konfigurasi dan transformasi keberagamaan...

14
KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN MANTAN ANGGOTA HIZBUT TAHRIR INDONESIA PASCA DISAHKANNYA UNDANG-UNDANG ORGANISASI MASYARAKAT (UU ORMAS) Oleh: Mahillah Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN Jember [email protected] PENDAHULUAN Tepatpadatanggal 22 Nopember 2017 Presiden RI Ir.H. Joko Widodo secara resmi mengesahkan Undang-undangOrganisasi Masyarakat (UU Ormas). Setelah resmi disahkan menjadi UU maka secara otomatis menjadi konsekuensi logis akan batasan-batasan yang harus dipatuhi oleh Ormas-ormas di Indonesia. Diantaranya yaitu larangan bagi Ormas yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran yang bertentangan dengan Pancasila dan bisa mengancam kedaulatan NKRI.Disahkannya UU Ormas ini merupakan tindak lanjut dari Perrpu Ormas yang diterbitkan pada tanggal 16 Juli 2017. Sementara itu juru bicara HTI Ismail Yusanto mengatakan pasca dibubarkan, HTI tidak bisa mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat terbuka.Akan tetapi untuk dakwah Islam, eks anggota HTI masih dilakukan hanya formasinya saja yang berbeda yaitu sebelum disahkannya UU Ormas dan sesudah disahkannya UU Ormas.Karena sebagaimana yang dijelaskan oleh John B. Thompson, yang mengatakan bahwa studi ideologi mensyaratkan kita untuk menginvestigasi cara-cara bagaimana makna dikonstruk dan disampaikan melalui bentuk-bentuk simbol dalam jenisnya yang bervariasi. 1 Arti penting eks HTI sebagai topik penelitian ilmiah tidak terletak pada organisasinya, karena secara hukum organisasi ini sudah tidak ada. Meskipun faktanya secara simbol atau pemikiran keagamaan aktivitas HTI tidaklah bubar.. Keberadaan Gerakan Mahasiswa Pembebasan (Gema Pembebasan) yang masih eksis sampai saat ini menunjukkan bahwa Hizbut Tahrir di Indonesia masih ada, karena antara HT dan Gema Pembebasan berideologi sama. 1 John B. Thompson, Kritik Ideologi Global . ter. Haqqul Yaqin (Yogyakarta: Ircisod, 2006) 19

Upload: others

Post on 05-Oct-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Diskusi_Periodik_2019_Mahillah.pdfbertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran

KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN MANTAN ANGGOTA

HIZBUT TAHRIR INDONESIA PASCA DISAHKANNYA UNDANG-UNDANG

ORGANISASI MASYARAKAT (UU ORMAS)

Oleh:

Mahillah

Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN Jember

[email protected]

PENDAHULUAN

Tepatpadatanggal 22 Nopember 2017 Presiden RI Ir.H. Joko Widodo secara resmi

mengesahkan Undang-undangOrganisasi Masyarakat (UU Ormas). Setelah resmi disahkan

menjadi UU maka secara otomatis menjadi konsekuensi logis akan batasan-batasan yang harus

dipatuhi oleh Ormas-ormas di Indonesia. Diantaranya yaitu larangan bagi Ormas yang

bertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran yang bertentangan

dengan Pancasila dan bisa mengancam kedaulatan NKRI.Disahkannya UU Ormas ini merupakan

tindak lanjut dari Perrpu Ormas yang diterbitkan pada tanggal 16 Juli 2017.

Sementara itu juru bicara HTI Ismail Yusanto mengatakan pasca dibubarkan, HTI tidak

bisa mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat terbuka.Akan tetapi untuk dakwah Islam, eks

anggota HTI masih dilakukan hanya formasinya saja yang berbeda yaitu sebelum disahkannya

UU Ormas dan sesudah disahkannya UU Ormas.Karena sebagaimana yang dijelaskan oleh John

B. Thompson, yang mengatakan bahwa studi ideologi mensyaratkan kita untuk menginvestigasi

cara-cara bagaimana makna dikonstruk dan disampaikan melalui bentuk-bentuk simbol dalam

jenisnya yang bervariasi.1

Arti penting eks HTI sebagai topik penelitian ilmiah tidak terletak pada organisasinya,

karena secara hukum organisasi ini sudah tidak ada. Meskipun faktanya secara simbol atau

pemikiran keagamaan aktivitas HTI tidaklah bubar.. Keberadaan Gerakan Mahasiswa

Pembebasan (Gema Pembebasan) yang masih eksis sampai saat ini menunjukkan bahwa Hizbut

Tahrir di Indonesia masih ada, karena antara HT dan Gema Pembebasan berideologi sama.

1 John B. Thompson, Kritik Ideologi Global . ter. Haqqul Yaqin (Yogyakarta: Ircisod, 2006) 19

Page 2: KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Diskusi_Periodik_2019_Mahillah.pdfbertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran

Sebenarnya, dibubarkannya HTI di Indonesia bukanlah sesuatu yang aneh.Karena HT

banyak dilarang di berbagai Negara seperti Mesir, Arab Saudi, Pakistan, Bangladesh, dan juga

Turki.Alasan kenapa partai ini dilarang adalah terletak pada perjuangan khilafahnya. Ideologi

khilafah adalah sebuah sistem pemerintah politik yang mesti berpihak pada hukum Islam akan

tetapi ia melampaui batas-batas bisa menggerus legitimasi pemerintahan.

HTI di Indonesia dengan mudah dibubarkan oleh pemerintah dan nyaris tidak ada gejolak

pengerahan massa yang berarti. Resiko dari bubarnya HTI di Indonesia sangat kecil, karena

ormas ini tidak memiliki kekuatan politik di parlemen.Selama HTI berada di Indonesia gerakan

ini lebih mengedepankan pemikiran dan tidak pernah melakukan kekerasan.

Kekuatan HTI lebih tampak pada pengaruh propaganda-propagandanya yang berwatak

sektarian, yang diterima di segmen masyarakat tertentu, sehingga dianggap sebagai pintu masuk

radikalisme.Didukung anggota dan simpatisan yang agresif dalam dakwahnya. Karena memang

karakteristik paling spektakuler dari gerakan fundamentalis adalah keberhasilannya dalam

memobilisasi massa, bukan dari segi jumlah tapi juga militansi.2

Tepat pada saat reformasi digulirkan tahun 1998, kelompok Islam radikal (HTI) inilah

yang secara langsung turut pula mengambil hikmahnya. Betapa mereka secara leluasa bisa

berkampanye menyuarakan keinginannya untuk menegakkan syariat Islam, membentuk Negara

Islam, menolak dalil demokrasi tanpa ada rasa takut sekalipun akan dituduh subversib dan

dipenjara.3

Krisis multidimensi yang terjadi di Indonesia menjadi lahan subur bagi tumbuhnya

gerakan radikalisme Islam.Karena radikalisme Islam banyak dilahirkan dari gerakan

kemerdekaan dan penjajahan, seperti Sudan dan Libya.Situasi politik yang masih carut-marut di

Indonesia juga melahirkan beragam model solusi yang ditawarkan oleh pergerakan-pergerakan

pemikir Muslim di Indonesia.

Generasi akan mencerminkan suatu tipologi kehidupan masyarakat, pola kepemimpinan,

titik perhatian dan ide-ide yang mendasari, sehingga suatu paradigma yang menyatukan dan

menggerakkan sekelompok masyarakat. Regenerasi, selanjutnya akan merupakan produk

pergulatan di dalam suatu situasi sejarah tertentu. Suatu situasi sejarah melahirkan generasi

2 M. Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal:Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia(Jakarta:

Erlangga, 2005) 8-9 3 Zuly Qodir,Sejarah Demokratik : Pemberlakuan Syariah Islam di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) 79-

80

Page 3: KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Diskusi_Periodik_2019_Mahillah.pdfbertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran

dengan misi, pola kehidupan, ide perjuangan, dan tipologi kepemimpinan yang berbeda antara

satu dengan generasi yang lainnya.4Pola hubungan mata-rantai yang membingkai sejarah itu

sebagian bersifat linier bagaikan jalan tol yang lurus dengan jembatan yang kokoh-kuat.

Sebagian berpola bagaikan garis patah-patah bagaikan jurang dan ngarai yang menghubungkan

bukit dengan bukit yang lain. Sebagian lainnya berpola spiral bagaikan bukit dengan lembah

yang landau atau sebaliknya. Secara niscaya, sejarah akan terus-menerus berubah dan

berkembang. Sebagian berlangsung secara evolutifbagaikan langkah perjalanan penuh kepastian

dan lainnya melalui proses revolusi yang penuh kekerasan.5

Bertolak dari sinilah kami berusaha menemukan varian-varian baru atau konfigurasi

keberagamaan dari mantan anggota HTI setelah organisasi ini dilarang oleh pemerintah. Untuk

pola gerakan atau metode dakwah mantan anggota HTI tentu mengalami transformasi, sisi ini

juga akan kami teliti.

KAJIAN IDEOLOGI GERAKAN ISLAM FUNDAMENTALIS

Pengertian dan karakteristik fundamentalisme

Dilihat dari akar munculnya istilah fundamentalisme, al-Asymawi dalam buku al-Islam

al-Siyasi,6 mengatakan bahwa istilah fundamentalisme awalnya berarti umat Kristen yang

berusaha kembali ke asas ajaran Kristen yang pertama. Term ini kemudian berkembang, lalu

disebarkan pada setiap aliran yang keras dan rigid dalam menganut dan menjalankan ajaran

formal agama, serta ekstrem dan radikal dalam berfikir dan bertindak.

Fenomena fundamentalisme agama menjadi ancaman sangat serius bagi masyarakat

modern.Dan fundamentalisme agama muncul dengan corak yang diperkuat melalui simbol-

simbol agama yang bagi kalangan fundamentalis, tidak hanya menjadi identitas, tetapi lebih dari

itu, simbol resistensi dan perlawanan.7

Istilah fundamentalisme digunakan untuk mengeneralisir varian gerakan Islam yang

mengenalkan jargon “kembali kepada Islam” / “kebangkitan Islam”.Islam di Indonesia pun tidak

luput dari fenomena munculnya berbagai bentuk pengamalan ajaran agama Islam secara totalitas,

atau yang biasa disebut Islam Kaffah. Salah satu watak dari beragama kaum fundamentalis,

4 Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah (Yogyakarta: Sipress,1996) 38

5 Ibid

6 M. Said al-Asymawi, Al-Islam al-Siyasi (Kairo: Sina li Nasyr,1987) 119

7 Ibid., 129

Page 4: KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Diskusi_Periodik_2019_Mahillah.pdfbertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran

sebagaimana yang dikutip oleh Azyumardi Azra, adalah cara beragama yang memegang teguuh

ajaran agama dalam bentuknya yang kaku (rigid) dan cara penafsirkan ajaran agama secara

harfiah (tekstual).8

Sebenarnya, watak Islam fundamentalis telah ada sejak pra-modern, dimana kelompok

Khawarij yang merupakan cikal-bakal dari munculnya kelompok Islam fundamentalis, dan

senantiasa akan menjadi blue print bagi gerakan Islam fundamentalis sepanjang sejarah. Prinsip

beragama “la hukma illa Allah” (tidak ada hukum kecuali hukum Allah) yang menjadi slogan

kaum Khawarij tidak pernah luntur dan diwarisi oleh generasi Muslim fundamentalis saat ini.

Gerakan Wahhabi, yang dinahkodai oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1792 M)

menjadi penyebab munculnya gerakan fundamentalisme Islam periode modern. Gerakan ini

melakukan pemurnian ajaran agama (purifikasi) Islam.Purifikasi yang dilakukan oleh gerakan ini

disebabkan karena banyaknya praktik-praktik bid’ah, khurafat, takhayul dan yang lainnya.

Ajaran Wahhabi juga yang menjadi spirit Gerakan Paderi di Minangkabau.

Dalam perkembangan berikutnya, gerakan Islam fundamentalis menemukan

momentumnya ketika Hasan al-Banna mendirikan Ikhwanul Muslimin (IM) tahun 1982 di

Mesir.IM bahkan menjadi representasi gerakan Islam fundamentalis di banyak Negara

Islam.Ideology IM dirumuskan oleh Hasan al-Banna menjadi ideologi yang mampu menjadikan

Islam sebagai ideologi yang sempurna dalam kehidupan politik dan kemasyarakatan.Maka dari

itu, IM menjelma menjadi organisasi politik Islam yang yang patut diperhitungkan di Mesir, dan

tersebar di berbagai Negara.

Diantara pengikut IM, adalah Taqiyuddin an-Nabhani9 yang merintis gerakan IM di

Syam.An-Nabhani sendiri adalah pendiri sekaligus pemimpin pertama Hizbut Tahrir

(HT).Melalui HT inilah an-Nabhani menuangkan pemikiran politiknya.

Tren gerakan fundamentalisme Islam saat ini lebih berpatokan pada pencarian legalitas

syari’ah, dari pada analisis realitas.Dalam melihat permasalahan lebih mengutamakan metode

deduktif, yaitu mendasarkan pada penafsiran teks-teks agama, bukan metode induktif yang

8 Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam: dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-Modernisme

(Jakarta:Paramadina, 1996) 107-108 9Keanggotaan an-Nabhani di IM ditolak oleh Abdul Aziz al-Khayat salah seorang anggota terkemuka IM.

Page 5: KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Diskusi_Periodik_2019_Mahillah.pdfbertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran

membutuhkan pengumpulan dan pengklasifikasian data riil.10

HTI terbukti memenuhi kriteria

sebagai gerakan Islam fundamentalis.

Hizbut Tahrir: manifestasi gerakan Islam fundamentalis

HTI dengan konsep khilafahnya adalah salah satu bentuk pemahaman keagamaan yang

bersifat “legalisme-formalisme”.Istilah “legalisme-formalisme” secara etimologis berarti paham

yang menganut adanya kesesuaian dengan peraturan, undang-undang atau hukum

(syari’at).Paham ini lebih mementingkan bentuk daripada isi; mengharuskan konsep tentang

Negara dengan simbolisme keagamaan.Dalam konteks politik, pengikut HTI menginginkan

untuk menerapkan syari’ah secara langsung sebagai konstitusi Negara.Sebagian besar dari

mereka, sangat idealis dan sangat ingin mengabdi kepada agama dan masyarakat. Mereka adalah

orang-orang yang sadar akan kemiskinan dan korupsi, ketidakadilan dan maksiat di masyarakat

sekitarnya.

Ideologi khilafah bagi pengikut Hizbut Tahrir diyakini sangat relevan sebagai solusi

masalah-masalah sosial saat ini. Mereka tahu, seperti sering diulang-ulang tokoh-tokoh Islam,

bahwa Islam tidak membenarkan sekularisme; bahwa masalah agama dan politik tidak bisa

dipisahkan.Tetapi mereka kecewa melihat bahwa kebanyakan tokoh-tokoh tadi senantiasa siap

berkompromi dalam menghadapi masalah politik dan social11

.Para ulama tidak memberi

penjelasan yang memuaskan tentang sebab-sebab yang semua penyakit sosial tadi, apalagi

memberikan jalan keluar yang kongkrit dan jelas.Hal-hal yang diceramahkan dan dikhotbahkan

oleh kebanyakan ulama terlalu jauh dari realitas yang dihadapi generasi muda (aktivis HT adalah

kebanyakan kaum muda).

Umumnya para aktivis HT menganggap bahwa seharusnya Islam mempunyai jawaban

yang sederhana, jelas, dan kongkret atas semua permasalahan (inilah intens khas gerakan radikal

Islam). Orang yang mengatakan bahwa permasalahannya tidak sesederhana itu, bahwa dalam

sikap Islam juga ada segala macam pertimbangan dan bahwa jawaban yang keras dan tegas

belum tentu yang paling benar, dianggap tidak konsisten atau malah pengkhianat terhadap agama

10

Zuly Qodir, Syari’ah Demokratik : Pemberlakuan Syari’ah Islam di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) 43 11

Syamsul Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis (Malang: UMM Press, 2010) 247

Page 6: KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Diskusi_Periodik_2019_Mahillah.pdfbertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran

yang murni. Tidak mengherankankalau kritik dan serangan dari gerakan radikal terhadap ulama

“ortodoks” kadang-kadang lebih keras dari pada terhadap para koruptor dan penindas.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad Abid al-Jabiri, menurutnya musuh

bebuyutan Islam radikal/ ekstrem adalah kelompok yang paling dekat dengannya, yakni Islam

moderat.Al-jabiri menunjukkan juga menunjukkan perbedaan antara gerakan Islam ekstrem

dimasa kontemperer ini dengan yang ada dimasa lalu.Jika gerakan-gerakan ekstremis masa lalu

mempraktikkan ekstremisme pada tatanan aqidah, maka gerakan-gerakan ekstremis masa

kontemporer menjalankannya pada tataran syari’ah dengan melawan mazhab-mazhab

moderat.12

Muhammad Sa’id al-Asymawy juga menggunakan istilah ekstremisme untuk

menggambarkan gerakan suatu kelompok untuk merebut kekuasaan dengan menunggangi isu-isu

agama.Disebutkan oleh Al-Asymawi, bahwa faktor yang paling menonjol dari kemunculan

ekstremisme Islam adalah krisis kepercayaan kepada lembaga-lembaga Negara, lembaga agama

dan juga lembaga politik.Wacana ekstremisme Islam memudahkan mereka untuk menyusupkan

isu-isunya sebagai alat untuk merebut kekuasaan dan membangkan pada hukum.Sebenarnya

faktor utama dalam gerakan ini adalah kekuasaan.13

Fokus perjuangan HTadalah membebaskan kaum muslimin dari keterbelakangan,

penindasan dan ketidakadilan.HT adalah partai politik yang konsisten memperjuangkan syariat

Islam di bawah naungan Khilafah Islamiyah.Dalam pengamatan an-Nabhani, gerakan

kebangkitan Islam yang ada sebelumnya belum bisa membebaskan kaum muslimin dari

kemunduran maupun penderitaan14

.

Setidaknya ada tiga penyebab kemunduran kaum muslimin, pertama, umat Islam dalam

mempelajari Islam menggunakan metode yang bertentangan dengan metode yang digariskan

Islam.Kedua, Barat sudah menguasai kaum muslimin di tiap lini hidupnya.Ketiga, runtuhnya

daulah Islamiyah, berakhirnya kekhalifahan Turki Utsmani sehingga berakhir pula sistem politik

Islam15

. Ketiga persolan ini akan terjawab jika kehidupan islami dilanjutkan kembali. Maka

didirikanlah HT, suatu partai politik yang berideologi Islam.

Adapun Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah secara resmi merupakan cabang dari

Hizbut Tahrir cabang internasional yang berpusat di Yordania. HT masuk ke Indonesia tidak lain

12

Ekstremisme Islam pada periode awal sejarah Islam terdapat pada sekte Khawarij. Lihat Muhammad Abid Al-jabiri, Agama, Negara, dan Penerapan Syari’ah (Yogyakarta: Pustaka, 2001) 139-149 13

Muhammad Sa’id Al-Asymawi, Nalar Kritis Syari’ah (Yogyakarta:Elkis,2004) 14

Ainur Rofiq Al-Amin, Khilafah HTI dalam Timbangan (Jakarta: Pustaka Harakatuna, 2017) 46 15

Taqiyuddin an-Nabhani,al-Takattul al-Hizbi, (tt, Hizbut Tahrir, 2001) 6

Page 7: KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Diskusi_Periodik_2019_Mahillah.pdfbertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran

ditransmisikan oleh aktivis Hizbut Tahrir Libanon, Abdurrahman al-Baghdadi dan Muhammad

Musthofa, seorang alumnus perguruan tinggi di Yordania16

. Merekalah yang memperkenalkan

pemikiran Hizbut Tahrir dan ikut serta menyebarkan di kalangan dakwah kampus.Dari sini, para

mahasiswa yang aktif di kajian Hizbut Tahrir mendirikan Gerakan Mahasiswa Pembebasan

(GEMA Pembebasan).

Mayoritas aktivis HTI banyak didominasi oleh “santri baru” yaitu kalangan yang baru

mempelajari Islam lewat halaqah-halaqah.Jarang ditemui aktivis HTI yang berasal dari kalangan

pesantren. Kalangan santri sudah dibudayakan dalam tradisi sunni yang akomodatif. Sedangkan

“santri baru” ini sering cenderung mencari ajaran yang “murni”, sederhana dan tegas, tanpa

memperhatikan situasi dan kondisi.

Perkembangan HT di Indonesia cukup pesat, terutama di kampus-kampus umum.Gerakan

ini menemukan momentum perkembangannya ketika rezim Orde Baru tumbang, karena ide

khilafah disampaikan secara agresif dan terang-terangan, tidak seperti sewaktu zaman Orba.Para

anggota ataupun simpatisan HTI dikenal sangat militan dalam penerapkan ajaran Islam. Para

muslimah HTI mudah dikenali dari model busana muslim yang dikenakan, maka amat mudah

memperkirakan jumlah mereka di suatu kampus. Para aktivis HTI sangat agresif dalam dakwah

mereka dalam mengajak “berjuang” menegakkan Khilafah Islamiyah.HT juga terbukti cukup

mudah memobolisasi anggotanya, sehingga dalam setiap kegiatan tidak pernah sepi.Mereka rajin

mengadakan diskusi maupun seminar tentang khilafah. Bulletin Al-islam secara rutin disebar

setiap pecan. Tabloid Media Ummat dan majalah al-Wa’ie menjadi sarana dakwah HTI.Dalam

setiap tulisan maupun caramahnya, aktivis HTI selalu “memprovokasi” masyarakat untuk ikut

berjuang menerapkan syari’at Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah.

Model dakwah serta materi dakwah aktivis HTI pada umumnya mempunyai pandangan

yang keras mengenai Khilafah Islamiyah.Aktivitas dakwah inilah yang bagi sebagian besar kaum

muslimin di Indonesia dianggap menggelisahkan.Pernyataan-pernyataan HT tentang persoalan-

persoalan keagamaan biasanya searah dan kaku. Akibatnya, keberadaan HTI di Indonesia tidak

terlalu relevan dengan kaum muslimin di Indonesia, bahkan dianggap “musuh”, karena

menggangu kedaulatan Negara. Kalimat terakhir inilah yang menjadi sebab lahirnya UU Ormas

16

M. Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal:Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2005) 72

Page 8: KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Diskusi_Periodik_2019_Mahillah.pdfbertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran

yang menjadi dasar hukum dibubarkannya HTI, meskipun tidak semua fraksi di DPR RI

menyetujuinya.

Dibubarkannya HTI sebenarnya sudah diprediksi, sebagaimana yang pernah ditulis oleh

Azra, menurutnya gerakan Islam fundamentalis dan ekstremis tidak cocok hidup dan

berkembang di Indonesia17

.Setidaknya ada empat alasan kenapa HTI tidak bisa diterima

mayoritas masyarakat Indonesia.Pertama, sejak awal masuk dan berkembangnya Islam di

Indonesia tidak pernah mengalami ekstremisme sebagaimana yang sering terjadi di Timur

Tengah.Kedua, kaum muslimin di Indonesia terkenal sangat akomodatif terhadap budaya bangsa

Indonesia. Maka furifikasi ataupun islam politik tidak laku di Indonesia. Ketiga, pancasila masih

relevan sebagai dasar Negara dan ideologi bangsa.Keempat, pemerintah Indonesia sangat toleran

dan tidak represif terhadap kelompok keagamaan radikal.

Dilihat dari isi UU Ormas tersebut maka bisa dipastikan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

menjadi target pemerintah Indonesia untuk dibubarkan. Sebagaimana sudah kita ketahui bersama

bahwa HTI dikenal sebagai Ormas Islam yang getol mendakwahkan ideologi

Khilafah.Sedangankan bagi mayoritas bangsa Indonesia, Pancasila dan NKRI adalah harga

mati.Keberadaan HTI membuat kegentingan yang memaksa sehingga pemerintah perlu

melakukan tindakan. Dalil inilah yang yang membuat Presiden RI menandatangani Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu Ormas) no. 2 tahun 2017 pada tanggal 10 Juli

2017. Perppu tersebut pengganti UU nomor 17 tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan

(Ormas).

HTI menjadi bidikan perdana Perppu yang dibacakan oleh Menteri Koordinator Politik

dan Hukum dan Keamanan Wiranto pada tanggal 12 Juli 2017.Ormas yang merupakan cabang

HT Internasional itu langsung mendapat “kartu merah” setelah Kemenkumham secara resmi

mencabut status badan hukumnya seminggu kemudian.Pembubaran HTI oleh

Kemenkumhamdikarenakan kementerian ini mempunyai info valid serta dokumentasi yang

menunjukkan HTI merupakan organisasi anti Pancasila dan anti-demokrasi.18

Organisasi yang menggusung ideologi Khilafah itu dibubarkan karena dianggap

menghambat proses pembangunan nasional. HTI juga terindikasi kuat bertentangan dengan

tujuan, asas, dan ciri-ciri yang berdasarkan Pancasila dan UUD ’45 sebagaimana diatur dalam

17

Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam (Jakarta: Paramadina, 1999) 95-96 18

Sebagaimana yang ditulis Detik pada Rabu 26 Juli 2017

Page 9: KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Diskusi_Periodik_2019_Mahillah.pdfbertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran

UU Nomor 17 tahun 2013 tentang Ormas. Aktivitas yang dilakukan HTI dinilai telah

menimbulkan benturan di masyarakat yang dapat mengancam keamanan dan ketertiban

masyarakat serta membahayakan keutuhan NKRI.Rangkaian peristiwa yang terjadi di Jawa

Timur dimana bentrok terjadi saat ada acara HTI juga persekusi terhadap pendakwah ustadz

Felix Siauw (aktivis HTI) mengindikasikan bahwa gerakan HTI dianggap membahayakan karena

bisa memicu konflik horizontal dengan Ormas lain yang pro Pancasila.Menyusul kemudian

Kemenkumham secara resmi mencabut status badan hukum HTI pada Rabu 19 Juli 2017.19

Bukan hanya dibubarkan secara administrasi, situs resmi HTI pun diblokir oleh

Kementerian Komunikasi dan Informatika. Begitu juga buletin Al-Islam yang secara rutin

beredar sepekan sekali sudah tidak bisa kita temui lagi, menyusul kemudian majalah al-Wa’ie

serta tabloid Media Umat juga distop penerbitannya. Bahkan Asman Abnur (Menteri PAN-RB)

sedang mencari dasar hukum untuk memberi sanksi kepada PNS yang menjadi anggota HTI.

Tentu tidaklah berlebihan jika HTI dibubarkan, sebab perjuangan menegakkah khilafah,

dimana khilafah ini adalah sebuah system pemerintahan politik yang mesti berpihak pada hukum

Islam, tetapi ia juga melampaui batas-batas Negara, bangsa, dan bahasa. Alasan inilah yang

dianggap bisa menggerus legitimasi pemerintahan. Saat badan hukum dicabut secara resmi oleh

pemerintahan, ternyata HTI sama sekali tidak melakukan perlawanan dengan kekerasan. Karena

memang pembubaran HTI resikonya kecil, hal ini disebabkan karena HTI tidak memiliki

kekuatan politik di parlemen, gerakan lebih pada pemikiran, serta tidak pernah menggunakan

kekerasan.

Konfigurasi keberagamaan eks anggota HTI

Konfigurasi adalah bentuk, wujud (untuk menggambarkan orang atau

benda.Konfigurasi keberagamaan adalah munculnya karakteristik tertentu dalam ideologi serta

ajaran, yaitu ideologi khilafah dan turunannya.Disahkannya UU Ormas di Indonesia menjadi

salah satu faktor yang yang bisa merubah tatanan keberagamaan dan sosial masyarakat,

khususnya anggota HTI.Aktivis HTI yang sebelumnya dikenal agresif dalam mengkampanyekan

ideologi Islam (khilafah) dengan sangat terpaksa harus menanggalkan segala atribut keanggotaan

HTI dan tidak melakukan aktivitas out door yang berkaitan dengan ideologi khilafah.UU Ormas

19

Setidaknya ada dua alasan kenapa HTI dibubarkan secara tiba-tiba (sebagaimana diungkap oleh staf Kemenkumham) tanpa melalui proses hukum atau peringatan. pertama, pemerintah merasa telah cukup bukti bahwa HTI menyebarkan ideologi anti Pancasila. Kedua, ada celah hukum dalam UU nomor 17 tahun 2013 tentang Ormas lantaran peringatan diberikan tidak dihitung secara komulatif, yang dianggap bisa disalahgunakan oleh HTI.

Page 10: KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Diskusi_Periodik_2019_Mahillah.pdfbertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran

telah membelenggu kebebasan dakwah mereka.Namun kami yakin ideologi khilafah yang sudah

terdoktrin dalam keberagamaan mantan anggota HTI tidak mudah dilunturkan begitu saja.

Bisa dinyatakan bahwa ada yang substansial tidak berubah dari mantan anggota HTI dan

ada yang secara material harus dirubah. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa

penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konfigurasi (bentuk) pemahaman keagamaan dan

transformasi (perubahan) aktivitas keberagamaan mantan anggota HTI setelah disahkannya UU

Ormas.

“Walaupun HTI sudah dibubarkan oleh pemerintah, akan tetapi gagasan khilafah yang

diusung HT akan terus tersebar”, begitulah kira-kira yang ada di benak para eks HTI.20

Status

badan hukum HTI yang sudah dicabut oleh pemerintah, tidak akan merubah apalagi

menghentikan gagasan dan dakwah HTI. Hal senada juga disampaikan oleh mantan juru bicara

(jubir) HTI Ismail Yusanto21

dan juga mantan aktivis senior HTI Rakhmat S. Labib diberbagai

ceramah mereka di Youtube.

Dibubarkannya HTI, tentu saja berimbas pada organisasi sayap HTI, yaitu Gema

Pembebasan. Gerakan kelompok mahasiswa ini mempunyai garis perjuangan yang sama dengan

HTI.22

Sebagaimana mantan aktivis HTI, ketua Gema Pembebasan Jawa Barat Indra Lesmana,

juga menyatakan bahwa seandainya Gema Pembebasan dibubarkan juga, apa yang diyakini oleh

Gema Pembebasan akan senantiasa diperjuangkan. Bagi dia, perjuangan menegakkan khilafah

itu tidak harus terkotak-kotakkan pada sebuah nama.

Sejatinya antara HTI dengan Gema Pembebasan adalah satu komando. Hal ini bisa kita

lacak dari statemen-statemen yang dikeluarkan oleh kedua organisasi ini sama. Gema

Pembebasan sendiri keberadaannya merata di seluruh kampus negeri, dan beberapa kampus

swasta terkenal23

.Saat ini kader Gema Pembebasan mencapai 60 ribu, yang tersebar di seluruh

kampus di Indonesia. Pembubaran HTI, dinilai oleh ketua umum Gema Pembebasan, Ricky

Fatammazaman sebagai bentuk kediktatoran pemerintah Joko Widodo. Menurutnya HTI

dibubarkan pemerintah disaat organisasi ini lagi berkembang cukup pesat.Lebih lanjut dia

mengatakan pemerintah Indonesia dinilai paranoid akibat gempuran dari dakwah HTI tentang

20

Sebagaimana pernyataan Muhammad Kholil Ridwan, dosen Teknik Fisika UGM kepada BBC News Indonesia pada tanggal 21 Juli 2017 21

Dikalangan eks HTI, Ismail Yusanto tetap dianggap sebagai jubir HTI.Wawancara dengan mantan aktivis HTI. 22

Awalnya para aktivis HTI menolak jika Gema Pembebasan dikaitkan dengan HTI.Penulis melakukan wawancara dengan aktivis HTI dan juga Gema Pembebasan di Surabaya pada tahun 2007. 23

Sebagaimana yang disampaikan oleh Ricky Fatammazaman kepada CNN Indonesia.com pada 17 Agustus 2017

Page 11: KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Diskusi_Periodik_2019_Mahillah.pdfbertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran

khilafah yang terus meluas.24

Bagaimanapun pemerintah tidak bisa menghakimi pemikiran HTI.

Jika pemerintah melakukan sweeping terhadap literatur yang berkaitan dengan HT, itu sama

artinya pemerintah menvonis orang yang berfikir dan mengkaji ajaran khilafah sebagai perilaku

kriminal.

Buku-buku tentang HT masih beredar di pasaran, juga tersedia buku dalam bentuk digital

yang bisa diakses oleh siapapun25

.Hal ini tentu saja memberikan peluang bagi munculnya

permasalahan, yaitu menculnya generasi baru para pejuang khilafah. Jika ideologi HT dipelajari,

secara otomatis akan dihadapkan dengan ideologi Pancasila. Karena salah satu watak dari cara

berfikir fundamentalis adalah mereka lebih berpatokan pada pencarian legalitas syari’ah,

daripada analisis realitas. Selain itu, mereka kerap protes dan memisahkan dari mayoritas.

Sikapnya eksklusif, berpendirian tegas tetapi juga kaku, klaim akan monopali kebenaran, dan

fanatisme.

Jawaban-jawaban yang diberikan mantan aktivis HTI sangat diplomatis jika berkaitan

dengan ide perjuangan khilafah setelah ormas mereka dibubarkan.Jawaban mereka selalu

berputar pada masalah, dakwah amar ma’ruf nahi munkar, hidup sesuai tuntunan syari’at Islam,

menuju Islam kaffah dan sebagainya.Secara keseluruhan jawaban-jawaban tersebut semua

bermuara pada satu tujuan, yaitu tegaknya khilafah Islamiyah.

Dari uraian di atas dapat dianalisis bahwa, ide perjuangan mereka tetap sama, tegaknya

khilafah Islamiyah. UU Ormas sama sekali tidak merubah pemahaman keberagamaan mereka.

Apa yang dilakukan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, sama seperti yang pernah

dilakukan oleh rezim ORBA dalam mengatur dan mengatasi konflik ideologi kebangsaan dan

kenegaraan. Caranya yaitu, sama-sama menempatkan kehidupan politik dalam kerangka

pembangunan (Emmerson, dalam Jackson dan Lucian W. Pye, 1978).

Pemerintah telah melakukan deideologisasi, yaitu sebuah system pengendalian konflik

yang disebabkan oleh pertentangan atau perlawanan ideologis. Selanjutnya setiap potensi konflik

yang bersumber pada sentimen ideologis akan diredam dengan berbagai upaya, sehingga ada

satu sistem ideology kebangsaan, artinya pancasila sebagai asas tunggal26

.

24

Ibid., 25

Wawancara dengan Owwin, mantan aktivis HTI Jakarta pada tanggal 17 Februari 2018 26

Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah (Yogyakarta: Sipress, 1996) 39

Page 12: KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Diskusi_Periodik_2019_Mahillah.pdfbertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran

Transformasi keberagamaan eks anggota HTI

Ketika HT mulai masuk ke Indonesia, situasi Negara sama dengan kondisi saat ini.

Rezim Orba yang sangat represif dengan segala aktivitas gerakan yang sifatnya melawan

ideology pancasila akan dibabat habis. Tahun 1982 HTI sebenarnya sudah ada, tentu saja pola

gerakan mereka sangat rahasia.Bisa jadi, model dakwah yang mereka pakai saat ini meniru pola-

pola yang dipakai ketika zaman Orba.

Saat ini, perwakilan HTI di seluruh wilayah di Indonesia sudah tidak ada, begitu yang

disampaikan Owwin, mantan aktivis HTI Jakarta.Meskipun dia, masih menyebut Ismail Yusanto

sebagai jubir eks HTI.Dan memang setiap ada permasalahan yang menyangkut HTI dia yang

memberi penjelasan atau klarifikasi.Misalnya saja saat terjadi pembakaran bendera tauhid oleh

oknum Banser.

Metode dakwah eks HTI mengalami perubahan antara sebelum dan sesudah terbitnya UU

Ormas. Pola penyampaian dakwah yang agresif dan cenderung “menteror” pemahaman

keagamaan kelompok di luar kelompoknya sekarang sudah tidak tampak lagi. Ide-ide khilafah

hanya disampaikan di acara in door dan peserta hanya terbatas.Gaya dakwah disampaikan

dengan rahasia. HTI namanya memang sudah dihapus dari daftar nama-nama ormas di

Indonesia, akan tetapi ide khilafah tak pernah padam dari hati para eks HTI. Dalam setiap

kesempatan, eks HTI tidak pernah lagi menyebut kata-kata khilafah atau khilafah

islamiyah.Karena untuk saat ini kata-kata tersebut dianggap momok bagi sebagian orang karena

dianggap bisa menganggu keutuhan bangsa.

Bulletin Al-Islam yang sudah tidak terbit lagi kini hadir dengan nama yang baru. Bulletin

Kaffah, secara substansi sama dengan bulletin Al-Islam, hanya beda penampilan juga nama.

Kiranya perlu kita sadari, bahwa sebenarnya setiap proses sejarah sering terjadi

penyimpangan terhadap arus perjalanan sejarah. Lahirnya HTI di awal Reformasi yang bersifat

eksklusif dan juga kritis terhadap pemerintahan tampaknya juga menjadi hukum sejarah. Dan

juga menjadi tanda bahwa akan terus muncul ketegangan baru antara pemerintah dan komunitas

Muslim “sektarian” mungkin dengan nama yang berbeda tapi tetap dengan isu yang sama.

Ketika terjadi kasus pembakaran “bendera tauhid”, seolah eks HTI mendapatkan

“berkah” dari peristiwa tersebut.Ismail Yusanto dalam berbagai kesempatan berujar, bahwa

inilah saatnya mengenalkan bendera tauhid kepada masyarakat awam.Karena bendera tauhid

adalah lambang persatuan umat Islam di bawah satu panji Rasulullah, dan dia menegaskan

Page 13: KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Diskusi_Periodik_2019_Mahillah.pdfbertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran

bahwa itu bukan bendera HTI, HTI tidak punya bendera.Peristiwa ini menyebabkan gelombang

demonstrasi besar-besaran.

Di Indonesia ada kecenderungan untuk melihat gerakan sempalan (Islam fundamentalis)

sebagai ancaman terhadap stabilitas dan keamanan, dan berusaha dihabisi keberadaannya, maka

akhirnya sulit untuk membedakan antara gerakan sempalan dan gerakan terlarang atau oposisi

politik.27

Perbedaan sikap pemerintah dengan eks HTI seolah tidak bisa bertemu.Perlu dirumuskan

formula yang tepat agar ada titik temu antara penggusung ide khilafah dengan pemerintah

Republik Indonesia.Hal ini dimaksudkan agar tidak ada lagi ketegangan antara ide perjuangan

Islam dan sistem politik nasional. Perjuangan menegakkah khilafah yang dianggap mulia oleh

HT secara diametral ditolak oleh bangsa Indonesia dan dianggap sebagai penghambat proses

integrasi nasional.

PENUTUP

Secara kuantitatif, keberadaan Islam di Indonesia sering menjadi kekuatan menentukan

terhadap kelompok lainnya. Hal ini setidaknya terlihat dari distribusi kekuatan Islam, baik

secara kultural maupun structural di berbagai lini kehidupan bangsa Indonesia. Dengan kata lain,

kekuatan kuantitatif ini pada gilirannya memberikan banyak wajah Islam di Indonesia. Wajah

Islam tampil dengan berbagai coraknya seperti bersifat humanis, literal, liberal, dan juga

fundamentalis. Kekuatan-kekuatan Islam tersebut harusnya dipahami sebagai gejala

keberagamaan umat Islam yang merupakan khazanah yang harus dipertahankan, sejauh tidak

membuat situasi chaos.

Perlu disadari bahwa dalam setiap proses sejarah sering terjadi penyimpangan terhadap

arus utama perjalanan historis. Ini adalah hukum sejarah, sehingga sejarah merupakan kisah

dinamis yang terus menerus berusaha menemukan jati dirinya. Setiap rezim pasti akan

menemukan ketegangan, antara kepemimpinan populis dan elitis.

27

Asep Gunawan (ed), Artikulasi Islam Kultural: Dari Tahapan Moral ke Periode Sejarah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004)

Page 14: KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN …lpm.iain-jember.ac.id/download/file/Diskusi_Periodik_2019_Mahillah.pdfbertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran

DAFTAR PUSTAKA

Thompson, John B.Kritik Ideologi Global .ter. Haqqul Yaqin. Yogyakarta: Ircisod, 2006.

Rahmad,M. Imdadun, Arus Baru Islam Radikal:Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke

Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2005.

Qodir, Zuly,SyariahDemokratik : Pemberlakuan Syariah Islam di IndonesiaYogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004.

Mulkhan, Abdul Munir, Ideologisasi Gerakan Dakwah, Yogyakarta: Sipress,1996

Al-Asymawi, M. Said.Al-Islam al-Siyasi, Kairo: Sina li Nasyr,1987.

Azra, Azyumardi, Pergolakan Politik Islam: dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-

Modernisme, Jakarta:Paramadina, 1996.

Al-Jabiri, Muhammad Abid.Agama, Negara, dan Penerapan Syari’ahYogyakarta: Pustaka,

2001.

Al-Asymawi, Muhammad Sa’id.Nalar Kritis Syari’ah, Yogyakarta: Elkis,2004.

An-Nabhani,Taqiyuddin al-Takattul al-Hizbi, tt, Hizbut Tahrir, 2001.

Azra, Azyumardi.Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam, Jakarta: Paramadina,

1999.

Gunawan, Asep,Artikulasi Islam Kultural: Dari Tahapan Moral ke Periode Sejarah, Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2004.

Arifin, Syamsul.Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis Malang: UMM

Press, 2010.

Al-Amin,AinurRofiq.Khilafah HTI dalam Timbangan.Jakarta: Pustaka Harakatuna, 2017.