konsep pendidikan ahmad dahlan-rosidin

11
Jumat, 11 Mei 2012 Konsep Pendidikan Ahmad Dahlan A. PENDAHULUAN Perkembangan pendidikan di Indonesia saat ini tidak akan lepas dari sejarah pendidikan pada masa sebelumnya. Ketika bangsa asli Indonesia (pribumi) melaksanakan pendidikan tradisional ala pesantren, maka ketertarikan salah seorang tokoh pada sistem pendidikan Barat, bernamakan Ahmad Dahlan memberanikan diri memodifikasi pendidikan di lembaga pendidikannya. Meskipun harus menerima ejekan “Kyai Kafir” hanya karena menggunakan meja, kursi dan papan tulis dalam proses pembelajaran disamping perubahan arah kiblat yang digagasnya. Tantangan akan selalu ada. Demikian dalam perkembangan pendidikan di negara kita ini. Dari hal-hal yang kurang baik yang dihadapi tokoh pelopor pendidikannya, maupun pelaku pendidikan pada saat ini. Dari pendidikan yang mahal untuk didapat hingga permainan oknum yang kurang bertanggungjawab menjadikan komersialisasi pendidikan harus ada. Tantangan lain adalah menjawab ketertinggalan perkembangan pendidikan di negara sendiri jika dibandingkan negara tetangga. Dalam resume ini akan memaparkan konsep pendidikan Ahmad Dahlan juga biografi beliau, yang diharapkan mampu memasok pengetahuan kita dan membandingkan gagasan pendidikan dengan tokoh lain yang pada akhirnya mampu menjadikan lembaga pendidikan Indonesia berkembang hingga saat ini.

Upload: abdul-rohim

Post on 05-Aug-2015

40 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Pendidikan Ahmad Dahlan-ROSIDIN

Jumat, 11 Mei 2012

Konsep Pendidikan Ahmad Dahlan

A. PENDAHULUAN

Perkembangan pendidikan di Indonesia saat ini tidak akan lepas dari sejarah pendidikan

pada masa sebelumnya. Ketika bangsa asli Indonesia (pribumi) melaksanakan pendidikan

tradisional ala pesantren, maka ketertarikan salah seorang tokoh pada sistem pendidikan Barat,

bernamakan Ahmad Dahlan memberanikan diri memodifikasi pendidikan di lembaga

pendidikannya. Meskipun harus menerima ejekan “Kyai Kafir” hanya karena menggunakan

meja, kursi dan papan tulis dalam proses pembelajaran disamping perubahan arah kiblat yang

digagasnya.

Tantangan akan selalu ada. Demikian dalam perkembangan pendidikan di negara kita ini.

Dari hal-hal yang kurang baik yang dihadapi tokoh pelopor pendidikannya, maupun pelaku

pendidikan pada saat ini. Dari pendidikan yang mahal untuk didapat hingga permainan oknum

yang kurang bertanggungjawab menjadikan komersialisasi pendidikan harus ada. Tantangan lain

adalah menjawab ketertinggalan perkembangan pendidikan di negara sendiri jika dibandingkan

negara tetangga.

Dalam resume ini akan memaparkan konsep pendidikan Ahmad Dahlan juga biografi

beliau, yang diharapkan mampu memasok pengetahuan kita dan membandingkan gagasan

pendidikan dengan tokoh lain yang pada akhirnya mampu menjadikan lembaga pendidikan

Indonesia berkembang hingga saat ini.

B. PEMBAHASAN

a.       Biografi

Ahmad Dahlan, atau lebih sering disebut KH. Ahmad Dahlan adalah salah satu Pahlawan

Nasional Indonesia. Beliau juga salah satu pendiri organisasi masyarakat bernamakan

Muhammadiyah yang masih eksis hingga saat ini.

KH. Ahmad Dahlan lahir pada 1 Agustus 1868 di Yogykarta dan meninggal pada 23

Februari 1923 pada usia 55 tahun. Nama kecilnya adalah Muhammad Darwisy. Beliau adalah

putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah

seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan

Page 2: Konsep Pendidikan Ahmad Dahlan-ROSIDIN

ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu

Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang

terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebar agama Islam di Jawa. Silsilahnya

tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana

Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom),

Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla,

KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).

Pada umur 15 tahun, beliau berangkat haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada

periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam

Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang

kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.

Pada tahun 1903, beliu kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini,

beliau sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim

Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.

Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai

Penghulu Haji Fadhil yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan

Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan

mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti

Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah,

janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH.

Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan

Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin

Pakualaman Yogyakarta. KH. Ahmad Dahlan dimakamkan di KarangKajen, Yogyakarta.

b.      Hal Menarik dari Ahmad Dahlan

Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah

Muhammadiyah, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan

berdagang batik yang saat itu merupakan profesi wiraswasta yang cukup baik di masyarakat.

Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-

gagasan cemerlang, KH. Ahmad Dahlan juga dengan mudah diterima dan dihormati di tengah

Page 3: Konsep Pendidikan Ahmad Dahlan-ROSIDIN

kalangan masyarakat, sehingga beliau juga dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi

Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad

SAW.

Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk

melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan

suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin

mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits.

Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 November 1912. Dan sejak awal Dahlan

telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan

bergerak di bidang pendidikan.

Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan perlawanan,

baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan

datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama

Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang

Kristen, mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang

kebanyakan dari golongan priyayi, dan bermacam-macam tuduhan lain. Saat itu Ahmad Dahlan

sempat mengajar agama Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan sekolah khusus

Belanda untuk anak-anak priyayi. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun ia

berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa

mengatasi semua rintangan tersebut.

Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada

Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum untuk organisasi yang

didirikannya. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan

Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta

dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda

timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya dibatasi.

Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari, Imogiri

dan lain-Iain telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan

pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya

dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain.

Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang, Ahmadiyah di Garut.

Page 4: Konsep Pendidikan Ahmad Dahlan-ROSIDIN

Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat

pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan

adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan

Islam.

Berbagai perkumpulan dan jama'ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah,

diantaranya ialah Ikhwanul-Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul

Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Ta'awanu alal birri,

Ta'ruf bima kanu wal- Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi.

KH Ahmad Dahlan juga bersahabat dan berdialog dengan tokoh agama lain seperti Pastur

van Lith pada 1914-1918. Van Lith adalah pastur pertama yang diajak dialog oleh KH Ahmad

Dahlan. Pastur van Lith di Muntilan yang merupakan tokoh di kalangan keagamaan Katolik.

Pada saat itu Kiai Dahlan tidak ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya.

Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh KH. Ahmad Dahlan dengan

mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang

dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai

kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk

menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin

berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan

mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang

Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia

Belanda pada tanggal 2 September 1921.

Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah

Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk proses evaluasi

kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan

dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua belas kali pertemuan anggota (sekali dalam

setahun), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene Vergadering (persidangan umum).

c.       Gelar Penghormatan KH. Ahmad Dahlan

Page 5: Konsep Pendidikan Ahmad Dahlan-ROSIDIN

Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia

melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia

menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun

1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut:

1.      KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya

sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.

2.      Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam

yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi

masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam.

3.      Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan

yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam.

4.      Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori

kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan

kaum pria.

d.      Konsep Pendidikan Ahmad Dahlan

Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola

berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan

hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan uamt. Upaya

mengaktualisasikan gagasan tersebut maka konsep pendidikan KH. Ahmad Dahlan ini meliputi :

1. Tujuan Pendidikan

Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha

membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan

paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Tujuan

pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang saling bertentangan

pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda. Di satu sisi

pendidikan pesantren hanya bertujuan untuk menciptakan individu yang salih dan mengalami

ilmu agama. Sebaliknya, pendidikan sekolah model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang

didalamnya tidak diajarkan agma sama sekali. Akibat dualisme pendidikan tersebut lahirlah dua

kutub intelegensia : lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum

dan sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama.

Page 6: Konsep Pendidikan Ahmad Dahlan-ROSIDIN

Melihat ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan

yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu umum,

material dan spritual serta dunia dan akhirat. Bagi KH. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut

(agama-umum, material-spritual dan dunia-akhirat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan

satu sama lain. Inilah yang menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan pelajaran

agama dan ilmu umum sekaligus di Madrasah Muhammadiyah.

2. Materi pendidikan

Berangkat dari tujuan pendidikan tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa

kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:

a. Pendidikan moral, akhalq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik

berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

b. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh

yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan dan intelek

serta antara dunia dengan akhirat.

c. Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan

hidup bermasyarakat.

3. Model Mengajar

Di dalam menyampaikan pelajaran agama KH. Ahma dahlan tidak menggunakan

pendekatan yang tekstual tetapi konekstual. Karena pelajaran agama tidak cukup hanya

dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi.

1.      Cara belajar-mengajar di pesantren menggunakan sistem Weton dan Sorogal, madrasah

Muhammadiyah menggunakan sistem masihal seperti sekolah Belanda.

2.      Bahan pelajaran di pesantren mengambil kitab-kitab agama. Sedangkan di madrasah

Muhammadiyah bahan pelajarannya diambil dari buku-buku umum.

3.      Hubungan guru-murid. Di pesantren hubungan guru-murid biasanya terkesan otoriter karena

para kiai memiliki otoritas ilmu yang dianggap sakral. Sedangkan madrasah Muhammadiyah

mulai mengembangkan hubungan guru-murid yang akrab.

C. KESIMPULAN

Page 7: Konsep Pendidikan Ahmad Dahlan-ROSIDIN

Tantangan harus dihadapi dalam bentuk apa pun. Demikian dalam mengembangkan

pendidikan di Indonesia. Ini tidak lepas dari keinginan untuk menjadikn pendidikan lebih maju

yang pada akhirnya nanti menjadikan manusia Indonesia yang cerdas seperti tertung dalam

tujuan pendidikan Nasional.

Segala model pendidikan pada dasarnya baik diadopsi dan disesuaikan dalam penyampaian

materi pembelajaran di kelas karena sesungguhnya tugas guru adalah bagaimana memahamkan

siswa terhadap materi yang disampaikan.

Kiranya KH. Ahmad Dahlan telah mengilhami kita semua untuk terus dan terus berjuang

dalam dunia pendidikan. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengejar ketertinggalan terhadap

negara tetangga.

D. SUMBER

http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Dahlan

http://hadirukiyah2.blogspot.com/2009/09/konsep-pendidikan-perspektif-ahmad.html

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan historis, teoritis, Jakarta: Ciputat

Pers