komunikasi dan akulturasi (study deskriptif kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan...

94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Budaya Tionghoa dan Jawa dalam Proses Akulturasi pada Kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka Solo) Disusun Oleh : HENRICUS HANS S.P D0206117 Skripsi Disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 14-Dec-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KOMUNIKASI DAN AKULTURASI

(Study Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Budaya Tionghoa dan Jawa

dalam Proses Akulturasi pada Kelompok Barongsai

di Yayasan Tripusaka Solo)

Disusun Oleh :

HENRICUS HANS S.P

D0206117

Skripsi

Disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ABSTRAK

HENRICUS HANS S.P, D 0206117, KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Budaya Tionghoa dan Jawa dalam Proses Akulturasi pada Kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka Solo), Skripsi Jurusan Ekstensi Ilmu Komunikasi Massa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilm Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

Barongsai sebagai salah satu budaya Tionghoa sudah selayaknya apabila dimainkan oleh orang dari etnis Tionghoa. Akan tetapi hal yang sebaliknya terjadi di yayasan Tripusaka Solo. Sehubungan dengan era reformasi ini, kelompok Barongsai yang dipimpin oleh Adjie Chandra ini hampir 80% pemainnya berasal dari etnis Jawa. Sebagai salah satu kebudayaan Tionghoa, dan bisa dikatakan telah menjadi symbol keberadaan dari etnis Tionghoa di Indonesia sungguh menarik mengetahui hal tersebut, suatu budaya khas Tionghoa namun dengan pemain mayoritas etnis Jawa.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Populasinya adalah anggota (pemain) kelompok Barongsai yang terdiri dari etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Narasumber dicari dengan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisa data menggunakan interaktif (interactive model of analysis).

Pengakuan identitas kultural dan eksistensi etnis dalam kelompok Barongsai Tripusaka, dapat diketahui dari empat indikator, yaitu: 1) Penentuan peran, 2) Prasangka, 3) Membangun citra diri, 4) Hambatan dan solusi. Perkumpulan barongsai tak hanya didominasi oleh pemain dari Tionghoa tapi pembauran telah terjadi di setiap lini. Pemain barongsai Tripusaka merupakan masyarakat setempat dan memang pembauran sudah terlihat sekarang. Harapan ke depan, karena 90% pemain barongsai di Indonesia adalah etnis Jawa, maka diharapkan dapat memotivasi etnis Tionghoa untuk dapat turut serta mengembangkan kebudayaannya, dan hal-hal yang bisa lakukan untuk mewujudkan yaitu hubungan yang baik antar etnis yaitu harus bisa membatasi diri kita, harus saling memahami karakter tiap orang, dan saling instropeksi diri.

Page 3: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 6: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Orang-orang hebat bisa dikenali dari 3 hal :

Murah hati dalam perencanaan

Humanis dalam pelaksanaan

dan

Tidak berlebihan dalam keberhasilan

(Otto von Bismarck, 1815-1898, Kanselir Jerman)

Apa yang tidak dimulai hari ini tidak akan pernah selesai esok.

(Johann Wolfgang von Goethe ,1749-1832 , pujangga dan dramawan Jerman)

Jadilah diri Anda sendiri. Jika Anda menjadi orang lain, kemudian untuk apa

orang lain membutuhkan Anda?

(Bernadette Peters, aktris Amerika Serikat)

Page 7: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan pada Ayah dan Ibu tercinta

(Ya Tuhan terimakasih atas cinta-Mu yang telah mempersatukan kedua orang

tua saya, mereka sungguh baik hati telah melahirkan, mendidik, dan

menyekolahkan saya. Amin)

Kedua Adik saya

(Terimakasih ya Tuhan telah memberikan teman hidup selamanya bagi saya)

Dyah Purnamawati

Pak Hamid

Pak Adjie Chandra

Fredy Kurniawan

Teman-teman El Jomblo

(Ujang, Fahmi, Randy, Ella, Nopek, Intan, Dian)

Teman-teman Komunikasi 2006

(Kita saudara selamanya)

Teman-teman WIMAS

Teman-teman Tripusaka

(Mas Bony, Mas Agus, Sandy, dkk)

Page 8: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat

dan bimbinganNya sehingga penulis mampu menyusun dan menyelesaikan skripsi

yang berjudul : “KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif

Kualitatif Komunikasi Antar Budaya Tionghoa dan Jawa dalam Proses

Akulturasi pada Kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka Solo)” ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak kendala yang dihadapi penulis. Namun

berkat bantuan berbagai pihak, kendala tersebut masih dapat diatasi. Maka dalam

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas

bantuan dan bimbingan kepada :

1. Drs. H. Supriyadi SN, SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Hamid Arifin, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan.

3. Bapak dan Ibu dosen FISIP UNS yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan

kepada penulis.

4. Bapak dan Ibuku yang telah membantu penulis baik moril maupun spirituil

sehingga skripsi ini dapat selesai.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

Page 9: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Dalam menyusun skripsi ini, meskipun sudah dengan penuh perhatian, namun

sudah pasti karya manusia tidaklah ada yang sempurna. Untuk itu penulis mohon

maaf bila masih terdapat kekurangan dan penulis juga mengharapkan kritik dan

saran yang membangun. Semoga karya ini dapat berguna bagi siapapun yang

membacanya.

Surakarta, Maret 2011

Penulis

Page 10: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ............................................................................................................. i

ABSTRAK ....................................................................................................... ii

PERSETUJUAN .............................................................................................. iii

PENGESAHAN ............................................................................................... iv

MOTTO ........................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6

E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7

1. Komunikasi .......................................................................... 7

2. Budaya dan Kebudayaan ...................................................... 14

3. Masyarakat Majemuk ........................................................... 16

4. Akulturasi ............................................................................. 17

5. Komunikasi Antar Budaya ................................................... 19

6. Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa ............................................ 26

Page 11: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

F. Kerangka Pemikiran ................................................................. 29

G. Metode Penelitian .................................................................... 31

BAB II. GAMBARAN UMUM YAYASAN TRIPUSAKA....................... 37

A. Sejarah Perkembangan Yayasan Tripusaka ............................. 37

B. Atraksi Kesenian Barongsai ..................................................... 44

C. Unsur Pendukung Atraksi ........................................................ 50

BAB III. PENYAJIAN DATA ..................................................................... 55

BAB IV. ANALISIS DATA ......................................................................... 65

BAB V. KESIMIPULAN DAN SARAN .................................................... 79

A. Kesimpulan .............................................................................. 79

B. Saran......................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Model Komunikasi Antar Budaya ............................................................. 21

2. Skema Kerangka Pemikiran ....................................................................... 30 3. Model Analisis Interaktif ........................................................................... 34

Page 13: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini kesenian Barongsai yang berasal dari daratan Cina

semakin banyak menarik perhatian dan digemari masyarakat, dari Balita

hingga Manula dari para majikan sampai karyawan, dari masyarakat kelas

bawah sampai para pelajar kesemuanya akan berlomba memberikan Angpao

saat Barongsai selesai beratraksi dan berada didepan mereka.

Kesemuanya ini terjadi berkat kebijakan yang dikeluarkan oleh

mantan Presiden R.I saat itu KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) lewat

Keppres no. 6 Tahun 2000 yang mencabut Inpres 14 / 1967 yang isinya pen

Diskriminasian terhadap keturunan Tionghoa dengan dilarangnya pelaksanaan

segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan

Tionghoa yang imbasnya saat itu sangat terasakan pahit dan menderita bagi

etnis Tionghoa. Untunglah Keppres 6 / 2000 dari Gus Dur segera turun

sehingga terjadilah perubahan yang dratis bagi kaum minoritas Tionghoa

sehingga kini kita lihat (khususnya) Barongsai dan Liong bisa tampil kapan

saja dan dimanapun.

Kesenian Barongsai diperkirakan masuk di Indonesia pada abad 17,

ketika terjadi migrasi besar dari Cina Selatan. Barongsai di Indonesia

mengalami masa maraknya ketika zaman masih adanya perkumpulan Tiong

Hoa Hwe Koan. Setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah

di Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah perkumpulan Barongsai.

Page 14: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Perkumpulan Barongsai di Indonesia sangat erat kaitannya dengan pasang

surut perkembangan etnis Tionghoa di Indonesia.

Pada era reformasi ini, sebuah Group Barongsai di Surakarta yang

bernaung di bawah Panji Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN)

Surakarta dan di bawah pembinaan Yayasan Pendidikan Tripusaka mulai

mencoba bangun untuk meraih prestasi dan mengangkat nama kota Surakarta

dan MAKIN Surakarta khususnya kepermukaan suara keberhasilan. Walaupun

berangkat dari nol (bawah), namun Group yang diberi nama Barongsai

Tripusaka ini sedemikian mengejutkan prestasinya bukan hanya sebagai juara

tingkat Kotamadya maupun Propinsi Jawa Tengah tetapi pernah pula meraih

prestasi sebagai Juara pertama Festival Barongsai se Jawa Bali yang

dilaksanakan di Purwokerto pada bulan Juni 2002, juga juara Harapan I pada

Borobudur Internasional Barongsai Festival tahun 2003. Bahkan mantan

Presiden Gus Dur berkenan menyempatkan tanda tangannya di kepala Lion

(Naga) dan 2 kepala Barongsai milik Group Tripusaka.

Barongsai merupakan suatu atraksi yang berbentuk tarian, dimana

para pemainnya yang berjumlah 2 (dua) orang mengenakan topeng kepala dan

kostum/badan berbentuk Singa yang disebut Sam Sie atau Barongsai, namun

ada juga berbentuk Ular Naga panjang (Liong) yang dibuat dari kerangka

bambu/rotan tertutup kain, diberi penyangga tongkat dari bambu (rotan) dan

dimainkan oleh 9 (sembilan) orang.

Untuk Barongsai gerakan yang ditampilkan saat pentas yang utama

bertumpu pada kekuatan kuda-kuda (Ma Shi) pemainnya oleh karena itu para

pemain Barongsai dan Liong biasanya terlebih dahulu harus berlatih jurus Wu

Page 15: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Shu (bela diri Cina) agar penampilannya semakin sempurna. Namun walaupun

demikian gerakan yang ditampilkan Barongsai sangat dominan dengan

gerakan akrobatik, hal tersebut bisa kita lihat pada permainan Barongsai diatas

bangku dan tonggak besi.

Dalam pementasannya Barongsai dan Liong dapat dipadukan (tampil

bersama) atau dimainkan terpisah. Menurut falsafah Cina Kuno tarian

Barongsai yang dipadukan dengan tari Liong bermakna memadukan/

menyelaraskan unsur Yin dan Yang (Negatif dan Positif), karena dunia ini

digambarkan terdiri dari 2 unsur Negatif dan Positif, Malam dan Siang, Hitam

dan Putih, Wanita dan Pria.

Kesenian Barongsai dan Liong biasanya ditampilkan pada hari raya

keagamaan Khonghucu (khusus) seperti Implek, Cap Go Meh, Tiong Chiu

atau hari kelahiran Nabi Khongcu (27 bulan 8 Implek) biasanya sekitar

September/ Oktober, kesenian ini dimainkan di sepanjang jalan karena

dipercaya mampu menghalau segala unsur jahat dan negatif di sepanjang jalan

yang dilewatinya sehingga akan membawakan kedamaian dan kesejahteraan

bagi yang melihatnya.

Khusus untuk Group Tripusaka Surakarta, yang anggotanya mayoritas

berasal dari etnis Jawa, mempunyai tiga misi, yaitu misi ritual, misi

entertaintment (show), dan misi olahraga. Dalam misi ritual, Barongsai dan

Liong yang dimainkan biasanya dominan dengan warna Hitam dasn Putih atau

Merah dan Putih sebagai simbol unsur Yin dan yang karena dipercaya bisa

menolak bala. Barongsai dan Liong yang akan dimainkan sebelumnya dibawa

ke Klenteng atau Lithang (tempat ibadah Khonghucu) untuk

Page 16: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

disembahyangkan dan diberi Hu (kertas kuning bertuliskan huruf Mandarin)

yang dipercaya sebagai jimat penolak bala di kepala Liong dan Barongsai

diikatkan seuntai daun Jeruk yang dipercaya akan membawa kesejukan bagi

manusia.

Selanjutnya Barongsai dan Liong akan dibawa/diarak berkeliling kota

dimana sepanjang jalan banyak orang yang memasang Angpao (bungkusan

Merah berisi uang) yang digantung di depan/diatas rumah dan kemudian akan

diambil/disambar oleh Liong dan Barongsai yang melewatinya. Masyarakat

percaya bahwa Angpao yang mereka berikan sebagai ungkapan kegembiraan

(warna Merah melambangkan ketulusan, kebahagiaan dan rejeki) dan tolak

bala ini akan mendapatkan balasan dari Tuhan berpuluh kali lipat, itulah

sebabnya Group Barongsai banyak memperoleh dana lewat Angpao pada hari

raya tertentu. Untuk Group Tripusaka sudah kesekian kalinya mendapat

giliran kirab Implek selalu di sekitar Coyudan, Singosaren dan Nonongan.

Dalam misi entertainment (show), warna yang digunakan Barongsai

maupun Liong bebas bahkan terkesan menyolok berwarna-warni, acara ini

bisa disaksikan setiap saat yaitu pada Pesta Pernikahan, Pesta Ulang Tahun,

Promosi dan lain sebagainya, tergantung kepada permintaan konsumen,

biasanya warna yang disukai adalah merah. Merah melambangkan

kebahagiaan, ketulusan dan rejeki berlimpah maka sering kita lihat warna

Merah dominan dalam kehidupan suku Tionghua. Kuning melambangkan

keagungan, kewibawaan dan kesuksesan, dan Biru melambangkan

keharmonisan dan kedamaian. Hijau melambangkan kesejukan dan

kerukunan.

Page 17: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Pada misi olahraga, setiap tahun biasanya Group Tripusaka mengikuti

berbagai lomba/festival yang diadakan baik oleh PBWI (Pengurus Besar

Wushu Indonesia), PERSOBARIN (Persatuan Seni Olah Raga Barongsai

Indonesia), PKBLSI (Persatuan Kungfu, Liong & Barongsai Seluruh

Indonesia) dan berbagai Federasi Barongsai lain baik tingkat Lokal, Propinsi,

Nasional bahkan ditingkat Internasional/dunia. Setiap tahunnya selalu ada

Festival Liong dan Barongsai di Malaysia.

Barongsai sebagai salah satu budaya Tionghoa sudah selayaknya

apabila dimainkan oleh orang dari etnis Tionghoa. Akan tetapi hal yang

sebaliknya terjadi di yayasan Tripusaka Solo. Sehubungan dengan era

reformasi ini, kelompok Barongsai yang dipimpin oleh Adjie Chandra ini

hampir 80% pemainnya berasal dari etnis Jawa. Sebagai salah satu

kebudayaan Tionghoa, dan bisa dikatakan telah menjadi symbol keberadaan

dari etnis Tionghoa di Indonesia sungguh menarik mengetahui hal tersebut,

suatu budaya khas Tionghoa namun dengan pemain mayoritas etnis Jawa.

Penelitian mengenai akulturasi komunikasi budaya antar etnis pernah

dilakukan oleh Jelena Durovic dari Roskilde University Denmark dalam jurnal

internasional yang berjudul “Intercultural Communiation and Ethni Identity”.1

Selain itu Robert Siburian, juga mengadakan penelitian yang sama dengan

judul: “Etnis Cina di Indonesia Fakta Komunikasi Antar Budaya”.2

Berdasarkan kenyataan ini sekiranya dapat memberikan sebuah

paradigma baru kepada masyarakat umum, dan juga membuat peneliti tertarik

untuk lebih mengetahui proses-proses komunikasi budaya etnis Tionghoa dan

1 Jelena Durovic. http://www.immi.se/intercultural/nr16/durovic.htm. 2 Robert Siburian. www.balitbang.depkominfo.go.id

Page 18: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Jawa dalam proses akulturasi pada kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka

Solo.

B. Perumusan Masalah

Kebudayaan adalah suatu hal yang indah, namun juga terkadang

memunculkan sebuah permasalahan yang berujung pada konflik yang berbau

SARA. Selama ini di Indonesia telah banyak terjadi kerusuhan yang

didasarkan oleh permasalahan tersebut, seperti kerusuhan yang terjadi di

Ambon, Kalimantan, Sulawesi dan lain-lainnya. Beberapa permasalahan

tersebut melibatkan etnis Tionghoa. Namun dengan adanya kelompok

Barongsai di Yayasan Tripusaka yang mayoritas pemainnya adalah etnis Jawa,

sekiranya dapat memberikan sebuah paradigma baru kepada orang banyak.

Berdasarkan uraian tersebut, dapatlah ditarik perumusan masalahnya,

yaitu : “Bagaimana komunikasi antar budaya Tionghoa dan Jawa dalam

akulturasi pada kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka Solo? ”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan atau memaparkan

komunikasi antar budaya Tionghoa dan Jawa dalam akulturasi pada kelompok

Barongsai di Yayasan Tripusaka Solo, terutama pada aspek: pengirimnya

siapa, pesannya apa, saluran/medianya apa, penerimanya siapa, dan efeknya

apa.

Page 19: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :

1. Manfaat teoritis

Dapat memberikan gambaran tentang komunikasi antarbudaya etnis

Tionghoa dan etnis Jawa yang mendukung proses pembauran antar etnis

dengan melihat pada fokus kajian komunikasi budaya dan bentuk

akulturasi.

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan sebagai referensi bagi

masyarakat maupun bagi peminat kebudayaan untuk lebih memahami

bahwa pembauran antar etnis dapat melalui kebudayaan seni seperti

Barongsai.

b. Dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti berikutnya yang

mengadakan penelitian dengan tema serupa.

E. Tinjauan Pustaka

1. Komunikasi

Menurut kodratnya manusia secara pribadi masing-masing

merupakan individu-individu yang satu sama yang lainnya memiliki

kekhasan tetapi secara umum mempunyai kesamaan, yaitu sebagai mahluk

sosial. Sebagai mahluk sosial maka dalam setiap kehidupannya, manusia

tidak dapat hidup sendiri. Dengan kata lain manusia akan selalu

membutuhkan bantuan dari sesamanya agar dapat bertahan demi

kelangsungan hidupnya.

Page 20: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Aristoteles pernah mengatakan pendapatnya bahwa manusia itu

adalah zoom politicon, yang artinya adalah manusia merupakan mahluk

sosial yang selalu hidup berkelompok atau paling tidak cenderung mencari

teman untuk hidup bersama. Maka manusia tidak akan dapat hidup

menyendiri, sebab harkat dan martabatnya sebagai manusia normal tidak

mungkin tumbuh dan berkembang tanpa bantuan dari orang lain.

Hubungan antar manusia tersebut adalah interaksi sosial.

Sedangkan interaksi sosial dapat terlaksana karena adanya komunikasi

antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Dari sini maka

dapat diketahui bahwa komunikasi sebagai sebuah proses dijadikan sarana

yang efektif dalam berinteraksi.

Pada dasarnya manusia telah melakukan komunikasi sejak lahir di

dunia, tindakan komunikasi ini terus-menerus dilakukan selama proses

kehidupannya. Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang

ada dalam pemikirannya atau hati nuraninya kepada orang lain baik secara

lisan maupun tulisan.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication

berasal dari kata Latin communication, dan berasal dari kata communis

yang berarti sama. Sama disini diartikan sebagai sama makna. Definisi

ringkas dari komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan yang

diajukan Harold Lasswell yaitu Who Says What In Which Channel To

Whom With What Effect atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa

Page 21: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?.3 Berdasarkan definisi

Laswell ini dapat diturunkan menjadi lima unsur penting komunikasi,

yaitu:

a. Sumber (source) sering disebut pengirim (sender) atau penyandi

(encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker), yaitu

pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk

berkomunikasi.

b. Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima

c. Saluran atau media, yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber

untuk menyampaikan pesannya kepada penerima.

d. Penerima (receiver) atau sarana (destination), komunikate

(communicatee), penyandi-balik (decoder), khalayak (audience),

pendengar (listener), penafsir (interpreter), yaitu orang yang menerima

pesan dari sumber.

e. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan

tersebut.

Pengertian komunikasi itu sendiri secara sederhana seperti yang

dirumuskan oleh Carl Hovland adalah sebagai berikut :

Komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang atau komunikator mengoperasikan perangsang-perangsang (biasanya berupa lambang kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain atau komunikan.4 Dalam pengertian tersebut di atas, yang dimaksud dengan

pengoperan perangsang-perangsang yang berupa lambang kata-kata adalah

3 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar (Bandung, Remadja Rosdakarya, 2005), hal. 62-65. 4 Onong U. Effendy. Komunikasi dan Perubahan, (Bandung, Alumni, 2002) hal. 10.

Page 22: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

perangsang-perangsang yang dapat mempengaruhi pendapat, sikap serta

tingkah laku seseorang. Tetapi tidak selalu berupa lambang kata-kata

dalam perangsang orang lain, dapat juga berupa anggukan atau gelengan

kepala, senyuman, kedipan mata dan lain sebagainya dalam usaha

mengubah tingkah laku orang lain.

Komunikasi haruslah berusaha untuk menjadi efektif, komunikasi

efektif merupakan hasil pemahaman antara komunikator dan penerima.

Komunikasi berhasil hanya bila komunikator dapat menyampaikan

pengertian yang dimaksud kepada penerima. Komunikasi mencari upaya

untuk mencapai suatu “kesamaan” dengan penerima. Oleh karena itu,

dapat diartikan komunikasi sebagai pengalihan informasi dan pemahaman

melalui penggunaan simbol-simbol umum. Bisa verbal atau non verbal,

informasi bisa mengalir ke atas dan ke bawah (diagonal). Komunikasi

pengiriman informasi dan pemahaman menggunakan simbol-simbol verbal

atau non verbal.

“Proses komunikasi dapat diartikan sebagai transfer informasi atau

pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan

kepada penerima pesan sebagai komunikan”5. Tujuan dari proses

komunikasi tersebut adalah tercapainya saling pengertian (mutual

understanding) antara kedua belah pihak. Sebelum pesan-pesan tersebut

dikirim kepada komunikan, komunikator memberikan makna-makna

dalam pesan tersebut (decode) yang kemudian ditangkap oleh komunikan

dan diberikan makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya (encode).

5 Rosadi Ruslan. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta, Raja Grafindo, 2006), hal. 81.

Page 23: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Proses komunikasi menurut Schramm terdiri dari sembilan elemen,

yaitu :

a. Pengirim, pihak yang mengirim pesan kepada pihak lain (juga disebut sumber atau komunikator).

b. Penulisan dalam bentuk sandi (encoding) adalah proses mengungkapkan pendapat ke dalam bentuk simbolik.

c. Pesan, serangkaian simbol yang dikirim oleh pengirim. d. Media, saluran-saluran komunikasi yang dipakai untuk

menyampaikan pesan-pesan dari pengirim kepada penerima. e. Pembacaan sandi (decoding), proses ketika penerima mengartikan

simbol-simbol yang dikirim oleh pengirim. f. Penerima, pihak yang menerima pesan yang disampaikan oleh

pihak lain (disebut juga pendengar atau tujuan). g. Tanggapan, serangkaian reaksi dari penerima setelah melihat atau

mendengar pesan-pesan yang dikirimkan oleh pihak pengirim. h. Umpan balik, bagian dari tanggapan penerima bahwa penerima itu

mengkomunikasikan kembali kepada pengirim. i. Gangguan atau distorsi yang tak terduga selama proses komunikasi,

mengakibatkan penerima memperoleh pesan berbeda dari yang dikirimkan pengirim.6

Suatu proses komunikasi dapat dikatakan berhasil jika dapat

menimbulkan efek positif dan signifikan bagi penerimanya. Seperti

dipahami dari definisi komunikasi yang diajukan oleh Carl I. Hovland

yaitu komunikasi adalah proses yang memungkinkan seorang

(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang

verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate).

Berdasarkan definisi Hovland tersebut tampak bahwa proses

komunikasi bukanlah semata-mata hanya proses penyaluran pesan saja

atau yang disebut komunikasi satu arah, namun lebih daripada itu

diharapkan muncul juga adanya efek atau dampak tertentu (feedback) dari

proses komunikasi yang dilakukan komunikator tersebut. Efek yang

diharapkan muncul dari proses komunikasi dibagi menjadi tiga yaitu, efek

6 Philip Kotler. Manajemen Pemasaran, (Jakarta, Erlangga, 1998), hal. 244).

Page 24: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kognitif yang mengacu efek perubahan pada pikiran atau pertambahan

pengetahuan. Lalu efek afektif atau berhubungan dengan sikap dan persepsi

seseorang serta efek behaviorioral yaitu efek yang mengacu pada

perubahan perilaku dan tindakan.

Situasi-situasi sosial tertentu tersebut menyebabkan komunikasi

berada dalam konteks-konteks tertentu. Secara luas, konteks berarti semua

faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi. Pertama, aspek bersifat

fisik seperti keadaan lingkungan, cuaca, suhu, bentuk, ruangan, dan jumlah

peserta komunikasi. Kedua, aspek psikologis, seperti sikap, prasangka, dan

emosi peserta komunikasi. Ketiga, aspek sosial, seperti norma kelompok,

nilai sosial, dan karakteristik budaya. Dan keempat, aspek waktu, yaitu

kapan waktu berkomunikasi.

Komunikasi dalam kategorisasi berdasarkan tingkat (level)

digunakan untuk melihat konteks komunikasi, dimulai dari komunikasi

yang melibatkan jumlah peserta komunikasi paling sedikit hingga yang

melibatkan jumlah peserta paling banyak. Terdapat empat tingkat

komunikasi yang disepakati para pakar, yaitu komunikasi massa,

komunikasi antarpribadi, komunikasi organisasi, dan komunikasi

kelompok. Tingkat-tingkat komunikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa

modern, yang meliputi surat kabar, siaran radio, siaran televisi yang

ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di gedung-

gedung bioskop7.

7 Onong Ucjana Effendy. Op.Cit, hal. 48

Page 25: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Dari definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri

khusus dari komunikasi massa adalah penggunaan media massa,

seperti surat kabar, radio, televisi dan film dalam penyampaian pesan-

pesannya kepada khalayak. Sehubungan dengan ciri khusus dari

komunikasi massa tersebut di atas, bahwa penggunaan media massa

dapat menimbulkan feed back atau umpan balik bagi khalayak. Feed

back sendiri dalam ruang lingkup komunikasi adalah merupakan

bagian dari proses komunikasi.

b. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito

dalam bukunya The Interpersonal Commuication Book, “Proses

pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau

sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa

umpan balik seketika”. (The process of sending and receiving

messages between two persons, or among or small group of person,

with some effect and some immediate feedback).8

Komunikasi antarpribadi juga dapat didefinisikan sebagai

komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang

memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara

langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.9

8 Onong Ucjana Effendy. Ilmu, Teori dan Filsafat. (Bandung, Citra Aditya Bakti, 2000) hal. 30. 9 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. (Bandung, Remadja Rosdakarya), hal. 73.

Page 26: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

c. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi

dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan

berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada

komunikasi kelompok. Komunikasi juga melibatkan komunikasi

antarpribadi. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur

organisasi, yakni komunikasi horisontal, sedangkan komunikasi

informal tidak bergantung pada struktur organisasi.

d. Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan

bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka

sebagai bagian dari kelompok tersebut. Dengan demikian, komunikasi

kelompok tertuju pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil

tersebut (small-group communication). Komunikasi kelompok dengan

sendirinya juga melibatkan komunikasi antarpribadi, karena masing-

masing kelompok tersebut juga melakukan komunikasi.

2. Budaya dan Kebudayaan

Budaya merupakan suatu pola hidup yang menyeluruh, suatu cara

hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok

orang dan diwariskan dari generasi.10 Budaya bukanlah sesuatu yang

10 Ibid, hal. 6-7.

Page 27: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dimiliki sebagian orang yang tidak dimiliki oleh sebagian orang lainnya,

ini berarti budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan demikian

adalah sebagai suatu faktor pemersatu. E.B. Taylor mendefinisikan budaya

sebagai keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,

seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan atau

kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh anggota-anggota suatu

masyarakat.11

Kata ‘budaya’ dalam kata ‘kebudayaan’ dari bahasa Sansekerta

‘buddhayah’ yang berarti akal budi. Akal budi tidak lain dalah kata

intelektual (kognitif) sekaligus di dalamnya terkandung unsur-unsur

perasaan (afektif).12 Koentjaraningrat menyebutkan bahwa ada tujuh unsur

kebudayaan yang universal, yaitu (1) bahasa; (2) sistem pengetahuan; (3)

organisasi sosial; (4) sistem peralatan hidup dan teknologi; (5) sistem mata

pencaharian hidup; (6) sistem religi; (7) kesenian.13 Ketujuh unsur tersebut

menjelma menjadi tiga wujud kebudayaan, yaitu sebagai suatu kompleks

gagasan, konsep dan pikiran manusia, sebagai wujud suatu komplek

aktivitas, dan wujud sebagai benda.14

Budaya dalam hubungannya dengan komunikasi tidaklah dapat

dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa berbicara

dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, makna

11 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya (Bandung, Remadja Rosdakarya), hal. 56. 12 Andrik Purwanto. Komunikasi Multikultural (Surakarta, Muhammadiyah University Press, 2003), hal. 95. 13 Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. (Jakarta, Rineka Cipta, 1990), hal. 203-204. 14 Alo Liliweri. Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya. (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001), hal. 159.

Page 28: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim,

memperhatikan dan menafsirkan pesan.15

3. Masyarakat Majemuk

Dalam interaksi sosial, masyarakat adalah sebuah sistem di mana

terdapat interaksi antar komponen baik individu, kelompok, atau lembaga-

lembaga.16 Masyarakat dalam bahasa Inggris disebut dengan soiety yasng

berasal dari kata latin sosious yang berarti kawan. Istilah masyarakat

berasal dari akar kata arab “syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisipasi,

atau “masyarakat” yang berarti saling bergaul, sehingga masyarakat dapat

didefinisikan sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan yang terikat

oleh suatu rasa identitas bersama.17.

Lebih jelas lagi Kontjaraningrat memberikan penjelasan tentang

masyarakat, bahwa masyarakat memang sekumpulan manusia yang saling

“bergaul” atau istilah ilmiahnya saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan

manusia dapat mempunyai prasarana melalui apa warga-warganya dapat

saling berinteraksi, tidak semua kesatuan manusia yang berinteraksi itu

disebut masyarakat karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu

ikatan yang khusus. Ikata yang membuat suatu kesatuan manusia yaitu

pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam

15 Ibid, hal. 19. 16 Andrik Purwasito. Op.Cit. hal. 95. 17 Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta, Rineka Cipta, 1990), hal. 143.

Page 29: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

batas kesatuan itu.18 Dalam definisi tersebut dapat diambil sebuah

kesimpulan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia atau bisa

disebut dengan sekelompok manusia yang mendiami suatu daerah tertentu

yang tidak dapat hidup sendiri-sendiri dengan kata lain mereka hidup

bersama dan saling membutuhkan di mana mereka mempunyai hubungan

baik antar sesama secara terus menerus dengan diikat oleh norma-norma

dan adat istiadat yang diakui ditaati dan dianut oleh warganya demi

keberlangsungan hidup bersama.

4. Akulturasi

Akulturasi banyak berkenaan dengan usaha menyesuaikan diri

dengan menerima pola-pola dan aturan-aturan komunikasi dominan.

Akulturasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses di mana suatu

kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada

unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa

sehingga unsur kebudayaan asing lambat laun dapat diterima dan diolah ke

dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian

kebudayaan itu sendiri.

Akulturasi merupakan suatu proses yang dilakukan satu etnis

tertentu yang disebut Young Yun Kim sebagai ‘imigran’ untuk

menyampaikan informasi mengenai kebudayaannya agar dapat diterima

oleh masyarakat pribumi, yang akhirnya mengarah kepada asimilasi.

Asimilasi merupakan derajat tertinggi akulturasi yang secara teoritis

18 Ibid, hal. 144.

Page 30: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

mungkin terjadi.19 Hal ini berarti bahwa secara bertahap masyarakat

pribumi belajar menciptakan situasi-situasi dan relasi-relasi yang tepat

dalam menerima budaya imigran sejalan dengan berbagai transaksinya

yang dilakukan dengan orang lain. Sehingga pada saatnya, masyarakat

pribumi akan menggunakan cara-cara berperilaku orang imigran untuk

menyesuaikan diri dengan pola-pola yang sesuai dengan orang imigran.

Perubahan perilaku juga terjadi ketika seorang pribumi menyimpang dari

pola-pola budaya lama yang dianutnya dan mengganti pola-pola lama

tersebut dengan pola-pola baru dalam budaya imigran.

Proses komunikasi mendasari proses akulturasi seorang pribumi.

Akulturasi terjadi melalui identifikasi dan internalisasi lambang-lambang

masyarakat imigran yang signifikan. Sebagaimana orang-orang imigran

memperoleh pola-pola budayanya sendiri lewat komunikasi, seorang

pribumi juga memperoleh pola-pola budaya imigran lewat komunikasi.

Seorang pribumi akan mengatur dirinya sendiri untuk mengetahui dan

diketahui dalam berhubungan dengan orang lain.

Bila akulturasi dipandang sebagai proses mengembangkan

kecakapan berkomunikasi dalam sistem sosio-budaya pribumi, maka perlu

bahwa kecakapan berkomunikasi demikian diperoleh melalui pengalaman-

pengalaman komunikasi.20 Proses akulturasi yang berjalan baik dapat

menghasilkan integrasi antara unsur kebudayaan asing dan unsur

kebudayaan sendiri. Dengan demikian unsur kebudayaan asing tidak lagi

19 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001) hal. 139. 20 Ibid, hal. 140

Page 31: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

dirasakan sebagai hal yang berasal dari luar, tetapi telah dianggap sebagai

unsur kebudayaan sendiri. Pola-pola akulturasi tidaklah seragam di antara

individu-individu, mereka merespon perubahan harus berdasarkan

pengalaman masing-masing dan bergantung pada potensi akulturasi yang

dimiliki tiap individu atau kelompok. Potensi akulturasi ditentukan

kemiripan antara budaya asli (imigran) dan budaya pribumi. Selain itu,

ditentukan juga oleh usia dan latar belakang pendidikan yang terbukti

berhubungan dengan potensi akulturasi. Yang terakhir yang menentukan

juga potensi akulturasi adalah pengetahuan pribumi tentang budaya

imigran sebelum memasuki wilayah budaya pribumi (kontak budaya).21

5. Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antar budaya di samping memang tidak mungkin lagi

dapat dihindari, juga sesungguhnya sangat penting bagi penduduk semua

negeri diera globalisasi dewasa ini. Kemunculannya sangat mendesak

karena interdependensi antarbangsa semakin nyata, apakah itu di bidang

ekonomi, iptek, politik, kebudayaan dan lain-lain. Di samping tentu saja

karena mobilitas penduduk dunia ini semakin tinggi dan luas, kemajuan

teknologi komunikasi yang luar biasa pesat. Suatu hal yang juga perlu

disadari adalah di dalam proses komunikasi antarbudaya itu antar sumber

dan komunikan (yaitu mereka yang terlibat di dalam komunikasi) berasal

21 Ibid, hal. 144-145.

Page 32: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. Dari sinilah kadang-kadang

muncul sifat-sifat keunikan dari komunikasi antarbudaya tersebut.22

Dalam kehidupan sosio-budaya, kita mengenal adanya komunikasi

antarbudaya. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di

antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa ras,

etnik, agama, atau sosio ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan

ini). Hal tersebut juga diperkuat oleh Stuward L. Tubbs yang dikutib oleh

Andrik Purwasito bahwa komunikasi antarbudaya dilihat sebagai

komunikasi antar dua anggota dari latar budaya yang berbeda, yakni

berbeda secara rasial, etnik, atau sosio-ekonomis (intercultural

communication between members of different cultures whether defined in

terms of racial, etnis, or socioeconomic differences).23

Komunikasi antarbudaya terjadi apabila produsen pesan adalah

anggota suatu budaya dan penerimanya adalah anggota budaya yang

lainnya. Jadi, interaksi berkisar pada orang-orang yang berbeda budaya

sehingga antara orang yang memiliki budaya dominan sama tetapi

subkultur atau subkelompok yang berbeda. Proses komunikasi

antarbudaya dapat digambarkan sebagai berikut:

22 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dasn Praktek ((Yogyakarta, Graha Ilmu, 2009) hal. 297. 23 Andrik Purwasito, Komunikasi Multikultural (Surakarta, Muhammadiyah University Press, 2003) hal. 105.

Page 33: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Gambar 1. Model Komunikasi Antar Budaya

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa ada tiga budaya

yang berbeda digambarkan dengan tiga geometrik yang berbeda. Budaya

A dan budaya B relatif serupa yang masing-masing diwakili oleh suatu

segi empat. Budaya C sangat berbeda dari budaya A maupun budaya B.

pesan dilukiskan dengan gambar panah yang menghubungkan budaya-

budaya itu. Panah tersebut menunjukkan pengiriman pesan dari budaya

satu ke budaya lainnya.24 Model ini menunjukkan bahwa pesan yang

disampaikan dalam komunikasi antarbudaya bisa saja terjadi perubahan,

bisa terdapat banyak ragam perbedaan budaya. Komunikasi antarbudaya

terjadi dalam banyak ragam situasi yang berkisar dari interaksi antara

orang-orang yang memiliki perbedaan budaya yang ekstrem ataupun

orang-orang yang memiliki budaya dominan yang sama atau serupa tetapi

subkulturnya berbeda.

24 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001) hal. 21.

Budaya A

Budaya B

Budaya C

Page 34: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

a. Hakikat Komunikasi Antarbudaya

DeVito menegaskan, bahwa untuk mendefinisikan komunikasi

antarbudaya, perlu terlebih dahulu memahami hakikat kultur itu sendiri.

Kultur dapat didefinisikan sebagai gaya hidup yang relatif khusus dan

suatu kelompok masyarakat, yang terdiri atas nilai-nilai, kepercayaan,

artefak, cara berperilaku, serta cara berkomunikasi yang ditularkan dari

satu generasi ke generasi berikutnya.25

Sementara itu, enkulturasi mengacu pada proses dengan mana

kultur ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kultur

ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua,

kelompok teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga

pemerintahan merupakan guru-guru utama di bidang kultur. Enkulturasi

tersebut terjadi melalui mereka.

Akulturasi mengacu pada proses di mana kultur seseorang

dimodifikasi melalui kontak-kontak ataupun pemaparan langsung

dengan kultur lain, misalnya melalui media massa. Sebagai contoh, bila

sekelompok imigran kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan

rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah

ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan

dari kultur tuan rumah semakin menjadi bagian dari kelompok imigran

itu. Pada waktu yang sama, tentu saja, kultur tuan rumah berubah juga.

Tetapi pada umumnya, kultur imigranlah yang banyak berubah. DeVito

25 Marhaeni Fajar, Op.Cit, hal. 300,

Page 35: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

menyebutkan, seperti juga dikatakan Young Yun Kim, “Sebab

terjadinya peruahan yang praktis satu arah ini adalah perbedaan jumlah

pendatang dengan jumlah masyarakat tuan rumah”.26

Menurut Kim penerimaan kultur baru bergantung pada sejumlah

faktor. Imigran yang datang dari kultur yang mirip dengan kultur tuan

rumah akan terakulturasi lebih mudah. Demikian pula, mereka yang

lebih mudah dan terdidik, lebih cepat terakulturasi dibandingkan

mereka yang lebih tua dan kurang berpendidikan. Faktor kepribadian

juga berpengaruh, orang yang senang mengambil risiko dan berpikiran

terbuka, misalnya akan lebih mudah terakulturasi. Akhirnya, orang

yang terbiasa dengan kultur tuan rumah sebelum berimigrasi, apakah

melalui kontrak antar pribadi ataupun melalui media massa, akan lebih

mudah terakulturasi. Komunikasi antarbudaya mengacu pada

komunikasi antara orang-orang dari kultur yang berbeda, antara orang-

orang yang memiliki kepercayaan, nilai atau cara berperilaku kultural

yang berbeda.

b. Bahasa Sebagai Cermin Budaya

Bahasa itu mencerminkan budaya, semaksin besar perbedaan

budaya, semakin besar perbedaan komunikasi, baik dalam bahasa

maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Semakin besar perbedaan

antara budaya (dan karenanya, semakin besar perbedaan komunikasi,

semakin sulit komunikasi dilakukan). Kesulitan tersebut mengakibatkan

26 Ibid, hal. 301.

Page 36: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan

kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah

persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).

c. Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya

Semakin besar perbedaan antarbudaya, semakin besar pula

kesadaran diri para partisipan komunikasi. Hal ini mempunyai

konsekuensi positif dan negatif. Positifnya adalah kesadaran diri

membuat lebih waspada. Ini mencegah mengatakan hal-hal yang

mungkin terada tidak peka atau tidak patut. Adapun negatifnya adalah,

hal ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang

percaya diri.27

Dengan semakin mengenal, maka perasaan terlalu berhati-hati

akan hilang dan menjadi lebih percaya diri dan spotan. Hal demikian ini

pada gilirannya akan menambah kepuasan dalam komunikasi. Masalah

sebenarnya bukanlah pada bagaimana menjaga interaksi dan

mengupayakan saling pengertian, melainkan terlalu mudah menyerah

setelah terjadinya kesalahpahaman di saat awal.

d. Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya

Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal

dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika

berhubungan menjadi lebih akrab. Walaupun selalu menghadapi

27 Ibid, hal. 304.

Page 37: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain. Penilaian

yang dilakukan secara dini biasanya didasarkan pada informasi yang

terbatas. Oleh karena itu, perlu lebih fleksibel untuk memperbaiki

pendapat yang dibuat berdasarkan informasi yang sangat terbatas itu.

Prasangka dan bias bila dipadukan dengan ketidakpastian yang tinggi

akan menghasilkan penilaian yang nantinya perlu diperbaiki.

e. Memaksimalkan Hasil Interaksi

Sunnafrank sebagaimana dikutip oleh DeVito mengatakan

bahwa dalam semua komunikasi, demikian pula dalam komunikasi

antarbudaya, senantiasa berusaha memaksimalkan hasil interaksi.

Berusaha memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan biaya

minimum.

Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank mengisyaratkan

implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh,

orang akan berinteraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan

memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit,

mungkin akan menghindarinya. Dengan demikian, akan memilih

berbicara dengan rekan kelas yang banyak kemiripannya dibandingkan

orang yang sangat berbeda. Tetapi memperluas pergaulan mungkin

akan memberikan kepuasan yang lebih besar setelah beberapa waktu.

Kedua, bila mendapatkan hasil yang positif, terus melibatkan

diri dalam komunikasi dan meningkatkan komunikasi. Bila

memperoleh hasil negatif, mulai menarik diri dan mengurangi

Page 38: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

komunikasi. Implikasinya jelas, jangan cepat menyerah, terutama dalam

situasi antarbudaya.

Ketiga, membuat prediksi tentang mana perilaku yang akan

memberikan hasil positif. Dalam komunikasi berusaha memprediksi

hasil, misalnya dari pilihan topik, posisi yang diambil, perilaku

nonverbal yang ditunjukkan, banyaknya pembicaraan yang dilakukan,

dibandingkan dengan tindakan mendengarkan, dan sebagainya.

Kemudian melakukan apa yang kira akan memberikan hasil yang

positif dan berusaha tidak melakukan apa yang memberikan hasil yang

negatif.28

6. Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa

Etnis Tionghoa dan etnis Jawa adalah yang menjadi subjek pokok

penelitian ini. Istilah Tionghoa dibuat oleh orang Indonesia yang berasal

dari kata Zhonghua dalam bahasa Mandarin Zhonghua dalam dialek

Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.29 Apabila dilihat dari ciri fisik etnis

Tionghoa sangat mudah sekali untuk dikenali seperti mata sipit, kulit putih

pucat, dan berambut lurus. Dilihat dari sudut kebudayaan masyarakat

Tionghoa dikategorikan menjadi dua masyarakat Tionghoa “Peranakan”

dan “Totok”.30 Orang Tionghoa Peranakan terdiri dari orang Tionghoa

yang sudah terasimilasi sebagian ke dalam masyarakat Indonesia, sebagian

dari mereka telah menikah dengan masyarakat pribumi dan memiliki

28 Ibid, hal. 305-306. 29 http://id.wikipedia.org.wiki/Tionghoa-Indonesia diakses 7 Agustus 2010. 30 Rustopo, Menjadi Jawa : Orang-orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta 1895-

1998, (Surakarta, Ombak, 2007), hal. 68.

Page 39: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

keturunan dengan masyarakat pribumi, orang Tionghoa ini sudah lama

tinggal di Indonesia dan pada umumnya sudah berbaur. Mereka

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah setempat sebagai

bahasa sehari-hari dan bertingkah laku seperti pribumi. Sedangkan orang

Tionghoa Totok adalah orang Tionghoa yang secara budaya dan turunan

masih berasal dari Tionghoa, mereka adalah pendatang baru, umumnya

baru satu sampai dua generasi dan masih berbahasa Tionghoa akan tetapi

dengan terhentinya imigrasi dari daratan Tionghoa, jumlah Tionghoa

Totok semakin menurun, dan keturunan Totok sudah mengalami

peranakanisasi.31

Masyarakat Tionghoa di Indonesia adalah salah etnis penting dalam

sejarah Indonesia jauh sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan

terbentuk. Setelah Negara Indonesia terbentuk, maka otomatis orang

Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia haruslah digolongkan

dalam lingkup nasional Indonesia setingkat dan sederajat dengan suku-

buku bangsa lainnya yang membentuk Negara Indonesia Republik

Indonesia.

Suku Jawa adalah suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku Jawa

sebagian besar menggunakan bahasa Jawa bertutur sehari-hari. Garis

keturunan dalam masyarakat Jawa diturunkan lewat ayah dan ibu. Bahasa

Jawa merupakan bahasa yang sangat sopan dan menghargai orang yang

diajak berbicara khususnya bagi orang yang lebih tua dan bahasa Jawa

juga sangat mempunyai arti yang luas. Orang Jawa sebagian besar secara

31 Leo Suryadinata, Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa, (Jakarta, Pustaka LP3ES, 1999),

hal. 252.

Page 40: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

nominal menganut agama Islam. Tetapi yang menganut agama Kristen

Protestan dan Katolik juga banyak. Mereka juga terdapat di daerah

pedesaan. Penganut agama Budha dan Hindu juga ditemukan pula diantara

masyarakat Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen. Kepercayaan ini

terutama berdasarkan kepercayaan Anismisme dengan pengaruh Hindu-

Budha yang kuat.

Masyarakat Jawa terkenal akan sifat sinkretisme kepercayaannya.

Semua budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai. Orang Jawa

memiliki stereotip sebagai sukubangsa yang sopan dan halus. Tetapi

mereka juga terkenal sebagai sukubangsa yang tertutup dan tidak mau

terus terang. Sifat ini konon berdasarkan watak orang Jawa yang ingin

menjaga keserasian dan menghindari konflik, karena itulah mereka

cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila terjadi perbedaan

pendapat. Yang dimaksud dari kebudayaan Jawa adalah kebudayaan yang

dianut oleh masyarakat Jawa yang hidup di daerah Jawa Tengah bagian

selatan dengan sentranya pada Keraton Yogyakarta dan Surakarta.32

Kebudayaan Jawa yang hidup di Surakarta merupakan kebudayaan

peradaban yang berakar di Keraton, kebudayaan yang mengutamakan

aspek kehalusan dan keindahan.33 Kebudayaan keraton meliputi

kesusastraan (bahasa), seni tari, seni suara, dan upacara-upacara termasuk

upacara keagamaan yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan

sejak empat tahun atau lima abad yang lalu. Akan tetapi lambat laun

32 P. Haryono, Kultur dan Jawa Pemahaman Menuju Asimilasi Kulturasi (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1994), hal. 32. 33 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa (Jakarta, Balai Pustaka, 1984), hal. 20.

Page 41: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

perjalanan budaya Jawa mengalami transformasi juga. Transpormasi dapat

diandaikan sebagai pengalihan menuju budaya baru yang mapan, juga bisa

sebagai proses yang lama dan bertahap-tahap, atau sebaliknya sebagai titik

balik yang begitu cepat.

Bahasa Jawa adalah bahasa yang sering digunakan oleh orang Jawa

di Surakarta ini. Bahasa Jawa memiliki tiga strata pokok, yaitu ngoko,

(strata tak resmi), madyo (strata setengah resmi) dan krama (strata resmi).

Bahasa Jawa logat Surakarta dianggap sebagai bahasa Jawa yang beradasb,

tetapi dengan adanya perubahan sosial awal abad-20 sebagai akibat

pendidikan dan kemajuan ekonomi telah mengubah struktur kelas sosial.

Perubahan yang besar dalam penggunaan bahasa Jawa oleh masyarakat

Surakarta tidak membuat kehilangan kejawaannya. Meskipun tutur kata

yang kasar tetapi melalui bahasannya mereka dapat diidentifikasi sebagai

orang Jawa yang berlogat Surakarta.

F. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini difokuskan pada para anggota (pemain) Barongsai

dalam kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka Solo, sebagai contoh

berlangsungnya akulturasi dan komunikasi antarbudaya yang efektif antar

etnis Tinghoa dan Jawa di Kota Surakarta.

Barongsai merupakan salah satu budaya Tionghoa yang sudah

selayaknya bila dimainkan oleh orang dari etnis Tionghoa. Namun dalam hal

ini di Yayasan Tripusaka Solo yang mayoritas anggotanya adalah orang-

orang Jawa memainkan kesenian Barongsai tersebut. Dengan adanya

Page 42: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

sekelompok ini akan mempertemukan individu-individu baik dari etnis

Tionghoa maupun etnis Jawa dalam berinteraksi mewujukan suatu bentuk

komunikasi. Kelompok Barongsai inilah merupakan tempat berlangsungnya

komunikasi yang efektif. Dalam kelompok inilah individu-individu akan

melakukan proses komunikasi, komunikasi yang terjadi apabila komunikator

dan komunikan saling berinteraksi dan terjadi hubungan yang timbal balik.

Dengan dimainkannya kesenian Barongsai oleh etnis Jawa, tentunya tidak

akan mengeser kebudayaan kita sendiri, justru malah akan menambah

kekakayaan kebudayaan kita.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Etnis Jawa Etnis Tionghoa

Kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka

Proses Komunikasi dalam Akulturasi

Page 43: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

G. Metode Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada

generalisasi.34

Penelitian kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk

memberikan penjelasan-penjelasan (explanations), mengontrol gejala-

gejala komunikasi, mengemukakan prediksi, atau untuk menguji teori,

tetapi lebih dimaksudkan untuk mendeskrispikan dan/atau pemahaman

mengenai bagaimana suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.35

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka

Solo.

3. Subyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota (pemain) kelompok

Barongsai yang terdiri dari etnis Tionghua dan etnis Jawa. Narasumber

dicari dengan teknik snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik

penentuan sampel yang mula-mula kecil kemudian membesar. Ibarat bola

salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam

34 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2007), hal. 1. 35 Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, Menuju Paradigma Baru Penelitian Komunikasi (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1999), hal. 91.

Page 44: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena

dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan,

maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat

melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu

seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. 36

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan orang-orang yang dianggap memiliki

kapasitas seperti para tokoh kunci yang bisa memberikan informasi

yang dapat dipertanggungjawabkan.

b. Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Metode observasi

yang dilakukan adalah observasi partisipatif. Dalam observasi

partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan kelompok

Barongsai Tripusaka, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan

berpartisipasi dalam aktivitas mereka.37

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk melengkapi penelitian yang

dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen seperti otobiografi,

catatan harian, artikel, brosur dan lain-lain yang ada di Yayasan

Tripusaka Solo. Dokumen-dokumen tersebut dapat mengungkapkan

36 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung, Alfabeta, 2008) hal. 85. 37 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2007), hal. 65.

Page 45: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

bagaimana subjek mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan, dan

situasi yang dihadapinya pada suatu saat, dan bagaimana kaitan

definisi-definisi tersebut dalam hubungan dengan orang-orang di

sekelilingnya dengan tindakan-tindakannya.38

5. Analisis Data

Dalam menganalisa data penulis menggunakan analisa interaktif

(interactive model of analysis). Model ini mempunyai tiga komponen yaitu

data reduction, data display dan data conclusion drawing.39

Data reduction adalah suatu bentuk analisis yang mempertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan

mengatur data sedemikian rupa untuk membuat kesimpulan akhir. Data

display adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan

kesimpulan riset dapat dilakukan, sedangkan data conclution drawing

adalah mengambil suatu kesimpulan.

Ketiga komponen tersebut bila digambarkan dengan diagram

seperti dibawah ini :

38 Deddy Mulyana, Op.Cit, hal. 68 39 Miles dan Huberman dalam Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung, Alfabeta, 2007) hal. 92

Page 46: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Gambar 3. Model Analisis Interaktif

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke

lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit.

Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data, sajian

data, dan penarikan simpulan dan verifikasi.

a. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Setelah

data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

b. Sajian data

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowcharti dan sejenisnya. Penyajian data

Pengumpulan Data

Sajian Data Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan

Page 47: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teks yang bersifat

naratif. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa

dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas

pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali

dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran kedua yang timbul

melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat

kembali sebentar pada catatan lapangan.

6. Validitas Data

Validitas data adalah derajad ketepatan antara data yang terjadi

pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara

data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi

pada obyek penelitian.40 Sedangkan untuk validitas data triangulasi

merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data pada sifat valid dan

reliable. Validitas data lebih menunjuk pada tingkat sejauhmana data yang

diperoleh telah secara akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti.

40 Sugiyono, Op.Cit, hal. 117

Page 48: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat konsistensi hasil dari penggunaan

cara pengumpulan data.41

Ada empat macam teknik triangulasi, yaitu (1) triangulasi data atau

sering disebut dengan triangulasi sumber, (2) triangulasi metodologis, (3)

triangulasi peneliti, dan (4) triangulasi teori.42 Dalam penelitian ini

menggunakan triangulasi data, suatu pemeriksaan dengan membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat

dicapai dengan (1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data

hasil wawancara, (2) Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) Membandingkan apa yang

dikatakan saat situasi penelitian dengan apa yang dilakukan sehari-hari, (4)

Membandingkan apa yang menjadi perspektif responden dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang banyak atau lawan interaksi objek

penelitian, (5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang

berkaitan.

41 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta, LkiS, 2008), hal. 97 42 HB. Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Surakarta, Sebelas Maret University Press, 2002), hal. 78.

Page 49: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB II

GAMBARAN UMUM YAYASAN TRIPUSAKA

A. Sejarah Perkembangan Yayasan Tripusaka

Di kota Surakarta Perkumpulan Wushu, Liong dan Barongsai

Tripusaka (MAKIN Sala) merupakan Group Liong dan Barongsai satu-

satunya yang mampu beratraksi dengan penampilan yang memukau antara lain

permainan Barongsai diatas bangku setinggi ± 3 meter dan permainan lantai,

permainan diatas bola raksasa dan lain-lain. Perkumpulan ini baru berusia

sekitar 11 tahun (didirikan 5 Februari 1999), tetapi dalam prestasinya

perkumpulan Tripusaka ini mampu membuat prestasi dalam berbagai Acara,

Festival dan Kejuaraan.

Perkumpulan yang merupakan seksi olah raga dan kesenian di bawah

Panji Majelis Agama Khonghucu Indonesia Surakarta dan Yayasan

Pendidikan Tripusaka ini mulai karirnya saat untuk pertama kalinya di

Surakarta berlangsung perayaan Implek 1999, bersama Group Barongsai Jien

Hoo Tong dan Hoo Hap dari Semarang serta Group Kiem Liong (Naga Emas)

dari Salatiga, 4 (empat) perkumpulan ini menampilkan kebolehannya

beratraksi di Stadion Sriwedari yang diawali dengan kirab diberbagai ruas

jalan utama Surakarta.

Berbagai suka dan duka di alami oleh Group Tripusaka yang mulai

dari Nol (tak punya apa-apa) dibantu oleh seorang tokoh dari Solo Baru yaitu

Bapak Hendra Yauw yang memberikan Barongsai bekas, anak-anak Tripusaka

mulai belajar memainkan Barongsai, dari pinjaman yang diberikan MAKIN

Page 50: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Sala sebesar 3 juta, Group Tripusaka memesan sebuah tambur dan

perlengkapan musik sederhana untuk berlatih, pelan-pelan namun pasti

(karena saat itu Tripusaka hanyalah satu-satunya Group Barongsai yang ada),

berbagai permintaan untuk pentas/ tampil berdatangan, baik dari perorangan,

Instansi Pemerintah, perkumpulan dan swasta mulai dilayani.

Dari hasil pentas tersebut Group Tripusaka mulai dapat menambah

inventarisnya, kini tidak kurang dari 14 buah Barongsai, Sepasang

Shantungsai, 3 (tiga) Liong, 2 set Bangku, 1 set Tonggak, Bola Raksasa dan

Tambur buatan Cina serta peralatan lainnya ada di Tripusaka.

Sekitar tahun 1999 akhir Group Tripusaka mendapatkan pinjaman

sebuah gedung untuk berlatih yaitu gedung Hok Bo atau bekas gedung

wanita/gedung bilyard yang terletak di jalan Sorogenen (sebelah barat gedung

PMS), tempat ini saat itu dikontrak/ disewa oleh Perkumpulan Fu Jing dari

pihak pemerintah (dulu disita karena milik organisasi Tionghoa), dan karena

belum digunakan maka dipinjamkan kepada Tripusaka sebagai sarana latihan.

Sayang sekitar tahun 2002 awal, tempat tersebut mulai digunakan oleh

Perkumpulan Fu Jing yang kabarnya berhasil membelinya dari pihak

pemerintah, akibatnya Group Tripusaka harus kembali berlatih di tempat

asalnya di halaman Lithang (tempat ibadah Khonghucu) sampai saat ini.

Pada mulanya anggota yang aktif lewat latihan Wushu tercatat sekitar

200 orang, 60% diantaranya kemudian yang kemudian menjadi cikal bakal

para pemain Liong dan Barongsai Tripusaka. Para pemain tidak dipungut

iuran sama sekali, tetapi bahkan mereka (setelah dinilai layak tampil) akan

Page 51: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

memperoleh pembagian Angpao manakala Barongsai / Liong selesai dipanggil

untuk pentas dengan honor yang cukup lumayan.

Tercatat pada pentas di bulan Januari 2004 yang bertepatan dengan

bulan Imlek, Group Barongsai Tripusaka pentas hampir selama 10 hari

berturut-turut dengan 14 kali Show, maka untuk para pemain Barongsai dan

Liong tentunya memperoleh honor yang cukup lumayan.

Sejak didirikan hingga saat ini ke pengurusan tidak banyak mengalami

perubahan, karena hanya mereka-mereka sajalah yang mau bekerja keras

tanpa pamrih membimbing, membina dan mengarahkan para pemain Liong

dan Barongsai Tripusaka membawa nama harum perkumpulan khususnya dan

kota Surakarta pada umumnya dalam ajang/ skala tingkat umum maupun

Nasional Susunan ke pengurusan terdiri dari :

- Penasehat : Xs. Tjhie Tjay Ing

Ws. Indarto (Tan Gik Hien)

Dq. Hendra Yauw (Yauw Peng Hie)

Dq. Ny Tan Swie Hay

- Ketua : Js. Heru Subiyanto (Soei Tie Bian)

- Sekretaris : Js. Ir. Tintin Luisiana Dewi (Tan Loei Tien)

- Bendahara : Dq. Andriani Chandra (Tan Kwok Ing)

- Pembina : Ws. Adjie Chandra (Go Djien Tjwan)

Js. Hasan Widjayadi (Khoe Hiang Lok)

Js. Hermawan Budi Susanto (Sie Siep Hing)

- Koordinator : Dq. Hengky, Dq. Ivo Bernadin, Dq. Titi Ariwibowo

Dq. Hananto Nugroho, Dq. Eko Supramono

Page 52: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Latihan dilaksanakan 3 (tiga) kali dalam seminggu yaitu hari Rabu,

Jum’at dan Minggu mulai jam 16.00 WIB – selesai. Dimulai dengan

pemanasan sekitar 20 menit dilanjutkan dan latihan dasar yaitu pemantapan

jurus kuda-kuda, kemudian dipilah-pilah ada yang latihan Barongsai lantai,

Tonggak, Bangku, juga beberapa pemain anak-anak dan putri berlatih

memainkan musik. Namun terkadang dalam persiapan untuk menghadapi

perlombaan, jadwal latihan ditambah harinya sehingga sampai 5 atau 6 kali

dalam seminggu. Pada setiap latihan Perkumpulan selalu menyediakan

minuman dan konsumsi untuk para anggotanya, dan setiap sekali para pemain

mendapatkan jatah minum Susu Sapi segar, juga berbagai Vitamin dari

perkumpulan.

Diakhir latihan Pengurus/ Pembina biasanya menyampaikan beberapa

pengumuman (kalau ada) dan setiap bulan sekali terkadang juga diadakan

Briefing (pengarahan) untuk para pemain Liong dan Barongsai. Sedangkan

untuk latihan Wushu sementara ini ditiadakan karena pelatihnya yang berasal

dari luar kota ini tidsak bisa lagi mengajar di Solo, sementara untuk

mengundang pelatih lokal belum ada, dari luar kota cukup mahal biayanya,

perlu diketahui terakhir Tripusaka mendatangkan guru Wushu dari

Purwokerto sekali datang honornya Rp 600.000,- (latihan ditunggui sang guru

seminggu sekali saat gurunya datang saja).

Sementara untuk pelatih Barongsai maupun Liong, hingga kini

Tripusaka juga belum memilikinya, pernah oleh Klenteng Kudus dan Lasem

yang kebetulan mengundang 1 guru/ pelatih dari Malaysia menawarkan untuk

Page 53: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

juga bisa melatih di Tripusaka, selama 1 Minggu honor yang diminta Rp 30

juga.

Berbagai prestasi yang diraih Group/ Sasana Tripusaka antara lain :

1. Tahun 1999 :

Pada kejuaraan Daerah Wushu tingkat Propinsi Jawa Tengah tahun 1999

yang lalu, dari 20 atlit Wushu yang dikirim, 14 orang diantaranya

memperoleh medali Perunggu, Perak dan Emas, bahkan Barongsai

Tripusaka berhasil menjadi juara I tingkat Jawa Tengah untuk jenis

permainan bangku, ini merupakan piala pertama bagi Perkumpulan Barong

Tripusaka.

2. Tahun 2000 :

Pada festival Liong & Barongsai serta Kejuaraan Daerah Wushu Jateng

tahun 2000, Group Tripusaka harus puas dengan diperolehnya antara lain:

a. Juara I (kesatu) untuk Permainan Liong (Naga)

b. Juara II (kedua) untuk Permainan Barongsai diatas tonggak

c. Juara III (ketiga) untuk Permainan Barongsai Lantai

d. Juara I & II untuk Lomba Barongsai Kanak-kanak

e. Rangking IV (empat) untuk Atlit Wushu se Jateng & DIY

3. Tahun 2001 :

Pada Kejurnas Wushu Tahun 2001 yang diadakan di Jogyakarta, beberapa

atlit Wushu Tripusaka kembali menyabet beberapa piala :

a. Peringkat III Tai Chi Putra atas nama Muslih Sidiq

b. Peringkat IV Tai Chi Putri atas nama Noviana Dewi Yuwono

c. Peringkat V Tai Chi Putri atas nama Murdiyati

4. Tahun 2002 :

Page 54: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Untuk berbagai event lomba, kembali Perkumpulan Barongsai Tripusaka

berhasil meraih kejuaraan antara lain :

a. Juara ke 1 permainan lantai pada festival se Jawa & Bali

b. Pada Kejurnas Wushu berhasil menduduki peringkat ke 3.

c. Pada Borobudur Internasional Festival meraih juara harapan 1.

5. Tahun 2003 :

a. Pada Festival Liong se Indonesia di Vihara Gunung Kalong Ungaran

team Liong Tripusaka seharusnya menjadi juara ke 3, sayang hanya

karena sepatu salah seorang pemainnya terlepas saat berlomba dewan

juri memotong nilai sehingga akhirnya hanya menjadi juara Harapan 1.

b. Pada Bandung Open Turnament Festival Nasional Barongsai,

Tripusaka seharusnya kembali meraih juara 1, sayang ada salah

konfirmasi antar beberapa Juri sehingga pada saat lomba, ketinggian

Bangku yang saat tehnical meeting tak ada masalah di complaint,

akibatnya pemain Tripusaka harus merubah posisi bangku tanpa

latihan lebih dahulu dan harus puas menjadi juara harapan 1, sementara

team Liongnya juga masih bertahan pada posisi juara Harapan 1.

6. Tahun 2004 :

Juara ke II (dua) jenis permainan Lantai dari 25 team yang ikut bertanding

pada Kejurda Barongsai yang diadakan Pengda Persobarin Jateng di

G.O.R Bhineka Surakarta 18-19 September 2004.

7. Tahun 2005 :

Page 55: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

a. Juara ke I (satu) jenis permainan Lantai dari sekitar 17 perwakilan

Sasana Wushu & Barongsai Jateng pada Kejurda Wushu & Barongsai

yang diadakan di Tegal Juni 2005.

b. Juara ke II (dua) jenis permainan tonggak Kejurda Wushu & Barongsai

di Tegal Juni 2005.

c. Juara ke II (dua) jenis permainan Lantai dari sekitar 19 Team

Barongsai berbagai daerah dalam Kejuaraan Barongsai President Cup

(Piala Presiden) yang diadakan di Ancol 7 – 8 Juli 2005.

d. Juara ke III (tiga) jenis Permainan Tonggak President Cup 2005 yang

diadakan di Ancol 7 – 8 Juli 2005.

e. Juara ke II (Dua) jenis permainan Tonggak dalam ajang Porda Jateng

yang diadakan di Kendal, September 2005.

Perkumpulan Wushu, Liong & Barongsai Tripusaka beralamat di Jalan

Jagalan No. 15 (TK & SD Tripusaka) telpon 637488 – 661989 Surakarta.

Pengurus secara bergiliran/ bergantian datang ke kantor setiap harinya, tetapi

yang selalu stand by di kantor adalah Ws. Adjie Chandra yang memang

bekerja menangani sekolah Tripusaka dan kegiatan dari MAKIN (Majelis

Agama Khonghucu Indonesia) Surakarta.

Penampilan Barongsai Tripusaka banyak digemari masyarakat

Surakarta khususnya dengan atraksinya di atas Bangku yang disusun

bertumpuk dengan ketinggian sekitar 4 meter, Barongsai ber atraksi diatasnya

dengan memiringkan posisi bangku yang diinjaknya, menyambar daun untuk

Page 56: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

dimakan dan membuka gulungan kain merah dengan tulisan Mandarin Emas

(yang disesuaikan dengan eventnya).

B. Atraksi Kesenian Barongsai

Barongsai merupakan suatu atraksi yang berbentuk tarian, dimana para

pemainnya yang berjumlah 2 (dua) orang mengenakan topeng Kepala dan

kostum/ badan berbentuk Singa yang disebut Sam Sie atau Barongsai, namun

ada juga berbentuk Ular Naga panjang (Liong) yang dibuat dari kerangka

bambu/ rotan tertutup kain, diberi penyangga tongkat dari bambu (rotan) dan

dimainkan oleh 9 (sembilan) orang.

Untuk Barongsai gerakan yang ditampilkan saat pentas yang utama

bertumpu pada kekuatan kuda-kuda (Ma Shi), oleh karena itu para pemain

Barongsai dan Liong biasanya terlebih dahulu harus berlatih jurus Wu Shu

(bela diri Cina) agar penampilannya semakin sempurna. Namun walaupun

demikian gerakan yang ditampilkan Barongsai sangat dominan dengan gerak

akrobatik, hal tersebut bisa dilihat pada permainan Barongsai diatas Bangku

dan Tonggak besi.

Dalam pementasannya Barongsai dan Liong dapat dipadukan (tampil

bersama) atau dimainkan terpisah. Menurut falsafah Cina kuno tarian

Barongsai yang dipadukan dengan tari Liong bermakna memadukan/

menyelaraskan unsur Yin dan Yang (Negatif dan Positif, Malam dan Siang,

Hitam dan Putih, Wanita dan Pria.

Biasanya kesenian Barongsai dan Liong ditampilkan pada hari raya

keagamaan Khonghucu (khusus) seperti Imlek, Cap Go Meh, Tiong Chiu atau

Page 57: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

hari kelahiran Nabi Khongcu (27 Bulan 8 Imlek) biasanya sekitar September /

Oktober, kesenian ini dimainkan di sepanjang jalan karena dipercaya mampu

menghalau segala unsur jahat dan negatif di sepanjang jalan yang dilewatinya

sehingga akan membawakan kedamaian dan kesejahteraan bagi yang

melihatnya.

Khusus untuk Group Tripusaka Surakarta, kesenian Barongsai yang

kembali dihidupkan sekitar Februari 1999 ini mempunyai 3 (tiga) misi yaitu :

1. Misi / Acara Ritual

Untuk acara ini Barongsai maupun Liong yang dimainkan biasanya

dominan dengan warna Hitam & Putih atau Merah & Putih sebagai simbol

unsur Yin dan Yang karena dipercaya bisa menolak bala. Barongsai dan

Liong yang akan dimainkan sebelumnya dibawa ke Klenteng atau Lithang

(tempat ibadah Khonghucu) untuk disembahyangkan dan diberi Hu (kertas

Kuning bertuliskan huruf Mandarin) yang dipercaya sebagai jimat penolak

bala dikepala Liong dang Barongsai dikaitkan seuntai daun Jeruk yang

dipercaya akan membawa kesejukan bagi manusia.

Untuk Barongsai baru (belum pernah dipakai) dalam tradisi

(kepercayaan) Tridharma / Klenteng / Taoisme biasanya sebelum

digunakan terlebih dahulu diadakan upacara pemberkatan dengan urutan

acara sebagai berikut :

a. Barongsai baru yang akan dipakai diletakkan diatas altar khusus

dengan mata ditutup kain merah, mulut juga ditutup.

Page 58: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

b. Pimpinan upacara/pendeta Klenteng mengawali dengan

bersembahyang kealtar Tuhan (menghadap keluar klenteng) dan altar

utama di bagian tengah Klenteng.

c. Badan Barongsai diperciki dengan air klenteng, kemudian pada kepala

Barongsai diteteskan darah Ayam jago putih, sebagai sarana agar

iblis/roh jahat lari ketakutan melihat sang Barongsai.

d. Kemudian kain merah penutup mata dan mulut Barongsai dilepas,

pada mata Barongsai diberi tanda dengan cat Merah, juga pada telinga,

hidung dan mulutnya, ada juga yang memberi tanda pada kaki

Barongsai (celana berbulu sama dengan badan Barongsai yang dipakai

pemainnya).

e. Selanjutnya pada tanduk Barongsai diikatkan kain merah dan daun

jeruk.

Kemudian Barongsai dan Liong akan dibawa/ diarak berkeliling

kota dimana sepanjang jalan banyak orang yang memasang Angpao

(bungkusan Merah berisi uang) yang digantung di depan/ di tas rumah dan

kemudian akan diambil/ disambar oleh Liong dan Barongsai yang

melewatinya. Masyarakat percaya bahwa Angpao yang mereka berikan

sebagai ungkapan kegembiraan (warna Merah melambangkan ketulusan,

kebahagiaan dan rejeki) dan tolak bala ini akan mendapat balasan dari

Tuhan berpuluh kali lipat, itulah sebabnya Group Barongsai banyak

memperoleh dana lewat Angpao pada hari raya tertentu. Untuk Group

Tripusaka sudah yang kesekian kalinya mendapat giliran kirab Imlek

selalu di sekitar Coyudan, Singosaren dan Nonongan.

Page 59: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

2. Misi / Acara Entertaiment (Show)

Dalam acara ini warna yang digunakan pada Barongsai maupun

Liong bebas bahkan terkesan menyolok berwarna warnai, acara ini bisa

disaksikan setiap saat yaitu pada Pesta Pernikahan, Pesta Ulang Tahun,

Promosi dan lain sebagainya, tergantung kepada permintaan konsumen,

biasanya warna yang disukai adalah :

a. Merah melambangkan kebahagiaan, ketulusan dan rejeki berlimpah

maka sering kita lihat warna Merah dominan dalam kehidupan suku

Tionghwa misalnya kain merah di atas pintu rumah (saat rumah

tersebut mantu), hiasan dari lampu, lampion, kartu ucapan selamat dan

lain sebagainya.

b. Kuning melambangkan keagungan, kewibawaan dan kesuksesan

c. Biru lambang keharmonisan dan kedamaian

d. Hijau lambang kesejukan dan kerukukan

e. Orange seperti pada Barongsai yang dipakai Xiao Yen Zhe pada serial

Film di Televisi yatu Putri Huan Zhu.

Berbeda dengan acara ritual, untuk Entertaiment/ show Barongsai

atau Liong tidak wajib untuk disembahyangkan lebih dahulu, tetapi tiada

salahnya apabila sebelum berangkat ke tempat atraksi, semua pemain

berdoa mohon kepada Tuhan agar acara yang mereka laksanakan bisa

berjalan dengan lancar.

Dalam penampilannya untuk acara pernikahan, Barongsai dan

Liong pertama tama akan beratraksi menyambut dan mengantar mempelai

menuju ke kursi pelaminan, selanjutnya akan hadir lagi dengan membawa

Page 60: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Pedang untuk diserahkan kepada kedua mempelai yang akan melakukan

acara pemotongan kue pengantin. Kemudian Barongsai akan beratraksi

diatas panggung/ bangku untuk memeriahkan acara pesta pernikahan

kedua mempelai, dan selanjutnya mengantar mempelai menuju ke pintu

masuk saat acara sudsah selesai.

3. Misi / Acara Olah Raga

Untuk acara ini setiap Tahun biasanya Group Tripusaka mengikuti

berbagai lomba/ festival yang diadakan baik oleh PBWI (Pengurus Besar

Wushu Indonesia), PKBLSI (Persatuan Kungfu, Liong & Barongsai

Seluruh Indonesia) dan berbagai Federasi Barongsai lain baik tingkat

Lokal, Propinsi, Nasional bahkan di tingkat Internasional / dunia setiap

Tahunnya selalu ada Festival Liong dan Barongsai di Malaysia, satu

catatan penting yang perlu diketahui Indonesia di wakili Team Barongsai

Padang untuk tahun 2003 sudah masuk urutan 5 besar. Untuk festival /

perlombaan ini Barongsai dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

a. Barongsai Permainan Lantai

Kejuaraan dinilai dari permainan Barongsai diatas lantai, kedua

pemain yang di depan berfungsi memegang kepala dan memainkan

mimik Barongsai kaget, marah, sedih, gembira mengantuk dan lainnya

sementara pemain belakang berfungsi sebagai badan Barongsai serta

menggerakkan ekor sehingga dengan kekompakan yang serius dan

indah kita akan menyaksikan seolah seekor Singa sedang beraksi di

depan kita.

Page 61: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Adegan yang diperagakan kedua pemain untuk dinilai ini juga

berdasarkan aturan yang telah disepakati baik tingkat nasional ataupun

internasional, misal :

1) Lama atraksi sekitar 10 sampai 12 menit

2) Jumlah personil 10 personil terdiri dari (2 pemain, 4 atau 6

pemusik, 1 ketua, 1 pelatih).

3) Tidak boleh memakai alat bantu lebih dari ketentuan (biasanya

hanya boleh dengan bangku, kursi dengan ketinggian kurang dari 1

meter, guci mainan berbentuk binatang dan lain sebagainya).

4) Tidak boleh memakai Pawang, yaitu pemain yang bertugas sebagai

pasangan lomba sehingga Barongsai lebih mudah diarahkan

mimiknya.

5) Arena yang digunakan berukuran 10 x 10 meter

6) Harus ada adegan Barongsai makan sayur

7) Peserta harus melampirkan sinposis adegan yang diperagakan.

b. Barongsai Permainan Tonggak

Untuk jenis perlombaan ini pemain Barongsai diwajibkan

beratraksi diatas Pilar/ Tonggak besi yang ditata berderet memanjang,

setiap deret memiliki tingkat kesulitan berbeda, misalnya deret pertama

hanya untuk awal Barongsai beratraksi dengan memulai memanjat dan

bersikap untuk maju. Deret kedua biasanya untuk jembatan tali, yaitu

dari ujung tonggak satu ke ujung lainnya dipasang memanjang sebuah

tali yang akan digunakan Barongsai lewat ke deret di ujung

Page 62: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

seberangnya, sementara deret berikutnya biasanya yang paling sulit

tingkat permainannya karena selain tinggi, ditonggak paling ujung

biasanya Barongsai akan menyambar daun di bawah untuk

disantapnya.

Baik untuk permainan Lantai maupun Tonggak, kekompakan

antara pemusik dengan penampilan Barongsai serta adegan yang

mendebarkan biasanya akan memperoleh tambahan nilai.

Sama dengan permainan Lantai, pada permainan Tonggak

kedua pemain harus berusaha menampilkan aktivitas seekor Singa

yang sedang marah, kaget, sedih, gembira dan lain sebagainya tetapi

kesemua adegan itu dilakukan diatas tonggak besi.

C. Unsur Pendukung Atraksi

Dalam pementasan Barongsai dan Liong diperlukan unsur pendukung

untuk bisa tampil lebih bagus dan sempurna, yaitu unsur instrument dan

peralatan serta unsur tari/pelakunya. Unsur instrument ata peralatan terdiri

atas :

1. Unsur instrument musik

a. Tambur dalam bahasa Mandarin disebut Khu (baca Gu), sama dengan

tambur buatan Jawa kebanyakan dibuat dari sulit Sapi/Kerbau

dimainkan dengan dipukul, namun berbeda dengan tambur Jawa/

kendang yang harus disetel/ dikencangkan/ dijemur/ dihangatkan dulu

untuk menabuhnya, maka tambur buatan Cina setiap saat bisa ditabuh

dengan suara yang keras, tak perlu dijemur atau dipanaskan dulu.

Page 63: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Tetapi harganya cukup mahal, saat Tripusaka membelinya tahun 2000

untuk ukuran tanggung (diameter sekitar 80 cm).

b. Simbal dalam bahasa Mandarin disebut Ba (baca Pa), terbuat dari

Kuningan/ Tembaga/ Logam berbentuk bundar seperti pada

perlengkapan Drum Band, dimainkan oleh 4 atau 6 pemain. Cara

memainkannya dengan saling ditepuk tepukkan antara Ba ditangan kiri

dan tangan kanan pemain mengikuti irama Tambur.

c. Bende/ Gong dalam bahasa Mandarin disebut Ling, dimainkan dengan

di pukul, untuk Ling permainan Barongsai berbeda dengan pada

permainan Liong karena suara Ling Liong lebih terkesan klasik tidak

nyaring seperti pada Ling Barongsai, dan dimainkan mengimbangi

irama Tambur.

d. Ada juga yang melengkapi permainan Liong & Barongsai dengan alat

musik Suling/ Terompet, tetapi biasanya hanya untuk Show saja.

2. Unsur peralatan

a. Barongsai/ Sam Sie, yaitu topeng dan kostum Singa yang dipakai oleh

2 pemain digerakkan dengan tangan dan badan, terbuat dari kerangka

Bambu atau Rotan dibungkus kertas dan kain, dicat berwarna warni.

Pemain depan memegang kepala Sam Sie yang dibelakang memegang

badan dan ekor Sam Sie, biasanya pemain belakang berpostur tubuh

lebih kuat dan besar sebab ia terkadang harus mengangkat pemain

depan saat beratraksi.

b. Liong / Naga

Page 64: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Yaitu semacam kostum Ular Naga yang terbuat dari kerangka Bambu/

Rotan yang dihubungkan dengan tali, terbungkus kain lalu dicat

berwarna warni, diberi penopang kayu/ almunium/ rotan untuk

dipegang dan dimainkan pemainnya dengan ketentuan (untuk

perlombaan) panjang minimal 18 meter, diameter badan 35 cm, berat

kepala Naga minimal 3 Kg, panjang tongkat minimal 1,5 meter. Liong

ini dimainkan oleh 9 orang pemain ditambah 1 pemain yang berperan

sebagai pembawa Cu/ Mustika yang bertugas mengarahkan agar

permainan Liong ini kelihatan lebih hidup dan indah.

c. Bangku

Dibuat untuk melengkapi atraksi Barongsai di pesta pernikahan dan

lain-lain yang sifatnya show, karena dalam berbagai perlombaan

permainan Bangku tidak dissertakan/ dinilai.

d. Tonggak/ Pilar Besi

Untuk perkumpulan tertentu (terutama yang dananya banyak) disetiap

perlombaan mereka akan membuat panggung dari kayu dibentuk

sedemikian rupa untuk dijadikan tempat berpijak dasn ber atraksi para

anggota/ team pemusik.

e. Panggung Musik

Untuk perkumpulan tertentu (terutama yang dananya banyak) disetiap

perlombaan mereka akan membuat panggung dari kayu dibentuk

sedemikian rupa untuk dijadikan tempat berpijak dan ber atraksi para

anggota/ team pemusik.

f. Kostum/ Seragam Pemain

Page 65: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Untuk seragam umum biasanya dibuat sama, dari bahan kaos dengan

logo perkumpulan berwarna sesuai identitas perkumpulan tersebut,

sedangkan untuk pemusik pada saat Show biasanya berseragam lain,

terbuat dari bahan Sutera dan Kain Saten bermotif/model “Chinese

Style” agar lebih menarik dipandang biasanya berwarna Merah,

Kuning, Orange, Biru, Hijau dan lain sebagainya.

g. Panji/ Bendera

Digunakan sebagai tanda pengenal/ simbol dari perkumpulan tersebut,

biasanya dibuat dari bahan kain sutera/ saten dengan sablon/ sulaman

dari benang Emas dan lain-lain agar kelihatan lebih indah. Saat

perlombaan Panji dan Bendera digunakan dan dipasang dibelakang

(sebagai back ground) penampilan pemusik.

Dalam pentas Ritual, biasanya Bendera digunakan mengawali jalannya

acara yaitu seorang pemain akan mengibar-kibarkan bendera di depan

tempat ibadah/ arena acara diiringi dengan musik khas sebagai

simbolis mengusir/ membuang hal-hal negatif.

3. Unsur Tari / Pelaku/ Pemain

Pendukung dari keberhasilan dan keindahan baik kesenian Liong

maupun Barongsai adalah para pemainnya, untuk Barongsai 2 orang

pemain sedangkan untuk Liong 9 orang pemain, selain tentunya team

musik yang mengiringnya. Para pemain ini harus melewati tahapan

tertentu untuk dapat memainkan kesenian ini sampai berhasil dengan baik

dan sempurna, yaitu harus dimulai dari berlatih kuda-kuda, pemanasan

sebelum memulai latihan dan pentas dan berlatih rutin (untuk Group

Page 66: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Tripusaka) setiap Rabu, Jumat dan Minggu dari jam 16.00 – 18.30 WIB.

Para pemain terdiri dari para remaja berbagai usia, mulai dari usia 8 tahun

sampai remaja berusia 25 tahun, selama mau berlatih dengan tekun akan

mampu memainkan Liong & Barongsai dengan baik.

Mereka terdiri dari berbagai Etnis, 40% diantaranya dari suku Jawa

Asli, sisanya dari Etnis Tionghwa, agamapun tidak menjadi masalah, ada

yang beragama Khonghucu, Kristen, Islam, Budha dan Khatolik. Di

bawah bimbingan pelatih, para pemain ini berlatih dengan tekun dan serius

sehingga akhirnya mereka mampu beratraksi dengan indah dan sempurna

dan meraih prestasi membawa nama harum Perkumpulan maupun kota dan

tentunya untuk kebanggaan diri pribadi dengan berhasil mengumpulkan

piala, medali dan sertifikat penghargaan.

Page 67: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

BAB III

PENYAJIAN DATA

Penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teks

yang bersifat naratif. Data yang dikumpulkan berupa komunikasi verbal

(wawancara) antara peneliti dengan orang-orang yang berkompeten di Tripusaka

Solo. Hal-hal yang dijadikan sebagai bahan wawancara dalam komunikasi antar

budaya Tionghoa dan Jawa dalam akulturasi pada kelompok Barongsai di

Yayasan Tripusaka Solo, meliputi :

1. Pengalaman komunikasi

Faktor pengalaman komunikasi terdiri atas dua indikator, yaitu intentis

komunikasi, dan suasana komunikasi.

2. Pengakuan identitas kultural dan eksistensi etnis dalam kelompok Barongsai

Tripusaka.

Dalam faktor pengakuan identitas kultural dan eksistensi etnis dalam

kelompok Barongsai Tripusaka, terdiri atas empat indikator, antara lain :

a. Penentuan peran

b. Prasangka

c. Membangun citra diri

d. Hambatan dan solusi

3. Harapan hubungan komunikasi yang selaras antar etnis

Berdasarkan atas beberapa indikator dalam proses komunikasi antara

budaya Tionghoa dan Jawa dalam akulturasi pada kelompok Barongsai di

Yayasan Tripusaka Solo, tersebut dapat digunakan sebagai gambaran tentang

Page 68: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

komunikasi antarbudaya etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang mendukung proses

pembauran antar etnis dengan melihat pada fokus kajian komunikasi budaya dan

bentuk akulturasi.

Berikut hasil wawancara penulis dengan beberapa nara sumber yang

berada di perkumpulan Tri Pusaka Solo.

1. Bapak Danu

Bapak Danu adalah seorang anggota Tripusaka yang berusia 24 tahun,

masuk sejak tahun 2002. Dalam status etnis, bapak Danu berasal dari etnis

Tionghoa, dan status perkawinannya, sekarang ini Bapak Danu sudah

berkeluarga. Dalam antraksi Barongsai Bapak Danu berada pada posisi

belakang. Wawancara dengan bapak Danu dilaksanakan pada hari Minggu

tanggal 24 Oktober 2010 jam 08.15 sampai 09.00 di Kantor Yayasan

Tripusaka Solo.

Dalam hal bergaul dengan pemain Barongsai dari etnis Tionghoa,

Bapak Danu mengatakan bahwa:

Dahulu setiap hari berkumpul dengan teman-teman di Tripusaka, tetapi sekarang mulai berkurang karena sudah berkeluarga. Walaupun sekarang saya jarang berkumpul, namun tetap selalu berkomunikasi dengan teman-teman di Tripusaka dengan menggunakan media telepon. Selama bergaul dengan teman-teman di Tripusaka, tentunya banyak

hal-hal yang dibicarakan. Seperti yang dilakukan oleh Bapak Danu, beliau

mengatakan bahwa:

Biasanya yang diobrolkan waktu bertentu dengan teman-teman di Tripusaka antara lain barongsai, lomba-lomba, dan juga gojegan, dan yang memulai melalukan pembicaraan kadang-kadang saya, kadang-kadang juga teman-teman dari etnis Tionghoa. Etnis Jawa di Tripusaka sendiri sudah mulai menyatu dengan budaya Tionghoa begitu juga

Page 69: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

sebaliknya etnis Tionghoa menyatu dengan budaya Jawa, ga ada yang dominan, sama semua. Selain itu dalam bergaul antara etnis Jawa dengan etnis Tionghoa di

Tripusaka tidak ada hal-hal yang ditutupi. Hal ini seperti yang nyatakan oleh

Bapak Danu, sebagai berikut:

Waktu bergaul tidak ada yang ditutupi, malahan mereka sering curhat karena biasanya di barongsai tripusaka umur pemainnya tidak terpaut jauh dan sepantaran. Oleh karena itu ketika mengobrol lebih enak karena nyambung. Ya walaupun pernah dapat gosip, namun tingkatannya masih sebatas bercanda, walaupun sampai masalah etnis tapi tidak apa-apa karena namanya juga bercanda. Kalau bercanda masalah etnis kata-katanya antara lain “lha kwe chino ow mas”. Dalam bertemanan antara etnis harus bisa saling memahami. Sehubungan dengan faktor-faktor yang memotivasi untuk ikut menjadi

pemain di Barongsai Tripusaka, seperti halnya yang diungkapkan oleh Bapak

Danu, yaitu “Motivasi di barongsai antara lain: olahraga, kepuasan ikut lomba

karena dilihat banyak orang, dan apabila menang bisa bangga pada orang

banyak”.

Ikut menjadi pemain Barongsai tidak lepas dari peran. Di Tripusaka

penentuan peran tidak ditentukan oleh pelatih atau pimpinan, justru pihak

pimpinan Tripusaka membebaskan bagi anggotanya, khususnya anggota baru

untuk memilih posisi yang disukainya. Hal senada seperti yang diungkapkan

oleh Bapak Danu, yaitu : “Setiap anak baru di Barongsai Tripusaka

dibebaskan untuk memilih posisi, baru setelah besar diarahkan oleh senior

untuk posisi yang tepat untuk mereka”.

Di samping itu mengenai hal-hal lain seperti penilaian, tanggapan,

ataupun pandangan kepada orang lain yang beretnis Tionghoa dalam

berbagaul baik-baik saja. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Danu, bahwa

Page 70: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

“Pandangan dengan etnis Jawa selama bergaul dengan mereka, enjoy saja,

ibaratnya kita mempunyai batasan-batasan sendiri.”

Nilai kehidupan yang telah memotivasi Bapak Danu, yang dapat

diperoleh dari kehidupan anggota lain (etnis Tionghoa), yaitu nilai pertemanan

yang didapat selama bergaul dengan etnis Jawa adalah sama-sama

menghargai. Namun tidak semua orang berpandangan seperti itu, biasanya

punya pandangan seperti ini, “kwe wong chino dolano karo wong chino”. Tapi

di Tripusaka tidak seperti itu. Tradisi barongsai yang kurang ditaati oleh etnis

Jawa tidak ada. Selain itu hal dari etnis Jawa yang kurang pas dengan budaya

China, tidak ada. Tetapi biasanya etnis Jawa suka minum-minuman keras,

sedangkan etnis China tidak semua suka minum, namun baiknya di Tripusaka

tidak ada pemaksaan untuk minum. Di Barongsai Tripusaka ada aturan kalau

sebelum bertanding dilarang minum-minuman keras, oleh karena kegemaran

etnis Jawa minum-minuman keras diharapkan dapat mengontrol

kegemarannya agar dapat terus menaati peraturan. Dan selama melakoni

peran dalan permainan Barongsai di Tripusaka, kadang diberikan masukan

oleh teman yang lebih senior, seperti “Nu, mainmu kurang gini…kurang gitu.”

Namun juga memberikan timbale balik untuk saling memberikan masukan.

Dalam menghadapi masalah atau ketika harus mengambil suatu

keputusan, di Barongsai Tripusaka adalah bersama-sama. Tidak ada yang

dominan. Atasan hanya sebagai pemberi usul, keputusan tetap bersama.

Sehubungan dengan harapan kedepannya untuk kelangsungan dan

regenerasi Barongsai Tripusaka, Bapak Danu mengatakan, bahwa:

Page 71: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Harapan ke depan, karena 90% pemain barongsai di Indonesia adalah etnis Jawa, maka diharapkan dapat memotivasi etnis Tionghoa untuk dapat turut serta mengembangkan kebudayaannya, dan hal-hal yang bisa lakukan untuk mewujudkan yaitu hubungan yang baik antar etnis yaitu harus bisa membatasi diri kita, harus saling memahami karakter tiap orang, saling instropeksi diri.

2. Erwin

Erwin adalah salah satu anggota Tripusaka yang berasal dari etnis

Jawa berusia 23 tahun. Menjadi anggota Tripusaka sejak tahun 2002.

Wawancara dengan saudara Erwin pada hari Minggu tanggal 24 Oktober 2010

jam 09.00 sampai 10.00 di Kantor Yayasan Tripusaka Solo. Adapun hasil

wawancara dengan saudara Erwin sebagai berikut:

Dalam hal berbaul dengan teman-teman dari etnis Tionghoa, saudara

Erwin mengatakan, “hampir setiap hari kumpul dengan orang etnis Tionghoa”.

Hal-hal yang menyebabkan sering atau tidaknya bergaul dengan mereka,

saudara Erwin mengatakan “Awal mula waktu kelas 1 SMP lihat latihan

barongsai, kemudian merasa tertarik dan ikut latihan sampai sekarang.”

Sehubungan dengan komunikasi yang dilakukan dengan teman-teman

di Tripusaka, saudara Erwin mengatakan, bahwa:

Biasanya media komunikasinya telephone, tatap muka, mendatangi rumah. Hal-hal yang sering dibicarakan pada setiap kesempatan bergaul dengan mereka, yaitu barongsai, gossip tentang teman-teman, dan yang biasa memulai pembicaraan, biasanya teman dari etnis China. Dalam bergaul sama sekali gak ada yang ditutupi. Dalam bergaul dengan teman-teman di Tripusaka, kadang mengalami

ketidakmulusan, seperti halnya yang dilalami oleh saudara Erwin. Saudara

Erwin mengatakan, bahwa “Pernah digosipin, antara lain: Maen salah dikit

Page 72: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

trus diprotes padahal dia tidak merasa salah. Yang memprotes itu orang Jawa.

Orang Tionghoa itu malah jarang protes.”

Masuk menjadi anggota Tripusaka dan menjadi pemain Barongsai,

tentunya ada hal-hal yang memotivasinya, seperti halnya yang lakukan

saudara Erwin, yaitu ingin mendalami barongsai secara lebih lanjut.

Di samping itu mengenai hal-hal lain seperti penilaian, tanggapan,

ataupun pandangan kepada orang lain yang beretnis Tionghoa dalam

berbagaul dengan teman di Barongsai Tripusaka, seperti yang diungkapkan

oleh saudara Erwin, bahwa “Tanggapan selama bergaul dengan Tionghoa

antara lain, etnis Tionghoa suka apabila barongsai dimainkan oleh orang Jawa.

Namun ada juga orang etnis Jawa yang mengejek kok wong Jowo main

barongsai.”

Harapan kedepannya untuk kelangsungan dan regenerasi Barongsai

Tripusaka, saudar Erwin menyatakan:

Harapan di barongsai adalah agar barongsai lebih maju ke depannya dan ingin agar orang lain tertarik main barongsai. Dan hal-hal yang perlu dilakukan menjalin hubungan yang selaras antar etnis yaitu dengan cara mengobrol bareng-bareng apabila ada suatu masalah.

3. Sandy

Sandy merupakan salah satu anggota Tripusaka yang berasal dari etni

Jawa, masuk di Tripusaka sejak tahun 2002. Sandy sekarang masih berstatus

sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi Surakarta. Dalam bermain

barongsai, saudara Sandy termasuk pemain yang berada di posisi depan.

Menjadi pemain Barongsai sejak dari duduk di bangku SD.

Page 73: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Waktu wawancara dengan saudara Sandy yaitu pada hari Minggu

tanggal 24 Oktober 2010 jam 10.10 sampai 11.00 di Kantor Yayasan

Tripusaka Solo. Adapun hasil wawancaranya sebagai berikut:

Dalam hal berbaul dengan pemaian Barongsai dari etnis Tionghoa,

saudara Sandy mengatakan: “Dulu sering kumpul tiap hari, tapi sekarang

sudah jarang karena kesibukan kuliah.” Media komunikasi yang sering

digunakan saudara Sandy dengan teman-teman di Tipusaka, antara lain : lewat

tatap muka, Facebook, telepon.

Hal-hal yang sering dibicarakan pada setiap kesempatan anda bergaul

dengan mereka, saudara Erdwin mengataka, bahwa:

Yang dibicarakan kalau bertemu antara lain; tanya kabar, lomba, barongsai, dan yang mulai pembicaraan adalah etnis China. Selama bergaul tidak ada yang ditutupi karena semua adalah sama, bahkan pernah dimarahi teman-teman karena salah. Hal-hal yang memotivasi untuk turut serta menjadi pemain di

Barongsai Tripusaka, saudara Sandy mengatakan, “Motivasi ikut barongsai,

awal mulnya karena suka film jet li, kemudian ditawrai latihan wushu dan

kemudian dari wushu dikembangkan ke barongsai.” Sehubungan dengan hal

tersebut penilaian, tanggapan, pandangan kepada anggota lain yang beretnis

Tionghoa dalam pengalaman bergaul dengan mereka di Barongsai, Sandy

mengatakan, “asik dan tidak ada perbedaan.”

Nilai kehidupan yang telah memotivasi, yang dapat diperoleh dari

kehidupan anggota lain (etnis Tionghoa), menurut pernyataan saudara Sandy,

yaitu “Nilai kehidupan etnis Tionghoa yang dapat menjadi motivasi, saklek,

Page 74: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

cuek, senang makan bersama dan hal-hal yang tidak atau kurang sesuai

dengan falsafah hidup orang Jawa, adalah sama dan tidak ada bedanya.”

Selama melakoni peran, hambatan-hambatan yang pernah dialami oleh

saudara Sandy, antara lain waktu mau lomba grogi, dan stress. Dalam

menghadapi masalah atau ketika harus mengambil suatu keputusan, yang

sering menjadi pengambil keputusan, menurut saudara Sandy adalah semua

diobrolib bareng dahulu.

Harapan kedepannya untuk kelangsungan dan regenerasi Barongsai

Tripusaka, saudara Sandy mengatakan, bahwa:

Harapan ke depannya untuk barongsai, besok dapat menyaingi barongsai Malaysia karena Malaysia adalah juara 1 lomba Internasional dengan cara komunikasi antar etnis yang baik yaitu antara lain, jangan sok-sokan, mengalir apa adanya, jangan ada gap, serasi. Di Tripusaka tidak ada gap, namun di tempat lain masih ada gap. “Kita semua manusia, saya piker ga ada masalah, asal kita maennya bagus, mereka bagus, ya hasilnya bagus mas. Orang Jawa, Orang China, Orang Batak ya sama saja”.

Dari ketiga orang anggota Tripusaka Surakarta yang diwawancarai

tersebut, semua menunjukkan bahwa proses akulturasi di Tripusaka berjalan

dengan baik. Saling menghargai dan tidak memandang etnis. Antara orang China

dengan Jawa saling mempunyai peran di kelompok barongsai tersebut.

Page 75: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

BAB IV

ANALISIS DATA

Suatu proses komunikasi dapat dikatakan berhasil jika dapat menimbulkan

efek positif dan signifikan bagi penerimanya. Komunikasi merupakan proses yang

memungkinkan seorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya

lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate).

Namun demikian proses komunikasi bukanlah semata-mata hanya proses

penyaluran pesan saja atau yang disebut komunikasi satu arah, akan tetapi lebih

daripada itu diharapkan muncul juga adanya efek atau dampak tertentu (feedback)

dari proses komunikasi yang dilakukan komunikator tersebut. Efek yang

diharapkan muncul dari proses komunikasi dibagi menjadi tiga yaitu, efek kognitif

yang mengacu efek perubahan pada pikiran atau pertambahan pengetahuan. Lalu

efek afektif atau berhubungan dengan sikap dan persepsi seseorang serta efek

behaviorioral yaitu efek yang mengacu pada perubahan perilaku dan tindakan.

Proses komunikasi semacam ini seperti halnya pada komunikasi antar budaya

yang ada di Yayasan Tripusaka Solo, di mana Yayasan Tripusaka ini merupakan

perkumpulan Liong dan Barongsari. Liong dan Barongsari merupakan

kebudayaan kesenian yang berasal dari Negeri Tionghoa.

Budaya dalam hubungannya dengan komunikasi tidaklah dapat dipisahkan

oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa berbicara dengan siapa, tentang

apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan,

dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan.

Page 76: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Barongsai sebagai salah satu budaya Tionghoa sudah selayaknya apabila

dimainkan oleh orang dari etnis Tionghoa. Akan tetapi hal yang sebaliknya terjadi

di yayasan Tripusaka Solo. Sehubungan dengan era reformasi ini, kelompok

Barongsai yang dipimpin oleh Adjie Chandra ini hampir 80% pemainnya berasal

dari etnis Jawa. Sebagai salah satu kebudayaan Tionghoa, dan bisa dikatakan telah

menjadi symbol keberadaan dari etnis Tionghoa di Indonesia sungguh menarik

mengetahui hal tersebut, suatu budaya khas Tionghoa namun dengan pemain

mayoritas etnis Jawa.

Budaya merupakan suatu pola hidup yang menyeluruh, suatu cara hidup

yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan

diwariskan dari generasi. Budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki sebagian orang

yang tidak dimiliki oleh sebagian orang lainnya, ini berarti budaya dimiliki oleh

seluruh manusia dan dengan demikian adalah sebagai suatu faktor pemersatu.

Dalam kehidupan sosio-budaya, kita mengenal adanya komunikasi

antarbudaya. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara

orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda bisa ras, etnik, agama, atau

sosio ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini.

Akultrasi merupakan proses sosial yang timbul bila ada golongan-

golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda, saling bergaul

langsung secara intensif untuk jangka waktu yang relatif lama sehingga

kebudayaan-kebudayaan dari golongan-golongan tadi masing-masing berubah

saling menyesuaikan diri menjadi kebudayaan campuran.

Dalam akulturasi, inti yang terpenting adalah penggabungan golongan-

golongan yang berbeda latar belakang kebudayaannya menjadi satu kebulatan

Page 77: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

sosiologis dan budaya. Dalam kehidupan sehari-hari, suatu kebudayaan tidak

dapat lepas sepenuhnya dari pengaruh budaya lain. Suatu masyarakat, meskipun

itu mayoritas tidak bisa sama sekali lepas dari pengaruh budaya lain, asal saja

pengaruh itu tidak merugikan atau merusak kepribadian mayoritas, bahkan dapat

membantu terbentuknya kultur yang lebih sesuai dengan semangat pembangunan,

sehingga dapat menunjang keberhasilan pembangunan.

Rasa saling menerima, memahami dan menghormati dari kedua kultur

yang berbeda merupakan suatu konsekuensi yang harus dapat diterima. Sebagai

indikasi penerimaan kultur yang harmonis adalah tidak adanya pihak yang

dirugikan perasaan dan jiwanya. Untuk itu sebenarnya harus ada sikap terbuka

dari kedua belah pihak. Ketertutupan dari salah satu pihak justru akan merusak

keagungan dari pengertian suatu akulturasi. Seiring dengan keterbukaan yang

sedang dijalankan dan bila di masa-masa mendatang, momen ini sangat tepat

untuk membicarakan masalah pembauran.

Akulturasi membutuhkan suatu proses, proses ini pertama-tama

membutuhan prasyarat. Prasyarat tersebut bila terjadi saling penyesuaian diri

sehingga memungkinkan terjadinya kontak dan komunikasi sebagai landasan

untuk dapat berinteraksi dan memahami di antara kedua etnis. Seperti halnya yang

terjadi pada kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka Solo. Kelompok ini

terdapat dua etnis, yaitu etnis Jawa dan etnis Tionghoa, dimana orang Jawa selaku

etnis pribumi ikut memainkan kebudayaan Tionghoa yang berupa kesenian

Barongsai.

Dalam aktivitasnya di Yayasan Tripusaka, etnis Jawa dan Tionghoa selalu

mengadakan komunikasi, terutama saat bermain kesenian Barongsai. Komunikasi

Page 78: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

antara etnis Tionghoa dan Jawa dalam akulturasi pada kelompok Barongsai di

Yayasan Tripusaka Solo, meliputi: 1) Pengalaman komunikasi, 2) Pengakuan

identitas kultural dan eksistensi etnis dalam kelompok Barongsai Tripusaka, dan

3) Harapan hubungan komunikasi yang selaras antar etnis.

A. Pengalaman Komunikasi

Dalam berkomunikasi bukanlah semata-mata hanya proses penyaluran

pesan saja atau yang disebut komunikasi satu arah, namun lebih daripada itu

diharapkan muncul juga adanya efek atau dampak tertentu (feedback) dari

proses komunikasi yang dilakukan komunikator tersebut. Efek yang

diharapkan muncul dari proses komunikasi dibagi menjadi tiga yaitu, efek

kognitif yang mengacu efek perubahan pada pikiran atau pertambahan

pengetahuan. Lalu efek afektif atau berhubungan dengan sikap dan persepsi

seseorang serta efek behaviorioral yaitu efek yang mengacu pada perubahan

perilaku dan tindakan.

Situasi-situasi sosial tertentu tersebut menyebabkan komunikasi berada

dalam konteks-konteks tertentu. Secara luas, konteks berarti semua faktor di

luar orang-orang yang berkomunikasi. Pertama, aspek bersifat fisik seperti

keadaan lingkungan, cuaca, suhu, bentuk, ruangan, dan jumlah peserta

komunikasi. Kedua, aspek psikologis, seperti sikap, prasangka, dan emosi

peserta komunikasi. Ketiga, aspek sosial, seperti norma kelompok, nilai sosial,

dan karakteristik budaya. Dan keempat, aspek waktu, yaitu kapan waktu

berkomunikasi.

Page 79: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Dengan memperhatikan empat aspek komunikasi tersebut, tentunya

proses komunikasi akan dapat berhasil dengan baik. Berhasilnya proses

komunikasi, di samping memperhatikan aspek komunikasi, juga perlu adanya

faktor pengalaman komunikasi. Pengalaman komunikasi dapat diketahui dari

intensitas komunikasi, dan suasana komunikasi.

1. Intensitas komunikasi

Seseorang akan memperoleh pengalaman komunikasi, apabila

didukung dengan intensitas komunikasi yang tinggi. Intensitas

komunikasi mengandung maksud sering tidaknya seseorang melakukan

komunikasi. Komunikasi yang terjadi di Yayasan Tripusaka Solo, seperti

yang dilakukan oleh Danu, bahwa dahulu setiap hari berkumpul dengan

teman-teman di Tripusaka, tetapi sekarang mulai berkurang karena sudah

berkeluarga. Walaupun sekarang jarang berkumpul, namun tetap selalu

berkomunikasi dengan teman-teman di Tripusaka dengan menggunakan

media telepon. Ini menunjukkan bahwa dengan adanya situasi-situasi

sosial tertentu, seperti yang dialami oleh Danu yaitu karena sudah

berkeluarga, menyebabkan frekuensi berkumpul dengan teman-teman di

Tripusaka menjadi berkurang.

Begitu juga komunikasi yang dilakukan oleh Sandy, dulu sering

kumpul tiap hari, tapi sekarang sudah jarang karena kesibukan kuliah. Dan

apabila tidak berkumpul dengan teman-teman di Tripusaka, Sandy masih

menyempatkan untuk selalu berkomunikasi dengan berbagai media. Media

Page 80: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

komunikasi yang sering digunakan Sandy dengan teman-teman di

Tripusaka, antara lain : lewat tatap muka, Facebook, dan telepon.

Lain halnya dengan Erwin, hampir setiap hari kumpul dengan

orang etnis Tionghoa. Bila tidak sempat berkumpul, Erwin menyempatkan

diri untuk melakukan komunikasi. Komunikasi yang dilakukan Erwin

dengan teman-teman di Tripusaka tersebut melalui berbagai cara,

diantaranya menggunakan media telepon, tatap muka, maupun mendatangi

rumahnya.

Intensitas komunikasi yang dilakukan oleh para pemain Barongsai

di Yayasan Tripusaka Solo ini tergolong tinggi, terlihat apabila tidak

bertemu langsung di Yayasan Tripusaka, mereka selalu melakukan

komunikasi dengan menggunakan media, seperti telepone dan facebook.

2. Suasana komunikasi

Tercapainya pengalaman komunikasi, selain didukung dari

intensintas komunikasi juga didukung dari suasana komunikasi. Suasana

komunikasi mengandung maksud suatu keadaan dalam berkomunikasi,

apakah itu menyenangkan atau tidak menyenangkan.

Suasana komunikasi seperti yang diketahui penulis, bahwa apabila

ada kesalahan saat berlatih barongsai mereka menyikapinya dengan

bercanda, tidak ada marah-marahan. Yang marah-marah biasanya adalah

pelatihnya namun hal itu wajar karena memang pelatih terkadang harus

tegas. Namun demikian pelatih tidak asal memarahi saja, dia

melakukannya dengan cara sedikit bercanda, agar para anggota tidak

Page 81: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

menjadi tertekan. Komunikasi seperti inilah yang dapat menciptakan

suasana komunikasi yang menyenangkan.

Demikian juga komunikasi yang dilakukan oleh Danu, Danu

mengatakan :

Waktu bergaul tidak ada yang ditutupi, malahan mereka sering curhat karena biasanya di Barongsai Tripusaka umur pemainnya tidak terpaut jauh dan sepantaran. Oleh karena itu ketika mengobrol lebih enak karena nyambung. Ya walaupun pernah dapat gosip, namun tingkatannya masih sebatas bercanda, walaupun sampai masalah etnis tapi tidak apa-apa karena namanya juga bercanda. Kalau bercanda masalah etnis kata-katanya antara lain “lha kwe chino ow mas”. Dalam bertemanan antara etnis harus bisa saling memahami.

Komunikasi yang dilakukan oleh Danu dengan teman-teman di

Tripusaka ini menunjukkan suasana komunikasi yang penuh keakraban,

terlihat tidak ada hal-hal yang ditutup-tutupi, saling curhat, bercanda dan

bisa saling memahami. Komunikasi semacam inilah yang dapat

menciptakan suasana komunikasi yang menyenangkan.

B. Pengakuan Identitas Kultural dan Eksistensi Etnis Dalam Kelompok

Barongsai Tripusaka

Akulturasi banyak berkenaan dengan usaha menyesuaikan diri dengan

menerima pola-pola dan aturan-aturan komunikasi dominan. Akulturasi

merupakan suatu proses yang dilakukan satu etnis tertentu yang disebut

Young Yun Kim sebagai ‘imigran (Tionghoua)’ untuk menyampaikan

informasi mengenai kebudayaannya agar dapat diterima oleh masyarakat

pribumi (Jawa), yang akhirnya mengarah kepada asimilasi. Asimilasi

merupakan derajat tertinggi akulturasi yang secara teoritis mungkin terjadi.

Page 82: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Hal ini berarti bahwa secara bertahap masyarakat Jawa belajar menciptakan

situasi-situasi dan relasi-relasi yang tepat dalam menerima budaya Tionghoa

(Barongsai) sejalan dengan berbagai transaksinya yang dilakukan dengan

orang lain. Sehingga pada saatnya, masyarakat Jawa akan menggunakan cara-

cara berperilaku orang Tionghoa untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola

yang sesuai dengan orang Tionghoa. Perubahan perilaku juga terjadi ketika

seorang etnis Jawa menyimpang dari pola-pola budaya lama yang dianutnya

dan mengganti pola-pola lama tersebut dengan pola-pola baru dalam budaya

Tionghoa.

Akulturasi dipandang sebagai proses mengembangkan kecakapan

berkomunikasi dalam sistem sosio-budaya pribumi, maka perlu kecakapan

berkomunikasi. Proses akulturasi yang berjalan baik dapat menghasilkan

integrasi antara unsur kebudayaan Tionghoa dan unsur kebudayaan Jawa.

Dengan demikian unsur kebudayaan Tionghoa tidak lagi dirasakan sebagai hal

yang berasal dari luar, tetapi telah dianggap sebagai unsur kebudayaan sendiri.

Pola-pola akulturasi tidaklah seragam di antara individu-individu, mereka

merespon perubahan harus berdasarkan pengalaman masing-masing dan

bergantung pada potensi akulturasi yang dimiliki tiap individu atau kelompok.

Potensi akulturasi ditentukan kemiripan antara budaya asli (Tionghoa)

dan budaya pribumi (Jawa). Selain itu, ditentukan juga oleh usia dan latar

belakang pendidikan yang terbukti berhubungan dengan potensi akulturasi.

Yang terakhir yang menentukan juga potensi akulturasi adalah pengetahuan

etnis Jawa tentang budaya Tionghoa sebelum memasuki wilayah budaya

pribumi (kontak budaya).

Page 83: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Pengakuan identitas kultural dan eksistensi etnis dalam kelompok

Barongsai Tripusaka, dapat diketahui dari empat indikator, yaitu :

1. Penentuan peran

Penentuan peran sangat penting dalam permainan Barongsai. Di

Tripusaka penentuan peran tidak ditentukan oleh pelatih atau pimpinan,

justru pihak pimpinan Tripusaka membebaskan bagi anggotanya,

khususnya anggota baru untuk memilih posisi yang disukainya. Hal

senada seperti yang diungkapkan oleh Danu, yaitu : “Setiap anak baru di

Barongsai Tripusaka dibebaskan untuk memilih posisi, baru setelah besar

diarahkan oleh senior untuk posisi yang tepat untuk mereka”. Dari

perkataan Danu tersebut diperjelas lagi oleh Boni dan Agus. Boni dan

Agus mengatakan bahwa:

Di Tripusaka tidak ada pembedaan antara anggota lama maupun dengan yang baru. Anggota yang lama harus rela tergusur dengan yang baru apabila memang secara kualitas masih bagus yang baru. Dalam hal ini terbukti dengan semakin berkurangnya anggota dari etnis Tionghoa salah satunya akibat kalah bersaing.

2. Prasangka

Dalam berkomunikasi timbul suatu prasangka itu merupakan hal

yang biasa. Apalagi komunikasi antar etnis, dalam hal ini etnis Tionghoa

dan etnis Jawa. Prasangka yang muncul dalam komunikasi antar etnis

Tionghoa dan etnis Jawa ini seperti nilai kehidupan yang diperoleh dari

kehidupan anggota lain (etnis Tionghoa), yaitu nilai pertemanan yang

didapat selama bergaul dengan etnis Jawa adalah sama-sama menghargai.

Namun tidak semua orang berpandangan seperti itu, biasanya punya

pandangan seperti ini, “kwe wong chino dolano karo wong chino”. Selain

Page 84: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

itu hal dari etnis Jawa yang kurang pas dengan budaya China, tidak ada,

hanya saja biasanya etnis Jawa suka minum-minuman keras, sedangkan

etnis China tidak semua suka minum. Di Barongsai Tripusaka ada aturan

kalau sebelum bertanding dilarang minum-minuman keras, oleh karena

kegemaran etnis Jawa minum-minuman keras diharapkan dapat

mengontrol kegemarannya agar dapat terus menaati peraturan.

Selama melakoni peran dalam permainan Barongsai di Tripusaka,

kadang diberikan masukan oleh teman yang lebih senior, seperti “Nu,

mainmu kurang gini…kurang gitu.” Namun juga memberikan timbal balik

untuk saling memberikan masukan.

Sehubungan dengan hal tersebut, penilaian, tanggapan, dan

pandangan kepada anggota lain yang beretnis Tionghoa dalam pengalaman

bergaul dengan mereka di Barongsai, Sandy mengatakan, “asik dan tidak

ada perbedaan.”

Lain halnya menurut Erwin, tanggapan, ataupun pandangan

kepada orang lain yang beretnis Tionghoa dalam bergaul dengan teman di

Barongsai Tripusaka. Erwin mengatakan: “Tanggapan selama bergaul

dengan Tionghoa antara lain, etnis Tionghoa suka apabila barongsai

dimainkan oleh orang Jawa. Namun ada juga orang etnis Jawa yang

mengejek kok wong Jowo main barongsai.”

3. Membangun citra diri

Manusia bukan dibentuk oleh lingkungan tetapi cara

menerjemahkan pesan-pesan lingkungan yang diterimanya.

Kepribadiannya terbentuk sepanjang hidup kita. Selama itu pula

Page 85: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan pribadi kita. Melalui

komunikasi kita menemukan diri kita, mengembangkan konsep diri dan

menetapkan hubungan kita dengan dunia di sekitar kita. Hubungan kita

dengan orang lain akan menentukan kualitas hidup kita. Seperti halnya

pada komunikasi antar budaya, dalam hal ini budaya Tionghoa yang

berupa kesenian Barongsai yang dimainkan oleh orang dari etnis Jawa.

Barongsai dan liong menjadi hiburan tersendiri yang tidak pernah

absen di saat perayaan Imlek. Pemain kesenian khas Tiongkok ini pun

biasanya kebanjiran order, meski mereka butuh pengorbanan besar untuk

menjaga penampilannya.

Pemain barongsai Tripusaka Solo, Agus Yulianto mengatakan, saat

imlek seperti sekarang inilah barongsai terlihat eksis di masyarakat umum,

Page 86: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

dengan bejibunnya beberapa kegiatan yang dilakoni. Tapi diluar tersebut,

order untuk pentas sangat sepi, bahkan tidask ada sama sekali.

Para pemain barongsai terpaksa banting stir untuk menjaga

kemampuannya. Salah satunya dengan tetap berlatih. Tapi hal ini justru

sering membuat kebosanan bagi pemain. Merekapun akhirnya lebih

memilih untuk mengikuti kejuaraan di berbagai daerah. Berbagai

informasi dari media massa atau pun pengurus tentang kejuaraan barongsai

terus dipantau.

Untuk mengikuti sebuah kejuaraan, para pemain terbentur dengan

minimnya jadwal kegiatan. Meski begitu, perkumpulan barongsai

Tripusaka langsung bisa menasng. Dengan menang, bisa terpuaskan tidak

hanya dari penampilan, tapi juga menjaga eksistensi perkumpulan

barongsai yang sekarang sudah diterima berbagai lapisan masyarakat.

4. Hambatan dan solusi

Komunikasi antar budaya, tentu saja menghadapi hambatan dan

masalah yang sama seperti yang dihadapi oleh bentuk-bentuk komunikasi

yang lain. Seperti halnya hambatan komunikasi yang terjadi saat bermain

Barongsai. Selama melakoni peran sering mengalami hambatan-hambatan.

Hambatan-hambatan yang pernah dialami oleh Sandy, antara lain waktu

mau lomba grogi, dan stress.

Dalam menghadapi masalah atau ketika harus mengambil suatu

keputusan, yang sering menjadi pengambil keputusan, menurut saudara

Sandy adalah semua diobrolin bareng dahulu atau melalui musyawarah.

Jadi di perkumpulan Barongsai ini tidak ada yang dominan dalam

Page 87: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

mengambil suatu keputusan, semua masalah dipecahkan secara bersama-

sama melalui musyawarah.

C. Harapan Hubungan Komunikasi yang Selaras Antar Etnis

Dalam proses komunikasi antara budaya Tionghoa dan Jawa dalam

akulturasi pada kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka Solo tersebut dapat

digunakan sebagai gambaran tentang komunikasi antar budaya etnis Tionghoa

dan etnis Jawa yang mendukung proses pembauran antar etnis dengan melihat

pada fokus kajian komunikasi budaya dan bentuk akulturasi. Apalagi

barongsai sekarang ini sudah membudaya. Permainan ketangkasan ini sudah

bisa dinikmati diberbagai kegaitan.

Para pemain tidak perlu lagi khawatir ditangkap petugas setelah

mendapat kebebasan dan jaminan dari pemerintah. Hasilnya banyak diantara

masyarakat sengaja menyewanya untuk memeriahkan acara yang dimiliki.

Menurut pendapat Erwin, harapan di barongsai adalah agar barongsai lebih

maju ke depannya dan ingin agar orang lain tertarik main barongsai. Dan hal-

hal yang perlu dilakukan menjalin hubungan yang selaras antar etnis yaitu

dengan cara mengobrol bareng-bareng apabila ada suatu masalah.

Perkumpulan barongsai tak hanya didominasi oleh pemain dari

Tionghoa tapi pembauran telah terjadi di setiap lini. pemain barongsai

Tripusaka merupakan masyarakat setempat dan memang pembauran sudah

terlihat sekarang. Menurut Danu, Harapan ke depan, karena 90% pemain

barongsai di Indonesia adalah etnis Jawa, maka diharapkan dapat memotivasi

etnis Tionghoa untuk dapat turut serta mengembangkan kebudayaannya, dan

Page 88: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

hal-hal yang bisa lakukan untuk mewujudkan yaitu hubungan yang baik antar

etnis yaitu harus bisa membatasi diri kita, harus saling memahami karakter

tiap orang, saling instropeksi diri.

Page 89: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Wujud akulturasi budaya Cina-Jawa telah berlangsung ratusan tahun

hingga menghasilkan berbagai karya seni bermutu, seperti kesenian

Barongsai. Di Solo, salah satu kelompok Barongsai yang tetap eksis adalah

kelompok Barongsai Tripusaka. Barongsai kelompok Tripusaka ini populer

karena sering diminta untuk tampil menghibur sejumlah pejabat Tanah Air.

Kelompok seni Barongsai Tripusaka Solo ini, selain menjadi favorit pejabat,

juga memiliki keunikan yang menonjolkan kekuatan akulturasi, dimana

kelompok seni Barongsai binaan Adjie Chandra ini 80 persennya, justru

dimainkan masyarakat lokal dari suku Jawa.

Kelompok seni Barongsai yang dinaungi organisasi MAKIN (Majelis

Agama Khonghucu Indonesia) ini memiliki tiga misi. Pertama, misi ritual,

entertainment, dan yang terakhir olahraga. Untuk acara ritual, biasanya

Barongsai dan Liong yang dimainkan berwarna hitam dan putih atau merah

dan putih sebagai simbol unsur Yin dan Yang karena dipercaya dapat menolak

bala.

Untuk misi entertainment sendiri, Barongsai maupun Liong bebas

bahkan terkesan menyolok berwarna warnai, acara ini bisa disaksikan setiap

saat yaitu pada Pesta Pernikahan, Pesta Ulang Tahun, Promosi dan lain

sebagainya, tergantung kepada permintaan konsumen. Sedangkan untuk misi

Page 90: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

olahraga setiap tahunnya grup Tripusaka ini mengikuti berbagai perlombaan.

Dari ketiga misi ini merupakan wujud dari komunikasi antar budaya.

Komunikasi antar budaya di Yayasan Tripusaka Solo, meliputi

beberapa hal, antara lain:

1. Pengalaman Komunikasi

Berhasilnya proses komunikasi, di samping memperhatikan aspek

komunikasi, juga perlu adanya faktor pengalaman komunikasi.

Pengalaman komunikasi dapat diketahui dari intensitas komunikasi, dan

suasana komunikasi.

Bagi para anggota Tripusa, dalam menjalin komunikasi selain

bertatap muka, juga menggunakan sarana komunikasi, seperti telepon, dan

maupun menggunakan facebook. Komunikasi yang dilakukan penuh

dengan suasana keakraban.

2. Pengakuan Identitas Kultural dan Eksistensi Etnis Dalam Kelompok

Barongsai Tripusaka

Potensi akulturasi ditentukan kemiripan antara budaya asli

(Tionghoa) dan budaya pribumi (Jawa). Selain itu, ditentukan juga oleh

usia dan latar belakang pendidikan yang terbukti berhubungan dengan

potensi akulturasi. Yang terakhir yang menentukan juga potensi akulturasi

adalah pengetahuan etnis Jawa tentang budaya Tionghoa sebelum

memasuki wilayah budaya pribumi (kontak budaya). Pengakuan identitas

kultural dan eksistensi etnis dalam kelompok Barongsai Tripusaka, dapat

diketahui dari empat indikator, yaitu: 1) Penentuan peran, 2) Prasangka,

3) Membangun citra diri, 4) Hambatan dan solusi.

Page 91: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

3. Harapan Hubungan Komunikasi yang Selaras Antar Etnis

Harapan di barongsai adalah agar barongsai lebih maju ke

depannya dan ingin agar orang lain tertarik main barongsai. Dan hal-hal

yang perlu dilakukan menjalin hubungan yang selaras antar etnis yaitu

dengan cara mengobrol bareng-bareng apabila ada suatu masalah.

Perkumpulan barongsai tak hanya didominasi oleh pemain dari

Tionghoa tapi pembauran telah terjadi di setiap lini. pemain barongsai

Tripusaka merupakan masyarakat setempat dan memang pembauran sudah

terlihat sekarang. Harapan ke depan, karena 90% pemain barongsai di

Indonesia adalah etnis Jawa, maka diharapkan dapat memotivasi etnis

Tionghoa untuk dapat turut serta mengembangkan kebudayaannya, dan

hal-hal yang bisa lakukan untuk mewujudkan yaitu hubungan yang baik

antar etnis yaitu harus bisa membatasi diri kita, harus saling memahami

karakter tiap orang, dan saling instropeksi diri.

B. Saran

1. Agar komunikasi dapat berhasil, hendaknya memperhatikan tiga aspek

komunikasi, yaitu efek kognitif, efek afektif, dan efek behaviorioral,

serta perlu memperhatikan faktor pengalaman komunikasi yang meliputi

intensits komunikasi dan suasana komunikasi.

2. Supaya tercipta hubungan yang selaras antar etnis, hendaknya setiap ada

masalah dibicarakan secara bersama-sama, dan juga saling memahami

karakter tiap orang, serta saling instropeksi diri.

Page 92: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

3. Penelitian mengenai komunikasi antar budaya, diharapkan akan terus

dilakukan, mengingat komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang

terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda

(bisa ras, etnik, agama, atau sosio ekonomi, atau gabungan dari semua

perbedaan ini), maka dengan dilakukan penelitian lanjutan diharapkan

akan ditemukan wawasan baru yang dapat memperluas dan memperkaya

pandangan tentang komunikasi antar budaya. Bagi pihak lain yang ingin

melakukan penelitian serupa, diharapkan memilih etnis yang lain seperti

etnis dari Timur Tengah.

Page 93: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

PEDOMAN WAWANCARA

A. Pengalaman Komunikasi

1. Intensitas Komunikasi

a. Seberapa sering Anda bergaul dengan pemain Barongsai dari etnis

Tionghoa?

b. Hal-hal yang menyebabkan sering atau tidaknya Anda bergaul dengan

mereka?

c. Melalui media komunikasi apa Anda bergaul dengan mereka ?

d. Hal-hal apa yang sering dibicarakan pada setiap kesempatan Anda

bergaul dengan mereka ?

2. Suasana komunikasi

a. Adakah hal-hal yang harus Anda tutupi ketika bergaul dengan pemain

Barongsai dari etnis Tionghoa ?

b. Bagaimana suasana yang terjalin ketika Anda berkesempatan

berkomunikasi dengan mereka ?

c. Apakah Anda pernah mendapatkan perlakuan, perkataan, gunjingan

yang tidak mengenakkan ketika bergaul dengan mereka ?

B. Pengakuan Identitas Kultural

1. Penentuan peran

a. Sudah berapa lama Anda menjadi pemain Barongsai Tripusaka ?

b. Hal-hal apa saja yang memotivasi Anda untuk turut serta menjadi

pemain di Barongsai Tripusaka ?

c. Dalam penentuan peran, Anda sendiri yang menentukan peran atau

ditentukan pelatih Anda ?

2. Prasangka

a. Bagaimana penilaian, tanggapan, pandangan Anda kepada anggota lain

yang beretnis Tionghoa dalam pengalaman Anda bergaul dengan

mereka di Barongsai Tripusaka ?

Page 94: KOMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif ... · segala macam kegiatan/ kepercayaan dan adat tradisi dan kebudayaan Tionghoa ... para pemainnya yang berjumlah 2 (dua)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

b. Nilai kehidupan apa yang telah memotivasi Anda, yang dapat Anda

peroleh dari kehidupan anggota lain (etnis Tionghoa)?

c. Hal-hal apa dari anggota lain (etnis Tionghoa) yang Anda anggap tidak

atau kurang sesuai dengan falsafah hidup Anda sebagai orang Jawa ?

3. Membantun citra diri

a. Selama melakoni peran tersebut, bagaimana tanggapan pemain lain?

Pernah mendapat kritikan negatif, gunjingan, protes, tidak puas? Atau

baik-baik saja dan malah mendukung? Siapa ?

b. Bagaimana Anda memainkan peran Anda jia harus berdampingan

dengan pemain Barongsai Tionghoa ?

4. Hambatan dan solusi

a. Selama melakoni peran tersebut, hambatan-hambatan apa saja yang

pernah Anda alami? Hambatan apa yang terberat bagi Anda ?

b. Bagaimana Anda mengatasi hambatan-hambatan tersebut ? Apakah

anda mendapat dukungan dan motivasi dari anggota lain, atau malah

sebaliknya ?

c. Dalam menghadapi masalah atau ketika harus mengambil suatu

keputusan, siapa yang sering menjadi pengambil keputusan ?

C. Harapan Hubungan Komunikasi

1. Apa harapan Anda kedepannya untuk kelangsungan dan regenerasi

Barongsai Tripusaka ?

2. Hal-hal apa saja yang telah Anda lakukan untuk mewujudkan harapan

Anda ?

3. Apakah anggota lain (etnis Tionghoa) juga memiliki harapan yang sama

seperti Anda ?

4. Bagaimana seharusnya menurut Anda, hubungan komunikasi yang selaras

antara anggota dari etnis Tionghoa dan etnis Jawa, begitu juga sebaliknya?