kon lautan

1
3-1 RTRW Provinsi Papua Barat L a p o r a n R e n c a n a 2008 - 2028 3.4. KONSEP PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH LAUTAN Kebijakan pembangunan ekonomi dalam tujuan penataan ruang adalah pembangunan ekonomi yang memanfaatkan ruang (ruang darat, ruang laut dan ruang udara) secara serasi, selaras dan seimbang, sehingga tercapai pembangunan yang berkelanjutan dan sebesar-besarnya dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan tanpa kecuali. Konsep pembangunan wilayah laut untuk aktivitas sektor-sektor ekonomi secara serasi dan seimbang, serta sedapat mungkin menghindari konflik pemanfaatan ruang antar sektor dan kerusakan lingkungan, serta sebesar-besarnya memberikan kesejahteraan kepada masyarakat lokal. Berdasarkan hal tersebut, maka dengan potensi wilayah pesisir dan laut yang sangat besar di Provinsi Papua Barat, maka konsep pengembangan tata ruang wilayah laut mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Persiapan sosial perlu dilakukan dalam meminimalisasi konflik sosial dalam pemanfaatan ruang. b. Kegiatan ekonomi harus memperhatikan kelestarian kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung. c. Kegiatan pariwisata di wilayah pesisir dan laut harus berjalan serasi dengan kegiatan perikanan/nelayan. Apabila potensi sumberdaya perikanan tangkap ataupun perikanan budidaya besar, maka harus diupayakan pembagian ruang yang seimbang dan tidak terjadi konflik antara satu dengan yang lainnya. Pemetaan zona adat yang dikendalikan oleh norma adat, contohnya melalui Sasi perlu diupayakan untuk dapat mengendalikan volume pengambilan ikan. Kegiatan pariwisata dapat berjalan serasi dengan kegiatan perikanan dengan adanya pengaturan kelembagaan, sehingga limbah kegiatan pariwisata tidak merusak sumberdaya perikanan, dan kegiatan perikanan dapat menjadi atraksi dan pemandangan khas bagi para wisatawan. d. Kegiatan penangkapan ikan maupun budidaya perairan dilakukan tanpa atau seminimal mungkin merusak potensi ekologi seperti terumbu karang, mangrove, ataupun kegiatan pariwisata lainnya. Apabila kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan lindung. e. Kegiatan pemanfaatan ruang untuk eksploitasi sumberdaya mineral pada daerah yang memiliki kandungan sumberdaya mineral harus dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan yang matang akan dampak lingkungan dan terhadap kegiatan sektor ekonomi lainnya, khususnya yang sangat dipengaruhi oleh keadaan alam seperti pariwisata, pertanian dan perikanan.

Upload: azis-ali-wibowo

Post on 30-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laut

TRANSCRIPT

  • 3-1

    RTRW Provinsi Papua Barat

    L a p o r a n R e n c a n a

    2008 - 2028

    3.4. KONSEP PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH LAUTAN

    Kebijakan pembangunan ekonomi dalam tujuan penataan ruang adalah pembangunan ekonomi yang memanfaatkan ruang (ruang darat, ruang laut dan ruang udara) secara serasi, selaras dan seimbang, sehingga tercapai pembangunan yang berkelanjutan dan sebesar-besarnya dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan tanpa kecuali.

    Konsep pembangunan wilayah laut untuk aktivitas sektor-sektor ekonomi secara serasi dan seimbang, serta sedapat mungkin menghindari konflik pemanfaatan ruang antar sektor dan kerusakan lingkungan, serta sebesar-besarnya memberikan kesejahteraan kepada masyarakat lokal. Berdasarkan hal tersebut, maka dengan potensi wilayah pesisir dan laut yang sangat besar di Provinsi Papua Barat, maka konsep pengembangan tata ruang wilayah laut mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Persiapan sosial perlu dilakukan dalam meminimalisasi konflik sosial dalam

    pemanfaatan ruang. b. Kegiatan ekonomi harus memperhatikan kelestarian kawasan yang telah ditetapkan

    sebagai kawasan lindung. c. Kegiatan pariwisata di wilayah pesisir dan laut harus berjalan serasi dengan

    kegiatan perikanan/nelayan. Apabila potensi sumberdaya perikanan tangkap ataupun perikanan budidaya besar, maka harus diupayakan pembagian ruang yang seimbang dan tidak terjadi konflik antara satu dengan yang lainnya. Pemetaan zona adat yang dikendalikan oleh norma adat, contohnya melalui Sasi perlu diupayakan untuk dapat mengendalikan volume pengambilan ikan. Kegiatan pariwisata dapat berjalan serasi dengan kegiatan perikanan dengan adanya pengaturan kelembagaan, sehingga limbah kegiatan pariwisata tidak merusak sumberdaya perikanan, dan kegiatan perikanan dapat menjadi atraksi dan pemandangan khas bagi para wisatawan.

    d. Kegiatan penangkapan ikan maupun budidaya perairan dilakukan tanpa atau seminimal mungkin merusak potensi ekologi seperti terumbu karang, mangrove, ataupun kegiatan pariwisata lainnya. Apabila kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan lindung.

    e. Kegiatan pemanfaatan ruang untuk eksploitasi sumberdaya mineral pada daerah yang memiliki kandungan sumberdaya mineral harus dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan yang matang akan dampak lingkungan dan terhadap kegiatan sektor ekonomi lainnya, khususnya yang sangat dipengaruhi oleh keadaan alam seperti pariwisata, pertanian dan perikanan.