konsep hospitalisasi.doc

Upload: ervinahesti

Post on 16-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hospitalisasi

TRANSCRIPT

A. KONSEP HOSPITALISASIKecemasan merupakan salah satu emosi yang sering menimbulkan stres yang paling banyak dirasakan oleh banyak orang. Kadang-kadang kecemasan juga disebut dengan ketakutan atau perasaan gugup. Kecemasan dapat didefinisikan sebagai berikut, perasaan yang timbul akibat ketakutan, ragu-ragu, gelisah yang dapat menimbulkan ketegangan fisik yang tinggi. Hal ini ditimbulkan sebagai reaksi atau sebagai suatu respon dari perasaan akan adanya bahaya. Beberapa kasus kecemasan (5-42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis. Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Stuart & Sundeen, 2007).Kecemasan pada anak khususnya anak usia 2-6 tahun yang sakit dan harus dirawat inap, merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa yang berarti gangguan terpenuhinya kebutuhan emosional anak yang adekuat. Anak-anak yang mendapat perawatan di rumah sakit akan mengalami kecemasan. Selain itu pengalaman di rawat pada anak dapat juga menimbulkan trauma psikologis. Hal ini perlu penanganan sedini mungkin, karena keterlambatan dalam penanganan kecemasan ini sendiri akan membawa dampak tidak baik pada proses kesembuhannya terutama pada anak yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit yang lingkungannya masih asing baginya. Apabila kecemasan tidak segera ditangani dan menjadi lebih buruk, maka dampak yang lebih besar dan nyata yaitu anak akan menolak perawatan dan pengobatan. Kondisi seperti ini berpengaruh besar pada lama atau proses perawatan dan pengobatan serta penyembuhan dari anak sakit tersebut (Stuart & Sundeen, 2007). Ciri ciri kecemasan karena reaksi hospitalisasi antara lain (Tedjasaputra, 2008) :a. Sering bertanya

b. Menangis perlahan

c. Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan

d. Kehilangan control

e. Pembatasan aktivitas

Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga ada perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak,tidak mau bekerja sama dengan perawat.B. KONSEP DASAR BERMAIN

1. PengertianTerapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan medis atau keperawatan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Wong, 2009).Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. (Soetjiningsih, 2006)2. Fungsi BermainFungsi bermain antara lain adalah (Wong, 2009) :

a. Perkembangan sensoris-motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.

b. Perkembangan intelektual

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenai warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.

c. Perkembangan sosial

Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social damn belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut.

d. Perkembangan kreativitas

Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.

e. Perkembangan kesadaran diri

Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku.f. Perkembangan moral

Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.

g. Bermain sebagai terapi

Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.

3. Keuntungan Terapi Bermain (Yuriastien, 2009):

a. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan organ-organ.

b. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.

c. Anak belajar mengontrol diri.

d. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.

e. Meningkatnya daya kreativitas.

f. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak.

g. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.

h. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.

i. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.

j. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya4. Kategori Bermain

Kategori Bermain Menurut Elizabeth B. Hurlock antara lain adalah (Tedjasaputra, 2008) :a. Bermain aktif

Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :

1) Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)

Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.

2) Bermain konstruksi (Construction Play)Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.

3) Bermain drama (Dramatic Play)Misal bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya.

4) Bermain fisik

Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.

b. Bermain pasif

Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi, melihat pentas boneka.5. Klasifikasi Bermain

Klasifikasi bermain menurut Wong (2009)

a. Berdasarkan Isi Permainan

1) Social affective play

Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya atau orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah Cilukba, berbicara sambil tersenyum dan tertawa, atau sekadar memberikan tangan pada bayi untuk menggenggamnya, tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa. Bayi akan mencoba berespons terhadap tingkah laku orang tuanya misalnya dengan tersenyum, tertawa, dan mengoceh.

2) Sense of pleasure play

Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat dibentuknya dengan pasir . Bisa juga dengan menggunakan air anak akan melakukan macam-macam permainan, misalnya memindah-mindahkan air ke botol, bak, atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan yang dilakukannya sehingga susah dihentikan

3) Skill play

Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain, dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang di lakukan. Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin terampil.

4) Games atau permainanGames atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun yang modern.misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dan lain-lain.

5) Unoccupied behaviour

Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang di gunakannya sebagai alat permainan. Anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut .

6) Dramatic play

Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu .

b. Berdasarkan Karakter Sosial

1) Onlooker play

Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.2) Solitary play

Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya.

3) Parallel play

Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.

4) Associative play

Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain hujan-hujanan dan bermain masak-masakan.

5) Cooperative play

Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan mengatur dan mengarahkananggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya, pada permainan sepak bola, ada anak yang memimpin permainan, aturan main harus dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan permainan dengan memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.

6. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aktivitas bermainHal hal yang harus diperhatikan dalam aktivitas bermain antara lain ( Levy, 2006)

a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.

b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.

c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk.

d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.

e. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.7. Karakteristik Permainan Sesuai dengan Tumbuh Kembangnya.

Karakteristik permainan sesuai dengan tumbuh kembang anak adalah (Hidayat, 2008) :a. Usia 0 12 bulanTujuannya adalah :1) Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam.

2) Melatih kerjasama mata dan tangan.

3) Melatih kerjasama mata dan telinga.

4) Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.

5) Melatih mengenal sumber asal suara.

6) Melatih kepekaan perabaan.

7) Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

Alat permainan yang dianjurkan :1) Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.

2) Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.

3) Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.

4) Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.

5) Alat permainan berupa selimut dan boneka.

b. Usia 13 24 bulanTujuannya adalah :

1) Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.

2) Memperkenalkan sumber suara.

3) Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.

4) Melatih imajinasinya.

5) Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarikAlat permainan yang dianjurkan:1) Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.

2) Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.

3) Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.

c. Usia 25 36 bulan Tujuannya adalah:1) Menyalurkan emosi atau perasaan anak.

2) Mengembangkan keterampilan berbahasa.

3) Melatih motorik halus dan kasar.

4) Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan warna).

5) Melatih kerjasama mata dan tangan.

6) Melatih daya imajinansi.

7) Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.

Alat permainan yang dianjurkan :1) Alat-alat untuk menggambar.

2) Lilin yang dapat dibentuk

3) Pasel (puzzel) sederhana.

4) Manik-manik ukuran besar.

5) Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.

6) Bola.

d. Usia 32 72 bulanTujuannya adalah :1) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.

2) Mengembangkan kemampuan berbahasa.

3) Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.

4) Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara).

5) Membedakan benda dengan permukaan.

6) Menumbuhkan sportivitas.

7) Mengembangkan kepercayaan diri.

8) Mengembangkan kreativitas.

9) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).

10) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.

11) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya.

12) Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian mengenai terapung dan tenggelam.

13) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.

Alat permainan yang dianjurkan :1) Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.

2) Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

e. Usia PrasekolahAlat permainan yang dianjurkan :1) Alat olah raga.

2) Alat masak

3) Alat menghitung

4) Sepeda roda tiga

5) Benda berbagai macam ukuran.

6) Boneka tangan.

7) Mobil.

8) Kapal terbang.

9) Kapal laut f. Usia sekolahJenis permainan yang dianjurkan :1) Pada anak laki-laki : mekanik.

2) Pada anak perempuan : dengan peran ibu.

g. Usia Praremaja (yang akan dilakukan oleh kelompok)

Karakterisrik permainnya adalah permainan intelaktual, membaca, seni, mengarang, hobi, video games, permainan pemecahan masalah.

h. Usia remajaJenis permainan : permainan keahlian, video, komputer, dll.Tedjasaputra, Mayke S. 2006. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: Grasindo.Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Jakarta: EGC.Yuriastien, Effiana. 2009. Games Therapy untuk Kecerdasan Bayi dan Balita. Jakarta: Wahyu MediaLevy, Ray, dkk. 2006. Cara Membesarkan Anak yang Suka Melawan Tanpa Harus Hilang Kesabaran. Jakarta: Gramedia Pustaka UtamaStuart, G.W & Sundeen S.J. 2007. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Third edition. St.Louis: Mosby Year Book.Nanny, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta: Salemba MedikaHidayat,Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.