga ia dapat menjadi anggota

masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umat.36

Tujuan pendidikan Islam

terfokus pada dua tujuan, yaitu:

a. Terbentuknya kesadaran terhadap hakikat dirinya sebagai manusia hamba

Allah yang diwajibkan menyembah kepadanya (Al-An’am 6:162, QS Adz

Dzaariyat 51:56)

رب صلتيونسكيومحيايومماتيلل لمينإن ٱلع“Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk

Allah, Tuhan seluruh alam” (Al-An’am: 162).37

Melalui kesadaran ini ia akan berusaha agar potensi keagamaan (fitrah)

yang ia miliki dapat terjaga kesuciannya hingga akhir hayatnya. Sehingga ia hidup

dalam keadaan beriman dan meninggal juga dalam keadaan beriman. (Ar Ruum

30:30, Ali Imran 3:102).

ينحنيفافطرتفأقم وجهكللد عليهالتبديللخلقٱلناسفطرٱلتيٱلل

لكٱلل ينذ أكثرٱلقي مٱلد كن ليعلمونٱلناسول

35

M. ‘Athijah Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. dari Attarbiyatul

Islamiyah oleh Bustani A. Gani dan Djohar Bahry (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 15 36

Armai Arief, op. cit., h. 21 37

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Naladana, 2006), h.

202

Page 29: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

19

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam);

(sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah)

itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Ar Ruum 30).38

b. Terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah dan

selanjutnya dapat ia wujudkan dalam kehidupannya sehari-hari (Al Baqarah

2:30, Shaad 38: 26).

ئكةإن يجاعلفيوإذ ٱلرضقالربكللمل خليفة

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku

hendak menjadikan khalifah di bumi” (Al Baqarah: 30).39

Melalui kesadaran ini seseorang akan termotivasi untuk mengembangkan

potensi yang ia miliki, meningkatkan sumber daya manusia, mengelola

lingkungannya dengan baik, dll. Sehingga pada akhirnya ia akan mampu

memimpin diri dan keluarganya (At Tahrim 66:6), masyarakat dan sekitarnya

(Shaad 38:28).40

Oleh karena itu,pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola

kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak,

penalaran, perasaan, dan indra. Pendidikan harus melayani pertumbuhan manusia

dalam semua aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual imajinasi, jasmaniah, dan

ilmiah. Dan pendidikan ini mendorong semua aspek tersebut ke arah jeutamaan

serta pencapaian kesempurnaan hidup. Tujuan terakhir dari pendidikan Islam

adalah terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri kepada Allah, baik secara

perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia keseluruhannya.Sebagai

hamba Allah yang berserah diri kepada Khaliknya. 41

Sesuai kehendak pencipta-

Nya untuk merealisasikan cita-cita yang terkandung dalam firman Allah:

38

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Naladana, 2006), h.

576 39

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Naladana, 2006), h.

6 40

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,

2002), h. 26 41

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 40-41

Page 30: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

20

رب صلتيونسكيومحيايومماتيلل لمينإن ٱلع“Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk

Allah, Tuhan seluruh alam” (Al-An’am: 162).42

Seluruh rumusan tujuan pendidikan Islam tersebut didasarkan kepada Al-

Qur’an dan hadits. Dengan demikian seluruh rumusan tujuan pendidikan Islam

tersebut sama-sama kuat, sama-sama ideal, seirama dan tidak saling bertentangan.

Dari rumusan tujuan pendidikan Islam tersebut dapat dirumuskan menjadi:

menggali, mengarahkan, dan membina seluruh potensi yang ada dalam diri

manusia agar mampu melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi

dalam rangka beribadah kepada Allah SWT yang didasarkan pada ketakwaan dan

akhlak mulia.43

3. Dasar-Dasar Pendidikan Islam

Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar dapat

berdiri kokoh. Dasar suatu bangunan, yaitu fundamen yang menjadi landasan

bangunan tersebut agar tegak dan kokoh. Demikian pula dasar pendidikan Islam,

yaitu fundamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan Islam dapat

tegak berdiri dan tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa ideologi

yang muncul, baik di era sekarang maupun yang akan datang.44

Dasar-dasar pendidikan Islam menurut para ahli, adalah sebagai berikut:

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an dijadikan pedoman karena ia tetap terpelihara kesucian dan

kebenarannya, baik dalam pembinaan aspek kehidupan spiritual maupun aspek

sosial budaya dan pendidikan.45

Hal ini tercantum dalam Al-Qur’an:

كرلناإنانحننز فظونۥوإنالهٱلذ لح

42

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Naladana, 2006), h.

202 43

Abuddin Nata, op. cit., h. 190 44

Sri Minarti, op. cit., h. 40-41 45

Samsul Nizar, op. cit., h. 34

Page 31: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

21

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami

(pula) yang memeliharanya” (Al-Hijr: 9).46

Al-Qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh

Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang

dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad.

Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu

berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang

berhubungan dengan amal disebut dengan syari’ah.

Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip

berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Sebagai contoh pada kisah

Lukman mengajari anaknya. Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan

yang terdiri dari masalah iman, akhlak, sosial, dan ilmu pengetahuan. Ayat lain

menceritakan tujuan hidup dan tentang nilai sesuatu kegiatan dan amal shaleh. Itu

berarti bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup tersebut. Oleh

karena itu pendidikan Islam harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber utama

dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam. Dengan kata lain,

pendidikan Islam harus berlandaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang penafsirannya

dapat dilakukan berdasarkan ijtihad disesuaikan dengan perubahan dan

pembaharuan.47

b. Hadits (Sunnah Rasulullah)

Demikian pula dengan kebenaran hadits sebagai dasar kedua bagi

pendidikan Islam. Menurut Abdul Majid Khon, hadits merupakan sumber berita

yang dating dari Nabi Muhammad dalam segala bentuk, baik berupa perkataan,

perbuatan, maupun sikap persetujuan.48

Sedangkan menurut Sri Minarti, hadits

yaitu suatu tindakan dan perkataan Nabi Muhammad yang dimaksudkan untuk

membumikan ajaran Islam, tidak dapat mengelak dari dinamika sosial sebagai

46

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Naladana, 2006), h.

354 47

Zakiyah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 20 48

Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 3

Page 32: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

22

wadah operasionalisasi dari nilai-nilai normatif Islam.49

Secara umum hadits

dipahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik

berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya. Dalam pendidikan Islam, hadits

mempunyai dua fungsi, yaitu: menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat

dalam Al-Quran dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat di dalamnya dan

menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama sahabat,

perlakuannya terhadap anak-anak, dan pendidikan keimanan yang pernah

dilakukannya. 50

Seperti Al-Qur’an, hadits juga berisi aqidah dan syari’ah. Hadits berisi

petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya,

untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa.

Perbedaan antara Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman hidup manusia adalah

bahwa semua ayat Al-Qur’an harus dijadikan sebagai pedoman hidup, akan tetapi

tidak semua hadits dijadikan pedoman hidup, sebab di samping ada hadits yang

shahih (benar, kuat) ada pula hadits yang dhaif (lemah).51

Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama. Beliau sendiri yang

mendidik, pertama dengan menggunakan rumah Al-Arqam ibn Abi Al-Arqam,

kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga

dengan mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua

itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan

masyarakat Islam.52

c. Ijtihad

Menurut Muhammad Alim, ijtihad secara bahasa sering juga diartikan

sebagai pencurahan segenap kemampuan untuk mendapatkan sesuatu, yaitu

penggunaan akal sekuat mungkin untuk menemukan suatu keputusan hukum

tertentu yang tidak ditetapkan secara eksplisit oleh Al-Qur’an dan hadits.53

49

Sri Minarti, op. cit., h. 48 50

Samsul Nizar, op. cit., h. 35 51

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan

Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 190 52

Zakiyah Daradjat, op. cit., h. 21 53

Muhammad Alim, op. cit., h. 195

Page 33: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

23

Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan

termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan hadits.

Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para

mujtahid dan tidak boleh bertentangan dengan isi Al-Qur’an dan hadits tersebut.

Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat

dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasulullah wafat. Sasaran ijtihad adalah

segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan, yang senantiasa berkembang.

Ijtihad bidang pendidikan sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin

maju, terasa semakin urgen dan mendesak, tidak saja di bidang materi atau isi,

melainkan juga di bidang sistem dalam arti yang luas.54

Ijtihad dalam bidang pendidikan ternyata semakin perlu, sebab ajaran

Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits adalah bersifat pokok-pokok dan

prinsip-prinsipnya saja. Bila ternyata ada yang agak terperinci, maka perincian itu

adalah sekedar contoh dalam menerapkan yang prinsip itu. Sejak diturunkan

sampai Nabi Muhammad SAW wafat, sampai Islam tumbuh, dan berkembang

melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang

tumbuh dan berkembang pula. Sebaliknya ajaran Islam sendiri telah berperan

mengubah kehidupan manusia menjadi kehidupan muslim.55

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin mengglobal dan

mendesak, ijtihad dalam bidang pendidikan mutlak diperlukan. Sasarannya tidak

hanya sebatas materi, kurikulum, metode, evaluasi, sarana, dan prasarana, tetapi

mencakup seluruh sistem pendidikan Islam. Hal ini dikarenakan pendidikan

merupakan sarana utama untuk membangun pranata kehidupan sosial dan

kebudayaan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa maju-mundurnya kebudayaan

manusia sangat ditentukan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Dinamika

ijtihad dalam mengantarkan manusia pada kehidupan yang dinamis merupakan

pencerminan dari prinsip pokok Al-Qur’an dan hadits. Proses ini akan mampu

54

Zakiyah Daradjat, op. cit., h. 21 55

Ibid., h. 22

Page 34: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

24

mengontrol seluruh aktivitas manusia sekaligus sebagai sarana untuk

mendekatkan diri kepada Tuhan.56

d. Rasional (logic)

Menurut Suyudi seperti yang dikutip oleh M. Haitami Salim dan Syamsul

Kurniawan, Al-Qur’an sering memberikan gambaran tentang kehidupan manusia

beserta alam sekitarnya yang sering diulang dalam beberapa ayat dengan berbagai

gaya retorikanya. Gambaran ini tidak hanya untuk memberikan pengetahuan

dalam tataran budi daya pikir, dan bukan pula sekedar mendemonstrasikan

keindahan retorika, melainkan agar pengetahuan (ma’rifah) tersebut dapat

menggugah pikiran pikiran dan perasaan kemudian dapat memberi keyakinan

dalam penghambaan kepada Allah SWT sebagai penciptanya.

ربكمإن تخلقٱلذيٱلل و م ٱلرضوٱلس علىٱستوىفيستةأيامثممنبعدإذنهٱلمريدب رٱلعرش لكمۦمامنشفيعإل ذ ٱعبدوهربكمفٱلل

أفلتذكرون

“Sesungguhnya Tuhan kamu Dialah Allah yang menciptakan langit dan

bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy (singgasana)

untuk mengatur segala urusan. Tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali

setelah ada izin-Nya. Itulah Allah, Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Apakah kamu

tidak mengambil pelajaran?” (Yunus: 3).57

Oleh karena itu, seyogianya segala gerak-gerik manusia diniatkan sebagai

bentuk pengabdian kepada Pemilik Alam yang akan membuahkan kemakmuran

dan keadilan pada diri dan kehidupan manusia. Tujuan Allah menunjukkan ayat-

ayat-Nya kepada manusia agar mereka berpikir rasional tentang fenomena alam

56

Sri Minarti, op. cit., h. 56 57

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Naladana, 2006), h.

279

Page 35: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

25

dan kehidupan, selanjutnya mereka kembali kepada-Nya dan kepada aturan yang

dapat memberi kemuliaan diri dan kehidupannya.58

4. Metode Pendidikan Islam

Metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui,

dan hodos berarti jalan atau cara. Jadi secara harfiah metode dapat diartikan

menjadi jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.59

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara teratur

yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan

yang dikehendaki atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.60

Menurut Umar Muhammad seperti yang dikutip Sri Minarti,

mendefinisikan bahwa metode bermakna segala kegiatan terarah yang dikerjakan

oleh guru dalam rangka memantapkan mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri

perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya. Yang bertujuan menolong

murid-muridnya agar mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan

yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.61

Menurut Zakiah Daradjat, metode adalah suatu cara dan penyampaian

bahan pelajaran tertentu dari suatu pelajaran agar siswa dapat mengetahui,

memahami, mempergunakan dan menguasai bahan pelajaran tersebut.62

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah segala cara

yang ditempuh oleh pendidik agar siswa dapat memahami pelajaran, sehingga

tujuan pembelajaran tercapai.

Sementara itu, pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian melalui

bimbingan rohani dan jasmani dalam rangka menanamkan ajaran Islam dan nilai-

nilainya.

58

M. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2016), h. 39 59

M. Arifin, op. cit., h. 61 60

Departemen Pendidikan Nasioal, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet ke-4, h.740 61

Sri Minarti, op. cit., h. 138 62

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

1995), h. 1

Page 36: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

26

Maka dari sini dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan Islam adalah

cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan

Islam. 63

Menurut Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany seperti yang dikutip

oleh Toto Suharto, metode pendidikan yang berfungsi sebagai pengantar untuk

sampai kepada tujuan dapat dikatakan baik apabila memenuhi beberapa ciri

sebagai berikut:

a. Metode pendidikan Islam harus bersumber dan diambil dari jiwa ajaran dan

akhlak Islam yang mulia. Ia merupakan hal yang integral dengan materi dan

tujuan pendidikan Islam.

b. Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan dapat menerima perubahan dan

penyesuaian dengan keadaan dan suasana proses pendidikan.

c. Metode pendidikan Islam senantiasa berusaha menghubungkan Antara teori

dan praktik, Antara proses belajar dan amal, Antara hafalan dan pemahaman

secara terpadu.

d. Metode pendidikan Islam menghindari dari cara-cara mengajar yang bersifat

meringkas, karena ringkasan itu merupakan sebab rusaknya kemampuan-

kemampuan ilmiah yang berguna.

e. Metode pendidikan Islam menekankan kebebasan peserta didik untuk

berdiskusi, berdebat, dan berdialog dengan cara yang sopan dan saling

menghormati.

f. Metode pendidikan Islam juga menghormati hak dan kebebasan pendidik

untuk memilih metode yang dipandangnya sesuai dengan watak pelajaran dan

peserta didik itu sendiri.64

Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya memerlukan metode yang tepat

untuk mengantarkan proses pendidikan menuju tujuan yang telah diciptakan.

Bagaimanapun baik dan sempurnanya sebuah kurikulum pendidikan Islam, tidak

akan berarti jika tidak memiliki cara atau metode yang tepat untuk

mentansformasikannya kepada peserta didik. Ketidaktepatan dalam penerapan

63

Armai Arief, op. cit., h. 41 64

Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam: Menguatkan Epistemologi Islam dalam

Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 104

Page 37: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

27

metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar, yang berakibat

terbuangnya waktu dan tenaga secara percuma. Oleh karena itu, metode

merupakan komponen pendidikan Islam yang dapat menciptakan aktivitas

menjadi lebih efektif dan efisien. Metode merupakan persoalan esensial

pendidikan Islam, yang mana tujuan pendidikan dapat tercapai secara tepat guna,

jika jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut benar-benar tepat.65

5. Pendidik Menurut Islam

Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan.

Secara umum, pendidik adalah mereka yang memiliki tanggung jawab mendidik.

Menurut Sri Minarti, pendidik merupakan seorang figur yang memiliki peranan

dalam membentuk budi pekerti manusia ke arah pendewasaan dan peradaban.

Pendidik tidak berperan dalam satu aspek saja, tetapi dalam segala aspek

kehidupan guna membentuk sumber daya manusia yang andal.66

Dalam perspektif Islam, pendidik menempati posisi penting dalm proses

pendidikan. Dialah yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.

Potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terdapat pada siswa harus

diperhatikan perkembangannya agar tujuan pendidikan dapat tercapai seperti yang

diharapkan.67

Menurut Ahmad Tafsir seperti yang dikutip oleh Toto Suharto, pendidik

dalam Islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan

peserta didik. Mereka harus dapat mengupayakan perkembangan seluruh potensi

peserta didik, baik kognitif, afektif, maupun potensi psikomotor. Potensi-potensi

ini sedemikian rupa dikembangkan secara seimbang sampai mencapai tingkat

yang optimal berdasarkan ajaran Islam.68

Seorang guru atau pendidik dalam pandangan Al-Qur’an memiliki tugas

yang amat luas dan beragam. Guru dalam pandangan Al-Qur’an berperan sebagai

65

Toto Suharto, op. cit., h. 103 66

Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam; Fakta Teoretis-Filosofis dan Aplikatif-Normatif,

(Jakarta: Amzah, 2013), h. 117 67

Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005), h. 205 68

Toto Suharto, op. cit., h. 89

Page 38: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

28

ulama yang mendalam ilmunya baik agama maupun umum serta menggunakan

dan mengajarkan ilmunya. Dalam Al-Qur’an kata ulama terdapat pula dalam surat

Fathir ayat 28 yang berbunyi.

إنمايخشى ؤا منعبادهٱلل ٱلعلم“Diantara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah

ulama”.69

Ia juga berperan sebagai al-rasikhuna fil ilmi yaitu orang yang memiliki

kemampuan melakukan penalaran secara tinggi dan mendalam. Ia juga sebagai al-

murabbi yaitu orang yang mampu membina, mengarahkan, dan meningkatkan

segenap potensi yang dimiliki manusia (jasmani, rohani, akal pikiran, dan bakat).

Peran pendidik yang luas itu sejalan dengan tuntutan masyarakat modern.

Yaitu tuntutan agar pendidik selain berperan sebagai informator, juga berperan

sebagai katalisator, dinamisator, motivator, inspirator, tutor, dan lain sebagainya.

Berbagai tuntutan masyarakat modern terhadap pendidik, sesungguhnya telah

diberikan isyaratnya yang kuat dalam Al-Qur’an. Dengan demikian konsep Al-

Qur’an tentang pendidik ternyata sangat modern.70

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan hasil penelitian

yang relevan selama proses penelitian dan penulisan skripsi, yang membahas

tentang K.H. Hasyim Asy’ari maupun Mahmud Yunus.

1. Ihsanuddin, skripsi dengan judul “Studi Komparasi Antara Konsep

Pendidikan Islam Menurut K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Ahmad Dahlan”.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu menurut K.H. Hasyim Asy’ari, peserta

didik harus mampu mengaplikasikan pengetahuan dengan kesatuan aksi yang

menjunjung tinggi nilai akhlak yang luhur secara integratif, sedangkan

69

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Naladana, 2006), h.

622 70

Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005), h. 152

Page 39: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

29

menurut K.H. Ahmad Dahlan yaitu memasukkan pendidikan agama Islam ke

sekolah-sekolah yang didirikannya.71

2. Hafizhuddin, skripsi dengan judul “Adab Belajar (Pola Hubungan Guru

Dengan Murid) Menurut K.H. Hasyim Asy'ari Dalam Kitab Adabu Al-Alim

Wa Al-Muta’alim”. Hasil penelitian yang diperoleh adalah konsep etika

belajar K.H. Hasyim Asy'ari lebih menekankan pada pemberdayaan hati.

Konsep etika K.H. Hasyim Asy'ari memandang bahwa ilmu pengetahuan

sebagai sebuah entitas yang tidak dapat dipisahkan dengan anugrah Tuhan.

K.H. Hasyim Asy'ari sangat berharap bahwa hal tersebut untuk mencapai

kehidupan yang baik bagi individu dan masyarakat yang beretika sesuai

dengan petunjuk-petunjuk agama Islam. K.H. Hasyim Asy'ari menginginkan

pelajar untuk menuntut ilmu melalui kerja hati dan akal, berorientasi pada

kerja hati, tetapi tentunya dengan tidak melupakan kecerdasan akal.72

3. Nuriah Miftahul Jannah, skripsi dengan judul “Studi Komparasi Pemikiran

K.H. Hasyim Asy'ari Dan Hamka Tentang Pendidikan Karakter”. Hasil

penelitian yang diperoleh adalah pemikiran pendidikan karakter K.H. Hasyim

Asy'ari memiliki kecenderungan mengetengahkan nilai-nilai estetika yang

bernafaskan sufistik dengan memberikan perhatian khusus dalam mendidik

akhlak melalui pendidikan karakter. Sedangkan pemikiran pendidikan

karakter Hamka yaitu berangkat dari konsep tentang manusia yang memiliki

fitrah untuk senantiasa berbuat kebajikan.73

4. Suwendi, tesis dengan judul “Konsep Pendidikan Islam Perspektif Ibn

Jama’ah dan K.H. M. Hasyim Asy’ari: Studi Komparatif atas Kitab Tadzkirat

al-Sami’ fi Adab al-Alim wa al-Muta’alim dan Adab al-Alim wa al-

Muta’alim”. Hasil penelitian yang diperoleh adalah kedua tokoh cenderung

memiliki kesamaan. Baik Ibn Jama’ah dan K.H. M. Hasyim Asy’ari melihat

71

Ihsanuddin, Studi Komparasi Antara Konsep Pendidikan Islam Menurut K.H. Hasyim

Asy’ari dan K.H. Ahmad Dahlan, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 58 72

Hafizhuddin, Adab Belajar (Pola Hubungan Guru Dengan Murid) Menurut K.H.

Hasyim Asy'ari Dalam Kitab Adabu Al-Alim Wa Al-Muta’alim, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2013), h. 68 73

Nuriah Miftahul Jannah, Studi Komparasi Pemikiran K.H. Hasyim Asy'ari Dan Hamka

Tentang Pendidikan Karakter, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 83

Page 40: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

30

ulama sebagai gambaran mini peserta didik, merupakan mahluk Tuhan yang

terbaik (khair al-bariyyah). Hal ini disebabkan karena kedekatannya kepada

Tuhan dan senantiasa mengembangkan fikirannya sebagai potensi yang luar

biasa.74

5. Nur Hikma, skripsi dengan judul “Studi Perbandingan Konsep Pendidikan

Islam Menurut Mahmud Yunus dan Imam Zarkasyi”. Hasil penelitian yang

diperoleh adalah konsep pendidikan Mahmud Yunus tidak terlepas dari

pemahamannya mengenai konsep pendidikan Islam, tujuan pendidikan yang

diterapkan adalah menjadikan peserta didik yang beriman kepada Allah SWT

dan mampu melaksanakan semua pekerjaan keduniaan dan urusan agamanya

secara serasi dan seimbang. Sedangkan konsep pendidikan menurut Imam

Zarkasyi adalah tujuan dan kurikulum pendidikan Islam itu untuk

menyiapkan santri yang mandiri, berjiwa ikhlas, sederhana tetapi memiliki

pengetahuan agama dan pengetahuan umum yang berkesinambungan.75

6. Asmi Yuni, skripsi dengan judul “Pemikiran Mahmud Yunus tentang Metode

Pendidikan Islam”. Hasil penelitian yang diperoleh adalah metode pendidikan

Islam menurut Mahmud Yunus adalah kegiatan yang telah digariskan atau

direncanakan oleh guru sebelum masuk kelas dan rencana tersebut

dilaksanakan di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung yang

bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Metode pendidikan Islam

memiliki relevansi dengan metode yang digunakan oleh lembaga pendidikan

pesantren sekarang.76

7. Restu Dwi Mulyani, skripsi dengan judul “Kontribusi Pemikiran Mahmud

Yunus dalam Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”. Hasil penelitian

yang diperoleh adalah gagasan dan pemikiran Mahmud Yunus dalam

pendidikan Islam secara keseluruhan bersifat integrated, strategis, dan

merupakan perintis. Dilihat dari berbagai aspek seperti tujuan pendidikan

74

Suwendi, Konsep Pendidikan Islam Perspektif Ibn Jama’ah dan K.H. M. Hasyim Asy’ari, (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 2000), h. 130

75 Nur Hikma, Studi Perbandingan Konsep Pendidikan Islam Menurut Mahmud Yunus

dan Imam Zarkasyi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 72-73 76

Asmi Yuni, Pemikiran Mahmud Yunus tentang Metode Pendidikan Islam, (Pekanbaru:

UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2011), h. 69

Page 41: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

31

Islam, kurikulum pendidikan Islam, metode pengajaran, lembaga pendidikan

Islam, peran guru dan murid, sarana dan evaluasi pendidikan.77

8. Syeh Hawib Hamzah, jurnal dengan judul “Pemikiran Mahmud Yunus dalam

Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia”. Hasil penelitian yang diperoleh

adalah pembaruan pemikiran Mahmud Yunus dapat dilihat pada perhatiannya

terhadap lembaga pendidikan Islam dengan aktif dalam mendirikan perguruan

tinggi Islam yang cikal bakalnya menjadi IAIN. Pembaruan lain pada upaya

pelajaran agama diajarkan di sekolah-sekolah pemerintahan serta

memperjuangkan sekolah agama seperti madrasah dan pesantren mendapat

perhatian dan tempat pada pendidikan nasional.78

77

Restu Dwi Mulyani, Kontribusi Pemikiran Mahmud Yunus dalam Pembaharuan

Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007), h. 114 78

Syeh Hawib Hamzah, Dinamika Ilmu Vol. 14, (Samarinda: STAIN Samarinda, 2014),

h. 144

Page 42: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan secara kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan data informasi

berbagai macam teori yang diperoleh dari kepustakaan. Penelitian dalam karya

ilmiah ini juga menggunakan pendekatan deskriptif. Yaitu mendeskripsikan

konsep pendidikan Islam K.H. Hasyim Asy’ari dan Mahmud Yunus. Selanjutnya

menganalisis data secara induktif yaitu menalar konsep-konsep pendidikan Islam

tersebut hingga mencapai suatu kesimpulan mengenai keseluruhan konsep

pendidikan Islam, kemudian rancangan yang bersifat sementara tersebut

merupakan hasil penelitian yang dapat dirundingkan.

Dan penulis menggunakan metode penelitian dengan jenis penelitian

library research (penelitan kepustakaan). Penelitian yang dilakukan dengan cara

membaca buku-buku atau majalah dan sumber data lainnya di dalam

perpustakaan. Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan menghimpun data dari

berbagai literatur, baik di perpustakaan maupun di tempat-tempat lain.1 Menurut

M. Pidarta, penelitian kepustakaan atau kajian pustaka adalah usaha

mengungkapkan konsep-konsep baru dengan cara membaca dan mencatat

informasi-informasi yang relevan dengan kebutuhan.2 Dengan cara

mengungkapkan dan mengkaji lebih dalam konsep pendidikan Islam K.H. Hasyim

Asy’ari dan Mahmud Yunus.

Untuk menyingkap literatur dari K.H. Hasyim Asy’ari dan Mahmud

Yunus tentang konsep pendidikan Islam, maka diperlukan pendekatan-pendekatan

sebagai berikut:

1. Pendekatan sejarah

1 Tatang S., Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 207

2 Made Pidarta, Studi Tentang Landasan Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.

3-4

Page 43: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

34

Pendekatan sejarah bertujuan merekonstruksi masa lalu secara sistematis

dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta

menyintesiskan bukti-bukti yang menjelaskan fakta untuk memperoleh

kesimpulan.3

Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji biografi tentang K.H. Hasyim

Asy’ari dan Mahmud Yunus, yang berkaitan dengan konsep pendidikan Islam dari

berbagai sumber data.

2. Pendekatan filosofis

Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari

dan Mahmud Yunus dengan kritis dan reflektif, walaupun kedua tokoh berlainan,

akan dapat ditemukan titik temu diantara pemikiran keduanya.

3. Pendekatan komparatif

Pendekatan komparatif dilakukan untuk menggambarkan dua atau lebih

fakta dan sifat objek yang diteliti. Pendekatan dilakukan untuk membandingkan

persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta tersebut berdasarkan kerangka

pemikiran tertentu.4

Dengan menggunakan pendekatan komparatif, diharapkan dapat diketahui

persamaan dan perbedaan pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari dan Mahmud Yunus,

dengan cara membandingkan pemikiran kedua tokoh tersebut.

B. Sumber Data

Penelitian ini tergolong penelitian pustaka yang bersifat literatur dan

menggunakan cara membaca, menelaah, dan menganalisa sumber-sumber literatur

yang berhubungan dengan penelitian ini. Oleh karena itu, sumber data yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Data primer

Data primer adalah literatur- literatur yang membahas secara langsung objek

permasalahan penelitian ini. Data primer yang digunakan adalah:

3 H. Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 98

4 Ibid., h. 102

Page 44: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

35

a. Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim fima Yahtaju ilaih Muta’alim fi Ahwal

Ta’limih wama Yatawaqqaf ‘alaih Muta’alim fi Maqat Ta’limih karya K.H.

Hasyim Asy’ari.

b. Metode Khusus Pendidikan Agama karya Mahmud Yunus.

c. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran karya Mahmud Yunus.

2. Data sekunder

Sumber data sekunder sebagai data pendukung, yaitu buku-buku atau

sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. Data sekunder yang

digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah buku-buku karangan tokoh-tokoh

lain yang relevan dan berhubungan dengan pemikiran pendidikan Islam kedua

tokoh tersebut, ataupun sumber lain yang memiliki relevansi dengan masalah

yang dibahas. Kegunaan dari data sekunder ini adalah untuk menginterpretasi data

primer.5

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Teknik pengumpulan data

Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang

mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode penelitian studi dokumentasi. Menurut Samiaji Sarosa,

dalam setiap penelitian, dokumentasi tertulis sangat penting. Dokumentasi tertulis

dimulai dengan semua catatan, hasil pengumpulan data, dan analisis sementara.

Dokumentasi lain yang tidak kalah penting adalah artikel jurnal, artikel

konferensi, buku, skripsi, disertasi, thesis, dan lainnya.6 Dengan metode ini

penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan konsep pendidikan Islam.

2. Teknik pengelolaan data

Setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya yang penulis lakukan

adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi, dan mengklasifikasi data-

5 Achmad Susmiyanto, Konsep Thariq Al-Ta’allum Syaikh Al-Zarnuji, (Jakarta: FITK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 52 6 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Indeks, 2012), h. 38

Page 45: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

36

data yang relevan dan yang mendukung pokok bahasan, untuk selanjutnya penulis

analisis, simpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.

D. Analisa Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Analisis Isi (content

analysis). Menurut Sumadi, metode ini hanya menganalisis data yang tekstual

menurut isinya.7 Dan dengan menggunakan bentuk deskriptif yaitu berupa catatan

informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya dan mencakup

penggambaran secara rinci dan akurat terhadap berbagai dimensi yang terkait

dengan semua aspek yang diteliti. Maka, di sini penulis menggambarkan

permasalahan yang dibahas dengan mengambil materi-materi yang relevan

dengan permasalahan, kemudian dianalisis, dipadukan, sehingga dihasilkan suatu

kesimpulan.

E. Teknik Penulisan

Secara teknik, penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini merujuk

pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998), h. 93

Page 46: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai “Konsep

Pendidikan Islam (Studi Komparasi Pemikiran K.H. Hasyim Asy'ari dan Mahmud

Yunus)”, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemikiran pendidikan Islam

a. K.H. Hasyim Asy'ari

Karakter pemikiran pendidikan Kiai Hasyim lebih cenderung ke dalam

garis mazhab Syafi’iyah. Konsep beliau mengenai pendidikan Islam adalah

membahas mengenai signifikansi pendidikan. Pendidikan Islam adalah upaya

memanusiakan manusia secara utuh, sehingga manusia bisa bertakwa kepada

Allah SWT, dengan benar-benar mengamalkan segala perintah-Nya. Menjadi

manusia sempurna yang mendekatkan diri kepada Allah SWT dan bahagia dunia

dan akhirat adalah tujuan pendidikan Islam. Dasar pendidikan Islam adalah Al-

Qur’an, hadits, serta pemikiran Kiai Hasyim berdasarkan madzhab Syafi’i.

Metode yang digunakan masih mempercayakan pada tradisi-tradisi akademik

pada abad klasik, seperti metode wetonan dan sorogan, metode hafalan,

muhawarat, dan metode muzaharat. Dan pendidik adalah orang yang memiliki

kepribadian yang mulia, sekaligus sebagai pewaris Nabi, dan pembimbing murid

menuju jalan yang benar.

b. Mahmud Yunus

Pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus adalah menjadikan seseorang

agar mengamalkan ajaran Islam secara sempurna, tidak hanya menguasai

pekerjaan-pekerjaan yang bersifat ukhrawi, tetapi juga pekerjaan duniawi

sekaligus dengan akhlak yang mulia agar siswa tersebut berhasil secara individu,

sosial, dan bermanfaat bagi masyarakat. Tujuan pendidikan Islam terbagi menjadi

Page 47: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

73

dua, yaitu untuk kecerdasan perseorangan, dan untuk kecakapan pekerjaan.

Tujuan utama dan lebih penting adalah pembentukan akhlak. Dasar pendidikan

Islam mengacu kepada pada Al-Qur’an dan hadits. Metode lebih penting dari

materi, seorang guru harus pandai memilih dan menguasai metode yang

digunakannya. Guru merupakan pewaris para Nabi, yang berfungsi menanamkan

akhlak dan mengajarkan ilmu kepada muridnya. Pengaruh seorang guru terhadap

muridnya sama seperti orang tua terhadap anak-anaknya. Dengan adanya guru

yang ikhlas, maka akan dapat memberikan dampak yang positif terhadap

sekitarnya.

2. Persamaan dan perbedaan pemikiran pendidikan Islam

Persamaan pemikiran K.H. Hasyim Asy'ari dan Mahmud Yunus dalam

pendidikan Islam adalah adalah upaya memanusiakan manusia secara utuh dan

mengamalkan ajaran Islam, tujuan pendidikan Islam adalah mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat, dan seorang pendidik atau guru harus mempunyai

akhlak yang baik dan menjadi panutan bagi peserta didik. Karena pendidik lah

yang menjadikan seorang murid itu baik atau buruk.

Perbedaan pemikiran kedua tokoh ini terletak pada dasar pendidikan Islam,

K.H. Hasyim Asy’ari lebih cenderung terhadap madzhab Syafi’i dalam karyanya.

Dan dalam menentukan metode, K.H. Hasyim Asy’ari masih mempercayakan

pada tradisi-tradisi akademik pada abad klasik dan pertengahan, sedangkan

Mahmud Yunus berpendapat guru harus menggunakan metode yang efektif juga

memperhatikan aspek psikologis siswa. Serta perbedaan latar belakang kedua

tokoh yang mempengaruhi pemikirannya dalam pendidikan Islam.

3. Relevansi pemikiran pendidikan Islam

Pemikiran pendidikan Islam K.H. Hasyim Asy’ari dan Mahmud Yunus

relevan dengan Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

tahun 2003 Bab I Pasal 1, Bab II Pasal 3, dan Peraturan Pemerintah RI No. 74

tahun 2008 tentang Guru Bab I Pasal 1. Yang menunjukkan bahwa pendidikan

membentuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Page 48: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

74

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, mengamalkan agama yang dianut, agar

menjadi individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan negara. Dan selain

berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan, pendidik juga mempunyai

tugas untuk mendidik, mengajar, membimbing, menilai dan mengevaluasi peserta

didik. Serta akhlak yang baik juga diperlukan oleh peserta didik karena mereka

menjadi panutan bagi siswa. Dari Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan

Nasional dan pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari dan Mahmud Yunus ada dua

dimensi kesamaan yang ingin diwujudkan yaitu: dimensi transedental dan dimensi

duniawi.

B. Saran-saran

Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:

1. Kepada pendidik, senantiasa berperan secara aktif dan menjadi tauladan bagi

peserta didik karena apa yang dilakukan akan dicontoh dan ditiru oleh peserta

didik, menanamkan akhlak yang baik, menggunakan metode yang sesuai

dengan pembelajaran.

2. Kepada lembaga pendidikan, diharapkan mengambil i’tibar dari K.H. Hasyim

Asy’ari dan Mahmud Yunus dalam upaya meningkatkan dan

mengembangkan mutu kualitas pendidikan Islam agar tercapainya tujuan

pembelajaran secara maksimal.

3. Kepada masyarakat, sebagai salah satu unsur dalam pendidikan sudah

seharusnya terlibat dalam pendidikan Islam. Baik dari pendidikan secara

formal maupun non formal.

4. Kepada pemerintah, agar senantiasa menyesuaikan kebijakan pendidikan dan

sistem pendidikan yang berlaku agar sesuai pada Al-Qur’an dan hadits

sehingga tujuan pendidikan Islam dapat tercapai.

Page 49: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

75

DAFTAR PUSTAKA

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran

dan Kepribadian Muslim. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.

Al-Abrasy, M. ‘Athijah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Terj. dari

Attarbiyatul Islamiyah oleh Bustani A. Gani dan Djohar Bahry. Jakarta:

Bulan Bintang, 1970.

Al-Rasyidin dan Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis,

Teoritis dan Praktis. Jakarta: Ciputat Press, 2005.

Ardy, Novan. dan Barnawi. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2016.

Arief, Armai. Mahmud Yunus dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia.

Jakarta: Citra Pendidikan, 2002.

__________. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat

Pers, 2002.

__________. Reformulasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD Press, 2005.

Arif, Mukhrizal. dkk. Pendidikan Pos Modernisme. Yogyakarta: Ar-Ruz Media,

2016.

Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

Asy’ari, Hasyim. Adab Al-‘Alim Wa Al-Muta’allim. Jombang: Maktabah Turats

Al-Islamy, 1996.

Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di

Indonesia. Jakarta: Kencana, 2004.

Daradjat, Zakiyah. dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

______________. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi

Aksara, 1995.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: CV. Naladana,

2006.

Departemen Pendidikan Nasioal. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Pustaka. Cet. IV, 2007.

Ekosusilo, Mudyo. Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang: Effahar, 1990.

Fauzi, Imron. Manajemen Pendidikan ala Rasulullah. Jogjakarta: Ar-Ruz Media,

2012.

Page 50: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

76

Hakiki, Munawir. Skripsi. Konsep Pendidikan Islam Modern Menurut Pemikiran

Dr.Mohammad Natsir. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Hikma, Nur. Skripsi. Studi Perbandingan Konsep Pendidikan Islam Menurut

Mahmud Yunus dan Imam Zarkasyi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2014.

Hasbullah. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008.

________. Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1996.

Iqbal, Abu Muhammad. Pemikiran Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2015.

Iskandar, Edi. Mengenal Sosok Mahmud Yunus dan Pemikirannya tentang

Pendidikan Islam. POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. III, No. 1,

2017.

Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2013.

Khuluq, Latiful. Hasyim Asy’ari: Religiuous Thought and Political Activities.

Jakarta: Logos, 2000.

Mahfud, Rois. Al-Islam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga, 2011.

Mahmud, H. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Mansur dan Junaedi, Mahfud. Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di

Indonesia. Jakarta: Departemen Agama RI, 2005.

Masril, Eficandara. dkk., Prof. Dr. H. Mahmud Yunus: Tokoh Mujaddid dari

Minangkabau, Prosiding Nadwah Ulama Nusantara (NUN) Vol. IV, 2011.

Minarti, Sri. Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoretis-Filosofis dan Aplikatif-

Normatif. Jakarta: Amzah, 2013.

Misrawi, Zuhairi. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari: Moderasi, Keumatan, dan

Kebangsaaan. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010.

Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

________. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004.

Musthafa, M. Sekolah Dalam Himpitan Google dan Bimbel. Yogyakarta: LKIS,

2013.

Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2012.

Page 51: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

77

____________. Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2005.

____________. Pendidikan Dalam Perspektif Hadits. Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005.

____________. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers. Cet. V, 2016.

____________. Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2005.

Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Noor, Rohinah. M. K.H. Hasyim Asy’ari Memodernisasi NU dan dan Pendidikan

Islam. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2010.

Peraturan Pemerintah RI No. 74 tahun 2008 tentang guru. Jakarta: BP Cipta

Jaya, 2009.

Pidarta, Made. Studi Tentang Landasan Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara,

1999.

Purwanto, M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja

Rosdakarya. Cet. XX, 2011.

Ramayulis dan Nizar, Samsul. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam. Tangerang

Selatan: Quantum Teaching, 2005.

S., Tatang. Ilmu Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2012.

Sabri, Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.

Salim, M. Haitami. dan Kurniawan, Syamsul. Studi Ilmu Pendidikan Islam.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.

Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Indeks, 2012.

Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam: Menguatkan Epistemologi Islam Dalam

Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers, 1998.

Susmiyanto, Achmad. Skripsi. Konsep Thariq Al-Ta’allum Syaikh Al-Zarnuji.

Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Suwendi. Konsep Kependidikan K.H. M. Hasyim Asy’ari. Jakarta: LEKDIS, 2005.

Page 52: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi

78

_______. Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004.

Tim penyusun IAIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta:

Djambatan, 1992.

Undang-Undang RI Nomor: 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 2003.

Yuni, Asmi. Pemikiran Mahmud Yunus tentang Metode Pendidikan Islam.

Pekanbaru: UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2011.

Yunus, Mahmud. Pokok Pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: Hidakarya

Agung, 1978.

______________. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakarta: Hidakarya

Agung, 1992.

Zulmardi, Mahmud Yunus dan Pemikirannya dalam Pendidikan, Ta’dib Vol. XII,

No.1, 2009.

Page 53: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi
Page 54: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi
Page 55: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi
Page 56: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi
Page 57: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi
Page 58: KONSEP PENDIDIKAN ISLAMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45261/1/M Roqi M.pdfdan perbedaan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut, serta mengetahui relevansi