konsep dasar akuntansi temu 2

Upload: meliyuliana

Post on 09-Jan-2016

50 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

teori akuntansi

TRANSCRIPT

Konsep Dasar Patton Littleton (Pengertian Dan Implikasinya Masing-Masing)1. Entitas Bisnis Atau Kesatuan Usaha (Business Entity)Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan usaha ekonomik yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, dan kedudukannya terpisah dari pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan dan kesatuan ekonomik tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi.Berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri berarti bahwa suatu kesatuan atau badan usaha diperlakukan sebagai orang (person). Dengan demikian, konsep ini mempersonifikasikan badan usaha sehingga badan usaha tersebut dapat melakukan perbuatan hukum dan ekonomik (misalnya membuat kontrak atau memiliki asset) atas nama badan tersebut dan bukan atas nama pemiliknya. Jadi hubungan antara badan usaha dan pemiliknya dipandang sebagai hubungan bisnis (hak dan kewajiban atau utang dan piutang). Pemisahan kedudukan antara kesatuan usaha dengan pemiliknya mengartikan bahwa fungsi manajemen terpisah dari fungsi investasi.Kesatuan usaha menjadi sudut pandang akuntansi berarti bahwa akuntansi berkepentingan dengan pelaporan keuangan kesatuan usaha, dan bukan pemilik badan usaha. Dengan kata lain badan usaha atau kesatuan usaha bertindak sebagai kesatuan pelapor (reporting entity) yang bertanggung jawab kepada pemilik. Kesatuan usaha merupakan pusat pertanggung jawaban dan statement keuangan merupakan medium pertanggungjawaban. Konsep dasar ini didukung legitimasinya dari segi administrasi yang baik. Secara administrasif, pemisahan antara pemilikan dan manajemen (khususnya perusahaan tidak berbadan hokum) merupakan praktek yang sehat yang sangat penting. Dari segi yuridis, konsep ini sangan didukung legitimasinya dengan diakuinya bentuk badan usaha perseroan terbatas (PT) secara hukum.Implikasi konsep kesatuan usaha :1) Batas KesatuanWalaupun secara yuridis kesatuan usaha didukung keberadaannya, batas kesatuian usaha dari segi akuntansi bukanlah kesatuan yuridis atau hukum melainkan kesatuan ekonomik. Artinya akuntansi memperlakukan badan usaha sebagai suatu kesatuan ekonomik bukan kesatuan yuridis. Batas kesatuan ekonomik adalah kendali (control) oleh manajemen. Oleh karena itu, untuk menentukan kesatuan usaha sebagai pusat pertanggungjawaban keuangan, pertimbangan akuntansi adalah apakah secara ekonomik satu kegiatan usaha atau lebih dapat dianggap berdiri sendiri sebagai satu kesatuan.

2) Pengertian EkuitasKarena hubungamn antara kesatuan usaha terpisah dengan pemilik dan hubungan tersebut dipandang sebagai hubungan bisnis, konsep kesatuan usaha mempunyai implikasi terhadap pendefenisian ekuitas. Dengan sudut pandang kesatuan usaha, secara konseptual ekuitas/modal adalah utang atau kewajiban perusahaan kepada pemilik. Hal ini berlawanan dengan pendefenisian secara structural bahwa ekuitas adalah hak residual pemilik terhadap asset bersih sebagaimana didefenisikan dalam rerangka konseptual FASB.

3) Pengertian PendapatanKonsep kesatuan usaha dapat menjelaskan mengapa pendapatan (dan untung) didefenisikan sebagai kenaikan atau aliran masuk asset. Dengan konsep kesatuan usaha, semua sumber ekonomik yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan merupakan asset perusahaan dan bukan asset pemilik. Kalau ada aliran asset masuk, maka asset perusahaan akan bertambah dan inilah yang disebut dengan pendapatan. Tambahan asset ini pada akhirnya nanti akan dikembalikan kepada pemilik kalau perusahaan tidak diteruskan ayau dilikuidasi. Ini berarti bahwa pada saat kas masuk sebagai pendapatan, perusahaan sebenarnya telah mempunyai hutang kepada pemilikyang pada saatnya nanti akan dikembalikan. Pada saat terjadi pendapatan atau kenaikan asset, maka pada saat yuang sama telah terjadi penambahan utang unit usaha kepada pemilik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendapatan menambah ekuitas (utang kesatuan usaha kepada pemilik). Jadi pendapatan menambah ekuitas karena dengan konsep kesatuan usaha pendapatan sebagai kenaikan (aliran masuk) kas menimbulkan kenaikan utang usaha kesatuan usaha kepada pemilik (ekuitas). Dengan demikian defenisi pendapatan menurut FASB konsisten dengan konsep kesatuan usaha.

4) Pengertian BiayaPenyerahan p[roduk dalam rangka menciptakan pendapatan, menyebabkan asset (sediaan barangay) berkurang. Berkurangnya asset (sejumlah kos barang terjual) inilah yang dimaksud dengan biaya. Bila pendapatan yang diperoleh diabaikan atau dipisahkan dengan berkurangnya asset, maka berkurangnya asset sebesar kos barang terjual ini akhirnya harus ditanggung oleh pemilik. Jadi, seandainya semua asset (setelah dikurangi dengan utang) harus dikembalikan kepada pemilik, jumlah rupiah yang kembali kepemilik akan berkurang sebesar biaya tersebut. Ini berarti bahwa pada saat terjadi biaya, utang kepada pemilik akan berkurang dan pemilik harus bersedia menanggung biaya tersebut karena kesatuan usaha dapat dikatakan bertindak untuk kepentingan pemilik. Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya mengurangi ekuitas.Sesuai dengamn gagasan P&L, pendapatan dan biaya merupakan pendapatn dan biaya kesatuan usaha bukan pemilik. Oleh karena itu, pendapatan dan biaya tidak didefenisikan atas dasar perubahan ekuitas, tetapi atas dasar perubahan asset.

5) Sistem BerpasanganSystem berpasangan (double entry) atau aspek ganda (dual aspect) yang dikemukakan Anthony, Hawkins, dan Merchant sebenarnya merupakan konsekuensi logis atau turunan dari konsep kesatuan usaha. Hubungan bisnis antara manajemen dan pemilik mengakibatkan manajemen harus selalu mempertanggungjawabkan asset yang dikelolanya dan sumber asset tersebut. Ini berarti bahwa pengaruh transaksi terhadap hubungan bisnis dan posisi keuangan (termasuk utang-piutang dengan pemilik dan pihak lainnya) harus selalu ditunjukkan. Untuk melaksanakan hal ini dengan mudah dan nyaman, digunakanlah system berpasangan.

6) Persamaan AkuntansiKonsep kesatuan usaha memisahkan manajemen dengan penyedia dana (investor dan kreditor) dan manajemen bertanggungjawab kepada mereka. Pertanggungjawaban menuntut agar asset yang dipercayakan kepada manajemen selalu ditunjukkan sumber atau asalnya. Pelaporan keuangan harus menunjukkan hubungan ini. Hubungan fungsional inilah yang disebut dengan persamaan akuntansi. Persamaan akuntansi merupakan cara mengimplikasikan system berpasangan.

7) ArtikulasiSebagai konsep dasar yang dikemukakan APB, yaitu bahwa statement keuangan berkaitan secara mendasar (fundamentally related financial statement), artikulasi sebenarnya merupakan turunan atau konsekuensi dari konsep kesatuan usaha. Dengan artikulasi akan selalu dapat ditunjukkan bahwa laba dalam statement laba rugi akan sama dengan laba dalam statement perubahan ekuitas, dan jumlah rupiah ekuitas akhir dalam statement perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah rupiah ekuitas dalam neraca.Dengan konsep kesatuan usaha, pendapatan (P), biaya (B), dan laba (P-B) didefenisikan sebagai perubahan asset yang akhirnya mempengaruhi ekuitas. Dengan demikian, posisi keuangan awal digabung dengan perubahan akan menghasilkan posisi keuangan akhir.Bila dikaitkan dengan focus pengukuran, pendefenisian pendapatan dan biaya (dengan sendirinya laba) sebagai perubahan asset atau kewajiban sering disebut dengan pendekatan asset-kewajiban (asset-liability approach). Akibat artikulasi, laporan laba rugi adalah satu-satunya sarana untuk melaporkan perubahan bersih asset dan kewajiban. Dengan demikian laba merupakan konsekuensi pengukuran asset dan kewajiban sebagai fokus. Demikian juga ekuitas semata-mata merupakan akibat atau produk samping pengukuran perubahan aset bersih sehingga tidak didefinisikan secara simantik seperti aset atu kewajiban. RK FASB dibangun atas dasar pendekatan asset-kewajiban sehingga ekuitas didefenisikan sebagai asset dikurangi kewajiban kemudian laba komprehensif didefenisikan sebagai perubahan ekuitas. Pendefenisian ekuitas dan laba komprehensife tersebut masih bersifat structural dan belum sepenuhnya semantic.Pasangan atau lawan dari pendekatan asset-kewajiban adalah pendekatan pendapatan-biaya. Pendekatan ini menekankan pendefenisian, pengakuan, dan pengukuran pendapatan dan biaya (dengan sendirinya laba) sehingga perubahan asset dan kewajiban dianggap sebagi akibat atau produk samping pengukuran pendapatan dan biaya.Pendekatan aset-kewajiban dan pendapatan-biaya mengakibatkan pendefinisian, pengukuran dan pengakuan element yang satu merupakan produk samping pendifinisian, pengukuran, dan pengakuan element lainnya. Hal ini terjadi karena akuntansi menganut pendekatan artikulasian yaitu bahwa sttement keuangan harus beraktikulasi. Dengan pendekatan ini, semua perubahan aset bersih akibat transakssi dengan non kepemilikan dilaporkan melalui statement laba-rugi dan laba komperensif sehingga integritas statement laba-rugi dapat dipertahankan. Dengan demikian, laba atau rugi penahan aset harus dilaporkan dalam statement laba-rugi tidak langsung ke ekuitas sebagai penyesuaian laba ditahan. Pendekatan seperti ini menghalangi pengukuran element statement laba-rugi terpisah atau indipendent terhadap pengukuran elemen-elemen neraca. Oleh karena itu, timbullah gagasan tentang non artikulasian yang memisahkan pengukuran elemen-elemen kedua statement dapat berbeda sehingga dihasilkan neraca berbassis pengukuran aset-kewajiban dan statement laba-rugi berbasis pengukuran pendapatan biaya yang indipenden.

2. Kontinuitas Usaha (Continuity Of Activity)Konsep kesatuan usaha akan menjadi pertimbangan pada saat penyusuna statement keuangan atau pada saat akuntansi menghadapi berbagai pilihan dalam proses perekayasaan atau penyusunan standar karena kenyataan bahwa kelangsungan hidup perusahaan di masa datang yang tidak pasti. Dalam menghadapi ketidakpastian kelangsungan usaha, akuntansi menganut konsep ini atas dasar penalaran bahwa harapan normal atau umum pendirian perusahaan adalah untuk berlangsung terus dan berkembang bukan untuk mati atau dilikuidasi.Implikasi konsep kontinuitas usaha (going concern) :1) Arti Penting Laporan PeriodikUntuk mengukur kinerja akhir perusahaanj secara objektif, akuntan tidak harus menunggu sampai kesatuan usaha dilikuidasi, karena memang bukan likuidasi yang menjadi tujuan dari perusahaan. Untuk suatu periode, tingkat mendapatkan laba dengan tingkat sumber ekonomik tertentu disebut dengan tingkat imbalan investasi. Tingkat imbalan tersebut dapat diukur secara periodic. Daya melaba adalah rata-rata dalam jangka panjang tingkat imbalam periodic tersebut.

2) Kedudukan Statement Laba RugiUntuk mengukur daya melaba jangka panjang, aliran kontinus sumber ekonomik masuk dan keluar satuan usaha (pendapatan-biaya) harus dipenggal-penggal dengan periode waktu sebagai wadah atau penakar. Jadi konsep periode waktu yang dikemukakan oleh Anthony, Hawkins dan Merchant atau konsep periode akuntansi yang dikemukakan oleh APB sebenarnya merupakan turunan dari konsep dasar kontinuitas usaha. Penggalan pendapatan dan biaya untuk satu periode dituangkan dalam statement laba rugi periodic sehingga statement laba rugi dipandang sebagai statement yang paling penting dalam pelaporan keuangan karena tingkat laba dalam rangka menilai daya melaba.Pemenggalan aliran data yang terus menerus dalam penggalan waktu sebagai penakar cendrung memutus keterkaitan antara kejadian-kejadian antarperiode yang berkaitan. Akibatnya, kalau tidak hati-hati orang cendrung mengartikan bahwa laba besar suatu periode merupakan indikator kesuksesan manajemen pada periode tersebut padahal laba yang besar itu sebenarnya hasil penjualan yang besar akibat kampanye produk secara besar besaran pada periode sebelumnya.Oleh karena itu, informasi keuangan yang dituangkan dalam statement keuangan periodik harus dianggap bersifat tentative (provisional in character) dan bukannya tuntas (final).

3) Fungsi Neraca dan Penialaian ElemennyaKonsep kontinuitas usaha sangat besar peranannya dalam mendasari penilaian elemen atau pos neraca dan interpretasi jumlah rupiah yang dimuat di dalamnya. Dengan konsep kontinuitas usaha, tujuan pelaporan pos neraca adalah untuk menunjukkan sisa potensi-potensi jasa (services potential) atau sumber-sumber ekonomik yang belum dikonsumsi (menjadi biaya) dalam tahun yang berakhir pada tanggal neraca. Dengan kata lain, neraca berfungsi menunjukkan potensi jasa yang masih dimilki/dikuasai kesatuan usaha untuk menghasilkan pendapatan dalam periode-periode berikutnya.Oleh karena itu, proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada setiap pos neraca bukanlah merupakan proses penilaian harga jual tetapi merupakan pengukuran sisa potensi jasa yang direpresentasi oleh kos yang melekatpadanya sehingga akuntansi menilai pos-pos neraca pada umumnya berdasarkan kos historis.

3. Penghargaan Sepakatan (Measured Consideration)Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah/agregat harga atau penghargaan kesepakatan yang terlibat dalam tiap transaksi atau kegiatan pertukaran merupakan bahan olah dasar akuntansi yang paling objektif, terutama dalam mengukur sumber ekonomik yang masuk dan sumber ekonomik yang keluar.Konsep ini dilandasi pemikiran bahwa fungsi akuntansi adalah menyediakan informasi yang terpaut dengan kegiatan perusahaan yang sebagian besar terdiri atas transaksi pertukaran dengan perusahaan lain. Akuntansi berfungsi untuk menyimbolkan secara tepat bermacam-macam kegiatan atau transaksi perusahaan tersebut secara kuantitatif dan bermakna sehingga informasi semantic (objek-ukuran-hubungan) dapat disampaikan dengan baik dan efektif. Penghargaan sepakatan merupakan dasar kuantifikasi berbagai jenis objek menjadi objek-objek honogenus yang paling objektif untuk menyajikan hubungan antarobjek yang bermakna. Penghargaan sepakatan tersebut akan dicatat dan diolah lebih lanjut dalam system akuntansi perusahaan untuk dijadikan data kuantitatif dasar dalam penyusunan berbagai laporan manajerial dan statement keuangan.1) Istilah yang TepatP&L tidak menyebut bahan olah dasar akuntansi sebagai nilai karena setiap orang kemungkinan akan menilai sesuatu secara berbeda-beda, sehingga nilai akan menimbulkan banyak interpretasi. Istilah nilai akan memberi kesan bahwa akuntansi mengolah bahan yang tidak homogenus. Nilai bersifat objektif dan interpretative sedangkan penghargaan sepakatan adalah apa yang melekat pada objek sehingga bersifat objektif dan inheren.Penghargaan sepakatan dalam sebuah pertukaran merupakan istilah yang mengandung makna adanya penilaian bersama antara penjual dan pembeli. Pada saat transaksi terjadi, pencatatan penghargaan sepakatan atau agregat harga memank dapat dikatakan sebagai pencatatan nilai, tapi beberapa saat setelah transaksi, nilai dapat berubah tetapi jumlah rupiah yang tercatat tidak. Jumlah rupiah yang tercatat itulah yang nantinya akan menjadi bahan olahan bagi akuntan. Jadi, akuntansi tidak mengolah nilai tapi penghargaan kesepakatan.P&L tidak menggunakan istilah cost untuk menunjuk penghargaan sepakatan karena cost terlanjur mempunyai makna umum sebagai acquisition cost dari sudut pandang pihak yang memperoleh sumber ekonomik.Menurut Soewardjono, istilah cost sebenarnya cukup tepat untuk menyatakan price aggregate atau measured consideration karena alas an-alasan sebagai berikut : Dari segi penjual, walaupun istilah cost tidak cukup luas, aliran masuk penghargaan sepakatan penjualan/pendapatan yang dicatat (berupa kas/piutang) akhirnya akan menjadi cost juga kalau sudah digunakan untuk memperoleh barang atau jasa. Cost akan tetap menjadi pengukur berbagai pos asset dan kewajiban. Dari segi pembeli, kalau istilah cost mempunyai keterbatasan karena tidak dapat menyatakan hal yang sama dari kedua belah pihak dalam suatu pertukaran, keterbatasan ini sebenarnya tidak menimbulkan masalah karena akuntansi menganut konsep kesatuan usaha.

2) Jasa di Balik KosAkuntansi menggunakan satuan mata uang karena satuan tersebut paling mudah untuk mengkuantifikasi objek atau jasa ke dalam satuan yang homogenus dan juga karena harga dalam satuan uang adalah cara yang sudah umum untuk menyatakan kesepakatan dalam pertukaran. Dari segi akuntansi, bukan uang atau harga yang memiliki arti penting melainkan potensi jasa yang ada dibalik angka tersebut.

3) Keterbatasan Informasi AkuntansiDengan memahami arti penting kos sebagai bahan olah akuntansi sebenarnya dapat dikenali keterbatasan akuntansi dalam memberikan informasi untuk kepentingan pengambilan keputusan. Informasi akuntansi hanya merupakan sebagian dari informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusa oleh pihak eksternal dan manajemen. Lebih dari itu, walaupun segala pertimbangan dan kebijakan didasarkan pada dat akuntansi secara cukup mendalam, pada akhirnya keputusan yang dihasilkan akan mencerminkan juga pengaruh data nonakuntansi dan akan diwarnai dengan hal-hal yang kualitatif dan subjektif seperti : tujuan secara keseluruhan, sasaran jangka pendek, sekera pribadi, kepentingan umum, peraturan pemerintah, alas an politik dan sebagainya.

4. Kos Melekat (Cost Attach)Konsep ini menyatakan bahwa kos melekat pada objek yang direpresentasinya sehingga kos bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabung-gabungkan kembali mengikuti objek yang dilekatinya. Dasar pikiran konsep ini adalah bahwa tujuan pengelompokan, pemecahan, dan penggabungan kos adalah untuk mengikuti aliran upaya (effort) dalam menyediakan produk dan jasa. Produk biasanya mempunyai manfaat yang lebih besar dari pada manfaat masing-masing komponen pembuat produk secara terpisah.Kos melekat dilandasi oleh konsep kos yang disebut kos terkandung (embodied cost) yaitu kos yang benar-benar terkandung dalam suatu objek atau produk sebagai pasangan kos penggantian, yaitu kos seandainya objek tersebut tidak ada dan harus diadakan sehingga maknanya sama dengan kos kesempatan.

1) Saat Pengakuan Nilai TambahSecara ekonomik, kegiatan perusahaan terdiri atas penggabungan berbagai factor produksi untuk menghasilkan produk baru yang nilainya lebih tinggi. Kalau kegiatan produksi menggunakan bahan baku dan bermacam factor produksi, kegiatan akuntansi menggunakan kos untuk menyatakan pemprosesan factor produksi tersebut. Tujuan kegiatan akuntansi adalah mengikuti secara tepat pengubahan tersebut dengan menggolongkan, memecah, dan mengikhtisarkan kos bahan baku, kos tenaga kerja, kos jasa mesin (depresiasi), dan kos factor produksi lainnya sehingga seluruh kos tersebut secara bersama-sama akan membentuk kos produk. Jadi konsep dasar kos melekat diperlukan karena dalam mengikuti aliran fisis tersebut harus ada anggapan bahwa tiap kos mempunyai daya saling mengikat bila digabungkan dengan kos lain secara tepat.Konsep dasar ini mempunyai implikasi penting terhadap saat pengakuan tambahan manfaat produk fisis yang dihasilkan. Kalau kos produk harus menunjukkan niali, maka ke dalam kos produk tersebut harus dimasukkan jumlah rupiah nilai yang merupakan tambahan manfaat yang melekat pada produk sebagai akibat proses produksi itu. Nilai tambah ini akan terealisasi kalau produk telah terjual dan asset (kos) baru masuk ke dalam satuan usaha.Realisasi pendapatan melalui penjualan sebenarnya menandai dan mengukur dua macam kos baru sebagai bahan olah akuntansi selanjutnya, yaitu : Kos baru sebagai penggantian kos yang melekatdan dikorbankan (keluar dari kesatuan usaha) yang mempresentasi upaya penyediaan produk atau jasa yang diserahkan kepada pembeli produk. Kos baru sebagai tambahan asset (laba) yang menunjukkan imbalan untuk jasa modal yang ditanamkan dan resiko yang ditanggung dalam menjalankan usaha.

2) Wadah PenggabunganDalam mengikuti alur fisis produksi, kos dipecah, dikelompokkan dan kemudian digabung kembali mengikuti unit fisis produk. Ini berarti kos digabungkan dengan produk sebagai wadah atau penakar penggabungan. Setelah produk diserahkan kepada pelanggan, maka kos yang melekat pada unit produk yang telah diserahkan akan mengukur biaya dan secara logis dapat disebut dengan kos barang terjual (cost of good sold).Kos yang ikatannya dengan produk dapat dikenali dengan mudah, biasanya wadah penggabungannya adalah produk, misalnya kos tenga kerja langsung. Kos yang tidak erat kaitannya dengan produk atau sukar dirunut secara praktis ke produk, maka wadah penggabiungannya adalah periode (waktu) dan akan membentuk kos periode (period cost), misalnya adalah kos administrasi.

5. Upaya Dan Hasil/Capaian (Effort And Accomplishment)Konsep ini menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh hasil berupa pendapatan. Dengan kata lain, tidak ada hasil (pendapatan) tanpa upaya (biaya). Secara konseptual, pendapatan timbul karena biaya, buakan sebaliknya pendapatan menanggung biaya. Artinya, begitu entitas melakukan kegiatan produksi maka pendapatan dapat dikatakan telah terbentuk walaupun belum terealisasi. Secara teknis, kesatuan usaha (entitas) harus menghasilkan atau menyediakan barang atau jasa untuk menciptakan pendapatan dengan cara menyerahkan atau menukarkan barang/jasa tersebut.Terdapat beberapa implikasi pada konsep upaya dan hasil, yaitu :

1) Perlunya Basis AsosiasiSelisih antara kos masuk dan kos keluar disebut dengan laba. Laba mencerminkan keefektifan manajemen dalam mengelola sumber ekonomik dan merupakan informasi penting bagi pihak yang berkepentingan khususnya bagi mereka yang menyediakan sumber ekonomik yang menanggung resiko akhir. Ukuran keefektifan akan tepat apabila hasil ditandingkan dengan upaya yang menimbulkan hasil tersebut. Dengan demikian, diperlukan dasar asosiassi yang tepat dan rasional agar kedua komponen tersebut dan agar laba mempunyai makna atau nilai sebagai pengukur kinerja yang terandalkan.

2) Penakar Asosiasi Ideal dan PraktisKonsep ini merupakan konsekuensi labih lanjut dari konsep kontinuitas usaha, bahwa untuk menentukan kemajuan perusahaan tidak perlu ditunggu nasib akhir perusahaan itu terjadi. Oleh karena itu, pihak yang berkepentingan dengan perusahaan memerlukan wadah atau penakar kemajuan dari waktu ke waktu. Yang ditakar adalah biaya sebagai upaya dan pendapatan sebagai hasil.Penakar yang dimaksud adalah dasar atau wadah penandingan antara biaya dan pendapatan. Penakar yang paling cocok adalah penakar yang dapat menunjukka secara tepat dan objektif bahwa biaya yang masuk dalam penakar adalah biaya yang benar-benar menyebabkan timbulnya pendapatan yang masuk dalam penakar tersebut. Kalau penakar sudah ditentukan, masalah berikutnya adalah menentukan berapakah kos yang harus masuk ke dalam penakar sehingga dapat dibaca (dihitung) kos yang dapat diperhitungkan sebagai upaya dan kos pendapatan yang diperhitunhkan sebagai hasil. Karena tidak semua kos mudah dikaitkan dengan produk, akuntansi beralih kepada periode waktu sebagai penakar untuk dijadikan dasar dalam menandingkan kos yang telah dikorbankan (biaya) dan pendapatan. Periode akuntansi merupakan penakar pengganti yang memang mudah dilaksanakan tetapi konsep dasarnya tetap, yaitu bahwa untuk mengukur laba yang tepat dalam suatu periode maka pendapatan dari hasil penjualansejumlah produk atau jasa harus ditandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.

3) Laba Akuntansi vs EkonomikKonsep ini mempunyai implikasi terhadap interpretasi laba akuntansi. Dengan konsep ini laba dipandang sebagai residual atau selisih pengukuran dua elemen yang berkaitan yaitu pendapatan dan biaya. Laba yang diperoleh dengan cara seperti ini disebut dengan laba structural atau formal. Disebut laba formal karena laba tersebut diperoleh dengan menerapkan ketentuan-ketentuan formal (satandar atau prinsip akuntansi).

4) Kos AktualDalam menandingkan biaya dan hasil, akuntansi hanyalah menandingkan upaya yang benar-benar telah terjadi oleh suatu entitas sehingga laba yang diperoleh adalah selisih biaya dan pendapatan yang diukur dengan kos yang benar-benar terjadi.

5) Asas Akrual atau HimpunKarena akuntansi mendasarkan diri pada konsep upaya dan hasil dalam menetukan besarnya laba, akuntansi tidak membatasi pengertian biaya atau pendapatan pada biaya yang telah dibayar atau pendapatan yang telah diterima. Akuntansi menekankan substansi suatu kegiatan atau transaksi yang menimbulkan biaya dan pendapatan. Artinya, akibat suatu transaksi tertentu yang telah terjadi, berjalannya wkatu sudah dapat menjadi dasar untuk mengakui biaya atau pendapatan. Karena itu dalam proses penandingan, akuntansi mendasarkan diri pada asas akrual bukannya asas tunai.Asas akrual adalah asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang meyatakan bahwa pendapatan diakui pada saat hak entitas timbul lantaran penyerahan barang atau jasa ke pihak luar dan baiay diakui pada saat kewajiban timbul karena penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang dan jasa yang diserahkan tersebut. Sebagai konsekuensi asas ini, akuntanis mengakui pos-pos akrual dan tangguhan.

6) Pengertian DepresiasiDepresiasi adalah biaya nyata dan bukan hipotesis. Depresiasi untuk satu periode harus diperhitungkan dan diakui sebagai biaya karena jasa yang diberikan oleh asset tetap tidak terjadi sekaligus pada saat pemerolehan atau pemberhentian asset tersebut.Sebagai upaya, penentuan besarnya depresiasi tidak bergantung pada besarnya laba perusahaan walaupun besarnya biaya depresiasi mempengaruhi besarnya laba periodic.

7) Kapasitas MenganggurBiaya depresiasi yang telah dihitung dengan metode tertentu harus tetap merupakan biaya untuk menghasilkan pendapatan walaupun perhitungan tersebut menimbulkan atau bahkan menambah rugi perusahaan. Misalnya biaya depresiasi suatu kendaraan, meskipun kendaraan tersebut tidak dipergunakan, namun tetap baiya depresiasinya dihitung dan menjadi pengurang pendapatan. Ilustrasi seperti inilah yang dimaksud dengan kapasitas menganggur.

8) Pos-Pos Luar BiasaUntuk menentukan laba periodic, konsep menandingkan yang berorientasi jangka panjang akan memasukkan juga akun-akun atau pos-pos berikut : Untung luar biasa (windfall gains) yaitu timbulnya atau bertambahnya manfaat ekonomik atau aset yang terjadi tanpa upaya yang jelas dan direncanakan. Rugi luar biasa (extraordinary losses) yaitu hilangnya atau berkurangnya manfaat ekonomik atau aset yang terjadi akibat hal-hal yang tidak ada hubungannya atau tidak mudah dihubungkan dengan upaya untuk memperoleh hasil.

6. Bukti Terverifikasi Dan Objektif (Verifiable, Objective Evidence)Konsep ini menyatakan bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat kebermanfaatan dan tingkat keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data keuangan didukung oleh bukti-bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya. Objenktivitas bukti harus dievaluasi atas dasar kondisi yang melingkupi penciptaan, pengukuran, dan penangkapan atau pengakuan data akuntansi. Setiap transaksi keuangan harus didukung oleh bukti transaksi yang kaut dan sah.

1) Arti Penting untuk PengauditanDi samping penting karena membantu pencapaian karakteristik kualitatif informasi yang tinggi, konsep bukti yang dapat diuji kebenarannya dan objektif itu menjadi penting dalam kaitannya dengan pengauditan untuk menentukan kewajaran laporan keuangan.

2) Objektifitas BuktiMautz dan Sharaf (1964, hal. 110) menjelaskan pengertian dan lingkup bukti audit sebagai berikut :Audit evidence includes all influences on the mind of auditor which affect his judgement about the truthfulness of the financial statement propositions, submitted to him for review.Bukti yang objektif berarti bahwa fakta yang diungkapkan oleh sustu bukti tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi.3) Objektifitas relativeAkuntansi bukan ilmu pasti sehingga objektivitas bukti dalam akuntansi bersifat relative. Oleh karena itu, konsep objektifitas dalam penciptaan data akuntansi adalah objektivitas yang disesuaikan dengan keadaan yang ada pada saat penentuan fakta, bukan objektivitas mutlak.

4) Objektivitas dan Keterverifikasian Jangka PanjangBukti yang paling kuat dan paling diinginkan adalah bukti yang objektif. Konsep dasar bukti terverifikasi dan objektif dalam akuntansi mengandung elemen variabilitas sehingga tiap bukti mempunyai tingkat objektifitas. Tingkat objektifitas bukti yang paling tinggi pada saat dan keadaan tertentu adalah yang terbaik asalkan tujuan untuk memperoleh tingkat objektifitas yang tinggi tersebut tidak bertentangan dengan konsep kontinuitas usaha. Informasi akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan periodic diciptakan dan disediakan atas dasar objektivitas jangka panjang.

7. Asumsi (Assumption)Asumsi dalam dalam dafta konsep dasar P&L sebenarnya bukan merupakan konsep dasar tetapi lebih merupakan penjelasan bahwa keenam konsep dasar sebelumnya merupakan asumsi atau didasarkan atas asumsi tertentu dengan segala keterbatasannya.

Asumsi yang menjadi landasan penalaran dalam memilih konsep yang relevan :1) Kontinuitas UsahaKonsep ininhanya dapat dibenarkan atas dasar pengalaman perusahaan pada umumnya. Tingkat kegagalan usaha adalah tinggi terutama untuk perusahaan kecil. Beberapa perusahaan yang baru didirikan tidak pernah menikmati kesuksesan usaha dalam periode selanjutnya sehingga dibubarka segera.

2) Periode Satu TahunPelaporan periodic dengan waktu sebagai wadah pengukuran adalah salah satu kebiasaan penting dalam akuntansi. Untuk tujuan penakaran dalam penghitungan pendapatan dan biaya yang menghasilkan pendapatan tersebut, interval waktu yang biasanya digunakan adalah satu tahun, baik tahub kalender ataupun tahun buku/fiscal.

3) Kos Sebagai Bahan OlahPenghargaan sepakatan yang menjadi bahan olah akuntansi didasarkan atas asumsi bahwa kos factor produksi yang diperoleh perusahaan menunjukkan nilai wajar pada saat terjadinya.

4) Daya Beli Uang StabilKonsep bahwa jumlah rupiah yang tercatat akan tetap menunjukkan nilai dilandasi asumsi bahwa daya beli uang adalah stabil sepanjang masa. Dalam periode-periode yang mengalami inflasi yang cukup tinggi, asumsi tersebut jelas tidak berlaku lagi untuk tujuan-tujuan tertentu.

5) Tujuan Mencari LabaAsumsi ini tidak diragukan kelayakannya. Keinginan untuk menghasilkan laba adalah karakteristik nyata yang melekat pada perusahaan-perusahaan komersial pada umumnya.Konsep Dasar LainKonsep-konsep dasar yang diuraikan oleh P&L tersebut merupakan konsep dasar yang terpadu dan lengkap sebagai landasan konseptual untuk merekayasa pelaporan keuangan.Beberapa konsep yang belum yang belu tercakup dalam konsep dasar P&L adalah sebagai berikut :1) Substansi Daripada BentukKonsep ini menyatakan bahwa dalam menetapkan suatu konsep ditingkat perekayasaan atau dalam menetapkan standar di tingkat penyusun standar, akuntansi akan menekankan makna atau substansi ekonomik suatu objek atau kejadian daripada makna yuridisnya, meskipun makna yuridis mungkin menghendaki atau menyarankan perlakuan akuntansi yang berbeda.

2) Pengakuan Hak Milik PribadiKonsep ini menyatakan bahwa pengakuan nhak milik pribadi harus dilindungi atau diakui secara yuridis. Tanpa konsep ini, kesatuan usaha tidak dapat memiliki sumber ekonomik atau asset. Pemilikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan penguasaan.Salah satu perlindungan adalah adanya kewajiban untuk mempertanggungjawabkan kekayaan yang dipercayakan pengelolaannya kepada pihak lain. Laporan keuangan yang memuat asset dan kewajiban kesatuan usaha merupakan salah satubentuk pertanggungjawaban tersebut.

3) Keanekaragaman Akuntansi Antar EntitasKonsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan (metode) akuntansi antar entitas merupakan suatui hal yang tidak dapat dihindari karena perbedaan kondisi yang melingkupi dan karakteristik kesatuan usaha individual.

4) KonservatismeKonservatisme adalah sikap atau aliran dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan yangb terjelek dari ketidakpastian tersebut.

5) Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan DataKonsep ini menyatakan bahwa system pengendalian internal yang memadai merupakan sarana untuk mendapatkan keterandalan informasi yang tinggi. Konsep yang diajukan Grady ini dilandasi penalaran bahwa objektifitas mutlak dan akuntansi mengakui adanya taksiran-taksiran sehingga keterandalan data hanya dapat dijamin kalau entitas mempunyai SPI yang memadai.

Manfaat Konsep DasarKonsep dasar berfungsi melandasi penalaran pada tingkat perekayasaan akuntansi, konsep dasar lebih banyak manfaatnya bagi penyusun standard an berargumen untuk menentukan konsep, prinsip, metode, atau teknik yang akan dijadikan standar.Gambaran Umum Konsep Dasar Oleh FASBConceptual Framework Project (CFP) pertama berusaha untuk mengembangkan prinsip atau standar kualitatif yang luas untuk menerangkan cara pengambilan pilihan secara rational dan sistematis dari beberapa metode alternatif pelaporan keuangan. Sebagai hasilnya, CFP adalah suatu jembatan yang menghubungan antara tujuan (objective) dan basis/dasar (fundamental). Objective didefinisikan sebagai tujuan dan sasaran akuntansi keuangan, sedangkan fundamental diartikan sebagai konsep yang membatu dalam mencapai tujuan tersebut. Konsep tersebut didesain untuk menyediakan panduan dalam: Memilih transaksi (transaction), peristiwa (event) dan atau keadaan (circumstances) yang akan diperhitungkan Menentukan bagaimana rangkaian transaksi, peristiwa dan keadaan tersebut diukur Menentukan bagaimana meringkas (summarize) dan melaporkan hasil dari transaksi, peristiwa, dan keadaaan tersebut.

CFP telah menghasilkan 7 pernyataan SFAC : SFAC No.1 Objective of Financial Reporting of Business Entity, SFAC No.2 Qualitative Characteristics of Accounting Information, SFAC No.3 Elements Of Financial Statements of Business Enterprises , SFAC No.4 Objective of Financial Reporting by Non-Business Organization, SFAC No.5 Recognition and Measurement in Financial Statements of Business Enterprises, SFAC No.6 Elements of Financial Statements, SFAC No.7 Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting Measurement.CFP tidak secara langsung mempengaruhi praktik yang ada, dan SFAC tidak dimaksudkan untuk meminta pengaplikasian Rule 203 atau 204 Kode Etik Profesional, yang mana secara khusus penyimpangan apa saja dari GAAP harus diungkapkan. SFAC mempengaruhi praktik hanya pada artian mempengaruhi pengembangan standar akuntansi baru.SFAC menyediakan bagi dewan suatu pondasi untuk pengaturan standar dan alat yang digunakan untuk memutuskan akuntansi dan pertanyaan pelaporan. Meskipun CFP tidak menyediakan semua jawaban, CFP mempersempit alternatif-alternatif dan menghilangkan hal-hal yang tidak konsisten dengannya.CFP juga digunakan untuk memandu pengembangan standar yang netral, yang akan membantu dalam alokasi sumber daya yang langka dan efisiensi fungsi dari pasar modal.

SFAC No 1:Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises (Tujuan Pelaporan Keuangan oleh Perusahaan Bisnis)Dasar untuk SFAC No 1 adalah hasil kerja Komite Trueblood mengenai tujuan laporan keuangan; konsekuensinya, merupakan usaha untuk membentuk teori akuntansi normative. SFAC No. 1 mengindikasikan bahwa tujuan keseluruhan pelaporan keuangan adalah memberikan basis dalam memilih diantara alternative-alternatif yang ada dalam mengalokasikan sumber daya yang bersifat terbatas. Pelaporan keuangan yang efektif haruslah memenuhi beberapa tujuan yang luas. Tujuan ini harus memungkinkan investor yang ada saat ini dan yang potensial, kreditor, dan pengguna laporan keuangan lainnya untuk:1. Mengambil keputusan berinvestasi dan atau memberikan kredit.2. Mengakses prospek arus kas perusahaan.3. Melaporkan sumber daya perusahaan, klaim dan perubahan atas sumber daya tersebut.4. Melaporkan sumber daya ekonomi, kewajiban dan kepemilikan (owners equity).5. Melaporkan kinerja dan laba (earnings) perusahaan.6. Mengevaluasi likuiditas, solvency dan aliran dana.7. Mengevaluasi pekerjaan dan kinerja manajemen.8. Menjelaskan dan menginterpretasikan informasi keuangan.SFACs No 2: Qualitative Characteristic of Accounting Information (Karakteristik Kualitatif dari Informasi Akuntansi)Peryataan ini merupakan jembatan antara SFAC No 1 dengan pernyataan-pernyataan selanjutnya yang menyajikan elemen dari laporan keuangan, dan menyediakan panduan dalam pengakuan, pengukuran dan pengungkapan.SFAC No. 2 mencatat bahwa pilihan akuntansi dibuat paling sedikit dalam 2 level. Pertama, FASB atau badan lainnya seperti SEC memiliki kekuatan untuk mensyaratkan entitas bisnis untuk melaporkan dalam beberapa cara terpisah atau untuk melarang suatu metode yang tidak diinginkan. Kedua, pelaporan perusahaan membuat pilihan akuntansi diantara alternatif-alternatif yang dapat diterima.Gambar 2.1 Hierarki Kualitas Akuntansi

Pembuat Keputusan dan KarakteristiknyaSetiap pengambil keputusan menentukan informasi akuntansi apa yang berguna dan penetuan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keputusan yang akan dibuat, metode pembuatan keputusan yang digunakan, informasi yang sudah dimiliki yang berasal dari sumber lain, serta kapasitas dari pengambil keputusan sendiri untuk memproses informasi tersebut.Keseimbangan antara Biaya dan ManfaatSecara umum, kecuali manfaat yang akan diperoleh dari suatu komoditas atau jasa melebihi biaya untuk memperolehnya, komoditas atau jasa ini tidak akan dicari. Akan tetapi informasi keuangan berbeda dengan komoditas tersebut, dimana biaya untuk mempersiapkan laporan keuangan tergantung pihak yang mempersiapkan (perusahaan), sedangkan manfaatnya belum bisa ditentukan karena tertangguhkan oleh pihak yang mempersiapkan dan pengguna.Dapat Dipahami (Understandability)Dapat dipahami merupakan kombinasi dari karakteristik pengguna dan karakteristik bawaan dalam informasi. Karakteristik ini menyediakan suatu hubungan antara pembuat keputusan dengan informasi akuntansi. Agar kriteria dalam SFAS No. 1 berguna, pembuat keputusan harus secara eksplisit memahami informasi. Dapat dipahami dapat diklasifikasikan sebagai suatu yang berhubungan khusus dengan pembuat keputusan (apakah pembuat keputusan berbicara dengan bahasa ini?). Atau berhubungan dengan kelas pembuat keputusan (apakah pengungkapan dapat dipahami oleh audience yang dituju?).Kegunaan Keputusan (Decision Usefullness)SFAS No.1 mengindikasikan bahwa informasi keuangan diharapkan dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan. SFAS No. 1 juga menetapkan bahwa relevansi dan keandalan adalah 2 kualitas utama yang mebuat informasi akuntansi bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Subjek untuk menentukan batasan biaya-manfaat, peningkatan relevansi, peningkatan keandalan adalah karakteristik yang membuat informasi menjadi suatu komoditas yang lebih diinginkan-salah satunya bermanfaat dalam pengambilan keputusan.Relevan (Relevance)Informasi akuntansi yang relevan dapat membuat suatu perbedaan dalam suatu keputusan dengan membantu pemakai untuk membuat prediksi mengenai hasil kejadian di masa lalu, saat ini, dan di masa depan atau untuk memperkuat atau mengoreksi ekspektasi sebelumnya. Informasi yang relevan memiliki nilai prediksi, nilai umpan balik, dan ketepatan waktu.Nilai Prediksi (Predictive Value) dan Nilai Umpan Balik (Feedback Value)Suatu informasi dapat membuata suatu perbedaan dalam memuutuskan dengan meningkatkan kapasitas pembuat keputusan untuk memprediksi atau dengan memperkuat atau mengoreksi ekspekstasi awalnya. Biasanya, informasi melakuka kedua-duanya sekaligus karena pengetahuan mengenai hasil dari tindakan yang telah diambil secara umum akan meningkatkan kemampuan pembuat keputusan untuk memprediksikan hasil dari tindakan yang sejenis di masa yang akan datang.Tepat Waktu (Timeliness)Mendapatkan atau memiliki informasi yang tersedia sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas atau kegunaannya dalam mempengaruhi keputusan merupakan aspek yang penting dalam karakteristik relevansi. Jika informasi tidak tersedia ketika dibutuhkan atau jika tersedia begitu lama setelah kejadian pelaporan yang menyebabkan informasi tidak memiliki nilai untuk tindakan di masa depan, akan mengurangi relevansinya dan sedikit bahkan tidak digunakan. Meskipun tepat waktu sendiri tidak dapat membuat informasi relevan, suatu kekurangan dalam ketepatan waktu dapat menyebabkan hilangnya relevansi dari informasi yang mungkin pada sisi lain dimiliki.Keandalan (Reliability)Reliabilitas dari pengukuran terletak pada kejujuran/kebenaran dari yang diwakilkan, maksud dari penyajiannya dirangkaikan dengan keyakinan dari pengguna yang mempunyai kualitas keterwakilan. Agar berguna, informasi haruslah relevan dan reliabilitas. Tingkat reliabilitas haruslah diakui. Hal ini jarang sekali suatu pertanyaan mengenai hitam atau putih, akan tetapi lebih pada lebih andal atau kurang andal. Reliabilitas bersandar pada suatu tingkat dimana suatu deskripsi akuntansi atau pengukuran dapat diverifikasi dan disajikan secara jujur. Netralitas informasi juga berhubungan dengan 2 komponen relibilitas tersebut untuk mempengaruhi manfaat infomasi.Verifiabilitas and Penyajian JujurVerifiabilitas dapat ditunjukkan dengan derajat kesepakatan yang tinggi dari berbagai pengukuran yang independent dengan menggunakan metode yang sama. Sedangkan penyajian jujur mencerminkan keterkaitan dan kecocokan antara angka-angka dalam akuntansi dengan sumber atau kejadian yang diwakilkan oleh angka-angka tersebut. Suatu derajat kesepakatan yang tinggi, akan tetapi, tidak menjamin bahwa suatu pengukuran akuntansi akan relevan dengan kebutuhan pengguna jika sumber atau kejadian yang disajikan oleh pengukuran tidak sesuai dengan tujuannya. Para sarjana sosial mendefinisikan konsep ini sebagai validitas.NetralitasDalam formulasi dan implementasi standar, perhatian utama adalah keandalan dan relevansi yang dihasilkan, bukan pada akibat yang disebabkan oleh peraturan baru terhadap hal-hal tertentu. Pilihan netral diantara alternatif-alternatif akuntansi adalah bebas dari bias terhadap hasil yang diperkirakan sebelumnya. Tujuan dari laporan keuangan adalah melayani banyak pengguna informasi yang berbeda-beda, yang memiliki kepentingan yang berbeda, dan tidak ada satu pun hasil yang ditentukan sebelumnya akan sesuai dengan berbagai kepentingan tersebut.Komparabalitas dan KonsistensiKegunaan suatu informasi mengenai perusahaan tertentu akan meningkat dengan tajam bila dapat dibandingkan dengan informasi serupa dari perusahaan lain dan dengan informasi serupa dari perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda atau pada suatu waktu. Komparabilitas antar perusahaan dan konsistensi dalam penerapan metode akan meningkatkan nilai informasional dari perbandingan kinerja atau kesempatan ekonomi relatif dari waktu ke waktu. Keunggulan informasi, khususnya informasi kuantitaif, bergantung pada luasnya tingkat kemampuan pengguna untuk menghubungkannya dengan beberapa tolok ukur.Hambatan MaterialitasMaterialitas adalah konsep menyeluruh yang menghubungkan dengan karakteristik kualitatif CFP, khususnya keandalan dan relevansi. Materialitas dan relevansi keduanya didefinisikan dalam istilah yang memengaruhi dan membuat perbedaan bagi pembuat keputusan, tetapi kedua istilah tersebut dapat dibedakan. Keputusan dapat dibuat untuk tidak mengungkapkan informasi tertentu, katakanlah, karena investor tidak memerlukan informasi semacam itu (tidak relevan) atau karena jumlahnya terlalu kecil untuk menimbulkan perbedaan (mereka tidak material). ........, tanpa memperhatikan hakikat dari item tersebut dan keadaan dimana penilaian harus dibuat, pada dasarnya tidak cukup menjadi basis untuk sebuah penilaian materialitas. Pendapat FASB pada saat ini adalah tidak ada standar umum mengenai materialitas yang dapat diformulasikan untuk menjelaskan semua pertimbangan yang masuk ke dalam penilaian seorang manusia yang berpengalaman. Kriteria materialitas kuantitatif mungkin dapat diberikan oleh Dewan dalam bentuk standar yang lebih spesifik di masa yang akan datang, seperti pada masa yang lalu, sebagaimana mestinya.SFAC No.5:Recoqnition and Measurement in Financial Statements of Business Enterprises (Pengakuan dan Pengukuran dalam Laporan Keuangan Perusahaan Bisnis)Dalam SFAC No.5, FASB berusaha untuk memperluas lingkup pengukuran hasil dari operasi perusahaan bisnis dengan memperkenalkan definisi dari comprehensive income sebagai berikut:Comprehensive income adalah perubahan dalam ekuitas (aset bersih) dari sebuah entitas selama satu periode dari transaksi dan kejadian dan keadaan yang berasal dari sumber non-pemilik. Mencakup semua perubahan dalam ekuitas selama satu periode kecuali semua yang berasal dari investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik.Pendekatan ini mewakili usaha FASB untuk mempersatukan pendekatan pemeliharaan modal dan pendekatan transaksi akuntansi tradisional untuk mengukur pendapatan. Dengan pendekatan pemeliharaan modal, pendapatan bersih didefinisikan sebagai jumlah maksimum dari sumber daya perusahaan yang dapat didistribusikan kepada pemilik selama periode tertentu (di luar investasi dari pemilik baru) dan dengan tetap meninggalkan perusahaan bisnis pada akhir periode sebaik pada awal periode.SFAC No.5 menyarankan agar laporan arus kas menggantikan laporan atas perubahan posisi keuangan dan memberikan dorongan untuk mewajibkan laporan arus kas Menurut SFAC No.5 sebuah set lengkap dari laporan keuangan dalam satu periode harus menggambarkan:1. Posisi keuangan pada akhir periode.2. Penerimaan selama suatu periode.3. Comprehensive income untuk periode tersebut.4. Arus kas selama periode tersebut.5. Investasi oleh dan distribusi kepada pemilik selama periode tersebut.

Laporan atas posisi keuangan harus menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas sebuah entitas dan hubungan mereka dengan satu sama lain untuk suatu waktu. Laporan ini juga harus menggambarkan struktur sumber daya yang dimiliki entitas-kelompok besar dan jumlah aset-dan struktur pembiayaannya-kelompok besar dan jumlah kewajiban serta ekuitasnya.Penerimaan adalah ukuran kinerja entitas selama satu periode. Penerimaan mengukur tingkat dimana aliran masuk dari aset (pendapatan dan untung) melebihi aset yang keluar. Konsep penerimaan yang ada dalam SFAC No.5 serupa dengan pendapatan bersih untuk satu periode yang ditentukan dengan pendekatan transaksi. Diharapkan bahwa konsep penerimaan akan berlanjut menjadi subjek untuk proses perubahan gradual yang telah terkarakterisasi dalam pengembangannya.SFAC No. 5 mendefinisikan comprehensive income sebagai sebuah ukuran yang luas dari efek transaksi dan kejadian lain pada sebuah entitas. Hal ini terdiri dari seluruh perubahan ekuitas yang diakui dari sebuah entitas selama satu periode dari transaksi kecuali yang berasal dari investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. Di bawah definisi SFAC No.5, hubungan antara perolehan dan comprehensive income diilustrasikan sebagai berikut:Pendapatan PerolehanDikurangi:beban Tambah atau kurang penyesuaian akuntansi kumulatifDitambah:keuntungan Tambah atau kurang perubahan ekuitas non pemilik lainnyaDikurangi:kerugian= Perolehan = Comprehensive IncomeLaporan arus kas harus merefleksikan baik secara langsung maupun tidak langsung penerimaan kas sebuah entitas, diklasifikasikan berdasar sumber utama dan pembayaran kasnya yang diklasifikasikan berdasar penggunaan utamanya selama suatu periode. Laporan tersebut harus memasukkan informasi aliran kas mengenai operasi, pembiayaan, dan aktivitas investasi.Laporan mengenai investasi oleh dan distribusi kepada pemilik mencerminkan transaski modal sebuah entitas selama satu periode. Yaitu, mencerminkan dimana dan dengan cara apa ekuitas dari entitas meningkat atau menurun dari transaksi dengan pemilik.Sebagai tambahan atas permasalahan comprehensive income, SFAC No.5 menunjuk pada permasalahan pengukuran tertentu yang berhubungan erat dengan pengakuan. Menurut SFAC No.5, sebuah item dan informasi mengenai hal tersebut harus memenuhi empat kriteria pengakuan dan harus diakui ketika kriteria tersebut terpenuhi (subjek atas biaya-manfaat dan hambatan materialitas).1. Definisi. Item harus memenuhi definisi sebuah elemen yang terkandung dalam SFAC No.6.2. Keterukuran. Harus memiliki ciri yang relevan, dapat diukur dengan keandalan yang cukup.3. Relevan. Informasi mengenai item tersebut dapat membuat perbedaan bagi keputusan pengguna.4. Keterandalan. Informasi tersebut bersifat jujur, dapat diverifikasi, dan netral.

Kriteria pengakuan ini konsisten dengan dan secara nyata berasal dari SFAC No.1, 2, dan 6. SFAC No.5 menyediakan pedoman dalam mengaplikasikan kriteria pengakuan dalam kasus tersebut ketika penerimaan perusahaan dipengaruhi oleh keputusan pengakuan. Pedoman ini konsisten dengan doktrin mengenai konservatisme. Dengan kata lain, pengakuan atas pendapatan dan keuntungan didasarkan pada uji tambahan mengenai (1) direalisasi atau dapat direalisasi dan (2) diperoleh sebelum diakui sebagai pendapatan. Pedoman untuk mengakui beban dan kerugian tergantung baik pada konsumsi atas keuntungan atau kerugian atas keuntungan di masa yang akan datang.Salah satu jurang besar dalam SFAC No.5 adalah kegagalannya dalam mendefinisikan istilah pendapatan. Lebih jauh lagi, SFAC No.5 tidak memecahkan perdebatan antara nilai sekarang/nilai historis. Kegagalan ini tampaknya disebabkan oleh posisi yang diambil Dewan dengan menerima kegunaan bagi pembuatan keputusan sebagai tujuan yang berlebihan dari laporan keuangan.Pengembangan teori akuntansi di masa mendatang akan menggunakan konsep yang didefinisikan dalam SFAC No.5 sebagai pedoman operasional. Mereka harus menjadi batasan yang luas dalam pengembangan respon terhadap masalah akuntansi yang kontroversial.Statement of Financial Accounting Concepts No.6: Elemen Laporan Keuangan dari Perusahaan BisnisSFAC No.6 (dibahas lebih mendalam pada Bab 5 dan 6) mendefinisikan sepuluh elemen dari laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja dan posisi keuangan dari entitas ekonomi. Sepuluh elemen ini adalah aset, kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi kepada pemilik, pendapatan komprehensif, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian-mewakili unsur-unsur yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan. Definisi elemen-elemen dapat digunakan untuk menentukan kandungan dari laporan keuangan.Statement of Financial Accounting Concepts No.7: Menggunakan Informasi Arus Kas dan Pengukuran Akuntansi dengan Nilai Saat Ini.SFAC No.7 menyediakan kerangka untuk menggunakan arus kas di masa yang akan datang sebagai dasar untuk pengukuran akuntansi pada saat pengakuan awal aset atau fresh-start measurement dan metode bunga untuk amortisasi. Sebagai tambahan, SFAC No.7 memberikan prinsip-prinsip umum yang mengatur penggunaan present value, khususnya ketika jumlah arus kas di masa mendatang, waktu, atau keduanya tidak pasti dan adanya pemahaman umum dari tujuan present value dalam pengukuran akuntansi. SFAC No.7 tidak mengatur permasalahan mengenai pengakuan atau menentukan kapan pengukuran fresh-start dapat dilakukan. Kejadian dan keadaan yang menyebabkan fresh-start measurement dipandang sebagai sesuatu yang berbeda antara satu situasi dengan situasi yang lain. FASB berharap untuk memutuskan apakah situasi tertentu memerlukan fresh-start measurement dengan menggunakan dasar dari proyek ke proyek.Pengukuran akuntansi merupakan topik yang sangat luas. Akibatnya, FASB memfokuskan pada rangkaian pertanyaan yang relevan dengan pengukuran dan konvensi amortisasi yang menggunakan teknik present value. Pertanyaan diantaranya adalah:1. Apakah tujuan dari penggunaan present value dalam pengakuan awal atas aset dan kewajiban? Dan, apakah tujuan ini berbeda dengan pengukuran fresh-start berikutnya atas aset dan kewajiban?2. Apakah pengukuran kewajiban dengan present value berbeda dari pengukuran atas aset?3. Bagaimana seharusnya perkiraan arus kas dan tingkat bunga dikembangkan?4. Apakah tujuan dari present value ketika digunakan bersamaan dengan amortisasi atas aset dan kewajiban?5. Bagaimana seharusnya amortisasi present value digunakan ketika perkiraan arus kas berubah?FASB mengindikasikan bahwa tujuan dari pengukuran present value adalah untuk menangkap perbedaan ekonomis diantara berbagai kemungkinan arus kas di masa yang akan datang. Sebagai contoh, masing-masing aset berikut dengan arus kas mendatang sebesar $25.000 memiliki sebuah perbedaan ekonomis:a. Sebuah aset dengan arus kas kontrak tetap dan tertentu jatuh tempo dalam satu hari sebesar $25.000.b. Sebuah aset dengan arus kas kontrak dan tertentu jatuh tempo dalam sepuluh tahun sebesar $25.000.c. Sebuah aset dengan arus kas kontrak tetap dan tertentu jatuh tempo dalam satu hari sebesar $25.000. Jumlah aktual yang diterima mungkin lebih kecil tetapi tidak lebih dari $25.000.d. Sebuah aset dengan arus kas kontrak tetap dan tertentu jatuh tempo dalam sepuluh tahun sebesar $25.000. Jumlah aktual yang diterima mungkin lebih kecil tetapi tidak lebih dari $25.000.e. Sebuah aset dengan arus kas yang diharapkan sebesar $25.000 dalam sepuluh tahun dengan jangkauan antara $20.000 sampai $30.000.Aset-aset ini dibedakan satu sama lain oleh waktu dan ketidakpastian atas arus kas di masa yang akan datang. Pengukuran berdasarkan arus kas yang tidak didiskonto akan menghasilkan pencatatan atas masing-masing aset dengan jumlah yang sama. Karena secara ekonomis mereka berbeda, present value yang diharapkan akan berbeda. Pengukuran present value yang secara menyeluruh menangkap perbedaan ekonomis diantara kelima aset harus mengandung elemen-elemen berikut:a. Perkiraan atas arus kas di masa mendatang.b. Harapan atas variasi waktu untuk arus kas-arus kas tersebut.c. Nilai waktu uang yang diwakili oleh tingkat bunga bebas risiko.d. Harga untuk menanggung ketidakpastian.e. Lainnya, terkadang faktor-faktor termasuk likuiditas dan ketidaksempurnaan pasar yang tidak dapat diidentifikasi.

Dua pendekatan atas present value dibahas dalam SFAC No.7: Tradisional. Arus kas single dan tingkat bunga single seperti pada obligasi 12% yang jatuh tempo dalam sepuluh tahun. Kasus a dan b diatas adalah contoh penggunaan pendekatan tradisional. Arus kas yang diharapkan. Jangkauan arus kas yang mungkin dengan jangkauan kemungkinan. Kasus c,d, dan e di atas adalah contoh dari pendekatan arus kas yang diharapkan.

Untuk memberi ilustrasi lebih jauh tentang pendekatan arus kas yang diharapkan, anggaplah bahwa sebuah bisnis berhadapan dengan kewajiban yang harus diukur. Tidak ada pasar yang menyediakan informasi tentang harga untuk kewajiban yang dapat diperbandingkan. Pembayaran yang paling mungkin sebesar $2 juta dalam sepuluh tahun. Tetapi, dengan skenario paling baik kewajiban dapat diselesaikan dengan $1 juta dalam lima tahun dan dengan skenario paling buruk perusahaan mungkin harus membayar $50 juta dalam 25 tahun. Asumsi bahwa tingkat diskonto bebas risiko sebesar 5% dan kurva hasil rata, penghitungan present value dengan probabilitas yang tidak diketahui adalah:

TahunJumlahPV

Kasus terbaik5$ 1.000.000$ 783.526

Paling mungkin10$ 2.000.000$ 1.227.826

Kasus terburuk25$ 50.000.000$ 2.953.028

$ 4.964.380

Dibagi 3$ 1.654.794

Bagaimanapun, fakta bahwa tiga kasus tersebut memiliki kemungkinan yang sama adalah berlawanan dengan intuisi. Asumsi bahwa manajemen telah memperkirakan bahwa kasus yang paling mungkin sebesar dua kalinya adalah kasus dengan skenario terbaik dan kasus dengan skenario terburuk hanyalah sepertiga dari skenario terbaik. Perkiraan ini menghasilkan probabilitas sebesar 30, 60, dan 10 persen, secara berurutan, untuk yang paling baik, yang paling mungkin, dan paling buruk. Dengan memasukkan probabilitas ini ke dalam analisis menghasilkan present value yang diharapkan:TahunPVPEkstensi

5$ 783.5260,3$ 235.058

10$ 1.227.8260,6$ 736.696

25$ 2.953.0280,1$ 295.303

Pesent value yang diharapkan$ 1.267.057

Harus ditekankan bahwa probabilitas hasil secara signifikan mempengaruhi present value yang diharapkan, dan mengalokasikan probabilitas yang berbeda pada tiga hasil yang mungkin akan menghasilkan present value diharapkan yang berbeda-beda. Dalam contoh sebelumnya, bila kita mengubah probabilitas menjadi 35 persen, 45 persen, dan 20 persen, akan dihasilkan present value diharapkan sebesar $1.060.567.Tujuannya adalah untuk mengestimasi nilai aset yang diperlukan saat ini untuk menyelesaikan kewajiban pada pemegang atau memindahkan kewajiban kepada sebuah entitas yang memiliki posisi kredit yang dapat dibandingkan. Untuk mengestimasi nilai wajar dari note payable atau obligasi, diperlukan estimasi harga dimana entitas lain akan bersedia mengambil alih kewajiban tersebut menjadi asetnya. Contohnya, kemajuan dari pinjaman adalah harga yang dibayar oleh seorang pemberi pinjaman untuk memperoleh arus kas mendatang dari aset yang dijanjikan oleh peminjam, atau nilai dari obligasi adalah harga sekuritas yang diperdagangkan di pasar. Di lain pihak, beberapa kewajiban merupakan hutang kepada individu-individu yang tidak terbiasa menjual hak mereka seperti mereka menjual asetnya. Contohnya, entitas mungkin menjual produk dengan dilengkapi jaminan. Dalam mengestimasi nilai wajar dari kewajiban semacam itu, diperlukan estimasi atas harga dimana perusahaan bersedia membayar pihak ketiga untuk mengambil alih kewajiban. (perhatikan bahwa hal ini akan mencakup syarat-syarat dari keuntungan.)Ukuran yang paling relevan dari kewajiban harus memasukkan posisi kredit yang wajib dibayar oleh entitas. Ketika kewajiban terjadi dalam pertukaran dengan kas, peran dari posisi kredit mudah untuk ditentukan,sehingga sebuah perusahaan dengan posisi kredit yang kuat akan menerima lebih banyak kas dibandingkan dengan entitas dengan posisi kredit yang lemah. Contohnya, jika dua buah entitas berjanji untuk membayar $500 dalam lima tahun, entitas dengan posisi kredit kuat akan memperoleh $374 (asumsi tingkat bunga sebesar 6 persen), sementara entitas dengan posisi kredit lemah hanya akan memperoleh sekitar $284 (asumsi tingkat bunga 12 persen). Efek dari posisi kredit dalam pengukuran kewajiban entitas biasanya tertangkap dalam penyesuaian tingkat bunga, yang mirip dengan pendekatan tradisional yang memasukkan risiko dan ketidakpastian dalam pengukuran arus kas. Pendekatan ini sesuai dengan kewajiban arus kas kontraktual, tetapi pendekatan arus kas yang diharapkan mungkin lebih efektif ketika mengukur efek dari posisi kredit pada kewajiban lain. Contohnya, kewajiban mungkin memberi entitas dengan jangkauan kemungkinan arus kas keluar mulai dari yang paling rendah sampai dengan jumlah tertinggi. Hanya ada sedikit kemungkinan gagal bayar apabila jumlahnya rendah, tetapi kemungkinan tinggi bila jumlahnya juga tinggi. Dalam situasi demikian akibat dari posisi kredit mungkin lebih efektif dimasukan kedalam perhitungan arus kas diharapkan.FASB mencatat bahwa tujuan dari semua alokasi akuntansi adalah untuk melaporkan perubahan dalam nilai, penggunaan, atau substansi dari aset dan kewajiban dari waktu ke waktu. Alokasi akuntansi berusaha untuk menghubungkan perubahan dari nilai aset atau kewajiban yang dicatat dengan beberapa fenomena dunia nyata yang dapat diobservasi. Contohnya, depresiasi garis lurus menghubungkan perubahan tersebut dengan masa manfaat yang diestimasi atas suatu aset. Alokasi dengan metode bunga mengasosiasikan perubahan jumlah yang dicatat dengan perubahan present value dari set arus kas masuk atau keluar di masa yang akan datang. Di bawah GAAP saat ini, alokasi metode bunga dianggap lebih relevan dibanding metode lain ketika diterapkan pada aset yang mengandung satu atau lebih karakteristik sebagai berikut:a. Transaksi yang memberikan kenaikan pada aset atau kewajiban melibatkan peminjaman atau pemberian pinjaman.b. Set tertentu dari perkiraan arus kas di masa mendatang berhubungan erat dengan aset atau kewajiban.c. Pengukuran pada pengakuan awal didasarkan pada present value.

Perubahan perkiraan awal dari arus kas, baik untuk waktu maupun jumlah, dapat dikomodasikan dalam skema amortisasi bunga atau dimasukkan ke dalam pengukuran fresh-start atas aset atau kewajiban. Bila jumlah atau waktu perkiraan arus kas berubah dan item tersebut tidak dihitung ulang, skema amortisasi bunga harus dimodifikasi untuk mengintegrasikan perkiraan arus kas baru. FASB mencatat bahwa metode berikut telah digunakan untuk memasukkan perubahan atas perkiraan arus kas: Prospective. Menghitung tingkat bunga efektif yang baru berdasar pada arus kas masa medatang. Catch-up. Menyesuaikan jumlah bawaan menjadi present value dari arus kas yang diperbarui. Retrospective. Menghitung tingkat bunga yang baru berdasar arus kas pada tanggal tersebut dan arus kas diharapkan.

FASB menyatakan preferensinya terhadap metode catch-up ketika mencatat perubahan atas perkiraan arus kas masa yang akan datang karena hal tersebut konsisten dengan pendekatan present value. Bila kondisi berubah, perubahan dalam estimasi akan dicatat dan informasi baru akan dimasukkan.

Standar Akuntansi Berdasar Prinsip Versus Berdasar PeraturanPada awal 2000an, FASB mencatat adanya ekspresi keprihatinan mengenai kualitas dan transparansi informasi akuntansi. Salah satu perhatian utama adalah meningkatnya kompleksitas dari standar FASB. Dewan menyimpulkan bahwa banyak detil dan kompleksitas diasosiasikan dengan standar akuntansi adalah hasil dari pedoman implementasi yang diarahkan oleh peraturan, yang membiarkan rekayasa akuntansi keluar dari peraturan. Contohnya, SFAS No.13, Akuntansi untuk Lease, mengidentifikasikan empat kriteria yang tidak boleh dilanggar bila lease akan dicatat sebagai sebuah lease operasi. Akibatnya, perusahaan leasing dan lessee prospektif berusaha untuk membuat kontrak lease sedemikian rupa sehingga tidak akan melanggar kriteria-kriteria tersebut. FASB memberikan banyak karakteristik kompleksitas untuk pengecualian sampai bentuk-bentuk prinsip dalam standar serta pedoman interpretasi dan implementasi.Sebagai tambahan, FASB mencatat bahwa Kerangka Kerja Konseptualnya belum menyediakan semua alat-alat penting untuk memecahkan masalah akuntansi. Kekurangan ini melekat pada fakta bahwa aspek-aspek tertentu dari Kerangka Kerja Konseptual secara internal tidak konsisten dan tidak lengkap. Hasilnya, Dewan mempertimbangkan keperluan untuk mengembangkan sebuah kerangka kerja pelaporan yang menyeluruh serupa dengan International Accounting Standard No.1 (Dibahas pada Bab 3). Kerangka kerja semacam itu akan menyediakan pedoman bagi masalah-masalah seperti pertimbangan mengenai materialitas, keberlanjutan, penilaian professional, konsistensi, dan komparabilitas. Kerangka tersebut juga membiarkan sedikit, bila ada, pengecualian dan pedoman implementasi yang lebih sedikit.Untuk menggambarkan perbedaan antara standar berdasar peraturan dan standar berdasar prinsip, proses penetapan standar dapat dipandang sebagai jangkauan variasi mulai dari standar yang paling kaku di satu ujung sampai pada definisi umum dari konsep berdasar ekonomis di ujung yang lain. Contohnya, mengenai goodwill sebagai aset tidak nyata. Contoh dari variasi yang paling kaku adalah praktik yang sebelumnya dapat diterima yaitu:Goodwill diamortisasi selama 40 tahun sampai teramortisasi secara penuh.Persyaratan ini tidak meninggalkan ruang untuk penilaian atau ketidaksetujuan jumlah beban amortisasi yang harus diakui. Komparabilitas dan konsistensi antar perusahaan dan waktu dipastikan secara jujur di bawah peraturan semacam itu. Tetapi, persyaratan tersebut mengurangi relevansi karena hal tersebut tidak merefleksikan sifat ekonomis yang mendasari entitas pelaporan, dimana hal tersebut dapat berbeda di antara perusahaan-perusahaan dan waktu.Pada ujung berlawanan dari variasi tersebut adalah aturan baru FASB yaitu:Goodwill tidak diamortisasi. Semua goodwill yang dicatat harus diuji atas impairment dan bila impair, harus dicatat berdasarkan nilai sekarang dengan dasar tahunan.Persyaratan ini memerlukan aplikasi penilaian dan keahlian dari manajemen dan auditor. Tujuannya adalah untuk mencatat penurunan nilai aset, yaitu goodwill.Komite mendaftar karakterisitik yang harus dimiliki standar berdasar konsep:1. Dalam standar berdasar konsep, substansi ekonomi, bukan bentuknya, dari semua transaksi harus mengarahkan laporan keuangannya2. Standar berdasar konsep harus mencakup deskripsi atas transaksi tertentu yang merupakan subjek dari standar.3. Standar berdasar konsep harus mencakup sebuah diskusi umum mengenai pemetaan antara sifat ekonomis transaksi dan laporan keuangan dengan menggunakan Kerangka Kerja Konseptual4. Standar berdasar konsep mungkin mengandung pedoman implementasi, kebanyakan dalam bentuk contoh-contoh yang mengilustrasikan aplikasi dari prinsip umum standar sampai transaksi yang umum tercakup dalam standar.5. Dalam konsep berdasar standar, Dewan harus berhati-hati untuk membuat sebuah nama untuk konsep, walaupun nama tersebut meningkatkan kemudahan standar untuk dibaca.6. Standar berdasar konsep harus memasukkan persyaratan pengungkapan yang berhubungan dengan deskripsi ekonomi dari transaksi yang dilaporkan, asumsi yang dibuat untuk pelaporan, dan informasi pendukung yang akan memfasilitasi pemahaman baik ekonomis maupun pelaporannya.Diluar kekuatan argumen ini, tidak semua akuntan setuju bahwa standar FASB secara ekstrim didasarkan pada peraturan. Sebagai contoh, Katherine Schipper, seorang profesor akuntansi dan anggota FASB pada saat itu, menyatakan: Standar laporan keuangan AS secara umum berdasar pada prinsip, yang berasal dari Kerangka Kerja Konseptual FASB, tetapi mereka juga mengandung elemen-elemen-seperti lingkup dan pengecualian perlakuan dan pedoman implementasi mendetil-yang membuat mereka juga tampak seperti berdasarkan peraturanPada 2003, staf SEC menyerahkan kepada kongres sebuah studi yang menyangkut masalah ini, termasuk rekomendasi kepada FASB sebagai berikut:1. FASB harus menerbitkan standar yang berorientasi tujuan.2. FASB harus menangani kekurangan-kekurangan dalam kerangka kerja konseptual.3. FASB harus menjadi satu-satunya organisasi yang menetapkan pedoman akuntansi otoritatif di Amerika Serikat.4. FASB harus meneruskan usaha konvergensinya.5. FASB harus berusaha untuk mendefinisikan kembali hirarki pada GAAP.6. FASB harus meningkatkan akses pada literatur yang dapat diandalkan.7. FASB harus melakukan review menyeluruh terhadap literatur-literaturnya untuk mengidentifikasi standar yang lebih berdasar peraturan dan mengadopsi rencana transisi untuk mengubah standar-standar tersebut.

Pada Juli 2004 FASB memberikan respon terhadap rekomendasi yang ada dalam studi dan mencatat bahwa beberapa rekomendasinya telah diterapkan dan bahwa Dewan telah mendiskusikan komentar-komentar dan mamutuskan untuk memberikan respon spesifik yang diringkas dalam paragraf berikut:a. Menerbitkan Standar Berorientasi TujuanDewan menyimpulkan bahwa perlu dilakukan perbaikan atas kerangka kerja konseptualnya. Dewan juga bersepakat dengan SEC bahwa tujuan dari standar-standarnya harus didefinisikan dengan lebih jelas, pedoman implementasi perlu diperbaiki, pengecualian ruang lingkup harus dikurangi, dan pendekatan aset-kewajiban pada penetapan standar harus dipertahankanb. Kerangka Kerja KonseptualDewan mencatat bahwa terdapat beberapa proyek yang sedang berjalan dalam agendanya dan memfokuskan bagaimana pertukaran antara relevansi, keandalan, dan komparabilitas harus dilaksanakan. Proyek ini juga memfokuskan pada inkonsistensi antara proses penerimaan seperti ditemukan pada SFAC No.5 dan definisi elemen-elemen dalam laporan keuangan seperti yang ditemukan pada SFAC No.6c. Satu Penentu Standar ASFASB telah bertindak menjadi satu-satunya yang ditunjuk sebagai penentu standar di Amerika Serikat melalui persetujuan yang dicapai dengan AICPA untuk memberikan FASB kendali langsung atas proses penetapan standar. FASB juga bertindak untuk mewajibkan semua keputusan EITF agar diratifikasi terlebih dahulu oleh FASB sebelum menjadi efektif

Principle Based versus Rules-Based Accounting StandardsSejak awal tahun 2000-an FASB mencatat adanya perhatian yang lebih pada kualitas dan transaparansi informasi akuntansi. salah satunya mengenai makin kompleksnya standard FASB. Hal ini merupakan hasil dari penyimpangan implementasi pedoman yang memperbolehkan terjadinya rekayasa akuntansi (accounting engineering) sehingga perusahaan mengelak dari maksud awal ditetapkannya standar.Sebagai tambahan, FASB menganggap bahwa kerangka dasar tidak menyediakan semua alat yang digunakan untuk mengatasi masalah ini, penurunan ini membuktikan bahwa kerangka dasar tidak konsisten dan tidak komplet secara internal. Untuk itu, dewan mempertimbangkan lagi pengembangan konsep dasar sebagai pedoman.Komite dari AAA telah mengidentifikasi karakteristik dari concepts-based standard sebagai berikut:1. Dalam concepts-based standard, subtansi ekonomi, bukan bentuk, dari suatu transaksi harus menjadi pedoman dalam pelaporan keuangan.2. A concepts-based standard harus menyertakan deskripsi dari transaksi yang menjadi subjek standard.3. A concepts-based standard harus menyertakan diskusi umum tentang pemetaan antara transaksi ekonomi dengan pelaporan keuangan.4. A concepts-based standard harus menyertakan pedoman implementasinya.5. A concepts-based standard harus berhati-hati dalam pemberian nama standard6. A concepts-based standard harus menyertakan pengungkapan yang diperlukan dalam hubungannya dengan deskripsi ekonomi dari transaksi yang dilaporkan.International ConvergenceSejak tahun 2002 FASB dan IASB telah berkomitmen untuk mengembangkan standar akuntansi yang berkualitas tinggi dan kompatibel sehingga dapat digunakan di dalam negeri dan di negara lain. Kesepakatan pertama adalah membuat laporan keuangan yang telah ada kompatibel dan dapat digunakan secepatnya serta yang kedua adalah menjaga supaya tetap kompatibel.Dewan membagi proyek tersebut dalam 8 fase yaitu :1. Objective and Qualitiative characteristic (sasaran dan karakteristik kualitatif)2. Element and Recognition (unsur dan pengakuan)3. Measurement (pengukuran)4. Reporting entity (entitas pelaporan)5. Presentation and disclosure (penyajian dan pengungkapan)6. Framework purpose (tujuan kerangka)7. Applicability to the not-for-profit sector (kemampuan untuk dipakai dalam organisasi nirlaba)8. Remaining.

The FASB-IASB Financial Statement Presentation Project (Proyek Penyajian Laporan Keuangan FASB-IASB)Pada tahun 2004 FASB dan IASB memutuskan untuk mengkombinasikan proyek pelaporan dan pengklasifikasian atas revenue, expense, gains dan losses. Proyek ini dilaksanakan peningkatan standard dalam penyajian informasi laporan keuangan, termasuk dalam klasifikasi, penyajian item-item, dan penyatuan item-item pada subtotal dan total. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan investor, kreditor dan pengguna lainnya untuk:1. Pemahaman atas posisi keuangan entitas di masa sekarang dan masa lampau.2. Pemahaman ata operasi, pembiayaan dan aktivitas lainnya di masa lalu yang mengakibatkan perubahan posisi keuangan.3. Penggunaan informasi dalam laporan keuangan bersama-sama dengan sumber informasi lainnya.Proyek ini terbagi dalam 3 fase:Fase ADalam fase ini dibahas terdiri dari bagian apa saja sebuah laporan keuangan yang komplit serta persyaratan yang diperlukan untuk menyajikan informasi yang dapat dibandingkan. IASB telah menerbitkan Draft Pembukaan pada Maret 2006 berkaitan dengan fase A ini yang antara lain menarik kesimpulan bahwa laporan keuangan yang komplit terdiri dari laporan posisi keuangan pada awal dan akhir periode; laporan laba dan comprehensive income; laporan arus kas; dan laporan perubahan ekuitas.Fase BFase ini lebih menitikberatkan isu penyajian laporan keuangan pada bagian muka atau bentuk laporan keuangan meliputi penyatuan atau pemisahan informasi laporan keuangan; pendefinisian total dan subtotal;mempertimbangkan kembali atas SFAS no 95 tentang laporan arus kas.Dalam fase ini setiap laporan keuangan akan terklasifikasi dalam 2 fungsi primer yaitu:1. Business, yang selanjutnya dibagi menjadi fungsi operasi dan investasi2. Financing (pembiayaan) yang selanjutnya dibagi menjadi financing (pembiayaan), treasury dan equity.Pengklasifikasian ini merupakan suatu upaya untuk membantu pengguna laporan keuangan untuk membedakan entitys value creating dan aktivitas pembiayaanFase CFase ini menitikberatkan pada penyajian laporan keuangan interim yang meliputi laporan keuangan yang mana yang akan disajikan dalam laporan keuangan interim; apakah penyajiannya dapat disajikan dalam bentuk ringkas; periode komparatif yang mana yang akan dimasukkan dalam laporan keuangan interim serta apakah terdapat perbedaan pedoman antara perusahaan publik maupun perusahaan non publik.

Joint Project FASB IASBFASB dan IASB memulai proyek agenda baru bersama, untuk meninjau kembali kerangka konseptual mereka untuk akuntansi keuangan dan pelaporan, dimana setiap dasar keputusan standar akuntansi sebagian besar didasarkan atas tujuan, karakteristik, definisi, dan kriteria yang ditetapkan pada kerangka konseptula yang ada. Tujuan dari proyek baru ini adalah untuk membangun kerangka kerja dengan cara mempersempit, memperbaharuhi, menyelesaikan dan mengkonvergekan ke dalam kerangka kerja umum. Tujuan lain dari FASB dan IASB adalah untuk menyatukan standar mereka diantaranya:1. Alasan standar berbasis prinsip memerlukan kerangka kerja konseptual karena untuk menjadi standar berbasis prinsip tidak hanya dapat mengumpulkan konversi melainkan harus berakar pada konsep dasar. 2. Pentingnya IASB dan FASB berbagi kerangka konseptual umum adalah dengan terciptanya konvergensi berarti bahwa FASB dan IASB akan terus bekerja sama untuk mengembangkan kualitas tinggi, kompatibel standar akuntansi dari waktu ke waktu. Konvergensi juga bermanfaat dalam cara berikut: Meningkatkan efisiensi pasar modal global dengan cara meningkatkan perbandingan dan transparansi dari satu negara ke negara lain. Mengurangi beban administrasi pada MNE yang saat ini diperlukan untuk menyiapkan laporan keuangan dalam beberapa metode akunting. Memungkinkan perusahaan untuk mengakses pasar modal di luar Amerika Serikat tanpa memerlukan pertimbangan pelaporan keuangan standar internasional US GAAP.3. Karena kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar laporan keuangan. Cross-cutting issue adalah isu-isu yang berdampak lebih dari suatu bidang, karena kekayaan suatu negara umumnya dipengaruhi oleh serangkaian faktor yang saling berhubungan. Cross-cutting issue yang ditetapkan dalam sejumlah konvensi internasional deklarasi, dan perjanjian pembangunan yang mengikat negara-negara terkait.

DAFTAR PUSTAKASoewardjono. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE, 2005.http://www.fasb.org/intl/convergence_iasb.shtml

21

Pembuat keputusan dan karakteristiknya

Dapat dipahami

Keputusan Bermanfaat

Relevansi

Keandalan

Nilai Prediktif

Nilai Umpan balik

Tepat Waktu

Veriabilitas

Neutrality

Tepat waktu

Penyajian Jujur

Dapat Dibandingkan (termasuk konsistensi)

Manfaat vs Biaya

Materialitas

Pemakai Informasi Akuntansi

Batasan Pervasif

Kualitas Spesifik Pemakai

Kualitas Spesifik Keputusan utama

Kandungan Kualitas Utama

Kualitas kedua dan interaktif

Gerbang pengakuan