konsentrasi peradilan agama program studi...

82
MURTAD DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP STATUS PERKAWINAN DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM Disusun Oleh : LILIS MUKHLISOH ( 204044103039 ) KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 KATA PENGANTAR

Upload: vuongkien

Post on 13-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

MURTAD DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP

STATUS PERKAWINAN DALAM PERSPEKTIF

FIKIH DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

Disusun Oleh :

LILIS MUKHLISOH

( 204044103039 )

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009

KATA PENGANTAR

Page 2: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

�� ا� ا��� ا����

Segala puji bagi Allah SWT, maha kuasa atas kehendaknya maha pengasih atas

segala rizki yang ada di langit dan dibumi, maha penyayang terhadap seluruh

makhlukNya, maha mengetahui dan mampu membolak-balikan hati hamba-Nya.

Syukur alhamdulillah seiring waktu yang berlalu, seiring hari yang berganti, tak

terasa penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarganya dan para sahabatnya.

Walaupun jauh sekali dari sempurna karena masih banyak kekurangan dan kekeliruan,

tetapi penulis telah berusaha dengan segala keterbatasannya dan semoga skripsi ini

membawa berkah buat diri penulis dan manfaat untuk seluruh pembaca.

Akhir desember penuh berkah dan rahmat penulis rasakan dalam penyelesaian

skripsi ini atas izin Allah SWT, untuk itu kiranya perkenankanlah penulis menyampaikan

ucapan terima kasih bagi orng-orang terdekat dan dari semua pihak yang banyak

memberikan pengarahan, bimbingan dan dorongan kepada:

1. Bapak H. M Amin Suma SH. MA. MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Bapak H. Djawahir Hejjaziey, SH., MA., dan Drs. H. A. Yani, M.Ag., selaku Ketua

dan Sekretaris jurusan Ahwal Syakhsiyyah yang telah banyak memberikan motivasi

kepada penulis.

3. Bapak Drs. Sirril Wafa M. Ag dan Bapak Kamarusdiana S.Ag., MH., selaku Dosen

Pembimbing yang dengan sabar memberikan banyak petunjuk, arahan serta masukan

kepada penulis sehingga terselasainya skripsi ini.

4. Seluruh Dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

terutama kepada Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA., dan Bapak Dr. Jaenal

Arifin, M.Ag., serta kepada seluruh karyawan dan staff perpustakaan yang telah

memfasilitaskan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Teristimewa untuk Abeh dan ibunda tercinta H. mursalum dan HJ. Mursidah yang

memberikan limpahan kasih sayang sejak kecil sampai kini, menanamkan nilai dan

pemahaman akidah sebagai rambu kehidupan, menempa karakter dengan sejuta

semangat, mengirim doa tanpa henti dalam sujud di penghujung malam untuk

penulis, terima kasih abeh ibu izinkan penulis membalas dengan keikhlasan doa

kembali.

Page 3: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

6. Kakak-kakaku Bang Herman, Bang Puyoh Bang H. Jamal, Po HJ Titin, Po Pupeh, Po

Yuli Po Tuti dan adiku Siroj dan Nida kalian penawar dahaga diantara kelelahan Oase

diantara keputusasaan terima kasih atas dukungan dengan doa-doa kalian yang tulus.

7. Dan kepada kakakku Fakhri yang menjadikan bara dalam semangat penulis,

menjadikan kalbu yang bisu dan ragu kearah tawadhu, kakaku kau seperti peluru tak

kehabisan mesiu bagi penulis, doa yang kau panjatkan disetiap sujudmu untuk penulis

sangat menenangkan, mudah-mudahan Allah yang akan membalasnya Terima kasih

k,,,

8. Tak lupa pula kepada sahabatku K’Eti, Bunda, R-na, R-vin, Aie, Uma, Ucox, Arifin,

Saiful, K’Rizqy yang selalu setia berada disampingku dan tidak pernah bosan untuk

mendengarkan segala keluh kesahku serta teman-temanku seperjuangan Santi, Meri,

Heli, Tina, Mba Yati, Hamzah, Sonif dan seluruh PA (A dan B) yang tidak mungkin

penulis sebutkan satu persatu Terima kasih sobat semoga persahabatan kita kan

selamanya bermakna.

Akhirnya kepada Allah jualah kita kembalikan semua, semoga atas kebaikan dan

jasa-jasa kalian dibalas oleh Allah SWT Amin Amin Ya Rabbal Alamin.

Jakarta, Desember 2009

Penulis

Page 4: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………. i

Daftar Isi …………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………… 7

D. Kerangka Teori ……………………………………………... 8

E. Metode Penelitian ………………………………………….... 10

F. Sistematika Penulisan ……………………………………….. 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

A. Pengertian Perkawinan dan Dasar-Dasar Perkawinan………. 13

B. Asas-Asas Dan Prinsip-Prinsip Perkawinan………………… 21

C. Syarat-Syarat Perkawinan…………………………………… 29

BAB III MURTAD DAN STATUS HUKUMNYA TERHADAP PERKAWINAN

A. Konsepsi Umum Tentang Murtad…………………………… 36

B. Kedudukan Murtad Dalam Perkawinan……………………… 40

C. konsepsi Islam tentang murtad dalam perkawinan…………... 48

D. Status Hukum Apabila Salah Satu Pasangan Murtad ……….. 50

1. Menurut Fikih Islam …………………………………….. 50

Page 5: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

2. Menurut Kompilasi Hukum Islam ………………………. 54

BAB IV MURTAD DAN AKIBATNYA HUKUMNYATERHADAP ANAK DAN

HARTA BERSAMA

A. Menurut Undang-Undang No.1 th 1974 ……………………. 56

B. Menurut Kompilasi Hukum Islam …………………………. 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………. ……………………. 74

B. Saran ………………………………………………………… 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

i

Page 6: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkawinan merupakan salah satu aktivitas individu. Aktivitas individu umumnya

akan terkait pada suatu tujuan yang ingin dicapai oleh individu yang bersangkutan,

demikian juga dengan perkawinan. Perkawinan merupakan aktivitas dari suatu pasangan,

maka sudah selayaknya mereka pun mempunyai tujuan tertentu. Tetapi karena

perkawinan itu terdiri dari dua individu, maka ada kemungkinan bahwa tujuan mereka

tidak sama. Bila hal tersebut terjadi, maka tujuan perkawinan itu harus dibulatkan agar

terdapat suatu kesatuan dalam pencapaian tujuan tersebut. Apakah sebenarnya tujuan

perkawinan?

Perkawinan mempunyai tujuan antara lain membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.1 Dengan demikian,

maka sebenarnya tidak perlu diragukan lagi, apakah sebenarnya yang ingin dicapai dalam

perkawinan itu. Namun karena keluarga atau rumah tangga itu berasal dari dua individu

yang berbeda, maka dari dua individu itu mungkin terdapat tujuan yang berbeda, untuk

itu perlu penyatuan tujuan perkawinan demi tercapainya keluarga yang sakinah.

Tanpa adanya kesatuan tujuan antara suami dan isteri dalam keluarga dan kesadaran

bahwa tujuan itu harus dicapai bersama-sama, maka dapat dibayangkan bahwa keluarga

itu akan mudah mengalami hambatan-hambatan yang merupakan sumber permasalahan

besar dalam keluarga, akhirnya dapat menuju keretakan keluarga yang berakibat lebih

jauh sampai kepada perceraian. Tujuan adalah merupakan titik tujuan bersama yang akan

1 Undang-Undang Perkawinan Indonesia, Undang-Undang No. 1, LN No. 1 tahun 1974,

TLN No. 3019. Pasal.1

Page 7: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

diusahakan untuk dicapai secara bersama-sama pula. Kebahagian yang merupakan salah

satu tujuan dari perkawinan adalah sesuatu hal yang relatif dan subyektif.2 Relatif karena

sesuatu hal yang pada suatu waktu dapat menimbulkan kebahagiaan, namun pada waktu

yang lain mungkin tidak dapat menimbulkan lagi kebahagiaan. Subyektif oleh karena

kebahagiaan bagi seseorang belum tentu kebahagiaan bagi orang lain.

Tujuan perkawinan menurut Islam adalah menuruti perintah Allah untuk

memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga

yang damai dan teratur.3

Hal ini senada dengan firman Allah yang berbunyi:4

������ ������ ��� ���� ������ ����� ����� ����� !�"�� #☯���&'��

(�)*,�� �.�/� 0�1&2��34 56�7�8�� �!9�,�:�� ,;<2�*<� =�☺��?�� @ <�34 A3B �C���D EF�� G� HI�*�4�/� ���JK�⌧���

) 21ا��وم (

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berfikir”

Indonesia sebagai negara hukum telah mengatur Undang-Undang tentang

Perkawinan yang tertuang dalam Undang-Undang No.1 tahun 1974, dilengkapi dengan

2 Bimo Wagito, Bimbingan Dan Konseling Perkawinan. Ed. 1. Cet.1. Yogyakarta: Andi Offset,

2002., hal. 14. 3 Tujuan perkawinan pada umumnya bergantung pada masing-masing individu yang akan

melakukannya, karena lebih bersifat subjektif. Tujuan umum yang hendak dicapai adalah memperoleh

kebahagiaan dan kesejahteraan lahir batin menuju kebahagiaan dan kesejahteraan dunia dan akhirat.

Adapun tujuan pernikahan secara rinci dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) melaksanakan libido seksualis; (2) memperoleh keturunan; (3) memperoleh keturunan yang saleh; (4) memperoleh kebahagiaan

dan ketentraman; (5) mengikuti sunnah Nabi; (6) menjalankan perintah Allah; dan (7) untuk berdakwah.

Lihat buku Slamet Abidin dan Aminuddin, Fikih Munakahat 1, cet.1, (Bandung: Pustaka Setia, 1999),

hal. 12-18. 4 Q.S. ar-Rum/30 : 21

Page 8: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1975 yaitu tentang pelaksanaan Undang-Undang No.1

tahun 1974 tentang Perkawinan, dan Intruksi Presiden No.1 tahun 1991 tentang

Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan peraturan-peraturan lainnya mengenai perkawinan.5

Berkaitan perkawinan masih banyak persoalan yang perlu diteliti dan dilihat lebih

jauh, persoalan yang ingin dituangkan penulis dalam penelitian ini adalah perkawinan

yang sedang berlangsung tetapi salah satu pihak telah melakukan perbuatan murtad dan

akibat hukumnya terhadap anak dan harta bersama.

Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam, baik

menjadi kafir atau tidak beragama sama sekali. Dalam ikatan perkawinan, murtadnya

orang yang melakukan pindah agama salah satu pihak, baik atas kemauan sendiri maupun

karena bujukan dari orang lain akan dapat mengakibatkan putusnya ikatan perkawinan

dengan sendirinya, yang mana hal tersebut didasarkan atas pertimbangan keselamatan

agama dari wanita yang beragama Islam dan dikhawatirkan anak-anaknya akan

mengikuti agama bapaknya yang bukan Islam.

Adapun hal-hal yang mendorong penulis menulis judul ini adalah berdasarkan

prinsip Sayyid Sabiq dalam kitab fikih jilid II yaitu sebagai berikut:6

� ��اذا ار��� ا��وج او ا��و�� ا���� �!�"#� �$�%& ������ �/.� -ن� رد�ة أي وا'� &��& �!01 23

“Apabila suami istri murtad, maka putuslah hubungan perkawinan keduanya

karena riddahnya salah seorang dari suami-istri itu adalah hal yang

mewajibkan pisahnya mereka”.

Hal ini juga dipertegas dalam surat al-baqarah ayat 221 yang berbunyi:

5 Kompilasi diambil dari kata “compilaare” yang mempunyai arti mengumpulkan bersama-sama,

seperti mengumpulkan peraturan-peraturan yang tersebar berserakan di mana-mana. Istilah ini kemudian

dikembangkan menjadi “compilation” dalam bahasa Inggris atau “compilatie” dalam bahasa Belanda. 6 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid II, (Bandung: PT: Al-Ma’arif), h. 389.

Page 9: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

5M�� (�*���,� �F�⌧P3Q�R☺&�0� @STU� V����� @ W=��X��� Y=;Z����[� WQ�J�\ ����

C=⌧P3Q�R[� �*���� ������9�]��� � 5M�� (�*���,7 �B^�P3Q�R☺&�0� @STU� (�*,���� @ S_�C�7���� �����[� WQ�J�\

���� Ca3Q�R[� �*���� �����9�]��� � �Ccd���e�f� ��*�_� A�g34 ?0<,�0� (

hi0��� (�)*�_� A�g34 �=<Z�]&�0� ;�J��&�☺&�0��� ���"&D3j3� (

B3�^�C �� ����� ��� <0<Z��� ��1d��7�� ���JKP⌧l�� mnnop

Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,

walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik

(dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang

mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak

ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah

menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka

mengambil pelajaran “.(Q.S. al- Baqarah ayat 221)

Ayat diatas menjelaskan larangan berpegang teguh pada tali perkawinan dengan orang

kafir dan orang musyrik sebelum mereka beriman, dengan didasarkan atas pertimbangan

kemadharatan/dibawah kekuasaannya dan dikhawatirkan akan terbawa oleh agama

suaminya.

Akan tetapi jika kita lihat dalam kehidupan bermasyarakat masih banyak kita

temui masalah-masalah perpindahan agama. Yang mana satu sama lain tetap

mempertahankan agama dan keyakinannya masing-masing tanpa mengindahkan

larangan-larangan tersebut. Misalnya sebelumnya dia telah memeluk agama Islam

kemudian pindah kepada agama selain Islam. Ada beberapa alasan atau sebab seseorang

untuk pindah agama yaitu:

1. Karena mengikuti kehendak atau bujuk rayu dari suami atau isteri

Page 10: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

2. Karena adanya tekanan atau ancaman yang memaksanya untuk pindah agama

3. Karena tertarik dengan jaran agama lain

4. Karena belum mengetahui / mengerti akibat dari perbuatannya bahwa

murtadnya itu akan berpengaruh dalam kehidupan rumah tangga

Banyaknya kasus yang terjadi peralihan agama setelah pernikahan secara Islami,

membuat penulis berkeinginan meneliti lebih jauh apakah yang harus dilakukan terhadap

persoalan ini dan akibat hukum apa saja yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut?

Oleh karena itu penulis tertarik untuk menuangkannya dalam skripsi yang berjudul

“Murtad Dan Akibat Hukumnya Terhadap Status Perkawinan Dalam Perspektif Fikih

Dan KHI”.

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

a) Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penulis membatasi masalah sebagai

berikut:

1. Status Hukum Perkawinan Apabila Salah Satu Pasangan Murtad Berdasarkan

Fikih Dan Undang-Undang No 1 tahun 1974 ?

2. Akibat Hukum Yang Timbul Khususnya Terhadap Anak Dan Harta Bersama

Apabila Salah Satu Pasangan Murtad Dalam Perspektif Undang-Undang No 1

tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam.

b) Perumusan Masalah

Baik dalam Al-Qur’an, Hadits maupun dalam Fikih, dengan tegas dinyatakan

bahwa apabila salah satu pasangan suami istri murtad maka serta-merta perkawinan

menjadi putus atau fasakh. Sedangkan menurut Undang-Undang No.1 Th. 1974

Page 11: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

dijelaskan bahwa perceraian itu akan sah apabila dilakukan di depan pengadilan.

Jadi, apabila salah satu murtad maka perkawinannya tetap sah sebelum diputuskan

di Pengadilan Agama. Dari perbandingan di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana status hukum perkawinan apabila salah satu pasangan murtad

berdasarkan fikih dan Undang-Undang No 1 tahun 1974?

2. Akibat hukum apa yang timbul terhadap anak dan harta bersama apabila salah

satu pasangan murtad dalam perspektif fikih dan Kompilasi

I TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

I. TUJUAN PENELITIAN

Sehubungan dengan masalah-masalah yang telah dijelaskan di atas, maka

penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui perbandingan antara hukum

Islam dan Undang-Undang Perkawinan No. 1 Th. 1974 dalam menyikapi

permasalahan perkawinan yang salah satu pasangan (suami atau isteri) murtad

(keluar dari Agama Islam) dan untuk mengetahui akabat hukum yang timbul

apabila salah satu pasangan murtad terhadap status perkawinan, anak dan harta

bersama dalam perspektif fikih dan Kompilasi Hukum Islam ?

II. MANFAAT PENELITIAN

Skripsi ini diharapkan memiliki dua manfaat :

1. Manfaat Praktis

Hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam rangka pembinaan, pembangunan dan pembaharuan hukum

Page 12: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Islam di Indonesia khususnya hukum-hukum yang mengatur tentang

perkawinan.

2. Manfaat Teoritis

Secara Teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya khazanah

keilmuan di bidang hukum, di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, khususnya Fakultas Syari’ah dan Hukum.

B. KERANGKA TEORI

Dalam kehidupan di dunia yang indah ini, Allah SWT menciptakan makhluk-

makhluk-Nya berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling mencintai dan

berkasih sayang untuk meneruskan keturunan.

Manusia sebagai makhluk sosial yang beradab, menjadikan makna “hidup

berdampingan” sebagai suami dan isteri dalam suatu perkawinan yang diikat oleh hukum,

agar menjadi sah dan disertai dengan tanggung jawab. Seorang pria dan seorang wanita

yang memasuki kehidupan suami dan isteri, berarti telah memasuki gerbang baru dalam

kehidupannya untuk membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah.

Perkawinan adalah merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau

dibaca dalam media massa. Namun jika ditanyakan apa yang di maksud dengan istilah

tersebut, maka orang akan berpikir terlebih dahulu untuk memdapatkan formulasi,

walaupun sebenarnya apa yang di maksud dengan istilah itu telah ada dalam pikiran

dengan jelas.

Page 13: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Dalam agama, perkawinan dianggap suatu lembaga yang suci. Upacara pasangan

suami isteri atau saling minta menjadi pasangan hidup dengan mempergunakan nama

Allah.

Dalam tinjauan hukum Islam dan Undang-Undang Perkawinan, salah satu yang

menyebabkan putusnya perkawinan adalah murtad. Persoalan kemurtadan seseorang

dianggap sebagai suatu hal khusus dan penting jika dikaitan dengan perkawinan. Ada

pendapat yang menyatakan bahwa perkawinan antara wanita muslimah dengan seorang

laki-laki yang bukan Islam adalah tidak sah.

Murtad mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan seseorang, terutama

dalam hubungannya dengan masyarakat seperti perkawinan, hak waris dan hak-hak

lainnya.

Di dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, terdapat larangan

perkawinan yang mengakibatkan adanya pencegahan dan pembatalan perkawinan.

Larangan perkawinan itu dijelaskan antara lain pada Pasal 8 butir f yaitu perkawinan

dilarang antara dua orang yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan

lain yang berlaku dilarang kawin.

Kompilasi Hukum Islam juga menuangkan hal tersebut pada Pasal 40 yakni

dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita karena

keadaan tertentu:

a. Karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan dengan pria lain

b. Seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain

c. Seorang wanita yang tidak beragama Islam.

Page 14: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Untuk kasus murtad, banyak yang belum menyadari akan akibat yang

ditimbulkan. Seperti yang sering terjadi, ikatan perkawinan beda agama (murtad salah

satunya) masih terus dipertahankan, bahkan tidak sedikit yang terang-terangan mengakui

bahwa perbuatannya itu tidak apa-ap

C. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum dengan menggunakan metode

penelitian dan cara penulisan metode diskriptif-analisis.

Metode diskriptif ini dilakukan untuk mendeskripsikan permasalahan murtad

dalam perkawinan yang dilangsungkan menurut hukum Islam, dan menggambarkan

secara menyeluruh tentang Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,

Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan

dengan permasalahan tersebut, dan metode analisis dilakukan untuk melakukan

analisis tentang kasus murtad dalam perkawinan yang dilakukan menurut hukum

Islam.

2. Teknis Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah library research untuk

memperoleh data skunder yang terdiri dari bahan-bahan penelitian hukum. Bahan-

bahan hukum tersebut meliputi:

a. Bahan Hukum Primer, yaitu:

1) Kitab Fikih ( Imam Mazhab )

2) Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

3) Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksana

Page 15: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

4) Intruksi Presiden No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI)

b. Bahan Hukum Skunder

1) Buku-buku literatur hukum

2) Artikel dan makalah

c. Bahan Hukum Tertier

1) Kamus

2) Ensiklopedi

Adapun dalam teknis penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada “buku

pedoman skripsi , tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan

oleh PT Hikmah Syahid, Jakarta 2007.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam penelitian ini antara lain memuat beberapa bab dan

sub-bab, yang meliputi point penting terhadap permasalahan yang ada, yaitu:

Bab I : Pendahuluan, yang meliputi pembahasan mengenai latar belakang,

identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan

pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II : Perkawinan Dan Permasalahannya, yang meliputi pembahasan

mengenai pengertian dan dasar perkawinan, asas-asas dan prinsip-

prinsip perkawinan, dan syarat-syarat perkawinan.

Bab III : Murtad dan akibat hukumnya terhadap perkawinan, yang meliputi

Page 16: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

pembahasan mengenai konsepsi umum tentang murtad, kedudukan

murtad dalam perkawinan, konsepsi Islam tentang murtad dalam

perkawinan, status hukum perkawinan apabila salah satu pasangan

murtad menurt fikih dan kompilasi hukum Islam.

Bab IV : Murtad dan akibat hukum terhadap anak dan harta bersama , menurut

Undang-Undang No 1 tahun 1974 dan kompilasi hukum Islam

Bab V : Penutup, meliputi pembahasan kesimpulan dan saran.

Page 17: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

BAB II

PERKAWINAN DAN PERMASALAHANNYA

A. Pengertian dan Dasar Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan

Perkawinan merupakan peristiwa yang amat sacral dalam kehidupan seseorang.

Sampai-sampai seseorang atau dalam hal ini pengantin terus berupaya mengabadikan

upacara perkawinannya seunik mungkin, misalnya akad perkawinan yang di

selenggarakan di depan ka”bah bahkan ada juga yang lebih ekstrim lagi yaitu upacara

perkawinan yang di laksanakan di udara-udara mempelai di terjunkan dari pesawat dan

ritual di lakukan di awan dengan bantuan parasut

Perkawinan juga merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca

dalam media massa. Namun jika ditanyakan apa yang di maksud dengan istilah tersebut,

maka orang akan berpikir terlebih dahulu untuk mendapatkan formulasi, walaupun

sebenarnya apa yang di maksud dengan istilah itu telah ada dalam pikiran dengan jelas.

Sebelum memasuki masalah ini lebih dalam kiranya harus dipahami terlebih dahulu

tentang pengertian perkawinan.

Perkawinan menurut bahasa Arab berasal dari kata al- nikah, yang bermakna al-

wathi’ dan al-dammu wa al-tadakhul. Terkadang juga disebut al-dammu wa al-jam’u,

atau ‘ibarat ‘an al-wathi’ wa al-‘aqd yang bermakna bersetubuh, berkumpul dan akad

yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta tolong- menolong

antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan mahram.7

7 Sulaiman Rasjid, Fikih Islam, (Bandung: sinar baru algensindo, tahun 2000, Cet. 33)

h. 374

13

Page 18: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Sesuai dengan firman Allah SWT, dalam surah al-Nisa yang berbunyi:

(�*���"00�q 0�� \r0�s ����� \���� ��i0t ��Z�0� @S;8�u�� �v���7w��

�x���y?�� ( ��3j�q w.&��\ {M�� (�*���_�7� |;�_���*�q )�5ء� ) ٣ 6%رة ا�

Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.

Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil8, Maka (kawinilah) seorang

saja9( Q.S an-Nisa ayat 3 )

Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan atau

masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu bukan sja merupakan satu jalan yang amat

mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga dapat

dipandang sebagai satu jalan menuju pintu perkenalan antara suatu kaum dengan kaum

lain, dan perkenalan itu akan menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan antara satu

dengan yang lainnya.

Sebenarnya pertalian nikah adalah pertalian yang seteguh-teguhnya dalam hidup dan

kehidupan manusia, bukan saja antara suami isteri dan keturunannya, melainkan antara

dua keluarga. Karena dari baiknya pergaulan si isteri dengan suaminya, kasih mengasihi,

akan berpindahlah kebaikan itu kepada semua keluarga dari kedua belah pihaknya,

sehingga mereka menjadi satu dalam segala urusan saling tolong-menolong sesamanya

dalam menjalankan kebaikan dan mencegah segala kejahatan. Selain itu, dengan

pernikahan seseorang akan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya. sejalan dengan

8 Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan

lain-lain yang bersifat lahiriyah. 9 Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat Ini poligami

sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para nabi sebelum nabi Muhammad s.a.w. ayat Ini membatasi

poligami sampai empat orang saja.

Page 19: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

sabda Rasulullah SAW: Dari Aisyah, “ nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka

sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu.”( HR. Hakim dan

Abu daud).

Dari semua penjelasan diatas, faedah yang terbesar dalam pernikahan ialah untuk

menjaga dan memelihara perempuan yang bersifat lemah itu dari kebinasaan, sebab

seorang perempuan, apabila ia sudah menikah, maka nafkahnya (biaya hidupnya) wajib

ditanggung oleh suaminya. Dan pernikahan juga berguna untuk memelihara kerukunan

anak cucu (keturunan), sebab kalau tidak dengan nikah, tentulah anak tidak berketentuan

siapa yang akan mengurusnya dan siapa yang bertanggung jawab atasnya. Nikah juga

dipandang sebagai kemaslahatan umum, sebab kalau tidak ada pernikahan, tentu manusia

akan menurutkan sifat kebinatangannya, dan dengan sifat ituakan timbul perselisihan,

bencana dan permusuhan antara sesamanya.

Demikianlah maksud pernikahan yang sejati didalam Islam. Singkatnya adalah untuk

kemaslahatan dalam rumah tangga dan keturunan dan juga untuk kemaslahatan

masyarakat. Oleh sebab itu, syariat Islam mengadakan beberapa peraturan untuk menjaga

keselamatan pernikahan tersebut, tetapi sebelum menerangkan syarat-syarat dan

rukunnya, begitu juga dengan prinsip-prinsip pernikahan, terlebih dahulu akan diuraikan

tujuan pernikahan dalam anggapan yang berlaku atas kehendak manusia, karena telah

banyak anggapan dari para pemuda baik dari zaman dahulu hungga sekarang, mereka

ingin menikah karena beberapa sebab, diantaranya yaitu:

1. Karena mengharapkan harta benda

2. Karena mengharapkan kebangsawanannay

3. Karena ingin melihat kecantikannya

Page 20: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

4. Karena agama dan budi pekertinya yang baik.

Dari beberapa tujuan pernikahan yang telah disebutkan, sesungguhnya tujuan yang

keempatlah yang paling diutamakan, karena agama dan budi pekerti inilah yang patut dan

baik menjadi ukuran untuk pergaulan yang akan kekal, serta dapat menjadi dasar

keturunan dan kemaslahatan rumah tangga serta semua keluarga. Sejalan sabda

Rasulullah SAW: “Barang siapa menikahi seorang perempuan karena agamanya, niscaya

Allah akan mengaruniainya dengan harta.

Jadi jelaslah bahwa hendaknya agama dan budi pekerti itulah yang menjadi pokok

yang utama untuk pemilihan dalam pernikahan. Agar tidak terjadi suatu perceraian maka

pertimbangkanlah terlebih dahulu dengan sedalam-dalamnya antara manfaat dan

mudharatnya yang bakal terjadi dihari kemudian, sebelum mempertalikan suatu

pernikahan10

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) memberikan definisi tentang

perkawinan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 2, yaitu: “Perkawinan menurut

hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan

untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”

Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, dalam pasal 1

menjelaskan perkawinan sebagai ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga bahagi dan kekal

berdasarkan ketuhanan yang maha esa.sedangkan dalam pasal 2 juga menjelaskan tentang

perkawinan yang mana perkawinan itu akan sah apabila dilakukan menurut hukum

10 Rasjid, Fikih Islam, h. 378

Page 21: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, dan tiap-tiap perkawinan dicatat

menurut peraturan perundang-undanganan yang berlaku.11

Ikatan lahir batin yang di maksud dalam pasal tersebut mempunyai dua pengertian

yang berbeda yakni, ikatan lahir dan ikatan batin. Ikatan lahir adalah merupakan ikatan

yang kelihatan, ikatan formal sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada. Ikatan formal

ini adalah nyata, baik yang mengikat dirinya, yaitu suami dan isteri, maupun orang lain

yaitu masyarakat luas, sedangkan ikatan batin adalah ikatan yang tidak kelihatan secara

langsung, merupakan ikatan psikologis yang mengikat suami dan isteri yaitu perasaan

cinta dan tanpa paksaan

Berdasarkan definisi yang telah tercantum dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1

tahun 1974, masih dapat diperinci dengan tiga bagian yaitu:

1. Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai

suami isteri.

2. Ikatan lahir batin itu ditujukan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia yang kekal dan sejahtera.

3. Ikatan lahir batin dan tujuan bahagia yang kekal itu berdasarkan kepada Ketuhanan

Yang Maha Esa.

Perkawinan juga harus dilihat dari beberapa segi antara lain:

1. Perkawinan dari segi pelaksanaan

a. Cara mengadakan ikatan perkawinan telah diatur

terlebih dahulu yaitu dengan akad nikah dan dengan rukun dan syarat tertentu.

11 Departemen Agama, Undang-undang perkawinan, (Bandung: Citra Umbara, 2007. h.2

Page 22: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

b. Cara menguraikan atau memutuskan ikatan

perkawinan juga telah diatur sebelumnya yaitu dengan prosedur talak,

kemungkinan fasakh, syiqaq dan sebagainya.

2. Perkawinan dari segi sosial.

Dalam masyarakat setiap bangsa, ditemui oleh suatu penilaian yang umum, ialah

bahwa orang yang berkeluarga atau pernah berkeluarga mempunyai kedudukan yang

lebih dihargai dari mereka yang belum nikah.

3. Perkawinan dari segi agama.

Dalam agama, perkawinan dianggap suatu lembaga yang suci. Upacara pasangan

suami isteri atau saling minta menjadi pasangan hidup dengan mempergunakan nama

Allah.

Menurut pendapat penulis pengertian perkawinan yang diberikan para pakar

menunjukkan ada dua sisi penting dari perkawinan, yang pertama perkawinan adalah

pengesahan hubungan seksual, dan yang kedua perkawinan adalah sebuah perjanjian.

2. Dasar - Dasar Perkawinan

Teori dasar perkawinan adalah berdasarkan teori “manusia sebagai makhluk sosial”,

yang pada dasarnya manusia sangat membutuhkan manusia yang lain untuk dapat

memenuhi kebutuhannya. Manusia juga merupakan makhluk yang sempurna karena akal

dan nuraninya, maka dalam pemenuhan kebutuhan terhadap manusia lain, manusia

mengatur pemenuhan kebutuhan itu sesuai dengan kedudukannya sebagai manusia yang

sempurna.

Dasar-dasar perkawinan telah diatur dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun

1974, pasal 1-4 yang berbunyi sebagai berikut:

Page 23: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Pasal 1: perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga(rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.

Pasal 2 ayat 1: perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya itu. Dan ayat 2 berbunyi: tiap-tiap perkawinan

dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 3 ayat 1: pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh

mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami. Dan

ayat 2 berbunyi: pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri

lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

Pasal 4 ayat 1 berbunyi: dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang

sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat (2) Undang-Undang ini, maka wajib

mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya. Dan ayat (2)

berbunyi: pengadilan dimaksud dalam ayat 1 pasal ini hanya memberikan izin kepada

seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila;

a. isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri.

b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan

c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Pasal 5 ayat 1 berbunyi: untuk dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan,

sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) Undang-Undang ini, harus dipenuhi syarat-

syarat sebagai berikut:

a. Adanya persetujuan dari isteri-isteri

Page 24: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup isteri-

isteri dan anak-anak mereka

c. Adanya jaminan suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka.

Dan ayat (2) berbunyi: persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini

tidak diperlukan bagi seorang suami apabila isteri-isterinya tidak mungkin dimintai

persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada

kabar dari isterinya selama sekurang-kurangnya 2 tahun, atau karena sebab-sebab lainnya

yang perlu mendapat penilaian dari hakim pengadilan.12

Sedangkan yang menjadi dasar hukum perkawinan dalam hukum positif Indonesia

dan masih berlaku sampai saat ini adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang No.22 tahun 1946 jo Undang-Undang No. 32 tahun 1954 tentang

Pencatatan Nikah, Talak Dan Rujuk.

b. Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

c. Undang-Undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

d. Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang No.1

tahun 1974 tentang Perkawinan.

e. Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1990

tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil.

f. Intruksi Presiden RI No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

g. Keputusan Menteri Agama No. 154 tahun 1991 tentang Pelaksanaan Instruksi

Presiden RI No. 1 tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam

h. Keputusan menteri pertahanan keamanan/panglima angkatan bersenjata No.

KEP/01/1/1980 tentang peraturan perkawinan, perceraian dan rujuk anggota ABRI

12 Ibid, h. 3

Page 25: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

i. Petunjuk teknis No. Pol: JUKNIS/01/III/1981 tentang perkawinan, perceraian dan

rujuk bagi anggota POLRI.

B. Asas-Asas dan Prinsip-Prinsip Perkawinan

1. Asas-Asas Perkawinan

Kompilasi Hukum Islam di Indonesia merupakan pengembangan dari hukum

perkawinan yang tertuang di dalam Undang-Undangnomor 1 tahu 1974. karena itu, ia

tidak dapat lepas dari misi yang di emban oleh Undang-Undang Perkawinan tersebut;

kendatipun cakupannya hanya terbatas bagi kepentingan ummat Islam.

Karena kompilasi dalam banyak hal merupakan penjelasan Undang-Undang

Perkawinan, maka asas-asas atau prinsip-prinsipnya di kemukakan dengan mengacu

kepada Undang-Undang tersebut

Ada enam asas yang prinsipil dalam Undang-Undang Perkawinan ini, antara lain

yaitu:

a) Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu

suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat

mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan

material.

b) Dalam Undang-Undang ini di tegaskan bahwa suatu perkawinan adalah saha pabila

dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, dan

disamping itu tiap-tiap perkawinan “harus dicatat “ menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Page 26: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

c) Undang-Undang ini menganut asas monogomi. Hanya apabila dikehendaki oleh yang

bersangkutan, karena hukum dan agama dari yang bersangkutan mengizinkan seorang

suami dapat beristeri lebih dari seorang.

d) Undang-Undang perkawinan ini menganut prinsip bahwa calon suami isteri harus

telah masuk jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan, agar dapat

mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berpikir pada perceraian dan

mendapat keturunan yang baik dan sehat.

e) Karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia kekal dan

sejahtera, maka Undang-Undang ini menganut prinsip untuk mempersulit terjadinya

perceraian.

f) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami, baik

dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam kehidupan masyarakat, sehingga

dengan demikian segala sesuatu dalam keluarga dapat dirundingkan dan diputuskan

bersama oleh suami isteri.13

f.1 Asas yang pertama, membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sejalan

dengan firman Allah

������ ������ ��� ���� ������ ����� ����� ����� !�"�� #☯���&'�� (�)*,�� �.�/� 0�1&2��34 56�7�8�� �!9�,�:�� ,;<2�*<� =�☺��?�� @ <�34 A3B �C���D EF�� G� HI�*�4�/� ���JK�⌧���

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri

dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan

dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir(Q.S ar-Rum,ayat 21)

13 Ahmad Rafiq, Hukum Islam DI Indonesia. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet.

VI, h. 56

Page 27: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

f.2. Asas kedua, keabsahan perkawinan didasarkan pada hukum agama dan

kepercayaan pihak melaksanakan perkawinan, dan harus dicatat.

f.3. Asas ketiga, asas monogami sejalan dengan surat an-nisa ayat 3 yang

berbunyi:

��34�� �U�}&��\ {M�� (�*�~� &47 A3B @?�����l&�0� (�*���"00�q 0�� \r0�s �����

\���� ��i0t ��Z�0� @S;8�u�� �v���7w�� �x���y?�� ( ��3j�q w.&��\ {M��

(�*���_�7� |;�_���*�q ���� 0�� �F������ ����Z��☺� �� @ �C���D �A;��2�� {M��

(�*��*7� .

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang

yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu

senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku

adil[14

], Maka (kawinilah) seorang saja[15

], atau budak-budak yang kamu miliki. yang

demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.(Q.S. an-Nisa, ayat 43)

f.4. Asas keempat juga sejalan dengan firman Allah surat al-Rum ayat 21, seperti

telah dijelaskan terlebih dahulu. Karena tujuan perkawinan akan dapat lebih mudah

dicapai apabila kedua mempelai telah masuka jiwa raganya.

f.5. Asas kelima mempersulit terjadinya perceraian, hal ini didasarkan pada hadis

yang berbunyi:

) ) رواG ا % داود وا : &��F وا��AآD( ا BC ا�0Aل ا�? ا< ا��0ق : م . 1: ا : 1�� 1: ا��$9 ص

14

Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan

lain-lain yang bersifat lahiriyah. 15

Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat Ini poligami

sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para nabi sebelum nabi Muhammad s.a.w. ayat Ini membatasi

poligami sampai empat orang saja.

Page 28: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Artinya :”perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak (perceraian). (riwayat

abu dawud, ibn majah, dan disahihkan oleh al-hakim).16

f.6. Asas keenam sejalan dengan firman Allah yang berbunyi:

�#����J�0� ��*��*�# A�� ��i0t ��Z�0� 0�☺3� 56{��q hi0� w15��7�� @A�� g��7��

i0�☺3��� (�*!4⌧�"�� ���� ��31���*&��� @ !F���3�����00�q xF���,��# WF��!����

��&l�q��/� 0�☺3� ⌧���� hi0� @

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah

Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan

Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu

Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika

suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka”. (Q.S. al-Nisa ayat

43)

Pencatatan perkawinan juga merupakan salah satu asas dalam Undang-Undang

Perkawinan, yang diatur pelaksanaannya dalam peraturan pemerintah nomor 9 tahun

1975, dan diikuti perumusan yang lebih rinci dalam kompilasi hukum Islam. Dibawah ini

akan dikutip pasal-pasal yang mengatur pencatatan perkawinan.

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 menegaskan bahwa perkawinan ialah

ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanitasebagai suami isteridengan

tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdsarkan ketuhanan Yang Maha

Esa.Selanjutnya dalam pasal 2 diatur tentang keabsahan perkawinan, yaitu ayat

(1).”perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya

dan kepercayaannya itu”. Ayat (2) menyatakan” tiap-tiap perkawinan dicatat menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Dalam versi kompilasi hukum Islam

pencatatan perkawinan diatur dalam pasal 5 dan 6. namun karena pencatatan perkawinan

16 Al-san’any, Terjemah Subul al-Salam , ( kairo: Dar Ihya al-Turas al-Araby, 1960, juz 3), h.

168

Page 29: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

adalah merupakan syarat administratif, dibawah ini dikutip ketentuan keabsahan

perkawinan.

Pasal 2 : perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan atau akad yang sangat

kuat atau mitsaqon galidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah.

Pasal 3 : perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang

sakinah, mawaddah dan rahmah(tentram, cinta dan kasih sayang).17

2. Prinsip-prinsip Perkawinan

Ada beberapa prinsip perkawinan menurut agama Islam, yang perlu diperhatikan agar

perkawinan itu benar-benar berarti dalam hidup manusia melaksanakan tugasnya

mengabdi pada Tuhan. Dan adapun prinsip-prinsip perkawinan dalam island itu adalah :18

1. Memenuhi dan melaksanakan perintah agama. Sebagaimana dimuka telah dijelaskan

bahwa perkawinan adalah sunnah Nabi, itu berarti bahwa melaksanakan perkawinan

itu pada hakekatnya merupakan pelaksanaan dari ajaran agama.

2. Kerelaan dan persetujuan

Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh pihak yang hendak

melangsungkan perkawinan adalah “Ikhtiyar”(tidak dipaksa) pihak yang

melangsungkan perkawinan itu dirumuskan dengan kata-kata kerelaan calon isteri

dan suami atau persetujuan mereka.

3. Perkawinan untuk selamanya

17 Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, ( Bandung: Citra Umbara, 2007 ),

h.228 18 Departemen Agama RI, Ilmu Fikih ( Jakarta: 1984/1985, Cet. Ke 2 ), h. 69

Page 30: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Tujuan perkawinan antara lain untuk dapat berketurunan dan untuk ketenangan,

ketentraman dan cinta serta kasih saying, kesemuanya ini dapat dicapai hanya dengan

prinsip bahwa perkawinan adalah untuk selamanya, bukan hanya dalam waktu

tertentu saja. Itulah prinsip perkawinan dalam Islam yang harus atas dasar kerelaan

hati dan sebelumnya yang bersangkutan telah melihat lebih dahulu sehingga nantinya

tidak menyesal setelah melangsungkan perkawinan dan dengan melihat dan

mengetahui lebih dahulu akan dapat mengekalkan persetujuan suami isteri.

4. Monogami dan Poligami

Monogami artinya seorang kawin dengan satu isteri, sedang poligami artinya seorang

laki-laki mempunyai lebih dari satu isteri. Dan sebaliknya seorang wanita yang

mempunyai lebih dari seorang suami disebut” poliandri”

Islam membolehkan kawin poligami, tetapi membatasi jumlahnya tidak lebih dari

empat dan dengan syarat harus berlaku adil.

5. Suami sebagai penanggung jawab umum dalam rumah tangga

Dalam hukum Islam, tidak selamanya wanita dan pria mempunyai hak dan kewajiban

yang sama, adakalanya wanita lebih besar hak dan kewajibannya dari pria dan

adakalanya pria lebih besar hak dan kewajibannya dari wanita.

Apabila seorang wanita dan pria melakukan perkawinan maka masing-masing tetap

membawa hak dan kewajibannya sebagai mukallaf, tetapi dalam perkawinan itu masing-

masing merelakan sebagian haknya dan menaggung kewajiban baru, disamping

mendapatkan hak-hak baru dari masing-masing pihak. Masing-masing harus merelakan

hak, seperti hak kebebasan seperti sebelum berumah tangga, masing-masing

mendapatkan hak seperti hak memenuhi kebutuhan biologisnya, hak mendapat warisan

Page 31: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

satu dari yang lain bilasalah satu meninggal dunia. Demikian juga masing-masing

mendapat kewajiban baru seperti, suami wajib melindungi isteri dan anak-anaknya, suami

wajib memberikan nafkah. Dan wajib melayani keperluan suami sesuai dengan ketentuan

yang ada.

Sekalipun suami isteri masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang telah

ditentukan, namun menurut ketentuan hukum Islam, suami mempunyai kedudukan lebih

dari isteri, sesuai firman Allah dalam sutah an-Nisa ayat 34 yang berbunyi:

�#����J�0� ��*��*�# A�� ��i0t ��Z�0�

0�☺3� 56{��q hi0� w15��7�� @A�� g��7��

i0�☺3��� (�*!4⌧�"�� ���� ��31���*&���

@

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah

melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan

Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka(Q.S an-Nisa

ayat 34).

Ketentuan kedudukan suami lebih tinggi dari isteri bukan berarti bahwa suami

berkuasa atas isteri, kelebihan suami atas isteri dalam rumah tangga, karena suami adalah

pemimpin rumah tangga. Sudah sewajarnyalah pemimpin mempunyai hak dan kewajiban

yang lebih dari warga yang ada dalam rumah tangga, disamping pada umumnya laki-laki

dikaruniai jasmani lebih kuat dan pada umumnya karena beban tanggung jawab nafkah

keluarga ada ditangan suami.

Dan apabila disesuaikan dengan landasan falsafah pancasila dan landasan Undang-

Undang Dasar 1945, sebagaimana Undang-Undang Perkawinan selain kompilasi harus

mewujudkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam pancasila dan Undang-Undang

Page 32: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Dasar 1945 juga dituntut mampu menampung segala kenyataan yang hidup di dalam

masyarakat dewasa ini.

Atas dasar pemikiran diatas itulah, perkawinan yang diatur dalam kompilasi

menentukan prinsip-prinsip perkawinan yang antisipatif terhadap perkembangan dan

tuntutan zaman. Prinsip-prinsip perkawinan tersebut adalah :

a) Bagi orang-orang Indonesia asli yang beragama Islam berlaku hukum agama yang

telah diresipir dalam hukum adat

b) Bagi orang-orang Indonesia asli lainnya berlaku hukum adat

c) Bagi orang-orang Indonesia asli yang beragama Kristen berlaku

Huwelijkosordonantie Cristen Indonesia

d) Bagi orang-orang Timur Asing Cina dan warga Negara Indonesia keturunan Cina

berlaku ketentuan-ketentuan kitab Undang-Undang hukum perdata dengan sedikit

perubahan

e) Bagi orang-orang timur asing lainnya dan warga keturunan timur asing lainnya

tersebut berlaku hukum adapt lainnya

f) Bagi orang-orang eropa dan warga Negara Indonesia keturunan eropa dan yang

disamakan dengan mereka berlaku kitab undang-undang hukum perdata.19

3. Syarat-Syarat Perkawinan

Perkawinan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk segera

melaksanakannya. Karena dengan perkawinan, dapat mengurangi maksiat penglihatan,

memelihara diri dari perbuatan zina. Oleh karena itu, bagi mereka yang berkeinginan

untuk menikah, sementara perbekalan belum siap, dianjurkan berpuasa. Dengan

berpuasa, diharapkan dapat membentengi diri dari perbuatan tercela yang sangat keci,

19 Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, h.55

Page 33: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

yaitu perzinahan. Yang dinyatakan dalam hadits riwayat dari Abdullah ibn Mas’ud,

Rasulullah SAW bersabda :

ا�5$� ب &: ا M6��ع &�DK ی� &�I3 ا : 1: 1$�< : &35%د 1: ا��0H 9$ ا< #1�F وD#6 !�لOM5ی D� :&ج و�"#� :P'وا �P$#� BQا F��R وج�M�#R و�� ع ا�$�ءة F� F��R م%P� � F�#3R

)&#1 S"M�F ( ء

Artinya: ”wahai kaum muda, barang siapa diantara kamu menyiapkan bekal, nikahlah,

karena sesungguhnya nikah dapat menjag penglihatan dan memelihara farji.

Barangsiapa tidak mampu maka hendaknya ia berpuasa, karena puasa dapat menjadi

benteng ( muttafaq ‘alaih )20

Perkawinan merupakan wadah penyaluran kebutuhan bioligis manusia yang wajar,

dan dalam ajaran Nabi, perkawinan ditradisikan menjadi sunnah beliau. Hadis riwayat

dari Anas ibn Malik, bahwa Nabi SAW. Memuji Allah dan Anas melihatnya dan beliau

bersabda:

9�& T�#R 9M�6 :1 UQر :�R �5 ء�)&#1 S"M�K� )F: اH#9 وا��م واH%م واR�� وا��وج ا�

Artinya: “Akan tetapi aku shalat, tidur, pusa, berbuka, dan aku menikahi perempuan.

Maka barangsiapa membenci sunnahku, maka ia bukan termasuka golonganku (muttafaq

‘alaih)21

Karena itulah, perkawinan yang syarat nilai dan bertujuan untuk mewujudkan

kehidupan urumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahma, perlu diatur dengan

syarat dan rukun tertentu, agar tujuan disyariatkannya perkawinan tercapai.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai syarat dan rukun perkawinan

menurut hukum Islam, maka akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Calon mempelai pria, syarat-syaratnya:

20 Al-san’any, Terjemah Subul al-Salam, h. 109 21 Ibid, h. 110

Page 34: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

1) Beragama Islam

2) Laki-laki

3) Jelas orangnya

4) Dapat memberikan persetujuan

5) Tidak terdapat halangan perkawinan

b. Calon mempelai wanita, syarat-syaratnya:

1) Beragama, meskipun Yahudi atau Nasrani

2) Perempuan

3) Jelas orangnya

4) Dapat dimintai persetujuan

5) Tidak terdapat halangan persetujuan

c. Wali nikah, syarat-syaratnya:

1) Laki-laki

2) Dewasa

3) Mempunyai hak perwalian

4) Tidak terdapat hak perwalian

d. Saksi nikah, syarat-syaratnya:

1) Minimal dua orang laki-laki

2) Hadir dalam ijab qabul

3) Dapat mengerti maksud akad

4) Islam

5) Dewasa

e. Ijab Qabul, syarat-syaratnya:

Page 35: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

1) Adanya pernyataan mengawinkan dari wali

2) Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai

3) Memakai kata-kata nikah, tazwij, atau terjemahan dari kata nikah

atau tazwij

4) Antara ijab dan qabul bersambungan

5) Antara ijab dan qabul jelas maksudnya

6) Orang yang berkait dengan ijab dan qabul tidak sedang dalam

ihram haji / umrah

7) Majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum orang, yaitu :

calon mempelai pria atau wakilnya, wali dari mempelai wanita atau wakilnya, dan

dua orang saksi.22

Sedangkan dalam Undang-Undang Perkawinan mengatur syarat-syarat

perkawinan dalam bab II pasal 6 yang berisi sebagai berikut:

1) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai

2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum memcapai umur 21 ( dua

puluh satu ) tahun harus mendapat izin kedua orang tua

3) Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam

keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2)

pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua

yang mampu menyatakan kehendaknya.

4) Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau tidak mampu menyatakan

kehendaknya, maka izin diperolewh dari wali, orang yang memelihara atau

22 Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, h. 71-72

Page 36: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

keluarga yang mempumyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus keatas

selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya.

5) Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang yang disebut dalam ayat (2), (3)

dan (4) pasal ini, atau salah satu seorang atau lebih diantara mereka tidak

menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerahhukum tempat tinggal

orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat

memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat

(2),(3) dan (4) pasal ini.

6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang

hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan

tidak menentukan lain.23

Hukum Islam di Indonesia menentukan salah satu syarat-syarat perkawinan

adalah persetujuan calon mempelai, yang tertera dalam pasal 6 ayat 1 kompilasi hukum

Islam, persetujuan ini sangat penting agar masing-masing suami isteri memasuki gerbang

perkawinan dan berumah tangga, benar-benar dapat dengan senang hati membagi tugas,

hak dan kewajibannya secara profesional.dengan demikian, tujuan perkawinan dapat

tercapai. Menurut hemat penulis, persetujuan calon mempelai merupakan hasil dari

peminangan (khitbah). karena persetujuan, tidak mungkin-atau setidak-tidaknya sulit-

dilakukan apabila masing-masing calon tidak mengenal atau mengetahuinya.Dalam tahap

awal, persetujuan dapat di ketahui melalui wali calon mempelai wanita, dan pada tahap

akhir dilakukan petugas atau pegawai pencatat,sebelum akad nikah dilangsungkan.

Dijelaskan dalam sabda Rasululullah SAW. riwayat dari Ibn’Abbas ra yang berbunyi :

���%K6 ��5�� &: و���� وا�$�M5� �K&� واذ�"� S'ا U�Vا� ) D#5& Gروا(

23 Departemen Agama, Undang-Undang Perkawinan, h. 4

Page 37: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Artinya: Janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya, dan kepada gadis (parawan)

dimintai persetujuannya, dan prsetujuannya jika di mintai,(gadis itu) diam (Riwayat

muslim).

Berdasarkan dari kutipan hadis di atas, kompilasi merumuskannya dalam pasal 16

ayat (2) :”Bentuk persetujuan calon mempelai wanita, dapat berupa pernyataan tegas dan

nyata dengan tulisan, lisan atau isyarat tapi dapat juga berupa diam dalam arti sela tidak

ada penolakan yang tegas”.

Sebagai pengukuhan adanya persetujuan calon mempelai pagawai pencatat

menanyakan kepada mereka.sebagaimana diatur dalam pasal 17 Kompilasi Hukum Islam:

(1) Sebelum berlangsungnya perkawinan, pagawai pencatat Nikah menanyakan lebih

dahulu persetujuan calon mempelai di hadapan dua saksi nikah.

(2) Bila ternyata perkawinan tidak di setujui oleh salah seorang calon mempelai

maka perkawinan itu tidak dapat dilangsungkan.

(3) Bagi calon mempelai yang menderita tuna wicara atau tuna rungu persetujuan

dapat dinyatakan dengan tulisan atau isyarat yang dapat dimengerti.

Sedangkan masalah penentuan umur dalam Undang-Undang Perkawinan maupun

dalam kompilasi, memang bersifat ijtihadiyah, sebagai usaha pembaharuan pemikiran

fikih yang lalu. Namu demikian, apabila dilacak referensi syar’i nya mempunyai landasan

kuat. Misalnya isyarat Allah dalam surat al-Nisa ayat 9 yang berbunyi:

t���l&��� ����#Ki0� �*�� (�*�P�J� ���� w31��q��\ ,=� �?7D 0|���7�o (�*7q#�� ��31&2���� (�*!4��lq��q Ki0�

(�*��*!4�l&��� ,M�*�# �c_ �_�� .

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan

dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan

hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar( Q.S. an-Nisa ayat 9)

Ayat tersebut memang bersifat umum, tidak secara langsung menunjukan bahwa

perkawinan yang dilakukan oleh pasangan usia muda atau dibawah ketentuan yang diatur

Page 38: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Undang-Undang No 1 tahun 1974, akan menghasilkan keturunan yang dikhawatirkan

kesejahteraannya. Akan tetapi berdsarkan pengamatan berbagai pihak, rendahnya usia

kawin, lebih banyak menimbulkan hal-hal yang tidak sejalan dengan misi dan tujuan

perkawinan, yaitu terwujudnya ketentraman dalam rumah tangga berdasarkan kasih dan

sayang. Tujuan ini tentu akan sulit terwujud, apabila masing-masimg mempelai belum

masuk jiwa dan raganya. Kematanga dan integritas pribadi yang stabil akan sangat

berpengaruh di dalam menyelesaikan setiap problem yang muncul dalam menghadapi

lika-liku dan badai rumah tangga. Karena banyak kasus yang menunjukan banyaknya

perceraian cenderung didominasi akibat perkawinan dalam usia muda.24

24 Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, 76-78

Page 39: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

BAB III

MURTAD DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP PERKAWINAN

A. Konsepsi Umum Tentang Murtad

Pada zaman modern ini, kebebasan adalah termasuk dalam Hak Asasi Manusia.

Kebebasan dalam hal ini dapat diartikan lebih lanjut dalam persoalan agama, sehingga

menimbulkan arti bahwa agama adalah hak azasi seseorang dalam menentukan dan

memilihnya.

Islam sebagai agama juga telah menerangkan bahwa: “Tidak ada paksaan dalam

agama” Banyak kalangan yang menafsirkan bahwa ayat ini menyatakan tidak ada

paksaan dalam memilih agama sehingga perbuatan murtad tidak dipersalahkan atau

diperbolehkan. Penafsiran seperti ini sangat tidak beralasan karena menurut penulis ayat

ini menerangkan bahwa benar tidak ada paksaan dalam beragama, namun jika seseorang

telah memilih Islamsebagai agamanya, maka ada ikatan dan kewajiban yang harus ia

lakukan dan taati dengan sepenuhnya, dan salah satunya adalah persoalan pelarangan

pindah kepada agama lain (murtad) dan akibat hukumnya.

Persoalan kemurtadan seseorang dianggap sebagai suatu hal khusus dan penting

jika dikaitan dengan perkawinan. Ada kesepakatan umum bahwa ikatan perkawinan tidak

dapat mengikat wanita muslimah dengan seorang laki-laki yang bukan Islam. Tetapi

timbul kesukaran bila wanita itu menjadi murtad, sebagai salah satu cara untuk

melepaskan diri dari suami yang tidak baik, yang kejam atau yang tidak mereka sukai.

Melihat fenomena yang banyak terjadi, perlu kiranya dibahas mengenai persoalan murtad

dalam bab ini, yang akan diterang sejelasnya mengenai persoa

35

36

Page 40: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Murtad adalah suatu kata yang jika terjadi akan mengakibatkan terjadinya putus

terhadap sebuah perkawinan, sebagaimana yang dituangkan dalam Undang-UndangNo.1

tahun 1974 tentang Perkawinan maupun di dalam Kompilasi Hukum Islam(KHI). Untuk

memperluas pengetahuan mengenai konsepsi murtad dan hubungannya dengan

perkawinan akan dibahas dalam bab ini.

Murtad yang dimaksud dalam penulisan skripsi adalah peralihan agama atau

perpindahan agama dari agama Islamkepada agama non-Islam. Namun peralihan atau

perpindahan dari agama non-Islam kepada agama non-Islam lainya bukanlah dinamakan

murtad karena mereka tetap dalam keadaan kafir dan perpindahan dari agama Islam ke

agama lain sama dengan pindah dari kebenaran ke wadah yang tidak benar.

Hal ini berdasarkan firman Allah Q.S. Ali Imran ayat 85 yang berbunyi:

����� ����E� �Q�J⌧Y �����F�0� 0ZZ �2

����q 56�9&4 �Z�� �*7��� A3B ;�J�\.�0�

\��� \� �J� ���&�0�

Artinya: Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan

diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Murtad adalah merupakan dosa besar yang dapat menghapus amal-amal saleh

sebelumnya Hukuman yang diancam oleh Allah sesuai dengan firman-Nya, dalam surat

al-Baqarah ayat 217, yang berbunyi:

����� �2�_��J� ����,�� �� ���, �2 �F☺�2�q �*7��� ⌦J�q#5� �Ccd���e�fe�q �F�~3C� w17���☺��� A3B 0�l�"?_�0�

;�J�\.�0��� ( �Ccd���e�f��� ~�������� ?0<,�0� ( ��7� 0�12�q ���!03���\

Artinya: Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam

kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan

mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

Page 41: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Dan hadist Nabi saw yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah saw

bersabda:

G%#M R F�)رواG ا�W&�Mي ( &: �ل دی

Artinya : “Barangsiapa menganti agamanya (Islamnya), maka bunuhlah ia”.( H,R. At-

Tirmidzi)

Karena sesungguhnya Allah SWT mewajibkan kepada seluruh hamba-Nya untuk

masuk kedalam dinul islam dan berpegang teguh dengannya,serta mewaspadai segala

sesuatu yang akan menyimpangkan mereka dari din yang suci ini.dia mengutus nabi-

Nya,Muhammad SAW, dengan amanat da`wah yang suci dan mulia.Allah juga telah

mengingatkan hamba-Nya, barang siapa yang mengikuti seruan para rasul itu, maka dia

telah mendapatkan hidayah ; dan siapa yang berpaling dari seruannya, maka ia telah

tersesat. Di dalam kitabullah, dia mengingatkan manusia tentang perkara-perkara yang

menjadi sebab “ riddah “ (murtad dari dinul islam ) dan perkara-perkara yang termasuk

kemusyrikan dan kekefiran . beberapa ulama rahimahumullah selanjutnya menyebutkan

periagatan-peringatan Allah itu dalam kitab-kitab mereka. Mereka mengingatkan bahwa

sesungguhnya seorang muslim dapat di anggap murtad dari dinul islam di sebabkan

beberapa hal yang bertentangan, sehingga menjadi halal darah dan hartanya. Di antara

sekian banyak hal yang dapat membatalkan keislaman seseorang , syaikh Al imam

Muhammad bin Abdul wahab, serta beberapa ulama lainnya menyebutkan sepuluh hal

yang bertentangan yang paling berbahaya dan paling banyak di lakukan oleh ummat

islam. Dengan mengharap keselamatan dan kesejahteraan dari-Nya, kami paparkan

dengan ringkas sebagai berikut:

Page 42: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

1.Mengadakan persekutuan dalam beribadah kepada Allah. dalam kaitan ini, Allah

berfirman:

<�34 Ki0� 5M J��&� ��� ⌧a�Q�R� ��3� J��&� �� 0�� ���2 �����D ��☺�� y�i0��;� @ ����� a3Q�R� �i003� �_�4�q

<6to �⌧���to �c_l�7�� moo�p

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu)

dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-

Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya

ia Telah tersesat sejauh-jauhnya.

(  d"34 ��� a3Q�R� �i003� �_�4�q �¡�J� hi0� �&l��� �=<Z�]&�0� ¢��qe����

y?0<Z�0� ( 0���� � �^�☺3��K!��� ���� �?0t�"�� m£np

Artinya : Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya

Allah ialah Al masih putera Maryam", padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani

Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang

mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya

surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang

penolongpun.

Termasuk dalam hal ini , permohonan pertolongan dan permohonan doa kepada

orang mati serta dan bernadzar dan menyembelih qurban untuk mereka .

2.Menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai perantara doa , parmohonan syafaat, serta

sikap tawakkal kepada Allah.

3.Menolak untuk di kafirkan orang-orang musyrik , atau menyangsikan kekafiran mereka

, bahkan membenarkan madzhab mereka .

4.Berkeyakinan bahwa petunjuk selain yang datang daru Nabi Muhammad lebih

sempurna dan lebih baik , menganggap suatu hukum atau undang - undang lainnya

lebih baik di bandingkan syariat Rasulullah , serta lebih mengutamakan hukum thaghut

di bandingkan ketetapan Rasulullah .

Page 43: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

5 .Membenci sesuatu yang datangnya dari Rasulullah , meskipun di amalkannya .

Dalam hal ini Allah berfirman :

�C���D w1d"�e3� (�*7��J⌧P i0��

���¤"�� hi0� ⌧¥�C��e�q w1����☺��� m�p

Artinya : Yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa

yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-

amal mereka.

6. Mengolok- olok sebagian dari Din yang di bawa Rasulullah, misalnya tentang pahala

atau balasan yang akan di terima . Allah berfirman :

�67# �i003��� ����� �����

���3i*��?�� w.Z�P ���y��¤�¦�☺ �6

m�3p 5M (��y?�l��7� �_�# U���J⌧�⌧P �_�7��

w���Z��☺ 34 @ m��p

Artinya : “…Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu

selalu berolok-olok?"Tidak usah kamu minta maaf, Karena kamu kafir sesudah beriman

…”

7. Mengutamakan orang kafir serta memberikan pertolongan dan bantuan kepada orang

musyrik lebih dari pada pertolongan dan bantuan yang di berikan kepada kaum muslimin

.Allah berfirman , yang artinya :

“…Barang siapa di antara kamu, mengambil mereka orang-orang musyrik menjadi

pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya

Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang dzalim,’’( Al-maidah ayat 5 )

Page 44: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

8.Berpaling dari dinullah, baik karena dia tidak mau mempelajarinya atau karena tidak

mau mengamalkanny. Hal ini berdasarkan firman Allah yang berbunyi:

������ ���&�� �V☺�� �J�/P7D �F�� 0��3�

��3���? �w7w �§�:��� i0�1�Z� @ 0d"34

\��� ��^���J�]☺&�0� ��*☺�4�.,� mnnp

Artinya: Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang Telah diperingatkan

dengan ayat-ayat Tuhannya, Kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya kami

akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.( As- sajadah ayat 22 )

Dari contoh murtad yang ada dalam penjelasan di atas, dapat disimpulan

terjadinya murtad disebabkan karena tiga sebab:

1. Perbuatan yang mengkafirkan, seperti sujud pada berhala, menyembah bulan, batu

dan lain-lain.

2. Perkataan yang mengkafirkan, seperti menghina Allah atau rasul-Nya, begitu juga

memaki salah seorang Nabi Allah.

3. Itikad (keyakinan) seperti mengitikadkan alam kekal, Allah baru, menghalalkan zina,

menghalalkan minuman arak, begitu juga mengharamkan yang disepakati ulama akan

halalnya.

B. Kedudukan Murtad Dalam Perkawinan

Murtad mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan seseorang, terutama

dalam hubungannya dengan masyarakat seperti perkawinan, hak waris dan hak-hak

lainnya. Di dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, terdapat

mengenai larangan perkawinan yang mengakibatkan adanya pencegahan dan pembatalan

perkawinan. Larangan perkawinan itu dijelaskan antara lain pada Pasal 8 butir f yaitu

Page 45: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

perkawinan dilarang antara dua orang yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya

atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin.25

Kompilasi Hukum Islam juga menuangkan hal tersebut pada Pasal 40 yakni

dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita karena

keadaan tertentu:

a. Karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan dengan pria lain.

b. Seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain.

c. Seorang wanita yang tidak beragama Islam.26

Kemudian pada Pasal 44 diterangkan bahwa “Seorang wanita Islam dilarang

melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak beragama Islam”.

Di dalam Islam juga dikenal pernikahan yang tidak sah antara lain:

1. Pernikahan mut’ah, yaitu nikah yang tujuannya semata-mata untuk

melepaskan hawa nafsu belaka, untuk bersenang-senang dan diadakan waktu

tertentu; sebentar atau lama. Nikah mut’ah ini pernah dihalalkan oleh

Rasulullah saw di zamannya, kemudian beliau mengharamkan untuk selama-

lamanya.

2. Pernikahan syiqhar, yaitu nikah tukar yaitu seorang laki-laki menikahkan

seorang wanita yang di bawah perwaliannya dengan laki-laki lain, dengan

perjanjian bahwa laki-laki lain itu menikahkan pula seorang wanita yang di

bawah perwaliannya dengan laki-laki itu tanpa kesediaan membayar mahar.27

Contoh si A menikahkan dengan putrinya dengan si B dengan syarat si B

25 Departemen Agama, Undang-Undang Perkawinan, h. 6 26 Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam, h. 241 27 Kamal Muchtar, Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974, Cet.

1), h.110

Page 46: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

menikahkan putrinya dengannya, baik keduanya menyebutkan maharnya

kepada pihak satunya atau tidak menyebutkan.

3. Pernikahan muhallil, yaitu nikah yang tujuannya untuk menghalalkan bekas

isteri yang telah ditalak tiga kali bagi suami yang telah mentalaknya itu,

sehingga mereka dapat nikah kembali. Menurut Islam seorang wanita ditalak

tiga dan suaminya diharamkan rujuk kepadanya, kecuali bekas isteri telah

nikah dengan laki-laki lain dengan perkawinan yang sebenarnya kemudian

bercerai atau suami keduanya meninggal dunia dan telah habis masa

iddahnya.

Dari penggolongan ini timbul pertanyaan mengenai murtad, apakah mereka tidak

termasuk musyrik ataukah masuk ke dalam golongan musyrik. Dalam permasalahan ini

ada berbagai pandangan sehingga timbul perbedaan apakah hukum menikahi mereka:

1. Hukum menikahkan wanita muslim dengan laki-laki non muslim.

Seluruh ulama sejak masa sahabat sampai abad modern ini dan insya Allah

sampai hari kiamat sepakat bahwa wanita Islam haram hukumnya kawin

dengan pria non-muslim. Pada surat al-Baqarah ayat 221 menunjukan

keharamannya. Keharaman itu mutlak artinya wanita Islam secara mutlak

haram menikah dengan laki-laki yang bukan beragama Islam baik itu laki-laki

musyrik atau ahli kitab. 28

Tujuan larangan ini adalah agar tidak terjadi penguasaan hak oleh suami yang non

muslim atas isterinya yang muslim. Dan ini juga untuk menjaga martabat perempuan

muslim. Dan hal yang paling penting dikhawatirkan adalah sikap wanita yang lemah,

28 Teungku, Muhammad Hasbi, Hukum Antar Golongan, ( Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra,

2001, Cet. 1 ). h. 94

Page 47: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

sehingga mudah terpengaruh oleh prilaku lelaki yang menjadi suaminya. Perintah ini

ditujukan kepada para wali untuk tidak menikahkan wanita muslimah kepada laki-laki

yang tergolong kafir musyrikin, keharaman ini tidak ada pembatasan atau pengikatnya.

Dan apabila sempat terjadi pernikahan antara seorang lelaki non muslim dengan

perempuan muslim, seluruh ulama sepakat menetapkan bahwa perkawinan itu harus

dibatalkan, dan mereka harus dipisahkan , namun para ulama ini tidak menetapkan

hukuman yang dijatuhkan kepada lelaki non muslim tersebut.

2. Hukum menikah pria muslim dengan wanita bukan Islam.

a. Dengan wanita musyrikah

Agama Islam melarang seorang pria muslim kawin dengan wanita musyrik,

yaitu wanita yang menyekutukan Allah dengan yang lain seperti penyembah

berhala, dewa-dewa atau ruh-ruh (animisme). Secara mutlak hukum

perkawinan dengan wanita musyrik adalah haram. Sesuai dengan Q.s. al-

Baqarah ayat 221.yang berbunyi:

5M�� (�*���,� �F�⌧P3Q�R☺&�0� @STU� V����� @ W=��X��� Y=;Z����[� WQ�J�\ ���� C=⌧P3Q�R[� �*���� ������9�]��� � 5M�� (�*���,7 �B^�P3Q�R☺&�0� @STU� (�*,���� @ S_�C�7���� �����[� WQ�J�\ ���� Ca3Q�R[� �*���� �����9�]��� � �Ccd���e�f� ��*�_� A�g34 ?0<,�0� ( hi0��� (�)*�_� A�g34 �=<Z�]&�0� ;�J��&�☺&�0��� ���"&D3j3� ( B3�^�C �� ����� ��� <0<Z��� ��1d��7�� ���JKP⌧l�� .

Page 48: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,

walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang

musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya

budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu.

mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan

izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada

manusia supaya mereka mengambil pelajaran”.( Q. S. al-Baqarah ayat 221 )

b. Dengan wanita atheis

Perkawinan seorang muslim dengan wanita atheis hukumnya haram. Hal ini

berdasarkan mafhum dari surat al-Baqarah ayat 221. Seorang atheis sama

sekali tidak mengakui adanya Tuhan. Dengan demikian ia tidak mempunyai

agama, tidak mempercayai hari akhir, kitab suci maupun nabi-nabi Allah.

Apabila seorang muslim dilarang untuk menikahi wanita musyrikah penyembah

berhala yang secara umum masih mengakui adanya Tuhan, maka sudah tentu mengawini

wanita atheis lebih buruk keharamannya.

c. Dengan wanita murtaddah

Mengawini wanita murtad hukumya juga haram. Yusuf Al Qardhawi

menyamakan wanita murtad dengan wanita musyrikah yang haram untuk

dikawini. Seorang wanita yang murtad dari agama Islamdipandang tidak

beragama sekalipun ia pindah kepada agama samawi. Sehingga menikah

dengan wanita yang tidak beragama samawi tergolong musyrikat dan

termasuk ke dalam larangan umum. [Q.S. al-Baqarah ayat 221].

Page 49: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Perbuatan murtad adalah dosa besar. Orang murtad tidak berhak mendapat

bantuan apapun dari masyarakat Islam, tidak boleh melakukan perkawinan dengan

mereka, baik baru berumah tangga maupun melanjutkannya.

Dalam hukum Islam, seseorang yang murtad dijatuhi hukuman mati. Tentu

setelah diberikan kesempatan untuk bertaubat, “Barangsiapa yang mengganti agamanya,

bunuhlah ia”. Sabda Rasulullah yang diriwayatkan Tirmidzi. Berarti wanita yang murtad

seyogyanya dihukum mati menurut jumhur ulama, apabila hukum Islamditerapkan.

Sementara Imam Hanafi berpendapat cukup dipenjara dan tidak perlu dibunuh.

Seorang muslim tidak diperbolehkan mengawini golongan murtaddah ini karena

pada hakikatnya mereka sudah tidak punya hak untuk hidup. Apabila murtadnya di

tengah-tengah perkawinan maka perkawinannya menjadi fasakh (rusak). Ia harus

diceraikan. Jadi apabila ada pasangan suami isteri muslim, salah satunya baik suami atau

isteri keluar dari agama Islammenuju agama apapun atau sama sekali tidak beragama,

maka perkawinannya menjadi batal.29

Berkaitan dengan pasangan suami isteri yang berpindah agama, ada beberapa hukum

penting yang wajib menjadi perhatian:

1) Jika suami isteri keduanya kafir kemudian setelah bersetubuh, isteri masuk Islam

sedang suaminya tetap kafir, maka nafkah isteri tidak gugur, sebab yang terhalang

unutuk menikmati isteri adalah dari pihak suami padahal kalau suami mau

menghilangkan halangan hukum dengan masuk Islam, ia dapat kembali menggauli

isterinya, karena itulah nafkah isteri tidak gugur.30

2) Bila pasangan suami isteri kafir hanya satu yang masuk Islam maka:

29 Abdul, Mutaal, Perkawinan Campuran Menurut Hukum Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,

1988) h. 8 30 Sayyid, Sabiq, Fiqh Sunnah, (Bandung, PT. al-Ma’arif, 1996, jilid VII), h. 78

Page 50: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

a) Seorang suami yang memiliki isteri ahli kitab kemudian laki-laki tersebut masuk

Islamsedang wanitanya tidak maka keduanya tetap pada pernikahannya. Hal ini

karena dalam Islammenurut jumhur ulama seorang muslim boleh menikahi

wanita ahli kitab. Pasangan suami isteri ini masih bisa melanjutkan rumah

tangganya.

b) Suami isteri kafir yang bukan ahli kitab kemudian salah satunya masuk

Islammaka perkawinannya menjadi batal. Apabila salah satu masuk

Islamsebelum masa idddah selesai maka bisa bersatu tanpa akad baru. Namun

apabila yang satu lagi masuk Islamnya setelah selesai masa iddah, maka jumhur

ulama keduanya boleh kembali dengan akad nikah yang baru.

c) Bila wanita kafir dan bersuami laki-laki kafir yang keduanya bukan ahli kitab,

kemudian sang wanita masuk Islamsebelum terjadinya hubungan badan, maka

perkawinan mereka menjadi batal.

d) Bila pasangan muslim salah satu suami atau isteri murtad bila masuk agama

Yahudi atau Nasrani atau agama lainnya atau tidak beragama, maka keduanya

harus dipisahkan karena perkawinannya batal, kecuali dia bertaubat masuk

Islam kembali sebelum masa iddah, bila taubat setelah masa iddah maka adanya

harus diulang lagi.31

Sehingga timbul pertanyaan bagaimanakah menikah dengan wanita dari golongan

mereka? Jawaban dari pertanyaan ini adalah mengawini wanita dari golongan mereka

adalah haram, meskipun yang mereka punyai kitab yang berisi kebaikan-kebaikan atau

berisi kata-kata bijak dan mempunyai nabi yang diakui sebagai perintis agama tersebut,

31 Budi Handrianto, Perkawinan Beda Agama Dalam Syariat Islam. (Jakarta, PT. Khairil Bayan

Tahun 2003, Cet. 1), h. 46-47

Page 51: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

keberadaan mereka termasuk di dalam golongan musyrik karena di dalam al-Quran

maupun sunnah yang menjelaskan keberadaan mereka, maka kembali kepada hukum

umum, sebagaimana yang telah diterangkan oleh al-Quran bahwa orang kafir selain ahli

kitab adalah musyrik.

Persoalan perkawinan beda agama seringkali diremehkan dengan menggunakan taktik

murtad. Dan biasanya untuk mengakali pihak keluarga atau catatan sipil, sang suami

pura-pura masuk Islam. Orang tua akan merasa senang karena sang anak bisa menarik

calon suaminya memeluk agama Islam, demikian pula dengan keluarganya. Hal demikian

ini juga tidak selalu mulus karena belum tentu keluarga pasangan pria menerima

murtadnya salah satu keluarga mereka. Setelah selesai menikah beberapa bulan atau

tahun sang suami pindah ke agama semula. Perbuatan pindah agama sementara itu,

apakah hanya untuk melegalisasi perkawinannya atau punya tujuan lain seperti

kristenisasi, tidak akan berhasil andai kata sang isteri yang muslimah punya pendirian

yang teguh.

Telah diketahui bahwa ulama sepakat bahwa riddahnya atau murtadnya (keluar

dari agama Islam) seseorang dari suami isteri menyebabkan putusnya ikatan perkawinan,

tetapi mereka berbeda pendapat dalam menggolongkan apakah termasuk talak atau

termasuk fasakh. Di Indonesia putusnya ikatan perkawinan karena riddahnya seseorang

dari suami isteri termasuk fasakh dan dilakukan di depan Pengadilan Agama. “Pengadilan

Agama hanya dapat menerima riddahnya seseorang jika orang itu menyatakan sendiri

dengan tegas di depan Pengadilan Agama itu bahwa ia keluar dari agama Islam.”

C. Konsepsi IslamTentang Murtad Dalam Perkawinan

Page 52: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Bagi seorang muslim yang menjalani perkawinan yang tidak sah, masyarakat

akan mengucilkan dirinya dan keluarganya. Masyarakat muslim saat ini, terutama di

daerah perdesaan masih sangat sensitif kalau ada pasangan beda agama, apalagi jika

pasangan muslim tersebut sampai pindah agama ikut suami atau isterinya. Masyarakat

masih menganggap hal tersebut sebagai aib baginya. Kalaupun tidak mengucilkan

mungkin masyarakat tidak akan mempergaulinya dengan baik.

Para ulama sepakat bahwa bentuk kekufuran yang paling buruk adalah

kemurtadan (ar-riddah), kufur setelah Islam adalah lebih buruk daripada kufur yang asli.

Musuh Islam akan tetap berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengembalikan kekufuran

kepada pada pemeluk Islam. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 217, yang

berbunyi: “...mereka tidak henti-hentinya, memerangi kamu sampai mereka (dapat)

mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.

Kemudian Allah menjelaskan balasan orang yang mengikuti musuh yang

menyesatkan dari ajaran agama itu dengan firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat 217

yang berbunyi:

@ ����� �2�_��J� ����,�� �� ���, �2 �F☺�2�q �*7��� ⌦J�q#5� �Ccd���e�fe�q �F�~3C� w17���☺��� A3B 0�l�"?_�0�

;�J�\.�0��� ( �Ccd���e�f��� ~�������� ?0<,�0� ( ��7� 0�12�q ���!03���\ mno£p

Artinya : “barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam

kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat dan mereka

itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

Kemurtadan dianggap sebagai pengkhianatan kepada Islam, karena di dalamnya

terkandung desersi, pemihakan dari satu umat kepada umat yang lain. Ia serupa dengan

Page 53: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

pengkhianatan terhadap negara, karena dia menggantikan kesetiaan kepada negera lain,

kaum yang lain.32

Kemurtadan bukan sekadar terjadinya perubahan pemikiran, tetapi perubahan

pemberian kesetiaan dan perlindungan, serta keanggotaan masyarakatnya kepada

masyarakat yang lain yang bertentangan dan bermusuhan dengannya. Islam menerapkan

sikap yang tegas dalam menghadapi kemurtadan, khususnya bila para pelaku menyatakan

kemurtadan diri mereka, dan menjadi pembantu pihak lain untuk melakukan kemurtadan.

Karena sesungguhnya mereka merupakan bahaya yang sangat serius terhadap identitas

masyarakat dan menghancurkan dasar-dasar aqidahnya.

Syaikh Islam, Ibn Taimiyah menjelaskan bahwa usaha melakukan kerusakan di

muka bumi dengan cara menyebarkan kekufuran dan keraguan terhadap agama Islam

adalah lebih berat daripada melakukan kerusakan dengan cara mengambil harta benda

dan menumpahkan darah.33

Penulis menjelaskan semua ini diakhir bab sebagai renungan

tentang bahayanya murtad dan pengaruh yang akan diakibatkan oleh murtad, usaha untuk

menekan angka murtad harus dilakukan sejak dini oleh para ulama dan generasi muda

Islam.

D. Status Hukum Apabila Salah Satu Pasangan Murtad

1. Menurut Fikih Islam

Ikatan perkawinan yang kekal dan abadi sepanjang masa merupakan harapan dan

cita-cita bagi setiap pasangan suami isteri, keabadian tersebut diwujudkan dalam bentuk

keluarga yang harmonis, damai dan sejahtera.

32

Yusuf al-Qardhawy, Fiqh Prioritas; Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Quran Dan As-

Sunnah [Fi Fiqhil Aulawiyat, Dirosah Jadiidah Fii Dhou’il Qur’an was Sunnah], diterjemah oleh

Bahruddin F, cet.3 (Jakarta: Robbani Press, 2002), hal. 188. 33 Ibid, h. 189

Page 54: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Oleh karena iti antara suami isteri perlu saling saling membantu dan melengkapi

untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan bagi keluarganya, baik kebahagiaan

spiritual maupun material.

Karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun

1974 menganut prinsip untuk mempersukar terjadinya perceraian. Usaha untuk

mempersukar perceraian itu hanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan dengan

disertai alasan-alasan tertentu sebagaimana yang telah diterapkan oleh Undang-Undang

Perkawinan tersebut.

Suatu perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu, disamping itu tiap-tiap perkawinan harus dicatat

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Demikianlah bunyi pasal 2 ayat 1

dan 2 Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974. dari bunyi pasal tersebut kita dapat

menarik kesimpulan bahwa sahnya suatu perkawinan semata-mata didasarkan pada

ketentuan hukum agama dari yang bersangkutan. Jadi, apabila ada perkawinan yang

menyimpang dari norma-norma agama yang dipandang sebagai sesuatu yang menyalahi

hukum agama. Perkawinan itu juga harus dicatatkan pada pegawai pencatat nikah.

Perkawinan yang demikian itulah yang dianggap sah, baik oleh hukum agama maupun

oleh hukum Negara.

Di atas telah dijelaskan bahwa suatu perkawinan adalah sah, apabila dilakukan

menurut hukum masing-masing dan kepercayaannya. Ketentuan tersebut mempunyai arti

bahwa suatu perkawinan menjadi fasakh (batal) apabila ada suatu kejadian, yaitu kejadian

Page 55: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

yang mana menurut hukum agamanya dan kepercayaannya dapat menghilangkan

keabsahan perkawinan tersebut.

Menurut pandangan para ahli hukum fikih Islam, bahwa apabila dalam suatu

perkawinan, salah satu pihak dari suami atau isteri berpindah agama/murtad, yaitu keluar

dari agama Islam kepada agama selain agama Islam, maka perkawinannya menjadi

fasakh (batal) dan keduanya harus segera dipisahkan. perpindahan agama/murtadnya

salah satu pihak dari suami isteri merupakan suatu kejadian yang dapat mengakibatkan

batal/putusnya ikatan perkawinan demi hukum yaitu hukum Islam.Karena suatu

perkawinan dapat menjadi fasakh karena disebabkan oleh 2 hal yaitu:

1. Apabila salah seorang dari suami-isteri murtad dari Islam dan tidak mau kembali

sama sekali, maka akadnya fasakh/batal, disebabkan kemurtadan yang terjadi

belakangan ini.

2. Apabila suami yang tadinya kafir masuk Islam, tetapi isteri tetap dalam kekafirannya,

maka akadnya fasakh.34

Apabila suami atau istri murtad dari Islam, maka keduanya harus dipisahkan

(diceraikan). Karena murtad adalah salah satu sebab keduanya harus dipisahkan

berdasarkan kesepakatan para ahli fikih.

Akan tetapi, para ahli fikih berbeda pendapat dalam hal waktu, kapan dia harus dicerai,

dan hukum batalnya akad nikah keduanya. Ada tiga pendapat yang populer

dalamhalini,yaitu.

PendapatPertama

Akad nikah menjadi batal seketika itu juga, baik sebelum atau sesudah bersetubuh. Ini

adalah pendapat madzhab Hanafiyah, Malikiyah dan salah satu dari dua riwayat yang ada

34 Sayid Sabiq, Fikih Sunnah. ( Bandung, PT. al-Ma’arif, jilid VIII, 1980, Cet. 1) h, 133

Page 56: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

dari Ahmad. Pendapat ini diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri, Umar bin Abdul Aziz,

Ats-Tsauri, Abu Nur dan Ibnu Al-Mundzir.

PendapatKedua.

Apabila murtadnya sebelum melakukan persetubuhan, maka pernikahan tersebut batal

seketika itu juga. Namun apabila murtadnya setelah melakukan persetubuhan, maka

pembatalan pernikahannya ditangguhkan hingga masa iddahnya habis. Jika orang yang

murtad itu kembali masuk Islam sebelum masa iddahnya habis, maka dia tetap pada

status pernikahannya. Dan jika dia masuk Islam setelah masa iddahnya habis, maka

antara keduanya telah dinyatakan cerai sejak dia murtad. Pendapat ini dianut oleh

madzhab Syafi’iyah [4] dan Hanabaliyah dalam sebuah riwayat yang masyhur dari

mereka [5].

PendapatKetiga

Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya,Ibnul Qayyim, apabila salah

seorang dari pasangan suami-istri murtad, maka pernikahannya harus dibekukan. Apabila

dia kembali masuk Islam, maka pernikahannya sah lagi, baik dia masuk Islam sebelum

bersetubuh atau setelahnya, baik dia masuk Islam sebelum masa iddahnya habis atau

sesudah masa iddahnya habis.35

Akan tetapi Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan

tidak mengatur bentuk-bentuk dan tata cara perceraian yang dikarenakan perpindahan

agama/murtad dalam suatu perkawinan. Dalam Undang-Undang Perkawinan pasal 38

hanya menggolongkan secara umum mengenai putusnya perkawinan kepada 3 golongan,

yaitu:

35

http://www.almanhaj.or.id/content/2287/slash/0Apr 8, '08 4:30 AM

Page 57: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

1. karena kematian

2. karena perceraian

3. karena putusan pengadilan

Dan dalam pasal 39 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Perkawinan No 1 tahun 1974,

berbunyi:

1) Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang

bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami-isteri itu

tidak akan dpat hidup rukun sebagai suami isteri

Adapun perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan sebagai berikut:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan lain

sebagainya yang sukar disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin

pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya.

c. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih

berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan

pihak lain

e. Salah satu pihak cacat badan atau penyakit dengan akibat-akibat tidak dapat

menjalankan kewajibannya sebagai suami isteri.

f. Antara suami dan isteri terus menerus menjadi perselisihan dan pertengkaran dan

tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Page 58: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Berdasarkan pasal 38 dan 39 Undang-Undang No 1 tahun 1974, suatu perkawinan

baru dapat putus, apabila pengadilan telah memutuskan melalui sidang pengadilan

dengan disertai alasan-alasan yang diatur dalam pasal 19 PP No.9 tahun 1975, kecuali

putusnya perkawinan karena kematian, karena tanpa diputuskan oleh pengadilan,

perkawinan itu telah putus dengan sendiri akibat adanya kematian tesebut. Jadi, apabila

salah seorang dari suami isteri keluar dari agama Islam(murtad), dan kemurtadan itu

belum atau tidak diajukan ke pengadilan, dan pengadilan belum memutuskannya, maka

perkawinan mereka masih dianggap sah dan berlaku. Berbeda halnya menurut hukum

agama, maka perkawinan mereka tetap dianggap tidak sah.

Dalam hal ini penulis berpendapat, apabila dalam rumah tangga mereka tidak ada

pertengkaran ataupun perselisihan yang disebabkan karena peralihan agama yang terjadi

oleh salah satu pihak, maka perkawinan mereka tetap fasakh dan harus segera diputuskan.

2. Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Jika ditinjau dari Kompilasi Hukum Islam, masalah mengenai perpindahan agama

ini dilihat dari pasal 4 mengenai keabsahan perkawinan yang berbunyi :”perkawinan

adalah sah apabila dilakukan menurut hukum Islam, sesuai dengan bunyi pasal 2 ayat 1

Undang-Undang No. 1 tahun 1974. ketentuan tersebut mempunyai arti bahwa suatu

perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan keagamaan/kerohanian, oleh

karena itu, setiap perkawinan yang dilakukan bertentangan dengan ketentuan hukum

Islam, dengan sendirinya menurut hukum perkawinan belum sah dan tidak mempunyai

akibat hukum sebagai ikatan perkawinan.

Perpindahan agama/murtad menurut kompilasi Hukum Islam merupakan suatu

kejadian yang dapat menghilangkan keabsahan perkawinan, karena hal tersebut sangat

Page 59: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

bertentangan dengan ketentuan hukum Islam, yaitu adanya larangan perkawinan antara

orang muslim dengan orang kafir. Ketentuan ini juga di perkuat dalam pasal 40 huruf c

yang berbunyi: ”dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan wanita

karena keadaan tertentu, diantaranya seorang wanita yang tidak beragama Islam.”dan

pada pasal 44 yang berbunyi:”seorang wanita dilarang melangsungkan perkawinan

dengan seorang pria yang tidak beragama Islam.” Dilihat dari ketentuan bunyi pasal-pasal

diatas dapat ditarik istinbath hukum bahwa, setiap perkawinan yang dilakkan

bertentangan dengan hukum Islam adalah tidak sah. Begitu pula, apabila dihubungkan

dengan masalah kemurtadan yang dilakukan oleh suami/isteri dalam perkawinan, hal

tersebut dapat menyebabkan putus/fasakhnya ikatan perkawinan mereka.

Dan dalam pasal 115 Kompilasi Hukum Islam:” perceraian hanya dapat dilakukan

didepan siding pengadilan agama, setelah pengadilan agama tersebut berusaha dan tidak

berhasil mendamaikan kedua belah pihak.” Menurut penulis, kata-kata “dapat”

mengandung arti bahwa perceraian iti dapat terjadi karena alasan-alasan tertentu, padahal

seharusnya pasal tersebut tidak perlu menggunakan kata “dapat”, melainkan secara

otomatis perceraian terjadi karena alasan-alasan tertentu.

Dan adapun alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan perceraian

diatur di dalam pasal 116 yang berbunyi: perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan

seperti tersebut di bawah ini:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan lain

sebagainya yang sukar disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin

pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya.

Page 60: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

c. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih

berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak lain.

e. Salah satu pihak cacat badan atau penyakit dengan akibat-akibat tidak dapat

menjalankan kewajibannya sebagai suami isteri.

f. Antara suami dan isteri terus menerus menjadi perselisihan dan pertengkaran dan

tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

g. Suami melanggar taklik talak.

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan

dalam rumah tangga.

Berdasarkan pasal 115 Kompilasi Hukum Islam, suatu perkawinan baru putus,

apabila pengadilan telah memutuskan melalui sidang pengadilan dengan disertai alasan-

alasan yang diatur dalam pasal 116 kompilasi hukum Islam, kecuali putusnya perkawinan

karena kematian, karena tanpa diputuskan oleh pengadilan , perkawinan itu telah putus

dengan sendirinya akibat kematian tersebut.

Sedangkan berdasarkan pasal 116 huruf h Kompilasi Hukum diatas, bahwa

perpindahan agama/murtad yang dilakukan oleh suami atau isteri dalam suatu

perkawinan dapat dijadikan satu alasan untuk memfasakhkan perkawinan dengan

mengajukan permohonan cerai ke pengadilan agama, maka hakim berhak untuk

memfasidkan perkawinan dengan berdasarkan peralihan agama atau murtad yang

menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga.

Page 61: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Akan tetapi, apabila peralihan agama dalam suatu perkawinan, tetapi dalam

hubungan perkawinan mereka tidak menimbulkan perselisihan dan pertengkaran, dengan

kata lain rumah tangga mereka tetap dalam keadaan rukun dan damai, dan mereka tetap

mempertahankan perkawinannya, maka para ulama sepakat bahwa perkawinan mereka

tetap tidak sah, dikarenakan dalam pandangan hukum Islam hubungan yang dilakukan

oleh orang muslim dan orang kafir adalah tidak halal dan hukumnya haram. Keharaman

perkawinan perempuan muslimah dengan laki-laki bukan Islam ini berdasarkan

pertimbangan kemudharatan. Hal ini dikarenakan setelah perkawinan wanita tersebut

terikat kepada suaminya dan dibawah kekuasaannya.36

BAB IV

MURTAD DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP ANAK DAN HARTA

BERSAMA

A. Menurut Undang-Undang No 1 tahun 1974)

36 Rahmat, Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung, PT. Pustaka Setia, 2000), h. 132

Page 62: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

1. Terhadap Status Anak

Seorang anak dikatakan sah atau tidak, tergantung kepada sah atau tidaknya suatu

perkawinan yang menyebabkan lahirnya anak itu, dan tergantung juga kepada sah atau

tidaknya perkawinan tersebut.

Dalam hal ini diartikan bahwa perkawinanlah yang akan menentukan status anak

sah atau tidak, jika suatu perkawinan itu sah, baik menurut hukum agama maupun

Negara, maka anak yang akan dilahirkan mempunyai status anak sah, akan tetapi, apabila

perkawinan dari kedua orang tuanya itu tidak sah, maka anak yang akan dilahirkannya

sudah pasti akan mempunyai status anak yang tidak sah.

Masalah kedudukan anak ini diatur dalam pasal 2 Undang-Undang Perkawinan No

1 tahun 1974, yang berbunyi :”anak yang sah, adalah anak yang dilahirkan dalam atau

sebagai akibat perkawinan yang sah”.

Dan dalam pasal 43 ayat 1 Undang-Undang No 1 tahun 1974, menjelaskan :

Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan

ibunya dan keluarga ibunya.

pasal 44, ayat 1 dan 2 Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan juga

menetapkan:

1) Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan isterinya bilamana ia

dapat membuktikan bahwa isterinya yang telah berzina dan anak itu akibat dari

pada perbuatan zina tersebut.

2) Pengadilan memberikan keputusan tentang sah atau tidaknya anak atas permintaan

pihak yang berkepentingan.

56

Page 63: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Bersadasarkan pasal 42 Undang-Undang Perkawinan No 1 tahun 1974, bahwa

anak dikatakan sah apabila ia lahir dari perkawinan yang sah. Apabila perkawinan

(rumah tangga) yang di dalamnya telah terjadi kemurtadan pada salah satu pihak menurut

pasal 39 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No 1 tahun 1974, bahwa perceraian hanya

dapat dilakukan di depan siding pengadilan, begitu juga dengan kemurtadan yang terjadi

pada salah satu pihak dan belum diajukan ke pengadilan, maka perkawinan (rumah

tangga) tersebut tetap dianggap sah dan berlaku karena pengadilan belum

memutuskannya.

Karena perkawinan itu masih dianggap sah menurut Undang-Undang No 1 tahu

1974, maka, hubungan mereka juga tetap dianggap sah dan bukan sebagai perbuatan zina,

begitu juga dengan anak-anak yang dilahirkan dari hasil perkawinan tersebut adalah sah

hukumnya.

Dan karena anak tersebut dianggap sah, maka konsekwensinya adalah sebagai

berikut:

1. Anak tetap bernasab kepada bapak dan ibu.

2. Anak mewarisi bapak dan ibu.

3. Bila anak itu perempuan, maka bapak berhak menjadi wali dalam perkawinannya.

2. Terhadap Status Harta Bersama

Setelah secara resmi hakim memutuskan perceraian di antara keduanya yang

diakibatkan oleh adanya peralihan agama/murtad yang dapat menyebabkan perselisihan

dan pertengkaran yang terus menerus di antara keduanya, maka akibat putusnya

perkawinan ini dalam hal harta kekayaan harus diadakan pembagian, terutama terhadap

Page 64: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

kekayaan yang diperoleh selama berlangsungnya perkawinan yang lebih dikenal dengan

harta bersama.

Sebelumnya ada beberapa macam harta, yang lazim dikenal di Indonesia antara

lain:

1. Harta yang diperoleh sebelum perkawinan oleh para pihak karena usaha mereka

masing-masing, harta jenis ini adalah hak dan dikuasai oleh masing-masing pihak

(suami atau isteri). Dan menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974 pasal 35 ayat 2,

semua itu tetap di bawah penguasaan masing-masing.

2. Harta yang pada saat mereka menikah diberikan kepada kedua mempelai itu,

mungkin berupa modal usaha, atau perabot rumah tangga ataupun rumah tempat

tinggal mereka suami isteri. Dan apabila terjadi perceraian maka harta ini kembali

kepada orang tua (keluarga) yang memberikan semula.

3. Harta yang diperoleh selama perkawinan berlangsung karena hibah atau warisan

dari orang tua mereka atau keluarga terdekat.

4. Harta yang diperoleh sesudah mereka berada dalam hubungan perkawinan

berlangsung atas usaha mereka berdua atau usaha salah seorang dari mereka dan

disebut harta pencaharian. Harta ini menjadi harta bersama menurut Undang-

Undang No. 1 tahun 1974 pasal 35 ayat 1, yang menyatakan bahwa harta yang

diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.37

Tentang harta jenis pertama, kedua dan ketiga tidak menjadi persoalan lagi karena

sudah pasti statusnya dikuasai masing-masing pihak(jenis pertama). Dan jenis kedua

37 M. Idris Ramulyo, hukum perkawinan , kewarisan, hikum acara peradilan agama dan zakat

menurut hukum Islam. (Jakarta: PT. Sinar Grafika , tahun 1995, Cet. 1) h. 28

Page 65: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

kembali kepada asal dari mana datangnya harta semula itu. Sedangkan jenis ketiga harta

tetap dikuasai kepala waris atau penguasa yang bersangkutan.

Yang menjadi masalah sekarang ini adalah, harta jenis keempat yakni harta yang

diperoleh selama perkawinan berlangsung, dan untuk menjawab pertanyaan tersebut di

atas menurut hukum Islam akan dikemukakan tentang harta bersama.

Tentang ini dijelaskan dalam Undang-Undang No 1 tahun 1974 pasal 35

dinyatakan bahwa: harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta

bersama, ini berarti terbentuknya harta bersama dalam perkawinan ialah sejak saat

tanggal terjadinya perkawinan sampai ikatan perkawinan tersebut putus. Dengan begitu

harta apa saja yang diperoleh terhitung sejak saat dilangsungkan akad nikah, sampai saat

perkawinan tersebut putus baik oleh karena salah satu meninggal atau karena perceraian,

maka seluruh harta-harta tersebut dengan sendirinya menurut hukum menjadi harta

bersama.38

sedangkan harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda

yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah penguasaan

masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Dengan demikian, dalam

hukum Islam suami maupun isteri berhak dan berwenang atas harta dan kekuasaan

masing-masing. Suami tidak berhak atas harta isterinya karena kekuasaan isteri terhadap

hartanya tetap dan tidak berkurang disebabkan perkawinan, karena itu sang suami tidak

boleh mempergunakan harta isteri untuk membelanjai rumah tangga kecuali dengan izin

sang isteri, bahkan harta kepunyaan istri yang dipergunakan untuk membelanjai rumah

tangga, menjadi utang suami dan suami wajib membayar kepada isterinya kecuali apabila

isteri mau membebaskannya.

38 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradila Agama, ( t.t : P.T. Pustaka

Kartini, 1990, Cet. 1 ) h. 299

Page 66: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Dalam hal pembagian harta kekayaan, maka menurut ketentuan yang ada dalam

Undang-Undang No 1 tahun 1974 pasal 35 yang berbunyi:

Pasal 35 ayat (1) harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.

Pasal 35 ayat (2) harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta

yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah penguasaan

masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Pasal 36 ayat (1) mengenai harta bersama suami dan isteri dapat bertindak atas

persetujuan kedua belah pihak.

Pasal 36 ayat (2) mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan isteri mempunyai

hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.

Mengenai harta warisan masing-masing suami dan isteri mempunyai hak

sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya. Asas hukum

yang diatur dalam ketentuan pasal 35 ayat 2 tersebut merupakan asas teori hukum yang

diatur dalam syariat hukum Islam, dimana isteri tetap memegang kekayaan sebagai

subyek hukum atas segala miliknya sendiri. Menguasai hasil pencaharian yang

diperolehnya dari jerih payah yang dilakukannya, berhak menerima hibah dan warisan

selama perkawinannya berlangsung, dan dengan sendirinya menjadi hak dan berada di

bawah penguasaannya sendiri.39

Hal ini mengandung arti bahwa hanya harta benda yang diperoleh selama

berlangsungnya perkawinan yang menjadi milik bersama yang harus dibagi menurut

hukumnya masing-masing, sedangkan harta kekayaan isteri yang berasal dari harta

bawaan dan harta yang diperoleh sebagai hadiah atau wasiat tetap menjadi milik si isteri

dan dikuasai penuh olehnya. Begitu pula sebaliknya dengan harta kekayaan suami.

39 Ibid, h. 300.

Page 67: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Dan apabila pasal 35 ayat 2 dihubungkan dengan pasal 36, terdapat perbedaan

antara harta bawaan dan pusaka warisan yang diperoleh salah satu pihak dan harta yang

diperoleh karena hibah atau berdasar usaha sendiri pada pihak lain, yaitu:

1. Mengenai harta bawaan dan harta warisan yang diperoleh dalam perkawinan:

terhadap kedua harta inilah yang dimaksud oleh pasal 36 ayat 2, masing-masing

berhak dan berkuasa penuh menurut hukum atas harta-harta tersebut.

2. Akan tetapi mengenai hibah dan hadiah atau hasil jerih payah masing-masing

termasuk pada kategori pasal 35 ayat 2, yaitu berada dibawah pengawasannya

masing-masing, tetapi penguasaannya tidak mutlak sepenuhnya seperti berlaku

terhadap harta bawaan dan warisan. Jadi pengawasan ada di pihak-pihak tapi

bagaimana dan kemanfaatannya tidak sepenuhnya ditentukan oleh pemiliknya.

Dalam hal pembagian harta, semata-mata didasarkan kepada perceraian. Seperti

yang terdapat dalam pasal 37 bahwa: bila perkawinan putus karena perceraian, harta

bersama diatur menurut hukumnya masing-masing.” Jadi apabila perkawinan putus

karena perceraian, maka harta kekayaan yang diperoleh selama perkawinan harus dibagi

dua bersama suami dan isteri. Mengenai hukum pembagiannya, maka Undang-Undang

memberi jalan :

1. Dilakukan berdasarkan hukum agama jika hukum agama itu merupakan kesadaran

hukum yang hidup dalam mengatur tata cara perceraian.

2. Aturan pembagiannya akan dilakukan menurut hukum adat, jka hukum tersebut

merupakan kesadaran hukum yang hidup dalam lingkungan masyarakat yang

bersangkutan.

Page 68: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

3. Atau hukum-hukum lainnya.40

Berdasarkan pasal 37 mengenai pembagian harta bersama ini didasarkan atas

adanya perceraian dan tidak memandang adanya perbedaan agama. Yang disebabkan

karena berpindah agama/murtadnya salah seorang suami-isteri dalam suatu perkawinan.

Jadi perbedaan agama bukanlah suatu penghalang dalam hal pembagian harta. Asal saja

di antara suami isteri itu telah resmi bercerai dan atas dasar keputusan hakim dalam

siding pengadilan.

Harta bawaan seseorang, baik suami atau isteri yang diperoleh sewaktu masih

dalam keadaan Islam yakni sebelum diantaranya murtad/beralih agama, baik harta itu

diperoleh sebagai hadiah atau warisan dari orang tuanya, maka berarti anak-anaknya

dapat mewarisi harta bawaan orang tuanya yang didapatkan sebelum orang tuanya

murtad. Lain halnya dengan harta yang diperoleh setelah orang tuanya murtad, menurut

pandangan hukum Islam maka anak-anaknya atau ahli warisnya yang lain tidak dapat

menjadi ahli waris dari harta orang yang telah murtad/beralih agama itu.41

Jadi tidak

dapat dilakukan pembagian warisan karena perbedaan agama. Dasarnya adalah dalam

terjemahan hadis Nabi saw yang berbunyi: Dari Usamah bin Yazid, bahwa Rasulullah

bersabda:”Tidak mewarisi orang muslim terhadap orang kafir, dan tidak mewarisi orang

kafir terhadap orang muslim.”42

Dengan demikian, apabila suami isteri yang murtad itu mengajukan permohonan

ke pengadilan agama untuk diadakan pembagian warisan terhadap harta mereka, maka

pengadilan agama menolak pengajuan tersebut. Dengan alasan bahwa pengadilan agama

40 Ibid, h. 308 41 T.M. Hasbi ash-Siddieqy. Fiqhul Mawaris. Hukum Waris Dalam Syariat Islam, (Jakarta

Bulan-Bintang, 1973) h. 62 42 Imam Muslim, Shahi Muslim, vol II, diterjemahkan oleh Mahmud Matraji, (Beirut: Daar el-

Fiqri, 1993) h. 273

Page 69: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

tidak berhak dalam hal ini, karena mereka berbeda agama. Dan masalah perbedaan agama

yang disebabkan karena peralihan perpindahan agama/murtad adalah menjadi penghalang

dalam hal waris-mewaris.

B. Menurut Kompilasi Hukum Islam

1. Terhadap Status Anak

Salah satu tujuan perkawinan adalah untuk memperoleh keturunan yang sah, baik

menurut hukum Negara maupun hukum agama, dimana ikatan perkawinan itu tidak

bertentangan dengan ketentuan hukum perkawinan yang berlaku, terlebih lagi dengan

ketentuan hukum Islam yang sangat menentukan keabsahan suatu perkawinan, dan

dengan sendirinya anak yang dilahirkannya akan sah pula.

Perpindahan agama/murtad akan dapat mempengaruhi keabsahan suatu

perkawinan, demikian pula anak yang dilahirkannya akan mempunyai pengaruh yang

sangat kuat sekali, maka dalam pembahasan ini status anak itu dapat dibedakan menjadi

tiga golongan, yaitu:

1. Anak yang dilahirkan sewaktu Islam, anak ini adalah anak muslim. Menurut

kesepakatan para fuqoha.

2. Anak yang dikandung sewaktu Islam dan dilahirkan setelah murtad, maka

hukumnya adalah sama dengan anak yang dilahirkan sewaktu Islam, karena dia

telah dibuahi sewaktu Islam.

Page 70: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

3.Anak yang dikandung dan dilahirkannya setelah murtad, maka anak itu hukumnya

adalah kafir, karena dia dilahirkan di antara kedua orang tuanya yang kafir, tidak

ada pendapat lain dalam masalah ini.43

Oleh karena itu, apabila salah satu pihak yang beragama Islam tetap mengikuti

pihak lain yang telah murtad dan hidup sebagai suami-isteri, maka perkawinan (rumah

tangga) mereka sudah tidak sah lagi (haram) menurut hukum Islamdan hubungan mereka

adalah suatu perzinahan.

Dan dalam kompilasi hukum Islam, masalah kedudukan anak ini diatur dalam

pasal 99 yang berbunyi:

a. Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah

b. Hasil perbuatan suami isteri yang sah diluar rahim dan dilahirkan oleh isteri

tersebut.

Berdasarkan bunyi pasal tersebut diatas, maka sah atau tidaknya anak itu sangat

ditentukan oleh keabsahan perkawinan dari kedua ibu bapaknya. Hal ini mengandung arti

bahwa apabila seorang anak yang dilahirkan dari suatu perkawinan yang di dalamnya

terdapat hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, maka menurut

undang-undang, anak tersebut hanya mempunyai nasab dengan ibunya saja.

Perpindahan agama adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nasab dari

seorang anak, apabila kedua suami-isteri itu tetap melakukan hubungan badan layaknya

suami isteri setelah adanya peralihan agama dari salah satu pihak tanpa mengindahkan

ketentuan hukum perkawinan yang melarang ikatan perkawinan mereka.

Hal ini dijelaskan dalam kompilasi hukum Islam pasal 100 yang berbunyi:” anak

yang lahir diluar perkawinan hanya mempunyai nasab dengan ibunya dan keluarga

43 Hasbi, Hukum Antar Golongan, h. 80

Page 71: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

ibunya. Dan dalam pasal 101 juga menjelaskan:” seorang suami yang mengingkari

sahnya anak, sedang isteri tidak menyangkalnya, maka dapat meneguhkan pengingkaran

dengan li’an.

Sedangkan dalam pasal 99 Kompilasi Hukum Islam, menegaskan bahwa: anak

yang sah adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah pula”. Maka apabila

perkawinan (rumah tangga) yang di dalamnya telah terjadi kemurtadan pada salah satu

pihak, maka menurut pasal 40 huruf c dan pasal 44 yang melarang adanya perkawinan

antar agama, perkawinan tersebut harus dibatalkan/difasakhkan oleh hakim dalam sidang

agama.

Dan dari penjelasan-penjelasan diatas, karena perkawinan tersebut tidak sah atau

telah difasakhkan menurut ketentuan hukum Islam, maka anak-anak yang dilahirkan dari

hasil perkawinan tersebut adalah haram/tidak sah, sehingga akibatnya adalah sebagai

berikut:

1. Anak tersebut hanya bernasab kepada ibunya saja.

2. Anak hanya mewarisi dari ibunya saja.

3. Bila anak itu perempuan, maka bapak tidak berhak menjadi wali dalam

perkawinannya.

2. Terhadap Status Harta Bersama

Salah satu akibat hukum yang di timbulkan dari perceraian antara suami-isteri yang

diakibatkan oleh adanya peralihan agama/murtad, adalah dalam harta kekayaan harus

diadakan pembagian, terutama terhadap harta kekayaan yang diperoleh selama

berlangsungya perkawinan yang lebih dikenal dengan harta bersama. Tetapi pada

Page 72: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

dasarnya harta suami dan isteri tepisah, baik harta bawaannya masing-masing atau harta

yang diperoleh oleh salah seorang suami isteri atas usahanya sendiri-sendiri maupun

harta yang diperoleh dari salah seorang mereka karena hadiah atau hibah atau warisan

sesudah mereka terikat dalam hubungan perkawinan.44

Sebagai dasar atas pendirian

tersebut, dapat dipergunakan dalil yang berbunyi :”bagi laki-laki ada harta kekayaan

perolehan dari hasil usahanya sendiri dan bagi wanita ada harta kekayaan perolehan dari

hasil usahanya sendiri( Q.S. an-Nisa ayat 32).

Sebelum memasuki penjelasannya, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu

tentang pengertian harta bersama, satatus harta bersama, serta macam-macam wujud

harta bersama.

Dalam pasal 85 kompilasi hukum Islam menjelaskan adanya harta bersama dalam

perkawinan itu tidak menutup kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami

isteri. Dan dalam pasal 86 ayat (1) menyatakan bahwa pada dasarnya tidak ada

percampuran antara harta suami dan isteri karena perkawinan. Ayat (2) Harta isteri tetap

menjadi hak isteri dan dikuasai penuh olehnya, demikian juga harta suami tetap menjadi

hak suami dan dikuasai penuh olehnya.

Jadi, mengenai harta kekayaan atas usaha sendiri-sendiri, sebelum perkawinan

dan harta yang berasal bukan dari usaha salah seorang dari mereka atau bukan dari usaha

mereka berdua, tetapi berasal dari pemberian atau warisan atau lainnya yang khusus

untuk mereka masing-masing, baik yang diperoleh sebelum perkawinan maupun yang

diperoleh sesudah mereka berada dalam ikatan perkawinan. Apabila terjadi perceraian

antara suami dan isteri maka dalam hal pembagian harta kekayaan, menurut ketentuan

44 Ramulyo, hukum perkawinan , kewarisan, hukum acara peradilan agama dan zakat menurut

hukum Islam, h. 30

Page 73: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

hukum Islam harta kekayaan isteri tetap menjadi milik isteri dan harta kekayaan suami

menjadi milik suami dan dikuasai penuh olehnya.

Dan apabila selama perkawinan berlangsung diperoleh harta kekayaan, baik

sendiri-sendiri atau bersama-sama tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapa, maka

ini disebut dengan harta syirkah, yakni harta bersama yang menjadi milik bersama dari

suami dan isteri. Dengan demikian telah dibuka kemungkinan syirkah atau pekongsian

atas harta kekayaan suami isteri itu secara resmi dan menurut cara-cara tertentu. Dalam

hal ini harta kekayaan bersatu karena syirkah seakan-akan merupakan harta kekayaan

tambahan karena usaha bersama suami isteri selama perkawinan menjadi milik bersama,

karena itu apabila kelak perjanjian perkawinan itu terputus karena perceraian atau talak

maka harta syirkah tersebut dibagi antara suami isteri menurut pertimbangan sejauh mana

usaha mereka suami/isteri turut berusaha dalam syirkah.45

Dengan berdasarkan alasan

bahwa pada umumnya sumai isteri dalam masyarakat Indonesia sama-sama bekerja

membanting tulang berusaha sekedar untuk mendapatkan nafkah hidup keluarga sehari-

hari dan sekedar harta simpanan untuk masa tua mereka.

Kompilasi hukum Islam juga menjelaskan tentang macam-macam harta bersama,

yang tertuang dalam pasal 91 ayat (1) , (2), (3) dan (4) yang masing-masing berbunyi :

1. Harta bersama sebagaimana tersebut dalam pasal 85 diatas dapat berupa benda

wujud atau tidak berwujud.

2. Berbunyi harta bersama yang berwujud dapat meliput benda tidak bergerak dan

surat-surat berharga.

3. Harta bersama yang berwujud dapat berupa hak dan kewajiban.

45

Ibid, h. 31

Page 74: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

4. Harta bersama dapat dijadikan sebagai barang jaminan oleh salah satu pihak atas

persetujuan pihak lainnya.46

Harta bersama inilah yang menurut ketentuan pasal 97 harus diadakan pembagian

harta seperdua antara suami an isteri, apabila terjadi perceraian hidup diantara keduanya.

Dan mengenai harta kekayaan masing-masing adalah dibawah kekuasaan masing-

masing, sebagaimana yang terdapat dalam kompilasi hukum Islam pasal 87

1. Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta yang diperoleh

masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah penguasaannya

masing-masing, sepanjang para pihak tidak menentukan lain dalam perjanjian

perkawinan.

2. Suami dan isteri mempunnyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum

atas harta masing-masing berupa hibah, hadiah, shadaqoh atau lainnya.

Dari pengertian pasal tersebut diatas, telah jelas bahwa kedudukan harta masing-

masing suami dan isteri, terpisah dari harta bersama. Harta pribadi dari suami dan isteri

meliputi hibah, wasiat dan pemberian yang dikhususkan untuknya. Dalam masalah harta

masing-masing suami isteri tidak berhak dan tidak berwenang untuk menguasai antara

satu dan lainnya.

Dan harta bawaan seseorang, baik suami atau isteri itu diperoleh sewaktu masih

dalam keadaan Islam, yakni sebelum dia murtad/beralih agama dari agama Islam kepada

agama selain Islam, baik itu harta diperoleh sebagai hadiah atau warisan menjadi pusaka

bagi para ahli warisnya, maka berarti anak-anaknya dapat mewarisi harta bawaan orang

tuanya yang didapatkan sebelum orang tuanya murtad. Akan tetapi, apabila harta tersebut

diperoleh setelah orang tuanya murtad dan secara resmi perkawinan kedua orang tuanya

46 Abd. Manan, Pokok-pokok hukum perdata, h. 75-76

Page 75: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

telah di fasidkan oleh hakim pengadilan, maka menurut pandangan hukum Islam terhadap

harta yang dimiliki oleh salah seorang suami isteri yang murtad, maka anak-anaknya atau

ahli warisnya yang lain tidak dapat menjadi ahli waris dari harta orang yang telah murtad.

Jadi tidak dapat dilakukan pembagian warisan karena perbedaan agama. Dasarnya

adalah dalam terjemahan hadis Nabi saw yang berbunyi:

)#1�Y ) S"M& F ی�ث ا��D#5 ا��R �K وY ی�ث ا��R �K ا��D#5 : م !�ل . 1: ا �6 &� : ی�ی� ان ا��$9 ص

Artinya : “Dari Usamah bin Yazid, bahwa Rasulullah bersabda:”Tidak mewarisi orang

muslim terhadap orang kafir, dan tidak mewarisi orang kafir terhadap orang

muslim.”47

Dengan demikian, apabila suami isteri yang murtad itu mengajukan permohonan

ke pengadilan agama untuk diadakan pembagian warisan terhadap harta mereka, maka

pengadilan agama menolak pengajuan tersebut. Dengan alasan bahwa pengadilan agama

tidak berhak dalam hal ini, karena mereka berbeda agama. Dan masalah perbedaan agama

yang disebabkan karena peralihan agama/murtad adalah menjadi penghalang dalam hal

waris-mewarisi.

47 Shahih Muslim, h. 273

Page 76: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari uarain pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Terhadap satus perkawinan

a. Menurut pandangan para ahli hukum fikih Islam, bahwa apabila dalam suatu

perkawinan, salah satu pihak dari suami atau isteri berpindah agama/murtad, yaitu

keluar dari agama Islam kepada agama selain agama Islam, maka perkawinannya

menjadi fasakh (batal) dan keduanya harus segera dipisahkan. perpindahan

agama/murtadnya salah satu pihak dari suami isteri merupakan suatu kejadian

yang dapat mengakibatkan batal/putusnya ikatan perkawinan demi hukum yaitu

hukum Islam.

b. Sedangkan dalam Undang-Undang No 1 tahun 1974 Berdasarkan pasal 38 dan

39 Undang-Undang No 1 tahu 1974, suatu perkawinan baru dapat putus, apabila

pengadilan telah memutuskan melalui sidang pengadilan dengan disertai alasan-

alasan yang diatur dalam pasal 19 PP No.9 tahun 1975, Jadi, apabila salah seorang

dari suami isteri keluar dari agama Islam(murtad), dan kemurtadan itu belum atau

tidak diajukan ke pengadilan, dan pengadilan belum memutuskannya, maka

perkawinan mereka masih dianggap sah dan berlaku. Berbeda halnya menurut

hukum agama, maka perkawinan mereka tetap dianggap tidak sah.

2. Terhadap Status Anak dan Harta Bersama

59

Page 77: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

1.Terhadap Status Anak

a. Menurut kompilasi hukum Islam apabila perkawinannya (rumah tangga) yang

didalamnya telah terjadi kemurtadan, maka perkawinannya itu tidak sah atau

telah difasakhkan menurut hukum Islam. Jadi, anak-anak yang dilahirkan dari

hasil perkawinan tersebut adalah haram/tidak sah, sehingga akibatnya adalah

sebagai berikut: Anak tersebut hanya bernasab kepada ibunya saja, Anak

hanya mewarisi dari ibunya saja, dan bila anak itu perempuan, maka bapak

tidak berhak menjadi walinya.

b. Sedangkan menurut Undang-Undang No 1 tahun 1974, Apabila perkawinan

(rumah tangga) yang di dalamnya telah terjadi kemurtadan pada salah satu

pihak, tetapi perceraiannya itu belum diputuskan di depan sidang pengadilan,

maka perkawinan (rumah tangga) tersebut tetap dianggap sah dan berlaku

karena pengadilan belum memutuskannya. Karena perkawinan itu masih

dianggap sah maka hubungan mereka juga tetap dianggap sah, begitu juga

dengan anak-anak yang dilahirkan dari hasil perkawinan tersebut adalah sah

hukumnya. karena anak tersebut dianggap sah, maka konsekwensinya adalah

sebagai berikut: Anak tetap bernasab kepada bapak dan ibu, Anak mewarisi

bapak dan ibu dan Bila anak itu perempuan, maka bapak berhak menjadi wali

dalam perkawinannya, karena dalam Islam wali termasuk salah satu dalam

rukun nikah, keterangannya adalah sabda nabi yang berbunyi:

���� � ]Z ای�� ا&�اة �C 2AK�� اذن و��' �K�R ) �5ء�)رواG ار �3 اY ا�

Artinya: “barang siapa diantara perempuan yang menikah tidak dengan izin

walinya, maka pernikahannya batal ( Riwayat empat ahli hadis, kecuali nasa’i)

Page 78: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Dan hadis lain juga menjelaskan

��) وا��ار!��9رواG ا : &����Y ) Fوج ا���اة ا���اة وY ��وج ا���اة �"5

Artinya: “ janganlah perempuan menikahkan perempuan yang lain, dan janganlah

pula seorang perempuan menikahkan dirinya sendiri”

( Riwayat Ibnu Majah dan Daruqutni)

Dan yang dianggap sah untuk menjadi wali mempelai perempuan adalah

menurut susunan yang akan diuraikandi bawah ini, karena wali-wali itu memang

telah diketahui oleh orang yang ada pada masa turunnya yata yang berbunyi:”

janganlah kamu menghalangi mereka menikah”( Al-Baqarah ayat 232). Maka

Islam menetapkan wali yang bisa menikahkan perempuan adalah sebagai berikut:

1) Bapak

2) Kakek dari bapak

3) Saudara laki-laki sekandung

4) Saudara laki-laki sebapak

5) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung

6) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak

7) Paman sekandung

8) Paman sebapak

9) Anak laki-laki dari paman sekandung

10) Anak laki-laki dari paman sebapak

2.Terhadap Status Harta Bersama

Page 79: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Pengadilan agama tidak berhak dalam penanganan kasus yang satu ini karena

adanya perbedaan agama yang disebabkan peralihan agama, dan diantara mereka

juga ada penghalang dalam hal waris-mewaris. Jadi, diantara mereka tidak berhak

untuk mendapatkan waris.

B. SARAN

Kasus murtad merupakan fenomena yang banyak terjadi, baik itu diputuskan

melalui perceraian dan tidak sedikit yang terus menjalaninya seperti perkawinan beda

agama. berdasarkan uraian yang menghasilkan keharaman terhadap pernikahan yang

salah satu pihak dalam keadaan murtad, perlu diatur lebih jelas dalam Undang-Undang

Perkawinan bahwa murtad merupakan salah satu hal yang termasuk dalam perkawinan

yang dibatalkan. Dan Tata cara pembatalannya, adalah pengajuan oleh orang yang terikat

dalam perkawinan, dapat juga diajukan oleh keluarga yang terikat dalam perkawinan dan

petugas pengawas perkawinan dan orang yang berkepentingan dalam kasus perkawinan

seperti ini.

Menurut penulis Undang-Undang No 1 tahun 1974 Perlu mengatur bentuk-bentuk

dan tata cara perceraian yang dikarenakan perpindahan agama/murtad dalam suatu

perkawinan, karena dalam Undang-Undang ini hanya menggolongkan secara umum

mengenai putusnya perkawinan kepada 3 golongan, yaitu: karena kematian, karena

perceraian, dan karena putusan pengadilan.

Page 80: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet dan Aminuddin. Fiqih Munakahat 1. Bandung: Pustaka Setia, Cet.1,

Tahun 1999.

Al-Qardhawy, Yusuf, Fiqh Prioritas; Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Quran Dan

As-Sunnah [Fi Fiqhil Aulawiyat, Dirosah Jadiidah Fii Dhou’il Qur’an was

Sunnah], diterjemah oleh Bahruddin F, cet.3 (Jakarta: Robbani Press, 2002),

Al-San’any, Terjemah Subul al-Salam , Kairo: Dar Ihya al-Turas al-Araby, juz 3, 1960.

Ash-Siddieqy, T.M. Hasbi. Fiqhul Mawaris. Hukum Waris Dalam Syariat Islam,

Jakarta: Bulan-Bintang, 1973.

Departemen Agama RI, Ilmu Fikih, Jakarta: 1984/1985, Cet. Ke 2.

____________, Al-Qur’an dan Tarjamah

____________, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Bandung: Citra Umbara, 2007

____________, Undang-Undang Perkawinan, Bandung: Citra Umbara, 2007.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi. 3, cet. 1,

Jakarta: Balai Pustaka, 2001.

Hadrianto, Budi, Perkawinan Beda Agama Dalam Syariat Islam. Jakarta: PT. Khairil

Bayan, Cet. 1, tahun 2003.

Hakim, Rahmat, Hukum Perkawinan Islam, Bandung: PT. Pustaka Setia, 2000.

Harahap, Yahya M, Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradila Agama, t.t : P.T.

Pustaka Kartini, Cet. 1, tahun 1990.

Indonesia, Penjelasan Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.

1 tahun 1974 Tentang Perkawinan. PP No. 9 tahun 1975.

Manan, Abd., Pokok-pokok hukum perdata,

Muchtar, Kamal, Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. 1

tahun 1974.

Muhammad, Hasbi Teungku, Hukum Antar Golongan, Semarang: PT. Pustaka Rizki

Putra, Cet. 1 tahun 2001.

Muslim, Imam, Muslim, Shahih, vol II, diterjemahkan oleh Mahmud Matraji, Beirut:

Daar el-Fiqri, 1993.

Page 81: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,

Mutaal, Abdul, Perkawinan Campuran Menurut Hukum Islam, Jakarta: PT. Bulan

Bintang, 1988.

Rafiq, Ahmad, Hukum Islam DI Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Cet. VI,

2003.

Ramulyo, M. Idris, Hukum Perkawinan, Kewarisan, Hikum Acara Peradilan Agama

Dan Zakat Menurut Hukum Islam, Jakarta: PT. Sinar Grafika, Cet. 1 tahun 1995.

Rasjid, Sulaiman, Fikih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, Cet. 33, tahun 2000

Sabiq, Sayid Fikih Sunnah, Bandung: PT. al-Ma’arif, jilid VIII, Cet. 1 tahun 1980.

_______, Fiqh Sunnah Jilid II, Bandung: PT: Al-Ma’arif

_______, Fiqh Sunnah, Bandung: PT. al-Ma’arif, jilid VII, tahun 1996.

Sabiq, Sayid, Fikih Sunnah 9 [al-Fiqh al-Sunnah], diterjemahan oleh Kahar Mansur,

(Jakarta: Kalam Mulya, 1990)

Sukarja, Ahmad, Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Islam dalam Buku Pertama

Problematika Hukum Islam Kontemporer. ed. Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz

Anshary AZ. cet. 4. Jakarta: LSIK, 2002.

Thalib, Sayuti. Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: UI-Press, Cet.5, 1986.

Wagito, Bimo, Bimbingan Dan Konseling Perkawinan, Yogyakarta: Andi Offset Ed. 1.

Cet.1, 2002.

Page 82: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7575/1/LILIS... · Perbuatan pindah agama menurut syara adalah keluar dari agama Islam,