perbedaan orientasi keberagamaan pada siswa …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. naskah...

15
PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL DAN SISWA SEKOLAH ISLAM SWASTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Oleh : ANISYAH YASMIN ACHMAD F 100 120 126 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. NASKAH PUBLIKASI.pdf · PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL

PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI

PONDOK PESANTREN TRADISIONAL DAN SISWA SEKOLAH ISLAM

SWASTA

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Psikologi

Fakultas Psikologi

Oleh :

ANISYAH YASMIN ACHMAD

F 100 120 126

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. NASKAH PUBLIKASI.pdf · PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI

PONDOK PESANTREN TRADISIONAL DAN SISWA SEKOLAH ISLAM

SWASTA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

ANISYAH YASMIN ACHMAD

F 100 120 126

Telah diperiksa dan disetujui untuk dikaji oleh :

Dosen Pembimbing

Drs. Soleh Amini Yahman, M.Si, Psi

Page 3: PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. NASKAH PUBLIKASI.pdf · PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI

PONDOK PESANTREN TRADISIONAL DAN SISWA SEKOLAH ISLAM

SWASTA

OLEH :

ANISYAH YASMIN ACHMAD

F 100 120 126

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Sabtu, 17 September 2016

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. Drs. Soleh Amini Yahman, M.Si, Psi

(Ketua Dewan Penguji)

2. Drs. Mohammad Amir, M.Si, Psi

(Anggota 1 Dewan Penguji)

3. Dra. Zahrotul Uyun, M.Si, Psi

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Taufik, M.Si, Ph.D

Page 4: PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. NASKAH PUBLIKASI.pdf · PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL

iii

Page 5: PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. NASKAH PUBLIKASI.pdf · PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL

1

PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI

PONDOK PESANTREN TRADISIONAL DAN SISWA SEKOLAH ISLAM

SWASTA

Anisyah Yasmin Achmad

Drs. Soleh Amini Yahman, M.Si, Psi

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan orientasi

keberagamaan yang dimiliki oleh santri pondok pesantren tradisional dan siswa

sekolah islam swasta. Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu SMA

Muhammadiyah 2 Surakarta dan Pondok Pesantren Tradisional Al-Mu’min

Sragen. Subjek penelitian pada penelitian ini berjumlah 100 orang dengan 50

siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta dan 50 santri pondok pesantren Al-

Mu’min Sragen. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan

menggunakan skala orientasi keberagamaan. Teknik analisis data penelitian ini

menggunakan independent sampel T-tes. Berdasarkan hasil pengujian independent

sampel t-test diperoleh nilai uji-t sebesar t = -0,399 dengan nilai koefisien sig

0,691= (p>0,005) yang berarti tidak ada perbedaan orientasi keberagamaan santri

pondok pesantren tradisional dan siswa sekolah islam swasta. Subjek dalam

penelitian ini memiliki orientasi keagamaan yang tinggi.

Kata Kunci : orientasi keberagamaan, keberagamaan ekstrinsik-intrinsik

institusi pendidikan

Page 6: PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. NASKAH PUBLIKASI.pdf · PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL

2

ABSTRACT

This study aims to understand and describe the religious orientation of

which is owned by a traditional boarding school students and students of private

Islamic schools. This research was conducted in two places, namely SMA

Muhammadiyah 2 Surakarta and Traditional Pondok Pesantren Al-Mu'min

Sragen. Research subjects in this study of 100 people with 50 high school students

Muhammadiyah 2 Surakarta and 50 boarding school students of Al-Mu'min

Sragen. Sampling was conducted by random sampling technique. The method

used in this penlitian is a quantitative method by using religious orientation scale.

This research data analysis techniques using independent sample t-tests. Based on

the results of independent testing of samples t-test t-test values obtained at t = -

0.399 with coefficient sig = 0.217 (p> 0.005) which means there is no difference

in the orientation of traditional religious boarding school students and students of

private Islamic schools. Subjects in this study had a religious orientation is high.

Keywords : Religious orientation, religious extrinsic-intrinsic, educational

institutions

1. PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan manusia yang

banyak mengalami perubahan seperti fisik, intelektual, moral, sosial,

emosional dan religiusitas. Pada masa remaja ini, ada suatu keinginan

mencari identitas diri, rasa ingin tahu yang tinggi mengakibatkan remaja

mencoba sesuatu hal yang baru. Adanya konflik batin antara ajaran agama

dan norma masyarakat dengan keinginan remaja sehingga menyebabkan

kecemasan dalam dirinya. Kondisi psikologis remaja mempengaruhi

kehidupan beragamanya, seperti yang diungkapkan oleh Piaget yaitu remaja

memiliki emosi yang sangat labil. Seorang remaja akan menyelidikinya

secara teliti mengenai sesuatu yang diyakininya dalam beragama (Ismail,

2012).

Page 7: PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. NASKAH PUBLIKASI.pdf · PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL

3

Remaja tidak menerima begitu saja ajaran-ajaran agama yang diberikan

oleh orang tuanya. Bahkan pelajaran-pelajaran agama yang pernah mereka

dapatkan pada waktu masih anak-anak mulai dipertanyakan, sehingga tidak

jarang menimbulkan keraguan beragama. Konflik dan keragu-raguan

beragama yang terjadi pada masa remaja sering dianggap para ahli agama

sebagai sesuatu yang membahayakan bagi perkembangan kehidupan dan

orientasi beragama seseorang di masa yang akan datang. Tetapi menurut para

ahli psikologi agama, konflik dan keraguan dalam beragama merupakan suatu

hal yang wajar dari proses perkembangan kehidupan beragama seseorang,

dengan mempertanyakan, mengevaluasi dan membanding-bandingkan ajaran

yang satu dengan lainnya, maka remaja akan mendapatkan landasan

pemahaman rasional yang kuat dalam kehidupan beragama, tidak lagi sekedar

meniru apa yang diyakini dan dilakukan oleh orang tuanya (Subandi, 1995).

Setiap manusia memiliki keyakinan yang berbeda dalam menjalani

kehidupan keagamaannya. Untuk membedakan keyakinan yang dimiliki

setiap manusia, Psikolog menyebutnya dengan orientasi keagamaan (religious

orientation). Orientasi beragama mengarah pada pendekatan keimanan, yaitu

tentang apa makna iman dalam kehidupan seseorang. Konsep orientasi

keagamaan ini dikembangkan oleh G.W. Allport, Allen and Spilka (Ismail,

2012). Orientasi keberagamaan berhubungan dengan keputusan individu

untuk masuk dalam suatu kelompok keagamaan, yang berperan dalam

membentuk kepribadian seseorang, pengalaman beragama, dan sikap

seseorang dalam beragama (Wibisono, 2012).

Seorang siswa yang beragama Islam diharapkan memiliki sikap

religiusitas di sekolah dengan cara melaksanakan ibadah berdasarkan

keinginan individu itu sendiri, bukan karena mengikuti peraturan yang ada di

sekolah. Namun belum semua siswa yang beragama Islam melaksanakan

ibadah sesuai dengan keinginan individu itu sendiri ketika berada di sekolah,

hanya sebagian siswa saja yang melaksanakan ibadah disekolah, seperti

mengerjakan sholat sunnah serta sholat wajib di masjid sekolah (Azizah,

2009).

Page 8: PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. NASKAH PUBLIKASI.pdf · PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL

4

Pendidikan formal dibagi ke dalam beberapa tingkatan seperti pendidikan

dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dengan kurikulum yang

sudah ditetapkan oleh pemerintah. Akan tetapi sistem pendidikan di sekolah

formal, belum sepenuhnya mencapai tujuan pendidikan nasional. Hal tersebut

terjadi karena pendidikan formal lebih fokus pada pendidikan akademis,

sedangkan pendidikan keagamaan yang memiliki pengaruh terhadap budi

pekerti dan pembinaan karakter, hanya diberikan sebagai mata pelajaran

tambahan. Oleh karena itu, banyak terjadi kerusakan moral di masyarakat

akibat kurangnya pendidikan keagamaan yang ada di rumah maupun di

sekolah. Dari fenomena tersebut, tumbuhlah kesadaran orang tua untuk

menyekolahkan anaknya pada lembaga pendidikan keagamaan, salah satunya

pondok pesantren (Hidayat, 2012).

Menurut Nasir (dalam Hidayat, 2012) Pondok pesantren adalah gabungan

dari kata pondok dan pesantren. Istilah pondok berasal dari bahasa Arab yaitu

kata funduk yang berarti penginapan atau hotel. Akan tetapi di dalam

pesantren Indonesia, khususnya pulau Jawa, lebih mirip dengan pemondokan

dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetakkan

dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri. Sedangkan

istilah pesantren secara etimologis asalnya pe-santri-an yang berarti tempat

santri. Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan

pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu

agama Islam.

Dhofier (dalam Hidayat, 2012) membagi pesantren menjadi dua kategori

yaitu pondok pesantren tradisional (salafi) dan pondok pesantren modern

(khalafi). Pesantren tradisional (salafi) mengajarkan pengajaran kitab-kitab

islam klasik sebagai inti pendidikannya, tanpa mengajarkan pengetahuan

umum. Sistem pendidikannya dijalankan melalui dua cara yaitu yang pertama

sistem sorogan, yang berarti pengajaran dilakukan secara individual dari kyai

kepada santri, diberikan kepada santri yang telah menguasai pembacaan Al-

Qur’an sedangkan yang kedua yaitu sistem bandongan atau weton, yang

berarti sekelompok santri mendengarkan seorang kyai membaca,

Page 9: PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. NASKAH PUBLIKASI.pdf · PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL

5

menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam

dalam bahasa Arab. Setiap santri membuat catatan (baik arti maupun

keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. Selain itu,

menurut Bashori (dalam Hidayat, 2012) dalam kebanyakan pesantren

tradisional tidak memberikan ijazah sebagai tanda keberhasilan belajar,

melainkan ditandai oleh prestasi kerja yang diakui oleh masyarakat,

kemudian direstui oleh kyai. Pesantren tradisional, menurut Dhofier

digunakan untuk memelihara dan mengembangkan ideologi Islam tradisional.

Proses belajar di pesantren dan lembaga pendidikan seperti sekolah umum

tidaklah sama, baik dari segi kurikulum, model pembelajaran, peserta didik

dan waktu kegiatan belajar. Lembaga pendidikan yang berbentuk sekolah

seperti sekolah umum, kejuruan dan madrasah memiliki model dan sistem

pembelajaran yang sama. Sekolah umum islam yang didirikan oleh yayasan

milik umat islam, mengatakan sekolah tersebut berdasarkan islam tetapi

sistem pendidikannya sama seperti madrasah dan sekolah publik milik

pemerintah dan swasta, hampir tidak ada perbedaan dengan sekolah umum

biasa. Perbedaan hanya terletak pada hafalan Al- Qur’an dan jenis-jenis do’a

yang diajarkan kepada siswa (Musnandar, 2014 di unduh pada 25 Februari

2016).

Menurut Psikolog Fitri Ariyanti Abidin (dalam Evidia & Hapsari, diunduh

25Februari2016), setiap anak dapat dimasukkan ke dalam suatu pondok

pesantren, akan tetapi orangtua harus memiliki kesepakatan dengan anak

yang akan dimasukkan ke dalam pondok pesantren tersebut seperti seorang

anak yang memiliki inisiatif untuk masuk pondok pesantren maka orangtua

mendukung keputusan anak tersebut. Namun apabila anak tidak setuju

dengan keputusan orangtua yang ingin memasukkannya ke dalam pondok

pesantren, maka hasil yang didapatkan tidak optimal yaitu sang anak masuk

dalam keadaan terpaksa dan menjalaninya tidak berdasarkan keinginan. Bila

orangtua menginginkan anak masuk pesantren sekaligus mendapat ilmu

pengetahuan umum agar lolos ke perguruan tinggi, maka pilih pondok

pesantren yang juga madrasah. Di pondok pesantren tersebut, anak mendapat

Page 10: PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. NASKAH PUBLIKASI.pdf · PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL

6

pelajaran agama sekaligus pelajaran umum. Tetapi jika orangtua

menginginkan anak hafal Al-Qur’an dan kitab-kitab, maka pilihlah pondok

pesantren yang khusus membahas Al-Qur’an dan kitab-kitab. Tujuan

memasukkan anak ke dalam pondok pesantren, harus seimbang dengan minat

dan kemampuan anak.

Pernyataan tersebut sesuai dengan kasus yang terjadi pada seorang anak

lulusan sekolah dasar yang dimasukkan ke dalam suatu pondok pesantren

oleh orangtuanya. Posisi pondok pesantren jauh dari tempat tinggal sang

anak, membutuhkan waktu yang lama sekitar 12 jam dari rumah menuju

pondok pesantren tersebut. Awalnya sang anak mulai beradaptasi dan belajar

bersosialisasi dengan teman-temannya di tempat tersebut. Hal tersebut tidak

terlalu sulit, karena beberapa teman SD sang anak melanjutkan di tempat

yang sama. Setelah dua minggu, karena menjelang Ramadhan murid-murid

diliburkan. Banyak dari anak-anak ini yang kemudian memilih untuk pulang

ke rumah orangtuanya masing-masing, termasuk sang anak tersebut. Setiap

bercerita soal situasi pesantren, sang anak merasa agak kesal, jengkel, atau

perasaan sejenisnya yang bisa dimaknai dengan ketidaksiapannya untuk

mengikuti aturan-aturan yang ada di dalam pondok tersebut. Namun

orangtuanya masih meminta sang anak untuk mencoba kembali karena

orangtua beranggapan sang anak hanya belum terbiasa. Si anak pun kembali

diantar oleh ayahnya untuk masuk kembali ke pondok pesantren setelah libur

berakhir. Kehadiran kedua kalinya ini adalah puncak dari perasaan tak

tertahankan sang anak berada di tempat tersebut yang menyebabkan dirinya

nekat kabur bersama dua orang temannya. Bersama termannya, dia membayar

seorang senior yang berada di pondok tersebut untuk memberitahu jalan

keluar meninggalkan pesantren. Setelah selesai, seniornya pun kembali ke

pondok pesantren. Kemudian sang anak menuju ke rumah omnya dengan

menggunakan angkot kemudian orangtua dari sang anak pun dihubungi,

diberi informasi mengenai permasalahan yang terjadi pada sang anak.

Akibatnya sang anak sudah tidak mau lagi kembali ke pesantren tersebut

meskipun di rayu, di iming-iming, di beri ancaman, semua sudah tidak ampuh

Page 11: PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. NASKAH PUBLIKASI.pdf · PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL

7

untuk membuat hatinya kembali ke pondok pesantren (Mulkin, 2014 di unduh

pada 25 Februari 2016).

Dari cerita di atas dapat disimpulkan bahwa apabila orangtua ingin

memasukkan anaknya ke dalam pondok pesantren, melakukan sebuah

kesepakatan terlebih dahulu dengan si anak supaya tidak ada rasa terpaksa,

terbebani dan tidak nyaman selama sang anak menjalani pendidikan di

pondok pesantren. Memberi suatu pengertian tentang bagaimana sistem

belajar di pondok pesantren, peraturan-peraturan yang ada sehingga sang

anak ketika masuk di dalam pondok pesantren sudah memiliki bekal terlebih

dahulu dan tidak merasa kaget karena sudah diberi pengenalan sebelumnya

sebab tidak semua anak mau bertanya seperti apakah pesantren tersebut,

terkadang anak hanya mengikuti apa yang diperintahkan orangtua supaya

tidak kena marah. Dari perasaan tersebut, sang anak tidak akan bertahan lama

di pondok pesantren dengan kegiatan yang full setiap harinya karena

menjalaninya tanpa adanya kesepakatan namun karena rasa takut menolak

permintaan orangtua dan melihat temannya berada di pondok tersebut bukan

berdasarkan niat dari hati.

Berdasarkan fenomena tersebut, bukan mengenai sekolah negeri atau

sekolah swasta yang menjadikan suatu pertimbangan orangtua, akan tetapi

bagaimana sekolah yang sesuai dengan kebutuhan sang anak dan orangtua.

Sebagai contoh, orangtua yang ingin anaknya menguasai ilmu akademis serta

ilmu agama, maka lebih sesuai jika memilih sekolah swasta yang proses

belajarnya berdasarkan kedua ilmu tersebut seperti sekolah pondok modern.

Namun permasalahannya, orangtua sering memaksa anak masuk di sekolah

yang sesuai dengan kehendaknya tanpa memperhatikan kebutuhan sang anak

(Nurani, 2011 di unduh pada 3 Maret 2016).

Penelitian Azizah, N (2009) sebagaimana dalam jurnal penelitian dengan

judul Perilaku Moral dan Religiusitas Siswa Berlatar Belakang Pendidikan

Umum dan Agama. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan,

dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan perilaku moral yang

signifikan dan tidak terdapat perbedaan religiusitas antara siswa berlatar

Page 12: PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. NASKAH PUBLIKASI.pdf · PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL

8

belakang pendidikan umum dan siswa berlatar belakang pendidikan agama,

dimana siswa berlatar belakang pendidikan umum mempunyai perilaku moral

yang lebih tinggi daripada siswa berlatar belakang pendidikan agama.

2. METODE

Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

metode pengumpulan data menggunakan skala orientasi keberagamaan.

Teknik pemilihan subjek dengan menggunakan teknik random sampling.

Subjek dalam penelitian ini 50 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta dan 50

Pondok Pesantren Tradisional Al-Mu’min Sragen. Pemilihan subjek

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Alat ukur yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan skala yang di rujuk dari skala orientasi

keagamaan (religion orientation scale) yang disusun oleh (Yahman,1991)

Skala ini tersusun atas aspek-aspek sebagai berikut : (a) personal versus

institusional, (b) unselfish versus selfish, (c) relevansi terhadap keseluruhan

kehidupan, (d) kepenuhan penghayatan keyakinan, (e) pokok versus

instrumental, (f) asosiasional versus komunal, dan (g) keteraturan penjagaan

perkembangan iman.

Adapun teknik analisis yang digunakan di dalam penelitian ini

menggunakan analisis independent sampel T-test yang terdiri dari uji asumsi

yang di dalamnya terdapat uji normalitas dan homogenitas dan uji hipotesis.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dilihat dari nilai rerata empirik orientasi keberagamaan menunjukkan

siswa sekolah islam swasta memiliki nilai rerata empirik lebih besar daripada

santri pondok pesantren tradisional meskipun tidak signifikan. Diperoleh dari

nilai angka 149,32 untuk santri pondok pesantren tradisional dan 150,16

untuk sekolah islam swasta. Kemungkinan munculnya hasil tersebut karena

adanya sistem kurikulum yang Hal tersebut dapat terjadi karena sekolah islam

swasta memiliki waktu belajar lebih lama untuk mempelajari tentang agama

lebih dalam seperti terdapat beberapa pelajaran agama tafsir al-qur’an,

Page 13: PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. NASKAH PUBLIKASI.pdf · PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL

9

memahami arti dari al-qur’an, mempelajari hadits, sholat berjamaah yang

diikuti oleh seluruh siswa dan guru, selesai sholat pun salah satu siswa

diwajibkan untuk khutbah sehingga tidak berbeda dengan pondok pesantren

yang hanya mengajarkan agama saja, mereka memiliki orientasi

keberagamaan yang sama-sama sangat tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat

dari Jalaluddin dan Ramayulis sebagaimana dikutip oleh (Yahman, 1999)

menyatakan bahwa orientasi atau kesadaran beragama seseorang itu

dipengaruhi oleh faktor kepribadian dan juga dipengaruhi oleh berbagai

faktor dari luar diri seseorang. Perpaduan antara faktor eksternal dan faktor

internal tersebut akan menentukan kualitas kehidupan keagamaan seseorang.

Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Faktor psikologis, yaitu kondisi mental dan kepribadian antara lain

kecerdasan (kognisi) dan sensitifitas afeksi.

b. Faktor umur, kehidupan keagaamaan anak-anak, remaja, dewasa dan

orang tua cukup berbeda secara signifikan.

c. Faktor jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan.

d. Faktor stratifikasi sosial , yaitu petani, pegawai, karyawan dan

sebagainya.

e. Faktor pendidikan, yaitu pendidikan keluarga dan pendidikan

kelembagaan.

Tidak adanya perbedaan orientasi keberagamaan antara santri pondok

pesantren tradisional dan siswa sekolah islam swasta disebabkan oleh

pemahaman orientasi keberagamaan yang dimiliki oleh keduanya sama sama

mendalam.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan orientasi

keberagamaan santri pondok pesantren tradisional dan siswa sekolah islam

swasta memiliki kategori kriteria orientasi keberagamaan yang sama sama

tergolong tinggi. Selain itu penulis juga menyarankan, Bagi subjek penelitian,

Page 14: PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. NASKAH PUBLIKASI.pdf · PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL

10

Diharapkan siswa dapat meningkatkan atau mempertahankan orientasi

keberagamaan yang tergolong dengan cara memfungsikan keyakinan agama

sebagai penuntun perilaku, menjaga iman, rajin sholat dan mengaji,

mengatasi masalah dengan cara pandang melalui agama.

Bagi ustadzah/guru, berdasarkan penelitian, diketahui bahwa orientasi

keberagamaan siswa tergolong tinggi. Oleh karena itu, guru/ustad/ustadzah

diharapkan dapat mempertahankan metode dalam pembelajaran serta

diharapkan dapat meningkatkan orientasi keberagamaan dengan cara

memberikan penghargaan atau hukuman bagi siswa yang tidak melaksanakan.

Bagi sekolah, berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa orientasi

keberagamaan siswa tergolong tinggi. Maka dari itu, diharapkan sekolah

mengoptimalkan peraturan dalam mewujudkan siswa yang islami. Bagi

peneliti selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa diketahui

bahwa tidak ada perbedaan orientasi keberagamaan pada siswa santri pondok

pesantren tradisional dan sekolah islam swasta. Maka dari itu, diharapkan

peneliti selanjutnya mengungkap lebih dalam lagi mengenai adanya

perbedaan orientasi keberagamaan dengan menambah subjek atau

menghubungkan dengan variabel lain.

5. PERSANTUNAN

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada bapak

dan ibu yang telah senantiasa mendo’akan tanpa lelah untuk penulis. Kakak,

adik dan teman-teman yang selalu mendukung penulis. Serta bapak Drs.

Soleh Amini Yahman, M.Si., Psi, yang telah memberikan semangat dan

bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N. (2009). Perilaku Moral dan Religiusitas Siswa Berlatar Belakang

Pendidikan Umum dan Agama. Jurnal Psikologi , 33, 1-2.

Evidia, S., & Hapsari, E. (2013, Februari 26). Anak Ingin Masuk Pesantren,

Simak Dulu Ini. Retrieved Februari 25, 2016, from Republika.co.id :

Page 15: PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA …eprints.ums.ac.id/46770/24/03. NASKAH PUBLIKASI.pdf · PERBEDAAN ORIENTASI KEBERAGAMAAN PADA SISWA SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL

11

http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara/13/02/26/mitanz -anak-

ingin-masuk-pesantren-simak-dulu-ini

Hidayat. (2012). Perbedaan Penyesuaian Diri Santri Pondok Pesantren

Tradisional dan Moderen. Talenta Psikologi , 1, 115-117.

Ismail, R. (2012). Keberagamaan Koruptor Menurut Psikologi (Tinjauan

Orientasi Keagamaan dan Psikografi Agama). Jurnal Esensia , XIII,

292-293.

Mahmud, A. (2015, Oktober 28). Sekolah Negeri dan Swasta, Jelas Beda ?

Retrieved Maret 3, 2016, from Kompasiana.com :

http://www.kompasiana.com/amirudinmahmud/sekolah-negeri-dan-

swasta-jelas-beda_5630643f517a617d08a9b118

Mulkin, M. (2014, April 28). Anak Kabur dari Pesantren, Salah Siapa?.Retrieved

Februari 25, 2016, from Kompasiana.com :

http://www.kompasiana.com/mauliahmulkin/anak-kabur-dari

pesantren- salah-siapa_54f5ef6aa333113d078b458c

Musnandar, A. (2014, April 28). Pesantren Sekolah Publik dan

Madrasah.Retrieved Februari 25, 2016, from umm.ac.id

:http://www.umm.ac.id/id/detail-164-pesantren-sekolah-publik-dan

madrasah-opini-umm.html

Nurani, P. B. (2011, Juli 8). Memilih Sekolah Sesuai Kebutuhan. Retrieved Maret

3, 2016, from Kompasiana.com:

http://www.kompasiana.com/prastiwibhaktinurani/memilih-sekolah-

sesuai kebutuhan_5500f4c9a33311ef6f512ade

Subandi. (1995). Perkembangan Kehidupan Beragama. Buletin Psikologi, III (1),

11-18.

Wibisono, S. (2012). Orientasi Keberagaman, Modal Sosial dan Prasangka

Terhadap Kelompok Agama lain Pada Mahasiswa Muslim. Jurnal

insan ,14, 137-138.

Yahman, S. A. (1999). Orientasi Keagamaan Siswa Santri Pondok Pesantren

Tradsional Dan Pondok Pesantren Modern Dengan Siswa Pada

Sekolah Umum Yang Berlatar Belakang Pendidikan Agama Islam.

Tesis : Tidak Diterbitkan , 18-22.