konsep desentralisasi pendidikan dan mbs 2
DESCRIPTION
education administrationTRANSCRIPT
TUGAS PERTEMUAN – 5
KONSEP DESENTRALISASI PENDIDIKAN
DAN
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Diampu oleh
Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd
KELOMPOK 3
NAMA : SAIFUNNIM : 8146132057
NAMA : MUNIRNIM : 8146132051
NAMA : ENDANG SUSANTI SIANIPARNIM : 8146132038
KELAS A2W
PRODI ADMINISTRASI PENDIDIKANKONSENTRASI KEPENGAWASAN
PASCA SARJANAUNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KONSEP DESENTRALISASI PENDIDIKAN
DAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
A. Latar Belakang Penerapan Konsep Desentralisasi di Indonesia
Undang-Undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah pada
hakikatnya memberi kewenangan dan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kewenangan diberikan kepada daerah Kabupaten dan Kota berdasarkan asas
Desentralisasi dalam wujud otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.
Undang-Undang No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang bertujuan memberdayakan dan
meningkatkan kemampuan perekonomian daerah, menciptakan sistem
pembiayaan daerah yang adil, proporsional, rasional, transparan, partisipatif,
bertanggung jawab dan pasti serta mewujudkan perimbangan keuangan antara
pusat dan daerah yang jelas.
B. Pengertian Desentralisasi Pendidikan
1. Pengertian Desentralisasi
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan
dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah
dalam suatu struktur organisasi. Mengenai asas desentralisasi, ada banyak definisi.
Secara etimologis, istilah desentralisasi berasal dari bahasa Latin “de”, artinya
lepas dan “centrum”, yang berarti pusat, sehingga bisa diartikan melepaskan dari
pusat. Sementara, dalam Undang-undang No. 32 tahun 2004, bab I, pasal 1
disebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan RI.
2. Pengertian Pendidikan
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Pendidikan yaitu
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
3. Pengertian Desentralisasi Pendidikan
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian
desentralisasi pendidikan adalah suatu proses di mana suatu lembaga yang lebih
rendah kedudukannya menerima pelimpahan kewenangan untuk melaksanakan
segala tugas pelaksanaan pendidikan, termasuk pemanfaatan segala fasilitas yang
ada serta penyusunan kebijakan dan pembiayaan.
Berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah
dan kewenangan provinsi sebagai daerah Otonom, pada kelompok bidang
pendidikan dan kebudayaan disebutkan bahwa kewenangan pemerintah meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1. Penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar, serta pengaturan
kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional, serta pedoman
pelaksanaannya.
2. Penetapan standar materi pelajaran.
3. Penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik.
4. Penetapan pedoman pembiayaan penyelenggaraan pendidikan
5. Penetapan persyaratan penerimaan, pemindahan, sertifikasi siswa, warga
belajar dan mahasiswa.
Sementara itu kewenangan pemerintah provinsi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Penetapan kebijakan tentang penerimaan siswa dan mahasiswa dari
masyarakat minoritas, terbelakang, dan atau tidak mampu.
2. Penyediaan bantuan pengadaan buku pelajaran pokok/modul penidikan untuk
taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
luar sekolah.
3. Mendukung/membantu penyelenggaraan pendidikan tingi selain pengaturan
kurikulum, akreditas, dan pengangkatan tenaga akademis.
4. Pertimbangan pembukaan dan penutupan perguruan tinggi
5. Penyelenggaraan sekolah luar biasa dan balai pelatihan dan atau penataran
guru
6. Penyelenggaraan museum provinsi, suaka peninggalan sejarah, kepurbakalaan,
kajian sejarah dan nilai tradisional, serta pengembangan bahasa dan budaya
daerah.
Desentralisasi pendidikan merupakan sebuah sistem manajemen untuk
mewujudkan pembangunan pendidikan yang menekankan pada kebhinnekaan.
Menurut Santoso S. Hamijoyo, 199:3, ada beberapa hal yang harus dipenuhi
dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan, yaitu:
1. Pola dan pelaksanaan manajemen harus demokratis
2. Pemberdayaan masyarakat harus menjadi tujuan utama
3. Peran serta masyarakat harus menjadi tujuan utama
4. Peran serta masyarakat bukan hanya pada stakeholders, tetapi harus
menjadi bagian mutlak dari sistem pengelolaan
5. Pelayanan harus lebih cepat, efisien, efektif, melebihi pelayanan
erasentralisasi demi kepentingan peserta didik dan rakyat banyak
6. Keaneka ragaman aspirasi dan nilai serta norma lokal harus dihargai
dalam kerangka dan demi penguatan sistem pendidik nasional.
4. Tujuan dan Manfaat Desentralisasi Pendidikan
Tujuan desentralisasi pendidikan adalah berusaha untuk mengurangi
campur tangan atau intervensi pejabat atau unit pusat terhadap persoalan-
persoalan pendidikan yang sepatutnya bisa diputus dan dilaksanakan oleh unit di
tataran bawah atau pemerintah daerah, atau masyarakat. Dengan demikian,
diharapkan bisa memberdayakan peran unit di bawah atau peran rakyat dan
masyarakat daerah.
Sedangkan manfaatnya adalah :
1. sekolah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan para guru,
2. guru dapat lebih berkonsentrasi pada tugas pendidikan,
3. mendorong profesionalisme kepala sekolah sebagai manajer maupun
sebagai leader,
4. meningkatkan rasa tanggap sekolah terhadap kebutahan setempat dan
dapat menjamin bahwa layanan pendidikan memenuhi tuntutan murid dan
masyarakat.
5. prestasi siswa dapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi orang
tua, misalnya orang tua dapat mengawasi langsung proses belajar langsung
anaknya.
Dalam prakteknya, desentralisasi pendidikan berbeda dengan
desentralisasi bidang pemerintahan lainnya. Kalau desentralisasi bidang-bidang
pemerintahan lain berada pada pemerintahan di tingkat kabupaten/kota, maka
desentralisasi dibidang pendidikan tidak berhenti pada tingkat kabupaten/kota,
tetapi justru sampai pada lembaga pendidikan atau sekolah sebagai ujung tombak
pelaksanaan pendidikan. Dalam praktek desentralisasi pendidikan itulah maka
dikembangkanlah yang dinamakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
C. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Sebagai konsekuensi logis dari UU No 22 tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah dan PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi, adalah bahwa manajemen
pendidikan harus disesuaikan dengan semangat otonomi. Karena itu, manajemen
pendidikan berbasis pusat yang selama ini dilaksanakan perlu diubah menjadi
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Manajemen Berbasis Sekolah ini didukung
oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pasal 13
ayat (1) f dan Pasal 14 ayat (1) f yang masing-masing menegaskan bahwa
penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial menjadi
urusan pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
Kemudian, UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 51 menjamin
bahwa pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah.
1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah adalah pengkoordinasian dan penyerasian
sumber daya yang dilakukan secara otonomis (mandiri) oleh sekolah melalui
sejumlah input dan manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka
pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang
terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan (Dr.
Eka Prihatin, 2011 : 148).
Pada sistem MBS, sekolah dituntut untuk secara mandiri menggali,
mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggung
jawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun kepada
pemerintah. Kewenangan yang tertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS
yang dipandang memiliki tingkat efektifitas tinggi serta memberikan beberapa
keuntungan sebagai berikut :
1. Kebijakan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada
peserta didik, orangtua dan guru
2. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya akal
3. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil
belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim
sekolah.
4. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan
guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan
perencanaan.
Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah adalah manajemen yang
bernuansa otonomi, kemandirian dan demokratis.
a) Otonomi, dimaknai sebagai kewenangan sekolah dalam mengatur dan
mengurus kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan sekolah untuk
menciptakan mutu pendidikan yang baik.
b) Kemandirian, dimaknai sebagai langkah dalam pengambilan
keputusan,tidak tergantung pada birokrasi yang sentralistik dalam
mengelola sumberdaya yang ada, mengambil kebijakan, memilih
strategi dan metode dalammemecahkan persoalan yang ada, sehigga
mampu menyesuaikan dengan kondisilingkungan dan dapat
memanfaatkan peluang – peluang yang ada.
c) Demokratif, dimaknai sebagai keseluruhan elemen-elemen sekolah
yang dilibatkandalam menetapkan, menyusun, melaksanakan dan
mengevaluasipelaksanaan untuk mencapai tujuan sekolah untuk
terciptanya mutu pendidikan sehinggamemungkinkan tercapainya
pengambilan kebijakan yang mendapatdukungan dari seluruh elemen-
elemen sekolah.
2. Tujuan dari Manajemen Berbasis Sekolah
Tujuan dari MBS terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
Tujuan Umumnya adalah memandirikan atau memberdayakan sekolah
melalui pemberian otonomi kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif.
Tujuan Khususnya adalah :
a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang ada.
b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat
dalampenyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama.
c) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada masyarakat.
d) Meningkatkan persaingan yang sehat antar sekolah tentang
mutupendidikan yang ingin dicapai.
3. Fungsi Manajemen Berbasis Sekolah
Berikut ini adalah fungsi-fungsi dari manajemen berbasis sekolah :
a) Perencanaan
Perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan
keputusan manajemen tentang tindakan yang akan dilakukan manajemen pada
waktu yang akan datang. Perencanaan ini juga merupakan kumpulan kebijakan
yang secara sistematik disusun dan dirumuskan berdasarkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan serta dapat dipergunakan sebagai pedoman kerja. Dalam
perencanaan terkandung makna pemahaman terhadap apa yang dikerjakan ,
permasalahan yang dihadapi dan alternative pemecahannya serta untuk
melaksanakan prioritas kegiatan yang telah ditentukan secara proporsional
b) Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana
manajemen menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan manajemen
secara efektif & efisien. Rencana yang telah disusun oleh manajemen akan
memiliki nilai jika dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan
setiap organisasi harus memiliki kekuatan yang mantap dan meyakinkan sebab
jika tidak kuat maka proses pendidikan seperti yang diinginkan akan sulit
terealisasi.
c) Pengawasan
Pengawasan merupakan upaya untuk mengamati secara sistematis dan
berkesinambungan, merekam, memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan, dan
meluruskan berbagai hal yang kurang tepat, serta memperbaiki kesalahan.
Pengawasan merupakan kunci keberhasilan dalam keseluruhan proses
manajemen, perlu dilihat secara komprehensif, terpadu, dan tidak terbatas pada
hal – hal tertentu.
d) Pembinaan
Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian secara professional
semua unsur organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana
manajemen untuk mencapai tujuan dapak terlaksana secara efektif & efisien.
Pelaksanaan manajemen sekolah yang efektif dan efisien menuntut
dilaksanakannya keempat fungsi pokok manajemen tersebut secara terpadu dan
terintegrasi dalam pengelolaan bidang – bidang kegiatan manajemen pendidikan.
Manajemen Pendidikan merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan mutu /
kualitas pendidikan, karena hasil penelitian Balitbangdikbud ( 1991) menunjukan
bahwa manajemen pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kualitas pendidikan.
4. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
Apabila manajemen berbasis sekolah lebih difokuskan pada tingkat
sekolah, maka MBS akan menyediakan layanan pendidikan yang komprehensif
dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dimana sekolah itu berada. Ciri-ciri
MBS bisa dilihat dari sudut sejauh mana sekolah tersebut dapat mengoptimalkan
kinerja organisasi sekolah, pengelolaan SDM, proses belajar-mengajar dan
sumber daya sebagaimana digambarkan dalam tabel berikut :
Organisasi Sekolah Proses Belajar
Mengajar
Sumber Daya
Manusia
Sumber Daya dan
Administrasi
Menyediakan Meningkatkan Memberdayakan Mengidentifikasi
manajemen/
organisasi/
kepemimpinan
transformasional
dalam mencapai
tujuan sekolah.
kualitas belajar
siswa.
staff dan
menempatkan
personel yang
dapat melayani
keperluan siswa.
sumber daya yang
diperlukan dan
mengalokasikan
sumber daya tersebut
sesuai dengan
kebutuhan.
Menyusun rencana
sekolah dan
merumuskan
kebijakan untuk
sekolahnya sendiri.
Mengembangkan
kurikulum yang
cocok dan tanggap
terhadap kebutuhan
siswa dan
masyarakat.
Memilih staf
yang memiliki
wawasan MBS
Mengelola sekolah
secara efektif dan
efisien.
Mengelola kegiatan
operasional sekolah.
Menyelenggarakan
pembelajaran yang
efektif
Menyediakan
kegiatan untuk
pengembangan
profesi pada
semua staf.
Menyediakan
dukungan
administratif
Menjamin adanya
komunikasi yang
efektif antara sekolah
dan masyarakat.
Menyediakan
program
pengembangan
yang diperlukan
siswa
Menjamin
kesejahteraan staf
dan siswa
Mengelola dan
memelihara gedung
dan sarana
Menggerakkan
partisipasi
masyarakat
Berperan serta
dalam memotivasi
siswa
Menyelenggaraka
n forum/diskusi
untuk membahas
kemajuan kinerja
sekolah
Menjamin
terpeliharanya
sekolah yang
bertanggungjawab
kepada masyarakat
dan pemerintah.
Karakterisitik Manajemen Barbasis Sekolah tidak terlepas dari pendekatan Input,
Proses, dan Output Pendidikan :
1. Input Pendidikan
a. Memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas.
b. Tersedianya sumber daya yang kompetitif dan berdedikasi.
c. Memiliki harapan prestasi yang tinggi
d. Komitmen pada pelanggan
2. Proses Pendidikan
a. Efektifitas dalam proses belajar mengajar tinggi
b. Kepemimpinan yang kuat
c. Lingkungan sekolah yang nyaman
d. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif
e. Tim kerja yang kompak dan dinamis
f. Kemandirian, partisipatif, dan keterbukaan (transparansi)
g. Evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan
h. Responsif, antisipatif, komunikatif dan akuntabilitas
3. Output yang diharapkan
Pada dasarnya output yang diharapkan merupakan tujuan utama dari
penyelenggaraan pendidikan secara umum.
Langkah-langkah perumusan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
1. Perencanaan
Pada langkah awal perumusan MBS, hal-hal yang perlu dilaksanakan
adalah :
a. Mengidentifikasi sistem, budaya dan sumber daya, mana yang perlu
dipertahankan dan mana yang harus dirubah dengan memperkenalkan
terlebih dahulu format yang baru dan tentunya lebih baik.
b. Membuat komitmen secara rinci yang diketahui oleh semua unsur
yang bertanggungjawab, jika terjadi perubahan sistem, budaya dan
sumber daya yang cukup mendasar.
c. Menghadapi penolakan terhadap perubahan dengan memberi
pengertian akan pentingnya perubahan demi mencapai tujuan bersama
d. Bekerja dengan semua unsur sekolah dalam menjelaskan atau
memaparkan visi, misi
e. Menggaris bawahi prioritas sistem, budaya dan sumber daya yang
belum ada dan sangat diperlukan.
2. Mengidentifikasi tantangan nyata sekolah
Pada umumnya tantangan nyata sekolah bersumber pada output (lulusan)
sekolah yang meliputi kualitas, produktifitas, efektabilitas dan efisiensi. Maka
sangat diperlukan identifikasi dari hasil analisis output untuk mengetahui tingkat
kualitas, produktifitas, elektabilitas, dan efisiensi dari output yang dihasilkan
melalui penyelenggaraan pendidikan.
3. Merumuskan visi, misi, tujuan sasaran sekolah yang dapat menjamin
kelangsungan hidup dan perkembangan sekolah
a. Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah agar
sekolah yangbersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan
perkembangannya.
b. Misi adalah tindakan untuk mewujudkan atau merealisasikan visi
tersebut.
c. Tujuan adalah apa yang ingin dicapai atau dihasilkan oleh sekolah
yang bersangkutan dan kapan tujuan itu mungkin dicapai.
d. Sasaran adalah penjabaran tujuan yang akan dicapai oleh sekolahdalam
jangka waktu lebih pendekdibandingkan dengan tujuan
sekolah. .Rumusannya harus berupa peningkatan yang spesifik,
terukur, jelas kriterianya dan disertai indikator yang rinci.
4. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran.
Fungsi-fungsi yang dimaksud adalah unsur-unsur kegiatan beserta unsur-
unsur pendukungnya yang saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri.
Sejauh mana kesiapan fungsi-fungsi tersebut terhadap kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam mencapai sasaran.
5. Melakukan analisis potensi lingkungan (analisis SWOT)
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali kesiapan
setiap fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan utnuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Prinsip analisis SWOT adalah :
a. Kekuatan-kekuatan apa yang kita miliki ?
b. Bagaimana memanfaatkannya ?
c. Kelemahan-kelemahan apa yang kita miliki ?
d. Bagaimana meminimalkannya ?
e. Peluang-peluang apa yang ada ?
f. Bagaimana memanfaatkannya ?
g. Ancaman apa yang mungkin menghambat keberhasilan ?
h. Bagaimana mengatasinya ?
6. Memilih langkah-langkah alternatif pemecahan persoalan
Dalam setiap kegiatan dimungkinkan adanya permasalahan yang timbul.
Hendaklah kita tidak menghindari akan tetapi harus kita hadapi dengan solusi
pemecahan yang sudah kita rencanakan sebelumnya.
7. Menyusun Rencana Program Peningkatan Mutu
Penyusunan program peningkatan mutu harus disertai langkah-langkah
pemecahanan persoalan yang mungkin terjadi. Fungsi yang terlibat beserta unsur-
unsurnya membuat rencana program untuk jangka pendek, menengah dan jangka
panjang serta bersama-sama merealisasikan rencana program tersebut.
8. Melaksanakan Rencana Program Peningkatan Mutu
Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu maka fungsi-fungsi
terkait memanfaatkan sumber daya secara maksimal, efektifdan efisien.
9. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, , sekolah perlu
mengadakan evaluasi pelaksanaan program, baik program jangka pendek maupun
program jangka panjang.
10. Merumuskan Sasaran Peningkatan Mutu Baru.
Dari hasil evaluasi kita dapat memperoleh tingkat keberhasilan dan
kegagalannya sehingga dapat memperbaiki kinerja program yang akan datang.
Disamping itu evaluasi juga sangat berguna bahan masukan bagi sekolah untuk
merumuskan sasaran (tujuan) peningkatan mutu untuk tahun yang akan datang.
Adapun proses penerapan MBS dapat ditempuh antara lain dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Memberdayakan komite sekolah/majelis madrasah dalam peningkatan
mutu pemelajaran di sekolah.
2. Unsur pemerintah Kab/Kota dalam hal ini instansi yang terkait antara lain
Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Kab/Kota, Departemen Agama
(yang menangani pendidikan MI, MTs dan MA), Dewan Pendidikan
Kab/Kota terutama membantu dalam mengkoordinasikan dan membuat
jaringan kerja (akses) ke dalam siklus kegiatan pemerintahan dan
pembangunan pada umumnya dalam bidang pendidikan.
3. Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar (guru), kepala
sekolah, petugas bimbingan dan penyuluhan (BP) maupun staf kantor,
pejabat-pejabat di tingkat kecamatan, unsur komite sekolah tentang
Manajemen Berbasis Sekolah, pembelajaran yang bermutu dan peran serta
masyarakat.
4. Mengadakan pelatihan dan pendampingan sistematis bagi para kepala
sekolah, guru, unsur komite sekolah pada pelaksanaan peningkatan mutu
pembelajaran.
5. Melakukan supervisi dan monitoring yang sistematis dan konsisten
terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah agar diketahui
berbagai kendala dan masalah yang dihadapi, serta segera dapat diberikan
solusi/pemecahan masalah yang diperlukan.
6. Mengelola kegiatan yang bersifat bantuan langsung bagi setiap sekolah
untuk peningkatan mutu pembelajaran, Rehabilitasi/Pembangunan sarana
dan prasarana Pendidikan, dengan membentuk Tim yang sifatnya khusus
untuk menangani dan sekaligus melakukan dukungan dan pengawasan
terhadap Tim bentukan sebagai pelaksana kegiatan tersebut.
Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam
pengambilan keputusan perlu dilaksanakan dengan demokratis antara lain
dengan:
1. Melibatkan semua pihak, khususnya guru dan orangtua siswa.
2. Membentuk tim-tim kecil di level sekolah yang diberi kewenangan untuk
mengambil keputusan yang relevan dengan tugasnya.
3. Menjalin kerjasama dengan organisasi di luar sekolah.
Faktor Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah :
1. Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baik
MBS akan berhasli jika ditopang oleh kemampuan professional kepala
sekolah atau madrasah dalam memimpin dan mengelola sekolah atau
madrasah secara efektif dan efisien, serta mampu menciptakan iklim
organisasi yang kondusif untuk proses belajar mengajar.
2. Kondisi social, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan
Faktor eksternala yang akan turut menentukan keberhasilan MBS adalah
kondisi tingkat pendidikan orangtua siswa dan masyarakat, kemampuan
dalam membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam mendorong
anak untuk terus belajar.
3. Dukungan pemerintah
Faktor ini sangat membantu efektifitas implementasi MBS terutama bagi
sekolah atau madrasah yang kemampuan orangtua/ masyarakatnya relative
belum siap memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan.
alokasi dana pemerintah dan pemberian kewenangan dalam pengelolaan
sekolah atau madrasah menjadi penentu keberhasilan.
4. Profesionalisme
Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan kinerja
sekolah atau madrasah. Tanpa profesionalisme kepala sekolah atau
madrasah, guru, dan pengawas, akan sulit dicapai program MBS yang
bermutu tinggi serta prestasi siswa.
MBS merupakan segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan
sumber daya dalam proses pembelajaran yang berdasar pada sekolah untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam MBS, harus melibatkan semua pihak,
khususnya guru dan orang tua, harus ada keseimbangan antara pihak guru dan
orang tua agar sistem pengelolaan manajemen sekolah dapat berjalan lancar,
sehingga membantu proses pembelajaran siswa yang baik.
Dengan adanya MBS diharapkan akan memberi peluang dan kesempatan
kepada kepala sekolah, guru dan siswa untuk melakukan inovasi pendidikan.
Dengan adanya MBS maka ada beberapa keuntugan dalam pendidikan yaitu,
kebijakan dan kewenangan sekolah mengarah langsung kepada siswa, orang tua
dan guru, sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal, pembinaan
peserta didik dapat dilakukan secara efektif, dapat mengajak semua pihak untuk
memajukan dan meningkatkan pelaksanaan pendidikan.
.