konsep diri remaja dengan orangtua bercerai …eprints.ums.ac.id/40239/28/naskah publikasi.pdf ·...

17
KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Diajukan Oleh: KHARIS SYARIFUDIN ZAIN F100114 001 FAKULTASPSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

Upload: vukhuong

Post on 20-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi

Diajukan Oleh:

KHARIS SYARIFUDIN ZAIN

F100114 001

FAKULTASPSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

Page 2: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

ii

KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi

Diajukan Oleh :

KHARIS SYARIFUDIN ZAIN

F100 114 001

FAKULTASPSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

Page 3: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

iii

KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI

Yang Diajukan Oleh :

KHARIS SYARIFUDIN ZAIN

F 100 114 001

Telah disetujui untuk dipertahankan

di depan Dewan Penguji

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

Dr. Nisa Rachmah Nur Anganthi, M.Si

Surakarta, 23 Oktober 2015

Page 4: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

iv

HALAMAN PENGESAHAN

KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI

Yang diajukan oleh

KHARIS SYARIFUDIN ZAIN

F100 114 001

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal, 04 November 2015

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Penguji Utama

Dr. Nisa Rachmah Nur Anganthi, M.Si

Aad Satria Permadi, S.Psi., MA

Dra. Zahrotul Uyun, M.Si

Surakarta, 04 Desember 2015

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fakultas Psikologi

Dekan

(Taufik, M.Si, Ph.D)

Page 5: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

v

KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI

Kharis Syarifudin Zain

[email protected]

Nisa Rachmah Nur Anganthi

[email protected]

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRACT

Divorce happens by parents give a great influence in the development of

adolescent self-concept in everyday life. This research was conducted with the

aim of knowing the background of divorce of parents, know the factors that

influence parents' divorce, knowing the consequences for adolescents of divorce

of parents, and know the form of self-concept adolescents with divorced parents.

This study used qualitative research methods. Subjects in the study were four

early teens to late teens aged 12-21 years with divorced parents. The method used

in data collection were interviews and observation. Interview results are then

made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

meaning, a collection of units of meaning, concept mapping, and the deepest

essence of the research results. This study found that adolescent self-concept with

divorced parents have a tendency to evolve in a positive direction. They feel

themselves comfortable in the family and social environment. Parents are married

early teens when his family harmony. But after a long married parents of teens

having an affair, doing domestic violence, and fight. Factors that make

adolescents divorced parents is infidelity, domestic violence, and contention.

Consequences received teens are feeling sad and disappointed. But some are

happy and comfortable. Adolescent self-concept evolved towards the positive with

this pecrceraian. From the physical form of positive informant, the informant can

be accomplished in the academic and more eager to go to school. From the form

of the positive psychological informant, the informant was happy because they do

not see their parents fight back informants, and informants feel his life more

comfortable and quiet. Their self-concept affects their attitudes toward

interpersonal relationships.

Keyword : Self Concept Teens, Parents' Divorce

Page 6: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

vi

KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI

Kharis Syarifudin Zain

[email protected]

Nisa Rachmah Nur Anganthi

[email protected]

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI

Perceraian yang terjadi oleh orang tua memberikan pengaruh yang besar dalam

perkembangan konsep diri remaja dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini

dilakukan dengan tujuan mengetahui latar belakang perceraian orang tua,

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perceraian orang tua, mengetahui

konsekuensi bagi remaja dari perceraian orang tua, dan mengetahui bentuk konsep

diri remaja dengan orang tua bercerai. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif. Subjek dalam penelitian adalah empat remaja awal sampai

remaja akhir usia 12-21 tahun dengan orang tua bercerai. Metode yang digunakan

dalam pengumpulan data adalah wawancara dan observasi. Hasil wawancara

kemudian dibuat dalam bentuk transkrip dan dianalisis untuk menemukan makna

psikologis, kumpulan unit makna, pemetaan konsep, dan esensi terdalam dari hasil

penelitian. Penelitian ini menemukan bahwa konsep diri remaja dengan orang tua

bercerai memiliki kecenderungan berkembang ke arah positif. Mereka merasa

dirinya nyaman di dalam keluarga dan di lingkungan sosial. Orang tua remaja saat

awal menikah keluarganya harmonis. Namun setelah menikah lama orang tua

remaja berselingkuh, melakukan KDRT, dan bertengkar. Faktor yang membuat

orang tua remaja bercerai adalah perselingkuhan, KDRT, dan pertengkaran.

Konsekuensi yang diterima remaja adalah merasa sedih dan kecewa. Namun ada

juga yang merasa senang dan nyaman. Konsep diri remaja berkembang ke arah

postif dengan adanya pecrceraian ini. Dari bentuk fisik positif informan, informan

dapat lebih berprestasi di dalam akademik dan lebih bersemangat untuk

bersekolah. Dari bentuk psikologis positif informan, informan merasa senang

karena tidak melihat orang tua informan bertengkar kembali, dan informan merasa

hidupnya lebih nyaman dan tenang. Konsep diri yang mereka miliki

mempengaruhi sikap mereka terhadap hubungan interpersonal.

Kata kunci : Konsep Diri Remaja, Orangtua Bercerai

Page 7: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

1

PENDAHULUAN

Tingkat perceraian di

Indonesia meningkat dari tahun ke

tahun. hal tersebut tampak dari data

yang diterima ROL dari data

Kementerian Agama (Kemenag)

yang disampaikan oleh Kepala

Subdit Kepenghuluan Anwar Saadi,

Jumat (14/11). Berdasarkan data,

pada 2009 jumlah masyarakat yang

menikah sebanyak 2.162.268. Di

tahun yang sama, terjadi angka

perceraian sebanyak 10 persen yakni

216.286 peristiwa. Sementara, pada

tahun berikutnya, yakni 2010,

peristiwa pernikahan di Indonesia

sebanyak 2.207.364. Adapun

peristiwa perceraian di tahun tersebut

meningkat tiga persen dari tahun

sebelumnya yakni berjumlah 285.184

peristiwa.

Pada 2011, terjadi peristiwa

nikah sebanyak 2.319.821 sementara

peristiwa cerai sebanyak 158.119

peristiwa. “Berikutnya pada 2012,

peristiwa nikah yang terjadi yakni

sebanyak 2.291.265 peristiwa

sementara yang bercerai berjumlah

372.577,” kata Anwar. Pada

pendataan terakhir yakni 2015,

jumlah peristiwa nikah menurun dari

tahun lalu menjadi sebanyak

2.218.130 peristiwa. Namun tingkat

perceraiannya meningkat menjadi

14,6 persen atau sebanyak 324.527

peristiwa. Data tersebut, kata Anwar,

bukanlah kabar yang

menggembirakan bagi kesehatan

bangsa yang dimulai dari kesehatan

rumah tangganya. Semua pihak, kata

dia, mesti bekerja sama menekan

peningkatan angka perceraian

tersebut.

Sebelumnya, Menteri Agama

Lukman Hakim Saifuddin

menyatakan kekhawatirannya akan

tingginya tingkat perceraian di

Indonesia. “Kebanyakan peristiwa

cerai dimulai dari sang istri yang

mengajukan gugatan, bukan pihak

suami yang memberi talak,” katanya

beberapa waktu lalu. Makanya, kata

dia, perlu dilakukan kajian lebih

lanjut soal fenomena perceraian ini.

Agar pada akhirnya diperoleh solusi

menekan angka perceraian, dan

mendapatkan situasi rumah tangga

Indonesia yang sehat (Republika,

2015).

Page 8: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

2

Perceraian dilihat dari

kacamata psikologi tetap tak ada

untungnya. Demikian disampaikan

Psikolog Klinis dari Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta, Heri

Widodo, M.Psi, saat dihubungi

Liputan6.com, Selasa (10/9/2013).

"Yang biasanya banyak dibicarakan

itu dampak negatifnya. Tapi

tergantung usia anak ketika

orangtuanya bercerai," kata Heri.

Menurutnya, ketika orangtua

bercerai, salah satu figur orangtua

akan hilang. Jika si anak kehilangan

figur ibu, anak-anak akan melihat

dunia mengancam dan tidak nyaman.

"Karena tak ada yang melindungi

dan memberikan kenyamanan, dia

merasa dunia tidak menyenangkan.

Biasanya tumbuh menjadi pribadi

yang melihat dunia dengan rasa yang

rendah," kata Heri. Ia menjelaskan,

tidak aman yang dimaksud bukan

hanya anak menjadi ketakutan. Tapi

bisa dari berbagai perilaku.

Berikut dampak negatif

menurut Heri: tak ada figur ibu anak

bisa menjadi pribadi yang waswas,

minder dan tak percaya diri,

kehilangan figur ayah bisa membuat

anak berperilaku nakal karena peran

superego tidak ada Anak menjadi

tidak terkendali, anak suka

memberikan pilihan yang tak

terduga. Sementara dampak positif

bercerai: anak jadi lebih mandiri,

anak mempunyai kemampuan

bertahan (survive) karena terlatih

untuk mendapatkan sesuatu dalam

hidup bukan hal yang mudah,

beberapa anak jadi lebih kuat dan

bangkit. Tapi tidak semua orang

seperti itu, karena setiap individu

berbeda," ujar Heri. (liputan6.com,

2013)

Kartono (2002) menjelaskan,

orang tua memiliki pengaruh yang

sangat besar dalam pengembangan

konsep diri seseorang karena

semasa kecil, seorang anak

menganggap orang tua merupakan

sumber otoritas dan sumber

kepercayaan. Berkaitan dengan

upaya penyesuaian diri ke arah

dewasa, biasanya para remaja

mengalami kebingungan dalam

menemukan konsep dirinya karena

mereka belum menemukan status

dirinya secara utuh. Sisi lain yang

dimiliki para remaja adalah adanya

Page 9: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

3

perasaan sudah kuat, pandai dan

telah menjadi dewasa. Tetapi

mereka tetap memiliki perasaan

ketidak pastian dan kecemasan

sehingga mereka membutuhkan

perlindungan dari orang tua.

Perceraian juga berpengaruh

terhadap pembentukan konsep diri

anak dan remaja yang ada dalam

keluarga tersebut. Rogers (dikutip

oleh Sianturi, 2007) berpendapat

bahwa konsep diri adalah sebuah

konfigurasi persepsi tentang diri

sendiri, yang disusun dari persepsi

mengenai karakteristik dan

kemampuannya serta konsep

mengenai diri di dalam hubungannya

dengan orang lain dan dengan

lingkungannya. Konsep diri adalah

suatu bentuk persepsi yang dimiliki

oleh seseorang yang berkaitan

dengan caranya memandang keadaan

dirinya sendiri. Cara pandang ini

diperoleh dari pola pikir, pengalaman

dan hasil interaksinya terhadap orang

lain.

Burns yang dikutip oleh

Sianturi (2007) mengatakan bahwa,

umpan balik dari orang yang

dihormati merupakan salah satu

faktor penting pembentuk konsep diri

individu. Umpan balik yang

diberikan oleh orangtua kepada anak

akan menentukan bentuk konsep diri

yang akan berkembang pada anak

konsep diri positif atau konsep diri

negatif. Pengalaman tentang

penolakan atau disayangi oleh

orangtua, mempengaruhi cara

individu memandang dirinya. Dalam

masa permulaan anak-anak, mereka

sangat percaya bahwa persepsi

tentang dirinya dapat dilihat dari

reaksi yang diberikan oleh orang-

orang yang dihormatinya, khususnya

orangtua. Para ahli setuju bahwa

peranan orang tua sebagai sumber

informasi bagi anak untuk

mengetahui gambaran tentang

dirinya memiliki pengaruh yang

sangat kuat dalam kehidupan anak

selanjutnya. Orangtua memiliki

pengaruh yang sangat besar dalam

pengembangan konsep diri seseorang

karena semasa kecil, seorang anak

menganggap orangtua merupakan

sumber otoritas dan sumber

kepercayaan.

Konsep diri adalah faktor

yang selalu berkembang. Menurut

Page 10: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

4

Ritandiyono dan Retnaningsih

(2007), konsep diri bukan merupakan

faktor yang dibawa sejak lahir,

melainkan faktor yang dipelajari dan

terbentuk melalui pengalaman

individu dalam berhubungan dengan

orang lain. Pernyataan ini diperkuat

oleh Dewi dkk (2004) yang juga

berpendapat bahwa konsep diri

bukanlah faktor bawaan, tapi

merupakan sesuatu yang dipelajari

dan dibentuk dari pengalaman

individu dalam berinteraksi dengan

orang lain.

Berikut dampak negatif

menurut Heri: tak ada figur ibu anak

bisa menjadi pribadi yang waswas,

minder dan tak percaya diri,

kehilangan figur ayah bisa membuat

anak berperilaku nakal karena peran

superego tidak ada Anak menjadi

tidak terkendali, anak suka

memberikan pilihan yang tak

terduga. Sementara dampak positif

bercerai: anak jadi lebih mandiri,

anak mempunyai kemampuan

bertahan (survive) karena terlatih

untuk mendapatkan sesuatu dalam

hidup bukan hal yang mudah,

beberapa anak jadi lebih kuat dan

bangkit. Tapi tidak semua orang

seperti itu, karena setiap individu

berbeda," ujar Heri.

Peristiwa perceraian itu

menimbulkan berbagai akibat

terhadap orang tua dan anak.

Masalah yang akan terjadi pada

pasangan yang bercerai adalah anak

yang terbiasa hidup dengan kedua

orang tuanya, pasti akan merasa

sangat kehilangan dengan adanya

perceraian yang menimpa

keluarganya. Anak akan bereaksi

terhadap perceraian orang tuanya,

sangat dipengaruhi oleh cara orang

tua berperilaku sebelum, selama dan

sesudah perceraian. Pada saat ini

tidak menutup kemungkinan akan

timbul pengaruh positif maupun

pengaruh negatif yang terjadi pada

anak tergantung dari antisipasi dan

peran orang tua yang diambil dalam

memperhatikan dan memberikan

pengertian bagi remaja. Mengacu

pada latar belakang tersebut, peneliti

ingin melihat lebih jauh konsep diri

remaja dengan orang tua bercerai.

Oleh karena itu rumusan masalah ini

adalah “Bagaimana bentuk konsep

diri remaja dengan orang tua

Page 11: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

5

bercerai?” Pertanyaan penelitian

bagaimana konsep diri remaja

dengan orang tua bercerai?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

pendekatan metode penelitian

kualitatif dengan alat ukur

wawancara. Metode ini dapat

digunakan untuk mengungkap dan

memahami sesuatu dibalik fenomena

yang sedikitpun belum diketahui.

Demikian dengan metode kualitatif

dapat member rincian yang kompleks

tentang fenomena yang sulit

diungkapkan oleh metode kuantitatif

(Straus & Corbin, 2003). Dengan

menggunakan metode kualitatif

diharapkan peneliti dapat

mengungkap data secara detail dan

mendalam mengenai konsep diri

remaja dengan orang tua bercerai.

Informan dalam penelitian ini

berjumlah empat orang yang dipilih

secara purposive sampling, yaitu

pemilihan pada sekelompok subjek.

berdasarkan pada ciri-ciri yang sudah

diketahui sebelumnya. Adapun ciri-

ciri tersebut, yaitu remaja yang

sedang berada pada tahap

perkembangan remaja awal sampai

remaja akhir usia 12-21 tahun yang

orang tuanya bercerai. Remaja yang

tinggal bersama dengan salah satu

orang tua yang bercerai. Langkah-

langkah analisis data penelitian yang

dilakukan adalah: Membuat transkip

verbatim dari wawancara, melakukan

kategorisasi terhadap tema-tema

yang muncul, pembahasan hasil

penelitian.

HASI DAN PEMBAHASAN

Dari hasil yang peneliti teliti

dapat dijelaskan bahwa, saat awal-

awal menikah pastinya merasa

bahagia. Namun karena adanya

permasalahan maka harus mengambil

jalan perceraian. Anak menjadi

korban di dalam perceraian orang tua

ini. Hal ini di ungkapkan oleh Dagun,

(2004), yaitu perceraian merupakan

suatu peristiwa perpisahan secara

resmi antara pasangan suami-istri dan

mereka berketetapan untuk tidak

menjalankan tugas dan kewajiban

sebagai suami-istri. Peristiwa ini

menimbulkan anak–anak tidak

merasa mendapatkan perlindungan

dan kasih sayang dari orang tuanya.

Dari hasil penelitian yang peneliti

Page 12: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

6

teliti semua informan pada awalnya

kaluarganya harmonis seperti

keluarga pada umumnya. Namun

setelah berjalannya waktu adanya

KDRT, pertengkaran, keras kepala,

dan ketidak kecocokan sehingga

membuat orang tua memutuskan

untuk bercerai.

Anak menjadi korban

perceraian orang tua anak menjadi

cenderung menutup diri dan sulit

beradaptasi. Karena orang tua sibuk

dengan yang dikerjakannya sehingga

anak cenderung tidak mendapatkan

kasih sayang dari orang tuanya. Hal

ini di ungkapkan oleh Ningrum

(2013) dari hasil penelitiannya

mengatakan peristiwa perceraian

menimbulkan berbagai akibat

terhadap orang tua dan anak.

Tercipta sebagai orang tua mereka

tidak lagi memperlihatkan tanggung

jawab penuh dalam mengasuh anak.

Pada tahun pertama setelah

perceraian, orang tua menjadi kurang

dekat dengan anaknya, meski banyak

waktu tersedia untuk itu.

Konsekuensi yang bisa terjadi pada

remaja dari pasangan bercerai,

biasanya dari segi psikis. Seperti

perasaan malu, sensitif, rendah diri.

Sehingga perasaan tersebut dapat

membuat remaja menarik diri dari

lingkungan . Pentingnya penyesuaian

diri dalam hal ini agar individu dapat

mengatasi hambatan-hambatan dan

ketidakenakan yang dialami dan

nantinya akan membuat individu

dapat menerima serta mengontrol

dirinya untuk menjadi pribadi yang

baik, sehat dan sukses dalam

kehidupan. Dari informan di atas.

Subjek tidak dapat merasakan kasih

sayang dari orang tuanya secara utuh,

karena subjek hanya tinggal dengan

salah satu orang tuanya saja.

Masalah yang timbul

sehingga menyebabkan perceraian itu

terjadi. Adanya kekerasan dalam

rumah tangga, adanya

perselingkuhan, adanya cemburu

dengan pasangan. Sehingga salah

satu pihak harus memutuskan untuk

bercerai. Hal ini di ungkapkan oleh

Dariyo (2003), yang mengatakan

bahwa perceraian merupakan titik

puncak dari pengumpulan berbagai

permasalahan yang menumpuk

beberapa waktu sebelumnya dan

jalan terakhir yang harus ditempuh

ketika hubungan perkawinan itu

Page 13: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

7

sudah tidak dapat dipertahankan lagi.

Ketidaksetiaan salah satu pasangan

hidup, keberadaan orang ketiga

memang akan menggangu kehidupan

perkawinan. Bila diantara keduannya

tidak ditemukan kata sepakat untuk

menyelesaikan dan tidak saling

memaafkan, akhirnya percerainlah

jalan terbaik untuk mengakhiri

hububungan pernikahan itu.

Informan yang peneliti teliti faktor-

faktor tang membuat orang tua

subjek bercerai adalah adanya

KDRT, perselingkuhan,

pertengkaran, keras kepala, dan

ketidak kecocokan sehingga

membuat orang tua memutuskan

untuk bercerai.

Konsekuensi yang harus

diterima oleh remaja dengan orang

tua yang bercerai. Dahulu remaja

menjalani hidup dengan orang tua

lengkap. Sekarang remaja menjalani

hidup dengan salah satu orang tuanya

ayah atau ibu, remaja ada yang

menerima konsekuensi positif dan

konsekuensi yang negatif. Hal ini di

ungkapkan Dariyo (2003) bahwa

yang telah melakukan perceraian

baik disadari maupun tidak disadari

akan membawa konsekuensi negatif.

Anak-anak yang ditinggalkan orang

tua yang bercerai juga merasakan

konsekuensi negatif. Hal itu terlihat

dari informan ketiga dan informan

keempat. Tetangga membicarakan

keluarga subjek.

Remaja akan membentuk

konsep diri yang ideal jika ada

dukungan orang tua di dalamnya.

Menurut Burns yang dikutip oleh

Pattimahu (2012), mengatakan

bahwa umpan balik dari orang yang

dihormati merupakan salah satu

faktor penting pembentuk konsep diri

individu. Umpan balik yang

diberikan oleh orang tua kepada anak

akan menentukan konsep diri yang

akan berkembang pada anak, konsep

diri positif atau konsep diri negatif.

Pengalaman tentang penolakan atau

disayangi dan disetujui atau tidak

disetujui oleh orangtua,

mempengaruhi cara anak

memandang dirinya. Dalam masa

permulaan anak-anak, anak sangat

percaya bahwa persepsi tentang

dirinya dapat dilihat dari reaksi yang

diberikan oleh orang-orang yang

dihormatinya, khususnya orangtua.

Alasannya karena keluarga adalah

Page 14: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

8

kelompok sosial pertama tempat

anak melakukan identifikasi, anak

lebih banyak menghabiskan waktu

bersama dengan keluarga daripada

dengan kelompok sosial lain,

anggota keluarga merupakan orang

yang paling penting dan berarti bagi

anak saat dasar-dasar kepribadian

anak terbentuk, dan keluarga

memiliki pengaruh lebih luas bagi

kepribadian anak dibanding dengan

pengaruh hal yang lain. Dan di

ungkapkan oleh Verderber, semakin

besar pengalaman positif yang yang

kita peroleh atau kita miliki, semakin

positif konsep diri kita. Sebaliknya

semakin besar pengalaman negative

yang kita peroleh atau yang kita

miliki, semakin negative konsep diri

kita. Pada dasarnya, konsep diri yang

tinggi pada anak dapat tercipta bila

kondisi keluarga menyiratkan adanya

intergritas dan tenggang rasa yang

tinggi antaranggota keluarga.

Adapun peran orang lain

yang akan membuat konsep diri

remaja akan menjadi positif. Seperti

halnya remaja berteman dan

berinteraksi sosial di dalam

masyarakat. Hal ini di ungkapkan

oleh Berzonsky yang dikutip oleh

Sianturi (2007) yang mengatakan

bahwa, diri sosial yaitu keyakinan

individu mengenai bagaimana orang

lain melihat dan mengevaluasi

dirinya. Diri sosial berkaitan dengan

peranan serta hubungan sosial yang

dimiliki individu serta keyakinan

individu mengenai penilaian orang

lain terhadap dirinya. Diri sosial juga

berkaitan dengan orangtua, teman

sebaya, saudara, dan masyarakat. Hal

tersebut dialami oleh semua informan

dari informan pertama, informan

kedua, informan ketiga, dan informan

keempat. Informan merasa

bersemangat dan memiliki konsep

diri yang positif karena adanya

dukungan dari orang tua, saudara,

guru, dan teman-teman subjek.

KESIMPULAN

Konsep diri yang dirasakan

informan pertama, informan kedua,

informan ketiga, dan informan

keempat adalah konsep diri positif.

Informan pertama, informan kedua,

informan ketiga, dan informan

keempat memiliki tekad yang kuat

untuk membahagiakan orang tua dan

Page 15: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

9

saudara subjek. Subjek ingin

menunjukkan remaja dengan orang

tua bercerai kehidupannya sama

dengan remaja yang keluarganya

utuh pada umumnya.

Dari penjelasan diatas dapat

disimpulkan bahwa, perceraian yang

dialami oleh keempat informan

memiliki konsekuesni yang sangat

besar bagi perkembangan konsep

dirinya. Perceraian yang mereka

alami membuat mereka cenderung

memiliki konsep diri positif. Mereka

memiliki pandangan positif tentang

diri sendiri yang membuat mereka

cenderung dapat menerima keadaan

diri mereka. Walaupun teori

mengatakan anak yang menjadi

korban perceraian memiliki konsep

diri yang buruk, hal yang berbeda

terjadi pada diri informan yang

peneliti teliti. Mereka memiliki

konsep diri yang relatif cukup baik.

Keempat informan ingin menjadi

remaja yang baik yang tidak

terjerumus dalam hal-hal yang

negatif.

SARAN

Bagi informan dapat

meningkatkan lagi nilai akademik.

Yang sudah meningkat

dipertahankan dengan cara selalu

belajar dengan giat. Nilai akademik

yang sempat menurun mulai

dinaikkan lagi denga cara belajar

dengan giat. Belajar dengan teman

yang lebih paham dan lebih

berkompeten. Menggali potensi non

akademik untuk melakukan kegiatan

yang positif.

Bagi orang tua informan

dapat menjalin komunikasi, saling

terbuka satu sama lain, dan saling

percaya antara suami dan istri

sehingga tidak menimbulkan

pertengkaran. Untuk menghindari

perselingkuhan. Suami dan istri

sesekali pergi berdua untuk menjalin

hubungan agar lebih baik lagi dan

agar pasangan tidak menjadi bosan.

Bagi peneliti lain dapat

mengupas pengaruh sosial terhadap

pembentukan konsep diri remaja

yang orang tuanya becerai.

DAFTARPUSTAKA

Dagun, M. S. (2002). Psikologi

Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta.

Page 16: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

10

Dariyo, A. (2003). Psikologi

Perkembangan Dewasa Muda.

Jakarta: Grasindo

Dariyo, A. (2004). Memahami

Psikologi Perceraian dalam

Kehidupan Keluarga. Jurnal

Psikologi, Vol. 2 No. 2.

Desmita. (2009). Psikologi

Perkembangan Peserta

Didik. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Djaelani, A. R. (2013). Teknik

Pengumpulan Data dalam

Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Salemba Humanika.

Fauziah, Dkk. (2014). Konsep Diri

Remaja Yang Berasal Dari

Keluarga Broken Home

(Studi Deskriptif Di Smp

Negeri 1 Pantai Cermin

Kabupaten Solok). e-Journal

Psikologi Kepribadian, 1, 2,

145-155.

Khamdi, Muhammad. (2012).

http://www.solopos.com/201

2/09/13/angka perceraian-di-

solo-meningkat-328252.

JIBI/SOLOPOS. Diakses hari

Senin tanggal 19 Agustus

2015 pukul 21.15 WIB.

Kartono, K. (2002). Patologi Sosial 2

Kenakalan Remaja. Jakarta:

PT. Grafindo Raja Persada.

http://edukasi.kompasiana.com/2013/

02/23/artikel-wawancara-

537564.html. Diakses hari

Senin tanggal 19 Agustus

2015 pukul 21.25 WIB.

m.liputan6.com/health/read/688573/i

ni-dampak-positif-dan-

negatif-perceraian-ke-anak.

Diakses hari Selasa tanggal

24 November 2015 pukul

19.00 WIB.

m.republika.co.id/berita/nasional/um

um/14/11/15/nf0ij7-tingkat-

perceraian-indonesia-

meningkat-setiap-tahun-ini-

datanya. Diakses hari Selasa

tanggal 24 November 2015

pukul 19.10 WIB.

Mau, Y. K. (2005). Perceraian dan

Peran Single-Parent

Perempuan. e-Journal

Psikologi Keluarga, 18, 1,

71-79.

Mudjiran, Dkk. (2007). Buku Ajar;

Perkembangan Peserta Didik.

Padang: UNP Press.

Ningrum, P. R. (2013). Perceraian

Orang Tua dan Penyesuaian

Diri Remaja. eJournal

Psikologi Keluarga. Volume

1, Nomor 1, 69-79.

Pattimahu, I. K. (2012). Perbedaan

Konsep Diri antara Remaja

yang Sejak Masa Akhir

Kanak-Kanaknya Dibesarkan

di Panti Asuhan dengan

Remaja yang Sejak Masa

Akhir Kanak-Kanaknya

Dibesarkan di Rumah

Bersama Keluarga. e-Journal

Psikologi Kepribadian, 5 (1),

31-32.

Rahmat, J. 2005. Psikologi

Komunikasi (Edisi Revisi).

Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Ritandiyono dan Retnaningsih dalam

http://library.gunadarma.ac.id

/files/disk1/13/jbptgunadarma

-gdl-s1-2004-indahagust-645-

babi.pdf. (2004, Agustus) (1

Page 17: KONSEP DIRI REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI …eprints.ums.ac.id/40239/28/Naskah Publikasi.pdf · made in the form of the transcript and analyzed to discover the psychological

11

paragraf). Diambil pada 10

Agustus 2015.

Sarlito, W. S. (2012). Psikologi

Remaja. Jakarta: Kharisma Putra

Utama Offset.

Sianturi, M. N. (2007). Konsep Diri

Remaja yang Pernah

Mengalami Kekerasan dalam

Rumah Tangga (KDRT).

Skripsi. Diunduh dari

undip.ac.id.

Sobur, Alex, Drs, M.Si. (2003)

Psikologi Umum Dalam

Lintas Sejarah. Bandung:

Pustaka Setia.

Straus A. & Corbin J. (2003). Dasar-

dasar penelitian kualitatif

tatalangkah dan teknik-teknik

teoritisasi data. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian

Kombinasi (Mixed Methods).

Bandung: ALFABETA.

Sutera1, E., Sudirman2, & Nur3, H.

M. (2014). Hubungan Konsep

Diri dengan Prestasi

Akademik Mahasiswa S1

Keperawatan Semester V

Stikes Nani Hasanuddin

Makasar. e-Journal Psikologi

Kepribadian, Vol 5.

Wijaya, B. R. (2012). Hubungan

Antara Bimbingan Orang Tua

dan Konsep Diri dengan

Prestasi Belajar Mata

Pelajaran Sosiologi Siswa

Kelas XI SMA Negeri 8

Surakarta Tahun Pelajaran

2012/2013. e-Journal

Psikologi Perkembangan,

Vol 9. no 1. 13-29.

Wills, S. S. (2014). Remaja dan

Masalahnya (Mengupas

Berbagai Bentuk Kenakalan

Remaja, Narkoba, Free Sex,

dan Pemecahannya. Bandung

: Alfabeta