komunikasi dan empati

9
Makalah Komunikasi - Empati MAKALAH PBL BLOK 1 (MODUL 2) KOMUNIKASI EFEKTIF SEBAGAI SYARAT MUTLAK DALAM PROFESI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510.Telephone : (021)5694-2061, fax : (021) 563-1731

Upload: kevin-mitnick

Post on 08-Aug-2015

40 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Makalah ini membahas tentang bagaimana cara dokter berkomunikasi dan berempati terhadap pasiennya

TRANSCRIPT

Page 1: Komunikasi dan Empati

Makalah Komunikasi - Empati

MAKALAH PBL BLOK 1 (MODUL 2)

KOMUNIKASI EFEKTIF SEBAGAI SYARAT MUTLAK DALAM PROFESI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510.Telephone : (021)5694-2061, fax : (021) 563-1731

1. PENDAHULUAN

          Bersikap komunikatif dan penuh empati adalah syarat mutlak bagi seorang dokter dalam menjalankan profesinya.

Page 2: Komunikasi dan Empati

            Sir William Osler (1919) seorang psikiater dan dikenal juga sebagai bapak kedokteran modern, pernah memberikan suatu quote yang berkesan dan harus direnungkan tentang komunikasi antara dokter dan pasien.Ia menulis “Listen to the patient, he is telling you the diagnosis”, yang artinya “Dengarkan pasienmu, dia akan memberitahumu apa diagnosisnya”.

            Begitu besarnya tuntutan akan komunikasi yang baik dalam proses penyembuhan pasien, membuktikan bahwa komunikasi mempunyai andil yang besar dalam dunia kedokteran. “communication is a life or death matter” (Diana Booher, 1994)

            Mengacu pada kasus yang dialami seorang dokter yang gagal membangun komunikasi dan empati dengan pasien (Skenario PBL Blok 1 Modul 2), maka dibuatlah makalah ini untuk membahas bagaimana  cara membangun komunikasi dan juga bagaimana cara berkomunikasi yang baik saat bersama pasien, baik saat berkonsultasi maupun saat dilakukannya proses terapi dan penyembuhan.

2. PEMBAHASAN

            2.1  Komunikasi

            Komunikasi berasal dari bahasa inggris Communication yang berarti suatu kegiatan menyampaikan informasi atau pesan yang mempunyai nilai atau penting.

            Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dibagi atau disharingkan tersebut.Pelaksanaan kegiatan komunikasi berlangsung dengan bantuan elemen elemen pembentuk komunikasi.

Elemen-elemen yang terdapat dalam komunikasi adalah:

            1. Komunikator           : orang yang menyampaikan pesan                        2. Pesan                       : ide atau informasi yang disampaikan                         3. Media                      : sarana komunikasi                         4. Komunikan             : audience, pihak yang menerima pesan                         5. Umpan Balik           : respon dari komunikan terhadap pesan yang diterimanya 

            Dalam kehidupan nyata mungkin ada yang menyampaikan pesan atau ide; ada yang menerima atau mendengarkan pesan; ada pesan itu sendiri; ada media dan tentu ada respon berupa tanggapan terhadap pesan.  Secara ideal, tujuan komunikasi bisa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan.  

            Sebagai suatu kegiatan pertukaran informasi antara individu atau kelompok, komunikasi mempunyai fungsi fungsi yang berguna bagi pemberi pesan maupun penerima pesan itu sendiri. Hal tersebut masuk kedalam fungsi fungsi komunikasi, yang dibagi kedalam lima bagian, yaitu :

Page 3: Komunikasi dan Empati

            1. Membangun Konsep Diri (Establishing Self-Concept)                        2. Eksistensi Diri (Self Existence)            3. Kelangsungan Hidup (Live Continuity)                        4. Memperoleh Kebahagiaan (Obtaining Happiness)                         5. Terhindar dari Tekanan dan Ketegangan (Free from Pressure and Stress)

            Dalam perkembangannya, sering terjadi penyimpangan penyimpangan yang disebabkan karena ketidak efektifan pemberi pesan dalam menyampaikan pesan, atau ketidakmampuan penerima pesan dalam menerjemahkan maksud dari pemberi pesan tersebut.Hal ini dikatakan sebagai kondisi komunikasi yang tidak efektif.

2.1.1 Komunikasi Efektif

            Apa itu komunikasi efektif?

            Komunikasi efektif adalah suatu bentuk komunikasi antar personal dimana keduanya terlibat aktif dalam bertukar informasi atau pikiran, dan dapat saling mengerti dan sepakat mengenai maksud dari informasi yang diberikan antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya.

            Proses mencapai kesepakatan (Sharing of meaning), lazimnya berlangsung secara bertahap. Ada  5 (lima) sasaran pokok dalam proses komunikasi, yaitu:

1. Membuat pendengar mendengarkan apa yang kita katakan (atau melihat apa yang kita tunjukkan kepada mereka)

2. Membuat pendengar memahami apa yang mereka dengar atau lihat3. Membuat pendengar menyetujui apa yang telah mereka dengar (atau tidak menyetujui

apa yang kita katakan, tetapi dengan pemahaman yang benar)4. Membuat pendengar mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud kita dan maksud

kita bisa mereka terima5. Memperoleh umpan balik dari pendengar

            Jika kelima tahapan ini sudah dilakukan dan dilalui dengan baik, maka akan tercipta suatu komunikasi yang efektif antara pemberi informasi dan penerima informasi (dokter-pasien dan sebaliknya).

            Dalam kasus yang dialami sang dokter dalam skenario PBL sebelumnya, komunikasi yang efektif tidak dibangun diantara mereka berdua. Hal ini lebih kurang disebabkan oleh hambatan dalam komunikasi seperti

            1. Dokter atau pasien tidak saling mendengarkan            2. Dokter atau pasien tidak saling membangun pengertian            3. Dokter dan pasien tidak menemukan kesepakatan bersama

Page 4: Komunikasi dan Empati

2.1.2 Komunikasi Dokter – Pasien

            Komunikasi antara dokter dan pasien merupakan sebuah syarat mutlak dalam dunia kedokteran. Seperti yang telah dijelaskan diatas, komunikasi antara dokter dan pasien berguna bagi diagnosis maupun tindakan yang akan dilakukan oleh dokter terhadap pasien. Salah satu contoh adalah pengisian Informed Consent.Dalam pengisian Informed Consent, dokter harus menggunakan teknik komunikasi yang efektif untuk menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang harus diambil oleh dokter, dan juga resiko yang harus dihadapi oleh pasien. Jika sang dokter mampu melakukan komunikasi yang efektif dan mampu meyakinkan pasien, maka tentu akan dicapai kesepakatan bersama mengenai tindakan yang harus dilakukan, baik pasiennya setuju atau tidak.

            Salah satu cara agar tercipta komunikasi yang efektif antara dokter dan pasiennya, masing masing pihak tentu harus mengetahui hak dan kewajibannya masing masing. Hak dan kewajiban tersebut dibuat agar tercipta keseimbangan, sehingga tidak ada pihak yang menekan atau menuntut pihak lain.

2.1.2.1  Hak Dokter – Pasien

Pasien DokterHak atas informasi mengenai dirinya Hak untuk mendapat informasi yang benarHak atas rahasia medic Hak untuk melakukan pemeriksaan fisik dan mentalHak atas isi rekam medic Hak untuk menegakan diagnosisHak untuk memilih dokter Hak untuk menyusun prognosisHak untuk memperoleh sarana kesehatan Hak untuk memimpin pelayanan kesehatanHak untuk memperoleh pendapat kedua Hak untuk merawat dan melakukan rehabilitasiHak untuk menghentikan pengobatan dan tindak medic Hak untuk mendapatkan honor

2.1.2.2  Kewajiban Dokter - Pasien

Pasien DokterMemberikan informasi yang jujur Menghormati hak pasienMemberi kesempatan pada dokter untuk pemeriksaan mental maupun fisik

Memberikan informasi yang berkaitan dengan tindakan medis tertentu yang akan dilakukan

Mematuhi nasihat dokter Menjaga rahasia pasienMematuhi cara cara pengobatan Meminta persetujuan pasien untuk tindakan medis yang akan

dilakukanMematuhi syarat syarat pengobatan Membuat dan memelihara rekam medik

2.2 Empati

            Empati mempunyai hubungan dengan komunikasi, karena empati dapat dibangun dari komunikasi yang efektif.Namun cakupan pengaruh empati lebih luas dari komunikasi. Jika komunikasi hanya terbatas pada dua jenis saja, yaitu verbal dan non verbal, maka empati bisa

Page 5: Komunikasi dan Empati

terbentuk meski hanya melalui perasaan, pengetahuan dan juga keyakinan seseorang akan sesuatu

            Pengertian empati itu sendiri dibahasakan sebagai “Suatu pengenalan dan pemahaman status pikiran, keyakinan, keinginan, dan khususnya perasaan dari orang lain; yaitu kemampuan menempatkan diri seperti yang dialami pada keadaan orang lain atau mengalami pandangan, harapan atau emosi orang lain dalam dirinya, dan bisa dikatakan pula sebagai resonansi emosi.

            Dari pengertian empati diatas, secara gamblang dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa salah satu cara pengenalan dan pemahaman terhadap kondisi orang lain bisa kita dapatkan melalui komunikasi. Komunikasi yang baik, ditambah rasa peka akan sesuatu yang dialami atau dirasakan oleh orang lain dapat menciptakan sebuah empati yang baik pula.

            Dalam kasus yang dialami oleh sang dokter dalam skenario PBL sebelumnya, dapat dilihat bahwa tidak tercipta komunikasi dan saling pengertian yang baik antara dokter dan pasiennya, sehingga tidak ada empati yang tumbuh diantara mereka berdua.

            Hal ini tentu akan menyulitkan proses pengobatan selanjutnya, karena  diagnosis yang akurat dibuat berdasarkan keterangan pasien mengenai kondisi yang diderita pasien tersebut.

2.3 Kepribadian

            Ada begitu banyak pengertian yang dirumuskan mengenai kepribadian. Salah satunya seperti yang dirumuskan oleh Guilford yaitu,  “pola trait-trait yang unik dari seseorang”.

            Setiap manusia dilahirkan dengan kepribadian yang unik dan berbeda satu dan yang lainnya. Kepribadian atau sifat sifat tersebut merupakan bawaan lahir yang akan menjadi identitas dan ciri khas dari individu tersebut.

            Saat seseorang memilih jalan hidup untuk menjadi seorang dokter, maka ia harus mempunyai attitude layaknya seorang dokter.

            Seorang dokter tidak hanya dipandang sebagai seseorang yang berkompeten dalam menangani dan menyembuhkan orang sakit, tetapi juga dianggap sebagai panutan dalam strata sosial masyarakat.Oleh sebab itu, perilaku yang baik dan santun adalah syarat mutlak bagi seorang dokter.

            Dalam kasus yang dialami oleh sang dokter seperti skenario diatas, dia menunjukan sikap yang tidak patut untuk ditunjukan saat sedang bersama pasien. Seorang dokter harus mengerti konsep bahwa

            Ekspresi wajah yang cemberut dan perasaan yang tersinggung saat mendengar keluhan dari pasien merupakan bukti dari kurangnya pemahaman dokter mengenai hak hak pasien yaitu; informasi mengenai dirinya.

            Berbicara mengenai hak, Paus Benediktus XIV pernah berkata bahwa : Manusia merupakan makhluk yang memiliki martabat mulia sebagai pribadi (person) bukan sekedar

Page 6: Komunikasi dan Empati

sesuatu (something) atau sekedar seseorang (someone). Manusia adalah pribadi yang punya kepribadian yang mampu mengenal diri sendiri (self possession).

            Jadi, pasien berhak untuk menceritakan keluhannya seperti yang dirasakannya kepada sang dokter. Dan implikasinya bisa ditarik jauh sampai prinsip autonomi pasien dan tanggung jawab dokter dalam menyembuhkan pasien dalam prinsip beneficence, serta mencegah keburukan atau non maleficence.

            Jika sang dokter tidak memahami dan menghargai hak berbicara dari sang pasien, maka hal tersebut dapat menjadin gap atau tembok pemisah bagi suatu komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien, dan juga menjadi gap bagi akses informasi yang diberikan pasien bagi dokter, sebagai titik tolak dari penyakit yang sedang diderita oleh pasien.

            Dengan berperilaku dan berekspresi demikian, sang dokter dapat menghancurkan kepercayaan dari sang pasien akibat ketidaknyamanan yang dialami sang pasien saat berkonsultasi dengan dokter. Imbas dari hilangnya kepercayaan pasien dapat berpengaruh juga pada kredibilitas sang dokter, dan mungkin juga pada almamater atau lembaga darimana ia berasal. Ia akan dihakimi oleh opini publik dan mungkin akan kehilangan segala galanya.

3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Respon negatif yang ditunjukan sang dokter terhadap pasiennya, disebabkan oleh karena ketidakmampuan sang dokter dalam berkomunikasi secara efektif, turut merasakan empati dan juga kepribadian sang dokter yang tidak sesuai dengan standar profesinya sebagai seorang dokter.

3.2 Daftar pustaka

1.William I. Gorden, Communication : Personal and Public,1978 2. K. Bertens, Membahas Kasus Etika Kedokteran, Jakarta : Universitas Atma Jaya, Cetakan kedua, 20003. K. Bertens (peny.), Dokumen Etika dan Hukum Kedokteran Internasional, Jakarta: Universitas Atma Jaya,20014. K. Bertens (peny.), Dokumen Etika Dan Hukum Kedokteran Indonesia, Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2001