mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

33
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH: IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN KURIKULUM DAN SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN DASAR MAKALAH Diseminarkan dalam mata kuliah Manajemen Pendidikan, diampu oleh Prof. Dr. H. E. Mulyasa Oleh Denny Kodrat NPM: 4103810413007 Rudiana NPM: 4103810413016 Yahya Amir Saepudin NPM: 4103810413034 PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN/MANAJEMEN PENDIDIKAN 1 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Upload: denny-kodrat

Post on 22-Jun-2015

3.124 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

Manajemen Berbasis Sekolah dan Manajemen Kurikulum, Sistem Penilain

TRANSCRIPT

Page 1: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH:

IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN KURIKULUM DAN SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN

DASAR

MAKALAH

Diseminarkan dalam mata kuliah Manajemen Pendidikan, diampu oleh Prof. Dr. H. E. Mulyasa

OlehDenny Kodrat

NPM: 4103810413007

RudianaNPM: 4103810413016

Yahya Amir SaepudinNPM: 4103810413034

PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN/MANAJEMEN PENDIDIKANPROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA2013

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH:

1 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 2: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN KURIKULUM DAN SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN

DASAR

BAB I. PENDAHULUAN

Sebagaimana yang diamanahkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke empat

pasal 31 (2) dinyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak hanya itu, dalam UU no. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 dipertegas bahwa Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan amanah UUD 1945 dan UU no.

20 tahun 2003 ini, Komite Reformasi Pendidikan (KRP) memuat penerapan manajemen

pendidikan berbasis sekolah (School-Based Management, MBS) dalam proses pengambilan

keputusan pendidikan dasar dan menengah.

Dipilihnya MBS untuk pendidikan dasar dan menengah ini dilandasi keyakinan bahwa

model ini akan mempermudah pencapaian tujuan pendidikan nasional. Ciri utama MBS adalah

adanya otonomi yang kuat pada tingkat sekolah, peran serta aktif masyarakat dalam

pendidikan, proses pengambilan keputusan yang demokratis dan berkeadilan, menjunjung

tinggi akuntabilitas dan transparansi dalam kegiatan pendidikan (Nurkolis, 2002).

Munculnya MBS pada mulanya karena didorong oleh keinginan daerah untuk memiliki

kewenangan yang lebih besar dalam mengatur daerahnya sendiri. Undang-undang no. 22

tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang disahkan pada 7 Mei 1999, yang diganti oleh

2 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 3: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

UU no. 32 tahun 2004 telah menetapkan kewenangan dengan mengutamakan asas

desentralisasi, termasuk dalam urusan pendidikan. Pasal 14 ayat (1) UU no. 32 tahun 2004

mengisyaratkan bahwa bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah otonomi

meliputi: pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan,

industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan

tenaga kerja. Dengan demikian, berdasarkan aturan tersebut jelaslah bahwa pengelolaan

masalah pendidikan secara luas menjadi kewenangan daerah.

Apabila dilacak dari periode sebelumnya, sebenarnya pemberian kewenangan tertentu

kepada daerah dalam bidang pendidikan telah diberlakukan sejak tahun 1951, setelah

pemerintah mengeluarkan PP no. 65 tahun 1951 (Bafadal, 1999). Peraturan tersebut memuat

pelimpahan sebagian urusan pemerintah pusat dalam bidang pendidikan, pengajaran dan

kebudayaan kepada pemerintah daerah. Peraturan tersebut merekomendasikan bahwa

pemerintah pusat memberikan sebagian wewenang kepada pemerintah daerah dalam

menyelenggarakan sekolah dasar. Salah satu sebab yang mendorong pemberian otonomi

tersebut adalah tuntutan pembangunan pendidikan SD yang semakin meningkat dan semakin

kompleks yang mempersyaratkan adanya partisipasi dan pendayagunaan potensi masyarakat

daerah secara efektif dan efisien. Pengelolaan pendidikan yang sentralistik dianggap kurang

aspiratif, kurang partisipatif dan birokrasi yang terlalu panjang sehingga memberikan peluang

bagi terjadinya pemborosan dan kebocoran anggaran (Bafadal, 1999).

Konsep dasar MBS adalah mengalihkan pengambilan keputusan dari pusat ke level

sekolah. Oleh karena itu, ada beberapa pakar yang memberi istilah school based management

dengan school based decision making and management. Dengan pengalihan kewenangan

pengambilan keputusan ke level sekolah diharapkan sekolah akan lebih mandiri dan mampu

menentukan arah pengembangan yang sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan

masyarakatnya. Dalam bahasa lain, sekolah mampu mengembangkan program yang relevan

3 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 4: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

dengan kebutuhan masyarakat. Dalam MBS ini peran birokrasi pendidikan lebih banyak

memberikan guiding (tuntunan) bukan tuntutan. Memberikan pelayanan, bukan meminta

dilayani.

Istilah MBS ini pertama kali muncul di Amerika Serikat (AS) ketika masyarakat mulai

mempertanyakan relevansi dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat. MBS

merupakan paradigm baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah

(pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional (Mulyasa, 2007).

Gagasan MBS di Indonesia dewasa ini sedang menjadi perhatian para pengelola pendidikan,

mulai tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, sampai dengan tingkat sekolah. Gagasan ini

semakin mengemuka setelah dikeluarkannya kebijakan desentralisasi pengelolaan pendidikan

seperti diisyaratkan UU no. 22 tahun 1999 yang diganti oleh UU no. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan PP no. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Provinsi

sebagai Daerah Otonom. Regulasi ini mengatur terjadinya pergeseran kewenangan dalam

pengelolaan pendidikan dan melahirkan wacana akuntabilitas pendidikan. Gagasan MBS perlu

dipahami dengan baik oleh seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam

menyelenggarakan pendidikan, khususnya sekolah, karena implementasi MBS tidak sekadar

membawa perubahan dalam kewenangan akademik sekolah dan tatanan pengelolaan sekolah,

tetapi akan membawa perubahan pula dalam pola kebijakan dan orientasi partisipasi orang tua

dan masyarakat dalam pengelolaan sekolah.

Desentralisasi pengelolaan pendidikan menunjukkan adanya pelimpahan wewenang

dalam pengelolaan pendidikan dari pemerintah pusat ke daerah otonom, yang menempatkan

kabupaten/kota sebagai daerah desentralisasi. Pergeseran kewenangan ini berkaitan erat

dengan konsentrasi perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan. Artinya, adanya

wewenang yang diberikan kepada hierarki lebih bawah dalam perumusan kebijakan dan

pengambilan keputusan merupakan ciri penting adanya desentralisasi. Desentralisasi dalam

4 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 5: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

tatanan pemerintahan mengandung arti adanya pelimpahan kewenangan pemerintahan

daerah kepada masyarakat. Dalam pengelolaan pendidikan di sekolah, hal ini berarti adanya

pelimpahan wewenang kepada masyarakat atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan

pendidikan (stakeholder) untuk ikut serta bertanggung jawab dalam memajukan sekolah.

Apabila dihubungkan dengan praktik MBS, maka terkandung adanya pelimpahan wewenang

untuk perumusan kebijakan dan penetapan keputusan kepala sekolah dan stakeholdernya.

Oleh karenanya, gagasan tersebut mengarah pada praktik otonomi pengelolaan sekolah.

Tentunya, praktik otonomi pengelolaan sekolah ini membawa pula pengaruh kepada

manajemen kurikulum dan sistem evaluasi pendidikan. Kepentingan utama format otonomi

sekolah adalah tampilnya kemandirian sekolah untuk meningkatkan kinerja sendiri, dengan

mengakomodasi berbagai potensi sumber daya sekolah, yang pada akhirnya ditujukan untuk

meningkatkan mutu pendidikan sebagaimana yang diamanahkan dalam PP no 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan.

Dalam konteks mikro sekolah, kurikulum sebagai salah satu komponen dalam proses

pendidikan di sekolah menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dalam pencapaian mutu

pendidikan. Saat kewenangan pusat diberikan kepada sekolah, khususnya dalam pemberian

penetapan kurikulum sekolah (KTSP) maka manajemen kurikulum yang dilakukan oleh sekolah

menjadi sangat penting karena sekolah memiliki kewenangan dalam menyusun KTSP yang

tentu saja dapat memunculkan kekhasan atau kearifan lokal serta keunggulan daerah yang

satu sama lain akan berbeda. Tentu saja, untuk menjamin mutu dan menjaga proses

pelaksanaan, hal lain yang menjadi penting adalah bagaimana sekolah bisa memformulasikan

sistem penilaian sebagaimana yang diisyaratkan dalam PP no. 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, Bab X tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Dari uraian di atas, makalah ini akan membahas mengenai MBS dan implikasinya

terhadap manajemen kurikulum dan sistem evaluasi pendidikan dasar.

5 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 6: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

BAB II. ISI

Pengertian MBS

Manajemen berbasis sekolah berasal dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis dan

sekolah (Mulyasa, 2007). Manajemen adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya

melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan. Berbasis berarti “berdasarkan pada” atau “berfokus pada”. Sekolah adalah suatu

organisasi terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang

bertugas memberikan bekal “kemampuan dasar” kepada peserta didik atas dasar ketentuan-

ketentuan yang bersifat legalistik (makro, meso dan mikro) dan profesionalistik (kualifikasi,

untuk sumber daya manusia; spesifik untuk barang/jasa, dan prosedur-prosedur kerja).

MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan

kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta

didik. Mulyasa (2007) mengatakan bahwa dalam manajemen pendidikan dikenal dua

mekanisme pengaturan, yaitu sistem sentralisasi dan desentralisasi. Dalam sistem sentralisasi,

segala sesuatu yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan diatur secara ketat oleh

pemerintah pusat. Sementara dalam sistem desentralisasi, wewenang pengaturan tersebut

diserahkan kepada pemerintah daerah.

Manajemen berbasis sekolah dapat didefinisikan sebagai penyerasian sumber daya

yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok

berkepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan

keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu

sekolah dalam pendidikan nasional.

Satori (2000) mengatakan manajemen berbasis sekolah merupakan gagasan yang

menempatkan kewenangan pengelolaan sekolah dalam satu keutuhan entitas sistem. Di

dalamnya terkandung adanya desentralisasi kewenangan yang diberikan kepada sekolah untuk

6 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 7: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

membuat keputusan. Sebagai satu institusi sosial, maka makna kewenangan mengambil

keputusan dilihat dalam perspektif peran sekolah yang sesungguhnya. Oleh karenanya,

gagasan BS sering dipertimbangan sebagai upaya memosisikan kembali peran sekolah yang

sesungguhnya.

Sesuai konteks di atas, maka aspirasi-aspirasi pihak-pihak yang berkepentingan dengan

sekolah diakomodasikan dalam berbagai kepentingan yang ditujukan pada peningkatan kinerja

sekolah, antara lain direfleksikan pada rumusan visi, misi, tujuan dan program-program

prioritas sekolah. Dengan demikian, setiap sekolah akan memiliki ciri khasnya masing-masing

yang direfleksikan dalam rumusan visi, misi, program prioritas dan sasaran yang akan dicapai

dalam pengembangan sekolah. Karakteristik masing-masing sekola dicerminkan pula dalam

kondisi sarana dan prasarana pendidikan, mutu sumber daya manusia, dan dukungan

pembiayaan bagi pengembangan sekolah sesuai dengan aspirasi pihak-pihak yang

berkepentingan dengan sekolah (stakeholder). Dalam kondisi demikian, realisasi gagasan

manajemen berbasis sekolah akan melahirkan sikap kepemilikan (ownership) para stakeholder

terhadap sekolah. Kondisi ini sangat penting, karena sikap kepemilikan inilah yang akan

mendukung pengembangan keunggulan kompetitif dan komparatif masing-masing sekolah.

MBS merupakan satu perubahan bagaimana school district (sekolah di daerah)

mengatur kewenangan dan tanggung jawab antara daerah dengan sekolah-sekolah (Mulyono,

2008). Tanggung jawab profesional menggantikan aturan birokrasi. Sekolah-sekolah dalam

daerah tersebut menyelesaikan struktur baru ini dalam dua cara. Pertama, meningkatkan

otonomi dengan cara melepaskan diri dari hambatan-hambatan peraturan. Kedua, memiliki

kewenangan untuk membuat keputusan-keputusan dengan kelompok stakeholder dari sekolah

yang utama, termasuk guru, orang tua, siswa dan anggota masyarakat lainnya.

MBS sebagai strategi untuk meningkatkan pendidikan melalui pelimpahan wewenang

dari pusat dan daerah kepada sekolah secara individual. Selain itu, MBS sebagai suatu bentuk

7 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 8: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

desentralisasi yang memosisikan sekolah sebagai unit dasar pengembangan yang bergantung

pada redistribusi otoritas pengambilan keputusan. MBS, dengan kata lain, sebagai

pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah

dengan melibatkan semua unsur yang berkepentingan yang terkait dengan sekolah secara

langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah.

Sekolah yang memiliki kewenangan lebih besar dalam pengelolaan pendidikan dan

pengambilan keputusan secara partisipatif adalah esensi MBS.

Sesuai dengan PP no. 25 tahun 2000, konsep MBS dalam praktiknya menggambarkan

sifat-sifat otonomi sekolah yang merujuk pada perlunya memerhatikan kondisi dan potensi

kelembagaan setempat dalam mengelola sekolah. Makna “berbasis sekolah” dalam konsep

MBS sama sekali tidak meninggalkan kebijakan-kebijakan strategis yang ditetapkan oleh

pemerintah pusat maupun daerah otonom. Misalnya standar kompetensi siswa, standar

materi pelajaran pokok, standar penguasaan minimum, standar pelayanan minimum,

penetapan kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif setiap tahunnya dan lain-lain.

Menurut Tim Kelompok Kerja MBS Provinsi Jawa Barat, dalam Isjoni (2005), MBS

dilaksanakan dengan pertimbangan dan alas an sbb:

1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya,

sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk

memajukan sekolahnya.

2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang

akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan

tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi

kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi

sekolahnya.

8 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 9: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

4. Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh

masyarakat setempat.

5. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan

sekolah, menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.

6. Sekolah bertanggung jawab tentang mutu pendidikan sekolah masing-masing kepada

pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya. Dengan

demikian, sekolah akan berupaya semaksimal mungkn untuk melaksanakan dan

mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.

7. Sekolah dapat melakukan persaigan sehat dengan sekolah lain untuk meningkatkan

mutu pendidikan melalui upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik,

masyarakat dan pemerintah daerah.

8. Sekolah dapat secara cepat merespons aspirasi masyarakat dan lingkungan yang

berubah dengan cepat.

Manfaat MBS

Mulyono (2008) mengatakan dengan menerapkan MBS, beberapa manfaat yang bisa diraih,

yaitu:

1. Sekolah sebagai lembaga pendidikan lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman bagi dirinya disbanding dengan lembaga-lembaga lain.

2. Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan

lembaganya.

3. Sekolah lebih mengetahui sumber daya yang dimilikinya dan input pendidikan yang

akan dikembangkan serta didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan

tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

4. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada

pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya sehingga

9 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 10: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

sekolah akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai

sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.

5. Sekolah dapat melakukan persaingan sehat dengan sekolah lain untuk meningkatkan

mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukunan orang tua peserta

didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat.

Dengan demikian, Mulyono (2008) menambahkan, secara bertahap akan terbentuk

sekolah yang memiliki kemandirian tinggi yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tingkat kemandirian tinggi sehingga tingkat ketergantungan menjadi rendah.

2. Bersifat adaptif dan antisipatif memiliki jiwa kewirausahaan tinggi.

3. Bertanggung jawab terhadap input manajemen dan sumber dayanya.

4. Memiliki kontrol yang kuat terhadap kondisi kerja.

5. Komitmen yang tinggi pada dirinya.

6. Prestasi merupakan acuan bagi penilaiannya.

Menurut Mulyasa (2008) manfaat MBS adalah memberikan kebebasan dan kekuasaan yang

besar kepada kepala sekolah beserta seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi

yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi MBS

sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru,

sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugas. Keleluasaan dalam mengelola sumber daya

dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala

sekolah dalam peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah, dengan diberikannya

kesempatan kepada sekolah untuk menyusun kurikulum, guru didorong untuk berinovasi,

dengan melakukan eksperimen-ekperimen di lingkungan sekolah.

10 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 11: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum adalah sebuah proses atau sistem pengelolaan kurikulum

secara kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan

kurikulum yang sudah dirumuskan (Mulyasa, 2004). Dalam proses manajemen kurikulum tidak

lepas dari kerjasama sosial antara dua orang atau lebih secara formal dengan bantuan sumber

daya yang mendukungnya. Pelaksanaannya dilakukan dengan metode kerja tertentu yang

efektif dan efisien dari segi tenaga dan biaya, serta mengacu pada tujuan kurikulum yang

sudah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, pengembangan kurikulum harus

berdasarkan dan disesuaikan dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan pengertian, bahwa manajemen kurikulum sesuai

dengan semangat desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah. Intitusi pendidikan diberi

kebebasan untuk menentukan kebijakan dalam merancang dan mengelola kurikulum menurut

kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Pemerintah hanya menetapkan standar nasional,

sedangkan sekolah memiliki kewenangan untuk mengembangkannya.

Mulyasa (2007) mengatakan bahwa desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah

diberlakukan untuk memberikan keluasan pada sekolah dan perlibatan masyarakat untuk

mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikanya sesuai prioritas

kebutuhan dengan seefisien mungkin untuk mencapai hasil yang optimal. Tidak hanya itu

dengan pemberdayaan sekolah lewat pemberian otonomi adalah bentuk tanggap dari

pemerintah terhadap tuntutan masyarakat dan pemerataan pendidikan.

Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah

sebagai berikut:

1) Produktivitas. Hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum harus sangat

diperhatikan. Output (peserta didik) harus menjadi pertimbangan agar sesuai dengan

rumusan tujuan manajemen kurikulum.

11 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 12: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

2) Demokratisasi. Proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas demokrasi yang

menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya agar

dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.

3) Kooperatif. Agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai dengan maksimal,

maka perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terkait.

4) Efiktivitas dan efisiensi. Rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat mencapai tujuan

dengan pertimbangan efektif dan efisien, agar kegiatan manajemen kurikulum dapat

memberikan manfaat dengan meminimalkan sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.

5) Mengarahkan pada pencapaian visi, misi, dan tujuan yang sudah ditetapkan.

Menurut Satori (2000) tugas-tugas yang tercakup dalam bidang kurikulum adalah :

a) Menyelenggarakan perumusan tentang tujuan-tujuan kurikulum

b) Menyelenggarakan isi (content), susunan (scope) dan organisasi kurikulum

c) Menghubungkan kurikulum dengan waktu, fasilitas-fasilitas fisik dan personil yang

tersedia

d) Menyelenggarakan bahan-bahan, sumber-sumber dan perlengkapan buat program

pengajaran

e) Menyelenggarakan supervisi pengajaran.

Dari pendapat di atas nampak bahwa manajemen kurikulum menitikberatkan pada

upaya untuk mengelola proses pembelajaran siswa agar dapat mencapai tujuan yang

diharapkan, lebih jauh Depdiknas (2000 : 67-70) secara lebih rinci dalam buku Panduan

Manajemen Sekolah disebutkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam manajemen

kurikulum yaitu :

a) Menjabarkan GBPP menjadi Analisis Mata Pelajaran

b) Menyusun Program Tahunan

c) Menyusun Program Semester

12 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 13: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

d) Menyusun program satuan pelajaran

e) Membuat rencana pengajaran

f) Melakukan penbagian tugas mengajar

g) Menyusun jadwal pelajaran

h) Menyusun jadwal kegiatan pengayaan

i) Menyusun jadwal ekstrakurikuler

j) Menyusun jadwal penyegaran Guru

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan kurikulum yaitu berkenaan dengan

kemampuan siswa melakukan sesuatu, menjelaskan pengalaman belajar, merupakan hasil

belajar dan dapat didefenisikan secara jelas dan distandarisasi. Dengan diberlakukannya

kebijakan tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu perangkat perencanaan dan

pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan

belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan

kurikulum sekolah, diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Kurikulum

berbasis kompetensi adalah kurikulum yang dikembangkan dengan prinsip (Sanusi, 1989:19):

Mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan fleksibel sesuai dengan

perkembangan jaman dan (IPTEK)

Pengembangan melalui proses akreditas yang memungkinkan mata pelajaran

dimodifikasi

Pengembangan Kurikulum yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan

untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri

atas standar isi, proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan

prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar

nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

13 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 14: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pengembangan kurikulum disusun antara

lain agar dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk:

(a) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

(b) Belajar untuk memahami dan menghayati;

(c) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif;

(d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain; dan

(e) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif,

kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Kewenangan sekolah dalam menyusun kurikulum memungkinkan menyesuaikan

dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian,

daerah dan/atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-

hal yang diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan

belajar mengajar.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, Pasal 6 Ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;

3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

4. Kelompok mata pelajaran estetika;

5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Berdasarkan cakupan kelompok mata pelajaran tersebut, dapat dipaparkan tujuan

pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut.

1. Membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa serta berakhlak mulia;

14 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 15: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

2. Meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajiban dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta meningkatkan kualitas dirinya

sebagai manusia;

3. Mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta

menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri;

4. Meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan, dan kemampuan mengapresiasi

keindahan dan harmoni;

5. Meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat

Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Menurut UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP no. 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa jenjang pendidikan dasar meliputi

Sekolah dasar dan SMP (sederajat). Oleh karenanya, sistem penilaian untuk pendidikan dasar

ini memiliki karakteristik terlebih mengacu kepada MBS.

Dalam PP no. 19 tahun 2005 dijelaskan bahwa penilaian pendidikan adalah proses

pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta

didik. Penilaian bisa dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah. Penilaian

dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan hasil belajar

dalam bentuk:

1. Ulangan Harian

2. Ulangan Tengah Semester

3. Ulangan akhir

4. Ulangan kenaikan kelas

15 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 16: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

Evaluasi atau penilaian dibedakan menjadi dua, yaitu evaluasi yang dilakukan oleh pihak dalam

(guru dan pengelola sekolah) yang selanjutnya disebut evaluasi diri dan evaluasi oleh pihak

luar (badan independen atau badan akreditasi sekolah). Sasaran evaluasi secara garis besar

mencakup masukan/input (termasuk program), proses, dan hasil (outcome)

Diberlakukannya KTSP mengharapkan adanya perubahan dalam kegiatan

pembelajaran. termasuk dalam penilaian. Mulyasa (2007: 258) menjelaskan, "Penilaian hasil

belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian

akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, dan penilaian program".

Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Penilaian Kelas

Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir.

Ulangan harian dilakukan seliap selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu.

Ulangan harian terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-

tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal

dilakukan tiga kali setiap semester.

Ulangan harian ini terutama ditujukan untuk memperbaiki program pembelajaran, tetapi

tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan-tujuan lain, misalnya sebagai bahan

pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik. Ulangan umum dilaksanakan

setiap akhir semester, dengan bahan yang diujikan sebagai berikut:

Ulangan umum semester pertama soalnya diambil dari materi semester pertama.

Ulangan umum semester kedua soalnya merupakan gabungan dan materi semester

pertama dan kedua, dengan penekanan pada materi semester kedua.

16 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 17: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

Ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan. Bahan-bahan yang diujikan

meliputi seluruh kompetensi dasar yang telah diberikan, dengan penekanan pada kompetensi

dasar yang dibahas pada kelas-kelas tinggi. Hasil evaluasi ujian akhir ini lerutama digunakan

untuk menentukan kelulusan bagi setiap peserta didik, dan layak tidaknya untuk melanjutkan

pendidikan pada tingkat di atasnya.

Penilaian Kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta

didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses

pembelajaran, dan penentuan kenaikan kelas.

2. Tes Kemampuan Dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan

berhitung yang diperlakukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program

remedial). Tes kemampuan dasar dilakukan pada setiap tahun akhir kelas III.

3. Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi

Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian guna

mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta

didik dalam satuan waktu tertentu.

4. Benchmarking

Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan,

proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. Hasil penilaian tersebut

dapat dipakai untuk melihat keberhasilan, keberhasilan kurikulum dan pendidikan secara

keseluruhan dan dapat digunakan untuk memberikan peringkat kelas, tetapi tidak untuk

17 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 18: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

memberikan nilai akhir peserta didik. Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu dasar untuk

pembinaan guru dan kinerja sekolah.

5. Penilaian Program

Penilaian program dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas

Pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk

mengetahui kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta

kesuaiannya dengan tuntuntan perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.

Implikasi MBS atas Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) membawa implikasi terhadap manajemen

kurikulum dan sistem penilaian di pendidikan dasar. Ini terlihat dari ciri utama MBS yang

mengakomodasi semangat otonomi daerah. Dengan MBS ini maka terjadi reposisi dan

reorientasi sekolah, dimana sekolah melibatkan peran serta masyarakat dalam membuat

program-programnya. Sehingga prinsip-prinsip MBS yang menitikberatkan pada mutu

pendidikan, bottom up planning and decision making, manajemen yang transparan,

pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan mutu berkelanjutan (sustainable improvement)

dapat terwujud.

Model MBS meniscayakan manajemen kurikulum yang mandiri. Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi implikasi dari adanya model MBS ini. Sekolah bisa

memasukkan program-program unggulan berbasis kearifan lokal dalam KTSP ini, di domain

yang merupakan wewenang sekolah (muatan lokal, PBKL, ekstrakurikulum). Selain itu,

perumusan visi, misi, strategi hingga program-program unggulan untuk terciptanya pendidikan

bermutu di sekolah yang melibatkan peran aktif seluruh stake holders pendidikan di daerah

tersebut menjadi implikasi dari MBS. Bahkan budgeting yang tertuang dalam Anggaran

18 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 19: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS) selain dirumuskan secara bersama-sama antara kepala

sekolah, guru dan masyarakat, bisa dipublikasikan secara terbuka. Sehingga diharapkan,

pengelolaan sekolah yang meliputi pengelolaan keuangan, pengelolaan sumber daya dan juga

pengelolaan kurikulum dapat dilakukan secara kredibel dan akuntabel.

Meski dalam isi kurikulum terdapat porsi pemerintah pusat dan provinsi dalam

penetapan standar kelulusan, standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta mata pelajaran

yang wajib ada, namun satuan pendidikan sebagai institusi yang bersentuhan langsung dengan

pelayanan masyarakat dalam pendidikan dengan secara leluasa mengembangkan kurikulum

tersebut. Sehingga, sekolah memiliki keunikan dan keunggulan yang berbeda dengan sekolah-

sekolah lain. Tentunya, implikasinya terhadap manajemen kurikulum ini adalah sekolah harus

lebih bisa adaptif dan responsif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat.

Dengan kata lain, sekolah tidak menjadi menara gading yang tercerabut dari masyarakat.

Melainkan sebaliknya, sekolah dan masyarakat menjadi satu kesatuan yang saling membantu

dan mendukung sehingga diharapkan proses pendidikan yang dilalui oleh anak didik

mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan kurikulum tersebut.

Tentunya untuk mengukur keberhasilan sebuah sekolah, termasuk di dalamnya proses

pembelajaran, harus ditetapkan sebuah sistem penilaian. MBS memberikan implikasi

perubahan dalam proses penilaian. Salah satunya, guru dapat menentukan secara mandiri

jenis penilaian yang tepat untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik. Dalam

konteks pendidikan dasar, penilaian-penilaian portofolio bisa memberikan gambaran yang

jelas mengenai perkembangan peserta didik. Begitupula sekolah. Sekolah bisa membuat

evaluasi pendidikan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk melihat perkembangan

sekolah dari satu kurun waktu ke waktu berikutnya. Hasil penilaian ini penting sekali untuk

melihat apakah tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh sekolah itu tercapai ataukah tidak.

19 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 20: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

MBS yang melibatkan peran masyarakat bisa menetapkan penilaian yang dilakukan

oleh pihak luar (external examiner). Penilaian akreditasi setiap 4 (empat tahun) sekali cukup

membantu untuk mengukur sejauhmana standar-standar pendidikan itu dijalankan. Selain itu,

beberapa penilaian dari lembaga lain seperti ISO bisa juga dilakukan. Tujuannya adalah sebagai

umpan balik untuk perbaikan mutu dan kualitas pendidikan. Dengan kata lain, keterkaitan visi,

misi, tujuan, strategi, program, kurikulum, evaluasi menjadi satu sistem yang saling

berhubungan yang ujungnya adalah terciptanya sekolah yang bermutu dan mampu

menciptakan sumber daya manusia yang sebagaimana dicita-citakan oleh UUD 1945 serta oleh

UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

BAB III. KESIMPULAN

Sebagaimana diuraikan dalam dua bab sebelumnya mengenai Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS) dan implikasinya terhadap manajemen kurikulum dan sistem penilaian

pendidikan dasar, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut:

1. Dipilihnya MBS untuk pendidikan dasar dan menengah ini dilandasi keyakinan bahwa

model ini akan mempermudah pencapaian tujuan pendidikan nasional. Ciri utama MBS

adalah adanya otonomi yang kuat pada tingkat sekolah, peran serta aktif masyarakat

dalam pendidikan, proses pengambilan keputusan yang demokratis dan berkeadilan,

menjunjung tinggi akuntabilitas dan transparansi dalam kegiatan pendidikan.

2. Dengan pengalihan kewenangan pengambilan keputusan ke level sekolah diharapkan

sekolah akan lebih mandiri dan mampu menentukan arah pengembangan yang sesuai

dengan kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakatnya. Dalam bahasa lain, sekolah

mampu mengembangkan program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

20 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 21: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

3. Gagasan MBS mengarah pada praktik otonomi pengelolaan sekolah. Tentunya, praktik

otonomi pengelolaan sekolah ini membawa pula pengaruh kepada manajemen

kurikulum dan sistem evaluasi pendidikan.

4. Pengembangan Kurikulum yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan

untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan

terdiri atas standar isi, proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,

sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari

kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam

mengembangkan kurikulum.

5. Kewenangan sekolah dalam menyusun kurikulum memungkinkan menyesuaikan

dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan

demikian, daerah dan/atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan

menentukan hal-hal yang diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar,

dan menilai keberhasilan belajar mengajar.

6. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian bisa dilakukan oleh

pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah.

21 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar

Page 22: Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem

DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim, 1999. Otonomi Daerah di Bidang Pendidikan: Mereka Formula, Dampak, Masalah dan Solusinya Menuju Penyelenggaraan Pendidikan Yang Lebih Baik. Makalah Seminar. Tidak dipublikasikan

Isjoni. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah: Mewujudkan Otonomi Sekolah dalam Jurnal Permufakatan Pendidikan Ke Arah Kualiti Hidup Serantau. Kualalumpur: Universiti Kebangsaan Malaysia

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung, PT. Rosda Karya.

________. 2007. Manajemen berbasis sekolah: Konsep, strategi dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Nurkolis. 2002. Strategi Sukses Implementasi MBS. Tersedia di situs http://artikel.us/nurkolis1.html. diakses 20 Juli 2013

_______. 2006. Manajemen berbasis sekolah: teori, model dan aplikasi. Jakarta: PT. Grasindo

Satori, Djam’an. 2000. Dimensi Indikator Sekolah Efektif. Makalah Seminar Nasional HMJ Administrasi Pendidikan, Fak Ilmu Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

22 Makalah MBS: Implikasinya terhadap Manajemen Kurikulum dan Sistem Penilaian Pendidikan Dasar