konomi nasional - ftp.unpad.ac.id · harus dimiliki indonesia agar aksesibilitas masyarakat...

1
18 E KONOMI NASIONAL RABU, 19 OKTOBER 2011 dana di dalam setiap program- programnya,” tukasnya. Selain itu, Dejan menyebut fokus subsidi seharusnya lebih diarahkan pada penduduk In- donesia yang tinggal di daerah yang belum terjamah listrik. “Li- hat, listrik yang kita gunakan di ruangan ini pun menggunakan subsidi dari pemerintah. Pada- hal kita sebenarnya tak perlu disubsidi,” pungkasnya. Dua skema Di kesempatan sama, Direktur Sektor Pembangunan Berkelan- jutan Kawasan Asia Timur-Pas- ik Bank Dunia, John Roome, menyarankan dua skema kepa- da pemerintah Indonesia untuk menekan penggelembungan anggaran kelistrikan. Skema pertama, mengubah paradigma dalam mengatur pengalokasian anggaran. Mayoritas dana yang dimi- liki saat ini disalurkan untuk membiayai seluruh proses pro- duksi listrik dan pembangunan infrastruktur yang boros biaya dan tenaga. “Akan lebih baik jika anggaran yang digunakan untuk pengembangan jenis sumber energi baru yang ramah ling- kungan diperbesar,” imbuhnya. Skema kedua, memberlaku- kan subsidi silang. Hingga kini setiap penduduk Indonesia membayar tagihan listrik de- ngan mekanisme pembebanan yang sama. Menurutnya, akan lebih pantas jika pemerintah membebankan tagihan listrik yang lebih besar kepada kelom- pok menengah ke atas untuk membantu kaum papa. (*/E-2) [email protected] dan pelaksanaan strategi yang tepat waktu. Pemerintah pusat, menurut Dejan, perlu berkoordi- nasi intens dengan pemerintah daerah dan melibatkan sektor lain di dalam pembiayaan. Kedua, strategi pendanaan yang efektif dan mengikutser- takan pihak lain seperti sektor- sektor privat institusi luar nege- ri. “Non government organization (NGO), pelaku bisnis, bahkan pemerintah daerah perlu dili- batkan untuk membantu subsi- di sehingga mengurangi beban pemerintah pusat,” paparnya. Dari kondisi saat ini, Dejan menilai persoalan besaran dan alokasi subsidi untuk elektri- fikasi dan pembangunan in- frastruktur kelistrikan perlu dibenahi secepatnya. Inesiensi penggunaan anggaran yang dikeluarkan pemerintah dan PLN, menurutnya disebabkan manajemen anggaran yang dilakukan oleh PT PLN belum terorganisasi dengan baik. “PLN harus lebih mengacu pada biaya produksi (cost centre) ketimbang pada keuntungan yang akan didapat (prot centre) dalam merencanakan besaran Subsidi Listrik bukan untuk Orang Mampu Akan lebih pantas jika pemerintah membebankan tagih an listrik yang lebih besar kepada kelompok menengah ke atas untuk membantu kaum papa. JONGGI MANIHURUK S EKITAR satu miliar penduduk di kawasan Asia Timur dan Pasik saat ini tidak memiliki akses untuk memperoleh energi modern. Dari jumlah itu, 80 juta di antaranya ada di Indonesia. Mereka adalah penduduk dari kalangan ekonomi bawah. Saat ini, para penduduk miskin itu tengah dihadapkan kepada kekurangan energi untuk kebu- tuhan sehari-hari. Itu adalah sepenggal dari te- muan Bank Dunia (World Bank) yang dimuat dalam laporan Bank Dunia bertajuk One Goal, Two Paths: Achieving Universal Access to Modern Energy in East Asia and Pacific. Bank Dunia meluncurkan laporan tersebut kemarin, di Jakarta. Menurut Direktur Sektor Transportasi, Energi, dan Pemba- ngunan Berkelanjutan wilayah Perkotaan untuk Asia Timur-Pa- sik Bank Dunia, Dejan Ostovic, ada dua faktor penting yang harus dimiliki Indonesia agar aksesibilitas masyarakat terha- dap listrik dapat meningkat. Pertama, komitmen dari pe- me rintah dalam pembuatan DENGAN nilai transaksi glo- bal mencapai US$6 miliar per tahun, rumput laut dinilai la- yak jadi salah satu komoditas unggulan Indonesia. Apalagi, pemanfaatan rumput laut kini semakin meluas, mulai dari bahan makanan, pupuk, hingga industri kosmetik global. Meski demikian, kualitas rumput laut Indonesia perlu di tingkatkan agar semakin kompetitif. Hal itu disampai- kan Sekjen Asosiasi Rumput Laut Indonesia Syamsu Alam. Ia mengatakan kualitas produk rumput laut dalam negeri me- mang harus diperbaiki. Dalam catatan asosiasi, rumput laut Filipina yang berkualitas le- bih baik dihargai lebih tinggi US$100-US$150 per ton daripa- da rumput laut Indonesia. “Pemerintah harusnya mem- perbaiki kualitas produk rumput laut. Misalnya cara pengeringan dan pola tanam yang efisien supaya petambak rumput laut mendapatkan nilai tambah,” ujarnya kepada Media Indonesia. Kementerian Perdagangan men catat nilai ekspor rum- put laut pada 2010 mencapai US$135,939 juta. Pada Januari- Juni 2011, nilai ekspor mencapai US$83,283 juta atau naik 41% dari periode serupa di 2010. Sayangnya, sebagian besar ha- sil rumput laut diekspor dalam bentuk mentah. Padahal, nilai ekspor rumput laut Indonesia Investasi Rumput Laut Makin Unggul bisa lebih tinggi seiring dengan peningkatan kualitas produk tersebut. Saat ini harga rumput laut di pasaran internasional berkisar US$1.100 per ton. Adapun salah satu daerah produsen rumput laut, yakni Nusa Tenggara Barat, berenca- na mengembangkan sentra industri pengolahan rumput laut guna memberi nilai tambah komoditas itu. Wakil Gubernur NTB Badrul Munir mengatakan, tahun lalu produksi rumput laut NTB mencapai 221 ribu ton rumput laut kering. Target itu naik menjadi 500 ribu ton pada 2011. Menurutnya, NTB telah mene- tapkan 10 kawasan sentra pro- duksi rumput laut, yaitu Peng- antap, Grupuk, Awang, Teluk Ekas, Serewe, Kertasari, Labuan Mapin, Terano, Kwangko, dan Waworada. Investasi yang dibu- tuhkan berkisar US$2,5 juta un- tuk kapasitas produksi 252 ton tepung per hari. “Kehadiran investor akan semakin mendorong kuantitas dan kualitas produksi rumput laut NTB,” paparnya di Mata- ram, kemarin. Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti membenar- kan investasi pengembangan rumput laut memiliki kelayakan nansial. “Karena itu, kami ber- usaha memfasilitasi investor yang berminat berinvestasi di NTB melalui Nusa Tenggara Investment Day,” katanya. Dari total produksi rumput laut dunia, Indonesia yang ta- hun lalu memproduksi 3,2 juta ton rumput laut menempati peringkat kedua dengan pangsa 13,7%, atau setingkat di atas pangsa Filipina 10,6%. Adapun produksi tertinggi budi daya rumput laut dipegang China de- ngan pangsa 62,8%. (WR/E-3) Kehadiran investor akan semakin mendorong kuantitas dan kualitas produksi rumput laut NTB.” Badrul Munir Wakil Gubernur NTB

Upload: tranhuong

Post on 09-Aug-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONOMI NASIONAL - ftp.unpad.ac.id · harus dimiliki Indonesia agar aksesibilitas masyarakat terha-dap listrik dapat meningkat. Pertama, komitmen dari pe-me rintah dalam pembuatan

18 EKONOMI NASIONAL RABU, 19 OKTOBER 2011

dana di dalam setiap program-programnya,” tukasnya.

Selain itu, Dejan menyebut fokus subsidi seharusnya lebih diarahkan pada penduduk In-donesia yang tinggal di daerah yang belum terjamah listrik. “Li-hat, listrik yang kita gunakan di ruangan ini pun menggunakan subsidi dari pemerintah. Pada-hal kita sebenarnya tak perlu di subsidi,” pungkasnya.

Dua skemaDi kesempatan sama, Direktur

Sektor Pembangunan Berkelan-jutan Kawasan Asia Timur-Pas-ifi k Bank Dunia, John Roome, menyarankan dua skema kepa-da pemerintah Indonesia untuk menekan penggelembungan ang garan kelistrikan. Skema per tama, mengubah paradigma dalam mengatur pengalokasian anggaran.

Mayoritas dana yang dimi-liki saat ini disalurkan untuk membiayai seluruh proses pro-duksi listrik dan pembangunan infrastruktur yang boros biaya dan tenaga. “Akan lebih baik jika anggaran yang digunakan untuk pengembangan jenis sum ber energi baru yang ramah ling-kungan diperbesar,” imbuhnya.

Skema kedua, memberlaku-kan subsidi silang. Hingga kini setiap penduduk Indonesia mem bayar tagihan listrik de-ngan mekanisme pembebanan yang sama. Menurutnya, akan lebih pantas jika pemerintah membebankan tagihan listrik yang lebih besar kepada kelom-pok menengah ke atas untuk membantu kaum papa. (*/E-2)

[email protected]

dan pelaksanaan strategi yang tepat waktu. Pemerintah pusat, menurut Dejan, perlu berkoordi-nasi intens dengan pemerintah daerah dan melibatkan sektor lain di dalam pembiayaan.

Kedua, strategi pendanaan yang efektif dan mengikutser-takan pihak lain seperti sektor-sektor privat institusi luar nege-ri. “Non government organization

(NGO), pelaku bisnis, bahkan pemerintah daerah perlu dili-bat kan untuk membantu subsi-di sehingga mengurangi beban pemerintah pusat,” paparnya.

Dari kondisi saat ini, Dejan menilai persoalan besaran dan alokasi subsidi untuk elektri-fi kasi dan pembangunan in-frastruktur kelistrikan perlu d i benahi secepatnya. Inefi siensi

penggunaan anggaran yang dikeluarkan pemerintah dan PLN, menurutnya disebabkan manajemen anggaran yang dilakukan oleh PT PLN belum terorganisasi dengan baik.

“PLN harus lebih mengacu pada biaya produksi (cost centre) ketimbang pada keuntungan yang akan didapat (profi t centre) dalam merencanakan besaran

Subsidi Listrik bukanuntuk Orang Mampu

Akan lebih pantas jika pemerintah membebankan tagih an listrik yang lebih besar kepada kelompok menengah ke atas untuk membantu kaum papa.

JONGGI MANIHURUK

SEKITAR satu miliar pen duduk di kawasan Asia Timur dan Pasifi k saat ini tidak memiliki

akses untuk memperoleh energi modern. Dari jumlah itu, 80 juta di antaranya ada di Indonesia.

Mereka adalah penduduk da ri kalangan ekonomi bawah. Saat ini, para penduduk miskin itu tengah dihadapkan kepada kekurangan energi untuk kebu-tuhan sehari-hari.

Itu adalah sepenggal dari te-muan Bank Dunia (World Bank) yang dimuat dalam laporan Bank Dunia bertajuk One Goal, Two Paths: Achieving Universal Access to Modern Energy in East Asia and Pacific. Bank Dunia meluncurkan laporan tersebut kemarin, di Jakarta.

Menurut Direktur Sektor Transportasi, Energi, dan Pemba-ngunan Berkelanjutan wila yah Perkotaan untuk Asia Ti mur-Pa-sifi k Bank Dunia, Dejan Osto vic, ada dua fak tor penting yang harus dimiliki Indonesia agar aksesibilitas masyarakat terha-dap listrik dapat meningkat.

Pertama, komitmen dari pe-me rintah dalam pembuatan

DENGAN nilai transaksi glo-bal mencapai US$6 miliar per ta hun, rumput laut dinilai la-yak jadi salah satu komoditas ung gulan Indonesia. Apalagi, pemanfaatan rumput laut kini semakin meluas, mulai dari bahan makanan, pupuk, hingga industri kosmetik global.

Meski demikian, kualitas rum put laut Indonesia perlu di tingkatkan agar semakin kom petitif. Hal itu disampai-kan Sekjen Asosiasi Rumput Laut Indonesia Syamsu Alam. Ia mengatakan kualitas produk rumput laut dalam negeri me-mang harus diperbaiki. Dalam

catatan asosiasi, rumput laut Filipina yang berkualitas le-bih baik dihargai lebih tinggi US$100-US$150 per ton daripa-da rumput laut Indonesia.

“Pemerintah harusnya mem-per baiki kualitas produk rum put laut. Misalnya cara pe ngeringan dan pola tanam yang efisien supaya petambak rumput laut mendapatkan nilai tambah,” ujarnya kepada Media Indonesia.

Kementerian Perdagangan men catat nilai ekspor rum-put laut pada 2010 mencapai US$135,939 juta. Pada Januari-Juni 2011, nilai ekspor mencapai US$83,283 juta atau naik 41% dari periode serupa di 2010.

Sayangnya, sebagian besar ha-sil rumput laut diekspor dalam bentuk mentah. Padahal, nilai ekspor rumput laut Indonesia

Investasi Rumput Laut Makin Unggul

bisa lebih tinggi seiring dengan peningkatan kualitas produk tersebut. Saat ini harga rumput laut di pasaran internasional berkisar US$1.100 per ton.

Adapun salah satu daerah pro dusen rumput laut, yakni Nusa Tenggara Barat, berenca-na mengembangkan sentra industri pengolahan rumput laut guna memberi nilai tambah komoditas itu. Wakil Gubernur NTB Badrul Munir mengatakan, tahun lalu produksi rumput laut NTB mencapai 221 ribu ton rumput laut kering. Target itu naik menjadi 500 ribu ton pada 2011.

Menurutnya, NTB telah mene-tapkan 10 kawasan sentra pro-duksi rumput laut, yaitu Peng-antap, Grupuk, Awang, Teluk Ekas, Serewe, Kertasari, Labuan Mapin, Terano, Kwangko, dan Waworada. Investasi yang dibu-tuhkan berkisar US$2,5 juta un-tuk kapasitas produksi 252 ton tepung per hari.

“Kehadiran investor akan semakin mendorong kuantitas dan kualitas produksi rumput laut NTB,” paparnya di Mata-ram, kemarin.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti membenar-kan investasi pengembangan rumput laut memiliki kelayakan fi nansial. “Karena itu, kami ber-usaha memfasilitasi investor yang berminat berinvestasi di NTB melalui Nusa Tenggara Investment Day,” katanya.

Dari total produksi rumput laut dunia, Indonesia yang ta-hun lalu memproduksi 3,2 juta ton rumput laut menempati peringkat kedua dengan pangsa 13,7%, atau setingkat di atas pangsa Filipina 10,6%. Adapun produksi tertinggi budi daya rumput laut dipegang China de-ngan pangsa 62,8%. (WR/E-3)

Kehadiran investor akan semakin

mendorong kuantitas dan kualitas produksi rumput laut NTB.” Badrul MunirWakil Gubernur NTB