konsep kekuasaan

7
Konsep Kekuasaan Kekuasaan memegang peranan penting dalam pembentukan strata sosial seseorang. Semakin tinggi jabatan seseorang dalam organisasi, pengaruhnya akan semakin besar dan secara otomatis kekuasaannya semakin meluas sehingga strata sosialnya semakin naik. Konsep ”kekuasaan” merujuk kepada kemampuan seseorang atau kelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah-laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu (Budiardjo, 2000:35). Dengan demikan konsep “kekuasaan” itu sangat luas, karena setiap manusia pada hakikatnya merupakan subyek dan sekaligus sebagai obyek kekuasaan. Misalnya, sekalipun seorang presiden sebagai penguasa eksekutif tertinggi (subyek kekuasaan), tetapi ia harus tunduk kepada undang-undang (obyek kekuasaan). Banyak definisi tentang kekuasaan yang telah disampaikan oleh beberapa pakar dan berikut adalah tokoh dunia yang turut menyumbangkan ilmu dan pandangannya tentang kekuasaan, sebagai berikut: Menurut Gibson dan kawan-kawan (1997) kekuasaan adalah kemampuan untuk memperoleh sesuatu dengan cara yang diinginkan seseorang agar orang lain melakukannya. Jadi kekuasaan itu adalah kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang diinginkannya. B. M. Bass (1990) dalam Robbins (2002) mengatakan bahwa kekuasaan itu adalah suatu kapasitas yang dimiliki A untuk

Upload: ngurah-panji-putra

Post on 21-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

k

TRANSCRIPT

Konsep Kekuasaan

Kekuasaan memegang peranan penting dalam pembentukan strata sosial seseorang. Semakin tinggi jabatan seseorang dalam organisasi, pengaruhnya akan semakin besar dan secara otomatis kekuasaannya semakin meluas sehingga strata sosialnya semakin naik. Konsep kekuasaan merujuk kepada kemampuan seseorang atau kelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah-laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu (Budiardjo, 2000:35). Dengan demikan konsep kekuasaan itu sangat luas, karena setiap manusia pada hakikatnya merupakan subyek dan sekaligus sebagai obyek kekuasaan. Misalnya, sekalipun seorang presiden sebagai penguasa eksekutif tertinggi (subyek kekuasaan), tetapi ia harus tunduk kepada undang-undang (obyek kekuasaan). Banyak definisi tentang kekuasaan yang telah disampaikan oleh beberapa pakar dan berikut adalah tokoh dunia yang turut menyumbangkan ilmu dan pandangannya tentang kekuasaan, sebagai berikut: Menurut Gibson dan kawan-kawan (1997) kekuasaan adalah kemampuan untuk memperoleh sesuatu dengan cara yang diinginkan seseorang agar orang lain melakukannya. Jadi kekuasaan itu adalah kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang diinginkannya. B. M. Bass (1990) dalam Robbins (2002) mengatakan bahwa kekuasaan itu adalah suatu kapasitas yang dimiliki A untuk mempengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A. Definisi diatas senada dengan pendapat Robert Dahl yang mengatakan kekuasaan sebagai A memiliki kekuasaan atas B, berarti A dapat memerintah B untuk melakukan sesuatu yang diinginkan A. Shaun Tyson dan Tony Jackson (2000) mengatakan kekuasaan itu sebagai kapasitas untuk memaksa seseorang untuk menuruti kehendak orang lain. Max Weber, seorang sosiolog dan ahli ekonomi politik berkebangsaan Jerman berpendapat bahwa kekuasaan adalah kemungkinan yang membuat seseorang di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan menyingkirkan segala halangan yang melintas dihadapannya. Prof. Miriam Budihardjo, seorang pakar ilmu politik wanita dan anggota Komnasham menyatakan bahwa kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sesuai dari keinginan pelaku. Ramlan Surbakti, wakil ketua KPU periode 2002-2007 memandang bahwa kekuasaan sebagai kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai kehendak yang mempengaruhi. Menurut Bertrand Russel, seorang filsuf dari Inggris, kekuasaan adalah konsep dasar ilmu sosial. Kekuasaan penting dalam kehidupan organisasi dan bahwa kekuasaan dalam organisasi terikat dengan status seseorang.

Jadi kekuasaan adalah merupakan sebuah konsep yang multi segi yang telah dianalisis dari berbagai perspektif: sebagai karakteristk individual, sebagai proses pengaruh interpersonal, sebagai komoditas yang diperdagangkan, sebagai tipe penyebab dan sebagai topic dalam mempelajari nilai dan etika. (Cavanaugh, 1984 dalam Tyson dan Jackson, 2000).

Sumber atau Basis dan Bentuk KekuasaanMenurut Amitai Etziomi yang dikutip oleh Miftah Toha (1998) mengatakan bahwa sumber dan bentuk kekuasaan itu ada dua yakni kekuasaan jabatan (position power) dan kekuasaan pribadi (personal power). Perbedaan keduanya bersemi pada konsep kekuasaan itu sendiri sebagai suatu kemampuan untuk memengaruhi perilaku. Kekuasaan dapat diperoleh dari jabatan organisasi, pengaruh pribadi atau keduanya.Seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk melakukan kerja karena jabatan organisasi yang disandangnya, maka orang itu memiliki kekuasaan jabatan. Adapun seseorang yang memperoleh kekuasaan dari para pengikutnya dikatakan mempunyai kekuasaan pribadi. Bisa saja seseorang bisa memiliki keduanya.Menurut John French & Bertram Raven (1965) dalam Tyson dan Jackson (2000), ada lima basis kekuasaan, yaitu:1. Kekuasaan Legal atau Legitimasi (Legitimate power), yaitu kekuasaan yang bersumber pada jabatan atau wewenang atau posisi yang dimiliki seseorang pemimpin. Makin tinggi posisi, makin besar kekuasaan legitimasinya. Kekuasaan legitimasi adalah kekuasaan yang diperoleh secara sah karena posisi seseorang dalam kelompok atau hirarkhi keorganisasian. Contoh: Termasuk dalam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana menteri, dan sebagainya yang mendapat kekuasaannya karena ditunjuk dan/atau diperkuat dengan peraturan atau perundangan yang resmi.

2. Kekuasaan Imbalan atau Ganjaran atau Penghargaan (Reward power), yaitu merupakan suatu kekuasan yang didasarkan atas pemberian harapan, pujian, penghargan atau pendapatan bagi terpenuhinya permintaan seseorang pemimpin terhadap bawahannya seperti gaji, promosi atau penghargaan jasa lainnya seperti meningkatkan kenyamanan kondisi kerja, majikan yang menggaji karyawannya, pemilik sawah yang mengupah buruhnya, kepala suku atau kepala kantor yang dapat memberi ganjaran kepada anggota atau bawahannya, dan sebagainya, memimpin berdasarkan sumber kekuasaan jenis ini.

3. Kekuasaan Paksaan (Coercive power), yaitu kekuasaan yang diperoleh dengan membuat para pengikut memiliki rasa takut. Dengan demikian sumber kekuasaan diperoleh dari rasa takut. Seorang pengikut merasa bahwa kegagalan memenuhi permintaan seorang pemimpin dapat menyebabkan dijatuhkannya sesuatu bentuk hukuman. Misalnya bila tak mengikuti perintah pimpinan, bisa dipindah, ditunda pembayaran gaji atau pangkatnya, dll. Walaupun demikian, ada kepemimpinan yang sumbernya hanya kendali atas hukuman saja. Kepemimpinan jenis ini adalah kepemimpinan yang berdasarkan atas rasa takut. Contohnya, preman-preman yang memunguti pajak dari pemilik-pemilik toko. Para pemilik toko mau saja menuruti kehendak para preman itu karena takut mendapat perlakuan kasar. Demikian pula anak kelas 1 SMP takut kepada seniornya murid kelas 3 yang galak dan suka memukul sehingga kehendak senior itu selalu dituruti.

4. Kekuasaan Ahli (Expert power), yaitu kekuasasan yang didasarkan atas ketrampilan khusus, keahlian atau pengetahuan yang dimiliki oleh pemimpin dimana para pengikutnya menganggap bahwa orang itu mempunyai keahlian yang relevan dan yakin keahliannya itu melebihi keahlian mereka sendiri. Contoh: Pasien-pasien di rumah sakit menganggap dokter sebagai pemimpin atau panutan karena dokterlah yang dianggap paling ahli untuk menyembuhkan penyakitnya.

5. Kekuasaan Acuan atau Referensi (Referent power), yaitu kekuasaan yang diperoleh atau bersumber karena sifat-sifat pribadi (kepribadian) yang disenangi atau dikagumi. Suatu kekuasaan yang didasarkan atas daya tarik seseorang, seorang pemimpin dikagumi oleh para pengikutnya karena memiliki suatu ciri khas, bentuk kekuasaan ini secara populer dinamakan kharisma. Pemimpin yang memiliki daya kharisma yang tinggi dapat meningkatkan semangat dan menarik pengikutnya untuk melakukan sesuatu, pemimpin yang demikian tidak hanya diterima secara mutlak namun diikuti sepenuhnya. Sifat dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok dapat merupakan sumber kekuasaan sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin. Ibu-ibu ketua kelompok arisan, misalnya, dipilih karena sifat-sifat pribadi jenis ini.

6. Kekuasaan Informasi (Information power), yaitu kekuasaan yang diperoleh seseorang karena ia punya akses informasi. Informasi mana dinilai sangat penting oleh para pengikutnya. Oleh karena itu, siapa yang menguasai informasi dapat menjadi pemimpin. Contoh: Orang yang paling tahu jalan di antara serombongan pendaki gunung yang tersesat akan menjadi pemimpin rombongan itu. Ulama akan menjadi pemimpin dalam agama. Ilmuwan menjadi pemimpin dalam ilmu pengetahuan.

Hersey dan Gold Smith (1979) yang dikutip oleh Miftah Toha (1998) kemudian mencetuskan basis kekuasaan yang ketujuh yaitu kekuasaan koneksi.7. Kekuasaan Koneksi (Connection power), yaitu kekuasaan yang bersumber pada hubungan yang dijalin oleh seseorang (pimpinan) dengan orang-orang penting atau berpengaruh baik diluar maupun didalam organisasi. Contohnya adalah ketika presiden Soeharto bisa menjabat menjadi presiden selama 32 tahun. Hal ini bisa terjadi karena kebanyakan para DPR & MPR pada masa itu mayoritas perwakilan dari partai Golkar sehingga dapat kekuasaan Soeharto dapat dipertahankan.

Sumber: http://www.anneahira.com/kekuasaan-menurut-para-ahli.htm http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_3485/title_kekuasaan-power/ http://id.shvoong.com/social-sciences/political-science/2124703-konsep-kekuasaan/#ixzz1egHxmKLI http://qalbinur.wordpress.com/2008/04/18/konsep-kekuasaan/