komposisi-tubuh-lansia.pdf

Upload: lya-angraeni-rusdin

Post on 30-Oct-2015

89 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KOMPOSISI TUBUH LANSIA

    I. PENDAHULUAN Lansia merupakan salah satu bagian dari siklus hidup manusia yang

    menjadi tahap akhir dari kehidupan. Pada lansia akan terjadi proses

    menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau

    mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-

    lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

    memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena itu di dalam tubuh akan

    menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang

    disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan

    mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo, 1994)

    Berdasarkan klasifikasi WHO, lansia terbagi menjadi 3 golongan

    yaitu:

    a. Elderly : 60 75 tahun

    b. Old : 76 90 tahun

    c. Very Old : > 90 tahun

    Kesehatan lansia sangat dipengaruhi oleh proses menua. Proses

    menua adalah perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,

    intrinsik, progresif, dan detrimental sehingga menyebabkan

    berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap lingkungan dan

    kemampuan bertahan hidup. Proses menua pada setiap individu dan

    organ tubuh berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh gaya hidup,

    lingkungan, dan penyakit degeneratif.

    II. KONSEP KOMPOSISI TUBUH

    Tubuh manusia terdiri atas cairan dan zat padat. Empat puluh persen

    tubuh manusia merupakan zat padat seperti protein, lemak, mineral,

    karbohidrat, material organik dan non organik. Enam puluh persen

  • sisanya adalah cairan. Dari 60% komposisi cairan, 20% merupakan

    cairan ekstraselular dan 40% nya adalah cairan intraselular.

    Komposisi tubuh diisi oleh adipose dan massa jaringan bebas lemak.

    Massa jaringan bebas lemak (lean body mass) terdiri atas otot,

    tulang, serta cairan ekstraseluler. Komposisi tubuh diukur untuk

    mendapatkan persentase lemak, tulang, air, dan otot dalam tubuh.

    Pengukuran komposisi tubuh juga ditujukan untuk mendeteksi

    kebutuhan tubuh terhadap asupan makanan serta mendapatkan

    informasi yang relevan terhadap upaya pencegahan dan

    penanganan penyakit.

    III. METODE PENENTUAN KOMPOSISI TUBUH

    Menurut Jellife (1996), antropometri gizi berhubungan dengan

    berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh

    dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Pengukuran antropometri

    sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai

    ketidakseimbangan antara asupan protein dan energy. Gangguan

    yang terjadi biasanya dapat dilihat dari pola pertumbuhan fisik dan

    proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam

    tubuh.

    Dalam pengukuran antropometri yang dihitung untuk mendapatkan

    gambaran komposisi tubuh seseorang, diperlukan pemenuhan

    beberapa syarat antara lain:

    - Alat mudah didapat dan mudah digunakan

    - Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan

    objektif

    - Pengukuran tidak harus selalu dilakukan oleh tenaga khusus, tetapi

    dapat juga dilakukan oleh tenaga lain yang telah dilatih

    - Biaya yang dibutuhkan murah

  • - Hasilnya mudah disimpulkan dan memiliki rujukan serta cut of point

    yang sudah pasti

    - Secara ilmiah sudah diakui kebenarannya

    Berikut ini tabel penilaian komposisi tubuh yang dapat dilakukan

    dengan pengukuran antropometri:

    Penilaian

    Pertumbuhan

    Penilaian Massa Bebas

    Lemak (Fat Free Mass)

    Penilaian Massa Lemak

    (Fat Mass)

    Lingkar kepala

    Berat badan

    Tinggi/panjang

    badan

    Rasio berat/tinggi

    Tinggi lutut

    Lebar siku

    Lingkar Lengan Atas

    (LiLA)

    Mid-Upper Arm Muscle

    Circumference (MUAMC)

    Mid-Upper Arm Muscle

    (MUAMA)

    Tricep skinfold

    Biseps skinfold

    Subscapular skinfold

    Suprailiac skinfold

    Mid-upper arm fat area

    Rasio lingkar pinggang

    panggul

    Pada lansia beberapa alat ukur perlu disesuaikan dengan kondisi

    fisiologisnya. Seperti tinggi badan, pada lansia yang mengalami

    keadaan bungkuk tidak mungkin dilakukan pengukuran tinggi badan

    karena hasilnya tidak mungkin dapat menggambarkan ukuran tinggi

    badan yang sebenarnya sehingga perlu dilakukan pengukuran lain

    yang juga bisa menggambarkan tinggi badan lansia tersebut. Salah

    satu alat ukur yang dapat digunakan adalah tinggi lutut.

    Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau

    nomogram bagi orang yang berusia diatas 59 tahun (Gibson, RS;

    1993)

    Pria : (2,02 x tinggi lutut) - (0,04 x umur) + 64,19

    Wanita : (1,83 x tinggi lutut) (0,24 x umur) + 84,88

  • Selain dari tinggi lutut, tinggi badan lansia dapat diprediksi dari

    panjang depa, dan tinggi duduk. panjang depa relative kurang

    dipengaruhi oleh pertambahan usia, tetapi nilai panjang depa pada

    kelompok lansia cenderung lebih rendah dari dewasa muda.

    Jaringan Lunak

    Dalam penilaian komposisi tubuh termasuk untuk mendapatkan

    informasi mengenai jumlah dan distribusi lemak dapat dilakukan

    dengan berbagai metode antara lain:

    - Ultrasonic

    - Densitometry (melalui penempatan air pada densitometer atau

    underwater weighing)

    - Teknik isotop dilution

    - Metoda radiological

    - Total electrical body conduction (TOBEC)

    - Antropometri tebal lemak dengan skin-fold caliper yang dapat

    mengukur tricep, bisep, suprailiak, dan subskapular

    IV. PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH LANSIA

    Proses menua mengakibatkan terjadinya kehilangan massa otot

    secara progressif dan proses ini dapat terjadi sejak usia 40 tahun,

    dengan penurunan metabolism basal mencapai 2% pertahun. Saat

    seorang lansia berumur diatas 70 tahun, kehilangan massa otot

    dapat mencapai hingga 40%.

    Selain penurunan otot dan dan massa tulang, pada lansia juga terjadi

    peningkatan lemak tubuh, dan perubahan komposisi seperti ini

    sangat tergantung pada gaya hidup dan aktivitas fisik lansia.

  • Berikut ini adalah perbandingan komposisi tubuh antara dewasa

    muda dengan lansia:

    Komponen 20-25 thn 70-75 thn

    Protein/cell solid 19% 12%

    Air 61% 53%

    Mineral 6% 5%

    Lemak 14% 30%

    Nutrition Through Lyfe Cycle, 2001

    Berdasarkan tabel diatas terlihat perbedaan yang cukup jauh pada

    komposisi tubuh antara lansia dan orang dewasa muda. Komponen

    protein, air, dan mineral menurun ketika seseorang memasuki fase

    kehidupan lansia, namun ada komponen lain yang justru meningkat

    yaitu lemak. Peningkatan lemak tubuh telah dimulai sejak seseorang

    berusia 30 tahun sebanyak 2% pertahunnya, peningkatan lemak ini

    berupa lemak subkutan yang dideposit di batang tubuh.

    Meskipun demikian, pada lansia umumnya terjadi penurunan berat

    badan dengan rata-rata selama 10 tahun mencapai 7 kg pada lansia

    pria dan 6 kg pada lansia wanita, hal ini Disebabkan karena

    meskipun komposisi lemak pada lansia meningkat tetapi massa sel

    tubuh menurun dan lansia banyak kehilangan massa otot serta

    cairan tubuh sehingga berpengaruh ke berat badannya.

    Massa otot pada lansia diketahui menurun hingga 6,3% pertahun.

    Rata-rata wanita kehilangan massa otot hingga 5 kg dan pria 12 kg.

    untuk massa sel tubuh rata-rata menurun 1 kg pada pria dan 0,6 kg

    pada wanita usia 70-75 tahun.

    Seiring dengan pertambahan usianya, kandungan cairan tubuh pada

    lansia diketahui semakin menurun terutama cairan ekstraseluler,

    untuk itu perlu diwaspadai kecukupan cairan pada lansia untuk

  • mengantisipasi bahaya dehidrasi yang mungkin terjadi akibat

    kekurangan cairan.

    Selain perubahan komposisi pada lemak, cairan, serta massa otot

    diatas, lansia juga mengalami perubahan yang cukup drastis pada

    massa tulang. Penurunan massa tulang yang terjadi pada lansia

    dapat menyebabkan timbulnya gejala osteoporosis.

    Perubahan Lain yang Berhubungan dengan Komposisi Tubuh pada Lansia

    a. Vitamin E

    Pada lansia terjadi penurunan kebutuhan vitamin E. Perubahan

    ini terkait dengan:

    - Penurunan massa otot dan BMR

    - Rendahnya kebutuhan kalori untuk aktivitas fisik lansia

    - Penurunan kebutuhan kalori untuk mencerna makanan yang

    Disebabkan oleh penurunan asupan makan

    b. Peningkatan kebutuhan protein

    - Meningkatnya kebutuhan protein disebabkan karena

    terjadinya penurunan kecepatan dalam mensintesis protein.

    - Dengan rendahnya asupan energy, retensi nitrogen juga

    mengalami penurunan

    c. Penurunan kepadatan tulang

    Pada lansia terjadi penurunan total kalsium dalam tubuh sehingga

    densitas tulang juga menjadi mengalami penurunan yang berarti.

    Pada keadaan ini terjadi peningkatan risiko untuk terjadinya

    pengeroposan tulang

  • d. Perubahan pada komposisi otot

    Pada lansia, perubahan yang berarti pada komposisi ototnya

    meliputi:

    - Penurunan total kalium dalam tubuh

    - Penurunan cairan tubuh

    - Penurunan massa otot

    - Penurunan persentase massa tubuh

    - Penurunan kualitas otot

    - Peningkatan volume jaringan ikat

    - Penurunan total nitrogen dan protein tubuh

    e. Peningkatan kebutuhan lemak

    Peningkatan kebutuhan lemak disebabkan karena meningkatnya

    total lemak tubuh, persentase massa tubuh, dan deposit lemak di

    sentral dan visceral

    Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan pada lansia

    - Lemak tubuh yang cenderung meningkat pada lansia seperti

    dibahas diatas menyebabkan komposisi air dalam tubuh lansia

    menjadi kurang

    - Fungsi ginjal menurun seiring bertambahnya usia. Penurunan

    kemampuan ginjal untuk memekatkan urin menyebabkan

    kehilangan air yang lebih tinggi pada lansia

    - Penurunan asam lambung mempengaruhi individu untuk

    mentolenrasi makanan tertentu. Lansia terutama rentan terhadap

    konstipasi karena penurunan pergerakan usus. Masukan cairan

    yang terbatas, pantangan diit, dan penurunan aktivitas fisik dapat

    menunjang perkembangan konstipasi

  • - Lansia memiliki pusat haus yang kurang sensitive dan mungkin

    mempunyai masalah dalam mendapatkan cairan.

    V. KESIMPULAN

    a. Perubahan komposisi tubuh lansia yang sering terjadi seiring

    bertambahnya usia meliputi berat badan, tinggi badan, massa

    otot, lemak tubuh, kandungan cairan tubuh, dan massa tulang.

    b. Perubahan komposisi tubuh yang bersifat individual dan perlu

    penyesuaian dengan gaya hidup, asupan makan, serta aktivitas

    fisik.

    c. Olahraga dapat mempertahankan komposisi massa otot dan

    lemak tubuh dengan memperhatikan nutrisi seimbang

    VI. DAFTAR PUSTAKA

    Brown, Judith et all. 2005. Nutrition Through Lyfe Cycle. Thomson W,

    USA

    Darmojo R. Boedhi, dkk, 1999. Buku Ajar Geriatri, Jakarta: Balai

    Penerbit FKUI

    Fatmah, 2002. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Penerbit Erlangga

    Modern Nutrition in Health Disease 10th ed, 2006, Shils et all

    Nugroho, Wahjudi, 2000. Keperawatan Gerontik, Jakarta: EGC