konseling keluarga
TRANSCRIPT
ETIKA DAN TAHAP-TAHAP KONSELING KELUARGA
A. ETIKA SEBAGAI LANDASAN
Ada dua pokok bahasan utama yang akan dipaparkan pada bagian ini,
yaitu, (1) etiak dalam pelaksanaan konseling keluarga, & (2) Tahap-tahap
pelaksanaan konseling keluarga. Kedua persoalan itu perlu dipahami konselor
agar mereka memiliki landasan etika dan moral konseling keluarga, mengetahui
aktivitas-aktivitas konselor dalam pelaksanaan konseling keluarga, dan dapat
menerapkan pengetahuan tersebut di dalam praktik konseling keluarga.
B. ETIKA DALAM KONSELING KELUARGA
Nilai-nilai moral pilihan konselor tentang tanggung jawabnya didalam
konseling keluarga memiliki konsekuensi tertentu. Seperti kasus yang
dicontohkan oleh Bodin (1983), situasi dimana seorang suami inginmenceraikan
istrinya, tetapi si istri menentang keinginan sang suami. Alas an sang suami
karena dia tidak merasa adanya kebahagiaan lagi jika tetap bersama sang istri.
Dalam kasus ini, tampaknya suami lebih senang kalau dalam keluarga ditekankan
kesejahteraan individual, karena itu suami mengharapkan konseling keluarga yang
lebih memperhatikan kesejahteraan individual. Sang istri menginginkan agar
konselor memberikan penekanan dan prioritas utama pada kesejahteraan bersama.
Lebih jauh lagi, Bodin (1983) menegaskan bahwa posisi konselor didalam
konseling keluarga memiliki pengaruh yang luas dan mendalam, tidak hanya
berpengaruh pada hubungan awal konseling dan penelusuran masalah, tetapi
berpengaruh juga pada perumusan tujuan dan perencanaan treatment dalam proses
konseling.
C. KONFLIK-KONFLIK ETIKA
1. Siapa yang terlebih dahulu dilayani ?
Jika konselor telah menetapkan untuk menangani secara individual, maka ia
harus memutuskan dalam hal apa atau haruskah anggota keluarga terlibat
dalam treatment, dan apabila konselor menangani suatu kelompok keluarga,
haruskah individu-individu tertentu atau kombinasi dari keluarga dilibatkan
secara terpisah ?
2. Bagaimana penanganan kerahasiaan ?
Dalam hal ini konselor memiliki tanggung jawab untuk melaporkan perbuatan
serong kepada pihak polisi atau pihak lain yang menangani perlindungan dan
kesejahteraan anak.
3. Apa titik utama perkembangan etika ?
Perkembangan etika menitikberatkan pada penguraian kasus secara cermat
dan hati-hati, sehingga menjadi alat diagnostic terhadap individu selama
proses pemberian bantuan, terutama pada hal-hal yang akan berpengaruh
pada kasus-kasus yang dipengadilankan.
4. Bagaimana keberadaan konselor: kekuasaan atau mengurangi konflik ?
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya konseling keluarga menentukan
harapan-harapan yang biasanya berkaitan dengan jenis kelamin (gender),
yang harus ditangani dengan sensitive dengan tujuna untuk mengubah sikap
social anggota keluarga dan untuk memastikan minat atau kepentingan para
anggota keluarga.
D. KODE ETIK PROFESIONAL
1. Kode pengarahan perilaku
a. konselor memberikan layanan secara professional kepada semua
orang
b. konselor tidak boleh memanfaatkan hubungan konseling mereka
untuk kepentingan pribadi, agama, politik dan bisnis.
c. Konselor tidak diperkenankan untuk membayar atau menerima
bayaran dalam refeal.
d. Konselor tidak diperbolehkan untuk memberikan layanan kepada
klien yang masih berada dalam penanganan dari orang professional
lain
e. Konselor tidak boleh menghina sesama rekan sejawat
f. Konselor memiliki kewajiban untuk meneruskan pendidikan dan
pengembangan professional
g. Konselor berusaha menghindari hubungan dengan konseli yang
mungkin dapat merusak penilaian professional atau yang
menambah risiko karna mengeksploitasi konseli.
h. Konselor tidak boleh memberikan diagnosis, memberikan resep,
mengobati diluar batas-batas kemampuannya
i. Asosiasi profesi mendorong atau mengajukan para anggotanya
untuk bergabung dengan kelompok-kelompok professional
2. Hubungan dengan konseli
a. Seorang konselor harus hati-hati memberikan dukungan yang
wajar dan penghargaan dalam tahap prognosis
b. Konselor harus mementingkan pemahaman yang jelas tentang
keuangan bersama klien.
c. Konselor harus membuat catatan-catatan bagi setiap kasus dan
menyimpannya dengan aman dan terjamin kerahasiaannya
d. Konselor mengadakan hubungan dalam semua tahap kehidupan,
menghargai setiap waktu terhadap hak-hak konseli untuk membuat
keputusan mereka sendiri.
E. TAHAP-TAHAP KONSELING KELUARGA
1. Wawancara tahap awal
Pada tahap ini konselor mengawali kontak dengan salah seorang anggota
keluarga sering kali anggota keluarga yang mulai mengontak konselor melalui
telepon, dengan menyampaikan problem-problem yang dialaminya dalam bentuk
keluhan-keluhan yang berhubungan dengan biologis, psikologis, dan hubungan
antar pribadi.
Berbagai cara telah dilakukan oleh konselor-konselorbterdahulu ketika
mereka melakukan wawancara tahap awal dalam konseling keluarga. Satir (1967),
Franklin & Prosky (1973) menggunakan wawancara tahap awal untuk
menghimpun data tentang latar belakang historis suatu keluarga.
2. Wawancara tahap pertengahan
Wawancara tahap pertengahan merupakan jantung dari proses terapeutik
(Framo, 1965). Pada tahap ini konselor berperan sebagai pembimbing dan
pengarah, tetapi senantiasa berupaya menghindari mengambil alih peran orang tua
atau berkoalisi dengan salah seorang anggota keluarga.
Setelah setiap anggota keluarga terlibat dalam treatment, dan resistensi
telah dipecahkan dengan baik, penataan kembali struktur keluarga dapat dimulai.
Anggota-anggota keluarga terbuka menyatakan keadaan dirinya, meningkatkan
kemandirian , mengurangi peran-peran kaku, saling berbagi perasaan dan
pengalaman, dan saling memberi dan menerima balikan untuk merespon dengan
perilaku-perilaku baru.
3. Wawancara tahap akhir
Konseling keluarga menggunakan durasi waktu yang relative lebih singkat
daripada konseling individual . karena konseling sejak awal difokuskan pada
penjabaran problema secara spesifik, atau meredakan simpton-simpton yang
tampak sehingga memungkinkan untuk memperpecepat setiap anggota keluarga
mengetahui secara jelas tujuan-tujuan yang telah dicapai. Meskipun begitu proses
konseling keluarga mungkin membutuhkan waktu beberapa session mingguan
atau bulanan. Bell (1975) memperkirakan bahwa delapan sampai dua puluh
pertemuan.
Kebanyakan praktisi konselor keluarga sepakat bahwa terminasi di dalam
konseling lebih mudah dilaksanakan daripada di dalam konseling individual
(Goldenberg & Goldenber, 1985). Konseling keluarga dapat dihentikan apabila
anggota keluarga yang terlibat dalam proses konseling keluarga bisa bekerjaa
sama dengan baik sebagai suatu unit atau kelompok untuk memecahkan masalah-
masalah mereka dan mengubah perilaku-perilaku mereka yang destruktif. Di
samping itu mereka juga telah mampu mengembangkan suatu internal support
system dan tidak bergantung kepada orang lain, termasuk tidak bergantung kepada
konselor. Indicator-indikator lainnya adalah mereka telah mampu berkomunikasi
secara terbuka, eksplisit, dan jelas, mampu melakukan peranan masing-masing
secara fleksibel, keuatan-kekuatan di dalam keluarga seimbang, dan setiap
anggota keluarga mampu menyeimbangkan antara hak dan kewajibannya masing-
masing dalam keluarga.
Tugas kelompokMata Kuliah BK Keluarga
ETIKA DAN TAHAP-TAHAP KONSELING KELUARGA
Disusun oleh :
Kelompok 8Hadrawi
Aswidy Wijaya CiptaRahmiati
Universitas Negeri MakassarFakultas Ilmu Pendidikan
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan2010
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud, Alimuddin. Sunarty, Kustiah. (2006). Dasar-dasar bimbingan & konseling kelaurga. Makassar : Samudra alif – MIM.