konsep makar di indonesia dalam perspektif...

73
KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: M. Syarofuddin Firdaus NIM: 1113043000010 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M/ 1439 H

Upload: vunguyet

Post on 09-Mar-2019

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

M. Syarofuddin Firdaus

NIM: 1113043000010

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M/ 1439 H

Page 2: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAMPERSPEKTIF HUKT]M ISLAM

SKRIPSIDiajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

M. Syarofuddin FirdausNIM: 1113043000010

Pembimbing I

Maswofah. S.Ae.. M.Si.NrP. 1 978 1 234200 t122002

KONSENTRASI PERBANDINGAN FIKIH PROGRAM STI-JDI

PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HTIKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M I 1439H

Pembimbing II

s03 1001

Page 3: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

PENGESAIIAN PA]\ITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul "KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM

PERSPEKTIF HUKLIM ISLAM" telah diajukan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Perbandingan Maz};lab Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 20 Desember 2017. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program

Strata Satu (S-1) pada Program Studi PerbanditganMazhab.

J akarta, 20 Desember 20 17

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,

PAT\ITIA UJIAN MUNAQASYAH

1. Ketua

2. Sekretaris

3. Pembimbing I

4. Pembimbing II

5. Pengujil

6. Penguji II

Fahmi Muhammad Ahmadi. M.SiNIP. 1 974 1 2t32003 t21002

Hj. Siti Hanna. Lc.. M.ANrP. 1 97402t620080t2013

Dr. H. Mujar Ibnu Syarif. M.AgNIP. l 97 1 t2r2t99 s03t00r

Masyrofah. M.SiNrP. 1 978 1 230200t t22002

Dr. Muhammad Taufiki. M.AgNrP. 196s1 1 19199803 1002

Ummu Hanna Yusuf S.. Lc.. M.ANrP. 1 96 1 0 820199603200t

16199603 1001

:.: )

111

Page 4: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

iv

ABSTRAK

M. Syarofuddin Firdaus. NIM 1113043000010. KONSEP MAKAR DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF INDONESIA.

Program Studi Perbandingan Mazhab, Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/ 2017 M. viii + 64 halaman.

Studi ini bertujuan untuk menelusuri konsep makar yang terdapat pada

hukum Islam dan hukum positif Indonesia. Penelusuran ini hanya fokus pada

tataran normatif dari kedua jenis hukum tersebut. Mengingat kedua hukum ini

memiliki perbedaan, namun masih ada aturan yang sama-sama ditentukan oleh

kedua jenis hukum itu, yaitu mengenai aturan makar. Dari sana, nanti akan

diketahui mengenai definisi makar, tipologi makar, sanksi makar, serta landasan

hukum mengenai makar yang diatur oleh kedua jenis hukum tadi. Dengan melihat

pada aturan makar itu, maka akan tampak suatu kriteria yang dapat dikategorikan

tindakan makar. Jadi, siapa pun pelakunya, jika memenuhi kriteria itu, atau

bahkan dengan terang-terangan melakukannya, maka pihak penguasa bisa

langsung memberikan hukuman baginya. Termasuk kelompok yang melakukan

tindakan itu dengan mengatasnamakan agama Islam. Di mana kelompok tersebut

menginginkan tegaknya syari‟at Islam di sebuah negara, termasuk Indonesia, yang

diejawantahkan melalui tindakan-tindakan sparatis.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif dan library

research dengan melakukan pengkajian terhadap kitab-kitab, peraturan

perundang-undangan, dan buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan studi

ini.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsep makar yang dijadikan

aturan normatif mengandung nilai sosial dan politis, baik dalam hukum Islam

maupun hukum positif Indonesia. Pada nilai sosial, aturan makar di kedua jenis

hukum tersebut bermaksud menciptakan kehidupan yang rukun, damai, dan solid

antar sesama masyarakat -meskipun memiliki latar berbeda-beda. Sedangkan nilai

politisnya, di dalam hukum Islam, secara tidak langsung, Nabi selaku pembuat

aturan tersebut ingin melanggengkan kekuasaannya sebagai kepala daerah

Madinah waktu itu. Namun di Indonesia, aturan makar tidak hanya ingin

mempertahankan kekuasaan penguasa saja, bahkan demi menjaga keamanan dan

persatuan antar seluruh wilayah dan masyarakat, sehingga bisa tetap berada di

bawah naungan NKRI.

Kata Kunci: Makar, Hukum Islam, Hukum Positif Indonesia, Sosio-Politik.

Dosen Pembimbing: Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, S.H., M.Ag. dan Masyrofah,

S.Ag., M.Si.

Daftar Pustaka : 1988 s.d. 2017

Page 5: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya pantas dipersembahkan untuk Allah Swt, Tuhan

semesta alam. Atas taufiq dan ma’ūnah-Nya, Alhamdulillah, penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam senantiasa diucapkan bagi

Baginda nabi Muhammad Saw, selaku mahluk terbaik dari sekian mahluk ciptaan-

Nya, yang menjadi panutan kita bersama. Berharap kita mendapatkan syafa‟atnya

kelak di hari kiamat. Amin.

Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya kontribusi berbagai

pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih banyak dan penghargaan setinggi-tingginya, terutama

kepada:

1. Dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Dr. H. Asep Saepudin Jahar, M.A.,

yang telah memudahkan semua urusan formal di fakultas.

2. Ketua Program Studi, Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si, dan

Sekretaris Program Studi, Ibu Siti Hanna, M.A., atas dorongan kedua

beliau ini terhadap para mahasiswa untuk segera menyelesaikan

skripsinya.

3. Kedua pembimbing penulis, Bapak Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, S.H., M.Ag.

dan Ibu Masyrofah, S.Ag. M.Si., yang telah meluangkan waktunya untuk

membaca secara cermat skripsi penulis. Dengan ketelatenan mereka

berdua dalam mengarahkan, serta kejernihan ruhaninya, telah memberikan

bimbingan dan inspirasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga mereka

berdua selalu diberikan kesehatan dan keberkahan umur.

4. Petugas perpustakaan, baik perpustakaan Fakultas maupun perpustakaan

Umum kampus UIN Jakarta, yang telah memfasilitasi penulis dalam

mencari data-data penelitian ini.

5. Para dosen penulis di Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah menyalurkan ilmunya sehingga dapat

menambah wawasan penulis.

6. Seluruh guru penulis yang telah membina dan mendidik penulis dengan

ikhlas. Khususnya, maha guru kiai Zuhri Zaini, BA., yang telah

mengajarkan penulis banyak hal, terutama tentang makna dan tujuan

kehidupan yang sebenarnya. Semoga selalu dianugerahi kesehatan. Serta,

romo kiai alm. Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA., yang telah

memberikan suri tauladan dalam mencintai kanjeng Nabi, berupa

mengkaji sabda-sabdanya yang telah direkam oleh para ulama di dalam

karya-karyanya. Doa-doa baik selalu dipanjatkan untuk beliau di alam

sana.

7. Orang tua penulis, Ayahanda Ismail dan Ibunda Mufrihah, yang selalu

mendoakan kesuksesan dan kebaikan untuk putra-putrinya. Penulis

Page 6: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

vi

berharap semoga keduanya dilimpahkan umur yang berkah, rizki yang

halal, dan kasih sayang Sang Maha Penyayang.

8. Kawan-kawan prodi Perbandingan Mazhab Angkatan 2013, yang telah

berkenan untuk belajar bareng, berjuang bersama-sama meskipun tujuan

dan cita-cita berbeda-beda.

9. Komunitas Saung dan penghuninya, yang telah membantu banyak bagi

penulis dalam menyusun kerangka berfikir secara sistematis nan kritis

dalam melakukan penelitian ini. Dengan diadakannya kajian epistemologi

(manhaji), memudahkan penulis untuk melakukan „pembacaan‟ terhadap

objek penelitian ini. Semoga penghuninya tetap istiqamah dan kontinu

mengikuti kajian dimaksud.

Dengan mengharapkan ridā ilāhī, semoga skripsi ini bermanfaat bagi

penulis khususnya, dan para pembaca umumnya. Amīn.

Jakarta, 26 November 2017/ 7 Rabi‟ul Awal 1439

M. Syarofuddin Firdaus

Page 7: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................................ vii

BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

D. Metode Penelitian .............................................................................................. 8

E. Riview Kajian Terdahulu .................................................................................. 10

F. Sistematika Penulisan ........................................................................................ 12

BAB II: MAKAR DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM ............................... 14

A. Definisi dan Sejarah Makar ............................................................................... 14

B. Dalil Tindakan Makar ....................................................................................... 20

C. Tipologi Makar .................................................................................................. 22

D. Sanksi Tindakan Makar ..................................................................................... 23

BAB III: MAKAR DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF INDONESIA ... 27

A. Pengertian dan Sejarah Makar .......................................................................... 27

B. Dasar Hukum Tindakan Makar ......................................................................... 34

C. Jenis-jenis Tindakan Makar .............................................................................. 36

D. Sanksi Tindakan Makar ..................................................................................... 37

BAB IV: ANALISIS KOMPARATIF MAKAR DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF INDONESIA ................... 40

A. Aspek Sosial ...................................................................................................... 40

B. Aspek Politik ..................................................................................................... 49

Page 8: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

viii

BAB V: PENUTUP ..................................................................................................... 57

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 57

B. Rekomendasi ..................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 60

Page 9: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam telah menetapkan bahwa mengangkat seorang pemimpin merupakan

suatu keharusan.1 Hal ini demi menghindari penindasan atau bentuk kezaliman

lainnya yang terjadi di kalangan masyarakat. Maka, dengan adanya pemimpin

selaku pihak yang memiliki wewenang untuk mengatur masyarakat, dapat

menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang kondusif, aman, dan tentram. Lebih

dari itu, dengan adanya pemimpin diharapkan dapat memandu masyarakat untuk

mencapai berbagai maslahat dan terhindar dari segala mafsadah.2

Tentu, seorang pemimpin tidak dapat mencapai tujuan tadi jika hanya

dilakukan sendirian. Dibutuhkan berbagai pihak yang dapat membantu untuk

meraih tujuan tersebut. Pihak-pihak tersebut yang kerap disebut dengan

pemerintah, yaitu sekelompok orang yang secara bersama-sama memiliki

wewenang dan kekuasaan untuk mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik

suatu masyarakat/ daerah. Maka dari itu, pembentukan pemerintah pun termasuk

keharusan yang mesti ditegakkan. Sebagaimana kaidah fikih yang berbunyi:

3ما ليتم الواجب إلا بو ف هو واجب

Artinya: “Suatu kewajiban yang tidak sempurna pelaksanaannya kecuali dengan

adanya suatu hal, maka suatu hal tersebut hukumnya wajib pula.”

Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa pembentukan pemerintah

merupakan suatu keharusan. Nabi Muhammad sendiri pun telah mencontohkan

hal tersebut –meskipun memang secara struktural tidak selengkap dan/atau

sesistematis seperti pemerintahan zaman sekarang. Terbukti, tugas Nabi tidak

1 Hukum pengangkatan ini adalah fardu kifāyah. Lihat: Abu al-Hasan Ali al-Baghdādī al-

Māwardī, al-Ahkām al-Sultāniyah wa al-Wilāyāh al-Diniyah, (Lubnan: Dār al-Kutub al-Ilmiyah,

2006), cet. III, h. 6.

2 Mujar Ibnu Syarif, Presiden Non Muslim di Negara Muslim; Tinjauan Dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia, (Jakarta: Sinar Harapan, 2006), h. 15.

3 A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. III, h. 95.

Page 10: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

2

hanya terbatas pada menyampaikan risalah ketuhanan saja, bahkan juga mengadili

berbagai kejahatan yang menimpa umatnya di kala itu, serta mengatur dan

mengajak umatnya untuk membangun masyarakat yang damai dan bermoral

dengan berlandaskan pada ajaran normatif agama Islam. Dengan begitu, posisi

beliau tidak sekadar sebagai Rasul (utusan) saja, namun juga sebagai qādī dan

pemimpin wilayah (imām).4

Berdasarkan sejarah, nabi Muhammad diangkat sebagai pemimpin ketika

hijrah ke Yastrib (selanjutnya disebut Madinah). Masyarakat Madinah yang terdiri

dari berbagai suku dan agama bersepakat untuk menjadikan Nabi sebagai kepala

daerah Madinah. Maka, seiring berjalannya kepemimpinan Nabi, beliau membuat

berbagai kebijakan, termasuk mengenai larangan melakukan pemberontakan

(makar) terhadap pemerintah yang sedang berkuasa. Meskipun memang sebagian

besar kebijakan beliau tersebut tak luput dari „campur tangan tuhan‟ yang

termanifestasikan dalam bentuk wahyu, yang diabadikan dalam bentuk kitab suci

Alquran. Termasuk di dalamnya mengenai larangan makar tadi.5 Kemudian oleh

Nabi diperjelas dengan beberapa stigma yang ditetapkan melalui sabda-sabdanya

(Hadis), di antaranya adalah:

نا السلح ف ليس مناا ملسو هيلع هللا ىلصرضي اهلل عنو أنا رسول اهلل عن أب ىري رة ومن قال: من حل علي

6غشانا ف ليس مناا )رواه مسلم(

Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw

bersabda: siapa pun yang membawa senjata terhadap kita maka bukan termasuk

(golongan) kita, serta siapa pun yang menipu kita maka juga bukan termasuk

(golongan) kita.” (HR. Muslim)

4 Ahmad bin Ibdrīs al-Misrī al-Mālikī, Anwār al-Burūq fī Anwā` al-Furūq, (T.tp.: „Ālim

al-Kutub, t.th.), h. 205.

5 Lihat: QS. Al-Hujurāt: 9.

6 Muslim bin al-Hujāj bin Muslim al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, (Bairut: Dār al-Jail, T.th.),

juz 1, h. 69.

Page 11: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

3

أناو قال: ومن بايع إماما فأعطاه صفقة يده وثرة ق لبو ملسو هيلع هللا ىلص عن عبد اهلل بن عمر عن الراسول

7ف ليطعو إن استطاع فإن جاء آخر ي نازعو فاضربوا عنق اآلخر )رواه مسلم(

Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, Rasulullah Saw bersabda: siapa

saja yang telah memberikan seorang pemimpin akan segenggam tangannya

(berjanji setia/ berbai’at) dan akan kerelaan hatinya maka hendaklah mentaati

pemimpin tersebut semampunya. Jika ada orang/ kelompok lain yang menentang

pemimpin tersebut, maka tebaslah leher orang/ kelompok tersebut.” (HR.

Muslim).

Dengan berlandaskan pada Alquran dan Hadis selaku sumber utama dalam

hukum Islam, maka secara tidak langsung aturan makar telah dibakukan di dalam

hukum ini, terutama mengenai sanksinya. Oleh karena itu, para ulama, khususnya

imam mazhab tidak berbeda pendapat mengenai sanksi pelaku makar/

pemberontak. Hanya saja, mereka berbeda pendapat mengenai definisinya,

termasuk dalam hal ini kelompok Syi‟ah.8 Namun, jika dicermati, secara

substansif, definisi-definisi yang dipaparkan oleh mereka memiliki kesamaan,

yaitu pemberontakan yang dilakukan oleh sebuah kelompok terhadap pemerintah

yang sah dengan berlandaskan pada alasan-alasan tertentu dengan tujuan untuk

melengserkan pemerintah yang sedang berkuasa.

Begitu pula di Indonesia yang menggunakan hukum positif sebagai

pemberlakuan aturan yang mesti dipatuhi rakyatnya, dengan berasaskan pada

Pancasila sebagai falsafah negara,9 serta Undang-Undang Dasar 1945 (UUD ‟45)

sebagai payung hukum dari sekian macam perundang-undangan.10

Sebagai negara

7 Muslim bin al-Hujāj bin Muslim al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, (Bairut: Dār al-Jail, T.th.),

juz 6, h. 18.

8 Abd al-Qādir „Audah, al-Tasyri’ al-Jināī al-Islāmī Muqāranan bi al-Qānūn al-Wad’ī,

(al-Qāhirah: Dār al-Hadīs, 1430 H/ 2009 M), juz II, h. 519.

9 Yudi Latif, Negara Paripurna; Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila,

(Jakarta: Gramedia, 2015), cet. V, h. 39.

10 Ketentuan tersebut sebagaimana adanya hierarki perundang-undangan. Dalam artian

undang-undang yang tingkatannya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan undang-undang

yang lebih tinggi. Dan UUD ‟45 menempati posisi yang paling tinggi. Lihat: R. Soeroso,

Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), cet. X, h. 131.

Page 12: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

4

hukum, maka semua sikap dan prilaku yang dilakukan rakyat Indonesia harus

berdasarkan hukum yang berlaku. Dengan begitu, hukum melakukan fungsinya

selaku alat kontrol sosial.11

Maka, segala perbuatan dan ucapan rakyat dapat

dikontrol dengan adanya hukum itu. Termasuk dalam hal ini adalah aturan makar

yang telah dilegislasikan di dalam perundang-undangan hukum positif Indonesia,

yang tertuang di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

Di kitab undang-undang tersebut telah dijelaskan secara gamblang

mengenai macam-macam makar beserta sanksinya, tepatnya dari Pasal 104-109

KUHP. Namun, yang menjadi persoalan adalah substansi makar sendiri. Karena

di KUHP tidak diperjelas mengenai definisinya, makanya, Andi Hamzah

misalnya, selaku ahli pidana memperjelas arti makar ketika diminta pendapatnya

oleh MK selaku ahli dari pemohon di dalam sidang uji materi sejumlah pasal

dalam KUHP. Menurut Hamzah, makar berarti percobaan yang mengandung

unsur serangan.12

Jadi, meskipun belum terjadi pembunuhan Presiden, misalnya,

namun sudah ada unsur mencoba untuk menyerangnya yang dapat menghilangkan

nyawanya, maka perbuatan tersebut sudah dapat dikategorikan makar.

Terlepas dari kejelasan atau tidaknya arti makar, secara historis, di

Indonesia cukup banyak perbuatan makar yang dilakukan. Dan dari sekian

perbuatan makar yang pernah terjadi, Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan

kelompok yang „paling terkenal‟ -bahkan sampai menjadi „simbol‟ tindakan

makar. Kelompok ini digadang-gadang sebagai aktor utama pemberontakan pada

tahun 1965.13

Maka dengan itu, kelompok tersebut dibubarkan bahkan dilarang

untuk menyebarkan pemahaman ideologinya di Indonesia dengan berlandaskan

pada tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966.14

11

Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), cet. II, h. 23.

12 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt59805c882f0cc/pakar-pidana-ini-minta-

delik-makar-perlu-ditinjau-ulang diakses pada tanggal 12 Desember 2017 pukul 21.00 WIB.

13 Kronologi tragedi tahun 1965 baca: Katalog Dalam Terbitan (KDT), Alex Dinuth ed.,

Dokumen Terpilih Sekitar G.30.S/PKI, (Jakarta: Intermasa, 1997), h. 35-40.

14 Adapun isinya silakan baca: Katalog Dalam Terbitan (KDT), Alex Dinuth ed.,

Dokumen Terpilih Sekitar G.30.S/PKI, (Jakarta: Intermasa, 1997), h. 219-221.

Page 13: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

5

Selain itu, dewasa ini juga ada sebuah kelompok yang dibubarkan karena

ideologinya bertentang dengan Pancasila selaku ideologi negara Indonesia.

Bahkan menginginkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) untuk

menyatu dengan negara-negara Islam lainnya.15

Atau dengan bahasa lain, dengan

ideologi yang dianut kelompok tersebut, maka tidak ada pemisahan negara

berdasarkan wilayahnya layaknya saat ini. Sehingga nantinya akan menjadi satu

dari seluruh negara-negara Islam yang ada di dunia dengan di bawah satu

kepemimpinan (khalīfah). Oleh karena itu, keinginan kelompok tersebut dapat

membahayakan kesatuan dan persatuan NKRI. Bahkan bisa termasuk makar

sebagaimana pada Pasal 106 KUHP, yaitu berusaha ingin memisahkan wilaya

negara dari yang lain.16

Maka, sebelum keinginan kelompok itu terjadi,

pemerintah dengan tegap mengambil sikap terhadap kelompok ini untuk

membubarkannya.17

Tentu melalui mekanisme hukum yang berlaku di Indonesia,

tidak asal membubarkan sehingga tidak mengesankan sikap otoriter.

Melihat persoalan makar sering terjadi di Indonesia saat ini, bahkan

dewasa ini terkesan dengan gampangnya menjustifikasi suatu kelompok/ oknum

sebagai pelaku makar, membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh

mengenai konsep makar dengan melalui dua kacamata jenis hukum, yaitu hukum

Islam dan hukum positif, dengan memberikan judul penelitian ini “Konsep

Makar di Indonesia Dalam Perspektif Hukum Islam”.

15

Lihat: https://www.youtube.com/watch?v=GT3ZK8GxW_w diakses pada tanggal 15

Oktober 2017 pada pukul 14.30 WIB.

16 Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet.

XXIV, h. 43.

17 https://www.dream.co.id/news/pemerintah-bubarkan-hti-170508e.html diakses pada

tanggal 30 Mei 2017 pukul 07.00 WIB.

Page 14: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

6

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan sebelumnya, maka memungkinkan

akan kemunculan permasalahan sebagai berikut:

Pertama, kebijakan-kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa tidak

selamanya diterima oleh rakyatnya. Apalagi rakyatnya memiliki latar belakang

yang berbeda-beda, yang merupakan suatu keniscayaan akan berbeda-beda pula

keinginan dan kebutuhannya. Sehingga membutuhkan alat perekat yang sangat

kuat untuk bisa menyatukannya. Meskipun, tak selamanya alat tersebut dapat

menyatukan berbagai latar belakang tadi. Tepatnya, ketika pihak penguasa tidak

bersikap netral. Maka, peluang untuk terjadi konflik begitu besar, sehingga bisa

berimplikasi pada perpecahan suatu negara yang berlatar belakang berbeda-beda

tadi. Termasuk dalam hal ini adalah Madinah selaku kota pertama yang

menjadikan Nabi sebagai pemimpin dan negara Indonesia, yang keduanya sama-

sama dianugerahkan masyarakat yang majemuk.

Kedua, aturan makar yang ditetapkan oleh hukum Islam dan hukum positif

Indonesia, jika dilihat secara sepintas, mengesankan akan keinginan pemerintah

untuk mempertahankan kekuasaannya. Demi mempunyai legitimasi secara

konstitusi, maka kelompok yang berusaha menggulingkan pemerintahan yang sah

akan dikenakan sanksi berdasarkan aturan makar tadi. Hal ini dikarenakan dalam

melihat makar hanya tercakup pada penggulingan pemerintah saja. Sehingga,

sekali lagi jika dilihat sekilas, menimbulkan kesan seperti tadi. Tak terkecuali di

bawah pimpinan Nabi Muhammad selaku pembuat aturan hukum Islam. Karena

memang beliau pun, ketika dilihat dari perspektif politik, memiliki keinginan

sebagaimana dikesankan tadi.

Ketiga, khusus untuk hukum Islam yang mengatur tentang tindakan

makar. Ternyata tidak dapat hanya merujuk pada sumber aslinya, Alquran dan

Hadis. Sebab, di sana tidak disebutkan secara terperinci mengenai perbuatan-

perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindakan makar. Hanya sebatas aturan

umum saja yang ditetapkan di sana. Oleh karena itu, tidak cukup untuk

mengidentifikasi sebuah tindakan makar jika hanya bertolak pada kedua sumber

Page 15: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

7

tadi. Maka harus melibatkan pendapat para ahli yang memiliki kapasitas di dalam

bidang tersebut.

2. Pembatasan Masalah

Melihat permasalahan di atas memiliki cakupan yang luas, maka

diperlukan adanya pembatasan. Hal ini bertujuan agar objek penelitian yang dikaji

terarah secara sitematis dan jelas. Oleh karena itu, pada penelitian kali ini penulis

hanya membatasi pada kajian terhadap pendapat madzhab Sunni dan Syi‟ah yang

terdapat pada hukum Islam dan pasal-pasal tentang makar di dalam KUHP.

3. Rumusan Masalah

Sesuai identifikasi masalah di atas, maka pertanyaan yang muncul kemudian

adalah:

1. Bagaimana konsep makar dalam perspektif hukum Islam dan hukum

positif Indonesia?

2. Bagaimana perbandingan sanksi tindak pidana makar menurut kedua

jenis hukum tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Dapat mengidentifikasi tindakan makar yang dilakukan di Indonesia.

2. Melihat aturan makar lebih komprehensif dengan bertolak pada dua

perspektif, yakni sosiologis dan politis, baik di hukum Islam maupun

hukum positif Indonesia.

3. Untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan antara hukum Islam dan

hukum positif tentang makar.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat dalam dua ranah:

1. Ranah akademis; menjadi wawasan baru untuk kalangan akademisi terkait

tindakan makar menurut hukum positif dan hukum Islam. Terutama ketika

Page 16: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

8

disandingkan dengan hukum Islam. Sebab ternyata hukum Islam juga

mempunyai aturan sendiri mengenai hal itu.

2. Ranah praksis; sebuah upaya untuk menyadarkan rakyat Indonesia agar

tidak berbuat tindakan makar. Dengan memerhatikan sanksi-sanksi makar

yang sangat berat, baik menurut hukum positif Indonesia maupun hukum

Islam.

D. Metode Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah berbagai literatur, baik hukum positif maupun

hukum Islam, yang membahas mengenai makar. Maka dari itu, penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif18

yang tergolong dalam metode penelitian

kepustakaan (library research). Metode penelitian ini memungkinkan penulis

untuk melacak tulisan, artikel, dan dokumen19

lain yang berkaitan dengan makar.

Baik yang dibahas dari kacamata hukum Islam maupun dari hukum positif.

Langkah pertama yaitu menelusuri aturan makar yang terdapat di dalam

korpus Islam (kitab fiqh). Dengan mengutip pendapat para madzhab, yang dalam

hal ini terbatas pada empat madzhab saja. Serta melacak dalil-dalil yang menjadi

pijakan oleh setiap madzhab tersebut.

Langkah kedua adalah menelusuri aturan makar dalam hukum positif,

yang dalam hal ini disebut dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

Sebab KUHP ini merupakan aturan hukum yang diterapkan di Bangsa ini. Dari

situ dapat dipastikan akan keberadaan aturan makar secara detail.

Langkah ketiga adalah menganalisa aturan makar yang terdapat pada

kedua jenis hukum di atas dengan „membaca‟ makar dari dua perspektif,

18

Secara ringkas penelitian ini bertujuan mengangkis secara substantif muatan data-data

yang ada berupa tulisan, ujaran dan pemikiran objek yang diteliti secara deskriptif. Baca: Lexy J.

Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 2-7.

19 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,

(Jakarta: Prenadamedia Grup, 2014), h. 391.

Page 17: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

9

sosiologis dan politis, sehingga bisa melihat makar tidak hanya sebatas sebuah

aturan belaka.

2. Sumber Data

a. Data Primer, yaitu sumber yang berhubungan langsung dengan objek

penelitian ini. Dalam hal ini menggunakan kitab-kitab seperti al-

Tasyri’ al-Jināī al-Islāmī Muqāranan bi al-Qānūn al-Wad’ī karya Abd

al-Qādir „Audah, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh karya Wahbah al-

Zuhaili, al-Ahkām al-Sultāniyah wa al-Wilāyāh al-Diniyah karya Abu

al-Hasan Ali al-Baghdādī al-Mawardī, dan buku seperti Kitab Undang-

undang Hukum Pidana (KUHP), Piagam Madinah dan Undang-

Undang Dasar 1945 karya Ahmad Sukardja, Islam dan Tata Negara

karya Munawir Sjadzali, yang seluruh buku tersebut secara khusus

membahas mengenai aturan makar, baik menurut hukum Islam

maupun hukum positif.

b. Data Sekunder, yaitu sumber pendukung data primer. Dalam hal ini,

penulis menjadikan buku-buku dan artikel lain yang mempunyai

relevansi dan bisa mendukung penyelesaian penelitian ini.

c. Data Tersier, data non-hukum yang diharapkan mendukung dalam

penulisan skripsi ini, seperti kamus, media elektronik, serta

ensiklopedi yang berkaitan dengan pembahasan.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan perbandingan

(Comparative Approach).20

Dalam hal ini penulis membandingkan antara hukum

Islam dan hukum positif. Perbandingan ini bukan untuk mencari kekurangan yang

terdapat di kedua jenis hukum itu. Tapi lebih pada untuk mendapatkan informasi

peraturan terkait makar menurut kedua jenis hukum tersebut. Sejalan dengan ini,

Holland juga menegaskan bahwa ruang lingkup perbandingan hukum terbatas

pada penyelidikan secara deskriptif.21

20

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta:Kencana Prenada Media, 2014),

h. 172.

21 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 173.

Page 18: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

10

4. Metode Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif-

komparatif. Yaitu memaparkan aturan tindakan makar menurut hukum Islam dan

hukum positif. Kemudian membandingkannya menurut kedua jenis hukum

tersebut. Penulis berupaya akan mencermati pola dan tujuan mendasar dari adanya

aturan makar pada kedua jenis hukum tersebut, yang kemudian akan dituangkan

dalam bentuk narasi dengan bahasa lugas dan jelas.

5. Metode Penulisan

Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi

yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2017.

E. Review Kajian Terdahulu

Menyajikan karya ilmiah yang pernah dilakukan oleh peneliti lainnya

merupakan hal penting. Hal ini agar tidak terjadi pengulangan penelitian dengan

pembahasan yang sama. Serta untuk mengetahui objek penelitian yang pernah

dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Sehingga peneliti setelahnya dapat

menemukan kekurangan atau sebuah pembahasan yang belum dilakukan oleh

peneliti sebelumnya. Oleh karena itu, berikut akan dipaparkan dua karya ilmiah

yang pernah membahas tindak pidana makar dengan objek pembahasan yang

berbeda-beda.

1. Skripsi dengan judul Pidana Penjara Seumur Hidup Terhadap Tindak

Pidana Makar di Indonesia, yang ditulis oleh Roni Hamzah.22

Pada

penelitian ini, Roni memfokuskan penelitiannya pada sanksi tindak pidana

makar, yang salah satunya adalah penjara seumur hidup. Ketentuan

tersebut sebagaimana di dalam KUHP Pasal 104 tentang Makar. Dengan

menghasilkan sebuah konklusi bahwa sanksi seumur hidup hanyalah

alternatif lain dari hukuman mati. Sebab pada ada akhirnya dengan adanya

22

Roni Hamzah, Pidana Penjara Seumur Hidup Terhadap Tindak Pidana Makar di

Indonesia, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya, 2015.

Page 19: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

11

hukuman seumur hidup pelakunya akan meninggal dunia dengan kondisi

ditahan.

Berdasarkan uraian singkat itu, sudah jelas perbedaannya dengan

penelitian yang penulis lakukan dengan tidak terfokus pada sanksi tindak

pidana makar menurut KUHP. Lebih dari itu berupaya

membandingkannya dengan aturan yang terdapat pada hukum Islam.

2. Jurnal dengan judul Politik Hukum Pengaturan Tindak Pidana Makar Di

Indonesia, yang ditulis oleh Abdurisfa Adzan Trahjurendra.23

Pada karya

ilmiah ini, Abdurisfa ingin memaparkan terkait tindak pidana makar dalam

kacamata politik hukum. Secara historis, tindak pidana makar memiliki

fase yang beragam. Tergantung pada masa pemerintahan yang berkuasa

saat itu. Karena memang bangsa Indonesia selaku negara hukum memiliki

hubungan yang sangat erat antara produk hukum dengan politik. Dalam

artian, perumusan tindak pindana makar dapat dilihat dari kebijakan

politiknya.

Dari situ, secara otomatis dapat diketahui bahwa orientasi

penelitian pada karya ilmiah Abdurisfa tersebut berbeda jauh dengan

objek penelitian penulis. Meskipun sama-sama mengenai tindak pidana

makar, namun fokus kajiannya berbeda. Di dalam jurnal tersebut hanya

dibahas tentang pembentukan aturan makar yang dipengaruhi oleh politik,

sedangkan penelitian ini mengkaji makar menurut hukum positif dan

hukum Islam.

3. Skripsi dengan judul Sanksi Bughat dan Makar: Menurut Perspektif

Hukum Islam dan Hukum Positif, yang disusun oleh Imam Maulana.24

Objek kajian yang diteliti Imam pada skripsinya tersebut mengenai sanksi

atau hukuman bagi pemberontak (bughat) dan pelaku tindakan makar.

Sanksi bagi keduanya bertolak pada aturan yang mengatur perbuatan

23

Abdurisfa Adzan Trahjurendra, Politik Hukum Pengaturan Tindak Pidana Makar Di

Indonesia, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

24 Imam Maulana, Sanksi Bughat dan Makar: Menurut Perspektif Hukum Islam dan

Hukum Positif, Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Page 20: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

12

kriminal tersebut. Sanksi bughat merujuk pada hukum Islam, dan makar

merujuk pada hukum positif.

Membuat perbedaan antara keduanya, baik aturan normatif

maupun sanksinya, menjadi perbedaan pertama dengan penelitian yang

sedang dikaji penulis. Sebab, menurut hemat penulis, bughat dan makar

merupakan tindak kriminal yang memiliki cara dan tujuan yang sama

sebagaimana akan dijelaskan nanti. Kemudian, perbedaan kedua, di dalam

penelitian tersebut hanya terbatas pada sanksi perbuatan tindakan kriminal

bughat dan makar. Sedangkan pada penelitian penulis, cakupannya lebih

luas dan terperinci. Maka, sudah jelas kiranya perbedaan ranah penelitian

antara skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan penulis.

F. Sistematika Pembahasan

Agar penelitian ini mudah dipahami, dan dapat memberikan gambaran

umum terkait konten penelitian ini, berikut penulis paparkan sistematika

penulisannya:

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang

masalah, permasalahan yang terdiri dari identifikasi, batasan dan rumusan

masalah, kemudian tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, riview

kajian terdahulu, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas kerangka teoritis tentang makar dalam perspektif hukum

Islam. Pada bab ini akan dipaparkan aturan makar mulai definisi dan sejarah

makar menurut hukum tersebut, kemudian dalil syar‟i selaku pijakan dalam

melahirkan aturan makar, dan tipologi tindakan makar, kemudian diakhiri dengan

sanksi terhadap pelakunya menurut empat madzhab.

Bab III pembahasan makar menurut hukum positif Indonesia. Dalam hal

ini berpedoman pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Pada bab ini

akan dimulai dari pengertian dan sejarah makar menurut KUHP, dasar hukumnya,

jenis-jenis yang dapat dikategorikan sebagai tindakan makar, serta sanksi yang

akan diberikan pada pelakunya.

Page 21: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

13

Bab IV mengenalisa aturan makar yang terdapat pada kedua jenis hukum

tersebut dengan melihat dari dua aspek, aspek sosiologis dan aspek politis.

Bab V Penutup. Pada bab ini disajikan kesimpulan dari hasil penelitian.

Serta sebagai jawaban atas permasalahan yang dirumuskan pada bab pertama.

Dan diakhir dengan saran guna memberikan peluang penelitian baru bagi para

peneliti selanjutnya.

Page 22: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

14

BAB II

MAKAR DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Definisi dan Sejarah Makar

1. Definisi Makar

Makar dalam bahasa Arab dikenal dengan البغي yang secara bahasa

memiliki arti kezaliman, keluar dari aturan, pemberontakan, sombong,1 melebih-

lebihkan suara, dengki.2 Sedangkan menurut istilah sebagaimana dipaparkan oleh

Ibn „Arafah al-Maliki: tidak mau taat kepada orang yang sudah jelas

kedudukannya sebagai pemimpin dengan tanpa maksiat yang berlebihan

meskipun disertai dengan alasan.3

Kalangan Hanafiyah mengartikan makar sebagai sebuah kelompok yang

memiliki senjata dan kekuatan, yang menentang hukum umat Islam dengan

alasan, dan (sikap) mereka itu dilakukan di sebuah tempat suatu negeri, serta

mereka terbentuk dalam sebuah kelompok dan melawan hukum yang sudah

disepakati oleh umat Islam secara umum.4 Sedangkan kalangan Malikiyah

mendefinisikan makar dengan lebih sederhana, yaitu orang-orang yang

memerangi (orang lain) dengan disertai alasan.5

Kalangan Hanabilah mendefinisikannya lebih spesifik lagi, yaitu mereka

yang keluar (tidak taat) dari (kepemimpinan) seorang pemimpin meskipun tidak

adil, yang disertai dengan alasan kuat serta memiliki senjata, dan tidak mau taat

terhadapnya.6

1 Ibrahim Mustafa, dkk., al-Mu‟jam al-Wasith, (T.tp.: Dar al-Da‟wah, t.th.), h. 65.

2 Sa‟di Abu Jubaib, al-Qamus al-Fiqhi, (Dimasyq: Dar al-Fikr, 1993), h. 40.

3 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, (Dimasyq: Dar al-Fikr, 1429 H/

2008 M), cet. VI, juz 6, h. 90.

4 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 6, h. 90-91.

5 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 6, h. 91.

6 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 6, h. 91.

Page 23: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

15

Syi‟ah Zaidiyah mengatakan bahwa pelaku makar merupakan orang yang

menyatakan bahwa dirinya sedang melakukan kebenaran, sedangkan pemimpin/

penguasa melakukan kesalahan/ perbuatan batil, serta memiliki kelompok

dan/atau kekuatan.7

Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil simpulan bahwa makna

makar adalah pemberontakan yang dilakukan oleh sebuah kelompok terhadap

pemerintah yang sah dengan berlandaskan alasan-alasan tertentu dengan tujuan

untuk melengserkan pemerintah yang sedang berkuasa.

2. Sejarah Makar

Pada masa Nabi Muhammad Saw, tak jarang terjadi rencana jahat yang

dilakukan orang kafir Qurasy demi menghentikan tindakan Nabi yang

menginginkan terciptanya masyarakat beragama Islam, yang tunduk terhadap

aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya. Kejadian itu bisa dilihat dalam sejarah Islam

pada era Nabi, dengan banyaknya peperangan yang terjadi8, baik yang diikuti

beliau atau tidak. Pada kesempatakan kali ini, penulis tidak akan memaparkan

semuanya. Hanya kejadian-kejadian tertentu yang sudah direkam oleh Alquran

dan Hadis, yang sarat dengan pemberontakan tentunya.

Allah Swt berfirman:

ر الماكرين وإذ يكر بك الذين كفروا ليثبتوك أو ي قت لوك أو يرجوك ويكرون وي كر اللو واللو خي

(03)األنفال:

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) berencana untuk

membuat daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau

membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah

7 Abd al-Qādir „Audah, al-Tasyri‟ al-Jināī al-Islāmī Muqāranan bi al-Qānūn al-Wad‟ī,

(al-Qāhirah: Dar al-Hadīs, 1430 H/ 2009 M), juz II, h. 519.

8 Akan tetapi bukan berarti semua peperangan yang terjadi pada masa Nabi bertujuan

untuk memberontak, terkadang bisa karena faktor ekonomi, sosial, atau politik. Selengkapnya

baca: Ali Mustafa Yaqub, Islam Between War and Peace, (Jakarta: Maktabah Darus-Sunnah,

1431H/ 2010 M), h. 18-23.

Page 24: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

16

menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Al-

Anfāl: 30).9

Ayat ini merupakan rekaman sejarah yang diabadikan oleh Alquran ketika

Nabi Muhammad diincar oleh orang kafir Qurasy untuk ditangkap dan dibunuh.

Imam Qurtubi mengatakan di dalam kitabnya, al-Jāmi‟ li Ahkām Alquran, bahwa

ayat tersebut sebagai kabar bagi Nabi akan rencana kafir Qurays ketika berkumpul

di tempat perkumpulan (Dar al-Nadwah) untuk membuat kesepakatan dalam

pembunuhan Nabi.10

Maka bersepakatlah mereka untuk menangkap dan membunuh Nabi

dengan cara mengepung rumah beliau pada suatu malam, yang oleh Imam Ibnu

Katsir dipastikan sebagai malam yang keesokan harinya akan hijrah ke

Madinah.11

Mereka akan menangkap beliau ketika keluar dari rumahnya. Namun,

karena beliau sudah mengetahui terlebih dahulu akan rencana mereka, maka Nabi

menyuruh Ali bin Abi Talib untuk tidur di tempat tidur beliau. Dan dia pun

mengiyakan perintah Nabi. Kemudian Nabi berdoa agar musuh-musuhnya itu

tidak melihat beliau ketika keluar rumah. Maka Allah membuat mata mereka

mengantuk, dan akhirnya tertidur. Kemudian Nabi keluar dengan membawa

segenggam pasir untuk ditaburkan di setiap kepala mereka. Ketika fajar terbit,

mereka terjaga dan hanya melihat sosok Ali bin Abi Talib di dalam rumah Nabi.12

Kisah tersebut menjadi bukti bahwa keinginan musuh-musuh Nabi untuk

melenyapkannya dari muka bumi sudah terjadi sebelum Nabi mendirikan kota

Madinah. Pembangkangan orang kafir Qurasy terhadap Nabi sudah direncanakan

9 Di dalam Alquran memang lebih sering menggunakan istilah مكر, yang bermakna

menipu dan/atau memperdaya, ketimbang البغي. Hal ini bisa dilihat di beberapa ayat yang

membahas mengenai tipu daya musuh-musuh para Nabi, seperti di Ali Imrān: 54, Ibrāhīm: 46, al-

Nahl: 45, al-Naml: 50, dan lain sebagainya. Kendati demikian secara substansi selaras dengan kata

.yang sama-sama ingin melengserkan kekuasaan penguasa yang sedang menjabat ,البغي

10 Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakr bin Farh al-Ansari al-Qurtubi, al-Jāmi‟ li

Ahkām Alquran, (al-Qāhirah: Dar al-Kutub al-Misriyah, 1384 H/ 1964 M), juz 7, h. 397.

11 Ismail bin Umar bin Katsir al-Dimasyqi, Tafsir Alquran al-Karim, (T.tp.: Dar Tibah,

1420 H/ 1999 M), juz 4, h. 44.

12 Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakr bin Farh al-Ansari al-Qurtubi, al-Jāmi‟ li

Ahkām Alquran, (al-Qāhirah: Dar al-Kutub al-Misriyah, 1384 H/ 1964 M), juz 7, h. 397.

Page 25: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

17

agar Nabi tidak meneruskan dakwahnya dalam menyebarkan agama Allah, yang

oleh mereka dinilai bertentangan dengan keyakinan dan tradisi warisan nenek

moyang masyarakat Mekkah. Oleh karenanya, gerakan Nabi tersebut ditentang

dan harus dihentikan dengan cara apa pun, termasuk membunuh beliau.

Namun Nabi tidak langsung melawan para kafir Qurasy tersebut. Sebab

saat itu kekuatan yang dimiliki beliau belum kuat, sehingga beliau lebih memilih

kabur ke kota Yatsrib, yang kelak akan menjadi kota beliau dengan sebutan kota

Madinah. Di sana lah beliau membangun kekuatan untuk melindungi diri dari

lawan-lawannya. Di kota tersebut beliau tidak sekedar berperan sebagai Nabi,

bahkan sebagai seorang politisi yang sering muncul ke muka untuk

menyampaikan seruan dan mendamaikan suku Aws dan Khazraj yang sering

bermusuhan.13

Dengan begitu kekuatan umat Islam yang berada di bawah

(kekuasaan) Nabi semakin kuat, hingga akhirnya Islam menjadi lebih dari sekadar

agama negara, bahkan Islam merupakan negara itu sendiri.14

Maka dari itu, ketika Nabi dan kafilahnya pulang dari Tabuk menuju

Madinah, Hudzaifah bin Yaman menggiring Unta Nabi Muhammad Saw.,

sedangkan Ammar bin Yasar yang mengendarainya. Kemudian ketika sudah

sampai di jalan kecil di atas bukit tiba-tiba dihadang oleh 12 orang. Mereka ingin

melakukan makar dengan merampas barang bawaan yang dibawa dari Tabuk.

Namun seseorang berteriak sehingga mereka kabur. Kemudian Nabi bertanya

kepada kafilahnya mengenai orang-orang tersebut. Maka dijawab bahwa mereka

menutup mukanya dengan kain, dan itu perbuatan orang yang sedang melakukan

perjalanan. Maka Nabi pun mencap mereka sebagai munafik sampai hari kiamat,

dengan dilanjutkan sebuah pertanyaan tentang tujuan mereka. Kemudian

13

Philip K. Hitti, History of The Arabs; From the Earliest Times to The Present,

Penerjemah R. Cecep Lukman Y. dan Dedi Slamet R.. History of The Arabs, (Jakarta: Serambi

Ilmu Semesta, 2014), cet. I, h. 145-146.

14 Philip K. Hitti, History of The Arabs; From the Earliest Times to The Present,

Penerjemah R. Cecep Lukman Y. dan Dedi Slamet R.. History of The Arabs, (Jakarta: Serambi

Ilmu Semesta, 2014), cet. I, h. 147.

Page 26: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

18

Hudzaifah menjawab bahwa mereka ingin menyempitkan jalan Nabi ketika

sampai di jalan kecil kemudian melemparkan beliau ke bawah.15

Kisah orang munafik yang ingin melakukan makar tersebut oleh Alquran

diabadikan, yang berbunyi:

وا ب عد إسلمهم وهوا با ل ي نالوا وما ن قموا إل أن يلفون باللو ما قالوا ولقد قالوا كلمة الكفر وكفر

ب هم اللو را لم وإن ي ت ولوا ي عذ ن يا أغناىم اللو ورسولو من فضلو فإن ي توبوا يك خي عذابا أليما ف الد

(47)التوبة: ما لم ف األرض من ول ول نصير والخرة و

Artinya: “Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah,

bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya

mereka telah mengucapkan Perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah

Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya16

, dan mereka

tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah

melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu

adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan

mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka

sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka

bumi.” (QS. al-Taubah: 74).

Hal ini bertujuan agar kejadian seperti di atas dapat diketahui oleh para

generasi umat Islam di masa akan datang, serta diambil hikmah dari kejadian

tersebut. Bahwa sampai Nabi menjadi kepala negara di kota Madinah pun tetap

ada tindakan makar yang dilakukan oleh para musuh beliau.

Selain di masa Nabi, pada masa sahabat juga terdapat pemberontak. Yaitu

di masa khalifah Ali bin Abi Talib ra., yang dikenal dengan sebutan kelompok

Khawarij. Khawarij berarti kelompok yang keluar (enggan) dari pemerintah yang

15

Ahmad bin Husain bin Ali bin Musa Abu Bakr al-Baihaqī, Dalail al-Nubuwah, (T.tp.:

Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1408 H/ 1988 M), juz 5, h. 260.

16 Menurut Imam Tabari, maksud dari (“keinginan yang mereka tidak dapat

mencapainya”) adalah membunuh Nabi. Lihat: Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin

Ghalib al-Tabari, Jami‟ al-Bayān fī ta‟wīl Alquran, (T.tp.: Muassasah al-Risalah, 1420 H/ 2000

M), juz 14, h. 363.

Page 27: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

19

sah yang telah disepakati oleh umat, entah keluarnya pada era Khulafa‟ al-

Rāsyidūn atau pada era Tābi‟in dan seterusnya yang imamnya telah ditentukan.17

Pada awalnya, Khawarij merupakan kelompok pengikut sayyiduna Ali bin

Abi Talib, yang ikut serta memerangi Mu‟awiyah bin Abi Sufyan. Peperangan ini

yang disebut dengan perang Siffīn. Perseteruan antara kedua belah pihak tersebut

berakhir dengan adanya rekonsiliasi. Atau dikenal dengan tahkīm (arbitrase). Cara

tersebut menjadi jalan bagi kelompok Ali dan Mu‟awiyah untuk berdamai dengan

beberapa kesepakatan. Karena cara seperti itulah yang menurut sebagian pengikut

Ali bin Abi Talib telah keluar dari syari‟at Allah dan Rasul-Nya. Mereka

menyatakan dengan tegas bahwa tidak hukum selain hukum Allah (lā hukm illa

lillāh).18

Maka, mereka pun mengambil sikap dengan keluar dari barisan Ali bin

Abi Talib. Keluar dalam arti tidak mau patuh dan tunduk lagi kepada Ali bin Abi

Talib selaku seorang khalifah. Sikap seperti itu yang menjadikan mereka sebagai

kelompok pembangkang terhadap pemerintah yang sah, yang berada di bawah

pimpinan Ali bin Abi Talib. Di antara pelopor dalam mengambil sikap itu adalah

Asy‟ats bin Qais al-Kindi, Mas‟ar bin Fadki al-Tamīmī, dan Zaid bin al-Husain.19

Oleh karena itu, kelompok tersebut sering dijadikan contoh di dalam kitab-

kitab fiqh ketika masuk pada pembahasan pemberontakan (al-Baghy). Sebab

secara historis, kelompok Islam yang secara terang-terangan nan lantang

memisahkan diri (kharaja) dari penguasa adalah kelompok Khawarij yang muncul

pada masa khalifah Ali bin Abi Talib. Maka dari itu, sudah tepat kiranya jika

kelompok tersebut menjadi perumpamaan terkait pembahasan makar/

pemberontakan.

17

Muhammad bin Abd al-Karim al-Syahrastānī, al-Milal wa al-Nihal, (Bairut: Dar al-

Ma‟rifah, 1404 H), juz 1, h. 113.

18 Muhammad bin Abd al-Karim al-Syahrastānī, al-Milal wa al-Nihal, (Bairut: Dar al-

Ma‟rifah, 1404 H), juz 1, h. 113.

19 Muhammad bin Abd al-Karim al-Syahrastānī, al-Milal wa al-Nihal, (Bairut: Dar al-

Ma‟rifah, 1404 H), juz 1, h. 113.

Page 28: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

20

B. Dalil Tindakan Makar

Islam memiliki sumber yang memuat ajaran-ajarannya, termasuk aturan-

aturan normatif yang harus dipatuhi oleh para pemeluknya. Sumber tersebut guna

meneguhkan identitas Islam selaku agama samawi yang disampaikan oleh utusan-

Nya, serta memudahkan bagi para pemeluknya untuk mempelajari dan mengkaji

ajaran agamanya. Sumber tersebut antara lain Alquran, Hadis, Qiyas, dan Ijma‟.20

Salah satu hukum yang diatur oleh Islam adalah tindakan makar. Aturan

tersebut tertera di dalam Alquran, yang berbunyi:

ن هما فإن ب غت إحداها على األخرى ف ق اتلوا الت ت بغي وإن طائفتان من المؤمنني اق تت لوا فأصلحوا ب ي

ب المقسطني حت تفيء إل أمر اللو فإن ن هما بالعدل وأقسطوا إن اللو ي فاءت فأصلحوا ب ي

(9)احلجرات:

Artinya: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang

hendaklah kamu damaikan antara keduanya. Tapi kalau yang satu melanggar

(perjanjian) terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar itu kamu perangi

sampai kembali pada perintah Allah. Kalau telah kembali, damaikanlah antara

keduanya secara adil, dan hendaklah kamu berlaku adil. Sesungguhnya Allah

mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Hujurāt: 9).

Ayat ini menjadi dasar utama dalam memberikan sanksi terhadap para

pelaku tindakan makar sebagaimana menurut para fuqaha yang akan dibahas pada

sub-bab selanjutnya. Serta menurut Imam al-Rāzī, maksud kalimat “tapi kalau

yang satu melanggar (perjanjian) terhadap yang lain”, bisa bermakna pemerintah

dan/atau rakyat. Artinya, pelanggar perjanjian itu tidak selalu rakyat, tapi bisa

juga pemerintah. Maka, jika pemerintah yang melanggar, rakyat mesti

mencegahnya dengan cara menasehatinya, serta dengan syarat tidak menimbulkan

20

Keempat sumber ini yang menurut para ulama‟ usul sebagai sumber hukum Islam yang

disepakati. Sedangkan masih yang diperselisihkan, apakah sumber tersebut bisa dikategorikan

sebagai sumber hukum Islam atau tidak, terdapat tujuh sumber. Selengkapnya baca: Wahbah al-

Zuhaili, Usul al-Fiqh al-Islāmī, (Dimasyq: Dar al-Fikr, 1406 H/ 1986 M), h. 417 dan 734.

Page 29: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

21

kekacauan seperti layaknya terjadi peperangan. Sebaliknya, jika pelanggar

perjanjian tersebut adalah rakyat, maka pemerintah berkewajiban mencegahnya.21

Selain ayat di atas, ada pula hadis-hadis Nabi yang dijadikan pijakan untuk

mengategorikan dan balasan tindakan makar, yaitu:

لح ف ليس منا ملسو هيلع هللا ىلصرضي اهلل عنو أن رسول اهلل عن أب ىري رة نا الس ومن قال: من حل علي

22نا ف ليس منا )رواه مسلم(غش

Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw

bersabda: siapa pun yang membawa senjata terhadap kita maka bukan termasuk

(golongan) kita, serta siapa pun yang menipu kita maka juga bukan termasuk

(golongan) kita.” (HR. Muslim)

رب قة عن أب ذر قال: قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم: من فارق الماعة قيد شبر ف قد خل

سلم من عنقو )رواه احلاكم( 20ال

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Dzar, Rasulullah Saw bersabda: siapa pun

yang meninggalkan jamaah (sekalipun) seukuran sejengkal, sungguh telah

melepaskan tali (identitas) keislaman dari dirinya.” (HR. al-Hakim)

إماما فأعطاه صفقة يده وثرة ق لبو أنو قال: ملسو هيلع هللا ىلصعن عبد اهلل بن عمر عن الرسول ومن باي

27)رواه مسلم(ف ليطعو إن استطاع فإن جاء آخر ي نازعو فاضربوا عنق الخر

Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, Rasulullah Saw bersabda: siapa

saja yang telah memberikan seorang pemimpin akan segenggam tangannya

(berjanji setia/ berbai‟at) dan akan kerelaan hatinya maka hendaklah mentaati

pemimpin tersebut semampunya. Jika ada orang/ kelompok lain yang menentang

21

Fakhr al-Dīn al-Rāzi, Mafātīh al-Ghaib, (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1421 H/ 2000

M), juz 28, h. 109

22 Muslim bin al-Hujāj bin Muslim al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, (Bairut: Dār al-Jail,

T.th.), juz 1, h. 69.

23 Muhammad bin Abdillah al-Hākim al-Naisābūrī, al-Mustadrak „ala al-Sahīhain,

(Bairut: Dār al-Kutub al-Ilmiyah, 1990 M/ 1411 H), juz 1, h. 203.

24 Muslim bin al-Hujāj bin Muslim al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, (Bairut: Dār al-Jail,

T.th.), juz 6, h. 18.

Page 30: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

22

pemimpin tersebut, maka tebaslah leher orang/ kelompok tersebut.” (HR.

Muslim)

Dari tiga Hadis di atas dapat dipahami bahwa mengangkat senjata

merupakan simbol kemunculan pertikaian. Sebagaimana pada Hadis pertama,

misalnya, Nabi menegaskan bahwa membawa senjata yang diperuntukkan untuk

menghilangkan nyawa orang lain merupakan sikap yang tidak mencerminkan

golongan umat beliau. Maka dari itu, pemberontakan yang dilakukan oleh

kelompok pemberontak sembari membawa senjata dilarang oleh agama Islam.

Sebab perbuatan tersebut termasuk perbuatan tercela dan sangat jauh dari

karakteristik Islam selaku agama yang santun dan lembut.

Sedangkan pada Hadis kedua merupakan kecaman keras terhadap

kelompok yang keluar dari mayoritas, sehingga menjadi minoritas. Keluar di sini

dalam arti menyalahi dan melawan kelompok mayoritas tersebut. Sebagaimana

dilakukan kelompok pemberontak yang berusaha melemahkan pihak penguasa

selaku pihak yang dipercayai oleh mayoritas.

Kemudian pada Hadis ketiga selaku pemungkas sekaligus pelengkap dari

kedua Hadis sebelumnya memberitahukan cara mengahadapi kelompok

pemberontak atau melakukan makar, yaitu dengan menebas lehernya. Maksudnya

adalah dengan memeranginya dengan tujuan untuk membuat jera yang lain dan

menjaga stabilitas bersama. Dari Hadis ini pula lah para ulama bersepakat akan

sanksi yang akan diterima bagi para pelaku makar di dalam hukum Islam, yaitu

dengan diperangi.

Selain itu, masih banyak lagi nash lain yang menjadi pijakan ulama untuk

memformulasikan aturan makar di dalam hukum Islam (fiqh). Maka dari itu,

sudah jelas nan purna pembentukan aturan makar di dalam agama Islam.

C. Tipologi Makar

Sebenarnya, dalam menakar sebuah tindakan makar sudah bisa dilihat

berdasarkan definisi makar sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya. Dalam

Islam pun juga tidak menyebutkan tipologi tindakan makar secara eksplisit, entah

di Alquran, Hadis, maupun kitab-kitab turats Islam. Kendati demikian, tipologi

Page 31: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

23

tindakan makar tetap bisa ditelisik dengan mencermati definisinya. Karena sebuah

definisi itu secara tidak langsung sudah menjadi indikator dan kriteria untuk

membedakan dengan definisi (pembahasan) lainnya.25

Oleh karena itu, tipologi

tindakan makar bisa disimpulkan sebagai berikut:

a. Terbentuk dalam sebuah kelompok;26

b. Memiliki kekuatan, baik kekuatan yang berbentuk senjata maupun

berbentuk golongan;

c. Disertai dengan alasan kuat;

d. Melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah;

e. Mengangkat senjata secara terang-terangan.

Tipologi tersebut menjadi tolak ukur dalam menetapkan sebuah kelompok

telah melakukan tindakan makar atau tidak. Tentu, hal tersebut bedasarkan apa

yang sudah pernah dilakukan Nabi ketika melihat pemberontakan terhadap beliau

selaku kepala negara. Dan beliau sendiri pun dalam menentukan sebuah tindakan

termasuk pemberontakan atau tidak cukup dengan melihat tindakan tersebut; jika

sampai menodongkan senjata terhadap muslim yang lain maka sudah bisa

dikategorikan makar. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Nabi dalam sabdanya:

لح ف ليس منا ملسو هيلع هللا ىلصرضي اهلل عنو أن رسول اهلل عن أب ىري رة نا الس ومن قال: من حل علي

نا ف ليس منا )رواه مسلم( 24غش

Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw

bersabda: siapa pun yang membawa senjata terhadap kita maka bukan termasuk

(golongan) kita, serta siapa pun yang menipu kita maka juga bukan termasuk

(golongan) kita.” (HR. Muslim)

25

Pembahasan tentang definisi seperti pengertian dan syarat-syaratnya baca: Syukriadi

Sambas, Mantik; Kaidah Berpikir Islami, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), cet. VI, h. 67-68.

26 Imam Syafi‟i menegaskan bahwa jumlah kelompok tersebut tidak dibatasi oleh angka

berapa pun. Lihat: Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Rusyd al-Andalusi,

Bidāyat al-Mujtahid wa Nihāyat al-Muqtasid, (Lubnān: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1434 H/ 2013

M), cet. V, h. 821.

27 Muslim bin al-Hujāj bin Muslim al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, (Bairut: Dār al-Jail,

T.th.), juz 1, h. 69.

Page 32: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

24

Jadi, makar versi Nabi malah lebih sederhana. Namun seiring

perkembangan zaman, oleh para ulama fiqh diformulasikan dengan lebih rinci dan

sistematis agar lebih jelas dalam menetapkan sebuah tindakan makar. Caranya

dengan membuat definisi makar, yang secara otomatis menjadi standarisasi suatu

tindakan untuk dikategorikan sebagai makar.

D. Sanksi Tindakan Makar

Sebagai agama samawi yang terakhir, Islam menjadi pelengkap dari

agama-agama sebelumnya. Sehingga aturan-aturannya juga meliputi mengenai

hubungan antar sesama manusia –bahkan mahluk lainnya. Tidak hanya

mencukupkan pada tataran hubungan hamba dengan penciptanya. Hal ini

sebagaimana terlihat dalam buku-buku yang memuat aturan-aturan agama Islam,

yang dikenal sebagai fiqh. Di sana dipaparkan semua aturan-aturan Islam, mulai

dari hubungan hamba dan tuhannya, yang disebut dengan „ibādah, hingga

hubungan antara sesama mahluk, yang disebut dengan mu‟āmalah dan/atau

jināyah. Begitulah pembagian aturan Islam secara umum yang terdapat di dalam

literatur fiqh.

Dan makar selaku sebuah perbuatan kejahatan, maka dalah hal ini masuk

pada ranah jināyah. Di mana di situ dibahas mengenai sanksi bagi para

pelakunya. Tentu sanksi tersebut berdasarkan hasil penelusuran para ulama

terhadap sumber utama ajaran Islam, kemudian diformulasikan secara sistematis

agar umat secara umum tinggal menerima hasil formulasi tersebut. Jadi mereka

tidak usah mencari lagi di dalam sumber utama tadi, namun cukup membaca di

dalam literatur fiqh.

Syekh Wahbah Zuhaili di dalam karya fenomenalnya, al-Fiqh al-Islami wa

Adillatuhu, mengatakan bahwa hukuman bagi pelaku makar adalah dibunuh

ketika dalam peperangan dan disuruh taubat. Namun sebelum diperangi,

pemerintah harus mencermati terlebih dahulu terhadap kelompok yang terindikasi

melakukan tindakan makar dengan melihat apakah mereka mempunyai senjata

atau tidak. Jika tidak, maka pemerintah cukup menahannya saja sampai mau

Page 33: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

25

bertobat.28

Jadi tidak langsung asal diperangi, tapi harus diteliti dan dikaji cara

dan pola mereka yang oleh pemerintah dianggap sebagai kelompok separatis.

Bahkan, jika pemerintah sudah mengetahui bahwa mereka memiliki

kekuatan dan senjata yang sudah siap berperang tetap tidak boleh langsung

diperangi. Ada tahapan selanjutnya, yaitu dengan mengajaknya untuk taat dan

tunduk terhadap pemerintah.29

Dan jika masih membangkang, baru lah

pemerintah boleh memerangi mereka. Itu pun dengan syarat mereka duluan yang

memulai peperangan tersebut. Sebab, tujuan perang yang dilakukan pemerintah

sekadar untuk meredam perbuatan mereka agar mau taat kembali.30

Dalil yang menjadi landasan kebolehan membunuh para pelaku makar

adalah ayat Alquran yang berbunyi:

ن هما فإن ب غت إحداها على األخرى ف ق اتلوا الت ت بغي وإن طائفتان من المؤمنني اق تت لوا فأصلحوا ب ي

ن هما بالعدل وأقسط ب المقسطني حت تفيء إل أمر اللو فإن فاءت فأصلحوا ب ي وا إن اللو ي

(9)احلجرات:

Artinya: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang

hendaklah kamu damaikan antara keduanya. Tapi kalau yang satu melanggar

(perjanjian) terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar itu kamu perangi

sampai kembali pada perintah Allah. Kalau telah kembali, damaikanlah antara

keduanya secara adil, dan hendaklah kamu berlaku adil. Sesungguhnya Allah

mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Hujurāt: 9).

Imam Syarbīni di dalam kitabnya, Mughni al-Muhtāj, menegaskan bahwa

meskipun di dalam ayat tersebut tidak menyebutkan mengenai orang/ kelompok

yang keluar untuk tidak taat terhadap pemerintah, namun ayat tersebut bermakna

28

Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, (Dimasyq: Dar al-Fikr, 1429 H/

2008 M), cet. VI, juz 6, h. 91.

29 Caranya dengan mengutus utusan yang terpercaya dan jago berdiplomasi ke kelompok

separatis itu untuk menanyakan penyebab ketidaksukaan mereka terhadap pemerintah, sehingga

mereka bertindak seperti itu. Cara ini oleh kalangan Syafi‟iyah dijadikan sebagai kewajiban yang

mesti dilakukan oleh pemerintah. Lihat: Muhammad bin Muhammad al-Khatib al-Syarbīni,

Mughni al-Muhtāj, (Lubnān: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2009), cet. II, juz 4, h. 145.

30 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, (Dimasyq: Dar al-Fikr, 1429 H/

2008 M), cet. VI, juz 6, h. 92.

Page 34: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

26

umum sehingga kelompok separatis dapat dimasukkan pada kategori kelompok

yang melanggar perjanjian sebagaimana pada ayat tersebut. Selain itu, kata beliau,

berdasarkan Ijma‟ juga bersepakat akan kebolehan memerangi mereka.31

Jadi,

baik Alquran maupun Ijma‟ selaku sumber penggalian hukum Islam yang

disepakati oleh mayoritas ulama telah menetapkan hukuman yang setimpal bagi

para pelaku tindakan makar, yaitu dibunuh dengan cara memeranginya –tentu

setelah melalui tahapan-tahapan sebagaimana dipaparkan sebelumnya.32

Dengan sanksi semacam itu, Islam berupaya untuk memberikan sikap

tegas terhadap perbuatan kelompok separatis. Tentu hal ini bukan menandakan

akan kekejaman agama Islam. Sebaliknya, Islam justru menginginkan persatuan

umat tetap terjalin dengan mentaati kebijakan-kebijakan pemerintah yang sedang

berkuasa. Sehingga, bagi siapa pun yang berani keluar (tidak taat) dari pemerintah

maka akan mendapatkan sanksi yang sangat berat. Bahkan, Nabi sendiri

menegaskan dalam sabdanya:

من الطاعة وفارق الماعة فمات مات ميتة أنو قال: من خرج ملسو هيلع هللا ىلصعن أب ىري رة عن النب

00جاىلية )رواه مسلم(

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad Saw bersabda:

siapa pun yang keluar dari ketaatan dan meninggalkan jamaah, kemudian

meninggal, maka matinya seperti mati jahiliyah.” (HR. Muslim)

Jadi, Nabi pun tidak segan-segan membuat perumpamaan bagi para

pembangkang ketika sudah meninggal, yaitu disamakan seperti meninggalnya

kaum jahiliyah. Ancaman ini dibuat agar umat Islam tetap berada di satu barisan,

31

Muhammad bin Muhammad al-Khatib al-Syarbīni, Mughni al-Muhtāj, (Lubnān: Dar

al-Kutub al-Ilmiyah, 2009), cet. II, juz 4, h. 141.

32 Imam Mawardi mengatakan bahwa terdapat delapan hal yang membedakan antara

memerangi kelompok separatis dengan memerangi kaum musyrik atau murtad. Salah satunya

adalah tidak boleh membunuh kelompok separatis yang sudah berhenti menyerang/ kabur.

Berbeda dengan memerangi kaum musyrik atau murtad yang dibolehkan untuk melakukan hal

tersebut. Selengkapnya baca: Abu al-Hasan Ali al-Baghdādī al-Mawardī, al-Ahkām al-Sultāniyah

wa al-Wilāyāh al-Diniyah, (Lubnān: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2006), cet. III, h. 75.

33 Muslim bin al-Hujāj bin Muslim al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, (Bairut: Dār al-Jail,

T.th.), juz 6, h. 20.

Page 35: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

27

tidak terpecah belah, sehingga ajaran dan nilai-nilai luhur Islam bisa terjaga dan

relevan sampai akhir zaman.

Page 36: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

27

BAB III

MAKAR DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF INDONESIA

A. Pengertian dan Sejarah Makar

1. Pengertian Makar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makar memiliki banyak

arti, yaitu akal busuk, tipu muslihat, perbuatan (usaha) yang bermaksud

menyerang (membunuh) orang, dan perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintah

yang sah.1

Sedangkan menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), yang

terdapat di dalam pasal 104 sampai 109, makna makar dapat ditilik melalui

cakupan yang terdapat pada pasal-pasal tersebut, yaitu:

a. Kejahatan terhadap negara, kepala dan/atau wakil kepala negara, dan

pemerintah atau badan-badan pemerintah;

b. Menjadi mata-mata musuh;

c. Perlawanan terhadap pegawai pemerintah;

d. Berbagai tindakan lain yang merugikan kepentingan negara;

e. Pemberontakan.

Dari berbagai definisi di atas, secara substansi, makar dapat diartikan

sebagai suatu strategi/ tipu muslihat yang dilakukan oleh kelompok separatis guna

menggulingkan rezim yang sedang berkuasa.2

Perlu ditekankan di sini bahwa pemaparan kedua pengertian ini dengan

sumber yang berbeda dimaksudkan demi mendapatkan arti sebuah kata yang lebih

komprehensif. Dalam artian keduanya bisa saling mensinergikan satu sama lain.

Sehingga kandungan dan orientasi kata tersebut lebih luas. Dengan begitu dapat

1 Departemen Pendidikan Nasional (DPN), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2014), cet. VIII, h. 862.

2 Sekilas, makna seperti ini menyerupai dengan kudeta. Namun, sejatinya, ada perbedaan

yang mencolok antara keduanya. Bahwa makar itu masih pada tataran tindakan atau usaha untuk

melengserkan pemerintah yang saha. Sedangkan kudeta merupakan kondisi di mana sedang terjadi

penggulingan/ perebutan kekuasaan yang diganti dengan orang/ kelompok lain. Lihat definisi

kudeta: Departemen Pendidikan Nasional (DPN), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2014), cet. VIII, edisi IV, h. 750.

Page 37: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

28

menutup kemungkinan lain atau adanya perbedaan persepsi mengenai maksud

makar.

2. Sejarah Makar

Dalam sebuah negara, tidak mudah untuk menyetarakan keinginan seluruh

rakyatnya. Apalagi negara besar yang memiliki ribuan –bahkan jutaan- penduduk

yang tergolong dari berbagai suku dan ras. Untuk menyatukan suara mereka

bukan persoalan gampang dan sederhana. Termasuk negeri Indonesia sendiri.

Beragama background yang melekat pada setiap suku/ ras (begitu juga agama)

menjadikan perbedaan keinginan dan suara sebagai sebuah keniscayaan.

Oleh karena itu, ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya,

keesokan harinya langsung menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal negara.3

Pembentukan asas ini demi merangkul seluruh rakyat yang notabene berbeda-

beda agama, ras, suku, budaya, dsb. untuk berada di satu barisan demi mencapai

cita-cita negara. Serta menjadikan UUD ’45 sebagai payung hukum atas segala

hukum-hukum yang diterapkan di Indonesia.

Namun pada realitanya, harapan pembentukan Pancasila tidak berjalan

mulus. Masih ada kelompok-kelompok yang tidak setuju terhadap asas tersebut,

atau tidak puas dengan kinerja pemerintah yang sedang berkuasa. Hal ini terbukti

setelah Indonesia merdeka, masih sering terjadi pemberontakan yang dilakukan

kelompok-kelompok tadi demi menggulingkan pemerintah dan/atau bahkan

mengganti asas negara tadi dengan asas lain, dengan tujuan bisa membuat negara

3 Tepat pada tanggal 18 Agustus 1945, secara konstitusional, Pancasila dijadikan sebagai

dasar (falsafah) negara, pandangan hidup, ideologi nasional, dan legatur dalam peri-kehidupan

kebangsaan dan kenegaraan Indonesia. Lihat: Yudi Latif, Negara Paripurna; Historisitas,

Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, (Jakarta: Gramedia, 2015), cet. V, h. 39-41. Meskipun

memang sempat terjadi perdebatan sengit di antara para perumusnya yang terhimpun di dalam

BPUKI dan PPKI. Baca: Mujar Ibnu Syarif, Presiden Non Muslim di Negara Muslim; Tinjauan

Dari Perspektif Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia, (Jakarta: Sinar Harapan,

2006), h. 175-187.

Page 38: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

29

baru di dalam kawasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan

asas yang diusung tersebut.4

Dari saking banyaknya tindakan pemberontakan, mulai dari yang ingin

melepaskan diri dari NKRI seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan

Gerakan Aceh Merdeka (GAM), atau berbentuk partai yang ingin mengubah

falsafah negara seperti Partai Komunis Indonesia (PKI)5, hingga organisasi

masyarakat (ormas) yang juga tidak setuju terhadap ideologi negara seperti

Jamaah Islamiyah, Dar Islam (DI)/ Negara Islam Indonesia (NII), Hizbut Tahrir

Indonesia (HTI),6 maka penulis mencukupkan diri untuk memilih HTI sebagai

contoh kasus tindakan makar. Selain itu, kasus HTI juga terbilang paling aktual

dengan melihat kasusnya baru populer dewasa ini. Maka dari itu, mencantumkan

HTI pada pembahasan kali ini menjadi relevan dan konkrit.

Pada tahun 1983, Abdurrahman al-Baghdadi mengenalkan HT ke rakyat

Indonesia. Semula dengan mengajarkan pemahamannya ke kampus-kampus

Indonesia.7 Karena kebanyakan objeknya masyarakat awam, tak sedikit yang

langsung menerima ide-ide HT. Lambat laun, HT menjadi gerakan dengan makin

4 Mengenai sejarah pemberontakan (makar) terhadap pemerintah negara, atau yang ingin

mengganti falsafah negara silakan lihat: https://tirto.id/sejarah-panjang-usaha-makar-di-indonesia-

buHE diakses pada tanggal 7 Oktober 2017 pukul 17.25 WIB.

5 Maksud penulis, pemberontakan yang dilakukan PKI yaitu pada tanggal 18 September

1948 di Madiun, bukan tragedi G30S. Sebab tragedi tersebut, menurut hemat penulis, masih

absurd dan bias. Meskipun di dalam buku-buku sejarah nasional mengatakan PKI sebagai

dalangnya, namun ketika dilakukan penelitian ternyata malah terdapat kesimpulan lain. Mestinya,

jika memang dalangnya satu, yaitu PKI, tidak mungkin ada perbedaan antara buku-buku sejarah

nasional dengan buku-buku hasil penelitian. Hal ini bisa dilihat dalam Katalog Dalam Terbitan

(KDT), Alex Dinuth ed., Dokumen Terpilih Sekitar G.30.S/PKI, (Jakarta: Intermasa, 1997), dan

bandingkan dengan Wijaya Herlambang, Kekerasan Budaya Pasca 1965: Bagaimana Orde Baru

Melegitimasi Anti-Komunisme Melalui Seni dan Sastra, (Tangerang Selatan: Marjin Kiri, 2013).

6 Keseluruhan kelompok tersebut sudah tidak beroperasi lagi. Karena aparat keamanan

dan pemerintah telah melakukan langkah-langkah untuk menghentikan mereka. Misalnya seperti

PKI resmi dibubarkan dan dilarang ‘hidup’ kembali berdasarkan TAP MPRS Nomor 25 Tahun

1966, atau pembubaran HTI dengan berlandaskan pada Perppu Nomor 2 Tahun 2017 sebagai ganti

dari UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, dan kelompok-kelompok

yang lain bernasib demikian juga. Namun caranya berbeda-beda, ada yang dengan mengeluarkan

aturan normatif seperti di atas, ada juga yang sekedar menggunakan diplomasi dan taktik jitu untuk

menaklukkan para pembangkang tersebut.

7 https://tirto.id/sejarah-kemunculan-hti-hingga-akhirnya-dibubarkan-coiC diakses pada

tanggal 15 Oktober 2017 pada pukul 14.15 WIB.

Page 39: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

30

bertambah pengikutnya. Maka lahirlah sebutan HTI sebagai peneguhan

eksistensinya di bumi Nusantara.

Di masa-masa selanjutnya, HTI memperkenalkan ide dan gagasannya ke

khalayak umum, tidak terbatas di kampus saja. Semakin banyak pengikutnya, HTI

semakin eksis dan percaya diri untuk tampil di tempat umum, seperti di acara

seminar dan pengajian. Tentu, acara tersebut hanya dihadiri oleh orang Islam saja.

Sebab memang ide utamanya adalah ingin menegakkan hukum Islam di Indonesia

dengan menerapkan sistem khilafah.8

Bagi mereka, khilafah merupakan solusi paling tepat menyelesaikan

berbagai persoalan yang terjadi di Indonesia. Dengan menerapkan khilafah, dalam

artian menegakkan ajaran Islam, maka persoalan-persoalan seperti korupsi, krisis

ekonomi, ketidakadilan, ketimpangan hukum, dsb. akan dapat terselesaikan

dengan baik.9 Sebab, menurut mereka, titik tolak dari kemunculan persoalan-

persoalan tersebut adalah kesalahan hukum dan sistem yang diterapkan di Negara

ini. Makanya mereka menawarkan dengan menerapkan sistem khilafah sebagai

satu-satunya solusi yang –menurut mereka- sejalan dengan Islam.

Tawaran ini memang terkesan logis, ditambah dengan adanya embel-

embel kata Islam sehingga bagi orang Islam sendiri, terutama yang awam, secara

sepontan menyepakati apa yang disampaikan oleh HTI. Dibilang logis karena

sistem khilafah layaknya ragam jenis makanan yang disuguhkan kepada khalayak.

Tinggal mereka sendiri yang menentukan makanan jenis apa yang sesuai dan

cocok berdasarkan kondisi mereka. Termasuk sistem khilafah juga seperti itu,

ditawarkan kepada rakyat Indonesia oleh HTI agar persoalan-persoalan yang ada

dapat diselesaikan.

8 Mengenai apa dan bagaimana sistem khilafah, baca: Taqiyuddin al- Nabhānī, al-

Syakhsiyah al-Islamiyah, Penerjemah Agung Wijayanto dkk., Kepribadian Islam, (Jakarta Selatan:

HTI-Press, 2011), h. 18-30.

9 Info ini bisa dilihat di buletin mereka yang diterbitkan setiap Jumat, al-Islam, yang biasa

dibagi-bagikan secara gratis di masjid-masjid besar. Di buletin tersebut, jika diperhatikan pola

pemaparannya, awal mulanya memaparkan persoalan yang marak terjadi, kemudian dilanjutkan

dengan penyebabnya, yang tidak akan terlepas dari menyalahkan sistem dan hukum yang sedang

berlaku, dan terakhir akan ditutup dengan solusi untuk menegakkan khilafah.

Page 40: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

31

Jika disepakati, maka taruhannya adalah mengganti sistem yang sudah

diterapkan sejak awal kemerdekaan, yaitu demokrasi. Bahkan juga akan

mengganti Pancasila selaku falsafah Negara, yang disepakati oleh semua

golongan pada waktu pengesahannya.10

Sebab sistem tersebut, sebagaimana

diucapkan dengan lantang pada acara konfrensi khilafah internasional pada tahun

2007, bersumber dari negara kafir, yaitu dari Barat. Maka sistem tersebut pun

haram hukumnya untuk diikuti oleh umat Islam.11

Termasuk hukum yang sedang

berlaku saat ini, yang diadopsi dari kolonial merupakan aturan kufur, sehingga

jika diterapkan maka negara tersebut disebut sebagai Dār al-Kufr.12

Maka, jika

mengikuti terminologi ini, Indonesia dikategorikan sebgaai Dār al-Kufr.

Oleh karena itu, umat Islam berkewajiban untuk menghapus dan

mengganti sistem dan aturan tersebut sebagaimana telah ditetapkan oleh ajaran

Islam, yaitu berdasarkan Alquran dan Hadis. Dengan menerapkan sistem khilafah

selaku sistem Islami, serta menegakkan aturan-aturan Allah Swt dan utusan-Nya

selaku tuhan dan nabi umat Islam, maka sebuah negara baru dapat disebut sebagai

Dār al-Islām.13

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia,

memiliki peluang besar untuk menerapkan aturan yang ditetapkan oleh Alquran

dah Hadis. Caranya dengan mengganti sistem demokrasi menjadi sistem khilafah,

dan aturannya dengan menerapkan hukum-hukum Allah Swt dan utusan-Nya.

10

Ini lah yang menurut Ahmad Sahal menjadi permasalahan pokok bagi ide HTI. Di

kultwitnya, Sahal mengatakan bahwa HTI bisa dikategorikan melakukan tindakan makar karena

merongrong negara hasil kesepakatan bersama. Baca: https://chirpstory.com/li/268967 diakses

pada tanggal 15 Oktober 2017 pada pukul 14.11 WIB.

11 Jadi, pola pikir HT(I), terutama pendirinya, Taqiyuddin al-Nabhānī, bahwa Barat itu

tempatnya orang kafir. Sistem demokrasi dan aturan saat ini banyak yang bersumber dari sana.

Berdasarkan kedua premis tersebut maka disimpulkan sistem dan aturan itu statusnya adalah kafir.

Mengenai ucapan HTI tadi, lihat: https://www.youtube.com/watch?v=GT3ZK8GxW_w diakses

pada tanggal 15 Oktober 2017 pada pukul 14.30 WIB.

12 Taqiyuddin al- Nabhānī, al-Syakhsiyah al-Islamiyah, Penerjemah Agung Wijayanto

dkk., Kepribadian Islam, (Jakarta Selatan: HTI-Press, 2011), h. 414.

13 Bahkan, Taqiyuddin membuat standarisasi yang mesti dipenuhi oleh sebuah negara

sehingga bisa dikatakan sebagai sempurna menurut syari’at. Misalnya, harus ada Mu’awin

Tafwidh, Mu’awin Tanfidz, Amirul Jihad, para Wali, dll., yang disebut sebagai delapan struktur.

Selengkapnya baca: Taqiyuddin al-Nabhani, al-Daulah al-Islamiyah, Penerjemah Umar Faruq,

Daulah Islam, (Jakarta Selatan: HTI-Press, 2012), Cet. VI, h. 311.

Page 41: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

32

Selama Indonesia masih menerapkan sistem dan aturan kufr, maka belum bisa

disebut sebagai Dar al-Islam. Maka tak heran bila persoalan-persoalan yang

terjadi saat ini, termasuk Indonesia, banyak yang belum bisa dilesesaikan. Itu

karena tidak menerapkan hukum Allah, dan malah lebih memilih hukum buatan

manusia, yang statusnya kafir.14

Berdasarkan idenya itu, HTI dicap sebagai kelompok yang melanggar

perjanjian bersama. Sebab, negara Indonesia terbentuk tidak hanya atas hasil

kesepakatan antar sesama umat Islam saja, namun dengan rakyat lainnya yang

berbeda agama. Dengan bahasa lain, sistem dan aturan yang berlaku saat ini

merupakan hasil kesepakatan para leluhur, para pendiri bangsa yang merumuskan

negara ini. Oleh karena itu, HTI telah menyalahi kesepakatan tersebut, dengan

keinginannya untuk merubah negara Indonesia menjadi Dār Islām.15

Selain itu, hal lain yang menjadikan HTI sebagai kelompok pembangkang

adalah keinginan mereka untuk merubah ideologi, sistem, dan aturan negara.

Meskipun cara penyampaian mereka tidak seperti kelompok separatis pada

umumnya, yang melakukan tindakan-tindakan anarkis bahkan sampai beradu otot

dengan aparat penegak hukum, namun langkah mereka tetap dapat dikatakan

sebagai makar. Karena langkah tersebut secara perlahan, jika dibiarkan dan

14

Gagasan ini sering dilontarkan oleh ustadz kondang HTI, Felix Siauw. Salah satunya

lihat: https://www.youtube.com/watch?v=rBW0sZl1KI4 diakses pada tanggal 18 Oktober 2017

pada pukul 11.02. WIB.

15 Melanggar perjanjian bersama seperti ini sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi

Muhammad Saw. Setelah Nabi merumuskan Piagam Madinah sebagai konstitusi skaligus

perjanjian bersama yang berlaku bagi warga Madinah, yang saat itu tidak hanya ada umat Islam,

tetapi juga ada orang Yahudi dan Kristen, yang isi pokok dari piagam tersebut adalah menjalin

kehidupan dengan damai, saling menghormati, menciptakan kerukunan antar umat beragama. Dan

seluruh warga Madinah pun menyetujui piagam tersebut. Namun, sekitar tahun ke-2 Hijrah, orang

Yahudi yang bersuku Bani Qaynuqa’ menyalahi peranjian tersebut. Maka terjadilah konflik antara

umat Islam dengan Bani Qaynuqa’, yang pada akhirnya Bani Qaynuqa’ diusir dari Madinah. Lihat:

Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945; Kajian Perbandingan

tentang Dasar Hidup Bersama dalam Masyarakat yang Majemuk, (Jakarta Timur: Sinar Grafika,

2012), h. 179-180. Kejadian tersebut menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. menjadi

salah satu bukti bahwa peperangan di dalam sejarah Islam bukan karena perbedaan agama, namun

karena melanggar perjanjian. Beliau memberikan bukti-bukti lain sebagai argumen guna

menguatkan pendapatnya itu. Baca: Ali Mustafa Yaqub, Islam Between War and Peace, (Jakarta:

Maktabah Darus-Sunnah, 1431H/ 2010 M), h. 18-23.

Page 42: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

33

dilakukan dengan kontinu dan intens, pada akhirnya akan berhasil pula.16

Ide yang

disampaikan melalui kelihaian retorika akan menghipnotis pendengarnya,

sehingga pendengarnya mengikuti dan menyetujui ide tersebut. Pada akhirnya,

lagi-lagi jika dibiarkan, ketika ide tersebut diterapkan, maka pemerintah yang

tidak sesuai dengan kriteria yang terdapat pada ide tersebut akan dilengserkan,

diganti berdasarkan kriteria ide tersebut. Jadi, ujung-ujungnya juga akan

melengserkan pemerintah yang sah, hanya caranya saja yang lebih halus dan

sistematis.

Dengan berpijak pada alasan-alasan itu lah, HTI dimasukkan sebagai

kelompok pelaku makar. Namun karena tindakannya tidak seperti kelompok

separatis, mereka tidak diberikan sanksi sebagaimana diatur di dalam KUHP.

Cukup dengan membubarkan mereka, melarang mereka untuk menyebarkan

idenya, serta melarang mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengarah ke

(pengejawantahan) ide tersebut.

Kendati demikian, penting kiranya untuk diketahui bahwa konsep makar

sendiri memiliki perbedaan di kalangan pemerintah pada setiap eranya. Buktinya

pada kasus HTI, misalnya, baru dijustifikasi sebagai pelaku makar pada era

pemerintahan sekarang. Padahal, berdasarkan sejarahnya kelompok tersebut

masuk ke Indonesia sejak tahun 1980-an. Selain itu, sebagaimana ditegaskan juga

oleh Abdurisfa bahwa respon pemerintah terhadap pelaku tindakan makar

berbeda-beda di setiap masa.17

Pada masa orde lama, ketika Soekarno menyikapi

kelompok subversif, yang pelakunya saat itu merupakan kawan lamanya,

Kartosuwiryo, hanya mengeluarkan Penetapan Presiden No 11 Tahun 1963

tentang pemberantasan kegiatan subversi. Di samping juga menerapkan aturan

16

Makanya sebelum itu terjadi, pemerintah menutup langkah mereka dengan

mengeluarkan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 sebagai ganti dari UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang

Organisasi Kemasyarakatan. Hal ini demi menjaga keutuhan dan kebhinnekaan NKRI sebagai

hasil jerih payah seluruh rakyat Indonesia yang beragam agamanya, sukunya, dan budayanya.

17 Abdurisfa Adzan Trahjurendra, Politik Hukum Pengaturan Tindak Pidana Makar Di

Indonesia, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, h. 7.

Page 43: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

34

makar yang berlaku. Makanya, Kartosuwiryo divonis hukum mati atas

perbuatannya tersebut.18

Kemudian pada masa orde baru, respon pemerintah semakin represif

terhadap pelaku makar. Dengan adanya UU Nomor 5 Tahun 1969 tentang

Pemberantasan Kegiatan Subversi yang mengubah Penetapan Presiden pada era

orde lama. Padahal, secara sosio-politik, kondisi di era orde baru tidak

sesignifikan dan seurgensi pada era sebelumnya.19

Oleh karena itu, pada tahun

1999, satu tahun setelah keruntuhan orde baru, muncul UU Nomor 26 Tahun 1999

yang dikenal sebagai UU Anti Subversi tentang pencabutan UUPKS.20

Dari data sejarah tersebut, maka semakin jelas bahwa pemahaman

mengenai konsep makar terjadi perbedaan di kalangan antar pemerintah.

Perbedaan respon sebagaimana di atas membuktikan adanya perbedaan

pemahaman tersebut di kalangan mereka. Perbedaan tersebut tentunya muncul

atas motif mereka dalam menjaga kekuasaannya. Dengan kata lain, kepentingan

politis yang berbeda-beda berimplikasi pada perbedaan respon tersebut. Maka dari

itu, sejatinya secara substansif, tidak ada perbedaan yang fundamental di kalangan

antar pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan ketika menyikapi kelompok-

kelompok subvesif atau pelaku makar.

B. Dasar Hukum Tindakan Makar

Sebagai negara hukum, Indonesia harus memiliki aturan-aturan yang telah

dilegislasikan untuk menjadi landasan dalam menyikapi problematika yang terjadi

di tengah-tengah masyarakat, dan bisa juga untuk memberi sanksi bagi para

18

https://agfian.wordpress.com/2009/01/14/kembali-melihat-sejarah-nii-milik-sekarmaji-

marijan-kartosuwiryo-dari-berbagai-sudut/ diakses pada tanggal 25 Desember 2017 pada pukul

14.45 WIB.

19 Abdurisfa Adzan Trahjurendra, Politik Hukum Pengaturan Tindak Pidana Makar Di

Indonesia, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, h. 9.

20 Abdurisfa Adzan Trahjurendra, Politik Hukum Pengaturan Tindak Pidana Makar Di

Indonesia, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, h. 10.

Page 44: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

35

pembangkangnya. Hal ini disebut sebagai asas legalitas.21

Termasuk di dalamnya

mengenai tindakan makar, agar negara memiliki landasan hukum bagi para

pemberontak yang dapat mengganggu stabilitas negara.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) selaku sumber utama

perihal tindak kejahatan dan kriminal mengkategorikan makar sebagai perbuatan

kejahatan. Bahkan, tindakan tersebut menjadi ancaman yang cukup berbahaya

bagi keamanan negara. Sehingga aturan makar di dalam KHUP ditempatkan pada

posisi pertama dari sekian varian perbuatan kejahatan. Ini menandakan

berbahayanya tindakan tersebut. Sebab tidak hanya menyangkut ketentraman

negara saja, dalam hal ini pemerintah, namun juga dapat berimplikasi pada

masyarakat luas.

Aturan makar diatur di KUHP mulai dari Pasal 104 sampai 109.22

Lebih

jelasnya sebagai berikut:

1. Pasal 104: Makar dengan maksud untuk membunuh Presiden dan Wakil

Presiden, atau dengan maksud merampas kemerdekaan mereka, atau

menjadikan mereka tidak mampu memerintah, diancam dengan pidana

mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu

tertentu, paling lama dua puluh tahun;

2. Pasal 105: Pasal ini ditiadakan berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun

1946, pasal VIII, butir 13;

3. Pasal 106: Makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian dari

wilayah negara jatuh ke tangan musuh, atau dengan maksud memisahkan

sebagian wilayah negara dari yang lain, diancam dengan pidana penjara

seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu, paling lama dua

puluh tahun;

4. Pasal 107: (1) Makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintahan,

diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. (2)

Pemimpin dan pengatur makar tersebut dalam ayat 1, diancam dengan

21

Aturan asas legalitas ini juga telah ditegaskan di dalam Pasal 1 ayat (1) KHUP. Baca:

Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet. XXIV, h. 3. 22

Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet.

XXIV, h. 43-44.

Page 45: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

36

pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu,

paling lama dua puluh tahun;

5. Pasal 108: (1) Barang siapa bersalah karena pemberontakan, diancam

dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun:

1. orang yang melawan pemerintah Indonesia dengan senjata;

2. orang yang dengan maksud melawan Pemerintah Indonesia menyerbu

bersama-sama atau menggabungkan diri pada gerombolan yang melawan

Pemerintah dengan senjata.

(2) Para pemimpin dan para pengatur pemberontakan diancam dengan

penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu, paling

lama dua puluh tahun.

6. Pasal 109: Pasal ini ditiadakan berdasarkan Stbl. 1930 No. 31.

Maka sudah jelas kiranya mengenai aturan makar yang telah ditetapkan di

dalam KHUP sebagaimana di atas. Dan ini menjadi landasan hukum untuk

memberi sanksi para pelaku tindakan makar.

C. Jenis-jenis Tindakan Makar

Perbuatan makar yang dilakukan oleh kelompok separatis mempunyai

varian yang cukup beragam. Hal ini dapat teridentifikasi keinginan dan tujuan

mereka melakukan tindakan tersebut. Lebih tepatnya, dapat dilihat dari objek

tindakan makar mereka. Sehingga nanti dapat ditentukan sanksi yang pas bagi

mereka.

Sedangkan mengenai jenis-jenis tindakan makar, sebagaimana disebutkan

di dalam KHUP, bahwa tindakan makar meliputi:

1. Makar terhadap kepala dan wakil kepala negara;

2. Makar terhadap pemerintah, baik pemerintah kota/kabupaten, provinsi,

maupun pusat;

3. Makar yang bertujuan memisahkan sebagian wilayah negara dari yang

lain;

Page 46: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

37

4. Makar dengan tujuan menyerahkan seluruh atau sebagian wilayah

negara ke tangan musuh;

Dari empat jenis makar di atas, hanya satu yang belum terjadi di

Indonesia. Yaitu makar dengan tujuan menyerahkan seluruh atau sebagian

wilayah negara ke tangan musuh. Sisanya, sudah pernah terjadi namun pada

akhirnya bisa dibekukan dan/atau diajak berdamai dengan melakukan diplomasi.

Seperti kasus di Papua, dengan komunitasnya bernama Organisasi Papua Merdeka

(OPM), yang awalnya ingin memisahkan diri dari NKRI, namun setelah dilakukan

diplomasi akhirnya tunduk juga. Bahkan secara tegas mengatakan bahwa mereka

setia dan bagian dari NKRI.23

D. Sanksi Tindakan Makar

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa tindakan makar

termasuk dalam hukum pidana, yang merupakan hukum yang mengatur tentang

perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang-undang beserta sanksi pidana

yang dapat dijatuhkannya kepada pelaku.24

Perbuatan yang dilarang tersebut

kerap disebut sebagai kejahatan atau kriminal. Serta, mencakup pada kejahatan

yang berimplikasi terhadap individu, kelompok, bahkan sampai negara. Dan

tindakan makar masuk pada tiga macam kejahatan tadi. Mengingat beragamnya

tindakan makar itu sendiri.

Oleh karena itu, siapa pun yang melakukan tindakan makar, maka akan

dikenakan sanksi sebagaimana telah ditetapkan di dalam KHUP. Namun,

sanksinya beragam, menyesuaikan berdasarkan dengan perbuatan/ tujuan makar.

Ini juga disebabkan karena adanya variasi tindakan makar. Dan KHUP pun telah

membuat aturan tersebut dengan menjabarkan secara rinci berdasarkan objek

makar yang dituju.

23

http://news.liputan6.com/read/3013880/puluhan-simpatisan-opm-nyatakan-setia-pada-

nkri diakses pada tanggal 14 Oktober 2017 pukul 20.24 WIB.

24 Ini merupakan definisi yang paling sederhana mengenai hukum pidana. Mengenai

beragam pengertiannya yang disertai pendapat para tokoh, selengkapnya lihat: Bambang Waluyo,

Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), cet. III, h. 6.

Page 47: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

38

Pasal 104 di KHUP, misalnya, menjelaskan bahwa makar dengan maksud

untuk membunuh Presiden dan Wakil Presiden, atau dengan maksud merampas

kemerdekaan mereka, atau menjadikan mereka tidak mampu memerintah, maka

diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana

penjara selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.25

Selanjutnya, Pasal 106 KHUP mengatakan bahwa makar dengan maksud

supaya seluruh atau sebagian dari wilayah negara jatuh ke tangan musuh, atau

dengan maksud memisahkan sebagian wilayah negara dari yang lain, diancam

dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu,

paling lama dua puluh tahun.26

Kemudian di Pasal 107 terdapat dua ayat dengan rincian: (1) Makar

dengan maksud untuk menggulingkan pemerintahan, diancam dengan pidana

penjara paling lama lima belas tahun. (2) Pemimpin dan pengatur makar tersebut

dalam ayat 1, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara

selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.27

Terakhir, Pasal 108 juga terbagi dua ayat:

(1) Barang siapa bersalah karena pemberontakan, diancam dengan pidana

penjara paling lama lima belas tahun:

1. orang yang melawan pemerintah Indonesia dengan senjata;

2. orang yang dengan maksud melawan Pemerintah Indonesia menyerbu

bersama-sama atau menggabungkan diri pada gerombolan yang melawan

Pemerintah dengan senjata.

(2) Para pemimpin dan para pengatur pemberontakan diancam dengan

penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu, paling lama dua

puluh tahun.28

25

Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, h. 43.

26 Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, h. 43.

27 Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, h. 43.

28 Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, h. 43-44.

Page 48: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

39

Dari varian sanksi di atas, dapat dipahami bahwa tindakan makar bisa

terjadi di berbagai lini pemerintahan dan/atau daerah negara. Untuk

mengantisipasi tindakan itu, pemerintah mulai sejak kemerdekaan Indonesia,

dengan mengadopsi aturan kolonial Belanda menjadikan aturan tersebut sebagai

dasar hukum bagi pelaku kejahatan makar. Dan karena tidak ada perubahan atau

pengganti sampai sekarang, aturan tersebut sebagaimana tercantum di dalam

KHUP tetap berlaku.

Page 49: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

40

BAB IV

ANALISIS KOMPARATIF MAKAR DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN

POSITIF INDONESIA

Pembentukan aturan makar tidak akan terlepas dari dua kubu, kubu

masyarakat selaku objek pemberlakuan aturan tersebut. Dan kubu pemerintah

selaku penguasa yang memiliki kewenangan untuk membuat aturan itu. Kedua

kubu ini memiliki kebutuhan dan kepentingan masing-masing. Sehingga nanti

dapat menghasilkan sebuah negara yang aman dan makmur. Masyarakatnya bisa

hidup tenang seiring melakukan aktifitas sehari-hari. Pemerintahnya dapat

menjalankan tugasnya dengan baik.

Oleh karena itu, aturan makar dibutuhkan demi mencapai tujuan luhur

kedua kubu tersebut. Meskipun pada faktanya, tujuan tersebut tidak mudah

dicapai. Terbukti dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sejarah, baik

sejarah Islam maupun sejarah bangsa Indonesia, menjadikan aturan makar belum

ditakuti oleh masyarakat. Berdasarkan itulah, diperlukan suatu pembacaan

terhadap aturan tersebut, dengan melihat dari aspek sosial dan aspek politik.

A. Aspek Sosial

Pada tahun 13 kenabian, nabi Muhammad memantapkan diri untuk

berpindah tempat (hijrah) berdakwah, yang awalnya sasaran dakwahnya adalah

penduduk Mekah, selaku masyarakat penyembah berhala, kemudian beralih ke

daerah bernama Yastrib (selanjutnya disebut Madinah). Di daerah tersebut

terdapat beragam suku dan agama yang diyakini oleh penduduknya. Perpindahan

itu disebabkan banyak faktor, yang di antaranya menyelamatkan diri umat Islam,

terutama Nabi sendiri dari gangguan dan ancaman kaum kafir Qurays.1

Ketika tiba di Madinah, Nabi dan rombongannya disambut baik oleh

penduduk Madinah. Hal ini karena memang penduduk Madinah sudah mengenal

Nabi sebelumnya, tepatnya ketika beberapa penduduk Madinah melaksanakan

1 Ini dapat dilihat pada seringnya gangguan yang ditujukan kepada Baginda Nabi, mulai

dari yang paling ringan seperti meludahi Nabi hingga yang paling berbahaya seperti rencana

pembunuhan Nabi di malam keberangkatan beliau ke Yastrib.

Page 50: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

41

ibadah Haji ke Baitullah, Makkah al-Mukarramah, kemudian bertemu dengan

Nabi di sana. Serta sembari mendengar nasihat dan terkesan dengan perangai

beliau. Mereka pun mulai memandang bahwa Nabi dapat dijadikan teladan dan

pemimpin bagi mereka.2 Karena saat itu, di Madinah sering terjadi konflik antara

dua kabilah terbesar, kabilah Aws dan Khazraj,3 sehingga penduduk Madinah

menginginkan seorang pemimpin yang disegani dan dipatuhi untuk bisa

mendamaikan keduanya.

Madinah menjadi satu-satunya tempat harapan Nabi untuk menyebarkan

ajaran Islam dengan damai, tanpa adanya kekerasan dan gangguan fisik layaknya

ketika di Mekkah. Karena Madinah, secara sosiologis-geografis, adalah tipe

masyarakat agraris yang memungkinkan di antara mereka terjalin hubungan yang

solid dan harmonis. Mereka sangat menghargai kebhinnekaan dan menggunakan

akal budi yang luhur.4 Hal ini dibuktikan dengan adanya agama dan kabilah yang

berbeda-beda sebelum Islam datang ke sana, yang kesemuanya hidup

berdampingan nan rukun. Di sana ada agama Yahudi dan musyrikin (penganut

paganisme), ada kabilah Aws dan Khazraj, serta ada Bani Nadīr, Qurayzah, dan

Qaynuqa‟, ketiga bani (baca: kabilah) ini beragama Yahudi.5

Oleh karena itu, Nabi begitu senang tinggal di Madinah. Sampai rela

menghabiskan hidupnya di sana hingga ajal menjemputnya. Melihat masyarakat

Madinah yang majemuk, yang terdiri dari berbagai agama dan kabilah namun

tetap dapat hidup rukun dan damai. Masyarakat Madinah amat menghargai

adanya perbedaan, sikap toleransi dapat terlihat dengan jelas pada realitas sosial di

sana. Sehingga Nabi dalam menyebarkan ajarannya tidak begitu susah dan merasa

takut. Sebab masyarakatnya tidak sekeras seperti masyarakat Mekkah. Dengan

2 Zuhairi Misrawi, Madinah; Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad Saw,

(Jakarta: Kompas, 2009), h. 201.

3 Zuhairi Misrawi, Madinah; Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad Saw,

h. 194.

4 Zuhairi Misrawi, Madinah; Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad Saw,

h. 195.

5 Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945; Kajian

Perbandingan tentang Dasar Hidup Bersama dalam Masyarakat yang Majemuk, (Jakarta Timur:

Sinar Grafika, 2012), h. 51.

Page 51: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

42

tenang nan santun dalam memberikan uswah, masyarakat Madinah semakin

banyak yang menerima ajakan Nabi untuk memeluk Islam.

Salah satu bukti kelapangan masyarakat Madinah dalam menerima

perbedaan adalah dengan lahirnya sebuah kesepakatan bersama, yang dikenal

dengan Piagam Madinah. Piagam Madinah merupakan ide jenius Nabi untuk

membangun suatu masyarakat majemuk seperti di Madinah agar bisa hidup

bersama, berdampingan dengan tanpa membenci dan mencaci. Dengan adanya

Piagam Madinah, secara eksplisit merupakan upaya yang sungguh-sungguh dari

Nabi untuk membangun toleransi. Beliau ingin menunjukkan kepada umatnya dan

kabilah yang hidup di Madinah bahwa kepemimpinannya akan mengedepankan

prinsip toleransi, baik toleransi di dalam internal umat Islam maupun toleransi

dalam konteks antar agama dan kabilah.6 Dengan begitu, peradaban suatu

masyarakat akan dapat terbentuk dengan baik. Sehingga dapat menjadi cerminan

bagi negara-bangsa lain, khususnya Indonesia.

Sejak Nabi tiba di Madinah, Piagam Madinah menjadi aturan pertama

yang mengikat terhadap seluruh kelompok masyarakat Madinah waktu itu, baik

kelompok agama maupun kabilah. Dikatakan aturan pertama karena kelahiran

Piagam Madinah terbentuk pada tahun pertama Hijrah.7 Pada tahun-tahun

selanjutnya, Nabi lebih fokus kepada umatnya sendiri, umat Islam. Ajaran Islam,

baik yang berupa wahyu maupun langsung disabdakan dan/atau dicontohkan

sendiri, beliau sampaikan kepada umatnya secara intens. Terlebih dengan adanya

masjid Nabawi di Madinah, yang menjadi wadah Nabi untuk menyampaikan

dakwahnya, menjadikan umat Islam semakin mudah untuk menerima ajaran-

ajaran Islam.

6 Zuhairi Misrawi, Madinah; Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad Saw,

(Jakarta: Kompas, 2009), h. 297.

7 Banyak sejarawan yang menyatakan demikian, baik sejarawan muslim maupun Barat.

Kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa dokumen itu dibuat sebelum perang Badr. Di antara

sejarawan tersebut Montgomery Watt, Well hausen, Caetani, Subh al-Shalih, A. Ibrahim al-Syarif,

dan al-Tabari. Lihat: Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945;

Kajian Perbandingan tentang Dasar Hidup Bersama dalam Masyarakat yang Majemuk, (Jakarta

Timur: Sinar Grafika, 2012), h. 74-75.

Page 52: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

43

Bertambah tahun, ajaran-ajaran Islam makin purna. Termasuk ajaran

mengenai aturan kehidupan berbangsa dan bernegara. Aturan ini dibentuk untuk

mengikat umat manusia, khususnya umat Islam agar tidak sampai melapaui batas

dari aturan yang telah ditetapkan. Aturan seperti berbuat amanah dan adil8,

menghargai perbedaan9, hidup rukun

10, dan saling membantu dalam kebaikan

11

merupakan prinsip-prinsip dasar yang ditanamkan Alquran, yang dicontohkan

oleh Nabi terhadap umatnya dalam melakoni kehidupan di atas pentas dunia.

Tak jauh berbeda dengan kondisi masyarakat Madinah, Indonesia juga

merupakan daerah yang majemuk. Bahkan lebih beragam ketimbang Madinah,

seperti agamanya, sukunya, rasnya, serta kultur-budayanya. Keberagaman ini

menjadi suatu keniscayaan yang tidak dapat dielakkan, sehingga masyarakat

Indonesia harus bahu-membahu dalam membangun peradaban negerinya. Sikap

toleransi benar-benar harus dididik dan ditanamkan sejak dini terhadap mereka.

Menghargai adanya perbedaan, mulai dari kepercayaan, watak, sampai

berpendapat mesti diajarkan dan diberikan teladan oleh para sesepuh agar bisa

ditiru oleh para generasinya. Dengan begitu, menunjukkan Indonesia memiliki

masyarakat yang majemuk dan heterogen, yang memiliki interaksi dan pola

hubungan sosial yang berbeda-beda yang mesti didalami dan dipahami oleh

semua pihak.12

Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2000, jumlah etnik dan sub-

etnik yang terdapat di Indonesia adalah 1072.13

Etnik di sini meliputi kesamaan

keturunan, sejarah, dan identitas budaya, seperti tradisi, nilai, bahasa, serta pola

prilaku. Cakupan tersebut merupakan substansi dari definisi etnik itu sendiri, yang

ternyata memiliki beragam definisi. Salah satunya ada yang mengartikan bahwa

8 QS. Al-Nisā‟: 58.

9 QS. Al-Māidah: 48.

10 QS. Al-Anfāl: 61

11 QS. Al-Māidah: 2

12 Paulus Wirutomo dkk., Sistem Sosial Indonesia, (Jakarta: UI-Press, 2017), h. 19.

13 Paulus Wirutomo dkk., Sistem Sosial Indonesia, h. 49.

Page 53: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

44

etnisitas sering diartikan sebagai identitas bersama atas dasar bahasa, ciri-ciri

fisik, persamaan sejarah, tali-temali persaudaraan, daerah atau budaya.14

Ini bukti

pertama akan keberagaman yang terdapat di Indonesia.

Bukti kedua, dengan adanya multi-religius di Indonesia, baik yang resmi

(diakui negara) maupun tidak. Agama resmi di Indonesia ada 5 macam, Islam,

Kristen, Hindu, Budha, Konghucu. Sedangkan agama tidak resmi cukup banyak.

Agama tidak resmi di sini dalam arti kepercayaan-kepercayaan lokal asli pribumi

yang memang lahir di bumi Indonesia sebelum kedatangan lima agama tadi. Maka

dari itu, kepercayaan tersebut akrab dikenal dengan “agama Nusantara”. Hampir

setiap daerah memiliki agama (baca: kepercayaan) tersebut. Di Jawa Timur,

misalnya, ada agama Kejawen, di Lombok ada agama Wetu Telu, di Maluku ada

agama Naurus, dsb..15

Namun lambat laun, seiring masuknya lima agama yang

diimpor dari luar daerah Nusantara, agama-agama asli Nusantara tadi mengalami

degradasi, „kemorosotan minat‟ terhadap agama-agama tersebut.

Melihat data-data tersebut, membuktikan akan kompleksitas masyarakat

Indonesia. Beragam agama dan etnik, bahkan termasuk dalam tataran interaksi

sosial, ekonomi, politis, dan historis, menjadikan Indonesia makin kaya dengan

segala keberagaman tersebut. Namun seiring dengan hal itu, fakta sosial semacam

itu bisa menjadi pemantik akan terjadinya konflik. Kelompok etnik terbesar bisa

berubah menjadi angkuh dan tamak untuk mendominasi kelompok etnik lainnya,

terutama yang sangat kecil seperti etnik Dayak.16

Bahkan agama (mayoritas) pun

juga bisa menjadi faktor kesombongan untuk mengkerdilkan dan memojokkan

penganut agama lain yang lebih minoritas, dengan menjadikan agama sebagai

kedok dan alat untuk berbuat hal tersebut.

Oleh karena itu, sejak awal mula berdirinya Bangsa ini, ketika berhasil

merebut kemerdekaannya dari penjajah, para founding of fathers bangsa

14

Paulus Wirutomo dkk., Sistem Sosial Indonesia, h. 89.

15 Selengkapnya baca: Paulus Wirutomo dkk., Sistem Sosial Indonesia, h. 53.

16 Fakta ini sebagaimana hasil data sensus tentang komposisi etnik tahun 1930 maupun

2000, yang menyatakan bahwa Jawa merupakan etnik terbesar (47% pada tahun 1930 dan 42%

pada tahun 2000). Dan Dayak serta etnik lainnya dalam perkembangannya kurang dari 1%. Lihat:

Paulus Wirutomo dkk., Sistem Sosial Indonesia, (Jakarta: UI-Press, 2017), h. 50.

Page 54: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

45

menanamkan akan kesadaran berkebangsaan dengan menyebarkan konsep

kesatuan nasional menjadi prioritas mereka. Tentu tidak hanya sibuk membuat

konsep, namun perlu dan langsung diejawantahkan, terutama tatkala awal-awal

pembentukan negara, maka lahirlah slogan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda

tetap satu jua). Istilah ini ditetapkan sebagai slogan yang diasumsikan diterima

oleh seluruh etnik di wilayah Indonesia.17

Hal ini demi merekatkan seluruh jenis

dan lapisan masyarakat Indonesia, sehingga melahirkan sebuah kesadaran penuh

menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang dapat

menjalani kehidupan bernegara dan berkebangsaan dengan rukun, damai, dan

tolong-menolong demi mengembangkan bangsa Indonesia.

Selain slogan tersebut, ada pula yang menjadi faktor integritas masyarakat

Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila, yang idenya digagas oleh presiden pertama

Indonesia, Ir. Soekarno. Dengan penuh pemahaman terhadap kondisi sosial dan

cita-cita bangsa Indonesia, ketika mencari dasar negara yang bisa menjadi dasar

statis yang dapat mengumpulkan semua, dan mencari suatu Leitstar dinamis yang

dapat menjadi arah perjalanan, Soekarno menggali sedalam-dalamnya di dalam

jiwa masyarakat Indonesia sendiri. Dengan mengamati sejarah bangsa ini, mulai

dari zaman pra-Hindu sampai menjelang hari kemerdekaan tiba. Maka, dia

menyimpulkan bahwa ada lima prinsip yang mendasari masyarakat Indonesia ini.

Lima prinsip itulah yang kemudian disebut sebagai Pancasila.18

Lima prinsip

itulah yang kemudian menjadi dasar negara, yang dapat mengakomodir

keberagaman masyarakat Indonesia.

Tentu tidak hanya sampai di situ. Maksudnya, tidak hanya terbatas pada

slogan dan dasar negara yang menjadi faktor integritas masyarakat Indonesia

sehingga semua sepakat akan berada di bawah naungan NKRI. Kedua faktor di

atas hanya masih dalam tataran untuk memunculkan kesadaran terhadap perlunya

bersatu, persaudaraan sebangsa dan setanah air, serta harus memiliki cita-cita

17

Paulus Wirutomo dkk., Sistem Sosial Indonesia, h. 75.

18 Sejarah lengkap tentang Pancasila, mulai dari fase pembuahan, perumusan, sampai

pengesahan, lihat: Yudi Latif, Negara Paripurna; Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas

Pancasila, (Jakarta: Gramedia, 2015), cet. V, h. 5-39.

Page 55: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

46

luhur yang sejalan nan searah demi membentuk perkembangan dan peradaban

bangsa. Masih ada faktor lain yang memengaruhi konstruksi interaksi sosial di

Indonesia, yaitu dengan adanya aturan-aturan (hukum) yang berlaku bagi mereka,

yang memiliki sifat mengikat dan memaksa.19

Sehingga dalam menjalani

kehidupan berbangsa dan bernegara, prilaku mereka „dipaksa‟ berdasarkan dengan

aturan-aturan tersebut.

Layaknya sutradara yang mengatur gerak-gerik aktor dalam melakoni

sebuah film, hukum juga mempunyai fungsi seperti itu. Hukum memiliki

kontribusi dalam membentuk prilaku masyarakat di mana hukum tersebut ada.

Pembentukan itu karena adanya perubahan sosial yang tidak sebagaimana

mestinya. Prilaku masyarakat berubah seiring perjalanan waktu. Perubahan

tersebut dipengaruhi berbagai faktor, seperti kebudayaan, politik, ekonomi, yang

seluruhnya itu memiliki hubungan yang sistematik sehingga dapat menimbulkan

perubahan dalam masyarakat.20

Oleh karena itu, hukum dibentuk guna mengatur

prilaku yang berubah tadi sehingga bisa kembali ke yang semestinya.

Tidak hanya itu, pembentukan prilaku masyarakat juga bisa karena

keinginan hukum itu sendiri. Artinya, hukum memiliki semacam bayangan

bagaimana masyarakatnya harus berprilaku, baik dalam tataran individu,

kelompok, golongan, sampai bernegara. Maka, prilaku masyarakat suatu daerah,

baik Madinah maupun Indonesia, berdasarkan sebagaimana hukum itu berlaku.

Hal ini yang oleh Rescoe Pound disebut dengan hukum sebagai „sosial

engineering‟ (rekaya sosial). Maksudnya adalah hukum dapat merubah prilaku

masyarakat sesuai dengan yang dikehendaki oleh hukum itu sendiri.21

Perubahan

prilaku yang terjadi di masyarakat membutuhkan suatu alat untuk mengembalikan

ke semula –meski tidak sama persis, maka hukum lah sebagai memiliki

„kekuatan‟ yang dapat melakukan hal itu.

19

Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 49.

20 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial, (Bandung: Penerbit Alumni, 1979),

h. 37.

21 Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Media Grafika, 2007), cet. II, h. 24.

Page 56: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

47

Begitulah ajaran Islam yang berisikan aturan-aturan sosial yang dibawa

Nabi Muhammad ke masyarakat Madinah waktu itu guna menciptakan

masyarakat yang tentram, aman, dan makmur. Masyarakat Madinah yang

majemuk sebagaimana dipaparkan sebelumnya, oleh karena itu, aturan-aturan

tersebut tidak boleh berpihak pada golongan/ kelompok tertentu, termasuk

golongan Islam itu sendiri. Baik aturan yang dibuat Allah yang disampaikan oleh

Nabi seperti aturan larangan berbuat makar, maupun aturan yang berdasarkan

inisiatif Nabi sendiri seperti pembentukan Piagam Madinah, telah membuktikan

bahwa aturan-aturan itu bersifat netral, tidak memandang bulu. Maka dari itu,

siapa pun yang melanggarnya akan dikenakan sanksi.

Kompleksitas yang merupakan telah menjadi pemberian Sang Maha

Pencipta terhadap masyarakat Madinah, menjadikan aturan Islam yang dibawa

Baginda Nabi mengakomodir itu semua. Hal ini demi menciptakan tatanan

masyarakat yang adil, damai nan rukun. Prilaku masyarakat Madinah harus sesuai

aturan yang telah disepakati bersama itu. Aturan tersebut yang paling pas dan

konkrit seperti aturan makar dan Piagam Madinah. Aturan makar dibentuk agar

masyarakat Madinah tidak bertindak separatis yang bertujuan untuk

menggulingkan pemerintah yang berkuasa, yang dalam hal ini adalah Nabi

Muhammad itu sendiri. Nabi selaku pemimpin Madinah yang diterima oleh

seluruh pihak masyarakat Madinah, mengharuskan membuat aturan semacam itu,

dengan sanksi yang sangat berat tentunya, sehingga masyarakatnya tidak berani

melakukan hal tersebut.

Termasuk adanya Piagam Madinah selaku hasil bersama dan mencakup

seluruh kompleksitas masyarakat Madinah waktu itu. Maka kenyataannya,

kehidupan masyarakat Madinah sesuai dengan konstitusi yang disepakati itu.22

Artinya, secara umum, dapat dikatakan bahwa Nabi telah berhasil menciptakan

22

Meskipun memang tidak berjalan mulus sebagaimana espektasi di dalam aturan

tersebut. Terbukti pada tahun-tahun setelah Nabi tiba di Madinah dengan adanya penyimpangan-

penyimpangan yang dilakukan oleh kelompok yang tidak suka terhadap Nabi. Ini sebagaimana

telah dibahas pada bab sebelumnya, bab 2 tentang sejarah makar di masa Nabi.

Page 57: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

48

sebuah kota dengan masyarakat yang bermoral dan berprilaku sesuai norma yang

berlaku.23

Tidak jauh berbeda dengan Madinah, pembentukan hukum di Indonesia

pun demikian. Hukum selaku alat yang memiliki fungsi untuk „merekayasa‟

prilaku sosial dimanfaatkan oleh pemerintah untuk menciptakan masyarakat yang

dapat bersatu, apa pun agama dan etniknya tetap berada di bawah naungan NKRI.

Kebhinnekaan dan kemajemukan yang dianugerahkan Sang Pencipta akan

masyarakat Indonesia menjadikan pemerintah harus berpikir keras dalam

membuat aturan demi merangkul seluruh jenis masyarakat yang hidup di

Indonesia. Oleh karena itu, dasar dan aturan negara harus mencakup seluruh

elemen masyarakat Indonesia. Baik kaya maupun miskin, baik bojuis maupun

proletar, baik berkulit putih maupun hitam, serta beragam agama dan etnik. Hal

ini demi menciptakan kedamaian dan kerukunan di tengah-tengah masyarakat,

menumbuhkan rasa persaudaraan dan solidaritas antar sesama masyarakat

Indonesia.

Tentu, cita-cita luhur itu tidak akan dapat terwujud jika dasar dan/atau

hukum negara yang dibentuk hanya demi kepentingan sebagian kelompok saja.

Terlebih kompleksitas di Indonesia lebih beragam ketimbang di Madinah dulu,

maka perpecahan dan konflik sosial lebih rentan. Maka dari itu, di awal-awal

kemerdekaan, dalam pencarian identitas bangsa, para pendiri Bangsa sepakat

bahwa Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, serta Undang-Undang Dasar

1945 (UUD ‟45) sebagai sumber utama aturan yang akan diberlakukan di

Indonesia. Artinya, apa pun jenis aturannya, pidana atau perdata misalnya, maka

tidak boleh bertentangan dengan UUD ‟45.

23

Bukti lain yang dapat menjadi pendukung akan keberhasilan Nabi adalah prilaku

masyarakat Madinah yang tidak keluar dari koridor sunnah Rasulullah. Dari saking massifnya

suatu amal (perbuatan) yang dilakukan menjadikannya semacam sebuah tradisi; kebiasaan

masyarakat Madinah yang mengerjakan sesuatu atas dasar sunnah yang pernah dicontohkan Nabi.

Maka dari itu, Imam Malik menjadikan tradisi tersebut sebagai salah satu sumber dalam menggali

hukum Islam. Bahkan, tradisi itu petunjuk lebih baik ketimbang sunnah itu sendiri. Maksudnya,

Imam Malik lebih mendahulukan tradisi ketimbang Hadis dalam penggalian hukum. Karena

baginya, menilai Hadis berdasarkan kriteria tradisi (sunnah) ketimbang menilai sunnah dengan

merujuk pada Hadis. Penjelasan lebih lanjut pendapat Imam Malik tentang tradisi versus Hadis,

lihat: Yasin Dutton, the Origins of Islamic Law; the Qur’an, the Muwatta’, and Madinan ‘Amal,

Penerjemah M. Maufur Asal Mula Hukum Islam; Alquran, Muwatta’, dan Praktik Madinah,

(Yogyakarta: Islamika: 2003), h. 106.

Page 58: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

49

Oleh karena itu, aturan-aturan yang dibentuk tidak timpang sebelah.

Dalam artian, aturan yang ada di Indonesia berlaku untuk seluruh warga

Indonesia. Bahkan, dalam asas hukum Indonesia, bahwa semua warga negara

pasti sudah mengetahui hukum yang berlaku, sehingga alasan tidak tahu tidak

dapat menjadikan seseorang yang melanggar hukum terbebas dari hukuman.

Termasuk dalam hal ini adalah aturan makar, yang dibuat demi menciptakan

(prilaku) masyarakat yang taat dan patuh terhadap pemerintah yang sah, yang

tidak membuat tindakan radikal yang bertujuan untuk melengserkan pemerintah.

Maka, rekayasa prilaku sosial yang dicanangkan oleh aturan makar tadi dapat

terealisasi. Meskipun masih ada beberapa kelompok yang melanggar aturan

tersebut sebagaimana dibahas di sejarah makar Indonesia pada bab tiga. Namun,

secara umum, prilaku masyarakat Indonesia sudah menggambarkan akan tujuan

adanya aturan makar tadi.

B. Aspek Politik

Tidak banyak dari sarjanawan muslim (ulama‟) yang menyoroti akan

sosok nabi Muhammad Saw dari aspek politik. Dengan kata lain, jarang dari

mereka yang melihat Nabi sebagai seorang politikus. Rata-rata, melihat beliau

hanya sebatas seorang utusan Allah yang ditugaskan untuk menyampaikan

wahyu-Nya yang memuat ajaran-ajaran keagamaan terhadap umat manusia,

terlebih masyarakat Mekkah dan Madinah selaku tempat tinggal Nabi. Oleh

karena itulah, para sarjanawan muslim itu lebih fokus pada mengkaji ucapan dan

perbuatan beliau sebagai sumber ajaran agama, yang nantinya menjadi aturan

yang mesti dipatuhi oleh para pemeluknya. Serta menjadikan sebagai panutan

ideal yang layak ditiru oleh pemeluk ajaran agama yang dibawanya dalam

menjalani kehidupan di dunia.

Simpulan di atas dapat dilihat dari literatur-literatur Islam yang lebih

banyak menyoroti sosok Nabi dari segi statusnya selaku utusan Allah (Rasul)

yang nantinya lahir literatur yang disebut dengan Akidah, Fiqh, dan Hadis,

ketimbang sebagai politikus dengan sedikitnya literatur tentang politik. Literatur

tentang politik dalam arti buku/ kitab yang membahas tentang sosok Nabi sebagai

Page 59: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

50

politikus, yang memiliki kepentingan dalam menjaga eksistensi pemerintahannya.

Adapun literatur tentang politik dalam arti buku/ kitab yang menjadikan politik

sebagai sebuah diskursus yang terdapat di dalam Islam itu cukup banyak.24

Ini

dibuktikan dengan adanya literatur politik karya sarjanawan-sarjanawan muslim

terdahulu. Seperti Ibnu Abi Rabi‟ dengan karyanya yang berjudul Suluk al-Mālik

fi Tadbīr al-Mamālik, al-Farabi dengan bukunya Ara Ahl al-Madīnah dan al-

Siyāsah al-Madaniyah, al-Māwardī dengan karyanya al-Ahkām al-Sultāniyah, al-

Ghazālī dengan karya monumentalnya Ihyā’ Ulūm al-Dīn yang terletak pada bab

Kitāb al-Sya’ab dan al-Tibr al-Masbuk fi Nasīhat al-Muluk, dan lain sebagainya.25

Dengan itu, sekali lagi dapat ditegaskan bahwa literatur di dalam Islam

yang membahas tentang Nabi sebagai politikus sangat langka. Bahkan,

sarjanawan muslim pertama yang mengatakan bahwa Nabi itu seorang politikus

baru ada pada abad 7 H. Dia adalah Ahmad bin Ibdrīs al-Misrī al-Mālikī (w. 784

H.), atau dikenal dengan Imam al-Qarāfī.26

Di dalam kitabnya, al-Furūq,

menyatakan bahwa nabi Muhammad itu merupakan seorang kepala pemerintah

yang agung, pemutus perkara (hakim/ qādī), pemberi fatwa yang sangat pintar.27

Tiga karakter ini terdapat pada satu diri seorang, yaitu Baginda Nabi Muhammad

Saw. Maka dari itu, ketika mendapati suatu Hadis, baik yang perkataan maupun

perbuatan, selain mencermati maksud Hadis tersebut, juga harus melihat posisi

24

Meski tidak sebanyak tiga literatur sebelumnya, Akidah, Fiqh, dan Hadis. Bahkan

dapat dikatakan kiranya bahwa literatur yang menjadikan politik sebagai diskursus hanya terdapat

pada zaman tertentu. Tidak setiap zaman dapat ditemukan yang ahli dan memiliki karya di bidang

(ilmu) politik Islam. Terbukti, jarak antar para pemilik literatur politik Islam yang ada di masa

Islam zaman klasik ada yang dekat, seperti al-Mawardi (w. 450 H.) dengan al-Ghazali (w. 505 H.),

dan ada pula yang jauh seperti al-Farabi (w. 339 H.) dengan al-Mawardi (w. 450 H.). Ini

membuktikan bahwa pemikir politik Islam begitu sedikit, serta literatur mengenai hal itu pun

cukup langka. Lihat: Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran,

(Jakarta: UI-Press, 1993), h. 41-42.

25 Penjelasan lebih lengkap mengenai tokoh dan pemikirannya tentang politik Islam, baik

klasik maupun kontemporer, lihat Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah, dan

Pemikiran, (Jakarta: UI-Press, 1993), h. 42-203.

26 Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu „Āsyūr, selaku sarjanawan muslim yang

mempopulerkan (kembali) tiga karakter tadi pada abad 20 dalam rangka memaparkan metodologi

diskursus Maqāsid al-Syarī’ah. Baca: Muhammad Tāhir bin „Āsyūr, Maqāsid al-Syarī’ah al-

Islāmiyah, (Misr: Maktabah al-Iskandariyah, 2010), h. 118.

27 Ahmad bin Ibdrīs al-Misrī al-Mālikī, Anwār al-Burūq fī Anwā` al-Furūq, (T.tp.: „Ālim

al-Kutub, t.th.), h. 205.

Page 60: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

51

Nabi ketika mengeluarkan Hadis itu. Hal ini demi mendapatkan suatu pemahaman

yang tepat dan benar.

Bahkan, di literatur lain dengan pengarang yang sama, Imam al-Qarāfī

memaparkan akan perbedaan risalah ketuhanan, fatwa, pemerintah, serta putusan

hukum,28

yang semuanya pernah dilakukan Nabi semasa hidupnya. Oleh karena

itu, terbentuklah tiga karakter tadi yang bisa ditemukan di dalam diri beliau.

Posisi Nabi sebagai pemberi fatwa berkenaan dengan ibadah-ibadah mahdah,

posisi beliau sebagai hakim/ qādī berkenaan dengan mu‟amalah, seperti jual-beli

dengan jenis-jenis akadnya, pernikahan, dsb., serta posisi beliau sebagai kepala

daerah (pemerintah) berkenaan dengan aturan-aturan kriminal, dan/atau

pengutusan tentara untuk berperang.29

Dengan begitu, dapat dipastikan ketika apa

Nabi menjadi sebagai politikus, yaitu tatkala mengeluarkan aturan-aturan yang

berkenaan dengan pidana.

Tentu, politik yang dilakukan Nabi bukan politik praktis, yang hanya

mementingkan kelompok Islam ketimbang kelompok lainnya, terutama ketika di

Madinah dulu. Begitu pula, politik beliau bukan bermaksud untuk melanggengkan

„kekuasaan‟nya selaku kepala daerah (Madinah) waktu itu. Namun, Nabi

berpolitik demi mewujudkan kemaslahatan bersama bagi seluruh warga

Madinah30

, mendamaikan seluruh struktur masyarakat dengan berbagai latar yang

berbeda-beda, serta menciptakan suatu masyarakat yang bermartabat dan bermoral

dengan berprilaku berdasarkan norma dan etika. Caranya dengan mengajarkan

dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam yang tertuang (sebagiannya) di dalam

28

Lihat Ahmad bin Ibdrīs al-Misrī al-Mālikī, al-Ihkām fī Tamyīz al-Fatāwa ‘an al-Ahkām

wa Tasarrufāt al-Qādī wa al-Imām, (Bairut: Dār al-Basyāir al-Islāmiyah, 1416 H/ 1995 M), cet. II,

h. 99-109.

29 Ahmad bin Ibdrīs al-Misrī al-Mālikī, al-Ihkām fī Tamyīz al-Fatāwa ‘an al-Ahkām wa

Tasarrufāt al-Qādī wa al-Imām, h. 109.

30 Dikatakan Madinah karena posisi Nabi sebagai kepala negara hanya mencakup daerah

Madinah saja, tidak sampai ke seluruh Jazirah Arab. Berbeda status beliau jika sebagai seorang

Nabi/ Rasul, yang cakupannya tidak hanya Jazirah Arab, bahkan begi seluruh umat manusia di

muka bumi. Meskipun, sebagaimana ditegaskan Mujar, setelah Futuh Mekkah beliau didaulat

sebagai pemimpin tertinggi di seluruh Jazirah Arab. Lihat: Mujar Ibnu Syarif, Presiden Non

Muslim di Negara Muslim; Tinjauan Dari Perspektif Politik Islam dan Relevansinya dalam

Konteks Indonesia, (Jakarta: Sinar Harapan, 2006), h. 115-116.

Page 61: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

52

aturan-aturan pidana, yang berguna untuk menjaga stabilitas dan keamanan negara

dan masyarakat dari ancaman para musuh.

Maka dari itu, aturan pidana Islam seperti aturan makar sebagaimana

dipaparkan pada bab sebelumnya, jika dilihat dari perspektif politik, merupakan

strategi Nabi untuk mempertahankan posisi beliau sebagai penguasa Madinah

waktu itu. Sebab, menjadi kepala daerah dengan mempunyai masyarakat yang

majemuk, merupakan tanggungan yang sangat berat. Terlebih, di kala itu, beliau

berada di kelompok minoritas dan pendatang baru di Madinah. Sehingga sangat

memungkinkan akan adanya kelompok yang tidak menyukai dan mendukung

terhadap kepemimpinan beliau. Ketidaksukaan tersebut dapat diejawantahkan

melalui tindakan-tindakan anarkis yang –bahkan- dapat melayangkan nyawa

beliau dan pengikutnya.31

Sehingga nanti, jika berhasil membunuhnya, maka

posisi kepala daerah akan tergantikan oleh anggota dari kelompok separatis

tersebut, yang mana belum tentu bisa bersikap adil dan dapat membawa

kemaslahatan terhadap masyarakat Madinah waku itu.

Meskipun, pengangkatan Nabi sebagai kepala daerah bukan keinginan

beliau sendiri, pun bukan kemauan pengikutnya tatkala hijrah ke Madinah, namun

berdasarkan aklamasi masyarakat Madinah. Kendati demikian, pada tahun-tahun

berikutnya, seiring Nabi memimpin masyarakat Madinah, ada beberapa kelompok

yang tidak menyukai Nabi. Entah ketidaksukaannya itu karena faktor ekonomi,

politik, maupun sosial. Sehingga menjadikan mereka mengeluarkan „watak

aslinya‟ selaku orang Arab, yaitu bengis, kasar, keras kepala, egois, dan sifat-sifat

lainnya yang sejenis dengan itu. Akibatnya, mereka bertindak semau mereka, ada

yang memberontak sehingga diusir oleh Nabi dari Madinah, ada juga yang ingin

mencelakakan Nabi yang dapat menghilangkan nyawa beliau, serta ada pula yang

membuat sekutu dengan kelompok lain di luar Madinah untuk melengserkan Nabi

dari jabatannya. Itu semua sebagai bentuk ekspresi sebagian masyarakat Madinah

yang tidak suka dan setuju dengan kepemimpinan Nabi.

Melihat fenomena semacam itu, atau bisa juga untuk mempertahankan

eksistensi beliau selaku kepala daerah, maka muncullah ayat dan Hadis yang

31

Lihat bab dua di penelitian ini tentang sejarah makar pada era Rasulullah.

Page 62: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

53

mengatur tentang larangan berbuat makar/ memberontak terhadap pemimpin yang

sah. Dengan disertai hukuman yang akan diterima oleh kelompok yang masih

tetap melakukannya, yaitu dengan diperangi. Penetapan hukuman ini memang

sengaja dibuat sangat berat karena implikasi dari perbuatan tersebut begitu besar.

Terlebih, pemimpin waktu itu adalah seorang Nabi, selaku utusan Allah yang

membawa risalah-Nya. Maka, atas izin-Nya, yang bisa dilihat di dalam turunnya

aturan tindakan makar, dengan ditambahi oleh adanya penetapan Nabi sendiri

terhadap pelakunya, secara tidak langsung telah dimanfaatkan oleh Nabi untuk

menjaga stabilitas dan eksistensi kepemimpinannya.

Begitu juga yang terjadi di Indonesia mengenai pembentukan aturan

tindak pidana makar. Baik pembentukan itu sebelum, ketika, maupun sesudah

adanya tindakan makar. Sebab, berdasarkan sejarah, pembentukan aturan makar di

Indonesia telah mengalami empat fase, yaitu fase pertama pada tahun 1866-1946,

fase kedua pada tahun 1946-1963, fase ketiga, pada tahun 1963-1999, dan fase

terakhir yaitu pada tahun 1999 sampai sekarang.32

Artinya, pemerintah dalam

menyikapi tindakan makar berubah-rubah, entah hanya berupa kebijakan maupun

hingga instrumen-instrumen hukum sebagai respon terhadap fenomena yang

sedang terjadi.33

Perbedaan respon itu bergantung pada kondisi yang sedang

terjadi, atau besar tidaknya pengaruh tindakan makar yang dilakukan. Karena

memang tindakan makar itu sendiri bermacam-macam, seperti tindak pidana

makar dengan maksud untuk menghilangkan nyawa Presiden atau wakil Presiden,

tindak pidana makar dengan maksud untuk membawa seluruh atau sebagian

wilayah negara ke bawah kekuasaan asing atau untuk memisahkan sebagian

wilayah negara, dan tindak pidana makar dengan maksud

merobohkan/menggulingkan pemerintah.

Akan tetapi, terlepas dari variasi tindakan makar, yang jelas dalam

pembentukan aturan tindak pidana makar oleh pemerintah terdapat suatu tujuan

32

Penjelasan selengkapnya baca: Abdurisfa Adzan Trahjurendra, Politik Hukum

Pengaturan Tindak Pidana Makar Di Indonesia, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, h.

7-10.

33 Abdurisfa Adzan Trahjurendra, Politik Hukum Pengaturan Tindak Pidana Makar Di

Indonesia, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, h. 4.

Page 63: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

54

yang hendak dicapai. Entah tujuan tersebut bersifat praktis, yaitu demi

melanggengkan kekusaannya, misalnya, maupun tujuan bersama, yaitu demi

menjaga keutuhan masyarakat dan negara sehingga dapat menciptakan

masyarakat yang makmur dan tentram dengan kondisi negara yang aman dan

stabil. Mengingat tugas pemerintah adalah untuk menyeleksi dalam membuat

peraturan demi menetapkan nilai-nilai hukum yang terdapat dalam masyarakat.

Sesudah itu, pemerintah masih memikirkan tentang daya guna dan hasil guna

peraturan yang dibuat itu, agar dapat mencapai cita-cita berupa ketentrataman,

ketertiban, dan kesejahteraan di kalangan masyarakat.34

Dengan adanya cita-cita luhur tadi, menjadikan pemerintah tidak

sembarangan dalam membuat aturan tersebut. karena memang suatu aturan/

hukum merupakan cerminan dari nilai-nilai itu, yang bisa ditemukan dalam

masyarakat.35

Kendati demikian, sembari memerhatikan cita-cita tadi, terdapat

„manfaat‟ yang bisa diperoleh pemerintah itu, yaitu memiliki legalitas untuk

mempertahankan kekuasaannya dari ancaman yang berusaha untuk

merobohkannya. Sehingga, kekuasaannya itu tetap bertahan sesuai batas waktu

menjabat. Seperti yang diketahui bahwa di Indonesia terdapat pembatasan

kekuasaan dalam penyelenggaraan kekuasaan negara. Maka dari itu, selama masa

berkuasa, penguasa (baca: pemerintah) diberikan wewenang untuk mengatur dan

membuat kebijakan dan/ atau instrumen hukum berdasarkan persoalan yang

dihadapi, termasuk mengenai tindakan makar. Oleh karena itulah, dulu, di awal-

awal pemerintahan pertama berkuasa, membuat aturan tindakan makar, yang

aturannya itu diambil dari hukum kolonial, demi menjaga stabilitas negara dan

kelanggengan kekuasaannya.

Jadi, memang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan ketentraman

masyarakat saja. Atau melindungi negara dari ancaman musuh, baik dari dalam

negara sendiri maupun dari luar. Bahkan, juga untuk defensif dalam menjaga

kekuasaannya itu. Oleh karena itu, sebagaimana disebutkan sebelumnya, yang

34

Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 85.

35 Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1999), h. 14.

Page 64: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

55

juga telah diatur di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Pasal 104-107,

tindakan makar terdiri dari beberapa macam. Terlepas dari apakah seluruh jenis

tindakan makar itu pernah terjadi atau belum. Yang pasti, dari macam-macam

tindakan makar itu memiliki peluang untuk dilakukan oleh para pembenci

pemerintah yang sedang berkuasa, dan/atau oleh para musuh negara Indonesia.

Penting untuk diketahui kiranya, bahwa dalam pembentukan aturan

tindakan makar harus selaras dengan landasan negara yang meliputi tiga hal,

Pancasila sebagai landasar ideal, UUD ‟45 sebagai landasan struktural, dan Garis

Besar Haluan Negara sebagai landasan operasional.36

Ketiga landasan itu

merupakan acuan sekaligus standarisasi dalam pembentukan semua bidang

peraturan di Indonesia, termasuk aturan tindakan makar. Maka, pemerintah tidak

asal merumuskan aturan perihal tersebut, namun harus sejalan dengan ketiga

landasan tadi. Meskipun memang tak dipungkiri akan adanya tujuan praktis tadi,

yaitu demi melanggengkan/ mempertahankan kekuasaannya, agar aman dari

berbagai ancaman yang dapat melengserkannya.

Akan tetapi, secara prinsip, adanya aturan makar selama ini telah sesuai

dengan landasan negara, yaitu melindungi kehidupan bersama yang harus

dijauhkan dari segala macam bahaya, baik dari dalam maupun luar negeri.37

Bahkan, prinsip ini yang merupakan cita-cita bersama lebih dominan ketimbang

tujuan praksis tadi. Sebab, pemerintah selaku pemegang kekuasaan negara tetap

tidak bisa mempertahankan kekuasaannya terlalu lama karena sudah ditentukan

masa berkuasanya itu. Maka dari itu, adanya aturan makar di Indonesia, meski

memiliki kesan politis, namun bukan politis praksis. Jauh dari itu merupakan

untuk menjaga keamanan negara, menjaga keutuhan NKRI, serta mewujudkan

keharmonisan antar sesama penduduk rakyat Indonesia di dalam bernegara.

Maka, secara umum, konsep makar antara hukum Islam dan hukum positif

Indonesia memiliki kesamaan secara prinsip, yaitu larangan melakukan

pemberontakan terhadap pemerintah yang sah. Karena hal demikian dapat

36

Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 85.

37 Djoko Prakoso, Tindak Pidana Makar Menurut KUHP, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

1986), h. 33.

Page 65: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

56

mengganggu stabilitas dan keutuhan suatu negara. Islam begitu mengutamakan

persatuan umat. Tidak hanya antar sesama umat Islam, bahkan juga dengan umat

agama lainnya. Guna mengurus dan menjaga dunia selaku tempat tinggal umat

manusia. Nilai ini diadopsi oleh Indonesia yang terejawantahkan di dalam

Pancasila selaku falsafah negara, serta diatur di dalam perundang-undangannya

demi merangkul seluruh komponen masyarakat sehingga berada di bawah

naungan NKRI.

Hanya saja, yang menjadi perbedaan mengenai konsep makar antara kedua

jenis hukum tersebut terletak pada sanksi pelaku makar. Namun, perbedaan ini

bukan menjadi penyebab adanya pertentangan hukum positif Indonesia terhadap

hukum Islam. Sebab, sanksi-sanksi yang ditetapkan di hukum positif Indonesia,

secara substantif sudah sejalan dengan ajaran-ajaran Islam. Bahkan, hukum positif

Indonesia lebih memperinci sanksi tindakan makar dengan melihat pada jenis

makar yang dilakukan. Dan itu lebih realistis dan aktual dengan kondisi zaman

sekarang, yakni dengan terbentuknya negara bangsa (nation state), sehingga

negara Indonesia tetap dapat bersatu demi mencapai cita-citanya yang luhur.

Page 66: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

57

BAB V

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, tibalah sekarang pada hasil

penelitian yang menjadi kesimpulan penulis atas penelitian yang dijalani.

Kesimpulan ini sekaligus menjawab pertanyaan yang sudah dipaparkan pada bab

pertama di muka. Kesimpulannya adalah bahwa secara substantif, konsep makar

yang diatur di dalam perundang-undangan hukum positif Indonesia telah sejalan

dengan hukum Islam. Meskipun tak dipungkiri adanya perbedaan pemahaman di

kalangan pemerintah ketika menjabat sebagai penguasa. Namun, hal itu tidak

dapat menjadi penyebab yang dapat membedakan dengan aturan makar di hukum

Islam. Sebab, hal tersebut karena adanya faktor politik sehingga terjadi perbedaan

pemahaman antara setiap penguasa. Oleh karenanya, dari segi normatif, konsep

makar di hukum positif Indonesia dan hukum Islam adalah:

1. Makar dalam perspektif hukum Islam adalah pemberontakan yang

dinyatakan oleh suatu kelompok dengan melakukan tindakan-tindakan

anarkis sebagai bentuk sikap untuk keluar dari pemerintahan yang sah atas

dasar alasan-alasan tertentu. Sedangkan dalam hukum positif Indonesia,

makar merupakan strategi yang dilakukan oleh kelompok separatis dengan

tujuan untuk membunuh Presiden atau Wakil Presiden, menggulingkan

pemerintahan yang sah, dan memisahkan sebagian wilayah negara dari

yang lain dan/ atau menyerahkan seluruh atau sebagian wilayah negara ke

tangan musuh.

2. Pada kedua jenis hukum tersebut, terdapat perbedaan sanksi yang akan

diterima oleh pelaku tindakan makar. Dalam hukum Islam, hukuman

pelaku tindakan makar adalah diperangi. Caranya dengan melawan mereka

sehingga terjadilah peperangan antara pihak penguasa dengan kelompok

pemberontak. Namun, tujuan perang yang dilakukan pemerintah tersebut,

sejatinya, bukan untuk membunuh, akan tetapi hanya sebatas untuk

defensif dan melindungi diri dari kejahatan yang menyerangnya.

Page 67: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

58

Sedangkan di dalam hukum positif Indonesia, sanksinya bervariasi,

tergantung dengan tindakan makar yang dilakukan. Jika tujuannya untuk

membunuh Presiden atau Wakil Presiden, maka dikenakan sanksi dengan

pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, dan/atau pidana penjara

selama waktu tertentu -paling lama dua puluh tahun (KUHP Pasal 104).

Kemudian, jika melakukan makar dalam maksud untuk memisahkan

sebagian wilayah negara dari yang lain dan/ atau menyerahkan seluruh

atau sebagian wilayah negara ke tangan musuh, maka sanksinya pidana

penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu, paling

lama dua puluh tahun (KUHP Pasal 106). Selanjutnya, jika yang dimaksud

untuk menggulingkan pemerintahan, maka diancam pidana penjara paling

lama lima belas tahun (KUHP Pasal 107).

Maka, dapat dikatakan bahwa sanksi bagi pelaku tindakan makar yang

diatur di dalam hukum Islam lebih umum, sehingga mencakup terhadap

berbagai jenis tindakan makar. Apa pun jenisnya, maka sanksinya hanya

satu, yaitu diperangi. Berbeda dengan hukum positif Indonesia, yang

mengancam pelaku tindakan makar dengan dipidana berdasarkan jenis

makar yang dilakukannya.

B. Rekomendasi

Sebagai follow up dari penelitian skripsi ini direkomendasikan kepada para

peneliti selanjutnya supaya melakukan penelitian yang lebih mendetail terkait

tindakan makar. Melihat penelitian kali ini hanya fokus pada aturan normatif dan

bukti sejarah secara umum di masa nabi Muhammad selaku perumus hukum

Islam dan bangsa Indonesia selaku wilayah pemberlakukan peraturan hukum

positif Indonesia. Oleh karena itu, pantas direkomendasi untuk melakukan

penelitian mengenai faktor atau motif tindakan makar yang pernah dilakukan oleh

para pemberontak/ kelompok separatis. Atau studi kasus tindakan makar yang

pernah terjadi di Indonesia atau negara lain dengan menggunakan berbagai

pendekatan demi menghasilkan sebuah simpulan yang komprehensif, dan lain

Page 68: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

59

sebagainya. Maka, dengan begitu, permasalahan mengenai tindakan makar bisa

diselesaikan secara komprehensif, baik pada tataran diskursus maupun praksisnya.

Page 69: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

60

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Alquran al-Karīm

‘Āsyūr, Muhammad Tāhir bin. Maqāsid al-Syarī’ah al-Islāmiyah. Misr:

Maktabah al-IskanDāriyah, 2010.

‘Audah, Abd al-Qādir. al-Tasyri’ al-Jināī al-Islāmī Muqāranan bi al-Qānūn al-

Wad’ī. al-Qāhirah: Dār al-Hadīs, 1430 H/ 2009 M.

Ali, Zainuddin. Sosiologi Hukum. cet. II. Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Andalusi, al, Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Rusyd.

Bidāyat al-Mujtahid wa Nihāyat al-Muqtasid. cet. V. Lubnan: Dār al-

Kutub al-Ilmiyah, 1434 H/ 2013 M.

Baihaqī, al, Ahmad bin Husain bin Ali bin Musa Abu Bakr. Dalail al-Nubuwah.

T.tp.: Dār al-Kutub al-Ilmiyah, 1408 H/ 1988 M.

Departemen Agama RI. Alquran dan Terjemahannya. Jakarta Selatan: Hati Emas,

2013.

Departemen Pendidikan Nasional (DPN). Kamus Besar Bahasa Indonesia. cet.

VIII. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014.

Dimasyqi, al, Ismail bin Umar bin Katsir. Tafsīr Alquran al-Karim. T.tp.: Dār

Tibah, 1420 H/ 1999 M.

Djazuli, A. Kaidah-kaidah Fikih. cet. III. Jakarta: Kencana, 2010.

Dutton, Yasin. the Origins of Islamic Law; the Qur’an, the Muwatta’, and

Madinan ‘Amal. Penerjemah M. Maufur. Asal Mula Hukum Islam;

Alquran, Muwatta’, dan Praktik Madinah. Yogyakarta: Islamika: 2003.

Gaffar, Jenedjri M.. Demokrasi Konstitusional; Praktik Ketatanegaraan

Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945. Jakarta: Konpress, 2012.

Hākim, al, Muhammad bin Abdillah. al-Mustadrak ‘ala al-Sahīhain. Bairut: Dār

al-Kutub al-Ilmiyah, 1990 M/ 1411 H.

Hamzah, Roni. Pidana Penjara Seumur Hidup Terhadap Tindak Pidana Makar di

Indonesia. Skripsi S1Fakultas Hukum, Universitas Wijaya Putra

Surabaya, 2015.

Page 70: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

61

Herlambang, Wijaya. Kekerasan Budaya Pasca 1965: Bagaimana Orde Baru

Melegitimasi Anti-Komunisme Melalui Seni dan Sastra. Tangerang

Selatan: Marjin Kiri, 2013.

Hitti, Philip K. History of The Arabs; From the Earliest Times to The Present.

Penerjemah R. Cecep Lukman Y. dan Dedi Slamet R. History of The

Arabs. cet. I. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014.

Jubaib, Sa’di Abu. al-Qamus al-Fiqhi. Dimasyq: Dār al-Fikr, 1993.

Katalog Dalam Terbitan (KDT), Alex Dinuth ed. Dokumen Terpilih Sekitar

G.30.S/PKI. Jakarta: Intermasa, 1997.

Latif, Yudi. Negara Paripurna; Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas

Pancasila. cet. V. Jakarta: Gramedia, 2015.

Mālikī, al, Ahmad bin Ibdrīs al-Misrī. Anwār al-Burūq fī Anwā` al-Furūq. T.tp.:

‘Ālim al-Kutub, t.th.

______________. al-Ihkām fī Tamyīz al-Fatāwa ‘an al-Ahkām wa Tasarrufāt al-

Qādī wa al-Imām. cet. II. Bairut: Dār al-Basyāir al-Islāmiyah, 1416 H/

1995 M.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media,

2014.

Maulana, Imam. Sanksi Bughat dan Makar: Menurut Perspektif Hukum Islam dan

Hukum Positif. Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2015.

Mawardī, al, Abu al-Hasan Ali al-Baghdādī. al-Ahkām al-Sultāniyah wa al-

Wilāyāh al-Diniyah. cet. III. Lubnan: Dār al-Kutub al-Ilmiyah, 2006.

Misrawi, Zuhairi. Madinah; Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan

Muhammad Saw. Jakarta: Kompas, 2009.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2006.

Moeljatno. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. cet. XXIV. Jakarta: Bumi

Aksara, 2005.

Mustafa, Ibrahim, dkk. al-Mu’jam al-Wasith, T.tp.: Dār al-Da’wah, t.th.

Nabhani, al, Taqiyuddin. al-Syakhsiyah al-Islamiyah. Diterjemahkan Agung

Wijayanto dkk., Kepribadian Islam. Jakarta Selatan: HTI Press, 2011.

Page 71: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

62

______________. al-Daulah al-Islamiyah. Penerjemah Umar Faruq. Daulah

Islam. cet. VI. Jakarta Selatan: HTI-Press, 2012.

Naisābūrī, al, Muslim bin al-Hujāj bin Muslim. Sahīh Muslim. Bairut: Dār al-Jail,

T.th.

Prakoso, Djoko. Tindak Pidana Makar Menurut KUHP. Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1986.

Qurtubi, al, Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakr bin Farh al-Ansari. al-

Jāmi’ li Ahkām Alquran. al-Qāhirah: Dār al-Kutub al-Misriyah, 1384 H/

1964 M.

Rahardjo, Satjipto. Hukum dan Perubahan Sosial. Bandung: Penerbit Alumni,

1979.

Rāzi, al, Fakhr al-Dīn. Mafātīh al-Ghaib. Bairut: Dār al-Kutub al-Ilmiah, 1421 H/

2000 M.

Sambas, Syukriadi. Mantik; Kaidah Berpikir Islami. cet. VI. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2012.

Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran.

Jakarta: UI-Press, 1993.

Soeroso, R. Pengantar Ilmu Hukum. cet. X. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Soekanto, Soerjono. Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1999.

Syahrastānī, al, Muhammad bin Abd al-Karim. al-Milal wa al-Nihal. Bairut: Dār

al-Ma’rifah, 1404 H.

Syarbīni, al, Muhammad bin Muhammad al-Khatib. Mughni al-Muhtāj. cet. II.

Lubnan: Dār al-Kutub al-Ilmiyah, 2009.

Syarif, Mujar Ibnu. Presiden Non Muslim di Negara Muslim; Tinjauan Dari

Perspektif Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia.

Jakarta: Sinar Harapan, 2006.

Syarifin, Pipin. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Tabari, al, Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib. Jami’ al-Bayān

fī Ta’wīl Alquran. T.tp.: Muassasah al-Risalah, 1420 H/ 2000 M.

Trahjurendra, Abdurisfa Adzan. Politik Hukum Pengaturan Tindak Pidana Makar

Di Indonesia. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, t.th.

Page 72: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

63

Waluyo, Bambang. Pidana dan Pemidanaan, cet. III. Jakarta: Sinar Grafika,

2008.

Wirutomo, Paulus, dkk. Sistem Sosial Indonesia Jakarta: UI-Press, 2017.

Yaqub, Ali Mustafa. Islam Between War and Peace. Jakarta: Maktabah Dārus-

Sunnah, 1431H/ 2010 M.

Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Grup, 2014.

Zuhaili, al, Wahbah. al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh. cet. VI. Dimasyq: Dār al-

Fikr, 1429 H/ 2008 M.

______________. Usul al-Fiqh al-Islāmī. Dimasyq: Dār al-Fikr, 1406 H/ 1986 M.

Website:

https://agfian.wordpress.com/2009/01/14/kembali-melihat-sejarah-nii-milik-

sekarmaji-marijan-kartosuwiryo-dari-berbagai-sudut/ diakses pada

tanggal 25 Desember 2017 pada pukul 14.45 WIB.

https://chirpstory.com/li/268967 diakses pada tanggal 15 Oktober 2017 pada

pukul 14.11 WIB.

https://news.detik.com/berita/d-3495286/wiranto-pemerintah-ambil-langkah-

hukum-untuk-bubarkan-hti diakses pada tanggal 30 Mei 2017 pukul 07.00

WIB.

http://news.liputan6.com/read/3013880/puluhan-simpatisan-opm-nyatakan-setia-

pada-nkri diakses pada tanggal 14 Oktober 2017 pukul 20.24 WIB.

https://tirto.id/sejarah-panjang-usaha-makar-di-indonesia-buHE diakses pada

tanggal 7 Oktober 2017 pukul 17.25 WIB.

https://tirto.id/sejarah-kemunculan-hti-hingga-akhirnya-dibubarkan-coiC diakses

pada tanggal 15 Oktober 2017 pada pukul 14.15 WIB.

https://www.dream.co.id/news/pemerintah-bubarkan-hti-170508e.html diakses

pada tanggal 30 Mei 2017 pukul 07.00 WIB.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt59805c882f0cc/pakar-pidana-ini-

minta-delik-makar-perlu-ditinjau-ulang diakses pada tanggal 12 Desember

2017 pukul 21.00 WIB.

https://www.youtube.com/watch?v=GT3ZK8GxW_w diakses pada tanggal 15

Oktober 2017 pada pukul 14.30 WIB.

Page 73: KONSEP MAKAR DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42098/1/M... · KONSEP MAKAR DI INDONESIA ... maka akan tampak suatu kriteria yang

64

https://www.youtube.com/watch?v=rBW0sZl1KI4 diakses pada tanggal 18

Oktober 2017 pada pukul 11.02. WIB.