konsentrasi perbankan syariah program studi...
TRANSCRIPT
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN
TERHADAP BETA SAHAM SYARIAH (Studi Pada Jakarta Islamic Index Tahun 2004-2010)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
MARIS AKFALIA
NIM. 207046100625
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1433 H/2011 M
l
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAIIAAN
TERIIADAP BETA SAHAM SYARIAH(Studi Pada Jukafiu Islamic Indac Tahun 2004-2010)
SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sarjana Ekonomi Syariah (S E. Sy)
Oleh :
Maris Akfalia
NIM. 207046100625
Di Bawah Bimbingan
""mDwi Nur'aini Ihsan. SE..MM.
MP
Pembimbing II
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAHPROGRAM STTIDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKTIMUIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
t432W201tM'
Muhammad Harfin Zufidi. S.A
NIP.1972103 1200701 i014
PENGESAIIAN PANITIA T]JIAN
Skripsi berjudul '?ENGARUH FAKTOR FLINDAMENTAL PERUSAHAAN
TERI{ADAP BETA SAHAM SYAR1AH (STUDI PADA JAKARIA ISLAMIC INDIiX
TAHIIN 2004-2010)" telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan
Hukurn Universitas Isla:n negeri (UIlr) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 22 September
2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonorni Syariah (S.E.Sy) pada program studi Muarnalat (Ekonomi Islam).
Iakarta,22 September 201 I
Mengesalikan,
PANITIA UJIAN
1. Ketua
2. Sekretaris
:Prof. Dr. Muhammad Amin Surna, SH, MA, MM.NIP. 195505051982031 012
; Mufidah, SHI
3. Pembimbing I : Dwi Nur'aini Ihsan, SE.,MM
4. Pembimbing II : Muhammad Harfin hthd| S.Ag, M.AgNIP. 1972 1 03 1 200701 101,1
: Muhammad Maksum, S.Ag.,MANIP. 197807 1 52003 1 21 007
: Arni Masmrah, SEI, MM
5. Pengnji I
6. Penguji iI
1982031 0r 2
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 September 2011
Maris Akfalia
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel fundamental
perusahaan (return on equity, debt to equity ratio, earning per share, price earning
ratio) terhadap beta saham syariah. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang
tetap masuk dalam Jakarta Islamic Index selama periode tahun 2004 hingga 2010.
Total sampel sebanyak 7 perusahaan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
metode regresi linear berganda. Hasil penelitian dengan uji F yaitu pengaruh seluruh
variabel fundamental perusahaan (return on equity, debt to equity ratio, earning per
share, price earning ratio) terhadap beta saham syariah membuktikan bahwa semua
variabel fundamental perusahaan pada tingkat signifikansi 5%, secara bersama-sama
atau simultan memiliki pengaruh terhadap beta saham syariah.
Hasi penelitian dengan uji t, yaitu pengaruh masing-masing variabel terhadap
beta saham syariah membuktikan bahwa pada tingkat signifikansi 5%, variabel return
on equity (ROE) dan price earning ratio (PER) memiliki pengaruh signifikan
terhadap beta saham syariah.
Kata Kunci: Fundamental Perusahaan, Return On Equity, Debt to Equity Ratio,
Earning per Share, Price Earning Ratio, dan Beta Saham
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim..
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala petunjuk, rahmat, kasih dan
sayangnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad saw. serta keluarga, sahabat dan para
penerus perjuangan Islam.
Dengan segala daya dan upaya penulis curahkan untuk menyelesaikan skripsi
ini dengan sebaik mungkin. Skripsi ini pun tak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk membantu penulis dalam menyelesaikannya. Berikut penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut :
1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM Dekan Fakultas Syariah &
Hukum.
2. Ketua Prodi dan Sekretaris Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Mu’min Rouf,
S.Ag.,MA.
3. Dr. H. Ahmad Yani, M.Ag Ketua Koordinator Teknis Non Reguler yang telah
memmberikan pendampingan selama proses perkuliahan.
4. Dwi Nur’aini Ihsan, SE.,MM dan Muhammad Harfin Zuhdi, S.Ag, M.Ag.
sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya disela-sela
kesibukan, memberikan masukan yang sangat berharga, memotivasi penulis untuk
banyak membaca dan mengarahkan proses penulisan skripsi penulis.
ii
5. Muhammad Maksum, S.Ag., MA sebagai dosen penguji skripsi yang telah
memberikan masukan demi penyempurnaan skripsi ini.
6. Aini Masrurah, SEI, MM sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan
saran-sarannya demi penyempurnaan skripsi dan juga yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti seminar pasar modal di BEI dan juga
sekolah pasar modal di BEI bersama beliau.
7. Dr. H. Supriyadi Ahmad sebagai Dosen Penasihat Akademik yang telah sabar dan
tekun dalam membimbing, memotivasi penulis untuk terus maju dan belajar serta
memberikan banyak informasi dalam membuat proposal skripsi.
8. Bapak Ir.Agus Edi Sumanto, AAIJ, MM, Dosen Manajemen Investasi dan Resiko
terima kasih atas ide dan motivasi selama perkuliahan, sehingga penulis tertarik
untuk mendalami lebih lanjut mengenai analisis saham.
9. Para Dosen yang telah mengajarkan ilmunya dan memberikan semangatnya
kepada Penulis dari semester awal hingga akhir, para staf perpustakaan yang
telah membantu penulis dalam mendapatkan buku-buku yang dibutuhkan dalam
penulisan skripsi ini.
10. Ka Mufidah, SHI dan Ka Syafi’i, SEI yang sangat membantu proses akademik
penulis dan membantu selama proses penulisan skripsi ini.
11. Keluargaku, Babah, Mama, terima kasih kuucapkan untuk banyak sekali
kesabaran, dukungan, doa dan semangatnya. Untuk Adikku tersayang Himma
“Moly” (alm), walau kau tak ada lagi saat ini, namun peran besarmu akan selalu
iii
kuingat. Untuk adikku yang special Rina&Ardha, terima kasih atas setiap
dukungan dalam langkah kakakmu ini.
12. Mas Ipung, terima kasih banyak atas dukungan, semangatmu yang selalu setia &
ceria. Terima kasih atas kebersamaan dan perjuangan yang sudah kita tempuh
selama kuliah. Semoga membuahkan hal yang indah.
13. Sahabatku, teman-teman sekelas, seangkatan dan seperjuangan PS C. Banyak
sekali kenangan-kenangan yang telah kita lalui bersama-sama. Semoga kita
semua mencapai kesuksesan.
14. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala
dukungannya serta doa, penulis ucapkan terima kasih.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis mohonkan, semoga amal baik mereka
dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin..
Jakarta, September 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7
D. Review Studi Terdahulu 8
E. Kerangka Teori 13
F. Kerangka Pemikiran 15
G. Hipotesis Penelitian 16
H. Sistematika Penulisan 17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pasar Modal Syariah 19
1. Pengertian Pasar Modal Syariah 19
2. Instrumen Pasar Modal Syariah 19
3. Jakarta Islamic Index (JII) 24
v
4. Beta Saham 26
5. Tipe Investor 32
6. Konsep Model Indeks Tunggal (Single Index Model) 33
7. Menaksir Beta Historis 35
B. Fundamental Perusahaan 37
1. Return On Equity (ROE) 39
2. Debt to Equity Ratio (DER) 40
3. Earning Per Share (EPS) 42
4. Price Earning Ratio (PER) 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian 45
B. Metode Penentuan Sampel 46
C. Sumber Data 48
D. Metode Analisis 48
1. Uji Asumsi Klasik 48
2. Uji Regresi Linear Berganda 51
E. Variabel Penelitian 55
F. Pedoman Penulisan 57
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 58
vi
B. Nilai Beta Saham dan Fundamental Perusahaan 66
1. Nilai Beta Saham 67
2. Nilai Fundamental Perusahaan 70
C. Analisis Regresi Linear Berganda 80
1. Pengujian Asumsi Klasik 80
2. Pengujian Hipotesis 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 98
B. Saran 102
DAFTAR PUSTAKA 104
LAMPIRAN 109-154
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Market Capitalization Jakarta Islamic Index 26
Tabel 3.1 Sampel Penelitian Saham Jakarta Islamic Index 47
Tabel 4.1 Beta Saham Jakarta Islamic Index Tahun 2004-2010 67
Tabel 4.2 Return On Equity Jakarta Islamic Index 71
Tahun 2004-2010
Tabel 4.3 Debt to Equity Ratio Jakarta Islamic Index 73
Tahun 2004-2010
Tabel 4.4 Earning Per share Jakarta Islamic Index 76
Tahun 2004-2010
Tabel 4.5 Price Earning Ratio Jakarta Islamic Index 78
Tahun 2004-2010
Tabel 4.6 Uji Kolmorov Smirnov 81
Tabel 4.7 Uji Multikolinieritas 83
Tabel 4.8 Uji Autokorelasi 84
Tabel 4.9 Uji F 85
Tabel 4.10 Uji t 86
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi 89
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran 15
Gambar 2.1 Bagan Resiko 28
Gambar 2.2 Penggambaran Beta 36
Gambar 4.1 Uji Normalitas Dengan Grafik 81
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas 82
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Harga Saham dan Perhitungan Return 109-132
Tahun 2004 – 2010
Lampiran 2. Beta Saham (Output SPSS) 133- 149
Tahun 2004 - 2010
Lampiran 3. Data Nilai ROE, DER, EPS dan PER 149
Tahun 2004 – 2010
Lampiran 4. Output SPSS (Perhitungan Regresi Linear Berganda) 150-154
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ajaran Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan kegiatan ekonomi
yang produktif dan menghasilkan, dan dengan cara-cara yang halal. Kegiatan
investasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan imbal hasil dari harta yang
dimiliki. Hal tersebut sesuai dengan definisi investasi yaitu penempatan sejumlah
kekayaan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.1
Pasar modal merupakan salah satu media investasi bagi masyarakat diantara
berbagai pilihan investasi lainnya. Oleh karena itu, kebutuhan berinvestasi yang
sesuai dengan syariah termasuk sarana investasi di pasar modal sangat dibutuhkan
oleh investor yang selama ini belum mau berinvestasi di pasar modal karena alasan
kesyariahan.
Untuk mengakomodasi kebutuhan investor yang berniat melakukan investasi
yang sesuai syariah, maka pada tanggal 3 Juli tahun 2000, Bursa Efek Jakarta (BEJ)
bekerjasama dengan Danareksa Investment Management mengembangkan indeks
syariah atau Jakarta Islamic Index. Indeks syariah merupakan kumpulan saham-
saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam.
1 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008), Edisi Revisi, Cetakan Ke-2, h.7.
2
Pasar modal syariah (Islamic Stock Market) atau bursa efek syariah adalah
kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan
dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak
bertentangan dengan hukum muamalah Islamiyah.2 Perkembangan indeks saham
syariah pertama kali justru dikembangkan di negara yang penduduknya bukan
mayoritas bergama Islam, yaitu di Amerika Serikat. Dow Jones Index pertama kali
memperkenalkan indeks syariah pada tahun 1999 dengan membentuk Dow Jones
Islamic Market Index (DJIM).
Perbedaan mendasar antara bursa efek konvensional dengan bursa efek
syariah adalah bursa efek konvensional dalam perdagangan efeknya tidak
mempertimbangkan unsur syariah. Disamping itu, perbedaan indeks konvensional
dengan indeks Islam adalah indeks konvensional memasukkan seluruh saham yang
tercatat dibursa dengan mengabaikan aspek halal haram, yang penting saham emiten
yang terdaftar (listing) sudah sesuai aturan yang berlaku.3
Produk investasi berupa saham pada prinsipnya sudah sesuai dengan ajaran
Islam. Dalam teori percampuran, Islam mengenal akad syirkah atau musyarakah,
yaitu suatu kerjasama antara dua atau lebih pihak untuk melakukan usaha dimana
masing-masing pihak menyetorkan sejumlah dana, barang atau jasa. Tidak terdapat
istilah atau pembedaan antara saham yang syariah dengan non syariah, tetapi, saham
2 Abdul Hamid, Pasar Modal Syariah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),
Cetakan 1, h.1 3 Abdul Hamid, Pasar Modal Syariah, h.2
3
sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan, dapat dibedakan menurut kegiatan usaha
dan tujuan pembelian saham tersebut. Saham menjadi halal jika saham tersebut
dikeluarkan oleh perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak dibidang yang halal
dan atau dalam niat pembelian saham tersebut adalah untuk investasi, bukan untuk
spekulasi (judi).4
Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return.
Risiko mempunyai hubungan positif dan linear dengan return yang diharapkan dari
suatu investasi, sehingga semakin besar return yang diharapkan, semakin besar pula
risiko yang harus ditanggung oleh seorang investor. Dalam melakukan keputusan
investasi khususnya pada sekuritas saham, return yang diperoleh berasal dari dua
sumber, yaitu dividen dan capital gain, sedangkan risiko investasi saham tercermin
pada variabilitas pendapatan (return saham) yang diperoleh.5
Bagian risiko saham yang dapat dieliminasi disebut risiko yang
terdiversifikasi atau risiko khusus perusahaan, atau risiko yang tidak sistematis,
sedangkan risiko yang tidak dapat dieliminasi disebut risiko yang tidak
terdiversifikasi, atau risiko pasar, atau risiko sistematis.6
Risiko khusus perusahaan disebabkan oleh hal-hal seperti gugatan hukum,
pemogokan, program pemasaran yang gagal, kegagalan dalam tender besar, dan
kejadian-kejadian lain yang unik bagi perusahaan tertentu. Namun risiko ini dapat
4 Abdul Hamid, Pasar Modal Syariah, h.47.
5 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, h.14.
6 J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1989), Edisi Kesembilan, Jilid 1, h. 132.
4
dieliminasi melalui diversifikasi dalam suatu portofolio saham. Peristiwa buruk di
suatu perusahaan akan diimbangi oleh peristiwa yang menguntungkan di perusahaan
lain.
Sedangkan risiko pasar adalah risiko yang berasal dari faktor-faktor yang
secara sistematis mempengaruhi semua perusahaan, seperti perang, inflasi, resesi, dan
suku bunga yang tinggi. Karena risiko pasar menimbulkan akibat buruk bagi semua
saham, maka risiko yang sistematis tidak dapat dieliminasi melalui diversifikasi.
Penjumlahan kedua jenis risiko saham, yaitu risiko sistematis dengan risiko
tidak sistematis disebut sebagai risiko total.7 Fenomena tersebut menunjukkan risiko
yang masih ada setelah investor melakukan diversifikasi saham adalah risiko pasar,
atau risiko yang melekat pada pasar itu sendiri, dan hal itu dapat diukur berdasarkan
derajat kecenderungan naik turunnya saham dalam kaitannya dengan pasar.8
Koefisien beta saham, adalah ukuran risiko pasar suatu saham. Beta mengukur
sampai sejauh mana harga saham turun naik bersamaan dengan turun naiknya harga
pasar. Beta merupakan tolok ukur tingkat risiko pasar (tingkat risiko sistematis) dari
suatu saham. Secara umum, jika beta suatu saham sama dengan satu, maka risikonya
secara individual sama besar dengan risiko pasar. Bila beta-nya lebih besar dari satu,
maka risiko individualnya lebih besar dibanding risiko pasar, sebaliknya jika beta-nya
7 Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas (Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 2005), Edisi Keempat, h. 161. 8 J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h. 134.
5
lebih kecil, maka risikonya secara individual lebih kecil dibandingkan dengan risiko
pasar.9
Untuk mencapai tujuan investasi, seorang investor idealnya membutuhkan
suatu proses dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah
mempertimbangkan ekspektasi return yang didapatkan dan juga risiko yang akan
dihadapi. Untuk itu sebelum melakukan investasi di pasar modal dalam hal ini
investasi pada instrumen saham, investor sebaiknya melakukan analisis yang
mendalam terlebih dahulu. Indeks beta akan sangat membantu investor untuk
melakukan investasinya terutama dalam hal memilih suatu saham atau lebih luas lagi
untuk mengatur portofolio. Disamping itu, indeks beta juga berguna untuk mengukur
seberapa besar tingkat keberanian investor menanggung risiko. Semakin berani
seorang investor menanggung risiko, dia akan memilih saham-saham yang memiliki
indeks beta besar. Sebaliknya, semakin takut seorang investor menanggung risiko, dia
bisa memilih saham yang memiliki indeks beta kecil. Atau investor dapat
mengkombinasikan beberapa saham dengan indeks beta yang berbeda-beda.10
Konsep beta merupakan elemen penting dalam mengukur tingkat risiko yang
terkandung dalam suatu surat berharga. Konsep ini juga bermanfaat sebagai tolok
ukur rate of return yang diinginkan para investor. Penelitian untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi beta atau risiko sistematis saham syariah
9 Arthur J. Keown, dkk, Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 1999), Cetakan Kelima, Jilid 1, h. 132. 10
Sawidji Widoatmodjo, Teknik Memetik Keuntungan di Bursa Efek (Jakarta: PT. RINEKA
CIPTA, 1996), Cetakan Pertama, h.58.
6
merupakan hal yang menarik untuk dilakukan karena sifat dasar dari risiko yang
selalu melekat pada setiap investasi terutama dalam setiap saham, baik saham biasa
maupun saham yang sesuai dengan kaidah syariah.
Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh faktor fundamental perusahaan yaitu Return On Equity (ROE),
Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER)
terhadap beta saham. Faktor fundamental tersebut diduga mempunyai pengaruh
terhadap nilai beta saham pada saham-saham syariah (JII) yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan hal tersebut, maka judul penelitian dalam skripsi ini adalah
“PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN TERHADAP
BETA SAHAM SYARIAH (STUDI PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX
TAHUN 2004-2010)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas diatas, maka penulis
akan membatasi permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Faktor fundamental perusahaan yang akan diteliti dibatasi pada return on equity
(ROE), debt to equity ratio (DER), earning per share (EPS), price earning ratio
(PER).
2. Perhitungan Beta saham syariah dengan menggunakan metode SIM (Single Index
Model)
7
3. Penelitian pada perusahaan-perusahaan go public yang tetap terdaftar di Jakarta
Islamic Index (selanjutnya disebut JII) pada Bursa Efek Indonesia pada periode
tahun 2004 sampai dengan tahun 2010. Alasan dipilihnya periode penelitian
tersebut karena periode tersebut dinilai cukup aktual untuk menerangkan kondisi
bursa saat ini.
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Berapakah nilai fundamental perusahaan berdasarkan rasio return on equity
(ROE), debt to equity ratio (DER), earning per share (EPS), dan price earning
ratio (PER) pada saham-saham perusahaan yang tetap terlisting di JII pada tahun
2004-2010?
2. Berapa nilai beta saham pada saham-saham perusahaan yang tetap terlisting di JII
pada tahun 2004-2010?
3. Bagaimana pengaruh fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah secara
simultan dan parsial?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi nilai fundamental perusahaan berdasarkan rasio return on equity
(ROE), debt to equity ratio (DER), earning per share (EPS), dan price earning
ratio (PER).
2. Mengidentifikasi nilai beta saham pada saham-saham syariah (JII)
8
3. Menjelaskan bukti empiris apakah fundamental perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap beta saham syariah (JII) jika dianalisis secara simultan.
4. Mengidentifikasi bukti empiris apakah fundamental perusahaan berpengaruh
secara signifikan terhadap beta saham syariah (JII) jika dianalisis secara parsial.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk berbagai kepentingan, diantaranya
yaitu:
1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang pasar
modal khususnya mengenai fundamental perusahaan dan beta saham.
2. Bagi akademisi, dapat digunakan sebagai bahan masukan ilmu pengetahuan dalam
bidang manajemen keuangan dan menambah pengetahuan mengenai pasar modal.
3. Bagi investor, dapat menambah informasi mengenai beta saham sehingga
berguna sebagai dasar pertimbangan untuk berinvestasi di pasar modal.
3. Bagi perusahaan, dapat dijadikan referensi dan bahan pertimbangan bagaimana
pergerakan beta saham perusahaan dapat di pengaruhi oleh faktor fundamental
perusahaan.
D. Review Studi Terdahulu
Berdasarkan pencarian penulis, maka penelitian terdahulu yang pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnnya yang berkenaan dengan tema penelitian penulis
adalah:
9
No.
Nama Penulis/
Judul/Tahun
Isi Penelitian
Perbedaan
dengan Penulis
1. Penulis:
Agung Parmono, Tahun
2001 (Tesis Universitas
Diponegoro).
Judul:
“Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Risiko Sistematis (Beta)
Saham.
a. Obyek Penelitian:
Saham-saham
perusahaan manufaktur
di Bursa Efek Jakarta
(BEJ). Periode Tahun
1994-2000.
b. Metode Penelitian:
Model Regresi Linear
Berganda.
c. Hasil Penelitian:
Pertama, secara parsial,
likuiditas dan ukuran
perusahaan tidak
mempengaruhi risiko
sistematis (beta) saham.
Kedua, financial
leverage, asset growth,
earning variability, dan
accounting beta secara
Perbedaan penelitian
tersebut dengan penelitian
penulis adalah pada
variabel independen yang
diuji. Variabel independen
yang digunakan penulis
adalah fundamental
perusahaan, yaitu: return
on equity (ROE), debt to
equity ratio (DER),
earning per share (EPS),
price earning ratio (PER).
Perbedaan lainnya yaitu
pada objek penelitian dan
periode penelitian. Yang
menjadi objek penelitian
penulis yaitu saham-
saham Jakarta Islamic
Index dengan periode
10
parsial mempengaruhi
risiko sistematis (beta)
saham. Ketiga, secara
simultan bahwa
financial leverage,
liquidity, asset growth,
earning variability,
accounting beta, dan
size mempengaruhi
risiko sistematis (beta)
saham. Keempat, tidak
ada pengaruh financial
leverage, liquidity, asset
growth, earning
variability, accounting
beta, dan size terhadap
risiko sistematis (beta)
saham sebelum dan
selama krisis moneter
terjadi.
yang diteliti yaitu tahun
2004 hingga tahun 2010.
11
2. Penulis:
M. Chaidir, Tahun 2010
(Skripsi Muamalat
Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta).
Judul:
Analisis Fundamental
Perusahaan dan Variabel
Makro Ekonomi Terhadap
Return Saham Syariah.
a. Obyek Penelitian:
Saham-saham Jakarta
Islamic Index (JII).
Periode Tahun 2004-
2008.
b. Metode Penelitian:
Regresi Linear
berganda.
c. Hasil Penelitian:
Hasil penelitian tersebut
memberikan kesimpulan
bahwa return on equity
(ROE), debt to equity
ratio (DER), tingkat
inflasi dan nilai tukar
rupiah terhadap dolar
Amerika secara
bersama-sama
mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
return saham syariah.
Perbedaan penelitian
tersebut dengan penelitian
penulis adalah pada
variabel independen dan
variabel dependen yang di
uji, serta periode yang
diteliti. Variabel
independen yang diuji
penulis yaitu ROE, DER,
EPS, PER dan variabel
dependennya yaitu beta
saham. Periode yang
diteliti dari tahun 2004
hingga tahun 2010.
12
Dan variabel yang
sangat mempengaruhi
return saham syariah
adalah variabel ROE.
3. Penulis:
Ahmad Fauzi, Tahun 2009
(Skripsi Jurusan
Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial,
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta).
Judul:
Analisis Pengaruh
Indikator Fundamental
dan Makro Ekonomi
Terhadap Beta.
a. Obyek Penelitian:
Saham-saham kelompok
properti dan real estate.
Periode tahun 2004-
2008.
b. Metode Penelitian:
SEM (Structural
Equation Modelling).
c. Hasil Penelitian:
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara
parsial Return On Equity,
Earning Per Share, Price
Earning Ratio, Inflasi dan
Suku Bunga Indonesia
berpengaruh signifikan
terhadap beta saham.
Perbedaan penelitian
tersebut dengan penelitian
penulis adalah pada
variabel independen yang
diuji, objek penelitiannya,
serta periode penelitian.
Yang menjadi objek
penelitian penulis adalah
saham-saham yang
termasuk dalam Jakarta
Islamic Index. Juga
periode penelitian yang
akan peneliti kaji adalah
periode tahun 2004 hingga
tahun 2010.
13
Pengujian secara simultan
juga menunjukkan hasil
yang sama, yaitu seluruh
variabel Return On Equity,
Earning Per Share, Price
Earning Ratio, Inflasi dan
Suku Bunga Indonesia
secara bersama-sama
memiliki pengaruh
signifikan terhadap beta
saham.
E. Kerangka Teori
1. Beta Saham
Beta merupakan tolok ukur tingkat risiko pasar (atau tingkat risiko sistematis)
dari suatu saham. Secara umum, jika beta suatu saham sama dengan 1, maka
risikonya secara individual sama besar dengan risiko pasar. Bila beta suatu saham
lebih besar dari 1, maka risiko individualnya lebih besar dibanding risiko pasar.
Sebaliknya jika beta suatu saham lebih kecil dari 1, maka risikonya secara individual
14
lebih kecil dibandingkan dengan risiko pasar. Konsep beta merupakan elemen penting
dalam mengukur tingkat risiko yang terkandung dalam suatu surat berharga.11
2. Return On Equity (ROE)
ROE merupakan rasio untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan,
yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini
mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan
ekuitas (modal sendiri) yang ada. Semakin tinggi nilai ROE maka akan semakin
baik.12
3. Debt to Equity Ratio (DER)
DER merupakan ukuran rasio dari jumlah utang (baik utang jangka pendek
maupun utang jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri yang dijadikan jaminan
untuk keseluruhan utang.13
4. Laba per lembar saham atau earning per share (EPS)
EPS merupakan laba bersih perusahaan dibagi dengan jumlah lembar saham
biasa yang beredar.14
Informasi earning per share suatu perusahaan menunjukkan
besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham
perusahaan.
11
John D.Martin, dkk, Dasar-dasar Manajemen Keuangan,Jilid I, Edisi Kelima, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1999), h.45. 12
Franky Naibaho, Pengenalan Analisa Fundamental: Materi Kelas Intermediate Sekolah
Pasar Modal 2011, 8 Juni 2011 (Jakarta: PT. CIMB Securities Indonesia, 2011), h.27 13
Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia,
2004), Cetakan Pertama, h.35. 14
J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h. 25.
15
5. Rasio harga terhadap laba atau price earning ratio (PER)
PER merupakan rasio harga per saham terhadap laba per saham. Rasio ini
menunjukkan besarnya rupiah yang harus dibayar investor untuk setiap 1 rupiah laba
periode berjalan.15
F. Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
15
J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h. 305.
Perusahaan yang tetap masuk
dalam JII (Jakarta Islamic Index)
periode tahun 2004-2010
Variabel Dependen
Beta Saham
Uji Asumsi Klasik:
- Normalitas
- Multikolinieritas
- Heteroskedastisitas
- Autokorelasi
Variabel Independen
Fundamental Perusahaan:
ROE, DER, EPS, PER
Uji F Uji t Koefisien Determinasi
Verifikasi Model
Model Regresi Linear Berganda
ePERxbEPSxbDERxbROExbaBetay )()()()()(ˆ44332211
Uji Hipotesis
Interpretasi
16
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. 0H = Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Variabel Fundamental (ROE,
DER, EPS, PER) secara simultan terhadap beta saham syariah (JII).
1H = Terdapat pengaruh signifikan antara Variabel Fundamental (ROE, DER,
EPS, PER) secara simultan terhadap beta saham syariah (JII).
2. 0H = Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Variabel Fundamental Return On
Equity (ROE) secara parsial terhadap beta saham syariah (JII).
1H = Terdapat pengaruh signifikan antara Variabel Fundamental Return On
Equity (ROE) secara parsial terhadap beta saham syariah (JII).
3. 0H = Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Variabel Fundamental Debt to
Equity Ratio (DER) secara parsial terhadap beta saham syariah (JII).
1H = Terdapat pengaruh signifikan antara Variabel Fundamental Debt to Equity
Ratio (DER) secara parsial terhadap beta saham syariah (JII).
4. 0H = Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Variabel Fundamental Earning
Per Share (EPS) secara parsial terhadap beta saham syariah (JII).
1H = Terdapat pengaruh signifikan antara Variabel Fundamental Earning Per
Share (EPS) secara parsial terhadap beta saham syariah (JII).
4. 0H = Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Variabel Fundamental Price
Earning Ratio (PER) secara parsial terhadap beta saham syariah (JII).
17
1H = Terdapat pengaruh signifikan antara Variabel Fundamental Price Earning
Ratio (PER) secara parsial terhadap beta saham syariah (JII).
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu,
Kerangka Teori, Kerangka Pemikiran, Hipotesis Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri dari teori-teori yang berkaitan dengan: Pasar Modal Syariah,
Instrumen Pasar Modal Syariah, Saham Syariah, Beta Saham, Tipe
Investor, Konsep Model Indeks Tunggal (Single Index Model), Menaksir
Beta Historis, dan Faktor Fundamental Perusahaan (ROE, DER, EPS,
PER).
BAB III METODE PENELITIAN
Terdiri dari penjelasan mengenai: Ruang Lingkup Penelitian, Metode
Penentuan Sampel, Sumber Data, Metode Analisis (Uji Asumsi Klasik
dan Uji Regresi Linear Berganda), Variabel Penelitian, Pedoman
Penulisan.
18
BAB IV HASIL PENELITIAN
Terdiri dari: Gambaran Umum Objek Penelitian, Nilai Beta Saham,
Fundamental Perusahaan, Analisis Regresi Linear Berganda (Pengujian
Asumsi Klasik dan Pengujian Hipotesis).
BAB V PENUTUP
Terdiri dari Kesimpulan dan Saran dari Hasil Penelitian.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pasar Modal Syariah
1. Pengertian Pasar Modal Syariah
Sistem mekanisme pasar modal konvensional yang mengandung riba, maysir
dan gharar selama ini telah menimbulkan keraguan dikalangan umat Islam. Pasar
modal syariah dikembangkan dalam rangka mengakomodir kebutuhan umat Islam di
Indonesia yang ingin melakukan investasi dipasar modal sesuai dengan prinsip
syariah.
Pasar modal syariah (Islamic stock exchange) adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya,
dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan
dengan hukum muamalat Islamiyah. Pasar modal syariah dapat juga diartikan adalah
pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah.16
2. Instrumen Pasar Modal Syariah
Instrumen dan transaksi yang sesuai dengan prinsip syariah di pasar modal
yaitu:
16
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.62.
20
a. Saham (Ekuitas atau Shares)17
Saham merupakan bentuk penyertaan modal kepemilikan dari investor pada
perusahaan. Mencari tambahan modal dengan mengikutsertakan pihak lain atau
masyarakat menanamkan modalnya di perusahaan tersebut dalam bentuk saham
dikenal dengan istilah penawaran umum (public offering). Kepemilikan perseroan
yang diwujudkan dalam lembaran saham berarti dapat dialihkan dalam bentuk jual
beli, yang secara otomatis kepemilikan dapat pula berpindah atau dialihkan kepada
pembeli yang lain atas saham tersebut.
Saham ditinjau dari prinsip ekonomi Islam merupakan konsep yang memiliki
banyak persamaan dengan syirkah. Syirkah atau al-musyarakah (partnership, project
financing participation) adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan (Bidayatul Mujtahid II, tanpa tahun, 153-257).
Dasar atau landasan syariah dari syirkah adalah sebagaimana yang tercantum
dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 12 dan Surat Shad ayat 24.
.... ...
“Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu.” (Q.S.An-Nisa:12)
17
Warkum Sumitro, Asas-AsasPerbankan Islam dan Lembaga Terkait: Bamui,Takaful, dan
Pasar Modal Syariah di Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h.219.
21
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian
mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh” (Q.S.Shaad: 24)
Kedua ayat di atas menunjukkan perkenan dan pengakuan Allah akan adanya
perserikatan dalam kepemilikan harta. Jika ditinjau dari berbagai bentuk syirkah,
maka saham adalah bentuk syirkah inan, dimana masing-masing pihak memasukkan
dana sebagai penyertaan modal dari pemilik yang jumlahnya tidak harus sama.
b. Obligasi Syariah (Islamic Bond)18
Obligasi atau bonds secara konvensional merupakan bukti utang dari emiten
dengan janji pembayaran bunga serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada
tanggal jatuh tempo. Pendapatan yang diperoleh pemegang obligasi yaitu berupa
bunga yang biasanya lebih tinggi daripada bunga tabungan atau deposito. Pemegang
obligasi akan mendapatkan hak untuk dilunasi terlebih dahulu apabila emiten
bangkrut.
Sedangkan obligasi syariah sesuai dengan fatwa dewan syariah nasional
No.32/DSN-MUI/IX/2002 adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah, yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah
18
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), h.140
22
berupa bagi hasil, marjin atau berupe fee, serta membayar kembali dana obligasi pada
saat jatuh tempo.
Pendapatan yang diperoleh investor pemegang obligasi tergantung kepada
prinsip yang dipergunakan, apabila berdasar kepada mudharabah atau musyarakah
dengan skema bagi hasil maka akan memperoleh pendapatan dalam bentuk return
dengan penggunaan term indicative/expected return karena sifatnya yang floating
tergantung pada kinerja pendapatan yang dihasilkan. Apabila menggunakan skim
ijarah akan menerima pendapatan dalam bentuk margin atau fee, demikian pula pada
dasar murabahah atau salam atau istishna sebagai bentuk jual beli dengan skema cost
plus basis akan memberikan fixed return.
Obligasi syariah yang juga dikenal dengan sukuk memiliki perbedaan pokok
dengan obligasi konvensional antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan
bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying
transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan
adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-
prinsip syariah.
Sejauh ini, obligasi syariah diatur dalam fatwa DSN MUI antara lain fawa
DSN MUI No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah, No. 33/DSN-
MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah mudharabah, No.41/DSN-MUI/III/2004
tentang obligasi syariah ijarah dan No. 59/DSN-MUI/V/2007 tentang obligasi syariah
mudharabah konversi. Disamping itu, pada tanggal 7 Mei 2008 disahkan UU No.19
Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang menjadi legal basis
23
bagi penerbitan dan pengelolaan sukuk negara atau SBSN. Sukuk negara atau SBSN
adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai
bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing.
c. Reksadana Syariah
Reksadana adalah suatu sarana yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal yang selanjutnya diinvestasikan dalam bentuk portofolio
efek yang dikelola oleh manajer investasi.19
Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Indonesia, reksadana diartikan sebagai suatu wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek (saham, obligasi, valuta asing, deposito) oleh manajer investasi.
Dengan kata lain, reksadana merupakan suatu wadah berinvestasi secara kolektif
untuk ditempatkan dalam portofolio berdasarkan kebijakan investasi yang ditetapkan
oleh fund manager atau manajer investasi. Pengertian portofolio sendiri adalah
sekumpulan sekuritas atau surat berharga atau efek atau instrumen investasi yang
berada dalam satu pengelolaan.20
Sedangkan reksadana syariah adalah reksadana yang pengelolaannya dan
kebijakan investasinya mengacu pada syariat Islam. Reksadana syariah tidak akan
menginvestasikan dananya pada instrumen investasi dari perusahaan yang
19
Abdul Hamid, Pasar Modal Syariah, h.78. 20
Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2007), h. 308
24
pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariat Islam, misalnya pabrik
minuman beralkohol, industri peternakan babi, jasa keuangan yaang melibatkan
sistem riba dalam operasionalnya serta bisnis hiburan yang berbau maksiat.
Reksadana merupakan satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal,
khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki waktu dan keahlian untuk
menghitung resiko atas investasi mereka. Dana yang terbatas kerap menjadi
penghalang bagi investor kecil untuk langsung masuk secara individu ke pasar modal,
dalam kondisi semacam itulah kehadiran reksadana diperlukan. Reksadana
memungkinkan investor kecil berpartisipasi dalam portofolio investasi yang dikelola
secara profesional.
3. Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks yang dikembangkan oleh Bursa
Efek Jakarta (BEJ) bekerja sama dengan Danareksa Investment Management. Indeks
syariah merupakan indeks berdasarkan syariah Islam. Saham-saham yang masuk
dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan
dengan syariah, seperti:
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
25
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, dan atau menyediakan barang-
barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Adapun tahapan atau seleksi untuk saham yang masuk dalam indeks syariah
antara lain:21
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk
10 kapitalisasi pasar terbesar).
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau pada tahun
terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar
90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan reguler selama satu tahun terakhir. Untuk bisa masuk ke dalam
Jakarta Islamic Index, saham harus memenuhi kriteria likuid atau aktif
diperdagangkan.
Untuk bisa masuk ke dalam Jakarta Islamic Index (JII), saham dari suatu
perusahaan harus memenuhi kriteria memiliki nilai kapitalisasi pasar besar.
Kapitalisasi pasar adalah nilai dari saham yang bersangkutan yang dihitung dari hasil
perkalian antara jumlah saham yang beredar dengan harga pasar saham tersebut.
21
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Penerbit Ekonisa,
Fak.Hukum UII Yogyakart, 2007), h.194-195.
26
Kategori saham berkapitalisasi besar yaitu saham perusahaan yang memiliki
kapitalisasi pasar di atas Rp 1 triliun, saham berkapitalisasi medium dengan
kapitalisasi pasar sebesar Rp 100 miliar sampai dengan kurang dari Rp 1 triliun,
sedangkan saham berkapitalisasi kecil memiliki kapitalisasi pasar di bawah Rp 100
miliar.22
Berikut adalah nilai kapitalisasi pasar JII tahun 2004-2010:
Tabel 2.1
Market Capitalization Jakarta Islamic Index
Tahun 2004-2010
(Dalam Juta Rupiah)
Market
Capitalization 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
ANTM 3,290,768 6,819,998 15,261,536 42,684,608 10,380,111 20,950,683 23,331,443
INCO 1,147,647 19,777,337 58,861,870 211,187,418 7,680,039 16,323,121 21,034,557
INTP 11,320,000 13,068,000 21,167,000 30,186,000 16,934,000 50,433,000 58,716,000
KLBF 5,585,800 10,054,440 12,085,640 12,713,400 3,902,120 12,450,360 30,466,475
PTBA 3,513,600 4,147,200 8,121,600 27,648,000 15,897,600 39,744,000 52,876,800
TLKM 97,272,000 118,944,000 203,161,500 202,614,300 136,268,100 185,872,050 156,368,550
UNVR 25,179,000 32,618,250 50,358,000 51,502,500 59,514,000 84,311,500 125,895,000
Pengkajian ulang JII akan dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan penentuan
komponen indeks awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan
pada jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus-menerus berdasarkan data publik
dan media. Indeks harga saham setiap hari dihitung menggunakan harga saham
terakhir yang terjadi di bursa.
4. Beta Saham
Dalam berinvestasi, selalu terdapat hal yang tidak dapat dihindari yaitu
adanya risiko. Risiko memiliki dua jenis karakteristik yaitu risiko yang dapat
22
Adler H. Manurung dan Lutfi T Rizky, Successful Financial Planner: a Complete Guide
(Jakarta: Grasindo, 2009), h.130
27
dihilangkan dengan melakukan diversifikasi (diversified risk) dan risiko yang tidak
dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi (undiversified risk).
Sehingga total risiko portofolio terdiri atas dua komponen:23
Risiko sistematis Risiko tidak sistematis
Total Risiko = (tidak dapat didiversifikasi + (dapat didiversifikasi atau
atau tidak dapat dihindari) dapat dihindari)
Bagian pertama, risiko sistematis (systematic risk) adalah faktor-faktor risiko
yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan, seperti perubahan ekonomi suatu
negara, perubahan pajak oleh dewan, atau perubahan situasi energi dunia. Semua itu
adalah risiko yang mempengaruhi sekuritas secara keseluruhan, sehingga tidak bisa
didiversifikasi. Dengan kata lain, bahkan seorang investor yang memegang portofolio
yang telah didiversifikasi dengan baik, juga akan terkena jenis risiko ini.
Komponen risiko kedua, risiko tidak sistematis (unsystematic risk), adalah
risiko dari perusahaan atau industri tertentu. Risiko ini tidak terikat pada faktor
ekonomi, politik dan faktor lainnya yang mempengaruhi semua sekuritas dalam cara
yang sistematis. Pemogokan liar mempengaruhi satu perusahaan saja, pesaing baru
dapat mulai membuat produk yang sama, atau terobosan teknologi akan membuat
produk yang ada menjadi usang. Untuk sebagian besar saham, risiko tidak sistematis
mempengaruhi 50 persen dari total risiko saham. Akan tetapi, dengan diversifikasi,
jenis risiko ini dapat dikurangi dan bahkan dihapus jika diversifikasinya efisien.
23
James C. Van Horne dan John M.Wachowicz JR, Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan
(Jakarta: Salemba Empat, 2005), h.155.
28
TotalsikoRe
SistematisTidaksikoRe
SistematissikoRe
SekuritasJumlah
sikoRe
Oleh karena itu, tidak semua risiko memegang saham adalah relevan, karena
bagian dari risiko ini bisa didiversifikasi. Risiko terpenting dari saham adalah risiko
yang tidak dapat dihindari atau risiko sistematis. Secara konseptual, hal ini
diilustrasikan dalam gambar berikut:
Gambar 2.1. Bagan Risiko
Beta merupakan tolok ukur tingkat risiko pasar (atau tingkat risiko sistematis)
dari suatu saham. Secara umum, jika beta suatu saham sama dengan 1, maka
risikonya secara individual sama besar dengan risiko pasar. Bila beta suatu saham
lebih besar dari 1, maka risiko individualnya lebih besar dibanding risiko pasar.
Sebaliknya jika beta suatu saham lebih kecil dari 1, maka risikonya secara individual
29
lebih kecil dibandingkan dengan risiko pasar. Konsep beta merupakan elemen penting
dalam mengukur tingkat risiko yang terkandung dalam suatu surat berharga.24
Saham dengan risiko rata-rata didefinisikan sebagai saham yang harganya
cenderung turun naik sejalan dengan turun naiknya pasar secara umum, yang diukur
dengan indeks tertentu (di Indonesia yaitu IHSG). Saham seperti itu menurut
definisinya, akan mempunyai beta, b, sebesar 1, yang menandakan bahwa jika harga
pasar saham naik 10%, harga saham tersebut juga akan naik 10%, begitu halnya juga
jika yang terjadi adalah penurunan. Jika =0.5, maka naik turunnya harga saham
hanya setengah dari naik turunnya harga pasar saham rata-rata, dan risikonya juga
akan setengah dari risiko portofolio dengan =1. Dipihak lain, portofolio dengan
=2, akan mempunyai tingkat kenaikan dan penurunan serta tingkat risiko dua kali
rata-rata.25
Perubahan kondisi ekonomi, politik dan sosial akan berpengaruh pada risiko
investasi dibursa. Jika perubahan tersebut bersifat positif, maka akan menurunkan
risiko berinvestasi di bursa, demikian juga sebaliknya.
Investasi saham akan memberikan keuntungan atau return berupa capital gain
dan dividen (yield). Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi
dalam suatu periode tertentu. nruteR total terdiri dari capital gain dan yield.26
24
John D.Martin, dkk, Dasar-dasar Manajemen Keuangan,h.45. 25
J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h.134-135. 26
Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi,Edisi 3, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,
2003), h.110.
30
Return = Capital gain (loss) + Yield
Atau:
1
1
t
ttt
tP
DPPR
Keterangan:
tR = Return saham pada periode t
tP = Harga saham sekarang (periode t).
1tP = Harga saham periode sebelumnya (periode t-1)
tD = Dividen ( kas) pada periode t
Capital gain (loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang dengan
harga periode yang lalu, dan yield dianggap tidak diperhitungkan sehingga return
total dapat dinyatakan sebagai berikut:
1
1
t
tt
tP
PPR
Sedangkan tingkat pengembalian pasar (rate of market return) adalah:27
1
1
t
ttmt
IHSG
IHSGIHSGR
Keterangan:
mtR =
Retun pasar untuk periode t
tIHSG
= Indeks pasar periode t
27
Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, h.110.
31
1tIHSG
= Indeks pasar periode t-1
Risiko sistematis diukur dengan koefisien beta, yaitu koefisien yang
menunjukkan kepekaan keuntungan suatu saham terhadap perubahan keuntungan
saham-saham secara rata-rata di pasar (indeks pasar). Untuk mencari beta suatu
saham secara historis kita dapat membuat regresi antara keuntungan historis suatu
saham sebagai variabel terikat, dan keuntungan historis indeks pasar (misalnya IHSG)
sebagai variabel bebas. Koefisien regresi hasil perhitungan merupakan beta atau
risiko sistematis.
Beta sebesar 1 artinya setiap kenaikan atau penurunan keuntungan pasar (rm)
sebasar 1% akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan keutungan saham (ri)
sebesar 1%. Dengan demikian, semakin besar beta, semakin peka keuntungan saham
terhadap perubahan keuntungan pasar, dan semakin berisiko pula saham tersebut.
Saham dengan beta 1 adalah saham yang memiliki risiko sama dengan rata-rata
saham di pasar modal. Saham dengan beta lebih dari 1 disebut saham agresif dan
saham dengan beta kurang dari 1 disebut saham defensif.28
Mengetahui beta saham merupakan hal yang penting untuk menganalisa
sekuritas tersebut. Beta suatu sekuritas menunjukkan risiko sistematis dari sekuritas
tersebut yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi.
28
Lukas Setia Atmaja, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan (Yogyakarta: Penerbit CV.
ANDI OFFSET, 2008), h. 45.
32
5. Tipe Investor29
Dilihat dari kesediaannya menanggung risiko investasi, investor dapat
dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu (1) tipe investor yang berani mengambil
risiko, yang disebut risk taker, atau risk lover, atau risk seeker; (2) tipe investor yang
takut atau enggan menanggung risiko, yang disebut risk averter, atau risk aversion;
(3) tipe investor yang takut tidak dan berani tidak, atau disebut risk moderate,
moderate investor, atau indifference investor. Tipe investor ini hanya berani
menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya. Semakin
besar risiko yang akan dihadapi semakin tinggi return yang diharapkan. Semakin
kecil risiko atas sesuatu saham, semakin kecil return yang diharapkan atau dikenal
dengan istilah high risk high return, low risk low return.
Tipe risk taker akan merasa sangat senang apabila ditawari saham yang
memiliki gejolak harga yang tinggi, atau beta saham yang tinggi, dan tidak tertarik
pada saham yang memiliki beta rendah. Tipe risk averter akan merasa senang
ditawari saham yang memiliki beta yang rendah, karena risikonya juga rendah. Tipe
moderate investor tidak hanya melihat beta saham, tetapi juga melihat return yang
ditawarkan oleh saham bersangkutan. Saham yang memiliki beta saham tinggi dan
return yang juga tinggi dalam jumlah sebanding sangat disenangi oleh tipe moderate
investor.
29
Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio (Jakarta: Penerbit Erlangga,
2006), h.161.
33
6. Konsep Model Indeks Tunggal (Single Index Model)
Model indeks tunggal merupakan salah satu alternatif model untuk
mengestimasi risiko dari suatu sekuritas. Model indeks tunggal didasarkan pada
pengamatan bahwa harga dari satu saham berfluktuasi searah dengan indeks harga
pasar.
Secara khusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami
kenaikan harga jika indeks harga saham naik, demikian juga sebaliknya jika indeks
harga saham turun, maka kebanyakan saham mengalami penurunan harga. Hal ini
menunjukkan bahwa return dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi
umum terhadap perubahan-perubahan nilai pasar. Jika perubahan pasar bisa
dinyatakan sebagai tingkat keuntungan indeks pasar, maka tingkat keuntungan suatu
saham bisa dinyatakan sebagai:30
miii RaR
Dalam hal ini:
ia adalah bagian dari tingkat keuntungan saham i yang tidak dipengaruhi
oleh perubahan pasar. Variabel ini merupakan variabel yang acak.
mR adalah tingkat keutungan indeks pasar. Variabel ini merupakan
variabel yang acak.
i adalah beta, yaitu parameter yang mengukur perubahan yang
diharapkan pada iR kalau terjadi perubahan pada mR .
30
Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, h.103-105.
34
Persamaan tersebut memecah tingkat keuntungan suatu saham menjadi dua
bagian, yaitu yang independen dari perubahan pasar dan yang dipengaruhi oleh pasar.
i menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu saham terhadap tingkat
keuntungan indeks pasar. i sebesar 2 berarti bahwa jika terjadi kenaikan
(penurunan) tingkat keuntungan indeks pasar sebesar 10%, maka akan terjadi
kenaikan (penurunan) iR sebesar 20%.
Parameter ia menunjukkan komponen tingkat keuntungan yang tidak
terpengaruh oleh perubahan indeks pasar. Parameter ini bisa dipecah menjadi dua,
yaitu i (alpha) yang menunjukkan nilai pengharapan ia , dan ie yang menunjukkan
elemen acak dari ia . Dengan demikian maka:
iii ea
Dan ie mempunyai nilai pengharapan sebesar nol. Persamaan tingkat
keuntungan suatu saham sekarang bisa dinyatakan sebagai:
imiii eRR
Persamaan tersebut merupakan persamaan regresi linier sederhana yang
dihitung dengan iR sebagai variabel tergantung dan mR sebagai variabel independen.
Dimana mR dan ie adalah variabel random. Karena itu cov( ie , mR )=0. Kemudian
diasumsikan bahwa ie independen terhadaap je untuk setiap nilai i dan j, atau secara
formal bisa diyatakan bahwa E( ie je )=0.
35
Untuk sekuritas, penggunaan model indeks tunggal menghasilkan tingkat
keuntungan yang diharapkan, deviasi standar tingkat keuntungan, dan covariance
antar saham sebagai berikut:
a. Tingkat keuntungan yang diharapkan,
)()( miii RERE
b. Variance tingkat keuntungan,
2222
eimii
c. Covariance tingkat keuntungan sekuritas i dan j,
2
mjiij
7. Menaksir Beta Historis
Persamaan imiii eRR merupakan persamaan regresi linier sederhana,
yang bisa dipecahkan dengan menggunakan rumus regresi. Informasi yang diperluka
untuk melakukan perhitungan adalah series tentang tingkat keuntungan suatu saham
( iR ) dan tingkat keuntungan indeks pasar ( mR ). Hasil perhitungan jika di-plot-kan
dalam suatu gambar akan tampak seperti dalam gambar berikut:31
31
Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, h.108-109.
36
Gambar 2.2. Penggambaran Beta
Beta ( ) menunjukkan kemiringan (slope) garis regresi tersebut, dan
menunjukkan intercept dengan sumbu itR . Semakin besar beta, semakin curam
kemiringan garis tersebut, dan sebaliknya. Penyebaran titik-titik pengamatan di
sekitar garis regresi menunjukkan risiko sisa (2
ei ) sekuritas yang diamati. Semakin
menyebar titik-titik tersebut, semakin besar risiko sisanya. Beta juga bisa dihitung
dengan menggunakan rumus:
2
m
imi
Dan untuk alpha ( ), bisa dihitung dengan:
)()( mtiiti RERE
Nilai i dan i yang dihitung dengan menggunakan persamaan regresi
merupakan taksiran dari beta dan alpha yang sebenarnya. Taksiran tersebut tidak
mtR
itR
37
luput dari kesalahan (subject to error). Sehingga semakin besar nilai koefisien
determinasi semakin akurat nilai estimated beta tersebut.
Sedangkan untuk mencari beta masing-masing saham, yaitu:
a. Tingkat keuntungan pasar ( mR ) dihitung dengan menggunakan data indeks
harga saham gabungan per bulan selama periode penelitian, dengan rumus:
1
1
t
tt
mIHSG
IHSGIHSGR
b. Tingkat keuntungan saham i ( iR ), dihitung dengan menggunakan perubahan
harga saham yang terjadi setiap bulan selama periode penelitian, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
1
1
t
tt
iP
PPR
B. Fundamental Perusahaan
Sebelum melakukan investasi pada saham, calon investor sebaiknya
melakukan analisis mendalam terhadap perusahaan yang sahamnya akan dibeli.
Analisis yang harus dilakukan oleh investor salah satunya yaitu analisis fundamental
(fundamental analysis). Analisis fundamental adalah sebuah ilmu yang mempelajari
tentang laporan keuangan perusahaan (financial statement), manajemen dan
keunggulan kompetitif suatu perusahaan (competitive advantage), serta hubungannya
38
dengan pesaing dan pasar tempat perusahaan itu hidup.32
Sedangkan faktor
fundamental perusahaan adalah informasi yang berkenaan dengan kondisi internal
perusahaan.
Analisis fundamental perusahaan menyangkut proyeksi kondisi perusahaan di
masa depan, dengan memperhatikan kondisi sekarang dan masa lalu. Analisis
fundamental merupakan ilmu yang menjadi perhatian utama investor saham karena
membeli saham sebuah perusahaan pada hakikatnya adalah ikut memiliki perusahaan
meskipun dalam batas proporsional jumlah saham yang dibeli.
Tujuan utama mempelajari analisis fundamental perusahaan, yaitu:33
1. Membuat proyeksi usaha perusahaan di masa depan.
2. Melakukan penilaian terhadap sebuah saham dan memprediksi kemungkinan
perubahan harga saham di waktu yang akan datang.
3. Melakukan evaluasi terhadap kinerja manajemen perusahaan.
4. Memperkirakan risiko yang mungkin muncul terhadap sebuah perusahaan.
Warren Buffet, seorang investor kelas dunia menyarankan, untuk melihat
bagus tidaknya saham bukan semata pada harga saham saja. Investor sebaiknya juga
harus mencermati kondisi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Untuk
menganalisis perusahaan, investor dapat melihat angka-angka yang tercantum dalam
laporan keuangan seperti laporan neraca dan laporan laba rugi. Data-data keuangan
perusahaan seperti aset, utang, jumlah saham yang beredar, keuntungan ataupun
32
Gregorius Sihombing, Kaya dan Pintar Jadi Trader dan Investor Saham (Yogyakarta:
Penerbit Indonesia Cerdas, 2008), h.79. 33
Gregorius Sihombing, Kaya dan Pintar Jadi Trader dan Investor Saham, h.80.
39
kerugian dapat dengan mudah diketahui dari laporan neraca dan laba rugi.
Selanjutnya angka-angka tersebut dapat dianalisis sehinggga memunculkan hitungan-
hitungan berupa rasio keuangan.34
Faktor fundamental perusahaan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu:
1. Return On Equity (ROE)
Rasio return on equity (ROE) menunjukkan keberhasilan atau kegagalan
pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi
pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah
yang diinvestasikan. 35
Rasio return on equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur tingkat
profitabilitas perusahaan, yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Rasio ini mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan
laba dengan menggunakan ekuitas (modal sendiri) yang ada. Semakin tinggi nilai
ROE maka akan semakin baik.36
Rumus untuk menghitung return on equity (ROE) yaitu:37
Ekuitas
BersihLabaROEEquityOnreturn )(
34
Istijanto Oei, Kiat Investasi Valas, Emas, Saham (Jakara: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009), h.148. 35
Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan, h.37. 36
Franky Naibaho, Pengenalan Analisa Fundamental: Materi Kelas Intermediate Sekolah
Pasar Modal 2011, 8 Juni 2011, h.27. 37
Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h. 145.
40
Apabila investor ingin memilih salah satu diantara banyak jenis saham, maka
unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi harus diperbandingkan. Untuk mengetahui
perusahaan mana yang paling produktif dapat dilihat dari nilai return on equity
(ROE).38
Dari sudut pandang investor, ROE merupakan salah satu indikator penting
untuk menilai prospek perusahaan di masa mendatang. Dengan mengetahui tingkat
ROE, investor dapat melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan.
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan ukuran rasio dari jumlah utang (baik
utang jangka pendek maupun utang jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri
yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang.
Investor perlu mengetahui kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara
modal sendiri dan modal pinjaman. Jika modal sendiri lebih besar daripada modal
pinjaman, maka perusahaan sehat dan tidak mudah bangkrut. Jadi, investor harus
selalu mengikuti perkembangan rasio ekuitas terhadap utang ataupun debt to equity
ratio.39
Rumus untuk mencari Debt to Equity Ratio (DER) adalah:40
Ekuitas
gHuTotalDER
tan
38
Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h. 131. 39
Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h. 204. 40
Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h.146
41
Banyak perusahaan mempertahankan penggunaan kombinasi modal hutang
dan modal sendiri secara optimal. Kombinasi ini disebut target struktur modal.41
Semakin besar DER menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak
memanfaatkan hutang-hutang.
Untuk mendanai operasional perusahaan yang terus meningkat, seringkali
perusahaan memakai dana pinjaman yang dikenal dengan leverage keuangan.
Leverage keuangan adalah penggunaan pembiayaan dengan hutang. Pembiayaan
dengan hutang memiliki beberapa kelebihan antara lain:42
1. Memperoleh dana melalui hutang membuat pemegang saham dapat
mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas.
2. Kreditur melihat kepada ekuitas, yaitu dana yang disetor pemilik, sehingga jika
pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dananya sebagai modal,
maka kreditur melihat hal tersebut sebagai tanda bahwa sebagian besar risiko
perusahaan ditanggungnya.
3. Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar dibanding
pembayaran bunga, maka tingkat pengembalian modal pemilik akan lebih besar.
Risiko yang terkandung pada laba per saham yang diproyeksikan juga
tergantung pada bagaimana pola pembiayaan perusahaan. Karena itu, meskipun
41
Ridwan S. Sundjaja, dkk, Manajemen Keuangan 2 (Bandung: Literata Lintas Media, 2010),
h. 226. 42
Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan, h.35.
42
pembiayaan dengan menggunakan utang bisa menaikkan laba per saham yang
diproyeksikan, namun utang juga memperbesar risiko atas laba masa mendatang.43
Jika kondisi ekonomi sedang berada dalam siklus recovery dan siklus
expansion, modal pinjaman dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan, tetapi
akan sangat merugikan apabila kondisi ekonomi berubah drastis ke siklus recession
ataupun siklus depression. 44
Perusahaan yang mempunyai rasio utang yang tinggi menghadapi risiko rugi
yang lebih tinggi pada masa resesi, tetapi tingkat pengembalian yang diharapkannya
juga lebih tinggi pada masa cerah. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio utang yang
rendah tidak berisiko besar, tetapi peluangnya untuk melipatgandakan pengembalian
atas ekuitas juga kecil. Karena itu, perusahaan perlu mencari keseimbangan antara
tingkat pengembalian dengan tingkat risiko dan menentukan jumlah utang yang
optimal bagi suatu perusahaan.45
3. Earning Per Share (EPS)
Laba per lembar saham atau earning per share (EPS) merupakan laba bersih
perusahaan dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.46
Informasi earning per share suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba
bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
Dalam manajemen keuangan, laba per saham (earning pe share = EPS) disebut “the
43
J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h. 26. 44
Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h.133. 45
J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h.301. 46
J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h.25.
43
bottom line” (baris terbawah), yang menandakan bahwa dari semua poin yang ada
pada perhitungan rugi laba, EPS yang terpenting.47
Manajemen perusahaan yang
memperjuangkan kesejahteraan pemegang sahamnya saat ini, maka manajemen harus
memusatkan perhatian pada laba per saham, bukan pada laba total.
Membeli saham berarti membeli prospek perusahaan, yang tercermin pada
laba per saham. Jika laba per saham lebih tinggi, maka prospek perusahaan lebih
baik, sementara jika laba per saham lebih rendah berarti kurang baik, dan laba per
saham negatif berarti tidak baik.48
Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan
keuangan perusahaan. Meskipun tidak semua perusahaan mencantumkan besarnya
EPS dalam laporan keuangannya, besarnya EPS dapat dihitung berdasarkan laporan
neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS suatu
perusahaan adalah sebagai berikut:49
BeredarYangBiasaSaham
PajakSesudahBersihLabaEPS
4. Price Earning Ratio (PER)
Rasio harga terhadap laba (price/earning) merupakan rasio harga per saham
terhadap laba per saham. Rasio ini menunjukkan besarnya rupiah yang harus dibayar
47
J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h.281. 48
Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h.167. 49
J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h.280.
44
investor untuk setiap 1 rupiah laba periode berjalan. Rumus untuk menghitung PER
yaitu: 50
sahamperLaba
sahamperaHPERLabaterhadapaHRasio
argarg
Nilai PER yang tinggi kemungkinan menunjukkan prospek perusahaan yang
baik. Sebaliknya nilai PER yang tinggi dapat juga menunjukkan harga yang sudah
terlalu tinggi sehingga agak sulit untuk naik lagi. Industri yang dewasa biasanya
mempunyai PER yang rendah.51
Dalam siklus ekonomi recovery atau siklus expansion, umumya angka PER
lebih tinggi daripada siklus recession dan depression.52
Rasio harga terhadap laba
(PER) adalah lebih tinggi pada perusahaan yang kemungkinan pertumbuhannya
tinggi. Rasio PER yang rendah pada perusahaan, menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut dipandang berisiko lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain.53
50
J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h. 305. 51
Franky Naibaho, Pengenalan Analisa Fundamental: Materi Kelas Intermediate Sekolah
Pasar Modal 2011, 8 Juni 2011, h.29 52
Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h.170. 53
J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h.306.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (penelitian eksplanatif).
Penelitian eksplanatif merupakan penelitian untuk menjelaskan hubungan kausal
antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.54
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menguji hipotesis yang diajukan mengenai pengaruh variabel-variabel
fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah sebagai variabel dependen.
Ruang lingkup peneitian ini adalah sebagai berikut:
1. Fokus penelitian merupakan saham emiten yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Objek yang diteliti adalah saham perusahaan yang termasuk dalam Jakarta
Islamic Index.
3. Periode yang diteliti dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2010.
4. Variabel dependen adalah beta saham syariah.
5. Variabel independen adalah variabel-variabel fundamental perusahaan.
54
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2006),
Cetakan Kedua, h.9.
46
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Definisi dari populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk
diselidiki. Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling
sedikit mempunyai satu sifat yang sama.55
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh saham-saham yang terdaftar ke
dalam Jakarta Islamic Index selama periode tahun 2004 hingga 2010.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi, yaitu sejumlah penduduk yang
jumlahnya kurang dari jumlah populasi. Sampel juga harus mempunyai paling sedikit
satu sifat yang sama.56
Sampel dalam penelitian ini adalah saham-saham perusahaan yang terdaftar
dalam Jakarta Islamic Index yang tetap terdaftar dan tidak keluar dari indeks JII
selama periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2010, juga yang mempublikasikan
data-data perusahaan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive
sampling. Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas
ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat
55
Sutrisno Hadi, Statistik 2 (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1996), Cetakan ke-16, h. 220. 56
Sutrisno Hadi, Statistik 2, h. 221.
47
dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.57
Tujuannya yaitu untuk mendapatkan sampel yang representatif yang sesuai dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Saham tersebut terdaftar di Jakarta Islamic Index.
b. Perusahaan tetap masuk dalam Jakarta Islamic Index berturut-turut dan
tidak keluar dari Jakarta Islamic Index selama periode tahun 2004 sampai
dengan tahun 2010.
c. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan selama periode penelitian.
d. Perusahaan memiliki data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Setelah diseleksi dengan kriteria tersebut, diperoleh 7 (tujuh) emiten yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini, seperti yang tampak pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Sampel Penelitian Saham Jakarta Islamic Index (2004-2010)
No. Kode Emiten Nama Perusahaan
1. ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
2. INCO International Nickel Ind. Tbk
3. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
4. KLBF Kalbe Farma Tbk
5. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
6. TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk
7. UNVR Unilever Indonesia Tbk
57
Sutrisno Hadi, Statistik 2, h.226.
48
C. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan
penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.58
Data sekunder pada penelitian ini berupa data yang diperoleh dari website
masing-masing emiten atau perusahaan yang diteliti, yaitu data laporan tahunan
(annual report) emiten yang berisi data-data laporan keuangan perusahaan untuk
mencari nilai return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), earning per share
(EPS), price earning ratio (PER). Website mengenai pasar modal untuk mencari
informasi terkait penelitian, website yahoo finance dan website dunia invesasi untuk
memperoleh data-data harga saham yang digunakan untuk menghitung nilai return
saham dan beta saham masing-masing emiten.
D. Metode Analisis
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan terhadap asumsi normalitas, ada atau tidaknya multikolineritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi
klasik maka uji F dan uji t yang dilakukan menjadi tidak valid dan secara statistik
dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh.
58
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, h. 19.
49
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data
yang didapatkan mengikuti atau mendekati hukum sebaran normal.59
Ada beberapa cara untuk mendeteksi normalitas yaitu dengan melihat
penyebaran data (titik-titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan
keputusan dalam uji normalitas adalah:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan megikuti arah garis diagonal,
maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Autokorelasi60
Dalam regresi linear berganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar
taksiran parameter dalam model tersebut bersifat BLUE (best, linear, unbiased
estimated ) adalah cov( ji uu , )=0; i j. Artinya tidak ada korelasi antara iu dan ju untuk
i j jiuuE ji ,0)( , .
Jadi otokorelasi ialah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada
pegamatan yang berbeda waktu atau individu. Umumnya kasus autokorelasi banyak
terjadi pada time series.
59
Muhammad Nisfiannor, Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial (Jakarta: Penerbit
Salemba Humanika, 2009), h. 91. 60
Nachrowi Djalal Nachrowi dan Hardius Usman, Penggunaan Teknik Ekonometri (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Cetakan 1, h.140-144.
50
Mendetksi autokorelasi dapat dilakukan melalui uji Durbin-Watson, yaitu
dengan menghitung formula:
N
t
t
N
t
tt
u
uu
d
2
2
2
2
1
ˆ
)ˆˆ(
Langkah selanjutnya yaitu menggunakan Tabel Durbin-Watson dengan
melihat nilai Ld dan ud . Bandingkan nilai d yang dihitung dengan nilai Ld dan ud dari
tabel dengan aturan berikut:
1. Bila Ldd tolak 0H . Berarti ada korelasi yang positif atau
kecenderungannya (koefisien autokorelasi)=1.
2. Bila uL ddd Tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa.
3. Bila uu ddd 4 terima 0H . Artinya tidak ada korelasi positif
maupun negatif.
4. Bila Lu ddd 34 Tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa.
5. Bila Ldd 4 tolak 0H . Berarti ada korelasi negatif.
c. Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk mendeteksi adanya hubungan yang sempurna dan
pasti diantara variabel bebas yang dianalisis. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen
51
lainnya. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai Tolerance <0,10 atau jika nilai VIF>10. Kriteria
pengujian adalah apabila nilai Tolerance dibawah 0,1 atau jika nilai VIF diatas 10,
maka terjadi multikolinearitas.
d. Uji Heteroskedastisitas
Dalam persamaan regresi berganda juga perlu diuji mengenai sama atau
tidaknya varians dari residual observasi yang satu dengan observasi yang lain.61
Analisis uji asumsi heteroskedastisitas akan dilihat melalui grafik scatterplot
antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan variabel bebas dan nilai residualnya
(SRESID) yang merupakan variabel terikat. Homoskedastisitas terjadi jika pada
scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar di
bawah maupun di atas titik origin pada sumbu Y. Sedangkan heteroskedastisitas
terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola teratur baik menyempit,
melebar maupun bergelombang.
2. Uji Regresi Linear Berganda
Untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel fundamental perusahaan
sebagai variabel independen terhadap beta saham syariah sebagai variabel dependen
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
61
Danang Sunyoto, Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat (Yogyakarta: Amara Books,
2007), h. 93.
52
a. Menentukan sampel perusahaan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
selama periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2010. Kemudian melakukan
analisis deskriptif untuk menghitung nilai mean, nilai standar deviasi pada
variabel independen dan variabel dependen.
b. Melakukan analisis regresi liner berganda (multiple linear regression method)
untuk menguji hipotesis, yang bertujuan untuk mencari adanya hubungan antara
variabel dependen dengan dengan satu atau lebih variabel independen. Dimana
dalam penelitian ini, variabel dependen yang diuji adalah beta saham syariah dan
variabel independen adalah return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER),
earning per share (EPS), dan price earning ratio (PER). Perumusan model
regresi tersebut sebagai berikut:
exbxbxbxbay 44332211
Dimana:
y = Beta saham syariah
a = Konstanta
ib
= Koefisien regresi dari variabel independen ke-i, 1x = return on
equity (ROE), 2x = debt to equity ratio (DER), 3x = earning per share (EPS),
4x = price earning ratio (PER), e = Estimasi error.
c. Melakukan pengujian hipotesis, yaitu dengan melakukan pengujian secara
statistik sebagai berikut:
53
1) Uji F-test
Uji statistik F digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis untuk uji F
yaitu:
0H = 1b
2b 3b4b = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh
signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
1H = 1b 2b 3b
4b 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh
signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Nilai F hitung dapat dicari dengan menggunakan rumus:62
F hitungknR
kR
/)1(
)1/(
2
2
Untuk menentukan nilai F tabel dengan tingkat signifikansi sebesar 5%,
dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (k-1) dan (n-k), dimana n adalah
jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji yang
digunakan adalah:
Jika F hitung > F tabel (k-1; n-k), maka 0H ditolak
Jika F Hitung < F tabel (k-1; n-k), maka 0H diterima
62
Damodar Gujarati, Basic Econometrics, Third Edition (New York: Mc-Graw Hill Inc,
1995), h.121
54
2) Uji t
Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel-
variabel bebasnya. Hipotesis yang digunakan adalah:
0H = ib = 0, artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
1H = ib 0, artinya secara parsial ada pengaruh signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
Nilai statistik-t dapat dicari dengan rumus:
t hitung i
i
bDeviasidarS
bgresiKoefisien
tan
Re
Untuk menentukan nilai statistik-t tabel ditentukan tingkat signifikansi 5%
dengan derajat kebebasan df = (n-k), dimana n adalah jumlah observasi (elemen
sampel), dan k adalah banyaknya perkiraan yang harus dibuat atau banyaknya
variabel yang tercakup, dengan kriteria uji adalah:
Jika t hitung > t tabel (2
, n-k), maka 0H ditolak
Jika t hitung < t tabel (2
, n-k), maka 0H diterima
3) Koefisien Determinan
Untuk melihat kontribusi kemampuan menjelaskan dari variabel independen
secara bersama-sama terhadap variabel terikat, dapat dilihat dari koefisien
determinasi ( 2R ) berganda, dimana nilai koefisiennya terletak antara 0 x 1. Nilai
55
2R yang semakin besar mendekati nilai 1 merupakan indikator yang menunjukkan
semakin kuatnya kemampuan variabel independen menjelaskan perubahan variabel
dependen.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah beta saham pada kelompok
saham Jakarta Islamic Index. Perhitungan beta saham dalam penelitian ini
menggunakan metode SIM (Single Index Model), yaitu dengan rumus sebagai
berikut:63
imii eRR )(
Dimana:
iR = Tingkat pengembalian saham i
= Intercept (konstanta)
i = Perubahan tingkat pengembalian saham terhadap perubahan pasar
mR = Tingkat Pengembalian Pasar
ie = Kesalahan acak
Sedangkan untuk mencari beta masing-masing saham setiap tahunnya, yaitu
dengan cara meghitung:
63
Zvi Bodie, et.al, Investment (New York: McGraw-Hill/Irwin, 2008), h.283.
56
a. Tingkat keuntungan pasar ( mR ) dihitung dengan menggunakan data index harga
saham gabungan (IHSG) perbulan selama periode Januari tahun 2004 sampai
Desember tahun 2010, dengan rumus sebagai berikut:
1
1
t
tt
mIHSG
IHSGIHSGR
Keterangan:
mR = Tingkat Pengembalian Pasar
tIHSG
= Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t
1tIHSG = Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t-1
b. Tingkat keuntungan saham-i ( iR ) ditentukan menggunakan perubahan harga
saham yang terjadi setiap bulan selama periode Januari tahun 2004 sampai
Desember tahun 2010, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1
1
t
tt
iP
PPR
Keterangan:
iR
= Tingkat pengembalian saham-i
tP
= Harga saham-i pada waktu t
1tP
= Harga Saham-i pada waktu t-1
57
c. Melakukan regresi antara return saham (tingkat keuntungan saham-i, iR ) dengan
return pasar (tingkat keuntungan pasar, mR ) yang telah diperoleh untuk
mendapatkan nilai beta saham dari masing-masing emiten.
2. Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini yaitu:
a. Return On Equity (ROE)
Ekuitas
BersihLabaROEEquityOnreturn )(
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Ekuitas
gHuTotalDER
tan
c. Earning Per Share (EPS)
BeredarYangBiasaSaham
PajakSesudahBersihLabaEPS
d. Price Earning Ratio (PER)
sahamperLaba
sahamperaHPERLabaterhadapaHRasio
argarg
F. Pedoman Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku ”Pedoman
Penulisan Skripsi” Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
UIN Jakarta Press, 2007.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Jakarta Islamic Index64
Pasar Modal Syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan
prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal
yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain.
Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003
bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM-LK dengan Dewan
Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN – MUI).
Walaupun secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrumen pasar
modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai dengan
peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa Investment
Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia berkerjasama dengan PT. Danareksa
Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000
yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara
syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan
saham-saham yang dapat dijadikan sarana berivestasi dengan penerapan prinsip
syariah.
64
Indonesia Stock Exchange, “Pasar Modal Syariah”, artikel diakses pada 7 Juni 2011 dari
http://www2.idx.co.id
59
Perkembangan selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus
bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September
2002. Instrumen ini merupakan obligasi syariah pertama dan dilanjutkan dengan
penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada tahun 2004, terbit untuk pertama kali
obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal dengan obligasi syariah Ijarah.
Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul instrumen baru yaitu Reksa Dana Indeks
dimana indeks yang dijadikan sebagai underlying adalah Indeks JII.
2. Kriteria Emiten Jakarta Islamic Index65
Saham merupakan surat berharga yang merepresentasikan penyertaan modal
kedalam suatu perusahaan. Sementara dalam prinsip syariah, penyertaan modal
dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah,
seperti bidang perjudian, riba, memproduksi barang yang diharamkan seperti bir, dan
lain-lain.
Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak
diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan berupa
pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinisp syariah. Dalam hal ini, di
Bursa Efek Indonesia terdapat Jakarta Islamic Indeks (JII) yang merupakan 30 saham
yang memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN).
Indeks JII dipersiapkan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama dengan PT.
Danareksa Invesment Management (DIM).
65
Indonesia Stock Exchange, “Pasar Modal Syariah”, artikel diakses pada 7 Juni 2011 dari
http://www2.idx.co.id
60
Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur
(benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis
syariah. Melalui index ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor
untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Jakarta Islamic Index
terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan Syariah
Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan
pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Invesment Management.
Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti:
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang.
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan barang-
barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Selain kriteria diatas, dalam proses pemilihan saham yang masuk JII Bursa
Efek Indonesia melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan
aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu:
61
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk
dalam 10 kapitalisasi besar).
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan komponen
indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada
jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus menerus berdasarkan data-data
publik yang tersedia.
3. Profil Singkat Emiten
a. ANTM
Nama Perusahaan: Perusahaan Perseroan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk.
disingkat PT Antam Tbk.
Pembentukan : Antam didirikan sebagai Badan Usaha Milik Negara pada tahun 1968
melalui merjer beberapa perusahaan pertambangan nasional yang
memproduksi komoditas tunggal. Untuk mendukung pendanaan
62
proyek ekspansi feronikel, pada tahun 1997 Antam menawarkan 35%
sahamnya ke publik dan mencatatkannya di Bursa Efek Indonesia.
Kepemilikan : Pemerintah Republik Indonesia 65%, Masyarakat 35%.
Bidang Usaha: Antam bergerak dalam bidang usaha pertambangan berbagai jenis
bahan galian serta menjalankan usaha bidang industri, perdagangan,
pengangkutan dan jasa yang berkaitan dengan pertambangan berbagai
jenis bahan galian tersebut.
Alamat: Jl. Letjen. TB Simatupang No. 1, Lingkar Selatan, Tanjung Barat
Jakarta 12530, Indonesia
Website: www.antam.com
b. INCO
Nama Perseroan : PT. International Nickel Indonesia Tbk
Alamat : Plaza Bapindo- Citibank Tower, 22nd FI. Jl. Jend. Sudirman Kav. 54-55
Jakarta 12190
Kepemilikan Saham (per 31 Desember 2009) : Vale Inco Limited (58.73%),
Sumitomo Metal Mining Co.,Ltd (20.09%), Public Shareholders (20.14%),
Vale Inco Japan Limited (0.55%), Mitsui&Co.,Ltd (0.35%), Sumitomo
Corporation (0.14%).
Bidang Usaha : Memproduksi nikel dalam matte dari bijih laterit yang diolah di
dalam fasilitas penambangan dan pengolahan terpadu dekat Sorowako di
Pulau Sulawesi. Nikel dalam matte merupakan produk setengah jadi
dengan kandungan rata-rata 78% nikel dan 20% sulfur. Seluruh produksi
63
PTI dijual dalam mata uang Dolar AS berdasarkan kontrak-kontrak jangka
panjang. Kekuatan daya saing terletak pada cadangan bijih yang berlimpah,
tenaga kerja yang trampil dan terlatih baik, dan pembangkit listrik tenaga
air berbiaya rendah.
Website: www.pt-inco.co.id
c. INTP
Nama Perseroan: PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Data Ringkas Pemegang Saham: Birchwood Omnia Limited, Inggris
(HeidelbergCement Group): 51,00%, PT Mekar Perkasa: 13,03%,
Masyarakat: 35,97%. Seluruh saham Perseroan telah dicatatkan di Bursa
Efek Indonesia – Reuters (Kode: INTP.JK)
Bidang Usaha: PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (“Indocement” atau
“Perseroan”) telah menjadi produsen semen di Indonesia sejak tahun 1975.
Pada tahun 2001, HeidelbergCement Group yang berbasis di Jerman
menjadi pemegang saham mayoritas Indocement. Indocement menawarkan
beberapa jenis produk semen yang dipasarkan dengan merek “Tiga Roda”.
Indocement saat ini merupakan salah satu dari tiga pemasok utama semen
curah dan beton siap-pakai secara nasional.
Alamat Perseroan: PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Wisma Indocement, Lantai
8, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 70-71, Jakarta 12910, Indonesia.
Website : http://www.indocement.co.id
64
d. KLBF
Nama Perusahaan: PT Kalbe Farma Tbk (tanggal pendirian: 10 September 1966)
Bidang Usaha: Kalbe merupakan perusahaan produk kesehatan publik terbesar di
Asia Tenggara yang memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar USD 3,6
miliar dan omset penjualan Rp 10,2 triliun pada akhir tahun 2010. Kalbe
memiliki fokus bisnis pada 4 divisi, yaitu divisi obat resep (kontribusi
25%), divisi produk kesehatan (kontribusi 17%), divisi nutrisi (kontribusi
22%), serta divisi distribusi & kemasan (kontribusi 36%).
Kepemilikan (per 31 Desember 2010): PT Gira Sole Prima (10.17%), PT Santa Seha
Sanadi (9.62%), PT Diptanala Bahana (9.49%), PT Lucasta Murni
Cemerlang (9.47%), PT Ladang Ira Panen (9.22%), PT Bina Arta Charisma
(8.67%), Publik (43.36%).
Alamat: Kantor Pusat Head Office Gedung KALBE Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4
Cempaka Putih, Jakarta 10510, Indonesia
Pabrik: Kawasan Industri Delta Silikon, Jl. M.H. Thamrin Blok A3 – 1, Lippo
Cikarang, Bekasi 17550, Indonesia.
Website: www.kalbe.co.id.
e. PTBA
Nama Perusahaan: PT Bukit Asam (Persero) Tbk
Pembentukan: Dibentuk oleh Pemerintah RI pada 1950 dengan nama Perusahaan
Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Pada 1981, PN TABA
berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Tambang
65
Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. Pada 23 Desember 2002, mencatatkan
perseroan mencatatkan diri sabagai perusahaan publik di BEI.
Bidang Usaha: Mengusahakan pertambangan yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan
perdagangan bahan-bahan galian terutama batubara. Memberikan jasa-jasa
konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang terkait dengan pertambangan
batubara beserta hasil-hasil olahannya.
Kepemilikan : Pemerintah Republik Indonesia 65%, Investor publik 35%.
Alamat Kantor Pusat: Jl. Parigi No.1 Tanjung Enim, Sumatera Selatan
Website: www.ptba.co.id
f. TLKM
Nama Perusahaan: PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom).
Bidang Usaha: TELKOM menyediakan layanan InfoComm, telepon kabel tidak
bergerak (fixed wireline) dan telepon nirkabel tidak bergerak (fixed wireless),
layangan telepon seluler, data dan internet, serta jaringan dan interkoneksi,
baik secara langsung maupun melalui anak perusahaan.
Alamat Kantor Pusat: Jl.Japati No.1 Bandung 40133
Kepemilikan: Pemerintah RI (52,47%), Publik (47,53%).
Website: www.telkom.co.id
66
g. UNVR
Nama Perusahaan: PT. Unilever Indonesia Tbk
Bidang Usaha: Menghasilkan produk home dan personal care, foods, ice cream
(Pepsodent, Pond’s, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline,
Rinso, Molto, Sunlight, Wall’s, Blue Band, Royco, Bango dan lain-lain).
Sejarah Perseroan: Pada tahun 1933 Unilever didirikan dengan nama Lever’s
Zeepfabrieken N.V. di Angke, Jakarta. Pada 1967, setelah dikuasai oleh
Pemerintah selama 4 tahun, Unilever kembali beroperasi dibawah UU
Penanaman Modal Asing. Pada 1980, nama perseroan diubah menjadi PT
Unilever Indonesia. Pada 1981, melepas 15% sahamnya ke publik di BEJ
dan BES.
Kepemilikan: Unilever Indonesia Holding B.V., The Netherlands(85%), Publik
(15%).
Alamat Kantor Pusat: Graha Unilever Jl. Jendral Gatot Subroto Kav.15 Jakarta
12930.
Website: www.unilever.co.id
B. Nilai Beta Saham dan Nilai Fundamental Perusahaan yang Terdaftar di
Jakarta Islamic Index Tahun 2004-2010
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan
software Microsoft Excel dan software SPSS 16, untuk dapat mengolah data-data dan
memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti.
67
1. Nilai Beta Saham
Beta saham merupakan gambaran tingkat kepekaan (sensitifitas) dari
perubahan return saham terhadap perubahan return pasar. Ukuran risiko setiap
saham diukur dengan menggunakan (beta).
Koefisien beta merupakan indeks dari systematic risk (risiko sistematis).
Dalam penelitian ini nilai beta dihitung dengan menggunakan pendekatan single
index model, yaitu dengan meregresikan return saham dengan return pasar.
Tabel 4.1
Beta Saham Jakarta Islamic Index
Tahun 2004-2010
No. Emiten 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. ANTM 1.357 1.495 1.889 0.018 0.922 1.109 1.552
2. INCO 1.319 0.0265 0.694 1.580 1.224 1.790 1.616
3. INTP 3.17 1.486 1.239 0.989 1.399 0.838 0.622
4. KLBF 1.758 2.026 0.798 0.688 0.934 0.922 0.576
5. PTBA 2.554 -0.550 0.528 1.443 1.588 1.211 1.110
6. TLKM 0.228 1.048 0.976 0.625 0.807 0.563 0.638
7. UNVR 0.101 0.458 1.118 0.584 -0.008 0.410 0.400
Terendah 0.101 -0.55 0.528 0.018 -0.008 0.41 0.4
Tertinggi 3.17 2.026 1.889 1.58 1.588 1.79 1.616
Rata-rata 1.498 0.856 1.035 0.847 0.981 0.978 0.931
Tabel diatas merupakan nilai beta saham Jakarta Islamic Index tahun 2004
sampai dengan tahun 2010. Nilai rata-rata beta saham yaitu antara 0.847 sampai
dengan 1.498. Nilai terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu -0.55 (PTBA/Tambang
68
Batubara Bukit Asam Tbk) dan nilai beta tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu
sebesar 3.17 (INTP/Indocement Tunggal Prakasa Tbk).
Pada tahun 2004 nilai rata-rata beta saham sebesar 1.498, nilai tersebut lebih
besar dari satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2004, nilai indeks
saham di JII memiliki risiko yang lebih besar dari risiko pasar. Pada tahun 2004,
terdapat 5 perusahaan yang nilai betanya lebih besar dari satu, dan 2 perusahaan yang
nilai betanya kurang dari satu. Nilai beta saham tertinggi pada tahun 2004 yaitu pada
saham Indocement Tunggal Prakasa Tbk, yaitu sebesar 3,17. Dan nilai beta saham
terendah pada tahun 2004 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk sebesar 0,101.
Untuk tahun 2005 nilai rata-rata beta saham adalah 0.856, nilai tersebut lebih
kecil dari satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2005, nilai indeks
saham di JII memiliki risiko yang lebih kecil dari risiko pasar. Pada tahun 2005,
terdapat 4 perusahaan yang nilai betanya lebih besar dari satu, dan terdapat 3
perusahaan yang nilai betanya kurang dari satu. Nilai beta saham tertinggi pada tahun
2005 yaitu pada saham Kalbe Farma Tbk, yaitu sebesar 2.026. Dan nilai beta saham
terendah pada tahun 2005 yaitu pada saham Tambang Batubara Bukit Asam Tbk,
yaitu sebesar -0.550.
Pada tahun 2006 nilai rata-rata beta saham adalah 1.035, nilai tersebut lebih
besar dari satu, hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006, nilai indeks saham di
JII memiliki risiko yang lebih besar dari risiko pasar. Terdapat 3 perusahaan yang
nilai betanya lebih besar dari satu, dan terdapat 4 perusahaan yang nilai betanya
kurang dari satu. Nilai beta saham tertinggi pada tahun 2006 yaitu pada saham Aneka
69
Tambang Tbk, yaitu sebesar 1.889. Dan nilai beta saham terendah pada tahun 2006
yaitu pada saham Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, yaitu sebesar 0.528.
Pada tahun 2007 nilai rata-rata beta saham adalah 0.847, nilai tersebut lebih
kecil dari satu, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang tergabung
dalam JII pada tahun 2007 memiliki risiko yang lebih kecil daripada risiko pasar.
Pada tahun 2007, terdapat 2 perusahaan yang nilai betanya lebih besar dari satu, dan
terdapat 5 perusahaan yang nilai betanya kurang dari satu. Nilai beta saham tertinggi
pada tahun 2007 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu sebesar
1.580. Dan nilai beta saham terendah pada tahun 2007 yaitu pada saham Aneka
Tambang Tbk, yaitu sebesar 0.018.
Pada tahun 2008 nilai rata-rata beta saham adalah 0.981, nilai tersebut lebih
kecil dari satu, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang tergabung
dalam JII pada tahun 2008 memiliki risiko yang lebih kecil daripada risiko pasar.
Pada tahun 2008, terdapat 3 perusahaan yang nilai betanya lebih besar dari satu, dan
terdapat 4 perusahaan yang nilai betanya kurang dari satu. Nilai beta saham tertinggi
pada tahun 2008 yaitu pada saham Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, yaitu sebesar
1.588. Dan nilai beta saham terendah pada tahun 2008 yaitu pada saham Unilever
Indonesia Tbk, yaitu sebesar -0.008.
Pada tahun 2009 nilai rata-rata beta saham adalah 0.978, nilai tersebut lebih
kecil dari satu, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang tergabung
dalam JII pada tahun 2009 memiliki risiko yang lebih kecil daripada risiko pasar.
Pada tahun 2009, terdapat 3 perusahaan yang nilai betanya lebih besar dari satu, dan
70
terdapat 4 perusahaan yang nilai betanya kurang dari satu. Nilai beta saham tertinggi
pada tahun 2009 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu sebesar
1.790. Dan nilai beta saham terendah pada tahun 2009 yaitu pada saham Unilever
Indonesia Tbk, yaitu sebesar 0.410.
Pada tahun 2010, nilai rata-rata beta saham adalah 0.931, nilai tersebut lebih
kecil dari satu, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang tergabung
dalam JII pada tahun 2010 memiliki risiko yang lebih kecil daripada risiko pasar.
Pada tahun 2010, terdapat 3 perusahaan yang nilai betanya lebih besar dari satu, dan
terdapat 4 perusahaan yang nilai betanya kurang dari satu. Nilai beta saham tertinggi
pada tahun 2010 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu sebesar
1.616. Dan nilai beta saham terendah pada tahun 2010 yaitu pada saham Unilever
Indonesia Tbk, yaitu sebesar 0.4.
2. Nilai Fundamental Perusahaan
a. Return On Equity (ROE)
Return On Equity menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tersedia bagi pemegang saham, agar bisa terlihat seberapa
besar kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi nilai ROE
maka akan semakin baik.
71
Tabel 4.2
Return On Equity Jakarta Islamic Index
Tahun 2004-2010
(dalam %)
No. Emiten 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. ANTM 38.35 30.77 42.48 78.56 16.27 7.46 18.99
2. INCO 25 21 31 85 24 11 26
3. INTP 3 14 10 15 23 29 27
4. KLBF 28.19 26.84 22.59 20.84 19.51 21.55 23.94
5. PTBA 24.9 22.8 21.2 27.1 42.7 47.8 31.6
6. TLKM 30.3 34.3 40.2 39.2 31.5 29.5 26
7. UNVR 63.9 66.2 72.7 73 77.6 82.2 83.7
Terendah 3 14 10 15 16.27 7.46 18.99
Tertinggi 63.9 66.2 72.7 85 77.6 82.2 83.7
Rata-rata 30.52 30.844 34.31 48.386 33.511 32.644 33.89
Tabel diatas merupakan nilai ROE Jakarta Islamic Index tahun 2004 sampai
dengan tahun 2010. Nilai rata-rata ROE yaitu antara 30.52% sampai dengan 48.39%.
Dimana nilai terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 3% (Indocement Tunggal
Prakasa Tbk/INTP) dan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 85%
(International Nickel Indonesia Tbk).
Pada tahun 2004 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 30.52%. Nilai ROE
tertinggi pada tahun 2004 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar
63.9%. Dan nilai ROE terendah pada tahun 2004 yaitu pada saham Indocement
Tunggal Prakasa Tbk, yaitu sebesar 3%.
Pada tahun 2005 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 30.844%. Nilai
ROE tertinggi pada tahun 2005 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu
72
sebesar 66.2%. Dan nilai ROE terendah pada tahun 2005 yaitu pada saham
Indocement Tunggal Prakasa Tbk, yaitu sebesar 14%.
Pada tahun 2006 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 34.31%. Nilai ROE
tertinggi pada tahun 2006 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar
72.7%. Dan nilai ROE terendah pada tahun 2006 yaitu pada saham Indocement
Tunggal Prakasa Tbk, yaitu sebesar 10%.
Pada tahun 2007 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 48.39%. Nilai ROE
tertinggi pada tahun 2007 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu
sebesar 85%. Dan nilai ROE terendah pada tahun 2007 yaitu pada saham Indocement
Tunggal Prakasa Tbk, yaitu sebesar 15%.
Pada tahun 2008 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 33.51%. Nilai ROE
tertinggi pada tahun 2008 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar
77.6%. Dan nilai ROE terendah pada tahun 2008 yaitu pada saham Aneka Tambang
Tbk, yaitu sebesar 16.27%.
Pada tahun 2009 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 32.64%. Nilai ROE
tertinggi pada tahun 2009 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar
82.2%. Dan nilai ROE terendah pada tahun 2009 yaitu pada saham Aneka Tambang
Tbk, yaitu sebesar 7.46%.
Pada tahun 2010 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 33.89%. Nilai ROE
tertinggi pada tahun 2010 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar
83.7%. Dan nilai ROE terendah pada tahun 2010 yaitu pada saham Aneka Tambang
Tbk, yaitu sebesar 18.99%.
73
b. Debt To Equity Ratio
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan ukuran rasio dari jumlah utang (baik
utang jangka pendek maupun utang jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri
yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang.
Investor perlu mengetahui kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara
modal sendiri dan modal pinjaman. Jika modal sendiri lebih besar daripada modal
pinjaman, maka perusahaan sehat dan tidak mudah bangkrut. Semakin rendah nilai
DER maka akan semakin aman.
Tabel 4.3
Debt to Equity Ratio Jakarta Islamic Index
Tahun 2004-2010
(dalam %)
No. Emiten 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. ANTM 147.40 111.34 70.28 37.63 26.43 21.45 28.29
2. INCO 42 29 26 36 21 28 30
3. INTP 109.86 87 59 45 33 24 17
4. KLBF 142.85 78.07 36.07 33.1 37.52 39.24 23.45
5. PTBA 41.2 37.8 34.9 48.3 50.8 40.2 35.9
6. TLKM 153.34 139.85 138.52 115.57 137.72 122.18 97.58
7. UNVR 58.7 76.3 94.9 98 109.6 102 115
Terendah 41.2 29 26 33.1 21 21.45 17
Tertinggi 153.34 139.85 138.52 115.57 137.72 122.18 115
Rata-rata 99.336 79.909 65.667 59.086 59.439 53.867 49.603
Tabel diatas merupakan nilai DER Jakarta Islamic Index tahun 2004 sampai
dengan tahun 2010. Nilai rata-rata DER yaitu antara 49.603% sampai dengan
74
99.336%. Dimana nilai terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 17%
(Indocement Tunggal Prakasa Tbk/INTP) dan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2004
yaitu sebesar 153.34% (Telekomunikasi Indonesia Tbk).
Pada tahun 2004 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 99.336%. Nilai DER
tertinggi pada tahun 2004 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu
sebesar 153.34%. Dan nilai DER terendah pada tahun 2004 yaitu pada saham
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, yaitu sebesar 41.2%.
Pada tahun 2005 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 79.909%. Nilai DER
tertinggi pada tahun 2005 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu
sebesar 139.85%. Dan nilai DER terendah pada tahun 2005 yaitu pada saham
International Nickel Indonesia Tbk, yaitu sebesar 29%.
Pada tahun 2006 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 65.667%. Nilai DER
tertinggi pada tahun 2006 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu
sebesar 138.52%. Dan nilai DER terendah pada tahun 2006 yaitu pada saham
International Nickel Indonesia Tbk, yaitu sebesar 26%.
Pada tahun 2007 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 59.086%. Nilai DER
tertinggi pada tahun 2007 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu
sebesar 115.57%. Dan nilai DER terendah pada tahun 2007 yaitu pada saham Kalbe
Farma Tbk, yaitu sebesar 33.1%.
Pada tahun 2008 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 59.439%. Nilai DER
tertinggi pada tahun 2008 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu
75
sebesar 137.72%. Dan nilai DER terendah pada tahun 2008 yaitu pada saham
International Nickel Indonesia Tbk, yaitu sebesar 21%.
Pada tahun 2009 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 53.867%. Nilai DER
tertinggi pada tahun 2009 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu
sebesar 122.18%. Dan nilai DER terendah pada tahun 2009 yaitu pada saham Aneka
Tambang Tbk, yaitu sebesar 21,45%.
Pada tahun 2010 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 49.603%. Nilai DER
tertinggi pada tahun 2010 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu sebesar
115%. Dan nilai DER terendah pada tahun 2010 yaitu pada saham Indocement
Tunggal Prakasa Tbk, yaitu sebesar 17%.
c. Earning Per Share (EPS)
Earning per share suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih
perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
Jika laba per saham lebih tinggi, maka prospek perusahaan lebih baik,
sementara jika laba per saham lebih rendah berarti kurang baik, dan laba per saham
negatif berarti tidak baik.
76
Tabel 4.4
Earning Per Share Jakarta Islamic Index
Tahun 2004-2010
(dalam satuan Rp)
No. Emiten 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. ANTM 84.95 88.27 162.79 536.67 143.67 63.46 176.77
2. INCO 268.05 291 455 1116 444 190 360
3. INTP 32 201 161 266 474 746 876
4. KLBF 44 62 67 70 72 97 137
5. PTBA 197 210 211 315 741 1184 872
6. TLKM 304.03 396.51 548.3 653.4 540.4 579.5 586.5
7. UNVR 192 189 226 257 315 399 444
Terendah 32 62 67 70 72 63.46 137
Tertinggi 304.03 396.51 548.3 1116 741 1184 876
Rata-rata 160.29 205.397 261.584 459.153 390.01 465.566 493.181
Tabel diatas merupakan nilai Earning Per Share (EPS) dari kelompok saham
JII tahun 2004 sampai dengan tahun 2010. Nilai rata-rata EPS yaitu antara Rp.160,29
sampai dengan Rp.493,181. Nilai terendah EPS terjadi pada tahun 2004 yaitu Rp.32
(Indocement Tunggal Prakasa Tbk) dan nilai tertinggi terjadi pada tahun 2009, yaitu
sebesar Rp.1184 (Tambang Batubara Bukit Asam Tbk).
Pada tahun 2004 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.160,29. Nilai EPS
tertinggi pada tahun 2004 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu
sebesar Rp.304,03. Dan nilai EPS terendah pada tahun 2004 yaitu pada saham
Indocement Tunggal Prakasa Tbk, yaitu sebesar Rp.32.
Pada tahun 2005 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.205,397. Nilai EPS
tertinggi pada tahun 2005 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu
77
sebesar Rp.396,51. Dan nilai EPS terendah pada tahun 2005 yaitu pada saham Kalbe
Farma Tbk, yaitu sebesar Rp.62.
Pada tahun 2006 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.261,584. Nilai EPS
tertinggi pada tahun 2006 yaitu pada saham Telekomunikasi Indonesia Tbk, yaitu
sebesar Rp.548,3. Dan nilai EPS terendah pada tahun 2006 yaitu pada saham Kalbe
Farma Tbk, yaitu sebesar Rp.67.
Pada tahun 2007 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.459,153. Nilai EPS
tertinggi pada tahun 2007 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu
sebesar Rp.1116. Dan nilai EPS terendah pada tahun 2007 yaitu pada saham Kalbe
Farma Tbk, yaitu sebesar Rp.70.
Pada tahun 2008 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.390,01. Nilai EPS
tertinggi pada tahun 2008 yaitu pada saham Tambang Batubara Bukit Asam Tbk,
yaitu sebesar Rp.741. Dan nilai EPS terendah pada tahun 2008 yaitu pada saham
Kalbe Farma Tbk, yaitu sebesar Rp.72.
Pada tahun 2009 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.465,566. Nilai EPS
tertinggi pada tahun 2009 yaitu pada saham Tambang Batubara Bukit Asam Tbk,
yaitu sebesar Rp.1184. Dan nilai EPS terendah pada tahun 2009 yaitu pada saham
Aneka Tambang Tbk, yaitu sebesar Rp.63,46.
Pada tahun 2010 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.493,181. Nilai EPS
tertinggi pada tahun 2010 yaitu pada saham Indocement Tunggal Prakasa Tbk, yaitu
sebesar Rp.876. Dan nilai EPS terendah pada tahun 2010 yaitu pada saham Kalbe
Farma Tbk, yaitu sebesar Rp.137.
78
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa nilai EPS dari tahun 2004 sampai
dengan tahun 2010 memiliki nilai rata-rata EPS yang positif, hal ini menunjukkan
prospek perusahaan-perusahaan dalam kelompok JII yang baik yaitu kemampuan
perusahaan dalam kelompok JII untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham.
d. Price Earning Ratio (PER)
Rasio harga terhadap laba (price earning ratio) merupakan rasio harga per
saham (price) terhadap laba per saham (earning per share). Nilai PER yang tinggi
kemungkinan menunjukkan prospek perusahaan yang baik. Rasio PER yang lebih
tinggi yaitu pada perusahaan yang kemungkinan pertumbuhannya tinggi.
Tabel 4.5
Price Earning Ratio Jakarta Islamic Index
Tahun 2004-2010
No. Emiten 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. ANTM 20.31 40.50 49.14 8.34 7.59 34.67 13.86
2. INCO 4.31 45.19 68.13 86.25 4.35 19.21 13.54
3. INTP 96.09 17.66 35.71 30.83 9.70 18.36 18.21
4. KLBF 12.5 15.97 17.76 18 5.56 13.40 23.72
5. PTBA 7.74 8.57 16.71 38.10 9.31 14.57 26.32
6. TLKM 15.87 14.88 18.42 15.53 12.77 16.31 13.56
7. UNVR 17.19 22.62 29.20 26.26 24.76 27.69 37.16
Terendah 4.31 8.57 16.71 8.34 4.35 13.4 13.54
Tertinggi 96.09 45.19 68.13 86.25 24.76 34.67 37.16
Rata-rata 24.859 23.627 33.58 31.90 10.577 20.60 20.91
Tabel diatas merupakan nilai PER (Price Earning Ratio) perusahaan-
perusahaan yang ada dalam kelompok saham JII tahun 2004-2010. Nilai rata-rata
79
PER yaitu antara 10,577 kali sampai dengan 33,58 kali. Nilai terendah terjadi pada
tahun 2004 yaitu 4,31 kali (International Nickel Indonesia Tbk) dan nilai tertinggi
terjadi pada tahun 2004 yaitu 96,09 kali (Indocement Tunggal Prakasa Tbk).
Pada tahun 2004 nilai rata-rata PER yaitu 24,86 kali. Nilai PER tertinggi pada
tahun 2004 yaitu pada saham Indocement Tunggal Prakasa Tbk, yaitu 96,09 kali. Dan
nilai PER terendah pada tahun 2004 yaitu pada saham International Nickel Indonesia
Tbk, yaitu 4,31 kali.
Pada tahun 2005 nilai rata-rata PER yaitu 23,63 kali. Nilai PER tertinggi pada
tahun 2005 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu 45,19 kali.
Dan nilai PER terendah pada tahun 2005 yaitu pada saham Tambang Batubara Bukit
Asam Tbk, yaitu 8,57 kali.
Pada tahun 2006 nilai rata-rata PER yaitu 33,58 kali. Nilai PER tertinggi pada
tahun 2006 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu 68,13 kali.
Dan nilai PER terendah pada tahun 2006 yaitu pada saham Tambang Batubara Bukit
Asam Tbk, yaitu 16,71 kali.
Pada tahun 2007 nilai rata-rata PER yaitu 31,9 kali. Nilai PER tertinggi pada
tahun 2007 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu 86,25 kali.
Dan nilai PER terendah pada tahun 2007 yaitu pada saham Aneka Tambang Tbk,
yaitu 8,34 kali.
Pada tahun 2008 nilai rata-rata PER yaitu 10,58 kali. Nilai PER tertinggi pada
tahun 2008 yaitu pada saham Unilever indonesia Tbk, yaitu 24,76 kali. Dan nilai PER
80
terendah pada tahun 2008 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu
4,35 kali.
Pada tahun 2009 nilai rata-rata PER yaitu 20,60 kali. Nilai PER tertinggi pada
tahun 2009 yaitu pada saham Aneka Tambang Tbk, yaitu 34,67 kali. Dan nilai PER
terendah pada tahun 2009 yaitu pada saham Kalbe Farma Tbk, yaitu 13,4 kali.
Pada tahun 2010 nilai rata-rata PER yaitu 20,91 kali. Nilai PER tertinggi pada
tahun 2010 yaitu pada saham Unilever Indonesia Tbk, yaitu 37,16 kali. Dan nilai PER
terendah pada tahun 2010 yaitu pada saham International Nickel Indonesia Tbk, yaitu
13,54 kali.
C. Analisis Regresi Linear Berganda
1. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dengan analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov-
Smirnov. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.6.
81
Tabel 4.6
Uji Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROE DER EPS PER BETA
N 49 49 49 49 49
Normal Parametersa Mean 3.48722E1 6.67008E1 3.47883E2 2.37224E1 1.01772
Std. Deviation 2.174633E1 4.216665E1 2.774393E2 1.888377E1 .677074
Most Extreme Differences Absolute .233 .211 .159 .207 .066
Positive .233 .211 .159 .207 .066
Negative -.102 -.119 -.127 -.152 -.058
Kolmogorov-Smirnov Z 1.633 1.476 1.116 1.447 .462
Asymp. Sig. (2-tailed) .010 .026 .166 .030 .983
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Output SPSS
Dari tabel diatas terlihat bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 4.1
Uji Normalitas Analisis Grafik
Sumber: Output SPSS
82
Uji Normalitas juga dapat dideteksi dengan melihat Normal Probability Plot,
yaitu dengan melihat penyebaran data (titik-titik) pada sumbu diagonal grafik. Jika
titik-titik mendekati garis diagonal, maka data penelitian tersebut berdistribusi
normal. Sebaliknya, jika titik-titiknya menjauhi garis diagonal maka data tersebut
tidak berdistribusi normal. Dari gambar 4.1, terlihat bahwa data (titik-titik) mendekati
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastis atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan scatterplot dapat dilihat pada
gambar 4.2 berikut:
Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output SPSS
83
Dari grafik scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga
model regresi layak dipakai.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinineritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat
dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang dipakai
untuk menentukan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance <0,10 dan VIF>10.
Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Uji Multikolinieritas Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.077 .235 4.585 .000
ROE -.013 .005 -.431 -2.907 .006 .774 1.293
DER .002 .002 .110 .789 .434 .882 1.134
EPS 1.896E-5 .000 .008 .055 .957 .842 1.188
PER .012 .005 .335 2.548 .014 .985 1.015
a. Dependent Variable: BETA
Sumber: Output SPSS
84
Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat nilai tolerance tiap-tiap variabel tidak ada
yang kurang dari 0.10 dan nilai VIF tidak ada yang melebihi 10, sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat multikolinieritas.
d. Uji Autokorelasi
Untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi digunakan Uji Durbin Watson
(DW). Hasil uji Durbin Watson dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .500a .250 .182 .612486 2.173
a. Predictors: (Constant), PER, DER, EPS, ROE
b. Dependent Variable: BETA
Sumber : Output SPSS
Dari tabel hasil uji autokorelasi diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin
Watson adalah 2.173, bila dibandingkan dengan nilai tabel durbin watson dengan
n=49 dan k=5 menghasilkan nilai dl=1.37007 dan nilai du=1.72095 nilai tersebut
berada diantara du<dw<4-du atau 1.72095<2.173<2.2791 sehingga dapat
disimpulkan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi
autokorelasi.
85
2. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Regresi Linear Berganda
a. Pengaruh Variabel Fundamental Perusahaan (ROE, DER, EPS, PER)
Terhadap Beta Saham Secara Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Atau untuk mengetahui
apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau
tidak. Uji hipotesis secara simultan menggunakan uji F, sebagaimana tertera pada
tabel berikut:
Tabel 4.9
Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.498 4 1.375 3.664 .012a
Residual 16.506 44 .375
Total 22.005 48
a. Predictors: (Constant), PER, DER, EPS, ROE
b. Dependent Variable: BETA
Sumber: Output SPSS
0H = Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Variabel Fundamental (ROE,
DER, EPS, PER) secara simultan terhadap beta saham syariah (JII).
1H = Terdapat pengaruh signifikan antara Variabel Fundamental (ROE, DER,
EPS, PER) secara simultan terhadap beta saham syariah (JII).
Berdasarkan hasil output SPSS yang ditunjukkan tabel diatas, nilai F hitung
yaitu sebesar 3.664 sementara F tabel dengan tingkat =5% dan df(k-1,n-
86
k)=df(4,44) yaitu sebesar 2.58 yang berarti bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai
F tabel (3.664>2.58), juga terlihat dari nilai signifikansi (Sig.) dari tabel diatas yaitu
sebesar 0.012 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, sehingga 0H ditolak.
Hal ini berarti bahwa variabel fundamental (ROE, DER, EPS, PER) secara bersama-
sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap beta saham, sehingga
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen.
b. Pengaruh Variabel Fundamental Perusahaan (ROE, DER, EPS, PER)
Terhadap Beta Saham Secara Parsial (Uji t)
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel fundamental perusahaan secara
parsial terhadap beta saham Syariah digunakan Uji t. Hasil pengujian Uji t dapat
dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Uji t Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.077 .235 4.585 .000
ROE -.013 .005 -.431 -2.907 .006
DER .002 .002 .110 .789 .434
EPS 1.896E-5 .000 .008 .055 .957
PER .012 .005 .335 2.548 .014
a. Dependent Variable: BETA
Sumber: Output SPSS
Penjelasan dari tabel diatas yaitu sebagai berikut:
87
1). Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Beta Saham
Hasil pengujian dengan analisis regresi berganda menunjukkan, hasil t hitung
untuk variabel independen ROE adalah sebesar -2.907, sementara nilai t tabel dengan
=5% dan df=(n-k)=df=44, dimana nilai )(
2kn
t = )44(025.0t adalah sebesar -2.015 (uji
2 arah), yang berarti bahwa nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel (-2.907<-2.015)
berada dalam daerah penolakan, juga terlihat dari nilai signifikansi yaitu sebesar
0.006 yang lebih kecil dari 0,05, sehingga 0H ditolak. Hal ini berarti bahwa ROE
memiliki pengaruh signifikan terhadap beta saham.
2). Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Beta Saham
Hasil pengujian dengan analisis regresi berganda menunjukkan, hasil t hitung
untuk variabel independen DER adalah sebesar 0.789, sementara nilai t tabel dengan
=5% dan df=(n-k)=df=44, dimana nilai )(
2kn
t = )44(025.0t adalah sebesar 2.015 (uji 2
arah), yang berarti bahwa nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel (0.789<2.015)
sehingga berada dalam daerah penerimaan 0H , hal ini juga terlihat dari nilai
signifikansi yaitu sebesar 0.434 yang lebih besar dari 0,05, sehingga 0H diterima. Hal
ini berarti bahwa DER tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap beta saham.
3). Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Beta Saham
Hasil pengujian dengan analisis regresi berganda menunjukkan, hasil t hitung
untuk variabel independen EPS adalah sebesar 0.055, sementara nilai t tabel dengan
=5% dan df=(n-k)=df=44, dimana nilai )(
2kn
t = )44(025.0t adalah sebesar 2.015 (uji 2
88
arah), yang berarti bahwa nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel (0.055<2.015)
sehingga berada dalam daerah penerimaan 0H , hal ini juga terlihat dari nilai
signifikansi yaitu sebesar 0.957 yang lebih besar dari 0.05, sehingga 0H diterima. Hal
ini berarti bahwa EPS tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap beta saham.
4). Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Beta Saham
Hasil pengujian dengan analisis regresi berganda menunjukkan, hasil t hitung
untuk variabel independen PER adalah sebesar 2.548, sementara nilai t tabel dengan
=5% dan df=(n-k)=df=44, dimana nilai )(
2kn
t = )44(025.0t adalah sebesar 2.015 (uji 2
arah), yang berarti bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (2.548>2.015)
sehingga berada dalam daerah penolakan 0H , hal ini juga terlihat dari nilai
signifikansi yaitu sebesar 0.014 yang lebih kecil dari 0.05, sehingga 0H ditolak. Hal
ini berarti bahwa PER memiliki pengaruh signifikan terhadap beta saham.
c. Koefisien Determinasi (R-Square)
Koefisien determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk
mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak
terhadap variabel dependen. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase
variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi
variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut:
89
Tabel 4.11
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .500a .250 .182 .612486
a. Predictors: (Constant), PER, DER, EPS, ROE
b. Dependent Variable: BETA
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.11 di atas besarnya angka R Square ( 2R ) adalah 0,250.
Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen adalah sebesar 25%. Atau variasi variabel independent
yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 25% variasi variabel
dependen. Sedangkan sisanya 75% lainnya dipengaruhi faktor lain di luar model
regresi tersebut. Nilai koefisien determinasi sebesar 25% dapat dikatakan kecil,
sehingga model regresi yang didapatkan kurang bisa digunakan untuk memperkirakan
beta saham. Artinya, hubungan variabel-variabel fundamental (ROE, DER, EPS dan
PER) tersebut walaupun dapat digunakan untuk memprediksi beta saham, namun
hasil taksirannya belum cukup akurat karena nilai koefisien determinasinya kecil.
Terlihat dari sisa sebesar 75% yang belum bisa diidentifikasikan dalam model
dan tidak dimasukkan dalam model penelitian ini yang diperkirakan dapat
mempengaruhi beta saham. Faktor tersebut yaitu faktor makro ekonomi, seperti
tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar, produk domestik bruto (PDB),
90
tingkat suku bunga, dan lain-lain. Juga faktor fundamental perusahaan lainnnya yang
belum diteliti, seperti dividend payout, pertumbuhan aktiva, likuiditas, dan lain-lain.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu
penelitian mengenai pengaruh indikator fundamental (return on equity, earning per
share, price earning ratio) dan makro ekonomi (inflasi dan suku bunga) terhadap beta
saham-saham kelompok properti dan real estate periode tahun 2004-2008. Hasil dari
penelitian tersebut yaitu bahwa secara simultan seluruh variabel return on equity,
earning per share, price earning ratio, inflasi dan suku bunga Indonesia secara
bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap beta saham, dengan persentase
besarnya pengaruh variabel independen yaitu sebesar 50%.66
d.Interpretasi Model Regresi
Berdasarkan hasil output SPSS di atas, maka diperoleh persamaan model
regresi antara variabel beta saham dan variabel return on equity (ROE), debt to equity
ratio (DER), earning per share (EPS), price earning ratio (PER) sebagai berikut:
Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa:
1) Konstanta sebesar 1,077 menunjukkan bahwa jika variabel independen (ROE,
DER, EPS, dan PER) adalah nol, maka beta saham adalah sebesar 1,077.
66
Ahmad Fauzi,”Analisis Pengaruh Indikator Fundamental dan Makro Ekonomi Terhadap
Beta Saham-saham kelompok properti dan real estate. Periode tahun 2004-2008”, (Skripsi Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h.85.
ePEREPSDERROEBetay )(012,0)(000019,0)(002,0)(013,0077,1)(ˆ
91
2) Koefisien regresi sebesar -0,013 menunjukkan bahwa jika nilai ROE naik sebesar
1 poin akan menurunkan nilai beta saham sebesar -0,013.
3) Koefisien regresi sebesar 0,002 menunjukkan bahwa jika nilai DER naik sebesar 1
poin akan menaikkan nilai beta saham sebesar 0,002.
4) Koefisien regresi sebesar 0,000019 menunjukkan bahwa jika nilai EPS naik
sebesar Rp. 1,- maka akan menaikkan nilai beta saham sebesar 0,000019.
5) Koefisien regresi sebesar 0,012 menunjukkan bahwa jika nilai PER naik sebesar 1
kali, maka akan menaikkan nilai beta saham sebesar 0,012.
6) Dari hasil perhitungan berdasarkan output SPSS, variabel yang memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap beta saham yaitu return on equity (ROE) dan price
earning ratio (PER), sedangkan debt to equity ratio (DER) dan earning per share
(EPS) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap beta saham.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditunjukkan bahwa, naiknya nilai
return on equity (ROE) akan menurunkan nilai beta saham dan naiknya nilai price
earning ratio (PER) akan menaikkan nilai beta saham.
e. Pembahasan Hasil Penelitian
Secara umum kondisi perekonomian Indonesia selama tahun 2004-2010
berada dalam kondisi yang cukup stabil. Pasar modal di Indonesia baru mulai bangkit
kembali pada tahun 2003 setelah sebelumnya pada tahun 1997 krisis finansial
memukul perekonomian Indonesia. Kebangkitan harga saham-saham yang terdaftar
di bursa dipengaruhi oleh membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia sejak tahun
2002. Pertumbuhan ekonomi, meskipun belum mencapai tingkat pertumbuhan seperti
92
pada waktu sebelum krisis, telah mencapai tingkat pertumbuhan yang cukup baik,
yaitu 4,1% pada tahun 2003 dan 5,1% pada tahun 2004.67
Dari tahun 2005 sampai dengan 2009 kinerja pasar modal Indonesia
mengalami tren pertumbuhan yang meningkat, kecuali penurunan yang tajam di tahun
2008 sebagai akibat dari krisis global diparuh kedua tahun 2008. Pada akhir tahun
2009 indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mencapai level 2.534,36 mengalami
kenaikan sebesar 117,98% dibandingkan dengan IHSG pada tahun 2005 yang berada
pada level 1.162,63. Pada semester kedua tahun 2008 dan kuartal pertama tahun
2009, telah terjadi krisis global yang sangat besar yang dampaknya telah menjatuhkan
secara drastis indeks harga saham di bursa-bursa dunia termasuk Indonesia.
Pergerakan IHSG dalam kurun waktu 2005 - 2009 dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
periode, yakni periode pertumbuhan cepat (rapid growth) dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2007, periode penurunan drastis (crisis) sepanjang tahun 2008, dan
periode pemulihan (recovery) sepanjang tahun 2009. Pada periode rapid growth,
IHSG mengalami kenaikan yang relatif cepat dari 1.162,63 menjadi 2.745,83, yakni
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 41,20% per tahun. Sedangkan pada periode
krisis, sebagai dampak daripada krisis global, IHSG mengalami penurunan drastis
sebesar 50,64% yakni dari 2.745,83 di akhir tahun 2007 menjadi 1.355,41 di akhir
tahun 2008. IHSG terendah terjadi pada tanggal 28 Oktober 2008 yaitu sebesar
67
Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, h.16.
93
1.111,39. Sedangkan pada periode recovery, IHSG melonjak sebesar 86,98%, yakni
dari 1.355,41 pada 30 Desember 2008 menjadi 2.534,36 pada 30 Desember 2009.68
Dan sepanjang tahun 2010 kinerja IHSG terus membaik, hal tersebut ditandai
dengan nilai kapitalisasi pasar sepanjang tahun 2010 sebesar Rp 3.243,77 triliun.
Angka itu meningkat 60,63 persen dibandingkan 2009, yakni Rp 2.019,38 triliun.
IHSG BEI ditutup pada posisi 3.703,51 poin atau menguat sebesar 46,13 persen
dibanding posisi penutupan akhir 2009 yang berada di posisi 2.534,36. Pada
penutupan perdagangan IHSG pada akhir tahun 2010, kinerja IHSG mencatat hasil
terbaik di Asia Pasifik.69
Membaiknya kondisi ekonomi tentu membawa pengaruh yang positif bagi
perkembangan pasar modal Indonesia. Pasar modal adalah pasar yang sangat rentan
terhadap isu. Namun demikian investor dapat meminimalisir risiko berinvestasi pada
saham dengan cara memilih saham-saham perusahaan yang memiliki fundamental
keuangan yang kuat.70
Ketahanan bisnis terhadap goncangan siklus ekonomi akan menentukan
indeks beta suatu perusahaan. Dalam kondisi perekonomian yang kurang baik, semua
perusahaan akan terkena dampaknya, namun tingkat kepekaan masing-masing
perusahaan berbeda-beda. Semakin besar indeks beta suatu perusahaan, akan semakin
68
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan, “Master Plan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank 2010-2014”, dokumen
diakses pada 16 Agustus 2011 dari http://www.bapepam.go.id/pasar modal /publikasi pm/info
pm/MASTERPLAN BAPEPAMLK 2010-2014.pdf 69
Indonesia Proud, Kinerja IHSG Indonesia 2010 Terbaik di Asia Pasifik, artikel di akses
pada 16 Agustus 2011 dari http://indonesiaproud.wordpress.com/2011/01/05/kinerja-ihsg-indonesia-
2010-terbaik-di-asia-pasifik/ 70
Sawidji Widoatmodjo, Teknik Memetik Keuntungan di Bursa Efek, h.28.
94
besar pula risiko yang akan dihadapi oleh investor. Namun tidak menutup pula
kemungkinan investor akan mendapat return yang tinggi pula dimasa yang akan
datang meskipun return tersebut belum tentu dapat terealisir. Oleh karena itu investor
penting sekali untuk memperhatikan faktor fundamental perusahaan dalam hal ini
yang memiliki pengaruh terhadap risiko atau beta saham.
Berdasarkan hasil pengujian statistik mengenai pengaruh faktor fundamental
(ROE, DER, EPS dan PER) terhadap beta saham, berikut ini akan dibahas hasil
penelitian mengenai pengaruh variabel-variabel tersebut :
1). Return On Equity (ROE)
Dari hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara parsial variabel
ROE memiliki pengaruh yang signifikan terhadap beta saham. Untuk dapat
menghindari atau paling tidak memperkecil kerugian, investor haruslah mengetahui
informasi fundamental atas saham yang hendak dijadikan objek investasi. Salah satu
informasi fundamental yang penting adalah ROE. Perusahaan yang memiliki return
atau laba yang tinggi akan memiliki performance keuangan yang baik. Perusahaan
yang mampu menghasilkan ROE yang tinggi secara konsisten menandakan bahwa
secara fundamental dan finansial perusahaan tersebut memiliki performance yang
bagus.
Perusahaan yang memiliki fundamental yang bagus akan lebih mampu
bertahan dalam kondisi apapun termasuk pada saat perekonomian sedang krisis,
sehingga peruahaan mampu meminimalisir risiko yang timbul. Hal ini dibuktikan
dalam penelitian ini yaitu bahwa variabel ROE memiliki pengaruh negatif terhadap
95
beta saham, dimana ketika suatu perusahaan mampu meningkatkan ROE-nya, maka
risiko atau beta sahamnya akan turun.
2). Debt to Equity Ratio (DER)
Berdasarkan teori, semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh
perusahaan maka akan semakin besar risiko yang akan ditanggung oleh pemilik
modal.71
Hal ini dapat terlihat dari arah koefisien regresi DER yang positif terhadap
beta saham. Artinya pada saat nilai DER semakin besar, nilai beta saham juga
semakin besar. Walaupun berdasarkan hasil penelitian ini secara parsial DER tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap beta saham. Hal ini karena pada periode tahun
2004 hingga 2010, kondisi perekonomian cukup stabil, dan perusahaan-perusahaan
atau emiten telah melakukan pengaturan yang baik terhadap struktur modalnya,
terutama tingkat penggunaan hutangnya sehingga nilai DER dalam posisi yang cukup
aman termasuk pada saat menghadapi krisis finansial global pada tahun 2008,
disamping itu emiten juga mampu menjaga tingkat profitabilitasnya sehingga dalam
hal ini nilai DER-nya tidak sampai mempengaruhi atau meningkatkan risiko
perusahaan.
3). Earning Per Share (EPS)
Kinerja perusahaan salah satunya tercermin dari laba bersih per saham atau
earning per share, yang menggambarkan kekuatan manajemen dalam mengelola
perusahaan. Untuk dapat meningkatkan pembayaran dividennya, perusahaan harus
mampu meningkatkan laba yang diperoleh. Pemodal sering memusatkan perhatian
71
Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, h.113.
96
pada laba per lembar saham (EPS) dalam melakukan analisis investasi. Berdasarkan
hasil penelitian ini, untuk periode tahun 2004 hingga tahun 2010 nilai EPS tidak
memiliki pengaruh terhadap beta saham. Hal ini karena pada periode tersebut nilai
EPS perusahaan cenderung stabil. Terlihat juga dari nilai rata-rata EPS emiten yang
ada dalam Jakarta Islamic Index pada periode tahun 2004 hingga 2010, mampu
mempertahankan nilai EPS-nya dan semakin meningkat setiap tahunnya.
Maju mundurnya suatu perusahaan tercermin dari keuntungan yang dapat
diperoleh setiap tahun. Suatu perusahaan yang mampu meraih keuntungan setiap
tahunnya mengindikasikan suatu kemajuan, sedangkan jika menderita kerugian setiap
tahunnya mengindikasikan kebangkrutan.72
4). Price Earning Ratio (PER)
PER merupakan rasio antara harga saham perlembar dengan laba yang
tersedia bagi pemegang saham (EPS). Analis sekuritas dan investor menggunakan
nilai PER untuk melakukan penilaian atas suatu saham atau untuk menilai kewajaran
harga saham.73
Seringkali suatu saham hanya menghasilkan nilai EPS yang relatif
rendah apabila dibandingkan dengan harga sahamnya. Semakin tinggi nilai PER,
semakin nampak rendah EPS apabila dibandingkan dengan harga sahamnya.
Nilai PER yang tinggi menunjukkan bahwa pemodal atau investor bersedia
membayar saham dengan harga harga yang tinggi meskipun EPS-nya relatif rendah,
dengan harapan pertumbuhan laba perusahaan dimasa yang akan datang semakin
72
Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h.130. 73
Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, h.292.
97
tinggi sehingga dividennya juga tinggi. Dalam hal ini investor memiliki ekspektasi
atau pengharapan yang tinggi pada saham perusahaan tersebut. Dan tentunya setiap
ekspektasi akan selalu dihadapkan juga pada risiko tidak terpenuhinya harapan
tersebut, dimana semakin tinggi return yang diharapkan semakin tinggi risiko yang
akan dihadapi. Hal ini dibuktikan juga dari hasil penelitian ini yaitu bahwa nilai PER
secara parsial berpengaruh positif terhadap beta saham. Artinya semakin tinggi PER
akan berpengaruh pada semakin tinggi pula risiko atau beta sahamnya.
98
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai fundamental perusahaan berdasarkan rasio return on equity (ROE), debt to
equity ratio (DER), earning per share (EPS), dan price earning ratio (PER) pada
saham-saham yang tetap masuk dalam JII dari tahun 2004 hingga tahun 2010
yaitu:
a. Return On Equity (ROE) mengukur seberapa besar kemampuan modal sendiri
dalam menghasilkan laba. Nilai dari ROE yaitu:
1) Pada tahun 2004 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 30.52%.
2) Pada tahun 2005 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 30.844%.
3) Pada tahun 2006 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 34.31%.
4) Pada tahun 2007 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 48.39%.
5) Pada tahun 2008 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 33.51%.
6) Pada tahun 2009 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 32.64%.
7) Pada tahun 2010 nilai rata-rata ROE positif, yaitu sebesar 33.89%.
b. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan ukuran rasio jumlah utang (baik utang
jangka pendek maupun utang jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri
yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Nilai dari DER yaitu:
99
1) Pada tahun 2004 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 99.336%.
2) Pada tahun 2005 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 79.909%.
3) Pada tahun 2006 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 65.667%.
4) Pada tahun 2007 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 59.086%.
5) Pada tahun 2008 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 59.439%.
6) Pada tahun 2009 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 53.867%.
7) Pada tahun 2010 nilai rata-rata DER yaitu sebesar 49.603%.
c. Earning per share menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap
dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Nilai dari EPS yaitu:
1) Pada tahun 2004 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.160,29.
2) Pada tahun 2005 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.205,397.
3) Pada tahun 2006 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.261,584.
4) Pada tahun 2007 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.459,153.
5) Pada tahun 2008 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.390,01.
6) Pada tahun 2009 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.465,566.
7) Pada tahun 2010 nilai rata-rata EPS yaitu sebesar Rp.493,181.
d. Rasio harga terhadap laba (price earning ratio) merupakan rasio harga per
saham (price) terhadap laba per saham (earning per share). Nilai dari PER
yaitu:
1) Pada tahun 2004 nilai rata-rata PER yaitu 24,86 kali.
2) Pada tahun 2005 nilai rata-rata PER yaitu 23,63 kali.
3) Pada tahun 2006 nilai rata-rata PER yaitu 33,58 kali.
100
4) Pada tahun 2007 nilai rata-rata PER yaitu 31,9 kali.
5) Pada tahun 2008 nilai rata-rata PER yaitu 10,58 kali.
6) Pada tahun 2009 nilai rata-rata PER yaitu 20,60 kali.
7) Pada tahun 2010 nilai rata-rata PER yaitu 20,91 kali.
2. Ukuran risiko setiap saham diukur dengan menggunakan (beta). Jika beta suatu
saham sama dengan 1, maka risikonya secara individual sama besar dengan risiko
pasar. Bila beta suatu saham lebih besar dari 1, maka risiko individualnya lebih
besar dibanding risiko pasar. Dan jika beta suatu saham lebih kecil dari 1, maka
risikonya secara individual lebih kecil dibandingkan dengan risiko pasar. Nilai
beta saham dari emiten-emiten yang tetap masuk dalam JII dari tahun 2004 hingga
tahun 2010 yaitu:
a. Pada tahun 2004 nilai rata-rata beta saham sebesar 1.498.
b. Pada tahun 2005 nilai rata-rata beta saham adalah 0.856.
c. Pada tahun 2006 nilai rata-rata beta saham adalah 1.035.
d. Pada tahun 2007 nilai rata-rata beta saham adalah 0.847.
e. Pada tahun 2008 nilai rata-rata beta saham adalah 0.981.
f. Pada tahun 2009 nilai rata-rata beta saham adalah 0.978.
g. Pada tahun 2010, nilai rata-rata beta saham adalah 0.931.
3. Hasil pengujian hipotesis dengan analisis regresi linier berganda untuk menguji
pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah yaitu
sebagai berikut:
101
a. Secara simultan hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan
antara Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share
(EPS), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap beta saham syariah periode
tahun 2004 – 2010.
b. Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On Equity
(ROE) terhadap beta saham syariah, yaitu ROE memiliki pengaruh negatif
terhadap beta saham, dimana ketika suatu perusahaan mampu meningkatkan
ROE-nya, maka beta sahamnya akan turun.
c. Secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap beta saham syariah periode tahun 2004 – 2010.
d. Secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara Earning Per Share
(EPS) terhadap Beta Saham Syariah periode tahun 2004–2010.
e. Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara Price Earning Ratio
(PER) terhadap Beta Saham Syariah periode tahun 2004 – 2010, yaitu PER
secara parsial berpengaruh positif terhadap beta saham. Artinya semakin tinggi
PER akan berpengaruh pada semakin tinggi pula risiko atau beta sahamnya.
f. Nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 25% menunjukkan bahwa
kontribusi Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per
Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) dalam menjelaskan variasi Beta
Saham Syariah hanya sebesar 25% dan sisanya sebesar 75% dipengaruhi oleh
variabel lain yang penulis tidak diteliti.
102
g. Variabel yang paling dominan mempengaruhi Beta Saham Syariah adalah
Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER). Artinya kedua
variabel ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan Beta
Saham Syariah periode 2004-2010.
B. SARAN
Berkaitan dengan penelitian ini penulis menyarankan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Bagi Investor sebelum mengambil keputusan berinvestasi pada saham, sebaiknya
perlu memperhatikan informasi-informasi yang diindikasikan mempunyai
pengaruh signifikan terhadap beta saham. Iinvestor dapat menggunakan variabel
Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER) sebagai pijakan dalam
berinvestasi, karena dalam penelitian ini variabel Return On Equity (ROE) dan
Price Earning Ratio (PER) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Beta
Saham Syariah. Investor dapat mengestimasi beta suatu saham perusahaan dengan
melihat nilai Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER). Setelah
investor dapat mengestimasi beta, maka investor dapat menentukan pilihan
investasinya pada perusahaan dengan beta saham yang tinggi atau rendah, hal ini
disesuaikan dengan tipe dan karakteristik dari investor sendiri.
2. Bagi Perusahaan, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk mengambill
keputusan. Pihak perusahaan dapat mempertahankan nilai Return On Equity
(ROE) agar nilainya tidak rendah. Dengan meningkatkan nilai Return On Equity
(ROE) maka perusahaan dapat meminimalkan risiko atau beta sahamnya.
103
Perusahaan juga perlu memperhatikan nilai Price Earning Ratio (PER), karena
PER merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi beta saham. Kedua langkah
tersebut dapat dilakukan untuk mengatur atau mengantisipasi beta saham dari
perusahaan.
3. Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi penelitian berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik
lagi. Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya yaitu nilai koefisien
determinasi sebesar 25% dapat dikatakan kecil, sehingga model regresi yang
didapatkan dari penelitian ini walaupun dapat digunakan untuk memprediksi beta
saham, namun hasil taksirannya belum cukup akurat. Untuk itu bagi akademisi
perlu diadakan penelitian selanjutnya, yakni dengan menyempurnakan penelitian
ini dengan memasukkan dalam model penelitian faktor-faktor lainnya yang
diperkirakan dapat mempengaruhi beta saham. Faktor tersebut yaitu faktor makro
ekonomi, seperti tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar, Produk
Domestik Bruto (PDB), tingkat suku bunga, dan lain-lain. Juga faktor fundamental
perusahaan lainnnya yang belum diteliti, seperti dividend payout, pertumbuhan
aktiva, likuiditas, dan lain-lain. Penelitian selanjutnya juga dapat membandingkan
beta saham syariah dengan beta saham dari kelompok saham lain yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan menggunakan rentang waktu yang berbeda
dan lebih lama agar diperoleh hasil yang lebih akurat, dan melakukan
pengembangan teori sehingga penelitian selanjutnya lebih baik dan komprehensif.
104
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kamarudin. Dasar-dasar Manajemen Investasi, Cetakan Pertama. Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1996.
Andriani, Yuli. Penerapan Model Indeks Tunggal dalam Menghitung Beta Saham
Jakarta Islamic Index untuk Mengukur Risiko Sistematis, Volume 13 Nomor 2
(A). Jurnal Penelitian Sains. Jurusan Matematika FMIPA Universitas
Sriwijaya, 2010.
Aneka Tambang (Persero) Tbk. “Laporan Tahunan 2010 Annual Report”. Dokumen
diakses pada 11 Juli 2011 dari http://www.antam.com.
Astuti, Dewi. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia,
2004, Cetakan Pertama.
Atmaja, Lukas Setia. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Penerbit
CV.ANDI OFFSET, 2008.
Bodie, Zvi, et.al. Investment. New York: McGraw-Hill/Irwin, 2008.
Fauzi, Ahmad. ”Analisis Pengaruh Indikator Fundamental dan Makro Ekonomi
Terhadap Beta Saham-saham kelompok properti dan real estate. Periode
tahun 2004-2008”. Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Firdaus, Muhammad, dkk, Sistem Keuangan Syariah dan Investasi Syariah. Jakarta:
Renaisan, 2005.
Gujarati, Damodar. Basic Econometrics, Third Edition. New York: Mc-Graw Hill
Inc, 1995.
Hamid, Abdul. Pasar Modal Syariah, Cetakan 1. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009.
Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Cetakan Kedua. Jakarta:
PT.Bumi Aksara, 2006.
Hadi, Sutrisno. Statistik 2, Cetakan Keenambelas. Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1996.
105
Huda, Nurul dan Nasution, Mustafa Edwin. Investasi pada Pasar Modal Syariah,
Edisi Revisi, Cetakan Ke-2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Husnan, Suad. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Keempat,
Cetakan Pertama. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN,
2005.
Hulwati. Transaksi Saham di Pasar Modal Indonesia Perspektif Hukum Ekonomi
Islam. Yogyakarta: UII Press, 2001.
International Nickel Indonesia Tbk. “Laporan Tahunan 2010 Annual Report”.
Dokumen diakses pada 11 Juli 2011 dari http://www.pt-inco.co.id.
International Nickel Indonesia Tbk. “Laporan Tahunan 2009 Annual Report”.
Dokumen diakses pada 27 Mei 2011 dari http://www.pt-inco.co.id.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. “Laporan Tahunan 2010 Annual Report”.
Dokumen diakses pada 28 Mei 2011 dari www.indocement.co.id.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. “Laporan Tahunan 2009 Annual Report”.
Dokumen diakses pada 28 Mei 2011 dari www.indocement.co.id.
Indonesia Proud. “Kinerja IHSG Indonesia 2010 Terbaik di Asia Pasifik”. Artikel di
akses pada 16 Agustus 2011 dari
http://indonesiaproud.wordpress.com/2011/01/05/kinerja-ihsg-indonesia-2010-
terbaik-di-asia-pasifik/
Oei, Istijanto, Kiat Investasi Valas, Emas, Saham. Jakara: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2009.
Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 3. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta, 2003.
Kalbe Farma Tbk. “Laporan Tahunan 2010 Annual Report”. Dokumen diakses pada
28 Mei 2011 dari www.kalbe.co.id.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan. “Master Plan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non
Bank 2010-2014”, dokumen diakses pada 16 Agustus 2011 dari
http://www.bapepam.go.id/pasar modal /publikasi pm/info
pm/MASTERPLAN BAPEPAMLK 2010-2014.pdf
106
Keown, Arthur J. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Cetakan Kelima, Jilid 1.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999.
Manurung, Adler H dan Rizky, Lutfi T. Successful Financial Planner: A Complete
Guide. Jakarta: Grasindo, 2009.
Nachrowi, Nachrowi Djalal dan Hardius Usman, Penggunaan Teknik Ekonometri.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.
Naibaho, Franky Pengenalan Analisa Fundamental: Materi Kelas Intermediate
Sekolah Pasar Modal 2011, 8 Juni 2011. Jakarta: PT. CIMB Securities
Indonesia, 2011.
Nasution, Mustafa Edwin. Dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007.
Parmono, Agung. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Sistematis
(Beta) Saham Perusahaan Industri Manufaktur Periode 1994-2000 Di Bursa
Efek Jakarta. Tesis. Program Studi Magister Akuntansi, Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro, 2001.
PT Bukit Asam (Persero) Tbk. “Laporan Tahunan 2010 Annual Report”. Dokumen
diakses pada 11 Juli 2011 dari www.ptba.co.id.
PT Bukit Asam (Persero) Tbk. “Laporan Tahunan 2010 Annual Report”. Dokumen
diakses pada 28 Mei 2011 dari www.ptba.co.id.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. “Laporan Tahunan 2010 Annual Report”.
Dokumen diakses pada 28 Mei 2011 dari www.telkom.co.id.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. “Laporan Tahunan 2009 Annual Report”.
Dokumen diakses pada 28 Mei 2011 dari www.telkom.co.id.
PT Unilever Indonesia Tbk. “Laporan Tahunan 2009 Annual Report”. Dokumen
diakses pada 28 Mei 2011 dari www.unilever.co.id.
PT Unilever Indonesia Tbk. “Laporan Tahunan 2009 Annual Report”. Dokumen
diakses pada 28 Mei 2011 dari www.unilever.co.id.
Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Samsul, Mohamad. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2006.
107
Santoso, Singgih. SPSS Statistik Multivariat, Cetakan ketiga. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2004.
Sihombing, Gregorius. Kaya dan Pintar Jadi Trader dan Investor Saham.
Yogyakarta: Penerbit Indonesia Cerdas, 2008.
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana, 2009.
Sunyoto, Danang. Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat. Yogyakarta: Amara Books,
2007.
Sundjaja, Ridwan S. dkk, Manajemen Keuangan 2. Bandung: Literata Lintas Media,
2010.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Penerbit
Ekonisa, Fak.Hukum UII Yogyakart, 2007.
Sumitro, Warkum. Asas-AsasPerbankan Islam dan Lembaga Terkait: Bamui,Takaful.
dan Pasar Modal Syariah di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2004.
Van Horne, James C dan John M.Wachowicz JR. Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan . Jakarta: Salemba Empat, 2005.
Weston, J. Fred dan Brigham, Eugene F. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi
Kesembilan, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1989.
Widoatmodjo, Sawidji. Teknik Memetik Keuntungan di Bursa Efek. Cetakan Pertama.
Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 1996.
Yahoo Finance. “Historical Prices Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM.JK)”.
Dokumen ini diakses pada 6 Juni 2011 dari
http://finance.yahoo.com/q/hp?s=ANTM.JK.
Yahoo Finance. “Historical Prices International Nickel Indonesia (INCO.JK)”.
Dokumen ini diakses pada 6 Juni 2011 dari
http://finance.yahoo.com/q/hp?s=INCO.JK.
Yahoo Finance. “Historical Prices Indocement Tunggal Prakasa (INTP.JK)”.
Dokumen ini diakses pada 6 Juni 2011 dari
http://finance.yahoo.com/q/hp?s=INTP.JK.
108
Yahoo Finance. “Historical Prices Kalbe Farma (KLBF.JK)”. Dokumen ini diakses
pada 6 Juni 2011 dari http://finance.yahoo.com/q/hp?s=KLBF.JK.
Yahoo Finance. “Historical Prices Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA.JK)”.
Dokumen ini diakses pada 6 Juni 2011 dari
http://finance.yahoo.com/q/hp?s=PTBA.JK.
Yahoo Finance. “Historical Prices Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA.JK)”.
Dokumen ini diakses pada 6 Juni 2011 dari
http://finance.yahoo.com/q/hp?s=PTBA.JK.
Yahoo Finance. “Historical Prices Telekomunikasi Indonesia (TLKM.JK)”.
Dokumen ini diakses pada 6 Juni 2011 dari
http://finance.yahoo.com/q/hp?s=TLKM.JK.
Yahoo Finance. “Historical Prices Unilever Indonesia (UNVR.JK)”. Dokumen ini
diakses pada 6 Juni 2011 dari http://finance.yahoo.com/q/hp?s=UNVR.JK.
109
LAMPIRAN
A. Harga Saham dan Perhitungan Return
1. Tahun 2004
a. ANTM
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-04 1500
Feb-04 1500 0 1500 0
Mar-04 1225 -275 1500 -0.18333333
Apr-04 1200 -25 1225 -0.02040816
May-04 1075 -125 1200 -0.10416667
Jun-04 1250 175 1075 0.162790698
Jul-04 1225 -25 1250 -0.02
Aug-04 1250 25 1225 0.020408163
Sep-04 1375 125 1250 0.1
Oct-04 1500 125 1375 0.090909091
Nov-04 1775 275 1500 0.183333333
Dec-04 1725 -50 1775 -0.02816901
b. INCO
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-04 3300
Feb-04 4500 1200 3300 0.363636364
Mar-04 4500 0 4500 0
Apr-04 3400 -1100 4500 -0.24444444
May-04 3150 -250 3400 -0.07352941
Jun-04 3465 315 3150 0.1
Jul-04 3455 -10 3465 -0.002886
Aug-04 810 -2645 3455 -0.76555716
Sep-04 1015 205 810 0.25308642
Oct-04 1055 40 1015 0.039408867
Nov-04 1185 130 1055 0.123222749
Dec-04 1155 -30 1185 -0.02531646
110
c. INTP
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-04 2400
Feb-04 2375 -25 2400 -0.01041667
Mar-04 1900 -475 2375 -0.2
Apr-04 1900 0 1900 0
May-04 1550 -350 1900 -0.18421053
Jun-04 1425 -125 1550 -0.08064516
Jul-04 1600 175 1425 0.122807018
Aug-04 1600 0 1600 0
Sep-04 1950 350 1600 0.21875
Oct-04 1925 -25 1950 -0.01282051
Nov-04 2900 975 1925 0.506493506
Dec-04 3075 175 2900 0.060344828
d. KLBF
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-04 490
Feb-04 525 35 490 0.071428571
Mar-04 470 -55 525 -0.104761905
Apr-04 500 30 470 0.063829787
May-04 410 -90 500 -0.18
Jun-04 360 -50 410 -0.12195122
Jul-04 405 45 360 0.125
Aug-04 405 0 405 0
Sep-04 410 5 405 0.012345679
Oct-04 450 40 410 0.097560976
Nov-04 550 100 450 0.222222222
Dec-04 550 0 550 0
e. PTBA
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-04 825
Feb-04 800 -25 825 -0.03030303
Mar-04 775 -25 800 -0.03125
Apr-04 825 50 775 0.064516129
May-04 750 -75 825 -0.09090909
Jun-04 675 -75 750 -0.1
111
Jul-04 725 50 675 0.074074074
Aug-04 775 50 725 0.068965517
Sep-04 850 75 775 0.096774194
Oct-04 925 75 850 0.088235294
Nov-04 1425 500 925 0.540540541
Dec-04 1525 100 1425 0.070175439
f. TLKM
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-04 7550
Feb-04 7300 -250 7550 -0.03311258
Mar-04 7000 -300 7300 -0.04109589
Apr-04 8050 1050 7000 0.15
May-04 7400 -650 8050 -0.08074534
Jun-04 7400 0 7400 0
Jul-04 7750 350 7400 0.0472973
Aug-04 7650 -100 7750 -0.01290323
Sep-04 4150 -3500 7650 -0.45751634
Oct-04 4350 200 4150 0.04819277
Nov-04 5000 650 4350 0.14942529
Dec-04 4825 -175 5000 -0.035
g. UNVR
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
1-Jan-04 3825
2-Feb-04 3400 -425 3825 -0.11111111
1-Mar-04 3550 150 3400 0.044117647
1-Apr-04 3675 125 3550 0.035211268
3-May-04 3600 -75 3675 -0.02040816
1-Jun-04 3925 325 3600 0.090277778
1-Jul-04 3775 -150 3925 -0.03821656
2-Aug-04 3350 -425 3775 -0.11258278
1-Sep-04 3250 -100 3350 -0.02985075
1-Oct-04 3275 25 3250 0.007692308
1-Nov-04 3325 50 3275 0.015267176
1-Dec-04 3300 -25 3325 -0.0075188
112
h. IHSG
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
2-Jan-2004 752.93
3-Feb-2004 761.08 8.15 752.93 0.010824379
1-Mar-2004 735.68 -25.4 761.08 -0.03337363
1-Apr-2004 783.41 47.73 735.68 0.064878752
4-May-2004 732.52 -50.89 783.41 -0.0649596
1-Jun-2004 732.4 -0.12 732.52 -0.00016382
1-Jul-2004 756.98 24.58 732.4 0.033560896
2-Aug-2004 754.7 -2.28 756.98 -0.00301197
1-Sep-2004 820.13 65.43 754.7 0.086696701
1-Oct-2004 860.49 40.36 820.13 0.04921171
1-Nov-2004 977.77 117.28 860.49 0.136294437
1-Dec-2004 1000.23 22.46 977.77 0.022970637
2. Tahun 2005
a. ANTM
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-05 1820
Feb-05 2150 330 1820 0.181319
Mar-05 2250 100 2150 0.046512
Apr-05 2125 -125 2250 -0.055556
May-05 2350 225 2125 0.105882
Jun-05 2400 50 2350 0.021277
Jul-05 2425 25 2400 0.010417
Aug-05 2250 -175 2425 -0.072165
Sep-05 2725 475 2250 0.211111
Oct-05 2575 -150 2725 -0.055046
Nov-05 2850 275 2575 0.106796
Dec-05 3575 725 2850 0.254386
b. INCO
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-05 11650
Feb-05 14300 2650 11650 0.22746781
Mar-05 13600 -700 14300 -0.04895105
Apr-05 14000 400 13600 0.02941176
113
May-05 13900 -100 14000 -0.00714286
Jun-05 14150 250 13900 0.01798561
Jul-05 15000 850 14150 0.06007067
Aug-05 15600 600 15000 0.04
Sep-05 15500 -100 15600 -0.00641026
Oct-05 14450 -1050 15500 -0.06774194
Nov-05 12800 -1650 14450 -0.11418685
Dec-05 13150 350 12800 0.02734375
c. INTP
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-05 3450
Feb-05 3150 -300 3450 -0.08695652
Mar-05 2800 -350 3150 -0.11111111
Apr-05 2650 -150 2800 -0.05357143
May-05 3200 550 2650 0.20754717
Jun-05 3450 250 3200 0.078125
Jul-05 3600 150 3450 0.04347826
Aug-05 2925 -675 3600 -0.1875
Sep-05 2900 -25 2925 -0.00854701
Oct-05 3300 400 2900 0.13793103
Nov-05 3225 -75 3300 -0.02272727
Dec-05 3550 325 3225 0.10077519
d. KLBF
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-05 580
Feb-05 700 120 580 0.206896552
Mar-05 680 -20 700 -0.02857143
Apr-05 670 -10 680 -0.01470588
May-05 720 50 670 0.074626866
Jun-05 710 -10 720 -0.01388889
Jul-05 700 -10 710 -0.01408451
Aug-05 640 -60 700 -0.08571429
Sep-05 620 -20 640 -0.03125
Oct-05 570 -50 620 -0.08064516
114
Nov-05 580 10 570 0.01754386
Dec-05 990 410 580 0.706896552
e. PTBA
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-05 1650
Feb-05 1660 10 1650 0.00606061
Mar-05 1520 -140 1660 -0.08433735
Apr-05 1550 30 1520 0.01973684
May-05 1560 10 1550 0.00645161
Jun-05 1590 30 1560 0.01923077
Jul-05 1570 -20 1590 -0.01257862
Aug-05 1740 170 1570 0.10828025
Sep-05 1630 -110 1740 -0.06321839
Oct-05 1780 150 1630 0.09202454
Nov-05 1690 -90 1780 -0.0505618
Dec-05 1800 110 1690 0.06508876
f. TLKM
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-05 4800
Feb-05 4425 -375 4800 -0.078125
Mar-05 4475 50 4425 0.01129944
Apr-05 4275 -200 4475 -0.0446927
May-05 4650 375 4275 0.0877193
Jun-05 5000 350 4650 0.07526882
Jul-05 5550 550 5000 0.11
Aug-05 5150 -400 5550 -0.0720721
Sep-05 5350 200 5150 0.03883495
Oct-05 5000 -350 5350 -0.0654206
Nov-05 5500 500 5000 0.1
Dec-05 5900 400 5500 0.07272727
g. UNVR
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-05 3500
115
Feb-05 3550 50 3500 0.014285714
Mar-05 3825 275 3550 0.077464789
Apr-05 3750 -75 3825 -0.01960784
May-05 4575 825 3750 0.22
Jun-05 4075 -500 4575 -0.10928962
Jul-05 4350 275 4075 0.067484663
Aug-05 4225 -125 4350 -0.02873563
Sep-05 4075 -150 4225 -0.03550296
Oct-05 4375 300 4075 0.073619632
Nov-05 4325 -50 4375 -0.01142857
Dec-05 4275 -50 4325 -0.01156069
h. IHSG
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-05 1045.44
Feb-05 1073.83 28.39 1045.44 0.02715603
Mar-05 1080.17 6.34 1073.83 0.0059041
Apr-05 1029.61 -50.56 1080.17 -0.04680745
May-05 1088.17 58.56 1029.61 0.056875904
Jun-05 1122.38 34.21 1088.17 0.031438103
Jul-05 1182.3 59.92 1122.38 0.053386554
Aug-05 1050.09 -132.21 1182.3 -0.11182441
Sep-05 1079.28 29.19 1050.09 0.027797617
Oct-05 1066.22 -13.06 1079.28 -0.01210066
Nov-05 1096.64 30.42 1066.22 0.028530697
Dec-05 1162.64 66 1096.64 0.060183834
3. Tahun 2006
a. ANTM
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-06 4275
Feb-06 4025 -250 4275 -0.05847953
Mar-06 4350 325 4025 0.080745342
Apr-06 5750 1400 4350 0.32183908
May-06 4450 -1300 5750 -0.22608696
Jun-06 4625 175 4450 0.039325843
116
Jul-06 5200 575 4625 0.124324324
Aug-06 5400 200 5200 0.038461538
Sep-06 5500 100 5400 0.018518519
Oct-06 6950 1450 5500 0.263636364
Nov-06 7550 600 6950 0.086330935
Dec-06 8000 450 7550 0.059602649
b. INCO
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-06 14550
Feb-06 15600 1050 14550 0.07216495
Mar-06 17150 1550 15600 0.09935897
Apr-06 20000 2850 17150 0.16618076
May-06 19750 -250 20000 -0.0125
Jun-06 19550 -200 19750 -0.01012658
Jul-06 19950 400 19550 0.02046036
Aug-06 22000 2050 19950 0.10275689
Sep-06 23000 1000 22000 0.04545455
Oct-06 26300 3300 23000 0.14347826
Nov-06 27500 1200 26300 0.04562738
Dec-06 31000 3500 27500 0.12727273
c. INTP
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-06 3950
Feb-06 4425 475 3950 0.120253165
Mar-06 4375 -50 4425 -0.01129944
Apr-06 5000 625 4375 0.142857143
May-06 3850 -1150 5000 -0.23
Jun-06 4200 350 3850 0.090909091
Jul-06 4200 0 4200 0
Aug-06 4575 375 4200 0.089285714
Sep-06 4925 350 4575 0.076502732
Oct-06 5000 75 4925 0.015228426
Nov-06 5350 350 5000 0.07
Dec-06 5750 400 5350 0.074766355
117
d. KLBF
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-06 1300
Feb-06 1360 60 1300 0.046153846
Mar-06 1360 0 1360 0
Apr-06 1520 160 1360 0.117647059
May-06 1310 -210 1520 -0.13815789
Jun-06 1250 -60 1310 -0.04580153
Jul-06 1200 -50 1250 -0.04
Aug-06 1120 -80 1200 -0.06666667
Sep-06 1320 200 1120 0.178571429
Oct-06 1360 40 1320 0.03030303
Nov-06 1180 -180 1360 -0.13235294
Dec-06 1190 10 1180 0.008474576
e. PTBA
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-06 1960
Feb-06 2050 90 1960 0.04591837
Mar-06 2075 25 2050 0.01219512
Apr-06 3000 925 2075 0.44578313
May-06 3350 350 3000 0.11666667
Jun-06 3150 -200 3350 -0.05970149
Jul-06 3275 125 3150 0.03968254
Aug-06 3400 125 3275 0.03816794
Sep-06 3375 -25 3400 -0.00735294
Oct-06 3450 75 3375 0.02222222
Nov-06 3250 -200 3450 -0.05797101
Dec-06 3525 275 3250 0.08461538
f. TLKM
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-06 6300
Feb-06 6200 -100 6300 -0.01587302
Mar-06 6900 700 6200 0.11290323
118
Apr-06 7550 650 6900 0.0942029
May-06 7050 -500 7550 -0.06622517
Jun-06 7350 300 7050 0.04255319
Jul-06 7450 100 7350 0.01360544
Aug-06 7900 450 7450 0.06040268
Sep-06 8450 550 7900 0.06962025
Oct-06 8400 -50 8450 -0.00591716
Nov-06 9900 1500 8400 0.17857143
Dec-06 10100 200 9900 0.02020202
g. UNVR
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-06 4300
Feb-06 4275 -25 4300 -0.00581395
Mar-06 4250 -25 4275 -0.00584795
Apr-06 4575 325 4250 0.076470588
May-06 4025 -550 4575 -0.12021858
Jun-06 4125 100 4025 0.02484472
Jul-06 4225 100 4125 0.024242424
Aug-06 4475 250 4225 0.059171598
Sep-06 4600 125 4475 0.027932961
Oct-06 4800 200 4600 0.043478261
Nov-06 6000 1200 4800 0.25
Dec-06 6600 600 6000 0.1
h. IHSG
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-06 1232.32
Feb-06 1230.66 -1.66 1232.32 -0.00134705
Mar-06 1322.97 92.31 1230.66 0.07500853
Apr-06 1464.41 141.44 1322.97 0.10691097
May-06 1330 -134.41 1464.41 -0.0917844
Jun-06 1310.26 -19.74 1330 -0.01484211
Jul-06 1351.65 41.39 1310.26 0.03158915
Aug-06 1431.26 79.61 1351.65 0.05889838
Sep-06 1534.61 103.35 1431.26 0.0722091
119
Oct-06 1582.63 48.02 1534.61 0.03129134
Nov-06 1718.96 136.33 1582.63 0.08614142
Dec-06 1805.52 86.56 1718.96 0.05035603
4. Tahun 2007
a. ANTM
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-07 7800
Feb-07 9100 1300 7800 0.16666667
Mar-07 11850 2750 9100 0.3021978
Apr-07 15600 3750 11850 0.3164557
May-07 14000 -1600 15600 -0.1025641
Jun-07 12550 -1450 14000 -0.10357143
Jul-07 2700 -9850 12550 -0.78486056
Aug-07 2250 -450 2700 -0.16666667
Sep-07 2775 525 2250 0.23333333
Oct-07 3350 575 2775 0.20720721
Nov-07 4675 1325 3350 0.39552239
Dec-07 4475 -200 4675 -0.04278075
b. INCO
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-07 33000
Feb-07 38800 5800 33000 0.175757576
Mar-07 54350 15550 38800 0.400773196
Apr-07 60800 6450 54350 0.118675253
May-07 55000 -5800 60800 -0.09539474
Jun-07 55500 500 55000 0.009090909
Jul-07 57200 1700 55500 0.030630631
Aug-07 53900 -3300 57200 -0.05769231
Sep-07 63500 9600 53900 0.178107607
Oct-07 90200 26700 63500 0.420472441
Nov-07 94250 4050 90200 0.044900222
Dec-07 96250 2000 94250 0.021220159
120
c. INTP
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-07 5350
Feb-07 5750 400 5350 0.074766355
Mar-07 5100 -650 5750 -0.11304348
Apr-07 5700 600 5100 0.117647059
May-07 5550 -150 5700 -0.02631579
Jun-07 6250 700 5550 0.126126126
Jul-07 6500 250 6250 0.04
Aug-07 6400 -100 6500 -0.01538462
Sep-07 6100 -300 6400 -0.046875
Oct-07 8200 2100 6100 0.344262295
Nov-07 7700 -500 8200 -0.06097561
Dec-07 8200 500 7700 0.064935065
d. KLBF
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-07 1300
Feb-07 1220 -80 1300 -0.06153846
Mar-07 1210 -10 1220 -0.00819672
Apr-07 1260 50 1210 0.041322314
May-07 1240 -20 1260 -0.01587302
Jun-07 1390 150 1240 0.120967742
Jul-07 1490 100 1390 0.071942446
Aug-07 1360 -130 1490 -0.08724832
Sep-07 1330 -30 1360 -0.02205882
Oct-07 1360 30 1330 0.022556391
Nov-07 1220 -140 1360 -0.10294118
Dec-07 1260 40 1220 0.032786885
e. PTBA
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-07 3125
Feb-07 3300 175 3125 0.056
Mar-07 3450 150 3300 0.045454545
Apr-07 3900 450 3450 0.130434783
121
May-07 5250 1350 3900 0.346153846
Jun-07 6550 1300 5250 0.247619048
Jul-07 6650 100 6550 0.015267176
Aug-07 5750 -900 6650 -0.13533835
Sep-07 6550 800 5750 0.139130435
Oct-07 9050 2500 6550 0.381679389
Nov-07 12100 3050 9050 0.337016575
Dec-07 12000 -100 12100 -0.00826446
f. TLKM
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-07 9450
Feb-07 8900 -550 9450 -0.05820106
Mar-07 9850 950 8900 0.106741573
Apr-07 10500 650 9850 0.065989848
May-07 9550 -950 10500 -0.09047619
Jun-07 9850 300 9550 0.031413613
Jul-07 11200 1350 9850 0.137055838
Aug-07 10850 -350 11200 -0.03125
Sep-07 11000 150 10850 0.013824885
Oct-07 10750 -250 11000 -0.02272727
Nov-07 10150 -600 10750 -0.05581395
Dec-07 10150 0 10150 0
g. UNVR
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-07 5850
Feb-07 5600 -250 5850 -0.04273504
Mar-07 5700 100 5600 0.017857143
Apr-07 5650 -50 5700 -0.00877193
May-07 6300 650 5650 0.115044248
Jun-07 6700 400 6300 0.063492063
Jul-07 7550 850 6700 0.126865672
Aug-07 6800 -750 7550 -0.09933775
Sep-07 6800 0 6800 0
Oct-07 6650 -150 6800 -0.02205882
122
Nov-07 6650 0 6650 0
Dec-07 6750 100 6650 0.015037594
h. IHSG
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-07 1757.26
Feb-07 1740.97 -16.29 1757.26 -0.009270114
Mar-07 1830.92 89.95 1740.97 0.0516666
Apr-07 1999.17 168.25 1830.92 0.091893693
May-07 2084.32 85.15 1999.17 0.042592676
Jun-07 2139.28 54.96 2084.32 0.026368312
Jul-07 2348.67 209.39 2139.28 0.097878726
Aug-07 2194.34 -154.33 2348.67 -0.065709529
Sep-07 2359.21 164.87 2194.34 0.075134209
Oct-07 2643.49 284.28 2359.21 0.120497963
Nov-07 2688.33 44.84 2643.49 0.016962425
Dec-07 2745.83 57.5 2688.33 0.021388743
5. Tahun 2008
a. ANTM
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-08 3575
Feb-08 4100 525 3575 0.14685315
Mar-08 3350 -750 4100 -0.18292683
Apr-08 3500 150 3350 0.04477612
May-08 3250 -250 3500 -0.07142857
Jun-08 3175 -75 3250 -0.02307692
Jul-08 2475 -700 3175 -0.22047244
Aug-08 1890 -585 2475 -0.23636364
Sep-08 1460 -430 1890 -0.22751323
Oct-08 1040 -420 1460 -0.28767123
Nov-08 1020 -20 1040 -0.01923077
Dec-08 1090 70 1020 0.06862745
123
b. INCO
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-08 7950
Feb-08 9450 1500 7950 0.188679245
Mar-08 7000 -2450 9450 -0.25925926
Apr-08 6650 -350 7000 -0.05
May-08 6100 -550 6650 -0.08270677
Jun-08 6050 -50 6100 -0.00819672
Jul-08 4600 -1450 6050 -0.23966942
Aug-08 3725 -875 4600 -0.19021739
Sep-08 3075 -650 3725 -0.17449664
Oct-08 1690 -1385 3075 -0.4504065
Nov-08 1970 280 1690 0.165680473
Dec-08 1930 -40 1970 -0.02030457
c. INTP
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-08 7750
Feb-08 7500 -250 7750 -0.03225806
Mar-08 7050 -450 7500 -0.06
Apr-08 5600 -1450 7050 -0.20567376
May-08 6150 550 5600 0.09821429
Jun-08 5450 -700 6150 -0.11382114
Jul-08 6150 700 5450 0.12844037
Aug-08 6400 250 6150 0.04065041
Sep-08 6000 -400 6400 -0.0625
Oct-08 3500 -2500 6000 -0.41666667
Nov-08 3500 0 3500 0
Dec-08 4600 1100 3500 0.31428571
d. KLBF
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-08 1200
Feb-08 1050 -150 1200 -0.125
Mar-08 980 -70 1050 -0.06666667
Apr-08 910 -70 980 -0.07142857
124
May-08 880 -30 910 -0.03296703
Jun-08 850 -30 880 -0.03409091
Jul-08 800 -50 850 -0.05882353
Aug-08 750 -50 800 -0.0625
Sep-08 650 -100 750 -0.13333333
Oct-08 365 -285 650 -0.43846154
Nov-08 410 45 365 0.12328767
Dec-08 400 -10 410 -0.02439024
e. PTBA
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-08 11400
Feb-08 11450 50 11400 0.004385965
Mar-08 10050 -1400 11450 -0.12227074
Apr-08 10600 550 10050 0.054726368
May-08 14600 4000 10600 0.377358491
Jun-08 16400 1800 14600 0.123287671
Jul-08 13650 -2750 16400 -0.16768293
Aug-08 14500 850 13650 0.062271062
Sep-08 9350 -5150 14500 -0.35517241
Oct-08 5475 -3875 9350 -0.4144385
Nov-08 6900 1425 5475 0.260273973
Dec-08 6900 0 6900 0
f. TLKM
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-08 9250
Feb-08 9800 550 9250 0.059459459
Mar-08 9650 -150 9800 -0.01530612
Apr-08 8850 -800 9650 -0.08290155
May-08 8100 -750 8850 -0.08474576
Jun-08 7300 -800 8100 -0.09876543
Jul-08 7700 400 7300 0.054794521
Aug-08 8000 300 7700 0.038961039
Sep-08 7150 -850 8000 -0.10625
Oct-08 5400 -1750 7150 -0.24475524
125
Nov-08 5850 450 5400 0.083333333
Dec-08 6900 1050 5850 0.179487179
g. UNVR
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-08 6900
Feb-08 6800 -100 6900 -0.01449275
Mar-08 6900 100 6800 0.014705882
Apr-08 6800 -100 6900 -0.01449275
May-08 6750 -50 6800 -0.00735294
Jun-08 6750 0 6750 0
Jul-08 6900 150 6750 0.022222222
Aug-08 7250 350 6900 0.050724638
Sep-08 7500 250 7250 0.034482759
Oct-08 7450 -50 7500 -0.00666667
Nov-08 7700 250 7450 0.033557047
Dec-08 7800 100 7700 0.012987013
h. IHSG
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-08 2627.25
Feb-08 2721.94 94.69 2627.25 0.03604149
Mar-08 2447.3 -274.64 2721.94 -0.1008986
Apr-08 2304.52 -142.78 2447.3 -0.0583418
May-08 2444.35 139.83 2304.52 0.06067641
Jun-08 2349.1 -95.25 2444.35 -0.0389674
Jul-08 2304.51 -44.59 2349.1 -0.0189817
Aug-08 2165.94 -138.57 2304.51 -0.0601299
Sep-08 1832.51 -333.43 2165.94 -0.1539424
Oct-08 1256.7 -575.81 1832.51 -0.3142193
Nov-08 1241.54 -15.16 1256.7 -0.0120633
Dec-08 1355.41 113.87 1241.54 0.09171674
126
6. Tahun 2009
a. ANTM
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-09 1110
Feb-09 1200 90 1110 0.08108108
Mar-09 1090 -110 1200 -0.09166667
Apr-09 1430 340 1090 0.31192661
May-09 1980 550 1430 0.38461538
Jun-09 2025 45 1980 0.02272727
Jul-09 2200 175 2025 0.08641975
Aug-09 2275 75 2200 0.03409091
Sep-09 2450 175 2275 0.07692308
Oct-09 2275 -175 2450 -0.07142857
Nov-09 2200 -75 2275 -0.03296703
Dec-09 2200 0 2200 0
b. INCO
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-09 2475
Feb-09 2175 -300 2475 -0.12121212
Mar-09 2225 50 2175 0.022988506
Apr-09 3425 1200 2225 0.539325843
May-09 3600 175 3425 0.051094891
Jun-09 4150 550 3600 0.152777778
Jul-09 4300 150 4150 0.036144578
Aug-09 4225 -75 4300 -0.01744186
Sep-09 4150 -75 4225 -0.01775148
Oct-09 4050 -100 4150 -0.02409639
Nov-09 3450 -600 4050 -0.14814815
Dec-09 3650 200 3450 0.057971014
c. INTP
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-09 4500 Feb-09 4150 -350 4500 -0.07777778
Mar-09 5250 1100 4150 0.265060241
127
Apr-09 5850 600 5250 0.114285714
May-09 6650 800 5850 0.136752137
Jun-09 7750 1100 6650 0.165413534
Jul-09 9300 1550 7750 0.2
Aug-09 10050 750 9300 0.080645161
Sep-09 10600 550 10050 0.054726368
Oct-09 11050 450 10600 0.04245283
Nov-09 11100 50 11050 0.004524887
Dec-09 13700 2600 11100 0.234234234
d. KLBF
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-09 465
Feb-09 650 185 465 0.397849462
Mar-09 620 -30 650 -0.04615385
Apr-09 900 280 620 0.451612903
May-09 880 -20 900 -0.02222222
Jun-09 1010 130 880 0.147727273
Jul-09 1310 300 1010 0.297029703
Aug-09 1270 -40 1310 -0.03053435
Sep-09 1330 60 1270 0.047244094
Oct-09 1220 -110 1330 -0.08270677
Nov-09 1250 30 1220 0.024590164
Dec-09 1300 50 1250 0.04
e. PTBA
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-09 7400
Feb-09 7200 -200 7400 -0.02702703
Mar-09 6750 -450 7200 -0.0625
Apr-09 9500 2750 6750 0.407407407
May-09 11250 1750 9500 0.184210526
Jun-09 11600 350 11250 0.031111111
Jul-09 13600 2000 11600 0.172413793
Aug-09 13000 -600 13600 -0.04411765
Sep-09 14100 1100 13000 0.084615385
128
Oct-09 15200 1100 14100 0.078014184
Nov-09 16450 1250 15200 0.082236842
Dec-09 17250 800 16450 0.048632219
f. TLKM
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-09 6300
Feb-09 6300 0 6300 0
Mar-09 7550 1250 6300 0.1984127
Apr-09 7850 300 7550 0.0397351
May-09 7450 -400 7850 -0.05095541
Jun-09 7500 50 7450 0.00671141
Jul-09 8950 1450 7500 0.19333333
Aug-09 8400 -550 8950 -0.06145251
Sep-09 8650 250 8400 0.0297619
Oct-09 8400 -250 8650 -0.02890173
Nov-09 9000 600 8400 0.07142857
Dec-09 9450 450 9000 0.05
g. UNVR
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-09 7900
Feb-09 8050 150 7900 0.018987342
Mar-09 7950 -100 8050 -0.01242236
Apr-09 7750 -200 7950 -0.02515723
May-09 7850 100 7750 0.012903226
Jun-09 9250 1400 7850 0.178343949
Jul-09 11600 2350 9250 0.254054054
Aug-09 10100 -1500 11600 -0.12931034
Sep-09 10700 600 10100 0.059405941
Oct-09 10100 -600 10700 -0.05607477
Nov-09 11050 950 10100 0.094059406
Dec-09 11050 0 11050 0
129
h. IHSG
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-09 1332.67
Feb-09 1285.48 -47.19 1332.67 -0.03541012
Mar-09 1434.07 148.59 1285.48 0.115591063
Apr-09 1722.77 288.7 1434.07 0.201315138
May-09 1916.83 194.06 1722.77 0.112644172
Jun-09 2026.78 109.95 1916.83 0.057360329
Jul-09 2323.24 296.46 2026.78 0.146271426
Aug-09 2341.54 18.3 2323.24 0.00787693
Sep-09 2467.59 126.05 2341.54 0.053832093
Oct-09 2367.7 -99.89 2467.59 -0.04048079
Nov-09 2415.84 48.14 2367.7 0.020331968
Dec-09 2534.36 118.52 2415.84 0.04905954
7. Tahun 2010
a. ANTM
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-10 2125
Feb-10 2075 -50 2125 -0.023529412
Mar-10 2400 325 2075 0.156626506
Apr-10 2450 50 2400 0.020833333
May-10 2025 -425 2450 -0.173469388
Jun-10 1940 -85 2025 -0.041975309
Jul-10 2100 160 1940 0.082474227
Aug-10 2075 -25 2100 -0.011904762
Sep-10 2375 300 2075 0.144578313
Oct-10 2550 175 2375 0.073684211
Nov-10 2325 -225 2550 -0.088235294
Dec-10 2450 125 2325 0.053763441
b. INCO
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-10 3575
Feb-10 3775 200 3575 0.05594406
Mar-10 4725 950 3775 0.25165563
130
Apr-10 5000 275 4725 0.05820106
May-10 3950 -1050 5000 -0.21
Jun-10 3750 -200 3950 -0.05063291
Jul-10 4125 375 3750 0.1
Aug-10 4275 150 4125 0.03636364
Sep-10 4875 600 4275 0.14035088
Oct-10 4750 -125 4875 -0.02564103
Nov-10 4475 -275 4750 -0.05789474
Dec-10 4875 400 4475 0.08938547
c. INTP
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-10 13500
Feb-10 13700 200 13500 0.01481481
Mar-10 14250 550 13700 0.04014599
Apr-10 15800 1550 14250 0.10877193
May-10 15000 -800 15800 -0.05063291
Jun-10 15800 800 15000 0.05333333
Jul-10 16900 1100 15800 0.06962025
Aug-10 17650 750 16900 0.0443787
Sep-10 18400 750 17650 0.04249292
Oct-10 18300 -100 18400 -0.00543478
Nov-10 16600 -1700 18300 -0.09289617
Dec-10 15950 -650 16600 -0.03915663
d. KLBF
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-10 1540
Feb-10 1560 20 1540 0.01298701
Mar-10 1870 310 1560 0.19871795
Apr-10 2075 205 1870 0.10962567
May-10 1880 -195 2075 -0.0939759
Jun-10 2100 220 1880 0.11702128
Jul-10 2450 350 2100 0.16666667
Aug-10 2325 -125 2450 -0.05102041
Sep-10 2550 225 2325 0.09677419
131
Oct-10 2675 125 2550 0.04901961
Nov-10 3500 825 2675 0.30841121
Dec-10 3250 -250 3500 -0.07142857
e. PTBA
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-10 17200
Feb-10 15600 -1600 17200 -0.093023256
Mar-10 17400 1800 15600 0.115384615
Apr-10 18600 1200 17400 0.068965517
May-10 17450 -1150 18600 -0.061827957
Jun-10 17250 -200 17450 -0.011461318
Jul-10 16700 -550 17250 -0.031884058
Aug-10 17500 800 16700 0.047904192
Sep-10 19450 1950 17500 0.111428571
Oct-10 19650 200 19450 0.010282776
Nov-10 18700 -950 19650 -0.048346056
Dec-10 22950 4250 18700 0.227272727
f. TLKM
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-10 9350
Feb-10 8300 -1050 9350 -0.11229947
Mar-10 8050 -250 8300 -0.03012048
Apr-10 7850 -200 8050 -0.02484472
May-10 7750 -100 7850 -0.01273885
Jun-10 7700 -50 7750 -0.00645161
Jul-10 8450 750 7700 0.097402597
Aug-10 8650 200 8450 0.023668639
Sep-10 9200 550 8650 0.063583815
Oct-10 9100 -100 9200 -0.01086957
Nov-10 7950 -1150 9100 -0.12637363
Dec-10 7950 0 7950 0
132
g. UNVR
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-10 11300
Feb-10 11500 200 11300 0.017699115
Mar-10 12150 650 11500 0.056521739
Apr-10 13850 1700 12150 0.139917695
May-10 15600 1750 13850 0.126353791
Jun-10 17000 1400 15600 0.08974359
Jul-10 16950 -50 17000 -0.00294118
Aug-10 16100 -850 16950 -0.05014749
Sep-10 16850 750 16100 0.046583851
Oct-10 17450 600 16850 0.035608309
Nov-10 15000 -2450 17450 -0.14040115
Dec-10 16500 1500 15000 0.1
h. IHSG
Date Close Pt-Pt-1 Pt-1 Pt-Pt-1/Pt-1
Jan-10 2610.8
Feb-10 2549.03 -61.77 2610.8 -0.023659415
Mar-10 2777.3 228.27 2549.03 0.089551712
Apr-10 2971.25 193.95 2777.3 0.069834011
May-10 2796.96 -174.29 2971.25 -0.058658814
Jun-10 2913.68 116.72 2796.96 0.041731022
Jul-10 3069.28 155.6 2913.68 0.053403256
Aug-10 3081.88 12.6 3069.28 0.004105197
Sep-10 3501.3 419.42 3081.88 0.136092255
Oct-10 3635.32 134.02 3501.3 0.038277211
Nov-10 3531.21 -104.11 3635.32 -0.028638469
Dec-10 3703.51 172.3 3531.21 0.048793473
133
B. Beta Saham (Output SPSS)
1. Tahun 2004
a. ANTM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.019 .028 -.671 .519
IHSG 1.357 .472 .692 2.874 .018
a. Dependent Variable: ANTM
b. INCO
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.057 .102 -.563 .587
IHSG 1.319 1.696 .251 .778 .457
a. Dependent Variable: INCO
c. INTP
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.049 .030 -1.627 .138
IHSG 3.170 .501 .903 6.322 .000
a. Dependent Variable: INTP
134
d. KLBF
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.032 .023 -1.367 .205
IHSG 1.758 .383 .837 4.586 .001
a. Dependent Variable: KLBF
e. PTBA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.002 .034 -.061 .953
IHSG 2.554 .570 .831 4.480 .002
a. Dependent Variable: PTBA
f. TLKM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.030 .058 -.526 .611
IHSG .228 .960 .079 .238 .817
a. Dependent Variable: TLKM
135
g. UNVR
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.014 .022 -.653 .530
IHSG .101 .365 .092 .277 .788
a. Dependent Variable: UNVR
2. Tahun 2005
a. ANTM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .052 .027 1.951 .083
IHSG 1.495 .532 .684 2.812 .020
a. Dependent Variable: ANTM
b. INCO
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .014 .029 .493 .634
IHSG .026 .566 .016 .047 .964
a. Dependent Variable: INCO
136
c. INTP
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.007 .029 -.256 .804
IHSG 1.486 .576 .652 2.581 .030
a. Dependent Variable: INTP
d. KLBF
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .045 .066 .683 .512
IHSG 2.026 1.303 .460 1.555 .154
a. Dependent Variable: KLBF
e. PTBA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .016 .018 .879 .402
IHSG -.550 .354 -.460 -1.553 .155
a. Dependent Variable: PTBA
137
f. TLKM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .010 .017 .601 .563
IHSG 1.048 .328 .729 3.194 .011
a. Dependent Variable: TLKM
g. UNVR
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .017 .027 .612 .556
IHSG .458 .536 .274 .855 .415
a. Dependent Variable: UNVR
3. Tahun 2006
a. ANTM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.001 .039 -.037 .971
IHSG 1.889 .597 .726 3.166 .011
a. Dependent Variable: ANTM
138
b. INCO
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .047 .018 2.639 .027
IHSG .694 .276 .642 2.514 .033
a. Dependent Variable: INCO
c. INTP
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.006 .029 -.199 .847
IHSG 1.239 .441 .684 2.811 .020
a. Dependent Variable: INTP
d. KLBF
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.033 .033 -1.003 .342
IHSG .798 .509 .463 1.567 .152
a. Dependent Variable: KLBF
139
e. PTBA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .042 .052 .816 .435
IHSG .528 .801 .215 .660 .526
a. Dependent Variable: PTBA
f. TLKM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .010 .015 .643 .536
IHSG .976 .238 .807 4.106 .003
a. Dependent Variable: TLKM
g. UNVR
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .002 .025 .081 .937
IHSG 1.118 .378 .702 2.958 .016
a. Dependent Variable: UNVR
140
4. Tahun 2007
a. ANTM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .038 .139 .270 .793
IHSG .018 2.094 .003 .009 .993
a. Dependent Variable: ANTM
b. INCO
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .046 .061 .750 .472
IHSG 1.580 .921 .496 1.715 .120
a. Dependent Variable: INCO
c. INTP
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .004 .047 .079 .939
IHSG .989 .707 .422 1.398 .196
a. Dependent Variable: INTP
141
d. KLBF
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.030 .024 -1.275 .234
IHSG .688 .356 .542 1.935 .085
a. Dependent Variable: KLBF
e. PTBA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .080 .062 1.293 .228
IHSG 1.443 .929 .460 1.552 .155
a. Dependent Variable: PTBA
f. TLKM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.018 .026 -.682 .512
IHSG .625 .395 .467 1.583 .148
a. Dependent Variable: TLKM
142
g. UNVR
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.010 .024 -.409 .692
IHSG .584 .364 .472 1.605 .143
a. Dependent Variable: UNVR
5. Tahun 2008
a. ANTM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.044 .037 -1.201 .260
IHSG .922 .308 .706 2.993 .015
a. Dependent Variable: ANTM
b. INCO
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.039 .045 -.851 .417
IHSG 1.224 .382 .730 3.206 .011
a. Dependent Variable: INCO
143
c. INTP
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .044 .037 1.199 .261
IHSG 1.399 .311 .832 4.500 .001
a. Dependent Variable: INTP
d. KLBF
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.036 .030 -1.181 .268
IHSG .934 .255 .774 3.669 .005
a. Dependent Variable: KLBF
e. PTBA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .066 .056 1.174 .271
IHSG 1.588 .474 .745 3.351 .009
a. Dependent Variable: PTBA
144
f. TLKM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .022 .027 .832 .427
IHSG .807 .223 .769 3.613 .006
a. Dependent Variable: TLKM
g. UNVR
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .011 .008 1.417 .190
IHSG -.008 .065 -.041 -.122 .905
a. Dependent Variable: UNVR
6. Tahun 2009
a. ANTM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .003 .052 .067 .948
IHSG 1.109 .547 .560 2.028 .073
a. Dependent Variable: ANTM
145
b. INCO
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.064 .052 -1.226 .251
IHSG 1.790 .545 .738 3.284 .009
a. Dependent Variable: INCO
c. INTP
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .059 .034 1.705 .122
IHSG .838 .360 .613 2.326 .045
a. Dependent Variable: INTP
d. KLBF
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .054 .073 .732 .483
IHSG .922 .769 .371 1.199 .261
a. Dependent Variable: KLBF
146
e. PTBA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .011 .041 .271 .792
IHSG 1.211 .427 .687 2.836 .020
a. Dependent Variable: PTBA
f. TLKM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .005 .032 .172 .867
IHSG .563 .336 .488 1.675 .128
a. Dependent Variable: TLKM
g. UNVR
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .010 .043 .235 .819
IHSG .410 .455 .288 .901 .391
a. Dependent Variable: UNVR
147
7. Tahun 2010
a. ANTM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.035 .017 -2.057 .070
IHSG 1.552 .265 .890 5.848 .000
a. Dependent Variable: ANTM
b. INCO
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.019 .029 -.654 .529
IHSG 1.616 .462 .759 3.502 .007
a. Dependent Variable: INCO
c. INTP
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.004 .018 -.232 .822
IHSG .622 .278 .598 2.239 .052
a. Dependent Variable: INTP
148
d. KLBF
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .057 .045 1.285 .231
IHSG .576 .698 .265 .825 .431
a. Dependent Variable: KLBF
e. PTBA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.007 .027 -.263 .799
IHSG 1.110 .418 .663 2.656 .026
a. Dependent Variable: PTBA
f. TLKM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.034 .020 -1.675 .128
IHSG .638 .320 .554 1.995 .077
a. Dependent Variable: TLKM
149
g. UNVR
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .025 .029 .837 .424
IHSG .400 .461 .277 .866 .409
a. Dependent Variable: UNVR
C. Data Lengkap (ROE, DER, EPS, PER dan BETA)
No TAHUN NAMA EMITEN ROE DER EPS PER BETA
1 2004 ANTM 38.35 147.4 84.95 20.31 1.357
2 2004 INCO 25 42 268.05 4.31 1.319
3 2004 INTP 3 109.86 32 96.09 3.17
4 2004 KLBF 28.19 142.85 44 12.5 1.758
5 2004 PTBA 24.9 41.2 197 7.74 2.554
6 2004 TLKM 30.3 153.34 304.03 15.87 0.228
7 2004 UNVR 63.9 58.7 192 17.19 0.101
8 2005 ANTM 30.77 111.34 88.27 40.5 1.495
9 2005 INCO 21 29 291 45.19 0.0265
10 2005 INTP 14 87 201 17.66 1.486
11 2005 KLBF 26.84 78.07 62 15.97 2.026
12 2005 PTBA 22.8 37.8 210 8.57 -0.55
13 2005 TLKM 34.3 139.85 396.51 14.88 1.048
14 2005 UNVR 66.2 76.3 189 22.62 0.458
15 2006 ANTM 42.48 70.28 162.79 49.14 1.889
16 2006 INCO 31 26 455 68.13 0.694
17 2006 INTP 10 59 161 35.71 1.239
18 2006 KLBF 22.59 36.07 67 17.76 0.798
19 2006 PTBA 21.2 34.9 211 16.71 0.528
20 2006 TLKM 40.2 138.52 548.3 18.42 0.976
21 2006 UNVR 72.7 94.9 226 29.2 1.118
22 2007 ANTM 78.56 37.63 536.67 8.34 0.018
23 2007 INCO 85 36 1116 86.25 1.58
24 2007 INTP 15 45 266 30.83 0.989
150
25 2007 KLBF 20.84 33.1 70 18 0.688
26 2007 PTBA 27.1 48.3 315 38.1 1.443
27 2007 TLKM 39.2 115.57 653.4 15.53 0.625
28 2007 UNVR 73 98 257 26.26 0.584
29 2008 ANTM 16.27 26.43 143.67 7.59 0.922
30 2008 INCO 24 21 444 4.35 1.224
31 2008 INTP 23 33 474 9.7 1.399
32 2008 KLBF 19.51 37.52 72 5.56 0.934
33 2008 PTBA 42.7 50.8 741 9.31 1.588
34 2008 TLKM 31.5 137.72 540.4 12.77 0.807
35 2008 UNVR 77.6 109.6 315 24.76 -0.008
36 2009 ANTM 7.46 21.45 63.46 34.67 1.109
37 2009 INCO 11 28 190 19.21 1.79
38 2009 INTP 29 24 746 18.36 0.838
39 2009 KLBF 21.55 39.24 97 13.4 0.922
40 2009 PTBA 47.8 40.2 1184 14.57 1.211
41 2009 TLKM 29.5 122.18 579.5 16.31 0.563
42 2009 UNVR 82.2 102 399 27.69 0.41
43 2010 ANTM 18.99 28.29 176.77 13.86 1.552
44 2010 INCO 26 30 360 13.54 1.616
45 2010 INTP 27 17 876 18.21 0.622
46 2010 KLBF 23.94 23.45 137 23.72 0.576
47 2010 PTBA 31.6 35.9 872 26.32 1.11
48 2010 TLKM 26 97.58 586.5 13.56 0.638
49 2010 UNVR 83.7 115 444 37.16 0.4
D. Output SPSS (Perhitungan Regresi Linear Berganda)
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
ROE 49 3.48722E1 21.746334 3.000 85.000
DER 49 6.67008E1 42.166646 17.000 153.340
EPS 49 3.47883E2 277.439257 32.000 1184.000
PER 49 2.37224E1 18.883769 4.310 96.090
BETA 49 1.01772 .677074 -.550 3.170
151
Regression
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 PER, DER, EPS,
ROEa
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: BETA
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .500a .250 .182 .612486
a. Predictors: (Constant), PER, DER, EPS, ROE
b. Dependent Variable: BETA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.498 4 1.375 3.664 .012a
Residual 16.506 44 .375
Total 22.005 48
a. Predictors: (Constant), PER, DER, EPS, ROE
b. Dependent Variable: BETA
152
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.077 .235 4.585 .000
ROE -.013 .005 -.431 -2.907 .006
DER .002 .002 .110 .789 .434
EPS 1.896E-5 .000 .008 .055 .957
PER .012 .005 .335 2.548 .014
a. Dependent Variable: BETA
Charts
153
Charts
154
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficient
s
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.077 .235 4.585 .000
ROE -.013 .005 -.431 -2.907 .006 .774 1.293
DER .002 .002 .110 .789 .434 .882 1.134
EPS 1.896E-5 .000 .008 .055 .957 .842 1.188
PER .012 .005 .335 2.548 .014 .985 1.015
a. Dependent Variable: BETA
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .500a .250 .182 .612486 2.173
a. Predictors: (Constant), PER, DER, EPS, ROE
b. Dependent Variable: BETA