konseling skill lab modul

13
Pendahuluan. Pelaksanaan konseling yang baik mengindikasikan hubungan professional antara dokter dengan pasiennya. Konseling didesain untuk memahami dan menjelaskan pandangan pasien terhadap kondisi mereka, dan membantunya mencapai tujuan dan memperbaiki perilaku melalui pilihan yang telah diinformasikan dengan baik serta bermakna bagi mereka. Kompetensi tersebut tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia, yaitu lulusan dokter diharapkan mampu: Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan secara holistik dan komprehensif Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk, informed consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun, baik dan benar. Melakukan Keterampilan Klinis Konseling kontrasepsi 4A Konseling prakonsepsi 4A Konseling kontrasepsi/ KB pascasalin 4A Anamnesis dan konseling kasus gangguan metabolisme dan endokrin 4A Anamnesis dan konseling anemia defisiensi besi, thalasemia, dan HIV 4A Konseling vaksin 4A Karena pentingnya kemampuan konseling, pelatihan mengenai pengetahuan melakukan konseling yang baik bagi lulusan dokter menjadi penting. Tujuan Pembelajaran: Mahasiswa mampu menjadi konselor yang baik sehingga pasien bisa mengambil keputusan sendiri untuk mengubah perilaku menjadi lebih baik.

Upload: aneabadi

Post on 18-Dec-2015

108 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

print

TRANSCRIPT

Pendahuluan.Pelaksanaan konseling yang baik mengindikasikan hubungan professional antara dokter dengan pasiennya. Konseling didesain untuk memahami dan menjelaskan pandangan pasien terhadap kondisi mereka, dan membantunya mencapai tujuan dan memperbaiki perilaku melalui pilihan yang telah diinformasikan dengan baik serta bermakna bagi mereka.

Kompetensi tersebut tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia, yaitu lulusan dokter diharapkan mampu: Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan secara holistik dan komprehensif Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk, informed consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun, baik dan benar. Melakukan Keterampilan Klinis Konseling kontrasepsi 4A Konseling prakonsepsi 4A Konseling kontrasepsi/ KB pascasalin 4A Anamnesis dan konseling kasus gangguan metabolisme dan endokrin 4A Anamnesis dan konseling anemia defisiensi besi, thalasemia, dan HIV 4A Konseling vaksin 4A

Karena pentingnya kemampuan konseling, pelatihan mengenai pengetahuan melakukan konseling yang baik bagi lulusan dokter menjadi penting.

Tujuan Pembelajaran:Mahasiswa mampu menjadi konselor yang baik sehingga pasien bisa mengambil keputusan sendiri untuk mengubah perilaku menjadi lebih baik.

Konseling merupakan suatu tindakan membantu klien untuk melihat suatu permasalahan secara lebih nyata dan bila memungkinkan dari sudut pandang berbeda. Hal ini dapat membantu klien memusatkan pada permasalahan terkait pengalaman atau perasaannya dengan tujuan untuk membuat perubahan yang positif.Tujuan konseling adalah membantu klien agar : Mengetahui apa yang harus dan akan dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan Merasa lebih baik, jauh dari ketegangan dan tekanan terus menerus Berfungsi maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki Mencapai sesuatu yang lebih baik karena sifat positif dan optimistis Bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap tuntutan dari lingkungan

Krumboltz (Shertzer dan Stone, 1980) menegaskan bahwa tujuan konseling handaknya memperhatikan kriteria sebagai berikut : (1) diinginkan oleh klien, (2) harus ada keinginan dari konselor untuk membantu klien dalam mencapai tujuan (3) pencapaiannya dapat dinilai oleh klien. Untuk memenuhi kriteria ini, tujuan konseling harus dinyatakan dalam tindakan yang spesifik, termasuk tingkatan dan kondisinya. Salah satu teknik pendekatan konseling dalam bidang kesehatan yang menjadi panduan adalah teknik BATHE (teknik diagnosis sebagai batu loncatan ke konsultasi) Background : menanyakan kemungkinan adanya masalah psikososial untuk membantu mendapatkan hubungan dengan pasien. Affect : untuk memeriksa feeling state termasuk adanya tanda-tanda anxietas. Trouble : Menanyakan tentang bagaimana masalah yang dialami menyusahkan pasien. Handling : Menanyakan bagaimana pasien menangani masalah tersebut. Empathy : Menunjukkan pengertian atas kesulitan pasien dan membawa perasaannya ke arah yang logis.

2.1.7 Tahapan KonselingLima langkah/tahapan dalam konseling adalah sebagai berikut (YPKP, Depkes RI & IBI, 2006).1. Membina hubungan melalui membangun rapport-tahap awal. Membina hubungan yang ramah, dapat dipercaya, dan menjamin kerahasiaan. Mengucapkan salam. Mempersilakan klien duduk. Menciptakan situasi yang membuat klien merasa nyaman.2. Identifikasi masalah.Beberapa klien mungkin akan menyampaikan secara langsung permasalahannya saat konselor menanyakan maksud dan tujuan klien mendatangi konselor. Namun tidak jarang, konselor harus menggunakan keterampilannya untuk mampu menangkap permasalahan yang dihadapi dari cerita/penjelasan klien. Selama identifikasi masalah konselor harus menjadi pendengar yang baik dan mengamati tanda tanda nonverbal.3. Penyelesaian masalah.Berikan informasi setepat dan sejelas mungkin sesuai dengan persoalan yang diajukan, termasuk berbagai alternatif jalan keluar. Hindari memberikan informasi yang tidak dibutuhkan klien.4. Pengambilan keputusan.Mendorong dan membantu klien untuk menentukan jalan keluar atas persoalan yang dihadapinya.5. Menutup/menunda konselingBila klien terlihat puas, ucapkan salam penutup. Bila diskusi dengan klien belum selesai dan klien belum mampu mengambil keputusan, tawarkan klien untuk mengaturr pertemuan selanjutnya.

Brammer (1979) mengetengahkan tahap dalam layanan konseling, yaitu tahap penciptaan hubungan dan tahap pengadaan fasilitas untuk memungkinkan dilakukan langkah yang positif.

Tahap 1, penciptaan hubungan ini mencakup: a. Entry atau memasuki fase konseling yaitu mempersiapkan klien dan membuka hubungan. b. Clarification yaitu pelajaran mengenai masalah dan yang ada kaitanya dengan masalah itu serta sebab-sebab mencari bantuan. c. Structure yaitu merumuskan kesepakatan mengenai apa yang akana dilakukan. d. Relationship, yaitu membina hubungan yang bersifat bantuan.

Tahap II, pengadaan fasilitas untuk memungkinkan dilakukan langkah yang positif, yang meliputi:a. Exploration, yaitu mengungkapkan masalah, melalui pengumpulan fakta sampai sampai merumuskan masalah. b. Consolidation, yaitu menconsolidasi dalam rangka menjajaki alternatif-alternatif. c. Planning, yaitu menyusun rencana untuk melakukan langkah-langkah dengan menggunakan strategi untuk membantu klien. d. Termination, yaitu memperhatikan konseling dengan melakukan penilaiaan terhadap hasil-hasil yang telah diperoleh.

Levenberg dan Esler mengemukakan hal-hal yang dapat menunjang seorang konselor di dalam melakukan komunikasi yang baik, yaitu:

1. Pembentukan kesan pertama yang ramah dan baik2. Menciptakan rapport pada awal sesi konseling, menunjukkan empati, dan meyakinkan individu yang menjadi klien3. Menghilangkan hambatan bagi komunikasi yang baik (misalnya sikap yang kurang sopan, kurang memperhatikan, tidak mengizinkan klien untuk menunjukkan ketakutan atau bertanya, bersikap menghakimi dan tidak sabar)4. Menggunakan active listening pada klien, yaitu menunjukkan bahwa apa yang disampaikan oleh klien ditanggapi, dan dikonfirmasi ulang pada pokok informasi yang relevan terhadap permasalahan5. Memberikan informasi secara sederhana dan menggunakan alat bantu visual sebanyak mungkin (misalnya miniature, pamphlet, gambar)6. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan secara benar dan efektif, serta menggunakan open-ended question7. Mengizinkan klien untuk bertanya dan mencari klarifikasi8. Menyadari momen-momen yang teachable dan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membuat klien membuat solusi yang tepat

Setelah membentuk kondisi yang dapat menunjang komunikasi yang baik antara konselor dank lien, maka selanjutnya seorang konselor harus memiliki kemampuan komunikasi dasar.

1. Hadir (attending)Hadir dalam konteks ini mengacu pada cara seorang konselor untuk bersama dengan pasien secara fisik dan psikologis. Effective attending mengisyaratkan kepada klien bahwa mereka dapat berbagi cerita mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Penggunaan akronim SOLER dapat membantu konselor menunjukkan inner attitude, rasa hormat dan kesungguhan kepada klien. S untuk squareSquarely face your client, tatap klien secara seksama. Posisikan diri yang mengindikasikan bahwa klien diperhatikan. O untuk Open PostureTanyakan pada diri sendiri apakah posis yang telah digunakan menunjukkan keterbukaan terhadap komunikasi yang dilakukan. L untuk LeanLean towards the client pada saat yang tepat untuk menunjukkan bahwa masalah yang sedang dibicarakan sangat diperhatikan. E untuk Eye contactPenggunaan kontak mata yang tepat memberikan pesan kepada plien bahwa ia mendapatkan perhatian penuh dan dapat menceritakan apapun masalahnya. R untuk relaxedKonselor hendaknya bersikap santai, tidak tegang dan bersikap alamiah terhadap pembicaraan atau pembahasan masalah yang sedang dilakukan.

2. Mendengar (listen)Mengengar mengacu pada kemampuan konselor untuk menangkap dan mengerti pean yang klien komunikasikan selama klien bercerita, baik secara verbal maupun nonverbal. Teknik mendengar di dalam konseling adalah actibe listening yang melibatkan empat hal, yaitu mendengarkan dan memahami pesan verbal klien, mendengar disertai dengan interpretasi terhadap bahasa tubuh yang ditunjukkan klien, mendengar dan memahami klien pada konteks yang sesuai, serta mendengar dengan empati.Egan mengemukakan beberapa hal yang dapat menjadi hambatan seorang konselor untuk melakukan active listening:

a. Inadequate listening, konselor mudah terdistraksib. Evaluative listening, mendengar sambil menghakimic. Filtered listening, konselor hanya mendengar pokok-pokok pembicaraan tertentu sajad. Labels as filters, konselor memberikan label pada klien sehingga mempengaruhi profesionalitas konselore. Fact centered rather than person centered, konselor hanya berfokus pada masalah yang nyata dan tidak memperhatikan masalah-maaslah lain yang belum ditunjukkan oleh klienf. Rehearsing, konselor mengulang-mengulang pertanyaan yang menunjukkan bahwa ia tidak mendengarkan pembicaraan klien secara aktifg. Sympathetic listening, konselor terbawa perasaan terhadap masalah yang dihadapi klien sehingga juga mengganggu profesionalitasnya dalam membantu klien mengatasi masalah

3. EmpatiEmpati adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami perasaan dari orang lain tanpa mengalami perasaan yang serupa. Empati melibatkan mendengar klien, memahami yang menjadi kekhawatiran klien, dan mengkomunikasikannya dengan klien dalam cara yang membuat klien lebih memahami dirinya dan mencari sendiri solusi yang tepat bagi dirinya. Konselor menciptakan kebersamaan dengan klien, berjalan bersama- sarna, mengikutinya,mengarahkan dan membimbingnya, dalam menghadapi masalahnya. Konselor juga bersifat hangat, terbuka, bersahabat, peduli dan jujur, serta obyektif dalam memandang permasalahan klien, Konselor mencoba untuk berpikir dan merasakan segala sesuatunya bersama-sama dengan klien.

4. Probing or questioningPada keterampilan ini, konselor mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang efektif dan efisien untuk menggali data-data yang akurat mengenai masalah yang sedang dihadapi klien. Hal ini dapat memberikan keuntungan berupa memacu klien menceritakan masalahnya secara lebih lengkap, membantu klien tetap focus pada masalah utama.

5. SummarizingMerangkum pada sesi-sesi tertentu dari konseling dapat membantu lebih fokus pada masalah yang telah didiskusikan sebelumnya.

6. Integrating communication skillsKeterampilan komunikasi harus diintegrasikan sedemikian rupa selama konseling. Hal ini dapat semakin memberikan kepercayaan klien pada konselor dalam rangka mencari solusi yang tepat bagi dirinya sendiri.

7. CongruenceKonselor dalam hal ini harus bisa menjadi dirinya sendiri seutuhnya. Konselor perlu memiliki harmoni dalam keseluruhan aspek hidupnya, menyadari keterbatasan diri, tidak berpura-pura dalam bersikap den tidak mencoba menutupi kenyataan tentang siapa dirinya. Bersikaplah jujur terhadap diri sendiri den klien, den perlu adanya konsistensi antara kata dan perbuatan.

Selain hal-hal tersebut di atas seorang konselor diharapkan pula dapat: Memiliki sense of humor Memiliki self dicipline Memiliki self responsibility Memiliki positive self concept Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik perkembangan manusia. Berpikir dan bersikap kreatif Bersikap aktif dalam mengemb~ngkan komunikasi baik yang bersifat verbal maupun non verbal. Secara verbal melalui penguasaan respon- respon konselor: probe, reflection of feelings, reflection of content, summary dan ability potential. Secara non verbal melalui body language, eye contact, facial expression.

Terkait dengan kualitas diri tersebut di atas, ada beberapa hal yang perlu dihindari oleh konselor yaitu : Memberi nasehat Banyak bicara Terlalu membuka diri Memandang rendah klien Bersikap defensif Memprioritaskan kebutuhan dan nilai pribadinya Memandang rendah diri sendiri karena pengaruh usia, pengetahuan dan pengalaman Memiliki harapan yang berlebihan terhadap klien Inkonsisten dan subyektif Jangan memecahkan masalah secara langsung tetapi beri alternatif pilihan bagi klien.

Timeline Skill Lab 23 menit briefing. 60 menit roleplay (@ 20 menit) + 30 menit feedback (@ 10 menit) + 30 menit feedback dosen pengampuh (@5 menit). 30 menit roleplay kelompok besar; Feedback.Yang perlu disiapkan oleh mahasiswa untuk mengikuti Skil Lab1. Mempersiapkan bahan (soft copy bahan tinjauan pustaka dan/atau gambar, grafik dan poster) mengenai:a. Keluarga Berencanab. TBC (DOTs)c. Vaksin dasar untuk tahun pertamaYang perlu disiapkan oleh coordinator Skill Lab1. Mikropon2. Kursi sesuai jumlah tiap kelompokPelaksanaan Konseling1. Kelas dibagi menjadi kelompok besar berisi 15 mahasiswa.2. Tiap kelompok besar dibagi menjadi 3 mahasiswa/kelompok.3. Setiap mahasiswa melakukan roleplay secara bergantian, menjadi dokter, pasien dan observer.4. Topik akan dipilihkan oleh dosen yang mengampuh.5. Setelah setiap sesi konseling, dilakukan feedback. Feedback dilakukan dengan feedback sandwich.

Check-list KonselingTidak DilakukanDilakukan, tidak lengkapDilakukan, lengkapKeterangan Tambahan

012(Kurang serius, tidak natural, kasar pada pasien, dll)

Background; Menanyakan masalah psikososial dan membangun rapport -> Respect

Mengucapkan salam.

Mempersilahkan klien duduk

Melakukan kontak mata

Menggunakan bahasa yang sesuai dengan klien

Duduk dengan posisi yang sopan, nyaman dan condong ke depan, tidak menyilangkan kaki.

Mengajak pasien untuk menceritakan masalah yang dirasakannya

Menggunakan komunikasi verbal dan non-verbal

Menunjukkan postur terbuka dan tersenyum

Affect; Memeriksa feeling state, tanda tanda anxietas -> Observation

Memperhatikan tanda non-verbal dari pasien

Menanyakan perasaan pasien terhadap kondisi yang dirasakannya

Melakukan klarifikasi terhadap perasaan pasien (refleksi perasaan)

Menggunakan pertanyaan terbuka

Tidak memotong kalimat pasien.

Trouble; Menanyakan masalah yang dianggap menyusahkan -> Probing

Menanyakan masalah yang paling membuat pasien cemas

Menanyakan apa arti adanya masalah ini dalam kehidupan pasien

Handling; Menanyakan bagaimana pasien menangani hal tersebut -> Active Listening

Menanyakan masalah yang paling membuat pasien cemasMenanyakan adanya dukungan dari keluarga/rekan dalam permasalahannya.

Emphaty; Menunjukkan pengertian dan membawa perasaan ke arah logis -> Understanding

Merangkum permasalahan yang dijelaskan oleh pasien dalam bahasa sendiri (refleksi isi)

Memberikan informasi yang sesuai dengan permasalahan yang dirasakan

Menanykan apabila ada informasi yang perlu dijelaskan lebih lanjut.

Tidak memberikan saran atau harapan tertentu

Mendorong partisipasi pasien dalam memberikan pendapatnya

Minta pasien untuk menentukan pilihannya atau menjadwalkan konsultasi berikutnya

Mengulang informasi yang dibutuhkan (refleksi isi)

Mengingatkan untuk menghubungi dan datang apabila ada yang ingin ditanyakan

Mengucapkan salam.