komunikasi empati

9
Komunikasi Empati Handhy Tanara (10.2013.155) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Upload: handhy-tanara

Post on 26-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

fhfgsdgbd

TRANSCRIPT

Page 1: komunikasi empati

Komunikasi Empati

Handhy Tanara (10.2013.155)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Email: [email protected]

Page 2: komunikasi empati

Abstrak

Komunikasi adalah penyampaian atau pertukaran pikiran, pesan, atau informasi seperti melalui pembicaraan, tulisan ataupun perilaku antara dua atau lebih manusia. Komunikasi dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau proses memberikan dan menggali informasi dari orang lain atau makhluk hidup lain dengan memakai sinyal-sinyal seperti pembicaraan, gerakan dan isyarat tubuh atau sinyal-sinyal suara.

Empati adalah kemampuan (seolah – olah) menjadi diri orang lain. Empati berarti kita mampu membaca pikiran dari sudut pandang orang lain. Kita mampu menyelaraskan diri dengan orang lain. Walaupun seyogyanya keinginan kita berbeda dengannya. Melakukan empati dengan harapan kita memperoleh simpati.

Empati adalah akselerasi dari sikap proaktif kita terhadap orang yang kita tuju. Empati adalah semacam “kartu trup” kita dalam “mendekatkan diri” kepada orang lain. Berempati berarti kita berusaha melakukan adaptasi dengan orang lain. Kita berusaha mempelajari orang yang ingin kita tuju agar terwujud keselarasan, keserasian, dan keharmonisan hubungan.1

Abstract

Communication is the transmission or exchange of thoughts , messages , or information as by speech , writing , or behavior between two or more people . Communication can be defined as an activity or a process of give and gather information from other people or other living beings by means of signals such as speech , movement and gestures or voice signals .

Empathy is the ability to (imagining) become others. Empathy means that we are able to read the minds of others' viewpoints . We are able to align themselves with others . Although we should desire him differently . Doing empathy with our expectations gain sympathy .

Empathy is the acceleration of our proactive attitude towards the people we are headed . Empathy is a kind of " Trump Card " if we want " closer " to others . Empathy means we are trying to adapt to others . We are trying to learn the person we want to go to realize the harmony , harmony , and harmony in relationships

Pendahuluan

Komunikasi yang baik sangat diperlukan bagi seorang dokter. Baik saat menghadapi pasien, dokter lain, atau bahkan profesi lain. Untuk mencapai sebuah komunikasi yang baik antara dokter dengan pihak – pihak lainnya diperlukan beberapa faktor pendukung yang menentukan hasil dari komunikasi tersebut. Sang dokter harus mengerti apa yang dirasakan orang lain seolah – olah ia sendiri yang menjadi orang tersebut. Hal itulah yang disebut empati.

Page 3: komunikasi empati

Empati berarti munculnya kerelaan diri untuk menjelajah dunia orang lain. Kita seolah – olah meninggalkan diri sendiri untuk menjadi orang lain. Kita berusaha menarik simpati orang lain dengan harapan kita mampu meluluhkan hatinya. Orang yang sukses adalah ketika ia mampu menebarkan empati- empati kepada orang lain secara apik tanpa merendahkan diri sendiri dan tanpa mengorbankan orang lain.1

Walaupun dalam komunikasi pasien-dokter, kedudukan dokter sebagai seorang ahli "lebih tinggi" dari pasien, seorang dokter harus menjaga komunikasi dan menghindari adanya pemberian nasihat kepada pasien. Komunikasi akan lebih efektif dan interaktif bila nasihat diubah menjadi informasi. Di sini, dokter diharapkan mampu memberikan informasi kepada pasien dengan cara-cara yang mudah dipahami dan sebisa mungkin tidak menggunakan istilah medik yang tidak dimengerti oleh pasien. Perlu ditekankan pentingnya mengomunikasikan informasi secara jelas. Mintalah pasien mengulanginya untuk meyakinkan bahwa pasien telah mengerti.

Aplikasi ilmu perilaku di dalam praktik kedokteran terletak pada hubungan antara dokter dengan pasiennya. Komunikasi pasien dokter ini diperlukan untuk mendapatkan informasi yang sebanyak – banyaknya mengenai kondisi pasien, agar dokter dapat membuat diagnosis. Selain itu, komunikasi membantu pasien bekerja sama dengan dokternya dalam proses penyembuhan. Penggunaan komunikasi pasien-dokter untuk berbagai tujuan medik telah ada sejak zaman dahulu. Komunikasi pasien-dokter ini merupakan hal yang sangat penting dan disebut sebagai Art of Medicine. Komunikasi jenis ini sangat alamiah dan merupakan seni dalam berkomunikasi pada praktik kedokteran. Komunikasi pasien-dokter merupakan hubungan antar-manusia yang mempunyai sifat-sifat umum dan khusus. Sifat khusus tersebut antara lain: dokter merupakan profesi penyembuh dan menjadi kesediaan pasien untuk menyerahkan sebagian rahasia.2

Isi

Skenario

Seorang ibu sedang kebingungan di depan kamar operasi karena anaknya sedang menjalani operasi karena kecelakaan lalu lintas. Saat si dokter bedah keluar, si ibu bergegas menghampirinya dan

Page 4: komunikasi empati

bertanya tentang keadaan anaknya. Si dokter bedah menerangkan tentang operasi yang dijalani dengan bahasa kedokteran yang tidak dimengerti si ibu.

Hipotesis

Ibu pasien tidak mengerti penjelasan dokter karena komunikasi tidak efektif.

Pembahasan

Dalam skenario dapat kita lihat kurangnya komunikasi 2 arah antara si dokter dan si pasien. Dimulai dari pasien yang tidak mengerti penjelasan dokter sampai dokter yang tidak berempati kepada pasien sehingga menerangkan dengan seenaknya. Sang dokter harusnya mengerti jika ia menggunakan bahasa kedokteran, tidak semua orang akan mengerti.

Hubungan dokter-pasien yang baik terjadi kalau dokter memperhatikan perasaan pasien. Emosi-emosi dasar seperti marah, takut, senang, gembira, tidak berdaya dan mengamuk hampir selalu muncul ke permukaan. Perasaan-perasaan ini mewarnai respons pasien terhadap penyakit. Dokter yang tidak hanya memperhatikan penyakit saja akan segera mendapatkan pasien sebagai sekutunya.4

Di skenario tertulis bahwa si ibu sedang kebingungan karena anaknya mengalami kecelakaan. Dalam keadaan panik seperti ini mungkin saja ia tidak mengerti karena sedang cemas memikirkan anaknya sehingga tidak fokus pada penjelasan dokter.

Menurut Potter & Perry (1987) pesan dapat disampaikan melalui dua cara paling mendasar yaitu verbal dan nonverbal Komunikasi verbal yaitu komunikasi yang dilakukan melalui ucapan lisan termasuk penggunaan tulisan. Sedangkan komunikasi nonverbal dapat dilakukan melalui posisi tubuh tertentu, sentuhan tangan, pengaturan jarak, isyarat tertentu, ekspresi raut wajah, gerakan tubuh, pakaian, dan perlengkapan atau perhiasan yang dikenakan.3

Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi,yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition, Depkes RI, 1999).

S = Salam

A = Ajak Bicara

J = Jelaskan

I = Ingatkan

Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut.

Salam: Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk

berbicara dengannya.

Page 5: komunikasi empati

Ajak Bicara: Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien

mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter

menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti

perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam

usaha menggali informasi.

Jelaskan: Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya,

dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri.

Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau

apapun secara jelas dan detil.

Ingatkan: Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai

materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan,

ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu

melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap

hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan

pesan-pesan kesehatan yang penting.5

Dalam komunikasi terdapat juga analisis transaksional.Analisis transaksional merupakan suatu pendekatan untuk mensistematisasi,menganalisis, dan mengubah saling pengaruh diantara manusia, yang menekankan interaksi keduanya (antara diri dan manusia lain) dan kesadaran internal (regulasi diri dan ekspresi diri)-Eric Berne (1910-1970). Analisa transaksional juga dapat disebut sebagai proses analisa transaksi/komunikasi dalam hubungan sosial antar dua atau lebih individuyang berbeda.6

Terdapat empat macam bentuk interaksi yang dapat dianalisis :

1. Struktural Analisis : analisa kepribadian seseorang, cara berpikir danbertindaknya.2. Transaksional Analisis : menentukan ego (anutan) yang dominan yang sedang berlangsung.

(Dewasa, Orang tua, Anak-anak). Ada stimulus dan respon yangberlangsung3. Game Analisis : menganalisis apa yang tersembunyi dari interaksi yangdilakukan4. Script Analisis : menganalisa peran dalam interaksi (karakter,dialog,acting,dll.).

Umur tidak mempengaruhi oknum apa yang akan dipakai saat berinteraksi. Bukan lah hal yang aneh jika seorang dewasa berlaku seperti anak – anak. Mungkin saja dalam kasus ini, si ibu menganut fase anak – anak. Sehingga komunikasi antar mereka tidak berjalan dengan baik. Jika melihat kejadian seperti ini, dokter harusnya menjadi fase orang tua yang membimbing dan menjelaskan dengan baik.

Page 6: komunikasi empati

Kesimpulan

Tidak terjadi komunikasi dua arah yang baik antara dokter dengan ibu pasien. Sang dokter tidak berempati dan berusaha memahami apa yang sedang dialami oleh ibu pasien. Seharusnya seorang dokter bisa menjelaskan tindakan medik kepada pasien dengan bahasa awam, bukan dengan bahasa kedokteran yang rumit.

Page 7: komunikasi empati

Daftar Pustaka

1. Sumartono. 2004. Komunikasi Kasih Sayang. Jakarta :Elex Media Komputindo. Hal: 118-119.2. Soetjiningsih, dkk. 2007. Modul Komunikasi Pasien-Dokter : Suatu Pendekatan Holistik.

Jakarta : EGC. Hal 6-7.3. Burnside. 2005. Adams Diagnosis Fisik. Jakarta: EGC. Hal: 11.4. Arwani. 2002. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.Hal 18-19.5. Muhammad Mulyohadi Ali , et al. 2006. Manual Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta:

Konsil Kedokteran Indonesia. Hal 14-15.6. Roberts, et al. 2008. Buku Pintar Pekerja Sosial : Social Worker’s Desk Reference. Jakarta :BPK

Gunung Mulia. Hal 264-272.